PENGENDALIAN MUTU (QC)
Menurut Feigenbaum (1991) kontrol/kendali dalam istilah industri dapat diartikan sebagai suatu
proses untuk mendelegasikan tanggung jawab dan kekuasan untuk suatu aktivitas manajemen,
sementara tetap menjaga hasil yang memuaskan. Pengendalian mutu adalah prosedur untuk
mencapai tujuan mutu industri.
Definisi dari Nuclear Regulatory Commission (NRC)‐USA perihal QA dan hubungannya dengan QC
adalah sebagai berikut. “Penjaminan mutu (QA) adalah semua perencanaan dan langkah sistematis
yang diperlukan untuk memberikan keyakinan bahwa instalasi atau sistem yang akan diwujudkan
dapat beroperasi secara memuaskan. Sedangkan pengendalian mutu (QC) adalah bagian dari
penjaminan mutu yang memberikan petunjuk dan cara‐cara untuk mengendalikan mutu material,
struktur, komponen atau system agar memenuhi keperluan yang telah ditentukan”.
Ada 4 langkah umum dalam menjaga kontrol/kendali, yaitu:
1. Setting Standars, menetapkan standar dengan menentukan kualitas biaya, kinerja, safety
(keselamatan), dan reliability untuk produk.
2. Appraising Conformance, membandingkan penerimaan dari produk yang dimanufaktur atau jasa
yang ditawarkan dengan standar yang telah ditetapkan.
3. Acting when necessary, memperbaiki masalah dan penyebab di dalam marketing, desain, enjiniring,
produksi, dan maintenance yang dapat mempengaruhi kepuasan pengguna.
4. Planning for improvements, mengembangkan usaha yang terus menerus untuk memperbaiki
standar biaya, kinerja, safety (keselamatan), dan reliability
2.1. Teknik Pengendalian Mutu
Cara untuk menemukan penyebab kerusakan dari sejumlah faktor‐faktor disebut diagnosa proses.
Cara membuat diagnosa yang tepat :
1. Intuisi
2. Pengalaman
3. Analisa Statistik terhadap data
4. Penelitian percobaan
Tujuan mengumpulkan data dalam pengendalian mutu :
1. Mengendalikan dan memantau proses produksi
2. Analisa untuk yang tidak memenuhi syarat
3. Pemeriksaan
Teknik pengendalian mutu meliputi:
1. Lembar Pemeriksaan (Check Sheet)
Check Sheet adalah suatu format formulir untuk mengumpulkan data secara sistematis yang
menggambarkan frekuensi berbagai efek. Lembaran yang digunakan untuk pengumpulan data
yang mengkategorikan masalah atau cacat. Informasi dari check sheet dapat digambarkan
dalam Pareto chart atau apabila terdapat analisa waktu dapat digunakan untuk menganalisa
trend yang terjadi.
Tujuan Utama:
i. Membuat pengumpulan data
ii. Mengatur data secara otomatis sehingga mudah dapat digunakan selanjutnya
Tipe Lembar Pemeriksaan:
i. Untuk mengetahui distribusi proses produksi
ii. Untuk mengetahui Item rusak
iii. Untuk mengetahui lokasi cacat
iv. Untuk mengetahui sebab cacat
v. Untuk menjaga track dari tahapan‐tahapan suatu
prosedur multi‐tahap
2. Histogram
3. Diagram Pareto (Pareto Chart)
Diagram Pareto membantu memfokus pada sejumlah masalah
atau efek yang sedikit tetapi dengan dampak terbesar
(memakai skala prioritas). Jumlah dari terjadinya suatu masalah
yang spesifik akan dimasukkan ke dalam suatu bar chart. Bar
yang paling tinggi akan mengindikasikan masalah utama. Hal tersebut akan digunakan untuk
menentukan prioritas pemecahan masalah.
4. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect or Fishbone Diagram)
5. Diagram Pencar (Scatterplot)
6. Stratifikasi
7. Peta Kendali (Control Chart)
Peta Kendali untuk menunjukkan batasan kualitas
dalam proses produksi, dan sangat bermanfaat
untuk deteksi situasi abnormal di luar standar
yang ditentukan dalam proses manufaktur. grafik
yang menggambarkan bagaimana suatu proses
atau suatu titik dalam proses berlaku. Sampel
akan diambil secara periodik, kemudian diperiksa,
atau diukur dan kemudian hasilnya akan digambarkan pada chart. Chart tersebut dapat
menunjukkan bagaimana suatu ukuran berubah, bagaimana variasi dalam pengukuran
berubah, atau bagaimana proporsi dari bagian yang cacat berubah.
2.2. Tahapan Pengendalian Mutu
Penjaminan Mutu (QA) adalah semua perencanaan dan langkah sistematis yang diperlukan untuk
memberikan kelayakan bahwa instalasi atau sistem yang akan diwujudkan, dapat beroperasi secara
memuaskan. Sedangkan pengendalian mutu (QC) adalah bagian dari penjaminan mutu yang
memberikan petunjuk dan cara‐cara untuk mengendalikan mutu material, struktur, komponen atau
sistem agar memenuhi keperluan yang telah ditentukan.
Pengendalian mutu (QC) meliputi tindakan‐tindakan yang berupa pengetesan, pengukuran, dan
pemeriksaan untuk memantau apakah kegiatan enjiniring, pembelian, manufaktur, konstruksi, dan
kegiatan lain untuk mewujudkan sistem (instalasi atau produk hasil proyek) telah dilakukan sesuai
dengan kriteria yang digariskan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan konstruksi dalam hubungannya dengan masalah
mutu adalah sebagai berikut:
1. Material konstruksi
2. Peralatan (equipment)
3. Pelatihan dan spesifikasi tenaga
Adapun tahapan yang dilakukan dalam pengendalian mutu, antara lain :
1. Meletakan dasar filosofi dan mutu proyek
Pada umumnya di perusahaan‐perusahaan besar memiliki buku (dokumen) yang berisi pedoman
dasar,filosofi,dan kebijakan mutu yang harus diikuti selama menjalankan operasi atau proses
produksinya. Dokumen semacam ini memuat persyaratan mutu yang ditetapkan oleh perusahaan dari
badan perusahaan yang berwenang,misalnya pemerintah.
2. Memberikan keputusan strategis mengenai hubungan antara mutu dan jadwal
Pada proyek yang saling tarik menarik,yang terdiri dari jadwal, dan, mutu ,dan biaya. Pimpinan
perusahaan harus menggariskan bobot mutu relatif terhadap biaya dan jadwal proyek. Keputusan ini
akan menjadi pegangan pengelolaan sepanjang siklus proyek.
3. Membuat program penjamin dan pengendalian mutu proyek (QA/QC)
Program yang dimaksud adalah penjabaran pedoman dan filosofi yang tersebut pada butir pertama,
tetapi disesuaikan dengan keperluan proyek yang spesifik dan tidak bertentangan dengan program
mutu perusahaan secara keseluruhan.
4. Implementasi program QA/QC
Setelah program QA/QC selesai disusun,implementasi program tersebut dilaksanakan sepanjang siklus
proyek,agar diperoleh hasil yang efektif,perlu diselesaikan terlbih dahulu langkah‐langkah persiapan
seperti, melatih personil, menyusun organisasi, serta menyebar luaskan arti dan maksud program
QA/QC kepada semua pihak yang berkepentingan.
Telah diuraikan di atas tentang kegiatan Pengendalian Mutu yang diawali dengan meletakkan dasar
filisofi tentang mutu dan pengelolaan mutu, dilanjutkan dengan menyusun program QA dan QC suatu
proyek. Program ini merupakan rencana dan pedoman kegiatan QA/QC selama proyek berlangsung.
Selanjutnya akan dibahas mengenai pengendalian mutu selama siklus proyek, yang terdiri dari
pengendalian mutu enjiiniring, pengadaan, konstruksi, dan tahap akhir proyek sebelum dinyatakan
fitness for use untuk kemudian diserahkan kepada pemilik.
A. Inspeksi dan Pengetesan
Suatu program QC yang lengkap menjelaskan rencana QC, inspeksi, dan pengetesan yang
komprehensif. Lengkapnya adalah sebagai berikut.
a. Mementukan standar dan spesifikasi yang akan digunakan.
b. Mengukur dan menganalisis karakteristik obyek.
c. Membandingkan butir a dengan b.
d. Mengambil kesimpulan dan keputusan dari langkah c.
e. Membuat catatan proses di atas.
Jadi suatu inspeksi akan menentukan keputusan (langkah d) perihal baik atau tidaknya obyek
berdasarkan mutunya, yaitu memenuhi (conformance) atau tidak memenuhi (non conformance)
spesifikasi. Pada umumnya rencana inspeksi dan tes tersebut meliputi hal‐hal sebagai berikut.
1. Titik Inspeksi dan Tes
Setiap titik inspeksi dan tes hendaknya di tentukan sepanjang siklus pembuatan sampai dengan
instalasi. Pada setiap titik tersebut diperinci apa yang akan dilakukan, misalnya, menyebutkan macam
inspeksi dan test serta metode atau referensi standar tertentu. Demikian pula kriteria penerimaan dan
penolakan (acceptance and rejection).
2. Mandatory Hold Point
Pada kegiatan inspeksi proyek sering kali terdapat persyaratan yang dikenal dengan mandatory
requirements, yaitu pada ujung tahap tertentu dari proses pabrikasi atau instalasi harus diverifikasi
oleh pihak ketiga sebagai syarat untuk memenuhi ketentuan hukum dengan cara memberi sertifikat.
Sertifikat ini memerlukan inspeksi atau test.
3. Standar yang Akan Diberlakukan
Semua standar dan kriteria yang berkaitan dengan inspeksi dan test serta prosedur yang menyertainya
hendaknya dicantumkan di dalam program yang bersangkutan. Termasuk dalam hal ini adalah
perencanaan pengadaan contoh (sampling) yang memberikan penjelasan mengenai tempat/obyek
yang akan diambil contohnya, kuantitas, ukuran, serat frekuensi selama siklus pabrikasi/instalasi.
Hal‐hal yang diaudit dalam inspeksi dan pengetesan tersebut meliputi bagian berikut ini
Program menyeluruh untuk mencapai sasaran mutu
Kriteria fit for use dan aman.
Mengikuti peraturan atau hukum dan prosedur.
Memenuhi spesifikasi dan kriteria.
Identifikasi dan koreksi kekurangan yang menyebabkan obyek tidak memenuhi mutu.
Dokumen yang mencatat hasil implemantasi program QA/QC.
B. Metode Pengendalian Mutu
Terdapat tiga metode yang sering dijumpai dalam proyek pembangunan instalasi/konstruksi, yakni
sebagai berikut.
1. Pengecekan dan pengkajian
Hal ini dilakukan terhadap gambar untuk konstruksi, gambar untuk pembelian peralatan, pembuatan
maket (model), dan perhitungan yang berkaitan dengan desain enjiniring. Tindakan tersebut dilakukan
untuk mengetahui dan meyakini bahwa kriteria tersebut dilakukan untuk mengetahui dan meyakini
bahwa kriteria, spesifikasi, dan standar yang ditentukan telah dipenuhi.
2. Pemeriksaan/Inspeksi dan Uji Kemampuan Peralatan
Pekerjaan ini berupa pemeriksaan fisik, termasuk menyaksikan uji coba berfungsinya suatu peralatan.
Kegiatan ini digolongkan menjadi beberapa hal berikut.
Pemeriksaan sewaktu menerima material. Hal ini meliputi penelitian dan pengkajian material, suku
cadang, dan lain‐lain yang baru diterima dari pembelian.
Pemeriksaan selama proses pabrikasi berlangsung.
Pemeriksaan yang dilakukan selama pekerjaan instalasi berlangsung, sebelum diadakan
pemeriksaan akhir.
Pemeriksaan akhir yaitu periksaan terakhir dalam rangka penyelesaian proyek secara fisik atau
mekanik.
Untuk proyek E‐MK, material dan peralatan yang perlu mendapat uji kemampuan diantaranya adalah
sebagai berikut.
Peralatan berputar (rotating equipment), misalnya, pompa sentrifugal,turbin gas/uap, generator
listrik, blower, expander.
Pipa, kerangan, dan flages.
Bejana tekan, ketel uap, drum, dan tower.
Instrumen, alat pengukur, dan alat listrik.
Alat penukar panas.
Tangki.
3. Pengujian dengan mengambil Contoh
Cara ini dimaksudkan untuk menguji apakah material telah memenuhi spesifikasi atau kriteria yang
ditentukan. Pengujian dapat berupa test destruktif atau nondestruktif yang dilakukan terhadap contoh
yang diambil dari obyek yang diselidiki.
C. Kegiatan Pengawasan
Untuk memperoleh hasil pekerjaan struktur yang sesuai dengan standar dan dapat dipertanggung‐
jawabkan, maka mutu bahan bangunan tersebut harus sesuai dengan standar kualitas yang telah
ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu dilakukan kegiatan pengawasan dan
pengendalian mutu yang meliputi pemilihan bahan, perawatan, dan pemeliharaannya.
2.3. Pengendalian Mutu Bahan
Dalam pengendalian mutu bahan, penekanan yang diberikan adalah pada pekerjaan beton, besi dan
bata serta campuran spesi, yang merupakan bagian terbesar dari pekerjaan struktur dan finishing.
Pada pekerjaan beton bertulang juga diberikan penekanan untuk pekerjaan struktur dan untuk
pekerjaan finishing arsitektur pemakaian jenis‐jenis material finishing sesuai spesifikasi teknis dan
approval material yang telah disetujui oleh pemilik, serta campuran yang sesuai spesifikasi.
2.4. Pengendalian Mutu Proyek
Adapun pengawasan yang dilakukan guna pengendalian mutu proyek yaitu :
1. Pengawasan terhadap Gambar Proyek
Pada proyek bangunan, gambar memegang peranan yang sangat penting. Ide dan perencanaan
semuanya dituangkan dalam sebuah gambar teknik. Dari gambar inilah dipecahkan metode
pelaksanaan hingga suatu bangunan terealisasi. Adapun beberapa jeni gambar teknik yang diperlukan
pada suatu proyek bangunan :
a. Gambar Tender
b. Gambar For Construction
c. Gambar Shop Drawing
d. Gambar As Built Drawing
Pengawasan terhadap gambar memegang peranan penting, dimana setiap pekerjaan lapangan harus
sesuai spesifikasi gambar. Pembuatan Shop Drawing dilakukan oleh kontraktor pelaksana, kemudian
dilakukan pemeriksaan yang dilakukan oleh konsultan pengawas. Pada pengawasan terhadap shop
drawing ini terdapat tiga parameter yang menyatukan status gambar yaitu :
Approved
Artinya, shop drawing disetujui untuk dijadikan pedoman pelaksanan di lapangan.
Approved as Note
Artinya, shop drawing disetujui dengan catatan‐catatan yang ada untuk dijadikan pedoman
pelaksanaan di lapangan.
Not Approved
Artinya, shop drawing tidak disetujui, maka kontaktor harus melakukan perbaikan‐perbaikan sesuai
dengan kesalahan dan catatan yang ada.
2. Pengawasan Pekerjaan Form Work / Bekisting
Pentingnya pengawasan terhadap pekerjaan form work karena pekerjaan ini yang akan memberikan
bentuk pekerjaan pembesian dan pekerjaan beton. Sehingga pekerjaan form work harus dilaksanakan
sesuai dengan spesifikasi shop drawing.
3. Pengawasan Pekerjaan Pembesian
Pemeriksaan mutu besi beton yang digunakan, besi beton yang dipakai dalam bangunan harus
memenuhi persyaratan terhadap metode pengujian dan pemeriksaan untuk bermacam‐macam mutu
baja beton (yang luas penampang batang dalam mm2 telah eksak ditentukan).
4. Pengawasan terhadap Mutu Beton
Selama masa pelaksanaan mutu beton dan mutu pelaksanaan perlu diawasi secara kontinu dengan
jalan membuat dan menerima benda uji yang diambil dari campuran beton. Dimana bentuk dan ukuran
dari benda uji yang akan dipergunakan dapat mempengaruhi kekeuatan tekan dari beton. Penggunaan
beton pada proyek ini adalah beton siap pakai (ready mix) karena melihat faktor efisiensi pembuatan
beton tersebut. Sebelum dipergunakan, terlebih dahulu diadakan pengetesan dengan pengujian
kekentalan adukan beton ke dalam kubus atau silinder untuk diperiksa kekuatan beton terhadap gaya
tekan. Sebagai perbandingan kekuatan tekan pada berbagai benda uji.
5. Pengawasan terhadap Pekerjaan Pasangan, Plesteran dan Acian Dinding
Dilakukan pengawasan yang tinggi seperti pada pekerjaan pasangan dinding mulai dari mutu adukan,
air yang digunakan, kelurusan dan kerapihan pasangan, sebab apabila terjadi kesalahan akan
membuang waktu dan biaya. Selanjutnya pekerjaan plesteran dan acian, apabila pasangan lurus dan
rapi maka ketebalan plesteran menjadi efisien karena ketebalan plesteran rata‐rata sama.
6. Pengawasan terhadap Pekerjaan Lantai (keramik)
Dilakukan untuk menjaga kualitas pemasangan, dalam hal ini kerataan pemasangan dan adukan
perekat keramik agar apabila pasangan keramik sudah kering tidak keropas. Disisi lain juga sangat
berpengaruh dalam kerapian pemasangan lantai keramik.
7. Pengawasan terhadap Pekerjaan Pengecatan
Pengawasan pekerjaan ini perlu diperketat dalam hal pencampuran cat dengan pengencer cat dan
tentunya material cat itu sendiri jangan sampai berubah dari spesifikasi yang telah ditentukan. Untuk
mengaplikasikannya biasanya cat harus menutup warna acian dinding hingga tidak ada bayangan
warna acian yang ditimpa oleh cat itu sendiri, untuk pengecatan dinding luar dilapisi lagi dengan sealer
alkali guna melindungi cat dari panas dan hujan agar cat tidak mudah pudar.
8. Pengawasan terhadap Pekerjaan Finishing Lainnya
Seperti halnya pengawasan terhadap pekerjaan di atas, jadi semua pekerjaan seharusnya memerlukan
pengawasan agar terkontrol, karena apabila terjadi kesalahan segera terdeteksi. Dalam hal ini seperti
pada pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen pintu dan jendela, pemasangan aksesoris lainnya
juga saluran air bersih dan air kotor.
2.5. Pengendalian Mutu Desain Enjiniring
Kegiatan Bidang Desain Enjiniring Tugas QA/QC
1. Mempelajari dokumen kontrak Mempelajari dan meneliti lingkup proyek dalam
rangka menyusun program mutu:
Identifikasi filosofi desain
Pemeriksaan spesifikasi, standar, dan
kriteria desain
Peraturan yang diberlakukan terhadap
desain enjiniring
Organisasi dan prosedur kerja serta jalur
pelaporan yang berkaitan dengan mutu
2. Menyiapkan dokumen desain enjiniring Menelaah ulang spesifikasi dan kriteria:
(gambar, spesifikasi, kriteria, dll.) Pemenuhan spesifikasi dan kriteria dalam
kontrak
Kepatuhan terhadap peraturan yang
diberlakukan pada aspek mutu
Penyimpanan arsip
3. Menyusun material take‐off Menelaah ulang pemenuhan mutu material
4. Manyusun paket pengadaan (MR) Menelaah ulang pemenuhan aspek mutu
5. Memberi masukan estimasi biaya proyek Menelaah ulang spesifikasi material dan
peralatan
6. Change Order Periksa apakah telah ditampung dalam aspek
desain enjiniring dan dampaknya terhadap
integritas desain enjiniring secara menyeluruh
7. Audit Identifikasi nonconformance dan periksa apakah
pembetulan telah dilaksanakan
2.6. Pengendalian Mutu Pengadaan
Kegiatan Bidang Pengadaan Tugas QA/QC
1. Menyiapkan paket lelang Mengkaji kelengkapan paket lelang tentang
mutu material dan peralatan:
Keperluan NDT
Acceptance Test
Sertifikasi
Check point untuk inspeksi
2. Memilih calon pemenang lelang Meneliti sistem dan organisasi calon pemenang
(pengadaan dalam jumlah besar) dalam aspek mutu:
Program QA/QC
Praktek yang berlaku
3. Rapat pre‐award Menekankan syarat kontrak perihal aspek
mutu, jadwal inspeksi, dan tes
4. Menyiapkan PO untuk pemenang Meneliti:
Keperluan inspeksi
Sertifikasi
Hold point
Program test
5. Memantau kemajuan pabrikasi Mengunjungi bengkel untuk:
Verifikasi sertifikat
Kesaksian (witness testing)
Inspeksi berkala
6. Menelaah ulang kontrak (PO) dengan Memeriksa kelengkapan lingkup kerja, standar,
manufaktur spesifikasi (kriteria), dan prosedur, antara lain
meliputi:
Inspeksi dan test
Verifikasi
SertifikasiProsedur persetujuan
7. Meneliti perangkat dan program mutu Mengkaji kualitas dan kuantitas personil dan
perusahaan manufaktur peralatan yang meliputi:
Peralatan test dan pengukuran
Teknik dan metoda yang digunakan
Standar dan kriteria yang dipakai
8. Mengendalikan material dan pemasok Mengkaji kualitas, kuantitas, dan prosedur yang
dipakai, meliputi:
Kemampuan pemasok
Prosedur material
Pemeriksaan kualitas material versus
spesifikasi
9. Memeriksa in‐process Mengadakan verifikasi sesuai spesifikasi
meliputi:
Meneliti data hasil inspeksi dan test pada
waktu pabrikasi
Melakukan test pada titik‐titik yang kritis
Dokumentasi
10. Memeriksa akhir dan uji coba Menyaksikan pemeriksaan akhir dan uji coba di
pabrik sebelum peralatan dikirim ke lokasi
proyek
11. Mengaudit perbaikan, arsip, dan dokumen Memeriksa semua kegiatan apakah telah
memenuhi prosedur dan peraturan yang
berlaku meliputi pemerisaan:
Semua keperluan yang tecantum dalam
kontrak
Spesifikasi standar dan kriteria
Perbaikan telah dikerjakan
Dokumentasi telah disiapkan secara lengkap
2.7. Pengendalian Mutu Konstruksi
Kegiatan Bidang Instalasi/Konstruksi Tugas QA/QC
1. Menelaah ulang kontrak Mengkaji kelengkapan lingkup kerja, standar,
spesifikasi, kriteria, dan prosedur yang meliputi
antara lain:
Inspeksi dan tes
Verifikasi
Persetujuan
Sertifikasi
2. Menelaah ulang program mutu Melengkapi program QA/QC kontraktor
pelaksana
3. Meneliti perangkat QC kontraktor pelaksana Mengkaji kualitas dan kuantitas personil serta
peralatan, yang meliputi:
Peralatan tes dan pengukuran
Teknik dan metoda yang dipakai
4. Mengendalikan material dan peralatan dari Meneliti prosedur dan metoda yang dipakai,
rekanan (subkontraktor) meliputi
Verifikasi dokumen (sertifikat) hasil
pengadaan
5. Pemeriksaan selama instalasi/konstruksi Mmeriksa dipenuhinya kriteria dan spesifikasi
untuk komponen unit bagi unit secara keseluruhan
6. Pemeriksaan akhir Memeriksa dipenuhinya kriteria dan spesifikasi
bagi unit secara keseluruhan
7. Uji coba operasi dan start‐up sesuai kontrak Memantau pemenuhan kriteria dan spesifikasi
bagi unit secara keseluruhan
8. Audit dan perbaikan Meneliti segala pemeriksaan dan perbaikan
apakah telah dilaksanakan dengan baik
2.8. Masa Jaminan Mutu
Umumnya pasal‐pasal kontrak EPK mengatur pula masalah jaminan mutu material dan pekerjaan
(workmanship) sampai batas waktu tertentu (lazimnya1 tahun). Pada kurun waktu tersebut,
kontraktor memberikan pelayanan secara cuma‐cuma untuk perbaikan kerusakan atau penggantian
bagian‐bagian yang rusak.