Anda di halaman 1dari 123

Dengan memajatkan puji syukur Kehadirat Allah Swt, dengan

ini saya berikan :“ Risalah Insan Kamil mu Kamil ”, ini


kepada Sdr (i) :

Nama : …………………………… ………


Alamat : …………………………………… .

Sebagai pelengkap dari apa yang telah kami sampaikan, untuk


dapat dipelajari dan diamaliyahkan pada kehidupan sehari-
harinya

Semoga Allah Swt Ridho dan senantiasa mencurahkan Rahmat


dan Nikmatnya kepada kita semua,… Amin yaa robbal ‘ alamin.

Dikeluarkan di : Balikpapan.
Pada tanggal : 5 Syawal 1430 H
Oleh

Adhie Shinantra
Daftar isi

 Pengantar Pengajian 1
 Mutiara Ilmu 5
 Tawassul Ilmu 10
 Pengantar Perjalanan Diri 11

o Fropil Maqom kedelapan 13

 Pendahuluan 16
 Pasal Kejadian 20
 Bab Asal Muasal Diri 28

o Pasal Nama-Nama Diri 36

 Bab Mengenal Diri 39

o Maqom Tuhan yang Sesungguhnya 53

 Pasal Sholat atau Sembahyang 58

o Asal Muasal Sholat 59


o Asal Waktu Sholat 61
o Pemaknaan Al-Hamdu 65
o Pasal tentang Suratul Fatekha 65
o 7 Bismillah dalam Kitab Barencong 68
o Musabab jumlah raka’ at Sholat 69
o Ashrarus Sholah 70
o Rukun 13 74
o Muqaranah Niat 76
o 4 Hal dalam Takbiratul Ikhram 79

 Bab Mematikan Diri 81


 Garis besar Sifat 20 dan Tasawwuf 84
 Sifat 20 84
 Tasawwuf 89
 Tauhid 92
 Bab Amaliyah 94

o Mendudukkan diri 94
o Tobat, Syahadat Dzikir, Takbir 95
o Tata cara beramalan 97
o Pintu Hijab 10 97
o Pintu Syurga 8 98
o Kesempurnaan Suami Istri 98
o Cara ber-KB 99
o Amalan supaya bertemu Nabi Khaidir.As 99
o Do’ a untuk bertemu Nabi Khaidir.As 100
o Mandi Junub/ Janabat 100
o Mandi 9 101
o Kisar Ruh pada diri kita 101
o 7 Nathar yang ada pada diri kita 101

 Penutup 103
 Dasar-dasar Rujukan 104
 Daftar Istilah 113

“ Khusus untuk kalangan sendiri, tidak untuk diperbanyak


dan diperjual belikan dengan dalih dan alasan apapun”
1

Pengantar pengajian
Syareat dengan tiada hakekat adalah
hampa,
Begitu pula sebaliknya
Hakekat dengan tiada Syareat Bathal
(Sia-Sia Saja)

Risalah ini adalah sebuah risalah yang Bermadzhab Syafi’i, yang


didalam Amaliyahnya senantiasa berisikan 2 (dua) pandangan, yaitu :

Pandangan umum yang berdasarkan aturan-aturan hukum Syar’i


(Hukum-hukum syareat/ hukum-hukum fikih) yang mengatur semua
bentuk peribadatan dan amaliyah manusia didalam hidup dan
kehidupan ini, baik antar sesama makhluk hidup (manusia), alam
maupun yang bersifat khusus, yaitu sang pencipta (Khaliq).

Pandangan khusus ( hikmah/tahkik ), pandangan yang tersirat, dan


tersembunyi dibalik semua bentuk peribadatan dan amaliyah umat
manusia didalam mencapai hakikat kesempurnaan hidup dan
kehidupan yang tertinggi dengan menyelarasaskan 2 ilmu disetiap
bentuk peribadatannya, yaitu ilmu-ilmu yang bersifat lahiriyah serta
ilmu-ilmu yang bersifat batiniyah.

Risalah ini merupakan risalah rapat mupakat dari Akhli Sunnah wal
jama’ ah, yang turun temurun hingga saat ini sampai kepada kita semua.

Diatas disebutkan bahwa, Risalah ini bermadzhaf syafi’i, yaitu suatu


Madzhaf yang dibawakan, disusun dan didirikan oleh Imam
Muhammad bin Idris As-syafi’ i, murid dan sahabat dari Imam Malik,
pendiri madzhaf Maliki.

Sejarah singkat As-syafi’ i.


As-syafi’ i lahir di Kuuzzah, pada tahun 150 H dan meninggal dunia di
Mesir tahun 204 H, diusia 7 tahun Ia telah hafal Al-Qur’an, usia 10 tahun
2

Ia telah hafal kitab gurunya “ Al-Muwattaha “ , walaupun pada saat itu Ia


sendiri belum pernah bertemu dengan Imam Malik, baru diusianya yang ke
20, kemudian ia berangkat ke Madinah dan belajar langsung kepada
pengarang kitab “Al-Muwattaha”, yang telah dihapalnya itu.
Dalam beberapa masalah, Ia berbeda pendapat dengan para Imam lainnya,
bahkan Ia sendiri telah mengoreksi pendapat-pendapat mereka dan
menggantinya dengan pendapat yang baru yang disebut Qaulul Qadim
(pendapat lama) dan Qaulul Djadid (pendapat baru). Oleh sebab itu Ia
menyatakan bahwa :

“ Madzhaf-Ku adalah Hadits yang syah” .

Ia berkata :

“ Apa saja pendapat pribadiku yang tidak sesuai dengan


Hadits yang syah, silahkan dibuang saja “.

Penginkut Madzhaf As-syafi’i, bertebaran diseluruh penjuru dunia,


beberapa diantaranya, ialah :
Mesir, Kurdistan, Indonesia, Malaysia, Yaman, India (Gujarat), dan negri
Afrika.

Wahai Saudaraku… ..!


Sekedar untuk saudaraku diketahui bahwasannya didalam Islam itu
nantinya akan ada 73 (tujuh puluh tiga) golongan atau firqoh.

Rosulullah Saw bersabda :

“ Telah berfirkah-firkah orang Yahudi, menjadi 71 Firkah dan orang


Nasrani seperti itu pula, dan akan berrfirkah umat-Ku menjadi 73
Firkah “
(HR. Tarmidzi dari Abu Hurairah.ra)

“ Bahwasannya Bani Israil, telah berfirkah-firkah sebanyak 72 millah


(firkah), dan akan berfirkah umat-Ku sebanyak 73 firkah, semuanya
masuk Neraka, kecuali satu”
Para sahabat bertanya : “ Siapakah yang satu itu, ya Rosulullah ?”.
Rosulullah Saw pun menjawab :
“ Yang satu itu adalah orang yang berpegang (beri’ itiqad) dengan
pegangan-Ku (I’ itiqad-Ku) dan sahabat-sahabat-Ku”
(HR, Tarmidzi. Ra)

3
“ Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad ditangan-Nya, akan
berfirkah umat-Ku sebanyak 73 firkah, yang satu masuk Syurga dan
yang lain masuk Neraka”
Bertanya para sahabat : “ Siapakah firkah (yang tidak masuk Neraka)
itu yaRosulullah ?
Rosulullah Saw menjawab : “ Ahlussunnah wal jama’ah”
(HR, Thabrani)

“ Akan ada segolongan dari umat-Ku yang tetap atas kebenaran sampai
hari qiyamat dan mereka tetap atas kebenaran itu”
(HR, Bukhori)

“ Barang siapa yang hidup (lebih lama) diantaramu, niscaya akan


melihat perselisihan (faham) yang banyak, ketika itu pegang teguhlah
sunah-Ku dan sunah Khalifah Rasyidin yang diberi hidayah, pegang
teguh itu dan gigitlah dengan gerahammu”
(HR, Abu Dawud.)

Demikian yang telah diingatkan oleh Rosulullah Saw ketika itu dan
peringatan itu akan tetap berlaku hingga sampai akhir zaman.

73 golongan/ firqoh yang dimaksudkan Rosulullah Saw itu, asalnya


adalah 15 golongan (kaum), yaitu :

1. Syiah
2. Khawarij
3. Murjiah
4. Mutazillah
5. Qadariyah
6. Jabariyah
7. Najariyah
8. Musyabbihah
9. Ibnu Taimiyah
10.Bahaiyyah
11.Ahmadiyah
12.Wahabi (Muhammadiyah)
13.Islam Jama’ ah
14.Islam Liberal
15.Kaum Sunny (Ahlussunah wal jama’ah)

Untuk selanjutnya kemudian diadakan penyusutan sehingga hanya


menjadi 9 kaum (golongan) saja, yaitu :

4
1. Kaum Syiah, terbagi dalam 22 firqoh
2. Kaum Khawarij, terbagi dalam 20 firqoh
3. Kaum Mu’ tazillah, terbagi dalam 20 firqoh
4. Kaum Murjiah, terbagi dalam 5 firqoh
5. Kaum Najariyah, terbagi dalam 3 firqoh
6. Kaum Jabariyah
7. Kaum Musyabbihah
8. Kaum Sunny (Ahlussunah wal jama’ah)

Keterangan ini tersebut didalam “ Kitab Bugyatul Mustaryidin” ,


karangan Mufti Syeikh Sayid Abdurrahman bin Muhammad bin Husein
bin Umar (beliau termashur bergelar Ba’alawi)

(Keterangan lebih lanjut mengenai golongan-golongan yang kami sebutkan


diatas tadi, akan kami himpunkan diluar dari risalah ini sebagai
pendamping dari risalah yang ada ini).

-----------------------------------------------------------------------------------------
“ Tidaklah ada yang kita dapatkan seumur kita ini,
selain dengan mengumpulkan pendapat dan kata-kata
sifulan dan sifuat “ .
5

Mutiara Ilmu

Sahabat, … ..
Jadikanlah Ma’ rifat, sebagai modal yang tiada
akan pernah rugi, dan akal fikiran sebagai tempat
berpijak untuk mengayunkan langkah, sedangkan
keridhoan adalah tujuan akhirnya.

Sahabat, ……
Cinta itu nafas kehidupan, sedangkan rindu
adalah alat untuk datang pada-Nya.

Sahabat, …… .
Jadikanlah duka sebagai kawan setiamu,
keteguhan adalah perbendaharaan yang tiada
akan pernah susut sedangkan kefakiran patut
menjadi kebanggaan.

Sahabat, …… .
Jadikanlah perjuangan untuk membela kebenaran
sebagai perangaimu sehari-hari, sedangkan ilmu
adalah senjata yang ampuh untuk meraih
kemenangan, Sesungguhnya pakaian kebesaran
yang mulia didalam pandangan-Nya adalah
ketabahan.
6

Sedangkan hidangan yang lezat dan abadi adalah


keyaqinan.
Sahabat,……… .
Pekerjaan yang paling menguntungkan adalah
menahan diri, sedangkan wakil atau perantaranya
yang terpuji adalah kejujuran.
Ketaatan adalah ukuran yang pasti.
sedangkan percakapan yang mengasyikkan dan
menggairahkan ada didalam sholatmu.

Sahabat, …………
Jika ini kau pahami, maka teranglah sudah
jalanmu, labuhkan dan tambatkan simpul
bahteramu pada ma’ rifatullah, itulah kemuliaan
yang sebenarnya.

------------------------------------------------------------------------------------------
“Hai orang-orang yang beriman, ikutilah perintah Allah dan perintah
Rosul dan orang yang menjadi Ulil Amri dari kamu, dan apabila
berselisih, maka kembalilah kepada perintah Allah dan perintah Rosul”
(QS, An-Nisa’ : 59)

7
Ku awali menulis Risalah ini dengan menyebut Asma Allah yang maha
Pengasih lagi maha Penyayang.

Semoga Rahmat dan Nikmat Allah Swt senantiasa tercurahkan dari-Nya


untuk kita semua, semoga pula kita didalam mengarungi hidup dan
kehidupan ini senantiasa didalam petunjuk dan bimbingan-Nya, dengan
satu harapan, agar seluruh aktivitas yang menghiasi dan mengiringi
perjalanan hidup dan kehidupan ini senantiasa bernilai Ibadah sehingga
tidak satupun yang sia-sia,….Amin ya robbal ’alamin.

Al-hamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, Tuhan
seru sekalian alam, raja diraja yang menguasai segalanya, tempat seluruh
makhluk menggantungkan diri dari segala harapan dan pengharapan, hidup
dan kehidupan, hingga kelak pada suatu masa sebagaimana yang telah
ditentukan dan ditetapkan-Nya, maka hanya kepada-Nya-pulalah kita
semua akan kembali untuk mempertanggung jawabkan seluruh amanah-
Nya yang telah dipertaruhkan atas diri kita.

Salawat serta salam, tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita,
Nabi besar Muhammad Saw, penghulu sekaligus penutup para Nabi dan
Rosul yang diutus oleh Allah Swt sebagai penyempurna Akhlaq dan
Rahmat bagi semesta alam.

Demikian pula kepada para sahabat dan keluarga Beliau, yang dengan
penuh kesungguhan dan keikhlasan hati, rela berkorban dan mengorbankan
segalanya, Nyawa, darah serta harta, hanya semata-mata demi untuk
tegaknya kalimah Tauhid “Laa Ilaha Illallah” (Tiada Tuhan selain
Allah) keseluruh penjuru dunia, semoga Allah Swt Ridho atas mereka dan
menempatkan mereka semua pada satu tempat yang layak disisi-Nya ‘Ila
yaumil qiyamah (hingga hari Qiyamat).

Saudara-saudaraku sekalian…!
Risalah yang tertulis disini, adalah sebuah risalah yang amat Akbar, yaitu
sebuah risalah yang menyatakan kepada kita semua tentang “kebenaran“,
kebenaran yang telah dipertaruhkan oleh Allah Swt atas dirikita.
Kebenaran itulah yang merupakan kesudahan Ilmu bagi orang tahkik yang
ma’rifat kepada Allah Swt.

8
Oleh sebab itu, maka tidak akan ada yang dapat diperoleh lebih dari pada
itu walau ambiya Allah sekalipun, untuk itu renungkan olehmu baik-baik,
karna perkataan yang sedikit itu, jika kamu paham dan mengerti, maka
maknanya amat besar sekali bagi hidup dan kehidupanmu baik didunia
maupun diakhirat kelak.

Wahai saudaraku sekalian….!,


Risalah ini sengaja kami himpun dan kami tulis semata-mata hanya karna
mengharapkan ridho Allah, karna kami sendiri yaqin bahwa hanya dengan
ridho-Nya lah, maka risalah ini insya Allah akan membawa mamfaat dan
kebaikan bagi kita semua, sehingga didalam mempelajari dan
memahaminya kita semua akan senantiasa mendapatkan petunjuk dan
hidayah dari-Nya, diberikannya Ilmu pengetahuan dan diberikannya
kemudahan-kemudahan dalam segala urusan terutama dalam menyingkap
rahasia-rahasia-Nya.

Wahai saudara-saudaraku semua….!


Pada bagian-bagian tertentu didalam risalah ini nantinya saudaraku akan
banyak dihadapkan dengan perkataan-perkataan dan pernyataan-
pernyataan yang amat musykil dan tidak layak serta tidak pantas rasanya
untuk diutarakan dan diperbincangkan, untuk itu demi kebenaran yang
sesungguhnya, maka sebelumnya izinkanlah kami memohon ampun dan
maaf yang sebesar-besarnya atas kelancangan kami ini serta berpesan
kepada saudaraku semua agar :

“ Janganlah kamu angkat bicara dan membicarakan risalah yang ada


ini, terkecuali jika memang kamu sepaham dan sependapat dengannya,
karna apa yang kami sampaikan didalam risalah ini cara pakainya
bukan untuk pakaian jahir semata (pakaian luar), akan tetapi
merupakan pakaian batin (pakaian dalam yang tersembunyi didalam
yang jahir), sifatnya sangat rahasia sekali, cukup dirimu saja yang
boleh tau, karna jika ini terungkap dan keluar dari dirimu,
dikhawatirkan akan dapat menimbulkan fitnah yang amat besar
nantinya dikalanganmu sendiri, untuk itu berhati-hatilah wahai
saudaraku, jangan sampai kita bercerai-berai hanya karna perbedaan
pandangan dan perbedaan pendapat, karna jika kita mengetahui dan
paham akan maksudnya maka sesungguhnya sudah tidak akan ada lagi
yang harus dipertentangkan dan dipermasalahkan serta diperdebatkan“.

Pandai-pandailah membawa diri, gunakan waktu yang tersisa pada diri mu


itu dengan sebaik-baiknya, niscaya Allah Swt akan senantiasa

9
mencurahkan Rahmat dan Nikmatnya serta membukakan seluruh pintu-
pintu hijab, menghalau kebimbangan dan keragu-raguan yang ada atas
dirimu, karna sesungguhnya memang tidak ada yang patut dan pantas
untuk dibimbangkan dan diragukan lagi, semua nyata dan jelas jika kamu
sudah mengetahuinya.

“ Jangan kamu berfikir dan memikirkan serta mencari akan Dzat Allah,
niscaya kamu tidak akan pernah menemukannya, karna Ia sudah
Laitsya atas dirimu, baginya tiada jarak, tiada ruang dan waktu serta
tiada tempat atas dirimu dan alam semesta ini, tugasmu hanya sekedar
memikirkan dan merenungkan saja, apa sesungguhnya mamfaat yang
dapat kamu peroleh dengan adanya Dzat Allah ta’ala itu bagi hidup dan
kehidupan dirimu” .

Peringatan
Camkan dan perhatikanlah wasiatku ini baik-baik
wahai saudaraku semua… .!
Berhati-hatilah didalam menuntut dan mempelajari
Ilmu tentang “ Pengenalan Diri “ ini, perhatikan dan
renungkan serta bertanyalah jika memang kamu tidak
memahami dan mengetahuinya, itu akan lebih baik dan
mamfaat bagimu.
Ilmu pengenalan diri ini laksana Air dan minyak
didalam satu bejana, air dan minyak tidak akan pernah
bersatu, ada jarak dan sekat pemisah yang sangat tipis
sekali, Salah ketika kamu menggerak minyaknya, maka
airpun akan ikut bergerak. Untuk itu maka carilah
olehmu guru atau pembimbing yang benar, mintalah
petunjuk padanya agar ketika minyak digerak, air tidak
akan ikut tergerak.

Untuk itu sekali lagi kami berpesan benar-benar,


berhati-hatilah didalam menuntutnya..
10
Tawassul Ilmu
o Ila Hadratin Nabiyil Mustafa, Rosulillah Saw, Syai’ul
lillahi lahumul Fatekha……………… .…… (Fatekha 1x)

o Abu Bakar wa Umar wa Utsman wa Ali wa‘ an qulli


sahabati Rosulillah Saw

o Wabil khusus, Balia Ibnu Mulkan Ismul Khaidir As

o Wa Syachona Abdul Qodir Al-Jailani


o Wa Syachona Muhammad saman Al-Madani
o Wa Syachona Junaid Al-Bagdadi
o Wa Syachona Ahmad At-tizani
o Wa Syachona Muhammad Arsyad Al-Banjari wa
jurriyatihim
o Wa Syachona Djaini bin Abdul ghoni
o Wa Syachona Muhammad Nafis
o Wa Syachona Abdus Shomat Al-Palembangi
o Wa Syachona Abina Ibrahim bin Muhammad
o Wa Syachona Sohibul wafa tajul Arifin
o Wa Auliya ika ya Allah, minal masyrik wal magrib
o Wal Kutub wal Ghaus wal abdhol iya wan nijam
o Wa jasad war ruh wa taubatan nasuha
o Walijami’ il Muslimin wal Muslimat, wal Mu’minin wal
mu’ minat min ummati Muhammadin Saw

o Wa ala hajjihin Niat ………………… Bibarkati Syaidina


Rosulillah Saw, Al-Fatekha ……………… …(Fatekha 1x)

Keterangan :
Masukkan niat ketika sampai pada “ wa ala hajjijin niat “
11

Pengantar Perjalanan Diri


“Al-Insanul Kamil Mu kamil ” , demikianlah kami memberikan Nama
pada risalah ini.

Allah Swt, telah berfirman :


“Aku ciptakan Manusia itu dalam bentuk yang paling sempurna, apa
bila ia ingkar kepada-Ku, maka akan Aku lemparkan ia kesuatu tempat
yang amat hina, bahkan lebih hina dari pada yang hina “ .
Pada fitrahnya, sesungguhnya anak manusia itu ketika terlahirkan ia sudah
dipandang sempurna oleh Allah Swt, seandainya pada saat itu ia dipandang
belum sempurna oleh Allah Swt, maka sekali-kali ia tidak akan pernah
terlahirkan kemuka bumi ini.
Kehadiran dalam bentuk yang sempurna itulah, maka disebut ia Insan
Kamil, yaitu Insan yang telah sempurna menurut Hukum Allah Swt, akan
tetapi kesempurnaannya belum lagi Mukamil ( diatas kesempurnaan).
Agar dapat Ia mencapai derajat sempurna diatas dari kesempurnaan, maka
padanya dibebankan tugas dan amanah yang harus ia laksanakan tahap
demi tahap secara kontinyu dan berkesinambungan sampai menjadi terang
baginya kesempurnaan itu.
Bila didalam perjalanannya ia berhasil dan sukses meraih kesempurnaan
itu, maka Allah Swt akan senantiasa menjamin dirinya, hingga suatu masa
apa bila ia kembali kepada Allah Swt, iapun akan kembali dalam keadaan
yang sempurna.
Maksudnya : Ia akan kembali kepada awalnya, yaitu :
 Dari tiada
 Kemudian diadakan
 Pada akhirnya kelak ia akan kembali pada ketiadaan tanpa ada yang
tertinggal dan ditinggalkan walau sehelai rambutpun.
Perumpamaan atau i’tibarnya adalah Sbb :
Ketika kita akan keluar dari alam rahim, Allah Swt membekali kita tugas
dan kewajiban yang harus kita kerjakan dan harus selesai batas waktu yang
telah ditentukan dan kita menyepakatinya, apabila batasan waktu itu habis,
sementara tugas dan kewajiban yang dibebankan kepada kita itu juga
12

semuanya telah terselesaikan dengan baik, maka ia akan kembali keasal


dengan tanpa meninggalkan bekas sedikitpun (lenyap), namun apabila
tugas dan kewajiban itu tidak terselesaikan dengan baik, sekalipun ia
kembali keasal tapi ada saja bagian dari tubuhnya yang tertinggal (tidak
lenyap)
Para Sufi mengklasipikasikan orang-orang yang kembali kerahmattullah
itu berdasarkan pekerjaannya didalam menyelesaikan tugas dan
kewajibannya yang telah Allah Swt amanahkan atas dirinya, Sbb :
 Orang Syareat matinya hancur (tubuhnya rusak dan berbau) yang
tersisa hanya tulang belulang saja
 Orang Tarekat matinya kurus kering dan kotor karna ketika
menjelang ajal ia selalu buang-buang air dan kotoran, kotoran yang
ia keluarkan sudah tidak bisa ia tempatkan lagi pada tempat yang
semestinya.
 Orang Hakekat matinya tidak rusak, bila suatu saat kuburnya
dibongkar maka akan ditemukan jasadnya itu utuh tanpa ada yang
kurang atau berubah sebagaimana ketika ia dikuburkan dulu.
 Orang Ma’ rifat matinya hilang lenyap tanpa meninggalkan bekas
dan jejak walau sehelai rambutpun, artinya ia kembali pada asalnya
yaitu dari tiada kemudian ada dan pada akhirnya kembali pada
ketidak adaan (Sempurna).
Silahkan anda mempertanyakannya pada diri anda sendiri, kira-kira saat ini
anda duduknya dimana :
Disyareatkah, ditarekatkah, dihakekatkah atau dima’ rifatkah… .?,
Jawabnya, hanya anda sendiri saja yang tau.
Untuk mencapai derajat kesempurnaan (Insan kamil mu kamil), hanya ada
3 (tiga) jalan yang bisa dipergunakan sebagai rujukannya, yaitu :
1. Mengenal asal muasal diri
2. Mengenal diri
3. Mematikan diri
Ketiga jalan itu berisikan “ Tauhid” sebagai pokok dan landasan serta dasar
dari sebuat nilai kebenaran, yang Allah Swt pertaruhkan atas diri kita ini.

Risalah yang ada ini, kami kaji dan kami telaah dari sudut pandang maqom
kedelapan, yaitu suatu maqom tentang rahasia ilmu Haq Allah ta’ala.

1
3
Profil Maqom kedelapan
( Maqom Syara ‘ ul Hisab )

Maqom ke delapan, begitulah kami menyebutkannya didalam ilmu,


sesungguhnya sebutan itu hanya sebatas nama saja, atau sebatas
keterangan yang menerangkan tentang identitas formal jati diri yang
sesungguhnya, dalam rangka mengekspresikan maksud dan tujuan, yang
tersurat maupun yang tersirat, yang nyata maupun yang tersembunyi pada
pernyataan dan kenyataan diri kita yang sebenarnya, dengan satu harapan
kiranya diri ini dapat terhantarkan hingga sampai pada hakikat
kesempurnaan hidup yang sebenarnya.

Maqom ke delapan juga bukan suatu maqom yang khusus dan istimewa,
sebab kelak bila kita telah mencapai pemahaman yang sebenarnya, maka
maqom itupun akan lenyap dengan sendirinya, kembali kepada arti
awalnya yaitu hanya sebuah nama dalam sebutan saja.

Maqom kedelapan, juga disebut Maqom Perjalanan Syara‘ ul Hisab atau


Maqom perjalanan Rahasia ilmu Haq Allah ta’ala , atau dapat juga
disebut dengan Maqom Perjalanan Baginda Rosulullah Saw, kedudukan-
nya satu tingkat diatas maqom Ladduni (maqom ke-tujuh) didalam
perjalanan 99.

Disebut Maqom Ilmu Haq Allah ta’ala oleh karna apa yang dikaji dan
dibicarakan pada maqom ini adalah sesuatu yang sifatnya Haq bagi Allah,
sedangkan jika dikatakan Maqom Perjalanan Baginda Rosulullah Saw,
oleh karna didalam amaliyahnya, apa yang telah diperintahkan, dianjurkan
dan dicontohkan oleh Baginda Rosulullah Saw, itulah yang senantiasa
diterapkan (dikerjakan dan dilaksanakan) didalam hidup dan kehidupan ini.

Ini mengisyaratkan kepada kita bahwa maqom kedelapan adalah maqom


tertinggi atau maqom terakhir.

Allah Swt, berfirman :


“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu Suri Tauladan yang
baik bagimu, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari Qiyamat dan Ia banyak menyebut (Nama) Allah”
(QS, Al-Ahzab : 21)
14

Rosulullah Saw, berpesan :


“Aku tinggalkan dua pusaka atas diri kalian semua, yang mana apabila
kalian semua berpegang teguh atasnya, maka selamanya kalian semua
tidak akan pernah sesat, kedua pusaka itu ialah Kitabullah (Al-Qur’an)
dan Sunnattullah (Al-Hadits)“

Allah Swt, juga mengingatkan kepada kita :


“ Sesungguhnya Agama yang syah dan benar pada pandangan
Allah, ialah Islam “
( QS, Ali Imran : 19 )

“ Barang siapa mencari Agama selain Islam, maka sekali-kali


tidaklahakan diterima (Agama itu) dari pada-Nya, dan diakhirat
(mereka) termasuk orang-orang yang rugi “
( QS, Ali Imran : 85 )

Adapun pokok-pokok kajian yang diulas dan dibahas pada maqom


kedelapan ini berkisar pada permasalahan yang pokok dan mendasar
sekali, yaitu mencari dan mengenal jati diri yang sesungguhnya.
Sebab apabila hal ini tidak kita ketahui, maka sesungguhnya kita termasuk
didalam golongan orang-orang yang merugi.

Allah Swt, berfirman :


“ Demi masa sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, terkecuali
mereka yang beriman dan beramal sholeh yang saling berwasiat dengan
kebenaran dan saling berwasiat kepada kesabaran”
(QS, Al-Ashr : 1 – 3)

Dalam perjalanannya, pokok-pokok kajian itu di klasifikasikan menjadi 3


(tiga) bagian atau tahapan,

 Tahaf pertama, yaitu mengetahui akan asal muasa diri kita yang
sesungguhnya, (dari tiada, kemudian diadakan untuk kemudian
kembali ditiadakan).

Allah Swt, berfirman :

“ Hendaklah kamu (manusia) memikirkan akan asal kejadian


dirimu”
15

 Tahaf kedua, yaitu mengenal diri, siapa sebenarnya diri kita ini
(diri yang sebenar-benarnya diri yang hidup dan tidak akan
pernah mati).

Rosulullah Saw, bersabda :


“ Barang siapa mengenal akan dirinya, niscaya ia akan kenal
Tuhannya,
Kenal Tuhannya maka binasalah Jasadnya”
 Tahaf ketiga, mengetahui asal muasal diri, juga mengetahui akan
diri yang sebenar-benarnya diri, maka perjalanan akan berakhir
pada proses mematikan diri (belajar mati), mati yang dimaksud
adalah mati secara ma’nawiyah bukan mati Hissiyah atau mati
jasad laksana jenazah.
“ Rasakanlah mati sebelum engkau mati”

Jika ketiga tahapan itu mampu dikuasai dengan baik dan benar, maka
dipandang sempurnalah sudah I’itiqtnya dan sempurnalah dirinya, seluruh
aktivitas kesehariannya baik itu yang disengaja maupun yang tidak
disengaja, yang nyata maupun yang tersembunyi, dari membuka mata
sampai kembali akan menutup mata (tidur) bahkan selama dalam ingat
maupun tidak ingat, seluruhnya akan bernilai ibadah dalam pandangan-
Nya (tidak ada yang sia-sia).

Allah Swt berfirman :


“ Tidak Ku ciptakan Jin dan Manusia
melainkan untuk beribadah kepada-Ku ”
(QS.Adz Dzariyaat, ayat 56)

Rosulullah Saw, bersabda :


“ Sesungguhnya diri anak Adam itu adalah dosa yang besar,
terkecuali ia mengetahuinya”
Dem
ikian sekilas tentang “ Profil Maqom Kedelapan” yang dapat kami
sampaikan sebagai bagian dari pengantar Perjalanan mengenal diri.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebagai sarana informasi, silahkan kunjungi wab site Air Setitik
http://airsetitik.tk
16
Pendahuluan
B ermula Agama itu, ialah
“ AWALUDDIN MA’ RIFATULLAH “

(Awal Agama ialah mengenal Allah)


(Hadits Rosulullah Saw)

Tidaklah seseorang itu dipandang beragama, bila ia tidak tau dan kenal
akan Allah, hendak diaqadkan (idzab qobul) kemana seluruh akitivitas
peribadatannya, sementara keyaqinan dan keimanan yang ada dirinya
hanya sebatas bualan saja, bersyahadat, tetapi syahadatnya hanya sekedar
pemanis bibir saja, palsu, kosong dan dusta belaka saja (taqlid buta).
Ia tau dan kenal akan Allah hanya sekedar dengar-dengar saja, dari kata si
A dan Si B atau dari sebab-sebab lainnya.
Jika ditanya apa agamamu, tanpa rasa malu ia berucap “ Islam “ sementara
keilmuan tentang Islam yang ia miliki cetek dan dangkal sekali bahkan
hampir-hampir tidak ada.
Islam yang ia anut hanya Islam ikut-ikutan atau Islam keturunan saja,
kakek dan nenek, ayah dan ibunya Islam lalu ia mengaku sudah Islam,
betapa naifnya dan hinanya hal itu andai kata terjadi atas diri kita, maka
sangat wajar dan lumrah jika keberadaan akan Allah itu hanya ada dalam
persangkaannya semata, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt
didalam hadits Qudsy :
“ Aku ada hanya dalam sangka-sangka hamba-Ku saja “
Betapa rugi dan celakanya, jika kita mempunyai Aqidah dan keyaqinan
yang keliru dan salah, menganggap Tuhan, apa yang sebenarnya bukan
Tuhan, menganggap Nabi, apa yang sebenarnya bukan Nabi, begitu pula
dengan Rosul, Al-Qur’an dan hari Akhir.
Dengan penuh keangkuhan dan kesombong diri, ia berani berikrar dan
berani angkat saksi, mengikrarkan dan mempersaksikan sesuatu yang ia
sendiri tidak mengetahui akan kebenarannya.

“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi
pula, bahwa Muhammad itu benar pesuruh dan utusan Allah “
17

Mempersaksikan tentang Tuhan sedangkan Tuhan yang ia persaksikan itu


hanya ada dalam ilusi dan imaginasi fikirnya saja, begitu pula dengan
persaksiannya tentang Muhammad hanya isapan jempol semata.
Bukankah ini artinya suatu kebohongan besar yang telah ia cipatakan dan
ia lakukan tanpa ia sadari.

Misalkan ia didudukkan didalam sebuah persidangan dalam kasus


pembunuhan, kemudian ia dihadirkan sebagai saksi, oleh yang berwenang
ia diminta untuk bersaksi atas kasus pembunuhan itu, kemudian saksi yang
ia berikan itu bohong, rekayasa, dusta dan palsu, kira-kira apa yang akan
terjadi atas dirinya……?
Jangan-jangan dirinyalah yang akan tervonis sebagai tersangka akibat
kebohongan dan kepalsuan yang ia ciptakan sendiri.

Apakah yang seperti ini yang dikatakan “Islam”, seandainya memang


demikian kenyataannya yang terjadi, maka sesungguhnya kitalah
orangnya yang ingkar dan lalai itu, sebagai mana yang telah difirmankan
oleh Allah Swt didalam Al-Qur’an :

“ Demi masa sesungguhnya manusia itu senantiasa


sidalam kerugian“

Sangat wajar sekali jika keimanan dan keislamannya diragukan dan


dipertanyakan, Naudzu billahi mindzalik,Summa naudzu billah.

Terlepas dari itu, hal lain yang perlu juga untuk diketahui adalah ketika
kita akan menafsirkan akan ayat-ayat Allah atau firman-firman Allah, perlu
2 (dua) hal yang harus kita ketahui, yaitu :

 Penafsiran secara Jahiriyah atau tafsir jahir (tersurat)


 Penafsiran secara Batiniyah atau tafsir batin (tersirat)

Allah Swt, menegaskan dalam firmannya :

“ Segala sesuatu itu aku ciptakan saling berpasang-pasangan”

Tidak satupun yang Allah ciptakan didunia ini, yang tidak saling
berpasangan semua saling berpasangan, ada siang ada malam, ada laki-laki
ada perempuan, ada hidup dan ada mati, begitu seterusnya semua saling
berpasangan-pasangan.

18
Sebagian ulama mengatakan, bahwa dari kedua penafsiran itu, maka
penafsiran secara batiniyah atau tafsir batin itulah yang kebanyakan akan
menyalahi kaidah-kaidah umum secara jahirnya, karna bukan yang tersurat
yang diambilnya, tetapi justru hikmah yang tersiratlah yang diambil dan
dijadikan pegangan batinnya, maka apabila kamu akan masuk pada
penafsiran secara batiniyah maka tinggalkan olehmu akan kaidah-kaidah
jahir (tinggalkan olehmu pandangan-pandangan jahiriyah yang bersifat
umum) itu sebabnya mereka yang mau masuk kebatin itu tidak banyak
jumlahnya, jika dibandingkan dengan mereka-mereka yang hanya masuk
pada permukaan atau jahir saja.

Didalam Islam pun, kita juga mengenal akan adanya beberapa tingkatan-
tingkatan, seperti :

o Tingkat Awam,
o Tingkat Khawas
o Tingkat Khawasul Khawas.

Ketiga tingkatan itu, satu dengan yang lainnya sangat jauh perbedaannya.
apa kiranya yang dicari oleh orang-orang Arif Billah itu, pastilah akan
menyalahi dan bertolak belakang dengan apa yang dicari oleh kebanyakan
orang, maka tidaklah mengherankan jika mereka yang mau masuk kebatin
itu jumlahnya tidak sebanyak dan seramai seperti mereka-mereka yang
hanya masuk kejahirnya saja, sebagai mana yang kami sebutkan tadi.

Bagi mereka-mereka yang sudah mencapai maqom Arif Billah (kenal


kepada Allah), maka bicaranya bukan pada lidah lagi, juga bukan pada
hati, bukan pada Ruh dan juga bukan pada Sirr lagi, akan tetapi yang ada
hanya diam saja, karna memang sudah tidak akan ada lagi yang mau
dibicarakannya, apa lagi mengenai hamba, karna sesungguhnya hamba itu
sendiri pun tidak ada.

Berbeda dengan mereka orang-orang jahir, bicaranya hanya sebatas lisan


saja, masukkah sudah kehati….?, Belum.

Dan jika pembicaraan yang keluar itu kuwalitetnya hanya sebatas lisan
saja, maka pembicaraan itu tidak akan pernah memberikan bekas, minimal
pembicaraan itu bersumber dari hati, sehingga pembicaraan itu akan
memberikan bekas dan mamfaat, itulah yang sesungguhnya.

Kembali kita kepada “ Awwaluddin Ma’ rifatullah “

19
AwalA
wal Agama, ialah mengenal Allah atau awal Agama ialah
mengetahui akan Sirr Allah, yaitu Sirr Allah (Rahasia Allah) yang ada atas
dirimu (Rahasia yang telah Allah letakkan dan pertaruhkan atas dirimu)
tidak kamu ketahui, maka selama itu pula kamu belum lagi dipandang
orang yang beragama dan selama itu pula seluruh aktivitas peribadatanmu
yang dulu, sekarang dan yang akan datang seluruhnya tetap dipandang
tidak syah dan sia-sia saja.

Rosulullah Saw, bersabda :

“ Barang siapa menyembah Allah, dan ia tidak tahu dengan yang


empunya nama Allah itu, maka dihukumkan bagi mereka itu, seperti
hanya menyembah nama saja, bukan menyembah siempunya nama “
“B
arang siapa menyembah nama, tiada ia mengetahui dengan yang
empunya nama, maka orang itu kafir lagi jahil, dan barang siapa
menyembah-nyembah nama Allah, tetapi ia tidak tau dengan yang
empunya nama Allah itu, maka ia dihukumkan batal perkataan, yaitu
sia-sia saja “

“Diri anak Adam itu dosa yang besar, terkecuali ia mengetahuinya “


Menyikapi hal itu, Rosulullah Saw, memberikan solusi.

“ Menuntut Ilmu itu Hukumnya wajib,


bagi setiap laki-laki Muslim dan perempuan Muslim “

“ Tuntutlah ilmu itu, walau sampai kenegri Cina “

“ Tuntutlah ilmu itu dari buaian hingga keliang lahat “

Pada profil maqom kedelapan, disebutkan bahwa, ada 3 (tiga) tahapan,


yaitu :

 Mengetahui asal muasal diri,


 Mengenal diri yang sebenar-benarnya diri, dan
 Mematikan diri (mati dalam pengertian ma’nawiyah).

Sebagai pembuka sebelum kita sampai pada tahapan yang pertama yaitu
mengetahui akan asal muasal diri, maka kita mulai pembicaraan dan
pengkajian ini dengan terlebih dahulu membicarakan tentang pasal
kejadian sebagai mana tersebut dibawah ini :

20
Pasal Kejadian
Bermula yang sebenar-benarnya asal kejadian dari pada Nur Muhammad
itu, berlangsung didalam alam yang kosong (kekosongan), artinya kosong
tiada siapa-siapa, pada saat itu Tuhan-pun belum lagi bernama Allah, Aras
dan Qursy juga belum ada, langit, bumi, syurga dan neraka serta firman
pun juga belum ada, semua kosong, semua hening dan semua hampa..

Dalam kondisi demikian itu, lalu Tuhan (ketika itu belum lagi bernama
Allah) menjahirkan untuk yang pertama kali dengan ilmu-Nya ialah Nur,
yang kemudian kita kenal dengan nama Nur Muhammad yaitu dari pada
Nur Zat-Nya.

Penjahiran Nur Muhammad kala itu, berlangsung didalam satu alam yang
bernama “Alam Satiyaril Ghaib (Satiyaul Buhti)”.

Keterangan :

Ketika Nur Muhammad itu dijahirkan dari pada Nur Zat-Nya, proses itu
berlangsung didalam satu alam dan dihari yang ghaib (Alam hari Zat
Zatul Buhti), jadi bukan dialam dunia, akan tetapi disuatu alam yang
dialam itu nama Zat Wajibal Wujud-pun juga belum ada (Nurul Bahtinul
lati namanya).

Setelah itu barulah kemudian Nur Muhammad itu diturunkan kealam Sir
Zat Ilbuhgti, yaitu alam rahasia yang ada dibagian diri Tuhan, (ketika itu
masih belum bernama Allah, bahkan awal nama-Nya pun masih gaib dan
tersembunyi), setelah Nur Muhammad diturunkan lagi kealam Ilmu (Alam
pengetahuan), untuk selanjutnya kemudian Nur Muhammad itu
diturunkan kealam dunia.

Ketika sudah berada dialam dunia (dunia yang dimaksud disini bukan
dunia seperti yang kita tempati seperti sekarang ini tetapi dunianya Nur
Muhammad itu sendiri) barulah Ia tajalli, dan ketika itu Ia tidak melihat
siapa-siapa melainkan hanya dirinya sendiri.
Ia pun berkata :

Asyhadu Anla Ilaha Illallah


“ Tiada yang ada hanya Aku “
(Inilah Syahadat Nur Muhammad ketika dialam Zatul Buhti)

21
Berkatalah Nur Muhammad dengan lantangnya tanpa ada sedikitpun
keraguan atas dirinya “ Akulah Tuhan “
Hal ini wajar-wajar saja, sebab memang pada saat itu, Ia tidak melihat
siapa-siapa, melihat keatas, kebawah, kedepan, kebelakang, kekanan dan
kekiri tidak ada siapapun yang besertanya, yang ada hanya dirinya sendiri.
Pengakuan Nur Muhammad itu ternyata mendapat respon dari Tuhan yang
ketika itu masih belum lagi bernama Allah :
Asyhadu Anna Muhammadar Rosulullah
“Ya Nur, diri engkau itu kujadikan dari pada Nur Zat-Ku, kelak
sekalian alam ini akan jadi dari pada engkau wahai Nur kekasih-Ku“
(Inilah Syahadat Zat Wajibal Wujud, dan inilah asal dari pada kejadian
Syahadat seperti yang kita ketahui saat ini)
Betapa terkejut dan tersentaknya Nur Muhammad ketika itu, kala Ia
mendengar perkataan dari Nur Zat Allah.
Ia pun berkata :
“Ternyata bukan diriku yang awal (pertama), ada yang lebih awal dari
diriku, seraya Ia bermunajat kepada Nur Zat Allah, dengan mengangkat
Zikir Awal (Zikir awal Nur Muhammad) dan Salawat Awal (Salawat awal
Nur Muhammad) sebagai permohonan dan permintaan do’a, Ia kepada
Nur Zat Allah”.

Laa Ilaha Illallah Muhammaddur Rosulullah


“Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah,
hai Tuhan-ku bahwasannya diriku ini dari pada Ujud diri-Mu“
(Inilah asal kejadian Zikir )

Nurul Haqqullah Air Laa Ilaha Illallah


“Tiada yang disembah melainkan Allah, hai Tuhanku bahwasannya
diriku ini dari pada Air Nuktah cahaya diri-Mu“

Laa Ilaha Illallah Muhammaddun Astagfirullah


“Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah, hai Tuhanku
bahwasannya aku minta ampun, bertaubat aku kepada engkau yang
telah engkau terima”
(Inilah asal kejadiannya Taubat)

22
Kun Sholli ‘ Ala Muhammad

“ Jadilah, maka jadilah diriku sebagai mana yang telah


engkau kehendaki, jadilah atas diriku “
(Inilah asal kejadiannya Salawat)

Kemudian Nur Zat Allah ta’ala berkata kepada Nur Muhammad :

o Ketahuilah olehmu hai Nur, bahwasannya :

 Aku jadikan Zat-Ku itu untuk menjadi Nyawa kepadamu.


 Aku jadikan Sifat-Ku itu untuk menjadi Tubuh kepadamu
 Aku jadikan Asma-Ku itu untuk menjadi Nama kepadamu
 Aku jadikan Af’al-Ku itu untuk menjadi Kelakuan kepadamu

o Ya Nur, asal kejadian dirimu itu dari pada Zat-Ku, dan asal kejadian
dirimu itu akan menjadikan seluruh ummat-mu.

o Ya Nur, Aku berpesan kepadamu bahwasannya :

 Jadikanlah nyawamu itu, menjadi rahasia kepada ummatmu,


 Jadikanlah tubuhmu itu, menjadi ruh kepada umatmu,
 Jadikanlah kelakuanmu itu, menjadi hati kepada ummatmu,
 Apabila Aku memuliakan dirimu, maka itu sama juga Aku
memuliakan atas ummatmu.

o Ya Nur, Aku wajibkan atas ummatmu itu untuk ia mengenal akan


asal kejadian dirinya dan Aku wajibkan pula atas ummatmu itu agar
ia mengenal akan Agama-Ku dan Aku wajibkan pula atas ummatmu
itu untuk mengenal akan dirinya dengan sungguh-sungguh (dengan
sebaik-baiknya pengenalan).

o Ya Nur, titikkanlah air nuktahmu itu untuk menjadikan malaikat


yang 4 (empat),

 Titikkan yang pertama, bernama Nur Mada,


 Titikkan yang kedua, bernama Nur Madi,
 Titikkan yang ketiga, bernama Nur Mani
 Titikkan yang yang keempat, bernama Nur Manikam
 Apabila engkau berucap, Iya Kun jadi Jibril, maka jadilah ia
Jibril.

23
 Apabila engkau berucap, Iya Kun Fayakun jadi Mikail, maka
jadilah ia Mikail,
 Apabila engkau berucap, Iya Kun Fayakun Jadi Isrofil, maka
jadilah ia Isrofil
 Apabila engkau berucap, Iya Kun Fayakun jadi Idzroil, maka
jadilah ia Idzroil.

o Ya Nur, perintahkan olehmu :

 Malaikat Jibril, agar anasirnya menjadikan Bumi (tanah)


 Malaikat Mikail, agar anasirnya menjadikan Air
 Malaikat Isrofil, agar anasirnya menjadikan Angin
 Malaikat Idzroil, agar anasirnya menjadikan Api
Selanjutnya perintahkan pula olehmu wahai Nur, kepada :
 Malaikat Jibril, mengambil Tanah dialam Akbar untuk kujadikan
lembaga Adam.
 Malaikat Mikail, mengambil Air dialam Mualaq untuk kujadikan
lembaga Adam
 Malaikat Isrofil, mengambil Angin dialam Izzati untuk kujadikan
lembaga Adam
 Malaikat Idzrail, mengambil Api dialam Amarah untuk kujadikan
lembaga Adam.
o Ya Nur, Aku gaibkan diri-Ku dengan kehendak-Ku, dan setelah itu
Aku gaibkan pula engkau hai Nur, maka gaiblah engkau kealam Sirr,
Alam Ruh, Alam Nur, baru setelah itu Aku jadikan dunia ini, akan
tetapi masih dalam keadaan kosong dan belum ada isinya.

Kemudian tajallilah 4 (empat ) huruf yang awal, yang pada perjalanan 99


menjadikan cikal bakal dan keterangan dari maqom kedelapan, 4 huruf
awal itu ialah: :

 Huruf Alif ( ‫) ا‬
 Huruf Mim ( ‫) م‬
 Huruf Nun ( ‫) ن‬
 Huruf Tha ( ‫) ت‬

Huruf Alif ( ‫) ا‬,

Dari huruf Alif, akan menjadikan titik-titik yang jumlahnya 9999 titik,
untuk kemudian jahir kedunia yang kosong dan belum ada isinya ini,

24
hanya 99 titik saja, sisanya 9900 titik tertinggal dialam baqa dan hanya
milik Allah semata.

99 titik yang jahir itulah yang akan menjadikan perjalanan 99 (Perjalanan


Syara’ ul Asgah), Dengan Nas Qur’annya, berbunyi :

Man Khalaqal Insanu Min Thin, atau


Man Kholaqal Insanu Min Nutfatin

” Sesungguhnya Insan itu berasal dari pada tanah / sesungguhnya


Insan itu berasal dari Nuktah ( setetes air )”

Maqom tertinggi didalam perjalanan 99 ini, ialah Maqom ke tujuh (7),


yaitu Maqom Laduni, yang jika disebutkan kaumnya, maka inilah Kaum
Mupassirin.

Huruf Nun ( ‫) ن‬,

Dari huruf Nun, akan menjadikan titik-titik yang jumlahnya 8888 titik,
untuk kemudian jahir kedunia yang kosong dan belum ada isinya ini hanya
88 titik saja, sisanya 8800 titik, tertinggal dialam baqa dan hanya milik
Allah semata.

88 titik yang jahir itulah yang akan menjadikan Perjalanan Syara’ ul


Hisab. Dengan Nas Qur’annya berbunyi :

Huwal Awwalu Man Kholaqallahu ta’ ala An- Nur

” Yang pertama kali dijadikan oleh Allah ta’ ala itu adalah Nur”

Inilah Maqom kedelapan (8), Maqom Khas atau Maqom Rahasia, yaitu
Maqom Rahasia Perjalanan Ilmu Haq Allah ta’ala, atau Maqom
Perjalanan Baginda Rosulullah Saw, jika mau disebutkan kaumnya,
maka inilah Kaum Mudj’tatahidin.

Huruf Mim ( ‫) م‬,

Dari huruf Mim, akan mengadakan titik-titik yang jumlahnya 7777 titik,
untuk kemudian jahir kedunia yang kosong dan belum ada isinya ini hanya

25
77 titik saja, sisanya 7700 titik tertinggal dialam baqa dan hanya milik
Allah semata.
77 titik yang jahir itu, pada kenyataan hanya 73 titik saja yang diketahui
orang dan menjadikan I’ tiqat yang 73, berarti masih ada 4 buah titik lagi
yang tersembunyi, kemana kiranya yang 4 titik itu.............?
4 titik sisanya yang tersembunyi itulah yang menjadikan Dzikir 4 didalam
perjalanan Rahasia Ilmu Haq Allah ta’ala, yaitu :

o Taubat
o Syahadat
o Zikir
o Takbir
Untuk selanjutnya dijadikan Istinja pada maqom kedelapan, yaitu Istinja
jahir dan Istinja batin (keterangan mengenai Istinja Jahir dan Istinja Batin
akan dibahas Khusus).

Huruf Tha ( ‫) ت‬,


Dari huruf Tha, akan mengadakan titik-titik yang jumlahnya 6666 titik,
untuk kemudian jahir kedunia yang kosong dan belum ada isinya ini hanya
66 titik saja, sisanya 6600 titik tertinggal dialam baqa dan hanya milik
Allah semata.
66 titik yang jahir itu, pada kenyataannya hanya 63 titik saja yang
diketahui orang, dan menjadikan Kaidul Iman yang 63, berarti masih ada
3 titik lagi yang tersembunyi, kemana kiranya yang 3 titik itu....?
3 titik sisanya yang tersembunyi itu jatuh kepada huruf yang 3, yaitu
Huruf A, huruf I dan huruf U, isinya :

o A ( ‫ ) اا‬: Aku Asal dari pada Allah ta’ala.


o I ( ‫ ) اا‬: Aku (I) karna Allah ta’ala
o U ( ‫ ) اا‬: Aku ujud Allah ta’ala yang (I) tiada mati

Ke 3 (tiga) huruf itu, pada Maqom kedelapan, dipakai untuk mendudukan


diri (diri yang sebenar-benarnya diri)
Allah ta’ ala, berfirman :
Bikanu Makanu Wabiyakunu Mayakunu
”Sebelum terjadi bumi dan langit, Arsy dan Kursy
sudah sedia- Nya Aku ”
26

Kemudian tajallilah Allah ta’ala pada ”Gaibul Mutallaq” , disini Allah


ta’ala membawa :

o Zat
o Sifat
o Asma
o Af’ al.

Kemudian tajalli lagi Allah ta’ala pada ” Gaibul Hawiyah” , dengan


membawa :

o Huruf Alif ( ‫) ا‬
o Huruf Lam Awal ( ‫) ل‬
o Huruf Lam Akhir ( ‫) ل‬
o Huruf Ha ( ‫)ﻫ‬

Baru setelah itu, Allah ta’ala mengadakan Sifat Nur, dan juga mengadakan
dua (2) nama, yaitu : ”Kun Sa dan Kun Zat” .

Keterangan :

o Kun Sa,
Kun Sa adalah titik dari Nur Muhammad yang berada diatas Arsy,
yang meliputi 7 petala langit, dan mengadakan nama, yaitu :
Nama Awal-Awal Nur Muhammad (zzh) inilah Nama dari Ibu
Bapaknya sekalian Amal dan Pahala.
o Kun Zat
Kun Zat adalah titik dari Nur Muhammad yang berada dibawah
Arsy, yang meliputi 7 petala bumi, dan mengadakan nama, yaitu
Nama Awal-Awal Ummat (Anth), inilah Sulbi Ifra’it.
Setelah itu, baru :
o Zat maujud kepada huruf Alif ( ‫) ا‬
o Sifat maujud kepada huruf Lam Awal ( ‫) ل‬
o Asma maujud kepada huruf Lam Akhir ( ‫) ل‬
o Af’al maujud kepada huruf Ha ‫) ) ﻫ‬
Allah ta’ala, berfirman :
 Hai Nur, engkau yang menunjukkan Aku, Aku yang engkau
tunjukan.
27

 Hai Nur, engkaulah ganti diri-Ku.


 Hai Nur, engkaulah yang bernama Allah.
 Hai Nur, semesta sekalian alam ini terjadi dari pada Nur-Mu
dengan serta-Ku jua.

Ketika itu tajallilah Nur sembari mengata ”AK”, dan bersuaralah Nur

 Ya Allah, ya Tuhanku, ya Syaidi, ya Maulana, bagaimana aku


menunjukkan Tuhanku.....?
 Ya Allah, ya Tuhanku, ya Syaidi, ya Maulana, bagaimana aku
menggantikan Tuhanku....?
 Ya Allah, ya Tuhanku, ya Syaidi, ya Maulana, kenapa aku
yang bernama Allah...?
 Ya Allah, ya Tuhanku, ya Syaidi, ya Maulana, bagaimana aku
mengadakan semesta sekalian alam ini dengan Nur-ku dan
serta-Mu jua.

Lalu Allah ta’ ala, berkata :

An- nurril mausufi bittakadduni wal waliyah

“ Hai Nur, Aku sudah laitsya pada diri-Mu, jangan kau cari lagi Aku,
karna Aku tiada bertempat “

Aku tidak di-bulu, Aku tidak di-kulit, Aku tidak di-daging, Aku tidak di-
darah, Aku tidak di-urat, Aku tidak di-tulang, Aku tidak di-otak -dan
Aku tidak di-sumsum, hanya batin pada rahasia-mu, yang berkata-kata
itu Aku.

Berkata, Allah ta’ ala, selanjutnya :

Barang siapa ummat-Mu, menda’wakan Aku: zahir pada hatinya,


bahwa yang berkata-kata itu Aku, maka Kafir Munafiq-lah ia, dan
barang siapa ummat-Mu, menda’ wa Aku : zahir pada lidahnya yang
berkata-kata itu Aku, maka Kafir Zindik-lah ia

28
Bab Asal Muasal Diri
B ermula asal muasal kejadian diri itu ada 2 perkara, yaitu :

 Perkara pertama, ialah Asal muasal kejadian Hamba,


 Perkara kedua, ialah Asal muasal kejadian Insan.
Asal Muasal Hamba dan Asal Muasal Insan, dipandang menurut anasirnya
jelas berbeda :

Anasir hamba, berasal dari :


 Tanah
 Air
 Angin
 Api
(Sebagaimana yang kita ketahui pada proses penciptaan Nabi Adam As).

Anasir Insan (manusia), berasal dari :


 Mada
 Madi
 Mani
 Manikam
Perbedaan inilah yang menyebabkan timbulnya 2 sifat yang berbeda dalam
satu kesatuan ujud menurut pandangan umumnya :

 Sifat Hamba berisikan :


 Tanah
 Air
 Angin
 Api

 Sifat Insan (Manusia) berisikan :


 Mada
 Madi
 Mani
 Manikam

29
----Untuk
diketahui-----------------------------------
Sifat Hayat, berisikan :
o Bulu
o Kulit
o Daging
o Urat
o Tulang
o Otak
o Sumsum

Sifat Ilmu, berisikan :


o Pengrasa
o Hawa
o Nafsu
o Akal
o Fikir
o Ilmu pengetahuan
o Rahasia

Sifat Tuhan, berisikan :


o Zat
o Sifat
o Asma
o Af’ al

Sifat Allah, berisikan :

o Iman
o Islam
o Tauhid
o Ma’ rifat

Sifat Ta’ ala, berisikan :

o Tauhiduz dzat
o Tauhidus sifat
o Tauhidu asma
o Tauhidu af’ al

30

Sifat Muhammad, berisikan :

o Hidup
o Tahu
o Berkehendak
o Bergerak

Kembali kepokok masalah .

Lihat kembali proses penciptaan Nabi Adam As, ketika lembaganya akan
diadakan oleh Allah Swt, Allah Swt berseru kepada malaikat yang empat
untuk mengambil tanah, air, angin dan api dialamnya masing-masing
(Pasal Kejadian), kemudian perbandingkan pula olehmu dengan proses
penciptaan Insan (manusia)

Proses penciptaan Nabi Adam As, adalah Sbb :

 Thuraq = Tanah asal


 Thin = Tanah dan zat air
 Hama = Tanah dan zat hawa (angin)
 Fakhar = Tanah dan zat panas (api)
 Shalsa = Bagan (bentuk)
 Akhsanu taqwin = Bentuk sempurna
 Ruh = Jiwa.

Proses kejadian/Penciptaan Insan, adalah Sbb :

 Sulalah Min Thin = Rangkaian Tanah asal


 Nuktah = Air Mani laki-laki
 Alaqah = Percampuran sperma
 Mudgoh = Segumpal darah
 Inham = Tulang belulang
 Haham = Daging pembungkus
 Khalkan Akhar = Ruh.
Pandangan apa yang anda dapatkan setelah melihar proses penciptaan
tersebut diatas, secara umum tentu berbeda bukan, tapi benarkah berbeda ?,

31

Silahkan saudaraku renungkan sendiri kemudian bandingkan dengan


keterang yang ada dalam risalah ini.
Wahai saudara-saudaraku sekalian...!
Dari 7 rangkaian tersebut diatas, sesungguhnya mengisyaratkan kepada
kita tentang penciptaan Allah Swt yang serba tujuh, yaitu :

o 7 Sifat yang ada pada diri manusia


o 7 Anggota didalam sembahyang
o 7 Ayat pada suratul fatekha
o 7 Huruf yang tidak boleh salah pengucapannya ketika
 membaca suratul fatekha
o 7 Jumlah hari dalam seminggu
o 7 Bintang yang besar
o 7 Lautan yang besar
o 7 Lapisan langit
o 7 Lapisan bumi
o 7 Keajaiban yang ada didunia
o 7 Syurga
o 7 Neraka

Allah Swt didalam mencipta sesuatu itu cukup dengan satu kali
penciptaan saja hingga dunia ini Qiyamat tidak berulang-ulang, untuk
selanjutnya hasil dari ciptaannya itulah yang akan berkembang dengan
sendirinya berdasarkan Qudrat dan Iradat-Nya, sehingga jadilah jumlah
yang banyak, berkaum-kaum, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, namun
jika ditela’ah dengan baik, maka dari yang banyak itu pada hakekatnya
satu jua adanya.

” Pandanglah olehmu yang banyak itu kepada yang satu, dan pandang
pula olehmu yang satu itu kepada yang banyak, maka pandanganmu
akan terhenti kepada memandang yang satu kepada yang satu saja”

Keterangan-keterangan tersebut diatas, menyimpulkan dan mengisyaratkan


bahwa, baik Hamba maupun Insan (Manusia) pada penciptaannya
sesungguhnya berasal dari unsur yang satu jua adanya.

Kalau diatas tadi disebutkan bahwa Adam As itu Asal dari tanah, air, angin
dan api sedangkan Insan (manusia) asalnya dari mada, madi, mani dan
manikam, penjelasannya adalah sebagai berikut :
Proses penciptaan Insan (manusia) itu sesungguhnya bermula dan berawal
dari kedua orang tua kita, yaitu Bapak dan Ibu kita.

32

Berkumpulnya kedua insan itu (bapak dan ibu) itulah yang menyebabkan
adanya anasir yang 4, yaitu :

o Nur Mada
o Nur Madi
o Nur Mani
o Nur Manikam.

Dari keempat anasir itu, hanya Nur manikam-lah yang berlanjut hingga
sampai menjadi seorang janin, cikal bakal anak manusia, keturunan Nabi
Adam As, Umat Nabi Muhammad Saw yang penuh dengan Rahmat dan
Nikmat, Fiddunyya wal Akhirat.

Namun tidaklah Ia disebut Manikam apabila Nur Manikam itu tidak jatuh
pada rahim seorang perempuan yang bernama Tara’ib

Manikam itu adalah ” Hidayatul Amanah” dari pada Allah


ta’ ala, dan istananya ada pada otak laki-laki, tidak ada pada otak
perempuan, sehingga inilah yang membedakan antara laki-laki dengan
perempuan.

Lihat dan perhatikan kedudukan Manikam didalam otak seorang laki-laki,


sebagaimana ilustrasi gambar dibawah ini, betapa maha sempurnanya
Allah ta’ala didalam mencipta dan meletakkan amanahnya atas diri kita,
tertutup dan tersembunyi oleh lapisan-lapisan yang sangat kokoh sehingga
menjadikan benteng yang hebat dan sangat kokoh terhadap rusaknya
Amanah itu

.
1

7
33

Keterangan Nomer pada gambar


1. Otak
2. Lemak
3. Minyak
4. Nur
5. Nur Aqly
6. Hijabun Nur
7. Manikam.

Didalam Otak laki-laki itu ada lemak, didalam lemak itu ada minyak,
didalam minyak itu ada Nur, didalam Nur itu ada Nur Aqly, didalam Nur
Aqly itu ada Hijabun Nur dan didalam Hijabun Nur itulah letak
Manikam.

Masa Manikam itu 40 hari, yaitu :

o 7 hari pertama, Manikam itu berada didalam istananya, yaitu


didalam otak laki-laki,
o 7 hari kemudian, Ia turun pada tulang belakang dan bertahan
pada punggung,
o 7 hari selanjutnya, Ia berpindah pada tulang dada,
o 7 hari selanjutnya, Ia turun lagi kepusat,
o 7 hari kemudian, Ia turun pada sulbi, dan
o 5 hari kemudian, ia berpindah pada kalam/ zakar , untuk selanjut-
nya jatuh kerahim seorang perempuan yang bernama tara’ib
untuk selanjutnya dikandung selama 9 bulan 9 hari lamanya.

Manikan bernama Mada, apabila ia sampai pada awal kalam, bernama


Madi apabila ia sampai pada tengah kalam dan bernama Mani apabila ia
berada diujung kalam kemudian terpancar keluar.

ketika ia jatuh pada rahim perempuan barulah ia bernama Manikam,


Maka jadilah ia Nur Muhammad atau Roh Idhofi atau syahadat.

Tatkala manikam itu 40 hari umurnya berada didalam taraib, maka


berhentilah darah haid yang biasa dialami oleh seorang perempuan, oleh
sebab seluruh permukaan peranakan tertutup oleh Manikam.

Pada bulan ke 4 barulah kemudian ia bernyawa (bergerak), darah haid


ang berhenti oleh karna seluruh peranakan tertutup manikam, pada bulan
ke 5 akan menjadikan Upik kanak-kanak atau tembuni.

34

Sedangkan darah haid yang berhenti, 40 hari sebelum manikam itu


bernyawa, maka itulah yang akan menjadi darah nifas (darah kotor
yang keluar bersamaan dengan proses persalinan).

Semasa Manikam itu berada didalam kandungan, maka

o Pada usia 1 hari 1 malam, ia sudah memuji, pijiannya ”Hu ”


o Pada usia 3 hari 3 malam, pujiannya ” Allah ”
o Pada usia 7 hari 7 malam, pujinya ” Innallah ”
o Pada usia 40 hari 40 malam, pujinya ” Surobbun Nur ”
o Pada usia 4 bulan 4 hari, pujinya ” Subhanallah ”
o Pada usia 6 bulan 6 hari, pujinya ” Al-hamdulillah ”
o Pada usia 8 bulan 8 hari, pujinya ” Allahu Akbar ”
o Pada usia 9 bulan 9 hari, pujinya ” Inna Ana Amana ” (belum Ia
keluar).

Keterangan :

 Inna : Sesungguhnya
 Ana : Saya (aku)
 Amana : Iman (aman)

Inilah asalnya :

Kejadian Air Zatullah Akbar, atau Air Nur Zat Allah

Catatan :

Mada : Ada rasa tiada rupa ------------------------------Nafas.


Madi : Tiada rasa dan tiada rupa tapi ada ------------Bayangan.
Mani : Rasa dan rupa kita ini
Manikam : Rasa dan ujud kita ini.

Dasar-dasar yang melandasi tentang asal muasal diri itu, diantaranya,


adalah :

 Abdullah Ibnu Abbas. Ra, dari Rosulullah Saw :


“Bahwa sesungguhnya Allah ta’ ala menjadikan dahulu dari pada
segala sesuatu itu, yaitu dari Nur Nabi-mu”.

35

 Syech Abdul Wahab As-syarani. Ra, berkata :

“ Sesungguhnya Allah ta’ ala menjadikan ruh nabi Muhammad itu


dari pada Nur Zat-Nya dan dijadikan ruh sekalian alam ini dari
pada Nur Muhammad”
 Rosulullah Saw bersabda :

“ Aku bapak dari sekalian ruh dan Adam itu bapak dari sekalian
batang tubuh” .

 Allah Swt berfirman :

“Aku jadikan insan Adam itu dari pada tanah, dan tanah itu dari
pada air, dan air itu dari pada angin, dan angin itu dari pada api,
dan api itu dari pada Nur Muhammad” .

“Bahwa sesungguhnya telah datang kepadamu


dari Allah ta’ ala, Nur”

Dan kepada Nur itulah perhentian perjalanan segala Aulia dan Ambiya
Allah yang mursalin mengenal Allah ta’ala, bila sudah sampai kepada
Nur, maka fanakanlah Nur itu kepada Zat yang wajibal wujud, supaya
jangan sampai hamba itu semata-mata bertuhan kepada Nur, tetapi tetap
bertuhankan kepada Allah ta’ala, Zat yang wajibal wujud.

Dengan begitu, maka nyatalah kalau Nur itu hanya sebagai wasilah untuk
supaya dapat sampai kepada Allah ta’ala.

Allah Swt, berfirman :

“ Hai orang-orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan carilah


olehmu wasilah (perantara) yang bisa menyampaikan kamu kepada-Ku,
dan hendaklah kamu bersungguh-sungguh dijalannya, supaya kamu
dapat kejayaan”
(QS, Al-maaidah : 35)
36

Pasal Nama-nama diri


(Nama diri ketika dialam Rahim Ibu)
Untuk menyempurnakan pengenalan kita tentang asal muasal kejadian
diri, maka ketahui pula olehmu wahai saudaraku akan nama-nama diri kita
ketika masih berada dialam rahim, yaitu Sbb :
 Sebelum ” Kun” bernama Ia, Air Setitik ( Nama sandi ).
 Waktu ” Kun” bernama Ia, Roh Samar Putih.
 Dari ” Kun” ke ” Fayakun” bernama Ia, Awal-awal Nur
Muhammad
 Waktu ” Fayakun ” bernama Ia, Nukkirullah.
 Waktu dialam sagir bernama Ia, Sirrullah
 Waktu diterima oleh Muhammad bernama Ia, Insyirrullah
 Waktu turun diujung Arsy, bernama Ia, Nur Kalamullah
 Sebelum dititikkan, bernama Ia, PN ( ini nama sandi saja,
mengingat nama ini tidak boleh diucapkan dengan suara penuh
sebanyak 2x didalam hidup kita )
 Waktu dititikkan, bernama Ia, Air Setitik ( nama sandi )
 Waktu diterima oleh perempuan, bernama Ia, Nur Mani Allah
 Ketika jadi segumpal darah, bernama Ia, Bayang-bayang Allah
 Ketika jadi mata, bernama Ia, Insan Kamil
 Ketika jadi sumsum dan otak, bernama Ia, Air Maning
Mengkudu Allah
 Ketika jadi Tulang dan urat, bernama Ia, Air Nur Malinang
Allah
 Ketika jadi daging dan darah, bernama Ia, Tikmapullah
 Ketika jadi kulit dan bulu, bernama Ia, Air Nur Lak Putih
 Setelah cukup sifatnya barulah Ia, bernama Ahmad.
 Saat didalam kandungan perempuan, usia 1 bulan 10 hari,
bernama Ia, Nurrullah
 Ketika berumur 3 bulan 10 hari, bernama Ia, Allah
 Ketika berumur 4 bulan 10 hari, bernama Ia, Pancarullah
 Ketika berumur 5 bulan 10 hari, bernama Ia, Sinarullah
 Ketika berumur 6 bulan 10 hari, bernama Ia, Asmarrullah
 Ketika berumur 7 bulan 7 hari 7 jam 7 menit dan 7 detik,
bernama Ia, Zat Zanubah
 Ketika berumur 8 bulan 10 hari, bernama Ia, Ta’ ala
 Ketika berumur 9 bulan 10 hari, bernama Ia, Antahfi
 Saat keluar dari rahim perempuan, bernama Ia, Nur Basyariah.

37

Nama-nama, selain Nama tersebut diatas :

o Lendir pertama yang keluar sebelum Air ketuban keluar,


itulah Uri, ia bernama Uriah (sahabat Insan)

o Ketuban pecah dan air ketuban keluar, itulah tuban,


bernama ia Tubaniyah ( Sahabat Insan )

o Tembuni yang keluar baik diawal atau diakhir ketika


bersalin, bernama ia Tambuniyah (sahabat Insan)

o Darah yang keluar pada proses persalinan, bernama ia


Comariyah (sahabat Insan)

o Tangkai pusat atau tali pusat bernama Pancariahn dan


pusatnya bernama Fitriyah

o Pembungkus bayi atau kuli ari-ari, bernama Arsistawa,


bayinya yang keluar itu bernama Waliyullah.

Demikian Nama-Nama Diri kita ketika dialam rahim (kandungan Ibu)


untuk diketahui dan sebagai pelengkap pengenal kita tentang asal muasal
kejadian akan diri, keterangan lain yang masih berkenaan dan berkaitan
erat dengan asal muasal kejadian diri yang perlu juga untuk kita ketahui,
yaitu unsur-unsur atau anasir-anasir yang tidak dapat disepelekan dan amat
menentukan, terlepas dari unsur-unsur atau anasir-anasir yang kami
sebutkan diatas, yaitu :

 Anasir Tuhan kepada Muhammad, meliputi :

 Sirr
 Budi
 Cinta
 Rasa

 Anasir Tuhan kepada Bapak, meliputi :

 Urat
 Tulang
 Otak
 Sumsum

38

 Anasir Tuhan kepada Ibu, meliputi :

 Darah
 Daging
 Kulit
 Bulu.

Itulah sifat diri kita dari Allah ta’ala, yaitu dari Muhammad, dari Bapak dan
dari ibu, dan inilah yang sebenar-benarnya I’tiqat, ini pula yang dipakai
agar kita dapat sampai pada Baqa Billah ( Kekal dan lenyap kedalam
Allah ), tiada i’tiqat lain dari padanya.

(Intisari Pengenalan Asal Muasal diri dan cara pakai akan


disampaikan langsung secara lisan, tidak di sertakan dalam
risalah ini untuk menjaga kerahasiaannya)
39

Bab Mengenal Diri


(Diri yang sebenar-benarnya Diri)
Rosulullah Saw, bersabda :
” Menuntut Ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim
laki-laki dan muslim perempuan ”
Ketahuilah olehmu wahai saudaraku sekalian akan Ilmu Ma’rifat Allah itu
dengan yaqin.
Ma’rifat menurut logat (bahasa), yaitu mengetahui atau mengenal akan Zat
Allah ta’ala, baik yang berhubungan dengan dalil, ataupun dengan I’tiqad
jazam lagi putus.
Ma’rifat menurut Hakekat ialah mengetahui akan sekalian yang ada ini,
baik yang nyata maupun yang tersembunyi, itu semua adalah semata-mata
adalah haq-Nya jua tiada yang lain.

Laa Maujuudun Bihaqqi Ilallah


” Tiada yang ada melaikan Haq Allah ta’ ala jua adanya ”
Keterangan mengenai Jazam dalam I’ tiqad menurut pembicaraan Ilmu,
dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
 Jazam, mupakat dengan Haq tetapi dengan dalil, maka
inilah yang dikatakan Ma’ rifat.
 Jazam, mupakat pada Haq akan tetapi tidak dengan dalil,
maka inilah yang dinamakan Taklik Shohih.
 Jazam, tiada mupakad pada Haq tetapi dengan dalil, maka
inilah yang dinamakan Jahil mukarrab.
 Jazam, tiada mupakat pada Haq dan tiada pula dengan
dalil, maka inilah yang dinamakan Taklik Buta.

Allah Swt, berfirman :


” Insan itu rahasia-Ku, Akulah rahasianya, Rahasia-Ku itu kenyataan
sifat-Ku dan sifat-Ku itu tiada lain dari pada Aku ”
”Sesungguhnya didalam kejadian bumi dan langit, yang bersalahan
antara siang dan malam itu, adalah merupakan suatu petunjuk yang
nyata bagi orang-orang yang berakal”

40

Al-Haq, adalah sesuatu yang harus ada dan ujud, tidak boleh Tidak
(hukumnya harus/wajib).
Itulah diri yang sebenar-benarnya diri, awalnya tanpa ada permulaan atau
yang mengawali dan akhirnyapun tanpa dengan berkesudahan tiada yang
menyudahi, jahirnya tanpa ada yang menjahirkan begitu pula batinnya
tanpa ada yang tersembunyi dan disembunyikan.
Itulah yang sebenar-benarnya diri, jangan kamu ragu dan bimbang dengan
ini, sebab jika keraguan dan kebimbangan itu ada walau sedikit, maka
batallah seluruhnya.

Al-Haq itu adalah Al-Hayat, dan bukan Al-Hayyun.

Al-Hayat itu adalah Hidup, hidup yang tidak akan pernah mati, itulah
diri yang se-zat-I-Nya diri.

Keterangan :

Sesuatu yang mati, apabila padanya masuk/ dimasukan Al-Hayat, maka


yang mati itu akan menjadi hidup dan mempunyai kehidupan, hukum-
hukum kehidupanpun akan berlaku atasnya, Ia akan dapat melihat, dapat
mendengar, dapat berkata-kata, kuasa, berkehendak, hidup dan dapat
merasa, namun suatu masa sesuai ketentuannya, apabila Al-Hayat itu pergi
meninggalkannya (keluar dari padanya), maka Ia akan kembali kepada
asalnya, yaitu Mati....!!!.

Ia tidak akan dapat berbuat apa-apa lagi, tidak dapat melihat meskipun
matanya ada dan masih lengkap, tidak dapat mendengar meskipun
telinganya ada dan masih lengkap, tidak dapat berkata-kata meskipun
mulutnya ada dan masih lengkap, tidak lagi ia dapat berkuasa, tidak lagi Ia
dapat berkehendak sekalipun sarana dan prasarana semuanya masih ada
padanya, tidak lagi Ia dikatakan Hidup sekalipun jasadnya masih lengkap,
semua akan kembali keasalnya, Ia akan rusak, busuk dan berbau hingga
pada akhirnya ia akan hancur berkeping-keping laksana daun kering yang
usang tertiup angin, terbang kesana kemari tanpa tentu arah dan tujuan.
Itulah Haqnya Manusia, yaitu Hidup.

Maksudnya : Seluruh anggota dirinya hanya semata-mata mengikuti


kehendak dan kemauan si Haq semata, tanpa ada perbantahan apapun.
Ketika Al-Haq itu mau melihat, terpaksa atau tidak, maka mata harus
melihat, ketika Al-Haq itu mau mendengar, terpaksa atau tidak maka

41

telinga harus mendengar, ketika Al-Haq itu mau berkata-kata, terpaksa atau
tidak maka bibir atau mulut ini harus berkata-kata, begitu seterusnya.

Begitu pula dengan seluruh aktivitas dan pergerakan kita didalam


kesehariannya, baik yang nyata, tampak oleh kita maupun sesuatu yang
tersembunyi jauh didasar lubuk hati kita yang paling dalam, yang orang
lain tidak mengetahuinya, keseluruhan itu tidak lain dan tidak bukan oleh
sebab ada Al-Hayat atas diri kita, dengan demikian maka tidak akan
diragukan lagi bahwa diri yang sebenar-benarnya diri itu tidak lain adalah
Al-Hayat atau Al-Haq.

Siapa Al-Hayat (Al-Haq) itu sesungguhnya ....?


Allah Swt, berfirman didalam Hadits Qudsy :
” Kenalilah dirimu Niscaya kamu akan kenal dengan Tuhanmu,
Kenal dengan Tuhanmu, maka binasalah jasadmu ”

” Sesuatu yang ada disisimu akan lenyap, dan apa saja


yang ada disisi Allah adalah kekal”
(QS, An- nahl :96)

Bermula yang sebenar-benarnya diri itu adalah Ruh, yang sebenar-


benarnya Ruh itu adalah Nyawa, yang sebenar-benarnya Nyawa itu
adalah Sifat, yang sebenar-benarnya Sifat itu adalah Nur Muhammad,
dan yang sebenar-benarnya Nur Muhammad itu adalah Zat Hayat (Al-
Hayat) bukan Zat Hayyun (Al-Hayyun), itulah yang sebenarnya diri.

 Tatkala Ruh itu masuk pada tubuh, Nyawa nama-nya,


 Tatkala Ia keluar masuk, Nafas nama-nya,
 Tatkala Ia berkehendak pada sesuatu, Ikhtiar nama-nya,
 Tatkala Ia ingin sesuatu Nafsu nama-nya,
 Tatkala Ia ingat, Arif/Kenal nama-nya,
 Tatkala Ia percaya, Iman Nama-nya,
 Tatkala Ia dapat mengesakan, Tauhid nama-nya
 Tatkala Ia dapat berbuat sesutu, Akal nama-nya
 Pohon Akal itu Ilmu, itulah diri yang sebenar-benarnya diri dan
kepada diri itulah jahir Tuhan-ku.
Allah Swt berfirman :

” Aku disisi sangka hamba-Ku, dengan dia Aku”

42

Maksudnya :

Sekiranya hamba itu tidak menyangka Aku, berarti Aku tidak akan pernah
ada, akan tetapi, oleh sebab hamba itu berkata ”Itu Allah” (Allah itu ada),
maka nyatalah Aku ada.

Kesimpulannya :

Jika Allah itu ada, maka hamba tidak akan pernah ada, demikian pula
sebaliknya jika hamba itu ada, maka Allah tidak akan pernah ada.
Sebab jika kita hamba, mana Allah atau kebalikannya jika kita Allah mana
hamba....?.

Selanjutnya

 Zat maujud kepada huruf Alif


 Sifat maujud kepada huruf Lam Awal
 Asma maujud kepada huruf Lam Akhir
 Af’ al maujud kepada huruf Ha

Himpunan huruf-huruf itulah yang menyebabkan bunyi ” Allah” ,

o Alif itu Zat bagi Allah, menjadikan rahasia kepada Muhammad


dan menjadikan cahaya kepada kita.

o Lam Awal itu Sifat bagi Allah, menjadikan Tubuh kepada


Muhammad dan menjadikan ruh kepada kita.

o Lam Akhir itu Asma bagi Allah, menjadikan Ilmu kepada


Muhammad dan menjadikan hati kepada kita.

o Ha itu Af’ al bagi Allah, menjadikan Kelakuan kepada Muhammad


dan menjadikan jasad pada kita.

 Sebenarnya Zat itu adalah diri-Nya (Ujud-Nya)


 Sebenarnya Sifat itu adalah rupa-Nya (Wajah-Nya)
 Sebenarnya Asma itu adalah nama-Nya (Hati-Nya)
 Sebenarnya Af’ al itu adalah kelakuan-Nya (Fi’ il-Nya)

Itulah yang bernama ” Allah” , yaitu hanya sekedar nama saja.

43

Jika masih hendak dicari lagi, siapa sesungguhnya yang punya nama Allah
itu, maka leburkan Nama itu supaya nyata keadaannya sekalipun nama
Allah itu sesungguhnya tidak akan pernah bisa dihilangkan, sebab Ia sudah
menjadikan :

 Dzikirnya para Malaikat,


 Dzikirnya para burung-burung,
 Dzikirnya para binatang melata,
 Dzikirnya tumbuh-tumbuhan,
 Dzikirnya Nasar yang 4 (Tanah, Air, Angin dan Api) serta
dzikirnya semua makhluk yang ada pada tujuh lapis bumi dan
tujuh lapis langit, dan juga yang berada diantara keduanya itu.
(lihat Al-Qur’ an, surah At-thalaq, ayat : 1).

Allah itu adalah sebuah nama, ada nama sudah barang tentu ada
bendanya (si-empunya nama itu), begitu pula sebaliknya ada benda sudah
pasti ada namanya, mustahil ada benda akan tetapi tidak ada namanya dan
mustahil pula ada nama tapi bendanya tidak ada, karna antara benda dan
namanya itu adalah satu jua adanya (Esa).

Dalam rangka pencarian jati diri yang sesungguhnya, maka bukan hanya
sekedar namanya saja yang harus kita ketahui, akan tetapi justru yang
pertama dan utama sekali adalah bendanya, (orangnya si-empunya nama
tersebut), sebab antara nama dan si-empunya nama itu satu dan tidak bisa
dipisahkan, Ada benda pasti ada namanya, ada nama sudah pasti ada
bendanya.

Ketahuilah olehmu wahai saudaraku sekalian.......!,

Bunyi ” Allah” itu merupakan himpunan atau gabungan dari huruf-


huruf hijaiyah, seandainya salah satu saja huruf dihilangkan maka Ia
tidak akan berbunyi Allah lagi.

Agar semua nyata, senyata-nyatanya, maka silahkan saudaraku cari cara,


bagai mana agar semuanya bisa menjadi terang dan jelas..
Salah satu cara yang dapat kami sampaikan disini, ialah dengan
mengadakan pengguguran atau peleburan lapald Allah itu satu persatu atau
huruf demi huruf sebagai mana tersebut dibawah ini.

Allah adalah sebuah nama, sedangkan Tuhan itu adalah pangkatnya,


sebelum kita memulai pengguguran huruf demi huruf pada lapald Allah,

44

ada baiknya untuk saudaraku ketahui bahwa nama Allah itu sungguh
banyak sekali.
Tertulis didalam kitab Taurat saja, nama dzat yang maha esa itu
banyaknya ada 300, ditulis menurut bahasa Taurat, pada kitab Zabur juga
ada 300, juga ditulis menurut bahasa Zabur, dalam kitab Inzil juga ada 300
juga ditulis menurut bahasa Inzil dan pada kitab Al-Qur’ an ada 99, tertulis
dalam bahasa arab.
Jika dihitung maka, nama dzat yang maha esa itu berjumlah 999 nama
yang tertulis berdasarkan versinya.

Dari jumlah tersebut itu, sesungguhnya hanya satu saja nama dari dzat
yang maha esa itu, yaitu ”Allah”, sedangkan yang 998 nama itu adalah
nama dari pada sifat dzat yang maha esa.

Diterangkan juga didalam Kitab Fathurrahman, halaman 523


berbahasa arab, disana disebutkan bahwa nama Allah itu tertulis dalam Al-
Qur’an sebanyak 2.696 tempat.
Apa kiranya hikmah yang dapat kita ambil, mengapa begitu banyaknya
nama Allah.

Allah Swt, pun berpesan :

” Wahai hambaku, janganlah kamu sekalian lupa kepada nama-Ku”

Maksudnya :

Allah itu nama-Ku dan dzat-Ku, dan tidak akan pernah bercerai, nama-Ku
dan dzat-ku itu satu.

Allah juga telah menurunkan 100 kitab kepada para nabi-nabinya,


kemudian ditambahnya 4 kitab lagi, dengan demikian maka kitab yang
telah diturunkannya itu berjumlah 104 buah kitab, 103 kitab rahasianya
terhimpun didalam satu kitab saja, yaitu Al-Qur’annul karim, dan rahasia
Al-Qurannul karim itu rahasianya terletak pada kalimah ”Allah”.
Begitu pula dengan kalimah tauhid (La ilaha illallah), jika dituliskan
dalam bahasa arab maka jumlah hurufnya ada 12 huruf, 8 huruf diawal
digugurkan maka akan tersisa 4 huruf saja, yaitu ”Allah”.

Ma’na dan hikmah kalimah atau lapald Allah itu hanya sebatas nama saja,
sekalipun digugurkan hurufnya satu persatu tidak akan mengurangi,

45

bahkan akan mengandung ma’na dan arti yang sangat mendalam dan
mengandung rahasia penting bagi hidup dan kehidupan kita selaku
makhluk ciptaannya yang sempurna.
Lapald Allah atau bunyi Allah itu jika diarabkan, maka akan berhuruf Alif,
Lam Awal, Lam Akhir dan Ha.

Jika salah satu dari hurufnya itu dihilangkan maka ia tidak berbunyi dan
berlapald Allah lagi, coba saudaraku perhatikan pengguguran bunyi atau
lapald Allah dibawah ini, perhatikan baik-baik.

 Pertama, jika digugurkan (dihilangkan) huruf Alif-nya, maka akan


tersisa 3 huruf saja, bunyinya tidak Allah lagi tetapi akan berbunyi
”lillah”, artinya bagi Allah, dari Allah, kepada Allah-lah
kembalinya segala makhluk.

 Kedua, gugurkan (hilangkan) huruf keduanya (lam awal), maka


akan tersisa 2 huruf saja dan bunyi-nya tidak lillah lagi, tapi akan
berbunyi ”Lahu” .

Lahu mafissamawati wal Ard

(Bagi Allah segala apa yang ada dilangit dan dibumi).

 Ketiga, gugurkan (hilangkan) huruf ketiganya (lam Akhir), maka


akan tersisa 1 huruf saja dan bunyi-nya tidak lahu lagi tetapi akan
berbunyi ”Hu” .

Huwal hayyul qayyum

(zat Allah yang hidup dan berdiri dengan sendiri-nya)

Kalimah ” Hu” ringkasnya dari kalimah ” Huwa” , dan sebenarnya


setiap kalimah ” Huwa” artinya Dzat.

Misal :
Qul Huwa-llah Ahad, artinya : Dzat yang bersifat kesempurnaan
yang dinamai ”Allah”.

Itu sebabnya para sufi mengatakan bahwa, nafas kita yang keluar
masuk semasa kita masih hidup ini, akan berisikan Amal Batin, yaitu
” Hu” ketika nafas masuk (naik) dan begitu keluar (turun)

46

diisi dengan kalimah ”Allah”, sehingga nafas yang naik turun itu
akan berisi ”Hu Allah ”, Kebawah tiada berbatas dan keatas tiada
terhingga.

Perhatikan pula olehmu wahai saudaraku, beberapa pengguguran dibawah,


sebagai penegas pengguguran tersebut diatas :

 Jika kalimah Allah itu kita gugurkan Lam Awal dan Lam Akhirnya,
maka tinggallah 2 huruf, diawal dan diakhir (Huruf Alif dan huruf
Ha), dibaca ” AH” .
Kalimah ” AH” ini tidak dibaca lagi bengan nafas yang keluar
masuk, juga tidak dibaca lagi dengan nafas keatas atau kebawah,
tetapi hanya dibaca dengan titik.
Kalimah ” AH” , jika diarabkan terdiri atas 2 huruf (dalam bahasa
disebutkan INTAHA, artinya kesudahan atau keakhiran.

 Jika huruf ”Alif ” dan huruf ”Ha ” (awal dan akhir) digugurkan atau
dihilangkan, maka akan tersisa 2 huruf ditengah yaitu huruf ”Lam
Awal ” (Lam Alif) dan huruf ”Lam Akhir ” (Lam Nafiah),
qaedahnya menurut para sufi menyatakan tujuan, yaitu jika berkata
” La” (tidak ada Tuhan), ” Illa” (ada Tuhan).
Nafi mengandung isbat, isbat mengandung nafi, tidak bercerai dan
berpisah nafi dan isbat itu.

 Jika huruf ” Lam Akhir” dan huruf ” Hu” digugurkan atau


dihilangkan, maka yang tertinggal juga 2 huruf, yaitu huruf
” Alif”dan huruf ” Lam Awal ”, kedua huruf yang tertinggal itu
dinamai ” Alif Lam Latif ”, kedua huruf itu menunjukkan dzat Allah,
Ma’rifat se-ma’rifat-nya dalam artian yang mendalam bahwa
kalimah Allah bukan Nakirah, kalimah Allah adalah ma’rifat
(Isyarat dari huruf alif dan huruf lam awal pada kalimah Allah)

 Jika 3 huruf sekaligus digugurkan atau dihilangkan (Lam Awal,


Lam Akhir dan Ha), maka sisanya adalah 1 huruf yang paling
tunggal dari segala yang tunggal, yaitu huruf ” Alif” (tunggal dan
berdiri dengan sendirinya), kemudian berilah tanda pada huruf alif
yang tunggal itu dengan tanda atas, bawah dan depan maka akan
berbunyi ”A.I.U” , setiap bunyi A kita fahamkan bahwa ada dzat
Allah, begitu pula dengan huruf I dan U, jika semua huruf itu
difahamkan ada dzat Allah, maka ini berarti bahwa semua bunyi di
dalam alam ini, baik yang terbit atau keluarnya dari alam nasar yang

47

4 (tanah, air, angin dan api), maupun yang keluar dari mulut
makhluk, ini menyatakan bahwa ada dzat Allah.
Penegasannya menyatakan bahwa semua suara atau bunyi yang
datang dan terbit dari apa saja, kesemuanya itu berbunyi Allah
(nama dzat Allah yang maha esa).
Huruf alif itu adalah dasarnya, semua huruf yang jumlahnya ada 28
kesemuanya bersumber dari huruf alif, maka jika kita melihat
huruf alif itu sama dengan kita melihat huruf yang banyaknya 28,
begitu pula sebaliknya, jika kita melihat huruf yang banyaknya 28
itu maka itu sama artinya kita melihat huruf Alif.

Isyarat ini bisa kita samakan jika kita memandang atau


melihat sebuah biji dari salah satu jenis tumbuhan,
melihat biji itu sama artinya kita sudah melihat akar,
batang, dahan, ranting, daun dan buahnya, kesemua itu
karna kita melihat biji sebagai sumbernya.

”Syuhudul wahdah fil kasyrah, syuhudul kasyrah fil


wahdah, syuhudul wahdah fil wahdah”

” Pandang yang satu kepada yang banyak, pandang yang banyak


kepada yang satu, maka yang banyak dan yang satu itu
sesungguhnya satu jua adanya ”

Itulah isyarat bagi dzat, dari dzat itulah datangnya seluruh alam
semesta ini beserta isinya.

Begitu pula isyarat yang ada pada Al-Qur’an yang jumlah ayatnya
ada 6666 ayat, semuanya akan terhimpun hanya kepada 7 ayat
(suratul Fatekha), begitu pula suratul fatekha itu akan terhimpun
pada kalimah ” Basmallah” , basmallah-pun akan terhimpun pada
huruf ” Ba” dan huruf Ba terhimpun pada titiknya (Nuktah), karna
sesungguhnya yang 6666 ayat itu jika kita tilik dengan jeli maka ia
akan berasal dari titik saja, terlihat banyak padahal satu saja, terlihat
satu padahal ia banyak.
 Jika seluruh huruf Allah itu digugurkan atau hilangkan, maka
tinggallah 4 huruf yang ada diatas lapald Allah, yaitu huruf Tasydid.

48

bergigi 3 (terdiri dari 3 huruf alif), ditambah 1 lagi alif yang ada
diatas tasydid-nya.

Keempat huruf tasydid itu adalah isyarat yang menyatakan bahwa


Allah itu ada, untuk itu maka wajib bagi kita untuk mentauhidkan
dzatnya, sifatnya, asmanya dan af’ alnya.

 Jika keseluruhan yang ada pada lapald Allah itu dihilangkan,


maka yang tinggal adalah kosong, hurufnya tidak ada maka
bunyinya pun tidak ada, artinya tidak ada apa-apa lagi semua
diam semua kosong dan semua hening, semua akan menjadi
rahasia yaitu rahasia didalam rahasia itulah diri kita yang
sebenar-benarnya.

La sautin wala hurufin

” Tidak ada huruf dan tidak ada suara”

Inilah qalam Allah yang qadim, tidak bercerai dan berpisah dzat
dengan sifat.
Meninggalkan yang selain Allah, dzat Allah saja yang ada (tidak ada
yang ada, hanya Allah).

Iktibarnya Adalah Sbb :

Semua orang ingin mencintai Tuhan, namun pada kenyataannya diriku


telah lebur didalam cinta Tuhan-ku, Semua orang ingin taat kepada Tuhan,
namun ke-taatan-ku itu telah menyatu denganku didalam hati dan seluruh
perasaanku.
Semua orang ingin menjadi wali Allah, tetapi bagiku cukuplah Allah yang
menjadi waliku, bagiku tiada dinding dan hijab didalam memandang akan
kebesaran dan keagungan-Nya, Kemana saja aku menolehkan pandangan
hanya kasihku saja yang terlihat, kemana saja aku arahkan pandanganku,
hadapku dan seluruh persendianku, maka disanalah dzat Allah, sifat Allah,
fiil Allah, wujud dan wajah Allah.
Hilang dan lenyaplah aku didalam Jibu, kini aku yang dulu telah terganti
ma’na, kini aku adalah aku dalam segala hal dan keadaan, kini aku-ku
yang haq ini telah gaib, kedalam pandangan rahasia. (bukan gaib dalam
pandangan nafsu akan tetapi gaib-ku didalam gaibku sendiri) sehingga bila
aku masuk kedalam alam gaib, maka seluruh yang gaib itu akan nyata
dalam pandangan Basyariah Rahasiaku.

49

Kini akulah yang bernama Rahasia Insan itu, dan Rahasia Insan itu adalah
Rahasia Allah, semua yang berlaku dalam keadaanku ini adalah Rahasia
Allah jua adanya, tiada yang lain lagi.

 Muhammad Arsyad Al-Banjari.


(dalam pagar/ Martapura, kalimantan selatan) mengatakan :
Diri itu Hayat, Hayat itu Ruh, Ruh itu Nafas, Nafas itu Rahasia,
Rahasia itu Nur Muhammad dan Nur Muhammad itulah Ujud
kita ini.

 Datu Sanggul.
(Tanah Muning/Tatakan Rantau, Kalimantan Selatan), menjelaskan

Bahwa yang sebenar-benarnya Diri Rohani itu, ialah Allah ta ’ala,


untuk itu, maka diri Rohani itu jangan dicari lagi, oleh karna
yang bernama Allah itu sudah menjadi Nyawa segala makhluk.

Kesimpulannya :
Semua makhluk itu khaliq, jangan dicari lagi, oleh karna Ia sudah
Laitsya Kamitslihi Syaiun.

Sekiranya hal ini sudah kamu ketahui dan yaqini dengan jelas akan
rahasianya, maka rahasiakanlah ini kepada orang-orang yang memang
belum mencapai kepada maqam ilmu hakekat ini, karna dikhawatirkan
akan membuat fitnah besar nantinya ditengah umum.
Ditambahkan lagi oleh beliau bahwa, yang sebenar-benarnya diri itu adalah
Hayat atau ruh, akan tetapi hendaknya jangan engkau itu berhenti pada ruh
saja, teruskan dan tembuskan pandanganmu itu kepada hal dan sifat Allah
ta’ala, jika pandanganmu itu berhenti hanya kepada Nyawa saja, maka
sesungguhnya kita telah salah dalam memahami dalil yang menyebutkan
bahwa, ” Diri itu Ruh ”
 Tatkala Ia nasab kepada sekalian tubuh, Nyawa namanya,
 Tatkala Ia keluar masuk, Nafas namanya
 Tatkala Ia berkehendak, Hati namanya
 Tatkala Ia percaya akan sesuatu, Iman namanya
 Tatkala Ia dapat memperbuat sesuatu, maka Akal namanya,

Inilah yang disebut dengan sebenar-benarnya diri, jika demikian


keadaannya, maka sekarang ini kita sebenarnya hanya bertubuhkan Ruh

50

semata. apa sebabnya hingga kita sekarang ini disebutkan bertubuhkan


Ruh semata....?

Karna Ruh itu sendiri sudah fana lahir dan batin, sehingga didalam kondisi
yang seperti ini jangan diartikan, bahwa kita yang memfanakan diri, akan
tetapi fana itu sendiri datangnya dari Allah jua adanya
Sedangkan kata-kata ” Kita ” pada keterangan diatas tadi pun sudah lebur
jua kedalam fana itu sendiri.

 Syech Abdus somad


(Bakumpul, Kalimantan Selatan), Beliau mengatakan :

Adapun badan rohani itu sesungguhnya adalah Allah ta’ala jua,


maka itu hendaknya jangan dicari lagi, karna Ia sudah menja -
dikan rahasia kepada kita semua.

Kata-kata rahasia itu pun ada 2 pengertiannya, yaitu :

 Rahasia Insan
 Rahasia Allah

Al-Insanu Sirri Wa Ana Sirrahu


” Insan itu Rahasia-Ku dan Aku-pun adalaha Rahasianya ”

Maksudnya :

Rahasia Insan itu adalah rahasia Allah jua, tiada yang


lain, jika kamu dapat memahami akan hal ini, maka
sesungguhnya tugasmu hanya tinggal menggugurkan
atau melaksanakannya saja, karna apapun jua yang
datang kepadamu itu, sesungguhnya semua itu
datangnya dari rahasia Allah jua adanya dan janganlah
kamu sekali-kali memahami, bahwa ada perbuatan lain
atas dirimu, jika ada yang lain, maka sesungguhnya
tanpa kamu sadari, kamu telah masuk didalam

51

kesyirikan, yaitu kesyirikan yang sangat halus, karna


sesungguhnya kamu itu sendiri sebenarnya sudah :

Wahua Ma Akum Ainama Kuntum


” Tuhan ada bersama kamu, dimana saja kamu itu berada ”

Maksudnya :
Sudah berbarengan siang dan malam, demikianlah
adanya supaya kamu itu paham dan mengerti betul
dengan yang sebenarnya.

 Syech Muhammad Hassan.


(Nagara, Kabupaten Kandangan-Kalimantan Selatan),

Beliau mengatakan :

Kalimah La Ilaha Illallah itu masuknya pada :


o La masuknya pada Hayat
o Ilaha itu masuknya pada Ruh
o Illa itu masuknya pada Nafas
o Allah itu masuknya pada Nyawa.

Nyawa itu adalah Nur Muhammad dan Nur Muhammad itu adalah
Sifat dan Sifat itu adalah Hayat. Hayat itu Ruh Tuhan Robbul ‘alamin.
Akan tetapi ingatlah olehmu baik-baik bahwasannya :

Ruh itu bukan Tuhan, tetapi tiada lain dari pada


Tuhan, asalkan saja engkau teruskan kepada Zat dan
Sifatnya.

Seandainya ini sudah kamu pahami benar-benar, maka jangan kamu cari
lagi, sehingga keraguan saja nantinya yang akan timbul yang akan
mengiringi kehidupanmu selamanya.
 Syech Jamaluddin Surgi Mufti.
(Sungai Jingah, Banjarmasin-Kalimantan Selatan)

52

“Beliau mengatakan yang sembahyang itu adalah jahir Allah


ta’ ala jua”.

ditambahkan oleh beliau :

“bahwa siapa-siapa yang menganggap bahwa manusialah semata-mata


yang berzikir, maka zikirnya itu haram, semakin banyak ia berzikir,
maka semakin bertambah haramlah ia”.

Catatan :

Syech Jamaluddin Surgi Mufti, ini adalah seorang wali besar dikota
Banjarmasin, beliau juga keturunan dalam Pagar, Martapura Kalimantan
Selatan

Allah Swt, berfirman :


“ Maka barang siapa yang berharap berjumpa dengan Tuhan-nya, maka
hendaklah dia melakukan tindak kesolehan dan tidak menyekutukan
Tuhan-nya dalam peribadatan”
(QS, Al- kahfi : 110)

“ Barang siapa telah buta hatinya dialam dunia ini, maka niscaya ia buta
juga hatinya dialam akhirat dan lebih tersesatlah perjalanannya”
(QS, Al-israa : 72)

“ Kemanapun wajahmu kamu hadapkan, maka (hakikatnya) kamu


menghadap kepada Allah”
(QS, Al-baqarah : 115)

“ Dan menyertaimu dimanapun kamu berada”


(QS, Al-hadid : 3)

“ Dan Dia (dzat Allah) beserta kamu sekalian dimana saja kamu berada
dan Allah tetap melihat apa-apa yang kamu kerjakan”
(QS, Al-hadid : 4)

“ Dan Kami (dzat Allah) terlebih hamper dari padamu sekalian, akan
tetapi mengapa tiada kamu ketahui dan selidiki adanya”
(QS, Al-waqiyah : 85)

“ Dan Kami (dzat Allah) terlebih hamper dari pada urat nadimu”
(QS, Al-qoof : 16)

53

“ Dan jika hamba-hambaku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang


Aku, maka jawablah bahwa Aku ini dekat”
(QS, Al baqaraah : 186)

Maqom Tuhan Yang


Sesungguhnya
(Rahasia didalam Rahasia)

Maqom Tuhan yang sebenarnya, disebut juga dengan Maqom


Penelanjangan Tuhan, oleh karna pada maqom ini tidak ada lagi kata-
kata perintah, Hukum pun sudah tidak berlaku lagi.

Mengapa sampai demikian itu adanya … .?

Ini disebabkan oleh karna asyiknya yang teramat sangat ketika berada pada
maqom ini, siapa saja yang apabila telah sampai pada maqom ini, pastilah
ia tidak akan mengatakan kata-kata Syareat lagi.
Karna baginya Syareat itu hanya untuk dunia saja, sedangkan untuk
akhiratnya tidak lagi, Syareat itu akan hancur kedalam Hakekat, Syareat itu
hanya diperuntukkan bagi orang Awam / Umum (dunia) saja, sedangkan
orang-orang akhli Akhirat (Akhli Hakekat), Ia tidak akan berhakekat lagi,
begitu pula bagi akhli Ma’rifat, ia pun tidak akan berma’rifat lagi
.
Seseorang yang telah sampai kepada Tuhan-nya, maka baginya harga emas
dan harga pasir itu sama saja, Syurga dan Neraka juga sama saja, Ia tidak
tau lagi siapa dirinya dan ia-pun tidak akan tau lagi siapa Tuhannya, Ia
lebih senang diam, karna baginya diam itu sesungguhnya kedudukan
Tuhan yang maha Agung dan maha Mulia serta maha Tinggi.

Wahai saudaraku perhatikan olehmu iktibar dibawah ini :


Tuhan didalam mencipta, baik itu manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan
dan semua yang ada dialam dunia ini, cukup dengan hanya satu kali cipta
saja, setelah itu Ia tidak akan pernah mencipta lagi sampai dunia ini
Qiyamat.
Sebagai contohnya, ” Manusia ”

Tuhan didalam menciptakan manusia cukup hanya dengan satu kali cipta
saja, (Nabi Adam As), selanjutnya nabi Adam itu sendirilah yang akan
berkembang biak hingga sampai pada diri kita sekarang ini.

54

Jika dipertanyakan bagai mana halnya dengan penciptaan Sitti Hawa........?

Didalam mengadakan siti hawa, Allah Swt hanya mengambil sebagian saja
dari peralatan tubuh Adam, yaitu tulang rusuk Adam yang sebelah kiri,
ini juga bisa diartikan satu kali saja, karna perkakasnya sudah ada tinggal
diambilkan saja untuk memenuhi kebutuhan siti hawa, bukan sesuatu yang
baru lagi, jadi tidak terhitung dua atau tiga kali.

Menciptakan hewan juga cukup satu kali saja, selanjutnya hewan itu
sendirilah yang akan berkembang biak, menciptakan tumbuhan juga cukup
hanya dengan satu kali saja, untuk selanjutnya cukup tumbuhan itu sendiri
yang akan berkembang biak.

Tuhan juga didalam menciptakan air, cukup hanya dengan satu kali cipta
saja, namun seumur dunia ini, air itu tidak akan pernah habis-habisnya,
demikian pula dengan penciptaan bulan, bintang dan matahari, cukup
hanya dengan satu kali cipta saja.

Coba lihat dan perhatikanlah olehmu wahai saudaraku, tentang ruh-ruh


manusia, hanya dengan satu kali cipta saja bukan....?, dan ruh-ruh itu tidak
akan bertambah ataupun berkurang.

Segala-galanya itu cukup hanya dengan satu kali cipta saja, tidak berulang-
ulang dan tidak berbilang-bilang, oleh sebab itu maka bagi mereka, yaitu
orang-orang yang duduk pada maqom akhli akhirat… ,baginya satu kali
sujud sudah cukup, satu kali masyuk sudah cukup, satu kali mati sudah
cukup, satu kali tahu sudah cukup, semuanya serba satu saja, tidak serba
dua atau tiga lagi -----------------------------------------------------(Itulah Esa).

Semua pekerjaan itu baik, semua ibadat itu baik, semua Tuhan itu baik,
apapun saja baik, tidak ada jahatnya, tidak ada Neraka, tidak ada
Syurga, tidak ada itu dan tidak ada ini. Semua tidak ada apa-apa, semua
langgeng, semua Rahmat, semua Nikmat, semua Allah, semua Tuhan,
semua Nur, semua Zat, semua Aku, aku dan aku hingga pada akhirnya
menjadi sunyi tiada huruf, tiada suara, semua kembali keasalnya.
” Tiada hurup dan tiada suara”
Asal Tuhan itu tidak bernama, tiada berhuruf, tiada bersuara, bukan
cahaya, bukan benda dan bukan materi, bukan Zat, bukan Sifat, bukan

55

Asma dan juga bukan Af’ al, bukan Allah, bukan Muhammad, bukan
Adam, semuanya bukan.
Jika demikian kenyataannya, maka ikutilah olehmu dengan sebaik-
baiknya apa yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi
Muhammad Saw.
Secara untuh dan menyeluruh jangan hanya setengah-setengah, apa
yang telah diajarankan oleh Baginda Rosulullah Saw itu, adalah ajaran
yang mengandung Syareat dan Hakekat (lahir dan batin, dunia dan
akhirat).

Sebab jika beramal hanya dengan ilmu Syareat semata, sesat saja adanya,
demikian pula dengan Ilmu Hakekat, jika tidak diamalkan dan tidak
dimesrakan, akan membawa kehampaan saja sesungguhnya.

Adanya Syareat itu karna Rosulullah Saw,


amalkan ilmu hakekat
itu jika sekiranya dirimu itu tidak lagi berdiri pada ke-
aku-anmu, dan peliharalah Syareat Muhammad dengan
sebaik-baiknya supaya kamu dikasihi oleh Muhammad,
dengan begitu maka sesungguhnya engkaulah yang
bernama Muhammad itu dan bila engkau bernama
Muhammad berarti dirimu itu Rahasia Muhammad,
bila engkau menjadi Rahasia Muhammad, berarti
engkaulah rahasia Allah itu.
Jika sudah se-rahasia dengan Allah, maka engkaulah yang bernama
Khalifatullah didalam dunia ini dan sekiranya titel kekhalifahan itu
diserahkan kepadamu, maka engkaulah yang berkuasa atas alam ini beserta
seluruh isi-nya.
Untuk itu bertindaklah kamu dengan pimpinan dan petunjuk Allah atasmu,
dan berlaku Adillah kamu dengan sesamamu, karna keadilan dan
kebijakkanmu itulah sesungguhnya Agama yang Haq (Islam)
Katakan olehmu yang haq itu adalah haq, sekalipun maut tantangannya,
(inilah Aqidah/pendirian), karna sesungguhnya mati itu adalah suatu jalan
yang terbaik bagi orang-orang yang telah bulat Tawaqqalnya kepada Allah.

Maqom penelanjangan Tuhan ini adalah


maqom yang paling tinggi.

56

Rosulullah Saw, bersabda :

“ Aku adalah bapak dari segala Ruh, dan


Adam itu bapak dari sekalian Batang tubuh “

Batang tubuh manusia itu dijadikan oleh Allah ta’ala dari pada tanah, tanah
itu dari pada air, dan air itu dijadikan dari pada Nur Muhammad.oleh karna
itu maka ingatlah olehmu wahai saudaraku, bahwa : Batang tubuh dan
ruh kita ini jadi dari pada Nur Muhammad, maka Muhammad jualah
namanya tiada yang lain.

Tubuh kasar ini tidak akan dapat mengenal Allah ta’ala melainkan dengan
Nur Muhammad jua, oleh sebab itu maka tubuh kita itu disebut Pohon
Bustah, artinya yang hampir pada ujud-Nya (serupa tapi tidak sama), oleh
sebab itu maka diri kita inilah yang dinamakan Ujud Allah ta ’ala jangan
sekali-kali ada ujud yang lain dari pada ujudnya.

Inilah yang sebenar-benarnya diri, begitu pula dengan kelakuan jangan ada
kelakuan yang lain, sebab jika ada yang lain maka akan menjadi hamba jua
namanya.

Faqad Arafah itu, tidak akan menerima salah satu atau yang lainnya,
melainkan suci jahir dan Batin.

Zat, artinya Ujud Allah ta’ala semata-mata, itulah yang sebenar-benarnya


diri kita. jangan kiranya kita syak atau ragu lagi pada kata-kata ini, baik
saat berjalan itu ujud Allah, melihat itu Basyar Allah, berkata-kata itu
Kalam Allah dan seterusnya dan seterusnya.

Itulah yang sebenarnya, jangan ada ujud yang lain, karna jika ada yang lain
dari pada itu, maka seluruh pengenalanmu itu akan batal dan sia-sia saja.

Allah Swt, berfirman :


” Aku itu berada didalam sangka-sangka hambaku ”

Dengan demikian, maka lengkaplah sudah akan ujud kita ini, yaitu ujud
Allah ta’ala namanya, sebab yang dikatakan dzat itu, ialah diri (Ujud),
inilah yang sebenarnya diri. adapun yang bernama rahasia atau sirr itu,
adalah sirr atau rahasia Allah ta’ala jua adanya.

57

Inilah kesudahan Ilmu, artinya tiada lagi yang akan disebut atau
diterangkan didalam kitab manapun jua.

Wahai saudaraku....!
Sesungguhnya kita ini bertubuhkan Muhammad jahir dan batin, artinya
bertubuhkan ruh namanya, maka tiada yang kita kenang-kenang lagi hati
dan tubuh ini, hanya bertubuh batin saja, artinya Muhammad jualah yang
Menjadi tubuh kita, dengan demikian, hakekat kita ini bertubuhkan Ruh
Idhofi namanya.

Allah berdiri diatas hukum dan muhammad itulah yang menjalankan


hukum, dengan demikian, maka berlakulah hukum sebagai mana adanya.
(Allah berkehendak, Muhammad berlaku).

Ulama berkata :

Antara diri dengan Tuhannya sedang asyik pandang memandang dengan


Nyawa, tiada akan berkesudahan lagi, Nyawapun demikian pula, tiada
berkeputusan dan tiada berkedudukan lagi pandang dan pujinya kepada
Allah, sedikitpun tiada lupa pandangannya kepada Allah, apa yang
dipandang oleh diri itu sejauh ia melepaskan pandangannya, hanya Allah
ta’ala saja yang dilihat dan didengarnya, tiada yang berlaku dikanan dan
dikirinya, keatas dan kebawah, jahir maupun batin, yang dirasa hanya puji
bagi puji kepada Allah seluruh alam semesta ini.

Inilah yang pernah dikatakan oleh ulama yang Muhaqqiqin atau yang
sudah maujud, seluruh yang berlaku pada pandanganmu itu adalah
tauladan, puji atau zikrullah yang berlaku bagi seluruh alam semesta ini,
karna dirinya itu mengandung kalimah (berahasia kepada Allah).

Ilmu inilah yang dinamakan laut ujudullah yang amat luas dan amat dalam,
yang tiada dapat dicapai oleh akal siapapun dan tiada tersurat lagi oleh
tulisan dan tiada terucapkan lagi dengan kalam.
Bila Harfin wala Sautin

” Tiada suara dan tiada huruf ”

Laya’ ripunaka Ilallah

” Tiada yang mengenal Allah melainkan Allah jua ”


”Aku kenal Tuhan-ku, dengan pengenalan Tuhan-ku jua”

58

Jika demikian, maka pengenalan diri itu ialah yang tiada di-Hakekat-kan
dan tiada pula dima’rifatkan lagi, tetapi hanya berlaku dengan sendirinya.
Kita mengenal itu bukan berarti kita atau jasad yang baharu ini, sama
sekali bukan....., akan tetapi yang mengenal itu, ialah yang Hidup dan tiada
akan pernah mati, itulah diri yang sebenar-benarnya diri.

Pasal Sholat atau


sembahyang
(Dalam Hakekat mengenal Diri)

HOLAT, sesungguhnya sudah ada jauh sebelum Rosulullah Saw


melakukan Mi’raj, yaitu ketika Allah Swt telah selesai menjadikan tubuh
nabi Adam As, ketika itu Allah Swt berseru dan memerintahkan kepada
seluruh penghuni Syurga untuk sujud kepada nabi Adam As.

Perintah sujud itu kemudian dipertegas kembali oleh Allah Swt lewat
perantara Nabi Muhammad Saw, yaitu ketika beliau diberangkatkan oleh
Allah Swt untuk melakukan Mi’raj kelangit yang ketujuh, kemudian ke-
Sidrat Al-Muntaha, disinilah nabi Muhammad Saw menerima perintah
sholat itu.
Istilah sujudnya para penghuni syurga kala itu, dipertegas kembali oleh
Allah Swt dengan sebutan sholat atau sembahyang sebagaimana yang kita
ketahui sekarang ini.

Allah Swt, berseru kepada seluruh penghuni syurga :

“Wahai sekalian penghuni Syurga, Ku perintahkan kepadamu,


sujudlah engkau semua kepada Adam”.
Perintah Allah Swt kala itu mengandung iktibar dan rahasia yang sangat
besar bagi kita yang beriman kepada-Nya, coba saja kita renungkan baik-
baik, mengapa kala itu Allah Swt berkata demikian, tidak sebaliknya :

” Wahai sekalian penghuni Syurga dan engkau wahai Adam,


sujudlah kamu semua kepada-Ku ”

Perintah Allah Swt saat itu mengisyaratkan kepada kita semua, bahwa
sesungguhnya telah ada satu risalah dan rahasia yang teramat besar, yang
telah dipertaruhkan oleh Allah Swt terhadap diri Adam kala itu, ini juga

59

berlaku atas diri kita, sebab antara Allah, Muhammad, Adam dan diri kita
sesungguhnya merupakan satu kesatuan yang utuh serta tidak dapat
dipisah-pisahkan.
Rosulullah Saw, bersabda :
” Aku adalah bapak dari sekalian Ruh, dan
Adam itu adalah bapak dari pada sekalian Batang tubuh ”
Allah Swt, juga telah berfirman :

”Aku ciptakan manusia itu dalam bentuk yang paling sempurna, tapi
apabila ia lalai dan ingkar kepada-Ku, maka akan Aku lemparkan ia
ketempat yang paling hina, bahkan amat hina dari yang paling hina ”

Rahasia apa kiranya yang melatar belakangi terciptanya manusia ini,


sehingga diri kita tercipta dalam bentuk yang paling sempurna, inilah yang
hendaknya kita cari tau, agar kita tidak termaksud dalam golongan orang-
orang yang lalai dan ingkar, terutama sekali ketika kita sedang didalam
beribadah.
Allah Swt berfirman :
” Tidak Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan
untuk beribadah kepadaku”
(QS, Adz – Dzaariyat : 56)

” kecelakaan besarlah bagi mereka yang sholat,namun


mereka lalai didalam sholatnya”
(QS, Al-maun : 4-5)

Asal muasal Sholat


Ketahuilah olehmu, wahai saudaraku sekalian...!
Bahwa sahabat Rosulullah Saw, yaitu Syaidina Umar bin Khotob. ra,
pernah bertanya kepada Rosulullah Saw :

” Ya Junjungan-ku, apakah asalnya sembahyang itu...? ”

Rosulullah Saw, menjawab :

” Asalnya adalah dari Nama-ku, yaitu Akhmad ”

60

Akhmad ( ‫) احمد‬

Alif (‫) ا‬, itu martabatnya............................................................ Api


Api itu sifatnya cagat, menjilat keatas .........
Artinya :
Berdiri tegak atau berdiri betul, ini mencerminkan akan sifat kebesaran
Allah ta’ ala (Sifat Jalalullah), yaitu menjadikan Kuat dan Lemah

Kha ( ‫) ح‬, itu martabatnya ............................................................. Angin.


Angin itu sifatnya Condong (bertiup horisontal)
Artinya merunduk atau Ruku, ini mencerminkan akan sifat kekerasan
Allah ta’ala (Qaharullah), yaitu menjadikan Hidup dan mati.

Mim ( ‫) م‬, itu Martabatnya ................................................................... Air.


Air itu sifatnya meleleh (selalu mencari tempat yang rendah)
Artinya tersungkur atau Sujud, ini mencerminkan akan sifat keelokan
Allah ta’ala (Jamalullah), yaitu menjadikan Tua dan Muda

Dal ( ‫) د‬, itu martabatnya ……. Tanah.


Tanah itu sifatnya Diam (tidak bergerak)
Artinya Bersimpuh atau duduk, ini mencerminkan akan sifat kesempur-
naan Allah ta’ala (Kamalullah), yaitu menjadikan Ada dan tiada.

Sedangkan sholat 5 waktu itu terbitnya dari pada kalimah :

‫ ( الحمد‬Al-Hamdu = segala puji )


61

Asal waktu Sholat


Hari yang pertama sekali dijadikan oleh Allah Swt, adalah hari Ahad dan
dijadikan-Nya Haq Allah ta’ala itu pada waktu Djuhur.(inilah asalnya
waktu)

I . Tajalli-nya huruf Alif pada lafald Al-Hamdu, akan


menjadikan asal mulanya waktu djuhur (4 raka’at),
karna meliputi :
 4 (empat) perkara atas diri kita, yaitu :

 Suhud
 Jauhar
 Budi
 Nur

 4 (empat) perkara juga pengenalan kita, yaitu :


 Iman
 Islam
 Tauhid
 Ma’ rifat

 4 (empat) perkara juga yang jahir atas diri kita, yaitu :


 2 buah mata,
 2 buah telinga.

 4 (empat) perkara juga yang batin atas diri kita, yaitu :


 Urat
 Tulang
 Otak
 Sumsum

II . Tajalli-nya huruf Lam pada lafald Al-Hamdu, akan


menjadikan asal mulanya waktu Ashar (4 raka’at),
karna meliputi :

62

 4 (empat) perkara atas diri kita, yaitu :

 Wada
 Wadi
 Mani
 Manikam

 4 (empat) perkara juga pengenalan kita, yaitu :


 Rahasia
 Tubuh
 Hati
 Nyawa

 4 (empat) perkara pula yang jahir atas diri kita, yaitu :

 2 buah kaki
 2 buah tangan.

 4 (empat) perkara pula yang batin atas diri kita, yaitu :

 Darah
 Daging
 Kulit
 Bulu atau Rambut
III . Tajalli-nya huruf Kha pada lafald Al-Hamdu, akan
menjadikan asal muasal waktu Magrib (3 raka’at),
karna meliputi :
 3 (tiga) perkara atas diri kita, yaitu :

 Zat
 Muhammad
 Adam

 3 (tiga) perkara juga pengenalan kita, yaitu :

 Wajib

63

 Harus
 Mustakhil

 3 (tiga) perkara pula yang jahir atas diri kita, yaitu :

 Jernih (Cahaya Sumsum)


 Suci (Cahaya Darah)
 Hening (Cahaya Otak)

IV . Tajalli-nya huruf Mim pada lafald Al-hamdu, akan


menjadikan asal muasal waktu Isya (4 raka’at), karna
meliputi :

 4 (empat) perkara atas diri kita, yaitu :

 Roh Nurani
 Roh Rohani
 Roh Idhofi
 Roh Robbani

 4 (empat) perkara juga pengenalannya atas diri kita,


yaitu :

 Diri terdiri
 Diri terjeli
 Diri terperi
 Diri yang diperikan.

 4 (empat) perkara pula yang jahir atas diri kita, yaitu :

 2 buah susu
 2 buah lutut.

 4 (empat) perkara pula yang batin atas diri kita, yaitu :

 Hati sanubari
 Hati Ma’ nawi
 Hati Nurani
 Hati Mu’ min.

64

V. Tajalli-nya huruf Dal pada lafald Al-hamdu, akan


menjadikan asal muasal waktu Subuh (2 raka’at), karna
meliputi :
 2 (dua) perkara atas diri kita, yaitu :
 Nurani
 Rohani

 2 (dua) perkara juga yang pengenalan atas diri kita, yaitu


 Qodim
 Muhaddas

 2 (dua) perkara juga yangJahir atas diri kita, yaitu :


 Laki-laki
 Perempuan

 2 (dua) perkara juga yang batin atas diri kita, yaitu :


 Rahmat
 Nilmat
Catatan :
Ketahui pula olehmu wahai saudaraku, bahwa asal diri kita ini, adalah dari
2, perkara, yaitu :

o Awal dari Bapak


o Awal dari Ibu

Dan ketahui pula olehmu wahai saudaraku, bahwa yang awal dari bapak
itu, ialah :

o Ajal
o Maut
o Yaqin

Sedangkan yang awal dari ibu itu, ialah : Hidup.

Dan bila keduanya itu bersama, maka inilah yang akan menjadikan
Nyawa dan Badan.

65

Pemaknaan Al-Hamdu
Ketahui pula olehmu wahai saudara-saudaraku.......!
Arti dan pemaknaan serta Rahasia lafald Al-hamdu itu, agar kamu semua
didalam sholat itu dapat mencapai kesempurnaan dan tidak sia-sia.

Lapald Al-Hamdu diambil dari ayat pertama Surah Al-Fatekha, yaitu pada
kalimah

” Al-hamdu- illahi robbil ’ alamin ” .


” Segala puji- bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam ”

Itu sebabnya Suratul Fatekha menjadi salah satu rukun dari 13 rukun yang
ada dan wajib untuk kita ketahui.
Tidak dipandang syah sholatmu apabila suratul Fatekha tidak ada
didalamnya, juga tidak dipandang sempurna sholatmu bila salah dan keliru
didalam pengucapan-nya

‫الحمد‬
Huruf Alif --- Sholat Dzohor --- Nabinya Ibrahim As --- Malaikatnya
Jibril --- Sahabatnya Syaidina Abu Bakar Siddiq --- Kepala.
Huruf Lam --- Sholat Ashar --- Nabinya Yunus As --- Malaikatnya
Mikail --- Sahabatnya Syaidina Umar bin Khatab --- Tubuh.

Huruf Kha --- Sholat Magrib --- Nabinya Musa As --- Malaikatnya
Isrofil --- Sahabatnya Syaidina Usman bin Affan --- Tangan.

Huruf Mim --- Sholat Isya --- Nabinya Isa As --- Malaikatnya Izrail ---
Sahabatnya Syaidina Ali bin Abi Tholib --- Pinggang.

Huruf Dal --- Sholat Subuh --- Nabinya Adam As --- Malaikatnya
Rahmani/Harun --- Sahabatnya tidak ada --- Kaki.

Keterangan :

Nabi Adam As, tidak mempunyai sahabat karna Nabi Adam As itu
adalah Bapak dari batang tubuh manusia.

66

Pasal tentang Suratul


Fatekha
( Dalam Hakekat )
Bismillahir rohmanir rohim.
Ya Muhammad, bahwasannya Allah ta’ala itu Esa, Esa pada Dzat-Nya, Esa
pada Sifat-Nya, Esa pada Asma-Nya dan Esa pada Af’al-Nya, tiada sekutu
bagi-Nya.

Al-hamdulillahi robbil ’ alamin.


Ya Muhammad, bermula sembahyang itu adalah Esa Dzat-Ku, Aku memuji
diri-Ku sendiri, Aku menjadikan jahir dan batin dan Aku-lah yang
memeliharanya.
Arrohmanir rohim.
Ya Muhammad, yang membaca Fatekha itu Aku, Aku memuji diri-Ku
sendiri, kasih sayang-Ku kepada diri-Ku.

Maliqiyaumiddin.
Ya Muhammad, engkau itu ganti kerajaan-Ku yang maha besar, karna
engkau itu adalah Aku tiada yang lain.
Iyyaqana’ budhu wa iyyaka nastain.
Ya Muhammad, bermula kehambaan itu adalah sifat-Ku, maka yang
menghadap kepada-Ku jahir dan batin itu, Aku jua tiada yang lain.

Ikhdinas sirotol mustaqim.


Ya Muhammad, tiada yang tahu, engkaulah yang mengetahui Dzat-Ku,
karna engkau itu adalah rahasia jalan untuk mengenal-Ku.

Shirotol ladzina anamtha ’ alaihim.


Ya Muhammad, semuanya itu nikmat dari pada-Ku, maka kembalilah dan
berhadaplah kepada-Ku sekaliannya.

Ghairil maghdu bhi ’ alaihim waladholin.


Ya Muhammad, tidaklah Aku marah kepada ummatmu, Aku menyatakan
rahasia-Ku, kasih sayang-Ku kepadamu dan kepada ummatmu.

Amin.
Ya Muhammad, engkau itu sifat-Ku didalam ke-elokan, kekerasan dan
kesempurnaan-Ku, Aku perkenankan apa-apa maksudmu kepada-Ku,
karna tiada lain yang kaya dan berkehendak itu melainkan Aku jua adanya,

67

Bismillah = Allah menamai Diri-Nya

Ar-rahman = Ya Muhammad, Aku menciptakan engkau

Ar-rahim = Ya Muhammad, Aku mengatakan rahasia-Ku kepadamu

Al-hamdulillah = Ya Muhammad, Sembahyang-Ku itu ganti


sembahyangmu menuju diri-Ku

Robbil ’ alamin = Ya Muhammad, Aku tahu dzahir dan batinmu


Ar-rohmanir rohim = Ya Muhammad, yang membaca fatekha itu Aku
dan sembahyang itu memuji diri-Ku

Maliqiyau middhin = Ya Muhammad, Aku Tuhan yang maha besar yang


isi sekalian alam ini, kamu ganti kerajaan-Ku

Iyyakana’ budhu = Ya Muhammad, tiada lain yang sembahyang itu, Aku


memuji diri-Ku

Wa iyyaka nasta’ in = Ya Muhammad, yang gaib itu Aku, tiada Aku


engkau ganti kerajaan-Ku
Ikhdinas syirotol mustaqim = Ya Muhammad, tiada yang tahu, engkau
jua yang mengetahui Aku

Shirotolladzina an amtha ’ alaihim = Ya Muhammad, tiada murka-Ku


kepadamu, Aku kasih sayang
kepadamu, sebab Aku sungguh
kasih akan sekalian umatmu.
Ghairil magdhubi ’ alaihim = Ya Muhammad, tiada murka-Ku
kepadamu, tiada nyata Aku jika tiada
engkau.

Waladholin = Ya Muhammad, jika tiada kasih-Ku, tidak adalah engkau


dan tiada rahasia-Ku sekalian Nya

Amin = Ya Muhammad, adamu itu ganti rahasia-Ku.

Itulah keterangan yang menerangkan tentang Asal mula Sholat, waktu


sholat, jumlah raka’at sholat dan tafsir hakekat suratul fatekha didalam
sholat.

68

7 Bismillah dalam Kitab


Barencong
7 Bismillah dari kitab Barencong (ilmu turunan dari Datu
Sanggul, Tanah Muning-Kalimantan Selatan)
 Bismillah
Allah itu tajalli kepada Hayat, Hu itu ruh, ruh itu nafas, nafas itu
nyawa.
(ini pegangan datu sanggul, barang siapa berlepas dari ini, matinya
sama dengan binatang)

 Bismillah
Allah tajalli kepada Hayat, Hayat tajalli kepada Nur Muhammad,
Nur Muhammad itu tubuh kita.

 Bismillah
Ilmu sudah rapat mupakat Akhlussunnah wal jama’ah.
Hayat itu menjadi nyawa, nyawa itu menjadi Muhammad, maka
jangan lepas dari ini.
(H.Abd. Hasan, Negara Kalimantan Selatan)

 Bismillah
Ilmu sudah rapat mupakat Akhlissunnah wal jama’ah,
Adapun sebenar-benarnya diri itu adalah hayat dan sebenar-
benarnya hayat itu adalah ruh, dan sebenar-benarnya ruh itu adalah
nafas, dan sebenar-benarnya nafas itu adalah rahasia, dan sebenar-
benarnya rahasia itu adalah nur Muhammad, dan sebenar-benarnya
Nur Muhammad itu adalah tubuh kita.
(H. Muhammad Arsyad Al-banjari, dalam pagar-Martapura-
Kalimantan Selatan)

 Bismillah
LA itu Hayat, ILA itu Ruh, ILAHA itu dinafas, ALLAH itu Nyawa.

 Bismillah
Badan Rohani itu ialah Allah. selanjutnya Allah ta’ala itu jangan
dicari lagi sebab Ia sudah menjadi segala nyawa, Ia sudah menjadi
nama kita didalam rahani adanya.
(H. Abd. Samad – Bakumpat- Kalimantan Selatan)
 BismillahAllah ta’ala jangan dicari lagi, karna sudah menjadi
sekalian Nyawa (Laitsya kamitslihi syai’un)

69

Musabab Jumlah Raka’at


Sholat
 Subuh, 2 rakaat, oleh sebab tajalli-nya Allah ta’ala pada 2
perkara, yaitu :
o Zat
o Sifat yang maujud

 Djuhur, 4 rakaat, oleh sebab tajallinya Allah ta’ala pada 4


perkara, yaitu :
o Ujud
o Ilmu
o Nur
o Suhud
 Ashar, 4 rakaat, oleh sebab tajallinya Allah ta’ala pada 4 perkara,
yaitu :
o Api
o Angin
o Air
o Tanah

 Magrib, 3 rakaat, oleh sebab tajallinya Allah ta’ala pada 3 perkara,


yaitu :
o Ahdat ( Allah )
o Wahdat ( Muhammad )
o Wahidiyat ( Adam )

Rosulullah Saw, berkata :


” Barang siapa mengetahui yang 3 perkara ini,
maka sempurnalah sembahyangnya, dan jika 3 perkara ini tidak
diketahuinya maka adalah didalam dosa ”
 Isya, 4 rakaat, oleh sebab tajalli Allah ta’ala pada 4 perkara, yaitu

o Mada
o Madi
o Mani
o Manikam

70

Ashrarus Sholah
(Rahasia didalam Sembahyang)

Ashrarus Sholah, artinya rahasia didalam sholat (sembahyang),


maka hendaklah kamu mengetahui segala rahasia yang ada didalam sholat
(sembahyang) itu.
Adapun yang dimaksud rahasia itu, ialah hakikat dan ma’rifat didalam
Sholat (sembahyang).
Hakikat itu adalah batinnya Syareat

Ulama ahli hakekat, mengatakan :


” Ketahuilah olehmu, bahwasannya hakekat sembahyang itu, asalnya
atas 4 (empat) perkara, yaitu :

1. Mengetahui hakekat didalam berdiri,


2. Mengetahui hakekat didalam ruku,
3. Mengetahui hakekat didalam sujud
4. Mengetahui hakekat didalam duduk.

 Hakekat berdiri itu kepada huruf Alif, asalnya dari Api.


Api yang dimaksud disini, bukan api pelita atau api bara sebagaimana
yang kita ketahui, akan tetapi api yang dimaksud itu adalah merupakan
satu I’tibar yang menyatakan akan sifat dari api, yaitu cagat menjilat keatas
yang mengisyaratkan akan berdiri tegak (berdiri betul) ujung atasnya
menguasai 7 petala langit dan ujung bawahnya menguasai 7 petala bumi,
sebagai perlambang akan sifat kebesaran Allah ta’ ala (Sifat Jalallullah).
Sifat Kebesaran Allah ta’ ala itu, duduknya pada 2 (dua) perkara, yaitu :

o Kuat
o Lemah

Adapun yang kuat dan yang lemah itu adalah Iradat (kehendak)-Nya jua

Allah Swt, berfirman :


” Allah Swt itu berbuat sekehendak-Nya, sedangkan hamba
itu sekali-kali tidak mempunyai kuat dan lemah ”

71

Sebab kekuatan dan kelemahan hamba itu sesungguhnya, dikuatkan dan


dilemahkan oleh Allah ta’ala.
Inilah yang difanakan didalam berdiri tegak atau berdiri betul, bahwa
segala perbuatan yang baharu itu menyatakan perbuatan yang Qodim jua
adanya.

Arifbillah, mengatakan :
” Tiada ku perbuat didalam sembahyang itu,
jahir maupun batin, melainkan Allah Swt jua yang berbuat ”

 Hakekat Ruku itu kepada huruf Lam, asalnya dari Angin


Angin yang.dimaksud disini, bukan angin timur atau angin barat seperti
yang kita ketahui, akan tetapi angin yang dimaksud itu juga merupakan
satu i’tibar yang menyatakan akan sifat angin, yaitu condong atau bertiup
horisontal, ini mengisyaratkan kondisi menunduk (Ruku), sebagai
perlambang akan sifat keelokan Allah ta’ala (Sifat Jamalullah).
Sifat Keelokan Allah ta’ ala itu, duduknya pada 2 (dua) perkara juga, yaitu
:
o Tua
o Muda

Adapun tua dan muda itu juga iradat (kehendak)-Nya jua.


Hamba itu tiada sekali-kali mempunyai tua dan muda, adapun tua dan
muda itu oleh karna Dituakan dan dimudakan oleh Allah ta’ala.
Inilah yang difanakan didalam merunduk (Ruku), bahwa semua nama kita
yang baharu itu akan lenyap, yang ada hanyalah nama Allah ta’ala jua
adanya.

Arifbillah, berkata :

” Tiada nama yang lain didalam sembahyang itu,


jahir maupun batin, melainkan Nama Allah jua adanya ”

Mengapa demikian, karna nama dengan yang empunya nama itu satu jua
adanya, baik jahir maupun batin tiada nama lain selain nama-Nya.

 Hakekat Sujud itu kepada huruf Lam Akhir, asalnya dari


Air.

72

Air yang dimaksud disini, bukan air laut atau air sungai seperti yang
kita ketahui, akan tetapi air yang dimaksud disini juga merupakan satu
i’tibar yang menyatakan akan sifat air, yaitu senantiasa mencari tempat
yang rendah, yang mengisyaratkan posisi sujud, sebagai perlambang
sifat kekerasan Allah ta’ala (Sifat Qaharullah).
Sifat Kekerasan Allah ta’ ala itu, duduknya pada 2 (dua) perkara juga,
yaitu :

o Hidup
o Mati

Adapun hidup dan mati itu, juga iradat (kehendak)-Nya jua.


Hamba itu tiada sekali-kali mempunyai hidup dan mati, sebab hidup dan
matinya hamba itu, dihidupkan dan dimatikan oleh Allah ta’ala,
Inilah yang difanakan ketika sujud, segala sifat kita yang baharu akan
lenyap dan yang ada hanya sifat Allah ta’ala jua adanya.

Arifbillah, berkata :

” Tiada rupa yang lain didalam sembahyang itu,


selain rupanya jua adanya ”

Sifat dengan yang empunya sifat itu satu jua adanya, baik jahir maupun
batin.

Adapun pengertian Sifat disini, yaitu :

o Tiada yang hidup,


o Tiada yang tahu,
o Tiada yang kuasa,
o Tiada yang berkehendak,
o Tiada yang mendengar,
o Tiada yang melihat
o Tiada yang berkat-kata, melainkan Allah Swt jua adanya.
 Hakekat Duduk itu kepada huruf Ha, asalnya dari Tanah.

Tanah yang dimaksud disini, bukan tanah pasir atau tanah lumpur seperti
yang kita ketahui, tetapi tanah yang dimaksud itu juga merupakan satu
i’tibar yang menyatakan sifat tanah, yaitu diam yang mengisyaratkan

73

posisi duduk, sebagai perlambang sifat kesempurnaan Allah ta’ala (Sifat


Kamalullah).
Sifat kesempurnaan Allah ta’ ala itu, duduknya pada 2 (dua) perkara yaitu
o Ada
o Tiada

Hamba itu sekali-kali tiada memiliki ada dan tiada, sebab ada dan tiadanya
itu, diadakan dan ditiadakan oleh Allah ta’ala.
Inilah yang difanakan ketika duduk, tiada ujud kita yang baharu melainkan
Ujud Allah jua adanya.
Arifbillah, berkata :
” Tiada ujud yang lain didalam sembahyang itu,
melainkan hanya ujud Allah jua adanya jahir dan batin ”
Inilah hakekat yang ada didalam sembahyang, oleh karena itu maka
Hakekat maupun Ma’rifat kita harus benar-benar bersih dan suci dari 3
perkara, yaitu :
 Suci dari pada Syirik
 Suci dari pada Niddun ( Jangan bertimbang )
 Suci dar pada Dhiddun ( Jangan berlawanan )

Allah Swt, berfirman :


” Dahulu Allah dengan tiada mendahului akan Dia,
dan yang kemudian dengan tiada yang kemudian dari pada-Nya,
Jahir Allah itu dengan tiada yang menjahirkan akan Dia,
dan bathin Allah itu dengan tiada yang tersembunyi ”
Maksudnya :

Bermula Ia yang awal dan yang akhir, Ia yang jahir dan yang batin, tiada
yang lain dari padanya, itulah tauhid dan itulah ma’rifat yang sempurna.
Jika tidak demikian, maka sesungguhnya kita sembahyang itu tidak
ubahnya hanya menyembah berhala saja.
Dan sesungguhnya berhala yang besar itu, adalah anak dan istri serta
semua hartamu, sedangkan berhala yang kecil itu adalah nafsu-
nafsumu yang ada didalam dirimu sendiri.

74

Rukun 13
Selanjutnya ketahui pula olehmu wahai saudaraku, Rukun 13 (tiga belas)
yang wajib, jangan sampai engkau tidak mengetahuinya, dan jangan pula
engkau tidak dapat membedakan mana yang wajib dan mana yang sunah,
karna itu akan merusak sholatmu.

Adapun Rukun wajib yang 13 (tiga belas) itu, adalah Sbb :

o Niat
o Berdiri betul
o Takbiratul Ikhram
o Fatekha
o Ruku
o I’ tidal
o Sujud
o Duduk antara 2 sujud
o Tahyat Awal
o Tahyat Akhir
o Salawat
o Salam
o Tertib.

Rukun 13 (tiga belas) itu jika ia berhimpun dalam satu laku dan perbuatan,
maka ia akan membentuk sebuah isyarat kalimah,
yaitu kalimah ” ALLAH ” , sebab :

o Berdiri itu, mengisyaratkan huruf Alif,


o Ruku itu, mengisyaratkan huruf Lam awal,
o Sujud itu, mengisyaratkan huruf Lam akhir
o Duduk itu, mengisyarat huruf Haa.

Rukun 13 (tiga belas) didalam sholat itu, merupakan sebuah tahapan-


tahapan dari suatu pekerjaan yang diwajibkan atas semua manusia yang
beriman, tidak wajib bagi mereka yang tidak beriman.
Rukun 13 (tiga belas) yang wajib itu, dalam pelaksanaannya dibagi
menjadi 3 (tiga) rukun saja, yaitu :
o Rukun Qolbu,
o Rukun Qouli
o Rukun Fi’ li.

75

 Rukun Qolbu , takluknya pada Hati (duduknya pada Hati),


meliputi 2 perkara, yaitu :
1. Niat
2. Tertib

 Rukun Qauli, takluknya pada lidah atau bacaan, meliputi 5


perkara, yaitu :

1. Takbiratul Ikhram
2. Fatekha
3. Tahyat Awal
4. Salawat
5. Salam

 Rukun Fi’ li, takluknya pada laku (pekerjaan), meliputi 6 perkara,


yaitu :
1. Berdiri betul
2. Ruku
3. I’ tidal
4. Sujud
5. Duduk antara 2 sujud
6. Duduk tahyat Akhir.
Selanjutnya rukun 13 (tiga belas) itu, dihimpunkan lagi menjadi 3 (tiga)
Rukun saja didalam satu gerak/perbuatan, yaitu pada ketika mengangkat
Takbir pertama (takbiratul ikhram), isinya :
o Qasad
o Ta’ arad
o Ta’ yin

Qasad,
Qasad itu, tubuh kita yang menyatakan Niat dan perbuatan yang sempurna.
Adapun Niat yang sebenar-benarnya Niat itu, ialah :

 Tiada berhuruf,
 Tiada bersuara
 Tiada bertempat

Itulah Zat Allah ta’ala yang mutlak, Ia-lah yang melemahkan sekalian
yang maujud dan melingkupi sekalian yang maujud dialam ini.

76

Ta’ arad,
Ta’arad itu, menyatakan Fardhu.
Adapun Fardhu yang sebenar-benarnya itu, ialah Sifat Allah ta’ala.
A’yan tsabitha itu ialah Nur Muhammad, wujud dan tempatnya pada
sekalian ruh manusia.

 Ta’ yin,

Ta’yin itu, Nyata Af’al Allah ta’ala pada alam malakut (jasad Adam), itulah
tubuh kita.
Muqaranah Niat
(Didalam Takbiratul Ikhram)
Pasal ini, adalah pasal yang menyatakan tentang Muqaranah Niat didalam
Takbiratul Ikhram pada sekalian Ahli Fikih dan I’tikat akhli sunnah wal
jama’ah pada mazhab Imam Syafe’i yang diberi oleh Allah rahmat atasnya.
Muqaranah niat didalam takbiratul ikhram itu, wajib atas tiap-tiap Islam
laki-laki dan Islam perempuan untuk mengetahuinya,
Imam Nawawi ra, berkata :
” Wajib dimuqaranahkan niat itu pada takbiratul ikhram ”
Hakekat Niat itu, ialah Iradat (kehendak) dari Allah ta’ala pada martabat
Alam Lahut, dinamai Ia Sirrul Chafi, artinya yang tersembunyi, tiada
seorangpun yang mengetahui akan Ia, itulah hakikatnya Zat pada sekalian
yang maujud ini.

Allah Swt, berfirman :


” Bahwasannya Aku jua yang mengetahui,
yang nyata dan yang tersembunyi ”
Kemudian turun kealam Asmaari, yaitu kepada rahasia kita, maka
dinamakan akan Ia ”Adzam ” .

Allah Swt, berfirman :

” Bahwasannya yang demikian itulah dari pada sebaik-baiknya


cita-cita sekalian pekerjaan dan kebajikan ”

77

Kemudian, untuk melengkapi kepada hati serta diperbuat oleh Anggotanya,


maka inilah yang dinamai akan dia itu ” Niat ” .

Rosulullah Saw, bersabda :

”Bahwasannya tiada syah segala amal itu, melainkan dengan Niat”

Segala amal yang berlaku pada syareat itu, tiada akan sempurna tanpa
dengan Niat.
Muqaranah Niat pada waktu Takbiratul Ikhram itu, diklasifikasikan
menjadi 3 (tiga) perkara, yaitu :

o Muqaranah Urufiyah
o Muqaranah Tauzi’ ijah
o Muqaranah Basthiah.

Muqaranah Urufiyah, adalah pakaian segala Ahlul-islam dan i’tiqat


segala Ahlussunnah wal jamaah, syah pada maqom Imam Syafi’i. ra , maka
syahlah sembahyang dengan dia.

Sedangkan untuk kaifiat Muqaranah Urufiyah itu, dihimpunkan pada rukun


yang 13, yang meliputi :

o Rukun Qolbi
o Rukun Qauli
o Rukun Fi’ li

Untuk kemudian dihimpunkan lagi didalam Takbiratul Ikhram, yang


meliputi :

o Qasad
o Ta’ arad

Yaitu ketika berkata ” Allahu Akbar ” Ia ingat didalamnya :

” Aku perbuat fardhu itu atau sembahyang fardhu ini ”.

Muqaranah Niat itu, jangan terdahulu dan jangan kemudian dari pada huruf
Alif Allah, bersamaan dengan mengangkat tangan sembari mengucap
kalimah ”Allahu Akbar” , begitu pula dengan hati turut mengucap, maka
nyatalah disana segala perbuatan didalam sembahyang itu.

78

Memulainya yaitu pada Alif Allah dan menyudahinya pada Ra Akbar, jika
tepat kita meletakkannya, maka sempurnalah niat itu dan sempurnalah
sembahyangnya.

Muqaranah Tauzi’ iyah, ialah Muqaranah yang sia-sia lagi tidak syah
Sembahyangnya dengan dia, yaitu menetapkan Qasad, Ta’arad dan ta’yin
yang hadir didalam hatinya tatkala lidahnya berucap atau Allahu Akbar ,
hatinya menyebut :
” Aku sembahyang Fardhu Zuhur, asar atau yang lainnya ”

Yang demikian itu tidak syah pada Mazhab Imam Syafi’i, karna mengulang
Niat.

Muqaranah Basthiah, ialah Muqaranahnya segala Nabi dan sekalian


Wali-waliyullah, dan atas mereka itu rahmat Allah dan salam-Nya.

Muqaranah Basthiah inilah Muqaranah yang sempurna, oleh sebab Tauhid


dan Ma’rifat mereka kepada Allah Swt sudah sempurna, namun bagi kita
berhati-hatilah memakainya, karna dikhawatirkan kalau kita ini belum lagi
sampai kepada maqom Fana, itu sebabnya kita tidak boleh memakai
Muqaranah Basthiah, akan tetapi bila kita telah sampai kepada maqom
fana itu (hapus segala sifat-sifat basyariah), maka dapatlah kita
memakainya.

Adapun kaifiyat memakai muqaranah basthiah itu, dihadirkan niat itu


tatkala mengambil air wudhu atau air sembahyang dan berkekalan
hingga salam.

Dihadirkan niat itu tatkala mengucap Allahu Akbar, difanakan segala


ujudnya dan segala sifatnya dan segala Asmanya serta Af’alnya dari pada
keakuan dirinya, sekali-kali ia tidak merasa lagi akan dirinya, melainkan
akuan Allah semata yang berdiri, ruku, sujud dan duduk, inilah perbuatan
orang yang Akullah.

79

4 Hal didalam takbiratul


Ikhram
1. Mi’ Raj, artinya lenyap.... maksudnya bahwa kita ini tidak ada
mempunyai diri atau tubuh lagi, melainkan hanya Allah ta’ala dan
kita ini adalah hambanya.
2. Ikhram, artinya tercengang-cengan (tafaqur sesaat)..... maksudnya
tiada kita mengetahui akan diri dan tidak akan tahu Tuhannya,
hanya bertemu gaib didalam gaib.

3. Munajat, artinya berkata-kata..... yang berkata-kata itu adalah


Allah ta’ala dan kita ini adalah hambanya.

4. Tubaddil, artinya terganti...... bahwa kita ini tidak ada mempunyai


ujud lagi melainkan hanya ujud Allah ta’ala, dan kita ini adalah
hambanya.

o Qasad : Menyenghaja sesuatu perbuatan


o Qalbi : Perbuatan hati (Menyenghaja)

o Ta’ arad : Menentukan Fardhu


o Qauli : Perbuatan Lidah (Fardhu)

o Ta’ yin : Menentukan waktu


o Fi’ li : Perbuatan Tubuh (Waktu)

Rosulullah Saw, bersabda :

” Pada Hakekatnya yang bertakbiratul Ikhram itu


hanya Allah jua semata-mata ”

 Qasad itu, tubuh kita ini yang menyatakan Niat yang sebenar-
benarnya niat, tempatnya pada Dzat Allah ta’ala yang mutlaq
(Laitsya kamitslihi syaiun), itulah yang melingkupi Ilmu..

 Ta’ arad itu, menyatakan Fardhu dan yang sebenar-benarnya fardhu


itu Sifat Dzat Allah ta’ala, yaitu Nur Muhammad (Ta’yin Awal)
namanya.Nur Muhammad itu tempat tajallinya segala Roh

 Ta’ yin itu, menyatakan perbuatan Sholat, artinya Af’al Allah ta’ala
pada Alam Malakut (jasad Adam itu tubuh kita), Ta’yin itu
menentukan masuknya waktu Sholat.

80

Rosulullah Saw, bersabda :

” Barang siapa yang meninggalkan sembahyang lima


waktu, maka ia
akan dibebankan seperti tersebut dibawah ini :
 Syahadatnya tidak diterima dan harus dibunuh
 Mayatnya jangan dimandikan dan ditanam
dijalanan
 Jangan dimakan binatang sembelihannya
 Jangan bergaul dengan mereka, karna mereka
lebih najis dari pada anjing dan babi.

------------------------------------------------------------------------------------------
” Janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong”
(QS, Luqman : 18)

81

Bab Mematikan Diri


(Mati dalam Ma’ nawiyah
Antal Mautu Qoblal Mautu
“ Rasakanlah mati sebelum engkau mati “
Mati tidak lebih dari suatu peristiwa yang jiwa ini berhenti memakai
perkakasnya, perkakasnya itu ialah anggota jiwa.

Jiwa itu Jauhar, bukan jisim atau aradh

Jauhar jiwa, berlainan dengan jauhar tubuh, jauhar jiwa bersifat halus dan
gaib sedangkan jauhar tubuh bersifat kasar, itu sebabnya maka berbeda,
kelakuannya, berbeda sifatnya dan berbeda pula perangainya.
Jau
har Jiwa tidak mati, akan tetapi ia akan kembali kepada kekekalannya
dan terlepas dari seluruh ikatan-ikatan alam lahiriyah, ia tidak akan
fana selama ia masih jauhar, dzatnya juga tidak akan pernah habis,
sedangkan yang habis dan bertukar-tukar itu ialah aradh yang datang
kemudian.

Demikian sekelumit pengantar tentang mati sebagai pembuka kata, dalam


konteks perjalannan diri didalam mencari dan memahami akan hakekat diri
kita yang sesungguhnya, yaitu diri yang sebenar-benarnya diri, yang hidup
dan tiada akan pernah mati.

Mematikan diri yang dimaksud pada pasal ini, adalah mati dalam arti
ma’na atau mati ma’nawiyah, bukan mati hissiyah atau mati jasad (jisim)
seperti layaknya jenajah.

Didalam melakukan perjalanan batin, mematikan diri itu merupakan jalan


terakhir dari semua perjalanan yang ada, yang dapat menghantarkan diri
seseorang untuk sampai pada Ujudul Haq.
Tanpa dengan jalan mati sebagaimana yang kami maksudkan itu, seseorang
tidak akan pernah sampai pada tujuan akhir.

Adapun mati dalam ma’ na itu, ialah :

 Tiada hamba itu Kuasa


 Tiada hamba itu Berkehendak

82

 Tiada hamba itu Mendengar


 Tiada hamba itu Melihat
 Tiada hamba itu Hidup
 Tiada hamba itu Tahu
 Tiada hamba itu berkata-kata.
Karna memang sesungguhnya hamba itu sama sekali tidak memiliki apa-
apa, wujudnya saja kalau tidak diwujudkan tidak akan pernah ada, begitu
pula dengan yang kami sebutkan diatas tadi, kesemuanya itu mutlak milik
Allah dan sekali-kali hamba itu tidak berhak memiliki, jangankan memiliki
mengakui saja hamba itu tidak diperkenankan.

Apa lagi kiranya yang mau dibicarakan tentang hamba itu, karna
sesungguhnya memang hamba itu tidak ada dan tidak akan pernah ada.

Kuasa itu Qodrat-nya Allah, Kehendak itu Iradat-nya Allah, Mendengar


itu Sama-nya Allah, Melihat itu Basyar-nya Allah, Hidup itu Hayat-nya
Allah, Tahu itu Ilmu-nya Allah, Perkataan itu kalam-nya Allah, begitu
pula dengan Dzat, Sifat, Asma dan Af’ al.

Dzat itu diri-Nya, Sifat itu rupa-Nya, Asma itu nama-Nya dan Af’al itu
perbuatan-Nya, lantas yang mana milik hamba…… ..?

Silahkan saudaraku renungkan sendiri, sebab yang bisa menjawabnya


adalah saudaraku sendiri…… !!!

Dengan adanya kenyataan itu, kira-kira pantaskah jika didalam hidup dan
kehidupan ini kita menyombongkan diri, lantas apa juga yang mau
disombongkan. adanya kenyataan itu, kira-kira pantaskah jika kita
menyombongkan diri, apa pula yang mau kita sombongkan

Hidup kita ini, sesungguhnya karna kita dihidupkan, sekiranya kita tidak
dihidupkan, mungkinkah kita hidup, tentu tidak bukan…?.
Kita dapat melihat itu, sesungguhnya karna kita diperlihatkan, sekiranya
kita tidak diperlihatkan, mungkinkah kita dapat melihat, tentu tidak
bukan…?
Kita dapat mendengar itu, sesungguhnya karna kita didengarkan, sekiranya
kita tidak didengarkan, mungkinkah kita dapat mendengar, tentu tidak
bukan…….?.
begitu seterusnya……….dan seterusnya.

Jika demikian kenyataan yang sebenarnya, maka sesungguhnya :

83

 Yang Hidup itu bukan kita, tetapi yang maha Hidup,


 Yang Kuasa itu bukan kita, tetapi yang maha Kuasa,
 Yang Berkehendak itu bukan kita, tetapi yang maha berkehendak,
 Yang Tahu itu bukan kita, tetapi yang maha Tahu,
 Yang Melihat itu bukan kita, tetapi yang maha Melihat,
 Yang mendengar itu bukan kita, tetapi yang maha mendengar,
 Yang Berkata-kata itu bukan kita tetapi yang maha berkata-kata.

------------------------------------------------------------------------------------------
“ Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah),
maka sesungguhnya dia berbuat untuk (keselamatan) dirinya
sendiri dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya dia
tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri, dan seseorang yang
berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak
akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rosul”
(QS, Al-israa : 15)

84

Garis besar
tentang Sifat 20 dan
Tasawwuf
Sifat 20
Berbicara mengenai pengenalan diri, yaitu diri yang sebenar-benarnya diri,
tentunya tidak akan lepas dari 2 ilmu Allah yang utama, yaitu :

 Sifat 20
 Tasawwuf

Bagi orang awam, mengkaji sifat 20 dan tasawwuf itu sangat berbahaya
dan menakutkan, sebab katanya bias membuat orang menjadi gila,
ketakutan dan kekhawatiran itu sangat beralasan karna didalam
perjalananannya, hal seperti itu mungkin saja bisa terjadi tetapi mungkin
juga tidak.

Hal ini sangat tergantung, bisa saja hal seperti itu terjadi oleh karena apa
yang dikaji, lepas dari rel dan ketentuan dari apa yang dimaksudkan atau
bisa juga karna penyampainya yang kurang menguasai bahan kajian,
sehingga didalam materi pengkajiannya menjadi sangat membingungkan,
berbelit-belit dan tidak ada satu kesimpulan yang dapat dijadikan patokan
dan pegangan didalam hidup dan kehidupan ini.

Pandangan yang menganggap bahwa ilmu sifat 20 dan tasawwuf itu bisa
membuat orang menjadi gila itu sangat keliru besar…!

Islam sendiri sangat menganjurkan kepada kita semua untuk memahami


dan mempelajari kedua Ilmu tersebut, karna hanya dengan pemahaman dan
pengajaran yang benar terhadap kedua ilmu Allah itu seseorang akan
sampai pada apa yang ia kehendaki, yaitu dapat menghantarkan dirinya
untuk mengadakan pengenalan, baik itu pengenalan pada dirinya sendiri
terlebih lagi pengenalan terhadap diri Tuhannya.

Tanpa dengan kedua Ilmu Allah tersebut, dapat dipastikan seseorang itu
tidak akan pernah sampai pada maqom tertinggi disisi Allah, karna kedua
ilmu itu adalah pintu atau gerbang utama yang harus dilalui untuk sampai
kepada Allah.

85
Rosulullah bersabda :

“ Kenalilah dirimu niscaya kamu akan kenal akan Tuhanmu, kenal


akan Tuhanmu binasalah dirimu “
“ Sesungguhnya diri anak Adam itu adalah dosa yang besar,
terkecuali ia mengetahui “

“ Barang siapa menuntut jalan kepada Allah dengan lain dari


pada mengenal akan diri dengan sebenar-benarnya pengenalan,
sesungguhnya kesesatan yang amat jauhlah ia dengan Tuhannya”

“ Aku Adalah gudang yang tersembunyi, Aku suka jika Aku dikenal,
lalu Aku ciptakan makhluk supaya ia mengenal akan Aku”

Ketahuilah olehmu wahai saudara-saudaraku sekalian….


Bermula mengenal diri itu adalah, ketahui dahulu olehmu akan sifat-sifat
yang wajib bagi Allah, jalannya adalah Tasawwuf.

Sifat wajib bagi Allah ada 13, seiring dengan adanya ilmu tentang diri
melaui tasawwuf, maka para ulama tahkik menambahnya 7 sifat lagi
sehingga genaplah menjadi 20 sifat jumlahnya sebagaimana seperti yang
kita ketahui sekarang ini.

13 Sifat utama itu mutlak milik Allah, sedangkan yang 7 berikutnya itu
dipertaruhkan Allah atas diri manusia.

13 sifat utama itu, ialah :

 Wujud (Ada)
 Qidam (Dahulu)
 Baqa (Kekal)
 Mukhalafah lil hawadits (Berbeda dengan semua makhluk)
 Qiyamuhu ta’ ala binafsih (Berdiri sendiri)
 Wahdaniyat (Maha Esa)
 Qudrat (Kuasa)
 Iradat (Berkehendak)
 Ilmu (Tahu)
 Hayat (Hidup)
 Sama (Mendengar)
 Basyhar (Melihat)
 Kalam (berfirman/berkata).

86
Sedangkan 7 sifat berikutnya yang dipertaruhkan Allah atas diri manusia
itu, sesungguhnya merupakan pengulangan dari 7 sifatnya yang wajib
tersebut diatas, Yaitu :

o Sifat Qudrat menjadi Qadirun


o Sifat Iradat menjadi Muridun
o Sifat Ilmu menjadi ‘ Alimun
o Sifat Hayat menjadi Hayyun
o Sifat Sama menjadi Samiun
o Sifat Basyhar menjadi Basyhirun
o Sifat Kalam menjadi Mutakallimun.

20 sifat wajib bagi Allah itu didalam perjalanannya akan diklasifikasikan


menjadi 4 Sifat, ini untuk mempermudah pemahaman kita tentang Tuhan
itu sendiri, yaitu :

o Sifat Nafsiyah
o Sifat Salbiyah
o Sifat Ma’ ani
o Sifat Ma’ nawiyah

Sifat Nafsiyah.

Sifat Nafsiyah artinya sifat yang wajib bagi dzat, atau sifat yang wajib bagi
diri dzat, Nafs itu artinya diri (diri dari dzat itu sendiri), ini yang harus ada
atau ujud, mustakhil tidak ujud (ada diri pasti ada ujud dari diri itu).
Sifat nafsiyah itu masuknya pada
 Sifat Wujud (Ada)
Jika ada sifat Nafsiyah, tentunya juga akan ada diri Nafsiyah, bagai mana
menurut saudaraku didalam memahami ini….?

Allah Swt berfirman :


“ Dan didalam terjadinya bumi menjadi bukti bagi orang-orang yang
mempunyai keyaqinan (keimanan) tentang adanya Tuhan”
(QS, Adz-dzariyaat : 20)

“ Dialah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, dzat yang hidup
dan berdiri sendiri”
(QS, Al-Baqarah : 255)

87
“ Dialah Allah, dzat yang terdahulu dan yang terakhir”
(QS, Al-Hadid : 3)

Sifat Salbiyah.
Sifat Salbiyah, artinya Sifat menolak yang tiada layak bagi dzat, yaitu :

 Qidam (Dahulu)
 Baqa (Kekal)
 Mukhalafatuhu lil hawadits (Berbeda dengan semua
makhluknya)
 Qiyamuhu ta’ ala binafsih (Berdiri sendiri)
 Wahdaniyat (Maha Esa)

Allah Swt, berfirman :


“ Dialah Allah, dzat yang terdahulu dan yang terakhir “
(QS, Al-Hadid : 3)
“ Segala sesuatu itu akan rusak, kecuali dzat Tuhan sendiri“
(QS, Al-Qashas : 88)
“ Dan kekallah dzat Tuhanmu, yang Maha Agung lagi Mulia “
(QS, Ar-Rahman : 27)
“ Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Tuhan (apalagi sama)”
(QS, Asy- Syura :11)
“ Dialah Allah tidak ada Tuhan kecuali Dia,
dzat yang hidup dan berdiri sendiri ”
(QS, Al- Baqarah : 255)
“ Katakanlah Muhammad, Dia Allah dzat yang Maha Esa “
(QS, Al-Ikhlas : 1)
Jika ada sifat Salbiyah, tentunya juga akan ada diri Salbiyah, bagai mana
menurut saudaraku didalam memahami ini….?

Sifat Ma’ ani.


Sifat Ma’ani, artinya ia kepada yang mawujud, yaitu :

 Qudrat (Kuasa)
 Iradat (berkehendak)
 Ilmu (Maha mengetahui)
88

 Hayat (Hidup)
 Sama (Maha mendengar)
 Basyar (Maha melihat)
 Kalam (Maha berkata-kata)

Allah Swt berfirman :

“Sesungguhnya Allah itu atas segala sesuatu berkuasa“


(QS, Al-Baqarah : 20)

“ Allah melakukan apa saja yang Ia kehendaki “


(QS, Al-Baqarah : 253)

“ Ketahuilah sesungguhnya Allah itu maha mengetahui “


(QS, Al-Baqarah : 231)

“ Sesungguhnya Allah itu maha mendengar lagi maha mengetahui”


(QS, Al-Anfal : 42)

Jika ada sifat Ma’ani, tentunya juga akan ada diri Ma’ani, bagai mana
menurut saudaraku didalam memahami ini….?

Sifat Ma’ nawiyah

Sifat Ma’nawiyah, artinya yang wajib bagi Zat, dikarenakan dengan suatu
sebab, yaitu :

 Qadirun (yang maha kuasa)


 Muridun (yang maha berkehendak)
 Alimun (yang maha tahu)
 Samiun (yang maha mendengar)
 Basyirun (yang maha melihat)
 Mutakallimun (yang maha berkata-kata)

Dasar rujukannya sama seperti pada sifat Ma’ani, karna sifat Ma’nawiyah
ini diambil dari sifat Ma’ani, kemudian dipertaruhkan kepada manusia
sehingga secara Syar’i, manusia dan Tuhan seperti sama (serupa tapi tidak
akan pernah sama).
Jika ada sifat Ma’ani, tentunya juga akan ada diri Ma’ani, bagai mana
menurut saudaraku didalam memahami akan ini sebagaimana pada

89
keterangan tersebut diatas, disana disebutkan bahwa, jika ada sifat
Nafsiyah, sifat Salbiyah, sifat Ma’ani dan sifat Ma’nawiyah, tentulah juga
akan ada diri Nafsiyah, diri Salbiyah, diri Ma’ani dan juga diri
Ma’nawiyah.

Tasawwuf.
Apakah Tasawwuf itu…… ..?

Tasawwuf itu adalah suatu cara atau jalan untuk membersihkan diri dari
sesuatu yang tidak baik, yang dapat mendindingi diri (Hijab) untuk sampai
pada Allah.

Tasawwuf itu adalah satu ilmu yang dapat menghantarkan diri kita dari
kegelapan menuju pada keterangan, dari samara-samar hingga menjadi
jelas, dari hanya sangka-sangka hingga menjadi nyata.

Kata tasawwuf itu memiliki 4 huruf dasar, yaitu :

o Huruf Tha
o Huruf Shot
o Huruf Waw
o Huruf Fha

Iktibar huruf-huruf dasar itu adalah sebagai berikut :

 Huruf Tha

Huruf Tha, menjadikan kata Tajrid, artinya menghilangkan.


Apa yang dihilangkan itu………?,
Yang dihilangkan adalah :

o Tajrid kepada dunia


o Tajrid kepada manusia
o Tajrid kepada hawa nafsu

 Huruf Shot

Huruf Shot, menjadikan kata Shafa, artinya bersih.

90
Apa yang dibersihkan ……..?,
Yang dibersihkan adalah :

o Bersih dari keinginan dunia


o Bersih dari pada amarah dan senantiasa bersyukur, sabar
dan tabah
o Bersih dari da’ wa sangka dari pada selain Allah Swt.

 Huruf Waw.

Huruf waw, menjadikan kata Wafa, artinya memelihara,


Apa yang dipelihara ……..?
Yang dipelihara adalah :

o Memelihara Syareat
o Memelihara/ menuntut pahala
o Memelihara pengenalan selain kepada Allah Swt.

 Huruf Fha.

Huruf Fha, menjadikan kata Fana, artinya lenyap atau hapus.


Apa yang dilenyapkan/ dihapuskan …….?
Yang dilenyapkan atau dihapuskan adalah :

o Fana Ilmu
o Fana Ain
o Fana Haq
o Fana Af’ al
o Fana Asma
o Fana Sifat
o Fana Dzat

Tasawwuf itu sendiri tidak ubahnya seperti proses huruf Djim, Kha dan
kho, bentuk hurufnya sama Cuma beda pada penempatan titiknya saja.

Huruf Djim.

Huruf Djim itu memiliki titik yang berada didalam huruf, ini
mengisyaratkan bahwa diri manusia itu senantiasa bergelimang dosa
(bergelimang dengan nafsu-nafsu keakuan), sehingga seluruh aktivitas
hidup dan kehidupan ini buah karya atau hasil pekerjaan manusia semata.

91
 Merasa seakan ia yang kuasa
 Merasa seakan ia yang berkehendak
 Merasa seakan ia yang tau
 Merasa seakan ia yang hidup
 Merasa seakan ia yang melihat
 Merasa seakan ia yang mendengar
 Merasa seakan ia yang berkata-kata.

Perasaan-perasaan ini akan timbul dan muncul dalam ujud keakuan


manusia oleh sebab kebodohan manusia itu sendiri yang tidak tau siapa
dirinya yang sesungguhnya.

Huruf Kha.

Huruf Kha itu sama sekali tidak memiliki tanda (titik) baik didalam huruf
maupun diluar huruf, ini mengisyaratkan kepada kita akan perasaan
bimbangan dan ragu didalam satu keimanan kepada Allah sehingga
padanya timbul satu pertanyaan besar lagi mendasar.

Siapa sebenarnya Tuhan itu ……?, dan siapa sebenarnya diri ini …..?,
Seandainya aku Tuhan, dimanakah hamba itu………?,
Seandainya aku Hamba, dimanakah Tuhan itu ……..?

Huruf Kho.

Huruf Kho itu titiknya berada diluar huruf, ini mengisyaratkan kepada kita
bahwa apabila rahasia Allah itu telah sampai dan terbuka atas diri kita,
maka seluruh perasaan bimbang dan keragu-raguan itu sirna dengan
sendirinya (kembali keasal), semua menjadi pasti dan nyata.

Kesimpulannya :

Tasawwuf itu adalah suatu jalan untuk datang kepada Allah ta’ala,
hingga akhirnya lenyap dengan-Nya.

Diharapkan juga dengan tasawwuf maka akan menghantarkan diri ini


Men- dzat-di-Faqir.

 Faqir maksudnya :
 Fha itu Fana (hapus)
 Qop itu Qona’ah (rutin)
 Ra itu Ridho (ikhlas)
92

Tauhid

Wahai hamba-Ku, engkau tiada memiliki sesuatu apapun,


kecuali yang Aku kehendaki untuk menjadi milikmu.
Tiada juga memiliki dirimu, karna Aku-lah maha Pencipta-
nya, tiada pula engkau memiliki jasadmu, Aku-lah yang
membentuknya, hanya dengan pertolongan-Ku, engkau dapat
berdiri dan dengan kalimah-Ku engkau datang kedunia ini.
Wahai hamba-Ku, katakanlah tiada Tuhan melainkan Aku,
kemudian tegaklah berdiri dijalan yang benar, tiada Tuhan lain
melainkan aku, tiada pula wujud yang sebenarnya kecuali
untuk-Ku, dan segala yang lain selain dari pada-Ku, adalah
dari buatan tangan-Ku dan dari tiupan ruh-Ku.
Wahai hamba-Ku, segala sesuatu itu adalah kepunyaan-Ku,
bagi-Ku dan untuk-Ku, jangan sekali-kali engkau merebut apa-
apa yang menjadi kepunyaan-Ku, kembalikan segala
sesuatunya itu kepada-Ku, niscaya Aku akan buahkan
pengembalianmu dengan tangan-Ku, dan Ku-tambahkan
padanya dengan kemurahan-Ku, serahkanlah segala sesuatu
itu kepada-Ku, niscaya Aku selamatkan engkau dari segala
sesuatu.
Ketahuilah olehmu wahai hamba-Ku, sesungguhnya
engkau mengenal siapa yang telah engkau lihat, dan kepada-
Ku-lah engkau akan kembali, kemudian Aku ciptakan segala
sesuatu untukmu, dan Aku labuhkan tirai (hijab) atasmu, lalu
engkaupun tertutup dengan tirai dirimu sendiri, kemudian Aku
menghijab engkau dengan diri-diri yang lain, yang mana
diri-diri yang lain itu menyeru pada dirinya dan menjadi
penghijab dari pada-Ku, maka telitilah dirimu, setelah engkau
mempercayai diri-Ku, sudahkah engkau mengembalikan segala
sesuatu itu kepada-Ku, dan sudahkah engkau memenuhi
perjanjian yang telah engkau buat dengan-Ku
93

Wahai hamba-Ku, Ku-ciptakan segala sesuatu itu untukmu,


maka bagaimana Aku akan rela kalau engkau peruntukkan
Dirimu bagi sesuatuitu, sesungguhnya Aku melarang engkau
untuk menggantungkan dirimu pada sesuatu selain Aku.
Wahai hamba-Ku, Aku tidak rela engkau peruntukkan
dirimu bagi sesuatu, walau harapanmu akan Syurga sekalipun,
karna sesungguhnya Aku ciptakan engkau hanya untuk-Ku
supaya engkau berada disisi-Ku.
Wahai hamba-Ku, Ku-ciptakan engkau atas pola gambar-Ku
seorang diri, tunggal, melihat, mendengar dan berkemauan
untuk menyatakan nama-nama-Ku dan tempat untuk
pemeliharaan-Ku.

Wahai hamba-Ku sekalian, engkau adalah sasaran


pandangan-Ku, tiada dinding penghalang yang memisahkan
antara-Ku dan antaramu, engkau teman duduk semajelis
dengan-Ku, maka tiada pembatas antara-Ku dengan antaramu,
Aku lebih dekat kepadamu dari pada ucapan lisanmu, maka
pandanglah kepada-Ku, karna Aku senang memandang
kepadamu.
94

Bab Amaliyah
 Mendudukkan Diri
Mendudukkan diri adalah sesuatu yang sangat penting didalam kita
melasanakan atau melakukan seluruh aktivitas kita didalam keseharian,
baik itu aktivitas yang kita sadari (sengaja) maupun yang tidak kita sadari
(tidak sengaja), maksud dan tujuannya supaya segala sesuatunya itu jangan
terakui.

Seluruh Aktivitas keseharian kita, dari kita bangun tidur sampai kita akan
kembali tidur bahkan selama didalam kita tidur, semuanya akan bernilai
ibadah apabila diri ini telah kita dudukkan sesuai dengan kedudukannya.

Allah Swt, berfirman :

” Tidak kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk


beribadah kepadaku”
(QS, Adz dzariyaat : 56)

Mengapa demikian ....?

Karna seluruh aktivitas dan pergerakkan kita dari yang kecil hingga yang
besar, yang tersembunyi atau yang nyata, disengaja atau tidak disengaja
yang terjadi itu sudah merupakan Qudrat dan Iradatnya Allah, asalkan diri
ini didudukkan sebagaimana mestinya.
Bermula mendudukkan diri itu adalah Sbb :
 A--- Aku Asal dari pada Allah ta’ala
 I---- Aku (...?..) Karna Allah ta’ala
 U--- Aku ujud Allah ta’ala, yang (..?...), tiada mati.

A , I , U : Aku (I) ujud Allah ta’ ala yang (I) tiada mati.
Siapa (I) itu .......................?
 (I) itu adalah Diri yang sebenar-benarnya diri kita.
 (I) itu adalah Haq Allah ta’ ala
 (I) itu adalah Batin kita
95

 (I) itu adalah Sirr/ Rahasia kita


 (I) itu adalah Sirr/ Rahasia Allah
 (I) itu adalah ujud Allah ta’ ala.
 (I) bisa juga disebut Tubuh Ilmu.
Sedangkan ” Hidup” itu adalah Haq manusia, senantiasa mengikut saja
apa yang dikehendak dan dimaui oleh yang memberi hidup.
Adapun seluruh rasa yang dapat kita rasakan disetiap waktu, baik itu
melihat, mendengar, berkata dan sebagainya itu sesungguhnya Haq-nya
Rosulullah Saw.

 Tobat, Syahadat, Dzikir, Takbir


Tobat, Syahadat, Dzikir dan Takbir itu akan menjadikan Istinja Jahir dan
Istinja Batin, apabila didalam pemakaiannya bisa sudah sudah Se-bulu,
Se-kulit, Se-daging, Se-darah, Se-urat, Se-tulang, Se-otak, Se-sumsum, Se-
batin dan Se-rahasia, karna :
 Tobat itu akan merenggangkan tanah pada lubang kubur
 Syahadat itu akan mendudukkan diri kita dengan
kehormatannya sendiri
 Dzikir itu akan mendirikan diri kita dengan segala
keelokannya
 Takbir itu akan memperjalankan diri kita ini dengan tiada
atau tanpa dengan sepengetahuannya.
 Tobat itu juga akan mensyahkan bagi Islam kita
 Syahadat itu juga akan meyaqinkan bagi Islam kita
 Dzikir itu juga akan mengikhlaskan bagi Islam kita
 Takbir itu juga akan menyempurnakan Islam kita.

Yang Wajib mengenal :

 Taubat itu, Ialah Achmad


 Syahadat itu, Ialah Muhammad
 Dzikir itu, Ialah Aminullah
 Takbir itu, ialah Diri kita.

Tobat, Syahadat, Dzikir dan Takbir itu adalah sebagai Pembasuh atau
Pembersih, untuk membersihkan :
96

o Hadats Kecil
o Hadats Besar
o Zunub
o Zanabat
o Istinja diri kita

Membersihkan dari :

o Bulu
o Kuli
o Daging
o Urat
o Tulang
o Otak
o Sumsum

Juga mensucikan :

o Pengrasa
o Hawa
o Nafsu
o Akal
o Fikir
o Ilmu
o Rahasia

Untuk itu maka lajimkan dan mesrakanlah pada setiap waktu,


mengucapnya dengan hikmat, mengerti, paham dan tahu pembagian huruf
dan sifatnya pada batang tubuh, maka telah sucilah diri kita zahir dan
batin.
97

Tata cara beramalan


 ‘ Auzu billahiminas syaitonir rojim
 Bismillahir rohmanir rohim
 Tobat, syahadat, Dzikir dan Takbir
 Dudukkan diri, yaitu diri yang sebenar-benarnya diri

A.I.U = Aku (I) Ujud Allah ta’ala, yang (I) tiada mati
 Tarik nafas = “ R “
 Keluarkan nafas = “ N “

 Masukkan Niat :

“ Aku beramalan …… ,sebanyak … ,untuk……………… “

 (Tarik nafas disertai puji “ R ” , Ingat (I) yang berhadiah, (I)


yang dihadiahi ).

 Keluarkan nafas dengan puji “ N ” , kemudian langsung


beramalan.

 Akhiri semuanya dengan do’ a.

PINTU HIJAB 10
 Ubun-ubun ( Air setitik 33 x ) Huruf ke 6 dan 7 dihilangkan
jika hati menyebutnya.
 Mata Kanan ( Tismarullah 33 x )
 Mata Kiri ( Tishu Izat 33 x )
 Telinga Kanan ( Tismarasa Allah 33 x )
 Telinga Kiri ( Tismajenah 33 x )
 Hidung Kanan ( Tiszat Zat mullah 33 x ), Nama yang sudah
merdeka, dimerdekakan lagi.
 Hidung Kiri ( Tismakullah 33 x )
 Mulut ( Tismalullah 33 x )
 Kola-kola (jakun) ( Tissimpullah 33 x )
 Ulu hati ( Tik (I) Mullah 33 x )

Terhimpun pada nama : MADMANHU 333 x


Amalan pembuka Pintu Hijab : RABBUHA WAROB BUKA 1117 x

98

PINTU SYURGA 8
 Kalam ( Tismaullah 33 x )
 Kola-kola ( Tismallah 33 x )
 Hidung kanan ( Tasrikullah 33 x )
 Hidung kiri ( Tikmapullah 33 x )
 Telinga kanan ( Tiszatmullah 33 x )
 Telinga kiri ( Tahsirrullah 33 x )
 Mata kanan ( Siti sarikullah 33 x )
 Mata kiri ( Tismancarmullah 33 x )

Terhimpun pada nama : AMARRULLAH ( Titik Ke- 8 )

Kesempurnaan Suami Istri


 Pada waktu mulai berlaku
Suami -------------- Asyhadu Alla Ilahaillah
Istri ----------------- Asyhadu anna Muhammadar Rosulullah
 Pada waktu berlaku
Suami ------------------------------------ Hu
Istri --------------------------------------- Allah
 Pada waktu hendak menitikkan
Suami ------------------------------------- Asyhadu
Istri ---------------------------------------- Al
 Pada waktu menitikkan
Suami -------- Ammarullah/ Air Setitik jika sudah dapat
Istri ----------- Insyirrullah/ Air Setitik jika sudah dapat
 Sesudah menitikkan
Suami --------------------------- R
Istri ------------------------------ N

 Mandi/ Bersuci (masih didalam), Suami dan Istri mengucap :

“ Suci Allah, Suci Sifatku, suci dengan tempat-tempatku, Allah


berkehendak, Muhammad berlaku”

99

 Zunub dan Zanabat (masih didalam), Suami dan istri


mengucap :
“ Rahmattullah, Nikmatullah, La maujud Illallah, sirrullah”
( Langsung Cabut )

 Sesudah diluar, Suami dan Istri membaca :

“ Taubat, Syahadat, Dzikir dan Taubat”

Pelaksanaan bersuci ketika selesai berkumpul itu dilaksanakan sebelum


kelamin saling berpisah, seandainya setelah itu kita akan berpulang
kerahmatullah, maka kita berpulang dalam keadaan suci tidak dalam
keadaan berhadats.

Cara ber- KB (Supaya tidak Hamil)


Ketika akan menitikkan, diingat atau dibaca dalam hati :

“ Waddu Wadi Mani Manikam, Mada Madi Mata Mati “

Ketika sudah berada diluar, kunci dipusat Istri dengan ibu jari tangan
kanan, sambil membaca lafald diatas tadi.

Membukanya :

Sebelum berhubungan badan, buka dahulu di pusat Istri yang telah dikunci
tadi dengan ibu jari tangan kanan sambil membaca :

“ Marrabbuka Muhappapah Inni Muhaddadah “

Catatan :
o Mengunci putar kekanan
o Membuka putar kekiri (berlawanan)

Amalan supaya bertemu Nabi Khaidir.


As
“ Allahumma Subba ‘ Alayna Rahmatika, Kama Sholaitha
Sirratun Na’ amun Balyun Balyasun Tawajjaha Khaidir
Malakullah Adjma’ in Birohmatika ya Arhamar rohimin”

100

Do’a untuk bertemu Nabi Khaidir. As


“ Allahumma inna Kun-sa, yaa Astagfiruka min sururuhim
minal Jannah, wa antalladji salahim wal ulli minal arhamhu
yaa Amarullah.
Asyhadu Alla Ilahaillallah Maujud Muhammad Rosulullah.
Dibersihkan sifat menyifatku, disucikan dari sekalian kotoran,
Inur, Inut, Irun wabi nafsih, antal Zabul Zat Zanubah
arhamar rohimin, lahudu yaa Madmanhu.
Laa ilaha illallah Muhammaddur Rosulullah “

Mandi Junub/ Janabat


Ketika akan selesai :

 Ta’ awwuj
 Basmallah
 Lakhaula……
 Tobat, Syahadat, Dzikir dan Takbir
 Dudukkan diri
 Salam kepada penjaga Air
 Niat :
“ Aku niat mandi bersih/ mandi suci untuk membersihkan dan
mensucikan diriku dari sifat menyifat dan untuk
menyempurnakan perjalanan diriku dari negri dunia hingga negri
akhirat kelak”
(Dalam hati tidak dilisankan)
Kemudian tarik nafas dengan R
Tahan sebentar senbari mengingat : “ I“ yang bersuci, dan “ I”
yang disucikan.
Keluarkan nafas dengan N

Hakekatkan :

o Sempurna diri bagi diri


o Suci ruh bagi ruh
o Suci nyawa bagi nyawa
o Suci rahasia bagi rahasia
(Air pertama)

101

o Halusnya api menghilangkan rupa


o Halusnya angin menghilangkan bau
o Halusnya air menghilangkan rasa
o Halusnya tanah menghilangkan kotoran
(Air kedua)

o Nur Muhammad yang mensucikan jiwa raga


Muhammad, dan Muhammad yang disucikan.
(Air ketiga)

Mandi 9
 Depan 3x -------------------------- Air Setitik
 Kanan 3x -------------------------- Awal-awal Nur Muhammad
 Kiri 3x ----------------------------- Awal-awal Ummat

Kisar ruh pada kita


 Jam 5.00 (subuh) s/d jam 11.00, Ruh berkisar pada Sulbi,
warnanya putih, Nabinya Adam As

 Jam 11.00 s/d jam 17.00, Ruh berkisar pada Pusat, warnanya
kuning, Nabinya Ibrahim As

 Jam 17.00 s/d jam 23.00, Ruh berkisar pada Jantung (hati),
warnanya merah, Nabinya Yusuf As
 Jam 23.00 s/d jam 5.00, Ruh berkisar pada Otak (ubun-ubun),
warnanya hitam, Nabinya Musa As.

7 Nathar yang ada pada diri kita

 Nathar Rububiah (Rabbani) : Gerak Tuhan yang tanpa huruf dan


tanpa suara.

 Nathar Rahman : Gerak Tuhan yang maha kasih dan maha


sayang.

102

 Nathar Ululiyah : Gerak Tuhan yang tiada berubah


.
 Nathar Malaikat/Ruh : Gerak Tuhan yang selalu berbuat
kebajikan (tasbih)

 Nathar Aqli (akal) : Gerak Tuhan yang selalu menimbang-


nimbang sesuatu perbuatan.

 Nathar Nafsu : Gerak Tuhan yang selalu condong kepada dunia


(sombong)

 Nathar Syetan : Gerak Tuhan yang pekerjaannya selalu


menghalangi kebaikan.
103

Penutup

Assalamu ‘ alaikum Wr.wab,


Al-hamdulillahi robbil ‘alamin, berkat Rahmat, Taufiq dan
Hidayah serta Inayah-Nya pulalah, maka pada hari ini :
Minggu, 27 September 2009. M, bertepatan dengan tanggal, 7
Syawal 1430. H, (pukul 15.10), menjelang sholat Ashar, waktu
Balikpapan, maka selesailah sudah kami menghimpun risalah
ini :

“ Insan Kamil Mu Kamil “


Semoga dengan selesainya Risalah ini, kiranya dapat
membawa mamfaat bagi kita semua, terlebih khusus lagi bagi
diri saya pribadi… Amin yaa robbal ‘alamin.
Kami menyadari, bahwa risalah ini tentunya jauh dari pada
sempurna, untuk itu ralat serta pembetulan pada bagian-
bagian yang memang memerlukan pembetulan (perbaikan),
sangat kami harapkan demi sempurnanya risalah ini.
Akhirul kalam billahi taufiq wal hidayah Assalamu ‘alaikum
Wr.wb.

Balikpapan, 27 Ramadhan 1430 H


Hormat kami

“ Adhie Shinantra “
104

DASAR-DASAR RUJUKAN
“ Aku adalah Gudang yang tersembunyi, Aku suka jika aku
dikenal, lalu Aku ciptakan makhluk supaya ia mengenal
kepada-Ku “

“ Barang siapa mengenal akan dirinya, niscaya ia akan


mengenal Tuhan-nya, barang siapa mengenal Tuhan-nya
maka binasalah ujud dirinya“

“ Hai Insan carilah Aku (kata Allah), bilamana engkau


temukan Aku, maka Ku bunuh engkau dan matilah engkau,
setelah itu akan Aku gantikan dirimu dengan diri-Ku”

“ Aku kenal akan Tuhan-Ku dengan pengenalan


Tuhan-Ku jua“

“ Hendaklah kamu (manusia), memikirkan


asal kejadian dirimu“

“ Katakanlah oleh-Mu ya Muhammad, yang disembah dan


yang menyembah itu Satu jua adanya“

“ Tidaklah syah sembahyangnya melainkan


dengan mengenal Allah“

“ jahir Tuhan itu ada didalam batin hamba”


“ Katakanlah, bahwa Aku (Allah) berperangai manusia
seperti halnya kamu“

“ Aku-lah Allah, telah Ku ciptakan kamu (manusia) dari ilmu-


Ku, barang siapa Ku kehendaki kebaikan, Ku bekali ia dengan
akhlak yang baik dan barang siapa Ku kehendaki keburukan,
Ku bekali ia dengan akhlak yang buruk pula”

105

“ Hai kekasih-Ku, ada Ku itu kepada-mu dan ada-mu itu


kepada-Ku, karna Aku didalam hukum-Ku dan engkau
didalam hukum-Ku“

“ Hai kekasih-Ku, yang dikatakan


nyawa itu adalah Sifat-Ku“

“ Aku berada didalam sangka-sangka hamba-Ku“


“ Insan itu rahasia-Ku, dan Aku rahasianya”

“ Keluarlah engkau dari Nafs-mu dan hati-mu dan nyawa-mu


dan tubuh-mu, hingga engkau keluar dari amar dan hukum-
Ku, maka sampailah engkau kepada-Ku“
“ Insan itu rahasia-Ku, Rahasia-Ku itu adalah sifat-Ku dan
sifat-Ku itu tiada lain dari pada-Ku, tiada yang ada kecuali
hanya Aku”

“ Hai sifat-Ku, engkau adalah sifat-Ku dan Aku adalah Zat-mu,


Muhammad itu sifat-Ku yang jahir, engkau ganti-Ku dan
Akulah yang empunya sifat itu, Aku-lah yang bernama
Muhammad dan Akulah yang bernama Tuhan”

“ Hai Muhammad, pandanglah oleh-mu akan sifat-mu, niscaya


bertemulah engkau dengan-Ku, karna Aku berlindung dengan
engkau, itulah yang sebenarnya, maka Aku jadikan engkau,
engkau jadi sifat-Ku sebagaimana halnya itu karna Aku ada”
“ Aku jadikan engkau ya Muhammad itu karna Aku, dan Aku
jadikan semesta alam ini karna engkau ya Muhammad”

“ Allah telah menjadikan ia akan ruh nabi Muhammad itu dari


pada Dzat-Nya dan menjadikan ia akan sekalian alam ini dari
pada Nur Muhammad”

“ Sesungguhnya Allah ta’ ala memuji dirinya pada lisan


hambanya”

106

“ Adam itu adalah bapak dari sekalian batang tubuh manusia


dan Muhammad itu adalah bapak dari sekalian ruh manusia”

“ Sembahlah olehmu akan Aku seakan-akan kamu melihatku,


namun jika kamu tidak dapat melihat-Ku, yaqinlah Aku
melihat-mu”

“ Mereka bertanya kepada-mu (Muhammad) tentang ruh, maka


katakanlah bahwa ruh itu urusan Tuhan-ku, kamu hanya
diberi pengetahuan tentang ruh itu sedikit sekali”

“ Barang siapa mengeluarkan nafas-nya dengan tidak dzikir


Allah, maka ia mati sebagai binatang, bukan sapi tetapi babi”

“LA ILAHA ILLALLAH adalah benteng-Ku, barang siapa


masuk berlindung didalam benteng-Ku, niscaya ia Ku lindungi
dan terhindar ia dari azab-Ku”

“ Telah datang kepadamu dari Allah ta’ ala, Nur”

“ Nur Allah langit dan Bumi”

“ Bagi (Allah) cahaya langit dan bumi”

“ Allah ta’ ala meliputi luar dan dalam”

“ Sebaik-baiknya (sebenar-benarnya) dzikir ialah


mengetahuiLa Ilaha Illallah”
“ Sesungguhnya Agama yang syah pada pandangan
Allah ialah Islam”
(QS, Ali Imraan : 19)

“ Barang siapa mencari Agama selain agama Islam, maka


sekali-kali ia tidaklah akan diterima (agama itu) dari pada-Nya
dan diakherat ia termasuk orang-orang yang rugi”
(QS, Ali Imraan : 85)

107

“ Dan sebutlah (nama) Tuhanmu didalam hati-mu dengan


merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak
mengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang lalai”
(QS, Al-A’ raaf : 205)

“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi


pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebut
(nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”
(QS, Al-anfaal : 45)

“ Bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu


yang maha besar”
(QS, Al-waqiyaah : 74)

“ Bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang”


(QS, Al-ahzab : 42)

“ Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada didalamnya


bertasbih kepada Allah, tiada satupun melainkan bertasbih
dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti akan
tasbih mereka”
(QS, Al-israa : 44)

“Seseungguhnya jika kamu bersyukur, pastilah Kami akan


menambah (nikmat), dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku amat pedih”
(QS, Ibrahim : 7)
“ Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah, ingatlah hanya dengan mengingat
Allah hati menjadi tentram”
(QS, Ar-raad : 28)

“ Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan


menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”
(QS, Al- ahzab : 41)

108

“ Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya


dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang
dimalam hari”
(QS, Al-ahzab : 41)

“ Berdo’ alah kepada-Ku, niscaya Aku akan memperkenankan


do’ a itu bagimu, sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari memohon kepada-Ku akan masuk
Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”
(QS, Al-mu’ min : 60)

“Allah mempunyai Asma’ ul Husnah, maka bermohonlah


kepada-Nya dengan menyebut Asma’ ul Husnah itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) akan nama-Nya”
(QS, Al-a’ raaf : 180)
“ Sesungguhnya Allah mengetahui apa-apa yang gaib dilangit
dan dibumi, dan Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan”
(QS, Al-hujaarat : 18)
“ Dan bahwasannya seseorang manusia itu tidak memperoleh
selain apa yang telah diusahakannya dan bahwasannya
usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian
akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling
sempurna”
(QS, An-najm : 39-41)
“ Tiada satupun yang gaib dilangit dan dibumi, melainkan
(terdaftar) dalam kitab yang nyata (lauhil mahfuz)”
(QS, An-nahl : 75)
“ Apa saja yang Allah anugrahkan kepada manusia (yang)
berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat
menolaknya, dan apa saja yang telah ditahan oleh Allah, maka
tidak seorangpun juga yang sanggup untuk melepaskannya
sesudah itu, Dia yang maha perkasa lagi maha bijaksana”
(QS, Al-fathir : 2)

109

“ Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah),


maka sesungguhnya dia berbuat untuk (keselamatan) dirinya
sendiri dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya dia
tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri, dan seseorang yang
berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak
akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rosul”
(QS, Al-israa : 15)
“ Taqwalah kamu kepadaku hai orang-orang yang berakal”
(QS, Al-Baqarah : 197)
“ Didalam terjadinya langit dan bumi serta pergantian siang
dan malam, sesungguhnya menjadikan tanda kebesaran
Tuhanmu bagi mereka yang berfikir”
(QS, Ali Imran : 190).
“ Sesungguhnya Allah dan para malaikat bersalawat (memberi
rahmat) untuk Nabi, hai orang-orang yang
beriman, bersalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepada-Nya”
(QS, Al-ahzaab : 56)
“ Allah tidak akan dapat dicapai oleh penglihatan-penglihatan
dan Dia dapat mencapai penglihatan-penglihatan itu, dan Dia
adalah maha halus lagi waspada”
(QS, Al-an’ am : 103)
“ Dari Ibnu Mas’ ud .Ra, Ia berkata : telah bersabda Rosulullah
Saw, bahwasannya orang yang paling hampir kepada-Ku
dihari Qiyamat (ialah) yang paling banyak bersalawat atas-
Ku”
“ Dari Abu Hurairah Ra, Ia berkata : telah bersabda Rosulullah
Saw, tidak duduk satu golongan disuatu majelis yang mereka
sebut Allah padanya, melainkan dikelilingi mereka oleh
Malaikat dan dicurahi mereka dengan rahmat dan Allah
menyebut mereka didalam (daftar) orang-orang yang hamper
kepada-Nya”

110

“ Dari Abu Hurairah Ra, Ia berkata, telah bersabda Rosulullah


Saw, Allah berfirman: Aku beserta hamba-hambaku selama ia
menyebut dan bergerak kedua bibirnya (menyebut) Ku”

“ Hai hamba-Ku, berobatlah, sesungguhnya Allah ta’ala


tidaklah menjadikan penyakit melainkan dijadikan-Nya pula
obatnya, terkecuali penyakit tua”

“ Tidaklah Allah menurunkan akan penyakit,


melainkan diturunkan-Nya pula obatnya”

“ Janganlah kamu memikirkan dzat-Nya,


tetapi pikirkanlah Faedahnya”

“ Dan tolong menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan


taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam dosa dan
pelanggaran “
(QS, Al-Maaidah : 2)

“Janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong “


(QS, Luqman : 18)

Rosulullah Saw bersabda :

“ Telah berfirkah-firkah orang Yahudi, menjadi 71 Firkah dan orang


Nasrani seperti itu pula, dan akan berrfirkah umat-Ku menjadi 73
Firkah “
(HR. Tarmidzi dari Abu Hurairah.ra)
“ Bahwasannya Bani Israil, telah berfirkah-firkah sebanyak 72 millah
(firkah), dan akan berfirkah umat-Ku sebanyak 73 firkah, semuanya
masuk Neraka, kecuali satu”
Para sahabat bertanya : “ Siapakah yang satu itu, ya Rosulullah ?”.
Rosulullah Saw pun menjawab :
“ Yang satu itu adalah orang yang berpegang (beri’ itiqad) dengan
pegangan-Ku (I’ itiqad-Ku) dan sahabat-sahabat-Ku”
(HR, Tarmidzi. Ra)

111

“ Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad ditangan-Nya, akan


berfirkah umat-Ku sebanyak 73 firkah, yang satu masuk Syurga dan
yang lain masuk Neraka”
Bertanya para sahabat : “ Siapakah firkah (yang tidak masuk Neraka)
itu yaRosulullah ?
Rosulullah Saw menjawab : “ Ahlussunnah wal jama’ah”
(HR, Thabrani)

“ Akan ada segolongan dari umat-Ku yang tetap atas kebenaran sampai
hari qiyamat dan mereka tetap atas kebenaran itu”
(HR, Bukhori)

“ Barang siapa yang hidup (lebih lama) diantaramu, niscaya akan


melihat perselisihan (faham) yang banyak, ketika itu pegang teguhlah
sunah-Ku dan sunah Khalifah Rasyidin yang diberi hidayah, pegang
teguh itu dan gigitlah dengan gerahammu”
(HR, Abu Dawud.)

Allah Swt, berfirman :


“ Maka barang siapa yang berharap berjumpa dengan Tuhan-nya, maka
hendaklah dia melakukan tindak kesolehan dan tidak menyekutukan
Tuhan-nya dalam peribadatan”
(QS, Al- kahfi : 110)

“ Barang siapa telah buta hatinya dialam dunia ini, maka niscaya ia buta
juga hatinya dialam akhirat dan lebih tersesatlah perjalanannya”
(QS, Al-israa : 72)

“ Kemanapun wajahmu kamu hadapkan, maka (hakikatnya) kamu


menghadap kepada Allah”
(QS, Al-baqarah : 115)
“ Dan menyertaimu dimanapun kamu berada”
(QS, Al-hadid : 3)

“ Dan Dia (dzat Allah) beserta kamu sekalian dimana saja kamu berada
dan Allah tetap melihat apa-apa yang kamu kerjakan”
(QS, Al-hadid : 4)

“ Dan Kami (dzat Allah) terlebih hamper dari padamu sekalian, akan
tetapi mengapa tiada kamu ketahui dan selidiki adanya”
(QS, Al-waqiyah : 85)

112

“ Dan Kami (dzat Allah) terlebih hamper dari pada urat nadimu”
(QS, Al-qoof : 16)

“ Dan jika hamba-hambaku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang


Aku, maka jawablah bahwa Aku ini dekat”
(QS, Al baqaraah : 186)

“Dan(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan, anak-anak


Adam dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadaf (nafs)
mereka seraya berfirman : Bukankah Aku ini Rabb-mu, mereka
menjawab betul, kami menjadi saksi”
(QS, Al-a’ raaf : 172)
113

Daftar Istilah
 Adam : Ketiadaan (non Existence)

 Alam Al-Hiss : Alam indra.

 Alam Malakut : Alam malaikat, alam rohani, alam


atas, alam cahayawi.

 Alam Mulk : Alam duniawi.

 Alam Quds : Alam qudus, alam kesucian.

 Alam Syahadah : Alam kasar, alam yang dapat


disaksikan.

 Alim Billah : Orang yang memperoleh ilmu tentang


Allah dengan perkenannya jua.

 Aql : Akal

 Aqli : Yang berhubungan dengan akal.

 Arbab : Kata jamak dari Rabb, yaitu pemilik,


pelindung atau pemelihara.

 Aradh : Bagian yang berubah-ubah dari


sesuatu.
 Arifin (Arif) : yang memperoleh dari ma’ rifat.

 Arsy : Singgasana, sering digunakan sebagai


kiasan tentang kekuasaan Allah Swt

 Arbabul Basair : Orang yang memandang mata hatinya,


yang tercurahan hati nuraninya.

 Asyiq : Orang yang mengalami, yang cinta


sangat.

114

 Azali : Sejak dahulu kala, sejak permulaan


zaman

 Al Wadi Al Muqaddas : Lembah yang disucikan.

 Arif : Orang yang beroleh ma’ rifat.

 Basirah : Penglihatan mata hati, penglihatan


aqal.

 Fana : Meniadakan diri.

 Firqoh : Paham, pemahaman.

 Fadaniah Al Mahdna : Ketunggalan yang murni

 Isyq : Rindu, pada makhluk dinamai asyiq


dan pada Allah dinamai ma’ syuq.

 Ikhlas : Suci murni, tulus, tanpa pamrih.

 Ittihad : Kebersatuan, keadaan menyatu,


persatuan.

 Ibadah : Pengabdian, penghambaan kepada


Allah

 I’ itiqat : Keimanan, kepercayaan.

 Jaiz : Boleh dilakukan dan boleh


ditinggalkan dalam istilah ilmu kalam
(teologi berarti boleh ada dan boleh
pula tidak ada.

 Jisim : Anggota, tubuh atau benda.

 Jauhar/ Jawahir : Subtansi, dzat, bagian yang tidak


berubah.

 Kursy : Kiasan tentang kekuasaan dan


pengetahuan Allah yang meliputi
segalanya.

115

 Kasat mata : Dapat dilihat, kongkrit.


 Khawas/ Khas : Orang istimewa.

 Khawas al- khawas : Khusus dari yang khusus.


 Khalifah : Pengganti, yang menggantikan orang
lain dalam kedudukan
 Khalilullah : Sahabat Allah (julukan bagi nabi-nabi)
 Nafs : Jiwa, nafsu manusia.

 Musyahadah : Keadaan menyaksikan sesuatu.


 Muraqabah : Senantiasa mengintip dan mengintai
dari dekat apa-apa yang mesti, yang
harus dilakukan dalam menuju Allah.
 Muhasabah : Memperhitungkan keadaan diri sendiri
supaya mendapat kekayaan. jika
menjadi murid (penuntut) dihitung apa
kesalahan, apa kelalaian dan apa
kekurangannya sehingga dengan
demikian bertambah naiklah diri itu
dari satu tingkatan yang lebih tinggi,
menempuh tingkat itu disebut maqomat

 Maujud : Ada, sesuatu yang benar-benar ada.


 Maujudat : Segala sesuatu yang benar-benar ada,
segala yang dijadikan Allah ta’ ala.
 Miskat : Lubang yang masuk kedinding tetapi
tidak tembus sampai kesebelahnya yang
lain, biasanya untuk tempat
meletakkan pelita.

 Mujassimah : Kelompok penganut aliran tajsim (yang


menyatakan bahwa Tuhan itu berjisim,
bertubuh )

 Mukasyafah : Persingkapan hal-hal gaib secara


spiritual, biasa dialami oleh orang yang
telah mencurahkan nuraninya.

116

 Mulhid : Atheis, orang yang mengaku tidak ada


Tuhan.

 Muqaddas : Yang tersucikan, yang terkuduskan.

 Muqarrab : Yang didekatkan kepada Allah atau


kepada raja.

 Mahjub : Terhijab, tertutup, terdinding.

 Mahjubin : Kata jamak dari orang yang mahjub.

 Mahsus : Sesuatu yang dapat dirasakan atau


Dapat dicapai indra

 Majaz : Kiasan.

 Qodim : Dalam istilah teologi islam berarti :


sesuatu yang ada tanpa permulaan.

 Rubiyyah : Pengakuan bahwa Allah Swt adalah


yang maha pemelihara, pelindung dan
pengatur alam semesta dan sebagai
penciptanya.

 Ruh : Sesuatu kekuatan khusus yang


Diberikan Allah Swt kepada
makhluknya misalnya ruh kehidupan.

 Riadah : Latihan.
 Suluk : Perjalanan menuju kesempurnaan
batin
atau mencari hakekat

 Ta’ aqquli : Ialah yang dapt ditumbangkan dengan


akal.

 Tajarrud : Melepaskan segala ikatan apapun jua


yang akan merintangi diri di dalam
menuju jalan itu.

117

 Tajalli : Allah Swt bertajalli, menyatakan


Kemaujutannya, tersingkapnya hijab
Allah Swt secara spiritual bagi
makhluknya dengan suatu tanda.

 Ta’ abbudi : Yang bersifat ibadah semata-mata.

 Tahkik : Penetapan kebenaran sesuatu dengan


bukti-bukti pasti.

 Wijdan : Perasaan hati ( hati )

 Waham : Persangkaan, perkiraan yang keliru.

 Waro : Kebersihan jiwa, sikap hati-hati agar


tidak terjerumus dalam maksiat
(pelanggaran)

 Zauq : Cita rasa batiniyah yang amat halus

 Wasitilun : Orang-orang yang telah sampai


ketujuan
dalam istilah tasawuf berarti orang
yang telah mencapai puncak hakekat
dan ma’ rifat.

Anda mungkin juga menyukai