Anda di halaman 1dari 2

Bahasa Indonesian A: Language Literature HL

PAPER 2: Sudut pandang narasi atau bentuk


narasi tertentu yang dipakai oleh penulis dapat
mempengaruhi bagaimana karya itu diterima dan
dipahami oleh pembaca. Dengan mengacu pada
minimal dua karya yang sudah anda pelajari
diskusikan bagaimana sudut pandang narasi atau
bentuk narasi itu mempengaruhi anda.
Analisa ini membandingkan teks pertama yaitu novel Harimau! Harimau! Karya
Mochtar Lubis yang menceritakan kisah tentang tujuh pengumpul damar yang
diserang oleh seekor harimau ketika pulang ke desanya dan teks kedua yaitu novel
The Kite Runner karya Khaled Hosseini yang bercerita tentang kisah hidup Amir
setelah adegan dimana Hassan di sodomi yang mempengaruhi hidupnya. Kedua teks
tersebut sudah dirancang oleh pengarang untuk menyampaikan pesannya kepada
pembaca dengan menggunakan sudut pandang narasi dan bentuk narasi yang
berbeda-beda. Maka dari itu, akan dianalisa bagaimana sudut pandang narasi atau
bentuk bentuk narasi dari kedua novel tersebut mempengaruhi bagaimana audiens
menerima dan memahami apa yang disampaikan pengarang sebagai pembaca.

Novel Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis adalah novel yang menggunakan tujuh
tokoh yang berbeda yaitu Pak Haji, Wak Katok, Pak Balam, Buyung, Sanip, Talib, dan
Sutan, yang digunakan oleh pengarang untuk menjalankan alur cerita. Dapat
diperdebatkan bagaimana novel ini menggunakan bentuk narasi sudut pandang orang
pertama karena penggunaan karakter Buyung yang sering muncul dan digunakan
untuk menceritakan situasi didalam cerita, namun sebenarnya sudut pandang narasi
tersebut bukan sudut pandang orang pertama namun menggunakan sudut pandang
orang ketiga. Didalam cerita ini, bukan hanya kisah hidup Buyung yang diperlihatkan,
namun kisah hidup semua karakter yang muncul juga diceritakan oleh pengarang.
Dengan menggunakan karakter, seperti Wak Katok, Buyung, Sanip, Talib, Sutan, Pak
Balam, Pak Haji, dsb sudut pandang orang ketiga digunakan karena narrator
melaporkan semua tindak tanduk tokoh-tokoh yang muncul dalam cerita tersebut dan
dibuktikan dari penggunaan kata ganti orang ketiga “ia, dia” atau menyebut nama
tokoh. Penggunaan bentuk narasi tersebut tentu sengaja digunakan oleh pengarang
untuk mempengaruhi bagaimana karya tersebut diterima dan dipahami oleh pembaca.
Didalam cerita, Mochtar Lubis mengandalkan teknik narasi flashback untuk
menceritakan latar belakang dari setiap karakter yang muncul didalam cerita tersebut
pada adegan-adegan penting dalam cerita tersebut. Selain itu, karena menggunakan
bentuk narrator ketiga, pengarang dapat menggunakan pikiran-pikiran dari setiap
karakter untuk mendeskripsikan watak tokoh tertentu dengan menggunakan
flashback. Jika pengarang hanya menggunakan sudut pandang dari Buyung,
pembaca tidak akan mengerti bagaimana menyesalnya dan betapa takutnya mereka
tentang hal-hal yang sedang melalui pikiran mereka terutama motivasi yang
membelakangi mereka pada saat adegan pengakuan dosa. Penulis juga
menggunakan flashback yang berbeda-beda dari setiap karakter tersebut untuk
menyampaikan kritik/kata-kata bijak/ide/pesan-pesan pengarang. dan juga untuk
pendeskripsian dari latar yang lebih nyata. Latar juga dapat digambarkan lebih jelas
dengan menggunakan sudut pandang ketiga. Dengan menggunakan sudut pandang
tersebut, pembaca dapat mengetahui latar lebih detail, dan mengetahui status dari
masing-masing tokoh. Mochtar Lubis tidak hanya sukses dalam membuat cerita
tersebut lebih dinamis dan menarik dengan menggunakan bentuk narrator ketiga,
beliau juga dapat menyampaikan amanat-amanatnya melalui perspektif yang
berbeda-beda dari tokoh-tokoh yang muncul.

Novel The Kite Runner karya Khaled Hosseini menggunakan narrator pertama yaitu
Amir yang menceritakan tentang flashback atau alur sorot balik. Di sinilah penulis
menggunakan kata “aku” untuk memberikan kesan bahwa karakter, bukan penulis,
yang bercerita. Ini melibatkan pembaca, memberikan saksi mata kedekatan cerita dan
mengontrol sudut pandang. Didalam novel, Amir menggunakan sudut pandang
pribadi. Dia berbagi pikiran dan perasaan dengan pembacanya dan efeknya adalah
pembaca dapat mengerti dan merasakan apa yang sebenarnya dilalui olehnya.
Karena cerita ini adalah kisah hidup dari Amir secara kronologis, pembaca dapat
melihat bagaimana Amir berubah menjadi orang yang lebih dewasa dari aksi dan cara
Amir berpikir. Efek perspektif narasi pertama orang dari Amir memungkinkan pembaca
untuk benar-benar masuk ke pikiran dan perasaannya (soliloqui) tentang keluarganya
dan perasaannya tentang mengkhianati Hassan dan pada akhirnya merasakan
hubungan batin dengan Amir. Salah satu tema utama dari novel ini adalah tentang
penebusan pribadi, dan pembaca berjalan melalui perjalanan ini sebagai Amir dengan
mencoba untuk menebus kesalahan masa lalu. Jika sudut pandang narasi atau bentuk
narasi tersebut diganti, cerita ini tidak akan memiliki makna dan amanat-amanatnya.
Namun pada suatu titik tertentu dalam cerita Rahim Khan mengambil alih peran orang
narator pertama. Dapat dilihat perbedaan gaya narasi kedua tokoh dimana Rahim
memilih untuk meninggalkan perasaan keluar dan memberi kita fakta-fakta.
Penggantian narrator pada titik ini digunakan untuk dapat menjelaskan situasi penulis
harus menggunakan narator yang hidup di Afghanistan dan mengalami apa yang
terjadi di negara itu setelah Amir dan Baba meninggalkannya.

Dapat dilihat bagaimana Sudut pandang narasi atau bentuk narasi tertentu yang
dipakai oleh penulis dapat mempengaruhi bagaimana karya itu diterima dan dipahami
oleh pembaca. Jika kedua novel tersebut mengganti bentuk narasi mereka, makna
dari kedua cerita tersebut akan menghilang.

Anda mungkin juga menyukai