Anda di halaman 1dari 12

2.

 PENGENDALIAN MUTU (QC) 
Menurut  Feigenbaum  (1991)  kontrol/kendali  dalam  istilah  industri  dapat  diartikan  sebagai  suatu 
proses  untuk  mendelegasikan  tanggung    jawab  dan  kekuasan  untuk  suatu  aktivitas  manajemen, 
sementara  tetap  menjaga  hasil  yang  memuaskan.  Pengendalian  mutu  adalah  prosedur  untuk 
mencapai tujuan mutu industri. 

Definisi  dari  Nuclear  Regulatory  Commission  (NRC)‐USA  perihal  QA  dan  hubungannya  dengan  QC 
adalah sebagai berikut. “Penjaminan mutu (QA) adalah semua perencanaan dan langkah sistematis 
yang  diperlukan  untuk  memberikan  keyakinan  bahwa  instalasi  atau  sistem  yang  akan  diwujudkan 
dapat  beroperasi  secara  memuaskan.  Sedangkan  pengendalian  mutu  (QC)  adalah  bagian  dari 
penjaminan  mutu  yang  memberikan  petunjuk  dan  cara‐cara  untuk  mengendalikan  mutu  material, 
struktur, komponen atau system agar memenuhi keperluan yang telah ditentukan”. 

Ada 4 langkah umum dalam menjaga kontrol/kendali, yaitu:  

1.  Setting  Standars,  menetapkan  standar  dengan  menentukan  kualitas  biaya,  kinerja,  safety 
(keselamatan), dan reliability untuk produk. 

2.  Appraising  Conformance,  membandingkan  penerimaan  dari  produk  yang  dimanufaktur  atau  jasa 
yang ditawarkan dengan standar yang telah ditetapkan. 

3. Acting when necessary, memperbaiki masalah dan penyebab di dalam marketing, desain, enjiniring, 
produksi, dan maintenance yang dapat mempengaruhi kepuasan pengguna. 

4.  Planning  for  improvements,  mengembangkan  usaha  yang  terus  menerus  untuk  memperbaiki 
standar biaya, kinerja, safety (keselamatan), dan reliability 

2.1. Teknik Pengendalian Mutu 
Cara untuk menemukan penyebab kerusakan dari sejumlah faktor‐faktor disebut diagnosa proses. 

Cara membuat diagnosa yang tepat : 
1. Intuisi 
2. Pengalaman 
3. Analisa Statistik terhadap data 
4. Penelitian percobaan 

Tujuan mengumpulkan data dalam pengendalian mutu : 
1. Mengendalikan dan memantau proses produksi 
2. Analisa untuk yang tidak memenuhi syarat 
3. Pemeriksaan 

Teknik pengendalian mutu meliputi: 

1. Lembar Pemeriksaan (Check Sheet) 

Check Sheet adalah suatu format formulir untuk mengumpulkan data secara sistematis yang 
menggambarkan frekuensi berbagai efek. Lembaran yang digunakan untuk pengumpulan data 
yang  mengkategorikan  masalah  atau  cacat.  Informasi  dari  check  sheet  dapat  digambarkan 
dalam Pareto chart atau apabila terdapat analisa waktu dapat digunakan untuk menganalisa 
trend yang terjadi. 

Tujuan Utama: 
i. Membuat pengumpulan data 
ii. Mengatur data secara otomatis sehingga mudah dapat digunakan selanjutnya 

Tipe Lembar Pemeriksaan: 
i. Untuk mengetahui distribusi proses produksi 
ii. Untuk mengetahui Item rusak 
iii. Untuk mengetahui lokasi cacat 
iv. Untuk mengetahui sebab cacat 
v. Untuk menjaga track dari tahapan‐tahapan suatu 
prosedur multi‐tahap 
 
2. Histogram 

Histogram  adalah  suatu  bentuk  grafik  yang  menunjukkan 


adanya  dispersi  data.  Dari  grafik  ini  kita  dapat  membuat 
analisa karakteristik dan penyebab dispersi tersebut. Grafik 
batang (bar) yang menunjukkan perbandingan frekuensi dari 
suatu  pengukuran  spesifik.  Bentuk  dari  histogram  dapat 
mengindikasikan bahwa suatu masalah terjadi pada titik yang spesifik dalam suatu proses. 

3. Diagram Pareto (Pareto Chart) 

Diagram Pareto membantu memfokus pada sejumlah masalah 
atau  efek  yang  sedikit  tetapi  dengan  dampak  terbesar 
(memakai skala prioritas). Jumlah dari terjadinya suatu masalah 
yang spesifik akan dimasukkan ke dalam suatu  bar chart.  Bar 
yang paling tinggi akan mengindikasikan masalah utama. Hal tersebut akan digunakan untuk 
menentukan prioritas pemecahan masalah. 

4. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect or Fishbone Diagram) 

Diagram  Sebab  Akibat  untuk  mengetahui  penyebab‐


penyebab  (variasi  penyebab)  suatu  masalah.  Suatu 
masalah  (akibat)  akan  dilacak  secara  sistematik  sampai 
penyebab  masalah  tersebut.  Diagram  tersebut  akan 
mengatur  pencarian  terhadap  akar  dari  penyebab 
masalah yang terjadi. 

5. Diagram Pencar (Scatterplot) 

Diagram  Scatter  digunakan  untuk  menyatakan  hubungan 


antara  sebab  dan  akibat.  Pengukuran  dalam  bentuk 
pasangan  akan  digambarkan  pada  sistem  koordinat  dua‐
dimensi  untuk  menentukan  apabila  terdapat  suatu 
hubungan antara pengukuran tersebut. 

6. Stratifikasi 

Stratifikasi  dipakai untuk  menentukan  penyebab khusus. 


Misal  untuk  membuat  analisa  terhadap  2  mesin  yang 
berbeda yaitu A & B. 

7. Peta Kendali (Control Chart) 

Peta Kendali untuk menunjukkan batasan kualitas 
dalam  proses  produksi,  dan  sangat  bermanfaat 
untuk  deteksi  situasi  abnormal  di  luar  standar 
yang ditentukan dalam proses manufaktur. grafik 
yang  menggambarkan  bagaimana  suatu  proses 
atau  suatu  titik  dalam  proses  berlaku.  Sampel 
akan diambil secara periodik, kemudian diperiksa, 
atau  diukur  dan  kemudian  hasilnya  akan  digambarkan  pada  chart.  Chart  tersebut  dapat 
menunjukkan  bagaimana  suatu  ukuran  berubah,  bagaimana  variasi  dalam  pengukuran 
berubah, atau bagaimana proporsi dari bagian yang cacat berubah.  

   
2.2. Tahapan Pengendalian Mutu 
Penjaminan  Mutu  (QA)  adalah  semua  perencanaan  dan  langkah  sistematis  yang  diperlukan  untuk 
memberikan kelayakan bahwa instalasi atau sistem yang akan diwujudkan, dapat beroperasi secara 
memuaskan.  Sedangkan  pengendalian  mutu  (QC)  adalah  bagian  dari  penjaminan  mutu  yang 
memberikan petunjuk dan cara‐cara untuk mengendalikan mutu material, struktur, komponen atau 
sistem agar memenuhi keperluan yang telah ditentukan. 

Pengendalian  mutu  (QC)  meliputi  tindakan‐tindakan  yang  berupa  pengetesan,  pengukuran,  dan 
pemeriksaan  untuk  memantau  apakah  kegiatan  enjiniring,  pembelian,  manufaktur,  konstruksi,  dan 
kegiatan  lain  untuk  mewujudkan  sistem  (instalasi  atau  produk  hasil  proyek)  telah  dilakukan  sesuai 
dengan kriteria yang digariskan. 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan konstruksi dalam hubungannya dengan masalah 
mutu adalah sebagai berikut: 

1. Material konstruksi 
2. Peralatan (equipment) 
3. Pelatihan dan spesifikasi tenaga 

Adapun tahapan yang dilakukan dalam pengendalian mutu, antara lain : 

1. Meletakan dasar filosofi dan mutu proyek 

Pada  umumnya  di  perusahaan‐perusahaan  besar  memiliki  buku  (dokumen)  yang  berisi  pedoman 
dasar,filosofi,dan  kebijakan  mutu  yang  harus  diikuti  selama  menjalankan  operasi  atau  proses  
produksinya. Dokumen semacam ini memuat persyaratan mutu yang ditetapkan oleh perusahaan dari 
badan perusahaan yang berwenang,misalnya pemerintah. 

2. Memberikan keputusan strategis mengenai hubungan antara mutu dan jadwal 

Pada  proyek  yang  saling  tarik  menarik,yang  terdiri  dari  jadwal,  dan,  mutu  ,dan  biaya.  Pimpinan 
perusahaan harus menggariskan bobot mutu relatif terhadap biaya dan jadwal proyek. Keputusan ini 
akan menjadi pegangan pengelolaan sepanjang siklus proyek. 

3. Membuat program penjamin dan pengendalian mutu proyek (QA/QC) 

Program yang dimaksud adalah penjabaran pedoman dan filosofi yang tersebut pada butir pertama, 
tetapi  disesuaikan  dengan keperluan  proyek yang  spesifik  dan tidak  bertentangan dengan  program 
mutu perusahaan secara keseluruhan. 

4. Implementasi program QA/QC 
Setelah program QA/QC selesai disusun,implementasi program tersebut dilaksanakan sepanjang siklus 
proyek,agar diperoleh hasil yang efektif,perlu diselesaikan terlbih dahulu langkah‐langkah persiapan 
seperti,  melatih  personil,  menyusun  organisasi,  serta  menyebar  luaskan  arti  dan  maksud  program 
QA/QC kepada semua pihak yang berkepentingan. 

Telah diuraikan di atas tentang kegiatan Pengendalian Mutu yang diawali dengan meletakkan dasar 
filisofi tentang mutu dan pengelolaan mutu, dilanjutkan dengan menyusun program QA dan QC suatu 
proyek. Program ini merupakan rencana dan pedoman kegiatan QA/QC selama proyek berlangsung. 
Selanjutnya  akan  dibahas  mengenai  pengendalian  mutu  selama  siklus  proyek,  yang  terdiri  dari 
pengendalian  mutu  enjiiniring,  pengadaan,  konstruksi,  dan  tahap  akhir  proyek  sebelum  dinyatakan 
fitness for use untuk kemudian diserahkan kepada pemilik. 

A. Inspeksi dan Pengetesan 
Suatu  program  QC  yang  lengkap  menjelaskan  rencana  QC,  inspeksi,  dan  pengetesan  yang 
komprehensif. Lengkapnya adalah sebagai berikut. 

a. Mementukan standar dan spesifikasi yang akan digunakan. 
b. Mengukur dan menganalisis karakteristik obyek. 
c. Membandingkan butir a dengan b. 
d. Mengambil kesimpulan dan keputusan dari langkah c. 
e. Membuat catatan proses di atas. 

Jadi  suatu  inspeksi  akan  menentukan  keputusan  (langkah  d)  perihal  baik  atau  tidaknya  obyek 
berdasarkan  mutunya,  yaitu  memenuhi  (conformance)  atau  tidak  memenuhi  (non  conformance) 
spesifikasi. Pada umumnya rencana inspeksi dan tes tersebut meliputi hal‐hal sebagai berikut. 

1. Titik Inspeksi dan Tes 

Setiap  titik  inspeksi  dan  tes  hendaknya  di  tentukan  sepanjang  siklus  pembuatan  sampai  dengan 
instalasi. Pada setiap titik tersebut diperinci apa yang akan dilakukan, misalnya, menyebutkan macam 
inspeksi dan test serta metode atau referensi standar tertentu. Demikian pula kriteria penerimaan dan 
penolakan (acceptance and rejection). 

2. Mandatory Hold Point 

Pada  kegiatan  inspeksi  proyek  sering  kali  terdapat  persyaratan  yang  dikenal  dengan  mandatory 
requirements, yaitu pada ujung tahap tertentu dari proses pabrikasi atau instalasi harus diverifikasi 
oleh pihak ketiga sebagai syarat untuk memenuhi ketentuan hukum dengan cara memberi sertifikat. 
Sertifikat ini memerlukan inspeksi atau test. 
3. Standar yang Akan Diberlakukan 

Semua standar dan kriteria yang berkaitan dengan inspeksi dan test serta prosedur yang menyertainya 
hendaknya  dicantumkan  di  dalam  program  yang  bersangkutan.  Termasuk  dalam  hal  ini  adalah 
perencanaan  pengadaan  contoh  (sampling)  yang  memberikan  penjelasan  mengenai  tempat/obyek 
yang akan diambil contohnya, kuantitas, ukuran, serat frekuensi selama siklus pabrikasi/instalasi. 

Hal‐hal yang diaudit dalam inspeksi dan pengetesan tersebut meliputi bagian berikut ini 

 Program menyeluruh untuk mencapai sasaran mutu 
 Kriteria fit for use dan aman. 
 Mengikuti peraturan atau hukum dan prosedur. 
 Memenuhi spesifikasi dan kriteria. 
 Identifikasi dan koreksi kekurangan yang menyebabkan obyek tidak memenuhi mutu. 
 Dokumen yang mencatat hasil implemantasi program QA/QC. 

B. Metode Pengendalian Mutu 
Terdapat  tiga  metode  yang  sering  dijumpai  dalam  proyek  pembangunan  instalasi/konstruksi,  yakni 
sebagai berikut. 

1. Pengecekan dan pengkajian 

Hal ini dilakukan terhadap gambar untuk konstruksi, gambar untuk pembelian peralatan, pembuatan 
maket (model), dan perhitungan yang berkaitan dengan desain enjiniring. Tindakan tersebut dilakukan 
untuk mengetahui dan meyakini bahwa kriteria tersebut dilakukan untuk mengetahui dan meyakini 
bahwa kriteria, spesifikasi, dan standar yang ditentukan telah dipenuhi. 

2. Pemeriksaan/Inspeksi dan Uji Kemampuan Peralatan 

Pekerjaan ini berupa pemeriksaan fisik, termasuk menyaksikan uji coba berfungsinya suatu peralatan. 
Kegiatan ini digolongkan menjadi beberapa hal berikut. 

 Pemeriksaan sewaktu menerima material. Hal ini meliputi penelitian dan pengkajian material, suku 
cadang, dan lain‐lain yang baru diterima dari pembelian. 
 Pemeriksaan selama proses pabrikasi berlangsung. 
 Pemeriksaan  yang  dilakukan  selama  pekerjaan  instalasi  berlangsung,  sebelum  diadakan 
pemeriksaan akhir. 
 Pemeriksaan  akhir  yaitu  periksaan  terakhir  dalam  rangka  penyelesaian  proyek  secara  fisik  atau 
mekanik. 
Untuk proyek E‐MK, material dan peralatan yang perlu mendapat uji kemampuan diantaranya adalah 
sebagai berikut. 

 Peralatan berputar (rotating equipment), misalnya, pompa sentrifugal,turbin gas/uap, generator 
listrik, blower, expander. 
 Pipa, kerangan, dan flages. 
 Bejana tekan, ketel uap, drum, dan tower. 
 Instrumen, alat pengukur, dan alat listrik. 
 Alat penukar panas. 
 Tangki. 

3. Pengujian dengan mengambil Contoh 

Cara ini dimaksudkan untuk menguji apakah material telah memenuhi spesifikasi atau kriteria yang 
ditentukan. Pengujian dapat berupa test destruktif atau nondestruktif yang dilakukan terhadap contoh 
yang diambil dari obyek yang diselidiki. 

C. Kegiatan Pengawasan 
Untuk  memperoleh  hasil  pekerjaan  struktur  yang  sesuai  dengan  standar  dan  dapat  dipertanggung‐
jawabkan,  maka  mutu  bahan  bangunan  tersebut  harus  sesuai  dengan  standar  kualitas  yang  telah 
ditetapkan.  Untuk  mencapai  tujuan  tersebut  maka  perlu  dilakukan  kegiatan  pengawasan  dan 
pengendalian mutu yang meliputi pemilihan bahan, perawatan, dan pemeliharaannya. 

2.3. Pengendalian Mutu Bahan 
Dalam pengendalian mutu bahan, penekanan yang diberikan adalah pada pekerjaan beton, besi dan 
bata  serta  campuran  spesi,  yang  merupakan  bagian  terbesar  dari  pekerjaan  struktur  dan  finishing. 
Pada  pekerjaan  beton  bertulang  juga  diberikan  penekanan  untuk  pekerjaan  struktur  dan  untuk 
pekerjaan  finishing  arsitektur  pemakaian  jenis‐jenis  material  finishing  sesuai  spesifikasi  teknis  dan 
approval material yang telah disetujui oleh pemilik, serta campuran yang sesuai spesifikasi. 

2.4. Pengendalian Mutu Proyek 
Adapun pengawasan yang dilakukan guna pengendalian mutu proyek yaitu : 

1. Pengawasan terhadap Gambar Proyek 

Pada  proyek  bangunan,  gambar  memegang  peranan  yang  sangat  penting.  Ide  dan  perencanaan 
semuanya  dituangkan  dalam  sebuah  gambar  teknik.  Dari  gambar  inilah  dipecahkan  metode 
pelaksanaan hingga suatu bangunan terealisasi. Adapun beberapa jeni gambar teknik yang diperlukan 
pada suatu proyek bangunan : 
a. Gambar Tender 
b. Gambar For Construction 
c. Gambar Shop Drawing  
d. Gambar As Built Drawing  

Pengawasan terhadap gambar memegang peranan penting, dimana setiap pekerjaan lapangan harus 
sesuai spesifikasi gambar. Pembuatan Shop Drawing dilakukan oleh kontraktor pelaksana, kemudian 
dilakukan  pemeriksaan  yang  dilakukan  oleh  konsultan  pengawas.  Pada  pengawasan  terhadap  shop 
drawing ini terdapat tiga parameter yang menyatukan status gambar yaitu : 

 Approved  

Artinya, shop drawing disetujui untuk dijadikan pedoman pelaksanan di lapangan. 

 Approved as Note 

Artinya,  shop  drawing  disetujui  dengan  catatan‐catatan  yang  ada  untuk  dijadikan  pedoman 
pelaksanaan di lapangan. 

 Not Approved  

Artinya, shop drawing tidak disetujui, maka kontaktor harus melakukan perbaikan‐perbaikan sesuai 
dengan kesalahan dan catatan yang ada. 

2. Pengawasan Pekerjaan Form Work / Bekisting 

Merupakan  pengawasan  terhadap  pelaksanaan  terhadap  pelaksanaan  pembuatan  bekisting.  Yang 


merupakan pelaksanaan pekerjaan form work adalah pengawasan terhadap elevasi lantai, pinjaman 
as,  dimensi  bekisting,  kekokohan  scaffolding  dan  support,  pemeriksaan  bahan  bekisting  yang 
memenuhi syarat, dan pelaksanaan pengawasan pekerjaan lapangan. 

Pentingnya pengawasan terhadap pekerjaan form work karena pekerjaan ini yang akan memberikan 
bentuk pekerjaan pembesian dan pekerjaan beton. Sehingga pekerjaan form work harus dilaksanakan 
sesuai dengan spesifikasi shop drawing. 

3. Pengawasan Pekerjaan Pembesian 

Pemeriksaan  mutu  besi  beton  yang  digunakan,  besi  beton  yang  dipakai  dalam  bangunan  harus 
memenuhi persyaratan terhadap metode pengujian dan pemeriksaan untuk bermacam‐macam mutu 
baja beton (yang luas penampang batang dalam mm2 telah eksak ditentukan). 

4. Pengawasan terhadap Mutu Beton 
Selama masa pelaksanaan mutu beton dan mutu pelaksanaan perlu diawasi secara kontinu dengan 
jalan membuat dan menerima benda uji yang diambil dari campuran beton. Dimana bentuk dan ukuran 
dari benda uji yang akan dipergunakan dapat mempengaruhi kekeuatan tekan dari beton. Penggunaan 
beton pada proyek ini adalah beton siap pakai (ready mix) karena melihat faktor efisiensi pembuatan 
beton  tersebut.  Sebelum  dipergunakan,  terlebih  dahulu  diadakan  pengetesan  dengan  pengujian 
kekentalan adukan beton ke dalam kubus atau silinder untuk diperiksa kekuatan beton terhadap gaya 
tekan. Sebagai perbandingan kekuatan tekan pada berbagai benda uji. 

5. Pengawasan terhadap Pekerjaan Pasangan, Plesteran dan Acian Dinding 

Dilakukan pengawasan yang tinggi seperti pada pekerjaan pasangan dinding mulai dari mutu adukan, 
air  yang  digunakan,  kelurusan  dan  kerapihan  pasangan,  sebab  apabila  terjadi  kesalahan  akan 
membuang waktu dan biaya. Selanjutnya pekerjaan plesteran dan acian, apabila pasangan lurus dan 
rapi maka ketebalan plesteran menjadi efisien karena ketebalan plesteran rata‐rata sama. 

6. Pengawasan terhadap Pekerjaan Lantai (keramik) 

Dilakukan  untuk  menjaga  kualitas  pemasangan,  dalam  hal  ini  kerataan  pemasangan  dan  adukan 
perekat  keramik  agar  apabila  pasangan  keramik  sudah  kering  tidak  keropas.  Disisi  lain  juga  sangat 
berpengaruh dalam kerapian pemasangan lantai keramik. 

7. Pengawasan terhadap Pekerjaan Pengecatan 

Pengawasan  pekerjaan  ini  perlu  diperketat  dalam  hal  pencampuran  cat  dengan  pengencer  cat  dan 
tentunya material cat itu sendiri jangan sampai berubah dari spesifikasi yang telah ditentukan. Untuk 
mengaplikasikannya  biasanya  cat  harus  menutup  warna  acian  dinding  hingga  tidak  ada  bayangan 
warna acian yang ditimpa oleh cat itu sendiri, untuk pengecatan dinding luar dilapisi lagi dengan sealer 
alkali guna melindungi cat dari panas dan hujan agar cat tidak mudah pudar. 

8. Pengawasan terhadap Pekerjaan Finishing Lainnya 

Seperti halnya pengawasan terhadap pekerjaan di atas, jadi semua pekerjaan seharusnya memerlukan 
pengawasan agar terkontrol, karena apabila terjadi kesalahan segera terdeteksi. Dalam hal ini seperti 
pada pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen pintu dan jendela, pemasangan aksesoris lainnya 
juga saluran air bersih dan air kotor. 

2.5. Pengendalian Mutu Desain Enjiniring 
Kegiatan Bidang Desain Enjiniring  Tugas QA/QC 
1. Mempelajari dokumen kontrak  Mempelajari dan meneliti lingkup proyek dalam 
rangka menyusun program mutu: 
 Identifikasi filosofi desain 
 Pemeriksaan spesifikasi, standar, dan 
kriteria desain 
 Peraturan yang diberlakukan terhadap 
desain enjiniring 
 Organisasi dan prosedur kerja serta jalur 
pelaporan yang berkaitan dengan mutu 
2. Menyiapkan dokumen desain enjiniring  Menelaah ulang spesifikasi dan kriteria: 
(gambar, spesifikasi, kriteria, dll.)   Pemenuhan spesifikasi dan kriteria dalam 
kontrak 
 Kepatuhan terhadap peraturan yang 
diberlakukan pada aspek mutu 
 Penyimpanan arsip 
3. Menyusun material take‐off  Menelaah ulang pemenuhan mutu material 
4. Manyusun paket pengadaan (MR) Menelaah ulang pemenuhan aspek mutu
5. Memberi masukan estimasi biaya proyek  Menelaah ulang spesifikasi material dan 
peralatan 
6. Change Order  Periksa apakah telah ditampung dalam aspek 
desain enjiniring dan dampaknya terhadap 
integritas desain enjiniring secara menyeluruh 
7. Audit  Identifikasi nonconformance dan periksa apakah 
pembetulan telah dilaksanakan 
 

2.6. Pengendalian Mutu Pengadaan 
Kegiatan Bidang Pengadaan Tugas QA/QC 
1. Menyiapkan paket lelang  Mengkaji kelengkapan paket lelang tentang 
mutu material dan peralatan: 
 Keperluan NDT 
 Acceptance Test 
 Sertifikasi 
 Check point untuk inspeksi 
2. Memilih calon pemenang lelang  Meneliti sistem dan organisasi calon pemenang 
(pengadaan dalam jumlah besar)  dalam aspek mutu: 
 Program QA/QC 
 Praktek yang berlaku 
3. Rapat pre‐award  Menekankan syarat kontrak perihal aspek 
mutu, jadwal inspeksi, dan tes 
4. Menyiapkan PO untuk pemenang  Meneliti: 
 Keperluan inspeksi 
 Sertifikasi 
 Hold point 
 Program test 
5. Memantau kemajuan pabrikasi Mengunjungi bengkel untuk: 
 Verifikasi sertifikat 
 Kesaksian (witness testing) 
 Inspeksi berkala 
6. Menelaah ulang kontrak (PO) dengan  Memeriksa kelengkapan lingkup kerja, standar, 
manufaktur  spesifikasi (kriteria), dan prosedur, antara lain 
meliputi: 
 Inspeksi dan test
 Verifikasi 
 SertifikasiProsedur persetujuan 
7. Meneliti perangkat dan program mutu  Mengkaji kualitas dan kuantitas personil dan 
perusahaan manufaktur  peralatan yang meliputi: 
 Peralatan test dan pengukuran 
 Teknik dan metoda yang digunakan 
 Standar dan kriteria yang dipakai 
8. Mengendalikan material dan pemasok Mengkaji kualitas, kuantitas, dan prosedur yang 
dipakai, meliputi: 
 Kemampuan pemasok 
 Prosedur material 
 Pemeriksaan kualitas material versus 
spesifikasi 
9. Memeriksa in‐process  Mengadakan verifikasi sesuai spesifikasi 
meliputi: 
 Meneliti data hasil inspeksi dan test pada 
waktu pabrikasi 
 Melakukan test pada titik‐titik yang kritis 
 Dokumentasi 
10. Memeriksa akhir dan uji coba Menyaksikan pemeriksaan akhir dan uji coba di 
pabrik sebelum peralatan dikirim ke lokasi 
proyek 
11. Mengaudit perbaikan, arsip, dan dokumen Memeriksa semua kegiatan apakah telah 
memenuhi prosedur dan peraturan yang 
berlaku meliputi pemerisaan: 
 Semua keperluan yang tecantum dalam 
kontrak 
 Spesifikasi standar dan kriteria 
 Perbaikan telah dikerjakan 
 Dokumentasi telah disiapkan secara lengkap
 

2.7. Pengendalian Mutu Konstruksi 
Kegiatan Bidang Instalasi/Konstruksi Tugas QA/QC 
1. Menelaah ulang kontrak  Mengkaji kelengkapan lingkup kerja, standar, 
spesifikasi, kriteria, dan prosedur yang meliputi 
antara lain: 
 Inspeksi dan tes 
 Verifikasi 
 Persetujuan 
 Sertifikasi 
2. Menelaah ulang program mutu  Melengkapi program QA/QC kontraktor 
pelaksana 
3. Meneliti perangkat QC kontraktor pelaksana Mengkaji kualitas dan kuantitas personil serta 
peralatan, yang meliputi: 
 Peralatan tes dan pengukuran 
 Teknik dan metoda yang dipakai 
4. Mengendalikan material dan peralatan dari  Meneliti prosedur dan metoda yang dipakai, 
rekanan (subkontraktor)  meliputi 
 Verifikasi dokumen (sertifikat) hasil 
pengadaan 
5. Pemeriksaan selama instalasi/konstruksi  Mmeriksa dipenuhinya kriteria dan spesifikasi 
untuk komponen unit  bagi unit secara keseluruhan 
6. Pemeriksaan akhir  Memeriksa dipenuhinya kriteria dan spesifikasi 
bagi unit secara keseluruhan 
7. Uji coba operasi dan start‐up sesuai kontrak Memantau pemenuhan kriteria dan spesifikasi 
bagi unit secara keseluruhan 
8. Audit dan perbaikan  Meneliti segala pemeriksaan dan perbaikan 
apakah telah dilaksanakan dengan baik 
 

2.8. Masa Jaminan Mutu 
Umumnya pasal‐pasal kontrak EPK mengatur pula masalah jaminan mutu material dan pekerjaan 
(workmanship) sampai batas waktu tertentu (lazimnya1 tahun). Pada kurun waktu tersebut, 
kontraktor memberikan pelayanan secara cuma‐cuma untuk perbaikan kerusakan atau penggantian 
bagian‐bagian yang rusak. 

Anda mungkin juga menyukai