Anda di halaman 1dari 3

Apa Sih Grasi, Amnesti, Abolisi dan Rehabilitasi itu?

Grasi adalah wewenang dari Kepala Negara untuk memberikan pengampunan terhadap
hukuman yang telah dijatuhkan oleh hakim, berupa menghapus seluruhnya, sebagian atau
mengubah sifat/bentuk hukuman itu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, grasi sebagai ampunan yang diberikan Kepala Negara
terhadap seseorang yang dijatuhi hukuman.

Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 22 Tahun 2002, Grasi adalah pengampunan berupa
perubahan, peringanan, pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana
yang diberikan oleh Presiden.

Grasi bukan berupa upaya hukum, karena upaya hukum hanya terdapat sampai pada tingkat
Kasasi ke Mahkamah Agung. Grasi merupakan upaya non hukum yang didasarkan pada hak
prerogatif Presiden dan juga diputuskan berdasarkan pertimbangan subjektif Presiden. Grasi
dibutuhkan dalam pemerintahan suatu negara karena dapat meminimalisasi beberapa resiko yang
dikhawatirkan sebagai akibat dari vonis yang dijatuhkan oleh hakim, khususnya untuk pidana
pidana mati yaitu adanya kemungkinan terjadi eksekusi terhadap innocent people. Selain itu,
adanya kekhilafan dalam proses hukum, meliputi proses penuntutan, penangkapan yang salah,
atau keterangan dari saksi yang tidak dapat dipercaya. Grasi berada di luar lingkup peradilan
pidana.

Amnesti adalah suatu pernyataan terhadap orang banyak yang terlibat dalam suatu tindak pidana
untuk meniadakan suatu akibat hukum pidana yang timbul dari tindak pidana tersebut. Amnesti
diberikan kepada orang-orang yang sudah ataupun yang belum dijatuhi hukuman, yang sudah
ataupun yang belum diadakan pengusutan atau pemeriksaan terhadap tindak pidana tersebut.
Secara umum amnesti adalah sebuah tindakan hukum yang mengembalikan status tak bersalah
kepada orang yang sudah dinyatakan bersalah secara hukum sebelumnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, amnesti merupakan pengampunan atau penghapusan
hukuman yg diberikan kepala negara kepada seseorang atau sekelompok orang yg telah
melakukan tindak pidana tertentu. Amnesti ditujukan kepada orang banyak. Pemberian amnesti
yang pernah diberikan oleh suatu negara diberikan terhadap delik yang bersifat politik seperti
pemberontakan atau suatu pemogokan kaum buruh yang membawa akibat luas terhadap
kepentingan negara. Amnesti merupakan hak prerogatif Presiden dalam tataran yudikatif.

Abolisi berarti penghapusan atau pembasmian. Menurut istilah abolisi diartikan sebagai
peniadaan tuntutan pidana. Artinya, Abolisi bukan suatu pengampunan dari Presiden kepada para
terpidana. Tetapi merupakan sebuah upaya Presiden untuk menghentikan proses pemeriksaan
dan penuntutan kepada seorang tersangka. Karena dianggap pemeriksaan dan penuntutan
tersebut dapat mengganggu stabilitas pemerintahan.

Rehabilitasi adalah suatu tindakan Presiden dalam rangka mengembalikan hak seseorang yang
telah hilang karena suatu keputusan hakim yang ternyata dalam waktu berikutnya terbukti bahwa
kesalahan yang telah dilakukan seorang tersangka tidak seberapa dibandingkan dengan perkiraan
semula atau bahkan ia ternyata tidak bersalah sama sekali.

Kamus Besar Bahasa Indonesia secara singkat menterjemahkan rehabilitasi sebagai pemulihan
kpd kedudukan (keadaan, nama baik) yg dahulu (semula). Fokus rehabilitasi ini terletak pada
nilai kehormatan yang diperoleh kembali dan hal ini tidak tergantung kepada Undang-undang
tetapi pada pandangan masyarakat sekitarnya.

http://widhiyuliawan.blogspot.co.id/2013/04/apa-sih-grasi-amnesti-abolisi-dan.html

Dasar hukum Amnesti, Rehabilitasi, Abolisi, dan Grasi

Pertanyaan :
Amnesti, Rehabilitasi, Abolisi, dan Grasi
Assalamualaikum, terima kasih. Saya ingin tahu, kenapa pemberian amnesti, rehabilitasi, abolisi,
dan grasi oleh Presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR dan MA. Waalaikum salam.
Jawaban :

Menurut pasal 1 angka 1 UU No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi, grasi adalah pengampunan
berupa perubahan, peringanan, pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada
terpidana yang diberikan oleh Presiden. Sedangkan untuk rehabilitasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) UUD 1945, dilakukan pemulihan dalam kemampuan, kedudukan dan
harkat serta martabatnya, dan dikembalikan kepada kedudukannya (lihat Keputusan Presiden RI
No. 142 Tahun 2000, pemberian rehabilitasi pada Sdr. Nurdin AR).

Pasal 4 UU No. 11 Tahun 1954 tentang Amnesti dan Abolisi menyebutkan bahwa akibat dari
pemberian amnesti adalah semua akibat hukum pidana terhadap orang-orang yang diberikan
amnesti dihapuskan. Sedangkan untuk pemberian abolisi, penuntutan terhadap orang-orang yang
diberikan abolisi ditiadakan.

Pasal 14 ayat (1) UUD 1945, menyebutkan bahwa Presiden memberi grasi dan rehabilitasi
dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. Sedangkan untuk pemberian amnesti
dan abolisi harus memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 14 ayat [2]
UUD 1945).
Sebelum amandemen UUD 1945, grasi, rehabilitasi, abolisi dan amnesti menjadi hak absolut
Presiden. Ketentuan perubahan terhadap Pasal 14 ayat (2) UUD 1945 tentang amnesti dan abolisi
tersebut bertujuan untuk peningkatan fungsi dan peran DPR dalam melakukan pengawasan
terhadap penyelenggaraan pemerintahan oleh Presiden. Dengan ketentuan pertimbangan ini,
maka pemberian grasi, rehabilitasi, amnesti, abolisi tidak lagi menjadi hak absolut Presiden,
melainkan harus memperhatikan pertimbangan dari MA atau DPR.

Demikian sejauh yang kami ketahui. Semoga bermanfaat.

Dasar hukum:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


2. Undang-Undang No. 11 Tahun 1954 tentang Amnesti dan Abolisi
3. Undang-Undang No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4bd6dab5117a4/amnesti,-rehabilitasi,-abolisi,-dan-grasi

Anda mungkin juga menyukai