Anda di halaman 1dari 10

BAB.

7 METODE HAGIWARA
Deskripsi :
Pada bab ini akan dijelaskan salah satu metode analisisdan interpretasi
data seismic dengan minimal dua shot yakni shot forword dan reciprocal
shot dan khusus analisis dan interpretasi untuk kasus dua lapis
Sasaran belajar
Setelah

mengikuti

perkuliahan

ini

mahasiswa

diharapkan

mampu

mengunakan metode Hagiwara untuk analisis dan interpretasi data


pengukuran seismic refraksi
Materi embelajaran
Metode analisis dengan metode Hagiwara untuk kasus dua lapis
,menghitung kecepatan ,ketebalan dan profil pelapisan penampang seismik

Jika v1dan v2 menyatakan kecepatan ropagasi gelmbang pada lapisan atas dan
lapisan dibawahnya dari suatu struktur perlapisan dan i adalah sudut refraksi
kritisnya menurut Snellius , maka propagasi gelombangnya menurut Hagiwara
dapat digambarkan sebagai berikut:
A

hA

hP
i

hB

i
P

i
B

Gambar 6.1konfigurasi Untuk Hagiwara

Titik A dan B adalah titik tembak/sumber (shot point) sedang titik P adalah
enerima .Lintasan gelombang refraksi dari A ke P adalah A-A- P P dan
lintasan dari B ke P adalah B B P P .dengan menggunakan garis tegak
lurus PR dari P-P- P akan diperoleh :

P ' P} over {{v} rsub {2}}


RP } over {{v} rsub {1}} = {RP P P'} over {{v} rsub {2}}
karen {PP'} over {{v} rsub {1}} = {PR} ove
=
v 1 sin i
v1
7.1
Dengan cara yang sama juga didapatkan
PP ' } over {{v} rsub {1}} = {{h} rsub {p} {cos {i}} rsub <?>} over {{v} rsub {1}} + {P'P '
v2
7.2a
AA } over {{v} rsub {1}} = {{h} rsub {A} {cos {i}} rsub <?>} over {{v} rsub {1}} + {A'A
v2
7.2b
BB } over {{v} rsub {1}} = {{h} rsub {B} {cos {i}} rsub <?>} over {{v} rsub {1}} + {B'B '
v2
7.2c
Bila travel time gelombang bias dari shot point A ke P dinotasikan dengan TAP dan
travel time dari shot point B ke P dinotasikan TBP serta travel time dari A ke B atau
sebaliknya dengan TAB=TBA maka diperoleh :
T AP =

AA } over {{v} rsub {1}} + {A P} over {{v} rsub {2}} + {P P h A cos i h P cos i A ' P'
=
+
+
v1
v1
v1
v2
7.3a

T AP =

h A cos i A ' A } over {{v} rsub {2}} + {{h} rsub {P} cos {i}} over {{v} rsub {1}} + {P'P A P'
+
+
v1
v2
v2
7.3b
AP=

h A cos i h P cos i A ' P '


+
+
v1
v1
v2
T

7.3c

T BP=

BB } over {{v} rsub {1}} + {B P '} over {{v} rsub {2}} + {P' P hB cos i hP cos i B ' P'
=
+
+
v1
v1
v1
v2
7.4a

T AP =

AA } over {{v} rsub {1}} + {A B } over {{v} rsub {2}} + {B B h A cos i hB cos i A ' B'
=
+
+
v1
v1
v1
v2
7.4b
T AP +T BP =

2 h P cos i
+T AB
v1

7.5

Akhirnya di peroleh :
hp=

v1
[ T +T T AB ]
2 cos i AP BP

7.6

v1 diproleh dari travel time gelombang langsung dekat titik tembak dan T AP,TBP
dan TAB diperoleh secara langsung dari pengamatan ,oleh karena itu kwalitas
pencuplikan data harus diperlukan.Namun cosines I belum bisa ditentukan
karena v2 belum diketahui . Jika v2 dapat diketahui maka kedalaman hP dibawah
titik penerima P dapat dihitung . Untuk menghitung v 2 tinjau TAP yang
dinyatakan oleh persamaan :
T ' AP =T AP

( T AP +T BPT AB )

7.7

Dari pers(63 ) dan pers(64 ) selanjutnya akan diperoleh :


T ' AP =

h A cos i A ' P'


+
v1
v2

7.8

Karena AP vertical terhadap A dan P ,maka AP = X ,maka


T ' AP =

h A cos i x
+
v1
v2

7.9

Pers(69 ) merupakan persamaan linier untuk x . Jika diambil X sebagai Absis


dan TAP sebagai ordinat maka

d
1
( T ' AP ) = v
dx
2

7.10

Dengan cara yang sama akan diperoleh :


T ' BP=T BP

T ' BP=

( T AP +T BP+ T AB )
2

h B cos i x
+
v1
v2

7.11a

7.11b

Sehingga diperoleh
d
1
T ' BP )=
(
dx
v2
Dengan menggunakan nilai v2

7.12
dalam pers (6.9) atau dalam pers(6.11b) nilai

cosines pada pers (6.11c ) dapat dihitung :


Di x = 0 ,persamaan (6.9) dan pers (6.11b) T AP dan TBP didefinisikan masing
masing sebagai A dan B ,sedemikan hingga dapat ditulis sebagai :
'A =

h A cos i
v1

7.13a

'B=

hB cos i
v1

7.13.b

Dimana hA dan hB menyatakan kedalaman pada shot point A dan B .Pada


gambar di bawah

kurva T AP yang memotong ordinat di titik A dinyatakan

dengan A dan kurva TBP yang memotong ordinat B dinatakan dengan B.


selanjutnya akan diperoleh :
4

hA=

v1 A'
v
dan h B= 1 B '
cos i
cos i

7.14

Cara tersebut diatas dapat digub=nakan untuk menghitung kedalaman disetiap


titik amat (lokasi Geophone). Selanjutnya dengan menggunakan persamaan
(67) untuk titik shot B akan diperoleh :
T ' BP=T BP

( T AP +T BPT AB )

( T AP +T BPT AB )
2

7.15

=T APT ' AP=T BPT ' BP

7.16

Dengan menggunakan pers(66) danpers(76) akan diperoleh


hp =

v1
v
T APT ' AP ) atau h p= 1 ( T BPT 'BP )
(
cos i
cos i

7.17

TAB
TBA

o
o

o
x

o
TBP TBP o

x
x

BP

'BP

o
AP o

'AP

x
o

o
x

PENGAMBILAN DATA

x
x

TAP TAP

o
o

hB cos i
v1

Dalam survey seismik refraksi pada umumnya dilakukan prosedur sebagai


Berikut :
1. Menyusun konfigurasi peralatan (sesuai kondisi lapangan), pada umumnya
geophone dan sumber gelombang dipasang dalam satu garis lurus (line
seismic). Jarak pisah antara geophone adalah jarak horizontal dan ditentukan
oleh kondisi lapangan.
2. Penempatan sumber gelombang dilakukan untuk mendapatkan sumber
imformasi struktur bawah permukaan bumi secara detail. Sumber gelombang
yang berada di tengah spread (satu rangkaian geophone) diharapkan dapat
mendeteksi lapisan paling atas, dan sumber gelombang yang berada di luar
spread diharapkan dapat mendeteksi lapisan paling bawah yang dapat dicapai
(lapisan bed rock).
3. Data yang diperoleh dari survey seismik refraksi adalah waktu tempuh jalar
gelombang dari sumber ke tiap geophone yang disebut travel time.
Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengukuran di lapangan adalah nois
yang sifatnya mengganggu. Ada beberapa hal penyebab nois antara lain
adalah angin, pohon, aliran sungai (parit), benda-benda lain yang bergerak
dekat dengan geophone (orang berjalan, sepeda motor, dan sebagainya).
Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, nois ini harus ditekan sekecil
mungkin.
Prinsip utama metode seismik refraksi ini adalah penerapan waktu tiba pertama
(first arrival time) dari gelombang seismik. Apabila diketahui waktu tiba pertama
dari gelombang seismik refraksi yang menjalar di lapisan bumi akan diperoleh
kurva waktu tempuh (travel time) gelombang seismik tersebut. Dengan
menganalisis kurva waktu tempuh ini, akan diperoleh informasi mengenai
kecepatan dan waktu tunda gelombang seismik di setiap lapisan sehingga
dapat digunakan untuk menentukan ketebalan lapisan [2]. Salah satu metode
perhitungan waktu tiba gelombang seismik untuk mencerminkan lapisan bawah
permukaan adalah Metode Hagiwara. Metode ini merupakan metode waktu
tunda yang berdasarkan asumsi bahwa undulasi bawah permukaan tidak terlalu
besar [1]. Kelebihan dari metode Hagiwara adalah lapisan bawah permukaan
6

dapat ditampilkanmengikuti kontur bawah permukaan itu. Berbeda dengan


metode interceptime yang menganggap lapisan dibawah permuaan adalah flat
(bidang). Terutama untuk lapisan bawah permukaan yang harus detail, maka
metode Hagiwara adalah metode perhitungan yang menjadi pilihan utama [3].
Perhitungan dengan metode Hagiwara dikembangkan untuk struktur bawah
permukaan yang terdiri dari dua lapisan. Bidang batas lapisan yang akan
diperlihatkan oleh hasil perhitungan merupakan rata-rata kedalaman yang
memiliki kerapatan yang berbeda. Bila kerapatan berbeda maka kecepatan
gelombang seismiknya juga akan berbeda, sehingga arah penjalaran
gelombang seismik akan mengalami pembiasan (refraksi), seperti pada gambar
Dengan hukum Snellius pada bidang batas dua medium saat terjadi sudut kritis

i adalah [4]:

sin i=

v2
v1

Bila dinotasikan waktu perambatan gelombang bias dari titik tembak A ke titik
penerima P dengan TAP, waktu perambatan dari B ke P dengan T BP dan waktu
perambatan dari A ke B dengan TAB. TAP ditunjukkan oleh persamaan
T 'AP =T AP

( T AP +T BPT AB )
2

7.18

Gambar 1. Lintasan gelombang bias untuk strukturdua lapis [4]

T 'AP =

hA X
+
v1 v2

7.19
Pada pers (3) TAP adalah linier terhadap x, jika diambil x sebagai absis dan T AP
sebagai ordinat dan diplot titik-titik yang bersesuaian (seperti pada gambar 2),
maka garis lurus tersebut merupakan suatu short (bentuk baru yang lebih
pendek) dari kurva travel time yang dikandung oleh titik-titik yang berhubungan
[5]. Nilai TAP dengan mudah dapat dihitung dari pers (3), dan kecepatan v 2 pada
lapisan bawah diperoleh dari kemiringan (slope) garis lurus. T AP yang diperoleh
dari pers (2) merupakan suatu besaran yang menunjukkan kecepatan pada
lapisan bawah (velocity- travel-time). Dengan cara yang sama, dapat diperoleh :
T 'BP=T BP

( T AP +T BPT AB )
2

7.20

Bila jarak ke titik penerima adalah x, dengan mengambil titik B sebagai titik asal
(referensi), maka diperoleh :
T 'BP=

hB X
+
v1 v2

7.21

dengan kedalaman lapisan pada titik A (h A) dan pada titik B (hB). Dalam pers
(5), v1 dapat diperoleh dari kurva travel-time dari gelombang langsung dekat
titik tembak. TAP, TBP, dan TAB diperoleh dengan cara observasi. Tetapi cos i
tidakdapat dicari, karena v2 biasanya tidak diketahui. Jika harga v 2 dapat
diketahui, kedalaman hp dan titik penerima Pdapat diperoleh dari :
hp =

v1
( T +T T AB )
2 cos i AP BP

7.22

Seperti pada gambar 2 harga dari T AP atau TBP yang berhubungan dengan TAP
atau TBP dapat dibaca dari ektensi (memperpanjang) kurva TAP atau TBP. Jadi
harga kadalaman hp dapat dihitung dari pers (7) dan (8).
hp=

v1
( T T 'AP )
cos i AP

7.23a

hp=

v1
( T T 'BP )
cos i BP

7.23b

Gambar 2. Kurva waktu rambat dan kurva waktu rambatkecepatan [1]

Perhitungan yang harus dilakukan dapat dipermudah dengan merancang suatu


paket program yang dapat juga menggambarkan visualisasi lapisan bawah
permukaan. Paket program ini disusun dengan berbasis Borland Delphi
atau Delphi. Program ini merupakan sarana pemrograman aplikasi visual yang
menggunakan bahasa pemrograman Pascal [6]. Program aplikasi ini bekerja di
bawah system operasi Windows, memiliki antar muka visual yang user friendly
serta menggunakan bahasa pemrograman yang mampu menyediakan antar
muka grafis (Graphical User Interface, GUI). Selain itu program ini juga dapat
menghasilkan sebuah lingkungan pengembangan aplikasi yang berorientasi
objek (Object Oriented Programming,OOP).
Ada dua macam nois yang dapat dibedakan,
1. Nois yang timbul sesaat kemudian lenyap
Nois ini diakibatkan oleh orang berjalan, motor/mobil, dan sebagainya. Untuk
menghindari nois semacam ini, pada saat sumber gelombang (source)
ditimbulkan, diusahakan agar tidak ada sesuatu yang bergerak disekitar
geophone.
2. Nois yang timbul terus menerus
9

Nois ini biasanya ditimbulkan oleh angin, pohon (bergoyang), aliran air sungai,
dan sebagainya. Untuk menghindari keadaan semacam ini sebaiknya setiap
kali mengadakan pengukuran seismik, diadakan terlebih dahulu nois tes. Jika
nois yang timbul cukup kecil dibanding dengan sinyal yang dihasilkan maka
pengukuran dapat dilaksanakan. Tetapi jika nois cukup besar dibanding sinyal,
pengukuran perlu ditunda beberapa saat sampai nois menjadi kecil.
Untuk menghindari nois, signal yang masuk dapat ditumpuk (di-stack) beberapa
kali, sehingga data yang diperoleh lebih baik dan jelas. Dilakukan demikian
karena dengan stacking, sinyal dijumlahkan sedang nois ditiadakan (nois
bersifat random dan acak).
Sebelum melakukan pengukuran ditentukan terlebih dahulu garis lintasan
pengukuran, lintasan pengukuran diusahakan datar dan mewakili daerah
seismik penelitian atau dengan kata lain penempatan lintasan penelitian
didasarkan pada pertimbangan teknis dan kaitannya dengan usaha untuk
mendapatkan gambaran keadaan bawah permukaan yang memadai.

10

Anda mungkin juga menyukai