Tuba Ovarium Abses-Payakumbuh Minggu 1
Tuba Ovarium Abses-Payakumbuh Minggu 1
Oleh:
Preseptor :
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga CSS yang berjudul “Tubo
Ovarium Abses” ini dapat dilesaikan.
Akhir kata penulis berharap semoga CSS ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua di masa mendatang.
Penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
penyakit menular seksual. Hal ini bersumber dari traktus genitalia atas yang dapat
inflammatory disease). Abses ini pada umumnya terjadi pada wanita usia
produktif dan kelanjutan dari infeksi saluran genital bagian bawah yang dapat
menimbulkan sekuele yang serius pada PID (Pelvic inflammatory disease). Tubo
Ovarium Abses sering terjadi pada wanita yakni antara usia 20-40 tahun.2,3Lebih
PID tampak tidak lebih sering pada pasien dengan Tubo Ovarium Abses.Paritas
pada pasien dengan Tubo Ovarium Abses sangat berbeda, namun studi
3
akut2.Tubo Ovarium Abses terjadi sekitar 18-34% pada pasien dengan PID dan
dikarenakan oleh presentasi klinik yang berbeda dan derajat kerusakan tuba saat
diseases), berhubungan seks dengan partner yang memiliki agen infeksius ini
merupakan faktor risiko yang sangat penting dalam terjadinya Tubo Ovarium
IVF treatment, dan apendisitis yang mengalami perforasi juga diketahui menjadi
tepat.komplikasi yang dapat timul apabila tidak ditangani segera yaitu dapat
cepat. Terapi yang dapat diberikan untuk pasien dengan abses tuboovarium adalah
4
Batasan penulisan ini membahas mengenai definisi, klasifikasi,
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tubo Ovarium Abses adalah radang disertai dengan akumulasi pus yang
terjadi pada ovarium dan atau tuba fallopi pada satu sisi atau kedua sisi adneksa
yang merupakan komplikasi yang terjadi akibat infeksi pada traktus genetilaia
2.2. Epidemiologi
Disease (PID) pada lebih dari sepertiga kasus.Perkiraan insiden tahunan abses
Abses sering terjadi pada wanita yakni antara usia 20-40 tahun3,4. Lebih tua
tampak tidak lebih sering pada pasien dengan Tubo Ovarium Abses.Paritas pada
6
pasien dengan Tubo Ovarium Abses sangat berbeda, namun studi epidemiologi
Peptostreptococcuss6.
penelitian ini didapatkan 16 dari 53 pasien dengan Tubo Ovarium Abses (31 %)
yakni flora anaerob dan aerob.Organisme anaerob biasanya terdapat pada abses
daerah pelvis dan adneksa pada 63-100% kasus. Dalam penelitian terbaru landers
dan Sweet melaporkan bahwa flora terbanyak pada aspirasi abses tuboovarial
7
Organisme yang ditemukan pada Tubo Ovarium Abses juga ditemukan
pada PID. Spesies streptokokus, escherecia coli dan organisme enterik gram
negatif lain juga sering ditemukan. Kuman anaerob yang sering dijumpai adalah
jarang ditemukan pada Tubo Ovarium Abses walaupun sering dijumpai pada
PID.1
kapsul polisakaridanya dan enzim yang dihasilkan oleh bakteri. Diantara enzim
yang dihasilkan antara lain Kollagenase dan hialuronidase, dan heparinase yang
juga dapat menyebabkan kuman patogen dapat bertahan pada kondisi aerob.1
2.4. Patofisiologi
Abses adalah akumulasi cairan yang berisi bakteri aerob dan anaerob, sel-
sel inflamasi, serta debris-debris yang nekrosis sebagai usaha tubuh untuk
sering terjadi pada wanita selama masa reproduksi adalah abses pada pelvis5.
Adanya penyebaran bakteri dari vagina ke uterus lalu ke tuba dan atau
terjadi pada pasca abortus, pasca persalinan atau setelah tindakan genekologi
Pada permulaan proses penyakit, lumen tuba masih terbuka mengeluarkan eksudat
8
yang purulent dari febriae dan menyebabkan peritonitis, ovarium sebagaimana
struktur lain dalam pelvis mengalami inflamasi, tempat ovulasi dapat sebagai
tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tempat masuk infeksi.
Abses masih bisa terbatas mengenai tuba dan ovarium saja, dapat pula melibatkan
struktur pelvis yang lain seperti usus besar,buli-buli atau adneksa yang lain.
terhadap organ terdekatnya. Apabila prosesnya cepat dan hebat makaabses akan
pecah. 5
dikarenakan oleh presentasi klinik yang berbeda dan derajat kerusakan tuba saat
saat kuman tersebut mencapai tuba falopii, menyerang mukosa tuba, menembus
sel epitel melalui mekanisme fagositosis, dan menyebabkan kerusakan dari sel
9
purulen. Gonococus dapat menembus lapisan subepitel mukosa tuba dan sampai
pada lapisan muskularis dan serosa tuba pada proses peradangan. Bakteri B.
Fragilis memunyai virulensi yang lebih tinggi dimana kuman ini dapat merusak
epitel tuba pada stadium awal penyakit dan menyebabkan lumen tuba terbuka
sehingga pus dapat keluar dari fimbriae dan dapat berlanjut menjadi peritonitis. 1
dan cairan terakumulasi pada suatu ruangan tertutup. Perfusi abses ke dinding
(pyosalphing) dan menjadi dinding abses, atau infeksi ovarium primer, yang dapat
menjadi melekat. Abses dapat membesar dan mengisi kavum douglas, atau bocor
steril. Proses ini mencakup drainase spontan ke dalam celah viskus. Akan tetapi,
jka terjadi ruptur intraperitoneal, infeksi dapat menyebar cepat dan timbul
infeksi yang mencapai keadaan ini sangat berat dan berbahaya.Tubo Ovarium
2.5 Diagnosis
A. Anamnesis
Nyeri perut atau nyeri pelvis merupakan gejala klinis tersering pada pasien
dengan TOA.Ini merupakan gejala klinis tersering dan terjadi pada hampir 90%
10
pasien. Landers dan Sweet melaporkan dari 232 pasien dengan TOA, 50%
diantaranya mempunyai gejala demam, keputihan pada 28% kasus, mual 25%
kasus, dan perdarahan pervaginam pada 21% kasus. Beberapa penelitian lain
B. Pemeriksaan fisik
a) Abdomen
Palpasi abdomen dapat ditemukan adanya nyeri tekan dan nyeri lepas, dan
Dapat ditemukan massa pada adneksa, dan juga pada saat menggerakkan
serviks terasa lunak. Akan tetapi, karena lunaknya adneksa dan serviks
- Adnexa kenyal
11
2. Kriteria tambahan: pasien penderita radang panggul yang dicurigai TOA
- leukorrhea
C.
Pemeriksaan penunjang
a) USG
b) CT (computed tomography)
location (73%), multilokular (89%) dan dinding yang tebal dan seragam.
c) Pemeriksaan laboratorium
12
leukositosis.Hasil urinalisis memperlihatkan adanya pyuria tanpa
bakteriuria. Nilai laju endap darah minimal 64 mm/h serta nilai akut C-
- KET
- Mioma uteri
- Hidrosalping
- Perforasi apendik
2.7 Tatalaksana
disebutkan bahwa eradikasi abses tidak dapat dilakukan dengan terapi antibiotik
13
TOA ruptur merupakan keadaan akut yang membutuhkan intervensi medis
pada abses yang ruptur, pus yang terdapat pada rongga abdomen diambil untuk
jangka panjang. Jika selama 15-21 hari pemberian terapi dengan antibiotik tidak
terdapat perubahan ukuran massa, maka drainase dapat dilakukan. Pada eksplorasi
bisa dilakukan histerektomi total atau adnektomi bilateral, namun pada kasus-
linear
Penatalaksanaan yakni dengan rawat inap di rumah sakit, bedrest dalam posisi
setiap kasus yang telah terjadi ruptur atau kasus yang tidak merespon
drainase.
14
1. Medikamentosa
doksisiklin oral (100 mg per hari) atau klindamisin (450 mg lima kali
pemberian antibiotik oral (tetrasiklin, doksisiklin) selama 10-14 hari. Jika terjadi
rupture atau adanya kebocoran pada abses tersebut atau jika pasien tidak respon
demam, dan dilihat dari nilai leukosit yang diperoleh setelah 72 jam. Penilaian
ukuran abses tersebut. Abses dapat menjadi hilang atau membentuk kapsul dalam
a. Drinase transvaginal
15
b. Drainase Transgluteal
Keuntungan yang dapat diperoleh dari teknik drainase ini antara lain
sakit. Kesulitan dari teknik ini yakni akses pencapaian lokasi abses yang
c. Drainase Laparoskopik
hal ini tentu saja sekaligus sebagai alat bantu dalam konfirmasi diagnosa.
laparotomi.1
d. Drainase pembedahan
selama beberapa tahun sebelumnya. Akan tetapi, prosedur ini harus tidak
16
karena beberapa laporan berhubungan dengan tingginya komplikasi
2.8 Komplikasi
infertilitas
2.9 Prognosis
dilakukan terapi bedah definitif, namun hanya pada kurang dari 10%
kasus.7
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Tubo Ovarium Abses adalah radang disertai dengan akumulasi pus yang
terjadi pada ovarium dan atau tuba fallopi pada satu sisi atau kedua sisi
adneksa
2. Tubo Ovarium Abses sering terjadi pada wanita yakni antara usia 20-40
spesies Peptostreptococcuss.
yaitu nyeri perut atau nyeri pelvis yang meupkan gejala klinis tersering.
dan nyeri lepas, penurunan suara bising usus, pada pemeriksaan dalam
18
servik. Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan USG,
pembedahan.
abses intaabdominal.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Sweet RL, Gibs RS. Sexually transmitted Disease. Ed Infectious diesease of the
3. Lareau SM, Beigi RH. Pelvic Inflammatory Disease and Tubo-ovarian Abcess.
6. Landers, D.V dan Sweet, R.L. Tubo Ovarian Abscess: Contemporary Approach
2007.
20
9. Benson R.C dan Pernoll M.L. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. EGC.
Jakarta; 2009.
10. Cherry, J.D, Harrison, G.J, Kaplan, S.L, Steinbach W.J, Hotez, P.J. Feigin
11. Dewwit J, Reining A, Allsworth JE, Peipert JF. Tuboovarian abscesses: is size
2010; 2010:847041.
21