Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul 2
Pemodelan Menggunakan Metode Hagiwara
Nama : Sthevanie Dhita Sudrazat
NIM : 101117026
Kelas : GP B
Shift : 2 – Kamis, 15.00-17.00 WIB
Tanggal Praktikum : 21 Februari 2019

ABSTRAK

Seismik refraksi merupakan metode dimana gelombang akan menjalar pada bidang batas
dua lapisan setelah terpenuhi sudut kritis. Dalam melakukan pemodelan seismik refraksi
untuk lapisan yang tidak rata (undulasi) dapat dilakukan metode Hagiwara. Metode
Hagiwara adalah pengembangan metode waktu tunda (delay time) yang lebih kompleks
dengan berdasarkan asumsi bahwa undulasi bawah permukaan tidak terlalu besar (0 -
20). Tujuan praktikum kali ini yaitu menentukan nilai kecepatan lapisan pertama,
menentukan nilai kecepatan lapisan kedua dan membuat model penampang kedalaman.
Metode pengolahan data yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Litologi dari
kedua lapisan tersebut adalah dry sand, dilihat dari kecepatan kedua lapisan yang berada
diantara 400-1200 m/s. Berdasarkan hasil praktikum disimpulkan bahwa kecepatan
lapisan pertama adalah 488.1691609 m/s, kecepatan lapisan kedua adalah 949.7578118
m/s dan model penampang terdapat pada gambar 5.1.

Kata kunci : Hagiwara, Seismik Refraksi, Kecepatan Lapisan

I. TUJUAN
1. Menentukan nilai kecepatan lapisan pertama
2. Menentukan nilai kecepatan lapisan kedua
3. Membuat model penampang kedalaman

II. DASAR TEORI


Seismik refraksi merupakan metode dimana gelombang akan menjalar pada
bidang batas dua lapisan setelah terpenuhi sudut kritis. Refraksi umumnya dirumuskan
dengan asumsi bahwa permukaan lapisan datar dan tidak memiliki kemiringan. Dalam
melakukan pemodelan seismik refraksi untuk lapisan yang tidak rata (undulasi) dapat
dilakukan metode Hagiwara.
Metode Hagiwara adalah pengembangan metode waktu tunda (delay time)
yang lebih kompleks dengan berdasarkan asumsi bahwa undulasi bawah permukaan
tidak terlalu besar (0 - 20).

© 2019 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina. 1


Gambar 2.1. Lintasan Gelombang Bias Dua Lapis (Sismanto, 1999)

Pada gambar di atas, A dan B merupakan titik tembak (source), sedangkan P


adalah titik penerima (receiver). Bila dinotasikan waktu perambatan gelombang bias
dari titik tembak A ke titik penerima P dengan TAP, dari B ke P dengan TBP dan dari A
ke B dengan TAB, maka diperoleh:
AA" A"P" P"P hA cos i hp cos i A´P´
TAP = + + = + + (1)
v1 v2 v2 v1 v1 v2

BB" B"P" P"P hB cos i hp cos i B´P´


TBP = + + = + + (2)
v1 v2 v2 v1 v1 v2

AA" A"B" B"B hA cos i hB cos i A´B´


TAB = + + = + + (3)
v1 v2 v2 v1 v1 v2

Dari ketiga persamaan di atas, diperoleh hubungan sebagai berikut:

2hp cos i
TAP + TBP = + TAB (4)
v1

Menghitung kecepatan lapisan pertama dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
v1f + v1r
v1 = (5)
2

TP diperoleh dari persamaan sebagai berikut:

TP = TAP + TBP - TAB (6)

Untuk mendapatkan v2 perlu menghitung T‘AP :


TP
T′AP = TAP − (7)
2

Nilai v2 bisa diperoleh dari fungsi persamaan grafik T‘AP sebagaimana berikut :
hA cos i A′P′ 1 hA cos i
T′AP = +  T′AP = x+ (8)
v1 v2 v2 v1

1
v2 = (9)
m

Berdasarkan rumus identitas trigonometri dan hukum snellius didapatkan persamaan


berikut :

© 2019 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina. 2


v1
𝐜𝐨𝐬 i = √1 − (10)
v2

Menghitung kedalaman dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 4:

v1 (TAP +TBP −TAB ) v1 TP


hp =  hP = (11)
𝟐𝐜𝐨𝐬 i 𝟐𝐜𝐨𝐬 i

Setiap batuan memiliki kecepatan yang berbeda-beda. Dalam seismik refraksi,


gelombang yang terpilih/terpick adalah gelombang yang pertama sampai di penerima
yaitu gelombang primer. Kecepatan masing-masing batuan untuk gelombang primer
dan sekunder termuat dalam tabel berikut:

Gambar 2.2. Tabel Kecepatan Batuan (Bourbie, T, 1987)

© 2019 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina. 3


III. DATA DAN PENGOLAHAN
III.1. Data Awal

Gambar 3.1. Data Awal Sebelum diolah

III.2. Langkah-Langkah
1. Plot grafik t-x diagram dari data awal
2. Hitung TAP berdasarkan fungsi persamaan dari grafik refraksi forward untuk
x dari direct wave forward (x = 0 s.d. x = 50)
3. Salin waktu pada kolom forward untuk x dari refracted wave (setelah x =
25) sejajar ke kolom TAP
4. Hitung TBP berdasarkan fungsi persamaan dari grafik refraksi reverse untuk
x dari direct wave reverse (x = 100 s.d. x = 120)
5. Salin waktu pada kolom reverse untuk x dari refracted wave (sebelum x =
100) sejajar ke kolom TBP
6. Hitung rata-rata dari total waktu refraksi forward dan reverse kemudian
masukkan hasil rata-rata ke kolom TAB
7. Hitung TP berdasarkan persamaan (6)
8. Hitung T‘AP berdasarkan persamaan (7)
9. Plot grafik T‘AP terhadap x
10. Hitung v1 forward dari gradien fungsi persamaan direct wave forward
dengan dikonversi mejadi m/s dari m/ms

© 2019 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina. 4


11. Hitung v1 reverse dari gradien fungsi persamaan direct wave reverse dengan
dikonversi mejadi m/s dari m/ms
12. Hitung rata-rata v1 dari forward dan reverse sesuai dengan persamaan
kemudian masukkan ke kolom v1
13. Hitung v2 dari gradien fungsi persamaan grafik T‘AP terhadap x sesuai
persamaan (9) dengan dikonversi menjadi m/s
14. Hitung cos (i) sesuai persamaan (10)
15. Hitung kedalaman sesuai persamaan (11)
16. Plot model penampang kedalaman dari kolom depth

III.3. Pengolahan Data dan Output

Gambar 3.2. Grafik T-X

© 2019 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina. 5


Gambar 3.3. Tabel Perhitungan TAP, TBP, TAB, TP dan T‘AP

Gambar 3.4. Grafik T‘AP terhadap x

Gambar 3.5. Tabel Perhitungan V1 pada Ms. Excel

© 2019 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina. 6


Gambar 3.6. Tabel Perhitungan V1, V2, cos (i) dan Kedalaman pada Ms. Excel

Gambar 3.7. Model Penampang Kedalaman

IV. ANALISIS
Berdasarkan grafik t-x, fungsi persamaan grafik gelombang refraksi forward
dan reverse tidak sama. Hal tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan
kemiringan antara dua grafik tersebut yang berarti permukaan lapisan kedua tidak
rata. Data tersebut diperkuat pula dengan crossover point yang berbeda antara
forward dan reverse. Crossover point dari forward berada pada titik (25,50)
sedangkan Crossover point dari reverse berada pada titik (100 , 47.2). karena sudah
dipastikan bahwa permukaan lapisan kedua berundulasi, maka untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat dilakukan perhitungan dengan metode Hagiwara.
Data TAP dan TBP tidak bisa diperoleh menggunakan persamaan (1) dam (2)
dari metode Hagiwara karena tidak diketahui kedalaman A, B dan P. Sehinga untuk
mendapatkan data TAP dan TBP dilakukan perhitungan berdasarkan fungsi persamaan
masing-masing grafik gelombang refraksi, dimana y merupakan T AP/TBP dan x
merupakan posisi. Fungsi persamaan grafik gelombang refraksi untuk T AP adalah y =
1.077x + 21.128 sedangkan fungsi persamaan grafik gelombang refraksi untuk T BP
adalah y = -1.023x + 147.05. Kedua perhitungan hanya dilakukan untuk posisi data
gelombang langsung (direct wave). Alasannya karena hanya direct saja yang waktu
nya belum terpengaruh sama sekali oleh kecepatan kedua, sehingga dapat menentukan
hasil waktu sebenarnya yang lebih akurat.
Sama halnya dengan TAP dan TBP, TAB tidak dapat dihitung menggunakan
persamaan (3) metode Hagiwara karena tidak diketahui kedalaman A, B, dan P.
Untuk mendapatkan data TAB perlu dilakukan perhitungan menggunakan fungsi
persamaan gelombang refraksi dari grafik t-x. TAB merupakan waktu tempuh total dari
gelombang refraksi menuju offset terjauh dari source. Maka dari itu, x nya merupakan
offset terjauh. Untuk TAB (forward), fungsi liniernya adalah y = 1.077x + 21.128
dimana x nya merupakan far offset yaitu 122.5. Sedangkan TBA (reverse), fungsi
persamaan liniernya adalah y = -1.023x + 147.05 dimana x nya merupakan near offset

© 2019 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina. 7


yaitu 2.5 karena source berada pada titik 122.5, offset terjauhnya jadi berada pada
titik 2.5 (near offset). Nilai akhir TAB didapatkan dari rata-rata antara hasil T AB
(forward) dan TBA (reverse).
TP merupakan waktu pantu; gelombang seismik refraksi. Dari data yang
diperoleh terdapat TAP dan TBP. Tetapi TAP dan TBP hanya oneway, tidak memuat
waktu pantul. Waktu pantul merupakan waktu titik P''  P  P'''. Sehingga untuk
mendapatkan waktu pantul diperlukan perhitungan sesuai dengan persamaan (6),
dimana waktu pantul merupakan pengurangan antara penjumahan waktu forward dan
reverse dengan waktu tempuh total refraksi.
Nilai T‘AP merupakan waktu tempuh gelombang seismik refraksi dari titik A'
ke P'. Data-data sebelumnya yang telah diketahui tidak memuat informasi tersebut.
Sehingga untuk mendapatkan nilai T‘AP diperlukan perhitungan menggunakan
persamaan (7) metode Hagiwara. Titik P' berada di bawah P, sehingga waktu dari titik
P'' ke titik P' merupakan setengah dari T P. Maka perhitungan T‘AP merupakan
pengurangan antara TAP dan setengah dari TP.
Kecepatan lapisan pertama dapat diperoleh dari rata-rata kecepatan lapisan
pertama hasil perhitungan forward dan reverse sesuai dengan persamaan (5) metode
Hagiwara. Kecepatan lapisan pertama dapat diperoleh dari rata-rata karena
diasumsikan bahwa permukaan lapisan pertama datar/rata. Pada perhitungan forward,
kecepatan diperoleh dari gradien fungsi persamaan linier direct wave forward yaitu
2.106, dimana kecepatan berbanding terbalik dengan gradien. Sedangkan pada
perhitungan reverse, kecepatan diperoleh dari gradien fungsi persamaan linier direct
wave reverse yaitu 1.994. Fungsi persamaan linier yang diambil hanya direct wave
karena gelombang langsung hanya menjalar pada lapisan pertama. Kecepatan forward
dan reverse dirata-rata menghasilkan kecepatan lapisan pertama sebesar 488.1691609
m/s.
Kecepatan lapisan kedua tidak bisa didapatkan dari rata-rata kecepatan forward dan
reverse seperti kecepatan lapisan pertama. Hal tersebut dikarenakan kecepatan lapisan kedua
merepresentasikan gerak gelombang yang merambat di lapisan kedua, dimana lapisan kedua
berundulasi, sehingga jarak tempuh gelombang tidak sama jauh/besar dengan offset di
permukaan. Seperti yang terlihat pada gambar 4.1, akibat undulasi, jarak tempuh S 1 ke S2
tidak sama besar dengan jarak tempuh P ke R. Maka permukaan tidak bisa diasumsikan datar,
jadi tidak bisa menggunakan rata-rata. Untuk mendapatkan kecepatan lapisan kedua
diperlukan fungsi persamaan linier baru dari grafik yang memuat jarak tempuh gelombang
pada lapisan kedua yang berundulasi. Dalam hal ini adalah T‘AP. Grafik T‘AP terhadap x
(posisi) menghasilkan fungsi persamaan linier y = 1.0529x + 11.26. Sesuai dengan persamaan
(8) metode Hagiwara, gradien berbanging terbalik dengan kecepatan. Sehingga didapatkan
kecepatan lapisan kedua sebesar 949.7578118 m/s.

Gambar 4.1. Perambatan Gelombang Pada Lapisan Berundulasi (F.Jones,2018)

© 2019 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina. 8


Data kedalaman yang dibutuhkan dalam pemodelan penampang kedalaman
lapisan diperoleh melalui perhitungan sesuai dengan persamaan (11) metode
Hagiwara. Pada persamaan tersebut diperlukan data cosinus dari sudut kritis. Cosinus
sudut kritis didapatkan melalui perhitungan dengan persamaan (10), hasil
perhitungannya adalah 0.85779. Setelah semua data didapatkan, kemudian dilakukan
perhitungan kedalaman dengan persamaan (11). Hasil perhitungan harus bernilai
negatif. Karena seiring dengan pertambahan kedalaman maka akan semakin ke
bawah. Sedangkan pada Ms. Excel, kebawah adalah kurva yang bernilai negatif.
Sehingga untuk menghasilkan pemodelan penampang kedalaman yang real, hasil
perhitungan kedalaman harus bernilai negatif. Supaya bernilai negatif, persamaan
dikalikan dengan minus 1 (-1). Data-data kedalaman yang ada kemudian diplot
kedalam grafik menghasilkan model penampang kedalaman yaitu pada gambar 3.7.
Berdasarkan tabel kecepatan batuan, kecepatan lapisan pertama berada diantara range
400-1200 yang berarti bahwa formasi lapisan tersebut adalah dry sand. Sama halnya
dengan kecepatan lapisan kedua yang masih berada pada range dry sand. Karena
formasinya merupakan sand, maka warna pada penampang adalah kuning dengan
bintik hitam sesuai dengan legenda stratigrafi rujukan (Anonim,2018).

V. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, diperoleh kecepatan lapisan pertama
adalah 488.1691609 m/s
2. Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, diperoleh kecepatan lapisan kedua
adalah 949.7578118 m/s
3. Model penampang kedalaman adalah sebagai berikut :

Gambar 5.1. Model Penampang Kedalaman

© 2019 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina. 9


MANFAAT PRAKTIKUM
 Mahasiswa dapat mengolah data seismik refraksi menggunakan metode Hagiwara
 Mahasiswa dapat menginterpretasikan keadaan bawah permukaan berdasarkan
parameter yang telah diukur dari data yang didapatkan

REFERENSI

[1] Anonim. Upper Paleozoic Lithostratigraphy of the Southern Norwegian Barents Sea.
Tersedia:
https://engineering.purdue.edu/Stratigraphy/resources/NW_Europe_Lex/litho/Barents/
intro/procedure.html [26/02/2019]
[2] Bourbie, T., Coussy, O., and Zinszner, B. 1987. Acoustics of porous media. United
States: Gulf Publishing.
[3] F. Jones. 2018. Irregular Surfaces and Plus-Minus Method. Tersedia:
https://www.eoas.ubc.ca/courses/eosc350/content/index.htm [26/02/2019]
[4] Sissmanto. 1999. Modul : Interpretasi Data Seismik, Laboratorium Geofisika, Jurusan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

© 2019 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina. 10

Anda mungkin juga menyukai