BAB 2
LANDASAN TEORI
Tinggi dan rendahnya kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh suatu
♦ Menurut Juran
♦ Menurut Deming
masa mendatang
1
Pengendalian Kualitas Statistik, (Dorothea Wahyu A, 3)
20
♦ Menurut Feigenbaum
dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan
harapan pelanggan.
Data adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun
data, kita mempelajari fakta-fakta yang ada dan kemudian mengambil tindakan
yang tepat berdasarkan pada fakta itu. Dalam konteks pengendalian proses
• Data Atribut (Attributes Data), yaitu data kualitatif yang dapat dihitung untuk
pencatatan dan analisis. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah :
kayu lapis yang cacat karena corelap, dll. Data atribut biasanya diperoleh
• Data Variabel (Variables Data) merupakan data kuantitatif yang diukur untuk
diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam kantong,
banyaknya kertas setiap rim, konsentrasi elektrolit dalam persen, dll. Ukuran-
21
data variabel.
3. Inspeksi.
berikut:
pengukuran.
4. Tentukan cara yang tepat untuk mencatat data. Data asli harus dicatat secara
jelas., misalnya : waktu pencatatan, asal data, nama pencatat data, dll.
selanjutnya.
Peta kontrol data variabel adalah data yang diukur untuk keperluan
analisis. Adapun peta kontrol yang digunakan untuk jenis data ini adalah sebagai
berikut:
22
disebut sebagai peta kontrol untuk data variabel. Peta X-Bar menjelaskan
apakah perubahan – perubahan telah terjadi dalam ukuran titik pusat (control
tendency) atau rata – rata dari suatu proses. Peta R menjelaskan perubahan –
homogen, misalnya cairan kimia, kandungan mineral dalam air, makanan, dan
cacat.untuk itu definisi operasional secara tepat tentang apa yang dimaksud
dan harus dipahami oleh setiap pengguna pete pengendali P.adapun langkah-
langkah pembuatan peta kendali P ( Proporsi unit yang cacat )adalah sebagai
berikut :
2
Statistical Process Control : Managemen Bisnis Total, (Gaspersz, 112)
23
p =
∑ Unit Cacat
∑ Inspeksi
3. Menghitung nilai simpangan baku
{p − bar (1 − p − bar )}
Sp =
ni
0,0282 (1 − 0,0282 )
Sp =
ni
Sp =
{p − bar (100 − p − bar )}
ni
Σcacat
p = CL =
ΣJumlahPr oduksi
p (1 − p)
UCL = p + 3
ni
p (1 − p)
LCL = p − 3
ni
24
2.1.3.1 Variasi
Variasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari produk atau proses itu
sendiri. Variasi sendiri merupakan indikator dari pada inkonsistensi proses,
yang menyebabkan banyak produk (output) yang tidak sama. Variasi dapat
diukur dengan metode statistik dan di seringkali disebut standar deviasi-σ-
merupakan tingkat penyimpangan pada proses yang diketahui dalam satu
populasi. Variasi jelas merupakan musuh utama dalam usaha-usaha untuk dapat
meningkatkan kinerja proses dan kualitas produk. Menurut Gaspersz3, variasi
adalah ketidakseragaman dalam sistem produksi atau operasional sehingga
menimbulkan perbedaan dalam kualitas dalam output pada output (barang/jasa)
yang dihasilkan.
Untuk lebih jelasnya kedua jenis variasi tersebut dijabarkan sebagai
berikut :
♦ Penyebab Khusus Variasi (special causes variation)
3
Statistical Process Control : Managemen Bisnis Total, (Gaspersz, 28-29)
25
Pengendalian proses dalam hal ini artinya apabila proses telah berada
4
Berdasarkan Dorothea cara menghitung kapabilitas proses untuk
Menentukan Nilai Cp
U-L
Cp =
6σ
proses dekarang terhadap salah satu batas spesifikasi atas (USL) atau
batas spesifikasi bawah (LSL) rumus yang digunakan pada Cpk adalah
4
Pengendalian Kualitas Statistik, (Dorothea Wahyu A,153-155)
27
CPL :
(X − LSL)
3S
CPU :
(USL − X )
3S
Jika nilai Cpk > 1 maka process performance masih baik (capable).
Jika nilai Cpk < 1 maka process performance tidak baik (not capable).
5
The Six Sigma Way (Pande, 5-9)
The Six Sigma Handbook (Pyzdek, 1-5)
28
pada $14 milliar, termasuk penurunan COPQ lebih dari pada 84%.
♦ Pendapatan harga saham (share price) Motorola ditutup pada rate tahunan
sebesar 21,3%.
3. Menggunakan alat dan metodologi Six Sigma, sebuah tim dari Sistem
diinginkan pelanggan.
menjelang akhir tahun 1998, perkiraan $1,5 milliar pada akhir tahun 1999.
Para pemimpin di GE menyebut hasil-hasil tersebut sebagai bukti yang paling
dapat dilihat dari kontribusi finansial yang telah dibuat oleh Six Sigma. “Six
Sigma telah menyebar bagai api ke seluruh perusahaan dan ini mengubah
segala sesuatu yang kita perbuat”, ujar Welch. (Byrne, 1998)
paling sedikit ±6σ dari rata-rata proses. Dalam persepsi teknis untuk
pengendalian proses maka Six Sigma dapat berarti kepada target kinerja
operasi yang diukur secara statistik dengan hanya 3,4 cacat (defect) untuk
setiap satu juta kejadian atau “peluang”. Seringkali dinamakan 3,4 DPMO
(Defect Per Million Opportunities) atau 3,4 PPM (Parts Per Million). Cara lain
untuk menentukan Six Sigma adalah sebagai usaha “perubahan budaya” agar
daya saing yang lebih besar. Definisi yang terakhir ini lebih disukai oleh
mereka yang memiliki latar belakang manajemen dan ekonomi. Dari sekian
banyak definisi -ukuran, tujuan ataupun perubahan budaya - yang ada mana
yang paling sesuai untuk mendeskripsikan kata “Six Sigma” dengan tepat?
Sebenarnya tidak ada satupun dari definisi diatas yang kurang tepat,
atau yang paling tepat sekalipun. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya dari bab ini bahwa Six Sigma bukanlah suatu program teknis
keseluruhan dan juga tidak selalu menekankan pada statistik. Six Sigma lebih
6
The Six Sigma Way (Pande,xi)
31
yang cacat dan secara umum peningkatan kinerja perusahaan yang dapat
share, employee turnover dan lain-lain. Akan tetapi metode ini juga memiliki
basis yang cukup kuat pada statistik, terutama jika kita berbicara kepada
ukuran (atau tujuan) yang menjadi indikator awal bagi tercapainya target
kualitas seperti yang diharapkan atau seperti yang dijanjikan oleh metode
tersebut yaitu penurunan tingkat cacat hingga mencapai 3,4 DPMO dengan
batas toleransi persyaratan (UCL dan LCL) mencapai ±6σ terhadap rata-rata
proses.
tujuannya berupa peningkatan kinerja bisnis serta fokus pada hasil-hasil yang
ditargetkan maka dalam bukunya, The Six Sigma Way, (Peter S Pande82),
memaksimalkan sukses bisnis, juga Six Sigma secara unik dikendalikan oleh
disiplin terhadap fakta, data dan analisis statistik dan perhatian yang cermat
7
The Six Sigma Way (Pande, 13)
33
Gambar 2.1 Pergeseran Tingkat Sigma dalam konsep Six Sigma Motorola
menyimpang sejauh 1,5σ ke arah kanan (USL), maka level sigma dari proses
akan sebesar 4,5σ dan arah yang berlawanan akan menghasilkan 7,5σ. Secara
umum apabila proyek Six Sigma dijalankan dengan baik dan konsisten dalam
jangka panjang maka pergeseran 1,5σ adalah satu ketentuan yang dapat
“Six Sigma” itu adalah 6σ dengan asumsi pergeseran 1,5σ pada rata-rata
proses dari target yang telah ditetapkan. Adapun DPMO yang dihasilkan
untuk tingkat pengelolaan Six Sigma ini adalah sebesar 3,4 PPM dan 99,99966
% dari data akan berada dalam batas toleransi 6σ atau Yield sebesar 99,99966
%. Perbandingan antara proses dengan konsep pure Six Sigma, dimana rata-
rata proses adalah tetap, dengan konsep Six Sigma Motorola, dimana rata-rata
dibawah ini:
34
3 2.700 66.811
4 63,40 6.210
5 0,57 233
6 0,002 3,4
Untuk lebih jelasnya tentang tabel konversi level sigma dan juga
Serikat, apabila perusahaan serius dalam penerapan program Six Sigma maka
pertama.
2. Pada tahun kedua, peningkatan akan terjadi dari 4-sigma menjadi 4,7
sigma.
3. Pada tahun ketiga, peningkatan akan terjadi dari 4,7 menjadi 5-sigma.
untuk beralih dari tingkat operasional 4-sigma ke 6-sigma, yang berarti harus
8
Pengendalian Kualitas Statistik, (Dorothea Wahyu A, 192)
35
tahun atau secara rata-rata sekitar 228,3 kali “peningkatan” setiap tahunnya.
dari 4,7-sigma sampai 6-sigma mengikuti gerak kurva linear (mengikuti deret
hitung).
Untuk dapat menerapkan metode Six Sigma secara optimal hal yang
perlu diperhatikan adalah mengetahui enam tema kunci dari (Pande) metode
Six Sigma itu sendiri. Enam tema ini sering juga ditafsirkan sebagai
9
The Six Sigma Way (Pande, 17-19)
10
The Six Sigma Way (Pande, xi)
36
2. Peningkatan Produktivitas.
pelanggan.
kualitas.
yang positif untuk memberikan peluang yang segar bagi banyak orang
13. Membuat awal yang baik. DMAIC dapat membantu perusahaan untuk
2.1.5.1 Define
Define antara lain, menentukan atau mendefinisikan tujuan dari proyek Six
SIPOC:
♦ Menamakan proses.
11
The Six Sigma Way (Pande, 150)
12
The Six Sigma Way (Pande,179)
38
proses.
operasi kerja dapat digambarkan dari awal samapi produk akhir, sehingga
melalui peta operasi ini, banyak manfaat yang bisa diperoleh, yaitu :
13
Ergonomi : Studi Gerak dan Waktu (Sritomo, 131-133)
39
dipakai.
2.1.5.2 Measure
kualitas (CTQ).
kualitas, karena dapat diketahui keadaan perusahaan dari data yang ada
sehingga menjadi patokan atau dasar untuk melakukan analisa dan perbaikan.
dengan metode survey atau wawancara langsung. Bentuk dari CTQ ini
umum.
15
Statistical Process Control (Gaspersz, 108)
41
ditentukan.
16
Statistical Process Control (Gaspersz, 147)
42
dibawah ini
Σcacat
p=
ΣJumlah Pr oduksi
CL = p
p (1 - p )
UCL = p + 3
ni
p (1 - p )
LCL = p - 3
ni
Plot data proporsi unit cacat dan amati apakah data itu berada dalam
5. Klik OK
UCL = X + (A2* R )
CL = X
LCL = X - (A2* R )
Batas kendali R
UCL = D4* R
CL = R
LCL = D3* R
Keterangan : A2 = konstanta dari tabel
17
Statistical Process Control (Gaspersz, 112)
45
R = rata-rata range
d2 = konstanta (tabel)
satu (Cp < 1), hal ini menunjukkan bahwa proses memiliki
berikut :
48
Dimana :
(X - LSL)
Cpl =
3 (R/d 2 )
(USL - X)
Cpu =
3 (R/d 2 )
19
Statistical Process Control (Gaspersz, 156)
20
The Six Sigma Way ( Pande, 235-239)
49
Jumlah Defective
DPU = X 100 %
Jumlah unit yang diproduksi
yang diproduksi atau dikirim adalah bebas cacat (defect free). Hasil ini
Pada konsep ini ada tiga variabel yang dapat digunakan untuk
menghitung dan mengekspresikan ukuran-ukuran berbasis peluang
defect, yaitu:
1. Defect per Opportunity, atau DPO
21
The Six Sigma Way (Pande, 243-246)
51
2.1.5.3 Analyze
peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini kita perlu melakukan beberapa
hal berikut ini : (1) Mengidentifikasi jenis-jenis cacat yang terjadi dan
menurunnya kualitas produk secara keseluruhan. Pada tahap ini alat yang kita
ditempatkan pada sisi paling kiri ,dan seterusnya sampai masalah yang
paling sedikit terjadi ditunjukan oleh grafik batang terakhir yang terendah
22
Statistical Process Control (Gaspersz, 53)
53
3) Masukkan data yang telah dimasukkan ke dalam dialog box, untuk jenis
cacat kedalam kolom labels in dan angka cacat kedalam frequencies in.
1. Klik OK
Gambar2.10 TampilanPengolahanData
Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1953. Pada dasarnya diagram
23
Statistical Process Control (Gaspersz, 61)
55
TULANG
TULANG
BESAR
BESAR Tulang kecil
Tulang kecil
Tulang Berukuran
Sedang Tulang kecil
Tulang Berukuran
Sedang Tulang kecil
TULANG BELAKANG
KARAKTERISTIK
KUALITAS
Tulang kecil
Tulang Berukuran
Tulang Berukuran
Sedang Sedang Tulang Berukuran
Sedang
Tulang kecil
TULANG TULANG
BESAR BESAR
2.1.5.4 Improve
Fase atau tahap yang keempat dalam Metodologi Six Sigma adalah
tahap Improve. Pada tahap ini usaha-usaha peningkatan kinerja kualitas
produk dan juga proses dimulai dengan cara membuat FMEA (Failure Mode
and Effect Analysis) dan memberikan usulan perbaikan untuk mengurangi
cacat dalam proses.
56
masalah-masalah sepele.
Detectability (D)
Keterangan Rating
Metode pencegahan atau deteksi sangat efektif. Tidak ada
kesempatan bahwa penyebab mungkin masih muncul atau 1
terjadi
Kemungkinan bahwa penyebab itu adalah rendah 2,3
Kemungkinan penyebab terjadi bersifat moderat. Metode
pencegahan atau deteksi masih memungkinkan kadang-kadang 4,5,6
penyebab itu terjadi
Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi masih tinggi.
Metode pencegahan atau deteksi kurang efektif, karena 7,8
penyebab masih berulang kembali
Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi sangat tinggi.
Metode pencegahan deteksi tidak efektif. Penyebab akan selalu 9,10
terjadi kembali
58
Severity (S)
Keterangan Rating
Neglible severity (pengaruh buruk yang dapat diabaikan). Kita
tidak perlu memikirkan bahwa akibat ini akan berdampak pada
1
kinerja produk. Pengguna akhir mungkin tidak akan
memperhatikan kecacatan atau kegagalan ini.
Mild Severity (pengaruh buruk yang ringan/sedikit). Akibat yang
ditimbulkan hanya bersifat ringan. Pengguna akhir tidak akan
2,3
merasakan perubahan kinerja. Perbaikan dapat dikerjakan pada
saat pemeliharaan reguler (reguler maintanace)
Moderate Severity (pengaruh buruk yang moderat). Pengguna
akhir akan merasakan penurunan kinerja atau penampilan, namun
masih berada dalam batas toleransi. Perbaikan yang dilakukan 4,5,6
tidak akan mahal, jika terjadi downtime hanya dalam waktu
singkat
High Severity (pengaruh buruk yang tinggi). Pengguna akhir akan
merasakan akibat buruk yang tidak dapat diterima, berada diluar 7,8
batas toleransi.
Potensial Safety Problem (masalah keselamatan / keamanan
potensial). Akibat yang ditimbulkan sangat berbahaya yang dapat 9,10
terjadi tanpa pemberitahuan atau peringatan terlebih dahulu.
59
2.1.5.5 Control
Fase sesudah Improve adalah fase Control. Fase ini merupakan fase
(simulasi) atau dicapai secara teknis dan seluruh usaha tersebut kemudian di
karyawan perusahaan. Hal yang akan dilakukan dalam fase ini mencakup:
perusahaan.
Disisi lain, terdapat alasan organisasional dan alasan yang masuk akal
model perbaikan baru sebagai bagian dari usaha Six Sigma, jika perusahaan
positif untuk memberikan peluang yang segar bagi banyak orang untuk
1. Fase Define
25
Pedoman Implementasi Program Six Sigma
61
2. Fase Measure
3. Fase Analyze
peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini kita perlu melakukan beberapa
hal berikut ini : (1) Mengidentifikasi jenis-jenis cacat yang terjadi dan membuat
kualitas produk secara keseluruhan. Pada tahap ini alat yang kita gunakan
penyebab masalah dari cacat-cacat yang dominan tersebut, ditinjau dari segi
Mencari penyebab yang paling dominan diantara seluruh daftar akar penyebab
masalah diatas.
4. Fase Improve
Fase atau tahap yang keempat dalam Metodologi Six Sigma adalah tahap
Improve. Pada tahap ini usaha-usaha peningkatan kinerja kualitas produk dan
juga proses dimulai dengan cara membuat FMEA (Failure Mode and Effect
62
5. Fase Control
Fase sesudah Improve adalah fase Control. Fase ini merupakan fase terakhir
dalam pemecahan masalah menggunakan metodologi Six Sigma. Dalam fase ini
seluruh usaha-usaha peningkatan yang ada di kendalikan (simulasi) atau dicapai
secara teknis dan seluruh usaha tersebut kemudian di dokumentasikan dan di
sebarluaskan atau di sosialisasikan ke segenap karyawan perusahaan. Hal yang
akan dilakukan dalam fase ini mencakup:
♦ Dokumentasi dan Sosialisasi usaha-usaha peningkatan yang telah dibuat
perusahaan.