Manual Pemeriksaan Ekstremitas Bawah PDF
Manual Pemeriksaan Ekstremitas Bawah PDF
DISUSUN OLEH
dr. Jainal Arifin, Sp.OT, M.Kes
dr. M. Sakti, Sp.OT, M.Kes
Sub Divisi Rheumatology Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FISIS EXTREMITAS BAWAH
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisis extremitas bawah dan melakukan
interpretasi dengan benar.
SASARAN PEMBELAJARAN :
Setelah mendapat pelatihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan :
1. Mampu melakukan pemeriksaan fisis sendi Hip, Knee, Ankle, dan Telapak Kaki
2. Mampu melakukan interpretasi pemeriksaan extremitas bawah dengan benar
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar atau tidak
sesuai dengan urutannya
2. Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya
tapi tidak efisien
3. Mahir : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya
dan efisien
TS : Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan
A. Persiapan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, dan menjabat tangan pasien
Mempersilakan pasien berbaring/berdiri
Menjelaskan jenis pemeriksaan, prosedur pemeriksaan, alasan dan manfaat
pemeriksaan pada pasien
Meminta persetujuan pasien
Melakukan cuci tangan
Meminta pasien membuka pakaian sebatas daerah yang akan diperiksa
(sebaiknya ditemani oleh perawat)
Pemeriksaan Hip
1 Inspeksi pada hip, lakukan dengan membandingkan kanan dan kiri, lakukan
dari anterior, lateral, dan posterior
a. Melakukan inspeksi dari anterior:
Melihat apakah pasien menggunakan alat bantu jalan seperti
tongkat dan pada sisi sebelah mana
Menilai apakah posisi tubuh pasien lurus ataukah terdapat
kemiringan pada daerah pelvis
Membandingkan warna kulit pada sendi dan daerah sekitar,
nilai ada tidaknya hematom, echymosis, dll
Menilai tanda-tanda kontraktur fleksi pada hip
Menilai tanda-tanda wasting otot pada paha
b. Menilai ada tidaknya edema
c. Menilai posisi dan ada tidaknya deformitas hip:
- Dislokasi posterior :hip dalam posisi fleksi, rotasi internal, dan
adduksi.
- Dislokasi anterior : ditandai dengan rotasi eksternal, sedikit fleksi,
dan abduksi.
- Fraktur femoral neck atau fraktur intertrochanter: pemendekan
dan rotasi external
- Kontraktur fleksi Hip: Fleksi menetap pada Hip
d. Tes Trendelenburg : positif jika sisi yg mengalami dislokasi menumpu
berat badan sedangkan sisi yg normal diangkat maka hip joint sisi
normal akan terlihat lebih rendah dibanding sisi yg mengalami
dislokasi.
2 Palpasi pada hip: selalu lakukan pada kedua sisi, selalu dilakukan sambil
melihat ekspresi wajah pasien
a. Memberikan penekanan ringan pada hip: nilai ada tidaknya nyeri tekan
b. Melakukan fleksi pada Hip: jika timbul nyeri maka mengindikasikan
iritasi nervus Sciaticus yang dapat disebabkan oleh herniasi discus atau
spasme piriformis
c. Melakukan Palpasi pada jaringan otot (ada tidaknya spasme, nyeri):
lakukan pada keempat kelompok otot secara simetris bilateral sebagai
berikut:
Kelompok flexor (kuadran anterior)
Kelompok adductor (kuadran medial)
Kelompok abductor (kuadran lateral)
Kelompok extensor (kuadran posterior)
d. Melakukan palpasi pada kontur tulang, menilai adanya nyeri:
Anterior: SIAS, crista iliaca, trochanter major, tuberculum pubicum
Posterior: SIPS, trochanter major, ischial tuberosity, articulation
sacroiliaca
e. Menilai status neurovaskular
- Cedera pada nervus sciatic atau neurovascular dari femur dapat
terjadi pada disokasi hip
4 Menilai ROM secara aktif dan pasif
a. Menilai gerak flexi (Normal = 90o - 120o): pada posisi supinasi tekukkan
lutut kea rah dada
b. Menilai gerak adduksi (Normal = 30o): pada posisi supinasi gerakkan
kaki kea rah lateral
c. Menilai gerak abduksi (Normal = 45o): pada posisi supinasi, gerakkan
kaki kea rah medial
d. Menilai gerak ekstensi (Normal = 10o - 15o): pada posisi pronasi, angkat
kaki kea rah menjauh dari tempat tidur pemeriksaan
e. Menilai gerak external rotation (Normal = 45o): pada posisi pronasi,
flexikan lutut kea rah luar (dapat dilakukan pada posisi duduk: kaki
diarahkan ke lateral)
f. Menilai gerak internal rotation (Normal = 35o): pada posisi pronasi,
fleksikan lutut kea rah dalam (dapat dilakukan pada posisi duduk: kaki
diarahkan ke medial)
g. Menilai gerak retroversion (Normal = 15o)
h. Menilai gerak anteroversion (Normal = 15o)
Pemeriksaan Khusus
Thomas Sign:
Pasien dalam posisi supinasi
Salah satu lutut diangkat ke dada
Positif jika paha sisi berlawanan terangkat menjauhi meja
Leg Length Discrepancy
Ukur panjang kaki sebenarnya (true length) dari pertengahan hip ke
ankle
f. Apprehension Sign.
Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai terjadi dislokasi.
Pasien dalam posisi supinasi dengan lutut difleksikan 0 – 30o.
Secara perlahan dorong patella kea rah lateral.
Positif jika pasien menghentikan/ meminta pemeriksa berhenti
melakukan maneuver tersebut.
b. Extensi (0-15o)
Pasien berbaring telentang dengan tungkai lurus
Tangan tidak dominan memberikan fiksasi sedikit di sebelah atas
lutut bagian dorsal (extensi) atau pada sedikit di sebelah atas lutut
bagian ventral (hiperextensi), tangan dominan memegang sidikit di
atas pergelangan kaki.
Dengan tangan aktif, angkat tungkai bawah hingga maksimal
Valgus
Varus
e. Tes menilai fungsi ligamentum cruciatum
Tes Drawer
Pasien dalam posisi supinasi dengan lutut flexi dan telapak kaki rapat
pada meja pemeriksaan
Genggam bagian proximal tibia dan angkat tibia kea rah anterior
kemudian dorong kea rah posterior
Pergerakan tibia berlebihan kea rah anterior mengindikasikan
terjadinya robekan cruciatus anterior.
Pergerakan tibia berlebihan kea rah posterior mengindikasikan
terjadinya robekan cruciatus posterior.
4 Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Khusus Menisci
1. Tes McMurray
a. Posisi pasien telentang dengan panggul ± 110˚ fIeksi, tungkai bawah
maksimal feksi.
b. Letakkan tangan tidak dominan pada tungkai atas sedekat mungkin
dengan lutut, tangan dominan memegang kaki.
c. Ekstensikan tungkai bawah disertai dengan tekanan ke valgus dan
eksorotasi (positif: provokasi nyeri pada meniscus Iateralis dan bunyi
“kIik”) Medial Meniscus
d. Ekstensikan tungkai bawah dengan tekanan ke varus dan endorotasi
(positif: provokasi nyeri pada meniscus medialis dan bunyi “kIik”)
Lateral Meniscus
2. Tes Apley
a. Posisi pasien telungkup dengan lutut fleksi ± 90˚.
b. Letakkan kedua tanga pada telapak kaki disertai dengan pemberian
tekanan vertikal ke bawah
c. Putar kaki ke eksorotasi (kompresi pada meniscus lateralis) dan
endorotasi (kompresi pada meniscus medialis), positif bila ada nyeri dan
bunyi “kIik”.
3. Tes Steinman
a. Posisi pasien telentang dengan lutut lurus
b. Letakkan tangan dominan pada kaki, tangan lainnya memegang lutut
dari arah depan dengan ibu jari memberi tekanan pada celah sendi
bagian medial (letak berpindah-pindah) untuk provokasi nyeri tekan.
c. Gerakkan tungkai bawah ke arah fleksi dan ekstensi, positif bila ada
nyeri tekan yang berpindah letak saat posisi lutut (ROM) berubah.
Pemeriksaan Ankle
Inspeksi Ankle
a. Bandingkan kedua ankle kiri dan kanan
b. Menilai perubahan warna kulit: tanda-tanda inflamasi,
hematom, echymosis, dll
c. Menilai deformitas
Palpasi Ankle
a. Raba dan bandingkan suhu permukaan kulit ankle dengan sekitarnya
b. Berikan penekanan ringan pada ankle untuk menilai nyeri tekan
Pemeriksaan ROM Ankle
a. Pasien dalam posisi duduk, dengan tungkai bawah menggantung pada
ujung meja pemeriksaan.
b. Dorsoflexi: dilakukan oleh musculus tibialis anterior, extensor digitorum
longus, dan extensor hallucis longus
Minta pasien membengkokkan ankle dengan jari-jari menunjuk
kea rah atas.
Normal: 0 -20o
e. Eversi Tarsal Joint: Dilakukan oleh musculus peroneus longus dan brevis
Minta pasien memutar telapak kakinya kea rah luar
Normal : 15-25o
Via E (2008). Orthopedic and Osteophatic Evaluation of the Knee. Virginia College of
Osteophatic Medicine.