Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki beragam jenis pangan yang menjadi sumber karbohidrat

antara lain beras, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kentang, sagu, sorgum, jewawut dan

sebagainya. Pemanfaatan komoditi pangan lokal selain beras belum dilakukan

secara optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya diversifikasi pangan

dengan memanfaatkan bahan pangan lokal seperti beras menjadi produk yang

memiliki peluang bisnis dan daya saing tinggi. Diantara komoditi pangan yang

berpotensi unggul untuk dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah jewawut.

Jewawut berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka memperkuat

ketahanan pangan sebagai sumber karbohidrat pengganti beras. Tanaman ini

tersebar hampir di seluruh Indonesia seperti pulau Buruh, Jember, Sulawesi

Selatan seperti Enrekang, Sidrap, Maros, dan di Sulawesi Barat yaitu Polewali

Mandar, Majene dan daerah lainnya. Jewawut memiliki keunggulan dibanding

dengan tanaman sumber karbohidrat lain, seperti dapat tumbuh pada hampir semua

jenis tanah termasuk tanah kurang subur, tanah kering, mudah dibudidayakan,

umur panen pendek dan kegunaannya beragam (Suherman et al. 2009). Jewawut

mengandung karbohidrat 74,16% lebih tinggi dibanding gandum yang hanya 69%.

Ini menunjukkan bahwa jewawut berpotensi sebagai sumber pangan fungsional,

terutama sebagai sumber energi (Rauf dan Lestari 2009).

1
2

Di Indonesia pemanfaatan jewawut saat ini masih belum banyak dikenal,

penggunaannya juga belum berkembang di masyarakat dan salah satu wilayah

khususnya di kabupaten Polewali Mandar. Jewawut yang pada umumnya diolah

sebagai tambahan dalam pembuatan makanan tradisional di Polewali Mandar

seperti songkolo, buras, jepa dan baje dari jawawut utuh yang dicampur dengan

gula merah dan kelapa. Di Polewali Mandar istilah jewawut biasa disebut dengan

tarreang. Dalam kamus bahasa Mandar tarreang adalah tumbuhan yang

menyerupai padi, butir-butir buahnya berwarna kuning emas, lebih kecil dari pada

butir beras (Muthalib 1977).

Jewawut dapat diolah menjadi tepung untuk mensubtitusi tepung beras atau

tepung terigu. Hal ini dikarenakan jewawut mengandung vitamin B dan beta

karoten. Selain jewawut masih terbatas digunakan dilingkup penelitian, perlu

dilakukan teknologi pengolahan komoditas pangan yang sesuai, seperti penyajian

biji-bijian agar lebih menarik untuk dikonsumsi atau melakukan sosialisasi

jewawut dalam bentuk pangan yang disukai oleh masyarakat serta diharapkan

dapat meningkatkan kandungan gizinya.

Salah satu produk cemilan yang dapat diterima oleh masyarakat, jewawut

dapat diolah menjadi tepung agar mudah diolah dalam pencampuran proses

pembuatan makanan dan menjadi produk siap saji misalnya dalam bentuk kue

kering. Salah satu kue kering yang digemari oleh masyarakat Polewali Mandar

yang berpotensi untuk dikembangkan adalah jenis kue kering seperti kasippiq. Kue

Tradisional kasippiq inilah yang rencana akan disubsitusikan dengan tepung


3

Jewawut diolah menjadi produk yang siap santap, praktis dibuat serta mudah

didapatkan.

Kasippiq merupakan salah satu makanan tradisional Polewali Mandar yang

berbentuk pipih dan tipis, berwarna kuning kecoklatan serta biasanya dikonsumsi

sebagai menu saat bersantai. Produk ini diolah dengan alat khusus, waktu yang

singkat dan cepat dalam pengolahannya. Untuk menjawab permasalahan seperti

telah dikemukakan sebelumnya, maka dibutuhkan suatu bentuk makanan yang

renyah, disukai semua umur, mudah didapatkan dan cepat dalam pengolahan.

Diharapkan kue kasippiq yang disubsitusikan dari tepung jawawut dapat dijadikan

sebagai salah satu makanan ringan yang berigizi, dapat langsung dikonsumsi serta

dapat diterima oleh kalangan masyarakat.

Berdasarkan paparan tersebut di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian

dengan judul “Subsitusi Tepung Jewawut Pada Kue Kasippiq Di Desa Bonde

Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar”.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pembuatan tepung Jewawut ?

2. Bagaimana proses pembuatan kue Kasippiq subsitusi tepung jewawut dengan

perbandingan 30%, 40%, 50% dan 60%?

3. Bagaimana tingkat penerimaan panelis terhadap kue Kasippiq subsitusi tepung

jewawut dengan perbandingan 30%, 40%, 50% dan 60%?


4

4. Bagaimana respon masyarakat Desa Bonde Kecamatan Campalagian

Kabupaten Polewali Mandar terhadap kue Kasippiq subsitusi tepung jewawut ?

5. Bagaimana kandungan gizi (Analisis Proximat) kue kasippiq subsitusi tepung

jewawut dengan mutu terbaik ?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui proses pembuatan tepung Jewawut.
2. Mengetahui proses pembuatan kue Kasippiq subsitusi tepung jewawut dengan

perbandingan 30%, 40%, 50% dan 60%.


3. Mengetahui tingkat penerimaan penelis terhadap kue Kasippiq subsitusi

tepung jewawut dengan perbandingan 30%, 40%, 50% dan 60%.


4. Mengetahui respon masyarakat Desa Bonde Kecamatan Campalagian

Kabupaten Polewali Mandar terhadap kue kasippiq subsitusi tepung jewawut.


5. Mengetahui kandungan gizi (Analisis Proximat) kue kasippiq subsitusi tepung

jewawut dengan mutu terbaik.


D. Spesifikasi Produk
Berdasarkan prosedur untuk melakukan kue kasippiq subsitusi tepung

Jewawut, Adapun spesifikasi produk yang diharapkan melalui penelitian ini adalah

sebagai berikut:
1. Tepung jewawut yang dibuat warna kecoklatan, tekstur halus dan

beraroma khas jewawut.


2. Kue Kasippiq subsitusi tepung jewawut yang dibuat warna kecoklatan,

rasa enak, tekstur renyah, dan memiliki aroma harum.


E. Manfaat Penelitian
1. Pemerintah, untuk meningkatkan pemanfaatan bahan pangan.
2. Masyarakat, untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa biji jewawut

memiliki banyak manfaat dan dapat diolah dengan berbagai macam olahan

makanan serta dapat meningkatkan perekonomian.


5

3. Lembaga pendidikan, menjadi sarana pengembangan teori untuk mahasiswa

pada umumnya, dan guna mengadakan penelitian lebih lanjut tentang

pengolahan bahan pangan Jewawut.


4. Peneliti, untuk meneliti dapat menambah wawasan, pengalaman dalam

mengolah bahan pangan.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Jewawut

a. Morfologi Jewawut

Jewawut (Setaria italica) atau millet adalah sejenis sereal berbiji kecil yang

pernah menjadi makanan pokok masyarakat Asia Timur dan Tenggara sebelum mereka

bercocok tanam tumbuhan serealia lainnya. Jewawut termasuk tanaman ekonomi

minor namun memiliki nilai kandungan gizi yang mirip dengan tanaman pangan

lainnya seperti padi, jagung, gandum, dan tanaman biji-bijian yang lain karena

tanaman jewawut sendiri adalah tergolong ke dalam jenis tanaman biji-bijian.


6

Sebagaian besar masyarakat belum mengenal jewawut sebagai sumber pangan

sehingga selama ini tanaman jewawut hanya dijadikan sebagai pakan burung. Padahal

tanaman ini dapat diolah menjadi sumber makanan oleh masyarakat guna mendukung

ketahanan pangan dan mengantisipasi masalah kelaparan (Marlin, 2009). Jewawut

atau millet adalah salah satu jenis serealia yang merupakan famili Poaceae. Tiga jenis

jewawut yang populer di Indonesia yaitu jenis brownstop, pearl millet dan jenis proso

atau Italian millet.

b. Klasifikasi Jewawut
Menurut Nurmala (1997) klasifikasi jewawut disajikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Famili : Poaceae


Kelas : Monocotyledon Genus :Pennisetum

Jewawut sebagai sumber karbohidrat memiliki kandungan kalsium lebih tinggi

dari jagung, tetapi lebih rendah dari sorgum, viskositas/suspensi pati lebih tinggi dari

gandum, sifat gelatinisasi lebih baik dari sorgum. Jewawut memiliki nilai nutrisi yang

kompleks dengan kandungan karbohidrat dan protein lebih baik di banding beras

(Suherman et al. 2006).

(a) Tanaman Jewawut (b) millet pearl (c) Millet foxtail (d) millet proso
Gambar 2.1 Jenis Tanaman Jewawut

Jewawut memiliki bentuk malai seperti bulir yang tersusun relatif rapat dan biji-

bijinya yang masak bebas dari lemma dan palea. Tanaman ini termasuk hermaprodit

dimana buliran berbentuk menjorong, bunga bawah steril sedangkan bunga atas
7

hermaprodit. Biji bulat telur lebar, melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota,

berwarna kuning pucat hingga jingga, merah, coklat atau hitam (Leonard dan Martin,

1988).

Biji jewawut masuk dalam jenis padi-padian kecil termasuk biji kariopsis yang

memiliki ukuran yang sangat kecil sekitar 1 – 1 mm, yang biasanya memiliki warna

krem, merah kecoklatan, kuning dan hitam. Jewawut termasuk tanaman serelia

ekonomi keempat setelah padi, gandum, dan jagung. Biji jewawut mudah dijumpai di

kios maupun di pasar makanan burung. Biji jewawut mengandung karbohidrat dan

protein yang tidak kalah dengan beras, bahkan tepung jewawut unggul dari kandungan

kalsium jagung (Widyaningsih dan Mutholib, 1999).

c. Kandungan Gizi Jewawut

Kandungan nutrisi jewawut berbagai jenis dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Analisis Proximat Jewawut

Foxtai
Jenis jewawut Pearl Fingger Proso Fenio
l
Protein (%) 14,5 8,0 13,4 11,7 8,7
Ekstaketer (%) 5,1 1,5 9,7 3,9 2,8
Serat kasar (%) 2,0 3,0 6,3 7,0 8,0
Abu (%) 2,0 3,0 4,2 3,0 3,3
Pati (%) 71,6 59,0 57,1 55,1 -
Sumber : Abate, A. N and Gomez, M (1984).

Tabel 2.2 Kandungan tiga jenis jewawut (%)

Komoditas Millet Foxtail Pearl millet Proso millet


Karbohidrat 84,2 78,9 84,4
Protein 10,7 12,8 12,3
Lemak 3,3 5,6 1,7
8

Serat 1,4 1,7 0,9


Sumber : Balitsereal (2004).

Jewawut memiliki potensi sebagai sumber karbohidrat, antioksidan, senyawa

bioaktif dan serat yang penting bagi kesehatan. Selain itu, tanaman ini dapat pula

dijadikan sebagai bahan pangan subtitusi beras dan sumber protein. Salah satu jenis

tanaman jewawut yang kerap kali diteliti adalah tanaman jewawut jenis pearl millet

yang sekaligus paling banyak dibudidayakan di Indonesia dibandingkan jenis

lainnya. Karakterisasi kandungan nutrisi jewawut yang dimiliki Balitsereal, memang

belum dilakukan sehingga belum diketahui keragaman jewawut termasuk jenis ketan

seperti yang dijelaskan Southgate (1988), bahwa kandungan amilopektin yang tinggi

(75%) pada endosperm jewawut termasuk jenis ketan (waxy) (Balitsereal, 2004).

d. Pearl Millet

1) Pearl Millet

Pearl millet memiliki potensi tertinggi dibandingkan jenis millet lainnya,

berdasarkan karakteristik atau sifatnya untuk dieksploitasi secara komersil. Pearl

millet telah dijadikan sebagai pangan pokok jutaan manusia. Di India, pearl millet

merupakan sereal keempat terpenting setelah beras, terigu, dan sorgum. Pearl

millet juga menduduki rangking keenam sereal terpenting di dunia setelah terigu,

beras, jagung, barley, dan sorgum. Pearl millet merupakan tanaman dengan rata-

rata tinggi 2 m dan panjang tangkai biji 15 – 140 cm. Biji pearl millet berbentuk

bulat, berwarna putih kekuningan, dan kulit biji berwarna cokelat kemerahan

(Taylor et al., 2006).

2) Manfaat Pearl Millet


9

Manfaat dari mengkonsumsi pear millet dilaporkan Rooney et al. (1992)

menyatakan bahwa dedak pearl millet memiliki kemampuan menurunkan kadar

kolesterol lebih baik dibanding jagung dan gandum. Pemanfaatan Jewawut di

Indonesia sebagai produk pangan tidak sebanyak di luar negeri. Pemanfaatan

sebagai sumber pangan masih terbatas pada pangan tradisional.

3) Kandungan Pearl millet

Pearl millet memiliki kandungan protein yang hampir sama dengan terigu

dan bahkan mengandung sedikit protein gluten. Meskipun demikian, pearl millet

memiliki kandungan protein lebih tinggi dari jenis jewawut lainnya. Hal ini karena

pearl millet memiliki lembaga (germ) yang besar sehingga kaya protein albumin

dan globulin. Dengan tingginya protein albumin dan globulin, maka kandungan

asam amino esensial lisin pun tinggi (Serna-Saldivar dan Rooney, 1995).

Tabel 2.3. Komposisi Kimia per 100 g Biji Pearl Millet

Komponen Kandungan Gizi

Kadar air 12,51


Kadar abu 3,86
Protein kasar 11,38
Lemak 1,63
Serat kasar 5,65
Karbohidrat 75,00
Energi kasar (kkal/g) 386,00
P (mg/100g) 50,00
Mg (mg/100g) 122,10
Fe (mg/100g) 7,80
Zn (mg/100g) 3,60
10

Ca (mg/100g) 19,80
VitaminA (mg/100g) 0,023
VitaminC (mg/100g) 26,40
Sumber : Nurmala (1997) ; Leder (2004) ; Yanuar (2009)

2. Kue Kasippiq

Gambar 2.2 Kue Kasippiq


Sumber : Kasippiq, kue Semprong di Sulbar
(Foto : www.tommuanemandar.com)
Kue adalah kudapan atau makanan ringan yang bukan makanan utama. Kue

biasanya bercita rasa manis atau ada pula yang gurih dan asin. Kue seringkali

diartikan sebagai makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung, Baik

tepung beras, sagu, tapioka, ataupun terigu.


11

a) Kue kasippiq Ada yang menduga asal kue jenis ini memiliki kesamaan

dengan kue “krumkake” yang dibawa oleh orang-orang Portugis, yaitu jenis

“waffle” Norwegia yang terbuat dari tepung terigu, mentega, telur, gula serta krim.

Kue kasippiq di Sulawesi Barat menyebut kuliner ini adalah penanganan yang

diolah di atas api dengan cara dipanggang hingga mengeras, saat masih lunak

permukaannya yang luas dilipat hingga menjadi dua lapisan. Jika dlihat dari

bentukan awalnya maka bentuknya adalah berupa lingkaran dan dapat dilipat

menjadi dua lapisan bentuknya menjadi seperempat lingkaran.

Kue Kasippiq disukai oleh orang-orang Mandar, biasa dijadikan makanan

ringan di sore hari. Rasanya gurih dan renyahnya seperti kerupuk menjadikan

kasippiq punya khas tersendiri saat dimakan. Di luar Sulawesi Barat Penganan ini

dikenal dengan nama Kue Semprong, bentuk gulungan berukuran seragam dengan

panjang sekitar 6-7cm.

Kue Kasippiq termasuk kedalam kue kering saat ini kasippiq di Sulawesi Barat

dijadikan buah tangan. Seseorang yang berasal dari Mandar dan baru saja pulang

dari kampung mereka, biasanya akan membawa kasippiq sebagai oleh-oleh.

Makanan ini dijadikan oleh-oleh. Kue Semprong juga banyak tersebar di wilayah-

wilayah lain di Indonesia, yang bentuk, cara pengolahan, dan cara penyajiannya

nyaris sama. Tak jelas semenjak kapan kasippiq menjadi buah tangan orang-orang

yang baru saja berkunjung ke wilayah suku Mandar, namun penganan ini sudah

lekat menjadi oleh-oleh khas. Karena merupakan kue kering yang sifatnya renyah,

maka untuk menyimpan kue ini sebaiknya ia dimasukkan didalam wadah yang

tertutup rapat, dapat digunakan wadah plastik ataupun wadah kaca, namun harus
12

dipastikan agar wadahnya cukup rapat, karena jika lama di ruang terbuka maka

tekstur kue akan tidak renyah lagi, sementara rasa renyahnya adalah favorit saat

dikunyah dan digigit.

b) Resep Kue Kasippiq

Tabel 2.4 Resep Kue kasippiq


Resep Ukursn Rumah Tangga (URT) Standar Cookies
Tepung terigu (g) 100 100 165
Gula pasir (g) 85 75 100
Telur (g) 120 60 60
Santan (ml) 50
Margarin (g) 1 1 100
Garam (g) 0.17
Baking Powder (g) 0.03
Potas (g) 0.03
Air (ml) 50
Sumber ; Cookies (Buku Pintar Memasak, 2010)
1) Cara membuat dari URT :
Kocok telur dan gula pasir hingga rata, kemudian masukkan sedikit demi

sedikit terigu dan tambahkan potas aduk hingga rata kemudian masukkan air

hingga mengental.

2) Cara Membuat dari Resep Standar :

a) Kocok Telur dan gula pasir hingga rata dalam kom adonan, tambahkan

baking powder dan garam, aduk.

b) kemudian masukkan tepung terigu, tepung jewawut dan santan kental

sedikit demi sedikit lalu aduk hingga rata, diamkan.

c) Panaskan cetakan Kasippiq di atas api sedang. Setelah panas tuangkan

setengah sendok teh kedalam cetakan lalu apit , panggang.

3) Cara Membuat dari Buku Pintar memasak


13

a) Kocok mentega, gula halus, kuning telur, masukkan tepung aduk dengan

sendok kayu sampai rata benar.

b) Adonan di masukkan kedalam semprotan kue kering.

c) Cetak pada loyang yang telah di olesi mentega .

d) Panggang sampai matang

4) Alat

a) Alat cetakan khusus Kasippiq

b) Kom adonan (whisking bowl)

c) Kocokan (Ballon Wisk)

d) Sendok sup (soup spoon)

e) Gelas ukur (measuring cup)

f) Timbangan (scale)

g) Kuas (brush)

h) Spatula ukuran kecil (spatula)

3. Uji organoleptik

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan.

Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau

pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima

alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi

mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan (stimulus).

Salah satu cara untuk mengetahui respon konsumen terhadap suatu produk adalah

dengan menanyakan langsung pada setiap orang tentang pendapatnya terhadap produk
14

yang dihasilkan (Rampengan, dkk. 1985). Penilaian mutu produk dapat dilakukan

dengan menggunakan panca indra yang disebut penilaian sensorik.

a. Uji hedonik
Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan, dengan

maksud untuk melihat penerimaan konsumen terhadap suatu produk baru. Dalam uji

ini panelis sebagai wakil konsumen diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya

tentang kesukaan dan sebaliknya ketidaksukaan, tingkat kesukaan ini disebut skala

hedonik. Selain itu uji hedonik dapat juga digunakan untuk uji kriteria secara umum,

seperti warna, aroma, rasa, dan tekstur. Berikut adalah definisi sifat-sifat tersebut:
1) Rasa: penilaian yang dilakukan melalui indra pencicip, dibedakan menjadi

empat cicip rasa, yaitu manis, pahit, asin, dan asam.


2) Warna: penilaian secara subjektif paling mudah dan paling berkesan yang

dilakukan oleh indera penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap,

ukuran, dan bentuk, volume kerapatan, dan berat jenis, panjang lebar dan

diameter serta bentuk bahan.


3) Aroma (bau): penilaian yang dilakukan dengan menggunakan indera penciuman,

misalnya bau busuk atau bau harum pada makanan biasa disebut dengan

pencicipan jarak jauh.


4) Tekstur: penilaian melalui perabaan atau sentuhan, memiliki peranan penting

dalam penerimaan makanan didalam mulut atau perabaan dengan jari dan

konsistensi merupakan tebal, tipis, dan halus (Riwan, 2012).


b. Persyaratan Uji Hedonik
Dalam proses pengujian sosok sensorik sangat diperlukan cara penilaian yang

bersifat objektif. Sebelum melakukan uji sensorik ada beberapa hal yang perlu

dipersiapkan agar data yang diperoleh tidak dapat dan tidak dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain. Persiapan tersebut antara lain:


1) Panelis
15

Dalam pengujian sensorik panelis yang dipilih untuk mengevaluasi suatu produk

sangat besar pengaruhnya terhadap hasil pengujian yang diperoleh. BPOM tahun

2003 menjelaskan bahwa panelis adalah orang yang bertugas menilai sifat atau

mutu suatu komoditi berdasarkan kesan subjektif.

Faktor lain yang menetukan hasil pengujian adalah kondisi kesehatan serta

kebiasaan sehari-sehari panelis. Secara umum jumlah panelis dalam pengujian

tingkat perbedaan dapat dipakai 10-20 orang penguji sedangkan untuk mengadakan

penelitian kualitas produk digunakan panelis terlatih 4-5 orang, sebaliknya dalam

pengujian tingkat kesukaan umumnya dibutuhkan jumlah panelis yang lebih banyak

dari pengujian tingkat kualitas (winiawati, 1998; Rampengan, 1985).

2) Waktu pengujian

Perlu dilakukan saat yang tepat untuk melaksanakan pengujian, sebab hal ini

besar pengaruhnya terhadap hasil pengujian. Waktu pengujian untuk uji

organoleptikk adalah saat panelis tidak dalam kondisi lapar atau kenyang, yaitu

kira-kira pukul 09.00-11.00 dan pukul 14.00-16.00 atau sesuai dengan kebiasaan

setempat.

3) Prosedur Pengujian

Prosedur pengujian harus dilaksanakan seseragam mungkin, umumya telah

disepakati bahwa apakah panelis akan menelan bahan yang diuji atau hanya

mencicipinya, hal ini tidak mengganggu hasil pengujian. Air yang diberikan

sebaiknya air yang bersuhu kamar, sebab bila menggunakan air dingin atau terlalu

panas akan mempengaruhi sistem penerimaan rasa pada lidah.

4) Score Sheet
16

Score sheet dibuat oleh petugas laboratorium organik atau penguji yang

merupakan lembaran pernyataan yang sangat perlu dalam pengujian. Dalam Score

sheet dicantumkan spesifikasi dari produk yang merupakan keterangan yang jelas,

singkat dan tepat menyangkut sifat-sifat organoleptik dari produk tersebut.

Spesifikasi dalam Score sheet tersebut harus disesuaikan dengan metode uji

organoleptik yang dipakai. Dalam suatu Score sheet terdapat informasi, intruksi dan

respons.

c. Uji Anova

Uji Anova adalah bentuk khusus dari analisis statistik yang banyak digunakan

dalam penelitian eksperimen. Uji Anova juga adalah bentuk uji hipotesis statistik

Dimana mengambil kesimpulan berdasarkan data atau kelompok statistik inferentif.

Hipotesis nol dari uji Anova adalah bahwa data adalah simple random dari populasi

yang sama sehingga memiliki ekspektasi mean dan varians yang sama.

Uji Anova atau Analisis varians (ANOVA) dikembangkan untuk memungkinkan

peneliti untuk menguji hipotesis perbandingan lebih dari dua kelompok. Dengan

demikian, uji-T dan uji anova adalah sama-sama metode statistik untuk perbandingan.

Yang membedakan keduanya adalah hanya jumlah kelompok yang dibandingkan.

Prinsip uji Anova adalah kita membandingkan variansi tiga kelompok sampel atau

lebih. Lebih dari sekedar membandingkan nilai mean (rata-rata), uji anova juga

mempertimbangkan keragaman data yang dimanifestasikan dalam nilai varian.

4. Penelitian Relevan
17

a. Pengembangan Produk Makaroni Dari Campuran Jewawut, (Setaria Italica L.),

Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatasvar. Ayamurasaki) Dan Terigu (Triticum Aestivum

L.) Oleh : Fitriani, 2013.

Hasil Penelitian :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa makaroni terbaik adalah pada formulasi

tepung jewawut 40%, ubi jalar ungu 50 % dan terigu 10 persen dengan proses

pembuatan terbaik yaitu adonan dikukus selama 10 menit. Makaroni terbaik

memiliki skor kekerasan 3063,13 gf, kadar air 7,02 % bb, kadar abu 3,26 % bk,

lemak 4,64 persen bk, protein 11,43 % bk, karbohidrat 80,67 % bk, serat kasar 6,88

% bk dan aktivitas antioksidannya 661,25 mg vitamin C eq/kg makaroni. Hasil uji

organoleptik dan fisik pada penyimpanan selama 5 minggu menunjukkan bahwa

produk makaroni tidak banyak mengalami perubahan pada suhu ruang.

b. Pembuatan Serbuk Minuman Sereal Jewawut (Pennisetum Glaucum) Instan

Dan Uji Penerimaan Konsumennya. Oleh : Mayasari, 2011.

Hasil Penelitian :

Hasil analisis fisik dan kimia menunjukkan bahwa laju pembasahan serbuk

minuman jewawut instan formula ke-1 (plain) sebesar 4.89 g/menit dan daya serap

air sebesar 10.61 g/g. Kadar air serbuk minuman jewawut instan formula ke-1

(plain) 10.60%, kadar abu 1.56%, kadar protein 8.44%, kadar lemak 2.09%, kadar

karbohidrat 77.31%, total serat pangan 5.01%, dan kadar fenol total 2.15 mg

GAE/g serbuk. Berdasarkan hasil analisis independent sample t-test, produk serbuk

minuman jewawut instan formula ke-1 plus gula dan susu ini memiliki nilai
18

penerimaan yang meningkat dibandingkan nilai uji rating hedonik dimana sampel

berupa formula ke-1 plus gula (agak suka-netral).

c. Studi Pembuatan Flakes Jewawut (Setaria Italica). Oleh : Hildayanti, 2012.

Hasil Penelitian :

Perlakuan tanpa perendaman dan pengukusan selama 1 jam menghasilkan

produk yang bermutu baik berdasarkan parameter dimana untuk kadar air terendah

yaitu 4,96% dan daya serap air sebesar 112,78%, sedangkan perlakuan perendaman

air selama 1 jam dan pengukusan selama 30 menit menghasilkan produk yang

bermutu baik berdasarkan parameter dimana kadar protein sebesar 8,3% dan

karbohidrat sebesar 67,37%. Pada uji organoleptik, perlakuan terbaik dari segi

warna, aroma, tekstur, dan rasa yaitu pada perlakuan perendaman air selama 1 jam

dan pengukusan selama 1 jam.

Berpedoman pada beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya maka

melalui penelitian ini dilakukan pengembangan dari bahan pangan Jewawut yang

disubsitusi pada kue Kasippiq yang menghasilkan produk baru yaitu kue Kasippiq

Jewawut yang diproses dengan cara dipanggang menggunakan alat cetakan khusus

dengan api sedang serta menganalisis kandungan gizinya.

B. Kerangka Pikir

Kue Kasippiq

Jewawut
Mutu Kue Kasippiq Jewawut

Kandungan gizi kue Kasippiq


Tingkat Penerimaan Panelis dan Masyarakat pada
Kue Kasippiq Subsutusi Tepung Jewawut
19

Gambar 2.3 Prosedur Penelitian

Indonesia memiliki beragam jenis pangan sumber karbohidrat antara lain beras,

jagung, ubi jalar, ubi kayu, kentang, sagu, sorgum, jewawut dan sebagainya. Namun

pemanfaatan komoditi pangan lokal selain beras belum dilakukan secara optimal.

Diantara komoditi pangan yang berpotensi unggul untuk dikembangkan di Indonesia

dianataranya adalah jewawut.

Selain jewawut masih terbatas digunakan dilingkup penelitian, perlu

dilakukan teknologi pengolahan komoditas pangan yang sesuai, seperti penyajian

biji-bijian agar lebih menarik untuk dikonsumsi atau melakukan sosialisasi

jewawut dalam bentuk pangan yang disukai oleh masyarakat serta diharapkan

dapat meningkatkan kandungan gizinya.

Sebagai produk cemilan yang dapat diterima oleh masyarakat, jewawut dapat

diolah menjadi tepung agar mudah diolah dalam pencampuran proses pembuatan

makanan dan menjadi produk baru misalnya dalam bentuk kue kering. Salah satu

kue kering yang digemari oleh masyarakat Polewali Mandar yang berpotensi

dikembangkan adalah jenis kue kering seperti kasippiq. Kue Tradisional kasippiq

inilah yang akan disubsitusikan dengan tepung Jewawut dioleh menjadi produk

yang siap santap, praktis dibuat serta mudah didapatkan.

Kasippiq merupakan salah satu makanan tradisional Polewali Mandar yang

berbentuk pipih dan tipis, berwarna kuning kecoklatan serta biasanya dikonsumsi

sebagai menu saat bersantai. Untuk menjawab permasalahan seperti telah


20

dikemukakan sebelumnya, maka dibutuhkan suatu bentuk makanan yang gurih,

disukai semua umur, mudah didapatkan. Diharapkan kue kasippiq yang akan

disubsitusikan dari tepung jawawut dapat dijadikan salah satu bentuk makanan

ringan yang berigizi, bermanfaat bagi kesehatan, dapat langsung dikonsumsi serta

dapat diterima oleh kalangan masyarakat.

Berdasarkan kandungan gizi dalam Jewawut maka inilah yang menjadi alasan

untuk mengolah Biji Jewawut menjadi produk olahan baru berbagai macam olahan

tradisional yang biasa dibuat oleh masyarakat Polewali Mandar, Manfaat dari

pengolahan Biji Jewawut menjadi tepung Jewawut selain memudahkan mengolah

berbagai macam produk kue kering yang bernilai gizi juga dapat meningkatkan nilai

ekonomi pengusaha Kasippiq Khususnya di Polewali Mandar.

Perencanaan dalam pengolahan Subsitusi tepung jewawut pada kue kasippiq

melalui tahapan yaitu pada tahap pertama Menguji perencanaan 3 (tiga) resep kue

kasippiq. Resep dengan mutu terbaik akan digunakan pada uji organoleptik. Tahap

kedua mengolah biji jewawut dengan 3 perlakuan yaitu pengolahan biji jewawut

dengan cara dicuci kemudian direndam dengan waktu 1 jam dan 6 jam dan tanpa

melalui perendaman kemudian dikeringkan, dihancurkan menggunakan blender

kemudian diayak menggunakan ayakan 70 mesh. Hasil yang terbaik dari perlakuan

ini akan disubsitusikan dengan tepung terigu, tahap ketiga tahap pengolahan dengan

pencampuran adonan kemudian membagi adonan menjadi 4 wadah dengan Formula

subsitusi tepung terigu 70% dengan 30% tepung Jewawut, subsitusi tepung terigu

60% dengan 40% tepung jewawut, subsitusi tepung terigu 50% dengan 50% tepung

jewawut, subsitusi tepung terigu 40% dengan 60% tepung jewawut. dari keempat
21

hasil tersebut akan di uji organoleptik dengan penilaian mutu hedonik dan Uji

kesukaan.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen dapat di

artikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Sugiyono (2015, 107).

Eksperimen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Subsitusi tepung jewawut pada

kue kasippiq berbahan dasar tepung terigu.


B. Desain Perancangan
1. Waktu
Pelakasanaan waktu percobaan dilakukan pada bulan September sampai Oktober.
2. Tempat.
Lokasi pelaksanaan eksperimen dilakukan di Laboratorium Pendidikan

Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar dan Di Desa

Bonde, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar.


A. Gambar Perencanaan Produk
Adapun desain uji coba adalah sebagai berikut :
Biji jewawut dicuci, direndam, dihaluskan dengan menggunakan blender,

Biji jewawut yang sudah dihaluskan diayak dengan ayakan 70 mesh, kemudian tepung
22

jewawut diolah menjadi kue kasippiq dengan resep terbaik. Dari hasil eksperimen,

akan diuji secara organoleptik oleh 44 orang panelis yang terdiri dari 6 dosen PKK

UNM, 30 orang mahasiswa sebagai penelis agak terlatih dan 8 masyarakat pengusaha

kue Kasippiq sebagai panelis tidak terlatih. Mutu diuji dengan mutu hedonik terhadap

warna, aroma, tekstur, rasa dan over all (keseluruhan), serta uji hedonik terhadap

tingkat penerimaan kue Kasippiq tepung Jewawut.


C. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap variable dalam penelitian ini, maka

variable tersebut perlu dioperasionalkan yaitu :


1. Tepung biji Jewawut adalah yang dibuat dari biji jewawut jenis pearl millet yaitu

dengan cara direndam, dikeringkan, dihaluskan menggunakan blender, kemudian

diayak.
2. Kue Kasippiq tepung jewawut adalah kue kering yang dibuat dengan berbahan

dasar campuran tepung jewawut dan tepung terigu yang dibentuk pipih

menggunakan cetakan dengan cara dipanggang.


E. Prosedur Kerja
1. Tahap Pembuatan
Pada tahap pelaksanaan perencanaan penelitian penulis melakukan sebagai berikut:
a. Tahap pertama, Menguji 3 (tiga) Resep kue kasippiq. Resep dengan mutu terbaik

akan digunakan pada uji organoleptik.


b. Tahap kedua, membuat tepung Jewawut dengan percobaan 3 perlakuan (Rendam

selama 1 jam dan 6 jam, dikeringkan, dihaluskan kemudian diayak. dan tahap ke

dua dicuci langsung, dikeringkan kemudian ditepungkan) dari mutu hasil yang

terbaik akan disubsitusikan dengan tepung terigu pada kue kasippiq.


c. Tahap ketiga, membuat formulasi berdasarkan subsitusi F1 30% tepung Jewawut

dan 70% tepung terigu, F2 40% tepung Jewawut dan 60% tepung terigu, F3 50%

tepung Jewawut dan 50% tepung terigu, F4 60% tepung Jewawut dan 40% tepung

terigu.
23

d. Uji organoleptik terhadap produk kue Kasippiq dengan subsitusi tepung Jewawut

yang rencananya dilakukan pada 44 orang panelis. Pengujian dilakukan untuk

mengetahui cita rasa, aroma, tekstur, warna, keseluruhan pada mutu hedonik dan uji

hedonik.

2. Bahan dan Alat


Berikut merupakan deskripsi tentang bahan, alat dan prosedur pembuatan :
a. Jewawut : Jenis jewawut digunakan adalah jenis jewawut Pearl Millet.

Alat yang digunakan dalam proses pembuatan tepung adalah kom adonan

sebagai wadah tepung jewawut, timbangan untuk mengukur berat biji jewawut,

blender untuk menghaluskankan biji jewawut dan ayakan sebagai penyaring dalam

proses penepungan, ayakan yang digunakan 70 mesh untuk mendapatkan kualitas

tepung yang agak halus.

b. Kue Kasippiq : bahan dasar yang digunakan yaitu tepung terigu yang digunakan

terigu merk kompas, gula pasir yang digunakan berwarna putih, bersih, tidak

menggumpal, telur yang digunakan adalah telur ayam yang bersih.

Alat yang digunakan dalam pembuatan Kue Kasippiq yaitu: Timbangan

(scale) spesifikasi timbangan digital, berfungsi untuk menimbang bahan dalam

ukuran kecil, gelas ukur (measuring cup) untuk mengukur bahan cair yang

digunakan, Kom adonan (whisking bowl): terbuat dari stainless steel yang berfungsi

sebagai wadah pada saat pengolahan pencampuran adonan Kue Kasippiq, Kocokan

(Ballon wisk) digunakan untuk mengocok adonan yang telah dicampur, Sendok Sup

(soup spoon) digunakan untuk menuangkan adonan kedalam cetakan, Kuas (brush)

digunakan untuk mengoles cetakan agar tidak lengket, alat cetak khusus digunakan

untuk mencetak kue kasippiq, kompor spesifikasi gas. Untuk memasak bahan,
24

spatula besi (iron spatula) berfungsi untuk mengangkat adonan, Toples digunakan

sebagai wadah setelah adonan sudah masak dimasukkan kedalam toples agar tidak

melempem.
1) Cara Membuat

a) Kocok telur dan gula pasir hingga rata dalam kom adonan.

b) Kemudian masukkan tepung terigu dan tepung jewawut aduk hingga rata,

diamkan.

c) Panaskan cetakan diatas api sedang. Setelah panas tuangkan setengah

sendok teh kedalam cetakan lalu apit , panggang selama satu menit dengan

cara membolak-balikkan alat antara 1 menit 30 detik.

Jewawut

cuci

Tanpa Perendaman
1 Jam 6 Jam
Perendaman
Dikeringkan
25

Penepungan

Mutu Terbaik
Standarisasi
Resep Tepung Jewawut Tepung Terigu
Tepung F1 F2 F3 F4
Tepung Jewawut 30 40 50 60
Kandungan Gizi Formula terbaik
Tepung Terigu 70 60 50 40

Uji Organoleptik

Tingkat Penerimaan Panelis dan respon masyarakat Desa


Bonde Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar
Gambar 3.1 Sistematika Prosedur
terhadap Kerja Subsitusi
Kue Kasippiq Jewawut kue Kasippiq

3. Uji Organoleptik
Pada tahap ini kue kasippiq subsitusi tepung jewawut diuji untuk mengetahui

perbandingan warna, aroma, tekstur, dan rasa dengan beberapa panelis. Dari hasil uji

organoleptik yang telah dilakukan oleh penelis di Jurusan Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga sebanyak 36 panelis akan terpilih satu formula terbaik yang akan diujikan

kepada 8 panelis masyarakat pengusaha kasippiq di Desa Bonde kecamatan

Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar.


D. Teknik Pengumpulan Data
1. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa gambar/foto yang lebih ditekankan untuk

melihat proses pembuatan tepung jawawut dan subsitusi tepung jewawut pada kue

kasippiq dan sebagai bukti bahwa penelitian telah terlaksana.


1. Uji organoleptik
Uji organoleptik yaitu digunakan untuk mengumpulkan data tingkat penerimaan

panelis terhadap Kue kasippiq subsitusi tepung jewawut. Dalam uji organoleptik uji
26

sensorik merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat

utama untuk pengukuran daya penerimaann terhadap produk. Panca indera dalam uji

orgaoleptik menurut Rampengan V (1985:73):


a) Rasa dengan dasar sifat rasa, yaitu manis, asam, asin dan pahit.
b) Tekstur (konsistensi) adalah hasil pengamatan yang berupa sifat renyah, lunak, liat,

keras, dan kasar.


c) Bau/aroma dengan berbagai sifat seperti harum, apek, amis, dan busuk
d) Warna merupakan hasil pengamatan dengan penglihatan yang dapat membedakan

antara satu warna dengan warna yang lainnya, bening cerah, bening buram dan

gelap.
2. Score sheet
Score sheet dibuat untuk uji organoleptik guna mendapatkan penilaian Uji hedonik

dan mutu hedonik (mutu kesukaan) dari panelis. Dalam score sheet ini dicantumkan

spesifikasi dari produk yang merupakan keterangan yang jelas, singkat dan tepat

menyangkut sifat-sifat organoleptik dari produk tersebut. Penelis yang dilibatkan

rencananya sebanyak 44 orang.

E. Teknik Analisis Data

Pengujian organoleptik pada penelitian ini menggunakan uji hedonik atau uji

kesukaan yang merupakan salah satu uji penerimaan dan mutu hedonik. Dalam uji ini

panelis diminta mengungkapkan tanggapan tentang kesukaan atau sebaliknya

(ketidaksukaan), disamping itu mereka juga mengemukakan tingkat

kesukaan/ketidaksukaan yang akan dilakukan maksimal 44 orang panelis terhadap

produk kue kasippiq subsitusi tepung jewawut. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut

sebagai skala hedonik dari skala 1 sampai 11, seperti sangat sangat tidak suka sekali,

sangat-sangat tidak suka, sangat tidak suka, tidak suka, agak tidak suka, biasa, agak

suka, suka, sangat suka, sangat-sangat suka, sangat-sangat suka sekali. Dengan adanya
27

skala hedonik secara tidak langsung uji hedonik dapat digunakan untuk mengetahui

adanya perbedaan (Setyaningsih et al, 2010).

Mutu hedonik rencananya akan dilakukan minimal 36 orang panelis terhadap

produk kue kasippiq subsitusi tepung jewawut. Mutu hedonik dilakukan dengan

parameter yang diuji warna, aroma, tekstur, rasa dan over all. Tingkat uji Mutu

hedonik rencananya akan dilakukan minimal 36 orang panelis terhadap produk kue

kasippiq subsitusi tepung jawawut dinyatakan dengan 7 skala numerik yang

menunjukkan tingkat penerimaan panelis terhadap produk dari skala 1 sampai 7.

Pengukuran instrument untuk score sheet pada uji organoleptik dan Formulir isian

untuk pengujian organoleptik dapat dilihat pada lampiran 1.

Hasil pengukuran dari panelis score sheet pada uji organoleptik akan dianalisis

dengan menggunakan SPSS 16,0 for windows, kemudian data yang telah berhasil

dikumpulkan dianalisis dengan statistik deskriptif dan Inferensial (Anova).

Pengukuran mutu kesukaan menggunakan score sheet pada uji organoleptik. Data

tentang tingkat penerimaan selanjutnya akan diolah dengan menggunakan Anova serta

analisis kandungan gizi.


28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi hasil produk

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan melalui beberapa

tahap pengolahan, maka didapatkan 2 jenis produk dalam pemanfaatan tepung biji

jewawut. Produk yang pertama adalah Jewawut yang digunakan sebagai bahan

dasar pembuatan tepung jewawut dan yang kedua adalah hasil kue kasippiq

subsitusi tepung jewawut. Adapun metode yang digunakan yaitu metode Grildle

(memanggang di atas plat panas) dengan 4 perbandingan subsitusi, yaitu pertama

30% tepung jewawut dan 70% tepung terigu, 40% tepung jewawut dan 60% tepung

terigu, 50% tepung jewawut dan 50% tepung terigu, 60% tepung jewawut dan 40%

.tepung terigu

2. Proses Pembuatan Tepung Jewawut

Tepung jewawut sebagai bahan subsitusi kue kasippiq digunakan biji jewawut

jenis pearl millet dari hasil pertanian Kabupaten Polewali Mandar. Dalam

eksperimen digunakan sekitar 1 kg biji jewawut dengan perlakuan khusus yaitu

melalui proses perbandingan 3 waktu yaitu perendaman 1 jam, 6 jam dan tanpa
29

melalui perendaman (langsung) dan hasil terbaik akan disubsitusikan pada kue

kasippiq sampai tahap penepungan dan berat tepung yang dihasilkan sebanyak 250

gram.

Berikut adalah hasil jadi tepung jewawut dan kue kasippiq subsitusi tepung

jewawut dapat dilihat pada gambar 4.1 sampai gambar 4.2.

Gambar 4.1 Tepung jewawut Gambar 4.2 Kue kasippiq

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pembuatan tepung jewawut dan

pembuatan kue kasippiq subsitusi tepung jewawut.


30

Gambar 4.3 Alat pembuat tepung jewawut

3. Proses Pembuatan kue kasippiq subsitusi tepung jewawut dengan

perbandingan 30%, 40%, 50%, dan 60%

Gambar 4.4 Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan kue kasippiq

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kue kasippiq

subsitusi tepung jewawut adalah sebagai berikut :


31

Gambar 4.5 Bahan yang digunakan dalam pembuatan kue kasippiq subsitusi tepung
jewawut

Adapun langkah-langkah dalam pembuatan kue kasippiq subsitusi tepung

jewawut adalah sebagai barikut :

a. Pencampuran : telur 60 gram, gula pasir 75 gram dikocok, masukkan baking

powder 0,03 gram dan garam 0,17 gram kemudian masukkan bahan tepung

terigu (F1 70 gram, F2 60 gram, F3 50 gram, F4 40 gram) tepung jewawut (F1

30 gram, F2 40 gram, F3 50 gram, F4 60 gram) dan santan 50 ml, aduk sampai

rata, diamkan.

b. Pemanggangan : Panaskan cetakan selama 5 menit, maka dilakukan proses

pemanggangan dengan metode grildle (memanggang diatas plat panas).

Pemanggangan dilakukan dengan menggunakan api sedang selama 1 menit 30

detik.

c. Proses akhir : merupakan dari seluruh proses produksi, kue kasippiq siap santap.

4. Tingkat Penerimaaan Penelis Terhadap Kue Kasippiq dengan Perbandingan

Subsitusi 30%, 40%, 50% dan 60%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka selanjutnya produk

yang dihasilkan diberikan kepada panelis melalui metode uji organoleptik untuk

mengetahui mutu hedonik (tingkat kesukaan) dan uji hedonik (tingkat penerimaan)

panelis terhadap produk ini. berikut ini dapat dijelaskan hasil penilaian panelis

terhadap kualitas produk kue kasippiq tepung jewawut antara kue kasippiq dengan

subsitusi 30% tepung jewawut dan 70% tepung terigu, 40% tepung jewawut dan

60% tepung terigu, 50% tepung jewawut dan 50% tepung terigu, 60% tepung
32

jewawut dan 40% tepung terigu. Dengan metode grildle yang telah diujikan sebagai

berikut :

a. Warna

Keterangan:
F1 Penggunaan tepung
jewawut sebanyak 30%
dan tepung terigu 70% ,
F2 40% ; 60% ,
F3 50% ; 50, dan
F4 60% ; 40%.

Gambar 3.1 Sistematika Prosedur Kerja Subsitusi kue Kasippiq

Berdasarkan gambar 4.6 dapat disimpulkan bahwa penerimaan warna

terhadap kue kasippiq dengan formulasi F1, F2, F3, dan F4 yang paling banyak

dipilih oleh panelis yaitu pertama warna dari F1 yakni 5,28% panelis memilih

coklat agak pucat, warna kedua yaitu F2 yakni 4,67% panelis memilih coklat,

warna ketiga yaitu F3 yaitu 4,69% panelis memilih coklat, warna keempat yaitu F4

yakni 3,75% panelis memilih coklat agak gelap.


Tabel 4.1 Analisis Anova pada warna

Rata-rata (±)
Formula Jewawut (g) Terigu (g) P (Value)
standar deviasi
F1 30 70 (5,28 ± 0,8) c 0,00
F2 40 60 (4,67 ± 1,1) b
F3 50 50 (4,69 ± 1,4) b
F4 60 40 (3,75 ± 1,5) a
Keterangan: - F1 30% : 70% ; F2 40% ; 60% ; F3 50% ; 50% ; F4 60% ; 40%
-p< 0,01 = sangat berbeda
Hasil uji anova untuk penerimaan warna menunjukkan adanya sangat

berbeda dengan taraf kepercayaan 95%. Uji lanjut duncan test yang ternyata
33

menunjukkan F2 dan F3 menunjukkan tidak berbeda tetapi F1 dan F4 berbeda, F1

dan F3 menujukkan berbeda warna.

b. Aroma

Aroma merupakan salah satu penentu dari penilaian mutu kesukaan produk,

semakin baik aroma yang dihasilkan suatu produk maka semakin banyak pula

peminat dari produk tersebut, berdasarkan hasil penilaian panelis pada kue kasippiq

tepung jewawut dapat dilihat sebagai berikut:

Keterangan:
F1 Penggunaan
tepung jewawut
sebanyak 30% dan
tepung terigu 70% ,
F2 40% ; 60% ,
F3 50% ; 50, dan
F4 60% ; 40%.

Gambar 4.7 Aroma Pada Kue Kasippiq

Berdasarkan gambar 4.7 dapat disimpulkan bahwa penerimaan aroma

terhadap kue kasippiq dengan formulasi F1, F2, F3, dan F4 yang paling banyak

dipilih oleh panelis yaitu pertama aroma dari F1 yakni 5,44% panelis memilih agak

harum, aroma kedua yaitu F2 yakni 4,61% panelis memilih biasa, aroma ketiga

yaitu F3 yakni 4,33% panelis memilih biasa, aroma keempat yaitu F4 yakni 5,11%

panelis memilih agak harum.

Tabel 4.2 Analisis Anova pada Aroma


Rata-rata (±)
Formula Jewawut (g) Terigu (g) P (Value)
standar deviasi
34

F1 30 70 (5,44 ± 1,2) c 0,01


F2 40 60 (4,61 ± 1,1) ab

F3 50 50 (4,33 ± 1,3) a
F4 60 40 (5,11 ± 1,4) c
Keterangan: : - F1 30% : 70% ; F2 40% ; 60% ; F3 50% ; 50% ; F4 60% ; 40%
-p< 0,01 = sangat berbeda

Hasil uji anova untuk penerimaan aroma menunjukkan adanya sangat berbeda

dengan taraf kepercayaan 95%. Uji lanjut duncan test yang ternyata menunjukkan

F2 dan F3 berbeda, F1 dan F2 juga tidak berbeda tetapi F1 dan F3 menujukkan

berbeda aroma.

c. Tekstur

Tekstur adalah salah satu sifat bahan atau produk yang dapat dirasakan melalui

sentuhan kulit ataupun mencicip. Beberapa sifat tekstur dapat juga diperkirakan

dengan menggunakan seperti kehalusan atau kekerasan dari permukaan bahan atau

kekentalan cairan. Sedangkan dengan suara/bunyi dapat diperkirakan tekstur dari

kerupuk (crisp food). Dibawah ini dengan diagram hasil penilaian panelis terhadap

tekstur kue kasippiq tepung jewawut, yaitu :

Keterangan:
F1 Penggunaan tepung jewawut sebanyak
30% dan tepung terigu 70% , F2 40% ; 60% ,
F3 50% ; 50, dan
F4 60% ; 40%.

Gambar 4.8 Tekstur pada kue

kasippiq
Berdasarkan gambar 4.8 dapat

disimpulkan bahwa penerimaan tekstur dengan formulasi F1, F2, F3, dan F4 yang

paling banyak dipilih oleh panelis yaitu pertama tekstur dari F1 yaitu 4,81% panelis

memilih biasa, tekstur kedua F2 yaitu 4,28% panelis memilih biasa, tekstur ketiga
35

F3 yaitu 4,06% panelis memilih biasa, dan tekstur keempat F4 yaitu 5,53% panelis

memilih agak renyah.


Tabel 4.3 Analisis Anova pada tekstur

Rata-rata (±)
Formula Jewawut (g) Terigu (g) P (Value)
standar deviasi
F1 30 70 (4,81 ± 1,6) b 0,00
F2 40 60 (4,28 ± 1,3) ab
F3 50 50 (4,06 ± 1,5) a
F4 60 40 (5,53 ± 1,1) c
Keterangan: - F1 30% : 70% ; F2 40% ; 60% ; F3 50% ; 50% ; F4 60% ; 40%
-p< 0,01 = sangat berbeda

Hasil uji anova untuk penerimaan tekstur menunjukkan adanya sangat

berbeda dengan taraf kepercayaan 95%. Uji lanjut duncan test yang ternyata

menunjukkan F2 dan F3 menunjukkan tidak berbeda, F1 dan F4 menujukkan

berbeda Tekstur.

d. Rasa

Rasa merupakan salah satu penilaian terpenting dalam suatu produk

makanan maupun minuman. Dibawah ini merupakan diagram hasil penilaian

panelis terhadap rasa kue kasippiq tepung jewawut, yaitu:

Keterangan : F1
Penggunaan tepung
jewawut sebanyak 30%
dan tepung terigu 70% ,
F2 40% ; 60% ,
F3 50% ; 50, dan
F4 60% ; 40%.
36

Gambar 4.9 Rasa Pada Kue Kasippiq

Berdasarkan gambar 4.9 dapat disimpulkan bahwa penerimaan rasa dengan

formulasi F1, F2, F3, dan F4 yang paling banyak dipilih oleh panelis yaitu pertama

rasa dari F1 yaitu 5,78% panelis memilih agak enak, rasa kedua dari F2 yaitu

4,64% panelis memilih biasa, rasa ketiga dari F3 yaitu 4,81% panelis memilih

biasa, dan rasa keempat dari F4 yaitu 5,50% panelis memilih agak enak.
Tabel 4.4 Analisis Anova pada rasa

Rata-rata (±)
Formula Jewawut (g) Terigu (g) P (Value)
standar deviasi
F1 30 70 (5,78 ± 0,1) b 0,01
F2 40 60 (4,64 ± 1,1) a
F3 50 50 (4,81 ± 1,5) a
F4 60 40 (5,50 ± 1,6) b
Keterangan: - F1 30% : 70% ; F2 40% ; 60% ; F3 50% ; 50% ; F4 60% ; 40%
-p< 0,01 = sangat berbeda

Hasil uji anova untuk penerimaan rasa menunjukkan adanya sangat berbeda

dengan taraf kepercayaan 95%. Uji lanjut duncan test yang ternyata menunjukkan

F2 dan F3 menunjukkan tidak berbeda, F1 dan F4 juga tidak berbeda tetapi F1 dan

F3 menujukkan berbeda rasa.

e. Over all

Over all merupakan penilaian keseluruhan terhadap mutu hedonik atau

mutu kesukaan. Dibawah ini merupakan diagram hasil penilaian panelis terhadap

over all dari kue kasippiq tepung jewawut, yaitu:

Keterangan: F1
Penggunaan tepung
jewawut sebanyak 30%
dan tepung terigu 70% ,
F2 40% ; 60% ,
37

F3 50% ; 50, dan


F4 60% ; 40%.

Gambar 4.10 Over all Pada Kue Kasippiq

Berdasarkan gambar 4.10 dapat disimpulkan bahwa penerimaan over all

dengan formulasi F1, F2, F3, dan F4 yang paling banyak dipilih oleh panelis yaitu

pertama over all dari F1 yaitu 5,86% panelis memilih agak baik, overall kedua dari

F2 yaitu 4,94% panelis memilih biasa, over all ketiga dari F3 yaitu 5,03% panelis

memilih agak baik, dan over all keempat dari F4 yaitu 5,58% panelis memilih agak

baik.
Tabel 4.5 Analisis Anova pada over all

Rata-rata (±)
Formula Jewawut (g) Terigu (g) P (Value)
standar deviasi
F1 30 70 (5,86 ± 0,8) b 0,01
F2 40 60 (4,94 ± 0,9) a
F3 50 50 (5,03 ± 1,3) a
F4 60 40 (5,58 ± 1,3) b
Keterangan: - F1 30% : 70% ; F2 40% ; 60% ; F3 50% ; 50% ; F4 60% ; 40%
-p< 0,01 = sangat berbeda
Hasil uji anova untuk penerimaan over all (keseluruhan) menunjukkan adanya

sangat berbeda dengan taraf kepercayaan 95%. Uji lanjut duncan test yang ternyata

menunjukkan F2 dan F3 menunjukkan tidak berbeda, F1 dan F4 juga tidak berbeda

tetapi F1 dan F3 menujukkan berbeda secara over all (keseluruhan).

d. Uji Penerimaan atau Kesukaan

Penilaian penerimaan ini dilakukan dengan uji organoleptik hedonik dengan

11 kriteria, data penerimaan dapat dilihat sebagai berikut:


38

Keterangan: F1 Penggunaan tepung jewawut


sebanyak 30% dan tepung terigu 70% , F2 40% ;
60% ,
F3 50% ; 50, dan
F4 60% ; 40%. Kriteria penilaian pada uji hedonik
1-11 (sangat sangat tidak suka sekali-sangat sangat
suka sekali).

Gambar 4.11 Uji kseukaan

Pada Kue Kasippiq


Berdasarkan gambar 4.11 pada formulasi F1,

F2, F3, dan F4 penilaian kesukaan panelis terhadap kue kasippiq yang pertama dari

F1 yaitu 8,22% panelis memilih suka, kedua F2 yaitu 7,11% panelis memilih agak

suka, ketiga F3 yaitu 7,03% panelis memilih agak suka, keempat F4 yaitu 8,06%

panelis memilih suka dikuatkan dengan penerimaan masyarakat Desa Bonde

Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar yang hasilnya rata-rata suka

secara keseluruhan.

Tabel 4.6 Analisis Anova pada Uji Penerimaan

Rata-rata (±)
Formula Jewawut (g) Terigu (g) P (Value)
standar deviasi
F1 30 70 (8,22 ± 1,5) b 0,03
F2 40 60 (7,11 ± 1,6) a
F3 50 50 (7,03 ± 1,8) a
F4 60 40 (8,06 ± 2,0) b
Keterangan: - F1 30% : 70% ; F2 40% ; 60% ; F3 50% ; 50% ; F4 60% ; 40%
-p< 0,01 = sangat berbeda

Hasil uji anova untuk penerimaan Uji hedonik (kesukaan) menunjukkan

adanya berbeda dengan taraf kepercayaan 95%. Uji lanjut duncan test yang ternyata

menunjukkan F2 dan F3 menunjukkan tidak berbeda, F1 dan F4 juga tidak berbeda

tetapi F1 dan F3 menujukkan berbeda kesukaan .


39

5. Respon masyarakat desa bonde kecamatan campalagian kabupaten

polewali mandar

Respon masyarakat Desa Bonde Kecamatan Campalagian Kabupaten

Polewali Mandar terhadap kue kasippiq formulasi terbaik dengan subsitusi tepung

jewawut 30% kepada masyarakat pengusaha kue kasippiq yang melibatkan 8 orang

masyarakat pengusaha kue kasippiq dengan kategori 11 tingkat kesukaan. Setelah

dianalisis 6 responden menjawab suka, 1 responden menjawab biasa dan 1 orang

menjawab agak suka. Berdasarkan data tersebut 6 orang atau nilai rata-rata 75%

menjawab suka. Jadi dari hasil respon masyarakat Desa Bonde Kecamatan

Campalagian Kabupaten Polewali Mandar menunjukkan kategori suka dengan kue

kasippiq subsitusi tepung jewawut dapat dilihat pada lampiran hasil uji hedonik

masyarakat Desa Bonde Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

6.Kandungan Gizi (Uji Proximat)

Tabel 4.7 Analisis proximat

Nilai/ Value
Proximat
F1 F2 F3 F4
Protein/ Protein 18.2 18.1 18 17.9
Lemak/ Fat 13.2 13.5 13.7 14
Karbohidrat/ Carbohydrate 67.95 67,74 67,65 67.41
Air/ Water 0.11 0.11 0.11 0.11
Abu/ Ash 0.54 0.55 0.56 0.58
Sumber : Program nutrisurvey, 2015

a. Protein
40

Keterangan: F1 Penggunaan tepung jewawut sebanyak 30% dan tepung terigu


70% , F2 40% ; 60% ,
F3 50% ; 50, dan
F4 60% ; 40%.

Gambar 4.12 Kandungan Protein

Berdasarkan kadar Protein yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan

hasil yang berbeda-beda yaitu subsitusi F1 sebesar 18,2 g, F2 sebesar 18,1 g, F3

sebesar 18,0 g, dan F4 sebesar 17,09 g. Dari hasil yang diperoleh kadar Protein

tertinggi yaitu sebesar 18,2 g dan yang terendah 17,09 g.

b. Lemak

Keterangan: F1 Penggunaan
tepung jewawut sebanyak 30%
dan tepung terigu 70% ,
F2 40% ; 60% ,
F3 50% ; 50, dan
F4 60% ; 40%.

Gambar 4.13 Kandungan Lemak

Berdasarkan kadar lemak yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan


persentase yang berbeda-beda yaitu subsitusi F1 sebesar 13,2 g, F2 sebesar 13,5 g,
41

F3 sebesar 13,7 g, dan F4 sebesar 14,0 g. Dari hasil yang diperoleh kadar lemak
tertinggi yaitu sebesar 14,0 g dan yang terendah 13,2 g.
c. Karbohidrat
Keterangan: F1 Penggunaan
tepung jewawut sebanyak 30%
dan tepung terigu 70% , F2 40% ;
60% , F3 50% ; 50, dan F4 60% ;
40%.

Gambar 4.14 Kandungan Karbohidrat

Berdasarkan kadar karbohidrat yang diperoleh pada penelitian ini

menunjukkan hasil yang berbeda-beda yaitu perlakuan subsitusi F1 sebesar 67,95 g,

F2 sebesar 67,74 g, F3 sebesar 67,65 g, dan F4 sebesar 67,41 g. Dari hasil yang

diperoleh kadar karbohidrat tertinggi yaitu sebesar 67,74 g dan terendah 67,41 g.

d. Kandungan Air

Keterangan:
F1 Penggunaan tepung jewawut
sebanyak 30% dan tepung terigu
70% ,
F2 40% ; 60% ,
F3 50% ; 50, dan
F4 60% ; 40%.

Gambar 4.15 Kandungan Air

Berdasarkan kadar air yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan hasil

yang rata yaitu sebanyak 0,11 g.

e. Kandungan Abu

Keterangan:
42

F1 Penggunaan tepung jewawut sebanyak 30% dan tepung terigu 70% ,


F2 40% ; 60% ,
F3 50% ; 50, dan
F4 60% ; 40%.

Gambar 4.16 Kandungan Abu

Berdasarkan kadar abu yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan

Hasil yang berbeda-beda diantara perlakuan subsitusi F1 sebesar 0,54 g, F2 sebesar

0,55 g, F3 sebesar 0,56 g, dan F4 sebesar 0,58 g. Dari hasil yang diperoleh kadar

abu tertinggi yaitu sebesar 0,58 g dan yang terrendah 0,54 g.

B. Pembahasan

1. Proses pembuatan tepung jewawut

Berdasarkan penelitian yang telah dilakasanakan maka dapat dijelaskan cara

pembuatan tepung jewawut yaitu tahap pertama mencuci biji jewawut sebersih-

bersihnya mencapai 10 kali pencucian hal ini dilakukan untuk mendapatkan

kebersihaan jewawut diukur dari warna air jewawut yaitu airnya tidak keruh dan

terlihat bersih, dalam penelitian ini jenis jewawut yang digunakan dalam penelitian

ini adalah biji jewawut jenis pearl millet. Tahap ke dua, jewawut yang telah di cuci

melalui proses perbandingan 3 waktu yaitu perendaman 1 jam, 6 jam dan tanpa

melalui proses perendaman, kemudian dikeringkan secara manual yaitu langsung di

bawah sinar matahari sampai benar-benar kering, tahap selanjutnya adalah proses

penepungan, biji jewawut dihaluskan menggunakan blender lalu diayak


43

menggunakan ayakan 70 mesh sehingga dapat menghasilkan tepung yang halus dan

untuk 1 kg jewawut mengahasilkan 250 gram, tepung jewawut dari hasil ketiga

tahap tersebut telah disimpulkan bahwa jewawut dengan perendaman 1 jam

memilik mutu terbaik dengan karakteristik tekstur halus, berwarna coklat, beraroma

harum khas jewawut.

2. Proses Pembuatan Kue Kasippiq Subsitusi Tepung Jewawut

Untuk membuat kue kasippiq subsitusi tepung jewawut sebelumnya melalui

tahap uji 3 resep yaitu resep ukuran rumah tangga, resep standar, dan resep standar

kue kering (cookies) dari uji tersebut akan dipilih satu resep untuk disubsitusikan

tepung jewawut dan hasil terbaik adalah resep standar dengan karakteritik rasa

sama dengan kue kasippiq pada umumnya, aromanya harum sangat khas aroma kue

kasippiq pada umumnya, tekstur renyah, hasil pemanggangannya baik.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat dijelaskan pada

pembuatan kue kasippiq tepung jewawut dilakukan dengan empat subsitusi yaitu

dengan F1 Penggunaan tepung jewawut sebanyak 30% dan tepung terigu 70% , F2

40% ; 60% , F3 50% ; 50, dan F4 60% ; 40%. Tahap pertama Pencampuran yaitu

telur, gula pasir dikocok, masukkan baking powder dan garam, kocok. kemudian

masukkan bahan tepung terigu, tepung jewawut dan santan, aduk sampai rata,

diamkan. Tahap selanjutnya panaskan cetakan, setelah panas tuangkan adonan kue

kasippiq sebanyak setengah sendok teh kedalam cetakan kemudian apit, bolak balik

cetakan diatas selama kurang lebih 1 menit 30 detik.


44

3. Tingkat Penerimaaan Penelis Terhadap Kue Kasippiq dengan Perbandingan

Subsitusi 30%, 40%, 50% dan 60%.

Berdasarkan penilaian panelis dengan uji organoleptik pada 3 kategori panelis

yaitu Dosen jurusan PKK UNM, Mahasiswa jurusan PKK UNM, dan masyarakat

Desa Bonde maka dapat disimpulkan bahwa tingkat mutu kue kasippiq subsitusi F1

30% subsitusi tepung jewawut dengan hasil penilaian (a) penilaian warna sebesar

5,28% (b) penilaian aroma sebesar 5,44% (c) penilaian rasa sebesar 5,78% (d)

penilaian tekstur sebesar 4,81% (e) penilaian over all 5,86% (f) penilaian tingkat

kesukaan 8,22%. kue kasippiq subsitusi F2 40% subsitusi tepung jewawut dengan

hasil penilaian (a) penilaian warna sebesar 4,67% (b) penilaian aroma sebesar

4,61% (c) penilaian rasa sebesar 4,64% (d) penilaian tekstur sebesar 4,28% (e)

penilaian over all 4,94% (f) penilaian tingkat kesukaan 7,11%. kue kasippiq

subsitusi F3 50% subsitusi tepung jewawut dengan hasil penilaian (a) penilaian

warna sebesar 4,69% (b) penilaian aroma sebesar 4,33% (c) penilaian rasa sebesar

4,81% (d) penilaian tekstur sebesar 4,06% (e) penilaian over all 5,03% (f) penilaian

tingkat kesukaan 7,03%. kue kasippiq subsitusi F4 60% subsitusi tepung jewawut

dengan hasil penilaian (a) penilaian warna sebesar 3,75 % (b) penilaian aroma

sebesar 5,11% (c) penilaian rasa sebesar 5,50 % (d) penilaian tekstur sebesar 5,53%

(e) penilaian over all 5,58% (f) penilaian tingkat kesukaan 8,06%. Jadi dapat

disimpulkan tingkat kesukaan panelis yang terbaik adalah pada kue kasippiq

subsitusi F1 30% tepung jewawut. Adapun kualitas warna kue kasippiq tepung

jewawut yaitu dipengaruhi oleh proses pemanggangan. Tekstur kue kasippiq renyah

dihasilkan dari bentuk pipih. Aroma yang harum dihasilkan dari aroma khas kue
45

kasippiq dipadukan dengan tepung jewawut. Sedangkan rasa diperoleh dari

perpaduan dari bahan-bahan pembuatan kue kasippiq tepung jewawut dan

kesimpulan pada analisis anova (uji beda) bahwa F1, F2, F3 dan F4 memiliki nilai

Mutu hedonik (warna, aroma, tekstur, rasa, dan over all) dan Uji hedonik yang

sangat berbeda

4. Penerimaan masyarakat terhadap kue kasippiq subsitusi tepung jewawut

terbaik di Desa Bonde, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali

Mandar.

Respon masyarakat Desa Bonde Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali

Mandar terhadap kue kasippiq formulasi terbaik dengan subsitusi tepung jewawut

30% kepada masyarakat pengusaha kue kasippiq yang melibatkan 8 orang

masyarakat pengusaha kue kasippiq dengan kategori 11 tingkat kesukaan dari 1 :

sangat sangat tidak suka sekali, 2 : sangat-sangat tidak suka, 3 : sangat tidak suka, 4

: tidak suka, 5 : agak tidak suka, 6 : biasa, 7 : agak suka, 8 : suka, 9 : sangat suka,

10 : sangat-sangat suka, 11 : sangat-sangat suka sekali. Setelah dianalisis 6

responden menjawab suka, 1 responden menjawab biasa dan 1 orang menjawab

agak suka. Berdasarkan data tersebut 6 orang atau 75% menjawab suka. Jadi dari

hasil respon masyarakat Desa Bonde Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali

Mandar menunjukkan kategori suka dengan kue kasippiq subsitusi tepung jewawut

dan hasil keseluruhan panelis terhadap uji kesukaan nilai rata- rata yaitu 8,22 dapat

dilihat pada gambar 4.11 Tingkat Penerimaan panelis pada kue kasippiq.

5. Kandungan gizi (Analisis Prozimat) pada kue kasippiq tepung jewawut


46

Berdasarkan hasil analisis proximat melalui Program nutrisurvey maka dapat

disimpulkan bahwa kandungan gizi pada kue kasippiq subsitusi F1 30% subsitusi

tepung jewawut dengan nilai hasil analisis (a) protein sebesar 18,2 g (b) lemak

sebesar 13,2 g (c) karbohidrat sebesar 67,95 g (d) air sebesar 0,11 g (e) abu sebesar

0,54 g. F2 40% subsitusi tepung jewawut dengan hasil analisis (a) protein sebesar

18,1 g (b) lemak sebesar 13,5 g (c) karbohidrat sebesar 67,4 g (d) air sebesar 0,11 g

(e) abu sebesar 0,55 g. F3 50% subsitusi tepung jewawut dengan hasil analisis (a)

protein sebesar 18,0 g (b) lemak sebesar 13,7 g (c) karbohidrat sebesar 67,65 g (d)

air sebesar 0,11 g (e) abu sebesar 0,56 g .F4 60% subsitusi tepung jewawut dengan

hasil analisis (a) protein sebesar 17,9 g (b) lemak sebesar 14,0 g (c) karbohidrat

sebesar 67,41 g (d) air sebesar 0,11 g (e) abu sebesar 0,58 g. Jadi dapat disimpulkan

tingkat kandungan gizi (Analisis Proximat) menggunakan program nutrisurvey,

2015 pada kue kasippiq subsitusi tepung jewawut, nilai gizi tertinggi pada

kandungan protein yaitu F1 18,2 g hal ini dipengaruhi oleh protein terigu yang

digunakan lebih banyak. Kandungan Lemak tertinggi yaitu F4 14,0 g hal ini

dipengarui oleh ukuran tepung jewawut lebih banyak. Kandungan karbohidrat

tertinggi yaitu F1 67,95 g hal ini di pengaruhi oleh kadar gula dan tepung terigu,

kandungan air hasilnya rata yaitu 0,11 g hal ini dipengaruhi pencampuran air

kedalam bahan olahan menggunakan takaran yang sama, kandungan abu tertinggi

F4 0,58 g hal ini dipengaruhi oleh kandungan total mineral pada jewawut.
47

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa:
1. Proses pembuatan tepung jewawut melalui perendaman biji jewawut selama

1 jam lalu tiriskan, keringkan, haluskan biji jewawut menggunakan mesin

penghancur (blender), bahan yang telah dihaluskan lalu diayak

menggunakan ayakan 70 mesh.


2. Proses pembuatan kue kasippiq dengan hasil uji resep yang terbaik yaitu

resep standar dengan melalui proses persiapan bahan, menimbang bahan

pada setiap formulasi, pencampuran adonan, pemanggangan dan formulasi

terbaik yaitu F1 dengan bahan tepung jewawut 30 gram, tepung terigu 70

gram, telur 60 gram, gula pasir 75 gram, santan 50 ml, garam 0,17 gram dan

baking powder 0,03 gram.


3. Hasil uji organoleptik yang dilakukan terhadap kue kasippiq tepung

jewawut dengan formulai (F1: Penggunaan tepung jewawut 30%, F2: 40%,

F3: 50%, dan F4: 60%) dan pada uji penerimaan kue kasippiq berdasarkan

rata-rata, formula yang terbaik yang di hasilkan adalah Formula 1 dengan

nilai rata-rata tertinggi warna 5,28, tekstur 4,81, aroma 5,44, rasa 5,78, over

all 5,86 dan uji penerimaan 8,22 dan tingkat Anova yang sangat berbeda.
48

4. Respon masyarakat Desa Bonde Kecamatan Campalagian Kabupaten

Polewali Mandar. Berdasarkan hasil uji kesukaan pada Formula terbaik

(F1) dengan jumlah responden 8 orang didapatkan respon dengan tingkat

penerimaan sebanyak 75% dengan kategori suka.


5. Kandungan Gizi dengan nilai tertinggi yaitu F1 30% tepung jewawut dan

70% tepung terigu dengan nilai kandungan protein 18,2 g, lemak 13,2 g,

karbohidrat 67,95 g, air 0,11 g dan abu 0,54 g.


B. Saran

1. Dalam pembuatan tepung Jewawut yang perlu diperhatikan proses

pengeringan karena menggunakan sinar matahari langsung sehingga

Jewawut yang belum terlalu kering harus mengganti kain setiap sekali

pengeringan agar tidak merusak jewawut selama proses pengeringan.

2. Kepada pemerintah agar dapat mengembangkan pemanfaatan bahan pangan

hasil pertanian dan perkebunan khususnya di daerah Polewali Mandar.

3. Kepada peneliti, mahasiswa atau masyarakat yang ingin mengembangkan

atau melanjutkan penelitian disarankan yang perlu diperbaiki yaitu warna

pada F4 , tekstur pada F3, rasa pada F3, dan aroma pada F2 hal ini

dibuktikan pada hasil analisis normality pada lampiran Anova.

Anda mungkin juga menyukai