Anda di halaman 1dari 4

Sari Pediatri, Vol. 4, No. 1, Juni 2002 Sari Pediatri, Vol. 4, No.

1, Juni 2002: 45 - 48

Telaah Kritis Makalah Uji Klinis


Partini Pudjiastuti Trihono

vidence based medicine (EBM) ialah suatu cara perasat psikologi, penyuluhan kesehatan, dan

E pendekatan untuk memanfaatkan bukti


mutakhir yang sahih dalam tatalaksana pasien.
Untuk dapat memanfaatkan bukti mutakhir
diperlukan kemampuan untuk melakukan telaah kritis
sebagainya. Tiga syarat yang sebaiknya ada pada uji
klinis yaitu ada kelompok kontrol, ada randomisasi,
dan ketersamaran (blinding/masking).2,3
Baku emas uji klinis ialah uji klinis prospektif, acak,
terhadap makalah atau hasil penelitian orang lain buta ganda dengan plasebo (randomized, double blind,
sebelum kita mengadopsi hasil penelitian tersebut. Cara placebo-controlled clinical trial), yang mempunyai urutan
pendekatan EBM mengajarkan pokok-pokok untuk tertinggi dalam hirarki pembuktian hubungan sebab
melakukan telaah kritis terhadap sebuah makalah akibat.1 Berdasarkan tujuan akhirnya, uji klinis dibagi
dengan 3 patokan yang disingkat sebagai VIA, yaitu: menjadi 2, yaitu uji pragmatis (pragmatic trial) dan
"Validity" atau kesahihan penelitian, "Important" yang explanatory trial. Pada uji pragmatis peneliti hanya ingin
berarti pentingnya hasil penelitian, serta "Applicability" membuktikan ada hubungan sebab-akibat, tanpa
penerapan (aplikasi) hasil penelitian tersebut pada menjelaskan mengapa dan bagaimana sifat hubungan
lingkungan kita.1 tersebut. Hasil uji pragmatik ini diasumsikan akan
Uji klinis merupakan suatu uji eksperimental yang diterapkan dalam klinis sehari-hari. Uji ini menggunakan
paling kuat untuk menentukan adanya hubungan analisis yang disebut intention to treat analysis yang berarti
sebab akibat. Uji ini merupakan uji intervensi yang semua subyek penelitian yang telah dirandomisasi
sering dilakukan untuk membandingkan satu jenis diikutsertakan dalam analisis sesuai dengan alokasi
obat dengan obat lain atau dengan plasebo, dalam awalnya, tanpa melihat apakah subyek tersebut memakai
menyembuhkan suatu penyakit.2,3 Tulisan ini akan atau tidak obat/terapi yang diujikan atau plasebo, atau
menjelaskan tahapan melakukan telaah kritis makalah apakah subyek ini meninggal sebelum memakai obat yang
uji klinis disertai contoh-contoh bila perlu. diujikan. Subyek yang tidak minum obat, lost to follow
up, dan yang pindah ke kelompok lain, dianggap sebagai
kegagalan dari kelompok asalnya. Explanatory trial
Uji klinis (clinical trial ) merupakan uji yang dilakukan di laboratorium, yang
bertujuan menjelaskan hubungan sebab akibat. Uji
Sebelum melakukan telaah kritis terhadap makalah uji eksplanatori ini mengunakan cara analisis on treatment
klinis, di bawah ini akan diberikan penyegaran analysis yang berarti hanya subyek yang menyelesaikan
mengenai uji klinis. Uji klinis ialah suatu penelitian penelitian sampai akhir saja yang diikut sertakan dalam
eksperimental yang dilakukan di klinik, artinya si perhitungan selanjutnya.2,3
peneliti menentukan kelompok mana yang mendapat
perlakuan yang diujikan dan kelompok mana yang
mendapat plasebo atau perlakuan pembanding, dan Telaah Kritis Uji Klinis
kemudian si peneliti melakukan analisis terhadap hasil
intervensi tersebut.2 Perlakuan atau intervensi dalam Dalam melakukan telaah kritis makalah ilmiah,
uji klinis dapat berupa obat, perasat bedah, nutrisi, terdapat 2 tahap yaitu telaah secara umum dan secara
khusus. Secara umum diperiksa kelengkapan makalah
tersebut, dimulai dari judul dan penulisnya, abstrak,
Alamat Korespondensi:
pendahuluan, metoda, hasil, diskusi, ucapan terima
Dr. Partini P. Trihono, SpA(K).
Staf Subbagian Nefrologi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. kasih (bila ada), dan daftar pustaka.4 Telaah uji klinis
Jl. Salemba no.6, Jakarta 10430. secara khusus meliputi 3 aspek, yaitu validity,
Telepon: 021-3915179. Fax: 021-390 7743. important, dan applicability.

45
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 1, Juni 2002

Validity pembanding) mendapat perlakuan yang sama?


6. Apakah kedua kelompok tersebut sebanding pada
"Metode" makalah tersebut. Ada beberapa hal perlu awal percobaan? Yang dimaksud sebanding di sini
ditelaah, antara lain:1-3 ialah sebanding dalam hal faktor-faktor prognostik
• Pemilihan subyek: dalam hal ini apakah peneliti yang mempengaruhi hasil keluaran.
telah menyebutkan kriiteria inklusi dan eksklusi
dengan jelas, serta dijelaskan pula tehnik pengam- Important
bilan subyek dan perhitungan besar sampel. Besar
sampel menentukan kekuatan (power) penelitian Pentingnya hasil sebuah penelitian dapat dilihat pada
tersebut untuk membuktikan adanya perbedaan bagian "Hasil" dari makalah. Secara tradisional untuk
kalau perbedaan itu memang ada. melihat apakah ada perbedaan antara perlakuan yang
• Randomisasi atau alokasi random yaitu pemilihan diujikan dibandingkan dengan perlakuan kontrol atau
subyek yang mendapat perlakuan yang diujikan, plasebo, dengan melihat nilai p. Namun nilai p saja
dan subyek yang mendapat perlakuan pembanding tidak banyak memberi informasi mengenai manfaat
atau plasebo. Randomisasi dapat diterapkan pada obat atau prosedur pengobatan. Sebagai contoh: obat
setiap uji klinis. A secara statistik dapat menurunkan tekanan darah
• Ketersamaran: apakah hanya si peneliti atau subyek sebesar 3 mmHg dibandingkan dengan obat B, dengan
atau keduanya, yang tidak mengetahui kelompok nilai p < 0,05. Namun bagi seorang klinikus penurunan
mana yang menerima perlakuan dan kelompok tekanan darah sebesar 3 mmHg tidak mempunyai
mana yang menjadi kontrol. Ketersamaran tidak makna.
dapat diterapkan pada semua uji klinis, misalnya Yang lebih informatif adalah dengan menghitung
pada uji perasat bedah. berapa besar perlakuan yang diujikan memberi
• Selain perlakuan yang diujikan, maka kedua perbaikan dibandingkan dengan kontrol, yaitu
kelompok harus mendapat perlakuan yang sama dengan menghitung relative risk reduction (RRR), atau
• Apakah pemantauan hasil keluaran (outcome) cukup menghitung absolute risk reduction (ARR) yaitu selisih
lama dan lengkap agar dapat menjawab pertanyaan proporsi kesembuhan atau kegagalan antara kelom-
penelitian, dan ditelaah pula berapa banyak subyek pok perlakuan dan kontrol. Perhitungan kemudian
yang tidak menyelesaikan penelitian karena tidak dilanjutkan dengan NNT (number needed to treat)
pernah kontrol lagi atau berhenti dari penelitian. dan NNH (number needed to harm). NNT me-
Pada uji pragmatik jumlah subyek yang tidak nunjukkan jumlah pasien yang harus diobati untuk
menyelesaikan penelitian tidak boleh melebihi memperoleh tambahan 1 hasil yang baik atau
20%,1 sedang pada uji explanatory tidak boleh menghindarkan 1 kegagalan, sedang NNH berarti
melebihi 5%. jumlah pasien yang diobati untuk menambah 1 orang
• Analisis apa yang direncanakan oleh peneliti dan .mendapat efek yang tidak diinginkan.1
apakan si peneliti taat azas pada rencana semula Contoh: sebuah uji klinis acak, buta ganda,
Secara singkat dalam menelaah uji klinis ada 6 membandingkan obat E yang merupakan obat baru
pertanyaan yang perlu dijawab, yaitu:1 penurun tekanan darah dengan obat C sebagai kontrol,
1. Apakah dilakukan randomisasi dan apakah daftar yang telah lama dipakai sebagai obat antihipertensi.
randomisasi disegel? Kedua obat tersebut diberikan selama 1 tahun. Target
2. Apakah pemantauan subyek penelitian cukup lama
dan lengkap? Nama Kejadian stroke Jumlah
3. Apakah seluruh subyek yang ikut dalam peneltian obat Tidak Ya
dihitung dalam kesimpulan akhir sesuai dengan E 40 10 50
alokasi awalnya? C 30 20 50
4. Apakah peneliti dan subyek tidak mengetahui siapa
yang menerima perlakuan dan siapa yang menjadi
kontrol (ketersamaran)? yang diharapkan adalah penurunan tekanan darah
5. Selain perlakuan yang sedang diuji, apakah kedua diastolik sampai di bawah 90 mmHg. Kejadian yang
kelompok (kelompok perlakuan dan kelompok ingin dihindarkan ialah stroke. Obat E ini mempunyai

46
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 1, Juni 2002

efek samping menimbulkan batuk ringan. Hasil uji • Relative risk increase (RRI) menunjukkan berapa
klinis ini dimasukkan ke dalam tabel seperti di bawah persen obat E meningkatkan risiko memperoleh
ini: efek samping, dihitung dengan rumus RRI =
( CER-EER ) / CER = ( 0,2-0,7 ) / 0,2 = 250%,
Terjadinya stroke dianggap sebagai kegagalan obat. berarti dengan menggunakan obat E selama
• Kejadian stroke pada kelompok kontrol (control setahun meningkatkan risiko mendapat efek
event rate,CER) = 20/50 =0,4 samping obat 25 kali
• Kejadian stroke pada kelompok eksperimen • Absolute risk increase (ARI) menunjukkan perbedaan
(experimental event rate,EER) = 10/50 = 0,2 aktual antara obat E dan obat C dalam menim-
• Relative risk reduction (RRR) menunjukkan berapa bulkan efek samping, dihitung dengan rumus ARI
persen obat E dapat menurunkan kegagalan terapi, = ( CER-EER ) = ( 0,2-0,7 ) = 0,5 (50%)
dihitung dengan rumus RRR=(CER-EER)/CER, • NNH = 1/ARI = 1/0,5 = 2, artinya diperlukan
maka RRR = (0,4-0,2)/0,4 = 50%, artinya obat E mengobati 2 pasien dengan obat E selama 1 tahun
dapat menurunkan kegagalan sebanyak 50% untuk menambah 1 orang memperoleh efek
dibandingkan dengan obat C. Kelemahan dari samping (dalam contoh ini efek samping batuk)
RRR ialah angka ini menunjukkan suatu rasio, Dari contoh di atas jelaslah bahwa NNT dan NNH
sehingga meskipun perbedaan kejadian antara memberikan pengertian berapa besar usaha yang
kelompok dan eksperimen sangat kecil, yang secara dilakukan untuk mencegah atau menyebabkan
klinis tidak bermakna, dapat memberikan ARR tambahan 1 hasil yang tidak diinginkan, yang juga
yang besar. Sebagai contoh: bila CER = 0,0004. memberikan nuansa perbandingan antara usaha yang
dan EER= 0,0002, maka ARR = 50% juga, dilakukan dengan hasil yang diperoleh. Hal ini
padahal perbedaan kejadian yang 2 per 10.000 merupakan kelebihan dari cara pandang ini diban-
kasus tersebut secara klinis tak bermakna. dingkan dengan hanya melihat nilai p saja. Nilai p
• Absolute risk reduction (ARR) menunjukkan hanya menunjukkan kemaknaan secara statistik saja,
perbedaan kegagalan aktual antara obat E dan namun seringkali secara klinis perbedaan tersebut tidak
obat C. ARR dihitung dengan menggunakan bermakna.
rumus ARR = CER-EER, maka ARR = 0,4 - 0,2=
0,2 (20%), berarti selisih kegagalan obat E Applicability
dibandingkan obat C sebesar 20%. Tampak
bahwa ARR lebih informatif dari pada RRR. Setelah menyimpulkan bahwa suatu uji klinis telah
valid dan hasilnya cukup penting, maka pertanyaan
Nama Kejadian efek Jumlah selanjutnya ialah apakah hasil uji klinis ini dapat
obat samping batuk diterapkan pada pasien yang kita hadapi di klinik
Tidak Ya tempat kita bekerja. Untuk dapat menjawab
E 15 35 50 pertanyaan tersebut, maka pertama kali kita harus
C 40 10 50 menentukan apakah pasien di klinik kita mem-
punyai kemiripan dengan subyek yang diteliti di
makalah tersebut. Kemiripan yang dimaksud di sini
• NNT dihitung dengan menggunakan rumus ialah dalam faktor yang mempengaruhi prognosis.
NNT=1/ARR, sehingga didapatkan NNT= 1/0,2 Untuk dapat menerapkan NNT hasil uji klinis ke
= 5, artinya hanya diperlukan 5 orang yang diberi pasien di klinik kita, terlebih dahulu ditentukan nilai
obat E selama 1 tahun, untuk dapat menghindarkan estimasi f, yaitu faktor yang menunjukkan berapa
1 orang dari kejadian stroke. berat pasien kita dibandingkan dengan pasien pada
Bila dilihat dari efek samping obat, maka hasil uji klinik uji klinis. Bila pasien di klinik kita mirip dengan
ini dapat dimasukkan ke dalam table di bawah ini: rerata pasien uji klinis maka f = 1. Bila lebih berat,
• Kejadian efek samping pada kelompok kontrol berarti lebih sulit sembuh, maka f <1; dan apabila
(CER) = 10/50 = 0,2 pasien di klinik kita kurang berat sakitnya di-
• Kejadian efek samping pada kelompok terapi bandingkan dengan pasien uji klinis, maka nilai f>1.
(EER) = 35/50 = 0,7 Nilai NNT untuk pasien kita = NNT uji klinis / f.

47
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 1, Juni 2002

Selanjutnya, dijelaskan kepada pasien kita tentang pasien kita setelah disesuaikan dengan keadaan pasien
manfaat dan konsekuensi dari pengobatan tersebut, dan yang kita hadapi, dan mendapat persetujuan pasien.
apabila pasien memahami dan menyetujuinya barulah
hasil uji klinis tersebut dapat diterapkan kepada pasien.
Daftar Pustaka

Ringkasan 1. Sackett D. Evidence based medicine: how to prac-


tice and teach EBM. edisi 2 Toronto: Churchill
Livingston, 2000
Telaah kritis makalah uji klinis terdiri dari 2 tahap, 2. Pocock SJ. Clinical trials – a practical approach.
yaitu telaah umum dan telaah khusus. Telaah khusus Chichester: John Wiley & Sons, 1991
uji klinis meliputi 3 aspek yang disingkat VIA: Validity, 3. Harun SR, Sutomenggolo TS, Wiharta AS, Chair I. Uji
Important, Apllicability. Validitas uji klinis dilihat Klinis. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting.
Dasar dasar metodologi penelitian klinis, edisi-2. Jakarta:
terutama pada randomisasi, lamanya pemantauan, dan
Sagung Seto, 2002. h. 144-65.
apakah seluruh subyek dianalisis sesuai dengan alokasi 4. Sastroasmoro S. Telaah kritis makalah kedokteran (I).
awalnya. Pentingnya hasil uji klinis dilihat dari besarnya Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar
NNT dan NNH, yang memberikan pengertian berapa dasar metodologi penelitian klinis, edisi-2. Jakarta:
besar usaha yang dilakukan untuk mencegah atau Sagung Seto, 2002. h. 341-44.
5. Sastroasmoro S. Telaah kritis makalah kedokteran (2).
menyebabkan tambahan 1 hasil yang tidak diinginkan. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar
Aspek ke-tiga dari EBM ialah patient’s preference, dasar metodologi penelitian klinis, edisi-2. Jakarta:
sehingga hasil uji klinis baru dapat diaplikasikan kepada Sagung Seto, 2002. h. 345-64.

48

Anda mungkin juga menyukai