PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
antara lain beras, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kentang, sagu, sorgum, jewawut dan
secara optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya diversifikasi pangan
dengan memanfaatkan bahan pangan lokal seperti beras menjadi produk yang
memiliki peluang bisnis dan daya saing tinggi. Diantara komoditi pangan yang
Selatan seperti Enrekang, Sidrap, Maros, dan di Sulawesi Barat yaitu Polewali
dengan tanaman sumber karbohidrat lain, seperti dapat tumbuh pada hampir semua
jenis tanah termasuk tanah kurang subur, tanah kering, mudah dibudidayakan,
umur panen pendek dan kegunaannya beragam (Suherman et al. 2009). Jewawut
mengandung karbohidrat 74,16% lebih tinggi dibanding gandum yang hanya 69%.
1
2
seperti songkolo, buras, jepa dan baje dari jawawut utuh yang dicampur dengan
gula merah dan kelapa. Di Polewali Mandar istilah jewawut biasa disebut dengan
menyerupai padi, butir-butir buahnya berwarna kuning emas, lebih kecil dari pada
Jewawut dapat diolah menjadi tepung untuk mensubtitusi tepung beras atau
tepung terigu. Hal ini dikarenakan jewawut mengandung vitamin B dan beta
jewawut dalam bentuk pangan yang disukai oleh masyarakat serta diharapkan
Salah satu produk cemilan yang dapat diterima oleh masyarakat, jewawut
dapat diolah menjadi tepung agar mudah diolah dalam pencampuran proses
pembuatan makanan dan menjadi produk siap saji misalnya dalam bentuk kue
kering. Salah satu kue kering yang digemari oleh masyarakat Polewali Mandar
yang berpotensi untuk dikembangkan adalah jenis kue kering seperti kasippiq. Kue
Jewawut diolah menjadi produk yang siap santap, praktis dibuat serta mudah
didapatkan.
berbentuk pipih dan tipis, berwarna kuning kecoklatan serta biasanya dikonsumsi
sebagai menu saat bersantai. Produk ini diolah dengan alat khusus, waktu yang
renyah, disukai semua umur, mudah didapatkan dan cepat dalam pengolahan.
Diharapkan kue kasippiq yang disubsitusikan dari tepung jawawut dapat dijadikan
sebagai salah satu makanan ringan yang berigizi, dapat langsung dikonsumsi serta
dengan judul “Subsitusi Tepung Jewawut Pada Kue Kasippiq Di Desa Bonde
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui proses pembuatan tepung Jewawut.
2. Mengetahui proses pembuatan kue Kasippiq subsitusi tepung jewawut dengan
Jewawut, Adapun spesifikasi produk yang diharapkan melalui penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tepung jewawut yang dibuat warna kecoklatan, tekstur halus dan
memiliki banyak manfaat dan dapat diolah dengan berbagai macam olahan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Jewawut
a. Morfologi Jewawut
Jewawut (Setaria italica) atau millet adalah sejenis sereal berbiji kecil yang
pernah menjadi makanan pokok masyarakat Asia Timur dan Tenggara sebelum mereka
minor namun memiliki nilai kandungan gizi yang mirip dengan tanaman pangan
lainnya seperti padi, jagung, gandum, dan tanaman biji-bijian yang lain karena
sehingga selama ini tanaman jewawut hanya dijadikan sebagai pakan burung. Padahal
tanaman ini dapat diolah menjadi sumber makanan oleh masyarakat guna mendukung
atau millet adalah salah satu jenis serealia yang merupakan famili Poaceae. Tiga jenis
jewawut yang populer di Indonesia yaitu jenis brownstop, pearl millet dan jenis proso
b. Klasifikasi Jewawut
Menurut Nurmala (1997) klasifikasi jewawut disajikan sebagai berikut :
dari jagung, tetapi lebih rendah dari sorgum, viskositas/suspensi pati lebih tinggi dari
gandum, sifat gelatinisasi lebih baik dari sorgum. Jewawut memiliki nilai nutrisi yang
kompleks dengan kandungan karbohidrat dan protein lebih baik di banding beras
(a) Tanaman Jewawut (b) millet pearl (c) Millet foxtail (d) millet proso
Gambar 2.1 Jenis Tanaman Jewawut
Jewawut memiliki bentuk malai seperti bulir yang tersusun relatif rapat dan biji-
bijinya yang masak bebas dari lemma dan palea. Tanaman ini termasuk hermaprodit
dimana buliran berbentuk menjorong, bunga bawah steril sedangkan bunga atas
7
hermaprodit. Biji bulat telur lebar, melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota,
berwarna kuning pucat hingga jingga, merah, coklat atau hitam (Leonard dan Martin,
1988).
Biji jewawut masuk dalam jenis padi-padian kecil termasuk biji kariopsis yang
memiliki ukuran yang sangat kecil sekitar 1 – 1 mm, yang biasanya memiliki warna
krem, merah kecoklatan, kuning dan hitam. Jewawut termasuk tanaman serelia
ekonomi keempat setelah padi, gandum, dan jagung. Biji jewawut mudah dijumpai di
kios maupun di pasar makanan burung. Biji jewawut mengandung karbohidrat dan
protein yang tidak kalah dengan beras, bahkan tepung jewawut unggul dari kandungan
Kandungan nutrisi jewawut berbagai jenis dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Foxtai
Jenis jewawut Pearl Fingger Proso Fenio
l
Protein (%) 14,5 8,0 13,4 11,7 8,7
Ekstaketer (%) 5,1 1,5 9,7 3,9 2,8
Serat kasar (%) 2,0 3,0 6,3 7,0 8,0
Abu (%) 2,0 3,0 4,2 3,0 3,3
Pati (%) 71,6 59,0 57,1 55,1 -
Sumber : Abate, A. N and Gomez, M (1984).
bioaktif dan serat yang penting bagi kesehatan. Selain itu, tanaman ini dapat pula
dijadikan sebagai bahan pangan subtitusi beras dan sumber protein. Salah satu jenis
tanaman jewawut yang kerap kali diteliti adalah tanaman jewawut jenis pearl millet
belum dilakukan sehingga belum diketahui keragaman jewawut termasuk jenis ketan
seperti yang dijelaskan Southgate (1988), bahwa kandungan amilopektin yang tinggi
(75%) pada endosperm jewawut termasuk jenis ketan (waxy) (Balitsereal, 2004).
d. Pearl Millet
1) Pearl Millet
millet telah dijadikan sebagai pangan pokok jutaan manusia. Di India, pearl millet
merupakan sereal keempat terpenting setelah beras, terigu, dan sorgum. Pearl
millet juga menduduki rangking keenam sereal terpenting di dunia setelah terigu,
beras, jagung, barley, dan sorgum. Pearl millet merupakan tanaman dengan rata-
rata tinggi 2 m dan panjang tangkai biji 15 – 140 cm. Biji pearl millet berbentuk
bulat, berwarna putih kekuningan, dan kulit biji berwarna cokelat kemerahan
Pearl millet memiliki kandungan protein yang hampir sama dengan terigu
dan bahkan mengandung sedikit protein gluten. Meskipun demikian, pearl millet
memiliki kandungan protein lebih tinggi dari jenis jewawut lainnya. Hal ini karena
pearl millet memiliki lembaga (germ) yang besar sehingga kaya protein albumin
dan globulin. Dengan tingginya protein albumin dan globulin, maka kandungan
asam amino esensial lisin pun tinggi (Serna-Saldivar dan Rooney, 1995).
Ca (mg/100g) 19,80
VitaminA (mg/100g) 0,023
VitaminC (mg/100g) 26,40
Sumber : Nurmala (1997) ; Leder (2004) ; Yanuar (2009)
2. Kue Kasippiq
biasanya bercita rasa manis atau ada pula yang gurih dan asin. Kue seringkali
diartikan sebagai makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung, Baik
a) Kue kasippiq Ada yang menduga asal kue jenis ini memiliki kesamaan
dengan kue “krumkake” yang dibawa oleh orang-orang Portugis, yaitu jenis
“waffle” Norwegia yang terbuat dari tepung terigu, mentega, telur, gula serta krim.
Kue kasippiq di Sulawesi Barat menyebut kuliner ini adalah penanganan yang
diolah di atas api dengan cara dipanggang hingga mengeras, saat masih lunak
permukaannya yang luas dilipat hingga menjadi dua lapisan. Jika dlihat dari
bentukan awalnya maka bentuknya adalah berupa lingkaran dan dapat dilipat
ringan di sore hari. Rasanya gurih dan renyahnya seperti kerupuk menjadikan
kasippiq punya khas tersendiri saat dimakan. Di luar Sulawesi Barat Penganan ini
dikenal dengan nama Kue Semprong, bentuk gulungan berukuran seragam dengan
Kue Kasippiq termasuk kedalam kue kering saat ini kasippiq di Sulawesi Barat
dijadikan buah tangan. Seseorang yang berasal dari Mandar dan baru saja pulang
Makanan ini dijadikan oleh-oleh. Kue Semprong juga banyak tersebar di wilayah-
wilayah lain di Indonesia, yang bentuk, cara pengolahan, dan cara penyajiannya
nyaris sama. Tak jelas semenjak kapan kasippiq menjadi buah tangan orang-orang
yang baru saja berkunjung ke wilayah suku Mandar, namun penganan ini sudah
lekat menjadi oleh-oleh khas. Karena merupakan kue kering yang sifatnya renyah,
maka untuk menyimpan kue ini sebaiknya ia dimasukkan didalam wadah yang
tertutup rapat, dapat digunakan wadah plastik ataupun wadah kaca, namun harus
12
dipastikan agar wadahnya cukup rapat, karena jika lama di ruang terbuka maka
tekstur kue akan tidak renyah lagi, sementara rasa renyahnya adalah favorit saat
sedikit terigu dan tambahkan potas aduk hingga rata kemudian masukkan air
hingga mengental.
a) Kocok Telur dan gula pasir hingga rata dalam kom adonan, tambahkan
a) Kocok mentega, gula halus, kuning telur, masukkan tepung aduk dengan
4) Alat
f) Timbangan (scale)
g) Kuas (brush)
3. Uji organoleptik
pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima
alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi
Salah satu cara untuk mengetahui respon konsumen terhadap suatu produk adalah
dengan menanyakan langsung pada setiap orang tentang pendapatnya terhadap produk
14
yang dihasilkan (Rampengan, dkk. 1985). Penilaian mutu produk dapat dilakukan
a. Uji hedonik
Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan, dengan
maksud untuk melihat penerimaan konsumen terhadap suatu produk baru. Dalam uji
tentang kesukaan dan sebaliknya ketidaksukaan, tingkat kesukaan ini disebut skala
hedonik. Selain itu uji hedonik dapat juga digunakan untuk uji kriteria secara umum,
seperti warna, aroma, rasa, dan tekstur. Berikut adalah definisi sifat-sifat tersebut:
1) Rasa: penilaian yang dilakukan melalui indra pencicip, dibedakan menjadi
ukuran, dan bentuk, volume kerapatan, dan berat jenis, panjang lebar dan
misalnya bau busuk atau bau harum pada makanan biasa disebut dengan
dalam penerimaan makanan didalam mulut atau perabaan dengan jari dan
bersifat objektif. Sebelum melakukan uji sensorik ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan agar data yang diperoleh tidak dapat dan tidak dipengaruhi oleh faktor-
Dalam pengujian sensorik panelis yang dipilih untuk mengevaluasi suatu produk
sangat besar pengaruhnya terhadap hasil pengujian yang diperoleh. BPOM tahun
2003 menjelaskan bahwa panelis adalah orang yang bertugas menilai sifat atau
Faktor lain yang menetukan hasil pengujian adalah kondisi kesehatan serta
tingkat perbedaan dapat dipakai 10-20 orang penguji sedangkan untuk mengadakan
penelitian kualitas produk digunakan panelis terlatih 4-5 orang, sebaliknya dalam
pengujian tingkat kesukaan umumnya dibutuhkan jumlah panelis yang lebih banyak
2) Waktu pengujian
Perlu dilakukan saat yang tepat untuk melaksanakan pengujian, sebab hal ini
organoleptikk adalah saat panelis tidak dalam kondisi lapar atau kenyang, yaitu
kira-kira pukul 09.00-11.00 dan pukul 14.00-16.00 atau sesuai dengan kebiasaan
setempat.
3) Prosedur Pengujian
disepakati bahwa apakah panelis akan menelan bahan yang diuji atau hanya
mencicipinya, hal ini tidak mengganggu hasil pengujian. Air yang diberikan
sebaiknya air yang bersuhu kamar, sebab bila menggunakan air dingin atau terlalu
4) Score Sheet
16
Score sheet dibuat oleh petugas laboratorium organik atau penguji yang
merupakan lembaran pernyataan yang sangat perlu dalam pengujian. Dalam Score
sheet dicantumkan spesifikasi dari produk yang merupakan keterangan yang jelas,
Spesifikasi dalam Score sheet tersebut harus disesuaikan dengan metode uji
organoleptik yang dipakai. Dalam suatu Score sheet terdapat informasi, intruksi dan
respons.
c. Uji Anova
Uji Anova adalah bentuk khusus dari analisis statistik yang banyak digunakan
dalam penelitian eksperimen. Uji Anova juga adalah bentuk uji hipotesis statistik
Hipotesis nol dari uji Anova adalah bahwa data adalah simple random dari populasi
yang sama sehingga memiliki ekspektasi mean dan varians yang sama.
peneliti untuk menguji hipotesis perbandingan lebih dari dua kelompok. Dengan
demikian, uji-T dan uji anova adalah sama-sama metode statistik untuk perbandingan.
Prinsip uji Anova adalah kita membandingkan variansi tiga kelompok sampel atau
lebih. Lebih dari sekedar membandingkan nilai mean (rata-rata), uji anova juga
4. Penelitian Relevan
17
Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatasvar. Ayamurasaki) Dan Terigu (Triticum Aestivum
Hasil Penelitian :
tepung jewawut 40%, ubi jalar ungu 50 % dan terigu 10 persen dengan proses
memiliki skor kekerasan 3063,13 gf, kadar air 7,02 % bb, kadar abu 3,26 % bk,
lemak 4,64 persen bk, protein 11,43 % bk, karbohidrat 80,67 % bk, serat kasar 6,88
Hasil Penelitian :
Hasil analisis fisik dan kimia menunjukkan bahwa laju pembasahan serbuk
minuman jewawut instan formula ke-1 (plain) sebesar 4.89 g/menit dan daya serap
air sebesar 10.61 g/g. Kadar air serbuk minuman jewawut instan formula ke-1
(plain) 10.60%, kadar abu 1.56%, kadar protein 8.44%, kadar lemak 2.09%, kadar
karbohidrat 77.31%, total serat pangan 5.01%, dan kadar fenol total 2.15 mg
GAE/g serbuk. Berdasarkan hasil analisis independent sample t-test, produk serbuk
minuman jewawut instan formula ke-1 plus gula dan susu ini memiliki nilai
18
penerimaan yang meningkat dibandingkan nilai uji rating hedonik dimana sampel
Hasil Penelitian :
produk yang bermutu baik berdasarkan parameter dimana untuk kadar air terendah
yaitu 4,96% dan daya serap air sebesar 112,78%, sedangkan perlakuan perendaman
air selama 1 jam dan pengukusan selama 30 menit menghasilkan produk yang
bermutu baik berdasarkan parameter dimana kadar protein sebesar 8,3% dan
karbohidrat sebesar 67,37%. Pada uji organoleptik, perlakuan terbaik dari segi
warna, aroma, tekstur, dan rasa yaitu pada perlakuan perendaman air selama 1 jam
melalui penelitian ini dilakukan pengembangan dari bahan pangan Jewawut yang
disubsitusi pada kue Kasippiq yang menghasilkan produk baru yaitu kue Kasippiq
Jewawut yang diproses dengan cara dipanggang menggunakan alat cetakan khusus
B. Kerangka Pikir
Kue Kasippiq
Jewawut
Mutu Kue Kasippiq Jewawut
Indonesia memiliki beragam jenis pangan sumber karbohidrat antara lain beras,
jagung, ubi jalar, ubi kayu, kentang, sagu, sorgum, jewawut dan sebagainya. Namun
pemanfaatan komoditi pangan lokal selain beras belum dilakukan secara optimal.
jewawut dalam bentuk pangan yang disukai oleh masyarakat serta diharapkan
Sebagai produk cemilan yang dapat diterima oleh masyarakat, jewawut dapat
diolah menjadi tepung agar mudah diolah dalam pencampuran proses pembuatan
makanan dan menjadi produk baru misalnya dalam bentuk kue kering. Salah satu
kue kering yang digemari oleh masyarakat Polewali Mandar yang berpotensi
dikembangkan adalah jenis kue kering seperti kasippiq. Kue Tradisional kasippiq
inilah yang akan disubsitusikan dengan tepung Jewawut dioleh menjadi produk
berbentuk pipih dan tipis, berwarna kuning kecoklatan serta biasanya dikonsumsi
disukai semua umur, mudah didapatkan. Diharapkan kue kasippiq yang akan
disubsitusikan dari tepung jawawut dapat dijadikan salah satu bentuk makanan
ringan yang berigizi, bermanfaat bagi kesehatan, dapat langsung dikonsumsi serta
Berdasarkan kandungan gizi dalam Jewawut maka inilah yang menjadi alasan
untuk mengolah Biji Jewawut menjadi produk olahan baru berbagai macam olahan
tradisional yang biasa dibuat oleh masyarakat Polewali Mandar, Manfaat dari
berbagai macam produk kue kering yang bernilai gizi juga dapat meningkatkan nilai
melalui tahapan yaitu pada tahap pertama Menguji perencanaan 3 (tiga) resep kue
kasippiq. Resep dengan mutu terbaik akan digunakan pada uji organoleptik. Tahap
kedua mengolah biji jewawut dengan 3 perlakuan yaitu pengolahan biji jewawut
dengan cara dicuci kemudian direndam dengan waktu 1 jam dan 6 jam dan tanpa
kemudian diayak menggunakan ayakan 70 mesh. Hasil yang terbaik dari perlakuan
ini akan disubsitusikan dengan tepung terigu, tahap ketiga tahap pengolahan dengan
subsitusi tepung terigu 70% dengan 30% tepung Jewawut, subsitusi tepung terigu
60% dengan 40% tepung jewawut, subsitusi tepung terigu 50% dengan 50% tepung
jewawut, subsitusi tepung terigu 40% dengan 60% tepung jewawut. dari keempat
21
hasil tersebut akan di uji organoleptik dengan penilaian mutu hedonik dan Uji
kesukaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
artikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Sugiyono (2015, 107).
Eksperimen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Subsitusi tepung jewawut pada
Biji jewawut yang sudah dihaluskan diayak dengan ayakan 70 mesh, kemudian tepung
22
jewawut diolah menjadi kue kasippiq dengan resep terbaik. Dari hasil eksperimen,
akan diuji secara organoleptik oleh 44 orang panelis yang terdiri dari 6 dosen PKK
UNM, 30 orang mahasiswa sebagai penelis agak terlatih dan 8 masyarakat pengusaha
kue Kasippiq sebagai panelis tidak terlatih. Mutu diuji dengan mutu hedonik terhadap
warna, aroma, tekstur, rasa dan over all (keseluruhan), serta uji hedonik terhadap
diayak.
2. Kue Kasippiq tepung jewawut adalah kue kering yang dibuat dengan berbahan
dasar campuran tepung jewawut dan tepung terigu yang dibentuk pipih
selama 1 jam dan 6 jam, dikeringkan, dihaluskan kemudian diayak. dan tahap ke
dua dicuci langsung, dikeringkan kemudian ditepungkan) dari mutu hasil yang
dan 70% tepung terigu, F2 40% tepung Jewawut dan 60% tepung terigu, F3 50%
tepung Jewawut dan 50% tepung terigu, F4 60% tepung Jewawut dan 40% tepung
terigu.
23
d. Uji organoleptik terhadap produk kue Kasippiq dengan subsitusi tepung Jewawut
mengetahui cita rasa, aroma, tekstur, warna, keseluruhan pada mutu hedonik dan uji
hedonik.
Alat yang digunakan dalam proses pembuatan tepung adalah kom adonan
sebagai wadah tepung jewawut, timbangan untuk mengukur berat biji jewawut,
blender untuk menghaluskankan biji jewawut dan ayakan sebagai penyaring dalam
b. Kue Kasippiq : bahan dasar yang digunakan yaitu tepung terigu yang digunakan
terigu merk kompas, gula pasir yang digunakan berwarna putih, bersih, tidak
ukuran kecil, gelas ukur (measuring cup) untuk mengukur bahan cair yang
digunakan, Kom adonan (whisking bowl): terbuat dari stainless steel yang berfungsi
sebagai wadah pada saat pengolahan pencampuran adonan Kue Kasippiq, Kocokan
(Ballon wisk) digunakan untuk mengocok adonan yang telah dicampur, Sendok Sup
(soup spoon) digunakan untuk menuangkan adonan kedalam cetakan, Kuas (brush)
digunakan untuk mengoles cetakan agar tidak lengket, alat cetak khusus digunakan
untuk mencetak kue kasippiq, kompor spesifikasi gas. Untuk memasak bahan,
24
spatula besi (iron spatula) berfungsi untuk mengangkat adonan, Toples digunakan
sebagai wadah setelah adonan sudah masak dimasukkan kedalam toples agar tidak
melempem.
1) Cara Membuat
a) Kocok telur dan gula pasir hingga rata dalam kom adonan.
b) Kemudian masukkan tepung terigu dan tepung jewawut aduk hingga rata,
diamkan.
sendok teh kedalam cetakan lalu apit , panggang selama satu menit dengan
Jewawut
cuci
Tanpa Perendaman
1 Jam 6 Jam
Perendaman
Dikeringkan
25
Penepungan
Mutu Terbaik
Standarisasi
Resep Tepung Jewawut Tepung Terigu
Tepung F1 F2 F3 F4
Tepung Jewawut 30 40 50 60
Kandungan Gizi Formula terbaik
Tepung Terigu 70 60 50 40
Uji Organoleptik
3. Uji Organoleptik
Pada tahap ini kue kasippiq subsitusi tepung jewawut diuji untuk mengetahui
perbandingan warna, aroma, tekstur, dan rasa dengan beberapa panelis. Dari hasil uji
Keluarga sebanyak 36 panelis akan terpilih satu formula terbaik yang akan diujikan
melihat proses pembuatan tepung jawawut dan subsitusi tepung jewawut pada kue
panelis terhadap Kue kasippiq subsitusi tepung jewawut. Dalam uji organoleptik uji
26
sensorik merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat
utama untuk pengukuran daya penerimaann terhadap produk. Panca indera dalam uji
antara satu warna dengan warna yang lainnya, bening cerah, bening buram dan
gelap.
2. Score sheet
Score sheet dibuat untuk uji organoleptik guna mendapatkan penilaian Uji hedonik
dan mutu hedonik (mutu kesukaan) dari panelis. Dalam score sheet ini dicantumkan
spesifikasi dari produk yang merupakan keterangan yang jelas, singkat dan tepat
Pengujian organoleptik pada penelitian ini menggunakan uji hedonik atau uji
kesukaan yang merupakan salah satu uji penerimaan dan mutu hedonik. Dalam uji ini
produk kue kasippiq subsitusi tepung jewawut. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut
sebagai skala hedonik dari skala 1 sampai 11, seperti sangat sangat tidak suka sekali,
sangat-sangat tidak suka, sangat tidak suka, tidak suka, agak tidak suka, biasa, agak
suka, suka, sangat suka, sangat-sangat suka, sangat-sangat suka sekali. Dengan adanya
27
skala hedonik secara tidak langsung uji hedonik dapat digunakan untuk mengetahui
produk kue kasippiq subsitusi tepung jewawut. Mutu hedonik dilakukan dengan
parameter yang diuji warna, aroma, tekstur, rasa dan over all. Tingkat uji Mutu
hedonik rencananya akan dilakukan minimal 36 orang panelis terhadap produk kue
Pengukuran instrument untuk score sheet pada uji organoleptik dan Formulir isian
Hasil pengukuran dari panelis score sheet pada uji organoleptik akan dianalisis
dengan menggunakan SPSS 16,0 for windows, kemudian data yang telah berhasil
Pengukuran mutu kesukaan menggunakan score sheet pada uji organoleptik. Data
tentang tingkat penerimaan selanjutnya akan diolah dengan menggunakan Anova serta
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi hasil produk
tahap pengolahan, maka didapatkan 2 jenis produk dalam pemanfaatan tepung biji
jewawut. Produk yang pertama adalah Jewawut yang digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan tepung jewawut dan yang kedua adalah hasil kue kasippiq
subsitusi tepung jewawut. Adapun metode yang digunakan yaitu metode Grildle
30% tepung jewawut dan 70% tepung terigu, 40% tepung jewawut dan 60% tepung
terigu, 50% tepung jewawut dan 50% tepung terigu, 60% tepung jewawut dan 40%
.tepung terigu
Tepung jewawut sebagai bahan subsitusi kue kasippiq digunakan biji jewawut
jenis pearl millet dari hasil pertanian Kabupaten Polewali Mandar. Dalam
melalui proses perbandingan 3 waktu yaitu perendaman 1 jam, 6 jam dan tanpa
29
melalui perendaman (langsung) dan hasil terbaik akan disubsitusikan pada kue
kasippiq sampai tahap penepungan dan berat tepung yang dihasilkan sebanyak 250
gram.
Berikut adalah hasil jadi tepung jewawut dan kue kasippiq subsitusi tepung
Gambar 4.5 Bahan yang digunakan dalam pembuatan kue kasippiq subsitusi tepung
jewawut
powder 0,03 gram dan garam 0,17 gram kemudian masukkan bahan tepung
rata, diamkan.
detik.
c. Proses akhir : merupakan dari seluruh proses produksi, kue kasippiq siap santap.
yang dihasilkan diberikan kepada panelis melalui metode uji organoleptik untuk
mengetahui mutu hedonik (tingkat kesukaan) dan uji hedonik (tingkat penerimaan)
panelis terhadap produk ini. berikut ini dapat dijelaskan hasil penilaian panelis
terhadap kualitas produk kue kasippiq tepung jewawut antara kue kasippiq dengan
subsitusi 30% tepung jewawut dan 70% tepung terigu, 40% tepung jewawut dan
60% tepung terigu, 50% tepung jewawut dan 50% tepung terigu, 60% tepung
32
jewawut dan 40% tepung terigu. Dengan metode grildle yang telah diujikan sebagai
berikut :
a. Warna
Keterangan:
F1 Penggunaan tepung
jewawut sebanyak 30%
dan tepung terigu 70% ,
F2 40% ; 60% ,
F3 50% ; 50, dan
F4 60% ; 40%.
terhadap kue kasippiq dengan formulasi F1, F2, F3, dan F4 yang paling banyak
dipilih oleh panelis yaitu pertama warna dari F1 yakni 5,28% panelis memilih
coklat agak pucat, warna kedua yaitu F2 yakni 4,67% panelis memilih coklat,
warna ketiga yaitu F3 yaitu 4,69% panelis memilih coklat, warna keempat yaitu F4
Rata-rata (±)
Formula Jewawut (g) Terigu (g) P (Value)
standar deviasi
F1 30 70 (5,28 ± 0,8) c 0,00
F2 40 60 (4,67 ± 1,1) b
F3 50 50 (4,69 ± 1,4) b
F4 60 40 (3,75 ± 1,5) a
Keterangan: - F1 30% : 70% ; F2 40% ; 60% ; F3 50% ; 50% ; F4 60% ; 40%
-p< 0,01 = sangat berbeda
Hasil uji anova untuk penerimaan warna menunjukkan adanya sangat
berbeda dengan taraf kepercayaan 95%. Uji lanjut duncan test yang ternyata
33
b. Aroma
Aroma merupakan salah satu penentu dari penilaian mutu kesukaan produk,
semakin baik aroma yang dihasilkan suatu produk maka semakin banyak pula
peminat dari produk tersebut, berdasarkan hasil penilaian panelis pada kue kasippiq
Keterangan:
F1 Penggunaan
tepung jewawut
sebanyak 30% dan
tepung terigu 70% ,
F2 40% ; 60% ,
F3 50% ; 50, dan
F4 60% ; 40%.
terhadap kue kasippiq dengan formulasi F1, F2, F3, dan F4 yang paling banyak
dipilih oleh panelis yaitu pertama aroma dari F1 yakni 5,44% panelis memilih agak
harum, aroma kedua yaitu F2 yakni 4,61% panelis memilih biasa, aroma ketiga
yaitu F3 yakni 4,33% panelis memilih biasa, aroma keempat yaitu F4 yakni 5,11%
F3 50 50 (4,33 ± 1,3) a
F4 60 40 (5,11 ± 1,4) c
Keterangan: : - F1 30% : 70% ; F2 40% ; 60% ; F3 50% ; 50% ; F4 60% ; 40%
-p< 0,01 = sangat berbeda
Hasil uji anova untuk penerimaan aroma menunjukkan adanya sangat berbeda
dengan taraf kepercayaan 95%. Uji lanjut duncan test yang ternyata menunjukkan
berbeda aroma.
c. Tekstur
Tekstur adalah salah satu sifat bahan atau produk yang dapat dirasakan melalui
sentuhan kulit ataupun mencicip. Beberapa sifat tekstur dapat juga diperkirakan
dengan menggunakan seperti kehalusan atau kekerasan dari permukaan bahan atau
kerupuk (crisp food). Dibawah ini dengan diagram hasil penilaian panelis terhadap
Keterangan:
F1 Penggunaan tepung jewawut sebanyak
30% dan tepung terigu 70% , F2 40% ; 60% ,
F3 50% ; 50, dan
F4 60% ; 40%.
kasippiq
Berdasarkan gambar 4.8 dapat
disimpulkan bahwa penerimaan tekstur dengan formulasi F1, F2, F3, dan F4 yang
paling banyak dipilih oleh panelis yaitu pertama tekstur dari F1 yaitu 4,81% panelis
memilih biasa, tekstur kedua F2 yaitu 4,28% panelis memilih biasa, tekstur ketiga
35
F3 yaitu 4,06% panelis memilih biasa, dan tekstur keempat F4 yaitu 5,53% panelis
Rata-rata (±)
Formula Jewawut (g) Terigu (g) P (Value)
standar deviasi
F1 30 70 (4,81 ± 1,6) b 0,00
F2 40 60 (4,28 ± 1,3) ab
F3 50 50 (4,06 ± 1,5) a
F4 60 40 (5,53 ± 1,1) c
Keterangan: - F1 30% : 70% ; F2 40% ; 60% ; F3 50% ; 50% ; F4 60% ; 40%
-p< 0,01 = sangat berbeda
berbeda dengan taraf kepercayaan 95%. Uji lanjut duncan test yang ternyata
berbeda Tekstur.
d. Rasa
Keterangan : F1
Penggunaan tepung
jewawut sebanyak 30%
dan tepung terigu 70% ,
F2 40% ; 60% ,
F3 50% ; 50, dan
F4 60% ; 40%.
36
formulasi F1, F2, F3, dan F4 yang paling banyak dipilih oleh panelis yaitu pertama
rasa dari F1 yaitu 5,78% panelis memilih agak enak, rasa kedua dari F2 yaitu
4,64% panelis memilih biasa, rasa ketiga dari F3 yaitu 4,81% panelis memilih
biasa, dan rasa keempat dari F4 yaitu 5,50% panelis memilih agak enak.
Tabel 4.4 Analisis Anova pada rasa
Rata-rata (±)
Formula Jewawut (g) Terigu (g) P (Value)
standar deviasi
F1 30 70 (5,78 ± 0,1) b 0,01
F2 40 60 (4,64 ± 1,1) a
F3 50 50 (4,81 ± 1,5) a
F4 60 40 (5,50 ± 1,6) b
Keterangan: - F1 30% : 70% ; F2 40% ; 60% ; F3 50% ; 50% ; F4 60% ; 40%
-p< 0,01 = sangat berbeda
Hasil uji anova untuk penerimaan rasa menunjukkan adanya sangat berbeda
dengan taraf kepercayaan 95%. Uji lanjut duncan test yang ternyata menunjukkan
F2 dan F3 menunjukkan tidak berbeda, F1 dan F4 juga tidak berbeda tetapi F1 dan
e. Over all
mutu kesukaan. Dibawah ini merupakan diagram hasil penilaian panelis terhadap
Keterangan: F1
Penggunaan tepung
jewawut sebanyak 30%
dan tepung terigu 70% ,
F2 40% ; 60% ,
37
dengan formulasi F1, F2, F3, dan F4 yang paling banyak dipilih oleh panelis yaitu
pertama over all dari F1 yaitu 5,86% panelis memilih agak baik, overall kedua dari
F2 yaitu 4,94% panelis memilih biasa, over all ketiga dari F3 yaitu 5,03% panelis
memilih agak baik, dan over all keempat dari F4 yaitu 5,58% panelis memilih agak
baik.
Tabel 4.5 Analisis Anova pada over all
Rata-rata (±)
Formula Jewawut (g) Terigu (g) P (Value)
standar deviasi
F1 30 70 (5,86 ± 0,8) b 0,01
F2 40 60 (4,94 ± 0,9) a
F3 50 50 (5,03 ± 1,3) a
F4 60 40 (5,58 ± 1,3) b
Keterangan: - F1 30% : 70% ; F2 40% ; 60% ; F3 50% ; 50% ; F4 60% ; 40%
-p< 0,01 = sangat berbeda
Hasil uji anova untuk penerimaan over all (keseluruhan) menunjukkan adanya
sangat berbeda dengan taraf kepercayaan 95%. Uji lanjut duncan test yang ternyata
F2, F3, dan F4 penilaian kesukaan panelis terhadap kue kasippiq yang pertama dari
F1 yaitu 8,22% panelis memilih suka, kedua F2 yaitu 7,11% panelis memilih agak
suka, ketiga F3 yaitu 7,03% panelis memilih agak suka, keempat F4 yaitu 8,06%
secara keseluruhan.
Rata-rata (±)
Formula Jewawut (g) Terigu (g) P (Value)
standar deviasi
F1 30 70 (8,22 ± 1,5) b 0,03
F2 40 60 (7,11 ± 1,6) a
F3 50 50 (7,03 ± 1,8) a
F4 60 40 (8,06 ± 2,0) b
Keterangan: - F1 30% : 70% ; F2 40% ; 60% ; F3 50% ; 50% ; F4 60% ; 40%
-p< 0,01 = sangat berbeda
adanya berbeda dengan taraf kepercayaan 95%. Uji lanjut duncan test yang ternyata
polewali mandar
Polewali Mandar terhadap kue kasippiq formulasi terbaik dengan subsitusi tepung
jewawut 30% kepada masyarakat pengusaha kue kasippiq yang melibatkan 8 orang
menjawab agak suka. Berdasarkan data tersebut 6 orang atau nilai rata-rata 75%
menjawab suka. Jadi dari hasil respon masyarakat Desa Bonde Kecamatan
kasippiq subsitusi tepung jewawut dapat dilihat pada lampiran hasil uji hedonik
Nilai/ Value
Proximat
F1 F2 F3 F4
Protein/ Protein 18.2 18.1 18 17.9
Lemak/ Fat 13.2 13.5 13.7 14
Karbohidrat/ Carbohydrate 67.95 67,74 67,65 67.41
Air/ Water 0.11 0.11 0.11 0.11
Abu/ Ash 0.54 0.55 0.56 0.58
Sumber : Program nutrisurvey, 2015
a. Protein
40
sebesar 18,0 g, dan F4 sebesar 17,09 g. Dari hasil yang diperoleh kadar Protein
b. Lemak
Keterangan: F1 Penggunaan
tepung jewawut sebanyak 30%
dan tepung terigu 70% ,
F2 40% ; 60% ,
F3 50% ; 50, dan
F4 60% ; 40%.
F3 sebesar 13,7 g, dan F4 sebesar 14,0 g. Dari hasil yang diperoleh kadar lemak
tertinggi yaitu sebesar 14,0 g dan yang terendah 13,2 g.
c. Karbohidrat
Keterangan: F1 Penggunaan
tepung jewawut sebanyak 30%
dan tepung terigu 70% , F2 40% ;
60% , F3 50% ; 50, dan F4 60% ;
40%.
F2 sebesar 67,74 g, F3 sebesar 67,65 g, dan F4 sebesar 67,41 g. Dari hasil yang
diperoleh kadar karbohidrat tertinggi yaitu sebesar 67,74 g dan terendah 67,41 g.
d. Kandungan Air
Keterangan:
F1 Penggunaan tepung jewawut
sebanyak 30% dan tepung terigu
70% ,
F2 40% ; 60% ,
F3 50% ; 50, dan
F4 60% ; 40%.
Berdasarkan kadar air yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan hasil
e. Kandungan Abu
Keterangan:
42
0,55 g, F3 sebesar 0,56 g, dan F4 sebesar 0,58 g. Dari hasil yang diperoleh kadar
B. Pembahasan
pembuatan tepung jewawut yaitu tahap pertama mencuci biji jewawut sebersih-
kebersihaan jewawut diukur dari warna air jewawut yaitu airnya tidak keruh dan
terlihat bersih, dalam penelitian ini jenis jewawut yang digunakan dalam penelitian
ini adalah biji jewawut jenis pearl millet. Tahap ke dua, jewawut yang telah di cuci
melalui proses perbandingan 3 waktu yaitu perendaman 1 jam, 6 jam dan tanpa
bawah sinar matahari sampai benar-benar kering, tahap selanjutnya adalah proses
menggunakan ayakan 70 mesh sehingga dapat menghasilkan tepung yang halus dan
untuk 1 kg jewawut mengahasilkan 250 gram, tepung jewawut dari hasil ketiga
memilik mutu terbaik dengan karakteristik tekstur halus, berwarna coklat, beraroma
tahap uji 3 resep yaitu resep ukuran rumah tangga, resep standar, dan resep standar
kue kering (cookies) dari uji tersebut akan dipilih satu resep untuk disubsitusikan
tepung jewawut dan hasil terbaik adalah resep standar dengan karakteritik rasa
sama dengan kue kasippiq pada umumnya, aromanya harum sangat khas aroma kue
pembuatan kue kasippiq tepung jewawut dilakukan dengan empat subsitusi yaitu
dengan F1 Penggunaan tepung jewawut sebanyak 30% dan tepung terigu 70% , F2
40% ; 60% , F3 50% ; 50, dan F4 60% ; 40%. Tahap pertama Pencampuran yaitu
telur, gula pasir dikocok, masukkan baking powder dan garam, kocok. kemudian
masukkan bahan tepung terigu, tepung jewawut dan santan, aduk sampai rata,
diamkan. Tahap selanjutnya panaskan cetakan, setelah panas tuangkan adonan kue
kasippiq sebanyak setengah sendok teh kedalam cetakan kemudian apit, bolak balik
yaitu Dosen jurusan PKK UNM, Mahasiswa jurusan PKK UNM, dan masyarakat
Desa Bonde maka dapat disimpulkan bahwa tingkat mutu kue kasippiq subsitusi F1
30% subsitusi tepung jewawut dengan hasil penilaian (a) penilaian warna sebesar
5,28% (b) penilaian aroma sebesar 5,44% (c) penilaian rasa sebesar 5,78% (d)
penilaian tekstur sebesar 4,81% (e) penilaian over all 5,86% (f) penilaian tingkat
kesukaan 8,22%. kue kasippiq subsitusi F2 40% subsitusi tepung jewawut dengan
hasil penilaian (a) penilaian warna sebesar 4,67% (b) penilaian aroma sebesar
4,61% (c) penilaian rasa sebesar 4,64% (d) penilaian tekstur sebesar 4,28% (e)
penilaian over all 4,94% (f) penilaian tingkat kesukaan 7,11%. kue kasippiq
subsitusi F3 50% subsitusi tepung jewawut dengan hasil penilaian (a) penilaian
warna sebesar 4,69% (b) penilaian aroma sebesar 4,33% (c) penilaian rasa sebesar
4,81% (d) penilaian tekstur sebesar 4,06% (e) penilaian over all 5,03% (f) penilaian
tingkat kesukaan 7,03%. kue kasippiq subsitusi F4 60% subsitusi tepung jewawut
dengan hasil penilaian (a) penilaian warna sebesar 3,75 % (b) penilaian aroma
sebesar 5,11% (c) penilaian rasa sebesar 5,50 % (d) penilaian tekstur sebesar 5,53%
(e) penilaian over all 5,58% (f) penilaian tingkat kesukaan 8,06%. Jadi dapat
disimpulkan tingkat kesukaan panelis yang terbaik adalah pada kue kasippiq
subsitusi F1 30% tepung jewawut. Adapun kualitas warna kue kasippiq tepung
jewawut yaitu dipengaruhi oleh proses pemanggangan. Tekstur kue kasippiq renyah
dihasilkan dari bentuk pipih. Aroma yang harum dihasilkan dari aroma khas kue
45
kesimpulan pada analisis anova (uji beda) bahwa F1, F2, F3 dan F4 memiliki nilai
Mutu hedonik (warna, aroma, tekstur, rasa, dan over all) dan Uji hedonik yang
sangat berbeda
Mandar.
Mandar terhadap kue kasippiq formulasi terbaik dengan subsitusi tepung jewawut
sangat sangat tidak suka sekali, 2 : sangat-sangat tidak suka, 3 : sangat tidak suka, 4
: tidak suka, 5 : agak tidak suka, 6 : biasa, 7 : agak suka, 8 : suka, 9 : sangat suka,
agak suka. Berdasarkan data tersebut 6 orang atau 75% menjawab suka. Jadi dari
Mandar menunjukkan kategori suka dengan kue kasippiq subsitusi tepung jewawut
dan hasil keseluruhan panelis terhadap uji kesukaan nilai rata- rata yaitu 8,22 dapat
dilihat pada gambar 4.11 Tingkat Penerimaan panelis pada kue kasippiq.
disimpulkan bahwa kandungan gizi pada kue kasippiq subsitusi F1 30% subsitusi
tepung jewawut dengan nilai hasil analisis (a) protein sebesar 18,2 g (b) lemak
sebesar 13,2 g (c) karbohidrat sebesar 67,95 g (d) air sebesar 0,11 g (e) abu sebesar
0,54 g. F2 40% subsitusi tepung jewawut dengan hasil analisis (a) protein sebesar
18,1 g (b) lemak sebesar 13,5 g (c) karbohidrat sebesar 67,4 g (d) air sebesar 0,11 g
(e) abu sebesar 0,55 g. F3 50% subsitusi tepung jewawut dengan hasil analisis (a)
protein sebesar 18,0 g (b) lemak sebesar 13,7 g (c) karbohidrat sebesar 67,65 g (d)
air sebesar 0,11 g (e) abu sebesar 0,56 g .F4 60% subsitusi tepung jewawut dengan
hasil analisis (a) protein sebesar 17,9 g (b) lemak sebesar 14,0 g (c) karbohidrat
sebesar 67,41 g (d) air sebesar 0,11 g (e) abu sebesar 0,58 g. Jadi dapat disimpulkan
2015 pada kue kasippiq subsitusi tepung jewawut, nilai gizi tertinggi pada
kandungan protein yaitu F1 18,2 g hal ini dipengaruhi oleh protein terigu yang
digunakan lebih banyak. Kandungan Lemak tertinggi yaitu F4 14,0 g hal ini
tertinggi yaitu F1 67,95 g hal ini di pengaruhi oleh kadar gula dan tepung terigu,
kandungan air hasilnya rata yaitu 0,11 g hal ini dipengaruhi pencampuran air
kedalam bahan olahan menggunakan takaran yang sama, kandungan abu tertinggi
F4 0,58 g hal ini dipengaruhi oleh kandungan total mineral pada jewawut.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Proses pembuatan tepung jewawut melalui perendaman biji jewawut selama
gram, telur 60 gram, gula pasir 75 gram, santan 50 ml, garam 0,17 gram dan
jewawut dengan formulai (F1: Penggunaan tepung jewawut 30%, F2: 40%,
F3: 50%, dan F4: 60%) dan pada uji penerimaan kue kasippiq berdasarkan
nilai rata-rata tertinggi warna 5,28, tekstur 4,81, aroma 5,44, rasa 5,78, over
all 5,86 dan uji penerimaan 8,22 dan tingkat Anova yang sangat berbeda.
48
70% tepung terigu dengan nilai kandungan protein 18,2 g, lemak 13,2 g,
Jewawut yang belum terlalu kering harus mengganti kain setiap sekali
pada F4 , tekstur pada F3, rasa pada F3, dan aroma pada F2 hal ini