Mekanisme Kerja Antibiotik
Mekanisme Kerja Antibiotik
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Mikroba merupakan kelompok yang paling tinggi keragamannya di bumi ini. Namun
sering kali diabaikan karena pengalaman yang buruk tentang mikroba selama ini. Padahal tanpa
disadari mikroba melakukan banyak hal berguna bagi hidup, seperti keterlibatannya dalam siklus
biogeokimia, penyedia senyawa tertentu di atmosfer dan tanah. Salah satu nilai penting dari
mikroba adalah kemampuannya menghasilkan metabolit sekunder seperti antimikroba. Banyak
teknik yang dapat dilakukan untuk mendeteksi anggota mikroba yang memproduksi metabolit
yang bernilai ini. Dewasa ini pencarian mikroba dengan kemampuan menghasilkan asam amino,
antimikroba (antibiotik), dan metabolit-metabolit lainnya gencar dilakukan (Meyers et al. 1968).
Antibiotik merupakan substansi yang dihasilkan oleh suatu organisme dan dapat
menghambat pertumbuhan organisme lain. Antibiotik juga dimanfaatkan untuk bertahan hidup
dan menghadapi organisme lain yang mengancam keberadaannya. Antibiotik ini menunjukkan
aktivitas toksisitas selektif dan mungkin berbeda pada tiap organisme. Sebagian besar antibiotik
yang digunakan dalam beberapa decade terakhir murni berasal dari mikroba (Pathania & Brown
2008).
Antibiotik berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari anti(lawan) dan bios (hidup).
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia didalam organisme, khususnya dalam proses
infeksi oleh bakteri.
Antibiotik ditemukan oleh Sir Alexander Flemming tahun 1928. Penemuan antibiotik
tersebut terjadi secara tidak sengaja ketika Alexander lupa membersihkan sediaan bakteri pada
cawan petri dan meninggalkannya di rak cuci sepanjang akhir pekan. Ketika cawan petri tersebut
akan dibersihkan, ia malihat sebagian kapang telah tumbuh di media dan bagian disekitar kapang
‘bersih’ dari bakteri yang sebelumnya memenuhi media. Karena tertarik dengan kenyataan ini, ia
melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kapang tersebut yang ternyata adalah Penicillium
chrysogenum syn P. notatum (kapang berwarna biru muda ini mudah ditemukan pada roti yang
dibiarkan lembab beberapa hari). Ia lalu mendapat hasil positif dalam pengujian pengaruh
ekstrak kapang terhadap bakteri koleksinya. Dari ekstrak itu ia diakui menemukan antibiotik
alami pertama yaitu Penecillin G.
Ada bermacam-macam antibiotik yang berpotensi untuk terapi penyakit infeksi. Mereka
berbeda satu sama lain dalam beberapa hal, seperti sifat fisika, kimia, farmakologis, spektrum
antibakteri atau mekanisme kegiatannya. Berdasarkan toksisitasnya, antibiotik dibagi dalam 2
kelompok, yaitu antibiotik dengan aktivitas bakteriostatik bersifat menghambat pertumbuhan
mikroba dan aktivitas bakterisida bersifat membinasakan mikroba lain. Antibiotik tertentu
aktivitasnya dapat ditingkatkan dari bakteriostatik menjadi bakterisida bila konsentrasinya
ditingkatkan (Suwandi 1992).
BAB II
PEMBAHASAN
Ada banyak penggolongan antibiotik, setidaknya ada 3 golongan antibiotik yang perlu kita
ketahui yaitu :
Kelompok Antibiotik:
1. Golongan β-laktam
a. Penisilin
Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum, memiliki cincin β-laktam yang
diinaktifkan oleh enzim β-laktam bakteri. Aktif terutama pada bakteri gram (+) dan beberapa
gram (-) contoh: amoksisilin dan ampisilin.
Untuk meningkatkan ketahanan terhadap β-laktamase → penambahan senyawa untuk
memblokir dan menginaktivasi β-laktamase. Misal: Amoksisilin + asam klavulanat, ampisilin +
sulbaktam, piperasilin + tazobaktam.
Efek samping: reaksi alergi → syok anafilaksis → kematian, gangguan lambunng dan
usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan neurotoksik.
b. Monobaktam
Dihasilkan oleh chromobacterium violaceum bersifat bakterisid, dengan mekanisme yang
sama dengan golongan β-laktam lainnya. Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob misal
Pseudomonas, H. Influenza yang resisten terhadap penisilinase contoh: aztreonam
2. Sefalosporin
Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas meliputi
bakteri gram positif dan negatif termasuk E. Coli, klebsiella dan proteus.
Penggolongan sefalosporinberdasarkan aktivitas dan resistensinya terhadap β-laktamase:
Generasi I → aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada β-laktamase
Misal: sefalotin, sefazolin, sefradin, sefalexin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada infeksi
saluran kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius.
Generasi II → lebih aktif terhadap kuman gram negatif, lebih kuat terhadap β-laktamase. Misal:
sefaklor, sefamandol, sefmetazol, sefuroksim.
Generasi III → lebih aktif terhadap bakteri gram negatif, meliputi P. Aeruginosa dan bacteroides.
Misal: sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksim. Digunakan secara parenteral.
Generasi IV → sangat resisten terhadap laktamase. Misal: sefpirome dan sefepim.
3. Aminoglikosid
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces dan micromonospora. Mekanisme kerjanya:
bekterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel.
Contoh: streptomicin, kanamicin, gentamicin, amikasin, neomisin.
Penggunaan aminoglikosida streptomicin dan kanamicin → injeksi pada TBC juga pada
endocarditis. Gentamicin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai
salep atau tetes mata/telinga. Efek samping: kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan
serta nefrotoksik.
4. Tetrasiklin
Diperoleh dari streptomyces aureofaciens dan streptomyces rimosus meliputi: tetrasiklin,
oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin (long acting). Khasiatnya bersifat bakteriostatik. Pada
pemberian iv dapat dicapai kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah. Mekanisme kerja:
mengganggu sintesis protein kuman. Spektrum kerjanya luas kecuali terhadap Pseudomonas dan
proteus. Juga aktif terhadap chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata).
5. Sulfonamida
Merupakan antibiotik spektrum luas terhadap bakteri gram positif dan negatif. Bersifat
bakteriostatik. Mekanisme kerja: mencegah sintesis asam folat dalam bekteri yang dibutuhkan
oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA bakteri. Kombinasi sulfonamida antara lain
trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dann sulfamezatin dengan perbandingan sama), kotrimoksazol
(sulfametaksazol + trimetoprim dengan perbandingan 5:1), sulfadoksin + pirimetamin.
Penggunaan untuk infeksi saluran kemih, infeksi mata, radang usus, malaria tropikana,
mencegah infeksi pada luka bakar, tifus. Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan terutama
trisemester akhir → icterus, hiperbilirubinemia.
6. Quinolon
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman dengan menghambat enzim DNA
gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA.
Penggolongan:
Generasi I → asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasi.
Generasi II → senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin, pefloksasin, ofloksasin.
Spektrum kerja lebih luas dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik.
Zat-zat long acting → misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin. Spektrum
kerja sangat luas dan meliputi gram positif.
7. Makrolida
Meliputi: eritromisin, klaritomisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta
spiramisin. Bersifat bakteriostatik, mekanisme kerja: pengikatan reversible pada ribosom kuman,
sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaan: merupakan pilihan pertama pada infeksi
paru-paru.
8. Linkomisin
Dihasilkan oleh streptomyces lincolnensis. Sifatnya: bakteriostatis meliputi: linkomisin
dan klindamisin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida terutama terhadap gram positif
dan anaerob. Penggunaan: aktif terhadap propionibacter acnes sehingga digunakan secara topikal
pada acne.
9. Polipeptida
Berasal dari Bacillus polymixa. Bersifat bakterisid berdasarkan kemampuannya
melekatkan diri pada membran sel bakteri sehingga permeabilitas meningkat dan akhirnya sel
meletus. Meliputi: polimiksin B dan polimiksin E (colistin), basitrasin dan gramisidin.
Spektrumnya sempit polimiksin hanya aktif terhadap bakteri gram negatif. Sebaliknya basitrasin
dan gramisidin aktif terhadap kuman gram positif. Penggunaan: karena sangat toksis pada ginjal
dan organ pendengaran, maka penggunaan secara sistemik sudah digantikan lebih banyak
digunakan sebagai sediaan topikal (sebagai tetes telinga yang berisi polimiksin sulfat, neomisin
sulfat, salep mata, tetes mata yang berisi basitrasin, neomisin.
10. Antibiotik lainnya
Kloramfenikol → bersifat bakteriostatik terhadap enterobacter dan S aureus berdasarkan
perintangan sintesis polipeptida kuman bersifat bakterisid terhadap S pneumoniae N meningitidis
dan H. Influenza. Penggunaannya secara oral dilarang dinegara barat sejak tahun 1970-an karena
menyebabkan anemia aplastis, sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi)
dan meningitis (khusus akibat H. Influenza). Kloramfenikol digunakan sebagai salep 3%
tetes/salep mata 0,25%-1%. Turunannya yaitu tiamfenikol.
Vankomisin → dihasilkan oleh streptomyces orientalis, bersifat bakterisid terhadap
kuman gram positif aerob dan anaerob. Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak
ampuh lagi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Antibiotik merupakan substansi yang dihasilkan oleh suatu organisme dan dapat
antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai
Antibiotik memiliki cara kerja sebagai bakterisidal (membunuh bakteri secara langsung)
pertahanan tubuh inang seperti fagositosis dan produksi antibodi biasanya akan merusak
mikroorganisme.
Ada beberapa cara kerja antibiotik terhadap bakteri sebagai targetnya, yaitu menghambat
sintesis dinding sel, menghambat sintesis protein, merusak membran plasma, menghambat
me-kerja-antibiotik-dan.html
Anonimus,2013.antibiotik.http://www.fkuisu.ac.id/2081/antibiotik/