Anda di halaman 1dari 34

PANDUAN PELAYANAN GERIATRI

RUMAH SAKIT MITRA BANGSA

PATI

Jl.Kolonel Sugiyono No. 75 Pati Telp. (0295) 382555,

Fax. (0295) 4191994

e-mail : rs_mb@yahoo.com

1
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MITRA BANGSA PATI

Nomor:

Tentang

PANDUAN PELAYANAN GERIATRI


RS. MITRA BANGSA PATI

Menimbang: 1. bahwa Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki
peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
2. bahwa Rumah Sakit harus mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu, akuntabel, dan transparan kepada
masyarakat, khususnya bagi jaminan keselamatan pasien (patient
safety );
3. bahwa dalam rangka mewujudkan pelayanan keperawatan yang
bermutu dan profesional perlu didukung ketersediaan
sumberdaya pemberi pelayanan kesehatan di RS Mitra Bangsa
Pati;
4. bahwa RS Mitra Bangsa Pati sebagai institusi yang bergerak
dibidang pelayanan kesehatan harus didukung sumberdaya
pemberi pelayanan kesehatan yang kompeten sesuai bidang
tugasnya;
5. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud diatas,
perlu ditetapkan dengan surat keputusan Direktur RS Mitra
Bangsa Pati.

Mengingat: 1. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tenntang kesehatan;


2. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Keputusan Dirjend Bina Upaya Kesehatan RI Nomor
HK.02.04/2.790/2011 tentang standar Akreditasi Rumah Sakit;
4. Undang-Undang RI Nomor 79 tahun 2014 tentang penyelenggaraan
pelayanan Geriatri di Rumah Sakit;
5. Keputusan Yayasan Bumi Walisongo Nomor:365/YBWS/SK/V/18
Tentang pengangkatan Direktur Rumah Sakit Mitra Bangsa Pati.

2
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RS MITRA BANGSA PATI


TENTANG PANDUAN PELAYANAN GERIATRI RS MITRA
BANGSA PATI
Kesatu : Panduan Pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud Diktum kesatu
tercantum dalam lampiran keputusan ini;
Kedua : Panduan Pelayanan Geriatri sebagaimana dimaksud Diktum Kedua
digunakan di RS Mitra Bangsa dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit dan perlindungan dan pemenuhan hak-hak
para lansia;
Ketiga : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan;
Keempat : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini,
akan diadakan perbaikan dan penyesuaian sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Pati
Pada tanggal :
Direktur,

dr. Kunwerdiningsih, MM.


Nip :

Tembusan :

3
KATA PENGANTAR

Ba’da salam dan bahagia. semoga rahmat dan hidayah Allah S.W.T
senantiasa tercurah kepada kita semua Amin.
Indonesia menempatkan para lanjut usia ( Lansia ) pada posisi yang
dihormati, bukan saja karena nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang di
masyarakat, tetapi juga karena lansia tergolong dalam kelompok yang rentan.
Penghormatan tersebut dapat berupa pemberian fasilitas dan pelayanan khusus
dalam rangka perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka sebagaimana diatur
dalam pasal dalam UU Nomer 39 Tahun 1999.
Salah satu wujudnya adalah tersedianya fasilitas dan pelayanan Khusus di
rumah sakit berupa “Pelayanan Geriatri”.
Buku Panduan Pelayanan Geriatri Rumah Sakit Mitra Bangsa ini
diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka perlindungan dan pemenuhan hak-hak
para lansia.
Kami tidak mungkin lepas dari khilaf dan salah, untuk itu kritik dan saran
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan buku ini.
Semoga upaya kita mendapatkan rahmat, hidayah, dan ridho dari Allah
SWT. Amin.
Pati,

Penyusun

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................

SK PANDUAN PELAYANAN GERIATRI.........................................

KATA PENGANTAR............................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 5

A.........................LATAR BELAKANG................................... 5
B.........................PENGERTIAN..............................................
............................5

BAB II. RUANG LINGKUP................................................................ 7

BAB III. KEBIJAKAN ......................................................................... 8

BAB IV. TATA LAKSANA................................................................... 10

A.........................PELAYANA GERIATRI............................... 10
1.....................Batasan pelayanan........................................ 10
2.....................Alur Pelayanan Geriatri............................... 12
3.....................Pelayanan Geriatri di RS Mitra Bangsa Pati
.......................13
4.....................Jenis Pelayanan Geriatri.............................. 13
5.....................Assesment Geriatri........................................ 15
6.....................Yang perlu Mendapatkan Pelayanan Geriatri
.......................15
7.....................Prinsip-prinsip Pelayanan Geriatri............. 16
8.....................Kriteria Pelayanan Geriatri......................... 16

5
9.....................Tata Laksana Assesment Lansia.................. 16
10...................Tujuan Assesment Lansia............................. 16
11...................Proses Assesment Lansia.............................. 17
B.........................GERIATRIC GIANTS.................................. 28
1.....................Sindroma Serebral........................................ 28
2.....................Konfusio dan Dimentia................................. 29
3.....................Gangguan Otonom........................................ 30
4.....................Inkontinensia.................................................
.......................30
5.....................Jatuh ( The True Geriatric Giant ).............. 31
6.....................Kelainan Pada Tulang Belakang.................. 33
7.....................Dekubitus.......................................................
.......................33

BAB V. DOKUMENTASI..................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indosensia menempatkanpara lanjut usia (lansia) pada posisi yang dihormati,


bukan saja karena nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang di masyarakat,
tetapi juga karena lansia tergolong dalam kelompok yang rentan. Penghormatan
tersebut dapat berupa pemberian fasilitas dan pelayanan khusus dalam rangka
perlindungan dan pemenuhan hak- hak mereka sebagaimana diatur dalam Pasal 8
UU Nomor 39 Tahun 1999. Salah satu wujudnya adalah “Pelayanan Geriatri”.

Data menunjukkan, jumlah lansia di Indonesia, baik itu pedesaan maupun di


perkotaan terus meningkat. Berdasarkan jenis kelaminnya, jumlah lansia
perempuan ± 9,5 juta lebih banyak dibanding lansia laki-laki ± 8,2 juta.
Penyebabnya adalah angka harapan hidup perempuan lebih tinggi jika dibanding
dengan angka harapan hidup laki-laki.

Keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan, pendidikan, kesehatan,


dan program-program terkait, berdampak pada menurunnya angka kelahiran dan
meningkatnya usia harapan hidup. Peningkatan usia lanjut sering disertai dengan
meningkatnya berbagai penyakit dan ketidakmampuan (disability), sehingga
diperlukan perawatan dan pengobatan dengan waktu yang cukup lama, sedangkan
fasilitas dan pelayanan kesehatan bagi lansia di rumah sakit masih sangat kurang.

B. PENGERTIAN
1. Gerontologi : cabang ilmu yang membahas atau menangani tentang
proses penuaan atau masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut.
2. Pasien Geriatri : orang tua berusia diatas 60 tahun yang memiliki
penyakit lebih dari 2 /majemuk/ multipatologi akibat gangguan fungsi
jasmani dan rohani dan atau kondisi sosial yang bermasalah.
3. Konsep pengertian secara bertingkat dari mundurnya kemandirian
lansia yaitu:
a. Hambatan (impairment) adalah setiap kehilangan atau kelainan, baik
psikologik, fisiologik,maupun struktur atau fungsi anatomik.

7
b. Disabilitas adalah semua retriksi atau kekurangan dalam kemampuan
untuk melakukan kegiatan yang dianggap dapat dilakukan oleh orang
normal.
c. Handicap adalah ketidakmampuan sesorang sebagai akibat
impairment/ disabilitas sehingga membatasinya untuk melaksanakan
peranan hidup secara normal (berhubungan erat dengan usia, jenis
kelamin, dan faktor- faktor sosial budaya).
4. Asesmen Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk
menilai aspek medik, fungsional, psikososial, dan ekonomi penderita usia
lanjut dalam rangka menyusun program pengobatan dan pemeliharaan
kesehatan yang rasional.
5. Tim Geriatri adalah suatu tim miltidisipliner, interdisiplin untuk
menangani masalah kesehatan usia lanjut.Tim ini minimal terdiri atas
dokter geriatris atau internis / dokter umum yang dilatih juga dokter
spesialis psikologis, perawat yang telah mendapatkan pelatihan geriatri,
fisioterapi, nutrisionis, dan farmasi.

8
BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Pelayanan Geriatri di RS Mitra Bangsa Pati meliputi :


Seluruh upaya kesehatan yaitu upaya pencegahan/ preventif, promotif, kuratif,
rehabilitatif kepada para pasien lanjut usia yang berusia ≥ 60 tahun sesuai dengan
pelayanan Geriatri tingkat sederhana dengan ketenagaan yang terdiri dari :

1.Dokter Spesialis Penyakit Dalam


2. Dokter Spesialis penyakit lain sesuai dengan jenis penyakit pasien
Geriatri.
3.Dokter Umum
4.Perawat
5.Apoteker
6.Fisioterapis
7.Gizi
Pasien Geriatri yang memerlukan rawat inap karena belum ada ruang rawat inap
akut Geriatri maka pasien dirawat diruang rawat biasa.

9
BAB III

KEBIJAKAN

1. Rumah Sakit Mitra Bangsa Pati menyediakan pelayanan geriatri tingkat


sederhana.
2. Rumah Sakit Mitra Bangsa Pati menyediakan pelayanan kesehatan secara
terpadu dengan pendekatan multidisiplin yang bekerjasama secara
interdisiplin.
3. Rumah sakit Mitra Bangsa Pati melakukan promosi dan edukasi sebagai
bagian dari pelayanan kesehatan warga usia lanjut di masyarakat berbasis
Rumah Sakit.
4. Kegiatan pelayanan Geriatri dikoordinir oleh Tim Terpadu Geriatri yang
ditetapkan melalui SK Direktur Rumah Sakit Mitra Bangsa Pati dan dilaporkan
kepada Direktur Rumah Sakit secara berkala.

10
BAB IV

TATALAKSANA

A. PELAYANAN GERIATRI
1. Batasan Pelayanan
Pelayanan Geriatri adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan
pendekatan interdisiplin yang mencakup aspek medik promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif serta aspek sosial dan psikologik pada pasien usia
lanjut.
Pelayanan Geriatri Tingkat sederhana adalah suatu bentuk pelayanan
geriatri yang mempunyai kegiatan pelayanan rawat jalan. Pelayanan
tersebut diberikan oleh Tim Terpadu Geriatri yang minimal terdiri dari:
- Dokter Spesialis Penyakit Dalam.
- Dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit
pasien Geriatri.
- Dokter .
- Perawat.
- Apoteker.
- Fisioterapis.
- Tenaga gizi.
Pelayanan tingkat sederhana ini sesuai dengan pelayanan dan
ketenagaan di Rumah Sakit Mitra Bangsa.

2. Alur Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit Mitra Bangsa


Semua pasien lanjut usia yang datang ke poliklinik / UGD akan
dilakukan triase apakah tergolong kedalam pasien geriatri. Pasien lanjut
usia biasa akan diteruskan ke dokter spesialis sesuai dengan penyakitnya.
Pasien geriatri yang memiliki penurunan status fungsional, sindrom
geriatri, gangguan kognitif, demensia, jatuh, osteoporosis dan inkontinensia
urin akan dilakukan asesmen geriatric komprehensif oleh Tim Terpadu
Geriatri.

11
Pasien lanjut usia

Pendaftaran

Poliklinik

Asesmen geriatri
komprehensif oleh tim
terpadu geriatri

Penunjang
Poli spesialis penyakit lain Klinik geriatri
Laboratorium / Rontgen

Farmasi

BPJS UMUM / ASURANSI

Kasir

Pulang

12
DENAH RUANG POLI GERIATRI

G
B D

E
C
F F

H
I
K
L J

Keterangan :

A : Wastafel

B : Stetoskop

C : Light Box

D : Kursi dokter

E : Meja dokter

F : kursi tunggu

G : Almari

H : Bed Pasien

I : EKG

J : Pengukur TB

K : Timbang BB

13
L : Pintu Masuk

Fasilitas Peralatan :

Kursi dokter : 1

Meja dokter : 1

Kursi Pasien : 2s

Almari : 1

Bed Pasien : 1

EKG : 1

Stetoskop : 1

Light Box : 1

Timbang BB : 1

Pengukur TB : 1s

Instrumen Pemeriksaan Fisik :

Stetoskop : 1

Termometer : 1

Spigmonanometer : 1

Reflek Hammer : 1

3. Pelayanan Geriatri di RS Mitra Bangsa Pati


a. Apabila pasien masuk dengan usia ≥ 60 tahun dan saat masuk
pasien didapat lebih dari satu diagnosa.
b. Apabila pasien masuk dengan usia ≥ 60 memiliki satu penyakit
dan mengalami gangguan akibat penurunan funggsi organ, sosial,
ekonomi dan lingkungan.
c. Pasien usia 70 tahun keatas dengan penyakit fisik/ psikis.
4. Jenis Pelayanan
1. klinik Geriatri
Tempat ini memberikan jasa pengadaan asesmen,tindakan kuratif
sederhana dan konsultasi bagi penderita rawat jalan, baik dari

14
masyarakat, puskesmas, maupun antar klinik. Tenaganya terdiri dari
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan perawat.

2. Bangsal Rawat inap


RS Mitra Bangsa belum mempunyai bangsal rawat inap khusus
pasien geriatri jadi apabila ada pasien geriatri yang harus dilakukan
rawat inap masih jadi satu dengan pasien rawat inap yang lain.
3. Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi Medik adalah pelayanan terpadu dengan pendekatan
medik, psikososial, edukasional, dan vokasional untuk mencapai
kemampuan fungsional semaksimal mungkin.
Penyakit pada usia lanjut mempunyai kecenderungan terjadi
kecacatan, sehingga oleh WHO selalu diharapkan penegakan diagnosis
pasien lanjut usia dalam aspek impairment, disabilitas, dan handicap,
sehingga rehabilitasi medik merupakan aspek penting dalam pelayanan
lansia dan harus dilaksanakan secepat mungkin sejak pasien masuk
sampai pulang sesuai kebutuhannya.
Untuk memulai program rehabilitasi medik pada lansia, tenaga
profesional harus mengetahui kondisi lansia saat itu juga, baik penyakit
maupun kemampuan fungsional yang mampu dilakukan. Banyak
instrument untuk menilai kemampuan seorang lansia, salah satu
diantaranya adalah index katz yang cukup sederhana dan mudah
diterapkan untuk menilai kemampuan fungsional AKS ( aktifitas
kehidupan sehari-hari)dan juga untuk meramalkan prognosis dari
berbagai macam penyakit pada golongan lansia.
Adapun aktivitas yang dinilai adalah :
1. Bathing
- Mandiri : memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh
atau dapat melakukan sendiri secara menyeluruh.
- Tergantung : memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian
tubuh atau tidak dapat mandi sendiri.
2. Dressing
-Mandiri : menaruh, mengambil, memakai dan menanggalkan
pakaian sendiri serta menalikan sepatu sendiri.
-Tergantung : tidak dapat berpakaian sebagian.
3. Toiletting
-Mandiri : pergi ke toilet, duduk sendiri di, memakai pakaian
dalam, membersihkan kotoran.
-Tergantung : mendapat bantuan orang lain.
4. Transfering
-Mandiri : berpindah dari dan ketempat tidur, dari dan ketempat
duduk (memakai/ tidak memakai alat bantu).

15
-Tergantung : tidak dapat melakukan sendiri/ dengan bantuan.
5. Continence
-Mandiri : dapat mengontrol buang air besar dan kecil.
-Tergantung : tidak dapat mengontrol sebagianatau seluruhnya
dengan bantuan manual atau kateter.
6. Feeding
-Mandiri : mengambil makanan dari piring atau yang lainnya dan
memasukkan ke dalam mulut (tidak termasuk kemampuan
memotong daging-daging dan menyiapkan makanan seperti
mengoleskan mentega pada roti).
-Tergantung : memerlukan bantuan untuk makan atau tidak dapat
makan sendiri secara parenteral.
Dari kemampuan melaksanakan 6 aktivitas dasar tersebut di atas,
kemudian diklasifikasikan menjadi 7 tahapan yang disebut sesuai
dengan aktivitas yang dikerjakan sendiri, atau juga disebut index katz
yang secara berurutan adalah sebagai berikut :
1. Index katz A : mandiri untuk 6 aktivitas.
2. Index katz B : mandiri untuk 5 aktivitas.
3. Index katz C : mandiri kecuali bathing dan 1 fungsi lain.
4. Index katz D : mandiri, kecuali bathing, dressing, dan 1fungsi
lain.
5. Index katz E : mandiri kecuali bathing, dressing, toiletting dan 1
fungsi lain.
6. Index katz F : mandiri kecuali bathing, dressing, toiletting,
transfering dan 1 fungsi lain.
7. Index katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 aktivitas.

5. Assesment Geriarti
Assesment Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk
menilai aspek medik, fungsional, psikososial, dan ekonomi penderita usia
lanjut dalam rangka menyusun program pengobatan dan pemeliharaan
kesehatan yang rasional. Assesmen ini bersifat tidak sekedar multidisiplin
tetapi juga interdisiplin dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas
pelayanan kesehatan.

6. Yang perlu mendapatkan pelayanan Geriatri


- Menderita lebih dari satu penyakit kronis atau degeneratif dengan atau
tanpa disertai penyakit akut.
- Menghadapi kesulitan untuk berjalan (instability), mengalami jatuh
(falls), atau immobilisasi (bedridden).
- Menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri (self care).seperti
kesulitan makan atau berpakaian.

16
- Mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau gangguan tingkah
laku (behavior) dini.
- Masalah kesehatan lain seperti osteoporosis, penyakit parkinson,
arthritris, gangguan berkemih (inkontinensia urine), atau gangguan buang
air besar

7. Prinsip-prinsip Pelayanan Geriatri adalah sebagai berikut:


- Pendekatan menyeluruh (biopsikososialspritual).
- Orientasi terhadap kebutuhan klien.
- Diagnosis secara terpadu.
- Team work (koordinasi).
- Melibatkan keluarga dalam pelaksanaanya.

8. Kriteria pelayanan lansia.


- Komprehensif: adanya dukungan finansial yang adekuat, perawatan
sehari-hari, pelayanan kesehatan yang memadai, pendidikan kesehatan,
perawatan keluarga, kebutuhan rekreasi, dan aktivitas fisik, dan pelayanan
transportasi.
- Adanya kerjasama atau terkoordinasi lintas program/ sektoral.
- Mudah dijangkau.
- Memperhatikan kualitas pelayanan.

9. Tata laksana Assesment Lansia


Assesment lansia adalah suatu rangkaian kegiatan proses keperawatan
yang:
- Ditujukan kepada usia lanjut.
- Meliputi kegiatan pengkajian, dengan memperhatikan kebutuhan fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual.
- Menganalisis masalah dan merumuskan diagnosis keperawatan.
- Membuat perencanaan.
- Melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi.

10. Tujuan Assesment Usia Lanjut


a. Menegakkan:
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat fisiologik.
- Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat patologik.
- Dan melakukan terapi atas kelainan tersebut.
b. Menegakkan adanya gangguan organ/sistem (Impairment)
ketidak mampuan (disabilitas) dan ketidak mampuan sosial (handicap)
untuk dapat dilakukan terapi dan/rehabilitasi

17
c. Untuk mengetahui sumber daya sosial ekonomi dan
lingkungan yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan penderita
tersebut.

11. Proses assesment Usia Lanjut


a. Pengkajian
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Umur : th
Status : Menikah Tidak Menikah Janda
Duda.
Agama : Islam protestan katolik
Hindu Budha
Suku : Jawa Madura Lain-lain: .....
Tingkat Pendidikan: SD SMP SMA PT Lainnya
Sumber pendapatan: PNS Wiraswasta Lainnya
Keluarga yang dapat dihubungi :

No Jumlah Anak Pekerjaan Tempat Tinggal

Kondisi Lingkungan/rumah:
Lantai licin/ tidak.
Penerangan cukup/tidak.
Jarak kamar mandi dengan kamar pasien.
Riwayat pekerjaan:.............

b. Riwayat kesehatan
Keluhan yang diarsakan saat ini:
( ) Nyeri Dada ( ) Pusing ( ) Batuk ( ) Panas ( ) Sesak
( ) Gatal ( ) Diare ( ) Jantung Berdebar ( ) Nyeri Sendi
( ) Penglihatan kabur ( ) Lain-lain.....
Apa keluhan yang anda rasakan dalam 3 bulan terakhir:
( ) Nyeri Dada ( ) Pusing ( ) Batuk ( ) Panas ( ) Sesak
( ) Gatal ( ) Diare ( ) Jantung Berdebar ( ) Nyeri Sendi
( ) Penglihatan kabur ( ) Lain-lain.....
Penyakit saat ini:
( ) Sesak Nafas/PPOM ( ) Nyeri Sendi ( ) Diare ( )Penyakit Kulit
( ) Jantung ( ) Mata ( ) DM ( ) HT ( ) Lain-lain......
Status gizi:
- Sehari makan berapa kali............

18
- Habis berapa porsi.............
- Makan sendiri/dengan bantuan..........

c. Status Fisiologi
Postur Tulang Belakang Lansia:
( ) Tegap ( ) Membungkuk ( ) Kifosis ( ) Skoliosis ( ) Lordosis
Tanda-tanda vital
( ) Suhu ( ) Tekanan Darah ( ) Nadi ( ) Respirasi ( ) Berat Badan
( ) Tinggi Badan ( ) IMT
Status Gizi
- Sehari makan berapa kali......
- Habis berapa porsi.......
- Makan sendiri/dengan bantuan.....

d. Pengkajian Head To Toe


1. Kepala
Kebersihan : kotor/bersih
Kerontokan rambut : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya jelaskan : .............
2. Mata
Konjungtiva : anemis/tidak
Sklera : ikterik/tidak
Starbimus : ya/tidak
Penglihatan : kabur/tidak
Peradangan : ya/tdak
Riwayat Katarak : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya jelaskam :.............................
Penggunaan kacamata: ya/tidak

3. Hidung
Bentuk : simetris/tidak
Peradangan : ya/tidak
Penciuman : terganggu/tidak
Jika ya jelaskan :..............................

4. Mulut dan Tenggorokan


Kebersihan : baik/tidak
Mukosa : kering/lembab
Peradangan stomatitis : ya/tidak
Gigi geligi : karies/tidak, ompong/tidak
Radang Gusi : ya/tidak
Kesulitan Mengunyah : ya/tidak
Kesulitan Menelan : ya/tidak

19
5. Telinga
Kebersihan : bersih/tidak
Peradangan : ya/tidak
Pendengaran : terganggu/tidak
Jika terganggu jelaskan:..............................

6. Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : ya/tidak
JVD : ya/tidak
Kaku kuduk : ya/tidak

7. Dada
Bentuk dada : normal chest/ barrel chest/pigeon
chest/lainya
Retraksi : ya/tidak
Wheezing : ya/tidak
Ronchi : ya/tidak
Suara jantung tambahan : ada/tidak
Iclus cordis : .............................

8. Abdomen
Bentuk : dislend/flat/lainnya
Nyeri tekan : ya/tidak
Kembung : ya/tidak
Supel : ya/tidak
Bising usus : ada/tidak,frekuensi.......kali/menit
Massa : ya/tidak,regio

9. Genetalia
Keberaihan : baik/tidak
Haemoroid : ya/tidak
Hermia : ya/tidak

10. Ekstremitas
Kekuatan otot : (skala 1-5)
0 : lumpuh
1 : ada kontraksi
2 : melawan grafitasi dengan sokongan
3 : melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan
4 : melawan grafitasi dengan tahanan sedikit
5 : melawan grafitasi dengan kekuatan penuh
Rentang gerak : maksimal/terbatas
Deformitas : ya/tidak, jelaskan........................
Tremor : ya/tidak

20
Edema kaki : ya/tidak, pitting edema/tidak
Alat bantu : ya/tidak, jelaskan....................
No Aspek Penilaian Keteragan Nilai
1 Berdiri dengan postur
normal
2 Berdiri dengan postur
normal (mata tertutup)
3 Bediri dengan satu kaki Kana:
Kiri :
4 Berdiri, fleksi trunk, dan
berdiri ke posisi netral
5 Berdiri lateral, dan fleksi
trunk
6 Berjalan, tempatkan salah
satu tumit di depan jari
kaki yang lain
7 Berjalan sepanjang garis
lurus
8 Berjalan mengikuti tanda
gambar pada lantai
9 Berjalan mundur
10 Berjalan mengikuti
lingkaran
11 Berjalan denga tumity
12 Berjalan dengan ujung kaki
Jumlah
Keterangan :
Refleks + : normal
Refleks - : menurun/meningkat

11. Integumen
Kebershan : baik/tidak
Warna : pucat/tidak
Kelembaban : kering/lembab
Gangguan pada kulit : ya/tidak, jelaskan...................

12. Test Koordinasi/Keseimbangan


Intepretasi :..............................

Kriteria penilaian: Keterangan :

4: Melakukan aktivitas dengan lengkap 42- 54 : Melakukan aktifitas


dengan lengkap

21
3: Sedikit bantuan (untuk keseimbangan) 28-41 : Sedikit bantuan (untuk
keseimbangan)

2: Dengan bantuan sedang s/d maksimal 14-27 : Dengan bantuan sedang


s/d maksimal

1: Tidak mampu melakukan aktifitas. <14 : tidak mampu melakukan


aktifitas.

13. Frekuwensi kunjungan keluarga


1 kali/bulan, 2 kali/bulan : tidak pernah

14. Pengkajian masalah emosional


Pertanyaan tahap I : 1. Apakah klien mengalami susah tidur?
2. Ada masalah atau banyak pikiran?
3. Apakah klien murung atau menangis
sendiri?
4. Apakah Klien Sering was-was?
Lanjutkan pertantyaan tahap II jika jawaban “ya” 1 atau lebih :
Pertanyaan tahap II : 1. Keluhan lebih dari 3 bulan?
2. Lebih dari 1 bulan?
3. Ada masalah atau banyak pikiran?
4. Ada gangguan/masalah dengan orang lain?
5. Menggunakan obat tidur atau penenang
atas anjuran dokter?
6. Cenderung mengurung diri?
Jika jawaban “ya” lebih dari 1 atau sama dengan 1, maka masalah
emosional ada atau ada gangguan emosional.
Kesimpulan :
.............................................................................................................
.............................................................................................................

15. Identifikasi Aspek Kognitif


Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)
Interpretasi hasil : 24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguang kognitif berat
Kesimpulan : .........................................................................
....................................................................................................

16. Pengkajian Perilaku terhadap Kesehatan


Kebiasaan merokok : > 3 batang sehari
: < 3 batang sehari

22
: tidak merokok
Kebiasaan minum alkohol : ( ) tidak pernah ( ) Sering
Minum kopi : ( ) 1 gelas/hari
: ( ) 2 Gelas/hari
: ( ) lebih dari 3 gelas/hari

17. Pengetahuan Tentang Usia Lanjut


Apakah anda sudah mengerti tentang makanan yang sehat :
 Sudah tahu dan jelaskan
 Sudah tahu tapi kurang jelas
 Belum tahu
Anda sudah mengerti penyakit yang anda derita :
 Sudah tahu dan jelas
 Sudah tahu tapi kurang jelas
 Belum tahu
Apakah anda sudah mengerti tentang pencegahan penyakit-penyakit
usia lanjut :
 Sudah tahu dan jelas
 Sudah tahu tapi kurang jelas
 Belum tahu
Apakah anda sudah mengerti tentang latihan-latihan fisik untuk usia
lanjut :
 Sudah tahu dan jelas
 Sudah tahu tapi kurang jelas
 Tidak tahu

18. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Frekuwensi makan : 1 kali sehari
: 2 kali sehari
: 3 kali sehari
: Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan : 1 porsi dihabiskan
: ½ porsi dihabiskan
Makanan tambahan : dihabiskan
: tidak dihabiskan
: kadang-kadang dihabiskan
Pola Pemenuhan Cairan
Frekuwensi minum : < 3 gelas sehari
: > 3 gelas sehari
Jika jawaban < 3 gelas sehari, alasan :
 Takut kencing malam hari
 Tidak haus
 Persediaan air minum terbatas
 Kebiasaaan minum sedikti

23
Jenis minuman : - Air putih
: - Teh
: - Kopi
: - Susu
: - Lainnya,.................
Pola Kebiasaan Tidur
Jumlah Waktu Tidur : < 4 jam
: 4-6 jam
: > 6 jam
Gangguan tidur berupa : - Insomnia
: - Sering terbangun
: - Sulit mengawali
: - Tidak ada gangguan
Penggunaan waktu luang ketika tidur: - Santai
: - Diam saja
: - Ketrampilan
: - Kegiatan keagamaan
Pola Eliminasi BAB
Frekuwensi BAB : 1 kali sehari
: 2 kali sehari
: Lainnya,.....................
Konsisitensi : Encer
: Keras
: Lembek
Gangguan BAB : Inkontinensia alvi
: Konstipasi
: Diare
: Tidak ada
Pola BAK
Frekuwensi BAK : 1-3 kali sehari
: 4-6 kali sehari
: > 6 kali sehari
Warna Urine : Kuning
: Jernih
: Putih jernih
: Kuning keruh
Gangguan BAK : Inkontinensia Urine
: Retensi Urine
Pola Aktivitas
Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan:
 Membantu kegiatan dapur
 Berkebun
 Pekerjaan rumah tangga
 Keterampilan tangan
Pola Pemenuhan Kebersihan Diri
Mandi : 1 kali sehari

24
: 2 kali sehari
: 3 kali sehari
: 4 kali sehari
: < 1 kali sehari
Memakai sabun mandin: ( ) ya ( ) tidak
Sikat gigi : 1 kali sehari
: 2 kali sehari
: tidak pernah, alasan,..........
Menggunakan pasta gigi : ( ) ya ( ) tidak
Kebiasaan berganti pakaian bersih : 1 kali sehari
: < 1 kali sehari
: tidak ganti
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)

No Kriteria Dengan Mandir Skor Keteranga


Bantua i yang n
n didapa
t

1 Makan 5 10 Frekuwensi
Jumlah
jenis

2 Minum 5 10 Frekuwensi
Jumlah
Jenis

3 Berpindah dari 5-10 15


kursi roda ketempat
tidur

4 Personal toilet 0 5 Frakuwensi


(cuci muka,
menyisir ranmbut,
menyeka tubuh,
menyiram)

5 Keluar masuk toilet 5 10


(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)

6 Mandi 5 15 Frekuwensi

7 Jalan di permukaan 0 5 Frekuwensi

25
datar

8 Naik turun tangga 5 10

9 Menggunakan 5 10
pakaian

10 Kontrol bowel 5 10 Frekuwensi


(BAB)

11 Kontrol Bladder 5 10 Frekuwensi


(BAK) :

Warna:

12 Olah raga/latihan 5 10 Jenis:


Frekuwensi
:

13 Rekreasi/pemanfaat 5 10 Jenis:
an waktu luang Frekuwensi
:

Jumlah
Interprestasi :
: Ketergantungan Total
65-125 : Ketergantungan Sebagian
130 : Mandiri
Kesimpulan :,.................................................................................
.........................................................................................................

B. GERIATRIC GIANTS
Penampilan suatu penyakit pada usia lanjut sering berbeda dengan usia
muda. Harus dapat dibedakan, apakah kelainan yang terjadi berkenaan dengan
bertambahnya usia atau memang ada suatu proses patologi sebagai
penyebabnya. Beberapa problema klinik dari penyakit pada lansia yang sering
dijumpai disebut “GERIATRIC GIANTS” yang terdiri dari :
1. Sindroma Serebral
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia
lanjut, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan
terhadap perubahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun
faktor lain, misalnya berkaitan dengan tekanan darah seperti fungsi

26
jantung, bahkan fungsi otak yang berkaitan dengan pengaturan tekanan
darah (sistem otonom).
2. Konfusio dan Dimentia
Konfusio akut adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi kognitif
yang ditandai oleh memburuknya secara mendadak derajat kesadaran dan
kewaspadaan dan terganggunya proses berfikir yang berakibat terjadinya
disorientasi.
Gambaran klasik penderita konfusio yaitu:
a. Derajat kesadaran menurun, misalnya sulit untuk tetap bangun
saat diperiksa.
b. Gangguan persepsi, antara lain ilusi, delusi, halusinasi, dan mis
intrepretasi.
c. Terganggunya siklus bangun tidur dengan terjadinya insomnia,
tetapi siang hari teratur.
d. Aktivitas spikomotor meningkat atau menurun.
e. Disorientasi waktu, tempat, dan orang.
f. Gangguan memori.
Dimentia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi sehari-hari.
Secara garis besar dementia pada usia lanjut dapat dikategorikan dalam 4
(empat) golongan yaitu:
a. Dementia degeneratif primer 50-60%
b. Dementia multi-infark 10-20%
c. Dementia yang reversibel atau sebagian reversibel 20-30%
d. Gangguan lain (terutama neurologik) 5-10%
Pemeriksaan Portabel Status Mental ( AMT : Abreviated Mental
Test)
Daftar Pertanyaan Penilaian
1. Tanggal berapakah hari ini? (bulan,tahun) 0-2 kesalahan= baik
2. Hari apakah hari ini?
3. Apakah nama tempat ini? 3-4 kesalahan= gangguan
4. Berapa nomor telepon bapak/ibu? (bila tidak intelek ringan
ada telepon, jalan apakah rumah 5-7 kesalahan= gangguan
bapak/ibu?) intelek sedang.
5. Berapa umur bapak/ibu? 8-10 kesalhan= gangguan
6. Kapan bapak/ibu lahir? intelektual berat
7. Siapakah nama gubernur kita?
(walikota/camat) Bila penderita tidak pernah
8. Siapakah nama gubernur sebelum ini? sekolah, nilai kesalahan
9. Siapakah nam gadis ibu anda? diperbolehkan +1 dari nilai
10. Hitung mundur 3-3, dimulai dari 20.
diatas.
Bila penderita sekolah

27
lebih dari SMA kesalahan
yang diperbolehkan -1 dari
atas.

Dari : folsten, 1990


3. Gangguan Otonom
Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab seringnya gangguan
syaraf otonom pada usia lanjut adalah:
 Dengan meningkatnya usia, terdapat beberapa perubahan pada
neurotransmisi pada ganglion otonom, berupa penurunan asetil kolin
terutama disebabkan oleh penurunan enzim utama, yaitu kolin
asetilase. Hal ini cenderung menurunkan fungsi otonom.
4. Inkontnensia
Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan utama pada penderita
lansia. Inkontinensia adalah pengeluaran urine (Atau feses) tanpa
disadari, dalam jumlah dan frekuwensi yang cukup sehingga
mengakibatkan masalah gangguan kesehatan atau sosial.
Inkontinensia dapat disebabkan oleh “DRIP”.
D = Delirium;
R = Retriksi mobilitas, retensi;
I = Infeksi, Inflamasi, impaks feses;
P = Pharmasi (obat-obatan), poliuri.
5. Jatuh ( The True Geriatric Giant)
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian seseorang mendadak terbaring/terduduk
dilantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran atau luka.
Faktor faktor yang mempengaruhi jatuh pada lansia :
a. Faktor Intrinsik;
 Kondisi fisik dan neuropsikiatrik;
 Penurunan visus dan pendengaran;
 Perubahan neuro muskuler, gaya berjalan, dan reflek postural
karena proses menua.
b. Faktor Ekstrinsik;
 Obat-obatan yang diminum;
 Alat-alat bantu berjalan;
 Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya).
Penyebab-penyebab jatuh pada lansia :

28
a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama;
b. Nyeri kepala dan atau vertigo;
c. Hipotensi Orthostatic;
d. Obat-obatan;
e. Proses penyakit spesifik;
f.Idiopatik;
g. Sinkope.
Kecelakaan pada lansia :
a. Alat-alat atau perlengkapan yang sudah tua , tidak stabil, atau
tergeletak dibawah;
b. Tempat tidur atau wc yang rendah/jongkok
c. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang;
 Lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau
menurun;
 Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset
yang tebal/menekuk pinggirnya , dan benda-benda alas lantai
yang licin atau mudah tergeser.
 Lantai yang licin atau basah;
 Penerangan yang tidak baik (kurang atau
menyilaukan);
 Ala bant jalan yang tidk tepat ukuran, berat,
maupun cara pengunaannya.
Faktor-faktor situsional yang mungkin mempresipitasi jauh antara lain :
a. Aktivitas;
 Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia
melakukan aktivitas biasa seperti berjalan, naik atau turun
tangga, dan menganti posisi.
b. Lingkungan;
 Sekitar 70% lansia jatuh di rumah 10% tejadi
di tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak
bandingkan saat naik tangga.
c. Penyaki Akut;
Pencegahan Jatuh:
Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan ini, antara lain :
a. Identifikasi Faktor Risiko;
Perlu dilakukan asesmen keadaan sensorik, neurologik,
muskuloskeletal dan penyakit sistematik yang sering
mendasari/menyebabka jatuh, juga keadaan lingkungan, obat-
obatan dan alat bantu jalan.
b. Penilaian Keseimbangan Gaya Berjalan;
Setiap lansia harus dievalusi keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi, juga gaya
berjalan, dan kekuatan otot ekremitas bawah lansia.
c. Mengatur/mengatasi Faktor Situasional.

29
Faktor situasional yang bersifat seranan akut dapat dicegah
dengan pemeriksaa rutin kesehatan lansia, bahaya lingkungan
dapat dicegah dengan perbaikan lngkunan, aktivitas fisikdapat
dibatasi sesuai kondisi kesehatn lansia.
6. Kelainan Pada Tulang Belakang
Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindroma
geriatrik. Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang
secara linear. Hilang tulang ini lebh nyata pada wanita dibanding pria.
7. Dekubitus
Dekuitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jarigan di bawah kulit,
bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya perkenaan
pada suatu era seacara terus menerus, sehingga mengakibatkan gangguan
sirkulasi darah setempat.
Area yang bisa terjadi dekubitus adala tempat diatas tonjolan tulang dan
tidak dilindungi cukup dengan lemak subkutan, misalnya: daerah sakrum,
daerah trokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah
tumit, dan siku.
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai
berikut:
 Derajat I : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis,
kemerahan/eritema indurasi atau lecet;
 Derajat II : Reaksi yang lebih mencapai seluruh dermis hingga
lapisan lapisan lemak subkutan. Tampak sebagai ulkus yang dangkal,
dengan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen kulit;
 Derajat III : Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak
subkutan dan menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-otot.
Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau;
 Derajat IV : Perluasan ulkus menembus otot, sehingga tampak
tulang di daerah ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang
atau sendi.

Faktor-faktor Penyebab Dekubitus :


a. Faktor Intrinsik Sendiri (dari tubuh sendiri):
 Status gizi;
 Anemia;
 Hipoalbuminemia;
 Penyakit-penyakit neurologik;
 Keadaa hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
b. Faktor Ekstrinsik
 Kebersihan tempat tidur;
 Alat-alat tenun yang kusut dan kotor;
 Peralatan medik yang menyebabka penderita terfiksasi pada
suatu sikap tertentu.

30
Pengelolaan Dekubitus
a. Dekubitus Derajat I :
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis: kulit yang
kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi
lotion, kemudian dimassage 2-3 kali/hari.
b. Dekubitus Derajat II :
Terjadi ulkus yang dangkal : perawatan luka harus memperhatikan
syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek
denga es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk
merangsang sirkulasi. Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga
merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi. Pegantian balut dan
salep ini jangan terlalu sering karena malah dapat merusak
pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
c. Dekubitus Derajat III :
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat, diusahakan dapat mengalir
keluar. Balut jangan terlalu tebal da sebaiknya transparan sehingga
permeabel untuk masuknya udara/oksigen dan penguapan.
d. Dekubitus Derajat IV :
Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik
yang ada harus dibersihkan, sebab akan menghalangi pertumbuhan
jaringan/epitelisasi. Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk
usaha ini, dengan tujuan mengurangi perdarahan. Setelah jaringan
nekrotik dibuang dan luka bersih, penyembuhan luka secara alami
dapat diharapkan. Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan
memberikan oksigenasi pada daera luka, tindakan dengan ultrasono
untuk membuka sumbatan-subatan pembuluh darah dan sampai
transplantasi kulit setempat.
Skor norton untuk mengukur resiko dekubitus.
Nama Penderita Skor Tanggal

Kondisi Fisik umum:


 Baik 4
 Lumayan 3
 Buruk 2
 Sangat Buruk 1
Kesadaran :
 Komposmetis 4
 Apatis 3
 Konfus/soporus 2
 Stupor/koma 1
Aktivtas :

31
 Ambulan 4
 Ambulan dengan
bantuan 3
 Hanya bisa duduk
 tiduran 2

1
Mobilitas :
 Bergerak Bebas 4
 Sedikit Terbatas 3
 Sangat Terbatas 2
 Tidak Bisa Bergerak
1
Inkontinensia :
 Tidak 4
 Kadang-kadang 3
 Sering Inkontinensia 2
Urine
 Inkontinensia Alvi
dan Urine
1
Skor total
Skor total < 1

BAB IV

DOKUMENTASI

1. Asesmen Medis Geriatri


2. SPO Pelayanan Pasien Geriatri

32
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A,. & Spradley, B.W (2005). Community Health Nursing Promoting
and Protecting the Public Health. (6 th ed), philadelpia : Lippincott
Williams & Wilkins.

33
Anderson, E.T., & Mc. Farland, J. (2000). Community as Partner Teory and
Practice in Nursing. (3 th ed). Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.
Ervin, N.F, (2002). Advanced Community Health Nursing Practice:
Population Focused Care. New Jersey: Prentice Hell.
Stanhoppe, M. & Lancaster. (2005). Community and Public Health Nursing.
(5rd ed). St. Louis: Mosby-Year Book Inc.
Darmojo R.Boedhi dan Martono. (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut).(edisi ke 3). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

34

Anda mungkin juga menyukai