Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

FORMULASI PROTEIN REKOMBINAN

1. Definisi
Rekombinan protein adalah suatu bentuk manipulasi dari protein, yang
dihasilkan dalam berbagai cara untuk menghasilkan sejumlah besar protein,
memodifikasi urutan gen dan memproduksi produk komersial yang bermanfaat.
Pembentukan protein rekombinan dilakukan melalui perantara khusus yang
dikenal sebagai vector. Teknologi rekombinan adalah proses yang terlibat dalam
pembentukan protein rekombinan.

2. Pertimbangan Umum Formulasi Protein dan Peptda


Formulasi protein atau peptida sangat berbeda dengan formulasi obat lainnya,
karena struktur protein (1,2,3,4) yang reaksi degredasinya tidak satu tahap, hasil
degredasi tidak bisa dideteksi dengan hanya 1 metode analisis.
Saat pengembangan formulasi yang harus diperhatikan :
1) Struktur protein
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas kimia dan fisika
3) Teknik yang digunakan untuk stabilisasi protein

3. Rute Penggunaan Protein dan peptida


Protein dan peptida umumnya mempunyai bobot molekul yang besar dan
bersifat hidrofilik sehingga sulit sekali untuk bisa berpenetrasi kedalam sirkulasi
sistemik, ketika diberikan secara oral akan terdegrasi di dalam saluran gastro-
intestinal.Oleh karena itu peptida dan protein sering diberikan melalui injeksi.

Banyak pendekatan dikembangkan untuk memperbaiki masalah tersebut.


Bioavailabilitas dari transfersome mirip dengan yang dihasilkan dari injeksi
subkutan. Serum albumin manusia atau gap junction protein yang dienkapsulasi
ke dalam transfersom menunjukkan keefektifan dalam menghasilkan respon
imun ketika dihantarkan melalui rute transdermal.
Alternatif system penghantaran protein terapetik
 Penghantaran protein melalui paru-paru (pulmonarydelivery) untuk insulin
 Pengahantaran melalui oral: terutama untuk pengobatan jangka panjang:
MOST TARGET penggunaan carrier untuk menghindari degradasi GI
strategi pengembangan untuk meningkatkan absorbsi
 Penghantaran melalui nasal ; Merupakan pengembangan terkini penghantaran
protein melaui absorbs transmukosa, sangat efektif dan tidak iritan.
4. Bahan pembantu Dalam Formulasi Protein Dan peptida
a) Sistem dapar
Dapar yang bisa digunaka nuntuk formulasi protein : Fosfat (ph 6,2-8,2),
Asetat (ph3,85,8), Sitrat (ph2,16,2;pk3,15dan6,4), Suksinat (ph3,2 6,6;pk4,2
dan5,6),Histidin(pk1,8;6dan9),Glisin(pk2,35dan9,8), Arginin (pk2,18dan9,1),
Trietanolamin(ph7-9), Tris-hidroksimetilaminometan (pk 8,1) dan maleat.
b) Kelarutan protein
Sangat larut,agak larut, tidak larut bergantung pada urutan asam amino dan
konformasinya. Kelarutan asam amino berbanding terbalik dengan ukuran
dan bagian nonpolarnya, kelarutan protein ditentukan oleh kemampuan gugus
polar berinteraksi dengan air, kelarutan protein umumnya minimum pada titik
isoelektriknya karena muatannya 0 sehingga interaksi antara protein-protein
menjadi maksimum dipengaruhi oleh pH, jenis eksipien yang digunakan dan
suhu.
c) Pengawet sediaan
Sediaan mengandung protein rentan terkontaminasi mikroba, sehingga
pengawet merupakan komponen penting terutama untuk multipledose.
Pemilihan pengawet merupakan faktor kritik karena dapat mempengaruhi
stabilitas fisik sediaan (presipitasiatau turbiditilarutan) Contoh : NaHSO3
sebagai pengawet sediaan injeksi menyebabkan degradasi insulin pada pH
4-7.
d) Jenis Eksipien
Albumin (humanserum albumin,HSA)Protein (BM 66,4 kda), asam amino,
karbohidrat senyawa gula (sukrosamaltose, laktosa, trehalosa), zat pengkhelat
(EDTA), siklodekstrin, alkoholpolihidrat (gliserol, eritritol, arabitol, xylitol,
sorbitol, manitol), polietilenglikol, senyawa garam dan surfaktan.

5. Teknik-teknik Dalam Formulasi Protein Dan Peptida Serta Evaluasi Mutu


Sediaan Akhir
Teknik- teknik dalam formulasi
Teknik rekayasa jaringan yang merupakan konsep baru dalam pengobatan untuk
mempercepat regenerasi jaringan melalui penggunaan sel, polimer sintesis dan
protein seperti faktor pertumbuhan
BAB 2

PENGHANTARAN OBAT TERTARGET

1. Definisi
sistem penghantaran obat tertarget memungkinkan obat untuk berakumulasi di
organ atau jaringan target (yang sakit/membutuhkan/tempat aksi) secara selektif
dan kuantitatif terlepas di mana lokasinya dan bagaimana cara pemberian
obatnya.
Tujuan utama pengembangan sistem penghantaran tertarget adalah untuk
meningkatkan kontrol dosis obat pada tempat spesifik seperti pada sel, jaringan,
atau organ, sehingga akan mengurangi efek samping yang tidak diinginkan pada
organ non target.

2. Jenis-jenis sistem penghantaran obat tertarget


Berbagai jenis pembawa obat dalam sistem penghantaran tertarget, antara lain:
liposom, polimer misel, nanopartikel, dendrimers dan lain sebagainya. Sistem
penghantaran obat yang digunakan harus memenuhi persyaratan ideal antara
lain: harus tidak beracun, biokompatibel, non-imunogenik, biodegradabel, dan
menghindari pengenalan oleh mekanisme imun host.
A. Liposom
Liposom atau gelembung lemak merupakan partikel koloid yang dibuat
menggunakan molekul, fosfolipid danmerupakan sistem penghantaran yang
paling umum digunakan untuk penghantaran obat tertarget. Sistem
penghantaran ini menarik banyak minat peneliti karena berperan penting
dalam meningkatkan efek terapi, keamanan, dan efikasi berbagai obat
termasuk antitumor, antiviral, antimikrobial, dan vaksin. Liposom tidak
beracun, non-hemolitik dan non-imunogenik bahkan setelah suntikan
berulang. Sifatnya biokompatibel dan biodegradable dan dapat dirancang
untuk menghindari mekanisme pembersihan sistem retikuloendotelial
(RES), ginjal atau inaktivasi secara kimiawi dan enzimatik. Kekurangan
liposom in vivo merupakan pembersihan segera oleh sistem RES dan
stabilitas yang relatif rendah in vitro. Untuk mengatasi hal ini, polietilen
glikol (PEG) dapat ditambahkan ke permukaan liposom. Meningkatkan
persen mol PEG pada permukaan liposom 4-10% meningkatkan secara
signifikan waktu sirkulasi in vivo 200-1000 menit. Untuk memperbaiki
terapi dengan sistem ini perlu modifikasi permukaan dengan ligan agar
meningkatkan penghantaran menjadi lebih selektif. Hal ini penting untuk
transportasi dan penghantaran in vivo makromolekul, termasuk antisense,
aptamers oligonukleotida, dan gen, yang tidak seperti kebanyakan obat
konvensional, kurang tersirkulasi dengan baik dan sering membutuhkan
serapan seluler oleh fusi, endositosis, atau proses lainnya untuk mencapai
tempat aksinya.
B. Polimer Misel
Misel adalah partikel koloid dengan ukuran dalam kisaran 5-100 nm. Misel
terdiri dari amfifil atau bahan aktif permukaan (surfaktan), dimana sebagian
besar kepala merupakan kelompok-hidrofilik dan ekor hidrofobik. Pada
konsentrasi rendah dalam medium berair, amfifil berupa monomer dalam
larutan, namun ketika konsentrasi meningkat, agregasi dan self-assembly
berlangsung sehingga misel terbentuk. Konsentrasi di mana misel yang
terbentuk disebut sebagai konsentrasi misel kritis (CMC). Pembentukan
misel dipicu oleh penataan ekor hidrofobik yang mengarah ke keadaan yang
menguntungkan entropi. Fungsionalisasi misel sebagai penghantar obat
dapat ditingkatkan dengan cara menempelkan ligan pentarget yang secara
khusus mengenali dan mengikat reseptor yang diekspresikan pada sel tumor.
Misel juga sangat menarik digunakan dalam pemberian obat yang
ditargetkan pada sel-sel kanker karena:
1) akumulasi misel polimer pada tumor dapat meningkat karena efek EPR
sehingga pendekatan pentargetan pasif dapat berlaku di sini;
2) polimer misel dapat dibuat sensitif terhadap perubahan suhu atau pH,
yang berpotensi berguna untuk penghantaran obat yang ditargetkan pada
kanker, karena banyak proses patologis dalam jaringan kanker yang disertai
dengan peningkatan suhu atau keasaman;
3) Ligan yang berinteraksi dengan reseptor spesifik untuk sel-sel kanker
juga dapat melekat pada unit hidrofilik dari misel. Pendekatan ini dikenal
sebagai penargetan aktif.

C. Nanopartikel
Nanopartikel adalah sistem koloid dengan ukuran submikron (< 1 M)
terbuat dari berbagai macam bahan dalam berbagai komposisi. Vektor
nanopartikel meliputi: liposom, misel, dendrimers, nanopartikel lipid padat,
nanopartikel logam, semikonduktor nanopartikel dan polimer nanopartikel
Nanopartikel sangat baik untuk penargetan tumor karena sifat unik yang
mampu melekat pada tumor padat. Pertumbuhan tumor padat yang cepat
menyebabkan drainase.limfatik pembuluh darah yang jelek serta
peningkatan efek permeabilitas dan retensi (EPR) yang memungkinkan
nanopartikel terakumulasi di lokasi tumor. Penelitian menunjukkan bahwa
sistem penghantaran nanopartikel memungkinkan konsentrasi obat pada
tumor mencapai 10 - 100 kali lipat lebih tinggi dibandingkan ketika
pemberian obat bebas. Selain pentargetan tumor secara pasif melalui efek
EPR, lokalisasi intratumoral nanopartikel dapat lebih ditingkatkan dengan
pentargetan aktif melalui konjugasi partikel dengan molekul kecil pengenal
tumor spesifik seperti asam folat, tiamin, dan antibodi atau lektin.

D. Dendrimer
Dendrimer merupakan makromolekul dengan struktur bercabang dan terdiri
atas inti, cabang dan gugus ujung. Dendrimer yang di dekorasi dengan
bioaktif ligan yang terbuat dari peptide dan sakarida pada gugus perifer,
membentuk nanomaterial yang memiliki sifat mampu berikatan dengan
reseptor spesifik. Pada level selular konjugat bioaktif dendrimer dapat
berinteraksi dengan sel berdasar afinitas dan selektifitas sehingga menarik
banyak minat karena potensi pentargetan untuk desain sistem penghantaran
obat. Selain itu konjugat dendrimer juga banyak dipelajari karena dapat
menaikkan stabilitas, solubilitas, dan absorbsi berbagai jenis tipe bahan aktif
terapetik.

3. Desain
Desain sistem penghantaran tertarget menggunakan ligan:
Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan untuk mengembangkan sistem
penghantaran tertarget, antara lain pengembangan sistem yang biodegradable,
biokompatibel dan nontoksik, pemilihan bahan pembawa (carrier) serta material
pentarget yang tepat.

Keterangan: skema desain sistem pembawa


tertarget

= matrik pembawa (polimer)


= obat
= homing device

(a) Sistem koloidal nanokapsul


(b) Sistem koloidal nanospere

4. Mekanisme
Sistem penghantaran obat tertarget dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sistem
tertarget aktif dan tertarget pasif.
1) Sistem penghantaran tertarget pasif bertujuan meningkatkan konsentrasi obat
pada tempat aksi melalui pengurangan interaksi yang tidak spesifik dengan
mendesain sifat fisikakimia sistem penghantaran yang digunakan, meliputi:
ukuran, muatan permukaan, hidrofobisitas permukaan, sensitivitas pada
pemicu, dan aktivitas permukaan sehingga dapat mengatasi barier anatomi,
seluler, dan subseluler dalam penghantaran obat. Contoh sistem penghantaran
jenis ini yaitu: liposom, mikro/nanopartikel, misel, dan konjugat polimer.
2) Sistem penghantaran tertarget aktif merupakan sistem penghantaran tertarget
pasif yang dibuat lebih spesifik dengan penambahan “homing device” yaitu
suatu ligan yang dapat dikenali oleh suatu reseptor spesifik kemudian
berinteraksi dengan reseptor tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan
konsentrasi obat pada tempat yang diinginkan.
BAB 3
REKAYASA JARINGAN

1. Definisi
Rekayasa jaringan adalah penggunaan kombinasi teknik sel, rekayasa dan
material serta pemanfaatan factor biokimia dan fisiokimia untuk meningkatkan
atau menggantikan fungsi biologis. Rekayasa jaringan juga meliputi upaya
penciptaan fungsi biokimia khusus menggunakan sel dalam suatu organ buatan
(pankreas buatan misalnya). Rekayasa jaringan merupakan suatu bidang
multidisiplin yang berkembang pesat melibatkan ilmu hayati, fisika, dan teknik
yang dipelajari untuk menumbuhkan fungsi sel, jaringan, dan organ buatan
untuk memperbaiki, menggantikan, atau meningkatkan fungsi biologis yang
hilang oleh abnormalitas bawaan, luka, penyakit atau penuaan.

Strategi yang umum diterapkan pada rekayasa jaringan dapat diklasifikasikan


menjadi tiga kelompok :
(1) Implantasi sel terisolasi atau pengganti sel ke dalam organisme,
(2) Memberikan zat yang menginduksi jaringan seperti faktor pertumbuhan, dan
(3) Menempatkan sel pada atau di dalam matriks.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada pembentukan jaringan baru yaitu faktor
pertumbuhan, sitokin dalam sistem imunologi, faktor kekuatan mekanik,
pengaruh genetik, dan molekul ECM (Extra Celluler Matrix) serta molekul
permukaan sel yang berpengaruh pada pengaturan

2. Keunggulan Rekayasa Jaringan Di banding Terapi Lainnya


Keunggulan rekayasa jaringan di banding terapi lainnya Salah satu keunggulan
rekayasa jaringan dibandingkan dengan terapi lainnya yaitu dapat membantu
meregenerasi kulit yang terbakar, dapat mengobati radang arthritist ringan
sampai dengan berat.

3. Prinsip Dasar Rekayasa Jaringan


Salah satu prinsip dasar rekayasa jaringan adalah menumbuhkan sel-sel tertentu
secara in-vitro untuk membentuk jaringan atau organ yang dibutuhkan sebelum
dimasukkan ke dalam tubuh pasien. Untuk mencapai tujuan ini, sel-sel harus
ditumbuhkan dalam suatu substrat berstruktur 3-dimensi (3-D), yang dikenal
sebagai scaffold atau sistem perancah.

Rekayasa jaringan memiliki prinsip kerja yaitu dapat menghubungkan antara


fungsi struktur jaringan normal dan kondisi patologis, serta memiliki fungsi
sebagai pengganti jaringan biologis yang mampu memulihkan, mempertahankan
atau meningkatkan fungsi jaringan.
4. Komponen Utama Rekayasa Jaringan
Teknologi ini memanfaatkan mahluk hidup sebagai komponen utamanya.
Mahluk hidup yang digunakan bisa berasal dari mikroorganisme, tanaman atau
hewan. Rekayasa jaringan dibangun atas 3 komponen utama yaitu:
1) Sumber sel
Sumber sel yang digunakan sebagai terapi rekayasa jaringan dapat diperoleh
dari tubuh pasien itu sendiri. Salah satu jenis sel yang banyak dikembangkan
adalah sel punca asal jaringan lemak.
2) Scaffold (steger)
Steger berfungsi sebagai penyangga sementara untuk tumbuh kembang sel.
Syarat steger harus bisa terurai dan tidak beracun bagi sel. Bahan dasar
material steger dibagi menjadi 2 yaitu :
 Berbahan dasar protein
Material steger berbahan dasar protein di antaranya adalah kolagen,
gelatin, elastin, keratin, dan sutra.

 Berbahan dasar polisakarida.


Material steger berbahan dasar polisakarida adalah selulosa, pati, alginat,
dan kitosan.

3) Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan pokok makanan sel, agar sel dapat tumbuh dan
memperbanyak jumlahnya. Pada dasarnya, sel membutuhkan nutrisi baru
setiap 2 hari sekali, sama halnya dengan kebutuhan kita sebagai manusia
untuk makan 3 kali sehari. Jika sel tidak disuplementasi dengan nutrisi, maka
sel juga akan mengalami kematian. Oleh karena itu, sumber nutrisi
merupakan salah satu komponen dasar yang utama untuk pertumbuhan sel.
Sel yang tumbuh akan memperbanyak diri dan membentuk jaringan
mengikuti bentuk steger. Steger dapat direkonstruksi menjadi bentuk organ
yang diinginkan seperti hidung, telinga dan tulang.

Anda mungkin juga menyukai