Anda di halaman 1dari 19

Pengembangan Soal HOTS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permendikbud No. 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah


Atas/Madrasah Aliyah pada lampiran I menyatakan bahwa salah satu dasar
penyempurnaan kurikulum adalah adanya tantangan internal dan eksternal. Tantangan
eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan
masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri
kreatif, budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.

Terkait dengan isu perkembangan pendidikan di tingkat internasional, Kurikulum 2013


dirancang dengan berbagai penyempurnaan. Penyempurnaan antara lain dilakukan pada
standar isi yaitu mengurangi materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan
materi yang relevan bagi peserta didik serta diperkaya dengan kebutuhan peserta didik
untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional. Penyempurnaan
lainnya juga dilakukan pada standar penilaian, dengan mengadaptasi secara bertahap
model-model penilaian standar internasional. Penilaian hasil belajar diharapkan dapat
membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher
Order Thinking Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta
didik untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.

Hasil supervisi dan Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB) SMA yang telah
dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2015, menunjukkan bahwa
sebagian besar guru SMA sasaran dalam menyusun butir soal cenderung mengukur
kemampuan berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking Skills/LOTS) dan soal-soal
yang dibuat tidak kontekstual. Soal-soal yang disusun oleh guru umumnya mengukur
keterampilan mengingat (recall). Bila dilihat dari konteksnya sebagian besar
menggunakan konteks di dalam kelas dan sangat teoretis, serta jarang menggunakan
konteks di luar kelas (kontekstual). Sehingga tidak memperlihatkan keterkaitan antara
pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran dengan situasi nyata dalam kehidupan
sehari-hari.

Selain itu, hasil studi internasional Programme for International Student Assessment
(PISA) menunjukkan prestasi literasi membaca (reading literacy), literasi matematika
(mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) yang dicapai peserta didik
Indonesia sangat rendah. Pada umumnya kemampuan peserta didik Indonesia sangat
rendah dalam: (1) memahami informasi yang kompleks; (2) teori, analisis, dan

@2016, Direktorat Pembinaan SMA


1
Pengembangan Soal HOTS

pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah; dan (4)
melakukan investigasi.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, maka perlu adanya perubahan sistem dalam


pembelajaran dan penilaian. Instrumen penilaian yang dikembangkan oleh guru
diharapkan dapat mendorong peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi,
meningkatkan kreativitas, dan membangun kemandirian peserta didik untuk
menyelesaikan masalah. Oleh karena itu Direktorat Pembinaan SMA perlu menyusun
Panduan Penyusunan Soal HOTS bagi guru SMA.

B. Tujuan

Panduan penyusunan soal HOTS disusun dengan tujuan, sebagai berikut:.


1. Memberikan pedoman bagi pengambil kebijakan baik di tingkat pusat dan daerah
untuk melakukan pembinaan dan sosialisasi tentang penyusunan soal HOTS;
2. Memberikan pemahaman kepada guru SMA tentang konsep penyusunan soal HOTS;
3. Mengembangkan kemampuan guru SMA untuk menyusun butir soal HOTS.

C. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019;
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun
2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan;
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun
2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun
2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan;

@2016, Direktorat Pembinaan SMA


2
Pengembangan Soal HOTS

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun


2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah melalui Ujian Nasional, dan
Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan melalui Ujian
Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan pada SMP/MTs atau yang Sederajat dan
SMA/MA/SMK atau yang Sederajat.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA


3
Pengembangan Soal HOTS

BAB II
KONSEP SOAL HOTS

A. Pengertian

Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur


kemampuan berpikir tingkat tinggi. Soal-soal HOTS pada konteks asesmen, secara
sederhana bukan hanya meminimalisir kemampuan mengingat kembali informasi
(recall), tetapi lebih mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2)
memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang
berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah
ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak
berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.

Anderson & Krathwohl (2001) mengklasifikasi dimensi proses kognitif sebagai berikut.

Tabel 2.1 Dimensi Proses Kognitif


• Mengkreasi ide/gagasan sendiri.
Mengkreasi • Kata kerja: mengkonstruksi, desain, kreasi, mengembangkan,
menulis, memformulasikan.
• Mengambil keputusan sendiri.
HOTS Mengevaluasi • Kata kerja: evaluasi, menilai, menyanggah, memutuskan,
memilih, mendukung.
• Menspesifikasi aspek-aspek/elemen.
Menganalisis • Kata kerja: membandingkan, memeriksa, , mengkritisi,
menguji.
• Menggunakan informasi pada domain berbeda
Mengaplikasi • Kata kerja: menggunakan, mendemonstrasikan,
mengilustrasikan, mengoperasikan.
MOTS
• Menjelaskan ide/konsep.
Memahami • Kata kerja: menjelaskan, mengklasifikasi, menerima,
melaporkan.
• Mengingat kembali.
LOTS Mengetahui
• Kata kerja: mengingat, mendaftar, mengulang, menirukan.
Sumber: Anderson & Krathwohl (2001)

Berdasarkan pendapat Anderson & Krathwohl (2001) di atas, maka domain proses
kognitif yang termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills/HOTS) adalah domain analisis (analyze), evaluasi (evaluate), dan mencipta
(create). Domain proses kognitif tersebut yang digunakan sebagai salah satu acuan untuk
menyusun soal-soal HOTS.

B. Karakteristik Soal-Soal HOTS

@2016, Direktorat Pembinaan SMA


4
Pengembangan Soal HOTS

Karakteristik soal-soal HOTS sesuai dengan pengembangan model-model penilaian dalam


kurikulum 2013, yang mengarahkan peserta didik untuk memiliki kemampuan berpikir
tingkat tinggi, cerdas, kreatif, serta mampu berkontribusi dalam peradaban dunia. Adapun
karakteristik soal-soal HOTS adalah sebagai berikut.

1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi

The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa


kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi,
memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun,
menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk
mengingat, mengetahui, atau mengulang. Dengan demikian, jawaban soal-soal HOTS
tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan


masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir
kreatif (creative thinking), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam
dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik.

Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:


a. kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
b. kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
dari berbagai sudut pandang yang berbeda;
c. menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara
sebelumnya.

‘Difficulty’ is NOT same as higher order thinking. Tingkat kesukaran dalam butir soal
tidak sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk
mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki
tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab
permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills. Dengan demikian,
soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas.
Oleh karena itu agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka
proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta didik untuk
menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran
dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.

2. Berbasis permasalahan kontekstual

@2016, Direktorat Pembinaan SMA


5
Pengembangan Soal HOTS

Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan
sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep
pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Permasalahan kontekstual yang
dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan,
kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam pengertian tersebut termasuk pula
bagaimana keterampilan peserta didik untuk menghubungkan (relate),
menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan mengintegrasikan
(integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan
permasalahan dalam konteks nyata.

Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
a. Relating, asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
b. Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian (exploration),
penemuan (discovery), dan penciptaan (creation).
c. Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-
masalah nyata.
d. Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mampu
mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
e. Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk
mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau
konteks baru.

Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik, adalah sebagai
berikut:.
a. Peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekadar memilih jawaban
yang tersedia;
b. Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
c. Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang
benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban benar;

Berikut akan disajikan perbandingan asesmen tradisional dan asesmen kontekstual.

Tabel 2.2 Perbandingan asesmen tradisional dan kontekstual

Asesmen Tradisional Asesmen Kontekstual

@2016, Direktorat Pembinaan SMA


6
Pengembangan Soal HOTS

Asesmen Tradisional Asesmen Kontekstual

Peserta didik cenderung memilih respons Peserta didik mengekspresikan respons


yang diberikan.

Konteks dunia kelas (buatan) Konteks dunia nyata (realistis)

Umumnya mengukur aspek ingatan Mengukur performansi tugas (berpikir


(recalling) tingkat tinggi)

Terpisah dengan pembelajaran Terintegrasi dengan pembelajaran

Pembuktian tidak langsung, cenderung Pembuktian langsung melalui penerapan


teoretis. pengetahuan dan keterampilan dengan
konteks nyata.

3. Menggunakan bentuk soal beragam

Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal HOTS)
sebagaimana yang digunakan dalam PISA, bertujuan agar dapat memberikan
informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes. Hal ini
penting diperhatikan oleh guru agar penilaian yang dilakukan dapat menjamin prinsip
objektif. Artinya hasil penilaian yang dilakukan oleh guru dapat menggambarkan
kemampuan peserta didik sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Penilaian yang
dilakukan secara objektif, dapat menjamin akuntabilitas penilaian.

Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir
soal HOTS (yang digunakan pada model pengujian PISA), sebagai berikut.

a. Pilihan ganda
Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber pada
situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan
jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh
(distractor). Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau paling benar.
Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan
seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila tidak menguasai bahannya/materi
pelajarannya dengan baik. Jawaban yang diharapkan (kunci jawaban), umumnya
tidak termuat secara eksplisit dalam stimulus atau bacaan. Peserta didik diminta
untuk menemukan jawaban soal yang terkait dengan stimulus/bacaan
menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki serta menggunakan
logika/penalaran. Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah
diberikan skor 0.
@2016, Direktorat Pembinaan SMA
7
Pengembangan Soal HOTS

b. Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)


Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta
didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan
satu dengan yang lainnya. Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS
yang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang bersumber
pada situasi kontekstual. Peserta didik diberikan beberapa pernyataan yang terkait
dengan stilmulus/bacaan, lalu peserta didik diminta memilih benar/salah atau
ya/tidak. Pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut terkait antara satu
dengan yang lainnya. Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah agar diacak
secara random, tidak sistematis mengikuti pola tertentu. Susunan yang terpola
sistematis dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar. Apabila peserta
didik menjawab benar pada semua pernyataan yang diberikan diberikan skor 1
atau apabila terdapat kesalahan pada salah satu pernyataan maka diberi skor 0.

c. Isian singkat atau melengkapi


Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk
mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau simbol.
Karakteristik soal isian singkat atau melengkapi adalah sebagai berikut.
1) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam
ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan
siswa.
2) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata,
frase, angka, simbol, tempat, atau waktu.
Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.

d. Jawaban singkat atau pendek.


Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang jawabannya
berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan. Karakteristik
soal jawaban singkat adalah sebagai berikut:.
1) Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah;
2) Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat jawaban yang singkat;
3) Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada semua soal
diusahakan relatif sama;
4) Hindari penggunaan kata, kalimat, atau frase yang diambil langsung dari
buku teks, sebab akan mendorong siswa untuk sekadar mengingat atau
menghafal apa yang tertulis dibuku.

Setiap langkah/kata kunci yang dijawab benar diberikan skor 1, dan jawaban
yang salah diberikan skor 0.
@2016, Direktorat Pembinaan SMA
8
Pengembangan Soal HOTS

e. Uraian

Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk
mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan
kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis.

Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus mempunyai gambaran
tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang
diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin
diberikan oleh siswa. Dengan kata lain, ruang lingkup ini menunjukkan kriteria
luas atau sempitnya masalah yang ditanyakan. Di samping itu, ruang lingkup
tersebut harus tegas dan jelas tergambar dalam rumusan soalnya. Dengan adanya
batasan sebagai ruang lingkup soal, kemungkinan terjadinya ketidakjelasan soal
dapat dihindari. Ruang lingkup tersebut juga akan membantu mempermudah
pembuatan kriteria atau pedoman penskoran.

Untuk melakukan penskoran, penulis soal dapat menggunakan rubrik atau


pedoman penskoran. Setiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh
peserta didik diberi skor 1, sedangkan yang salah diberi skor 0. Dalam sebuah
soal kemungkinan banyaknya kata kunci atau langkah-langkah penyelesaian soal
lebih dari satu. Sehingga skor untuk sebuah soal bentuk uraian dapat dilakukan
dengan menjumlahkan skor tiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh
peserta didik.

Masing-masing guru mata pelajaran hendaknya kreatif mengembangkan soal-soal


HOTS sesuai dengan KI-KD yang memungkinkan dalam mata pelajaran yang
diampunya. Wawasan guru terhadap isu-isu global, keterampilan memilih stimulus
soal, serta kemampuan memilih kompetensi yang diuji, merupakan aspek-aspek
penting yang harus diperhatikan oleh guru, agar dapat menghasilkan butir-butir soal
yang bermutu.

C. Langkah-Langkah Pengembangan Soal HOTS

Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku
yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan
(stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu
uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia
di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan

@2016, Direktorat Pembinaan SMA


9
Pengembangan Soal HOTS

penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas
guru dalam penulisan soal.

Pada umumnya langkah-langkah penulisan butir soal HOTS sama dengan langkah-
langkah penyusunan butir soal lainnya. Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan
soal-soal HOTS.
1. Menganalisis KI-KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS.
Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Guru-guru melalui forum
MGMP melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
2. Menyusun kisi-kisi soal (format terlampir).
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam
menulis butir soal HOTS. Pada tahap permulaan, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk
memandu guru untuk: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b)
memilih stimulus yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator
soal, dan (d) menentukan bentuk soal.
3. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal. Butir-butir soal HOTS
menggunakan stimulus yang bersifat kontekstual. Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai
dengan kaidah penulisan butir soal.
4. Membuat pedoman penskoran (rubrik) untuk bentuk soal jawaban singkat. Membuat
kunci jawaban untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah,
ya/tidak), dan isian singkat.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA


10
Pengembangan Soal HOTS

BAB III
STRATEGI DAN IMPLEMENTASI
PENGEMBANGAN SOAL HOTS

A. Strategi

Strategi penyusunan soal-soal HOTS dilakukan dengan melibatkan seluruh komponen


stakeholder di bidang pendidikan mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah, sesuai
dengan tugas pokok dan kewenangan masing-masing.

1. Pusat

Direktorat Pembinaan SMA sebagai leading sector dalam pembinaan SMA di seluruh
Indonesia, mengkoordinasikan strategi penyusunan soal-soal HOTS dengan dinas
pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan instansi terkait melalui kegiatan-kegiatan
sebagai berikut.
a. Merumuskan kebijakan penyusunan soal-soal HOTS;
b. Menyiapkan bahan berupa panduan pengembangan soal-soal HOTS;
c. Melaksanakan pelatihan pengawas, kepala sekolah, dan guru terkait dengan
strategi penyusunan soal-soal HOTS;
d. Melaksanakan pendampingan ke sekolah-sekolah bekerjasama dengan dinas
pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan instansi terkait lainnya.

2. Dinas Pendidikan

Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya di daerah,


menindaklanjuti kebijakan pendidikan di tingkat pusat dengan melakukan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:.
a. Mensosialisasikan kebijakan penyusunan soal-soal HOTS;
b. Memfasilitasi kegiatan penyusunan soal-soal HOTS;
c. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan ke sekolah-sekolah.

3. Satuan Pendidikan
Satuan pendidikan sebagai pelaksana teknis penyusunan soal-soal HOTS, sebagai
salah satu bentuk pelayanan mutu pendidikan.
a. Meningkatkan pemahaman guru tentang penulisan butir soal yang mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS).

@2016, Direktorat Pembinaan SMA


11
Pengembangan Soal HOTS

b. Meningkatkan keterampilan guru untuk menyusun instrumen penilaian (High


Order Thinking Skills/HOTS).

B. Implementasi

Penyusunan soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan dapat diimplementasikan dalam


bentuk kegiatan sebagai berikut.

1. Kepala sekolah memberikan arahan teknis kepada guru-guru/MGMP sekolah tentang


strategi penyusunan soal-soal HOTS yang mencakup:
a. Menganalisis KI-KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS;
b. Menyusun kisi-kisi soal HOTS;
c. Menulis butir soal HOTS;
d. Membuat pedoman penilaian HOTS
e. Menelaah dan memperbaiki soal HOTS
2. Wakasek kurikulum dan Tim Pengembang Kurikulum Sekolah menyusun rencana
kegiatan untuk masing-masing MGMP sekolah yang memuat antara lain uraian
kegiatan, sasaran/hasil, pelaksana, jadwal pelaksanaan kegiatan.;
3.2. Kepala sekolah menetapkan dan menandatangani rencana kegiatan dan rambu-rambu
tentang penyusunan soal-soal HOTS;
4.3. Kepala sekolah menugaskan guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai
rencana kegiatan;
5.4. Guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai penugasan dari kepala sekolah;
6.5. Kepala sekolah dan wakasek kurikulum melakukan evaluasi terhadap hasil penugasan
kepada guru/MGMP sekolah ;
7.6. Kepala sekolah mengadministrasikan hasil kerja penugasan guru/MGMP sekolah,
sebagai bukti fisik kegiatan penyusunan soal-soal HOTS.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA


12
Pengembangan Soal HOTS

BAB IV
PENUTUP

Sesuai dengan tuntutan kompetensi pada dunia modern, soal-soal yang digunakan dalam
penilaian hendaknya mengacu pada model soal-soal HOTS. Karakteristik soal-soal HOTS
adalah mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, berbasis masalah kontekstual, dan
bentuk soal yang beragam. Tingkat kesukaran dipengaruhi oleh kompleksitas konteks dan
situasi, serta banyaknya domain kompetensi yang diukur dalam sebuah pertanyaan.

Keberhasilan program penyusunan soal-soal HOTS sangat dipengaruhi oleh komitmen


stakeholders (pengambil keputusan) dan seluruh sumber daya yang ada pada instansi
pendidikan. Oleh karena itu komitmen guru untuk mengupayakan peningkatan mutu penilaian
melalui penyusunan soal-soal HOTS sangat menentukan mutu lulusan pada masa yang akan
datang.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA


13
Pengembangan Soal HOTS

DAFTAR RUJUKAN

Australian Council for Educational Research, 2015. Monitoring thinking skills through
assessment. Melbourne: ACER.

Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001. A Taxonomy For Learning, Teaching and Assessing.
New York: Longman.

BPSDM-PMP, 2013. Materi Pelatihan Pendidik Implementasi Kurikulum 2013 SMA


Matematika. Jakarta: Kemdikbud.

Brookhart, S. M. (2010). How to Assess Higher Order Thinking Skills in Your Class-room.
Alexandria: ASCD.

Edi Istiyono, Djemari Mardapi, Suparno, 2014. Pengembangan Tes Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Fisika (PysTHOTS) Peserta Didik SMA (Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan Tahun 18, Nomor 1, 2014). Yogyakarta: UNY

Ina V.S. Mullis, 2013. TIMSS 2015: Assessment Frameworks. Boston College: TIMSS &
PIRLS International Study Center.

______________, 2015. PIRLS 2016: Assessment Framework, 2nd Edition. Boston College:
TIMSS & PIRLS International Study Center.

Joy Cumming & Graham S. Maxwell, 1997. Contextualising Authentic Assessment:


Assessment in Education: Principles, Policies and Practices. Brisbane: The University
of Queensland.

King F.J., Ludwika G. & Faranak R., 2012. Higher Order Thinking Skills. Educational
Service Program Publisher.

OECD, 2014. PISA 2012 Results: What Students Know and Can Do-Student Performance in
Mathematics, Reading and Science (Volume I, Revised edition, February 2014). Paris:
OECD Publishing.

______, 2014. PISA 2012: Results in Focus What 15-Year-Olds Know And What They Can
Do With What They Know. Paris: OECD Publishing.

______, 2013. PISA 2012: Assessment and Analytical Framework Mathematics, Reading,
Science, Problem Solving and Financial Literacy. Paris: OECD Publishing.

______, 2012. PISA 2012: Technical Report. Paris: OECD Publishing.

Permendikbud No. 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah


Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kemdikbud.

Puspendik, 2014. Modul Pelatihan PISA. Jakarta: Puspendik.

______, 2011. Tes Tertulis. Jakarta: Puspendik.

Sue Thomson, Kylie Hillman & Lisa De Bortoli, 2013. A Teacher’s Guide to PISA Reading
Literacy. Australian Council for Educational Research Ltd: ACER Press.
@2016, Direktorat Pembinaan SMA
14
Pengembangan Soal HOTS

Teepee, 2011. Higher Order Thinking for Gifted and Talented Students. QAGTC State
Conference Publisher.

Panduan Penilaian Pendidikan SMA, 2015, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

@2016, Direktorat Pembinaan SMA


15
Pengembangan Soal HOTS

Lampiran 1.
CONTOH KISI-KISI SOAL HOTS

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas/ Program : XI /Wajib
Semester : 1-2

Kompetensi Dasar Materi Pokok Stimulus Indikator Soal Bentuk Soal No. Soal

1.1 Menganalisis teks cerita pendek, Isi teks yang tersirat Cerpen 1. Disajikan teks cerpen, siswa dapat Ya/Tidak 1
pantun, cerita ulang, eksplanasi mengevaluasi pernyataan yang
kompleks, dan film/drama baik berkaitan dengan isi teks cerpen
melalui lisan maupun tulisan dengan tepat.

Isi teks yang tersirat Wacana 2. Disajikan teks cerpen, siswa dapat Pilihan Ganda 2
menyimpulkan isi teks cerpen
dengan tepat.

............, ..............................
Guru Mata Pelajaran

............................................
NIP.

@2016, Direktorat Pembinaan SMA


16
Pengembangan Soal HOTS

Lampiran 2.
CONTOH SOAL HOTS
Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia
RUMAH YANG TERANG
Listrik sudah empat tahun masuk kampungku dan sudah banyak yang dilakukannya.
Kampung seperti mendapat injeksi tenaga baru yang membuatnya menggeliat penuh gairah.
Listrrik memberi kampungku cahaya, musik, es, sampai api dan angin. Di kampungku listrik
juga membunuh bulan di langit.
Namun, sampai sekian lama rumahku tetap gelap. Ayahku tidak mau pasang listrik. Inilah
yang membuat tetangga di belakang rumah jengkel terus-terusan. Keduanya sangat berhasrat
menjadi pelanggan listrik. Akan tetapi, hasrat mereka tidak mungkin terlaksana sebelum ada
dakstang di bubungan rumahku. Kejengkelan mereka semakin menjadi hingga berceloteh
yang diikuti para tetangga yang lain. “Haji Bakir itu seharusnya berganti nama menjadi Haji
Bakhil. Dia kaya tetapi tidak mau pasang listrik. Tentu saja dia khawatir akan keluar banyak
duit.”
Kadang celoteh mereka sedemikian tajam. Sehingga aku tidak kuat menerimanya. Mereka
mengatakan ayahku memelihara tuyul “Tentu saja Haji Bakir tidak mau pasang listrik karena
tuyul tidak suka cahaya terang.”Yang terakhir mereka merencanakan tindakan yang lebih
jauh. Mereka menuduh ayahku telah melanggar kepentingan umum. Konon akan
mengadukan ayahku kepada lurah.
Aku sendiri bukan tidak punya masalah dengan sikap ayah. Pertama, akulah yang paling
banyak menjadi bulan-bulanan celoteh dan olok-olok orang kampung. Kedua, aku masih
harus repot untuk membeli baterai dan nyetrum aki.
Pernah aku membujuk ayah dan menawarkan biaya pemasangan listrik. Namun, hal itu
membuat ayahku tersinggung.
“Jadi kamu juga menganggap aku bakhil dan pelihara tuyul?”
Aku menyesal. Terlebih ketika beliau mengatakan alasaan sebenarnya mengapa beliau tidak
mau pasang listrik. Alasan itu tidak mungkin aku katakan kepada siapa pun. Takut celoteh
dan olok-olok orang kampung lebih menyakitkan. Hingga ayah sakit dan meninggal listrik
belum juga terpasang di rumahku.
Seratus hari sesudah ayah meninggal orang-orang bertahlil di rumahku di bawah neon dua
puluh watt. Mereka memandangi lampu dan tersenyum. Terlebih dua tetangga belakang
rumah.
“Nah, lebih enak dengan listrik, ya mas?”
Aku sebal dengan gaya mereka. Pasti menghubung-hubungkan pemasngan listrik sesudah
kematian ayah. Oh, mereka tidak tahu bahwa aku sendiri menjadi linglung. Listrik memang
sudah kupasang tetapi aku justru takut menghidupakn radio, TV, dan pemutar kaset rekaman.
Setiap kali aku menjamah saklar tiba-tiba bayangan ayah muncul dan kudengar keletak-
keletik suara tasbihnya. Hingga tidak kusadari mulutku nyerocos. Kepada tamu yang
bertahlil aku mengatakan alasan yang sebenarnya mengapa ayahku tidak suka listrik. Suatu
hal yang mestinya tetap kusimpan.
“Ayahku memang tidak suka listrik. Beliau punya keyakinan hidup dengan listrik akan
mengundang keborosan cahaya. Apabila cahaya dihabiskan semasa hidup maka ayahku amat
khawatir tidak ada lagi cahaya bagi beliau di dalam kubur.”
Aku siap menerima olok-olok atau celoteh yang akan dilontarkan para tamu. Aneh, para tamu
malah menunduk. Aku juga menunduk.
(Dikutip dan disarikan dari karya Ahmad Tohari)
@2016, Direktorat Pembinaan SMA
17
Pengembangan Soal HOTS

PERTANYAAN

1. Di kampungku listrik juga membunuh bulan di langit.


Lingkari “Ya” atau “Tidak” untuk maksud kalimat di atas!

PERNYATAAN PILIHAN

Cahaya listrik mengalahkan cahaya bulan; Ya/Tidak

Orang kampung tidak lagi memperdulikan indahnya bulan; Ya/Tidak

Acara televisi lebih menarik dan mengasyikan warga; Ya/Tidak


Kaset rekaman mampu memberi hiburan yang lebih
Ya/Tidak
menyenangkan;
Bulan temaram di atas perkampungan; Ya/Tidak

Warga lebih terhibur acara radio dan televisi. Ya/Tidak

2. Cerita pendek ini mengangkat permasalahan apa?


A. Program pemerintah tentang pemasangan listrik di desa-desa.
B. Program listrik masuk desa mendapat sambutan pro dan kontra.
C. Penolakan pemasangan listrik sebab alasan pribadi
D. Rumah yang terang tanpa cahaya yang berasal dari listrik
E. Listrik sangat dibutuhkan dan dinanti-nanti masyarakat

@2016, Direktorat Pembinaan SMA


18
Pengembangan Soal HOTS

Lampiran 3.

PEDOMAN PENSKORAN

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas/Program : XI/Wajib
Semester : 1-2

No. Jawaban Skor

1. Ya – Ya –Ya – Ya – Tidak –Ya 1


Terdapat Jawaban Salah 0
2. C. Penolakan pemasangan listrik sebab alasan pribadi 1
Jumlah skor total 2

@2016, Direktorat Pembinaan SMA


19

Anda mungkin juga menyukai