Trauma Termal PDF
Trauma Termal PDF
TRAUMA TERMAL
1. PENDAHULUAN
Semua pakaian yang dipakai harus segera dilepaskan (pakaian yang terbuat
dari bahan sintetis yang terbakar meninggalkan residu sehingga proses trauma
bakar pada tubuh tetap berlangsung).
Setiap penderita dengan luka bakar berat > 20 % sudah perlu diberikan cairan
infus (RL). Carilah vena-vena yang dapat digunakan untuk infus
menggunakan jarum F.16 (diupayakan agar pemasangan infus tidak pada
daerah luka bakar, tetapi bila tidak memungkinkan, maka dapat digunakan
vena-vena di daerah yang mengalami luka bakar).
A. Anamnesis
“Rule of 9 " merupakan cara untuk menentukan luas luka bakar (permukaan
tubuh orang dewasa secara anatomi, dibagi dalam daerah-daerah 9% atau
kelipatannya.)
Hal ini berbeda dengan penderita anak-anak (daerah kepala pada bayi dan
anak-anak merupakan bagian terbesar dari tubuh sedangkan daerah
ekstremitas bawah merupakan bagian terkecil). Prosentase luas permukaan
daerah kepala pada anak adalah 2x luas permukaan daerah kepala pada orang
dewasa.
Luka bakar derajat I : eritema, nyeri, tidak ada vesikula (luka bakar derajat I
tidak berbahaya, tidak memerlukan pemberian cairan IV).
Luka bakar derajat III : kulit tampak kehitaman, kaku, putih seperti film,
permukaannya mungkin kemerahan, hilangnya perasaan nyeri, dan umumnya
kering.
gambar 1
RULE OF NINES
A. Airway
Trauma bakar faring menyebabkan edema hebat nafas atas, dan harus segera
dilakukan intubasi.
Manifestasi klinis dari trauma inhalasi mungkin tidak jelas dan sering tidak
terlihat dalam waktu 24 jam pertama.
B. Breathing
Pengobatan inisial dari trauma bakar didasarkan atas tanda dan gejala yang
timbul sebagai akibat dari kemungkinan sebagai berikut :
3. Keracunan monoksida.
(1) sakit kepala, rasa, mual (CO 20% - 30%), (2) kebingungan (CO 30% -
40% ), (3) koma ( 40% - 60% ). ( 4 ) kematian ( > 60% ). Gambaran kulit
yang berwarna merah anggur jarang ditemukan. Tingginya affinitas CO
dengan hemoglobin (240 x Oksigen) menyebabkan tergesernya 02 dari
molekul tersebut (mengakibatkan bergesernya disosiasi Kurva
Oxyhaemoglobiii ke kiri). Disosiasi CO sangat lambat dan waktu paruhnya
ialah 250 menit atau 4 jam dalam ruang biasa dibandingkan 40 menit bila
diberikan oksigen 100%. Oleh karena itu penderita yang dicurigai keracunan
CO, harus diberikan oksigen tinggi, menggunakan cungkup nafas berkatup
(Nonrebreathing mask).
Perlu diketahui bahwa pengukuran tekanan Pao2 tidak dapat dipercaya untuk
mengetahui adanya keracunan CO (sebab tekanan CO 1 mmHg berarti kadar
HbCO sudah mencapai 40 % atau lebih). Oleh karena itu pemeriksaan kadar
HbCO lebih penting dilakukan dan bila ternyata terjadi keracunan CO,
berikan oksigen 100 %.
C. Volume Sirkulasi
Sebagai patokan mengetahui sirkulasi yang akurat ialah bila penderita diberi
infus cairan dalam jumlah yang menghasilkan produksi urine 1 cc/KgBB/jam
( untuk anak dengan BB ≤ 30 kg ) dan 30 - 50 cc/kgBB/jam (dewasa).
Pada 24 jam pertama penderita luka bakar berat derajat II dan III memerlukan
2 - 4 cc cairan RL/kgBB/% luas luka bakar (untuk mempertahankan volume
sirkulasi dan fungsi ginjal yang adekuat).
D. Pemeriksaan Fisik
Dibuat Flow sheet mulai dari pertama kali penderita datang, termasuk
mengenai penanganannya (flow sheet ini harus disertakan apabila penderita
dirujuk ke Pusat Pelayanan Luka Bakar).
1. Darah
- Darah lengkap
- Golongan darah beserta pemeriksaan lainnya (cross-match)
- Kadar HB CO
- Gula darah
- Elektrolit
- Tes kehamilan pada penderita wanita usia subur
- Analisis gas darah/Astrup
2. Pemeriksaan radiologi
- Foto toraks, dan dapat diulangi bila diperlukan (pada trauma bakar
inhalasi)
- Foto toraks hendaknya juga dilakukan setelah selesai pemasangan
endotrakeal atau CVP
- Pemeriksaan radiologi lainnya dapat dilakukan bila dicurigai terjadi
cedera ikutan yang memerlukan pemeriksaan radiologi untuk
menunjang diagnosanya.
4. Fasiotomi
Penderita luka bakar berat sering gelisah yang disebabkan hipoksemia dan
hipovolemia daripada disebabkan rasa nyeri (penderita akan membaik
setelah pemberian oksigen atau cairan infus daripada diberikan obat-obatan
narkotika, analgesik atau sedativa). Bila obat-obatan tersebut memang
diperlukan, berikanlah dalam dosis kecil, bisa diberikan berulang-ulang dan
berikan secara IV.
J. Perawatan Luka
K. Antibiotika
Disebabkan oleh asam, alkali, dan hasil-hasil pengolahan minyak. Luka bakar
alkali lebih berbahaya dari asam (sebab alkali lebih dalam merusak jaringan).
Kerusakan jaringan akibat luka bakar bahan kimia dipengaruhi oleh lamanya
kontak, konsentrasi bahan kimia dan jumlahnya. Segera lakukan irigasi
dengan air sebanyak-banyaknya (lakukan dalam waktu 20 -30 menit). Untuk
luka bakar alkali, diperlukan waktu yang lebih lama. Bila bahan kimia
merupakan bubuk, sikatlah terlebih dahulu sebelum irigasi.
Sering menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih berat dari pada luka bakar
yang terlihat pada permukaannya. Tubuh merupakan penghantar tenaga
listrik, dan panas yang ditimbulkannya menyebabkan luka bakar pada tubuh.
Perbedaan kecepatan hilangnya panas dari jaringan tubuh superfisial dengan
jaringan tubuh yang lebih dalam menghasilkan keadaan dimana jaringan yang
lebih dalam akan bisa mengalami nekrosis, sedangkan kulit diatasnya relatif
tampak normal.
Penanganan harus segera dilakukan pada penderita dengan luka bakar listrik
meliputi perhatian terhadap jalan nafas, pernafasan, pemasangan infus, ECG,
dan pemasangan kateter. Apabila urine berwarna gelap, mungkin urine
mengandung hemokhromogens (janganlah menunggu konfirmasi
laboratorium untuk melakukan terapi terhadap mioglobinuria). Pemberian
cairan harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga tercapai produksi urine
sekurang-kurangnya 100 cc/jam (pada penderita dewasa). Bila urine belum
tampak jernih, berikan segera 25 gr manitol dan tambahkan 12,5 gr manitol
pada tiap penambahan 1 liter cairan untuk mempertahankan diuresis sejumlah
tersebut diatas. Bila terjadi asidosis metabolik, pertahankan perfusi sebaik
mungkin dan berikan Natrium Bikarbonat untuk membuat urine menjadi
alkalis dan meningkatkan kelarutan mioglobin dalam urine.
1. Partial thickness dan full thickness lebih dari 10% pada penderita di
bawah usia 10 tahun atau di atas 50 tahun
2. Partial thickness dan full thickness lebih dari 20% pada usia di luar usia
tersebut di atas.
3. Partial thickness dan full thickness yang mengenai wajah, mata, telinga,
tangan, kaki, genitalia, perineum atau kulit yang menutup persendian
utama.
4. Full thickness lebih dari 5% pada semua umur.
5. Luka bakar listrik termasuk luka bakar terkena petir ( luka bakar yang
menyebabkan kerusakan jaringan bawah kulit sedemikian rupa sehingga
menyebabkan gagal ginjal akut atau penyulit lainnya )
6. Luka bakar bahan kimia
7. Trauma inhalasi
8. Luka bakar pada penderita-penderita yang mempunyai penyakit-
penyakit yang dapat mempersulit penanganannya, atau memperpanjang
waktu penyembuhannya atau dapat menimbulkan kematian
9. Pada luka bakar berat disertai trauma ikutan dimana trauma ikutan
mempunyai resiko untuk menyebabkan terjadinya morbiditas atau
mortalitas, harus diobati terlebih dahulu di Pusat Pelayanan setempat
sampai dalam keadaan stabil selanjutnya baru dirujuk ke Pusat
Penanganan Luka Bakar.
10. Penderita anak-anak dengan luka bakar yang dirawat disatu Rumah
Sakit setempat tanpa petugas atau peralatan yang memadai, hendaknya
dirujuk ke Pusat Penanganan Luka Bakar.
11. Penderita luka bakar yang memerlukan rehabilitasi sosial khusus /
rehabilitasi mental dalam jangka waktu yang lama, termasuk penderita-
penderita anak akibat siksaan atau ditelantarkan.
B. Prosedur Rujukan
Dengan keadaan hiperemia, terjadi rasa nyeri hebat seperti terbakar dan
"disestesi", disertai timbulnya gambaran perusakan jaringan (ex :
edema, timbulnya vesikel/ bulla, kemerahan, ekhimosis dan ulserasi).
Dapat terjadi penyakit infeksi berupa sellulitis, limfangitis atau gangren.
Perasaan gatal pada tangan dan kaki (Chilblain atau Pernio) merupakan
manifestasi kulit sebagai akibat kontak berulang dengan keadaan atau
suasana lembab dan dingin seperti terjadi pada para nelayan, atau
kontak dengan keadaan dingin dan kering pada pendaki gunung.
Keadaan ini terutama terjadi pada daerah muka, tibia anterior, bagian
daerah dari tangan dan kaki, pada daerah-daerah. tubuh yang tidak
terlindung dengan baik. "Chilblain atau pernio " di tandai dengan
adanya perasaan gatal, timbul makula-makula, "plakat" atau dungkul
berwarna merah keunguan.
Apabila keadaan berlanjut, akan terjadi ulserasi atau pendarahan dan
dapat terjadi parut, fibrosis atau atrofi disertai rasa gatal bergantian
dengan rasa nyeri.
Baju-baju yang sempit dan lembab harus dilepaskan dan diganti dengan
selimut hangat. Apabila penderita bisa minum, berikan minuman hangat.
Rendam bagian tubuh yang kedinginan dengan air hangat bersuhu 40°C (
kalau mungkin air tersebut berputar) hingga warna kulit dan perfusi
kembali normal (lazimnya memerlukan waktu 20 - 30 menit). Hindari
pemanasan kering dan jangan melakukan tindakan mengurut.
Klasifikasi (tanpa disertai trauma lain) : ringan (35°C - 32°C), sedang (32°C -
30°C), berat (di bawah 30°C).
Pada penderita trauma hipotermia diartikan bila suhu tubuh inti (core) di
bawah 36°C dan hipotermia berat bila suhu tubuh inti di bawah 32°C.
A. Gejala-Gejala Hipotermia
Penurunan suhu tubuh inti (core), penurunan kesadaran.
Penderita teraba dingin dan tampak kelabu dan sianotik (tanda-tanda vital :
frekwensi denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah bervariasi nilainya). Bila
terjadi pada penderita yang sudah pulih dari hipotermia, pernafasan dan kerja
jantungnya belum pulih.
B. Penanganan Hipotermia
Perhatikan apakah kerja jantung penderita diatur oleh alat pacu jantung atau
tidak., Apabila kerja jantung diatur oleh alat pacu jantung, maka bila terjadi
penurunan metabolisme tubuh, sirkulasi masih mungkin berlangsung normal,
tetapi massase dada dapat menyebabkan irama jantung tersebut mengalami
fibrilasi.
Curah jantung (cardiac out put) menurun sesuai derajat hipotermia dan
gangguan fungsi jantung mulai terjadi bila suhu tubuh sudah mencapai 33°C.
Fibrilasi ventrikuler makin nyata apabila suhu tubuh turun di bawah 28°C dan
pada suhu di bawah 25°C jantung mengalami asistole.
IX. RINGKASAN
A. Trauma Bakar (Termal, Kimiawi, Listrik)
Cara menyelamatkan jiwa dengan segera pada penderita trauma bakar ialah
mengenali adanya trauma inhalasi kemudian dibantu dengan tindakan intubasi
endotrakeal, dan pemberian cairan infus, baju yang dipakai dilepaskan.
Penanganan selanjutnya :
B. Trauma Dingin