Anda di halaman 1dari 10

“RUMAH DOME YOGYAKARTA”

Oleh :

Dinda Rahmawati Cahya


1812194023/B

PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR


JURUSAN DESAIN
FAKULTAS SENI RUPA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2018/2019

“Rumah Dome Yogyakarta”


A. Pendahuluan
Arsitektur merupakan produk budaya manusia dalam bentuk bangunan yang
pada awalnya digunakan sebagai tempat untuk bernaung, hidup dan berlindung dari
cuaca dan alam yang mengancam. Untuk menciptakan bangunan yang kuat, sebuah
bangunan harus memiliki fondasi, untuk memiliki kenyamanan dalam sebuah ruangan
bangunan harus ditata sedemikian rupa, dan untuk membedakan fungsi-fungsi ruangan
bangunan juga harus digolongkan berdasarkan kegunaannya.

Perubahan mendasar dalam sejarah dunia arsitektur adalah saat hadirnya arsitektur
modern. Arsitektur sampai abad ke-19 dianggap sebagai seni bangunan. Sekitar akhir
abad 20 munculah gerakan Post-modernisme (Post-modern) adalah gerakan dalam seni,
arsitektur, dan kritik itu adalah keberangkatan dari modernisme. Postmodernisme
termasuk interpretasi skeptis terhadap budaya, sastra, seni, filsafat, sejarah, ekonomi,
arsitektur, fiksi, dan kritik sastra. Hal ini sering dikaitkan dengan dekonstruksi dan pasca-
strukturalisme karena penggunaannya sebagai istilah mendapatkan popularitas yang
signifikan pada waktu yang sama sebagai abad kedua puluh dalam pemikiran post-
struktural.

Paradigma arsitektur postmodernisme mengantarkan arsitektur menjadi


sebuah media komunikasi yang dibentuk lewat ragam budaya yang melingkupinya.
Arsitektur dibentuk dengan mengaktualisasikan keberadaan budaya agar pengenalan
atas identitas suatu masyarakat dapat terbaca. Sebagai contoh terdapat pada rumah
Dome Yogyakarta.

Menurut penelitian Saraswati (2007), dalam konteks arsitektur,


pembangunan rumah dome ini tidak disesuaikan dengan iklim dan kultur orang
Jawa, sehingga warga penghuni rumah dome harus beradaptasi dengan lingkungan
barunya. Rumah dome bukan manifestasi dari kebudayaan Jawa dan dianggap tidak
bisa mewadahi aktivitas warga. Banyak keluhan dari warga mengenai rumah dome
ini, seperti: bentuk rumah, ukuran ruangan, kamar mandi komunal, hingga kualitas
bangunan yang mengurangi kenyamanan warga. Namun dalam konteks pariwisata
sendiri, kompleks hunian yang disebut juga “rumah Teletubbies” ini justru sangat
menguntungkan bagi penghuninya. Bentuk rumah dome yang unik membuat banyak
orang tertarik untuk mengunjungi kompleks relokasi korban gempa ini, sehingga
akhirnya dirintis menjadi Desa Wisata Rumah Dome/Desa Wisata Rumah
Teletubbies. Rumah inilah yang menjadi atraksi utama di Desa Wisata Rumah
Dome, sehingga warga dihimbau untuk tetap mempertahankan bentuk rumahnya
yang unik. Namun demikian, hal ini tidak terjadi seperti yang diharapkan. Benturan
antara pariwisata dengan kebutuhan warga tidak bisa dihindarkan, sehingga kini
rumah dome tidak seunik aslinya.

B. Pembahasan
a. Sejarah Rumah Dome

Rumah Dome berasal dari Negara Amerika Serikat, yang artinya Kubah
atau bundar. Jadi Rumah Domes ini bentuknya Kubah atau Bundar. Rumah ini
seluruhnya terbuat dari beton yaitu campuran antara pasir dan semen dengan
rangka besi dan tidak menggunakan atap. Ditemukan oleh David South
berkebangsaan Amerika. Penemuan bentuk rumah yang unik ini di ilhami dari
Suku Ekskimo yang bentuk rumahnya bulat. Pada suatu ketika terjadi gempa bumi
hebat yang merobohkan rumah-rumah penduduk dan bangunan-bangunan lainya.
Ternyata di Daerah Ekskimo rumah-rumah penduduk yang bentuknya bulat tidak
mengalami kerusakan dan tidak ada yang roboh. Kemudian oleh David South
diteliti dan dikembangkan sehingga menjadi Rumah Dome yang unik tetapi tahan
gempa, tahan angin dan tahan dari kebakaran.

Rumah Dome tersebut dikembangkan oleh WANGO untuk membantu


korban bencana alam di seluruh dunia. WANGO adalah World Assocation of Non
Govermental Orgainitations yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat di Amerika
Serikat. Organisasi ini memberikan bantuan kusus berupa Rumah Dome di
seluruh dunia yang selanjutnya di beri nama Domes For the World yang artinya
Rumah untuk Dunia. WANGO telah menbangun Rumah Dome dibeberapa
Negara di dunia antara lain di India, Canada, jepang, Indonesia dll.

Di Indonesia Rumah Dome juga dibangun dalam rangka berhubungan


dengan bencana alam, khususnya gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei
2006. Rumah Dome dibangun di Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Dusun
Sengir, Sumberharjo, Prambanan, Sleman. Rumah Dome tersebut adalah pertama
kali di Asia Tenggara. Dibangun di atas tanah seluas 2,8 ha, terdiri dari 71 rumah
hunian, 6 bangunan MKC umum, 1 bangunan Mushola, 1 bangunan TK dan 1
bangunan Poliklinik desa dalam bentuk yang sama.

Sama seperti di Negara lain Rumah Dome ini dibangun untuk korban
bencana gempa bumi di daerah tersebut. Perumahan Nglepen Baru (New
Nglepen) bukan dibangun oleh pengembang dengan orientasi bisnis seperti
perumahan pada umumnya. Proses pembangunanya dimulai pada bulan September
2006 hingga April 2007 dan diresmikan pada tgl 29 April 2007. Diresmikan oleh
Menteri pemukiman penduduk pada waktu itu. Tanggal 30 April 2007 mulai
ditempati oleh warga.

Perumahan Dome ini kemudian diberi nama DOMES NEW NGLEPEN


oleh WANGO, karena penghuninya berasal dari perkampungan Nglepen .
(Wawancara dengan Sakiran : Tanggal 26 Mei 2008).

b. Proses pembangunan Rumah Dome


Perkampungan Domes New Nglepen mulai dibangun pada bulan
September 2006, di pimpin oleh Mr. Rich Crandll sebagai arsitek di Indonesia.
Adapun langkah-langkah pembangunanya sebagai berikut:

1. Meratakan tanah sebelum didirikan rumah tanah diratakan dahulu untuk


mempermudah pembangunanya

2. . Membuat Lantai Rumah

Ada beberapa langkah dalam membuat lantai yaitu:


 Membuat lingkaran dengan diameter 7m untuk rumah hunian dan 9m untuk
MCK, mushola dan TK.

 Setelah lingkaran selesai baru di anyami besi dengan ukuran 12 mm secara


keseluruhan, dengan jarak 20 cm

 Langkah selanjutnya adalah pengecoran, dengan campuran bahan pasir dan


semen dangan takaran 1: 2. Campuran disini tidak menggunkan batu sama
sekali.

 Setelah selesai didiamkan sampai keras dan kering baru didibikin dindingnya.

3. Membuat Dinding Rumah


Langkah-langkah membuat dinding rumah :

o Mendirikan cetakan rumah

o Rumah Domes dibuat dengan cara dicetak pakai balon. Balon tersebut
di pompa pakai compresor sampai keras Adapun balonya berbentuk
bulat, terbuat dari karet yang sangat kuat sekali sehingga satu cetakan
bisa untuk mencetak 100 rumah. Balon ini didatangkan langsung dari
Amerika serikat karena di Indonesia belum ada.

o Membuat tulang bangunan tulang bangunan rumah Domes ini


menggunakan besi berukuran 10 mm, dengan jarak anyaman 40 cm.
Besi-besi ini dianyam diatas cetakan. Bersamaan dengan pemasangan
besi sebagia tulang rumah ikut dipasang pula kusen-kusen pintu dan
jendela yang terbuat dari kayu biasa.

o Proses selanjutnya pegecoran rumah setelah besi dan kusen selesai


dipasang semua, baru dilanjutkan dengan pengecoran dinding rumah,
dengan cara diplester secara manual. Campura yang digunakan sama
dengan yang digunakan untuk membuat lantai.

o Membuat kamar

o Setelah dinding rumah kering, baru balon diambil dengan cara


dikempeskan, kemudian dikeluarkan lewat pintu. Setelah itu
baru membuat sekat-sekat rungan untuk ruang tidur dan
sebagainya. Sekat ruangan ini terbuat dari dinding bata, yang
dikasih tulangan besi.

o Membuat lantai dua . Lantai dua di Domes New Nglepen ini terbuat
dari papan kayu.

o Finishing
Langkah terakhir yaitu finishing atau penyelesaian akhir,
meliputi:

1) Pengacian dinding
2) Pemasangan tegel
3) Pengecetan

Untuk membuat satu Rumah Dome membutuhkan waktu kurang lebih 3


minggu, menghabiskan 200 batang besi, 150 sak semen dan pasir 4 truk. Total
biaya satu rumah Domes sekitar $ 4000. Tinggi rumah Domes 3,15m. Satu rumah
dome ada lima ruang, yaitu ruang tamu, dua ruang tidur, dapur, ruang keluarga
bisa berada di ruang atas. Bagian luar rumah, masih tersedia sisa lahan yang bisa
dimanfaatkan untuk pekarangan (Wawancara dengan Sakiran : Tanggal 26 Mei
2008).

c. Arsitektur Postmodern ‘ Rumah Dome Yogyakarta’


Rumah Dome Yogyakarta adalah bangunan tahan gempa yang dibangun
sedemikian rupa sesuai fungsinya. bangunan tahan gempa ada pada konstruksi
Rumah Dome yang kokoh dan memakai bahan-bahan ringan. Pondasi, kolom, dan
kuda-kuda atap harus dibangun dengan konstruksi yang kuat. Semua
komponen rumah juga harus menyatu dengan sempurna. Atap dan dinding sebaiknya
memakai bahan-bahan yang ringan. Saat diguncang gempa, momentum bahan-bahan
yang ringan saat berayun tidak begitu besar. Benda-benda berat berayun dengan
kencang saat diguncang gempa, berisiko tinggi untuk jatuh atau roboh.

Rumah Dome termasuk golongan arsitektur vernakuler yang berkembang pada


era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an,
Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek
terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan berbentuk kotak-kotak). Oleh
sebab itu, lahirlah aliran-aliran baru yaitu Post Modern.
Ada 6(enam) aliran yang muncul pada era Post Modern menurut Charles A.
Jenck diantaranya, historiscism, straight revivalism, neo vernakular, contextualism,
methapor dan post modern space. Dimana menurut Budi A Sukada (1988) dari semua
aliran yang berkembang pada Era Post Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri
arsitektur sebagai berikut:

1. Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.


2. Membangkitkan kembali kenangan historik.
3. Berkonteks urban.
4. Menerapkan kembali teknik ornamentasi.
5. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).
6. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).
7. Dihasilkan dari partisipasi.
8. Mencerminkan aspirasi umum.
9. Bersifat plural.
10. Bersifat ekletik.

Untuk dapat dikategorikan sebagai arsitektur post modern tidak harus memenuhi
kesepuluh dari ciri-ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang memiliki enam atau tujuh dari
ciri-ciri diatas sudah dapat dikategorikan kedalam arsitektur post modern. Seperti halnya
Rumah Dome Yogyakarta. Beberapa karakteristik Post modern pada Rumah Dome adalah :

1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat


diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan
ornamen)
2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modernnya, tetapi juga elemen
nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro
kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.
3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular
melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dekoruma.com/artikel/77603/desain-bangunan-tahan-gempa-dome-house

http://ahluldesigners.blogspot.com/2012/08/arsitektur-neo-vernakular-a.html

https://www.kompasiana.com/ratihsyifani.kompasiana.com/552a0501f17e615b4ad623cf/rum
ah-dome-solusi-rumah-tahan-gempa
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai