Anda di halaman 1dari 11

II-1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam membangun perekonomian di Indonesia, industri merupakan
salah satu sektor penting yang harus diperhatikan. Sejalan dengan
kemajuan zaman, sektor industri juga menunjukkan perkembangan yang
cukup pesat. Industri kontruksi khususnya pada pembangunan
infrastruktur dan property adalah salah satu contoh bidang industri yang
menunjukkan perkembangan. Terkhusus pada bidang industri kontruksi
yang membutuhkan material paving block
Paving block adalah suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat
dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan
agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi
mutu beton tersebut. Dalam bidang kontruksi, paving block banyak
digunakan serta menjadi alternatif pilihan untuk melapisi permukaan
paling luar pada tanah. Selain kegunaan alternatifnya, pemasangan yang
mudah, perawatan yang relatif murah serta dapat memenuhi aspek
keindahan membuat paving block banyak diminati. Karena kegunaannya
yang sangat penting dalam pembangungan fasilitas baik secara umum
maupun pribadi membuat permintaan akan paving block terus meningkat
Permintaan yang meningkat juga mempengaruhi meningkatnya
kualitas paving block yang di inginkan. Karena kualitas yang baik
merupakan dasar pemilihan mayoritas konsumen terhadap sebuah produk.
Sehingga dalam menjaga kualitas paving block yang diproduksi sesuai
dengan standart pasar, sehingga pengendalian kualitas aktivitas proses
perlu dilakukan agar paving block yang dihasilkan memenuhi syarat.
Pengendalian kualitas dapat dilakukan menggunakan jumlah
produksi paving block dari tiap mesin yang berproduksi atau jumlah
paving block yang gagal saat diproduksi. Melalui data tersebut, maka
dapat dilihat apakah produksi yang dilakukan sesuai dengan standart yang
telah ditetapkan
II-1
II-10

Berdasarkan paparan diatas, penulis merasa tertarik melakukan


penelitian terhadap pengendalian kualitas statistik produksi paving block
pada pabrik CV. Cahaya Abadi, yang sebelum nya tidak pernah terlaksana.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum yaitu:
1. Mengetahui, mempelajari dan memahami mengenai peta kendali atribut
dan variabel.
2. Mampu menggambarkan peta kendali atribut dan variabel.
II-3

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Stasistical Process Control (SPC)


2.1.1 Pengertian SPC
Secara etimologi, Statistical Process Control terdiri dari:
1. Process; adalah suatu kegiatan yang melibatkan penggunaan mesin
(alat), penerapan suatu metode, penggunaan suatu material dan atau
pendayagunaan orang untuk mencapai suatu tujuan.
2. Control; adalah suatu rangkaian kegiatan umpan balik (reciprocal)
untuk mengukur suatu hasil yang harus dicapai apabila dibandingkan
dengan standard serta melakukan tindakan jika terjadi penyimpangan
(abnormality).
Sedangkan secara epistimologi, Statistical Process Control
merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk
memonitor, menganalisa, dan memperbaiki produk dan proses
menggunakan metode statistik.
2.1.2 Manfaat Umum Penerapan SPC
Secara umum dengan menerapkan SPC akan diperoleh beberapa
manfaat, antara lain:
1. Meningkatkan daya saing produksi dengan menekan terjadinya
variasi. Mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu dikeluarkan,
misalnya; rework cost, sorting cost, punishment cost akibat customer
complaint, dll.
2. Meningkatan mutu bahan dan materialyang dibeli melalui penerapan
Incoming Inspection.
3. Meningkatkan produktivitas dengsn meneksnksn persentase cacat,
kesalahan ataupun rework.

II-3
II-4

2.1.3 Lima Langkah Praktis Dalam Menerapkan SPC


Langkah praktis dalam menerapkan SPC, diantaranya:
a. Mendefinisikan, menggambarkan dan memahami tentang proses
(produksi-red) ysng sksn dilakukan perbaikan.
b. Mengidentifikasi parameter proses yang kritis (critical process
parameter).
c. Memindahkan data-data yang sudah diperoleh kedalam format grafik
statistic (menerapkan teknik kendali statistic)
d, Memonitor proses pengendalian.
e. Mereview dan tindak lanjut.
2.1.4 Alat-Alat SPC
Alat-alat yang digunakan dalam SPC terdiri dari histogram, peta
control, check sheet, diagram pareto, starifikasi, diagram sebar,
diagram sebab akibat. Alat-alat ini memiliki fungsi dan peranan
masing-masing sesuai dengan penggunaannya.
a. Histogram
Histogram adalah diagram batang yang mnunjukan tabulasi dari
data yang diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya
dikenal sebagai distribusi frekuensi. Hidtogram menunjukan
karakteristik-karakteristik dari data yang dibagi-bagi menjadi kelas-
kelas. Pada histogram frekuensi, sumbu x menunjukan nilai
pengamatan dari tiap kelas. Histogram dapat berbentuk “normal”
atau berbentuk seperti lonceng yang menunjukan banyak data yang
terdapat pada nilai rata-ratanya. Bentuk histogram yang miring atau
tidak simetris menunjukan banyak data yang tidak berada pada nilai
rata-ratanya tetapi kebanyakan data berada pada batas atas atau
bawah.
Fungsi dari histogram adalah sebagai berikut:
1. Menentukan suatu produk dapat diterima atau tidak
2. Menetukan apakah proses produk sudah sesuai atau belum
3. Menentukan apakah diperlukan langkah-langkah perbaikan
II-5

b. Peta Control
Peta control adalah metode statistic yang memedakan adanya
variasi atau penyimpangankarena sebab umum atau sebab khusus.
Pada proses pengendalian peta control mendetekse adanya sebab
khusus dalam ketidaksesuaian yang terjadi.
c. Check Sheet
Lembar pengamatan adalah lembar yang digunakan untuk
mencatat data produk juga termasuk waktu pengamatan,
permasalahan yang dicari dan jumlah cacat pada setiap
permasalahan.
d. Diagram Pareto
Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo
Pareto dan digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Fungsi
diagram pareto adalah untuk menyeleksi atau mengidentifikasi
masalah utama untuk peningkatan kualitas. Diagram ini
menunjukan seberapa besar frekuaensi beberapa tipe
permasalahan yang terjadi dengan daftar masalah pada sumbu x
dan jumlah/frekuensi kejadian pada sumbu y. Katogori masalah
diidentifikasikan sebagai masalah utama dan masalah yang tidak
penting. Prinsip pareto adalah 80% masalah(ketidaksesuaian atau
cacat) disebabkan oleh 20% penyebab. Prinsip pareto ini sangat
penting karena prinsip ini mengidentifikasi kontribusi terbesar
dari variasi proses yang menyebabkan performansi yang jelek
seperti cacat.
e. Stratifikasi
Stratifikasi adalah suatu upaya untuk mengurangi atau
mengkalsifikasi persoalan menjadi kelompok atau golongan
sejenis yang lebih keci atau menjadi unsur-unsur tunggal dari
persoalan.
II-6

f. Diagram Sebar (Scatter Diagram)


Scatter diagram adalah grafik yang menampilkan hubungan
antara dua variable apakah dua variable tersebut kuat atau tidak
yaitu antara faktor proses yang mempengaruhi proses dan kualitas
produk. Pada sumbu x terdapat nilai dari variable independen,
sedangkan pada sumbu y menunjukan nilai dari variable
dependen.
g. Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab akibat juga disebut Ishikawa Diagram karena
diagram ini diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun
1943. Diagram ini terdiri dari sebuah panah horizontal yang
panjang dengan deskripsi masalah. Penyebab-penyebab masalah
digambarkan dengan garis radial dari garis panah yang
menunjukan masalah. Kegunaan dari diagram sebab akibat
adalah:
1. Menganalisis sebab dan akibat suatu masalah
2. Menentukan penyebab permasalahan
3. Menyediakan tampilan yang jelas untuk mengetahui sumber-
sumber variasi.

2.2 Peta Kendali


Peta kendali adalah alat untuk memonitor proses sehingga variasi proses
dapat dikendalikan secara statistic. Meaksud dari pembuatan peta kendali
secara statistic adalah untuk menentukan apakah pada setiap itik pada grafik
normal atau tidak. Jadi untuk mengetahui perubahab proses dari mana data itu
dikumpulkan. Variasi proses tidak mungkin dihindari meskipun proses
produksi dilaksanakan pada kondisi dan spesifiksi yang sama. Variasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Peralatan atau mesin yang digunakan
b. Set up mesin kurang tepat
c. Kondisi dan keahlian operator
II-7

d. Kualitas material yang bervariasi


Suatu grafik/peta dengan grafik-grafi pembatas diamakan “Control Charl”
dan garis-garis pengendali/garis kendali. Ada 3 macam garis kendali yaitu:
1) UCL (Upper Control Limit) atau BKA (Batas Kendali Atas)
2) CL (Control Line) atau garis tengah yaitu X bar(rata-rata) atau R (range)
3) LCL (Lower Control Limit) atau BKB (Batas Kendali Bawah)
Manfaat utama peta kendali adalah untuk:
a. Mengurangi sisi material dan pengulangan pekerjaan dengan melakukan
perbaikan sejak kesalahan pertama
b. Diagnosa masalah dengan memberi tanda-tanda khusus bhwa proses keluar
dari kendali serta tindakan perbaikan yang harus dilakukan
c. Mengetahui kapan harus tidak melakukan proses sendiri dan harus
menghindari frekuensi penyesuaian untuk selalu memelihara pengurangan
variabel dalam setiap proses daripada memperbesarnya
d. Membuat keputusan yang baik dalam toleransi engincerine, perbandingan
alternatif yang lebih baik dan pemilihan metode produksi yang baik
e. Menenukan kesamaan kemampuan dan kesatuan proses
f. Melakuakan pemastian mutu yang baik dengan biaya inspeksi yang rendah

2.2.1 Peta Kendali Variabel


Peta kendali untuk data variabel berupa Peta X dan R, Peta X dan
S, dll. Bangun pengendalian (control chart) merupakan grafik garis
dengan pencantuman batas maksimum (UCL) dan minimum (LCL)
yang merupakan batas darah pengendalian. Bagan ini menunjukan
perubahan data dari waktu ke waktu tetapi tidak menunjukan penyebab
penyimpangan, meskipun adanya penyimpangan itu akan terlihat pada
bagan pengendalian tersebut.
II-8

TABEL II-1 JENIS BAGAN PENGENDALIAN (CONTROL CHART)


Bagan Pengndalian Jenis Data
Bagan 𝑋 − 𝑅 Data ukur Contoh : panjang, lebar (mm)
Isi/Volume (cc)
Berat (g)
Energi (Kwh)
Bagan pn dan p Data dihitung Contoh : jumlah kerusakan
Jenis kerusakan
Bagan u Data dihitung Contoh : jumlah cacat
lubang pada lembaran logam dari ukuran yang berbeda
bila besaran tempat terjadinya kerusakan seperti panjang,
berat, volume, dan lainnya tidak tetap/berubah
Bagan c Data dihitung Contoh : jumlah cacat lubang pada lembaran logam
dengan ukuran tertentu bia besaran tempat terjadinya
kerusakan seperti panjang, berat, volume, dan lainnya
selalu tetap/tidak berubah
Bagan pengendalian 𝑋 -R merupakan bagan pengendlian yang

sekaligus menyatakan harga rata-rata 𝑋 dan range R. bagan


pengendalian bentuh ini merupakan bagan yang paling umum untuk

data yang diukur. Bagan 𝑋 menunjukan adanya perubahan pada harga


rata-rata, sedangkan bagan R menunjukan adanya perubahan pada
disperse. Cara pembuatan bagan pengendalian secara umum sebagai
berikut yaitu:
Langkah 1: kumpulan data, umumnya diperlukan lebih dari 100 buah.
Data dan cara pengambilannya, serupa dengan yang akan dilakukan
pada waktu yang akan dating.
Langkah 2: bagi data tersebut dalam beberapa sub-group. Pemilihan
subgroup terdiri atas 2 sampai 5 buah data. Didalam pengelompokan
data dalam subgroup harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Data yang diperoleh dengan kondisi teknis yang sama
dikelompokkan kedalam satu subgroup.
2. Dalam satu subgroup, jangan dimasukkan data dari lot atau sifat yang
berbeda. Karena itu data dikelompokan dalam subgroup menurut hari,
waktu, lot dan sebagainya. Jumlah data dalam masing-masing subgroup
dinyatakan sebagai k.
Langkah 3: Tabelkan data yang ada dan rencanakan lembarannya

sehingga hasil perhitungan 𝑋 ( harga rata-rata subgroup) dan R (range)


dapat dengan mudah dicantumkan.
II-9

Langkah 4: Hitung harga rata-rata:


𝑋 1+𝑋2+⋯+𝑋𝑛
𝑋1 = 𝑛

𝑋1+𝑋2+⋯+𝑋𝑛
𝑋2 = 𝑛

Langkah 5: Hitung harga range (R)


R1= X(terbesar) – X(terkecil)
R2= X(terbesar) – X(terkecil)

Langkah 6: Hitung harga rata-rata total= 𝑅 , yaitu jumlah 𝑅 seluruh


subgroup dibagi harga k ( jumlah subgroup)

𝑋 1 +𝑋 2 +⋯𝑋 𝑛
𝑋 =
1
𝑘

Langkah 7: Hitunglah rata-rata range = 𝑅 , yaitu jumlah harga 𝑅 seluruh


subgroup dibagi harga k (jumlah subgroup) 𝑅
𝑅 1 + 𝑅 2+⋯+ 𝑅 𝑛
𝑅 = 𝑘

Langkah 8 : hitung batas-batas pengendalian, pakailah rumusan berikut

untuk bagan pengendalian 𝑋 dan R. koefisien A2, D4, dan D3.


Langkah 9: Gambarlah rangka bagan pengendalian, pakai kertas grafik,
tentukan skalanya sedemikian sehingga UCL dan LCL, berjarak 20-30
mm. Garis tengah digambar dengan garis lurus yang tegas, UCL/LCL
dengan garis putus putus dan garis pengendalian digambar dengan garis
patah.
Langkah 10 : Gambarkan titik-titik 𝑋 dan R yang sudah dihitung untuk
masing masing sub-group pada rangka bagan pengendalian.
Langkah 11: Tulislah keterangan yang perlu, disebelah kiri dari masing-

masing bagan tuliskan 𝑋 dan R, sedang harga n dikiri atas.

2.2.2 Peta Kendali Atribut


Peta kendali atribut adalah peta kendali untuk melihat sesuai atau
tidak sesuai berdasarkan spesifikasi tertentu. Peta kendali untuk data
atribut berupa peta-P, peta-C, dan peta-U. contoh penggunaan peta
kendali atribut yaitu pemerikasaan visual terhadap lengkap dan tidak
II-
10

lengkapnya kaki komponen elektronik, pemeriksaan apakah suatu


komponen berfungsi atau tidak berfungsi. Hal tersebut dapat menuntun
kepada proses yang lebih baikdengan cara spesifik menganalisa secara
rinci ini termasuk penggunaan control chart untuk variabel.
a. Pengumpulan data
b. Menghitung control limit
c. Analisis chart
II-21

Anda mungkin juga menyukai