Anda di halaman 1dari 95

CONTOH KASUS PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI NOTARIS DI

INDONESIA BERIKUT SANKSINYA

Contoh pelanggaran terhadap kode etik Notaris oleh oknum Notaris dalam menjalankan
jabatannya, yaitu :

1. Notaris menempatkan pegawai/asistennya di suatu tempat tertentu antara lain : di kantor


perusahaan, kantor bank yang menjadi klien Notaris tersebut, untuk memproduksi akta-akta yang
seolah-oleh sama dengan dan seperti akta yang memenuhi syarat formal;

2. Notaris lebih banyak waktu melakukan kegiatan diluar kantornya sendiri, dibandingkan dengan
apa yang dilakukan di kantor serta wilayah jabatannya

3. Beberapa oknum Notaris untuk memperoleh kesempatan supaya dipakai jasanya oleh pihak
yang berkepentingan antara lain instansi perbankan dan perusahaan real estate, berperilaku tidak
etis atau melanggar harkat dan martabat jabatannya yaitu :
-memberikan jasa imbalan berupa uang komisi kepada instansi yang bersangkutan, bahkan dengan
permufakatan menyetujui untuk dipotong langsung secara prosentase dari jumlah honorarium.
Besarnya cukup bahkan ada yang sampai 60%. Atau mengajukan permohonan seperti dan
semacam rekanan dan menandatangani suatu perjanjian dengan instansi yang sebetulnya adalah
klien dari Notaris itu sendiri dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh instansi tersebut.

-Taktik banting harga yang terjadi di kalangan Notaris diakibatkan oleh Penumpukkan penempatan
Notaris di suatu daerah tertentu. Hal ini menjadikan persaingan tidak sehat diantara kalangan
Notaris. Hal ini akibat makin ketatnya persaingan pada profesi jabatan Notaris, sejalan dengan
banyaknya berdiri praktik-praktik Notaris baru, oleh karena itu untuk menyiasati kondisi yang
sedemikian sebagian Notaris memasang tarif untuk jasanya dengan harga dibawah standar.

Berdasarkan contoh di atas, rnasalah yang paling mendasar adalah etika dan moral seorang Notaris,
yang notabene adalah seorang pejabat umum. Kalau menyangkut etika dan moral, sulit
mengaturnya dalarn bentuk peraturan, bahkan di tingkat Kode Etik maupun tingkat Peraturan
Umum sekalipun. Itu benar-benar menyangkut pribadi Notaris yang bersangkutan. Dampak dari
kasus tersebut para Notaris telah menyelewengkan tugas jabatannya dan mengambil pekerjaan di
luar wewenangnya.

Sanksi

Sanksi dalam Kode Etik tercantum dalam pasal 6 Kode Etik :

1. Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran Kode Etik dapat berupa
:

1. teguran
2. peringatan
3. schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan perkumpulan
4. onzetting ( pemecatan) dari keanggotaan perkumpulan
5. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpufan

2. Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang melanggar kode
etik disesuaikan dengan kualitas pelanggaran yang dilakukan anggota.

Yang dimaksud sebagai sanksi adalah suatu hukuman yang dimaksudkan sebagai sarana, upaya
dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin anggota perkumpulan maupun orang lain yang memangku
dan menjalankan jabatan Notaris dalam menegakkan kode etik dan disiplin organisasi.

Penjatuhan sanksi terhadap anggota yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik Notaris
dilakukan oleh Dewan Kehormatan yang merupakan alat perlengkapan perkumpulan yang
berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran kode etik termasuk didalamnya juga
menjatuhkan sanksi kepada pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing-masing (termuat
dalam Pasal B)

Terhadap pelanggaran Notaris dilakukan pengawasan oleh organisasi Notaris yaitu Ikatan Notaris
Indonesia (INI) terhadap anggotanya, yang secara langsung mengontrol Notaris yang dilakukan
oleh Dewan Kehormatan, yang dalam

Pasal 1 angka (8) Kode Etik Notaris :

Dewan Kehormatan adalah alat perlengkapan Perkumpulan sebagai suatu badan atau lembaga
yang mandiri dan bebas dari keberpihakan dalam Perkumpulan yang bertugas untuk :

-melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi


Kode Etik;

-memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik yang bersifat
internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan rnasyarakat secara langsung

-memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas atas dugaan pelanggaran kode etik dan
jabatan Notaris;

-Dewan Kehormatan memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan
kode etik yang sifatnya "internal" atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan
masyarakat secara langsung (pasal 1 ayat 8 bagian a)

Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat pertama dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan
Daerah yang baru akan menentukan putusannya mengenai terbukti atau tidaknya pelanggaran kode
etik serta penjatuhan sanksi terhadap pelanggarnya, setelah mendengar keterangan dan pembelaan
diri dari keperluan itu. Bila dalam Putusan Sidang Dewan Kehormatan Daerah terbukti adanya
pelanggaran Kode Etik, maka sidang sekaligus "menentukan sanksi" terhadap pelanggarnya.
(pasal 9 ayat (5)).
Sanksi teguran dan peringatan oleh Dewan Kehormatan Daerah tidak wajib konsultasi dahulu
demgan Pengurus Daerahnya, tetapi sanksi pemberhentian sementara (schorsing) atau pemecatan
(onzetting) dari keanggotaan diputuskan dahulu dengan pengurus (Dasarnya (Pasaf 9 ayat (8)

Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat banding dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan
Wilayah (Pasal 10). Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau
pemecatan (onzetting) dari keanggotaan perkumpulan dapat diajukan/dimohonkan banding kepada
Dewan Kehormatan Wilayah. Apabila pemeriksaan dan penjatuhan sanksi dalam tingkat pertama
telah dilakukan oleh Dewan Kehormatan Wilayah, berhubung pada tingkat kepengurusan daerah
yang bersangkutan belum dibentuk Dewan Kehormatan Daerah, maka keputusan Dewan
Kehormatan Wilayah tersebut merupakan keputusan tingkat banding.

Pemeriksaan dan Penjatuhan saksi pad a tingkat terakhir dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan
Pusat (pasal 11). Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau
pemecatan (onzetting) dari keanggotaan perkumpulan yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan
Wilayah dapat diajukanl dimohonkan pemeriksaan pada tingkat terakhir kepada Dewan
Kehormatan Pusat.

Eksekusi atas sanksi-sanksi dalam pelanggaran kode etik berdasarkan putusan yang ditetapkan
oleh Dewan Kehormatan Daerah, Dewan Kehormatan Wilayah maupun yang ditetapkan oleh
Dewan Kehormatan Pusat dilaksanakan oleh Penqurus Daerah.

Dalam hal pemecatan sementara secara rind tertuang dalam pasal 13.

Dalam hal pengenaan sanksi pemecatan sementara (schorsing) demikian juga sanksi onzetting
maupun pemberhentian dengan tidak hormat sebagai anggota perkumpulan terhadap pelanggaran
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13 diatas wajib diberitahukan oleh Pengurus Pusat
kepada Majelis Pengawas Daerah (MPD) dan tembusannya disampaikan kepada Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia.

KESIMPULAN

Notaris merupakan pejabat umum yang membuat akta otentik yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Diperlukan tanggung jawab terhadap jabatannya, sehingga diperlukan lembaga kenotariatan untuk
mengatur perilaku profesi notaris tersebut. Pada hakekatnya Kode Etik Notaris adalah merupakan
penjabaran lebih lanjut apa yang diatur dalam Undang-undang Jabatan Notaris, mengingat Notaris
dalam melaksanakan jabatannya harus tunduk dan mentaati segala ketentuan dalam Undang-
undang yang mengatur jabatannya.

Yang tercantum dalam kode etik notaris yang dibuat oleh organisasi INI yang merupakan satu-
satunya organisasi notaris yang berbadan hukum sesuai dengan UUJN. Artinya seluruh notaris
wajib tunduk kepada Kode Etik Notaris
sumber:
- http://mkn-unsri.blogspot.com/2010/12/kode-etik-notaris.html
- Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1993.

CONTOH PELANGGARAN KODE ETIK PERS


Ditulis pada Februari 7, 2011 oleh meisikalesaran

Pada bab ini, penulis akan menjabarkan beberapa pelanggaran terhadap Kode Etik Jurnalistik
yang dilakukan oleh jurnalis di Indonesia.

1. Pemberitaan kasus Antasari yang melibatkan wanita bernama Rani oleh TV One

Menurut Penasehat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Tribuana Said, Selasa, saat
diskusi Bedah Kasus Kode Etik Jurnalistik di Gedung Dewan Pers, indikasi pelanggaran tersebut
dapat dilihat dari pemberitaan yang kurang berimbang karena hanya menggunakan pernyataan
dari pihak kepolisian saja.
Selain itu, Tribuana menambahkan, narasumber yang dipakai hanya narasumber sekunder saja,
misalnya keluarga Rani dan tetangga Rani, bukan dari narasumber utama.

Pasal yang dilanggar oleh divisi berita TV One dalam menyiarkan pemberitaan Antasari – Rani
adalah Pasal 3: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang,
tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak
bersalah. Dalam kasus di atas, wartawan TV One hanya menggunakan pernyataan dari pihak
kepolisian, tidak menggunakan data dari narasumber utama yaitu Antasari atau Rani.

2. Kasus wawancara fiktif terjadi di Surabaya. Seorang wartawan harian di Surabaya


menurunkan berita hasil wawancaranya dengan seorang isteri Nurdin M Top. Untuk meyakinkan
kepada publiknya, sang wartawan sampai mendeskripsikan bagaimana wawancara itu terjadi.
Karena berasal dari sumber yang katanya terpercaya, hasil wawancara tersebut tentu saja
menjadi perhatian masyarakat luas. Tetapi, belakangan terungkap, ternyata wawancara tersebut
palsu alias fiktif karena tidak pernah dilakukan sama sekali. Isteri Nurdin M Top kala itu sedang
sakit tenggorokkan sehingga untuk berbicara saja sulit, apalagi memberikan keterangan panjang
lebar seperti laporan wawancara tersebut. Wartawan dari harian ini memang tidak pernah bersua
dengan isteri orang yang disangka teroris itu dan tidak pernah ada wawancara sama sekali.

Wartawan dalam kasus di atas melanggar Kode Etik Jurnalistik Pasal 2 dan Pasal 4. Pasal 2
bernunyi: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas
jurnalistik. Pasal 4 berbunyi: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis,
dan cabul. Wartawan tersebut tidak menggunakan cara yang professional dalam menjalankan
tugasnya. Ia tidak menyebarkan berita yang faktual dan tidak menggunakan narasumber yang
jelas, bahkan narasumber yang digunakan dalah narasumber fiktif. Wawancara dan berita yang
dipublikasikannya merupakan kebohongan. Tentu ini merugikan konsumen media. Pembaca
mengkonsumsi media untuk memperoleh kebenaran, bukan kebohongan. Kredibilitas harian
tempat wartawan tersebut bekerja juga sudah tentu menjadi diragukan.

3. Kasus bentrok saptol PP dengan warga memperebutkan makam Mbah Priok belum usai.
Banyak hal bisa dilihat dari kasus ini, di antaranya soal bagaimana televisi menyiarkan kasus ini.
Saat terjadi bentrok, banyak televisi menyiarkan secara langsung. Adegan berdarah itupun bisa
disaksikan dengan telanjang mata tanpa melalui proses editing.

Penyiaran langsung gambar korban bentrokan di Koja, Tanjung Priok, merupakan pelanggaran
Kode Etik Jurnalistik Pasal 4: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis,
dan cabul.

Gambar korban berdarah-darah dikategorikan sebagai berita sadis, dan tidak semua konsumen
media dapat menerimanya. Pihak keluarga korban yang kebetulan sedang menonton televise pun
bisa menerima dampak psikologis atau traumatis jika melihat kerabatnya mengalami luka yang
mengenaskan.

4. Selain kasus bentrokan di Koja, pemberitaan lain yang memuat gambar sadis dan melanggar
Pasal 4 Kode Etik Jurnalistik adalah pemberitaan tentang ledakan bom di Hotel Ritz-Carlton dan
JW Mariott, Kuningan, bulan Juli tahun lalu. Pada siaran langsung suasana tenpat kejadian
beberapa saat setelah bom meledak, Metro TV memuat gambar Tim Mackay, Presiden Direktur
PT Holcim Indonesia, yang berdarah-darah dan tampak tidak beradaya, di jalanan. Penanyangan
gambar tersebut tentu tidak sesuai dengan Kode Etik Jurnalisitk dan dapat menimbulkan dampak
traumatis bagi penonton yang melihat.

Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dewan Pers memutuskan pemberitaan TV One dalam segmen talkshow
'Apa Kabar Indonesia Pagi' yang mengangkat topik 'Kasus TransJakarta' pada 30 Juni 2014 pukul 07.48 WIB
tidak sesuai dengan kode etik jurnalistik.

Berita 'Awas Bahaya Komunis' disiarkan 2 Juli 2014 pukul 13.34 WIB kembali mengutip hasil wawancara
dalam program 'Apa Kabar Indonesia Pagi' juga tak sesuai kode etik. Terkait paket berita berjudul
"Kaderisasi PDIP" yang disiarkan 2 Juli lalu pada pukul 13.38 WIB.

Dalam pertemuan di Dewan Pers, Jakarta, Jumat (4/7/2014), PDI Perjuangan diwakili Wasekjen PDI
Perjuangan Ahmad Basaran dan TV One diwakili Wapemred Toto Suryanto. Keputusan pun sudah diambil
Dewan Pers dan TV One bersedia menaati kode etik jurnalistik.

"Dewan pers menilai berita TV One yang diadukan DPP PDI perjuangan melanggar pasal 1 dan 3 Kode Etik
jurnalistik. Karena tidak berimbang dan memuat opini yang menghakimi," ucap Basarah menjelaskan hasil
pertemuan tersebut.
PDI Perjuangan selaku pengadu dan TV One sebagai teradu, menerima penilaian Dewan Pers tersebut dan
menyepakati proses penyelesaian. TV One bersedia memuat hak jawab pengadu, disertai permintaan
maaf kepada pengadu dan pemirsa.

TV One bersedia menyiarkan Risalah Penyelesaian Pengaduan PDI Perjuangan sebagai bagian dari hak
jawab. "Kedua pihak sepakat menyelesaikan kasus ini di Dewan Pers dan tidak melanjutkan ke proses
hukum. Kecuali kesepakatan itu tidak dipenuhi," tandasnya

Pasal 1

Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak
beritikad buruk.

Penafsiran

a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur
tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.

c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.

d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan
kerugian pihak lain.

Pasal 3

Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak


mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

Penafsiran

a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu.

b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara
proporsional.

c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif,
yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.
d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.

Saran

Sebaiknya insan pers atau jurnalis memahami beberapa Undang-Undang Negara Republik Indonesia
terkait dengan jurnalistik dan memahami pula peraturan pers yang telah dibuat oleh dewan pers. Hal ini
bermaksud agar sebelum memberitakan atau menyebaluaskan berupa suatu informasi, hiburan, dan lain
sebagainya mengetahui asas-asasnya atau hukum positif yang berlaku sehingga tidak melanggar kode etik
jurnalistik dan aturan pers yang ada.

Contoh Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

Berikut adalah contoh pelanggaran kode etik jurnalistik :

1. Di lakukan oleh Dewan Pers (Kasus Penyebaran Foto Seronok Novi Amelia)

Dewan Pers menganggap dugaan keterlibatan rekan media berinisial WO dalam penyebaran foto
seronok Novi Amelia merupakan sebuah hal yang gawat. dengan Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE). Pengedar foto Novi itu bukan dimuat di media cetak maupun
elektronik . Namun melalui BBM (Blackberry Messanger) atau jejaring sosial, ini menjadi gawat
karena dapat terjerat Undang-Undang ITE. UU ITE yang dimaksud adalah Pasal 27 ayat 1 dan
ayat 3 yang bisa diancam hukuman hingga enam tahun penjara.

2. Kasus ‘Charity Settingan’, KPI Temukan Rekayasa & tvOne Harus MintaMaaf

Kasus ‘Charity Settingan’ yang tayang di tvOne selesai diperiksa Komisi Penyiaran Indonesia
(KPI). Pihak tvOne dinilai bersalah dan harus meminta maaf kepada masyarakat Indonesia. PI
Pusat berkesimpulan bahwa pelanggaran yang dilakukan adalah stasiun tvOne mengetahui adanya
adegan rekayasa dalam penayangan pencarian dana untuk acara sosial. Program juga melakukan
pelanggaran atas pengabaian hak narasumber (Valencia Mieke Randa alias Silly) untuk menolak
berpartisipasi dalam sebuah program siaran,” jelas Ketua KPI, Dadang Rahmat Hidayat, dalam
keputusannya yang diperoleh. Keputusan itu dikeluarkan KPI hari ini berdasarkan surat
bernomor774/K/KPI/12/11. Surat KPI ditujukan kepada Direktur Utama tvOne,
ArdiansyahBakrie. KPI menyebutkan sanksi administratif bagi tvOne. Jenis pelanggaran ini
dikategorikan sebagai pelanggaran atas prinsip-prinsip jurnalistik dan hak narasumber yang
disiarkan oleh lembaga penyiaran. KPI Pusatmemutuskan bahwa tindakan menayangkan program
tersebut telah melanggarPedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia tahun
2009pasal 18 ayat (1)dan pasal 39 ayat (1) serta Standar Program Siaran pasal 42 ayat (1) huruf
b.Berdasarkan pelanggaran-pelanggaran di atas, kami memberikan sanksi administratif teguran
tertulis, KPI Pusat berpendapat bahwa pelanggaran yang dilakukan program telah menimbulkan
polemik dalam masyarakat yang ditandai dengan adanya pengaduan masyarakat dan juga telah
menimbulkan polemik di media massa dan media sosial.Pelanggaran atas program ini dapat
menimbulkan ketidak percayaan publik kepada program siaran jurnalistik dan lembaga penyiaran
pada umumnya.

3. Sumber berita yang tidak jelas tentang pesawat Adam Air jatuh di laut Majene, Sulawesi
Barat, pada Januari 2007

Dalam liputan pers, sumber berita harus jelas. Ketika pesawat Adam Air jatuh di laut Majene,
Sulawesi Barat, pada Januari 2007, hampir semua pers melakukan kesalahan fatal. Hanya beberapa
jam setelah pesawat itu jatuh, sebagian besar pers mewartakan bahwa pesawat tersebut jatuh di
daerah tertentu. Tak hanya itu, ada pula pers yang langsung memberitakan bahwa rangka pesawat
telah ditemukan. Lebih dahsyat lagi sampai ada yang memberitakan bahwa “sembilan korban
ditemukan masih hidup.”Ini luar biasa. Kenapa? Karena setelah setahun peristiwa itu terjadi,
ternyata semua berita tentang di mana jatuhnya pesawat itu dan jumlah korban yang hidup sama
sekali tidak benar. Di mana pesawat jatuh pun tidak diketahui. Nasib korban juga tidak diketahui.
Tetapi, saat itu ada pers yang sampai berani mengatakan bahwa “para korban sedang dievakuasi.”
Black box pesawat ini baru ditemukan setahun kemudian di bawah kedalaman 2.000 meter laut.
Itu pun setelah ada pencarian khusus dengan bantuan Amerika Serikat.Pelanggaran kode etik yang
dilakukan di sini adalah karena pers yang memberitakan kasus ini tidak mengecek lebih dahulu
dari mana asal usul sumber berita itu. Ketika dimintai konfirmasinya, dari mana sumber berita itu–
yang mempunyai data yang keliru, ternyata sumber berita tersebut imajiner alias tidak jelas.
Pelanggaran kedua, tidak pernah ada permintaan maaf dari pers terhadap peristiwa ini. Padahal,
menurut Kode Etik Jurnalistik, apabila pers mengetahui bahwa berita yang disiarkannya keliru,
maka mereka harus segera meralat dan meminta maaf.

4. Pemberitaan kasus Antasari yang melibatkan wanita bernama Rani oleh TV One.

Menurut Penasehat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Tribuana Said, Selasa, saat diskusi
Bedah Kasus Kode Etik Jurnalistik di Gedung Dewan Pers, indikasi pelanggaran tersebut dapat
dilihat dari pemberitaan yang kurang berimbang karena hanya menggunakan pernyataan dari pihak
kepolisian saja.
Selain itu, Tribuana menambahkan, narasumber yang dipakai hanya narasumber sekunder saja,
misalnya keluarga Rani dan tetangga Rani, bukan dari narasumber utama.

Pasal yang dilanggar oleh divisi berita TV One dalam menyiarkan pemberitaan Antasari – Rani
adalah Pasal 3: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang,
tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak
bersalah. Dalam kasus di atas, wartawan TV One hanya menggunakan pernyataan dari pihak
kepolisian, tidak menggunakan data dari narasumber utama yaitu Antasari atau Rani.

5. Kasus wawancara fiktif terjadi di Surabaya.

Seorang wartawan harian di Surabaya menurunkan berita hasil wawancaranya dengan seorang
isteri Nurdin M Top. Untuk meyakinkan kepada publiknya, sang wartawan sampai
mendeskripsikan bagaimana wawancara itu terjadi. Karena berasal dari sumber yang katanya
terpercaya, hasil wawancara tersebut tentu saja menjadi perhatian masyarakat luas. Tetapi,
belakangan terungkap, ternyata wawancara tersebut palsu alias fiktif karena tidak pernah
dilakukan sama sekali. Isteri Nurdin M Top kala itu sedang sakit tenggorokkan sehingga untuk
berbicara saja sulit, apalagi memberikan keterangan panjang lebar seperti laporan wawancara
tersebut. Wartawan dari harian ini memang tidak pernah bersua dengan isteri orang yang disangka
teroris itu dan tidak pernah ada wawancara sama sekali.
Wartawan dalam kasus di atas melanggar Kode Etik Jurnalistik Pasal 2 dan Pasal 4. Pasal 2
bernunyi: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas
jurnalistik. Pasal 4 berbunyi: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan
cabul. Wartawan tersebut tidak menggunakan cara yang professional dalam menjalankan
tugasnya. Ia tidak menyebarkan berita yang faktual dan tidak menggunakan narasumber yang jelas,
bahkan narasumber yang digunakan dalah narasumber fiktif. Wawancara dan berita yang
dipublikasikannya merupakan kebohongan. Tentu ini merugikan konsumen media. Pembaca
mengkonsumsi media untuk memperoleh kebenaran, bukan kebohongan. Kredibilitas harian
tempat wartawan tersebut bekerja juga sudah tentu menjadi diragukan.

6. Kasus bentrok saptol PP dengan warga memperebutkan makam Mbah Priok belum usai.

Banyak hal bisa dilihat dari kasus ini, di antaranya soal bagaimana televisi menyiarkan kasus ini.
Saat terjadi bentrok, banyak televisi menyiarkan secara langsung. Adegan berdarah itupun bisa
disaksikan dengan telanjang mata tanpa melalui proses editing.
Penyiaran langsung gambar korban bentrokan di Koja, Tanjung Priok, merupakan pelanggaran
Kode Etik Jurnalistik Pasal 4: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis,
dan cabul.
Gambar korban berdarah-darah dikategorikan sebagai berita sadis, dan tidak semua konsumen
media dapat menerimanya. Pihak keluarga korban yang kebetulan sedang menonton televise pun
bisa menerima dampak psikologis atau traumatis jika melihat kerabatnya mengalami luka yang
mengenaskan.

7. ledakan bom di Hotel Ritz-Carlton dan JW Mariot.


Memuat gambar sadis dan melanggar Pasal 4 Kode Etik Jurnalistik adalah pemberitaan tentang
ledakan bom di Hotel Ritz-Carlton dan JW Mariott, Kuningan, bulan Juli tahun lalu. Pada siaran
langsung suasana tempat kejadian beberapa saat setelah bom meledak, Metro TV memuat gambar
Tim Mackay, Presiden Direktur PT Holcim Indonesia, yang berdarah-darah dan tampak tidak
beradaya, di jalanan. Penanyangan gambar tersebut tentu tidak sesuai dengan Kode Etik Jurnalisitk
dan dapat menimbulkan dampak traumatis bagi penonton yang melihat.
Diposkan oleh wahyu fardhani di 22.59

CONTOH KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI HAKIM DAN JAKSA

A. CONTOH KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI HAKIM

1. Asmadinata
Majelis Kehormatan Hakim (MKH) menjatuhkan sanksi pemecatan secara tidak hormat kepada
hakim ad hoc tipikor, Asmadinata. Sanksi berat diberikan kepada Asmadinata karena hakim ini
telah menemui seorang ‘broker’ atau makelar kasus. Alasan pemecatan menurut Pimpinan sidang
MKH, I Made Tara, ialah karena Asmadinata telah terbukti melanggar kode etik dan pedoman
perilaku hakim.

Kasus Asmadinata berawal dari kasus korupsi Ketua DPRD Grobogan yang ditangani oleh
Asmadinata –dan beberapa hakim lainnya- di Pengadilan Tipikor Semarang. Asmadinata
dihubungi oleh Kartini Marpaung (seorang hakim ad hoc) untuk bertemu dengan Heru
Krisbandono (hakim ad hoc tipikor Pontianak).

Pada pertemuan pertama, Heru meminta tolong kepada Asmadinata untuk membebaskan
tersangka kasus korupsi yang ditanganinya. Namun, Asmadinata mengaku menolak permintaan
ini. Setelah itu, terjadi pertemuan kedua di sebuah hotel. Pada pertemuan itu, Asmadinata tak
segera menghindar dari Heru. Padahal, dalam pertemuan pertama, dia sudah mengetahui bahwa
Heru adalah sebuah broker (makelar) kasus untuk perkara DPRD Grobogan.

Lalu, pada 9 Agustus 2012, setelah dua kali pertemuan dengan Heru, digelar rapat
permusyawaratan hakim untuk kasus Ketua DPRD Grobogan. Pada rapat ini majelis hakim telah
sepakat menghukum sang Ketua DPRD. Namun, begitu rapat selesai, Asmadinata mengajukan
dissenting opinion (DO) atau pendapat berbeda. Asmadinata berpendapat bahwa terdakwa
seharusnya bebas.

2. Vica Natalia
Majelis Kehormatan Hakim (MKH) akhirnya memutuskan menjatuhkan sanksi pemberhentian
secara hormat dengan hak pensiun terhadap Hakim PN Jombang, Vica Natalia. Vica Natalia dinilai
terbukti melanggar Keputusan Bersama Mahkamah Agung (MA) dan Komisi Yudisial Tahun 2009
tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH), dan Peraturan Bersama (PB) MA dan
KY Tahun 2012 tentang Panduan Penegakan KEPPH gara-gara berselingkuh dengan seorang
hakim dan advokat.

MKH berkesimpulan hakim terlapor terbukti beberapa kali menerima Gali Dewangga (advokat)
di rumahnya pada malam hari, keduanya juga bertemu di Bali pada jam kerja tanpa izin atasannya,
dan Vica menulis surat cinta kepada Dewangga. Selain itu Vica Juga bertemu Agung Wijaksono
(hakim) di Hotel Borobudur dan berfoto bersama.

Atas dasar itu, menurut MKH, hakim terlapor terbukti melanggar SKB Tahun 2009 tentang
KEPPH huruf c butir 3.1 ayat (1), butir 5.1 ayat (1) jo. Pasal 9 ayat (4a), Pasal 11 ayat (3a)
Peraturan Bersama MA dan KY Tahun 2012 tentang Panduan Penegakan KEPPH. Ketentuan itu
mewajibkan hakim menghindari dan harus berperilaku tidak tercela, hakim wajib menjaga
kewibawaan dan martabat lembaga peradilan dan profesi.

3. Acep Sugiana
Acep Sugiana harus rela melepaskan profesi impiannya sejak dia kuliah yakni hakim. Majelis
Kehormatan Hakim yang terdiri dari unsur Mahkamah Agung (MA) dan Komisi Yudisial (KY)
baru saja memecat Hakim Pengadilan Negeri Singkawang itu dengan hormat sebagai hakim.

Menurut pimpinan sidang MKH Suparman Marzuki di Gedung MA, terlapor terbukti melanggar
kode etik hakim. Terlapor dijatuhi sanksi pemberhentian tetap dengan hak pensiun (dengan
hormat).

Suparman menjelaskan pemberian hak pensiun kepada Acep karena majelis mempertimbangkan
beberapa pembelaan yang disampaikan oleh Acep. Di antaranya, dia masih memiliki anak-anak
yang kecil. Acep juga mengaku masih menjadi tulang punggung keluarga, karena ayahnya hanya
seorang supir angkot.

Acep dinilai telah melanggar kode etik dan pedoman perilaku hakim karena berselingkuh dengan
perempuan lain bernama Thu Fu Liang. Istri Acep, bernama Erna, melaporkan perselingkuhan ini
ke KY.

4. Nuril Huda
Hakim yang juga sekaligus Ketua Pengadilan Negeri Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah ini
dijatuhi sanksi non palu alias tidak boleh bersidang selama 2 tahun. Dalam masa itu pula Nuril
tidak akan diberikan tunjangan apapun dan hanya akan mendapat gaji pokok sebagai hakim.

Hukuman itu dijatuhkan setelah Majelis Kehormatan Hakim (MKH) menyatakan Nuril terbukti
menerima uang Rp20 juta dari seorang advokat yang perkaranya disidangkan oleh Nuril. Menurut
MKH, perbuatan Nuril itu sudah termasuk pelanggaran kode etik. Hukuman yang dijatuhkan MKH
ini lebih ringan ketimbang rekomendasi Komisi Yudisial agar Nuril diberhentikan secara tetap
dengan tetap memperoleh pensiun.

5. Lumban Tobing
Majelis Kehormatan Hakim (MKH) menjatuhkan sanksi pemberhentian secara hormat dengan hak
pensiun terhadap Hakim PN Binjai Raja MG Lumban Tobing. Lumban Tobing dinyatakan terbukti
melanggar SKB Ketua MA dan Ketua KY Tahun 2009 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim (KEPPH) lantaran diketahui sebagai pengguna narkoba dan pernah bertemu dengan pihak
yang berperkara.

Lumban Tobing terima uang sebesar Rp 8 juta dan sabu dari terdakwa narkoba melalui rekannya
bernama Yuwono. Pemberian itu ditujukan meringankan vonis terdakwa menjadi 2 tahun penjara
yang ditangani Lumban Tobing.

Sidang pleno KY diputuskan, Lumban Tobing terbukti melanggar SKB Ketua MA dan Ketua KY
tentang KEPPH, khususnya melanggar prinsip berlaku adil terkait larangan berkomunikasi dengan
pihak yang berperkara, berperilaku jujur, dan menghindari perbuatan tercela, menjaga kepercayaan
masyarakat, larangan meminta atau menerima sesuatu atau hadiah/janji.
6. Achmad Yamanie
Mantan Hakim Agung Achmad Yamanie resmi diberhentikansecara tidak hormat alias dipecat
lantaran terbukti mengubah draf putusan PK, terpidana narkoba Hengky Gunawan. Surat
pemberhentian tersebut diteken Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 10 Januari
2013 lalu.

Sebagaimana di lansir di hukumonline.com, dalam sidang Majelis Kehormatan Hakim (MKH)


yang diketuai Prof Paulus Efendi Lotulung memutuskan untuk memberhentikan secara tidak
hormat. Yamanie dianggap terbukti melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim lantaran
mengubah draf putusan PK, terpidana narkoba Hengky Gunawan. Yamanie mengubah amar
putusan Hengky dari 15 tahun menjadi 12 tahun penjara.

Itu tadi 6 hakim yang telah dikenai sanksi oleh Majelis Kehormatan Hakim. Sebenarnya masih
banyak hakim lain yang dikenai sanksi.

B. CONTOH KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI JAKSA

1. Hamzah Tadza
Jaksa Agung Muda Pengawasan Kejaksaan Agung, Hamzah Tadza, menyatakan bahwa jaksa yang
menangani kasus Gayus Tambunan telah melakukan pelanggaran berat. Hamzah menegaskan,
karena ditemukan indikasi kesengajaan, tidak menutup kemungkinan akan berujung pada
pemberhentian tidak hormat. Pemberhentian tidak hormat akan menunggu seluruh hasil
pemeriksaan selesai dilakukan dengan juga melakukan konfrontir dengan Gayus Tambunan,
penyidik kepolisian, serta pengacara Gayus.

Pelanggaran berat yang dilakukan oleh jaksa yang menangani perkara Gayus bertentangan dengan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 30/1980. PP itu menyebutkan bahwa setiap pegawai negeri harus
“disiplin”, yakni disiplin dalam ucapan, tulisan, dan perbuatan baik di dalam maupun di luar jam
kerja. Hamzah menegaskan, jika kemudian ditemukan ada indikasi pidana, yakni menerima uang
alias gratifikasi dalam menangani perkara, maka mengacu pada PP No. 20/2008, Jaksa Agung
berhak memberhentikan sementara statusnya sebagai jaksa berdasarkan rekomendasi Jaksa Agung
Muda Pengawasan. “Apabila nanti ada salah seorang jaksa terbukti pidana Jaksa Agung berhak
memberhentikan,”tandasnya.

Kejaksaan Agung sendiri telah telah menetapkan lima orang aparaturnya sebagai terlapor dugaan
pelanggaran etika profesi dalam kasus pajak Gayus Halomoan Tambunan. Para terlapor itu adalah
jaksa P16 selaku peneliti Cirus Sinaga, Fadil Regan, Eka Kurnia Sukmasari, dan Ika Savitrie Salim
dan jaksa P16A Nazran Aziz dari Kejari Tangerang, sebagai jaksa sidang.

Para pejabat struktural yang turut diperiksa adalah Kasubbag Tata Usaha pada Direktorat
Prapenuntutan Rohayati, karena mengetahui alur administrasinya, Kasubdit Kamtibum dan TPUL
pada Direktorat Prapenuntutan Jampidum Mangiring, yaitu tempat berkas masuk. Tak lupa,
Direktur Prapenuntutan Poltak Manullang, Direktur Penuntutan Pohan Lasphy, juga ikut diperiksa.
Hamzah menegaskan, dalam pemeriksaan yang dilakukan tersebut yang paling bertanggungjawab
adalah Ketua Jaksa Peneliti Berkas Cirus Sinaga yang sekarang menjadi Asisten Pidana Khusus di
Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah serta Direktur Prapenuntutan Poltak Manulang yang menjadi
Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku. “Dalam kasus ini keduanya yang paling bertanggung
jawab,”tegasnya. Hamzah bilang, jabatan struktural keduanya kini sudah resmi dicopot.

SOURCE :
https://nakimsanwirja.wordpress.com/2014/01/06/inilah-6-hakim-pelanggar-kode-etik-
sepanjang-tahun-2013/
https://angelinasinaga.wordpress.com/2014/04/10/etika-profesi-jaksa/

Contoh Kasus Etika Profesi Akuntansi


Di dalam dunia akuntansi. akuntan mempunyai suatu etika yang harusnya dipatuhi dan dijalankan oleh
setiap anggota. Kode Etik IkatanAkuntan Indonesia ditujukan untuk digunakan sebagai panduan serta
aturan bagi selmua anggota, ntah itu anggota yang berpraktek menjadi akuntan publik, terjun ddidalam
lingkungan dunia bisnis/usaha, instansi pemerintahan, ataupun berada di lingkup pendidikan dalam
memenuhi tanggungjawab profesionalnya. baca: Etika Profesi Akuntansi

Namun, pada dunia nyata, pelanggaran atas etika etika yang sudah ditetapkan keraplah terjadi, berikut
beberapa contoh kasus etika profesi akuntansi yang pernah terjadi yang saya kutip dari beberapa
media, terutama media online.

Kasus Etika Profesi Akuntansi 1 | Kasus PT Muzatek Jaya 2004


Kasus pelanggaran atas Standar Profesional Akuntan Publik, muncul kembali. Menteri Keuangan
langsung memberikan sanksi pembekuan.

Menkeu Sri Mulyani telah membekukan ijin AP (Akuntan Publik) Drs Petrus M. Winata dari KAP Drs.
Mitra Winata dan Rekan selama 2 tahun yang terhitung sejak 15 Marit 2007, Kepala Biro Hubungan
Masyaraket Dep. Keuangan, Samsuar Said saat siaran pers pada Selasa (27/3), menerangkan sanksi
pembekuan dilakukan karena AP tersebut melakukan suatu pelanggaran atas SPAP (Standar Profesional
Akuntan Publik).

Pelanggaran tersebut berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan audit terhadap Laporan Keuangan PT.
Muzatek Jaya pada tahun buku 31 December 2004 yang dijalankan oleh Petrus. Dan selain itu Petrus juga
melakukan pelanggaran terhadap pembatasan dalam penugasan audit yaitu Petrus malaksanakan audit
umum terhadap Lap. keuangan PT. Muzatek Jaya dan PT. Luhur Arta Kencana serta kepada Apartement
Nuansa Hijau mulai tahun buku 2001. hingga tahun 2004.

Kasus Etika Profesi Akuntansi 2 | Kasus PT KAI 2006


Komisaris PT KAI (Kereta Api Indonesia) mengungkapkan bahwa ada manipulasi laporan keuangan
dalam PT KAI yang seharusnya perusahaan mengalami kerugian tetapi dilaporkan mendapatkan
keuntungan.

“Saya mengetahui ada sejumlah pos-pos yang seharusnya dilaporkan sebagai beban bagi perusahaan
tapi malah dinyatakan sebagai aset perusahaan, Jadi disini ada trik-trik akuntansi,” kata Hekinus Manao,
salah satu Komisaris PT. KAI di Jakarta, Rabu.
contoh kasus etika profesi akuntansi
Dia menyatakan, hingga saat ini dirinya tidak mau untuk menandatangani laporan keuangan tersebut
karena adanya ketidak-benaran dalam laporan keuangan itu

“Saya tahu bahwa laporan yang sudah diperiksa akuntan publik, tidak wajar karena sedikit banyak saya
mengerti ilmu akuntansi yang semestinya rugi tapi dibuat laba,” lanjutnya.

Karena tidak ada tanda-tangan dari satu komisaris PT KAI, maka RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham) PT Kereta Api harus dipending yang seharusnya dilakukan pada awal Juli 2006.

Kasus Etika Profesi Akuntansi 3 | Kasus Kredit Macet BRI Cabang Jambi 2010
Kredit Macet Hingga Rp. 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat.

Seorang akuntan publik yang menyusun laporan keuangan Raden Motor yang bertujuan mendapatkan
hutang atau pinjaman modal senilai Rp. 52 miliar dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Jambi pada
tahun 2009 diduga terlibat dalam kasus korupsi kredit macet. Terungkapnya hal ini setelah Kejati Provinsi
Jambi mengungkap kasus tersebut pada kredit macet yang digunakan untuk pengembangan bisnis
dibidang otomotif tersebut. Fitri Susanti, yang merupakan kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai
BRI Cabang Jambi yang terlibat kasus tersebut, Selasa [18/5/2010] menyatakan, setelah klien-nya
diperiksa dan dicocokkan keterangannya dengan para saksi-saksi, terungkap adaa dugaan keterlibatan
dari Biasa Sitepu yang adalah sebagai akuntan publik pada kasus ini.

Hasil pemeriksaan yang kemudian dikonfrontir keterangan tersangka dengan para saksi Biasa Sitepu,
terungkap ada terjadi kesalahan dalam pelaporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam pengajuan
pinjaman modal ke BRI Cabang Jambi.

Ada 4 aktivitas data pada laporan keuangan tersebut yang tidak disajikan dalam laporan oleh akuntan
publik sehingga terjadi kesalahan dalam proses kreditnya dan ditemukan dugaan korupsi-nya

“Ada 4 aktivitas laporan keuangan Raden Motor yang tidak dimasukan kedalam laporan keuangan yang
diajukan ke Bank BRI, hingga menjadi sebuah temuan serta kejanggalan dari pihak kejaksaan untuk
mengungkap kasus kredit macet ini.” tegas Fitr. Keterangan serta fakta tsb. terungkap setelah tersangka
Effendi Syam, diperiksa dan dibandingkan keterangannya dengan keterangan saksi Biasa Sitepu yang
berperan sebagai akuntan publik dalam kasus ini di Kejati Jambi. Seharusmya data-data laporan
keuangan Raden Motor yang diajukan harus lengkap, tetapi didalam laporan keuangan yang diberikan
oleh tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor ada data-data yang diduga tidak disajikan
dengan seharusnya dan tidak lengkap oleh akuntn publik.
contoh kasus etika profesi akuntansi
Tersangka Effendi Syam berharap penyidik di Kejati Jambi bisa melaksanakan pemeriksaan dan
mengungkap kasus secara adil dan menetapkan pihak pihak yang juga terlibat dalam kasus tersebut,
sehingga semuanya terungkap. Sementara itu, penyidik Kejaksaan masih belum mau berkomentar lebih
banyak atas temuan tersebut.

Kasus kredit macet itu terungkap, setelah pihak kejaksaan menerima laporan tentang adanya penyalah-
gunaan kredit yang diajukan oleh tersangka Zein Muhamad sebagai pemilik Raden Motor. Sementara ini
pihak Kejati Jambi masih menetapkan 2 tersangka, yaitu Zein Muhamad sebagai pemilik Raden Motor
yang mengajukan kredit dan Effedi Syam dari pihak BRI cabang jambi sebagai pejabat yang menilai
pengajuan sebuah kredit.

sumber: kompas.com

Kasus Etika Profesi Akuntansi 4 | Mulyana W Kusuma - Anggota KPU 2004


Kasus anggota KPU ini terjadi pada tahun 2004, Mulyana W Kusuma yan menjadi seorang anggota KPU
(Komisi Pemilihan Umum) diduga telah menyuap anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang
ketika itu melaksanakan audit keuangan terhadap pengadaan logistik pemilu. Logistik pemili tersebut
berupa kotak suara, amplop suara, surat suara, tinta, serta tekhnologi informasi. Setelah pemeriksaan
dilaksanakan, BPK meminta untuk dilakukan suatu penyempurnaan laporan. Setelah penyempurnaan
laporan dilakukan, BPK menyatakan bahwa laporan yang dihasilkan lebih baik dari laporan sebelumnya,
kecuali mengenai laporan teknologi informasi. Maka disepakati laporan akan dilakukan periksaan kembali
satu (1) bulan setelahnya.

pelanggaran kode etik akuntansi


Setelah satu bulan terlewati ternyata laporannya tak kunjung selesai dan akhirnya diberikan tambahan
waktu. Di saat penambahan waktu ini terdengar kabar mengenai penangkapan Mulyana W Kusuma. Dia
ditangkap karena tuduhan akan melakukan tindakan penyuapan kepada salah satu anggota tim auditor
dari BPK, yaitu Salman Khairiansyah. Tim KPK bekerja sama dengan pihak auditor BPK dalam
penangkapan tersebut. Menurut Khoiriansyah, dia bersama Komisi Pemberantas Korupsi mencoba
merangkap usaha penyuapan yang dilakukan oleh Mulyana menggunakan perekam gambar pada 2 kali
pertemuan.
Penangkapan Mulyana ini akhirnya menimbulkan pro-kontra. Ada pihak yang memberikan pendapat
Salman turut berjasa dalam mengungkap kasus ini, tetapi lain pihak memberikan pendapat Salman tak
sewajarnya melakukan tindakan tersebut karena hal yang dilakukan itu melanggar kode etik.

Kasus Etika Profesi Akuntansi 5 | Kasus Malinda Dee - Citibank


Malinda Memalsukan Tandatangan Nasabah

Malinda Dee, 47 tahun, Terdakwa atas kasus pembobolan dana Citybank, terbukti diketahui
memindahkan beberapa dana nasabah dengan memalsukan tandatangan nasabah didalam formulir
transfer. Kejadian ini terungkap didalam dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam sidang perdana di
PN Jakarta Selatan, Selasa [8/11/2011]. "Sebagian tandatangan yang tertera pada blangko formulir
transfer adalah tanda-tangan nasabah." ujar Tatang Sutarma, Jaksa Penuntut Umum.

pelanggaran etika akuntansi


Malinda berhasil memalsukan tandatangan Rohli bin Pateni. Pemalsuan dilakukan hingga 6 kali pada
formulir transfer Citibank nomor AM 93712 yang bernilai 150.000 dollar AS pada tanggal 31 Agustus
2010. Pemalsuan tanda tangan dilakukan juga di formulir nomor AN 106244 yang dikirim ke PT. Eksklusif
Jaya Perkasa sebesar Rp. 99 juta. Dalam transaksi transfer ini, Malinda dee menulis "Pembayaran
Bapak Rohli untuk pembayaran interior", pada kolom pesan.
Pemalsuan tanda tangan yang lain pada formulir nomor AN 86515 tanggal 23 Desember 2010 dengan
penerima PT. Abadi Agung Utama. "Penerima Bank Artha Graha senilai Rp. 50 juta dan pada kolom
pesan tertulis DP pembelian unit 3 lantei 33 combin unit." baca jaksa penuntut umum. Juga dengan
menggunakan nama serta tanda-tangan palsu Rohli, Malinda Dee mengirim uang sebesar Rp. 250 juta
pada formulir AN 86514 kepada PT. Samudera Asia Nasional tanggal 27 December 2010 dan AN 61489
sebesar nilai yang sama pada tanggal 26 January 2011. Pun pemalsuan dalam formulir AN 134280
pengiriman kepada Rocky Deany C. Umbas senilai Rp. 50 juta tanggal 28 January 2011 pembayaran
pemasangan CCTV, milik Rohli.

Adapun tanda-tangan palsu beratas nama korban N. Susetyo Sutadji dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu
dalam formulir Citibank No AJ 79026, AM 122339, AM 122330, AM 122340, dan juga AN 110601.
Malinda mengirim uang senilai Rp. 2 miliar kepada PT. Sarwahita Global Management, Rp. 361 juta
kepada PT. Yafriro International, Rp. 700 juta kepada Leonard Tambunan. Dan 2 transaksi yang lain
sebesar Rp. 500 juta dan Rp 150 juta dikirimkan kepada Vigor AW. Yoshuara secara berurutan.

"Hal ini telah sesuai dengan keterangan saksi Rohli dan N. Susetyo Sutadji dan saksi Surjati T. Budiman
serta telah sesuai BAP (Berita Acara Pemeriksaan) Labaratoris Kriminalistis Bareskrim Polri." jelasnya.
Pengiriman uang serta pemalsuan tanda-tangan ini tidak di sadari oleh ke-2 nasabah tersebut.
sumber kompas.com

TIGA CONTOH KASUS MNENGENAI PELANGGARAN KODE ETIK


JURNALISTIK

PELANGGARAN KODE ETIK JURNALISTIK

KASUS PERTAMA
Kasus Kekeliruan Berita Di News Online

Dewan Pers mengesahkan kode etik jurnalistik online pada 3 Februari 2012. Nama resminya
adalah Pedoman Pemberitaan Media Siber (PPMS) (Asep Syamsul M.Romli, JURNALISTIK ONLINE:
2012). Pengesahan dilakukan oleh Ketua Dewan Pers, Bagir Manan dan 31 perusahaan berita, 11
organisasi dan tokoh pers menandatangani PPMS yang disusun Dewan Pers.
PPMS mengacu pada UUPers no. 40 tahun 1999, dan Kode Etik Jurnalistik (2006) dan Kode Etik
WartawanIndonesia (KEWI).

Pada dasarnya PPMS ini sama saja dengan KEJ/KEWI “tidak boleh memuat informasi bohong,
fintah sadis dan cabul; tidak memuat isi yang mengandung prasangka, dan kebencian yang
terkait dengan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), serta menagnjurkan tindakan
kekerasan; tidak memuat isi diskriminatif atas dasar perbedaan jenis kelamin dan bahasa, serta
tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa, atau cacat jasmani”.
Diungkap juga mengenai koreksi, hak jawab atau ralat.

Contoh pelanggaran :
Salah satu contoh kasus kekeliruan berita di news online adalah kasus Imanda Amalia yang
dikabarkan sebagai WNI yang tewas saat kerusuhan di Mesir bulan Februari 2011 lalu. Berita ini
diperoleh dari sebuah posting di akun facebook milik Science of Universe.

Imanda dikabarkan berada di Mesir sebagai relawan United Nations Relief and Works Agency
(UNRWA). Meski belum ada kejelasan data dari Kedutaan Besar maupun dari Kementerian Luar
Negeri, namun beberapa news online seperti detik.com dan tribunnews telah memberitakan hal
tersebut di running news mereka, bahkan sampai diikuti oleh beberapa stasiun televisi swasta
sehingga hampir seluruh masyarakat percaya akan hal itu.

Namun rupaya berita tersebut hanyalah isu belaka, pada akhirnya Kemenlu RI memastikan
bahwa tidak ada WNI yang tewas di Mesir. Meskipun demikian, kekeliruan berita dalam news
online adalah sering dianggap sebagai hal wajar karena memang para wartawan media online
harus bersaing untuk mendapatkan berita tercepat dan karena pemuatan berita tersebut
bersifat running news, sehingga berita yang salah dapat diperbaiki dalam berita terbaru yang
dimuat. Inilah rupanya yang membuat masyarakat jarang sekali protes bila ada kekeliruan berita
di news online.

Pelanggaran etika jurnalistik dalam media online, seperti yang terjadi dalam kasus di atas
memang rawan terjadi. Contoh pelanggaran etika jurnalistik pada kasus di atas ialah penggunaan
media sosial sebagai sumber berita tanpa adanya verifikasi terlebih dahulu. Selain itu, dalam
media online juga rawan terjadi pelanggaran hak cipta dengan mengambil gambar dan mengutip
tanpa mencantumkan sumber, dan plagiarisme.

Hal ini jelas merupakan pelanggaran bagi kode etik jurnalistik (KEJ) yang dalam pasal-pasalnya
menyebutkan bahwa wartawan Indonesia menghasilkan berita yang akurat, menghasilkan berita
faktual dan jelas sumbernya, pengambilan gambar, foto, suara dilengkapi sumber, tidak
melakukan plagiat, dan selalu menguji informasi.

KASUS KEDUA
Saham PT Krakatau Steel; Dewan Pers: Ada Pelanggaran Kode Etik

Dewan Pers menilai, terjadi pelanggaran kode etik dalam kasus dugaan permintaan hak istimewa
untuk membeli saham penawaran umum perdana PT Krakatau Steel oleh wartawan. Pelanggaran
itu berupa penyalahgunaan profesi serta pemanfaatan jaringan yang dimiliki sejumlah wartawan
peliput di Bursa Efek Indonesia.

”Tindakan itu menimbulkan konflik kepentingan karena sebagai wartawan yang meliput kegiatan
di Bursa Efek Indonesia juga berusaha terlibat dalam proses jual beli saham untuk kepentingan
pribadi. Ini bertentangan dengan Pasal 6 Kode Etik Jurnalistik,” ujar Ketua Komisi Pengaduan
Masyarakat dan Penegakan Etika Pers Dewan Pers Agus Sudibyo di Jakarta, Rabu (1/12).

Pasal 6 Kode Etik Jurnalistik menyebutkan bahwa wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan
profesi dan tidak menerima suap. Dalam situs Dewan Pers, tafsiran terhadap pasal ini, (a)
menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas
informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan
umum; (b) suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda, atau fasilitas dari pihak lain
yang memengaruhi independensi.

Agus menyatakan, Dewan Pers menghargai sikap profesional dan niat baik detik.com, Kompas,
MetroTV, dan Seputar Indonesia dalam proses penyelesaian kasus ini. Dewan Pers mengimbau
segenap pers Indonesia menegakkan kode etik jurnalistik dan profesionalisme media.
Harian Kompas pun menghormati putusan Dewan Pers yang menyatakan seorang wartawan
Kompas berinisial RN terbukti melanggar kode etik jurnalistik. Pada hari yang sama, harian
Kompas telah menindaklanjuti putusan Dewan Pers itu dengan memberhentikan wartawannya
itu sebagai wartawan Kompas.

”Manajemen harian Kompas pun memberhentikan yang bersangkutan sebagai wartawan


Kompas. Pemberhentian berlaku sejak diterbitkannya Keputusan Dewan Pers,” kata Redaktur
Pelaksana Harian Kompas Budiman Tanuredjo.
Dalam keputusannya, Dewan Pers sejauh ini belum menemukan bukti kuat adanya praktik
pemerasan, yang dilakukan wartawan, terkait dengan kasus pemberitaan penawaran umum
perdana saham PT Krakatau Steel. Keputusan ini dibuat Dewan Pers setelah melakukan
pemeriksaan silang dan klarifikasi dengan pihak-pihak terkait.

KASUS KETIGA
Wartawan Kecipratan APBD Provinsi

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kali ini juga membidik media. Wartawan peliput
kegiatan Humas Pemerintah Provinsi juga kecipratan anggaran daerah. Biro Humas dan Protokol
Pemprov Sulawesi Selatan mengusulkan anggaran untuk jasa peliputan kegiatan Pemprov
Sulawesi Selatan yang cukup besar. Dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) 2010 disebutkan
adanya belanja upah atau jasa pihak ketiga sebesar Rp 675 juta.
Dalam rinciannya, anggaran itu ditujukan ke beberapa media tertentu. Anggaran terbesar
dialokasikan untuk jasa atau upah peliput dan publikasi. Angkanya mencapai Rp 240 juta selama
12 bulan. Tidak jelas kepada siapa dana itu akan diberikan. Dalam draft APBD, mereka hanya
mencantum demikian.
Selain itu, ada pula anggaran khusus untuk jasa liputan TVRI Sulawesi Selatan sebesar Rp 120
juta, jasa/upah petugas TVRI Sulawesi Selatan Rp 90 juta, jasa liputan Fajar Tv Rp 60 juta, serta
jasa publikasi dan dokumentasi dalam rangka 17 Agustus yang mencapai Rp 45 juta untuk tiga
stasiun lokal.
"Anggaran ini patut dipertanyakan sebab tidak ada dasarnya. Saya kira bukan zamannya lagi
wartawan diberi upah saat meliput suatu peristiwa. Saya yakin wartawan tidak akan menerima
yang seperti itu," kata anggota Komisi A, Andi Mariattang. Melihat perkembangan media saat ini,
tambah Mariattang yang juga mantan wartawan, tidak ada lagi wartawan digaji oleh pemerintah.
Mereka meliput berdasarkan penugasan kantor dari media masing-masing.
Gaji khusus untuk wartawan juga ada pada nomenklatur lain, yaitu tersosialisasinya rencana
kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lingkup Pemprov Sulawesi Selatan. Total
anggarannya mencapai Rp 34,6 juta. Anggaran tersebut ditujukan kepada lima media, yaitu
Harian Fajar Rp 7,2 juta, Tribun Timur Rp 7,2 juta, Berita Kota Rp 6,7 juta, Ujungpandang Ekspres
Rp 6,7 juta, dan Seputar Indonesia Rp 6,7 juta.
Kepala Biro Humas dan Protokol Agus Sumantri yang dikonfirmasi soal ini mengatakan, alokasi
anggaran tersebut, bukan untuk mengupah atau menggaji wartawan peliput kegiatan
pemerintah provinsi atau dinas terkait. Tetapi, dipakai apabila ada agenda acara pemerintah
provinsi untuk keluar daerah. "Tentu ada makan minumnya serta biaya penginapan (hotel) dalam
perjalanan peliputan. Tapi kalau semisal dibayar oleh kabupaten yang melakukan acara, maka
dana tersebut tidak digunakan," jelas Agus kepada Tempo Sabtu kemarin. Untuk anggaran
sebesar Rp 240 juta, itu katanya untuk biaya jasa kemitraan dengan beberapa media.

KESIMPULAN DARI TIGA KASUS DIATAS

Pemberitaan yang tidak berimbang dan melanggar kode etik jurnalistik cenderung menyudutkan
seseorang sehingga menimbulkan persepsi negatif di masyarakat Indonesia, padahal apa pun itu
kadang tidak seburuk pemberitaan di media. Permasalahan tesebut tentunya tidak boleh terus
dibiarkan karena akan berdampak buruk terhadap citra orang lain. Oleh sebab itu, Dewan pers
Indonesia sebagai lembaga independen yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan kode etik
jurnalistik diharapkan dapat mengusut kasus pelanggaran kode etik jurnalistik tersebut sampai
tuntas sesuai dengan prosedur yang berlaku serta memberikan rekomendasi kepada perusahaan
pers yang bersangkutan agar melakukan koreksi atau ralat atas informasi yang telah disebarkan
dan juga menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.

inilah salah satu gambaran pers.

Analisis Berita yang Melanggar Kode Etik Jurnalistik

1. 1. PAPER MENGANALISIS BERITA YANG MELANGGAR KODE ETIK JURNALISTIK Paper ini Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum dan Komunikasi Dosen Pembimbing Drs. Kamsul
Hasan, SH, MH Disusun oleh: Fitri Sinta Handayani 2012 13 0081 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JAKARTA 2013
2. 2. KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME, atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehinga saya dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Hukum dan Komunikasi. Saya
menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini banyak mendapatkan bantuan, ilmu pengetahuan
serta informasi yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Dengan segala keterbatasan yang
saya miliki, saya menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya
kritik dan saran untuk kesempurnaan paper ini akan saya terima dengan lapang dada dan rasa
hormat. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk tambahan ilmu pengetahuan bagi
kita. Jakarta, Oktober 2013
3. 3. PENDAHULUAN Walaupun pers dituntut harus selalu tunduk dan taat kepada Kode Etik
Jurnalistik, pers ternyata bukanlah malaikat yang tanpa kesalahan. Data yang ada menunjukkan
bahwa pada suatu saat pers ada kalanya melakukan kesalahan atau kekhilafan sehingga
melanggar Kode Etik Jurnalistik. Berbagai faktor dapat menyebabkan hal itu terjadi. Peristiwa
tersebut dapat terjadi antara lain karena faktor-faktor sebagai berikut: Faktor Ketidaksengajaan:
1. Tingkat profesionalisme masih belum memadai, antara lain meliputi: - Tingkat upaya
menghindari ketidaktelitian belum memadai terbatas. - Tidak melakukan pengecekan ulang. -
Tidak memakai akal sehat. - Kemampuan meramu berita kurang memadai. - Kemalasan mencari
bahan tulisan atau perbandingan. - Pemakaian data lama (out of date) yang tidak diperbarui. -
Pemilihan atau pemakian kata yang kurang tepat. 2. Tekanan deadline sehingga tanpa sadar
terjadi kelalaian. 3. Pengetahuan dan pemahaman terhadap Kode Etik Jurnalistik memang masih
terbatas. Faktor Kesengajaan: 1. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang Kode Etik
Jurnalistik, tetapi sejak awal sudah ada niat yang tidak baik. 2. Tidak memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang memadai tentang Kode Etik Jurnalistik dan sejak awal sudah memiliki niat
yang kurang baik 3. Karena persaingan pers sangat ketat, ingin mengalahkan para mitra atau
pesaing sesama pers secara tidak wajar dan tidak sepatutnya sehingga sengaja membuat berita
yang tidak sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik.
4. 4. 4. Pers hanya dipakai sebagai topeng atau kamuflase untuk perbuatan kriminalitas sehingga
sebenarnya sudah berada di luar ruang lingkup karya jurnalistik. Jika pelanggaran terhadap Kode
Etik Jurnalistik karena faktor ketidaksengajaan, termasuk dalam pelanggaran kategori 2, artinya
masih dimungkinkan adanya ruang yang bersifat toleransi. Tak ada gading yang tak retak. Tak
ada manusia yang sempurna. Sehebat-hebatnya satu media pers, bukan tidak mungkin suatu
saat secara tidak sengaja atau tidak sadar melanggar Kode Etik Jurnalistik. Dalam kasus seperti
ini, biasanya setelah ditunjukkan kekeliruan atau kesalahannya, pers yang bersangkutan segera
memperbaiki diri dan melaksanakan Kode Etik Jurnalistik dengan benar, bahkan kalau perlu
dengan kesatria meminta maaf. Memang, pers yang baik bukanlah pers yang tidak pernah
tersandung masalah pelanggaran Kode Etik Jurnalistik. Tetapi, pers yang setelah melakukan
pelanggaran itu segera menyadarinya dan tidak mengulangi lagi serta kalau perlu meminta maaf
kepada khalayak. Sebaliknya, pelanggaran Kode Etik Jurnalistik yang disengaja dan termasuk
dalam pelanggaran kategori 1 merupakan pelanggaran yang berat. Sebagian pelanggarnya
bahkan tidak segera mengakui pelanggaran yang telah dibuatnya setelah diberitahu atau
diperingatkan tentang kekeliruannya. Berbagai macam argumentasi yang tidak relevan sering
mereka kemukakan. Hanya setelah mendapat ancaman sanksi yang lebih keras lagi, sang
pelanggar dengan tepaksa mau mengikuti aturan yang berlaku.
5. 5. Berikut ini contoh kasus pelanggaran kode etik jurnalistik yang pernah terjadi di media Online.
Polisi Biadab ! Perintahkan Perkosa, Bunuh, dan Bakar Siswi SMK Written by platmerah. Posted
in Hukum & Kriminal Published on October 25, 2013 with No Comments Platmerahonline.com |
Yogyakarta – Anggota Opsnal Intel Polsek Kalasan, Sleman, Yogyakarta Brigadir Hardani (53),
dijatuhi hukuman atau divonis seumur hidup atas kasus perkosaan dan pembunuhan yang
menimpa Ria Puspita Ristanti (17) oleh Pengadilan Negeri(PN) Sleman, Yogyakarta,
Kamis(24/10). Vonis dijatuhkan oleh hakim pengadilan negeri (PN) Sleman diketuai Riyadi
Sunindyo Florentinus yang menyatakan terdakwa terbukti bersalah dan meyakinkan berperan
sebagai otak alias dalang perbuatan pidana yang menimpa siswi kelas XI SMK YPKK
Maguwoharjo, Sleman itu. Hardani terbukti secara meyakinkan telah memerintah sebanyak
enam pelaku lain untuk menghilangkan nyawa korban kemudian membakar mayat korban. Atas
perbuatannya, Hardani dijerat dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, dan
pasal 181 jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 tentang mengubur, menyembunyikan, membawa lari mayat.
“Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan persetubuhan dengan korban dalam
kondisi tidak berdaya, dan menganjurkan pembunuhan berencana,” tegas hakim Riyadi dalam
persidangan dengan agenda vonis di PN Sleman, Yogyakarta, seperti dikutip Merdeka.com,
Kamis(24/10). Dalam amar putusannya itu, hakim Riyadi membeberkan beberapa pertimbangan
yang memberatkan, di antaranya perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat. Selain itu
perbuatan terdakwa sudah tergolong dalam perbuatan sadis dan tidak berperikemanusiaan.
6. 6. “Selain itu sebagai polisi, terdakwa seharusnya melindungi masyarakat, sedangkan unsur
meringankan, menurut hakim, tidak diketemukan,”urainya. Menanggapi vonis tersebut, Jaksa
Penuntut Umum (JPU) maupun pengacara alias penasihat hukum terdakwa menyatakan pikir-
pikir. Sidang yang dihadiri ratusan warga tempat asal korban yakni Dusun Medelan, Desa
Umbulmartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Kedua orang tua korban yang juga
turut menyaksikan jalannya peradilan tampak kecewa mendengar vonis majelis hakim PN
Sleman. Saat Hardani dibawa keluar dari ruang sidang, keluarga melampiaskan emosinya karena
merasa jengkel dengan terdakwa langsung berteriak dan berusaha memukul terdakwa. Upaya
menyerang terdakwa tersebut tidak berhasil setelah terdakwa dijaga ketat oleh aparat
keamanan. Usai sidang, dengan diwarnai sedikit kericuhan namun tidak berlanjut, terdakwa
langsung dimasukkan ke dalam mobil tahanan LP Wirogunan untuk dikembalikan ke dalam sel
lembaga pemasyarakatan yang berada di jantung Kota Yogyakarta itu. “Harusnya Hardani
langsung dijatuhi hukuman mati sesuai dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU),” tegas
ayah korban Setyo Hidayat (46) kepada wartawan usai sidang. Pada saat bersamaan, juga digelar
sidang atas tiga terdakwa lain dalam kasus yang sama. Pasangan ayah-anak, Khairil Anwar dan
Yonas Revolusi Anwar (18) yang berperan sebagai eksekutor, divonis hukuman seumur hidup.
Sementara, satu terdakwa lain yaitu Edi Nur Cahyo alias Kuntet dijatuhi hukuman selama 10
tahun penjara. (*) Sumber: http://platmerahonline.com/polisi-biadab-perintahkan-perkosa-
bunuh-dan-bakar-siswi-smk/
7. 7. ANALISIS BERITA Seperti yang sudah dijelaskan bahwa pers seharusnya tunduk dan patuh
kepada Kode Etik Jurnalistik. Namun masih banyak pelanggaran KEJ yang dilakukan pers, salah
satu pers yang melakukan pelanggaran adalah platmerahonline.com. Dari berita yang dimuat
tanggal 25 Oktober 2013 dengan judul, Polisi Biadab ! Perintahkan Perkosa, Bunuh, dan Bakar
Siswi SMK. Ditemukan hal-hal yang menyangkut pelanggaran KEJ. Pelanggaran ditemukan dalam
konten berita tersebut. Di sana di jelaskan bahwa salah satu Anggota Opsnal Intel Polsek
Kalasan, Sleman, Yogyakarta telah melakukan perkosaan dan pembunuhan terhadap remaja
berusia 17 tahun. Namun pada isi berita yang dimuat itu Plat Merah telah melanggar UU No. 40
Tahun 1999 tentang Pers pasal 5, pasal tersebut berbunyi “ Wartawan Indonesia tidak
menebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas
anak yang menjadi pelaku kejahatan”. Identitas yang dimaksud adalah semua data dan
informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain unutk melacaknya,
seperti nama lengkap, foto, alamat tinggal, nama anggota keluarga, ataupun nama sekolah. Jelas
sekali konten berita tersebut melanggar KEJ, karena berita tersebut tidak menyamarkan nama
asli tersangka dan korban perkosaan dan pembunuhan. (“Anggota Opsnal Intel Polsek Kalasan,
Sleman, Yogyakarta Brigadir Hardani (53), dijatuhi hukuman atau divonis seumur hidup atas
kasus perkosaan dan pembunuhan yang menimpa Ria Puspita Ristanti (17) oleh Pengadilan
Negeri(PN) Sleman, Yogyakarta, Kamis(24/10)”.). Berita itupun menyebutkan nama sekolah
korban tersebut (“…………..meyakinkan berperan sebagai otak alias dalang perbuatan pidana
yang menimpa siswi kelas XI SMK YPKK Maguwoharjo, Sleman itu”.). Di sana juga menyebutkan
tempat tinggal atau asal korban (“Sidang yang dihadiri ratusan warga tempat asal korban yakni
Dusun Medelan, Desa Umbulmartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta.”). Berita
tersebut juga menebut nama orangtua korban (“Harusnya Hardani langsung dijatuhi hukuman
mati sesuai dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU),” tegas ayah korban Setyo Hidayat
(46) kepada wartawan usai sidang.”). Itulah sebagian isi berita yang melanggar KEJ dalam hal
tidak menyamarkan identitas pelaku kejahatan dan tidak melindungi identitas korban asusila.
8. 8. KESIMPULAN Masih banyak pers yang masih belum tunduk pada Kode Etik Jurnalistik. Seperti
kasus yang dibahas tadi masih ada pers yang tidak melindungi identitas korban kesusilaan.
Platmerahonline.com tidak menyamarkan nama tersangka pemerkosaan dan pembunuhan.
Tidak melindungi identitas korban asusila dalam bentuk nama lengkap, nama orangtua, alamat
tinggal, sampai nama sekolah korban. Semua identitas tersebut memudahkan khalayak luas
untuk melacak korban asusila dan pembunuhan tersebut.
9. 9. SARAN Karena masih banyaknya pelanggaran yang dilakukan pers maka kita sebagai
masyarakat sepatutnya ikut peran serta sesuai perintah UU No.40 Tahun 1999 tentang Peran
Serta Masyarakat pasal 17 yang berbunyi “(1) Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk
mengembangkan kemerdekaan pers dan menjamin hak memperoleh informasi yang diperlukan.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa : a. Memantau dan
melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, dan kekeliruan teknis pemberitaan yang
dilakukan oleh pers; b. menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka
menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional.” Jika ada pers yang melanggar KEJ bisa
melaporkan kepada dewan pers melalui website ataupun dengan cara melalui sms (ketik
DEWANPERS kirim ke 3030). Dan saran untuk Dewan Pers, agar Dewan Pers menjalankan Fungsi
Dewan Pers sebagaimana tertulis di Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Pers, terutama dalam poin
Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik, Memberikan pertimbangan dan
mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan
dengan pemberitaan pers. Saran untuk pengelola media, bahwa mereka sebagai pers yang
tugasnya memberikan informasi kepada masyarakat sebagaimana dijelaskan dalam UU Pers
pasal 1 ayat (1). Maka pengelola media harus memahami betul hak dan kewajiban mereka
sebagai pers. Untuk bagian editor atau pihak yang mempunyai tugas untuk mengoreksi berita
yang akan di publish harus benar-benar jeli agar isi berita yang akan dimuat tidak melanggar KEJ.
Untuk menjadikan Pers kita terhindar dari kesalahan-kesalahan bukan hanya tugas dewan pers
saja atau pengelola media saja, tapi kita semua, mulai dari Dewan Pers, Pengelola Media sampai
Masyarakat punya peran serta. Marilah kita bersama-sama menjalankan peran dan tugas kita
masing-masing unuk kemajuan pers yang lebih baik.

PELANGGARAN ETIKA KOMUNIKASI

PELANGGARAN ETIKA KOMUNIKASI ANTAR PERSONAL


DAS SAIN :

Seorang putri pulang larut malam. Dia terlihat sangat lelah karena telah menghadiri diskusi
kelompok yang sangat panjang. Saat pulang, tanpa mendengarkan penjelasan putrinya, sang
ayahnya langsung memarahi sang putrid dengan kata – kata tegas dan kasar. Di bilangnya
bahwa putrinya tersebut tidak tahu waktu, tidak tahu diri, tidak berguna karena tidak mematuhi
aturan orangtua. Tidak terima dikata – katai ayahnya, sang putri menggebrak meja, dan berbicara
lantang, tidak kalah keras dari nada marah ayahnya. Dia pergi ke kamarnya, membantingkan
pintu.

Saat dikonfirmasi pada sang ayah, dirinya bercerita bahwa kemarahannya tersebut merupakan
efek panjang dari kekhawatiran pada anaknya. Ayahnya bercerita bahwa dirinya sangat resah,
karena sang anak tidak kunjung pulang sejak sore hari. Telepon genggamnya tidak bisa
dihubungi. Kekhawatiran tersebut semakin memuncak ketika dirinya melihat tayangan berita di
televisi yang menampilkan kabar mahasiswi kedokteran yang diperkosa sekaligus dibunuh pada
saat pulang larut malam.

Ketika sang anak pulang, ayahnya lantas mengungkapkan kekhawatiran itu dengan menyalurkan
emosi negatif pada anaknya dengan cara berkata – kata tegas dan marah tanpa mendengarkan
terlebih dahulu penjelasan anaknya. Dia berprasangka buruk, kalau anaknya pulang larut malam
karena asyik bermain dengan teman – temannya.

Dengan cara memarahi anaknya dengan tegas, sang ayah berharap anaknya akan jera, sehingga
tidak lagi membuat ayahnya khawatir.

Sedangkan dari cerita sang putri diungkapkan bahwa dirinya pada malam itu merasa sangat lelah
karena telah melakukan diskusi kelompok yang sangat panjang di rumah salah satu temannya.
Diskusi tersebut membahas mengenai tugas presentasi yang akan dilakukan keesokan harinya
di kelas. Motif utama, sang putri melakukan hal tersebut adalah menjadi juara kelas yang dapat
membanggakan hati sang ayah.

Di sepanjang perjalanan, dia membayangkan wajah ayahnya yang lembut dan membelainya
dengan kasih sayang sembari mengucapkan terimakasih karena dirinya telah berusaha keras
menjadi juara kelas. Dibayangkan pula, kasur yang empuk dan niat mengisi ulang batere telepon
genggam, karena sejak pagi teleponnya habis batere.

Ketika sampai di rumah dia berusaha menjelaskan hal yang sebenarnya, namun sang ayah tak
memberinya kesempatan dan langsung memarahinya dengan kata tegas. Sang anak yang
merasa tidak terima dengan perlakuan tersebut dan merasakan marah, lantas menyalurkannya
dengan menggebrak meja, dan pergi ke kamar lalu menangis.

ANALISIS :
Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam buku Ilmu, Teori, dan Filsafat
Komunikasi karya Onong Uchjana Effendy adalah sebagai proses penerimaan dan pengiriman
pesan antara dua orang, atau diantara kelompok kecil orang – orang, dengan beberapa efek dan
beberapa umpak balik seketika.

Berdasarkan definisi itu, komunikasi antar pribadi dapat berlangsung secara tatap muka seperti
kasus di atas (seorang ayah dan putrinya). Dari kasus diatas jenis komunikasi antar pribadi yang
dilakukan disebut Onong sebagai komunikasi diadik (dyadic communication).

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antara dua orang yakni
yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan (sang ayah yang tengah marah)
dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan (sang anak yang tengah dimarahi). Oleh
karena perilaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens
(dua arah). Di mana pada saat pertama kali terjadi interaksi, sang ayah berperan sebagai
komunikator dengan mengkomunikasikan pesan kemarahannya kepada anaknya yang berlaku
sebagai komunikan. Setelah beberapa saat, sang anak mengambil alih pembicaraan dengan
menjadi komunikator (sikap menggebrak meja, memarahi balik sang ayah dan
meninggalkannya), pada saat situasi tersebut sang ayah berpihak sebagai komunikan.

Dalam kasus tersebut, tujuan komunikasi (yakni perubahan perilaku sang anak agar anak
tersebut tidak lagi pulang malam) tidak tercapai. Disebabkan oleh adanya hambatan komunikasi.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Onong bahwa tidaklah mudah untuk melakukan
komunikasi secara efektif. Karena terdapat banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi.

Adapun hambatan yang terjadi pada kasus diatas adalah sebagai berikut:

1. Hambatan kepentingan

Menurut Onong, kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga
menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita akan merupakan sikap reaktif
setiap segala perangsang yang tidak sesuai atau bertentangan dengan suatu kepentingan.

Dalam hal ini, ketika ayah dan anak bertemu, terjadi konflik kepentingan di mana sang ayah ingin
anaknya mendengarkan patuh dan merasa jera karena susah dihubungi dan pulang larut malam.
Sedangkan kepentingan sang anak adalah keinginan sang ayah untuk berterimakasih padanya
dan segera tidur karena lelah.

Konflik kepentingan tersebut yang menjadikan komunikasi tidak berjalan dengan lancar.
2. Hambatan Prasangka

Menurut Onong, prejudice atau prasangka merupakan salah satu rindangan atau hambatan berat
bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa – apa
sudah bersikap curiga dan menentang komunikan yang hendak melancarkan komunikasi.

Dalam hal ini, sang ayah ‘gelap mata’, tanpa mendengarkan penjelasan sang anak, dirinya
langsung memarahi anak tersebut. Karena sebelumnya dirinya telah berprasangka buruk pada
anaknya.

Sedangkan dari sisi etika komunikasi dalam hal ini sang ayah bertindak salah, karena tidak
melihat kondisi fisik sang anak yang lelah, dan bersabar mendengarkan penjelasan yang
sebenarnya. Sedangkan sang anak yang emosi tidak menghormati sang anak dengan berbicara
keras dan menggebrak meja.

DAS SOLLEN:

Komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi antar pribadi atau individu. Untuk
menjaga agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, maka diperlukan etika komunikasi
interpersonal yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi
tersebut.

Adapun yang harus diperhatikan antara lain:

- Nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya setempat

- Segala aturan, ketentuan, dan tata tertib yang sudah disepakati

- Adat-istiadat, kebiasaan yang dijaga kelestariannya

- Tata karma, sopan santun, dan budi pekerti

Dalam pergaulan dan kehidupan bermasyarakat, antara etika dan komunikasi merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Di manapun orang berkomunikasi, selalu memerlukan
pertimbangan etis, agar lawan bicara dapat menerima dengan baik. Ketika komunikator paham
tentang karakter komunikan yang kita hadapi, maka komunikator akan lebih mudah berusaha
menampilkan diri sebaik-baikya dalam berkomunikasi. Sehingga akan dengan mudah mencapai
tujuan komunikasi, yakni perubahan sikap.
PELANGGARAN ETIKA KOMUNIKASI KELOMPOK

DAS SAIN :

Dalam sebuah kuliah yang dilakukan di ruang kelas terdapat seorang dosen yang tengah
menjelaskan salah satu mata kuliah. Selama kuliah berlangsung terlihat sebagian mahasiswa
kurang fokus pada perkuliahan yang diselenggarakan. Sebagian diantara mereka ada yang
terlihat mengantuk, berbisik dengan temannya, atau sibuk sendiri dengan telepon genggam dan
membaca buku kesukaan.

Dalam ruang kelas tersebut, komunikasi berjalan satu arah, karena dosen hanya menerangkan
slide – slide presentasi yang dipancarkan oleh mesin in focus. Untuk memecahkan kantuk, salah
satu mahasiswa yang berada di bangku paling belakang mencoba memakan permen. Perlahan
tapi pasti dia membuka bungkus permen tersebut. Tanpa dia sadari, usaha membuka permen itu
telah menimbulkan bunyi dan noise di kelas. Seketika pula, beberapa teman mahasiswa yang
berada di depan dan mendengar kegaduhan tersebut tersenyum – senyum dan cekikikan
menyembunyikan tawa dibalik tangan mereka.

Menyadari hal tersebut, sang dosen terlihat tersinggung. Dari raut mukanya, dia terlihat khawatir,
bahwa tertawaan mahasiswa ditujukan padanya. Seraya dia berkata: “Kenapa teman – teman
(sebutan untuk mahasiswa)? Ada apa tertawa? Apakah ada yang salah dengan apa yang ibu
sampaikan?” tanyanya bingung.

Seketika sang mahasiswa menyadari bahwa sang dosen tersinggung, dan menghentikan tawa
mereka, seraya menjawab: “Tidak bu, tidak ada apa – apa,” ujar mahasiswa.

ANALISIS :

Robert F Bales dalam Onong (2003:73) menyebutkan bahwa kelompok adalah sejumlah orang
yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka
(face to face meeting) di mana setiap anggota mendapat kesan atau penglihatan antara satu
sama lainnya yang cukup kentara, sehingga dia baik pada saat timbul pertanyaan maupun
sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing – masing sebagai perorangan.

Berdasarkan definisi di atas sejumlah orang dalam situasi seperti itu harus berada dalam
kesatuan psikologis dan interaksi.
Sedangkan komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang
komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Dalam kasus di
atas jenisnya termasuk komunikasi kelompok kecil. Karena menurut Onong, komunikasi
kelompok kecil merupakan komunikasi yang ditujukan kepada kognisi komunikan, dan prosesnya
berlangsung secara dialogis. Dalam komunikasi ini, komunikator menunjukkan pesannya kepada
benak dan pikiran komunikan.

Ditinjau dari sudut komunikasi, komunikasi kelompok yang dilakukan dosen dan mahasiswa tidak
berjalan mulus karena terdapat beberapa gangguan, diantaranya adalah:

1. Gangguan Mekanik

Yang dimaksud dengan gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran
komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Dalam hal ini, suara bungkus permen yang
memecahkan konsentrasi mahasiswa.

2. Prasangka

Prasangka merupakan salah satu rindangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan
komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa – apa sudah bersikap
curiga dan menentang komunikan yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam hal ini, sang
dosen berprasangka bahwa tertawaan mahasiswa ditujukan padanya, sehingga tujuan
komunikasi awal (perkuliahan) terhenti sejenak.

Sedangkan jika dilihat dari sisi etika komunikasi, mahasiswa dalam hal ini bertindak kurang tepat.
Karena melakukan ‘acara di dalam acara’, noice bungkus permen yang dimainkannya
memecahkan konsentrasi mahasiswa lain. Selain itu membuat dosen merasa tersinggung,
karena berfikir mahasiswa lain metertawakan kesalahan yang tak sengaja dibuatnya.

DAS SOLLEN:

Cheney dan Tompskins merujuk pada Henry W. Johnstone Jr., untuk mengingat standar-standar
etika yang mereka anjurkan guna memandu komunikasi kelompok. Empat tugas keetikaan
Johnstone yakni: Keteguhan hati, keterbukaan, kelemah lembutan, dan keharuan. Hal tersebut
selanjutnya dimodifikasi oleh Cheney dan Tompkins untuk diterapkan dalam konteks komunikasi
kelompok antara lain:

1. Kehati-hatian
Komunikator dalam kelompok seharusnya menggunakan kemampuan persuasifnya sendiri untuk
menilai secara menyeluruh pesan-pesan yang jelas dan yang tersembunyi dari organisasi
tersebut dan harus menghindari penerimaan atas pandangan konvensional secara otomatis dan
tanpa berpikir.

2. Mudah untuk dicapai

Komunikator dalam organisasi harus terbuka terhadap kemungkinan diubahnya pesan dari orang
lain dari orang yang dibujuk. Keyakinan yang kita pegang secara dogmatis atau pandangan
berfokus sempit yang membutakan kita terhadap informasi yang berguna,pandangan yang
berbeda tentang suatu masalah, atau penyelesaian alternatif,perlu diseimbangkan atau
dikurangi.

3. Tanpa kekerasan, penipuan, terang-terangan atau pun tidak, terhadap orang lain berdasarkan
etika tidak diinginkan.

4. Empati

Komunikator benar-benar mendengarkan argumen, opini, nilai dan asumsi orang lain, terbuka
terhadap perbedaan pendapat, mengesampingkan cetusan streosip berdasarkan julukan atau
isyarat non verbal, dan menghargai hak semua orang sebagai person untuk memegang
pandangan yang berbeda. Dalam latar kelompok Empati melibatkan keseimbangan kepentingan
individu dan kepentingan kelompok.

PELANGGARAN ETIKA KOMUNIKASI MASSA

DAS SAIN :

Dari bidang jurnalistik yang dapat kita ambil tentang bagaimana akibatnya jika etika tidak
dipedulikan adalah pemberitaan yang dilakukan oleh media massa tentang korban meninggal
akibat tertabrak oleh Abdul Qadir Jaelani (AQJ), anak musisi Indonesia ternama Ahmad Dani.

Peristiwa yang mengerikan dan menggemparkan itu sempat menjadi fokus utama, bahkan
pemberitaan tentang korban-korban yang berjatuhan akibat kejadian itu sempat memakan waktu
dalam pemberitaan.

Isi pemberitaan pun akhirnya didominasi oleh berita tentang bagaimana keluarga korban bereaksi
saat mengetahui bahwa keluarga mereka menjadi korban dalam peristiwa naas tersebut.
Pada saat itu, beberapa stasiun televisi meliput habis-habisan tentang bagaimana kesedihan
yang menimpa keluarga korban, terutama saat jenasah para korban tiba di tempat kediamannya
hingga proses penguburannya. Bahkan beberapa reporter sengaja di tempatkan di beberapa
rumah korban untuk meliput secara langsung kesedihan yang dialami oleh keluarga korban.

Di dalam peliputan tersebut pun terlihat bagaimana kameramen ikut berdesakan bersama
keluarga korban yang sedang saling berpelukan dan menangis, demi mendapatkan gambar
wajah mereka yang penuh dengan kesedihan itu.

Beberapa reporter pun sempat melakukan wawancara langsung terhadap keluarga


korban yang intinya adalah mempertanyakan bagaimana perasaan mereka atas kematian sanak
saudara mereka itu. Dan akibat dari pertanyaan itu adalah keluarga korban kembali menangis
karena teringat akan apa yang menimpa keluarga mereka.

Tayangan yang paling menyayat hati adalah saat kameramen meliput ekspresi dan tangis
histeris salah satu keluarga dekat korban saat menghantarkan kepergian korban ke tempat
peristirahatan yang terakhir. Orang tersebut menangis sejadi-jadinya hingga kehabisan tenaga,
dan untuk berjalan saja ia harus dipapah oleh orang-orang di sekelilingnya.

ANALISIS:

Dalam bukunya, Onong mengungkapkan bahwa seorang yang menggunakan media massa
sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi
massa, yakni:

1. Komunikasi massa bersifat umum dan terbuka

2. Komunikan bersikap heterogen

3. Media massa menimbulkan keserempakan

4. Hubungan komunikator – komunikan bersifat non pribadi

Dari kasus di atas menunjukkan ketidakmanusiawian dan ketidaketisan media dalam melakukan
peliputan dan pemberitaan. Berita yang seharusnya juga menggambarkan bahwa media pun turut
berduka atas tragedi itu, formatnya justru berubah menjadi format infotainment.

Untuk menggugah dan merenyuh sisi humanis kemanusiaan, dramatisasi dapat dibenarkan
namun tetap dalam bingkai dan norma yang berlaku, terutama tetap harus berdasarkan fakta
(Iswandi, 2006: 184).
Sama seperti mereka mengejar artis-artis untuk meminta keterangan lebih lanjut tentang
kehidupan pribadi mereka, di dalam kasus ini pun mereka memaksakan kehendak untuk
mewawancarai keluarga korban. Padahal harus kita akui bahwa gambar-gambar yang berhasil
diambil oleh wartawan sudah menunjukkan secara jelas apa yang dirasakan oleh keluarga
korban.

Sebenarnya hal ini tidak boleh dilakukan mengingat narasumber masih berada dalam
trauma kejiwaan dan hal ini pun telah diatur di dalam Kode Etik Jurnalistik pasal 2 yang
berbunyi, wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan
tugas jurnalistik. Yang termasuk di dalamnya adalah menghormati pengalaman traumatik
narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara.

Sehingga dapat dikatakan bahwa wartawan tidak dibenarkan untuk melakukan


wawancara langsung dengan pihak keluarga korban maupun meliput gambar secara berlebihan
untuk menambah efek dramatisasi. Padahal kejadian ini sudah cukup mengagetkan masyarakat
tanpa perlu ditambahi efek seperti itu.

DAS SOLLEN :

Joseph Pulitzer, Bapak pers AS, pernah mengatakan bahwa “surat kabar tanpa etika bukan
hanya tak mampu melayani khalayak, melainkan justru akan berbahaya bagi khalayak”.

Media sebagai alat komunikasi massa tidak terlepas dari interaksinya dengan khalayak; publik
sangat berhubungan dan bergantung terhadap media yang dikonsumsi oleh orang banyak.

Apa yang disajikan oleh media atas perannya sebagai media komunikasi massa (ditujukan
kepada orang banyak) sangat dapat mempengaruhi sikap dan perilaku massa itu sendiri.

Penyimpangan dan pelanggaran yang dilakukan oleh media dapat berdampak buruk bagi
masyarakat. Oleh sebab itu, etika menjadi salah satu poin penting untuk menjaga media dan para
pelakunya berada dalam jalur yang semestinya.

Nurudin dalam Pengantar Komunikasi Massa (2007: 239 – 270) menjabarkan secara lengkap
terkait etika komunikasi massa. Nurudin dengan cermat memulai penjelasannya dengan
menjabarkan latar belakang mengapa kita harus belajar tentang etika, perbedaan serta hubungan
antara etika dengan etiket dan moral, serta menjelaskan secara rinci tentang pembagian etika
dalam komunikasi massa.
Dalam menangani berita, wartawan memang memiliki kebebasan dalam menulis. Namun
kebebasan itu tetap dibatasi oleh moral, yaitu etika. Memang wartawan dituntut untuk
memberikan berita secara cepat, tapi cepat bukan berarti ngawur.

Berita yang akan dan telah ditulis itu tetap harus dipertimbangkan kembali dari segi
humanisnya serta dampaknya terhadap orang-orang yang terlibat di dalamnya. Dalam kasus ini,
peliputan yang dilakukan menunjukkan bahwa wartawan melupakan sisi humanisnya, di mana
wartawan justru mengekspose kesedihan keluarga korban untuk disajikan kepada publik dalam
durasi waktu yang berlebihan. Bahkan penayangan gambar-gambar yang paling menunjukkan
ekspresi kesedihan itu tidak hanya diputar satu kali saja, melainkan beberapa kali di dalam
program berita yang berbeda-beda.

Etika yang diabaikan dalam dunia komunikasi dapat menghilangkan kepekaan sosial dan
rasa peduli terhadap sesama. Komunikasi memang sangat diperlukan di dalam bersosialisasi
dan bermasyarakat, dan media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi-
informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Namun dalam berkomunikasi, terutama dalam menyampaikan informasi melalui media, di


mana media dapat dengan mudah membentuk cara pandang masyarakat, banyak hal-hal yang
harus dipertimbangkan kembali berkaitan dengan etika. Sedangkan masyarakat jaman sekarang
sudah terbiasa untuk menyaksikan kejadian-kejadian ekstrim yang disajikan melalui media,
sehingga kepekaan mereka akan pelanggaran etika yang dilakukan dalam dunia komunikasi
melalui media pun sering tak mereka sadari, bahkan hanya diterima mentah-mentah sebagai
sebuah informasi semata.

Sangat disayangkan bahwa di era sekarang ini, nilai etika tampaknya sudah mulai pudar
dan bergeser. Banyak tindakan yang dulunya dianggap melanggar etika, kini justru diterima
begitu saja oleh masyarakat seakan hal tersebut adalah hal yang biasa-biasa saja dan tidak
mengganggu.

Salah satu penyebab pergeseran etika, terutama dalam bidang komunikasi, tersebut
adalah media massa yang makin meningkat jumlahnya. Dengan berbagai sudut pandang yang
dimiliki oleh tiap media terhadap suatu berita, mereka pun mengemasnya sesuai dengan ideologi
masing-masing perusahaan dan makin sering melupakan etika yang berlaku secara umum
karena tuntutan dari persaingan bisnis dengan perusahaan media lainnya. Akibatnya, mereka
seakan membuat batasan baru tentang etika komunikasi yang disesuaikan dengan ideologi
perusahaannya masing-masing.
PELANGGARAN ETIKA KOMUNIKASI INTERNASIONAL

DAS SAIN :

Artikel berjudul Zionisme Vs Zionisme karya Amien Rais dalam bukunya Timur Tengah dan Krisi
Teluk, berisi sebagai berikut:

Dalam banyak pembahasan tentang konflik Arab – Israel, Zionisme sering dianggap sebagai
biang keladi yang paling kerok. Yasse Arafat dalam wawancara eksklusif dengan majalah
Playboy (September 1988) mengatakan bahwa yang paling ditentang oleh PLO bukanlah Israel,
tetapi Zionisme yang berada di belakang Israel.

Arafat menerangkan impian Zionisme yang menakutkan pihak Arab: dua garis biru di bagian atas
dan bawah bendera Israel melambangkan sungai – sungai Eufrat di Irak dan Nil di Mesir. Aspirasi
ekspansionis Zioneisme menambakan wilayah Israel yang membentang di antara dua sungai itu.
Bahwa Zionisme adalah musuh PLO, ditegaskan lagi oleh Arafat dalam wawancaranya dengan
majalah mingguan Time (7 November 1988). Dan tentu, Zionisme dihantam lagi dalam Sidang
Majelis Nasional Palestina di Aljir pertengahan November lalu (tahun 1988).

Pendapat Arafat di atas pada umumnya juga merupakan pendapat para pemimpin dan intelektual
Arab. Sudah tentu pendapat ini bukan tanpa dasar. Sejak Theodor Herzl menulis buku “Der
Judenstaat” (Negara Yahudi) pada tahun 1895, tokoh – tokoh Yahudi melakukan serangkaian
kongres dunia untuk merealisasikan cita – cita Zionis. Sebagai salah satu bapak Zionisme, Herzl
meyakinkan bangsa Yahudi bahwa mereka punya hak untuk untuk mendirikan suatu negara.

Mula – mula, selain Palestina, disebut – sebut Argentina dan Uganda sebagai calon wilayah
negara Yahudi yang diimpikan itu. Akan tetapi, kaum Yahudi Zionis hanya merindukan Zion di
Palestina. Tidak ada kerinduan historis meraka pada Argentina ataupun Uganda.

Dalam perjalanan waktu, hasrat bangsa Yahudi, yang berserakan di bebrgaai pelosok dunia
(Yahudi Diaspora) untuk kembali ke Palestina, menimbulkan dua aliran Zionis: Zionisme politik
dan Zionisme kultural atau spiritual. Sampai sekarang pertarungan antara keduanya berakhir
dengan kemenangan Zionisme politik. Sekalipun bergitu, sisa – sisa pendukung Zionisme
spiritual masih acap kali memperdengarkan suaranya.

Berbagai gagasan dilontarkan lewat buku dan pamphlet oleh para tokoh Zionis politik, antara lain
Herl, Moshe Lilienblum, Leo Pinsker, Chaim Weizmann, Yabotinsky, Menachem Begin, Moshe
Dayan, dan Yitzhak Shamir. Lepas dari perbedaan pendapat para tokoh tersebut, ada persamaan
mendasar di antara mereka.

Pertama, wilayah Palestina harus direbut dari tangan orang – orang Arab, yang sudah
menghuninya sejak ribuan tahun yang lalu. Caranya, sebelum Israel berdiri, adalah dengan
memperoleh tanah seluas mungkin di Palestina, untuk menciptakan suatu falt accompli.

Kedua, penduduk Arab Palestina harus diusir dari tanah airnya ke negara – negara Arab. Sensus
Inggris tahun 1922 mencatat ada 660.641 orang Arab dan 83.790 orang Yahudi di Palestina.
Untuk membalik perimbangan ini, dilancarkan Yahudinisasi Palestina dan imigrasi besar – besar
kaum Zionis.

Ketiga, terror sistematik adalah cara yang paling efektif untuk menyebarkan panik di
kalangan bangsa Palestina. Para tokoh Zionis, sejak sebelum Israel berdiri sampai
sekarang, sangat memahami fungsi terror sebagai cara paling gampang dan murah untuk
menghabisi nyali bangsa Palestina.

Dengan disertai mitos “ Yahudi adalah bangsa pilihan Tuhan” plus arogansi kekuasaan, prinsip –
prinsip di atas melahirkan Israel yang solipsis, rasis, anekasionis, dan ekspansionis. Sikap Israel
ini kemudian melahirkan berbagai symptom mentalitas ghetto; mentalitas isolasionis, merasa
benar sendiri dan tidak peduli pada pendapat atau nasib pihak lain.

Sikap dan pikiran ekstrem di atas ditentang oleh kaum Zionis cultural atau spiritual. Tokoh –
tokohnya antara lain adalah Ahad Ha – am, Judas Magnes, Martin Buber, dan sampai batas
tertentu, juga Hans Kohn. Mereka berpendapat bahwa: pertama, ada isu moral snagat mendasar
yang menyangkut eksistensi bangsa Palestina di Palestina, di tanah air mereka sendiri. Sangat
immoral jika kaum Yahudi mendesak dan mengusir bangsa Palestina dari tanah airnya.

Kedua, bila Zionisme menekankan hak historis bangsa Yahudi untuk kembali ke Palestina,
bangsa Arab Palestina pun punya hak historis yang harus dihormati. Bila hak menentukan nasib
sendiri dituntut dan diperoleh oleh Yahudi, mengapa hak yang sama tidak diberikan untuk Arab
Palestina?
Ketiga, pemecahan adil bagi konflik Israel – Palestina adalah dengan mendirikan sebuah bi –
national state, negara dengan dwi – kebangsaan tempat orang Yahudi dan Arab hidup
berdampingan secara damai. Sudah tentu banyak lagi pikiran lumayan jernih yang dijual kepada
masyarakat Yahudi, tetapi saying sekali, belum bisa laku keras.

Prinsip – prinsip di atas diteruskan oleh tokoh – tokoh kontemporer Zionisme cultural, seperti
Yehoshavat Harkabi, Uri Davis, dan para pemerkasa gerakan Peace Now. Bedanya bukan
dengan menjadikan Israel sebagai suatu negara dwi – kebangsaan, tetapi dengan menyetujui
pembentukan negara Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Dus, dua negara di Palestina :
Negara Israel dan Negara Palestina Merdeka yang hidup berdampingan secara damai.

Pertengah November lalu (tahun 1988), Majelis Nasional Palestina (PNC) telah membuat
terobosan historis dan monumental di Aljir, Aljazair. PNC memproklamasikan Negara Palestina
Merdeka dan menerima resolusi DK – PBB No 242 yang berisi pengakuan pada eksistensi Israel.
PNC telah mengambil jalan yang sangat moderat dan realistis. Pengakuan internasional juga
terus mengalir.

Nasib penganut Zionisme cultural berpendapat, adalah sia – sia bahkan berbahaya, jika Israel
mempertahankan Tepi Bara dan Jalur Gaza sebagai wilayah Israel. Satu tiga perempat juta
bangsa Palestina di wilayah pendudukan ini menjadi qunbulab dimugrafiyah atau bom demografis
yang terus menggelembung dan akan menghantam Israel sendiri. Sebaliknya, kaum Zionisme
politik berpendirian, bom demografis itu dapat dilenyapkan dengan memaksakan eksodus
bangsa Palestina.

Bila akal sehat kalah lagi di Israel, tidak mustahil perang antara dua bangsa sepupu Semit pecah
lagi dengan daya destruksi yang lebih dahsyat. Dua elemen baru yang sangat gawat di Timur
Tengah setelah usainya perang Iran – Iraq, adalah senjata bio kimia dan rudal jarak jauh yang
dimiliki oleh banyak negara di kawasan eksplosif ini. Tel Aviv kini berada dalam jangkauan rudal
– rudal Arab, demikian pula kota – kota besar Arab tidak sulit dijangkau oleh rudal Israel. (Ditulis
oleh DR M Amien Rais di Majalah Tempo, 3 Desember 1988)

ANALISIS:

Komunikasi internasional merupakan proses interaksi pertukaran pesan dari satu orang atau lebih
yang dilakukan antar negara. Komunikasi tersebut, dapat bersifat personal ataupun
kelembagaan, misalnya pemerintahan.
Dalam hal ini, komunikasi yang dilakukan antara negara Israel dan Palestina. Dari artikel yang
dibahas oleh Amien Rais tersebut, telah ditemukan salah satu poin yang mengandung
pelanggaran etika komunikasi internasional, yakni: teror sistematik yang dilakukan oleh Israel
kepada Palestina. Karena menurut Israel, teror adalah cara yang paling efektif untuk
menyebarkan panik di kalangan bangsa Palestina. Para tokoh Zionis, sangat memahami fungsi
terror sebagai cara paling gampang dan murah untuk menghabisi nyali bangsa Palestina.

Ditinjau dari sudut etika, hal ini sangat melanggar, karena Israel telah merugikan pihak Palestina
dengan menyebarkan teror.

DAS SOLLEN:

“Etika dengan sendirinya bisa diartikan sebagai ilmu yang membicarakan masalah perbuatan
atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jahat. Etika sendiri
sering digunakan dengan kata moral, susila, budi pekerti, dan akhlak.” (Burhanudin Salam,
2000, dalam Nurudin, 2007: 242).

langgaran Kode Etik Jurnalistik terkait Pornografi pada Berita Media Online 06 Mei 2015
21:59:26 Diperbarui: 17 Juni 2015 07:18:42 Dibaca : 2,142 Komentar : 2 Nilai : 1 Kemajuan
teknologi menjadikan informasi tersebar lebih cepat. Media cetak seperti koran, majalah, surat
kabar dan sejenisnya mulai tergeser dengan kehadiran media elektronik seperti radio dan televisi.
Terlebih telah hadir teknologi internet di mana kita dapat menjelajahi berita dengan
kedalamannya tanpa terikat batasan waktu maupun ruang. Atas nama kecepatan, kini banyak
berita di media online yang hanya asal unggah dalam menyampaikan informasi. Standar akurasi,
keberimbangan berita, dan pengabaian etika jurnalistik menjadi hal yang tak diperhatikan. Media
saat ini cenderung membuka informasi kepada masyarakat seluas-luasnya, dalam bentuk yang
sebebas-bebasnya. Anggota Dewan Pers, Abdullah Alamudi dalam artikel pada portal
republika.co.id menyampaikan bahwa kini banyak insan pers yang tidak mengerti kode etik
apalagi memahami UU tentang pers terbukti sebagian besar pengaduan masyarakat kepada
Dewan Pers berkaitan dengan pelanggaran kode etik. Banyak kalangan yang menilai bahwa
kebebasan pers saat ini sedang “kebablasan” setelah jatuhnya masa orde baru. Ratusan media
massa baik cetak maupun online bermunculan dimana-mana, dari tingkat lokal hingga nasional.
Di era teknologi yang serba maju ini tetap dibutuhkan wartawan yang paham dan taat kode etik,
di mana ini menjadi sesuatu yang seharusnya menjadi simbol kebanggaan profesinya. Hanya
saja, seperti yang telah dikatakan oleh anggota Dewan pers di atas, tidak banyak wartawan yang
memahami kode etiknya. Jangankan memahami kode etik, masih banyak wartawan yang belum
pernah membaca kode etik. Menjadi wajar apabila wartawan wajib mematuhi kode etik
jurnalistik karena kode etik jurnalistik diandaikan sebagai pagar moral dan bentuk tanggung
jawab etis wartawan serta integritas profesi wartawan. Kode etik jurnalistik bersifat personal dan
otonom, disusun melalui ketentuan-ketentuan tertulis oleh, dari, dan untuk wartawan yang
tergabung dalam suatu organisasi kewartawanan, untuk kemudian berikrar melaksanakannya
(Wibowo, 2009:71). Pada hakikatnya kebebasan pers adalah kebebasan bersuara bagi
masyarakat. Sehingga, upaya mendirikan media pers adalah hak bagi setiap warga negara.
Namun, ada tanggung jawab yang harus dipertanggungjawabkan pada masyarakat, setidaknya
bertanggung jawab kepada pembaca, pendengar, dan penonton media masing-masing. Dalam
penyajian sebuah berita, wartawan menggunakan istilah, kata atau rangkaian kalimat yang
terkadang membuat pembaca sulit untuk memahaminya. Tidak jarang pula pemilihan kata atau
diksi yang kurang tepat serta penggunaan istilah dan kata yang berlebihan bahkan terkesan
vulgar dalam sajian beritanya, sehingga dapat menimbulkan persepsi atau pemaknaan yang
berbeda terhadap informasi yang disampaikan bagi pembaca. Berbicara mengenai kode etik
jurnalistik, tentu tidak lepas dari pasal-pasal yang yang berkaitan dengan gender, orientasi
seksual, pencabulan maupun pornografi di dalamnya. Gender dalam hal ini perempuan tak jarang
mendapat sorotan negatif dari wartawan melalui pemberitaannya di media online. Di sini
wartawan berperan cukup penting, mengingat media yang seharusnya menjadi agen sosialisasi
perlindungan perempuan malah menyebabkan adanya “cap” buruk bagi perempuan. Seperti
dapat dilihat dalam web http://ruangkabar.com/berita-unik-hisap-payudara-menjadi-modus-baru-
kejahatan/, berita tersebut merupakan satu dari banyak berita yang biasanya mengumbar berita
tentang perempuan yang hanya lelucon murahan, ratu kecantikan, atau bagaimana perempuan
diperkosa dan dengan segala penderitaannya. Jarang media massa yang memberitakan tentang
keberhasilan perempuan. Dapat dilihat dari judul beritanya, “Berita Unik – Hisap Payudara,
Menjadi Modus Baru Kejahatan”. Dari judulnya saja sudah terlihat bahwa media seolah
merendahkan perempuan dengan mengekspose bagian vital perempuan yang seharusnya
dilindungi, malah diumbar secara terang-terangan bahkan dimanfaatkan sebagai modus
kejahatan. Di kalimat terakhir pada paragraf pertama juga ditulis, “Munculnya dari modus ini di
lakukan oleh salah satu cewek yang seksi sekaligus cantik, di mana dirinya sudah berpura-pura
untuk menyodorkan payudara seksinya untuk bisa di hisap sang korbannya”. Mengacu pada
Kode Etik Jurnalistik Aliansi Jurnalis Independen, jelas di situ wartawan telah melanggar kode
etik jurnalistik pasal 16 yang berbunyi, “Jurnalis menolak kebencian, prasangka, sikap
merendahkan, diskriminasi, dalam masalah suku, ras, bangsa, jenis kelamin, orientasi seksual,
bahasa, agama, pandangan politik, orang berkebutuhan khusus atau latar belakang sosial
lainnya”. Pada pemberitaan di media online tersebut, wartawan mengabaikan pasal yang
menolak sikap perendahan terhadap gender, namun sebaliknya justru penulis tersebut berperan
membangun persepsi tentang perempuan seksi yang rela memberikan payudaranya. Hal ini
menimbulkan kecenderungan banyak portal online melalui penulisnya mengabaikan sikap
profesional terutama dalam penulisan atau penerbitan berita. Pasalnya, isi dalam berita ini
melanggar kode etik jurnalisme di mana berita-berita tersebut tidak memenuhi unsur
keberimbangan berita. Dalam kode etik jurnalisme dijelaskan bahwa penulisan berita tidak
diperbolehkan menyudutkan satu pihak dan subyektif, melainkan harus bersifat netral. Selain
melanggar pasal 16, penulis berita sekaligus media ini juga melanggar pasal 21 yang berbunyi,
“Jurnalis tidak menyajikan berita atau karya jurnalistik dengan mengumbar kecabulan,
kekejaman, kekerasan fisik dan psikologis serta kejahatan seksual”. Pada berita tersebut
diperlihatkan gambar bagian belahan payudara wanita yang hanya tertutup sebagian. Secara etika
hal tersebut tidak layak menjadi konsumsi publik karna semata-mata dapat menimbulkan nafsu
birahi. Cara media ini menampilkan gambar atau foto dibuat agar pembaca tertarik mengakses,
tanpa menghiraukan norma-norma dan kode etik jurnalistik yang berlaku. Media ini tidak lagi
menghiraukan efek yang timbul dari pembacanya dan melupakan 9kode etik jurnalistik dan
undang-undang pornografi yang menjadi pondasi maupun aturan yang telah ada. Selain itu
fungsi media bukan lagi sebagai media penyampai informasi kepada publik, melainkan penyebar
budaya pornografi kepada publik. Kebebasan pers disinyalir membuat semakin menjamurnya
media-media yang dengan sengaja mengekploitasi seks untuk kepentingan komersial. Mereka
menulis berita yang bersifat spekulatif dan tidak mengindahkan kode etik. Hendaknya, setiap
pemberitaan kasus kekerasan seksual senantiasa mengacu pada kode etik jurnalistik, bahwa
jurnalis tidak menyebutkan hal-hal yang mengundang nafsu birahi. Lebih lanjut menurut
Pamungkas dalam Ashadi (2010:314), media massa, dianggap sebagai salah satu lembaga yang
melanggengkan nilai-nilai bias gender, nilai-nilai patriarkal, serta ideologi yang timpang dan
diskriminatif terhadap perempuan. Eksploitasi atas tubuh atau bahkan derita perempuan masih
dengan mudah kita lihat di media massa cetak dan elektronik. Selama ini banyak media yang
mengeksploitasi perempuan sebagai objek seks yang pada akhirnya melahirkan masyarakat yang
sarat dengan kekerasan terhadap perempuan. Hal ini disebabkan antara lain oleh gambaran media
tentang perempuan yang selalu terfokus pada aspek fisik dan biologis serta mengabaikan aspek
kemanusiaan perempuan. Media cenderung melihat perempuan hanya sebagai makhluk seksual
ketimbang mengangkatnya sebagai makhluk manusia yang utuh seperti laki-laki. Artinya media
ikut andil dalam melanggengkan konsepsi yang merendahkan perempuan dan kekerasan terhadap
perempuan Terlihat pada berita tersebut bahwa wartawan tidak mengindahkan kode etik
jurnalistik yang telah diatur dengan jelas. Padahal sebenarnya media juga dapat dijadikan sarana
yang efektif untuk mensosialisasikan cara pandang positif terhadap perempuan. Media perlu
menggunakan bahasa yang netral, tidak sensasional atau mendramatisir masalah, serta berhati-
hati dalam menuliskan detil kasus agar tidak terjerumus dalam pemberitaan yang menyalahkan
salah satu gender. Ashadi Siregar (2006:224) dalam bukunya Etika Komunikasi mengatakan,
“Ideologi paling ideal dalam jurnalisme adalah kesadaran eksistensial untuk melayani
khalayaknya”. Berkaca pada pernyataan tersebut, seharusnya seluruh wartawan Indonesia
menyadari bahwa tindakan tersebut turut mencoreng pihak Pers di Indonesia. Bisa jadi di
kemudian hari moral masyarakat menjadi semakin tidak karuan apabila kasus penulisan berita di
media online tidak segera diperbaiki. Terlebih, kendali atas informasi kini tak lagi sepenuhnya
berada di tangan wartawan dan pemilik media, tapi sedang beralih ke tangan pemirsa dan
konsumen. Prinsip hati-hati, empati, dan sikap bijaksana sangat dituntut dalam setiap
pemberitaan seputar pornografi seperti kasus berita online di atas. Semua itu perlu dilakukan
agar pers dapat berkontribusi melindungi perempuan dan sekaligus tidak kehilangan peran
mendorong penegakan hukum serta bersama-sama dengan seluruh elemen masyarakat mencegah
terjadinya kasus pornografi dengan modus kriminal lainnya. Sudah seharusnya jrnalis dan
perusahaan penerbitan pers Indonesia menaati peraturan main dalam menghasilkan dan
menerbitkan karya jurnalistik sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku di Indonesia. Demikian
juga dengan publikasi informasi yang berkaitan degan masalah kesusilaan. Fenomena jurnalisme
online membuat para pengkaji jurnalisme dihadapkan pada kecenderungan berita online identik
dengan berita asal cepat, tak akurat, bahkan terkadang menjurus ke sesuatu yang porno. Dan
karena itu, tak seperti berita di media cetak dan televisi, berita online cenderung dianggap tak
punya pengaruh signifikan terhadap pengambilan kebijakan. Berita online juga seperti boleh
dibuat tanpa mengindahkan prinsip-prinsip dan kode etik jurnalistik. Rumor bisa langsung naik
jadi berita, meski belum dicek kebenarannya. Korban di bawah umur tak mengapa disebut
terang-terang namanya, bahkan dimuat fotonya. Gambar kekerasan yang berdarah-darah dan
begitu grafik dapat langsung diunggah tanpa diedit atau disensor terlebih dahulu. Semua seakan
di-sah-kan. asalkan menarik, membuat banyak orang meng-klik, trafik pengunjung menjadi
tinggi dan berujung pada banyak pengiklan yang tertarik. Wartawan dan redaksi umumnya
berdalih, pilihan kata atau ungkapan-ungkapan konotatif yang dilakukan memiliki alasan untuk
menghindari kebosanan publik ketika membaca berita tersebut. Ada juga yang berpendapat
untuk memperkaya gaya penulisan berita mereka. Argumen lain adalah agar pembaca tersedot
perhatiannya. Pilihan kata yang konotatif tersebut justru akan melahirkan pemahaman yang
berbeda dari publik. Khususnya terhadap tindak kejahatan terkait pornografi itu sendiri.
Walaupun rambu-rambu bagaimana menjalankan peran dan fungsi pers sudah diatur, namun jika
kita lihat saat ini kondisi media di Indonesia belum mampu membuat produk pers yang benar-
benar dibutuhkan publik, sebagian media mengotori citra kemerdekaan pers dengan melanggar
kode etik jurnalistik, sebagiannya lagi merusak kepercayaan publik terhadap pers.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/natalistory/pelanggaran-kode-etik-jurnalistik-
terkait-pornografi-pada-berita-media-online_554a4128f47e61a0128b4613

CONTOH PELANGGARAN KASUS KODE ETIK PERUSAHAAN

1. PENGERTIAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI

Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh sekelompok profesi, yang
mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan
sekaligus menjamin mutu profesi itu dimata masyarakat.
Pelanggaran kode etik profesi adalah penyelewengan/ penyimpangan terhadap norma yang
ditetapkan dan diterima oleh sekelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk
kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi itu
dimata masyarakat.

2. PENYEBAB PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI

 tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dri masyarakat


 organisasi profesi tidak di lengkapi dengan sarana dan mekanisme bagi masyarakat untuk
menyampaikan keluhan
 rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi, karena
buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri
 belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk menjaga
martabat luhur profesinya
 tidak adanya kesadaran etis da moralitas diantara para pengemban profesi untuk menjaga
martabat luhur profesinya

3. UPAYA YANG MUNGKIN DILAKUKAN


Adapun upaya yang diharapkan untuk menghindari pelanggaran kode etik salah satunya bagi
para pengguna internet adalah:

 Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang secara langsung berkaitan dengan
masalah pornografi dan nudisme dalam segala bentuk.
 Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang memiliki tendensi menyinggung
secara langsung dan negative masalah suku, agama dan ras(SARA), termasuk di
dalamnya usaha penghinaan, pelecehan, pendiskreditan, penyiksaan serta segala bentuk
pelanggaran hak atas perseorangan, kelompok/ lembaga/ institusi lain.
 Menghindari dan tidak mempublikasikan informasi yang berisi Instruksi untuk
melakukan perbuatan melawan hukum(illegal) positif di Indonesia dan ketentuan
internasional umumnya.
 Tidak menampilkan segala bentuk eksploitasi terhadap anak-anak dibawah umur.
 Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar materi dan informasi
yang memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking dan cracking.
 Bila mempergunakan script, program, tulisan, gambar/ foto, animasi, suara atau bentuk
materi dan informasi lainnya yang bukan hasil karya sendiri harus mencantumkan
identitas sumber dan pemilik hak cipta bila ada dan bersedia untuk melakukan
pencabutan bila ada yang mengajukan keberatan serta bertanggung jawab atas segala
konsekuensi yang mungkin timbul karenanya.

4. CONTOH KASUS PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI


NAMA Todung Mulya Lubis tentu tidak asing lagi bagi banyak masyarakat. Apalagi untuk dunia
hukum di Indonesia, Todung Mulya Lubis memiliki trademark tersendiri. Analisis hukum yang
sering dilontarkannya seringkali tajam dan kritis. Begitu pula ketika berbicara soal korupsi,
Todung sering berbicara blak-blakan. Sebagai ketua Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI),
Todung termasuk tokoh yang mengkritik keras adanya monopoli dan oligopoli yang dilakukan
oleh para konglomerat di Indonesia. Pun, Todung menjadi bagian penting dalam kampanye
penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia.
Yang tidak kalah penting, sebagai pengacara Todung mendapat banyak kepercayaan dari
sejumlah korporasi ternama. Pada saat Majalah Time menghadapi gugatan dari mantan Presiden
Soeharto, Todung menjadi pengacara yang dipercaya untuk menghadapi gugatan tersebut.
Bahkan, perusahaan telekomunikasi ternama Temasek dari Singapura mempercayakan Todung
sebagai kuasa hukumnya di Indonesia. Untuk kasus pertama, Mahkamah Agung akhirnya
memutuskan tulisan Time tentang kekayaan keluarga Pak Harto tidak benar, sehingga Time
harus membayar ganti rugi moril sebesar Rp 3 triliun kepada Pak Harto. Sementara Temasek
dinilai telah melakukan monopoli bisnis telekomunikasi di Indonesia oleh Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU).
Kabar terakhir, Majelis Kehormatan Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) DKI Jakarta
menjatuhkan hukuman dengan mencabut ijin kepengacaraan Todung seumur hidup. Todung
dinilai telah melanggar etika sebagai pengacara dalam perseteruan Sugar Group melawan Salim
Group. Pada tahun 2002, Todung menjadi pengacara untuk Sugar Group, namun tahun 2006
Todung menjadi pengacara Salim Group. Selain itu, Todung juga pernah menjadi auditor BPPN
untuk menangani Salim Group. Sehingga, sebagai pengacara Todung disebut “plin-plan” dan
“hanya mengejar uang.”
Benarkah? Keputusan Peradi DKI Jakarta memang belum final. Todung tentu saja tengah
bersiap-siap melakuikan perlawanan. Beberapa pengacara senior pun ada yang membela
Todung—dengan mengatakan agar keputusan Peradi DKI Jakarta mencabut ijin kepengacaraan
Todung Mulya Lubis seumur hidup, diabaikan. Pastilah masing-masing pihak, yang setuju dan
tidak setuju, senang dan tidak senang, memiliki argumentasi berdasarkan kaidah-kaidah
perundangan dan kode etik yang berlaku. Kita masih menunggu bagaimana akhir kisah Todung
Mulya Lubis ini.
Menarik lebih luas mengenai pelanggaran kode etik di Indonesia, barangkali kasus Todung
hanyalah satu dari sekian banyak kasus serupa. Kode etik untuk sebuah profesi adalah sumpah
jabatan yang juga diucapkan oleh para pejabat Negara. Kode etik dan sumpah adalah janji yang
harus dipegang teguh. Artinya, tidak ada toleransi terhadap siapa pun yang melanggarnya. Benar
adanya, dibutuhkan sanksi keras terhadap pelanggar sumpah dan kode etik profesi. Bahkan,
apabila memenuhi unsur adanya tindakan pidana atau perdata, selayaknya para pelanggar
sumpah dan kode etik itu harus diseret ke pengadilan.Kita memang harus memiliki keberanian
untuk lebih bersikap tegas terhadap penyalahgunaan profesi di bidang apa pun. Kita pun tidak
boleh bersikap diskrimatif dan tebang pilih dalam menegakkan hukum di Indonesia. Kode etik
dan sumpah jabatan harus ditegakkan dengan sungguh-sungguh. Profesi apa pun sesungguhnya
tidak memiliki kekebalan di bidang hukum. Penyalahgunaan profesi dengan berlindung di balik
kode etik profesi harus diberantas. Kita harus mengakhiri praktik-praktik curang dan penuh
manipulatif dari sebagian elite masyarakat. Ini penting dilakukan, kalau Indonesia ingin menjadi
sebuah Negara dan Bangsa yang bermartabat

CONTOH KASUS ETIKA BISNIS INDOMIE DI TAIWAN


LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku bisnis terutama
menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan luas kepada
pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi.
Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar.

Dalam persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam memperoleh keuntungan
sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan melanggar peraturan yang berlaku. Apalagi
persaingan yang akan dibahas adalah persaingan produk impor dari Indonesia yang ada di Taiwan.
Karena harga yang lebih murah serta kualitas yang tidak kalah dari produk-produk lainnya.

PERMASALAH
Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena disebut mengandung
bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik dari peredaran. Zat yang terkandung
dalam Indomie adalah methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua zat
tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan pada Jumat (08/10/2010)
pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis produk Indomie dari peredaran. Di
Hongkong, dua supermarket terkenal juga untuk sementara waktu tidak memasarkan produk
dari Indomie.

Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan segera memanggil
Kepala BPOM Kustantinah. "Kita akan mengundang BPOM untuk menjelaskan masalah terkait
produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa hari Kamis ini," kata Ketua Komisi IX DPR, Ribka
Tjiptaning, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010). Komisi IX DPR akan
meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi pihak negara luar yang
mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang terkandung di dalam produk Indomie.

A Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat yang terkandung di
dalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat) adalah bahan
pengawet yang membuat produk tidak cepat membusuk dan tahan lama. Zat berbahaya ini
umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk produk kosmetik sendiri
pemakaian nipagin ini dibatasi maksimal 0,15%.
Ketua BPOM Kustantinah juga membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia
dalam kasus Indomie ini. Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung nipagin,
yang juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar kimia yang ada
dalam Indomie masih dalam batas wajar dan aman untuk dikonsumsi, lanjut Kustantinah.

Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di konsumsi yaitu 250 mg per
kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan lain kecuali daging,
ikan dan unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-muntah dan sangat
berisiko terkena penyakit kanker.
Menurut Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision,
produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan Internasional tentang regulasi mutu, gizi dan
kemanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codec.
Produk Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia. Dan
karena standar di antara kedua negara berbeda maka timbulah kasus Indomie ini.

LANDASAN TEORI
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan
perilaku bisnis (Velasquez, 2005).

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah:
1.Pengendalian diri
2.Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3.Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
4.Menciptakan persaingan yang sehat
5.Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6.Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha
ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa
peraturan perundang-undangan.

PEMBAHASAN MASALAH
Indofood merupakan salah satu perusahaan global asal indonesia yang produk-produknya banyak
di ekspor ke negara-negara lain. Salah satunya adalah produk mi instan Indomie. Di Taiwan
sendiri, persaingan bisnis mi instant sangatlah ketat, disamping produk-produk mi instant dari
negara lain, produk mi instant asal Taiwan pun banyak membanjiri pasar dalam negeri Taiwan.
Harga yang ditwarkan oleh Indomie sekitar Rp1500, tidak jauh berbeda dari harga indomie di
Indonesia, sedangkan mi instan asal Taiwan dijual dengan harga mencapai Rp 5000 per
bungkusnya. Disamping harga yang murah, indomie juga memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan produk mi instan asal Taiwan, yaitu memiliki berbagai varian rasa yang
ditawarkan kepada konsumen. Dan juga banyak TKI/W asal Indonesia yang menjadi konsumen
favorit dari produk Indomie selain karena harganya yang murah juga mereka sudah familiar
dengan produk Indomie.
Tentu saja hal itu menjadi batu sandungan bagi produk mi instan asal Taiwan, produk mereka
menjadi kurang diminati karena harganya yang mahal. Sehingga disinyalir pihak perindustrian
Taiwan mengklain telah melakukan penelitian terhadap produk Indomie, dan menyatakan bahwa
produk tersebut tidak layak konsumsi karena mengandung beberapa bahan kimia yang dapat
membahayakan bagi kesehatan.
Hal tersebut sontak dibantah oleh pihak PT. Indofood selaku produsen Indomie. Mereka
menyatakan bahwa produk mereka telah lolos uji laboratorium dengan hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan dan menyatakan bahwa produk indomie telah diterima dengan baik oleh
konsumen Indonesia selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Dengan melalui tahap-tahap
serangkaian tes baik itu badan kesehatan nasional maupun internasional yang sudah memiliki
standarisasi tersendiri terhadap penggunaan bahan kimia dalam makanan, indomie dinyatakan
lulus uji kelayakan untuk dikonsumsi.
Dari fakta tersebut, disinyalir penarikan produk Indomie dari pasar dalam negeri Taiwan
disinyalir karena persaingan bisnis semata, yang mereka anggap merugikan produsen lokal.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa tidak sedari dulu produk indomie dibahas oleh
pemerintah Taiwan, atau pemerintah melarang produk Indomie masuk pasar Taiwan?. Melainkan
mengklaim produk Indomie berbahaya untuk dikonsumsi pada saat produk tersebut sudah
menjadi produk yang diminati di Taiwan. Dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa ada persainag
bisnis yang telah melanggar etika dalam berbisnis.

KESIMPULAN
Dari kasus indomie di Taiwan dapat dilihat sebagai contoh kasus dalam etika bisnis. Dimana
terjadi kasus yang merugikan pihak perindustrian Taiwan yang produknya kalah bersaing dengan
produk dari negara lain, salah satunya adalah Indomie yang berasal dari Indonesia. Taiwan
berusaha menghentikan pergerakan produk Indomie di Taiwan, tetapi dengan cara yang
berdampak buruk bagi perdagangan Global.
SARAN
Saran bagi pihak perindustrian Taiwan agar tidah serta merta menyatakan bahwa produk indomie
berbahaya untuk dikonsumsi, apabila ingin melindungi produsen dalam negeri, pemerintah bisa
membuat perjanjian dan kesepakatan yang lebih ketat sebelum proses ekspor-impor dilakukan.
Karena kasus tersebut berdampak besar bagi produk Indomie yang telah dikenal oleh masyarakat
Indonesia maupun warga negara lain yang negaranya memperdagangkan Indomie asal Indonesia.

CONTOH KASUS ETIKA BISNIS INDOMIE DI TAIWAN

Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku bisnis terutama
menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan luas kepada
pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan
ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme
pasar.
Dalam persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam memperoleh keuntungan
sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan melanggar peraturan yang berlaku.
Apalagi persaingan yang akan dibahas adalah persaingan produk impor dari Indonesia yang ada
di Taiwan. Karena harga yang lebih murah serta kualitas yang tidak kalah dari produk-produk
lainnya.
Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena disebut mengandung
bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik dari peredaran. Zat yang terkandung
dalam Indomie adalah methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua zat
tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan pada Jumat
(08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis produk Indomie dari
peredaran. Di Hongkong, dua supermarket terkenal juga untuk sementara waktu tidak
memasarkan produk dari Indomie.
Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan segera memanggil
Kepala BPOM Kustantinah. “Kita akan mengundang BPOM untuk menjelaskan masalah terkait
produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa hari Kamis ini,” kata Ketua Komisi IX DPR, Ribka
Tjiptaning, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010). Komisi IX DPR akan
meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi pihak negara luar yang
mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang terkandung di dalam produk
Indomie.
A Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat yang terkandung di
dalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat) adalah bahan
pengawet yang membuat produk tidak cepat membusuk dan tahan lama. Zat berbahaya ini
umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk produk kosmetik sendiri
pemakaian nipagin ini dibatasi maksimal 0,15%.
Ketua BPOM Kustantinah juga membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia
dalam kasus Indomie ini. Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung nipagin,
yang juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar kimia yang
ada dalam Indomie masih dalam batas wajar dan aman untuk dikonsumsi, lanjut Kustantinah.
Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di konsumsi yaitu 250 mg per
kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan lain kecuali
daging, ikan dan unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-muntah
dan sangat berisiko terkena penyakit kanker.
Menurut Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision,
produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan Internasional tentang regulasi mutu, gizi dan
kemanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codec.
Produk Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia. Dan
karena standar di antara kedua negara berbeda maka timbulah kasus Indomie ini.
Sumber:
http://novrygunawan.wordpress.com/2010/11/28/contoh-kasus-etika-bisnis-kasus-di-tolaknya-
indomie-di-taiwan-tugas-etika-bisnis-ke-2/
kesimpulan:
menurut saya pemilik atau pemimpin perusahaan ”INDOMIE” harus mengetahui dengan benar
dan pasti komposisi kandungan zat-zat yang ada dalam produk indomie tersebut. Agar tidak
menimbulkan masalah kesehatan khusus nya dapat menimbulkan penyakit kanker.
Tidak hanya untuk produk eksport saja, tetapi produk indomie yang beredar didalam negri harus
dites dahulu kadar zat-zat yang menguntungkan maupun merugikan bagi tubuh sang konsumen.
Kalau produk indomie yang dipasarkan di dalam negri sudah baik dan layak dikonsumsi oleh
masyarakat barulah produk tersebut boleh di pasarkan ke luar negri.

CONTOH KASUS ETIKA BISNIS INDOMIE DI TAIWAN

Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku bisnis terutama
menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan luas kepada
pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan
ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme
pasar.
Dalam persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam memperoleh keuntungan
sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan melanggar peraturan yang berlaku.
Apalagi persaingan yang akan dibahas adalah persaingan produk impor dari Indonesia yang ada
di Taiwan. Karena harga yang lebih murah serta kualitas yang tidak kalah dari produk-produk
lainnya.
Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena disebut mengandung
bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik dari peredaran. Zat yang terkandung
dalam Indomie adalah methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua zat
tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan pada Jumat
(08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis produk Indomie dari
peredaran. Di Hongkong, dua supermarket terkenal juga untuk sementara waktu tidak
memasarkan produk dari Indomie.
Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan segera memanggil
Kepala BPOM Kustantinah. “Kita akan mengundang BPOM untuk menjelaskan masalah terkait
produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa hari Kamis ini,” kata Ketua Komisi IX DPR, Ribka
Tjiptaning, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010). Komisi IX DPR akan
meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi pihak negara luar yang
mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang terkandung di dalam produk
Indomie.
A Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat yang terkandung di
dalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat) adalah bahan
pengawet yang membuat produk tidak cepat membusuk dan tahan lama. Zat berbahaya ini
umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk produk kosmetik sendiri
pemakaian nipagin ini dibatasi maksimal 0,15%.
Ketua BPOM Kustantinah juga membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia
dalam kasus Indomie ini. Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung nipagin,
yang juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar kimia yang
ada dalam Indomie masih dalam batas wajar dan aman untuk dikonsumsi, lanjut Kustantinah.
Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di konsumsi yaitu 250 mg per
kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan lain kecuali
daging, ikan dan unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-muntah
dan sangat berisiko terkena penyakit kanker.
Menurut Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision,
produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan Internasional tentang regulasi mutu, gizi dan
kemanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codec.
Produk Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia. Dan
karena standar di antara kedua negara berbeda maka timbulah kasus Indomie ini.

Etika dan integritas merupakan suatu keinginan yang murni dalam membantu orang lain.
Kejujuran yang ekstrim, kemampuan untuk mengenalisis batas-batas kompetisi seseorang,
kemampuan untuk mengakui kesalahan dan belajar dari kegagalan. Sedangkan pengertian etika
bisnis itu sendiri merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi
ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan
perilaku bisnis (Velasquez, 2005).
Kompetisi inilah yang harus memanas belakangan ini. Kata itu mengisyaratkan sebuah konsep
bahwa mereka yang berhasil adalah yang mahir menghancurkan musuh-musuhnya. Banyak yang
mengatakan kompetisi lambang ketamakan. Padahal, perdagangan dunia yang lebih bebas
dimasa mendatang justru mempromosikan kompetisi yang juga lebih bebas.
Lewat ilmu kompetisi kita dapat merenungkan, membayangkan eksportir kita yang ditantang
untuk terjun ke arena baru yaitu pasar bebas dimasa mendatang. Kemampuan berkompetisi
seharusnya sama sekali tidak ditentukan oleh ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan. Inilah
yang sering dikonsepkan berbeda oleh penguasa kita.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu
pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan
persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan tanggung jawab sosial,
mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep
pembangunan yang berkelanjutan, menghindari sikap 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi,
Kolusi, dan Komisi) mampu mengatakan yang benar itu benar, dll.
Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan
mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu
dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang
yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Agar kegiatan
berbisnisnya bisa berjalan lancar sesuai rencana.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Bisnis

Sesuai dengan fungsinya baik secara mikro maupun makro, sebuah bisnis yang baik harus
memiliki etika dan tanggung jawab sosial. Nantinya, jika sebuah perusahaan memiliki etika dan
tanggung jawab sosial yang baik, bukan hanya lingkungan makro dan mikronya saja yang akan
menikmati keuntungan, tetapi juga perusahaan itu sendiri.
Kata ‘etika’ berasal dari kata Yunani ethos yang mengandung arti yang cukup luas yaitu, tempat
yang biasa ditinggali, kandang, padang rumput, kebiasaan, adapt, akhlak, watak, perasaan, sikap
dan cara berpikir. Bentuk jamak ethos adalah ta etha yang berarti adat kebiasaan. Arti jamak
inilah yang digunakan Aristoteles (384-322 SM) untuk menunjuk pada etika sebagai filsafat
moral. Kata ‘moral’ sendiri berasal dari kata latin mos (jamaknya mores) yang juga berarti
kebiasaan atau adat. Kata ‘moralitas’ dari kata Latin ‘moralis’ dan merupakan abstraksi dari kata
‘moral’ yang menunjuk kepada baik buruknya suatu perbuatan. Dari asal katanya bisa dikatakan
etika sebagai ilmu yang mempelajari tentang apa yang biasa dilakukan. Pendeknya, etika adalah
ilmu yang secara khusus menyoroti perilaku manusia dari segi moral, bukan dari fisik, etnis dan
sebagainya.
Definisi etika bisnis sendiri sangat beraneka ragam tetapi memiliki satu pengertian yang sama,
yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial,
dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis
(Muslich,1998:4). Ada juga yang mendefinisikan etika bisnis sebagai batasan-batasan sosial,
ekonomi, dan hukum yang bersumber dari nilai-nilai moral masyarakat yang harus
dipertanggungjawabkan oleh perusahaan dalam setiap aktivitasnya (Amirullah & Imam
Hardjanto, 2005).
Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh perusahaan oleh perusahaan untuk
mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang mencegah
timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi
perusahaan

2.2 Pelanggaran Etika Bisnis

Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk meraih
keuntungan, masih banyak perusahaan yang melakukan berbagai pelanggaran moral. Praktik
curang ini bukan hanya merugikan perusahaan lain, melainkan juga masyarakat dan negara.
Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) tumbuh subur di banyak perusahaan.
Pelanggaran etik bisnis di perusahaan memang banyak, tetapi upaya untuk menegakan etik perlu
digalakkan. Misalkan, perusahaan tidak perlu berbuat curang untuk meraih kemenangan.
Hubungan yang tidak transparan dapat menimbulkan hubungan istimewa atau kolusi dan
memberikan peluang untuk korupsi.
Tingkat perhatian perusahaan terhadap perilaku etis juga sangat menentukan karena dalam
jangka panjang bila perusahaan tidak concern terhadap perilaku etis maka kelangsungan
hidupnya akan terganggu dan akan berdampak pula pada kinerja keuangannya.
”Pelanggaran etika perusahaan terhadap pelanggannya di Indonesia merupakan fenomena yang
sudah sering terjadi. Contoh terakhir adalah pada kasus Ajinomoto. Kehalalan Ajinomoto
dipersoalkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada akhir Desember 2000 setelah ditemukan
bahwa pengembangan bakteri untuk proses fermentasi tetes tebu (molase), mengandung
bactosoytone (nutrisi untuk pertumbuhan bakteri), yang merupakan hasil hidrolisa enzim kedelai
terhadap biokatalisator porcine yang berasal dari pankreas babi,”
Dari mana upaya penegakkan etika bisnis dimulai? Etika bisnis paling gampang diterapkan di
perusahaan sendiri. Pemimpin perusahaan memulai langkah ini karena mereka menjadi panutan
bagi karyawannya. Selain itu, etika bisnis harus dilaksanakan secara transparan. Pemimpin
perusahaan seyogyanya bisa memisahkan perusahaan dengan milik sendiri. Dalam operasinya,
perusahaan mengikuti aturan berdagang yang diatur oleh tata cara undang-undang.
Etika bisnis tidak akan dilanggar jika ada aturan dan sangsi. Kalau semua tingkah laku salah
dibiarkan, lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Repotnya, norma yang salah ini akan menjadi
budaya. Oleh karena itu bila ada yang melanggar aturan diberikan sangsi untuk memberi
pelajaran kepada yang bersangkutan.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menegakkan budaya transparansi antara lain:
1. Penegakkan budaya berani bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya. Individu yang
mempunyai kesalahan jangan bersembunyi di balik institusi. Untuk menyatakan kebenaran
kadang dianggap melawan arus, tetapi sekarang harus ada keberanian baru untuk menyatakan
pendapat.
2. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengukur kinerja jelas. Bukan berdasarkan kedekatan
dengan atasan, melainkan kinerja.
3. Pengelolaan sumber daya manusia harus baik.
4. Visi dan misi perusahaan jelas yang mencerminkan tingkah laku organisasi.
Dibawah ini contoh sebuah kasus pelanggaran etika bisnis yang dilakukan oleh perusahaan
dengan para pelanggannya.

2.3 Artikel Kasus Pelanggaran Etika Bisnis

Telkomsel Diduga Lakukan Manipulasi dalam Iklan Talkmania


3/02/2009 16:10 WIB oleh irwan
Kategori: Berita Terkini, Ekonomi dan Bisnis, Hukum dan Kriminal

Medan, 3/2 (ANTARA) - Telkomsel diduga melakukan manipulasi dalam program “Talkmania”
dengan tetap menarik pulsa pelanggan meski keutamaan dalam program itu tidak diberikan.
Salah seorang warga Kota Medan, Mulyadi (37) di Medan, Selasa, mengatakan, dalam iklannya,
Telkomsel menjanjikan gratis menelepon ke sesama produk operator selular itu selama 5.400
detik (90 menit -red).
Untuk mendapatkan layanan itu, pulsa pelanggan akan dikurangi Rp3 ribu setelah mendaftar
melalui SMS “TM ON” yang dikirim ke nomor 8999 terlebih dulu.Namun, pelanggan sering
merasa kecewa karena layanan itu selalu gagal dan hanya dijawab dengan pernyataan maaf
disebabkan sistem di operator selular tersebut sedang sibuk serta disuruh mencoba lagi.Tapi
pulsa pelanggan tetap dikurangi, dan apabila terus dicoba tetap juga gagal, sedangkan pulsa terus
dikurangi, katanya.
Warga Kota Medan yang lain, Ulung (34) mengatakan, penggunaan layanan Talkmania yang
diiklankan Telkomsel itu seperti “berjudi”. “Kadang-kadang berhasil, kadang-kadang gagal,
namun pulsa tetap ditarik,” katanya.
Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPK), Farid Wajdi, SH, MHum
mengatakan, layanan iklan Telkomsel itu dapat dianggap manipulasi karena terjadinya
“misleading” atau perbedaan antara realisasi dengan janji.
Pihaknya siap memfasilitasi dan melakukan pendampingan jika ada warga yang merasa
dirugikan dan akan menggugat permasalahan itu secara hukum.Secara sekilas, kata Farid,
permasalahan itu terlihat ringan karena hanya mengurangi pulsa telepon selular masyarakat
sebesar Rp3 ribu.Namun jika kejadian itu dialami satu juta warga saja dari sekian puluh juta
pelanggan Telkomsel, maka terdapat dana Rp3 miliar yang didapatkan operator selular itu dari
praktik manipulasi iklan tersebut.
Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) dan Badan Regulasi Telekomunikasi
Indonesia (BRTI) perlu turun tangan menangani hal itu agar masyarakat tidak terus
dirugikan.Apabila ditemukan bukti adanya praktik manipulasi itu, diharapkan Depkominfo dan
BRTI menjatuhkan sanksi yang tegas agar perbuatan itu tidak terjadi lagi.Semua peristiwa itu
terjadi karena iklan operator selular selama ini sering menjebak, saling menjatuhkan dan tidak
memiliki aturan yang jelas, katanya.
Humas Telkomsel Medan, Weni yang dikonfirmasi mengatakan, pihaknya akan melakukan
pengecekan terhadap nomor pelanggan yang merasa dirugikan dalam layanan Talkmania
tersebut.
“Namun, Telkomsel telah ‘merefine’ atau mengembalikan kembali pulsa nomor-nomor
(handpone) yang gagal itu,” katanya.***3***

(T.PK-WAN/B/S015/S015) 03-02-2009 10:55:27)

http://www.antarasumut.com/berita-sumut/hukum-dan-kriminal/telkomsel-diduga-lakukan-
manipulasi-dalam-iklan-talkmania/

2.4 Pembahasan Masalah

Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan
tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak
mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun
tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabdian para pengusaha terhadap etika
bisnis. Kasus telkomsel diatas merupakan salah satu tindakan ingkar janji karena tetap
mengurangi pulsa pelanggan sedangkan fasilitas talkmania tidak diterima oleh pelanggan.
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat
karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat
menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat
dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan
orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain.
Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada
masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta
etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun
etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah

1. Pengendalian diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-
masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu,
pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan
pihak lain dan menggunakan keuntungan dengan jalan main curang dan menakan pihak lain dan
menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis,
tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika
bisnis yang "etis". Pihak telkomsel seharusnya tidak melakukan manipulas program talkmaniai
tersebut demi memperoleh keuntungan, karena tanpa melakukan hal tersebut pun telkomsel dapat
memperoleh keuntungan.

2. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)


Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi
apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam
dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.

3. Mampu menyatakan yang benar itu benar


Artinya, jika pihak telkomsel benar mengadakan program talkmania dengan syarat yang telah
ditentukan maka jika konsumen menggunakan program tersebut seharusnya telkomsel menepati
program tersebut bukan justru pihak telkomsel merugikan pelanggan dengan tetap mengurangi
pulsa sedangkan pelanggan tidak menerima fasilitas telepon gratis dari talkmania.

4. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang
tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika
bisnis telah disepakati, sementara ada "oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain
mencoba untuk melakukan "kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika
bisnis itu akan "gugur" satu semi satu. Pihak telkomsel harus konsekuen dan konsisten dengan
aturan main dari program talkmania tersebut.
Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi
dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus ditempuh? Didalam bisnis tidak jarang
berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun
ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi
pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi.
Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan
tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak
mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun
tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabdian para pengusaha terhadap etika
bisnis.
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat
karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat
menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat
dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan
orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain.
Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada
masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta
etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun
etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip
etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak
hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan
perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia
itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia
usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan
hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia
usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan
aturan main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang.
Salah satu contoh yang selanjutnya menjadi masalah bagi pemerintah dan dunia usaha adalah
masih adanya pelanggaran terhadap upah buruh. Hal lni menyebabkan beberapa produk nasional
terkena batasan di pasar internasional. Contoh lain adalah produk-produk hasil hutan yang
mendapat protes keras karena pengusaha Indonesia dinilai tidak memperhatikan kelangsungan
sumber alam yang sangat berharga.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pelanggaran etika bisnis itu dapat melemahkan daya saing hasil industri dipasar internasional. Ini
bisa terjadi sikap para pengusaha kita. Lebih parah lagi bila pengusaha Indonesia menganggap
remeh etika bisnis. Kecenderungan makin banyaknya pelanggaran etika bisnis membuat
keprihatinan banyak pihak. Pengabaian etika bisnis dirasakan akan membawa kerugian tidak saja
buat masyarakat, tetapi juga bagi tatanan ekonomi nasional. Disadari atau tidak, para pengusaha
yang tidak memperhatikan etika bisnis akan menghancurkan nama mereka sendiri dan negara.
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat
karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat
menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat
dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan
orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain.
Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada
masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta
etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun
etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Telkomsel melakukan manipulasi dalam iklan talkmania pelanggan telkomsel merasa telah di
rugikan karena pihak telkomsel menjanjikan gratis menelepon ke sesama produk operator selular
itu selama 5.400 detik, Tetapi hal itu tidak terlaksana. Pelanggan merasa kecewa karena setelah
di coba hal itu selalu gagal dan mengurangi pulsa para pelanggan itu sendiri, Dengan kata lain
pelanggan merasa di rugikan.

2. SARAN

Bagi setiap perusahaan yang menjalankana suatu usaha atau bisnis diharapkan menerapkan suatu
etika dalam perusahaannya. Karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan
memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-
creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan
strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya
perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan
konsekwen.
Jangan menganggap remeh suatu etika bisnis itu karena etika tersebut sangat penting bagi
kemajuan perusahaan itu sendiri. Tanpa adanya suatu etika dalam bisnis mungkin perusahaan
tidak akan bertahan lama karena akan menghancurkan nama baik perusahaan itu sendiri. Oleh
karena itu wajib bagi semua perusahaan untuk menerapkan suatu etika bisnis dalam
perusahaannya.
Khusus bagi perusahaan Telkomsel jangan menjanjikan sesuatu yang belum terlaksana karena
akan membuat para pelanggan menjadi tidak percaya lagi. Tindakan yang tidak etis, bagi
perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen atau masyarakat dan akan sangat
kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi.
Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan
yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki peringkat
kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang
tidak etis misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. Perusahaan yang
menjalankan ushanya dengan didukung suatu etika bisnis akan lebih berkembang dari pada
perusahaan yang tidak memiliki suatu etika berbisnis apa-apa. Oleh karena itu suatu etika
berbisnis sangat penting dalam menjalankan suatu usaha.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.antarasumut.com/berita-sumut/hukum-dan-kriminal/telkomsel-diduga-lakukan-
manipulasi-dalam-iklan-talkmania/

http://fe.usu.ac.id/files/Etika%20bisnis%20manajemen-ritha8.pdf
Dalimunthe Ritha , ” Jurnal Etika Bisnis” Universitas Sumatra Utara

http://kolom.pacific.net.id/ind/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=261

http://continuousimprovement.blogsome.com/2007/06/06/etika-bisnis/

Contoh Kasus Pelanggaran Etika Bisnis oleh Produk HIT

Produk HIT dianggap merupakan anti nyamuk yang efektif dan murah untuk menjauhkan nyamuk
dari kita… Tetapi, ternyata murahnya harga tersebut juga membawa dampak negatif bagi
konsumen HIT.
Telah ditemukan zat kimia berbahaya di dalam kandungan kimia HIT yang dapat membahayakan
kesehatan konsumennya, yaitu Propoxur dan Diklorvos. 2 zat ini berakibat buruk bagi manusia,
antara lain keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap
sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.
Obat anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT
17 L (cair isi ulang). Departemen Pertanian juga telah mengeluarkan larangan penggunaan
Diklorvos untuk pestisida dalam rumah tangga sejak awal 2004 (sumber : Republika Online). Hal
itu membuat kita dapat melihat dengan jelas bahwa pemerintah tidak sungguh-sungguh berusaha
melindungi masyarakat umum sebagai konsumen. Produsen masih dapat menciptakan produk baru
yang berbahaya bagi konsumen tanpa inspeksi pemerintah.
Jika dilihat menurut UUD, PT Megarsari Makmur sudah melanggar beberapa pasal, yaitu :
1. Pasal 4, hak konsumen adalah :
Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa”
Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa”
PT Megarsari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang adanya zat-zat
berbahaya di dalam produk mereka. Akibatnya, kesehatan konsumen dibahayakan dengan alasan
mengurangi biaya produksi HIT.
2. Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :
Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”
PT Megarsari tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk mereka, dimana seharusnya
apabila sebuah kamar disemprot dengan pestisida, harus dibiarkan selama setengah jam sebelum
boleh dimasuki lagi.
3. Pasal 8
Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa
yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan”
Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran”
PT Megarsari tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk HIT tersebut tidak memenuhi
standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang tersebut. Seharusnya, produk HIT tersebut sudah
ditarik dari peredaran agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi mereka tetap
menjualnya walaupun sudah ada korban dari produknya.
4. Pasal 19 :
Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,
dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan”
Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau
penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan
dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”
Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal
transaksi”
Menurut pasal tersebut, PT Megarsari harus memberikan ganti rugi kepada konsumen karena telah
merugikan para konsumen
Tanggapan Mengenai Artikel diatas :
PT. Megarsari Makmur sudah melakukan perbuatan yang sangat merugikan dengan memasukkan
2 zat berbahaya pada produk mereka yang berdampak buruk pada konsumen yang menggunakan
produk mereka. Salah satu sumber mengatakan bahwa meskipun perusahaan sudah melakukan
permintaan maaf dan berjanji menarik produknya, namun permintaan maaf itu hanyalah sebuah
klise dan penarikan produk tersebut seperti tidak di lakukan secara sungguh –sungguh karena
produk tersebut masih ada dipasaran.
Pelanggaran Prinsip Etika Bisnis yang dilakukan oleh PT. Megarsari Makmur yaitu Prinsip
Kejujuran dimana perusahaan tidak memberikan peringatan kepada konsumennya mengenai
kandungan yang ada pada produk mereka yang sangat berbahaya untuk kesehatan dan perusahaan
juga tidak memberi tahu penggunaan dari produk tersebut yaitu setelah suatu ruangan disemprot
oleh produk itu semestinya ditunggu 30 menit terlebih dahulu baru kemudian dapat dimasuki
/digunakan ruangan tersebut.
Melakukan apa saja untuk mendapatkan keuntungan pada dasarnya boleh dilakukan asal
tidak merugikan pihak mana pun dan tentu saja pada jalurnya. Disini perusahaan seharusnya lebih
mementingkan keselamatan konsumen yang menggunakan produknya karena dengan meletakkan
keselamatan konsumen diatas kepentingan perusahaan maka perusahaan itu sendiri akan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena kepercayaan / loyalitas konsumen terhadap
produk itu sendiri.

Contoh Kasus : PT.IKPP dinilai Melanggar Etika Bisnis

PANGKALAN KERINCI, JurnalRiau,Com- Akibat persaingan kurang sehat pihak


perusahaan kini melakukan berbagai cara untuk merekrut tenaga kerja yang diiming-imingi
kenaikan gaji.Berawal dari kekecewaan dengan management PT Riau Andalan Pulp and Paper
(RAPP), ratusan karyawan di masing-masing departemen perusahaan kayu yang berbasis di
Pangkalan Kerinci mengancam bakal hengkang dari perusahaan dan hijrah Ke PT Indah Kiat.

Kekecewaan tersebut dikarenakan perusahaan ini telah ingkar janji dengan para karyawan terkait
bonus yang akan diberikan. Dimana sebelumnya, para karyawan yang bekerja di PT RAPP
diberikan janji oleh pihak management dengan bonus kesejahteraan bila target perusahaan
tercapai. Namun meski target perusahaan telah tercapai empat bulan lewat, janji perusahaan yang
akan memberikan bonus pada karyawan tak kunjung terealisasi.

Alhasil, para karyawan yang merasa dikecewakan berniat untuk hengkang dari perusahaan kayu
milik Taipan Sukanto Tanoto itu. Tak tanggung - tanggung, ada sekitar 80 persen karyawan dari
masing-masing departemen yang berencana akan hengkang ke PT Indah Kiat. Namun niat para
karyawan agak sedikit terhalang, pasalnya pihak perusahaan tak mau melepaskan begitu saja para
karyawannya.

Beberapa Top Management PT RAPP seperti David Ceer, Timo Hakkinen, Elwan Jumandri dan
Jhoni W Sida langsung datang ke lokasi di Grand Hotel Pangkalan Kerinci, Sabtu (10/4) tempat
beberapa karyawan PT RAPP akan melakukan interview dengan PT. Indah Kiat.

Dari pantauan sendiri di lokasi kejadian, memang beberapa orang dari pihak perusahaan
berpakaian preman terlihat mondar-mandir di lingkungan hotel. Salah seorang karyawan yang
akan diinterview oleh PT Indah Kiat di Pangkalan Kerinci dan wanti-wanti namanya minta
dirahasiakan mengakui kekhawatirannya. Pasalnya, dia bersama kawan-kawannya melihat sendiri
bahwa pihak perusahaan

PT. RAPP membawa security berpakaian seragam dan bebas datang ke lokasi hotel.
"Jujur saja, kami ketakutan pak, soalnya management membawa security satu truk dan preman
untuk menjegal kami agar tak jadi diinterview," pungkas salah satu karyawan yang enggan disebut
identitasnya.

Dilain sisi menanggapi hal ini secara pribadi pihak Stokeholder Relations Manager PT.RAPP Wan
Zak kepada JurnalRiau, Minggu petang (11/04/2010) mengatakan, bahwa hal itu tidak benar, soal
pengamcanam untuk hengkang sudah kedua kali. Dan untuk keluar dari perusahaan karyawan
tergantung kesepakatan Mou kontrak kerja sebelumnya. Jadi tak segampang itu.
Adanya rumor interview oleh pihak perusahaan pulp PT. Indah Kiat, bagi sejumlah karyawan HRD
Riaupulp, menurut wan Zack, tindakan itu merupakan persaingan bisnis yang tak sehat. Dan dinilai
merusak etika bisnis, "Selama ini karyawan kita telah mendapat ilmu pengetahuan dan bimtek,
yang cukup handal, kenapa tiba-tiba ada perusahaan yang merekrut dengan sistem persaingan tak
sehat..," ucap Wan Zak.
Sementara Humas Relation PT. Indah Kiat, Nurul Huda ketika dihubungi via ponselnya
Minggu petang (11/04/10) mengaku belum mengetahui hal itu. Karena yang menghandel masalah
adalah HRD.

Pendapat mengenai Artikel diatas :

Disini ada beberapa kesalahan yang dilakukan oleh kedua perusahaan diatas. Hal pertama
adalah kesalahan yang dilakukan oleh PT.RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper ) yang sudah
melanggar Prinsip Etika bisnis yaitu prinsip kejujuran,prinsip keadilan dan prinsip tidak berbuat
jahat dan berbuat baik. Pada prinsip kejujuran, perusahaan sudah ingkar janji atau telah melanggar
perjanjian dengan para karyawan mengenai pemberian bonus jika target perusahaan tercapai,,
perjanjian yang disepakati bersama telah diabaikan oleh PT.RAPP.
Pada prinsip keadilan , disini ada kaitanya dengan prinsip kejujuran dimana perusahaan
seharusnya memberikan sesuatu yang sudah menjadi hak para karyawan tersebut, di mana prestasi
dibalas dengan kontra prestasi yang sama nilainya. Dan yang terakhir yaitu Prinsip tidak berbuat
jahat dan berbuat baik dimana pada kasus ini yang diuntungkan hanya satu pihak yaitu pihak
PT.RAPP. padahal akan lebih baik jikakedua belah pihak merasa diuntungkan yaitu perusahaan
mencapai targetnya dan para karyawan mendapatkan apa yang seharusnya menjadi hak mereka.
Jika saja perusahaan lebih memperhatikan kesejahteraan karyawan secara keseluruhan maka hal –
hal yang tidak diinginkan seperti artikel diatas tidak akan terjadi.
Dan untuk PT.Indah kiat sebaiknya jika permasalahan antara PT.RAPP dan para
karyawannya belum diketahui secara pasti akan lebih baik jika PT.Indah kiat untuk tidak
mengambil keuntungan dari konflik tersebut namun hal ini belum diketahui secara pasti karena
dari pihak PT. Indah kiat belum ada informasi pasti mengenai perekrutan karyawan PT.RAPP.
TV One Melakukan Kebohongan Publik

Makelar Kasus yang sedang menjadi sorotan media ini, sesuai dengan teori media ”Agenda
Setting” yaitu media membentuk persepsi atau pengetahuan publik tentang apa yang dianggap
penting. Dengan ungkapan lain, apa yang dianggap penting oleh media, maka dianggap penting
juga oleh publik. Ada hubungan positif antara tingkat penonjolan yang dilakukan media terhadap
suatu persoalan (issue) dan perhatian yang diberikan publik terhadap yang ditonjolkan media.

Stasiun televisi Aburizal Bakrie, TVOne digugat kredibilitasnya. Program Apa Kabar
Indonesia Pagi tanggal 18 Maret 2010 yang menghadirkan narasumber seorang markus (makelar
kasus) pajak, Andreas Ronaldi, diduga adalah markus palsu. TVOne menghadirkan Andreas
Ronaldi, pria yang mengaku markus di Mabes Polri. Pada waktu itu, Andreas mengenakan topeng
dan menggunakan nama samaran Roni. Selain itu, suaranya pun diubah sedemikian rupa sehingga
tak tampak suara aslinya. Andreas mengaku ia telah menjadi markus selama 12 tahun di
lingkungan Mabes Polri. Mabes Polri kemudian menangkap seorang yang diklaim sebagai
narasumber program acara Apa Kabar Indonesia Pagi tersebut pada tanggal 7 April 2010, dengan
landasan dugaan rekayasa berita.
Andreas adalah seorang karyawan lepas pada sebuah perusahaan media hiburan.
Terkait dengan pernyataan yang dikeluarkan Mabes Polri, TVOne menyatakan belum dapat
memastikan apakah makelar kasus yang dimaksud adalah narasumber yang pernah tampil di
program Apa Kabar Indonesia Pagi tanggal 18 Maret lalu. Tetapi, juru bicara TVOne, sekaligus
General Manajer Divisi Pemberitaan, Totok Suryanto menyatakan bahwa tidak pernah ada
rekayasa yang di lakukan dalam setiap pemberitaan.

Andreas Ronaldi mengaku menjadi oknum markus di Mabes Polri berdasarkan permintaan
dari pihak pembawa acara televisi swasta yang berinisial IR dengan imbalan 1,5 juta rupiah.
Andreas juga mengatakan bahwa keterangan yang ia berikan itu hanya untuk mengumpan
Sekretaris Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, Denny Indrayana. . Presenter TV One Indy
Rahmawati, diduga tokoh yang paling berperan di balik kasus rekayasa narasumber
tersebut.Perekayasaan narasumber ini jelas dilakukan karena faktor persaingan antar media
televisi, yaitu untuk memperoleh rating yang tinggi.

Sesuai dengan kebijakan Dewan pers, maka kasus ini bukan hanya menjadi tanggung jawab
personal presenter Indy Rahmawati, melainkan orang yang mewakili stasiun televisi tersebut
secara institusi, yaitu pemimpin redaksi. TV One dituduh melakukan pelanggaran Kode Etik
Jurnalistik, pada pasal 4 yang berbunyi ”Wartawan tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis,
dan cabul”. Maka kasus pelanggaran ini akan diselesaikan sesuai dengan aturan Kode Etik
Jurnalistik, yaitu dengan pemberian hak jawab, hak koreksi, meralat informasi yang salah, dan
memohon maaf kepada pihak-pihak yang telah dirugikan akibat kasus rekayasa ini.

Sesuai dengan teori Uses and Gratification, khalayak menggunakan media sebagai pemenuh
kebutuhannya akan sebuah informasi, dalam hal ini informasi tentang Makelar Kasus (Markus),
kasus ini sedang disorot besar-besaran di berbagai media. Dalam teori ini, khalayak media massa
adalah khalayak yang aktif, yang akan membentuk persepsi mereka setelah menggunakan media
pilihannya. Persepsi tersebut kemudian akan berkembang menjadi sebuah sikap, kemudian
direpresentasikan dalam sebuah perilaku. Kasus rekayasa narasumber TV One ini cukup disorot
oleh media-media yang lain, sehingga telah sampai ke benak khalayak. Khalayak yang haus
informasi tentang markus, akan merasa tertipu, mereka akan membentuk persepsi mereka tentang
kualitas keakuratan berita TV One, selanjutnya akan berkembang pada sikap suka, tidak suka, atau
setuju dan tidak setuju terhadap berita-berita yang disiarkan oleh TV One. Sikap tersebut
berkembang pada sebuah tindakan atau perilaku loyal atau tidak loyal terhadap TV One.

Bila kasus TV One tersebut merupakan sebuah kasus yang negatif, maka respon dari
khalayak juga akan negatif. Kredibilitas TV One jelas-jelas terancam dengan terkuaknya kasus ini.
Khalayak juga bertanya-tanya, apakah ini yang pertama kali dilakukan ataukah sudah ada
rekayasa-rekayasa narasumber sebelumnya yang tidak terungkap. TV One akan kehilangan
kepercayaan publik, menyebut stasiun televisinya sebagai stasiun berita, namun melakukan
pelanggaran kode etik jurnalistik yang cukup fatal. Selain pasal diatas, TV One juga didakwa telah
melakukan pelanggaran kode etik yang lain, yaitu pemberitaannya yang tidak seimbang dalam
menghadirkan narasumber hanya sebelah pihak, yakni Andris sebagai markus, tanpa
menghadirkan kepolisian untuk mengklarifikasi keterangan Andris. Maka dari itu, kasus TV One
akan diselesaikan menurut kode etik jurnalistik, sanksi pelanggarannya di tentukan oleh
perusahaan atau organisasi pers tersebut, dan bukan Dewan Pers.

Dewan pers merupakan lembaga yang melakukan pengawasan terhadap penegakan etika
pers, sedangkan saksi pelanggarannya menjadi tanggung jawab perusahaan atau organisasi pers
yang bersangkutan. Dalam dunia jurnalisme profesional, dikenal istilah absence of malice (tidak
ada niat jahat). Jadi, penanganan dalam pelanggaran etika yang dilakukan pada jurnalisme
professional ditujukan untuk mencari solusi perbaikan atas kelalaian dan kesalahan praktik
jurnalistik. Rumusan solusi atas pelanggaran etika, termasuk yang dilakukan oleh presenter TV
One tersebut adalah ralat atau koreksi, hak jawab, atau permintaan maaf secara terbuka. Karena
kesalahan yang dibuat tergolong berat, maka Dewan pers dapat memberikan penilaian dan
mengeluarkan rekomendasi berupa teguran, peringatan keras, atau sanksi moral

Dalam pemeriksaan, Andreas juga mengaku diminta berbicara soal markus sesuai skenario
dengan pertanyaan dan jawaban yang telah di siapkan. Kasus/permasalahan ini menjadi
perbincangan banyak pihak, terutama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Dewan Pers,
masyarakat, dsb. Indy Rahmawati selaku produser TVOne dan presenter dalam acara tersebut dan
segenap jajaran redaksi yang terkait dipanggil oleh Dewan Pers untuk memberikan keterangan.

Kasus TVOne tersebut melanggar Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) dan UU
Penyiaran. Berikut ini akan saya jabarkan etika dan kebijakan perundang-undangan tersebut.

Kode Etik Wartawan Indonesia


· KEWI Butir 1: Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar.
· KEWI Butir 2: Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan
menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi.
· KEWI Butir 3: Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak
mencampurkan fakta dengan opini, berimbang, dan selalu meneliti kebenaran informasi, serta
tidak melakukan plagiat.
· KEWI Butir 4: Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta,fitnah,
sadis dan cabul, serta tidak menyebut identitas korban kejahatan susila.
· KEWI Butir 5: Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak menyalahgunakan profesi.
· KEWI Butir 6: Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan.
· KEWI Butir 7: Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam
pemberitaan serta melayani hak jawab.

UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002


1. Pasal 36

1. Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan
intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta
mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.
2. Isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Swasta dan
Lembaga Penyiaran Publik, wajib memuat sekurang-kurangnya 60% (enam puluh per seratus)
mata acara yang berasal dari dalam negeri.
3. Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu
anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga
penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi
siaran.
4. Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan
tertentu.
5. Isi siaran dilarang:
a. Bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong;
b. Menonjolkan unsure kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang;
atau
c. Mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.
6. Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai
agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional.

Pasal 57
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk penyiaran radio dan dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) untuk penyiaran televisi, setiap orang yang:
a Melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3);
b. Melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2);
c. Melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1);
d. Melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (5);
e. Melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (6)

P3/SPS Pasal 8
1. Program faktual merujuk pada program siaran yang menyajikanfakta non-fiksi.
2. Yang termasuk di dalam program faktual adalah program berita, features, dokumentasi, program
realitas (reality program/reality show), konsultasi on-air dengan mengundang narasumber dan atau
penelepon, pembahasan masalah melalui diskusi, talk show, jajak pendapat, pidato/ceramah,
program editorial, kuis, perlombaan, pertandingan olahraga, dan program-program sejenis
lainnya.

Pasal 9
1. Lembaga penyiaran harus menyajikan informasi dalam program faktual dengan senantiasa
mengindahkan prinsip akurasi, keadilan, dan ketidakberpihakan (imparsialitas).
2. Lembaga penyiaran wajib menggunakan Bahasa Indonesia yang baku, baik tertulis atau lisan,
khususnya dalam program berita berbahasa Indonesia.
B. Penyampaian Berita yang Tidak Berimbang Antara Dua Elit Politik Pemilik Stasiun Televisi
TV One Abu Rizal Bakrie dan Metro TV Surya Paloh

Banyak masyarakat mengeluhkan menyangkut pemberitaan bertendensi mengabaikan


aspek keberimbangan, obyektivitas, dan dikhawatirkan mengancam independensi wartawan.
Seperti diketahui, menjelang Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya (Munas Golkar) 4-7
Oktober 2009, terdapat adanya gejala penayangan paket pemberitaan cenderung diliputi
persaingan politik dari dua pemilik media televisi berita, yakni TVOne dan METRO TV.

Sebagaimana diketahui, Aburizal Bakrie adalah pemilik TVOne, sementara Surya Paloh
adalah pemilik METRO TV. Keduanya kini sedang bertarung memperebutkan posisi Ketua Umum
Golkar dalam Munas mendatang. Kedua media ini bertendensi lebih mewakili kepentingan
pemilik dalam konteks pemberitaan pertarungan politik di Golkar, dan berpotensi menghasilkan
pemberitaan yang tidak berimbang.
Frekwensi yang dipakai kedua TV itu adalah milik publik dan karenanya harus
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk melayani kebutuhan informasi publik. Sesuai dengan aturan
hukum dan etik penyiaran, frekwensi televisi tak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan golongan,
tidak juga untuk pemilik media.

Sebagai organisasi profesi, dihimbau kepada jurnalis untuk mengacu kepada Kode Etik
Jurnalistik seperti diamanatkan oleh Pasal 7 Ayat 2 Undang-Undang Pers. Sebagai media yang
hidup di ranah publik, para jurnalis diharapkan senatiasa tetap menjaga independensi, dan bekerja
menggunakan standar profesionalisme yang berlaku di dunia jurnalistik, antara lain dengan
menyajikan berita secara berimbang. Dalam rangka melayani hak masyarakat untuk tahu (rights
to know), tanggungjawab profesional seorang wartawan bukan hanya kepada pemilik, tetapi
terutama sekali adalah kepada publik. Dan melanggar kode etik jurnalistik yaitu Pasal 1 Wartawan
Indonesia bersikap independensi , menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikan
buruk Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan yang setara

C. Kasus Antasari Azhar

Terdapat beberapa indikasi adanya pelanggaran kode etik jurnalistik dalam pemberitaan
tentang Antasari Azhar. indikasi pelanggaran tersebut dapat dilihat dari pemberitaan yang kurang
berimbang karena hanya menggunakan pernyataan dari pihak kepolisian saja. Selain itu,
narasumber yang dipakai hanya narasumber sekunder saja, misalnya keluarga Rani dan tetangga
Rani, bukan dari narasumber utama. Menanggapi hal tersebut, Deputy Director News and Sports
TV ONE Nurjaman Mochtar mengatakan, polisi sebagai aparat hukum tentu sudah mempunyai
bukti-bukti yang kuat sebelum menetapkan Antasari sebagai tersangka.

Pihak Kepolisian menetapkan Ketua KPK Antasari Azhar sebagai tersangka dalam kasus
pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen.Pemberitaan mengenai
kasus Antasari seputar cinta segitiga antara Antasari, Nasrudin dan Rani, spekulasi motif
pembunuhan, hingga berbagai spekulasi tentang konspirasi berbagai pihak dalam kasus tersebut.
Pemberitaan media tentang kasus Antasari cukup marak hingga menjadi berita utama di beberapa
media, mengalahkan pemberitaan koalisi partai-partai politik.
Pasal 4 Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Penafsiran
a) Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak
sesuai dengan fakta yang terjadi.
b) Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.
c) Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
d) Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau
tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.
e) Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan
gambar dan suara.

Sebagai organisasi profesi, dihimbau kepada jurnalis untuk mengacu kepada Kode Etik
Jurnalistik seperti diamanatkan oleh Pasal 7 Ayat 2 Undang-Undang Pers. Sebagai media yang
hidup di ranah publik, para jurnalis diharapkan senatiasa tetap menjaga independensi, dan bekerja
menggunakan standar profesionalisme yang berlaku di dunia jurnalistik, antara lain dengan
menyajikan berita secara berimbang. Dalam rangka melayani hak masyarakat untuk tahu (rights
to know), tanggungjawab profesional seorang wartawan bukan hanya kepada pemilik, tetapi
terutama sekali adalah kepada publik

D. Kasus Wawancara Fiktif

Kasus wawancara fiktif terjadi di Surabaya. Seorang wartawan harian di Surabaya


menurunkan berita hasil wawancaranya dengan seorang isteri Nurdin M Top. Untuk meyakinkan
kepada publiknya, sang wartawan sampai mendeskripsikan bagaimana wawancara itu terjadi.
Karena berasal dari sumber yang katanya terpercaya, hasil wawancara tersebut tentu saja menjadi
perhatian masyarakat luas. Tetapi, belakangan terungkap, ternyata wawancara tersebut palsu alias
fiktif karena tidak pernah dilakukan sama sekali. Isteri Nurdin M Top kala itu sedang sakit
tenggorokkan sehingga untuk berbicara saja sulit, apalagi memberikan keterangan panjang lebar
seperti laporan wawancara tersebut. Wartawan dari harian ini memang tidak pernah bersua dengan
isteri orang yang disangka teroris itu dan tidak pernah ada wawancara sama sekali.

Wartawan dalam kasus di atas melanggar Kode Etik Jurnalistik Pasal 2 dan Pasal 4. Pasal 2
bernunyi: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas
jurnalistik. Pasal 4 berbunyi: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan
cabul. Wartawan tersebut tidak menggunakan cara yang professional dalam menjalankan
tugasnya. Ia tidak menyebarkan berita yang faktual dan tidak menggunakan narasumber yang jelas,
bahkan narasumber yang digunakan dalah narasumber fiktif. Wawancara dan berita yang
dipublikasikannya merupakan kebohongan. Tentu ini merugikan konsumen media. Pembaca
mengkonsumsi media untuk memperoleh kebenaran, bukan kebohongan. Kredibilitas harian
tempat wartawan tersebut bekerja juga sudah tentu menjadi diragukan.

E. Kasus Luna Maya


Kasus Luna maya dalam penyampaian berita tidak berimbang. Media terus menerus
memojokkan Luna Maya. Seakan-akan dia yang paling bersalah dalam kasus ini. Luna maya
disalahkan karena menulis kata-kata kasar yang menjelekkan wartawan Infotainment di account
twitternya. Media menggiring opini public bahwa Luna maya yang bersalah. Pemberitaan tidak
netral dari kedua belah pihak antara Luna maya dan PWI. Dalam kasus ini berat sebelah.
Seharusnya sesuai kode etik jurnalistik semua pihak berhak mendapatkan kesempatan yang sama.
Media , khususnya televisi tampak tidak berimbang dalam membahas masalah ini, terlebih lagi
pihak infotainment, mereka hanya membesar-besarkan sikap dan perkataan Luna Maya tanpa
membahas latar-belakang dan alasan yang membuat Luna terpancing, yaitu perilaku dan arogansi
para wartawan infotainment sendiri.

Sebagai organisasi profesi, dihimbau kepada jurnalis untuk mengacu kepada Kode Etik
Jurnalistik seperti diamanatkan oleh Pasal 7 Ayat 2 Undang-Undang Pers. Sebagai media yang
hidup di ranah publik, para jurnalis diharapkan senatiasa tetap menjaga independensi, dan bekerja
menggunakan standar profesionalisme yang berlaku di dunia jurnalistik, antara lain dengan
menyajikan berita secara berimbang. Dalam rangka melayani hak masyarakat untuk tahu (rights
to know), tanggungjawab profesional seorang wartawan bukan hanya kepada pemilik, tetapi
terutama sekali adalah kepada publik. Dan melanggar kode etik jurnalistik yaitu Pasal 1 Wartawan
Indonesia bersikap independensi , menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikan
buruk Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan yang setara.

DUNIA HUKUM ADALAH HIDUPKU


Rabu, 10 September 2014

Analisis Kasus Pelanggaran Pers di Indoensia (HUKUM PIDANA PERS)

PENGERTIAN, ASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN, DAN PERANAN PERS SERTA

BEBERAPA KODE ETIK JURNALISTIK

Perlu kiranya penulis membahas terlebih dahulu tentang pengertian pers, asas, fungsi, hak, kewajiban

dan peranan pers serta hal-hal terkait dengan kode etik jurnalistik sebelum membahas lebih jauh

mengenai pelanggaran kode etik jurnalistik. Antara lain ialah sebagai berikut :

A. Pengertian Pers
Menurut UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers, dikatakan dalam pasal 1 ayat 1:

Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik

meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik

dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk

lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia1[1].

B. Asas Pers

Pasal 2 UU Nomor 40 tahun 1999 menyatakan bahwa kemerdekaan pers ialah salah satu wujud

kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.2[2]

1. Asas demokrasi

(1) Adalah bentuk serta kegiatan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya,

pemerintahan rakyat.3[3]

(2) Adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta

perlakuan yang sama bagi semua warga negara.4[4]

2. Asas keadilan

Adalah suatu sikap yang tidak berat sebelah dan tidak memihak siapapun. Dalam hal ini keadilan

merupakan sifat dari suatu perbuatan, perikelakuan dan lain-lain yang bersifat adil5[5].

3. Supremasi hukum

1[1] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers

2[2] Ibid...

3[3] Edi Susanto, dkk, Hukum Pers di Indonesia. PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2010, halaman 38

4[4] Ibid...

5[5] Ibid...
Dalam hal ini supremasi dapat diartikan sebagai kekuasaan tertinggi atau teratas. Namun, jika dikitkan

dengan hukum, maka supremasi hukum ialah suatu tindakan yang menjunjung tinggi hukum sebagai

penyelesaian suatu masalah. Dengan kata lain, segala sesuatu harus diselesaikan dengan prosedur hukum

yang berlaku.

C. Fungsi Pers

Pasal 3 UU Nomor 40 tahun 1999 menentukan bahwa fungsi pers ialah sebagai berikut6[6] :

1. Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media, informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial.

2. Disamping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.

D. Hak Pers

Pasal 4 UU Nomor 40 tahun 1999 menentukan bahwa hak-hak pers ialah sebagai berikut7[7]:

1. Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara.

2. Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pemberendelan atau pelarangan penyiaran

3. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh dan

menyebarluaskan gagasan dan informasi.

4. Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum wartawan mempunyai hak tolak.

E. Kewajiban pers

Pasal 5 UU Nomor 40 tahun 1999 menentukan bahwa kewajiban pers ialah sebagai berikut8[8] :

6[6] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers

7[7] Ibid...

8[8] Ibid...
1. Pers nasional memberikan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa

kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah.

2. Pers wajib melayani hak jawab.

3. Pers wajib melayani hak tolak.

F. Peranan Pers

Pasal 6 UU Pers menyatakan Pers nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut9[9] :

a. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui.

b. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi

manusia, serta menghormati kebhinekaan.

c. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar.

d. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan

umum.

e. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

G. Kode Etik Jurnalistik

Pasal 7 UU Nomor 40 tahun 1999 ayat (2) menerangkan bahwa “wartawan memiliki dan menaati

kode etik jurnalistik. Menindaklanjuti dari kode etik jurnalistik ini, dewan pers telah mengeluarkan

peraturan dewan pers nomor 6/Peraturan-DP/V/2008 tentang pengesahan surat keputusan dewan pers

nomor 03/SK-DP/III/2006 tentang kode etik jurnalistik sebagai peraturan dewan pers10[10].

9[9] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers

10[10] http://www.dewanpers.org.
Pasal 4 kode etik jurnalistik menyatakan, “Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong,

fitnah, sadis dan cabul”. Penafsiran pasal ini ialah11[11] :

a. Bohong

Berarti sesuatu yang diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta

yang terjadi.

b. Fitnah

Berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.

c. Sadis

Berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.

d. Cabul

Berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara grafis atau tulisan yang

semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.

e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan

suara.

Contoh Kasus I :

Berita Bom Kuningan, Media Langgar Kode Etik

Penulis: RDI | Jumat, 24 Juli 2009 | 16.42 WIB

Kompas/Priyombodo

11[11] Edi Susanto, dkk, Op Cit PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2010. Halaman 99
Korban Bom Mega Kuningan Petugas mengevakuasi salah seorang korban tewas akibat ledakan bom di

Hotel JW Marriott, di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (18/7). Ledakan yang terjadi di

Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton Jakarta mengakibatkan sedikitnya 9 orang tewas dan puluhan

lainnya luka-luka.

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam melakukan peliputan tragedi peledakan bom di hotel JW Marriott dan

Ritz-Carlton Kuningan, Jumat ( 17/7 ) lalu, media massa terutama media elektronik telah melakukan

pelanggaran kode etik jurnalistik (KEJ).

Demikian diungkap Abdullah Alammudi, anggota Dewan Pers Divisi Pengaduan dalam jumpa pers di

Jakarta, Jumat (24/7) terkait maraknya penayangan gambar-gambar para korban ledakan naas tersebut.

Ia menuturkan dalam kode etik jurnalistik gambar luka-luka yang diderita korban tidak boleh disorot

secara dekat. "Media elektronik menampilkan bahkan di zoom wajah berdarah-darah para korban itu

melanggar kode etik," ujarnya.

Padahal penonton tayangan itu, kata Abdullah, bukan hanya orang dewasa tapi juga anak-anak. Gambar-

gambar tersebut akan melekat dalam ingatan anak dan dapat menimbulkan dampak traumatik. "Di mana

rasa nurani ketika menampilkan itu. Gambar-gambar itu seharusnya bisa diganti dengan sketsa kasar,"

urainya.

Selain gambar, lanjutnya narasi reporter di lapangan juga memperparah gambar yang ada. Repoter sering

kali terbawa emosi sehingga mengatakan kalimat-kalimat yang berlebihan.

"Mayoritas repoter mengucapkan narasi dengan kalimat inilah potongan kepala. Kalau anak saya

mendengar itu, saya kira mereka akan kaget dan menimbulkan rasa ngeri," terangnya.

Selain itu, dalam mewawancari narasumber, seringkali reporter berlaku seperti penyidik. Intonasi-intonasi

yang digunakan justru menyudutkan bahkan membuat takut nara sumber.


"Saat mewawancarai istri pelaku, wartawan lebih galak dari polisi, padahal orang itu bukan tersangka. Dia

sudah menderita karena keluarganya dicari polisi. Menggali info bukan dengan cara membentak tapi

tunjukan empati," kata dia.

Lebih jauh dia menjelaskan, produser juga ikut bertanggung jawab pada kesalahan-kesalahan tersebut.

Produser seharusnya dapat mengingatkan reporter yang berada dilapangan untuk tidak berlebihan dalam

pemberitaannya.

"Produser juga harus mengingatkan repoter di lapangan jangan sampai terbawa emosi, memangnya

enggak ada komunikasi?" tanyanya.

Abdullah juga menyesali kejadian ini, pasalnya setelah sekian lama media elektronik belum juga mematuhi

peraturan yang ada. "Ini menyedihkan setelah sekian belas tahun tetap tidak bisa menampilkan apa yang

diatur. Saya tidak tahu apa ada tekanan dari pemilik modal atau tidak," pungkasnya.

Sumber:http://tekno.kompas.com/read/2009/07/24/1642424/Berita.Bom.Kuningan.Media.Langgar.

Kode.Etik

ANALISIS :

Berdasarkan kasus berita diatas bahwa salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia telah

melakukan penyiaran berupa video yang terkait dengan ledakan bom di hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton

Kuningan, Jakarta. Video tersebut menayangkan korban bom bunuh diri tersebut secara fulgar tanpa

sensor yang kejam dan cenderung tidak manusiawi.

Pada pembahasan sebelumnya terdapat hak pers yang diatur dalam UU No 40 tahun 1999 tentang

pers (selanjutnya disebut UU Pers), dimana pada pasal 4 ayat (2) menentukan bahwa “Terhadap pers
nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran12[12]”. Hal ini lebih

lanjut dijelaskan pula pada bagian penjelasan UU pers tersebut yang menyatakan pada penjelsan Pasal 4

ayat (2) menyatakan “penyensoran, pemberedelan atau pelarangan penyiaran tidak berlaku bagi media

cetak dan media elektronik. Siaran yang bukan merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan jurnalistik

diatur dalam ketentuan undang-undang yang berlaku13[13].

Dalam hal ini kiranya perlu diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan penyensoran.

Dengan mengacu pada pasal 1 butir 8 UU pers mengatakan, “Penyensoran ialah penghapusan secara

paksa sebagian atau seluruh materi informasi yang akan diterbitkan atau disiarkan atau tindakan teguran

dan atau kewajiban melapor serta memperoleh izin dari pihak berwajib dalam pelaksanaan kegiatan

jurnalistik14[14].

Kiranya penjelasan diatus sudah jelas bahwa terhadap penyensoran tidak berlaku bagi media

cetak dan media elektronik. Namun, dengan dikeluarkannya kode etik jurnalistik pada pasal 4 yang

mengatakan bahwa “wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul”. Dengan

adanya kode etik pers ini, berarti adanya pembatasan terhadap berita yang akan disiarkan. Hal ini dapat

berupa penyensoran terhadap tanyangan yang akan disiarkan. Namun, dalam hal ini pers tidak melakukan

hal tersebut. Maka, dengan adanya penayangan video korban ledakan bom di hotel JW Marriott dan Ritz-

Carlton Kuningan, Jakarta pada tahun 2009 tersebut dianggap telah melanggar kode etik jurnalistik yang

telah ditetapkan oleh Dewan Pers pada pasal 4.

Dalam video tersebut ditayangan korban yang berdarah-darah setelah terkena ledakan bom

bunuh diri. Korban tersebut terluka parah dan mengeram kesakitan karena belum adanya bantuan yang

12[12] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers

13[13] Ibid...

14[14] Ibid...
datang beberapa menit pasca terjadinya ledakan bom. Dalam kode etik jurnalistik seperti yang telah

dijelaskan diatas bahwa gambar luka-luka yang diderita korban tidak boleh disorot secara dekat. Media

elektronik menampilkan bahkan di zoom wajah berdarah-darah para korban itu melanggar kode etik. Hal

ini dimanfaatkan oleh pers yang hadir untuk meliput ledakan tersebut dan menayangkannya pada

masyarakat luas tanpa sensor.

Mayoritas repoter mengucapkan narasi dengan kalimat inilah potongan kepala. Selain itu, dalam

mewawancari narasumber, seringkali reporter berlaku seperti penyidik. Intonasi-intonasi yang digunakan

justru menyudutkan bahkan membuat takut narasumber. Saat mewawancarai istri pelaku, wartawan

lebih galak dari polisi, padahal orang itu bukan tersangka. Dia sudah menderita karena keluarganya dicari

polisi. Menggali info bukan dengan cara membentak tapi tunjukan empati15[15].

Dalam sebuah tayangan yang menampilkan sebuah adegan kejam, keji atau berkaitan dengan

SARA, jelas harus dikenakan sensor. Fungsi sensor jelas untuk melindungi masyarakat luas yang melihat

tayangan tersebut. Gambar adegan kejam dan keji tentu tidak layak ditanyangkan jika membuat

masyarakat resah dan cemas.

Walaupun terdapat asas demokrasi yang dicantumkan dalam pasal 2 UU Pers, tentu asas ini juga

harus memperhatikan aspek-aspek sosiologis dan psikologis dari masyarakat yang menonton informasi

yang diberikan oleh pers. Jika anak yang melihat tayangan yang kejam dan sadis tersebut, tentu hal ini

akan berdampak langsung pada aspek psikologi mereka. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pada

Pasal 4 UU Pers menentukan bahwa hak pers merupakan hak asasi warga negara. Sebagai hak asasi warga

negara seharusnya pers juga mengetahu kewajiban asasinya yang juga harus dijunjung tinggi oleh pers.

Sehingga pelanggaran kode etik pers tidak terulang kembali.

15[15] http://yelrihshirley.blogspot.com/2013/11/penerapan-kode-etik-jurnalistik-pada.html, tanggal 22


maret 2014
Contoh Kasus II :

Dul Diizinkan Pulang dari Rumah Sakit

Rabu, 25 September 2013, 15:28 WIB

beritajakarta.com

Abdul Qodir Jaelani atau Dul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim dokter mengizinkan putra musisi Ahmad Dhani, Abdul Qadir Jaelani

alias Dul (13) meninggalkan Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta Selatan, usai menjalani perawatan

pascaterlibat tabrakan di Tol Jagorawi.

"Informasinya, hari (Rabu) ini sudah diperbolehkan pulang dan berobat jalan," kata Kepala Bidang Humas

Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Rikwanto di Jakarta Rabu (25/9).

Rikwanto mengatakan, kondisi kesehatan Dul berangsur pulih, sehingga penyidik akan memantau putra

ketigas Ahmad Dhani itu pascameninggalkan rumah sakit.

Bahkan, polisi akan meminta keterangan Dul jika kondisinya sudah memungkinkan di rumahnya, Kamis

(26/9) besok.

Sebelumnya, Dul yang mengendarai mobil sedan Mitsubishi bernomor polisi B-80-SAL terlibat kecelakaan

dengan mobil Daihatsu bernomor polisi B-1349-TEN dan Avanza pelat nomor B-1882-UZJ di Tol Jagorawi,

Minggu (8/9) dini hari. Kecelakaan tersebut menewaskan tujuh orang dan melukai delapan orang lainnya.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/09/25/mtoa73-dul-

diizinkan-pulang-dari-rumah-sakit
Analisis Kasus :

Abdul Qodir Jaelani (AQJ) merupakan putra ketiga dari musisi Ahmad dhani dan Maia Estianty

tersebut mengalami kecelakaan yang tragis pada beberapa bulan yang lalu. Pada kecelakaan tersebut AQJ

menewaskan tujuh orang, yang dimana dengan adanya hal tersebut menarik perhatian media untuk

meliput dan gencar memberitakan kecelakaan tersebut. Terlebih lagi bahwa AQJ merupakan anak dari

musisi ternama di Indonesia, sehingga media meliput berita secara besar-besaran.

Namun, beberapa media dianggap telah melanggar kode etik jurnalistik yang terdapat pada 5

yang berbunyi :“Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan

susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan”. Penafsiran pasal ini ialah :

a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang

lain untuk melacak.

b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah. “

Yang lazim dilakukan media ialah menyebut nama pelaku hanya dengan inisialnya atau memuat

fotonya dengan ditutup saja16[16]. Dalam larangan menyebut nama dan identitas pelaku kejahatan yang

masih dibawah umur. Dasarnya semata-mata pertimbangan kemanusian, berdasarkan atau berkaitan

dengan masa depan pelaku. Dalam berita tersebut jelas bahwa Republika.com telah melanggar kode etik

jurnalistik pada pasal 5. Sebab, telah menyebutkan nama anak dibawah umur secara lengkap dan jelas.

Padahal AQJ masih berusia 13 tahun.

16[16] Hikmat kusumaningrat dan purnama kusumaningrat, jurnalistik, Teori dan praktek remaja rosda
karya, Bandung, 2005. Halaman 118.
Jika wartawan yang menurunkan berita semacam itu jelas sudah menghianati tugas

profesionalnya yang bebas dan bertanggungjawab. Faktor apapun yang disangkal oleh pers tidak

menghapus kesalahannya yang melanggar kode etik jurnalistik. Kode Etik Jurnalistik penting diterapkan

oleh wartawan untuk mengatur etika berkaitan dengan dengan penilaian tentang perilaku benar atau

tidak benar, yang baik atau tidak baik, yang pantas atau tidak pantas, yang berguna atau tidak berguna,

dan yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika jurnalistik ini penting. Pentingnya bukan hanya

untuk memelihara dan menjaga standar kualitas pekerjaan para jurnalis bersangkutan, tetapi juga untuk

melindungi atau menghindarkan masyarakat dari kemungkinan dampak yang merugikan dari tindakan

atau perilaku keliru jurnalis di Indonesia.

Kesimpulan :

Berdasarkan beberapa kasus diatas, bahwa terdapat beberapa pelanggaran kode etik jurnalistik

yang dilakukan oleh jurnalis atau insan pers. Diantaranya ialah :

1. Memuat gambar dan video sadis yang kejam dan tidak mengenal belas kasihan yang tidak disertai sensor.

Hal tersebut telah melanggar pasal 4 kode etik jurnalistik.

2. Menyebutkan nama pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh anak dibawah umur secara jelas tanpa

menggunakan nama inisial. Hal tersebut telah melanggar 5 kode etik jurnalistik.

Saran :

Sebaiknya insan pers atau jurnalis memahami beberapa Undang-Undang Negara Republik

Indonesia terkait dengan jurnalistik dan memahami pula peraturan pers yang telah dibuat oleh dewan

pers. Hal ini bermaksud agar sebelum memberitakan atau menyebaluaskan berupa suatu informasi,

hiburan, dan lain sebagainya mengetahui asas-asasnya atau hukum positif yang berlaku sehingga tidak

melanggar kode etik jurnalistik dan aturan pers yang ada.


DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Edi Susanto, dkk, Hukum Pers di Indonesia. PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2010, halaman 38

Hikmat kusumaningrat dan purnama kusumaningrat, jurnalistik, Teori dan praktek remaja rosda karya, Bandung,
2005.

Peraturan Pers :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers

Peraturan dewan pers nomor 6/Peraturan-DP/V/2008 tentang pengesahan surat keputusan dewan pers nomor
03/SK-DP/III/2006 tentang kode etik jurnalistik sebagai peraturan dewan pers

Internet :

http://www.dewanpers.org.

http://yelrihshirley.blogspot.com/2013/11/penerapan-kode-etik-jurnalistik-pada.html, tanggal 22 maret 2014

http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/09/25/mtoa73-dul-diizinkan-pulang-dari-
rumah-saki. tanggal 22 maret 2014

https://tidakmenarik.wordpress.com/2009/07/17/foto-dan-video-mengerikan-ledakan-hotel-jw-mariot-2-dan-
ritz-carlton-yang-diduga-bom-bunuh-diri/. tanggal 22 maret 2014
http://tekno.kompas.com/read/2009/07/24/16424247/Berita.Bom.Kuningan.Media.Langgar.KodeEtik. tanggal
22 maret 2014

ETIKA PROFESI
TUGAS ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

 PENDAHULUAN
 PEMBAHASAN
 STUDI KASUS
 KESIMPULAN
 ANGGOTA KELOMPOK 1
 SUMBER REFERENSI

STUDI KASUS

1. Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2009

"Kasus-kasus yang ditemukan pada pelaksanaan UN 2009 mulai dari kategori ringan terkait
pencetakan dan distribusi soal hingga dugaan kebocoran soal UN," kata Inspektur IV Itjen
Depdiknas Amin Priyatna kepada pers di Jakarta, Senin (4/5). Terkait masalah distribusi dan
pencetakan soal, Amin yang dalam keterangannya didampingi Ketua Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP), Prof Mungin Eddy Wibowo mengatakan, tim Itjen menerima laporan dari
berbagai daerah antara lain kesalahan nomor pada soal, nomor soal tercetak dua kali, soal
tertukar yakni soal A masuk ke amplop soal B, kualitas kertas yang mudah rusak.
Beberapa kasus terkait pencetakan dan kendala dalam distribusi soal antara lain di Bangka
Tengah, Magelang, Purbalingga, Mamuju Sulbar, Majene Sulsel, dan Kabupaten Padang Panjang.

Terkait dugaan kebocoran soal UN, Amin mengatakan, upaya membocorkan soal terjadi sehari
menjelang pelaksanaan UN terjadi di Bengkulu Selatan yang melibatkan 16 orang, yakni 10
kepala sekolah SMA Negeri, empat kepala sekolah swasta, satu kepala sekolah Madrasah Aliyah
Negeri dan seorang kabid Dikmenum Diknas setempat.

"Kasusnya sedang diproses pihak kepolisian karena upaya tindak kecurangan dengan cara
menyembunyikan soal cadangan saat penyerahan kepada pihak kepolisian," katanya.
Kecurangan tersebut segera diketahui polisi yang langsung menangkap basah saat terjadi
pembagian berkas di antara ke-16 orang tersebut sehingga jawaban soal tidak sempat
dibocorkan kepada peserta didik, katanya.
Itjen juga menerima laporan dari SMPN I Bengkulu tentang adanya guru yang membocorkan soal
dan jual beli soal di SMP di Kendari, dugaan kebocoran jawaban soal di SMP Negeri di Bandung,
guru di Banten yang membacakan jawaban soal ujian kepada siswa di dalam kelas.
Sementara itu, Ketua BSNP Prof Mungin Eddy Wibowo menambahkan, panitia UN dan tim
pemantau BSNP juga memperoleh laporan adanya pungutan uang UN di sekolah swasta di
Bandung barat yang seharusnya gratis. "Di sejumlah daerah yang dilanda banjir juga diperoleh
laporan soal UN yang rusak, siswa terlambat mengikuti UN karena banjir," katanya.

Terkait dengan penemuan kasus pada UN tahun 2008, Amin Priyatna mengatakan, Itjen telah
memberikan rekomendasi kepada kepala daerah tentang temuan dan tindakan yang perlu
dilakukan terhadap oknum guru, kepala sekolah dan pejabat dinas pendidikan yang terbukti
melakukan kecurangan. "Hasil temuan kami laporkan kepada Mendiknas dan disampaikan
kepada kepala daerah di masing-masing propinsi dan kabupaten. Tahun 2008 ada lima propinsi,
antara lain Medan Sumut, Bandung Jabar, Garut Jabar, dan Sulawesi Tenggara," ungkapnya.

PEMBAHASAN :Apa yang menarik tentang kebijakan UN ? yang menarik adalah karena
pelaksanaan UN selalu tidak pernah lepas dari penyimpangan (kebocoran soal-soal UN dll),
meskipun fakta penyimpangan sekali lagi bukan menjadi sesuatu yang baru dan menjadi sebuah
hal yang wajar dibanyak kebijakan, namun menjadi menarik dan tidak wajar ketika pelaku
penyimpangan telah melibatkan oknum-oknum seperti kepala dinas hingga guru, bukankah ini
sebuah realitas yang paradoks ditengah memuncaknya semangat pemuliaan guru melalui
undang-undang guru dan dosen (UUGD)?
Dalam konteks UN, Sepintas guru memang perlu dipertanyakan moralitasnya, namun tidaklah
fair jika semuanya itu dilimpahkan kepada guru sebab semua itu tidaklah berdiri sendiri-sendiri.
Menurut Ade Irawan kepala korupsi pendidikan ICW “mentengarai, guru yang melakukan curang
itu, karena ada tekanan dari atas, yakni kepala sekolah, lalu kepala sekolah ditekan oleh kepala
dinas, dan kepala dinas ditekan oleh kepala daerah,"
Jadi “sempurnya” aturan sempurna pula penyimpangannya, begitulah kira-kira kata yang pantas
untuk menggambarkan sisi lain pelaksanaan UN sebab meskipun setiap tahunnya pemerintah
melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah berupaya meminimalisir segala bentuk
penyimpangan UN, ternyata tidak menghentikan oknum-oknum terorganisir untuk sengaja
berbuat menyimpang dalam pelaksanaan UN.
Realitas ini apakah bisa dijadikan sebagai kesimpulan sementara tentang “ketidakjujuran” para
pelaku pendidikan kita? Jika pemahaman tentang kejujuran itu merupakan sebuah sikap apa
adanya? Maka perilaku menyimpang dengan sengaja melakukan pembocoran soal secara
sistematis merupakan salah satu bentuk kejujuran para pendidik kita, sebuah sikap kejujuran
tentang ketimpangan pendidikan yang dirasakannya, kejujuran yang tidak pernah maksimal
didengar oleh pengambil kebijakan, dan pengabaian hak-hak evaluasi guru sebagaimana yang
digariskan dalam Undang-undang sisdiknas pada akhirnya memaksa para pendidik kita untuk
memodifikasi konsep kejujurannya dengan apa yang populer kita sebut “menyimpang dalam
UN” Dapatkah pemerintah bersikap lebih bijak dengan tidak memaknai hanya apsek formilnya
saja?

(Posted by : Fitri Wahyuni (12095373)

2. Kasus Mulyana W Kusuma

Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU diduga
menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan dengan
pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara, surat suara,
amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK
meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK
sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada sebeumnya, kecuali untuk teknologi
informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan akan diperiksa kembali satu bulan
setelahnya.
Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati pemberian
waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana
ditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK, yakni
Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerjasama dengan
auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap upaya
penyuapan oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekam gambar pada dua kali
pertemuan mereka.
Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor yang
bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain
berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal
tersebut telah melanggar kode etik akuntan.

PEMBAHASAN : Dalam kasus ini terdapat pelanggaran kode etik dimana auditor telah
melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang auditor dalam mengungkapkan
kecurangan. Auditor telah melanggar prinsip keempat etika profesi yaitu objektivitas, karena
telah memihak salah satu pihak dengan dugaan adanya kecurangan. Auditor juga melanggar
prinsip kelima etika profesi akuntansi yaitu kompetensi dan kehati-hatian professional, disini
auditor dianggap tidak mampu mempertahankan pengetahuan dan keterampilan
professionalnya sampai dia harus melakukan penjebakan untuk membuktikan kecurangan yang
terjadi.

(Posted by : Anik Setyani (12095350)

3. Kasus Sembilan KAP Yang Diduga Melakukan Kolusi


Dengan Kliennya
Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusut
sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya
antara tahun 1995-1997.
Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan
temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah
ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit.

Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas
bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan kegiatan usahanya
oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM &
R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi
etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa
untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya.
Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk
melakukan pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik
dengan pihak perbankan.

ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan dalam
penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai penyimpangan
dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi.

Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan administratif
meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif
untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. “Kami
mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan yang
menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat ternyata dalam
waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan administratif
dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut
Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada Majelis
Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis
terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.

PEMBAHASAN : Dalam kasus ini terdapat banyak pelanggaran kode etik profesi
akuntan. Prinsip pertama yaitu tanggung jawab profesi telah dilanggar. Karena auditor telah
menerbitkan laporan palsu, maka kepercayaan masyarakat terhadapnya yang dianggap dapat
menyajikan laporan keuangan telah disalahi. Prinsip kedua yaitu kepentingan publik juga telah
dilanggar, karena dianggap telah menyesatkan public dengan disajikannya laporan keuangan
yang telah direkayasa. Bahkan prinsip keempat yaitu obyektivitas juga dilanggar, yaitu mereka
tidak memikirkan kepentingan public melainkan hanya mementingkan kepentingan klien.
(Posted by : Rayhan Syafrizal (12095341)

4. Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono yang


diduga menyuap pajak
September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung malu. Kantor
akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu.
Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar
kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New
York.
Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula US$ 3,2 juta
menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-was dengan polah anak
perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela
kasus ini dan memecat eksekutifnya. Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange
Commission, menjeratnya dengan Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat
perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan
distrik Texas. Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar
pengadilan. KPMG pun terselamatan.
PEMBAHASAN : Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono juga melibatkan kantor
akuntan publik yang dinilai terlalu memihak kepada kliennya. Pada kasus ini, prinsip- prinsip yang
dilanggar yaitu antara lain prinsip integritas. Akuntan yang telah berusaha menyuap untuk kepentingan
klien seperti pada kasus di atas dapat dikatakan tidak jujur dan tidak adil dalam melaksanakan tugasnya.
Selain prinsip tersebut, akuntan juga telah melanggar prinsip obyektivitas hingga ia bersedia melaukan
kecurangan. Di sini terihat bahwa ia telah berat sebelah dalam memenuhi kewajiban profesionalnya.

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional, integritas
mengharuskan seorang anggota untuk antara lain bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa.

Obyektivitas adalah suatu kualitas yag memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota, prinsip
obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur, secara intelektual, tidak
berprasangka, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain.

(Posted by : Dedi Kristianto (12095296)

5. Pelaku Pedagang Yang Curang

Membahas ulah para pedagang yang curang, para pedagang yang mendaur ulang
makanankadarluasa menjadi makanan yang bisa dimakan. Diantaranya ad tukang mie ayam, semua
bahannyadari bahan-bahan kadarluasa, bahan baku mie dari mie kering yang kadarluasa
(diantaranya bahkan ada yang udah jamuran dan ada ulat), dibasuh dengan air panas lalu dibuat
mie ayam. Bahan baku ayam yang digunakan adalah ayam yang sudah menjadi bangkai, dengan
membayangkan hal tersebut kita sebagai konsumen menjadi harus sangat berhati-hati, karena
menyangkut kesehatan tubuh kita.
PEMBAHASAN : Menurut saya seorang pedagang adalah suatu pekerjaan yang sangat
penting dalam roda perekonomian kita. Dengan adanya pedagang, kita sebagai masyarakat sangat
diuntungkan karena kita bisa mendapatkan suatu barang yang kita inginkan sesuai dengan harga
tersebut yang telah kita sepakati oleh kedua belah pihak yaitu pedagang dan pembeli.Tetapi
menurut saya seorang pedagang harus memiliki etika keprofesian yang sangat baik. Karena saya
mengetahui banyak pedagang yang berlaku curang terhadap pembeli hanya untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih dengan cara yang sangat licik. Menrut saya tindakan ini sangat tercela dan
telah melanggar etika-etika keprofesian seorang pedagang tersebut. Sebaikya seorang pedagan
memiliki kesadaran untuk berlaku jujur terhadap konsumennya, karena pedagang tanpa adnya
seorang pembeli para pedagang tersebut tidak akan mendapatkan apapun. Caranya adalah seorang
pedagang harus memiliki batasan-batasan etika dan moral yang boleh dilakukan dan hal apa yang
tidak boleh dilakukan terhadap konsumennya. Dengan berperilaku etika moral yang baik tentunya
akan tercita suasana yang kondusif saat terjadi jual beli dengan konsumennya, dan transaksi pun
akan berjalan dengan lancar.

(Posted by : Putri Ariesta Lemana (12095340)

6. Apple iPad VS Samsung Galaxy Tab

seorang hakim di AS mengatakan bahwa tablet Samsung Galaxy Tab melanggar hak paten iPad
milik Apple Inc, namun juga Apple memiliki masalah terhadap validitas paten.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Hakim Distrik AS Lucky Koh pada kamis di siding pengadilan
atas permintaan Apple terhadap beberapa produk Galaxy yang dijual di AS. Apple dan Samsung
terlibat dalam konflik hokum yang berat mengucap lebih dari 20 kasus di 10 negara sebagai
persaingan untuk posisi dua teratas di pasar smartphone dan computer tablet. Sebelumnya,
pengadilan Australia melakukan larangan penjualan sementara komputer tablet terbaru Samsung di
Negara itu.
Seperti dilansir Reuters, Apple menggugat Samsung di Amerika Serikat pada bulan april,
mengatakan produk ponsel dan tablet Galaxy milik perusahaan Korea Selatan itu meniru iPhone dan
iPad, termasuk smartphone 4G Galaxy S dan Galaxy Tab 10.1 tablet. Sementara itu, penyedia
layanan ponsel, Verizon Wireless dan T-Mobile USA telah menentang permintaan Apple, dan
menyatakan bahwa Apple harus menunjukan bahwa Samsung melanggar hak paten dan menunjukan
paten miliknya yang sah menurut hukum.
Pengacara Apple, Harold McElhinny mengatakan jika design produk Apple jauh lebih unggul dari
produk sebelumnya, sehingga paten produk Apple yang saat ini tidak membatalkan design yang
datang sebelumnya “itu hanya perbedaan dari design”, kata McElhinny. Juru bicara Apple Huguet
Kristen mengatakan, bahwa bukan suatu kebetulan jika produk Samsung terbaru mirip sekali dengan
iPhone dan iPad, hal seperti ini adalah hal yang meniru secara terang-terangan, dan apple perlu
melindungi kekayaan intelektualnya agak perusahaan lain tidak mencuri ide-idenya.

PEMBAHASAN : Hasil penyelesaian gugatan Apple Inc, kepada pihak Samsung di beberapa
Negara adalah
• Australia
Di Australia, Galaxy Tab 10.1 sempat diblokir sejak Juli 2011. Samsung sudah dua kali menunda
pengenalan Galaxy Tab 10.1 karena Apple. Namun, mendekati momen Natal 2011, pengadilan Australia
menghentikan larangan penjualan Galaxy Tab 10.1.
Tapi pada akhirnya Samsung memenangi perang patennya dengan Apple di Pengadilan Australia. Dengan
kemenangan itu, Samsung pun diizinkan menjual tablet Galaxy Tab 10.1 di Australia, setelah sebelumnya
diblokir akibat gugatan yang diajukan Apple.
• Perancis
kemenangan perusahaan asal Korea Selatan tersebut tidak berlanjut di Perancis. Karena Pengadilan di
Paris menolak gugatan Samsung yang meminta pemblokiran penjualan iPhone 4S di Perancis, dengan
tuduhan pelanggaran paten.
Pengadilan juga memerintahkan Samsung untuk membayar sejumlah EUR 100 ribu yang dianggap sebagai
ganti rugi Apple yang melakukan biaya hukum. Florian Mueller dari FOSS Patent memiliki analisis yang
mendalam dan panjang mengenai keputusan pengadilan tersebut.
• Amerika Serikat
di negara asalnya (AS), Apple tidak berhasil menghadang penjualan Samsung.
Samsung bukan satu-satunya vendor smartphone Android yang berseteru dengan Apple terkait hak paten.
HTC dan Motorola juga diserang oleh Apple melalui Komisi Perdagangan Internasional Amerika Serikat
atau International Trade Commission (ITC).
Hakim Distrik Amerika Serikat Lucy Koh memutuskan menolak permintaan Apple untuk memblok
smartphone buatan Samsung di Amerika Serikat. Ini terjadi dalam sebuah babak baru perang antara 2
raksasa smartphone tersebut yang bermula ketika Apple mengajukan gugatan kepada Samsung di
Amerika Serikat pada bulan April lalu atas dasar meniru desain Apple
• Jerman
Apple kembali menggugat Samsung di pengadilan distrik Dusseldorf, Jerman. Kali ini, Apple akan
mengajukan gugatan kepada Samsung terkait 10 model smartphone dari keluarga Galaxy
Pengadilan Jerman sempat menghentikan penjualan tablet Samsung Galaxy Tab 10.1 inci pada September
2011 lalu. Karena, Apple mengklaim produk tersebut melanggar hak paten desain, tampilan, dan nuansa
iPad.
Untuk menghindari putusan itu, Samsung melakukan beberapa modifikasi tampilan tablet, lalu produk
modifikasi tersebut diberi nama Galaxy Tab 10.1N (ditambahkan huruf 'N' di belakangnya).
Apple tak juga puas. Perusahaan yang didirikan oleh Steve Jobs ini mengajukan mosi untuk memblokir
Galaxy Tab 10.1N. Namun, pada Desember 2011, hakim mengeluarkan putusan awal bahwa Galaxy Tab
10.1N ini tidak melanggar desain hak paten Apple di Eropa.
Persidangan kasus smartphone Apple vs Samsung akan digelar lagi sebelum bulan Agustus 2012.
Sementara kasus tablet akan dilanjutkan pada bulan September.

Kesimpulan :
1. Perusahaan Apple Inc, berusaha memonopoli usaha dagangnya dengan mematenkan setiap produknya.
2. Apple Inc, tidak ingin ada pesaing dalam hal teknologi sehingga tidak ada yang menghalangi bisnisnya
untuk menguasai pasar global.
3. Untuk menyingkirkan pesaingnya, Apple menuntut pihak pesaingnya dengan tuduhan menjiplak hak
paten yang dimilikinya.

Saran :
Sebaiknya pihak Apple lebih bijak dalam menyikapi hal ini, akan lebih baik pihak Apple meneliti kesamaan
antara produk pesaing dengan produk yang sudah dipatenkan. Sehingga pihak Apple tidak membuang
banyak biaya untuk menggugat di banyak Negara.

(Posted by : Fajar Dwi (12095301)

7. Kasus Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

Kasus pelanggaran kode etik jurnalistik Indy Rachmawati dan TV one dalam kasus Makelar. Indy
melakukan febrifikasi berita dengan menghadirkan narasumber palsu yang disuap uang dengan isi
berita nonfactual dan direkayasa. Walau Indy melakukan pembelaan bahwa andris (narasumber)
sering tampil sebagai narasumber palsu di stasuun TV lainnya, hal itu tidak bisa dikatagorikan
lumrah, karena Indy melanggar kode etik jurnalistik pasal dua.

PEMBAHASAN : wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesionaldalam


melaksanakan tugas jurnalistik. Penafsiran cara-cara yang professional adalah :

 Menunjukan identitas diri kepada narasumber


 Menghormati hak privasi
 Tidak menyuap
 Menghasilkan berita yang factual dan jelas sumbernya
 Rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi
dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang
 Menghormati pengalamantermasuk menyatakan hasil inputan wartawan lain sebagai
karya sendiri
 Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya
sendiri
 Pengguna cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi
bagi kepentingan public.

(Posted by : Ade Irawan (12095400)

8. Kronologi Kasus Gayus Halomoan Tambunan


Tudingan adanya praktek mafia hukum di tubuh Polri dalam penanganan kasus money laundring
oknum pegawai pajak bernama Gayus Halomoan Tambunan semakin melebar. Tak hanya Polri
dan para penyidiknya, Kejaksaan Agung dan tim jaksa peneliti pun turut gerah dengan tudingan
Susno Duadji yang mulai merembet ke mereka. Mereka (tim jaksa peneliti) pun bersuara
mengungkap kronologis penanganan kasus Gayus, berikut adalah kronologis versi tim peneliti
kejaksaan agung.

Kasus bermula dari kecurigaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
terhadap rekening milik Gayus di Bank Panin. Polri, diungkapkan Cirrus Sinaga, seorang dari
empat tim jaksa peneliti, lantas melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. Tanggal 7 Oktober
2009 penyidik Bareskrim Mabes Polri menetapkan Gayus sebagai tersangka dengan mengirimkan
Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).

Dalam berkas yang dikirimkan penyidik Polri, Gayus dijerat dengan tiga pasal berlapis yakni
pasal korupsi, pencucian uang, dan penggelapan. “Karena Gayus seorang pegawai negeri dan
memiliki dana Rp. 25 miliar di Bank Panin. Seiring hasil penelitian jaksa, hanya terdapat satu
pasal yang terbukti terindikasi kejahatan dan dapat dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu
penggelapannya. Itu pun tidak terkait dengan uang senilai Rp.25 milliar yang diributkan PPATK
dan Polri itu. Untuk korupsinya, terkait dana Rp.25 milliar itu tidak dapat dibuktikan sebab
dalam penelitian ternyata uang sebesar itu merupakan produk perjanjian Gayus dengan Andi
Kosasih. Pengusaha garmen asal Batam ini mengaku pemilik uang senilai hampir Rp.25 miliar di
rekening Bank Panin milik Gayus. “Ada perjanjian tertulis antara terdakwa dan Andi Kosasih.
Ditandatangani 25 Mei 2008,” kata dia. Menurut Cirrus keduanya awalnya berkenalan di
pesawat. Kemudian keduanya berteman karena sama-sama besar, tinggal dan lahir di di Jakarta
Utama. Karena pertemanan keduanya, Andi lalu meminta gayus untuk mencarikan tanah dua
hektar guna membangun ruko di kawasan Jakarta Utara. Biaya yang dibutuhkan untuk
pengadaan tanah tersebut sebesar US$ 6 juta. Namun Andi, dikatakan Cirus baru menyerahkan
uang sebesar US$ 2.810.000. Andi menyerahkan uang tersebut kepada Gayus melalui transaksi
tunai di rumah orang tua istri Gayus lengkap dengan kwitansinya, sebanyak enam kali yaitu
pada pada 1 juni 2008 sebesar US$ 900.000 US dolar, kemudian 15 September 2008 sebesar US$
650.000, 27 Oktober 2008 sebesar US$ 260.000, lalu pada 10 November 2008 sebesar US$
200.000, 10 Desember 2008 sebesar US$ 500.000, dan terakhir pada 16 Februari 2009 sebesar
US$ 300.000.

“Andi menyerahkan uang karena dia percaya dengan Gayus. Sementara untuk money
laundringnya, dikatakan Cirrus itu hanya tetap menjadi dugaan sebab Pusat pelaporan analisis
dan transaksi keuangan (PPATK) sama sekali tidak dapat membuktikan uang senilai Rp 25 milliar
itu merupakan uang hasil kejahatan pencucian uang (money laundring). PPATK sendiri telah
dihadirkan dalam kasus itu sebagai saksi. Dalam proses perkara itu, PPATK tidak bisa
membuktikan transfer rekening yang yang diduga tindak pidana.

Dari perkembangan proses penyidikan kasus tersebut, ditemukan juga adanya aliran dana
senilai Rp 370 juta di rekening lainnya di bank BCA milik Gayus. Uang itu diketahui berasal dari
dua transaksi dari PT.Mega Cipta Jaya Garmindo. PT. Mega Cipta Jaya Garmindo dimiliki oleh
pengusaha Korea, Mr. Son dan bergerak di bidang garmen. Transaksi dilakukan dalam dua tahap
yaitu pada 1 September 2007 sebesar Rp 170 juta dan 2 Agustus 2008 sebesar Rp 200 juta.

Setelah diteliti dan disidik, uang itu diketahui bukan merupakan korupsi dan money laundring
juga. “Bukan korupsi, bukan money laundering, tapi penggelapan pajak murni. Itu uang untuk
membantu pengurusan pajak pendirian pabrik garmen di Sukabumi. Tapi setelah dicek,
pemiliknya Mr Son, warga Korea, tidak tahu berada di mana. Tapi uang masuk ke rekening
Gayus. Tapi ternyata dia nggak urus (pajaknya). Uang itu tidak digunakan dan dikembalikan,
jadi hanya diam di rekening Gayus.

Berkas P-19 dengan petujuk jaksa untuk memblokir dan kemudian menyita uang senilai Rp 370
juta itu. Dalam petunjuknya itu, jaksa peneliti juga meminta penyidik Polri menguraikan di
berkas acara pemeriksaan (BAP) keterangan itu beserta keterangan tersangka (Gayus T
Tambunan).
Dugaan penggelapan yang dilakukan Gayus itu, diungkapkan Cirrus terpisah dan berbeda dasar
penanganannya dengan penanganan kasus money laundring, penggelapan dan korupsi senilai Rp
25 milliar yang semula dituduhkan kepada Gayus. Cirrus dan jaksa peneliti lain tidak
menyinggung soal Rp 25 milliar lainnya dari transaksi Roberto Santonius, yang merupakan
seorang konsultan pajak. Kejaksaan pun tak menyinggung apakah mereka pernah
memerintahkan penyidik Polri untuk memblokir dan menyita uang dari Roberto ke rekening
Gayus senilai Rp 25 juta itu.

Sebelumnya, penyidik Polri melalui AKBP Margiani, dalam keterangan persnya mengungkapkan
jaksa peneliti dalam petunjuknya (P-19) berkas Gayus memerintahkan penyidik untuk menyita
besaran tiga transaksi mencurigakan di rekening Gayus. Adapun tiga transaksi itu diketahui
berasal dari dua pihak, yaitu Roberto Santonius dan PT. Mega Jaya Citra Termindo. Transaksi
yang berasal dari Roberto, yang diketahui sebagai konsultan pajak bernilai Rp 25 juta,
sedangkan dari PT. Mega Jaya Citra Termindo senilai Rp 370 juta. Transaksi itu terjadi pada 18
Maret, 16 Juni, dan 14 Agustus 2009. Uang senilai Rp 395 juta itu disita berdasarkan petunjuk
dari jaksa peneliti kasus itu. Penanganan kasus Gayus sendiri bermula ketika PPATK menemukan
adanya transaksi mencurigakan pada rekening Gayus T Tambunan. PPATK pun meminta Polri
menelusurinya.

Kembali ke kasus, berkas Gayus pun dilimpahkan ke pengadilan. “Jaksa lalu mengajukan
tuntutan 1 tahun dan masa percobaan 1 tahun,”. Dari pemeriksaan atas pegawai Direktorat
Jenderal Pajak itu sebelumnya, beredar kabar bahwa ada "guyuran" sejumlah uang kepada
polisi, jaksa, hingga hakim masing-masing Rp 5 miliar.

Diduga gara-gara itulah Gayus terbebas dari hukuman. Dalam sidang di Pengadilan Negeri
Tangerang, 12 Maret lalu, Gayus, yang hanya dituntut satu tahun percobaan, dijatuhi vonis
bebas. "Mengalirnya (uang) belum kelihatan ke aparat negara atau ke penegak hukum," kata
Yunus.

Namun, anehnya penggelapan ini tidak ada pihak pengadunya, pasalnya perusahaan ini telah
tutup. Sangkaan inilah yang kemudian maju kepersidangan Pengadilan Negeri Tangerang.
Hasilnya, Gayus divonis bebas. “Di Pengadilan Negeri Tangerang, Gayus tidak terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penggelapan. Tapi kami akan ajukan
kasasi,” tandas Cirrus. Sosok Gayus dinilai amat berharga karena ia termasuk saksi kunci dalam
kasus dugaan makelar kasus serta dugaan adanya mafia pajak di Ditjen Pajak. Belum diketahui
apakah Gayus melarikan diri lantaran takut atau ada tangan-tangan pihak tertentu yang
membantunya untuk kabur supaya kasus yang membelitnya tidak terbongkar sampai ke akarnya.
Satgas Pemberantasan Mafia Hukum meyakini kasus Gayus HP Tambunan bukan hanya soal
pidana pengelapan melainkan ada juga pidana korupsi dan pencucian uang. Gayus diketahui
kini berada di Singapura. Dia meninggalkan Indonesia pada Rabu 24 Maret 2010 melalui Bandara
Soekarno-Hatta. Namun dia pernah memberikan keterangan kepada Satgas kalau praktek yang
dia lakukan melibatkan sekurangnya 10 rekannya.

Imigrasi Belum Endus Posisi Gayus, Gayus Tambunan hengkang ke Singapura pada Rabu 24
Maret. Namun posisi pastinya saat ini belum terendus. Satgas Pemberantasan Mafia Hukum
mengatakan kasus markus pajak dengan aktor utama Gayus Tambunan melibatkan sindikasi
oknum polisi, jaksa, dan hakim. Satgas menjamin oknum-oknum tersebut akan ditindak tegas
oleh masing-masing institusinya, koordinasi perkembangan ketiga lembaga tersebut terus
dilakukan bersama Satgas. Ketiga lembaga tersebut sudah berjanji akan melakukan proses
internal.Kasus ini merupakan sindikasi (jaringan) antar berbagai lembaga terkait.

Perkembangan selanjutnya kasus ini melibatkan susno duadji, Brigjen Edmond Ilyas, Brigjen
Raja Erisman. setelah 3 kali menjalani pemeriksaan, Susno menolak diperiksa Propam.
Sebabnya, dasar aturan pemeriksaan sesuai dengan Pasal 45, 46, 47, dan 48 UU No 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Pasal 25 Perpres No I Tahun 2007
tentang Pengesahan Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan, harus diundangkan menteri
dalam hal ini Menteri Hukum dan HAM. Komisi III DPR Siap Beri Perlindungan Hukum untuk
Susno.

Pada tanggal 30 Maret 2010, Polisi telah berhasil mendeteksi posisi keberadaan Gayus di negara
Singapura dan kini tinggal menunggu koordinasi dengan pihak pemerintah Singapura untuk
memulangkan Gayus ke Indonesia. Polri mengaku tidak akan seenaknya melakukan tindakan
terhadap Gayus meski yang bersangkutan telah diketahui keberadaannya di Singapura.

Pada tanggal 31 Maret 2010, tim penyidik Divisi Propam Polri memeriksa tiga orang sekaligus.
Selain Gayus Tambunan dan Brigjen Edmond Ilyas, ternyata Brigjen Raja Erisman juga ikut
diperiksa. Pemeriksaan dilakukan oleh tiga tim berbeda. Tim pertama memeriksa berkas
lanjutan pemeriksaan Andi Kosasih, tim kedua memeriksa adanya keterlibatan anggota polri
dalam pelanggaran kode etik profesi, dan tim ketiga menyelidiki keberadaan dan tindak lanjut
aliran dana rekening Gayus.

Pada tanggal 7 April 2010, Komisi III DPR mengendus, seorang jenderal bintang tiga di Kepolisian
diduga terlibat dalam kasus Gayus P Tambunan dan seseorang bernama Syahrial Johan ikut
terlibat dalam kasus penggelapan pajak yang melibatkan Gayus Tambunan, dari Rp24 milliar
yang digelapkan Gayus, Rp11 milliar mengalir ke pejabat kepolisian, Rp5 milliar ke pejabat
kejaksaan dan Rp4 milliar di lingkungan kehakiman, sedangkan sisanya mengalir ke para
pengacara..

Efek berantai kasus Gayus juga menyentuh istana. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta
Satgas Anti Mafia Hukum untuk mengungkap kembali kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
(BLBI). SBY menduga dalam kasus tersebut terdapat mafia hukum.

PEMBAHASAN: Seharusnya Gayus Tambunan dalam menjalanjan tugasnya sebagai


pegawai pajak mempunyai peran penting dalam masyarakat, yaitu tanggung jawab kepada
semua masyarakat, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung jawab
profesi karena pajak dibayarkan oleh rakyat. Prinsip objektivitas mengharuskan seseorang
untuk bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka serta bebas
dari kebenturan kepentingan atau berada dibawah pihak lain, hal inilah yang tidak dimiliki
seorang Gayus Tambunan karena seharusnya sebagai pegawai pajak dia tidak melakukan
korupsi, pencucian uang dan penggelapan. Sebagai pekerja pajak seharusnya Gayus Tambunan
menjalankan profesinya sesuai dengan kehati-hatian dan mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
(Posted by : Muhammad Firdaus (12095396)

makalah pelanggaran kode etik dalam periklanan

BAB I

PENDAHULUAN

Di masa sekarang ini persaingan bisnis khususnya dalam hal perdagangan sangat ketat.
Perusahaan-perusahaan besar saling berlomba dalam mempromosikan hasil produksi mereka. Berbagai
macam cara dapat dilakukan dalam memasarkan suatu produk sehingga sampai di tangan konsumen.
Dalam mempromosikan produk kebanyakan perusahaan memanfaatkan layanan iklan komersial di media
massa khususnya televisi. Iklan sendiri adalah bagian dari bauran promosi dan bauran promosi adalah
bagian dari bauran pemasaran. Jadi secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang
menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media ( Rhenald Kasali , 1992).
Sedangkan menurut Frank Jefkins (1997) iklan adalah pesan yang diarahkan untuk membujuk orang untuk
membeli. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa iklan adalah segala bentuk pesan baik verbal maupun
nonverbal yang ditayangkan melalui media, dengan bertujuan untuk mempromosikan suatu produk
sehingga dapat mempersuasi masyarakat untuk membeli produk tersebut. Perusahaan-perusahaan
tersebut lebih memilih iklan di televisi karena memiliki kelebihan unik dibandingkan dengan iklan di
media cetak. Kelebihan iklan televisi tersebut antara lain adalah berupa audio visual yang dapat
merangsang dua indera manusia sekaligus, yaitu indera penglihatan dan indera pendengar. Sehingga
memiliki kekuatan persuasi yang lebih kuat jika dibandingan dengan media cetak.
Pada hakikatnya iklan merupakan salah satu strategi pemasaran yang bermaksud untuk
mendekatkan barang hasil produksi suatu perusahaan yang hendak di jual kepada calon konsumen. Iklan-
iklan tersebut sedikit banyak telah meningkatkan penjualan dari barang/jasa yang telah ditawarkan oleh
suatu perusahaan. Dibalik keberhasilan iklan dalam mendongkrak penjualan barang/jasa dalam bisnis,
terselip beberapa permasalahan yang bermuara pada persoalan etika. Namun dibalik keberhasilan dalam
mempromosikan produk tersebut, tidak sedikit para penggunaan iklan sebagai sarana promosi ini
sangat berlebihan sehingga tidak memperhatikan lagi norma dan nilai moral yang terkandung dalam
konten iklan itu sendiri. Meskipun sekarang sudah dibuat undang-undang yang mengatur tentang
periklanan, masih saja ada pihak-pihak yang tetap menyajikan iklan yang dapat merusak moral bangsa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus

Dalam tulisan ini kami mengambil contoh kasus Iklan Pompa Air “SHIMIZU” untuk dianalisis.
Berikut adalah jalan cerita yang terdapat dalam Iklan Pompa Air “SHIMIZU” :
Iklan pompa air Shimizu ini berdurasi 30 detik. Dalam iklan tersebut sangat terlihat bahwa dalam
iklan tersebut menyuguhkan sensasi erotis yang cukup menantang. Iklan ini diawali seorang wanita yang
memakai pakaian tidur dengan belahan dada terbuka merengek kepada pasangannya. "Kalo nggak
mancur terus kapan enaknya," katanya disertai dengan mimik yang menggoda. Model seksi yang hingga
kini belum diketahui identitasnya itu kemudian pergi ke sebuah mall Selanjutnya, wanita tersebut pergi
ke mall dan ia ditawari obat kuat lelaki oleh seorang penjual. Namun, ia justru datang ke toko pompa air,
pedagang di toko tersebut kemudian menawari pompa air merek Shimizu kepada wanita tersebut.
Puncaknya, tawar-menawar yang dibumbui kalimat yang kurang senonoh pun mengalir, tanpa basa-basi.
Menariknya lagi, sambil mempromosikan mesin pompa air Shimizu-nya, ada pemandangan menarik pada
latar belakang pengambilan gambar itu. Ya, sebuah papan iklan lengkap dengan sepasang kekasih yang
coba mengamati. Singkatnya, usai memasang pompa air Shimizu itu, si gadis cantik itu terlihat menari
kegirangan, ditandai lekukan tubuhnya yang aduhai. Dalam bagian terakhir iklan itu, cewek itu disirami air
oleh pasangannya. Kemudian gadis tersebut berkata,“Basah deh,” disertai dengan wajah yang menggoda.

B. Analisis Iklan Pompa Air “SHIMIZU” dilihat dari Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar
Program Siaran (SPS)

Dalam Iklan Pompa Air “SHIMIZU” menurut kami telah melanggar beberapa Undang-undang. Hal
ini sangat terlihat jelas bahwa iklan tersebut mengandung unsur SARA. Seperti yang kita ketahui hal
tersebut melanggar norma kesopanan sekaligus melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) pasal 9
yang berbunyi : "Lembaga penyiaran wajib menghormati nilai dan norma kesopanan dan kesusilaan yang
berlaku dalam masyarakat." Kemudian juga melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) pasal 14 ayat
(2) yang berbunyi : "Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kepentingan anak dalam setiap aspek
produksi siaran," serta Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) pasal 16 yang berbunyi : "Lembaga penyiaran
wajib tunduk pada ketentuan pelarangan dan/atau pembatasan program siaran bermuatan seksual. "
Selanjutnya juga melanggar Standar Program Siaran (SPS) Pasal 9 yang berbunyi : "(1) Program siaran
wajib memperhatikan norma kesopanan dan kesusilaan yang dijunjung oleh keberagaman khalayak baik
terkait agama, suku, budaya, usia, dan/atau latar belakang ekonomi. (2) Program siaran wajib berhati-hati
agar tidak merugikan dan menimbulkan dampak negatif terhadap keberagaman norma kesopanan dan
kesusilaan yang dianut oleh masyarakat." Standar Program Siaran (SPS) Pasal 15 ayat (1) yang berbunyi :
"Program siaran wajib memperhatikan dan melindungi kepentingan anak-anak dan/atau remaja. "
Standar Program Siaran (SPS) Pasal 18 ayat huruf h dan i yang berbunyi : " (h)mengeksploitasi dan/atau
menampilkan bagian-bagian tubuh tertentu, seperti: paha, bokong, payudara, secara close up dan/atau
medium shot; (i) menampilkan gerakan tubuh dan/atau tarian erotis." Standar Program Siaran (SPS)
Pasal 58 ayat (4) huruf d : "adegan seksual sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 18; "

Pelanggaran-pelanggaran tersebut sangat jelas terlihat dalam adegan-adegan seperti adegan


wanita yang mencari obat kuat namun dia ditawari pompa air, wanita disiram air oleh pasangannya yang
disertai dengan wajah menggoda, percakapan-percakapan yang diucapkan dengan nada menggoda,
tarian-tarian erotis dan memperlihatkan lekukan-lekukan tubuh wanita yang tidak sepantasnya
diperlihatkan kepada khalayak khususnya pada anak-anak, serta sosok wanita dengan pakaian tidur
dengan belahan dada terbuka. Hal ini membuktikant bahwa adegan-adegan yang tidak sopan seperti yang
telah disebutkan sebelumnya sangat tidak menghormati nilai dan norma kesopanan, serat akan muatan
seksual, dan lebih parahnya lagi iklan tersebut pernah disiarkan pada pukul 07.25 WIB dan 14.33 WIB di
beberapa stasiun televisi swasta di mana pada jam tersebut banyak anak-anak yang sedang menonton
televisi. Hal tersebut ikhawatirkan dapat memberikan dampak negatif kepada para penonton khususnya
anak-anak dan remaja.

C. Analisis Iklan Pompa Air “SHIMIZU” dilihat dari UU Pornografi/ UU 44 Tahun 2008

Iklan Pompa Air “SHIMIZU” juga telah melanggar UU Pornografi/ UU 44 Tahun 2008, dalam UU
tersebut dijelaskan bahwa :

Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi,
kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi
dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar
norma kesusilaan dalam masyarakat. Jasa pornografi adalah segala jenis layanan pornografi yang
disediakan oleh orang perseorangan atau korporasi melalui pertunjukan langsung, televisi kabel, televisi
teresterial, radio, telepon, internet, dan komunikasi elektronik lainnya serta surat kabar, majalah, dan
barang cetakan lainnya.

Dalam iklan Shimizu, sudah sangat jelas bahwa pornografi terkandung dalam pembuatan dan
penayangan iklan tersebut. Dimana, sang pembuat iklan menonjolkan kisah wanita seksi yang mengeluh
akan kekurang tangguhan pompa airnya. Tapi dalam iklan ini disajikan berbeda, dimana sang pembuat
iklan malah menampilkan pesan – pesan berbau seks. Dilihat juga ketika sang wanita seksi disiram dengan
air yang mengalir deras setelah di pompa dengan pompoa air “Shimizu” ini dan disinilah wanita tersebut
menonjolkan keseksian tubuhnya dibalut baju berwarna putih yang transparan ketika basah tersiram air.

D. Analisis Iklan Pompa Air “SHIMIZU” dilihat dari UU PENYIARAN/ UU 32 Tahun 2002

Berikutnya juga melanggar UU PENYIARAN/ UU 32 Tahun 2002 pasal 1 yang berbunyi : "Siaran
iklan adalah siaran informasi yang bersifat komersial dan layanan masyarakat tentang tersedianya jasa,
barang, dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau tanpa imbalan kepada lembaga
penyiaran yang bersangkutan." UU PENYIARAN/ UU 32 Tahun 2002 pasal 3 yang berbunyi : "Penyiaran
diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri
bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum,
dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan
industri penyiaran Indonesia."
Dalam pasal tersebut tertera bahwa penyiaran ditujukan agar terbinanya watak dan jati diri bangsa
tetapi bagaimana bisa watak dan jati diri bangsa terbentuk apabila siaran iklannya berbau seks seperti ini
malah akan merusak iman dan takwa. Walaupun tujuannya untuk menumbuhkan industri penyiaran di
Indonesia tetapi tayangan iklannya sangat tidak baik untuk ditampilkan didepan masyarakat Indonesia.
Kemudian pada UU PENYIARAN/ UU 32 Tahun 2002 pasal 4 ayat (1) yang berbunyi : "penyiaran sebagai
kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat,
kontrol dan perekat sosial," dan UU PENYIARAN/ UU 32 Tahun 2002 ayat (2) yang berbunyi : "Dalam
menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi
dan kebudayaan."
Jika dilihat dari pasal diatas jelas sekali bahwa iklan Shimizu ini memang memberikan informasi
tentang pompa air namun juga melenceng kearah yang tidak sehat. Padahal dalam UU yang tertera diatas
disebutkan bahwa penyiaran memiliki fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat,
control dan perekat sosial tetapi jelas bahwa iklan tersebut sangat tidak berpendidikan dan bukan
merupakan hiburan yang sehat untuk ditayangkan justru iklan tersebut lebih mengundang kearah seks
dan hal ini sangat tidak baik untuk siaran iklan di Indonesia. Selanjutnya pada ayat dua dijelaskan bahwa
fungsinya mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan tetapi dalam iklan pompa air Shimizu ini justru
merusak citra kebudayaan bangsa Indonesia sendiri karena menampilkan tayangan yang tidak senonoh.

Selanjutnya dalam UU PENYIARAN/ UU 32 Tahun 2002 Pasal 5 yang berbunyi bahwa penyiaran
diarahkan untuk:

a. menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;

b. menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa;

c. meningkatkan kualitas sumber daya manusia;

d. menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa;

e. meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan disiplin nasional;

f. menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif masyarakat dalam pembangunan
nasional dan daerah serta melestarikan lingkungan hidup mencegah monopoli kepemilikan dan
mendukung persaingan yang sehat di bidang penyiaran;

g. mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataan, dan


memperkuat daya saing bangsa dalam era globalisasi;

h. memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawab; memajukan kebudayaan
nasional.

Namun dalam iklan Pompa Air “SHIMIZU” tak satupun sisi positif yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan UU PENYIARAN/ UU 32 Tahun 2002 Pasal 5, justru iklan tersebut
akan bisa merusak iman dan melunturkan nilai jati diri bangsa melalui adegan-adegan yang tidak
senonoh.. Selain itu memang iklan ini memberikan informasi yang benar tetapi caranya tidak benar dan
tidak sesuai yang diatur oleh perundang-undangan dan hal ini jelas tidak memajukan kebudayaan
nasional.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Iklan pompa air Shimizu banyak memilik kesalahan dan melanggar hukum dan kode etik serta adanya
pelanggaran UU Pornografi membuat iklan pompa air Shimizu ini pernah menjadi perdebatan di LPI.
Dikarenakan dalam iklan pompa air Shimizu ini banyak memuat pesan – pesan ambigu dan mengarah
kearah seks serta penggunaan pakaian minim yang digunakan oleh seorang talent wanita membuat kesan
seksi dalam iklan inii lebih diperjelas. Selain itu, seringnya jam tayang yang menyalahi aturan membuat
iklan pompa air ini dicabut hak izin siarnya di media televisi.

B. SARAN
Seharusnya para pembuat iklan/ agen pembuat iklan memerhatikan UU periklanan, UU penyiaran, UU
Pornografi, serta Kode Etik Periklanan ketika akan membuat iklan. Tidak hanya melindungi produk iklan
darii kesalahan hukum serta kode etik, tetapi juga memerhatikan konten iklann sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman. Serta saat akan mengeluarkan iklan haruslah ada kontrak waktu
penayangan iklan dikategorikan menurut konten iklan. Hal ini agar dapat mencegah hal – hal yang tidak
diinginkan. Misal, iklan alat kontrasepsi “kondom” lebih baik ditayangkan pada waktu tengah malam agar
tidak ditonton oleh anak – anak sehingga tidak mengganggu moral dan pikiran anak – anak.
DAFTAR PUSTAKA

Jefkins, Fank. 1997. Periklanan. Penerbit Erlangga, Jakarta

Kasali, Rhenald. 1995. Manajemen Periklanan : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Pustaka Utama
Grafiti. Jakarta

SUMBER INTERNET :

http://oaththinking.blogspot.com/2011/04/definisi-periklanan-menurut-beberapa.html

diakses tanggal 20/03/14 pukul 20:15 WIB

Anda mungkin juga menyukai