Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENGERTIAN

Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat,
pelayanan medik dan non medik yang dalam melakukan proses kegiatannya tidak terpisahkan
dari penggunaan bahan berbahaya. Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik
dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan
hidup secara langsung atau tidak langsung dan mempunyai sifat racun (toksisitas), karsinogenik,
teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi. Pengelolaan bahan berbahaya di rumah sakit adalah
rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan sampai
pendistribusian bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya di rumah sakit.
Banyak kasus terkait bahan berbahaya terjadi di rumah sakit, kasus tersebut umumnya
berkaitan dengan kesalahan manusia ketika menangani atau kontak dengan bahan berbahaya
tersebut mulai dari penerimaan, penyimpanan, pendistrbusian, pemakaian sampai penanganan
limbahnya serta penatalaksanaan jika terjadi kontaminasi/paparan/tumpahan.Pengelolaan bahan
berbahaya dan limbahnya yang tidak baik untuk memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan
penularan penyakit.Dalam mengantisipasi kemungkinan bahaya atau resiko kecelakaan atau
keracunan akibat bahan berbahaya, maka sangat perlu dibutuhkan kemampuan SDM yang
berkualitas dan memahami tugas dan fungsinya terutama dalam mengelola bahan berbahaya.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Adapun ruang lingkup panduan bahan berbahaya antara :


A. Hubungan koordinasi pengelolaan Bahan berbahaya
B. Identifikasi bahan berbahaya
C. Perencanaan bahan berbahaya
D. Pengadaan bahan berbahaya
E. Penerimaan bahan berbahaya
F. Pendistribusian bahan berbahaya
G. Penggunaan dan penanganan bahan berbahaya
H. Penyimpanan dan penanganan bahan berbahaya dan limbahnya
I. Pembuangan bahan berbahaya dan limbahnya
J. Peralatan minimal untuk penanganan bahan berbahaya
K. Prosedur penanganan tumpahan bahan bahan berbahaya
L. Material safety data sheet (MSDS)
M. Limbah bahan berbahaya dan beracun
N. Label untuk bahan berbahaya di laboratorium dan radiologi
O. Metode pelaporan insiden

2
BAB III
TATA LAKSANA

A. Hubungan koordinasi pengelolaan Bahan berbahaya


a. Direktur
 Menetapkan kebijakan organisasi peraturan dan pelaksanaan terkait bahan
berbahaya di RS. Gunung Maria Tomohon.
 Menetapkan, mensupport dan menjamin Manajemen Plant Bahan Berbahaya dan
limbah bahan berbahaya.
 Menetapkan waktu pelaksanaan evaluasi program dan memberikan tanggapan
rekomendasi dan tindak lanjutnya.
 Memastikan keamanan bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya di RS.
Gunung Maria Tomohon.
b. Wadir medis
 Mengevaluasi Manajemen Plan bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya.
 Meriview kriteria dan daftar bahan berbahaya sesuai peraturan dan hukum yang
berlaku untuk identifikasi dan evaluasi bahan berbahaya yang digunakan untuk
satuan kerja.
c. Panitia K3
 Membuat rencana kerja pengelolaan bahan berbahaya.
 Memastikan semua karyawan, pasien, pengunjung dan pihak ketiga memahami
kebijakan terkait bahan berbahaya.
 Menyiapkan laporan KAK (kecelakaan akibat kerja) dan PAK (penyakit Akibat
Kerja) akibat bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya.
 Memastikan dilakukan identfikasi terhadap aspek bahan berbahaya dan
memastikan tingkat pentingnya serta mekanisme pengendalinannya.

3
 Berkoordinasi dengan Penanggung Jawab Gedung mengenai monitoring dan
evaluasi serta insiden terkait pengelolaan bahan berbahaya dan limbah bahan
berbahaya.
 Menyiapkan, mensosialisasikan dan mendistribusikan Material Safety Data Sheet
(MSDS) seluruh bahan berbahaya yang digunakan di rumah sakit.
 Mengidentifikasi potensial bahaya.
 Memberikan pendidikan dan training terkait bahan berbahaya dan limbah bahan
berbahaya kepada seluruh satuan kerja rumah sakit.
 Melakukan investigasi insiden bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya.
d. Kepala Bagian Kes-Ling
 Berkoordinasi dengan kepala panitia K3 terkait limbah bahan berbahaya di rumah
sakit.
 Menyimpan sementara limbah bahan berbahaya sebelum dilakukan pemusnahan .
 Pengelolaan limbah bahan berbahaya yang ada di rumah sakit.
e. Kepala Instansi Farmasi
 Bertanggung jawab terhadap pengadaan bahan berbahaya di instalasi/bagian
sesuai prosedur dan ketentuan hukum/peraturan/perundangan yang berlaku.
 Mengkaji perencanaan kebutuhan bahan berbahaya
 Membuat dan mengajukan perencanaan kebutuhan bahan berbahaya di instalasi
farmasi.
 Memastikan pengelolaan bahan berbahaya di instalasi farmasi sesuai prosedur.
 Mendistribusikan bahan berbahaya keseluruh satuan kerja yang membutuhkan
sesuai prosedur.
 Memastikan adanya MSDS dari bahan berbahaya yang dipergunakan dan spill kit
apabila terjadi tumpahan bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya.
 Membuat laporan setiap adanya insiden (KAK dan PAK) dan potensial bahaya di
instalasi farmasi terkait bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya kepada
Komite K3.
 Berkoordinasi dengan IGD setiap ada KAK dan PAK di instalasi farmasi untuk
segera diberikan pertolongan.

4
 Mengirimkan obat rusak dan kadaluarsa (terutama obat kanker) ke bagian
Keslinguntuk dilakukan pemusnahan.
 Mampu memberikan briefing dan training bahan berbahaya dan limbah bahan
berbahaya untuk staff di instalasi farmasi.
f. Kepala Instalasi laboratorium
 Bertanggung jawab terhadap pengadaan bahan berbahaya di instalasi/bagian
sesuai prosedur dan ketentuan hukum/peraturan/perundangan yang berlaku.
 Mengkaji perencanaan kebutuhan bahan berbahaya
 Mematuhi peraturan dan ketetapan rumah sakit terkait pengelolaan bahan
berbahaya dan limbah bahan berbahaya.
 Memastikan pengelolaan bahan berbahaya di Instalasi Laboratorium sesuai
prosedur.
 Memastikan sarana, lingkungan dan aktivitas kerja dalam kondisi aman.
 Membuat perencanaan dan melakukan permintaan kebutuhan bahan berbahaya
 Memastikan adanya MSDS dari bahan berbahaya yang dipergunakan dan spill kit
apabila terjadi tumpahan bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya.
 Mengirimkan limbah bahan berbahaya ke Bagian Kesling untuk proses
selanjutnya.
 Membuat laporan setiap adanya insiden (KAK dan PAK) dan potensial bahaya di
satuan kerja terkait bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya kepada Komite
K3.
 Berkoordinasi dengan IGD setiap ada KAK dan PAK untuk segera diberikan
pertolongan.
 Mampu memberikan briefing dan training terkait bahan berbahaya dan limbah
bahan berbahaya di area masing-masing.
g. Kepala Rajal/Ranap/Instalasi
 Mematuhi peraturan dan ketetapan rumah sakit terkait pengelolaan bahan
berbahaya dan limbah bahan berbahaya.
 Memastikan pengelolaan bahan berbahaya di Rajal/Ranap/Instalasi sesuai
prosedur.

5
 Memastikan sarana, lingkungan dan aktivitas kerja dalam kondisi aman.
 Membuat perencanaan dan melakukan permintaan kebutuhan bahan berbahaya ke
Instalasi Farmasi, logistik dan bagian umum.
 Memastikan adanya MSDS dari bahan berbahaya yang dipergunakan dan spill kit
apabila terjadi tumpahan bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya.
 Mengirimkan limbah bahan berbahaya ke Instalasi sanitasi untuk proses
selanjutnya.
 Membuat laporan setiap adanya insiden (KAK dan PAK) dan potensial bahaya di
satuan kerja terkait bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya kepada Komite
K3.
 Berkoordinasi dengan IGD setiap ada KAK dan PAK untuk segera diberikan
pertolongan.
 Mampu memberikan briefing dan training terkait bahan berbahaya dan limbahh
bahan berbahaya di area masing-masing.
h. Kepala logistik
 Membuat dan mengajukan perencanaan kebutuhan bahan berbahaya non medis.
 Memastikan pengelolaan bahan berbahaya sesuai prosedur.
 Mendistribusikan bahan berbahaya keseluruh satuan kerja yang membutuhkan
sesuai prosedur.
 Mengadakan wadah limbah bahan berbahaya.
 Mengadakan spill kit yang diperlukan di rumah sakit
 Memastikan adanya MSDS dari abahan berbahaya yang dipergunakan dan split kit
apabila terjadi tumpahan bahana bebahaya dan limbah bahan berbahaya.
 Membuat laporan setiap adanya insiden (KAK dan PAK) dan potensial bahaya
kepada komite K3.
 Berkoordinasi dengan IGD setiap ada KAK dan PAK di IPSRS untuk segera
diberikan pertolongan.
i. Kepala Bagian Pendidikan dan Penelitian

6
Bertanggung jawab mengadakan pendidikan dan pelatihan bahan berbahaya dan
limbah bahan berbahaya bagi staf berkoordinasi dengan komite K3, Bagian Kesling,
laboratorium dan Instalasi Farmasi.
j. Semua Staf Yang Bekerja Dengan Bahan Berbahaya Dan Limbah Bahan Berbahaya.
 Menerapkan pengelolaan/penanganan (penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, penggunaan) bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya di
satuan kerja masing-masing yangbsesuai prosedur.
 Melaporkan setiap KAK dan PAK yang terjadi kepada Ka Satuan kerja atau pada
Penanggung jawab untuk segera ditolong dan dibuat laporan kejadian.
k. Pihak ketiga/Vendor
Mematuhi perjanjian kerja sama yang dibuat dengan RS. Gunung Maria mengenai
kerja sama yang dilakukan terkait pengelolaan bahan berbahaya dan limbah bahan
berbahaya.

B. Identifikasi bahan berbahaya


Bahan berbahaya dan limbahnya yang ada di rumah sakit meliputi bahan kimia, obat
kemoterapi/obat kanker, bahan radioaktif, gas berbahaya/gas medis dan non medis serta
bahan berbahaya lain sesuai ketentuan yang berlaku.

BAHAN BERBAHAYA BAGIAN FARMASI


No NAMA BAHAN SATUAN KERJA PEMAKAI KETERANGAN
A BAHAN BERBAHAYA MEDIS DARI I. FARMASI ANTISEPTIK DAN DISINFEKTAN
1 Alkohol 95 % Laboratrium & PA
Alkohol 70 % IRNA, IRJ, IGD, , Laboratorium,
2
Radiologi
3 Formalin Farmasi, kamar jenazah
4 Natrium Hipoklorida Seluruh IRNA, IRJ, IGD
6 Povidone lodine Farmasi, IRNA, IRJ, IBS, IGD
7 Cidex ℗ Opa Solution IRD, IBS, IP2K

8 Presept Disinfectan Tablet IBS, Catlhab, OK Minor


11 Hidrogen Peroksida (H2O2) Seluruh IRNA dan RJ
12 Lysol/Karbol Farmasi, IRNA, IRJ, IGD, IBS, Instalasi

7
Obat high alert 49 jenis obat

14 Obat-obat Kemoterapi Farmasi 47 jenis obat


REAGENSIA
15 Reagensia untuk Lab dan Farmasi Farmasi, Laboratorium dan Patologi
24 Asam Asetat Farmasi
26 Asam Sitrat Farmasi
Gas Medis (O2, N2, CO2, Acetylen, Rawat Inap & Rawat Jalan, IBS, IGD
29
N2O)
B BAHAN BERBAHAYA NON MEDIS RUMAH TANGGA
1 Developer/Fixer Film Dental Radiologi, IGD
2 Solar/Diesel Fuel Sarana prasarana, Gizi,
3 Freon (bahan pendingin) Sarana prasarana,
4 Chemical NAJCO (untuk biler) Sarana prasarana,, Gizi, ISSB
5 Air ACCU Rumah Tangga IPSRS
6 Oli/Oil Lubricant Rumah Tangga, IPSRS, ISP, IRM, ISSB
7 Emulsifier ISP
8 Desinfektan Linen ISSB
10 Cholor Bleach ISSB
11 Cidezime/Detergent Enzimatic ISSB
13 Detergent ISP, ISSB, Seluruh RS
15 Foamy Hand Soap ISP, Seluruh RS
16 Rugbee Shampo ISP
17 Magic Galass ISP
18 Forward ISP
19 Floor Kleen ISP
20 Marble Kleen ISP
21 Waxtrip ISP
22 Hygenic ISP
23 Gas Elpiji Rumah Tangga, Gizi, Kantor Direksi

DAFTAR REAGEN LABORATORIUM

NO NAMA REAGEN SUHU PENYIMPANAN KETERSEDIAAN

REAGEN ESENSIAL

8
2⁰C- 8⁰C
1 ADA

SGOT / ALAT

2⁰C- 8⁰C
2 ADA

SGPT / ASAT

2⁰C- 8⁰C
3 UREUM ADA

2⁰C- 8⁰C
4 CREATININ ADA

2⁰C- 8⁰C
5 GLUKOSA ADA

2⁰C- 25⁰C
6 Cell Pack ADA

9
Stromatoliser

2⁰C- 25⁰C
7 ADA

REAGEN NON ESENSIAL

2⁰C- 8⁰C
6 ADA

ALBUMIN TRX

2⁰C- 8⁰C
7 ADA

ALKALINE PHOSPHATASE

2⁰C- 8⁰C
8 ADA

BILIRUBIN DIRECT

2⁰C- 8⁰C
9 ADA

BILIRUBIN TOTAL

10
2⁰C- 8⁰C
10 ADA

BIOCALTRX

2⁰C- 8⁰C
11 ADA

BIOCAL HDL/LDL

2⁰C- 8⁰C
12 ADA

BIONORM ASSAYED

2⁰C- 8⁰C
13 ADA

BIONORM L TRX

2⁰C- 8⁰C
14 ADA

CALCIUM CLORIDA

2⁰C- 8⁰C
15 ADA

CHOLESTEROL TRX

11
2⁰C- 8⁰C
16 ADA
CHOLESTEROL HDL
DIRECT

2⁰C- 8⁰C
17 ADA
CHOLESTEROL LDL
DIRECT

2⁰C- 8⁰C
18 ADA

CONTROL HBA1C
CONTROL PLASMA
NORMAL 2⁰C- 8⁰C
19 ADA

2⁰C- 8⁰C
20 ADA

EIGHT CHECK

2⁰C- 8⁰C
21 ADA

GAMMA GT

12
2⁰C- 8⁰C
22 ADA

TRIGLISERIDA

2⁰C- 8⁰C
23 ADA

UNIVERSAL CONTROL

2⁰C- 8⁰C
24 ADA

URID ACID

2⁰C- 8⁰C
25 ADA

URITROL 3 LV 5

2⁰C- 8⁰C
26 ADA

INNOVIN

2⁰C- 8⁰C
27 ADA

SS01

13
2⁰C- 8⁰C
28 ADA

SS02

2⁰C- 8⁰C
29 ADA

SS03

2⁰C- 8⁰C
30 ADA

SS04

2⁰C- 8⁰C
31 ADA

SS09

2⁰C- 8⁰C
32 ADA

SS11

2⁰C- 8⁰C
33 ADA

SS12

14
2⁰C- 8⁰C
34 ADA

SS13
CK-MB

2⁰C- 8⁰C
35 ADA

D-Dimer

2⁰C- 8⁰C
36 ADA

Troponin T

2⁰C- 8⁰C
37 ADA

38 AFP 4o C - 30°C ADA

39 CEA 4o C - 30°C ADA

40 Hba1C 4o C - 30°C ADA


Dengue NS 1

2⁰C- 30⁰C
41 ADA

15
Dengue IgG / IgM

2⁰C- 30⁰C
42 ADA

HbsAB

2⁰C- 30⁰C
43 ADA

Hbsag

1⁰C- 30⁰C
44 ADA

Anti HCV

2⁰C- 30⁰C
45 ADA

Anti HIV

2⁰C- 30⁰C
46 ADA

47 New Tubex TF 2-8 ADA


Syphilis Device

2⁰C- 30⁰C
48 ADA

16
Tuberculosis Card

2⁰C- 30⁰C
49 ADA

Vidas FT4

2⁰C- 30⁰C
50 ADA

Vidas Tshs

2⁰C- 30⁰C
51 ADA

Malaria Comco Antigen

2⁰C- 30⁰C
52 ADA

Catridgen PSA

4⁰C- 30⁰C
53 ADA

Accu Chek Performa

2⁰C- 30⁰C
54 ADA

17
Alkaline Washing

15⁰C- 25⁰C
55 ADA

Acidic Washing

15⁰C- 25⁰C
56 ADA

Caretium Pack

5⁰C- 25⁰C
57 ADA

Multi Drug

2⁰C- 30⁰C
58 ADA

Uriscan

2⁰C- 30⁰C
59 ADA

Na Conditioner 100 ml
(caretium) 5⁰C- 35⁰C
60 ADA

18
De protein (caretium)

5⁰C- 35⁰C
61 ADA

Ziehl Neelsen

25⁰C- 30⁰C
62 ADA

DAFTAR BAHAN BERBAHAYA HEMAODIALIS


1. Bicarbonat Cair
2. Acid cair

C. Perencanaan bahan berbahaya


Perencanaan kebutuhan bahan berbahaya medis dibuat oleh Kepala Instalasi Farmasi,
Radiologi dan bahan berbahaya non medis dibuat oleh bagian Logistik berdasarkan
permintaan dari satuan kerja, mutu dan harga produk, pemakaian bulan sebelumnya, sisa
yang ada digudang, serta dana yang tersedia.
Perencanaan kebutuhan dibuat pertengahan bulan untuk kebutuhan 1 (satu) bulan
kedepan.
Untuk perencanaan kebutuhan bahan berbahaya medis dimintakan izin pronsip ke wadir
medis, kemudian diajukan ke bagiankeuangan untuk persetujuan anggaran dan
persetujuan ke Direktur sebagai Kuasa Pemegang Anggaran. Setelah disetujui oleh
direktur kemudian kebutuhan bahan berbahaya dilakukan pemesanan kepada pihak
ketiga yang telah melakukan kerjsama dengan rumah sakit .

D. Pengadaan bahan berbahaya

19
Pengadaan bahan berbahaya dilakukan oleh bagian pengadaan instalasi/bagian
berdasarkan rencana kebutuhan dari instalasi terkait.
Pemesanan bahan berbahaya dilakukan kepada distributor terdaftar bahan berbahaya
yang telah mendapat izin dari Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian
Perdagangan dan mendapat penunjukan dari Produsen Bahan Berbahaya untuk
menyalurkan secara langsung kepada pengguna akhir atau pengecer terdaftar. Distributor
harus memiliki SIUP bahan berbahaya.
Bagian pengadaan instalsi/bagian membuat surat pesanan untuk bahan berbahaya medis
yang disetujui oleh kepala instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk dan surat
pesanan untuk bahan berbahaya non medis yang disetujui Ka. Sub/Bagian yang
mengajukan permintaan bahan berbahaya tersebut. Surat pesan ditandatangani oleh Ka.
Unit yang meminta.
Surat pesanan bahan berbahaya medis yang diserahkan kepada distributor disertai
form/lembar permintaan MSDS.
Untuk pengadaan bahan berbahaya yang sifatnya segera (CITO), bagian pengadaan dapat
melakukan pemesanan segera diluar perencanaan atas permintaan gudang farmasi sesuai
dengan prosedur.

E. Penerimaan bahan berbahaya


a. Barang yang datang akan diterima oleh bagian Penerima Barang Medis/Non Medis.
b. Bahan berbahaya yang dterima harus memenuhi kualifikasi waktu kadaluarsa
(minimal 2 tahun), dan harus disertai dengan MSDS untuk masing-masing bahan
berbahaya.
c. MSDS yang diberikan antara lain :
1. Identifikasi produk dan perusahaan
2. Komposisi dan informasi masing-masing bahan terkandung.
3. Identifikasi Hazard (bahan berbahaya).
4. Pertolongan pertama apabila terpapar.
5. Pertolongan pertama apabila timbul api.
6. Pertolongan apabila terjadi kecelakaan.

20
7. Penanganan dan penyimpanan.
8. Perlindungan diri.
9. Sifat fisika dan kimia.
10. Stabilitas.
11. Informasi toksikologi
12. Informasi Ekologi.
13. Pembuangan.
14. Informasi transportasi.
15. Informasi regulasi.
16. Informasi lain yang diperlukan.
d. Bagian Penerima Barang Medis/Non Medis akan mencocokkan bahan berbahaya
yang diterima dengan surat pesanan dan faktur/surat jalan (dokumen penerimaan) dan
membubuhkan tanda tangan penerimaan barang pada faktur/sura jalan tersebut.
e. Bagian Penerima Barang Medis/Non Medis akan melakukan serah terima barang
dengan gudang farmasi/laboratorium/logistik
f. Gudang mencocokkan barang yang diterima dengan dokumen penerimaan dan surat
pesan, membubuhkan tanda tangan dan melakukan penyimpanan barang.
g. Bila waktu kadaluarsa <2 tahun dan tidak memiliki MSDS maka dikembalikan lagi
ke ULP untuk diproses ulang.

F. Pendistribusian bahan berbahaya


a. Pendistribusian bahan berbahaya dilakukan sesuai permintaan/kebutuhan bagian /unit
menggunakan formulir permintaan barang.
b. Pendistribusian bahan berbahaya dilakukan dengan sistem Floor Stock dimana bahan
berbahaya selanjutnya akan dikelola oleh satuan kerja yang menggunakan.
c. Pendistribusian bahan berbahaya disertai pemberian informasi dan MSDS kepada
bagian/unit dan apabila ada masalah dalam penanganannya bisa menghubungi
Pelayanan Informasi Instalasi farmasidan logistik

G. Penggunaan dan penanganan bahan berbahaya

21
a. Penggunaan dan penanganan bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya harus
sesuai prosedur untuk masing-masing bahan berbahaya.
b. Ventilasi yang benar dan pengadaan exhaust mengurangi petugas dari paparan
kontaminan yang ada diudara.
c. Petugas yang bekerja dengan bahan berbahaya dan limbahnya harus menggunakan
alat pelindung diri (APD) selama bekerja sesuai yang tercantum di MSDS bahan
berbahaya.
d. Gunakan bahan berbahaya secukupnya, jangan berlebihan yang menyebabkan bersisa.
e. Petugas yang bekerja dengan bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya harus
ditraining tentang bahan berbahaya dan penggunaan MSDS
f. Bila penggunaan pada transisi shift jaga, maka tiap serahterima tanggung jawab
dilakukan sebaik-baiknya. Laporkan situasi kondisi kerja lebih-lebih yang tidak
aman.
g. Bila selesai, amankan dan bersihkan alat-alat kerja, lingkungan kerja, wadah sisa
bahan berbahaya hingga aman.
h. Lakukan P3K bila ada kecelekaan dan penanganan lebih lanjut

H. Penyimpanan dan penanganan bahan bernahaya dan limbahnya


a. Penyimpanan bahan berbahaya akan dilakukan digudang khusus untuk bahan
berbahaya dan diberi label bertulis nama bahan, tanggal masuk dan tanda
khusus/simbol bahan berbahaya. Label bahan berbahaya dijaga tidak boleh rusak
menyebabkan tidak terbaca karena dapat terjadi kecelakaan.
b. Letakkan bahan sesuai ketentuan pada ruang sesuai petunjuk, bahan berbahaya
mudah terbakar seperti alkohol, formalin, Eter dan lain-lain disimpan dalam gudang
tahan api.
c. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di tempat yang sama. Bahan
berbahaya disimpan bersama dengan bahan berbahaya yang sifatnya sama, seperti
mudah terbakar dengan mudah terbakar.

22
d. Bahan berbahaya yang dipindahkan ke wadah lain harus diberi label, kecuali habis
pakai dalam satu hari. Label bertulis nama/isi, sifat tanggal diterima dan kalau ada
tanggal kadaluarsa dari bahan berbahaya.
e. Jangan menyimpan bahan berbahaya melebihi pandangan mata, hindari menyimpan
di rak bagian paling atas dan dibawah bak cuci.
f. Pastikan bekerja dengan aman, menggunakan APD yang sesuai, sesuai prosedur
dalam pengambilan dan penempatan bahan, hindari terjadinya
tumpahan/bocor/pecahnya botol.
g. Penempatan APAR dekat lokasi dimana bahan berbahaya disimpan atau digunakan
serta penempatan petugas terlatih tentang cara penggunaan bahan berbahaya.
h. Penyimpanan bahan berbahaya dilakukan dengan memperhatikan syarat-syarat
penyimpanan sesuai dengan MSDS (Msterial Safety Data Sheet) yang diletakkan
dekat bahan berbahaya.
i. Dilarang merokok diarea peyimpanan bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya
dan dipasang tanda “Dilarang Merokok”.
j. Perhatian dan segera diperbaiki apabila ada :
 Kerusakan pada tempat penyimpanan
 Ada tumpahan
 Suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin
 Tidak ada label penting untuk bahan berbahaya
 Cahaya yang kurang atau tidak ada cahaya
 Sampah yang menumpuk
 Cara penyimpanan bahan berbahaya yang tidak betul

I. Pembuangan bahan berbahaya dan limbahnya


a. Membuang bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya dengan aman akan
mencegah lingkungan yang tidak sehat dan berbahaya.
b. Jangan membuang bahan berbahaya atau limbah bahan berbahaya ke tempat bak
cucian, saluran air/selokan, ketanah atau kedalam sampah. Wadah limbah bahan

23
berbahaya harus compatible, limbah tidak boleh bereaksi dengan wadah dan tidak
boleh mengkorosif wadah.
c. Wadah tempat limbah bahan berbahaya harus diberi label bertuliskan “Limbah Bahan
Berbahaya”
d. Wadah limbah bahan berbahaya harus selalu tertutup dan tidak boleh diisi sampai
penuh untuk mencegah tumpah.
e. Diserahkan ke bagian kesehatan lingkungan untuk disimpan di TPS limbah B3
f. Limbah bahan berbahaya harus dipisah sesuai dengan sifatnya dan tidak boleh
dicampur (mudah terbakar, korosif, oksidator, dan lain-lain).
g. Pemusnahan dilakukan dengan pihak ketiga yang memiliki ijin dari kementrian
lingkungan hidup

J. Peralatan minimal untuk penanganan bahan berbahaya


Penggunaan exhaust fan dan ventilasi yang memenuhi persyaratan keamanan akan
melindungi petugas dari paparan yang ada diudara. Alat Pelindung Diri (APD) seperti
kacamata pengaman, pelindung pendengaran, sarung tangan (gloves), respirator, masker,
dan lain-lain.APD harus tersedia dan digunakan sesuai rekomendasi pabrik bahan
berbahaya dan MSDS bahan berbahaya.

K. Prosedur penanganan tumpahan dan kontaminasi bahan bahan berbahaya


Tumpahan bahan berbahaya dapat ditangani dengan baik apabila telah disiapkan semua
yang diperlukan dan diketahui dengan baik :
 Lokasi terjadi tumpahan
 Jumlah materi yang tumpah
 Sifat kimia dan fisika dari bahan yang tumpah
 Sifat berbahaya dari bahan yang tumpah
 APD yang diperlukan
 Tempat diletakkan spill kit

24
MSDS dan Spill Kit harus diletakkan ditempat yang mudah dilihat dan mudah segera
diperoleh. Setiap orang harus mengetahui keberadaan MSDS dan spill kit. Pastikan
spill kit masih terisi lengkap dan dalam kondisi yang baik.
 Petugas yang bekerja dengan bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya harus
diberikan pelatihan/training bagaimana bekerja dengan bahan berbahaya dan
bagaimana menangani apabila terpapar atau terjadi tumpahan bahan berbahaya dan
limbah bahan berbahaya spesifik dengan tempat dimana dia bekerja.
Bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya yang tumapaham atau tercecer harus
dibersihkan dengan menggunakan spill kit.
KIT berisi :
 Zat penetralisir seperti Natrium karbonat atau Natrium bikarbonat atau Natrium
bisulfit
 Abserbon seperti bantal atau tanggul, kertas tissue, lap atau busa
 Sekop, pel, baju pelindung disposable dan wadah menampung bahan yang
tumpah.
Alat-alat dan bahan yang telah dipergunakan untuk membersihkan tumpahan bahan
berbahaya dan limbah bahan berbahaya juga dianggap dan diperlakukan sebagai
limbah bahan berbahaya.
Tipe spill kit yang harus tersedia di rumah sakit :
a. ”cytotoxic spill kit” terdiri dari :
 Gaun pelindung
 Gloves
 Masker penutup wajah (face shilds) dan kaca mata pelindung (googles)
 Sepatu pelindung (rubber shoes cover protective) atau sepatu boot
 Air bersih
 Kantong plastik warna kuning
 Sekop dan pengikis
 Wadah limbah benda tajam
 Tissue kertas absorben atau bahan katun bekas
 Larutan deterjen

25
 Tanda bahaya dan isolasi (yellow tape) untuk mengkarantina daerah
berbahaya (dengan spill sock dan spill pillows)
b. “infectious spill kit” terdiri dari :
 Gaun pelindung
 Gloves
 Masker penutup wajah (face shields) dan mata (googles)
 Sepatu pelindung (rubber shoes cover protective) atau sepatu boot
 Air bersih
 Desinfektan cair
 Kantong plastik warna kuning
 Sekop dan pengikis
 Wadah limbah benda tajam
 Tissue kertas absorben atau bahan katun bekas
 Larutan deterjen
 Tanda bahaya dan isolasi (yellow tape) untuk mengkarantina daerah
berbahaya (dengan spill sock dan spill pillows).
c. “Chemical Spill Kit” terdiri dari :
 Gaun pelindung
 Gloves
 Masker penutup wajah (face shields) dan mata (googles
 Sepatu pelindung (rubber shoes cover protective) atau sepatu boot
 Air bersih
 Desinfektan cair
 Kantong plastik
 Sekop dan pengikis
 Tissue kertas absorben atau bahan katun bekas
 Larutan deterjen
 Tanda bahaya dan isolasi (yellow tape) untuk mengkarantina daerah
berbahaya (dengan spill sock dan spill pillows).

26
d. “Cytotoxic spill kit” + MSDS obat sitostotika diletakkan di instalasi farmasi
ruang “handling cytotoxic” dan diruangan dilaksanakan kemoterapi.
e. “Infectious spill kit” diletakkan di “Nurse Station” setiap ruang pelayanan
pasien.
f. ”Chemicals spill kit” + MSDS bahan kimia berbahaya diletakkan di “Nurse
Station” setiap ruang pelayanan pasien, instalasi atau satuan kerja yang
menggunakan bahan berbahaya dan menghasilkan limbah bahan berbahaya.
Kontrol/proteksi diri

 Kontrol

Menyediakan ventilasi agar konsentrasi zat dari penguapan masih dalam batas
yang dapat ditoleransi. Sediakan tempat untuk membersihkan/mencuci disekitar
tempat kerja

 Proteksi diri

Kacamata pelindung, jaket, sarung tangan, alat pelindung pernafasan/masker yang


sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

 Proteksi diri dalam menangani tumpahan

Kacamata pelindung, pakaian pelindung, sepatu boots, sarung tangan, alat bantu
pernafasan. Konsultasi dengan ahlinya sebelum menangani bahan ini.

Penanganan terhadap tumpahan

Ketentuan Umum Penanganan tumpahan (“Spills “)

 Kosongkan area dari pasien dan pengunjung.

 Tutup tumpahan dengan kain yang mudah menyerap

 Bersihkan tumpahan tergantung estimasi jumlah: Bila kurang dari 5 ml,


perawat atau tenaga lain terlatih dapat membersihkan tumpahan tersebut. Bila
lebih dari 5 ml, namun kurang dari 500 ml, tenaga dilatih khusus untuk

27
membersihkan tumpahan tersebut. Bila lebih dari 500 ml, hubungi
emergensi.Petugas khusus akan memberi bantuan.

 Jauhkan dari panas, sumber api. (lihat di MSDS).

Pertolongan pertama apabila terjadi kontak.

 Mata : lepaskan lensa kontak, cuci mata dengan air mengalir selama lebih
kurang 15 menit. Kelopak mata tetap terbuka. Gunakan air dingin. Cari
pertolongan medis.

 Kulit : cuci dengan air mengalir. Gunakan air dingin. Lepaskan pakaian, sepatu
yang terkontaminasi. Cuci dan bersihkan pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi sebelum dipakai ulang. Cari pertolongan medis.

 Kontak serius dengan kulit : Cuci dengan sabun desinfektan, kemudian oleskan
krem antibakteri. Cari pertolongan medis

 Terhirup : Pindahkan korban ke tempat terbuka. Apabila tidak bernafas, beri


nafas bantuan. Jika silit bernafas, beri oksigen. Cari pertolongan medis

 Terhirup dalam waktu lama (serius) : Pindahkan ke tempat terbuka, longgarkan


pakaian, seperti dasi, ikat pinggang. Jika sulit bernafas, beri oksigen. Jika tidak
bernafas, berikan nafas buatan. Cari pertolongan medis

 Tertelan : Jangan dimuntahkan, sampai mendapat pertolongan medis. Jangan


berikan apapun melalui mulut pada korban dengan penurunan kesadaran.
Longgarkan pakaian, dasi, tali pinggang. Cari pertolongan medis.

L. Material safety data sheet (MSDS)


 MSDS/LDKD merupakan kumpulan data keselamatan bahan dan petunjuk dalam
penggunaan bahan-bahan berbahaya dan beracun yang disusun secara ringkas,
skematik dan dalam bahasa Indonesia agar mudah dimengerti dan dipahami.
 Semua bahan kimia mempunyai MSDS.

28
 MSDS memuat sifat-sifat dari bahan berbahaya termasuk sifat fisik dan sifat kimia
serta informasi keamanan sebagai salah satu upaya untuk mencegah atau mengurangi
resiko akibat penggunaan/bekerja dengan bahan berbahaya atau apabila terjadi
tumpahan bahan berbahaya.
M. Limbah bahan bernahaya dan beracun
Limbah baham berbahaya merupakan sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang
mengadung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat dan konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung atau tidak langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup lainnya (PP No. 74 tahun 2001).
Limbah bahan berbahaya dan beracun di RS.Gunung Maria dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu limbah padat dan cair.
a. Limbah padat
Karakteristik limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) antara lain :
 Mudah meledak (explosive) adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan.
 Mudah terbakar (ignitable dan flmable) adalah limbah yang bila berdekatan dengan
api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyalah atau
terbakar dan bila menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu yang lama.
 Bersifat reaktif adalah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau
menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu
tinggi.
 Beracun (toxic) adalah limbah yang mengadung racun yang berbahaya bagi
manusia dan lingkungan dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke
dalam tubuh melalui pernapasan, kulit, atau mulut
 Menyebakan infeksi (infectius) adalah limbah laboratorium yang terinfeksi
penyakit atau limbah limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian
tubuh yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena ifisi dan bekas
pelatam medis

29
 Bersifat korosif
 Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
 Mempunyai Ph ≤ 2 untuk limbah bersifat asam dan ≥ 12.5 untuk limbah yang
bersifat basah.
Tatalaksana pengelolaan limabh B3 antara lain :
1. Untuk limbah infectius .
Limbah bahan berbahaya yang paling banyak dihasil dari kegiatan RS.Stella Maris
adalah limbah dengan karakteristik infecsius yaitu limbah yang terkontaminasi
dengan cairan atau penyakit pasien yang sifatnya berbahaya dan bisa
menimbulkan/menularkan penyakit.
a. Pemilahan dan pewadahan
 Dilakukan pemilahan jenis limbah mulai dari sumber limbah
 Pewadahan limbah :
Terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, kedap air, mempunyai permukaan
yang halus dan mudah dibersihkan.
 Dilapisi dengan kantong berwarna kuning dengan simbol biohazard
 Untuk benda tajam dengan mengguakan tempat khusus berupa dos yang
dilapisi dengan kantong berwarna kuning (safety box)
 Kantong palstik diangkat setiap hari apabila sudah terisi ¾ bagian dari
kantong plastik
 Tempat pewadahan dilakukan pembersihan 2 kali seminggu atau jika kotor
dengan menggunakan desinfektan
b. Pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan
 Pengumpulan setiap hari dari setiap ruangan penghasil dengan menggunakan
troli tertutup.
 Kemudian disimpan di tempat penampungan sementara (TPS) limbah Baham
Berbahaya dan Beracun B3, TPS limbah B3 tersebut memilki ijin
penggunaanya dari Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar.
 Penyimpanan limbah infecsius di TPS Limbah B3 Masimum 1 minggu
c. Pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan keluar RS. Stella Maris

30
 Pengumpulan dan pengemasan limbah B3 dilakukan di TPS limbah B3 oleh
pihak ketiga yang telah melakukan kerjasama dengan dengan RS. Stella
Maris yang telah memliki ijin pengumpulan dan pengangkutan dari
kementerian lingkungan hidup.
 Pengumpulan dan pengemasan ini dilakukan sekali semingggu sesuai dengan
kesepakatan dalam perjanjian kerjasama untuk diangkut ketempat
pemusanahan akhir dengan menggunakan kendaraan pihak ketiga yang telah
memiliki ijin operasional dari dinas perhubungan dan kementerian
lingkungan hidup.
d. Pengelolaan dan pemusnahan
 Limbah B3 yang telah dikemas, kemudian dilakukan serah terima limbah B3
antara pihak RS. Gunung Maria dan Pihak Ketiga dengan mengisi bukti serah
terima barang (formulir Pesan Angkut) yang bersisi : jumlah limbah, jenis
limbah, waktu pengangkutan, nomor kendaraan yang ditanda tangani kedua
belah pihak.
 Limbah tersebut kemudian pihak ketiga mengirim ke pihak pemusnah yang
telah melakukan kerja sama triparti antara RS, pihak ketiga dan pihak
pemusnah (yang memiliki ijin pemusnahan limbah B3 dari kementerian
lingkungan hidup). Dengan mengisi dokumen limbah B3 (hazardous waste
manifest) sebagai bukti pemusnahan limbah B3.
Untuk limbah berbahaya lainnya yang harus dikelolah antara lain : baterai/aki bekas,
limbah laboratorium yang mengandnug B3, produk farmasi kadaluarsa, bahan kimia
kadaluarsa, kemasan B3, limbah bahan elektronik (lampu TL, printed circuit board,
catridg), kemasan produk farmasi, minyak pelumas bekas, kemasan tinta, majun, dan
sluge IPAL limbah bahan berbahaya lainnya disediakan tempat/wadah pada setiap
bagian/unit penghasil dan akan diangkut ke TPS limbah B3 sesuai volume tertentu,
penyimpanan di TPS untuk limbah tersebut sesuai dengan masa Penyimpanan dalam
rekomendasi pada ijin TPS Limbah B3 dan untuk pemusnahan sama dengan limbah
infeksius yaitu dikerjasamakan dengan pihak ketiga.
b. Limbah cair

31
Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan RS.Gunung Maria dialirkan melalui koleset,
wastafel, slobzing atau melalui pembuangan air limbah di setiap bagian/unit ke
penampungan/septik tank yang ada disetiap unit/bagian, kemudain dialirkan secara
tertutup ke Insatalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) dengan bantuan mesin-mesin
pompa/celup. Sistem pengelolaan air limbah yang digunakan adalah sisten AB3BF
(Anaerobic Aerobic actived Bio filter) yaitu proses biologis dengan gabungan antara
proses biologis anaerobic dan aerobic. Dari hasil pengelolaan pada IPAL akan diuji
setiap bulan sesuai baku mutu yang ditetapakan oleh pemerintah untuk mengetahui
efektifitas IPAL dan kelayakan air limbah yang dibuang ke drainase.
Pengelolaan limbah B3 tersebut merupakan salah satu lingkup kerja dari bagian
Kesehatan Lingkungan RS. Gunung Maria oleh karena itu bagian kesehatan lingkungan
bertanggung jawab atas persyaratan teknis, pengawasan dan pengelolaan limbah bahan
B3 dan berkewajiban melaporkan hasil kegiatan pengelolaan kepada pimpinan
RS.Gunung Maria dan kepada Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Tomohon dan
Dinas Terkait.

N. Label untuk bahan berbahaya di farmasi,dan laboratorium


1. Penanganan bahan berbahaya, obat sitostatika dan pembuangan limbah
a. Obat-obat sitostatika yang sudah rusak dan atau kadaluarsa dikumpulkan di
farmasi dan diserahkan bagian kesling untuk dimusnahkan di Insinerator oleh
pihak ke tiga.
b. Limbah obat sitostatika dimasukkan ke dalam kantong plastik kuning diberi label
obat “sotostatika” atau “cytotoxic”.
c. Limbah obat sitostatika dibawah ke tempat penampungan sementara limbah
Bahan Bahan Berbahaya dan beracun di rumah sakit menggunakan troli khusus
limbah infeksius untuk dimusnahkan di insinerator oleh pihak ketiga.
2. Prosedur penanganan limbah infeksius/limbah di laboratorium
a. Limbah infeksius masuk kedalam kantong plastik kuning dan diberi label kuning
bertuliskan “biohazard” atau “limbah medis”.

32
b. Limbah diangkut menggunakan troli khusus limbah infeksius, dibawah ketempat
penampungan sementara limbah Bahan Berbahaya dan Beracun untuk kemudian
dimusnahkan di insenerator oleh pihak ketiga.
3. Prosedur penanganan limbah benda tajam
a. Limbah benda tajam dibuang ke dalam wadah khusus untuk limbah benda tajam
(container) bertuliskan “biohazard” atau “limbah benda tajam”.
b. Limbah diangkut menggunakan troli khusus infeksius, dibawah ketempat
penampungan sementara limbah Bahan Berbahaya dan Beracun untuk kemudian
dimusnahkan di insenerator oleh pihak ketiga.

O. Metode pelaporan insiden


 Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun
nyaris terjadi yang dibuat oleh semua petugas rumah sakit yang pertama menemukan
kejadian atau terlibat dalam kejadian atau petugas yang mendapat laporan dari pihak
lain seperti tamu atau pengunjung.
 Pencegahan/penanganan segera dalam 24 jam apabila terjadi insiden di rumah sakit
untuk mengurangi dampak atau akibat yang tidak diharapkan.
 Pelaporan insiden dibuat sesegera mungkin setelah kejadian dengan mengisi formulir
pelaporan insiden (pelaporan paling lambat 2x24 jam).
 Penyerahan laporan kepada atasan langsung pelapor atau panitia K3 apabila kejadian
terjadi pada area-area netral (koridor, taman, area parkir). Laporan harus diserahkan
kepada panitia K3.
 Pelaksanaan investigasi insiden dilakukan segera setelah laporan diterima dan
dilakukan oleh tim infestigasi insiden (pelaksanaan infestigasi paling lambat 2x24
jam) . laporan insiden menggunakan formulir RCA.
 Pembentukan tim investigasi sesusi dengan kebutuhan, tim investigasi dapat terdiri
dari komite K3 saja.
 Pelaporan investigasi harus disimpan diarea buku K3, laporan investigasi harus
dilengkapi dengan FTPP.

33
 Penyampaian informasi insiden harus dilakukan langsung kearea dan area-area lain
yang memiliki potensi yang sama. Informasi insiden harus menyebutkan lokasi
insiden, kejadian dampak pada korban hari dan tanggal tanpa perlu menyebutkan
nama yang bersangkutan untuk menghindari kejadian serupa.
 Peninjauan terhadap identifikasi bahaya resiko setelah melakukan RCA.
 Pelaporan hasil RCA, rekomendasi dan pembelajaran kepada direksi.
 “Perbaikan dan pembelajaran” sebagai rekomendasi untuk umpan balik kepada
satuan kerja terkait.
 Pembuatan analisa dan tren kejadian dimasing-masing di satuan kerja .
 Lembar laporan insiden terlampir di halaman berikut
LAPORANINSIDEN

Near Miss / Knic Accident / Ktd

Tanggal : kejadian No. :

Tanggal Kejadian :

Lokasi kejadian :

Nama korban :

Nama karyawan yang mengetahui/melihat :

Uraian Kejadian :

CIDERA / PENYAKIT AKIBAT KERJA

Cidera : Ada Tidak Ada (pilih salah satu)

Jenis Cidera : (Pilih Lebih Dari Satu Bila Ada)

Luka Tercabik Ketegangan Otot

Keseleo Luka Bakar Patah Tulang

34
Bagian Badan Yang Cidera : (Pilih Lebih Dari Satu Bila Ada)

Punggung Tangan Tungkai Siku Pinggul

Mata Kaki Jari tangan Bahu Lain-lain

Lengan Kepala Jari kaki Leher

Penyakit Yang Timbul

Tindakan Yang Diambil :

Terhadap Korban :

Terhadap Sumber Bahaya :

BAB IV
DOKUMENTASI
Tanggal, ................................................ Tanggal, .............................................................

Disusun oleh, Disetujui oleh

 Monitoring dalam bentuk ronde ke setiap satuan kerja dilakukan setiap minggu pada
oleh panitia K3.
 Monitoring dilakukan terhadap program panitia K3 yang dilaksanakan setiap satuan
kerja.
 Melakukan pemantauan dan mengisi/memberi tanda (checklist) pada formulir
supervisi monitoring pengelolaan bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya .
Hasil checklist kemudian dianalisa/dievaluasi untuk ditindak lanjuti sebagai bahan
rekomendasi terhadap pihak manajemen untuk dilakukan perubahan dan perbaikan
terhadap fasilitas terkait bahan berbahaya dan limbah

35

Anda mungkin juga menyukai