Anda di halaman 1dari 102

PERBEDAAN KEJADADIAN DIARE PADA ANAK USIA

6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN


TIDAK EKSKLUSIF

SKRIPSI

Florentina Rahabeat
1461050112

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2017

1
PERBEDAAN KEJADADIAN DIARE PADA ANAK USIA
6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN
TIDAK EKSKLUSIF

SKRIPSI
PENELITIAN

Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia


Sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat
Mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran

Florentina Rahabeat
1461050112

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2017

ii
PERBEDAAN KEJADADIAN DIARE PADA ANAK USIA
6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN
TIDAK EKSKLUSIF

Diajukan ke Fakultas Kedokteran UKI


Sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat
Mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran

Disusun Oleh :

Florentina Rahabeat
1461050112

Telah disetujui oleh Pembimbing


22 Februari 2018

(dr. Christine Handayani Tampubolon, Sp.A)


NIP : 151253

Mengetahui,

(Prof. Dra. Rondang R. Soegianto, M.Sc., PhD)


Ketua Tim SKRIPSI
NIP : 991460

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Nama Mahasiswa : Florentina Rahabeat


NIM : 1461050112

Menyatakan dengan ini sesungguhnya, bahwa skripsi berjudul “Perbedaan


Kejadian Diare Pada Anak Usia 6-24 Bulan Yang Mendapat ASI Eksklusif Dan
Tidak Eksklusif” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya sendiri,
dalam skripsi tersebut telah diberi tanda citation dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik

Jakarta, 22 Februari 2018

Yang membuat pernyataan

( Florentina Rahabeat )

NIM : 1461050112

iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Kristen Indonesia, saya yang bertanda tangan
dibawah ini;
Nama : Florentina Rahabeat
NIM : 1461050112
Program Studi : Kedokteran
Fakultas : Kedokteran
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Kristen Indonesia bebas royalti noneksklusif (Non Exclusive royalty free
right) atas karya ilmiah yang berjudul : “Perbedaan Kejadian Diare Pada Anak
Usia 6-24 Bulan Yang Mendapat ASI eksklusif Dan Tidak Eksklusif ” Beserta
perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalti noneksklusif ini
Universitas Kristen Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan (database), merawat dan mempublikasikan tugas
akhir saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 22 Februari 2018

Yang menyatakan

( Florentina Rahabeat )

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
kasih, berkat dan penyertaanNya, serta ucapan terima kasih atas bantuan dari
berbagai pihak yang terkait dengan penulisan skripsi yang berjudul “Perbedaan
Kejadian Diare Pada Anak Usia 6-24 Bulan Yang Mendapat ASI Eksklusif
Daan Tidak Eksklusif”, hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh ujian akhir program studi S1 Kodokteran di Universitas Kristen
Indonesia.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


skripsi ini sehingga penulis mengharapkan kritik, saran, serta masukkan dari berbagai
pihak. Keberhasilan penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
:

1. dr. Marwito Wiyanto, M.Biomed, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas


Kristen Indonesia.
2. Prof. Dra. Rondang R. Soegianto, M.Sc., PhD, selaku ketua tim skripsi Fakultas
Kedokteran Kristen Indonesia.
3. dr. Christine Handayani Tampubolon, Sp.A, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini dengan sabar.
4. dr. Ratna Emelia Hutapea Sp.An, selaku dosen penguji yang telah meluangkan
waktu untuk menguji skripsi penulis
5. Dr. Sudung S.H Nainggolan, MHSc, yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan pengolahan data pada penulisan ini.

v
vi

6. Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia yang telah


memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian

vi
7. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dalam bentuk moral,
materi, motivasi dan doa yang selalu menyertai penulis.
8. Ibu Nona, selaku Ketua Posyandu Cendana, Kelurahan Cawang, yang telah
mengizinkan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9. Kakak-kakakku tersayang Alekxander Rahabeat, Jemy Alfriando Rahabeat,
Hilarius Rahabeat serta adik-adikku Yuli Astari Rahabeat, Willy Didimus
Rahabeat, Agnes Maraike Wardany Rahabeat, Blandina Laiyanan, atas doa,
dukungan dan semangat yang telah diberikan selama ini
10. Ibu-ibu di Posyandu Cendana yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi
subjek penelitian.
11. Teman-teman terkasih Ester Yuliana Sianturi, Kartika Desy Natalia T, Stella
Irene Bontong, Lisa Novita Ginting, Yolanda Thalia T, Nina Pasaribu, Retno
Adiningsih, Elisabeth Natalia Balok Nahak, yang selalu memberikan dukungan
doa dan semangat dalam bentuk apapun selama proses penyelesaian skripsi ini.
12. Dany dias selaku teman seperjuangan satu dosen pembimbing yang memberi
dukungan dan motivasi.
13. Rekan-rekan sejawat FK UKI angkatan 2014.
14. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam
penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,
untuk itu penulis memohon maaf atas hal tersebut. Akhir kata penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak dan berharap skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Jakarta, 22 Februari 2018

Florentina Rahabeat

vi
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………....… ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………………………………… iii

HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………………... iv

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………... v

DAFTARA ISI ……………………………………………………………………... vii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………………. xiii

DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………………...….... xiv

ABSTRAK ………………………………………………………………….....…… xvi

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang ………………………………………………………… 1

I.2. Rumusan Masalah …………………………………………………….. 3

I.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4

I.3.1. Tujuan Penelitian Umum …………………………………… 4

I.3.2. Tujuan Penelitian Khusus …………………………………… 4

I.4. Manfaat Penelitian ………………………………….......................... 5

I.4.1. Bagi Peneliti ………………………………………………... 5

I.4.2. Bagi Instansi (FK UKI) …………………………………….. 5

I.4.3. Bagi Masyarakat ……………………………………………. 5

I.4.4. Bagi Ilmu Pengetahuan …………………………………….. 5

vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Diare ………………………………………………………………….. 6

II.1.1. Definisi Diare ……………………………………............... 6

II.2.2. Cara Penularan ……………………………………………... 7

II.2.3. Faktor Risiko ……………………………………………….. 7

II.2.3.1. Faktor Umur ……………………………………… 8

II.2.3.2. Infeksi Asimtomatik ……………………………… 8

II.2.3.3. Faktor Sosial, Ekonomi, dan

Tingkat Pendidikan …………………………........ 8

II.2.4. Etiologi …………………………………………………….. 9

II.2.5.Patogenesis ………………………………………………….. 11

II.2.5. Manifestasi Klinis ………………………………………….. 12

II.2.6.Diagnosis ……………………………………………………. 14

II.2.6.1. Anamnesis ……………………………….............. 14

II.2.6.2. Pemeriksaan Fisik ……………………….............. 14

II.2.7. Pencegahan ………….………………………………...……. 15

II.2.7.1. Mencegah Penyebaran Kuman Patogen

Penyebab Diare …………..………………………. 15

II.2.7.2. Memperbaiki Daya Tahan

Tubuh Penjamu (host) ……………..……………... 15

viii
II.2. ASI Eksklusif …………………………………………………….…... 16

II.2.1. Definisi ASI dan ASI Eksklusif ……………………………. 16

II.2.2. ASI menurut Stadium Laktasi ……………………………… 17

II.2.2.1. ASI Stadium I ……………………………………. 17

II.2.2.2. ASI Stadium II …………………………………… 18

II.2.2.3. ASI Stadium III ………………………………….. 19

II.2.3. Jenis ASI …………………………………………………… 20

II.2.3.1. Foremilk …………………………………………. 20

II.2.3.2. Hindmilk …………………………………………. 21

II.2.4. Komposisi ASI …………………………………………….. 21

II.2.4.1. Karbohidrat Pada ASI …………………………… 21

II.2.4.2. Lemak Pada ASI …………………………………. 22

II.2.4.3. Protein Pada ASI …………………………………. 22

II.2.4.4. Mineral Pada ASI ……………………….............. 23

II.2.4.5. Air Pada ASI …………………………………….. 23

II.2.5. Zat Protektif Dalam ASI ……………………………........... 24

II.2.5.1. Faktor Kekebalan Nonspesifik …………………... 24

II.2.5.2. Faktor Kekebalan Spesifik ………………………. 27

II.2.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Ketidakberhasilan ASI Eksklusif…………………………… 29

II.2.6.1. Ketersediaan ASI ………………………………….29

II.2.6.2. Pengetahuan …………………………………….... 29

ix
II.3. Susu Formula ………………………………………………………… 30

II.3.1. Definis Susu Formula ………………………………………. 30

II.3.2. Jenis susu Formula ………………………….……………… 30

II.3.2.1. Formula Pertama ………………….……………… 31

II.3.2.2. Formula Lanjutan ………………….……………... 31

II.3.3. Komposisi Susu Formula …………………….………......... 31

II.3.3.1. Protein ……………………………………………. 31

II.3.3.2. Lemak …………………………………………….. 32

II.3.3.3. Karbohidrat ………………………………….…… 33

II.3.3.4. Vitamin …………………………………………… 35

II.3.3.5. Mineral dan Elemen Trace ……………………….. 38

II.3.4. Cara Mempersiapkan Susu Formula ……………………….. 41

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

III.3.1. Kerangka Teori ……………………………………………………. 43

II.3.2. Kerangka Konsep ………………………………………………….. 44

BAB IV METODE PENELITIAN

IV.4.1. Jenis Penelitian ……………………………………………………. 45

IV.4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………….......... 45

IV.4.3. Populasi dan Sampel ………………………………………………. 45

IV.4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi …………………………………….... 46

IV.4.5. Teknik Pengambilan Sampel ………………………………….…... 46

x
IV.4.6. Variabel Penelitian ……………………………………………....... 46

IV.4.7. Cara Pengumpula Data ………………………………….……........ 47

IV.4.8. Instrumen Penelitian …………………………………….……....... 47

IV.4.9. Hipotesis ……………………………………………….……......... 48

IV.4.9.1. Hipotesis Mayor ……………………………………........ 48

IV.4.9.2. Hipotesisi Minor …………………………………….…... 48

IV.4.10. Definisi Operasional …………………………………………..…. 49

IV.4.11. Pengolahan Data …………………..……………………………... 50

IV.4.12. Analisis Data …………………………………………………….. 51

IV.4.12.1. Analisis Univariat ……………………………………... 51

IV.4.12.2. Analisis Bivariat …………………………………..…… 51

IV.4.13. Time Table Pelaksanaan Penelitian ……………………………… 52

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V.5.1. Hasil Penelitian …………………………………………………….. 53

V.5.1.1. Analisis Univariat ………………………………………... 53

V.5.1.2. Analisis Bivariat …………………………………………. 54

V.5.2. Pembahasan ………………………………………………………… 57

V.5.3. Keterbatasan Penelitian ……………………………………………. 59

xi
BAB VI KESIMPILAN DAN SARAN

VI.6.1. Kesimpulan ………………………………………………….......... 60

VI.6.2. Saran ………………………………………………………………. 61

VI.6.2.1. Bagi Dinas Kesehatan …………………………….......... 61

VI.6.2.2. Bagi Posyandu Cendana Kelurahan Cawang …………… 61

VI.6.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya ……………………………...... 61

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 62

LAMPIRAN ………………………………………………………………………. 65

BIODATA MAHASISWA ……………………………………………………….. 78

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Beberapa Penyebab diare yang menyebabkan diare pada manusia ……… 10
Tabel 2. Gejala khas diare oleh berbagai penyebab ……………………………..... 13
Tabel 3. Komposisi Kolostrum dan ASI …………………………………………... 20
Tabel 4. Karakteristik Subjek Penelitian ………………………………………….. 53
Tabel 5. Kejadian Diare Pada Anak Usia 6-12 Dan >12-24 Bulan ………………. 54
Tabel 6. Kejadian Diare Pada Anak Usia 6-24 Bulan Berdasarkan
Jenis Kelamin …………………………………………………………….. 54
Tabel 7. Kejadian Diare Pada Anak Usia 6-24 Bulan Yang Mendapat
ASI Eksklusif Dan Tidak Eksklusif ……………………………………… 55
Tabel 8. Kejadian Diare Pada Anak Usia 6-24 Bulan Dengan
Tingkat Pengetahuan Ibu ………………………………………………… 56
Tabel 9. Kejadian Diare Pada Anak Usia 6-24 Bulan Dengan
Tingkat pendidikan Ibu ………………………………………………….. 56

xiii
DAFTAR SINGKATAN

KLB : Kejadian Luar Biasa

KemenKes : Kementrian Kesehatan

UNICEF : United Nations Children’s Fund

ASI : Air Susu Ibu

IgA : Imunoglobulin A

WHO : World Health Organization

MCK : Mandi Cuci Kakus

cAMP : cyclic Adenosine Monophosphate

cGMP : cyclic Guanosine Monophosphate

pH : potensial Hidrogen

kal: Kalori

ml :milliliter

Kkal : Kilokalori

G : Gram

mg : Miligram

BSSL : Bile Salt-Stimulated Lioase

DHA : Asam Dokosaheksanoat

xiv
sIgA : secretory Immunoglobulin A

IL : Interleukin

dL :Desiliter

FAO : The Food and Agriculture Organization of the United Nations

NPN : Non- Protein Nitrogen

IEG : International Expert Group

ETEC : Enterotoxigenic Escherichia Coli

EIEC : Enteroinvasive Escherichia Coli

xv
Abstrak

Diare masih menjadi suatu masalah bagi kesehatan masyarakat di negara berkembang
terutama di Indonesia. Kejadian diare terbanyak menyerang kelompok usia 6-24
bulan, hal ini terjadi karena bayi mulai mendapat makanan tambahan di luar ASI,
dimana risiko ikut sertanya kuman pada makanan tambahan menjadi tinggi. Air Susu
Ibu (ASI) merupakan air susu yang mengandung antibodi sehingga anak yang diberi
ASI memiliki daya tahan tubuh yang lebih stabil dibandingkan dengan anak yang
diberi susu formula. Susu Formula merupakan susu untuk bayi yang sebagian besar
berasal dari susu sapi atau kedelai. Pemberian susu formula diindikasikan bagi bayi
yang disebabkan suatu hal tidak mendapat ASI atau sebagai tambahan apabila ASI
tidak mencukupi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian diare
pada bayi usia 6-24 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif. Penelitian
ini menggunakan penelitian analitik dengan desain case control. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 60 anak. Data dianalisa menggunakan SPSS dengan uji Chi-
square Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kejadian diare pada bayi usia
6-24 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif.

Kata kunci : Diare ,usia 6-24 bulan, ASI eksklusif, ASI tidak eksklusif

xvi
Abstract

Diarrhea is still a problem for public health in the developing countries, especially in
Indonesia. The incidence of diarrhea mostly affects infants in 6-24 months age group
because the infants start to obtain non-milk supplementary food in this age group,
which consequently increases the risk of getting infection due to the consumption of
germ-contaminated food. Breast milk contains required antibody, and the breastfed
infants tend to have more stable immune system compared to formula-fed infants.
Most infant formula are made from cow’s milk or soy bean. Formula feeding is
indicated for those who are unable to obtain breast milk, and infant formula is often
used as supplementary milk for those whose mother are unable to provide adequate
breast milk. This study is aimed to determine the differences in the incidence of
diarrhea between 6-24 months old infants with exclusive breastfeeding versus infants
with non-exclusive breastfeeding in the same age range. The researcher is an analytic
research with case control design, and involving 60 infants as the sample of research.
Data were analyzed by using SPSS with Chi-square test. The result of research shows
that there are differences in the incidence of diarrhea between 6-24 months old infants
with exclusive breastfeeding versus infants with non-exclusive breastfeeding in the
same age range.

Keywords: Diarrhea, 6-24 months age, Exclusive breast milk, Non-exclusive breast
milk

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare menjadi suatu masalah bagi masyarakat di Negara berkembang

terutama di Indonesia. Angka mortalitas, morbiditas dan insidennya cenderung

meningkat. Lima provinsi di Indonesia yang memiliki insiden diare tinggi adalah

Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%) dan

Banten (8,0%). Diare merupakan penyakit endemis di indonesia dan juga

merupakan penyakit potensial kejadian luar biasa (KLB) yang sering disertai

dengan kematian.1

Pola penyebaran insiden diare tersebar secara merata pada semua kelompok

umur dengan insiden sebesar 3,5%. Hal ini ditinjau dari karakteristik penduduk,

kelompok usia balita adalah kelompok yang paling tinggi mengalami diare,

dengan kelompok usia 6-12 bulan sebesar 7,6% dan disusul dengan kelompok

usia 12-23 bulan yaitu sebesar 5,5%. Diare sebagian besar terjadi pada kelompok

usia di bawah 2 tahun, sebab usia anak-anak sangat peka terutama pada tahun-

tahun pertama kehidupan. Kejadian diare terbanyak menyerang kelompok usia 6-

24 bulan, hal ini terjadi karena bayi mulai mendapat makanan tambahan di luar

ASI dimana risiko ikut sertanya kuman pada makanan tambahan menjadi tinggi.2

1
2

Perilaku yang kurang sehat sangat berisiko bagi bayi untuk terkena diare

karena pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI, bayi

kehilangan kesempatan untuk mendapat zat kekebalan yang hanya dapat

diperoleh dari ASI, adanya kemungkinan makanan yang diberikan bayi sudah

terkontaminasi oleh bakteri karena alat yang digunakan untuk memberikan

makanan atau minuman kepada bayi tidak steril, sehingga ASI bagi bayi

merupakan makanan yang paling sempurna. Hal ini disebabkan karena adanya

antibodi penting yang ada dalam kolostrum dan ASI, selain itu ASI juga selalu

aman dan bersih sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk

dapat masuk ke dalam tubuh bayi.3

Bayi yang diberi susu formula berkemungkinan 14,2 kali lebih sering terkena

diare dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI. Keadaan ini

menggambarkan seluruh produk ASI dapat terserap oleh sistem pencernaan bayi.

Hal ini dapat disebabkan karena ASI mengandung nilai gizi yang tinggi, adanya

antibodi, sel-sel leukosit, enzim dan lain-lain yang melindungi bayi terhadap

berbagai infeksi, karenan ASI mengandung antibodi sehingga anak yang diberi

ASI memiliki daya tahun tubuh yang lebih stabil dibandingkan dengan anak yang

diberi susu formula. Hal ini disebabkan di dalam ASI terkandung faktor antibodi

yang tinggi, hal ini ditunjukan dengan terbentuknya immunoglobulin A pada

kolostrum diproduksi pada hari–hari pertama kelahiran. Immunoglobulin A (IgA)

akan berperan untuk melapisi saluran cerna bayi agar kuman tidak masuk ke

2
3

dalam saluran cerna dan akan melindungi bayi sehingga sistem kekebalan tubuh

akan bekerja dengan baik.4

Susu Formula merupakan susu untuk bayi yang sebagian besar berasal dari

susu sapi atau kedelai. Pemberian susu formula diindikasikan bagi bayi yang

disebabkan suatu hal tidak mendapat ASI atau sebagai tambahan apabila ASI

tidak mencukupi. Pada tahun 2011 WHO menegaskan kembali bahwa tidak ada

makanan atau cairan lain selain ASI yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

gizi bayi selama enam bulan pertama kehidupan. Setelah periode enam bulan,

bayi harus mulai menerima berbagai makanan, sementara menyusui tetap

dilakukan hingga dua tahun. Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi

kebutuhan bayi selama usia enam bulan tanpa makanan pendamping.5

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk

mengetahui perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan yang mendapat

ASI eksklusif dan tidak eksklusif

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah adakah perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan yang

mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif.

3
4

I.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umun :

Mengetahui perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan yang

mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif

1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Mengetahui perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-12 bulan dan >12-

24 bulan

2. Mengetahui perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan

berdasarkan jenis kelamin.

3. Mengetahui perbedaan diare pada anak usia 6-24 bulan yang mendapat

ASI eksklusif dan tidak eksklusif

4. Mengetahui perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan dengan

tingkat pengetahuan Ibu

5. Mengetahui perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan dengan

tigkat pendidikan Ibu

4
5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman dan penerapan teori yang telah diperoleh selama

mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia,

serta sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana Kedokteran.

1.4.2 Bagi Instansi (FK UKI)

Merupakan bahan masukan dan informasi untuk kepentingan pendidikan

dan tambahan kepustakaan.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Memberikan informasi mengenai pentingnya memberikan ASI eksklusif

1.4.4 Bagi Ilmu Pengetahuan

Berguna sebagai bahan masukan dalam perkembangan pengetahuan dan

penelitian selanjutnya khususnya tentang perbedaan kejadian diare pada anak

yang mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

2.1.1 Definisi Diare

Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,

disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan

darah. Bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4

kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat

fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut

tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat

belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI

secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi

buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal

atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar

kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat

disebut diare.6,9

6
7

2.1.2 Cara Penularan

Cara penularan diare pada umunya melalui cara fekal-oral yaitu melalui

makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak

lansung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja

penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 4 F = finger, flies, fluid,

field).6

2.1.3 Faktor Risiko

Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen

antara lain : tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama

kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh

tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi

yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan

cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor pada

penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara

lain : gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung,

menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan

faktor genetik.6,9

7
8

2.1.3.1 Faktor Umur

Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.

Insiden tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan

makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek

penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan

makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung

dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. 6,9

2.1.3.2 Infeksi Asimtomatik

Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi

asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan

imunitas aktif. Infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari

atau minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa

yang infeksius. Orang dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam

penyebaran banyak enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari

adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satu

tempat ke tempat yang lain.6,9

2.1.3.3 Faktor Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan Orang Tua

8
9

Keterbatasan sosial dan ekonomi akan berpengaruhi terhadap

kepadatan lingkungan tempat tinggal. Tingkat pendidikan orang tua

berpengaruh terhadap perilaku dan pola hidup yang sehat.21

2.1.4 Etiologi

Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis

mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.

Penyebab infeksi utama timbulnya diare oleh karena infeksi adalah non

inflammatory dan inflammatory.

Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi

enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan

oleh parasit, perlekatan dan / atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya

inflammatory diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus

secara langsung atau memproduksi sitotoksin.6

9
10

Tabel 1. Beberapa Penyebab Diare yang Menyebabkan Diare pada Manusia

Golongan Bakteri
Aeromonas
Bacillus cereus
Compylobacteri jejuni
Clostridium perfringes
Vibrio cholera
Escherichia coli
Salmonella
Shigella
Staphylococcus aereus

Golongan Virus
Rotavirus
Astrovirus
Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)
Enteric adenovirus
Coronavirus

Golongan Parasit
Balantidum coli
Giardia lamblia
Entamoeba histolytica
Blastocystis homonis
Cryptosporidium parvum
Isospora belli
Strongyloides stercoralis
Trichuris trichura
Sumber : Nelson Texbook of pediatric.6

10
11

Di negara berkembang kuman patogen penyabab penting diare akut

pada anak-anak yaitu : Rotavirus, Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella,

Campylobacter jejuni, dan Cryptosporidium.6

2.1.5 Patogenesis Diare

Terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang menyebabkan

diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan menghancurkan sel-sel

ujung-ujung villus pada usus halus. Virus akan menginfeksi lapisan

epithelium di usus halus dan menyerang villus di usus halus. Hal ini

menyebabkan fungsi absorbsi usus halus terganggu. Sel-sel epitel usus halus

yang rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum

matang sehingga fungsinya belum baik. Villus mengalami atrofi dan tidak

dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, cairan dan

makanan yang tidak terserap atau tercerna akan meningkatkan tekanan koloid

osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta

makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus,

menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan nutrien yang tidak

sempurna.6,9

Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas adalah sel-sel yang

terdiferensiasi yang mempunyai fungsi pencernaan seperti hidrolisis

disakharida dan fungsi penyerapan seperti transport air dan elektrolit melalui

11
12

pengankut bersama (kotransporter) glukosa dan asam amino. Enterosit kripta

merupakan sel yang tidak terdiferensiasi, yang tidak mempunyai enzim

hidrofilik tepi bersilia yang merupakan pensekresi (sekretor) air dan elektrolit.

Dengan demikian infeksi virus selektif sel-sel ujung villus usus

menyebabkan6,9

1. Ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan usus terhadap sekresi, dan

2. Malabsorbsi karbohidrat kompleks, terutama laktosa.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang

berhubungan dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus cAMP dan

cGMP. Patogenesis terjadinya diare oleh Salmonella, Shigella, E. coli agak

berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.

Bedanya bakteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga

dapat menyebabkan reaksi sistemik. Toksin shigella juga dapat masuk ke

dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua

bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut

disentri.6,9

2.1.5 Manifestasi Klinis

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala

lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi

12
13

neurologik. Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah

sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung penyebabnya.

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung

sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit

ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada

panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan

hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena

dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila

tidak diobati dengan tepat.

Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau

akibat dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan

inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi

pada perut bagian bawah serta rectum menunjukkan terkenanya usus besar.6,9

Tabel 2. Gejala Khas Diare oleh Berbagai Penyebab

Gejala Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera


Klinis
Masa tunas 17-12 jam 24-48 jam 6-27 jam 6-27 jam 6-27 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual muntah Sering Jarang Sering + - Sering
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus Tenesmus - Tenesmus Kram
Kram Kolik Kram
Nyeri kepala - + + - - -
Lamanya 5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
sakit
Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hr >10x/hr Sering Sering Sering Terusmenerus

13
14

Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair


Darah - Sering Kadang - + -
Bau Langu ± Busuk + - Amis Khas
Warna Kuning Merah Kehijauan Tak Merah Seperti air
hijau hijau berwarna hijau cucian beras
Lain-lain Anorexia Kejang ± Sepsis ± Meteorismus Infeksi ±
sistemik
Sumber : Sunoto 2001.6

2.1.6 Diagnosa

2.1.6.1 Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare,

frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada atau tidak lender dan

darah. Bila disertai muntah : volume, dan frekuensinya. Kencing : biasa,

berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan

minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang

menyertai seperti : batuk, pilek, otitis media, dan campak.

Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare : memberi oralit,

membawa berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit dan obat-obatan yang

diberikan serta riwayat imunisasinya.6,9

2.1.6.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh,

frekuensi denyut jantung, dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya

perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi : kesadaran, rasa haus, dan turgor

kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun membesar,

14
15

cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata,

bibir, mukosa mulut, dan lidah kering atau basah.

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.

Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan

ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan

derajat dehidrasi yang terjadi.6,9

2.1.7 Pencegahan

Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :

2.1.7.1 Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare.

Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara

fekal-oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan

pada cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif

meliputi :

a. Pemberian ASI yang benar.

b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.

c. Penggunaan air bersih yang cukup.

d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang

air besar dan sebelum makan.

15
16

e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota

keluarga.

f. Membuang tinja bayi yang benar.

2.1.7.2 Memperbaiki daya tahan tubuh penjamu (host).

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh

anak dan dapat mengurangi resiko diare antara lain :

a. Memberikan ASI paling tidak sampai usia 2 tahun.

b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan

dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.

c. Imunisasi campak.5,6,9

2.2 ASI Eksklusif

2.2.1 Definisi Air Susu Ibu (ASI) dan ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan air susu hasil sekresi dari payudara

setelah ibu melahirkan. Air Susu Ibu (ASI) memiliki kandungan nutrisi ideal

untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, perkembangan bayi secara

optimal. Air Susu Ibu (ASI) mengandung lemak, karbohidrat, protein, nutrient

mikro dan antibodi dalam jumlah yang tepat untuk pencernaan, perkembangan

otak dan pertumbuhan bayi, mencegah berbagai penyakit, aman dan terjamin

16
17

kebersihannya karena langsung diberikan kepada bayi agar terhindar dari

gangguan pencernaan.

Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif

selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI

bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. Air Susu

Ibu (ASI) memberi semua energi dan gizi yang dibutuhkan bayi selama 6

bulan pertama kehidupannya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat

kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umumnya menimpa

bayi-bayi seperti diare dan radang paru serta mempercepat pemulihan bila

sakit.

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah pemberian hanya ASI tanpa

memberian makanan dan minuman tambahan lain pada bayi sejak lahir

sampai bayi berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.4,7

2.2.2 Air Susu Ibu Menurut Stadium Laktasi

2.2.2.1 ASI Stadium I

ASI stadium I adalah Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali

disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau

keempat. Kolostrum berwarna kekuning-kuningan di sebabkan oleh

tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup.

17
18

Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang ideal

untuk membersihkan mikoneum sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir

segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi sering

defekasi dan feces berwarna hitam. Kolostrum lebih banyak mengandung

protein dibandingkan dengan ASI yang matur, tetapi berbeda dengan ASI

yang matur pada kolostrum protein yang utama adalah Globulin (Gamma

Globulin) lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan dengan ASI yang

matur, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan. Total

energi lebih rendah jika dibandingkan dengan ASI matur, hanya 58 Kal/100

ml kolostrum. Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan

dengan ASI matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tingi

atau lebih rendah, pada kolostrum lipidnya banyak mengandung kolestrol dan

lesitin dibandingkan dengan ASI matur. pH pada kolostrum lebih alkalis

dibandingkan dengan ASI matur dan terdapat tripsin inhibitor, sehingga

hidrolisis protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini

menambah kadar antibodi pada bayi, dan pada kolostrum volumenya berkisar

150-300 ml/24 jam.4,7,9

2.2.2.2 ASI Stadium II

ASI stadium II adalah ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi

ASI yang matur, disekresikan dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa

18
19

laktasi. Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi kadar protein makin

rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi. Hal ini untuk

memenuhi kebutuhan bayi karena aktifitas bayi yang mulai aktif dan bayi

sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan, sehingga pada masa ini

pengeluaran ASI mulai stabil.4,7,9

2.2.2.3 ASI Stadium III

ASI stadium III adalah ASI matur merupakan ASI yang disekesikan

pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan, merupakan suatu

cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari

garam Ca-ciseinat, riboflavin dan karoten yang terdapat di dalamnya terdapat

antimicrobial faktor, yaitu: antibodi terhadap bakteri dan virus, sel (fagosit

granulosit dan makrofag dan limfosit tipe T), enzim (lisozim,

laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amylase, fosfodiesterase,

alkalinfosfatase), protein (laktoferin, B12 binding protein), resistance factor

terhadap staphylococcus, dan sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang

rendah dan adanya faktor bifidus7.

19
20

Laktoferin merupakan suatu iron binding protein yang bersifat

bakteriostatik kuat terhadap Escherichia coli dan juga menghambat

pertumbuhan Candida albicans.7

Laktobasilus bifidus merupakan koloni kuman yang memetabolisir

laktosa menjadi asam laktat yang menyebabkan rendahnya pH sehingga

pertumbuhan kuman patogen akan di hambat.4,7,9

Immunoglobulin memberikan mekanisme pertahanan yang afektif

terhadap bakteri dan virus (terutama IgA) dan bila bergabung dengan

komplemen dan lisozim merupakan suatu antibakterial yang langsung

terhadap E.Coli. faktor lisozim dan komplemen ini adalah suatu antibacterial

non spesifik yang mengatur pertumbuhan flora usus. Faktor leukosit dan pH

ASI mempunyai pengaruh mencegah petumbuhan kuman patogen.4,7

Tabel 3. Komposisi Kolostrum dan ASI


Zat Gizi Satuan Kolostrum ASI

20
21

Energi Kkal 58,0 70


Protein G 2,3 0,9
Kasein Mg 140,0 187,0
Laktosa G 5,3 7,3
Lemak G 2,9 4,2
Vitamin A Mg 151,0 75,0
Vitamin B1 Mg 1,9 14,0
Vitamin B2 Mg 30,0 40,0
Vitamin B12 Mg 0,05 0,1
Kalsium Mg 39,0 35,0
Zat Besi Mg 70,0 100,0
Fosfor Mg 14,0 15,0

Sumber : Depkes RI (2007)

2.2.3 Jenis ASI

2.2.3.1 Foremilk

Foremilk (ASI awal) adalah ASI yang bening yang diproduksi pada

awal penyusuan. Foremilk banyak mengandung laktosa dan protein.4,7

2.2.3.2 Hindmilk

Hindmilk (ASI akhir) adalah ASI yang putih pekat, diproduksi pada

akhir penyusuan. Hindmilk banyak mengandung lemak yang sangat

diperlukan sebagai sumber tenaga dan pembentukan otak.4,7

21
22

2.2.4 Komposisi ASI

2.2.4.1 Karbohidrat pada ASI

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, dalam usus halus laktosa

akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase. Produksi

enzim laktase pada usus halus bayi kadang-kadang belum mencukupi,

untungnya laktase terdapat dalam ASI. Sebagian laktosa akan masuk ke usus

besar, dimana laktosa ini akan difermentasikan oleh flora usus (bakteri baik

pada usus) yaitu laktobasili. Bakteri ini akan menciptakan keadaan asam

didalam usus yang akan menekan pertumbuhan kuman patogen (kuman yang

menyebabkan penyakit) pada usus dan meningkatkan absorpsi (penyerapan)

kalsium dan fosfor.4,7,9

2.2.4.2 Lemak pada ASI

Lemak pada ASI didapatkan pada Hindmilk. Lemak dalam ASI ada

dalam bentuk butiran lemak yang absorpsinya ditingkatkan oleh BSSL (bile

salt-stimulated lioase). Asam lemak yang tekandung pada ASI kaya akan

22
23

asam palmitat, asam oleat, asam linoleat dan asam alfa linoleat. Trigliserida

adalah bentuk lemak utama pada ASI, dengan kandungan antara 97%-98%.

Air Susu Ibu (ASI) banyak mengandung asam lemak yang diperlukan untuk

pertumbuhan otak.4,7,9

2.2.4.3 Protein pada ASI

Kandungan protein dalam ASI dalam bentuk whey 70% dan kasein

30%, dengan variasi komposisi whey : kasein adalah 90 : 10. Pada susu sapi

perbandingan whey : kasein adalah 18 : 82, protein whey tahan terhadap

suasana asam dan lebih mudah diserap sehingga akan mempercepat

pengosongan lambung. Komponen utama protein whey ASI adalah alfa-

laktalbumin, sedangkan protein whey pada susu sapi adalah beta

laktoglobulin dan bovine yang sering menyebabkan alergi. Laktoferin,

lisozim, dan IgA adalah merupakan bagian dari protein whey yang berperan

dalam pertahanan tubuh.4,7,9

2.2.4.4 Mineral pada ASI

Air Susu Ibu (ASI) mengandung mineral yang lengkap. Walaupun

kadarnya relative rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Total

mineral selama laktasi adalah konstan, tetapi beberapa mineral yang spesifik

23
24

kadarnya tergantung dari diet ibu dan stadium laktasi. Fe dan Ca yang paling

stabil, tidak dipengaruhi oleh diet ibu..4,7

2.2.4.5 Air pada ASI

Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk

melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya.

Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber air yang secara metabolik

adalah aman. Air yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredahkan

rangsangan haus dari bayi.4,7

2.2.5 Zat Protektif dalam ASI

Air Susu Ibu (ASI) mempunyai daya proteksi yang mengandung

antibodi. Sejak lahir di dalam kandungan, bayi sudah mendapatkan zat

proteksi melalui plasenta. Setelah bayi lahir, zat proteksi ini berhenti,

sedangkan sistem imunologi neonatus belum berfungsi sempurna, sehingga

pemberian ASI berperan untuk mencegah infeksi.4,7,9 Dua macam faktor

kekebalan, ialah :

1 Faktor Kekebalan Nonspesifik

2 Faktor Kekebalan Spesifik

2.2.5.1 Faktor Kekebalan Nonspesifik

24
25

a. Faktor Pertumbuhan Lactobacillus Bifidus

Faktor pertumbuhan Lactobacillus bifidus atau dikenal pula sebagai

bifidus faktor pertama kali diperkenalkan oleh Gyorgy pada tahun 1953 dan

banyak dijumpai di dalam kolostrum, dalam ASI kadar bifidus faktor 40 kali

lebih dari pada di dalam susu formula dan faktor bifidus bisa rusak apabila

dipanaskan. Bifidus faktor dalam suasana asam di dalam usus bayi akan

menstimulir pertumbuhan Lactobacillus bifidus (Bifidobacteria).

Lactobacillus bifidus ini didalam usus bayi akan mengubah laktosa yang

banyak terdapat di dalam ASI menjadi asam laktat dan asam asetat sehingga

suasana akan lebih asam. Suasana yang asam ini akan menghambat

pertumbuhan kuman Escherichia coli (E.coli) pathogen (suatu jenis kuman

yang paling sering menyebabkan diare pada bayi-bayi) dan

Enterobacteriaceae, sehingga bayi-bayi yang mendapat ASI sejak lahir,

kuman komensal terbanyak di dalam ususnya adalah lactobasillus bifidus,

sebaliknya flora usus dari bayi-bayi yang mendapat susu formula ialah

kuman-kuman Gram negatif terutama bakteroides dan koliform dan bayi-bayi

yang mendapat susu botol lebih peka terhadap infeksi kuman patogen karena

tidak adanya perlindungan seperti halnya bayi-bayi yang mendapat ASI.4,7,9

b. Laktoferin

25
26

Laktoferin banyak persamaannya dengan kerja transferin, suatu

protein yang mengikat besi (Fe) di dalam darah. Kadar laktoferin bervariasi di

antara 6 mg/ml kolostrum dan tidak lebih dari pada 1 mg/ml di dalam ASI

matur. pada ibu dengan gizi yang kurang kadar ini sedikit lebih rendah, di

dalam ASI yang matur, laktoferin selain menghambat pertumbuhan Candida

albicans, juga bersama-sama (sinergistik) dengan sIgA menghambat

pertumbuhan E.coli patogen.4,7,9

c. Sel Neutrofil

Neutrofil yang terdapat di dalam ASI mengandung sIgA yang

dianggap sebagai alat transport IgA dari ibu ke bayi. Peran neutrofil ASI lebih

ditunjukan pada pertahanan jaringan payudara ibu agar tidak terjadi infeksi

pada permulaan laktasi.4,7,9

d. Lisozim (Muramidase)

Air Susu Ibu (ASI) juga terdapat enzim Lisozim dalam kadar yang

tinggi (sampai 2 mg/100 ml), suatu kadar 5000 kali lebih banyak dari pada di

dalam air susu sapi. Lisozim, bersama-sama dengan komplemen dan SIgA

akan memecahkan dinding sel bakteri (bakteriolitik) dari kuman-kuman

Enterobacteriaceae dan kuman-kuman Gram positif.4,7,9

26
27

e. Komplemen

Komplemen adalah protein yang berfungsi sebagai penanda sehingga

bakteri yang ditempel oleh komplemen dapat dengan mudah dikenal oleh sel

pemusnah, disamping itu komplemen sendiri secara langsung dapat

menghancurkan bakteri.7.9

f. Sitokin

Sitokin meningkatkan jumlah antibodi IgA kelenjar ASI, sitokin yang

berperan dalam sistem imun di dalam ASI adalah IL-1 yang berfungsi

mengaktifkan sel limfosit B sehingga anibodi IgA meningkat.4,7

g. Peroksidase

Peroksidase adalah enzim yang dapat menghancurkan kuman patogen.

Berbeda dengan susu sapi. Air Susu Ibu (ASI) tidak mengandung

laktoperoksidase yang dapat menyebabkan reaksi peradangan di dinding usus

bayi. Kalaupun ada kadarnya kecil.4,7

h. Faktor Protektif lain

Air Susu Ibu (ASI) juga mengandung protein yang dapat mengikat

vitamin B12 sehingga dapat mengontrol pertumbuhan mikroorganisme di

dalam saluran cerna. Makin banyak vitamin B12 yang diikat oleh protein

27
28

mengakibatkan makin sedikit B12 yang digunakan oleh bakteri patogen. Air

Susu Ibu (ASI) juga mengandung glikoprotein (gabungan karbohidrat dan

protein), glikolipid (karbohidrat dan lemak), dan oligosakarida yang berfungsi

menyerupai bakteri pada permukaan mukosa saluran cerna bayi. Gabungan

makronutrien ini juga berfungsi mengikat racun kuman (toksin). Antioksidan

dalam ASI seperti tokoferol dan karotin merupakan faktor anti peradangan.

Air Susu Ibu (ASI) juga terdapat faktor ketahanan terhadap infeksi

Staphilococcus dan komponen yang menyerupai gangliosida yang dapat

menghambat bakteri E.coli. 4,7,9

2.2.5.2 Faktor Kekebalan Spesifik

a Limfosit T

Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat dalam

ASI. Sel limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri E. coli dan

mentransfer kekebalan seluler dari ibu ke bayi yang disusuinya.7

b Immunoglobulin

Immunoglobulin dihasilkan oleh sel limfosit B. sel limfosit B terutama

memproduksi sIgA yang berfungsi melindungi IgA dari enzim penghancur

protein (tripsin, pepsin) di saluran cerna bayi dan keasamaan lambung.

Immunoglobulin M (IgM) akan di transfer pada awal kehidupan bayi sebagai

28
29

perlindungan terhadap E. coli dan polio, bila ibu sudah pernah terpajan

sebelumnya. Immunoglobulin G (IgG) dimiliki oleh bayi dari transfer melalui

plasenta. Immunoglobulin D hanya sedikit sekali ditemukan dalam ASI.

Immunoglobulin di dalam ASI berperan memperkuat sistem imun lokal

saluran cerna. Limfosit B pada saluran cerna “plaque” dari payeri dan pusat-

pusat limfe di bronkus ibu diaktifkan oleh bakteri pada saluran cernanya.

Selanjutnya limfosit aktif ini bermigrasi ke lamina propia kelenjar payudara

menjadi sel plasma, dan menghasilkan antibodi.4,7

c Kolostrum

Kolostrum mengandung sIgA dengan kadar sampai 5000 mg/dL yang

cukup untuk melapisi permukaan saluran cerna bayi terhadap berbagai bakteri

patogen dan virus. Begitu pula dengan antibodi lainnya, paling banyak

terdapat dalam kolostrum.4,7,9

d IgA sekretori (sIgA)

Immunoglobulin A banyak ditemukan pada permukaan saluran cerna

dan saluran napas. Molekul immunoglobulin A bergabung komponen

sekretori membentuk IgA sekretori (sIgA). Aktvitasi utama sIgA adalah di

dalam lumen usus dengan mencegah melekatnya kuman patogen dan

menghambat perkembangbiakan kuman di dalam saluran cerna. Selain dari

29
30

pada itu sIgA dapat mengaktifkan sistem komplemen melalui jalan samping

(alternative pathway) dan bersama-sama dengan makrofag dapat

memfagositosis pelbagai kuman di dalam usus. Rangsangan yang spesifik

akan membentuk antibodi yang spesifik terhadap virus ( Polio, Rotavirus,

Echo, Cocsakie, Influenzae, Haemophilus influenza, virus respiratori

sinsisial/RSV), bakteri ( Strethococcus pneumonie, E. coli, Klebsiela, Shigela,

Salmonela, Campylobacter), dan enterotoksin yang dikeluarkan oleh vibrio

cholera, E. coli serta Gyardia lambia. Oleh karena itu, ASI dapat mengurangi

angka kesakitan infeksi saluran cerna dan saluran pernapasan bagian atas.4,7

2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan ASI Esklusif

2.2.6.1 Ketersediaan ASI

Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah :

a. Tidak melakukan inisiasi menyusui dini

b. Memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI keluar),

apalagi memberikannya dengan botol/dot

c. Kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui.4

2.2.6.2 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hal yang penting dalam membentuk tindakan

seseorang, pengetahuan akan memberikan pengalaman kepada ibu tentang

30
31

cara pemberian ASI ekslusif yang baik dan benar dalam hal ini perlu

ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara sukarela dan penuh percaya diri

untuk mampu menyusui bayinya. Pengalaman ini akan memberikan

pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan memberi sikap positif terhadap

masalah menyusui. Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu

menganggap susu formula sama baiknya, bahkan lebih baik dari pada ASI.

Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika merasa

ASI kurang. Masih banyak petugas kesehatan tidak memberikan informasi

pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin. Untuk dapat

melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan keluarganya perlu mengusai

informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan pemberian ASI, kerugian

pemberian susu formula, cara menyusui yang baik dan benar.7,9,21

2.3 Susu Formula

2.3.1 Definisi Susu Formula

Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan

yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Susu

formula yang telah dimodifikasi untuk mendekati kandungan nutrisi ASI.

Akan tetapi susu ini tetap bukan merupakan pengganti yang tepat karena ASI

lebih tinggi kandungan kolestrol dan asam lemak jenuhnya dari pada susu

formula.8

31
32

2.3.2 Jenis Susu Formula

Formula untuk bayi cukup bulan dapat diklasifikasikan dalam dua

bagian, yakni :

2.3.2.1 Formula Pertama (starter formula)

Merupakan formula berbahan dasar protein susu sapi yang

dipergunakan sejak lahir hingga usia 12 bulan. Formula ini juga ada yang

berbahan dasar soya dan protein susu kambing.8,10

2.3.2.2 Formula Lanjutan (follow-on formula)

Merupakan formula untuk bayi yang berusia 6 bulan ke atas.

Sebenarnya tidak perlu menggantikan formula pertama dengan formula

lanjutan pada bayi dengan asupan yang baik dan telah mulai diberikan

makanan padat, namun pilihan tetap jatuh kepada orang tua. Perbedaan

kedua jenis formula ini bukan dari kandungan protein, tetapi biasanya

terletak pada kandungan mineral seperti zat besi dan kalsium.8,10

2.3.3 Komposisi Susu Formula

2.3.3.1 Protein

a. Faktor Konversi Nitrogen

32
33

Berbagai protein makanan mengandung jumlah nitrogen yang berbeda,

namun FAO/WHO menggunakan faktor 6,25 untuk menghitung kuantitas dan

kualitas protein, mereka berdasarkan kandungan nitrogen sebesar 16% dari

seluruh campuran protein. 8

b. Non- Protein Nitrogen (NPN)

Non-protein atau nitrogen yang tidak berasal dari protein (NPN)

merupakan suatu istilah untuk komponen ammonia, yang tidak merupakan

protein tetapi dapat dikonversi menjadi protein oleh mikroba. Bila kelompok

NPN ini terlalu tinggi dapat terjadi penekanan pertumbuhan dan keracunan

ammonia.8

2.3.3.2 Lemak

a. Total Lemak

Kandungan lemak yang disarankan sebesar 4,4-6,0 g/100kkal yang

setara dengan 40-54% dari kandungan energi yang terdapat dalam ASI.8

b. Asam Lemak Esensial

Kandungan asam linoleat sebesar 300 mg setiap 100kkal formula

cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum asam linoleat. Nilai maksimun

33
34

asam linoleat sebesar 1200 mg setiap 100kkal dianggap perlu karena asupan

yang tinggi dapat menginduksi efek metabolisme yang tidak menguntungkan

terhadap metabolisme lipoprotein, fungsi imunitas, keseimbangan eikosanoid

dan stres oksidatif.8,10

Asam α-linoleat dari asam lemak omega 3 merupakan asam lemak

esensial dan berperan sebagai prekursor untuk sintesis DHA yang penting

dalam perkembangan bayi.8,10

c. Asam Lemak Trans

Tidak diketahui efek nutrisi dari asam lemak trans untuk bayi, tetapi

telah diketahui efek biologis yang tidak diinginkan seperti gangguan

desaturasi mikrosom dan perpanjangan rantai asam lemak esensial, dan

perubahan metabolisme lipoprotein serta kemungkinan gangguan

pertumbuhan awal. International Expert Group (IEG) menyatakan kandungan

asam lemak trans tidak boleh lebih dari 3% dari seluruh kandungan lemak.8,10

2.3.3.3 Karbohidrat

a. Karbohidrat Total

Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting pada bayi, dengan

mempertimbangkan kebutuhan glokosa untuk oksidasi sistem saraf pusat dan

minimalkan pengaruh glokoneogenesis, jumlah minimum dari karbohidrat

total yang disarankan adalah 9 g/100kkal. Kandungan karbohidrat maksimal

34
35

yang disarankan adalah sebesar 14g/100kkal atau sekitar 56% dari kebutuhan

energi.8,10

b. Laktosa

Karbohidrat utama yang dapat dicerna dalam ASI adalah laktosa.

Laktosa memberikan sekitar 40% dari kebutuhan energi. Laktosa dianggap

memberikan efek yang menguntungkan untuk fisiologi usus, termasuk efek

prebiotik, melunakkan feses dan mempermudah absopsi air, natrium, dan

kalsium, karenannya IEG menganggap penting untuk memasukkan laktosa

dalam susu formula, sehingga tidak ada batas maksimum dan minimum yang

dapat ditentukan berdasarkan data-data ilmiah.8,10

c. Glukosa

Selama pemanasan susu formula, glukosa dapat bereaksi tanpa melalui

prosedur enzimatk dengan protein untuk membentuk Maillard. Penambahan

glukosa ke dalam susu formula bayi juga akan meningkatkan osmolalitas.

Penambahan 1 g glukosa ke dalam 100 mL formula akan meningkatkan

osmolalitas 58 mOsm/kg, karenanya tidak dianjurkan untuk menambahkan

glukosa ke dalam susu formula.8,10

d. Sukrosa (sakarosa) dan fruktosa

35
36

Penambahan fruktosa atau sakarosa, suatu disakarida yang

mengandung glokusa dan fruktosa, dapat mengakibatkan efek samping yang

berat termasuk kematian pada bayi yang menderita intoleransi fruktosa

herediter (defisiensi aldolase B atau fruktosa-1- fosfat aldolase) yang pada

populasi tertentu memiliki insidens 1:20.000. Berdasarkan hal tersebut IEG

melarang penambahan fruktosa.8,10

2.3.3.4 Vitamin

1 Vitamin Larut Lemak

Vitamin A, E dan K yang larut lemak disimpan dalam jaringan lemak

tubuh. Asupan dalam jumlah besar selama periode waktu yang panjang dapat

menyebabkan akumulasi vitamin tersebut dan mengakibatkan efek-efek yang

tidak diinginkan.8,10

a. Vitamin A

Nilai asupan rujukan yang dapat ditoleransi adalah 60-180

µgRE/100kkal. Kandungan.8,10

b. Vitamin E

36
37

Susu formula bayi harus mengandung 0,5-5 mg α-TE/100kkal dan

tidak kurang dari 0,5 mg/g asam linoleat, karena kebutuhan vitamin E

dilaporkan meningkatkan jumlah ikatan ganda yang ada dalam suplai

asam lemak dalam makanan.8,10

c. Vitamin K

Asupan yang dianjurkan 4-10 µg/hari. Kandungan vitamin K dari

formula bayi yang ada saat ini biasanya lebih dari 4 µg/100kkal,

memberikan perlindungan terhadapat defisiensi vitamin K dan

kemungkinan perdarahan, dan dapat memberikan level yang aman

meskipun terdapat absopsi vitamin K yang tidak sempurna, tidak

didapatkan efek toksik dengan pemberian susu formula yang mengandung

25 µg/100kkal. Susu formula bayi harus mengandung 4-25 µg/100kkal.8,10

2 Vitamin Larut Air

Kelebihan vitamin-vitamin yang larut air pada keadaan stres, misalnya

saat deman atau diare atau penurunan berat badan, maka IEG menyatakan

kandungan vitamin yang larut air tidak boleh melebihi 5x batas minimal.8,10

a. Tiamin (vitamin B1)

Dengan pertimbangan asupan adekuat untuk bayi adalah sebesar 200-

300 µg/hari, maka susu formula harus mengandung 60-300 µg/100kkal.8,10

37
38

b. Riboflavin (vitamin B3)

Susu formula harus mengandung 300-1500 µg/100kkal.8,10

c. Asam Pantotenat (vitamin B5)

Pertimbangan asupan adekuat untuk bayi adalah sebesar 200-300

µg/hari, maka sus formula harus mengandung 60-300 µg/100kkal.8,10

d. Pirodoksin (vitamin B6)

Susu formula harus mengandung sekitar 35-175 µg/100kkal.8,10

e. Kobalamin (vitamin12)

Pertimbangan nilai rujukan untuk bayi adalah sebesar 0,3-0,5 µg/hari,

maka susu formula harus mengandung 0,1-0,5 µg/100kkal.8,10

f. Asam folat

Pertimbangan asupan adekuat sebesar 50-65 µg/hari, maka susu

formula harus mengandung 10-50 µg/100kkal.8,10

g. Asam Askorbat (vitamin C)

38
39

Air Susu Ibu (ASI) mengandung 4,5-15 mg/100kkla. Nilai rujukan

pada bayi ditetapkan sebesar 20 mg/hari, 30 mg/hari, dan 40 mg/hari.

Batas minimum adalah sebesar 10 mg/100kkal. Asupan tinggi asam

askorbat dapat menginduksi defisiensi kuprum, sehingga batas maksimum

adalah 30 mg/100kkal.8,10

h. Biotin

Susu formula harus mengandung sekitar 1,5-7,5 µg/100 kkal.8,10

2.3.3.5 Mineral dan elemen trace

a. Besi

Kandungan besi minimum sebesar 1 mg/100 kkal. Kandungan besi

pada susu formula dengan bahan dasar protein susu sapi dan hidrolisatnya

berkisar 0,3-1,3 mg/100 kkal. Setelah usia 6 bulan, makanan lain yang

mengandung besi harus ditambahkan selain besi yang didapatkan dari

susu formula.8,10

39
40

b. Kalsium

Susu formula harus mengandung kalsium sebesar 50-140 mg/100

kkal.8,10

c. Fosfor

Fraksi biovailibilitas kandungan fosfor total adalah sebesar 80% pada

susu formula berbahan dasar protein susu sapi, maka nilai kandungan fosfor

yakni 25-90 mg/100 kkal pada susu formula berbahan dasar protein sapi.8,10

d. Magnesium

Susu formula bayi harus mengandung jumlah minimum yang

menyerupai ASI (4,8-5,5 mg/100 kkal) dengan kisaran 5-15 mg/100 kkal.8,10

e. Natrium, kalium, klorida

Natrium 20-60 mg/100 kkal, kalium 60-160 mg/100 kkal, dan klorida

50-160 mg/100 kkal.8,10

f. Mangan

Mangan dalam ASI dan susu formula tidak terdapat perbedaan.

Kandungan maksimum adalah sebesar 50 µg/100 kkal. Kandungan yang lebih

40
41

tinggi harus dihindari mengingat ekskresi bayi yang belum matur yang dapat

mengakibatkan akumulasi mangan pada otak sehingga dapat menimbulkan

abnormalitas perkembangan saraf pada hewan percobaan.8,10

g. Flour

Bayi dapat terpapar pada tambahan asupan flour misalnya dari air

yang mengandung flour. Manfaat dari asupan flour yang tinggi kini masih

dipertanyakan dan dapat mengakibatkan fluorosis gigi, karenanya kandungan

maksimum harus serendah mungkin dan tidak melebihi 60 µg/100 kkal.8,10

h. Yodium

Susu formula harus mengandung 10-50 µg/100 kkal.8

i. Selenium

Asupan rujukan berkisar 5-30 µg/hari. Formula harus mengandung

selenium sebesar 1-9 µg/100 kkal.8,10

j. Kuprum

41
42

Kandungan kuprum minimum dalam susu formula sebesar 35 µg/100

kkal. Hal ini menyerupai kandungan dalam ASI. Kandungan maksimum

yang disarankan adalah 80 µg/100 kkal, sekitar 3 kali lebih tinggi daripada

ASI.8

k. Seng

Asupan rujukan untuk bayi berkisar 1-5 mg/hari. Meskipun terdapat

perbedaan biovailibilitas dalam ASI dan susu formula, nilai minimum

sebesar 0,5 mg/100 kkal dianggap cukup. Karena asupan yang tinggi dapat

mengganggu penyerapan dan matabolisme mikronutrien lainnya, level

maksimum yang ditetapkan adalah sebesar 1,5 mg/100 kkal.8,10

2.3.4 Cara Mempersiapkan Susu Formula

a. Langkah 1

42
43

Bersihkan dan desinfektan alas atau meja yang akan digunakan untuk

menyiapkan susu formula, kemudian cuci tangan dengan air dan sabun dan

keringkan dengan handuk sekali pakai.7

b. Langkah 2

Masak air sampai mendidih dan keluar gelembung udara. Bila

menggunakan ketel otomatis, tunggu sampai ketel mati sendiri.7

c. Langkah 3

Baca intruksi pada kaleng atau kotak susu, berapa jumlah air dan susu

yyang diperlukan. Terlalu banyak atau sedikit susu akan menyebabkan bayi

sakit.7

d. Langkah 4

Tuangkan air mendidih secara hati-hati ke dalam botol susu yang

sudah disterilkan. Suhu air tidak boleh < 70° C jadi jangan diamkan di air

lebih dari 30 menit setelah mendidih (ditempatkan dalam kotak air dingin

selama 10 menit). Tuangkan susu bubuk dalam jumlah yang tepat ke dalam

botol.7,8

e. Langkah 5

43
44

Kocok atau putar pelan-pelan botol tersebut sehingga susu tercampur

merata dalam bentuk larutan. Segera dinginkan susu cair di bawah air

mengalir atau dengan mangkok berisi air dingin. Pastikan tinggi air tidak

melebihi bibir botol.7,8

f. Langkah 6

Keringkan botol dengan kain bersih. Teteskan susu ke tangan.

Pastikan susu tidak terlalu panas. Apabila terlalu panas, dinginkan kembali.7

g. Langkah 7

Minumkan susu kepada bayi. Buang sisa susu yang tidak diminum

dalam waktu 2 jam.7,8

44
BAB III

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Teori

Faktor umur

Tidak memberikan
ASI secara penuh Bakteri

Tidak memadainya Faktor risiko Etiologi Virus


penyediaan air bersih
Parasit
Pencemaran air oleh
tinja

Infeksi asimtomatik

Diare

Pencegahan

Membuang tinja Membiasakan Penggunaan air pemberianASI


bayi yang benar cuci tangan bersih
sehabis BAB dan
sebelum makan

45
46

3.2 Kerangka Konsep

Anak usia 6-24 bulan

Pemberian ASI Pemberian ASI tidak


eksklusif eksklusif

kejadian Diare

46
BAB III

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.3 Kerangka Teori

Faktor umur

Tidak memberikan
ASI secara penuh Bakteri

Tidak memadainya Faktor risiko Etiologi Virus


penyediaan air bersih
Parasit
Pencemaran air oleh
tinja

Infeksi asimtomatik

Diare

Pencegahan

Membuang tinja Membiasakan Penggunaan air pemberianASI


bayi yang benar cuci tangan bersih
sehabis BAB dan
sebelum makan

47
48

3.4 Kerangka Konsep

Anak usia 6-24 bulan

Pemberian ASI Pemberian ASI tidak


eksklusif eksklusif

kejadian Diare

48
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan survei analitik dengan desain case control

menggunakan pendekatan retrospective.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Cendana, RW 11, Kelurahan

Caawang. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai sejak bulan September hingga

Desember 2017.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dari target penelitian ini adalah Ibu yang mempunyai anak usia 6-24

bulan yang mengunjungi Posyandu Cendana, RW 11, Kelurahan Cawang.

Sedangkan sampel penelitian ini adalah anak usia 6-24 bulan yang mendapat ASI

eksklusif dan tidak eksklusif yang sesuai dengan kriteria inklusi dan bersedia

menjadi responden pada penelitian ini.

49
50

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

- Kriteria Inklusi
1. Anak usia 6-24 bulan yang diberi ASI eksklusif dan tidak eksklusif

2. Pernah mengalami diare akibat pemberian ASI eksklusif dan tidak

eksklusif

- Kriterian Eksklusi
1. Anak usia < 6 - > 24 bulan

2. Tidak pernah menderita diare akibat pemberian asi eksklusif atau tidak

eksklusif

4.5 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Purposive

Sampling.

4.6 Variabel Penelitian

- Variabel Bebas (independen)


Variabel bebas dalam penelitian ini : ASI eksklusif, ASI tidak eksklusif, usia,

jenis kelamin dan tingkat pendidikan ibu

- Variabel Terikat (dependen)


Variabel terikat dalam penelitian ini : Kejadian diare.

50
51

4.7 Cara Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah data primer, berupa kuesioner.

Berikut ini adalah tahapan dalam pengumpulan data

1. Responden yang datang diberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti dan meminta persetujuan untuk mengikuti penelitian

2. Peneliti membagikan kuesioner kepada responden untuk diisi, bagi yang tidak

bisa baca tulis penulis akan melakukan wawancara terkait pernyataan

kuesioner.

3. Kuesioner yang sudah diisi akan dijadikan sumber data dan akan diolah

menggunakan program SPSS (Statistical Product and Survice Solutions)

4.8 Instrumen Penelitian

Instrumen yang dipakai pada penelitian ini adalah kuesioner. Dimana

kuesioner yang dipakai diambil dari penelitian (Skripsi) yang sudah dilakukan

oleh Lailatus Sa’Diyah Perbedaan Pemberian ASI eksklusif dan susu formula

terhadap kejadian diare bayi umu 0-24 bulan. Medan: Penerbit Depertemen Ilmu

Kesehatan Anak RSUP Haji Adam Malik Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara. 2014. Peneli kemudian modifikasi kuesioner sesuai dengan

kebutuhan penelitian yang akan dilakukan dan telah diuji validitas kuesioner

dengan menggunakan program SPSS.

51
52

4.9 Hipotesis

4.9.1 Hipotesis Mayor

Adanya perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan yang

mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif.

4.9.1 Hipotesis Minor

1 Adanya perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-12 bulan dan >12-24

bulan

2 Adanya perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan berdasarkan

jenis kelamin.

3 Adanya perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan yang

mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif

4 Adanya perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan dengan

tingkat pengetahuan Ibu

5 Adanya perbedaan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan dengan

tingkat pendidikan ibu

52
53

4.10 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Operasional Cara dan Skala Kategori
Terikat Alat Ukur Ukur
1 Diare Diare adalah buang air besar Kuesioner Ordinal a. Ya
yang tidak normal dimana b. Tidak
terdapat perubahan
konsistensi menjadi lebek
atau cair dan perubahan
frekuensi lebih dari 3 kali
dalam sehari.6

No Variabel Bebas Definisi Cara dan Skala Hasil Ukur


Alat Ukur Ukur
1 ASI eksklusif ASI eksklusif adalah Kuesioner Ordinal a. Ya
pemberian hanya ASI tanpa b. Tidak
memberian makanan dan
minuman tambahan lain
pada bayi sejak lahir sampai
bayi berumur 6 bulan,
kecuali obat dan vitamin.7
2 Susu formula Susu formula adalah susu Kuesioner Ordinal a. Ya
yang dibuat dari susu sapi b. Tidak
atau susu buatan yang
diubah komposisinya hingaa
dapat dipakai sebagai
pengganti ASI.8
3 Usia Lama seseorang hidup Kuesioner Ordinal a. 6-12
mulai sejak dilahirkan bulan

53
54

hingga saat ini. 1 b. >12-24


bulan
4 Jenis kelamin Identitas anak berdasarkan Kuesioner Ordinal a. Laki-
organ reproduksi.17 laki
b. Perempu
an
5 Tingkat lamanya pendidikan formal Kuesioner Ordinal a. SD
pendidikan ibu yang dimulai sejak pertama b. SMP
kali masuk sekolah hingga c. SMA
masa studi akhir yang d. Diploma
ditempuh.16 /
Sarjana

4.11 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Coding, yaitu pemberian kode pada setiap jawaban yang terkumpul dalam

kuesioner untuk memudahkan proses pengolahan data

2. Editing, yaitu memeriksa kembali kelengkapan data yang diperoleh atau

dikumpulkan, apakah sudah terisi semua

3. Entry, yaitu memasukan data yang diperoleh atau dikumpulkan ke dalam

SPSS

4. Cleaning, yaitu setelah data masuk computer, dalam proses ini data akan

diperiksa apakah ada kesalahan atau tidak, jika terdapat data yang salah,

maka akan dibersihkan dalam proses cleaning ini.

54
55

4.12 Analisis Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisa

menggunakan analisis univariat dan bivariat.

4.12.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis setiap variabel yang dinyatakan

dalam data ilmiah dengan bentuk tabel atau grafik. Analisis univariat

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian.

4.12.2 Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi, dilakukan untuk mengetahui hubungan yang

bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini

analisis bivariat untuk menganalisis mengenai hubungan perbedaan kejadian

diare antara bayi yang mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif.

Analisis ini akan menggunakan Uji Chi Square, sehingga dapat

diketahui apakah ada hubungan yang bermakna anatara variabel bebas dan

variabel terikat secara statistik dengan taraf signifikan sebesar 5% (0,05).

Kriteria pengujian:

1. Jika nilai probabilitas (p value) < 0,05, maka ada hubungan bermakna.

55
56

2. Jika nilai probabilitas (p value) ≥ 0,05, maka tidak ada hubungan yang

bermakna .

4.13 Time Table Pelaksanaan Penelitian


N Detail Kegiatan Agustus September Oktober November Desember

o I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1 Penentuan masalah,
. tema, dan judul
penelitian
2 Mengecek jumlah
. sampel di SMAN 14
Jakarta
3 Konsultasi
. pembuatan Proposal

4 Penyelesaian
. proposal
5 Pengajuan proposal
.
6 Pengambilan data
. (melakukan
penelitian)
7 Pengolahan dan
. analisis data
8 Penulisan karya tulis
. ilmiah berupa
laporan penelitian
9 Pengumpulan karya
. tulis ilmiah dan
sidang skripsi
Januari

I II III IV

8 Penulisan karya tulis ilmiah


. berupa laporan penelitian
9 Pengumpulan karya tulis
. ilmiah dan sidang skripsi

56
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1 Analisis Univariat

Tabel 4. Karakteristik subjek penelitian


Variabel N %
Usia
6-12 bulan 44 73,3
>12-24 bulan 16 26,7
Jenis kelamin
Laki-laki 17 28,3
Perempuan 43 71,7
Pendidikan Ibu
SMP 19 31,7
SMA 41 68,3

Berdasarkan tabel 4 subjek penelitian paling banyak usia 6-12 bulan

yaitu 44 orang (73,3%). Subjek peneliatian paling banyak berjenis kelamin

perempuan sebanyak 43 orang (71,7%) dengan tingkat pendidikan ibu SMA

sebanyak 41 orang (68,3%).

57
58

5.1.2 Analisis Bivariat

Tabel 5. Kejadian diare pada anak asia 6-12 bulan dan >12-24 bulan

Usia Kejadian Diare Total p value


Ya Tidak
n % n %
6-12 bulan 31 70,5% 13 29,5% 44 0,004
>12-24 bulan 10 62,5% 6 37,5% 16
Total 41 19 60

Berdasarkan tabel 5 didapatkan bahwa anak umur 6-12 bulan yang

mengalami diare sebanyak 31 orang (70,5%) dan anak usia >12-24 bulan yang

mengalami diare sebanyak 10 orang (62,5%), maka hasil p value sebesar 0,004

yang berarti ada hubungan bermakna antara kejadian diare pada anak usia 6-12

bulan dan >12-24 bulan

Tabel 6. Kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan berdasarkan jenis

kelamin

Jenis kelamin Kejadian Diare Total p value


Ya Tidak
n % n %
Laki-laki 12 70,6% 5 29,4% 17 0,907
Perempuan 31 72,1% 12 27,9% 43

Total 43 17 60

58
59

Berdasarkan tabel 6 didapatkan bahwa anak perempuan yang mengalami

diare sebanyak 31 orang (72,1%) dan anak laki-laki yang mengalami diare

sebanyak 12 orang (70,6%), maka hasil p value sebesar 0,907 yang berarti tidak

ada hubungan bermakna antara kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan dengan

jenis kelamin.

Tabel 7. Kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan yang mendapat ASI

eksklusif dan tidak eksklusif

Pemberian Kejadian Diare Total p


ASI Ya Tidak value
n % n %
ASI Eksklusif 12 40,0% 18 60,0% 30 0,002
ASI Tidak 24 80,0% 6 20,0% 30
Eksklusif
Total 36 24 60

Berdasarkan tabel 7 didapatkan bahwa anak yang mendapat ASI eksklusif

mengalami diare sebanyak 12 orang (40,0%) dan anak yang mendapat ASI tidak

eksklusif mengalami diare sebanyak 24 orang (80,0%), maka hasil p value

sebesar 0,002 yang berarti terdapat hubungan bermakna antara kejadian diare

dengan anak usia 6-24 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif.

59
60

Tabel 8. Kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan dengan tingkat

pengetahuan ibu

Tingkat Kejadian Diare Total p value


Pengetahuan ibu Ya Tidak
n % n %
Baik 16 43,2% 21 56,8% 37 0,001
Kurang 20 87,0% 3 13,0% 23
Total 36 24 60

Berdasarkan tabel 8 didapatkan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan

kurang dan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan sebanyak 20 orang (87,0%)

sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan baik dan kejadian diare pada anak usia

6-24 bulan sebanyak 16 orang (43,2%), maka hasil p value sebesar 0,001 yang

berarti terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian diare pada anak usia 6-

24 bulan dengan tingkat pengetahuan ibu

Tabel 9. Kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan dengan tingkat
pendidikan Ibu
Tingkat Kejadian Diare Total p value
pendidikan Ibu Ya Tidak
n % n %
SMP 22 75,9% 7 24,1% 29 0,004
SMA 12 38,7% 19 61,3% 31
Total 34 26 60

60
61

Berdasarkan tabel 9 didapatkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan SMP

dan kejadian diare pada anak usis 6-24 bulan sebanyak 22 orang (75,9%)

sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan SMA dan kejadian diare pada anak usia

6-24 bulan sebanyak 12 orang (38,7%), maka nilai p value sebesar 0,004 yang

berarti terdapat hubungan bermakna antara kejadian diare pada anak usia 6-24

bulan dengan tingkat pendidikan Ibu

5.2 Pembahasan

Penelitian ini mendapatkan bahwa sebagian besar kejadian diare terjadi pada

anak usia 6-12 bulan. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurstyanto yang mendapatkan hasil pada anak usia 6-12 bulan mengalami diare

sebanyak 54,25% dan anak usia >12-24 bulan sebanyak 46,75% dan penelitian

yang dilakukan Prawiroharjo didapatkan bahwa kejadian diare sangat

berpengaruh terhadap usia anak.16,17 Hal ini juga sesuai dengan teori yang

mengatakan bahwa sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama

kehidupan. Insiden tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-12 bulan pada saat

diberikan makanan pendamping ASI 6

61
62

Penelitian ini mendapatkan bahwa kejadian diare paling banyak terjadi pada

anak perempuan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Maryanti didapatkan lebih banyak kejadian diare pada anak laki-laki, dikarenakan

anak laki-laki lebih aktif dan kontak langsung dengan benda-benda asing yang

kemungkinan terkontaminasi dengan kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan

diare dan penelitian yang dilakukan Iswari dari data sekunder mendapatkan

kejadian diare pada anak usia dibawah 2 tahun di RSUD kota Yogyakarta

sebagian besar anak berjenis kelamin laki-laki yaitu 72 anak (66,7%), hal tersebut

dikarenakan anak laki-laki lebih sering bermain dan mudah terpapar dengan agen

penyebab diare.15,18 Namun jenis kelamin belum sepenuhnya menjadi faktor

penyebab kejadian diare.1

Penelitian ini mendapatkan adanya perbedaan kejadian diare pada anak yang

mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

anak yang mendapat ASI eksklusif secara otomatis mendapat kekebalan yang

bersifat anti infeksi.6,8 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wahyu,

didapatkan anak yang mendapat ASI tidak eksklusif lebih banyak menderita diare

dibandingkan dengan anak yang mendapat ASI eksklusif dan pada penelitian

yang dilakukan Herawati, didapatkan bahwa terdapat perbedaan kejadian diare

pada anak yang mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif.19,20

62
63

Penelitian ini mendapatkan bahwa kejadian diare berdasarkan tingkat

pengetahuan ibu didapatkan sebagian besar berpengetahuan kurang. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan Hamdani, didapatkan bahwa masalah

kurangnya pengetahuan ibu dengan kejadian diare dapat disebabkan oleh karena

informasi ibu yang kurang menyebabkan tidak mementingkan pola hidup yang

sehat dan pada penelitian yang dilakukan Purwanti, didapatkan bahwa hubungan

pengetahuan dan sikap ibu sangat berperan penting dalam kejadian diare.21,22

Penelitian ini mendapatkan bahwa kejadian diare berdasarkan tingkat

pendidikan ibu didapatkan hasil sebagian besar berpendidikan SMP. Hal ini

sesuai dengan penelitian Purwanti, didapatkan bahwa tingkat pendidikan ibu

sangat berpengaruh terhadap kejadian diare, Ibu dengan pendidikan baik akan

lebih banyak mengetahui tentang kesehatan anak dibandingkan ibu dengan

tingkat pendidikan rendah.22 Namun hal ini berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Maria, didapatkan bahwa kejadian diare bukan saja dipengaruhi

oleh pendidikan namun faktor sosial dan ekonomi juga sangat berpengaruh dalam

kejadian diare.22,23

5.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini bersifat retrospektif atau melihat kebelakang,

sehingga kebenaran pengisian kuesioner ini sangat tergantung pada ingatan ibu

yang mempunyai anak usia 6-24 bulan tentang riwayat kejadian diare pada anak

yang mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif.

63
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dijelaskan

kesimpulan dari hasil penelitian sebagai berikut :

1 Presentase responden terbanyak adalah usia 6-12 bulan sebesar 44 orang

(71,0%), dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 43 orang (69,4%).

2 Terdapat perbedaan yang bermakna antara kejadian diare pada bayi usia 6-12

bulan dan usia >12-24, nilai (p=0,004)

3 Tidak terdapat perbedaan antara kejadian diare pada bayi usia 6-24 bulan

berdasarkan jenis kelamin, nilai (p= 0,969)

4 Terdapat perbedaan yang bermakna antara kejadian diare pada bayi usia 6-24

bulan yang mendapat ASI eksklusif dan tidak eksklusif, dengan nilai

(p=0,002)

5 Terdapat perbedaan yang bermakna antara kejadian diare dengan tingkat

pengetahuan Ibu, nilai (p=0.001)

6 Terdapat perbedaan yang bermakna antara kejadian diare dengan tingkat

pendidikan Ibu, nilai (p=0,004)

64
65

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

6.2.1 Bagi Dinas Kesehatan

1 Dapat menyediakan alat promosi kesehatan terutama mengenai

pentingnya ASI eksklusif agar semua pihak mengetahui dan memahami

pentingnya ASI eksklusif

2 Membuat program-program penyuluhan berskala nasional mengenai

pentingnya ASI eksklusif untuk meningkatkan pengetahuan ibu

6.2.2 Bagi Posyandu Cendana, Kelurahan Cawang

1 Semakin meningkatkan penyuluhan dan promosi tentang pemberian ASI

eksklusif, misalnya saat jadwal posyandu sehingga ibu lebih termotivasi

untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi

2 Melakukan mengecekan tiap bulannya terutama untuk ibu-ibu yang

mempunyai anak usia 0-6 bulan agar terus diberikan ASI eksklusif

maksimal sampai anak berumur 24 bulan

3 Memberi informasi kepada ibu-ibu agar lebih menjaga kebersihan dalam

menyiapkan makanan atau minuman bagi bayi

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

65
66

Penelitian selajutnya diharapkan nantinya dapat menggunakan sampel

yang lebih banyak agar hasil penelitian menjadi lebih akurat

66
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Rencana strategis Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010-2013. Jakarata: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2010 [diakses tanggal 5 september 2017].
Diunduh dalam :
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/regulasi/kepmenkes/RENST
RA_2010-2013.pdf

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar tahun


2014 (diakses tanggal 5 september 2017) di unduh dalam;
http//depkes.go.id/download/riskesdas2013/hasil%20Riskesdas%202013.pdf

3. UNICEF (homepage on the internet). ASI adalah penyelamat hidup paling


murah dan efektif di dunia New York: UNICEF:2013 (diakses tanggal 6
september 2017). Diunduh dalam :
http//www.unicef.org/indonesia/id/media_21270.html

4. Soetjiningsih. Seri Gizi Klinik ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001. H: 5-40

5. Rinaldi A. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Personal Hygiene dengan


Terjadinya Diare pada Anak di Puskesmas Krueng Barona Jaya Kabupaten
Aceh Besar. Skripsi .Fakultas Kedokteran Syiah Kuala. 2016. H: 40-9

6. Subagyo B, Santoso NB. Diare Akut. dalam Buku Ajar Gastroenterologi-


Hepatologi. Jilid 1 : Cetakan Keempat. Penyunting: Juffrie M, Soenarto SSY,
Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS. Jakarta: Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia. 2015. H: 87-116

7. Mexitalia M. Air Susu Ibu Dan Menyusui. dalam Buku Ajar Nutrisi Pediatrik
Dan Penyakit Metabolik. Jilid I Revisi : Cetakan Kedua. Penyunting: Sjarif
DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Penerbit: Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 2014. H: 80-118

67
68

8. Sjarif DR, Tanjung C. Susu Formula Bayi dan Peraturan Terkait dalam Buku
Ajar Nutrisi Pediatrik Dan Penyakit Metabolik. Jilid I Revisi : Cetakan
Kedua. Penyunting: Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Penerbit:
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014. H: 102-120

9. Barnes LA, Curran JS. Nutrisi dalam Buku Nelson Ilmu Kesehatan Anak.
Volume 1 edisi 15. Penyunting; Behrman, Kliegman, Arvin. (Ed) Prof. DR.
dr. Wahab AS, Sp.A(K) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 2000. H: 192-
205

10. Leleiko NS, Chao C. Makanan Formula dan Suplemen Nutrisi dalam Buku
Ajar Pediatri Rudolph. Volume 2 edisi 20. Penyunting; Rudolph AM,
Hoffman JIE, Rudolph CD. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014.
H: 1142-8

11. Agusman S, Suradi R, Boedjang RF. Air Susu Ibu (ASI) dalam Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Penyunting: Markum, A.H, Ismoel S, Alatas H,
Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S. Jakarta. Penerbit: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 1991. H: 390-4

12. Sugiyono. Metode penelitian administrasi. Bandung. Penerbit: Alfabeta. 2009.


H:90-9

13. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Penerbit: Rineka


Cipta. 2014. H: 27-130

14. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan


Keduapuluh lima. Bandung. Penerbit: Alfabeta. 2017. H: 30-8.

15. Maryanti, Gustina L. Jurnal Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan


Angka Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-1 Tahun di Puskesmas Kuranji Kota
Padang. Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Andalas.
2013. H: 62-6

16. Nurstyanto, Iskandar. Jurnal Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan


Kejadian Diare pada Bayi Usia 6-12 Bulan. Padang. Penerbit: Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. 2013. H: 69-76

68
69

17. Prawirodiharjo, Christy YM. Jurnal Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Diare Bayi Usia 6-12 Bulan di Kerja Puskesmas Kalijudan.
Surabaya. Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
2015. H: 65-70

18. Iswari, Nurfita D. Jurnal Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Diare pada Balita. Yogyakarta. Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Unuversitas Ahmad Dahlan. 2017. H: 79-84

19. Wahyu, Putra BGM, Lubis G. Jurnal Faktor-Faktor Risiko Terjadinyanya


Diare Akut pada Balita di Desa Tegallalang pada Bulan Januari Sampai Juli
Tahun 2014. Bali. Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 2015.
H: 64-70

20. Herawati, Dodi NS. Jurnal Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Ibu
dengan Perilaku Pencegahan Diare pada Bayi di Kelurahan Puncangsawit
Surakarta. Surakarta. Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
maret. 2016. H: 70-7

21. Hamdani, Kiki M. Jurnal Hubungan Antara Pemberian ASI dengan Kejadian
Diare pada Bayi. Jakarta. Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2015. H: 70-5

22. Purwanti, Frindi M, Adrian U. Jurnal Perbedaan Pemberian ASI Eksklusif dan
Susu Formula Terhadap Kejadian Diare pada Bayi Usia 6-12 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru. Manado. Penerbit: Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. 2013. H: 71-8

23. Maria A, Imelda, Wahyuni. Jurnal Pengetahuan, Sikap Ibu dan Pemberian
ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare. Padang. Penerbit: Fakultas Kedokteran
Andalas. 2015. H: 66-72.

69
70

LAMPIRAN

Lampiran 1:

SURAT IZIN PENELITIAN

70
71

Lampiran 2 :

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Ibu Yang Terhormat,

Ibu yang terhormat, kami ingin mewawancarai ibu untuk meneliti perbedaan
kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan tidak
eksklusif. Kegiatan ini bersifat ilmiah, dan hasilnya tidak digunakan untuk
kepentingan komersil. Mohon ibu memberikan jawaban apa adanya sesuai dengan
kenyataan yang ada.

Ibu berhak untuk bersedia atau tidak bersedia mengikuti wawancara ini. Jika
terdapat pertanyaan yang tidak berkenan bagi ibu, ibu berhak untuk tidak menjawab
pertanyaan tersebut maupun menghentikan kesediaan wawancara meskipun
wawancara belum selesai. Jika bersedia untuk diwawancarai, mohon ibu memberikan
tanda tangan persetujuan ibu sebagai berikut ini.

Saya setuju diwawancarai.

Jakarta; ………………….2017

(Nama:……………………………)

71
72

Lampiran 3 :

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK


USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK
EKSKLUSIF

III PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF


No Pertanyaan Jawaban
I IDENTITAS RESPONDEN (IBU BAYI)
1 Nama Ibu
2 Tingkat pendidikan responden a.
Tidak sekolah/tidak tamat SD
b.
Tamat SD
c.
Tamat SMP
d.
Tamat SMA
e. Tamat Diploma/Sarjana
3 Pekerjaan responden a. PNS
b. Wiraswasta
c. Petani
d. Tidak bekerja/ibu rumah tangga
II IDENTITAS BAYI

4 Nama bayi

5 Umur (bulan)

6 Jenis kelamin a. Laki-laki


b. Perempuan
7 Mengkonsumsi a. ASI eksklusif
b. Susu formula
8 Apakah ibu memberikan ASI pada bayi ? a. Ya
b. Tidak

72
73

9 Apakah ibu memberikan ASI yang pertama a. Ya


kali keluar yang berwarna kekuningan kepada b. Tidak
bayi ?
10 Apakah Ibu mengetahui bahwa didalam ASI a. Ya
terdapat banyak zat gizi yang sangat penting b. Tidak
dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi ?
11 Berapa lama ibu memberikan ASI kepada a. < 6 bulan
bayi ? b. > 6 bulan

12 Apakah ibu memberikan makanan a. Ya


pendamping selain ASI b. Tidak
13 Apabila ya, sejak umur berapa ibu a. < 6 bulan
memberikan makanan pendamping kepada b. > 6 bulan
bayi ?
14 Apakah ibu mengetahui bahwa sistem a. Ya
pencernaan bayi belum sempurnan untuk b. Tidak
mencerna makanan selain ASI ?
15 Apakah ibu menjaga kebersihan payudara a. Ya
pada waktu memberikan ASI kepada bayi ? b. Tidak
16 Apakah ibu menyadari bahwa kebersihan a. Ya
pada waktu memberikan ASI itu sangatlah b. Tidak
penting ?
17 Apakah bayi ibu pernah mengalami diare a. Ya
setelah meminum ASI b. Tidak
IV PENGETAHUAN TENTANG SUSU FORMULA

18 Apakah ibu memberikan susu formula kepada a. Ya


bayi ? b. Tidak
19 Apakah ibu mengetahui manfaat darui susu a. Ya
formula ? b. Tidak
20 Berapa lama ibu memberikan susu formula a. < 6 bulan
kepada anak ibu ? b. > 6 bulan
21 Apakah ibu memberikan menyajikan susu a. Ya
formula dengan menggunakan botol susu b. Tidak
(dot) ?
22 Apakah ibu memberikan makanan a. Ya
pendamping selain susu formula ? b. Tidak
23 Apakah ibu menyajikan susu formula a. Ya
menggunakan air yang matang ? b. Tidak

73
74

24 Apakah ibu rajin membersihkan botol susu a. Ya


(dot) anak ibu ? b. Tidak

25 Apakah ibu memberikan kembali susu a. Ya


formula yang tidak diminum selama 2 jam b. Tidak
kepada bayi ?
26 Apakah ibu menyadari kebersihan dalam a. Ya
penyajian susu formula itu sangat penting ?
b. Tidak
27 Apakah bayi ibu pernah mengalami diare a. Ya
setelah meminum susu formula ? b. Tidak
V PENGETAHUAN TENTANG DIARE
28 Apakah setiap bulan anak ibu mengalami a. Ya
diare ? b. Tidak

29 Apakah ibu mengetahui perubahan tinja pada a. Lembek sampai cair


penderita diare ? b. Padat
c. Keras
30 Apakah ibu mengetahui penyebab terjadinya a. Bakteri atau virus
diare ? b. Ibu makan makanan yang pedas
c. Tidak tahu
31 Apakah saat diberikan makanan tambahan a. Ya
terjadi diare ? b. Tidak

32 Apakah ibu mengetahui gejala penyakit diare a. Selalu buang air besar lebih dari 3
? kali dalam sehari
b. Kadang-kadang buang air besar dan
perut kembung
c. Tidak tahu
33 Apakah ibu mengetahui bagaimana cara a. Melalui botol susu yang
penularan penyakit diare ? terkontaminasi (tercemar)
b. Melalui keringat dan air ludah
c. Tidak mengetahui
34 Apa yang akan ibu lakukan jika anak ibu a. ASI tetap diberikan dan pola hidup
mengalami diare ? yang bersih dan sehat
b. Memberikan Susu formula

74
75

Tidak mengetahui

35 Apakah yang ibu lakukan untuk mencegah a. Selalu menjaga kebersihan makanan
penyakit diare pada anak? dan minuman
b. Menghindari kontak langsung dengan
penderita diare
c. Tidak melakukan apa-apa
36 Apakah menurut ibu, menjaga kebersihan a. Ya
pada saat memberikan penyajian susu formula b. Tidak
dan ASI eksklusif itu sangat penting?
37 Apakah ibu segera memeriksakan ketempat a. Ya
b. Tidak
pelayan kesehatan terdekat pada saat anak
mengalami diare ?

Lampiran 4 :

Validitas Kuesioner

75
76

RELIABILITY
/VARIABLES=q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12 q13
q14 q15 q16 q17 q18 q19 q20 q21 q22 q23 q24 q25 q26 q27
q28 q29 q30 q31 q32 q33 q34 q35 q36 q37 SKOR
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE CORR
/SUMMARY=TOTAL.

Case Processing Summary


N %
Valid 30 96.8
Cases Excludeda 1 3.2
Total 31 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Cronbach's N of Items
Alpha Alpha Based
on
Standardized
Items
.612 .523 38

Lampiran 5 :

Hasil SPSS

76
77

A. Univariat

Umur (bulan)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

6-12 bulan 44 73.3 73.3 73.3

Valid >12-24 bulan 16 26.7 26.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Laki-laki 17 28.3 28.3 28.3

Valid Perempuan 43 71.7 71.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Tingkat pendidikan responden


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Tamat SMP 29 48.3 48.3 48.3

Valid Tamat SMA 31 51.7 51.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

B. Bivariat

77
78

Crosstabulation
Kejadian Diare Total

Ya Tidak

Count 31 13 44
6-12 bulan
% within Umur (bulan) 70,5% 29,5% 100.0%
Umur (bulan)
Count 10 6 16
>12-24 bulan
% within Umur (bulan) 62,5% 37,5% 100.0%
Count 41 19 60
Total
% within Umur (bulan) 56.7% 43.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.447a 1 .004


Continuity Correctionb 6.822 1 .009
Likelihood Ratio 9.418 1 .002
Fisher's Exact Test .007 .003
Linear-by-Linear Association 8.306 1 .004
N of Valid Cases 60

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.93.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Umur (bulan) (6-12 bulan / >12-24 .119 .024 .587
bulan)
For cohort Kejadian Diare = Ya .519 .358 .754
For cohort Kejadian Diare = Tidak 4.364 1.161 16.403
N of Valid Cases 60

Crosstabulation
Kejadian Diare Total

78
79

Ya Tidak

Count 12 5 17
Laki-laki
% within Jenis kelamin 70.6% 29.4% 100.0%
Jenis kelamin
Count 31 12 43
Perempuan
% within Jenis kelamin 72.1% 27.9% 100.0%
Count 43 17 60
Total
% within Jenis kelamin 71.7% 28.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .014a 1 .907


Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .014 1 .907
Fisher's Exact Test 1.000 .572
Linear-by-Linear Association .013 1 .908
N of Valid Cases 60

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.82.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Jenis kelamin (Laki-laki / .929 .269 3.204


Perempuan)
For cohort Kejadian Diare = Ya .979 .684 1.402
For cohort Kejadian Diare = Tidak 1.054 .437 2.539
N of Valid Cases 60

Crosstabulation
Kejadian Diare Total

Ya Tidak

79
80

Count 12 18 30
ASI Eksklusif
% within Mengkonsumsi 40.0% 60.0% 100.0%
Mengkonsumsi
Count 24 6 30
Susu Formula
% within Mengkonsumsi 80.0% 20.0% 100.0%
Count 36 24 60
Total
% within Mengkonsumsi 60.0% 40.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 10.000a 1 .002


Continuity Correctionb 8.403 1 .004
Likelihood Ratio 10.357 1 .001
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear Association 9.833 1 .002
N of Valid Cases 60

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Mengkonsumsi (ASI Eksklusif / Susu .167 .053 .529
Formula)
For cohort Kejadian Diare = Ya .500 .311 .803
For cohort Kejadian Diare = Tidak 3.000 1.385 6.499
N of Valid Cases 60

Crosstabulation
Kejadian Diare Total

Ya Tidak

80
81

Count 16 21 37
Baik
% within Pengetahuan 43.2% 56.8% 100.0%
Pengetahuan
Count 20 3 23
Kurang
% within Pengetahuan 87.0% 13.0% 100.0%
Count 36 24 60
Total
% within Pengetahuan 60.0% 40.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 11.293a 1 .001


Continuity Correctionb 9.545 1 .002
Likelihood Ratio 12.334 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.104 1 .001
N of Valid Cases 60

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.20.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pengetahuan (Baik / Kurang) .114 .029 .453


For cohort Kejadian Diare = Ya .497 .333 .743
For cohort Kejadian Diare = Tidak 4.351 1.460 12.969
N of Valid Cases 60

Crosstabulation
Kejadian Diare Total

Ya Tidak

81
82

Count 22 7 29
Tingkat Tamat SMP
% within Tingkat pendidikan responden 75.9% 24.1% 100.0%
pendidikan
Count 12 19 31
responden Tamat SMA
% within Tingkat pendidikan responden 38.7% 61.3% 100.0%
Count 34 26 60
Total
% within Tingkat pendidikan responden 56.7% 43.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.422a 1 .004


Continuity Correctionb 6.977 1 .008
Likelihood Ratio 8.672 1 .003
Fisher's Exact Test .005 .004
Linear-by-Linear 8.282 1 .004
Association
N of Valid Cases 60

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.57.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Tingkat pendidikan responden (Tamat 4.976 1.630 15.192
SMP / Tamat SMA)
For cohort Kejadian Diare = Ya 1.960 1.203 3.193
For cohort Kejadian Diare = Tidak .394 .195 .796
N of Valid Cases 60

82
83

BIODATA MAHASISWA

BIODATA MAHASISWA BIMBINGAN SKRIPSI FK UKI


TAHUN AKADEMIK 2017-2018

NAMA MAHASISWA : FLORENTINA RAHABEAT

NIM : 1461050112

TEMPAT/TGL LAHIR : KIMAAM, 10 NOVEMBER 1996

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. SLTP : SMP NEGERI 1 KIMAAM

2. SLTA : SMA NEGERI 1 MERAUKE

3. UNIVERSITAS : UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JUDUL SKRIPSI :

PERBEDAAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 6-24 BULAN YANG

MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF

83

Anda mungkin juga menyukai