Anda di halaman 1dari 2

Diagnosik Molekuler dan Aspek Genetik Hematologi

Tahono, dr, SpPD (K)

Aplikasi biologi molekuler - Mieloblast : muncul MPO dan CD15, CD34


1. Prenatal diagnostic sudah tidak muncul
Misal pada pasangan suami istri thalasemia - Promielosit : muncul CD 11b, HLA-DR tidak
minor, dilakukan prenatal diagnostic untuk - Mielosit : muncul CD14, CD16
mengecek apakah anak yang diahirkan akan - PMN : muncul CD10
menderita thalasemia mayor. Fungsi dari immunophenotyping ini untuk melihat
Caranya dengan biopsy amnion atau vili akut/kronis dari leukemia dengan melihat CD apa yang
chorealis. ditemukan. Bisa juga untuk membedakan limfosit T
2. Pre-implantation diagnostics atau B.
Pemeriksaan pendahuluan sebelum diagnostik
3. Gene therapy Penyakit-penyakit tertentu juga bisa memicu
Misalnya pada kasus Alzheimer.
munculnya leukemia. Misal:
4. Kultur organ
Dikultur agar bisa berkembang organnya. - Sindrom down : ALL, AML
- Bloom syndrome : ALL, AML
5. Genetics alteration
(yang lainnya, lihat slide aja ya. Dokternya Cuma
bacakan kok)
Algoritma diagnostic penyakit keganasan
- Ada gambaran klinik Jadi dari situ bisa dilihat bahwa ada hubungan positif
- Cek morfologi antara congenital dengan leukemia.
- Imunohistochemistry (intinya sama kayak
morfologi) TRANSLOKASI
- Immunophenotyping (lihat CDnya)  t(9;22)/ BCR-ABL1
- Molecular Genetic studies - Kemungkinan penyakit : CML (paling besar),
Jadi urutan diagnosisnya : cek morfologi, limfoblastik, AML anak-anak
imunophenotyping, studi molekuler. - Ada deregulasi dari ABL tirosin kinase shg ada
proliferasi, apoptosis, adhesi
Suatu penyakit hematologi, bisa bersifat community. - Diagnosis : RT-PCR, FISH
- Misal pada daerah tertentu kurang fe, jadi  del 4q12/FIP1L1-PDGFRA
- Penyakit : hipereosinofilik sindrom
defisisiensi anemia fe endemic.
- Ada deregulasi PDGFR alfa tirosin kinase
- Di Indonesia banyak thalasemia HbE
- Diagnosis : lebih baik pake FISH daripada RT
PCR
Adanya defect pada DNA, berturut-turut akan  t(15;17)/PML-RAR alfa
menimbulkan defect pada RNA dan protein. Lalu - Penyakit : AML
fungsi protein akan terganggu. Akibatnya muncul - Ada protein fusi
gejala klinis. - Cek : RT-PCR dan FISH
Dari gejala klinis itulah, bisa dilakukan penanganan  FLT3 mutation DNA PCR
- Penyakit : AML
dan diketahui prognosisnya.
- Ada mutasi FLT3 tirosin kinase
- Cek : DNA PCR
Pada pemeriksaan immunophenotyping akan terlihat  T(1;19)/E2A-PBX1RT-PCR
adanya ekspresi CD. Untuk kasus AML: - Pre-b cell ALL anak
- Pada fase awal progenitor : terlihat HLA-DR, - Fusi protein
CD33, CD34 - Cek : RT PCR
- Fase akhir prognitro : muncul CD13
Hubungan antara abnormalitas dengan prognosis Eritrosit cacat sedikit saja sudah ditolak dan dirusak
pada anak-anak oleh lien. Jadi solusi pengambilan lien bisa
- Baik : jika 52 kromosom lebih, t(12;21) mengurangi risiko dimakannya eritrosit oleh lien.
- Buruk : t(1;19), t(9;22), 11q23, kurang dari 40
kromosom Thalassemia
- Indonesia cenderung kemungkinan thalasemia
Etiologi CML Hg E, kecuali papua. Tapi dampaknya Papua
- Ada translokasi dari 9 ke 22 jadi rentan terhadap malaria.
- Jika abl gen (dari 9) bergabung ke 22 akan - Beda thalasemia dan hemogobinopati.
menjadi Philadelphia kromosom Thalasemia kuantitas berkurang, kalo
hemoglobinopati kualitasnya yang turun.
Klasifikasi AML dari segi genetic (berkaitan dengan - Koomposisi kromosom:
translokasi atau dengan MDS). Kalau klasifikasi yang o Hb F : alfa 2 gama 2
lain (bukan genetic) dibedakan dari AML M0 sampai o Hb A2 : alfa 2 delta 2
o Hb A : alfa 2 beta 2
M7.
Pemeriksaan
Klasifikasi ALL dari segi gen dibedakan jadi precursor B - HbH bentuk seperti bola golf
- Pemeriksaan Hb belum cukup, lakukan analisa
dan T. Tapi, dari segi morfologi dibedakan jadi ALL 1,
DNA
2,3.
- Penting pemeriksaan feritin daripada fe.
ALL 1 : sel berukuran kecil-kecil, homogen Jika dari pemeriksaan feritin menurun, berarti
ALL 2 : sel berukuan kecil dan ada yang besar, defisiensi besi. Tapi jika meningkat, bisa jadi
heterogen thalasemia.
ALL 3 : sel berukuran besar, kromosm lebih jelek - Kalo ada sel target, hipokromik, sel fragmen,
maka curiga pada thalasemia
Anemia Hemolitik Herediter - Jika berat, kelihatan eritroblas
Penyebabnya
- Defect metabolic. Paling sering karena Hemofili
glukosa 6 phosfat dehidorgenase. Misal - Defek factor 8 atau 9
karena minum obat terus jadi anemia. Begitu - Ada gangguan pada von wllebrand factor
obat habis, sudah tidak anemia lagi. sehingga ga bisa menghentikan perdarahan.
- Defect hemoglobin. Pada sintesisnya atau - Hemofili A pada factor 8, hemofili B pada
variasi abnormal. factor 9

Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak,


Hemoglobin terbentuk dari
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga,
- heme (ikatan fe dan porfirin) dan globin
harta kekayaan yang kamu usahakan,
(ikatan rantai alfa dan non alfa).
perniagaan yang kamu khawatiri
- Jadi kalo hemoglobin pecah, juga akan
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat
terbentuk itu lagi.
tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu
- Fe yang dipecah akan digunakan lagi. Porfirin
cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan
digunakan untuk buat bilirubin
(dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.
Pada spehositosis terdapat kekosongan Hb, shg
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
akibatnya air banyak yang masuk ke dalam eritrosit
orang-orang yang fasik. (QS. 9:24)
(dehidrasi eritrosi). Jika pada orang normal, kan ga
ada kelainan jumlah. Jadi, jika ada air yang masuk baru
sedikit, akan lisis karena tempatnya terbatas.

Anda mungkin juga menyukai