NAD - Nias
Laporan Akhir ini merupakan laporan tahap penyelesaian dalam rangkaian kegiatan
“ PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BIREUEN DAN
KAWASAN PERMUKIMAN UTAMA “ yang merupakan kerjasama antara Pemerintah
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Dinas Perkotaan dan Permukiman cq. SKS –
BRR Tata Ruang, Lingkungan, Pemantauan dan Evaluasi Manfaat NAD dengan
PT. Artama Interkonsultindo bekerjasama dengan CV. Triple – C.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian pekerjaan ini.
CV. Triple - C
Gempa bumi yang diikuti gelombang Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 dan
gempa susulan pada tanggal 28 Maret 2005, telah meluluhlantahkan sebagian besar
wilayah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kepulauan Nias Provinsi
Sumatera Utara, dengan korban lebih dari dua ratus ribu jiwa meninggal dan
menyisakan kerusakan fisik yang luar biasa. Oleh karena itu, wilayah ini harus
direncanakan dan ditata kembali mengikuti kaidah-kaidah dan norma-norma yang
ada dengan memasukan aspek mitigasi terhadap bencana alam dalam rangka
meminimalkan resiko di kemudian hari dengan memberikan kesempatan masyarakat
untuk berpartisipasi langsung dalam proses perencanaan dan implementasinya.
Dalam rangka percepatan proses penanganan bencana dan dampak luar biasa yang
ditimbulkan tersebut, Pemerintah mengeluarkan Perpu No. 2 Tahun 2005 untuk
membentuk Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat
Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara (disingkat BRR NAD-Nias),
serta mengeluarkan Perpres No. 30 Tahun 2005 tentang Rencana Induk Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat NAD dan Kepulauan Nias
Provinsi Sumatera Utara. Rencana Induk ini merupakan acuan bagi proses
perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi
dan rekonstruksi di wilayah provinsi NAD dan Kepulauan Nias.
Dalam konteks penataan ruang, telah dikeluarkan beberapa arahan yang termuat
dalam Rencana Induk pada Buku Utama Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
Dalam buku ini dijelaskan bahwa tujuan penataan ruang wilayah Aceh dan Nias
adalah membangun kembali wilayah, kota, kawasan dan lingkungan permukiman
yang rusak akibat bencana gempa dan tsunami, sehingga masyarakat dapat segera
melakukan aktivitasnya dalam kondisi yang lebih baik dan aman dari bencana.
Kebijakan dan strategi penataan ruang dan pertanahan, memberikan gambaran
konsep dan skenario penataan ruang, dan memberikan arahan pola serta struktur
tata ruang wilayah Provinsi NAD, serta Kabupaten/kota di Wilayah Provinsi NAD dan
di Kepulauan Nias. Secara umum, arahan pola dan struktur tata ruang wilayah ini
perlu dijabarkan lagi ke dalam bentuk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota dan Rencana Tata Ruang yang lebih detail.
LAPORAN AKHIR I- 1
BRR
NAD - Nias
Salah satu Kabupaten di provinsi NAD yang perlu disiapkan RTRW Kabupatennya
adalah Kabupaten Bireuen. Secara geografis, Kabupaten Bireuen memiliki posisi
strategis, karena terletak pada koridor pantai Timur Sumatera (merupakan wilayah
yang relatif lebih maju dibandingkan dengan wilayah Tengah dan koridor Pantai
Barat), serta berhadapan langsung dengan Selat Malaka yang merupakan jalur
pelayaran internasional yang padat. Kerusakan pada wilayah Kabupaten Bireuen
paska bencana gempa dan tsunami, terutama terjadi pada wilayah-wilayah di
sekitar pesisir pantai, antara lain Kecamatan Samalanga dan Kecamatan Gandapura
yang tergolong cukup parah.
LAPORAN AKHIR I- 2
BRR
NAD - Nias
1.2.1. MAKSUD
1.2.2. TUJUAN
Tujuan pekerjaan ini adalah menyusun RTRW Kabupaten Bireuen dan Kawasan
Permukiman Utama untuk Tahap-1,
2. Review Rencana Tata Ruang Kota yang ada, perumusan rencana strategis
pengembangan kota, identifikasi potensi dan permasalahan mendesak, serta
penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) rehabilitasi dan rekonstruksi pada
kawasan permukiman utama (kawasan perkotaan) Bireuen.
1.2.3. SASARAN
Sasaran yang hendak dicapai dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR I- 3
BRR
NAD - Nias
A. RTRW KABUPATEN :
LAPORAN AKHIR I- 4
BRR
NAD - Nias
6) Rekomendasi kebutuhan Rencana Tata Ruang Wilayah Jangka Panjang Tahap II.
LAPORAN AKHIR I- 5
BRR
NAD - Nias
2. Strategi Rekonstruksi
LAPORAN AKHIR I- 6
BRR
NAD - Nias
3. Rencana Mitigasi
LAPORAN AKHIR I- 7
BRR
NAD - Nias
• Building Codes
Untuk gempa;
Untuk tsunami.
LAPORAN AKHIR I- 8
BRR
NAD - Nias
• Prosedur :
• Substansi/materi perencanaan:
LAPORAN AKHIR I- 9
BRR
NAD - Nias
• Prosedur :
LAPORAN AKHIR I- 10
BRR
NAD - Nias
LAPORAN AKHIR I- 11
BRR
NAD - Nias
Analisa bencana dibutuhkan sebagai dasar bagi penataan ruang. Kondisi alam dapat
dikategorikan menjadi : potensi, kendala, dan limitasi alam. Potensi adalah
kawasan yang dapat dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan, kendala adalah
kawasan yang dapat dikembangkan dengan prasyarat-prasyarat tertentu mengingat
adanya kondisi alam yang tidak mendukung pengembangan secara optimal.
Sedangkan limitasi alam adalah kawasan yang benar-benar perlu dibatasi
penggunaannya mengingat kondisi alam yang sangat tidak mendukung untuk
optimalisasinya.
Ruang lingkup arahan penataan ruang wilayah kabupaten/kota berisi arahan yang
bersifat umum, terdiri atas:
LAPORAN AKHIR I- 12
BRR
NAD - Nias
Pada dasarnya terdapat 2 (dua) dua pola pendekatan yang akan digunakan
konsultan untuk pelaksanaan pekerjaan ini yaitu :
1) Pendekatan Konseptual
Yaitu pola pikir pendekatan yang berpedoman dan mengacu pada lingkup
pekerjaan dikaitkan dengan mekanisme / proses atau urutan/ kronologis
pelaksanaan kegiatan dalam pekerjaan ini.
Terdapat cukup banyak pendekatan konseptual yang akan menjadi acuan dalam
pekerjaan ini. Adapun yang akan dijelaskan berikut ini hanya merupakan
pendekatan utama yang penting diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
Pada dasarnya, pendekatan utama berikut merupakan pendekatan yang saling
terkait erat dan berhubungan, sehingga dalam implementasinya akan digunakan
dalam satu kesatuan kerangka pendekatan.
LAPORAN AKHIR I- 13
BRR
NAD - Nias
berlaku, antara lain hukum pertanahan. Kontribusi dari atas ke bawah adalah
tersedianya struktur konseptual wilayah Kabupaten. Sedangkan proses perencanaan
dan pembangunan skala desa, sub kecamatan, dan kecamatan dibuat bersama
masyarakat (dari bawah ke atas). Dengan demikian pertimbangan makro dan mikro
dapat diakomodasi secara proporsional dalam tata ruang wilayah paska bencana.
Proses perencanaan yang dilakukan berprinsip Repair & Better-Off (atau Build Back
Better- B3) yang dilaksanakan dengan tahapan sebagal berikut:
3) Integrasikan ke duanya;
4) Revitalisasi RTRW Kabupaten hasil integrasi menjadi RTRW 2005-2015 (2020) yang
telah memasukkan mitigasi bencana.
Dengan demikian, suatu rencana tindak yang dipilih tidak hanya memberikan
manfaat hanya sesaat dengan jangkauan lokal saja, tetapi diharapkan dapat
memberi manfaat yang berkelanjutan dengan jangkauan luas, sehingga akan terus
bergulir bagaikan bola salju (snow bowling) yang semakin lama manfaatnya akan
semakin membesar. Pemilihan rencana tindak sangat menentukan seberapa jauh
efek ekonomi ganda itu akan terjadi. Berdasarkan pendekatan ini, maka setiap
rencana tindak akan dipilih berdasarkan kriteria pioritas manfaat ekonomi ganda.
LAPORAN AKHIR I- 14
BRR
NAD - Nias
Dalam mekanisme penyusunan rencana tindak atau program pada kecamatan prioritas
dan kawasan permukiman utama Bireuen, prosesnya perlu menyentuh seluruh pelaku
yang terkait sesuai dengan tugas dan peran yang dibawanya. Untuk itu, proses
penyusunan program ini akan dilakukan melalui pendekatan yang integratif (Integrative
System) dilihat dari cakupan substantifnya, dan partisipatif (Participative Process)
dilihat dari mekanisme pelaksanaannya. Yang perlu dicatat adalah bahwa proses
kegiatan penyusunan rencana tindak ini “menerima masukan” dari 2 (dua) sumber
utama, yakni :
2. Usulan Rencana dan Program yang berasal dari setiap pelaku (stakeholders) terkait.
Masukan inilah yang kemudian diolah, untuk dicarikan optimasinya melalui kaidah-
kaidah integrasi kebijakan perencanaan dan sinkronisasi kelayakan program.
Secara kronologis, pekerjaan ini akan dibagi ke dalam 8 (delapan) tahap kegiatan
utama (lihat gambar 1.1), sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR I- 15
BRR
NAD - Nias
Dari tiap tahapan di atas, akan dibagi lagi dalam beberapa kegiatan dan sub-sub
kegiatan yang diperlukan guna menyelesaikan dan mencapai tujuan dan sasaran
pekerjaan sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR I- 16
BRR
NAD - Nias
LAPORAN AKHIR I- 17
BRR
NAD - Nias
LAPORAN AKHIR I- 18
BRR
NAD - Nias
Sebagai langkah awal dalam pelaksanaan pekerjaan ini, akan dilakukan konfirmasi
kepada pihak Pemberi Tugas tentang isu-isu pokok pekerjaan ini, menyangkut :
materi, tujuan, sasaran, lingkup kegiatan, serta filosofi dan kerangka kerja
(framework) dari studi ini.
Berdasarkan hasil konfirmasi terhadap isu pokok studi, selanjutnya dalam kegiatan ini
akan disusun metode dan rencana kerja secara lebih rinci yang akan dibahas
bersama Pihak Pemberi Tugas, untuk disepakati bersama, dan untuk selanjutnya
metode dan rencana kerja tersebut akan digunakan sebagai acuan (gudelines) dalam
pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan dalam pekerjaan ini.
Sebelum dilakukan survai pengumpulan data, dalam kegiatan ini terlebih dahulu
akan dilakukan proses persiapan survai, meliputi :
1. Penyusunan kebutuhan data dan informasi yang diperlukan secara rinci,
mencakup nama, jenis, skala, lingkup, dan periode data.
2. Penyusunan metode pengumpulan data dan sumber-sumber data,
3. Penyusunan jadwal terinci pelaksanaan survai,
4. Penyiapan peralatan dan perlengkapan survai.
5. Penyiapan akomodasi, dll.
Kegiatan survai akan di awali oleh kegiatan koordinasi dan pengumpulan data
sekunder di tingkat Provinsi. Koordinasi dilakukan guna menginformasikan kepada
pihak Pemda Provinsi NAD tetang pekerjaan yang sedang dilaksanakan, disamping
untuk memperoleh masukan yang diperlukan dalam perencanaan wilayah studi.
Adapun data sekunder yang dikumpulkan di tingkat Provinsi, antara lain meliputi :
LAPORAN AKHIR I- 19
BRR
NAD - Nias
1. Data Kebijakan dan Rencana Terkait di Tingkat Nasional dan Provinsi, meliputi :
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah
Pulau Sumatera, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara, Sistranas,
Sistrawilprov, Rencana KAPET, Segitiga Pertumbuhan (SIJORI, IMS-GT), RENSTRA
dan PROPEDA Provinsi, Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nias, Program
Prioritas BRR NAD-Nias, dlsb.
3. Data Prasarana dan Sarana Wilayah, meliputi data : prasarana dan sarana
transportasi (jaringan jalan, angkutan umum dan terminal, pelabuhan, bandar
udara), prasarana dan sarana pengairan, dan prasarana wilayah lainnya.
LAPORAN AKHIR I- 20
BRR
NAD - Nias
4. Data Prasarana dan Sarana Wilayah, meliputi data : prasarana dan sarana
transportasi (jaringan jalan, angkutan umum dan terminal, pelabuhan, bandar
udara), sarana sosial-ekonomi (pasar, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum
lainnya), prasarana lingkungan (air bersih, drainase, pengolahan sampah, sanitasi),
prasarana telekomunikasi dan energi (listrik dan telepon).
LAPORAN AKHIR I- 21
BRR
NAD - Nias
LAPORAN AKHIR I- 22
BRR
NAD - Nias
1. Kelengkapan data;
2. Metodologi yang digunakan;
3. Kelengkapan isi rencana dan peta rencana;
4. Tinjauan terhadap pemanfaatan rencana;
5. Tinjauan pengendalian;
6. Kelembagaan;
7. Aspek legalitas;
8. Proses penyusunan rencana.
Kondisi dan permasalahan umum wilayah Kabupaten Bireuen yang dikaji di sini,
terdiri dari kajian wilayah eksternal (regional), dan wilayah internal.
LAPORAN AKHIR I- 23
BRR
NAD - Nias
Kajian ini dilakukan untuk melihat kondisi dan permasalahan umum yang ada
di wilayah internal Kabupaten Bireuen, mencakup kajian terhadap seluruh
data-data yang dikumpulkan di tingkat Kabupaten, termasuk kajian
terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten yang ada,
berikut kebutuhan peninjauan kembali terhadap RTRW tersebut.
LAPORAN AKHIR I- 24
BRR
NAD - Nias
2. Terdapat rencana strategis daerah atau program prioritas daerah yang akan
dilaksanakan di kecamatan bersangkutan.
LAPORAN AKHIR I- 25
BRR
NAD - Nias
dalam kegiatan ini dilakukan identifikasi kondisi dan permasalahan yang ada di
kawasan perencanaan, yang secara garis besar meliputi aspek : daya dukung
fisik dan lingkungan, sosial-ekonomi dan budaya, permukiman dan bangunan,
serta prasarana dan sarana, dan tata ruang. Selanjutnya, berbagai
permasalahan yang ada tersebut, dievaluasi guna mengetahui permasalahan
mendesak (prioritas) pada setiap aspek yang perlu segera ditangani.
LAPORAN AKHIR I- 26
BRR
NAD - Nias
LAPORAN AKHIR I- 27
BRR
NAD - Nias
1. Kriteria dan pengertian Kawasan Perkotaan yang ada (versi BPS, dll).
Berdasarkan hasil identifikasi kondisi dan permasalaan yang ada pada kawasan
perkotaan Bireuen, serta arahan dalam Rencana Induk Rehabilitasi dan
Rekonstruksi NAD-Nias, dalam kegiatan ini dilakukan analisis kebutuhan
penanganan dari setiap permasalahan mendesakan yang ada. Secara umum
analisis yang dilakukan disini meliputi aspek yang sama dengan yang telah
dijelaskan untuk kecamatan prioritas, yakni meliputi : analisis pengembangan
sosial-ekonomi dan budaya, penataan ruang, pengembangan permukiman dan
pengelolaan bangunan, serta pengembangan prasarana dan sarana kota.
LAPORAN AKHIR I- 28
BRR
NAD - Nias
LAPORAN AKHIR I- 29
BRR
NAD - Nias
1. Nama Program,
2. Lokasi Program,
3. Tujuan dan Sasaran Program,
4. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule),
5. Sumber Dana Program,
6. Institusi/Pihak Pengelola Progam.
Dengan mengacu pada hasil seluruh rangkaian kegiatan sebelumnya, serta hasil
review RTRW Kabupaten Bireuen yang ada saat ini (2002-2011), dalam kegiatan
LAPORAN AKHIR I- 30
BRR
NAD - Nias
2. Strategi Pengembangan Kota, meliputi aspek yang sama dengan yang telah
dijelaskan pada strategi pengembangan kecamatan prioritas Kabupaten
Bireuen, yakni meliputi strategi : pengembangan sosial ekonomi dan budaya,
penataan ruang, pengembangan permukiman dan pengelolaan bangunan,
serta pengembangan prasarana dan sarana kota.
LAPORAN AKHIR I- 31
BRR
NAD - Nias
Dengan mengacu pada hasil seluruh rangkaian kegiatan sebelumnya, serta hasil
review RUTR Kota Bireuen yang ada saat ini, dalam kegiatan ini dirumuskan
rekomendasi kebutuhan untuk penyusunan RUTR Kota Bireuen (Tahap II) yang
meliputi aspek yang hampir sama dengan yang telah dijelaskan untuk
penyusunan RTRW Kab. Bireuen (Tahap II)
Adapun buku ini adalah merupakan Buku I, yang berisi 4 (empat) bab pokok
bahasan, meliputi :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran,
hasil yang diharapkan, metodologi , dan sistematika laporan.
LAPORAN AKHIR I- 32
BRR
NAD - Nias
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi tentang berbagai kesimpulan dari hasil studi ini dan
rekomendasi untuk penyusunan RTRW Kabupaten Bireuen (Tahap II).
LAPORAN AKHIR I- 33
BRR
NAD - Nias
2.1.1. UMUM
1. Faktor Eksternal
e. Adanya bencana alam yang cukup besar sehingga mengubah struktur dan pola
pemanfaatan ruang, dan memerlukan relokasi kegiatan budidaya maupun
lindung yang ada demi pembangunan pasca bencana.
2. Faktor Internal
dan pertumbuhan aktivitas sosial ekonomi yang cepat dan dinamis. Rendahnya
kualitas ini dapat disebabkan karena tidak diikutinya proses teknis dan prosedur
kelembagaan perencanaan tata ruang.
c. Adanya perubahan atau pergeseran nilai/norma dan tuntutan hidup yang berlaku
di dalam masyarakat.
Dengan mengacu pada pedoman di atas, maka secara umum perlunya peninjauan
kembali RTRW Kabupaten Bireuen didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
1. Faktor Eksternal :
2. Faktor Internal :
a. Rendahnya kualitas dan kemutahiran data dan RTRW Kabupaten Bireuen yang
ada. Hal ini antara lain dapat dilihat dari : Peta-peta dasar dan Peta-peta
rencana yang kurang akurat (tidak berbasis peta GIS), Peta wilayah
administrasi Kecamatan tidak akurat, dan saat ini telah terjadi pemekaran
beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Bireuen dari semula berjumlah
10 kecamatan menjadi 17 kecamatan (lihat bagian Terminologi).
Sesuai dengan pedoman yang ada, kriteria kelengkapan dan kesahan RTRW
Kabupaten, meliputi :
1. Kelengkapan dan keabsahan data;
2. Kelengkapan dan relevansi metoda dan hasil analisis;
3. Kelengkapan konsep dan strategi pemanfaatan ruang wilayah kabupaten;
4. Kelengkapan Muatan Produk Rencana
5. Kesuaian prosedur penyusunan RTRWK;
6. Kesahan produk RTRWK.
Mengingat sampai saat ini konsultan belum memperoleh buku Fakta dan Analisa
dari Rencana Tata Ruang Kabupaten Bireuen yang ada saat ini (2002 - 2011), maka
konsultan tidak dapat mengevaluasi tentang kelengkapan dan keabsahan dari data
pokok yang digunakan untuk penyusunan rencana tata ruang terdahulu.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan antara kriteria kelengkapan dan
keabsahan rumusan strategi pemanfaatan ruang Kabupaten dalam buku Pedoman
Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten, terhadap muatan buku Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bireun (2002 - 2011) tentang rumusan strategi pemanfaatan
ruang kabupaten. Secara garis besar hasil dari evaluasi ini dapat dilihat pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1
Evaluasi Rumusan Strategi Pemanfaatan Ruang Kabupaten
Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan antara kriteria kesahan produk
rencana dalam buku pedoman, terhadap muatan buku Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bireun (2002 - 2011) tentang Rencana pemanfaatan ruang kota. Secara
garis besar hasil dari evaluasi ini dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Evaluasi Muatan Produk Rencana
Tabel 2.3
Evaluasi Prosedur Penyusunan Rencana
2 Melibatkan seluruh Tim Koordinasi Penataan Ruang Wilayah V Tim koordinasi hanya Dinas/
Kabupaten, serta masyarakat dan pakar termasuk swasta; Instansi terkait
3 Melalui suatu proses konsensus dan musyawarah dari semua V Namun pihak masyarakat dan
pihak dan mengalokasikan ruang sesuai dengan arahan dan swasta tidak dilibatkan
rencana tata ruang yang lebih tinggi.
G. Kesimpulan
2. Adapun hasil evaluasi terhadap muatan produk rencana, secara garis besar
dapat dikatakan lengkap dan sah, walaupun masih banyak kekurangan dari
aspek kuantifikasi dari rencana.
3. Demikian pula dari hasil evaluasi prosedur penyusunan rencana, secara garis
besar dapat dikatakan tidak sesuai, karena proses penyusunannya tidak
melibatkan masyarakat dan swasta, serta tidak melalui suatu proses
konsensus dari semua pihak (stake holders), yang menjadi paradigma baru
dari proses penyusunan rencana tata ruang.
4. Untuk evaluasi terhadap kelengkapan data dan metode analisis masih belum
dapat dilakukan, mengingat buku Fakta dan Analisis sampai saat ini masih
belum tersedia.
5. Dari keseluruhan hasil evaluasi terhadap buku Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bireuen (2002 - 2011), konsultan cenderung menilai bahwa
produk rencana tata ruang terdahulu tidak lengkap dan tidak sah, karena
cukup banyaknya muatan rencana yang tidak lengkap sebagaimana telah
dijelaskan di atas. Hal ini, juga dikarenakan produk rencana terdahulu
disusun sebelum dikeluarkannya Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten yang disahkan dalam Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah no. 327/KPTS/M/2002 tanggal 12 Agustus 2002.
Terdapat 2 (dua) hal yang dievaluasi tentang simpangan yang terjadi dalam
pelaksanaan RTRW Kabupaten Bireuen (2002-2011) meliputi: evaluasi terhadap
simpangan Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten, serta evaluasi terhadap
simpangan Rencana Pemanfaatan Ruang Kabupaten.
Secara keseluruhan, penyimpangan yang terjadi saat ini terhadap Rencana Struktur
Tata Ruang Kabupaten Bireuen (2002 – 2011) masih tergolong kecil, mengingat
penyimpangan yang terjadi hanya ada di wilayah pesisir yang merupakan wilayah
yang terkena dampak tsunami. Namun diperkirakan dalam waktu dekat akan terjadi
penyimpangan yang cukup besar, sehubungan:
1. Keperluan relokasi kegiatan budidaya khususnya pada wilayah pesisir yang cukup
parah terkena dampak bencana tsunami.
2. Adanya isu dan keinginan dari Pemda Kabupaten Bireuen untuk mengembangkan
beberapa kawasan strategis, meliputi :
1. Kawasan Industri Batee Geulungku di Kec. Pandrah, dan Simpang Mamplam,
2. Pelabuhan Samudera di Meunasah Mamplam,
3. Pengembangan Sumber Daya Air Bersih di Batu Ilie, Kec. Samalanga.
4. Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di Kec. Peudada,
5. Industri Bio-Diesel di Teupin Manee, Kec. Juli,
6. Industri Alat Pertanian di Kuta Blang,
7. Perumahan Kaum Dhuafa seluas 1.250 ha, di Kec.Peulimbang
8. Perluasan Kota Bireuen yang ada saat ini, meliputi 5 (lima) kecamatan, yakni
: Kec. Kota Juang, Jeumpa, Kuala, Peusangan, dan Juli. Hal ini menyimpang
dari rencana wilayah pembangunan dalam RTRW Kab. Bireuen saat ini (2002 –
2011) yang membagi 2 (dua) Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) pada
lokasi rencana perluasan kota Bireuen, yakni SWP I dengan pusat
pengembangan di kota Bireuen, dan SWP II dengan pusat pengembangan di
Matang Geulumpang Dua.
4. Dalam rangka mewujudkan keinginan untuk perluasan kota Bireuen, Pemda Kab.
Bireuen telah merencanakan pembangunan jalan Lingkar Selatan dan Lingkar
Utara kota. Berdasarkan informasi yang diperoleh dan hasil pengamatan di
lapangan, rencana jalan Lingkar Utara Kota saat ini adalah merupakan jalan
Kabupaten dengan lebar +/- 4 m, tipe perkerasan aspal, dan kondisi sedang.
Sedangkan rencana jalan lingkar Selatan saat ini adalah merupakan jalan Desa,
dengan lebar +/- 4m, dan tipe perkerasan sebagian adalah Sirtu dan sebagian
lagi masih merupakan jalan tanah. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa
rencana pembangunan jalan Lingkar Utara dan Selatan ini akan terealisasi dalam
kurun waktu yang tidak lama, dimana hal ini nantinya akan menyebabkan
semakin besarnya penyimpangan terhadap rencana struktur tata ruang
kabupaten yang ada.
2. Dengan adanya isu tentang rencana strategis Kabupaten yang telah dijelaskan
sebelumnya, serta rencana pembangunan jalan Lingkar Utara dan Selatan kota
Bireuen, apabila telah terealisasi tentunya akan menyebabkan perkembangan
pemanfaatan ruang yang akan semakin memperbesar penyimpangan terhadap
rencana pola pemanfaatan ruang kabupaten yang ada.
Secara umum, perubahan faktor eksternal yang terjadi dan akan berpengaruh
terhadap validitas RTRW Kabupaten Bireuen yang ada saat ini, antara lain meliputi :
Agustus 2002, sementara RTRW Kabupaten Bireun yang ada saat ini (2002 – 2011)
disusun pada tahun 2001 atau sebelum dikeluarkannya pedoman.
4. Faktor eksternal lain, yang berubah dengan kondisi tahun 2001 (saat disusunnya
RTRW Kab. Bireuen yang lama) adalah adanya kesepakatan MOU perdamaian
antara GAM dan Pemerintah Indonesia, serta terbentuknya UU Otonomi Khusus
untuk Provinsi NAD yang menyebabkan semakin kondusifnya iklim investasi di
Kab. Bireuen, dan semakin terbukanya peluang Pemerintah Kabupaten untuk
mengatur strategi pembangunan daerahnya.
Dengan demikian, sesuai dengan pedoman yang ada, maka RTRW Kabupaten Bireuen
yang ada saat ini (2002 – 2011) perlu dilakuan REVISI TOTAL, dengan melakukan
pemutahiran data, analisis, dan rencana, sehingga dapat tersusun RTRW Kabupaten
Bireuen yang baru.
2.2.1.1 RTRWN
Pengembangan pengelolaan sumber daya air dan prioritas satuan wilayah sungai
(bencana alam, sistem ketahanan pangan nasional).
Rencana tata ruang wilayah nasional merupakan strategi dan arahan kebijaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah Negara meliputi:
3. Kriteria dan pola pemanfaatan ruang lindung, kawasan budidaya dan kawasan
tertentu
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan acuan bagi penataan
ruang daerah tingkat bawahnya dan menjadi pedoman bagi pemerintah pusat,
pemerintah daerah serta masyarakat untuk mengarahkan lokasi dan memanfaatkan
ruang, sekaligus menjadi acuan pembangunan jangka panjang dalam kurun waktu
25 tahun, dimana untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah ditetapkan
beberapa pusat pertumbuhan wilayah meliputi 3 (tiga) kawasan andalan dengan
sektor unggulan sebagai sektor penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah masing-
masing kawasan andalan. Kawasan andalan ini didukung oleh sumberdaya alam yang
tersedia dan keberadaan sisitem transportasi baik darat, laut dan udara pada
masing-masing kawasan tersebut. Selain itu ditetapkan pula prioritas
pengembangan kawasan andalan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
unggulan, kawasan andalan laut, sistem kota, dan outlet pendukung, disajikan pada
Tabel 2.4.
Tabel 2.4 – Kawasan Andalan, Sektor Unggulan, Sistem Kota dan Outlet
Pendukung di Pulau Sumatera (Arahan RTRWN)
PROVINSI / SEKTOR KAWASAN ANDALAN LAUT WS YANG BANDAR
NO KOTA DALAM KAWASAN PELABUHAN
KAWASAN ANDALAN UNGGULAN YANG TERKAIT MELAYANI UDARA
PKN PKW
1 NANGROE ACEH. Sabang S.Iskandar
DARUSSALAM Muda-
Kw.Banda Aceh dsk pertanian Kw. Andalan Laut. Lhokseumawe Sabang, Kr. Aceh Lhok-Seumawe Banda Aceh
Banda Aceh
pariwisata Sektor unggulan: Blang Lancang
perikanan - Pertambangan
Industri
Kw. Tapanuli dsk perkebunan Kw. Andalan Laut. Nias dsk Sibolga
pertanian -Pertambangan
industri - Pariwisata
Kw. Nias dsk pariwisata Kw. Andalan Laut. Nias dsk Gunung Sitoli Natal
perkebunan Sektor Unggulan:
- Perikanan
-Pertambangan
- Pariwisata
perkebunan
f. Jaringan kereta api lintas utama: Bandar Lampung – Muara Enim, Tebingtinggi
– Palembang, Jambi – Muarabungo – Muaro, Muarabungo – Pekanbaru – Dumai –
Lubukpakam – Medan – Lhokseumawe – Banda Aceh, Padang – Padang Panjang;
dan lintas kedua: Bandar Lampung – Kotabumi – Palembang – Muaratembesi,
Jambi – Rengat – Pekanbaru, Kuala Enok – Rengat – Taluk, Tebingtinggi – Curup
– Muarabungo, Bengkulu – Curup, Bengkulu – Padang – Bukittinggi –
Padangsidempuan – Sibolga – Meulaboh – Banda Aceh, Padangsidempuan –
Rantau Prapat, untuk mendukung keterkaitan antar pusat kegiatan/pusat
pengembangan kawasan dan antara pusat kegiatan/pusat pengembangan
kawasan dengan outlet (pelabuhan dan atau bandar udara) di Pantai Barat,
Pantai Timur dan di Sumatera bagian Selatan.
a. Pengembangan jalur Lintas Pantai Barat yang merupakan bagian Trans Asia
Highway, untuk mendukung keterkaitan dan kerjasama ekonomi dengan
negara tetangga.
Dalam konsteks regional Indonesia, meliputi berbagai zona yang berbeda dengan
karakteristik yang sangat bervariasi sebagai contoh di bagian Utara Indonesia ada
kerjasama bilateral IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailang Growt Triangle), ke
bagian Selatan terdapat kerjasama regional SIJORI (Singapura-Johor-Riau). Di
Kawasan Indonesia Bagian Timur dibentuk kerjasama bilateral BIMP-EAGA (Brunei
Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area). Secara
garis besar tujuan kerjasama bilateral ini adalah untuk mengaktifkan simpul-simpul
pertumbuhan di masing-masing kawasan/negara, agar dapat mendorong
pertumbuhan di negara-negara tersebut.
Kerja sama IMT-GT dilakukan untuk mengusahakan komplementaritas sumber daya yang
dimiliki ketiga sub-wilayah ini. Masing-masing sisi atau sudut mempunyai keunggulannya
sendiri. Untuk Sumatera bagian utara, Medan dengan fasilitas yang sudah dimilikinya
dapat menjadi andalan bagi pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi sub-wilayah
ini. Transportasi udara dan lautnya sudah melintasi batas negara menuju ke negara-
negara lain. Medan sudah perlu didukung kawasan sekitarnya untuk mengembangkan
dirinya lebih lanjut.
Manfaat yang hendak dipetik Indonesia dari kerjasama dalam rangka IMT-GT ialah
mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui berbagai pengurangan dan penghapusan
bermacam ragam rintangan (trade and non-trade barrier), membuka peluang bagi
pemanfaatan sumber daya alam dan manusia dengan memanfaatkan keunggulan
Malaysia dan Thailand; dan meningkatkan saling pengertian dan hubungan yang serasi
diantara masyarakat di perbatasan tiga negara sehingga dapat menjamin kelanjutan
stabilitas dan keamanan di sub-wilayah ini.
Bagi Malaysia, berkurangnya tenaga kerja dan lahan di sektor perkebunan kelapa sawit
memerlukan relokasi atau perluasan kegiatan ekonomi ke sub-wilayah di seberangnya.
Lima Provinsi di Sumatera ini merupakan daerah yang dekat dan yang memungkinkan
relokasi atau perluasan itu. Dengan relokasi ini Malaysia Utara dapat mengkhususkan
diri pada pengembangan industri manufaktur dan pelayanan jasa untuk mendukung
pengembangan sub-wilayah ini. Hal ini juga dilakukan untuk memperluas daerah
dukung industri elektronika.
A. Transportasi Darat
Jaringan transportasi darat antar kota ingin diwujudkan dalam jangka panjang pada
skala nasional, ditampilkan dalam koridor-koridor sebagai berikut :
• Lintas Utara.
• Lintas Tengah;
• Lintas Selatan;
• Lintas Utara - Selatan;
Disadari bahwa untuk mewujudkan sistem jaringan. jalan rel sebagaimana diuraikan
di muka membutuhkan dana yang sangat besar. Untuk itu, investasi pembangunan,
perkeretaapian diarahkan dengan mengikutsertakan swasta, baik swasta nasional
maupun swasta asing.
Pengembalian finansial yang relatif rendah sulit untuk menarik partisipasi sektor
swasta dalam pembangunan prasarana. Sementara pengembalian ekonomi
kemungkinannya hanya dalam jumlah yang sangat kecil, dikarenakan tingginya total
biaya.
B. Transportasi Perkotaan
C. Transportasi Laut
Dalam GBHN telah diamanatkan bahwa untuk menciptakan suatu pola pembangunan
yang berwawasan nusantara perlu diciptakan suatu keseimbangan pembangunan
antara wilayah seperti yang telah dilakukan melalui pendekatan pembangunan
dengan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan (Growth Center) yaitu
mengembangkan kerjasama ekonomi regional IMT-GT.
Bentuk kerjasama yang terjalin melalui IMT- GT telah mendudukan Sabang sebagai
pointer di Wilayah bagian barat Sumatera yang di harapkan mampu menumbuhkan
kawasan lainnya. Dalam upaya memacu dan meningkatkan pembangunan di Provinsi
Nanggoe Aceh Darussalam dan mendukung kerjasama ekonomi bilateral
tersebut,maka telah di tetapkan beberapa kawasan pengembangan ekonomi
trerpadu yang salah satunya adalah KAPET Sabang yang berpusat di Kota Sabang.
Penentuan suatu kawasan andalan menjadi KAPET telah diatur dalam surat
Keputusan Presiden No.89 tahun 1996 yang kemudian diubah dengan surat
keputusan Presiden No. 9 tahun 1998.Dalam perkembangan dua tahun kemudian
mengingat potensi dan peran Pelabuhan Sabang yang cukup signifikan dijadikan
sebagai pusat aktivitas dan pusat percepatan dan pertumbuhan wilayah Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, maka pada tahun 2000 direposisi KAPET Sabang
menjadi Kawasan Perdagangan Bebas dan Kawasan Pelabuhan Bebas tentang
pengembangan Pulau Sabang menjadi daerah perdagangan bebas melalui intruksi
Presiden No 2 tahun 2000 tentang pengembangan Pulau Sabang menjadi Daerah
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas serta Undang-undang No 37 tahun 2000
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No.2 Tahun
2000 tentang Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Sabang menjadi Undang-
Undang. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) sabang telah
ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.171 tahun 1998 yang
menetapkan Kota Sabang di Wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai
Pusat Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET).
Kapet Sabang meliputi seluruh Kota Sabang dan sebagian wilayah Kabupaten Aceh
Besar, terdiri dari dari beberapa pulau diantaranya: Kota Sabang dengan luas 119
Km² terdiri dari Pulau Weh,Pulau Rubiah, Pulau Klah, Pulau Seulako dan Pulau Nasi
dan Pulau Teunom.
1. Kota Banda Aceh, meliputi seluruh kecamatan dalam Kota Banda Aceh
a. Kecamatan Lhokngan/leupang
b. Kecamatan Darussalam
c. Kecamatan Kuta Baro
d. Kecamatan Peukan Bada
e. Kecamatan Seulimeum
f. Kecamatan Mesjid Raya
a. Kecamatan Batee
b. Kecamatan Padang Tiji
c. Kecamatan Muara Tiga
d. Kecamatan Kota Sigli
9. Rehabilitasi jaringan penyediaan sumber air (antara lain saluran irigasi, DAS,dan
pantai) untuk memenuhi ketersediaan air baku dan air bersih.
10. Rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan konservasi (Tengah) antara lain kawasan
ekosistem Leuser, hutan lindung dan kawasan konservasi (buffer zone dan hutan
kota) sepanjang koridor pantai dengan menyiapkan zona pengaman pantai
dalam bentuk vegetasi dan struktur bangunan proteksi pantai.
2. Meningkatkan jalan yang ada dan membangun jalan baru sebagai jalur
penyelamtan (escape routes).
1. Menjaga struktur tata ruang kota yang ada meliputi keseluruhan kawasan kota.
2. Rehabilitasi struktur tata ruang kota yang ada.
3. Mengembangkan kota-kota dan kawasan tahan bencana.
4. Memanfaatkan daerah aliran sungai sebagai suatu struktur kota.
5. Meningkatkan fungsi dan peran ruang (spaces) structural yang penting.
Arahan zonasi fisik dan Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan (Peruntukan
dan Intensitas Bangunan) dibagi menjadi 4 (empat) zonasi, yaitu (Tabel 3.6):
Zona I: untuk pemukiman nelayan dan perkotaan yang sangat terbatas dengan
arahan Kepadatan Bangunan Sangat Rendah;
Zona II: untuk permukiman kota yang terbatas dengan arahan Kepadatan Bangunan
Rendah;
Zona III: untuk perumahan dan permukiman baru, permukiman lama, dengan
arahan Kepadatan Bangunan Sedang;
Zona IV: untuk perumahan dan permukiman baru, permukiman lama, dengan
arahan Kepadatan Bangunan Tinggi.
Arahan Zonasi Fisik Bangunan Gedung untuk Kabupaten Bireuen sesuai wilayahnya,
hanya diarahkan dari Zona I sampai pada Zona III
Pembagian
Zonasi ZONA I ZONA II ZONA III ZONA IV
Arahan Zonasi Zonasi Fisik Permukiman Permukiman kota Perumahan dan Perumahan dan
Fisik NAD & nelayan dan yang terbatas permukiman baru, permukiman
NIAS perkotaan yang dengan arahan permukiman baru,
sangat terbatas Kepadatan lama, dengan permukiman
dengan arahan Bangunan Rendah arahan Kepadatan lama, dengan
Kepadatan Bangunan Sedang arahan
Bangunan Sangat Kepadatan
Rendah Bangunan Tinggi
Peruntukan Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman
Bangunan nelayan, nelayan, petani, berkepadatan berkepadatan
permukiman perkotaan sedang, (jumlah tinggi, (jumlah
perkotaan yang berkepadatan penduduk 51 - 75 penduduk 75 -
terbatas, (jumlah rendah, (jumlah orang/Ha), 100 orang/Ha),
penduduk <31 penduduk 31 - 50 bangunan bangunan
orang/Ha), orang/Ha), pendukung pendukung
bangunan yang bangunan kegiatan kegiatan
mendukung pendukung kegiatan komersial, komersial,
kegiatan wisata komersial, pendidikan, pendidikan,
pantai, informasi, kesehatan kesehatan, kesehatan,
penelitian, (gampong) peribadatan, peribadatan,
perlindungan perdagangan, perdagangan,
pantai, pelabuhan, sosial dan sosial dan
dan industri pemerintahan, pemerintahan,
perikanan (pelayanan di (pelayanan di
tingkat tingkat kota)
kecamatan/subpu
sat pelayanan
kota)
Pembagian
Zonasi ZONA I ZONA II ZONA III ZONA IV
Persyaratan Peruntukan Permukiman Permukiman Permukiman, Permukiman,
Tata lokasi nelayan terbatas, nelayan dan petani bangunan bangunan
Bangunan dan permukiman terbatas. Tidak komersial, komersial,
Lingkungan pedesaan terbatas disarankan untuk fasilitas fasilitas umum
NAD & NIAS pada kawasan kegiatan komersial pendidikan, dan
budidaya atau kegiatan sosial kesehatan, pemerintahan
pertanian, serta lainnya terutama ibadah, dengan
bangunan- untuk daerah yang perdagangan, pelayanan skala
bangunan yang mempunyai jarak 5 sosial dan kota.
mendukung Km dari garis pemerintahan
kegiatan hutan pantai. dengan pelayanan
produksi, skala
pertambangan, gampong/kelurah
pariwisata pantai, an dan kecamatan
kawasan lindung
pantai, ,
pelabuhan,
industri perikanan,
dan cagar budaya.
Permukiman yang Permukiman yang Permukiman yang Permukiman
semula telah ada semula telah ada di semula telah ada dapat diperluas
di zona ini tidak zona ini tidak boleh ditingkatkan dengan
boleh diperluas, diperluas, namun kualitasnya, tidak persyaratan
namun boleh boleh ditingkatkan boleh bangunan dan
ditingkatkan kualitasnya. diperluas/dikemb lingkungan yang
kualitasnya. angkan/ditambah ketat sesuai
baru hingga dengan
menjadi perencanaan tata
kepadatan tinggi. ruang di tiap-tiap
Bangunan daerah
komersial dapat
diperluas dengan
persyaratan
bangunan dan
lingkungan yang
ketat dengan
mempertahankan
nilai-nilai cagar
budaya
Intensitas KDB < 15% KDB: 15% - 30% KDB: 30% - 50% KDB: maksimum
Bangunan (rumah tinggal), (rumah tinggal), 60% (rumah
max. 50% max. 60% tinggal), max.
(bangunan gedung) (bangunan 75% (bangunan
gedung) gedung)
KLB : max. 0,3 KLB : max. 0,6 KLB : max. 1,5 KLB : max. 1,8
(rumah tinggal) (rumah tinggal) (rumah tinggal), (rumah tinggal),
sesuai fungsi sesuai fungsi maksimum 2,4 maksimum 3,0
(bangunan gedung) (bangunan gedung) (bangunan (bangunan
gedung) gedung)
GSB: pada GSB: pada GSB: pada GSB: pada
sepanjang pantai, sepanjang pantai, sepanjang pantai, sepanjang
sungai, tepi danau, sungai, tepi danau, sungai, tepi pantai, sungai,
waduk, mata air waduk, mata air danau, waduk, tepi danau,
dan sungai yang dan sungai yang mata air dan waduk, mata air
terpengaruh terpengaruh pasang sungai yang dan sungai yang
pasang surut air surut air laut; terpengaruh terpengaruh
Pembagian
Zonasi ZONA I ZONA II ZONA III ZONA IV
laut; jalan, rel jalan, rel kereta pasang surut air pasang surut air
kereta api, dan api, dan jaringan laut; jalan, rel laut; jalan, rel
jaringan listrik listrik tegangan kereta api, dan kereta api, dan
tegangan tinggi, tinggi, mengikuti jaringan listrik jaringan listrik
mengikuti ketentuan tegangan tinggi, tegangan tinggi,
ketentuan perundangan yang mengikuti mengikuti
perundangan yang berlaku ketentuan ketentuan
berlaku perundangan yang perundangan
berlaku yang berlaku
Jarak bebas Jarak bebas Jarak bebas Jarak bebas
bangunan terhadap bangunan terhadap bangunan bangunan
utilitas kota sesuai utilitas kota sesuai terhadap utilitas terhadap utilitas
ketentuan di ketentuan di dalam kota minimal kota minimal
dalam RTRW RTRW sama dengan sama dengan
Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota sempadan sempadan
setempat setempat bangunannya bangunannya
Jarak bebas Jarak bebas Jarak bebas Jarak bebas
bangunan terhadap bangunan terhadap bangunan bangunan
batas persil: sesuai batas persil: sesuai terhadap batas terhadap batas
ketentuan RDTR ketentuan RDTR persil: sesuai persil: sesuai
Kota atau RTBL Kota atau RTBL ketentuan RDTR ketentuan RDTR
setempat setempat Kota atau RTBL Kota atau RTBL
setempat setempat
Jarak bebas antar Jarak bebas antar Jarak bebas antar Jarak bebas
bangunan gedung bangunan gedung bangunan gedung antar bangunan
sesuai ketentuan sesuai ketentuan sesuai ketentuan gedung sesuai
RDTR Kota atau RDTR Kota atau RDTR Kota atau ketentuan RDTR
RTBL setempat RTBL setempat RTBL setempat Kota atau RTBL
setempat
Jumlah lantai Jumlah lantai Jumlah lantai
rumah tinggal bangunan gedung bangunan gedung
maksimum 2 lantai maksimum 4 lantai maksimum 4
lantai
Arahan Zonasi Zonasi peruntukan Zonasi peruntukan Zonasi peruntukan n/a
Fisik kawasan terbangun kawasan terbangun kawasan
Kabupaten kepadatan sangat kepadatan rendah terbangun
Bireuen rendah kepadatan sedang
3. Peningkatan peran aktif tokoh masyarakat, ulama dan para pemuda bergabung
dalam PAM swakarsa dalam upaya pengamanan lingkungan, sasaranya
masyarakat berjalan normal.
2. Penegakan supremasi hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM) untuk menciptan
iklim dan kondisi daerah yang konduktif
7. Pembangunan ekonomi daerah baik secara makro maupun mikro dalam upaya
pemberdaya ekonomi rakyat
9) Rehabilitasi jaringan sumberdaya air Cal : Saluran irigasi, alur sungai, dan pantai
untuk mendukung ketersediaan air baku dan air minum.
Ceuroloup, Kr. Beurieng, Can. Kaking Ungoh Batee, perbatasan Tutut, Kawasan
Uteun Cut, Panga, Pang-Teunom dan Lageun
1) Setiap daerah kabupaten/kota mendapat akses yang sama, dengan adanya jalan
provinsi (arteri)
2) Jalan Provinsi (arteri) yang menghubung kota-kota di seluruh NAD akan membuka
akses secara lebih terbuka dan diharapkan menjadi daya tarik dan daya dorong
berbagai upaya pengembangan wilayah NAD
3) Wilayah pesisir dengan kemudahan adanya jalan darat dan laut yang memberikan
alternatif moda yang dapat digunakan.
5) Beberapa pusat pertumbuhan yang diharapkan menjadi daya tarik ekonomi skala
lebih kecil adalah sigh, Bireuen, Singkil, Tapak Tuan, Blangpidie, Calang di wilayah
pesisir; dan Blangkejeren dan Jantho di wilayah pedalaman.
2002 - 2011
Rumusan RTRW Kabupaten Bireuen sesuai dengan lingkup kajian dan kedalaman
materi meliputi pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya, pengelolaan
kawasan perkotaan, perdesaan dan kritis, sistem kegiatan pembangunan dan sistem
pemukiman perkotaan/perdesaan, sistem prasarana wilayah serta pengembangan
kawasan yang diprioritaskan.
Hutan Lindung adalah kawasan yang memiliki sifat khas yang mampu
memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahnya sebagai
pengatur tata air, pencegahan banjir, erosi dan memelihara kesuburan tanah.
Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Bireuen adalah seluas 18.134 Hektar.
Dibandingkan dengan luas kawasan lindung secara keseluruhan, proporsi
kawasan hutan lindung ini adalah sebesar 79,21 %. Kawasan hutan lindung
tersebar pada bagian selatan Kecamatan Samalanga, Pandrah, Peudada, Juli dan
Peusangan.
Kawasan Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai yang
berfungsi mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Luas kawasan
sempadan sungai di wilayah Kabupaten Bireuen adalah sebesar 3.586 Hektar
atau 15,66 % dari luas kawasan lindung secara keseluruhan. Luas sempadan
sungai yang dimaksudkan diatas hanya sungai-sungai besar saja.
Rumah Adat dan makam Tgk.Cik Awe Geutah, Musium Panglima T.Hamzah,
Tugu Perjuangan Batee Like dsb.
Kawasan ini tidak dapat dituangkan dalam peta rencana pemanfaatan ruang,
karena skala peta yang tidak memungkinkan untuk mencantumkannya. Untuk
itu diperlukan kajian khusus terhadap obyek-obyek yang dapat dikembangkan
sebagai kawasan cagar budaya, terutama pada rencana tata ruang yang lebih
detail.
Luas kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Bireuen adalah seluas 167.228 Hektar
atau 87,96 %.
Komoditas yang biasa dikembangkan pada kawasan lahan kering ini pada
umumnya adalah jenis palawija dan holtikultura. Luas wilayah Kabupaten
Bireuen yang direncanakan untuk pengembangan lahan kering adalah seluas
25.879 Hektar atau 13,61 % dari luas wilayah Kabupaten Bireuen. Lokasi
pengembangan pertanian lahan kering tersebar diseluruh kecamatan.
b. Kawasan Industri
Obyek wisata di kelompokkan menjadi obyek wisata alam dan obyek wisata
budaya.
• Obyek wisata Budaya berupa makam, tugu, rumah adapt dan mesjid yang
mempunyai nilai histories yang tersebar di seluruh kecamatan.
Diantaranya adalah Rumah Adat dan Makam Tgk.Awe Geutah di
Kecamatan Peusangan.
• Kebijaksanaan yang telah ditetapkan baik struktur tata ruang Propinsi Nanggroe
Aceh Darussalam maupun Pola Dasar Pembangunan Daerah dan Repelita
Kabupaten.
• Berdasarkan atas penilaian ukuran besarnya kota (massa kota), indeks jumlah
dan pertumbuhan penduduk, indeks centralitas serta tingkat kemudahan
pelayanan (aksesibilitas).
• Mencerminkan adanya pusat-pusat permukiman yang berfungsi sebagai pusat
pemasaran dan pelayanan sosial yang hirarkis.
• Kota sebagai pusat permukiman (pusat pelayanan/pusat simpul) tersebut harus
berorientasi pasar atau mempunyai kelengkapan fasilitas social-ekonomi dalam
jumlah yang relative lebih banyak dan jumlah penduduk yang banyak.
1) SWP I, meliputi wilayah Kecamatan Peudada, Jeumpa dan Juli dengan pusat
pengembangannya di Kota Bireuen. Satuan pengembangan pada SWP ini
diarahkan untuk :
4. SWP II, meliputi wilayah Kecamatan Peusangan dan Jangka dengan pusat
pengembangannya di Kota Matang Glumpang Dua. Satuan pengembangan pada SWP
ini diarahkan untuk :
A. Umum
4. Dilintasi oleh jalan Nasional Lintas Timur (Jalintim) Sumatera, yang merupakan
jalur perdagangan yang padat di Pulau Sumatera. Di masa mendatang, Jalintim
Sumatera pada ruas antara Medan sampai Bandar Lampung direncanakan untuk
dikembangkan sebagai jalan internasional Trans Asia dan Trans Asean.
Dalam struktur ruang wilayah Nasional dan Regional yang termuat dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN, dalam Rancangan PP Pengganti PP No.47
Tahun 1997) dan Raperpres Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera, Kabupaten
Bireuen termasuk dalam Kawasan Andalan Nasional Lhokseumawe, dengan sektor
unggulan yang dikembangkan di kawasan andalan ini meliputi sektor : industri,
pertanian, pertambangan, perikanan dan perkebunan. Dalam rencana ini kota
Lhokseumawe ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional, dengan kota Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kota Takengon dan Langsa, sedangkan kota Bireun
adalah kota PKL (Pusat Kegiatan Lokal) yang berorientasi langsung ke kota PKN
Lhokseumawe.
Jalan utama di Kabupaten Bireun yang menghubungkan antara sebagian besar kota-
kota kota-kota kecamatan yang ada, meliputi : Sp. Samalanga, Mamplam, Pandrah
Kandeh, Jeunieb, Peulimbang, Peudada, Blang Bladeh, kota Bireun, Matang
Geulumpang Dua, dan Geurughok, adalah bagian dari sistem jaringan jalan Nasional
yang menghubungkan antara kota Banda Aceh-Lhokseumawe-Medan, dengan fungsi
Arteri Primer. Dalam sistem IRMS, ruas jalan Nasional yang melintasi Kabupaten
Bireuen, meliputi : ruas Bts. Cabdin Pidie-Bireuen (No. 01.003.2) dan ruas Bireuen-
Lhokseumawe (No. 01.004), dimana berdasarkan data yang ada memiliki volume
LHR (Lalu-lintas Harian Rata-rata) cukup besar (+/- 3.500 kendaraan/hari).
Disamping jalan Nasional, Kabupaten Bireuen juga dilintasi oleh jalan Provinsi yang
menghubungkan antara kota Bireuen-Teupin Mane-menuju Takengon dengan fungsi
Kolektor Primer, dan memiliki volume LHR sedang (+/- 1.500 kendaraan/hari),
yakni ruas Bireuen-Bts. Aceh Tengah (No. 01.011.1), serta jalan provinsi ruas
Sp.Samalanga-Salamalanga (No ruas 01.040).
Melalui media jaringan jalan utama tersebut di atas, Kabupaten Bireuen juga
memiliki aksesibilitas yang cukup tinggi ke beberapa Pelabuhan dan Bandar Udara
baik Nasional maupun Internasional, meliputi :
3. Pelabuhan Nasional Malahayati, Aceh Besar, dan Bandar Udara Nasional Sultan
Iskandar Muda, Banda Aceh, dengan jarak perjalanan +/- 201,8 Km dari kota
Bireun, atau waktu tempuh +/- 5 – 6 jam perjalanan.
Kabupaten Bireuen dilintasi oleh Satuan Wilayah Sungai (SWS) kritis, yakni SWS
Pase-Peusangan. Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan merupakan Daerah Aliran
Sungai yang memiliki lahan kritis luas, tingkat erosi tinggi, dan terdapat tekanan
penduduk yang besar, serta melintasi 2 (dua) kecamatan yang ada di Kabupaten
Bireuen, yakni : kecamatan Peusangan, dan kec. Peusangan Selatan.
DAS Peusangan merupakan satu kesatuan rangkaian yang terkait dengan Sub DAS nya
yaitu Sub DAS Krueng Peudada, Krueng Jeunieb, Krueng Juli. DAS Krueng Peusangan
berhulu di dataran tinggi Bukit Barisan dan bermuara di Selat Malaka berikut juga sub
DAS nya yang berfungsi menampung air hujan, sumber-sumber air dan menyimpannya
di daerah dataran tinggi ( punggung bukit ) yang merupakan tempat sumber air yang
berada di wilayah selatan Kabupaten Bireuen dengan ketinggian 1.000 m di atas
permukaan air laut.
Di tinjau dari Struktur Tatanan Geologi Tektonik Regional, pulau Sumatra dari arah
barat laut melalui pulau Jawa sampai di Indonesia Bagian Timur merupakan jalur
magmatik dan jalur busur luar dari rangkaian gunung berapi aktif dan di bagian pantai
barat terdapat Trench (Palung). Daerah kabupaten Bireuen adalah daerah yang
berpotensi rawan terhadap kegempaan dengan skala 6 – 7 skala richter.
Kabupaten Bireun
E.2 Tsunami
Gelombang Tsunami yang terjadi tanggal 26 Desember 2004 yang bergerak dari arah
barat laut dari arah pusat gempa dengan kekuatan 8,6 skala richter berdampak
pada daerah sekitar Aceh di bagian timur atau pantai timur. Wilayah Kabupaten
Bireuen termasuk yang terkena dampak dari hantaman gelombang tsunami. Gempa
tersebut di sebabkan dari adanya tumbukan (Subduction) dari tiga rangkaian
lempeng tektonik dunia yaitu lempeng Samudra Pasifik yang Bergerak kearah Barat,
Lempeng Samudra Hindia ( Benua Australia ) yang bergerak ke arah Utara dan
Lempeng Eurasia yang bergerak kearah Timur. Negara Indonesia termasuk dalam
daerah tumbukan lempeng Eurasia.
A. Wilayah Administrasi
Kabupaten Bireuen adalah pemekaran dari Kabupaten Aceh Utara, yang dibentuk
melalui UU 48/1999 tanggal 4 Oktober 1999. Luas wilayah Kabupaten Bireuen
adalah sekitar 1.901,21 Km2, dan sebelum tahun 2004 terdiri dari 10 kecamatan,
sedangkan pada tahun 2005 dimekarkan menjadi 17 kecamatan. Adapun batas
wilayah Kabupaten Bireuen adalah sebagai berikut :
Tabel 2.10
Nama dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bireuen
No. Kecamatan Luas (Km2) Luas (Ha) Proporsi (%) Ibukota Kecamatan
1. Samalanga 149,31 14.931 7,85 Samalanga
2. Pandrah 127,18 12.718 6,69 Pandrah Kandeh
3. Jeunieb 154,82 15.482 8,14 Jeunieb
4. Peudada 245,26 24.526 12,90 Peudada
5. Jeumpa 182,57 18.257 9,60 Blang Blahdeh
6. Juli 76,11 7.611 4,00 Teupin Mane
7. Peusangan 51,47 5.147 2,71 Matang Geulumpang Dua
8. Jangka 105,76 10.576 5,56 Jangka
9. Gandapura 75,57 7.557 3,98 Geureugok
10. Makmur 36,97 3.697 1,94 Ulee Gle
11. Simpang Mamplam 166,09 16.609 8,74 Simpang Mamplam
12. Peulimbang 209,22 20.922 11,00 Peulimbang
13. Kota Juang 91,94 9.194 4,84 Kota Bireun
14. Kuala 17,38 1.738 0,91 Cot Batee
15. Peusangan Siblah Krueng 82,13 8.213 4,32 Uteun Gathom
16. Pensangan Selatan 78,64 7.864 4,14 Londaneuh
17. Kuta Blang 50,79 5.079 2,67 Kuta Blang
Kabupaten Bireuen 1.901,21 190.121 100,00
Sumber : - Bireun Dalam Angka Tahun 2004
- Analisis Peta
Untuk lebih jelasnya wilayah administrasi Kabupaten Bireun lihat Gambar 2.9
Semakin tinggi letak suatu wilayah dari permukaan laut maka secara umum
komoditi yang dapat diusahakan untuk berproduksi secara maksimal sangat
terbatas. Apabila dipaksakan untuk membudidayakan pada kondisi yang demikian
akan mengakibatkan erosi dan memperbesar air permukaan sehingga menimbulkan
tanah-tanah kritis dan mempengaruhi debit air.
Kemiringan lahan di wilayah Kabupaten Bireuen sangat bervariasi yaitu dari datar
sampai bergunung. Sebagian besar merupakan wilayah yang datar dengan
bagian utara wilayah Kabupaten Bireuen. Sedangkan wilayah yang agak berbukit
C. Hidrologi
Dalam menunjang berbagai kegiatan seperti pertanian, industri, rumah tangga dan
lain sebagainya, sumber daya air yang dapat dimanfaatkan di wilayah Kabupaten
Bireuen yaitu :
6) Perairan Terbuka
7) Waduk Irigasi
Potensi sumber daya air lainnya yang dapat dimanfaatkan yaitu berupa waduk dan
irigasi yang terdapat di wilayah Kabupaten Bireuen. Terdapat 5 waduk yang
berfungsi sebagai penyatu dari beberapa aliran sungai di wilayah ini untuk
kebutuhan irigasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Jenis Tanah di Kabupaten Bireuen terdiri dari tanah Aluvial, Hidromorf kelabu,
Podsolik Merah Kuning, Latosol, Komplek PMK Latosol dan Litosol serta Komplek
Renzina dan Litosol. Di bagian utara wilayah ini di dominasi oleh jenis tanah Aluvial
dan Hidromorf Kelabu, sedangkan pada bagian selatan wilayah ini di dominasi oleh
jenis tanah Latosol, Komplek PMK Latosol dan Litosol serta Komplek Renzina dan
Litosol. Jenis tanah ini mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap kesesuaian
tanaman yang dapat dikembangkan. Jenis tanah Aluvial dan Latosol umumnya
relatif subur dan pada tanah tersebut sesuai untuk pengernbangan pertanian, jenis
tanah Podsolik Merah Kuning sesuai untuk tanaman perkebunan atau tahunan.
Sedangkan jenis tanah Litosol mempunyai sifat yang mudah tererosi dan mempunyai
kedalaman efektif yang dangkal sehingga mempunyai resiko erosi yang tinggi (lihat
Tabel 2.12 dan gambar 2.12).
Penyusun tekstur tanah berkaitan erat dengan kemampuan memberikan zat hara
untuk tanaman, ketegasan tanah, perambatan panas, perkembangan akar tanaman
dan pengolahan tanah. Berdasarkan perbandingan tanah dapat dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu halus, sedang dan kasar. Makin kasar atau makin halus tekstur tanah
maka kualitasnya makin menurun, karena kemampuan meresap air kurang baik.
8) Erosi
Erosi tanah adalah peristiwa hilangnya lapisan tanah atas karena aliran air atau
angin. Di Kabupaten Bireuen, potensi erosi cenderung terjadi pada bagian tengah
wilayah ini sebagai imbas dari peralihan penggunaan hutan untuk berbagai kegiatan.
Sedangkan banjir yang terjadi di beberapa tempat di wilayah Kabupaten Bireuen
disebabkan terjadinya penggundulan hutan di hulu sungai, pendangkalan di muara-
muara sungai dan kurangnya jaringan drainase sehingga terjadi genangan. Banjir di
wilayah ini secara umum terjadi di sekitar pesisir utara wilayah Kabupaten Bireuen
meliputi Kecamatan Jeumpa dan Jangka.
9) Abrasi
Abrasi pantai terutama terjadi pada wilayah yang sempadan pantainya telah
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan budidaya. Abrasi ini terjadi dari mulai Kuala
Peudada Kecamatan Peudada, Pantai Kuala Raja Kecamatan Jeumpa sampai ke
wilayah pesisir Kecamatan Jangka.
Selain terjadi abrasi, sebagian wilayah di pantai utara Kabupaten Bireuen terkena
intrusi air laut. Hal ini terjadi di sepanjang pantai Kecamatan Samalanga sampai
Kecamatan Jangka. akibat penebangan hutan bakau untuk dialihkan fungsinya
menjadi kawasan tambak. Hal ini akan berdampak buruk bagi kesehatan penduduk
karena tanah di sekitarnya akan mengalami proses salinisasi.
Pemanasan global ini akan mengakibatkan kenaikan tinggi muka air laut sebagai
konsekwensi mancairnya es di kutub dan pemuaian massa air laut.berbagai studi
yang dihimpun oleh IPPC memperlihatkan bahwa telah terjadi kenaikan muka air
laut sebesar 1-2 m dalam 100 th terakhir. Skenario naiknya permukaan air laut
yang dikeluarkan oleh IPPC-1990, disebutkan adanya tiga skenario kenaikan
permukakan air laut yaitu Rendah 31cm di th 2100, Rata-Rata 66 cm di th
2100 cm dan Tinggi 110 cm di th 2100 dengan asumsi kondisi suhu permukaan
bumi konstan, beberapa studi yang dilakukakn untuk di Indonesia menggunakan
skenario moderat yang kenaikannya sebesar +/- 60 cm hingga abad 21.
Gambar 2.14
Berdasarkan dari skenario IPPC dapat disimpulkan bahwa seluruh daerah pesisir
pantai yang meliputi desa tambak dan desa pantai akan tergenang di saat
pasang dan banjir di saat hujan yang dapat menimbulkan kerusakan dan
kehancuran wilayah, sarana dan prasarana yang cukup serius di th 2100, untuk
lebih jelasnya lihat tabel : 2.14 dan 2.15
Kota
No Provinsi PKN PKW PKL Kota Pantai
1. Nanggro Aceh - Lhoksumawe Lhoksumawe - -
2. Sumut - - Tebingtinggi -
Lubuk Pakam
3. Riau Batam - Dumai -
4. DKI Jakarta Jakarta - - -
5. Jabar Kekasi Tanggerang
Cirebon
6. Jateng Semarang - -
7. Jawa Timur Surabaya Bangkalan Lamongan -
Gresik
Sidoarjo
8. Kalbar Pontianak - - -
9. Kalteng Sampit -
10. Sulsel Makasar Pare-pare Sangguminasa Pare-pare
Takalar marosa
11. Papua Timika - - -
Tabel : 2.15
Skenario Dampak Global Warming di Pesisir Pantai Kab Bireuen Th 2100
Potensi Kerusakan Wilayah Pesisir,Sarana dan Prasarana
Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Samalanga x - x x x x x x - x x x
S Mamplam x x x - x - x x - x - x
Padrah x - x - x - x x - x - x
Jeunib x - x - x x x x - x - x
Peulimbang x - x - x - x x - x - x
Peudada x - x - x x x x - x x x
Jeumpa x - x - x x x x - x - x
Kuala x - x x x - x x - x - x
Peusangan - - - - - - x - x - -
Jangka x - x - x - x x - x - x
Gandapura x - x x - x x x x - x
Sumber : Diolah dan Analisis, IPCC (1990) Skenario – A
Keterangan ( X ) Daerah Kerusakan
1 Abrasi 2 Terumbu Karang 3 Estuari
4 Mangrove 5 Pemukiman penduduk 6 PPI dan TPI
7 Intrusi Air Laut 8 Sedimentasi 9 Eksploitasi sumber daya
10 Perikanan Laut danTambak 11 Transportasi Jalan 12 pesisir Banjir
F. Penggunaan Lahan
Berdasarkan sebarannya, pola penggunaan lahan di Kabupaten Bireuen terbagi atas tiga
wilayah yaitu wilayah pantai, wilayah tengah dan wilayah pedalaman. Wilayah pantai
di dominasi kegiatan tambak dan sawah, wilayah tengah kegiatan perdagangan dan jasa
serta sawah dan wilayah pedalaman kegiatan dominan pertanian tanaman pangan,
perkebunan dan kehutanan.
Penggunaan lahan di Kabupaten Bireuen tahun 2004, terdiri dari sawah seluas 22.948
Ha (12,07%), pekarangan seluas 16.625 Ha (8,74%), tegalan/kebun seluas 21.216 Ha
(11,16%), ladang/humus seluas 36.309 Ha (19,10%), padang rumput seluas 3.030 Ha
(1,59%), hutan rakyat seluas 14.405 Ha (7,58%), hutan negara seluas 20.105 Ha (10,57
%), perkebunan seluas 43.166 Ha (22,70%), rawa-rawa seluas 564 Ha (0,30%), tambak
seluas 5.059 Ha (2,66 %), kolam/empang seluas 51 Ha (0,04%) dan sisanya digunakan
untuk penggunaan lainnya seluas 6.643 Ha (3,49%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 2.16 dan gambar 2.15.
Tabel 2.16
Luas dan Penggunaan Lahan Di Kabupaten Bireuen Tahun 2004
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Sawah 22.948 12,07
2. Pekarangan 16.625 8,74
3. Tegalan / Kebun 21.216 11,16
4. Ladang / Humus 36.309 19,10
5. Padang Rumput 3.030 1,59
6. Hutan Rakyat 14.405 7,58
7. Hutan Negara 20.105 10,57
8. Perkebunan 43.166 22,70
9. Rawa – rawa 564 0,30
10. Tambak 5.059 2,66
11. Kolam / Empang 51 0,04
12. Lain - lain 6.643 3,49
Jumlah 190.121 100,00
Sumber : Bireuen Dalam Angka, 2004
Jika dilihat perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah masih relatif rendah.
Konsentrasi penduduk berada di sepanjang jalan utama yang menghubungkan Propinsi
D.I. Aceh dengan Ibukota Provinsi Sumatera Utara. Pola permukiman penduduk di
Kabupaten Bireuen berbentuk linier (garis lurus) dan mengelompok. Pola linier
cenderung mengikuti pola jalur jalan, sedangkan pola mengelompok cenderung
terdapat di wilayah bagian pedalaman (transmigrasi). Sepanjang jalan utama tersebut
berkembang juga kegiatan perdagangan dan jasa sehingga membentuk pusat- pusat
pertumbuhan.
Gambar 2.16
Foto Citra Landsat Kab. Bireuen Tahun 2004
Arah ke Takengon
Lautan di sini merupakan satu kesatuan dari permukaan, kolom air sampai ke
dasar dan bawah dasar laut. Adapun batas wilayah lautan dimulai dari batas
yurisdiksi di darat (diukur dari rata-rata pasang tinggi atau rendah) sampai ke
laut lepas sejauh klaim negara yang bersangkutan. Konvensi Hukum Laut PBB
1982 (UNCLOS 1982) memberikan dasar hukum bagi negara-negara pantai untuk
menentukan batasan lautan sampai ZEE dan landas kontinen. Dengan dasar itu,
suatu negara memiliki wewenang untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada
di zona tersebut, terutama perikanan, minyak, gas bumi dan berbagai macam
bahan tambang lainnya.
Gambar 2.17
Keberadaan Batas-batas dalam Pesisir dan Laut
Ekosistem laut dapat dipandang dari dimensi horizontal dan vertikal Secara
horizontal, laut dapat dibagi menjadi dua, yaitu laut pesisir (zona neritik) yang
meliputi daerah paparan benua, dan laut lepas (lautan atau zona oseanik).
Pemintakatan atau zonasi (zonation) perairan laut dapat pula dilakukan atas dasar
faktor-faktor fisik dan penyebaran, komunitas biotanya. Sedangkan pembagian
wilayah laut secara vertikal dilakukan berdasarkan intensitas cahaya matahari yang
memasuki kolom perairan, mencakup zona fotik dan zona afotik.
Perairan laut Kabupaten Bireuen mempunyai bentuk topografi dasar laut yang
semakin dalam ke laut lepas ( utara ) dari garis pantai, dan secara umum mempunyai
bentuk topografi dasar laut yang hampir sama mulai dari Kecamatan Samalanga di
sebelah Barat sampai dengan kecamatan Gandapura disebelah Timur dan sekaligus
merupakan batas wilayah laut dan pesisir kabupaten Bireuen. Arus permukaan yang
bergerak secara periodik berdasarkan musim barat dan timur yang lazim sama
dengan kondisi perairan laut di Indonesia.
Pasang surut atau naiknya dan turunnya permukaan air laut mempunyai tabiat Harian
Ganda yaitu dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan
kondisi parameter Salinitas air laut ( kadar garam ) 35 0/00. Perairan laut kabupaten
Bireuen yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka merupakan perairan yang
sangat strategis karena merupakan jalur pelayaran internasional yang terpadat
didunia, sebagai lintasan kapal-kapal Internasional dari Benua Afrika – Benua Asia -
Benua Amerika dan arah sebaliknya.
Selain diterapkannya prinsip Zona Ekonomi Esklusif ( ZEE ) 200 mil dan Zona
Tambahan ( Contigues Zone ) 24 mil di luar peraiaran teritorial 12 mil ( UU No
20 Tahun 1990, Kewenangan Propinsi di Wilayah Laut 12 Mil Laut, di ukur dari
garis pantai dan Kewenangan Kabupaten 4 mil laut. Garis pantai yang dimaksud
adalah garis pantai pada saat air rendah ”surut rendah”. UNCLOS 1992 dan UU
No 6 1996 Tentang Perairan Indonesia ). telah menambah berdaulat atas sumber
daya alam maupun Yuridiski atas Perlindungan Lingkungan, Pelaksanaan Ilmiah
Kelautan, Pembangunan Anjungan, Instalasi dan pulau – pulau buatan di laut. Letak
Geografis Garis Pantai Perairan Kabupaten Bireuen :
Dengan batas – batas adminstrasi sebagai berikut sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Aceh Utara, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie. Panjang
garis pantai Kabupaten Bireuen ± 80 KM dengan luas Wilayah Perairan Teritorial
Kabupaten 592,640 KM2 dan Luas Perairan Teritorial Propinsi 1.779.920 KM2
dengan kewenanagan masing - masing. Dengan demikian luas Wilayah Kabupaten
Bireuen 2.493,85 KM2 meliputi Wilayah Darat dan Laut. Untuk lebih jelasnya Lihat
Tabel : 2.17 dan Tabel : 2.18.
Tabel : 2.17
Panjang dan Luas Laut Kewenangan Perairan Kab. Bireuen
Panjang Garis Luas Laut Kewenangan
Kabupaten / Kota Pantai Kab / Kota 4mil Propinsi 12 mil
( KM ) (KM2) (KM2)
Tabel : 2.18
Luas Wilayah Darat dan Laut Kabupaten Bireuen
Kabupaten / Kota Luas Wil Darat Luas Wil Laut Total (KM2)
(KM2) (KM2)
Mengenai batasan daerah pesisir sampai saat ini belum ada ketentuan mengenai
batasan daerah pantai tersebut. Daerah pesisir adalah daerah bertemunya batasan
daratan dan batasan lautan, Di dalam ” Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir
dan Kelautan Secara Terpadu” dijelaskan bahwa difinisi wilayah pesisir yang
digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dimana
kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam
air yang masih di pengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan
perembesan air asin, sedangkan batasan kearah laut meliputi bagian laut yang
masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti adanya
sedimentasi dan aliran air tawar maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di
darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran Soegiharto (1976).
Dalam Rapat kerja MREP ( Marine Resource Evaluation and Planing atau
Perencanaan dan Evaluasi Sumberdaya Kelautan,1994) di tetapkan bahwa batasan
ke arah laut wilayah pesisir untuk kepentingan praktis dalam proyek MREP adalah
sesuai batas laut yang terdapat dalam peta Lingkungan Pantai Indonesia Dengan
skala 1 : 50.000 yang telah diterbitkan Bakosurtanal, Sedangkan batas ke arah darat
adalah mencakup batas administrasi seluruh desa pantai yang tergolong dalam
wilayah pesisir MREP.
Pesisir pantai Kabupaten Bireuen terbentang luas mulai dari Kecamatan Samalanga
di sebelah Barat sampai dengan Kecamatan Gandapura di sebelah Timur dengan
panjang 80 km. Umumnya daerah pesisir kabupaten Bireuen dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat sebagai tempat Pemukiman Nelayan, Perikanan Tambak,
Pembenihan Udang, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), Tempat Pelelangan Ikan
(TPI), Tanaman Kelapa yang tersebar disepanjang pesisir pantai, Wisata Bahari dan
juga sebagai sarana transportasi darat seperti jalan raya. Lebih Jelasnya lihat
Gambar : 2.18.
Gambar 2.18
Gambaran Umum Penggunaan Lahan Pesisir Kab. Bireuen
Pada saat terjadinya bencana alam gempa yang disusul terjadinya gelombang
tsunami 26 Desember 2004, daerah pesisir pantai yang paling parah terkena dampak
dari hantaman gelombang tsunami tersebut. Dari 17 kecamatan yang ada di
Kabupaten Bireuen, 11 kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut dan
pesisir pantai, dan 112 desa atau 20,29 %, termasuk desa pesisir dengan luas
wilayah daerah pesisir 24.845 Ha ( 13,07 % ) .
Pesisir
9,98 %
Laut
Darat
23,76 %
66,26 %
samalanga nelayan setempat menebar jaring perangkap didepan pintu masuk TPI
Samalanga, di kabupaten Bireuen terdapat 23 Estuaria.
Sepanjang pesisir pantai Kab. Bireuen umumnya subtrat dasarnya adalah pasir.
Berbagai Crustacea / Kepiting membutuhkan ekosisitim pantai pasir ini sebagai
tempat berkembang biak ( bertelur dan menetas ).
1. Perikanan Tangkap
Produksi perikanan tangkap nelayan kab Bireuen dalam kurun waktu 2000
sampai dengan 2003 mencapai 60.990,41 ton dengan beberapa jenis ikan baik
yang pelagis maupun Demersial dihasilkan oleh nelayan diantaranya ikan
Tongkol, Cakalang, Tuna, Tengiri, Bawal, Kembung, Kakap, Cucut, Pari, Udang
dll, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat Pelelengan Ikan (TPI) sebagai
tempat akhir dari nelayan untuk menjual hasil tangkapan nya, diantaranya PPI
Jeunieb, PPI Jangka, PPI Peudada. Dermaga PPI Peudada adalah yang terbesar
dengan sarana dan prasarana yang cukup, termasuk tempat pembuatan Es,
SPBU,TPI, Balai Pelatihan Nelayan. PPI Jeunib dan PPI Jangka Kondisinya perlu
Produksi budi daya Perikanan Tambak di kabupaten Bireuen dalam kurun waktu
tahun 2000 sampai dengan 2003 mencapai 29.406,01 ton, dalam kurun waktu
tersebut luas areal tambak bertambah 551 Ha. hasil dari budi daya tersebut
adalah Udang, Bandeng, Kepiting Bakau, Kakap Putih dll.
Pasir Besi yang umumnya berwarna hitam terdiri dari mineral Magnetit dan
Ilminit, banyak ditemukan di pesisir pantai kab Bireuen tepatnya di daerah Mon
Keulayu, Kecamatan Gandapura dengan kadar mineral Ferum ( Fe ) 68 %, Pasir Besi
banyak digunakan sebagai bahan dasar logam besi dan sebagai mineral
pencampuran dalam industri semen.
i) Wisata Bahari
Obyek Wisata Bahari Kuala Raja Kecamatan Kuala adalah satu-satunya yang ada di
pesisir pantai Kabupaen Bireuen, dengan morfologi pantai yang umumnya berpasir
dan perairannya yang masih bersih dapat menarik Investor dalam mengelolanya .
i). Abrasi
ii). Akresi
Akresi ‘ tanah timbul’ adalah di sebabkan sedimentasi yang di pengaruhi oleh arus
pasang surut yang membawa material oleh adanya Abrasi di suatu tempat,daerah
yang terakresi dapat ditemui di pesisir Kecamatan Gandapura dan dapat dijumpai di
pintu masuk peraiaran Pelabuhan PPI Peudada dan PPI Jeniueb yang membentuk
tanah timbul dan berpindah tempat karena pengaruh musim ( Barat dan Timur ).
iv). Sedimentasi
Tabel : 2.20
Sungai-Sungai Yang Bermuara di Laut Perairan Bireuen
Kondisi Rencana Pengerukan ( X )
Kecamatan Kuala / Muara 2000 2005 2005 2006 2007 2008 2009
Samalanga K.Sukon Dangkal - - - - - -
K.Samalanga Baik Dangkal - x - - -
K.Arongan Dangkal - - - - - -
K.Surien Dangkal - - - - - -
K.Tambue Dangkal Dangkal - x - - -
K.Cangkoy Dangkal Dangkal - x - - -
Padrah K.Padrah Dangkal - - - - - -
Jeunieb K.Jeunieb Normal Dangkal - - x - -
K.Nalan Dangkal - - - - -
Peulimbang K.peulimbang - Dangkal - - x - -
Peudada K.Peudada Normal Dangkal - x - - -
K.Bugeng Dangkal - - - - - -
K.Kukue Dangkal - - - - - -
Juempa K.Juempa Dangkal Dangkal - - - - -
K.Krueg Juli Dangkal - - - - - -
K. Raja Dangkal Dangkal - - - x -
Jangka K.Jangka Dangkal Dangkal - - - - x
K.Paon Dangkal Dangkal - - - - x
K.Ceurape Normal - - - - - -
Gandapura K.Lapang Dangkal - - - - - -
K.Monkeurayu Dangkal - - - - - -
K.abu - Dangkal - - - - x
K.Bugeng - Dangkal - - - - x
Jumlah - 5 2 1 4
Jumlah penduduk wilayah Kabupaten Bireuen pada tahun 2003 (Sebelum Tsunami)
sebesar 361.182 jiwa dan pada tahun 2005 (Setelah Tsunami) sebesar 356.931 jiwa.
Jumlah penduduk pada tahun 2005 yang terbesar terdapat di Kecamatan Kota Juang
sebesar 43.077 jiwa dan terkecil di Kecamatan Pandrah sebesar 6.668 jiwa. Kepadatan
penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Kuala sebesar 908,98 jiwa per km2 dan
terkecil di Kecamatan Pandrah sebesar 52.43 jiwa per km2. Konsentrasi penduduk di
wilayah Kabupaten Bireuen cenderung di wilayah bagian tengah, khususnya di
Kecamatan Kota Juang yaitu mencapai 12,07 % dari jumlah penduduk Kabupaten
Bireuen. Hal ini terjadi sebagai akibat letak wilayah/kotanya yang sangat strategis,
sehingga banyaknya penduduk pendatang. Selain itu Kota Bireuen telah lebih dulu
berkembang dibandingkan dengan kota-kota lainnya.
Sumber : Kabupaten Bireuen dalam Angka Tahun 2003, BPS Kabupaten Bireuen
B. Pertumbuhan Penduduk
E. Struktur Ekonomi
tabel 2.27, dapat dilihat perbandingan struktur ekonomi Kabupaten Bireuen dan
Provinsi NAD atas dasar harga berlaku (ADHB) Tahun 1999 - 2002.
Tabel 2.27 - Perbandingan Struktur Ekonomi Kabupaten Bireuen Dan Provinsi NAD
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tahun 1999 – 2002
Lapangan Usaha Kabupaten Bireuen Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
1999 2000 2001 2002 1999 2000 2001 2002
(1) (3) (4) (5) (6) (8) (9) (10) (11)
1. Pertanian 66.22 65.25 65.10 65.35 57.15 56.89 57.08 56.44
2. Pertambangan dan Penggalian 1.25 1.37 1.52 1.65 1.12 1.11 1.10 1.11
3. Industri Pengolahan 1.88 1.81 1.73 1.67 10.83 10.83 10.08 10.39
4. Listrik dan Air Minum 0.27 0.25 0.26 0.25 0.35 0.32 0.32 0.31
5. Bangunan 3.08 2.84 2.60 2.38 4.50 4.51 4.43 4.51
6. Perdagangan, hotel dan Restoran 12.46 12.80 13.12 13.29 10.83 11.09 11.21 11.47
7. Pengangkutan dan Komunikasi 8.16 8.10 8.06 8.09 8.92 8.79 8.71 8.91
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.38 1.36 1.63 1.89 0.95 1.36 2.14 1.90
9. Jasa-jasa 6.31 6.21 5.79 5.44 5.36 5.08 4.93 4.96
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen
Besarnya kontribusi yang disumbangkan oleh sektor pertanian tidak terlepas dari
dukungan kelima sub sektornya yaitu sub sektor tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, kehutanan, dan perikanan. Pada tahun 2002 sub sektor pertanian yang
paling menonjol adalah sub sektor tanaman pangan yang memberi kontribusi terhadap
PDRB Kabupaten Bireuen sebesar 25,68 % dan terhadap sektor pertanian sebesar 39,29
%, diikuti oleh sub sektor perikanan yang memberi kontribusi terhadap PDRB Kab.
Bireuen sebesar 18,00 % dan terhadap sektor pertanian 27,54 %.
Dari uraian singkat diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa sektor yang kurang
mendorong pertumbuhan PDRB Kabupaten Bireuen secara keseluruhan. Pada tabel di
bawah ini dapat dilihat gambaran mengenai hubungan antara peranan sektoral dengan
laju pertumbuhan menurut sektor.
- - Jasa-jasa -
Sumber : BPS Kabupaten Bireuen
Dari tabel tersebut diperoleh gambaran bahwa sektor yang berperan besar (diatas 10%)
dan tumbuh dibawah rata-rata PDRB Kabupaten Bireuen adalah sektor pertanian serta
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berikutnya sektor yang berperan menengah ke
bawah, namun laju pertumbuhannya diatas rata-rata PDRB Kabupaten Bireuen adalah
sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan.
F. Potensi Perekonomian
Tanaman Pangan :
Tanaman padi merupakan jenis tanaman yang dihasilkan oleh setiap kecamatan di
wilayah Kabupaten Bireuen. Produksi padi terbesar pada tahun 1999 dihasilkan oleh
Kecamatan Jeumpa yaitu sebesar 12.277,67 ton atau mencapai 28,33 % dari jumlah
keseluruhan produksi.
Adapun tanaman palawija yang dihasilkan di Kabupaten Bireuen terdiri dari jagung,
kedelai, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, tomat, terong, cabe, kacang panjang
dan kacang hijau. Dari kesemuanya itu, kedelai merupakan yang paling dominan
dengan produksi 58.233,92 ton dan yang memberikan kontribusi produksi terendah
adalah terong yaitu sebesar 32,03 ton.
Tanaman Buah-buahan :
Perkebunan :
Perikanan :
Peternakan :
Kehutanan :
Jenis bahan tambang yang banyak tersebar di wilayah Kabupaten Bireuen adalah
dari kelompok bahan tambang galian C berupa andesit, batu pasir, pasir sungai,
kerikil, sirtu, koral, batu apung dan sebagainya yang banyak dimanfaatkan untuk
pembangunan. Bahan tambang ini tersebar hampir di tiap kecamatan dalam wilayah
Kabupaten Bireuen.
Pariwisata :
Sementara wisata budaya terdiri dari 15 objek diantaranya Tugu Perjuangan Batee
llik, Rumah Adat dan Makam Tgk. Awe Geutah, Mesjid Kuta Blang dan peninggalan
sejarah lainnya. Sedangkan wisata pantai yang baru teridentifikasi meliputi Pantai
Reuleng Manyang di Calok Kecamatan Samalanga dan Pantai Ujong Blang di
Kecamatan Jeumpa.
Perdagangan :
G. Pertumbuhan Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita merupakan hasil bagi antara PDRB
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, sedangkan Pendapatan Regional Per
Kapita diperoleh dari hasil bagi anatara Produk Domestik Regional Netto (PDRN)
atas biaya faktor produksi (PDRB yang telah dikurangi penyusutan dan pajak tak
langsung) dengan penduduk pertengahan tahun.
Pada tahun 2002 PDRB per kapita Kabupaten Bireuen berdasarkan atas dasar harga
berlaku (ADHB) senilai 5,40 juta rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 12,07 %
dibandingkan tahun 2001 yang senilai 4,82 juta rupiah. Begitu pula halnya dengan
pendapatan regional per kapita pada tahun 2002 naik sebesar 12,42 % senilai 4,85
juta rupiah. Sementara dibandingkan dengan Provinsi NAD, PDRB Provinsi NAD pada
tahun 2002 hanya sebesar 4,69 juta rupiah sedangkan pendapatan per kapitanya
hanya sebesar 4,28 juta rupiah.
Jika dilihat PDRB per kapita Kabupaten Bireuen berdasarkan atas dasar harga
konstan (ADHK) 1993, pada tahun 2002 senilai 1,72 juta rupiah atau mengalami
kenaikan sebesar 0,75 % dibandingkan tahun 2001 yang senilai 1,71 juta rupiah.
Begitu pula halnya dengan pendapatan regional per kapita pada tahun 2002 naik
sebesar 0,88 % senilai 1,48 juta rupiah. Sementara dibandingkan dengan Provinsi
NAD, PDRB Provinsi NAD pada tahun 2002 hanya sebesar 1,53 juta rupiah sedangkan
pendapatan per kapitanya hanya sebesar 1,34 juta rupiah.
1. Dengan mengacu pada hasil review RTRW Kab. Bireuen yang ada saat ini
disimpulkan bahwa RTRW Kabupaten Bireuen saat ini memerlukan revisi secara
menyeluruh.
3. Dari aspek lingkungan dan sumber daya alam, permasalahan yang mendesak
adalah :
c. Adanya potensi sumber daya air bersih yang cukup besar di S. Batuilie,
yang dapat dimanfaatkan, antara lain untuk : pemenuhan kebutuhan air
bersih masyarakat, perluasan sistem jaringan irigasi, penyediaan air bersih
untuk rencana kws. Industri Batee Geulungku, dan rencana Pelabuhan di
Simpang Mamplam.
d. Adanya potensi pasir besi di Mon Kelayu yang belum dimanfaatkan secara
optimal.
Dari tabel di atas, terlihat bahwa terdapat 4 (empat) kecamatan yang memiliki nilai
yang sama pada urutan prioritas ke-4. Disamping itu, berdasarkan usulan atau
masukan dari Bappeda Kabupaten Bireuen juga terdapat 2 (dua) kecamatan lagi
yang perlu diprioritaskan, karena terdapat program prioritas Kabupaten, yakni :
kecamatan Gandapura dan Kuala. Dengan demikian, berdasarkan hasil penilaian di
atas, sekaligus menampung keinginan pihak Pemda Kabupaten, maka ditetapkan 9
(sembilan) kecamatan prioritas Kabupaten Bireuen, sebagai berikut :
1. Kecamatan Jangka,
2. Kecamatan Samalanga,
3. Kecamatan Simpang Mamplam,
4. Kecamatan Jeunib,
5. Kecamatan Peudada,
6. Kecamatan Jeumpa,
7. Kecamatan Peusangan,
8. Kecamatan Gandapura,
9. Kecamatan Kuala.
Gambar 3.2 – Bagan Alir Proses Penyusunan Rencana Tindak (Action) Plan di
9 Kecamatan Terpilih
Secara garis besar Draft Rencana Tindak (Action Plan) Kecamatan Prioritas
dirumuskan berdasarkan :
Berdasarkan hasil penyusunan Draft Rencana Tindak (Action Plan) yang telah
dijelaskan sebelumnya, selanjutnya dilakukan sosialisasi draft rencana tindak
kepada masyarakat (perwakilan masyarakat) yang ada di kecamatan terpilih.
Sosialisasi ini ditujukan guna menyepakati draft rencana tindak yang telah
disusun sebelumnya, melalui pelaksanaan forum diskusi FGD (Focus Group
Discussion) di setiap Kecamatan.
Dalam hal ini konsultan telah merencanakan pelaksanaan sosialisasi dan FGD di
Kecamatan terpilih pada tanggal 15 sampai 20 Mei 2006. Namun pada tahap
persiapan pelaksanaan sosialisasi ini, konsultan mendapat informasi dan
tanggapan baik dari pihak Pemda Kabupaten maupun dari pihak kecamatan,
bahwa pelaksanaan FGD dengan melibatkan masyarakat yang ada di
Kabupaten Bireuen sulit dilaksanakan, karena pihak kecamatan dan
masyarakat telah berulang kali melaksanakan FGD yang dilakukan oleh
beberapa lembaga NGO dan dijanjikan berbagai program bantuan, namun
sampai saat ini belum ada realisasinya. Sebagai solusinya, pihak Pemda
Kabupaten Bireun (Bappeda Kabupaten) memberikan bahan buku usulan
program dari hasil penjaringan aspirasi masyarakat melalui FGD yang telah
dilaksanakan oleh Pemda Kabupaten Bireun bekerjasama dengan Lembaga
NGO dari Perancis pada tahun 2005.
a. Kesesuaian Draft Rencana Tindak (Action Plan) yang baru terhadap aspirasi
masyarakat.
b. Kelengkapan dan kekurangan dari Draft Daftar (List) Rencana Tindak (Action
Plan) yang baru terhadap Aspirasi Mayarakat.
Dalam rangka menetapkan desa-desa prioritas, dimana hal ini terkait dengan
keperluan untuk perencanaan Desa (Village Planning), maka berikut ini dirumuskan
tentang kriteria prioritas desa. Secara garis besar, kriteria prioritas desa ditetapkan
mengacu pada :
Dengan mengacu pada 3 (tiga) hal di atas selanjutnya dirumuskan aspek-aspek dan
indikator penilaian yang digunakan untuk penilaian prioritas desa, sebagai berikut :
Dengan mengacu pada kriteria dan indikator penilaian prioritas desa yang telah
dijelaskan sebelumnya, serta dengan menggunakan basis data Podes Tahun 2005
(Sumber : BRR NAD-Nias), selanjutnya dilakukan perhitungan dan penilaian prioritas
desa. Dalam penilaian ini, bobot dari setiap indikator yang digunakan dianggap
sama, dengan range nilai setiap indikator antara 0 – 10. Secara rinci perhitungan
dalam penilaian prioritas desa disajikan pada Lampiran. Adapun Tabel hasil
pemilihan desa prioritas dari 9 (sembilan) kecamatan terpilih disajikan dalam
pembahasan masing-masing kecamatan (sub bab 3.4 sampai 3.12).
serta mengacu pada Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias, dan
standar-standar perencanaan yang ada. Adapun rumusan konsep dasar
pengembangan kecamatan prioritas adalah sebagai berikut :
a. Zona I, yaitu zona pantai dan perikanan, dengan kegiatan utama adalah
zona penyangga (buffer zone), zona budidaya perikanan tangkap dan
perikanan budidaya, dengan kegiatan pendukung berupa pelabuhan
perikanan, serta pengembangan pelabuhan rakyat Kuala Radja, Pelabuhan
Kawasan Industri Batee Geulumpu dan Pelabuhan Perikanan Peudada sebagai
alternatif percepatan aksesibilitas perekonomian Kabupaten Bireuen.
a. Untuk Zona I :
b. Untuk Zona II :
b. Sempadan Sungai :
• Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di luar
kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di
dalam kawasan perkotaan;
• Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di
kanan kiri sungai kecil yang tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;
• Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk yang mempunyai
kedalaman tidak lebih dari 3 m;
• Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m;
• Sekurang-kurangnya 30 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 20 m;
• Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk sungai yang terpengaruh
oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau.
10. Meningkatkan taraf hidup masyarakat petani dan nelayan, dan keluarga miskin
yang ada di kawasan perencanaan.
11. Merencanakan Program Kadaster Laut dan Pesisir ( Marine and Coastal
Cadaster ) yaitu sistem pertanahan berbasis persil yang menjelaskan data
kepemilikan dan peruntukannya dengan Pentahapan sebagai berikut ; Batas
Laut dan Pesisir – Dinamika Laut dan Pesisir – Tata Wilayah Laut dan Pesisir –
Kadaster Laut dan Pesisir ( Hak, Larangan Dan Kewajiban ).
B. Pengembangan Kependudukan
C. Pengembangan Ekonomi
2. Menerapkan kebijakan insentif dan disentif bagi kegiatan usaha pada sektor-
sektor ungulan yang ada di kawasan perencanaan, yang diringi dengan
program promosi investasi dalam rangka menarik minat investor untuk
mengembangkan kegiatan usaha pada sektor-sektor unggulan, khususnya
dalam rangka mendorong perwujudan rencana pengembangan kawasan
industri dan rencana pelabuhan di kecamatan Simpang Mamplam.
LL Lokal
Jalan Jalan
Sekunder Sekunder
Primer Primer
LL Lokal
Jalan Jalan
Sekunder Sekunder
4. Pengembangan sumber daya air dari S. Bate Ilie, Kec. Samalanga sebagai
sumber air baku untuk kebutuhan air bersih di kawasan industri Bate
Geulungku dan rencana pelabuhan di Kec. Simpang Mamplam, serta untuk
keerluan pengairan untuk perluasan sawah pada kawasan sentra produksi
pertanian di Kec. Samalanga, dengan melakukan penyiapan studi kelayakan
terlebih dahulu.
2. Bekerja sama dengan negara lain yang lebih modern dan saling tukar
menukar Informasi.
A.1 Morfologi
Jenis tanah di Kec. Samalanga, meliputi : Aluvial, Hidromorf kelabu, dan Podsolik
Merah Kuning. Jenis tanah Aluvial umumnya relatif subur dan sesuai untuk
pengembangan pertanian, jenis tanah Podsolik Merah Kuning sesuai untuk tanaman
perkebunan atau tahunan.
Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Samalanga meliputi Sumber Daya Air
Sungai, Rawa/paya dan waduk, diantaranya Krueng / Sungai ( Samalanga 112 Ha,
Bate Iliek 110 Ha dan Arongan 50 Ha ), Paya/Rawa Cot Mane 5 Ha dan Waduk Cot
Tembok 5 ha.
Daerah Wilayah Kecamatan Samalanga yang berpotensi rawan banjir adalah daerah
Pesisir yang relatip datar 0 - 5 meter di atas permukaan air laut, meliputi daerah
sekitar muara sungai kuala Sukon dan Kuala Arongan yang kondisinya mengalami
Luas wilayah daerah pesisir 3.895,77 Ha ( 2,049 % ), Meliputi Desa Tambak dan desa
Pantai yaitu ; Desa Maunasa Lancok, Matang Teuguh, Meuliek, Angking Barat,
Tanjung Baro, Pineung Sirebe, Kampung Baro, Pante Rheng, Sangso
Komunitas Hutan Mangrove di desa Pineung Siribee 0,5 Ha dan Desa Kampung Baro
0,5 Ha, Ekosistim Estuaria Muara Sungai ( Kuala Samalanga, Kuala Sukon dan Kuala
Arogan), Perikanan Tangkap dengan sarana pendukung TPI Pante Rheng , Budidaya
Perikanan Tambak seluas 572 Ha, Ekosisitim Padang Lamun, Ekosistim Pantai Pasir.
Laut dan Pesisir – Dinamika Laut dan Pesisir – Tata Wilayah Laut dan Pesisir –
Kadaster Laut dan Pesisir ( Hak, Larangan Dan Kewajiban )
2. Ekosistim Estuaria
Menetapkan Zonasi Wilayah Ekosistim Padang Lamun sebagai zona laut bebas
dari aktivitas kapal untuk membuang sauh dan dari pencemaran air laut
maupun kegiatan yang dapat merusak lingkungan tersebut.
5. Perikanan Tangkap
6. Perikanan Tambak
7. Abrasi
8. Akresi
d. Pengerukan Alur Pelayaran tidak terlalu dekat dengan garis pantai yang
dapat menimbulkan longsornya tepi – tepi alur maupun erosi langsung dari
tepi alur akibat dari pukulan gelombang lalu lintas kapal.
Pada saat ini, data penggunaan lahan di Kecamatan Samalanga yang tersedia adalah
data penggunaan lahan dari data Podes tahun 2003 atau kondisi sebelum terjadinya
bencana tsunami. Sedangkan data Podes tahun 2005 tidak memuat data
penggunaan lahan maupun data luas desa/kelurahan yang ada, namun hanya
memuat peta batas desa/kelurahan pada tahun 2005. Dari hasil persandingan peta
batas desa/kelurahan antara data Podes tahun 2003 dan 2005, menunjukkan adanya
perbedaan jumlah maupun batas desa/kelurahan yang ada.
dari data Podes tahun 2005, dimana hasilnya dapat dilihat pada tabel luas desa
prioritas pada sub bab 4.2. Sedangkan untuk data penggunaan lahannya, konsultan
akan melakukan pengukuran penggunaan lahan berdasarkan hasil interprestasi dari
Peta Citra Ikonos skala 1 : 12.000, yang hasilnya masih belum dapat disajikan pada
ini.
2. Sempadan Sungai :
a. Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di luar
kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di dalam
kawasan perkotaan;
b. Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan
kiri sungai kecil yang tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;
c. Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk yang mempunyai kedalaman
tidak lebih dari 3 m;
d. Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m;
e. Sekurang-kurangnya 30 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 20 m;
f. Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk sungai yang terpengaruh
oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau.
Adapun kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya, serta kawasan rawan terhadap
bencana tsunami adalah mengacu pada arahan pemanfaatan ruang Kabupaten
Bireuen, yang termuat dalam Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-
Nias, sebagai berikut :
Zona ini tersebar di sepanjang pantai dari Timur ke Barat Kabupaten Bireuen,
dengan kegiatan utama adalah zona penyangga (buffer zone), zona budidaya
perikanan tangkap dan perikanan budidaya, dengan kegiatan pendukung
berupa pelabuhan perikanan, serta pengembangan pelabuhan rakyat Kuala
Radja, Pelabuhan Kawasan Industri Batee Geulumpu dan Pelabuhan Perikanan
Peudada sebagai alternatif percepatan aksesibilitas perekonomian Kabupaten
Bireuen.
Zona ini berada di bagian selatan jalur jalan nasional dengan kegiatan utama
adalah pertanian lahan basah (sawah irigasi) dan pertanian lahan kering. Pada
beberapa wilayah di zona ini akan dikembangkan pusat-pusat permukiman baru
(Gampong Putoh, Blang Rangkuluh, Leubu Mesjid), sebagai alternatif bagi
B. SOSIAL EKONOMI
Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Samalanga pada tahun 2005 adalah 23.390 jiwa dan 5.351 KK, dengan
jumlah penduduk dan KK terbesar adalah di Desa Mideun Jok sebanyak 1.515 jiwa
dan 302 KK, serta terkecil di desa Mns. Lancok sebanyak 105 jiwa dan 24 KK.
Adapun pertumbuhan penduduk pada desa-desa di Kec. Samalanga dari tahun 2003-
2005 sebagian menunjukkan angka pertumbuhan negatif, berkisar antara -0,25
sampai -33,83 %. Hal ini kemungkinan disebabkan dampak tsunami yang cukup
parah di Kecamatan Samalanga. Berdasarkan angka pertumbuhan yang ada,
selanjutnya diproyeksikan jumlah penduduk di desa-desa Kec. Samalanga pada
tahun 2010, total sebesar 25.824 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk tiap desa
disajikan pada tabel berikut.
Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Samalanga memiliki mata pencaharian
utama pada sektor pertanian tanaman pangan, kecuali untuk desa Keude Aceh
memiliki mata pencaharian utama sektor perdagangan.
Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 2.836 KK atau 53 % dari total
jumlah KK yang ada, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa Panthe
Rheeng, yakni sebanyak 159 KK atau 87,4 % dari jumlah KK yang ada di desa ini.
Sebanyak 28 (dua puluh delapan) desa yang ada di Kec. Samalanga memiliki
persentase jumlah KK miskin di atas 50 %. Kondisi ini dapat digunakan sebagai
indikator kebutuhan penanganan masalah kemiskinan di Kec. Samalanga.
2 002 COT MEURAK BLANG 131 99 104 78.8 Pertanian Tanaman Pangan 280 47.1
4 005 COT MEURAK BAROH 75 99 38 50.0 Pertanian Tanaman Pangan 140 35.6
7 008 MATANG II MNS 142 80 160 89.9 Pertanian Tanaman Pangan 160 25.7
9 010 MATANG JAREUNG 138 85 92 56.8 Pertanian Tanaman Pangan 130 22.5
14 035 KAMPUNG MEULUM 162 95 156 91.2 Pertanian Tanaman Pangan 250 29.1
15 036 GEULUMPANG BUNGKOK 120 99 97 80.2 Pertanian Tanaman Pangan 397 67.3
34 073 PINEUNG SIRI BEE 133 80 54 32.5 Pertanian Tanaman Pangan 25 4.7
44 084 PANTE RHEENG 177 97 159 87.4 Pertanian Tanaman Pangan 15 1.7
C.1 Transportasi
Secara umum, seluruh desa yang ada di Kecamatan Samalanga dihubungkan oleh
prasarana jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah, dan
hampir seluruh desa dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4, kecuali 2 (dua)
desa, yakni : Desa Darussalam dan Ulee Jematan. Kondisi ini menunjukkan bahwa
secara kuantitas hampir seluruh desa di Kec. Samalanga telah cukup terlayani
oleh prasarana jaringan jalan yang ada, kecuali untuk 2 (desa) tersebut, dan
dari segi kualitas, terdapat 5 (lima) desa yang prasarana jaringan jalannya perlu
ditingkatkan dari jenis permukaan tanah menjadi minimal jenis Sirtu (Pasir
Batu), sehingga dapat dilalui oleh kendaraan roda-4 di musim hujan.
Dapat
Dijangkau
Sebagian Besar
Kode Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Tipe Angkutan
No Nama Desa Cara Lalu Lintas
Peta Yang Terluas (jika darat) Roda 4/ Lebih Umum Utama
Antar Desa
Sepanjang
Tahun
1 001 MEURAH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Kend Roda 3/Lebih
Dapat
Dijangkau
Sebagian Besar
Kode Jenis Permukaan Jalan Kendaraan Tipe Angkutan
No Nama Desa Cara Lalu Lintas
Peta Yang Terluas (jika darat) Roda 4/ Lebih Umum Utama
Antar Desa
Sepanjang
Tahun
20 041 MIDEUN GEUDONG Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
Hampir seluruh desa di Kec. Samalanga menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih. Untuk prasarana dan sarana sanitasi berupa jamban umum tersedia pada
sebagian desa (24 desa) yang ada, dan sebanyak 9 (sembilan) desa menggunakan
sarana bukan jamban. Secara umum, kondisi ini menunjukkan kebutuhan
pembangunan jamban umum agar minimal dapat melayani 80 % masyarakat di
kecamatan Samalanga.
Harus Cara
Sumber Air Tempat Buang
No Kode Nama Desa Membeli Air Membuang
Minum Air Besar
Minum Sampah
1 001 MEURAH Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
2 002 COT MEURAK BLANG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
3 003 BATEE ILIEK Sungai/Danau Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
4 005 COT MEURAK BAROH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
5 006 MESJID BARO Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
6 007 DARUSSALAM Sumur Ada Jamban Umum Lobang/Dibakar
7 008 MATANG II MNS Sumur Ada Jamban Umum Lobang/Dibakar
8 009 MATANG WAKEUH Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
9 010 MATANG JAREUNG Sumur Tidak Jamban Bersama Lobang/Dibakar
10 011 ALUE BARAT Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
11 012 ULEE ALUE Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
12 013 COT MANE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
13 034 PALOH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
14 035 KAMPUNG MEULUM Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
15 036 GEULUMPANG BUNGKOK Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
16 037 LANCOK Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
17 038 ULEE JEUMATAN Sumur Tidak Jamban Bersama Lobang/Dibakar
18 039 LHOK SEUMIRA Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
19 040 LUENG KEUBEU Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
20 041 MIDEUN GEUDONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
21 042 MEUNASAH LUENG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
22 043 NAMPLOH PAPEUEN Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
23 044 MEULIEK Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
24 048 NAMPLOH KRUENG Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
25 049 MIDEUN JOK Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
26 050 KAMPUNG PUTOH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
27 051 NAMPLOH BARO Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
28 052 NAMPLOH BLANG GARANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
29 053 KANDANG Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
30 054 NAMPLOH MANYANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
31 070 SANGSO Sumur Tidak Jamban Bersama Diangkut
32 071 KEUDE ACEH Pipa PAM Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
33 072 KAMPUNG BARO Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
34 073 PINEUNG SIRI BEE Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
Harus Cara
Sumber Air Tempat Buang
No Kode Nama Desa Membeli Air Membuang
Minum Air Besar
Minum Sampah
35 074 MATANG TEUNGOH Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
36 075 ULEE UE Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
37 076 TANJONGAN IDEM Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
38 077 TANJONG BARO Sumur Ada Jamban Umum Lobang/Dibakar
39 078 MEUNASAH LINCAH Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
40 079 ANKIENG BARAT Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
41 080 MNS PUUK Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
42 081 MNS LANCOK Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
43 082 COT SIREN Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
44 084 PANTE RHEENG Pipa PAM Ada Jamban Umum Lobang/Dibakar
45 085 PULO BAROH Sungai/Danau Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
46 087 GLUMPANG PAYONG Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
3. SMP Negeri sebanyak 2 (dua) buah, dan SMP swasta sebanyak 3 (tiga) buah,
dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Luengkeubeu) adalah 5 Km.
4. SMU Negeri sebanyak 1 (satu) buah, dan SMU swasta sebanyak 2 (dua) buah,
dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Sangso) adalah 14 Km.
Sekolah Menengah
No Kode Nama Desa Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Pertama Sekolah Menengah Umum
Peta Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 001 MEURAH 0 0 5 0 0 0.3 0 0 0.3 0 0 5.0
Sekolah Menengah
No Kode Nama Desa Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Pertama Sekolah Menengah Umum
Peta Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
8 009 MATANG WAKEUH 0 0 3 0 0 0.2 0 0 3.1 0 0 3.1
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana desa-
3. Posyandu sebanyak 44 (empat puluh empat) buah (hampir ada di setiap desa),
dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Ulee Ue) adalah 2,5 Km,
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana desa-
desa di Kecamatan Samalanga dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi
penduduk pada tahun 2010 sebesar 25.824 jiwa, maka tambahan sarana kesehatan
yang dibutuhan di Kec. Samalanga, meliputi :
Secara umum, hampir seluruh desa di Kecamatan Samalanga telah dilayani oleh
prasarana listrik, kecuali 2 (dua) desa, yakni desa Meunasah Lincah, dan desa
Meunasah Lancok. Kondisi ini menunjukkan kebutuhan perluasan jaringan listrik
yang dapat mencapai kedua desa tersebut.
Keluarga Berlangganan
No Kode Nama Desa Ketersediaan Keluarga Pengguna Listrik Telepon
Peta Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
Keluarga Berlangganan
No Kode Nama Desa Ketersediaan Keluarga Pengguna Listrik Telepon
Peta Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka dipilih dan ditetapkan desa prioritas untuk
“Village Planning” di Kecamatan Samalanga seperti disajikan pada tabel berikut.
Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
6 81 MNS LANCOK Samalanga 38 1
19 78 MEUNASAH LINCAH Samalanga 28 2
20 84 PANTE RHEENG Samalanga 28 2
25 74 MATANG TEUNGOH Samalanga 27 3
27 73 PINEUNG SIRI BEE Samalanga 26 4
57 72 KAMPUNG BARO Samalanga 22 5
59 79 ANKIENG BARAT Samalanga 22 5
65 77 TANJONG BARO Samalanga 21 6
76 70 SANGSO Samalanga 20 7
87 54 NAMPLOH MANYANG Samalanga 19 8
96 44 MEULIEK Samalanga 18 9
122 51 NAMPLOH BARO Samalanga 15 10
123 80 MNS PUUK Samalanga 15 10
125 71 KEUDE ACEH Samalanga 14 11
126 76 TANJONGAN IDEM Samalanga 14 11
139 75 ULEE UE Samalanga 10 12
142 53 KANDANG Samalanga 8 13
A.1 Morfologi
Jenis tanah di Kec. Simpang Mamplam, meliputi : Aluvial, Hidromorf kelabu, dan
Podsolik Merah Kuning. Jenis tanah Aluvial umumnya relatif subur dan sesuai untuk
pengembangan pertanian, jenis tanah Podsolik Merah Kuning sesuai untuk tanaman
perkebunan atau tahunan.
Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Simpang Mamplam meliputi Sumber Daya
Air Sungai, Rawa/paya dan, diantaranya Krueng / Sungai ( Surien , Tambue,
Cangkue, Tambu 40 Ha ), Paya / Rawa Betee Glungku 6 Ha, Glen Mudong 3 Ha.
Daerah wilayah Kecamatan Simpang Mamplam yang berpotensi rawan banjir adalah
daerah Pesisir yang relatip datar 0 -5 meter di atas permukaan air laut .meliputi
daerah sekitar muara sungai kuala Tambue dan Kuala Cangkue yang kondisinya
mengalami pendangkalan akibat sedimentasi dan akresi yang menimbulkan
penyempitan “ Bottle Neck “ di bagian hilir ( muara ) .
yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan gempa tektonik dengan skala 6-7 reichter
patahan – patahan tersebut. Salah satunya dapat dijumpai di krueng Peusangan.
Daerah Pesisir yang berpotensi rawan tsunami meliputi desa-desa pesisir baik desa
tambak maupun desa pantai yang beresiko berat yaitu desa Rhuem Baroh dan yang
beresiko sedang yaitu desa Kaude Tambue, Core Tunong, Core Baroh, Peuneulet
Baroh, Ulee Kareung, Blang Panyah dan Calok. Faktor penyebab lain di sepanjang
pesisir desa-desa pantai tidak terdapat zona penyanggah (buffer zone) Ekosistim
hutan mangrove yang mampu menahan laju gelombang tsunami secara alamiah
serta kedalaman toporafi daerah perairan pantai Simpang Mamplam 20 – 60 meter,
yang juga berpengaruh terhadap laju kecepatan rambat gelombang C = L/T
terhadap kedalaman laut d/L yang semakin ke arah darat cepat rambat
gelombang semakin melemah ( Refraksi Gelombang ) dan juga adanya sebaran
Ekosistim Terumbu Karang di perairan desa Ulee Karueng, Blang Panyah dan Calok
yang dapat menahan laju gelombang tsunami.
Ekosisitim Terumbu Karang tersebar di desa ( Ulee Kareung, Blang Panyah dan
Calok ) , Ekosisitim Estuaria Muara Sungai ( Kuala Surien, Kuala Tambue dan Kuala
Cangkue), Perikanan tangkap dan rencana di bangun TPI, Ekosistim Padang Lamun ,
Ekosisitim Pantai Pasir dan Budi daya tambak seluas 866 Ha.
Abrasi di sepanjang pesisir pantai, Akresi di daerah muara sungai Tambue dan
Cangkoy, Kerusakan Ekosistim Hutan Mangrove.
3. Abrasi
4. Akresi
Jalan akses ke pelabuhan rencana adalah jalan Nasional (Arteri Primer) Banda
Aceh – Medan, yang terhubung dengan Akses jalan lokal Kecamatan dan Jalan-
jalan Desa yang ada.
Direncanakan akan dibangun Pengolahan Sumber Daya Air dari Sumber Mata Air
Sungai Bate Ilie di Kecamatan Samalanga untuk menunjang kebutuhan
terselenggaranya Pelabuhan Rencana dan Kawasan Industri (Batee Geulungku
Industrial Estate Port).
b. Bathimetri
Kedalaman laut bervariasi, untuk alur sebelah barat yaitu Samalanga dan
sekitarnya, alur kedalaman sekitar pantai antara 1 – 20 m, alur pendekat
pantai kedalamannya 20 – 50 m, alur perairan lepas kedalamannya 50 – 200
m, alur semakin kelautan lepas kedalamannya 200 –1000 m lebih. Untuk
perairan sebelah timur Pandrah, Jeunieb, Peudada untuk alur dekat pantai
relatip lebih dangkal.
c. Arus
0,2 Knot, sedangkan arus lepas pantai kecepatannya 0,2 – 0,48 Knot dan Arus
ke laut lepas kecepatannya 0,93 – 1,94 Knot.
d. Pasang Surut
Mengadakan survai dan studi kelayakan untuk mencari daerah yang tepat
untuk di jadikan pelabuhan, mengingat pesisir pantai perairan desa Ulee
Kareung, Blang Panyah dan Calok terdapat ekosistim terumbu karang yang
perlu di lindungi keberadaannya.
3. Penentuan lokasi pembuangan limbah Industri harus memiliki Kriteria : (1) tidak
mencemari lingkungan pesisir, (2) tidak mengganggu secara higienik maupun
secara estetik, (3) terhindar dari gangguan banjir, (4) semua jenis limbah
industri terutama yang bersifat tosik dilarang dibuang di sungai, saluran,
estauria, perairan pantai maupun lepas pantai, tanpa proses pengolahan
terlebih dahulu.
B. SOSIAL EKONOMI
Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa di Kecamatan
Simpang Mamplam pada tahun 2005 adalah 20.107 jiwa dan 4.936 KK, dengan
jumlah penduduk dan KK terbesar adalah di Desa Ceureucok sebanyak 1.511 jiwa
dan 332 KK, serta terkecil di desa Paku sebanyak 66 jiwa dan 16 KK.
Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Simpang Mamplam memiliki mata
pencaharian utama pada sektor pertanian tanaman pangan.
Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 4.024 KK atau 81,5 % dari total
jumlah KK di Kec. Samalanga, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa
Ceurecok, yakni sebanyak 295 KK atau 88,9 % dari jumlah KK yang ada di desa ini.
Sebanyak 38 (tiga puluh delapan) desa yang ada di Kec. Simpang Mamplam
memiliki persentase jumlah KK miskin di atas 50 %. Kondisi ini dapat digunakan
sebagai indikator kebutuhan penanganan masalah kemiskinan di Kec. Simpang
Mamplam.
2 002 IE RHOB BABAH KRUENG 111 99 85 75.9 Pertanian Tanaman Pangan 48 10.8
4 004 KRUENG MEUSEUGOB 128 99 115 89.1 Pertanian Tanaman Pangan 15 3.6
7 006 BLANG TAMBUE 227 94 184 76.3 Pertanian Tanaman Pangan 26 2.4
12 011 IE RHOB BARAT 113 98 113 98.3 Pertanian Tanaman Pangan 21 5.2
23 022 BLANG TEUMULEK 129 98 129 97.7 Pertanian Tanaman Pangan 15 4.9
24 023 BLANG KUTA II MNS 231 96 109 45.2 Pertanian Tanaman Pangan 20 2.1
26 025 RHEUM TIMUR 114 93 118 95.9 Pertanian Tanaman Pangan 37 8.2
27 026 RHEUM BARAT 116 90 112 86.8 Pertanian Tanaman Pangan 19 3.9
28 027 RHEUM BAROH 211 99 198 93.0 Pertanian Tanaman Pangan 38 4.3
34 032 CURE TUNONG 212 95 171 76.7 Pertanian Tanaman Pangan 43 6.1
35 033 CURE BAROH 136 97 118 84.3 Pertanian Tanaman Pangan 17 3.1
36 034 PEUNEULET BAROH 134 80 105 62.5 Pertanian Tanaman Pangan 31 6.3
37 035 ULEE KAREUNG 176 95 129 69.7 Pertanian Tanaman Pangan 32 3.9
39 037 BLANG PANYANG 187 97 165 85.5 Pertanian Tanaman Pangan 33 4.2
C.1 Transportasi
Seluruh desa yang ada di Kecamatan Simpang Mamplam dihubungkan oleh prasarana
jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah, serta sebagian
besar desa dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4, dan hanya 2 (dua) desa yang
tidak dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4, yakni Desa Rheum Baroh dan Alue
Leuhob. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara kuantitas, hampir seluruh desa
yang ada di Kec. Simpang Mamplam telah terlayani oleh prasarana jaringan jalan
yang ada, hanya dari segi kualitasnya saja perlu ditingkatkan khususnya untuk
jalan-jalan dengan jenis permukaan tanah menjadi minimal jenis Sirtu (Pasir
Batu), sehingga dapat dilalui oleh kendaraan roda-4 di musim hujan.
Adapun sarana angkutan umum ke desa-desa di Kec. Simpang Mamplam adalah ojek
(sepeda motor). Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :
Hampir seluruh desa di Kec. Samalanga menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih. Untuk prasarana dan sarana sanitasi, sebagian besar desa (32 desa)
menggunakan bukan jamban, dan hanya 8 (delapan) desa menggunakan jamban
umum, sisanya menggunakan jamban sendiri. Secara umum, kondisi ini
menunjukkan kebutuhan pembangunan jamban umum agar minimal dapat
melayani 80 % masyarakat di kawasan perencanaan Simpang Mamplam.
Harus Cara
Kode Sumber Air Tempat Buang
No Nama Desa Membeli Air Membuang
Peta Minum Air Besar
Minum Sampah
1 001 GLE MENDONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
2 002 IE RHOB BABAH KRUENG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
3 003 LHOK TANOH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
4 004 KRUENG MEUSEUGOB Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
5 005 PAKU Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
7 006 BLANG TAMBUE Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
8 007 MAMPLAM Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
9 008 PULO DAPONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
10 009 COT TRIENG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
Harus Cara
Kode Sumber Air Tempat Buang
No Nama Desa Membeli Air Membuang
Peta Minum Air Besar
Minum Sampah
11 010 IE RHOB TIMU Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
12 011 IE RHOB BARAT Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
13 012 MEUNASAH DAYAH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
14 013 PULO DRIEN Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
15 014 IE RHOB GEULUMPANG Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
16 015 CEUREUCOK Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
17 016 ARONGAN Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
18 017 BALEE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
19 018 BLANG MANE BARAT Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
20 019 BLANG MANE II MNS Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
21 020 JURONG BINJE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
22 021 MNS MESJID Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
23 022 BLANG TEUMULEK Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
24 023 BLANG KUTA II MNS Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
25 024 BLANG KUTA COH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
26 025 RHEUM TIMUR Sumur Tidak Jamban Umum Lobang/Dibakar
27 026 RHEUM BARAT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
28 027 RHEUM BAROH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
29 028 LANCANG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
30 029 KEUDE TAMBUE Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
32 030 MEUNASAH ASAN Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
33 031 PEUNEULET TUNONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
34 032 CURE TUNONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
35 033 CURE BAROH Sumur Tidak Jamban Umum Lainnya
36 034 PEUNEULET BAROH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
37 035 ULEE KAREUNG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
38 036 ALUE LEUHOB Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
39 037 BLANG PANYANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
40 038 CALOK Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
3. SMP Negeri sebanyak 2 (dua) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh
(Desa Lhok Tanoh) adalah 9 Km.
Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
Jarak Jarak Jarak Jarak
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 001 GLE MENDONG 0 0 5.5 0 0 1.5 0 0 5.5 0 0 6.0
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana desa-
desa di Kecamatan Simpang Mamplam dianggap sebagai satu lingkungan, dengan
proyeksi penduduk pada tahun 2010 sebesar 20.924 jiwa, maka kebutuhan
tambahan sarana pendidikan di Kec. Simpang Mamplam, meliputi :
3. Posyandu sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) buah (hampir ada di setiap desa).
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana desa-
desa di Kecamatan Simpang Mamplam dianggap sebagai satu lingkungan, dengan
proyeksi penduduk pada tahun 2010 sebesar 20.924 jiwa, maka tambahan sarana
kesehatan yang diperlukan di Kec. Simpang Mamplam, meliputi :
Seluruh desa di Kecamatan Simpang Mamplam telah dilayani oleh prasarana listrik.
Untuk prasarana telepon, hanya sebagian desa (19 desa) di kec. Simpang Mamplam
Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka dipilih dan ditetapkan desa prioritas untuk
“Village Planning” di Kecamatan Simpang Mamplam seperti disajikan pada tabel
berikut.
Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai
Prioritas
Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai
Prioritas
A.1 Morfologi
Jenis tanah di Kec. Jeunib adalah relatif sama dengan yang ada di Kec. Samalanga
dan Simpang Mamplam.
Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Jeunib meliputi Sumber Daya Air Sungai,
Rawa/paya dan waduk, diantaranya Krueng / Sungai ( Nalan 150 Ha, Jeunib 112
Ha ), Paya / Rawa ( Rusab 1 Ha, Jambo Dalam 5 Ha, Alue Syueng 1,5 Ha ) dan
Waduk Gasap 5 Ha.
Daerah Wilayah Kecamatan Jeunib yang berpotensi rawan banjir adalah daerah
Pesisir yang relatip datar 0 - 5 meter di atas permukaan air laut, meliputi daerah
sekitar muara sungai kuala Jeunib yang kondisinya mengalami pendangkalan akibat
sedimentasi dan akresi yang menimbulkan penyempitan “Bottle Neck “ di bagian
hilir ( muara ). Tanggal 11 Desember 2005 Wilayah pesisir Jeunib terjadi banjir
karena hujan selama tiga hari berturut-turut sehingga jalur Banda Aceh – Medan
terputus selama 8 jam, warga sekitar mengungsi kedaerah aman dengan tinggi air
sampai 2 meter yang menggenangi rumah warga. Faktor penyebab lainnya adalah
adanya penebangan kawasan hutan yang berada di wilayah hulu.
Daerah Pesisir yang terpotensi rawan tsunami meliputi desa-desa pesisir baik desa
tambak maupun dasa pantai yang beresiko berat yaitu desa Matang Bangka, Blang
Lancang, Teupin Kapula dan Beresiko sedang meliputi desa tambak yaitu desa
Matang Nibong, Matang teuguh, Lancang Blang Me Timu. Faktor penyebab lain di
sepanjang pesisir desa-desa pantai tidak terdapat zona penyanggah (buffer zone)
hutan mangrove yang mampu menahan laju gelombang tsunami secara alamiah
serta kedalaman toporafi daerah perairan pantai Jeunib 20 – 100 meter, yang
berpengaruh terhadap laju kecepatan rambat gelombang C = L/T terhadap
kedalaman laut d/L. Gelombang tsunami sebelumnya mengalami Difraksi ke arah
timur oleh karena adanya terumbu karang di desa Ulee Karueng , Blang Panyah
dan Calok sehingga terjadi pertemuan dengan gelombang datang dari arah barat
laut menerjang desa - desa pantai yaitu Blang Lancang dan Matang Bangka.
Perikanan tangkap dan sarana PPI dan TPI, Budidaya Perikanan Tambak seluas
184,35 Ha , Ekosistim Estuaria Muara Sungai ( Kuala Jeunib dan Kuala Nalan ).
Ekosisitim Padang Lamun dan Ekosistim Pantai Pasir.
3. Abrasi
4. Akresi
B. SOSIAL EKONOMI
Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Jeunib pada tahun 2005 adalah 19.421 jiwa dan 4.489 KK, dengan
jumlah penduduk dan KK terbesar adalah di Desa Blang Lancang sebanyak 1.437
jiwa dan 312 KK, serta terkecil di desa Alue Seutui sebanyak 126 jiwa dan 29 KK.
Sebagian besar desa yang ada di Kecamatan Jeunieb memiliki mata pencaharian
utama pada sektor pertanian tanaman pangan, dan terdapat 2 (dua) desa, yang
memiliki mata pencaharian utama sektor Perindustrian dan Perdagangan, yakni :
desa Lancang dan desa Keude Jeunieb.
Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 3.540 KK atau 78,9 % dari total
jumlah KK di kec. Jeunieb, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa
Sampiajat, yakni sebanyak 204 KK atau 100 % dari jumlah KK yang ada di desa
tersebut. Hampir seluruh desa yang ada di Kec. Jeunieb memiliki persentase
jumlah KK miskin di atas 50 %, dan hanya 1(satu) desa yang memiliki presentasi
dibawah 50 %. Kondisi ini dapat digunakan sebagai indikator kebutuhan penanganan
masalah kemiskinan di Kec. Jeunieb.
2 002 BLANG POROH 153 99 150 96.8 Pertanian Tanaman Pangan 250 40.1
3 003 LHOK KULAM 172 98 154 88.0 Pertanian Tanaman Pangan 200 20.9
4 010 SAMPOI AJAT 200 98 204 100.0 Pertanian Tanaman Pangan 250 30.7
8 014 MNS ALUE 106 96 95 86.4 Pertanian Tanaman Pangan 250 41.2
9 015 MNS TUNONG LUENG 88 99 85 95.5 Pertanian Tanaman Pangan 145 42.2
20 030 TANJONG BUNGONG 120 94 114 89.1 Pertanian Perkebunan 150 32.7
21 031 DAYAH BARO 129 98 122 92.4 Pertanian Tanaman Pangan 215 43.4
22 032 ULEE RABO 118 88 110 82.1 Pertanian Tanaman Pangan 278 59.6
23 033 LHUENG TENGOH 140 80 167 95.4 Pertanian Tanaman Pangan 50 9.5
25 035 MNS KEUTAPANG 106 83 81 63.3 Pertanian Tanaman Pangan 300 67.3
COT GEULUMPANG
036 42 98 41 95.3 Pertanian Tanaman Pangan 140 68.7
26 TUNONG
COT GEULUMPANG
037 89 93 96 100.0 Pertanian Tanaman Pangan 150 40.8
27 BAROH
28 038 KEUDE JEUNIEB 10 10 90 91.8 Perdagangan 0 0.0
29 039 JANGGOT SEUNGKO 164 82 150 75.0 Pertanian Perkebunan 450 61.0
30 040 BLANG MEE TIMUR 40 23 150 86.7 Pertanian Tanaman Pangan 150 81.1
37 047 TEUPIN KEUPULA 119 70 150 88.2 Pertanian Tanaman Pangan 250 51.9
C.1 Transportasi
Secara umum, seluruh desa yang ada di Kecamatan Jeunieb dihubungkan oleh
prasarana jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah,
serta sebanyak 10 (sepuluh) desa belum dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4.
Kondisi ini menunjukkan diperlukannya pengembangan prasarana jaringan jalan
yang dapat dilalui kendaraan roda-4 menuju ke-sepuluh desa tersebut,
disamping juga diperlukan peningkatan jalan khususnya untuk jalan-jalan dengan
jenis permukaan tanah menjadi minimal jenis Sirtu (Pasir Batu), sehingga dapat
dilalui oleh kendaraan roda-4 di musim hujan.
33 043 MATANG TEUNGOH Darat & Air Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
Terdapat 5 (lima) desa yang ada di Kecamatan Jeunieb telah dilayani oleh sumber
air bersih dari PDAM, lainnya masih menggunakan sumur sebagai sumber air bersih.
Secara umum, kondisi ini telah memenuhi standar pelayanan minimal prasarana
air bersih yang ada.
Untuk prasarana dan sarana sanitasi berupa jamban umum tersedia hanya pada 1
(satu) desa, dan sebanyak 19 (sembilan belas) desa menggunakan sarana sanitasi
bukan jamban. Secara umum, kondisi ini belum memenuhi standar pelayanan
minimal sarana sanitasi yang ada (terlayani > 80 %), sehingga pelayanan sanitasi
perlu ditingkatkan, khususnya pada desa-desa yang menggunakan sarana sanitasi
bukan jamban.
Untuk pengolahan sampah, seluruh desa menggunakan cara dibuang di lubang dan
dibakar. Secara umum, kondisi ini telah memenuhi standar pelayanan minimal
pengelolaan sampah yang ada untuk kawasan permukiman perkotaan dan
perdesaan.
Harus Cara
Kode
No Nama Desa Sumber Air Membeli Air Tempat Buang Membuang
Peta
Minum Minum Air Besar Sampah
1 001 JEUMPA SIKUREUNG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
2 002 BLANG POROH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
3 003 LHOK KULAM Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
4 010 SAMPOI AJAT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
5 011 ULEE BLANG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
6 012 ALUE SEUTUI Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
7 013 BLANG NEUBOK Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
8 014 MNS ALUE Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
9 015 MNS TUNONG LUENG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
10 016 LHEUE SIMPANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
11 017 LHEUE BARAT Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
12 018 MNS DAYAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
13 019 MEUNASAH KEUPULA Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
14 020 ULEE GAJAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
15 021 UTEUN PUPALEH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
16 022 DARUL AMAN Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
17 023 LAMPOH OE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
18 024 PULO RANGKILEH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
19 025 TUFAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
20 030 TANJONG BUNGONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
21 031 DAYAH BARO Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
22 032 ULEE RABO Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
23 033 LHUENG TENGOH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
24 034 MNS TAMBO Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
25 035 MNS KEUTAPANG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
26 036 COT GEULUMPANG TUNONG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
27 037 COT GEULUMPANG BAROH Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
28 038 KEUDE JEUNIEB Pipa PAM Tidak Jamban Sendiri Diangkut
29 039 JANGGOT SEUNGKO Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
30 040 BLANG MEE TIMUR Pipa PAM Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
Jamban
041 MATANG NIBONG Sumur Ada Lobang/Dibakar
31 Bersama
32 042 BLANG MEE BARAT Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
33 043 MATANG TEUNGOH Pipa PAM Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
34 044 MATANG BANGKA Pipa PAM Ada Bukan Jamban Lobang/Dibakar
35 045 BLANG LANCANG Sumur Ada Bukan Jamban Lobang/Dibakar
36 046 LANCANG Pipa PAM Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
37 047 TEUPIN KEUPULA Sumur Ada Bukan Jamban Lobang/Dibakar
38 057 MEUNASAH LUENG Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
3. SMP Negeri sebanyak 2 (dua) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh
(Desa Ulee Gajah) adalah 7 Km
4. SMU Negeri sebanyak 1 (satu) buah di desa Blang Mee Timur, dengan jangkauan
pelayanan ke desa terjauh (Desa Mns. Alue) adalah 9 Km.
Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 001 JEUMPA SIKUREUNG 0 0 5 0 0 1.0 0 0 5.0 0 0 5.0
Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
COT GEULUMPANG
036 0 0 2 0 0 1.5 0 0 2.0 0 0 4.0
26 TUNONG
COT GEULUMPANG
037 0 0 1.5 0 0 1.0 0 0 1.5 0 0 1.5
27 BAROH
28 038 KEUDE JEUNIEB 0 0 0.5 0 0 0.1 0 0 0.5 0 0 0.5
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana desa-
desa prioritas di Kecamatan Jeunieb dianggap sebagai satu lingkungan, dengan
proyeksi penduduk pada tahun 2010 sebesar 20.922 jiwa, maka kebutuhan
tambahan sarana pendidikan di Kec. Jeunieb, meliputi :
2. Puskesmas sebanyak 1 (satu) buah di Desa Blang Mee Timur, dengan jangkauan
pelayanan ke desa terjauh (Desa Mns. Alue dan Ulee Gajah) adalah 7 Km
3. Posyandu sebanyak 29 (dua puluh sembilan) buah (hampir ada di setiap desa),
dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Ds. J. Sikureung) adalah 5 Km
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Jeunieb dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 20.922 jiwa, maka tambahan sarana kesehatan yang
diperlukan di Kec. Jeunieb, meliputi :
Hampir seluruh desa di Kecamatan Jeunieb telah dilayani oleh prasarana listrik,
kecuali 1 (satu) desa, yakni Desa Lheue Barat. Kondisi ini menunjukkan
kebutuhan perluasan jaringan listrik ke Desa tersebut. Sedangkan untuk
prasarana telepon hanya 4 (empat) desa di kec. Jeunieb yang telah dilayani.
Kondisi ini menunjukkan kebutuhan perluasan jaringan telepon yang dapat
mencapai ke desa-desa yang masih belum terlayani.
Keluarga
Kode Keluarga Pengguna Listrik Berlangganan Telepon
No Nama Desa Ketersediaan
Peta Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
Keluarga
Kode Keluarga Pengguna Listrik Berlangganan Telepon
No Nama Desa Ketersediaan
Peta Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
ditetapkan Rencana Tindak (Action Plan) di Kecamatan Jeunieb Tahun 2007 sampai
Tahun 2009 seperti disajikan pada Tabel dan gambar halaman berikut.
Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka ditetapkan desa prioritas untuk “Village
Planning” di Kecamatan Jeunieb seperti disajikan pada tabel berikut.
Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
8 47 TEUPIN KEUPULA Jeunieb 34 1
9 41 MATANG NIBONG Jeunieb 33 2
10 46 LANCANG Jeunieb 31 3
26 44 MATANG BANGKA Jeunieb 26 4
74 45 BLANG LANCANG Jeunieb 20 5
107 40 BLANG MEE TIMUR Jeunieb 17 6
113 42 BLANG MEE BARAT Jeunieb 16 7
114 43 MATANG TEUNGOH Jeunieb 16 7
A.1 Morfologi
Pada sebelah Utara (wilayah pesisir) berupa topografi desa-desa pantai yang
meliputi : Sawang, Matang Pasi Kukue, Meunasa Blang dan kampong Baro dan Calok.
Desa berupa dataran meliputi: Blang Kubu, Seuneubok Paya, Matang Reuleut, dan
Paya. Pada sebelah Selatan berupa punggung bukit antara lain, yaitu desa Meunasa
Pulo.
Jenis tanah di Kec. Peudada adalah relatif sama dengan yang ada di Kec.
Samalanga, Simpang Mamplam, dan Jeunieb.
Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Peudada meliputi Sumber Daya Air
Sungai, Rawa/paya dan waduk, diantaranya Krueng / Sungai (Peudada 185 Ha,
Bugeng 40 Ha dan Kukue 35 Ha ), Paya / Rawa ( Paya Kameng 7 Ha dan Pinto Rimba
3,5 ) dan Waduk Paya Lot 7 Ha .
Daerah Wilayah Kecamatan Peudada yang berpotensi rawan banjir adalah daerah
Pesisir yang relatip datar 0 -5 meter di atas permukaan air laut, meliputi daerah
sekitar muara sungai kuala Peudada yang kondisinya mengalami pendangkalan
akibat sedimentasi dan akresi yang menimbulkan penyempitan “ Bottle Neck “ di
bagian hilir ( muara ). Tanggal 11 Desember 2005 Wilayah pesisir Peudada terjadi
banjir karena hujan selama tiga hari berturur turut sehingga jalur banda Aceh –
Medan terputus selama 8 jam, warga sekitar mengungsi kedaerah aman dengan
tinggi air sampai 2 meter yang menggenangi rumah - rumah warga. Faktor
penyebab lain adanya penebangan hutan di wilayah hulu sungai.
Daerah Pesisir yang terpotensi rawan tsunami meliputi desa pantai yang beresiko
sedang yaitu desa Sawang, Blang Kubu, Matang Pasie, Kukue, Mns Blang, Kampung
Baro, Seunebok Paya dan yang beresiko sedang meliputi desa tambak yaitu Maunasa
Pulo, Matang Reuleut dan Paya. Factor penyebab di s pepanjang pesisir desa-desa
pantai tidak terdapat zona penyanggah (buffer zone) hutan mangrove, yang
mampu menahan laju gelombang tsunami secara alamiah serta kedalaman toporafi
daerah perairan pantai Peudada 20 – 60 meter yang juga berpengaruh terhadap
laju kecepatan rambat gelombang C = L/T terhadap kedalaman laut dan
semakin ke darat cepat rambat gelombang semakin melemah ( Refraksi Gelombang
), Gelombang datang mengalami Difraksi oleh Terumbu Karang di perairan Simpang
Mamplam sehingga laju kecepatan gelombang tertahan dan cenderug melemah.
Perikanan tangkap dengan sarana PPI dan TPI, Budidaya Perikanan Tambak seluas
393,5 Ha , Ekosistim Estuaria Muara Sungai ( Kuala Peudada, Kuala Bugeng dan
Kuala Kukue ), Ekosistim Padang Lamun dan Ekosistim Pantai Pasir.
3. Abrasi
B. SOSIAL EKONOMI
Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Peudada pada tahun 2005 adalah 24.196 jiwa dan 5.515 KK, dengan
jumlah penduduk dan KK terbesar adalah di Desa Dayah Mon Ara sebanyak 1.973
jiwa dan 440 KK, serta terkecil di desa Jabet sebanyak 66 jiwa dan 40 KK.
31 031 JABET 32 34 66 40
Adapun pertumbuhan penduduk pada desa-desa di Kec. Peudada dari tahun 2003-
2005 sebagian menunjukkan angka pertumbuhan negatif, berkisar antara -0,15
sampai -38,9 %. Hal ini kemungkinan disebabkan dampak tsunami yang cukup parah
di Kecamatan Peudada. Berdasarkan angka pertumbuhan yang ada, selanjutnya
diproyeksikan jumlah penduduk di desa-desa Kec. Peudada pada tahun 2010,
total sebesar 25.305 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk tiap desa disajikan
pada tabel berikut.
Proyeksi
Luas Jml. Penduduk Jml. Penduduk
Nama Desa/ Kel. Status Penduduk
No. Kode Wilayah Tahun 2003 Tahun 2005
sekarang Desa/Kota Tahun 2010
(Ha) (Jiwa) (Jiwa)
(Jiwa)
1 001 BLANG RANGKULUH Desa 253.32 1,648 1,531 1,601
2 002 ALUE SIJUEK Desa 149.10 783 901 942
3 003 BUKET PAYA Desa 194.68 321 320 335
4 004 DAYAH MON ARA Desa 194.68 1,970 1,973 2,063
5 005 PULO ARA Desa 94.66 540 524 548
6 006 COT LAOT Desa 93.71 111 97 101
7 007 MEUNASAH BUNGO Desa 178.86 545 401 419
8 008 PAYA BUNOT Desa 272.02 494 498 521
9 009 COT KEUTAPANG Desa 208.60 284 302 316
10 010 LAWANG Desa 107.11 264 271 283
11 011 HAGU Desa 80.62 345 387 405
12 012 MNS KRUENG Desa 47.62 381 524 548
13 013 MNS RABO Desa 177.83 426 520 544
14 014 MNS TAMBO Desa 433.88 652 657 687
15 015 MNS BAROH Desa 106.36 837 678 709
16 016 BLANG MATANG Desa 79.52 307 358 374
17 017 MNS TUNONG Desa 114.10 818 1,386 1,450
18 018 MNS ALUE Desa 148.42 649 597 624
19 019 BLANG BATI Desa 128.69 329 328 343
20 020 KEUDE ALUE RHEING Desa 103.54 289 300 314
Proyeksi
Luas Jml. Penduduk Jml. Penduduk
Nama Desa/ Kel. Status Penduduk
No. Kode Wilayah Tahun 2003 Tahun 2005
sekarang Desa/Kota Tahun 2010
(Ha) (Jiwa) (Jiwa)
(Jiwa)
21 021 PULO LAWANG Desa 118.26 354 344 360
22 022 KARIENG Desa 91.44 268 266 278
23 023 BLANG GLUMPANG Desa 58.57 456 457 478
24 024 MNS MESJID Desa 84.05 606 226 236
25 025 MNS CUT Desa 94.21 305 564 590
26 026 MATANG REULEUT Desa 138.28 586 567 593
27 027 MNS PULO Desa 143.08 1,087 1,073 1,122
28 028 ARA BUNGONG Desa 136.30 576 503 526
29 029 GAROT Desa 659.34 614 540 565
30 030 BLANG BEURURU Desa 263.74 465 434 454
31 031 JABET Desa 139.30 175 66 69
32 032 SAWANG Desa 450.60 515 540 565
33 033 BLANG KUBU Desa 346.91 1,764 1,429 1,494
34 034 MATANG PASI Desa 483.12 728 940 983
35 035 KUKUE Desa 477.63 468 679 710
36 036 MNS BLANG Desa 108.88 475 558 584
37 037 KAMPONG BARO Desa 327.46 555 543 568
38 038 PAYA Desa 757.37 961 871 911
39 039 SEUNEUBOK PAYA Desa 741.81 321 377 394
40 040 MEUNASAH TEUNGOH Desa 275.17 427 447
41 041 CALOK Desa 192.15 239 239 250
TOTAL 9,255.02 23,511 24,196 25,305
Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Peudada memiliki mata pencaharian
utama pada sektor pertanian tanaman pangan.
Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 3.654 KK atau 66,3 % dari total
jumlah KK di kec. Peudada, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa
Blang Rangkuluh, yakni sebanyak 275 KK atau 59,3 % dari jumlah KK yang ada di
desa ini. Sebagian besar desa (35 desa) yang ada di Kec. Peudada memiliki
persentase jumlah KK miskin di atas 50 %. Kondisi ini dapat digunakan sebagai
indikator kebutuhan penanganan masalah kemiskinan di Kec. Peudada.
C.1 Transportasi
Secara umum, seluruh desa yang ada di Kecamatan Peudada dihubungkan oleh
prasarana jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah,
serta hampir seluruh desa dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4, kecuali 1 (satu)
desa, yakni Desa Mns. Rabo. Kondisi ini menunjukkan diperlukannya
pengembangan prasarana jaringan jalan yang dapat dilalui kendaraan roda-4
menuju Ds. Mns. Rabo, disamping juga diperlukan peningkatan jalan khususnya
untuk jalan-jalan dengan jenis permukaan tanah menjadi minimal jenis Sirtu
(Pasir Batu), sehingga dapat dilalui oleh kendaraan roda-4 di musim hujan.
Adapun sarana angkutan umum ke desa-desa di Kec. Peudada adalah ojek (sepeda
motor). Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :
Dapat Dijangkau
Sebagian
Kendaraan Roda
Kode Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Yang
No Nama Desa 4/ Lebih Tipe Angkutan Umum Utama
Peta Lalu Lintas Terluas (jika darat)
Sepanjang
Antar Desa
Tahun
1 001 BLANG RANGKULUH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
2 002 ALUE SIJUEK Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
3 003 BUKET PAYA Darat Tanah Ya Ojek Sepeda Motor
4 004 DAYAH MON ARA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
5 005 PULO ARA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
6 006 COT LAOT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
7 007 MEUNASAH BUNGO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
8 008 PAYA BUNOT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
9 009 COT KEUTAPANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
10 010 LAWANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
11 011 HAGU Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
12 012 MNS KRUENG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
13 013 MNS RABO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Tidak Ojek Sepeda Motor
14 014 MNS TAMBO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
15 015 MNS BAROH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda/Becak/Gerobak/Pedati
16 016 BLANG MATANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
17 017 MNS TUNONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
18 018 MNS ALUE Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
19 019 BLANG BATI Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
20 020 KEUDE ALUE RHEING Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
21 021 PULO LAWANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Kend Roda 3/Lebih
22 022 KARIENG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
Dapat Dijangkau
Sebagian
Kendaraan Roda
Kode Besar Cara Jenis Permukaan Jalan Yang
No Nama Desa 4/ Lebih Tipe Angkutan Umum Utama
Peta Lalu Lintas Terluas (jika darat)
Sepanjang
Antar Desa
Tahun
23 023 BLANG GLUMPANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
24 024 MNS MESJID Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
25 025 MNS CUT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
26 026 MATANG REULEUT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
27 027 MNS PULO Darat Aspal/Beton Ya Ojek Sepeda Motor
28 028 ARA BUNGONG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
29 029 GAROT Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
30 030 BLANG BEURURU Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
31 031 JABET Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
32 032 SAWANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Kend Roda 3/Lebih
33 033 BLANG KUBU Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
34 034 MATANG PASI Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
35 035 KUKUE Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
36 036 MNS BLANG Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
37 037 KAMPONG BARO Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
38 038 PAYA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
39 039 SEUNEUBOK PAYA Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
40 040 MEUNASAH TEUNGOH Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
41 041 CALOK Darat Diperkeras(kerikil,batu,dsb) Ya Ojek Sepeda Motor
Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Peudada menggunakan sumur sebagai
sumber air bersih, kecuali 1 (satu) desa, yakni Desa Keude Alue Rheing
menggunakan sumber air lainnya yang harus membeli. Secara umum, kondisi ini
menunjukkan sebagian besar desa yang ada telah memenuhi standar pelayanan
minimal prasarana air bersih yang ada, kecuali untuk Desa Keude Alue Rheing
diperlukan penyediaan altenatif sumber air bersih, misal melalui penyediaan
Hidran Umum.
Untuk sarana sanitasi sebagian besar desa yang ada (26 desa) di kec. Peudada
menggunakan sarana bukan jamban. Secara umum, kondisi ini masih dibawah
standar pelayanan minimal sarana sanitasi yang ada (terlayani > 80 %), sehingga
diperlukan program penyediaan sarana jamban umum minimal pada 21 (dua
puluh satu) desa yang masih menggunakan sarana bukan jamban.
Harus
Sumber Air Tempat Buang Cara Membuang
No Kode Peta Nama Desa Membeli Air
Minum Air Besar Sampah
Minum
Harus
Sumber Air Tempat Buang Cara Membuang
No Kode Peta Nama Desa Membeli Air
Minum Air Besar Sampah
Minum
3. SMP Negeri sebanyak 2 (dua) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh
(Desa Blang Rangkuluh dan Lawang) adalah 6 Km.
Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
No Kode Nama Desa Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata-
Peta
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 001 BLANG RANGKULUH 0 0 6 2 0 . 0 0 6.0 0 0 6.0
Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
No Kode Nama Desa Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata-
Peta
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
15 015 MNS BAROH 0 0 1 2 0 . 0 0 1.0 0 0 8.0
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Peudada dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 25.305 jiwa, maka kebutuhan tambahan sarana
pendidikan di Kec. Peudada, meliputi :
Poliklinik/ Balai
Puskemas Puskemas Pembantu POSYANDU Polindes (Pondok
Pengobatan
No Kode Nama Desa Bersalin Desa)
Peta Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata
(km) (km) (km) (km) (km)
Poliklinik/ Balai
Puskemas Puskemas Pembantu POSYANDU Polindes (Pondok
Pengobatan
No Kode Nama Desa Bersalin Desa)
Peta Jarak Jarak Jarak Jarak Jarak
Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata
(km) (km) (km) (km) (km)
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Peudada dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 25.305 jiwa, maka tambahan sarana kesehatan yang
diperlukan di Kec. Peudada, meliputi :
Seluruh desa di Kecamatan Peudada telah dilayani oleh prasarana listrik. Sedangkan
untuk prasarana telepon, baru sebagian desa (12 desa) yang sudah terlayani.
Kondisi ini menunjukkan kebutuhan perluasan jaringan telepon yang dapat
mencapai ke desa-desa yang masih belum terlayani.
Keluarga Berlangganan
Keluarga Pengguna Listrik
Kode Telepon
Keluarga Berlangganan
Keluarga Pengguna Listrik
Kode Telepon
Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka dipilih dan ditetapkan desa prioritas untuk
“Village Planning” di Kecamatan Peudada seperti disajikan pada tabel berikut.
Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
31 35 KUKUE Peudada 25 1
38 34 MATANG PASI Peudada 24 2
39 36 MNS BLANG Peudada 24 2
40 37 KAMPONG BARO Peudada 24 2
48 39 SEUNEUBOK PAYA Peudada 23 3
50 32 SAWANG Peudada 22 4
Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
51 33 BLANG KUBU Peudada 22 4
73 41 CALOK Peudada 20 5
95 38 PAYA Peudada 18 6
103 26 MATANG REULEUT Peudada 17 7
124 27 MNS PULO Peudada 14 8
A.1 Morfologi
Sebagian berupa topografi desa-desa pantai yang meliputi : Blang Dalam, Cot Bada,
Kuala Jeumpa, Lipah Rayeuk, Mon Jambee, Batee Timoh, Cot Geurundong,
Beurawang, dan Lipah Cut. Desa berupa dataran meliputi: Teupok Tunong, dan
Teupok Baroh.
Jenis tanah di Kec. Jeumpa adalah relatif sama dengan yang ada di Kec.
Samalanga, Simpang Mamplam, dan Jeunieb.
Kedalaman efektif tanah di Kec. Jeumpa, seluruhnya memiliki kedalaman efektif >
90 cm.
Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Juempa meliputi Sumber Daya Air
Sungai, Rawa/paya dan waduk, diantaranya Krueng / Sungai ( Jeumpa 30 Ha dan
Juli 20 Ha ), Paya / Rawa Paya Jagat dan Waduk Paya Gapueh.
Daerah Wilayah Kecamatan Jeumpa yang terpotensi rawan banjir adalah daerah
Pesisir yang relatip datar 0 -5 meter di atas permukaan air laut, meliputi daerah
sekitar muara sungai kuala Jeumpa yang kondisinya mengalami pendangkalan
akibat sedimentasi dan akresi yang menimbulkan penyempitan “Bottle Neck “ di
bagian hilir ( muara ).
waktu dapat menimbulkan gempa tektonik dengan skala 6-7 reichter, patahan –
patahan tersebut. Salah satunya dapat dijumpai di krueng Peusangan.
Daerah Pesisir yang terpotensi rawan tsunami meliputi desa pantai dan desa
tambak yang beresiko sedang yaitu desa Teupok Baroh, Cot Bada, Kuala Juempa,
Blang Dalam, Mon Jambe, Batee Timoh, Lipah Ranyeuk, Cot Geurandong, Lipah Cut,
Beurawang dan teupok Tunong. Faktor penyebab di sepanjang pesisir desa-desa
pantai tidak terdapat zona penyanggah (buffer zone) hutan mangrove yang
mampu menahan laju gelombang tsunami secara alamiah serta kedalaman toporafi
daerah perairan pantai Jeumpa 20 – 100 meter yang juga berpengaruh terhadap
laju kecepatan rambat gelombang C = L/T terhadap kedalaman laut d/L dan
semakin ke darat cepat rambat gelombang semakin melemah (Refraksi
Gelombang). Gelombang datang mengalami Difraksi oleh Terumbu Karang di
perairan Simpang Mamplam sehingga laju kecepatan gelombang tertahan dan
cenderug melemah sebelum nyampai ke daerah pesisir jeumpa.
Perikanan tangkap dan saranan PPI dan TPI, Budidaya perikanan tambak seluas
157,5 Ha, Ekosistim Estuaria Muara Sungai (Kuala jeumpa, Kuala Juli dan Kuala
Raja), Ekosisitim Pantai Pasir dan Ekosistim Padang Lamun.
Abrasi di sepanjang pesisir Pantai, Akresi di muara sungai Jeumpa, Kerusakan hutan
mangrove.
3. Abrasi
4. Akresi
B. SOSIAL EKONOMI
Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Jeumpa pada tahun 2005 adalah 28.592 jiwa dan 8.049 KK, dengan
jumlah penduduk dan KK terbesar terdapat di Ds. Blang Cot Tunong sebanyak 2.100
jiwa dan 900 KK, terkecil di Ds. Geudong Tampu sebanyak 324 jiwa dan 64 KK.
Adapun pertumbuhan penduduk pada desa-desa di Kec. Jeumpa dari tahun 2003-
2005 sebagian menunjukkan angka pertumbuhan negatif, berkisar antara -0,14
sampai -53,5 %. Hal ini kemungkinan sebagian disebabkan dampak tsunami di
Kecamatan Jeumpa. Berdasarkan angka pertumbuhan yang ada, selanjutnya
diproyeksikan jumlah penduduk di desa-desa Kec. Jeumpa pada tahun 2010,
total sebesar 30.650 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk tiap desa disajikan
pada tabel berikut.
Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Jeumpa memiliki mata pencaharian
utama pada sektor pertanian tanaman pangan, kecuali untuk desa Cot Geurundong
memiliki mata pencaharian utama sektor perkebunan.
Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 6.257 K atau 77,7 % dari total
jumlah KK di kec. Jeumpa, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa
Kuala Jeumpa, yakni sebanyak 930 KK atau 98,8 % dari jumlah KK yang ada di desa
ini. Semua desa yang ada di Kec. Jeumpa memiliki persentase jumlah KK miskin
di atas 50 %. Kondisi ini dapat digunakan sebagai indikator bahwa kebutuhan
penanganan masalah kemiskinan adalah prioritas untuk Kec. Jeumpa.
1 001 ABEUK USONG 580 95 480 78.6 Pertanian Tanaman Pangan 900 65.2
2 002 BLANG SEUPEUNG 341 95 200 55.7 Pertanian Tanaman Pangan 100 9.6
3 003 COT IBOH 119 98 90 74.4 Pertanian Tanaman Pangan 280 47.1
4 004 SEUNEUBOK LHONG 165 80 150 72.8 Pertanian Tanaman Pangan 87 10.9
6 006 BLANG RHEUM 118 90 110 84.0 Pertanian Tanaman Pangan 100 16.8
7 007 COT ULIM 113 99 90 78.9 Pertanian Tanaman Pangan 200 45.9
10 010 COT KEUTAPANG 176 75 150 63.8 Pertanian Tanaman Pangan 80 9.1
11 027 COT TAROM TUNONG 360 90 400 100.0 Pertanian Perkebunan 15 1.9
12 028 BLANG COT TUNONG 450 50 500 55.6 Pertanian Tanaman Pangan 500 47.6
14 030 ABEUK TINGKEUM 124 65 175 91.6 Pertanian Tanaman Pangan 78 29.3
16 032 PULO LAWANG 111 95 80 68.4 Pertanian Tanaman Pangan 300 53.9
18 034 TEUPOK TUNONG 145 90 140 87.0 Pertanian Tanaman Pangan 30 4.1
19 035 TEUPOK BAROH 161 80 145 72.1 Pertanian Tanaman Pangan 720 94.7
20 036 COT BADA 108 48 200 88.9 Pertanian Tanaman Pangan 68 32.1
22 038 KUALA JEUMPA 489 52 930 98.8 Pertanian Tanaman Pangan 30 3.2
23 039 BLANG DALAM 166 72 225 97.4 Pertanian Tanaman Pangan 63 17.4
25 041 GEULUMPANG PAYONG 171 52 297 90.3 Pertanian Tanaman Pangan 92 8.6
27 043 COT TAROM BAROH 151 80 155 82.0 Pertanian Tanaman Pangan 500 75.8
30 062 LIPAH RAYEUK 240 80 215 71.7 Pertanian Tanaman Pangan 200 21.9
31 063 MON JAMBEE 102 65 120 76.4 Pertanian Tanaman Pangan 300 107.8
32 064 BATEE TIMOH 97 60 120 74.1 Pertanian Tanaman Pangan 200 29.8
34 066 BEURAWANG 105 65 120 74.5 Pertanian Tanaman Pangan 200 42.1
35 073 BLANG GANDAI 180 90 160 80.0 Pertanian Tanaman Pangan 350 41.5
36 075 SALAH SIRONG JAYA 106 95 75 67.0 Pertanian Tanaman Pangan 30 4.5
C.1 Transportasi
Secara umum, seluruh desa yang ada di Kecamatan Jeumpa dihubungkan oleh
prasarana jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah,
serta sebanyak 4 (empat) desa belum dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4.
Kondisi ini menunjukkan diperlukannya pengembangan prasarana jaringan jalan
yang dapat dilalui kendaraan roda-4 menuju ke-empat desa tersebut, disamping
Adapun sarana angkutan umum ke desa-desa di Kec. Jeumpa, sebagian besar adalah
ojek (sepeda motor), kecuali 3 (tiga) desa sudah dilayani angkutan umum
kendaraan roda-4. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :
Terdapat hanya 1 (satu) desa yang ada di Kecamatan Jeumpa yang telah dilayani
oleh PDAM, yakni Desa Kuala Jeumpa, sedangkan desa-desa lainnya menggunakan
sumur sebagai sumber air bersih. Secara umum, kondisi ini telah memenuhi
standar pelayanan minimal prasarana air bersih yang ada.
Untuk sarana sanitasi, sebagian besar desa (33 desa) menggunakan jamban sendiri,
2 (dua) desa menggunakan jamban umum, dan hanya 1 (satu) desa yang
menggunakan sarana bukan jamban, yakni Desa Pulo Lawang. Secara umum,
kondisi ini menunjukkan hampir seluruh desa di Kec. Jeumpa telah memenuhi
standar pelayanan minimal sarana sanitasi yang ada (minimal telah
menggunakan jamban sendiri), dan hanya 1 (satu) desa yang perlu disediakan
sarana jamban umum, yakni Desa Pulo Lawang.
Untuk pengolahan sampah, seluruh desa menggunakan cara dibuang di lubang dan
dibakar. Secara umum, kondisi ini juga telah memenuhi standar pelayanan
minimal pengelolaan sampah yang ada untuk kawasan permukiman perdesaan.
Harus
Sumber Air Tempat Buang Cara Membuang
No Kode Peta Nama Desa Membeli Air
Minum Air Besar Sampah
Minum
Harus
Sumber Air Tempat Buang Cara Membuang
No Kode Peta Nama Desa Membeli Air
Minum Air Besar Sampah
Minum
Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
Jarak Jarak Jarak Jarak
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 001 ABEUK USONG 0 0 4 1 0 . 0 0 5.0 0 0 5.0
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Jeumpa dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 30.650 jiwa, maka kebutuhan tambahan sarana
pendidikan di Kec. Jeumpa, meliputi :
1. Puskesmas sebanyak 1 (satu) buah di Desa Blang Cot Tunong, dengan jangkauan
pelayanan ke desa terjauh (Desa Paloh Seulimeh) adalah 11,2 Km,
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Jeumpa dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 30.650 jiwa, maka tambahan sarana kesehatan yang
diperlukan di Kec. Jeumpa, meliputi :
Seluruh desa di Kecamatan Jeumpa telah dilayani oleh prasarana listrik. Sedangkan
untuk prasarana telepon hanya terdapat di 8 (delapan) desa. Kondisi ini
Keluarga Berlangganan
Keluarga Pengguna Listrik
Kode Ketersediaan Telepon
No Peta Nama Desa Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
1 001 ABEUK USONG Ada 600 98.2 0 0.0
2 002 BLANG SEUPEUNG Ada 120 0 33.4 0.0 0 0.0
3 003 COT IBOH Ada 100 0 82.6 0.0 0 0.0
4 004 SEUNEUBOK LHONG Ada 95 0 46.1 0.0 0 0.0
5 005 PALOH PANYANG Ada 40 0 44.0 0.0 0 0.0
6 006 BLANG RHEUM Ada 92 0 70.2 0.0 0 0.0
7 007 COT ULIM Ada 60 0 52.6 0.0 0 0.0
8 008 COT LEUSONG Ada 43 0 55.1 0.0 0 0.0
9 009 BLANG SEUNONG Ada 95 0 81.2 0.0 0 0.0
10 010 COT KEUTAPANG Ada 231 0 98.3 0.0 35 14.9
11 027 COT TAROM TUNONG Ada 50 0 12.5 0.0 30 7.5
12 028 BLANG COT TUNONG Ada 200 22.2 0 0.0
13 029 SEULEUMBAH Ada 10 0 13.9 0.0 0 0.0
14 030 ABEUK TINGKEUM Ada 169 0 88.5 0.0 0 0.0
15 031 BLANG ME Ada 30 0 15.6 0.0 0 0.0
16 032 PULO LAWANG Ada 100 0 85.5 0.0 0 0.0
17 033 PALOH SEULIMENG Ada 60 0 50.8 0.0 0 0.0
18 034 TEUPOK TUNONG Ada 142 8 88.2 5.0 0 0.0
19 035 TEUPOK BAROH Ada 170 0 84.6 0.0 0 0.0
20 036 COT BADA Ada 183 0 81.3 0.0 3 1.3
21 037 COT GADONG Ada 60 0 55.6 0.0 0 0.0
22 038 KUALA JEUMPA Ada 923 0 98.1 0.0 2 0.2
23 039 BLANG DALAM Ada 167 0 72.3 0.0 1 0.4
24 040 BLANG BLADEH Ada 100 0 90.9 0.0 10 9.1
25 041 GEULUMPANG PAYONG Ada 321 0 97.6 0.0 53 16.1
26 042 BLANG COT BAROH Ada 102 9 85.7 7.6 7 5.9
27 043 COT TAROM BAROH Ada 150 79.4 0 0.0
28 044 GEUDONG TAMPU Ada 58 0 90.6 0.0 0 0.0
29 061 LIPAH CUT Ada 80 0 71.4 0.0 0 0.0
30 062 LIPAH RAYEUK Ada 220 73.3 0 0.0
31 063 MON JAMBEE Ada 80 0 51.0 0.0 0 0.0
32 064 BATEE TIMOH Ada 80 0 49.4 0.0 0 0.0
33 065 COT GEURUNDONG Ada 90 0 78.9 0.0 0 0.0
34 066 BEURAWANG Ada 135 11 83.9 6.8 0 0.0
35 073 BLANG GANDAI Ada 130 65.0 0 0.0
36 075 SALAH SIRONG JAYA Ada 30 0 26.8 0.0 0 0.0
Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka dipilih dan ditetapkan desa prioritas untuk
“Village Planning” di Kecamatan Peudada seperti disajikan pada tabel berikut.
Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
7 38 KUALA JEUMPA Jeumpa 36 1
12 62 LIPAH RAYEUK Jeumpa 30 2
13 64 BATEE TIMOH Jeumpa 30 2
24 63 MON JAMBEE Jeumpa 27 3
47 36 COT BADA Jeumpa 23 4
54 39 BLANG DALAM Jeumpa 22 5
Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
83 34 TEUPOK TUNONG Jeumpa 19 6
94 35 TEUPOK BAROH Jeumpa 18 7
97 65 COT GEURUNDONG Jeumpa 18 7
98 66 BEURAWANG Jeumpa 18 7
115 61 LIPAH CUT Jeumpa 16 8
147 41 GEULUMPANG PAYONG Jeumpa 12 9
Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Kuala meliputi Sumber Daya Air sungai
yaitu salah satunya sungai kuala raja.
Daerah Wilayah Kecamatan Kuala yang berpotensi rawan banjir adalah daerah
Pesisir yang relatip datar 0 - 5 meter di atas permukaan air laut .meliputi daerah
sekitar muara sungai kuala Raja yang kondisinya mengalami pendangkalan akibat
sedimentasi dan akresi yang menimbulkan penyempitan “ Bottel Neck “ di bagian
hilir ( muara ) .
Daerah Wilayah Kecamatan Kuala relatip lebih aman terhadap bencana rawan
longsor karena termasuk daerah landai dengan kemiringan 0 – 8 % .
laju kecepatan rambat gelombang C = L/T terhadap kedalaman laut d/L dan
semakin ke arah darat cepat rambat gelombang semakin melemah ( Refraksi
Gelombang ).
Luas wilayah daerah pesisir 1.170,58 Ha ( 0,0615% ), Meliputi Desa Tambak dan
desa Pantai yaitu ; Desa Krueng Juli Barat, Krueng Juli Timur, Ujung Blang Weu
Jangka, Ujong Blang Masjid, Kuala Raja, Cot U Sibak,
Komunitas Hutan Mangrove di desa Ujong Blang 0,75 Ha dan Desa Kuala Raja 0,75
Ha, Ekosistim Estuaria Muara Sungai Kuala Ceurape, Perikanan Tangkap dengan
sarana pendukung TPI Kuala Raja , Budidaya Perikanan Tambak seluas 446,4 Ha,
Ekosisitim Padang Lamun, Ekosistim Pantai Pasir.
3. Abrasi
4. Akresi
B. SOSIAL EKONOMI
Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Kuala pada tahun 2005 adalah 15.798 jiwa dan 3.328 KK, dengan jumlah
penduduk dan KK terbesar adalah di Desa Lancok-lancok sebanyak 1.675 jiwa dan
331 KK, serta terkecil di Desa Lancok Pante Ara sebanyak 290 jiwa dan 81 KK.
Adapun pertumbuhan penduduk pada desa-desa di Kec. Kuala dari tahun 2003-2005
sebagian menunjukkan angka pertumbuhan negatif, berkisar antara -0,2 sampai -
38,26 %. Hal ini kemungkinan disebabkan dampak tsunami di Kecamatan Kuala.
Berdasarkan angka pertumbuhan yang ada, selanjutnya diproyeksikan jumlah
penduduk di desa-desa Kec. Kuala pada tahun 2010, total sebesar 17.700 jiwa,
dengan rincian tiap desa disajikan pada tabel berikut.
Seluruh desa yang ada di Kecamatan Kuala memiliki mata pencaharian utama pada
sektor pertanian tanaman pangan. Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin
adalah 2.313 KK atau 69,5 % dari total jumlah KK di kawasan perencanaan, dengan
jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa Lancok-lancok, yakni sebanyak 250 KK
atau 75,5 % dari jumlah KK yang ada di desa ini. Hampir seluruh desa yang ada di
Kec. Kuala memiliki persentase jumlah KK miskin di atas 50 %. Kondisi ini dapat
digunakan sebagai indikator bahwa penanganan masalah kemiskinan merupakan
prioritas di Kec. Kuala.
2 002 LHOK AWE AWE 181 65 120 43.2 Pertanian Tanaman Pangan 700 92.4
4 004 COT BATEE 214 75 170 59.6 Pertanian Tanaman Pangan 75 7.4
8 008 LANCOK PANTE ARA 65 80 45 55.6 Pertanian Tanaman Pangan 120 51.7
11 011 LANCOK LANCOK 215 65 250 75.5 Pertanian Tanaman Pangan 650 59.7
13 013 KUALA RAJA 4 2 120 57.4 Pertanian Tanaman Pangan 300 1440.9
14 014 UJONG BLANG MESJID 123 72 123 71.9 Pertanian Tanaman Pangan 450 82.3
15 015 WEU JANGKA 109 50 180 82.9 Pertanian Tanaman Pangan 800 158.1
17 017 UJONG BLANG 120 70 130 75.6 Pertanian Tanaman Pangan 450 90.8
18 018 KUTA BARO 104 72 110 75.9 Pertanian Tanaman Pangan 400 70.1
19 019 KRUENG JULI TIMUR 161 78 180 87.0 Pertanian Tanaman Pangan 400 42.1
20 020 KRUENG JULI BARAT 148 70 150 71.1 Pertanian Tanaman Pangan 800 110.7
C.1 Transportasi
Seluruh desa yang ada di Kecamatan Kuala dihubungkan oleh prasarana jaringan
jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, kerikil/batu dan tanah, serta seluruh
desa telah dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4. Kondisi ini menunjukkan bahwa
secara kuantitas dan kualitas, prasarana jaringan jalan yang ada di Kec. Kuala
telah cukup memadai, kecuali untuk Desa Cot Kuta yang jenis permukaan
jalannya sebagian besar masih tanah perlu ditingkatkan, sehingga dapat dilalui
oleh kendaraan roda-4 di musim hujan.
Adapun sarana angkutan umum ke hampir seluruh desa di kec. Kuala adalah ojek
(sepeda motor), kecuali satu desa telah dilayani angkutan umum roda-4, yakni Desa
Cot Lagasawa. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :
Seluruh desa yang ada di Kecamatan Kuala menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih. Secara umum, kondisi ini telah memenuhi standar pelayanan minimal
prasarana air bersih yang ada.
Untuk prasarana dan sarana sanitasi, hampir seluruh desa menggunakan sarana
jamban sendiri, kecuali desa Kuala Raja menggunakan sarana jamban umum.
Secara umum, kondisi ini juga telah memenuhi standar pelayanan minimal
sarana sanitasi yang ada (terlayani > 80 %).
Untuk pengolahan sampah, seluruh desa menggunakan cara dibuang di lubang dan
dibakar. Secara umum, kondisi ini juga telah memenuhi standar pelayanan
minimal pengelolaan sampah yang ada untuk kawasan permukiman perdesaan.
Cara
Sumber Air Harus Membeli Tempat Buang
No Kode Peta Nama Desa Membuang
Minum Air Minum Air Besar
Sampah
1 001 COT TRIENG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
2 002 LHOK AWE AWE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
3 003 COT UNOE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
4 004 COT BATEE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
5 005 COT KUTA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
6 006 COT GLUMPANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
7 007 GLUMPANG BAROH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
8 008 LANCOK PANTE ARA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
9 009 BALEE KUYUN Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
10 010 KAREUNG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
11 011 LANCOK LANCOK Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
12 012 COT U SIBAK Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
13 013 KUALA RAJA Sumur Tidak Jamban Bersama Lobang/Dibakar
14 014 UJONG BLANG MESJID Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
15 015 WEU JANGKA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
16 016 COT LAGASAWA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
17 017 UJONG BLANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
18 018 KUTA BARO Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
19 019 KRUENG JULI TIMUR Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
20 020 KRUENG JULI BARAT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak Jumlah Sekolah Jarak
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 001 COT TRIENG 0 1 1 0 . 0 0 5.3 0 0 6.8
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Kuala dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 17.700 jiwa, maka kebutuhan tambahan sarana
pendidikan di Kec. Kuala, meliputi :
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Kuala dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 17.700 jiwa, maka tambahan sarana kesehatan di Kec.
Kuala, hanya berupa Balai Pengobatan/Poliklinik sebanyak 4 (empat) buah,
Seluruh desa di Kecamatan Kuala telah dilayani oleh prasarana listrik. Sedangkan
untuk prasarana telepon, seluruh desa yang ada masih belum terlayani. Kondisi ini
menunjukkan kebutuhan perluasan jaringan telepon yang dapat mencapai ke
desa-desa yang ada di Kec. Kuala.
Keluarga Berlangganan
Kode Ketersediaan Keluarga Pengguna Listrik Telepon
No Peta Nama Desa Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
1 001 COT TRIENG Ada 201 0 93.1 0.0 0 0.0
2 002 LHOK AWE AWE Ada 275 0 98.9 0.0 0 0.0
3 003 COT UNOE Ada 108 0 91.5 0.0 0 0.0
4 004 COT BATEE Ada 270 0 94.7 0.0 0 0.0
5 005 COT KUTA Ada 98 0 89.1 0.0 0 0.0
6 006 COT GLUMPANG Ada 52 0 80.0 0.0 0 0.0
7 007 GLUMPANG BAROH Ada 70 0 89.7 0.0 0 0.0
8 008 LANCOK PANTE ARA Ada 70 0 86.4 0.0 0 0.0
9 009 BALEE KUYUN Ada 75 0 90.4 0.0 0 0.0
10 010 KAREUNG Ada 135 0 98.5 0.0 0 0.0
11 011 LANCOK LANCOK Ada 320 0 96.7 0.0 0 0.0
12 012 COT U SIBAK Ada 103 0 96.3 0.0 0 0.0
13 013 KUALA RAJA Ada 180 0 86.1 0.0 0 0.0
14 014 UJONG BLANG MESJID Ada 150 0 87.7 0.0 0 0.0
15 015 WEU JANGKA Ada 200 0 92.2 0.0 0 0.0
16 016 COT LAGASAWA Ada 98 0 91.6 0.0 0 0.0
17 017 UJONG BLANG Ada 149 0 86.6 0.0 0 0.0
18 018 KUTA BARO Ada 130 0 89.7 0.0 0 0.0
19 019 KRUENG JULI TIMUR Ada 200 0 96.6 0.0 0 0.0
20 020 KRUENG JULI BARAT Ada 200 0 94.8 0.0 0 0.0
Melalui 5 (lima) rangkaian kegiatan di atas, dan hasil pelaksanaan suvai wawancara
(kuestioner) kepada masyarakat selanjutnya disusun dan ditetapkan Rencana
Tindak (Action Plan) di Kecamatan Kuala Tahun 2007 sampai Tahun 2009 seperti
disajikan pada Tabel dan gambar pada halaman berikut.
Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka ditetapkan desa prioritas untuk “Village
Planning” di Kecamatan Kuala seperti disajikan pada tabel berikut.
Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
61 13 KUALA RAJA Kuala 21 1
79 19 KRUENG JULI TIMUR Kuala 19 2
80 20 KRUENG JULI BARAT Kuala 19 2
88 14 UJONG BLANG MESJID Kuala 18 3
130 17 UJONG BLANG Kuala 12 4
A.1 Morfologi
Sebagian berupa topografi desa-desa dataran yang meliputi : Pante Pisang, Blang
Cut Sp Iv, Pante Cut, Pante Piyeu, Matang Mesjid, Cot Bada Tunong, Cot Buket,
Matang Cot Paseh, Gampong Putoh, Pulo Naleung, Mata Mamplam, Alue Glumpang
Ba, Cot Rabo Baroh, Cot Rabo Tunong. Desa berupa lembah/DAS meliputi Kapa,
Desa berupa punggung bukit yaitu Paya Reuhat, dan Desa dengan morfologi pantai
meliputi Cot Puuek.
Jenis tanah di Kec. Peusangan adalah relatif sama dengan yang ada di Kec.
Samalanga, Simpang Mamplam, dan Jeunieb.
Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Peusangan meliputi Sumber Daya Air
Krueng /Sungai Peusangan 120 Ha dan Waduk Pasya Krueng 10 Ha.
Daerah pesisir yang terpotensi rawan tsunami meliputi desa-desa tambak yang
beresiko sedang yaitu desa Pulo Nalueng, Mata Mamplam, Alue Glumpang, Cot
Rabo Tunong, Cot Puuk, Cot Rabo Baroh. Desa pesisir di wilalayah kecamatan
peusangan relatip lebih aman, gelombang tsunami masuk merusak kawasan tambak-
tambak juga masuk melalui sungai Peusangan.
Penggunaan lahan dan kenampakan yang ada adalah tambak – tambak, pemukiman
penduduk dan sawah.
B. SOSIAL EKONOMI
Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Peusangan adalah 42.102 jiwa dan 9.445 KK, dengan jumlah penduduk
dan KK terbesar adalah di Desa Pante Gajah sebanyak 2.288 jiwa dan 478 KK, serta
terkecil di desa Keude Tanjong sebanyak 181 Jiwa dan 44 KK.
Mengingat tidak tersedianya data jumlah penduduk pada desa-desa prioritas di Kec.
Peusangan pada tahun 2003, maka angka pertumbuhan pendudukan pada kawasan
perencanaan di Kec. Peusangan tidak dapat diberikan. Untuk keperluan proyeksi,
diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk akan sama dengan pertumbuhan
penduduk rata-rata kecamatan yan ada di kawasan perencanaan, yakni sebesar 2,1
%/tahun. Dengan menggunakan asumsi ini, maka diproyeksikan jumlah penduduk
di Kec. Peusangan pada tahun 2010, total sebesar 43.889 jiwa, dengan rincian
jumlah penduduk tiap desa disajikan pada tabel berikut.
Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Peusangan memiliki mata pencaharian
utama pada sektor pertanian tanaman pangan.
Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 5.903 KK atau 62,5 % dari total
jumlah KK di kec. Peusangan, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa
Matang Sagoe dan Pante Gajah, yakni masing-masing sebanyak 273 KK. Sebanyak
57 (lima puluh tujuh) desa yang ada di Kec. Peusangan memiliki persentase
jumlah KK miskin di atas 50 %. Kondisi ini dapat digunakan sebagai indikator
kebutuhan penanganan masalah kemiskinan di Kec. Peusangan.
2 024 ALUE PEUNO 104 90 92 80.0 Pertanian Tanaman Pangan 250 86.8
5 040 PANTE LHONG 146 80 96 52.7 Pertanian Tanaman Pangan 300 57.8
6 041 PAYA CUT 174 80 82 37.8 Pertanian Tanaman Pangan 100 17.0
7 042 SEUNEUBOK ACEH 112 80 132 94.3 Pertanian Tanaman Pangan 150 37.1
11 046 UTEUN BUNTA 121 90 102 76.1 Pertanian Tanaman Pangan 400 70.5
15 050 PAYA MEUNENG 102 80 55 43.3 Pertanian Tanaman Pangan 300 59.3
16 051 MATANG SAGOE 224 60 273 73.2 Pertanian Tanaman Pangan 500 41.9
19 054 KEUDE MATANG GLP II 109 30 183 50.3 Lainnya 100 19.8
20 055 PANTE GAJAH 359 75 273 57.1 Pertanian Tanaman Pangan 500 29.1
22 057 GAMPONG RAYA DAGANG 194 90 170 79.1 Pertanian Tanaman Pangan 450 51.7
25 060 PANTE PISANG 113 90 69 55.2 Pertanian Tanaman Pangan 200 42.7
28 063 MATANG GLP II MNS TIMUR 228 70 127 39.1 Pertanian Tanaman Pangan 900 84.3
29 064 MATANG GLP II MNS DAYAH 320 80 171 42.8 Pertanian Tanaman Pangan 325 25.9
34 069 BLANG RAMBONG 98 90 100 91.7 Pertanian Tanaman Pangan 210 43.9
35 070 TANOH MIRAH 333 80 108 26.0 Pertanian Tanaman Pangan 600 51.3
36 071 COT GIREK 158 90 120 68.2 Pertanian Tanaman Pangan 400 56.6
38 073 COT BADA BARAT 138 80 110 63.6 Pertanian Tanaman Pangan 400 65.9
39 074 COT BADA TUNONG 98 90 100 91.7 Pertanian Tanaman Pangan 500 68.0
40 075 COT BUKET 150 75 153 76.5 Pertanian Tanaman Pangan 400 49.2
41 076 COT IEJU 109 90 90 74.4 Pertanian Tanaman Pangan 400 76.2
43 078 COT BADA BAROH 105 90 80 68.4 Pertanian Tanaman Pangan 250 51.7
44 079 COT KEUMUDEE 107 90 110 92.4 Pertanian Tanaman Pangan 200 44.2
46 082 COT NGA 137 90 110 72.4 Pertanian Tanaman Pangan 300 51.3
48 084 MATA MAMPLAM 176 90 101 51.5 Pertanian Tanaman Pangan 500 56.6
50 086 COT RABO BAROH 123 90 80 58.4 Pertanian Tanaman Pangan 40 7.8
51 087 COT RABO TUNONG 62 50 105 85.4 Pertanian Tanaman Pangan 281 100.0
53 089 MATANG COT PASEH 89 80 85 76.6 Pertanian Tanaman Pangan 250 70.5
54 090 KRUENG BARO MESJID 77 90 61 71.8 Pertanian Tanaman Pangan 250 55.0
56 092 PANTE PIYEU 111 60 114 61.6 Pertanian Tanaman Pangan 150 38.7
61 097 KRUENG BARO BB KRUENG 58 80 54 75.0 Pertanian Tanaman Pangan 125 43.5
65 101 ASAN BIDEUN 108 90 86 71.7 Pertanian Tanaman Pangan 200 39.6
C.1 Transportasi
Secara umum, seluruh desa yang ada di Kecamatan Peusangan dihubungkan oleh
prasarana jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah, dan
sebanyak 5 (lima) desa masih belum dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4.
Kondisi ini menunjukkan perlunya pengembangan jaringan jalan ke-5 desa
tersebut agar dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4, disamping diperlukan
juga peningkatan jalan, khususnya untuk jalan-jalan dengan jenis permukaan
tanah menjadi minimal jenis Sirtu (Pasir Batu), sehingga dapat dilalui oleh
kendaraan roda-4 di musim hujan.
Sedangkan untuk sarana sanitasi, sebagian besar desa mengunakan sarana jamban
umum, dan jamban sendiri. Hanya satu desa yang masih menggunakan sarana
sanitasi bukan jamban, yakni Desa Paya Reuhat. Secara umum, kondisi ini
menunjukkan kebutuhan penyediaan sarana sanitasi berupa jamban umum di
Desa Paya Reuhat.
Harus
Sumber Air Tempat Buang Cara Membuang
No Kode Peta Nama Desa Membeli Air
Minum Air Besar Sampah
Minum
1 023 ALUE UDEUNG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
2 024 ALUE PEUNO Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
3 038 KAPA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
4 039 BLANG PANJOE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
5 040 PANTE LHONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
6 041 PAYA CUT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
7 042 SEUNEUBOK ACEH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
8 043 PAYA LIPAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
9 044 SEUNEUBOK RAWA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
10 045 BLANG GEULANGGANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
11 046 UTEUN BUNTA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
12 047 PAYA REUHAT Sumur Tidak Bukan Jamban Lobang/Dibakar
13 048 PAYA ABO Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
14 049 PALOH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
15 050 PAYA MEUNENG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
16 051 MATANG SAGOE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
17 052 PANTON GEULIMA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
18 053 NEUHEUEN Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
19 054 KEUDE MATANG GLP II Sumur Tidak Jamban Sendiri Diangkut
20 055 PANTE GAJAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
21 056 BLANG ASAN Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
22 057 GAMPONG RAYA DAGANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
23 058 GAMPONG RAYA TAMBO Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
24 059 KEUDE TANJONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Diangkut
25 060 PANTE PISANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
26 061 BLANG CUT SP IV Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
27 062 PANTE CUT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
28 063 MATANG GLP II MNS TIMUR Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
29 064 MATANG GLP II MNS DAYAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
30 065 MATANG MESJID Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
31 066 COT PANJOE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
32 067 COT KEURANJI Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
33 068 GAMPONG BAROH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
34 069 BLANG RAMBONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
35 070 TANOH MIRAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
Harus
Sumber Air Tempat Buang Cara Membuang
No Kode Peta Nama Desa Membeli Air
Minum Air Besar Sampah
Minum
36 071 COT GIREK Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
37 072 SAGOE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
38 073 COT BADA BARAT Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
39 074 COT BADA TUNONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
40 075 COT BUKET Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
41 076 COT IEJU Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
42 077 NICAH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
43 078 COT BADA BAROH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
44 079 COT KEUMUDEE Sumur Tidak Jamban Bersama Lobang/Dibakar
45 081 PULO NALEUNG Sumur Ada Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
46 082 COT NGA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
47 083 KARIENG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
48 084 MATA MAMPLAM Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
49 085 ALUE GLUMPANG BA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
50 086 COT RABO BAROH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
51 087 COT RABO TUNONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
52 088 KRUENG DHEUE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
53 089 MATANG COT PASEH Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
54 090 KRUENG BARO MESJID Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
55 091 GAMPONG PUTOH Sumur Tidak Jamban Bersama Diangkut
56 092 PANTE PIYEU Sumur Tidak Jamban Bersama Lobang/Dibakar
57 093 TANJONG MESJID Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
58 094 TANJONG PAYA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
59 095 TANJONG NIE Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
60 096 BAYU Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
61 097 KRUENG BARO BB KRUENG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
62 098 MEUNASAH NIBONG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
63 099 PANTE ARA Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
64 100 MEUNASAH MEUCAP Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
65 101 ASAN BIDEUN Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
66 102 PULO PISANG Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
67 105 COT PUUEK Sumur Tidak Jamban Sendiri Lobang/Dibakar
Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
Jarak Jarak Jarak Jarak
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Rata- Jumlah Sekolah Rata- Jumlah Sekolah Rata- Jumlah Sekolah Rata-
Rata Rata Rata Rata
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
(km) (km) (km) (km)
1 023 ALUE UDEUNG 0 0 5 1 0 . 0 0 1.0 0 0 5.0
Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
Jarak Jarak Jarak Jarak
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Rata- Jumlah Sekolah Rata- Jumlah Sekolah Rata- Jumlah Sekolah Rata-
Rata Rata Rata Rata
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
(km) (km) (km) (km)
31 066 COT PANJOE 0 0 2.5 0 0 1.5 0 0 2.5 0 0 2.5
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Peusangan dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 43.889 jiwa, maka kebutuhan tambahan sarana
pendidikan di Kec. Peusangan, hanya berupa sarana TK sebanyak 29 (dua puluh
sembilan) buah.
1. RS Bersalin sebanyak 1 (satu) buah di Ds. Keude Matang Glp II, dengan
jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Cot Puuek) adalah 9 Km,
5. Posyandu sebanyak 55 (lima puluh lima) buah (hampir ada di setiap desa),
dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Paya Reuhat) adalah 2,2 Km,
6. Polindes (Pondok Bersalin Desa) sebanyak 32 (tiga puluh dua) buah, dengan
jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Cot Bada Baroh) adalah 5 Km.
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Peusangan dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 43.889 jiwa, maka kebutuhan tambahan sarana
kesehatan di Kec. Peusangan, hanya berupa sarana Poliklinik/Balai Pengobatan
sebanyak 6 (enam) buah.
Seluruh desa di Kecamatan Peusangan telah dilayani oleh prasarana listrik. Untuk
prasarana telepon telah melayani sebagian desa (9 desa) yang ada di Kec.
Peusangan, dan sebanyak 8 (delapan) desa masih belum terlayani. Kondisi ini
menunjukkan kebutuhan perluasan jaringan telepon yang dapat menjangkau ke
desa-desa yang masih belum terlayani.
Keluarga Berlangganan
Keluarga Pengguna Listrik
Kode Ketersediaan Telepon
No Peta Nama Desa Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
Keluarga Berlangganan
Keluarga Pengguna Listrik
Kode Ketersediaan Telepon
No Peta Nama Desa Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
Keluarga Berlangganan
Keluarga Pengguna Listrik
Kode Ketersediaan Telepon
No Peta Nama Desa Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
Melalui 5 (lima) rangkaian kegiatan di atas, dan hasil pelaksanaan suvai wawancara
(kuestioner) kepada masyarakat selanjutnya disusun dan ditetapkan Rencana
Tindak (Action Plan) di Kecamatan Peusangan Tahun 2007 sampai Tahun 2009
seperti disajikan pada Tabel dan gambar pada halaman berikut.
Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka dipilih dan ditetapkan desa prioritas untuk
“Village Planning” di Kecamatan Peusangan seperti disajikan pada tabel berikut.
Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
33 60 PANTE PISANG Peusangan 25 1
34 61 BLANG CUT SP IV Peusangan 25 1
56 62 PANTE CUT Peusangan 22 2
58 74 COT BADA TUNONG Peusangan 22 2
72 38 KAPA Peusangan 20 3
75 47 PAYA REUHAT Peusangan 20 3
99 75 COT BUKET Peusangan 18 4
100 87 COT RABO TUNONG Peusangan 18 4
108 85 ALUE GLP. BA Peusangan 17 5
109 105 COT PUUEK Peusangan 17 5
117 91 GAMPONG PUTOH Peusangan 16 6
127 89 MATANG C. PASEH Peusangan 14 7
129 92 PANTE PIYEU Peusangan 13 8
133 65 MATANG MESJID Peusangan 12 9
137 84 MATA MAMPLAM Peusangan 11 10
140 81 PULO NALEUNG Peusangan 10 11
141 86 COT RABO BAROH Peusangan 10 11
A.1 Morfologi
Sebagian berupa topografi desa-desa dataran yang meliputi : Pulo U, Abeuk Jaloh,
Pulo Seuna, Pulo Blang, Pulo Iboh, Pulo Reudeup, Gampong Meulinteung, Lamkuta,
Ruseb Ara, Lueng, Ruseb Dayah, Kambuek, Bada Timur, Bada Barat, Barat Lanyan,
Geundot Meunasah Krueng, Paya Bieng, Jangka Alue, Jangka Keutapang, Lampoh
Rayeuk, Lhok Bugeng, Linggong, Pante Peusangan, Bugak Krueng, Bugak Mesjid,
Bugak Krueng Mate, Bugeng, Alue Bayeu Utang, Bugak Blang, Pante Sukon, dan
Pante Ranub. Desa berupa lembah/DAS meliputi Kapa, Desa berupa morfologi
pantai yaitu Alue Buya, Tanoh Anoe, Tanjongan, Jangka Alue Bie, Jangka Mesjid,
Jangka Alue U, Ulee Ceue, Alue Kuta, Punjot, Pulo Pineung Mns II, Pante Paku Alue,
Buya Pasi, dan Kuala.
Kedalaman efektif tanah di Kec. Jangka, seluruhnya memiliki kedalaman efektif >
90 cm.
Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Jangka meliputi Sumber Daya Air Sungai,
Rawa/paya, diantaranya Krueng / Sungai Peusangan 80 Ha , Paya / Rawa Bieng 5
Ha, Krueng Mate 15 Ha, Krueng Nie 8 Ha.
Daerah Wilayah Kecamatan Jangka yang berpotensi rawan banjir adalah daerah
Pesisir yang relatip datar 0 -5 meter di atas permukaan air laut, meliputi daerah
sekitar muara sungai kuala Jangka dan kuala Paon yang kondisinya mengalami
Daerah pesisir yang terpotensi rawan tsunami meliputi desa-desa pantai yang
beresiko sedang yaitu desa Desa Alue Buya Pasi, Jangka Alue Bie, Jangka Masjid,
Jangka Alue U, Pante Ranub, Pante Paku, Mns Dua, Punjol, Alue Kula dan desa
Kuala Ceurape. Faktor penyebab di sepanjang pesisir desa-desa pantai tidak
terdapat zona penyanggah (buffer zone) hutan mangrove yang mampu menahan
laju gelombang tsunami secara alamiah serta kedalaman toporafi daerah perairan
pantai Jangka 20 – 200 meter yang juga berpengaruh terhadap laju kecepatan
rambat gelombang C = L/T terhadap kedalaman laut d/L dan semakin ke darat
cepat rambat gelombang semakin melemah ( Refraksi Gelombang ), di tinjau dari
letak geografis darah pesisir pantai gelombang tsunami langsung datang tanpa
adannya difraksi seperti di kecamatan Jeunib, peudada dan Jeumpa.
Penggunaan lahan dan kenampakan yang ada adalah Pemukiman Penduduk, Kebun
Kelapa, Hactheri dan Sawah. Panjang garis pantai 18,9 km.
Perikanan Tangkap dengan sarana PPI dan TPI, Budi Daya Perikanan Tambak seluas
1.642 Ha, Ekosistim Estuaria Muara Sungai ( Kuala Jangka, Kuala Pawon, Kuala
Ceurapee) , Ekosistim Padang Lamun, Ekosistim Pantai Pasir .
Abrasi di sepanjang pesisir pantai, Akresi di muara sungai Jangka dan Pawon dan
akresi yang menyebabkan ” tanah timbul ” bertambahnya daratan baru, dan
kerusakan Komunitas Hutan Mangrove.
Berdasarkan permasalahan kelautan dan lingkungan pesisir yang ada di Kec. Jangka,
maka beberapa bentuk penanganan dan pengembangan yang diperlukan adalah
sebagai berikut :
3. Abrasi
4. Akresi
B. SOSIAL EKONOMI
Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Jangka adalah 24.730 jiwa dan 5.178 KK, dengan jumlah penduduk dan
KK terbesar adalah di Desa Jangka Alue U sebanyak 1.098 jiwa dan 278 KK, serta
terkecil di desa Lamkuta sebanyak 104 jiwa dan 6 KK.
Jumlah Penduduk
No Kode Peta Nama Desa Jumlah Keluarga
Laki-Laki Wanita Total
1 001 PULO U 150 170 320 79
2 002 ABEUK JALOH 203 273 476 90
3 003 PULO SEUNA 131 172 303 73
4 004 PULO BLANG 226 225 451 99
5 005 PULO IBOH 178 187 365 73
6 006 PULO REUDEUP 300 350 650 140
7 007 GAMPONG MEULINTEUNG 137 140 277 60
8 008 LAMKUTA 103 104 207 60
9 009 RUSEB ARA 401 350 751 111
10 010 LUENG 207 271 478 111
11 011 RUSEB DAYAH 430 511 941 150
12 012 KAMBUEK 130 131 261 60
13 013 BADA TIMUR 189 197 386 84
14 014 BADA BARAT 129 143 272 62
15 015 BARAT LANYAN 164 188 352 80
16 016 GEUNDOT 159 126 285 75
17 017 MEUNASAH KRUENG 134 157 291 63
18 018 PAYA BIENG 303 334 637 123
19 019 JANGKA ALUE 317 313 630 125
20 020 JANGKA KEUTAPANG 411 399 810 158
21 021 LAMPOH RAYEUK 218 205 423 98
22 022 LHOK BUGENG 343 400 743 154
23 023 LINGGONG 351 464 815 152
24 024 ALUE BUYA 231 237 468 102
25 025 TANOH ANOE 170 226 396 78
26 026 TANJONGAN 299 336 635 143
27 027 JANGKA ALUE BIE 428 436 864 186
28 028 JANGKA MESJID 485 528 1,013 201
29 029 JANGKA ALUE U 560 538 1,098 278
30 030 PANTE PEUSANGAN 185 197 382 76
31 031 BUGAK KRUENG 396 409 805 167
32 032 BUGAK MESJID 366 354 720 145
33 033 BUGAK KRUENG MATE 367 461 828 188
34 034 BUGENG 104 124 228 47
35 035 KUALA CEURAPE 322 315 637 128
Jumlah Penduduk
No Kode Peta Nama Desa Jumlah Keluarga
Laki-Laki Wanita Total
36 036 ALUE BAYEU UTANG 95 117 212 42
37 037 ULEE CEUE 308 321 629 123
38 038 ALUE KUTA 405 236 641 132
39 039 PUNJOT 479 519 998 203
40 040 PULO PINEUNG MNS II 264 316 580 114
41 041 BUGAK BLANG 118 145 263 51
42 042 PANTE SUKON 170 175 345 77
43 043 PANTE PAKU 334 396 730 158
44 044 PANTE RANUB 334 253 587 147
45 045 ALUE BUYA PASI 272 275 547 112
Adapun pertumbuhan penduduk pada desa-desa di Kec. Jangka dari tahun 2003-
2005 sebagian menunjukkan angka pertumbuhan negatif, berkisar antara -0,1
sampai -29,3 %. Hal ini kemungkinan disebabkan dampak tsunami yang cukup parah
di Kecamatan Jangka. Berdasarkan angka pertumbuhan yang ada, selanjutnya
diproyeksikan jumlah penduduk di Kec. Jangka pada tahun 2010, total sebesar
25.859 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk tiap desa disajikan pada tabel
berikut.
Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Jangka memiliki mata pencaharian
utama pada sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan, kecuali untuk desa
Tanoh Anoe memiliki mata pencaharian utama sektor perindustrian.
Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 2.924 KK atau 56,47 % dari total
jumlah KK di kec. Jangka, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa
Jangka Mesjid, yakni sebanyak 150 KK atau 74,6 % dari jumlah KK yang ada di desa
ini. Sebanyak 31 (Tiga puluh satu) desa yang ada di Kec. Jangka memiliki
persentase jumlah KK miskin di atas 50 %. Kondisi ini dapat digunakan sebagai
indikator kebutuhan penanganan masalah kemiskinan di Kec. Jangka.
9 009 RUSEB ARA 110 99 100 90.1 Pertanian Tanaman Pangan 349 46.9
11 011 RUSEB DAYAH 135 90 118 78.7 Pertanian Tanaman Pangan 410 48.4
18 018 PAYA BIENG 117 95 100 81.3 Pertanian Tanaman Pangan 10 1.7
20 020 JANGKA KEUTAPANG 126 80 120 75.9 Pertanian Tanaman Pangan 30 4.6
22 022 LHOK BUGENG 131 85 6 3.9 Pertanian Tanaman Pangan 120 19.0
27 027 JANGKA ALUE BIE 149 80 130 69.9 Pertanian Tanaman Pangan 400 57.9
29 029 JANGKA ALUE U 195 70 100 36.0 Pertanian Tanaman Pangan 100 13.0
31 031 BUGAK KRUENG 134 80 120 71.9 Pertanian Tanaman Pangan 400 62.1
33 033 BUGAK KRUENG MATE 160 85 74 39.4 Pertanian Tanaman Pangan 310 44.0
37 037 ULEE CEUE 98 80 103 83.7 Pertanian Tanaman Pangan 300 59.6
38 038 ALUE KUTA 119 90 110 83.3 Pertanian Tanaman Pangan 75 13.0
40 040 PULO PINEUNG MNS II 34 30 60 52.6 Pertanian Tanaman Pangan 200 114.9
43 043 PANTE PAKU 95 60 110 69.6 Pertanian Tanaman Pangan 300 68.5
44 044 PANTE RANUB 118 80 100 68.0 Pertanian Tanaman Pangan 52 11.1
C.1 Transportasi
Secara umum, seluruh desa yang ada di Kecamatan Jangka dihubungkan oleh
prasarana jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah, dan
hampir seluruh desa telah dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4, kecuali 2
(dua) desa, yakni desa Ruseb Ara dan Bugek Krueng. Kondisi ini dapat dijadikan
indikator kebutuhan pengembangan prasarana jaringan jalan untuk kendaraan
roda-4 yang dapat menjangkau ke-dua desa tersebut, disamping perlunya
peningkatan jaringan jalan yang ada, khususnya untuk jalan-jalan dengan jenis
permukaan tanah menjadi minimal jenis Sirtu (Pasir Batu), sehingga dapat dilalui
oleh kendaraan roda-4 di musim hujan.
Adapun sarana angkutan umum yang ada di kec. Jangka sebagian besar adalah ojek
(sepeda motor), kecuali untuk Desa Bada Timur dan Pante Pesangan telah dilayani
oleh angkutan umum kendaraan roda-4.
Sebagian besar desa di Kec. Jangka masih menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih, dan hanya sebanyak 4 (empat) desa yang telah dilayani oleh PDAM, serta 4
(desa) lainnya menggunakan sumber air lainnya. Secara umum, kondisi ini
menunjukkan kebutuhan penyediaan prasarana air bersih untuk 4 (empat) desa
yang masih menggunakan sumber air lainnya.
Untuk prasarana dan sarana sanitasi, sebagian besar desa (28 desa) menggunakan
sarana jamban sendiri, sebanyak 13 (tiga belas) desa menggunakan sarana jamban
umum, dan 4 (empat) desa masih menggunakan sarana bukan jamban. Secara
umum, kondisi ini telah memenuhi standar pelayanan minimal sarana sanitasi
yang ada (terlayani > 80 %). Namun untuk 4 (empat) desa yang masih
menggunakan sarana bukan jamban perlu disediakan sarana jamban umum.
Untuk pengolahan sampah, seluruh desa menggunakan cara dibuang di lubang dan
dibakar. Secara umum, kondisi ini juga telah memenuhi standar pelayanan
minimal pengelolaan sampah yang ada untuk kawasan permukiman perdesaan.
3. SMP Negeri sebanyak 2 (dua) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh
(Desa Bada Barat, Bugeng, K. Ceurape) adalah 5 Km.
Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
Jarak Jarak Jarak Jarak
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 001 PULO U 0 0 2.5 0 0 2.5 0 0 2.5 0 0 2.5
Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
Jarak Jarak Jarak Jarak
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
17 017 MEUNASAH KRUENG 0 0 2 0 0 0.5 0 0 2.0 0 0 2.0
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Jangka dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 25.859 jiwa, maka kebutuhan tambahan sarana
pendidikan di Kec. Jangka, meliputi :
2. Puskesmas sebanyak 2 (dua) buah di Desa Jangka Mesjid dan Jangka Alue U,
3. Puskesmas Pembantu sebanyak 2 (dua) buah di Ds. Jangka Waktu dan Lamkuta,
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Jangka dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi penduduk
pada tahun 2010 sebesar 25.859 jiwa, maka kebutuhan tambahan sarana
kesehatan di Kec. Jangka, meliputi :
Secara umum, seluruh desa di Kecamatan Jangka telah dilayani oleh prasarana
listrik. Sedangkan untuk prasarana telepon, hanya 4 (empat) desa yang telah
dilayani. Kondisi ini menunjukkan kebutuhan perluasan jaringan telepon yang
dapat mencapai ke desa-desa yang masih belum terlayani.
Keluarga Berlangganan
Keluarga Pengguna Listrik
Telepon
Ketersediaan
No Kode Nama Desa/ Kelurahan Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
Peta Sekarang PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka dipilih dan ditetapkan desa prioritas untuk
“Village Planning” di Kecamatan Jangka seperti disajikan pada tabel berikut.
Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
2 9 RUSEB ARA Jangka 40 1
4 31 BUGAK KRUENG Jangka 38 2
11 11 RUSEB DAYAH Jangka 30 3
14 28 JANGKA MESJID Jangka 29 4
18 27 JANGKA ALUE BIE Jangka 28 5
21 13 BADA TIMUR Jangka 27 6
22 24 ALUE BUYA Jangka 27 6
28 7 GMP.MEULINTEUNG Jangka 25 7
Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
29 16 GEUNDOT Jangka 25 7
30 33 BUGAK KRUENG MATE Jangka 25 7
32 43 PANTE PAKU Jangka 25 7
41 41 BUGAK BLANG Jangka 24 8
42 42 PANTE SUKON Jangka 24 8
43 44 PANTE RANUB Jangka 24 8
45 8 LAMKUTA Jangka 23 9
46 20 JANGKA KEUTAPANG Jangka 23 9
49 18 PAYA BIENG Jangka 22 10
52 37 ULEE CEUE Jangka 22 10
53 38 ALUE KUTA Jangka 22 10
55 39 PUNJOT Jangka 22 10
60 10 LUENG Jangka 21 11
62 29 JANGKA ALUE U Jangka 21 11
63 32 BUGAK MESJID Jangka 21 11
64 45 ALUE BUYA PASI Jangka 21 11
66 14 BADA BARAT Jangka 20 12
67 22 LHOK BUGENG Jangka 20 12
68 23 LINGGONG Jangka 20 12
69 34 BUGENG Jangka 20 12
70 36 ALUE BAYEU UTANG Jangka 20 12
77 12 KAMBUEK Jangka 19 13
82 25 TANOH ANOE Jangka 19 13
84 35 KUALA CEURAPE Jangka 19 13
86 40 P. PINEUNG MNS II Jangka 19 13
89 15 BARAT LANYAN Jangka 18 14
90 17 MEUNASAH KRUENG Jangka 18 14
91 19 JANGKA ALUE Jangka 18 14
104 26 TANJONGAN Jangka 17 15
105 30 PANTE PEUSANGAN Jangka 17 15
110 3 PULO SEUNA Jangka 16 16
111 4 PULO BLANG Jangka 16 16
118 1 PULO U Jangka 15 17
119 2 ABEUK JALOH Jangka 15 17
128 6 PULO REUDEUP Jangka 13 17
131 21 LAMPOH RAYEUK Jangka 12 18
134 5 PULO IBOH Jangka 11 19
A.1 Morfologi
Sebagian berupa topografi desa-desa pantai yang meliputi : Ie Rhob, Alue Mangki,
Lapang Barat, Mon Keulayu, Desa berupa punggung bukit yaitu Paya Reuhat, dan
Desa dengan morfologi dataran meliputi Lingka Kuta, Blang Keude, Cot Mane, Lhok
Mambang, Teupin Siron, Samuti Krueng, Samuti Makmur dan Samuti Aman.
Jenis tanah di Kec. Gandapaura adalah relatif sama dengan yang ada di Kec.
Jangka.
Sumber Daya Air Permukaan di kecamatan Gandapura meliputi Sumber Daya Air
Krueng / Sungai, Rawa/paya, diantaranya Sungai Mane 250 Ha, Paya/ Rawa
Geurogoh 15 Ha dan Paya Nie 150 Ha.
Daerah Wilayah Kecamatan Gandapura yang terpotensi rawan banjir adalah daerah
Pesisir yang relatip datar 0 -5 meter di atas permukaan air laut .meliputi daerah
sekitar muara sungai kuala Abu dan Kuala Bugeng yang kondisinya mengalami
pendangkalan akibat sedimentasi dan akresi yang menimbulkan penyempitan
“Bottel Neck “ di bagian hilir ( muara ) .
Daerah pesisir yang terpotensi rawan tsunami meliputi desa-desa pantai yang
beresiko rusak berat yaitu Desa Ie Rhop dan Desa Pantai yang beresiko sedang yaitu
Desa Moen Keulayu, Cot Mane, Lapang Barat, Alue Mangki, dan juga desa tambak
meliputi Samuti Aman, Samuti Makmur, Samuti Krueng, Lhok Mambang, Blang
Kaude, Linka Kuta, Teupin Siron. Faktor penyebab di sepanjang pesisir desa-desa
pantai tidak terdapat zona penyanggah (buffer zone) hutan mangrove yang mampu
menahan laju gelombang tsunami secara alamiah serta kedalaman toporafi daerah
perairan pantai Gandapura 20 –60 meter yang juga berpengaruh terhadap laju
kecepatan rambat gelombang C = L/T terhadap kedalaman laut d/L dan semakin
ke darat cepat rambat gelombang semakin melemah ( Refraksi Gelombang ), di
tinjau dari letak geografis daerah pesisir pantai sebelah barat Gandapura yaitu di
kecamatan Kuta Blang terdapat tanah timbul sehingga gelombang tsunami
mengalami Difrasksi ke arah timur yang bertemu dengan gelombang tsunami dari
arah barat laut sehingga menerjang desa – desa pesisir bagian timur gandapura.
Perikanan Tangkap, Budidaya Perikanan Tambak seluas 492 Ha, Ekosistim Estuaria
muara sungai ( Kuala Lapang, Kuala Monkarayu, Kuala Abu, Kuala Bugeng ),
Ekosistim Padang Lamun dan Ekosistim Pantai Pasir.
Abrasi di sepanjang Pesisir pantai, Akresi di muara sungai ( Kuala Abu dan Bugeng ),
Kerusakan Hutan Mangrove.
3. Abrasi
4. Akresi
B. SOSIAL EKONOMI
Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) pada seluruh desa yang ada di
Kecamatan Gandapura pada tahun 2005 adalah 19.321 jiwa dan 4.373 KK, dengan
jumlah penduduk dan KK terbesar adalah di Desa Mon Keulayu sebanyak 1.297 jiwa
dan 386 KK, serta terkecil di desa Ie Rhob sebanyak 93 jiwa dan 26 KK.
Adapun pertumbuhan penduduk pada desa-desa di Kec. Gandapura dari tahun 2003-
2005 sebagian menunjukkan angka pertumbuhan negatif, berkisar antara -0,18
sampai -20,15 %. Hal ini kemungkinan disebabkan dampak tsunami yang cukup
parah di Kecamatan Gandapura. Berdasarkan angka pertumbuhan yang ada,
selanjutnya diproyeksikan jumlah penduduk di desa-desa Kec. Gandapura pada
tahun 2010, total sebesar 20.917 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk tiap desa
disajikan pada tabel berikut.
Hampir seluruh desa yang ada di Kecamatan Gandapura memiliki mata pencaharian
utama pada sektor pertanian tanaman pangan, dan perkebunan.
Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin adalah 2.974 KK atau 68 % dari total
jumlah KK di kec. Gandapura, dengan jumlah KK Miskin terbesar terdapat di desa
Mon Keulayu, yakni sebanyak 280 KK atau 72,5 % dari jumlah KK yang ada di desa
ini. Sebagian besar desa (32 desa) yang ada di Kec. Gandapura memiliki persentase
jumlah KK miskin di atas 50 %. Kondisi ini dapat digunakan sebagai indikator
kebutuhan penanganan masalah kemiskinan di Kec. Gandapura.
16 024 COT TUPAH 205 85 181 75.1 Pertanian Tanaman Pangan 600 66.9
17 025 COT TUNONG 122 85 110 76.4 Pertanian Tanaman Pangan 160 27.1
18 039 COT PUUK 160 80 150 75.0 Pertanian Tanaman Pangan 300 36.8
20 041 GEURUGOK 146 80 127 69.4 Pertanian Tanaman Pangan 120 16.7
21 042 COT JABET 109 90 90 74.4 Pertanian Tanaman Pangan 110 21.7
24 045 KEUDE LAPANG 75 30 125 50.0 Pertanian Tanaman Pangan 100 28.4
27 057 LHOK MAMBANG 130 80 110 67.5 Pertanian Tanaman Pangan 80 13.6
29 059 TEUPIN SIRON 139 90 103 66.9 Pertanian Tanaman Pangan 80 13.5
32 062 LINGKA KUTA 96 60 121 75.6 Pertanian Tanaman Pangan 100 22.9
33 063 LAPANG BARAT 102 70 145 100.0 Pertanian Tanaman Pangan 103 26.1
34 064 SAMUTI KRUENG 154 80 108 56.0 Pertanian Tanaman Pangan 268 37.3
36 066 SAMUTI RAYEUK 122 95 84 65.6 Pertanian Tanaman Pangan 150 25.7
37 076 SAMUTI AMAN 153 90 100 58.8 Pertanian Tanaman Pangan 280 40.2
38 077 MON KEULAYU 347 90 280 72.5 Pertanian Tanaman Pangan 300 25.7
C.1 Transportasi
Secara umum, seluruh desa yang ada di Kecamatan Gandapura dihubungkan oleh
prasarana jaringan jalan dengan tipe perkerasan aspal/beton, sirtu, dan tanah, dan
seluruh desa telah dapat dijangkau oleh kendaraan roda-4. Kondisi ini menunjukkan
bahwa secara kuantitas, seluruh desa prioritas yang ada di Kec. Gandapura telah
cukup terlayani oleh prasarana jaringan jalan yang ada, hanya dari segi
kualitasnya saja perlu ditingkatkan khususnya untuk jalan-jalan dengan jenis
permukaan tanah menjadi minimal jenis Sirtu (Pasir Batu), sehingga dapat dilalui
oleh kendaraan roda-4 di musim hujan.
Seluruh desa yang ada di Kec. Gandapura menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih. Secara umum, kondisi ini telah memenuhi standar pelayanan minimal
prasarana air bersih yang ada.
Untuk prasarana dan sarana sanitasi, sebagian besar desa menggunakan jamban
sendiri, 2 (dua) desa meggunakan jamban umum, dan terdapat 14 (empat belas)
desa menggunakan sarana bukan jamban. Secara umum, kondisi ini menunjukkan
diperlukannya penyediaan sarana jamban umum di 14 desa tersebut.
3. SMP Negeri sebanyak 3 (tiga) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh
(Desa Blang Kubu) adalah 7,5 Km.
4. SMU Negeri sebanyak 2 (dua) buah, dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh
(Desa Paya Seupat) adalah 36 Km.
Kode Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum
Jarak Jarak Jarak Jarak
No Peta Nama Desa Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah
Rata- Rata- Rata- Rata-
Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata Negeri Swasta Rata
(km) (km) (km) (km)
1 005 PALOH KAYEE KUNYET 0 0 5 0 0 3.0 0 0 8.0 0 0 8.5
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
4. Posyandu sebanyak 33 (tiga puluh tiga) buah (hampir ada di setiap desa),
dengan jangkauan pelayanan ke desa terjauh (Desa Palohkayee Kunyet) adalah
8,5 Km,
Kondisi di atas, apabila dikaitkan dengan standar pelayanan minimal untuk satuan
lingkungan dengan jumlah penduduk < 30.000 jiwa (lihat Lampiran), dimana
Kecamatan Gandapura dianggap sebagai satu lingkungan, dengan proyeksi
penduduk pada tahun 2010 sebesar 20.917 jiwa, maka tambahan sarana kesehatan
yan diperlukan di kawasan perencanaan Kec. Gandapura hanya berupa Balai
Pengobatan/Poliklinik sebanyak 4 (empat) buah.
Hampir seluruh desa di Kecamatan Gandapura telah dilayani oleh prasarana listrik,
kecuali 1 (satu) desa, yakni desa Ie Rhob. Untuk prasarana telepon hanya melayani
7 (tujuh) desa yang ada di kec. Gandapura. Kondisi ini menunjukkan kebutuhan
Keluarga Berlangganan
No Kode Nama Desa Ketersediaan Keluarga Pengguna Listrik Telepon
Peta Listrik Jumlah Persentase (%) Persentase
Jumlah
PLN Non PLN PLN Non PLN (%)
1 005 PALOH KAYEE KUNYET Ada 20 0 66.7 0.0 0 0.0
2 006 TANJONG RAYA Ada 22 0 44.9 0.0 0 0.0
3 007 PAYA SEUPAT Ada 30 0 51.7 0.0 0 0.0
4 008 PAYA KAREUNG Ada 30 0 93.8 0.0 0 0.0
5 009 BLANG KUBU Ada 55 0 84.6 0.0 0 0.0
6 014 PAYA BARO Ada 11 0 42.3 0.0 0 0.0
7 015 TANJONG MESJID Ada 31 0 77.5 0.0 0 0.0
8 016 MON JEUREUJAK Ada 23 0 88.5 0.0 0 0.0
9 017 DAMA KAWAN Ada 74 0 86.0 0.0 0 0.0
10 018 COT RAMBAT Ada 35 0 66.0 0.0 0 0.0
11 019 BLANG GURON Ada 101 0 87.1 0.0 0 0.0
12 020 COT TEUBEE Ada 50 0 68.5 0.0 0 0.0
13 021 TANJONG BUNGONG Ada 30 0 85.7 0.0 0 0.0
14 022 PULO GISA Ada 38 0 76.0 0.0 0 0.0
15 023 UJONG BAYU Ada 31 0 45.6 0.0 0 0.0
16 024 COT TUPAH Ada 233 0 96.7 0.0 0 0.0
17 025 COT TUNONG Ada 140 0 97.2 0.0 0 0.0
18 039 COT PUUK Ada 190 0 95.0 0.0 0 0.0
19 040 PALOH ME Ada 75 0 100.0 0.0 0 0.0
20 041 GEURUGOK Ada 182 0 99.5 0.0 5 2.7
21 042 COT JABET Ada 118 0 97.5 0.0 0 0.0
22 043 PANTE SIKEUMBONG Ada 60 0 92.3 0.0 0 0.0
23 044 CEUBO Ada 50 0 83.3 0.0 0 0.0
24 045 KEUDE LAPANG Ada 240 0 96.0 0.0 25 10.0
25 046 BLANG KEUDE Ada 120 0 94.5 0.0 15 11.8
26 047 COT MANE Ada 96 0 95.0 0.0 0 0.0
27 057 LHOK MAMBANG Ada 160 0 98.2 0.0 0 0.0
28 058 LAPANG TIMUR Ada 129 0 98.5 0.0 20 15.3
29 059 TEUPIN SIRON Ada 154 0 100.0 0.0 6 3.9
30 060 IE RHOB Tidak 0.0 0 0.0
31 061 ALUE MANGKI Ada 133 0 97.1 0.0 0 0.0
32 062 LINGKA KUTA Ada 160 0 100.0 0.0 20 12.5
33 063 LAPANG BARAT Ada 80 0 55.2 0.0 2 1.4
34 064 SAMUTI KRUENG Ada 180 0 93.3 0.0 0 0.0
35 065 SAMUTI MAKMUR Ada 190 0 97.4 0.0 0 0.0
36 066 SAMUTI RAYEUK Ada 125 0 97.7 0.0 0 0.0
37 076 SAMUTI AMAN Ada 168 0 98.8 0.0 0 0.0
38 077 MON KEULAYU Ada 346 0 89.6 0.0 0 0.0
Dengan mengacu pada proses dan metode penetapan desa prioritas yang telah
dijelaskan pada sub bab 3.2, maka dipilih dan ditetapkan desa prioritas untuk
“Village Planning” di Kecamatan Gandapura seperti disajikan pada tabel berikut.
Urutan
No Kode Nama Desa/Kel. sekarang Kecamatan Nilai Prioritas
3 60 IE RHOB Gandapura 40 1
16 62 LINGKA KUTA Gandapura 29 2
35 63 LAPANG BARAT Gandapura 25 3
36 77 MON KEULAYU Gandapura 25 3
44 61 ALUE MANGKI Gandapura 24 4
116 76 SAMUTI AMAN Gandapura 16 5
Sebagai penutup dari buku-1 ini, berikut akan dikemukakan beberapa kesimpulan
dari rekomendasi hasil Review RTRW Kabupaten Bireuen dan Penyusunan Rencana
Tindak (Action Plan) di Kecamatan Prioritas.
Dengan mengacu pada hasil review RTRW Kab. Bireuen yang ada saat ini (2002 –
2011) serta hasil kajian terhadap isu permasalahan tata ruang Kabupaten Bireun
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka berikut ini direkomendasikan
beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RTRW Kabupaten
Bireuen (Tahap-II), sebagai berikut :
1. Dari hasil review RTRW Kab. Bireuen yang ada saat ini disimpulkan bahwa RTRW
Kabupaten Bireuen saat ini memerlukan revisi secara menyeluruh, sehingga
perlu disusun RTRW Kabupaten yang Baru.
LAPORAN AKHIR IV - 1
BRR
NAD - Nias
LAPORAN AKHIR IV - 2
BRR
NAD - Nias
b. Sektor Perikanan Laut, dengan komoditas utama ikan cakalang dan tuna. Dari
hasil budidaya pertambakan adalah udang windu dan bandeng.
Dengan mengacu pada hasil penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, maka berikut ini disajikan beberapa kesimpulan
dan rekomendasi tindak lanjut yang diperlukan untuk pelaksanaan Rencana Tindak
(Action Plan) di kecamatan prioritas.
LAPORAN AKHIR IV - 3
BRR
NAD - Nias
d. Hasil “cross-check” atau validitas dari rumusan Draft Rencana Tindak (Action
Plan) yang merupakan gabungan dari 3 (tiga) masukan yang telah dijelaskan
sebelumnya melalui pelaksanaan survai wawancara (kuestioner) kepada
masyarakat di setiap kecamatan.
3. Dari hasil survai wawancara kepada masyarakat, sebagian besar responden (71
%) menyatakan bahwa jenis program yang paling prioritas adalah program jalan,
selanjutnya berturut-turut adalah program rehabilitasi rekonstruksi perumahan
yang terkena dampak tsunami, program pembangunan sarana air bersih dan
sanitasi, program pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan, program
penyediaan listrik, program pemberdayaan ekonomi, masyarakat miskin, petani
LAPORAN AKHIR IV - 4
BRR
NAD - Nias
4. Dari hasil survai wawancara kepada masyarakat diperoleh bahwa sebagian besar
responden menyarankan agar pelaksanaan rencana tindak yang dilakukan di
kecamatan bersangkutan perlu : melibatkan masyarakat setempat dalam
pelaksanaannya, memperhatikan adat-istiadat dan budaya setempat,
memanfaatkan semaksimal mungkin ketersediaan sumber daya (SDA dan SDM)
setempat yang ada.
LAPORAN AKHIR IV - 5