Anda di halaman 1dari 8

Bab 1.

PENDAHULUAN

1. Defenisi;

Metode numerik adalah suatu teknik penyelesaian yang diformulasikan secara matematik dengan
cara operasi hitungan / aritmetika dan dilakukan secara berulang-ulang.

2. Model matematika sederhana

Sebuah model matematika sederhana dapat didefinisikan sebagai sebuah formulasi atau
persamaan yang mengepresikan suatu sistim atau proses dalam istilah matematika. Bentuk umum
model matematika dapat direfresentasikan dalam hubungan fungsional dalam bentuk;

Variable terikat =f(variable bebas, parameter, fungsi gaya) (1.1)

 Variabel terikat pada umumnya mencerminkan prilaku dari sistim.


 Variabel bebas sering berupa waktu atau ruang
 Parameter merupakan proferti dari sistim (misalnya koefisien gesekan dari sistim)
 Fungsi gaya merupakan pengaruh luar yang bekerja pada sistim

Menurut hukum Newton II, laju perubahan momentum pada suatu sistim adalah sama dengan
resultan gaya yang bekerja pada system tersebut.ekspresi matematika atau model dalam hukum
Newton II adalah suatu persamaan yang cukup terkenal yaitu:

F=ma (1. 2)

dengan: F = gaya luar yang bekerja pada system (N)


m = massa dari obyek (kg)
a = percepatan (m/s2)
Persamaan (1.2) dapat dibentuk seperti persamaan (1.1) dengan cara membagi kedua sisi dengan
m, yang menghasilkan,
(1.3)

Karena bentuknya yang sederhana, maka solusi dari persamaan (1.3) dapat diperoleh dengan
mudah. Namun ada model matematika yang lain dari fenomena fisik yang lebih kompleks dan
pada umumnya tidak dapat diselesaikan secara eksak atau membutuhkan teknik matematika yang
canggih untuk mendapatkan solusinya. Untuk mengilustrasikan model yang lebih kompleks ini ,
hukum II Newton dapat juga digunakan untuk menentukan kecepatan akhir sebuah benda jatuh
bebas di dekat permukaan bumi. Pemodelan matematika dari benda yang jatuh bebas dapat
diturunkan dengan mengekpresikan percepatan sebagai perubahan kecepatan ( yaitu:
(1.4)

Selanjutnya dapat diekspresikan resultan gaya dalam bentuk variable dan parameter terukur.
Untuk benda yang jatuh disekitar bumi, resultan gaya terdiri dari dua gaya yang berlawanan,
yaitu gaya tarik kebawah dari gravitasi Fg dan gaya angkat dari tahan udara Fa .Jadi ;

(1.5)

dengan:

dan ; g = percepatan (m/s2)


c =koefisien gesek udara (kg/s)

Gaya resultan adalah selisih antara gaya kebawah dan gaya keatas , sehingga:

atau

(1.6)

Persamaan (1.6) adalah sebuah model yang menghubungkan percepatan benda jatuh bebas
dengan gaya yang bekerja padanya. Persamaan ini adalah persamaan diferensial, solusi eksaknya
adalah;

( )
( ( (1.7)

dengan ; ( = variable terikat


t = variable bebas
c dan m = parameter
g = fungsi gaya

solusi numerik dari persamaan (1.6) dapat diperoleh sebagai berikut;

( (
(1.8)

Subtitusi (1.8) ke persamaan (1.6) diperoleh;

( (
( (1.9)

Dengan mengatur persamaan diperoleh


( ( ( ( (1.10)

Gambar2 . Penggunaan Finite Difference untuk pendekatan terhadap

3. Solusi Analitik Permasalahan Benda Jatuh Bebas

Jika sebuah benda dengan massa 68,1 kg jatuh bebas. Hitung kecepatan setelah 12s.hitung pula
kecepatan akhirnya. Asumsi koefisien udara c=12.5 kg/s. Gunakan selang waktu = 2 detik.

Penyelesaian ;

( )
( (

( (

Hasil perhitungan ditampilkan dalam table berikut:

T(detik) V(m/s)

0 0,00
2 16,40
4 27,77
6 35,64
8 41,09
10 44,87
12 47,49
- 53,39
4. Solusi Numerik benda jatuh bebas

Selanjutnya dalam permasalahan subbab 3 diatas akan didekati secara numeric dengan
menggunakan persamaan 1.10. degan memasukkan kondisi awal, yaitu pada t i=0 detik,
kecepatan v(ti) = 0 m/s, maka pada saat ti+1 = 2 detik, kecepatan menjadi:

– ( = 19,60 m/s

Untuk perhitungan selanjutnya, ti =2s dan ti+1 = 4s dan v(ti) = 19,60 m/s, maka diperoleh v(ti+1)
adalah:

– ( (

Perhitungan selanjutnya dapat ditabelkan sebagai berikut;

t(detik) V(m/s)

0 0,00
2 19,60
4 32,00
6 39,86
8 44,82
10 47,97
12 49,96
- 53,39

Plot grafik, hasil perhitungan secaraanalisis dan numeric ditampilkan dalam gambar3.berikut:

Gambar 3 Grafik Solusi Analitis dan Numerik Permasalahan benda jatuh bebas
5. Kesalahan Absolut dan Kesalahan Relatif

Penyelesaian suatu model matematika secara numeric memberikan hasil


approksimasi/pendekatan yang berbeda dengan penyelesaian secara analitik.Adanya perbedaan
inilah yang sering disebut error(kesalahan). Hubungan antara nilai eksak, nilai perkiraan dan
errordapat dirumuskan sebagai berikut

Nilai eksak = aproksimasi + error (1.11)

Dengan menysun kembali persamaan (1.11) maka akan diperoleh definisi dari kesalahan
absolute (absolute error), yaitu:

Kesalahan absolut (Et = nilai eksak – aproksimasi

Atau

(1.12)

Selanjutnya kita definisikan kesalahan relatif (relatif error) sebagai:

Kesalahan relatif (1.13)

Contoh:

Siswa A mengukur panjang suatu jembatan.Hasil pengukurannya menunjukkan panjang


jembatan 9999 cm (panjang jembatan sesungguhnya adalah 10000 cm).siswa B mengukur
panjang suatu mistar, hasil pengukurannya menunjukkan 9 cm (panjang sesungguhnya dari
mistar adalah 10 cm). hitung kesalahan absolute dan kesalahan relatif dari kedua siswa tersebut.

Penyelesaian:

a. Masalah panjang jembatan

b. Masalah panjang mistar


Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa siswa A ternyata lebih teliti dalam melaksanakan
pengukurannya.

6. Truncation error

Truncation errormuncul sebagai hasil penggunaan aproksimasi (metode numeric) untuk


menggantikan prosedur matematika (analitis)

Deret Taylor dapat memberikan nilai hampiran bagi suatu fungsi pada suatu titik berdasarkan
nilai fungsi dan derivatifnya pada titik yang lain. Secara umum deret Taylor dapat dituliskan
sebagai:

( (
( ( ( ( ) ( ( +…
( (
+ ( (1.14)

Suku tambahan , untuk menyertakan semua suku dalam selang n+1


sampai tak hingga, didefinisikan sebagai:
( ( (
( (1.15)
(

Indeks n menyatakan aproksimasi orde ke-n dan adalah suatu nilai x dalam selang dan .
Pada umumnya deret Taylor disederhanakan dengan mengganti dengan h, sehingga:

( ( ( (
( ( ( +…+ ( (1.16)

Dan suku tambahan adalah:


( ( (
( (1.17)
(

Selanjutnya kita uraikan deret Taylor suku demi suku, yaitu;

( ( disebut aproksimasi orde nol

( ( ( disebut aproksimasi satu

(
( ( ( disebut aproksimasi dua, dan seterusnya.

Contoh:
Gunakan aproksimasi hingga orde 4 dari deret Taylor untuk menghampiri fungsi berikut;

f(x) = - 0,1x4 – 0,15 x3 –0,5 x2 – 0,25 x + 1,2 .

dari xi = 0 dan h = 1, prediksikan nilai pada xi+1 = 1!.

Penyelesaian:

f(0) = - 0,1(0)4 – 0,15(0)3 –0,5(0)2 – 0,25(0) + 1,2 = 1,2.

f(1) = - 0,1(1)4 – 0,15(1)3 –0,5(1)2 – 0,25(1) + 1,2 = 0,2.

Aproksimasi deret Taylor dengan n = 0 (orde nol) adalah;

( adalah sebuah fungsi konstan, dengan

Pada x = 1.

Untuk n = 1, derivatif pertama harus ditentukan dan dievaluasi pada x i = 0,

f’(0) = - 0,4(0)3 – 0,45(0)2 –1,0(0) – 0,25 = - 0,25

sehingga aproksimasi orde satu adalah

Yang menghasilkan ( dengan;

pada x = 1

Untuk n = 2, derivatif kedua dievaluasi pada xi = 0,

f’’(0) = - 1,2(0)2 – 0,9(0) –1,0 = -1

dan

Yang menghasilkan ( dengan;

Untuk n = 3, derivatif ketiga dievaluasi pada xi = 0


f’’’(0) = - 2,4(0) – 0,9 = - 0,9

dan

Yang menghasilkan ( dengan;

Untuk n = 4, derivatif ketiga dievaluasi pada xi = 0

f’’’’(0) = - 2,4

dan

Yang menghasilkan ( dengan

Dengan suku sisa;

(
( (
(
(

Karena derivatif kelima dari polynomial orde 4 adalah nol, maka = 0 atau dengan kata lain
aproksimasi orde 4 dari deret Taylor memberikan nilai eksak pada = 1, yaitu;

f(1) = - 0,1x4 – 0,15x3 –0,5x2 – 0,25x + 1,2

Anda mungkin juga menyukai