Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure zone) yang dihasilkan oleh
kontraksi lower esophageal sphincter (LES). Pada individu normal, pemisah ini akan dipertahankan
kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan, atau aliran retrograd yang
terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster ke esophagus melalui LES hanya terjadi
apabila tonus LES tidak ada atau sangat rendah (< 3 mmHg).
Dengan demikian dapat diterangkan bahwa patogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan
antara faktor defensif dari esophagus dan faktor ofensif dari bahan refluksat.
Menurunnya tonus LES dapat menyebabkan timbulnya refluks retrograde pada saat terjadinya
peningkatan tekanan intraabdomen. Sebagian besar pasien GERD ternyata mempunyai tonus LES yang
normal.
Faktor-faktor yang dapat menurunkan tonus LES adalah :
faktor hormonal >> Selama kehamilan, peningkatan kadar progesteron dapat menurunkan tonus LES.
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ
dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna
atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
A. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut biasanya
terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir
di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput
lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung
dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham),
menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah
juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu
Pharynk.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung
kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus
fausium
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian
yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan
ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah
bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring
C. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari
bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον,
phagus – “memakan”).
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
D. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Ø Kardia.
Ø Fundus.
Ø Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa
membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
* Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan
lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah
protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot
memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek
dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari
bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian
pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah
yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung
untuk berhenti mengalirkan makanan.
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang
seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas
permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya
kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel
goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya
berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, )
ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh
usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin
B12 dan garam-garam empedu.
Gambar 10 :Ileum dan organ-organ yang berhubungan
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama
organ ini adalah menyerap air dari feses.
* Kolon transversum
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan
pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air, dan terjadilah diare.
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut
apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya
appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran
sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi
ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak
di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain
percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung
usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan
material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi
dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian
anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan
anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar –
BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
J. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan
enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian
posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah.
Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik
memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk
inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan
sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan
asam lambung.
K. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi,
beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh
termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi
bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai
dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil
(kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan
pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh
kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi,
darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
Gambar 12 : Hati
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan
sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung
empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan
karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua
belas jari melalui saluran empedu.
· Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
Makanan yang telah menjadi bagian-bagian kecil akan dicerna tubuh dalam empat proses utama
pencernaan.
Menelan
Mulut adalah awal dari saluran pencernaan. Segera setelah gigitan pertama pada makanan, maka proses
pencernaan dimulai. Saat proses mengunyah makanan menjadi bagian yang lebih kecil, maka kelenjar air
liur akan memproduksi air liur guna membantu memperhalus makanan. Selain itu, air liur juga
mengandung enzim yang mulai mencerna karbohidrat menjadi lebih kecil agar dapat diserap oleh usus.
Lidah kemudian akan mendorong makanan yang sudah halus ke belakang mulut menuju esofagus atau
kerongkongan. Gerakan peristaltik dari otot halus kemudian membawa makanan menuju perut.
Lambung yang tampak seperti kantong, memiliki dinding-dinding otot yang kuat mengelilinginya. Selain
menampung makanan, lambung juga berfungsi sebagai penghancur dan penghalus makanan. Perut akan
menghasilkan asam dan enzim yang akan melanjutkan proses cerna makanan. Keluar dari perut,
makanan akan memiliki tekstur cair atau menyerupai pasta yang lembut yang kemudian bergerak ke usus
halus. Di dalam lambung, proses pencernaan protein dimulai.
Jika diukur, usus halus memiliki panjang sekitar 6 meter yang terdiri dari tiga bagian, yaitu usus duabelas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Di dalamnya, makanan akan
kembali diproses dengan enzim pencernaan yang diproduksi pankreas, dinding usus halus, dan cairan
empedu dari kantong empedu. Ketiganya akan bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan pencernaan
makanan agar menjadi unit-unit kecil yang bisa diserap ke dalam pembuluh darah usus .
Enzim pencernaan secara kimiawi akan memecah molekul makanan kompleks menjadi lebih sederhana,
kemudian cairan empedu membantu proses pencernaan mekanis yang memecah lemak sehingga
menjadi partikel yang lebih kecil. Ketika makanan melalui usus duabelas jari, berarti proses pencernaan
selesai. Proses berikutnya adalah penyerapan.
Penyerapan makanan umumnya terjadi dalam usus halus jejunum dan ileum. Di sana terdapat banyak
lipatan atau disebut jonjot-jonjot usus (vili). Vili memiliki fungsi memperluas permukaan penyerapan,
sehingga makanan dapat terserap dengan lebih efisien.
Selama proses penyerapan, molekul makanan akan memasuki aliran darah melalui dinding usus.
Pembuluh darah mikroskopik atau kapiler dalam vili akan menyerap hasil pencernaan yang berupa
protein dan karbohidrat, sedangkan pembuluh getah bening dalam vili akan menyerap lemak.
Dari situ, aliran darah akan membawa makanan yang sudah dicerna menuju ke hati. Sel-sel hati
kemudian akan menyaring zat-zat berbahaya dalam darah. Hati juga akan menyimpan vitamin larut
dalam lemak serta nutrisi yang berlebihan, seperti glukosa untuk disimpan sebagai cadangan. Cadangan
nutrisi ini akan dilepaskan ketika tubuh memerlukan energi ekstra misalnya ketika seseorang lari
maraton.
Sebagian besar yang masuk ke dalam usus besar adalah sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna atau
diserap dan air. Usus besar terdiri dari enam bagian, dimulai dari sekum, kolon asenden, kolon
transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan diakhiri dengan rektum.
Tugas utama usus besar adalah menyerap air dan mineral dari sisa makanan tersebut sehingga
membuatnya menjadi lebih padat dan membentuk tinja. Gerak peristaltik kemudian akan mendorong
tinja menuju rektum hingga dikeluarkan melalui anus.
Mual adalah perasaan tidak enak di dalam perut yang sering berakhir dengan muntah.
Mari, kita perhatikan gejala khas yang timbul pada orang yang mengalami serangan jantung. Setelah
membacanya, tanyakan pada diri Anda, apakah Anda mengalami beberapa gejala tersebut?
Dada terasa sesak dan berat sehingga sangat sulit untuk bernafas
Mungkin Anda pernah melihat sebuah iklan obat sakit asma di layar kaca, dimana terlihat seorang
perempuan yang diilustrasikan sedang merasakan sesak nafas yang berat ibarat diikat oleh tali kuat dan
kencang. Nah, seperti itulah rasanya sesak nafas orang yang terkena serangan jantung.
Kondisi tersebut muncul serta-merta berbarengan dengan sesaknya nafas sampai kesulitan saat
bernafas.
Leher terasa sakit, yang diikuti oleh rasa sakit pada lengan kiri dan rahang, di bagian belakang perut, dan
juga terjadi pada salah satu bahu.
Di saat yang bersamaan, badan juga tiba-tiba merasa sangat lemas. Dan yang patut diperhatikan gejala-
gejala berbahaya di atas bisa terjadi sekalipun Anda sedang beristirahat dalam arti tidak sedang
melakukan aktifitas. Namun demikian, gejala di atas juga bisa muncul sehabis berolahraga, setelah
menghabiskan menu makan besar, atau ketika sedang stres.
tanda serangan jantung dan GERD berbeda. "Rasa sesak akibat GERD menjalar ke seluruh tubuh.
Sedangkan sesak akibat serangan jantung menjalar pertama kali di bagian tubuh sebelah kiri, baik
punggung atau leher," kata spesialis penyakit dalam dari FKUI RSCM Ari Fahrial Syam pada seminar
awam Nyeri Dada, Gejala Asam Lambung atau jantung di Jakarta, Sabtu (26/10/2013).
Perbedaan lain terletak pada gejala yang menyertai sesak dada. Ari mengatakan, sesak karena GERD
disertai rasa panas dan terbakar dari dalam. Selain itu, mulut penderita GERD terasa sangat pahit. Gejala
ini tidak dijumpai pada sesak dada akibat penyakit jantung.
Pada umumnya menelan dibagi menjadi tahap volunter, tahap faringeal, dan tahap esofagel.
Bila makanaa sudah siap ditelan, secara sadar makanan ditekan dan digulung ke arah posterior ke dalam
faring oleh tekanan lidah ke atas dank ke belakang terhadap palatum, proses berlangsung secara
otomatis dan tidak dapat dihentikan.
2. Tahap faringeal
Bolus makanan di bagian posterior mulut dan faring merangsang daerah reseptor menelan di seluruh
pintu faring, khususnya di tiang-tiang tonsil, dan impuls ini berjalan ke batang otak untuk mencetuskan
kontraksi otot faringeal secara otomatis sebagai berikut:
· Palatum mole tertarik ke atas untuk menutupi nares posterior untuk mencegah refluk makanan ke
rongga hidung
· Lipatan palatofaringeal di kedus sisi faring tertarik kea rah medial untuk saling mendekat satu sama
lain. Lipatan membentuk celah sagital yang dilewati makana untuk masuk ke faring posterior. Celah ini
bersifat selektif, hanya makanan yang sudah dikunyah yang dapat melewati celah ini dan berlangsung
kurang dari 1 detik.
· Pita suara laring bertautan erat dan laring di tarik ke atas dan anterior oleh otot-otot leher bersama
ligamen untuk mencegah makanan pergerakan epiglotis ke atas sehingga epiglotis bergerak ke belakang
di atas permukaan laring. Efek ini mencegah masuknya makanan ke dalam trakea. Epiglotis membantu
mencegah makan masuk ke pita suara
· Gerakan laring ke atas juga menarik dan melebarkan pembukaan esofagus. Pada saat yang
bersamaan di sfingter faringoesofageal berelaksasi sehingga makanan dapat bergerak bebas dari faring
posterior menuju esofagus bagian atas. Saat menelan sfingter ini berkontraksi secara kuat sehingga
mencegah udara masuk ke esofagus selama respirasi.
· Pada saat terangkatnya laring dan relaksasi sfingter faringoesofageal, seluruh dinding faring
berkontraksi dan mendorong makanan masuk ke esophagus.
3. Tahap esofageal
Esofagus berfungsi menyalurkan dari faring ke lambung dengan gerakan khusus. Esofagus menunjukkan
2 tipe gerakan peristaltik: peristaltik primer dan sekunder. Peristaltik primer dimulai dari faring
menyebar ke esofagus selama tahap faringeal. Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung selama 8-
10 detik. Jika gelombang ini gagal mendorong semua makanan ke dalam lambung, terjadi gelombang
peristaltik sekunder yang dihasilkan dari peregangan esofagus oleh makanan yang tertahan dan terus
berlanjut sampai semua makanan masuk lambung.
Sewaktu gelombang peristaltik berjalan, timbul gelombang relaksasi mendahului gelombang peristaltik
(relaksasi reseptif), sehingga sfingter gastroesofageal, lambung dan duodenum relaksasi dan
memeprsiapkan diri lebih awal untuk menerima makanan.
Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure zone) yang dihasilkan oleh
kontraksi Lower esophageal sphincter. Pada individu normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali
pada saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan, atau aliran retrograd yang terjadi
pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster ke esophagus melalui LES hanya terjadi apabila
tonus LES tidak ada atau sangat rendah (<3 mmHg) (Aru, 2009).
Terjadinya aliran balik / refluks pada penyakit GERD diakibatkan oleh gangguan motilitas / pergerakan
esofagus bagian ujung bawah. Pada bagian ujung ini terdapat otot pengatur (sfingter) disebut LES, yang
fungsinya mengatur arah aliran pergerakan isi saluran cerna dalam satu arah dari atas ke bawah menuju
usus besar. Pada GERD akan terjadi relaksasi spontan otot tersebut atau penurunan kekuatan otot
tersebut, sehingga dapat terjadi arus balik atau refluks cairan atau asam lambung, dari bawah ke atas
ataupun sebaliknya (Hadi, 2002).
Faktor-faktor risiko yang mengakibatkan GERD termasuk kehamilan, obesitas, diet lemak tinggi dan
sebagainya.
Wanita hamil berada pada risiko GERD. Itu adalah menemukan bahwa perubahan dalam tingkat hormon
selama kehamilan, terutama kenaikan tingkat progesteron, dapat melemahkan LES.
Selain itu, karena pertumbuhan janin tekanan ke atas pada perut naik. Ini mungkin mendorong isi perut
ke esofagus.
Orang-orang diet lemak tinggi juga dapat mengembangkan GERD. Lemak di perut memakan waktu lama
untuk dicerna dan pindah ke dalam usus. Hal ini menyebabkan stagnasi makanan di perut. Ini
meningkatkan tekanan ternyata mundur dan mungkin melemahkan LES.
Merokok tembakau, alkohol, kafein mengandung produk, seperti kopi atau cokelat, semua santai dan
melemahkan LES menuju gejala GERD.
Stres dan gangguan emosional adalah penyebab untuk melemahnya LES menuju gejala GERD.
Pada pasien dengan hiatus hernia ada risiko GERD. Ini adalah suatu kondisi di mana bagian perut
mendorong melalui diafragma, yang lapisan otot yang memisahkan rongga dada dari rongga perut.
Biasanya di bagian bawah esofagus melewati sebuah lubang di diafragma ini. Pada pasien dengan hiatus
hernia lubang ini diperbesar dan bagian perut mendorong ke dalam rongga dada.
Pada pasien dengan gastroparesis, di mana perut berlangsung lebih lama untuk membuang perut asam,
asam dapat meresap kembali ke dalam kerongkongan yang menyebabkan gejala GERD.
Ini terlihat pada pasien dengan diabetes. Penderita diabetes mempunyai gula darah tinggi yang dapat
merusak syaraf yang mengendalikan otot-otot perut dan kerongkongan.
saluran kalsium Blocker (misalnya, Amlodipine, dll Nifedipine digunakan dalam kontrol tekanan darah
tinggi)
Penghilang rasa sakit atau steroid anti-inflammatory drugs obat (NSAID seperti Ibuprofen
antidepresan (inhibitor serotonin selektif reuptake SSRI misalnya Fluoxetine, Paroxetine dll.)
bawang putih
lada hitam dan bawang
Mint perasa
makanan pedas
tomat berbasis makanan, seperti saus spaghetti, salsa, cabai, dan pizza
I. Labiopalatoskizis ( mulut)
Yaitu kelainan bagian depan serta samping muka serta langit-langit mulut tidak menutup dengan
sempurna
Etiologi
Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13
pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal
seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan
otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000
bayi yang lahir.
b. Kurang Nutrisi contohnya defisiensi vitamin C pada waktu hamil, kekurangan asam folat.
- berperan dalam sintesis purin-purin guanin dan adenin serta pirimidin timin
- Folat juga dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum
tulang dan untuk pendewasaannya.
- Akibatnya terjadi perubahan dalam morfologi intisel terutama sel-sel yang cepat membelah,
seperti sel darah merah, sel darah putih serta sel-sel epitel lambung dan usus, vagina,
Pada ibu hamil, kekurangan asam folat menyebabkan meningkatnya resiko anemia, sehingga ibu mudah
lelah, letih, lesu dan pucat serta bisa menyebabkan keguguran. Kebutuhan asam folat untuk ibu hamil
dan usia subur sebanyak 400 mikrogram/ hari
Asam folat perlu diberikan mulai 4 bulan sebelum kehamilan. Ini didasarkan pada kenyataan bahwa
banyak wanita tidak tahu pasti kapan dirinya akan hamil.
Bagi janin, kekurangan asam folat pada ibu hamil, bisa menyebabkan terjadinya kecacatan pada bayi
yang dilahirkan. Bayi mengalami kecacatan pada otak dan sumsum tulang belakang, menyebabkan bayi
lahir dengan bibir sumbing, bayi lahir dengan berat badan rendah, Down’s Syndrome, bayi mengalami
kelainan pembuluh darah,
c. Radiasi
e. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella dan Sifilis,
toxoplasmosis dan klamidia
f. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama
kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin
Biasanya terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-4 kehamilan sebagai akibat dari :
* Diferensiasi usus depan yang tidak sempurna dalam memisahkan diri untuk masinbg-masing
menjadi esofagus dan trakea
Etiologi
Beberapa etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelaianan kongenital atresia esofagus :
1. Faktor obat, Salah satu obat yang diketahui dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah
thalidomine
2. Faktor radiasi, Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan kongenital
pada janian yang dapat mengakibatkan mutasi pada gen.
3. Faktor gizi, Penyelidikan menunjukan bahwa frekuensi kelainan congenital pada bayi-bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan
Penyebab kelainan ini belum jelas diketahui. Kelainan ini biasanya baru diketahui setelah bayi berumur 2-
3 minggu
Etiologi
Esofagus pendek akibat kelainan kongenital yaitu kegagalan elongasi usus depan antara hari 30 dan hari
ke 39 perkembangan janin
Epidemiologi
Gastroesophageal reflux disease (GERD) umum ditemukan pada populasi di negara barat namun
dilaporkan relatif rendah insidennya di Asia-Afrika. Divisi Gastroenterohepatologi Departemen IPD FKUI –
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, mendapatkan kasus esofagitis 22,8% dari semua pasien yang
menjalani pemeriksaan endoskopi atas indikasi dyspepsia, gastrofageal refluks didapatkan 45-89%
penderita asma, hal ini mungkin disebabkan oleh refluks esofageal, refluksesofagopulmoner. Pada bayi
mengalami refluks ringan sekitar 1 : 300 sampai 1 : 1000. Gastrorefluksesofagus pada bayi banyak terjadi
pada bayi sehat berumur 4 bulan, dengan > 1x episode regurgitas, pada umur 6 sampai 7 bulan, gejala
berkurang dari 61% menjadi 21% . Hanya 5 % bayi berumur 12 bulan yang mengalami GERD.
Refluks gastroesophageal atau gastroesophageal reflux (GER) adalah suatu keadaan kembalinya
isi lambung ke esophagus dengan atau tanpa regurgitasi dan muntah. GER merupakan suatu
keadaan fisiologis pada bayi, anak-anak dan orang dewasa sehat. GER bisa terjadi beberapa kali dalam
sehari, dengan episode terbanyak kurang dari 3 menit, dan muncul setelah makan dengan sedikit atau
tanpa gejala. Berbeda dengan GER, jika refluks isi lambung menyebabkan gangguan atau
komplikasi, inilah yang di sebut dengan GERD.
Pada anak besar gejala yang timbul dapat berupa sakit perut atau rasa panas di perut, terutama bila
telah terjadi esofagitis (radang pada esofagus). Selain itu RGe dapat timbul dengan gejala yang sering
ditemukan antara lain: ngiler, tersedak, batuk malam hari, cegukan, mulut terasa asam.
GERD Lebih lengkap berikut gejala-gejala GERD yang perlu Anda ketahui: Rasa terbakar di dada
(heartburn), kadang-kadang menyebar sampai ke tenggorokan, bersama dengan rasa asam di mulut
Nyeri dada Kesulitan menelan (disfagia) Batuk kering Suara serak dan/atau sakit tenggorokan Terasa tak
nyaman / ada benjolan di tenggorokan Regurgitasi (mual-muntah) makanan atau cairan asam lambung
(acid reflux) Gejala GERD diatas tak selalu muncul semua, karena tergantung pula pada tingkat
keparahannya.
Ada beberapa pemeriksaan untuk diagnosis GERD yaitu: 1. Pemeriksaan Esofagogram. Pemeriksaan ini
dapat menemukan kelainan berupa penebalan lipatan mukosa esofagus, erosi dan striktur. Pemeriksaan
ini mempunyai akurasi 24,6% untuk esofagitis ringan, 81,6% esofagitis sedang, dan 98,7% esofagitis
berat. 2. Monitoring pH intra esofagus 24 jam. Pemeriksaan ini berhubungan dengan episode reflux dan
gejala-gejalanya serta NERD. Akurasi pemeriksaan ini mencapai 96%. 3. Tes Perfusi Berstein. Digunakan
untuk menilai sensitivitas mukosa esofagus terhadap paparan asam. Pemeriksaan ini dengan
menggunakan HCl 0,1% yang dialirkan ke esofagus dan menggunakan NaCl 0,9% sebagai kontrol.
Sensitivitas pemeriksaan ini 78 % dan spesifisitas 84%. 4. Tes PPI. Diagnosis ini menggunakan PPI dosis
ganda selama 1-2 minggu pada pasien yang diduga menderita GERD. Tes positif bila 75% keluhan hilang
selama satu minggu. Tes ini mempunyai sensitivitas 75% dan spesitivitas 55%. 5. Manometri esofagus.
Tes ini untuk menilai pengobatan sebelum dan sesudah pemberian terapi pada pasien NERD terutama
untuk tujuan penelitian. Pemeriksaan ini juga untuk menilai gangguan peristaltik/motilitas esofagus. 6.
Endoskopi. Diindikasikan: Menilai adanya kerusakan mukosa esofagus mulai erosi sampai keganasan.
Mengambil sampel biopsi. Kecurigaan adanya esofagus Barrett’s. 7. Histopatologi. Pemeriksaan untuk
menilai adanya metaplasia, displasia atau keganasan. Tetapi bukan untuk memastikan NERD. Make
Money Online : http://ow.ly/KNICZ
2. Farmakologi
4. Terapi endoskopi Terapi ini masih terus dikembangkan. Contohnya adalah radiofrekuensi, endoscopic
suturing, dan endoscopic emplatation. Radiofrekuensi adalah dengan memanaskan gastroesophageal
junction. Tujuan dari jenis terapi ini adalah untuk mengurangi penggunaan obat, meningkatkan kualitas
hidup, dan mengurangi reflux.
5. Follow up. Menurut beberapa studi observasi, bila selama 10 tahun tidak ada perubahan gejala, maka
sebaiknya dilakukan endoskopi ulang dan selanjutnya dilakukan
Komplikasi
Erosif esofagus. Keadaan ini paling sering terjadi yaitu suatu inflamasi mukosa esofagus. Esofagus
barrett’s. Adalah komplikasi jangka panjang. Benyak penelitian sudah membuktikan ada hubungan
antara reflux jangka panjang dengan insiden esofagus Barrett’s.
Striktur esofagus. Jika reflux berlangsung secara kronik, dan inflamasi berlangsung lama dapat
menyebabkan striktur.