Anda di halaman 1dari 8

TOMOGRAFI SEISMIK 3-D PADA LAPANGAN PANAS BUMI “X”

Akino Iskandar1,Lantu2, Sabrianto Aswad2,Andri Dian Nugrah2


Program Studi Sarjana Geofisika – Universitas Hasanuddin,
iskandar.akino@gmail.com

SARI BACAAN

Perubahan permeabilitas struktur reservoir geotermal dapat disebabkan oleh adanya perubahan
tekanan, temperatur dan fasa fluida panas bumi akibat pergerakan struktur dan perubahan fase
air panas menjadi uap dari fluida injeksi pada masa produksi. Hal ini merupakan salah satu
penyebab terjadinya gempa mikro dalam reservoir. Observasi seismisitas gempa mikro berupa
parameter fisis seperti kecepatan seismik medium bawah permukaan dapat digunakan untuk
mendeteksi permeabilitas struktur reservoir. Analisis kecepatan seismik dilakukan dengan
menggunakan pemodelan tomografi seismik (tomografi delay time).

Pemodelan tomografi diawali dengan proses forward modelling berupa penjejakan lintasan
sinar (ray tracing) dari source ke receiver dalam ruang 3D untuk menghitung waktu tempuh
rambat gelombang minimum dari gelombang P dan S dengan menggunakan model awal
kecepatan 1D. Waktu tempuh kalkulasi ini selanjutnya menjadi input dalam memodelkan
kecepatan dengan metode iterative damped least square dalam proses inverse modeling yang
akan meminimalkan kuadrat dari selisih waktu tempuh (delay time) antara waktu tempuh
kalkulasi dengan waktu observasi. Dengan kata lain, waktu kalkulasi akan mencoba mendekati
waktu observasi (represantasi dari kondisi bawah permukaan) hingga didapatkan nilai delay
time yang cukup mimimal dalam proses yang dilakukan secara iteratif. Penelitian yang
dilakukan pada lapangan geothermal “X” menunjukkan adanya anomali kecepatan baik untuk
gelombang P dan S pada kedalaman antara +0.5 hingga -1.5 km terhadap MSL dengan nilai
rata-rata 10%-15% relatif lebih rendah dari sekitarnya. Data rasio Vp/Vs memberikan nilai
yang relatif rendah pada rata-rata 1.7– 1.9 km/sec. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
lapisan anomali pada lapangan geothermal “X” bersifat gas-saturated.

Kata Kunci : gempa mikro, model kecepatan 1-D, tomografi, pseudo-bending, geotermal.

ABSTRACT

Changes in the permeability of a structure in a geotermal reservoir can be caused by changes in


pressure, temperature and geothermal fluid phase due to the movement of the structure and the
changes of hot water phase into steam from fluid injection at the time of production. This is one
of the causes of the micro-earthquake in the reservoir. The observation of micro-earthquake
seismicity in physical parameters such as subsurface medium seismic velocity can be used to
detect the permeability of the reservoir structure. Analysis of seismic velocity is conducted using
seismic tomography modelling.
Tomography modelling begins with forward modeling process in form ray tracing from the
source to the receiver in 3D space to calculate the minimum travel time of wave propagation
from P and S wave using 1D velocity initial model. Travel time from this calculation then
becomes input in modelling velocity by iterative damped least square method in inverse
modelling process which will minimalize quadrate of delay time between calculation and
observation travel time. In other words, calculation time will try to approach observation time
(representation of subsurface condition) until sufficient minimal delay time value is obtained in
iterative process. The research was conducted in "X" geothermal field shows velocity anomaly
both P and S wave at depth between +0.5 to -1.5 km toward MSL with average value 10%-15%
lower than its around relatively. Ratio data of Vp/Vs extend low value relatively at average 1.7 -
1.9 km/s. This research shows that anomaly layer on "X" geothermal field has gas saturated
characteristic
Keyword : microseismic, 1-D velocity model, tomography, pseudo-bending, geothermal.

referensi berada pada 1100 m diatas msl.


I. PENDAHULUAN Rekaman data gempa mencakup data waktu
terjadi gempa (origin time), waktu tempuh
Kecepatan seismik adalah salah satu gelombang P dan S (travel time), dan
parameter fisis yang sangat baik untuk referensi data kecepatan yang kemudian
menggambarkan karakteristik medium akan menjadi model kecepatan awal untuk
proses pengolahan data.
bawah permukaan` disebabkan adanya
hubungan kuat antara distribusi kecepatan
seismik dengan gambaran penyebaran MSL = 0 m Distribusi Lokasi Gempa Distribusi Lokasi Gempa Sumber Gempa
30 Stasiun Gempa

litologi. pemodelan kecepatan seismik 3D a) b)

2 25

menggunakan data gempa mikro akan 0 20


Kedalaman

Utara - Selatan

sangat berguna di daerah geotermal. Jumlah -2 15

gempa mikro yang terjadi akibat eksploitasi -4 10

dan proses recharge dapat digunakan untuk 30


20
30 5
20
mengamati perubahan kondisi yang terjadi Utara - Selatan
10
0 0
10
Barat - Timur
0
0 10 20 30
Barat - Timur
pada reservoir lapangan geotermal melalui
Distribusi Lokasi Gempa Distribusi Lokasi Gempa

deskripsi data anomali kecepatan lapisan c)


2
d)
2

1 1

yang diperoleh dari proses inversi. 0 0


Kedalaman

Kedalaman

-1 -1

Data lapangan geotermal yang digunakan -2 -2

-3 -3
pada penelitian ini adalah data rekaman -4 -4

gempa lapangan “X” selama 4 bulan. Data -5


0 10 20 30
-5

input yang diperoleh dari lapangan “X”


0 10 20 30
Barat - Timur Utara - Selatan

terdiri dari 61 event gempa dengan jumlah Gambar 1 Distribusi hiposenter gempa a)
fasa gelombang yang terekam sebanyak 268 vertikal 3D, b) horisontal, c) vertikal barat-
dan stasiun pengamatan sebanyak 6 stasiun timur, dan d) vertikal utara-selatan.
(Gambar 1). Luas area penelitian adalah 30
x 30 km2 dan kedalaman 7 km dan titik
Pada penelitian ini dilakukan parameterisasi pada studi ini, digunakan kode program
model blok tiga-dimensi. Penentuan jumlah MATLAB yang telah dibuat sebelumnya
dan besarnya tiap blok model ini bergantung oleh (Nugraha, A. D., 2005) dan kemudian
dimodifikasi untuk disesuaikan dengan
pada luas area dan kedalaman daerah
penelitian ini. Dari ray tracing ini diperoleh
penelitian, serta distribusi data yang data waktu tempuh kalkulasi (tcal)
diperoleh. Dengan luas area 30 x 30 km2 perambatan gelombang dan panjang ray tiap
dan kedalaman 7 km, maka model awal segmen maupun panjang ray secara
dibangun dengan dimensi jumlah blok 15 x keseluruhan setiap source-receiver baik
15 x 14 dan ukuran tiap blok 2000 x 2000 x gelombang P dan S. (Gambar 2 dan 3)
Sumber Gempa
MSL = 0 m
500 m3. Distribusi Lokasi Gempa
30
Distribusi Lokasi Gempa
Stasiun Gempa

a) b) 25
2

II. METODOLOGI 1
20
0

Utara - Selatan
Kedalaman
-1

Pada penelitian ini digunakan metode ray -2


-3
15

tracing pseudo-bending (Um dan Thurber, -4 10


-5
1987) untuk menghitung waktu tempuh 30
30 5
20
kalkukasi dari sumber ke penerima dalam 10
10
20

0
proses inversi tomografi. Metode pseudo- Utara - Selatan 0 0 Barat - Timur 0 10 20
Barat - Timur
30

bending menggunakan prinsip Fermat 2


Distribusi Lokasi Gempa
2
Distribusi Lokasi Gempa
Sumber Gempa
Stasiun Gempa

dimana gelombang merambat pada lintasan c) 1 d) 1

dengan waktu tempuh tercepat. Waktu 0 0

tempuh (T) sepanjang lintasan gelombang

Kedalaman
Kedalaman

-1 -1

diekspresikan dalam sebuah persamaan -2 -2

integral di antara dua titik (Um dan Thurber, -3 -3

1987): -4 -4

-5 -5
0 10 20 30 0 10 20 30
Barat - Timur Utara - Selatan

𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑒𝑟 1
𝑇= 𝑠𝑜𝑢𝑟𝑐𝑒
𝑑𝑙 (2.1)
𝑉
Gambar 2 Plot cakupan sinar seismik
dengan dl merupakan segmen panjang gelombang P dalam arah a) vertikal 3D (b)
lintasan dan V merupakan kecepatan horisontal, (c) vertikal barat-timur, dan (d)
gelombang seismik. Pada penelitian ini vertikal utara- selatan.
algoritma tersebut disesuaikan dengan
parameterisasi model yang digunakan.
sehingga perhintungan waktu tempuh, MSL = 0 m
Distribusi Lokasi Gempa Sumber Gempa
Distribusi Lokasi Gempa
30 Stasiun Gempa

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ = 𝑆𝑓 𝑑𝐿𝑓 (2.2) a)


2
b) 25

20
0
Utara - Selatan
Kedalaman

Dimana 𝑆𝑓 adalah slowness pada blok ke-f -2 15

yang dilewati oleh ray. 𝑑𝐿𝑓 merupakan -4 10

panjang ray pada blok ke-f yang dilewati 30


30
5
20
ray. Panjang lintasan ini akan bergantung 10
10
20
0
0 10 20 30
pada lokasi sumber dan penerima serta Utara - Selatan 0 0 Barat - Timur Barat - Timur

struktur bumi yang dilewati. Pada proses ray


tracing dan inversi delay time tomografi
2
Distribusi Lokasi Gempa
2
Distribusi Lokasi Gempa memperoleh nilai ΔV dari data perubahan
c) 1 d) 1 slowness (ΔS) digunakan persamaan sebagai
0 0 berikut (Widiyantoro, 2000):

Kedalaman
-1
Kedalaman

-1

-2
-2
−∆𝑠1 𝑉02
-3 ∆𝑉1 = (2.3)
-3
(1+∆𝑠1 𝑉0 )
-4
-4

-5
-5 0 10 20 30
0 10 20
Barat - Timur
30 Utara - Selatan
Proses dari perhitungan waktu rambat
Gambar 4.4 Plot cakupan sinar seismik gelombang sampai didapatkan hiposenter
gelombang S dalam arah a) vertikal 3D (b) dan model kecepatan lapisan yang baru,
horisontal, (c) vertikal barat-timur, dan (d) akan dilakukan berulang-ulang, hingga
vertikal utara- selatan. kesalahan bernilai dibawah 0.01 atau
kesalahan sudah bersifat konvergen.
Dengan menggunakan data delay time (δt)
hasil pengurangan waktu observasi (tobs)
III. HASIL DAN ANALISIS
dengan waktu kalkulasi (tcal) dan panjang
Hasil
ray path tiap segmen model tiga-dimensi
Hasil inversi tomografi untuk struktur Vp
(dl), dapat dibangun matriks tomografi.
dan Vs (Gambar 3) menunjukkan adanya
Untuk menghindari nilai determinan matriks
anomali kecepatan yang cukup rendah pada
sama dengan nol, digunakan norm damping
kedalaman +0.5 – -1.5 km terhadap titik
(α) dan gradient damping (γ) sehingga
referensi (MSL = 0 m).
matriks menjadi :
Anomali Vp Anomali Vs
Vp/Vs

𝐴 Δt 28
26
Z= +0.5 km
28
26
Z= +0.5 km
28
26
Z= +0.5 km

𝛼𝐼 ∆𝑥 = 0
24 24 24

(2.4) 22
20
22
20
22
20
Utara - Selatan

Utara - Selatan
km/sec
Utara - Selatan

18 18 % 18
16 16 16

𝛾𝐺
10 10

0 14
12
10
8
8

6
14
12
10
8
8

6
14
12
10
8
2.3

6 6 6 2.2
4 4 4 4 4
2 2 2
0 0 0 2.1
0 2 4 6 8 10121416182022242628 2 0 2 4 6 8 10121416182022242628 2 0 2 4 6 8 10121416182022242628
Barat - Timur Barat - Timur

Nilai norm damping (α) dan gradient


0 Barat - Timur 0 2
Z= 0 km -2 Z= 0 km Z= 0 km
-2 1.9
28 28 28
26 -4 26 -4 26
24 24 24

damping (γ) yang digunakan dalam tahap


1.8
22 -6 22 -6 22
20 20 20
Utara - Selatan

Utara - Selatan

Utara - Selatan

18 18 18 1.7
-8 -8
16 16 16
14 -10 14 -10 14 1.6
12 12 12

inversi ini secara berturut-turut adalah 3 dan 10


8
6
4
10
8
6
4
10
8
6
4
2 2 2

0.5, baik untuk gelombang P maupun 0


0 2 4 6 8 10121416182022242628
Barat - Timur
0
0 2 4 6 8 10121416182022242628
Barat - Timur
0
0 2 4 6 8 10121416182022242628
Barat - Timur

gelombang S. Selanjutnya inversi dilakukan 28


Z= -0.5 km
28
Z= -0.5 km
28
Z= -0.5 km

26 26 26

untuk matriks A ([A]) terhadap matriks dt 24


22
20
24
22
20
24
22
20
Utara - Selatan
Utara - Selatan

Utara - Selatan

18 18 18
16 16 16

([d]) dengan menggunakan metode iterative 14


12
10
14
12
10
14
12
10
8 8 8

least-square sehingga akan didapatkan 6


4
2
0
6
4
2
0
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10121416182022242628 0 2 4 6 8 10121416182022242628 0 2 4 6 8 10121416182022242628

matriks [x] yang merupakan nilai perubahan Barat - Timur

Z= -1 km
Barat - Timur

Z= -1 km
Barat - Timur

Z= -1 km
28 28 28
26
dari parameter slowness (Δs). Model 24
22
20
26
24
22
20
26
24
22
20
Utara - Selatan

Utara - Selatan
Utara - Selatan

18 18 18

kecepatan awal akan ditambahkan dengan 16


14
12
10
16
14
12
16
14
12
10 10
8 8
matriks [x] sehingga akan diperoleh model 6
4
2
8
6
4
2
6
4
2
0 0 0

kecepatan lapisan yang baru. Pada penelitian 0 2 4 6 8 10121416182022242628


Barat - Timur
0 2 4 6 8 101214161820222426 28
Barat - Timur
0 2 4 6 8 10121416182022242628
Barat - Timur

ini, nilai perubahan kecepatan (ΔV)


dianggap cukup besar sehingga untuk
Z= -1.5 km Z= -1.5 km Z= -1.5 km
28 28 28
26 26 26
Y= 16 km Y= 16 km Y= 16 km
24 24 24
22 22 22 1 1 1
20 20 20
Utara - Selatan

Utara - Selatan

Utara - Selatan
18 18 18 0 0 0
16 16 16

kedalaman (km)

kedalaman (km)

kedalaman (km)
14 14 14 -1 -1 -1
12 12 12
10 10 10
8 8 -2 -2 -2
8
6 6 6
4 4 4 MSL = 0 m -3 -3 -3
2 2 2
0 0 0 -4 -4 -4
0 2 4 6 8 10121416182022242628 0 2 4 6 8 10121416182022242628 0 2 4 6 8 10121416182022242628
Barat - Timur Barat - Timur Barat - Timur -5 -5 -5
0 5 10 15 20 25 0 5 10 15 20 25 0 5 10 15 20 25
Barat - Timur Barat - Timur Barat - Timur
Gambar 4.26 Tomogram penampang Y= 18 km Y= 18 km Y= 18 km

horizontal perturbasi kecepatan gelombang 1

0
1

0
1

kedalaman (km)
P (Vp), gelombang S (Vs), dan rasio Vp/Vs

kedalaman (km)

kedalaman (km)
-1 -1 -1

-2 -2 -2

pada kedalaman +0.5 km, 0 km, -0.5 km, -1 -3 -3 -3

-4 -4 -4

km, dan -1.5 km. Struktur Vp dan Vs di plot -5


0 2 4 6 8 1012 14 1618 20 2224 26 28
-5
0 2 4 6 8 10 12 1416 18 2022 24 26 28
-5
0 2 4 6 8 10 12 1416 18 2022 24 26 28
Barat - Timur Barat - Timur Barat - Timur
dalam persen perturbasi relatif terhadap
model awal 1D, sedangkan struktur rasio
Vp/Vs di plot dalam nilai absolut. Warna Gambar 4.27 Tomogram vertikal perturbasi
biru anomali positif Vp dan Vs sedangkan kecepatan (Vp), (Vs), dan rasio Vp/Vs pada
warna merah untuk anomali negatif Vp dan penampang Barat – Timur, Y=8 km, Y=10
Vs. Sebaliknya, nilai rasio Vp/Vs yang tinggi km, Y=12 km, Y=14 km, Y=16 km, dan
ditunjukkan oleh warna biru dan rendah Y=18 km. Struktur Vp dan Vs di plot dalam
oleh warna merah. persen perturbasi relatif terhadap model
Anomali Vp Anomali Vs Vp/Vs awal 1D, sedangkan struktur rasio Vp/Vs di
Y= 8 km Y= 8 km Y= 8 km plot dalam nilai absolut. Warna biru
1 1 1

0
%

10
0
%

10 0
km/sec N
anomali positif Vp dan Vs sedangkan warna
kedalaman (km)
kedalaman (km)

kedalaman (km)

-1

-2
8

6
-1

-2
8

6
-1

-2
2.3
merah untuk anomali negatif Vp dan Vs.
2.2
-3

-4
4

2
-3

-4
4

2
-3

-4
2.1
Sebaliknya, nilai rasio Vp/Vs yang tinggi
-5
0 2 4 6 8 1012 14 1618 20 2224 26 28
Barat - Timur
0

-2
-5
0 2 4 6 8 10 12 1416 18 20 22 24 26 28
Barat - Timur
0

-2
-5
0 2 4 6 8 1012 14 1618 20 2224 26 28
Barat - Timur
2

1.9
ditunjukkan oleh warna biru dan rendah
Y= 10 km
-4

-6
Y= 10 km
-4

-6
Y= 10 km 1.8 oleh warna merah.
1 1 1
1.7
-8 -8
0 0 0
-10 -10 1.6 Anomali Vp Anomali Vs Vp/Vs N
kedalaman (km)

kedalaman (km)

kedalaman (km)

-1 -1 -1

-2 X= 4 km X= 4 km X= 4 km
-2 -2
1.5
1 1 1
-3 -3 -3 (%) (%) (km/sec)
0 0 0
-4 -4 -4 10 10 kedalaman (km)
kedalaman (km)
kedalaman (km)

-1 -1 -1
-5 -5 -5 8 8
0 2 4 6 8 1012 14 1618 20 2224 26 28 0 2 4 6 8 10 12 14 16 1820 22 24 26 28 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 2.3
-2 -2 -2
Barat - Timur Barat - Timur Barat - Timur
6 6
-3 -3 -3
2.2
-4 4 -4 4 -4
Y= 12 km Y= 12 km Y= 12 km
-5 -5 -5 2.1
2 2
0 2 4 6 8 10 12 14 16 1820 22 24 26 28 0 2 4 6 8 10 12 1416 18 20 22 24 26 28 0 2 4 6 8 10121416182022242628
1 1 1
Utara - Selatan Utara - Selatan Utara - Selatan
0 0 2
0 0 0
X= 6 km X= 6 km X= 6 km
kedalaman (km)
kedalaman (km)

kedalaman (km)

-2 -2
-1 -1 -1
1 1
1.9
1
-4 -4
-2 -2 -2 0 0 0 1.8
kedalaman (km)
kedalaman (km)

kedalaman (km)

-6 -6
-3 -3 -3 -1 -1 -1
1.7
-2 -8 -2 -2
-4 -4 -4 -8

-3 -3 -3
-5 -5 -5 -10 -10 1.6
0 2 4 6 8 10 12 1416 1820 2224 26 28 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 0 2 4 6 8 10 12 14 16 1820 22 24 26 28
-4 -4 -4
Barat - Timur Barat - Timur Barat - Timur
-5 -5 -5
0 2 4 6 8 10 12 14 16 1820 22 24 26 28 0 2 4 6 8 10 12 1416 18 2022 24 26 28 0 2 4 6 8 10121416182022242628
Y= 14 km Y= 14 km Y= 14 km
Utara - Selatan Utara - Selatan Utara - Selatan
1 1 1

0 0 0
kedalaman (km)
kedalaman (km)

kedalaman (km)

-1 -1 -1

-2 -2 -2

-3 -3 -3

-4 -4 -4

-5 -5 -5
0 2 4 6 8 1012 14 1618 20 2224 26 28 0 2 4 6 8 10 12 1416 1820 2224 26 28 0 2 4 6 8 10 12 1416 18 20 22 24 26 28
Barat - Timur Barat - Timur Barat - Timur
X= 8 km X= 8 km X= 8 km

1 1 1
Gambar 6 dan Gambar 7 menunjukan
0 0 0
histogram distribusi dt (delay time) yang

kedalaman (km)
kedalaman (km)
kedalaman (km)

-1 -1 -1

-2 -2 -2 merupakan input data untuk proses inversi


-3 -3 -3

-4 -4 -4
tomografi dan plot nilai error RMS terhadap
-5
0 2 4 6 8 10121416182022242628
Utara - Selatan
-5
0 2 4 6 8 10121416182022242628
Utara - Selatan
-5
0 2 4 6 8 10121416182022242628
Utara - Selatan
jumlah iterasi pada saat proses inversi
X= 10 km X= 10 km X= 10 km tomografi untuk gelombang P dan S, dimana
1 1 1

0 0 0 terlihat bahwa proses iterasi terhenti pada

kedalaman (km)
kedalaman (km)

kedalaman (km)

-1

-2
-1

-2
-1

-2
iterasi ke-13.
-3 -3 -3

-4 -4 -4

-5 -5 -5
0 2 4 6 8 10121416182022242628 0 2 4 6 8 10121416182022242628 0 2 4 6 8 10121416182022242628 Relative RMS Error Distribusi Delta t
Utara - Selatan Utara - Selatan Utara - Selatan 1.3 120
1.2

1.1 100

1
X= 12 km X= 12 km X= 12 km 80

Banyaknya Data
0.9

Error (s)
1 1 1 0.8 60
0.7
0 0 0 0.6
40
kedalaman (km)
kedalaman (km)

kedalaman (km)

0.5
-1 -1 -1 20
0.4

-2 -2 -2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
-1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2
Jumlah Iterasi Delta t (s)

-3 -3 -3

-4 -4 -4 Gambar 4.19 (a) Plot error RMS terhadap


-5
0 2 4 6 8 10121416182022242628
Utara - Selatan
-5
0 2 4 6 8 10121416182022242628
Utara - Selatan
-5
0 2 4 6 8 10121416182022242628
Utara - Selatan
jumlah iterasi pada saat proses inverse
X= 14 km X= 14 km X= 14 km tomografi Vp,
1 1 1

0 0 0
(b) Histogram distribusi dt (delay time)
kedalaman (km)
kedalaman (km)

kedalaman (km)

-1 -1 -1

-2 -2 -2

-3 -3 -3 Relative RMS Error Distribusi Delta t


2.6 160
-4 -4 -4 MSL = 0 m 2.4
140
2.2
-5 -5 120
-5 2
0 2 4 6 8 10121416182022242628 0 2 4 6 8 10121416182022242628 0 2 4 6 8 10121416182022242628
Utara - Selatan 1.8 Banyaknya Data 100
Utara - Selatan Utara - Selatan
Error (s)

1.6 80
1.4
60
1.2
40
1

0.8 20

0
2 4 6 8 10 12 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
Jumlah Iterasi Delta t (s)

Gambar 4.28 Tomogram vertikal perturbasi Gambar 4.25 (a) Plot error RMS terhadap
kecepatan (Vp), (Vs), dan rasio Vp/Vs pada jumlah iterasi pada saat proses inverse
penampang Utara – Selatan, X=4 km, X=6 tomografi Vs, (b) Histogram distribusi dt
km, X=8 km, X=10 km, X=12 km, dan X=14 (delay time)
km. Struktur Vp dan Vs di plot dalam 46
persen perturbasi relatif terhadap model
awal 1D, sedangkan struktur rasio Vp/Vs di Gambar 6. (1) Plot error RMS terhadap
plot dalam nilai absolut. Warna biru jumlah iterasi pada saat proses inversi
anomali positif Vp dan Vs sedangkan warna tomografi Vp, (2) Histogram distribusi dt
merah untuk anomali negatif Vp dan Vs. (delay time) Gambar 7. (1) Plot error RMS
Sebaliknya, nilai rasio Vp/Vs yang tinggi terhadap jumlah iterasi pada saat proses
ditunjukkan oleh warna biru dan rendah inversi tomografi Vs, (2) Histogram
oleh warna merah. distribusi dt (delay time).
Setelah diperoleh struktur kecepatan hasil (Vp) dan gelombang S (Vs) yang berkisar
inverse untuk gelombang P dan gelombang pada 10%-15% dan nilai rasio Vp/Vs pada
S, selanjutnya dilakukan perhitungan nilai 1.7 – 1.9 km/sec di kedalaman +0.5 – -1.5
rasio Vp/Vs. Nilai rasio ini kemudian km terhadap MSL (Gambar 4.26) dapat
digunakan dalam analisis terhadap data Vp, diinterpretasikan bahwa pada kedalaman
Vs, dan rasio Vp/Vs untuk dapat melakukan tersebut terdapat lapisan anomali kecepatan
interpretasi kondisi lapangan geotermal “X”. rendah yang kemungkinan berasosiasi
Gambar 3-5 menunjukkan hasil dengan gas-saturated rock. Lapisan anomali
perhitungan nilai rasio Vp/Vs secara berupa batuan gas-saturated ini dapat
keseluruhan cukup bervariasi antara 1.6 diidentifikasi sebagai reservoir lapangan
hingga 2.4 baik pada penampang horizontal geotermal “X”. Hal ini sejalan dengan salah
maupun vertikal, arah Barat – Timur dan satu sumber penelitian yang menyatakan
arah Utara – Selatan. Pada kedalaman 1 – 3 bahwa reservoir pada area geothermal ini
km rasio Vp/Vs menunjukkan nilai yang terletak pada kedalaman sekitar 544 m
cukup tinggi antara 1.7 hingga 1.9. sampai 1700 m dari titik referensi (titik
referensi berada 1100 m di atas MSL (MSL
Analisis berada pada 0 m) atau dengan kata lain
Keberadaan zona dengan temperatur tinggi reservoir berada mulai dari 556 m di atas
pada lapisan bawah permukaan memberikan MSL sampai 1200 m di bawah MSL.
pengaruh yang bervariasi pada nilai Vp dan
Vs. Pada keadaan gas-saturated rock baik Lapisan yang diidentifikasi sebagai
Vp maupun Vs cenderung menurun dengan kemungkinan reservoir ini berada pada 8 km
penurunan nilai Vp yang cenderung lebih
hingga 18 km arah Barat–Timur (Gambar
signifikan dibanding dengan nilai Vs
4.27) dan 4 km hingga 14 km arah Utara–
sehingga nilai rasio Vp/Vs cenderung kecil
Selatan (Gambar 4.28), dengan kedalaman
(Wang, 1990). Pada keadaan water-
pada +0.5 km – -1.5 km terhadap MSL
saturated rock nilai Vp dan Vs akan
(Gambar 4.26). Sedangkan adanya anomali
cenderung menurun pula. Namun pada
tinggi yang menyertainya, dapat
kondisi ini, penurunan nilai Vp cenderung
diidentifikasikan sebagai cap rock.
lebih kecil dibandingkan pada gas-saturated
rock sehingga nilai rasio Vp/Vs cenderung
lebih tinggi (Wang, 1990; Baris, 2005). DAFTAR PUSTAKA
Sementara itu, pada batuan yang berasosiasi Budak, B., 2004, Reservoir Simulation of
Balcova Geothermal Field,
dengan partial melting, baik nilai Vp dan Vs
Dissertation,Izmir Institute of
akan cenderung menurun namun dengan Technology, Turkey
penurunan nilai Vs yang jauh lebih
signifikan. Pada kasus ini, nilai rasio Vp/Vs Faul, A., 2012, Pemodelan Dinamika
cenderung akan lebih tinggi (Takei, 2002). Massa Reservoir Panas Bumi
Menggunakan Metode 4D
Berdasarkan penjelasan tersebut maka Microgravity, Jurnal Sains Dan Seni
penurunan nilai kecepatan gelombang P
Pomits, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS), Surabaya.

Grandis, H., 2009, Pengantar Pemodelan


Inversi Geofisika, Himpunan Ahli
Geofisika Indonesia (HAGI), Jakarta.

Hikmah, Nurul., 2013, Tomografi Seismik 3-


D Untuk Lapangan Geotermal “NH”
Tugas Akhir, Program Studi Teknik
Geofisika, Fakultas Teknik
Pertambangan dan Perminyakan,
ITB, Bandung.

Kamah, Muh. Yustin. 2006. Laporan


Periodik Monitoring Gempa Mikro (MEQ).
PT. PERTAMINA (PERSERO) Area
Geothermal Kamojang. Bandung.

Monalia, P., 2011, Analisis Model


Kecepatan Berdasarkan Tomografi Waktu
Tempuh, FMIPA UI, Jakarta.

Um, J. and Thurber, C., 1987, A Fast


Algorithm for Two-Point Seismic
Ray Racing, Bull. Seism. Soc. Am.
77, 972-986.

Wang, Z., M. L. Batze, A. M. Nur., 1990,


Effect of Different Pore Fluids on
Seismic Velocities in Rock, Can. J.
Explor. Geophys., Vol. 26 NOS. 1 &
2, P 104-112.

Widiyantoro, S., 2000, Tomografi Geofisika


(Diktat Kuliah GF 435), Departemen
Geofisika dan Meteorologi, FIKTM,
ITB, Bandung.

Zandomeneghi, D, 2007, Passive and Active


Seismic Tomography of Volcanic Sao
Miguel (Portugal) and Deception
(Antartica), Disertasi Doktor,
University of Granada, Granada.

Anda mungkin juga menyukai