Anda di halaman 1dari 350

B RR

NAD - Nias

Laporan Akhir ini merupakan laporan tahap penyelesaian dalam rangkaian kegiatan
“ PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BIREUEN DAN
KAWASAN PERMUKIMAN UTAMA “ yang merupakan kerjasama antara Pemerintah
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Dinas Perkotaan dan Permukiman cq. SKS –
BRR Tata Ruang, Lingkungan, Pemantauan dan Evaluasi Manfaat NAD dengan
PT. Artama Interkonsultindo bekerjasama dengan CV. Triple – C.

Laporan Akhir ini memaparkan (BUKU I PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG


WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BIREUEN) kebijakan – kebijakan yang terkait
dengan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bireuen, Rencana
yang ada, Gambaran Umum, Fakta dan Analisis Kecamatan yang diprioritaskan serta
Action Plan.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian pekerjaan ini.

Banda Aceh , Mei 2006

PT. Artama Interkonsultindo

CV. Triple - C

PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO


BRR
NAD - Nias

PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KABUPATEN BIREUEN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM


BRR
NAD - Nias

1.1. LATAR BELAKANG

Gempa bumi yang diikuti gelombang Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 dan
gempa susulan pada tanggal 28 Maret 2005, telah meluluhlantahkan sebagian besar
wilayah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kepulauan Nias Provinsi
Sumatera Utara, dengan korban lebih dari dua ratus ribu jiwa meninggal dan
menyisakan kerusakan fisik yang luar biasa. Oleh karena itu, wilayah ini harus
direncanakan dan ditata kembali mengikuti kaidah-kaidah dan norma-norma yang
ada dengan memasukan aspek mitigasi terhadap bencana alam dalam rangka
meminimalkan resiko di kemudian hari dengan memberikan kesempatan masyarakat
untuk berpartisipasi langsung dalam proses perencanaan dan implementasinya.

Dalam rangka percepatan proses penanganan bencana dan dampak luar biasa yang
ditimbulkan tersebut, Pemerintah mengeluarkan Perpu No. 2 Tahun 2005 untuk
membentuk Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat
Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara (disingkat BRR NAD-Nias),
serta mengeluarkan Perpres No. 30 Tahun 2005 tentang Rencana Induk Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat NAD dan Kepulauan Nias
Provinsi Sumatera Utara. Rencana Induk ini merupakan acuan bagi proses
perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi
dan rekonstruksi di wilayah provinsi NAD dan Kepulauan Nias.

Dalam konteks penataan ruang, telah dikeluarkan beberapa arahan yang termuat
dalam Rencana Induk pada Buku Utama Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
Dalam buku ini dijelaskan bahwa tujuan penataan ruang wilayah Aceh dan Nias
adalah membangun kembali wilayah, kota, kawasan dan lingkungan permukiman
yang rusak akibat bencana gempa dan tsunami, sehingga masyarakat dapat segera
melakukan aktivitasnya dalam kondisi yang lebih baik dan aman dari bencana.
Kebijakan dan strategi penataan ruang dan pertanahan, memberikan gambaran
konsep dan skenario penataan ruang, dan memberikan arahan pola serta struktur
tata ruang wilayah Provinsi NAD, serta Kabupaten/kota di Wilayah Provinsi NAD dan
di Kepulauan Nias. Secara umum, arahan pola dan struktur tata ruang wilayah ini
perlu dijabarkan lagi ke dalam bentuk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota dan Rencana Tata Ruang yang lebih detail.

LAPORAN AKHIR I- 1
BRR
NAD - Nias

Sebagaimana dijelaskan pada pasal 22 ayat 3 UU No. 24 Tahun 1992 tentang


Penataan Ruang, RTRW Kabupaten/Kota ini akan menjadi pedoman untuk : (a)
Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten/kota; (b)
Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah kabupaten/kota serta keserasian antar sektor; (c) pengarahan lokasi
investasi yang dilaksanakan pemerintah atau masyarakat; (d) penyusunan rencana
rinci (detail) tata ruang di kabupaten/ kota; (e) Pelaksanaan pembangunan dalam
memanfaatkan ruang bagi kegiatan pembangunan.

Salah satu Kabupaten di provinsi NAD yang perlu disiapkan RTRW Kabupatennya
adalah Kabupaten Bireuen. Secara geografis, Kabupaten Bireuen memiliki posisi
strategis, karena terletak pada koridor pantai Timur Sumatera (merupakan wilayah
yang relatif lebih maju dibandingkan dengan wilayah Tengah dan koridor Pantai
Barat), serta berhadapan langsung dengan Selat Malaka yang merupakan jalur
pelayaran internasional yang padat. Kerusakan pada wilayah Kabupaten Bireuen
paska bencana gempa dan tsunami, terutama terjadi pada wilayah-wilayah di
sekitar pesisir pantai, antara lain Kecamatan Samalanga dan Kecamatan Gandapura
yang tergolong cukup parah.

Untuk mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Kabupaten Bireuen,


maka BRR NAD-Nias merasa perlu untuk menyiapkan RTRW Kabupaten Bireuen dan
Kawasan Permukiman Utamanya, sebagai acuan spasial bagi kegiatan rehabilitasi
dan rekonstruksi, serta kegiatan pengembangan sosial-ekonomi dan pembangunan
wilayah yang berkelanjutan. Dalam prosesnya, penyusunan RTRW Kabupaten
Bireuen dan Kawasan Permukiman Utama ini dilaksanakan secara bertahap, dimana
untuk Tahap-1 diarahkan untuk proses identifikasi permasalahan tata ruang
kabupaten, dan penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) pada kecamatan prioritas
yang terkena dampak bencana tsunami secara langsung atau tidak langsung, yang
meliputi : penentuan prioritas bagi perencanaan tata ruang kampung (Village Plan)
untuk program rekonstruksi perumahan/pemukiman, dan penentuan prioritas
Kecamatan untuk pelaksanaan program rekonstruksi kecamatan, serta identifikasi
potensi dan permasalahan mendesak dan penyusunan Rencana Tindak (Action Plan)
rehabilitasi dan rekonstruksi pada kawasan permukiman utama (kawasan perkotaan)
Bireuen.

LAPORAN AKHIR I- 2
BRR
NAD - Nias

1.2. MAKSUD, TUJUAN dan SASARAN

1.2.1. MAKSUD

Maksud pekerjaan ini adalah membantu menyusun acuan bagi Pemerintah


Kabupaten Bireuen dalam melaksanakan program-program pembangunan sebagai
wujud operasionalisasi dari Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias.

1.2.2. TUJUAN

Tujuan pekerjaan ini adalah menyusun RTRW Kabupaten Bireuen dan Kawasan
Permukiman Utama untuk Tahap-1,

1. Review RTRW Kabupaten yang ada, identifikasi permasalahan tata ruang


kabupaten, serta penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) pada kecamatan
prioritas yang terkena dampak bencana tsunami secara langsung atau tidak
langsung, yang meliputi : penentuan prioritas bagi perencanaan tata ruang
kampung (Village Plan) untuk program rekonstruksi perumahan/ pemukiman, dan
penentuan prioritas Kecamatan untuk pelaksanaan program rekonstruksi
kecamatan,

2. Review Rencana Tata Ruang Kota yang ada, perumusan rencana strategis
pengembangan kota, identifikasi potensi dan permasalahan mendesak, serta
penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) rehabilitasi dan rekonstruksi pada
kawasan permukiman utama (kawasan perkotaan) Bireuen.

1.2.3. SASARAN

Sasaran yang hendak dicapai dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

1) Teridentifikasinya permasalahan tata ruang, dan isu-isu pembangunan jangka


panjang Kabupaten Bireuen, disertai rekomendasi kebutuhan dalam penyusunan
RTRW Kabupaten Bireuen (Tahap II).

2) Teridentifikasinya permasalahan tata ruang, serta tersusunnya Rencana Tindak


(Action Plan) pada kecamatan prioritas, yang terkena dampak bencana tsunami
secara langsung atau tidak langsung, mencakup : penentuan prioritas bagi
perencanaan tata ruang kampung (Village Plan) untuk program rekonstruksi

LAPORAN AKHIR I- 3
BRR
NAD - Nias

perumahan/pemukiman, dan penentuan prioritas Kecamatan untuk pelaksanaan


program rekonstruksi kecamatan.

3) Teridentifikasinya potensi dan permasalahan mendesak, serta tersusunnya Konsep,


Strategi, dan Rencana Tindak (Action Plan) Rehabilitasi dan Rekonstruksi pada
kawasan permukiman utama (perkotaan) Bireuen.

1.3. RUANG LINGKUP

1.3.1. RUANG LINGKUP WILAYAH STUDI

Lingkup Wilayah Umum Studi (WUS) meliputi seluruh wilayah Administrasi


Kabupaten Bireuen, seluas +1.901,21 Km2 dan terdiri dari 17 Kecamatan. Sedangkan
Wilayah Efektif Studi (WES) meliputi kecamatan prioritas (meliputi 9 kecamatan)
yang terkena dampak bencana tsunami secara langsung atau tidak langsung, serta
kawasan permukiman utama (kawasan perkotaan) Bireuen yang menjadi ibukota
Kabupaten Bireuen.

1.3.2. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup kegiatan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

A. RTRW KABUPATEN :

1) Review Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah pernah ada.

2) Indentifikasi masalah Tata Ruang Kabupaten dan menyusun pemecahan masalah-


masalah (Jalan Keluar) sesuai prioritas jangka pendek dan mengindentifikasi
siapa yang mengerjakan apa dan kapan (Who does what and when).

3) Identifikasi masalah Tata Ruang pada minimal 6 Kecamatan di setiap


Kabupaten, dengan prioritas kecamatan yang terkena tsunami Iangsung ataupun
tidak langsung.

4) Pemilihan/penetapan 6 Kecamatan tersebut harus mendapat persetujuan dari


Pemda Kabupaten yang bersangkutan.

5) Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) untuk 6 Kecamatan tersebut,


mencakup penentuan prioritas bagi perencanaan tata ruang kampung (Village

LAPORAN AKHIR I- 4
BRR
NAD - Nias

Plan) untuk rekonstruksi perumahan/pemukiman dan penentuan prioritas


Kecamatan untuk dilaksanakannya Kecamatan Reconstruction plan.

6) Rekomendasi kebutuhan Rencana Tata Ruang Wilayah Jangka Panjang Tahap II.

7) Identifikasi isu-isu pembangunan jangka panjang yang memerlukan penelitian


atau rencana yang effektif dalam Rencana Tata Ruang Jangka Panjang (Tahap
II).

B. TATA RUANG KAWASAN PEMUKIMAN UTAMA

1) Review RTRW yang pernah ada dan merekomendasikan rencana strategis


pengembangan kota untuk masa yang akan datang seperti :
o Rencana Struktur Tata Ruang
o Rencana Pola Pemanfaatan Ruang
o Rencana Sistim Jaringan Transportasi
o Rencana Arah Pengembangan Kota

2) Identifikasi potensi dan masalah mendesak dalam wilayah pemukiman utama


(perkotaan) dan rencana (concept plans) pemecahan masalah tersebut.

3) Rencana Tindak (Action Plan) Rehabilitasi dan Rekonstruksi berdasarkan konsep


yang telah disepakati oleh Pemda dan masyarakat dalam hal sebagai berikut:
a. Penentuan prioritas rehabilitasi dan rekonstruksi pengembangan Daerah
Rawa dan pantai.
b. Penentuan prioritas rehabilitasi dan rekonstruksi bidang Pengendalian Banjir
dan Pengaman Pantai.
c. Penentuan prioritas rehabilitasi dan rekonstruski bidang Irigasi.
d. Penentuan prioritas rehabilitasi dan rekonstruksi bidang Peningkatan Kualitas
]asa Ketenagalistrikan.
e. Penentuan prioritas rehabiltasi dan rekonstruski bidang Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Jalan Propinsi, Kabupaten dan Kecamatan.
f. Penentuan prioritas rehabilitasi dan rekonstruksi bidang Pemeliharaan,
Rehabilitasi, Peningkatan dan Pembangunan Sarana dan Prasarana
Transportasi.
g. Penentuan prioritas rehabilitasi dan rekonstruksi bidang Pengembangan
Sistem Pelayanan Air Minum dan Air Limbah.

LAPORAN AKHIR I- 5
BRR
NAD - Nias

h. Penentuan prioritas rehabilitasi dan rekonstruski bidang Peningkatan Sarana


dan Prasarana Pemerintah.
i. Penentuan prioritas rehabilitasi dan rekonstruksi bidang Pengembangan
Perumahan dan Permukiman.
j. Penentuan prioritas rehabilitasi dan rekonstruksi bidang Pendidikan dan
Kesehatan.
k. Penentuan prioritas rehabilitasi dan rekonstruksi bidang Pemberdayaan
Ekonomi, Dunia Usaha dan Investasi.
l. Penentuan prioritas rehabilitasi dan rekonstruksi bidang Agama, Sosial dan
Budaya.

1.3.3. RUANG LINGKUP SUBSTANSI

Ruang lingkup substansi pekerjaan ini, antara lain meliputi :

1. Kebijakan Rekonstruksi Desa dan Kota (Urban and Village)

a. Memampukan mereka yang paling menderita karena bencana sebagai pemangku


inti dengan menghargai mereka atas apa yang mereka punya seperti tata nilai,
harapan-harapan dan kebutuhan-kebutuhannya;

b. Merehabilitasi kondisi sosial-ekonomi dan struktur sistem permukiman;

c. Memperbaiki kerusakan dan memproteksi aset masyarakat yang tersisa;

d. Memastikan aspek keselamatan dan masyarakat dan asetnya dan bencana


(gempa dan tsunami) di kemudian hari;

e. Menciptakan lingkungan tempat tinggal lebih baik;

f. Mengarahkan rekonstruksi permukiman secara cepat, terpadu, dan cost-


effective;

2. Strategi Rekonstruksi

a. Perencanaan dan rekonstruksi dapat dibuat/dilakukan secara simultan;

b. Mengembangkan/membangun kota/desa yang secara ekologi mampu bertahan


terhadap bencana tsunami;

LAPORAN AKHIR I- 6
BRR
NAD - Nias

c. Mencegah relokasi/resettlement, meminimalkan perubahan pada densitas,


hirarki, dan struktur kota serta land use;

d. Revitalisasi tempat-tempat kegiatan sosial-ekonomi;

e. Rehabilitasi prasarana dan fasilitas;

f. Menghindarkan pengalihan kepemilikan lahan, konsolidasi lahan dan


memperlambat kembali ke area dekat pantai;

g. Zoning delineation dan zoning code direncanakan dengan melibatkan masyarakat


yang menjadi korban bencana.

3. Rencana Mitigasi

a. Kenapa kerusakan dan korban begitu besar : planning background


• Tidak ada peringatan dini;
• Tempat ketinggian untuk tempat penyelamatan (escape hill/facilities) tidak
mudah dijangkau dan bahkan tidak terrsedia;
• Jalan tidak dirancang sebagai jalur penyelamatan (escape road) sehingga
menjadi congested pada saat bencana terjadi serta menjadikan mereka
terjebak dalam bottle necks,
• Bongkahan sisa bangunan (soild debris/wreckages) yang terbawa gelombang
tsunami hampir tidak tertahan dan menghantam segala yang ada di depannya
dan bahkan manusia yang mengakibatkan kerusakan yang hebat dan korban
yang banyak;
• Banyak bangunan hancur oleh gempa sebelum tsunami datang.

b. Bagaimana memitigasi bencana tsunami

• Menyiapkan bangunan/fasilitas penyelamatan (Escape Hills/ Facilities EH/ F)


dalam kota.
‰ Besar luasnya EH/F tergantung pada desain kapasitas jumlah orang yang
akan ditampung, dengan catatan 1 m2/orang;
‰ Tinggi EH/F tergantung pada tinggi maksimum gelombang tsunami yang
pernah terjadi pada kawasan itu. Semakin jauh dan pantai tinggi EH/F
semakin berkurang (rendah); dengan pantai;

LAPORAN AKHIR I- 7
BRR
NAD - Nias

‰ Semakin dekat ke pantai, semakin cepat waktu yang diperlukan untuk


mencapai EH/F semakin jauh dan pantai, semakin sedikit kebutuhan
adanya EH/P,
‰ EH lebih disukai berupa bukit alamiah atau tanah urugan berupa bukit
kecil dan dapat digunakan juga sebagai jalur hijau atau taman atau
penggunaan lainnya yang ramah lingkungan;
‰ Mengidentifikasi kawasan yang aman (safe areas ~ SA) dan jangkauan
tsunami sebelumnya.

• Menanam pepohonan sebagai sabuk penahan tsunami pada beberapa bagian


desa dan kota, berupa:
‰ Bakau (mangroves) di sepanjang pantai;
‰ Sabuk pepohonan sebagai batas desa di setiap desa;
‰ Sabuk pepohonan sebagai batas kecamatan di setiap kecamatan (sub
district); -- Sabuk pepohonan sebagai hutan kota pada setiap kota.

• Mengembangkan jalur evakuasi /jalur penyelamatan menuju EH/F dan SA.


‰ Merencanakan kembali hirarki dan pola jaringan jalan yang ada;
membangun jalan baru menuju EH/Fdan SA;
‰ Memastikan desain jalan baru sebagai jalur/rute penyelamatan mampu
memfasilitasi proses evakuasi orang dalam jumlah besar untuk mencapai
EH/Fdan SA dalam durasi waktu yang telah ditetapkan.

• Building Codes
‰ Untuk gempa;
‰ Untuk tsunami.

• Sistem peringatan dini (Early warning system)


‰ Pengetahuan tradisional;
‰ Teknologi baru/modern.

• Kesadaran masyarakat melalui:


‰ Perencanaan partisipatif;
‰ Pelatihan;
‰ Pendidikan kepada anak-anak melalui jalur formal seperti di sekolah.

LAPORAN AKHIR I- 8
BRR
NAD - Nias

4. Memadukan Rencana Mitigasi dengan Rencana Rekonstruksi

a. Perencanaan dari Atas (Top-Down Planning)

• Prosedur :

Pendekatan perencanaan partisipasif yang difokuskan pada daerah yang


paling parah akibat bencana dengan bekerjasama dengan pimpinan
masyarakat dan stakeholders lainnya.

• Substansi/materi perencanaan:

‰ Memperkirakan kerusakan kawasan budidaya (terbangun dan tidak


terbangun) dan non budidaya terutama pada pusat-pusat kegiatan (sosial,
ekonomi, lingkungan/geomorfologi, perumahan, infrastruktur, fasilitas,
dli);

‰ Menganalisis sistem perkotaan termasuk untuk urban services


(drainase/sewage/sampah/sanitasi) :
♦ Mengevaluasi pengaruh kerusakan pada perubahan rona ruang wilayah
dan rencana tata ruang wiiayah;
♦ Memformulasikan cara / situasi agar kegiatan sosekbud (perkotaan)
tetap dapat berjalan;

‰ Menganalisis struktur ruang didasarkan pada pendekatan superimpose:


♦ Rencana tata ruang yang ada;
♦ Kondisi sebelum tsunami;
♦ Kondisi setelah tsunami.

‰ Memantapkan skenario mitigasi untuk seluruh wilayah;

‰ Memberikan muatan-muatan spasial sebagai driving forces untuk


penataan ruang;

‰ Menyusun dan menyiapkan indikator makro (indikator sosekbud) yang


ingin dicapai dalam penataan dan pemanfaatan ruang (tingkat kualitas
hidup : pertumbuhan ekonomi, PDRB/kapita, income/kapita, HDI, KPI,
aksesibilitas, dli);

LAPORAN AKHIR I- 9
BRR
NAD - Nias

‰ Menyiapkan skenario keseimbangan pertumbuhan (komposisi sosekbud :


status sosek vs ekonomi makro wilayah, lapangan kerja, pendidikan, dll)
termasuk menyiapkan strategi untuk mengakomodasikan sektor informal
(semua yang sulit diatur seperti KS, ojek, dll) untuk memampukan tata
ruang dapat menyerap angkatan kerja dan sekaligus membuka
kesempatan kerja dalam rangka men-generate ekonomi;

‰ Aplikasikan konsep aksesibilitas untuk menciptakan efisiensi penggunaan


ruang dan energi (better accessibility rather than unilmited mobility
dalam bentuk compact city, TOO, join development, super block, zero
movement approach);

‰ Memformulasikan skenario rekonstruksi untuk seluruh wilayah;

‰ Menyusun struktur konseptual rekonstruksi wilayah;

b. Perencanaan dari Bawah (Bottom-Up Planning)

• Prosedur :

Pendekatan perencanaan partisipasif yang difokuskan pada daerah yang


paling parah akibat bencana dengan bekerjasama dengan masyarakat yang
terkena bencana.

‰ Perencana tata ruang memfasilitasi masyarakat dengan ide, konsep,


analisis, dan solusi teknis;

‰ Mengawali kegiatan perencanaan dan penataan gampong/desa;

‰ Memadukan beberapa rencana desa menjadi rencana sub kecamatan


(sub-district plan) yang merupakan interface untuk menuju skala rencana
wilayah lebih tinggi (kabupaten/kota);

‰ Memadukan beberapa rencana sub kecamatan (sub-district plan) menjadi


rencana kecamatan (district plan).

• Substansi materi perencanaan:

‰ Memperkirakan kerusakan desa/sub-kecamatan/kecamatan (sosial,


ekonomi, geo-morfologi, perumahan, infrastruktur, fasilitas);

‰ Menganalisis sistem desa/sub-kecamatan/kecamatan:

LAPORAN AKHIR I- 10
BRR
NAD - Nias

♦ Mengevaluasi pengaruh kerusakan pada perubahan rona ruang


permukiman/perumahan wilayah dan rencana tata ruang wilayah;
♦ Memformulasikan cara/situasi agar kegiatan sosekbud
(desa/subkecamatan/kecamatan) tetap dapat berjalan;

‰ Menganalisis struktur ruang didasarkan pada pendekatan superimpose:


♦ Rencana tata ruang yang ada; Kondisi sebelum tsunami;
♦ kondisi setelah tsunami.

‰ Memantapkan rencana mitigasi untuk desa/sub-kecamatan /kecamatan


dalam Site Plan (village plan) yang juga telah mengakomodasi kebutuhan
ruang untuk urban services (drainase/sewage/sampahl sanitasi);

‰ Memformulasikan skenario rekonstruksi untuk desa/sub-kecamatan/


kecamatan;

‰ Mengembangkan sistem rekonstruksi dan struktur ruang desa/


subkecamatan/kecamatan (termasuk tata guna lahan utama);

‰ Menyusun program rekonstruksi:


♦ Infrastruktur;
♦ Utilitas;
♦ Perumahan dan fasilitas perkotaan;
♦ Lingkungan alam;
♦ EHIF jalur/rute penyelamatan, jalur hijau, Building Codes dan sistem
peringatan dm1 ;
♦ Urban Designs.

• Mengintegrasikan perencanaan dari-Bawah dan dari-Atas

‰ Memadukan beberapa rencana kecamatan (district plan) menjadi rencana


rekonstruksi kabupaten ;

‰ Mengintegrasikan rencana rekonstruksi kabupaten dengan struktur


konseptual rekonstruksi kabupaten untuk memformulasikannya menjadi
RUTR wilayah kabupaten paska tsunami.

LAPORAN AKHIR I- 11
BRR
NAD - Nias

1.3.4. ANALISIS BENCANA

Analisa bencana dibutuhkan sebagai dasar bagi penataan ruang. Kondisi alam dapat
dikategorikan menjadi : potensi, kendala, dan limitasi alam. Potensi adalah
kawasan yang dapat dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan, kendala adalah
kawasan yang dapat dikembangkan dengan prasyarat-prasyarat tertentu mengingat
adanya kondisi alam yang tidak mendukung pengembangan secara optimal.
Sedangkan limitasi alam adalah kawasan yang benar-benar perlu dibatasi
penggunaannya mengingat kondisi alam yang sangat tidak mendukung untuk
optimalisasinya.

Analisa bencana yang perlu dilakukan meliputi antara lain:

Kondisi sebelum tsunami;


Bentang alam;
Ketinggian;
Kontur ketinggian;
Unit bentang alam;
Struktur geologi;
Pengaruh tsunami;
Jangkauan kerusakan akibat gempa dan tsunami; · Zona kerusakan;
Arah terjangan gelombang;
Aspek fisik bentang alam;
Karakteristik fisik bentang alam;
Zona fisik bentang alam;
Orientasi struktur kota.

Ruang lingkup arahan penataan ruang wilayah kabupaten/kota berisi arahan yang
bersifat umum, terdiri atas:

Kondisi fisik wilayah pasca bencana;


Skenario penataan ruang;
Strategi penataan ruang;
Arahan struktur dan pola pemanfaatan ruang.

LAPORAN AKHIR I- 12
BRR
NAD - Nias

1.4 METODOLOGI DAN PENDEKATAN

Pada dasarnya terdapat 2 (dua) dua pola pendekatan yang akan digunakan
konsultan untuk pelaksanaan pekerjaan ini yaitu :

1) Pendekatan Konseptual

Yaitu pola-pikir pendekatan yang bersifat konseptual menyangkut


kebijaksanaan, strategi, kerangka filosofi, atau konsep dasar yang akan
digunakan konsultan dalam merumuskan, memilih, dan menetapkan strategi dan
rencana tindak (action plan) pada kecamatan prioritas Kabupaten Bireuen dan
pada kawasan permukiman utama (perkotaan) Bireuen.

2) Pendekatan Kronologis / Implementatif

Yaitu pola pikir pendekatan yang berpedoman dan mengacu pada lingkup
pekerjaan dikaitkan dengan mekanisme / proses atau urutan/ kronologis
pelaksanaan kegiatan dalam pekerjaan ini.

1.4.1 PENDEKATAN KONSEPTUAL

Terdapat cukup banyak pendekatan konseptual yang akan menjadi acuan dalam
pekerjaan ini. Adapun yang akan dijelaskan berikut ini hanya merupakan
pendekatan utama yang penting diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
Pada dasarnya, pendekatan utama berikut merupakan pendekatan yang saling
terkait erat dan berhubungan, sehingga dalam implementasinya akan digunakan
dalam satu kesatuan kerangka pendekatan.

A. Pendekatan “Top Down - Bottom Up/ Participation Planning”

Pada intinya, pendekatan ini bertujuan untuk mengakomodasikan perpaduan proses


pendekatan dari atas (Top-Down approach) dan bawah (Bottom-Up approach -
Participatory Planning approach).

Perencanaan Program merupakan hasil bersama dimana dalam prosesnya


memadukan/ mengkombinasikan dua arah, baik proses dari-bawah-ke-atas dan juga
proses dari-atas-ke-bawah, serta sesuai dengan peraturan perundangan yang

LAPORAN AKHIR I- 13
BRR
NAD - Nias

berlaku, antara lain hukum pertanahan. Kontribusi dari atas ke bawah adalah
tersedianya struktur konseptual wilayah Kabupaten. Sedangkan proses perencanaan
dan pembangunan skala desa, sub kecamatan, dan kecamatan dibuat bersama
masyarakat (dari bawah ke atas). Dengan demikian pertimbangan makro dan mikro
dapat diakomodasi secara proporsional dalam tata ruang wilayah paska bencana.

Proses perencanaan yang dilakukan berprinsip Repair & Better-Off (atau Build Back
Better- B3) yang dilaksanakan dengan tahapan sebagal berikut:

1) Rekonstruksi bagian yang rusak: Desa Kecamatan Kabupaten/Kota; Bottom-


Up: Partisipasi Masyarakat & Mitigasi

2) Review eksisting RTRW Kabupaten ; Top-Down: indikator makro & aksesibilitas

3) Integrasikan ke duanya;

4) Revitalisasi RTRW Kabupaten hasil integrasi menjadi RTRW 2005-2015 (2020) yang
telah memasukkan mitigasi bencana.

B. Pendekatan Manfaat Ekonomi Ganda (Multiplier Effects Approach)

Dalam mengidentifikasi, memilih, dan merumuskan strategi dan rencana tindak


(action plan), perlu dipertimbangkan perihal manfaat setiap rencana yang
diusulkan. Pertimbangan manfaat ekonomi ganda (multiplier effects approach)
merupakan pendekatan atau kriteria yang penting diperhatikan di sini. Dalam
pendekatan ini suatu rencana tindak dinilai prioritasnya, dimana yang memberikan
manfaat ekonomi ganda merupakan prioritas yang paling tinggi.

Dengan demikian, suatu rencana tindak yang dipilih tidak hanya memberikan
manfaat hanya sesaat dengan jangkauan lokal saja, tetapi diharapkan dapat
memberi manfaat yang berkelanjutan dengan jangkauan luas, sehingga akan terus
bergulir bagaikan bola salju (snow bowling) yang semakin lama manfaatnya akan
semakin membesar. Pemilihan rencana tindak sangat menentukan seberapa jauh
efek ekonomi ganda itu akan terjadi. Berdasarkan pendekatan ini, maka setiap
rencana tindak akan dipilih berdasarkan kriteria pioritas manfaat ekonomi ganda.

LAPORAN AKHIR I- 14
BRR
NAD - Nias

C. Pendekatan Sumber Daya (Resources Base Approach)

Pendekatan sumber daya (resources base approach) merupakan suatu pendekatan


yang mengandalkan ketersediaan sumber daya atau potensi wilayah setempat yang
dapat digunakan atau perlu didukung pengembangannya melalui suatu rencana
tindak atau program. Umumnya hal ini jarang diperhatikan oleh pihak-pihak yang
menentukan dalam perencanaan. Akibatnya adalah ketika suatu program itu
dilaksanakan dan dioperasikan, secara ekonomi tidak memberikan nilai tambah
yang berarti bagi wilayah atau kawasan setempat. Hal ini tentu bertentangan
dengan pendekatan manfaat ekonomi ganda.

D. Pendekatan Manajemen Interaksi Sebagai Dasar Mekanisme Perumusan


Program Pembangunan Desa-desa Prioritas di Kabupaten Bireuen

Dalam mekanisme penyusunan rencana tindak atau program pada kecamatan prioritas
dan kawasan permukiman utama Bireuen, prosesnya perlu menyentuh seluruh pelaku
yang terkait sesuai dengan tugas dan peran yang dibawanya. Untuk itu, proses
penyusunan program ini akan dilakukan melalui pendekatan yang integratif (Integrative
System) dilihat dari cakupan substantifnya, dan partisipatif (Participative Process)
dilihat dari mekanisme pelaksanaannya. Yang perlu dicatat adalah bahwa proses
kegiatan penyusunan rencana tindak ini “menerima masukan” dari 2 (dua) sumber
utama, yakni :

1. Hasil analisis tim konsultan terhadap kebutuhan penanganan wilayah.

2. Usulan Rencana dan Program yang berasal dari setiap pelaku (stakeholders) terkait.

Masukan inilah yang kemudian diolah, untuk dicarikan optimasinya melalui kaidah-
kaidah integrasi kebijakan perencanaan dan sinkronisasi kelayakan program.

1.4.2 PENDEKATAN KRONOLOGIS/IMPLEMENTATIF

Secara kronologis, pekerjaan ini akan dibagi ke dalam 8 (delapan) tahap kegiatan
utama (lihat gambar 1.1), sebagai berikut :

Tahap-1 Konfirmasi Isu Pokok Studi,


Tahap-2 Pengumpulan Data dan Survai Lapangan,

LAPORAN AKHIR I- 15
BRR
NAD - Nias

Tahap-3 Review RTRW Kabupaten dan RUTR Kota Bireuen


Tahap-4 Identifikasi Permasalahan dan Isu Pembangunan Jangka Panjang
Kabupaten Bireuen,
Tahap-5 Analisis Kebutuhan Penanganan Kecamatan Prioritas Kabupaten
Bireuen,
Tahap-6 Analisis Kebutuhan Penanganan Kawasan Permukiman Utama
(Perkotaan) Bireuen,
Tahap-7 Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Kecamatan Prioritas Kabupaten Bireuen,
Tahap-8 Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Kawasan Permukiman Utama (Perkotaan) Bireuen.

Dari tiap tahapan di atas, akan dibagi lagi dalam beberapa kegiatan dan sub-sub
kegiatan yang diperlukan guna menyelesaikan dan mencapai tujuan dan sasaran
pekerjaan sebagai berikut :

Tahap - 1 : Konfirmasi Isu Pokok Studi, meliputi :


Kegiatan A1 – Konfirmasi Isu Pokok Studi
Kegiatan A2 – Penyusunan Rencana Kerja Terinci

Tahap - 2 : Pengumpulan Data dan Survai Lapangan, meliputi :


Kegiatan B1 – Persiapan Survai Lapangan
Kegiatan B2 – Koordinasi dan Pengumpulan Data di Tingkat Provinsi
Kegiatan B3 – Koordinasi dan Pengumpulan Data di Tingkat Kabupaten
Kegiatan B4 – Koordinasi dan Pengumpulan Data di Kecamatan-kecamatan
Prioritas dan Kawasan Permukiman Utama

Tahap - 3 : Review RTRW Kabupaten Bireuen dan RUTR Kota Bireuen,


meliputi :
Kegiatan C1 – Review RTRW Kabupaten Bireuen
Kegiatan C2 – Review RUTR Kota Bireuen

Tahap - 4 : Identifikasi Permasalahan dan Isu Pembangunan Jangka Panjang


Kabupaten Bireuen, meliputi :
Kegiatan D1 – Identifikasi Kondisi dan Permasalahan Umum Kabupaten Bireuen

LAPORAN AKHIR I- 16
BRR
NAD - Nias

Gambar 1.1 – Bagan Alir Pekerjaan

LAPORAN AKHIR I- 17
BRR
NAD - Nias

Kegiatan D2 – Identifikasi Isu Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bireuen

Tahap - 5 : Analisis Kebutuhan Penanganan Kecamatan Prioritas Kabupaten


Bireuen, meliputi :
Kegiatan E1 – Pemilihan Kecamatan Prioritas dan Delineasi Kawasan
Perencanaan
Kegiatan E2 – Identifikasi Kondisi dan Permasalahan Kecamatan Prioritas
Kegiatan E3 – Analisis Kebutuhan Penanganan Kecamatan Prioritas

Tahap - 6 : Analisis Kebutuhan Penanganan Kawasan Permukiman Utama


(Perkotaan) Bireuen, meliputi :
Kegiatan F1 – Penetapan Delineasi Kawasan Permukiman Utama (Perkotaan)
Bireuen
Kegiatan F2 – Identifikasi Kondisi dan Permasalahan Kawasan
Kegiatan F3 – Analisis Kebutuhan Penanganan Kawasan

Tahap - 7 : Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) Rehabilitasi dan


Rekonstruksi Kecamatan Prioritas Kabupaten Bireuen, meliputi :
Kegiatan G1 – Perumusan Konsep dan Strategi Pengembangan Kawasan
Kegiatan G2 – Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Kecamatan Prioritas Kabupaten Bireuen
Kegiatan G3 – Penyusunan Rekomendasi Kebutuhan Dalam Penyusunan RTRW
Kabupaten Bireuen (Tahap II)

Tahap - 7 : Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) Rehabilitasi dan


Rekonstruksi Kawasan Permukiman Utama (Perkotaan) Bireuen,
meliputi :
Kegiatan H1 – Perumusan Konsep dan Rencana Strategis Pengembangan Kota
Kegiatan H2 – Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Kawasan Permukiman Utama (Perkotaan) Bireuen
Kegiatan H3 – Penyusunan Rekomendasi Kebutuhan Dalam Penyusunan RUTR
Kota Bireuen (Tahap II)

LAPORAN AKHIR I- 18
BRR
NAD - Nias

A. Tahap-1 : Konfirmasi Isu Pokok Studi

Kegiatan A1 – Konfirmasi Isu Pokok Studi

Sebagai langkah awal dalam pelaksanaan pekerjaan ini, akan dilakukan konfirmasi
kepada pihak Pemberi Tugas tentang isu-isu pokok pekerjaan ini, menyangkut :
materi, tujuan, sasaran, lingkup kegiatan, serta filosofi dan kerangka kerja
(framework) dari studi ini.

Kegiatan A2 – Penyusunan Rencana Kerja Terinci

Berdasarkan hasil konfirmasi terhadap isu pokok studi, selanjutnya dalam kegiatan ini
akan disusun metode dan rencana kerja secara lebih rinci yang akan dibahas
bersama Pihak Pemberi Tugas, untuk disepakati bersama, dan untuk selanjutnya
metode dan rencana kerja tersebut akan digunakan sebagai acuan (gudelines) dalam
pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan dalam pekerjaan ini.

B. Tahap-2 : Pengumpulan Data dan Survai Lapangan

Kegiatan B1 – Persiapan Survai

Sebelum dilakukan survai pengumpulan data, dalam kegiatan ini terlebih dahulu
akan dilakukan proses persiapan survai, meliputi :
1. Penyusunan kebutuhan data dan informasi yang diperlukan secara rinci,
mencakup nama, jenis, skala, lingkup, dan periode data.
2. Penyusunan metode pengumpulan data dan sumber-sumber data,
3. Penyusunan jadwal terinci pelaksanaan survai,
4. Penyiapan peralatan dan perlengkapan survai.
5. Penyiapan akomodasi, dll.

Kegiatan B2 – Koordinasi dan Pengumpulan Data di Tingkat Provinsi

Kegiatan survai akan di awali oleh kegiatan koordinasi dan pengumpulan data
sekunder di tingkat Provinsi. Koordinasi dilakukan guna menginformasikan kepada
pihak Pemda Provinsi NAD tetang pekerjaan yang sedang dilaksanakan, disamping
untuk memperoleh masukan yang diperlukan dalam perencanaan wilayah studi.
Adapun data sekunder yang dikumpulkan di tingkat Provinsi, antara lain meliputi :

LAPORAN AKHIR I- 19
BRR
NAD - Nias

1. Data Kebijakan dan Rencana Terkait di Tingkat Nasional dan Provinsi, meliputi :
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah
Pulau Sumatera, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara, Sistranas,
Sistrawilprov, Rencana KAPET, Segitiga Pertumbuhan (SIJORI, IMS-GT), RENSTRA
dan PROPEDA Provinsi, Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nias, Program
Prioritas BRR NAD-Nias, dlsb.

2. Data Kondisi Umum Wilayah, meliputi data : wilayah administratif, geografi,


topografi, geologi tata lingkungan, penggunaan lahan, kawasan konservasi,
kependudukan, perekonomian, budaya, adat-istiadat masyarakat, dll.

3. Data Prasarana dan Sarana Wilayah, meliputi data : prasarana dan sarana
transportasi (jaringan jalan, angkutan umum dan terminal, pelabuhan, bandar
udara), prasarana dan sarana pengairan, dan prasarana wilayah lainnya.

Koordinasi di tingkat provinsi akan dilakukan melalui Bappeda Provinsi. Sedangkan


instansi sumber data di tingkat Provinsi, antara lain meliputi :
1. Bappeda Provinsi
2. BRR NAD-Nias
3. Dinas PU Provinsi
4. Dinas Perhubungan Provinsi
5. BPS Provinsi

Kegiatan B3 – Koordinasi dan Pengumpulan Data di Tingkat Kabupaten

Setelah dilakukan koordinasi dan pengumpulan data di tingkat Provinsi, selanjutnya


dalam kegiatan ini akan dilakukan koordinasi dan pengumpulan data di tingkat
Kabupaten. Koordinasi di tingkat Kabupaten dilakukan guna menyinergikan
format pekerjaan yang ditetapkan oleh pihak Pemberi Tugas terhadap kebutuhan-
kebutuhan yang ada daerah, disamping unuk memperoleh masukan tentang
berbagai isu permasalahan yang ada di wilayah Kabupaten Bireuen, kecamatan-
kecamatan prioritas yang perlu segera ditangani, serta delineasi kawasan
permukiman utama (perkotaan) Bireuen.

Adapun kegiatan pengumpulan data di tingkat Kabupaten adalah berupa data


sekunder, antara lain meliputi :

LAPORAN AKHIR I- 20
BRR
NAD - Nias

1. Data Kebijakan dan Rencana Terkait di Tingkat Kabupaten, meliputi : Rencana


Tata Ruang Wilayah Kabupaten, RENSTRA dan PROPEDA Kabupaten, Program
Prioritas Kabupaten dan program-program definitif (committed).

2. Data Kondisi Fisik dan Lingkungan, meliputi data : wilayah administratif,


geografi, topografi, geologi tata lingkungan, sumber daya alam, daerah rawan
bencana (gempa, banjir dan longsor), penggunaan lahan, kawasan konservasi, dll.

3. Data Kondisi Sosial-Ekonomi dan Budaya, meliputi data : kependudukan,


perekonomian, sosial budaya, adat-istiadat masyarakat, dll.

4. Data Prasarana dan Sarana Wilayah, meliputi data : prasarana dan sarana
transportasi (jaringan jalan, angkutan umum dan terminal, pelabuhan, bandar
udara), sarana sosial-ekonomi (pasar, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum
lainnya), prasarana lingkungan (air bersih, drainase, pengolahan sampah, sanitasi),
prasarana telekomunikasi dan energi (listrik dan telepon).

Koordinasi di tingkat Kabupaten akan dilakukan melalui Bappeda Kabupaten.


Sedangkan instansi sumber data di tingkat Kabupaten, antara lain meliputi :
1. Bappeda Kabupaten
2. BRR NAD-Nias Perwakilan Lhokseumawe
3. Dinas PU Kabupaten
4. Dinas Perhubungan Kabupaten
5. Dinas Pertanian
6. Dina Perkebunan dan Kehutanan
7. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
8. BKPMD
9. Dinas Kelautan dan Pesisir
10. BPS Kabupaten

Kegiatan B4 – Koordinasi dan Pengumpulan Data di Kecamatan-kecamatan Prioritas


dan Kawasan Permukiman Utama

Dalam kegiatan ini dilakukan koordinasi dan pengumpulan data di kecamatan-


kecamatan prioritas dan kawasan permukiman utama (berdasarkan masukan dari
Pemda Kabupaten). Koordinasi dilakukan guna memperoleh masukan tentang

LAPORAN AKHIR I- 21
BRR
NAD - Nias

berbagai isu permasalahan yang ada di kecamatan prioritas, serta isu


permasalahan pada kawasan permukiman utama.

Adapun data yang dikumpulkan di kecamatan prioritas dan kawasan permukiman


utama, meliputi : data sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan
dari Kantor Kecamatan, antara lain meliputi data : penggunaan lahan, status dan
harga lahan, kependudukan, perekonomian, permukiman, bangunan, prasarana dan
sarana yang ada, serta data program/proyek-proyek pembangunan baik yang sedang
berjalan (on-going), committed, maupun yang masih berupa usulan.

Sedangkan data primer dikumpulkan melalui :

1. Survai Pengamatan Situasi dan Permasalahan pada kawasan perencanaan.


Survai ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara rinci tentang kondisi,
situasi dan permasalahan yang ada di kecamatan prioritas dan kawasan
permukiman utama, meliputi : kondisi penggunaan lahan, permukiman, pusat-
pusat pelayanan, berikut berbagai permasalahan yang ada, khususnya pada pada
lokasi-lokasi yang diusulkan untuk ditangani/diprogramkan (berdasarkan
masukan dari Daerah). Dalam survai ini juga akan dilakukan pengambilan
gambar video (video shooting) tentang kondisi dan permasalahan yang ada di
kecamatan prioritas dan kawasan permukiman utama.

2. Survai Wawancara kepada “Stakeholders” terkait, antara lain meliputi :


masyarakat umum (petani dan nelayan), penghuni barak-barak dan tenda-tenda
pengungsi, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, para pengusaha, dan
pihak terkait lainnya, guna memperoleh berbagai informasi tentang kondisi dan
permasalahan yang ada saat ini, berikut aspirasinya dalam rangka pembangunan
kecamatan prioritas dan kawasan permukiman utama di masa mendatang.
Disamping survai wawancara, disini juga akan dilakukan penjaringan aspirasi
masyarakat tentang permasalahan yang ada dan usulan program penanganannya
melalui Forum FGD (Focus Group Discussion) di setiap kecamatan prioritas.

LAPORAN AKHIR I- 22
BRR
NAD - Nias

C. Tahap - 3 : Review RTRW Kabupaten Bireuen dan RUTR Kota Bireuen

Kegiatan C1 – Review RTRW Kabupaten Bireuen

Dalam kegiatan ini dilakukan review/peninjauan kembali terhadap RTRW


Kabupaten Bireun yang telah disusun sebelumnya (2002 – 2011), mencakup
aspek-aspek berikut :

1. Kelengkapan data;
2. Metodologi yang digunakan;
3. Kelengkapan isi rencana dan peta rencana;
4. Tinjauan terhadap pemanfaatan rencana;
5. Tinjauan pengendalian;
6. Kelembagaan;
7. Aspek legalitas;
8. Proses penyusunan rencana.

Evaluasi tersebut pada dasarnya untuk menilai tingkat kesahihan rencana,


pengaruh faktor eksternal, dan simpangan rencana sebagaimana dijelaskan
dalam Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten dan digunakan sebagai
masukan bagi penentuan langkah-langkah perbaikan rencana.

Kegiatan C2 – Review RUTR Kota Bireuen

Sama dengan kegiatan sebelumnya, dalam kegiatan ini dilakukan


review/peninjauan kembali terhadap RUTR Kota Bireun yang telah disusun
sebelumnya, mencakup aspek-aspek yang sama dengan kegiatan sebelumnya.

D. Tahap - 4 : Identifikasi Permasalahan dan Isu Pembangunan Jangka Panjang


Kabupaten Bireuen

Kegiatan D1 – Identifikasi Kondisi dan Permasalahan Umum Kabupaten


Bireuen

Kondisi dan permasalahan umum wilayah Kabupaten Bireuen yang dikaji di sini,
terdiri dari kajian wilayah eksternal (regional), dan wilayah internal.

LAPORAN AKHIR I- 23
BRR
NAD - Nias

1. Kajian Wilayah Eksternal (Regional)

Kajian ini dilakukan untuk melihat peran, kedudukan, dan keterkaitan


Kabupaten Bireun dengan wilayah eksternal baik dalam lingkup provinsi NAD,
maupun Nasional (berdasarkan data-data yang dikumpulkan di tingkat
provinsi). Secara garis besar kajian regional antara lain, meliputi :

a. Kajian Ekosistem Wilayah, untuk melihat kedudukan Kabupaten dalam


Sistem Wilayah Pembangunan Nasional, Pulau Sumatera dan Provinsi
NAD, dalam Struktur Tata Ruang Wilayah Nasional, Pulau Sumatera dan
Provinsi Sumatera Utara, terkait juga dengan sistem kota-kota, Kawasan
Andalan, KAPET, Segitiga Pertumbuhan SIJORI, dll.).

b. Kajian Ekonomi Regional, untuk melihat peran, share, dan keterkaitan


sektor-sektor ekonomi Kabupaten Bireuen dengan wilayah eksternal,
terkait juga dengan pola pergerakan barang dan modal.

c. Kajian Terhadap Sistem Transportasi Nasional dan Regional terkait.

d. Kajian Terhadap Wilayah Rawan Bencana Gempa dan Tsunami.

e. Kajian Pengaruh Wilayah Eksternal terhadap prospek perkembangan


Kabupaten Bireuen, mencakup kajian pengaruh dari potensi dan
permasalahan yang ada wilayah eksternal, termasuk kebijakan dan
rencana di tingkat Nasional dan Provinsi terhadap prospek perkembangan
Kabupaten Bireuen.

2. Kajian Wilayah Internal Kabupaten Bireuen

Kajian ini dilakukan untuk melihat kondisi dan permasalahan umum yang ada
di wilayah internal Kabupaten Bireuen, mencakup kajian terhadap seluruh
data-data yang dikumpulkan di tingkat Kabupaten, termasuk kajian
terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten yang ada,
berikut kebutuhan peninjauan kembali terhadap RTRW tersebut.

LAPORAN AKHIR I- 24
BRR
NAD - Nias

Kegiatan D2 – Identifikasi Isu Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten


Bireuen

Dari hasil identifikasi kondisi dan permasalahan di atas, selanjutnya dalam


kegiatan ini diidentifikasi isu-isu pembangunan jangka panjang Kabupaten
Bireuen yang diperlukan sebagai dasar pertimbangan dalam penyusunan
rekomendasi kebutuhan dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bireuen (Tahap II).

E. Tahap - 5 : Analisis Kebutuhan Penanganan Kecamatan Prioritas Kabupaten


Bireuen

Kegiatan E1 – Pemilihan Kecamatan Prioritas dan Delineasi Kawasan


Perencanaan

Dalam kegiatan ini dilakukan pemilihan kecamatan prioritas Kabupaten Bireuen,


dengan jumlah kecamatan yang dipilih minimal 6 (enam) kecamatan. Dengan
mengacu pada Kerangka Acuan Kerja (TOR), maka kriteria yang digunakan
untuk memilih kecamatan prioritas, adalah sebagai berikut :

1. Kecamatan yang terkena dampak tsunami secara langsung atau tidak


langsung, dimana kecamatan yang paling parah terkena dampak semakin
prioritas untuk ditangani.

2. Terdapat rencana strategis daerah atau program prioritas daerah yang akan
dilaksanakan di kecamatan bersangkutan.

Dalam pemilihan kecamatan prioritas, akan digunakan metode pembobotan


pada setiap parameter kriteria yang digunakan, sehingga dari hasil penilaian ini
akan dapat diidentifikasi urutan prioritas dari setiap kecamatan yang ada.
Selanjutnya setelah kecamatan-kecamatan prioritas ini teridentifikasi dan
mendapat persetujuan dari Pemda, konsultan akan melakukan delineasi
kawasan perencanaan, melalui pemilihan desa-desa prioritas pada
kecamatan terpilih dengan menggunakan kriteria dan metode yang sama.

Kegiatan E2 – Identifikasi Kondisi dan Permasalahan Kecamatan Prioritas

Dengan mengacu pada hasil pemilihan dan delineasi kawasan perencanaan,


serta hasil pengumpulan data sekunder dan data primer di Kecamatan Prioritas,

LAPORAN AKHIR I- 25
BRR
NAD - Nias

dalam kegiatan ini dilakukan identifikasi kondisi dan permasalahan yang ada di
kawasan perencanaan, yang secara garis besar meliputi aspek : daya dukung
fisik dan lingkungan, sosial-ekonomi dan budaya, permukiman dan bangunan,
serta prasarana dan sarana, dan tata ruang. Selanjutnya, berbagai
permasalahan yang ada tersebut, dievaluasi guna mengetahui permasalahan
mendesak (prioritas) pada setiap aspek yang perlu segera ditangani.

Kegiatan E3 – Analisis Kebutuhan Penanganan Kecamatan Prioritas

Dengan mengacu pada hasil identifikasi permasalahan mendesak sebelumnya,


serta arahan dalam Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias,
dalam kegiatan ini dilakukan analisis kebutuhan penanganan dari setiap
permasalahan mendesak yang ada. Secara garis besar, analisis ini meliputi :

1. Analisis Pengembangan Sosial-Ekonomi dan Budaya

Analisis ini ditujukan guna mengidentifikasi kebutuhan penanganan


masalah sosial, ekonomi dan budaya yang mendesak, serta merumuskan
kerangka pengembangan sosial-ekonomi dan budaya, atau sistem kegiatan
kawasan perencanaan di masa mendatang. Analisis ini antara lain meliputi:
analisis kebutuhan pengembangan sumber daya manusia, analisis proyeksi
penduduk, kebutuhan pengembangan ekonomi kawasan, jenis kegiatan dan
sektor-sektor uggulan, proyeksi investasi, kebutuhan pengembangan budaya,
dll.

2. Analisis Penataan Ruang

Analisis ini ditujukan guna mengidentifikasi kebutuhan penanganan


masalah tata ruang yang mendesak, serta merumuskan kerangka
penataan ruang dari sistem kegiatan yang akan dikembangkan di masa
mendatang (dari hasil analisis sebelumnya). Analisis ini antara lain meliputi :
analisis kesesuaian lahan kawasan lindung dan budidaya, analisis kebutuhan
lahan pengembangan kegiatan budidaya, analisis pengelolaan kawasan
lindung dan kawasan budidaya (termasuk kebutuhan penanganan masalah
lingkungan), analisis penataan struktur ruang, dan pusat-pusat pelayanan,
analisis pembagian unit-unit lingkungan, analisis pengelolaan kawasan
perkotaan, perdesaan, tertentu, dll.

LAPORAN AKHIR I- 26
BRR
NAD - Nias

3. Analisis Pengembangan Permukiman dan Pengelolaan Bangunan

Analisis ini ditujukan guna mengidentifikasi kebutuhan penanganan


masalah permukiman dan bangunan yang mendesak, serta merumuskan
kerangka pengembangan permukiman pada kawasan perencanaan di masa
mendatang. Analisis ini antara lain meliputi : analisis kebutuhan rehabilitasi
dan rekonstruksi permukiman yang terkena dampak tsunami, analisis
kebutuhan unit rumah dan lahan pengembangan baru (untuk relokasi atau
memenuhi permintaan di masa mendatang), analisis kesesuaian lahan untuk
permukiman (dapat dari hasil analisis sebelumnya), pengembangan pusat-
pusat permukiman, analisis tata letak dan tata bangunan kawasan
permukiman, dll.

4. Analisis Pengembangan Prasarana dan Sarana

Analisis ini ditujukan guna mengidentifikasi kebutuhan penanganan


masalah pelayanan prasarana dan sarana yang mendesak, serta
kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana kawasan perencanaan di
masa mendatang. Secara garis besar analisis ini meliputi : analisis
kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana dan sarana yang terkena
dampak tsunami secara langsung atau tidak langsung, serta analisis
kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana dalam rangka memenuhi
permintaan di masa mendatang. Adapun jenis prasarana dan sarana yang
dikaji di sini antara lain meliputi prasarana dan sarana : transportasi,
pengendalian banjir dan pengaman pantai, pengairan (irigasi), air bersih
dan air limbah, pemerintahan, sosial dan ekonomi (perdagangan,
pendidikan, kesehatan, peribadatan, olahraga, taman, rekreasi, dan
budaya), telekomunikasi dan energi (listrik).

LAPORAN AKHIR I- 27
BRR
NAD - Nias

F. Tahap - 6 : Analisis Kebutuhan Penanganan Kawasan Permukiman Utama


(Perkotaan) Bireuen

Kegiatan F1 – Penetapan Delineasi Kawasan Permukiman Utama (Perkotaan)


Bireuen

Dalam kegiatan ini dilakukan delineasi Kawasan Permukiman Utama


(perkotaan) Bireuen. Secara garis besar, delineasi kawasan permukiman utama
(perkotaan) Bireuen ditetapkan berdasarkan :

1. Kriteria dan pengertian Kawasan Perkotaan yang ada (versi BPS, dll).

2. Perkiraan Arah Pengembangan Kawasan Perkotaan di masa mendatang,


berdasarkan kajian terhadap kecenderungan perkembangan yang ada, daya
dukung fisik dan lingkungan, serta isu pembangunan perkotaan yang ada.

3. Masukan dari pihak Pemda Kabupaten Bireuen.

Kegiatan F2 – Identifikasi Kondisi dan Permasalahan Kawasan

Dengan mengacu pada hasil delineasi kawasan permukiman utama (perkotaan)


Bireuen, serta hasil pengumpulan data sekunder dan data primer di kawasan
tersebut, dalam kegiatan ini dilakukan identifikasi kondisi dan permasalahan
yang ada di kawasan perkotaan Bireuen, meliputi aspek : daya dukung fisik dan
lingkungan, sosial (demografi), ekonomi, budaya, permukiman dan bangunan,
serta prasarana dan sarana kota.

Kegiatan F3 – Analisis Kebutuhan Penanganan Kawasan

Berdasarkan hasil identifikasi kondisi dan permasalaan yang ada pada kawasan
perkotaan Bireuen, serta arahan dalam Rencana Induk Rehabilitasi dan
Rekonstruksi NAD-Nias, dalam kegiatan ini dilakukan analisis kebutuhan
penanganan dari setiap permasalahan mendesakan yang ada. Secara umum
analisis yang dilakukan disini meliputi aspek yang sama dengan yang telah
dijelaskan untuk kecamatan prioritas, yakni meliputi : analisis pengembangan
sosial-ekonomi dan budaya, penataan ruang, pengembangan permukiman dan
pengelolaan bangunan, serta pengembangan prasarana dan sarana kota.

LAPORAN AKHIR I- 28
BRR
NAD - Nias

G. Tahap - 7 : Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) Rehabilitasi dan


Rekonstruksi Kecamatan Prioritas Kabupaten Bireuen

Kegiatan G1 – Perumusan Konsep dan Strategi Pengembangan Kawasan

Konsep dan strategi pengembangan kawasan perencanaan di Kecamatan


Prioritas dirumuskan berdasarkan hasil analisis kebutuhan penanganan
kecamatan prioritas, arah kebijaksanaan dan rencana yang termuat dalam
Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias dan RTRW Kabupaten
Bireun, serta masukan dari pihak Pemberi Tugas. Adapun konsep dan strategi
pengembangan yang dirumuskan di sini, antara lain meliputi :

1. Visi, Misi dan Konsep Dasar Pengembangan, (termasuk konsep penataan


ruang kawasan perencanaan).

2. Strategi Pengembangan Kawasan, meliputi :

a. Strategi Pengembangan Sosial Ekonomi dan Budaya, mencakup :


strategi pengembangan sumber daya manusia, alokasi penduduk, strategi
pengembangan ekonomi, sektor-sektor uggulan, dan investasi, serta
strategi pengembangan budaya.

b. Strategi Penataan Ruang, meliputi : strategi pengelolaan kawasan


lindung dan kawasan budidaya (termasuk pengelolaan lingkungan),
strategi penataan ruang kegiatan, pusat-pusat pelayanan, dan pembagian
unit-unit lingkungan, serta strategi pengelolaan kawasan perkotaan,
perdesaan, dan tertentu.

c. Strategi Pengembangan Permukiman dan Pengelolaan Bangunan,


meliputi : strategi rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman yang terkena
dampak tsunami, serta strategi pengembangan permukiman secara
keseluruhan (peruntukan kawasan permukiman, strategi penyediaan lahan
permukiman, kebutuhan jumlah unit rumah, tipe rumah, pusat-pusat
permukiman, tata letak dan tata bangunan, pengaturan KDB dan KLB,
strategi pembiayaan pembangunan, organisasi pembangunan, pentahapan
pembangunan, dll).

LAPORAN AKHIR I- 29
BRR
NAD - Nias

d. Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana, meliputi : strategi


rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana dan sarana yang terkena dampak
tsunami, serta strategi pengembangan prasarana dan sarana secara
keseluruhan (strategi peningkatan pelayanan, strategi penyediaan
prasarana dan sarana, proses penyiapan yang diperlukan, penyediaan
lahan, strategi pembiayaan, organisasi pembangunan, pentahapan
pembangunan, dll).

Kegiatan G2 – Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) Rehabilitasi dan


Rekonstruksi Kecamatan Prioritas Kabupaten Bireuen

Berdasarkan Konsep dan Strategi Pengembangan yang telah dirumuskan


sebelumnya, dalam kegiatan ini dilakukan penyusunan Rencana Tindak (Action
Plan) Pembangunan Lima Tahun pada kawasan perencanaan di kecamatan
prioritas, yang dijabarkan lagi ke dalam program tahunan. Adapun materi data
dan informasi rekomendasi rencana tindak (action plan) atau program yang
disusun di sini, secara garis besar meliputi :

1. Nama Program,
2. Lokasi Program,
3. Tujuan dan Sasaran Program,
4. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule),
5. Sumber Dana Program,
6. Institusi/Pihak Pengelola Progam.

Adapun jenis program-program yang diusulkan di sini, dapat meliputi : program


fisik (konstruksi) berikut program penyiapannya (perencanaan umum, studi
kelayakan, AMDAL, penyusunan detail desain), serta program-program non-fisik,
seperti : program penyuluhan, pendampingan masyarakat, pengembangan
kelembagaan dll.

Kegiatan G3 – Penyusunan Rekomendasi Kebutuhan Dalam Penyusunan RTRW


Kabupaten Bireuen (Tahap II)

Dengan mengacu pada hasil seluruh rangkaian kegiatan sebelumnya, serta hasil
review RTRW Kabupaten Bireuen yang ada saat ini (2002-2011), dalam kegiatan

LAPORAN AKHIR I- 30
BRR
NAD - Nias

ini dirumuskan rekomendasi kebutuhan untuk penyusunan RTRW Kabupaten


Bireuen (Tahap II) yang antara lain meliputi : kebutuhan pengembangan proses
perencanaan yang komprehensif melibatkan para stake holders, penajaman
teknik analisa, menjaring issue pembangunan, ekonomi, sosial dan budaya pada
masa pasca gempa bumi dan tsunami, dll.

H. Tahap - 7 : Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) Rehabilitasi dan


Rekonstruksi Kawasan Permukiman Utama (Perkotaan) Bireuen

Kegiatan H1 – Perumusan Konsep dan Rencana Strategis Pengembangan Kota

Konsep dan rencana strategis pengembangan kawasan perkotaan Bireuen


dirumuskan berdasarkan hasil analisis kebutuhan penanganan kawasan
perkotaan Bireuen, arah kebijaksanaan dan rencana yang termuat dalam
Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias dan RTRW Kabupaten
Bireun, serta masukan dari pihak Pemberi Tugas. Secara garis besar, konsep dan
rencana strategis pengembangan yang dirumuskan di sini, meliputi :

1. Visi, Misi dan Konsep Dasar Pengembangan, (termasuk konsep penataan


ruang kawasan perencanaan).

2. Strategi Pengembangan Kota, meliputi aspek yang sama dengan yang telah
dijelaskan pada strategi pengembangan kecamatan prioritas Kabupaten
Bireuen, yakni meliputi strategi : pengembangan sosial ekonomi dan budaya,
penataan ruang, pengembangan permukiman dan pengelolaan bangunan,
serta pengembangan prasarana dan sarana kota.

3. Rencana Strategis Pengembangan Kota, untuk masa mendatang, meliputi :

a. Rencana Struktur Tata Ruang


b. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang
c. Rencana Sistim Jaringan Transportasi
d. Rencana Arah Pengembangan Kota

LAPORAN AKHIR I- 31
BRR
NAD - Nias

Kegiatan H2 – Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) Rehabilitasi dan


Rekonstruksi Kawasan Permukiman Utama (Perkotaan) Bireuen

Berdasarkan Konsep dan Rencana Strategis Pengembangan yang telah


dirumuskan sebelumnya, dalam kegiatan ini dilakukan penyusunan Rencana
Tindak (Action Plan) Pembangunan Lima Tahun pada kawasan permukiman
utama (perkotaan) Bireuen, yang dijabarkan lagi ke dalam program tahunan.
Adapun materi data dan informasi rekomendasi rencana tindak (action plan)
atau program yang disusun di sini, meliputi aspek yang sama dengan yang telah
dijelaskan untuk kecamatan prioritas Kabupaten Bireuen.

Kegiatan H3 – Penyusunan Rekomendasi Kebutuhan Dalam Penyusunan RUTR


Kota Bireuen (Tahap II)

Dengan mengacu pada hasil seluruh rangkaian kegiatan sebelumnya, serta hasil
review RUTR Kota Bireuen yang ada saat ini, dalam kegiatan ini dirumuskan
rekomendasi kebutuhan untuk penyusunan RUTR Kota Bireuen (Tahap II) yang
meliputi aspek yang hampir sama dengan yang telah dijelaskan untuk
penyusunan RTRW Kab. Bireuen (Tahap II)

1.5 SISTEMATIKA LAPORAN AKHIR

Laporan Akhir ini terdiri dari 2 (dua) buku, yakni :


• Buku I : Review RTRW Kab. Bireuen dan Rencana Tindak Kecamatan Prioritas
Kab. Bireuen
• Buku II : Review RUTR Kota Bireuen dan Rencana Tindak Kawasan
Permukiman Utama (Perkotaan) Bireuen

Adapun buku ini adalah merupakan Buku I, yang berisi 4 (empat) bab pokok
bahasan, meliputi :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran,
hasil yang diharapkan, metodologi , dan sistematika laporan.

LAPORAN AKHIR I- 32
BRR
NAD - Nias

BAB II REVIEW RTRW KABUPATEN BIREUEN

Bab II berisi tentang review atau peninjauan kembali terhadap RTRW


Kabupaten yang sudah ada (2002-2011), tinjauan kebijakan dan rencana
yang ada, serta gambaran umum wilayah Kabupaten Bireuen.

BAB III RENCANA TINDAK (ACTION PLAN) KECAMATAN PRIORITAS KABUPATEN


BIREUEN

Berisi tentang pemilihan kecamatan prioritas, metode dan proses


penyusunan rencana tindak (action plan) kecamatan prioritas dan
penetapan urutan prioritas desa untuk “village planning”, konsep dan
strategi pengembangan Kecamatan Prioritas, serta pembahasan tentang
kondisi dan permasalahan yang ada, dan rencana tindak (action plan)
untuk masing-masing kecamatan terpilih.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi tentang berbagai kesimpulan dari hasil studi ini dan
rekomendasi untuk penyusunan RTRW Kabupaten Bireuen (Tahap II).

LAPORAN AKHIR I- 33
BRR
NAD - Nias

PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KABUPATEN BIREUEN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM


BRR
NAD - Nias

2.1. EVALUASI TIPOLOGI PENINJAUAN KEMBALI RTRW KAB. BIREUEN

2.1.1. UMUM

A. Perlunya Peninjauan Kembali

Sesuai dengan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah no.


327/KPTS/M/2002 tanggal 12 Agustus 2002, tentang Pedoman Peninjauan Kembali
RTRW Kabupaten, disebutkan bahwa peninjauan kembali suatu RTRW Kabupaten
diperlukan apabila terjadi ketidaksesuaian dan/atau simpangan antara rencana
dengan kenyataan yang terjadi di lapangan baik karena faktor internal maupun
faktor eksternal.

1. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perlunya peninjauan kembali,


adalah :

a. Adanya perubahan dan/atau penyempurnaan peraturan dan/atau rujukan sistem


penataan ruang.

b. Adanya perubahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang dan/atau sektoral dari


tingkat provinsi maupun kabupaten yang berdampak pada pengalokasian
kegiatan pembangunan yang memerlukan ruang berskala besar.

c. Adanya ratifikasi kebijaksanaan global yang mengubah paradigma sistem


pembangunan dan pemerintahan serta paradigma perencanaan tata ruang.

d. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dan


seringkali radikal dalam hal pemanfaatan sumberdaya alam meminimalkan
kerusakan lingkungan.

e. Adanya bencana alam yang cukup besar sehingga mengubah struktur dan pola
pemanfaatan ruang, dan memerlukan relokasi kegiatan budidaya maupun
lindung yang ada demi pembangunan pasca bencana.

2. Faktor Internal

Beberapa faktor internal yang mempengaruhi perlunya peninjauan kembali adalah:

a. Rendahnya kualitas RTRW Kab. yang dipergunakan untuk penertiban perizinan


lokasi pembangunan, sehingga kurang dapat mengoptimalisasi perkembangan

LAPORAN AKHIR II- 1


BRR
NAD - Nias

dan pertumbuhan aktivitas sosial ekonomi yang cepat dan dinamis. Rendahnya
kualitas ini dapat disebabkan karena tidak diikutinya proses teknis dan prosedur
kelembagaan perencanaan tata ruang.

b. Terbatasnya pengertian dan komitmen aparatur yang terkait dengan tugas


penataan ruang, mengenai fungsi dan kegunaan RTRW Kab. dalam pelaksanaan
pembangunan, serta lemahnya kemampuan aparatur yang berwenang dalam
pengendalian pemanfaatan ruang.

c. Adanya perubahan atau pergeseran nilai/norma dan tuntutan hidup yang berlaku
di dalam masyarakat.

d. Terjadinya perubahan prioritas pembangunan dan perkembangan kawasan atau


sektor yang tidak dipertimbangkan sebelumnya.

e. Terjadinya simpangan-simpangan besar dalam struktur dan pola pemanfaatan


ruang wilayah.

Dengan mengacu pada pedoman di atas, maka secara umum perlunya peninjauan
kembali RTRW Kabupaten Bireuen didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

1. Faktor Eksternal :

a. Terdapatnya rujukan baru dalam penyusunan RTRW Kabupaten, yang


disahkan dalam bentuk SK Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
tertanggal 12 Agustus 2002, sementara RTRW Kabupaten Bireun yang ada
saat ini (2002 – 2011) disusun pada tahun 2001 atau sebelum dikeluarkannya
pedoman.

b. Adanya perubahan paradigma perencanaan tata ruang untuk wilayah Provinsi


NAD dan Nias dengan menambahkan penekanan pada aspek mitigasi
bencana, rehabilitasi dan rekonstruksi fisik dan ekonomi wilayah secara
cepat, tepat, dan terarah, pasca terjadinya bencana gempa dan tsunami di
wilayah NAD-Nias.

c. Terjadinya perubahan struktur dan pola pemanfaatan ruang di wilayah


provinsi NAD pasca terjadinya bencana gempa dan tsunami, sehingga
memerlukan relokasi kegiatan budidaya maupun lindung yang ada demi
pembangunan pasca bencana.

LAPORAN AKHIR II- 2


BRR
NAD - Nias

2. Faktor Internal :

a. Rendahnya kualitas dan kemutahiran data dan RTRW Kabupaten Bireuen yang
ada. Hal ini antara lain dapat dilihat dari : Peta-peta dasar dan Peta-peta
rencana yang kurang akurat (tidak berbasis peta GIS), Peta wilayah
administrasi Kecamatan tidak akurat, dan saat ini telah terjadi pemekaran
beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Bireuen dari semula berjumlah
10 kecamatan menjadi 17 kecamatan (lihat bagian Terminologi).

b. Terdapatnya perubahan prioritas pembangunan, dan pengembangan kawasan


yang tidak dipertimbangkan sebelumnya, seperti adanya rencana kawasan
industri di Batee Geulungku, rencana Pelabuhan di Kec. Simpang Mamplam,
pengembangan industri bio-diesel di Kec. Juli, rencana perumahan kaum
dhuafa di Kec. Peulimbang, dll.

B. Tipologi Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten

Sesuai dengan pedoman yang ada, terdapat 8 (delapan) jenis/tipologi peninjauan


kembali RTRW Kabupaten, sebagai berikut :

1. Tipologi A : RTRWK sah, simpangan kecil, faktor eksternal tetap.


2. Tipologi B : RTRWK sah, simpangan kecil, faktor eksternal berubah.
3. Tipologi C : RTRWK sah, simpangan besar, faktor eksternal berubah.
4. Tipologi D : RTRWK sah, simpangan besar, faktor eksternal tetap.
5. Tipologi E : RTRWK tidak sah, simpangan kecil, faktor eksternal berubah.
6. Tipologi F : RTRWK tidak sah, simpangan kecil, faktor eksternal tetap.
7. Tipologi G : RTRWK tidak sah, simpangan besar, faktor eksternal berubah.
8. Tipologi H : RTRWK tidak sah, simpangan besar, faktor eksternal tetap.

Untuk menentukan tipologi peninjauan kembali RTRW Kabupaten diperlukan


penilaian (evaluasi) terhadap 3 (tiga) aspek, meliputi : kelengkapan dan kesahan
RTRW Kabupaten yang ada, evaluasi simpangan yang terjadi, serta evaluasi
perubahan faktor eksternal.

LAPORAN AKHIR II- 3


BRR
NAD - Nias

2.1.2. EVALUASI KELENGKAPAN DAN KESAHAN RTRW KABUPATEN BIREUEN (2002


– 2011)

A. Kriteria Kelengkapan dan Kesahan RTRW Kabupaten

Sesuai dengan pedoman yang ada, kriteria kelengkapan dan kesahan RTRW
Kabupaten, meliputi :
1. Kelengkapan dan keabsahan data;
2. Kelengkapan dan relevansi metoda dan hasil analisis;
3. Kelengkapan konsep dan strategi pemanfaatan ruang wilayah kabupaten;
4. Kelengkapan Muatan Produk Rencana
5. Kesuaian prosedur penyusunan RTRWK;
6. Kesahan produk RTRWK.

B. Evaluasi Kelengkapan dan Keabsahan Data

Mengingat sampai saat ini konsultan belum memperoleh buku Fakta dan Analisa
dari Rencana Tata Ruang Kabupaten Bireuen yang ada saat ini (2002 - 2011), maka
konsultan tidak dapat mengevaluasi tentang kelengkapan dan keabsahan dari data
pokok yang digunakan untuk penyusunan rencana tata ruang terdahulu.

C. Evaluasi Kelengkapan dan Relevansi Metode Analisis

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sampai saat ini konsultan belum


memperoleh buku Fakta dan Analisa dari Rencana Tata Ruang Kabupaten Bireuen
yang ada saat ini (2002 - 2011), maka konsultan tidak dapat mengevaluasi tentang
metode analisis yang digunakan untuk penyusunan rencana tata ruang terdahulu.

D. Evaluasi Rumusan Strategi Pemanfaatan Ruang Kabupaten

Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan antara kriteria kelengkapan dan
keabsahan rumusan strategi pemanfaatan ruang Kabupaten dalam buku Pedoman
Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten, terhadap muatan buku Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bireun (2002 - 2011) tentang rumusan strategi pemanfaatan
ruang kabupaten. Secara garis besar hasil dari evaluasi ini dapat dilihat pada Tabel
2.1.

LAPORAN AKHIR II- 4


BRR
NAD - Nias

Tabel 2.1
Evaluasi Rumusan Strategi Pemanfaatan Ruang Kabupaten

No. Muatan Ada Tidak Ada Keterangan

1 Rumusan Tujuan pemanfaatan Ruang V

2 Rumusan masalah pembangunan kabupaten dan V


keterkaitannya dengan masalah pemanfaatan
ruang;

3 Perumusan konsep dan strategi pengembangan V


tata ruang kabupaten;

4 Penjabaran strategi pengembangan tata ruang


kabupaten ke dalam langkah-langkah:
- Strategi pengelolaan kawasan lindung dan V Yang ada masih berupa kebijakan
budidaya; dan norma-norma
- Strategi pengelolaan kws.perdesaan, V
perkotaan dan kws. tertentu;
- Strategi pengemb. sistem kegiatan V Yang ada adalah strategi pengem-
pembangunan, serta sistem permukiman bangan pusat-pusat pertumbuhan
perdesaan dan perkotaan;
- Strategi pengembangan sarana dan prasarana V Yang ada masih berupa kebijakan
wilayah;
- Strategi pengembangan kawasan prioritas; V

- Strategi pemanfaatan ruang; V


- Strategi pengendalian pemanfaatan ruang. V

Sumber : Hasil Analisis

E. Evaluasi Kelengkapan Muatan Produk Rencana

Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan antara kriteria kesahan produk
rencana dalam buku pedoman, terhadap muatan buku Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bireun (2002 - 2011) tentang Rencana pemanfaatan ruang kota. Secara
garis besar hasil dari evaluasi ini dapat dilihat pada Tabel 2.2.

F. Evaluasi Prosedur Penyusunan Rencana

Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan antara kriteria kesesuaian


prosedur penyusunan rencana yang telah dijelaskan sebelumnya, terhadap
informasi yang diperoleh tentang prosedur penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bireun (2002 - 2011). Secara garis besar hasil dari evaluasi ini dapat
dilihat pada Tabel 2.3.

LAPORAN AKHIR II- 5


BRR
NAD - Nias

Tabel 2.2
Evaluasi Muatan Produk Rencana

No. Muatan Ada Tidak Ada Keterangan

1 Tujuan pemanfaatan Ruang V

2 Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang :

a. Rencana Sistem Kegiatan Pembangunan; V

b. Rencana sistem permukiman perkotaan dan perdesaan; V

c. Rencana sistem prasarana wilayah yang terdiri dari:


V
i) Rencana sistem prasarana transportasi; cukup jelas
V
ii) Rencana sistem prasarana energi / listrik; cukup jelas

iii) Rencana sistem prasarana pengelolaan; V sampah, dan air limbah


V
iv) Rencana sistem prasarana lingkungan; air bersih
V
v) Rencana sistem prasarana lainnya

3 Rencana pola pemanfaatan ruang. V cukup jelas

Sumber : Hasil Analisis

Tabel 2.3
Evaluasi Prosedur Penyusunan Rencana

No. Ketentuan Ya Tidak Keterangan

1 Disusun berdasarkan Pedoman Penyusunan Rencana Tata V Berdasarkan Pedoman yang


Ruang Wilayah Kabupaten yang berlaku lama

2 Melibatkan seluruh Tim Koordinasi Penataan Ruang Wilayah V Tim koordinasi hanya Dinas/
Kabupaten, serta masyarakat dan pakar termasuk swasta; Instansi terkait

3 Melalui suatu proses konsensus dan musyawarah dari semua V Namun pihak masyarakat dan
pihak dan mengalokasikan ruang sesuai dengan arahan dan swasta tidak dilibatkan
rencana tata ruang yang lebih tinggi.

Sumber : Hasil Analisis

G. Kesimpulan

Berdasarkan seluruh hasil evaluasi yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat


disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada dasarnya hasil evaluasi terhadap rumusan strategi pemanfaatan ruang


kota dapat dikatakan tidak lengkap dan tidak sah, karena strategi tidak
dirumuskan secara jelas dan lengkap. Beberapa strategi dirumuskan dalam

LAPORAN AKHIR II- 6


BRR
NAD - Nias

bentuk kebijaksanaan dasar yang sebagian besar hanya memuat kriteria-


kriteria dan standar-standar umum perencanaan tata ruang.

2. Adapun hasil evaluasi terhadap muatan produk rencana, secara garis besar
dapat dikatakan lengkap dan sah, walaupun masih banyak kekurangan dari
aspek kuantifikasi dari rencana.

3. Demikian pula dari hasil evaluasi prosedur penyusunan rencana, secara garis
besar dapat dikatakan tidak sesuai, karena proses penyusunannya tidak
melibatkan masyarakat dan swasta, serta tidak melalui suatu proses
konsensus dari semua pihak (stake holders), yang menjadi paradigma baru
dari proses penyusunan rencana tata ruang.

4. Untuk evaluasi terhadap kelengkapan data dan metode analisis masih belum
dapat dilakukan, mengingat buku Fakta dan Analisis sampai saat ini masih
belum tersedia.

5. Dari keseluruhan hasil evaluasi terhadap buku Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bireuen (2002 - 2011), konsultan cenderung menilai bahwa
produk rencana tata ruang terdahulu tidak lengkap dan tidak sah, karena
cukup banyaknya muatan rencana yang tidak lengkap sebagaimana telah
dijelaskan di atas. Hal ini, juga dikarenakan produk rencana terdahulu
disusun sebelum dikeluarkannya Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten yang disahkan dalam Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah no. 327/KPTS/M/2002 tanggal 12 Agustus 2002.

2.1.3 EVALUASI SIMPANGAN RTRW KABUPATEN BIREUN (2002 – 2011)

Terdapat 2 (dua) hal yang dievaluasi tentang simpangan yang terjadi dalam
pelaksanaan RTRW Kabupaten Bireuen (2002-2011) meliputi: evaluasi terhadap
simpangan Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten, serta evaluasi terhadap
simpangan Rencana Pemanfaatan Ruang Kabupaten.

A. Evaluasi Simpangan Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten

Secara keseluruhan, penyimpangan yang terjadi saat ini terhadap Rencana Struktur
Tata Ruang Kabupaten Bireuen (2002 – 2011) masih tergolong kecil, mengingat

LAPORAN AKHIR II- 7


BRR
NAD - Nias

penyimpangan yang terjadi hanya ada di wilayah pesisir yang merupakan wilayah
yang terkena dampak tsunami. Namun diperkirakan dalam waktu dekat akan terjadi
penyimpangan yang cukup besar, sehubungan:

1. Keperluan relokasi kegiatan budidaya khususnya pada wilayah pesisir yang cukup
parah terkena dampak bencana tsunami.

2. Adanya isu dan keinginan dari Pemda Kabupaten Bireuen untuk mengembangkan
beberapa kawasan strategis, meliputi :
1. Kawasan Industri Batee Geulungku di Kec. Pandrah, dan Simpang Mamplam,
2. Pelabuhan Samudera di Meunasah Mamplam,
3. Pengembangan Sumber Daya Air Bersih di Batu Ilie, Kec. Samalanga.
4. Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di Kec. Peudada,
5. Industri Bio-Diesel di Teupin Manee, Kec. Juli,
6. Industri Alat Pertanian di Kuta Blang,
7. Perumahan Kaum Dhuafa seluas 1.250 ha, di Kec.Peulimbang
8. Perluasan Kota Bireuen yang ada saat ini, meliputi 5 (lima) kecamatan, yakni
: Kec. Kota Juang, Jeumpa, Kuala, Peusangan, dan Juli. Hal ini menyimpang
dari rencana wilayah pembangunan dalam RTRW Kab. Bireuen saat ini (2002 –
2011) yang membagi 2 (dua) Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) pada
lokasi rencana perluasan kota Bireuen, yakni SWP I dengan pusat
pengembangan di kota Bireuen, dan SWP II dengan pusat pengembangan di
Matang Geulumpang Dua.

3. Terjadinya pemekaran Kecamatan di Kabupaten Bireuen, dari semula berjumlah


10 kecamatan menjadi 17 kecamatan, dimana hal ini akan berpengaruh
terhadap pola struktur ruang kabupaten.

4. Dalam rangka mewujudkan keinginan untuk perluasan kota Bireuen, Pemda Kab.
Bireuen telah merencanakan pembangunan jalan Lingkar Selatan dan Lingkar
Utara kota. Berdasarkan informasi yang diperoleh dan hasil pengamatan di
lapangan, rencana jalan Lingkar Utara Kota saat ini adalah merupakan jalan
Kabupaten dengan lebar +/- 4 m, tipe perkerasan aspal, dan kondisi sedang.
Sedangkan rencana jalan lingkar Selatan saat ini adalah merupakan jalan Desa,
dengan lebar +/- 4m, dan tipe perkerasan sebagian adalah Sirtu dan sebagian

LAPORAN AKHIR II- 8


BRR
NAD - Nias

lagi masih merupakan jalan tanah. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa
rencana pembangunan jalan Lingkar Utara dan Selatan ini akan terealisasi dalam
kurun waktu yang tidak lama, dimana hal ini nantinya akan menyebabkan
semakin besarnya penyimpangan terhadap rencana struktur tata ruang
kabupaten yang ada.

B. Evaluasi Simpangan Rencana Pemanfaatan Ruang Kabupaten

Adalah cukup sulit untuk mengevaluasi simpangan Rencana Pemanfaatan Ruang


Kabupaten Bireuen secara kuantitatif, mengingat sangat terbatasnya data yang
tersedia terutama Peta Penggunaan Lahan yang akurat dan “up to date”. Adapun
berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, simpangan pemanfaatan ruang yang
terjadi, antara lain meliputi:

1. Banyaknya kawasan perumahan, tambak-tambak, sarana dan prasarana


permukiman yang rusak paska bencana tsunami, khususnya pada kawasan sekitar
pesisir, serta adanya relokasi beberapa kawasan permukiman, pembangunan
barak-barak penampung pengungsi, yang semua itu jelas menyebabkan
terjadinya penyimpangan terhadap Rencana Pola Pemanfataan Ruang Kabupaten
yang ada. Secara kasar, penyimpangan yang terjadi diperkirakan lebih besar dari
25%.

2. Dengan adanya isu tentang rencana strategis Kabupaten yang telah dijelaskan
sebelumnya, serta rencana pembangunan jalan Lingkar Utara dan Selatan kota
Bireuen, apabila telah terealisasi tentunya akan menyebabkan perkembangan
pemanfaatan ruang yang akan semakin memperbesar penyimpangan terhadap
rencana pola pemanfaatan ruang kabupaten yang ada.

2.1.4 EVALUASI PERUBAHAN FAKTOR EKSTERNAL

Secara umum, perubahan faktor eksternal yang terjadi dan akan berpengaruh
terhadap validitas RTRW Kabupaten Bireuen yang ada saat ini, antara lain meliputi :

1. Terdapatnya rujukan baru dalam penyusunan RTRW Kabupaten, yang disahkan


dalam bentuk SK Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah tertanggal 12

LAPORAN AKHIR II- 9


BRR
NAD - Nias

Agustus 2002, sementara RTRW Kabupaten Bireun yang ada saat ini (2002 – 2011)
disusun pada tahun 2001 atau sebelum dikeluarkannya pedoman.

2. Khusus untuk wilayah provinsi NAD (termasuk Kabupaten Bireuen) terdapat


rujukan baru untuk penyusunan RTRW Kabupaten, yaitu : Rencana Induk
Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias yang disahkan dalam Perpres No. 30
Tahun 2005, sementara RTRW Kabupaten Bireun yang ada saat ini (2002 – 2011)
disusun pada tahun 2001 atau sebelum dikeluarkannya rujukan baru ini.

3. Adanya perubahan paradigma perencanaan tata ruang untuk wilayah Provinsi


NAD dan Nias dengan menambahkan penekanan pada aspek mitigasi bencana,
rehabilitasi dan rekonstruksi fisik dan ekonomi wilayah secara cepat, tepat, dan
terarah, pasca terjadinya bencana gempa dan tsunami di wilayah NAD-Nias.

4. Faktor eksternal lain, yang berubah dengan kondisi tahun 2001 (saat disusunnya
RTRW Kab. Bireuen yang lama) adalah adanya kesepakatan MOU perdamaian
antara GAM dan Pemerintah Indonesia, serta terbentuknya UU Otonomi Khusus
untuk Provinsi NAD yang menyebabkan semakin kondusifnya iklim investasi di
Kab. Bireuen, dan semakin terbukanya peluang Pemerintah Kabupaten untuk
mengatur strategi pembangunan daerahnya.

2.1.5 PENENTUAN TIPOLOGI PENINJAUAN KEMBALI RTRW KABUPATEN BIREUEN

Dengan mengacu pada 8 (delapan) tipologi peninjauan kembali RTRW Kabupaten


yang termuat dalam buku Pedoman Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang
Kabupaten (lihat sub bab 2.1.1), serta hasil evaluasi keseluruhan yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa tipologi peninjauan kembali
yang akan dilakukan dalam pekerjaan ini, termasuk dalam “Tipologi G”, yakni:

“RTRW Kab. tidak sah, simpangan besar, faktor eksternal berubah”.

Dengan demikian, sesuai dengan pedoman yang ada, maka RTRW Kabupaten Bireuen
yang ada saat ini (2002 – 2011) perlu dilakuan REVISI TOTAL, dengan melakukan
pemutahiran data, analisis, dan rencana, sehingga dapat tersusun RTRW Kabupaten
Bireuen yang baru.

LAPORAN AKHIR II- 10


BRR
NAD - Nias

2.2 KEBIJAKAN DAN RENCANA YANG ADA

2.2.1 KEBIJAKAN DAN RENCANA TERKAIT DI TINGKAT NASIONAL

2.2.1.1 RTRWN

Rencana tata ruang wilayah merupakan bentuk rencana untuk mewujudkan


keseimbangan pengembangan antar wilayah, mensinegikan kepentingan lintas
sektor, dan lintas wilayah administrasi, antara pusat-daerah dalam bentuk struktur
dan pola pemanfaatan ruang wilayah dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Sistem nasional mencakup 4 (empat) komponen meliputi :

ƒ Pengembangan kawasan prioritas yang meliputi kawasan andalan, kawasan tertentu


(kawasan perbatasan), kawasan tertinggal, kawasan andalan laut, dan pulau-pulau
kecil;

ƒ Pengembangan pusat-pusat permukiman (kota);

ƒ Pengembangan jaringan prasarana (jalan, kereta api, penyebrangan, transportasi


laut dan udara, energi dan telekomunikasi) antar kawasan dan antar pusat
permukiman (kota);

ƒ Pengembangan pengelolaan sumber daya air dan prioritas satuan wilayah sungai
(bencana alam, sistem ketahanan pangan nasional).

Pengembangan wilayah dilakukan selaras dan saling menguatkan dengan


pembangunan daerah, mengingat pembangunan daerah merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional yang terpadu dengan pembangunan sektoral dalam
rangka mengupayakan pemerataan pembangunan antar daerah. Arahan kebijakan
pembangunan daerah PJP II adalah sebagai berikut:

• Memacu pemerataan pembangunan di seluruh wilayah tanah air, daerah dan


kawasan yang kurang berkembang (seperti Kawasan Timur Indonesia, daerah
terpencil dan daerah perbatasan) dan hasil-hasil dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat.

• Meningkatkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat

LAPORAN AKHIR II- 11


BRR
NAD - Nias

• Meningkatkan pendayagunaan potensial daerah secara optimal dan terpadu dalam


mengisi otonomi daerah.

Rencana tata ruang wilayah nasional merupakan strategi dan arahan kebijaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah Negara meliputi:

1. Tujuan nasional dari pemanfaatan ruang untuk peningkatan kesejahteraan


masyarakat

2. Struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional

3. Kriteria dan pola pemanfaatan ruang lindung, kawasan budidaya dan kawasan
tertentu

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan acuan bagi penataan
ruang daerah tingkat bawahnya dan menjadi pedoman bagi pemerintah pusat,
pemerintah daerah serta masyarakat untuk mengarahkan lokasi dan memanfaatkan
ruang, sekaligus menjadi acuan pembangunan jangka panjang dalam kurun waktu
25 tahun, dimana untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah ditetapkan
beberapa pusat pertumbuhan wilayah meliputi 3 (tiga) kawasan andalan dengan
sektor unggulan sebagai sektor penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah masing-
masing kawasan andalan. Kawasan andalan ini didukung oleh sumberdaya alam yang
tersedia dan keberadaan sisitem transportasi baik darat, laut dan udara pada
masing-masing kawasan tersebut. Selain itu ditetapkan pula prioritas
pengembangan kawasan andalan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Program pembangunan kawasan andalan di Provinsi Nanggoe Aceh Darussalam


terdapat pada jalan pantai timur dimulai dari perbatasan Aceh-Sumatera Utara
melalui Lholseumawe sampai Banda Aceh. Kemudian jalur pantai barat mulai dari
perbatasan Aceh-Sumatera Utara melalui Tapaktuan-Meulaboh sampai Banda Aceh
dan jalur jalan tengah provinsi mulai dari perkotaan Aceh-Sumatera Utara melalui
Kutacane-Takengon sampai Banda Aceh. Disamping itu pelabuhan laut utama yang
dapat mendukung dan berperan sebagai pengembangan kawasan andalan adalah
Pelabuhan Malahayati di Kabupaten Aceh Besar, Pelabuhan Krueng Geukeuh di
Lhokseumawe dan Pelabuhan Meulaboh di Kawasan pantai barat. Secara
keseluruhan arahan RTRWN untuk Pulau Sumatera, sebagai wilayah makro yang
terkait dengan studi ini, mencakup pengembangan kawasan andalan darat, sektor

LAPORAN AKHIR II- 12


BRR
NAD - Nias

unggulan, kawasan andalan laut, sistem kota, dan outlet pendukung, disajikan pada
Tabel 2.4.

Tabel 2.4 – Kawasan Andalan, Sektor Unggulan, Sistem Kota dan Outlet
Pendukung di Pulau Sumatera (Arahan RTRWN)
PROVINSI / SEKTOR KAWASAN ANDALAN LAUT WS YANG BANDAR
NO KOTA DALAM KAWASAN PELABUHAN
KAWASAN ANDALAN UNGGULAN YANG TERKAIT MELAYANI UDARA
PKN PKW
1 NANGROE ACEH. Sabang S.Iskandar
DARUSSALAM Muda-
Kw.Banda Aceh dsk pertanian Kw. Andalan Laut. Lhokseumawe Sabang, Kr. Aceh Lhok-Seumawe Banda Aceh
Banda Aceh
pariwisata Sektor unggulan: Blang Lancang

Industri - Perikanan Langsa


- Pertambangan Banda Aceh
Kw.Lhokseumawe dsk industri Kw. Andalan Laut. Lhokseumawe Lhokseumawe Langsa Kr. Pase Sigli
pertanian Woyla-Lambesi Lampulo
pertambangan Sektor unggulan:
perikanan - Perikanan Takengon
perkebunan - Pertambangan
Kw.Pantai Barat pertanian Meulaboh Kr. Seunagan
Selatan
perikanan Kr. Tripa
pertambangan Kr. Kluet
perkebunan
2 SUMATERA UTARA
Kw. Perkotaan Industri Kw. Andalan Laut. Lhokseumawe PERKOTAAN Tebingtinggi Belawan Belawan Medan / Polonia
Metropolitan Mebidang MEDAN Belumai
Labuhan Bilik
perkebunan Kota inti:
Medan
perdagangan Sektor unggulan: Kota Satelit: Sidikalang Tanjung Balai
pariwisata - Perikanan - Lubuk Pakam Kuala Tanjung
peternakan - Pertambangan - Binjai Sibolga
pertanian - Perdagangan - Kota Lainnya P. Tello
Kw.Pematang Siantar perkebunan P. Siantar Bahbolon
dsk
pertanian
Industri Balige
pariwisata
Kw.Rantau Prapat - perkebunan Kw. Andalan Laut. Selat Malaka Rantau Prapat S. Bilah
Kisaran dsk
kehutanan Sektor Unggulan:
pertanian - Perikanan Kisaran

perikanan - Pertambangan
Industri

Kw. Tapanuli dsk perkebunan Kw. Andalan Laut. Nias dsk Sibolga

pertambangan Sektor Unggulan: P.Sidempuan


pertambangan - Perikanan

pertanian -Pertambangan

industri - Pariwisata
Kw. Nias dsk pariwisata Kw. Andalan Laut. Nias dsk Gunung Sitoli Natal
perkebunan Sektor Unggulan:
- Perikanan
-Pertambangan
- Pariwisata

LAPORAN AKHIR II- 13


BRR
NAD - Nias

PROVINSI / SEKTOR KAWASAN ANDALAN LAUT WS YANG BANDAR


NO KOTA DALAM KAWASAN PELABUHAN
KAWASAN ANDALAN UNGGULAN YANG TERKAIT MELAYANI UDARA
PKN PKW
3 SUMATRA BARAT
Kw.Padang Pariaman industri Kw. Andalan Laut. Mentawai- Padang Pariaman B. Anai Teluk Bayur Tabing/
dsk Siberut dsk
perikanan Sektor unggulan: B. Bingir Pantai Sikokop Padang
pertanian -Perikanan B. Kuranji Bungus
pariwisata -Pariwisata
Kw.Agam-Bukit Tinggi perkebunan Kw. Andalan Laut. Mentawai- Bukittinggi Kampar
(PLTA Kuto Panjang) Siberut dsk
pariwisata Sektor unggulan:
pertanian -Perikanan
-Pariwisata
Kw. Mentawai dsk pertanian Kw. Andalan Laut. Mentawai- Muarasiberut
Siberut dsk
perikanan Sektor unggulan:
-Perikanan
-Pariwisata
Kw. Solok dsk (Danau pertambangan Kw. Andalan Laut. Mentawai- Sawahlunto Indragiri
Kembar Siberut dsk
Diatas/Dibawah-
PIP Danau Sngkarak- pertanian Sektor unggulan:
Lubuk Alung- Ketaping) perkebunan -Perikanan
pariwisata -Pariwisata
Industri
4 RIAU
Kw.Pekanbaru dsk industri Kw. Andalan Laut. Selat Malaka Pekanbaru Bangkinang S. Siak Pekan Baru S. Syarif
dsk
perkebunan Sektor Unggulan: Dumai Qasim
pertanian - Perikanan Siak Sri S. Kampar Kuala Enok Simpang Tiga
Indrapura
pertambangan - Pertambangan Tembilahan
Pasir Panjang Pinang Kampai
Perawang Sei Selari
Kw.Duri-Dumai dsk industri Kw. Andalan Laut. Batam dsk Dumai Bengkalis S. Rokon Pulau Sambu Japura
perkebunan Sektor Unggulan: Bagan Selat Panjang Tempuling
Siapi-api
perikanan - Perikanan Batu Ampar P.Asir
Pangarayan
- Pertambangan Bengkalis
- Pariwisata Tarempa
Kw.Rengat-Kuala perkebunan Kw. Andalan Laut. Batam dsk Tembilahan B. Kuantan
Enok- Tl.Kuantan-Pkl.
Kerinci S. Duku
pertanian Sektor Unggulan: Rengat Sri Bintan
industri - Perikanan Taluk Kuantan
kehutanan - Pertambangan
-Pariwisata Pangk. Kerinci
Kw. Ujung Batu-Bagan industri migas Pasir
Batu Pangarayan
perkebunan
5 KEPULAUAN RIAU
Kw. Zona Batam -Tj. pertanian Batam Tanjung S. Duriangkang Batam Hang Nadim
Pinang dsk Pinang
kelautan Tj. Balai Tj. Balai Karimun Kijang
Karimun
pariwisata Daik Lingga Tanjung Pinang
industri Dabo – P. Udang Natuna
Singkep
Kw. Natuna dsk Pertambangan Kw. Andalan Laut Natuna dsk Terempa Pulau Kijang
Perikanan - Perikanan Sekupang
- Pertambangan T. Punggur
- Pariwisata Nongsa
6 JAMBI Pulau Buluh
Kw. Muara Bulian / perkebunan Kw. Andalan Laut. Batam dsk Jambi Kuala Tungkal Batanghari Jambi Sultan Thaha
Timur Jambi dsk
tanaman pangan Sektor Unggulan: Pangabuan Muara Sabak

LAPORAN AKHIR II- 14


BRR
NAD - Nias

PROVINSI / SEKTOR KAWASAN ANDALAN LAUT WS YANG BANDAR


NO KOTA DALAM KAWASAN PELABUHAN
KAWASAN ANDALAN UNGGULAN YANG TERKAIT MELAYANI UDARA
PKN PKW
pertambangan - Perikanan Kuala Tungkal
industri - Pertambangan Muara Bulian Pangkal Balam
perikanan - Pariwisata
pariwisata
Kw. Muara Bungo dsk perkebunan Muarabungo Batanghari
tanaman pangan Sarolangon Batang Maringin
kehutanan
7 SUMATERA
SELATAN
Kw. Muara Enim dsk pertanian Muara Enim S. Musi Palembang - Sm.Badarud-Din
Plaju
pertambangan Lahat Kertapati Palembang
perkebunan Baturaja
Prabumulih
Kw. Lubuk Linggau dsk pertanian Lubuk Linggau S. Musi
perkebunan
industri
Kw. Palembang dsk pertanian; Kw. Andalan Laut. Bangka Palembang Sekayu S. Musi
industri Sektor Unggulan:
pertambangan -Perikanan Kayuagung
perikanan -Pariwisata
kehutanan
8 BENGKULU
Kw.Bengkulu dsk pertanian Kw. Andalan Laut. Bengkulu Bengkulu A. Hitam Bengkulu-Pulau Fatmawati/
Baai
industri Sektor Unggulan: Muko-Muko A. Bengkulu Sungai Liat Bengkulu
perkebunan - Perikanan
perikanan - Pariwisata
pariwisata
Kw. Manna dsk pertanian Manna Air Manna
perkebunan
perikanan
industri
pariwisata
9 BANGKA BELITUNG
Kw. Bangka pertanian Kw. Andalan Laut. Bangka Pangkal S. Baturusa Pangkal Balam Pangkal Pinang
Pinang
perkebunan Sektor Unggulan: Muntok Sungai Liat /Bangka
industri - Perikanan Tanjung Pandan
pariwisata -Pariwisata
Kw. Belitung pertanian Kw. Andalan Laut. Bangka Tanjung
Pandan
perkebunan Sektor Unggulan: Manggar
industri - Perikanan
pariwisata - Pariwisata
10 LAMPUNG
Kw. Bandar Lampung- perkebunan Kw. Andalan Laut. Krakatau dsk Bandar Metro W. Kasibung Panjang Branti/
Metro Lampung
pariwisata Sektor Unggulan: Kalianda W. Seputih Bakauheni B. Lampung
industri - Perikanan Kota Agung W. Sekampung Kota Agung
tanaman pangan - Pertambangan
perikanan - Pariwisata
Kw. M e s u j i dsk pertanian Menggala W. Tulang
Bawang
perkebunan W. Sindang
agroindustri W. Mesuji
peternakan W. Kanan
W. Kiri
W. Komring
Kw. Kotabumi dsk pertanian Kotabumi Semangko
perkebunan Way Rarem
Kw Liwa-Krui pertanian Liwa

perkebunan

LAPORAN AKHIR II- 15


BRR
NAD - Nias

2.2.1.2 RTR PULAU SUMATERA

A. Arahan Penataan Ruang Wilayah Pulau Sumatera

Pengembangan wilayah di pulau Sumatera juga lebih difokuskan pada


pengembangan titik-titik simpul/pusat kegiatan dalam konteks pengembangan
wilayah secara makro, serta arahan penataan ruang pulau Sumatera, seperti
disajikan pada gambar 2.1 dan 2.2.

B. Strategi Pengembangan Sistem Transportasi

Dukungan transportasi dalam perwujudan rencana pengembangan ruang wilayah


Sumatera dirumuskan ke dalam strategi spasial pengembangan sistem jaringan
transportasi sebagai berikut :

1. Pengembangan transportasi untuk mendukung pengembangan sentra produksi


pangan, sentra produksi perkebunan, serta sentra produksi sumberdaya alam
lainnya yang dikaitkan dengan simpul-simpul/pusat-pusat pengembangannya:

a. Pengembangan Pelabuhan Belawan, Lhokseumawe, Tanjung Balai Karimun,


Dumai, Natuna, Kualatungkal, Panjang pada Sub Wilayah Dataran Rendah
Pantai Timur, dan lintas penyeberangan Dumai–Batam, Batam–Natuna, Nias–
Sibolga, Siberut–Padang dan Enggano – Bengkulu di Sub Wilayah Pulau-Pulau
Kecil, untuk mendukung sentra-sentra produksi dalam 11 kawasan andalan
laut yang dikaitkan dengan 17 kota pantai sebagai pusat-pusat
pengembangan processing (di Sub Wilayah Dataran Rendah Pantai Timur) dan
agro-industri (di Sub Wilayah Pesisir Pantai Barat).

b. Pengembangan jaringan jalan Lintas Timur di Sub Wilayah Dataran Rendah


Pantai Timur, Lintas Tengah di Sub Wilayah Pegunungan Bukit Barisan, Lintas
Barat di Sub Wilayah Pesisir Pantai Barat, dan feeder-road, serta jaringan
kereta api Lintas Barat, Lintas Timur serta Lintas Tengah dan feeder di
Sumatera bagian selatan, untuk mendukung sentra produksi dalam 31
kawasan andalan di darat yang dikaitkan dengan 50 simpul-simpul/kota-kota
pengembangannya.

LAPORAN AKHIR II- 16


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.1 Pola Pemanfaatan Ruang 2023 (RTR P Sumatera)

LAPORAN AKHIR II- 17


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.2 Peta Struktur Ruang 2023 (RTR P Sumatera)

LAPORAN AKHIR II- 18


BRR
NAD - Nias

2. Pengembangan transportasi untuk mendukung pengembangan keterkaitan antar


pusat pengembangan kawasan andalan (darat dan laut):

a. Pengembangan jalur Lintas Pantai Timur untuk mendukung pengembangan


keterkaitan antar 10 PKN dan 14 PKW sebagai pusat-pusat pengembangan 12
kawasan andalan, dari Bandar Lampung – Metro – Kayu Agung – Palembang –
Jamb – Rengat – Pekanbaru – Dumai – Rantau Prapat – Medan – Langsa –
Lhokseumawe – Banda Aceh.

b. Pengembangan jalur Lintas Pantai Barat untuk mendukung pengembangan


keterkaitan antar 2 PKN dan 6 PKW sebagai pusat-pusat pengembangan 8
kawasan andalan, dari Bandar Lampung – Liwa – Bengkulu – Painan – Padang –
Sibolga – Tapaktuan – Meulaboh – Banda Aceh.

c. Pengembangan jalur Lintas Tengah untuk mendukung pengembangan


keterkaitan antar 2 PKN dan 15 PKW sebagai pusat-pusat pengembangan 6
kawasan andalan, dari Bandar Lampung – Metro – Kotabumi – Baturaja – Lahat
– Lubuk Linggau – Muara Bungo – Sijunjung – Solok – Bukittinggi – Padang
Sidempuan – Tarutung – Sidikalang – Kutacane – Takengon – Bireun. Jalan
lintas Timur menghubungkan Bandar Lampung – Metro – Kayu Agung –
Palembang – Jambi – Rengat – Pekanbaru – Dumai – Rantau Prapat – Medan –
Langsa – Lhokseumawe – Banda Aceh.

d. Pengembangan lintas penyeberangan:

• Dumai – Batam untuk mendukung keterkaitan Dumai (pusat Kws. Duri-


Dumai dsk.) dengan Batam (pusat Kws. Zona Batam-Tanjung Pinang dsk.)

• Batam – Natuna untuk mendukung keterkaitan Batam (pusat Kws. Zona


Batam-Tanjung Pinang dsk.) dengan Singkawang (pusat KL. Natuna dsk.)

• Nias – Sibolga untuk mendukung keterkaitan Gunungsitoli (pusat Kws. Nias


dsk.) dengan Sibolga (pusat KL. Nias dsk.)

• Siberut – Padang untuk mendukung keterkaitan KL. Siberut dsk. dengan


Kws. Padang Pariaman dsk.

e. Pengembangan feeder-road Meulaboh – Lhokseumawe, Tapaktuan –


Lhokseumawe, Sibolga – Belawan, Pematang Bandar – Belawan, Sipirok –

LAPORAN AKHIR II- 19


BRR
NAD - Nias

Belawan, Kaban Jahe –Belawan, Tarutung – Belawan, Padang – Kubu –


Bukittinggi – Dumai, Muaro –Dumai, Kampar – Dumai, Bengkulu – Jambi – Kuala
Tungkal, Baturaja – Kayu Agung – Palembang, Sekayu – Palembang, Lahat –
Prabumulih – Palembang, Manna – Palembang, dan Arga Makmur – Palembang,
untuk mendukung keterkaitan pengembangan wilayah di Pantai Barat –
Tengah – Pantai Timur.

f. Jaringan kereta api lintas utama: Bandar Lampung – Muara Enim, Tebingtinggi
– Palembang, Jambi – Muarabungo – Muaro, Muarabungo – Pekanbaru – Dumai –
Lubukpakam – Medan – Lhokseumawe – Banda Aceh, Padang – Padang Panjang;
dan lintas kedua: Bandar Lampung – Kotabumi – Palembang – Muaratembesi,
Jambi – Rengat – Pekanbaru, Kuala Enok – Rengat – Taluk, Tebingtinggi – Curup
– Muarabungo, Bengkulu – Curup, Bengkulu – Padang – Bukittinggi –
Padangsidempuan – Sibolga – Meulaboh – Banda Aceh, Padangsidempuan –
Rantau Prapat, untuk mendukung keterkaitan antar pusat kegiatan/pusat
pengembangan kawasan dan antara pusat kegiatan/pusat pengembangan
kawasan dengan outlet (pelabuhan dan atau bandar udara) di Pantai Barat,
Pantai Timur dan di Sumatera bagian Selatan.

3. Pengembangan transportasi antar pulau dan ekspor untuk mendukung


pengembangan komoditi unggulan yang berorientasi ekspor dan perdagangan
antar pulau:

a. Pengembangan jalur Lintas Pantai Barat yang merupakan bagian Trans Asia
Highway, untuk mendukung keterkaitan dan kerjasama ekonomi dengan
negara tetangga.

b. Pemantapan penyeberangan dari Bakauheni ke Jawa (melalui Merak, Propinsi


Banten).

c. Pengembangan pelabuhan dan peningkatan keterkaitan dan orientasinya ke


pasar global dengan memanfaatkan jalur ALKI–1. Pelabuhan yang akan
dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 2.5.

LAPORAN AKHIR II- 20


BRR
NAD - Nias

Tabel 2.5 - Pengembangan Pelabuhan di Pulau Sumatera

Provinsi Hubungan Pelabuhan Laut


Internasional Internasional Nasional
NAD Lhokseumawe, Calang, Idi, Kuala Beukah,
Sabang, Sinabang, Tapak Tuan
Malahayati,
Kuala Langsa,
Susoh
Sumut Belawan * Sibolga, Tg. Barus, Kurau/Selatialang,
Balai Asahan, Lahewa, Leidong, Pangkalan
Kuala Tanjung Dodek, Pangkalan Susu, Pantai
Cermin, Pulau Kampai, Pulau
Telo, Sei Berombang, Sikara-
kara, Sirombu, Tg. Beringin,
Tg. Pura, Tg. Tiram, Teluk
Dalam, Tg. Sarang Elang
Riau Batu Ampar, Anoa Natuna, Batu Panjang,
Kabil, Nongsa, Bengkalis, Kakap Natuna, Kuala
Sekupang, Enok, Kuala Gaung, Lagoi,
Pekanbaru, Tg. Matak, Moro, Pasir Panjang,
Pinang, Bagan Pulau Halang, Panipahan, Pulau
Siapiapi, Tg. Sambu, Ranai, Rengat, Sei
Balai Karimun, Kolak Kijang, Sei Gunung, Selat
Tembilahan, Panjang,Senayang,
Dabo Singkep, Serasan,Sinaboi, Sungai
Siak Sri Pakning, Tg. Batu, Tg. Medana,
Indrapura Tg. Uban, Tarempa
Sumbar Sikakap, Siuban, Muara Padang,
Muara Siberut, Air Bangis
Jambi Muara Talang Duku, Kuala Mendahara,
Sabak/Jambi Kuala Tungkal, Nipah Panjang
Bengkulu Pulau Baai Linau/Bintuhan
Bangka- Pangkal Balam Binyu, Manggar, Muntok, Tg.
Belitung Pandan, Toboali
Sumsel Boom Baru/
Palembang
Lampung Panjang Kota Agung, Teluk Betung,
Labuan Maringgai, Bakauheni
* = Selain memenuhi kriteria volume barang, perlu memenuhi syarat teknis terutama
kedalaman minimal

LAPORAN AKHIR II- 21


BRR
NAD - Nias

Tabel 2.6 Pengembangan Bandar Udara di Pulau Sumatera

Provinsi Pusat Bukan Pusat Penyebaran


Penyebaran
NAD Banda Aceh (Sultan Iskandar Muda), Meulaboh (Cut
Nyak Dien), Sinabang (Lasekon), Tapak Tuan (Teuku
Cut Ali), Sabang (Maimun Saleh)
Sumatera Medan Gunung Sitoli (Biruna), Parapat (Sidira), Sibolga
Utara (Polonia) (Pinangaon), Padang Sidempuan (Aek Godang),
Siborong-borong (Silangit), Kepulauan Nias (Pulau-
pulau Batu)
Sumatera Padang Sipora (Rokot)
Barat (Tabing)
Riau Pekanbaru Tg. Pinang (Kijang), Rengat (Japura), Pasir Pangairan
(Sultan Syarif (Pasir Pangairan), Tg Balai Karimun (Serbati),
Kasim II), Singkep (Dabo)
Batam (Hang
Nadim)
Bangka- Pangkal Pinang (Depati Amir), Tg. Pandan (Hj.AS.
Belitung Hanadjoeddin/Buluh Tumbang)
Jambi Jambi (Sultan Thaha), Kerinci (Depati Parbo)
Bengkulu Bengkulu (Fatmawati Soekarno/Padang Kemiling),
Muko-muko (Muko-muko)
Sumatera Palembang Lubuk Linggau (Lubuk Linggau)
Selatan (S.M
Badaruddin II)
Lampung Lampung (Raden Inten II/Branti)

2.2.1.3 KERJASAMA EKONOMI REGIONAL (IMT-GT)

A. Kebijakan Kerjasama Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth


Triangle (IMT-GT)

Guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu negara,


maka beberapa negara/kawasan seperti halnya Indonesia
telah menetapkan konsep “Outward Looking” dalam
perencanaan pembangunan. Hal ini timbul dari kesadaran
bahwa tidak ada satupun negeri akan mencapai tingkat
pertumbuhan yang diharapkan tanpa mempertimbangkan
kerjasama regional negara lain.

LAPORAN AKHIR II- 22


BRR
NAD - Nias

Kesadaran terhadap pentingnya kerjasama regional antar kawasan/negara telah


melahirkan berbagai bentuk kerjasama baik bilateral, multilateral, regional maupun
internasional.

Pada beberapa tahun ke belakang sejak makin gencarnya liberalisasi perdagangan,


trend kegiatan pembangunan di beberapa kawasan negara Asia diwarnai dengan
pembentukan kawasan kerjasama ekonomi regional seperti Kawasan Perdagangan
Bebas (Free Trade Area), segitiga pertumbuhan (Growth Triangle), atau Export
Processing Zone (EPZ).Segitiga pertumbuhan (Growth Triangle) merupakan
kesempatan diantara negara bertetangga untuk mengembangkan kerjasama saling
menguntungkan dalam bidang investasi yang merupakan sumber pengelompokan
regional.

Dengan banyaknya negara-negara terikat pada pengelompokkan dan konsentrasi


ekonomi secara sub-regional, maka kerjasama sub-regional menjadi sangat penting
untuk memanfaatkan peluang ekonomi internasional dan memudahkan mencapai
keberhasilan dalam persaingan yang tajam.

Dalam konsteks regional Indonesia, meliputi berbagai zona yang berbeda dengan
karakteristik yang sangat bervariasi sebagai contoh di bagian Utara Indonesia ada
kerjasama bilateral IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailang Growt Triangle), ke
bagian Selatan terdapat kerjasama regional SIJORI (Singapura-Johor-Riau). Di
Kawasan Indonesia Bagian Timur dibentuk kerjasama bilateral BIMP-EAGA (Brunei
Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area). Secara
garis besar tujuan kerjasama bilateral ini adalah untuk mengaktifkan simpul-simpul
pertumbuhan di masing-masing kawasan/negara, agar dapat mendorong
pertumbuhan di negara-negara tersebut.

Kerja sama IMT-GT dilakukan untuk mengusahakan komplementaritas sumber daya yang
dimiliki ketiga sub-wilayah ini. Masing-masing sisi atau sudut mempunyai keunggulannya
sendiri. Untuk Sumatera bagian utara, Medan dengan fasilitas yang sudah dimilikinya
dapat menjadi andalan bagi pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi sub-wilayah
ini. Transportasi udara dan lautnya sudah melintasi batas negara menuju ke negara-
negara lain. Medan sudah perlu didukung kawasan sekitarnya untuk mengembangkan
dirinya lebih lanjut.

LAPORAN AKHIR II- 23


BRR
NAD - Nias

Kedekatan geografi, budaya dan sejarah diharapkan dapat mendukung kegiatan


ekonomi lintas batas dalam jangkauan dan skala yang lebih besar. Peresmian hubungan
Medan dan Penang menjadi kota kembar di tahun 1984 menjurus ke arah kegiatan IMT-
GT sejak tahun 1991. Peresmian IMT-GT baru dilakukan dalam pertemuan menteri di
Langkawi pada bulan Juli 1993.Kerjasama IMT-GT melibatkan empat negara bagian
Semenanjung Malaysia Utara, lima Provinsi Thailand Selatan dan semula dua Provinsi di
Indonesia Bagian Barat kemudian menjadi lima semenjak tahun 2001.

Manfaat yang hendak dipetik Indonesia dari kerjasama dalam rangka IMT-GT ialah
mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui berbagai pengurangan dan penghapusan
bermacam ragam rintangan (trade and non-trade barrier), membuka peluang bagi
pemanfaatan sumber daya alam dan manusia dengan memanfaatkan keunggulan
Malaysia dan Thailand; dan meningkatkan saling pengertian dan hubungan yang serasi
diantara masyarakat di perbatasan tiga negara sehingga dapat menjamin kelanjutan
stabilitas dan keamanan di sub-wilayah ini.

Bagi Malaysia, berkurangnya tenaga kerja dan lahan di sektor perkebunan kelapa sawit
memerlukan relokasi atau perluasan kegiatan ekonomi ke sub-wilayah di seberangnya.
Lima Provinsi di Sumatera ini merupakan daerah yang dekat dan yang memungkinkan
relokasi atau perluasan itu. Dengan relokasi ini Malaysia Utara dapat mengkhususkan
diri pada pengembangan industri manufaktur dan pelayanan jasa untuk mendukung
pengembangan sub-wilayah ini. Hal ini juga dilakukan untuk memperluas daerah
dukung industri elektronika.

Adanya kerjasama kawasan tersebut, maka Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam


diharapkan menjadi salah satu gerbang kerjasama tersebut. Untuk itu beberapa
kebijakan telah ditempuh sebagai berikut :

1. Menetapkan Lhokseumawe sebagai pintu gerbang pengembangan perindustrian.


2. Menetapkan Aceh Barat sebagai pintu gerbang pengembangan pertanian.
3. Menetapkan Banda Aceh sebagai basis perindustrian dan perdagangan
4. Menetapkan Sabang sebagai pusat kepariwisataan.

LAPORAN AKHIR II- 24


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.3 IMT-GT

LAPORAN AKHIR II- 25


BRR
NAD - Nias

2.2.1.4 SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (SISTRANAS)

A. Transportasi Darat

Jaringan transportasi darat antar kota ingin diwujudkan dalam jangka panjang pada
skala nasional, ditampilkan dalam koridor-koridor sebagai berikut :
• Lintas Utara.
• Lintas Tengah;
• Lintas Selatan;
• Lintas Utara - Selatan;

A.1 Transportasi Jalan

Arah pengembangan jaringan transportasi jalan primer dalam peranannya sebagai


unsur penunjang diarahkan untuk ditingkatkan kemampuan dan daya dukungnya
sesuai dengan beban lalu lintas terutama yang melayani dan menghubungkan pusat
kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah serta kawasan-kawasan andalan yang
cepat berkembang. Pembangunan jalan tol bebas hambatan yang mendukung
sistem transportasi cepat, dikembangkan bersama-sama antara pemerintah dan
swasta dengan tetap memperhatikan alternatif yang memadai terpadu dengan
moda transportasi darat lainnya sesuai dengan besaran kota, fungsi kota, dan
hirarki fungsional kota dengan mempertimbangkan karakteristik dan keunggulan
karakterisitk moda, perkembangan teknologi, pemakaian energi, lingkungan dan
tata ruang. Untuk tarif angkutan sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar.

A.2 Transportasi Jalan Rel

Pembangunan jaringan transportasi jalan rel di Pulau Sumatera diarahkan untuk


angkutan barang masal jarak jauh. Untuk itu diperlukan kesatuan jaringan
transportasi jalan rel di Prov. Sumatera Utara, Prov. Sumatera Barat, Prov.
Sumatera Selatan, Prov. Lampung kemudian dihubungkan dengan penyeberangan
kereta api agar menyatu dengan sistem jaringan jalan rel di P. Jawa. Untuk pulau
besar lainnya seperti di. Jawa, Kalimantan, dan P. Sulawesi diarahkan untuk
perkeretaapian khusus sebagai bagian. yang tidak terpisahkan dari pembangunan.
sektornya masing-masing.

LAPORAN AKHIR II- 26


BRR
NAD - Nias

Disadari bahwa untuk mewujudkan sistem jaringan. jalan rel sebagaimana diuraikan
di muka membutuhkan dana yang sangat besar. Untuk itu, investasi pembangunan,
perkeretaapian diarahkan dengan mengikutsertakan swasta, baik swasta nasional
maupun swasta asing.

Beberapa skema yang termasuk dalam usulan Rencana Induk Perkeretaapian


Sumatra akan mempersiapkan satu jaringan jalan kereta api yang rinci di Pulau
Sumatra, serta melayani seluruh provinsi dengan menyediakan barang yang penting.

Faktor-faktor yang mempengaruhi :

• Strategi Lokasi : Strategis


• Strategi Lokasi : Komersial
• Intergrasi antar moda angkutan (Effisiensi)
• Pendanaan yang dapat membiayai
• Keamanan dan Integritas Nas
• Pengembangan Wilayah
• Dampak Lingkungan
• Kemampuan untuk dapat beroperasi

Pengembalian finansial yang relatif rendah sulit untuk menarik partisipasi sektor
swasta dalam pembangunan prasarana. Sementara pengembalian ekonomi
kemungkinannya hanya dalam jumlah yang sangat kecil, dikarenakan tingginya total
biaya.

B. Transportasi Perkotaan

Pengembangan transportasi di wilayahperkotaan diarahkan untuk transportasi masal


serta keterpaduan antar jaringan transportasi jalan dengan transportasi jalan rel
atau transportasi sungai dan danau sesuai dengan karakterisfik geografis wilayah
dan pengembangan kota. Kemudian untuk jaringan pelayanan angkutan dengan
kendaraan umum diarahkan sesuai dengan karakteristik kota.

C. Transportasi Laut

Rencana pengembangan Pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpan sampai tahun


2018 yang direncanakan adalah:

LAPORAN AKHIR II- 27


BRR
NAD - Nias

TABEL 2.7 - Pelabuhan Utama


Primer Sekunder Tersier
• Batam • Belawan • Lhokseumawe
• Tanjung Priok • Panjang • Dumai
• Biak • Tanjung Emas • Teluk Bayur
• Tanjung Perak • Palembang
• Bitung • Benoa
• Ujung Pandang • Pontianak
• Balikpapan
• Samarinda
• Ambon
• Sorong
• Pekanbaru
• Tanjung Pinang
• Banjarmasin
• Jayapura
• Gresik
• Cirebon
• Sampit
• Kendari
• Anggek
• Kuala Enok
• Karianau
• Nunukan
• Kumai

Tabel 2.8 - Pelabuhan Pengumpan


Pelabuhan Pengumpan
Regional Lokal
• Kruing Raya • Gunung Sitoli • Mangole
• Kuala Langsa • Tanjung Balai • Leuiwi
• Sibolga • Bengkalis • Labuha
• Kuala Tanjung • Air Bangis • Bobong
• Jambi • Kuala Tungkal • Sedanau
• Bengkulu • Taboali • Selat Lampah
• Pangkal Batam • Juwawa • Ranai
• Tegal • Pasuruan • Daro Singkep
• Meneng • Badas • Letung
• Lembar • Kalabahi • Tarempa
• Maumere • Sintete • Enggano
• Tarakan • Gorontalo • Pulau Tello
• Pantoloan • Bau-bau • Siberut
• Ternate • Tual • Siuban
• Dili • Dobo • Sikakap
• Fakfak • Banyu • Bintuhan
• Merauke • Pangkal Pinang • Seumeume
• Manokwari • Tanjung Pandan • Pangkal Bun
• Luwuk • Muara Sabak • Ketapang
• Pare-pare • Wahai • Kedawang
• Ende • Sarmi • Toli-toli
• Bima • Serui • Poso
• Amahai • Ampenan
• Larat • Banggai

LAPORAN AKHIR II- 28


BRR
NAD - Nias

Bagian yang terbesar dari pendanaan rencana pengembangan pelabuhan harus


datang dari sumber Pemerintah, dalam bentuk dana hibah atau sejenisnya.
Mengacu kepada Undang-Undsang No. 22 dan 25, kemungkinannya beberapa Daerah
diharapkan dapat menyediakan sebagian besar dana untuk biaya tersebut, dan
kontribusi dari Pemerintah Pusat hanya terbatas

2.2.1.5 PENGEMBANGAN KAPET SABANG

Dalam GBHN telah diamanatkan bahwa untuk menciptakan suatu pola pembangunan
yang berwawasan nusantara perlu diciptakan suatu keseimbangan pembangunan
antara wilayah seperti yang telah dilakukan melalui pendekatan pembangunan
dengan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan (Growth Center) yaitu
mengembangkan kerjasama ekonomi regional IMT-GT.

Bentuk kerjasama yang terjalin melalui IMT- GT telah mendudukan Sabang sebagai
pointer di Wilayah bagian barat Sumatera yang di harapkan mampu menumbuhkan
kawasan lainnya. Dalam upaya memacu dan meningkatkan pembangunan di Provinsi
Nanggoe Aceh Darussalam dan mendukung kerjasama ekonomi bilateral
tersebut,maka telah di tetapkan beberapa kawasan pengembangan ekonomi
trerpadu yang salah satunya adalah KAPET Sabang yang berpusat di Kota Sabang.

Penentuan suatu kawasan andalan menjadi KAPET telah diatur dalam surat
Keputusan Presiden No.89 tahun 1996 yang kemudian diubah dengan surat
keputusan Presiden No. 9 tahun 1998.Dalam perkembangan dua tahun kemudian
mengingat potensi dan peran Pelabuhan Sabang yang cukup signifikan dijadikan
sebagai pusat aktivitas dan pusat percepatan dan pertumbuhan wilayah Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, maka pada tahun 2000 direposisi KAPET Sabang
menjadi Kawasan Perdagangan Bebas dan Kawasan Pelabuhan Bebas tentang
pengembangan Pulau Sabang menjadi daerah perdagangan bebas melalui intruksi
Presiden No 2 tahun 2000 tentang pengembangan Pulau Sabang menjadi Daerah
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas serta Undang-undang No 37 tahun 2000
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No.2 Tahun
2000 tentang Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Sabang menjadi Undang-
Undang. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) sabang telah

LAPORAN AKHIR II- 29


BRR
NAD - Nias

ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.171 tahun 1998 yang
menetapkan Kota Sabang di Wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai
Pusat Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET).

Kapet Sabang meliputi seluruh Kota Sabang dan sebagian wilayah Kabupaten Aceh
Besar, terdiri dari dari beberapa pulau diantaranya: Kota Sabang dengan luas 119
Km² terdiri dari Pulau Weh,Pulau Rubiah, Pulau Klah, Pulau Seulako dan Pulau Nasi
dan Pulau Teunom.

Berdasarkan Surat Gubernur Provinsi Nanggoe Aceh Darussalam No.193/30591


tanggal 2 September 2001 KAPET Sabang diubah menjadi KAPPET Bandar Aceh
Darussalam dengan luas 55.390 Km². Cakupan wilayah KAPET Bandar Aceh
Darussalam meliputi Aceh Besar, Piddie, Bireuen, Aceh Utara dan Aceh Timur
dengan Hiterland wilayah tengah dan barat/selatan Aceh yang telah dihubungkan
dengan berfungsinya jaringan jalan dari pantai barat/selatan melalui wilayah
tengah ke pantai timur Aceh.

Lingkup wilayah KAPET Bandar Aceh Darussalam adalah:

1. Kota Banda Aceh, meliputi seluruh kecamatan dalam Kota Banda Aceh

2. Kabupaten Aceh Besar, Meliputi:

a. Kecamatan Lhokngan/leupang
b. Kecamatan Darussalam
c. Kecamatan Kuta Baro
d. Kecamatan Peukan Bada
e. Kecamatan Seulimeum
f. Kecamatan Mesjid Raya

3. Kabupaten Pidie, meliputi:

a. Kecamatan Batee
b. Kecamatan Padang Tiji
c. Kecamatan Muara Tiga
d. Kecamatan Kota Sigli

Pelaksanaan pembangunan dan Pengelolaan KAPET Sabang dilakukan oleh Badan


Pengelola KAPET Sabang yang terdiri dari unsur Pemerinath Pusat.Pemerintah

LAPORAN AKHIR II- 30


BRR
NAD - Nias

Provinsi dan pemerinath Kab/kota. Badan ini bertugas mengendalikan dan


mengawasi kegiatan pembangunan di wilayah KAPET Sabang berdasarkan rencana
induk pengembangan yang ditetapkan oleh tim pengarah sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.

2.2.1.6 RENCANA INDUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD-NIAS

A. Kebijaksanaan Pemanfaatan Struktur dan Pola Tata Ruang Provinsi NAD

Secara prinsip, kebijaksanaan pemanfaatan struktur dan pola tata ruang


dimaksudkan untuk restorasi dan rehabilitasi pemanfaatan struktur dan pola tata
ruang provinsi NAD. Karena itu, kebijaksanaan penataan ruang paska-gempa dan
paska-tsunami provinsi NAD dalam pemanfaatan struktur dan pola tata ruang
meliputi:

1. Pusat Permukiman/Kota-kota di Pantai Barat akan dipertahankan untuk menjaga


keseimbangan pertumbuhan anatara wilayah Timur-Barat dan wilayah Tengah
dan ditunjang oleh pusat-pusat pertumbuhan skala lebih kecil yaitu Sigli,
Bireuen, Singkil, Tapak Tuan, Blangpidie, Calang di kawasan pantai, dan wilayah
pengaruhnya Blangkejeren dan Jantho.

2. Kota-kota Perairan (Waterside Cities) akan dikembangkan dengan


mempertimbangkan aspek local terutama yang berkaitan dengan perlindungan
risiko gempa dan tsunami dan dengan konservasi dan zona pengaman (buffer
zones) yang difungsikan sebagai fasilitas proteksi.

3. Jaringan jalan akan direhabilitasi untuk menjaga interkoneksi antar-kota-kota di


Pantai Barat dan Pantai Timur, atau antar kedua wilayah, dan memacu
pengembangan dan pemerataan wilayah-wilayah: Meulaboh-Calang-Lamno-
Banda Aceh Jantho-Sigli-Bireun ke Lhokseumawe. Jalan baru direncanakan
dibangun menghubungkan kawasan-kawasan terisolir Aceh Barat/Meulaboh dan
Aceh Jaya, yang lainnya Lhok Kruet-Calang-Teunom-Woyla-Meulaboh
memanfaatkan jalan perkebunan sawit dan meningkatkan jalan perdesaaan ,
membuka kembali raus jalan Jantho-Lamno; jalan Beureunun- Geumpang-Tutut
Meulaboh, Ladia Galaska Simpang Peut-Jeuram-Beutong Ateuh-Takengon, jalan
lintas barat Meulaboh-Tapaktuan-Bakongan; Jantho-Lamno; Calang-Tangse-

LAPORAN AKHIR II- 31


BRR
NAD - Nias

Beureunun; Teunom-Sarah Raya-Geumpang;Teunom-Sarah Raya-Woyla; and


Calang-Geumpang.

4. Fasilitas penyeberangan ke pulau-pulau kecil (antara lain pulau-pulau


Weh,Sabanng dan Simeuleu) akan dioperasikan untuk mobilisasi penduduk dan
pengembangan ekonomi wilayah.

5. Bandar Udara akan diperbaiki dan dioperasikan: Bandara-bandara Sultan


Iskandar Muda, Cut Nyak Dien, Lasikin, Maimun Saleh, Malikussaleh, dan
Teuku Cut Ali.

6. Pelabuhan laut akan diperbaiki dan dioperasikan: Sabang, Malahayati, Calang,


Meulaboh, Kuala Langsa, Singkil, dan Lhokseumawe. Akan diputuskan lokasi
pengganti terminal ferry Uleu-lhee setelah studi kelayakan teknisnya
diselesaikan.

7. Rehabilitasi interkoneksi sistem jaringan kelistrikan Banda Aceh-Sigli-Bireun-


Lhokseumawe dan Meulaboh-Calang-Takengon.

8. Perbaikan kawasan Industri, kawasan perdagangan, kawasan tanaman pangan


dan perkebunan, serta kawasan pantai di Lhoknga, Lhokseumawe, dan
Malahayati;

9. Rehabilitasi jaringan penyediaan sumber air (antara lain saluran irigasi, DAS,dan
pantai) untuk memenuhi ketersediaan air baku dan air bersih.

10. Rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan konservasi (Tengah) antara lain kawasan
ekosistem Leuser, hutan lindung dan kawasan konservasi (buffer zone dan hutan
kota) sepanjang koridor pantai dengan menyiapkan zona pengaman pantai
dalam bentuk vegetasi dan struktur bangunan proteksi pantai.

11. Diusahakan menghindarkan/menjauhkan lokasi permukiman dari kawasan


konservasi seperti di kawasan mukim gajah yang tersebar di Pucok, Alue Raya,
Blang Dalam & Lhok Kuala, Lamje, Kr. Batee Mirah, Kr. Alue Ceuroloup, Kr.
Buerieng, Can. Kaking Ungoh Batee, batas Tutut, kawasan Uteun Cut, Panga,
Panga-Teunom, dan Lageun.

LAPORAN AKHIR II- 32


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.4 - Arahan Rencana Tata Ruang Provinsi NAD

B. Kebijaksanaan Pemanfaatan dan Pola Tata Ruang Kabupaten/Kota

B.1 Sistem Kota (City System)

1. Minimasi perubahan struktur, hirarki, kepadatan dan penggunaan lahan yang


ada.

2. Meningkatkan jalan yang ada dan membangun jalan baru sebagai jalur
penyelamtan (escape routes).

3. Rehabilitasi/rekonstruksi kawasan kota dampak tsunami.

4. Memperbaiki aksesibilitas kota-kota melalui laut dan udara untuk maksud


evakuasi, distribusi logistic dan rehabilitasi kota/kawasan.

LAPORAN AKHIR II- 33


BRR
NAD - Nias

B.2 Struktur Tata Ruang Kota (City Spatial Structure)

1. Menjaga struktur tata ruang kota yang ada meliputi keseluruhan kawasan kota.
2. Rehabilitasi struktur tata ruang kota yang ada.
3. Mengembangkan kota-kota dan kawasan tahan bencana.
4. Memanfaatkan daerah aliran sungai sebagai suatu struktur kota.
5. Meningkatkan fungsi dan peran ruang (spaces) structural yang penting.

B.3 Kawasan Non-Budidaya (Non-Cultivation Areas)


1. Kawasan konservasi (Conservation areas)
a. Rehabilitasi dan reboisasi hutan kawasan konservasi dampak tsunami.
b. Konservasi dan melindungi kawasan hutan terbatas, hutan kota dan hutan
bakau dan memfungsikannya sebagai fasilitas proteksi dan pertahanan
terhadap tsunami.
c. mengembangkan dan memperluas jalur hijau yang berfungsi sebagai
pertahanan terhadap bencana dan sebagai konservasi alam.
d. Memanfaatkan jalur hijau dan bukit penyelamat (escape hills) untuk ruang
terbuka hijau.
2. Kawasan Pantai (Coastal Areas)
Memperbaiki/mengembalikan fungsi dan penggunaan lahan kawasan pantai
dengan menggunakan prinsip mitigasi bencana.
3. Kawasan Sungai (River Areas)
Menstrukturkan kawasan sungai dengan menggunakan prinsip mitigasi bencana.

B.4 Kawasan Budidaya (Cultivation Areas)


1. Kawasan Permukiman (Settlement Areas)
a. Rekonstruksi permukiman dan fasilitas perkotaan terkena bencana.

b. Melengkapi permukiman yang ada dengan fasilitas mitigasi bencana.

c. Membangun bangunan penyelamat/rumah susun di permukiman penduduk


padat.

d. Mengembangkan kawasan permukiman baru.

2. Kawasan Bersejarah (Historic Areas)


Konservasi dan revitalisasi tapak-tapak warisan sejarah yang tersisa.

LAPORAN AKHIR II- 34


BRR
NAD - Nias

C. Arahan Pemanfaatan Ruang Kabupaten/Kota

Arahan pemanfaatan ruang kabupaten/kota dimaksudkan untuk memberikan


kepada pemerintah setempat beberapa alternative konsep pemanfaatan ruang
sebagai rujukan dalam menyiapkan atau merevisi rencana struktur tata ruang dan
menyiapkan rencana struktur tata ruang yang lebih rinci, seperti RDTR Kota,
Rencana Tata Bangunan, dan Rencana Lingkungan. Arahan telah dirumuskan dengan
mempertimbangkan 16 (enam belas) kebijaksanaan struktur tata ruang, yaitu: (1)
menciptakan kehidupan yang aman dan lebih baik; (2) memberikan kebebasan pada
masyarakat memilih bermukim; (3) melibatkan kelompok masyarakat dalam
pengelolaan bencana; (4) memberi perhatian pada ciri budaya dan keagamaan; (5)
pendekatan partisipasi terhadap penataan ruang; (6) mitigasi bencana; (7)
perencanaan struktur tata ruang mengkombinasikan pendekatan dari-atas dan
pendekatan dari-bawah (top-down dan bottom-up approaches); (8) mengembalikan
peranan pemerintah setempat; (9) melindungi hak masyarakat sipil; (10)
mempercepat proses administrasi tanah; (11) mengatur ganti rugi; (12) revitalisasi
kegiatan ekonomi; (13) memperbaiki daya dukung lingkungan; (14) memperbaiki
sumberdaya alam dan system kelembagaan lingkungan; (15) rehabilitasi struktur
dan pola tata ruang; dan (16) membangun kembali kota-kota.

D. Arahan Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bireun

Arahan pemanfaatan Ruang Kabupaten Bireuen ditetapkan dalam peta zonasi


Kabupaten Bireuen. Secara lengkap arahan ini akan dijelaskan pada Bab 4 tentang
analisis kesesuaian lahan di kawasan perencanaan.

E. Arahan Zonasi Fisik – Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung (Building


Code) Provinsi NAD & Nias, Departemen Pekerjaan Umum

Lingkup pengaturan pedoman pembangunan bangunan rumah tinggal sederhana &


bangunan gedung di wilayah Provinsi NAD dan Sumut meliputi Persyaratan Tata
Bangunan dan Lingkungan, Persyaratan Keandalan, dan Tata Laksana
penyelenggaraan bangunan rumah tinggal sederhana & bangunan gedung.

Pembagian zonasi fisik pada masing-masing kabupaten/kota berbeda-beda sesuai


dengan karakteristik lingkungan dan tingkat kerusakan akibat bencana tsunami.

LAPORAN AKHIR II- 35


BRR
NAD - Nias

Arahan zonasi fisik dan Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan (Peruntukan
dan Intensitas Bangunan) dibagi menjadi 4 (empat) zonasi, yaitu (Tabel 3.6):

Zona I: untuk pemukiman nelayan dan perkotaan yang sangat terbatas dengan
arahan Kepadatan Bangunan Sangat Rendah;

Zona II: untuk permukiman kota yang terbatas dengan arahan Kepadatan Bangunan
Rendah;

Zona III: untuk perumahan dan permukiman baru, permukiman lama, dengan
arahan Kepadatan Bangunan Sedang;

Zona IV: untuk perumahan dan permukiman baru, permukiman lama, dengan
arahan Kepadatan Bangunan Tinggi.

Arahan Zonasi Fisik Bangunan Gedung untuk Kabupaten Bireuen sesuai wilayahnya,
hanya diarahkan dari Zona I sampai pada Zona III

Tabel 2.9 - Arahan Zonasi Fisik Bangunan Gedung (Building Code)

Pembagian
Zonasi ZONA I ZONA II ZONA III ZONA IV
Arahan Zonasi Zonasi Fisik Permukiman Permukiman kota Perumahan dan Perumahan dan
Fisik NAD & nelayan dan yang terbatas permukiman baru, permukiman
NIAS perkotaan yang dengan arahan permukiman baru,
sangat terbatas Kepadatan lama, dengan permukiman
dengan arahan Bangunan Rendah arahan Kepadatan lama, dengan
Kepadatan Bangunan Sedang arahan
Bangunan Sangat Kepadatan
Rendah Bangunan Tinggi
Peruntukan Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman
Bangunan nelayan, nelayan, petani, berkepadatan berkepadatan
permukiman perkotaan sedang, (jumlah tinggi, (jumlah
perkotaan yang berkepadatan penduduk 51 - 75 penduduk 75 -
terbatas, (jumlah rendah, (jumlah orang/Ha), 100 orang/Ha),
penduduk <31 penduduk 31 - 50 bangunan bangunan
orang/Ha), orang/Ha), pendukung pendukung
bangunan yang bangunan kegiatan kegiatan
mendukung pendukung kegiatan komersial, komersial,
kegiatan wisata komersial, pendidikan, pendidikan,
pantai, informasi, kesehatan kesehatan, kesehatan,
penelitian, (gampong) peribadatan, peribadatan,
perlindungan perdagangan, perdagangan,
pantai, pelabuhan, sosial dan sosial dan
dan industri pemerintahan, pemerintahan,
perikanan (pelayanan di (pelayanan di
tingkat tingkat kota)
kecamatan/subpu
sat pelayanan
kota)

LAPORAN AKHIR II- 36


BRR
NAD - Nias

Pembagian
Zonasi ZONA I ZONA II ZONA III ZONA IV
Persyaratan Peruntukan Permukiman Permukiman Permukiman, Permukiman,
Tata lokasi nelayan terbatas, nelayan dan petani bangunan bangunan
Bangunan dan permukiman terbatas. Tidak komersial, komersial,
Lingkungan pedesaan terbatas disarankan untuk fasilitas fasilitas umum
NAD & NIAS pada kawasan kegiatan komersial pendidikan, dan
budidaya atau kegiatan sosial kesehatan, pemerintahan
pertanian, serta lainnya terutama ibadah, dengan
bangunan- untuk daerah yang perdagangan, pelayanan skala
bangunan yang mempunyai jarak 5 sosial dan kota.
mendukung Km dari garis pemerintahan
kegiatan hutan pantai. dengan pelayanan
produksi, skala
pertambangan, gampong/kelurah
pariwisata pantai, an dan kecamatan
kawasan lindung
pantai, ,
pelabuhan,
industri perikanan,
dan cagar budaya.
Permukiman yang Permukiman yang Permukiman yang Permukiman
semula telah ada semula telah ada di semula telah ada dapat diperluas
di zona ini tidak zona ini tidak boleh ditingkatkan dengan
boleh diperluas, diperluas, namun kualitasnya, tidak persyaratan
namun boleh boleh ditingkatkan boleh bangunan dan
ditingkatkan kualitasnya. diperluas/dikemb lingkungan yang
kualitasnya. angkan/ditambah ketat sesuai
baru hingga dengan
menjadi perencanaan tata
kepadatan tinggi. ruang di tiap-tiap
Bangunan daerah
komersial dapat
diperluas dengan
persyaratan
bangunan dan
lingkungan yang
ketat dengan
mempertahankan
nilai-nilai cagar
budaya
Intensitas KDB < 15% KDB: 15% - 30% KDB: 30% - 50% KDB: maksimum
Bangunan (rumah tinggal), (rumah tinggal), 60% (rumah
max. 50% max. 60% tinggal), max.
(bangunan gedung) (bangunan 75% (bangunan
gedung) gedung)
KLB : max. 0,3 KLB : max. 0,6 KLB : max. 1,5 KLB : max. 1,8
(rumah tinggal) (rumah tinggal) (rumah tinggal), (rumah tinggal),
sesuai fungsi sesuai fungsi maksimum 2,4 maksimum 3,0
(bangunan gedung) (bangunan gedung) (bangunan (bangunan
gedung) gedung)
GSB: pada GSB: pada GSB: pada GSB: pada
sepanjang pantai, sepanjang pantai, sepanjang pantai, sepanjang
sungai, tepi danau, sungai, tepi danau, sungai, tepi pantai, sungai,
waduk, mata air waduk, mata air danau, waduk, tepi danau,
dan sungai yang dan sungai yang mata air dan waduk, mata air
terpengaruh terpengaruh pasang sungai yang dan sungai yang
pasang surut air surut air laut; terpengaruh terpengaruh

LAPORAN AKHIR II- 37


BRR
NAD - Nias

Pembagian
Zonasi ZONA I ZONA II ZONA III ZONA IV
laut; jalan, rel jalan, rel kereta pasang surut air pasang surut air
kereta api, dan api, dan jaringan laut; jalan, rel laut; jalan, rel
jaringan listrik listrik tegangan kereta api, dan kereta api, dan
tegangan tinggi, tinggi, mengikuti jaringan listrik jaringan listrik
mengikuti ketentuan tegangan tinggi, tegangan tinggi,
ketentuan perundangan yang mengikuti mengikuti
perundangan yang berlaku ketentuan ketentuan
berlaku perundangan yang perundangan
berlaku yang berlaku
Jarak bebas Jarak bebas Jarak bebas Jarak bebas
bangunan terhadap bangunan terhadap bangunan bangunan
utilitas kota sesuai utilitas kota sesuai terhadap utilitas terhadap utilitas
ketentuan di ketentuan di dalam kota minimal kota minimal
dalam RTRW RTRW sama dengan sama dengan
Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota sempadan sempadan
setempat setempat bangunannya bangunannya
Jarak bebas Jarak bebas Jarak bebas Jarak bebas
bangunan terhadap bangunan terhadap bangunan bangunan
batas persil: sesuai batas persil: sesuai terhadap batas terhadap batas
ketentuan RDTR ketentuan RDTR persil: sesuai persil: sesuai
Kota atau RTBL Kota atau RTBL ketentuan RDTR ketentuan RDTR
setempat setempat Kota atau RTBL Kota atau RTBL
setempat setempat
Jarak bebas antar Jarak bebas antar Jarak bebas antar Jarak bebas
bangunan gedung bangunan gedung bangunan gedung antar bangunan
sesuai ketentuan sesuai ketentuan sesuai ketentuan gedung sesuai
RDTR Kota atau RDTR Kota atau RDTR Kota atau ketentuan RDTR
RTBL setempat RTBL setempat RTBL setempat Kota atau RTBL
setempat
Jumlah lantai Jumlah lantai Jumlah lantai
rumah tinggal bangunan gedung bangunan gedung
maksimum 2 lantai maksimum 4 lantai maksimum 4
lantai
Arahan Zonasi Zonasi peruntukan Zonasi peruntukan Zonasi peruntukan n/a
Fisik kawasan terbangun kawasan terbangun kawasan
Kabupaten kepadatan sangat kepadatan rendah terbangun
Bireuen rendah kepadatan sedang

2.2.2 KEBIJAKAN DAN RENCANA TERKAIT DI TINGKAT PROVINSI

2.2.2.1 PROPEDA DAN RENSTRA PROVINSI NAD

A. Program Pembangunan Daerah (PROPEDA)

A.1 Bidang Politik, Hukum, Keamanan dan Ketertiban

1. Pergerakan supremasi hukum secara konsistensi untuk menjamin kepastian


hukum dan menghargai hak azasi manusia.

LAPORAN AKHIR II- 38


BRR
NAD - Nias

2. Pertemuan saresehan dan tetap muka dengan segenap komponen masyarakat,


sasaranya adalah terciptanya harmonisasi dari seluruh komponen yang ada di
masyarakat.

3. Peningkatan peran aktif tokoh masyarakat, ulama dan para pemuda bergabung
dalam PAM swakarsa dalam upaya pengamanan lingkungan, sasaranya
masyarakat berjalan normal.

A.2 Bidang Ekonomi

1. Pengadaan lapangan kerja

2. Pengadaan bantuan peralatan industri kecil dan rumah tangga

3. Pengembangan usaha kecil menengahan dan sektor informal

4. Peningkatan ketrampilan pengusaha kecil dan pengerajin

5. Pembangunan Prasarana ekonomi

6. Pengembangan agrobisnis dan agroindustri

A.3 Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan

1. Mengelola sumber daya alam, memelihara daya dukunganya agar bermanfaat


bagi peningkatan kesejahteraan rakyar dari generasi ke generasi.

2. Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat


dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup,
pembangunan yang berkelanjutan,kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat
lokal sera penataan ruang yang pengususahaanya diatur Undang-Undang.

3. Meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup


dengan melakukan konservasi, rehabilitasi dan penghematan pengunanaan
dengan menetapkan teknologi ramah lingkungan.

4. Melaksanakan konservasi dan pengelolaan kawasan Taman nasional, Hutan,


Suaka Marga Satwa, Rawa Singkil dan Trumon, Taman Buru Cagar Budaya dan
Cagar Alam untuk melindungi keanekaragaman hayati dan kekayaan plasma
nutfah daerah.

LAPORAN AKHIR II- 39


BRR
NAD - Nias

5. Menetapkan kebijakan-kebijakan melalui indiakator-indikator yang


memungkinkan pelestarian kemampuan keterbaharuan dalam pengelolaaan
sumber daya lam yang dapat diperbaharui untuk mencegah kerusakan yang
dapat diperbaharui untuk mencegah kerusakan yang tidak dapat balik.

6. Membangun perekonomian yang berlandasan sumber daya yang ada di daerah


dan semaklsimal mungkin mengali potensi yang sudah ada dalam masyarakat
tanpa mengabaikan kelestariann alam dan lingkungan dalam pengelolaan sumber
daya alam.

7. Meningkat peran dan fungsi lembaga Bappedalda dan Lembaga Sosial


Masyarakat (LSM) yang bergerak dibidang lingkungan dalam pengelolaan sumber
daya alam.

8. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya lingkungan hidup


dalam kehidupan manusia.

A.4 Bidang Kesejahteraan dan Ketahanan Budaya

1. Pemanfaatan kualitas pelayanan sosial sehingga mampu menjangkau seluruh


lapoisan masyarakat yang bermanfaat yang bermasalah sosial

2. Pembinaan dan pengembangan potensi dan sumber daya kesejahteraan sosial


dengan demikian partisipasi swasta sangat diharapkan

3. Peningkatan bantuan dan rehabilitasi sosial baik yang bersumber dari


pemerintah mauppun masyarakat

4. Perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial, kebijakan ini diarahkan pada


pemberian perlindungan kepad anak, wanita dan lanjut usia dari tindakan dan
pemberlakuan kekerasan

5. Pembinaan dan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya-upaya


meningkatkan keperdulian dan kepekaan mereka dalam penanganan
kesejahteraan

6. Peningkatan usaha penggalian, pergerakan dan pemberdayagunakan potensi dan


sumber dana

LAPORAN AKHIR II- 40


BRR
NAD - Nias

7. Penataan peraturan perundang-undangan dan atau peraturan daerah bidang


kesejahtera dan untuk melandasi seluruh gerak langkah usaha pembangunan
kesejahteran sosial

8. Pemantapan, pengawasan dan pengendlian yang di harapkan akan lebih


berkualitas sehingga mampu mengamankan pelaksanaan program pembangunan
sosial

B. Rencana Strategi Pembangunan Daerah (RENSTRA)

Untuk menentukan arah pelaksanaan program dan kegiatan secara operasional


maka perlu memetapkan strategi pembangunan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
sebagai berikut:

1. Peningkatan peran Pemerintah Daerah secara produktif dalam mengembangan


berbagai pendekatan dialog kultural untuk mencapai mufakat diantara berbagai
komponen yang bertikai

2. Penegakan supremasi hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM) untuk menciptan
iklim dan kondisi daerah yang konduktif

3. Penangulangan dampak konflik secara konperhensip terutama pembangunan


kembali prasarana dan secara umum dan masyarakat yang dibakar/rusak dan
pemberdayaan masyarakat korban konflik

4. Memulihkan citra aparat hukum dan Pemerintah Daerah melalui peningkatan


kemampuan serta meningkatkann kesadaran dan tanggungjawab dalam
pelaksanaan tugas untuk memberikan pelayanan prima yang bersih dari KKN
sesuai dengan tuntutan ajaran islam

5. Pelaksanaan keisimewaan Aceh mencakup pembangunan bidang pendidikan,


agama, adat dan peran ulama secara nyata.

6. Peningkatan profesionalisme, akuntanbilitas dan sistem kerja instansi dan


aparat pemerintahan daerah dalam rangka menciptakan pemerintahan yang
bersih dan baik serta penyelenggaran otonomi khusus Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam

LAPORAN AKHIR II- 41


BRR
NAD - Nias

7. Pembangunan ekonomi daerah baik secara makro maupun mikro dalam upaya
pemberdaya ekonomi rakyat

8. Pengembangan prasarana dan sarana transportasi yang dapat menunjang


pertumbuhan ekonomi rakyat dalam kawasan-kawasan prioritas (Kawasan Free
Port Sabang, Banda Aceh dan sekitarnya, Lhokseumawe dan sekitarnya, pantai
barat/selatan dan sekitarnya).

C. RTRW Provinsi NAD

C.1 Kebijakan Struktur Dan Pola Pemanfaatan Ruang

Kebijakan struktur dan pola pemanfaatan ruang provinsi : diarahkan untuk


mengembalikan dan merehabilitasi struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah
provinsi NAD. Untuk itu kebijakan penataan ruang wilayah provinsi NAD pasca
gempa dan tsunami yang berupa pola dan struktur pemanfaatan ruang adalah
sebagai berikut :

1) Pusat permukiman/kota-kota di Pantai Barat tetap dipertahankan untuk menjaga


keseimbangan pertumbuhan antar wilayah (Barat-Timur) dan Wilayah Tengah serta
didukung pusat-pusat pertumbuhan skala lebih kecil : adalah Sigh, Bireuen, Singkil,
Tapak Tuan, Blangpidie, Calang di wilayah pesisir dan Blangkejeren dan Jantho di
Wilayah Pedalaman.

2) Kota-kota Tepi Air dikembangkan dengam memperhatikan juga aspke-aspek lokal


terutama keterkaitan dengan rawan Gempa dan Tsunami dengan kawasan
konservasi dan penyangga yang berfungsi lindung.

3) Jaringan jalan di rehabilitasi untuk menjaga keterkaitan antar kota-kota di


Pantai Barat, Pantai Timur atau keterkaitan kedua wilayah, serta mendorong
perkembangan dan pemerataan wilayah : Meulaboh Calang-Lamno- Banda Aceh
Janhot – Sigli – Bireun hingga Lhokseumawe dan Rehabilitasi dan pembangunan jalan
baru (dalam kaitan pembangunan jalan rusuk/pengumpan) yang menghubungkan
daerah terisolir Aceh Barat/Meulaboh dan Aceh Jaya antara lain : Lhok Kruet-
Calang-Teunom-Woyla-Meulaboh dengan memanfaatkan jalan perkebunan Sawit dan
peningkatan jalan desa; membuka kembali ruas jalan janhot-lamno;
BeureununGeumpang-Tutut-Meulaboh, jalan Ladia Galaska Simpang Peut-Jeuram

LAPORAN AKHIR II- 42


BRR
NAD - Nias

Beutong Ateuh-Takengon, ruas jalan lintas Barat Meulaboh-Tapaktuan, Bakongan;


Calang-Tangse-Beureunun; Teunom-Sarah RayaGeumpang; Teunom-Sarah Raya-
Woyla dan Calang-Geumpang.

4) Penyebrangan ke pulau-pulau kecil (a.l : Pulau Weh dan Simeuleu) difungsikan


kembali untuk mobilisasi penduduk dan perkembangan ekonomi wilayah.

5) Fungsionalisasi dan peningkatan Bandar Udara (Bandar Udara Sultan Iskandar


Muda, Cut Nyak Dien, Lasikin, Maimun Saleh, Malikussaleh, dan Teuku Cut Au).
Bandar udara di pantai barat-selatan dapat didarati pesawat terbang jenis
hercules untuk evakuasi dan supply logistik

6) Fungsionalisasi dan peningkatan pelabuhan laut (Sabang, Malahayati, Calang,


Meulaboh, Kuala Langsa, Singkil dan Lhokseumawe). Lokasi pelabuhan
penyebrangan pengganti Uleu-thee ditentukan setelah melakukan studi kelayakan
teknis terlebih dahulu (Pelabuhan di Calang akan dikembangkan sebagai pelabuhan
utama di pantai barat Aceh, Pelabuhan Sabang akan dikembangkan sebagai
gateway, Pelabuhan Uleu-Lhee direhabilitasi dan dikembangkan)

7) Rehabilitasi Sistem jaringan listrik terkonsentrasi untuk Banda Aceh Sigli-Bireuen-


Lhokseumawe dan Meulaboh-Calang-Takengon.

8) Perbaikan kawasan budidaya industri di lhoknga, Lhokseumawe, dan Malahayati;


perdagangan, pertanian pangan dan perkebunan dan pesisir kelautan

9) Rehabilitasi jaringan sumberdaya air Cal : Saluran irigasi, alur sungai, dan pantai
untuk mendukung ketersediaan air baku dan air minum.

10) Rehabilitasi dan rekonstruksi untuk fungsionalisasi kawasan berfungsi lindung


konservasi (bagian tengah) antara lain kawasan ekosistem leuser, hutan lindung,
dan lindung binaan (buffer zone dan hutan kota) di sepanjang pantai melalui
penyiapan area penyangga (buffrer zone) pantai baik berupa vegetasi atau
bangunan.

11) Kawasan permukiman diupayakan tidak berada di kawasan lindung, seperti


wilayah kehidupan gajah yang semakin langka populasinya, antara lain di Desa
Pucok, Alue Raya, Blang Dalam dan Lhok Kuala, Lamje, Kr. Batee Mirah, Kr. Alue

LAPORAN AKHIR II- 43


BRR
NAD - Nias

Ceuroloup, Kr. Beurieng, Can. Kaking Ungoh Batee, perbatasan Tutut, Kawasan
Uteun Cut, Panga, Pang-Teunom dan Lageun

C.2 Arahan Struktur Ruang Provinsi NAD

Arahan struktur ruang provinsi menggambarkan rencana pengembangan sistem kota


dan rencana pengembangan infrastruktur wilayah adalah sebagai berikut :

1) Setiap daerah kabupaten/kota mendapat akses yang sama, dengan adanya jalan
provinsi (arteri)

2) Jalan Provinsi (arteri) yang menghubung kota-kota di seluruh NAD akan membuka
akses secara lebih terbuka dan diharapkan menjadi daya tarik dan daya dorong
berbagai upaya pengembangan wilayah NAD

3) Wilayah pesisir dengan kemudahan adanya jalan darat dan laut yang memberikan
alternatif moda yang dapat digunakan.

4) Beberapa pusat pertumbuhan yang diharapkan menjadi daya tarik ekonomi


utama untuk wilayah NAD yaitu Banda Aceh, Sabang, Meulaboh, Langsa dan
Lhokseumawe yang tersebar di daerah pesisir dan Takengon di Wilayah Pedalaman.

5) Beberapa pusat pertumbuhan yang diharapkan menjadi daya tarik ekonomi skala
lebih kecil adalah sigh, Bireuen, Singkil, Tapak Tuan, Blangpidie, Calang di wilayah
pesisir; dan Blangkejeren dan Jantho di wilayah pedalaman.

2.2.3 KEBIJAKAN DAN RENCANA DI TINGKAT KABUPATEN

2.2.3.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BIREUEN

2002 - 2011

Rumusan RTRW Kabupaten Bireuen sesuai dengan lingkup kajian dan kedalaman
materi meliputi pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya, pengelolaan
kawasan perkotaan, perdesaan dan kritis, sistem kegiatan pembangunan dan sistem
pemukiman perkotaan/perdesaan, sistem prasarana wilayah serta pengembangan
kawasan yang diprioritaskan.

LAPORAN AKHIR II- 44


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.5 - Peta Pola dan Struktur NAD

LAPORAN AKHIR II- 45


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.6 Peta kawasan Lindung NAD

LAPORAN AKHIR II- 46


BRR
NAD - Nias

A. Rencana Pemanfaatan Kawasan Lindung dan Budidaya

Kegiatan fungsional yang diatur dalam pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten


Bireuen meliputi dua penggunaan utama yaitu Kawasan Lindung dan Kawasan
Budidaya. Kawasan Budidaya yang dimaksudkan merupakan kawasan yang
diperkenankan pemanfaatannya bagi kegiatan budidaya.

A.1 Kawasan Lindung

Deliniasi Kawasan Lindung di wilayah Kabupaten Bireuen dilakukan berdasarkan


Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, dengan tujuan
untuk mengurangi resiko kerusakan lingkungan hidup sebagai dampak dari
pembangunan itu sendiri. Luas Kawasan Lindung di Kabupaten Bireuen adalah
seluas 22.893 Hektar atau 12,04 % dari luas wilayah secara keseluruhan.

1. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Dibawahnya.

Hutan Lindung adalah kawasan yang memiliki sifat khas yang mampu
memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahnya sebagai
pengatur tata air, pencegahan banjir, erosi dan memelihara kesuburan tanah.
Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Bireuen adalah seluas 18.134 Hektar.
Dibandingkan dengan luas kawasan lindung secara keseluruhan, proporsi
kawasan hutan lindung ini adalah sebesar 79,21 %. Kawasan hutan lindung
tersebar pada bagian selatan Kecamatan Samalanga, Pandrah, Peudada, Juli dan
Peusangan.

Kebijaksanaan pemanfaatan ruang di kawasan ini ditentukan berdasarkan tujuan


pemanfaatannya yaitu mencegah terjadinya bencana dan menjaga kelestarian
kawasan. Kebijaksanaan tersebut antara lain :

• Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada.


• Pengembalian fungsi kawasan hutan yang mengalami kerusakan.
• Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan pada hutan lindung
(seperti penelitian dan eksplorasi mineral/air tanah) agar tidak mengganggu
fungsi lindung.

LAPORAN AKHIR II- 47


BRR
NAD - Nias

2. Kawasan yang memberikan Perlindungan Setempat

a. Kawasan Sempadan Pantai

Sempadan Pantai merupakan kawasan di sepanjang pantai yang berfungsi


mempertahankan kelestarian fungsi pantai dari gerusan, abrasi dan intrusi
air laut. Di wilayah Kabupaten Bireuen, kawasan sempadan pantai
membentang di sepanjang pantai utara yang ditetapkan sebesar 200 meter
dari titik selisih antara pasang surut air laut ke darat. Luas kawasan
sempadan pantai yang ditetapkan sebagai bagian dari kawasan lindung
adalah seluas 1.172 Hektar.

b. Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai yang
berfungsi mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Luas kawasan
sempadan sungai di wilayah Kabupaten Bireuen adalah sebesar 3.586 Hektar
atau 15,66 % dari luas kawasan lindung secara keseluruhan. Luas sempadan
sungai yang dimaksudkan diatas hanya sungai-sungai besar saja.

Kebijaksanaan pemanfaatan ruang diutamakan bagi perlindungan kawasan


sempadan sungai meliputi :

• Pencegahan kegiatan budidaya disepanjang sungai yang dapat


mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai
serta alirannya.
• Pengendalian kegiatan yang telah ada disekitar sungai.
• Pengamanan Daerah Aliran Sungai.

c. Kawasan Cagar Budaya

Pelestarian Cagar Budaya dimaksudkan untuk melindungi kekayaan budaya


bangsa, berupa peninggalan-peninggalan sejarah, bangunan arkeologi,
monumen nasional dan keragaman bentuk geologi yang berguna untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan. Peninggalan
bersejarah di Kabupaten Bireuen cukup banyak untuk dapat dikembangkan
menjadi obyek wisata. Peninggalan tersebut antara lain Makam Syuhada 44,

LAPORAN AKHIR II- 48


BRR
NAD - Nias

Rumah Adat dan makam Tgk.Cik Awe Geutah, Musium Panglima T.Hamzah,
Tugu Perjuangan Batee Like dsb.

Kawasan ini tidak dapat dituangkan dalam peta rencana pemanfaatan ruang,
karena skala peta yang tidak memungkinkan untuk mencantumkannya. Untuk
itu diperlukan kajian khusus terhadap obyek-obyek yang dapat dikembangkan
sebagai kawasan cagar budaya, terutama pada rencana tata ruang yang lebih
detail.

Sebagai pedoman umum dalam perlindungan, pemeliharaan, pengelolaan dan


pemanfaatannya dapat mengacu kepada UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda
Cagar Budaya

A.2 Kawasan Budidaya

Luas kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Bireuen adalah seluas 167.228 Hektar
atau 87,96 %.

1. Kawasan Budidaya Pertanian

a. Rencana Peruntukan Lahan Basah

Rencana pengembangan lahan sawah di Kabupaten Bireuen berada hampir di


setiap kecamatan yang berada di kawasan pantai dan kawasan tengah. Luas
areal persawahan yang direncanakan adalah seluas 24.954 Hektar atau 13,13
% dari luas keseluruhan wilayah kabupaten.

Arahan kebijaksanaan Pengembangan kegiatan Pertanian Lahan Basah di


Kabupaten Bireuen adalah :

• Mempertahankan areal sawah beririgasi teknis yang telah ada.


• Perluasan areal persawahan melalui peningkatan produktivitas lahan
tidur, baik secara pompanisasi maupun pembuatan cek dam (bendungan)
baru.
• Pengembangan dan peningkatan penyediaan prasarana pengairan.
• Usaha penanggulangan banjir.

LAPORAN AKHIR II- 49


BRR
NAD - Nias

b. Rencana Peruntukan Tanaman Lahan Kering

Komoditas yang biasa dikembangkan pada kawasan lahan kering ini pada
umumnya adalah jenis palawija dan holtikultura. Luas wilayah Kabupaten
Bireuen yang direncanakan untuk pengembangan lahan kering adalah seluas
25.879 Hektar atau 13,61 % dari luas wilayah Kabupaten Bireuen. Lokasi
pengembangan pertanian lahan kering tersebar diseluruh kecamatan.

Arahan kebijaksanaan dalam pemanfaatan ruang untuk kawasan tanaman


lahan kering antara lain :

• Pengembangan kawasan potensial untuk pertanian pangan lahan kering.


• Pengelolaan tanaman holtikultura dengan system agribisnis.

c. Rencana Peruntukan Lahan Tanaman Perkebunan

Arahan kebijaksanaan dalam pengembangan kegiatan perkebunan dapat


dilakukan antara lain :

• Pengembangan wilayah perkebunan sesuai dengan potensi dan


kesesuaiannya.
• Dalam pengelolaannya, baik perkebunan besar maupun perkebunan
rakyat harus disertai dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air.
• Perkebunan yang berada disekitar kawasan lindung diupayakan dalam
bentuk agroforestri dan pola PIR.

d. Rencana Peruntukan Lahan Hutan Produksi

Berdasarkan UU No. 41 tersebut, maka luas kawasan hutan produksi yang


meliputi hutan produksi terbatas, produksi tetap dan produksi konversi
adalah seluas 41.071 Hektar atau 21,60 % dari luas wilayah Kabupaten
Bireuen. Alokasi kawasan hutan produksi tersebar pada bagian selatan
wilayah Kabupaten Bireuen.

2. Kawasan Budidaya Non Pertanian

a. Kawasan Pertambangan / Penggalian

Kawasan pertambangan dan penggalian dikembangkan pada lokasi sumber


bahan baku atau bahan galian yang layak untuk dieksploitasi tanpa merubah

LAPORAN AKHIR II- 50


BRR
NAD - Nias

fungsi lindung suatu kawasan. Lokasi pengembangan lahan pertambangan


dan penggalian non logam di Kab. Bireuen yaitu :

• Andesit di Kr.Simpo (Kec.Juli), Cot Mata Ie (Kec.Jeumpa) dan Semadan


(Kec.Samalanga)
• Batu pasir di Blang Cirih dan Kr.Gunci (Kec.Peusangan), Gle Beureulang
(Kec.Jeunib), Cot Mata Ie (Kec.Jeumpa), Kr.Peudada (Kec.Peudada) serta
Semadan dan Meurah (Kec.Samalanga).
• Pasir sungai dan kerikil di Krueng Peudada (Kec.Peudada).
• Sirtu di Kr.Gunci (Kec.Peusangan), Kec.Peudada dan Samalanga.
• Batu kali di Kec.Jeumpa, Peudada dan Samalanga.
• Koral di Kec.Peusangan, Makmur dan Peudada.
• Batu apung di Kec.Samalanga.
• Batu kapur di Kec. Peusangan dan Samalanga.

b. Kawasan Industri

Arahan kebijaksanaan dalam pemanfaatan ruang untuk kawasan industri


adalah :

• Penataan ruang untuk zona industri yang berorientasi pasar diarahkan


disepanjang Bireuen dan Matang Glumpangdua.
• Penyediaan prasarana pendukung.
• Pengembangan kawasan perindustrian di wilayah perkotaan dan sentra-
sentra industri kecil.

c. Rencana Pengembangan Kawasan Pariwisata

Obyek wisata di kelompokkan menjadi obyek wisata alam dan obyek wisata
budaya.

• Obyek wisata alam, berupa Kr.Batee Ilek (di Kec.Samalanga), Kr.Simpo


(di Kec.Jeumpa), Panorama Cot Panglima dan Irigasi Teupin Mane (di
Kec.Juli), Air Terjun Ciraceuk (di Kec.Pandrah), Pantai Reuleng Manyang
(di Kec.Samalanga) dan Pantai Ujong Blang Bireuen (di Kec.Jeumpa).

LAPORAN AKHIR II- 51


BRR
NAD - Nias

• Obyek wisata Budaya berupa makam, tugu, rumah adapt dan mesjid yang
mempunyai nilai histories yang tersebar di seluruh kecamatan.
Diantaranya adalah Rumah Adat dan Makam Tgk.Awe Geutah di
Kecamatan Peusangan.

d. Rencana Pengembangan Kawasan Militer

Dalam upaya pengamanan daerah yang merupakan bagian dari strategi


pertahanan dan keamanan daerah, wilayah yang diarahkan berdasarkan RTRP
(Rencana Tata Ruang Propinsi) dan Kebijaksanaan Militer adalah disekitar
Batee Geulungku, Kecamatan Samalanga.

B. Rencana Pengembangan Sistem Pusat-Pusat Permukiman Perkotaan

Pengarahan sistem hirarki kota-kota di wilayah Kabupaten Bireuen ditentukan oleh


beberapa pertimbangan yaitu :

• Kebijaksanaan yang telah ditetapkan baik struktur tata ruang Propinsi Nanggroe
Aceh Darussalam maupun Pola Dasar Pembangunan Daerah dan Repelita
Kabupaten.
• Berdasarkan atas penilaian ukuran besarnya kota (massa kota), indeks jumlah
dan pertumbuhan penduduk, indeks centralitas serta tingkat kemudahan
pelayanan (aksesibilitas).
• Mencerminkan adanya pusat-pusat permukiman yang berfungsi sebagai pusat
pemasaran dan pelayanan sosial yang hirarkis.
• Kota sebagai pusat permukiman (pusat pelayanan/pusat simpul) tersebut harus
berorientasi pasar atau mempunyai kelengkapan fasilitas social-ekonomi dalam
jumlah yang relative lebih banyak dan jumlah penduduk yang banyak.

C. Rencana Pengembangan Sistem Perwilayahan

Wilayah Kabupaten Bireuen dibagi menjadi 4 (empat) SWP yaitu :

1) SWP I, meliputi wilayah Kecamatan Peudada, Jeumpa dan Juli dengan pusat
pengembangannya di Kota Bireuen. Satuan pengembangan pada SWP ini
diarahkan untuk :

LAPORAN AKHIR II- 52


BRR
NAD - Nias

a. budidaya tambak, di Kecamatan Jeumpa


b. Pengembangan perkebunan di Kecamatan Peudada dan Juli
c. Tanaman pangan (lahan kering dan lahan basah) di Kecamatan Peudada,
Jeumpa dan Juli
d. Industri Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Jeumpa.

4. SWP II, meliputi wilayah Kecamatan Peusangan dan Jangka dengan pusat
pengembangannya di Kota Matang Glumpang Dua. Satuan pengembangan pada SWP
ini diarahkan untuk :

a. Penangkapan ikan dan budidaya tambak di Kecamatan Jangka


b. Penggaraman di Kecamatan Jangka
c. Tanaman pangan lahan basah di Kecamatan Peusangan dan Jangka
d. Hutan Produksi di Kecamatan Peusangan
e. Industri, Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Peusangan.
3. SWP III, meliputi wilayah Kecamatan Samalanga, Simpang Mamplam, Pandrah
dan Jeunib dengan pusat pengembangannya di Kota Jeunib.
Satuan pengembangan pada SWP ini diarahkan untuk :
a. Penangkapan ikan di Kecamatan Samalanga.
b. Budidaya tambak d Kecamatan Samalanga, Pandrah dan Jeunib.
c. Penggaraman di Kecamatan Peusangan.
d. Tanaman pangan lahan basah di Kecamatan Samalanga, Pandrah dan Jeunib.
e. Pengembangan perkebunan di Kecamatan Samalanga, Pandrah dan Jeunib.
f. Hutan produksi di Kecamatan Pandrah dan Jeunib.
4. SWP IV, meliputi wilayah Kecamatan Gandapura, Kutablang dan Makmur dengan
pusat pengembangannya di Kota Geurogok.
Satuan pengembangan pada SWP ini diarahkan untuk :
a. Penangkapan ikan dan budidaya tambak di Kecamatan Gandapura.
b. Tanaman pangan lahan basah di Kecamatan Gandapura.
c. Tanaman pangan lahan kering di Kecamatan Gandapura dan Makmur.

LAPORAN AKHIR II- 53


BRR
NAD - Nias

2.3 GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BIREUEN

2.3.1. TINJAUAN REGIONAL

A. Umum

Secara geografis wilayah Kabupaten Bireuen memiliki posisi strategis, karena


terletak di :

1. Kawasan pantai Timur pulau Sumatera yang merupakan kawasan cepat


berkembang di pulau Sumatera, dibandingkan dengan kawasan tengah dan
kawasan pantai Barat Sumatera.

2. Berdekatan dengan kota pusat pertumbuhan Lhokseumawe dan Medan yang


merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Disamping itu, di kota Medan juga
terdapat Pelabuhan dan Bandar Udara Internasional. Adapun waktu tempuh
antara kota Bireuen dengan kota Lhokseumawe hanya sekitar 45 menit
perjalalan, sedangan dengan kota Medan sekitar 8 – 9 jam perjalanan.

3. Berhadapan langsung dengan Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran


perdagangan internasional yang padat.

4. Dilintasi oleh jalan Nasional Lintas Timur (Jalintim) Sumatera, yang merupakan
jalur perdagangan yang padat di Pulau Sumatera. Di masa mendatang, Jalintim
Sumatera pada ruas antara Medan sampai Bandar Lampung direncanakan untuk
dikembangkan sebagai jalan internasional Trans Asia dan Trans Asean.

B. Kedudukan Dalam Struktur Ruang Wilayah Nasional dan Regional

Dalam struktur ruang wilayah Nasional dan Regional yang termuat dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN, dalam Rancangan PP Pengganti PP No.47
Tahun 1997) dan Raperpres Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera, Kabupaten
Bireuen termasuk dalam Kawasan Andalan Nasional Lhokseumawe, dengan sektor
unggulan yang dikembangkan di kawasan andalan ini meliputi sektor : industri,
pertanian, pertambangan, perikanan dan perkebunan. Dalam rencana ini kota
Lhokseumawe ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional, dengan kota Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kota Takengon dan Langsa, sedangkan kota Bireun

LAPORAN AKHIR II- 54


BRR
NAD - Nias

adalah kota PKL (Pusat Kegiatan Lokal) yang berorientasi langsung ke kota PKN
Lhokseumawe.

C. Kedudukan Dalam Sistem Transportasi Nasional dan Regional

Jalan utama di Kabupaten Bireun yang menghubungkan antara sebagian besar kota-
kota kota-kota kecamatan yang ada, meliputi : Sp. Samalanga, Mamplam, Pandrah
Kandeh, Jeunieb, Peulimbang, Peudada, Blang Bladeh, kota Bireun, Matang
Geulumpang Dua, dan Geurughok, adalah bagian dari sistem jaringan jalan Nasional
yang menghubungkan antara kota Banda Aceh-Lhokseumawe-Medan, dengan fungsi
Arteri Primer. Dalam sistem IRMS, ruas jalan Nasional yang melintasi Kabupaten
Bireuen, meliputi : ruas Bts. Cabdin Pidie-Bireuen (No. 01.003.2) dan ruas Bireuen-
Lhokseumawe (No. 01.004), dimana berdasarkan data yang ada memiliki volume
LHR (Lalu-lintas Harian Rata-rata) cukup besar (+/- 3.500 kendaraan/hari).
Disamping jalan Nasional, Kabupaten Bireuen juga dilintasi oleh jalan Provinsi yang
menghubungkan antara kota Bireuen-Teupin Mane-menuju Takengon dengan fungsi
Kolektor Primer, dan memiliki volume LHR sedang (+/- 1.500 kendaraan/hari),
yakni ruas Bireuen-Bts. Aceh Tengah (No. 01.011.1), serta jalan provinsi ruas
Sp.Samalanga-Salamalanga (No ruas 01.040).

Apabila dikaitkan dengan konsep pengembangan struktur ruang nasional seperti


dijelaskan sebelumya, terlihat bahwa Kabupaten Bireuen terletak pada jalur
lintasan yang penting antara kota Banda Aceh (PKW) – Lhokseumawe (PKN) – Medan
(PKN) – Takengon (PKW) dengan titik simpul terletak di kota Bireuen. Hal ini
menjadikan kota-kota di sepanjang jalan Nasional dan jalan Provinsi di Kabupaten
Bireun menjadi sangat potensial untuk berkembang, baik sebagai kota transyt
maupun sebagai kota tujuan.

Melalui media jaringan jalan utama tersebut di atas, Kabupaten Bireuen juga
memiliki aksesibilitas yang cukup tinggi ke beberapa Pelabuhan dan Bandar Udara
baik Nasional maupun Internasional, meliputi :

1. Pelabuhan Internasional (Utama Sekunder) Lhokseumawe dan Bandar Udara


Malikul Saleh, Lhokseumawe, dengan jarak +/- 44,1 Km dari kota Bireuen, atau
waktu tempuh +/- 45 menit perjalanan.

LAPORAN AKHIR II- 55


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.7 – Tinjauan Regional Kabupaten Bireuen

LAPORAN AKHIR II- 56


BRR
NAD - Nias

2. Pelabuhan Internasional (Utama Sekunder) Belawan, dan Bandar Udara


Internasional, Polonia Medan, dengan jarak +/- 407,8 Km dari kota Bireuen, atau
waktu tempuh +/- 8 – 9 jam perjalanan.

3. Pelabuhan Nasional Malahayati, Aceh Besar, dan Bandar Udara Nasional Sultan
Iskandar Muda, Banda Aceh, dengan jarak perjalanan +/- 201,8 Km dari kota
Bireun, atau waktu tempuh +/- 5 – 6 jam perjalanan.

D. Satuan Wilayah Sungai (SWS) dan DAS Terkait

Kabupaten Bireuen dilintasi oleh Satuan Wilayah Sungai (SWS) kritis, yakni SWS
Pase-Peusangan. Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan merupakan Daerah Aliran
Sungai yang memiliki lahan kritis luas, tingkat erosi tinggi, dan terdapat tekanan
penduduk yang besar, serta melintasi 2 (dua) kecamatan yang ada di Kabupaten
Bireuen, yakni : kecamatan Peusangan, dan kec. Peusangan Selatan.

DAS Peusangan merupakan satu kesatuan rangkaian yang terkait dengan Sub DAS nya
yaitu Sub DAS Krueng Peudada, Krueng Jeunieb, Krueng Juli. DAS Krueng Peusangan
berhulu di dataran tinggi Bukit Barisan dan bermuara di Selat Malaka berikut juga sub
DAS nya yang berfungsi menampung air hujan, sumber-sumber air dan menyimpannya
di daerah dataran tinggi ( punggung bukit ) yang merupakan tempat sumber air yang
berada di wilayah selatan Kabupaten Bireuen dengan ketinggian 1.000 m di atas
permukaan air laut.

E. Wilayah Rawan Gempa dan Tsunami

E.1 Wilayah Rawan Gempa

Di tinjau dari Struktur Tatanan Geologi Tektonik Regional, pulau Sumatra dari arah
barat laut melalui pulau Jawa sampai di Indonesia Bagian Timur merupakan jalur
magmatik dan jalur busur luar dari rangkaian gunung berapi aktif dan di bagian pantai
barat terdapat Trench (Palung). Daerah kabupaten Bireuen adalah daerah yang
berpotensi rawan terhadap kegempaan dengan skala 6 – 7 skala richter.

LAPORAN AKHIR II- 57


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.8 – Sebaran Kawasan Rawan Gempa di Pulau Sumatera

Kabupaten Bireun

Sumber : Departemen ESDM, 2005.

E.2 Tsunami

Gelombang Tsunami yang terjadi tanggal 26 Desember 2004 yang bergerak dari arah
barat laut dari arah pusat gempa dengan kekuatan 8,6 skala richter berdampak
pada daerah sekitar Aceh di bagian timur atau pantai timur. Wilayah Kabupaten
Bireuen termasuk yang terkena dampak dari hantaman gelombang tsunami. Gempa
tersebut di sebabkan dari adanya tumbukan (Subduction) dari tiga rangkaian
lempeng tektonik dunia yaitu lempeng Samudra Pasifik yang Bergerak kearah Barat,
Lempeng Samudra Hindia ( Benua Australia ) yang bergerak ke arah Utara dan
Lempeng Eurasia yang bergerak kearah Timur. Negara Indonesia termasuk dalam
daerah tumbukan lempeng Eurasia.

Sebagian besar daerah pesisir Bireuen diterjang gelombang tsunami dengan


ketinggian gelombang mencapai 2 – 3 m yang merupakan dataran rendah dengan
ketinggian rata- rata di bawah 10 m dari permukaan air laut dan di sebabkan
pula oleh topografi dasar laut perairan bireuen yang cukup dalam, dimana
daerah sekitar pantai ke arah Timur mencapai 20 m dan arah Barat lebih dalam

LAPORAN AKHIR II- 58


BRR
NAD - Nias

mencapai 40 m yaitu perairan sekitar Samalanga dan Simpang Mamplam.


Gelombang tsunami cenderung melemah bila kedalaman laut semakin landai ke
arah darat. Faktor lain yang memperparah kerusakan adalah tidak adanya zona
penyangga alamiah yaitu komunitas hutan magrove yang dapat menahan laju
gelombang tsunami ke arah darat.

2.3.2 KONDISI FISIK DAN LINGKUNGAN

A. Wilayah Administrasi

Kabupaten Bireuen adalah pemekaran dari Kabupaten Aceh Utara, yang dibentuk
melalui UU 48/1999 tanggal 4 Oktober 1999. Luas wilayah Kabupaten Bireuen
adalah sekitar 1.901,21 Km2, dan sebelum tahun 2004 terdiri dari 10 kecamatan,
sedangkan pada tahun 2005 dimekarkan menjadi 17 kecamatan. Adapun batas
wilayah Kabupaten Bireuen adalah sebagai berikut :

Tabel 2.10
Nama dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bireuen

No. Kecamatan Luas (Km2) Luas (Ha) Proporsi (%) Ibukota Kecamatan
1. Samalanga 149,31 14.931 7,85 Samalanga
2. Pandrah 127,18 12.718 6,69 Pandrah Kandeh
3. Jeunieb 154,82 15.482 8,14 Jeunieb
4. Peudada 245,26 24.526 12,90 Peudada
5. Jeumpa 182,57 18.257 9,60 Blang Blahdeh
6. Juli 76,11 7.611 4,00 Teupin Mane
7. Peusangan 51,47 5.147 2,71 Matang Geulumpang Dua
8. Jangka 105,76 10.576 5,56 Jangka
9. Gandapura 75,57 7.557 3,98 Geureugok
10. Makmur 36,97 3.697 1,94 Ulee Gle
11. Simpang Mamplam 166,09 16.609 8,74 Simpang Mamplam
12. Peulimbang 209,22 20.922 11,00 Peulimbang
13. Kota Juang 91,94 9.194 4,84 Kota Bireun
14. Kuala 17,38 1.738 0,91 Cot Batee
15. Peusangan Siblah Krueng 82,13 8.213 4,32 Uteun Gathom
16. Pensangan Selatan 78,64 7.864 4,14 Londaneuh
17. Kuta Blang 50,79 5.079 2,67 Kuta Blang
Kabupaten Bireuen 1.901,21 190.121 100,00
Sumber : - Bireun Dalam Angka Tahun 2004
- Analisis Peta

Sebelah Utara berbatasan dengan selat malaka


Sebelah Selatan dengan Aceh Tengah/Gayo Lues
BT = 960 39` 57.6”
LU = 040 57` 14.4”

LAPORAN AKHIR II- 59


BRR
NAD - Nias

Sebelah Barat dengan Kabupaten Pidie


BT = 960 20` 56.4”
LU = 050 14` 33.6”
Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Utara
BT = 960 52` 22.8”
LU = 050 8` 6”

Untuk lebih jelasnya wilayah administrasi Kabupaten Bireun lihat Gambar 2.9

B. Topografi (Ketinggian dan Kemiringan)

Semakin tinggi letak suatu wilayah dari permukaan laut maka secara umum
komoditi yang dapat diusahakan untuk berproduksi secara maksimal sangat
terbatas. Apabila dipaksakan untuk membudidayakan pada kondisi yang demikian
akan mengakibatkan erosi dan memperbesar air permukaan sehingga menimbulkan
tanah-tanah kritis dan mempengaruhi debit air.

Berdasarkan kelas ketinggian maka Kabupaten Bireuen didominasi kelas ketinggian


25-500 meter di atas permukaan laut yaitu seluas 234.931 Hektar (45,97 %).
Sedangkan kelas ketinggian yang paling rendah jumlahnya adalah ketinggian lebih
dari 1.000 meter di atas permukaan laut yaitu hanya 10.296 Ha atau 5,42 % dari
luas keseluruhan wilayah Kabupaten Bireuen (lihat gambar 2.10)

Kemiringan lahan di wilayah Kabupaten Bireuen sangat bervariasi yaitu dari datar
sampai bergunung. Sebagian besar merupakan wilayah yang datar dengan

kemiringan 0 - 8 % yaitu sebesar 69.268,81 Hektar (36,43 %) yang terdapat pada

bagian utara wilayah Kabupaten Bireuen. Sedangkan wilayah yang agak berbukit

dengan kemiringan 16 - 25 % merupakan jumlah yang terkecil yaitu seluas


13.818,69 Hektar (7,27 %) (lihat gambar 2.11).

C. Hidrologi

Dalam menunjang berbagai kegiatan seperti pertanian, industri, rumah tangga dan
lain sebagainya, sumber daya air yang dapat dimanfaatkan di wilayah Kabupaten
Bireuen yaitu :

LAPORAN AKHIR II- 60


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.9 – Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bireuen

LAPORAN AKHIR II- 61


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.10 – Peta Ketinggian Tanah Kabupaten Bireuen

LAPORAN AKHIR II- 62


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.11 – Peta Kemiringan Tanah Kabupaten Bireuen

LAPORAN AKHIR II- 63


BRR
NAD - Nias

6) Perairan Terbuka

Perairan terbuka yang dapat dimanfaatKan di


wilayah ini adalah sungai, yang semuanya
berhulu di dataran tinggi bukit barisan dan
bermuara ke Selat Malaka.

Terdapat 1 buah Daerah Aliran Sungai (DAS)


yang cukup besar yaitu DAS Krueng Peusangan
sedangkan sub das lainnya, diantaranya
Krueng Peudada, Krueng Pandrah, dan Krueng Jeunieb. Jika dilihat bentuk pola
alirannya, maka sungai-sungai yang mengalir di wilayah ini berbentuk sub pararel di
bagian hulu hal ini karena wilayah yang bergunung sehingga pola aliran yang
terbentuk mengikuti lereng dari suatu jalur pegunungan, sedangkan pada bagian
hilir berbentuk linier. Keadaan sungai-sungai tersebut sebagian ada yang sudah
terkena erosi yang mengakibatkan lingkungan rusak dan rawan bahaya banjir. Banjir
ini disebabkan karena terjadinya penggundulan hutan di wilayah hulu sungai.

7) Waduk Irigasi

Potensi sumber daya air lainnya yang dapat dimanfaatkan yaitu berupa waduk dan
irigasi yang terdapat di wilayah Kabupaten Bireuen. Terdapat 5 waduk yang
berfungsi sebagai penyatu dari beberapa aliran sungai di wilayah ini untuk
kebutuhan irigasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 2.11 - Sungai –sungai, Catchment, Luas Irigasi dan


Kebutuhan Air Di Kabupaten Bireuen
Luas Irigasi Kebutuhan AIr
Jumlah
Debit Irigasi Irigasi Irigasi Irigasi
Catchment Kebutuhan
No. Sungai PU Non PU PU Non PU
Area (Km2) Air
Min Max Jumlah (l/dt)
Hektar (l/dt/Ha) (l/dt/Ha)
(l/dt) (l/dt) (unit)
1. Kr.Salamanga 190.00 1.52 1.50 1.88 2,820.00
2. Kr.Pandrah 103.00 0.82 1.50 1.88 1,507.50
3. Kr.Jeunieb 57.00 0.46 1.50 1.88 708.00
4. Kr.Peusangan 2.27 24.50 381.90 5.00 388.00 1.38 1.85 8,496.66
5. Kr.Peudada 436.00 4.14 1.38 1.85 1,186.80
KABUPATEN
788.27 31.44 381.90 5.00 388.00 7.26 9.34 14,718.96
BIREUEN
Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Aceh Utara

LAPORAN AKHIR II- 64


BRR
NAD - Nias

D. Daya Dukung Tanah

D.1 Jenis Tanah

Jenis Tanah di Kabupaten Bireuen terdiri dari tanah Aluvial, Hidromorf kelabu,
Podsolik Merah Kuning, Latosol, Komplek PMK Latosol dan Litosol serta Komplek
Renzina dan Litosol. Di bagian utara wilayah ini di dominasi oleh jenis tanah Aluvial
dan Hidromorf Kelabu, sedangkan pada bagian selatan wilayah ini di dominasi oleh
jenis tanah Latosol, Komplek PMK Latosol dan Litosol serta Komplek Renzina dan
Litosol. Jenis tanah ini mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap kesesuaian
tanaman yang dapat dikembangkan. Jenis tanah Aluvial dan Latosol umumnya
relatif subur dan pada tanah tersebut sesuai untuk pengernbangan pertanian, jenis
tanah Podsolik Merah Kuning sesuai untuk tanaman perkebunan atau tahunan.
Sedangkan jenis tanah Litosol mempunyai sifat yang mudah tererosi dan mempunyai
kedalaman efektif yang dangkal sehingga mempunyai resiko erosi yang tinggi (lihat
Tabel 2.12 dan gambar 2.12).

Tabel 2.12 - Jenis Tanah Di Kabupaten Bireuen

No. Kecamatan Jenis Tanah


1. Samalanga Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
2. Pandrah Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
3. Jeunib Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
4. Peudada Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
5. Jeumpa Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
6. Juli Podsolik Merah Kuning, Latosol
7. Peusangan Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
8. Jangka Aluvial, Hidromorf Kelabu
9. Gandapura Aluvial, Hidromorf Kelabu
10. Makmur Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
11. Simpang Mamplam Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
12. Peulimbang Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
13. Kota Juang Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning, Latosol
14. Kuala Aluvial
15. Peusangan Siblah Krueng Podsolik Merah Kuning, Latosol
16. Pensangan Selatan Podsolik Merah Kuning, Latosol
17. Kuta Blang Aluvial, Hidromorf Kelabu
Sumber : Data Pokok Kabupaten Aceh Utara, Tahun 1996

LAPORAN AKHIR II- 65


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.12 – Peta Jenis Tanah

LAPORAN AKHIR II- 66


BRR
NAD - Nias

D.2 Kedalaman Efektif

Kedalaman efekif tanah mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan


tanaman karena berhubungan dengan kemungkinan akar tanaman menembus
lapisan tanah. Makin dalam tanah maka semakin baik untuk media pertumbuhan
tanaman.

Tanah di wilayah Kabupaten Bireuen secara umum telah mengalami proses


perkembangan yang berlanjut secara intensif sehingga menyebabkan terbentuknya
tapisan tanah yang datar. Tanah dengan kedalaman efektif tebih dari 90 cm
merupakan yang tebih dominan ditemukan dengan luas sekitar 103.175,00 Hektar

atau 54,27 % dari luas keseluruhan Kabupaten Bireuen. Sedangkan kedalaman 60 -


90 m merupakan yang terkecil dijumpai yaitu sekitar 4,98 % dari tuas keseluruhan
Kabupaten Bireuen yaitu seluas 9,475,00 Hektar (lihat Tabel 2.13 dan gambar
2.13).

Tabel 2.13 - Luas Wilayah Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah

Di Wilayah Kabupaten Bireuen Tahun 2001


Luas Wilayah Menurut Kedalaman Efektif Tanah
>90 cm 60 – 90 cm 30 – 60 cm Luas Wilayah
No. Kecamatan
(Hektar)
Hektar % Hektar % Hektar %
1. Samalanga 2,750.00 7.34 - - 34,721.00 92.66 37,471.00
2. Pandrah 8,702.94 97.42 - - 230.06 2.58 8,933.00
3. Jeunib 3,397.06 19.01 - - 14,469.94 80.99 17,867.00
4 Peudada 18,183.00 46.46 - - 20,950.00 53.54 39,133.00
5 Jeumpa 12,107.00 100.00 - - - - 12,107.00
6. Juli 14,833.00 100.00 - - 6,375.00 - 21,208.00
7. Peusangan 24,266.00 78.55 5,900.00 19.10 725.00 2.35 30,891.00
8. Jangka 8,133.00 100.00 - - - - 8,133.00
9. Gandapura 4,800.00 62.14 2,925.00 37.86 - - 7,725.00
10. Makmur 6,003.00 90.23 650.00 9.77 - - 6,653.00
KABUPATEN
103,175.00 54.27 9,475.00 4.98 77,471.00 40.75 190,121.00
BIREUEN
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Aceh Utara Tahun 1996

D.3 Tekstur Tanah

Penyusun tekstur tanah berkaitan erat dengan kemampuan memberikan zat hara
untuk tanaman, ketegasan tanah, perambatan panas, perkembangan akar tanaman
dan pengolahan tanah. Berdasarkan perbandingan tanah dapat dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu halus, sedang dan kasar. Makin kasar atau makin halus tekstur tanah
maka kualitasnya makin menurun, karena kemampuan meresap air kurang baik.

LAPORAN AKHIR II- 67


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.13 – Peta Kedalaman Efektif Tanah

LAPORAN AKHIR II- 68


BRR
NAD - Nias

Tekstur tanah di wilayah Kabupaten Bireuen sebagian besar mempunyai tekstur


sedang yaitu seluas 137.855,05 Ha atau 72,51 % dan tekstur halus 39.319,81 Ha
(20,68 %). Sedangkan tekstur kasar hanya sebagian kecil yang terdapat dibagian
utara dan selatan wilayah ini dengan luas sekitar 12.946,14 Ha (6,81 %).

E. Daerah Rawan Bencana

8) Erosi

Erosi tanah adalah peristiwa hilangnya lapisan tanah atas karena aliran air atau
angin. Di Kabupaten Bireuen, potensi erosi cenderung terjadi pada bagian tengah
wilayah ini sebagai imbas dari peralihan penggunaan hutan untuk berbagai kegiatan.
Sedangkan banjir yang terjadi di beberapa tempat di wilayah Kabupaten Bireuen
disebabkan terjadinya penggundulan hutan di hulu sungai, pendangkalan di muara-
muara sungai dan kurangnya jaringan drainase sehingga terjadi genangan. Banjir di
wilayah ini secara umum terjadi di sekitar pesisir utara wilayah Kabupaten Bireuen
meliputi Kecamatan Jeumpa dan Jangka.

9) Abrasi

Abrasi pantai terutama terjadi pada wilayah yang sempadan pantainya telah
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan budidaya. Abrasi ini terjadi dari mulai Kuala
Peudada Kecamatan Peudada, Pantai Kuala Raja Kecamatan Jeumpa sampai ke
wilayah pesisir Kecamatan Jangka.

Selain terjadi abrasi, sebagian wilayah di pantai utara Kabupaten Bireuen terkena
intrusi air laut. Hal ini terjadi di sepanjang pantai Kecamatan Samalanga sampai
Kecamatan Jangka. akibat penebangan hutan bakau untuk dialihkan fungsinya
menjadi kawasan tambak. Hal ini akan berdampak buruk bagi kesehatan penduduk
karena tanah di sekitarnya akan mengalami proses salinisasi.

10) Pemanasan Global (Global Warming) dan Tsunami

Naiknya suhu permukaan bumi ( Pemanasan Global ) berdampak pada naiknya


permukaan laut rata – rata ( Sea Level Rise ). Fenomena naiknya temperatur
suhu global ini disebabkan Gas Rumah Kaca ( Green House Gasses ) yang
dihasilkan dari Meningkatnya Laju Industrialisasi, Laju Trasportasi dan
Pemukiman serta Penggundulan Hutan. Faktor lain yang menyebabkan

LAPORAN AKHIR II- 69


BRR
NAD - Nias

pemanasan global adalah menipisnya lapisan Ozon di kutub. Intergovermental


Panel On Climat Change (IPCC) menyimpulkan bahwa akibat dari aktifitas
manusia yang melebihi daya dukung lingkungan global, maka telah terjadi
kenaikan suhu muka bumi sebesar 0,2-0,5 derajat celcius setiap 10 tahun.

Pemanasan global ini akan mengakibatkan kenaikan tinggi muka air laut sebagai
konsekwensi mancairnya es di kutub dan pemuaian massa air laut.berbagai studi
yang dihimpun oleh IPPC memperlihatkan bahwa telah terjadi kenaikan muka air
laut sebesar 1-2 m dalam 100 th terakhir. Skenario naiknya permukaan air laut
yang dikeluarkan oleh IPPC-1990, disebutkan adanya tiga skenario kenaikan
permukakan air laut yaitu Rendah 31cm di th 2100, Rata-Rata 66 cm di th
2100 cm dan Tinggi 110 cm di th 2100 dengan asumsi kondisi suhu permukaan
bumi konstan, beberapa studi yang dilakukakn untuk di Indonesia menggunakan
skenario moderat yang kenaikannya sebesar +/- 60 cm hingga abad 21.

Gambar 2.14

Berdasarkan dari skenario IPPC dapat disimpulkan bahwa seluruh daerah pesisir
pantai yang meliputi desa tambak dan desa pantai akan tergenang di saat

LAPORAN AKHIR II- 70


BRR
NAD - Nias

pasang dan banjir di saat hujan yang dapat menimbulkan kerusakan dan
kehancuran wilayah, sarana dan prasarana yang cukup serius di th 2100, untuk
lebih jelasnya lihat tabel : 2.14 dan 2.15

Tabel 2.14 : Kota - kota di Pulau Sumatera yang diperkirakan


terkena dampak kenaikan muka air laut (sea level rise) dan banjir

Kota
No Provinsi PKN PKW PKL Kota Pantai
1. Nanggro Aceh - Lhoksumawe Lhoksumawe - -
2. Sumut - - Tebingtinggi -
Lubuk Pakam
3. Riau Batam - Dumai -
4. DKI Jakarta Jakarta - - -
5. Jabar Kekasi Tanggerang
Cirebon
6. Jateng Semarang - -
7. Jawa Timur Surabaya Bangkalan Lamongan -
Gresik
Sidoarjo
8. Kalbar Pontianak - - -
9. Kalteng Sampit -
10. Sulsel Makasar Pare-pare Sangguminasa Pare-pare
Takalar marosa
11. Papua Timika - - -

Sumber : Review RTRWN, 2002

Tabel : 2.15
Skenario Dampak Global Warming di Pesisir Pantai Kab Bireuen Th 2100
Potensi Kerusakan Wilayah Pesisir,Sarana dan Prasarana
Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Samalanga x - x x x x x x - x x x
S Mamplam x x x - x - x x - x - x
Padrah x - x - x - x x - x - x
Jeunib x - x - x x x x - x - x
Peulimbang x - x - x - x x - x - x
Peudada x - x - x x x x - x x x
Jeumpa x - x - x x x x - x - x
Kuala x - x x x - x x - x - x
Peusangan - - - - - - x - x - -
Jangka x - x - x - x x - x - x
Gandapura x - x x - x x x x - x
Sumber : Diolah dan Analisis, IPCC (1990) Skenario – A
Keterangan ( X ) Daerah Kerusakan
1 Abrasi 2 Terumbu Karang 3 Estuari
4 Mangrove 5 Pemukiman penduduk 6 PPI dan TPI
7 Intrusi Air Laut 8 Sedimentasi 9 Eksploitasi sumber daya
10 Perikanan Laut danTambak 11 Transportasi Jalan 12 pesisir Banjir

LAPORAN AKHIR II- 71


BRR
NAD - Nias

F. Penggunaan Lahan

Berdasarkan sebarannya, pola penggunaan lahan di Kabupaten Bireuen terbagi atas tiga
wilayah yaitu wilayah pantai, wilayah tengah dan wilayah pedalaman. Wilayah pantai
di dominasi kegiatan tambak dan sawah, wilayah tengah kegiatan perdagangan dan jasa
serta sawah dan wilayah pedalaman kegiatan dominan pertanian tanaman pangan,
perkebunan dan kehutanan.

F.1 Penggunaan Lahan Eksisting

Penggunaan lahan di Kabupaten Bireuen tahun 2004, terdiri dari sawah seluas 22.948
Ha (12,07%), pekarangan seluas 16.625 Ha (8,74%), tegalan/kebun seluas 21.216 Ha
(11,16%), ladang/humus seluas 36.309 Ha (19,10%), padang rumput seluas 3.030 Ha
(1,59%), hutan rakyat seluas 14.405 Ha (7,58%), hutan negara seluas 20.105 Ha (10,57
%), perkebunan seluas 43.166 Ha (22,70%), rawa-rawa seluas 564 Ha (0,30%), tambak
seluas 5.059 Ha (2,66 %), kolam/empang seluas 51 Ha (0,04%) dan sisanya digunakan
untuk penggunaan lainnya seluas 6.643 Ha (3,49%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 2.16 dan gambar 2.15.

Tabel 2.16
Luas dan Penggunaan Lahan Di Kabupaten Bireuen Tahun 2004
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Sawah 22.948 12,07
2. Pekarangan 16.625 8,74
3. Tegalan / Kebun 21.216 11,16
4. Ladang / Humus 36.309 19,10
5. Padang Rumput 3.030 1,59
6. Hutan Rakyat 14.405 7,58
7. Hutan Negara 20.105 10,57
8. Perkebunan 43.166 22,70
9. Rawa – rawa 564 0,30
10. Tambak 5.059 2,66
11. Kolam / Empang 51 0,04
12. Lain - lain 6.643 3,49
Jumlah 190.121 100,00
Sumber : Bireuen Dalam Angka, 2004

F.2 Pola Permukiman

Jika dilihat perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah masih relatif rendah.
Konsentrasi penduduk berada di sepanjang jalan utama yang menghubungkan Propinsi
D.I. Aceh dengan Ibukota Provinsi Sumatera Utara. Pola permukiman penduduk di

LAPORAN AKHIR II- 72


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.15 – Peta Penggunaan Lahan

LAPORAN AKHIR II- 73


BRR
NAD - Nias

Kabupaten Bireuen berbentuk linier (garis lurus) dan mengelompok. Pola linier
cenderung mengikuti pola jalur jalan, sedangkan pola mengelompok cenderung
terdapat di wilayah bagian pedalaman (transmigrasi). Sepanjang jalan utama tersebut
berkembang juga kegiatan perdagangan dan jasa sehingga membentuk pusat- pusat
pertumbuhan.
Gambar 2.16
Foto Citra Landsat Kab. Bireuen Tahun 2004

Arah ke PKN Medan


Arah ke PKN Banda Aceh

Arah ke Takengon

G. Wilayah Kelautan dan Pesisir di Kabupaten Bireuen

G.1 Kelautan ( Oceanologi )

Lautan di sini merupakan satu kesatuan dari permukaan, kolom air sampai ke
dasar dan bawah dasar laut. Adapun batas wilayah lautan dimulai dari batas
yurisdiksi di darat (diukur dari rata-rata pasang tinggi atau rendah) sampai ke
laut lepas sejauh klaim negara yang bersangkutan. Konvensi Hukum Laut PBB
1982 (UNCLOS 1982) memberikan dasar hukum bagi negara-negara pantai untuk

LAPORAN AKHIR II- 74


BRR
NAD - Nias

menentukan batasan lautan sampai ZEE dan landas kontinen. Dengan dasar itu,
suatu negara memiliki wewenang untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada
di zona tersebut, terutama perikanan, minyak, gas bumi dan berbagai macam
bahan tambang lainnya.

Pembahasan masalah kelautan, memang masih ada ketidakjelasan perbedaan


antara wilayah pesisir (coastal) dengan wilayah lautan (oceanic). Para ahli
oseanografi dengan persepsi global terhadap masalah kelautan, biasanya
menganggap seluruh area yang ada dalam batas paparan benua sebagai wilayah
pesisir. Sedangkan para pengelola wilayah pesisir biasanya menganggap seluruh area
di luar batas wilayah laut teritorial (3 sampai 12 mil laut) sebagai wilayah laut. Cara
termudah untuk membedakan antara program pengelolaan pantai dengan program
pengelolaan lautan adalah dengan melihat apakah program tersebut mencakup
wilayah teresterial. Wilayah teresterial merupakan seluruh daratan yang terdapat di
dalam batas garis rata-rata pasang tinggi.

Gambar 2.17
Keberadaan Batas-batas dalam Pesisir dan Laut

Dengan demikian, yang membedakan antara program pengelolaan lautan dengan


pengelolaan wilayah pesisir adalah pada ruang lingkup pengelolaannya. Program
pengelolaan wilayah pesisir mencakup kawasan daratan sampai laut pesisir,

LAPORAN AKHIR II- 75


BRR
NAD - Nias

sedangkan pengelolaan lautan hanya meliputi pengelolaan wilayah laut di luar


paparan benua. Untuk dapat merencanakan dan mengelola kegiatan pembangunan
sumber daya pesisir dan lautan secara optimal dan lestari, perlu pemahaman yang
memadai tentang karakteristik, struktur dan dinamika dari kedua ekosistem
tersebut.

Ekosistem laut dapat dipandang dari dimensi horizontal dan vertikal Secara
horizontal, laut dapat dibagi menjadi dua, yaitu laut pesisir (zona neritik) yang
meliputi daerah paparan benua, dan laut lepas (lautan atau zona oseanik).
Pemintakatan atau zonasi (zonation) perairan laut dapat pula dilakukan atas dasar
faktor-faktor fisik dan penyebaran, komunitas biotanya. Sedangkan pembagian
wilayah laut secara vertikal dilakukan berdasarkan intensitas cahaya matahari yang
memasuki kolom perairan, mencakup zona fotik dan zona afotik.

Perairan laut Kabupaten Bireuen mempunyai bentuk topografi dasar laut yang
semakin dalam ke laut lepas ( utara ) dari garis pantai, dan secara umum mempunyai
bentuk topografi dasar laut yang hampir sama mulai dari Kecamatan Samalanga di
sebelah Barat sampai dengan kecamatan Gandapura disebelah Timur dan sekaligus
merupakan batas wilayah laut dan pesisir kabupaten Bireuen. Arus permukaan yang
bergerak secara periodik berdasarkan musim barat dan timur yang lazim sama
dengan kondisi perairan laut di Indonesia.

Pasang surut atau naiknya dan turunnya permukaan air laut mempunyai tabiat Harian
Ganda yaitu dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan
kondisi parameter Salinitas air laut ( kadar garam ) 35 0/00. Perairan laut kabupaten
Bireuen yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka merupakan perairan yang
sangat strategis karena merupakan jalur pelayaran internasional yang terpadat
didunia, sebagai lintasan kapal-kapal Internasional dari Benua Afrika – Benua Asia -
Benua Amerika dan arah sebaliknya.

Perairan laut Bireuen mempunyai tingkat keamanan terpadu dengan Geopolitiknya


karena berhadapan dengan tapal batas laut Negara Malaysia di Utara dan dan Negara
Thailand, Terhadap Potensi Penangkapan Ikan Secara Ilegal, Penyelundupan,
Perompakan kapal, Pencemaran Laut bila terjadi kecelakaan, kapal-kapal yang buang
sauh / limbah dilaut.

LAPORAN AKHIR II- 76


BRR
NAD - Nias

Selain diterapkannya prinsip Zona Ekonomi Esklusif ( ZEE ) 200 mil dan Zona
Tambahan ( Contigues Zone ) 24 mil di luar peraiaran teritorial 12 mil ( UU No
20 Tahun 1990, Kewenangan Propinsi di Wilayah Laut 12 Mil Laut, di ukur dari
garis pantai dan Kewenangan Kabupaten 4 mil laut. Garis pantai yang dimaksud
adalah garis pantai pada saat air rendah ”surut rendah”. UNCLOS 1992 dan UU
No 6 1996 Tentang Perairan Indonesia ). telah menambah berdaulat atas sumber
daya alam maupun Yuridiski atas Perlindungan Lingkungan, Pelaksanaan Ilmiah
Kelautan, Pembangunan Anjungan, Instalasi dan pulau – pulau buatan di laut. Letak
Geografis Garis Pantai Perairan Kabupaten Bireuen :

05o 13’ 00” LU 05o 14’ 00” LU

96o 20’ 30” BT 96o 55’ 30” BT

Dengan batas – batas adminstrasi sebagai berikut sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Aceh Utara, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie. Panjang
garis pantai Kabupaten Bireuen ± 80 KM dengan luas Wilayah Perairan Teritorial
Kabupaten 592,640 KM2 dan Luas Perairan Teritorial Propinsi 1.779.920 KM2
dengan kewenanagan masing - masing. Dengan demikian luas Wilayah Kabupaten
Bireuen 2.493,85 KM2 meliputi Wilayah Darat dan Laut. Untuk lebih jelasnya Lihat
Tabel : 2.17 dan Tabel : 2.18.

Tabel : 2.17
Panjang dan Luas Laut Kewenangan Perairan Kab. Bireuen
Panjang Garis Luas Laut Kewenangan
Kabupaten / Kota Pantai Kab / Kota 4mil Propinsi 12 mil
( KM ) (KM2) (KM2)

Bireuen 80 592,640 1.779.920

Sumber : Hasil Analisis, UU No 20 th 1999, UU No 6 th 1996PP

Tabel : 2.18
Luas Wilayah Darat dan Laut Kabupaten Bireuen
Kabupaten / Kota Luas Wil Darat Luas Wil Laut Total (KM2)
(KM2) (KM2)

Bireuen 1.901,21 592,64 2.493,85

Sumber : Hasil Analisis, , UU No 20 th 1999, UU No 6 th 1996PPP

LAPORAN AKHIR II- 77


BRR
NAD - Nias

G.2 Pesisir ( Coastel Area )

Mengenai batasan daerah pesisir sampai saat ini belum ada ketentuan mengenai
batasan daerah pantai tersebut. Daerah pesisir adalah daerah bertemunya batasan
daratan dan batasan lautan, Di dalam ” Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir
dan Kelautan Secara Terpadu” dijelaskan bahwa difinisi wilayah pesisir yang
digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dimana
kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam
air yang masih di pengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan
perembesan air asin, sedangkan batasan kearah laut meliputi bagian laut yang
masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti adanya
sedimentasi dan aliran air tawar maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di
darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran Soegiharto (1976).

Dalam Rapat kerja MREP ( Marine Resource Evaluation and Planing atau
Perencanaan dan Evaluasi Sumberdaya Kelautan,1994) di tetapkan bahwa batasan
ke arah laut wilayah pesisir untuk kepentingan praktis dalam proyek MREP adalah
sesuai batas laut yang terdapat dalam peta Lingkungan Pantai Indonesia Dengan
skala 1 : 50.000 yang telah diterbitkan Bakosurtanal, Sedangkan batas ke arah darat
adalah mencakup batas administrasi seluruh desa pantai yang tergolong dalam
wilayah pesisir MREP.

Pesisir pantai Kabupaten Bireuen terbentang luas mulai dari Kecamatan Samalanga
di sebelah Barat sampai dengan Kecamatan Gandapura di sebelah Timur dengan
panjang 80 km. Umumnya daerah pesisir kabupaten Bireuen dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat sebagai tempat Pemukiman Nelayan, Perikanan Tambak,
Pembenihan Udang, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), Tempat Pelelangan Ikan
(TPI), Tanaman Kelapa yang tersebar disepanjang pesisir pantai, Wisata Bahari dan
juga sebagai sarana transportasi darat seperti jalan raya. Lebih Jelasnya lihat
Gambar : 2.18.

LAPORAN AKHIR II- 78


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.18
Gambaran Umum Penggunaan Lahan Pesisir Kab. Bireuen

Pada saat terjadinya bencana alam gempa yang disusul terjadinya gelombang
tsunami 26 Desember 2004, daerah pesisir pantai yang paling parah terkena dampak
dari hantaman gelombang tsunami tersebut. Dari 17 kecamatan yang ada di
Kabupaten Bireuen, 11 kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut dan
pesisir pantai, dan 112 desa atau 20,29 %, termasuk desa pesisir dengan luas
wilayah daerah pesisir 24.845 Ha ( 13,07 % ) .

Kecamatan tersebut adalah ; Kecamatan Samalanga, Simpang Mamplam, Padrah,


Jeunieb, Peulimbang, Peudada, Jeumpa, Kuala, Jangka, Kuta Blang, Gandapura.
Untuk Kecamatan Peusangan tidak berbatasan langsung dengan laut, tetapi enam
desanya termasuk dalam desa pesisir. Secara garis besar luas wilayah Bireuen dapat
di bagi tiga wilayah, yaitu wilayah darat 66,26 %, wilayah laut 23,76 % dan
wilayah pesisir 9,98 % . Untuk lebih jelasnya lihat gambar : 2.19.

LAPORAN AKHIR II- 79


BRR
NAD - Nias

Gambar : 2.19 - Luas Wilayah Darat, Laut dan Pesisir Bireuen

Pesisir
9,98 %

Laut
Darat
23,76 %
66,26 %

G.3 Potensi Sumber Daya Hayati

i). Ekosistem Hutan Bakau ( Mangrove )

Komunitas hutan Mangrove sebagai daerah penyanggah ( Buffer Zone ) di daerah


sepanjang pesisir pantai kabupaten Bireuen hampir tidak dijumpai / Tandus,
hanya di daerah Kecamatan Samalanga di Desa Pineung Siribee dan Kampung
Baro. Hutan mangrove banyak tumbuh dan hidup di daerah pesisir yang
bermanfaat sebagai daerah Ekosistim Pesisir atau berkembang biaknya beberapa
Biota laut karena banyak mengandung unsur hara ( Nutrien ) yang melimpah bagi
kehidupan Biota laut dan sebagai tempat memijah, Pelindung atau Penahan
gelombang air laut yang menyebabkan terjadinya Abrasi pantai dan menahan
atau mengurangi efek gelombang Tsunami yang bergerak ke arah pesisir pantai,
daerah penyanggah (Buffer Zone) atau penetralisir pencemaran air laut dan
sebagai Daerah Resapan Intrusi Air Laut. Di daerah timur pesisir pantai Kab
Bireuen tepatnya Kecamatan Kuala, Desa Ujung Blang dan Kuala Raja terdapat
komunitas hutan mangrove hasil dari rehabilitasi. untuk lebih jelasnya Lihat
Tabel 2.19

LAPORAN AKHIR II- 80


BRR
NAD - Nias

Tabel 2.19 : Kondisi Komunitas Hutan Mangrove di Pesisir Perairan Bireuen

Potensi Ekosisitim Hutan Mangrove


Kecamatan Baik Rusak Rusak Hasil Rehabilitasi
Ringan Berat Tandus Luasan Tahun Jlm Btg Jenis
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Pohon

Samalanag 1,00 - - x - - - Bakau


S. mamplam - - - x - - - -
Jeunieb - - - x - - - -
Peulimbang - - - x - - - -
Jeumpa - - - x - - - -
Peudada - - - x - - - -
Kuala - - - x 1,5 2004 15.000 bakau
Jangka - - - x - - - -
Kuta Blang - - - x - - - -
Gandapura - - - x - - - -

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab Bireuen, 2005

ii). Ekosistim Terumbu Karang ( Coral Reef )

Komunitas Terumbu Karang dapat dipertimbangkan


seperti ’Hutan Tropika’ di laut. Di Wilayah Perairan
Kabupaten Bireuen dapat ditemui di perairan laut
kecamatan Simpang Mamplam di desa Ulee Kareung,
Blang Panyah dan Calok, umumnya terumbu karang
hidup di perairan dangkal yang mempunyai kandungan
oksigen tinggi, jernih dan bebas dari partikel karena sedimentasi. Umumnya
nelayan menebar perangkap jaring di sekitar terumbu karang yang merupakan
tempat biota laut untuk mencari makan, berlindung, berkembang biak dan tempat
bagi beberapa jenis ikan yang bukan asli dari terumbu karang (non reef species)
untuk mencari mangsa di sekitar terumbu karang. Terumbu Karang sendiri
merupakan koloni binatang dengan laju pertumbuhan antara 0,1 cm/tahun untuk
karang masif dan 10 cm/tahun untuk karang cabang.

iii). Ekosistim Estuaria

Ekosisitim Estuaria yang kaya akan ke anekaragaman hayati dengan


karakteristiknya air payaunya yang disebabkan dari percapuran ( Mixing ) air laut
yang bersalinitas (kadar garam) dan air darat yang tawar,beberapa jenis biota laut
yang memanfaatkan daerah ini sebagai tempat memijah dan mengasuh anaknya
Estuaria sangat rentan terhadap pencemaran lingkungan, di daerah muara sungai

LAPORAN AKHIR II- 81


BRR
NAD - Nias

samalanga nelayan setempat menebar jaring perangkap didepan pintu masuk TPI
Samalanga, di kabupaten Bireuen terdapat 23 Estuaria.

iv). Ekosistim Padang Lamun ( Sea Gress )

Ekosisitim Padang Lamun merupakan produsen primer


beberapa jenis biota laut di perairan laut dangkal
Bireuen. Produktifitas padang lamun sangat tinggi,
dapat mencapai lebih dari 5.000 GramCal / M2 /
Tahun. Nelayan umumnya memanfatkan daerah ini
untuk mencari ikan Dengan menyebar jaring
perangkap. Ikan Baronang, Udang, Bibit Kerapu, Kepiting (Rajungan) memanfatkan
daerah ini untuk mencari makan dan berkembang biak. Tempat tumbuhnya
biasanya adalah dasar pasir, pasir berlumpur, lumpur dan kerikil karang.

v). Ekosistim Pantai Pasir

Sepanjang pesisir pantai Kab. Bireuen umumnya subtrat dasarnya adalah pasir.
Berbagai Crustacea / Kepiting membutuhkan ekosisitim pantai pasir ini sebagai
tempat berkembang biak ( bertelur dan menetas ).

vi). Sumber Daya Perikanan

Potensi sumber daya perikanan di Kabupaten Bireuen meliputi perikanan tangkap


dan budidaya perikanan tambak.

1. Perikanan Tangkap

Produksi perikanan tangkap nelayan kab Bireuen dalam kurun waktu 2000
sampai dengan 2003 mencapai 60.990,41 ton dengan beberapa jenis ikan baik
yang pelagis maupun Demersial dihasilkan oleh nelayan diantaranya ikan
Tongkol, Cakalang, Tuna, Tengiri, Bawal, Kembung, Kakap, Cucut, Pari, Udang
dll, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat Pelelengan Ikan (TPI) sebagai
tempat akhir dari nelayan untuk menjual hasil tangkapan nya, diantaranya PPI
Jeunieb, PPI Jangka, PPI Peudada. Dermaga PPI Peudada adalah yang terbesar
dengan sarana dan prasarana yang cukup, termasuk tempat pembuatan Es,
SPBU,TPI, Balai Pelatihan Nelayan. PPI Jeunib dan PPI Jangka Kondisinya perlu

LAPORAN AKHIR II- 82


BRR
NAD - Nias

pembenahan Begitu juga Tempat – Tempat Pelelengan Ikan diataranya TPI


Samalanga, TPI Jeunieb, TPI Kuala Raja, TPI Jangka dan direncanakan akan
dibangun beberapa lagi yaitu TPI Gandapura, TPI Peulimbang dan TPI Simpang
Mamplam.

2. Budi Daya Perikanan Tambak

Produksi budi daya Perikanan Tambak di kabupaten Bireuen dalam kurun waktu
tahun 2000 sampai dengan 2003 mencapai 29.406,01 ton, dalam kurun waktu
tersebut luas areal tambak bertambah 551 Ha. hasil dari budi daya tersebut
adalah Udang, Bandeng, Kepiting Bakau, Kakap Putih dll.

G.4. Potensi Sumber Daya Non Hayati

i). Pasir Besi

Pasir Besi yang umumnya berwarna hitam terdiri dari mineral Magnetit dan
Ilminit, banyak ditemukan di pesisir pantai kab Bireuen tepatnya di daerah Mon
Keulayu, Kecamatan Gandapura dengan kadar mineral Ferum ( Fe ) 68 %, Pasir Besi
banyak digunakan sebagai bahan dasar logam besi dan sebagai mineral
pencampuran dalam industri semen.

G.5. Potensi Jasa Kelautan

i) Wisata Bahari

Obyek Wisata Bahari Kuala Raja Kecamatan Kuala adalah satu-satunya yang ada di
pesisir pantai Kabupaen Bireuen, dengan morfologi pantai yang umumnya berpasir
dan perairannya yang masih bersih dapat menarik Investor dalam mengelolanya .

G.6 Permasalahan Pesisir Pantai

i). Abrasi

Abrasi Pantai di wilayah pesisir perairan Kabupaten Bireuen terbentang sepanjang


pesisir pantai Bireuen dari kecamatan Samalanag sampai Gandapura, Abrasi pantai
di perairan Bireuen sudah sangat memprihatinkan kerena banyak rumah dan tempat
pembenihan udang di sekitar pantai sudah terabrasi.

LAPORAN AKHIR II- 83


BRR
NAD - Nias

ii). Akresi

Akresi ‘ tanah timbul’ adalah di sebabkan sedimentasi yang di pengaruhi oleh arus
pasang surut yang membawa material oleh adanya Abrasi di suatu tempat,daerah
yang terakresi dapat ditemui di pesisir Kecamatan Gandapura dan dapat dijumpai di
pintu masuk peraiaran Pelabuhan PPI Peudada dan PPI Jeniueb yang membentuk
tanah timbul dan berpindah tempat karena pengaruh musim ( Barat dan Timur ).

iii). Kerusakan Hutan Bakau ( Mangrove )

Komunitas hutan mangrove sebagai kawasan


penyanggah daerah sekitarnya (Buffer Zone) di
sepanjang pesisir pantai Kab. Bireuen kondisi
mangrove sudah sangat memperihatinkan dan jarang
dijumpai. Sebagian tumbuh hanya kelompok kecil
mangrove yang jumlahnya kecil di banding dengan luas
daerah pesisir Bireuen. Kerusakan kawasan juga disebabkan adanya degradasi
lingkungan yaitu perluasan kawasan menjadi daerah Pemukiman dan pertambakan
budi daya udang dan sektor lainnya dalam kurun waktu Tahun 2000 sampai dengan
2003 luas tambak bertambah 551 ha dari 4.549,5 ha di tahun 2000 .

iv). Sedimentasi

Sedimentasi di sepanjang perairan Kabupaten Bireuen relatip kecil, umumnya hanya


di muara-muara sungai, hal ini sebabkan karena adanya transformasi sedimen dari
sungai-sungai akibat dari aktifitas kegiatan di darat dan banjir. Sungai yang
bermuara di kab. Bireuen dapat dilihat dalam tabel 2.20. Di kanan kiri muara
sungai banyak terjadi erosi, hasil endapan dari erosi tersebut sebagian diendapkan
ke laut dan sebagian di muara sungai sehingga terjadi pendangkalan di pintu masuk
muara seperti ”Bottle Neck” atau penyempitan di daerah muara yang dimanfatkan
untuk alur – alur keluar masuknya perahu nelayan di Dermaga Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) yang sebagian besar berada di sekitar muara. Penyempitan di
muara sungai tersebut juga menyebabkan Banjir di sekitarnya.

LAPORAN AKHIR II- 84


BRR
NAD - Nias

Tabel : 2.20
Sungai-Sungai Yang Bermuara di Laut Perairan Bireuen
Kondisi Rencana Pengerukan ( X )
Kecamatan Kuala / Muara 2000 2005 2005 2006 2007 2008 2009
Samalanga K.Sukon Dangkal - - - - - -
K.Samalanga Baik Dangkal - x - - -
K.Arongan Dangkal - - - - - -
K.Surien Dangkal - - - - - -
K.Tambue Dangkal Dangkal - x - - -
K.Cangkoy Dangkal Dangkal - x - - -
Padrah K.Padrah Dangkal - - - - - -
Jeunieb K.Jeunieb Normal Dangkal - - x - -
K.Nalan Dangkal - - - - -
Peulimbang K.peulimbang - Dangkal - - x - -
Peudada K.Peudada Normal Dangkal - x - - -
K.Bugeng Dangkal - - - - - -
K.Kukue Dangkal - - - - - -
Juempa K.Juempa Dangkal Dangkal - - - - -
K.Krueg Juli Dangkal - - - - - -
K. Raja Dangkal Dangkal - - - x -
Jangka K.Jangka Dangkal Dangkal - - - - x
K.Paon Dangkal Dangkal - - - - x
K.Ceurape Normal - - - - - -
Gandapura K.Lapang Dangkal - - - - - -
K.Monkeurayu Dangkal - - - - - -
K.abu - Dangkal - - - - x
K.Bugeng - Dangkal - - - - x
Jumlah - 5 2 1 4

Sumber : Data Analisis, Dinas Kelautan dan Perikanan 2000,2005

2.3.3 SOSIAL EKONOMI

A. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk wilayah Kabupaten Bireuen pada tahun 2003 (Sebelum Tsunami)
sebesar 361.182 jiwa dan pada tahun 2005 (Setelah Tsunami) sebesar 356.931 jiwa.
Jumlah penduduk pada tahun 2005 yang terbesar terdapat di Kecamatan Kota Juang
sebesar 43.077 jiwa dan terkecil di Kecamatan Pandrah sebesar 6.668 jiwa. Kepadatan
penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Kuala sebesar 908,98 jiwa per km2 dan
terkecil di Kecamatan Pandrah sebesar 52.43 jiwa per km2. Konsentrasi penduduk di
wilayah Kabupaten Bireuen cenderung di wilayah bagian tengah, khususnya di
Kecamatan Kota Juang yaitu mencapai 12,07 % dari jumlah penduduk Kabupaten
Bireuen. Hal ini terjadi sebagai akibat letak wilayah/kotanya yang sangat strategis,
sehingga banyaknya penduduk pendatang. Selain itu Kota Bireuen telah lebih dulu
berkembang dibandingkan dengan kota-kota lainnya.

LAPORAN AKHIR II- 85


BRR
NAD - Nias

Tabel 2.21 - Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk


Kabupaten Bireuen Menurut Kecamatan Tahun 2005

Luas Wilayah Jumlah Kepadatan Penduduk


No Kecamatan (Km²) KK Penduduk (Jiwa/km²)

1 Samalanga 149,31 5,351 23,390 156,65


2 Simpang Mamplang 166,09 4,936 20,107 121,06
3 Pandrah 127,18 1,691 6,668 52,43
4 Jeunieb 154,82 4,489 19,421 125,44
5 Plimbang 209,22 2,135 8,980 42,92
6 Peudada 245,26 5,515 24,196 98,65
7 Juli 76,11 5,515 23,840 313,23
8 Jeumpa 182,57 8,049 28,592 156,61
9 Kota Juang 91,94 9,164 43,077 468,53
10 Kuala 17,38 3,328 15,798 908,98
11 Jangka 105,76 5,178 24,730 233,83
12 Peusangan 51,47 9,445 42,102 817,99
13 Peusangan Selatan 78,64 2,987 13,071 166,21
14 Peusangan Siblah Krueng 82,13 2,529 10,391 126,52
15 Makmur 36,97 3,038 13,375 361,78
16 Gandapura 75,57 4,373 19,321 255,67
17 Kuta Blang 50,79 4,102 19,872 391,26
Kabupaten Bireuen 1.901,21 81,953 356,931 187,74

Sumber : Podes 2005, BPS


Tabel 2.22 - Perkembangan Penduduk Kabupaten Bireuen
Tahun 1999-2003 (Sebelum Tsunami)

JUMLAH PENDUDUK (JIWA) DISTRIBUSI


NO. KABUPATEN/KOTA
1999 2000 2001 2002 2003 RATA-RATA (%)

1 Samalanga 41.958 42.241 41.843 45.635 45.953 12,37


2 Simpang Mamplam - - - - - -
3 Pandrah - 7.527 7.592 7.654 7.715 2,17
4 Jeunieb 36.990 29.682 29.809 30.171 30.472 8,93
5 Plimbang - - - - - -
6 Peudada 22.850 23.025 23.305 23.580 23.597 6,61
7 Juli - 25.984 26.573 26.733 24.859 7,40
8 Jeumpa 107.161 82.360 85.153 87.447 87.884 25,58
9 Kota Juang - - - - - -
10 Kuala - - - - - -
11 Jangka - 22.893 23.195 23.758 23.949 6,66
12 Peusangan 84.287 61.734 62.014 63.083 63.606 19,02
13 Peusangan Selatan - - - - - -
14 Psn. Sblah Krueng - - - - - -
15 Makmur 13.524 13.530 13.647 13.833 13.961 3,89
16 Gandapura 36.581 36.844 36.947 37.176 39.186 10,61
17 Kuta Blang - - - - - -
Kabupaten Bireuen 343.351 345.820 350.078 359.070 361.182 100,00

Sumber : Kabupaten Bireuen dalam Angka Tahun 2003, BPS Kabupaten Bireuen

LAPORAN AKHIR II- 86


BRR
NAD - Nias

Tabel 2.23 - Perkembangan Penduduk Kabupaten Bireuen


Tahun 2004-2005 (Setelah Tsunami)

JUMLAH PENDUDUK (JIWA) DISTRIBUSI


NO. KABUPATEN/KOTA
2004 2005 RATA-RATA (%)

1 Samalanga 23.780 23,390 6,66


2 Simpang Mamplam 20.714 20,107 5.76
3 Pandrah 7,341 6,668 1,98
4 Jeunieb 18.885 19,421 5,40
5 Plimbang 9.099 8,980 2,55
6 Peudada 21.662 24,196 6,47
7 Juli 24.761 23,840 6,86
8 Jeumpa 27.832 28,592 7,96
9 Kota Juang 41.820 43,077 11,98
10 Kuala 14.800 15,798 4,32
11 Jangka 24.726 24,730 6,98
12 Peusangan 42.977 42,102 12,00
13 Peusangan Selatan 11.705 13,071 3,50
14 Peusangan Siblah Krueng 9.194 10,391 2,76
15 Makmur 12.975 13,375 3,72
16 Gandapura 20.458 19,321 5,61
17 Kuta Blang 19.157 19,872 5,51
Kabupaten Bireuen 351.856 356.931 100,00
Sumber : Kabupaten Bireuen dalam Angka Tahun 2005, BPS Kabupaten Bireuen

B. Pertumbuhan Penduduk

Selama 5 (lima) tahun terakhir rata-rata pertumbuhan penduduk di Kabupaten


Bireuen rata-rata sebesar 1,28 % per tahun. Pertumbuhan penduduk terbesar
terdapat di Kecamatan Samalanga yaitu sebesar 2,37 % per tahun, sedangkan di
Kecamatan Peusangan terjadi penurunan penduduk sebesar -5,94 % per tahun. Lihat
Tabel 2.24.

C. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Berdasarkan komposisi penduduk Kabupaten Bireuen pada Tahun 2004 menurut


kelompok umur, terlihat bahwa usia produktif (15 - 54 Tahun) lebih besar
dibandingkan dengan penduduk usia non produktif. Jumlah penduduk produktif
sebesar 188.016 jiwa (51,55 %) dan Jumlah penduduk non Produktif sebesar 176.676
jiwa (48,45 %). Besarnya jumlah penduduk produktif menunjukkan besarnya jumlah
tenaga kerja yang tersedia. Lihat Tabel 2.25

LAPORAN AKHIR II- 87


BRR
NAD - Nias

Tabel 2.24 - Laju Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan


Di Kabupaten Bireuen Tahun 1999 – 2003
Laju Pertumbuhan Penduduk Distribusi
No Kecamatan 1999/2000 2000/2001 2001/2002 2002/2003 Rata-Rata (%)

1 Samalanga 0.67 -0.94 9.06 0.70 2.37


2 Simpang Mamplang - - - - -
3 Pandrah - 0.86 0.82 0.80 0.83
4 Jeunieb -19.76 0.43 1.21 1.00 -4.28
5 Plimbang - - - - -
6 Peudada 0.77 1.21 1.18 0.07 0.81
7 Juli - 2.27 0.60 -7.01 -1.38
8 Jeumpa -23.14 3.39 2.69 0.50 -4.14
9 Kota Juang - - - - -
10 Kuala - - - - -
11 Jangka - 1.31 2.43 0.80 1.51
12 Peusangan -26.76 0.45 1.72 0.83 -5.94
13 Peusangan Selatan - - - - -
14 Peusangan Siblah Krueng - - - - -
15 Makmur 0.04 0.86 1.36 0.93 0.80
16 Gandapura 0.72 0.28 0.62 5.41 1.76
17 Kuta Blang - - - - -
Kabupaten Bireuen 0.72 1.23 2.57 0.59 1.28

Tabel 2.25 - Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur


Di Kabupaten Bireuen Tahun 2004
Jumlah Penduduk Prosentase
No Kelompok Umur (Jiwa) (%)
1 00-04 43,169 1,211
2 05-09 49,808 1,339
3 10-14 47,187 1,321
4 15-19 41,885 1,176
5 20-24 32,628 9,22
6 25-29 28,963 8,22
7 30-34 24,801 7,08
8 35-39 19,883 5,73
9 40-44 15,525 4,53
10 45-49 13,516 3,98
11 50-54 10,815 3,24
12 55-59 6,457 2,05
13 >60 17,018 4,94
Jumlah 364,692 100,00

Sumber : Data Statistik Kab. Bireuen Tahun 2004

LAPORAN AKHIR II- 88


BRR
NAD - Nias

D. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Berdasarkan komposisi penduduk menurut lapangan usaha pada Tahun 2004,


sebagian besar penduduk Kabupaten Bireuen bekerja di sektor pertanian yang
mencapai 128.494 jiwa (65,55 %), disusul sektor konstruksi sebanyak 7.266 (3,71 %),
Perdagangan sebesar 6.464 jiwa (3,30 %), serta selebihnya bekerja disektor jasa,
angkutan, buruh dan lain sebagainya.

Tabel 2.26 - Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan


Di Kabupaten Bireuen Tahun 2004
Jumlah Penduduk Prosentase
No Jenis Pekerjaan (Jiwa) (%)
1 Pertanian 128.494 65.66
2 Pertambangan 1.935 0.99
3 Industri 5.876 3.00
4 Listrik 671 0.34
5 Konstruksi 72.66 3.71
6 Perdagangan 6.464 3.30
7 Pengangkutan 1.962 1.00
8 Keuangan dan Perbankan 421 0.21
9 Jasa 1.627 0.83
10 Pegawai Negeri 4.399 2.24
11 TNI dan Polri 171 0.09
12 Lain-lain 36.752 18.75
JUMLAH 196.038 100.00

Sumber : Data Statistik Kab. Bireuen Tahun 2004

E. Struktur Ekonomi

Secara sektoral, perekonomian Kabupaten Bireuen di dominasi oleh sektor pertanian,


yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Bireuen (berdasarkan harga
berlaku pada tahun 2002) sebesar 65,35 %, kemudian disusul oleh sektor perdagangan,
hotel dan restoran sebagai penyumbang kedua terbesar yaitu sebesar 13,29 %.

Dilihat dari perkembangannya, kontribusi sektor pertanian mengalami penurunan cukup


signifikan. Hal yang sama juga terjadi untuk sektor pengangkutan dan komunikasi, jasa-
jasa, industri pengolahan, listrik dan air minum, serta sektor bangunan/kontruksi.
Sedangkan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan mengalami peningkatan walaupun relatif kecil. Pada

LAPORAN AKHIR II- 89


BRR
NAD - Nias

tabel 2.27, dapat dilihat perbandingan struktur ekonomi Kabupaten Bireuen dan
Provinsi NAD atas dasar harga berlaku (ADHB) Tahun 1999 - 2002.

Tabel 2.27 - Perbandingan Struktur Ekonomi Kabupaten Bireuen Dan Provinsi NAD
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tahun 1999 – 2002
Lapangan Usaha Kabupaten Bireuen Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
1999 2000 2001 2002 1999 2000 2001 2002
(1) (3) (4) (5) (6) (8) (9) (10) (11)
1. Pertanian 66.22 65.25 65.10 65.35 57.15 56.89 57.08 56.44
2. Pertambangan dan Penggalian 1.25 1.37 1.52 1.65 1.12 1.11 1.10 1.11
3. Industri Pengolahan 1.88 1.81 1.73 1.67 10.83 10.83 10.08 10.39
4. Listrik dan Air Minum 0.27 0.25 0.26 0.25 0.35 0.32 0.32 0.31
5. Bangunan 3.08 2.84 2.60 2.38 4.50 4.51 4.43 4.51
6. Perdagangan, hotel dan Restoran 12.46 12.80 13.12 13.29 10.83 11.09 11.21 11.47
7. Pengangkutan dan Komunikasi 8.16 8.10 8.06 8.09 8.92 8.79 8.71 8.91
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.38 1.36 1.63 1.89 0.95 1.36 2.14 1.90
9. Jasa-jasa 6.31 6.21 5.79 5.44 5.36 5.08 4.93 4.96
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen

Besarnya kontribusi yang disumbangkan oleh sektor pertanian tidak terlepas dari
dukungan kelima sub sektornya yaitu sub sektor tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, kehutanan, dan perikanan. Pada tahun 2002 sub sektor pertanian yang
paling menonjol adalah sub sektor tanaman pangan yang memberi kontribusi terhadap
PDRB Kabupaten Bireuen sebesar 25,68 % dan terhadap sektor pertanian sebesar 39,29
%, diikuti oleh sub sektor perikanan yang memberi kontribusi terhadap PDRB Kab.
Bireuen sebesar 18,00 % dan terhadap sektor pertanian 27,54 %.

Tabel 2.28 - Distribusi Persentase Sektor Pertanian Menurut Sub Sektor


Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001 – 2002
Lapangan Usaha Terhadap PDRB Bireuen Terhadap sektor Pertanian
2001 2002 2001 2002
Tanaman bahan makanan 26.94 25.68 41,38 39.29
Tanaman perkebunan 4.11 3.94 6,31 6.03
Peternakan 16.77 16.89 25,77 25.84
Kehutanan 0.88 0.85 1,35 1.30
Periknan 16.40 18.00 25,19 27.54
Pertanian 65,10 65,25 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Bireuen

Dari uraian singkat diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa sektor yang kurang
mendorong pertumbuhan PDRB Kabupaten Bireuen secara keseluruhan. Pada tabel di

LAPORAN AKHIR II- 90


BRR
NAD - Nias

bawah ini dapat dilihat gambaran mengenai hubungan antara peranan sektoral dengan
laju pertumbuhan menurut sektor.

Tabel 2.29 - Hubungan Antara Peranan Sektoral Dengan


Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bireuen Tahun 2002

LAJU PERANAN TERHADAP TOTAL PDRB


PERTUMBUHAN >10% 1-9 % <1%
- Pengangkutan dan
Di atas rata-rata Komunikasi
PDRB
(2,26%) - - Keuangan -
Persewaan dan Jasa
Perusahaan
- Pertambangan dan
Penggalian
Di bawah rata-rata - Pertanian - Industri Pengolahan - Listrik dan air minum
PDRB - Perdagangan, hotel - Bangunan dan
(2,26%) dan restoran Konstruksi

- - Jasa-jasa -
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen

Dari tabel tersebut diperoleh gambaran bahwa sektor yang berperan besar (diatas 10%)
dan tumbuh dibawah rata-rata PDRB Kabupaten Bireuen adalah sektor pertanian serta
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berikutnya sektor yang berperan menengah ke
bawah, namun laju pertumbuhannya diatas rata-rata PDRB Kabupaten Bireuen adalah
sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan.

F. Potensi Perekonomian

Potensi perekonomian sektoral di Kabupaten Bireuen terdiri dari pertanian tanaman


pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan, perindustrian, pertambangan
dan pariwisata.

Tanaman Pangan :

Pengembangan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Bireuen diprioritaskan


pada bagian Barat wilayah ini sebagai sentral pengembangan komoditi tanaman
pangan, meliputi padi sawah, palawija dan sayur-sayuran. Hal ini didukung oleh
agroklimat, tingkat kesuburan tanah dan tingkat aksesibiltasnya.

LAPORAN AKHIR II- 91


BRR
NAD - Nias

Tanaman padi merupakan jenis tanaman yang dihasilkan oleh setiap kecamatan di
wilayah Kabupaten Bireuen. Produksi padi terbesar pada tahun 1999 dihasilkan oleh
Kecamatan Jeumpa yaitu sebesar 12.277,67 ton atau mencapai 28,33 % dari jumlah
keseluruhan produksi.

Adapun tanaman palawija yang dihasilkan di Kabupaten Bireuen terdiri dari jagung,
kedelai, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, tomat, terong, cabe, kacang panjang
dan kacang hijau. Dari kesemuanya itu, kedelai merupakan yang paling dominan
dengan produksi 58.233,92 ton dan yang memberikan kontribusi produksi terendah
adalah terong yaitu sebesar 32,03 ton.

Tanaman Buah-buahan :

Budidaya tanaman buah-buahan di Kabupaten Bireuen secara umum tersebar di


wilayah bagian tengah dan selatan Wilayah Kabupaten Bireuen dengan jenis giri
matang, pisang, durian, rambutan, langsat dan mangga. Dari kesemua jenis buah-
buahan tersebut, pisang merupakan tanaman yang paling luas diusahakan yaitu 732
Hektar dengan produksi 4.590 ton. Sedangkan Sawo merupakan jenis yang paling
sedikit diusahakan yaitu seluas 68 Hektar dengan produksi sebesar 158,50 ton.

Perkebunan :

Areal perkebunan di Kabupaten Bireuen cenderung berada di wilayah


pengembangan pedalaman/pegunungan. Perkebunan terdiri dari perkebunan rakyat
dan perkebunan swasta. Jenis tanaman perkebunan yang menjadi komoditi andalan
Kabupaten Bireuen adalah kakao, pinang dan kelapa hybrida.

Tanaman perkebunan rakyat yang diusahakan di Wilayah Kabupaten Bireuen terdiri


dari kelapa, kelapa sawit, pinang, kakao, kemiri, kopi dan kapuk. Dari kesemuanya
itu, kelapa merupakan tanaman yang paling dominan diusahakan oleh rakyat
dengan produksi 35.674,45 ton atau mencapai 79,98 % dari keseluruhan produksi
tanaman perkebunan dan yang paling sedikit adalah tanaman kapuk dengan
kontribusi produksi sebesar 0,96 % atau 426,10 ton.

Perikanan :

Sebagian Wilayah Kabupaten Bireuen berada di wilayah pantai sehingga perikanan


yang berkembang dominannya tambak dan perikanan laut. Tambak yang tersebar di

LAPORAN AKHIR II- 92


BRR
NAD - Nias

sepanjang pantai Utara mempunyai luas sekitar 5.194,18 Ha dengan tingkat


produksi aebesar 3.817,10 ton.

Peternakan :

Kegiatan peternakan yang berkembang masih bersifat perorangan dengan jenis


hewan ternaknya sapi, kerbau, kambing dan jenis ternak unggas lainnya. Pada
Tahun 2004 jumlah populasi sapi sebesar 129.763 ekor, kerbau sebanyak 16.647
ekor, kambing sebanyak 77.839 ekor, domba sebanyak 20.659 ekor, kuda sebanyak
14 ekor, ayam sebanyak 496.158 ekor dan itik sebanyak 191.710 ekor. Kegiatan
peternakan ini tersebar di setiap kecamatan di Wilayah Kabupaten Bireuen.

Kehutanan :

Sebagian wilayah Kabupaten Bireuen adafah hutan sehingga mempunyai pengaruh


yang cukup besar terhadap kelestarian lingkungan. Sebaran wilayah yang
mempunyai potensi kehutanan di Kabupaten Bireuen tersebar pada wilayah bagian
selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Pidie dan Aceh Tengah meliputi.
Kecamatan Samalanga dan Pandrah.

Pertambangan dan Energi :

Jenis bahan tambang yang banyak tersebar di wilayah Kabupaten Bireuen adalah
dari kelompok bahan tambang galian C berupa andesit, batu pasir, pasir sungai,
kerikil, sirtu, koral, batu apung dan sebagainya yang banyak dimanfaatkan untuk
pembangunan. Bahan tambang ini tersebar hampir di tiap kecamatan dalam wilayah
Kabupaten Bireuen.

Pariwisata :

Obyek-obyek wisata di Kabupaten Bireuen antara dapat dikelompokkan menjadi


tiga bagian yaitu wisata alam, wisata budaya dan wisata pantai. Objek wisata alam
yang terdapat di Kabupaten Bireuen yang telah teridentifikasi dan dapat
dikembangkan terdiri dari 8 objek diantaranya Pemandian Krueng Batee llik,
Pemandian Krueny Simpo, Panorama Cot Panglima, lrigasi Teupin Mane, Paya
Kareueng, Irigasi Pante Lhong, Air Terjun Ciraceuk dan Paya Nie. Objek wisata ini
banyak dikunjungi masyarakat yang berasal dari kota Lhokseumawe dan sekitarnya.

LAPORAN AKHIR II- 93


BRR
NAD - Nias

Sementara wisata budaya terdiri dari 15 objek diantaranya Tugu Perjuangan Batee
llik, Rumah Adat dan Makam Tgk. Awe Geutah, Mesjid Kuta Blang dan peninggalan
sejarah lainnya. Sedangkan wisata pantai yang baru teridentifikasi meliputi Pantai
Reuleng Manyang di Calok Kecamatan Samalanga dan Pantai Ujong Blang di
Kecamatan Jeumpa.

Perdagangan :

Kabupaten Bireuen mempunyai potensi besar dibidang perdagangan karena letaknya


yang sangat strategis di persimpangan jalan menuju ke Kabupaten Aceh Tengah.
Sehingga secara otomatis, kebutuhan penduduk sebagian Wilayah Kabupaten Aceh
Tengah di suplai dari Kota Bireuen. Dengan demikian perkembangan sektor
perdagangan di Wilayah Kabupaten Bireuen di masa-masa yang akan datang
menjadi suatu sektor ekonomi yang sangat potensial untuk pendapatan wilayah ini.
Dengan berkembangnya sektor perdagangan, maka akan menstimulasi
perkembangan sektor-sektor lainnya sebagai dampak dari pengaruh perkembangan
sektor perdagangan dan jasa.

G. Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bireuen yang secara keseluruhan


dihitung dari PDRB merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat pertumbuhan
sektoralnya. Apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi besar dan
pertumbuhannya melambat, maka dalam hal ini akan menghambat tingkat
pertumbuhan secara keseluruhan. Sebaliknya apabila sebuah sektor mempunyai
kontribusi yang besar terhadap totalitas perekonomian, maka apabila sektor
tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi, maka sektor tersebut otomatis
akan menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Pada tahun 1999 perekonomian Kabupaten Bireuen mulai menunjukkan peningkatan


walaupun pertumbuhannya masih -0,56 %, namun bila dibandingkan dengan laju
pertumbuhan ekonomi Provinsi NAD yang -1,33 %, perekonomian Kabupaten Bireuen
relatif lebih baik. Peningkatan ini terus berlanjut hingga tahun 2002, dimana
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bireuen sudah mencapai 2,26 %, sedangkan pada
tahun yang sama pertumbuhan ekonomi Provinsi NAD relatif lebih baik yaitu 3,16 %.

LAPORAN AKHIR II- 94


BRR
NAD - Nias

Tabel 2.30 - PDRB Kabupaten Bireuen Menurut Lapangan Usaha


Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 – 2002 (Jutaan Rupiah)
LAPANGAN USAHA 1993 1999 2000 2001*) 2002**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1.PERTANIAN 233.573,76 274.784,49 276.860,71 280.079,80 285.194,20
1.1. Tanaman Bahan Makanan 142.601,74 119.354,24 120.113,12 120.954,21 122.824,35
1.2. Tanaman Perkebunan 7.413,97 14.164,18 13.461,63 13.613,43 13.835,12
1.3. Peternakan 18.574,88 47.259,05 48.819,07 49.653,50 50.535,39
1.4. Kehutanan 4.096,27 4.764,10 4.260,15 4.139,15 4.106,86
1.5. Perikanan 60.886,90 89.242,92 90.206,74 91.719,51 93.892,48
2.PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4.590,50 8.033,41 7.888,81 7.926,11 8.042,69
2.1. Pertambangan Minyak dan Gas - - - - -
2.2. Penggalian dan Penggaraman 4.590,50 8.033,41 7.888,81 7.926,11 8.042,69
3.INDUSTRI PENGOLAHAN 14.958,56 15.750,72 15.639,57 15.744,24 15.807,68
3.1. Industri Migas - - - - -
3.2. Industri tanpa Migas 900,95 1.251,05 1.158,93 1.149,83 1.162,97
3.3. Industri Kecil dan Rumah Tangga 14.057,61 14.499,67 14.480,64 14.594,41 14.644,71
4.LISTRIK DAN AIR MINUM 1.281,93 2.236,84 2.251,61 2.318,42 2.368,22
4.1. Listrik 1.271,66 2.219,47 2.232,52 2.297,32 2.346,26
4.2. Air Minum 10,27 17,37 19,09 21,10 21,96
5.BANGUNAN/KONTRUKSI 42.354,07 34.192,34 34.353,04 34.436,48 34.851,92
6.PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 60.833,11 74.902,94 74.812,76 75.249,68 76.185,60
6.1. Perdagangan 56.235,76 66.935,11 67.102,45 67.619,37 68.561,59
6.2. Restoran/Rumah Makan 4.208,51 7.346,19 7.203,67 7.220,13 7.234,13
6.3. Hotel 388,84 621,64 506,64 410,18 389,88
7.PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 34.469,93 78.879,45 79.803,00 80.638,93 83.355,53
7.1. Pengangkutan Jalan Raya (Darat) 26.998,37 52.766,13 63.556,18 63.934,91 65.086,19
7.2. Pengangkutan Laut, Sungai dan Danau - - - - -
7.3. Pengangkutan Udara - - - - -
7.4. Jasa Penunjang Angkutan 125,02 105,34 106,72 108,01 110,10
7.5. Komunikasi 7.346,54 16.007,98 16.140,10 16.596,01 18.159,24
8.KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 14.298,17 9.207,72 13.242,74 17.498,26 20.112,30
8.1. Bank 4.288,06 -2.789,40 1.134,42 5.262,75 7.707,28
8.2. Lembaga Keuangan Tanpa Bank' 291,54 423,65 431,45 438,21 449,94
8.3. Jasa Penunjang Keuangan - - - - -
8.4. Sewa Bangunan 8.532,38 10.571,78 10.671,15 10.786,03 10.931,36
8.5. Jasa Perusahaan 1.186,19 1.001,69 1.005,72 1.011,27 1.023,72
9.JASA-JASA 69.453,98 74.030,86 72.684,93 73.730,44 74.962,49
9.1. Pemerintahan Umum 69.232,66 73.447,38 72.077,35 73.101,19 74.320,91
9.2. Sosial Kemasyarakatan 136,56 430,20 446,60 460,06 469,66
9.3. Hiburan, Rekreasi dan Kebudayaan 35,21 72,16 70,76 71,16 70,61
9.4. Perorangan dan Rumah Tangga 49,55 81,12 90,22 98,03 101,31
PDRB BERLAKU 475.814,01 572.018,77 577.537,17 587.622,36 600.880,63
*) Angka Diperbaiki
**) Angka Sementara
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen

LAPORAN AKHIR II- 95


BRR
NAD - Nias

Tabel 2.31 - Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bireuen dan Provinsi NAD


(Non Migas) Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 1999 – 2002
Kabupaten Bireuen Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Lapangan Usaha
1999 2000 2001 2002 1999 2000 2001 2002
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 . Pertanian -1,42 0,76 1,16 1,83 0,65 1,51 0,39 2,76
2 . Pertambangan dan Penggalian -7,12 -1,80 0,47 1,47 -2,68 -3,61 3,56 3,49
3 . Industri Pengolahan 0,80 -0,71 0,67 0,40 15,68 -11,21 -4,57 3,48
4 . Listrik dan Air Minum 12,55 0,66 2,97 2,15 5,09 -8,10 0,85 -1,31
5 . Bangunan/Kontruksi -21,99 0,47 0,,24 1,21 -18,73 2,19 3,54 4,00
6 . Perdagangan, hotel dan Restoran -2,54 0,12 0,58 1,24 -3,38 -1,17 2,89 4,47
7 . Pengangkutan dan Komunikasi 5,00 1,17 1,05 3,37 4,43 4,38 3,63 5,31
8 . Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3305,35 43,82 32,13 14,94 -356,32 51,58 29,65 -6,75
9 . Jasa-jasa 0,64 -1,82 1,44 1,67 0,52 1,30 1,55 2,30
PDRB -0,56 0,96 1,75 2,26 -1,33 0,52 1,56 3,16
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen

H. PDRB Per Kapita dan Pendapatan Regional Per Kapita

Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita merupakan hasil bagi antara PDRB
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, sedangkan Pendapatan Regional Per
Kapita diperoleh dari hasil bagi anatara Produk Domestik Regional Netto (PDRN)
atas biaya faktor produksi (PDRB yang telah dikurangi penyusutan dan pajak tak
langsung) dengan penduduk pertengahan tahun.

Pada tahun 2002 PDRB per kapita Kabupaten Bireuen berdasarkan atas dasar harga
berlaku (ADHB) senilai 5,40 juta rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 12,07 %
dibandingkan tahun 2001 yang senilai 4,82 juta rupiah. Begitu pula halnya dengan
pendapatan regional per kapita pada tahun 2002 naik sebesar 12,42 % senilai 4,85
juta rupiah. Sementara dibandingkan dengan Provinsi NAD, PDRB Provinsi NAD pada
tahun 2002 hanya sebesar 4,69 juta rupiah sedangkan pendapatan per kapitanya
hanya sebesar 4,28 juta rupiah.

Jika dilihat PDRB per kapita Kabupaten Bireuen berdasarkan atas dasar harga
konstan (ADHK) 1993, pada tahun 2002 senilai 1,72 juta rupiah atau mengalami
kenaikan sebesar 0,75 % dibandingkan tahun 2001 yang senilai 1,71 juta rupiah.
Begitu pula halnya dengan pendapatan regional per kapita pada tahun 2002 naik
sebesar 0,88 % senilai 1,48 juta rupiah. Sementara dibandingkan dengan Provinsi

LAPORAN AKHIR II- 96


BRR
NAD - Nias

NAD, PDRB Provinsi NAD pada tahun 2002 hanya sebesar 1,53 juta rupiah sedangkan
pendapatan per kapitanya hanya sebesar 1,34 juta rupiah.

Tabel 2.32 - Perbandingan PDRB Per Kapita Kabupaten Bireuen dan


Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Kabupaten Bireuen Provinsi Nanggroe Aceh Darussalan
Tahun Nilai (Rupiah) Pertumbuhan Nilai (Rupiah) Pertumbuhan
(% (%
(1) (2) (3) (4) (5)
ADHB
1999 3.760.938,68 23,50 3.288.455,75 21,96
2000 4.265.910,35 13,43 3.722.343,38 13,19
2001 4.819.275,74 12,97 4.152.931,18 11,57
2002 5.400.977,39 12,07 4.685.488,35 12,85
ADHK
1999 1.655.988,36 -2,28 1.464.035,57 -2,98
2000 1.698.284,09 1,94 1.520.628,18 3,87
2001 1.710.715,89 0,73 1.495.346,81 -1,65
2002 1.723.558,15 0,75 1.533.737,37 2,57
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen

Tabel 2.33 - Perbandingan Pendapatan Regional Per Kapita


Kabupaten Bireuen dan Provinsi NAD Tahun 1999 – 2002
Kabupaten Bireuen Provinsi Nanggroe Aceh Darussalan
Tahun Nilai (Rupiah) Pertumbuhan Nilai (Rupiah) Pertumbuhan
(% (%
(1) (2) (3) (4) (5)
ADHB
1999 3.433.594,11 24,02 2.972.320,90 22,75
2000 3.857.666,84 12,35 1.369.548,30 13,36
2001 4.318.119,13 11,94 3.784.660,85 12,32
2002 4.854.588,64 12,42 4.284.817,07 13,22
ADHK
1999 1.463.489,23 -3,38 1.287.663,79 -2,93
2000 1.472.560,41 0,62 1.333.494,76 3,56
2001 1.462.938,02 0,65 1.309.052,94 -1,83
2002 1.475.756,88 0,88 1.339.983,69 2,36

Sumber : BPS Kabupaten Bireuen

2.4 ISU PERMASALAHAN TATA RUANG KABUPATEN BIREUEN

Berdasarakan data yang dikumpulkan serta masukan dari Pemda Kabupaten


Bireuen, terdapat beberapa isu permasalahan tata ruang yang ada di Kabupaten
Bireuen sebagai berikut :

LAPORAN AKHIR II- 97


BRR
NAD - Nias

1. Dengan mengacu pada hasil review RTRW Kab. Bireuen yang ada saat ini
disimpulkan bahwa RTRW Kabupaten Bireuen saat ini memerlukan revisi secara
menyeluruh.

2. Dalam rangka meminimasi dampak tsunami di Kabupaten Bireuen di masa


mendatang, maka konsep Rencana Tata Ruang Kabupaten Bireuen, khususnya
pada wilayah pesisir, perlu memberi penekanan khusus pada aspek mitigasi
bencana.

3. Dari aspek lingkungan dan sumber daya alam, permasalahan yang mendesak
adalah :

a. Adanya indikasi kerusakan kawasan resapan dan tangkapan air (catchment


area) di wilayah hulu dari beberapa sungai yang ada, antara lain meliputi :
S. Peudada, S. Peusangan, S. Padrah dan S. Jeunieb. Hal ini telah
mengakibatkan sering terjadinya banjir pada wilayah hilir khususnya di
musim hujan, serta erosi sungai yang menyebabkan terjadinya sedimentasi
pada muara sungai, yang paling parah terjadi di S. Peusangan.

b. Kerusakan hutan mangrove yang sudah sangat memprihatinkan,


disebabkan oleh perluasan kawasan permukiman dan areal pertambakan di
pesisir, yang mengakibatkan abrasi pantai dan dampak ikutan lainnya.

c. Adanya potensi sumber daya air bersih yang cukup besar di S. Batuilie,
yang dapat dimanfaatkan, antara lain untuk : pemenuhan kebutuhan air
bersih masyarakat, perluasan sistem jaringan irigasi, penyediaan air bersih
untuk rencana kws. Industri Batee Geulungku, dan rencana Pelabuhan di
Simpang Mamplam.

d. Adanya potensi pasir besi di Mon Kelayu yang belum dimanfaatkan secara
optimal.

4. Dari aspek sosial-ekonomi, permasalahan yang mendesak adalah sebagai


berikut :

a. Perlunya mendorong realisasi beberapa rencana strategis Kabupaten


Bireuen (lihat gambar 2.20), meliputi : pengembangan kws. Industri Batee
Geulungku, pengembangan pelabuhan di Simpang Mamplam, pengembangan

LAPORAN AKHIR II- 98


BRR
NAD - Nias

Gambar 2.20 – Rencana Strategis Kabupaten Bireuen

LAPORAN AKHIR II- 99


BRR
NAD - Nias

industri bio-diesel di Teupin Manee, pengembangan industri alat pertanian di


Kuta Blang, pengembangan industri pengolahan pasir besi di Mon Keulayu,
dan pengembangan Pasar Hewan di Geurughok, antara lain melalui : promosi
kepada investor, penyiapan kebijakan dan peraturan pendukung, serta
penyediaan prasarana dan sarana yang memadai.

b. Perlunya pengembangan SDM yang dapat mendukung pengembangan


sumber daya alam dan perekonomian di Kab. Bireuen, antara lain : melalui
pengembangan lembaga-lembaga pendidikan keterampilan sesuai dengan
kebutuhan yang ada.

c. Perlunya pengembangan potensi sektor pertanian yang ada di kabupaten


Bireun saat ini, antara lain melalui : upaya intensifikasi dan ekstensifikasi,
pengembangan bibit unggul, dll, khususnya pada kawasan sentra produksi
pertanian yang terdapat di Kecamatan Samalanga, Peusangan dan
Gandapura.

d. Perlunya merehabilitasi areal pertambakan yang rusak paska tsunami, dan


pengebangan potensi pertambakan Kabupaten Bireuen, sehingga dapat
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDRB daerah.

e. Potensi perikanan dan kelautan yang ada di Kab. Bireuen, dengan


komoditas andalan ikan cakalang dan tuna, juga perlu didorong lagi
pengembangannya, antara lain melalui : pemberian fasilitas kredit lunak
bagi nelayan untuk pemilikan perahu motor dan perlengkapannya,
pembangunan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI), pembangunan TPI (Tempat
Pelelangan Ikan), serta pemberian subsidi BBM kepada nelayan sesuai
kebutuhan.

5. Dari aspek prasarana dan sarana, permasalahan yang mendesak adalah :

a. Perlunya rehabilitasi dan rekonstruksi parasarana dan sarana yang rusak


akibat dampak tsunami, dimana untuk tahap pertama diusulkan pada
desa-desa yang terkena dampak tsunami pada kecamatan prioritas.

LAPORAN AKHIR II- 100


BRR
NAD - Nias

b. Perlunya meningkatkan kinerja prasarana dan sarana transportasi, dalam


rangka mengingkatkan aksesibilitas antara kota Bireuen sebagai ibukota
Kabupaten dengan :
• Pusat-pusat kegiatan di wilayah eksternal (kota Banda Aceh, Medan, dan
Takengon),
• Kota-kota kecamatan yang ada,
• Rencana kawasan industri Batee Geulungku dan rencana Pelabuhan di
Simpang Mamplam,
• Kawasan Industri Bio Diesel di Teupin Manee, dan industri alat pertanian
di Kuta Blang,
• Sentra produksi pertanian di Kec. Samalanga, Peusangan, dan Gandapura,
• Lokasi PPI dan TPI yang ada, sentra produksi perikanan tambak, Pasar
Hewan di Geurughok, dan lokasi pasir besi di Mon Kelayu.

c. Perlunya memprioritaskan program pengembangan prasarana dan sarana


transportasi di Kabupaten Bireuen, karena dengan terbukanya akses antara
pusat-pusat kegiatan (termasuk pusat kecamatan), sentra-sentra produksi,
lokasi bahan baku, kawasan industri pengolahan, pasar, dan outlet
(Pelabuhan, Bandar Udara), diharapkan akan dapat menjadi stimulan untuk
men”generate” perkembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi di Kab.
Bireuen.

LAPORAN AKHIR II- 101


BRR
NAD - Nias

PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KABUPATEN BIREUEN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM


BRR
NAD - Nias

3.1 PEMILIHAN KECAMATAN PRIORITAS

3.1.1. KRITERIA KECAMATAN PRIORITAS

Kriteria yang digunakan untuk pemilihan kecamatan prioritas untuk penyusunan


Rencana Tindak (Action Plan) Kecamatan (Kecamatan Reconstruction Plan) di
Kabupaten Bireuen adalah mengacu pada arahan dalam Kerangka Acuan Kerja
(TOR), yakni : kecamatan yang terkena dampak tsunami, dengan klasifikasi
kerusakan : rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan. Semakin banyak jumlah
desa yang terkena dampak tsunami pada suatu kecamatan, dan semakin berat
tingkat kerusakan akibat dampak tsunami, maka kecamatan bersangkutan semakin
prioritas untuk ditangani.

3.1.2. PEMILIHAN KECAMATAN PRIORITAS

Dengan menggunakan metode pembobotan terhadap kriteria yang telah dijelaskan


sebelumnya, serta menggunakan data Podes 2005 (dari BRR NAD-Nias), maka dapat
diperoleh urutan prioritas dari setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Bireuen,
seperti disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.1 – Pemilihan Kecamatan Prioritas Kabupaten Bireuen

Jumlah Tingkat Kerusakan Total Nilai Urutan


No. Nama Kecamatan Bobot Score
Desa Akibat Tsunami Kecamatan Prioritas
1 SAMALANGA 30 Tidak Rusak 0 0 37 2
11 Rusak Sedang 2 22
5 Rusak Berat 3 15
2 SIMPANG MAMPLAM 21 Tidak Rusak 0 0 34 3
1 Rusak Ringan 1 1
15 Rusak Sedang 2 30
1 Rusak Berat 3 3
3 PANDRAH 16 Tidak Rusak 0 0 2
2 Rusak Ringan 1 2
4 JEUNIB 30 Tidak Rusak 0 0 17 4.a
1 Rusak Ringan 1 1
5 Rusak Sedang 2 10
2 Rusak Berat 3 6
5 PEULIMBANG 15 Tidak Rusak 0 0 4 7
4 Rusak Sedang 1 4
6 PEUDADA 33 Tidak Rusak 0 0 17 4.b
1 Rusak Ringan 1 1
8 Rusak Sedang 2 16
7 JULI 21 Tidak Rusak 0 0 0 8

LAPORAN AKHIR III - 1


BRR
NAD - Nias

Jumlah Tingkat Kerusakan Total Nilai Urutan


No. Nama Kecamatan Bobot Score
Desa Akibat Tsunami Kecamatan Prioritas
8 JEUMPA 28 Tidak Rusak 0 0 17 4.c
7 Rusak Sedang 2 14
1 Rusak Berat 3 3
9 KOTA JUANG 22 Tidak Rusak 0 0 0 8
10 KUALA 16 Tidak Rusak 0 0 8 6
1 Rusak Ringan 1 1
2 Rusak Sedang 2 4
1 Rusak Berat 3 3
11 JANGKA 21 Tidak Rusak 0 0 45 1
3 Rusak Ringan 1 3
21 Rusak Sedang 2 42
12 PEUSANGAN 56 Tidak Rusak 0 0 17 4.d
5 Rusak Ringan 1 5
6 Rusak Sedang 2 12

13 PEUSANGAN SELATAN 19 Tidak Rusak 0 0 0 8


14 PEUSANGAN SIBLAH KRUENG 19 Tidak Rusak 0 0 0 8
15 MAKMUR 26 Tidak Rusak 0 0 0 8
16 GANDA PURA 34 Tidak Rusak 0 0 9 5
3 Rusak Sedang 2 6
1 Rusak Berat 3 3
17 KUTA BLANG 39 Tidak Rusak 0 0 0 8

Sumber : Hasil Analsis

Dari tabel di atas, terlihat bahwa terdapat 4 (empat) kecamatan yang memiliki nilai
yang sama pada urutan prioritas ke-4. Disamping itu, berdasarkan usulan atau
masukan dari Bappeda Kabupaten Bireuen juga terdapat 2 (dua) kecamatan lagi
yang perlu diprioritaskan, karena terdapat program prioritas Kabupaten, yakni :
kecamatan Gandapura dan Kuala. Dengan demikian, berdasarkan hasil penilaian di
atas, sekaligus menampung keinginan pihak Pemda Kabupaten, maka ditetapkan 9
(sembilan) kecamatan prioritas Kabupaten Bireuen, sebagai berikut :

1. Kecamatan Jangka,
2. Kecamatan Samalanga,
3. Kecamatan Simpang Mamplam,
4. Kecamatan Jeunib,
5. Kecamatan Peudada,
6. Kecamatan Jeumpa,
7. Kecamatan Peusangan,
8. Kecamatan Gandapura,
9. Kecamatan Kuala.

LAPORAN AKHIR III - 2


BRR
NAD - Nias

GAMBAR 3.1 – Peta Delineasi Kawasan Perencanaan

LAPORAN AKHIR III - 3


BRR
NAD - Nias

3.2 PROSES DAN METODE PENYUSUNAN RENCANA TINDAK (ACTION


PLAN) KECAMATAN PRIORITAS DAN PENETAPAN URUTAN
PRIORITAS DESA UNTUK “VILLAGE PLANNING”

3.2.1 PROSES DAN METODE PENYUSUNAN RENCANA TINDAK (ACTION PLAN)


KECAMATAN PRIORITAS

Penyusunan rencana tindak (action plan) kecamatan prioritas dilakukan melalui


serangkaian proses kegiatan (lihat gambar 3.2) sebagai berikut :

1. Identifikasi Permasalahan Yang Ada pada Kawasan Perencanaan di


Kecamatan Terpilih

Dalam kegiatan ini dilakukan pengumpulan data kawasan perencanaan, meliputi


data-data yang telah dijelaskan secara rinci pada Bab I (sub bab 1.4.2).
Kemudian dari data-data tersebut selanjutnya diolah dalam rangka
mengidentifikasi kondisi dan permasalahan yang ada di kawasan perencanaan,
yang secara garis besar meliputi aspek : daya dukung fisik dan lingkungan,
sosial-ekonomi dan budaya, permukiman dan bangunan, serta prasarana dan
sarana, dan tata ruang. Selanjutnya, berbagai permasalahan yang ada tersebut,
dievaluasi guna mengetahui permasalahan mendesak (prioritas) pada setiap
aspek yang perlu segera ditangani.

2. Analisis Kebutuhan Program Penanganan

Secara garis besar, analisis ini meliputi :

a. Analisis Pengembangan Sosial-Ekonomi dan Budaya

Analisis ini ditujukan guna mengidentifikasi kebutuhan penanganan


masalah sosial, ekonomi dan budaya yang mendesak, serta merumuskan
kerangka pengembangan sosial-ekonomi dan budaya, atau sistem kegiatan
kawasan perencanaan di masa mendatang. Analisis ini antara lain meliputi:
analisis kebutuhan pengembangan sumber daya manusia, analisis proyeksi
penduduk, kebutuhan pengembangan ekonomi kawasan, jenis kegiatan dan

LAPORAN AKHIR III - 4


BRR
NAD - Nias

Gambar 3.2 – Bagan Alir Proses Penyusunan Rencana Tindak (Action) Plan di
9 Kecamatan Terpilih

LAPORAN AKHIR III - 5


BRR
NAD - Nias

sektor-sektor uggulan, proyeksi investasi, kebutuhan pengembangan budaya,


dll.

b. Analisis Penataan Ruang

Analisis ini ditujukan guna mengidentifikasi kebutuhan penanganan


masalah tata ruang yang mendesak, serta merumuskan kerangka
penataan ruang dari sistem kegiatan yang akan dikembangkan di masa
mendatang (dari hasil analisis sebelumnya). Analisis ini antara lain meliputi
: analisis kesesuaian lahan kawasan lindung dan budidaya, analisis kebutuhan
lahan pengembangan kegiatan budidaya, analisis pengelolaan kawasan
lindung dan kawasan budidaya (termasuk kebutuhan penanganan masalah
lingkungan), analisis penataan struktur ruang, dan pusat-pusat pelayanan,
analisis pembagian unit-unit lingkungan, analisis pengelolaan kawasan
perkotaan, perdesaan, tertentu, dll.

c. Analisis Pengembangan Permukiman dan Pengelolaan Bangunan

Analisis ini ditujukan guna mengidentifikasi kebutuhan penanganan


masalah permukiman dan bangunan yang mendesak, serta merumuskan
kerangka pengembangan permukiman pada kawasan perencanaan di masa
mendatang. Analisis ini antara lain meliputi : analisis kebutuhan rehabilitasi
dan rekonstruksi permukiman yang terkena dampak tsunami, analisis
kebutuhan unit rumah dan lahan pengembangan baru (untuk relokasi atau
memenuhi permintaan di masa mendatang), analisis kesesuaian lahan untuk
permukiman (dapat dari hasil analisis sebelumnya), pengembangan pusat-
pusat permukiman, analisis tata letak dan tata bangunan kawasan
permukiman, dll.

d. Analisis Pengembangan Prasarana dan Sarana

Analisis ini ditujukan guna mengidentifikasi kebutuhan penanganan


masalah pelayanan prasarana dan sarana yang mendesak, serta
kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana kawasan perencanaan di
masa mendatang. Secara garis besar analisis ini meliputi : analisis
kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana dan sarana yang terkena
dampak tsunami secara langsung atau tidak langsung, serta analisis

LAPORAN AKHIR III - 6


BRR
NAD - Nias

kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana dalam rangka memenuhi


permintaan di masa mendatang. Adapun jenis prasarana dan sarana yang
dikaji di sini antara lain meliputi prasarana dan sarana : transportasi,
pengendalian banjir dan pengaman pantai, pengairan (irigasi), air bersih
dan air limbah, pemerintahan, sosial dan ekonomi (perdagangan,
pendidikan, kesehatan, peribadatan, olahraga, taman, rekreasi, dan
budaya), telekomunikasi dan energi (listrik). Dalam analisis ini digunakan
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang,
Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum yang termuat dalam
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001 (disajikan pada Lampiran).

3. Perumusan Konsep dan Strategi Pengembangan Kawasan

Konsep dan strategi pengembangan kawasan perencanaan di Kecamatan


Prioritas dirumuskan berdasarkan hasil analisis kebutuhan penanganan
kecamatan prioritas, arah kebijaksanaan dan rencana yang termuat dalam
Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias dan RTRW Kabupaten
Bireun, serta masukan dari pihak Pemberi Tugas. Adapun konsep dan strategi
pengembangan yang dirumuskan di sini, antara lain meliputi :

a. Visi, Misi dan Konsep Dasar Pengembangan, (termasuk konsep penataan


ruang kawasan perencanaan).

b. Strategi Pengembangan Kawasan, meliputi :

¾ Strategi Pengembangan Sosial Ekonomi dan Budaya, mencakup :


strategi pengembangan sumber daya manusia, alokasi penduduk, strategi
pengembangan ekonomi, sektor-sektor uggulan, dan investasi, serta
strategi pengembangan budaya.

¾ Strategi Penataan Ruang, meliputi : strategi pengelolaan kawasan


lindung dan kawasan budidaya (termasuk pengelolaan lingkungan),
strategi penataan ruang kegiatan, pusat-pusat pelayanan, dan pembagian
unit-unit lingkungan, serta strategi pengelolaan kawasan perkotaan,
perdesaan, dan tertentu.

LAPORAN AKHIR III - 7


BRR
NAD - Nias

¾ Strategi Pengembangan Permukiman dan Pengelolaan Bangunan,


meliputi : strategi rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman yang terkena
dampak tsunami, serta strategi pengembangan permukiman secara
keseluruhan (peruntukan kawasan permukiman, strategi penyediaan
lahan permukiman, kebutuhan jumlah unit rumah, tipe rumah, pusat-
pusat permukiman, tata letak dan tata bangunan, pengaturan KDB dan
KLB, strategi pembiayaan pembangunan, organisasi pembangunan,
pentahapan pembangunan, dll).

¾ Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana, meliputi : strategi


rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana dan sarana yang terkena dampak
tsunami, serta strategi pengembangan prasarana dan sarana secara
keseluruhan (strategi peningkatan pelayanan, strategi penyediaan
prasarana dan sarana, proses penyiapan yang diperlukan, penyediaan
lahan, strategi pembiayaan, organisasi pembangunan, pentahapan
pembangunan, dll.

Secara lengkap hasil rumusan konsep dan strategi pengembangan di 9 (sembilan)


kecamatan terpilih disajikan pada sub bab 3.3.

4. Penyusunan Draft Rencana Tindak (Action Plan) Kecamatan Prioritas

Secara garis besar Draft Rencana Tindak (Action Plan) Kecamatan Prioritas
dirumuskan berdasarkan :

a. Hasil identifikasi permasalahan dan analisis kebutuhan program penanganan


kecamatan prioritas yang telah dijelaskan sebelumnya.

b. Konsep dan Strategi Pengembangan yang telah dirumuskan sebelumnya,

c. Hasil kompilasi dan evaluasi usulan program dari :

• Pemda Kabupaten Bireun (Dinas-dinas/Instansi terkait),

• Pemerintah Kecamatan terpilih (9 kecamatan),

• Buku Rencana Program hasil Musrenbang Kabupaten Bireun,

• Lembaga NGO (Non Government Organization) Lokal dan Internasional


yang memberikan bantuan di Kabupaten Bireuen,

LAPORAN AKHIR III - 8


BRR
NAD - Nias

5. Sosialisasi Draft Rencana Tindak (Action Plan) dan Pelaksanaan FGD di


Kecamatan Terpilih

Berdasarkan hasil penyusunan Draft Rencana Tindak (Action Plan) yang telah
dijelaskan sebelumnya, selanjutnya dilakukan sosialisasi draft rencana tindak
kepada masyarakat (perwakilan masyarakat) yang ada di kecamatan terpilih.
Sosialisasi ini ditujukan guna menyepakati draft rencana tindak yang telah
disusun sebelumnya, melalui pelaksanaan forum diskusi FGD (Focus Group
Discussion) di setiap Kecamatan.

Dalam hal ini konsultan telah merencanakan pelaksanaan sosialisasi dan FGD di
Kecamatan terpilih pada tanggal 15 sampai 20 Mei 2006. Namun pada tahap
persiapan pelaksanaan sosialisasi ini, konsultan mendapat informasi dan
tanggapan baik dari pihak Pemda Kabupaten maupun dari pihak kecamatan,
bahwa pelaksanaan FGD dengan melibatkan masyarakat yang ada di
Kabupaten Bireuen sulit dilaksanakan, karena pihak kecamatan dan
masyarakat telah berulang kali melaksanakan FGD yang dilakukan oleh
beberapa lembaga NGO dan dijanjikan berbagai program bantuan, namun
sampai saat ini belum ada realisasinya. Sebagai solusinya, pihak Pemda
Kabupaten Bireun (Bappeda Kabupaten) memberikan bahan buku usulan
program dari hasil penjaringan aspirasi masyarakat melalui FGD yang telah
dilaksanakan oleh Pemda Kabupaten Bireun bekerjasama dengan Lembaga
NGO dari Perancis pada tahun 2005.

Selanjutnya konsultan, menggabungkan bahan Draft Rencana Tindak (Action


Plan) yang telah disusun sebelumnya dengan bahan usulan program dari hasil
penjaringan aspirasi masyarakat (melalui FGD) yang pernah dilakukan tahun
2005, menjadi Draft Rencana Tindak yang baru (telah dimutahirkan). Dalam
rangka “cross check” atau “validitas” terhadap Draft Rencana Tindak yang
baru ini, konsultan melakukan survai wawancara (kuestioner) secara
langsung kepada masyarakat di kecamatan terpilih. Secara garis besar survai
ini dilakukan untuk mengetahui :

a. Kesesuaian Draft Rencana Tindak (Action Plan) yang baru terhadap aspirasi
masyarakat.

LAPORAN AKHIR III - 9


BRR
NAD - Nias

b. Kelengkapan dan kekurangan dari Draft Daftar (List) Rencana Tindak (Action
Plan) yang baru terhadap Aspirasi Mayarakat.

c. Tingkat kepentingan (prioritas) dari setiap jenis program yang diusulkan


dalam Daftar (List) yang ada.

d. Saran-saran dari masyarakat yang penting diperhatikan dalam rangka


pelaksanaan pembangunan di Kecamatan terpilih.

Survai wawancara (kuestioner) kepada masyarakat di kecamatan terpilih


dilaksanakan pada tanggal 22 sampai 27 Mei 2006. Dalam survai ini diambil 10
(sepuluh) sampel responden untuk setiap kecamatan. Adapun hasil dari survai
ini adalah sebagai berikut :

a. Bahwa sebagian besar responden (79 %) menyatakan bahwa Daftar


Rencana Tindak yang telah diusulkan telah sesuai dengan aspirasi
masyarakat, sisanya 17 % responden menyatakan bahwa sebagian besar
usulan program telah sesuai, dan hanya 4 % responden yang menyatakan
bahwa hanya sebagian kecil usulan program yang telah sesuai.

b. Sebanyak 10 % responden menambahkan usulan program lainnya yang


dianggap penting namun tidak termuat dalam Daftar yang ada.

c. Bahwa sebagian besar responden (71 %) menyatakan bahwa jenis program


yang paling prioritas adalah program jalan, selanjutnya berturut-turut
adalah program rehabilitasi rekonstruksi perumahan yang terkena dampak
tsunami, program pembangunan sarana air bersih dan sanitasi, program
pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan, program penyediaan listrik,
program pemberdayaan ekonomi, masyarakat miskin, petani dan nelayan,
program penanganan banjir dan pengamanan pantai, program pembangunan
sarana dan prasarana irigasi, serta terakhir adalah program pembangunan
sarana dan prasarana pemerintahan kecamatan.

d. Bahwa sebagian besar responden (79 %) tidak mengisi saran-saran dalam


pelaksanaan pembangunan kecamatan, dan hanya 21 % yang mengisi saran-
saran. Dari hasil pengisian saran-saran ini, sebagian besar responden
menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan yang dilakukan di

LAPORAN AKHIR III - 10


BRR
NAD - Nias

kecamatan bersangkutan perlu : melibatkan masyarakat setempat dalam


pelaksanaannya, memperhatikan adat-istiadat dan budaya setempat,
memanfaatkan semaksimal mungkin ketersediaan sumber daya (SDA dan
SDM) setempat yang ada.

6. Penyusunan dan Penetapan Rencana Tindak (Action Plan) Kecamatan Terpilih

Selanjutnya dengan menambahkan dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat


dari hasil pelaksanaan survai wawancara (kuestioner) yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka disusun Rencana Tindak (Action Plan) untuk 9 (sembilan)
kecamatan terpilih yang akan disajikan dalam pembahasan masing-masing
kecamatan (sub bab 3.4 sampai 3.12).

3.2.2 PROSES DAN METODE PENETAPAN DESA PRIORITAS UNTUK “VILLAGE


PLANNING”

A. Kriteria Penilaian Prioritas Desa

Dalam rangka menetapkan desa-desa prioritas, dimana hal ini terkait dengan
keperluan untuk perencanaan Desa (Village Planning), maka berikut ini dirumuskan
tentang kriteria prioritas desa. Secara garis besar, kriteria prioritas desa ditetapkan
mengacu pada :

1. Potensi dan Permasalahan yang ada di setiap Desa.

2. Konsep Dasar dan Strategi Pengembangan Kecamatan Prioritas yang telah


dijelaskan pada sub bab sebelumnya.

3. Aspirasi Pemda dan Masyarakat.

Dengan mengacu pada 3 (tiga) hal di atas selanjutnya dirumuskan aspek-aspek dan
indikator penilaian yang digunakan untuk penilaian prioritas desa, sebagai berikut :

1. Aspek Kerusakan Dampak Tsunami, dengan indikator yang digunakan adalah


klasifikasi kerusakan, meliputi : Rusak Berat, Rusak Sedang, Rusak Ringan, dan
Tidak Rusak. Klasifikasi kerusakan yang digunakan mengacu pada data dan
terminologi yang dikeluarkan oleh BRR NAD-Nias.

LAPORAN AKHIR III - 11


BRR
NAD - Nias

2. Aspek Sosial-Ekonomi, dengan indikator yang digunakan meliputi :

a. Jumlah Penduduk Tahun Terakhir.

b. Persentase jumlah KK Miskin Tiap Desa.

3. Aspek Ketersediaan Prasarana Utama, dengan indikator yang digunakan


meliputi:

a. Kemampuan pelayanan prasarana jalan terhadap kendaraan roda-4


dari/menuju ke desa ybs. (dapat atau tidak dapat dijangkau oleh kendaraan
roda-4).

b. Jenis permukaan jalan terluas pada desa ybs. (tanah, diperkeras


/kerikil/batu), aspal beton).

c. Ketesediaan jaringan listrik (tersedia atau tidak tersedia).

4. Aspek Kebutuhan dan Aspirasi Masyarakat, dengan indikator yang digunakan


adalah jumlah kebutuhan biaya penanganan (rencana tindak) setiap desa.

B. Pemilihan dan Penetapan Desa Prioritas Untuk “Village Planning”

Dengan mengacu pada kriteria dan indikator penilaian prioritas desa yang telah
dijelaskan sebelumnya, serta dengan menggunakan basis data Podes Tahun 2005
(Sumber : BRR NAD-Nias), selanjutnya dilakukan perhitungan dan penilaian prioritas
desa. Dalam penilaian ini, bobot dari setiap indikator yang digunakan dianggap
sama, dengan range nilai setiap indikator antara 0 – 10. Secara rinci perhitungan
dalam penilaian prioritas desa disajikan pada Lampiran. Adapun Tabel hasil
pemilihan desa prioritas dari 9 (sembilan) kecamatan terpilih disajikan dalam
pembahasan masing-masing kecamatan (sub bab 3.4 sampai 3.12).

3.3 KONSEP DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

3.3.1 KONSEP DASAR PENGEMBANGAN

Konsep dasar pengembangan Kecamatan prioritas, dirumuskan berdasarkan hasil


identifikasi kondisi dan permasalahan yang ada di kecamatan prioritas yang akan
disajikan dalam pembahasan masing-masing kecamatan (sub bab 3.4 sampai 3.12),

LAPORAN AKHIR III - 12


BRR
NAD - Nias

serta mengacu pada Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias, dan
standar-standar perencanaan yang ada. Adapun rumusan konsep dasar
pengembangan kecamatan prioritas adalah sebagai berikut :

1. Bahwa kecamatan prioritas yang sebagian besar berada di wilayah pesisir


merupakan daerah yang rawan terhadap bencana tsunami, terutama untuk
Kecamatan Samalanga dan Kecamatan Jangka. Sesuai dengan arahan sistem
zonasi Kabupaten Bireuen dalam Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi,
kawasan perencanaan pada kecamatan prioritas, termasuk dalam :

a. Zona I, yaitu zona pantai dan perikanan, dengan kegiatan utama adalah
zona penyangga (buffer zone), zona budidaya perikanan tangkap dan
perikanan budidaya, dengan kegiatan pendukung berupa pelabuhan
perikanan, serta pengembangan pelabuhan rakyat Kuala Radja, Pelabuhan
Kawasan Industri Batee Geulumpu dan Pelabuhan Perikanan Peudada sebagai
alternatif percepatan aksesibilitas perekonomian Kabupaten Bireuen.

b. Zona II, yaitu zona permukiman terbatas, meliputi kawasan di sepanjang


jalur jalan nasional ke arah Zona Pantai. Zona ini dikembangkan untuk
permukiman terbatas dan budidaya pertanian, serta memperhatikan
konstruksi bangunan (pemerintah dan masyarakat) yang tahan terhadap
gempa dan tsunami.

2. Dengan mengacu pada arahan di atas, maka konsep dasar pengembangan


kawasan permukiman di kecamatan prioritas dilakukan sebagai berikut :

a. Untuk Zona I :

• Sedapat mungkin tidak dilakukan pengembangan perumahan baru.

• Program rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan permukiman yang rusak


paska bencana tsunami pada zona ini dilakukan secara selektif, apabila
alternatif relokasi kawasan permukiman sulit dilakukan, karena berbagai
kendala yang ada.

• Pada daerah-daerah permukiman yang telah ada, dan lokasi program


rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan permukiman perlu dilengkapi

LAPORAN AKHIR III - 13


BRR
NAD - Nias

dengan jalur-jalur penyelamatan (escape roads) dan bukit-bukit


penyelamatan (escape hills). Lihat gambar 3.3 dan 3.4.

Gambar 3.3 - Sketsa Model Escape Road

Gambar 3.4 - Sketsa Model “Escape Hill”

LAPORAN AKHIR III - 14


BRR
NAD - Nias

b. Untuk Zona II :

• Pengembangan perumahan baru dilakukan secara terbatas, yakni pada


daerah-daerah yang relatif aman terhadap bencana tsunami (desa-desa
yang tidak terkena kerusakan paska tsunami tahun 2004.

• Konstruksi bangunan baru harus memperhatikan kriteria bangunan yang


tahan terhadap gempa dan tsunami.

3. Mengembangkan sabuk hijau pada kawasan lindung setempat di kawasan


perencanaan kecamatan prioritas, meliputi : Kawasan Sempadan Pantai, Sempadan
Sungai, Kawasan Sekitar Mata Air, dan Kawasan Sekitar Danau/Waduk, dimana kriteria dan
arahannya diatur dalam Keppres No. 32 Tahun 1990, sebagai berikut :

a. Sempadan Pantai, adalah daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya


proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai sekurang-kurangnya 100
m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Untuk kawasan perencanaan,
pengembangan sabuk hijau pengaman pantai ini diarahkan berupa
pengembangan ekosistem hutan bakau (mangrove).

b. Sempadan Sungai :
• Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di luar
kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di
dalam kawasan perkotaan;
• Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di
kanan kiri sungai kecil yang tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;
• Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk yang mempunyai
kedalaman tidak lebih dari 3 m;
• Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m;
• Sekurang-kurangnya 30 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 20 m;
• Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk sungai yang terpengaruh
oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau.

LAPORAN AKHIR III - 15


BRR
NAD - Nias

c. Kawasan Sekitar Mata Air, adalah kawasan dengan radius


sekurangkurangnya 200 m di sekitar mata air.

d. Kawasan Sekitar Danau/Waduk, adalah daratan sepanjang tepian waduk dan


situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan
situ sekurang-kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

4. Pengamanan dan Penanggulangan abrasi pantai dengan proteksi bangunan


pantai (sea wall, bulkheald, revretment) untuk daerah-daerah yang sudah kritis
terhadap abrasi pantai.

5. Pengendalian banjir melalui pengerukan pada daerah-daerah muara sungai yang


terindikasi mengalami penyempitan / pendangkalan.

6. Pengamanan dan Penanggulangan akresi (tanah timbul) di daerah muara dengan


proteksi bangunan pantai (jetti).

7. Mengembangkan kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan dan perkebunan


pada kawasan sentra produksi pertanian di kecamatan Samalanga, Peusangan
dan Gandapura, terutama pada area yang termasuk zona II.

8. Mengembangkan kegiatan budidaya perikanan dan pertambakan pada area yang


termasuk Zona I, dengan tetap memperhatikan konsep pengembangan sabuk
hijau pengaman pantai berupa pengembangan ekosistem mangrove.

9. Mendorong perwujudan rencana strategis Kabupaten Bireun, meliputi : rencana


pengembangan kawasan industri Bate Geulungku, dan rencana pelabuhan di
Kec. Simpang Mamplam, serta rencana pengembangan sumber daya air bersih
dari S. Bateilie, Kec. Samalanga. Perwujudan dari rencana strategis ini
diharapkan akan menjadi stimulan dalam rangka mendorong pertumbuhan
ekonomi kawasan di sekitarnya, serta Kabupaten Bireuen secara umum.

10. Meningkatkan taraf hidup masyarakat petani dan nelayan, dan keluarga miskin
yang ada di kawasan perencanaan.

LAPORAN AKHIR III - 16


BRR
NAD - Nias

3.3.2 STRATEGI PENGEMBANGAN

A. Pengelolaan Kawasan Lindung dan Lingkungan

2. Melakukan pemantauan dan pengawasan secara ketat terhadap Kawasan


Lindung Setempat (sesuai Keppres No. 32 Tahun 1990), meliputi : Kawasan
Sempadan Pantai, Sempadan Sungai, Kawasan Sekitar Mata Air, dan Kawasan
Sekitar Danau/Waduk.

3. Pengembangan kawasan industri Bate Geulungku, di Kec. Simpang Mamplam


harus menghindari alih fungsi lahan pertanian produktif, khususnya lahan
sawah berigasi teknis. Disamping itu, di sekeliling kawasan ini perlu
dikembangkan zona penyangga (buffer) berupa zona hijau.

4. Mengembangkan sistem pemantauan dan pengawasan terhadap kawasan


lindung yang efektif, mencakup : sistem tata laksana (prosedur), kelembagaan,
pembagian tugas dan tanggung jawab, dll.

5. Menyiapkan berbagai kebijakan dan peraturan pendukung yang diperlukan guna


mencegah alih fungsi kawasan lindung setempat, dengan penerapan sangsi-
sangsi bagi pelanggar ketentuan, yang disertai dengan penegakan hukum (law
enforcement) yang konsisten. Kebijakan dan peraturan pendukung ini juga
perlu dilengkapi dengan pedoman operasionalnya.

6. Melakukan penanaman kembali (reboisasi) pada lahan kritis, untuk itu


direkomendasikan penanaman pohon jarak dalam rangka mendukung rencana
pengembangan industri bio-diesel di Kabupaten Bireuen.

7. Mempertahankan hutan mangrove yang ada saat ini di sepanjang pesisir


pantai, serta melakukan penanaman kembali mangrove khususnya pada
kawasan sempadan pantai.

8. Mensosialisasikan sistem pengelolaan hutan mangrove pada masyarakat


setempat disertai dengan program pembinaan manfaat tanaman bakau,
karena bakau dapat juga dijadikan sebagai bahan konstruksi, kayu bakar,
bahan baku arang dan bahan baku kertas , pemasok larva beberapa jenis
ikan, udang dan juga bisa sebagai daerah pariwisata ( Dr. Dietriech G.
Bengen, 2001 ).

LAPORAN AKHIR III - 17


BRR
NAD - Nias

9. Pengadaan tempat pembibitan ( Nursery ) tanaman bakau dan tanaman


pantai lainya dengan program pemberdayaan masyarakat pesisir.

10. Melibatkan dan mengikutsertakan Peran Tokoh Masyarakt, Lembaga Swadaya


Masyarakat, Praktisi Pendidikan dan Kelembagaan yang Berwenang dalam
perencanaan dan pengelolaan hutan mangrove, sedangkan dalam proses
pengawasan dan pengendaliannya tetap pada kewenangan pemerintah
daerah.

11. Merencanakan Program Kadaster Laut dan Pesisir ( Marine and Coastal
Cadaster ) yaitu sistem pertanahan berbasis persil yang menjelaskan data
kepemilikan dan peruntukannya dengan Pentahapan sebagai berikut ; Batas
Laut dan Pesisir – Dinamika Laut dan Pesisir – Tata Wilayah Laut dan Pesisir –
Kadaster Laut dan Pesisir ( Hak, Larangan Dan Kewajiban ).

12. Setiap kegiatan pembangunan yang dilakukan harus didasari pendekatan


ekosistem atau dengan perkataan lain pembangunan yang berwawasan
lingkungan (sustainable development), tidak meninggalkan keberadaan
masyarakat setempat dan tetap memberikan peluang pertumbuhan ekonomi
regional (regional economic development).

B. Pengembangan Kependudukan

1. Mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan dalam rangka


meningkatkan kualitas SDM khususnya di bidang pertanian tanaman pangan,
perkebunan, perikanan laut, pertambakan, dan industri agro, yang di masa
mendatang diharapkan akan menjadi sektor unggulan di kawasan
perencanaan, melalui kerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga-
lembaga pendidikan yang ada.

2. Meningkatkan kesejahteraan bagi petani dan nelayan yang menjadi tulang


punggung perekonomian Kabupaten Bireun, melalui : program pemberdayaan
masyarakat petani dan nelayan.

3. Mendorong kegiatan-kegiatan pembinaan penduduk yang dapat


meningkatkan kualitas SDM di tiap kecamatan prioritas.

LAPORAN AKHIR III - 18


BRR
NAD - Nias

4. Menciptakan perluasan kesempatan dan lapangan kerja bagi penduduk miskin


yang berbasis pada sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan
laut, dan industri padat karya. Dalam hal ini pemerintah harus bertindak
sebagai fasilitator dalam memberikan keterampilan dan kesempatan kerja bagi
penduduk miskin.

5. Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga sosial baik pemerintah (LKMD,


BPD, RW, RT), maupun non-pemerintah (LSM, Ormas, Pesantren), serta tokoh-
tokoh masyarakat (pimpinan ulama/ pondok pesantren, dll.) dalam melakukan
penyuluhan/ sosialisasi terhadap rencana-rencana pembangunan. Disamping
itu, lembaga-lembaga sosial dan tokoh masyarakat juga diharapkan dapat
memberi masukan kepada Pemerintah tentang berbagai permasalahan dan
keluhan masyarakat yang ada di daerahnya, program penanganan yang
diperlukan, dll.

6. Penghargaan pada adat dan budaya mayarakat setempat. Masyarakat pada


kawasan perencanaan, mayoritas adalah etnis Aceh yang memiliki agama dan
adat istiadat serta karakteristik yang melekat secara turun menurun. Usaha
pembangunan yang dilakukan harus secara bijak memeperhatikan kondisi
tersebut, agar pola kehidupan yang telah berlangsung turun temurun tidak
terpinggirkan.

C. Pengembangan Ekonomi

1. Mengembangkan sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan (dengan


komoditas utama padi dan kedelai), perikanan laut (dengan komoditas utama
ikan tuna dan cakalang), pertambakan (dengan komoditas utama udang
windu dan bandeng), dan industri agro, sebagai sektor unggulan di kawasan
perencanaan kecamatan prioritas.

2. Menerapkan kebijakan insentif dan disentif bagi kegiatan usaha pada sektor-
sektor ungulan yang ada di kawasan perencanaan, yang diringi dengan
program promosi investasi dalam rangka menarik minat investor untuk
mengembangkan kegiatan usaha pada sektor-sektor unggulan, khususnya
dalam rangka mendorong perwujudan rencana pengembangan kawasan
industri dan rencana pelabuhan di kecamatan Simpang Mamplam.

LAPORAN AKHIR III - 19


BRR
NAD - Nias

3. Menciptakan iklim usaha yang kondusif, dengan menciptakan keamanan


berusaha, kemudahan dalam perijinan, jaminan kepastian penegakan hukum
dari pemerintah, sistem perpajakan yang tidak memberatkan pengusaha, dll.

4. Menyiapkan sistem informasi dan rencana pengembangan ekonomi yang


menyeluruh dan terpadu antar sektor ekonomi, sosial budaya, dan biofisik yang
mampu memberikan segala informasi yang diperlukan bagi para pengusaha,
antara lain meliputi infromasi tentang : berbagai peluang usaha yang
menguntungkan, besaran investasi yang diperlukan, kendala dan permasalahan
yang ada, sumber daya yang tersedia, kebijakan dan rencana pemerintah,
termasuk rencana pengembangan infrastruktur, dll.

5. Menerapkan kebijakan pengembangan ekonomi berkeadilan untuk ekonomi


skala besar, skala menengah maupun skala kecil, antara lain dengan
menerapkan perlakuan yang sama dalam memperoleh fasilitas kredit lunak
untuk modal kerja, mendorong keterkaitan usaha yang saling menguntungkan
antara ekonomi skala besar, menengah dan kecil.

6. Mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa, serta industri yang berbasis


pada potensi sumber daya alam setempat (misal : agro industri) di wilayah
perdesaan, melalui : promosi usaha, pemberian fasilitas kredit lunak,
perluasan pangsa pasar, serta pengembangan berbagai prasarana dan sarana
yang diperlukan (jalan akses, penyediaan air bersih, listrik, telepon, dll.).

7. Mengembangkan sistem jejaring ekonomi (economy network) yang terpadu


lintas sektor, dan lintas daerah, melalui : pengembangan pusat informasi usaha
di berbagai sektor, fasilitasi pemerintah dalam pengembangan kerjasama
usaha antar sektor dan antar daerah.

8. Mendorong pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) dan kegiatan


wirausaha antara lain melalui : pemberian fasilitas kredit usaha kecil (KUK) dan
menengah, perluasan pangsa pasar produksi UKM, fasilitasi dalam
meningkatkan kerjasama dengan usaha skala besar.

9. Meningkatkan daya saing produk-produk unggulan, khususnya produksi dari


UKM.

LAPORAN AKHIR III - 20


BRR
NAD - Nias

10. Mengembangkan ekonomi perdesaan dan penciptaan lapangan kerja di


wilayah perdesaan.

D. Pengembangan Prasarana dan Sarana

D.1 Prasarana dan Sarana Transportasi :

1. Melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana dan sarana transportasi


yang rusak akibat dampak tsunami.

2. Meningkatkan aksesibilitas antara pusat-pusat kegiatan yang ada kawasan


perencanaan, melalui peningkatan kinerja pelayanan prasarana jalan raya
dan sarana angkutan umum yang menghubungkan antara :
a. Pusat-pusat Kecamatan dengan wilayah eksternal (kota Bireuen, Banda
Aceh, Medan, dan Takengon),
b. Pusat-pusat Desa dengan Pusat-pusat Kecamatan
c. Rencana kawasan industri Batee Geulungku dan rencana Pelabuhan di
Meunasah Mamplam, dengan wilayah eksternal (kota Bireuen, Banda
Aceh, Medan, dan Takengon),
d. Sentra produksi pertanian di Kec. Samalanga, Peusangan, dan Gandapura,
dengan wilayah eksternal (kota Bireuen, Banda Aceh, Medan, dan
Takengon),
e. Lokasi PPI dan TPI yang ada, sentra produksi perikanan tambak, Pasar
Hewan di Geurughok, dengan wilayah eksternal (kota Bireuen, Banda
Aceh, Medan, dan Takengon),

3. Memelihara kemantapan ruas-ruas jalan yang kondisinya sudah baik, melalui


pelaksanaan program pemeliharaan rutin dan berkala yang efektif.

4. Mengembangkan sistem jaringan jalan sekunder dengan “pola grid” pada


kawasan perencanaan yang sistem jaringan jalan sekundernya masih kurang,
khususnya untuk kawasan yang dilintasi oleh jalan nasional Banda Aceh-
Medan, dalam rangka memantapkan fungsi jalan ini sebagai jalan Arteri
Primer.

LAPORAN AKHIR III - 21


BRR
NAD - Nias

LL Lokal
Jalan Jalan
Sekunder Sekunder

Jalan LL Regional LL Regional Jalan

Primer Primer

LL Lokal
Jalan Jalan
Sekunder Sekunder

Sistem Jaringan Jalan Sekunder


Dengan Pola “Grid”

5. Mengendalikan pemanfaatan ruang di sekitar jalan Arteri Primer Banda Aceh-


Medan, dalam rangka mencegah terjadinya penurunan fungsi jalan Arteri
Primer pada ruas jalan tersebut.

6. Mendorong realisasi rencana pengembangan pelabuhan di kec. Simpang


Mamplam, melalui penyiapan studi kelayakan serta desain pelabuhan, serta
promosi kepada investor. Pengembangan pelabuhan laut di Kec. Simpang
Mamplam difokuskan pada pelayanan angkutan barang.

D.2 Prasarana dan Sarana Irigasi :

1. Perluasan jaringan irigasi sawah, dan pembangunan waduk/ bendungan untuk


mendukung kawasan-kawasan sentra produksi pertanian tanaman pangan, di
Kecamatan Samalanga, Peusangan dan Gandapura.

2. Rehabilitasi pada jaringan irigasi yang terdegradasi

3. Perbaikan manajemen atau sistem pengelolaan prasarana dan sarana irigasi


yang ada.

4. Pengembangan sarana produksi pertanian.

5. Melakukan pembangunan prasarana dan sarana jaringan irigasi baru pada


daerah yang mempunyai daya dukung potensi air baik dan areal sawah
potensial

LAPORAN AKHIR III - 22


BRR
NAD - Nias

D.3 Prasarana dan Sarana Permukiman :

1. Melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana dan sarana permukiman,


meliputi : prasarana dan sarana drainase dan pengendali banjir, penyediaan air
bersih, pengelolaan sampah dan air limbah (sanitasi), serta sarana pendidikan
dan kesehatan, yang rusak akibat dampak tsunami.

2. Melakukan pengembangan prasarana dan sarana permukiman sesuai kebutuhan


dengan mengacu pada standar pelayanan minimal prasarana dan sarana
terhadap jumlah penduduk tahun rencana di kawasan perencanaan.

3. Pengembangan prasarana dan sarana permukiman diprioritaskan pada daerah-


daerah yang secara kumulatif sangat kurang terhadap ketersediaan prasarana
dan sarananya, serta daerah-daerah yang dianggap strategis, seperti : kawasan
sentra produksi pertanian di Kec. Samalanga, Peusangan, dan Gandapura, dan
rencana kawasan Industri Bate Geulungku dan rencana pelabuhan di Kec.
Simpang Mamplam.

4. Pengembangan sumber daya air dari S. Bate Ilie, Kec. Samalanga sebagai
sumber air baku untuk kebutuhan air bersih di kawasan industri Bate
Geulungku dan rencana pelabuhan di Kec. Simpang Mamplam, serta untuk
keerluan pengairan untuk perluasan sawah pada kawasan sentra produksi
pertanian di Kec. Samalanga, dengan melakukan penyiapan studi kelayakan
terlebih dahulu.

5. Pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman tidak hanya melayani


lingkup lokal saja, namun juga dapat melayani beberapa wilayah kecamatan.

D.4 Penanganan Daerah Rawan Gempa dan Tsunami

1. Menempatkan stasion Pemantau / Pengamat Gempa di daerah rawan gempa


dan menambah peralatan yang lebih modern.

2. Bekerja sama dengan negara lain yang lebih modern dan saling tukar
menukar Informasi.

3. Mengadakan pelatihan – pelatihan petugas pengamat stasion gempa apabila


terjadi gempa untuk peringatan dini.

LAPORAN AKHIR III - 23


BRR
NAD - Nias

4. Mengadakan kerja sama dengan instansi terkait mengenai prosedur penangan


korban gempa dan tsunami, serta evakuasi masyarakat yang terkena dampak
gempa dan tsunami.

5. Mengadakan penyuluhan bagi masyakat yang tinggal di daerah rawan gempa


dan tsunami.

LAPORAN AKHIR III - 24


BRR
NAD - Nias

3.4 KECAMATAN SAMALANGA

3.4.1 IDENTIFIKASI KONDISI DAN PERMASALAHAN YANG ADA

A. FISIK DAN LINGKUNGAN

A.1 Morfologi

Kondisi morfologi di Kec. Samalanga adalah berupa dataran di sebelah Utara


(antara lain meliputi desa: Meunasah Lincah, Meuliek, Namploh Baro, Namploh
Manyang, Keude Aceh, Matang Teungoh, Ulee Ue, Tanjongan Idem, Maunasa Puuk)
dan perbukitan di sebelah Selatan.

A.2 Jenis Tanah

Jenis tanah di Kec. Samalanga, meliputi : Aluvial, Hidromorf kelabu, dan Podsolik
Merah Kuning. Jenis tanah Aluvial umumnya relatif subur dan sesuai untuk
pengembangan pertanian, jenis tanah Podsolik Merah Kuning sesuai untuk tanaman
perkebunan atau tahunan.

A.3 Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif tanah di Kec. Samalanga, sebagian besar memiliki kedalaman


efektif antara 30 – 60 cm (92,66 %), dan sebagian kecil memiliki kedalaman efektif
> 90 cm (7,34 %). Kedalaman efektif tanah ini akan menjadi dasar pertimbangan
untuk penentuan kedalaman fondasi bangunan.

A.4 Sumber Daya Air

Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Samalanga meliputi Sumber Daya Air
Sungai, Rawa/paya dan waduk, diantaranya Krueng / Sungai ( Samalanga 112 Ha,
Bate Iliek 110 Ha dan Arongan 50 Ha ), Paya/Rawa Cot Mane 5 Ha dan Waduk Cot
Tembok 5 ha.

A.5 Daerah Rawan Banjir

Daerah Wilayah Kecamatan Samalanga yang berpotensi rawan banjir adalah daerah
Pesisir yang relatip datar 0 - 5 meter di atas permukaan air laut, meliputi daerah
sekitar muara sungai kuala Sukon dan Kuala Arongan yang kondisinya mengalami

LAPORAN AKHIR III - 25


BRR
NAD - Nias

pendangkalan akibat sedimentasi dan akresi yang menimbulkan penyempitan “


Bottel Neck “ di bagian hilir ( muara ) .

A.6 Daerah Rawan Gempa

Daerah Wilayah Kecamatan Samalanga berpotensi mengalami bencana kegempaan


di tinjau dari tatanan struktur geologi tektonik regional pulau Sumatra yang
sewaktu-waktu dapat menimbulkan gempa tektonik dengan skala 6-7 reichter ,
patahan – patahan tersebut. Salah satunya dapat dijumpai di krueng Peusangan.

A.7 Daerah Rawan Tsunami

Daerah Kecamatan samalanga yang berpotensi terhadap bencana tsunami adalah


daerah Pesisir yaitu meliputi desa-desa pesisir baik desa tambak maupun desa
pantai yang beresiko berat yaitu Maunasah Lancok, Maunasah Lincah, Angkieng
Barat, Tanjung Baro, Matang Teugeh, Pineung Siribee, Kampung Baro, Panthe
rheng. Faktor penyebab di sepanjang pesisir desa-desa pantai tidak terdapat zona
penyanggah (buffer zone) ekosistim hutan mangrove yang mampu menahan laju
gelombang tsunami secara alamiah, serta kedalaman toporafi daerah perairan
pantai Samalanga 20 – 60 meter, yang juga berpengaruh terhadap laju kecepatan
rambat gelombang C = L/T terhadap kedalaman laut d/L dan semakin ke arah darat
cepat rambat gelombang semakin melemah ( Refraksi Gelombang ).

Luas wilayah daerah pesisir 3.895,77 Ha ( 2,049 % ), Meliputi Desa Tambak dan desa
Pantai yaitu ; Desa Maunasa Lancok, Matang Teuguh, Meuliek, Angking Barat,
Tanjung Baro, Pineung Sirebe, Kampung Baro, Pante Rheng, Sangso

A.8 Kelautan dan Lingkungan Pesisir

Morfologi Daerah Pesisir

Penggunaan lahan dan kenampakan yang ada adalah pertambakan, pemukiman


penduduk, perkebunan kelapa dan sawah dengan panjang garis pantai 4,7 km.

Potensi Sumber Daya Hayati

Komunitas Hutan Mangrove di desa Pineung Siribee 0,5 Ha dan Desa Kampung Baro
0,5 Ha, Ekosistim Estuaria Muara Sungai ( Kuala Samalanga, Kuala Sukon dan Kuala
Arogan), Perikanan Tangkap dengan sarana pendukung TPI Pante Rheng , Budidaya
Perikanan Tambak seluas 572 Ha, Ekosisitim Padang Lamun, Ekosistim Pantai Pasir.

LAPORAN AKHIR III - 26


BRR
NAD - Nias

Permasalahan Kelautan dan Lingkungan Pesisir

Kerusakan Ekosistim Hutan Mangrove, Abrasi di sepanjang pesisir pantai, Akresi


di Muara Sungai Samalanga ( sedang dalam pengerukan )

Analisis Penanganan dan Pengembangan

Berdasarkan permasalahan kelautan dan lingkungan pesisir yang ada di Kec.


Samalanga, maka beberapa bentuk penanganan dan pengembangan yang diperlukan
adalah sebagai berikut :

1. Ekosistim Hutan Mangrove ( Bakau )

a. Melindungi dan Mencegah kerusakan keberadaan Ekosistim Hutan


Mangrove ( Bakau ) di Desa Pineung Sirebee dan Desa Kampung Baro
sebagai kawasan lindung ( perlindungan setempat / Sepadan Pantai ).

b. Mereboisasi Kawasan Pesisir pantai dengan menanam kembali tanaman bakau


(mangrove) di desa Desa Angking Barat, Tanjung Baro, Pineung Sirebe,
Kampung Baro, Pante Rheng, Sangso sebagai kawasan perlindungan setempat
( sepadan pantai ).

c. Menetapkan sistem pengelolaan hutan mangrove pada masyarakat setempat


disertai dengan program pembinaan manfaat tanaman bakau, karena bakau
dapat juga dijadikan sebagai bahan konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang
dan bahan baku kertas, pemasok larva beberapa jenis ikan, udang dan juga
bisa sebagai daerah pariwisata ( Dr. Dietriech G. Bengen, 2001 ).

d. Melibatkan dan Mengikutsertakan Peran Tokoh Masyarakt, Lembaga Swadaya


Masyarakat, Praktisi Pendidikan dan Kelembagaan yang Berwenang dalam
perencanaan dan pengelolaan hutan mangrove.

e. Mencegah dan mengadakan pemantauan ( Monitoring ) terjadinya aktifitas


pengembangan di wilayah pesisir atau perluasan lahan (pemukiman dan
tambak) yang dapat merusak komunitas hutan mangrove.

f. Merencanakan Program Kadaster Laut dan Pesisir ( Marine and Coastal


Cadaster ) yaitu sistem pertanahan berbasis persil yang menjelaskan data
kepemilikan dan peruntukannya dengan Pentahapan sebagai berikut ; Batas

LAPORAN AKHIR III - 27


BRR
NAD - Nias

Laut dan Pesisir – Dinamika Laut dan Pesisir – Tata Wilayah Laut dan Pesisir –
Kadaster Laut dan Pesisir ( Hak, Larangan Dan Kewajiban )

2. Ekosistim Estuaria

a. Mencegah dan Melindungi daerah ekosistim estuaria dari pencemaran air


sungai akibat dari limbah ( hulu ) yang dihasilkan oleh kegiatan di darat.

b. Mencegah, melarang dan mengarahkan masyarakat setempat untuk memakai


jaring tertentu dalam menangkap ikan di wilayah Estuaria karena beberapa
biota laut memanfaatkan daerah estuaria untuk bertelur dan menetas.

3. Ekosistim Padang Lamun

Menetapkan Zonasi Wilayah Ekosistim Padang Lamun sebagai zona laut bebas
dari aktivitas kapal untuk membuang sauh dan dari pencemaran air laut
maupun kegiatan yang dapat merusak lingkungan tersebut.

4. Ekosistim Pasir Pantai

Mencegah dan Melarang terhadap penambangan pasir pantai.

5. Perikanan Tangkap

Pembenahan dan Merehabilitasi kondisi TPI Pante Rheng dengan pembangunan


dermaga Baru untuk mempercepat aksesibelitas nelayan, Pengadaan
pengolahan alat-alat perikanan, Pengadaan pancing tuna / cakalang, Pengadaan
keramba jaring tancap, Pembangunan Balai Nelayan

6. Perikanan Tambak

Merehabilitasi Kawasan Tambak yang terkena dampak tsunami

7. Abrasi

a. Penanggulangan abrasi pantai secara alamiah dengan memanfaatkan sumber


daya ekosistim hutan mangrove ( Vegetasi ) dan Reboisasi di desa pantai
Angking Barat, Tanjung Baro, Pineung Sirebe, Kampung Baro, Pante Rheng
dan Sangso.

b. Penanggulangan abrasi pantai dengan sistim Proteksi Bangunan Pantai (


Coastal Engineering ) yaitu Sea Wall, Bulkhealt dan Revetment, dengan
mengutamakan dan memanfaatkan batuan yang banyak tersebar di

LAPORAN AKHIR III - 28


BRR
NAD - Nias

kabupaten bireuen di desa pantai Angking Barat, Tanjung Baro, Pineung


Sirebe, Kampung Baro, Pante Rheng dan Sangso.

8. Akresi

a. Mencegah terjadinya akresi di muara sungai dengan sistem proteksi


bangunan pantai ( Jetty ).

b. Mengadakan pengerukan di daerah muara sungai yang terjadi akresi untuk


memperlancar alur masuk kapal penangkap ikan dan juga untuk mencegah
terjadinya banjir.

c. Pengerukan Alur Pelayaran lebarnya maksimal 3 sampai 4 kali lebar kapal


terbersar yang direncanakan menggunakan alur tersebut dan kedalaman
maksimal 0,9 meter dari draf kapal terendam pada saat air surut ( Rendah ).

d. Pengerukan Alur Pelayaran tidak terlalu dekat dengan garis pantai yang
dapat menimbulkan longsornya tepi – tepi alur maupun erosi langsung dari
tepi alur akibat dari pukulan gelombang lalu lintas kapal.

e. Memanfaatkan bekas tanah hasil penimbunan pengerukan untuk reboisasi


kawasan hutan mangrove.

f. Mencegah dan Melarang bekas tanah penimbunan hasil pengerukan untuk


dijadikan pemukiman dan pertambakan.

A.9 Penggunaan Lahan

Kondisi Penggunaan Lahan

Pada saat ini, data penggunaan lahan di Kecamatan Samalanga yang tersedia adalah
data penggunaan lahan dari data Podes tahun 2003 atau kondisi sebelum terjadinya
bencana tsunami. Sedangkan data Podes tahun 2005 tidak memuat data
penggunaan lahan maupun data luas desa/kelurahan yang ada, namun hanya
memuat peta batas desa/kelurahan pada tahun 2005. Dari hasil persandingan peta
batas desa/kelurahan antara data Podes tahun 2003 dan 2005, menunjukkan adanya
perbedaan jumlah maupun batas desa/kelurahan yang ada.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka konsultan memutuskan untuk mulai


mengukur luas desa/kelurahan yang ada dengan basis peta batas desa/kelurahan

LAPORAN AKHIR III - 29


BRR
NAD - Nias

dari data Podes tahun 2005, dimana hasilnya dapat dilihat pada tabel luas desa
prioritas pada sub bab 4.2. Sedangkan untuk data penggunaan lahannya, konsultan
akan melakukan pengukuran penggunaan lahan berdasarkan hasil interprestasi dari
Peta Citra Ikonos skala 1 : 12.000, yang hasilnya masih belum dapat disajikan pada
ini.

Analisis Kesesuaian Lahan

Secara umum, kawasan yang perlu dilindungi di kecamatan Samalanga adalah


kawasan rawan bencana alam (tsunami) dan kawasan lindung setempat, meliputi :
Kawasan Sempadan Pantai, Sempadan Sungai, Kawasan Sekitar Mata Air, dan Kawasan Sekitar
Danau/Waduk, dimana kriteria dan arahannya diatur dalam Keppres No. 32 Tahun 1990,
sebagai berikut :

1. Sempadan Pantai, adalah daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya


proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai sekurang-kurangnya 100 m
dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

2. Sempadan Sungai :
a. Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di luar
kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di dalam
kawasan perkotaan;
b. Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan
kiri sungai kecil yang tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;
c. Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk yang mempunyai kedalaman
tidak lebih dari 3 m;
d. Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m;
e. Sekurang-kurangnya 30 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 20 m;
f. Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk sungai yang terpengaruh
oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau.

3. Kawasan Sekitar Mata Air, adalah kawasan dengan radius sekurang-kurangnya


200 m di sekitar mata air.

LAPORAN AKHIR III - 30


BRR
NAD - Nias

4. Kawasan Sekitar Danau/Waduk, adalah daratan sepanjang tepian waduk dan


situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan situ
sekurang-kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

5. Kawasan Rawan Bencana Tsunami, diarahkan mengacu pada arahan dalam


Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias yang akan dijelaskan
pada bagian selanjutnya.

Adapun kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya, serta kawasan rawan terhadap
bencana tsunami adalah mengacu pada arahan pemanfaatan ruang Kabupaten
Bireuen, yang termuat dalam Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-
Nias, sebagai berikut :

1. Zona Pantai dan Perikanan

Zona ini tersebar di sepanjang pantai dari Timur ke Barat Kabupaten Bireuen,
dengan kegiatan utama adalah zona penyangga (buffer zone), zona budidaya
perikanan tangkap dan perikanan budidaya, dengan kegiatan pendukung
berupa pelabuhan perikanan, serta pengembangan pelabuhan rakyat Kuala
Radja, Pelabuhan Kawasan Industri Batee Geulumpu dan Pelabuhan Perikanan
Peudada sebagai alternatif percepatan aksesibilitas perekonomian Kabupaten
Bireuen.

2. Zona Permukiman Terbatas

Zona permukiman terbatas direncanakan di sepanjang jalur jalan ke arah Zona


Pantai, yang semula padat oleh permukiman, serta di berbagai tempat yang
mengalami kerusakan, baik oleh gempa maupun tsunami. Zona ini
dikembangkan untuk permukiman terbatas dan budidaya pertanian, serta
memperhatikan konstruksi bangunan (pemerintah dan masyarakat) yang tahan
terhadap gempa dan tsunami

3. Zona Pengembangan Kegiatan

Zona ini berada di bagian selatan jalur jalan nasional dengan kegiatan utama
adalah pertanian lahan basah (sawah irigasi) dan pertanian lahan kering. Pada
beberapa wilayah di zona ini akan dikembangkan pusat-pusat permukiman baru
(Gampong Putoh, Blang Rangkuluh, Leubu Mesjid), sebagai alternatif bagi

LAPORAN AKHIR III - 31


BRR
NAD - Nias

perluasan pengembangan permukiman di Zona Permukiman Terbatas, sekaligus


dengan mengembangkan jalur jalan alternatif untuk mengurangi beban jalur
jalan nasional.

Gambar 3.5 - Zonasi Kabupaten Bireuen

B. SOSIAL EKONOMI

B.1 Jumlah Penduduk dan KK Eksisting

Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Samalanga pada tahun 2005 adalah 23.390 jiwa dan 5.351 KK, dengan
jumlah penduduk dan KK terbesar adalah di Desa Mideun Jok sebanyak 1.515 jiwa
dan 302 KK, serta terkecil di desa Mns. Lancok sebanyak 105 jiwa dan 24 KK.

No Kode Peta Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah


Laki-Laki Wanita Total Keluarga
1 001 MEURAH 288 337 625 136
2 002 COT MEURAK BLANG 259 342 601 132
3 003 BATEE ILIEK 326 398 724 129
4 005 COT MEURAK BAROH 171 226 397 76
5 006 MESJID BARO 210 291 501 130
6 007 DARUSSALAM 270 300 570 257
7 008 MATANG II MNS 315 462 777 178
8 009 MATANG WAKEUH 187 201 388 100

LAPORAN AKHIR III - 32


BRR
NAD - Nias

No Kode Peta Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah


Laki-Laki Wanita Total Keluarga
9 010 MATANG JAREUNG 337 343 680 162
10 011 ALUE BARAT 109 122 231 57
11 012 ULEE ALUE 152 173 325 72
12 013 COT MANE 133 148 281 77
13 034 PALOH 167 221 388 73
14 035 KAMPUNG MEULUM 413 490 903 171
15 036 GEULUMPANG BUNGKOK 289 307 596 121
16 037 LANCOK 155 199 354 82
17 038 ULEE JEUMATAN 191 186 377 78
18 039 LHOK SEUMIRA 128 213 341 80
19 040 LUENG KEUBEU 222 266 488 76
20 041 MIDEUN GEUDONG 153 165 318 67
21 042 MEUNASAH LUENG 140 155 295 58
22 043 NAMPLOH PAPEUEN 202 251 453 110
23 044 MEULIEK 257 315 572 147
24 048 NAMPLOH KRUENG 160 183 343 83
25 049 MIDEUN JOK 881 634 1,515 302
26 050 KAMPUNG PUTOH 467 463 930 160
27 051 NAMPLOH BARO 207 196 403 83
28 052 NAMPLOH BLANG GARANG 148 165 313 75
29 053 KANDANG 294 380 674 147
30 054 NAMPLOH MANYANG 88 127 215 58
31 070 SANGSO 488 548 1,036 234
32 071 KEUDE ACEH 402 387 789 178
33 072 KAMPUNG BARO 206 244 450 110
34 073 PINEUNG SIRI BEE 325 334 659 166
35 074 MATANG TEUNGOH 241 308 549 127
36 075 ULEE UE 116 125 241 61
37 076 TANJONGAN IDEM 135 115 250 72
38 077 TANJONG BARO 357 371 728 175
39 078 MEUNASAH LINCAH 89 102 191 54
40 079 ANKIENG BARAT 141 165 306 76
41 080 MNS PUUK 108 131 239 66
42 081 MNS LANCOK 47 58 105 24
43 082 COT SIREN 128 140 268 68
44 084 PANTE RHEENG 397 489 886 182
45 085 PULO BAROH 289 312 601 132
46 087 GLUMPANG PAYONG 274 240 514 149

LAPORAN AKHIR III - 33


BRR
NAD - Nias

B.2 Pertumbuhan Penduduk dan Proyeksi Penduduk Tahun 2010

Adapun pertumbuhan penduduk pada desa-desa di Kec. Samalanga dari tahun 2003-
2005 sebagian menunjukkan angka pertumbuhan negatif, berkisar antara -0,25
sampai -33,83 %. Hal ini kemungkinan disebabkan dampak tsunami yang cukup
parah di Kecamatan Samalanga. Berdasarkan angka pertumbuhan yang ada,
selanjutnya diproyeksikan jumlah penduduk di desa-desa Kec. Samalanga pada
tahun 2010, total sebesar 25.824 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk tiap desa
disajikan pada tabel berikut.

Luas Jml. Penduduk Jml. Penduduk Proyeksi


Status
No. Kode Nama Desa/ Kel. sekarang Wilayah Tahun 2003 Tahun 2005 Penduduk Tahun
Desa/Kota
(Ha) (Jiwa) (Jiwa) 2010 (Jiwa)

1 001 MEURAH Desa 184.42 556 625 690


2 002 COT MEURAK BLANG Desa 151.60 480 601 664
3 003 BATEE ILIEK Desa 216.10 784 724 799
4 005 COT MEURAK BAROH Desa 144.27 399 397 438
5 006 MESJID BARO Desa 72.14 482 501 553
6 007 DARUSSALAM Desa 52.79 543 570 629
7 008 MATANG II MNS Desa 130.67 711 777 858
8 009 MATANG WAKEUH Desa 80.99 416 388 428
9 010 MATANG JAREUNG Desa 94.88 1,176 680 751
10 011 ALUE BARAT Desa 195.31 345 231 255
11 012 ULEE ALUE Desa 560.37 333 325 359
12 013 COT MANE Desa 72.67 358 281 310
13 034 PALOH Desa 97.33 366 388 428
14 035 KAMPUNG MEULUM Desa 123.25 799 903 997
15 036 GEULUMPANG BUNGKOK Desa 118.65 667 596 658
16 037 LANCOK Desa 48.18 397 354 391
17 038 ULEE JEUMATAN Desa 147.62 403 377 416
18 039 LHOK SEUMIRA Desa 99.00 322 341 376
19 040 LUENG KEUBEU Desa 144.77 308 488 539
20 041 MIDEUN GEUDONG Desa 115.76 364 318 351
21 042 MEUNASAH LUENG Desa 107.26 293 295 326
22 043 NAMPLOH PAPEUEN Desa 125.62 460 453 500
23 044 MEULIEK Desa 15.63 535 572 632
24 048 NAMPLOH KRUENG Desa 73.63 396 343 379
25 049 MIDEUN JOK Desa 181.24 1,440 1,515 1,673
26 050 KAMPUNG PUTOH Desa 111.83 2,124 930 1,027
27 051 NAMPLOH BARO Desa 116.48 354 403 445
NAMPLOH BLANG
052 Desa 341 313
28 GARANG 122.04 346
29 053 KANDANG Desa 477.36 764 674 744

LAPORAN AKHIR III - 34


BRR
NAD - Nias

Luas Jml. Penduduk Jml. Penduduk Proyeksi


Status
No. Kode Nama Desa/ Kel. sekarang Wilayah Tahun 2003 Tahun 2005 Penduduk Tahun
Desa/Kota
(Ha) (Jiwa) (Jiwa) 2010 (Jiwa)

30 054 NAMPLOH MANYANG Desa 34.57 217 215 237


31 070 SANGSO Desa 261.24 698 1,036 1,144
32 071 KEUDE ACEH Kota 128.64 787 789 871
33 072 KAMPUNG BARO Desa 642.06 476 450 497
34 073 PINEUNG SIRI BEE Desa 448.25 663 659 728
35 074 MATANG TEUNGOH Desa 121.17 589 549 606
36 075 ULEE UE Desa 91.75 213 241 266
37 076 TANJONGAN IDEM Desa 291.00 260 250 276
38 077 TANJONG BARO Desa 233.12 658 728 804
39 078 MEUNASAH LINCAH Desa 128.01 197 191 211
40 079 ANKIENG BARAT Desa 159.15 291 306 338
41 080 MNS PUUK Desa 603.08 253 239 264
42 081 MNS LANCOK Desa 656.93 126 105 116
43 082 COT SIREN Desa 117.22 309 268 296
44 084 PANTE RHEENG Desa 1,412.07 1,010 886 978
45 085 PULO BAROH Desa 83.67 760 601 664
46 087 GLUMPANG PAYONG Desa 226.82 596 514 567
TOTAL 9,821 25,019 23,390 25,824

B.3 Mata Pencaharian Penduduk dan Jumah KK Miskin

Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Samalanga memiliki mata pencaharian
utama pada sektor pertanian tanaman pangan, kecuali untuk desa Keude Aceh
memiliki mata pencaharian utama sektor perdagangan.

Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 2.836 KK atau 53 % dari total
jumlah KK yang ada, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa Panthe
Rheeng, yakni sebanyak 159 KK atau 87,4 % dari jumlah KK yang ada di desa ini.
Sebanyak 28 (dua puluh delapan) desa yang ada di Kec. Samalanga memiliki
persentase jumlah KK miskin di atas 50 %. Kondisi ini dapat digunakan sebagai
indikator kebutuhan penanganan masalah kemiskinan di Kec. Samalanga.

No Kode Nama Desa Keluarga di Sektor Sumber


Peta Pertanian Keluarga Miskin Penghasilan Sub Sektor Buruh Tani
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Utama Pertanian Jumlah Presentase
1 001 MEURAH 135 99 56 41.2 Pertanian Tanaman Pangan 200 32.3

2 002 COT MEURAK BLANG 131 99 104 78.8 Pertanian Tanaman Pangan 280 47.1

3 003 BATEE ILIEK 97 75 90 69.8 Pertanian Tanaman Pangan 115 21.2

4 005 COT MEURAK BAROH 75 99 38 50.0 Pertanian Tanaman Pangan 140 35.6

LAPORAN AKHIR III - 35


BRR
NAD - Nias

No Kode Nama Desa Keluarga di Sektor Sumber


Peta Pertanian Keluarga Miskin Penghasilan Sub Sektor Buruh Tani
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Utama Pertanian Jumlah Presentase
5 006 MESJID BARO 104 80 53 40.8 Pertanian Tanaman Pangan 80 20.0

6 007 DARUSSALAM 218 85 47 18.3 Pertanian Tanaman Pangan 60 12.4

7 008 MATANG II MNS 142 80 160 89.9 Pertanian Tanaman Pangan 160 25.7

8 009 MATANG WAKEUH 85 85 47 47.0 Pertanian Tanaman Pangan 60 18.2

9 010 MATANG JAREUNG 138 85 92 56.8 Pertanian Tanaman Pangan 130 22.5

10 011 ALUE BARAT 54 94 45 78.9 Pertanian Tanaman Pangan 90 41.4

11 012 ULEE ALUE 70 97 68 94.4 Pertanian Tanaman Pangan 79 25.1

12 013 COT MANE 69 90 74 96.1 Pertanian Tanaman Pangan 94 37.2

13 034 PALOH 58 80 50 68.5 Pertanian Tanaman Pangan 60 19.3

14 035 KAMPUNG MEULUM 162 95 156 91.2 Pertanian Tanaman Pangan 250 29.1

15 036 GEULUMPANG BUNGKOK 120 99 97 80.2 Pertanian Tanaman Pangan 397 67.3

16 037 LANCOK 66 80 45 54.9 Pertanian Tanaman Pangan 65 23.0

17 038 ULEE JEUMATAN 77 99 61 78.2 Pertanian Tanaman Pangan 100 26.8

18 039 LHOK SEUMIRA 76 95 50 62.5 Pertanian Tanaman Pangan 175 54.0

19 040 LUENG KEUBEU 74 98 50 65.8 Pertanian Tanaman Pangan 70 14.6

20 041 MIDEUN GEUDONG 60 90 48 71.6 Pertanian Tanaman Pangan 58 20.3

21 042 MEUNASAH LUENG 55 95 42 72.4 Pertanian Tanaman Pangan 47 16.8

22 043 NAMPLOH PAPEUEN 77 70 60 54.5 Pertanian Tanaman Pangan 60 18.9

23 044 MEULIEK 144 98 47 32.0 Pertanian Tanaman Pangan 40 7.1

24 048 NAMPLOH KRUENG 82 99 45 54.2 Pertanian Tanaman Pangan 150 44.2

25 049 MIDEUN JOK 272 90 46 15.2 Pertanian Tanaman Pangan 82 6.0

26 050 KAMPUNG PUTOH 120 75 51 31.9 Pertanian Tanaman Pangan 87 12.5

27 051 NAMPLOH BARO 66 80 50 60.2 Pertanian Tanaman Pangan 40 12.4


NAMPLOH BLANG
052 71 95 17 22.7 Pertanian Tanaman Pangan 102 34.3
28 GARANG
29 053 KANDANG 118 80 35 23.8 Pertanian Tanaman Pangan 115 21.3

30 054 NAMPLOH MANYANG 55 95 35 60.3 Pertanian Tanaman Pangan 35 17.1

31 070 SANGSO 176 75 62 26.5 Pertanian Tanaman Pangan 305 39.3

32 071 KEUDE ACEH 0 0 50 28.1 Perdagangan 30

33 072 KAMPUNG BARO 83 75 92 83.6 Pertanian Tanaman Pangan 92 27.3

34 073 PINEUNG SIRI BEE 133 80 54 32.5 Pertanian Tanaman Pangan 25 4.7

35 074 MATANG TEUNGOH 114 90 92 72.4 Pertanian Tanaman Pangan 96 19.4

36 075 ULEE UE 59 97 11 18.0 Pertanian Tanaman Pangan 85 36.4

37 076 TANJONGAN IDEM 58 80 46 63.9 Pertanian Tanaman Pangan 85 42.5

38 077 TANJONG BARO 35 20 90 51.4 Pertanian Tanaman Pangan 96 65.9

39 078 MEUNASAH LINCAH 49 90 39 72.2 Pertanian Tanaman Pangan 87 50.6

40 079 ANKIENG BARAT 68 90 49 64.5 Pertanian Tanaman Pangan 79 28.7

41 080 MNS PUUK 59 90 48 72.7 Pertanian Tanaman Pangan 52 24.2

42 081 MNS LANCOK 19 80 20 83.3 Pertanian Tanaman Pangan 60 71.4

43 082 COT SIREN 67 99 60 88.2 Pertanian Tanaman Pangan 107 40.3

44 084 PANTE RHEENG 177 97 159 87.4 Pertanian Tanaman Pangan 15 1.7

45 085 PULO BAROH 92 70 60 45.5 Pertanian Tanaman Pangan 185 44.0

46 087 GLUMPANG PAYONG 119 80 45 30.2 Pertanian Tanaman Pangan 65 15.8

LAPORAN AKHIR III - 36


BRR
NAD - Nias

C. PRASARANA DAN SARANA

C.1 Transportasi

Secara umum, seluruh desa yang ada di Kecamatan Samalanga dihubungkan oleh
prasarana jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah, dan
hampir seluruh desa dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4, kecuali 2 (dua)
desa, yakni : Desa Darussalam dan Ulee Jematan. Kondisi ini menunjukkan bahwa
secara kuantitas hampir seluruh desa di Kec. Samalanga telah cukup terlayani
oleh prasarana jaringan jalan yang ada, kecuali untuk 2 (desa) tersebut, dan
dari segi kualitas, terdapat 5 (lima) desa yang prasarana jaringan jalannya perlu
ditingkatkan dari jenis permukaan tanah menjadi minimal jenis Sirtu (Pasir
Batu), sehingga dapat dilalui oleh kendaraan roda-4 di musim hujan.

Adapun sarana angkutan umum ke desa-desa di kec. Samalanga sebagian besar


adalah ojek (sepeda motor), kecuali untuk Desa Meurah dan Matang Wakeuh. Untuk
lebih jelasnya lihat tabel berikut :

Dapat
Dijangkau
Sebagian Besar
Kode Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Tipe Angkutan
No Nama Desa Cara Lalu Lintas
Peta Yang Terluas (jika darat) Roda 4/ Lebih Umum Utama
Antar Desa
Sepanjang
Tahun
1 001 MEURAH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Kend Roda 3/Lebih

2 002 COT MEURAK BLANG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

3 003 BATEE ILIEK Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

4 005 COT MEURAK BAROH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

5 006 MESJID BARO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

6 007 DARUSSALAM Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor

7 008 MATANG II MNS Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

8 009 MATANG WAKEUH Darat Aspal/Beton Ya Kend Roda 3/Lebih

9 010 MATANG JAREUNG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

10 011 ALUE BARAT Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

11 012 ULEE ALUE Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

12 013 COT MANE Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

13 034 PALOH Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

14 035 KAMPUNG MEULUM Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

15 036 GEULUMPANG BUNGKOK Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

16 037 LANCOK Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

17 038 ULEE JEUMATAN Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor

18 039 LHOK SEUMIRA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

19 040 LUENG KEUBEU Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

LAPORAN AKHIR III - 37


BRR
NAD - Nias

Dapat
Dijangkau
Sebagian Besar
Kode Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Tipe Angkutan
No Nama Desa Cara Lalu Lintas
Peta Yang Terluas (jika darat) Roda 4/ Lebih Umum Utama
Antar Desa
Sepanjang
Tahun
20 041 MIDEUN GEUDONG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

21 042 MEUNASAH LUENG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

22 043 NAMPLOH PAPEUEN Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

23 044 MEULIEK Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

24 048 NAMPLOH KRUENG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

25 049 MIDEUN JOK Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

26 050 KAMPUNG PUTOH Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

27 051 NAMPLOH BARO Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor


NAMPLOH BLANG
052 Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
28 GARANG
29 053 KANDANG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

30 054 NAMPLOH MANYANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

31 070 SANGSO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

32 071 KEUDE ACEH Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

33 072 KAMPUNG BARO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

34 073 PINEUNG SIRI BEE Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

35 074 MATANG TEUNGOH Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

36 075 ULEE UE Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

37 076 TANJONGAN IDEM Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

38 077 TANJONG BARO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

39 078 MEUNASAH LINCAH Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

40 079 ANKIENG BARAT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

41 080 MNS PUUK Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

42 081 MNS LANCOK Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

43 082 COT SIREN Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

44 084 PANTE RHEENG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

45 085 PULO BAROH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

46 087 GLUMPANG PAYONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

C.2 Prasarana Air Bersih, Air Limbah dan Sampah

Hampir seluruh desa di Kec. Samalanga menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih. Untuk prasarana dan sarana sanitasi berupa jamban umum tersedia pada
sebagian desa (24 desa) yang ada, dan sebanyak 9 (sembilan) desa menggunakan
sarana bukan jamban. Secara umum, kondisi ini menunjukkan kebutuhan
pembangunan jamban umum agar minimal dapat melayani 80 % masyarakat di
kecamatan Samalanga.

LAPORAN AKHIR III - 38


BRR
NAD - Nias

Untuk pengolahan sampah, hampir seluruh desa menggunakan cara dibuang di


lubang dan dibakar, dan hanya 1 (satu) desa yang telah menggunakan cara lain
yaitu Desa Sangso. Secara umum, kondisi ini telah memenuhi standar pelayanan
minimal pengelolaan sampah yang ada untuk kawasan permukiman perkotaan
dan perdesaan.

Harus Cara
Sumber Air Tempat Buang
No Kode Nama Desa Membeli Air Membuang
Minum Air Besar
Minum Sampah
1 001 MEURAH Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
2 002 COT MEURAK BLANG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
3 003 BATEE ILIEK Sungai/Danau Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
4 005 COT MEURAK BAROH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
5 006 MESJID BARO Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
6 007 DARUSSALAM Sumur Ada Jamban Umum Lobang/Dibakar
7 008 MATANG II MNS Sumur Ada Jamban Umum Lobang/Dibakar
8 009 MATANG WAKEUH Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
9 010 MATANG JAREUNG Sumur Tidak Jamban Bersama Lobang/Dibakar
10 011 ALUE BARAT Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
11 012 ULEE ALUE Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
12 013 COT MANE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
13 034 PALOH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
14 035 KAMPUNG MEULUM Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
15 036 GEULUMPANG BUNGKOK Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
16 037 LANCOK Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
17 038 ULEE JEUMATAN Sumur Tidak Jamban Bersama Lobang/Dibakar
18 039 LHOK SEUMIRA Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
19 040 LUENG KEUBEU Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
20 041 MIDEUN GEUDONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
21 042 MEUNASAH LUENG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
22 043 NAMPLOH PAPEUEN Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
23 044 MEULIEK Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
24 048 NAMPLOH KRUENG Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
25 049 MIDEUN JOK Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
26 050 KAMPUNG PUTOH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
27 051 NAMPLOH BARO Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
28 052 NAMPLOH BLANG GARANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
29 053 KANDANG Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
30 054 NAMPLOH MANYANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
31 070 SANGSO Sumur Tidak Jamban Bersama Diangkut
32 071 KEUDE ACEH Pipa PAM Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
33 072 KAMPUNG BARO Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
34 073 PINEUNG SIRI BEE Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar

LAPORAN AKHIR III - 39


BRR
NAD - Nias

Harus Cara
Sumber Air Tempat Buang
No Kode Nama Desa Membeli Air Membuang
Minum Air Besar
Minum Sampah
35 074 MATANG TEUNGOH Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
36 075 ULEE UE Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
37 076 TANJONGAN IDEM Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
38 077 TANJONG BARO Sumur Ada Jamban Umum Lobang/Dibakar
39 078 MEUNASAH LINCAH Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
40 079 ANKIENG BARAT Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
41 080 MNS PUUK Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
42 081 MNS LANCOK Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
43 082 COT SIREN Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
44 084 PANTE RHEENG Pipa PAM Ada Jamban Umum Lobang/Dibakar
45 085 PULO BAROH Sungai/Danau Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
46 087 GLUMPANG PAYONG Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar

C.3 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Kecamatan Samalanga meliputi :

1. TK Swasta sebanyak 4 (empat) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa


terjauh (Desa Luengkeubeu) adalah 40,4 Km,

2. SD Negeri sebanyak 18 (delapan belas) buah, dengan jangkauan pelayanan ke


desa terjauh (Desa Luengkeubeu) adalah 5,5 Km,

3. SMP Negeri sebanyak 2 (dua) buah, dan SMP swasta sebanyak 3 (tiga) buah,
dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Luengkeubeu) adalah 5 Km.

4. SMU Negeri sebanyak 1 (satu) buah, dan SMU swasta sebanyak 2 (dua) buah,
dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Sangso) adalah 14 Km.

Sekolah Menengah
No Kode Nama Desa Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Pertama Sekolah Menengah Umum
Peta Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 001 MEURAH 0 0 5 0 0 0.3 0 0 0.3 0 0 5.0

2 002 COT MEURAK BLANG 0 0 2 1 0 . 0 0 1.0 0 0 3.0

3 003 BATEE ILIEK 0 0 5 2 0 . 0 0 0.3 0 0 5.5

4 005 COT MEURAK BAROH 0 0 6 1 0 . 0 0 2.0 0 0 6.0

5 006 MESJID BARO 0 0 4 1 0 . 0 0 1.0 0 0 4.5

6 007 DARUSSALAM 0 0 2.5 0 0 0.4 0 0 2.5 0 0 3.0

7 008 MATANG II MNS 0 0 2 1 0 . 0 0 2.0 0 0 2.0

LAPORAN AKHIR III - 40


BRR
NAD - Nias

Sekolah Menengah
No Kode Nama Desa Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Pertama Sekolah Menengah Umum
Peta Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
8 009 MATANG WAKEUH 0 0 3 0 0 0.2 0 0 3.1 0 0 3.1

9 010 MATANG JAREUNG 0 0 2 1 0 . 0 0 2.0 0 0 2.5

10 011 ALUE BARAT 0 0 2.5 0 0 0.5 0 0 2.5 0 0 2.5

11 012 ULEE ALUE 0 0 2 0 0 0.5 0 0 2.0 0 0 12.0

12 013 COT MANE 0 0 3 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.0

13 034 PALOH 0 0 2.5 1 0 . 0 0 2.3 0 0 2.3

14 035 KAMPUNG MEULUM 0 0 4 0 0 1.0 0 0 4.0 0 0 4.0

15 036 GEULUMPANG BUNGKOK 0 0 4.5 1 0 . 0 0 4.0 0 0 4.0

16 037 LANCOK 0 0 3 0 0 0.8 0 0 3.5 0 0 3.5

17 038 ULEE JEUMATAN 0 0 3.5 0 0 0.3 0 0 3.5 0 0 4.0

18 039 LHOK SEUMIRA 0 0 3.5 1 0 . 0 0 3.7 0 0 4.0

19 040 LUENG KEUBEU 0 0 40.4 0 0 5.5 0 0 5.0 0 0 5.0

20 041 MIDEUN GEUDONG 0 0 3 0 0 3.1 0 0 3.2 0 0 3.2

21 042 MEUNASAH LUENG 0 1 0 0 0.2 0 0 2.6 0 0 2.7

22 043 NAMPLOH PAPEUEN 0 0 1.5 0 0 0.5 0 0 1.5 0 0 2.1

23 044 MEULIEK 0 0 1 0 0 0.5 0 0 0.5 0 0 1.0

24 048 NAMPLOH KRUENG 0 0 0.3 1 0 . 0 0 2.0 0 0 2.5

25 049 MIDEUN JOK 0 0 2.2 0 0 1.0 0 1 . 0 1 .

26 050 KAMPUNG PUTOH 0 0 3 0 0 1.5 0 2 . 0 1 .

27 051 NAMPLOH BARO 0 1 2 0 . 0 0 1.0 0 0 1.5


NAMPLOH BLANG
052 0 0 1 0 0 0.9 0 0 1.2 0 0 1.4
28 GARANG
29 053 KANDANG 0 0 0.2 1 0 . 0 0 1.0 0 0 1.0

30 054 NAMPLOH MANYANG 0 0 0.3 0 0 0.3 0 0 0.4 0 0 12.0

31 070 SANGSO 0 0 0.3 0 0 0.3 0 0 0.4 0 0 14.0

32 071 KEUDE ACEH 0 1 1 0 . 1 0 . 1 0 .

33 072 KAMPUNG BARO 0 1 0 0 0.5 0 0 0.5 0 0 0.7

34 073 PINEUNG SIRI BEE 0 0 2.5 0 0 1.7 0 0 1.5 0 0 1.5

35 074 MATANG TEUNGOH 0 0 2.6 0 0 0.1 0 0 0.4 0 0 0.1

36 075 ULEE UE 0 0 2.5 0 0 1.0 0 0 1.0 0 0 0.2

37 076 TANJONGAN IDEM 0 0 2.5 0 0 0.2 1 0 . 0 0 0.5

38 077 TANJONG BARO 0 0 3 1 0 . 0 0 1.0 0 0 1.0

39 078 MEUNASAH LINCAH 0 0 3.2 0 0 0.5 0 0 1.3 0 0 0.5

40 079 ANKIENG BARAT 0 0 3 0 0 0.5 0 0 0.8 0 0 1.0

41 080 MNS PUUK 0 0 4 1 0 . 0 0 0.2 0 0 0.7

42 081 MNS LANCOK 0 0 3.3 0 0 0.5 0 0 1.0 0 0 0.8

43 082 COT SIREN 0 0 35 0 0 0.5 0 0 3.5 0 0 3.5


44 084 PANTE RHEENG 0 0 0.5 0 0 0.1 0 0 0.1 0 0 0.1
45 085 PULO BAROH 0 0 4 0 0 0.3 0 0 1.0 0 0 4.2

46 087 GLUMPANG PAYONG 0 0 2 0 0 0.1 0 0 2.0 0 0 2.2

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana desa-

LAPORAN AKHIR III - 41


BRR
NAD - Nias

desa prioritas di Kecamatan Samalanga dianggap sebagai satu lingkungan, dengan


proyeksi penduduk pada tahun 2010 sebesar 25.824 jiwa, maka kebutuhan
tambahan sarana pendidikan di kawasan perencanaan Kec. Samalanga adalah
hanya berupa sarana TK sebanyak 21 (dua puluh satu) buah.

C.4 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan di Kecamatan Samalanga meliputi :

1. Puskesmas sebanyak 1 (satu) buah, di Desa Keude Aceh, dengan jangkauan


pelayanan ke desa terjauh (Desa Cot Meurak Baroh) adalah 6 Km,

2. Puskesmas Pembantu sebanyak 4 (empat) buah, dengan jangkauan pelayanan ke


desa terjauh (Desa Cot Meurak Baroh) adalah 6 Km,

3. Posyandu sebanyak 44 (empat puluh empat) buah (hampir ada di setiap desa),
dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Ulee Ue) adalah 2,5 Km,

4. Polindes (Pondok Bersalin Desa) sebanyak 18 (delapan belas) buah, dengan


jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Mns. Lancok) adalah 5,1 Km.

Poliklinik/Balai Puskemas Polindes (Pondok


Puskemas POSYANDU
Kode Pengobatan Pembantu Bersalin Desa)
No Peta Nama Desa Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata- Rata-
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Rata Rata Rata Rata Rata
(km) (km) (km) (km) (km)
1 001 MEURAH 0 5.0 0 5.0 0 2.0 1 . 0 1.0

2 002 COT MEURAK BLANG 0 2.0 0 2.0 0 2.0 1 . 0 2.0

3 003 BATEE ILIEK 0 45.0 0 5.0 0 1.0 1 . 1 .

4 005 COT MEURAK BAROH 0 6.0 0 6.0 0 6.0 1 . 1 .

5 006 MESJID BARO 0 43.1 0 3.5 1 . 1 . 0 1.0

6 007 DARUSSALAM 0 42.5 0 3.0 0 0.5 1 . 0 0.5

7 008 MATANG II MNS 0 41.3 0 2.0 0 1.5 1 . 1 .

8 009 MATANG WAKEUH 0 43.0 0 3.1 0 0.3 1 . 1 .

9 010 MATANG JAREUNG 0 41.0 0 2.0 0 2.0 1 . 0 3.2

10 011 ALUE BARAT 0 2.5 0 2.5 0 2.5 1 . 0 2.5

11 012 ULEE ALUE 0 2.0 0 2.0 0 2.0 1 . 0 0.8

12 013 COT MANE 0 42.0 0 3.0 0 4.0 1 . 0 3.0

13 034 PALOH 0 44.2 0 2.3 0 1.0 1 . 1 .

14 035 KAMPUNG MEULUM 0 46.0 0 4.0 1 . 1 . 0 4.0

15 036 GEULUMPANG BUNGKOK 0 1.0 0 2.0 0 2.0 1 . 0 2.0

16 037 LANCOK 0 43.5 0 3.5 0 1.2 1 . 1 .

17 038 ULEE JEUMATAN 0 44.5 0 3.5 0 3.0 1 . 1 .

LAPORAN AKHIR III - 42


BRR
NAD - Nias

Poliklinik/Balai Puskemas Polindes (Pondok


Puskemas POSYANDU
Kode Pengobatan Pembantu Bersalin Desa)
No Peta Nama Desa Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata- Rata-
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Rata Rata Rata Rata Rata
(km) (km) (km) (km) (km)
18 039 LHOK SEUMIRA 0 45.5 0 3.4 0 3.0 1 . 1 .

19 040 LUENG KEUBEU 0 47.0 0 5.4 0 4.0 1 . 0 4.0

20 041 MIDEUN GEUDONG 0 43.1 0 3.2 0 1.0 1 . 1 .

21 042 MEUNASAH LUENG 0 44.6 0 2.6 0 1.0 1 . 1 .

22 043 NAMPLOH PAPEUEN 0 44.0 0 1.7 0 5.0 1 . 1 .

23 044 MEULIEK 0 42.0 0 0.5 0 0.5 1 . 1 .

24 048 NAMPLOH KRUENG 0 2.0 0 2.0 0 4.0 1 . 1 .

25 049 MIDEUN JOK 0 45.0 0 2.1 1 . 1 . 1 .

26 050 KAMPUNG PUTOH 0 46.0 0 2.0 0 0.5 1 . 0 0.5

27 051 NAMPLOH BARO 0 47.0 0 0.5 0 0.3 0 0.5 0 0.5


NAMPLOH BLANG
052 0 44.0 0 1.5 0 4.0 1 . 1 .
28 GARANG
29 053 KANDANG 0 44.0 0 2.0 0 1.8 1 . 0 1.5

30 054 NAMPLOH MANYANG 0 43.0 0 0.3 0 5.0 1 . 0 3.0

31 070 SANGSO 0 43.0 0 0.3 0 2.6 1 . 0 0.5

32 071 KEUDE ACEH 0 43.0 1 . 0 2.6 1 . 1 .

33 072 KAMPUNG BARO 0 2.5 0 0.5 0 2.5 1 . 0 0.5

34 073 PINEUNG SIRI BEE 0 43.5 0 1.5 0 1.5 1 . 0 1.5

35 074 MATANG TEUNGOH 0 46.0 0 2.4 0 0.5 1 . 0 4.0

36 075 ULEE UE 0 45.0 0 2.5 1 . 0 2.5 1 .

37 076 TANJONGAN IDEM 0 45.0 0 2.7 0 0.1 1 . 0 4.7

38 077 TANJONG BARO 0 45.8 0 3.0 0 1.0 1 . 0 3.0

39 078 MEUNASAH LINCAH 0 45.0 0 3.2 0 0.5 1 . 0 3.2

40 079 ANKIENG BARAT 0 45.0 0 3.0 0 0.5 1 . 0 3.0

41 080 MNS PUUK 0 45.0 0 4.0 0 0.5 1 . 0 4.0

42 081 MNS LANCOK 0 46.3 0 3.3 0 1.0 1 . 0 5.1

43 082 COT SIREN 0 3.0 0 3.0 0 3.5 1 . 0 3.0

44 084 PANTE RHEENG 0 0.5 0 0.4 0 5.0 1 . 0 0.4

45 085 PULO BAROH 0 43.1 0 4.0 0 0.4 1 . 1 .

46 087 GLUMPANG PAYONG 0 41.0 0 2.0 0 1.5 1 . 0 0.5

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana desa-
desa di Kecamatan Samalanga dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi
penduduk pada tahun 2010 sebesar 25.824 jiwa, maka tambahan sarana kesehatan
yang dibutuhan di Kec. Samalanga, meliputi :

1. Poliklinik/Balai Pengobatan sebanyak 4 (empat) buah, dan


2. RS Bersalin sebanyak 1 (satu) buah

LAPORAN AKHIR III - 43


BRR
NAD - Nias

C.4 Listrik dan Telepon

Secara umum, hampir seluruh desa di Kecamatan Samalanga telah dilayani oleh
prasarana listrik, kecuali 2 (dua) desa, yakni desa Meunasah Lincah, dan desa
Meunasah Lancok. Kondisi ini menunjukkan kebutuhan perluasan jaringan listrik
yang dapat mencapai kedua desa tersebut.

Demikian juga untuk prasarana telepon, sebagian desa di kecamatan Samalanga


telah dilayani, dan terdapat 18 (delapan) desa yang masih belum terlayani.
Kondisi ini menunjukkan kebutuhan perluasan jaringan telepon yang dapat
mencapai desa-desa yang masih berlum terlayani.

Keluarga Berlangganan
No Kode Nama Desa Ketersediaan Keluarga Pengguna Listrik Telepon
Peta Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)

1 001 MEURAH Ada 100 0 73.5 0.0 0 0.0

2 002 COT MEURAK BLANG Ada 93 0 70.5 0.0 0 0.0

3 003 BATEE ILIEK Ada 124 0 96.1 0.0 5 3.9

4 005 COT MEURAK BAROH Ada 65 0 85.5 0.0 0 0.0

5 006 MESJID BARO Ada 130 0 100.0 0.0 15 11.5

6 007 DARUSSALAM Ada 257 0 100.0 0.0 2 0.8

7 008 MATANG II MNS Ada 178 0 100.0 0.0 5 2.8

8 009 MATANG WAKEUH Ada 100 0 100.0 0.0 10 10.0

9 010 MATANG JAREUNG Ada 146 0 90.1 0.0 15 9.3

10 011 ALUE BARAT Ada 43 0 75.4 0.0 0 0.0

11 012 ULEE ALUE Ada 43 0 59.7 0.0 0 0.0

12 013 COT MANE Ada 49 0 63.6 0.0 0 0.0

13 034 PALOH Ada 70 95.9 0 0.0

14 035 KAMPUNG MEULUM Ada 30 0 17.5 0.0 0 0.0

15 036 GEULUMPANG BUNGKOK Ada 112 0 92.6 0.0 0 0.0

16 037 LANCOK Ada 82 0 100.0 0.0 3 3.7

17 038 ULEE JEUMATAN Ada 64 0 82.1 0.0 4 5.1

18 039 LHOK SEUMIRA Ada 75 0 93.8 0.0 3 3.8

19 040 LUENG KEUBEU Ada 55 0 72.4 0.0 0 0.0

20 041 MIDEUN GEUDONG Ada 59 0 88.1 0.0 0 0.0

21 042 MEUNASAH LUENG Ada 42 0 72.4 0.0 9 15.5

22 043 NAMPLOH PAPEUEN Ada 105 0 95.5 0.0 8 7.3

23 044 MEULIEK Ada 145 0 98.6 0.0 25 17.0

24 048 NAMPLOH KRUENG Ada 83 0 100.0 0.0 16 19.3

25 049 MIDEUN JOK Ada 80 0 26.5 0.0 3 1.0

26 050 KAMPUNG PUTOH Ada 160 0 100.0 0.0 5 3.1

27 051 NAMPLOH BARO Ada 68 0 81.9 0.0 20 24.1

LAPORAN AKHIR III - 44


BRR
NAD - Nias

Keluarga Berlangganan
No Kode Nama Desa Ketersediaan Keluarga Pengguna Listrik Telepon
Peta Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)

28 052 NAMPLOH BLANG GARANG Ada 74 0 98.7 0.0 23 30.7

29 053 KANDANG Ada 109 0 74.1 0.0 12 8.2

30 054 NAMPLOH MANYANG Ada 48 0 82.8 0.0 7 12.1

31 070 SANGSO Ada 209 0 89.3 0.0 40 17.1

32 071 KEUDE ACEH Ada 178 0 100.0 0.0 50 28.1

33 072 KAMPUNG BARO Ada 110 0 100.0 0.0 20 18.2

34 073 PINEUNG SIRI BEE Ada 166 0 100.0 0.0 7 4.2

35 074 MATANG TEUNGOH Ada 125 0 98.4 0.0 0 0.0

36 075 ULEE UE Ada 61 0 100.0 0.0 3 4.9

37 076 TANJONGAN IDEM Ada 72 0 100.0 0.0 10 13.9

38 077 TANJONG BARO Ada 150 0 85.7 0.0 0 0.0

39 078 MEUNASAH LINCAH Tidak 0.0 0 0.0

40 079 ANKIENG BARAT Ada 34 0 44.7 0.0 0 0.0

41 080 MNS PUUK Ada 47 0 71.2 0.0 7 10.6

42 081 MNS LANCOK Tidak 0.0 0 0.0

43 082 COT SIREN Ada 40 0 58.8 0.0 0 0.0

44 084 PANTE RHEENG Ada 148 0 81.3 0.0 10 5.5

43 085 PULO BAROH Ada 86 0 65.2 0.0 0 0.0

44 087 GLUMPANG PAYONG Ada 149 0 100.0 0.0 2 1.3

3.4.2 RENCANA TINDAK (ACTION PLAN) KECAMATAN SAMALANGA

Rencana Tindak (Action Plan) di Kecamatan Samalanga disusun berdasarkan 5 (lima)


rangkaian kegiatan yang telah dijelaskan pada sub bab 3.2. Sebagaimana juga telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, pelaksanaan sosialisasi melalui FGD di kecamatan
Samalanga tidak dapat dilaksanakan, sehingga dalam hal ini dilaksanakan survai
wawancara (kuestioner) kepada masyarakat setempat sebagai bahan validitas
terhadap draft rencana tindak (action plan) yang disusun konsultan dan telah
dipadukan dengan bahan usulan program dari hasil pelaksanaan penjaringan
aspirasi masyarakat melaui Forum FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan
oleh Pemda Kabupaten Bireuen bekerjasama dengan Lembaga NGO dari Perancis
pada tahun 2005.

Hasil suvai wawancara (kuestioner) kepada masyarakat di 9 (sembilan) kecamatan


prioritas (termasuk Kecamatan Samalanga) juga telah dijelaskan pada sub bab 3.2.
Melalui 5 (lima) rangkaian kegiatan di atas, dan hasil pelaksanaan suvai wawancara

LAPORAN AKHIR III - 45


BRR
NAD - Nias

(kuestioner) kepada masyarakat selanjutnya disusun dan ditetapkan Rencana


Tindak (Action Plan) di Kecamatan Samalanga Tahun 2007 sampai Tahun 2009
seperti disajikan pada Tabel dan gambar pada halaman berikut.

3.4.3 DESA PRIORITAS DI KECAMATAN SAMALANGA

Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka dipilih dan ditetapkan desa prioritas untuk
“Village Planning” di Kecamatan Samalanga seperti disajikan pada tabel berikut.

Desa Prioritas di Kecamatan Samalanga

Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
6 81 MNS LANCOK Samalanga 38 1
19 78 MEUNASAH LINCAH Samalanga 28 2
20 84 PANTE RHEENG Samalanga 28 2
25 74 MATANG TEUNGOH Samalanga 27 3
27 73 PINEUNG SIRI BEE Samalanga 26 4
57 72 KAMPUNG BARO Samalanga 22 5
59 79 ANKIENG BARAT Samalanga 22 5
65 77 TANJONG BARO Samalanga 21 6
76 70 SANGSO Samalanga 20 7
87 54 NAMPLOH MANYANG Samalanga 19 8
96 44 MEULIEK Samalanga 18 9
122 51 NAMPLOH BARO Samalanga 15 10
123 80 MNS PUUK Samalanga 15 10
125 71 KEUDE ACEH Samalanga 14 11
126 76 TANJONGAN IDEM Samalanga 14 11
139 75 ULEE UE Samalanga 10 12
142 53 KANDANG Samalanga 8 13

LAPORAN AKHIR III - 46


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 47


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 48


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 49


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 50


BRR
NAD - Nias

3.5 KECAMATAN SIMPANG MAMPLAM

3.5.1 IDENTIFIKASI KONDISI DAN PERMASALAHAN YANG ADA

A. FISIK DAN LINGKUNGAN

A.1 Morfologi

Kondisi morfologi di Kec. Simpang Mamplam berupa dataran di sebelah Utara,


(antara lain meliputi desa : Ceureucok, Blang Teumulek, Blang Kuta II Mns, Blang
Kuta Coh, Rheum Timur, dan Meunasah Asan), dan perbukitan di sebelah Selatan.

A.2 Jenis Tanah

Jenis tanah di Kec. Simpang Mamplam, meliputi : Aluvial, Hidromorf kelabu, dan
Podsolik Merah Kuning. Jenis tanah Aluvial umumnya relatif subur dan sesuai untuk
pengembangan pertanian, jenis tanah Podsolik Merah Kuning sesuai untuk tanaman
perkebunan atau tahunan.

A.3 Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif tanah di Kec. Simpang Mamplam, sebagian besar memiliki


kedalaman efektif antara 30 – 60 cm.

A.4 Sumber Daya Air

Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Simpang Mamplam meliputi Sumber Daya
Air Sungai, Rawa/paya dan, diantaranya Krueng / Sungai ( Surien , Tambue,
Cangkue, Tambu 40 Ha ), Paya / Rawa Betee Glungku 6 Ha, Glen Mudong 3 Ha.

A.5 Daerah Rawan Banjir

Daerah wilayah Kecamatan Simpang Mamplam yang berpotensi rawan banjir adalah
daerah Pesisir yang relatip datar 0 -5 meter di atas permukaan air laut .meliputi
daerah sekitar muara sungai kuala Tambue dan Kuala Cangkue yang kondisinya
mengalami pendangkalan akibat sedimentasi dan akresi yang menimbulkan
penyempitan “ Bottle Neck “ di bagian hilir ( muara ) .

A.6 Daerah Rawan Gempa

Daerah Wilayah Kecamatan Simpang Mamplam berpotensi mengalami bencana


kegempaan di tinjau dari tatanan struktur geologi tektonik regional pulau Sumatra

LAPORAN AKHIR III - 51


BRR
NAD - Nias

yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan gempa tektonik dengan skala 6-7 reichter
patahan – patahan tersebut. Salah satunya dapat dijumpai di krueng Peusangan.

A.7 Daerah Rawan Tsunami

Daerah Pesisir yang berpotensi rawan tsunami meliputi desa-desa pesisir baik desa
tambak maupun desa pantai yang beresiko berat yaitu desa Rhuem Baroh dan yang
beresiko sedang yaitu desa Kaude Tambue, Core Tunong, Core Baroh, Peuneulet
Baroh, Ulee Kareung, Blang Panyah dan Calok. Faktor penyebab lain di sepanjang
pesisir desa-desa pantai tidak terdapat zona penyanggah (buffer zone) Ekosistim
hutan mangrove yang mampu menahan laju gelombang tsunami secara alamiah
serta kedalaman toporafi daerah perairan pantai Simpang Mamplam 20 – 60 meter,
yang juga berpengaruh terhadap laju kecepatan rambat gelombang C = L/T
terhadap kedalaman laut d/L yang semakin ke arah darat cepat rambat
gelombang semakin melemah ( Refraksi Gelombang ) dan juga adanya sebaran
Ekosistim Terumbu Karang di perairan desa Ulee Karueng, Blang Panyah dan Calok
yang dapat menahan laju gelombang tsunami.

A.8 Kelautan dan Lingkungan Pesisir

Morfologi Daerah Pesisir

Penggunaan lahan dan kenampakan yang ada adalah pemukiman penduduk,


pertambakan, kebun kelapa, sawah dan hatchery dengan panjang garis pantai
12,95 km.

Potensi Sumber Daya Hayati

Ekosisitim Terumbu Karang tersebar di desa ( Ulee Kareung, Blang Panyah dan
Calok ) , Ekosisitim Estuaria Muara Sungai ( Kuala Surien, Kuala Tambue dan Kuala
Cangkue), Perikanan tangkap dan rencana di bangun TPI, Ekosistim Padang Lamun ,
Ekosisitim Pantai Pasir dan Budi daya tambak seluas 866 Ha.

Permasalahan Kelautan dan Lingkungan Pesisir

Abrasi di sepanjang pesisir pantai, Akresi di daerah muara sungai Tambue dan
Cangkoy, Kerusakan Ekosistim Hutan Mangrove.

LAPORAN AKHIR III - 52


BRR
NAD - Nias

Analisis Penanganan dan Pengembangan

Berdasarkan permasalahan kelautan dan lingkungan pesisir yang ada di Kec.


Simpang Mamplam, maka beberapa bentuk penanganan dan pengembangan yang
diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Ekosistim Hutan Mangrove ( Bakau )

a. Mereboisasai Kawasan pantai dengan menanam kembali tanaman bakau


(mangrove) di desa Rheum Baroh, Kaude Tambue, Core Tunong, Cure Baroh,
Peneulet Baroh, Ulee Kareung, Blang Panyah, Calok.

b. Penanganan lainnya adalah sama dengan yang telah dijelaskan untu


kecamatan Samalanga.

2. Ekosistim Estuaria, Padang Lamun, Pasir Pantai, dan Perikanan Tambak

Sama dengan yang telah dijelaskan untuk kecamatan Samalanga.

3. Abrasi

a. Penanggulangan abrasi pantai secara alamiah dengan memanfaatkan sumber


daya ekosistim hutan mangrove ( Vegetasi ) dan Reboisasi di desa Rhum
Baroh, Kaude Tambue, Core Tunong, Cure Baroh, Peneulet Baroh, Ulee
Karueng, Blang Panyah dan desa Calok.

b. Penanggulangan abrasi pantai dengan sistim Proteksi Bangunan Pantai (


Coastal Engineering ) yaitu Sea Wall, Bulkhealt dan Revetment, dengan
mengutamakan dan memanfaatkan batuan yang banyak tersebar di
kabupaten bireuen di desa Rhum Baroh, Kaude Tambue, Core Tunong, Cure
Baroh, Peneulet Baroh, Ulee Karueng, Blang Panyah dan desa Calok.

4. Akresi

Sama dengan yang telah dijelaskan untuk kecamatan Samalanga.

A.9 Rencana Pembangunan Pelabuhan Internasional Bireuen

Rencana Pembangunan Pelabuhan Laut Internasional Bireuen sesuai dengan Master


Plan yang telah di buat Bapeda Kabupaten Bireuen berlokasi daerah Batee
Guelungku berdekatan dengan rencana pegembangan Kawasan Industri (Batee
Geulungku Industrial Estate Port).

LAPORAN AKHIR III - 53


BRR
NAD - Nias

1. Kondisi Pemanfaatan Lahan Pelabuhan Rencana

Rencana Pembangunan Pelabuhan Bireuen meliputi wilayah desa-desa pantai


yang umumya pemanfaatan lahannya sebagai daerah Pertambakan, Sawah,
Pemukiman Nelayan dan Kebun Kelapa. Di kecamatan Simpang Mamplam luas
lahan yang di jadikan budi daya perikanan tambak mencapai (866 Ha). Luas
Desa yang termasuk desa pantai 5.009 Ha. Panjang garis pantai 12,95 km

2. Jalan Akses Ke Pelabuhan Rencana

Jalan akses ke pelabuhan rencana adalah jalan Nasional (Arteri Primer) Banda
Aceh – Medan, yang terhubung dengan Akses jalan lokal Kecamatan dan Jalan-
jalan Desa yang ada.

3. Sumber Daya Air ” Bate Ilie”

Direncanakan akan dibangun Pengolahan Sumber Daya Air dari Sumber Mata Air
Sungai Bate Ilie di Kecamatan Samalanga untuk menunjang kebutuhan
terselenggaranya Pelabuhan Rencana dan Kawasan Industri (Batee Geulungku
Industrial Estate Port).

4. Kondisi Hidro – Oseanografi Perairan Pelabuhan Rencana

a. Morfologi Daerah Pantai

Kenampakan daerah pantai adalah pasir berwarna coklat muda, sepanjang


garis pantainya banyak tumbuh pohon kelapa, dan tambak – tambak.

b. Bathimetri

Kedalaman laut bervariasi, untuk alur sebelah barat yaitu Samalanga dan
sekitarnya, alur kedalaman sekitar pantai antara 1 – 20 m, alur pendekat
pantai kedalamannya 20 – 50 m, alur perairan lepas kedalamannya 50 – 200
m, alur semakin kelautan lepas kedalamannya 200 –1000 m lebih. Untuk
perairan sebelah timur Pandrah, Jeunieb, Peudada untuk alur dekat pantai
relatip lebih dangkal.

c. Arus

Arus permukaan di perairan Bireuen dipengaruhi oleh musim barat dan


musim timur. Untuk arus permukaan pendekat ke pantai kecepatannya 0,12 –

LAPORAN AKHIR III - 54


BRR
NAD - Nias

0,2 Knot, sedangkan arus lepas pantai kecepatannya 0,2 – 0,48 Knot dan Arus
ke laut lepas kecepatannya 0,93 – 1,94 Knot.

d. Pasang Surut

Naiknya turunnya permukaan air laut di perairan bireuen berdasarkan jenis


tabiatnya adalah Harian Ganda yaitu dalam satu hari terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut. Untuk perairan Bireuen kedalaman air laut di surutkan
sampai air rendah terendah ( HHWL) 9 dm di pelabuhan Blanglancang dan
dari Krueng Guelukoen 12 dm di bawah Duduk Tengah (MSL).

5. Analisis Kesesuaian Rencana Pelabuhan

a. Kriteria Kapal Umum Pelabuhan Rencana

Berdasarkan analisis kedalaman minimum dari topografi dasar laut


(Bathimetri), untuk alur dekat pantai dan pendekat ke pantai dapat dilalui
kapal-kapal umum berdasarkan kriterian dan standard Badan Internasional
IHO (Internasional Hidrographic Organisation). Untuk kedalaman alur dekat
pelabuhan dan alur pendekat ke pelabuhan dapat dilalui kapal – kapal umum
dengan kriteria Kapal Penumpang (30.000 GRT), kapal Ferry (13.000 GRT),
Kapal Barang (50.000 DWT), Kapal Minyak (80.000 DWT), Kapal Peti kemas
(50.000 DWT), Kapal Barang Curah (150.000 DWT).

Tabel : 3.1 - Kriteria Kapal Umum Pelabuhan Rencana

Jenis Kapal Bobot Panjang Lebar Draft


GRT/DWT (M) (M) (M)
Kapal Penumpang 51 - 30.000 51 – 230 10,2 - 27,5 2,9 – 8,5
Kapal Ferri 1000 - 13.000 73 -188 14,3 - 27,1 3,7 – 6,7
Kapal Barang 700 - 50.000 58 – 216 9,7 - 31,5 3,7 – 12,4
Kapal Minyak 700 - 80.000 50 – 255 8,5 - 38,3 3,7 – 14,9
Kapal Peti Kemas 20,000 - 50.000 201 – 280 27,1 - 35,8 10,6 – 13,0
Kapal Barang 10.000 - 150.000 140 – 313 18,7 - 44,5 8,1 – 18,0
Curah

Sumber : Hasil Analis

b. Tatanan Pelabuhan Rencana

Menurut Fungsinya, sebagai Simpul pergatian moda transportasi, dan Pintu


gerbang kegiatan perekonomiaan Nasional dan Internasional. Menurut
Penggunaanya merupakan Pelabuhan Terbuka untuk perdagangan luar

LAPORAN AKHIR III - 55


BRR
NAD - Nias

negeri. Menurut Jenisnya merupakan Pelabuhan Umum yang digunakan untuk


melayani kepentingan umum. Menurut penyelenggaraannya diselenggarakan
oleh pemerintah atau badan usaha pelabuhan.

c. Perencanaan Lokasi Pelabuhan.

Mengadakan survai dan studi kelayakan untuk mencari daerah yang tepat
untuk di jadikan pelabuhan, mengingat pesisir pantai perairan desa Ulee
Kareung, Blang Panyah dan Calok terdapat ekosistim terumbu karang yang
perlu di lindungi keberadaannya.

A.10 Rencana Pengembangan Kawasan Industri

Rencana pengembangan daerah Batee Geulungku sebagai kawasan industri dengan


luas area rencana kawasan industri seluas 660 Ha. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pengembangangan kawasan industri ini adalah sebagai
berikut :

1. Penentuan lokasi untuk kawasan industri hendaknya perlu di dasari pertimbang


jenis Industri, karakter dan volume efluen yang dihasilkan, metode atau tehnik
pengelolaan limbah, terletak pada jalur Arteri, serta memliki sumber daya air
yang cukup.

2. Hendaknya menghindari wilayah perairan yang sirkulasinya kurang baik, tempat-


tempat yang mempunyai arti biologi penting, serta dalam perencanaan sistim
pembuangan limbah tidak mengganggu biota perairan sekitarnya.

3. Penentuan lokasi pembuangan limbah Industri harus memiliki Kriteria : (1) tidak
mencemari lingkungan pesisir, (2) tidak mengganggu secara higienik maupun
secara estetik, (3) terhindar dari gangguan banjir, (4) semua jenis limbah
industri terutama yang bersifat tosik dilarang dibuang di sungai, saluran,
estauria, perairan pantai maupun lepas pantai, tanpa proses pengolahan
terlebih dahulu.

LAPORAN AKHIR III - 56


BRR
NAD - Nias

B. SOSIAL EKONOMI

B.1 Jumlah Penduduk dan KK

Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa di Kecamatan
Simpang Mamplam pada tahun 2005 adalah 20.107 jiwa dan 4.936 KK, dengan
jumlah penduduk dan KK terbesar adalah di Desa Ceureucok sebanyak 1.511 jiwa
dan 332 KK, serta terkecil di desa Paku sebanyak 66 jiwa dan 16 KK.

No Kode Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah


Peta Laki-Laki Wanita Total Keluarga
1 001 GLE MENDONG 169 219 388 92
2 002 IE RHOB BABAH KRUENG 220 230 450 112
3 003 LHOK TANOH 33 37 70 16
4 004 KRUENG MEUSEUGOB 202 223 425 129
5 005 PAKU 34 32 66 16
7 006 BLANG TAMBUE 578 562 1,140 241
8 007 MAMPLAM 290 336 626 176
9 008 PULO DAPONG 132 131 263 56
10 009 COT TRIENG 185 216 401 93
11 010 IE RHOB TIMU 184 165 349 87
12 011 IE RHOB BARAT 183 233 416 115
13 012 MEUNASAH DAYAH 169 189 358 99
14 013 PULO DRIEN 142 127 269 70
15 014 IE RHOB GEULUMPANG 130 126 256 59
16 015 CEUREUCOK 980 531 1,511 332
17 016 ARONGAN 566 515 1,081 282
18 017 BALEE 267 288 555 154
19 018 BLANG MANE BARAT 151 139 290 56
20 019 BLANG MANE II MNS 175 196 371 78
21 020 JURONG BINJE 208 192 400 75
22 021 MNS MESJID 205 193 398 84
23 022 BLANG TEUMULEK 143 169 312 132
24 023 BLANG KUTA II MNS 489 480 969 241
25 024 BLANG KUTA COH 109 126 235 62
26 025 RHEUM TIMUR 232 253 485 123
27 026 RHEUM BARAT 243 292 535 129
28 027 RHEUM BAROH 464 430 894 213
29 028 LANCANG 145 169 314 69
30 029 KEUDE TAMBUE 417 409 826 185
32 030 MEUNASAH ASAN 230 243 473 108
33 031 PEUNEULET TUNONG 192 196 388 97
34 032 CURE TUNONG 394 346 740 223

LAPORAN AKHIR III - 57


BRR
NAD - Nias

No Kode Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah


Peta Laki-Laki Wanita Total Keluarga
35 033 CURE BAROH 293 279 572 140
36 034 PEUNEULET BAROH 306 314 620 168
37 035 ULEE KAREUNG 429 427 856 185
38 036 ALUE LEUHOB 163 167 330 81
39 037 BLANG PANYANG 397 418 815 193
40 038 CALOK 318 342 660 165

B.2 Pertumbuhan Penduduk dan Proyeksi Penduduk Tahun 2010

Adapun pertumbuhan penduduk pada desa-desa di Kec. Simpang Mamplam dari


tahun 2003-2005 sebagian menunjukkan angka pertumbuhan negatif, berkisar
antara -0,21 sampai -40,3 %. Hal ini kemungkinan disebabkan dampak tsunami yang
cukup parah di Kecamatan Simpang Mamplam. Berdasarkan angka pertumbuhan
yang ada, selanjutnya diproyeksikan jumlah penduduk di desa-desa Kec. Simpang
Mamplam pada tahun 2010, total sebesar 20.924 jiwa, dengan rincian jumlah
penduduk tiap desa disajikan pada tabel berikut.

Luas Jml. Penduduk Jml. Penduduk Proyeksi


Status
No. Kode Nama Desa/ Kel. sekarang Wilayah Tahun 2003 Tahun 2005 Penduduk Tahun
Desa/Kota
(Ha) (Jiwa) (Jiwa) 2010 (Jiwa)
1 001 GLE MENDONG Desa 319.66 510 388 404
2 002 IE RHOB BABAH KRUENG Desa 148.36 442 450 468
3 003 LHOK TANOH Desa 479.24 83 70 73
4 004 KRUENG MEUSEUGOB Desa 522.07 499 425 442
5 005 PAKU Desa 323.73 185 66 69
7 006 BLANG TAMBUE Desa 1,031.58 1,185 1,140 1,186
8 007 MAMPLAM Desa 449.82 598 626 651
9 008 PULO DAPONG Desa 76.86 299 263 274
10 009 COT TRIENG Desa 59.91 484 401 417
11 010 IE RHOB TIMU Desa 84.98 380 349 363
12 011 IE RHOB BARAT Desa 164.34 493 416 433
13 012 MEUNASAH DAYAH Desa 107.60 479 358 373
14 013 PULO DRIEN Desa 95.78 356 269 280
15 014 IE RHOB GEULUMPANG Desa 58.81 295 256 266
16 015 CEUREUCOK Desa 88.14 624 1,511 1,572
17 016 ARONGAN Desa 55.02 1313 1,081 1,125
18 017 BALEE Desa 44.60 711 555 578
19 018 BLANG MANE BARAT Desa 63.82 317 290 302
20 019 BLANG MANE II MNS Desa 54.33 404 371 386
21 020 JURONG BINJE Desa 61.24 400 400 416

LAPORAN AKHIR III - 58


BRR
NAD - Nias

Luas Jml. Penduduk Jml. Penduduk Proyeksi


Status
No. Kode Nama Desa/ Kel. sekarang Wilayah Tahun 2003 Tahun 2005 Penduduk Tahun
Desa/Kota
(Ha) (Jiwa) (Jiwa) 2010 (Jiwa)
22 021 MNS MESJID Desa 53.04 366 398 414
23 022 BLANG TEUMULEK Desa 32.20 570 312 325
24 023 BLANG KUTA II MNS Desa 245.69 913 969 1,008
25 024 BLANG KUTA COH Desa 58.48 240 235 245
26 025 RHEUM TIMUR Desa 87.42 569 485 505
27 026 RHEUM BARAT Desa 82.50 578 535 557
28 027 RHEUM BAROH Desa 985.98 1125 894 930
29 028 LANCANG Desa 184.35 394 314 327
30 029 KEUDE TAMBUE Desa 51.23 869 826 860
32 030 MEUNASAH ASAN Desa 286.58 475 473 492
33 031 PEUNEULET TUNONG Desa 120.86 396 388 404
34 032 CURE TUNONG Desa 102.96 766 740 770
35 033 CURE BAROH Desa 72.22 480 572 595
36 034 PEUNEULET BAROH Desa 534.79 582 620 645
37 035 ULEE KAREUNG Desa 93.42 670 856 891
38 036 ALUE LEUHOB Desa 323.36 373 330 343
39 037 BLANG PANYANG Desa 80.81 773 815 848
40 038 CALOK Desa 67.85 775 660 687

TOTAL 7,753.59 20,971.00 20,107.00 20,924

B.3 Mata Pencaharian Penduduk dan Jumah KK Miskin

Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Simpang Mamplam memiliki mata
pencaharian utama pada sektor pertanian tanaman pangan.

Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 4.024 KK atau 81,5 % dari total
jumlah KK di Kec. Samalanga, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa
Ceurecok, yakni sebanyak 295 KK atau 88,9 % dari jumlah KK yang ada di desa ini.
Sebanyak 38 (tiga puluh delapan) desa yang ada di Kec. Simpang Mamplam
memiliki persentase jumlah KK miskin di atas 50 %. Kondisi ini dapat digunakan
sebagai indikator kebutuhan penanganan masalah kemiskinan di Kec. Simpang
Mamplam.

No Kode Nama Desa Keluarga di Sektor Sumber


Peta Pertanian Keluarga Miskin Penghasilan Sub Sektor Buruh Tani
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Utama Pertanian Jumlah Presentase

1 001 GLE MENDONG 89 97 87 94.6 Pertanian Tanaman Pangan 20 5.3

2 002 IE RHOB BABAH KRUENG 111 99 85 75.9 Pertanian Tanaman Pangan 48 10.8

3 003 LHOK TANOH 16 99 14 87.5 Pertanian Tanaman Pangan 12 17.3

4 004 KRUENG MEUSEUGOB 128 99 115 89.1 Pertanian Tanaman Pangan 15 3.6

LAPORAN AKHIR III - 59


BRR
NAD - Nias

No Kode Nama Desa Keluarga di Sektor Sumber


Peta Pertanian Keluarga Miskin Penghasilan Sub Sektor Buruh Tani
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Utama Pertanian Jumlah Presentase
5 005 PAKU 16 100 16 100.0 Pertanian Tanaman Pangan 15 22.7

7 006 BLANG TAMBUE 227 94 184 76.3 Pertanian Tanaman Pangan 26 2.4

8 007 MAMPLAM 158 90 146 83.0 Pertanian Tanaman Pangan 43 7.6

9 008 PULO DAPONG 55 98 51 91.1 Pertanian Tanaman Pangan 22 8.5

10 009 COT TRIENG 91 98 65 69.9 Pertanian Tanaman Pangan 18 4.6

11 010 IE RHOB TIMU 86 99 78 89.7 Pertanian Tanaman Pangan 23 6.7

12 011 IE RHOB BARAT 113 98 113 98.3 Pertanian Tanaman Pangan 21 5.2

13 012 MEUNASAH DAYAH 91 92 97 98.0 Pertanian Tanaman Pangan 13 3.9

14 013 PULO DRIEN 64 92 66 94.3 Pertanian Tanaman Pangan 11 4.4

15 014 IE RHOB GEULUMPANG 56 95 35 59.3 Pertanian Tanaman Pangan 8 3.3

16 015 CEUREUCOK 319 96 295 88.9 Pertanian Tanaman Pangan 24 1.7

17 016 ARONGAN 212 75 179 63.5 Pertanian Tanaman Pangan 27 3.3

18 017 BALEE 137 89 138 89.6 Pertanian Tanaman Pangan 18 3.6

19 018 BLANG MANE BARAT 52 92 23 41.1 Pertanian Tanaman Pangan 12 4.5

20 019 BLANG MANE II MNS 74 95 50 64.1 Pertanian Tanaman Pangan 11 3.1

21 020 JURONG BINJE 69 92 69 92.0 Pertanian Tanaman Pangan 21 5.7

22 021 MNS MESJID 75 89 71 84.5 Pertanian Tanaman Pangan 20 5.6

23 022 BLANG TEUMULEK 129 98 129 97.7 Pertanian Tanaman Pangan 15 4.9

24 023 BLANG KUTA II MNS 231 96 109 45.2 Pertanian Tanaman Pangan 20 2.1

25 024 BLANG KUTA COH 60 97 57 91.9 Pertanian Tanaman Pangan 18 7.9

26 025 RHEUM TIMUR 114 93 118 95.9 Pertanian Tanaman Pangan 37 8.2

27 026 RHEUM BARAT 116 90 112 86.8 Pertanian Tanaman Pangan 19 3.9

28 027 RHEUM BAROH 211 99 198 93.0 Pertanian Tanaman Pangan 38 4.3

29 028 LANCANG 68 99 60 87.0 Pertanian Tanaman Pangan 24 7.7

30 029 KEUDE TAMBUE 181 98 159 85.9 Pertanian Perkebunan 39 4.8

32 030 MEUNASAH ASAN 107 99 95 88.0 Pertanian Tanaman Pangan 18 3.8

33 031 PEUNEULET TUNONG 92 95 95 97.9 Pertanian Perkebunan 17 4.6

34 032 CURE TUNONG 212 95 171 76.7 Pertanian Tanaman Pangan 43 6.1

35 033 CURE BAROH 136 97 118 84.3 Pertanian Tanaman Pangan 17 3.1

36 034 PEUNEULET BAROH 134 80 105 62.5 Pertanian Tanaman Pangan 31 6.3

37 035 ULEE KAREUNG 176 95 129 69.7 Pertanian Tanaman Pangan 32 3.9

38 036 ALUE LEUHOB 77 95 78 96.3 Pertanian Perkebunan 12 3.8

39 037 BLANG PANYANG 187 97 165 85.5 Pertanian Tanaman Pangan 33 4.2

40 038 CALOK 160 97 149 90.3 Pertanian Tanaman Pangan 20 3.1

C. PRASARANA DAN SARANA

C.1 Transportasi

Seluruh desa yang ada di Kecamatan Simpang Mamplam dihubungkan oleh prasarana
jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah, serta sebagian

LAPORAN AKHIR III - 60


BRR
NAD - Nias

besar desa dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4, dan hanya 2 (dua) desa yang
tidak dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4, yakni Desa Rheum Baroh dan Alue
Leuhob. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara kuantitas, hampir seluruh desa
yang ada di Kec. Simpang Mamplam telah terlayani oleh prasarana jaringan jalan
yang ada, hanya dari segi kualitasnya saja perlu ditingkatkan khususnya untuk
jalan-jalan dengan jenis permukaan tanah menjadi minimal jenis Sirtu (Pasir
Batu), sehingga dapat dilalui oleh kendaraan roda-4 di musim hujan.

Adapun sarana angkutan umum ke desa-desa di Kec. Simpang Mamplam adalah ojek
(sepeda motor). Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :

Sebagian Dapat Dijangkau


Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Roda Tipe Angkutan
No Kode Peta Nama Desa
Lalu Lintas Yang Terluas (jika darat) 4/ Lebih Umum Utama
Antar Desa Sepanjang Tahun

1 001 GLE MENDONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

2 002 IE RHOB BABAH KRUENG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

3 003 LHOK TANOH Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

4 004 KRUENG MEUSEUGOB Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

5 005 PAKU Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

7 006 BLANG TAMBUE Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

8 007 MAMPLAM Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

9 008 PULO DAPONG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

10 009 COT TRIENG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

11 010 IE RHOB TIMU Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

12 011 IE RHOB BARAT Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

13 012 MEUNASAH DAYAH Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

14 013 PULO DRIEN Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

15 014 IE RHOB GEULUMPANG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

16 015 CEUREUCOK Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

17 016 ARONGAN Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

18 017 BALEE Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

19 018 BLANG MANE BARAT Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

20 019 BLANG MANE II MNS Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

21 020 JURONG BINJE Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

22 021 MNS MESJID Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

23 022 BLANG TEUMULEK Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

24 023 BLANG KUTA II MNS Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

25 024 BLANG KUTA COH Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

26 025 RHEUM TIMUR Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

27 026 RHEUM BARAT Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

28 027 RHEUM BAROH Darat Tanah Tidak Ojek Sepeda Motor

29 028 LANCANG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

LAPORAN AKHIR III - 61


BRR
NAD - Nias

Sebagian Dapat Dijangkau


Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Roda Tipe Angkutan
No Kode Peta Nama Desa
Lalu Lintas Yang Terluas (jika darat) 4/ Lebih Umum Utama
Antar Desa Sepanjang Tahun

30 029 KEUDE TAMBUE Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

32 030 MEUNASAH ASAN Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

33 031 PEUNEULET TUNONG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

34 032 CURE TUNONG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

35 033 CURE BAROH Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

36 034 PEUNEULET BAROH Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

37 035 ULEE KAREUNG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

38 036 ALUE LEUHOB Darat Tanah Tidak Ojek Sepeda Motor

39 037 BLANG PANYANG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

40 038 CALOK Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

C.2 Prasarana Air Bersih, Air Limbah dan Sampah

Hampir seluruh desa di Kec. Samalanga menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih. Untuk prasarana dan sarana sanitasi, sebagian besar desa (32 desa)
menggunakan bukan jamban, dan hanya 8 (delapan) desa menggunakan jamban
umum, sisanya menggunakan jamban sendiri. Secara umum, kondisi ini
menunjukkan kebutuhan pembangunan jamban umum agar minimal dapat
melayani 80 % masyarakat di kawasan perencanaan Simpang Mamplam.

Untuk pengolahan sampah, hampir seluruh desa menggunakan cara dibuang di


lubang dan dibakar, dan hanya 1 (satu) desa yang telah menggunakan cara lain
yaitu Desa Cure Baroh. Secara umum, kondisi ini telah memenuhi standar
pelayanan minimal pengelolaan sampah yang ada untuk kawasan permukiman
perkotaan dan perdesaan.

Harus Cara
Kode Sumber Air Tempat Buang
No Nama Desa Membeli Air Membuang
Peta Minum Air Besar
Minum Sampah
1 001 GLE MENDONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
2 002 IE RHOB BABAH KRUENG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
3 003 LHOK TANOH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
4 004 KRUENG MEUSEUGOB Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
5 005 PAKU Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
7 006 BLANG TAMBUE Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
8 007 MAMPLAM Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
9 008 PULO DAPONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
10 009 COT TRIENG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar

LAPORAN AKHIR III - 62


BRR
NAD - Nias

Harus Cara
Kode Sumber Air Tempat Buang
No Nama Desa Membeli Air Membuang
Peta Minum Air Besar
Minum Sampah
11 010 IE RHOB TIMU Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
12 011 IE RHOB BARAT Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
13 012 MEUNASAH DAYAH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
14 013 PULO DRIEN Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
15 014 IE RHOB GEULUMPANG Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
16 015 CEUREUCOK Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
17 016 ARONGAN Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
18 017 BALEE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
19 018 BLANG MANE BARAT Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
20 019 BLANG MANE II MNS Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
21 020 JURONG BINJE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
22 021 MNS MESJID Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
23 022 BLANG TEUMULEK Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
24 023 BLANG KUTA II MNS Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
25 024 BLANG KUTA COH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
26 025 RHEUM TIMUR Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
27 026 RHEUM BARAT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
28 027 RHEUM BAROH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
29 028 LANCANG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
30 029 KEUDE TAMBUE Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
32 030 MEUNASAH ASAN Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
33 031 PEUNEULET TUNONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
34 032 CURE TUNONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
35 033 CURE BAROH Sumur Tidak Jamban Umum Lainnya
36 034 PEUNEULET BAROH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
37 035 ULEE KAREUNG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
38 036 ALUE LEUHOB Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
39 037 BLANG PANYANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
40 038 CALOK Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar

C.3 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Kecamatan Simpang Mamplam, meliputi :

1. TK Negeri sebanyak 1 (satu) buah, dan TK Swasta sebanyak 1 (satu) buah,


dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Lhok Tanoh) adalah 11 Km,

2. SD Negeri sebanyak 21 (dua puluh satu) buah, dengan jangkauan pelayanan ke


desa terjauh (Desa Paku) adalah 4,0 Km,

LAPORAN AKHIR III - 63


BRR
NAD - Nias

3. SMP Negeri sebanyak 2 (dua) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh
(Desa Lhok Tanoh) adalah 9 Km.

Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
Jarak Jarak Jarak Jarak
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 001 GLE MENDONG 0 0 5.5 0 0 1.5 0 0 5.5 0 0 6.0

2 002 IE RHOB BABAH KRUENG 0 0 7 1 0 . 0 0 7.0 0 0 7.3

3 003 LHOK TANOH 0 0 11 0 0 0.8 0 0 9.0 0 0 17.0

4 004 KRUENG MEUSEUGOB 0 0 8 1 0 . 0 0 7.0 0 0 14.3

5 005 PAKU 0 0 5 0 0 4.0 0 0 4.0 0 0 7.0

7 006 BLANG TAMBUE 1 0 1 0 . 0 0 0.2 0 0 9.0

8 007 MAMPLAM 0 0 3 0 0 0.1 0 0 0.1 0 0 6.5

9 008 PULO DAPONG 0 0 3.5 0 0 0.6 0 0 3.5 0 0 3.3

10 009 COT TRIENG 0 0 0.5 0 0 0.5 0 0 0.5 0 0 6.6

11 010 IE RHOB TIMU 0 0 7 0 0 0.3 0 0 5.0 0 0 7.2

12 011 IE RHOB BARAT 0 0 5.5 0 0 0.2 0 0 5.5 0 0 6.1

13 012 MEUNASAH DAYAH 0 0 1.3 0 0 0.4 0 0 0.7 0 0 7.7

14 013 PULO DRIEN 0 0 5 1 0 . 0 0 1.5 0 0 5.1

15 014 IE RHOB GEULUMPANG 0 0 4 1 0 . 0 0 2.1 0 0 4.3

16 015 CEUREUCOK 0 0 3 0 0 0.5 0 0 3.0 0 0 3.2

17 016 ARONGAN 0 0 1.5 1 0 . 0 0 1.5 0 0 38.0

18 017 BALEE 0 0 3 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.3

19 018 BLANG MANE BARAT 0 0 2.6 1 0 . 0 0 2.5 0 0 2.9

20 019 BLANG MANE II MNS 0 0 4 0 0 0.5 0 0 2.5 0 0 4.3

21 020 JURONG BINJE 0 0 6 0 0 0.1 0 0 5.0 0 0 5.0

22 021 MNS MESJID 0 1 2 0 . 1 0 . 0 0 7.3

23 022 BLANG TEUMULEK 0 0 3.8 1 0 . 0 0 1.5 0 0 4.0

24 023 BLANG KUTA II MNS 0 0 3.5 0 0 0.8 0 0 1.6 0 0 3.8

25 024 BLANG KUTA COH 0 0 4 0 0 1.9 0 0 3.9 0 0 4.3

26 025 RHEUM TIMUR 0 0 3.1 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.3

27 026 RHEUM BARAT 0 0 2.5 1 0 . 0 0 2.0 0 0 2.8

28 027 RHEUM BAROH 0 0 3.3 1 0 . 0 0 3.1 0 0 3.4

29 028 LANCANG 0 0 3.8 1 0 . 0 0 1.5 0 0 4.0

30 029 KEUDE TAMBUE 0 0 1 1 0 . 1 0 . 0 0 6.0

32 030 MEUNASAH ASAN 0 0 2 1 0 . 0 0 0.4 0 0 8.0

33 031 PEUNEULET TUNONG 0 0 3.5 0 0 0.5 0 0 3.0 0 0 12.5

34 032 CURE TUNONG 0 0 3.5 0 0 0.3 0 0 1.3 0 0 13.1

35 033 CURE BAROH 0 0 4 1 0 . 0 0 3.0 0 0 12.5

36 034 PEUNEULET BAROH 0 0 7 1 0 . 0 0 6.5 0 0 15.0

37 035 ULEE KAREUNG 0 0 7 0 0 1.0 0 0 6.0 0 0 8.0

38 036 ALUE LEUHOB 0 0 3 1 0 . 0 0 4.0 0 0 4.0

39 037 BLANG PANYANG 0 0 7 1 0 . 0 0 6.5 0 0 7.8

40 038 CALOK 0 0 12 0 0 1.2 0 0 5.0 0 0 5.0

LAPORAN AKHIR III - 64


BRR
NAD - Nias

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana desa-
desa di Kecamatan Simpang Mamplam dianggap sebagai satu lingkungan, dengan
proyeksi penduduk pada tahun 2010 sebesar 20.924 jiwa, maka kebutuhan
tambahan sarana pendidikan di Kec. Simpang Mamplam, meliputi :

1. TK sebanyak 19 (sembilan belas) buah.


2. SLTP sebanyak 1 (satu) buah, dan
3. SLTA sebanyak 1 (satu) buah.

C.4 Sarana Kesehatan

Secara umum, sarana kesehatan di Kecamatan Simpang Mamplam meliputi :

1. Puskesmas sebanyak 1 (satu) buah di Desa Mamplam, dengan jangkauan ke desa


terjauh (Ds. Glemendong) adalah 55,5 Km.

2. Puskesmas Pembantu sebanyak 1 (satu) buah di Desa Cure Baroh, dengan


jangkauan ke desa terjauh (Ds. Lhok Tanoh) adalah 9,3 Km.

3. Posyandu sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) buah (hampir ada di setiap desa).

4. Polindes (Pondok Bersalin Desa) sebanyak 36 (tiga puluh enam) buah.

Poliklinik/Balai Polindes (Pondok


Puskesmas Puskemas Pembantu POSYANDU
No Kode Nama Desa Pengobatan Bersalin Desa)
Peta Jarak Jarak Jarak Jarak
Jarak Rata-
Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata
Rata (km)
(km) (km) (km) (km)

1 001 GLE MENDONG 0 44.5 0 55.5 0 5.5 1 . 1 .

2 002 IE RHOB BABAH KRUENG 0 35.0 0 3.0 0 3.0 1 . 1 .

3 003 LHOK TANOH 0 44.3 0 9.3 0 9.3 1 . 1 .

4 004 KRUENG MEUSEUGOB 0 43.0 0 7.0 0 7.0 1 . 1 .

5 005 PAKU 0 33.5 0 7.0 0 6.0 1 . 1 .

7 006 BLANG TAMBUE 0 33.0 0 3.0 0 3.0 1 . 1 .

8 007 MAMPLAM 0 40.3 1 . 0 3.1 1 . 1 .

9 008 PULO DAPONG 0 40.5 0 3.5 0 3.5 1 . 1 .

10 009 COT TRIENG 0 34.0 0 1.0 0 1.0 1 . 1 .

11 010 IE RHOB TIMU 0 35.0 0 2.5 0 3.0 1 . 1 .

12 011 IE RHOB BARAT 0 3.0 0 3.0 0 5.5 1 . 1 .

13 012 MEUNASAH DAYAH 0 34.5 0 1.0 0 1.0 1 . 1 .

14 013 PULO DRIEN 0 36.1 0 0.3 0 0.3 1 . 1 .

15 014 IE RHOB GEULUMPANG 0 37.2 0 1.2 0 1.2 1 . 1 .

LAPORAN AKHIR III - 65


BRR
NAD - Nias

Poliklinik/Balai Polindes (Pondok


Puskesmas Puskemas Pembantu POSYANDU
No Kode Nama Desa Pengobatan Bersalin Desa)
Peta Jarak Jarak Jarak Jarak
Jarak Rata-
Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata
Rata (km)
(km) (km) (km) (km)

16 015 CEUREUCOK 0 40.0 0 3.0 0 3.0 1 . 1 .

17 016 ARONGAN 0 38.0 0 1.5 0 1.5 1 . 0 1.5

18 017 BALEE 0 40.0 0 3.0 0 3.0 1 . 1 .

19 018 BLANG MANE BARAT 0 40.5 0 2.0 0 5.0 1 . 1 .

20 019 BLANG MANE II MNS 0 30.0 0 1.0 0 1.0 1 . 1 .

21 020 JURONG BINJE 0 34.5 0 0.9 0 0.9 1 . 0 34.1

22 021 MNS MESJID 0 34.3 0 0.4 0 0.4 1 . 1 .

23 022 BLANG TEUMULEK 0 38.0 0 2.2 0 0.4 0 3.0 0 3.0

24 023 BLANG KUTA II MNS 0 38.0 0 2.3 0 2.3 1 . 1 .

25 024 BLANG KUTA COH 0 37.0 0 4.0 0 4.0 1 . 1 .

26 025 RHEUM TIMUR 0 40.3 0 3.1 0 3.1 1 . 1 .

27 026 RHEUM BARAT 0 45.5 0 2.1 0 2.0 1 . 1 .

28 027 RHEUM BAROH 0 38.1 0 3.1 0 3.0 1 . 1 .

29 028 LANCANG 0 38.0 0 2.0 0 0.4 1 . 1 .

30 029 KEUDE TAMBUE 0 31.0 0 3.0 0 3.0 1 . 1 .

32 030 MEUNASAH ASAN 0 32.0 0 4.0 0 1.0 1 . 1 .

33 031 PEUNEULET TUNONG 0 34.0 0 4.5 0 0.5 1 . 1 .

34 032 CURE TUNONG 0 35.0 0 6.0 0 0.5 1 . 1 .

35 033 CURE BAROH 0 38.0 0 8.0 1 . 1 . 0 0.3

36 034 PEUNEULET BAROH 0 36.0 0 8.1 0 1.0 1 . 1 .

37 035 ULEE KAREUNG 0 41.0 0 9.0 0 4.0 1 . 1 .

38 036 ALUE LEUHOB 0 32.0 0 13.0 0 6.0 1 . 1 .

39 037 BLANG PANYANG 0 35.0 0 10.0 0 6.0 1 . 1 .

40 038 CALOK 0 34.0 0 11.0 0 7.0 1 . 1 .

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana desa-
desa di Kecamatan Simpang Mamplam dianggap sebagai satu lingkungan, dengan
proyeksi penduduk pada tahun 2010 sebesar 20.924 jiwa, maka tambahan sarana
kesehatan yang diperlukan di Kec. Simpang Mamplam, meliputi :

1. Balai Pengobatan/Poliklinik sebanyak 6 (enam) buah, dan


2. RS Bersalin sebanyak 1 (satu) buah.

C.5 Listrik dan Telepon

Seluruh desa di Kecamatan Simpang Mamplam telah dilayani oleh prasarana listrik.
Untuk prasarana telepon, hanya sebagian desa (19 desa) di kec. Simpang Mamplam

LAPORAN AKHIR III - 66


BRR
NAD - Nias

yang telah dilayani. Kondisi ini menunjukkan kebutuhan perluasan jaringan


telepon yang dapat mencapai ke-delapan desa yang belum terlayani.

Kode Keluarga Berlangganan


No Peta Nama Desa Ketersediaan Keluarga Pengguna Listrik Telepon
Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)

1 001 GLE MENDONG Ada 81 0 88.0 0.0 0 0.0

2 002 IE RHOB BABAH KRUENG Ada 95 0 84.8 0.0 0 0.0

3 003 LHOK TANOH Ada 9 0 56.3 0.0 0 0.0

4 004 KRUENG MEUSEUGOB Ada 87 0 67.4 0.0 0 0.0

5 005 PAKU Ada 12 0 75.0 0.0 0 0.0

7 006 BLANG TAMBUE Ada 208 0 86.3 0.0 2 0.8

8 007 MAMPLAM Ada 166 0 94.3 0.0 6 3.4

9 008 PULO DAPONG Ada 50 0 89.3 0.0 1 1.8

10 009 COT TRIENG Ada 79 0 84.9 0.0 0 0.0

11 010 IE RHOB TIMU Ada 61 0 70.1 0.0 0 0.0

12 011 IE RHOB BARAT Ada 110 0 95.7 0.0 0 0.0

13 012 MEUNASAH DAYAH Ada 78 0 78.8 0.0 3 3.0

14 013 PULO DRIEN Ada 68 0 97.1 0.0 7 10.0

15 014 IE RHOB GEULUMPANG Ada 52 0 88.1 0.0 2 3.4

16 015 CEUREUCOK Ada 298 0 89.8 0.0 12 3.6

17 016 ARONGAN Ada 249 0 88.3 0.0 5 1.8

18 017 BALEE Ada 127 0 82.5 0.0 8 5.2

19 018 BLANG MANE BARAT Ada 51 0 91.1 0.0 3 5.4

20 019 BLANG MANE II MNS Ada 59 0 75.6 0.0 2 2.6

21 020 JURONG BINJE Ada 66 0 88.0 0.0 4 5.3

22 021 MNS MESJID Ada 80 0 95.2 0.0 7 8.3

23 022 BLANG TEUMULEK Ada 101 0 76.5 0.0 2 1.5

24 023 BLANG KUTA II MNS Ada 208 0 86.3 0.0 6 2.5

25 024 BLANG KUTA COH Ada 36 0 58.1 0.0 0 0.0

26 025 RHEUM TIMUR Ada 104 0 84.6 0.0 2 1.6

27 026 RHEUM BARAT Ada 118 0 91.5 0.0 14 10.9

28 027 RHEUM BAROH Ada 151 0 70.9 0.0 1 0.5

29 028 LANCANG Ada 58 0 84.1 0.0 1 1.4

30 029 KEUDE TAMBUE Ada 158 0 85.4 0.0 0 0.0

32 030 MEUNASAH ASAN Ada 88 0 81.5 0.0 0 0.0

33 031 PEUNEULET TUNONG Ada 61 0 62.9 0.0 0 0.0

34 032 CURE TUNONG Ada 187 0 83.9 0.0 0 0.0

35 033 CURE BAROH Ada 122 0 87.1 0.0 0 0.0

36 034 PEUNEULET BAROH Ada 155 0 92.3 0.0 0 0.0

37 035 ULEE KAREUNG Ada 155 0 83.8 0.0 0 0.0

38 036 ALUE LEUHOB Ada 39 0 48.1 0.0 0 0.0

39 037 BLANG PANYANG Ada 144 0 74.6 0.0 0 0.0

40 038 CALOK Ada 133 0 80.6 0.0 8 4.8

LAPORAN AKHIR III - 67


BRR
NAD - Nias

3.5.2 RENCANA TINDAK (ACTION PLAN) KECAMATAN SIMPANG MAMPLAM

Rencana Tindak (Action Plan) di Kecamatan Simpang Mamplam disusun berdasarkan


5 (lima) rangkaian kegiatan yang telah dijelaskan pada sub bab 3.2. Sebagaimana
juga telah dijelaskan pada sub bab 3.2, pelaksanaan sosialisasi melalui FGD di
kecamatan Simpang Mamplam tidak dapat dilaksanakan, sehingga dalam hal ini
dilaksanakan survai wawancara (kuestioner) kepada masyarakat setempat
sebagai bahan validitas terhadap draft rencana tindak (action plan) yang disusun
konsultan dan telah dipadukan dengan bahan usulan program dari hasil
pelaksanaan penjaringan aspirasi masyarakat melaui Forum FGD (Focus Group
Discussion) yang dilakukan oleh Pemda Kabupaten Bireuen bekerjasama dengan
Lembaga NGO dari Perancis pada tahun 2005.

Hasil suvai wawancara (kuestioner) kepada masyarakat di 9 (sembilan) kecamatan


prioritas (termasuk Kecamatan Simpang Mamplam) juga telah dijelaskan pada sub
bab 3.2. Melalui 5 (lima) rangkaian kegiatan di atas, dan hasil pelaksanaan suvai
wawancara (kuestioner) kepada masyarakat selanjutnya disusun dan ditetapkan
Rencana Tindak (Action Plan) di Kecamatan Simpang Mamplam Tahun 2007 sampai
Tahun 2009 seperti disajikan pada Tabel dan gambar pada halaman berikut.

3.5.3 DESA PRIORITAS DI KECAMATAN SIMPANG MAMPLAM

Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka dipilih dan ditetapkan desa prioritas untuk
“Village Planning” di Kecamatan Simpang Mamplam seperti disajikan pada tabel
berikut.

Desa Prioritas di Kecamatan Simpang Mamplam

Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai
Prioritas

1 27 RHEUM BAROH Simpang Mamplam 43 1


5 36 ALUE LEUHOB Simpang Mamplam 38 2
15 32 CURE TUNONG Simpang Mamplam 29 3
17 22 BLANG TEUMULEK Simpang Mamplam 28 4
23 28 LANCANG Simpang Mamplam 27 5
37 15 CEUREUCOK Simpang Mamplam 24 6

LAPORAN AKHIR III - 68


BRR
NAD - Nias

Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai
Prioritas

71 37 BLANG PANYANG Simpang Mamplam 20 7


78 16 ARONGAN Simpang Mamplam 19 8
81 25 RHEUM TIMUR Simpang Mamplam 19 8
85 38 CALOK Simpang Mamplam 19 8
92 26 RHEUM BARAT Simpang Mamplam 18 9
93 30 MEUNASAH ASAN Simpang Mamplam 18 9
101 23 BLANG KUTA II MNS Simpang Mamplam 17 10
102 24 BLANG KUTA COH Simpang Mamplam 17 10
106 33 CURE BAROH Simpang Mamplam 17 10
112 34 PEUNEULET BAROH Simpang Mamplam 16 11
120 35 ULEE KAREUNG Simpang Mamplam 15 12
143 29 KEUDE TAMBUE Simpang Mamplam 9 13
145 6 BLANG TAMBUE Simpang Mamplam 7 14
144 17 BALEE Simpang Mamplam 7 14

LAPORAN AKHIR III - 69


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 70


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 71


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 72


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 73


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 74


BRR
NAD - Nias

3.6 KECAMATAN JEUNIEB

3.6.1 IDENTIFIKASI KONDISI DAN PERMASALAHAN YANG ADA

A. FISIK DAN LINGKUNGAN

A.1 Morfologi

Kondisi morfologi di Kec. Jeunib sebagian berupa topografi dataran di sebelah


Utara (antara lain meliputi : Matang Bangka, Lancang Matang Teungoh, Blang
Lancang, Teupin Keupula Timur), dan di sebelah Selatan berupa perbukitan.

A.2 Jenis Tanah

Jenis tanah di Kec. Jeunib adalah relatif sama dengan yang ada di Kec. Samalanga
dan Simpang Mamplam.

A.3 Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif tanah di Kec. Jeunieb, sebagian besar memiliki kedalaman


efektif antara 30 – 60 cm (80,99 %), dan sebagian kecil memiliki kedalaman efektif
> 90 cm (19,01 %). Kedalaman efektif tanah ini akan menjadi dasar pertimbangan
untuk penentuan kedalaman fondasi bangunan.

A.4 Sumber Daya Air

Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Jeunib meliputi Sumber Daya Air Sungai,
Rawa/paya dan waduk, diantaranya Krueng / Sungai ( Nalan 150 Ha, Jeunib 112
Ha ), Paya / Rawa ( Rusab 1 Ha, Jambo Dalam 5 Ha, Alue Syueng 1,5 Ha ) dan
Waduk Gasap 5 Ha.

A.5 Daerah Rawan Banjir

Daerah Wilayah Kecamatan Jeunib yang berpotensi rawan banjir adalah daerah
Pesisir yang relatip datar 0 - 5 meter di atas permukaan air laut, meliputi daerah
sekitar muara sungai kuala Jeunib yang kondisinya mengalami pendangkalan akibat
sedimentasi dan akresi yang menimbulkan penyempitan “Bottle Neck “ di bagian
hilir ( muara ). Tanggal 11 Desember 2005 Wilayah pesisir Jeunib terjadi banjir
karena hujan selama tiga hari berturut-turut sehingga jalur Banda Aceh – Medan
terputus selama 8 jam, warga sekitar mengungsi kedaerah aman dengan tinggi air

LAPORAN AKHIR III - 75


BRR
NAD - Nias

sampai 2 meter yang menggenangi rumah warga. Faktor penyebab lainnya adalah
adanya penebangan kawasan hutan yang berada di wilayah hulu.

A.6 Daerah Rawan Gempa

Daerah Wilayah Kecamatan Jeunieb berpotensi mengalami bencana kegempaan di


tinjau dari tatanan struktur geologi tektonik regional pulau Sumatra yang sewaktu-
waktu dapat menimbulkan gempa tektonik dengan skala 6-7 reichter, patahan –
patahan tersebut. Salah satunya dapat dijumpai di krueng Peusangan.

A.7 Daerah Rawan Tsunami

Daerah Pesisir yang terpotensi rawan tsunami meliputi desa-desa pesisir baik desa
tambak maupun dasa pantai yang beresiko berat yaitu desa Matang Bangka, Blang
Lancang, Teupin Kapula dan Beresiko sedang meliputi desa tambak yaitu desa
Matang Nibong, Matang teuguh, Lancang Blang Me Timu. Faktor penyebab lain di
sepanjang pesisir desa-desa pantai tidak terdapat zona penyanggah (buffer zone)
hutan mangrove yang mampu menahan laju gelombang tsunami secara alamiah
serta kedalaman toporafi daerah perairan pantai Jeunib 20 – 100 meter, yang
berpengaruh terhadap laju kecepatan rambat gelombang C = L/T terhadap
kedalaman laut d/L. Gelombang tsunami sebelumnya mengalami Difraksi ke arah
timur oleh karena adanya terumbu karang di desa Ulee Karueng , Blang Panyah
dan Calok sehingga terjadi pertemuan dengan gelombang datang dari arah barat
laut menerjang desa - desa pantai yaitu Blang Lancang dan Matang Bangka.

A.8 Kelautan dan Lingkungan Pesisir

Morfologi Daerah Pesisir

Penggunaan lahan dan kenampakan yang ada adalah Pemukiman Penduduk,


Pertambakan, Kebun Kelapa, Tempat Pengolahan dan Sawah dengan panjang garis
pantai 3,22 km.

Potensi Sumber Daya Hayati

Perikanan tangkap dan sarana PPI dan TPI, Budidaya Perikanan Tambak seluas
184,35 Ha , Ekosistim Estuaria Muara Sungai ( Kuala Jeunib dan Kuala Nalan ).
Ekosisitim Padang Lamun dan Ekosistim Pantai Pasir.

LAPORAN AKHIR III - 76


BRR
NAD - Nias

Permasalahan Kelautan dan Lingkungan Pesisir

Abrasi di sepanjang pesisir pantai, Akresi di muara sungai Jeunieb , Kerusakan


komunitas hutan mangrove.

Analisis Penanganan dan Pengembangan

Berdasarkan permasalahan kelautan dan lingkungan pesisir yang ada di Kec.


Jeunieb, maka beberapa bentuk penanganan dan pengembangan yang diperlukan
adalah sebagai berikut :

1. Ekosistim Hutan Mangrove ( Bakau )

Mereboisasi Kawasan pantai dengan menanam kembali tanaman bakau


(mangrove) di desa Matang Bangka, Blang Lancang, Teupin Kapula. Penanganan
lainnya adalah sama dengan yang telah dijelaskan untu kecamatan Samalanga.

2. Ekosistim Estuaria, Padang Lamun, Pasir Pantai, dan Perikanan Tambak

Sama dengan yang telah dijelaskan untuk kecamatan Samalanga.

3. Abrasi

a. Penanggulangan abrasi pantai secara alamiah dengan memanfaatkan sumber


daya ekosistim hutan mangrove ( Vegetasi ) dan Reboisasi di desa pantai
Matang Bangka, Lancang dan desa Teupin Kapula.

b. Penanggulangan abrasi pantai dengan sistim Proteksi Bangunan Pantai (


Coastal Engineering ) yaitu Sea Wall, Bulkhealt dan Revetment, dengan
mengutamakan dan memanfaatkan batuan yang banyak tersebar di
kabupaten bireuen di desa pantai Matang Bangka, Lancang dan desa Teupin
Kapula.

4. Akresi

Sama dengan yang telah dijelaskan untuk kecamatan Samalanga.

LAPORAN AKHIR III - 77


BRR
NAD - Nias

B. SOSIAL EKONOMI

B.1 Jumlah Penduduk dan KK

Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Jeunib pada tahun 2005 adalah 19.421 jiwa dan 4.489 KK, dengan
jumlah penduduk dan KK terbesar adalah di Desa Blang Lancang sebanyak 1.437
jiwa dan 312 KK, serta terkecil di desa Alue Seutui sebanyak 126 jiwa dan 29 KK.

No Kode Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah


Peta Laki-Laki Wanita Total Keluarga
1 001 JEUMPA SIKUREUNG 117 141 258 69
2 002 BLANG POROH 278 351 629 155
3 003 LHOK KULAM 400 575 975 175
4 010 SAMPOI AJAT 360 470 830 204
5 011 ULEE BLANG 161 190 351 101
6 012 ALUE SEUTUI 42 84 126 29
7 013 BLANG NEUBOK 103 113 216 59
8 014 MNS ALUE 305 327 632 110
9 015 MNS TUNONG LUENG 160 187 347 89
10 016 LHEUE SIMPANG 222 250 472 122
11 017 LHEUE BARAT 153 198 351 81
12 018 MNS DAYAH 257 277 534 120
13 019 MEUNASAH KEUPULA 198 229 427 103
14 020 ULEE GAJAH 193 201 394 94
15 021 UTEUN PUPALEH 74 95 169 50
16 022 DARUL AMAN 101 123 224 62
17 023 LAMPOH OE 196 218 414 96
18 024 PULO RANGKILEH 208 244 452 115
19 025 TUFAH 265 340 605 137
20 030 TANJONG BUNGONG 230 258 488 128
21 031 DAYAH BARO 253 253 506 132
22 032 ULEE RABO 260 270 530 134
23 033 LHUENG TENGOH 291 370 661 175
24 034 MNS TAMBO 301 313 614 112
25 035 MNS KEUTAPANG 255 282 537 128
26 036 COT GEULUMPANG TUNONG 107 101 208 43
27 037 COT GEULUMPANG BAROH 188 207 395 96
28 038 KEUDE JEUNIEB 294 209 503 98
29 039 JANGGOT SEUNGKO 350 550 900 200
30 040 BLANG MEE TIMUR 366 438 804 173
31 041 MATANG NIBONG 186 254 440 106
32 042 BLANG MEE BARAT 327 348 675 141
33 043 MATANG TEUNGOH 155 165 320 72

LAPORAN AKHIR III - 78


BRR
NAD - Nias

No Kode Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah


Peta Laki-Laki Wanita Total Keluarga
34 044 MATANG BANGKA 152 178 330 77
35 045 BLANG LANCANG 685 752 1,437 312
36 046 LANCANG 285 271 556 135
37 047 TEUPIN KEUPULA 338 350 688 170
38 057 MEUNASAH LUENG 198 225 423 86

B.2 Pertumbuhan Penduduk dan Proyeksi Penduduk Tahun 2010

Adapun pertumbuhan penduduk di Kec. Jeunieb dari tahun 2003-2005 sebagian


menunjukkan angka pertumbuhan negatif, berkisar antara -0,25 sampai -28,8 %. Hal
ini kemungkinan disebabkan dampak tsunami yang cukup parah di Kecamatan
Jeunieb. Berdasarkan angka pertumbuhan yang ada, selanjutnya diproyeksikan
jumlah penduduk di desa-desa prioritas Kec. Jeunieb pada tahun 2010, total
sebesar 20.922 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk tiap desa disajikan pada
tabel berikut.

Luas Jml. Penduduk Jml. Penduduk Proyeksi


Status
No. Kode Nama Desa/ Kel. sekarang Wilayah Tahun 2003 Tahun 2005 Penduduk Tahun
Desa/Kota
(Ha) (Jiwa) (Jiwa) 2010 (Jiwa)
1 001 JEUMPA SIKUREUNG Desa 542.76 394 258 278
2 002 BLANG POROH Desa 14,188.17 1,188 629 678
3 003 LHOK KULAM Desa 446.19 870 975 1,050
4 010 SAMPOI AJAT Desa 87.82 869 830 894
5 011 ULEE BLANG Desa 164.77 383 351 378
6 012 ALUE SEUTUI Desa 363.94 159 126 136
7 013 BLANG NEUBOK Desa 353.46 226 216 233
8 014 MNS ALUE Desa 102.03 521 632 681
9 015 MNS TUNONG LUENG Desa 141.65 686 347 374
10 016 LHEUE SIMPANG Desa 186.30 571 472 508
11 017 LHEUE BARAT Desa 72.02 565 351 378
12 018 MNS DAYAH Desa 116.43 754 534 575
13 019 MEUNASAH KEUPULA Desa 112.58 464 427 460
14 020 ULEE GAJAH Desa 91.59 396 394 424
15 021 UTEUN PUPALEH Desa 123.31 233 169 182
16 022 DARUL AMAN Desa 209.30 338 224 241
17 023 LAMPOH OE Desa 103.62 550 414 446
18 024 PULO RANGKILEH Desa 159.04 575 452 487
19 025 TUFAH Desa 166.85 583 605 652
20 030 TANJONG BUNGONG Desa 100.85 642 488 526
21 031 DAYAH BARO Desa 76.85 480 506 545

LAPORAN AKHIR III - 79


BRR
NAD - Nias

Luas Jml. Penduduk Jml. Penduduk Proyeksi


Status
No. Kode Nama Desa/ Kel. sekarang Wilayah Tahun 2003 Tahun 2005 Penduduk Tahun
Desa/Kota
(Ha) (Jiwa) (Jiwa) 2010 (Jiwa)
22 032 ULEE RABO Desa 96.25 540 530 571
23 033 LHUENG TENGOH Desa 197.39 643 661 712
24 034 MNS TAMBO Desa 257.73 578 614 661
25 035 MNS KEUTAPANG Desa 377.88 605 537 579
26 036 COT GEULUMPANG TUNONG Desa 194.78 192 208 224
27 037 COT GEULUMPANG BAROH Desa 200.15 407 395 426
28 038 KEUDE JEUNIEB Kota 191.92 390 503 542
29 039 JANGGOT SEUNGKO Desa 192.60 855 900 970
30 040 BLANG MEE TIMUR Desa 457.72 1,347 804 866
31 041 MATANG NIBONG Desa 345.61 352 440 474
32 042 BLANG MEE BARAT Desa 325.26 607 675 727
33 043 MATANG TEUNGOH Desa 327.25 333 320 345
34 044 MATANG BANGKA Desa 672.19 333 330 356
35 045 BLANG LANCANG Desa 288.42 1,087 1,437 1,548
36 046 LANCANG Desa 261.38 455 556 599
37 047 TEUPIN KEUPULA Desa 325.62 582 688 741
38 057 MEUNASAH LUENG Desa 256.33 464 423 456

TOTAL 22,878 21,217 19,421 20,922

B.2 Mata Pencaharian Penduduk dan Jumah KK Miskin

Sebagian besar desa yang ada di Kecamatan Jeunieb memiliki mata pencaharian
utama pada sektor pertanian tanaman pangan, dan terdapat 2 (dua) desa, yang
memiliki mata pencaharian utama sektor Perindustrian dan Perdagangan, yakni :
desa Lancang dan desa Keude Jeunieb.

Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 3.540 KK atau 78,9 % dari total
jumlah KK di kec. Jeunieb, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa
Sampiajat, yakni sebanyak 204 KK atau 100 % dari jumlah KK yang ada di desa
tersebut. Hampir seluruh desa yang ada di Kec. Jeunieb memiliki persentase
jumlah KK miskin di atas 50 %, dan hanya 1(satu) desa yang memiliki presentasi
dibawah 50 %. Kondisi ini dapat digunakan sebagai indikator kebutuhan penanganan
masalah kemiskinan di Kec. Jeunieb.

LAPORAN AKHIR III - 80


BRR
NAD - Nias

Kode Keluarga di Sektor Sumber


No Peta Nama Desa Pertanian Keluarga Miskin Penghasilan Sub Sektor Buruh Tani
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Utama Pertanian Jumlah Presentase
1 001 JEUMPA SIKUREUNG 49 71 60 87.0 Pertanian Perkebunan 40 21.8

2 002 BLANG POROH 153 99 150 96.8 Pertanian Tanaman Pangan 250 40.1

3 003 LHOK KULAM 172 98 154 88.0 Pertanian Tanaman Pangan 200 20.9

4 010 SAMPOI AJAT 200 98 204 100.0 Pertanian Tanaman Pangan 250 30.7

5 011 ULEE BLANG 61 60 98 97.0 Pertanian Tanaman Pangan 201 95.4

6 012 ALUE SEUTUI 29 99 26 89.7 Pertanian Tanaman Pangan 60 48.1

7 013 BLANG NEUBOK 58 98 54 91.5 Pertanian Perkebunan 120 56.7

8 014 MNS ALUE 106 96 95 86.4 Pertanian Tanaman Pangan 250 41.2

9 015 MNS TUNONG LUENG 88 99 85 95.5 Pertanian Tanaman Pangan 145 42.2

10 016 LHEUE SIMPANG 89 73 67 54.9 Pertanian Tanaman Pangan 6 1.7

11 017 LHEUE BARAT 57 70 81 100.0 Pertanian Tanaman Pangan 2 0.8

12 018 MNS DAYAH 72 60 72 60.0 Pertanian Tanaman Pangan 300 93.6

13 019 MEUNASAH KEUPULA 96 93 62 60.2 Pertanian Tanaman Pangan 6 1.5

14 020 ULEE GAJAH 86 92 94 100.0 Pertanian Tanaman Pangan 50 13.8

15 021 UTEUN PUPALEH 15 30 50 100.0 Pertanian Tanaman Pangan 75 147.9

16 022 DARUL AMAN 56 91 60 96.8 Pertanian Tanaman Pangan 125 61.3

17 023 LAMPOH OE 92 96 80 83.3 Pertanian Tanaman Pangan 150 37.7

18 024 PULO RANGKILEH 63 55 95 82.6 Pertanian Tanaman Pangan 165 66.4

19 025 TUFAH 92 67 80 58.4 Pertanian Tanaman Pangan 250 61.7

20 030 TANJONG BUNGONG 120 94 114 89.1 Pertanian Perkebunan 150 32.7

21 031 DAYAH BARO 129 98 122 92.4 Pertanian Tanaman Pangan 215 43.4

22 032 ULEE RABO 118 88 110 82.1 Pertanian Tanaman Pangan 278 59.6

23 033 LHUENG TENGOH 140 80 167 95.4 Pertanian Tanaman Pangan 50 9.5

24 034 MNS TAMBO 108 96 64 57.1 Pertanian Tanaman Pangan 10 1.7

25 035 MNS KEUTAPANG 106 83 81 63.3 Pertanian Tanaman Pangan 300 67.3
COT GEULUMPANG
036 42 98 41 95.3 Pertanian Tanaman Pangan 140 68.7
26 TUNONG
COT GEULUMPANG
037 89 93 96 100.0 Pertanian Tanaman Pangan 150 40.8
27 BAROH
28 038 KEUDE JEUNIEB 10 10 90 91.8 Perdagangan 0 0.0

29 039 JANGGOT SEUNGKO 164 82 150 75.0 Pertanian Perkebunan 450 61.0

30 040 BLANG MEE TIMUR 40 23 150 86.7 Pertanian Tanaman Pangan 150 81.1

31 041 MATANG NIBONG 58 55 94 88.7 Pertanian Tanaman Pangan 20 8.3

32 042 BLANG MEE BARAT 35 25 89 63.1 Pertanian Tanaman Pangan 10 5.9

33 043 MATANG TEUNGOH 65 90 60 83.3 Pertanian Tanaman Pangan 0 0.0

34 044 MATANG BANGKA 62 80 77 100.0 Pertanian Tanaman Pangan 120 45.5

35 045 BLANG LANCANG 62 20 30 9.6 Pertanian Tanaman Pangan 250 87.0

36 046 LANCANG 20 15 104 77.0 Industri 41 49.2

37 047 TEUPIN KEUPULA 119 70 150 88.2 Pertanian Tanaman Pangan 250 51.9

38 057 MEUNASAH LUENG 82 95 84 97.7 Pertanian Tanaman Pangan 157 39.1

LAPORAN AKHIR III - 81


BRR
NAD - Nias

C. PRASARANA DAN SARANA

C.1 Transportasi

Secara umum, seluruh desa yang ada di Kecamatan Jeunieb dihubungkan oleh
prasarana jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah,
serta sebanyak 10 (sepuluh) desa belum dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4.
Kondisi ini menunjukkan diperlukannya pengembangan prasarana jaringan jalan
yang dapat dilalui kendaraan roda-4 menuju ke-sepuluh desa tersebut,
disamping juga diperlukan peningkatan jalan khususnya untuk jalan-jalan dengan
jenis permukaan tanah menjadi minimal jenis Sirtu (Pasir Batu), sehingga dapat
dilalui oleh kendaraan roda-4 di musim hujan.

Adapun sarana angkutan umum ke desa-desa di kecamatan Jeunieb adalah ojek


(sepeda motor). Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :

Sebagian Dapat Dijangkau


Kode Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Roda
No Nama Desa Tipe Angkutan Umum Utama
Peta Lalu Lintas Yang Terluas (jika darat) 4/ Lebih
Antar Desa Sepanjang Tahun

1 001 JEUMPA SIKUREUNG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

2 002 BLANG POROH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor

3 003 LHOK KULAM Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

4 010 SAMPOI AJAT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

5 011 ULEE BLANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor

6 012 ALUE SEUTUI Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

7 013 BLANG NEUBOK Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor

8 014 MNS ALUE Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor

9 015 MNS TUNONG LUENG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

10 016 LHEUE SIMPANG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

11 017 LHEUE BARAT Darat Aspal/Beton Tidak Ojek Sepeda Motor

12 018 MNS DAYAH Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

13 019 MEUNASAH KEUPULA Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

14 020 ULEE GAJAH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

15 021 UTEUN PUPALEH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

16 022 DARUL AMAN Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

17 023 LAMPOH OE Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

18 024 PULO RANGKILEH Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

19 025 TUFAH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

20 030 TANJONG BUNGONG Darat Aspal/Beton Tidak Ojek Sepeda Motor

21 031 DAYAH BARO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor

22 032 ULEE RABO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

23 033 LHUENG TENGOH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor

24 034 MNS TAMBO Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

LAPORAN AKHIR III - 82


BRR
NAD - Nias

Sebagian Dapat Dijangkau


Kode Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Roda
No Nama Desa Tipe Angkutan Umum Utama
Peta Lalu Lintas Yang Terluas (jika darat) 4/ Lebih
Antar Desa Sepanjang Tahun

25 035 MNS KEUTAPANG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor


COT GEULUMPANG
036 Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
26 TUNONG
COT GEULUMPANG
037 Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
27 BAROH
28 038 KEUDE JEUNIEB Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda/Becak/Gerobak/Pedati

29 039 JANGGOT SEUNGKO Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

30 040 BLANG MEE TIMUR Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

31 041 MATANG NIBONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor

32 042 BLANG MEE BARAT Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

33 043 MATANG TEUNGOH Darat & Air Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

34 044 MATANG BANGKA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

35 045 BLANG LANCANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

36 046 LANCANG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

37 047 TEUPIN KEUPULA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor

38 057 MEUNASAH LUENG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

C.2 Prasarana Air Bersih, Air Limbah dan Sampah

Terdapat 5 (lima) desa yang ada di Kecamatan Jeunieb telah dilayani oleh sumber
air bersih dari PDAM, lainnya masih menggunakan sumur sebagai sumber air bersih.
Secara umum, kondisi ini telah memenuhi standar pelayanan minimal prasarana
air bersih yang ada.

Untuk prasarana dan sarana sanitasi berupa jamban umum tersedia hanya pada 1
(satu) desa, dan sebanyak 19 (sembilan belas) desa menggunakan sarana sanitasi
bukan jamban. Secara umum, kondisi ini belum memenuhi standar pelayanan
minimal sarana sanitasi yang ada (terlayani > 80 %), sehingga pelayanan sanitasi
perlu ditingkatkan, khususnya pada desa-desa yang menggunakan sarana sanitasi
bukan jamban.

Untuk pengolahan sampah, seluruh desa menggunakan cara dibuang di lubang dan
dibakar. Secara umum, kondisi ini telah memenuhi standar pelayanan minimal
pengelolaan sampah yang ada untuk kawasan permukiman perkotaan dan
perdesaan.

LAPORAN AKHIR III - 83


BRR
NAD - Nias

Harus Cara
Kode
No Nama Desa Sumber Air Membeli Air Tempat Buang Membuang
Peta
Minum Minum Air Besar Sampah
1 001 JEUMPA SIKUREUNG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
2 002 BLANG POROH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
3 003 LHOK KULAM Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
4 010 SAMPOI AJAT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
5 011 ULEE BLANG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
6 012 ALUE SEUTUI Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
7 013 BLANG NEUBOK Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
8 014 MNS ALUE Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
9 015 MNS TUNONG LUENG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
10 016 LHEUE SIMPANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
11 017 LHEUE BARAT Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
12 018 MNS DAYAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
13 019 MEUNASAH KEUPULA Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
14 020 ULEE GAJAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
15 021 UTEUN PUPALEH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
16 022 DARUL AMAN Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
17 023 LAMPOH OE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
18 024 PULO RANGKILEH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
19 025 TUFAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
20 030 TANJONG BUNGONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
21 031 DAYAH BARO Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
22 032 ULEE RABO Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
23 033 LHUENG TENGOH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
24 034 MNS TAMBO Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
25 035 MNS KEUTAPANG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
26 036 COT GEULUMPANG TUNONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
27 037 COT GEULUMPANG BAROH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
28 038 KEUDE JEUNIEB Pipa PAM Tidak Jamban Sendiri Diangkut
29 039 JANGGOT SEUNGKO Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
30 040 BLANG MEE TIMUR Pipa PAM Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
Jamban
041 MATANG NIBONG Sumur Ada Lobang/Dibakar
31 Bersama
32 042 BLANG MEE BARAT Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
33 043 MATANG TEUNGOH Pipa PAM Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
34 044 MATANG BANGKA Pipa PAM Ada Bukan Jamban Lobang/Dibakar
35 045 BLANG LANCANG Sumur Ada Bukan Jamban Lobang/Dibakar
36 046 LANCANG Pipa PAM Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
37 047 TEUPIN KEUPULA Sumur Ada Bukan Jamban Lobang/Dibakar
38 057 MEUNASAH LUENG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar

LAPORAN AKHIR III - 84


BRR
NAD - Nias

C.3 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Kecamatan Jeunieb meliputi :

1. TK Negeri dan TK swasta, masing-masing sebanyak 1 (satu) buah, dengan


jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Ds Mns Alue dan Ulee Gajah) adalah 7 Km

2. SD Negeri sebanyak 17 (tujuh belas) buah, dan SD swasta sebanyak 1 (satu)


buah, dengan jangkaun pelayanan ke desa terjauh(Mns. Keupula) adalah 3 Km

3. SMP Negeri sebanyak 2 (dua) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh
(Desa Ulee Gajah) adalah 7 Km

4. SMU Negeri sebanyak 1 (satu) buah di desa Blang Mee Timur, dengan jangkauan
pelayanan ke desa terjauh (Desa Mns. Alue) adalah 9 Km.

Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 001 JEUMPA SIKUREUNG 0 0 5 0 0 1.0 0 0 5.0 0 0 5.0

2 002 BLANG POROH 0 0 6 1 0 . 0 0 6.0 0 0 6.0

3 003 LHOK KULAM 0 0 5 1 0 . 0 0 5.0 0 0 5.3

4 010 SAMPOI AJAT 0 0 3 1 0 . 0 0 4.0 0 0 4.0

5 011 ULEE BLANG 0 0 6 0 0 1.0 0 0 4.0 0 0 8.0

6 012 ALUE SEUTUI 0 0 6 0 0 0.5 0 0 4.0 0 0 6.5

7 013 BLANG NEUBOK 0 0 6 0 0 1.0 0 0 6.0 0 0 6.0

8 014 MNS ALUE 0 0 7 0 0 1.0 0 0 4.0 0 0 9.0

9 015 MNS TUNONG LUENG 0 0 4 1 0 . 0 0 4.0 0 0 4.0

10 016 LHEUE SIMPANG 0 0 4 1 0 . 0 0 4.0 0 0 4.0

11 017 LHEUE BARAT 0 0 4 0 0 2.0 0 0 4.0 0 0 6.0

12 018 MNS DAYAH 0 0 2.5 1 0 . 0 0 2.5 0 0 2.5

13 019 MEUNASAH KEUPULA 0 0 3 0 0 3.0 0 0 3.0 0 0 3.0

14 020 ULEE GAJAH 0 0 7 0 1 . 0 0 7.0 0 0 7.0

15 021 UTEUN PUPALEH 0 0 1 0 0 1.0 0 0 6.0 0 0 6.0

16 022 DARUL AMAN 0 0 3 0 0 1.0 0 0 2.0 0 0 4.0

17 023 LAMPOH OE 0 0 2 0 0 1.0 0 0 2.0 0 0 4.0

18 024 PULO RANGKILEH 0 0 2.5 0 0 1.0 0 0 1.0 0 0 3.0

19 025 TUFAH 0 0 4 1 0 . 1 0 . 0 0 2.0

20 030 TANJONG BUNGONG 0 0 3 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.0

21 031 DAYAH BARO 0 0 1 0 0 1.0 0 0 1.0 0 0 1.0

22 032 ULEE RABO 0 0 1 0 0 2.0 0 0 2.5 0 0 1.0

23 033 LHUENG TENGOH 0 0 2 2 0 . 0 0 2.0 0 0 3.0

24 034 MNS TAMBO 0 0 2 1 0 . 0 0 2.0 0 0 5.0

25 035 MNS KEUTAPANG 0 0 2 0 0 1.0 0 0 2.0 0 0 2.7

LAPORAN AKHIR III - 85


BRR
NAD - Nias

Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
COT GEULUMPANG
036 0 0 2 0 0 1.5 0 0 2.0 0 0 4.0
26 TUNONG
COT GEULUMPANG
037 0 0 1.5 0 0 1.0 0 0 1.5 0 0 1.5
27 BAROH
28 038 KEUDE JEUNIEB 0 0 0.5 0 0 0.1 0 0 0.5 0 0 0.5

29 039 JANGGOT SEUNGKO 0 1 2 0 . 0 0 5.0 0 0 7.0

30 040 BLANG MEE TIMUR 1 0 0 0 0.5 1 0 . 1 0 .

31 041 MATANG NIBONG 0 0 1 0 0 0.3 0 0 1.0 0 0 1.0

32 042 BLANG MEE BARAT 0 0 1 1 0 . 0 0 0.5 0 0 0.5

33 043 MATANG TEUNGOH 0 0 1 0 0 0.5 0 0 1.0 0 0 1.0

34 044 MATANG BANGKA 0 0 2 0 0 2.0 0 0 2.0 0 0 2.0

35 045 BLANG LANCANG 0 0 1.5 1 0 . 0 0 1.0 0 0 1.0

36 046 LANCANG 0 0 1.5 0 0 1.5 0 0 1.5 0 0 1.5

37 047 TEUPIN KEUPULA 0 0 2.5 1 0 . 0 0 2.5 0 0 2.6

38 057 MEUNASAH LUENG 0 0 4 1 0 . 0 0 4.0 0 0 4.0

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana desa-
desa prioritas di Kecamatan Jeunieb dianggap sebagai satu lingkungan, dengan
proyeksi penduduk pada tahun 2010 sebesar 20.922 jiwa, maka kebutuhan
tambahan sarana pendidikan di Kec. Jeunieb, meliputi :

1. TK sebanyak 19 (sembilan belas) buah, dan


2. SLTP sebanyak 1 (satu) buah.

C.4 Sarana Kesehatan

Secara umum, sarana kesehatan di Kecamatan Jeunieb meliputi :

1. Poliklinik/Balai Pengobatan sebanyak 3 (tiga) buah, dengan jangkauan


pelayanan ke desa terjauh (Desa Mns. Alue) adalah 32 Km

2. Puskesmas sebanyak 1 (satu) buah di Desa Blang Mee Timur, dengan jangkauan
pelayanan ke desa terjauh (Desa Mns. Alue dan Ulee Gajah) adalah 7 Km

3. Posyandu sebanyak 29 (dua puluh sembilan) buah (hampir ada di setiap desa),
dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Ds. J. Sikureung) adalah 5 Km

4. Polindes (Pondok Bersalin Desa) sebanyak 10 (sepuluh) buah, dengan jangkauan


pelayanan ke desa terjauh (Desa Mns. Keupula, Lheue Simpang) adalah 30 Km.

LAPORAN AKHIR III - 86


BRR
NAD - Nias

Poliklinik/Balai Puskemas Polindes (Pondok


No Kode Nama Desa Pengobatan Puskemas Pembantu POSYANDU Bersalin Desa)
Peta Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata- Rata-
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Rata Rata Rata Rata Rata
(km) (km) (km) (km) (km)
1 001 JEUMPA SIKUREUNG 0 31.0 0 5.0 0 12.0 0 5.0 0 5.0

2 002 BLANG POROH 0 6.0 0 6.0 0 2.0 0 2.0 0 2.0

3 003 LHOK KULAM 0 5.0 0 5.0 0 0.6 1 . 1 .

4 010 SAMPOI AJAT 0 29.0 0 4.0 0 1.0 1 . 1 .

5 011 ULEE BLANG 0 6.0 0 6.0 0 1.0 1 . 0 6.0

6 012 ALUE SEUTUI 0 31.0 0 6.5 0 1.0 1 . 0 1.0

7 013 BLANG NEUBOK 0 6.0 0 6.0 0 3.0 1 . 0 6.0

8 014 MNS ALUE 0 32.0 0 7.0 0 4.0 1 . 0 7.0

9 015 MNS TUNONG LUENG 0 30.0 0 4.0 0 5.0 1 . 0 2.0

10 016 LHEUE SIMPANG 0 30.0 0 4.0 0 8.0 0 4.0 0 30.0

11 017 LHEUE BARAT 0 5.3 0 5.5 0 2.0 1 . 1 .

12 018 MNS DAYAH 0 2.0 0 2.5 0 2.5 1 . 0 2.5

13 019 MEUNASAH KEUPULA 0 30.0 0 4.0 0 9.0 1 . 0 30.0

14 020 ULEE GAJAH 0 7.0 0 7.0 0 7.0 1 . 0 3.0

15 021 UTEUN PUPALEH 0 6.3 0 6.0 0 6.5 1 . 0 2.0

16 022 DARUL AMAN 0 30.0 0 4.5 0 1.5 0 4.5 0 4.0

17 023 LAMPOH OE 0 26.0 0 2.0 0 2.0 1 . 0 1.0

18 024 PULO RANGKILEH 1 . 0 3.0 0 3.0 1 . 1 .

19 025 TUFAH 1 . 0 2.5 0 2.0 1 . 1 .

20 030 TANJONG BUNGONG 0 3.0 0 3.0 0 2.0 1 . 0 3.0

21 031 DAYAH BARO 0 1.0 0 1.0 0 1.0 1 . 0 1.0

22 032 ULEE RABO 1 . 0 1.0 0 2.0 0 1.0 1 .

23 033 LHUENG TENGOH 0 2.0 0 2.0 0 2.0 1 . 0 1.0

24 034 MNS TAMBO 0 2.0 0 2.0 0 2.0 1 . 0 2.0

25 035 MNS KEUTAPANG 0 2.0 0 2.2 0 2.2 1 . 0 2.0


COT GEULUMPANG
036 0 27.0 0 2.0 0 2.0 1 . 1 .
26 TUNONG
COT GEULUMPANG
037 0 1.5 0 1.5 0 1.5 1 . 0 1.5
27 BAROH
28 038 KEUDE JEUNIEB 0 0.5 0 0.5 0 1.0 0 0.5 1 .

29 039 JANGGOT SEUNGKO 0 1.0 0 1.0 0 3.0 1 . 0 2.0

30 040 BLANG MEE TIMUR 0 5.0 1 . 0 1.5 1 . 1 .

31 041 MATANG NIBONG 0 1.0 0 1.0 0 1.0 1 . 0 1.0

32 042 BLANG MEE BARAT 0 0.5 0 0.5 0 1.0 1 . 0 0.5

33 043 MATANG TEUNGOH 0 1.0 0 1.0 0 2.0 0 1.0 0 2.0

34 044 MATANG BANGKA 0 2.0 0 2.0 0 2.0 1 . 0 2.0

35 045 BLANG LANCANG 0 1.0 0 1.0 0 1.0 1 . 0 1.0

36 046 LANCANG 0 1.5 0 1.5 0 1.5 1 . 1 .

37 047 TEUPIN KEUPULA 0 2.5 0 2.5 0 2.0 1 . 0 2.5

38 057 MEUNASAH LUENG 0 4.0 0 4.0 0 1.0 1 . 0 1.0

LAPORAN AKHIR III - 87


BRR
NAD - Nias

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Jeunieb dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 20.922 jiwa, maka tambahan sarana kesehatan yang
diperlukan di Kec. Jeunieb, meliputi :

1. Poliklinik/Balai Pengobatan sebanyak 4 (empat) buah, dan


2. RS Bersalin sebanyak 1 (satu) buah.

C.5 Listrik dan Telepon

Hampir seluruh desa di Kecamatan Jeunieb telah dilayani oleh prasarana listrik,
kecuali 1 (satu) desa, yakni Desa Lheue Barat. Kondisi ini menunjukkan
kebutuhan perluasan jaringan listrik ke Desa tersebut. Sedangkan untuk
prasarana telepon hanya 4 (empat) desa di kec. Jeunieb yang telah dilayani.
Kondisi ini menunjukkan kebutuhan perluasan jaringan telepon yang dapat
mencapai ke desa-desa yang masih belum terlayani.

Keluarga
Kode Keluarga Pengguna Listrik Berlangganan Telepon
No Nama Desa Ketersediaan
Peta Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)

1 001 JEUMPA SIKUREUNG Ada 26 0 37.7 0.0 0 0.0


2 002 BLANG POROH Ada 49 0 31.6 0.0 0 0.0
3 003 LHOK KULAM Ada 85 0 48.6 0.0 0 0.0
4 010 SAMPOI AJAT Ada 67 0 32.8 0.0 0 0.0
5 011 ULEE BLANG Ada 70 0 69.3 0.0 0 0.0
6 012 ALUE SEUTUI Ada 8 0 27.6 0.0 0 0.0
7 013 BLANG NEUBOK Ada 22 0 37.3 0.0 0 0.0
8 014 MNS ALUE Ada 75 0 68.2 0.0 0 0.0
9 015 MNS TUNONG LUENG Ada 30 0 33.7 0.0 0 0.0
10 016 LHEUE SIMPANG Ada 87 0 71.3 0.0 0 0.0
11 017 LHEUE BARAT Tidak 0.0 0 0.0
12 018 MNS DAYAH Ada 83 0 69.2 0.0 0 0.0
13 019 MEUNASAH KEUPULA Ada 55 0 53.4 0.0 0 0.0
14 020 ULEE GAJAH Ada 43 0 45.7 0.0 0 0.0
15 021 UTEUN PUPALEH Ada 17 0 34.0 0.0 0 0.0
16 022 DARUL AMAN Ada 36 0 58.1 0.0 0 0.0
17 023 LAMPOH OE Ada 53 0 55.2 0.0 0 0.0
18 024 PULO RANGKILEH Ada 37 0 32.2 0.0 0 0.0
19 025 TUFAH Ada 94 0 68.6 0.0 0 0.0

LAPORAN AKHIR III - 88


BRR
NAD - Nias

Keluarga
Kode Keluarga Pengguna Listrik Berlangganan Telepon
No Nama Desa Ketersediaan
Peta Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)

20 030 TANJONG BUNGONG Ada 111 0 86.7 0.0 0 0.0


21 031 DAYAH BARO Ada 110 0 83.3 0.0 0 0.0
22 032 ULEE RABO Ada 104 0 77.6 0.0 0 0.0
23 033 LHUENG TENGOH Ada 87 0 49.7 0.0 0 0.0
24 034 MNS TAMBO Ada 87 0 77.7 0.0 0 0.0
25 035 MNS KEUTAPANG Ada 99 0 77.3 0.0 0 0.0
26 036 COT GEULUMPANG TUNONG Ada 24 0 55.8 0.0 0 0.0
27 037 COT GEULUMPANG BAROH Ada 44 0 45.8 0.0 0 0.0
28 038 KEUDE JEUNIEB Ada 91 0 92.9 0.0 0 0.0
29 039 JANGGOT SEUNGKO Ada 150 0 75.0 0.0 10 5.0
30 040 BLANG MEE TIMUR Ada 148 0 85.5 0.0 63 36.4
31 041 MATANG NIBONG Ada 60 0 56.6 0.0 3 2.8
32 042 BLANG MEE BARAT Ada 121 0 85.8 0.0 9 6.4
33 043 MATANG TEUNGOH Ada 50 0 69.4 0.0 0 0.0
34 044 MATANG BANGKA Ada 25 0 32.5 0.0 0 0.0
35 045 BLANG LANCANG Ada 300 0 96.2 0.0 0 0.0
36 046 LANCANG Ada 100 0 74.1 0.0 0 0.0
37 047 TEUPIN KEUPULA Ada 145 0 85.3 0.0 0 0.0
38 057 MEUNASAH LUENG Ada 39 0 45.3 0.0 0 0.0

3.6.2 RENCANA TINDAK (ACTION PLAN) KECAMATAN JEUNIEB

Rencana Tindak (Action Plan) di Kecamatan Jeunieb disusun berdasarkan 5 (lima)


rangkaian kegiatan yang telah dijelaskan pada sub bab 3.2. Sebagaimana juga telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, pelaksanaan sosialisasi melalui FGD di kecamatan
Jeunieb tidak dapat dilaksanakan, sehingga dalam hal ini dilaksanakan survai
wawancara (kuestioner) kepada masyarakat setempat sebagai bahan validitas
terhadap draft rencana tindak (action plan) yang disusun konsultan dan telah
dipadukan dengan bahan usulan program dari hasil pelaksanaan penjaringan
aspirasi masyarakat melaui Forum FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan
oleh Pemda Kabupaten Bireuen bekerjasama dengan Lembaga NGO dari Perancis
pada tahun 2005.

Hasil suvai wawancara (kuestioner) kepada masyarakat di kecamatan prioritas


(termasuk Kecamatan Jeunieb) juga telah dijelaskan pada sub bab 3.2. Melalui
pelaksanaan suvai wawancara (kuestioner) tersebut, selanjutnya disusun dan

LAPORAN AKHIR III - 89


BRR
NAD - Nias

ditetapkan Rencana Tindak (Action Plan) di Kecamatan Jeunieb Tahun 2007 sampai
Tahun 2009 seperti disajikan pada Tabel dan gambar halaman berikut.

3.6.3 DESA PRIORITAS DI KECAMATAN JEUNIEB

Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka ditetapkan desa prioritas untuk “Village
Planning” di Kecamatan Jeunieb seperti disajikan pada tabel berikut.

Desa Prioritas di Kecamatan Jeunieb

Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
8 47 TEUPIN KEUPULA Jeunieb 34 1
9 41 MATANG NIBONG Jeunieb 33 2
10 46 LANCANG Jeunieb 31 3
26 44 MATANG BANGKA Jeunieb 26 4
74 45 BLANG LANCANG Jeunieb 20 5
107 40 BLANG MEE TIMUR Jeunieb 17 6
113 42 BLANG MEE BARAT Jeunieb 16 7
114 43 MATANG TEUNGOH Jeunieb 16 7

LAPORAN AKHIR III - 90


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 91


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 92


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 93


BRR
NAD - Nias

3.7 KECAMATAN PEUDADA

3.7.1 IDENTIFIKASI KONDISI DAN PERMASALAHAN YANG ADA

A. FISIK DAN LINGKUNGAN

A.1 Morfologi

Pada sebelah Utara (wilayah pesisir) berupa topografi desa-desa pantai yang
meliputi : Sawang, Matang Pasi Kukue, Meunasa Blang dan kampong Baro dan Calok.
Desa berupa dataran meliputi: Blang Kubu, Seuneubok Paya, Matang Reuleut, dan
Paya. Pada sebelah Selatan berupa punggung bukit antara lain, yaitu desa Meunasa
Pulo.

A.2 Jenis Tanah

Jenis tanah di Kec. Peudada adalah relatif sama dengan yang ada di Kec.
Samalanga, Simpang Mamplam, dan Jeunieb.

A.3 Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif tanah di Kec. Peudada, sebagian memiliki kedalaman efektif


antara 30 – 60 cm (53,55 %), dan sebagian lagi memiliki kedalaman efektif > 90 cm
(46,46 %).

A.4 Sumber Daya Air

Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Peudada meliputi Sumber Daya Air
Sungai, Rawa/paya dan waduk, diantaranya Krueng / Sungai (Peudada 185 Ha,
Bugeng 40 Ha dan Kukue 35 Ha ), Paya / Rawa ( Paya Kameng 7 Ha dan Pinto Rimba
3,5 ) dan Waduk Paya Lot 7 Ha .

A.5 Daerah Rawan Banjir

Daerah Wilayah Kecamatan Peudada yang berpotensi rawan banjir adalah daerah
Pesisir yang relatip datar 0 -5 meter di atas permukaan air laut, meliputi daerah
sekitar muara sungai kuala Peudada yang kondisinya mengalami pendangkalan
akibat sedimentasi dan akresi yang menimbulkan penyempitan “ Bottle Neck “ di
bagian hilir ( muara ). Tanggal 11 Desember 2005 Wilayah pesisir Peudada terjadi
banjir karena hujan selama tiga hari berturur turut sehingga jalur banda Aceh –

LAPORAN AKHIR III - 94


BRR
NAD - Nias

Medan terputus selama 8 jam, warga sekitar mengungsi kedaerah aman dengan
tinggi air sampai 2 meter yang menggenangi rumah - rumah warga. Faktor
penyebab lain adanya penebangan hutan di wilayah hulu sungai.

A.6 Daerah Rawan Gempa

Daerah Wilayah Kecamatan Peudada berpotensi mengalami bencana kegempaan di


tinjau dari tatanan struktur geologi tektonik regional pulau Sumatra yang sewaktu-
waktu dapat menimbulkan gempa tektonik dengan skala 6-7 reichter, patahan –
patahan tersebut. Salah satunya dapat dijumpai di krueng Peusangan.

A.7 Daerah Rawan Tsunami

Daerah Pesisir yang terpotensi rawan tsunami meliputi desa pantai yang beresiko
sedang yaitu desa Sawang, Blang Kubu, Matang Pasie, Kukue, Mns Blang, Kampung
Baro, Seunebok Paya dan yang beresiko sedang meliputi desa tambak yaitu Maunasa
Pulo, Matang Reuleut dan Paya. Factor penyebab di s pepanjang pesisir desa-desa
pantai tidak terdapat zona penyanggah (buffer zone) hutan mangrove, yang
mampu menahan laju gelombang tsunami secara alamiah serta kedalaman toporafi
daerah perairan pantai Peudada 20 – 60 meter yang juga berpengaruh terhadap
laju kecepatan rambat gelombang C = L/T terhadap kedalaman laut dan
semakin ke darat cepat rambat gelombang semakin melemah ( Refraksi Gelombang
), Gelombang datang mengalami Difraksi oleh Terumbu Karang di perairan Simpang
Mamplam sehingga laju kecepatan gelombang tertahan dan cenderug melemah.

A.8 Kelautan dan Lingkungan Pesisir

Morfologi Daerah Pesisir

Penggunaan lahan dan kenampakan yang ada adalah Pemukiman penduduk,


Pertambakan, Sawah dan kebun kelapa. Panjang garis pantai 4,12 km.

Potensi Sumber Daya Hayati

Perikanan tangkap dengan sarana PPI dan TPI, Budidaya Perikanan Tambak seluas
393,5 Ha , Ekosistim Estuaria Muara Sungai ( Kuala Peudada, Kuala Bugeng dan
Kuala Kukue ), Ekosistim Padang Lamun dan Ekosistim Pantai Pasir.

LAPORAN AKHIR III - 95


BRR
NAD - Nias

Permasalahan Kelautan dan Lingkungan Pesisir

Abrasi di sepanjang pesisir pantai, Akresi di muara sungai Peudada Membentuk


Tanah Timbul, dan Kerusakan hutan mangrove.

Analisis Penanganan dan Pengembangan

Berdasarkan permasalahan kelautan dan lingkungan pesisir yang ada di Kec.


Peudada, maka beberapa bentuk penanganan dan pengembangan yang diperlukan
adalah sebagai berikut :

1. Ekosistim Hutan Mangrove ( Bakau )

Mereboisasai Kawasan pantai dengan menanam kembali tanaman bakau


(mangrove) Sawang, Blang Kubu, Matang Pasie, Kukue, Mns Blang, Kampung
Baro, Seuneubok Paya. Penanganan lainnya adalah sama dengan yang telah
dijelaskan untu kecamatan Samalanga.

2. Ekosistim Estuaria, Padang Lamun, Pasir Pantai dan Perikanan Tambak

Sama dengan yang telah dijelaskan untuk kecamatan Samalanga.

3. Abrasi

a. Penanggulangan abrasi pantai secara alamiah dengan memanfaatkan sumber


daya ekosistim hutan mangrove ( Vegetasi ) dan Reboisasi di desa pantai
Sawang, Blang Kubu, Matang Pasi, Kukue, Gampong Baro dan desa Seuneubok
Paya.

b. Penanggulangan abrasi pantai dengan sistim Proteksi Bangunan Pantai (


Coastal Engineering ) yaitu Sea Wall, Bulkhealt dan Revetment, dengan
mengutamakan dan memanfaatkan batuan yang banyak tersebar di
kabupaten bireuen di desa pantai Sawang, Blang Kubu, Matang Pasi, Kukue,
Gampong Baro dan desa Seuneubok Paya.

B. SOSIAL EKONOMI

B.1 Jumlah Penduduk dan KK

Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Peudada pada tahun 2005 adalah 24.196 jiwa dan 5.515 KK, dengan

LAPORAN AKHIR III - 96


BRR
NAD - Nias

jumlah penduduk dan KK terbesar adalah di Desa Dayah Mon Ara sebanyak 1.973
jiwa dan 440 KK, serta terkecil di desa Jabet sebanyak 66 jiwa dan 40 KK.

No Kode Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah


Peta Laki-Laki Wanita Total Keluarga

1 001 BLANG RANGKULUH 750 781 1,531 464

2 002 ALUE SIJUEK 433 468 901 192

3 003 BUKET PAYA 150 170 320 71

4 004 DAYAH MON ARA 976 997 1,973 440

5 005 PULO ARA 256 268 524 132

6 006 COT LAOT 45 52 97 22

7 007 MEUNASAH BUNGO 175 226 401 106

8 008 PAYA BUNOT 245 253 498 75

9 009 COT KEUTAPANG 137 165 302 66

10 010 LAWANG 131 140 271 54

11 011 HAGU 191 196 387 91

12 012 MNS KRUENG 314 210 524 95

13 013 MNS RABO 232 288 520 115

14 014 MNS TAMBO 330 327 657 133

15 015 MNS BAROH 313 365 678 154

16 016 BLANG MATANG 160 198 358 73

17 017 MNS TUNONG 672 714 1,386 232

18 018 MNS ALUE 285 312 597 145

19 019 BLANG BATI 159 169 328 78

20 020 KEUDE ALUE RHEING 152 148 300 71

21 021 PULO LAWANG 159 185 344 84

22 022 KARIENG 100 166 266 70

23 023 BLANG GLUMPANG 228 229 457 98

24 024 MNS MESJID 91 135 226 66

25 025 MNS CUT 291 273 564 95

26 026 MATANG REULEUT 270 297 567 130

27 027 MNS PULO 441 632 1,073 283

28 028 ARA BUNGONG 223 280 503 101

29 029 GAROT 257 283 540 129

30 030 BLANG BEURURU 268 166 434 101

31 031 JABET 32 34 66 40

32 032 SAWANG 275 265 540 126

33 033 BLANG KUBU 698 731 1,429 319

34 034 MATANG PASI 440 500 940 221

35 035 KUKUE 314 365 679 108

36 036 MNS BLANG 267 291 558 132

LAPORAN AKHIR III - 97


BRR
NAD - Nias

No Kode Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah


Peta Laki-Laki Wanita Total Keluarga
37 037 KAMPONG BARO 257 286 543 130

38 038 PAYA 413 458 871 211

39 039 SEUNEUBOK PAYA 176 201 377 97


MEUNASAH
040 203 224 427 97
40 TEUNGOH
41 041 CALOK 117 122 239 68

B.2 Pertumbuhan Penduduk dan Proyeksi Penduduk Tahun 2010

Adapun pertumbuhan penduduk pada desa-desa di Kec. Peudada dari tahun 2003-
2005 sebagian menunjukkan angka pertumbuhan negatif, berkisar antara -0,15
sampai -38,9 %. Hal ini kemungkinan disebabkan dampak tsunami yang cukup parah
di Kecamatan Peudada. Berdasarkan angka pertumbuhan yang ada, selanjutnya
diproyeksikan jumlah penduduk di desa-desa Kec. Peudada pada tahun 2010,
total sebesar 25.305 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk tiap desa disajikan
pada tabel berikut.

Proyeksi
Luas Jml. Penduduk Jml. Penduduk
Nama Desa/ Kel. Status Penduduk
No. Kode Wilayah Tahun 2003 Tahun 2005
sekarang Desa/Kota Tahun 2010
(Ha) (Jiwa) (Jiwa)
(Jiwa)
1 001 BLANG RANGKULUH Desa 253.32 1,648 1,531 1,601
2 002 ALUE SIJUEK Desa 149.10 783 901 942
3 003 BUKET PAYA Desa 194.68 321 320 335
4 004 DAYAH MON ARA Desa 194.68 1,970 1,973 2,063
5 005 PULO ARA Desa 94.66 540 524 548
6 006 COT LAOT Desa 93.71 111 97 101
7 007 MEUNASAH BUNGO Desa 178.86 545 401 419
8 008 PAYA BUNOT Desa 272.02 494 498 521
9 009 COT KEUTAPANG Desa 208.60 284 302 316
10 010 LAWANG Desa 107.11 264 271 283
11 011 HAGU Desa 80.62 345 387 405
12 012 MNS KRUENG Desa 47.62 381 524 548
13 013 MNS RABO Desa 177.83 426 520 544
14 014 MNS TAMBO Desa 433.88 652 657 687
15 015 MNS BAROH Desa 106.36 837 678 709
16 016 BLANG MATANG Desa 79.52 307 358 374
17 017 MNS TUNONG Desa 114.10 818 1,386 1,450
18 018 MNS ALUE Desa 148.42 649 597 624
19 019 BLANG BATI Desa 128.69 329 328 343
20 020 KEUDE ALUE RHEING Desa 103.54 289 300 314

LAPORAN AKHIR III - 98


BRR
NAD - Nias

Proyeksi
Luas Jml. Penduduk Jml. Penduduk
Nama Desa/ Kel. Status Penduduk
No. Kode Wilayah Tahun 2003 Tahun 2005
sekarang Desa/Kota Tahun 2010
(Ha) (Jiwa) (Jiwa)
(Jiwa)
21 021 PULO LAWANG Desa 118.26 354 344 360
22 022 KARIENG Desa 91.44 268 266 278
23 023 BLANG GLUMPANG Desa 58.57 456 457 478
24 024 MNS MESJID Desa 84.05 606 226 236
25 025 MNS CUT Desa 94.21 305 564 590
26 026 MATANG REULEUT Desa 138.28 586 567 593
27 027 MNS PULO Desa 143.08 1,087 1,073 1,122
28 028 ARA BUNGONG Desa 136.30 576 503 526
29 029 GAROT Desa 659.34 614 540 565
30 030 BLANG BEURURU Desa 263.74 465 434 454
31 031 JABET Desa 139.30 175 66 69
32 032 SAWANG Desa 450.60 515 540 565
33 033 BLANG KUBU Desa 346.91 1,764 1,429 1,494
34 034 MATANG PASI Desa 483.12 728 940 983
35 035 KUKUE Desa 477.63 468 679 710
36 036 MNS BLANG Desa 108.88 475 558 584
37 037 KAMPONG BARO Desa 327.46 555 543 568
38 038 PAYA Desa 757.37 961 871 911
39 039 SEUNEUBOK PAYA Desa 741.81 321 377 394
40 040 MEUNASAH TEUNGOH Desa 275.17 427 447
41 041 CALOK Desa 192.15 239 239 250
TOTAL 9,255.02 23,511 24,196 25,305

B.3 Mata Pencaharian Penduduk dan Jumah KK Miskin

Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Peudada memiliki mata pencaharian
utama pada sektor pertanian tanaman pangan.

Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 3.654 KK atau 66,3 % dari total
jumlah KK di kec. Peudada, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa
Blang Rangkuluh, yakni sebanyak 275 KK atau 59,3 % dari jumlah KK yang ada di
desa ini. Sebagian besar desa (35 desa) yang ada di Kec. Peudada memiliki
persentase jumlah KK miskin di atas 50 %. Kondisi ini dapat digunakan sebagai
indikator kebutuhan penanganan masalah kemiskinan di Kec. Peudada.

LAPORAN AKHIR III - 99


BRR
NAD - Nias

Kode Keluarga di Sektor Sumber


No Peta Nama Desa Pertanian Keluarga Miskin Penghasilan Sub Sektor Buruh Tani
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Utama Pertanian Jumlah Persentase
1 001 BLANG RANGKULUH 459 99 275 59.3 Pertanian Tanaman Pangan 140 9.2
2 002 ALUE SIJUEK 190 99 173 90.1 Pertanian Tanaman Pangan 135 15.1
3 003 BUKET PAYA 70 99 60 84.5 Pertanian Tanaman Pangan 150 47.3
4 004 DAYAH MON ARA 436 99 189 43.0 Pertanian Tanaman Pangan 145 7.4
5 005 PULO ARA 119 90 70 53.0 Pertanian Tanaman Pangan 137 29.1
6 006 COT LAOT 21 95 18 81.8 Pertanian Tanaman Pangan 19 20.6
7 007 MEUNASAH BUNGO 101 95 15 14.2 Pertanian Tanaman Pangan 210 55.1
8 008 PAYA BUNOT 68 90 47 62.7 Pertanian Tanaman Pangan 30 6.7
9 009 COT KEUTAPANG 59 90 60 90.9 Pertanian Tanaman Pangan 35 12.9
10 010 LAWANG 49 90 44 81.5 Pertanian Tanaman Pangan 57 23.4
11 011 HAGU 86 95 69 75.8 Pertanian Tanaman Pangan 220 59.8
12 012 MNS KRUENG 86 90 65 68.4 Pertanian Tanaman Pangan 57 12.1
13 013 MNS RABO 98 85 90 78.3 Pertanian Tanaman Pangan 210 47.5
14 014 MNS TAMBO 120 90 87 65.4 Pertanian Tanaman Pangan 35 5.9
15 015 MNS BAROH 123 80 61 39.6 Pertanian Tanaman Pangan 71 13.1
16 016 BLANG MATANG 62 85 60 82.2 Pertanian Tanaman Pangan 32 10.5
17 017 MNS TUNONG 197 85 146 62.9 Pertanian Tanaman Pangan 425 36.1
18 018 MNS ALUE 142 98 65 44.8 Pertanian Tanaman Pangan 55 9.4
19 019 BLANG BATI 70 90 78 100.0 Pertanian Tanaman Pangan 39 13.2
20 020 KEUDE ALUE RHEING 43 60 50 70.4 Pertanian Tanaman Pangan 27 15.0
21 021 PULO LAWANG 76 90 67 79.8 Pertanian Tanaman Pangan 92 29.7
22 022 KARIENG 63 90 50 71.4 Pertanian Tanaman Pangan 50 20.9
23 023 BLANG GLUMPANG 88 90 85 86.7 Pertanian Tanaman Pangan 50 12.2
24 024 MNS MESJID 59 90 40 60.6 Pertanian Tanaman Pangan 17 8.4
25 025 MNS CUT 86 90 73 76.8 Pertanian Tanaman Pangan 21 4.1
26 026 MATANG REULEUT 117 90 101 77.7 Pertanian Tanaman Pangan 37 7.3
27 027 MNS PULO 255 90 140 49.5 Pertanian Tanaman Pangan 157 16.3
28 028 ARA BUNGONG 91 90 90 89.1 Pertanian Tanaman Pangan 137 30.3
29 029 GAROT 103 80 113 87.6 Pertanian Perkebunan 160 37.0
30 030 BLANG BEURURU 91 90 85 84.2 Pertanian Tanaman Pangan 25 6.4
31 031 JABET 38 95 40 100.0 Pertanian Tanaman Pangan 50 79.7
32 032 SAWANG 113 90 90 71.4 Pertanian Tanaman Pangan 150 30.9
33 033 BLANG KUBU 287 90 95 29.8 Pertanian Tanaman Pangan 705 54.8
34 034 MATANG PASI 199 90 160 72.4 Pertanian Tanaman Pangan 675 79.8
35 035 KUKUE 103 95 104 96.3 Pertanian Tanaman Pangan 281 43.6
36 036 MNS BLANG 125 95 120 90.9 Pertanian Tanaman Pangan 401 75.6
37 037 KAMPONG BARO 111 85 115 88.5 Pertanian Tanaman Pangan 136 29.5
38 038 PAYA 190 90 175 82.9 Pertanian Tanaman Pangan 112 14.3
39 039 SEUNEUBOK PAYA 68 70 84 86.6 Pertanian Tanaman Pangan 64 24.3
40 040 MEUNASAH TEUNGOH 87 90 55 56.7 Pertanian Tanaman Pangan 42 10.9
41 041 CALOK 61 90 50 73.5 Pertanian Tanaman Pangan 70 32.5

LAPORAN AKHIR III - 100


BRR
NAD - Nias

C. PRASARANA DAN SARANA

C.1 Transportasi

Secara umum, seluruh desa yang ada di Kecamatan Peudada dihubungkan oleh
prasarana jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah,
serta hampir seluruh desa dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4, kecuali 1 (satu)
desa, yakni Desa Mns. Rabo. Kondisi ini menunjukkan diperlukannya
pengembangan prasarana jaringan jalan yang dapat dilalui kendaraan roda-4
menuju Ds. Mns. Rabo, disamping juga diperlukan peningkatan jalan khususnya
untuk jalan-jalan dengan jenis permukaan tanah menjadi minimal jenis Sirtu
(Pasir Batu), sehingga dapat dilalui oleh kendaraan roda-4 di musim hujan.

Adapun sarana angkutan umum ke desa-desa di Kec. Peudada adalah ojek (sepeda
motor). Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :

Dapat Dijangkau
Sebagian
Kendaraan Roda
Kode Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Yang
No Nama Desa 4/ Lebih Tipe Angkutan Umum Utama
Peta Lalu Lintas Terluas (jika darat)
Sepanjang
Antar Desa
Tahun
1 001 BLANG RANGKULUH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
2 002 ALUE SIJUEK Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
3 003 BUKET PAYA Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
4 004 DAYAH MON ARA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
5 005 PULO ARA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
6 006 COT LAOT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
7 007 MEUNASAH BUNGO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
8 008 PAYA BUNOT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
9 009 COT KEUTAPANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
10 010 LAWANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
11 011 HAGU Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
12 012 MNS KRUENG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
13 013 MNS RABO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor
14 014 MNS TAMBO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
15 015 MNS BAROH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda/Becak/Gerobak/Pedati
16 016 BLANG MATANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
17 017 MNS TUNONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
18 018 MNS ALUE Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
19 019 BLANG BATI Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
20 020 KEUDE ALUE RHEING Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
21 021 PULO LAWANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Kend Roda 3/Lebih
22 022 KARIENG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

LAPORAN AKHIR III - 101


BRR
NAD - Nias

Dapat Dijangkau
Sebagian
Kendaraan Roda
Kode Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Yang
No Nama Desa 4/ Lebih Tipe Angkutan Umum Utama
Peta Lalu Lintas Terluas (jika darat)
Sepanjang
Antar Desa
Tahun
23 023 BLANG GLUMPANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
24 024 MNS MESJID Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
25 025 MNS CUT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
26 026 MATANG REULEUT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
27 027 MNS PULO Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
28 028 ARA BUNGONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
29 029 GAROT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
30 030 BLANG BEURURU Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
31 031 JABET Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
32 032 SAWANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Kend Roda 3/Lebih
33 033 BLANG KUBU Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
34 034 MATANG PASI Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
35 035 KUKUE Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
36 036 MNS BLANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
37 037 KAMPONG BARO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
38 038 PAYA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
39 039 SEUNEUBOK PAYA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
40 040 MEUNASAH TEUNGOH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
41 041 CALOK Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

C.2 Prasarana Air Bersih, Air Limbah dan Sampah

Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Peudada menggunakan sumur sebagai
sumber air bersih, kecuali 1 (satu) desa, yakni Desa Keude Alue Rheing
menggunakan sumber air lainnya yang harus membeli. Secara umum, kondisi ini
menunjukkan sebagian besar desa yang ada telah memenuhi standar pelayanan
minimal prasarana air bersih yang ada, kecuali untuk Desa Keude Alue Rheing
diperlukan penyediaan altenatif sumber air bersih, misal melalui penyediaan
Hidran Umum.

Untuk sarana sanitasi sebagian besar desa yang ada (26 desa) di kec. Peudada
menggunakan sarana bukan jamban. Secara umum, kondisi ini masih dibawah
standar pelayanan minimal sarana sanitasi yang ada (terlayani > 80 %), sehingga
diperlukan program penyediaan sarana jamban umum minimal pada 21 (dua
puluh satu) desa yang masih menggunakan sarana bukan jamban.

LAPORAN AKHIR III - 102


BRR
NAD - Nias

Untuk pengolahan sampah, hampir seluruh desa menggunakan cara dibuang di


lubang dan dibakar. Secara umum, kondisi ini masih memenuhi standar
pelayanan minimal pengelolaan sampah yang ada untuk kawasan permukiman
perdesaan.

Harus
Sumber Air Tempat Buang Cara Membuang
No Kode Peta Nama Desa Membeli Air
Minum Air Besar Sampah
Minum

1 001 BLANG RANGKULUH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar


2 002 ALUE SIJUEK Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
3 003 BUKET PAYA Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
4 004 DAYAH MON ARA Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
5 005 PULO ARA Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
6 006 COT LAOT Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
7 007 MEUNASAH BUNGO Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
8 008 PAYA BUNOT Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
9 009 COT KEUTAPANG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
10 010 LAWANG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
11 011 HAGU Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
12 012 MNS KRUENG Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
13 013 MNS RABO Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
14 014 MNS TAMBO Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
15 015 MNS BAROH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
16 016 BLANG MATANG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
17 017 MNS TUNONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
18 018 MNS ALUE Sumur Tidak Bukan Jamban Lainnya
19 019 BLANG BATI Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
20 020 KEUDE ALUE RHEING Lainnya Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
21 021 PULO LAWANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
22 022 KARIENG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
23 023 BLANG GLUMPANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
24 024 MNS MESJID Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
25 025 MNS CUT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
26 026 MATANG REULEUT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
27 027 MNS PULO Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
28 028 ARA BUNGONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
29 029 GAROT Sumur Tidak Jamban Bersama Lobang/Dibakar
30 030 BLANG BEURURU Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
31 031 JABET Sumur Tidak Bukan Jamban Sungai
32 032 SAWANG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
33 033 BLANG KUBU Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
34 034 MATANG PASI Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
35 035 KUKUE Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
36 036 MNS BLANG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar

LAPORAN AKHIR III - 103


BRR
NAD - Nias

Harus
Sumber Air Tempat Buang Cara Membuang
No Kode Peta Nama Desa Membeli Air
Minum Air Besar Sampah
Minum

37 037 KAMPONG BARO Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar


38 038 PAYA Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
39 039 SEUNEUBOK PAYA Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
40 040 MEUNASAH TEUNGOH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
41 041 CALOK Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar

C.3 Sarana Pendidikan

Secara umum, sarana pendidikan di Kecamatan Peudada meliputi :

1. TK Negeri sebanyak 2 (dua) buah, dan TK Swasta sebanyak 1 (satu) buah,


dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Alue Sijuek dan Blang Bati)
adalah 8 Km,

2. SD Negeri sebanyak 20 (dua puluh) buah, dengan jangkaun pelayanan ke desa


terjauh (Desa Lawang) adalah 4 Km,

3. SMP Negeri sebanyak 2 (dua) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh
(Desa Blang Rangkuluh dan Lawang) adalah 6 Km.

4. SMU Negeri sebanyak 1 (satu) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa


terjauh (Desa Seuneubok Paya) adalah 10 Km.

Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
No Kode Nama Desa Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata-
Peta
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 001 BLANG RANGKULUH 0 0 6 2 0 . 0 0 6.0 0 0 6.0

2 002 ALUE SIJUEK 0 0 8 1 0 . 0 0 5.0 0 0 5.0

3 003 BUKET PAYA 0 0 7 0 0 2.0 0 0 2.0 0 0 2.0

4 004 DAYAH MON ARA 0 0 7 1 0 . 0 0 2.0 0 0 2.0

5 005 PULO ARA 0 0 5 0 0 2.0 0 0 3.0 1 0 .

6 006 COT LAOT 0 0 6 0 0 1.0 0 0 4.0 0 0 6.0

7 007 MEUNASAH BUNGO 0 0 3 0 0 2.0 0 0 3.0 0 0 5.0

8 008 PAYA BUNOT 0 0 4 1 0 . 0 0 4.0 0 0 8.0

9 009 COT KEUTAPANG 0 0 2 0 0 2.0 0 0 2.0 0 0 6.0

10 010 LAWANG 0 0 6 0 0 4.0 0 0 6.0 0 0 6.0

11 011 HAGU 0 0 3 0 0 1.0 0 0 3.0 0 0 8.0

12 012 MNS KRUENG 0 0 4 1 0 . 0 0 4.0 0 0 4.0

13 013 MNS RABO 0 0 2 0 0 2.0 0 0 2.0 0 0 5.0

14 014 MNS TAMBO 0 0 1 0 0 1.0 0 0 1.0 0 0 5.0

LAPORAN AKHIR III - 104


BRR
NAD - Nias

Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
No Kode Nama Desa Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata-
Peta
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
15 015 MNS BAROH 0 0 1 2 0 . 0 0 1.0 0 0 8.0

16 016 BLANG MATANG 0 0 2 0 0 2.0 0 0 2.0 0 0 4.0

17 017 MNS TUNONG 0 0 3 0 0 2.0 0 0 3.0 0 0 5.0

18 018 MNS ALUE 0 0 4 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.0

19 019 BLANG BATI 0 0 8 1 0 . 0 0 2.0 0 0 2.0

20 020 KEUDE ALUE RHEING 0 0 5 1 0 . 1 0 . 0 0 3.6

21 021 PULO LAWANG 0 0 6 0 0 2.0 0 0 2.0 0 0 2.0

22 022 KARIENG 0 1 0 0 1.0 0 0 1.0 0 0 1.0

23 023 BLANG GLUMPANG 0 0 5 0 0 2.0 0 0 5.0 0 0 5.0

24 024 MNS MESJID 0 0 4 0 0 2.0 0 1 . 0 0 5.0

25 025 MNS CUT 0 0 2 0 0 2.0 0 0 2.0 0 0 4.0

26 026 MATANG REULEUT 0 0 2 1 0 . 0 0 2.0 0 0 2.0

27 027 MNS PULO 1 0 0 0 1.0 1 0 . 0 0 6.0

28 028 ARA BUNGONG 0 0 3 1 0 . 0 0 3.0 0 0 8.0

29 029 GAROT 0 0 3 1 0 . 0 0 3.0 0 0 8.0

30 030 BLANG BEURURU 0 0 7 1 0 . 0 0 4.0 0 0 6.0

31 031 JABET 0 0 3 0 0 2.0 0 0 3.0 0 0 3.0

32 032 SAWANG 1 0 1 0 . 0 0 4.0 0 0 7.0

33 033 BLANG KUBU 0 0 2 0 0 2.0 0 0 2.0 0 0 8.0

34 034 MATANG PASI 0 0 3 0 0 1.0 0 0 3.0 0 0 3.0

35 035 KUKUE 0 0 2 0 0 2.0 0 0 4.0 0 0 4.0

36 036 MNS BLANG 0 0 3 1 0 . 0 0 3.0 0 0 2.0

37 037 KAMPONG BARO 0 0 4 0 0 2.0 0 0 3.0 0 0 2.0

38 038 PAYA 0 0 5 2 0 . 0 0 5.0 0 0 5.0

39 039 SEUNEUBOK PAYA 0 0 5 0 0 2.0 0 0 5.0 0 0 10.0

40 040 MEUNASAH TEUNGOH 0 0 4 1 0 . 0 0 4.0 0 0 4.0

41 041 CALOK 0 0 2 0 0 2.0 0 0 2.0 0 0 8.0

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Peudada dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 25.305 jiwa, maka kebutuhan tambahan sarana
pendidikan di Kec. Peudada, meliputi :

1. TK sebanyak 23 (dua puluh tiga) buah,


2. SLTP sebanyak 1 (satu) buah.

LAPORAN AKHIR III - 105


BRR
NAD - Nias

C.4 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan di Kecamatan Peudada, meliputi :

1. Puskesmas sebanyak 1 (satu) buah di Desa Mns.Pulo, dengan jangkauan


pelayanan ke desa terjauh (Desa Blang Bati) adalah 8 Km,

2. Puskesmas Pembantu sebanyak 1 (satu) buah di Desa Sawang, dengan jangkauan


pelayanan ke desa terjauh (Desa Pulo Lawang) adalah 10 Km,

3. Posyandu sebanyak 41 (empat puluh satu) buah (ada di setiap desa).

4. Polindes (Pondok Bersalin Desa) sebanyak 40 (empat puluh) buah, dengan


jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Calok) adalah 1 Km.

Poliklinik/ Balai
Puskemas Puskemas Pembantu POSYANDU Polindes (Pondok
Pengobatan
No Kode Nama Desa Bersalin Desa)
Peta Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata
(km) (km) (km) (km) (km)

1 001 BLANG RANGKULUH 0 13.0 0 6.0 0 2.0 1 . 1 .

2 002 ALUE SIJUEK 0 12.0 0 6.0 0 3.0 1 . 1 .

3 003 BUKET PAYA 0 10.0 0 6.0 0 3.0 1 . 1 .

4 004 DAYAH MON ARA 0 10.0 0 7.0 0 3.0 1 . 1 .

5 005 PULO ARA 0 10.0 0 5.0 0 2.0 1 . 1 .

6 006 COT LAOT 0 13.0 0 5.0 0 4.0 1 . 1 .

7 007 MEUNASAH BUNGO 0 13.0 0 3.0 0 3.0 1 . 1 .

8 008 PAYA BUNOT 0 14.0 0 4.0 0 3.0 1 . 1 .

9 009 COT KEUTAPANG 0 15.0 0 2.0 0 4.0 1 . 1 .

10 010 LAWANG 0 18.0 0 6.0 0 8.0 1 . 1 .

11 011 HAGU 0 17.0 0 3.0 0 3.0 1 . 1 .

12 012 MNS KRUENG 0 16.0 0 4.0 0 4.0 1 . 1 .

13 013 MNS RABO 0 16.0 0 2.0 0 5.0 1 . 1 .

14 014 MNS TAMBO 0 15.0 0 1.0 0 3.0 1 . 1 .

15 015 MNS BAROH 0 14.5 0 0.5 0 2.0 1 . 1 .

16 016 BLANG MATANG 0 12.0 0 2.0 0 3.0 1 . 1 .

17 017 MNS TUNONG 0 10.0 0 3.0 0 4.0 1 . 1 .

18 018 MNS ALUE 0 12.0 0 4.0 0 4.0 1 . 1 .

19 019 BLANG BATI 0 8.0 0 8.0 0 4.0 1 . 1 .

20 020 KEUDE ALUE RHEING 0 7.0 0 5.0 0 2.0 1 . 1 .

21 021 PULO LAWANG 0 7.0 0 6.0 0 10.0 1 . 1 .

22 022 KARIENG 0 10.0 0 4.0 0 2.0 1 . 1 .

23 023 BLANG GLUMPANG 0 9.0 0 5.0 0 3.0 1 . 1 .

24 024 MNS MESJID 0 12.0 0 4.0 0 3.0 1 . 1 .

25 025 MNS CUT 0 12.0 0 2.0 0 2.0 1 . 1 .

26 026 MATANG REULEUT 0 13.0 0 2.0 0 2.0 1 . 1 .

27 027 MNS PULO 0 13.0 1 . 0 3.0 1 . 1 .

LAPORAN AKHIR III - 106


BRR
NAD - Nias

Poliklinik/ Balai
Puskemas Puskemas Pembantu POSYANDU Polindes (Pondok
Pengobatan
No Kode Nama Desa Bersalin Desa)
Peta Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata
(km) (km) (km) (km) (km)

28 028 ARA BUNGONG 0 18.0 0 4.0 0 3.0 1 . 1 .

29 029 GAROT 0 14.0 0 3.0 0 2.0 1 . 1 .

30 030 BLANG BEURURU 0 20.0 0 7.0 0 3.0 1 . 1 .

31 031 JABET 0 14.0 0 3.0 0 2.0 1 . 1 .

32 032 SAWANG 0 4.0 0 4.0 1 . 1 . 1 .

33 033 BLANG KUBU 0 17.0 0 4.0 0 2.0 1 . 1 .

34 034 MATANG PASI 0 13.0 0 4.0 0 5.0 1 . 1 .

35 035 KUKUE 0 14.0 0 4.0 0 2.0 1 . 1 .

36 036 MNS BLANG 0 13.0 0 5.0 0 3.0 1 . 1 .

37 037 KAMPONG BARO 0 11.0 0 5.0 0 4.0 1 . 1 .

38 038 PAYA 0 12.0 0 5.0 0 3.0 1 . 1 .

39 039 SEUNEUBOK PAYA 0 10.0 0 5.0 0 2.0 1 . 1 .

40 040 MEUNASAH TEUNGOH 0 12.0 0 4.0 0 3.0 1 . 1 .

41 041 CALOK 0 17.0 0 4.0 0 2.0 1 . 0 1.0

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Peudada dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 25.305 jiwa, maka tambahan sarana kesehatan yang
diperlukan di Kec. Peudada, meliputi :

1. Balai Pengobatan/Poliklinik sebanyak 7 (tujuh) buah,


2. RS Bersalin sebanyak 1 (satu) buah.

C.5 Listrik dan Telepon

Seluruh desa di Kecamatan Peudada telah dilayani oleh prasarana listrik. Sedangkan
untuk prasarana telepon, baru sebagian desa (12 desa) yang sudah terlayani.
Kondisi ini menunjukkan kebutuhan perluasan jaringan telepon yang dapat
mencapai ke desa-desa yang masih belum terlayani.

Keluarga Berlangganan
Keluarga Pengguna Listrik
Kode Telepon

No Peta Nama Desa Jumlah Persentase (%)


Ketersediaan Jumlah Persentase
Listrik PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
1 001 BLANG RANGKULUH Ada 78 0 16.8 0.0 0 0.0
2 002 ALUE SIJUEK Ada 37 0 19.3 0.0 0 0.0

LAPORAN AKHIR III - 107


BRR
NAD - Nias

Keluarga Berlangganan
Keluarga Pengguna Listrik
Kode Telepon

No Peta Nama Desa Jumlah Persentase (%)


Ketersediaan Jumlah Persentase
Listrik PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
3 003 BUKET PAYA Ada 17 0 23.9 0.0 0 0.0
4 004 DAYAH MON ARA Ada 70 0 15.9 0.0 0 0.0
5 005 PULO ARA Ada 38 0 28.8 0.0 0 0.0
6 006 COT LAOT Ada 5 0 22.7 0.0 0 0.0
7 007 MEUNASAH BUNGO Ada 47 0 44.3 0.0 0 0.0
8 008 PAYA BUNOT Ada 15 0 20.0 0.0 0 0.0
9 009 COT KEUTAPANG Ada 59 0 89.4 0.0 0 0.0
10 010 LAWANG Ada 40 0 74.1 0.0 0 0.0
11 011 HAGU Ada 43 0 47.3 0.0 0 0.0
12 012 MNS KRUENG Ada 45 0 47.4 0.0 3 3.2
13 013 MNS RABO Ada 60 0 52.2 0.0 15 13.0
14 014 MNS TAMBO Ada 91 0 68.4 0.0 10 7.5
15 015 MNS BAROH Ada 143 0 92.9 0.0 8 5.2
16 016 BLANG MATANG Ada 61 0 83.6 0.0 11 15.1
17 017 MNS TUNONG Ada 201 0 86.6 0.0 10 4.3
18 018 MNS ALUE Ada 60 0 41.4 0.0 8 5.5
19 019 BLANG BATI Ada 17 0 21.8 0.0 0 0.0
20 020 KEUDE ALUE RHEING Ada 65 0 91.5 0.0 7 9.9
21 021 PULO LAWANG Ada 47 0 56.0 0.0 6 7.1
22 022 KARIENG Ada 33 0 47.1 0.0 0 0.0
23 023 BLANG GLUMPANG Ada 37 0 37.8 0.0 0 0.0
24 024 MNS MESJID Ada 41 0 62.1 0.0 0 0.0
25 025 MNS CUT Ada 91 0 95.8 0.0 0 0.0
26 026 MATANG REULEUT Ada 93 0 71.5 0.0 0 0.0
27 027 MNS PULO Ada 181 0 64.0 0.0 20 7.1
28 028 ARA BUNGONG Ada 28 0 27.7 0.0 0 0.0
29 029 GAROT Ada 105 0 81.4 0.0 3 2.3
30 030 BLANG BEURURU Ada 30 0 29.7 0.0 0 0.0
31 031 JABET Ada 10 0 25.0 0.0 0 0.0
32 032 SAWANG Ada 30 0 23.8 0.0 0 0.0
33 033 BLANG KUBU Ada 240 0 75.2 0.0 10 3.1
34 034 MATANG PASI Ada 125 0 56.6 0.0 0 0.0
35 035 KUKUE Ada 50 0 46.3 0.0 0 0.0
36 036 MNS BLANG Ada 80 0 60.6 0.0 0 0.0
37 037 KAMPONG BARO Ada 33 0 25.4 0.0 0 0.0
38 038 PAYA Ada 105 0 49.8 0.0 0 0.0
39 039 SEUNEUBOK PAYA Ada 54 0 55.7 0.0 0 0.0
40 040 MEUNASAH TEUNGOH Ada 97 0 100.0 0.0 0 0.0
41 041 CALOK Ada 57 0 83.8 0.0 0 0.0

LAPORAN AKHIR III - 108


BRR
NAD - Nias

3.7.2 RENCANA TINDAK (ACTION PLAN) KECAMATAN PEUDADA

Rencana Tindak (Action Plan) di Kecamatan Peudada disusun berdasarkan 5 (lima)


rangkaian kegiatan yang telah dijelaskan pada sub bab 3.2. Sebagaimana juga telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, pelaksanaan sosialisasi melalui FGD di kecamatan
Peudada tidak dapat dilaksanakan, sehingga dalam hal ini dilaksanakan survai
wawancara (kuestioner) kepada masyarakat setempat sebagai bahan validitas
terhadap draft rencana tindak (action plan) yang disusun konsultan dan telah
dipadukan dengan bahan usulan program dari hasil pelaksanaan penjaringan
aspirasi masyarakat melaui Forum FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan
oleh Pemda Kabupaten Bireuen bekerjasama dengan Lembaga NGO dari Perancis
pada tahun 2005.

Hasil suvai wawancara (kuestioner) kepada masyarakat di 9 (sembilan) kecamatan


prioritas (termasuk Kecamatan Peudada) juga telah dijelaskan pada sub bab 3.2.
Melalui 5 (lima) rangkaian kegiatan di atas, dan hasil pelaksanaan suvai wawancara
(kuestioner) kepada masyarakat selanjutnya disusun dan ditetapkan Rencana
Tindak (Action Plan) di Kecamatan Peudada Tahun 2007 sampai Tahun 2009 seperti
disajikan pada Tabel dan gambar pada halaman berikut.

3.7.3 DESA PRIORITAS DI KECAMATAN PEUDADA

Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka dipilih dan ditetapkan desa prioritas untuk
“Village Planning” di Kecamatan Peudada seperti disajikan pada tabel berikut.

Desa Prioritas di Kecamatan Peudada

Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
31 35 KUKUE Peudada 25 1
38 34 MATANG PASI Peudada 24 2
39 36 MNS BLANG Peudada 24 2
40 37 KAMPONG BARO Peudada 24 2
48 39 SEUNEUBOK PAYA Peudada 23 3
50 32 SAWANG Peudada 22 4

LAPORAN AKHIR III - 109


BRR
NAD - Nias

Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
51 33 BLANG KUBU Peudada 22 4
73 41 CALOK Peudada 20 5
95 38 PAYA Peudada 18 6
103 26 MATANG REULEUT Peudada 17 7
124 27 MNS PULO Peudada 14 8

LAPORAN AKHIR III - 110


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 111


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 112


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 113


BRR
NAD - Nias

3.8 KECAMATAN JEUMPA

3.8.1 IDENTIFIKASI KONDISI DAN PERMASALAHAN YANG ADA

A. FISIK DAN LINGKUNGAN

A.1 Morfologi

Sebagian berupa topografi desa-desa pantai yang meliputi : Blang Dalam, Cot Bada,
Kuala Jeumpa, Lipah Rayeuk, Mon Jambee, Batee Timoh, Cot Geurundong,
Beurawang, dan Lipah Cut. Desa berupa dataran meliputi: Teupok Tunong, dan
Teupok Baroh.

A.2 Jenis Tanah

Jenis tanah di Kec. Jeumpa adalah relatif sama dengan yang ada di Kec.
Samalanga, Simpang Mamplam, dan Jeunieb.

A.3 Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif tanah di Kec. Jeumpa, seluruhnya memiliki kedalaman efektif >
90 cm.

A.4 Sumber Daya Air

Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Juempa meliputi Sumber Daya Air
Sungai, Rawa/paya dan waduk, diantaranya Krueng / Sungai ( Jeumpa 30 Ha dan
Juli 20 Ha ), Paya / Rawa Paya Jagat dan Waduk Paya Gapueh.

A.5 Daerah Rawan Banjir

Daerah Wilayah Kecamatan Jeumpa yang terpotensi rawan banjir adalah daerah
Pesisir yang relatip datar 0 -5 meter di atas permukaan air laut, meliputi daerah
sekitar muara sungai kuala Jeumpa yang kondisinya mengalami pendangkalan
akibat sedimentasi dan akresi yang menimbulkan penyempitan “Bottle Neck “ di
bagian hilir ( muara ).

A.6 Daerah Rawan Gempa

Daerah Wilayah Kecamatan Jeumpa berpotensi mengalami bencana kegempaan di


tinjau dari tatanan struktur geologi tektonik regional pulau Sumatra yang sewaktu-

LAPORAN AKHIR III - 114


BRR
NAD - Nias

waktu dapat menimbulkan gempa tektonik dengan skala 6-7 reichter, patahan –
patahan tersebut. Salah satunya dapat dijumpai di krueng Peusangan.

A.7 Daerah Rawan Tsunami

Daerah Pesisir yang terpotensi rawan tsunami meliputi desa pantai dan desa
tambak yang beresiko sedang yaitu desa Teupok Baroh, Cot Bada, Kuala Juempa,
Blang Dalam, Mon Jambe, Batee Timoh, Lipah Ranyeuk, Cot Geurandong, Lipah Cut,
Beurawang dan teupok Tunong. Faktor penyebab di sepanjang pesisir desa-desa
pantai tidak terdapat zona penyanggah (buffer zone) hutan mangrove yang
mampu menahan laju gelombang tsunami secara alamiah serta kedalaman toporafi
daerah perairan pantai Jeumpa 20 – 100 meter yang juga berpengaruh terhadap
laju kecepatan rambat gelombang C = L/T terhadap kedalaman laut d/L dan
semakin ke darat cepat rambat gelombang semakin melemah (Refraksi
Gelombang). Gelombang datang mengalami Difraksi oleh Terumbu Karang di
perairan Simpang Mamplam sehingga laju kecepatan gelombang tertahan dan
cenderug melemah sebelum nyampai ke daerah pesisir jeumpa.

A.8 Kelautan dan Lingkungan Pesisir

Morfologi Daerah Pesisir

Penggunaan lahan dan kenampakan yang ada adalah Pemukiman penduduk,


pertambakan, kebun kelapa, Hactheri dan sawah. Dengan panjang garis pantai 7,6
km.

Potensi Sumber Daya Hayati

Perikanan tangkap dan saranan PPI dan TPI, Budidaya perikanan tambak seluas
157,5 Ha, Ekosistim Estuaria Muara Sungai (Kuala jeumpa, Kuala Juli dan Kuala
Raja), Ekosisitim Pantai Pasir dan Ekosistim Padang Lamun.

Permasalahan Kelautan dan Lingkungan Pesisir

Abrasi di sepanjang pesisir Pantai, Akresi di muara sungai Jeumpa, Kerusakan hutan
mangrove.

LAPORAN AKHIR III - 115


BRR
NAD - Nias

Analisis Penanganan dan Pengembangan

Berdasarkan permasalahan kelautan dan lingkungan pesisir yang ada di Kec.


Jeumpa, maka beberapa bentuk penanganan dan pengembangan yang diperlukan
adalah sebagai berikut :

1. Ekosistim Hutan Mangrove ( Bakau )

Mereboisasai Kawasan pantai dengan menanam kembali tanaman bakau


(mangrove) di desa pantai yaitu Teupok Baroh, Cot Bada, Kuala Juempa, Blang
Dalam, Mon Jambe, Batee Timu, Lipah Rayeuk, Cot Geurendong, Lipah Cut,
Beurawang. Penanganan lainnya adalah sama dengan yang telah dijelaskan
untuk kecamatan Samalanga.

2. Ekosistim Estuaria, Padang Lamun, Pasir Pantai dan Perikanan Tambak

Sama dengan yang telah dijelaskan untuk kecamatan Samalanga.

3. Abrasi

a. Penanggulangan abrasi pantai secara alamiah dengan memanfaatkan sumber


daya ekosistim hutan mangrove ( Vegetasi ) dan Reboisasi di desa pantai
Teupok Baroh, Cot Bada, Kuala Juempa, Blang Dalam, Lhokmana, Mon
Jambe, Batee Timoh, Lipah Rayek, Lipah Cut, Cot Geurandong dan desa
Beurawang.

b. Penanggulangan abrasi pantai dengan sistim Proteksi Bangunan Pantai (


Coastal Engineering ) yaitu Sea Wall, Bulkhealt dan Revetment, dengan
mengutamakan dan memanfaatkan batuan yang banyak tersebar di
kabupaten bireuen di desa pantai Teupok Baroh, Cot Bada, Kuala Juempa,
Blang Dalam, Lhokmana, Mon Jambe, Batee Timoh, Lipah Rayek, Lipah Cut,
Cot Geurandong dan desa Beurawang.

4. Akresi

Sama dengan yang telah dijelaskan untuk kecamatan Samalanga.

LAPORAN AKHIR III - 116


BRR
NAD - Nias

B. SOSIAL EKONOMI

B.1 Jumlah Penduduk dan KK

Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Jeumpa pada tahun 2005 adalah 28.592 jiwa dan 8.049 KK, dengan
jumlah penduduk dan KK terbesar terdapat di Ds. Blang Cot Tunong sebanyak 2.100
jiwa dan 900 KK, terkecil di Ds. Geudong Tampu sebanyak 324 jiwa dan 64 KK.

No Kode Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah


Peta Laki-Laki Wanita Total Keluarga

1 001 ABEUK USONG 741 712 1,453 611


2 002 BLANG SEUPEUNG 616 481 1,097 359
3 003 COT IBOH 309 297 606 121
4 004 SEUNEUBOK LHONG 491 507 998 206
5 005 PALOH PANYANG 235 223 458 91
6 006 BLANG RHEUM 336 326 662 131
7 007 COT ULIM 224 216 440 114
8 008 COT LEUSONG 176 179 355 78
9 009 BLANG SEUNONG 360 370 730 117
10 010 COT KEUTAPANG 599 575 1,174 235
11 027 COT TAROM TUNONG 437 458 895 400
12 028 BLANG COT TUNONG 1,500 600 2,100 900
13 029 SEULEUMBAH 150 200 350 72
14 030 ABEUK TINGKEUM 198 211 409 191
15 031 BLANG ME 201 198 399 192
16 032 PULO LAWANG 298 288 586 117
17 033 PALOH SEULIMENG 230 234 464 118
18 034 TEUPOK TUNONG 412 397 809 161
19 035 TEUPOK BAROH 450 500 950 201
20 036 COT BADA 225 216 441 225
21 037 COT GADONG 276 266 542 108
22 038 KUALA JEUMPA 943 865 1,808 941
23 039 BLANG DALAM 225 277 502 231
24 040 BLANG BLADEH 213 120 333 110
25 041 GEULUMPANG PAYONG 951 1,103 2,054 329
26 042 BLANG COT BAROH 314 293 607 119
27 043 COT TAROM BAROH 393 432 825 189
28 044 GEUDONG TAMPU 166 158 324 64
29 061 LIPAH CUT 286 304 590 112
30 062 LIPAH RAYEUK 526 616 1,142 300
31 063 MON JAMBEE 278 150 428 157
32 064 BATEE TIMOH 367 753 1,120 162

LAPORAN AKHIR III - 117


BRR
NAD - Nias

No Kode Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah


Peta Laki-Laki Wanita Total Keluarga

33 065 COT GEURUNDONG 291 280 571 114


34 066 BEURAWANG 327 404 731 161
35 073 BLANG GANDAI 478 460 938 200
36 075 SALAH SIRONG JAYA 360 341 701 112

B.2 Pertumbuhan Penduduk dan Proyeksi Penduduk Tahun 2010

Adapun pertumbuhan penduduk pada desa-desa di Kec. Jeumpa dari tahun 2003-
2005 sebagian menunjukkan angka pertumbuhan negatif, berkisar antara -0,14
sampai -53,5 %. Hal ini kemungkinan sebagian disebabkan dampak tsunami di
Kecamatan Jeumpa. Berdasarkan angka pertumbuhan yang ada, selanjutnya
diproyeksikan jumlah penduduk di desa-desa Kec. Jeumpa pada tahun 2010,
total sebesar 30.650 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk tiap desa disajikan
pada tabel berikut.

Jml. Penduduk Jml. Penduduk Proyeksi


Status Luas Wilayah
No. Kode Nama Desa/ Kel. sekarang Tahun 2003 Tahun 2005 Penduduk Tahun
Desa/Kota (Ha)
(Jiwa) (Jiwa) 2010 (Jiwa)
1 001 ABEUK USONG Desa 450.06 1,443 1,453 1,558
2 002 BLANG SEUPEUNG Desa 799.58 1,824 1,097 1,176
3 003 COT IBOH Desa 143.04 599 606 650
4 004 SEUNEUBOK LHONG Desa 63.62 1,029 998 1,070
5 005 PALOH PANYANG Desa 126.35 453 458 491
6 006 BLANG RHEUM Desa 103.06 701 662 710
7 007 COT ULIM Desa 102.85 435 440 472
8 008 COT LEUSONG Desa 89.43 384 355 381
9 009 BLANG SEUNONG Desa 87.55 541 730 783
10 010 COT KEUTAPANG Kota 43.12 1,158 1,174 1,259
11 027 COT TAROM TUNONG Desa 41.69 769 895 959
12 028 BLANG COT TUNONG Desa 33.87 648 2,100 2,251
13 029 SEULEUMBAH Desa 55.55 351 350 375
14 030 ABEUK TINGKEUM Desa 21.68 425 409 438
15 031 BLANG ME Desa 54.74 206 399 428
16 032 PULO LAWANG Desa 91.50 577 586 628
17 033 PALOH SEULIMENG Desa 185.79 486 464 497
18 034 TEUPOK TUNONG Desa 74.35 809 809 867
19 035 TEUPOK BAROH Desa 150.89 950 950 1,018
20 036 COT BADA Desa 150.95 441 441 473
21 037 COT GADONG Desa 66.37 537 542 581
22 038 KUALA JEUMPA Desa 55.99 1,808 1,808 1,938

LAPORAN AKHIR III - 118


BRR
NAD - Nias

Jml. Penduduk Jml. Penduduk Proyeksi


Status Luas Wilayah
No. Kode Nama Desa/ Kel. sekarang Tahun 2003 Tahun 2005 Penduduk Tahun
Desa/Kota (Ha)
(Jiwa) (Jiwa) 2010 (Jiwa)
23 039 BLANG DALAM Desa 38.90 502 502 538
24 040 BLANG BLADEH Desa 29.79 1,540 333 357
25 041 GEULUMPANG PAYONG Desa 34.84 1,470 2,054 2,202
26 042 BLANG COT BAROH Desa 12.82 604 607 651
27 043 COT TAROM BAROH Desa 21.56 943 825 884
28 044 GEUDONG TAMPU Kota 15.03 599 324 347
29 061 LIPAH CUT Desa 21.52 590 590 632
30 062 LIPAH RAYEUK Desa 16.43 1,142 1,142 1,224
31 063 MON JAMBEE Desa 25.95 428 428 459
32 064 BATEE TIMOH Desa 73.32 1,120 1,120 1,201
33 065 COT GEURUNDONG Desa 48.55 571 571 612
34 066 BEURAWANG Desa 43.93 731 731 784
35 073 BLANG GANDAI Desa 261.68 938 938 1,006
36 075 SALAH SIRONG JAYA Desa 349.22 698 701 751
TOTAL 3,985.57 28,450 28,592 30,650

B.2 Mata Pencaharian Penduduk dan Jumah KK Miskin

Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Jeumpa memiliki mata pencaharian
utama pada sektor pertanian tanaman pangan, kecuali untuk desa Cot Geurundong
memiliki mata pencaharian utama sektor perkebunan.

Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 6.257 K atau 77,7 % dari total
jumlah KK di kec. Jeumpa, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa
Kuala Jeumpa, yakni sebanyak 930 KK atau 98,8 % dari jumlah KK yang ada di desa
ini. Semua desa yang ada di Kec. Jeumpa memiliki persentase jumlah KK miskin
di atas 50 %. Kondisi ini dapat digunakan sebagai indikator bahwa kebutuhan
penanganan masalah kemiskinan adalah prioritas untuk Kec. Jeumpa.

Keluarga di Sektor Sumber


No Peta Nama Desa Pertanian Keluarga Miskin Penghasilan Sub Sektor Buruh Tani
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Utama Pertanian Jumlah Presentase

1 001 ABEUK USONG 580 95 480 78.6 Pertanian Tanaman Pangan 900 65.2

2 002 BLANG SEUPEUNG 341 95 200 55.7 Pertanian Tanaman Pangan 100 9.6

3 003 COT IBOH 119 98 90 74.4 Pertanian Tanaman Pangan 280 47.1

4 004 SEUNEUBOK LHONG 165 80 150 72.8 Pertanian Tanaman Pangan 87 10.9

5 005 PALOH PANYANG 82 90 50 54.9 Pertanian Tanaman Pangan 100 24.3

6 006 BLANG RHEUM 118 90 110 84.0 Pertanian Tanaman Pangan 100 16.8

7 007 COT ULIM 113 99 90 78.9 Pertanian Tanaman Pangan 200 45.9

LAPORAN AKHIR III - 119


BRR
NAD - Nias

Keluarga di Sektor Sumber


No Peta Nama Desa Pertanian Keluarga Miskin Penghasilan Sub Sektor Buruh Tani
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Utama Pertanian Jumlah Presentase
8 008 COT LEUSONG 59 75 70 89.7 Pertanian Tanaman Pangan 52 19.5

9 009 BLANG SEUNONG 111 95 70 59.8 Pertanian Perkebunan 600 86.5

10 010 COT KEUTAPANG 176 75 150 63.8 Pertanian Tanaman Pangan 80 9.1

11 027 COT TAROM TUNONG 360 90 400 100.0 Pertanian Perkebunan 15 1.9

12 028 BLANG COT TUNONG 450 50 500 55.6 Pertanian Tanaman Pangan 500 47.6

13 029 SEULEUMBAH 36 50 40 55.6 Pertanian Tanaman Pangan 150 85.7

14 030 ABEUK TINGKEUM 124 65 175 91.6 Pertanian Tanaman Pangan 78 29.3

15 031 BLANG ME 144 75 180 93.8 Pertanian Tanaman Pangan 47 15.7

16 032 PULO LAWANG 111 95 80 68.4 Pertanian Tanaman Pangan 300 53.9

17 033 PALOH SEULIMENG 89 75 105 89.0 Pertanian Tanaman Pangan 55 15.8

18 034 TEUPOK TUNONG 145 90 140 87.0 Pertanian Tanaman Pangan 30 4.1

19 035 TEUPOK BAROH 161 80 145 72.1 Pertanian Tanaman Pangan 720 94.7

20 036 COT BADA 108 48 200 88.9 Pertanian Tanaman Pangan 68 32.1

21 037 COT GADONG 97 90 80 74.1 Pertanian Tanaman Pangan 100 20.5

22 038 KUALA JEUMPA 489 52 930 98.8 Pertanian Tanaman Pangan 30 3.2

23 039 BLANG DALAM 166 72 225 97.4 Pertanian Tanaman Pangan 63 17.4

24 040 BLANG BLADEH 77 70 80 72.7 Pertanian Tanaman Pangan 180 77.2

25 041 GEULUMPANG PAYONG 171 52 297 90.3 Pertanian Tanaman Pangan 92 8.6

26 042 BLANG COT BAROH 83 70 30 25.2 Pertanian Tanaman Pangan 70 16.5

27 043 COT TAROM BAROH 151 80 155 82.0 Pertanian Tanaman Pangan 500 75.8

28 044 GEUDONG TAMPU 38 60 55 85.9 Pertanian Tanaman Pangan 20 10.3

29 061 LIPAH CUT 67 60 80 71.4 Pertanian Tanaman Pangan 80 22.6

30 062 LIPAH RAYEUK 240 80 215 71.7 Pertanian Tanaman Pangan 200 21.9

31 063 MON JAMBEE 102 65 120 76.4 Pertanian Tanaman Pangan 300 107.8

32 064 BATEE TIMOH 97 60 120 74.1 Pertanian Tanaman Pangan 200 29.8

33 065 COT GEURUNDONG 80 70 90 78.9 Pertanian Perkebunan 50 12.5

34 066 BEURAWANG 105 65 120 74.5 Pertanian Tanaman Pangan 200 42.1

35 073 BLANG GANDAI 180 90 160 80.0 Pertanian Tanaman Pangan 350 41.5

36 075 SALAH SIRONG JAYA 106 95 75 67.0 Pertanian Tanaman Pangan 30 4.5

C. PRASARANA DAN SARANA

C.1 Transportasi

Secara umum, seluruh desa yang ada di Kecamatan Jeumpa dihubungkan oleh
prasarana jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah,
serta sebanyak 4 (empat) desa belum dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4.
Kondisi ini menunjukkan diperlukannya pengembangan prasarana jaringan jalan
yang dapat dilalui kendaraan roda-4 menuju ke-empat desa tersebut, disamping

LAPORAN AKHIR III - 120


BRR
NAD - Nias

juga diperlukan peningkatan jalan khususnya untuk jalan-jalan dengan jenis


permukaan tanah menjadi minimal jenis Sirtu (Pasir Batu), sehingga dapat dilalui
oleh kendaraan roda-4 di musim hujan.

Adapun sarana angkutan umum ke desa-desa di Kec. Jeumpa, sebagian besar adalah
ojek (sepeda motor), kecuali 3 (tiga) desa sudah dilayani angkutan umum
kendaraan roda-4. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :

Sebagian Dapat Dijangkau


Kode Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Roda Tipe Angkutan
No Nama Desa
Peta Lalu Lintas Yang Terluas (jika darat) 4/ Lebih Umum Utama
Antar Desa Sepanjang Tahun
1 001 ABEUK USONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
2 002 BLANG SEUPEUNG Darat Tanah Ya Kend Roda 3/Lebih
3 003 COT IBOH Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
4 004 SEUNEUBOK LHONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Kend Roda 3/Lebih
5 005 PALOH PANYANG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
6 006 BLANG RHEUM Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
7 007 COT ULIM Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
8 008 COT LEUSONG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
9 009 BLANG SEUNONG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
10 010 COT KEUTAPANG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
11 027 COT TAROM TUNONG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
12 028 BLANG COT TUNONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
13 029 SEULEUMBAH Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
14 030 ABEUK TINGKEUM Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
15 031 BLANG ME Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
16 032 PULO LAWANG Darat Tanah Tidak Ojek Sepeda Motor
17 033 PALOH SEULIMENG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
18 034 TEUPOK TUNONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
19 035 TEUPOK BAROH Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
20 036 COT BADA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
21 037 COT GADONG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
22 038 KUALA JEUMPA Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
23 039 BLANG DALAM Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
24 040 BLANG BLADEH Darat Aspal/Beton Ya Kend Roda 3/Lebih
25 041 GEULUMPANG PAYONG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
26 042 BLANG COT BAROH Darat Tanah Tidak Ojek Sepeda Motor
27 043 COT TAROM BAROH Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
28 044 GEUDONG TAMPU Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
29 061 LIPAH CUT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Kend Roda 3/Lebih
30 062 LIPAH RAYEUK Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
31 063 MON JAMBEE Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
32 064 BATEE TIMOH Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

LAPORAN AKHIR III - 121


BRR
NAD - Nias

Sebagian Dapat Dijangkau


Kode Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Roda Tipe Angkutan
No Nama Desa
Peta Lalu Lintas Yang Terluas (jika darat) 4/ Lebih Umum Utama
Antar Desa Sepanjang Tahun
33 065 COT GEURUNDONG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
34 066 BEURAWANG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
35 073 BLANG GANDAI Darat Aspal/Beton Tidak Ojek Sepeda Motor
36 075 SALAH SIRONG JAYA Darat & Air Tanah Tidak Ojek Sepeda Motor

C.2 Prasarana Air Bersih, Air Limbah dan Sampah

Terdapat hanya 1 (satu) desa yang ada di Kecamatan Jeumpa yang telah dilayani
oleh PDAM, yakni Desa Kuala Jeumpa, sedangkan desa-desa lainnya menggunakan
sumur sebagai sumber air bersih. Secara umum, kondisi ini telah memenuhi
standar pelayanan minimal prasarana air bersih yang ada.

Untuk sarana sanitasi, sebagian besar desa (33 desa) menggunakan jamban sendiri,
2 (dua) desa menggunakan jamban umum, dan hanya 1 (satu) desa yang
menggunakan sarana bukan jamban, yakni Desa Pulo Lawang. Secara umum,
kondisi ini menunjukkan hampir seluruh desa di Kec. Jeumpa telah memenuhi
standar pelayanan minimal sarana sanitasi yang ada (minimal telah
menggunakan jamban sendiri), dan hanya 1 (satu) desa yang perlu disediakan
sarana jamban umum, yakni Desa Pulo Lawang.

Untuk pengolahan sampah, seluruh desa menggunakan cara dibuang di lubang dan
dibakar. Secara umum, kondisi ini juga telah memenuhi standar pelayanan
minimal pengelolaan sampah yang ada untuk kawasan permukiman perdesaan.

Harus
Sumber Air Tempat Buang Cara Membuang
No Kode Peta Nama Desa Membeli Air
Minum Air Besar Sampah
Minum

1 001 ABEUK USONG Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar


2 002 BLANG SEUPEUNG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
3 003 COT IBOH Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
4 004 SEUNEUBOK LHONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
5 005 PALOH PANYANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
6 006 BLANG RHEUM Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
7 007 COT ULIM Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
8 008 COT LEUSONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
9 009 BLANG SEUNONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
10 010 COT KEUTAPANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar

LAPORAN AKHIR III - 122


BRR
NAD - Nias

Harus
Sumber Air Tempat Buang Cara Membuang
No Kode Peta Nama Desa Membeli Air
Minum Air Besar Sampah
Minum

11 027 COT TAROM TUNONG Pompa Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar


12 028 BLANG COT TUNONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
13 029 SEULEUMBAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
14 030 ABEUK TINGKEUM Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
15 031 BLANG ME Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
16 032 PULO LAWANG Sumur Ada Bukan Jamban Lobang/Dibakar
17 033 PALOH SEULIMENG Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
18 034 TEUPOK TUNONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
19 035 TEUPOK BAROH Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
20 036 COT BADA Sumur Ada Jamban Umum Lobang/Dibakar
21 037 COT GADONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
22 038 KUALA JEUMPA Pipa PAM Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
23 039 BLANG DALAM Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
24 040 BLANG BLADEH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
25 041 GEULUMPANG PAYONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
26 042 BLANG COT BAROH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
27 043 COT TAROM BAROH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
28 044 GEUDONG TAMPU Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
29 061 LIPAH CUT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
30 062 LIPAH RAYEUK Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
31 063 MON JAMBEE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
32 064 BATEE TIMOH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
33 065 COT GEURUNDONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
34 066 BEURAWANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
35 073 BLANG GANDAI Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
36 075 SALAH SIRONG JAYA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar

C.3 Sarana Pendidikan

Secara umum, sarana pendidikan di Kecamatan Jeumpa meliputi :

1. TK Negeri sebanyak 1 (satu) buah, dan TK Swasta sebanyak 2 (dua) buah,


dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Paloh Seulimeng) adalah
10,5 Km,

2. SD Negeri sebanyak 18 (delapan belas) buah dan SD swasta sebanyak 1 (satu)


buah, dengan jangkaun pelayanan ke desa terjauh (Desa Blang Gandai) adalah 8
Km,

LAPORAN AKHIR III - 123


BRR
NAD - Nias

3. SMP Negeri sebanyak 1 (satu) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa


terjauh (Desa Blang Gandai) adalah 10 Km.

Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
Jarak Jarak Jarak Jarak
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 001 ABEUK USONG 0 0 4 1 0 . 0 0 5.0 0 0 5.0

2 002 BLANG SEUPEUNG 0 0 2.1 2 0 . 0 0 3.2 0 0 4.5

3 003 COT IBOH 0 0 2 1 0 . 0 0 3.0 0 0 5.0

4 004 SEUNEUBOK LHONG 0 0 2.5 0 0 1.5 0 0 2.8 0 0 3.0

5 005 PALOH PANYANG 0 0 6 1 0 . 0 0 7.0 0 0 7.0

6 006 BLANG RHEUM 0 1 1 0 . 0 0 2.6 0 0 1.9

7 007 COT ULIM 0 0 6 1 0 . 0 0 7.0 0 0 7.0

8 008 COT LEUSONG 0 0 5 0 0 1.0 0 0 6.3 0 0 5.5

9 009 BLANG SEUNONG 0 0 4 0 0 1.0 0 0 4.0 0 0 4.5

10 010 COT KEUTAPANG 0 1 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.0

11 027 COT TAROM TUNONG 0 0 2 0 0 2.0 0 0 3.0 0 0 5.0

12 028 BLANG COT TUNONG 0 0 2.5 0 0 1.5 0 0 4.0 0 0 5.0

13 029 SEULEUMBAH 0 0 4 0 0 2.0 0 0 4.0 0 0 4.0

14 030 ABEUK TINGKEUM 0 0 3.2 1 0 . 0 0 4.8 0 0 6.0

15 031 BLANG ME 0 0 5 0 0 1.0 0 0 3.5 0 0 5.2

16 032 PULO LAWANG 0 0 2 0 0 3.0 0 0 5.0 0 0 5.0

17 033 PALOH SEULIMENG 0 0 10.5 0 0 2.0 0 0 8.5 0 0 9.3

18 034 TEUPOK TUNONG 0 0 5 1 0 . 1 0 . 0 0 8.0

19 035 TEUPOK BAROH 0 0 4 0 0 4.0 0 0 6.0 0 0 7.0

20 036 COT BADA 1 0 0 0 2.0 0 0 2.0 0 0 3.0

21 037 COT GADONG 0 0 6.5 1 0 . 0 0 5.5 0 0 3.5

22 038 KUALA JEUMPA 0 1 0 1 . 0 0 2.5 0 0 6.0

23 039 BLANG DALAM 0 0 5 0 0 1.2 0 0 3.3 0 0 5.0

24 040 BLANG BLADEH 0 0 3 1 0 . 0 0 6.0 0 0 6.0

25 041 GEULUMPANG PAYONG 0 1 2 0 . 0 0 2.1 0 0 4.3

26 042 BLANG COT BAROH 0 0 1.5 0 0 1.5 0 0 3.0 0 0 7.0

27 043 COT TAROM BAROH 0 0 1.5 0 0 1.5 0 0 2.0 0 0 4.0

28 044 GEUDONG TAMPU 0 0 1.5 0 0 1.0 0 0 2.0 0 0 6.0

29 061 LIPAH CUT 0 0 5 0 0 4.0 0 0 3.0 0 0 1.0

30 062 LIPAH RAYEUK 0 0 7 1 0 . 0 0 7.0 0 0 6.0

31 063 MON JAMBEE 0 0 6.5 1 0 . 0 0 3.5 0 0 4.8

32 064 BATEE TIMOH 0 0 3.2 1 0 . 0 0 3.5 0 0 6.5

33 065 COT GEURUNDONG 0 0 3.5 0 0 1.5 0 0 4.3 0 0 8.2

34 066 BEURAWANG 0 0 1.5 0 0 3.0 0 0 3.0 0 0 6.0

35 073 BLANG GANDAI 0 0 10 0 0 8.0 0 0 10.0 0 0 11.0

36 075 SALAH SIRONG JAYA 0 0 4.1 1 0 . 0 0 6.0 0 0 7.5

LAPORAN AKHIR III - 124


BRR
NAD - Nias

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Jeumpa dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 30.650 jiwa, maka kebutuhan tambahan sarana
pendidikan di Kec. Jeumpa, meliputi :

1. TK sebanyak 27 (dua puluh tujuh) buah,


2. SLTP sebanyak 2 (dua) buah, dan
3. SLTA sebanyak 1 (satu) buah

C.4 Sarana Kesehatan

Secara umum, sarana kesehatan di Kecamatan Jeumpa meliputi :

1. Puskesmas sebanyak 1 (satu) buah di Desa Blang Cot Tunong, dengan jangkauan
pelayanan ke desa terjauh (Desa Paloh Seulimeh) adalah 11,2 Km,

2. Puskesmas Pembantu sebanyak 2 (dua) buah, dengan jangkauan pelayanan ke


desa terjauh (Desa Abeuk Usong) adalah 8 Km,

3. Posyandu sebanyak 29 (dua puluhsembilan) buah (hampir ada di setiap desa),


dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Salah Sirong Jaya) adalah
7,5 Km,

6. Polindes (Pondok Bersalin Desa) sebanyak 8 (delapan) buah, dengan jangkauan


pelayanan ke desa terjauh (Desa Seleumbah) adalah 7,9 Km.

Balai Pengobatan/ Polindes (Pondok


Kode Poliklinik Puskemas Puskemas Pembantu POSYANDU Bersalin Desa)
No Peta Nama Desa Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata
(km) (km) (km) (km) (km)
1 001 ABEUK USONG 0 8.0 0 8.0 0 8.0 1 . 0 5.0

2 002 BLANG SEUPEUNG 0 1.0 0 4.0 0 3.0 1 . 0 5.0

3 003 COT IBOH 0 3.9 0 3.8 0 3.5 1 . 0 3.0

4 004 SEUNEUBOK LHONG 0 3.3 0 4.2 0 5.2 1 . 1 .

5 005 PALOH PANYANG 0 6.0 0 4.0 0 4.0 1 . 0 2.0

6 006 BLANG RHEUM 0 2.3 0 4.4 0 3.8 1 . 0 2.5

7 007 COT ULIM 0 7.0 0 5.0 0 5.0 1 . 1 .

8 008 COT LEUSONG 0 6.0 0 8.2 0 4.5 1 . 0 4.2

9 009 BLANG SEUNONG 0 7.0 0 2.0 0 6.0 0 1.0 0 2.0

10 010 COT KEUTAPANG 0 3.0 0 5.0 0 5.0 1 . 0 3.0

11 027 COT TAROM TUNONG 0 7.0 0 2.0 0 2.0 0 0.5 0 0.5

LAPORAN AKHIR III - 125


BRR
NAD - Nias

Balai Pengobatan/ Polindes (Pondok


Kode Poliklinik Puskemas Puskemas Pembantu POSYANDU Bersalin Desa)
No Peta Nama Desa Jumlah Jarak Jumlah Jarak Jumlah Jarak Jumlah Jarak Jumlah Jarak
12 028 BLANG COT TUNONG 0 3.4 1 . 0 2.6 1 . 0 1.5

13 029 SEULEUMBAH 0 5.7 0 3.8 0 3.4 1 . 0 7.9

14 030 ABEUK TINGKEUM 0 5.4 0 2.5 0 2.8 1 . 1 .

15 031 BLANG ME 0 6.5 0 3.5 0 3.6 1 . 0 4.2

16 032 PULO LAWANG 0 5.0 0 6.0 0 6.0 1 . 0 3.0

17 033 PALOH SEULIMENG 0 10.3 0 11.2 0 5.3 1 . 0 6.5

18 034 TEUPOK TUNONG 0 5.0 0 3.0 0 2.0 0 5.0 1 .

19 035 TEUPOK BAROH 0 4.0 0 4.0 0 4.0 1 . 1 .

20 036 COT BADA 0 7.0 0 4.0 0 2.0 1 . 0 1.6

21 037 COT GADONG 0 6.5 0 3.5 0 3.5 1 . 0 0.5

22 038 KUALA JEUMPA 0 6.2 0 3.3 0 2.8 1 . 0 2.3

23 039 BLANG DALAM 0 6.3 0 3.1 0 2.8 1 . 0 2.5

24 040 BLANG BLADEH 0 4.0 0 3.0 0 3.0 1 . 0 1.0

25 041 GEULUMPANG PAYONG 0 4.0 0 1.0 1 . 1 . 1 .

26 042 BLANG COT BAROH 0 4.7 0 4.6 0 3.1 0 4.5 0 5.4

27 043 COT TAROM BAROH 0 2.6 0 2.5 0 2.8 0 2.5 0 2.1

28 044 GEUDONG TAMPU 0 3.5 0 0.5 0 0.5 1 . 0 1.5

29 061 LIPAH CUT 0 5.5 0 3.0 0 3.0 1 . 0 0.5

30 062 LIPAH RAYEUK 0 6.0 0 4.0 1 . 1 . 0 0.5

31 063 MON JAMBEE 0 7.5 0 3.8 0 3.8 1 . 0 0.5

32 064 BATEE TIMOH 0 3.7 0 3.3 0 3.5 0 3.4 0 3.2

33 065 COT GEURUNDONG 0 5.5 0 4.0 0 4.0 1 . 0 0.5

34 066 BEURAWANG 0 3.0 0 4.0 0 4.0 1 . 1 .

35 073 BLANG GANDAI 0 7.0 0 4.0 0 4.0 1 . 1 .

36 075 SALAH SIRONG JAYA 0 7.8 0 5.7 0 4.5 0 7.5 0 5.3

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Jeumpa dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 30.650 jiwa, maka tambahan sarana kesehatan yang
diperlukan di Kec. Jeumpa, meliputi :

1. Balai Pengobatan/Poliklinik sebanyak 8 (delapan) buah,


2. RS Bersalin sebanyak 1 (satu) buah.

C.5 Listrik dan Telepon

Seluruh desa di Kecamatan Jeumpa telah dilayani oleh prasarana listrik. Sedangkan
untuk prasarana telepon hanya terdapat di 8 (delapan) desa. Kondisi ini

LAPORAN AKHIR III - 126


BRR
NAD - Nias

menunjukkan kebutuhan perluasan jaringan telepon yang dapat mencapai ke


desa-desa yang masih belum terlayani.

Keluarga Berlangganan
Keluarga Pengguna Listrik
Kode Ketersediaan Telepon
No Peta Nama Desa Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
1 001 ABEUK USONG Ada 600 98.2 0 0.0
2 002 BLANG SEUPEUNG Ada 120 0 33.4 0.0 0 0.0
3 003 COT IBOH Ada 100 0 82.6 0.0 0 0.0
4 004 SEUNEUBOK LHONG Ada 95 0 46.1 0.0 0 0.0
5 005 PALOH PANYANG Ada 40 0 44.0 0.0 0 0.0
6 006 BLANG RHEUM Ada 92 0 70.2 0.0 0 0.0
7 007 COT ULIM Ada 60 0 52.6 0.0 0 0.0
8 008 COT LEUSONG Ada 43 0 55.1 0.0 0 0.0
9 009 BLANG SEUNONG Ada 95 0 81.2 0.0 0 0.0
10 010 COT KEUTAPANG Ada 231 0 98.3 0.0 35 14.9
11 027 COT TAROM TUNONG Ada 50 0 12.5 0.0 30 7.5
12 028 BLANG COT TUNONG Ada 200 22.2 0 0.0
13 029 SEULEUMBAH Ada 10 0 13.9 0.0 0 0.0
14 030 ABEUK TINGKEUM Ada 169 0 88.5 0.0 0 0.0
15 031 BLANG ME Ada 30 0 15.6 0.0 0 0.0
16 032 PULO LAWANG Ada 100 0 85.5 0.0 0 0.0
17 033 PALOH SEULIMENG Ada 60 0 50.8 0.0 0 0.0
18 034 TEUPOK TUNONG Ada 142 8 88.2 5.0 0 0.0
19 035 TEUPOK BAROH Ada 170 0 84.6 0.0 0 0.0
20 036 COT BADA Ada 183 0 81.3 0.0 3 1.3
21 037 COT GADONG Ada 60 0 55.6 0.0 0 0.0
22 038 KUALA JEUMPA Ada 923 0 98.1 0.0 2 0.2
23 039 BLANG DALAM Ada 167 0 72.3 0.0 1 0.4
24 040 BLANG BLADEH Ada 100 0 90.9 0.0 10 9.1
25 041 GEULUMPANG PAYONG Ada 321 0 97.6 0.0 53 16.1
26 042 BLANG COT BAROH Ada 102 9 85.7 7.6 7 5.9
27 043 COT TAROM BAROH Ada 150 79.4 0 0.0
28 044 GEUDONG TAMPU Ada 58 0 90.6 0.0 0 0.0
29 061 LIPAH CUT Ada 80 0 71.4 0.0 0 0.0
30 062 LIPAH RAYEUK Ada 220 73.3 0 0.0
31 063 MON JAMBEE Ada 80 0 51.0 0.0 0 0.0
32 064 BATEE TIMOH Ada 80 0 49.4 0.0 0 0.0
33 065 COT GEURUNDONG Ada 90 0 78.9 0.0 0 0.0
34 066 BEURAWANG Ada 135 11 83.9 6.8 0 0.0
35 073 BLANG GANDAI Ada 130 65.0 0 0.0
36 075 SALAH SIRONG JAYA Ada 30 0 26.8 0.0 0 0.0

LAPORAN AKHIR III - 127


BRR
NAD - Nias

3.8.2 RENCANA TINDAK (ACTION PLAN) KECAMATAN JEUMPA

Rencana Tindak (Action Plan) di Kecamatan Jeumpa disusun berdasarkan 5 (lima)


rangkaian kegiatan yang telah dijelaskan pada sub bab 3.2. Sebagaimana juga telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, pelaksanaan sosialisasi melalui FGD di kecamatan
Jeumpa tidak dapat dilaksanakan, sehingga dalam hal ini dilaksanakan survai
wawancara (kuestioner) kepada masyarakat setempat sebagai bahan validitas
terhadap draft rencana tindak (action plan) yang disusun konsultan dan telah
dipadukan dengan bahan usulan program dari hasil pelaksanaan penjaringan
aspirasi masyarakat melaui Forum FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan
oleh Pemda Kabupaten Bireuen bekerjasama dengan Lembaga NGO dari Perancis
pada tahun 2005.

Hasil suvai wawancara (kuestioner) kepada masyarakat di 9 (sembilan) kecamatan


prioritas (termasuk Kecamatan Jeumpa) juga telah dijelaskan pada sub bab 3.2.
Melalui 5 (lima) rangkaian kegiatan di atas, dan hasil pelaksanaan suvai wawancara
(kuestioner) kepada masyarakat selanjutnya disusun dan ditetapkan Rencana
Tindak (Action Plan) di Kecamatan Jeumpa Tahun 2007 sampai Tahun 2009 seperti
disajikan pada Tabel dan gambar pada halaman berikut.

3.8.3 DESA PRIORITAS DI KECAMATAN JEUMPA

Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka dipilih dan ditetapkan desa prioritas untuk
“Village Planning” di Kecamatan Peudada seperti disajikan pada tabel berikut.

Desa Prioritas di Kecamatan Jeumpa

Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
7 38 KUALA JEUMPA Jeumpa 36 1
12 62 LIPAH RAYEUK Jeumpa 30 2
13 64 BATEE TIMOH Jeumpa 30 2
24 63 MON JAMBEE Jeumpa 27 3
47 36 COT BADA Jeumpa 23 4
54 39 BLANG DALAM Jeumpa 22 5

LAPORAN AKHIR III - 128


BRR
NAD - Nias

Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
83 34 TEUPOK TUNONG Jeumpa 19 6
94 35 TEUPOK BAROH Jeumpa 18 7
97 65 COT GEURUNDONG Jeumpa 18 7
98 66 BEURAWANG Jeumpa 18 7
115 61 LIPAH CUT Jeumpa 16 8
147 41 GEULUMPANG PAYONG Jeumpa 12 9

LAPORAN AKHIR III - 129


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 130


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 131


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 132


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 133


BRR
NAD - Nias

3.9 KECAMATAN KUALA

3.9.1 IDENTIFIKASI KONDISI DAN PERMASALAHAN YANG ADA

A. FISIK DAN LINGKUNGAN

A.1 Sumber Daya Air

Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Kuala meliputi Sumber Daya Air sungai
yaitu salah satunya sungai kuala raja.

A.2 Rawan Banjir

Daerah Wilayah Kecamatan Kuala yang berpotensi rawan banjir adalah daerah
Pesisir yang relatip datar 0 - 5 meter di atas permukaan air laut .meliputi daerah
sekitar muara sungai kuala Raja yang kondisinya mengalami pendangkalan akibat
sedimentasi dan akresi yang menimbulkan penyempitan “ Bottel Neck “ di bagian
hilir ( muara ) .

A.3 Rawan Longsor

Daerah Wilayah Kecamatan Kuala relatip lebih aman terhadap bencana rawan
longsor karena termasuk daerah landai dengan kemiringan 0 – 8 % .

A.4 Rawan Gempa

Daerah Wilayah Kecamatan Kuala berpotensi mengalami bencana kegempaan di


tinjau dari tatanan struktur geologi tektonik regional pulau Sumatra yang sewaktu-
waktu dapat menimbulkan gempa tektonik dengan skala 6-7 reichter, patahan –
patahan tersebut. Salah satunya dapat dijumpai di krueng Peusangan.

A.5 Rawan Tsunami

Daerah Kecamatan Kuala yang berpotensi terhadap bencana gelombang tsunami


adalah daerah Pesisir yaitu meliputi desa-desa pesisir baik desa tambak maupun
dasa pantai, yang beresiko berat yaitu Desa Krueng Juli Barat, Krueng Juli Timur,
Ujong Blang, Kuala Raja . Factor penyebab di sepanjang pesisir desa-desa pantai
tidak terdapat zona penyanggah (buffer zone) Ekosistim hutan mangrove yang
mampu menahan laju gelombang tsunami secara alamiah serta kedalaman toporafi
daerah perairan pantai Samalanga 40 – 80 meter, yang juga berpengaruh terhadap

LAPORAN AKHIR III - 134


BRR
NAD - Nias

laju kecepatan rambat gelombang C = L/T terhadap kedalaman laut d/L dan
semakin ke arah darat cepat rambat gelombang semakin melemah ( Refraksi
Gelombang ).

A.6 Kelautan dan Lingkungan Pesisir

Luas wilayah daerah pesisir 1.170,58 Ha ( 0,0615% ), Meliputi Desa Tambak dan
desa Pantai yaitu ; Desa Krueng Juli Barat, Krueng Juli Timur, Ujung Blang Weu
Jangka, Ujong Blang Masjid, Kuala Raja, Cot U Sibak,

Morfologi Daerah Pesisir

penggunaan lahan dan kenampakan yang ada adalah pertambakan, pemukiman


penduduk, perkebunan kelapa, Hachery dan sawah dengan panjang garis pantai 5,7
km.

Potensi Sumber Daya Hayati

Komunitas Hutan Mangrove di desa Ujong Blang 0,75 Ha dan Desa Kuala Raja 0,75
Ha, Ekosistim Estuaria Muara Sungai Kuala Ceurape, Perikanan Tangkap dengan
sarana pendukung TPI Kuala Raja , Budidaya Perikanan Tambak seluas 446,4 Ha,
Ekosisitim Padang Lamun, Ekosistim Pantai Pasir.

Permasalah Kelautan dan Lingkungan Pesisir Pantai

Kerusakan Ekosistim Hutan Mangrove, Abrasi di sepanjang pesisir pantai, Akresi


di Muara Sungai Kuala Ceurape.

Analisis Penanganan dan Pengembangan

1. Ekosistim Hutan Mangrove ( Bakau )

• Melindungi dan Mencegah kerusakan keberadaan Ekosistim Hutan


Mangrove ( Bakau ) di Desa Ujong Blang 0,75 Ha dan Desa Kuala Raja 0,75
Ha sebagai kawasan lindung ( perlindungan setempat / Sepadan Pantai ).

• Mereboisasai Kawasan Pesisir pantai dengan menanam kembali tanaman


bakau (mangrove) di Desa Krueng Juli Barat, Krueng Juli Timur, Ujong Blang,
Kuala Raja sebagai kawasan perlindungan setempat ( sepadan pantai ).

LAPORAN AKHIR III - 135


BRR
NAD - Nias

2. Ekosistim Estuaria, Padang Lamun, Pasir Pantai dan Perikanan Tambak.

Sama dengan yang telah dijelaskan untuk kecamatan Samalanga.

3. Abrasi

Sama dengan yang telah dijelaskan untuk kecamatan Samalanga.

4. Akresi

Sama dengan yang telah dijelaskan untuk kecamatan Samalanga.

B. SOSIAL EKONOMI

B.1 Jumlah Penduduk dan KK

Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Kuala pada tahun 2005 adalah 15.798 jiwa dan 3.328 KK, dengan jumlah
penduduk dan KK terbesar adalah di Desa Lancok-lancok sebanyak 1.675 jiwa dan
331 KK, serta terkecil di Desa Lancok Pante Ara sebanyak 290 jiwa dan 81 KK.

No Kode Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah


Peta Laki-Laki Wanita Total Keluarga
1 001 COT TRIENG 530 511 1,041 216
2 002 LHOK AWE AWE 556 610 1,166 278
3 003 COT UNOE 308 252 560 118
4 004 COT BATEE 635 715 1,350 285
5 005 COT KUTA 231 265 496 110
6 006 COT GLUMPANG 116 139 255 65
7 007 GLUMPANG BAROH 179 172 351 78
8 008 LANCOK PANTE ARA 143 147 290 81
9 009 BALEE KUYUN 322 295 617 83
10 010 KAREUNG 297 331 628 137
11 011 LANCOK LANCOK 712 963 1,675 331
12 012 COT U SIBAK 164 213 377 107
13 013 KUALA RAJA 552 489 1,041 209
14 014 UJONG BLANG MESJID 361 398 759 171
15 015 WEU JANGKA 601 411 1,012 217
16 016 COT LAGASAWA 203 226 429 107
17 017 UJONG BLANG 324 384 708 172
18 018 KUTA BARO 374 418 792 145
19 019 KRUENG JULI TIMUR 562 657 1,219 207
20 020 KRUENG JULI BARAT 508 524 1,032 211

LAPORAN AKHIR III - 136


BRR
NAD - Nias

B.2 Pertumbuhan Penduduk dan Proyeksi Penduduk Tahun 2010

Adapun pertumbuhan penduduk pada desa-desa di Kec. Kuala dari tahun 2003-2005
sebagian menunjukkan angka pertumbuhan negatif, berkisar antara -0,2 sampai -
38,26 %. Hal ini kemungkinan disebabkan dampak tsunami di Kecamatan Kuala.
Berdasarkan angka pertumbuhan yang ada, selanjutnya diproyeksikan jumlah
penduduk di desa-desa Kec. Kuala pada tahun 2010, total sebesar 17.700 jiwa,
dengan rincian tiap desa disajikan pada tabel berikut.

Jml. Penduduk Jml. Penduduk Proyeksi


Status Luas Wilayah
No. Kode Nama Desa/ Kel. sekarang Tahun 2003 Tahun 2005 Penduduk Tahun
Desa/Kota (Ha)
(Jiwa) (Jiwa) 2010 (Jiwa)
1 001 COT TRIENG Desa 16.90 1,034 1,041 1,166
2 002 LHOK AWE AWE Desa 28.29 1,082 1,166 1,306
3 003 COT UNOE Desa 32.67 560 560 627
4 004 COT BATEE Desa 45.94 1,317 1,350 1,513
5 005 COT KUTA Desa 26.09 491 496 556
6 006 COT GLUMPANG Desa 41.26 669 255 286
7 007 GLUMPANG BAROH Desa 0.00 351 393
8 008 LANCOK PANTE ARA Desa 68.46 420 290 325
9 009 BALEE KUYUN Desa 180.87 617 691
10 010 KAREUNG Desa 469.08 572 628 704
11 011 LANCOK LANCOK Desa 49.50 1,594 1,675 1,877
12 012 COT U SIBAK Desa 57.46 545 377 422
13 013 KUALA RAJA Desa 176.40 1,121 1,041 1,166
14 014 UJONG BLANG MESJID Desa 149.83 762 759 850
15 015 WEU JANGKA Desa 105.71 920 1,012 1,134
16 016 COT LAGASAWA Desa 15.65 403 429 481
17 017 UJONG BLANG Desa 149.54 662 708 793
18 018 KUTA BARO Desa 16.75 769 792 887
19 019 KRUENG JULI TIMUR Desa 97.01 1,004 1,219 1,366
20 020 KRUENG JULI BARAT Desa 65.60 1,023 1,032 1,156
TOTAL 1,793.01 14,948 15,798 17,700

B.3 Mata Pencaharian Penduduk dan Jumah KK Miskin

Seluruh desa yang ada di Kecamatan Kuala memiliki mata pencaharian utama pada
sektor pertanian tanaman pangan. Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin
adalah 2.313 KK atau 69,5 % dari total jumlah KK di kawasan perencanaan, dengan
jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa Lancok-lancok, yakni sebanyak 250 KK
atau 75,5 % dari jumlah KK yang ada di desa ini. Hampir seluruh desa yang ada di

LAPORAN AKHIR III - 137


BRR
NAD - Nias

Kec. Kuala memiliki persentase jumlah KK miskin di atas 50 %. Kondisi ini dapat
digunakan sebagai indikator bahwa penanganan masalah kemiskinan merupakan
prioritas di Kec. Kuala.

Kode Keluarga di Sektor Sumber


No Peta Nama Desa Pertanian Keluarga Miskin Penghasilan Sub Sektor Buruh Tani
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Utama Pertanian Jumlah Presentase
1 001 COT TRIENG 108 50 170 78.7 Pertanian Tanaman Pangan 600 115.3

2 002 LHOK AWE AWE 181 65 120 43.2 Pertanian Tanaman Pangan 700 92.4

3 003 COT UNOE 70 59 75 63.6 Pertanian Tanaman Pangan 300 90.8

4 004 COT BATEE 214 75 170 59.6 Pertanian Tanaman Pangan 75 7.4

5 005 COT KUTA 99 90 80 72.7 Pertanian Tanaman Pangan 80 17.9

6 006 COT GLUMPANG 51 78 42 64.6 Pertanian Tanaman Pangan 150 75.4

7 007 GLUMPANG BAROH 62 80 63 80.8 Pertanian Tanaman Pangan 120 42.7

8 008 LANCOK PANTE ARA 65 80 45 55.6 Pertanian Tanaman Pangan 120 51.7

9 009 BALEE KUYUN 71 85 50 60.2 Pertanian Tanaman Pangan 300 57.2

10 010 KAREUNG 34 25 85 62.0 Pertanian Tanaman Pangan 150 95.5

11 011 LANCOK LANCOK 215 65 250 75.5 Pertanian Tanaman Pangan 650 59.7

12 012 COT U SIBAK 104 97 85 79.4 Pertanian Tanaman Pangan 36 9.8

13 013 KUALA RAJA 4 2 120 57.4 Pertanian Tanaman Pangan 300 1440.9

14 014 UJONG BLANG MESJID 123 72 123 71.9 Pertanian Tanaman Pangan 450 82.3

15 015 WEU JANGKA 109 50 180 82.9 Pertanian Tanaman Pangan 800 158.1

16 016 COT LAGASAWA 96 90 85 79.4 Pertanian Tanaman Pangan 300 77.7

17 017 UJONG BLANG 120 70 130 75.6 Pertanian Tanaman Pangan 450 90.8

18 018 KUTA BARO 104 72 110 75.9 Pertanian Tanaman Pangan 400 70.1

19 019 KRUENG JULI TIMUR 161 78 180 87.0 Pertanian Tanaman Pangan 400 42.1

20 020 KRUENG JULI BARAT 148 70 150 71.1 Pertanian Tanaman Pangan 800 110.7

C. PRASARANA DAN SARANA

C.1 Transportasi

Seluruh desa yang ada di Kecamatan Kuala dihubungkan oleh prasarana jaringan
jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, kerikil/batu dan tanah, serta seluruh
desa telah dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4. Kondisi ini menunjukkan bahwa
secara kuantitas dan kualitas, prasarana jaringan jalan yang ada di Kec. Kuala
telah cukup memadai, kecuali untuk Desa Cot Kuta yang jenis permukaan
jalannya sebagian besar masih tanah perlu ditingkatkan, sehingga dapat dilalui
oleh kendaraan roda-4 di musim hujan.

LAPORAN AKHIR III - 138


BRR
NAD - Nias

Adapun sarana angkutan umum ke hampir seluruh desa di kec. Kuala adalah ojek
(sepeda motor), kecuali satu desa telah dilayani angkutan umum roda-4, yakni Desa
Cot Lagasawa. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :

Sebagian Dapat Dijangkau


Kode Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Roda Tipe Angkutan Umum
No Nama Desa
Peta Lalu Lintas Yang Terluas (jika darat) 4/ Lebih Utama
Antar Desa Sepanjang Tahun
1 001 COT TRIENG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
2 002 LHOK AWE AWE Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
3 003 COT UNOE Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
4 004 COT BATEE Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
5 005 COT KUTA Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
6 006 COT GLUMPANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
7 007 GLUMPANG BAROH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
8 008 LANCOK PANTE ARA Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
9 009 BALEE KUYUN Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
10 010 KAREUNG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
11 011 LANCOK LANCOK Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
12 012 COT U SIBAK Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
13 013 KUALA RAJA Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
14 014 UJONG BLANG MESJID Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
15 015 WEU JANGKA Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
16 016 COT LAGASAWA Darat Aspal/Beton Ya Kend Roda 3/Lebih
17 017 UJONG BLANG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
18 018 KUTA BARO Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
19 019 KRUENG JULI TIMUR Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
20 020 KRUENG JULI BARAT Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

C.2 Prasarana Air Bersih, Air Limbah dan Sampah

Seluruh desa yang ada di Kecamatan Kuala menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih. Secara umum, kondisi ini telah memenuhi standar pelayanan minimal
prasarana air bersih yang ada.

Untuk prasarana dan sarana sanitasi, hampir seluruh desa menggunakan sarana
jamban sendiri, kecuali desa Kuala Raja menggunakan sarana jamban umum.
Secara umum, kondisi ini juga telah memenuhi standar pelayanan minimal
sarana sanitasi yang ada (terlayani > 80 %).

LAPORAN AKHIR III - 139


BRR
NAD - Nias

Untuk pengolahan sampah, seluruh desa menggunakan cara dibuang di lubang dan
dibakar. Secara umum, kondisi ini juga telah memenuhi standar pelayanan
minimal pengelolaan sampah yang ada untuk kawasan permukiman perdesaan.

Cara
Sumber Air Harus Membeli Tempat Buang
No Kode Peta Nama Desa Membuang
Minum Air Minum Air Besar
Sampah
1 001 COT TRIENG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
2 002 LHOK AWE AWE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
3 003 COT UNOE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
4 004 COT BATEE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
5 005 COT KUTA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
6 006 COT GLUMPANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
7 007 GLUMPANG BAROH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
8 008 LANCOK PANTE ARA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
9 009 BALEE KUYUN Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
10 010 KAREUNG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
11 011 LANCOK LANCOK Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
12 012 COT U SIBAK Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
13 013 KUALA RAJA Sumur Tidak Jamban Bersama Lobang/Dibakar
14 014 UJONG BLANG MESJID Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
15 015 WEU JANGKA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
16 016 COT LAGASAWA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
17 017 UJONG BLANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
18 018 KUTA BARO Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
19 019 KRUENG JULI TIMUR Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
20 020 KRUENG JULI BARAT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar

C.3 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Kecamatan Kuala, meliputi :

1. TK swasta, sebanyak 2 (dua) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh


(Ds Kuala Raja) adalah 8,2 Km

2. SD Negeri sebanyak 5 (lima) buah, dengan jangkaun pelayanan ke desa terjauh


(Ds. Weu Jangka) adalah 6,5 Km

3. SMP Negeri sebanyak 1 (satu) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa


terjauh (Desa Kuala Raja) adalah 8,2 Km.

LAPORAN AKHIR III - 140


BRR
NAD - Nias

Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 001 COT TRIENG 0 1 1 0 . 0 0 5.3 0 0 6.8

2 002 LHOK AWE AWE 0 0 2.5 0 0 2.5 0 0 2.5 0 0 3.7

3 003 COT UNOE 0 0 2.7 0 0 2.7 0 0 2.7 0 0 3.5

4 004 COT BATEE 0 0 3.5 1 0 . 0 0 3.5 0 0 6.5

5 005 COT KUTA 0 0 3.1 0 0 1.1 0 0 3.1 0 0 5.5

6 006 COT GLUMPANG 0 0 5.2 0 0 2.1 0 0 3.5 0 0 7.5

7 007 GLUMPANG BAROH 0 0 4.2 0 0 4.2 0 0 7.5 0 0 7.5

8 008 LANCOK PANTE ARA 0 0 2.5 0 0 2.1 0 0 2.4 0 0 8.5

9 009 BALEE KUYUN 0 0 4.5 0 0 2.3 0 0 4.5 0 0 6.5

10 010 KAREUNG 0 0 2.5 0 0 2.7 0 0 2.9 0 0 11.2

11 011 LANCOK LANCOK 0 1 1 0 . 1 0 . 0 0 7.1

12 012 COT U SIBAK 0 0 0.4 0 0 0.4 0 0 5.1 0 0 5.8

13 013 KUALA RAJA 0 0 8.2 0 0 2.2 0 0 8.2 0 0 9.5

14 014 UJONG BLANG MESJID 0 0 6.5 0 0 1.5 0 0 6.5 0 0 7.8

15 015 WEU JANGKA 0 0 6.5 0 0 6.5 0 0 6.5 0 0 7.3

16 016 COT LAGASAWA 0 0 2.1 1 0 . 0 0 2.1 0 0 7.6

17 017 UJONG BLANG 0 0 6.5 1 0 . 0 0 3.5 0 0 6.8

18 018 KUTA BARO 0 0 4.6 0 0 2.1 0 0 4.6 0 0 6.5

19 019 KRUENG JULI TIMUR 0 0 3.5 0 0 3.5 0 0 3.5 0 0 6.5

20 020 KRUENG JULI BARAT 0 0 5 0 0 3.0 0 0 5.5 0 0 6.5

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Kuala dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 17.700 jiwa, maka kebutuhan tambahan sarana
pendidikan di Kec. Kuala, meliputi :

1. TK sebanyak 15 (lima belas) buah, dan


2. SLTP sebanyak 1 (satu) buah.

C.4 Sarana Kesehatan

Secara umum, sarana kesehatan di Kecamatan Kuala meliputi :

1. Poliklinik/Balai Pengobatan sebanyak 1 (satu) buah, di Desa Lancok-lancok


dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Kuala Raja) adalah 7,5 Km.

2. Puskesmas Pembantu sebanyak 1 (satu) buah, di Desa Cot Batee, dengan


jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Lancok Pante Ara) adalah 9,5 Km.

LAPORAN AKHIR III - 141


BRR
NAD - Nias

3. Posyandu, terdapat di seluruh desa di Kecamatan Kuala

4. Polindes (Pondok Bersalin Desa) sebanyak 4 (empat) buah, dengan jangkauan


pelayanan ke desa terjauh (Desa Cot Glumpang) adalah 7,3 Km.

Poliklinik/ Balai Puskemas Polindes (Pondok


Puskemas POSYANDU
No Kode Nama Desa Pengobatan Pembantu Bersalin Desa)
Peta Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata- Rata-
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Rata Rata Rata Rata Rata
(km) (km) (km) (km) (km)
1 001 COT TRIENG 0 3.8 0 7.5 0 3.8 1 . 0 2.0

2 002 LHOK AWE AWE 0 2.6 0 7.2 0 2.1 1 . 0 2.5

3 003 COT UNOE 0 3.5 0 7.5 0 1.2 1 . 0 4.0

4 004 COT BATEE 0 4.6 0 7.2 1 . 1 . 0 4.2

5 005 COT KUTA 0 2.1 0 2.2 0 3.1 1 . 0 4.1

6 006 COT GLUMPANG 0 3.7 0 2.1 0 2.1 1 . 0 7.3

7 007 GLUMPANG BAROH 0 3.5 0 3.2 0 3.2 1 . 0 5.1

8 008 LANCOK PANTE ARA 0 2.4 0 4.1 0 9.5 1 . 0 2.5

9 009 BALEE KUYUN 0 7.4 0 8.5 0 3.5 1 . 0 3.5

10 010 KAREUNG 0 2.7 0 6.1 0 6.1 1 . 1 .

11 011 LANCOK LANCOK 1 . 0 4.1 0 4.1 1 . 1 .

12 012 COT U SIBAK 0 0.8 0 1.2 0 1.2 1 . 1 .

13 013 KUALA RAJA 0 7.5 0 10.6 0 4.5 1 . 0 5.0

14 014 UJONG BLANG MESJID 0 4.5 0 9.8 0 3.2 1 . 0 3.0

15 015 WEU JANGKA 0 4.8 0 9.8 0 3.5 1 . 0 5.0

16 016 COT LAGASAWA 0 1.8 0 2.2 0 2.2 1 . 1 .

17 017 UJONG BLANG 0 4.0 0 9.8 0 3.2 1 . 0 4.0

18 018 KUTA BARO 0 5.0 0 7.5 0 1.5 1 . 0 3.0

19 019 KRUENG JULI TIMUR 0 2.5 0 7.5 0 1.5 1 . 0 2.0

20 020 KRUENG JULI BARAT 0 6.0 0 9.8 0 3.2 1 . 0 3.5

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Kuala dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 17.700 jiwa, maka tambahan sarana kesehatan di Kec.
Kuala, hanya berupa Balai Pengobatan/Poliklinik sebanyak 4 (empat) buah,

C.5 Listrik dan Telepon

Seluruh desa di Kecamatan Kuala telah dilayani oleh prasarana listrik. Sedangkan
untuk prasarana telepon, seluruh desa yang ada masih belum terlayani. Kondisi ini
menunjukkan kebutuhan perluasan jaringan telepon yang dapat mencapai ke
desa-desa yang ada di Kec. Kuala.

LAPORAN AKHIR III - 142


BRR
NAD - Nias

Keluarga Berlangganan
Kode Ketersediaan Keluarga Pengguna Listrik Telepon
No Peta Nama Desa Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
1 001 COT TRIENG Ada 201 0 93.1 0.0 0 0.0
2 002 LHOK AWE AWE Ada 275 0 98.9 0.0 0 0.0
3 003 COT UNOE Ada 108 0 91.5 0.0 0 0.0
4 004 COT BATEE Ada 270 0 94.7 0.0 0 0.0
5 005 COT KUTA Ada 98 0 89.1 0.0 0 0.0
6 006 COT GLUMPANG Ada 52 0 80.0 0.0 0 0.0
7 007 GLUMPANG BAROH Ada 70 0 89.7 0.0 0 0.0
8 008 LANCOK PANTE ARA Ada 70 0 86.4 0.0 0 0.0
9 009 BALEE KUYUN Ada 75 0 90.4 0.0 0 0.0
10 010 KAREUNG Ada 135 0 98.5 0.0 0 0.0
11 011 LANCOK LANCOK Ada 320 0 96.7 0.0 0 0.0
12 012 COT U SIBAK Ada 103 0 96.3 0.0 0 0.0
13 013 KUALA RAJA Ada 180 0 86.1 0.0 0 0.0
14 014 UJONG BLANG MESJID Ada 150 0 87.7 0.0 0 0.0
15 015 WEU JANGKA Ada 200 0 92.2 0.0 0 0.0
16 016 COT LAGASAWA Ada 98 0 91.6 0.0 0 0.0
17 017 UJONG BLANG Ada 149 0 86.6 0.0 0 0.0
18 018 KUTA BARO Ada 130 0 89.7 0.0 0 0.0
19 019 KRUENG JULI TIMUR Ada 200 0 96.6 0.0 0 0.0
20 020 KRUENG JULI BARAT Ada 200 0 94.8 0.0 0 0.0

3.9.2 RENCANA TINDAK (ACTION PLAN) KECAMATAN KUALA

Rencana Tindak (Action Plan) di Kecamatan Kuala disusun berdasarkan 5 (lima)


rangkaian kegiatan yang telah dijelaskan pada sub bab 3.2. Sebagaimana juga telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, pelaksanaan sosialisasi melalui FGD di kecamatan
Kuala tidak dapat dilaksanakan, sehingga dalam hal ini dilaksanakan survai
wawancara (kuestioner) kepada masyarakat setempat sebagai bahan validitas
terhadap draft rencana tindak (action plan) yang disusun konsultan dan telah
dipadukan dengan bahan usulan program dari hasil pelaksanaan penjaringan
aspirasi masyarakat melaui Forum FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan
oleh Pemda Kabupaten Bireuen bekerjasama dengan Lembaga NGO dari Perancis
pada tahun 2005.

Hasil suvai wawancara (kuestioner) kepada masyarakat di 9 (sembilan) kecamatan


prioritas (termasuk Kecamatan Kuala) juga telah dijelaskan pada sub bab 3.2.

LAPORAN AKHIR III - 143


BRR
NAD - Nias

Melalui 5 (lima) rangkaian kegiatan di atas, dan hasil pelaksanaan suvai wawancara
(kuestioner) kepada masyarakat selanjutnya disusun dan ditetapkan Rencana
Tindak (Action Plan) di Kecamatan Kuala Tahun 2007 sampai Tahun 2009 seperti
disajikan pada Tabel dan gambar pada halaman berikut.

3.9.3 DESA PRIORITAS DI KECAMATAN KUALA

Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka ditetapkan desa prioritas untuk “Village
Planning” di Kecamatan Kuala seperti disajikan pada tabel berikut.

Desa Prioritas di Kecamatan Kuala

Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
61 13 KUALA RAJA Kuala 21 1
79 19 KRUENG JULI TIMUR Kuala 19 2
80 20 KRUENG JULI BARAT Kuala 19 2
88 14 UJONG BLANG MESJID Kuala 18 3
130 17 UJONG BLANG Kuala 12 4

LAPORAN AKHIR III - 144


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 145


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 146


BRR
NAD - Nias

3.10 KECAMATAN PEUSANGAN

3.10.1 IDENTIFIKASI KONDISI DAN PERMASALAHAN YANG ADA

A. FISIK DAN LINGKUNGAN

A.1 Morfologi

Sebagian berupa topografi desa-desa dataran yang meliputi : Pante Pisang, Blang
Cut Sp Iv, Pante Cut, Pante Piyeu, Matang Mesjid, Cot Bada Tunong, Cot Buket,
Matang Cot Paseh, Gampong Putoh, Pulo Naleung, Mata Mamplam, Alue Glumpang
Ba, Cot Rabo Baroh, Cot Rabo Tunong. Desa berupa lembah/DAS meliputi Kapa,
Desa berupa punggung bukit yaitu Paya Reuhat, dan Desa dengan morfologi pantai
meliputi Cot Puuek.

A.2 Jenis Tanah

Jenis tanah di Kec. Peusangan adalah relatif sama dengan yang ada di Kec.
Samalanga, Simpang Mamplam, dan Jeunieb.

A.3 Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif tanah di Kec. Peusangan, sebagian besar (78,55 %) memiliki


kedalaman efektif > 90 cm, dan sebagian kecil (19,10 %) memiliki kedalaman
efektif antara 30 – 60 cm.

A.4 Sumber Daya Air

Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Peusangan meliputi Sumber Daya Air
Krueng /Sungai Peusangan 120 Ha dan Waduk Pasya Krueng 10 Ha.

A.5 Daerah Rawan Gempa

Daerah Wilayah Kecamatan Peusangan berpotensi mengalami bencana kegempaan


di tinjau dari tatanan struktur geologi tektonik regional pulau Sumatra yang
sewaktu-waktu dapat menimbulkan gempa tektonik dengan skala 6-7 reichter,
patahan – patahan tersebut. Salah satunya dapat dijumpai di krueng Peusangan.

A.7 Daerah Rawan Tsunami

Daerah pesisir yang terpotensi rawan tsunami meliputi desa-desa tambak yang
beresiko sedang yaitu desa Pulo Nalueng, Mata Mamplam, Alue Glumpang, Cot

LAPORAN AKHIR III - 147


BRR
NAD - Nias

Rabo Tunong, Cot Puuk, Cot Rabo Baroh. Desa pesisir di wilalayah kecamatan
peusangan relatip lebih aman, gelombang tsunami masuk merusak kawasan tambak-
tambak juga masuk melalui sungai Peusangan.

A.8 Lingkungan Pesisir

Morfologi Daerah Pesisir

Penggunaan lahan dan kenampakan yang ada adalah tambak – tambak, pemukiman
penduduk dan sawah.

Potensi Sumber Daya Hayati

Sebagian besar adalah budidaya perikanan tambak seluas 285,55 Ha.

Permasalahan Lingkungan Pesisir

Belum berfungsinya secara optimal saluran pertambakan.

Analisis Penanganan dan Pengembangan

Berdasarkan permasalahan kelautan dan lingkungan pesisir yang ada di Kec.


Peusangan, maka beberapa bentuk penanganan dan pengembangan yang diperlukan
adalah sebagai berikut :

1. Merehabilitasi saluran yang berfungsi untukl sirkulasi pengairan tambak dan


merehabilitasi tambak tambak yang belum berfungsi secara optimal akibat
tsunamai di desa pesisir Nalueng, Mata Mamplam, Alue Glumpang, Cot Rabo
Tunong, Cot Puuk, Cot Rabo Baroh.

B. SOSIAL EKONOMI

B.1 Jumlah Penduduk dan KK

Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Peusangan adalah 42.102 jiwa dan 9.445 KK, dengan jumlah penduduk
dan KK terbesar adalah di Desa Pante Gajah sebanyak 2.288 jiwa dan 478 KK, serta
terkecil di desa Keude Tanjong sebanyak 181 Jiwa dan 44 KK.

LAPORAN AKHIR III - 148


BRR
NAD - Nias

No Kode Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah


Peta Laki-Laki Wanita Total Keluarga
1 023 ALUE UDEUNG 422 425 847 253
2 024 ALUE PEUNO 117 203 320 115
3 038 KAPA 422 477 899 200
4 039 BLANG PANJOE 160 167 327 74
5 040 PANTE LHONG 320 329 649 182
6 041 PAYA CUT 360 377 737 217
7 042 SEUNEUBOK ACEH 240 266 506 140
8 043 PAYA LIPAH 99 103 202 57
9 044 SEUNEUBOK RAWA 289 295 584 101
10 045 BLANG GEULANGGANG 240 249 489 108
11 046 UTEUN BUNTA 305 325 630 134
12 047 PAYA REUHAT 132 144 276 74
13 048 PAYA ABO 130 139 269 51
14 049 PALOH 136 149 285 77
15 050 PAYA MEUNENG 324 308 632 127
16 051 MATANG SAGOE 957 1,030 1,987 373
17 052 PANTON GEULIMA 130 145 275 60
18 053 NEUHEUEN 241 286 527 123
19 054 KEUDE MATANG GLP II 862 821 1,683 364
20 055 PANTE GAJAH 1,069 1,219 2,288 478
21 056 BLANG ASAN 214 222 436 92
22 057 GAMPONG RAYA DAGANG 479 488 967 215
23 058 GAMPONG RAYA TAMBO 289 298 587 195
24 059 KEUDE TANJONG 87 94 181 44
25 060 PANTE PISANG 258 262 520 125
26 061 BLANG CUT SP IV 124 149 273 69
27 062 PANTE CUT 137 169 306 74
28 063 MATANG GLP II MNS TIMUR 751 774 1,525 325
29 064 MATANG GLP II MNS DAYAH 772 797 1,569 400
30 065 MATANG MESJID 341 498 839 203
31 066 COT PANJOE 216 186 402 95
32 067 COT KEURANJI 159 191 350 52
33 068 GAMPONG BAROH 167 150 317 74
34 069 BLANG RAMBONG 241 291 532 109
35 070 TANOH MIRAH 679 782 1,461 416
36 071 COT GIREK 365 420 785 176
37 072 SAGOE 356 360 716 118
38 073 COT BADA BARAT 365 394 759 173
39 074 COT BADA TUNONG 404 413 817 109
40 075 COT BUKET 520 565 1,085 200
41 076 COT IEJU 281 302 583 121
42 077 NICAH 211 248 459 116
43 078 COT BADA BAROH 270 267 537 117

LAPORAN AKHIR III - 149


BRR
NAD - Nias

No Kode Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah


Peta Laki-Laki Wanita Total Keluarga
44 079 COT KEUMUDEE 248 255 503 119
45 081 PULO NALEUNG 450 434 884 162
46 082 COT NGA 300 350 650 152
47 083 KARIENG 184 227 411 104
48 084 MATA MAMPLAM 489 493 982 196
49 085 ALUE GLUMPANG BA 240 247 487 75
50 086 COT RABO BAROH 274 299 573 137
51 087 COT RABO TUNONG 271 291 562 123
52 088 KRUENG DHEUE 222 249 471 109
53 089 MATANG COT PASEH 218 225 443 111
54 090 KRUENG BARO MESJID 248 257 505 85
55 091 GAMPONG PUTOH 259 265 524 103
56 092 PANTE PIYEU 320 326 646 185
57 093 TANJONG MESJID 117 116 233 49
58 094 TANJONG PAYA 219 237 456 98
59 095 TANJONG NIE 120 130 250 61
60 096 BAYU 179 186 365 77
61 097 KRUENG BARO BB KRUENG 171 188 359 72
62 098 MEUNASAH NIBONG 158 165 323 80
63 099 PANTE ARA 178 184 362 67
64 100 MEUNASAH MEUCAP 183 191 374 79
65 101 ASAN BIDEUN 277 284 561 120
66 102 PULO PISANG 229 220 449 92
67 105 COT PUUEK 148 163 311 63

B.2 Pertumbuhan Penduduk dan Proyeksi Penduduk Tahun 2010

Mengingat tidak tersedianya data jumlah penduduk pada desa-desa prioritas di Kec.
Peusangan pada tahun 2003, maka angka pertumbuhan pendudukan pada kawasan
perencanaan di Kec. Peusangan tidak dapat diberikan. Untuk keperluan proyeksi,
diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk akan sama dengan pertumbuhan
penduduk rata-rata kecamatan yan ada di kawasan perencanaan, yakni sebesar 2,1
%/tahun. Dengan menggunakan asumsi ini, maka diproyeksikan jumlah penduduk
di Kec. Peusangan pada tahun 2010, total sebesar 43.889 jiwa, dengan rincian
jumlah penduduk tiap desa disajikan pada tabel berikut.

LAPORAN AKHIR III - 150


BRR
NAD - Nias

Status Luas Jml. Penduduk Jml. Penduduk Proyeksi


No. Kode Nama Desa/ Kel. sekarang Desa/K Wilayah Tahun 2003 Tahun 2005 Penduduk Tahun
ota (Ha) (Jiwa) (Jiwa) 2010 (Jiwa)
1 023 ALUE UDEUNG Desa 598.79 N/A 847 883
2 024 ALUE PEUNO Desa 193.80 N/A 320 334
3 038 KAPA Desa 95.26 N/A 899 937
4 039 BLANG PANJOE Desa 66.84 N/A 327 341
5 040 PANTE LHONG Desa 73.57 N/A 649 677
6 041 PAYA CUT Desa 132.81 N/A 737 768
7 042 SEUNEUBOK ACEH Desa 195.43 N/A 506 527
8 043 PAYA LIPAH Desa 226.48 N/A 202 211
9 044 SEUNEUBOK RAWA Desa 64.83 N/A 584 609
10 045 BLANG GEULANGGANG Desa 100.21 N/A 489 510
11 046 UTEUN BUNTA Desa 129.88 N/A 630 657
12 047 PAYA REUHAT Desa 74.78 N/A 276 288
13 048 PAYA ABO Desa 163.04 N/A 269 280
14 049 PALOH Desa 141.85 N/A 285 297
15 050 PAYA MEUNENG Desa 146.76 N/A 632 659
16 051 MATANG SAGOE Desa 141.88 N/A 1,987 2,071
17 052 PANTON GEULIMA Desa 68.98 N/A 275 287
18 053 NEUHEUEN Desa 49.42 N/A 527 549
19 054 KEUDE MATANG GLP II Kota 36.00 N/A 1,683 1,754
20 055 PANTE GAJAH Kota 127.14 N/A 2,288 2,385
21 056 BLANG ASAN Kota 47.59 N/A 436 455
22 057 GAMPONG RAYA DAGANG Kota 56.53 N/A 967 1,008
23 058 GAMPONG RAYA TAMBO Desa 117.30 N/A 587 612
24 059 KEUDE TANJONG Desa 91.83 N/A 181 189
25 060 PANTE PISANG Desa 70.37 N/A 520 542
26 061 BLANG CUT SP IV Desa 40.58 N/A 273 285
27 062 PANTE CUT Desa 21.50 N/A 306 319
28 063 MATANG GLP II MNS TIMUR Kota 78.61 N/A 1,525 1,590
29 064 MATANG GLP II MNS DAYAH Kota 49.68 N/A 1,569 1,636
30 065 MATANG MESJID Desa 58.72 N/A 839 875
31 066 COT PANJOE Desa 102.92 N/A 402 419
32 067 COT KEURANJI Desa 74.79 N/A 350 365
33 068 GAMPONG BAROH Desa 138.54 N/A 317 330
34 069 BLANG RAMBONG Desa 141.65 N/A 532 555
35 070 TANOH MIRAH Desa 81.39 N/A 1,461 1,523
36 071 COT GIREK Desa 124.77 N/A 785 818
37 072 SAGOE Desa 111.26 N/A 716 746
38 073 COT BADA BARAT Desa 66.70 N/A 759 791
39 074 COT BADA TUNONG Desa 48.07 N/A 817 852
40 075 COT BUKET Desa 57.96 N/A 1,085 1,131
41 076 COT IEJU Desa 214.00 N/A 583 608
42 077 NICAH Desa 29.77 N/A 459 478

LAPORAN AKHIR III - 151


BRR
NAD - Nias

Status Luas Jml. Penduduk Jml. Penduduk Proyeksi


No. Kode Nama Desa/ Kel. sekarang Desa/K Wilayah Tahun 2003 Tahun 2005 Penduduk Tahun
ota (Ha) (Jiwa) (Jiwa) 2010 (Jiwa)
43 078 COT BADA BAROH Desa 36.49 N/A 537 560
44 079 COT KEUMUDEE Desa 85.51 N/A 503 524
45 081 PULO NALEUNG Desa 41.07 N/A 884 922
46 082 COT NGA Desa 49.56 N/A 650 678
47 083 KARIENG Desa 68.27 N/A 411 428
48 084 MATA MAMPLAM Desa 90.24 N/A 982 1,024
49 085 ALUE GLUMPANG BA Desa 43.41 N/A 487 508
50 086 COT RABO BAROH Desa 53.45 N/A 573 597
51 087 COT RABO TUNONG Desa 90.23 N/A 562 586
52 088 KRUENG DHEUE Desa 105.95 N/A 471 491
53 089 MATANG COT PASEH Desa 77.87 N/A 443 462
54 090 KRUENG BARO MESJID Desa 48.60 N/A 505 526
55 091 GAMPONG PUTOH Desa 61.09 N/A 524 546
56 092 PANTE PIYEU Desa 117.20 N/A 646 673
57 093 TANJONG MESJID Desa 76.18 N/A 233 243
58 094 TANJONG PAYA Desa 95.18 N/A 456 475
59 095 TANJONG NIE Desa 74.24 N/A 250 261
60 096 BAYU Desa 40.84 N/A 365 380
61 097 KRUENG BARO BB KRUENG Desa 81.32 N/A 359 374
62 098 MEUNASAH NIBONG Desa 79.07 N/A 323 337
63 099 PANTE ARA Desa 82.03 N/A 362 377
64 100 MEUNASAH MEUCAP Desa 77.61 N/A 374 390
65 101 ASAN BIDEUN Desa 174.75 N/A 561 585
66 102 PULO PISANG Desa 81.43 N/A 449 468
67 105 COT PUUEK Desa 55.09 N/A 311 324
TOTAL 6538.98 N/A 42,102 43,889

B.3 Mata Pencaharian Penduduk dan Jumah KK Miskin

Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Peusangan memiliki mata pencaharian
utama pada sektor pertanian tanaman pangan.

Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 5.903 KK atau 62,5 % dari total
jumlah KK di kec. Peusangan, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa
Matang Sagoe dan Pante Gajah, yakni masing-masing sebanyak 273 KK. Sebanyak
57 (lima puluh tujuh) desa yang ada di Kec. Peusangan memiliki persentase
jumlah KK miskin di atas 50 %. Kondisi ini dapat digunakan sebagai indikator
kebutuhan penanganan masalah kemiskinan di Kec. Peusangan.

LAPORAN AKHIR III - 152


BRR
NAD - Nias

Kode Keluarga di Sektor Sumber


No Peta Nama Desa Pertanian Keluarga Miskin Penghasilan Sub Sektor Buruh Tani
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Utama Pertanian Jumlah Presentase
1 023 ALUE UDEUNG 228 90 191 75.5 Pertanian Tanaman Pangan 400 52.5

2 024 ALUE PEUNO 104 90 92 80.0 Pertanian Tanaman Pangan 250 86.8

3 038 KAPA 160 80 80 40.0 Pertanian Tanaman Pangan 85 11.8

4 039 BLANG PANJOE 67 90 58 78.4 Pertanian Tanaman Pangan 200 68.0

5 040 PANTE LHONG 146 80 96 52.7 Pertanian Tanaman Pangan 300 57.8

6 041 PAYA CUT 174 80 82 37.8 Pertanian Tanaman Pangan 100 17.0

7 042 SEUNEUBOK ACEH 112 80 132 94.3 Pertanian Tanaman Pangan 150 37.1

8 043 PAYA LIPAH 51 90 51 89.5 Pertanian Tanaman Pangan 100 55.0

9 044 SEUNEUBOK RAWA 91 90 60 59.4 Pertanian Tanaman Pangan 300 57.1

10 045 BLANG GEULANGGANG 97 90 67 62.0 Pertanian Tanaman Pangan 250 56.8

11 046 UTEUN BUNTA 121 90 102 76.1 Pertanian Tanaman Pangan 400 70.5

12 047 PAYA REUHAT 67 90 51 68.9 Pertanian Tanaman Pangan 150 60.4

13 048 PAYA ABO 46 90 39 76.5 Pertanian Tanaman Pangan 100 41.3

14 049 PALOH 69 90 59 76.6 Pertanian Tanaman Pangan 150 58.5

15 050 PAYA MEUNENG 102 80 55 43.3 Pertanian Tanaman Pangan 300 59.3

16 051 MATANG SAGOE 224 60 273 73.2 Pertanian Tanaman Pangan 500 41.9

17 052 PANTON GEULIMA 30 50 43 71.7 Pertanian Tanaman Pangan 140 101.8

18 053 NEUHEUEN 98 80 93 75.6 Pertanian Tanaman Pangan 100 23.7

19 054 KEUDE MATANG GLP II 109 30 183 50.3 Lainnya 100 19.8

20 055 PANTE GAJAH 359 75 273 57.1 Pertanian Tanaman Pangan 500 29.1

21 056 BLANG ASAN 18 20 46 50.0 Pertanian Tanaman Pangan 60 68.8

22 057 GAMPONG RAYA DAGANG 194 90 170 79.1 Pertanian Tanaman Pangan 450 51.7

23 058 GAMPONG RAYA TAMBO 156 80 96 49.2 Pertanian Perkebunan 80 17.0

24 059 KEUDE TANJONG 40 90 24 54.5 Pertanian Tanaman Pangan 90 55.2

25 060 PANTE PISANG 113 90 69 55.2 Pertanian Tanaman Pangan 200 42.7

26 061 BLANG CUT SP IV 55 80 47 68.1 Pertanian Tanaman Pangan 200 91.6

27 062 PANTE CUT 67 90 68 91.9 Pertanian Tanaman Pangan 140 50.8

28 063 MATANG GLP II MNS TIMUR 228 70 127 39.1 Pertanian Tanaman Pangan 900 84.3

29 064 MATANG GLP II MNS DAYAH 320 80 171 42.8 Pertanian Tanaman Pangan 325 25.9

30 065 MATANG MESJID 173 85 90 44.3 Pertanian Tanaman Pangan 25 3.5

31 066 COT PANJOE 86 90 60 63.2 Pertanian Tanaman Pangan 45 12.4

32 067 COT KEURANJI 42 80 39 75.0 Pertanian Tanaman Pangan 100 35.7

33 068 GAMPONG BAROH 59 80 45 60.8 Pertanian Tanaman Pangan 100 39.4

34 069 BLANG RAMBONG 98 90 100 91.7 Pertanian Tanaman Pangan 210 43.9

35 070 TANOH MIRAH 333 80 108 26.0 Pertanian Tanaman Pangan 600 51.3

36 071 COT GIREK 158 90 120 68.2 Pertanian Tanaman Pangan 400 56.6

37 072 SAGOE 106 90 80 67.8 Pertanian Tanaman Pangan 350 54.3

38 073 COT BADA BARAT 138 80 110 63.6 Pertanian Tanaman Pangan 400 65.9

39 074 COT BADA TUNONG 98 90 100 91.7 Pertanian Tanaman Pangan 500 68.0

40 075 COT BUKET 150 75 153 76.5 Pertanian Tanaman Pangan 400 49.2

41 076 COT IEJU 109 90 90 74.4 Pertanian Tanaman Pangan 400 76.2

42 077 NICAH 104 90 75 64.7 Pertanian Tanaman Pangan 200 48.4

43 078 COT BADA BAROH 105 90 80 68.4 Pertanian Tanaman Pangan 250 51.7

44 079 COT KEUMUDEE 107 90 110 92.4 Pertanian Tanaman Pangan 200 44.2

LAPORAN AKHIR III - 153


BRR
NAD - Nias

Kode Keluarga di Sektor Sumber


No Peta Nama Desa Pertanian Keluarga Miskin Penghasilan Sub Sektor Buruh Tani
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Utama Pertanian Jumlah Presentase
45 081 PULO NALEUNG 146 90 85 52.5 Pertanian Tanaman Pangan 150 18.9

46 082 COT NGA 137 90 110 72.4 Pertanian Tanaman Pangan 300 51.3

47 083 KARIENG 94 90 100 96.2 Pertanian Tanaman Pangan 250 67.6

48 084 MATA MAMPLAM 176 90 101 51.5 Pertanian Tanaman Pangan 500 56.6

49 085 ALUE GLUMPANG BA 68 90 70 93.3 Pertanian Tanaman Pangan 30 6.8

50 086 COT RABO BAROH 123 90 80 58.4 Pertanian Tanaman Pangan 40 7.8

51 087 COT RABO TUNONG 62 50 105 85.4 Pertanian Tanaman Pangan 281 100.0

52 088 KRUENG DHEUE 98 90 49 45.0 Pertanian Tanaman Pangan 200 47.2

53 089 MATANG COT PASEH 89 80 85 76.6 Pertanian Tanaman Pangan 250 70.5

54 090 KRUENG BARO MESJID 77 90 61 71.8 Pertanian Tanaman Pangan 250 55.0

55 091 GAMPONG PUTOH 93 90 53 51.5 Pertanian Tanaman Pangan 250 53.0

56 092 PANTE PIYEU 111 60 114 61.6 Pertanian Tanaman Pangan 150 38.7

57 093 TANJONG MESJID 44 90 45 91.8 Pertanian Tanaman Pangan 100 47.7

58 094 TANJONG PAYA 78 80 58 59.2 Pertanian Tanaman Pangan 198 54.3

59 095 TANJONG NIE 55 90 57 93.4 Pertanian Tanaman Pangan 90 40.0

60 096 BAYU 69 90 54 70.1 Pertanian Tanaman Pangan 150 45.7

61 097 KRUENG BARO BB KRUENG 58 80 54 75.0 Pertanian Tanaman Pangan 125 43.5

62 098 MEUNASAH NIBONG 64 80 72 90.0 Pertanian Tanaman Pangan 100 38.7

63 099 PANTE ARA 60 90 52 77.6 Pertanian Tanaman Pangan 150 46.0

64 100 MEUNASAH MEUCAP 71 90 72 91.1 Pertanian Tanaman Pangan 120 35.7

65 101 ASAN BIDEUN 108 90 86 71.7 Pertanian Tanaman Pangan 200 39.6

66 102 PULO PISANG 83 90 52 56.5 Pertanian Tanaman Pangan 250 61.9

67 105 COT PUUEK 57 90 30 47.6 Pertanian Tanaman Pangan 200 71.5

C. PRASARANA DAN SARANA

C.1 Transportasi

Secara umum, seluruh desa yang ada di Kecamatan Peusangan dihubungkan oleh
prasarana jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah, dan
sebanyak 5 (lima) desa masih belum dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4.
Kondisi ini menunjukkan perlunya pengembangan jaringan jalan ke-5 desa
tersebut agar dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4, disamping diperlukan
juga peningkatan jalan, khususnya untuk jalan-jalan dengan jenis permukaan
tanah menjadi minimal jenis Sirtu (Pasir Batu), sehingga dapat dilalui oleh
kendaraan roda-4 di musim hujan.

Adapun sarana angkutan umum ke desa-desa di Kec. Peusangan sebagian besar


adalah ojek (sepeda motor), dan hanya 9 (sembilan) desa yang telah dilayani
angkutan umum kendaraan roda-4. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :

LAPORAN AKHIR III - 154


BRR
NAD - Nias

Sebagian Dapat Dijangkau


Kode Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Roda Tipe Angkutan
No Nama Desa
Peta Lalu Lintas Yang Terluas (jika darat) 4/ Lebih Umum Utama
Antar Desa Sepanjang Tahun
1 023 ALUE UDEUNG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Kend Roda 3/Lebih
2 024 ALUE PEUNO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
3 038 KAPA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
4 039 BLANG PANJOE Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
5 040 PANTE LHONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
6 041 PAYA CUT Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
7 042 SEUNEUBOK ACEH Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
8 043 PAYA LIPAH Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
9 044 SEUNEUBOK RAWA Darat Tanah Ya Kend Roda 3/Lebih
10 045 BLANG GEULANGGANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
11 046 UTEUN BUNTA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor
12 047 PAYA REUHAT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
13 048 PAYA ABO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
14 049 PALOH Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
15 050 PAYA MEUNENG Darat Tanah Ya Kend Roda 3/Lebih
16 051 MATANG SAGOE Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
17 052 PANTON GEULIMA Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
18 053 NEUHEUEN Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
19 054 KEUDE MATANG GLP II Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
20 055 PANTE GAJAH Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
21 056 BLANG ASAN Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
22 057 GAMPONG RAYA DAGANG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
23 058 GAMPONG RAYA TAMBO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor
24 059 KEUDE TANJONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
25 060 PANTE PISANG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
26 061 BLANG CUT SP IV Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
27 062 PANTE CUT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
28 063 MATANG GLP II MNS TIMUR Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
29 064 MATANG GLP II MNS DAYAH Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
30 065 MATANG MESJID Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
31 066 COT PANJOE Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
32 067 COT KEURANJI Darat Tanah Ya Kend Roda 3/Lebih
33 068 GAMPONG BAROH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Kend Roda 3/Lebih
34 069 BLANG RAMBONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Kend Roda 3/Lebih
35 070 TANOH MIRAH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
36 071 COT GIREK Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
37 072 SAGOE Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
38 073 COT BADA BARAT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor
39 074 COT BADA TUNONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
40 075 COT BUKET Darat Aspal/Beton Ya Kend Roda 3/Lebih
41 076 COT IEJU Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

LAPORAN AKHIR III - 155


BRR
NAD - Nias

Sebagian Dapat Dijangkau


Kode Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Roda Tipe Angkutan
No Nama Desa
Peta Lalu Lintas Yang Terluas (jika darat) 4/ Lebih Umum Utama
Antar Desa Sepanjang Tahun
42 077 NICAH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
43 078 COT BADA BAROH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
44 079 COT KEUMUDEE Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
45 081 PULO NALEUNG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
46 082 COT NGA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Kend Roda 3/Lebih
47 083 KARIENG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
48 084 MATA MAMPLAM Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
49 085 ALUE GLUMPANG BA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
50 086 COT RABO BAROH Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
51 087 COT RABO TUNONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
52 088 KRUENG DHEUE Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
53 089 MATANG COT PASEH Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
54 090 KRUENG BARO MESJID Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
55 091 GAMPONG PUTOH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
56 092 PANTE PIYEU Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
57 093 TANJONG MESJID Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
58 094 TANJONG PAYA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Kend Roda 3/Lebih
59 095 TANJONG NIE Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
60 096 BAYU Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor
61 097 KRUENG BARO BB KRUENG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
62 098 MEUNASAH NIBONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor
63 099 PANTE ARA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
64 100 MEUNASAH MEUCAP Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
65 101 ASAN BIDEUN Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
66 102 PULO PISANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
67 105 COT PUUEK Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

C.2 Prasarana Air Bersih, Air Limbah dan Sampah

Seluruh desa di Kecamatan Peusangan menggunakan sumur sebagai sumber air


bersih. Secara umum, kondisi ini telah memenuhi standar pelayanan minimal
prasarana air bersih yang ada.

Sedangkan untuk sarana sanitasi, sebagian besar desa mengunakan sarana jamban
umum, dan jamban sendiri. Hanya satu desa yang masih menggunakan sarana
sanitasi bukan jamban, yakni Desa Paya Reuhat. Secara umum, kondisi ini
menunjukkan kebutuhan penyediaan sarana sanitasi berupa jamban umum di
Desa Paya Reuhat.

LAPORAN AKHIR III - 156


BRR
NAD - Nias

Untuk pengolahan sampah, hampir seluruh desa menggunakan cara dibuang di


lubang dan dibakar, dan hanya 1 (satu) desa yang telah menggunakan cara diangkut
oleh gerobak sampah, yakni Desa Gampong Putoh. Secara umum, kondisi ini juga
telah memenuhi standar pelayanan minimal pengelolaan sampah yang ada untuk
kawasan permukiman perdesaan.

Harus
Sumber Air Tempat Buang Cara Membuang
No Kode Peta Nama Desa Membeli Air
Minum Air Besar Sampah
Minum
1 023 ALUE UDEUNG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
2 024 ALUE PEUNO Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
3 038 KAPA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
4 039 BLANG PANJOE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
5 040 PANTE LHONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
6 041 PAYA CUT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
7 042 SEUNEUBOK ACEH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
8 043 PAYA LIPAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
9 044 SEUNEUBOK RAWA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
10 045 BLANG GEULANGGANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
11 046 UTEUN BUNTA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
12 047 PAYA REUHAT Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
13 048 PAYA ABO Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
14 049 PALOH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
15 050 PAYA MEUNENG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
16 051 MATANG SAGOE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
17 052 PANTON GEULIMA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
18 053 NEUHEUEN Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
19 054 KEUDE MATANG GLP II Sumur Tidak Jamban Sendiri Diangkut
20 055 PANTE GAJAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
21 056 BLANG ASAN Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
22 057 GAMPONG RAYA DAGANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
23 058 GAMPONG RAYA TAMBO Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
24 059 KEUDE TANJONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Diangkut
25 060 PANTE PISANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
26 061 BLANG CUT SP IV Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
27 062 PANTE CUT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
28 063 MATANG GLP II MNS TIMUR Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
29 064 MATANG GLP II MNS DAYAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
30 065 MATANG MESJID Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
31 066 COT PANJOE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
32 067 COT KEURANJI Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
33 068 GAMPONG BAROH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
34 069 BLANG RAMBONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
35 070 TANOH MIRAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar

LAPORAN AKHIR III - 157


BRR
NAD - Nias

Harus
Sumber Air Tempat Buang Cara Membuang
No Kode Peta Nama Desa Membeli Air
Minum Air Besar Sampah
Minum
36 071 COT GIREK Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
37 072 SAGOE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
38 073 COT BADA BARAT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
39 074 COT BADA TUNONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
40 075 COT BUKET Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
41 076 COT IEJU Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
42 077 NICAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
43 078 COT BADA BAROH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
44 079 COT KEUMUDEE Sumur Tidak Jamban Bersama Lobang/Dibakar
45 081 PULO NALEUNG Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
46 082 COT NGA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
47 083 KARIENG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
48 084 MATA MAMPLAM Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
49 085 ALUE GLUMPANG BA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
50 086 COT RABO BAROH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
51 087 COT RABO TUNONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
52 088 KRUENG DHEUE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
53 089 MATANG COT PASEH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
54 090 KRUENG BARO MESJID Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
55 091 GAMPONG PUTOH Sumur Tidak Jamban Bersama Diangkut
56 092 PANTE PIYEU Sumur Tidak Jamban Bersama Lobang/Dibakar
57 093 TANJONG MESJID Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
58 094 TANJONG PAYA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
59 095 TANJONG NIE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
60 096 BAYU Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
61 097 KRUENG BARO BB KRUENG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
62 098 MEUNASAH NIBONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
63 099 PANTE ARA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
64 100 MEUNASAH MEUCAP Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
65 101 ASAN BIDEUN Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
66 102 PULO PISANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
67 105 COT PUUEK Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar

C.3 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Kecamatan Peusangan meliputi :

1. TK Negeri sebanyak 4 (empat) buah dan TK Swasta sebanyak 11 (sebelas) buah,


dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Tanoh Mirah, Blang
Geulanggang, dan Paya Reuhat) adalah 6 Km,

LAPORAN AKHIR III - 158


BRR
NAD - Nias

2. SD Negeri sebanyak 34 (tiga puluh empat) buah, dan SD swasta sebanyak 10


(sepuluh) buah, dengan jangkaun pelayanan ke desa terjauh (Desa Raya Reuhat)
adalah 4,5 Km,

3. SMP Negeri sebanyak 4 (empat) buah, dengan jangkaun pelayanan ke desa


terjauh (Desa Tanoh Mirah, Blang Geulanggang, dan Paya Reuhat) adalah 6 Km,

4. SMU Negeri sebanyak 4 (empat) buah, dengan jangkaun pelayanan ke desa


terjauh (Desa Tanoh Mirah, Blang Geulanggang, dan Paya Reuhat) adalah 6 Km.

Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
Jarak Jarak Jarak Jarak
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Rata- Jumlah Sekolah Rata- Jumlah Sekolah Rata- Jumlah Sekolah Rata-
Rata Rata Rata Rata
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
(km) (km) (km) (km)
1 023 ALUE UDEUNG 0 0 5 1 0 . 0 0 1.0 0 0 5.0

2 024 ALUE PEUNO 0 0 3 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.0

3 038 KAPA 0 0 2 1 0 . 0 0 2.0 0 0 2.0

4 039 BLANG PANJOE 0 0 1 0 0 1.0 0 0 1.0 0 0 1.0

5 040 PANTE LHONG 0 0 2 0 0 0.5 0 0 1.0 0 0 1.0

6 041 PAYA CUT 0 0 1 1 0 . 0 0 1.0 0 0 1.0

7 042 SEUNEUBOK ACEH 0 0 1.5 1 0 . 0 0 1.5 0 0 1.5

8 043 PAYA LIPAH 0 0 2 0 0 1.0 0 0 2.0 0 0 2.0

9 044 SEUNEUBOK RAWA 0 0 4 0 0 1.0 0 0 4.0 0 0 4.0

10 045 BLANG GEULANGGANG 0 0 6 0 1 . 0 0 6.0 0 0 6.0

11 046 UTEUN BUNTA 0 0 5 0 0 1.0 0 0 2.0 0 0 5.0

12 047 PAYA REUHAT 0 0 6 0 0 4.5 0 0 6.0 0 0 6.0

13 048 PAYA ABO 0 0 1 0 0 1.0 0 0 2.0 0 0 5.0

14 049 PALOH 0 0 3 0 0 1.0 0 0 3.0 0 0 3.0

15 050 PAYA MEUNENG 0 0 3 0 1 . 0 0 2.0 0 0 3.0

16 051 MATANG SAGOE 0 0 1 1 1 . 0 0 1.0 0 0 1.0

17 052 PANTON GEULIMA 0 0 1.5 0 0 0.5 0 0 0.5 0 0 0.5

18 053 NEUHEUEN 0 1 1 0 . 0 0 1.0 0 0 1.0

19 054 KEUDE MATANG GLP II 1 0 3 1 . 1 0 . 2 0 .

20 055 PANTE GAJAH 0 1 1 0 . 0 0 0.5 0 0 0.5

21 056 BLANG ASAN 0 0 0.5 0 0 0.5 0 0 1.0 1 0 .

22 057 GAMPONG RAYA DAGANG 1 0 1 0 . 1 0 . 0 0 1.0

23 058 GAMPONG RAYA TAMBO 1 0 1 0 . 1 0 . 0 0 0.5

24 059 KEUDE TANJONG 0 0 2 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.0

25 060 PANTE PISANG 0 1 0 0 2.0 0 0 2.0 0 0 2.0

26 061 BLANG CUT SP IV 0 0 2 0 0 0.5 0 0 2.0 0 0 2.0

27 062 PANTE CUT 0 0 3 0 0 0.5 0 0 3.0 0 0 3.0

28 063 MATANG GLP II MNS TIMUR 0 1 1 0 . 0 0 0.5 0 0 0.5

29 064 MATANG GLP II MNS DAYAH 0 2 2 0 . 0 0 1.0 1 0 .

30 065 MATANG MESJID 0 1 0 1 . 0 0 1.5 0 0 1.5

LAPORAN AKHIR III - 159


BRR
NAD - Nias

Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
Jarak Jarak Jarak Jarak
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Rata- Jumlah Sekolah Rata- Jumlah Sekolah Rata- Jumlah Sekolah Rata-
Rata Rata Rata Rata
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
(km) (km) (km) (km)
31 066 COT PANJOE 0 0 2.5 0 0 1.5 0 0 2.5 0 0 2.5

32 067 COT KEURANJI 0 0 4 0 0 0.5 0 0 1.0 0 0 4.0

33 068 GAMPONG BAROH 0 0 4 0 0 0.2 0 0 1. 0 0 4.0

34 069 BLANG RAMBONG 0 0 4 0 0 1.0 0 0 0.5 0 0 4.0

35 070 TANOH MIRAH 0 0 6 2 0 . 0 0 6.0 0 0 6.0

36 071 COT GIREK 0 0 3 0 0 0.5 0 0 3.0 0 0 2.0

37 072 SAGOE 0 0 3 0 0 2.0 0 0 2.0 0 0 3.0

38 073 COT BADA BARAT 0 0 5 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.0

39 074 COT BADA TUNONG 0 0 5 0 0 2.0 0 0 3.0 0 0 3.0

40 075 COT BUKET 0 0 5 1 0 . 0 0 1.0 0 0 4.0

41 076 COT IEJU 0 0 3 1 0 . 1 0 . 0 0 3.0

42 077 NICAH 0 0 4 0 0 1.0 0 0 1.0 0 0 4.0

43 078 COT BADA BAROH 0 1 0 0 1.0 0 0 2.0 0 0 5.0

44 079 COT KEUMUDEE 0 0 1 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.0

45 081 PULO NALEUNG 0 1 1 0 . 0 0 1.0 0 0 7.0

46 082 COT NGA 0 0 4 1 0 . 0 0 1.0 0 0 4.0

47 083 KARIENG 0 0 1 0 0 0.5 0 0 4.0 0 0 4.0

48 084 MATA MAMPLAM 0 0 4 0 0 0.5 0 0 2.0 0 0 4.0

49 085 ALUE GLUMPANG BA 0 0 4 0 0 1.0 0 0 2.0 0 0 4.0

50 086 COT RABO BAROH 0 1 1 0 . 0 0 5.0 0 0 5.0

51 087 COT RABO TUNONG 0 0 4 0 1 . 0 0 4.0 0 0 4.0

52 088 KRUENG DHEUE 0 0 1 1 0 . 0 0 4.0 0 0 4.0

53 089 MATANG COT PASEH 1 0 1 0 . 0 0 2.0 0 0 2.0

54 090 KRUENG BARO MESJID 0 0 2 0 1 . 0 0 2.0 0 0 2.0

55 091 GAMPONG PUTOH 0 0 1 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.0

56 092 PANTE PIYEU 0 0 1 1 0 . 0 0 1.0 0 0 1.0

57 093 TANJONG MESJID 0 0 1 1 0 . 0 0 2.0 0 0 2.0

58 094 TANJONG PAYA 0 0 4 1 1 . 0 0 4.0 0 0 4.0

59 095 TANJONG NIE 0 0 3 0 0 1.0 0 0 2.0 0 0 2.0

60 096 BAYU 0 0 2 0 0 3.0 0 0 3.0 0 0 3.0

61 097 KRUENG BARO BB KRUENG 0 1 0 1 . 0 0 2.0 0 0 2.0

62 098 MEUNASAH NIBONG 0 0 2 0 0 0.5 0 0 3.0 0 0 3.0

63 099 PANTE ARA 0 0 3 0 0 0.5 0 0 3.0 0 0 3.0

64 100 MEUNASAH MEUCAP 0 0 1 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.0

65 101 ASAN BIDEUN 0 0 3 0 0 0.5 0 0 3.0 0 0 2.0

66 102 PULO PISANG 0 0 3 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.0

67 105 COT PUUEK 0 0 0.5 0 1 . 0 0 5.5 0 0 5.5

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Peusangan dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk

LAPORAN AKHIR III - 160


BRR
NAD - Nias

pada tahun 2010 sebesar 43.889 jiwa, maka kebutuhan tambahan sarana
pendidikan di Kec. Peusangan, hanya berupa sarana TK sebanyak 29 (dua puluh
sembilan) buah.

C.4 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan di Kecamatan Peusangan meliputi :

1. RS Bersalin sebanyak 1 (satu) buah di Ds. Keude Matang Glp II, dengan
jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Cot Puuek) adalah 9 Km,

2. Poliklinik/Balai Pengobatan sebanyak 4 (empat) buah, dengan jangkauan


pelayanan ke desa terjauh (Desa Cot Puuek) adalah 7 Km,

3. Puskesmas sebanyak 1 (satu) buah, di Desa Blang Asan, dengan jangkauan


pelayanan ke desa terjauh (Desa Paya Reuhat) adalah 9 Km,

4. Puskesmas Pembantu sebanyak 4 (empat) buah, dengan jangkauan pelayanan ke


desa terjauh adalah 7 Km,

5. Posyandu sebanyak 55 (lima puluh lima) buah (hampir ada di setiap desa),
dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Paya Reuhat) adalah 2,2 Km,

6. Polindes (Pondok Bersalin Desa) sebanyak 32 (tiga puluh dua) buah, dengan
jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Cot Bada Baroh) adalah 5 Km.

Poliklinik/ Balai Puskemas Polindes (Pondok


No Kode Nama Desa RS Bersalin Pengobatan Puskemas Pembantu POSYANDU Bersalin Desa)
Peta Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata- Rata- Rata-
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Rata Rata Rata Rata Rata Rata
(km) (km) (km) (km) (km) (km)
023 ALUE UDEUNG 0 5.0 0 5.0 0 5.0 0 5.0 0 0.5 1 .
1
024 ALUE PEUNO 0 3.0 0 3.0 0 3.0 0 3.0 1 . 1 .
2
038 KAPA 0 4.0 0 3.0 0 3.0 0 7.0 0 1.0 0 1.0
3
039 BLANG PANJOE 0 2.0 0 0.5 0 0.5 0 4.5 1 . 1 .
4
040 PANTE LHONG 0 2.5 0 1.5 0 1.5 0 4.0 1 . 0 0.5
5
041 PAYA CUT 0 1.0 0 1.0 0 1.0 0 1.0 1 . 1 .
6
042 SEUNEUBOK ACEH 0 1.5 0 2.5 0 2.5 0 6.0 1 . 1 .
7
043 PAYA LIPAH 0 2.0 0 2.0 0 2.0 0 5.0 0 2.0 0 2.0
8
044 SEUNEUBOK RAWA 0 4.0 0 4.0 0 4.0 0 4.0 0 1.0 0 1.0
9
045 BLANG GEULANGGANG 0 6.0 0 2.0 0 7.0 0 2.0 1 . 1 .
10
046 UTEUN BUNTA 0 5.0 0 2.0 0 5.0 0 2.0 1 . 1 .
11
047 PAYA REUHAT 0 6.0 0 2.5 0 9.0 0 2.5 0 2.2 0 2.5
12
048 PAYA ABO 0 5.0 0 5.0 0 5.0 0 1.0 1 . 1 .
13

LAPORAN AKHIR III - 161


BRR
NAD - Nias

Poliklinik/ Balai Puskemas Polindes (Pondok


No Kode Nama Desa RS Bersalin Pengobatan Puskemas Pembantu POSYANDU Bersalin Desa)
Peta Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata- Rata- Rata-
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Rata Rata Rata Rata Rata Rata
(km) (km) (km) (km) (km) (km)
049 PALOH 0 4.0 0 3.0 0 3.0 0 2.0 1 . 0 3.0
14
050 PAYA MEUNENG 0 3.0 0 3.0 0 3.0 0 3.0 1 . 1 .
15
051 MATANG SAGOE 0 1.0 0 1.0 0 1.0 0 4.0 1 . 1 .
16
052 PANTON GEULIMA 0 1.0 0 2.0 0 2.0 0 6.0 1 . 0 0.5
17
053 NEUHEUEN 0 1.0 0 1.0 0 2.0 0 1.0 1 . 0 1.0
18
054 KEUDE MATANG GLP II 1 . 1 . 0 1.0 0 1.0 1 . 1 .
19
055 PANTE GAJAH 0 0.5 0 1.0 0 0.5 1 . 1 . 1 .
20
056 BLANG ASAN 0 1.0 1 . 1 . 0 4.0 1 . 1 .
21
057 GAMPONG RAYA DAGANG 0 1.0 0 1.0 0 1.0 0 1.0 1 . 0 1.0
22
058 GAMPONG RAYA TAMBO 0 2.5 0 1.0 0 0.7 0 0.7 1 . 1 .
23
059 KEUDE TANJONG 0 3.0 0 3.0 0 3.0 0 3.5 1 . 0 3.0
24
060 PANTE PISANG 0 2.0 0 2.0 0 2.0 0 2.0 0 0.5 0 0.5
25
061 BLANG CUT SP IV 0 3.0 0 3.0 0 2.0 0 3.0 1 . 0 1.0
26
062 PANTE CUT 0 3.0 0 4.0 0 4.0 0 3.0 1 . 0 3.0
27
063 MATANG GLP II MNS TIMUR 0 1.0 1 . 0 1.0 0 1.0 1 . 0 0.5
28
064 MATANG GLP II MNS DAYAH 0 1.0 0 1.0 0 1.0 0 7.0 1 . 1 .
29
065 MATANG MESJID 0 1.5 0 2.5 0 2.5 0 1.5 1 . 1 .
30
066 COT PANJOE 0 2.5 0 3.5 0 3.5 0 2.5 1 . 0 1.0
31
067 COT KEURANJI 0 4.0 0 4.0 0 4.0 0 4.0 1 . 1 .
32
068 GAMPONG BAROH 0 4.0 0 4.0 0 4.0 0 4.0 0 0.3 0 0.3
33
069 BLANG RAMBONG 0 4.0 0 4.0 0 4.0 0 4.0 0 1.0 0 1.0
34
070 TANOH MIRAH 0 6.0 0 6.0 0 7.0 1 . 1 . 1 .
35
071 COT GIREK 0 3.0 0 3.0 0 4.0 0 2.5 1 . 1 .
36
072 SAGOE 0 3.0 0 3.0 0 3.0 0 3.0 1 . 1 .
37
073 COT BADA BARAT 0 5.0 0 5.0 0 5.0 0 6.0 1 . 1 .
38
074 COT BADA TUNONG 0 5.0 0 5.0 0 6.0 0 4.0 1 . 1 .
39
075 COT BUKET 0 5.0 0 5.0 0 5.0 0 5.0 1 . 1 .
40
076 COT IEJU 0 3.0 0 3.5 0 3.0 0 3.5 1 . 1 .
41
077 NICAH 0 4.0 0 4.5 0 5.0 0 4.5 0 1.0 0 1.0
42
078 COT BADA BAROH 0 5.0 0 5.0 0 5.0 0 6.0 1 . 0 5.0
43
079 COT KEUMUDEE 0 4.0 0 4.0 0 4.0 0 4.0 1 . 0 1.0
44
081 PULO NALEUNG 0 7.0 0 7.0 0 2.0 0 1.0 1 . 1 .
45
082 COT NGA 0 4.0 0 4.0 0 4.0 0 4.0 0 1.0 0 1.0
46
083 KARIENG 0 4.0 0 5.0 0 5.0 0 2.0 1 . 0 4.0
47
084 MATA MAMPLAM 0 4.0 0 4.0 0 5.0 1 . 1 . 0 4.0
48
085 ALUE GLUMPANG BA 0 4.0 0 1.0 0 4.0 0 1.0 1 . 1 .
49
086 COT RABO BAROH 0 5.0 0 6.0 0 6.0 0 5.0 1 . 1 .
50
087 COT RABO TUNONG 0 4.0 1 . 0 5.0 1 . 0 1.0 0 1.0
51
088 KRUENG DHEUE 0 4.0 0 4.0 0 5.0 0 3.0 1 . 0 4.0
52
089 MATANG COT PASEH 0 2.3 0 3.0 0 3.0 0 2.0 1 . 1 .
53
090 KRUENG BARO MESJID 0 2.0 0 2.0 0 2.0 0 2.0 1 . 1 .
54
091 GAMPONG PUTOH 0 3.0 0 4.0 0 4.0 0 3.0 1 . 0 1.0
55
092 PANTE PIYEU 0 2.0 0 2.0 0 2.0 0 4.0 1 . 1 .
56

LAPORAN AKHIR III - 162


BRR
NAD - Nias

Poliklinik/ Balai Puskemas Polindes (Pondok


No Kode Nama Desa RS Bersalin Pengobatan Puskemas Pembantu POSYANDU Bersalin Desa)
Peta Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata- Rata- Rata-
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Rata Rata Rata Rata Rata Rata
(km) (km) (km) (km) (km) (km)
093 TANJONG MESJID 0 3.0 0 2.0 0 2.0 0 1.5 1 . 0 3.0
57
094 TANJONG PAYA 0 4.0 0 4.0 0 4.0 0 4.0 1 . 1 .
58
095 TANJONG NIE 0 3.0 0 2.0 0 1.0 0 4.0 1 . 0 0.5
59
096 BAYU 0 3.0 0 3.0 0 3.0 0 4.0 1 . 0 3.0
60
097 KRUENG BARO BB KRUENG 0 2.0 0 3.0 0 3.0 0 2.0 1 . 0 1.0
61
098 MEUNASAH NIBONG 0 3.0 0 4.0 0 4.0 0 6.0 1 . 0 3.0
62
099 PANTE ARA 0 3.0 0 3.0 0 4.0 0 5.0 1 . 0 1.0
63
100 MEUNASAH MEUCAP 0 3.0 0 4.0 0 4.0 0 3.0 1 . 0 3.0
64
101 ASAN BIDEUN 0 3.0 0 3.0 0 2.0 0 1.5 1 . 1 .
65
102 PULO PISANG 0 3.0 0 3.0 0 3.0 0 2.0 1 . 0 3.0
66
105 COT PUUEK 0 9.0 0 7.0 0 7.0 0 7.0 0 1.0 0 0.5
67

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Peusangan dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 43.889 jiwa, maka kebutuhan tambahan sarana
kesehatan di Kec. Peusangan, hanya berupa sarana Poliklinik/Balai Pengobatan
sebanyak 6 (enam) buah.

C.5 Listrik dan Telepon

Seluruh desa di Kecamatan Peusangan telah dilayani oleh prasarana listrik. Untuk
prasarana telepon telah melayani sebagian desa (9 desa) yang ada di Kec.
Peusangan, dan sebanyak 8 (delapan) desa masih belum terlayani. Kondisi ini
menunjukkan kebutuhan perluasan jaringan telepon yang dapat menjangkau ke
desa-desa yang masih belum terlayani.

Keluarga Berlangganan
Keluarga Pengguna Listrik
Kode Ketersediaan Telepon
No Peta Nama Desa Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)

1 023 ALUE UDEUNG Ada 200 0 79.1 0.0 0 0.0


2 024 ALUE PEUNO Ada 100 0 87.0 0.0 5 4.3
3 038 KAPA Ada 55 0 27.5 0.0 0 0.0
4 039 BLANG PANJOE Ada 60 0 81.1 0.0 7 9.5
5 040 PANTE LHONG Ada 180 2 98.9 1.1 0 0.0
6 041 PAYA CUT Ada 200 0 92.2 0.0 100 46.1

LAPORAN AKHIR III - 163


BRR
NAD - Nias

Keluarga Berlangganan
Keluarga Pengguna Listrik
Kode Ketersediaan Telepon
No Peta Nama Desa Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)

7 042 SEUNEUBOK ACEH Ada 140 0 100.0 0.0 30 21.4


8 043 PAYA LIPAH Ada 40 17 70.2 29.8 0 0.0
9 044 SEUNEUBOK RAWA Ada 80 0 79.2 0.0 0 0.0
10 045 BLANG GEULANGGANG Ada 80 0 74.1 0.0 0 0.0
11 046 UTEUN BUNTA Ada 110 0 82.1 0.0 0 0.0
12 047 PAYA REUHAT Ada 30 40.5 0 0.0
13 048 PAYA ABO Ada 36 0 70.6 0.0 0 0.0
14 049 PALOH Ada 73 0 94.8 0.0 0 0.0
15 050 PAYA MEUNENG Ada 125 0 98.4 0.0 23 18.1
16 051 MATANG SAGOE Ada 360 13 96.5 3.5 100 26.8
17 052 PANTON GEULIMA Ada 25 10 41.7 16.7 0 0.0
18 053 NEUHEUEN Ada 123 0 100.0 0.0 25 20.3
19 054 KEUDE MATANG GLP II Ada 364 0 100.0 0.0 250 68.7
20 055 PANTE GAJAH Ada 450 0 94.1 0.0 40 8.4
21 056 BLANG ASAN Ada 92 0 100.0 0.0 25 27.2
22 057 GAMPONG RAYA DAGANG Ada 200 93.0 50 23.3
23 058 GAMPONG RAYA TAMBO Ada 195 0 100.0 0.0 5 2.6
24 059 KEUDE TANJONG Ada 40 0 90.9 0.0 10 22.7
25 060 PANTE PISANG Ada 100 25 80.0 20.0 20 16.0
26 061 BLANG CUT SP IV Ada 60 0 87.0 0.0 3 4.3
27 062 PANTE CUT Ada 72 2 97.3 2.7 0 0.0
28 063 MATANG GLP II MNS TIMUR Ada 325 0 100.0 0.0 100 30.8
29 064 MATANG GLP II MNS DAYAH Ada 400 0 100.0 0.0 60 15.0
30 065 MATANG MESJID Ada 195 0 96.1 0.0 10 4.9
31 066 COT PANJOE Ada 80 15 84.2 15.8 0 0.0
32 067 COT KEURANJI Ada 50 0 96.2 0.0 20 38.5
33 068 GAMPONG BAROH Ada 70 0 94.6 0.0 10 13.5
34 069 BLANG RAMBONG Ada 100 0 91.7 0.0 0 0.0
35 070 TANOH MIRAH Ada 394 0 94.7 0.0 6 1.4
36 071 COT GIREK Ada 166 0 94.3 0.0 35 19.9
37 072 SAGOE Ada 100 0 84.7 0.0 30 25.4
38 073 COT BADA BARAT Ada 150 23 86.7 13.3 15 8.7
39 074 COT BADA TUNONG Ada 99 10 90.8 9.2 10 9.2
40 075 COT BUKET Ada 190 0 95.0 0.0 50 25.0
41 076 COT IEJU Ada 115 0 95.0 0.0 27 22.3
42 077 NICAH Ada 100 16 86.2 13.8 5 4.3
43 078 COT BADA BAROH Ada 92 0 78.6 0.0 10 8.5
44 079 COT KEUMUDEE Ada 109 0 91.6 0.0 5 4.2
45 081 PULO NALEUNG Ada 130 30 80.2 18.5 0 0.0
46 082 COT NGA Ada 150 0 98.7 0.0 11 7.2
47 083 KARIENG Ada 90 14 86.5 13.5 6 5.8

LAPORAN AKHIR III - 164


BRR
NAD - Nias

Keluarga Berlangganan
Keluarga Pengguna Listrik
Kode Ketersediaan Telepon
No Peta Nama Desa Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)

48 084 MATA MAMPLAM Ada 180 16 91.8 8.2 5 2.6


49 085 ALUE GLUMPANG BA Ada 75 0 100.0 0.0 4 5.3
50 086 COT RABO BAROH Ada 105 0 76.6 0.0 0 0.0
51 087 COT RABO TUNONG Ada 100 23 81.3 18.7 0 0.0
52 088 KRUENG DHEUE Ada 93 16 85.3 14.7 0 0.0
53 089 MATANG COT PASEH Ada 101 10 91.0 9.0 30 27.0
54 090 KRUENG BARO MESJID Ada 70 0 82.4 0.0 0 0.0
55 091 GAMPONG PUTOH Ada 90 13 87.4 12.6 0 0.0
56 092 PANTE PIYEU Ada 175 10 94.6 5.4 18 9.7
57 093 TANJONG MESJID Ada 44 5 89.8 10.2 0 0.0
58 094 TANJONG PAYA Ada 70 0 71.4 0.0 7 7.1
59 095 TANJONG NIE Ada 50 0 82.0 0.0 10 16.4
60 096 BAYU Ada 67 0 87.0 0.0 0 0.0
61 097 KRUENG BARO BB KRUENG Ada 50 22 69.4 30.6 0 0.0
62 098 MEUNASAH NIBONG Ada 70 0 87.5 0.0 1 1.3
63 099 PANTE ARA Ada 50 17 74.6 25.4 0 0.0
64 100 MEUNASAH MEUCAP Ada 76 3 96.2 3.8 10 12.7
65 101 ASAN BIDEUN Ada 100 20 83.3 16.7 10 8.3
66 102 PULO PISANG Ada 80 0 87.0 0.0 5 5.4
67 105 COT PUUEK Ada 40 63.5 0 0.0

3.10.2 RENCANA TINDAK (ACTION PLAN) KECAMATAN PEUSANGAN

Rencana Tindak (Action Plan) di Kecamatan Peusangan disusun berdasarkan 5 (lima)


rangkaian kegiatan yang telah dijelaskan pada sub bab 3.2. Sebagaimana juga telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, pelaksanaan sosialisasi melalui FGD di kecamatan
Peusangan tidak dapat dilaksanakan, sehingga dalam hal ini dilaksanakan survai
wawancara (kuestioner) kepada masyarakat setempat sebagai bahan validitas
terhadap draft rencana tindak (action plan) yang disusun konsultan dan telah
dipadukan dengan bahan usulan program dari hasil pelaksanaan penjaringan
aspirasi masyarakat melaui Forum FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan
oleh Pemda Kabupaten Bireuen bekerjasama dengan Lembaga NGO dari Perancis
pada tahun 2005.

Hasil suvai wawancara (kuestioner) kepada masyarakat di 9 (sembilan) kecamatan


prioritas (termasuk Kecamatan Peusangan juga telah dijelaskan pada sub bab 3.2.

LAPORAN AKHIR III - 165


BRR
NAD - Nias

Melalui 5 (lima) rangkaian kegiatan di atas, dan hasil pelaksanaan suvai wawancara
(kuestioner) kepada masyarakat selanjutnya disusun dan ditetapkan Rencana
Tindak (Action Plan) di Kecamatan Peusangan Tahun 2007 sampai Tahun 2009
seperti disajikan pada Tabel dan gambar pada halaman berikut.

3.10.3 DESA PRIORITAS DI KECAMATAN PEUSANGAN

Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka dipilih dan ditetapkan desa prioritas untuk
“Village Planning” di Kecamatan Peusangan seperti disajikan pada tabel berikut.

Desa Prioritas di Kecamatan Peusangan

Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
33 60 PANTE PISANG Peusangan 25 1
34 61 BLANG CUT SP IV Peusangan 25 1
56 62 PANTE CUT Peusangan 22 2
58 74 COT BADA TUNONG Peusangan 22 2
72 38 KAPA Peusangan 20 3
75 47 PAYA REUHAT Peusangan 20 3
99 75 COT BUKET Peusangan 18 4
100 87 COT RABO TUNONG Peusangan 18 4
108 85 ALUE GLP. BA Peusangan 17 5
109 105 COT PUUEK Peusangan 17 5
117 91 GAMPONG PUTOH Peusangan 16 6
127 89 MATANG C. PASEH Peusangan 14 7
129 92 PANTE PIYEU Peusangan 13 8
133 65 MATANG MESJID Peusangan 12 9
137 84 MATA MAMPLAM Peusangan 11 10
140 81 PULO NALEUNG Peusangan 10 11
141 86 COT RABO BAROH Peusangan 10 11

LAPORAN AKHIR III - 166


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 167


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 168


BRR
NAD - Nias

3.11 KECAMATAN JANGKA

3.11.1 IDENTIFIKASI KONDISI DAN PERMASALAHAN YANG ADA

A. FISIK DAN LINGKUNGAN

A.1 Morfologi

Sebagian berupa topografi desa-desa dataran yang meliputi : Pulo U, Abeuk Jaloh,
Pulo Seuna, Pulo Blang, Pulo Iboh, Pulo Reudeup, Gampong Meulinteung, Lamkuta,
Ruseb Ara, Lueng, Ruseb Dayah, Kambuek, Bada Timur, Bada Barat, Barat Lanyan,
Geundot Meunasah Krueng, Paya Bieng, Jangka Alue, Jangka Keutapang, Lampoh
Rayeuk, Lhok Bugeng, Linggong, Pante Peusangan, Bugak Krueng, Bugak Mesjid,
Bugak Krueng Mate, Bugeng, Alue Bayeu Utang, Bugak Blang, Pante Sukon, dan
Pante Ranub. Desa berupa lembah/DAS meliputi Kapa, Desa berupa morfologi
pantai yaitu Alue Buya, Tanoh Anoe, Tanjongan, Jangka Alue Bie, Jangka Mesjid,
Jangka Alue U, Ulee Ceue, Alue Kuta, Punjot, Pulo Pineung Mns II, Pante Paku Alue,
Buya Pasi, dan Kuala.

A.2 Jenis Tanah

Jenis tanah di Kec. Jangka, meliputi : aluvial dan hidromorf kelabu.

A.3 Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif tanah di Kec. Jangka, seluruhnya memiliki kedalaman efektif >
90 cm.

A.4 Sumber Daya Air

Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Jangka meliputi Sumber Daya Air Sungai,
Rawa/paya, diantaranya Krueng / Sungai Peusangan 80 Ha , Paya / Rawa Bieng 5
Ha, Krueng Mate 15 Ha, Krueng Nie 8 Ha.

A.5 Daerah Rawan Banjir

Daerah Wilayah Kecamatan Jangka yang berpotensi rawan banjir adalah daerah
Pesisir yang relatip datar 0 -5 meter di atas permukaan air laut, meliputi daerah
sekitar muara sungai kuala Jangka dan kuala Paon yang kondisinya mengalami

LAPORAN AKHIR III - 169


BRR
NAD - Nias

pendangkalan akibat sedimentasi dan akresi yang menimbulkan penyempitan


“Bottel Neck “ di bagian hilir ( muara ) .

A.5 Daerah Rawan Gempa

Daerah Wilayah Kecamatan Jangka berpotensi mengalami bencana kegempaan di


tinjau dari tatanan struktur geologi tektonik regional pulau Sumatra yang sewaktu-
waktu dapat menimbulkan gempa tektonik dengan skala 6-7 reichter, patahan –
patahan tersebut. Salah satunya dapat dijumpai di krueng Peusangan.

A.7 Daerah Rawan Tsunami

Daerah pesisir yang terpotensi rawan tsunami meliputi desa-desa pantai yang
beresiko sedang yaitu desa Desa Alue Buya Pasi, Jangka Alue Bie, Jangka Masjid,
Jangka Alue U, Pante Ranub, Pante Paku, Mns Dua, Punjol, Alue Kula dan desa
Kuala Ceurape. Faktor penyebab di sepanjang pesisir desa-desa pantai tidak
terdapat zona penyanggah (buffer zone) hutan mangrove yang mampu menahan
laju gelombang tsunami secara alamiah serta kedalaman toporafi daerah perairan
pantai Jangka 20 – 200 meter yang juga berpengaruh terhadap laju kecepatan
rambat gelombang C = L/T terhadap kedalaman laut d/L dan semakin ke darat
cepat rambat gelombang semakin melemah ( Refraksi Gelombang ), di tinjau dari
letak geografis darah pesisir pantai gelombang tsunami langsung datang tanpa
adannya difraksi seperti di kecamatan Jeunib, peudada dan Jeumpa.

A.8 Kelautan dan Lingkungan Pesisir

Morfologi Daerah Pesisir

Penggunaan lahan dan kenampakan yang ada adalah Pemukiman Penduduk, Kebun
Kelapa, Hactheri dan Sawah. Panjang garis pantai 18,9 km.

Potensi Sumber Daya Hayati

Perikanan Tangkap dengan sarana PPI dan TPI, Budi Daya Perikanan Tambak seluas
1.642 Ha, Ekosistim Estuaria Muara Sungai ( Kuala Jangka, Kuala Pawon, Kuala
Ceurapee) , Ekosistim Padang Lamun, Ekosistim Pantai Pasir .

LAPORAN AKHIR III - 170


BRR
NAD - Nias

Permasalahan Kelautan dan Lingkungan Pesisir

Abrasi di sepanjang pesisir pantai, Akresi di muara sungai Jangka dan Pawon dan
akresi yang menyebabkan ” tanah timbul ” bertambahnya daratan baru, dan
kerusakan Komunitas Hutan Mangrove.

Analisis Penanganan dan Pengembangan

Berdasarkan permasalahan kelautan dan lingkungan pesisir yang ada di Kec. Jangka,
maka beberapa bentuk penanganan dan pengembangan yang diperlukan adalah
sebagai berikut :

1. Ekosistim Hutan Mangrove ( Bakau )

Mereboisasai Kawasan pantai dengan menanam kembali tanaman bakau


(mangrove) di desa pantai yaitu Alue Buya Pasi, Jangka Alue Bie, Jangka Masjid,
Jangka Alue U, Pante Ranub, Pante Paku, Mns Dua, Pujot, Alue Kuta, Kuala
Ceurape. Penanganan lainnya adalah sama dengan yang telah dijelaskan untuk
kecamatan Samalanga.

2. Ekosistim Estuaria, Padang Lamun, Pasir Pantai dan Perikanan Tambak

Sama dengan yang telah dijelaskan untuk kecamatan Samalanga.

3. Abrasi

a. Penanggulangan abrasi pantai secara alamiah dengan memanfaatkan sumber


daya ekosistim hutan mangrove ( Vegetasi ) dan Reboisasi di desa pantai Alue
Buya Pasie, Jangka Alue Bie, Jangka Masjid, Jangka Alue U, Pante Ranub,
Pante Paku, Pulo Pang Mns II dan Desa Pujot.

b. Penanggulangan abrasi pantai dengan sistim Proteksi Bangunan Pantai (


Coastal Engineering ) yaitu Sea Wall, Bulkhealt dan Revetment, dengan
mengutamakan dan memanfaatkan batuan yang banyak tersebar di
kabupaten bireuen di desa pantai Alue Buya Pasie, Jangka Alue Bie, Jangka
Masjid, Jangka Alue U, Pante Ranub, Pante Paku, Pulo Pang Mns II dan Desa
Pujot.

4. Akresi

Sama dengan yang telah dijelaskan untuk kecamatan Samalanga

LAPORAN AKHIR III - 171


BRR
NAD - Nias

B. SOSIAL EKONOMI

B.1 Jumlah Penduduk dan KK

Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Jangka adalah 24.730 jiwa dan 5.178 KK, dengan jumlah penduduk dan
KK terbesar adalah di Desa Jangka Alue U sebanyak 1.098 jiwa dan 278 KK, serta
terkecil di desa Lamkuta sebanyak 104 jiwa dan 6 KK.

Jumlah Penduduk
No Kode Peta Nama Desa Jumlah Keluarga
Laki-Laki Wanita Total
1 001 PULO U 150 170 320 79
2 002 ABEUK JALOH 203 273 476 90
3 003 PULO SEUNA 131 172 303 73
4 004 PULO BLANG 226 225 451 99
5 005 PULO IBOH 178 187 365 73
6 006 PULO REUDEUP 300 350 650 140
7 007 GAMPONG MEULINTEUNG 137 140 277 60
8 008 LAMKUTA 103 104 207 60
9 009 RUSEB ARA 401 350 751 111
10 010 LUENG 207 271 478 111
11 011 RUSEB DAYAH 430 511 941 150
12 012 KAMBUEK 130 131 261 60
13 013 BADA TIMUR 189 197 386 84
14 014 BADA BARAT 129 143 272 62
15 015 BARAT LANYAN 164 188 352 80
16 016 GEUNDOT 159 126 285 75
17 017 MEUNASAH KRUENG 134 157 291 63
18 018 PAYA BIENG 303 334 637 123
19 019 JANGKA ALUE 317 313 630 125
20 020 JANGKA KEUTAPANG 411 399 810 158
21 021 LAMPOH RAYEUK 218 205 423 98
22 022 LHOK BUGENG 343 400 743 154
23 023 LINGGONG 351 464 815 152
24 024 ALUE BUYA 231 237 468 102
25 025 TANOH ANOE 170 226 396 78
26 026 TANJONGAN 299 336 635 143
27 027 JANGKA ALUE BIE 428 436 864 186
28 028 JANGKA MESJID 485 528 1,013 201
29 029 JANGKA ALUE U 560 538 1,098 278
30 030 PANTE PEUSANGAN 185 197 382 76
31 031 BUGAK KRUENG 396 409 805 167
32 032 BUGAK MESJID 366 354 720 145
33 033 BUGAK KRUENG MATE 367 461 828 188
34 034 BUGENG 104 124 228 47
35 035 KUALA CEURAPE 322 315 637 128

LAPORAN AKHIR III - 172


BRR
NAD - Nias

Jumlah Penduduk
No Kode Peta Nama Desa Jumlah Keluarga
Laki-Laki Wanita Total
36 036 ALUE BAYEU UTANG 95 117 212 42
37 037 ULEE CEUE 308 321 629 123
38 038 ALUE KUTA 405 236 641 132
39 039 PUNJOT 479 519 998 203
40 040 PULO PINEUNG MNS II 264 316 580 114
41 041 BUGAK BLANG 118 145 263 51
42 042 PANTE SUKON 170 175 345 77
43 043 PANTE PAKU 334 396 730 158
44 044 PANTE RANUB 334 253 587 147
45 045 ALUE BUYA PASI 272 275 547 112

B.2 Pertumbuhan Penduduk dan Proyeksi Penduduk Tahun 2010

Adapun pertumbuhan penduduk pada desa-desa di Kec. Jangka dari tahun 2003-
2005 sebagian menunjukkan angka pertumbuhan negatif, berkisar antara -0,1
sampai -29,3 %. Hal ini kemungkinan disebabkan dampak tsunami yang cukup parah
di Kecamatan Jangka. Berdasarkan angka pertumbuhan yang ada, selanjutnya
diproyeksikan jumlah penduduk di Kec. Jangka pada tahun 2010, total sebesar
25.859 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk tiap desa disajikan pada tabel
berikut.

Luas Jml. Penduduk Jml. Penduduk Proyeksi


Status Wilayah Tahun 2003 Tahun 2005 Penduduk Tahun
No. Kode Nama Desa/Kel. sekarang Desa/Kota (Ha) (Jiwa) (Jiwa) 2010 (Jiwa)
1 1 PULO U Desa 35,74 334 320 335
2 2 ABEUK JALOH Desa 83,01 462 476 498
3 3 PULO SEUNA Desa 72,20 332 303 317
4 4 PULO BLANG Desa 87,74 441 451 472
5 5 PULO IBOH Desa 128,84 339 365 380
6 6 PULO REUDEUP Desa 54,38 651 650 680
7 7 GAMPONG MEULINTEUNG Desa 162,16 306 277 290
8 8 LAMKUTA Desa 44,08 263 207 216
9 9 RUSEB ARA Desa 108,86 583 751 785
10 10 LUENG Desa 53,80 494 478 498
11 11 RUSEB DAYAH Desa 53,72 660 941 984
12 12 KAMBUEK Desa 72,08 327 261 273
13 13 BADA TIMUR Desa 132,98 390 386 404
14 14 BADA BARAT Desa 29,39 281 272 284
15 15 BARAT LANYAN Desa 34,64 516 352 368
16 16 GEUNDOT Desa 33,83 316 285 298
17 17 MEUNASAH KRUENG Desa 132,45 338 291 304
18 18 PAYA BIENG Desa 56,79 568 637 666
19 19 JANGKA ALUE Desa 62,47 634 630 659
20 20 JANGKA KEUTAPANG Desa 90,98 755 810 847
21 21 LAMPOH RAYEUK Desa 65,87 421 423 442

LAPORAN AKHIR III - 173


BRR
NAD - Nias

Luas Jml. Penduduk Jml. Penduduk Proyeksi


Status Wilayah Tahun 2003 Tahun 2005 Penduduk Tahun
No. Kode Nama Desa/Kel. sekarang Desa/Kota (Ha) (Jiwa) (Jiwa) 2010 (Jiwa)
22 22 LHOK BUGENG Desa 43,71 445 743 777
23 23 LINGGONG Desa 105,81 712 815 852
24 24 ALUE BUYA Desa 79,30 937 468 489
25 25 TANOH ANOE Desa 130,22 690 396 414
26 26 TANJONGAN Desa 29,53 463 635 664
27 27 JANGKA ALUE BIE Desa 186,33 868 864 904
28 28 JANGKA MESJID Desa 101,94 1103 1013 1059
29 29 JANGKA ALUE U Desa 86,68 1045 1098 1148
30 30 PANTE PEUSANGAN Desa 117,70 431 382 400
31 31 BUGAK KRUENG Desa 108,17 834 805 842
32 32 BUGAK MESJID Desa 268,65 629 720 753
33 33 BUGAK KRUENG MATE Desa 343,01 789 828 866
34 34 BUGENG Desa 404,68 229 228 238
35 35 KUALA CEURAPE Desa 341,14 526 637 666
36 36 ALUE BAYEU UTANG Desa 397,56 188 212 222
37 37 ULEE CEUE Desa 395,36 563 629 658
38 38 ALUE KUTA Desa 324,79 598 641 670
39 39 PUNJOT Desa 428,33 860 998 1044
40 40 PULO PINEUNG MNS II Desa 298,32 536 580 607
41 41 BUGAK BLANG Desa 48,69 223 263 275
42 42 PANTE SUKON Desa 212,76 397 345 361
43 43 PANTE PAKU Desa 207,50 688 730 763
44 44 PANTE RANUB Desa 164,18 631 587 614
45 45 ALUE BUYA PASI Desa 80,78 512 547 572
TOTAL 6501,15 24308 24730 25859

B.3 Mata Pencaharian Penduduk dan Jumah KK Miskin

Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Jangka memiliki mata pencaharian
utama pada sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan, kecuali untuk desa
Tanoh Anoe memiliki mata pencaharian utama sektor perindustrian.

Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 2.924 KK atau 56,47 % dari total
jumlah KK di kec. Jangka, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa
Jangka Mesjid, yakni sebanyak 150 KK atau 74,6 % dari jumlah KK yang ada di desa
ini. Sebanyak 31 (Tiga puluh satu) desa yang ada di Kec. Jangka memiliki
persentase jumlah KK miskin di atas 50 %. Kondisi ini dapat digunakan sebagai
indikator kebutuhan penanganan masalah kemiskinan di Kec. Jangka.

Kode Keluarga di Sektor Sumber


No Peta Nama Desa Pertanian Keluarga Miskin Penghasilan Sub Sektor Buruh Tani
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Utama Pertanian Jumlah Presentase
1 001 PULO U 71 90 15 19.0 Pertanian Tanaman Pangan 25 8.7

2 002 ABEUK JALOH 89 99 9 10.0 Pertanian Tanaman Pangan 8 1.7

3 003 PULO SEUNA 72 99 22 30.1 Pertanian Tanaman Pangan 70 23.3

LAPORAN AKHIR III - 174


BRR
NAD - Nias

Kode Keluarga di Sektor Sumber


No Peta Nama Desa Pertanian Keluarga Miskin Penghasilan Sub Sektor Buruh Tani
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Utama Pertanian Jumlah Presentase
4 004 PULO BLANG 94 95 15 15.2 Pertanian Tanaman Pangan 78 18.2

5 005 PULO IBOH 72 98 20 27.4 Pertanian Tanaman Pangan 50 14.0

6 006 PULO REUDEUP 133 95 15 10.7 Pertanian Tanaman Pangan 50 8.1

7 007 GAMPONG MEULINTEUNG 54 90 40 66.7 Pertanian Tanaman Pangan 50 20.1

8 008 LAMKUTA 45 75 27 45.0 Pertanian Tanaman Pangan 20 12.9

9 009 RUSEB ARA 110 99 100 90.1 Pertanian Tanaman Pangan 349 46.9

10 010 LUENG 97 87 90 81.1 Pertanian Tanaman Pangan 220 52.9

11 011 RUSEB DAYAH 135 90 118 78.7 Pertanian Tanaman Pangan 410 48.4

12 012 KAMBUEK 48 80 40 66.7 Pertanian Tanaman Pangan 50 23.9

13 013 BADA TIMUR 67 80 64 76.2 Pertanian Tanaman Pangan 86 27.8

14 014 BADA BARAT 59 95 52 83.9 Pertanian Tanaman Pangan 110 42.6

15 015 BARAT LANYAN 64 80 50 62.5 Pertanian Tanaman Pangan 50 17.8

16 016 GEUNDOT 38 50 55 73.3 Pertanian Tanaman Pangan 15 10.5

17 017 MEUNASAH KRUENG 50 80 40 63.5 Pertanian Tanaman Pangan 100 43.0

18 018 PAYA BIENG 117 95 100 81.3 Pertanian Tanaman Pangan 10 1.7

19 019 JANGKA ALUE 100 80 50 40.0 Pertanian Tanaman Pangan 82 16.3

20 020 JANGKA KEUTAPANG 126 80 120 75.9 Pertanian Tanaman Pangan 30 4.6

21 021 LAMPOH RAYEUK 78 80 40 40.8 Pertanian Tanaman Pangan 40 11.8

22 022 LHOK BUGENG 131 85 6 3.9 Pertanian Tanaman Pangan 120 19.0

23 023 LINGGONG 61 40 60 39.5 Pertanian Perkebunan 250 76.7

24 024 ALUE BUYA 71 70 80 78.4 Pertanian Tanaman Pangan 129 39.4

25 025 TANOH ANOE 31 40 50 64.1 Industri 68 42.9

26 026 TANJONGAN 142 99 25 17.5 Pertanian Tanaman Pangan 150 23.9

27 027 JANGKA ALUE BIE 149 80 130 69.9 Pertanian Tanaman Pangan 400 57.9

28 028 JANGKA MESJID 171 85 150 74.6 Pertanian Perkebunan 15 1.7

29 029 JANGKA ALUE U 195 70 100 36.0 Pertanian Tanaman Pangan 100 13.0

30 030 PANTE PEUSANGAN 75 99 58 76.3 Pertanian Tanaman Pangan 179 47.3

31 031 BUGAK KRUENG 134 80 120 71.9 Pertanian Tanaman Pangan 400 62.1

32 032 BUGAK MESJID 123 85 87 60.0 Pertanian Tanaman Pangan 70 11.4

33 033 BUGAK KRUENG MATE 160 85 74 39.4 Pertanian Tanaman Pangan 310 44.0

34 034 BUGENG 42 90 37 78.7 Pertanian Tanaman Pangan 80 39.0

35 035 KUALA CEURAPE 102 80 70 54.7 Pertanian Tanaman Pangan 50 9.8

36 036 ALUE BAYEU UTANG 21 50 32 76.2 Pertanian Tanaman Pangan 20 18.9

37 037 ULEE CEUE 98 80 103 83.7 Pertanian Tanaman Pangan 300 59.6

38 038 ALUE KUTA 119 90 110 83.3 Pertanian Tanaman Pangan 75 13.0

39 039 PUNJOT 132 65 120 59.1 Pertanian Tanaman Pangan 40 6.2

40 040 PULO PINEUNG MNS II 34 30 60 52.6 Pertanian Tanaman Pangan 200 114.9

41 041 BUGAK BLANG 41 80 30 58.8 Pertanian Perkebunan 120 57.0

42 042 PANTE SUKON 54 70 50 64.9 Pertanian Tanaman Pangan 30 12.4

43 043 PANTE PAKU 95 60 110 69.6 Pertanian Tanaman Pangan 300 68.5

44 044 PANTE RANUB 118 80 100 68.0 Pertanian Tanaman Pangan 52 11.1

45 045 ALUE BUYA PASI 56 50 80 71.4 Pertanian Tanaman Pangan 80 29.3

C. PRASARANA DAN SARANA

LAPORAN AKHIR III - 175


BRR
NAD - Nias

C.1 Transportasi

Secara umum, seluruh desa yang ada di Kecamatan Jangka dihubungkan oleh
prasarana jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah, dan
hampir seluruh desa telah dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4, kecuali 2
(dua) desa, yakni desa Ruseb Ara dan Bugek Krueng. Kondisi ini dapat dijadikan
indikator kebutuhan pengembangan prasarana jaringan jalan untuk kendaraan
roda-4 yang dapat menjangkau ke-dua desa tersebut, disamping perlunya
peningkatan jaringan jalan yang ada, khususnya untuk jalan-jalan dengan jenis
permukaan tanah menjadi minimal jenis Sirtu (Pasir Batu), sehingga dapat dilalui
oleh kendaraan roda-4 di musim hujan.

Adapun sarana angkutan umum yang ada di kec. Jangka sebagian besar adalah ojek
(sepeda motor), kecuali untuk Desa Bada Timur dan Pante Pesangan telah dilayani
oleh angkutan umum kendaraan roda-4.

Sebagian Dapat Dijangkau


Kode Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Roda Tipe Angkutan
No Nama Desa
Peta Lalu Lintas Yang Terluas (jika darat) 4/ Lebih Umum Utama
Antar Desa Sepanjang Tahun
1 001 PULO U Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
2 002 ABEUK JALOH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
3 003 PULO SEUNA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
4 004 PULO BLANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
5 005 PULO IBOH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
6 006 PULO REUDEUP Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
7 007 GAMPONG MEULINTEUNG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
8 008 LAMKUTA Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
9 009 RUSEB ARA Darat Tanah Tidak Ojek Sepeda Motor
10 010 LUENG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
11 011 RUSEB DAYAH Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
12 012 KAMBUEK Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
13 013 BADA TIMUR Darat Tanah Ya Kend Roda 3/Lebih
14 014 BADA BARAT Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
15 015 BARAT LANYAN Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
16 016 GEUNDOT Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
17 017 MEUNASAH KRUENG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
18 018 PAYA BIENG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
19 019 JANGKA ALUE Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
20 020 JANGKA KEUTAPANG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
21 021 LAMPOH RAYEUK Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
22 022 LHOK BUGENG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

LAPORAN AKHIR III - 176


BRR
NAD - Nias

Sebagian Dapat Dijangkau


Kode Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Roda Tipe Angkutan
No Nama Desa
Peta Lalu Lintas Yang Terluas (jika darat) 4/ Lebih Umum Utama
Antar Desa Sepanjang Tahun
23 023 LINGGONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
24 024 ALUE BUYA Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
25 025 TANOH ANOE Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
26 026 TANJONGAN Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
27 027 JANGKA ALUE BIE Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
28 028 JANGKA MESJID Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
29 029 JANGKA ALUE U Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
30 030 PANTE PEUSANGAN Darat Aspal/Beton Ya Kend Roda 3/Lebih
31 031 BUGAK KRUENG Darat Tanah Tidak Ojek Sepeda Motor
32 032 BUGAK MESJID Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
33 033 BUGAK KRUENG MATE Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
34 034 BUGENG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
35 035 KUALA CEURAPE Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
36 036 ALUE BAYEU UTANG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
37 037 ULEE CEUE Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
38 038 ALUE KUTA Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
39 039 PUNJOT Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
40 040 PULO PINEUNG MNS II Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
41 041 BUGAK BLANG Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
42 042 PANTE SUKON Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
43 043 PANTE PAKU Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
44 044 PANTE RANUB Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
45 045 ALUE BUYA PASI Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

C.2 Prasarana Air Bersih, Air Limbah dan Sampah

Sebagian besar desa di Kec. Jangka masih menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih, dan hanya sebanyak 4 (empat) desa yang telah dilayani oleh PDAM, serta 4
(desa) lainnya menggunakan sumber air lainnya. Secara umum, kondisi ini
menunjukkan kebutuhan penyediaan prasarana air bersih untuk 4 (empat) desa
yang masih menggunakan sumber air lainnya.

Untuk prasarana dan sarana sanitasi, sebagian besar desa (28 desa) menggunakan
sarana jamban sendiri, sebanyak 13 (tiga belas) desa menggunakan sarana jamban
umum, dan 4 (empat) desa masih menggunakan sarana bukan jamban. Secara
umum, kondisi ini telah memenuhi standar pelayanan minimal sarana sanitasi
yang ada (terlayani > 80 %). Namun untuk 4 (empat) desa yang masih
menggunakan sarana bukan jamban perlu disediakan sarana jamban umum.

LAPORAN AKHIR III - 177


BRR
NAD - Nias

Untuk pengolahan sampah, seluruh desa menggunakan cara dibuang di lubang dan
dibakar. Secara umum, kondisi ini juga telah memenuhi standar pelayanan
minimal pengelolaan sampah yang ada untuk kawasan permukiman perdesaan.

Sumber Air Harus Membeli Tempat Buang Cara Membuang


No Kode Peta Nama Desa
Minum Air Minum Air Besar Sampah

1 001 PULO U Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar


2 002 ABEUK JALOH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
3 003 PULO SEUNA Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
4 004 PULO BLANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
5 005 PULO IBOH Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
6 006 PULO REUDEUP Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
7 007 GAMPONG MEULINTEUNG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
8 008 LAMKUTA Sumur Tidak Jamban Bersama Lobang/Dibakar
9 009 RUSEB ARA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
10 010 LUENG Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
11 011 RUSEB DAYAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
12 012 KAMBUEK Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
13 013 BADA TIMUR Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
14 014 BADA BARAT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
15 015 BARAT LANYAN Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
16 016 GEUNDOT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
17 017 MEUNASAH KRUENG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
18 018 PAYA BIENG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
19 019 JANGKA ALUE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
20 020 JANGKA KEUTAPANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
21 021 LAMPOH RAYEUK Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
22 022 LHOK BUGENG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
23 023 LINGGONG Pipa PAM Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
24 024 ALUE BUYA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
25 025 TANOH ANOE Pipa PAM Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
26 026 TANJONGAN Pipa PAM Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
27 027 JANGKA ALUE BIE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
28 028 JANGKA MESJID Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
29 029 JANGKA ALUE U Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
30 030 PANTE PEUSANGAN Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
31 031 BUGAK KRUENG Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
32 032 BUGAK MESJID Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
33 033 BUGAK KRUENG MATE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
34 034 BUGENG Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
35 035 KUALA CEURAPE Lainnya Ada Bukan Jamban Lobang/Dibakar
36 036 ALUE BAYEU UTANG Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
37 037 ULEE CEUE Lainnya Ada Jamban Umum Lobang/Dibakar

LAPORAN AKHIR III - 178


BRR
NAD - Nias

Sumber Air Harus Membeli Tempat Buang Cara Membuang


No Kode Peta Nama Desa
Minum Air Minum Air Besar Sampah

38 038 ALUE KUTA Lainnya Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar


39 039 PUNJOT Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
40 040 PULO PINEUNG MNS II Lainnya Ada Jamban Umum Lobang/Dibakar
41 041 BUGAK BLANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
42 042 PANTE SUKON Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
43 043 PANTE PAKU Pipa PAM Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
44 044 PANTE RANUB Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
45 045 ALUE BUYA PASI Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar

C.3 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Kecamatan Jangka meliputi :

1. TK sebanyak 5 (lima) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa


Kuala Ceurape) adalah 5 Km,

2. SD Negeri sebanyak 10 (sepuluh) buah dan SD swasta sebanyak 1 (satu) buah,


dengan jangkaun pelayanan ke desa terjauh (Desa Bugak Blang) adalah 3 Km,

3. SMP Negeri sebanyak 2 (dua) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh
(Desa Bada Barat, Bugeng, K. Ceurape) adalah 5 Km.

Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
Jarak Jarak Jarak Jarak
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 001 PULO U 0 0 2.5 0 0 2.5 0 0 2.5 0 0 2.5

2 002 ABEUK JALOH 0 0 0.5 0 0 0.5 0 0 3.5 0 0 3.5

3 003 PULO SEUNA 0 0 1.5 1 0 . 0 0 3.5 0 0 3.0

4 004 PULO BLANG 0 1 0 1 . 0 0 3.5 0 0 3.5

5 005 PULO IBOH 0 0 2 0 0 0.5 0 0 2.0 0 0 2.0

6 006 PULO REUDEUP 0 0 2 1 0 . 0 0 2.5 0 0 2.5

7 007 GAMPONG MEULINTEUNG 0 0 3.5 0 0 1.0 0 0 3.0 0 0 3.0

8 008 LAMKUTA 0 0 3 0 0 1.0 0 0 3.0 0 0 3.0

9 009 RUSEB ARA 0 0 2 0 0 1.0 0 0 3.0 0 0 3.0

10 010 LUENG 0 0 3 0 0 1.0 0 0 3.0 0 0 3.0

11 011 RUSEB DAYAH 0 0 4 0 0 2.0 0 0 4.0 0 0 4.0

12 012 KAMBUEK 1 0 0 0 2.0 0 0 2.0 0 0 2.0

13 013 BADA TIMUR 0 0 3 0 0 1.5 0 0 3.5 0 0 3.5

14 014 BADA BARAT 0 0 3 0 0 2.0 0 0 5.0 0 0 5.0

15 015 BARAT LANYAN 0 0 2 0 0 1.0 0 0 2.0 0 0 2.0

16 016 GEUNDOT 0 0 3 0 0 0.5 0 0 3.0 0 0 3.0

LAPORAN AKHIR III - 179


BRR
NAD - Nias

Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
Jarak Jarak Jarak Jarak
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
17 017 MEUNASAH KRUENG 0 0 2 0 0 0.5 0 0 2.0 0 0 2.0

18 018 PAYA BIENG 0 0 1 0 0 1.0 0 0 1.0 0 0 1.0

19 019 JANGKA ALUE 0 0 0.5 0 0 1.0 0 0 1.0 0 0 1.0

20 020 JANGKA KEUTAPANG 0 0 1 0 0 1.0 0 0 1.0 0 0 1.0

21 021 LAMPOH RAYEUK 0 0 0.5 0 0 0.5 0 0 2.0 0 0 2.0

22 022 LHOK BUGENG 0 0 3 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.0

23 023 LINGGONG 0 0 1 0 0 1.0 0 0 0.5 0 0 5.0

24 024 ALUE BUYA 0 0 2 1 0 . 0 0 2.0 0 0 2.0

25 025 TANOH ANOE 0 0 3 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.0

26 026 TANJONGAN 1 0 0 0 0.5 0 0 2.0 0 0 2.0

27 027 JANGKA ALUE BIE 0 0 2 1 0 . 0 0 2.0 0 0 2.0

28 028 JANGKA MESJID 1 0 1 0 . 1 0 . 0 1 .

29 029 JANGKA ALUE U 0 0 1.5 0 0 1.0 0 0 1.5 0 0 1.5

30 030 PANTE PEUSANGAN 0 0 2 0 0 1.0 0 0 2.0 0 0 2.0

31 031 BUGAK KRUENG 0 0 3 0 0 2.5 0 0 2.5 0 0 2.5

32 032 BUGAK MESJID 0 0 2.5 0 0 1.5 0 0 2.5 0 0 2.5

33 033 BUGAK KRUENG MATE 0 1 1 0 . 1 0 . 0 0 4.0

34 034 BUGENG 0 0 1 0 0 1.0 0 0 5.0 0 0 5.0

35 035 KUALA CEURAPE 0 0 5 0 0 1.0 0 0 5.0 0 0 6.0

36 036 ALUE BAYEU UTANG 0 0 4 0 0 0.5 0 0 4.0 0 0 4.0

37 037 ULEE CEUE 0 0 4 1 0 . 0 0 4.0 0 0 4.0

38 038 ALUE KUTA 0 0 2 1 0 . 0 0 3.0 0 0 3.0

39 039 PUNJOT 0 0 1 1 0 . 0 0 1.5 0 0 3.0

40 040 PULO PINEUNG MNS II 0 0 2 0 0 1.0 0 0 2.0 0 0 3.0

41 041 BUGAK BLANG 0 0 3 0 0 3.0 0 0 3.0 0 0 3.0

42 042 PANTE SUKON 0 0 2 0 0 3.0 0 0 3.0 0 0 3.0

43 043 PANTE PAKU 0 0 1.5 1 0 . 0 0 2.0 0 0 2.0

44 044 PANTE RANUB 0 0 2 0 0 2.0 0 0 2.0 0 0 2.0

45 045 ALUE BUYA PASI 0 0 2.5 0 0 2.5 0 0 2.5 0 0 2.5

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Jangka dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 25.859 jiwa, maka kebutuhan tambahan sarana
pendidikan di Kec. Jangka, meliputi :

1. TK sebanyak 19 (sembilan belas) buah.


2. SLTA sebanyak 1 (satu) buah.

LAPORAN AKHIR III - 180


BRR
NAD - Nias

C.4 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan di Kecamatan Jangka meliputi :

1. Poliklinik/Balai Pengobatan sebanyak 2 (dua) buah di Desa Bugek Krueng Mate,


dan Desa Bugeng.

2. Puskesmas sebanyak 2 (dua) buah di Desa Jangka Mesjid dan Jangka Alue U,

3. Puskesmas Pembantu sebanyak 2 (dua) buah di Ds. Jangka Waktu dan Lamkuta,

4. Posyandu sebanyak 28 (dua puluh delapan) buah,

5. Polindes (Pondok Bersalin Desa) sebanyak 6 (enam) buah.

Poliklinik/ Balai Puskemas Pondok Bersalin


Puskesmas POSYANDU
Pengobatan Pembantu Desa
Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata- Rata-
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Rata Rata Rata Rata Rata
(km) (km) (km) (km) (km)

1 001 PULO U 0 2.5 0 2.5 0 3.5 1 . 0 2.5


2 002 ABEUK JALOH 0 3.5 0 3.5 0 3.5 1 . 0 3.5
3 003 PULO SEUNA 0 3.0 0 3.0 0 3.0 1 . 0 3.0
4 004 PULO BLANG 0 3.5 0 3.5 0 5.0 1 . 0 3.5
5 005 PULO IBOH 0 2.0 0 2.0 0 2.0 1 . 0 2.0
6 006 PULO REUDEUP 0 2.5 0 2.5 0 2.5 1 . 0 2.5
7 007 GAMPONG MEULINTEUNG 0 5.0 0 3.0 0 3.0 1 . 0 3.0
8 008 LAMKUTA 0 2.0 0 3.0 1 . 4 . 0 2.0
9 009 RUSEB ARA 0 3.0 0 3.0 0 1.0 1 . 0 1.0
10 010 LUENG 0 3.0 0 3.0 0 2.0 1 . 0 1.0
11 011 RUSEB DAYAH 0 3.0 0 5.0 0 2.0 1 . 0 2.0
12 012 KAMBUEK 0 2.0 0 2.0 0 1.0 1 . 1 .
13 013 BADA TIMUR 0 3.0 0 3.5 0 1.0 1 . 0 1.5
14 014 BADA BARAT 0 1.0 0 5.0 0 1.0 0 5.0 0 1.0
15 015 BARAT LANYAN 0 2.0 0 2.0 0 1.0 1 . 1 .
16 016 GEUNDOT 0 3.0 0 3.0 0 4.0 1 . 0 2.0
17 017 MEUNASAH KRUENG 0 6.0 0 2.0 0 1.0 1 . 0 2.0
18 018 PAYA BIENG 0 1.0 0 1.0 0 2.0 1 . 0 1.0
19 019 JANGKA ALUE 0 1.0 0 1.0 0 1.0 1 . 0 1.0
20 020 JANGKA KEUTAPANG 0 1.0 0 1.0 0 1.0 1 . 0 1.0
21 021 LAMPOH RAYEUK 0 2.0 0 2.0 0 4.0 1 . 0 4.0
22 022 LHOK BUGENG 0 3.0 0 3.0 0 5.0 1 . 0 3.0
23 023 LINGGONG 0 5.0 0 5.0 0 8.0 1 . 0 5.0
24 024 ALUE BUYA 0 2.0 0 2.0 0 2.0 1 . 1 .
25 025 TANOH ANOE 0 3.0 0 3.0 0 6.0 1 . 0 3.0
26 026 TANJONGAN 0 2.0 0 2.0 0 4.0 1 . 0 2.0
27 027 JANGKA ALUE BIE 0 2.0 0 2.0 0 2.0 1 . 0 2.0
28 028 JANGKA MESJID 0 8.0 1 . 1 . 1 . 0 8.0
29 029 JANGKA ALUE U 0 1.5 1 . 0 1.5 1 . 0 1.5

LAPORAN AKHIR III - 181


BRR
NAD - Nias

Poliklinik/ Balai Puskemas Pondok Bersalin


Puskesmas POSYANDU
Pengobatan Pembantu Desa
Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata- Rata-
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Rata Rata Rata Rata Rata
(km) (km) (km) (km) (km)

30 030 PANTE PEUSANGAN 0 2.0 0 2.0 0 2.0 1 . 1 .


31 031 BUGAK KRUENG 0 2.5 0 2.5 0 2.5 0 0.5 0 1.5
32 032 BUGAK MESJID 0 2.5 0 2.5 0 8.0 1 . 0 2.5
33 033 BUGAK KRUENG MATE 1 . 0 4.0 0 5.0 1 . 0 4.0
34 034 BUGENG 1 . 0 5.0 0 1.0 1 . 0 5.0
35 035 KUALA CEURAPE 0 3.0 0 6.0 0 4.0 1 . 0 7.0
36 036 ALUE BAYEU UTANG 0 2.0 0 4.0 0 3.0 1 . 0 5.0
37 037 ULEE CEUE 0 2.0 0 4.0 0 3.0 1 . 0 4.0
38 038 ALUE KUTA 0 3.0 0 3.0 0 4.0 1 . 1 .
39 039 PUNJOT 0 3.0 0 3.0 0 3.0 1 . 1 .
40 040 PULO PINEUNG MNS II 0 1.0 0 3.0 0 2.0 1 . 0 10.0
41 041 BUGAK BLANG 0 3.0 0 3.0 0 3.0 1 . 0 3.0
42 042 PANTE SUKON 0 3.0 0 3.0 0 3.0 0 2.0 0 2.0
43 043 PANTE PAKU 0 1.5 0 2.0 0 4.0 1 . 0 1.0
44 044 PANTE RANUB 0 2.0 0 2.0 0 3.0 1 . 0 1.0
45 045 ALUE BUYA PASI 0 2.5 0 2.5 0 2.5 1 . 0 2.5

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Jangka dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 25.859 jiwa, maka kebutuhan tambahan sarana
kesehatan di Kec. Jangka, meliputi :

1. Puskesmas Pembantu sebanyak 1 (satu) buah.


2. Poliklinik/Balai Pengobatan sebanyak 7 (tujuh) buah.

C.4 Listrik dan Telepon

Secara umum, seluruh desa di Kecamatan Jangka telah dilayani oleh prasarana
listrik. Sedangkan untuk prasarana telepon, hanya 4 (empat) desa yang telah
dilayani. Kondisi ini menunjukkan kebutuhan perluasan jaringan telepon yang
dapat mencapai ke desa-desa yang masih belum terlayani.

LAPORAN AKHIR III - 182


BRR
NAD - Nias

Keluarga Berlangganan
Keluarga Pengguna Listrik
Telepon
Ketersediaan
No Kode Nama Desa/ Kelurahan Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
Peta Sekarang PLN Non PLN PLN Non PLN (%)

1 001 PULO U Ada 50 63.3 0 0.0


2 002 ABEUK JALOH Ada 78 0 86.7 0.0 0 0.0
3 003 PULO SEUNA Ada 60 0 82.2 0.0 0 0.0
4 004 PULO BLANG Ada 89 0 89.9 0.0 5 5.1
5 005 PULO IBOH Ada 63 0 86.3 0.0 0 0.0
6 006 PULO REUDEUP Ada 126 0 90.0 0.0 0 0.0
7 007 GAMPONG MEULINTEUNG Ada 55 0 91.7 0.0 0 0.0
8 008 LAMKUTA Ada 40 0 66.7 0.0 3 5.0
9 009 RUSEB ARA Ada 95 2 85.6 1.8 0 0.0
10 010 LUENG Ada 72 0 64.9 0.0 2 1.8
11 011 RUSEB DAYAH Ada 150 0 100.0 0.0 0 0.0
12 012 KAMBUEK Ada 56 0 93.3 0.0 0 0.0
13 013 BADA TIMUR Ada 74 0 88.1 0.0 0 0.0
14 014 BADA BARAT Ada 49 0 79.0 0.0 0 0.0
15 015 BARAT LANYAN Ada 70 0 87.5 0.0 0 0.0
16 016 GEUNDOT Ada 70 0 93.3 0.0 8 10.7
17 017 MEUNASAH KRUENG Ada 40 0 63.5 0.0 0 0.0
18 018 PAYA BIENG Ada 108 15 87.8 12.2 0 0.0
19 019 JANGKA ALUE Ada 115 0 92.0 0.0 0 0.0
20 020 JANGKA KEUTAPANG Ada 140 0 88.6 0.0 0 0.0
21 021 LAMPOH RAYEUK Ada 98 0 100.0 0.0 0 0.0
22 022 LHOK BUGENG Ada 60 0 39.0 0.0 0 0.0
23 023 LINGGONG Ada 150 0 98.7 0.0 0 0.0
24 024 ALUE BUYA Ada 60 0 58.8 0.0 0 0.0
25 025 TANOH ANOE Ada 74 0 94.9 0.0 0 0.0
26 026 TANJONGAN Ada 98 0 68.5 0.0 0 0.0
27 027 JANGKA ALUE BIE Ada 96 0 51.6 0.0 0 0.0
28 028 JANGKA MESJID Ada 200 0 99.5 0.0 0 0.0
29 029 JANGKA ALUE U Ada 275 0 98.9 0.0 0 0.0
30 030 PANTE PEUSANGAN Ada 45 0 59.2 0.0 0 0.0
31 031 BUGAK KRUENG Ada 150 0 89.8 0.0 0 0.0
32 032 BUGAK MESJID Ada 120 0 82.8 0.0 0 0.0
33 033 BUGAK KRUENG MATE Ada 140 0 74.5 0.0 0 0.0
34 034 BUGENG Ada 39 0 83.0 0.0 0 0.0
35 035 KUALA CEURAPE Ada 100 0 78.1 0.0 0 0.0
36 036 ALUE BAYEU UTANG Ada 22 0 52.4 0.0 0 0.0
37 037 ULEE CEUE Ada 120 0 97.6 0.0 0 0.0
38 038 ALUE KUTA Ada 97 0 73.5 0.0 0 0.0
39 039 PUNJOT Ada 170 0 83.7 0.0 0 0.0
40 040 PULO PINEUNG MNS II Ada 100 0 87.7 0.0 0 0.0
41 041 BUGAK BLANG Ada 40 0 78.4 0.0 0 0.0
42 042 PANTE SUKON Ada 60 0 77.9 0.0 0 0.0
43 043 PANTE PAKU Ada 80 0 50.6 0.0 0 0.0
44 044 PANTE RANUB Ada 62 0 42.2 0.0 0 0.0
45 045 ALUE BUYA PASI Ada 110 0 98.2 0.0 0 0.0

LAPORAN AKHIR III - 183


BRR
NAD - Nias

3.11.2 RENCANA TINDAK (ACTION PLAN) KECAMATAN JANGKA

Rencana Tindak (Action Plan) di Kecamatan Jangka disusun berdasarkan 5 (lima)


rangkaian kegiatan yang telah dijelaskan pada sub bab 3.2. Sebagaimana juga telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, pelaksanaan sosialisasi melalui FGD di kecamatan
Jangka tidak dapat dilaksanakan, sehingga dalam hal ini dilaksanakan survai
wawancara (kuestioner) kepada masyarakat setempat sebagai bahan validitas
terhadap draft rencana tindak (action plan) yang disusun konsultan dan telah
dipadukan dengan bahan usulan program dari hasil pelaksanaan penjaringan
aspirasi masyarakat melaui Forum FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan
oleh Pemda Kabupaten Bireuen bekerjasama dengan Lembaga NGO dari Perancis
pada tahun 2005.

Hasil suvai wawancara (kuestioner) kepada masyarakat di 9 (sembilan) kecamatan


prioritas (termasuk Kecamatan Jangka) juga telah dijelaskan pada sub bab 3.2.
Melalui 5 (lima) rangkaian kegiatan di atas, dan hasil pelaksanaan suvai wawancara
(kuestioner) kepada masyarakat selanjutnya disusun dan ditetapkan Rencana
Tindak (Action Plan) di Kecamatan Jangka Tahun 2007 sampai Tahun 2009 seperti
disajikan pada Tabel dan gambar pada halaman berikut.

3.11.3 DESA PRIORITAS DI KECAMATAN JANGKA

Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka dipilih dan ditetapkan desa prioritas untuk
“Village Planning” di Kecamatan Jangka seperti disajikan pada tabel berikut.

Desa Prioritas di Kecamatan Jangka

Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
2 9 RUSEB ARA Jangka 40 1
4 31 BUGAK KRUENG Jangka 38 2
11 11 RUSEB DAYAH Jangka 30 3
14 28 JANGKA MESJID Jangka 29 4
18 27 JANGKA ALUE BIE Jangka 28 5
21 13 BADA TIMUR Jangka 27 6
22 24 ALUE BUYA Jangka 27 6
28 7 GMP.MEULINTEUNG Jangka 25 7

LAPORAN AKHIR III - 184


BRR
NAD - Nias

Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
29 16 GEUNDOT Jangka 25 7
30 33 BUGAK KRUENG MATE Jangka 25 7
32 43 PANTE PAKU Jangka 25 7
41 41 BUGAK BLANG Jangka 24 8
42 42 PANTE SUKON Jangka 24 8
43 44 PANTE RANUB Jangka 24 8
45 8 LAMKUTA Jangka 23 9
46 20 JANGKA KEUTAPANG Jangka 23 9
49 18 PAYA BIENG Jangka 22 10
52 37 ULEE CEUE Jangka 22 10
53 38 ALUE KUTA Jangka 22 10
55 39 PUNJOT Jangka 22 10
60 10 LUENG Jangka 21 11
62 29 JANGKA ALUE U Jangka 21 11
63 32 BUGAK MESJID Jangka 21 11
64 45 ALUE BUYA PASI Jangka 21 11
66 14 BADA BARAT Jangka 20 12
67 22 LHOK BUGENG Jangka 20 12
68 23 LINGGONG Jangka 20 12
69 34 BUGENG Jangka 20 12
70 36 ALUE BAYEU UTANG Jangka 20 12
77 12 KAMBUEK Jangka 19 13
82 25 TANOH ANOE Jangka 19 13
84 35 KUALA CEURAPE Jangka 19 13
86 40 P. PINEUNG MNS II Jangka 19 13
89 15 BARAT LANYAN Jangka 18 14
90 17 MEUNASAH KRUENG Jangka 18 14
91 19 JANGKA ALUE Jangka 18 14
104 26 TANJONGAN Jangka 17 15
105 30 PANTE PEUSANGAN Jangka 17 15
110 3 PULO SEUNA Jangka 16 16
111 4 PULO BLANG Jangka 16 16
118 1 PULO U Jangka 15 17
119 2 ABEUK JALOH Jangka 15 17
128 6 PULO REUDEUP Jangka 13 17
131 21 LAMPOH RAYEUK Jangka 12 18
134 5 PULO IBOH Jangka 11 19

LAPORAN AKHIR III - 185


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 186


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 187


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 188


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 189


BRR
NAD - Nias

LAPORAN AKHIR III - 190


BRR
NAD - Nias

3.12 KECAMATAN GANDAPURA

3.12.1 IDENTIFIKASI KONDISI DAN PERMASALAHAN YANG ADA

A. FISIK DAN LINGKUNGAN

A.1 Morfologi

Sebagian berupa topografi desa-desa pantai yang meliputi : Ie Rhob, Alue Mangki,
Lapang Barat, Mon Keulayu, Desa berupa punggung bukit yaitu Paya Reuhat, dan
Desa dengan morfologi dataran meliputi Lingka Kuta, Blang Keude, Cot Mane, Lhok
Mambang, Teupin Siron, Samuti Krueng, Samuti Makmur dan Samuti Aman.

A.2 Jenis Tanah

Jenis tanah di Kec. Gandapaura adalah relatif sama dengan yang ada di Kec.
Jangka.

A.3 Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif tanah di Kec. Gandapura, sebagian besar (62,14 %) memiliki


kedalaman efektif > 90 cm, dan sebagian kecil (37,86 %) memiliki kedalaman
efektif tanah antara 60 – 90 cm.

A.4 Sumber Daya Air

Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Gandapura meliputi Sumber Daya Air
Krueng / Sungai, Rawa/paya, diantaranya Sungai Mane 250 Ha, Paya/ Rawa
Geurogoh 15 Ha dan Paya Nie 150 Ha.

A.5 Daerah Rawan Banjir

Daerah Wilayah Kecamatan Gandapura yang terpotensi rawan banjir adalah daerah
Pesisir yang relatip datar 0 -5 meter di atas permukaan air laut .meliputi daerah
sekitar muara sungai kuala Abu dan Kuala Bugeng yang kondisinya mengalami
pendangkalan akibat sedimentasi dan akresi yang menimbulkan penyempitan
“Bottel Neck “ di bagian hilir ( muara ) .

LAPORAN AKHIR III - 191


BRR
NAD - Nias

A.5 Daerah Rawan Gempa

Daerah Wilayah Kecamatan Gandapura berpotensi mengalami bencana kegempaan


di tinjau dari tatanan struktur geologi tektonik regional pulau Sumatra yang
sewaktu-waktu dapat menimbulkan gempa tektonik dengan skala 6-7 reichter,
patahan – patahan tersebut. Salah satunya dapat dijumpai di krueng Peusangan.

A.7 Daerah Rawan Tsunami

Daerah pesisir yang terpotensi rawan tsunami meliputi desa-desa pantai yang
beresiko rusak berat yaitu Desa Ie Rhop dan Desa Pantai yang beresiko sedang yaitu
Desa Moen Keulayu, Cot Mane, Lapang Barat, Alue Mangki, dan juga desa tambak
meliputi Samuti Aman, Samuti Makmur, Samuti Krueng, Lhok Mambang, Blang
Kaude, Linka Kuta, Teupin Siron. Faktor penyebab di sepanjang pesisir desa-desa
pantai tidak terdapat zona penyanggah (buffer zone) hutan mangrove yang mampu
menahan laju gelombang tsunami secara alamiah serta kedalaman toporafi daerah
perairan pantai Gandapura 20 –60 meter yang juga berpengaruh terhadap laju
kecepatan rambat gelombang C = L/T terhadap kedalaman laut d/L dan semakin
ke darat cepat rambat gelombang semakin melemah ( Refraksi Gelombang ), di
tinjau dari letak geografis daerah pesisir pantai sebelah barat Gandapura yaitu di
kecamatan Kuta Blang terdapat tanah timbul sehingga gelombang tsunami
mengalami Difrasksi ke arah timur yang bertemu dengan gelombang tsunami dari
arah barat laut sehingga menerjang desa – desa pesisir bagian timur gandapura.

A.8 Kelautan dan Lingkungan Pesisir

Morfologi Daerah Pesisir

Penggunaan lahan dan kenampakan yang ada adalah Pemukiman Penduduk,


Pertambakan, Kebun Kelapa dan Sawah. Dengan panjang garis pantai 7 km.

Potensi Sumber Daya Hayati

Perikanan Tangkap, Budidaya Perikanan Tambak seluas 492 Ha, Ekosistim Estuaria
muara sungai ( Kuala Lapang, Kuala Monkarayu, Kuala Abu, Kuala Bugeng ),
Ekosistim Padang Lamun dan Ekosistim Pantai Pasir.

LAPORAN AKHIR III - 192


BRR
NAD - Nias

Permasalahan Kelautan dan Lingkungan Pesisir

Abrasi di sepanjang Pesisir pantai, Akresi di muara sungai ( Kuala Abu dan Bugeng ),
Kerusakan Hutan Mangrove.

Analisis Penanganan dan Pengembangan

Berdasarkan permasalahan kelautan dan lingkungan pesisir yang ada di Kec.


Gandapura, maka beberapa bentuk penanganan dan pengembangan yang diperlukan
adalah sebagai berikut :

1. Ekosistim Hutan Mangrove ( Bakau )

Mereboisasai Kawasan pantai dengan menanam kembali tanaman bakau


(mangrove) di desa Mon Keulayu, Cot Mane, Lapang Barat, Alue Mangki, Ie
Rhop. Penanganan lainnya adalah sama dengan yang telah dijelaskan untuk
kecamatan Samalanga.

2. Ekosistim Estuaria, Padang Lamun, Pasir Pantai dan Perikanan Tambak.

Sama dengan yang telah dijelaskan untuk kecamatan Samalanga.

3. Abrasi

a. Penanggulangan abrasi pantai secara alamiah dengan memanfaatkan sumber


daya ekosistim hutan mangrove ( Vegetasi ) dan Reboisasi di desa pantai Mon
Keulayu, Cot Mane, Lapang Barat, Alue Mangki dan desa Ie Rhop

b. Penanggulangan abrasi pantai dengan sistim Proteksi Bangunan Pantai


( Coastal Engineering ) yaitu Sea Wall, Bulkhealt dan Revetment, dengan
mengutamakan dan memanfaatkan batuan yang banyak tersebar di
kabupaten bireuen di desa pantai Mon Keulayu, Cot Mane, Lapang Barat,
Alue Mangki dan desa Ie Rhop.

4. Akresi

Sama dengan yang telah dijelaskan untuk kecamatan Samalanga

LAPORAN AKHIR III - 193


BRR
NAD - Nias

B. SOSIAL EKONOMI

B.1 Jumlah Penduduk dan KK

Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Gandapura pada tahun 2005 adalah 19.321 jiwa dan 4.373 KK, dengan
jumlah penduduk dan KK terbesar adalah di Desa Mon Keulayu sebanyak 1.297 jiwa
dan 386 KK, serta terkecil di desa Ie Rhob sebanyak 93 jiwa dan 26 KK.

No Kode Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah


Peta Laki-Laki Wanita Total Keluarga

1 005 PALOH KAYEE KUNYET 58 84 142 30


2 006 TANJONG RAYA 92 138 230 49
3 007 PAYA SEUPAT 121 134 255 58
4 008 PAYA KAREUNG 55 77 132 32
5 009 BLANG KUBU 126 136 262 65
6 014 PAYA BARO 46 68 114 26
7 015 TANJONG MESJID 82 94 176 40
8 016 MON JEUREUJAK 45 48 93 26
9 017 DAMA KAWAN 154 181 335 86
10 018 COT RAMBAT 93 95 188 53
11 019 BLANG GURON 251 281 532 116
12 020 COT TEUBEE 155 156 311 73
13 021 TANJONG BUNGONG 65 80 145 35
14 022 PULO GISA 99 117 216 50
15 023 UJONG BAYU 135 146 281 68
16 024 COT TUPAH 523 532 1,055 241
17 025 COT TUNONG 312 383 695 144
18 039 COT PUUK 474 546 1,020 200
19 040 PALOH ME 158 170 328 75
20 041 GEURUGOK 437 463 900 183
21 042 COT JABET 269 295 564 121
22 043 PANTE SIKEUMBONG 116 152 268 65
23 044 CEUBO 120 135 255 60
24 045 KEUDE LAPANG 571 604 1,175 250
25 046 BLANG KEUDE 244 286 530 127
26 047 COT MANE 256 284 540 101
27 057 LHOK MAMBANG 350 383 733 163
28 058 LAPANG TIMUR 303 346 649 131
29 059 TEUPIN SIRON 309 351 660 154
30 060 IE RHOB 95 79 174 37
31 061 ALUE MANGKI 310 333 643 137
32 062 LINGKA KUTA 350 379 729 160

LAPORAN AKHIR III - 194


BRR
NAD - Nias

No Kode Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah


Peta Laki-Laki Wanita Total Keluarga

33 063 LAPANG BARAT 273 290 563 145


34 064 SAMUTI KRUENG 439 458 897 193
35 065 SAMUTI MAKMUR 405 441 846 195
36 066 SAMUTI RAYEUK 290 324 614 128
37 076 SAMUTI AMAN 376 398 774 170
38 077 MON KEULAYU 932 365 1,297 386

B.2 Pertumbuhan Penduduk dan Proyeksi Penduduk Tahun 2010

Adapun pertumbuhan penduduk pada desa-desa di Kec. Gandapura dari tahun 2003-
2005 sebagian menunjukkan angka pertumbuhan negatif, berkisar antara -0,18
sampai -20,15 %. Hal ini kemungkinan disebabkan dampak tsunami yang cukup
parah di Kecamatan Gandapura. Berdasarkan angka pertumbuhan yang ada,
selanjutnya diproyeksikan jumlah penduduk di desa-desa Kec. Gandapura pada
tahun 2010, total sebesar 20.917 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk tiap desa
disajikan pada tabel berikut.

Jml. Penduduk Jml. Penduduk Proyeksi


Status Luas Wilayah
No. Kode Nama Desa/ Kel. sekarang Tahun 2003 Tahun 2005 Penduduk Tahun
Desa/Kota (Ha)
(Jiwa) (Jiwa) 2010 (Jiwa)
1 005 PALOH KAYEE KUNYET Desa 120.54 187 142 154
2 006 TANJONG RAYA Desa 114.34 212 230 249
3 007 PAYA SEUPAT Desa 148.24 272 255 276
4 008 PAYA KAREUNG Desa 74.93 151 132 143
5 009 BLANG KUBU Desa 97.90 267 262 284
6 014 PAYA BARO Desa 48.79 140 114 123
7 015 TANJONG MESJID Desa 86.82 276 176 191
8 016 MON JEUREUJAK Desa 48.12 137 93 101
9 017 DAMA KAWAN Desa 45.34 344 335 363
10 018 COT RAMBAT Desa 99.20 169 188 204
11 019 BLANG GURON Desa 49.93 509 532 576
12 020 COT TEUBEE Desa 111.02 270 311 337
13 021 TANJONG BUNGONG Desa 61.71 177 145 157
14 022 PULO GISA Desa 28.99 204 216 234
15 023 UJONG BAYU Desa 131.21 301 281 304
16 024 COT TUPAH Desa 60.54 1,007 1,055 1,142
17 025 COT TUNONG Desa 70.01 627 695 752
18 039 COT PUUK Desa 199.24 942 1,020 1,104
19 040 PALOH ME Desa 38.26 341 328 355
20 041 GEURUGOK Desa 54.34 924 900 974

LAPORAN AKHIR III - 195


BRR
NAD - Nias

Jml. Penduduk Jml. Penduduk Proyeksi


Status Luas Wilayah
No. Kode Nama Desa/ Kel. sekarang Tahun 2003 Tahun 2005 Penduduk Tahun
Desa/Kota (Ha)
(Jiwa) (Jiwa) 2010 (Jiwa)
21 042 COT JABET Desa 91.22 482 564 611
22 043 PANTE SIKEUMBONG Desa 100.70 286 268 290
23 044 CEUBO Desa 105.89 296 255 276
24 045 KEUDE LAPANG Desa 98.94 1,064 1,175 1,272
25 046 BLANG KEUDE Desa 102.49 552 530 574
26 047 COT MANE Desa 112.06 521 540 585
27 057 LHOK MAMBANG Desa 113.57 663 733 794
28 058 LAPANG TIMUR Desa 90.02 515 649 703
29 059 TEUPIN SIRON Desa 89.38 614 660 715
30 060 IE RHOB Desa 620.34 180 174 188
31 061 ALUE MANGKI Desa 991.04 596 643 696
32 062 LINGKA KUTA Desa 497.46 678 729 789
33 063 LAPANG BARAT Desa 430.45 609 563 610
34 064 SAMUTI KRUENG Desa 810.18 834 897 971
35 065 SAMUTI MAKMUR Desa 149.32 849 846 916
36 066 SAMUTI RAYEUK Desa 61.42 597 614 665
37 076 SAMUTI AMAN Desa 55.54 764 774 838
38 077 MON KEULAYU Desa 812.17 1,667 1,297 1,404
TOTAL 7,021.64 19,224 19,321 20,917

B.3 Mata Pencaharian Penduduk dan Jumah KK Miskin

Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Gandapura memiliki mata pencaharian
utama pada sektor pertanian tanaman pangan, dan perkebunan.

Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 2.974 KK atau 68 % dari total
jumlah KK di kec. Gandapura, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa
Mon Keulayu, yakni sebanyak 280 KK atau 72,5 % dari jumlah KK yang ada di desa
ini. Sebagian besar desa (32 desa) yang ada di Kec. Gandapura memiliki persentase
jumlah KK miskin di atas 50 %. Kondisi ini dapat digunakan sebagai indikator
kebutuhan penanganan masalah kemiskinan di Kec. Gandapura.

Kode Keluarga di Sektor Sumber


No Peta Nama Desa Pertanian Keluarga Miskin Penghasilan Sub Sektor Buruh Tani
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Utama Pertanian Jumlah Presentase
1 005 PALOH KAYEE KUNYET 30 99 29 96.7 Pertanian Tanaman Pangan 20 14.2

2 006 TANJONG RAYA 48 98 20 40.8 Pertanian Tanaman Pangan 80 35.5

3 007 PAYA SEUPAT 57 99 40 69.0 Pertanian Tanaman Pangan 40 15.8

4 008 PAYA KAREUNG 32 99 27 84.4 Pertanian Tanaman Pangan 50 38.3

5 009 BLANG KUBU 59 90 59 90.8 Pertanian Tanaman Pangan 111 47.1

LAPORAN AKHIR III - 196


BRR
NAD - Nias

Kode Keluarga di Sektor Sumber


No Peta Nama Desa Pertanian Keluarga Miskin Penghasilan Sub Sektor Buruh Tani
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Utama Pertanian Jumlah Presentase
6 014 PAYA BARO 26 99 20 76.9 Pertanian Tanaman Pangan 30 26.6

7 015 TANJONG MESJID 40 99 32 80.0 Pertanian Tanaman Pangan 32 18.4

8 016 MON JEUREUJAK 26 99 26 100.0 Pertanian Tanaman Pangan 80 86.9

9 017 DAMA KAWAN 82 95 69 80.2 Pertanian Tanaman Pangan 150 47.1

10 018 COT RAMBAT 52 98 46 86.8 Pertanian Tanaman Pangan 75 40.7

11 019 BLANG GURON 93 80 92 79.3 Pertanian Tanaman Pangan 150 35.2

12 020 COT TEUBEE 33 45 55 75.3 Pertanian Tanaman Pangan 95 67.9

13 021 TANJONG BUNGONG 32 90 30 85.7 Pertanian Tanaman Pangan 90 69.0

14 022 PULO GISA 50 99 43 86.0 Pertanian Tanaman Pangan 126 58.9

15 023 UJONG BAYU 67 99 30 44.1 Pertanian Tanaman Pangan 50 18.0

16 024 COT TUPAH 205 85 181 75.1 Pertanian Tanaman Pangan 600 66.9

17 025 COT TUNONG 122 85 110 76.4 Pertanian Tanaman Pangan 160 27.1

18 039 COT PUUK 160 80 150 75.0 Pertanian Tanaman Pangan 300 36.8

19 040 PALOH ME 68 90 30 40.0 Pertanian Tanaman Pangan 55 18.6

20 041 GEURUGOK 146 80 127 69.4 Pertanian Tanaman Pangan 120 16.7

21 042 COT JABET 109 90 90 74.4 Pertanian Tanaman Pangan 110 21.7

22 043 PANTE SIKEUMBONG 59 90 60 92.3 Pertanian Tanaman Pangan 40 16.6

23 044 CEUBO 59 99 50 83.3 Pertanian Tanaman Pangan 35 13.9

24 045 KEUDE LAPANG 75 30 125 50.0 Pertanian Tanaman Pangan 100 28.4

25 046 BLANG KEUDE 76 60 65 51.2 Pertanian Tanaman Pangan 200 62.9

26 047 COT MANE 71 70 60 59.4 Pertanian Perkebunan 55 14.6

27 057 LHOK MAMBANG 130 80 110 67.5 Pertanian Tanaman Pangan 80 13.6

28 058 LAPANG TIMUR 92 70 73 55.7 Pertanian Tanaman Pangan 50 11.0

29 059 TEUPIN SIRON 139 90 103 66.9 Pertanian Tanaman Pangan 80 13.5

30 060 IE RHOB 37 99 37 100.0 Pertanian Tanaman Pangan 30 17.4

31 061 ALUE MANGKI 110 80 60 43.8 Pertanian Tanaman Pangan 25 4.9

32 062 LINGKA KUTA 96 60 121 75.6 Pertanian Tanaman Pangan 100 22.9

33 063 LAPANG BARAT 102 70 145 100.0 Pertanian Tanaman Pangan 103 26.1

34 064 SAMUTI KRUENG 154 80 108 56.0 Pertanian Tanaman Pangan 268 37.3

35 065 SAMUTI MAKMUR 156 80 87 44.6 Pertanian Perkebunan 150 22.2

36 066 SAMUTI RAYEUK 122 95 84 65.6 Pertanian Tanaman Pangan 150 25.7

37 076 SAMUTI AMAN 153 90 100 58.8 Pertanian Tanaman Pangan 280 40.2

38 077 MON KEULAYU 347 90 280 72.5 Pertanian Tanaman Pangan 300 25.7

C. PRASARANA DAN SARANA

C.1 Transportasi

Secara umum, seluruh desa yang ada di Kecamatan Gandapura dihubungkan oleh
prasarana jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah, dan
seluruh desa telah dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4. Kondisi ini menunjukkan
bahwa secara kuantitas, seluruh desa prioritas yang ada di Kec. Gandapura telah

LAPORAN AKHIR III - 197


BRR
NAD - Nias

cukup terlayani oleh prasarana jaringan jalan yang ada, hanya dari segi
kualitasnya saja perlu ditingkatkan khususnya untuk jalan-jalan dengan jenis
permukaan tanah menjadi minimal jenis Sirtu (Pasir Batu), sehingga dapat dilalui
oleh kendaraan roda-4 di musim hujan.

Adapun sarana angkutan umum ke desa-desa di Kec. Gandapura adalah ojek


(sepeda motor). Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :

Sebagian Dapat Dijangkau


Kode Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Roda Tipe Angkutan
No Nama Desa
Peta Lalu Lintas Yang Terluas (jika darat) 4/ Lebih Umum Utama
Antar Desa Sepanjang Tahun

1 005 PALOH KAYEE KUNYET Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

2 006 TANJONG RAYA Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

3 007 PAYA SEUPAT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

4 008 PAYA KAREUNG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

5 009 BLANG KUBU Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

6 014 PAYA BARO Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

7 015 TANJONG MESJID Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

8 016 MON JEUREUJAK Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

9 017 DAMA KAWAN Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

10 018 COT RAMBAT Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

11 019 BLANG GURON Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

12 020 COT TEUBEE Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

13 021 TANJONG BUNGONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

14 022 PULO GISA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

15 023 UJONG BAYU Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

16 024 COT TUPAH Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

17 025 COT TUNONG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

18 039 COT PUUK Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

19 040 PALOH ME Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

20 041 GEURUGOK Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

21 042 COT JABET Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

22 043 PANTE SIKEUMBONG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

23 044 CEUBO Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

24 045 KEUDE LAPANG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

25 046 BLANG KEUDE Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

26 047 COT MANE Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

27 057 LHOK MAMBANG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

28 058 LAPANG TIMUR Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

29 059 TEUPIN SIRON Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

30 060 IE RHOB Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

31 061 ALUE MANGKI Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

32 062 LINGKA KUTA Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

LAPORAN AKHIR III - 198


BRR
NAD - Nias

Sebagian Dapat Dijangkau


Kode Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Roda Tipe Angkutan
No Nama Desa
Peta Lalu Lintas Yang Terluas (jika darat) 4/ Lebih Umum Utama
Antar Desa Sepanjang Tahun

33 063 LAPANG BARAT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

34 064 SAMUTI KRUENG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

35 065 SAMUTI MAKMUR Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor

36 066 SAMUTI RAYEUK Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

37 076 SAMUTI AMAN Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor

38 077 MON KEULAYU Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor

C.2 Prasarana Air Bersih, Air Limbah dan Sampah

Seluruh desa yang ada di Kec. Gandapura menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih. Secara umum, kondisi ini telah memenuhi standar pelayanan minimal
prasarana air bersih yang ada.

Untuk prasarana dan sarana sanitasi, sebagian besar desa menggunakan jamban
sendiri, 2 (dua) desa meggunakan jamban umum, dan terdapat 14 (empat belas)
desa menggunakan sarana bukan jamban. Secara umum, kondisi ini menunjukkan
diperlukannya penyediaan sarana jamban umum di 14 desa tersebut.

Untuk pengolahan sampah, hampir seluruh desa menggunakan cara dibuang di


lubang dan dibakar. Secara umum, kondisi ini telah memenuhi standar pelayanan
minimal pengelolaan sampah yang ada untuk kawasan permukiman perdesaan.

Sumber Air Harus Membeli Tempat Buang Air Cara Membuang


No Kode Peta Nama Desa
Minum Air Minum Besar Sampah
1 005 PALOH KAYEE KUNYET Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
2 006 TANJONG RAYA Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
3 007 PAYA SEUPAT Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
4 008 PAYA KAREUNG Sumur Tidak Jamban Bersama Lobang/Dibakar
5 009 BLANG KUBU Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
6 014 PAYA BARO Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
7 015 TANJONG MESJID Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
8 016 MON JEUREUJAK Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
9 017 DAMA KAWAN Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
10 018 COT RAMBAT Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
11 019 BLANG GURON Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
12 020 COT TEUBEE Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
13 021 TANJONG BUNGONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
14 022 PULO GISA Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
15 023 UJONG BAYU Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar

LAPORAN AKHIR III - 199


BRR
NAD - Nias

Sumber Air Harus Membeli Tempat Buang Air Cara Membuang


No Kode Peta Nama Desa
Minum Air Minum Besar Sampah
16 024 COT TUPAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
17 025 COT TUNONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
18 039 COT PUUK Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
19 040 PALOH ME Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
20 041 GEURUGOK Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
21 042 COT JABET Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
22 043 PANTE SIKEUMBONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
23 044 CEUBO Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
24 045 KEUDE LAPANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Diangkut
25 046 BLANG KEUDE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
26 047 COT MANE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
27 057 LHOK MAMBANG Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
28 058 LAPANG TIMUR Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
29 059 TEUPIN SIRON Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
30 060 IE RHOB Sumur Ada Jamban Umum Lobang/Dibakar
31 061 ALUE MANGKI Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
32 062 LINGKA KUTA Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
33 063 LAPANG BARAT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
34 064 SAMUTI KRUENG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
35 065 SAMUTI MAKMUR Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
36 066 SAMUTI RAYEUK Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
37 076 SAMUTI AMAN Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
38 077 MON KEULAYU Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar

C.3 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di kawasan perencanaan Kecamatan Gandapura meliputi :

1. TK Swasta sebanyak 6 (enam) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa


terjauh (Desa Tanjong Raya dan Paya Seupat) adalah 6 Km,

2. SD Negeri sebanyak 15 (lima belas) buah, dengan jangkaun pelayanan ke desa


terjauh (Desa Paya Seupat) adalah 6 Km,

3. SMP Negeri sebanyak 3 (tiga) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh
(Desa Blang Kubu) adalah 7,5 Km.

4. SMU Negeri sebanyak 2 (dua) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh
(Desa Paya Seupat) adalah 36 Km.

LAPORAN AKHIR III - 200


BRR
NAD - Nias

Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
Jarak Jarak Jarak Jarak
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 005 PALOH KAYEE KUNYET 0 0 5 0 0 3.0 0 0 8.0 0 0 8.5

2 006 TANJONG RAYA 0 0 6 0 0 3.0 0 0 4.0 0 0 6.5

3 007 PAYA SEUPAT 0 0 6 0 0 6.0 0 0 6.0 0 0 36.0

4 008 PAYA KAREUNG 0 0 4 0 0 1.0 0 0 4.0 0 0 4.0

5 009 BLANG KUBU 0 0 2 0 0 2.5 0 0 7.5 0 0 8.0

6 014 PAYA BARO 0 0 1 0 0 0.5 0 0 5.0 0 0 6.0

7 015 TANJONG MESJID 0 0 5 1 0 . 0 0 6.0 0 0 6.5

8 016 MON JEUREUJAK 0 0 4 0 0 2.0 0 0 4.0 0 0 4.5

9 017 DAMA KAWAN 0 0 5 1 0 . 0 0 5.0 0 0 5.0

10 018 COT RAMBAT 0 0 4.1 0 0 2.0 0 0 6.0 0 0 12.5

11 019 BLANG GURON 0 0 4 1 0 . 0 0 4.0 0 0 4.5

12 020 COT TEUBEE 0 0 2 1 0 . 0 0 2.0 0 0 2.0

13 021 TANJONG BUNGONG 0 0 3 0 0 0.5 0 0 3.0 0 0 4.0

14 022 PULO GISA 0 0 4.2 0 0 4.1 0 0 4.0 0 0 4.5

15 023 UJONG BAYU 0 0 2 0 0 2.0 0 0 2.0 0 0 4.0

16 024 COT TUPAH 0 0 2 0 0 2.0 0 0 3.0 0 0 6.0

17 025 COT TUNONG 0 1 1 0 . 0 0 4.0 0 0 5.0

18 039 COT PUUK 0 1 0 0 1.5 0 0 1.5 0 0 2.5

19 040 PALOH ME 0 0 1.5 0 0 1.5 0 0 2.0 0 0 30.0

20 041 GEURUGOK 0 0 1 1 0 . 0 0 1.0 0 0 1.0

21 042 COT JABET 0 0 2.5 0 0 1.0 0 0 2.5 0 0 3.0

22 043 PANTE SIKEUMBONG 0 0 2 0 0 1.0 0 0 2.0 0 0 2.5

23 044 CEUBO 0 0 2 0 0 1.0 0 0 3.0 0 0 2.0

24 045 KEUDE LAPANG 0 1 2 0 . 1 0 . 0 0 1.0

25 046 BLANG KEUDE 0 0 1 1 0 . 1 0 . 1 0 .

26 047 COT MANE 0 1 0 0 1.5 0 0 5.0 0 0 12.0

27 057 LHOK MAMBANG 0 0 1 0 0 0.5 0 0 1.0 0 0 1.0

28 058 LAPANG TIMUR 0 0 1 0 0 0.5 0 0 1.0 1 0 .

29 059 TEUPIN SIRON 0 0 2 1 0 . 0 0 2.0 0 0 1.0

30 060 IE RHOB 0 0 3 0 0 1.0 0 0 3.0 0 0 23.0

31 061 ALUE MANGKI 0 0 1 0 0 0.5 0 0 1.0 0 0 1.0

32 062 LINGKA KUTA 0 0 1 1 0 . 0 0 1.0 0 0 1.0

33 063 LAPANG BARAT 0 0 1 0 0 0.5 0 0 1.0 0 0 1.5

34 064 SAMUTI KRUENG 0 0 1 1 0 . 0 0 1.0 0 0 1.0

35 065 SAMUTI MAKMUR 0 0 1 1 0 . 1 0 . 0 0 3.0

36 066 SAMUTI RAYEUK 0 0 1 1 0 . 0 0 1.0 0 0 4.0

37 076 SAMUTI AMAN 0 1 0 0 1.5 0 0 1.5 0 0 2.5

38 077 MON KEULAYU 0 1 1 0 . 0 0 3.8 0 0 10.0

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana

LAPORAN AKHIR III - 201


BRR
NAD - Nias

Kecamatan Gandapura dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi


penduduk pada tahun 2010 sebesar 20.917 jiwa, maka kebutuhan tambahan
sarana pendidikan di kawasan perencanaan Kec. Gandapura adalah hanya
berupa sarana TK sebanyak 15 (lima belas) buah.

C.4 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan di Kecamatan Gandapura meliputi :

1. Poliklinik/Balai Pengobatan sebanyak 1 (satu) buah di Desa Keude Lapang,


dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh adalah 40 Km,

2. Puskesmas sebanyak 1 (satu) buah di Desa Lapang Timur, dengan jangkauan


pelayanan ke desa terjauh (Desa Palohkayee Kunyet) adalah 8,5 Km,

3. Puskesmas Pembantu sebanyak 2 (dua) buah, dengan jangkauan pelayanan ke


desa terjauh (Desa Blang Kubu) adalah 7 Km,

4. Posyandu sebanyak 33 (tiga puluh tiga) buah (hampir ada di setiap desa),
dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Palohkayee Kunyet) adalah
8,5 Km,

5. Polindes (Pondok Bersalin Desa) sebanyak 19 (sembilan belas) buah, dengan


jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Palohkayee Kunyet) adalah 8,5 Km.

Poliklinik/ Balai Puskemas Polindes (Pondok


Puskemas POSYANDU
No Kode Nama Desa Pengobatan Pembantu Bersalin Desa)
Peta Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata
(km) (km) (km) (km) (km)

1 005 PALOH KAYEE KUNYET 0 26.0 0 8.5 0 2.0 0 8.5 0 8.5

2 006 TANJONG RAYA 0 40.0 0 6.0 0 6.0 1 . 0 3.0

3 007 PAYA SEUPAT 0 36.0 0 6.0 0 6.0 1 . 0 6.0

4 008 PAYA KAREUNG 0 40.0 0 4.0 0 4.0 1 . 0 1.0

5 009 BLANG KUBU 0 25.0 0 7.0 0 7.0 0 7.0 0 7.0

6 014 PAYA BARO 0 27.0 0 4.5 0 2.0 1 . 0 1.0

7 015 TANJONG MESJID 0 27.0 0 6.5 0 6.5 1 . 1 .

8 016 MON JEUREUJAK 0 26.0 0 4.5 0 4.5 1 . 1 .

9 017 DAMA KAWAN 0 40.0 0 5.0 0 5.0 1 . 1 .

10 018 COT RAMBAT 0 40.0 0 6.5 0 2.5 1 . 0 1.0

11 019 BLANG GURON 0 5.0 0 4.3 0 4.5 1 . 0 4.5

12 020 COT TEUBEE 0 38.0 0 2.0 0 2.0 1 . 1 .

13 021 TANJONG BUNGONG 0 3.0 0 3.0 0 3.0 1 . 1 .

LAPORAN AKHIR III - 202


BRR
NAD - Nias

Poliklinik/ Balai Puskemas Polindes (Pondok


Puskemas POSYANDU
No Kode Nama Desa Pengobatan Pembantu Bersalin Desa)
Peta Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata
(km) (km) (km) (km) (km)
14 022 PULO GISA 0 26.0 0 4.3 0 4.0 0 4.0 0 4.0

15 023 UJONG BAYU 0 35.0 0 4.0 0 2.0 1 . 0 4.0

16 024 COT TUPAH 0 3.0 0 4.0 0 4.0 1 . 1 .

17 025 COT TUNONG 0 21.0 0 4.5 0 2.0 1 . 1 .

18 039 COT PUUK 0 2.0 0 2.0 0 2.0 1 . 1 .

19 040 PALOH ME 0 30.0 0 1.5 0 2.0 1 . 0 1.0

20 041 GEURUGOK 0 30.0 0 1.5 0 1.5 1 . 1 .

21 042 COT JABET 0 2.5 0 2.5 0 1.0 1 . 1 .

22 043 PANTE SIKEUMBONG 0 2.0 0 2.5 0 2.5 1 . 0 2.5

23 044 CEUBO 0 35.0 0 3.0 0 3.0 1 . 1 .

24 045 KEUDE LAPANG 1 . 0 1.0 0 5.0 1 . 1 .

25 046 BLANG KEUDE 0 1.0 0 1.0 0 1.0 0 0.5 0 0.5

26 047 COT MANE 0 5.0 0 5.0 0 2.0 1 . 1 .

27 057 LHOK MAMBANG 0 25.0 0 1.5 0 0.5 1 . 0 1.5

28 058 LAPANG TIMUR 0 30.0 1 . 0 2.0 1 . 0 0.5

29 059 TEUPIN SIRON 0 35.0 0 1.5 0 1.5 1 . 1 .

30 060 IE RHOB 0 33.0 0 3.0 0 3.0 0 3.0 0 3.0

31 061 ALUE MANGKI 0 30.0 0 1.0 0 1.0 1 . 1 .

32 062 LINGKA KUTA 0 36.0 0 1.0 0 1.0 1 . 1 .

33 063 LAPANG BARAT 0 36.0 0 1.5 0 1.5 1 . 1 .

34 064 SAMUTI KRUENG 0 1.0 0 1.0 0 1.0 1 . 0 1.0

35 065 SAMUTI MAKMUR 0 3.0 0 3.0 1 . 1 . 0 3.0

36 066 SAMUTI RAYEUK 0 5.0 0 5.0 0 5.0 1 . 0 5.0

37 076 SAMUTI AMAN 0 1.5 0 1.5 0 1.0 1 . 1 .

38 077 MON KEULAYU 0 6.0 0 6.0 1 . 1 . 1 .

Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Gandapura dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi
penduduk pada tahun 2010 sebesar 20.917 jiwa, maka tambahan sarana kesehatan
yan diperlukan di kawasan perencanaan Kec. Gandapura hanya berupa Balai
Pengobatan/Poliklinik sebanyak 4 (empat) buah.

C.5 Listrik dan Telepon

Hampir seluruh desa di Kecamatan Gandapura telah dilayani oleh prasarana listrik,
kecuali 1 (satu) desa, yakni desa Ie Rhob. Untuk prasarana telepon hanya melayani
7 (tujuh) desa yang ada di kec. Gandapura. Kondisi ini menunjukkan kebutuhan

LAPORAN AKHIR III - 203


BRR
NAD - Nias

perluasan jaringan telepon yang dapat mencapai ke desa-desa yang masih


belum terlayani.

Keluarga Berlangganan
No Kode Nama Desa Ketersediaan Keluarga Pengguna Listrik Telepon
Peta Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
1 005 PALOH KAYEE KUNYET Ada 20 0 66.7 0.0 0 0.0
2 006 TANJONG RAYA Ada 22 0 44.9 0.0 0 0.0
3 007 PAYA SEUPAT Ada 30 0 51.7 0.0 0 0.0
4 008 PAYA KAREUNG Ada 30 0 93.8 0.0 0 0.0
5 009 BLANG KUBU Ada 55 0 84.6 0.0 0 0.0
6 014 PAYA BARO Ada 11 0 42.3 0.0 0 0.0
7 015 TANJONG MESJID Ada 31 0 77.5 0.0 0 0.0
8 016 MON JEUREUJAK Ada 23 0 88.5 0.0 0 0.0
9 017 DAMA KAWAN Ada 74 0 86.0 0.0 0 0.0
10 018 COT RAMBAT Ada 35 0 66.0 0.0 0 0.0
11 019 BLANG GURON Ada 101 0 87.1 0.0 0 0.0
12 020 COT TEUBEE Ada 50 0 68.5 0.0 0 0.0
13 021 TANJONG BUNGONG Ada 30 0 85.7 0.0 0 0.0
14 022 PULO GISA Ada 38 0 76.0 0.0 0 0.0
15 023 UJONG BAYU Ada 31 0 45.6 0.0 0 0.0
16 024 COT TUPAH Ada 233 0 96.7 0.0 0 0.0
17 025 COT TUNONG Ada 140 0 97.2 0.0 0 0.0
18 039 COT PUUK Ada 190 0 95.0 0.0 0 0.0
19 040 PALOH ME Ada 75 0 100.0 0.0 0 0.0
20 041 GEURUGOK Ada 182 0 99.5 0.0 5 2.7
21 042 COT JABET Ada 118 0 97.5 0.0 0 0.0
22 043 PANTE SIKEUMBONG Ada 60 0 92.3 0.0 0 0.0
23 044 CEUBO Ada 50 0 83.3 0.0 0 0.0
24 045 KEUDE LAPANG Ada 240 0 96.0 0.0 25 10.0
25 046 BLANG KEUDE Ada 120 0 94.5 0.0 15 11.8
26 047 COT MANE Ada 96 0 95.0 0.0 0 0.0
27 057 LHOK MAMBANG Ada 160 0 98.2 0.0 0 0.0
28 058 LAPANG TIMUR Ada 129 0 98.5 0.0 20 15.3
29 059 TEUPIN SIRON Ada 154 0 100.0 0.0 6 3.9
30 060 IE RHOB Tidak 0.0 0 0.0
31 061 ALUE MANGKI Ada 133 0 97.1 0.0 0 0.0
32 062 LINGKA KUTA Ada 160 0 100.0 0.0 20 12.5
33 063 LAPANG BARAT Ada 80 0 55.2 0.0 2 1.4
34 064 SAMUTI KRUENG Ada 180 0 93.3 0.0 0 0.0
35 065 SAMUTI MAKMUR Ada 190 0 97.4 0.0 0 0.0
36 066 SAMUTI RAYEUK Ada 125 0 97.7 0.0 0 0.0
37 076 SAMUTI AMAN Ada 168 0 98.8 0.0 0 0.0
38 077 MON KEULAYU Ada 346 0 89.6 0.0 0 0.0

LAPORAN AKHIR III - 204


BRR
NAD - Nias

3.12.2 RENCANA TINDAK (ACTION PLAN) KECAMATAN GANDAPURA

Rencana Tindak (Action Plan) di Kecamatan Gandapura disusun berdasarkan 5


(lima) rangkaian kegiatan yang telah dijelaskan pada sub bab 3.2. Sebagaimana
juga telah dijelaskan pada sub bab 3.2, pelaksanaan sosialisasi melalui FGD di
kecamatan Gandapura tidak dapat dilaksanakan, sehingga dalam hal ini
dilaksanakan survai wawancara (kuestioner) kepada masyarakat setempat
sebagai bahan validitas terhadap draft rencana tindak (action plan) yang disusun
konsultan dan telah dipadukan dengan bahan usulan program dari hasil
pelaksanaan penjaringan aspirasi masyarakat melaui Forum FGD (Focus Group
Discussion) yang dilakukan oleh Pemda Kabupaten Bireuen bekerjasama dengan
Lembaga NGO dari Perancis pada tahun 2005.

Hasil suvai wawancara (kuestioner) kepada masyarakat di 9 (sembilan) kecamatan


prioritas (termasuk Kecamatan Gandapura) juga telah dijelaskan pada sub bab 3.2.
Melalui 5 (lima) rangkaian kegiatan di atas, dan hasil pelaksanaan suvai wawancara
(kuestioner) kepada masyarakat selanjutnya disusun dan ditetapkan Rencana
Tindak (Action Plan) di Kecamatan Gandapura Tahun 2007 sampai Tahun 2009
seperti disajikan pada Tabel dan gambar pada halaman berikut.

3.12.3 DESA PRIORITAS DI KECAMATAN GANDAPURA

Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka dipilih dan ditetapkan desa prioritas untuk
“Village Planning” di Kecamatan Gandapura seperti disajikan pada tabel berikut.

Desa Prioritas di Kecamatan Gandapura

Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
3 60 IE RHOB Gandapura 40 1
16 62 LINGKA KUTA Gandapura 29 2
35 63 LAPANG BARAT Gandapura 25 3
36 77 MON KEULAYU Gandapura 25 3
44 61 ALUE MANGKI Gandapura 24 4
116 76 SAMUTI AMAN Gandapura 16 5

LAPORAN AKHIR III - 205


BRR
NAD - Nias

121 47 COT MANE Gandapura 15 6


132 57 LHOK MAMBANG Gandapura 12 7
135 59 TEUPIN SIRON Gandapura 11 8
136 64 SAMUTI KRUENG Gandapura 11 8
138 65 SAMUTI MAKMUR Gandapura 10 9
142 46 BLANG KEUDE Gandapura 8 10
148 58 LAPANG TIMUR Gandapura 6 11

LAPORAN AKHIR III - 206


BRR
NAD - Nias

PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KABUPATEN BIREUEN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM


BRR
NAD - Nias

Sebagai penutup dari buku-1 ini, berikut akan dikemukakan beberapa kesimpulan
dari rekomendasi hasil Review RTRW Kabupaten Bireuen dan Penyusunan Rencana
Tindak (Action Plan) di Kecamatan Prioritas.

4.1 KESIMPULAN DARI HASIL REVIEW RTRW KABUPATEN BIREUN


DAN REKOMENDASI UNTUK PENYUSUNAN RENCANA TATA
RUANG WILAYAH KABUPATEN BIREUN (TAHAP II)

Dengan mengacu pada hasil review RTRW Kab. Bireuen yang ada saat ini (2002 –
2011) serta hasil kajian terhadap isu permasalahan tata ruang Kabupaten Bireun
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka berikut ini direkomendasikan
beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RTRW Kabupaten
Bireuen (Tahap-II), sebagai berikut :

1. Dari hasil review RTRW Kab. Bireuen yang ada saat ini disimpulkan bahwa RTRW
Kabupaten Bireuen saat ini memerlukan revisi secara menyeluruh, sehingga
perlu disusun RTRW Kabupaten yang Baru.

2. Dalam rangka meminimasi dampak tsunami di Kabupaten Bireuen di masa


mendatang, maka konsep Rencana Tata Ruang Kabupaten Bireuen, khususnya
pada wilayah pesisir, perlu memberi penekanan khusus pada aspek mitigasi
dan minimasi terhadap dampak bencana, misal dengan menerapkan konsepsi :
Escape Roads dan Escape Hills.

3. Konsep pengembangan kawasan Budidaya Kabupaten Bireun perlu mengacu


pada Sistem Zonasi Kabupaten Bireuen dalam Rencana Induk Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Wilayah NAD-Nias.

4. Dalam rangka mencegah terjadinya permasalahan degradasi lingkungan di


Kabupaten Bireun, maka pada kawasan-kawasan yang termasuk dalam kriteria
Kawasan Lindung Setempat (sesuai Keppres No. 32 Tahun 1990), meliputi :
Kawasan Sempadan Pantai, Sempadan Sungai, Kawasan Sekitar Mata Air, dan
Kawasan Sekitar Danau/Waduk, perlu dikelola secara baik dan dikembangkan
sebagai sabuk hijau. Sabuk Hijau pada kawasan sempadan pantai
direkomendasikan untuk pengembangan hutan bakau (mangrove).

LAPORAN AKHIR IV - 1
BRR
NAD - Nias

5. Dalam rangka menangani permasalahan banjir di Kab. Bireuen yang diduga


disebabkan oleh masalah penggundulan hutan di wilayah hulu dan masalah
sedimentasi di muara Sungai, maka dalam penyusunan RTRW Kab. Bireuen
perlu ditekankan masalah penyelamatan kawasan resapan air (catchment
area) di wilayah hulu sungai yang sering berpotensi banjir.

6. Dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi Kab. Bireuen, maka dalam


penyusunan RTRW Kab. Bireuen perlu ditampung beberapa Rencana Strategis
Kabupaten Bireuen, meliputi :

a. Rencana Kawasan Industri Bate Geulungku,

b. Rencana Pelabuhan di Kec. Simpang Mamplam,

c. Rencana pengembangan Sumber Daya Air Bersih S. Batuilie sebagai sumber


air untuk Kawasan Industri Bate Geulungku dan Rencana Pelabuhan di Kec.
Simpang Mamplam.

d. Rencana pengembangan TPI dan PPI di Kec. Peudada.

e. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Utama (Perkotaan) Bireuen


sebagai ibukota Kabupaten Bireuen.

f. Rencana Pembangunan Jalan Lingkar Selatan dan Utara Kota Bireuen

g. Rencana Kawasan Pemerintahan Kabupaten di Cot Gapu.

h. Rencana Pengembangan Industri Bio-Diesel di Teupin Manee, Kec. Juli

i. Rencana Pengembangan Industri Alat Pertanian di Kuta Blang.

j. Rencana Pengembangan Pasar Hewan dan Pusat Pakan Ternak di Geurughok.

k. Rencana Pengembangan potensi Pasir Besi di Mon Keulayu.

7. Perlunya mendorong beberapa sektor ekonomi yang potensial di Kabupaten


Bireuen di masa mendatang, meliputi :

a. Sektor Pertanian, dengan komoditas utama padi dan kedelai. Adapun


kawasan sentra produksi pertanian terdapat di Kec. Samalanga, Gandapura,
dan Peusangan.

LAPORAN AKHIR IV - 2
BRR
NAD - Nias

b. Sektor Perikanan Laut, dengan komoditas utama ikan cakalang dan tuna. Dari
hasil budidaya pertambakan adalah udang windu dan bandeng.

c. Sektor Industri, dengan penekanan pada jenis agro industri, termasuk


industri bio-diesel, dan industri alat pertanian.

d. Sektor Peternakan, sesuai dengan rencana pengembangan Pasar Hewan,


Pusat Pakan Ternak, dan Pusat Kesehatan Ternak di Geurughok.

e. Sektor Perdagangan/Jasa, dikembangkan di kota Bireuen (ibukota Kabupaten


Bireuen) yang memiliki posisi strategis karena terletak pada persimpangan
antara jalan Nasional yang menghubungkan antara kota pusat-pusat
pertumbuhan Banda Aceh (kota PKN) dan Lhokseuwawe (kota PKN), serta
jalan Provinsi Bireuen – Takengon (kota PKW).

8. Perlunya memprioritaskan program pengembangan prasarana dan sarana


transportasi di Kabupaten Bireuen, karena dengan terbukanya akses antara
pusat-pusat kegiatan (termasuk pusat kecamatan), sentra-sentra produksi,
lokasi bahan baku, kawasan industri pengolahan, pasar, dan outlet (Pelabuhan,
Bandar Udara), diharapkan akan dapat menjadi stimulan untuk men”generate”
perkembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi di Kab. Bireuen.

4.2 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DARI HASIL


PENYUSUNAN RENCANA TINDAK (ACTION PLAN) DI
KECAMATAN PRIORITAS

Dengan mengacu pada hasil penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, maka berikut ini disajikan beberapa kesimpulan
dan rekomendasi tindak lanjut yang diperlukan untuk pelaksanaan Rencana Tindak
(Action Plan) di kecamatan prioritas.

1. Dari hasil identifikasi kondisi dan permasalahan yang ada di 9 (sembilan)


kecamatan prioritas, menunjukkan bahwa secara umum permasalahan yang ada
di setiap kecamatan dipengaruhi oleh karakteristik fisik dan sosial-ekonomi
wilayah, seperti : daerah pesisir atau bukan pesisir, daerah perkotaan (urban),

LAPORAN AKHIR IV - 3
BRR
NAD - Nias

perdesaan atau semi-urban, daerah sudah berkembang, sedang berkembang


atau belum berkembang, daerah miskin atau bukan miskin, dll.

2. Dalam rangka menangani berbagai permasalahan yang ada di kecamatan


prioritas Kabupaten Bireuen, telah disusun rencana tindak (action plan)
Kecamatan prioritas Kabupaten Bireuen, yang diperoleh dari berbagai masukan
sebagai berikut :

a. Hasil analisis kebutuhan program sesuai dengan kaidah dan standar


perencanaan program yang ada.

b. Hasil rumusan konsep dasar dan strategi pengembangan kecamatan yang


mengacu pada Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias.

c. Usulan Program dari :

• Pemda Kabupaten Bireun (Dinas-dinas/Instansi terkait),

• Pemerintah Kecamatan terpilih (9 kecamatan),

• Buku Rencana Program hasil Musrenbang Kabupaten Bireun,

• Lembaga NGO (Non Government Organization) Lokal dan Internasional


yang memberikan bantuan di Kabupaten Bireuen,

• Aspirasi Masyarakat melalui Forum FGD yang pernah dilakukan oleh


Pemda Kabupaten Bireuen bekerjasama dengan Lembaga NGO dari
Perancis.

d. Hasil “cross-check” atau validitas dari rumusan Draft Rencana Tindak (Action
Plan) yang merupakan gabungan dari 3 (tiga) masukan yang telah dijelaskan
sebelumnya melalui pelaksanaan survai wawancara (kuestioner) kepada
masyarakat di setiap kecamatan.

3. Dari hasil survai wawancara kepada masyarakat, sebagian besar responden (71
%) menyatakan bahwa jenis program yang paling prioritas adalah program jalan,
selanjutnya berturut-turut adalah program rehabilitasi rekonstruksi perumahan
yang terkena dampak tsunami, program pembangunan sarana air bersih dan
sanitasi, program pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan, program
penyediaan listrik, program pemberdayaan ekonomi, masyarakat miskin, petani

LAPORAN AKHIR IV - 4
BRR
NAD - Nias

dan nelayan, program penanganan banjir dan pengamanan pantai, program


pembangunan sarana dan prasarana irigasi, serta terakhir adalah program
pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan kecamatan.

4. Dari hasil survai wawancara kepada masyarakat diperoleh bahwa sebagian besar
responden menyarankan agar pelaksanaan rencana tindak yang dilakukan di
kecamatan bersangkutan perlu : melibatkan masyarakat setempat dalam
pelaksanaannya, memperhatikan adat-istiadat dan budaya setempat,
memanfaatkan semaksimal mungkin ketersediaan sumber daya (SDA dan SDM)
setempat yang ada.

LAPORAN AKHIR IV - 5

Anda mungkin juga menyukai