Anda di halaman 1dari 50

TOXICOLOGY

IGS. Budiaman
SARJANA KIMIA HARUS BANYAK
MENGETAHUI:

• Toksikologi (Toxicology )
– Cara bahan beracun masuk organ tubuh
– Cara bahan beracun di eliminasi dari organ
tubuh
– Efek bahan beracun pada organ tubuh
• Kesehatan Industri
– Metode pencegahan atau mengurangi
masuknya bahan beracun ke dalam organ
tubuh
DAHULU KALA, TOKSIKOLOGI DIDEFINISIKAN SBG
“ILMU PENGETAHUAN TENTANG RACUN”

• Sayangnya, kata racun tidak dapat didefinisikan


secara memadai
• Paracelsus, 1500s, mengatakan semua “semua
zat adalah racun”, tidak ada yang tak beracun
• Dosis yang benar membedakan racun dan obat
• Seperti air dapat berbahaya bila membawa
mikro organisme dalam dosis besar
• Prinsip dasar toksikologi “tidak ada zat kimia
yang tak berbahaya, hanya tak berbahaya
bagaimana mengunakan zat kimia”
SAAT INI, TOKSIKOLOGI DIDEFINISIKAN SBG
“STUDI KUALITATIF DAN KUANTITATIF EFEK-
EFEK MERUGIKAN TOKSIKAN PADA ORGAN
TUBUH”

• Toksikan dapat berupa


– Bahan kimia
– Agen fisika: debu, fibers, noise, dan radiasi

• Contoh yg baik utk agen fisika adl asbestos fiber, diketahui


sebagai penyebab kerusakan paru-paru dan kanker
• Toksik hazard adl kemungkinan merusak organ tubuh
didasarkan atas exposure (kedapatan) karena
pengangkutan atau faktor-faktor fisis pemakaian
• Bahaya bahan beracun dapat dikurangi dg
mengaplikasikan teknik kesehatan industri yg memadai
BAGAIMANA TOKSIKAN MASUK ORGAN TUBUH

Toksikan

Masuk organ tubuh

Bergerak kedalam aliran darah

Segera dieliminasi Diangkut ke organ


target  terjadi
kerusakan organ
tubuh
RUTE TOKSIKAN MASUK ORGAN TUBUH
 Ingestion: melalui mulut ke dalam perut
 Inhalation: melalui mulut atau hidung ke dalam paru-
paru
 Injection: melalui suntikan ke dalam kulit

 Dermal Absorption: melalui membran kulit


Kasus terbanyak di industri  Inhalation atau Dermal Absorption

1. Uap toksikan,
2. Partikel solid,
3. Partikel liquid,
4. Liquid
5. Uap
GAMBAR LEVEL KONSENTRASI DARAH SBG
FUNGSI RUTE DAN WAKTU
GASTRO INTESTINAL (GI) TRACT
 GI Tract memainkan peran penting dalam
masuknya toksikan ke tubuh melalui ingestion
 Makanan atau minuman  adl mekanisme exposure
(kedapatan) yg biasa
 Partikel S/L dalam udara dapat tertangkap lendir
pernafasan  tertelan

KULIT
Kulit pegang peran penting dalam hal masuknya toksikan
 Melalui absorpsi dermal, tergantung lokasi, jenis
bahan kimia, dan derajat hidrasi (dpt lewat lubang
rambut/ kelenjar peluh
 Injeksi, melalui luka di kulit atau injeksi langsung
RESPIRATORY SYSTEM (RS) 
INHALATION
 Sistem pernafasan mempertukarkan O2 (di
udara) dan CO2 (di darah)
 Dalam 1 menit Orang normal pd saat istirahat
diperkirakan
 Bernafas  8 L udara
 Menggunakan 250 ml O2
 Melepaskan 200 ml CO2

 Kebutuhan akan meningkat sesuai dg olahraga


fisik
SISTEM PERNAFASAN
Upper Lower

 Hidung, sinus, mulut, h  Paru-paru dan struktur


ulu lebih kecil: bronchi dan
alveoli  ±300 juta alveoli
tenggorokan, pangkal pd paru-paru normal dg
tenggorokan, dan total luas 70 m2  sangat
batang tenggorokan rentan toksikan fisis yg
menghalangi transfer gas
 Berfungsi (debu tdk larut), bereaksi
penyaring, pemanasan, dg dinding alveoli 
dan pelembaban udara toksikan korosif,
 rentan toksikan yg  Pd alveoli: phosgen gas +
larut di air  asam/ air  HCl + CO
basa:
HCl, HBr, NH4OH, Na
OH, KOH dsb.
GAMBAR RUTE RESPIRASI
Pertukaran gas di
Sistem respirasi utama
alveolus
TOKSIKAN PERNAFASAN
 Upper
 HCl, HBr, NOx, SOx, NaOx, NH4OH, debu, Na, dan
KOH
 Lower
 Monomer seperti akrilonitril, senyawa halida
(HF, Cl2, Br2), H2S, phosgen, CH3CN, debu
asbes, silika, dan jelaga
 Debu:
 Φ > 5   tertangkap di URS
 2 < Φ < 5   dapat mencapai tenggorokan
 Φ < 1  dapat mencapai alveoli
Bagaimana Toksikan Dieliminasi

Excretion Detoxification Storage

Merubah Jaringan
Ginjal, liver, bahan kimia lemak
paru2 menjadi
kurang Toksikan
berbahaya ditimbun
dalam
lemak, darah,
Urine, kulit, r Proses
ambut, kuku biotransformasi ginjal, tulang
, liver dll
INFORMASI FUNGSI ORGAN FITAL
 Ginjal: Toksikan dengan Berat Molekul (BM)
rendah di ekstraksi dari aliran darah, lalu
dikeluarkan bersama urine
 Liver: Toksikan dengan BM > 300 dikeluarkan
ke dalam empedu
 Paru-paru: mengeliminasi bahan volatil dari
tubuh (kloroform dan alkohol)
EFEK TOKSIKAN PADA ORGAN TUBUH
DAPAT
IRREVERSIBLE
REVERSIBEL/TIDAK

 Carsinogen  kanker  Dermatotoxic 


 Mutagen  rusak berakibat pd kulit
kromosom  Hematoxic 

 Reproductive hazard berakibat darah


 merusak sistem  Hepatotoxic  liver
reproduksi  Nephrotoxic  ginjal
 Teratogen   Neurotoxic  sistem
kelahiran cacat syaraf
 Pulmonotoxic 
paru2
STUDI TOKSIKOLOGI
 Tujuan utama: untuk mengukur pengaruh
toksikan yg dicurigai thd organisme target
 Identifikasi yang perlu dilakukan:
 Toksikan  meliputi komposisi kimia dan keadaan
fisika (s, l, g); ini akan menentukan rute masuknya
toksikan ke dalam tubuh
 Organisme uji  dapat dlm rentang sel tunggal sampai
binatang lebih besar dg dasar pemilihan: 1) akibat/
pengaruh yg ditinjau, 2) biaya, 3) ketersediaan organ
uji
 Efek/ respon yg dimonitor 
 efek genetik perlu sel tunggal,

 efek thd organ tertentu (paru2, ginjal, liver, dll) perlu

binatang
STUDI TOKSIKOLOGI (LANJUTAN)
 Satuan dosis: ditentukan berdasar cara masuk
toksikan (T)
 T masuk langsung (injeksi/ telan)  mg T/kg berat
badan (riset: tikus sd. Manusia)
 T dalam udara  ppm atau mg T/m3
 Partikel di udara  mg T/m3 atau million particles
per cubic foot (MPPCF)
 Periode tes, tergantung pd efek jangka panjang/
pendek
 Toksisitas akut: akibat ekspose tunggal atau ekspose
seri dlm periode waktu singkat
 Toksisitas kronis: akibat ekspose berulang dlm
jangka panjang (sukar dilakukan, perlu waktu lama)
DOSIS VERSUS RESPONSE
 Respon organ tubuh thd toksikan pd dosis sama/
tertentu dapat berbeda tergantung pada: umur,
jenis kelamin, berat badan, diet, kesehatan
menyeluruh, dan faktor2 lain
 Bila digambarkan antara tingkat respon thd
akibatnya pada individu  mengikuti distribusi
normal/ gauss dg persamaan:
f(x) = probabilitas (fraksi)
individu yg mengalami
(2-1) response spesifik
x = Response
= standard deviasi
 = response rata-rata
PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA () DAN
STANDARD DEVIASI ()

(2-2)

(2-3)

dengan,
n = jumlah titik data
 = standard deviasi
EFEK STANDARD DEVIASI PADA BENTUK
KURVA DISTRIBUSI NORMAL

Makin kecil , distribusi kurva lebih mendekati nilai rata-rata


PERSENTASE INDIVIDU YG DIPENGARUHI
DIDASARKAN PD RESPONSE ANTARA 1 DAN 2
DARI RATA2

Area di bawah kurva menunjukkan % individu yg


terkena dampak untuk interval respon tertentu
CONTOH 2.1
 Uji iritasi kulit thd 75 orang oleh suatu zat pada
dosis tertentu. Respon dinyatakan dg skala 0-10
(0=tidak ada respon, 10=response tinggi); diket data:

1. Plot histogram orang yg


terkena dampak versus respon
2. Tentukan harga rata-rata dan
standard deviasi
3. Plot distribusi normal pd
histogram dari data asli
SOLUSI
2.

Standard deviasi,

3. Distribusi normal
HASIL PERHITUNGAN DISTRIBUSI NORMAL
15
4.51, 13.35
X f(X) 75 f(X)
4, 13.01 5, 13.03
0 0,0233 1,75
1 0,0519 3,89 3, 10.63 6, 10.69
2 0,0948 7,11 10

individuals affected
3 0,1417 10,63
Number of
4 0,1734 13,01 2, 7.11 7, 7.18
75 f(X)
4,51 0,1780 13,35
5 0,1738 13,03 5

1, 3.89 8, 3.95
6 0,1426 10,69
7 0,0958 7,18 9, 1.78
0, 1.75
8 0,0527 3,95 10, 0.66
0
9 0,0237 1,78 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
10 0,0087 0,66 Respons
EK SPERIMEN TOKSIKOLOGI DIULANG UNTUK
DOSIS BERBEDA DAN KURVA NORMAL SBB
Nilai  dan  ditentukan berdasar data tiap dosis berbeda
Kesalahan digambarkan ±  di sekitar nilai rata-rata

Gb. 2.6. Dosis-Response untuk Gb. 2.7. Response vs log dosis


dosis tertentu untuk dosis tertentu
HUBUNGAN TOXIC RESPONSE VS LOG
DOSIS

 Gambar 2-8.
Berbagai macam
tipe kurva response
vs. log dose
 ED, effectiv dose

 TD, toxic dose

 LD, lethal dose

 Untuk gas, LC
(lethal
concentration)
REAKSI TERHADAP TOKSISITAS
 Lethal/ death  Lethal Dose (LD): LD10= Lethal
dose 10%, LD50, LD90 tapi untuk gas disebut
Lethal Concentration (LC)
 Minor dan reversible (contoh: iritasi mata) 
Effective dose (ED): ED10, ED50, dst
 Irreversible (merusak liver/ paru-paru)  Toxic
Dose (TD): TD10, TD50, dst
 LD50 adalah dosis dinyatakan dalam mg/kg berat
badan, yg menyebabkan kematian 50% dari
individu yg di ekspose selama 24 jam sesudah
perlakuan/ treatment secara oral/ dermal 
eksperimen: tikus
REAKSI TERHADAP TOKSISITAS (LANJUT)
 LD50, adalah konsentrasi mematikan bahan
kimia di udara yg menyebabkan kematian 50%
binatang bila di hisap untuk periode waktu
tertentu (biasanya 4 jam)
 Toksisitas bahan kimia
 Nontoxic
 Moderately toxic
 Very toxic
 Extremely toxic
 Super toxic
DERAJAT TOKSISITAS (CROWL 1992)

TOKSISITAS PROBABLE EXAMPLE LD50


VALUE LETHAL OF (ANIMAL)
ORAL DOSE CHEMICAL
FOR
HUMANS
1= Nontoxic >15 g/ kg
2= Slightly toxic 5-15 g/kg Etanol 10 g/kg
3= Moderately 0,5-5 g/ kg NaCl 4 g/ kg
toxic
4= Very toxic 50-500 mg/ kg Phenobarbital 150 mg/ kg
5= Extremely toxic 5-50 mg/ kg Picrotoxin 5 mg/ kg kg
6= Super toxic < 5 mg/kg Dioxin 0,001 mg/
(Crowl, 2002)
HUBUNGAN TOXIC RESPONSE VS LOG DOSIS

 Digambarkan dua toksikan A


dan B mempunyai toksisitas
relatif berlainan pada dosis yg
berbeda
 Toksikan A lebih toksik pada
dosis tinggi, sedangkan toksikan
B lebih toksik pada dosis rendah
 Kurva response-dose kebanyakan
dikembangkan dg data toksisitas
akut
 Berbeda utk data kronis  jauh
lebih rumit dg membedakan
kelompok umur, kelamin, dan
cara pengangkutan.
BILA MELIBATKAN BEBERAPA TOKSIKAN 
INTERAKSI TOKSIKAN:

 Additively (A)  Efek gabungan mrp


penjumlahan efek individual
 Synergistically (S)  Efek gabungan melebihi
efek individual
 Potentiately (P)  Adanya yang satu akan
menambah efek yg lain
 Antagonistically (AG)  Satu dan lainnya saling
bertentangan
MODEL-MODEL DOSIS: KURVA RESPONSE
 Kurva response versus dose (R-D) dapat
dikembangkan secara luas untuk berbagai
ekspose, meliputi ekspose panas, tekanan,
radiasi, benturan (impact), dan suara.
 Untuk tujuan komputasi, kurva R-D tidak
memadai  dikembangkan pers analitis
 Terdapat banyak metode utk mempresentasikan
kurva R-D
 Untuk ekspose tunggal, cukup baik digunakan
metode Probit (probability unit) membentuk
kurva sigmoid  ditransformasi ke garis lurus
HUBUNGAN VARIABEL PROBIT, Y,
DENGAN PROBABILITAS, P

(2-4)

 Hubungan antara persentase dan probit


(probability unit) disajikan dalam gambar 2-9
dan tabel 2-4.
 Tabel 2-5 menyajikan variasi pers probit untuk
jumlah tipe ekspose yg berbedaVariabel probit
dihitung dari pers. (2-5)

k1, k2 = parameter probit


V = causative factor (dose)
GAMBAR 2-9. HUBUNGAN PERSENTASE DAN PROBIT
Konversi probit ke persentase dapat dinyatakan dg pers.
 Y 5  Y  5 
P  501  erf  
 (2-6)
 Y  5  2 
HUBUNGAN VARIABEL PROBIT (Y) DENGAN
PROBABILITAS (P)
Causative variable, V disajikan dalam tabel 2.5, meliputi:
CONTOH 2.2
Tentukan persentase kematian yang dihasilkan oleh kobaran
kebakaran (pool burning), jika variabel probit, Y = 4,39.
Bandingkan hasilnya dari tabel 2.4 dan persamaan 2.6

Penyelesaian:

Dari tabel 2-4 di dapat persentase, P = 27%; dengan persamaan


2-6 sebagai berikut:

 4,39  5  4,39  5 
P  501  erf  
 4,39  5  2 
   0,61 
 501  erf    501  erf 0,4314 
  2 
 501  0,458  27,1%
CONTOH 2.3
Efek peak overpressure ledakan pada pecahnya gendang
telinga, dilaporkan menurut data berikut:
% Affected Peak overpressure
(N/m2)
1 16500
10 19300
50 43500
90 84300
Berikan korelasi probit pada tipe ekspose tersebut!
Solusi: dari tabel 2.4  konversi % ke probit
% Affected Probit
1 2,67
10 3,72
50 5,00
90 6,28
MODEL DARI DOSE: RESPONSE CURVE

Dari tabel 2.5  k1 = -15,6; k2 = 1,93; dan V = Po

Y = -15,6 + 1,93 ln Po
THERESHOLD LIMIT VALUES (NILAI
AMBANG BATAS)  TLVS

 Nilai terendah pada kurva R-D disebut dosis ambang


 Dibawah dosis ambang, organ tubuh (OT) dapat
mengeliminasi dan detoksifikasi toksikan  efeknya tdk
terdeteksi
 American Conference of Governmental Industrial
Hygienists (ACGIH)  menetapkan dosis yang
diperkenankan disebut TLVs untuk berbagai agen kimia.
 TLVs merujuk pada konsentrasi udara yg dikaitkan
dengan kondisi dimana tidak ada efek merugikan bagi
pekerja seumur hidup.
 Ekspose hanya terjadi selama jam kerja normal, 8 jam/hari
dan lima hari per minggu
 TLVs yang sebelumnya disebut Maximum Allowable
Concentration (MAC)
PENGGOLONGAN TLVS
 TLV-TWA: Time Weighted Average, menunjukkan
konsentrasi toksikan dilingkungan kerja bagi pekerja
selama 8 jam/ hari dan 40 jam per minggu tanpa
menimbulkan efek merugikan bagi pekerja
 TLV-STEL: Short Term Exposure Limit, batas
maksimum konsentrasi toksikan yg dapat di ekspose
ke pekerja selama 15 menit scr kontinyu tanpa
timbul penderitaan, diantaranya: 1) Iritasi berat, 2)
Perubahan jaringan kronis atau irreversible, 3)
Pembiusan pd tingkat cukup untuk: menaikkan
kecendrungan kecelakaan, mengganggu kemampuan
menyelamatkan diri, menurunkan efisiensi kerja
secara material, penyimpangan maksimum 4x/hari dg
periode ekspose 60 menit, dan setiap hari < TLV-
TWA.
PENGGOLONGAN TLVS (LANJUT)

 TLV-C: Ceiling Limit, batas konsentrasi toksikan yg tidak


boleh dilewati saat itu
 Catatan:
 Index relatif toksisitas
 Polusi udara
 Menilai toxic hazard dari ekspose kontinyu, tdk
terputus
 The United State Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) telah mendefinisikan dosis
ambang disebut permissible exposure level (PEL)
 Nilai PEL mengikuti dan sangat dekat dengan TLV-TWA
 Nilai PEL jarang di-update, sedangkan TLV sangat sering
dan lebih konservatif
PELAPORAN TLVS

 Pelaporan TLVs menggunakan ppm (parts per


million by volume), mg/m3 (mg of vapor per m3 of
air), atau untuk debu, dalam mg/m3 atau mppcf
(millions of particles per cubic foot of air)
 Untuk uap, mg/m3 di konversi ke ppm dg
persamaan

Harga TLV-TWA dan PEL untuk berbagai toksikan


dapat dilihat pada tabel 2.8 p. 42-44 Crowl
NATIONAL FIRE PROTECTION
ASSOCIATION (NFPA) DIAMOND

NFPA diamonds are frequently found on chemical containers in laboratories.

Anda mungkin juga menyukai