Anda di halaman 1dari 5

1 TAWARIKH 25:1-7

MELAYANI BERSAMA KELUARGA


Bahan Bacaan Alkitab Ibadah Rumah Tangga
Rabu, 10 APRIL 2019

A. PENGANTAR
Pusat peribadahan orang Israel adalah Bait Allah. Tetapi dalam bacaan kita, pada
zman Raja Daud, Bait Allah belum dibangun (masih dalam perencanaan
pembangunan (22:1-19). Kendatipun demikian, persiapan ibadah bagi Tuhan tetap
dilakukan dengan dilakukan secara tetap sesuai dengan yang TUHAN tetapkan.
Hal ini terlihat dalam 1 Taw.6:31-47, ketika ibadah dilakukan di depan kemah
pertemuan (yang terdapat tabut perjanjian) atau biasa disebut kemah suci. Tabut
Perjanjian tetap berada di kemah suci di Yerusalem hingga kemudian dipindahkan
ke dalam Bait Suci pada jaman Raja Salomo ketika selesai membangun “rumah
bagi TUHAN” itu.

B. PENJELASAN NATS
Bacaan kita saat ini berisi kisah tentang bagaimana Daud menyiapakn segala
sesuatu untuk pembangunan Bait Suci. Segala sesuatu dimaksud bukan saja bahan
bangunannya (22:1-19), bukan juga hanya petugas-petugas di dalamnya yakni
kaum lewi yang jumlahnya ribuan orang dengan tugas khusus sebagai penjaga
pintu gerbang, pemain musik dan penyanyi (23:1-6), tetapi juga para pelayan
khusus dalam Bait Suci yakni para Imam keturunan Harun (24:1-19). Khusus 1
Tawarikh 25:1-7, Daud menyiapkan kelompok orang yang bertanggung-jawab
pada jalannya ibadah secara khsusus mengkoordinir jalannya ibadah (nyanyian
pujian, iringan musik, dan penyampaian firman berupa nubuatan-nubutan).
Berikut ini beberapa hal penting yang menjadi perhatian kita ketika merenungkan
Firman Tuhan ini, yakni:

1. Daud menunjuk mereka yang sesuai talentanya (ay.1)


Walaupun tidak disebutkan bahwa anak-anak Asaf, Yedutun dan Heman ini
adalah para penyanyi andal, namun secara logika tidak mungkin Daud
mempercayakan mereka mengerjakan tugas khusus sebagai penyanyi,
pemusik dan bernubuat, jika tidak memiliki talenta dan karunia khusus
tersebut. Kita dapat melacak keluarga ini berdasarkan kepala keluarga mereka
yakni ketiga orang yang disebutkan pada ayat 1:
a. Asaf
Dalam bahasa Ibrani nama Asaf (ָ‫' = אסָסף‬ASAF), artinya penghimpun. Ia
adalah seorang ahli musik keturunan suku Lewi dari bani Gerson pada
zaman Raja Daud, seperti yang dicatat dalam Alkitab Ibrani atau
Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Ia menulis 12 mazmur dalam Kitab
Mazmur, yaitu Mazmur 50, 73 sampai 83. Anak keturunannya juga
merupakan imam penyanyi dan bernubuat dalam Bait Allah (dalam 1
Tawarikh 25:1-31; 2 Tawarikh 5:12; 20:14; 29:13; 35:15; Ezra 2:41; 3:10;
Nehemia 7:44; 11:17; 12:27-47). Ia ditunjuk oleh kepala orang Lewi
sebagai penyanyi utama, dengan memakai ceracap, ketika tabut dibawa ke
Yerusalem (1 Tawarikh 15:17, 19). Daud mengangkatnya sebagai kepala
paduan suara dalam kebaktian (16:4, 5).
Menurut beberapa catatan Alkitab, kita menemukan bahwa 'Bani Asaf'
tetap menjadi keluarga pemusik yg senior hingga orang Yahudi kembali ke
negerinya (1 Tawarikh 25; 2 Tawarikh 20:14; 35:15; Ezra 3:10; Nehemia
11:17, 22; 12:35), terutama sebagai penyanyi dan pemukul ceracap. Asaf
sendiri terkenal sebagai pelihat (nabi), dan diakui sebagai penulis
mazmur-mazmur yg digunakan ketika Hizkia memulihkan ibadah di Bait
Allah (2 Tawarikh 29:30: bnd judul Mazmur 1; 73-83; bnd juga 2
Tawarikh 20:14 dab).
b. Heman
Dalam bahasa Ibrani nama Heman ( ָ‫‘ = ההיֵסָמן‬heman), berarti setia. Ia adalah
orang Kehat dari bani Lewi, anak dari Yoel, yang merupakan salah
seorang pemimpin nyanyian di rumah Tuhan yg ditetapkan oleh Daud (1
Tawarikh 6:33; 15:17, 19; 16:41, 42; 25:1, 4, 6; 2 Tawarikh 5:12; 35:15).
Ia juga merupakan penggubah Mazmur 88.

c. Yedutun
Nama Yedutun (Ibrani: ָ‫ ייֵדְותּון‬- YEDUTUN, memuji). Dia adalah seorang
Lewi yang diangkat Daud untuk memimpin ibadah musik di Bait Allah
bersama Heman dan Asaf (1 Tawarikh 25: 1, 3, 6 dab). Namanya yg lain,
adalah Etan (1 Tawarikh 6:44, dab) yang sejak semulah adalah penyanyi
utama di Kemah Suci. Namanya juga mucul pada Mazmur 39 yang ditulis
khusus oleh Daud.
Dengan memberhatikan secara khusus tiga nama ini, maka kita dapat
menyimpulkan bahwa mereka yang ditunjuk adalah mereka yang telah
diketahi Daud komitmen pelayanan, skill atau kemampuan bahwa talenta dan

2
karunia yang dimiliki. Berdasarkan itu pula-lah maka anak-anak merea juga
ditetapkan Daud untuk terlibat di dalamnya.

2. Berbagi panggung untuk kemuliaan Tuhan (ay.2-7)


Perhatikan jumlah total anak-anak dari 3 orang ini yakni Asaf (4 anak),
Yedutun (6 anak) dan Heman (14 anak). Jumlah total bersama dengan bapak
mereka adalah 27 orang. Merekalah yang dipercayakan khusus bertanggung-
jawab pada jalannya ibadah (ay.7), yakni hanya tiga keluarga. Selanjutnya,
perhatikan bunyi ayat 7 bacaan kita! Di bagian itu kita menemukan bahwa
jumlah total adalah 288 orang. Dari mana asal mereka? Bukankah hanya 27
orang yang dipilih? Bukankah hanya 27 orang yang punya talenta bermusik,
bernyanyi dan bernubuat? Ternyata pada ayat 7 disebutkan bahwa terdapat
orang-orang lain (yakni saudara2 mereka) yang dilatih bernyanyi untuk
kemudian dditugaskan bersama untuk membuat ibadah berjalan dengan baik.
Ke-27 orang yakni Asaf, Yedutun dan Heman bersama masing-masing anak-
anak mereka bersedia berbagi panggung supaya TUHAN tetap dimuliakan.
Caranya adalah mereka mentrasfer ilmu dan kemampuan mereka kepada
lebih dari 200 orang yang lain, agar mereka dapat dilibatkan untuk melayani
Tuhan. Ini merupakan tindakan yang bijak sekaligus rendah hati. Disebut
bijak, sebab mereka sadar tidak akan mampu dengan jumlah kecil (27 orang)
melaksanakan tugas jika Bait Allah sudah selesai dibangun. Mereka
membutuhkan orang lain, dengan cara melakukan kaderisasi dan menyiapkan
mereka yang lain berdasarkan standart mutu yang baik. Disebut rendah hati
karena mereka tidak pelit berbagi kemampuan, sekalius berbagi “panggung”
dengan orang lain, supaya yang lain diberikan kesempatan untuk melayani
TUHAN, Allah Israel.

3. Kepala Keluarga adalah Pemimpin dan Pemberi Teladan (ay.2,3)


Jika membaca dengan teliti ayat 2,3 kita menemukan bahwa para ayah (Asaf
dan Yedutun) menjadi pemimpin kelompok untuk anak-anak mereka. Para
bapak-bapak inilah yang maju da kemudian memimpin musikdan paduan
suara tersebut ketika diperdengarkan. Sebagai pemimpinmereka sekaligus
diberikankarunia untuk bernubuat. Saya membayangkan, bahwa ketika musik
dan pujian dilakukan dengan dipimpin oleh Asaf ataupun Yedutun, kedua
orang ini kemudian atas iringan musik dan pujian mulai menyampaikan
Firman Allah atau bernubuat (ay.3). Sesuatu yang indah untuk dibayangkan.

3
C. REFLEKSI
Beberapa hal sangat tepat untuk direnungkan berdasarkan Firman Tuhan ini,
yakni:

1. Tiap orang memiliki talenta, karunia, skill dan kemampuan yang tidak sama
sebagaimana ada orang Lewi yang menjadi penjaga, pemain musik, pengatir
ibadah, penyanyi dan imam. Demikian juga seharusnya tiap orang menyadari
dan mengembangkan tiap talenta itu untuk dipakai bagi hormat dan kemuliaan
nama Tuhan.

2. Tidak kebetulan jika pada bacaan kita, mereka yang ditunjuk melayani
dimulai dari keluarga. Setiap anggota keluarga dilibatkan dalam pelayanan.
Siapa yang cukup berperan? Kepala keluarga atau sang bapak keluarga.
Adalah suatu kebahagiaan jika seisi rumah dalam keluarga kita menyadari
bahwa melayani Tuhan itu suatu anugerah sehingga bersedia terlibat dalam
pelayanan.
Saatnya kepala keluarga ataupun orangtua mendorong anak-anaknya untuk
terlibat dalam pelayanan ketika terlebih dahulu menggali potensi mereka yang
sudah Tuhan anugerahkan. Tentunya ini harus dimulai dari kepala keluarga
ataupun orangtua yang memberikan contoh atau teladan. Bagaimana mungkin
mereka aktif beribadah atau melayani, jika di rumah tidak ada yang memberi
teladan itu?

3. Jangan hanya menyimpan kemmapuan diri untuk diri sendiri. 27 orang dalam
bacaan kita berubah menjadi 288 orang karena jumlah kecil yang mahir itu
bersedua melatih lebih dari 200 orang. Kita diajak untuk berbagi kemampuan
dan talenta supaya dapat “berbagi panggung” dengan orang lain untuk
kemudian semakin banyak orang melayani Tuhan.
Contoh sederhana misalnya, gereja mesti bersedia mengeluarkan uang ekstra
untuk program pelatihan musik gereja, pelatihan oprator sound sistem,
peatihan operator multimedia, pembinaan berkelanjutan bagi pelayan PA/PT
dan para presbiter (termasuk buku-buku teologi), sehingga pelayanan menjadi
maksimal untuk kemuliaan Allah. Bagaimana mungkin kita menuntut keahlian
yang baik dari para pelayan dan petugas ibadah jika kita tidak menyiapkan
mereka dengan baik? Paling tidak memberikan pembekalan sesuai fungsi
tugas masing-masing.

4
5

Anda mungkin juga menyukai