Anda di halaman 1dari 48

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/287489845

Desain Proses Berbasis Membran

Book · May 2014

CITATIONS READS

3 3,914

4 authors:

I Gede Wenten A.N. Hakim


Bandung Institute of Technology Bandung Institute of Technology
505 PUBLICATIONS   2,010 CITATIONS    31 PUBLICATIONS   225 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Khoiruddin Khoiruddin Aryanti P.T.P


Bandung Institute of Technology Universitas Jenderal Achmad Yani
75 PUBLICATIONS   666 CITATIONS    52 PUBLICATIONS   356 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

[RESEARCH PROJECT: Unggulan Berpotensi HKI (UBER HKI), 1999] Method and Apparatus for Hemodialysis Membrane Cleaning View project

[INDUSTRIAL PROJECT: PT Medco E&P Lematang] Plant Evaluation and Improvement of Separation System Performance (in term of heavy hydrocarbon
removal) Singa Gas Facilities View project

All content following this page was uploaded by I Gede Wenten on 11 January 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Lecture Note

DESAIN PROSES
BERBASIS MEMBRAN
I.G. Wenten, A.N. Hakim, Khoiruddin, P.T.P. Aryanti

Diktat
Departemen Teknik Kimia
Institut Teknologi Bandung
2014
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 1
Diktat Kuliah

DESAIN PROSES BERBASIS MEMBRAN

I G. Wenten
A. N. Hakim
Khoiruddin
P. T. P. Aryanti

Departemen Teknik Kimia


Institut Teknologi Bandung
2014

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 2


DAFTAR ISI

BAB 1 Desain Modul


Pendahuluan
Modul Plate & Frame
Modul Spiral Wound
Modul Hollow Fiber
Modul Capillary
Modul Tubular

BAB 2 Desain Sistem


Operasi Modul
Dead-End
Cross-Flow
Hibrid Dead-End dan Cross-Flow
Skema Aliran
Batch dan Kontinyu
Single Pass dan Recirculation
Cascade

BAB 3 Related Inventory


Pengendalian Proses
Pompa
Material

BAB 4 Desain Proses untuk Aplikasi Industrial


Pengolahan Air
Industri Pangan
Industri Bioteknologi
Industri Farmasi
Industri Medis
Industri Kimia

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 3


DESAIN MODUL
Pendahuluan

Pemisahan membran telah diaplikasikan secara luas di berbagai industri. Selain oleh
sifat membran, kinerja pemisahan sangat ditentukan oleh desain proses, yang meliputi
desain modul dan desain sistem.

Gambar 1.1 Ilustrasi skematik yang menunjukkan ruang lingkup desain proses berbasis membran

Modul merupakan unit terkecil dimana membran dengan area tertentu disusun. Desain
modul membran yang memberikan area membran yang besar dan ekonomis menjadi
penting untuk aplikasi pemisahan membran secara industrial.

Peranan Modul
1. Menyokong membran
2. Menyediakan pengaturan fluida yang efektif

Konfigurasi Modul yang Umum

Plate & Frame Spiral Wound Tubular Hollow


Fiber

Gambar 1.2 Jenis-jenis desain modul

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 4


DESAIN MODUL
Modul Plate & Frame

Karakteristik modul plate & frame:


 Menggunakan modul flat-sheet yang ditempatkan di atas
sebuah plate
 Flow channel biasanya tipis (1-3 mm), terkadang
dipasang dengan channel spacer
 Membran disusun dalam flow channel yang dihubungkan
secara seri/paralel
 Support plate: bentuk disc/elliptical dengan aliran umpan
secara radial menuju masuk/keluar atau dari satu sisi
elliptical disc ke sisi yang lain. Rectangular dengan aliran
dari satu ujung ke ujung yang lain.
 Menyediakan karakteristik mode surface per volume yang Gambar 1.3 Modul plate and frame
lebih baik.
 Cenderung digunakan untuk aplikasi skala kecil sampai medium pada niche area
 Modul dapat dikunci dengan tekanan (misalnya, electrodialysis stacks) atau didesain seperti
kaset.
 Terbatas untuk operasi tekanan rendah, maka untuk proses MF/UF

Gambar 1.4 Skematik modul plate and frame

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 5


DESAIN MODUL
Modul Spiral Wound

Karakteristik modul spiral wound:


 Menggunakan gulungan flat-sheet yang
mengelilingi pipa sentral
 Sisi internal berisi permeate spacer yang
didesain untuk menyokong membran
 Permeate spacer berpori dan conduct permeat
ke pipa permeat
 Feed channel spacer ditempatkan di antara
the leaves (tinggi channel 1-2 mm)
 Tekanan aksial berkurang
pada sisi umpan & tekanan
radial berkurang pada sisi
permeat
 Side product distribution of
transmembrane pressure
drop.
 Beberapa desain memiliki
special flow distributor
pada upstream face untuk
meminimalkan
maldistribution
 Diameter standard (2,5’; 4’;
8’)
 Konsep paling umum untuk
skala besar UF, NF, RO

Gambar 1.5 Modul spiral wound

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 6


DESAIN MODUL
Modul Tubular

Karakteristik modul tubular:


 Permukaan membran aktif pada bagian dalam tube
 Diameter tube 5 – 25 mm
 Modul mirip dengan shell and tube heat exchanger, dengan tube dihibungkan
secara seri dan paralel
 Beberapa desain, membrane tubes dimasukkan ke dalam perforated metal support
tube
 Umumnya dioperasikan pada rejim aliran turbulen yang memberikan pengendalian
polarisasi konsentrasi yang baik, tetapi biaya relatif tinggi
 Paling cocok untuk umpan kotor
 Modul NF tubular memiliki beberapa niche applications pada skala medium

Gambar 1.6 Modul tubular

Gambar 1.7 Skematik modul tubular

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 7


DESAIN MODUL
Modul Hollow Fiber

Kelebihan: Kelebihan:
 Kebutuhan energi rendah  Kebutuhan energi rendah
 Permukaan per satuan volume besar  Permukaan per satuan volume besar
 Fleksibel  Fleksibel
 Biaya operasi rendah  Biaya operasi rendah

Gambar 1.8 Modul hollow fiber

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 8


DESAIN MODUL
Ringkasan

Unit tubular memiliki rasio area permukaan:volume yang paling rendah dari semua konfigurasi
modul.

Gambar 1.9 Hubungan antara ukuran channel dan rasio area permukaan:volumr dari modul-modul membran
(Cheryan, 1998)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 9


DESAIN MODUL
Ringkasan

Tablel 1.1 Karakteristik dari masing-masing desain modul


Karakteristik Plate-frame Spiral-Wound Tubular Hollow fiber
Densitas packing Moderat Tinggi Moderat-rendah Tinggi
Penggunaan Moderat- Moderat (spacer- Tinggi (turbulen) Low (laminer)
energi rendah losses)
(laminer)
Pengaturan Moderat Baik (tidak ada Baik Baik-moderat
fluida dan padatan)
pengendalian Buruk (ada
fouling padatan)
Standarisasi Tidak Ya Tidak Tidak
Penggantian Sheet Element Tube/element element
Pembersihan Moderat Bisa sulit (padatan- Memungkinkan Memungkinkan
padatan) pembersihan dengan
secara fisik backflush
Kemudahan Sederhana Kompleks Sederhana Moderat
pembuatan
Keterbatasan Pressure Tidak ada Tidak ada Burst pressure
pada NF containment of fibre

Tablel 1.2 Aplikasi dari masing-masing desain modul


Aplikasi Tubular Kapiler Hollow Plate & frame Spiral wound
fiber
RO + - ++ + ++
UF ++ + - ++ +
MF ++ + - - -
Pervaporasi* ++ ++ ++
Permeasi gas - ++ - ++
Elektrodialisis - - - ++ -

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 10


DESAIN SISTEM
Operasi Modul

Dead-End

Operasi dead-end adalah desain yang paling


sederhana. Filtrasi dengan operasi dead-end
merupakan proses batch, yang berarti bahwa
filter (membran) akan mengakumulasi partikel-
partikel sehingga air tidak dapat melewati
membran. Akumulasi partikel pada permukaan
membran menyebabkan peningkatan tekanan
yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran,
dan pada suatu titik, membran perlu
dibersihkan atau diganti.
(Baker, 2004)

Gambar 2.1 Skematik operasi modul


dead-end

Cross-Flow

Gambar 2.2 Skematik operasi modul cross-flow

 Pada filtrasi cross-flow, air umpan secara tangensial melalui permukaan


membran. Aliran umpan terpisahkan menjadi aliran permeat dan
rentetat (konsentrat).
 Laju alir minimum melewati membran diperlukan untuk secara efektif
menjelajah permukaan membran
 Secara periodik, membran perlu dibersihkan
 Operasi cross-flow memiliki kecenderungan terhadap fouling yang lebih
rendah daripada dead-end, sehingga lebih disukai untuk aplikasi
industri.
(Mulder, 1996)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 11


DESAIN SISTEM
Operasi Modul

Cross-Flow

Untuk desain modul dan larutan


umpan tertentu, kecepatan
cross-flow merupakan parameter
penting yang menentukan
perpindahan massa dalam
modul. Operasi cross-flow
dibedakan menjadi:
 co-current
 counter-current
 cross-flow
(Mulder, 1996; Baker, 2004).

Gambar 2.3 Skematik operasi modul : (a)


cross-flow; (b) co-flow; (c)
counter-flow ((Baker, 2004)

Hibrid Dead-End dan Cross-Flow

Keuntungan dari sistem dead-end


adalah recovery yang tinggi
karena umpan dengan
sepenuhnya melalui membran.
Akan tetapi, operasi dead-end
memiliki kelemahan yang
signifikan dengan penurunan
fluks yang besar karena
penyumbatan dan fouling. Hibrid
antara sistem dead-end dan
cross-flow dapat
mengkombinasikan keuntungan
dari kedua sistem dan Gambar 2.4 Skematik operasi modul hibrid dead-end dan
mengurangi kelemahannya. cross-flow
(Mulder, 1996)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 12


DESAIN SISTEM
Skema Aliran

Sistem Batch dan Kontinyu

Sistem Batch

Tipe sistem pengoperasion paling sederhana


adalah proses batch. Dalam sebuah unit, suatu
larutan umpan dengan volume tertentu
disirkulasikan melalui sebuah modul dengan
laju alir yang tinggi. Proses ini berlangsung
sampai pemisahan yang dibutuhkan tercapai,
yang kemudian larutan konsentrat dikeluarkan
dari tangki umpan, dan unit siap untuk
pengolahan batch larutan kedua. Proses batch
cocok untuk operasi skala kecil yang umum di
industri-industri farmasi dan bioteknologi.
(Baker, 2004)
Gambar 2.5 Diagram skematik sistem batch

Pada proses mikrofiltrasi, untuk mengurangi konsumsi energi, dapat digunakan konfigurasi
batch standard yang lebih sederhana dan lebih murah. Konfigurasi batch ini dapat mengurangi
kebutuhan energi 30 sampai 50% dengan mengorbankan fluks rata-rata yang agak lebih
rendah. hat lower average flux. (Winston dan Sirkar, 1992)

Sistem Kontinyu

Pada proses kontinyu, digunakan laju alir umpan yang kontinyu. Umumnya pada proses
ultrafiltrasi kontinyu modul disusun secara seri untuk mendapatkan pemisahan yang
dibutuhkan dalam sekali lewat (single-pass). Pada sistem ini, volume larutan yang besar
disirkulasikan secara kontinyu melalui modul membran. (Baker, 2004)

Gambar 2.6 Diagram skematik sistem kontinyu

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 13


DESAIN SISTEM
Skema Aliran

Sistem Single-pass dan Recirculation

Sistem Single-pass

Pada sistem single-pass, larutan


umpan dilewatkan hanya sekali
melalui satu atau beberapa modul,
dengan kata lain tidak ada
sirkulasi. Maka volume larutan
umpan akan menurun dengan
panjang lintasan. Pada desain
muti-stage single-pass, kehilangan
volume ini dikompensasi dengan
menyusun modul dalam ‘tapered
design’ atau desain yang
meruncing. (Mulder, 1996) Gambar 2.7 Sistem single-pass

Sistem Recirculation

Pada sistem recirculation, umpan


diijinkan untuk beberapa kali
melewati one-stage, yang terdiri
dari beberapa modul. Tiap stage
dipasang dengan recirculation
pump yang memaksimalkan
kondisi hidrodinamika, sementara
pressure drop setiap single-stage
rendah. Sirkulasi kembali umpan
lebih disukai pada kasus-kasus
dimana fouling dan polarisasi
konsentrasi banyak terjadi seperti
pada mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi.
(Mulder, 1996) Gambar 2.8 Sistem recirculation

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 14


DESAIN SISTEM
Skema Aliran

Cascade

Desain single-stage sering tidak menghasilkan produk dengan kualitas yang


diinginkan dan untuk alasan ini, aliran rentetat atau permeat harus diolah pada stage
kedua. Kombinasi dari stage-stage disebut cascade. Operasi cascade menggunakan
sejumlah besar unit-unit, dimana permeat dari stage pertama diumpankan ke stage
kedua, dan seterusnya. Dengan operasi ini, produk dengan kemurnian yang sangat
tinggi mungkin untuk dihasilkan.
(Mulder, 1996)

Gambar 2.9 Sistem cascade

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 15


DESAIN SISTEM
Skema Aliran

Cascade: Tapered Mode

 Kecepatan cross-flow yang melalui


sistem konstan
 Panjang lintasan dan pressure drop
total besar
 Rasio volume antara umpan awal
dan rentetat sangat ditentukan oleh
konfigurasi sistem dan bukan oleh
tekanan yang digunakan.
(Mulder, 1996)

Gambar 2.10 Sistem cascade dengan tapered mode

Cascade: Free Recycle Mode

 Umpan ditekan dan diijinkan untuk beberapa kali melalui stage filtrasi yang terdiri dari
beberapa modul
 Setiap stage dilengkapi dengan pompa recycle untuk mempertahankan aliran balik rentetat
sementara memaksimalkan efisiensi pemisahan.
(Mulder, 1996)

Gambar 2.11Sistem cascade dengan


free recycle mode

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 16


DESAIN SISTEM
Skema Aliran

Ringkasan

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam desain proses sebuah sistem


membran (khususnya mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi), semuanya dirangkum pada gambar
di bawah ini.

Gambar 2.12 Faktor-faktor penting untuk desain proses sistem sebuah sistem membran
(Cheryan, 1998)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 17


SISTEM PEMROSESAN
Related Inventory

Pengendalian Proses: PLC dan OIS

Sistem-sistem pengendalian berbasis mikroprosesor


umumnya terdiri dari sebuah programmable logic
controller (PLC) dengan sensor and alarm. PLC
mengendalikan parameter-parameter dan alat-alat
yang otomatiskan. PLC diprogram dalam ladder
logic dan memberikan logic control in a step-wise
fashion.
(Singh, 2006)

www.labvolt.com

Sebuah operator interface system


(OIS) digunakan untuk
mengindikasikan dan mencatat data
sebagaimana yang dikumpulkan oleh
PLC. OIS dapat menjadi sebuah
mesin yang dikhususkan dengan
sebuah built-in display atau sebuah
personal computer (PC) dengan
software aplikasi OIS dan sebuah
PLC interface card.
(Singh, 2006)
www.labvolt.com

Aplikasi PLC – Sistem Elektro-Mekanik Aplikasi PLC - Sistem Elektro-


Pneumatik

www.labvolt.com

www.labvolt.com

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 18


SISTEM PEMROSESAN
Related Inventory

Pengendalian Proses: PLC dan OIS

Semua instrumen dan sistem


penendalian harus memberikan sebuah
cara untuk melaksanakan pengendalian
proses inter-lock, alarm, dan algoritma
untuk mencegah gangguan bahaya,
dan untuk shutdown peralatan proses
dengan aman. Alarm membiarkan
operator mengetahui ketika sebuah
proses menyimpang cukup jauh dari
kondisi normal, dan aksi cepat dijamin
untuk mencegah insiden kualitas atau
keamanan.
(Singh, 2006)

www.consultants-online.co.za

INDUSTRIAL RO SYSTEM WITH PLC CONTROLLER

Features:
1. Secara efisien menghilangkan
sampai 95% padatan terlarut total
2. Dikontruksi in safety features untuk
melindungi pompa tekanan tinggi dan
membran
3. On-line device untuk memonitor
kualitas air yang diolah
4. Sistem pembersihan membran
5. Sistem auto flush
6. Kontroler PLC
7. Pre-treatment filter
8. Pompa umpan
www.kiwipumps.com

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 19


SISTEM PEMROSESAN
Related Inventory

Pompa: Kriteria Pemilihan Pompa dan Pengendalian

Tujuannya adalah
untuk memilih pompa
dengan titik yang
ditaksir (desain)
sedekat mungkin
dengan titik efisiensi
terbaik seperti yang
ditentukan oeh
pabrikan.
(Singh, 2006)

Typical centrifugal pump curves

Setiap pabrikan pompa menyediakan kurva spesifik dari suatu pompa, seperti yang ditunjukkan
di atas. Kurva tersebut menghubungkan head, laju alir, daya, NPSHR, dan efisiensi untuk
diameter impeller spesifik untuk pompa khusus.
(Singh, 2006)

•Total Dynamic Pump brake horsepower


Head (TDH) (BHP) berhubungan dengan laju
•Net Positive alir (Q, (gpm)), total dynamic
HEAD Suction Head head (TDH atau H (ft)),
Required
(NPSHR) specific gravity (S.G.) dan
efisiensi (η) dengan hubungan:
•Material and
Energy Balance BHP =(H x Q x S.G.)/(3960 x η)
FLOW
RATE •Determines the
capacity of the Efisiensi ditetapkan oleh
pump
pabrikan pompa pemilihan
pompa akhir dibuat. Biasanya itu
•Brake berdasarkan pada uji-uji toko
Horsepower mereka untuk pompa-pompa
POWER (BHP) yang model dan ukuran sama.
•Efficiency
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 20
SISTEM PEMROSESAN
Related Inventory

Pompa: Kriteria Pemilihan Pompa dan Pengendalian

Tujuan dari pengendalian pompa adalah untuk mempertahankan setelah kondisi proses dan
mengoperasikannya dengan aman.
(Singh, 2006)

Kecepatan pompa dapat dikendalikan dengan Throttling dicapai dengan


menggunakan variable frequency driver (VFD) pengendali laju alir dan sebuah
terutama ketika kapasitas pompa sangat control valve pada aliran dicharge.
bervariasi. VFD termasuk power recovery Aliran yang terkontrol seringkali
turbin elektrik, elektromekanik, mekanik dan dicapai dengan self-regulating
hidrolik. (modulating) pressure-control valve
pada discharge pompa (seperti
pada aliran discharge pompa
Seringnya nyala dan mati dapat merusak tekanan tinggi RO), atau sebuah
pompa dan motor; karenanya tangki flow-control valve dan pengendali
penyimpanan dirancang untuk mengakomodasi dengan aliran yang dikonfigurasi
perubahan level dengan menyediakan tempat pada set point (seperti pada reject
penyimpanan yang memadai (waktu tinggal). flow control RO).

Pompa Sentrifugal

www.etc.usf.edu www.kiwipumps.com

Centrifugal pumps are the prime fluid movers in membrane plants for liquid separations.
In general, centrifugal pumps are used in moderate-to-high flow under low-head
conditions, and operate within the rated ranges of head and velocity.
(Singh, 2006)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 21


SISTEM PEMROSESAN
Related Inventory

Material: Stainless Stell

Class 1 Rouge Class 2 Rouge Class 3 Rouge


• Karena pelarutan baja • Kelas rouge ini terjadi • Rouge hitam, tidak
seperti pada kasus ketika klorida atau merah, dan terbentuk
impeler pompa halida lain ada. Ini dengan adanya uap air
dikendalikan korosi dan temperatur tinggi.
terbentuk pada Dapat ditemukan pada
permukaan stainless sistem uap air
steel pada tempat kemurnian tinggi yang
dimana lapisan pasif beroperasi pada
diterobos. temperatur tinggi.

www.reetex.com

Stainless steel (SS) tipe 316L telah menjadi material yang disukai untuk koonstruksi
pada pabrik farmasi. Stainless steel tersebut mengandung besi 70% dan karbon kurang
dari 0,03% (L adalah untuk karbon rendah). Rouging adalah hasil ion besi yang terlarut
(Fe2+) yang mengoksidasi menjadi ion besi yang tidak larut (Fe3+) dengan adanya
oksigen dan endapan seperti Fe203 or Fe(OH)3.
(Singh, 2006)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 22


SISTEM PEMROSESAN
Related Inventory

Material: Polimer

Termoplastik yang umum Fluoropolimer seperti PVDF dan perfluoroalkoksi


digunakan seperti polietilen (PFA) memiliki resistensi kimia yang sangat baik
(PE), polivinil klorida chloride terhadap air terdeionisasi, stabilitas termal yang
(PVC), dan polipropilen (PP) tinggi, resisten terhadap degradasi oleh cahaya
lebih murah daripada matahari. Fluoropolimer tersebut memiliki
fluoropolimer, seperti kaefisien friksi yang rendah tidak seperti
poliviniliden fluorida (PVDF) permukaan-permukan logam, sehingga mencegah
tetapi tidak bekerja sebaik pertumbuhan mikroorganisme (jamur dan bakteri),
pada kondisi temperatur tinggi. ini adalah penting karena tidak seperti pabrik-
Material tersebut juga pabrik kimia, biosida tidak dapat ditambahkan ke
mengandung plasticiser, heat HPW untuk mencegah pertumbuhan mikroba.
stabilisers, dan fire retardant Polimer PFA dapat digunakan pada temperatur
yang dapat lepas. PVDF dalam hingga 260oC, Akan tetapi, sangat material
bentuk murninya sangat murni tersebut sangat mahal, dan PVDF merupakan
dan tidak mengandung aditif. material yang lebih disukai.
(Singh, 2006) (Singh, 2006)

PVC PP

www.reetex.com

Since PVC and PP have low melting temperatures ~900C components using
these materials can only be sterilised by chemicals such as hydrogen peroxide
and chlorine, both of which require rinsing after sterilisation. The melt temperature
of PVDF, on the other hand, is 178oC that makes it amenable to steam
sterilisation. PVDF can also be sterilised by ozone. Since ozone has a short half-
life (minutes), PVDF systems do not need rinsing after sterilisation,
(Singh, 2006)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 23


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Pengolahan Air

Pengolahan Air Minum

Desalinasi Air Laut dengan Membran Reverse Osmosis (RO)

Sekarang ini desalinasi merupakan teknologi yang dominan pada teknologi membran.

Gambar 4.1 Unit Seawater Reverse Osmosis (SWRO) untuk


aplikasi desalinasi air laut, kapasitas 2000 liter/jam, dan
model operasi cross-flow (GDP Filter, Indonesia)

SWRO desalination plant

Gambar 4.2 Skema SWRO desalination plant (Voutchkov, 2013)

Desalination plant secara umum terdiri dari proses pretreatment, pemisahan membran RO,
dan remineralisasi permeat RO yang diikuti dengan disinfeksi.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 24


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Pengolahan Air

Pengolahan Air Minum

Desalinasi Air Laut dengan Membran RO

Berbagai Jenis Konfigurasi Sistem RO

Single-Stage SWRO System


Digunakan untuk produksi air minum
Terbatas pada permeat yang dihasilkan

Two-Stage SWRO Systems


Digunakan untuk memaksimalkan recovery
desalination plant keseluruhan dan mengurangi
volume konsentrat yang dihasilkan.

Two-Pass SWRO Systems


Digunakan baik ketika salinitas air laut tinggi (>
35000 mg/L) atau persyaratan kualitas air produk
sangat keras.

Three-Center RO System Configuration


 pumping center
 membrane center
 energy recovery center

Gambar 4.3 Sistem SWRO dengan berbagai


konfigurasi (Voutchkov, 2013)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 25


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Pengolahan Air

Pengolahan Air Minum

Combined UF-RO Mobile Unit


(Hotel jayakarta – Jakarta)

Gambar 4.4 Combined UF-RO Mobile Unit (GDP Filter, Indonesia)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 26


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Pengolahan Air

Proses EDI

Pada umumnya, proses EDI dikombinasikan dengan proses RO sebagai pretreatment untuk
menghilangkan komponen pembentuk kerak seperti Ca2+, Mg2+ dan senyawa organik lainnya.
RO dengan 2 tahapan proses sangat disarankan untuk menjaga stabilitas kinerja EDI.

Gambar 4.5 Skema proses sistem EDI dengan pretreatmen softener dan membran RO dua tahap
(double pass) (CEDIunversity.com)

Proses multimedia filtrasi deklorinasi, dan softening yang dikombinasikan dengan RO 1 tahap
juga dapat digunakan sebagai pengolahan awal umpan EDI. Dengan sistem ini, biaya investasi
dan sistem kontrol yang tinggi pada unit RO dapat dikurangi.

Sumber: CEDIunversity.com

Gambar 4.6 Skema proses sistem EDI dengan pretreatment multimedia filter, deklorinasi, softener, dan
membran RO satu tahap (CEDIunversity.com)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 27


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Pengolahan Air

Pengolahan Air Limbah

Bioreaktor Membran

Dua konfigurasi dasar bioreaktor: (1) konfigurasi tersikulasi kembali dengan sebuah
membran eksternal, (2) konfigurasi terendam dengan modul membran terendam
dalam lumpur aktif.

Gambar 4.7 Diagram skematik konfigurasi biorekator membran (MBR): (a) MBR dengan modul membran
eksternal dan (b) MBR dengan modul membran terendam (Ng dan Kim, 2007)

Gambar 4.8 Modul membran terendam PURON® (Judd dan Judd, 2011)

Membran PURON berbasis PES, dan diameter dalam 2,6 mm dan diameter luar 1,2
mm. Pada modul membran terendam PURON, pengamanan fiber-fiber hanya pada
pangkal, dengan filamen-filamen membran secara individu dikunci di atas . Tiap
bundel fiber menyediakan area membran 3,5 – 3,8 m. Bundel-bundel tersebut
dihubungkan berbaris dengan beberapa barisan dipasang dalam bingkai stainless
steel untuk membnetuk sebuah modul membran. (Judd dan Judd, 2011)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 28


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Pengolahan Air

Pengolahan Air Limbah

Bioreaktor Membran

Tiga teknologi MBR Berghof MT: (1)


BioFlow (berdasarkan conventional pumped
cross-flow), (2) BioPulse (modul dapat di-
backflush untuk mengurangi fouling dan
penyumbatan), dan (3) BioAirDS (untuk
pengolahan air limbah perkotaan dan
limbah air lain yang kurang komplek dan
pekat. (Judd dan Judd, 2011)
Gambar 4.9 Modul dan membran Berghof MT
(Judd dan Judd, 2011)

Gambar 4.10 Teknologi Berghof MT: (a) BioFlow, (b) BioPulseTM dan (c) BioAirDSTM (Judd dan Judd, 2011)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 29


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Pengolahan Air

Pengolahan Air Limbah

Bioreaktor Membran

Teknologi berdasarkan kombinasi proses lumpur aktif (activated sludge) dengan pemisahan biomassa
oleh membran. Keuntungan utama MBR melebih waste activated sludge processes antara lain: small
footprint, low to zero sludge production, complete solid removal, no bulking problems, effluent
disinfection, high oxygen utilization rate, dan high loading rate capabilities.

Gambar 4.11 Prinsip pengoperasian bioreaktor membran

Gambar 4.15 Modul membran hollow fiber

Gambar 4.12 Sistem membran terendam ( di dalam tangki aerasi)

Gambar 4.13 Sistem membran terendam ( di luar tangki filtrasi) Gambar 4.16 Modul membran plate terendam yang tersusun secara vertikal

Gambar 4.14 Sistem aliran samping Gambar 4.17 Modul membran tubular (modul aliran samping)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 30


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Pengolahan Air

Pengolahan Air Limbah

Reverse Osmosis

Pengolahan Air Terproduksi (Produced Water)

Air terproduksi mengandung logam-logam dalam konsentrasi tinggi, sejumlah kecil radionukleida alami
(radium 226), material organik terlarut volatile, bahan toksik yang sering ikut dengan produk
hidrokarbon, dan padatan terlarut dalam level tinggi. Komponen-komponen tersebut harus
dihilangkan sebelum air terproduksi dibuang atau digunakan kembali pada operasi pengeboran.
Teknologi pemisahan konvensional, pemisahan dengan gravitasi, kurang efektif.

Gambar 4.18 Pengolahan air terproduksi (produced water) dengan membran reverse osmosis

Penggunaan RO untuk pengolahan air terproduksi:


 efektif menghilangkan:
 partikel
 minyak terdispersi
 minyak teremulsi
 ukuran lebih kecil
 energi rendah
 laju lewatan besar

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 31


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Industri Pangan

Susu, Whey, dan Keju

Industri Susu

Skema umum proses membran pada industri susu ditunjukkan pada kedua gambar di bawah
ini, dimana ultrafiltrasi (UF) lebih sering digunakan.

Gambar 4.19 Pemrosesan dengan membran pada industri susu (Cheryan dan Alvarez 1995 dalam Cheryan, 1998)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 32


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Industri Pangan

Susu, Whey, dan Keju

Produksi Keju

Ultrafiltrasi banyak diaplikasikan dalam produksi keju; teknologi tersebut sekarang


digunakan secara luas di seluruh industri susu.

Gambar 4.20 Skema aliran produksi keju dengan metode tradisional dan dengan metode baru menggunakan
ultrafiltrasi (Baker, 2012)

Tujuan dari kedua proses membran pada gambar di atas adalah untuk meningkatkan
fraksi protein-protein susu yang digunakan sebagai keju atau produk berguna lain dan
untuk mengurangi masalah pembuangan limbah whey.

Ketika ultrafiltrasi digunakan, pemanfaatan protein susu yang menigkat meningkatkan


produksi keju sekitar 10%, sehingga proses tersebut telah diadopsi secara luas.
(Baker, 2012)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 33


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Industri Pangan

Susu, Whey, dan Keju

Pengolahan Cheese Whey

Whey adalah sebuah produk samping pada industri keju. Membran yang tepat dapat secara
simultan memfraksionasi, memurnikan, dan memekatkan komponen-komponen whey,
sehingga meningkatkan pemanfaatannya dan mengurangi malasah polusi.

Gambar 4.21 Pengolahan cheese whey dengan membran (Cheryan, 1998)

Tabel Pendekatan untuk mengintegrasikan proses membran untuk pembuatan keju (Pouliot, 2008)
Pendekatan Tipe Keju
Rentetat UF Cheddar, Cottage, Mozzarella, Saint-Paulin,
Brick, Colby, Edam, Quara
Rentetat UF Cheddar, Feta, Havarti, Gouda, Blue cheese
Liquid pre-cheese Camembert, Quara, Saint-Maure, Ricotta,
Cream cheese, Mascarpone, Feta,
Mozzarella, Saint-Paulin
Susu yang diolah dengan MF (low VCR and DF
dengan permeat susu) Cheddar, cottage
Rentetat MF Mozzarella
Menambahkan rentetat UF ke cheese milk Parmesan
Menambahkan rentetat PC, MPC atau UF untuk
standarisasi cheese milk Cheddar
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 34
Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Industri Pangan

Jus Buah

Pemekatan jus buah berbasis membran dengan berbagai mode operasi ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
 Operasi batch dengan full recycling rentetat  umum digunakan pada skala laboratorium
dan pilot. Rentetat dikembalikan ke tangki umpan melalui modul membran.
 Operasi batch dengan partial recycling rentetat modifikasi dari batch dengan full
recycling rentetat, merupakan mode operasi optimum karena jus-jus buah mengandung
sedikit padatan tertahan.
 Operasi diafiltrasi (DF) dapat digunakan pada pembuatan clear single-strength juices
untuk mendapatkan kembali gula-gula dan komponen-komponen berat molekul rendah
dari rentetat dan memaksimalkan yield proses.
 Konfigurasi feed-and-bleed umumnya digunakan untuk operasi continuous full scale

Gambar 4.22 Skema mode-mode operasi pada mikrofiltrasi (MF) dan ultrafiltrasi (UF) untuk pemekatan jus buah.
(a) Batch dengan full recycle rentetat; (b) batch dengan partial recycle rentetat; (c) diafiltrasi; dan
(d) operasi feed-and-bleed. (Cassano, 2007)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 35


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Industri Pangan

Jus Buah

Proses membran yang terintegrasi dapat menghasilkan jus buah pekat dengan kualitas tinggi.
Skema umum untuk produksi konsentrat jus buah dengan operasi membran terintegrasi
ditunjukkan pada gambar di bawah. Jus pekat dengan kualitas bagus, konsentrasi total soluble
solids (TSS) tidak melebihi 30 Brix, dapat diperoleh dengan RO. Pemekatan lebih lanjut dari
rentetat RO dengan osmotic distillation (OD) mengiijinkan produk yang pekat, hampir sama
dengan yang dicapai dengan hanya menggunakan OD, diharapkan dapat mengurang biaya
pengolahan secara signifikan. Larutan stripping yang digunakan di tahap OD dapat dipekatkan
kembali dengan evaporasi terma, didinginkan, dan dialirkan kembali ke sistem OD.
(Cassano dan Drioli, 2010)

Gambar 4.23 Skema proses operasi membran terintegrasi untuk produksi jus buah pekat (Cassano dan Drioli, 2010)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 36


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Industri Pangan

Jus Buah

Sebuah proses membran yang terintegrasi untuk produksi jus jeruk pekat ditunjukkan
pada gambar di bawah. Proses tersebut melibatkan UF sebagai tahap penjernihan
(clarification), RO sebagai tahap pemekatan awal (pre-concentration) jus yang telah
diklarifikasi, dan OD sebagai tahap pemekatan (concentration).
(Cassano, 2007)

Gambar 4.24 Proses membran terintegrasi untuk produksi jus jeruk pekat . UF, ultrafiltration; RO, reverse
osmosis; OD, osmotic distilation. (Cassano, 2007)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 37


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Industri Pangan

Recovery Asam Sitrat

Recovey asam sitrat (citric acid) dari broth fermentasi secara konvensional (lime-
sulfuric acid method atau liquid extraction process) (Kirk-Othmer, 1964) memiliki
kelemahan, yaitu penggunaan agen kimia yang besar, menghasilkan limbah dan
residu padatan yang besar, dan degradasi termal produk. Teknik-teknik alternatif
dengan menggunakan distilasi membran dan elektrodialisis telah diinvestigasi
(Tomaszewska dkk., 1995; Voss dkk., 1986; Novolic dkk., 1995).

Gambar 4.25 Diagram alir proses recovery asam sitrat dari broth fermentasi (Widiasa dkk., 2004)

 EDI merupakan teknik potensial untuk recovery asam sitrat dari broth fermentasi
 Ada perbedaan esensial pada kedua mekanisme perpindahan arus dan hambatan listrik
antara proses EDI dan ED
 Efisiensi arus keseluruhan pada rentang 40-96% dan merupakan fungsi konsentrasi umpan
dan densitas arus.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 38


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Industri Pangan

Protein dan Minyak Nabati

Protein Nabati

Proses-proses yang dikembangkan untuk produksi full-fat soy protein concentrate dan
soy isolate ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 4.26 Produksi full-fat soybean protein concentrate atau purified soymilk from whole soybeans dengan
ultrafiltrasi (Omosaiye, 1978 dalam Cheryan, 1998)

Gambar 4.27 Produksi soy isolates dengan ultrafiltrasi (Nichols dan Cheryan, 1981 dalam Cheryan, 1998)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 39


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Industri Pangan

Protein dan Minyak Nabati

Minyak Nabati

Gambar 4.28 Pengolahan minyak nabati dengan cara tradisional (kiri) dan dengan membran (kanan). VP adalah
vapor permeation dan GS adalah gas separation. (Cheryan, 1998).

 Teknologi konvensional adalah padat energi, menggunakan air dan bahan kimia dalam jumlah
besar, dan menghasilkan keluaran yang sangat terkontaminasi.
 Pemrosesan membran mengatasi kekurangan ini, dan juga menghilangkan fosfolipid dan asam-
asam lemak bebas.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 40


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Industri Medis

Hemodialisis (HD)

Hemodialisis digunakan untuk menghilangkan metabolit limbah dari pasien yang mengalami gagal
ginjal.

Gambar 4.29 Hemodialisis

Gambar 4.30 Skema proses hemodialisis

 Solut berat molekul rendah dihilangkan dengan difusi yang digerakkan oleh gradien konsentrasi
lintas membran
 HD tidak mengijinkan penghilangan toksin yang lebih besar
 Tipe permeabilitas hidrolik rendah membuat pengontrolan volume fluida yang dihilangkan akurat
mudah
 Air berlebih yang terakumulasi selama perode interdialitik di saring keluar dengan secara transien
menggunakan perbedaan tekanan lintas membran (transmembrane pressure, TMP) untuk
mempertahankan keseimbangan fluida pasien.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 41


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Industri Medis

Membran Hemodialisis

Gambar 4.31 Skema hollow fiber and plate-and-frame dialyzers (Baker, 2012)

Amerika 1975 : 65% Dialyser coil, 20% Hollow fiber, 15% Plate & frame
Amerika, 1985 : 67% Hollow fiber, 33% Plate & frame
Amerika, 1996 : 95% Hollow fiber

Tipe yang paling umum adalah hollow-fiber catridge, yang teridiri dari bundel 10 000-15 000 fiber
yang ditempatkan dalam sebuah housing transparan polipropilen

 Membran hollow fiber memiliki area 1-2 m2 dan diameter 0,1-0,2 mm


 Housing  diameter 2 in dan panjang 1-2 ft
 Keuntungan desain hollow fiber  dapat menangani 60-100 ml darah dan mudah untuk dicuci

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 42


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Industri Medis

Pertukaran Gas

Didesain untuk mengganti seluruh fungsi pertukaran gas pada paru-paru alami (yaitu
pemasukan O2 ke dan penghilangan CO2 dari darah) untuk mengoksigenasi darah ketika
jantung harus dihentikan untuk intervensi pembedahan.

Gambar 4.32 Skema pertukaran gas dengan membran untuk menggantikan fungsi paru-paru

 Membran memisahkan darah dan gas kaya O2, gas miskin CO2, sementara menyediakan
area kontak yang besar
 Membran dan antarmuka membran-fluida memberikan resistensi tambahan pada
perpindahan gas
 Sekarang ini, membran hidrofobik mikropori dengan ukuran pori maksimal lebih rendah
dari 0,1 µm umum digunakan yang memiliki tegangan permukaan yang cukup untuk
mencegah air plasma dari melewati membran.

Darah menyerap oksigen dan dilepaskan karbon dioksida dengan proses perpindahan massa
melewati membran
Kepadatan hollow fiber memberikan oksigenator volume kecil yang meminimalkan kebutuhan
transfusi darah selama pembedahan. Kinerja modul ditentukan oleh perpindahan massa pada
sisi darah pada membran.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 43


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Industri Kimia

Recovery Minyak Pelumas

Proses Penghilangan Wax Konvensional dan Mobil Oil’s membrane solvent

Gambar 4.33 Proses Penghilangan Wax Konvensional dan Mobil Oil’s membrane solvent (Baker, 2004)

Unit komersial 3-juta pertama diinstal di Mobil’s Beaumont refinery pada tahun 1998.
Membran poliimida dalam modul spiral wound digunakan.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 44


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Industri Kimia

Membran Pemisahan Gas

Recovery Hidrogen dari Ammonia

 Desain membran dua tahap digunakan untuk mengurangi biaya rekompresi aliran
permeat hidrogen ke tekanan yang sangat tinggi pada reaktor ammonia.
 Dengan membagi proses menjadi dua tahap operasi pada rasio tekanan yang
berbeda, recovery hidrogen maksimum dapat dicapai dengan biaya rekompresi
hidrogen permeat yang minimum.

Gambar 4.34 Skematik aliran sistem membran PRISM® untuk recovey hidrogen dari ammonia, dan foto sistem
membran PRISM®, Air Products and Chemicals, Inc. yang diinstal pada pabrik ammonia .(Baker,
2012)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 45


Desain Proses untuk Aplikasi Industrial
Industri Kimia

Membran Pemisahan Gas

Pemisahan Oksigen/Nitrogen

Gambar 3.35 Desain satu tahap, dua tahap, dan tiga tahap untuk produksi nitrogen dari udara (Baker, 2012)

 Desian dua tahap  mengurangi are membran dan beban kompresor sekitar 6%
 Desian tiga tahap  menghemat area membran 2% lagi dan sedikit daya kompresor, tetapi
membutuhkan dua kompresor

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 46


DAFTAR PUSTAKA
Baker, R. W. (2004): Membrane Technology and Applications, John Wiley & Sons, Ltd, West
Sussex, England.
Baker, R. W. (2012): Membrane Technology and Applications, John Wiley and Sons, West
Sussex, United Kingdom.
Cassano, A. dan E. Drioli (2010): Membrane Contactors in Integrated Processes for Fruit-Juice
Processing, Membranes for Food Applications, K.-V. Peinemann, S. P. NunesdanL. Giorno,
WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim, 3.
Cheryan, Munir. (1998): Ultrafiltration and Microfiltration Handbook, Taylor & Francis
Routledge, Lancaster, USA.
H. Voss, J. Membr. Sci. 27(1986) 165.
Judd, S. dan C. Judd (2011): The MBR Book. Principles and Applications of Membrane
Bioreactors for Water and Wastewater Treatment, Elsevier Ltd. , Oxford.
Kirk-Othmer, Encyclopedia of Chemical Technology, 2nd ed., Wiley, New York, 1964
Li, N. N., A. G. Fane, W. W. Ho dan T. Matsuura (2008): Advanced membrane technology and
applications, John Wiley & Sons, New Jersey.M. Tomaszewska, M. Gryta, A.M. Morawski,J.
Membr. Sci. 102(1995) 113..
Mulder, M. (1996): Basic Principles of Membrane Technology, Kluwer Academic Publishers,
Dordrecht.
Ng, A. N. L. dan A. S. Kim (2007): A mini-review of modeling studies on membrane bioreactor
(MBR) treatment for municipal wastewaters, Desalination, 212, 261-281.
Pouliot, Y. (2008): Membrane processes in dairy technology—From a simple idea to worldwide
panacea, International Dairy Journal, 18, 735-740.S. Novolic, F. Jagschits, J. Okwor, K.D.
Kulbe, J. Membr. Sci. 108(1995)201.
Singh, R. 2006. Hybrid Membrane Systems for Water Purification: Technology, Systems Design
and Operation. Elsevier.
Voutchkov, N. (2013): Desalination Engineering. Planning and Design, McGraw-Hill Companies,
Inc., New York.
Widiasa, I. N., P. D. Sutrisna dan I. G. Wenten (2004): Performance of a novel
electrodeionization technique during citric acid recovery, Separation and Purification
Technology, 39, 89-97.
www.labvolt.com
www.consultants-online.co.za
www.kiwipumps.com
www.etc.usf.edu
www.kiwipumps.com
www.reetex.com

View publication stats


Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2014 47

Anda mungkin juga menyukai