Anda di halaman 1dari 72

AL-HIKAM IBNU ATHA’ILLAH AL ISKANDARI

HIKMAH 1
AMALAN DHOHIR DAN SUASANA HATI
Kitab Al Hikam : Hikam ke I (KH. Muhammad Bakhiet / Guru Bakhiet)

ِ ِ‫بِسِمِِللاِِالرِحِمنِِالرِحِيِم‬

ِ‫اِلحِمِدِِللِِالذيِفتهلِاوليئهِودمطبحهِِوطاعتهِووفطهمِلتعتهِوحطمتهِالشهدِانِالِالهِاالِللاِوِحِدِهِِالِشِرِيكِله‬
ِ‫فعلوفيتهِوربوبيتهِِواشهدِانِسيدناِمحمدًاِعبدهِورسولهِِخيرالخلقهِاللهمِصليِوسلِمِوباركِعلىِسيدنا‬
ِ ِ‫ِامابعد‬.‫وموالنِمحمدِخيرالخلقهِوعلىِالهِوصحبهِوجوجهِوِدِرِيِتِهِِوِاِطِبِاحه‬

Yang kita hormati dan kita cintai, para habait dan para alim ulama, para
muhibbin hadirin wal hadirot rahimakumullah. Pertama tama kita
panjatkan puji dan syukur setinggi tingginya kehadirat Allah SWT, yang
mengumpulkan kita di tempat ini untuk berdzikir mengingat Allah, dan
mengucapkan kalimah kalimah thayyibah lainnya. Kita berharap kepada
Allah agar di dunia ini selalu dikumpulkan dalam kebaikan dan taqwa.
Dan di akhirat nanti kita dikumpulkan bersama junjungan nabi kita
Rasulullah SAW.
Sholawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW dan kepada seluruh keluarga, para sahabat, durriyat
dan pengikut beliau sampai hari akhir nanti.
Para muhibbin rakhimakumullah.. sebelum kita membaca kitab Al
Hikam, terlebih dahulu kita mengenal bahwa kitab Al Hikam ini
dikarang atau di susun oleh seorang Waliyullah, yaitu Ahmad bin
Muhammad bin Abdul Karim bin Abdur Rahman bin Abdullah bin
Ahmad bin ‘Isa Hussein bin Athaillah
Dan beliau wafat pada tahun 709 H di khairah Mesir. Kemudian Kitab
Al Hikam ini merupakan salah satu dari pada yang beliau karang, Hikam
itu adalah kalimat jamak artinya kumpulan dari pada hikmah. Syekh
Muhammad Hayat al Sindi mengatakan bahwa di dalam kitab Al Hikam
itu ada 264 Hikmah. 264 Hikmah itu terkumpul dalam satu kitab,
sehingga dinamakan kitab itu adalah Al Hikam.
Mengenai hitungan berapa hikmah yang ada dalam kitab Al Hikam itu
bermacam macam para ulama menghitungnya, ada yang mengatakan
jumlah hikmah yang ada dalam kitab Al Hikam itu berjumlah 264, ada
yang mengatakan 275, ada yang mengatakan lain dari pada yang
demikian. Sebagaimana para ulama tidak sama pendapatnya tentang
menghitung ayat ayat yang ada dalam al-Qur’an, ada yang mengatakan
6666, ada yang mengatakan lain dari pada itu.
Para Muhibbin Rakhimakumullah. Kemuliaan dan kehebatan kitab
Al Hikam ini sampai-sampai dikatakan oleh sebagian ulama
ِ ِ‫لِوِجِزِةِِالصِلِةِِبِشِيِئِِغِيِرِِالِقِرِأنِِفِجِزِةِِبِحِكِمِِاِبِنِِعطاءللا‬

laujazatissalatu bisyaiin gairal quran, fajazat bihikam ibnu athaillah

Andaikata didalam sembahyang itu boleh kita membaca selain al-


Qur’an, waktu qiyam, waktu berdiri itu kan hanya al-Qur’an yang kita
baca. Surat al-Fatihah dan surat yang lain. Andai kata boleh diganti
dengan yang lain, niscaya kitab al-Hikam ini patut sebagai
penggantinya.
Niscaya kitab al-Hikam ini boleh dijadikan penggantinya, kenapa
demikian ? karena kehebatan dalam lapas susunan kata-katanya dan
maknanya mengandung ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi mereka yang
membaca dan memahaminya.
Para muhibbin Rakhimakumullah… kitab Hikam itu satu matan, yang
banyak di syarahkan oleh para ulama. Berpuluh puluh macam kitab
syarah Hikam, intinya adalah menguraikan seluas luasnya apa yang
terkandung didalam hikmah per hikmah yang ada di dalam kitab al
Hikam itu. Oleh karena itu dalam kesempatan kita membaca kita al-
Hikam ini, belum kita mengambil pada salah satu kitab syarah Hikam
tertentu. Jadi artinya kita membaca matannya, kemudian kita ambil dari
beberapa syarah syarah yang ada yang telah dikarang oleh para ulama.
Para Muhibbin Rakhimakumullah… al-Hikmatul Ula.. hikmah yang
pertama didalam kitab Hikam
ِ‫مِنِِعِلِمِةِِاِالِعِتِمِادِِعِلىِالعِمِلِِنِقِصِانِِالرِجاءِِعِنِدِِوِجِوِدِِالزلل‬

ini kalimat hikmah yang pertama di dalam kitab al-Hikam


Artinya sebagian dari pada tanda berpegangnya seseorang dengan
amalberkurangnya mengharap rahmat Allah ketika adanya kesalahan
pada dirinya
Apabila kita melakukan kita melakukan salah satu dosa. Apabila kita
ketinggalan satu wirid yang rutin kemudian kita merasa jauh dari rahmat
Allah, kita merasa jauh dari pada kasih sayang Allah, itu menunjukkan
bahwa kita berpegang dengan amal. Orang-orang yang mulia, orang
orang yang sudah mengenal lebih jauh tentang Allah SWT dalam
keadaan apapun mereka itu tidak berkurang harapnya kepada Allah, baik
mereka dalam melakukan taat atau mereka sedang di uji dengan
kemaksiatan, harap mereka kepada Allah tetap sama. Kenapa sebabnya ?
karena mereka tidak berpegang kepada amal. Mereka itu berpegang
kepada rahmat Allah, berpegang kepada anugerah Allah SWT.
Para Muhibbin rakhimakumullah… amal itu artinya adalah
ِ ِ‫هركتِالجسمِاوالقلب‬
“harakatul jismi awil qalbi’
Itu artinya amal, gerak tubuh gerak jasad atau hati. Bila bergerak awak
kita nih artinya beramal bila bergerak hati kita artinya beramal
ِ ‫فاءنتهركِبماِفيهِالصوبِصميةِطأتِوإنتهركِبمِفيهِاإلقبِصميةِمكصية‬

Faintaharraka bima fiihi shawab shummiya tho’atan. Wain taharraka


bima fiihil iqqob summiyat ma’siatan.
Apabila gerak badan kita atau gerak hati kita itu ada pahalanya itu
artinya taat. Apabila gerak badan atau hati kita itu mengakibatkan kita di
siksa itu artinya maksiat. Jadi maksiat itu beramal juga. Karena amal itu
adalah gerak badan atau gerak hati. Bila berpahala namanya taat, bila
disiksa namanya maksiat. Jadi maksiat itu artinya beramal juga, contoh
orang itu beramal, orangnya penjudi, bisa dikatakan amal... Karena
amal itu artinya gerak badan atau gerak hati. Bila berpahala namanya
ta’at, bila di siksa namanya maksiat. Itu arti amal.
Para Muhibbin rakhimakumullah.. kemudian yang perlu fokuskan
perhatian kita adalah amal yang mendatangkan syawab pahala atau taat.
Kita tinggalkan amal yang mendatangkan siksa yaitu maksiat. Nah amal
taat ini ada 3 (tiga) pertama ada amal syariat, yang kedua ada amal
thariqat, yang ketiga ada amal hakikat. Ini ketiga tiganya adalah taat.
Baik amal kita ini syariat, baik amal kita ini thariqat atau amal kita ini
hakikat itu sama sama mendatangkan pahala.
Amal syariat untuk apa? Para ulama tasyawuf mengatakan amal syariat
itu gunanya
ِ ‫لئصلحِالجوار‬

Li ishlaahijjawaari..
Untuk membaguskan anggota tubuh kita.
Membaguskan mata, membaguskan telinga, membaguskan mulut,
membaguskan tangan, membaguskan kaki, itu disebut amal syari’at.
Kayak apa mata supaya bagus.. jangan memandang apa yang
diharamkan oleh Allah. Kayak apa mulut supaya bagus.. jangan berkata
yang dilarang Allah. Kayak apa betis yang bagus.. jangan melangkah
kepada jalan yang dilarang oleh Allah. Kayak apa tangan yang bagus..
jangan menjamah atau menyentuh yang dilarang oleh Allah. Nah
membaguskan anggota anggota tubuh kita ini.. itu urusan amal syari’at
namanya...
‫وعملِالطرقةِلئصلحِالقلب‬

Wa amalu thoriqoh li ishlaahil qulub


Sedangkan amal untuk thariqat. Itu untuk membaguskan hati. Amal
thariqat itu gunanya adalah membaguskan hati. Kayak apa supaya hati
jangan sombong.. itu urusan amal thariqat yang membaguskan. Kayak
apa hati supaya jangan riya’ itu amal thariqat yang membaguskan.
Kayak apa hati jangan sampai dengki.. itu urusan amal thariqat yang
membaguskan. Jadi amal thariqat itu gunanya adalah untuk
membaguskan hati.
‫وعملِالهكقةِلئصلحِاالروه‬

Wa amalu alhakikoh li ishlaahil arwah


Sedangkan amal hakikat itu untuk membaguskan arwah. Membaguskan
ruh.
Kayak apa Ruh kita ini supaya bagus itu ? Ruh nan bagus itu yang
seperti apa? Ruh yang bagus itu Ruh yang mengenal Allah. seperti apa
Ruh kita ini bisa mengenal Allah? Itu urusan amal hakikat yang
mengaturnya. Itu urusan amal hakikat yang menuntunnya kepada yang
demikian. Nah.. jadiada 3 (tiga) amal yang perlu kita laksanakan.
1 (satu) amal syari’at supaya dhahir tubuh kita ini bagus. Yang ke 2
(dua) amal thariqat. Itu kemudian dilaksanakan supaya hati kita bagus.
Dan yang ke 3 (tiga) amal hakikat kita lakukan agar Ruh kita ini bagus.
Para Muhibbin rakhimakumullah… amal syari’at fungsinya untuk
membaguskan anggota tubuh. Apa inti dari pada amal syari’at itu? Amal
syariat itu banyak kali. Tetapi kembali kepada tiga pokok. Tiga pokok
ini disebut amal syariat. Pertama taubat. Yang kedua taqwa, yang ketiga
istiqomah. Nah ini seluruh amal syariat kembali kepada tiga ini. Taubat,
kemudian taqwa, kemudian istiqomah. Taubat artinya apa..?
Membersihkan diri dari pada kotor kotor, membersihkan diri dari pada
yang maksiat-maksiat,,, itu taubat, dimandiin. Mandi itu taubat. setelah
mandi baru di pakai pakaian. Baju kopiah dan macam macam pakaian.
Itu adalah taqwa. Nah kayak apa supaya jangan sampai lepas dari
pakaian kita? Nah itu namanya istiqommah. Istiqomah itu selalu
berpakaian. Artinya apa? Selalu menjunjung perintah Allah, menjauhi
yang dilarang Allah dalam keadaan apapun.. (istiqomah) . Dalam
keadaan susah, rajin ibadah, dalam keadaan kaya rajin ibadah, dalam
keadaan sakit rajin ibadah, dalam keadaan sehat rajin ibadah, dalam
keadaan apapun ibadah tak akan tertinggal, ini namanya istiqomah. Nah
ketiga hal itu urusan amal syariat.
Kemudian amal thariqat. Banyak sekali itu amalnya, tetapi intinya
kembali kepada tiga, supaya hati kita ini bagus, pertama Ikhlas yang
kedua shiddiq, yang ketiga tuma’ninah. Nah ini intinya. Seluruh amal
thariqat kembali ke tiga ini. Bila tiga ini kita bisa laksanakan berarti kita
ini sudah mempunyai amal thariqat namanya. Berarti sudah punya hati
yang bagus. Pertama Ikhlas, yang kedua sidiq, setiap orang sidiq pasti
orang ikhlas. Orang ikhlas belum tentu shiddiq. Jadi shiddiq itu
kedudukannya lebih tinggi dari pada ikhlas. Orang sembahyang itu bisa
ikhlas, belum tentu shiddiq, belum tentu shiddiq. Buktinya apa?
Seringkali kita mengucap dalam sembahyang itu
bismillahirrahmanirrahim.. mulut kita. Tapi hati kita dimanakah..
dirumah? Itu kan tidak jujur namanya. Kalau jujur mulutnya
bismillahirrahmanirrahim.. hatinya bismillahirrahmanirrahim.. jadi
kedudukan shiddiq lebih tinggi dari pada ikhlas. Nah yang ketiga
tuma’ninah. Tuma’ninah itu artinya tentramnya hati dengan Allah.
Tentramnya ini dengan Allah. dengan keluarga, istri, anak, laki, duit,
harta kekayaan, pangkat itu tidak akan membuat kita tentram. Tapi
begitu mengingat Allah.. hatinya tentram.. nah ini tuma’ninah. Ini
urusan thariqat. Jadi kalau orang sudah lurus dengan thariqat itu pasti
tentram dengan Allah.
ِ‫الذينِآمنواِوتطمئ ُّنِقلوبهمِبذكرَِّللاِِۗأالِبذكرَِّللاِتطمئ ُّنِالقلوب‬

Ini untuk orang thoriqot


Orang orang yang beriman itu tentram hatinya dengan mengingat Allah..
Jadi kita sudah lurus thariqat. Pasti kita tentramnya kita itu pasti dengan
Allah. Berkumpul dengan siapa saja tak akan membuat tentram. Tapi
begitu kita ingat Allah walaupun sendirian di hutan belantara.. tetap
tentram hatinya. Nah ini orang yang sudah lulus dalam thariqoh nya.
Nah.. yang ketiga Hakikat, Amal yang ketiga..Hakikat amal hakikat.
Gunanya untuk memperbaiki Ruh. Ruh yang baik itu Ruh yang kenal
Allah. Kayak apa Ruh ini supaya kenal Allah.. itu urusan amal Hakikat,
pekerjaan Hakikat dan inti pekerjaan itu kembalinya kepada 3 (tiga)
pertama Muraqobah. Muraqobah itu artinya merasa dirinya selalu
diawasi Allah. Merasa di tilik oleh Allah, merasa diperhatikan oleh
Allah. Tidak berani berbuat hal-hal yang tidak baik, karena merasa
selalu diawasi oleh Allah... itu Muroqobah.
Bila orang itu merasa selalu di awasi oleh Allah.. siang malam di rumah,
di kamar, di kantor, di hutan, diperumahan merasa selalu di awasi
Allah.. maka orang ini akan diberikan oleh Allah Musyahadah. Bila
orang itu sudah Musyahadha dengan Allah.. namanya makrifat.. jadi
amal hakikat ini 3 (tiga), Muroqobah, Musahadah, Makrifat.. itu amal
Hakikat namanya…
ِ ‫اعبدللاِكأنكِتراهِفإنِلمِتكنِتراهِفإنهِيراك‬

Beribadahlah kamu kepada Allah.. seolah olah engkau itu melihat


Allah.. nah itu Musyahadah. Beribadahlah engkau melihat Allah.. itu
Musyahadah namanya.. tapi jikalau belum mampu melihat Allah.. Allah
melihat engkau.. nah itu Muraqobah namanya.. kalau kita merasa dilihat
oleh Allah siang malam kemana pun merasa di lihat oleh Allah.. itu
arannya Muraqobah.. suatu saat kalau kita terus menerus demikian, kita
akan Musyahadah. Bila Musyahadah kita akan diberi Makrifat.. ujung
ujungnya.. Nah amal hakikat itu 3 (tiga) macam, Muraqobah,
Musyahadah, Makrifat.
Para Muhibbin Rakhimakumullah.. jadi amal ada 3 (tiga), amal syariat,
yang pertama yang kita laksanakan amal syariat. Taubat, Taqwa,
Istiqomah.. supaya apa Dhohir tubuh kita bagus. Yang kedua, amal
Thariqot, supaya hati kita baik, dengan apa? Ikhlas, Jujur, Tuma’ninah.
Tentram dengan Allah.. yang ketiga amal Hakikat, supaya Roh kita ini
baik, Muraqobah, Musyahadah, Makrifat.
Para ulama sufi mengatakan
ِ ‫اليصيهِالعنتقلِاالِمقامِحتىِيححقِماِقبل‬

Laa yasiihhul intikol ilaa maqoomin khatta yukhakhika maa qoblah.


Tidak sah seseorang itu berpindah sesuatu ke sesuatu maqam, sesuatu
amal, sesuatu perbuatan, sebelum memantapkan sebelumnya. Sebelum
mantap yang pertama jangan berpindah, yang pertama apa tugas kita?
Syariat. Amal Syariat. Jangan hendak masuk amal Thariqat, namun ini
(syariat) belum mantap. Jadi apa yang harus kita mantapi terlebih
dahulu? 3 (tiga) perkara, Taubat, Taqwa, Istiqommah. Tiga ini di urus..
Bila 3 (tiga) ini kita sudah mantap, maka kita naik ke mal Thariqat.
Pertama taubat. Jadi pengertian tobat ini jangan kita beranggapan bahwa
yang bertaubat itu orang-orang di premanpinggir jalan yang perlu…
bukan begitu.. Kita ini perlu pada Taubat. Jangan di anggap orang yang
di tengah jalan itu yang harus tobat, jangan kita anggap orang yang tidak
karuan itu yang taubat. Sebenarnya kita sendiri mesti selalu Taubat. Kita
tiap hari mesti Taubat. Kita merasa kadang-kadang orang-orang saja
yang perlu taubat. Seorang yang tidak perlu taubat asal baik, Nah ini
kadang orang yang tidak mau naik kelas. Berumuran begitu saja.
Karena apa...? Karena bila merasa taubat orang yang perlu kita asal
benar saja.. padahal taubat itu perlu setiap orang.. walaupun lain lain
bentuk taubatnya.. sebagian orang mesti taubat dari pada kafir.. sebagian
orang yang perlu taubat karena dosa besar.. sebagian orang perlu taubat
karena dosa kecil.. sebagian orang perlu taubat dari pada makruh.. taubat
dari pada khilaful aula yang kurang baik.. Jadi setiap manusia dengan
tingkatan apapun.. itu mesti tobat.. Nah kita sudahkah bertobat..??
Sudah.. dulu minum arak, sekarang tidak.. dulu penjudi sekarang tidak…
taubat.. dulu suka riba, sekarang tidak.. dulu suka zina sekarang tidak..
sudah Taubat. Nah cuman tahu kah kita bahwa tobat itu diterima apa
tidak ? karena orang yang sudah Taubat itu belum tentu di terima..
intinya diterima… apakah taubat kita itu diterima oleh Allah atau
belum ??? ini yang tak kita tahu.. maka kita tidak boleh naik ke suatu
maqam, suatu tingkatan sebelum memantapkan tingkatan yang pertama..
baru tingkatan yang kedua.. mantap yang kedua… baru tingkatan yang
ketiga.. Selama kita belum beres tingkatan syariat… tak akan bisa kita
mengaji ilmu thariqat.. mengaji bisa.. paham bisa.. memakai pasti tidak
bisa. Mau tidak mau tidak bisa. thoriqot belum beres, belum matang,
belum selesai tak bisa naik ke Hakikat.. maka dengan hakikat itulah kita
bisa dapat kepada makrifat. Jadi di ibaratkan makrifat itu suatu mutiara,
Hendaknya mutiara itu di dalam ruangan yang kecil.. ruangannya muat
hanya badan .. ruangan yang kecil ini tempatnya di sebuah kamar.... dan
kamar itu tempatnya ada di sebuah rumah.. jadi kita tidak bisa masuk
rumah jika kita masih banyak bawaan.
Kalau kita masih banyak bawaan.. kita masih banyak berinting banyak
bawaan, buangi yang tidak perlu, supaya kita dapat bmasuk ke rumah..
motor di tinggal, toko di tinggal… kios di tinggal.. kabun di tinggal.. jadi
kalau masuk ke rumah hanya barang barang tertentu.. artinya apa?
Syariat itu laksana rumah.. begitu masuk syariat, begitu banyak yang
kita tinggalkan.. riba tinggalkan, permainan ditinggalkan, zina di
tinggalkan.. semua itu di tinggalkan… kalau kita mau masuk ke rumah..
begitu hendak kita mau masuk kamar? Masak sepeda motor di bawa
masuk kamar?? Sama halnya kita ini kalau hendak masuk ke thariqat..
buangin bawaan bawaan yang lain supaya kita muat masuk ke situ..
hendak masuk ke kamar hakikat.. halus jam tangan mungkin di lepas
karena tidak muat.. kaca mata tidak muat.. lepas juga.. Nah itu artinya
kita tidak bisa masuk ke situ sebelum matang yang pertama..Nah syariat
ini yang di bereskan terlebih dahulu..cara kita berjual beli, cara kita
bergaul, cara kita makan, cara kita berpakaian.. sesuaikan dengan
syariat.. bila tidak sesuai dengan syariat.. hendak masuk kepada
hakikat… tidak bisa… jamin tidak bisaa.. apanya yang bisa?? Hanya
Kata katanya saja yang bisa.. prakteknya belum.. itu sudah hukum..
ketentuan… syariat sudah mantap.. baru naik kepada thariqat.. begitu
juga thariqot mantap baru naik kepada hakikat.. jadi fokus kita adalah
membaguskan dahulu syarikat kita. Kayak apa membaguskan syarikat..
Tobat.. yang suka menghibah.. taubat… suka riba.. taubat… suka
memakai pakaian haram.. taubat.. imbas kita tobat itu perlu di teliti..
perlu dipikirkan.. taubat tersebut di terima apa tidak.. selama kita belum
ada ketentuan tobat ini di terima apa tidak diterima… hati kita masih
tidak nyaman.. hati kita masih tidak tentram.. karena belum ada
kepastian diterima tidak tobat kita. Taqwa kemudian.. ibadah,
sembahyang.. puasa… segala macam.. istiqomah terus menerus seperti
itu.. bila ketiga ini beres, mantap.. maka mari kita naik ke amal thariqot.
Kita wajib mengusahakan syartul qabul.. kita wajib mengusahakan
syarat di terima.. tobat kita. Diterima taqwa kita. Diterima Istiqomah
kita.. itu kita wajib mengusahakan persyaratannya supaya ini diterima
oleh Allah.. sembahyang contohnya.. kayak apa sembahyang itu
diterima oleh Allah.. ada syarat-syaratnya.. yang pertama supaya
sembahyang itu di terima oleh Allah.. syaratnya adalah ilmu..
ِ ‫وكلِمنِبغيرِعلمِيعملِاعمالهِمردودةِالتقبل‬

Tiap tiap orang bekerja beramal tanpa ilmu di tolak, tidak diterima.. ini
sembahyang kita ambil contoh. Amal syariat sembahyang supaya
sembahyang itu diterima oleh Allah. seperti apa yang pertama punya
ilmu.. belajar sungguh sungguh sembahyang itu.. rukuk kaya apa.. sujud
kaya apaa.. makmun masbuk kayak apa, sembahyang membaca al
fatihah kayak apa caranya.. yang kedua supaya sembahyang di terima
adalah ikhlas. Berhubung amal ini syariat.. ikhlasnya pun ikhlas
syarikat… ikhlas syariat kayak apa? Sembahyang mengharap surga..
sembahyang karena takut melawan api neraka.. ikhlas… menurut
syariat.. sembahyang mudahkan masuk surga.. jujur ikhlas syarikat..
kenapa sembahyang.. ketakutan mati nanti pindah ke neraka.. itu ikhlas..
dalam syarikat.. jangan ada tujuan lain sembahyang. Kalau kita ambil
contoh sembahyang.. supaya di puji orang.. supaya di hormati orang.. di
muliakan orang.. jangan ada sedikitpun dalam hati demikian… Ikhlas…
yang ketiga syaratnya diterima itu sembahyang atau amal ibadah ibadah
lainnya..
Sembahyang kita ini sesuai syarat.. penuhi syarat-syaratnya apa.. rukun-
rukunnya apa.. adabnya apa.. orang sembahyang mesti berwudhu.. suci
dari najis.. menutup aurat.. menghadap kiblat.. masuk waktu.. penuhi…
bersihin najis.. sucikan hadas dengan wudhu. Menutup aurat.. tunggu
waktu sembahyang bila masuk.. baru sembahyang.. itu syaratnya sudah
beres.. syaratnya beres.. rukunnya.. rukun sembahyang.. kayak apa
bacaan fatihahnya.. kayak apa sujudnya.. sesuaikan dengan aturan..
ditambah adab. Meskipun syaratnya cukup, rukunnya cukup.. tapi tidak
ada adab. Bisa jadi tidak diterima sembahyangnya. Sesuaikan adabnya,
Contohnya sembahyang mengangkat tangan di pinggang.. ini dengan
syarat tidak bertentangan.. dengan rukun tidak bertentangan. Tapi
dengan adab bertentangan.. Allah tidak menerima sembahyang seperti
itu.. jadi adab sembahyang termasuk sunat sunat sembahyang yang
dilaksanakan. Yang keempat
ِ ‫ادمِالمقرةِوالمقرهةِوالمكرهة‬

Adamul muqirat wal mukrihat wal makruhat


Tidak ada yang membatalkan dan yang dibenci oleh Allah..
Sembahyang atau ibadah, tidak ada yang membatalkan atau di benci
Tuhan, kita kerjakan semua yang sunnah, jauhi yang makruh.
Yang kelima halal.
ِ ‫الحللِفيِيتعلمِبه‬

Alhalal fii yatangallamu bih


Halal pada sesuatu yang berhubungan dengannya.. Apa yang
berhubungan? Makan, minum untuk tenaga, pakaian, tempat. Itu mesti
halal.
Rosulullah bersabda
Orang yang makan satu suap dari pada makanan yang haram.. tidak
diterima sembahyang 40 malam. Sesuap itu makan haram. 40 malam
tidak diterima sembahyang oleh Allah.. sepiring berapa suap?
Ini urusan amal syariat.. pakaian kita mesti halal..
rasulullah bersabda
‫منِاشترىِثوباِبعشرةِدراهمِوفيهِدرهمِحرامِلمِيقبلِللاِلهِصلةِمادامِعليه‬

Barang siapa menukar pakaian 10 dirham satu dirham ada yang haram
tidak diterima sembahyangnya selama itu masih ada. Jadi kalau amal
syariat ini kita bereskan dan kita usahakan syarat diterima oleh Allah.
selanjutnya kita melangkah.. melangkah ke amal thariqat.
Para Muhibbin rakhimakumullah… Imam Ahmad ibnu ath’thailah
mengatakan termasuk tanda orang yang berpegang pada amal kurangnya
berharap kepada Allah ketika terjadi maksiat pada dirinya.
Nah sekarang kita tadi beramal. Taubat sudah kita laksanakan, syarat-
syarat untuk diterima sudah kita laksanakan, Taqwa sekarang ini kita
laksanakan, istiqomah kita laksanakan, jangan sekali kali kita berpegang
kita cenderung, kita gembira dengan taubat, taqwa dan istiqomah itu.
Jangan sekali kali kita berpegang, jangan kita sekali kali bersandar,
jangan merasa gembira dengan taubat, taqwa dan istiqomah. Kenapa
sebabnya? Karena taubat, taqwa, istiqomah itu bagian amal syariat itu.
Itu tidak akan bisa memasukkan kita ke dalam surga, tidak perlu kita
gembira dengan itu, lalu apa yang kita gembirakan? Yang kita
banggakan, yang kita gembirakan itu adalah rahmat Allah yang datang
kepada kita sehingga kita bisa taubat, bisa taqwa, bisa istiqomah. Nah
Rahmat Allah ini yang kita gembirakan, bukan taqwanya. Nah bila kita
menggembirakan dengan taqwa yang kita lakukan, namannya berpegang
dengan amal. Bila orang berpegang dengan amal itu dengan tuhan turun
naik. Bila banyak bermaksiat asal jauh dengan tuhan, bila berbuat taat
pada tuhan merasa dekat sama tuhan. Padahal tuhan itu tak butuh dekat
sebenarnya. Nah disitu kelemahan tauhid kita. Kenapa kita berbuat
maksiat, asal jauh sama tuhan, berbuat taat sama tuhan asal dekat sama
tuhan, karena berpegang pada amal. Sedangkan kita berpegang dengan
rahmat Allah, apapun keadaan kita selalu dekat dengan Allah. Baik
dalam maksiat tapi dekat dengan Allah, waktu taat dekat dengan Allah,
karena kita berpegang dengan Allah nya bukan amal kita nya.
Rasulullah SAW bersabda
ِ‫الِيدخلِاحدكمِالجنةِبعملهِقالواِوالِانتِيارسولِللاِقالِوالِأناِأنِيتخمدنيِللاِمنهِبرحمةِوفضلِووضع‬
ِ ‫يدهِعلىِرأسه‬

Seorang kamu sesudah nabi selamanya tidak akan bisa masuk surga
dengan amalnya. Buat apa kita berpegang lawan amal? Buat apa kita
gembira dengan taubat? Gembira dengan taqwa, gembira dengan
sembahyang? Itu tidak akan membawa ke surga.
Akupun yang lebih amal tidak bisa memasukkan ke surga, kecuali Allah
meliputkan aku dengan rahmatnya. Nah rahmatnya ini yang kita
gembirakan. Bahwa kita gembira, kita suka taubat, sebab Allah
memberikan rahmat kepadaku, bukan dengan taubatnya kita gembira,
tapi dengan rahmat yang diberika Allah kepada kita. Itu yang kita
pegang.
Bila kita memegang rahmat Allah kita tidak akan berubah dengan Allah
dalam keadaan taat atau dalam keadaan maksiat. Nah inilah inti dari
pada yang dimaksud dalam hikmat yang pertama Imam Ahmad ibnu
Ath’Thoillah
Anda orang yang berpegang dengan amal kurang berharap rasa jauh
bilamana dia maksiat kepada Allah. Padahal tidak boleh seperti itu. Kita
dalam taat, dekat sama tuhan, kita waktu maksiat pun jangan merasa
jauh dengan tuhan. Tetap dekat dengan tuhan. Karena maksiat dan taat
itu bagian dari amal. Amal tidak perlu kita pegang, yang kita pegang
adalah Allah, rahmatnya dan anugerahnya.
HIKAM 2
MAQAM ASBAB DAN MAQAM TAJRID
ِ‫ِوارادتكِاالسبابِمعِاقمةِللاِفىِالتجريد‬،‫ارادتكِالتجريدِمعِاقامةِللاِاياكِفىِاالسبابِمنِالشهوةِالخفية‬
ِ‫انحطاطِعنِالهمةِالعلية‬

Artinya :
Keinginanmu untuk ber-Tajrid (Mengkhususkan ibadah dan
meninggalkan usaha mencari rejeki) sedangkan Allah menempatkanmu
di dalam al-asbab (sebab akibat, melakukan usaha mencari rejeki) adalah
termasuk ke dalam syahwat yang tersembunyi.
Dan keinginanmu ke dalam maqam Al-asbab sedangkan Allah
menempatkanmu ke dalam maqom Tajrid, adalah suatu penurunan
himmah atau semangat yang tinggi.
ِ ِ‫بِسِمِِللاِِالرِحِمنِِالرِحِيِم‬

ِ‫اِلحِمِدِِللِِوالسكرللِالشهدِانِالِالهِاالِللاِوحدهِالشريكِلهِواشهدِانِسيدناِمحمدًاِعبدهِورسولهِولنبيِبعده‬
ِِ‫شهادةِتنجينِمنِالسرِوالطللهِاللهمِصليِوسلمِوباركِعلىِسيدناِمحمدِخيرالبريهِوعِلِىِألِهِِوِصِحِبِه‬
ِ ِ‫وِطِرِيِتِهِِوِاِتِبِئِهِِاِلِىِيِوِمِِالِقِيِامِهِِامابعد‬

Yang kita hormati dan kita cintai, para habait dan para alim ulama, para
muhibbin hadirin hadirot rakhimakumullah.. Pertama tama kita
panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah yang selalu memberikan kita
nikmat, memberikan kita berbagai macam kemudahan, untuk beribadah
dan mengabdi kepadaNya. Sholawat dan salam kita haturkan kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, dan kepada seluruh
keluarga para shahabat, durriat dan pengikut beliau sampai hari kiamat.
Para Muhibbin Rakhimakumullah…
ِ‫ِارادتك‬.‫الحكمةِالثانيهِمنِالهكمِبلعطاءيهِقالِاالمامِالعارفِبللهِاحمدِابنِعطاءلهِرحمكمِللاِونفعنِبعلمه‬
ِ‫ِوارادتكِاالسبابِمعِاقمةِللاِفىِالتجريدِانحطاط‬،‫التجريدِمعِاقامةِللاِاياكِفىِاالسبابِمنِالشهوةِالخفية‬
ِ ِ‫عنِالهمةِالعلية‬
Hikmah yang ke dua dari pada al-Hikam, berkata al Imam arabiyyah
ahmad ibnu al athoiyyah.. bermula menghendakinya engkau akan Tajrid,
serta menempatkan Allah pada engkau akan asbab, maka yang demikian
itu merupakan keinginan jahat yang tersembunyi. Dan menghendaki
engkau akan asbab serta menempatkan Allah akan engkau pada Tajrid,
itu merupakan penurunan daripada himmah yang tinggi. Nah itulah
Hikmah yang kedua dari pada al-Hikam ibnu Athaillah.
Para Muhibbin rakhimakumullah.. Allah berfirman dalam surat Adzariat
ayat 56
ِ ‫س ِإ ََّّل ِل َي ْعبُد‬
‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬

Artinya tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk


beribadah kepadaKu. Ahli tafsir yang lain ada yang mengatakan
melainkan untuk mengenalKu. Jadi artinya bahwa kita ini dijadikan oleh
Allah untuk beribadah. Untuk beribadah. Itulah tugas kita ada di muka
bumi ini. Kita dijadikan Allah untuk beribadah, maksudnya adalah
fungsi utama dari pada kita ini mengabdi kepada Allah. Walaupun di
dalam diri kita ada fungsi-fungsi lain tetapi intinya adalah menunjang
untuk ibadah. Nabi Yahya as. Waktu umur dibawah 10 tahun masih
kanak-kanak, beliau berjalan dari rumah ke baitul maqdis, dari Baitul
Maqdis ke rumah masih anak-anak, dibawahi diajak oleh kekanakan-
kekanakan, Yahya kita bermain, yuk sini, Nabi Yahya menjawab. Ma
khuliqtu lihadza.. aku tidak di cipta untuk bermain-main. Ini seorang
anak kecil yang sudah mengerti tentang kejadian dirinya, dibawahi
bermain-main, dijawab ma khuliqtu lihadza. Aku tidak dicipta untuk
bermain-main. Karena manusia adalah di cipta untuk beribadah. Artinya
bukan tidak boleh kita berdagang, bukan tidak boleh kita bersenang-
senang, bukan tidak boleh kita istirahat, bukan tidak boleh kita berusaha.
Boleh itu, tetapi apabila sampai masanya ibadah, kembali kepada
ibadah. Kegiatan apapun usaha apapun pekerjaan apapun bila sudah tiba
waktu ibadah mesti Ibadah. Itu menunjukkan bahwa kita ini dicipta
untuk Ibadah. Dan itu menunjukkan kita adalah manusia yang sehat,
manusia yang sempurna akalnya. Artinya apabila kita ini asyik bekerja
asyik bermain asyik bersenang-senang tanpa memperdulikan waktu
ibadah itu menunjukkan ada kesalahan dalam jiwa kita. Ada error dalam
diri kita. Ada salah yang mesti diperbaiki, yang mesti diperbaiki, Asyik
berdagang tidak tahu hukum halal haram, asyik berdagang tidak tahu
waktu sembahyang, terus berdagang, bertani, bekerja, ibadah dilupakan,
ini error manusia ini. Kenapa? Karena tidak sesuai dengan
penciptaannya.. dia di cipta untuk Ibadah.
Pernah kita contohkan untuk lebih mudah mengerti dengan hand phone
(HP). HP itu di cipta, fungsi utama untuk apa..? Untuk komunikasi. Itu
utama, untuk memanggil sini lawan di jauh di sana, itu fungsi utama HP.
Tetapi di dalam HP itu ada kamera, dalam HP itu ada pemutar lagu,
dalam HP ada kalkulator, dalam HP ada permainan, itu hanya sebagai
penunjang.. tapi intinya adalah untuk komunikasi. Nah sebuah HP yang
baik, kita memutar lagu, mengaji misalnya nih.. putar mengaji.. datang
panggilan… panggilan dari jauh datang… HP sedang memutar mengaji
berhenti.. putus.. karena ada panggilan.. lagu putus.. apapun putus.. ada
panggilan datang… karena HP fungsi utama memang untuk panggilan
itu.. fungsi utama untuk panggilan… sedang menghitung kalkulator..
masuk sms..pajak kalkulatornya. Timbul pesan masuk dia… karena
fungsi utama HP memang untuk itu…. Komunikasi.. nah bila HP kita
demikian, berarti baik ini HP.. tapi apabila kita asyik memutar lagu…
putar lagu.. panggilan orang masuk tidak ada lagi… sms tak ada masuk
lagi… hanya lagu yang berbunyi… ini HP error… HP ini sudah tidak
beres lagi… kenapa? Panggilan orang tidak bisa masuk… karena
memutar lagu… ini HP sudah harus diperbaiki.. dan HP ini murah..
rusak.. murah ini HP.. bilang tidak berharga lagi… karena fungsi
utamanya tidak berfungsi… Nah demikian manusia.. yang sibuk dengan
pekerjaan, tapi tanpa menghiraukan ibadah, Ini manusia adalah murah
harganya di sisi Allah SWT. Itu sekedar perbandingan fungsi kita di
ciptakan oleh Allah ma waa kholaqtul jinna wal insya illa liya’budun..
jadi bukan tidak boleh kita bekerja, bercari, berkebun… Boleh… tapi
ingat kita di cipta untuk Ibadah.. kita di cipta untuk Ibadah…. Kita
dicipta untuk Ibadah..
Kita sering kali memikirkan perluasan-perluasan usaha, ada usaha ini,
tangkap, yang menguntungkan, ada usaha ini tangkap, yang
menguntungkan, ada usaha ini, ambil untuk usaha.. habis waktu untuk
usaha. Tetapi untuk ibadah, kita tidak ada untuk perluasan… mulai umur
30 sampai 60 ini hanya itu saja wirid tidak ada tambahan lagi.. malah
berkurang.. yasin.. baca yasin maghrib semacam… berpuluh puluh
tahun.. tidak ada peningkatan.. tapi kalau usaha, bikin ini, olah itu,
tambah ini, tambah itu macam-macam usaha.. selalu di tambah…
pemasukan.. tetapi pemasukan ibadah kita berkurang.. berkurang.. makin
tua.. makin berkurang… makin tua, berkurang… nah ini error juga ini…
ini error.. Nah jadi selalu kita ingat bahwa kita ini di cipta untuk Ibadah..
Ada orang-orang dahulu yang ditulis di tangannya… di tangan di tulis..
khuliqtu lil ibadah… aku di cipta untuk ibadah… jadi pergi ke mana-
mana melihat tangan.. ooo aku di cipta untuk ibadah… bukan untuk
tidak karuan.. bukan untuk itu ini… aku di cipta untuk Ibadah…
Para Muhibbin Rakhimakumullah… jadi tugas kita ini Ibadah… kita
tidak bisa beribadah kepada Allah.. tanpa ada sarana dan prasarana.
Karena ibadah ini memerlukan berbagai macam. Ibadah memerlukan
kekuatan tenaga, supaya bisa bergerak, sembahyang, supaya bisa
sembahyang, supaya bisa naik haji, supaya bisa umroh, itu perlu
kekuatan. Makanan minumam.. untuk beribadah kita perlu pakaian…
untuk beribadah kadang-kadang kita perlu kendaraan, untuk beribadah
perlu tempat, banyak keperluan-keperluan kita agar kita bisa beribadah.
Nah untuk mencukupi keperluan kita beribadah ini, Allah ada
menyediakan dua tempat.. yang kita duduki, yang kita jalani… untuk
mendapatkan keperluan ibadah ada dua cara.. yang diberikan Allah.. ada
dua cara yang diberikan Allah.. ada dua tempat yang diberikan oleh
Allah.. Pertama namanya Asbab. Yang kedua namanya Tajrid..
ِ‫ِوارادتكِاالسبابِمعِاقمةِللاِفىِالتجريد‬،‫ارادتكِالتجريدِمعِاقامةِللاِاياكِفىِاالسبابِمنِالشهوةِالخفية‬
ِ‫انحطاطِعنِِالهمةِالعلية‬

Jadi ada dua untuk mencukupi kebutuhan ibadah ini.. Ada Asbab… Ada
Tajrid…
Asbab ini apa artinya? Ya sebab, bekerja, berdagang, menuri, bertani,
beternak, jadi guru, pegawai, ini Asbab. Artinya apa? Dia mendapatkan
kecukupan ibadahnya melalui pekerjaan-pekerjaan. Nah ini asbab
arannya.. Ada orang yang ditempatkan Allah di situ.. untuk
mendapatkan keperluan ibadah.. berdagang hanya membeli baju,,
berdagang hanya membeli ini… untuk ibadah.. Ada orang yang di
tempatkan Allah di situ..
Yang kedua ada orang yang ditempatkan Allah di suatu maqam,
namanya Tajrid.. ini orang dalam rangka mencukupi kebutuhan
ibadahnya, tidak perlu berusaha, dia telah dicukupi. Contohnya warisan
banyak, banyak sekali warisan. Bulan ini datang nan saham darimana..
bulan yang akan datang darimana… di rumah aja berdiam.. datang duit
di rumahnya.. Nah ini orang di tempatkan Allah di maqom Tajrid
arannya… kan ada seperti itu orang. Tidak membuat toko, beternak,
bedagang.. di rumah saja duit datang sendiri… Nah ini arannya di
maqam Tajrid di handak Tuhan ini namanya..
Para Muhibbin Rakhimakumullah… apabila kita di tempatkan Tuhan, di
maqom yang namanya asbab lalu hendak kita berpindah ke maqom
Tajrid.. ( aku ingin berhenti berdagang, berhenti bertani, berhenti
berkebun..aku hanya hendak ibadah saja.. dagangan semua tutup habis..
aku hendak beribadah saja ). Duit tidak datang datang lagi tidak masalah
.. pokoknya aku beribadah.. Nah ini orang keinginannya jahat yang
tersembunyi.. ini orang ini ada kejahatan yang tersembunyi… kenapa..?
Karena tuhan menempatkan di maqam yang namanya Asbab.. hendak
berpindah.. di rumah saja tidak berusaha lagi… Nah ini orang ada
syahwat khafiyyah… ada keinginan jahat yang tersembunyi.. Orang
yang selama ini di tempatkan di maqam Tajrid.. sudah nyaman nih.. tiap
bulan ada kiriman.. tidak pernah terlantar,, memakai pakaian cukup…
berpikir… berkebun.. berkebun saja aku ini… Nahh.. hendak berkebun..
padahal dia bertahun tahun dirumah saja.. beribadah saja… datang
sendiri duit.. datang aja duit.. kali ini membuka kios di depan rumah…
Nahh.. membuka kios… Ini namanya ِ‫ انحطاط ِعن ِالهمة ِالعلية‬Penurunan
tingkat namanya.. ada penurunan himmah yang tinggi..
Para Muhibbin Rakhimakumullahh… sekarang kita mengetahui dimana
Allah menempatkan kita, ini yang perlu kita tahu.. apakah Allah
sekarang ini menempatkan kita di suatu tempat yang namanya asbab,
untuk mencukupi kebutuhan ibadah kita. Ataukah sekarang ini Allah
sudah menempatkan kita di maqam Tajrid untuk mencukupi kebutuhan
ibadah kita, Ini perlu diketahui.
Tandanya orang-orang yang ditempatkan Allah di maqom Asbab yang
berdagang, bertani, bekerja, tandanya orang yang direstui Allah untuk
itu ada enam tanda.. bila enam tanda ini ada pada kita, berarti kita
direstui Allah duduk disitu. Jangan hendak pindah ke maqam Tajrid. Ke
maqam yang tidak ada berusaha lagi. Tetapi bila enam tanda ini ada
sesuatu yang tidak kita miliki tidak bisa kita dapatkan berarti itu isyarat
kita mesti pindah ke maqam Tajrid. Demikian pula sebaliknya. Apakah
dia di maqom Tajrid ini sudah di ridhoi Allah..?? Ada tandanya.. bila
tandanya ini tidak ada pas, berarti itu isyarat mesti pindah ke maqam
asbab berusaha.
Nah sekarang kita mengetahui, apakah usaha kita diridhoi oleh Allah,
bila di ridhoi Allah teruskan saja berusaha. Sampai mati… berusaha..
kalau memang di situ di ridhoi Allah.. Nah tandanya apa??
Satu.
ِ ‫حشودِالحفايهِوِالمعاشهِوالفقرِوالمشاكين‬

Khusyudul khifaayah wal mu’aasyah wal fuqara wal masyaakin


Pertama.. usaha kita yang kita jalankan selama ini cukup untuk
keperluan kita dan bisa membantu orang lain. Dagangan kita usaha kita,
hasilnya itulah cukup kebutuhan kita, bahkan bisa membantu orang lain,
Yang kedua
ِ ‫اليلههِاالسبابِاندكرللا‬

Laayulhihil asbab andzikrillah


Usahanya yang selama ini yang dijalankan, tidak melalaikan dia dari
pada dzikrillah. Sembahyang berjama’ah tokonya pada ke masjid, yang
berjamaah kawak, yang pengajian aktif, tidak terganggu, baca qur’an
sekian juz sehari,, bisa.. Usahanya tidak mengganggu dia dari pada
Dzikkrullah.. ini tanda ke dua, tanda kita ini di ridhoi oleh dalam
kedudukan berusaha.
Yang ketiga
ِ ‫اليزرهِاالسبابِاليِمحرمهِللا‬

Laayajurruhul asbab ilaa maharramahullah


Usaha kita ini tidak menarik, membawa kepada yang diharamkan oleh
Allah.. Nah usaha kita ini tidak menarik kepada sesuatu yang di
haramkan Allah. Kadang-kadang ada usaha yang bisa membawa kepada
yang di haramkan Allah.. ini tidak usahanya murni tidak membawa
kepada yang di haramkan oleh Allah.. satu contoh, sekarang ada usaha..
Kita tidak bisa berusaha itu kalau tidak membuka rekening di Bank
contohnya. Karena perusahaan-perusahaan itu tidak ada akan percaya
dengan perusahaan berkirim uang dengan pegawainya ( sales), nya tidak
percaya. Jadi kita ini mengolah rekening di Bank Maka berbunga Bank
nya lain bank kahendak kita, tapi Bank yang di tunjukinya.. itu ada
bunga kayaknya kita, dari simpanan kita membuah rekening pasti ada
menabung, tidak mau merubah rekening nya itu ada duitnya.. Nah
hendak berusaha ini, meski membuka rekening di Bank, maka Bank ini
riba.. mau kada mau Riba… ini namanya sudah membawa kepada yang
diharamkan.. Nah bila macam itu, berarti usaha kita ini kada di ridhoi
Allah..cari usaha lain.. yang kada menarik kepada kita yang diharamkan
oleh Allah. Banyak usaha yang tidak menarik yang diharamkan itu..
Yang keempat
ِ ‫معشرةِاالبرر‬

Muasysyaratul abror
Dia berusaha tetapi sepergaulan dengan orang-orang baik Usaha ini
usaha orang baik-baik..
Yang kelima
ِ ‫مجانبةِاالصرر‬

Mujaanabatul ashror
Dia menjauhi orang orang jahatnya bisa tidak hubungannya dengan
orang-orang jahat, ahli subuk, ahli mafia, ahli apa, hubungannya bisa
tidak berhubungan dengan itu, karena usahanya kada sangkut paut
dengan itu,
Yang keenam
‫اصولِنيتِصلحه‬

Ushuulun niatin sholehah


Adanya niat yang sholeh,
Enam perkara itu, bila selama ini usaha kita, ada enam perkara itu,
berarti kita diridhoi tuhan untuk duduk di situ. Jangan berpindah pindah.
Baik berpindah berusaha, atau berpindah kada berusaha.. jangan. Itu
sudah alamat. Coba bayangkan, kita ada berisi usaha pemasukannya,
cukup bahkan lebih, ibadah sedikitpun tidak terganggu, tidak membawa
kepada yang haram, berteman orang yang baik-baik, orang yang jahat-
jahat jauh, niat yang baik ada. Usaha apa lagi yang baik dari pada itu?
Karena ini memang diridhoi oleh Allah.
Ukur saja usahanya ini pas tidak itu… bila tidak Pas.. usaha kita tidak
diridhoi Allah.. mesti pindah dari pada usaha itu kalau hendak baik,
kalau hendak selamat bila diteruskan, bahaya... bila tidak percaya?
Buktikan aja.. Kalau kita berusaha.. macam-macam usaha di cari,,, tidak
mau cocok. Usaha ini gagal, usaha ini gagal, cari usaha ini tidak mau
baik ini usaha, macam-macam usaha juga ada yang baik cuman ada
haramnya, ada yang baik, cuman dilingkungan orang-orang yang jahat,
ada yang baik usaha, cuman kalau sembahyang ribut. Nah bila macam
ini kita harus pindah. Pindah kemana? Pindah usaha yang baik, bila kada
juga pindah maqam tajrid. Pindah ke maqam tajrid.. Dan bila Allah
memerintahkan kita pindah ke maqam Tajrid itu Allah bertanggung
jawab. Tidak akan kelaparan… tidak akan susah.. ini Allah yang
memindahkan kita ke Maqam Tajrid.. Kalau kita pindah seorang nah itu
bahaya..
Para Muhibbin Rakhimakumullah.. jadi dalam usaha itu diperlukan juga,
diperlukan juga Niat yang baik karena usaha ini menentukan syabilillah
atau syabilisyaetan itu di niat. Usaha sama, turun ke toko sama,
pulangnya sama, hasilnya duit sama tapi bila niatnya salah fi
syabilisysyaetan.. Nah kalau niatnya baik fi syabilillah.. Jadi niat, orang
yang usahanya di ridhoi Allah itu mudah mendapatkan niat niat yang
baik itu. Apa niat yang baik? Kita berusaha..
Satu.
ِ ‫ابتغاءِفضلِللا‬

Ibtighoou Fadhlillah..
kita berusaha itu mencari anugerah Allah, anugerah Allah.. Fadhlillah
anugerah Allah itu lebih khusus dari pada rizki. Berusaha jangan niat
mencari rizki.. jangan.. berbahaya… kenapa sebabnya? Dalam mazhab
Ahlul Sunah Wal Jama’ah “Arrizku yasmalul halalan wal haram”.. rizki
itu termasuk halal dan haram.. makanya do’a. rizki halalan… rezki yang
halal.. kalau kita berniat mencari rizki.. Nah itu salah.. rizki itu bisa halal
bisa haram.. Jadi niat kita berusaha itu.. mencari Fadhlillah anugerah
Allah. Nah itu niatnya... karena fadhlillah Allah itu anugerah Allah itu di
contohkan dalam al-Qur’an dalam surat jum’ah 10

‫َّللا َوا ْذ ُك ُروا‬ِ َّ ‫ض ِل‬ ِ ‫ص ََلة ُ فَا ْنت َ ِش ُروا ِفي ْاْل َ ْر‬
ْ َ‫ض َوا ْبتَغُوا ِم ْن ف‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَإ ِ َذا ق‬
ِ ‫ض َي‬
َ‫يرا لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬
ً ِ‫َّللا َكث‬
َ َّ

Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka


bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.
Jadi artinya anugerah Allah itu letaknya diantara dua dzikir.. nah jadi
berusaha itu hendaknya turunnya berdoa. Berdzikir, di toko pun
berdzikir dan berdoa jua. Itu dapat anugerah Allah.. jadi niat yang
pertama itu berusaha anugerah Allah yang di cari. Alfadhlillah tadi.
Diantara niat berusaha aunul muslim menolong orang islam menolong
orang Islam. Karena orang yang ke toko datang itu orang yang perlu,
apalagi jual obat, nah menjual apa lagi, orang yang perlu, jadi buka toko
saja menolong kaum muslimin asal jangan terlalu tinggi harga nolongin
namanya.. yang sedang sedang saja harga. Ini menolongin niat nih.
Orang berhutang, di hutangin. Ini menolongin.. Niatnya menolongin
orang muslim. Ini contoh usaha-usaha yang diridhoi Allah.
‫اذاوجدِمادكرِلينتحلِالىِبأمرِشيحهِاوبشرةِواحدةِكتأزِرمذكرِمنِقلِوجه‬

Idza wajada maa dzukiru laa yantakillu illa tajrid illaa biamri syaikhihi
aubisyaratin waakhidatin kata’azzu rimadzukirr min kulli wajhin
Apabila dia mendapatkan tanda-tanda yang disebutkan tadi dia tidak
boleh pindah ke maqam Tajrid kecuali perintah gurunya. Ini misal
berusaha padahal bagus, semua yang ada tandanya itu sudah ada
padanya cuman dari guru di suruh pindah... Sekarang kamu temani aku
dirumah aja tetap aku makan makan juga kita. berhenti berusaha itu,
tidak ada jalan lain berhenti.. Tajrid karena perintah guru
Atau ada isyarat yang nampak seperti uzdur yang disebutkan dari segala
sisi tidak bisa berusaha coba ini tidak bisa ... Cobai ini untung cuman
mengganggu ibadah. Berusaha ini kalau mengganggu beribadah rugi.
Berusaha ini akhirnya kembali kepada yang haram. Nah itu artinya
isyarat dari Allah,, Pindah ke maqom Tajrid namanya..
Para Muhibbin Rakhimakumullah..
Nah kemudian orang-orang yang sekarang di tempat Allah di maqom
Tajrid. itu ibu ibu rumah tangga yang di cukupi suaminya itu maqom
Tajrid. Tugas ibu ibu apa di rumah..? datang duit di dapur dikelola oleh
ibu rumah tangga itu sudah maqom Tajrid. Sebagai istri jangan
menambah-nambah usaha, kalau sudah dicukupi.
ِ ‫االمةِاالقمةِالبِالتجريد‬

Alaamatul iqomatil labittajrid


Alamat, Allah menempatkan dia di maqom Tajrid maqom yang tidak
memerlukan usaha,
Pertama
ِ ‫يسرلكِالكفايه‬

Yassaralakal kifayah
Allah mudahkan bagi engkau kecukupan, selama ini kita tidak berusaha
apa apa, berdagang apa tidak, ikut saham di mana tidak ada, tapi selalu
cukup. Makan, pakaian, apa-apa cukup aja datangnya. Ini tanda Allah
menyuruh kita seperti ini saja tidak usah berusaha.
Yang kedua
ِ ‫جعلِنفسكِمتمئنةِعندِادمِاصله‬

Jangala nafsaka mutmainnatan nginda adami ushuliha


Allah jadikan diri engkau tentram, tenang, ketika ketiadaannya, tidak
ada uang, tidak ada makanan, tenang, sabar, tidak perlu keluh kasah,
Allah jadikan hatinya seperti itu,
Yang ketiga
ِ ‫ادمعتمكِلمِفىِايتنص‬
Adamuktamak lima fi aitinnash
Tidak ada tama’ kepada milik orang lain, tidak ada keinginan diberi
iuran, tidak ada keinginan di diberi pinjaman, tidak ada.
Yang keempat
ِ ‫سفاءِوكتكِعلىِاستغلِبإبدةللاِتعل‬

Safaaul waktika alal istighol biibadatillahi ta’ala


Bersihnya waktu engkau sibuknya beribadah. Kita hari ini sibuk penuh
dengan ibadah. Belajar, mengajar, beribadah, dzikir, alqur’an, apa-apa
sibuknya untuk ibadah. Ekonomi cukup, walaupun keadaaan tidak
cukup, hati tidak gelisah juga, tenang. ini artinya kita direstui Allah
demikian. Jangan handak sedikitpun membuka usaha. Jangan handak
sedikitpun bersaham di mana-mana. Ini sudah tenang. Allah sudah
meridhoi, Allah sudah merestui kita duduk di situ.
‫اذاوجدِمادكرِلينتحلِالىِبأمرِشيحهِاوبشرةِواحدةِكتأزِرمذكرِمنِقلِوجه‬

Bila sudah orang itu mendapatkan yang disebutkan tadi, kecukupannya


mudah, dirinya tenang apabila tidak punya uang, dirinya tidak tamak
dengan apa yang dimiliki orang, waktu penuh beribadah berisi, Jangan
berpindah kepada Asbab, kepada usaha, kecuali perintah guru. Atau ada
isyarat yang nampak seperti udzur yang disebutkan, seperti yang tidak
bisa disebutkan tadi. Dahulu pemasukan bagus, lancar, hati tenang,
meski tidak punya uang, waktu penuh dengan ibadah. Sekarang macet,
yang sering mengirimin tiap bulan tidak ada lagi. Tidak punya uang
gelisah, ada uang gelisah. Ini artinya isyarat bahwa Allah menyuruh kita
buka usaha. buka usaha ini di ridhoi tuhan, kenapa? Karena jalan
keuangan yang selama ini bagus lancar sekarang macet, dan hati yang
dulu nyaman, sekarang tidak nyaman hati. Nah itu isyarat bahwa Allah
menyuruh buka usaha. Atau tidak bisa menggunakan waktu beribadah.
Kiriman lancar, semuanya bagus, cuman sekarang malas untuk
beribadah. Suka nonton tv seharian, tidak bisa lagi beribadah, tidak bisa
lagi hati membuka untuk beribadah, membaca al qur’an, nanti warung
duduk seharian ngopi di sana. Dahulu padahal suka beribadah, sekarang
hati berganti dengan demikian. Nah ini pertanda Allah menyuruh buka
usaha saja, supaya ada kesibukan daripada menonton tv, ngomongin
orang di warung, lebih baik membuka usaha.
Nah jadi itulah sekilas tentang pengertian apa yang dikehendaki oleh
imam ahmad ibni athoiyyah
ِ‫ِوارادتكِاالسبابِمعِاقمةِللاِفىِالتجريد‬،‫ارادتكِالتجريدِمعِاقامةِللاِاياكِفىِاالسبابِمنِالشهوةِالخفية‬
ِ‫انحطاطِعنِالهمةِالعلية‬

Menghendakinya engkau akan tajrid padahal Allah menempatkan


engkau pada asbab, maka itu adalah merupakan keinginan jahat yang
tersembunyi. Dan menghendakinya engkau akan asbab padahal Allah
menempatkan engkau di maqom Tajrid itu berarti turun tingkat turun
dari pada himmah yang tinggi.
Nah jadi artinya, supaya kita mengoreksi diri kita untuk bisa mengikuti
petunjuk hikmah ini. Ilmu ini sama dengan senjata. Sama dengan
senjata, senjata macam macam, senapan, pistol, pedang, mandau. Ilmu
seperti itu juga, jadi ilmu ini artinya kita dapat pistol, tapi pistol ini mau
di pakai untuk apa? Punya pedang di rumah, keris, tumbak, penuh rumah
dengan senjata, memainkannya tidak bias, buat apa? Ilmu itu bermanfaat
jikalau kita berhadapan dengan masalah. Kita bicara sabar, nyaman, pas
sakit ketahuan sabar tidaknya. Sabar sakit, sabar musibah, dan
semuanya. Jadi Hikmah ini adalah untuk menjadikan petunjuk, jadikan
jalan untuk diri kita. Apakah kita selama ini sudah duduk yang direstui
oleh Allah? Apabila belum jangan diam saja, pindah. Cari tempat yang
dimana Allah restu, ridho kepada kita.
Hikmah 3
ِ ِ‫بِسِمِِللاِِالرِحِمنِِالرِحِيِم‬

ِ‫اِلحِمِدِِللِِالذىِجمعناِفىِروضةِمنِريدِالجنهِالشهدِانِالِالهِاالِللاِوحدهِالشريكِلهِواشهدِانِسيدناِمحمدًا‬
ِ‫عبدهِورسولهِولنبيِبعدهِاللهمِصليِوسلمِوباركِعلىِسيدناِمحمدِابىِزهرهِفاتمهِوعلىِألهِوصحبه‬
ِ ِ‫وطريتهِواتبئهِالىِيومِالقيامهِامابعد‬

Yang kita hormati dan kita cintai para habait dan para alim ulama, para
Muhibbin hadirin hadirot Rakhimakumullah, Alhamdulillah wa
Syukurillah kita panjatkan kehadirat Allah yang telah mengumpulkan
kita di tempat ini, di tempat yang disebut oleh Rasulullah SAW
Raudatun bin riyadatul Jannah, satu taman dari taman taman syurga.
Kita berharap memohon kepada Allah agar selalu di kumpulkan dalam
kebaikan dan taqwa sampai akhir hayat kita. Aamiin yaa Rabbal
‘alamin. Sholawat dan salam kita haturkan kepada junjungan nabi kita
Muhammad SAW, dan kepada seluruh keluarga, para sahabat, durriyyat,
dan pengikut beliau sampai hari kiamat nanti.
Para Muhibbin Rakhimakumullah.
ِ ِ‫ِقالِامامِاحمدِابنِالعطاءللاِالشكندريِرحمهِللاِوعنفعِبعلمه‬.‫الحمةِالثلسهِمنِالحكمِبالعطاءللا‬

Hikmah yang ketiga dari pada al-Hikam al Athaillah. berkata al-Imam


Ahmad bin Athaillah
ِ ِ‫سوابقِالهممِالتخرقِأسوارِاألقدار‬

Artinya : keinginan-keinginan yang cepat, himmah-himmah yang


kencang, tidak akan bisa menembus pagar takdir Allah SWT.
Bagaimanapun keinginan kita, kuat dan kencangnya itu keinginan kita,
tidak akan bisa merobek atau menembus pagar takdir Allah SWT.
Para Muhibbin Rakhimakumullah, syawabiqul Imam itu bisa
dimaksudkan dengan quwwatul azzimah, artinya kekuatan cita-cita.
Kekuatan keinginan yang ada di dalam hati kita, kita ada mempunyai
cita-cita, ada mempunyai keinginan, keinginan kita itu ada lemah, ada
kuat. Kalaulah lemah keinginan kita, habis hanya sampai keinginan itu.
tidak terlalu ingin, ingin tapi cuman sebatas ingin saja nah itu namanya
keinginannya lemah. Nah, keinginan yang kuat disebut dengan
keinginan quwwatul azziimah, keinginan yang kuat dalam diri kita itu
menimbulkan beberapa perkara.
1. Al kasbu. (usaha)
Kita sangat ingin, sangat menginginkan sesuatu, kita sangat ingin
menjadi orang kaya, sangat ingin jadi orang alim, sangat ingin
menjadi orang sholeh, lalu dari keinginan kehendak yang kuat itu
timbulah usaha. Bagi yang ingin kaya lalu dia sungguh-sungguh
berusaha mencari rizki, bagi yang keinginannya kuat ingin menjadi
orang alim berusaha sungguh-sungguh mengaji kesana kemari,
memperbanyak ilmu. Bagi orang yang mempunyai keinginan kuat
ingin menjadi orang sholeh, macam-macam amalan diamalkannya,
qur’an, tahajud, sholawat, macam-macam supaya jadi orang sholeh.
Nah itu namanya adalah usaha yang timbul dari keinginan yang kuat.
2. Keinginan yang kuat dalam diri kita itu bisa menimbulkan juga do’a,
keinginan ini luar biasa dalam hati menggebu-gebu, akhirnya berdo’a
kepada tuhan, ya Allah hamba menjadi seperti ini, hamba ingin jadi
orang ini lah, hamba handak jadi orang itu lah, kenapa mereka
berdoa? Kerena mereka tidak tahan lagi menyandang keinginan di
dalam diri mereka, tidak tehan lagi sampai meminta kepada Allah
SWT, lalu dia berdoa.
3. Nah yang ketiga dari keinginan yang kuat itu timbul sesuatu yang
timbul namanya tawajjuh. Tawajjuh ini apabila dari orang sholeh
namanya Keramat, bila dari orang pasik namanya istrijad.
Orang jaman dulu batu, namun karena keinginan yang kuat di dalam
hatinya, batu itu ditawajudkan menjadi emas. Jadi emas batu itu. Duit
bisa jadi daun. Daun di ambilnya, keinginan yang kuat didalam hati
supaya daun ini menjadi duit, lalu tawajjudnya luar biasa kepada itu,
daun di buka jadi duit. Apabila orang sholeh namanya keramat,
apabila itu orang-orang fasik namanya istridat. Orang dahulu ambil
tunas kelapa lalu di tawajuhnya jadi buaya. Kenapa jadi buaya, kan
tunas kelapa, karena ini orang mempunyai keinginan kuat di dalam
hatinya supaya jadi buaya, lalu timbul tawajjuh yang kuat jadi buaya.

Nah jadi tiga macam itu, usaha, doa atau tawajjuh itu, itu berasal dari
kekuatan cita-cita di dalam hati kita. maka kekuatan cita-cita di dalam
hati kita yang menimbulkan usaha, atau menimbulkan do’a, atau
menimbulkan tawaajjuh tadi,
ِ‫التخرقِأسوارِاألقدار‬

Semuanya itu kagak akan berhasil apabila berlawanan dengan takdir


Allah, bilamana berlawanan dengan takdir Allah. cita-citanya kuat ingin
jadi orang kaya, lalu dia berusaha, macam-macam membuka usaha,
kalau takdirnya orang ini jadi miskin, usahanya selalu gagal. Seperti apa
saja kuatnya keinginan kita, seperti apa saja usaha kita itu banyaknya
tidak akan bisa menembus pagar takdir Allah. Kalau sudah kita
ditakdirkan jadi orang miskin, tidak bisa. usaha apa saja yang di jalankan
tidak mau cocok, tidak mau berhasil, siang malam buka usaha macam-
macam cabang usaha, sangat ingin menjadi orang kaya, tidak bisa kalau
tidak didukung, diperintah, disesuaikan dengan takdir Allah SWT. Nah
itu salah satu maksud tadi.
Do’a, cita-cita yang kuat di dalam hati, akhirnya berdo’a, do’anya sangat
panjang,sampai menangis pula, tapi kalau takdir tidak mendukung, do’a
tidak akan jadi apa-apa. Do’a tidak akan diterima, do’a tidak akan
berhasil, apabila berlawanan dengan takdir Allah. Kita di takdirkan
sakit, semalaman kita berdo’a supaya sehat, tidak akan dikabulkan itu
do’a, karena takdir sudah berdahulu, sebelum kita berdo’a sudah ada
takdir kita sakit. Jadi do’a seperti apapun hebatnya walaupun do’a dari
nabi, do’a dari wali, ismul a’dhom macam-macam dibaca, tidak mau
berhasil, kalau itu sudah bertentangan dengan takdir Allah.
Bagaimanapun hebatnya, kencangnya, tidak akan mampu menembus
pagar takdir Allah.
Nah tawajjuh seperti itu juga, seperti apapun orang mentawajjuhkan
sesuatu, menggiling batu berjam-jam tidak akan menjadi emas, kalau
takdirnya tidak ada. Kalau memang takdirnya jadi, di pegang saja itu
batu itu ditawajjuh jadi emas.
Jadi usaha, do’a, tawajjuh
ِ ‫اليعسرِكلِمنها‬

Laa yahsuru kullu minha


Tidaklah berhasil seluruhnya itu
ِ ِ‫اذاعردِاألقدار‬

Idzaaarda aqdar
bila bertentangan dengan takdir Allah SWT
Karena apa? Usaha, do’a, tawajjuh tadi tidak berhasil bila berlawanan
dengan takdir
ِ ‫لئنِمنِجملةِاالصباب‬

Liannahaa min jumlatil asbab


Karena Itu usaha, do’a, tawajuh termasuk bagian dari asbab. Bagian dari
sebab.
ِ ‫واالصبابِالِتعسر‬

Wal asbab laatuasysyir


Asbab itu tidak memberi bekas.
Do’a misal, kita berdo’a, Kabul, namanya saja itu Kabul, kisahnya
Kabul, padahal memang takdir tuhan. Memang takdir tuhan, kalau asbab
itu tidak memberi bekas apa apa, apakah itu do’a, itu usaha, ataupun
tawajjuh, namanya saja sebab, dan sebab itu kagak memberi bekas, pas
berdo’a aja Kabul, bukan karena do’a nya, tapi takdir sudah menunggu
duluan, takdir sudah duluan menunggui, kalau akhirnya do’a yang
Kabul, Padahal tidak, do’a itu bagian dari sebab.
‫واالصبابِالِتعسر‬

Sebab itu tidak memberi bekas. Kalau sebab itu tidak memberi bekas,
lalu apa gunanya? Dari satu sisi atau beberapa sisi, sebab itu bisa
dicontohkan dengan Khadam,
ِ ِ‫الصبابِخدمِاألقدار‬

Asshabab khodamul aqdar


Sebab itu adalah merupakan pembantu takdir, sebab itu pembantunya
takdir. Yang namanya pembantu itu apalah kekuatannya, Pembantu
tidak punya kekuatan, apabila disuruh ini dekerjakan ini, disuruh itu
dikerjakan itu. Namanya juga pembantu. nah Assabab itu ahdamul
ahdar, khadamnya takdir, dan namanya khadamm ini di bayar bila baik
di ganjar pahala, bila jahat di ganjar dosa. Nah jadi itulah adanya sebab
ini hanya untuk menimbulkan ganjaran. Kalau mempengaruhi, sebab
tidak ada sama sekali. Tidak bisa mempengaruhi apa-apa, Cuma hanya
menerima upah menerima ganjaran.
Para Muhibbin Rakhimakumullah.
ِ ‫فمنقتكِدكئنِاالصبابِتأشرِفهوِكافر‬

Famaniktaka dakaanna ashbab tuasysyir wahua kaafir


Siapa yang mengi’ktikatkan dalam hati bahwa asbab itu memberi bekas,
maka dia kafir. mengiktikadkan di dalam hati artinya meyakini, bahwa
sebab itu memberi bekas. Maka dia kafir. Setelah aku doakan kamu jadi
gila, sampai hatinya seperti itu setelah aku doakan kamu jadi gila.
Seperti do’a itu membuat dia gila sampai dalam hatinya meyakini ini
gara-gara do’a nya dia jadi gila. Nah ini kafir, karena menganggap do’a
itu memberi bekas, padahal do’a bagian dari pada sebab.
‫فمنقتكِدكئنِاالصبابِتأشرِبكوةِجعلهِللاِفيهاِفهوِفاسق‬

Wamaniktakal dakaanna ashbab tuasysyiru bukuwwatin ja’alah allah


fiiha fahuwa fasiq
Barang siapa yang mengiktikadkan di dalam hati bahwa sebab itu
memberi bekas dengan kekuatan yang dijadikan Allah padanya maka dia
orang fasiq. katanya sebab itu tidak memberi bekas. Cuma di dalam
sebab itu ada kekuatan yang di berikan Allah, akhirnya memberi bekas,
nah ini fasiq. Contohnya lagi pisau. Pisau itu tidak melukai, tetapi
karena di pisau itu ada kekuatan yang diletakkan Allah. Lalu pisau itu
jadi melukai, nah ini orang fasiq namanya, kalau iktikad seperti itu.
‫فمنقتكِدكئنِاالصبابِالِتأشرِومئسرِوللاِوهدهِلكنمتوِوجددِوجدةِالمصببةِفهوِجهل‬

Wamaniktakal dakaanna ashbab laa tuasysyiru walmu’asysyiru wallaahu


wahdah lakinmatau wujidad wujidatil musabbabat fahuwa jahil
Dan siapa yang menghakikatkan bahwa sebab itu tidak memberi bekas
yang memberi bekas itu hanyalah Allah semata, tetapi apabila ada sebab
maka ada musabab maka itu namanya orang jahil.
katanya sebab itu tidak memberi bekas, yang memberi bekas itu Allah
Wahdah, Allah semata, tetapi apabila ada sebab maka ada musabab, nah
ini orang jahil namanya.
Api, api itu tidak membakar, yang membakar itu adalah Allah, kalau api
itu tidak memberi bekas, yang memberi bekas itu Allah. Tetapi bila
terkena api pasti meleleh nahh itu orang jahil namanya. Ini orang jahil.
Ada orang yang di bakar api tidak terbakar?? Nabi Ibrahim contohnya,
ini menunjukkan bahwa ada sebab belum tentu ada musabab.
‫فمنقتكِدكئنِاالصبابِالِتأشرِومئسرِوللاِوهدهِوجددِاالصبابِاليلجمِوجودِالمصبابِفهوِموحد‬

Wamaniktakal dakaanna ashbab laa tuasysyiru walmu’asysyiru wallaahu


wahdah wujudus sabab layulajjimu wujudal musabbab fahuwa
muwakhhid
Siapa yang menghakikatkan didalam hatinya bahwa sebab itu tidak
memberi bekas, yang memberi bekas itu hanyalah Allah semata, adanya
sebab belum tentu adanya musabab, maka itulah orang yang bertauhid
sebenarnya. Itulah orang yang bertauhid sebenarnya.
Yang memberi bekas itu adalah Allah, sebab tidak memberi bekas, oleh
karena itu adanya sebab belum tentu adanya musabab, terkena api belum
tentu terbakar, terkena pisau belum tentu luka, karena itu tidak memberi
bekas, yang memberi bekas adalah Allah SWT.
Para Muhibbin Rakhimakumullah… Jadi termasuk diantara sebab tadi
adalah alkasbu (usaha), usaha itu sebab, yang kedua do’a, do’a itu
sebab. Yang ketiga Tawajjuh, tawajjuh itu pun namanya sebab. Oleh
karena itu banyak usaha kita yang tidak berhasil, banyak do’a kita yang
tidak terwujud, banyak tawajjuh orang-orang yang gagal, kenapa?
Karena bertentangan, tidak didukung oleh Takdir Allah SWT.
Nah, di dalam masalah usaha tadi, manusia terbagi 4 (empat) golongan
(dalam usaha), yang pertama.
ِ ‫منِيرالرجقِمنِللاِتعلِومنِالكسب‬

Maiyarol rizqon minallaah ta’ala waminal kasbi


Ada orang yang melihat atau meyakini rizki itu dari Allah dan dari
usaha, hanya meyakini rizki itu dari Allah dan dari usaha. Gabungan dua
itu datanglah rizki, fahuwa musyrik, maka ini orang namanya musyrik,
menyekutukan Allah. Benar saja kalau rejeki datang dari pada Allah,
kalau tidak berusaha darimana datang duit, nah itu orang musyrik. Tidak
boleh diitikadkan dalam hati, kan rezeki dari pada tuhan, kalau tidak
buka toko, darimana datang duit? Jadi orang tua sering menasehati anak
sudah tau salah nih orangnya, nasehat yang salah, anak dibelajari syirik.
Yang kedua
‫منِيرالرجقِمنِللاِتعلِواليدرهِاويقدرهِاملِفهوِسكنِمنافق‬

Maiyarol rizqon minallaah ta’ala walaa yadrihi auyuqoddihi amla


fahuwa sakkun munafiq
Orang yang melihat atau meyakini riski dari Allah, tidak ada yang lain
riski dari Allah, cuman tidak ada yang tahu, aku nie diberi tuhan apa
tidak? Benar saja kalau riziki dari Allah, cuman aku ini dapat jatah? Apa
tidak dapat? Ini orang munafiq namanya.
Yang ketiga
‫منِيرالرجقِمنِللاِواليئالدالحقهِاويكسلهِازلِالكسبِفهوِفاسق‬
Maiyarol rizqon minallaah walayuaddi haqqoh auyaksillaahi azlil kasbi
fahuwa fasiq
Orang yang mengiktikadkan bahwa rizki itu semata-mata dari Allah,
tetapi dia tidak menunaikan hak-hak hartanya, atau dia maksiat kepada
Allah karena menjalankan usahanya, maka ini namanya orang fasiq.
Benar saja kalau rezeki dari Allah, bukan dari yang lain-lain, tetapi
usahanya lama-lama jadi haram mau dikerjakan juga, halal mau juga,
berdusta mau juga, zakat memotong mau juga, nah ini orang fasiq
namanya.
Yang ke empat
‫منِيرالرجقِمنِللاِوحدهِوأخرجِحقهِوالِيكسلهِلئزلِالكسبِفهوِالمكمينِالمقلص‬

Maiyarol rizqon minallaah wahdah waakhroja khaqqohu wala yaksillahi


li azlil kasbi fahuwa mukminul mukhlis
Orang yang mengiktikadkan bahwa rezeki dari Allah semata, dan dia
mengeluarkan haknya, dan dia tidak maksiat kepada Allah, karena
usahanya, maka itulah orang mukmin yang muhlis yang murni namanya.
Para muhibbin Rakhimakumullah… Rosulullah SAW bersabda beliau
mengkabarkan tentang iman,
ِ ‫ِوملئكتهِوكتبهِورسولهِوبااليومِاالخرِوباالقدر‬،‫انتؤمنِباللا‬

kata nabi, Iman itu adalah kamu beriman dengan Allah, Allah
mempunyai 20 sifat yang wajib, 20 sifat yang mustahil, satu yang harus,
yang kedua beriman kepada Malaikat, malaikat itu makhluk Allah yang
suci yang diciptakan Allah jumlahnya hanya Allah yang tau jumlahnya
berapa, kita hanya wajib tau hanya 10. Wajib beriman dengan kitab-
kitab Allah, kitab yang diutus kedunia banyak, kita wajib tau empat. Dan
Rosul-rosul Allah, kita wajib beriman Rosul Allah banyak, cuman kita
wajib tau 25 orang. Dan beriman dengan hari kiamat, dan engkau
beriman dengan takdir,
ِ ‫خيىرهِوسره‬

baik itu takdir kebaikan ataupun takdir jahat.

Kita wajib beriman bahwa semuanya itu adalah ditakdirkan oleh Allah
SWT. Oleh para ulama dijelaskan bahwa kita beriman dengan takdir itu
mengandung 4 (empat) hal, yang pertama
a. Pertama
ِ ‫يجيبِعليكِانتئمنِانلوكِعليشئِتبكِعلىِلىِالمِللاِازلِبه‬
Yajiibu alaika antukmina annalwuku alasysyia tabkan alaa li
ilmillaahi ajali biha
Wajib atas engkau bahwa engkau beriman bahwa terjadinya sesuatu itu
sesuai dengan ilmu Allah yang azzali. Apakah itu kejadian baik diri kita,
baik orang lain, baik alam semesta, apapun kejadian ini itu sesuai apa
yang diketahui Allah, sesuai apa yang diputuskan oleh Allah pada masa
azzali. Sedikitpun tidak ada sesuatu yang tidak sepengetahuan Allah.
Wajib engkau beriman bahwa terjadinya sesuatu itu sesuai dengan
ilmunya Allah.
b. Yang kedua
ِ ‫يجيبِعليكِاىتئمنِانهِتعلِحلقِعلىِعبادِكلهاِمنِخيرِوِشرِوِامانِوِكفر‬
Yajiibu alaika antukmina annahu ta’ala kholaqo alal ibadd kullahaa
min khairin wa syarrin wa imaanu wa kufrin
Wajib atas engkau beriman bahwa Allah ta’ala itulah yang menciptakan
perbuatan hamba seluruhnya baik, jahat, iman dan kafir. Iman, kafir,
baik, jahat itu semuanya adalah ciptaan Allah. Kita wajib di dalam hati
mengiktikadkan itu.
Allah menciptakan kebaikan dan kejahatan, untung orang yang
diciptakan Allah untuk kebaikan. Allah ada membuat surga, Allah ada
membuat neraka, kedua duanya dibuat Tuhan. Allah menciptakan
manusia, ada yang diciptanya untuk menghuni surga, ada yang dicipta
untuk penghuni neraka. Beruntung orang yang diciptakan untuk
kebaikan. Sembahyang mudah, beribadah mudah, menuntut ilmu lancar,
yang haram-haram mudah menjauhi, ini beruntung orang seperti ini,
karena diciptakan Tuhan untuk kebaikan.
c. Yang ketiga
ِ ‫يجيبِعليكِانتئمنِانماِقدرهِللاِبعجلهِالبدِمنِافوئهِوماالِيقدرهِاليستكلِكلهم‬
Yajiibu alaika antukmina annamaa qodarahullah bi ajalihi laa buda
min ufuuihi wama laa yuqodiruhu laa yastakillu kuluhum
Wajib engkau beriman bahwa sesuatu yang ditakdirkan Allah itu pasti
terjadi, dan yang tidak ditakdirkan Allah mustahil terjadi. Itu yang ketiga
yang wajib kita percayai, yang wajib kita iktikadkan didalam hati kita
bahwa apa yang ditakdirkan Allah itu pasti terjadi, apa yang ditakdirkan
Allah itu punya kita, apa yang ditakdirkan Allah itu jatah kita, mau tidak
mau pasti mendatangi kita. Jika kita tidak mau mandatangi, dia yang
akan mendatangi. Ada orang fakir yang datang kepada Rasulullah SAW.
diberi kurma oleh nabi, ini kurma punya kamu, jika kamu tidak datang
kurmanya yang datang ke rumahmu, karena kurma ini punya kamu. Jika
sesuatu yang ditakdirkan Tuhan itu bukan punya kita, mustahil jadi milik
kita. Sampai apapun usaha kita bila bukan takdir kita mau bagaimana,
kalau memang punya kita walau tidak meminta pun pasti diberikan.
Yang sulit itu meminta yang bukan punya/takdir kita, tidak akan pernah
kabul doa kita itu. Jadi wajib kita beriman.
Rosulullah SAW menasehati kita, khususnya menasehati orang-orang
yang tamak, orang-orang yang didalam hatinya menggebu gebu
mengepung dunia, kata nabi.
Artinya : Elok-eloklah mencari rezeki itu, baik-baik mencari rezeki itu.
Karena bila punya kamu pasti akan menjadi milikmu juga, Jadi mencari
yang benar, halal, aturan agama turuti itu, karena kalau itu milik kamu,
pasti sampai kepadamu. Do’a sayyidina Ali r.a.
Do’a yang sangat pendek, tapi mantap,
Artinya : Yaa Allah. palingkan hatiku,dari sesuatu yang telah kau
palingkan dia padaku. sesuatu yang memang bukan milikku. Jika
memang sesuati itu bukan jatah kita jangan ada keinginan hati ini untuk
memilikinya.
d. Yang keempat
ِ ‫يجيبِعليكِرضاةِمقدرللاِومقبتهِومعرف‬
Yajiibu alaika ridhooti maqodarallahu wamuqobatuhu wamakruf
Wajib atas engkau ridho’ dengan yang ditakdirkan Allah dan
membetulinya, menyikapinya dengan sesuatu yang dituntut. Karena kita
setiap hari itu dihujani oleh takdir. Tidak ada henti-hentinya. Sedetikpun
tidak lepas dari takdir. Dan takdir yang kita terima dari Allah ini tidak
lepas dari empat macam, yang pertama nikmat, ada yang lepas dari
nikmat sehari hari? Yang kedua bala, setiap hari kita mesti menerima
bala, yang ketiga ta’at, ta’at kepada Allah, yang keempat maksiat. Nah
ini takdir Allah yang selalu datang pada kita. Kita ditakdirkan dapat
nikmat? Dapat bala? Ditakdirkan bisa melakukan ta’at? Ditakdirkan
melakukan maksiat.
Nah kita wajib ridho, dan menyikapinya dengan sesuatu yang dituntut.
Kita hari ini dapat nikmat dari Allah, karena takdirnya demikian, kita
wajib ridho. membetulinya adalah syukur. karena kita yang dituntut
Allah kita membetuli nikmat yang diterima. Takdir nikmat ini selalu
hadir pada kita, jadi syukur.
Yang kedua bala, bala itu selalu ada, wajib kita ridho dengan bala itu,
dan menyikapinya dengan sabar. jadi sabar ini wajib juga setiap hari kita
lakukan.
Yang ketiga ta’at, kita melakukan ta’at, kita ridho, ditakdirkan Allah
melakukan ta’at, dan kita wajib dzikkru minnah. kita wajib mengingat
jasa Allah. Nikmat Allah, pemberian Allah, pertolongan Allah pada kita.
Jadi kita berbuat ta’at itu yang kita ingat apa? Taufiq Allah. karena
taufiq Allah kita mampu berbuat ta’at ini. Ta’at ada dzikru minallah.
mengingat bahwa kita ini mampu berbuat ta’at ini karena ditolong Allah,
dibantu Allah, diberi taufiq oleh Allah.
Yang keempat maksiat, kita ditakdirkan hari ini maksiat, kita ridho
dengan takdir itu, menyikapinya dengan kembali dan taubat kepada
Allah bersegera. Jadi empat hal itu termasuk dalam kandungan
antuqminna bahwa kamu beriman dengan takdir baik yang baik maupun
jahat.
Para Muhibbin Rakhimakumullah… kalau kita beriman dengan takdir,
iman kita dengan takdir ini, asalkan benar-benar, akan membuahkan
banyak manfaat, membuahkan banyak buahnya, oleh para ulama di
sebutkan
ِ ِ‫سمرةِامنِبالقدر‬

Samaratul iman bil qodar


Buah iman dengan takdir itu pertama pertama tenang, hidup tenang,
hatinya tidak gelisah, apalagi stress, orang stress banyak pikiran itu
orang tidak beriman dengan takdir, padahal orang yang beriman dengan
takdir ini hidupnya akan tenang. Yang kedua attawaqqul, orang yang
beriman dengan takdir, hidupnya penuh tawakkal kepada Allah. Yang
ketiga ada multaufiq al khairillah, Tidak mau mencela, tidak mau
membenci dengan makhluk Allah.
Annas bin Malik berkata, aku sepuluh tahun berqodam dengan
Rasulullah SAW tidak pernah nabi itu membenci aku, “kenapa kamu
seperti itu kan aku suruh jangan” tidak pernah nabi berkata “kenapa
kamu seperti itu kan aku larang” Kalau kita beriman dengan takdir, tidak
ada istilah membenci/menyalahkan makhluk Allah.
Yang keempat, buah kita beriman kepada takdir adalah
ِ ‫اغلببابِالسيطانِولو‬

Ighloobubaabis syaithon walau


Mengunci, menutup pintu syaitan, syaitan ini suka membisiki hati kita
dengan jikalau, andaikata, umpama, itu syaitan. Kalau kita percaya
dengan takdir, pintu itu tertutup. Nabi pun melarang, jangan diucapkan
itu lau lau jikalau-jikalau itu, karena itu membuka ruang bagi syaitan
untuk masuk dalam hati kita.
Rasulullah SAW bersabda

Jikalau bahwa bagi salah seorang mereka itu seperti gunung uhud emas,
disumbangkannya emas itu. Allah tak akan menerima sumbangan itu,
sebelum dia beriman dengan takdir.
Kesimpulan dari pada yang disampaikan oleh al_imam ibni athoiyyah
dalam hikmah ke 3 ini bahwasanya himmah yang cepat, atau kuatnya
cita-cita seseorang tidak akan bisa merobek takdir. Bagaimanapun usaha
kita, bagaimanapun do’a kita, bagaimanapun tawajjuh kita, tidak akan
berhasil, kalau itu bertentangan dengan takdir Allah SWT. Bukan berarti
beliau ini menghimbau kita untuk menjauhi sebab, bukan berarti
demikian. Tetapi yang ingin beliau tekankan adalah bahwa
pengembalikan sesuatu itu kepada takdir Allah SWT. Silahkan kita
berusaha, silahkan kita berdo’a, silahkan kita tawajjuh, tapi unjungnya
kita mesti ingat bahwa semua itu adalah takdir dari pada Allah SWT.
Nah itu maksudnya.
Hikmah yang keempat.
ِ ِ‫بِسِمِِللاِِالرِحِمنِِالرِحِيِم‬

ِ‫يِالقديرِله‬
ُّ ‫اِلحِمِدِِللِِالعليمِالخبرِالذىِدبركاءناةِبأحسنِالتكبرِِالشهدِانِالِالهِاالِللاِوحدهِالشريكِالقو‬
ِ‫واشهدِانِسيدناِمحمدًاِعبدهِورسولهِوالنبيِاالخيرِاللهمِصليِوسلمِوباركِعلىِسيِدناِوحببنِمحمد‬
ِ ِ‫البسيرنظيرِوعلِىِألهِوصحبهِوطريتهِواتبئهِالىِيومِالقيامهِامابعد‬

Yang kita hormati dan kita cintai pada habait dan para ulama, para
Muhibbin hadirin wal hadirot Rokhimakumullah.. Alhamdulillah was
Syukurillah.. kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah.. yang telah
mengumpulkan kita pada malam hari ini di majlis yang penuh berkah
ini. Dan kita selalu memohon kepada Allah, agar selalu di kumpulkan
dalam kebaikan dan taqwa.. Amien Ya Rabbal ‘alamin.. Sholawat dan
salam kita haturkan kepada Junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW, dan kepada seluruh keluarga, para sahabat, durriyyat, dan
pengikut beliau.
Para Muhibbin Rakhimakumullah..
ِ ‫ِقالِامامِاحمدِابنِالعطاءللاِالشكندريِرحمهِللا‬.‫الحمةِالربعهِمنِالحكمِبالعطاءللا‬

Hikmah yang keempat dari pada al-Hikam al Athaillah.. berkata Imam


al-Ahmad bin Athaillah
ِ‫أِرِحِِنفِسِكِِمِنِِالنِدِبِيِرِِفِمِاقِامِِبِهِِغِيِرِكِِعِنِكِِالِتِقِمِِبِهِِلِنفِسِك‬

Hikmah yang ke empat dari pada Hikam ibni Athaillah.. berkata al-
imam Ahmad bin Athillah rakhimakumullah..
Artinya adalah lapangkan dirimu.. dari pada Takbir.. jangan kau sibuk
kan dirimu.. dengan Takbir… maka bermula sesuatu.. yang telah
mengurus dengannya selain engkau dari pada engkau.. janganlah kamu
ikut mengurus dengannya untuk diri engkau..
Para Muhibbin Rakhimakumullah.. disini Imam Ahmad ibni Athaillah
menyampaikan satu arahan kepada kita, agar kita jangan susah payah,
agar kita jangan kecewa dibelakang hari, lalu beliau mengatakan
lapangkan dirimu dari pada Takbir.. Takbir itu artinya adalah
ِ ‫تكديرِكسِاونِتكونِعليهِفىِالمستكبر‬

Takdiru kasu uunan takunu alaiha fil mustakbar


Mereka-rekanya engkau akan perkara-perkara yang adalah engkau atas
perkara itu di masa yang akan datang. Nah itu ngarannya adalah Takbir.
Merancang.. Nah.. Lapangkan dirimu dengan meninggalkan merancang
itu, kenapa kita di suruh jangan merancang-rancang, karena kita sudah
dirancang oleh Allah SWT.. Kalau Allah sudah merancang untuk kita,
buat apa kita merancang untuk diri kita. Allah sudah memprogramkan
kita sedemikian rupa, mulai dahulu sampai akan datang. Kita ke ini, ke
itu, ke itu.. itu sudah diproggramkan oleh Allah, sudah di takbir oleh
Allah. Buat apa kita mentakbir lagi.. Hanya membikin susah, dan
membuat kecewa kalau rancangan kita itu kagak terjadi atau kagak
tercapai.
Para Muhibbin Rakhimmakumullah..
ِ ‫اذماِيذبروِالعبدِليكونِمنهِالىِماهوِفتقبرِللاِتعلى‬

Idzma yudzabbirul ulabdu layakunu minhu illa maa huwa


fakaqobbirullah ta’ala
Karena sesuatu yang dirancang oleh seorang hamba, tidak akan terjadi
kecuali bilamana sesuai dengan rancangan Allah SWT.
Kayak apa hajat kita memprogram, kayak apa hajat kita mengolah
rancangan-rancangan kerja kita, kalau itu kagak sesuai dengan apa yang
sudah di rancang oleh Allah SWT maka itu kagak akan terjadi. Oleh
karena itu, ujar Imam Ahmad bin Athoiyyah lapangkanlah dirimu,
dengan meninggalkan merancang itu.. Kita biasa merancang.. apa yang
kita rancang itu, bisa sesuai dengan kenyataan esoknya, apabila memang
sesuai apa yang dirancang oleh Allah SWT. Kalau kagak sesuai apa
yang telah dirancang oleh Allah, maka rancangan yang diolah di atas
kertas itu semua gagal.
Para Muhibbin Rakhimakumullah.. Imam Ahmad ibni Athoiyyah
menjelaskan lagi, bahwa merancang itu ada terbagi dua, Ada takbiirul
mazmum, merancang yang dicela. Artinya dicela ini, siapa yang
mencela? Allah.. yang mencela kita. Ada rancangan-rancangan yang
dicela oleh Allah, ngarannya takbiirul mazmum. Yang kedua at-
Takbiirul Mahmud, rancangan yang dipuji oleh Allah. Jadi kayak apa
kita merancang sesuatu, memprogram sesuatu, supaya dipuji oleh Allah.
Jangan sampai kita memprogram, merancang, sesuatu yang esuk-esuk
yang akan datang tetapi itu dicela oleh Allah.. nah jangan.. jangan
sampai itu..
ِ ‫التبيرِمجمِكلِتبيرِيبعدكِاويهجبكِانِللاِتعل‬

Attabirul mazmum kullu tabbiirin yubngiduka auyahjubuka annillaahi


ta’ala
Merancang yang dicela itu adalah tiap-tiap merancang, tiap-tiap
merencanakan, yang menjauhan engkau, atau mendinding engkau dari
pada Allah ta’ala..
Program kita nah, bila anggaran membuat kita jauh dengan Allah atau
membuat kita lupa dengan Allah, maka rancangan kita itu dicela oleh
Allah ngarannya tadbirul mmazmum.. Ada beberapa keterangan contoh,
yang menerangkan secara rinci tentang merancang yang dicela itu.
Pertama
ِ ‫تدبرِالسيئِدنياِكنِاوِدنيويِمعِالجزمِوالتسنم‬
Tadbirul sai’in diniyyan kaana au duniawiyyan mangal jazmi wal tasnim
Merancang sesuatu baik sesuatu itu sifatnya keagamaan atau keduniaan
beserta memastikan, ini gejala. Kita merancang sesuatu baik kita
rancang itu tentang keagamaan atau keduniaan tetapi dengan
memastikan, contohnya.. ini dalam hati ini,, atau dipanggilakan lawan
siapa kagak jadi soal, rencana esok nih jam 8 hendak ke rumah hikam..
kayaknya jam-jam di rumah hikam. Hendak ke pasar, setiba di pasar
kemudian aq makan di rumah mentua, untuk makan kayaknya hanya
bulik ke rumah.. nah ini rancangan, Bila macam itu kita merancang, ini
dicela oleh Allah. Padahal itu sifatnya rancangan, tapi dicela oleh Allah.
Atau keagamaan. Esuk rencana habis sembahyang subuh ke tempat
pengajian, kayaknya jam 8 menghilangi orang garing, jam 10 kayaknya
orang pengantinan, petang hari kayaknya baca al-qur;an se Juz Juz,
kayaknya ba’da asyar umpat pengajian sampai maghrib.. Nah itu
rancangan keagamaan, itu dicela jua. Mengapa di cela? Karena
memastikan, kagak ada Insha Allah di dalam hatinya, ketinggal Insha
Allah nya.. Nah jadi artinya kita merancang dalam hati itu baik
rancangan kita itu agama atau untuk dunia ujung-ujungnya mesti ada
Insha Allah.. supaya jangan dicela oleh Allah.. jangan memastikan.. Nah
itu contoh yang di cela.
Yang kedua
‫تدبرِالسيئِدنياِكنِاوِدنيويِمعِاعتمتِبحولهِوكوته‬

Tadbirul sai’in diniyyan kaana au duniawiyyan mangal ikhtimad


bikhaulih wakuwwatih
Merancang sesuatu baik sifatnya keagamaan atau keduniaan serta
berpegang dengan daya dan upayanya, sama tadi contohnya, esok
rencana, hendak ke sini, ke sini, ke sini… Insya Allah.. masih di cela
nya.. esok habis subuh hendak mengaji, menengok orang sakit, hendak
mengantar jenazah, hendak ini, ini, ini, baca qur’an… Insha Allah..
masih di cela jua… kenapa masih di cela? Karena tertinggal bi aulillah
wakuwwatih, dengan daya da upaya Allah mestiny ada juga nih.. Jadi
supaya jangan di ccela Allah. esuk hbz sembahyang subuh rencana
mendatangi pengajian, hanyyar ke pasar, yang ini, yang itu, yang itu..
Insha Allah wabi Aulillah wa bi quwwatihi, Insha Allah jika dikehendai
Allah dan dengan daya dan upaya dari Allah.. Nah itu hanyar kagak di
cela. Mengapa? Karena apa karena kita peleburan kita peleburan
panjang.. harian saja mesti ada Insha Allah di dalam hati itu dan bi
aulillah wa bi quwwatihi, dengan daya dan upaya. Karena kalau kita
meninggal dari daya dan upaya Allah itu, kita terhijab, terdinding dari
Allah, ngarannya lupa lawan tuhan. Padahal kita kadang-kadang
membawa laa khaula walaa quwwata illa billah.. tapi nyatanya kita
dalam prakteknya kagak ada laa khaula.. jadi tidak boleh ditinggal laa
khaula walaa quwwata illa billah itu dalam prakteknya. Jadi Insha Allah
wabi aulillah wa bi quwwatih. Insha Allah jika menghendaki Allah.. dan
dengan daya dan upaya dari Allah..
Yang ketiga, contohnya
‫تدبرِالسيئِدنياِكنِاوِدنيويِمعِالطئياهِواجبة‬

Tadbirul sai’in diniyyan kaana au duniawiyyan mangal thoiyyahi


waajibat
Merancang sesuatu baik sifatnya keagamaan atau keduniaan beserta
menyia-nyiakan kewajiban, asyik merancang… memprogram.. orang
dhuhur.. gak tau lagi dhuhhur.. asyik lawan rancangan ini nah.. akhirnya
tertinggal kewajiban.. Nah ini jelas dicela oleh Allah… rapat saja.. rapat
tu artinya rapat takdir..merancang.. baik rapat keagamaan, panitia
masjid, atau rapat kemaksiatan panitia kagak mau rugi misalnya.. atau
rapat apa? Apalagi rapat maksiat, rapat nan keagamaan, asyik rapat
kagak tau lagi di waktu sembahyang… Nah ini rapat yang dicela oleh
Allah.. karena menyia-nyiakkan kewajiban.
Yang keempat
‫تدبرِالسيئِمنِالدنيِلدنيِكلِاشتقثرِاواالشتقحر‬

Tadbirul sai’in minad duniya liddunya kal istiksar awil istibkhar


Merancang sesuatu dari dunia untuk dunia.. kayak apa merancang dunia
untuk dunia.. seperti memperbanyak harta, atau bermegah dengan harta,
jadi memikirkan cara supaya banyak duit, hendak memperbanyak harta,
atau hendak dagang dengan harta, dirancangnya.. ini mau dijual laku
sekian juta.. kujual itu sekiat juta.. kujual ini sekian juta.. ini ngarannya
rancangan yang dicela. Mengumpul dunia untuk dunia..
Yang kelima
‫تدبرِالسيئِمنِالدنيِلدنيِحللنِاستنتقبهِمعِالغفلةِاالنِللاِتعل‬

Tadbirul sai’in minad dunya khalalin istintaqbiha mangal ghoflatil


anillaahi ta’ala
Merancang sesuatu dari pada dunia yang halal, untuk bersenang senang
dengannya serta lupa dari pada Allah ta’ala, merancang rancang, kita ini
esuk masak ini, makan ini, minum ini, yang nyaman-nyaman habiz di
situ perkaranya, lupa dengan Allah.. Nah ini rancangan yang dicela.
Karena ini terdinding, terlupakan Allah SWT.
Yang keenam
ِ ‫اتدبرالبتكسرِبمكشيةِحتىِمعِالري‬

Attadbirul bitaksirin bimaksiatin khatta ma’ar riya’


Merancang untuk menghasilkan suatu maksiat, seperti ta’at beserta riya’,
ini merancang suatu ibadah, nan supaya di puji orang, kayak apa nih
caranya, aku ini beribadah supaya di puji orang.. kayak apa nih caranya
aku nih Imam, supaya di puji orang.. kayak apa nih aku ini adzan,
supaya di puji orang.. kayak apa nih aku menyampaikan ilmu, supaya di
puji orang… di rancang lah semua.. kayak ini, kayak itu.. supaya ini di
puji oleh orang.. Nah ini rancangan maksiat… Rancangan yang dicela.
Kenapa? Karena nan ibadah yang sifatnya dipuji.. oleh selain Allah.. itu
ngarannya adalah riya’. Nah.. di atur.. di tata supaya apa penyampaian
bagus… yaa lagu ini iramanya bagus.. biar di puji orang.. Nah ini
takdirul mazmum.. rancangan yang dicela ngarannya.
ِ‫فإنِللاِتفظلِعليكِبلعقلِوهوِافظلِممنِبعلىِعبادهِفصرفِنكمةِاقلِالىِالتبيريِمجممِكفرانِلنكمةِاالكل‬
ِ‫فلتسرفِاالكلِالذىِمنِانِللاِعليكِباالتدبرِالمجممِفتكونِكافىرنِالنكمةِاالقلِغيرِالشكرنِلهاِقالِتعال‬
ِ ‫لئنِشكرتمِألزيدنكمِولئنِكفرتمِانِعذابِلشديد‬

Bahwasanya Allah memberikan anugerah kepada engkau dengan akal,


akal itu merupakan termasuk yang paling afdhol pemberian Allah
kepada kita, akal lebih berharga dari mata, telinga, dan lainnya.
Menggunakan nikmat akal untuk merancang yang dicela, itu ngarannya
kufur dengan nikmat akal. Kafir nikmat ini.. kafir nikmat akal..
Janganlah kau gunakan akal engkau yang diberikan Allah atas engkau
itu pada merancang yang dicela maka jadilah engkau kafir bagi nikmat
akal tidak bersyukur baginya. Allah berfirman, Siapa yang bersyukur
aku tambah kalian, dan siapa yang kufur bahwa azabku sangat pedih.
Jadi ini kita menggunakan akal… kan merancang itu menggunakan akal,
sedangkan akal ini nikmat tuhan lawan kita. Kayak apa orang itu
buasnya, gagahnya, putingnya lengkap, tapi kagak ada akal, berharga
gak? Sekalinya akal ini digunakan untuk merancang yang tercela, itu
ngarannya kagak mensyukuri nikmat. Padahal kagak mensyukuri nikmat
itu adalah mengundang azab Allah. Apa azab Allah yang nyata diterima
oleh orang orang yang sering kali menggunakan akal untuk merancang
yang dicela tadi, Allah mengurangi kwalitas akal. Kwalitas akal
menurun.. menurun… menurun… Bila kwalitas akal ini menurun..
Berarti seseorang itu makin jauh dengan surga… makin dekat dengan
neraka.. kwalitas akal turun… turun… turunn… akhirnya hilang
kwalitas akal itu. Bila kwalitas akal itu sudah menipis.. maka orang ini
tidak segan lagi melakukan apa yang diharamkan oleh Allah.. kagak
segan lagi melakukan apa yang dilarang oleh Allah, karena akalnya
sudah kehilangan kwalitas. Itu bahayanya orang yang suka merancang-
rancang yang dicela oleh Allah.
Para Muhibbin Rakhimakumullah…
Yang kedua.. attakdirul Mahmud.. Rancangan yang dipuji.. kita
merancang nih.. merancang saja berpahala.. di puji oleh Allah..
ِ ِِ‫التدبيرِالمهمدِكلِتدبيرِيكربكِالىِللاِتعال‬

Tiap-tiap rancangan yang mendekatkan engkau kepada Allah, kita


merancang, merancang, merancang, yang mendekatkan kita kepada
Allah, itu di puji. Secara rinci beberapa contoh
Pertama,
ِ‫تدبيرِادالمِامرتِبهِمنِالواجبدِوالمندبدِمعِالتفودالمعشيةِالىِللاِتعالِواإلعتمدِبحولِللاِبكوته‬

Merancang, menunaikan yang diperintah dari pada kewajiban dan yang


sunnah, serta menyerahkan kehendak kepada Allah, dan berpegang
dengan daya dan upaya Allah. Misalnya nih esuk Insha Allah.. ziarah ke
kubur si anu.. Insha Allah wa bil aulillah wa bi quwwatih.. Nah itu di
puji.. esuk.. hendak melaksanakan kewajiban, itu, ini itu, ini kewajiban
esuk di rencanakan Insha Allah wa bin Aulillah wa bil quwwatih.
Artinya jika sesuai kehendak Allah dan dengan daya dan upaya Allah..
Kalau kita merancang seperti itu diberi pahala oleh Allah..
Yang kedua,
ِ‫التدبيرِفىِبراةِدمهِمنِحكوتِالمحلوقِاماِوفاءنِاوِاستعللِمعِتفعدِالمكشيةِالىِللاِواإلعتمدِبحولِللا‬
ِ ِِ‫بكوته‬

Merancang, mengatur, untuk melepaskan tanggung jawab dari pada hak


makhluk, ada kalanya dengan melunasi, atau minta halal. Aku nih dulu
pernah mengambil harta orang, aku dulu pernah mendholim orang, aku
pernah menempiling orang, aku pernah itu, lalu dirancang caranya kayak
apa, menyelesaikannya, caranya kayak apa? Apakah aku harus
membayar kah? Yang hutang hutang duhulu itu,, dulu aku minum disitu
bayak rancak tidak bayar, hendak minum situ padahal 3 bayar 2.. Nah
sekarang dirancang kayak apa membereskan nih.. Apakah kudatangi
ampun nya, kerelaanlah, itu aja kah? Atau berhitung.. aku bayar cuman
kagak tau lagi jumlahnya berapa, inih seratus ribu selebihnya minta
kerelaan.. atau kah kayak itu caranya. Atau kayak apa caranya supaya
membereskan kedholiman dahulu.. Nah jadi sudah ada keputusan Nah
ini rancangan besuk yang kudatangi inih orang, yang pernah kutipu,
pernah kupukuli, esuk kudatangi, keselesaikan Insha Allah wa bil
aulillah wa bil quwwatih.. Nah ini berpahala, ini rancangan yang dipuji
Allah..
Yang ketiga, contohnya
‫التدبيرِالحكمِللهواِباالشئطانِواإلعتمدِبحولِللاِبكوته‬

Merancang, mengatur, untuk melumpuhkan hawa nafsu dan syaitan.


Hawa nafsu itu ada dalam diri kita, ini kalau kagak dirancang supaya
dikalahkan, kita akan dikalahkannya. Nah kayak apa caranya kita
melawan hawa nafsu ini supaya bisa dibawah kendali kita, jangan
sampai kita dikendalikan oleh hawa nafsu. Orang-orang yang terjerat
masalah hutang, orang-orang yang didalam penjara, orang-orang yang
sengsara.. itu umumnya akibat dikendalikan hawa nafsu. Banyak yang
menyerah, kebanyakan hutang, akibat apa? Akibat dahulu dikendalikan
hawa nafsu, akhirnya hutang sini, hutang sini, kagak lagi dibayar.. Lalu
hendak di atur, supaya kawa hendak mengendalikan hawa nafsu ini..
diolah akan programnya kayak apa? Supaya bisa mengalahkan syaitan
ini, nah yang mengatur-mengatur itu, itu adalah di puji Allah SWT.
Yang keempat
‫التدبيرِلتقسنِلدنياِواالحرهِمعِتفحدِالمشيئهِالىِللاِتعالِواإلعتمدِبحولِللاِبكوته‬

Mengatur untuk menghasilkan dunia untuk akhirat. Aku nih hendak naik
haji, kayak apa nih caranya mencari duitnya. Lalu diatur bagaimana nih
caranya.. Nah ini ngarannya ngumpul dunia untuk akhirat.. Dirancang
lah dulu mencari duit, tapi untuk akherat.. itu dipuji oleh Allah, bilamana
dia memakai masi’ah. Insha Allah dan bil aulillah wa bil quwwatih..
Yang kelima
ِ ‫التدبيرِالبِالشياشةِالجهاد‬

Merancang, mengatur pada siasat jihad. Rasulullah SAW dalam


peperangan-peperangan, beliau selalu bermusyawarah, kayak apa
mengatur strategi menghadapi musuh ini, antara lain waktu perang uhud,
nabi kita mentakdir, mengatur, bahwa pasukan yang ahli memanah itu
berada di atas gunung, pasukan yang pandai main pedang, main parang,
di bawah gunung, ini dirancang oleh nabi, dan pasukan yang ahli panah
di atas gunung, kagak boleh turun ke bawah, walaupun kami dan nabi
kalah ataupun menang, harus tetap berada di posisi atas. Nah ini takdir
nabi, merancang untuk.. untuk jihad, itu diberi pahala, di puji oleh Allah,
dan yang jelas kalau nabi merancang itu pasti dengan insha Allah wabil
Aulillah wa bil quwwatih..
Coba kita lihat, bagaimana rancangan Rasulullah SAW sewaktu beliau
dikepung di Mekah, hendak di bunuh oleh orang Quraisy.. disini kita
mengetahui bagaimana takdir Rasulullah.. Nabi kita menyuruh
Sayyidina Ali r.a menempati ranjang Nabi ketika nabi pergi. Dan tidak
di tengok. Supaya orang-orang Quraisy mendobrak pintu rumah, di kira
Nabi, padahal bukan. Nah ini rancangan nabi.. yang kedua, Nabi kita
meninggalkan rumah menuju medinah itu malam hari. Nah malam itu
adalah bagian dari tabbir nabi, kalau siang kan Nampak keliatan,
kemudian diatur, bersembunyi di gua jabal tsur.. kalau di kepung orang,
masuk sana, sembunyi, ini semua di rancang oleh nabi agar beliau
berhasil bisa sampai medinah. Nah rancangan-rancangan seperti itu.
Rancangan yang Mahmud. Rancangan yang dipuji oleh Allah SWT.
Para Muhibbin Rakhimakumullah… Jadi rancangan-rancangan yang
dipuji ini, adalah termasuk dengan apa yang disampaikan Rasulullah
SAW
Berpikir sesaat ujar nabi, lebi tinggi nilainya dari pada ibadah 70 tahun.
Termasuk ini adalah takbirul makmud, merancang rancangan yang
dipuji oleh Allah SWT.
Kita nih berpikir, besuk nih aku handak ke sini, menuntut ilmu, kesini
ziarah, hendak kesini, ini, ini, Insha Allah wabil Aulillah wa bil
quwwatih.. Nah rancangan kita itu dihargai Allah lebih tinggi nilainya
dari pada ibadah 70 tahun. Asal dirancang jangan kemaksiatan, untuk
dunia.
Yang keenam
‫التدبيرِبتعسنِالدنيِحللِاالستنتعِبهاِوتشكرهِمعِتفحدِالمشيئهِالىِللاِتعالِواإلعتمدِبحولِللاِبكوته‬

Merancang untuk menghasilkan dunia yang halal, untuk bersenang-


senang dengannya, dan mensyukurinya, serta insha Allah wa bil Aulillah
wa quwwatih. Esuk rencana hendak makan inilah. Nih lawas kagak
makan nih aku, makan ini, minuman yang ini, yang halal, kenapa
ngumpulkan makan makanan yang nyaman tadi. Karena bila aku makan
yang nyaman nyaman ini, syukur ini tambah lawan tuhan pada biasanya,
Jadi mengenali syukur ini dapat berpahala juga. Abdul hasal ash shadili
rakhimakumullah.. beliau kalau minum selalu air es. Minum air dingin,
Abdul hasan al khadiri itu kyai nya oleh pengarang al hikam ini. Karena
Abdul Hasan Al Khadiri bemurid Abdul Abbas al mursyi, Abdul abbas
al Mursyi ini bemurid ahmad bin athoiyyah pengarang al-hikam ini..
Jadi Abdul Hasan Ash Shadili itu sering kagak mengarang kitab.
Padahal termasuk ulama besar, sepanjang masa. Abdul Hasan Ash
Shadili al Hasani, suatu saat muridnya bertanya,
Ujar shidin, murid itu wahai tuan guru, dia mengarang kitab kah,
kenang-kenang kami, yasidin kayaknya ada murid dari muridku yang
mengarang kitab, kagak salahna aku, kayaknya ada murid dari muridku
yang mengarang kitab. Ternyata sekalian adalah Ahmad ibn Athoiyyah
ini. Yang mengarang kitab-kitab itu. Nah.. Abu Hasan As Shadili ini
kalau makan milih yang nyaman-nyaman, kenapa begitu tuan guru?
Ikhrajis Syukurr.. untuk mengeluarkan syukur yang ada di dalam hati
ini.. karena beda syukur antara makan yang nyaman dengan yang kagak
nyaman.. berujung misalnya selawe ribu Alhamdulillah.. sejuta berujung
lain Alhamdulillah.. Nah itu yang dicari Tuhan bedanya.. Nah jadi kalau
kita merancang dunia yang halal-halal untuk kita nikmati, tapi untuk
menambah syukur kita ? Merancang itu merancang yang di puji,
rancangan yang mendatangkan pahala dari Allah SWT.
Para Muhibbin Rakhimakumullah… Jadi maksud dari pada pengarang
ini.. arihh nafsaka anitatbirr
Lapangkan diri engkau dari pada merancang, maksudnya rancangan
yang dicela. Lapangkan diri engkau dari pada merancang yang dicela,
karena merancang yang dicela itu ada dua kerugiannya, satu = lapah
merancang, maka dicela, merancang dicela. Yang ke dua = merancang
yang dicela ini kalaunya gagal menimbulkan kekecewaan didalam hati,
menimbulkan kesedihan kalau gagal, tapi kalau rancangan yang di puji,
itu tidak akan sedih kalau gagal, kenapa? Karena Insha Allah kita tadi…
tidak mau sedih Insha Allah berdahulu.. dan tidak ada capai mendahului,
kenapa? Karena bil Aulillah wabil quwwatihi.. dengan daya dan upaya
dari Allah SWT. Jadi itu kuuncinya merancang, Satu = Rancanglah
sesuatu yang tidak ada maksiat, yang kedua = Sertai dengan masiah,
Insha Allah dan beriktimad berpegang pada daya dan upaya dari Allah
SWT. Setiap rancangan yang demikian akan mendatangkan pujian dan
pahala dari Allah SWT.
Hikmah ke lima
ِ ِ‫بِسِمِِللاِِالرِحِمنِِالرِحِيِم‬

ِِ‫اِلحِمِدِِللِِوِمِنِِالرِزِكِِاِلِهِزِاِالِصِبِابِهِوِطِلِبِمِنِِالتِوِبِ ِةًِوِالتِقِوِىِوِاالِسِتِقِامِهِِوِاِالِحِلِسِِوِالصِدِقِِوِالِتِمِعِنِيِِنه‬
ِ‫ِالشهدِانِالِالهِاالِللاِوحدهِالشريِكِِواشهدِانِسيدناِمحمدًاِعبدهِورسوله‬،ِ‫والمراقبةِوالمساهدةِوالمعريفه‬
ِ‫والنبيِاالخيرِاللهمِصليِوسلمِوباركِعلىِسيدناِوحببنِمحمدِصاحبهِالسفائهِوعلىِألهِوصحبهِوطريته‬
ِ ِ‫واتبئهِالىِيومِالقيامهِامابعد‬

Yang kita muliakan dan kita cintai para habait, para alim ulama, guru-
guru agama, para muhibbin hadirin hadirot rakhimakumullah..
Alhamdulillah was Syukurillah kita panjatkan puji syukur kehadirat
Allah yang mmemberikan kesehatan, kekuatan, taufiq dan hidayah serta
inayah, sehingga kita dapat berkumpul bersama sama di majlis yang
penuh berkah ini. Sholawat dan salam kita haturkan kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW dan kepada seluruh keluarga, para
sahabat, durriyyat, dan pengikut beliau sampai hari kiamat nanti.
Para Muhibbin Rakhimakumullah…
‫ِقالِامامِاحمدِابنِالعطاءللاِالشكندريِرحمهِللا‬.‫الحمةِالخمسةِمنِالحكمِبالعطاءللا‬

ِ ‫اجتهادكِفيماِضمنِلكِوتقصيركِفيماِطلبِمنكِذليلِعلىِإنطماسِالبصيرةِمنك‬

Hikmah yang kelima dari hikam athiillah, berkata al Imam Ahmad bin
Athaillah rakhimakumullah.. bersungguh sungguhnya engkau pada
sesuatu yang telah dijamin bagi engkau dan kurangnya perhatian engkau
pada sesuatu yang dituntut dari pada engkau, yang demikian itu
menunjukkan atas kaburnya mata hati dari pada engkau. Demikian
makna terjamah dari pada hikmah ke lima.
Sesungguh sungguhnya kita, dalam mencari, memikirkan, sesuatu yang
sudah dijamin untuk kita, dan kurangnya perhatian pada sesuatu yang
dituntut kita padanya, itu menunjukkan kita bahwa kaburnya mata hati
kita, sebabnya kalau mata hati yang terang, ia akan bersungguh sungguh
pada sesuatu yang dia di tuntut melakukan, dan dia tidak bersungguh
sungguh pada sesuatu yang sudah dijamin adanya, itu kalau mata hati
yang terang.
Para Muhibbin Rakhimakumullahh.. Untuk mendekatkan paham kita
terhadap paham hikmah ke lima ini, andai kata kita mempunyai seorang
khadam, seorang pembantu, lalu pembantu ini sudah kita jamin,
pembantu.. hikam ku jamin makan tiga kali sehari… demikian juga anak
bini hikam ku jamin jua.. hikam berobat, hikam perlu apa.. itu dijamin..
pakaian, tempat tinggal..dijamin.. Nah kemudian tugas engkau.. Hai
pembantu.. satu, tiap pagi menyapu rumah, yang kedua, setelah itu,
mengisi air yang diperlukan di rumah ini, yang ketiga, tugas engkau ke
pasar untuk membeli atau memebeli ini ini ini, nah tugas engkau
selanjutnya ini.. selanjutnya ini.. Nah kalau pembantu ini pintar..
pembantu ini berakal sehat, ia kagak memikirkan lagi kayak apa makan
ku, kayak apa pakaianku, kayak apa anak bini ku.. itu kagak di pikirkan
lagi.. Karena sudah dijamin oleh Boz nya.. Yang dipikirkan pembantu
itu.. yang dihematinya pembantu itu.. melaksanakan tugas.. kayak apa
supaya rumah tuan ini bersih.. air air penuh.. kepasar pembelian cukup..
dan sebagainya.. Nah itu yang dipikirkan oleh pembantu.. perkara
makan, minum, pakaian, itu kagak di pikirkannya.. karena sudah siap di
adakan di jamin oleh tuannya. Nah ini pembantu yang berakal sehat.
Sebaliknya pembantu yang berakal kurang.. ini berpikir.. mencari
makanan-makanan, ini berpikir mencari pakaian, kagak memikirkan
pekerjaan yang disuruh tuannya.. jadi pikiran hari makan apa aku..
malam makan apa aku.. hari raya pakai pakaian apa aku.. Itu yang
dipikirkannya dan ini yang di carinya. Padahal itu sudah dijamin oleh
tuannya.. Tugas terbengkalai.. rumah di suruh dibersihin.. tidak di
bersihin.. air yang di suruh diisiin.. tidak di isiin.. tapi sibuk memikirkan
seperti apa mencari makanan, mencari pakaian, mencari tempat tinggal..
Padahal sudah disediakan oleh tuannya.. Nah ini pembantu kurang akal..
Kenapa kurang akal? Memikirkan, menghemati yang sudah dijamin,
tidak memperhatikan tugas yang diperintah.
Para Muhibbin Rakhimakumullah… Bersungguh sungguhnya engkau
pada sesuatu yang telah dijamin bagi engkau.. dan kurang perhatian
engkau pada sesuatu yang dituntut dari engkau.. yang demikian itu
menunjukkan atas kaburnya mata hati dari pada engkau..
Nah sekarang apa.. Allah jamin kepada kita.. Dan apa yang Allah tuntut
untuk kita laksanakan.. Pertama Allah menjamin akan memberi rezeki
kepada kita, ini dijamin oleh Allah. Ujar Tuhan.. Hikam.. kuberi rizeki..
sesuai dengan bagian hikam.. Nah ini sudah dijamin.. jadi kita tidak
boleh memikirkan adakah rezeki hari ini.. karena Allah sudah menjamin
rizeki kita itu ada.. Yang kedua, Allah menjamin membuatkan sebab
datangnya rezeki itu kepada kita, Allah menjamin memebuatkan sebab
datangnya rezeki itu kepada kita. seperti apa bentuknya, seperti apa
caranya, itu urusan Allah. Pokoknya rezeki itu pasti sampai kepada kita.
Yang ketiga, Allah menjamin
‫اليموتِحتىِيستكمرِالرزكة‬

Bahwa kita ini kagak akan mati, sebelum habis rezeki kita. Jaminan dari
Allah.. Kita kagak akan mati sebelum habis rezeki kita. Keempat, Allah
menjamin
ِ ِ‫ماكسمِلهِفهوِله‬

Sesuatu yang dijatahkan untuk kita itu pasti sampai kepada kita, tidak
akan ketukar orang lain. Nah ini empat jaminan Allah kepada kita. Nah
terhadap hal-hal yang sudah di jamin Allah ini, kita tidak perlu repot.
tidak perlu kita bersungguh sungguh mencarinya, tidak perlu kita
menghabiskan waktu, tenaga, pikiran untuk mencarinya. Kenapa?,
karena itu sudah dijamin Allah bakal ada. Rezeki, yang kedua, Allah
akan membuatkan sebab datangnya rezeki kepada kita. Yang ketiga,
Allah menjamin kita tidak bakal mati sebelum habis rezeki kita. Yang
keempat, kalau itu jatah kita, tidak akan ke sebelah rumah, kesebelah
toko. Ini yang menjamini Allah ta’ala.. bukan sembarang orang… Allah
Ta’ala yang menjamin. Kalau Allah sudah menjamin, buat apa kita
bersusah payah? Mencari rezeki, habis pikiran, habis tenaga, Habbis
waktu, tidak tau lagi tetangga, orang baru.. tidak tau waktu, kalau ada
warga mati tidak tau, karena tidak ngerti waktu mencari rezeki. Nah ini
namanya bersungguh sungguh dalam mencari yang sudah dijamin oleh
Allah.
Nah kemudian apa yang Allah tuntut kepada kita? Apa yang Allah
perintahkan kita?
Satu.. Hanya ibadah, hanya ibadah.. Allah menuntut satu kepada kita,
hanya Ibadah. Urusan rezeki dijamin ada. Nah jadi kalau kita
menghabiskan waktu, tenaga, pikiran untuk mencari rizeki, sedangkan
ibadah ini terbengkalai, ibadah ini kita kurang perhatian, itu
menunjukkan mata hati kita kabur.. Berapa jam kita sehari mencari
rezeki? Berapa jam kita sehari beribadah? Bila banyak mencari rezeki
berarti kita bersungguh sungguh mencari yang dijamin Allah dan tidak
sungguh dalam hal melaksanakan yang di tuntut Allah, pertanda mata
hati kita kabur. Dan inilah kenyataan yang kita hadapi. Bahwa pikiran
kita tenaga kita, waktu kita terkuras urusan rezeki, sedangkan urusan
ibadah, sedikitpun kita tidak ada ingin menambah kemajuan. Artinya..
kita ini berpikir seperti apa sembahyang ini makin lama ada peningkatan
kekhusyu’annya, kayak apa sembahyangku ini makin lezat, seperti apa
sembahyangku ini makin manis? Nah usaha-usaha ke arah itu kita taksir,
kita kurang. Tetapi kalau pikiran kita untuk bagaimana dapat rezeki yang
banyak? Apa-apa cara untuk mendapatkan rezeki yang banyak? Kita
bersungguh sungguh untuk itu, menunjukkan intimas bashiroh..
menunjukkan kaburnya mata hati kita. Artinya segera diobati. Jangan
kita rusakkan macam itu,
Nah, marilah kita menyimak. Menghayati firman-firman Allah dalam
hal urusann rezeki, Allahh SWT berfrman, Arrum 40

ُ ‫َّللاُ الَّذِي َخلَقَ ُك ْم ث ُ َّم َرزَ قَ ُك ْم ث ُ َّم يُ ِميت ُ ُك ْم ث ُ َّم يُ ْحيِي ُك ْم ۖ ه َْل ِم ْن‬
‫ش َر َكائِ ُك ْم َم ْن‬ َّ
َ‫س ْب َحانَهُ َوت َ َعالَ َٰى َع َّما يُ ْش ِر ُكون‬
ُ ۚ ٍ‫ش ْيء‬ َ ‫َي ْف َع ُل ِم ْن َٰ َذ ِل ُك ْم ِم ْن‬

Allah jualah yang menciptakan kamu kemudian Allah jua yang memberi
rezeki kepada kamu, kemudian Allah yang mematikan kamu, kemudian
Allah yang menghidupkan kamu. Nah di sini Allah menjamin bahwa
begitu Dia mencipta makhluk, maka itu urusan Allah yang memberi
rezeki makhluk itu. Imam Ghazali di Tanya kalau saya tidak mencari
akanlah menjadi kaya ?, ujar Imam Ghazali, mau, bisa, kalu saya tidak
mencari berkuranglah harta, tidak berkurang. Bila kita mengatakan
bahwa mencari, maka kaya, bila tidak mencari, maka rezeki berkurang.
Ini menunjukkan kurangnya percaya kita kepada jaminan Allah.
Andaikata orang-orang yang kaya saat ini, yang menghabiskan
waktunya untuk mencari urusan rezeki, andaikata ia di rumah berdzikir,
bertasbih, menuntut ilmu, tetep ia kaya yang macam ini jua. Orang yang
sekarang mempunyai kekayaan yang milyard-milyard, karena mencari
siang malam tak kenal waktu. Akhirnya kaya raya. Nah andaikata ia itu
tidak mencari, beribadah, nuntut ilmu, akan dapat harta yang dia miliki
sekarang, tidak berbeda. ternyata aku berhari hari tidak mencari,
sungguh tidak menyimpan kekayaanku. Ini orang yang buta mata
hatinya. Karena apa? Tulisannya dalam lauful mahfuz, dia orang kaya.
Fulan bin Fulan ini jadi orang kaya, tidur saja ini orang kaya, Jadi jangan
beranggapan bahwa kekayaan yang ada sekarang, karena usaha-usaha,
karena kesungguhan-kesungguhan, hal demikian jangan. Kemudian
Allah berfirman lagi Adz Dzariyat 57

‫ون‬ ْ ُ‫ق َو َما أ ُ ِري ُد أ َ ْن ي‬


ِ ‫ط ِع ُم‬ ٍ ‫َما أ ُ ِري ُد ِم ْن ُه ْم ِم ْن ِر ْز‬

Aku tidak menghendaki kalian dari pada rezki. Aku yang memberi
rezeki, Aku tidak menghendaki kalian dari pada rezeki dan tidak
menghendaki bahwa kalian itu memberi makan kepadaKu, ujar Tuhan.
Sesungguhnya Allah juga lah yang memberi rezeki dan Dia mempunyai
kekuatan yang utuh. Nah ini jaminan yang kedua, dari ayat Allah tentang
rezeki.
Yang ketiga, Firman Allah Ta’ala

‫س ِمي ُع ْالعَ ِلي ُم‬ َّ ‫َو َكأَيِ ْن ِم ْن َدابَّ ٍة ََّل ت َ ْح ِم ُل ِر ْزقَ َها‬
َّ ‫َّللاُ يَ ْر ُزقُ َها َو ِإيَّا ُك ْم ۚ َو ُه َو ال‬

Berapa banyak binatang yang tidak bisa mengurus rezeiNya. Allah yang
akan memberi rezeki kepada mereka dan kepada kamu. Allah Maha
Mendengar dan Maha mengetahui.. (QS Al-Ankkabut 60)
Firman Allah lagi..
‫النسئلكِرزكِنحنِنرزكك‬

Aku tidak minta kepada engkau rizki, ujar tuhan. Kami yang akan
memberikan rezeki kepada engkau itu.
Dan Allah berfirman lagi,

‫ين‬ ٍ ‫َّللاِ ِر ْزقُ َها َو َي ْعلَ ُم ُم ْستَقَ َّرهَا َو ُم ْست َ ْو َد َع َها ۚ ُك ٌّل فِي ِكتَا‬
ٍ ‫ب ُم ِب‬ ِ ‫َو َما ِم ْن َدابَّ ٍة فِي ْاْل َ ْر‬
َّ ‫ض ِإ ََّّل َعلَى‬
Tidak ada binatang yang melata dari pada manusia di muka bumi,
termasuk manusia, melainkan tangung jawab Alah urusan rezekinya. Ini
umum, orang islam yang ahli ibadah, orang islam yang pasik, orang
kafir, hindu, buda, nasrani, yahudi, semua makhluk Allah, itu Allah yang
memberi rezeki. Allah yang memberi rezeki, Allah lah yang mengolah
sebab datanggnya rezeki itu kepadanya.
Nah kemudian ada lagi jaminan Allah, dua (2) kali jaminan jadinya,
yang tadi jaminan Allah secara umum, ini jaminan secara khusus, Allah
berfirman
Siapa yang bertaqwa kepada Allah, Allah jadikan baginya jalan keluar
dan Allah berikan rezeki dari sekira-kira tak terduga. Ini khusus,
makhluk yang bertaqwa kepada Allah, Allah memberi rezeki yang tak
terduga duga, tak dikira kira, disangka sangka. Tapi ini untuk yang
taqwa.
Allah berfirman lagi
Barangsiapa beramal sholeh laki-laki perempuan dan dia beriman, akan
kami berikan kehidupan yang baik.
Rasulullah SAW bersabda,
ِ ‫منِكتعِالىِللاِازوجلِكفاهِللاِكلِمعمتِورزقهِمنِحيسِاليهتسب‬

Siapa-siapa yang berputus kepada Allah, artinya kaga mengurus usaha,


kagak mengurus dagangan, kagak mengurus rezeki, Cuma khusus
menghadap Allah. Urusannya hanya kepada Allah. Nuntut ilmu,
mengajar ilmu.. umpamanya.. atau baca al-Qur’an, atau berdzikir.. atau
urusan itu saja dunianya.. Allah cukupkan akan dia segala biayanya.. dan
Allah berikan rezeki yang tak terduga. Orang ini tak ada waktu mencari
rezeki, sibuk hanya urusan Allah.. Allah langsung mengurus orang ini..
Apa kecukupannya… di cukupi.. Bahkan rezekinya datang tak terduga..
Akhirnya Allah bersumpah lagi.. bahwa
ِ‫فهوِرباالسماواةِواالرضِانهِلحقِمسلِماانكمِتنتكم‬

Demi Tuhannya langit dan bumi Bahwa itu urusan jaminan rezeki
sungguh itu benar.. seperti kamu bertutur kata, kita bertutur maulah kita
memakai mulut orang lain? Kita bertutur maulah kita memakai lisan
orang lain? Kagak mau. Nah demikian pula rezeki yang diberikan kita
bukan rezeki orang lain, memang rezeki yang dijatahkan untuk kita.
Saking banyaknya ayat-ayatnya.. nan dii sambung.. supaya kita ini betul
betul yakin, bahwa urusan rezeki itu adalah urusan Allah. Itu jaminan
Allah..
Al’Arif billah Wais al-Qorani berkata
‫لوابدتِللاِعبادةِاهلِالسماوةِواالرضِيقبلِمنهاِحتىِتصدقه‬

Jikalau engkau beribadah kepada Allah sebagaimana ibadahnya


penduduk langit dan bumi, Allah tidak menerima ibadah itu dari engkau
sehingga engkau membenarkan Allah.
‫قيلِوكيفِنصدقِ؟‬

Bagaimana membenarkan Allah itu?


‫قالِتكولِامنِبماتكفلِللاِلكِمنِامرِرزقِوترجسِلكِفريضِمنِاالباده‬

Adalah engkau merasa aman, merasa tentram, dengan apa yang sudah
dijamin oleh Allah, dari pada urusan rezeki, dan engkau liat jasad
engkau itu penuh dengan ibadah. Nah itu orang yang membenarkan
Allah. Tak ada risau urusan rezeki, tak ada kuatir urusan rezeki,
Kenapa? Itu sudah urusan Allah, buat apa aku mengurusi?? Buat apa
mencampuri?? Urusan rezeki itu urusan Allah.. urusanku beribadah
lawan Allah.. Nah ini yang di urus, ini yang dihemati, ini yang
disungguhi. Jadi dalam al-qur’an ini tidak ada tersebut carilah rezeki!..
tidak ada, kenapa Tuhan tidak menyuruh cari rezeki? Karena itu sudah
dicukupi, dicari kagak dicari datang, kalau memang itu jatah kita.
Berapa hari kagak buka toko, dasar berkurang juga duit, pengeluaran ini,
pengeluaran itu, pemasukan tak ada.. Jadi begitu tidak buka toko, dasar
kagak butuh duit, duit kita berkurang.. Nah kalau kita menganggap
bahwa hal itu demikian, berarti kabur mata hati kita. Andai kata kita
buka toko jua? Kayak itu juga hasilnya.. empat hari nah, kagak buka
toko, kagak ada pemasukan, duit berkurang, seribu sehari kumpul, empat
hari empat ratur ribu, andai kata buka, kayak itu juga hasilnya.. jikanya
buka, kayak itu juga hasilnya.. kagak beda. Kalau kita mengatakan beda,
berarti sebab memberi bekas, syirik kita itu… syirik ini yang berbahaya..
Karena beranggapan jaganya toko buka,, kagak kayak ini bang.. kagak
berkurang itu duit, andai kata buka, sama hasilnya dengan yang tidak
buka. Kenapa? Memang jatah kita untuk empat hari itu demikian, dari
Allah.. kagak bisa dirubah.. Tanda orang yang tidak ridho dengan takdir
itu jaga itu.. arwah jaka ini bilang, ngolah jaka-jaka ini sulit..
Para Muhibbin rakhimakumullah.. Nah itu jaminan Allah kepada kita,
Nah apa tuntutan Allah kepada kita? Allah berfirman dalam surat at-
Tahrim..

Hai orang orang yang beriman, tobatlah kepada Allah tobat yang benar..
Tobat ini maka kita di suruh.. bersungguh sungguh supaya kita dapat
tobat yang nasuha.. jadi kita selama ini iktikad iktikad hati yang tidak
baik, Tobat dan jangan lagi mengulang.. selama ini kita waktu habis
tercurah untuk urusan rezeki.. ini harus dihentikan.. kalau tidak
dihentikan bahaya.. Harus dihentikan!!. Karena kita bukan untuk itu..
Kita hidup di dunia ini bukan urusan mencari rezeki.. rezeki itu sebagai
sarana untuk beribadah.. jangan di korbankan ibadah untuk rezeki..
Imbang akan waktu kita, imbang akan tenaga kita, pikiran kita, dengan
rezeki dan ibadah. Paling tidak demikian, kalau hendaknya ibadah yang
banyak dari pada urusan mencari rezeki. Tobat kepada Allah.. kemudian
Allah berfirman lagi..
Hai orang orang yang beriman takwalah kepada Alah.. Nah takwa
kepada Allah.. tuntutan.. sebagai resiko kita menerima jaminan
Allah..Orang dijamin ada tuntutannya.. Takwalah kepada Allah..
Dan hendaklah kalian itu berpikir… bekal apa yang sudah kamu kirim
ke akhirat.. dikira gampang??? Bekalnya pun kita kirim ke akherat,
investasi kita apa?? Apa yang sudah kita simpan di akherat???
Hendaklah engkau memikirkan.. hendaklah memikirkan itu diri apa
yang sudah ia dahulukan untuk esuk, artinya apa yang sudah nan kirim
untuk akherat?? Ini perintah Allah.. hendaklah engkau memikirkan.. apa
juga yang di suruh nih? Berapa ribukah dzikir sudah dibaca?? Sesuaikan
lawan umur lawan waktu sekarang ini? Nah itu perintah. Itu yang harus
dihemati, di sungguhi.. karena ini yang di suruh..
Dan lagi firman Allah
Tuhan kamu hanya satu, Allah.. istiqomahlah kamu, Nah ini tiga macam
inti dari amal syariat. Pertama Tobat, kedua Takwa, yang ketiga
Istiqomah. Trus menerus dalam takwa. Nah tiga ini yang mesti dahulu
dihemati kita. Sudah tau saja. Lelaki itu makai ini makai itu kagak boleh,
Yaa tidak mau lagi Taubat.. tetap memakai ini itu… Maka itu yang
disuruh oleh Tuhan.. Taubat dulu..
Al-imam Ahmad bin Muhammad al Ahsani berkata,
ِ‫قالِامامِالسركِاحمدِابنِمحمدِاالحسنِواذاِعراضاللاِحذالنِعبهِالسغلهِباالظاهرِباالحكمةِاالحوان‬
ِ‫وباالباتِبمطبحهاِفلِيزالِكذالكِحتىِيمتمسرونِبصيرتهِفيستولِنرونِبصارهِعلىِنورهِبصيرةِفلِيار‬
ِ‫الىِحسهِوالِيحدلِالىِالحسهِفلجتحبِبطلبِفهوِمجممِمنِالرزقِمعسمِمبخسروِبماِهواِمجروبِمنهمِمن‬
‫الكودِالمعصم‬
Apabila Allah menghendaki kehinaan seseorang.. apabila Allah
menghendaki kehancuran seseorang.. Allah sibukan dia pada dhohir
dengan berhikmat kepada dunia dan Allah sibukkan hatinya dengan
mencintai dunia.. ini alamat yang dikehendaki Allah penghuni neraka.
Allah sibukkan dhohirnya urusan dunia.. Allah sibukkan hatinya
mencintai dunia..
Jadi habis waktu, habis tenaga.. datang ke rumah rebahan.. kelelahan
mencari rezeki.. habis kan tenaga mencari rezeki itu?? Sibuk… sibuk
urusan dunia.. Hatinya pun cinta kepada dunia..
ِ ‫فلِيزالِكذالكِحتىِيمتمسرونِبصيرته‬

Senantiasa terus menerus demikian.. hari hari.. tahun tahun terus seperti
itu… kagak ada perubahan… mengaji—mengaji.. menuntut ilmu—
nuntut ilmu.. tapi kagak ada perubahan.. tiap hari sibuk urusan dunia..
hatipun sibuk mencintai dunia.. Nah senantiasa seperti itu.. akhhirnya
kabur mata hatinya.. Maka menguasai cahaya mata dhohirnya atas
cahaya mata batinnya..
Maka menguasai mata dhohir ini atas mata batin, bila mata dhohir ini
menguasai mata batin yang dhohir ini tidak bisa melihat kecuali yang
kasat, mata ini yang dhohir ini dilihatnya yang kasat. Dan dia tidak akan
berqodam kecuali yang kasat mata, mata hati pun dikuasai mata dhohir
tadi.. Contohnya kita sembahyang.. dalam sembahyang itu mestinya
mata hati yang berfungsi.. sehingga mata hati kita ini bisa menembus
apa yang kita baca dari ayat-ayat al-qur’an, itu mestinya kalau mata hati
kita ini terang.. sedikitpun dalam hati kita kagak ada ingatan urusan-
urusan yang kasat mata, duniawi, kenapa? Karena dalam sembahyang itu
adalah mata hati yang berfungsi.. sedikitpun kagak terbayang urusan
duniawi. Nah ini menunjukkan mata hati menguasai mata dhohir.. Mata
hati menguasai mata dhohir… Nah kalau mata dhohir ini menguasai
mata hati.. kita sembahyang di masjid membaca al-qur’an membaca al-
fatihah.. tapi hati kita bisa di kebun hendaknya, bisa di toko hendaknya,
kenapa? Karena hati kita dikuasai oleh mata dhohir, sedangkan mata
dhohir hanya melihat yang kasat mata. Jadi kalau kita sembahyang
banyak ingatan kepada hal-hal yang kasat mata, itu menunjukkan mata
hati kita dikuasai mata dhohir. Kenapa? Sebabnya mata hati kita ini
dikuasai mata dhohir karena kita menguras tenaga, pikiran, waktu untuk
mencari rezeki yang sudah dijamin Allah… dan kita kurang perhatian
kepada sesuatu yang sebenarnya tugas kita yang di tuntut oleh Allah. Itu
sebenarnya.. Kayak apa sembahnyang supaya khusyu’? caranya adalah
mengganti.. mengganti tugas yang selama ini kita sibuk yang dijamin
oleh Allah… diganti kepada kesibukan yang dituntut oleh Allah..
terhadap yang dijamin.. itu seharusnya kagak sungguh-sungguh, kagak
serius.. bila kita kawak semacam itu, sembahyang kita akan khusyu’,
ibadah kita akan dapat pahala, akan dapat manis, akan dapat lezat.
Para Muhibbin rakhimakumullah.. Rasulullah SAW bersabda
ِ‫فلِايهاالناسِاجملِفىِالطلقِفإنهِاليسارعِ عبلِالىِماكتبِلهِوالِيجحابِعبدِمنِالدنيِيكتيهمِكتبِلهِمن‬
ِ ‫الدنيِوهوِراعن‬

Ujar nabi, baik-baik mencari rezeki, elok-elok mencari rezeki, kayak apa
elok elok mencari rezeki yang dimaksud? Karena seorang hamba itu
tidak akan mendapat apapun kecuali yang sudah ditentukan baginya dan
hamba itu tidak akan meninggal dunia melainkan habis rezekinya. Pun
rezeki kita masih ada, kita kagak bakal mati. Bila kita elok mencari
rezeki ini, berarti kita tidak termasuk yang bersungguh sungguh tadi.
Lalu para ulama menafsirkan, bagaimana supaya kita elok mencari
rezeki? Bila kita mencari rezeki dengan cara elok maka mata hati kita
akan terang.
Pertama orang mencari rezeki yang elok itu punya niat yang baik, apa
niat yang baik itu? Niat yang baik itu macam memberi makan keluarga
supaya jangan minta-minta karena aku nih kalau tidak mencari rezeki,
keluarga bisa meminta minta nanti.. Jadi mencari rezeki yang baik itu,
satu, niat yang baik,
Yang kedua mencari rezeki itu disertai iktikad yang benar. Iktikad yang
benar macam apa? Rezeki itu dari Allah. Sedangkan usaha ini hanya
sebagai sebab saja, dan sebab kagak memberi bekas apa-apa, sebab ini
adalah hanya sarana untuk menimbulkan pahala atau siksa. Bila baik
mencari rezeki, dapat pahala, bila tidak baik dapat dosa. Perkara
menambah mengurang rezeki, kagak ada urusan. Itu urusan Allah.. Nah
iktikad yang baik.
Yang ketiga,
‫الِيدههلِالدكرِللا‬

Mencari rezeki itu kagak melalaikan Dia pada dzikrillah. Dari pada
sembahyang berjamaah, dari pada sembahyang jum’at, dari pada
menuntut ilmu, dari pada mengantar jenazah, dari pada silaturrahmi,
kagak ada yang menghalangi itu mencari rezeki tadi. Orang mencari
rezeki, katinggal sholat berjama’ah, itu kagak elok, bersungguh-sungguh
arannya.. orang menuntut ilmu, akhirnya kagak mengaji, orang mencari
rezeki itu, akhirnya tertinggal pelajarannya.. itu arannya. Mengorbankan
tugas, hanya untuk mencari yang dijamin, salah itu.
Jadi kalau mencari rezeki itu, mencari celah waktu nan kebaikan-
kebaikan jangan terlewatkan, jangan tertinggal. Waktu banyak.. Perkatan
sahabat atau perkataan Rasulullah.. bahwa Jadilah engkau pada dunia,
seolah-olah engkau hidup selama lamanya. Artinya apa? Urusan dunia
itu anggaplah engkau hidup selamanya, artinya apa? Banyak waktu
urusan dunia.. Tapi kalau urusan akhirat, seolah olah engkau esok mati,
jangan ditunda tunda lagi
Yang ketiga..
‫الِيدرهِالىِمعسية‬

Mencari rezeki ini tidak membawa kepada maksiat.


Kalau mencari rejeki melalui maksiat, asalpun dapat rejeki.. nahh.. yang
penting dapat duit.. kita mesti kembali kepada Allah.. mesti taubat
kepada Allah..
Yang keempat..
ِ ‫دوارِالمرقبهِوالمسهده‬

Selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. Selalu merasa diintai oleh
Allah. Bila empat ini ada orang mencari rejeki. Nah jadi elok untuk
mencari rejekinya. Kayak apa yang elok? Niatnya yang bagus. Ada itikat
yang bujur.. tidak tebengkalai pengajiannya, ibadahnya, tidak membawa
kepada yang haram, dan selalu merasa diintai oleh Allah SWT. Nah itu
yang terkandung dalam hikmah ke lima ini.

Anda mungkin juga menyukai