Journal Reading Kulit Dan Kelamin
Journal Reading Kulit Dan Kelamin
ABSTRAK
Saat ini skabies menjadu salah satu infeksi parasit yang cukup banyak terjadi
dan menjadi isu yang sangat penting di beberapa pusat-pusat kesehatan terutama di
daerah miskin. Tujuan dari penelitian kali ini adalah untuk membandingkan efikasi
dari pemakaian krim permetrin 2.5% vs emulsi tenutex dalam pengobatan skabies.
Sebanyak 440 pasien dipilih dan diacak ke dalam dua grup/kelompok. Grup pertama
menerima permetrin 2.5 % 2 kali dengan interval satu minggu dan grup kedua
menerima emulsi tenutex sebanyak satu kali pemakaian seluruh tubuh. Kemudian,
hasil dari terapi ini dievaluasi dengan interval 2 dan 4 minggu dan apabila terjadi
kegagalan terapi selama 2 minggu follow up maka akan dilakukan pengulangan
pemberian terapi. Pemakaian krim permetrin 2.5% memberikan perbaikan sekitar
63.6% pada minggu ke 2 follow up dan meningkat menjadi 86.3% pada minggu ke 4
follow up setelah pemberikan yang kedua. Sementara itu, penggunaan single dose
pada emulsi tenutex efektif pada sekitar 45.4% pasien pada minggu ke 2 follow up
dan meningkar sekitar 59.1% pada minggu ke 4 follow up.
1
RESUME JURNAL
I. LATAR BELAKANG
Skabies adalah suatu kondisi kulit dengan keluhan kulit menjadi sangat gatal
dan disebabkan adanya burrow pada kulit. Penyakit ini dapat menyerang segala usia
dan dari berbagai kalangan sosial, sekalipun kalangan yang sangat menjaga
kebersihan diri. Diperkirakan sekitar 300.000.000 kasus skabies terjadi di seluruh
dunia setiap tahunnya, bahkan di beberapa daerah prevalensi skabies menyerang
hingga ke diare dan gangguan sistem pernafasan atas. Salah satu penyebab tingginya
angka kejadian skabies adalah ketidaksesuaian terapi yang diberikan dan terapi yang
tidak adekuat. Pada kebanyakan orang normal mengalami serangan sekitar 10-15
parasit dan jika orang tersebut tidak pernah mengalami skabies sebelumnya, maka
membutuhkan waktu sekitar 4-6 minggu untuk menimbulkan gejala. Perlu diingat,
bahwa dalam kurun waktu ini seseorang yang terinfeksi oleh parasit penyebab skabies
dapat menularkan ke orang lain meskipun orang tersebut tidak memiliki gejala
sebelumnya. Sedangkan pada orang-orang yang sudah pernah mengalami skabies
sebelumnya, diperlukan waktu lebih cepat yaitu sekitar 1-4 hari untuk timbul geala
setelah terpapar parasit.
Ketika terjadi kerusakan pada kulit, maka kemungkinan terjadi infeksi sekunder
seperti S.aureus dan Streptococcus betahemolitik menjadi lebih besar. Sehingga
anggota keluarga yang tinggal serumah, partner seksual, dan mereka yang kontak
cukup sering dengan penderita juga harus mendapatkan terapi meskipun tidak
menimbulkan gejala. Krim permetrin 2.5% diaplikasi ke kulit mulai dari leher ke
bawah pada saat sebelum tidur dan dibilas keesokan paginya. Direkomendasikan
untuk pemberian permetrin 2.5% kedua kalinya pada minggu berikutnya. Tenutex
adalah obat yang digunakan untuk mengobati skabies aktif, dengan dosis 50-60 gram
dan dioleskan di seluruh tubuh terkecuali kepala. Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan antara terapi krim premetrin 2.5% dengan emulsi tenutex
2
II. METODE PENELITIAN
A. Pemilihan Sampel
Metode yang digunakan pada penelitian kali ini adalah single-blind RCT
dengan kriteria pasien berusia lebih dari 2 tahun dan memiliki gambaran dermatologi
di klinik Tabriz. Kriteria ekslusi sampel penelitan ini antara lain: berusia kurang dari
2 tahun, sedang hamil atau menyusui, riwayat kejang, gangguan penyakit berat dan
sistemik, penyakit-penyakit immunisupresi, munculnya manifestasi gejala Norwegia
skabies, dan mendapatkan pengobatan topikal atau sistemik acaricide satu bulan
sebelum penelitian. Data-data pasien yang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan,
dan tinggi badan akan digunakan untuk menggambarkan data demografi. Tidak ada
satupun pasien yang mengalami pedikulosis, skabies, atau infeksi topikal lain pada
diagnosis awal.
Diagnosis skabies dibuar berdasarkan kriteria : munculnya burrow dan atau lesi
tipikal skabies, timbulnya nokturnal pruritus, dan keluhan serupa pada keluara atau
orang terdekat pasien. Gejala-gejala tersebut terkonfirmasi dengan munculnya
gambaran telur, larva, parasit/fekal pada gambaran secara mikroskopis. Selanjutnya
pasien-pasien yang telah memenuhi kriteria diatas, secara acak dikelompokkan
menjadi dua kelompok, yaitu grup A yang menerima krim permetrin 2.5% dan grup
B yang menerima emulsi tenutex.
B. Pengacakan dan Pengobatan
Total pasien yang digunakan pada penelitian ini pada awalnya berjumlah sekitar
480 orang, 40 diantaranya tidak dapat melanjutkan terapi setelah follow up pertama
dan beberapa masuk ke dalam kriteria ekslusi. Selanjutnya, total sampel yang
digunakan berjumlah 440 orang terdiri dari 290 pria dan 150 wanita. Grup pertama
menerima terapi krim permetrin 2.5% 2 kali dengan interval selama 1 minggu dan
grup kedua menerima emulsi Tenutex dan diaplikasikan satu kali ke seluruh tubuh.
Terapi ini juga diberikan kepada pasien dan anggota keluarga terdekat serta keduanya
tidak diberikan obat antipruritus atau pengobatan topikal lainnya.
3
C. Evaluasi
Evaluasi dilakukan oleh klinisi atau investigator yang tidak mengetahui terapi
mana yang diberikan kepada pasien tersebut. Pasien dinilai pada minggu ke 2 dan ke
4 setelah terapi pertama diberikan. Pada setiap penilaian, investigator akan mencatat
lesi tubuh setiap pasien pada sebuah diagram dan membandingkan dengan lesi
sebelum terapi. Jika terjadi lesi baru, maka akan dianalisis secara mikroskopis dan
pasien dikatakan sembuh jika tidak terdapat lesi baru, penyembuhan lesi lama, dan
tanpa memperhatikan munculnya nodul postskabietik. Pengobatan dikatakan gagal
apabila ditemukan secara mikroskopis lesi baru pada saat 2 follow up kedua.
Sementara itu pengobatan dikatakan re-infestasi jika pasien sembuh pada follow up
ke dua dan muncul kembali lesi baru yang terkonfirmasi secara mikroskopis setelah 1
bulan.
D. Analisis Statisik
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian kali ini menggunakan uji
X² atau uji Fisher exact yang diaplikasikan untuk menguji perbedaan kedua grup dan
nilai P<0.05 bermakna signifikan. Kemudian digunakan SPSS versi 16; SPSS Inc.
Digunakan untuk menganalisis hasil studi.
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada jenis kelamin diantara kedua grup.
Jumlah pasien pada setiap pengobatan yang termasuk dalam kategori gejala ringan,
sedang, dan berat secara signifikan juga tidak terdapat perbedaan. Kemudian pada
4
follow up pertama minggu ke 2, terapi mulai menunjukkan efektif pada sekitar 140
pasien (63.6%) dengan pengobatan krim permetrin dan 100 pasien (45.4%) dengan
pengobatan emulsi tenutex dengan tidak ada perbedaan secara signifikan pada kedua
grup (P=0.72). Kemudian terapi diulang pada sekitar 200 pasien (120 pria dan 80
wanita; dengan 80 menggunakan krim permetrin 2.5% dan 120 menggunakan emulsi
tenutex) pada mereka yang masih memiliki manifestasi.
Pada follow up ke 2 yang dilakukan pada minggu ke 4 hanya sekitar 30 dari 80
pasien yang menggunakan krim permetrin 2.5% masih muncul rasa gatal berat dan
lesi kulit jika dibandingkan dengan 90 dari total 120 pasien yang menggunakan
emulsi Tenutex. Sehingga keseluruhan perbandingan kedua grup ini adalah 190/220
pasien (86.3%) pada pemakaian krim permetrin 2.5% dan 130 dari 200 (59.1%) pada
pemakaian emulsi Tenutex dengan nilai P<0.05.
IV.EFEK SAMPING
Dari semua terapi yang diberikan, keduanya cenderung dapat diterima oleh
seluruh pasien, tidak ada satupun pasien yang menunjukkan reaksi alergi terhadap
kedua jenis terapi tersebut. efek samping utama dari terapin ini adalah iritasi yang
dilaporkan terjadi pada sekitar 60 pasien (20 pasien dengan krim permetrin 2.5% dan
40 pasien dengan emulsi Tenutex) tetapi hal ini tidak menimbulkan keluhan yang
serius.
V. DISKUSI
5
setelah pasien terinfeksi. Terapi yang biasa digunakan adalah krim kulit permetrin 5%
dan cenderung menjadi “drug of choice” di beberapa negara. Resistensi terhadap
permetrin 5% telah dilaporkan di beberapa negara berkembang. Sementara itu
Tenutex sendiri mengandung sekitar 2 gr Disulfiram, 22.5% gr benzyl benzoat,
minyak kelapa, stearic acid, trolamin, alkohol, minyak eucaliptus dan air. Studi ini
menujukkan bahwa Permetrin lebih efektof jika dibandingkan dengan emulsi pada 2
minggu follow up. Pengobatan dengan permetrin memiliki angka kesembuhan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan tenutex selama 30 hari pengobatan setelah
pemberian pertama. Selain itu, pruritus yang menetap pada skabies selama beberapa
minggu juga jarang terjadi dan jika ada bukan menjadi faktor prediktif kegagalan
terapi yang penting. Menurut studi yang dilakukan oleh Usha et all., banyak pasien
menunjukkan penyembuhan lesi dan hal ini dapat dijelaskan oleh hasil penelitian
dengan follow up yang lebih lama. Selain itu, pemakaian permetrin dan Tenutex
efektif sebagai terapi pencegah kekambuhan skabies selama kurun waktu 2 bulan
VI. KESIMPULAN
Permetrin dapat menjadi terapi yang cost- effective dan dapat diberikan secara masif
dan mendapatkan kesembuhan yang lebih baik baik dengan atau tanpa pengawasan.
6
CRITICAL APPRAISAL
B. Penulis
7
Level of Recommendation
Level A karena Level of evidence pada level 1
Grade Criteria
Grade A The best evidence was at Level 1
Grade B The best evidence was at Level 2
Grade C The best evidence was at Level 3
Grade D The best evidence was at Level 4 or consensus
8
terapi yang diberikan kepada pasien.
Hal 32 bagian “Material and Methods” sub
bagian “Evaluation”
“The clinical evaluation after treatment was
made by experienced investigators who were
blinded to the treatments received”
9
dengan gambaran lesi yang sudah tercatat
sebelumnya.
3b. Apakah kelompok dalam Ya Kelompok dalam penelitian sama pada awal
penelitian sama pada awal penelitian, yakni kelompok yang diberikan
penelitian?
10
krim permetrin 2.5% dan emulsi Tenutex
2. Apakah hasil yang baik dari Ya Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penelitian dapat diterapkan pemakaian krim permetrin 2.5% memiliki
dengan kondisi yang kita manfaat yang lebih baik secara statistik jika
miliki? dibandingkan dengan emulsi tenutex.
Dengan kondisi pasien yang tidak jauh
berbeda baik dalam hal demografis,
penyebaran penyakit, dan manifestasi
klinisnya, maka hasil terapi pada studi ini
dapat diterapkan pada pasien-pasien di
Indonesia.
3. Apakah semua outcome Ya Semua hasil maupun dampak klinis, bahkan
klinis yang penting efek samping yang akan timbul dalam
dipertimbangkan (efek pengobatan diperhitungkan dalam penelitian
samping yang mungkin)? ini.
11
the infestation during the study; even the
treatment failures were improved compared with
their pretreatment status, and none had > 50 new
lesions”
4. Apakah sudah memahami Ya Harapan dan pilihan pasien adalah yang
harapan dan pilihan pasien? tidak memberatkan dan kemudahan dalam
pengaplikasian obat, meningkatkan angka
kesembuhan, dan mencegah penularan
skabies ke lingkungan sekitar. Diharapkan
dengan pemberian terapi ini akan
mempermudah pasien dalam
mengaplikasikan obat dan menurunkan
angka penularan skabies.
5. Apa manfaat dan kerugian Pemberian dari antiskabies baik berupa krim
yang mungkin dapat permetrin 2.5% dan emusli Tenutex sama-
diperoleh pasien kita, bila sama memberikan manfaat untuk perbaikan
terapi ini diterapkan? dari simptom skabies dan dapat menjadi
salah satu alternatif pencegahan penularan
skabies. Kesimpulan penelitian yang
menyebutkan bahwa krim permetrin lebih
baik secara statistik untuk mengatasi skabies
dibandingkan dengan emulsi Tenutex dapat
diterapkan di pusat-pusat kesehatan dan
dapat menjadi “drug of choice” yang dapat
digunakan secara aman meskipun tanpa
pengawasan yang ketat.
Kesimpulan
Dari cek list di atas dapat disimpulkan bahwa jurnal ini layak untuk
dijadikan referensi dan dapat diaplikasikan kepada pasien skabies dan
diharapkan dengan hasil penelitian ini akan semakin meningkatkan kepatuhan
pasien dalam pemakaian obat anti skabies dan menurunkan tingkat penularan
skabies yang masih banyak terjadi.
12