Jenis Bahasa Sosioliguistik
Jenis Bahasa Sosioliguistik
Penjenisan itu tidak terbatas pada struktur internal bahasa, tetapi juga bredasarkan faktor
sejarahnya, kaitannya dengan system linguistic lain, dan pewarisan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Penjenisan secara sosioligis ini penting untuk menentukan satu system inguistik tertentu,
misalnya sebagai bahasa resmi kenegaraan, dan sebagainya.
o standardisasi,
o otonomi,
o historisitas,
o vitalitas.
- Standardisasi, atau pembakuan adalah adanya kodifikasi dan penerimaan terhadap sebuah
bahasa oelh masyarakat pemakai bahasa itu akan seperangkat kaidah atau norma yang menentukan
pemakaian “ bahasa yang benar “. Jadi. Standardisasi ini mempersoalkan apakah sebuah bahas
amemiliki kaidah atau norma yang yang dikodifikasikan atau yang tidak diterima oleh masyarakat
tutur dan merupakan dasar dalam pengajaran bahasa, baik sebagai bahasa yang pertama maupun
bahas ayang kedua. Siapakah yang harus membuat kodifikasi itu?. Pengkodifikasian pada dasrnya
merupakan tugas para pakar dan mereka yang dalam pekerjaan sehari-hari secara professional
berurusan dengan bahasa, seperti para pengarang, guru, wartawan, pakar bahasa dan sebagainya.
Kodifikasi ini tentunya harus diterima oleh masyarakat berupa penerimaan kaidah-kaidah itu serta
dibantu oleh pemerintah untuk memasyarakatkan kaidah-kaidah tadi.
- Vitalitas atau keterpakaian adalah pemakaian system linguistic oleh satu masyarakat
penutur asli yang tidak terisolasi. Jadi, unsur vitalitas ini mempersoalkan apaka sistem linguistik
tersebut memiliki penutur asli ayng amsih menggunakan atau tidak. Bahasa Jawa dan bahasa Bali
dewasa ini jelas masih ada penutur aslinya. Tetapi bahasa Latin dan bahasa sansekerta dewasa ini
tidak ada penutr aslinya lagi. Dengan demikan dapat dikatakan bahasa Jawa dan bahasa sansekerta
tidak memiliki vitalitas lagi. Sebuah bahasa bisa saja kehilangan vitalitasnya kalau para penutur
aslinya telah musnah atau telah meninggalkannya. Namun bisa juga sebuah bahasa yang sudah
kehilangan vitalitasnya menjadi mempunyai vitalitas lagi kalau ada kesadaran dan usaha dari para
“ahli waris” untuk menggunakannya kembal. Misalnya, bahasa Ibrani di Israel.
Berdasarkan sikap politik atau sosial politik kita dapat membedakan adanya bahasa nasional,
bahasa resmi, bahasa Negara, dan bahasa persatuan. Pembedaan ini dikatakan berdasarkan sikap
sosial politik karena sangat erat dengan kepentingan kebangsaan. Bahasa nasional secara alternatif
bisa merupakan sebuah penetapan yang diberikan pada satu bahasa atau lebih yang dituturkan
sebagai bahasa pertama di teritori sebuah negara. Bahasa nasional secara alternatif bisa merupakan
sebuah penetapan yang diberikan pada satu bahasa atau lebih yang dituturkan sebagai bahasa
pertama di teritori sebuah negara.
C.M.B. Brann, merujuk Afrika, menyatakan bahwa ada "empat arti berbeda" untuk bahasa nasional:
· "Bahasa sentral" (politolek) digunakan oleh pemerintah dan mungkin memiliki nilai simbolis.
Bahasa Indonesia, yang berasal dari bahasa melayu, adalah bahasa nasional bagi bangsa
Indonesia, bahasa Pilipino adalah bahasa nasional bagi bangsa Pilipino. Bahasa Malaysia adalah
bahasa nasional bagi bangsa Malaysia, dan bahasa melayu adalah bahasa bahasa nasional bagi
bangsa singapura. Jadi, bangsa Indonesia dikenal sebagai suatu bangsa karena bahasa Indonesianya
dan bangsa Filipina dikenal sebagai suatu bangsa adalah karena bahasa Piliinonya.
Bahasa Negara adalah sebuah sistem linguistik yang secara resmi dalam undang–undang dasar
sebuah Negara ditetapkan sebagai alat komunikasi resmi kenegaraan. Artinya, segala urusan
kenegaraan, adminstrasi kenegaraan, dan kegiatan kenegaraan dijalankan dengam menggunakan
bahasa iut. Pemilihan dan penetapan sebuah system limguistik menjadi bahasa Negara biasanya
dikaitkan dengan keterpakaian bahasa itu yang sudah merata di seluruh wilayah Negara itu.
Misalnya, di Indonesia yang dijadikan bahasa Negara (ditetapkan dalam undang – undang dasar
1945) adalah bahasa Indonesia, yang pada mulanya ketika masih bernama bahasa Melayu telah
dipakai secara luas, sebagai lingua franca, di seluruh wilayah Indonesia. Bagi bangsa Filipina meraka
tidak mengangkat bahasa Tagalo, karena bahasa Tagalog itu tidak dipakai secara merata di seluruh
wilayah Filipina.
Dari proses pemerolehannya, bahasa bisa dipilah menjadi bahasa ibu atau bahasa pertama,
bahasa kedua, dan bahasa asing. Penamaan bahasa ibu dan bahasa pertama mengacu pada sistem
linguistik yang sama. Yang disebut bahasa ibu adalah adalah bahasa yang pertama kali dipelajari
secara alamiah dari ibunya atau dari keluarga yang memeliharanya. Biasanya bahasa ibu sama
dengan bahasa daerah orang tuanya. Akan tetapi pada masa sekarang, banyak orang tua yang
berbicara dengan anaknya menggunakan bahasa Indonesia tidak menggunakan bahsa daerah asal
kedua orang tuanya sehingga bahasa Indonesia itulah yang dikuasai anak , maka bahasa Indonesia
itu walaupun bukan bahasa daerah ibu atau bapaknya, adalah bahasa ibu anak tersebut.
Bahasa asing akan selalu merupakan bahasa kedua bagi seorang anak. Disamping itu penanaman
bahasa asing ini juga bersifat politis, yaitu bahasa yang digunakan oleh bangsa lain. Maka itu bahasa
Malaysia, bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Cina adalah asing bagi bangsa Indonesia. Sebuah
bahasa asing, bahasa yang bukan milik suatu bangsa (dalam arti kenegaraan) dapat menjadi bahasa
kedua. Kalau dipelajari setelah menguasai bahasa ibu seperti pada kebanyakan penutur di India, di
Malaysia, dan di Filipina. Bisa juga menjadi bahasa Negara kalau bahasa asing itu digunakan untuk
menjalankan administrasi kenegaraan dan kegiatan kenegaraan lainnya. Sebuah bahasa asing dapat
juga menjadi bahasa pertama bagi seorang anak kalau anak itu “tercerabut” dari bumi negaranya
dan menggunakan bahasa itu sejak bayinya.
Istilah bahasa asing ini sebenarnya lebih bersifat politis mengingat namanya diambil dari negara
atau bangsa lain pemilik bahasa tersebut. Dari sisi urutan pemerolehan, bahasa Inggris bisa saja
adalah bahasa kedua, bahasa ketiga, atau bahasa ke sekian. Akan tetapi karena bahasa Inggris
berasal dari negara asing menurut orang Indonesia, maka istilah bahasa asing lebih populer
digunakan untuk mengklasifikasikan bahasa Inggris dibanding disebut bahasa kedua.
4. Lingua Franca
Lingua franca adalah sebuah sistem linguistik yang digunakan sebagai alat komunikasi sementara
oleh para partisipan yang mempunyai bahasa ibu yang berbeda. Sebuah bahasa lingua franca karena
adanya keterpahaman atau kesalingpengertian dari para partisipan yang menggunakannya. Banyak
kawasan di muka bumi ini dihuni oleh orang-orang yang berbicara bahasa-bahasa yang sangat
berbeda satu sama lain. Di kawasan demikian dimana kelompok-kelompok masyarakat dituntut
berkomunikasi demi kepentingan sosial dan komersial, biasanya digunakan satu bahasa berdasarkan
kesepakatan bersama (lingua franca). Pada abad-abad pertengahan satu bahasa perdagangan
digunakan di pelabuhan-pelabuhan di perairan mediterranea. Bahasa tersebut ialah bahasa Italia
yang dicampurbaurkan dengan bahasa Perancis, Spanyol, Yunani dan Arab, dan diberi nama Lingua
Franca (Frankish Language). Situasi serupa muncul di Singapura dengan bahasa Inggris sebagai
Lingua Franca.
http://marcopangngewa.blogspot.com/2011/12/jenis-jenis-bahasa-sosiolinguistik.html