SKRIPSI
Florentina Rahabeat
1461050112
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2017
1
PERBEDAAN KEJADADIAN DIARE PADA ANAK USIA
6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN
TIDAK EKSKLUSIF
SKRIPSI
PENELITIAN
Florentina Rahabeat
1461050112
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2017
ii
PERBEDAAN KEJADADIAN DIARE PADA ANAK USIA
6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN
TIDAK EKSKLUSIF
Disusun Oleh :
Florentina Rahabeat
1461050112
Mengetahui,
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
( Florentina Rahabeat )
NIM : 1461050112
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai sivitas akademik Universitas Kristen Indonesia, saya yang bertanda tangan
dibawah ini;
Nama : Florentina Rahabeat
NIM : 1461050112
Program Studi : Kedokteran
Fakultas : Kedokteran
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Kristen Indonesia bebas royalti noneksklusif (Non Exclusive royalty free
right) atas karya ilmiah yang berjudul : “Perbedaan Kejadian Diare Pada Anak
Usia 6-24 Bulan Yang Mendapat ASI eksklusif Dan Tidak Eksklusif ” Beserta
perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalti noneksklusif ini
Universitas Kristen Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan (database), merawat dan mempublikasikan tugas
akhir saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik hak cipta.
Yang menyatakan
( Florentina Rahabeat )
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
kasih, berkat dan penyertaanNya, serta ucapan terima kasih atas bantuan dari
berbagai pihak yang terkait dengan penulisan skripsi yang berjudul “Perbedaan
Kejadian Diare Pada Anak Usia 6-24 Bulan Yang Mendapat ASI Eksklusif
Daan Tidak Eksklusif”, hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh ujian akhir program studi S1 Kodokteran di Universitas Kristen
Indonesia.
v
vi
vi
7. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dalam bentuk moral,
materi, motivasi dan doa yang selalu menyertai penulis.
8. Ibu Nona, selaku Ketua Posyandu Cendana, Kelurahan Cawang, yang telah
mengizinkan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9. Kakak-kakakku tersayang Alekxander Rahabeat, Jemy Alfriando Rahabeat,
Hilarius Rahabeat serta adik-adikku Yuli Astari Rahabeat, Willy Didimus
Rahabeat, Agnes Maraike Wardany Rahabeat, Blandina Laiyanan, atas doa,
dukungan dan semangat yang telah diberikan selama ini
10. Ibu-ibu di Posyandu Cendana yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi
subjek penelitian.
11. Teman-teman terkasih Ester Yuliana Sianturi, Kartika Desy Natalia T, Stella
Irene Bontong, Lisa Novita Ginting, Yolanda Thalia T, Nina Pasaribu, Retno
Adiningsih, Elisabeth Natalia Balok Nahak, yang selalu memberikan dukungan
doa dan semangat dalam bentuk apapun selama proses penyelesaian skripsi ini.
12. Dany dias selaku teman seperjuangan satu dosen pembimbing yang memberi
dukungan dan motivasi.
13. Rekan-rekan sejawat FK UKI angkatan 2014.
14. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam
penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,
untuk itu penulis memohon maaf atas hal tersebut. Akhir kata penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak dan berharap skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Jakarta, 22 Februari 2018
Florentina Rahabeat
vi
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.2.5.Patogenesis ………………………………………………….. 11
II.2.6.Diagnosis ……………………………………………………. 14
viii
II.2. ASI Eksklusif …………………………………………………….…... 16
ix
II.3. Susu Formula ………………………………………………………… 30
x
IV.4.6. Variabel Penelitian ……………………………………………....... 46
xi
BAB VI KESIMPILAN DAN SARAN
LAMPIRAN ………………………………………………………………………. 65
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Beberapa Penyebab diare yang menyebabkan diare pada manusia ……… 10
Tabel 2. Gejala khas diare oleh berbagai penyebab ……………………………..... 13
Tabel 3. Komposisi Kolostrum dan ASI …………………………………………... 20
Tabel 4. Karakteristik Subjek Penelitian ………………………………………….. 53
Tabel 5. Kejadian Diare Pada Anak Usia 6-12 Dan >12-24 Bulan ………………. 54
Tabel 6. Kejadian Diare Pada Anak Usia 6-24 Bulan Berdasarkan
Jenis Kelamin …………………………………………………………….. 54
Tabel 7. Kejadian Diare Pada Anak Usia 6-24 Bulan Yang Mendapat
ASI Eksklusif Dan Tidak Eksklusif ……………………………………… 55
Tabel 8. Kejadian Diare Pada Anak Usia 6-24 Bulan Dengan
Tingkat Pengetahuan Ibu ………………………………………………… 56
Tabel 9. Kejadian Diare Pada Anak Usia 6-24 Bulan Dengan
Tingkat pendidikan Ibu ………………………………………………….. 56
xiii
DAFTAR SINGKATAN
IgA : Imunoglobulin A
pH : potensial Hidrogen
kal: Kalori
ml :milliliter
Kkal : Kilokalori
G : Gram
mg : Miligram
xiv
sIgA : secretory Immunoglobulin A
IL : Interleukin
dL :Desiliter
xv
Abstrak
Diare masih menjadi suatu masalah bagi kesehatan masyarakat di negara berkembang
terutama di Indonesia. Kejadian diare terbanyak menyerang kelompok usia 6-24
bulan, hal ini terjadi karena bayi mulai mendapat makanan tambahan di luar ASI,
dimana risiko ikut sertanya kuman pada makanan tambahan menjadi tinggi. Air Susu
Ibu (ASI) merupakan air susu yang mengandung antibodi sehingga anak yang diberi
ASI memiliki daya tahan tubuh yang lebih stabil dibandingkan dengan anak yang
diberi susu formula. Susu Formula merupakan susu untuk bayi yang sebagian besar
berasal dari susu sapi atau kedelai. Pemberian susu formula diindikasikan bagi bayi
yang disebabkan suatu hal tidak mendapat ASI atau sebagai tambahan apabila ASI
tidak mencukupi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian diare
pada bayi usia 6-24 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif. Penelitian
ini menggunakan penelitian analitik dengan desain case control. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 60 anak. Data dianalisa menggunakan SPSS dengan uji Chi-
square Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kejadian diare pada bayi usia
6-24 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif.
Kata kunci : Diare ,usia 6-24 bulan, ASI eksklusif, ASI tidak eksklusif
xvi
Abstract
Diarrhea is still a problem for public health in the developing countries, especially in
Indonesia. The incidence of diarrhea mostly affects infants in 6-24 months age group
because the infants start to obtain non-milk supplementary food in this age group,
which consequently increases the risk of getting infection due to the consumption of
germ-contaminated food. Breast milk contains required antibody, and the breastfed
infants tend to have more stable immune system compared to formula-fed infants.
Most infant formula are made from cow’s milk or soy bean. Formula feeding is
indicated for those who are unable to obtain breast milk, and infant formula is often
used as supplementary milk for those whose mother are unable to provide adequate
breast milk. This study is aimed to determine the differences in the incidence of
diarrhea between 6-24 months old infants with exclusive breastfeeding versus infants
with non-exclusive breastfeeding in the same age range. The researcher is an analytic
research with case control design, and involving 60 infants as the sample of research.
Data were analyzed by using SPSS with Chi-square test. The result of research shows
that there are differences in the incidence of diarrhea between 6-24 months old infants
with exclusive breastfeeding versus infants with non-exclusive breastfeeding in the
same age range.
Keywords: Diarrhea, 6-24 months age, Exclusive breast milk, Non-exclusive breast
milk
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
meningkat. Lima provinsi di Indonesia yang memiliki insiden diare tinggi adalah
Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%) dan
merupakan penyakit potensial kejadian luar biasa (KLB) yang sering disertai
dengan kematian.1
Pola penyebaran insiden diare tersebar secara merata pada semua kelompok
umur dengan insiden sebesar 3,5%. Hal ini ditinjau dari karakteristik penduduk,
kelompok usia balita adalah kelompok yang paling tinggi mengalami diare,
dengan kelompok usia 6-12 bulan sebesar 7,6% dan disusul dengan kelompok
usia 12-23 bulan yaitu sebesar 5,5%. Diare sebagian besar terjadi pada kelompok
usia di bawah 2 tahun, sebab usia anak-anak sangat peka terutama pada tahun-
24 bulan, hal ini terjadi karena bayi mulai mendapat makanan tambahan di luar
ASI dimana risiko ikut sertanya kuman pada makanan tambahan menjadi tinggi.2
1
2
Perilaku yang kurang sehat sangat berisiko bagi bayi untuk terkena diare
karena pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI, bayi
diperoleh dari ASI, adanya kemungkinan makanan yang diberikan bayi sudah
makanan atau minuman kepada bayi tidak steril, sehingga ASI bagi bayi
merupakan makanan yang paling sempurna. Hal ini disebabkan karena adanya
antibodi penting yang ada dalam kolostrum dan ASI, selain itu ASI juga selalu
aman dan bersih sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk
Bayi yang diberi susu formula berkemungkinan 14,2 kali lebih sering terkena
menggambarkan seluruh produk ASI dapat terserap oleh sistem pencernaan bayi.
Hal ini dapat disebabkan karena ASI mengandung nilai gizi yang tinggi, adanya
antibodi, sel-sel leukosit, enzim dan lain-lain yang melindungi bayi terhadap
berbagai infeksi, karenan ASI mengandung antibodi sehingga anak yang diberi
ASI memiliki daya tahun tubuh yang lebih stabil dibandingkan dengan anak yang
diberi susu formula. Hal ini disebabkan di dalam ASI terkandung faktor antibodi
akan berperan untuk melapisi saluran cerna bayi agar kuman tidak masuk ke
2
3
dalam saluran cerna dan akan melindungi bayi sehingga sistem kekebalan tubuh
Susu Formula merupakan susu untuk bayi yang sebagian besar berasal dari
susu sapi atau kedelai. Pemberian susu formula diindikasikan bagi bayi yang
disebabkan suatu hal tidak mendapat ASI atau sebagai tambahan apabila ASI
tidak mencukupi. Pada tahun 2011 WHO menegaskan kembali bahwa tidak ada
makanan atau cairan lain selain ASI yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
gizi bayi selama enam bulan pertama kehidupan. Setelah periode enam bulan,
dilakukan hingga dua tahun. Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi
mengetahui perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan yang mendapat
adalah adakah perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan yang
3
4
Mengetahui perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan yang
1. Mengetahui perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-12 bulan dan >12-
24 bulan
3. Mengetahui perbedaan diare pada anak usia 6-24 bulan yang mendapat
4. Mengetahui perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan dengan
5. Mengetahui perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan dengan
4
5
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah. Bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4
kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat
fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut
belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI
buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal
atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar
kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat
disebut diare.6,9
6
7
Cara penularan diare pada umunya melalui cara fekal-oral yaitu melalui
lansung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja
penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 4 F = finger, flies, fluid,
field).6
antara lain : tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama
kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh
yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan
cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor pada
faktor genetik.6,9
7
8
Insiden tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan
dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. 6,9
atau minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa
8
9
2.1.4 Etiologi
Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis
Penyebab infeksi utama timbulnya diare oleh karena infeksi adalah non
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan
9
10
Golongan Bakteri
Aeromonas
Bacillus cereus
Compylobacteri jejuni
Clostridium perfringes
Vibrio cholera
Escherichia coli
Salmonella
Shigella
Staphylococcus aereus
Golongan Virus
Rotavirus
Astrovirus
Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)
Enteric adenovirus
Coronavirus
Golongan Parasit
Balantidum coli
Giardia lamblia
Entamoeba histolytica
Blastocystis homonis
Cryptosporidium parvum
Isospora belli
Strongyloides stercoralis
Trichuris trichura
Sumber : Nelson Texbook of pediatric.6
10
11
epithelium di usus halus dan menyerang villus di usus halus. Hal ini
menyebabkan fungsi absorbsi usus halus terganggu. Sel-sel epitel usus halus
yang rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum
matang sehingga fungsinya belum baik. Villus mengalami atrofi dan tidak
dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, cairan dan
makanan yang tidak terserap atau tercerna akan meningkatkan tekanan koloid
menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan nutrien yang tidak
sempurna.6,9
Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas adalah sel-sel yang
disakharida dan fungsi penyerapan seperti transport air dan elektrolit melalui
11
12
hidrofilik tepi bersilia yang merupakan pensekresi (sekretor) air dan elektrolit.
menyebabkan6,9
berhubungan dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus cAMP dan
berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bakteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga
dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua
bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut
disentri.6,9
12
13
neurologik. Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah
sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit
ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada
inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi
pada perut bagian bawah serta rectum menunjukkan terkenanya usus besar.6,9
13
14
2.1.6 Diagnosa
2.1.6.1 Anamnesis
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada atau tidak lender dan
berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan
minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare : memberi oralit,
perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi : kesadaran, rasa haus, dan turgor
14
15
cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata,
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan
2.1.7 Pencegahan
pada cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif
meliputi :
15
16
keluarga.
c. Imunisasi campak.5,6,9
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan air susu hasil sekresi dari payudara
setelah ibu melahirkan. Air Susu Ibu (ASI) memiliki kandungan nutrisi ideal
optimal. Air Susu Ibu (ASI) mengandung lemak, karbohidrat, protein, nutrient
mikro dan antibodi dalam jumlah yang tepat untuk pencernaan, perkembangan
otak dan pertumbuhan bayi, mencegah berbagai penyakit, aman dan terjamin
16
17
gangguan pencernaan.
selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI
bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. Air Susu
Ibu (ASI) memberi semua energi dan gizi yang dibutuhkan bayi selama 6
bayi-bayi seperti diare dan radang paru serta mempercepat pemulihan bila
sakit.
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah pemberian hanya ASI tanpa
memberian makanan dan minuman tambahan lain pada bayi sejak lahir
disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau
17
18
untuk membersihkan mikoneum sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir
segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi sering
protein dibandingkan dengan ASI yang matur, tetapi berbeda dengan ASI
yang matur pada kolostrum protein yang utama adalah Globulin (Gamma
matur, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan. Total
energi lebih rendah jika dibandingkan dengan ASI matur, hanya 58 Kal/100
ml kolostrum. Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan
dengan ASI matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tingi
atau lebih rendah, pada kolostrum lipidnya banyak mengandung kolestrol dan
hidrolisis protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini
menambah kadar antibodi pada bayi, dan pada kolostrum volumenya berkisar
ASI yang matur, disekresikan dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa
18
19
laktasi. Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi kadar protein makin
rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi. Hal ini untuk
memenuhi kebutuhan bayi karena aktifitas bayi yang mulai aktif dan bayi
ASI stadium III adalah ASI matur merupakan ASI yang disekesikan
pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan, merupakan suatu
antimicrobial faktor, yaitu: antibodi terhadap bakteri dan virus, sel (fagosit
terhadap staphylococcus, dan sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang
19
20
terhadap bakteri dan virus (terutama IgA) dan bila bergabung dengan
terhadap E.Coli. faktor lisozim dan komplemen ini adalah suatu antibacterial
non spesifik yang mengatur pertumbuhan flora usus. Faktor leukosit dan pH
20
21
2.2.3.1 Foremilk
Foremilk (ASI awal) adalah ASI yang bening yang diproduksi pada
2.2.3.2 Hindmilk
Hindmilk (ASI akhir) adalah ASI yang putih pekat, diproduksi pada
21
22
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, dalam usus halus laktosa
akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase. Produksi
untungnya laktase terdapat dalam ASI. Sebagian laktosa akan masuk ke usus
besar, dimana laktosa ini akan difermentasikan oleh flora usus (bakteri baik
pada usus) yaitu laktobasili. Bakteri ini akan menciptakan keadaan asam
didalam usus yang akan menekan pertumbuhan kuman patogen (kuman yang
Lemak pada ASI didapatkan pada Hindmilk. Lemak dalam ASI ada
dalam bentuk butiran lemak yang absorpsinya ditingkatkan oleh BSSL (bile
salt-stimulated lioase). Asam lemak yang tekandung pada ASI kaya akan
22
23
asam palmitat, asam oleat, asam linoleat dan asam alfa linoleat. Trigliserida
adalah bentuk lemak utama pada ASI, dengan kandungan antara 97%-98%.
Air Susu Ibu (ASI) banyak mengandung asam lemak yang diperlukan untuk
pertumbuhan otak.4,7,9
Kandungan protein dalam ASI dalam bentuk whey 70% dan kasein
30%, dengan variasi komposisi whey : kasein adalah 90 : 10. Pada susu sapi
lisozim, dan IgA adalah merupakan bagian dari protein whey yang berperan
kadarnya relative rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Total
mineral selama laktasi adalah konstan, tetapi beberapa mineral yang spesifik
23
24
kadarnya tergantung dari diet ibu dan stadium laktasi. Fe dan Ca yang paling
Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk
Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber air yang secara metabolik
adalah aman. Air yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredahkan
proteksi melalui plasenta. Setelah bayi lahir, zat proteksi ini berhenti,
kekebalan, ialah :
24
25
bifidus faktor pertama kali diperkenalkan oleh Gyorgy pada tahun 1953 dan
banyak dijumpai di dalam kolostrum, dalam ASI kadar bifidus faktor 40 kali
lebih dari pada di dalam susu formula dan faktor bifidus bisa rusak apabila
dipanaskan. Bifidus faktor dalam suasana asam di dalam usus bayi akan
Lactobacillus bifidus ini didalam usus bayi akan mengubah laktosa yang
banyak terdapat di dalam ASI menjadi asam laktat dan asam asetat sehingga
suasana akan lebih asam. Suasana yang asam ini akan menghambat
sebaliknya flora usus dari bayi-bayi yang mendapat susu formula ialah
yang mendapat susu botol lebih peka terhadap infeksi kuman patogen karena
b. Laktoferin
25
26
protein yang mengikat besi (Fe) di dalam darah. Kadar laktoferin bervariasi di
antara 6 mg/ml kolostrum dan tidak lebih dari pada 1 mg/ml di dalam ASI
matur. pada ibu dengan gizi yang kurang kadar ini sedikit lebih rendah, di
c. Sel Neutrofil
dianggap sebagai alat transport IgA dari ibu ke bayi. Peran neutrofil ASI lebih
ditunjukan pada pertahanan jaringan payudara ibu agar tidak terjadi infeksi
d. Lisozim (Muramidase)
Air Susu Ibu (ASI) juga terdapat enzim Lisozim dalam kadar yang
tinggi (sampai 2 mg/100 ml), suatu kadar 5000 kali lebih banyak dari pada di
dalam air susu sapi. Lisozim, bersama-sama dengan komplemen dan SIgA
26
27
e. Komplemen
bakteri yang ditempel oleh komplemen dapat dengan mudah dikenal oleh sel
menghancurkan bakteri.7.9
f. Sitokin
berperan dalam sistem imun di dalam ASI adalah IL-1 yang berfungsi
g. Peroksidase
Berbeda dengan susu sapi. Air Susu Ibu (ASI) tidak mengandung
Air Susu Ibu (ASI) juga mengandung protein yang dapat mengikat
dalam saluran cerna. Makin banyak vitamin B12 yang diikat oleh protein
27
28
mengakibatkan makin sedikit B12 yang digunakan oleh bakteri patogen. Air
dalam ASI seperti tokoferol dan karotin merupakan faktor anti peradangan.
Air Susu Ibu (ASI) juga terdapat faktor ketahanan terhadap infeksi
a Limfosit T
Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat dalam
b Immunoglobulin
28
29
perlindungan terhadap E. coli dan polio, bila ibu sudah pernah terpajan
saluran cerna. Limfosit B pada saluran cerna “plaque” dari payeri dan pusat-
pusat limfe di bronkus ibu diaktifkan oleh bakteri pada saluran cernanya.
c Kolostrum
cukup untuk melapisi permukaan saluran cerna bayi terhadap berbagai bakteri
patogen dan virus. Begitu pula dengan antibodi lainnya, paling banyak
29
30
pada itu sIgA dapat mengaktifkan sistem komplemen melalui jalan samping
cholera, E. coli serta Gyardia lambia. Oleh karena itu, ASI dapat mengurangi
angka kesakitan infeksi saluran cerna dan saluran pernapasan bagian atas.4,7
2.2.6.2 Pengetahuan
30
31
cara pemberian ASI ekslusif yang baik dan benar dalam hal ini perlu
ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara sukarela dan penuh percaya diri
pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan memberi sikap positif terhadap
menganggap susu formula sama baiknya, bahkan lebih baik dari pada ASI.
Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika merasa
pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin. Untuk dapat
Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan
yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Susu
Akan tetapi susu ini tetap bukan merupakan pengganti yang tepat karena ASI
lebih tinggi kandungan kolestrol dan asam lemak jenuhnya dari pada susu
formula.8
31
32
bagian, yakni :
dipergunakan sejak lahir hingga usia 12 bulan. Formula ini juga ada yang
lanjutan pada bayi dengan asupan yang baik dan telah mulai diberikan
makanan padat, namun pilihan tetap jatuh kepada orang tua. Perbedaan
kedua jenis formula ini bukan dari kandungan protein, tetapi biasanya
2.3.3.1 Protein
32
33
protein tetapi dapat dikonversi menjadi protein oleh mikroba. Bila kelompok
NPN ini terlalu tinggi dapat terjadi penekanan pertumbuhan dan keracunan
ammonia.8
2.3.3.2 Lemak
a. Total Lemak
setara dengan 40-54% dari kandungan energi yang terdapat dalam ASI.8
33
34
asam linoleat sebesar 1200 mg setiap 100kkal dianggap perlu karena asupan
esensial dan berperan sebagai prekursor untuk sintesis DHA yang penting
Tidak diketahui efek nutrisi dari asam lemak trans untuk bayi, tetapi
asam lemak trans tidak boleh lebih dari 3% dari seluruh kandungan lemak.8,10
2.3.3.3 Karbohidrat
a. Karbohidrat Total
34
35
yang disarankan adalah sebesar 14g/100kkal atau sekitar 56% dari kebutuhan
energi.8,10
b. Laktosa
dalam susu formula, sehingga tidak ada batas maksimum dan minimum yang
c. Glukosa
35
36
2.3.3.4 Vitamin
tubuh. Asupan dalam jumlah besar selama periode waktu yang panjang dapat
tidak diinginkan.8,10
a. Vitamin A
µgRE/100kkal. Kandungan.8,10
b. Vitamin E
36
37
tidak kurang dari 0,5 mg/g asam linoleat, karena kebutuhan vitamin E
c. Vitamin K
formula bayi yang ada saat ini biasanya lebih dari 4 µg/100kkal,
saat deman atau diare atau penurunan berat badan, maka IEG menyatakan
kandungan vitamin yang larut air tidak boleh melebihi 5x batas minimal.8,10
37
38
e. Kobalamin (vitamin12)
f. Asam folat
38
39
adalah 30 mg/100kkal.8,10
h. Biotin
a. Besi
pada susu formula dengan bahan dasar protein susu sapi dan hidrolisatnya
berkisar 0,3-1,3 mg/100 kkal. Setelah usia 6 bulan, makanan lain yang
susu formula.8,10
39
40
b. Kalsium
kkal.8,10
c. Fosfor
susu formula berbahan dasar protein susu sapi, maka nilai kandungan fosfor
yakni 25-90 mg/100 kkal pada susu formula berbahan dasar protein sapi.8,10
d. Magnesium
menyerupai ASI (4,8-5,5 mg/100 kkal) dengan kisaran 5-15 mg/100 kkal.8,10
Natrium 20-60 mg/100 kkal, kalium 60-160 mg/100 kkal, dan klorida
f. Mangan
40
41
tinggi harus dihindari mengingat ekskresi bayi yang belum matur yang dapat
g. Flour
Bayi dapat terpapar pada tambahan asupan flour misalnya dari air
yang mengandung flour. Manfaat dari asupan flour yang tinggi kini masih
h. Yodium
i. Selenium
j. Kuprum
41
42
yang disarankan adalah 80 µg/100 kkal, sekitar 3 kali lebih tinggi daripada
ASI.8
k. Seng
sebesar 0,5 mg/100 kkal dianggap cukup. Karena asupan yang tinggi dapat
a. Langkah 1
42
43
Bersihkan dan desinfektan alas atau meja yang akan digunakan untuk
menyiapkan susu formula, kemudian cuci tangan dengan air dan sabun dan
b. Langkah 2
c. Langkah 3
Baca intruksi pada kaleng atau kotak susu, berapa jumlah air dan susu
yyang diperlukan. Terlalu banyak atau sedikit susu akan menyebabkan bayi
sakit.7
d. Langkah 4
sudah disterilkan. Suhu air tidak boleh < 70° C jadi jangan diamkan di air
lebih dari 30 menit setelah mendidih (ditempatkan dalam kotak air dingin
selama 10 menit). Tuangkan susu bubuk dalam jumlah yang tepat ke dalam
botol.7,8
e. Langkah 5
43
44
merata dalam bentuk larutan. Segera dinginkan susu cair di bawah air
mengalir atau dengan mangkok berisi air dingin. Pastikan tinggi air tidak
f. Langkah 6
Pastikan susu tidak terlalu panas. Apabila terlalu panas, dinginkan kembali.7
g. Langkah 7
Minumkan susu kepada bayi. Buang sisa susu yang tidak diminum
44
BAB III
Faktor umur
Tidak memberikan
ASI secara penuh Bakteri
Infeksi asimtomatik
Diare
Pencegahan
45
46
kejadian Diare
46
BAB III
Faktor umur
Tidak memberikan
ASI secara penuh Bakteri
Infeksi asimtomatik
Diare
Pencegahan
47
48
kejadian Diare
48
BAB IV
METODE PENELITIAN
Caawang. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai sejak bulan September hingga
Desember 2017.
Populasi dari target penelitian ini adalah Ibu yang mempunyai anak usia 6-24
Sedangkan sampel penelitian ini adalah anak usia 6-24 bulan yang mendapat ASI
eksklusif dan tidak eksklusif yang sesuai dengan kriteria inklusi dan bersedia
49
50
- Kriteria Inklusi
1. Anak usia 6-24 bulan yang diberi ASI eksklusif dan tidak eksklusif
eksklusif
- Kriterian Eksklusi
1. Anak usia < 6 - > 24 bulan
2. Tidak pernah menderita diare akibat pemberian asi eksklusif atau tidak
eksklusif
Sampling.
50
51
Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah data primer, berupa kuesioner.
2. Peneliti membagikan kuesioner kepada responden untuk diisi, bagi yang tidak
kuesioner.
3. Kuesioner yang sudah diisi akan dijadikan sumber data dan akan diolah
kuesioner yang dipakai diambil dari penelitian (Skripsi) yang sudah dilakukan
oleh Lailatus Sa’Diyah Perbedaan Pemberian ASI eksklusif dan susu formula
terhadap kejadian diare bayi umu 0-24 bulan. Medan: Penerbit Depertemen Ilmu
kebutuhan penelitian yang akan dilakukan dan telah diuji validitas kuesioner
51
52
4.9 Hipotesis
Adanya perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan yang
1 Adanya perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-12 bulan dan >12-24
bulan
2 Adanya perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan berdasarkan
jenis kelamin.
3 Adanya perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan yang
4 Adanya perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan dengan
5 Adanya perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan dengan
52
53
53
54
1. Coding, yaitu pemberian kode pada setiap jawaban yang terkumpul dalam
SPSS
4. Cleaning, yaitu setelah data masuk computer, dalam proses ini data akan
diperiksa apakah ada kesalahan atau tidak, jika terdapat data yang salah,
54
55
dalam data ilmiah dengan bentuk tabel atau grafik. Analisis univariat
variabel penelitian.
bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini
diare antara bayi yang mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif.
diketahui apakah ada hubungan yang bermakna anatara variabel bebas dan
Kriteria pengujian:
1. Jika nilai probabilitas (p value) < 0,05, maka ada hubungan bermakna.
55
56
2. Jika nilai probabilitas (p value) ≥ 0,05, maka tidak ada hubungan yang
bermakna .
1 Penentuan masalah,
. tema, dan judul
penelitian
2 Mengecek jumlah
. sampel di SMAN 14
Jakarta
3 Konsultasi
. pembuatan Proposal
4 Penyelesaian
. proposal
5 Pengajuan proposal
.
6 Pengambilan data
. (melakukan
penelitian)
7 Pengolahan dan
. analisis data
8 Penulisan karya tulis
. ilmiah berupa
laporan penelitian
9 Pengumpulan karya
. tulis ilmiah dan
sidang skripsi
Januari
I II III IV
56
BAB V
57
58
Tabel 5. Kejadian diare pada anak asia 6-12 bulan dan >12-24 bulan
mengalami diare sebanyak 31 orang (70,5%) dan anak usia >12-24 bulan yang
mengalami diare sebanyak 10 orang (62,5%), maka hasil p value sebesar 0,004
yang berarti ada hubungan bermakna antara kejadian diare pada anak usia 6-12
Tabel 6. Kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan berdasarkan jenis
kelamin
Total 43 17 60
58
59
diare sebanyak 31 orang (72,1%) dan anak laki-laki yang mengalami diare
sebanyak 12 orang (70,6%), maka hasil p value sebesar 0,907 yang berarti tidak
ada hubungan bermakna antara kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan dengan
jenis kelamin.
Tabel 7. Kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan yang mendapat ASI
mengalami diare sebanyak 12 orang (40,0%) dan anak yang mendapat ASI tidak
sebesar 0,002 yang berarti terdapat hubungan bermakna antara kejadian diare
dengan anak usia 6-24 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif.
59
60
Tabel 8. Kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan dengan tingkat
pengetahuan ibu
kurang dan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan sebanyak 20 orang (87,0%)
sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan baik dan kejadian diare pada anak usia
6-24 bulan sebanyak 16 orang (43,2%), maka hasil p value sebesar 0,001 yang
berarti terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian diare pada anak usia 6-
Tabel 9. Kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan dengan tingkat
pendidikan Ibu
Tingkat Kejadian Diare Total p value
pendidikan Ibu Ya Tidak
n % n %
SMP 22 75,9% 7 24,1% 29 0,004
SMA 12 38,7% 19 61,3% 31
Total 34 26 60
60
61
dan kejadian diare pada anak usis 6-24 bulan sebanyak 22 orang (75,9%)
sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan SMA dan kejadian diare pada anak usia
6-24 bulan sebanyak 12 orang (38,7%), maka nilai p value sebesar 0,004 yang
berarti terdapat hubungan bermakna antara kejadian diare pada anak usia 6-24
5.2 Pembahasan
Penelitian ini mendapatkan bahwa sebagian besar kejadian diare terjadi pada
anak usia 6-12 bulan. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurstyanto yang mendapatkan hasil pada anak usia 6-12 bulan mengalami diare
sebanyak 54,25% dan anak usia >12-24 bulan sebanyak 46,75% dan penelitian
berpengaruh terhadap usia anak.16,17 Hal ini juga sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-12 bulan pada saat
61
62
Penelitian ini mendapatkan bahwa kejadian diare paling banyak terjadi pada
anak perempuan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Maryanti didapatkan lebih banyak kejadian diare pada anak laki-laki, dikarenakan
anak laki-laki lebih aktif dan kontak langsung dengan benda-benda asing yang
diare dan penelitian yang dilakukan Iswari dari data sekunder mendapatkan
kejadian diare pada anak usia dibawah 2 tahun di RSUD kota Yogyakarta
sebagian besar anak berjenis kelamin laki-laki yaitu 72 anak (66,7%), hal tersebut
dikarenakan anak laki-laki lebih sering bermain dan mudah terpapar dengan agen
Penelitian ini mendapatkan adanya perbedaan kejadian diare pada anak yang
mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
anak yang mendapat ASI eksklusif secara otomatis mendapat kekebalan yang
bersifat anti infeksi.6,8 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wahyu,
didapatkan anak yang mendapat ASI tidak eksklusif lebih banyak menderita diare
dibandingkan dengan anak yang mendapat ASI eksklusif dan pada penelitian
62
63
pengetahuan ibu didapatkan sebagian besar berpengetahuan kurang. Hal ini sesuai
kurangnya pengetahuan ibu dengan kejadian diare dapat disebabkan oleh karena
informasi ibu yang kurang menyebabkan tidak mementingkan pola hidup yang
sehat dan pada penelitian yang dilakukan Purwanti, didapatkan bahwa hubungan
pengetahuan dan sikap ibu sangat berperan penting dalam kejadian diare.21,22
pendidikan ibu didapatkan hasil sebagian besar berpendidikan SMP. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap kejadian diare, Ibu dengan pendidikan baik akan
tingkat pendidikan rendah.22 Namun hal ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Maria, didapatkan bahwa kejadian diare bukan saja dipengaruhi
oleh pendidikan namun faktor sosial dan ekonomi juga sangat berpengaruh dalam
kejadian diare.22,23
sehingga kebenaran pengisian kuesioner ini sangat tergantung pada ingatan ibu
yang mempunyai anak usia 6-24 bulan tentang riwayat kejadian diare pada anak
63
BAB VI
6.1 Kesimpulan
2 Terdapat perbedaan yang bermakna antara kejadian diare pada bayi usia 6-12
3 Tidak terdapat perbedaan antara kejadian diare pada bayi usia 6-24 bulan
4 Terdapat perbedaan yang bermakna antara kejadian diare pada bayi usia 6-24
bulan yang mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif, dengan nilai
(p=0,002)
64
65
6.2 Saran
mempunyai anak usia 0-6 bulan agar terus diberikan ASI eksklusif
65
66
66
DAFTAR PUSTAKA
4. Soetjiningsih. Seri Gizi Klinik ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001. H: 5-40
7. Mexitalia M. Air Susu Ibu Dan Menyusui. dalam Buku Ajar Nutrisi Pediatrik
Dan Penyakit Metabolik. Jilid I Revisi : Cetakan Kedua. Penyunting: Sjarif
DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Penerbit: Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 2014. H: 80-118
67
68
8. Sjarif DR, Tanjung C. Susu Formula Bayi dan Peraturan Terkait dalam Buku
Ajar Nutrisi Pediatrik Dan Penyakit Metabolik. Jilid I Revisi : Cetakan
Kedua. Penyunting: Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Penerbit:
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014. H: 102-120
9. Barnes LA, Curran JS. Nutrisi dalam Buku Nelson Ilmu Kesehatan Anak.
Volume 1 edisi 15. Penyunting; Behrman, Kliegman, Arvin. (Ed) Prof. DR.
dr. Wahab AS, Sp.A(K) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 2000. H: 192-
205
10. Leleiko NS, Chao C. Makanan Formula dan Suplemen Nutrisi dalam Buku
Ajar Pediatri Rudolph. Volume 2 edisi 20. Penyunting; Rudolph AM,
Hoffman JIE, Rudolph CD. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014.
H: 1142-8
11. Agusman S, Suradi R, Boedjang RF. Air Susu Ibu (ASI) dalam Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Penyunting: Markum, A.H, Ismoel S, Alatas H,
Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S. Jakarta. Penerbit: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 1991. H: 390-4
68
69
20. Herawati, Dodi NS. Jurnal Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Ibu
dengan Perilaku Pencegahan Diare pada Bayi di Kelurahan Puncangsawit
Surakarta. Surakarta. Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
maret. 2016. H: 70-7
21. Hamdani, Kiki M. Jurnal Hubungan Antara Pemberian ASI dengan Kejadian
Diare pada Bayi. Jakarta. Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2015. H: 70-5
22. Purwanti, Frindi M, Adrian U. Jurnal Perbedaan Pemberian ASI Eksklusif dan
Susu Formula Terhadap Kejadian Diare pada Bayi Usia 6-12 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru. Manado. Penerbit: Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. 2013. H: 71-8
23. Maria A, Imelda, Wahyuni. Jurnal Pengetahuan, Sikap Ibu dan Pemberian
ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare. Padang. Penerbit: Fakultas Kedokteran
Andalas. 2015. H: 66-72.
69
70
LAMPIRAN
Lampiran 1:
70
71
Lampiran 2 :
Ibu yang terhormat, kami ingin mewawancarai ibu untuk meneliti perbedaan
kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan tidak
eksklusif. Kegiatan ini bersifat ilmiah, dan hasilnya tidak digunakan untuk
kepentingan komersil. Mohon ibu memberikan jawaban apa adanya sesuai dengan
kenyataan yang ada.
Ibu berhak untuk bersedia atau tidak bersedia mengikuti wawancara ini. Jika
terdapat pertanyaan yang tidak berkenan bagi ibu, ibu berhak untuk tidak menjawab
pertanyaan tersebut maupun menghentikan kesediaan wawancara meskipun
wawancara belum selesai. Jika bersedia untuk diwawancarai, mohon ibu memberikan
tanda tangan persetujuan ibu sebagai berikut ini.
Jakarta; ………………….2017
(Nama:……………………………)
71
72
Lampiran 3 :
KUESIONER PENELITIAN
4 Nama bayi
5 Umur (bulan)
72
73
73
74
32 Apakah ibu mengetahui gejala penyakit diare a. Selalu buang air besar lebih dari 3
? kali dalam sehari
b. Kadang-kadang buang air besar dan
perut kembung
c. Tidak tahu
33 Apakah ibu mengetahui bagaimana cara a. Melalui botol susu yang
penularan penyakit diare ? terkontaminasi (tercemar)
b. Melalui keringat dan air ludah
c. Tidak mengetahui
34 Apa yang akan ibu lakukan jika anak ibu a. ASI tetap diberikan dan pola hidup
mengalami diare ? yang bersih dan sehat
b. Memberikan Susu formula
74
75
Tidak mengetahui
35 Apakah yang ibu lakukan untuk mencegah a. Selalu menjaga kebersihan makanan
penyakit diare pada anak? dan minuman
b. Menghindari kontak langsung dengan
penderita diare
c. Tidak melakukan apa-apa
36 Apakah menurut ibu, menjaga kebersihan a. Ya
pada saat memberikan penyajian susu formula b. Tidak
dan ASI eksklusif itu sangat penting?
37 Apakah ibu segera memeriksakan ketempat a. Ya
b. Tidak
pelayan kesehatan terdekat pada saat anak
mengalami diare ?
Lampiran 4 :
Validitas Kuesioner
75
76
RELIABILITY
/VARIABLES=q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12 q13
q14 q15 q16 q17 q18 q19 q20 q21 q22 q23 q24 q25 q26 q27
q28 q29 q30 q31 q32 q33 q34 q35 q36 q37 SKOR
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE CORR
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability Statistics
Cronbach's Cronbach's N of Items
Alpha Alpha Based
on
Standardized
Items
.612 .523 38
Lampiran 5 :
Hasil SPSS
76
77
A. Univariat
Umur (bulan)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
B. Bivariat
77
78
Crosstabulation
Kejadian Diare Total
Ya Tidak
Count 31 13 44
6-12 bulan
% within Umur (bulan) 70,5% 29,5% 100.0%
Umur (bulan)
Count 10 6 16
>12-24 bulan
% within Umur (bulan) 62,5% 37,5% 100.0%
Count 41 19 60
Total
% within Umur (bulan) 56.7% 43.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.93.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Lower Upper
Odds Ratio for Umur (bulan) (6-12 bulan / >12-24 .119 .024 .587
bulan)
For cohort Kejadian Diare = Ya .519 .358 .754
For cohort Kejadian Diare = Tidak 4.364 1.161 16.403
N of Valid Cases 60
Crosstabulation
Kejadian Diare Total
78
79
Ya Tidak
Count 12 5 17
Laki-laki
% within Jenis kelamin 70.6% 29.4% 100.0%
Jenis kelamin
Count 31 12 43
Perempuan
% within Jenis kelamin 72.1% 27.9% 100.0%
Count 43 17 60
Total
% within Jenis kelamin 71.7% 28.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.82.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Crosstabulation
Kejadian Diare Total
Ya Tidak
79
80
Count 12 18 30
ASI Eksklusif
% within Mengkonsumsi 40.0% 60.0% 100.0%
Mengkonsumsi
Count 24 6 30
Susu Formula
% within Mengkonsumsi 80.0% 20.0% 100.0%
Count 36 24 60
Total
% within Mengkonsumsi 60.0% 40.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Mengkonsumsi (ASI Eksklusif / Susu .167 .053 .529
Formula)
For cohort Kejadian Diare = Ya .500 .311 .803
For cohort Kejadian Diare = Tidak 3.000 1.385 6.499
N of Valid Cases 60
Crosstabulation
Kejadian Diare Total
Ya Tidak
80
81
Count 16 21 37
Baik
% within Pengetahuan 43.2% 56.8% 100.0%
Pengetahuan
Count 20 3 23
Kurang
% within Pengetahuan 87.0% 13.0% 100.0%
Count 36 24 60
Total
% within Pengetahuan 60.0% 40.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.20.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Crosstabulation
Kejadian Diare Total
Ya Tidak
81
82
Count 22 7 29
Tingkat Tamat SMP
% within Tingkat pendidikan responden 75.9% 24.1% 100.0%
pendidikan
Count 12 19 31
responden Tamat SMA
% within Tingkat pendidikan responden 38.7% 61.3% 100.0%
Count 34 26 60
Total
% within Tingkat pendidikan responden 56.7% 43.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.57.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Tingkat pendidikan responden (Tamat 4.976 1.630 15.192
SMP / Tamat SMA)
For cohort Kejadian Diare = Ya 1.960 1.203 3.193
For cohort Kejadian Diare = Tidak .394 .195 .796
N of Valid Cases 60
82
83
BIODATA MAHASISWA
NIM : 1461050112
RIWAYAT PENDIDIKAN :
JUDUL SKRIPSI :
83