PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. HUKUM TERMODINAMIKA
Hukum termodinamika ialah hukum alam tentang energi. Ada dua hukum yang perlu
kita perhatikan, yaitu hukum termodinamika I dan termodinamika II.
Hukum termodinamika II menyatakan energi yang ada itu tidak seluruhnya dapat
dipakai untuk melakukan kerja. Karena itu waktu kita menggunakan energi untuk melakukan
kerja, kita tidak mungkin mencpai efisien 100%. Misalnya, kalau kita menggunakan bensin
sebanyak 1000 satuan energi untuk memuat mesin, hasil kerja mesin itu selalu kurang dari
1000 atuan energi bagi energi yang tidak dapat diapakai untuk melukan kerja disebut entropi.
Antara tingkat entropi dan tingkat keteraturan terdapat hubungan yang erat. Dalam
keadaan teratur tingkar entropi rendah dan kedalam keadaan tak tratur tingkat entropi tinggi.
Hukum termodinamika sangatlah penting dalam kehidupan kita. Karena jumlah energi
tetap, kita hanya dapat hanya dapat menambah energi disuatu tempat dengan mengurangi
jumlah energi ditempat lain.
2|Page
Semua mahkluk mempunyai tempat hidup. Tempat hidup itu disebut habitat.
Misalnya, habitat ikan emas ialah perairan tawar dan habitat ikan hiu ialah perairan asin
dilaut. Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan hidup mahkluk yang
menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup itu disebut titik minimum dan batas atas
disebut titik maksimum. Antara dua kisaran itu terapat titik optimum. Ketiga titik itu, yaitu
minimum, maksimum dan optimum, disebut titik kardinal.
Apabila sifat habitat berubah sampai diluar titik minimum atau maksimum, mahkluk
itu akan mati atau harus pindah ketempat lain. Apabila perubahannya lambat, misalnya terjadi
selama beberapa generasi, mahkluk itu umumnya dapat menyesuaikan diri dengan kondisi
baru diluar batas semula. Melalui proses adaptasi itu sebenarnya telah terjadi mahkluk yang
mempunyai sifat yang lain, yang disebut ras baru bahkan dapat terjadi jenis baru.
Habitat mahkluk dapat lebih dari satu. Misalnya, burung pipit. Habitat untuk mencari
makannya ialah disawah dan habitat untuk bertelur adalah pohon – pohonan dikampung.
Didalam habitatnya mahkluk mempunyai cara tertentu untuk hidup. Burung yang
hidup disawah ada yang memakan serangga, ada yang memakan buah padi dan adapula yang
memakan katak dan ikan. Cara hidup itu disebut relung. Relung itu ada yang bersifat umum,
adapula yang bersifat khas. Mahkluk yang mempunyai relung yang umum disebut genaralis.
Mahkluk itu mekan cacing, serangga, dan buah – buahan, misalnya ia disebut pula polipag
artinya makan banyak jenis.
Mahkluk yang hanya makan sedikit jenis makanan disebut spesialis. Spesialis ada
yang oligopag, artinya makan sedikit jenis. Ada yang disebut monopag yaitu yang makan
satu jenis saja. Wereng misalnya, adalah monopag makananya hanyalah makanan padi.
Relung dapat diartikan sebagai profesi mahkluk dalam habitatnya. Apalagi populasi
suatu jenis menjadi besar, terjadi pula persaingan antara - individu dalam jenis tersebut.
Makin spesialistis suatu jenis, makin rentan populasinay. Misalnya, wereng yang monopag
dan hidup dari tanaman padi, popilasinya kecil setelah masa panen dan membesar lagi setelah
sawah ditanami dengan padi.
C. ADAPTASI
3|Page
itu secara umum disebut adaptasi. Manusia adalah contoh jenis mahkluk yang mempunyai
kemampuan adaptasi yang sangat besar.
Adaptasi dapat terjadi dengan beberapa cara. Adaptasi dapat melalui proses fisiologi.
Misalnya, orang yang hidup di daerah yang tercemar oleh limbah domestik, dalam tubuhnya
berkembang kekebalan terhadap infeksi muntah berak. Adaptasi morfologi, yaitu bentuk
tubuh, dapat juga terjadi. Misalnya, orang Eskimo yang hidup di daerah arktik yang dingin
mempunyai bentuk tubuh yang pendek dan kekar.
Kelakuan dapat juga bersifat adaptif. Orang belajar tentang bahaya dan dengan
kelakuannya ia menghindari bahaya. Adaptasi kelakuan terjadi dimana-mana. Di kota, di desa
dan pada orang primitif yang hidup dihutan. Misalnya, untuk menghindarkan diri terhadap
bahaya kelaparan orang mengadaptasikan diri terhadap persediaan makanan. Waktu musim
panen padi, mereka makan beras. Dengan menyusutnya persediaan beras dalam musim
paceklik , mereka makan singkong. Lebih luas lagi adaptasi ini berupa pranata sosial budaya.
Adaptasi demikian disebut adaptasi kultural. Misalnya, antara saudara sekandung dan antara
orang tua dan anak tidak boleh ada perkawinan.
Adaptasi kultural terjadi juga dengan penggunaan teknologi. Bentuk rumah suku Dani
yang hidup dilembah Balim di kabupaten Jayawijaya, Irian Jaya, yang terletak pada
ketinggian 1500 m di atas permukaan laut, dan baju tebal serta bentuk rumah yang khusus
pada orang Eskimo merupakan adaptasi kultural. Hewan, tumbuhan dan jasad renik juga
mempunyai kemampuan adaptasi. Misalnya, padi gogo teradaptasi pada lahan kering dan
padi swah pada lahan yang tergenang.
“Pranata” sosial terdapat juga pada hewan. Misalnya, pejantan yang terkuat menjadi
pemimpin kelompok. Penjantan dewasa lainya diusir dari kelompok. Adaptasi dapat
berlangsung untuk waktu yang pendek maupun panjang. Misalnya, kekebalan terhadap
penyakit dapat berlangsung untuk beberapa bulan saja ataupun untuk waktu yang lama,
bahkan dapat untuk sepanjang umur.
D. EVOLUSI
Berkaitan erat dengan adaptasi ialah evolusi. Evolusi ialah perubahan sifat jenis
secara pelan-pelan. Perubahan itu bersifat terarah dan sifat yang berubah itu dapat diturunkan.
Evolusi menghasilkan jenis baru. Evolusi sifatnya takterbalikan. Menurut teori Darwi
4|Page
mekanisme utama dalam evolusi ialah seleksi alamiah. Dalam ekosistem yang ada
manusianya, seleksi terjadi juga oleh tndakan manusia.
Individu dalam populasi suatu jenis mempunyai sifat yang berbeda-beda. Individu itu
hnyalah sama secara rata-rata saja. Perhatikan segenggam biji kedelai. Biji dapat digolongan
kecil sekali, kecil, sedang, besar dan besar sekali. Biji yang sedang, jumlahnya paling banyak.
Contoh lain ialah hama wereng. Padi varietas unggul tahan wereng (VUTW) dikembangkan.
Untuk beberapa waktu varietas itu selamat dari serangan wereng. Tetapi dalam populasi
wereng itu terdapat sejumlah kecil individu yang dapat menyenengkan VUTW. Sementara
sebagian besar individu wereng mati, karena tidak dapat makanan, beberapa individu itu
berkembang biak, setelah beberapa waktu populasi wereng yang dapat menyerang VUTW itu
ckup besar untuk menyebabkan kerugian besar pada tanaman padi. Biotipe baru werwng
yang dapat menyerang VUTW, telah lahir ketahanan terhadap wereng telah ambruk.
E. ETIKA LINGKUNGAN
Menurut tahapannya etika lingkungan dapat berujut dalam lima tingkatan berikut
(lihat juga Nugroho 1985):
5|Page
sendiri (self konfidence) untuk dapat beperan serta dalam pengelolaan lingkungan:
egoisme juga dapat disebut individualisme ;
b) Humanisme, solidaritas terhadap sesama manusia;
c) Sentientisme, kepedulian terhadap pengada insani yang mempunyai sistem syaraf
atau berperasaan, misalnya kucing, kambing dan sebagainya;
d) Vitalisme, kepedulian terhadap sesama pengada insani, ciptaan yang tidak berperasa;
e) Altruisme, tingkatan terakhir dari etika lingkungan, yakni kepedulian terhadap semua
pengada yang ragawi (non-hayati-abiotik) sebagai sesama ciptaan Tuhan di Bumi ini,
karena ketergantungan diri kita kepada semua yang ada, tidak hanya pada pengada
insani saja, tetapi juga kepada pengada ragawi, karena tidak ada kehidupan tanpa
adanya ciptaan Tuhan yang bersifat ragawi, seperti tanah, air dan udara.
Dengan etika lingkungan kita tidak saja mengimbangi hak dengan kewajiban terhadap
lingkungan, tetapi etika lingkungan juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk
mengembalikan berbagai kegiatan, agar tetap berada dalam batas kelentingan (resilience)
lingkungan hidup kita. Bahkan mungkin perlu diperjuangkan makna azasi kehidupan atau
makna azasi lingkungan hidup, dimana hak azasi manusia adalah bagian dari kedua
makna asasi yang terdahulu itu.
6|Page
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum termodinamika ialah hukum alam tentang energi. Ada dua hukum yang perlu
kita perhatikan, yaitu hukum termodinamika I dan termodinamika II.
Semua mahkluk mempunyai tempat hidup. Tempat hidup itu disebut habitat.
Misalnya, habitat ikan emas ialah perairan tawar dan habitat ikan hiu ialah perairan asin
dilaut. Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan hidup mahkluk yang
menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup itu disebut titik minimum dan batas atas
disebut titik maksimum. Antara dua kisaran itu terapat titik optimum. Ketiga titik itu, yaitu
minimum, maksimum dan optimum, disebut titik kardinal.
Berkaitan erat dengan adaptasi ialah evolusi. Evolusi ialah perubahan sifat jenis
secara pelan-pelan. Perubahan itu bersifat terarah dan sifat yang berubah itu dapat diturunkan.
Evolusi menghasilkan jenis baru. Evolusi sifatnya takterbalikan. Menurut teori Darwi
mekanisme utama dalam evolusi ialah seleksi alamiah. Dalam ekosistem yang ada
manusianya, seleksi terjadi juga oleh tndakan manusia.
7|Page
DAFTAR PUSTAKA
Soemarwoto, Otto. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan. Jakarta : PT.
Djambatan
8|Page