Anda di halaman 1dari 18

1.

4 VEKTOR ATAU CROSS PRODUCT


Bentuk kedua untuk perkalian vektor dikerjakan dengan sinus yang dimasukkan sudut
daripada cosinus. Misalnya, momentum sudut sebuah benda dilihat dari sifat vektor jarak
di Gambar 1.12 didefinisikan
Momentum sudut

= jari-jari lengan x momentum linear


= jarak x mometum linear x sin

Dalam perlakuan masalah yang berhubungan dengan jumlah seperti momentum sudut,
torka, dan kecepatan sudut, kita mendefinisikan vektor produk atau cross product
C = A x B,

dengan C = A B sin

(1.35)

Tidak seperti kasus terdahulu tentang scalar product, C disini adalah vektor, dan kita kita
tetapkan itu adalah arah yang tegak lurus dengan bidang A dan B seperti itu bentuk A, B,
dan C adalah sistem right-handed. Dengan pilihan arah kita memiliki
A x B = - B x A,

antipenukaran

(1.36a)

Dari definisi ini kita memiliki cross product


^x x^ =^y ^y =^z ^z =0 ,

(1.36b)

Dimana
^x ^y =^z

^y ^x =^z

^z x^ =^y

^y ^x =^z

^z ^y =^x

^x z^ =^y

(1.36c)

Diantara contoh cross product dalam fisika matematika yang berhubungan antara
momentum linear p dan momentum sudut L, dengan L didefinisikan
L = r x p,

Gambar 1.12 Momentum sudut

Gambar 1.13 representasi paralel vektor product

Dan hubungan antara kecepatan linear v dan kecepatan sudut ,


v=xr
Vektor v dan p dideskripsikan sifat partikel atau sistem fisis. Bagaimanapun posisi vektor
r ditentukan dengan pilihan sumber koordinat. Ini berarti bahwa dan L bergantung pada
pilihan sumber.
Secara umum induksi magnet B biasanya didefinisikan dengan vektor product besar
gaya
F M =q v x B
(satuan mks)
Dimana v adalah kecepatan muatan listrik q dan FM adalah gaya yang dihasilkan ketika
muatan bergerak.
Definisi lain vektor product dapat diperoleh dari kasus khusus koordinat vektor satuan
di Persamaan (1.36c) dikombinasikan dengan linear cross product di kedua penjelasan
vektor, dianalogikan dengan Persamaan (1.23) untuk dot product,
A x (B + C) = A x B + A x C,
(A + B) x C = A x C + B x C,
A x (yB) = yA x B = (yA) x B,

(1.37a)
(1.37b)
(1.37c)

Dimana y adalah angka. Menggunakan dekomposisi A dan B ke komponen Cartesian


menurut Persamaan (1.5), kita dapatkan

Diterapkan ke Persamaan (1.37a) dan (1.37b) dan dimasukkan ke Persamaan (1.36a),


(1.36b), dan (1.36c) sehingga komponen Cartesian A x B menjadi
Cx = AyBz AzBy,

Cy = AzBx AxBz,

Cz = AxBy AyBx,

Atau
Ci = AjBk AkBj ,

i, j, k semuanya berbeda

(1.39)

(1.38)

Dan dengan siklus permutasi indeks i, j, dan k disamakan dengan x, y, dan z berturutturut.Vektor product C mungkin direpresentasikan dengan determinan,

(1.40)
Yang berarti diperluas dengan menguraikan deret diatas ke tiga komponen C yang
ditunjukkan di persamaan (1.38).
Untuk melihat ekuivalen dari Persamaan (1.35) dan definisi komponen Persamaan
(1.38), kita bentuk A C dan B C, menggunakan Persamaan (1.38). Kita mempunyai

(1.41)
Secara Umum,
B C = B (A x B) = 0

(1.42)

Lihat persamaan (1.41) dan (1.42) bahwa C tegak lurus dengan A dan B ( cos = 0, =
900) dan bagaimanapun tegak lurus dengan bidang yang ditentukan.
Besarnya diperoleh dari

(1.43)
Sehingga
C = A B sin

(1.44)

Ini masih terdapat masalah untuk membuktikan bahwa C = A x B termasuk vektor,


bahwa menurut Persamaan (1.15), hukum transformasi vektor. Dimulai untuk rotasi
(sistem dasar),

(1.45)
Kombinasi arah cosines dalam tanda kurung diabaikan untuk m = l. Oleh karena itu kita
memiliki j dan k membuat nilai tetap, bergantung pada pilihan i, dan enam kombinasi l dan
m. Jika i = 3, kemudian j = 1, k = 2 (siklus order), dan kita mengikuti kombinasi arah
cosines

(1.46)
Dan mereka negatif. Persamaan (1.46) adalah identitas yang memenuhi arah cosines.
Mereka mungkin dibuktikan dengan menggunakan determinan dan matriks (lihat Latihan
3.3.3). Dimasukkan kembali dalam Persamaan (1.45)

(1.47)
Jika kita mendefinisikan vektor orde tiga angka (atau fungsi), Dalam subbab 1.2,
Tidak masalah diidentifikasikan sebagai cross product adalah vektor. Operasi cross
product dibuat dua triple A dan B ke dalam tiga triple, C, dengan definisi adalah vektor.

1.13

TEORI POTENSIAL

Potensial Skalar
Jika sebuah gaya lebih dari gaya pegas sederhana dihubungkan dengan bagian ruang S
(yang berarti bahwa tidak ada lubang) dapat diekspresikan sebagai gradien negatif dari
fungsi skalar ,
F= ,
(1.118)
kita menyebut potensial skalar dideskripsikan bahwa gaya dengan satu fungsi
dibandingkan tiga fungsi. Gaya F muncul gradien negatif dari nilai tunggal potensial skalar

disebut gaya konservatif. Kita ingin mengetahui ketika fungsi potensial skalar ada. Untuk
menjawab pertanyaan kita tentukan 2 hubungan lain yang ekuivalen dengan Persamaan
(1.118). Di sini
x F =0
(1.119)
dan

F d r=0

(1.120)

untuk setiap bagian tertutup dalam hubungan yang sederhana bagian S. Kita dapat melihat
dari tiap-tiap 3 persamaan termasuk 2 yang lain. Kita mulai dengan
F= ,

(1.121)

x F = x =0

(1.122)

kemudian

dengan Persamaan (1.82) atau Persamaan (1.118) termasuk Persamaan (1.119). Disusun
dengan garis integral, kita peroleh
d r= d
F d r=

(1.123)

Melanjutkan demonstrasi yang ekuivalen, asumsikan bahwa persamaan (1.120)


berlubang. Jika

F d r=0

untuk semua bagian S, kita lihat bahwa nilai integral yang

menghubungkan 2 titik yang berbeda A dan B adalah bagian independen (Gambar 1.32).
Dasar kita adalah bahwa

F d r=0

(1.124)

ACBDA

Sehingga

ACB

BDA

F d r=

Fdr= Fdr
ADB

(1.125)

Secara Fisika, ini berarti bahwa usaha yang bekerja dari A ke B adalah bagian yang
independen dan usaha yang bekerja disekitar bagian tertutup adalah nol. Ini adalah alasan
untuk menyebutkan seperti gaya konservatif : Energi tersimpan.

Gambar 1.32 Bagian yang mungkin untuk melakukan usaha

Dengan melihat hasil dalam persamaan (1.125), kita mengetahui usaha yang bekerja hanya
bergantung di titik puncak A dan B. Ini berarti
B

usaha bekerja dengan gaya= F d r= ( A ) ( B)

(1.126)

Persamaan (1.126) didefinisikan sebagai potensial skalar (berbicara dengan keras,


perbedaan dalam potensial antara titik A dan B) dan menetapkan sebuah cara untuk
menghitung potensial. Jika titik B adalah menggunakan variabel, sebut (x, y, z) kemudian
dibedakan dengan mematuhi x, y, dan z akan memperoleh Persamaan (1.118).
Pilihan pada tanda sisi tangan kanan adalah berubah-ubah. Pilihan ini adalah membuat
untuk mencapai persetujuan dengan Persamaan (1.118) dan memastikan bahwa air akan
mengalir ke bawah daripada ke atas. Untuk titik A dan B dipisahkan dengan panjang dr,
Persamaan (1.126) menjadi
F d r =d= d r

(1.127)

Ini mungkin bisa di tulis ulang


(F+ ). d r =0

(1.128)

dan sejak dr berubah-ubah, Persamaan (1.118) harus mengikuti. Jika

F d r=0

(1.129)

kita mungkin memperoleh Persamaan (1.119) dengan menggunakan teorema Stokes


(Persamaan (1.112)) :
F . d r= x F d

(1.130)

Jika kita membuat bagian yang terintegrasi untuk garis keliling lingkaran yang berubahubah di area d, integran dalam integral permukaan telah hilang. Karenanya Persamaan
(1.120) termasuk Persamaan (1.119).
Akhirnya, jika x F =0 , kita hanya perlu membalikkan pernyataan teorema
Stokes (Persamaan (1.130)) untuk memperoleh Persamaan (1.120). Kemudian, dengan
Persamaan (1.126) ke (1.128), pernyataan awalnya

Gambar 1.33 Formula equivalen untuk gaya konservatif

Gambar 1.34 Energi potensial Vs jarak (gravitasional, sentrifugal, dan osilator harmonik sederhana)

Termodinamika Diferensial Eksakta


Di Termodinamika, dimana setiap waktu disebut mencari untuk diferensial eksakta, kita
menemukan persamaan dengan bentuk
df =P ( x , y ) dx +Q ( x , y ) dy

(1.133a)

masalah yang biasa adalah menentukan apakah


bergantung di titik puncak, ini, apakah
penting dan cukup adalah bahwa

df

(P ( x , y ) dx +Q ( x , y ) dy)

hanya

adalah memang diferensial eksakta. Keadaan

df =

f
f
dx +
dy
x
y

(1.133b)

atau
(1.133c)
Persamaan (1.133c) bergantung pada hubungan
(1.133d)
Ini, bagaimanapun, analog dengan persamaan (1.119), syarat bahwa F tidak berotasi. Tentu,
komponen-z persamaan (1.119) menghasilkan

(1.133e)
dengan

Vektor Potensial
Di beberapa cabang ilmu fisika, khususnya elektrodinamika, ini tepat memasukkan sebuah
vektor potensial A seperti bahwa sebuah (gaya) dasar B didapatkan dengan
B= x A

Akhirnya, Jika Persamaan (1.134) berlubang,

(1.134)
B=0

dengan persamaan (1.84) dan B

adalah solenoidal. Di sini kita ingin mengembangkan kebalikannya, lihat bahwa ketika B
sebuah solenoidal sebuah vektor potensial A. kita demonstrasikan A dengan menghitung
B=^x b1+ ^y b 2+ ^z b3
A= x^ a1 +^y a2 +^z a3
secara aktual. Misalkan
dan kita tahu
. Dengan
Persamaan (1.134),

(1.135a)
(1.135b)
(1.135c)
Mari kita asumsikan bahwa koordinat telah memilih jadi A adalah paralel dengan sumbu-yz,
ini, a1 = 0. Kemudian

(1.136)

mengintegralkan, kita peroleh


(1.137)

dimana f2 dan f3 berubah-ubah untuk fungsi y dan z tetapi tidak untuk fungsi x. Dua
persamaan dapat di cek dengan diferensial dan memperoleh persamaan (1.136). Persamaan
(1.135a) menjadi

(1.138)
Menggunakan B=0 , mengintegralkan terhadap x, kita peroleh

(1.139)
Mengingat bahwa f3 dan f2 berubah-ubah untuk fungsi y dan z, kita dapatkan
f 2=0

(1.140)

Jadi sisi tangan kanan untuk persamaan (1.139) menurunkan ke b1(x, y, z), dalam
persetujuan dengan Persamaan (1.135a). Dengan f2 dan f3 didapat dengan Persamaan
(1.140), kita dapat membentuk A :

(1.141)

9.3 VARIABEL PEMISAH


Jika kita memiliki n variabel, kita memasukkan konstan n 1, ditentukan dengan
menentukan kondisi dalam masalah yang dipecahkan.
Koordinat Kartesius
Dalam koordinat kartesius persamaan Helmhotz menjadi

(9.34)
Menggunakan persamaan (2.27) untuk Laplacian. Untuk sekarang k2 adalah konstan. Boleh
jadi jalan yang paling sederhana memperlakukan persamaan diferensial parsial seperti
Persamaan (9.34) dengan membagi ke dalam persamaan diferensial biasa. Misalkan
(9.35)
dan mensubstitusikan kembali ke persamaan (9.34). Bagaimana kita mengetahui persamaan
(9.35) itu valid? Ketika operator diferensial dalam berbagai variabel aditif PDE, ini, ketika
tidak ada hasil operator diferensial dalam variabel diferensial, metode pemisah biasanya
bekerja. Kita bertindak semangat untuk mencoba dan melihat jika bekerja. Jika percobaan
kita berhasil, kemudian persamaan (9.35) akan benar. Jika tidak berhasil, kita dapat
menemukan jalan keluar yang cukup segera dan kemudian dapat mencoba memecahkan
yang lain, seperti Fungsi Greens, perubahan bentuk integral, atau analisa numeric gayakasar. Dengan diasumsikan didapat dengan persamaan (9.35), persamaan (9.34) menjadi
(9.36)
Membagi dengan = X Y Z dan menyusun kembali bentuknya, kita peroleh
(9.37)

Persamaan (9.37) merupakan salah satu variabel pemisah. Sisi kiri adalah fungsi x,
sedangkan sisi kanan bergantung hanya di y dan z dan tidak di x. Tetapi x, y, dan z adalah
koordinat bebas semua. Persamaan kedua sisi bergantung nilai variabel diferensial yang
mana x variabel bebas yang tidak ditentukan dengan y dan z. Oleh karena itu, setiap sisi
harus sama dengan konstanta, konstanta adalah pemisah. Kita dapatkan
(9.38)
(9.39)
Sekarang, pindah ruas pada persamaan (9.39), kita peroleh
(9.40)
Dan pemisah kedua telah dicapai. Disini kita mempunyai sebuah fungsi y yang disamakan
dengan fungsi z, seperti sebelumnya. Kita menyelesaikan itu, seperti sebelumnya, dengan
menyamakan setiap sisi dengan pemisah yang lain, -m2,
(9.41)
(9.42)
Memasukkan konstanta n dengan k = l +m +n untuk menghasilkan persamaan yang
simetris. Sekarang kita memiliki 3 ODEs ((9.38), (9.41), dan (9.42)) untuk mengganti
persamaan (9.34). Kita asumsikan (Persamaan (9.35)) telah diganti dan dengan demikian
dibenarkan.
Solusi kita telah diberi tanda menurut pilihan kosntanta l, m, dan n ; itu adalah
2

(9.43)
Subyek dengan kondisi permasalahan yang telah dipecahkan dan kondisi k2 = l2+m2+n2 ,
kita harus memilih l, m, dan n sesuai yang kita inginkan, dan persamaan (9.43) akan masih
menjadi solusi untuk persamaan (9.34), disediakan Xl(x) adalah solusi untuk persamaan
(9.38), dan segera. Kita ingin mengembangkan solusi yang paling umum untuk persamaan
(9.34) dengan membentuk solusi kombinasi linear lm ,
(9.44)
Koefisien konstanta alm akhirnya memilih mengizinkan untuk memenuhi kondisi batas
permasalahan, yang mana, sesuai aturan, mengarah pada nilai diskrit l, m .
Koordinat silinder Melingkar
Dengan tidak diketahui fungsi yang bergantung pada , , dan z, Persamaan Helmholtz
2
menjadi (Lihat Bagian 2.4 untuk )

(9.45)

atau
(9.46)
Seperti sebelumnya, kita asumsikan bentuk faktor untuk ,
(9.47)
Substitusikan ke dalam persamaan (9.46), kita mendapatkan
(9.48)
Semua turunan parsial menjadi turunan biasa. Memisahkan dengan PZ dan memindahkan
turunan z untuk sisi kanan menghasilkan
(9.49)
Kemudian, fungsi z yang muncul sebelah kanan bergantung pada fungsi dan di kiri. Kita
selesaikan ini dengan mengatur setiap sisi persamaan (9.49) sama dengan beberapa
konstanta. Mari kita pilih l2. Kemudian
(9.50)
dan
(9.51)
2

Mengatur k +l =n , mengalikan dengan , dan menata ulang, kita peroleh


(9.52)
2

Kita mungkin atur sisi kanan ke m dan


(9.53)
Akhirnya, untuk kebergantungan kita memiliki
(9.54)
Ini adalah Persamaan Diferensial Bessels.
Persamaan Helmholtz sederhana, 3 dimensi PDE, telah diganti dengan 3 ODEs,
Persamaan (9.50), (9.53), dan (9.54). Penyelesaian untuk persamaan Helmholtz adalah
(9.55)
Identifikasi yang spesifik P, , Z penyelesaian dengan garis bawah, kita lihat bahwa
penyelesaian yang paling umum untuk persamaan Helmholtz adalah persamaan dengan
kombinasi linear yang menghasilkan penyelesaian :
(9.56)

Koordinat Polar Bola


Mari kita coba memisahkan persamaan Helmholtz, juga dengan konstanta k2, di koordinat
polar bola. Menggunakan persamaan (2.48), kita peroleh
(9.57)
Sekarang, dianalogikan dengan persamaan (9.35) kita mencoba
(9.58)
Dengan mensubstitusikan kembali ke persamaan (9.57) dan memisahkan dengan R, kita
dapatkan
(9.59)
Catatan bahwa semua turunan sekarang adalah turunan sederhana daripada parsial.
Mengalikan dengan r2 sin2, kita dapat memisahkan (1/)(d2/d2) untuk memperoleh
(9.60)
Persamaan (9.60) menghubungkan fungsi dengan fungsi r dan . Sejak r, , dan adalah
variabel bebas, kita samakan setiap sisi persamaan (9.60) dengan konstanta. Hampir pada
semua permasalahan dalam fisika akan muncul ukuran sudut. Ini menganjurkan dengan
Penyelesaian periodik daripada eksponensial. Dengan ini berarti, mari kita gunakan m2
untuk konstanta pemisah, yang mana kemudian, harus kuadrat bilangan bulat. Kemudian
(9.61)
dan
(9.62)
2

Mengalikan persamaan (9.62) dengan r dan menata ulang, kita peroleh


(9.63)
lagi, variabel dipisah. Kita samakan setiap sisi dengan konstanta, Q, dan akhirnya diperoleh
(9.64)
(9.65)
Satu kali lagi kita ganti persamaan diferensial parsial 3 variabel dengan 3 ODEs.
Penyelesaian ODEs didiskusikan di bab 11 dan 12. Di bab 12, untuk contoh, Persamaan
(9.64) diidentifikasikan berhubungan dengan persamaan Legendre, yang mana konstanta Q
menjadi l ( l + 1 ); l adalah bilangan bulat tidak negatif karena adalah variabel sudut. Jika
k2 adalah konstanta positif, Persamaan (9.65) menjadi Persamaan Bola Bessel di subbab
11.7.

Lagi, Penyelesaian yang paling umum mungkin kita tulis


(9.66)
Pembatasan untuk k dengan konstanta adalah sangat tidak diperlukan. Proses memisahkan
akan masih mungkin untuk k2 umum
2

(9.67)
Dalam permasalahan atom hidrogen, satu contoh yang paling penting adalah persamaan
gelombang Schrodinger dengan penyelesaian bentuk tertutup k2 = f (r), dengan k2 bebas
untuk , . Persamaan (9.65) untuk atom hidrogen menjadi persamaan Laguerre.
Akhirnya, ilustrasi dimana konstanta m pada persamaan (9.61) terbatas, kita catat
bahwa pada silinder dan koordinat polar bola adalah ukuran sudut. Jika ini penyelesaian
klasik, kita pasti membutuhkan penyelesaian sudut () dengan nilai tunggal, ini berarti,
(9.68)
Ini ekuivalen untuk kebutuhan penyelesaian sudut yang memiliki periode 2. Oleh karena
itu m harus bilangan bulat. Yang mana bilangan bulat bergantung pada penyelesaian yang
lengkap. Jika bilangan bulat |m| > 1, kemudian akan memiliki periode 2/m. sewaktuwaktu koordinat dapat disamakan dengan sumbu translasi atau ukuran sudut, persamaan
dipisah selalu dalam bentuk

untuk , ukuran sudut, dan


(9.69)
untuk z, sumbu translasi untuk sistem koordinat silinder. Penyelesaian, tentu, sin az dan cos
az untuk a2 dan menyamakan fungsi hiperbolik (atau eksponensial) sinh az dan cosh az
untuk +a2.
Tabel 9.2 Penyelesaian Koordinat Polar Bola

Kadang-kadang ditemukan ODEs termasuk Laguerre dan hubungan persamaan Laguerre


dari penyelesaian atom hidrogen yang sangat penting pada mekanika kuantum :
(9.70)

(9.71)
Dari teori mekanika kuantum untuk osilator linear kita dapatkan persamaan Hermites,
(9.72)
Akhirnya, dari waktu ke waktu kita mencari persamaan diferensial Chebysev,
(9.73)
Untuk referensi yang sesuai, bentuk penyelesaian persamaan Laplaces, persamaan
Helmholtz, dan persamaan difusi untuk koordinat polar bola disimpan pada Tabel 9.2.
Penyelesaian persamaan Laplaces pada koordinat silinder lingkaran dipresentasikan pada
Tabel 9.3.
Tabel 9.3 Penyelesaian Koordinat Silinder Lingkaran

13.2 FUNGSI LAGUERRE


Persamaan Diferensial Polinomial Laguerre
Laguerres ODEs (yang mana diperoleh dari jari-jari ODE Schrodinger PDE untuk
atom hidrogen) adalah
(13.52)
Kita dapat mencoba untuk merepresentasikan y, atau lebih yn, sejak y akan bergantung pada
parameter n, bilangan bulat tidak negatif, dengan integral garis luar
(13.53a)
dan mendemonstrasikan bahwa memenuhi Laguerre ODE. Garis luar termasuk sumber
tetapi melingkupi titik z = 1. Dengan membedakan eksponensial dalam persamaan (13.53a)
kita peroleh
(13.53b)
(13.53c)
Memasukkan ke dalam sisi kiri untuk persamaan (13.52), kita peroleh

Yang mana sama dengan


(13.54)
Jika kita menggabungkan diferensial yang lengkap disekitar garis luar tertutup (Gambar
13.3), integral akan hilang, sehingga membuktikan bahwa yn(x) (Persamaan 13.53a)) adalah
penyelesaian persamaan Laguerres.
Ini menjadi biasa untuk mendefinisikan Ln(x), Polinomial Laguerre (Gambar 13.4),
dengan
(13.55)

Gambar 13.3 Garis Luar Polinomial Laguerre

Gambar 13.4 Polinomial Laguerre

Ini dengan tepat apa yang kita peroleh dari rangkaian

(13.56)
Jika kita kalikan g(x,z) dengan z dan dibedakan disekitar sumber. Sebagai pengembangan
sisa kalkulus (Subbab 7.1), hanya bentuk z -1 pada rangkaian yang masih. Pada bagian dasar
kita identifikasikan g(x,z) dengan fungsi pembangkit untuk polinomial Laguerre.
Dengan mentransformasikan
-n-1

(13.57)
(13.58)
Garis luar baru yang menutup titik s = x pada sumbu-s. Dengan formula integral Cauchys
(untuk turunan),

(13.59)
Mendapatkan formula Rodrigues untuk polinomial Laguerre. Dari merepresentasikan Ln(x)
kita mencari bentuk rangkaian (untuk integral n),

(13.60)
dan Polinomial khusus dicatat pada Tabel 13.2.

Tabel 13.2 Polinomial Laguerre

Anda mungkin juga menyukai