RANCANGAN AWAL
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL
2015-2019
BUKU I
AGENDA PEMBANGUNAN NASIONAL
GAMBAR 1.1
PERAN WILAYAH/PULAU DALAM
PEMBENTUKAN PDB NASIONAL 1983-2013 (PERSEN)
1
Wilayah nasional adalah seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi berdasarkan peraturan perundang-undangan (PP
No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional)
WILAYAH TEMA
Sebagai lumbung pangan nasional dan penopang sektor industri dan jasa
nasional dengan mengembangkan industri makanan-minuman, tekstil,
otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina, dan besi baja; salah satu pintu
JAWA-BALI
gerbang destinasi wisata terbaik dunia dengan pengembangan industri
kreatif; serta percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim
(kelautan) melalui pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari.
10
TEMA PENGEMBANGAN WILAYAH INDONESIA 2015-2019
TABEL 1.2
SASARAN TINGKAT KEMISKINAN PER WILAYAH
TAHUN 2015-2019
Tingkat Kemiskinan (Persen)
Wilayah
2015 2016 2017 2018 2019
Sumatera 9.4 - 9.2 9.0 - 8.6 8.1 - 7.6 7.1 - 6.5 5.6 - 5.1
Jawa-Bali 9.1 - 8.9 8.7 - 8.4 7.8 - 7.4 6.9 - 6.4 5.5 - 5.0
Nusa Tenggara 16.1 - 15.8 15.4 - 14.8 13.8 - 13.0 12.2 - 11.2 9.6 - 8.7
Kalimantan 5.8 - 5.7 5.5 - 5.3 4.9 - 4.6 4.3 - 4.0 3.4 - 3.1
Sulawesi 9.7 - 9.5 9.3 - 8.9 8.4 - 7.9 7.4 - 6.8 5.8 - 5.3
Maluku 12.9 - 12.7 12.3 - 11.8 11.0 - 10.3 9.7 - 8.9 7.6 - 6.9
Papua 27.1 - 26.6 25.8 - 24.8 23.0 - 21.6 20.1 – 18.6 15.9 - 14.4
2
Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan untuk
mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan
sebagai “penggerak utama pengembangan wilayah.” Pusat-Pusat pertumbuhan tersebut dapat berupa KEK,
KAPET, KPI, KPBPB dsb.
3
Jakarta–Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Cianjur
4
Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kota Cimahi, Kab. Majalengka, Kab. Sumedang
5
Kabupaten Kendal, Demak, Ungaran di Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kota Semarang, dan Purwodadi di
Kabupaten Grobogan
6
Gersik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan
7
Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan) di Provinsi Bali, di wilayah Jawa-Bali
8
Kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo
9
Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar
10
PKW: kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota
11PKL: kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan
12
3R: pengurangan (Reduce), pemanfaatan kembali (Re-use), dan Daur Ulang (Re-cycle)
13
Daerah Tertinggal adalah meliputi kabupaten yang masih dalam kategori tertinggal berdasarkan kriteria
ekonomi; SDM; infrastruktur; kapasitas keuangan daerah; aksesibilitas; dan karakteristik daerah.
14
Kawasan Perbatasan Negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan demografis
berbatasan langsung dengan negara tetangga dan atau laut lepas. Kawasan perbatasan negara meliputi
kawasan perbatasan darat dan kawasan perbatasan laut termasuk pulau-pulau kecil terluar.
15
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong
pengembangan kawasan perbatasan negara.
Papua 14,0 – 14,3 14,7 - 15,3 16,2 – 17,2 16,9 – 18,3 16,9 - 18,6
Papua Barat 7,8 – 8,0 10,1 – 10,5 14,3 – 15,1 15,8 – 17,1 15,8 – 17,4
TABEL 2.2
SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH PAPUA PER PROVINSI
TAHUN 2015-2019
Papua 23,4 – 22,9 22,1 – 21,2 19,6 – 18,4 17,1 – 15,8 13,4 – 12,1
Papua Barat 28,2 – 27,6 26,8 – 25,7 23,9 – 22,5 21,0 – 19,4 16,6 – 15,0
TABEL 2.3
SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH PAPUA PER PROVINSI
TAHUN 2015-2019
TABEL 2.4
LOKASI PRIORITAS KOTA SEDANG YANG
BERFOKUS PADA UPAYA PEMERATAAN WILAYAH DI PAPUA
Lokasi
Kode Fokus Pengembangan
Prioritas
P1 Jayapura Sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang difokuskan dalam
(PKN) pengembangan Perdagangan dan Jasa (outlet pemasaran
produksi tanaman pangan, hasil hutan, logam, dan perikanan),
Industri (pengolahan pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan dan pertambangan), serta dikembangkan sebagai
transhipment point di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan
pusat pelayanan administrasi pelintas batas negara (perbatasan
Indonesia-PNG-Palau).
Komoditas
Kode Lokasi Prioritas Kelompok Kawasan
Unggulan
DD1 Misool dan Perkotaan Misool Ikan
sekitarnya Kawasan Minapolitan kerapu
(Kab. Raja Ampat, Perikanan Budidaya: Samate, Rumput
Prov. Papua Barat) Pulau Rembombo, Pulau Yefman, laut
Pulau Matan, Pulau Senapan Wisata
Kawasan Pariwisata:
Taman Nasional
KSPN Raja Ampat
Kota Otonom Terdekat Laut
: Sorong Wisata
bahari
DD2 Manokwari dan PKW Manokwari Padi
sekitarnya Kawasan Agropolitan Kako
(Kab. Manokwari, (Padi): Prafi, Masui, Sidey
Prov. Papua Barat) Kawasan Transmigrasi:
Prafi, Manokwari,
DD3 Arso dan sekitarnya PKW Arso Jagung
(Kab. Keerom, Prov. Kawasan Transmigrasi: Ikan Nila
Papua) Senggi
Kawasan Minapolitan
Perikanan Budidaya: Muara Tami
dan Muara Heram.
Kota Otonom Terdekat
: Jayapura
DD4 Merauke dan PKW dan PKSN Padi
sekitarnya Merauke Kelapa Sawit
(Kab. Merauke, Kawasan Agropolitan
Prov. Papua) (Padi): Tanah Miring, Kurik,
Malind
KPB Salor
Kawasan Transmigrasi:
Kurik, Jagebob
Kawasan MIFEE
Sumber : Bappenas, 2014
a. Bidang Pendidikan
1) Pemerataan distribusi tenaga pendidik khususnya di
bagian pegunungan tengah dan perbatasan negara;
2) Peningkatan program Sarjana Mendidik di daerah
terdepan, terluar, dan tertinggal (SM3T), khususnya
untuk penempatan di Provinsi Papua dan Papua
Barat;
62
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
3) Peningkatan kapasitas tenaga pendidik khususnya di
bagian pegunungan tengah dan perbatasan negara;
4) Pemberian insentif tenaga pendidik khususnya di
bagian pegunungan tengah dan perbatasan negara;
5) Penyediaan rumah dinas tenaga pendidik di wilayah-
wilayah terisolir dan perbatasan;
6) Penyelenggaraan guru kunjung di wilayah terisolir dan
perbatasan khususnya di bagian pegunungan tengah
wilayah Papua;
7) Penyelenggaraan sekolah satu atap berasrama di daerah
terisolir dan perbatasan;
8) Pengembangan asrama sekolah khususnya di bagian
pegunungan tengah wilayah Papua
9) Pengembangan sekolah kecil di wilayah terisolir dan
perbatasan khususnya di bagian pegunungan tengah
wilayah Papua;
10) Penyediaan bus sekolah khususnya di bagian
pegunungan tengah wilayah Papua;
11) Pengembangan pendidikan jarak jauh khususnya di
bagian pegunungan tengah wilayah Papua;
12) Program pendidikan keaksaraan tingkat dasar;
13) Pengembangan pendidikan kesetaraan (kelompok
belajar paket A,B,C) khususnya di bagian pegunungan
tengah wilayah Papua;
14) Pemberian kuota khusus beasiswa Perguruan Tinggi
untuk daerah tertinggal;
15) Penyelenggaraan program PAUD;
16) Pengembangan kurikulum untuk meningkatkan
kemampuan dasar dan pengembangan minat bakat
melalui program olah raga dan kesenian lokal;
17) Pembangunan dan rehabilitasi sarana pendidikan dasar
dan penunjang khususnya di bagian pegunungan tengah
wilayah Papua.
b. Bidang Kesehatan
1) Pemberian insentif tenaga kesehatan diutamakan di
bagian tengah dan perbatasan;
2) Penyediaan rumah dinas tenaga kesehatan diutamakan
72
2015-2019
TABEL 2.7
DAFTAR LOKASI PRIORITAS PENGEMBANGAN KAWASAN
PERBATASAN WILAYAH PAPUA
78
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
2.5.4 Penanggulangan Daerah Bencana
TABEL 2.11
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH NASIONAL PROVINSI PAPUA
TABEL 2.12
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL PROVINSI PAPUA BARAT
Perhubungan Laut
1. Pengembangan Pelabuhan Kaimana
2. Pembangunan Pelabuhan Seget
3. Pengembangan Pelabuhan Owi
4. Pengembangan Pelabuhan Teminabuan
5. Pengembangan Pelabuhan Saunek
6. Pengembangan Pelabuhan Kokas
7. Pembangunan Faspel Laut Arar
8. Pengembangan Pelabuhan di Sorong
9. Pengembangan Pelabuhan Fak Fak
Jalan
1. Pembangunan Jalan Bourof-Bofuer-Bomberai
2. Pembangunan Jalan Fakfak -Kokas - Bomberai
3. Pembangunan Jalan Kamiaman-Tanggarum-Sp.Wonama
4. Pembangunan Jalan Mameh-Wendesi-Ambuni-Tandia
5. Pembangunan Jalan Manokwari – Bintuni
6. Pembangunan Jalan Manokwari - Kebar - Sorong
7. Pembangunan Jalan Resei-Tandia-Sanderawoi-Bts Papua
8. Pembangunan Jalan Sorong - Pelabuhan Arar
9. Pembangunan Jalan Sorong-Sausafor-Werman-Mubrani-Manokwari
10. Pembangunan Jalan Tiwara-Moyana-Sp.Wonama-Wonama-Bourof
11. Pembangunan Jalan Wendesi-Idor-Tiwara
12. Pembangunan Jembatan Arar II
13. Pembangunan Jalan Lingkar Raja Ampat
Ketenagalistrikan
1. PLTM Prafi 2,5 MW
TABEL 3.2
SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH KEPULAUAN MALUKU
PER PROVINSI TAHUN 2015-2019
Provinsi Tingkat Kemiskinan (Persen)
2015 2016 2017 2018 2019
Maluku 17,7 - 17,4 16,9 - 16,2 15,1 - 14,2 13,2 - 12,2 10,5 - 9,5
Maluku Utara 6,0 - 5,9 5,7 - 5,5 5,1 - 4,8 4,5 - 4,1 3,5 - 3,2
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 3.3
SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH KEPULAUAN MALUKU
PER PROVINSI TAHUN 2015-2019
Provinsi Tingkat Pengangguran (Persen)
2015 2016 2017 2018 2019
Maluku 6,2 - 6,1 6,0 - 5,8 5,8 - 5,4 5,6 - 5,1 5,4 - 4,9
Maluku Utara 4,8 - 4,7 4,7 - 4,5 4,5 - 4,2 4,3 - 4,0 4,1 - 3,8
Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014
134
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
TABEL 3.2
PROFIL DAERAH TERTINGGAL WILAYAH KEPULAUAN MALUKU
TABEL 3.6
DAFTAR LOKASI PRIORITAS PENGEMBANGAN KAWASAN
PERBATASAN WILAYAH KEPULAUAN MALUKU
142
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
3.5.4 Penanggulangan Bencana
Wilayah Kepulauan Maluku terdiri dari Provinsi Maluku
yang berada diujung patahan Sorong, dan Provinsi Maluku
Utara yang sebagian besar (76,27%) merupakan wilayah
perairan laut. Di Kepulauan Maluku terdapat 11 gunung,
beberapa diantaranya merupakan gunung api aktif seperti
Gunung Gamalama, Gunung Gamkonora dan Gunung Ibu. Jenis
ancaman bencana alam yang sering terjadi di Kepulauan Maluku
adalah banjir, longsor, gempa bumi, tsunami, cuaca ekstrim dan
abrasi. Berdasarkan DIBI yang merekam kejadian bencana
tahun 1815- 2014, berbagai kejadian bencana di Kepulauan
Maluku telah mengakibatkan 3.514 orang meninggal dunia,
2.969 orang luka-luka, 213 orang hilang, 71.687 mengungsi dan
3.319 rumah hancur/rusak.
Dalam mendukung pengembangan wilayah Kepulauan
Maluku, maka arah kebijakan penanggulangan bencana adalah
mengurangi indeks risiko bencana pada pusat-pusat
pertumbuhan dan meningkatkan ketangguhan pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi
bencana.
Strategi untuk melaksanakan arah kebijakan tersebut
adalah:
1. Internalisasi Pengurangan Risiko Bencana dalam
Kerangka Pembangunan Berkelanjutan, melalui:
Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana
melalui penyusunan kajian dan peta risiko skala
1:50.000 pada Kabupaten Seram Bagian Barat, Seram
Bagian Timur, Maluku Tengah dan skala 1:25.000 di Kota
Ambon dan Ternate.
Integrasi kajian dan peta risiko bencana dalam
penyusunan dan review RTRW Provinsi/Kabupaten/
Kota.
Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana dan
Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD
PRB) berdasarkan kajian dan peta risiko di Kota Ambon,
Kota Ternate, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten
Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tengah dan
TABEL 3.7
PROFIL KERAWANAN DAN RISIKO PKN, PKW DAN PKSN
DI WILAYAH KEPULAUAN MALUKU
TABEL 3.10
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI MALUKU
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional
PERHUBUNGAN DARAT
1. Pengembangan Sistem Transit Kota Ambon
PERHUBUNGAN UDARA
Perpanjangan Runway Bandara di Tual
Pengembangan Bandar Udara Amahai
Pembangunan Bandara Namniwel
PERHUBUNGAN LAUT
1. Pembangunan Dermaga Kapal di Waisamu
2. Pembangunan Pelabuhan Areate
3. Pembangunan Dermaga Laut di Makariki
4. Pelabuhan Container di Passo
5. Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Ambon
JALAN
1. Pembangunan Jalan Trans Maluku ruas Ibra--Damar-Tetoat
(P. Tual)
2. Pembangunan Jalan Trans Maluku ruas Lingkar Barat Pulau
Seram (Kairatu-Piru-Traniwei-Lisabota-Saleman)
TABEL 3.6
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI MALUKU UTARA
KETENAGALISTRIKAN
PLTU Maluku Utara /Tidore (FTP1) 2x7 MW
PLTD Bacan Peaking (Relokasi PLTD) 1,2 MW
PLTU Sofifi 2x3 MW
PLTD Sanana (Relokasi PLTD) 3 MW
PLTGB Tobelo (FTP 2) 8 MW
PLTU Tidore 2 2x7 MW
PLTD Sanana (Relokasi PLTD) 1x3 MW
PLTD Bacan Peaking (Relokasi PLTD) 2 MW
PLTM PLTM Tersebar Maluku Utara 4,5 MW
PLTP Jailolo (FTP2) 2x5 MW
PLTP Songa Wayaua (FTP2) 5 MW
PLTP Jailolo 2 5 MW
SUMBER DAYA AIR
1. Pembangunan Konstruksi Pengamanan Pantai Maba Thp. I
KAB. HALMAHERA TIMUR
2. Pembangunan Konstruksi Pengamanan Pantai Jailolo Thp. I
KAB. HALMAHERA BARAT
3. Pembangunan Konstruksi Pengamanan Pantai Bisui &
Tabahidayat KAB. HALMAHERA SELATAN
4. Pembangunan Konstruksi Pengamanan Pantai Obi Thp. I
KAB. HALMAHERA SELATAN
5. Pembangunan Embung Pulau Sanana Kab. Kepulauan Sula
6. Pembangunan Bendung dan Jar. Irigasi D.I. Jani 650 Ha
Halmahera Barat
7. Pembangunan Bendung & Jaringan Irigasi DI. Leleseng
1500 Ha Halmahera Timur
164
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
3.6.7 Kerangka Regulasi
Pelaksanaan pembangunan Wilayah Kepulauan Maluku
tidak terlepas dari berbagai kerangka regulasi yang perlu
diperhatikan, diantaranya:
1. Harmonisasi peraturan perundangan terkait dengan iklim
investasi, diantaranya adalah PP Nomor 147 Tahun 2000
Tentang Perlakuan Perpajakan di KAPET.
2. Membuat regulasi terkait dengan pembagian kewenangan
antara Pemerintah Daerah Kabupaten Seram Bagian Barat,
Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tengah
dengan Badan Pengembangan KAPET Seram.
3. Regulasi pelayanan terpadu satu pintu di bidang investasi.
4. Regulasi pengelolaan lintas batas.
5. Regulasi Perdagangan lintas batas Perjanjian kerjasama
antara RI-RDTL, RI-Australia, maupun RI-Palau dalam
pengembangan kawasan perbatasan negara.
6. Regulasi yang berkaitan dengan pengelolaan Dryport.
7. Regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih luas
(asimetrik) kepada Pemerintah Pusat untuk menyediakan
sumber daya air, pengelolaan jalan non status, dan pelayanan
pendidikan dan kesehatan di kawasan perbatasan dan pulau-
pulau kecil terluar.
8. Penyusunan Rencana Tata Ruang termasuk Detail Tata
Ruang Kawasan Perbatasan di Maluku dan Maluku Utara.
9. Penyelesaian peninjauan kembali Perpres No. 77/2014
tentang RTR Kepulauan Maluku.
TABEL 4.1
SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH NUSA TENGGARA
PER PROVINSI TAHUN 2015-2019
Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
Nusa Tenggara Barat 5,9 - 6,0 5,9 - 6,1 6,1 -6,4 7,0 – 7,5 7,0 – 7,7
Nusa Tenggara Timur 6,0 – 6,1 6,6 – 6,9 7,0 – 7,5 7,6 – 8,3 7,6 – 8,4
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
Nusa Tenggara Barat 15,4 – 15,1 14,7 – 14,1 13,2 – 12,4 11,7 – 10,8 9,3 – 8,4
Nusa Tenggara Timur 16,8 – 16,5 16,0 – 15,4 14,3 – 13,5 12,6 – 11,6 10,0 – 9,0
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 4.3
SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH NUSA TENGGARA
PER PROVINSI TAHUN 2015-2019
Tingkat Pengangguran (Persen)
Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
Nusa Tenggara Barat 4,6 – 4,5 4,4 – 4,3 4,3 – 4,1 4,2 – 3,9 4,1 – 3,7
Nusa Tenggara Timur 3,0 – 2,9 2,8 – 2,7 2,7 – 2,5 2,6 – 2,4 2,5 – 2,3
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 4.5
LOKASI PRIORITAS PENINGKATAN KETERKAITAN DESA-KOTA UNTUK
MEMPERKUAT PUSAT PERTUMBUHAN DI WILAYAH NUSA TENGGARA
194
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
4. Penyediaan rumah dinas tenaga pendidik di wilayah
Nusa Tenggara bagian timur dan perbatasan;
5. Penyelenggaraan guru kunjung di wilayah Nusa
Tenggara bagian timur dan kawasan perbatasan;
6. Pengembangan sekolah kecil di wilayah Nusa
Tenggara bagian barat;
7. Penyelenggaraan sekolah satu atap di daerah
tertinggal dan perbatasan (SD, SMP, SMA/SMK);
8. Pembangunan sekolah berasrama di wilayah Nusa
Tenggara bagian timur dan perbatasan;
9. Pengembangan asrama sekolah;
10. Penyediaan bus sekolah;
11. Pengembangan pendidikan jarak jauh;
12. Pengembangan pendidikan kesetaraan (kelompok
belajar paket A,B,C);
13. Pemberian kuota khusus beasiswa Perguruan Tinggi
untuk daerah tertinggal.
b. Bidang Kesehatan
1. Pemerataan distribusi tenaga kesehatan di Kabupaten
Sabu Raijua, Timor Tengah Selatan, dan Timor Tengah
Utara;
2. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di Kabupaten
Sabu Raijua, Timor Tengah Selatan, dan Timor Tengah
Utara;
3. Pemberian insentif tenaga kesehatan di Kabupaten
Sabu Raijua, Timor Tengah Selatan, dan Timor Tengah
Utara;
4. Penyediaan rumah dinas tenaga kesehatan di bagian
timur Nusa Tenggara dan perbatasan;
5. Pengadaan sarana kesehatan keliling di bagian timur
Nusa Tenggara dan perbatasan;
6. Pengadaan puskesmas terapung di kawasan pulau
kecil terluar;
7. Pengadaan rumah sakit terapung di kawasan pulau
kecil terluar;
202
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
TABEL 4.7
PROFIL DAERAH TERTINGGAL WILAYAH KEPULAUAN NUSA TENGGARA
Tabel 4.1.
210
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
4.5.4 Penanggulangan Bencana
Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah
kepulauan yang terdiri dari 566 pulau dan pulau berpenghuni
sebanyak 42 pulau. Di Wilayah Nusa Tenggara Timur terdapat
19 gunung, diantaranya Gunung Rokatenda dan Gunung Ranaka
kategori gunung api dengan status aktif dan 15 sungai sungai
dengan fluktuasi aliran yang cukup tinggi, pada musim
penghujan berair dan banjir, sedangkan musim kemarau air
berkurang, bahkan ada yang kering. Berdasarkan IRBI 2013,
seluruh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur
berada dalam kelas risiko tinggi. Wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Barat terdapat 16 wilayah sungai dan 16 gunung (7 di
Pulau Lombok dan 9 di Pulau Sumbawa), diantaranya adalah
Gunung Rinjani di Pulau Lombok dan Gunung Tambora di Pulau
Sumbawa, merupakan gunung api dengan status aktif. Ancaman
bencana di wilayah Nusa Tenggara adalah gempa bumi,
tsunami, letusan gunung api, kekeringan, banjir dan longsor.
Risiko bencana alam yang tinggi di Wilayah Nusa Tenggara
dapat disebabkan tingkat ancaman yang tinggi, potensi jumlah
penduduk terpapar dan kerugian harta benda yang tinggi serta
kapasitas penanggulangan bencana yang belum memadai di
bidang kelembagaan, peringatan dini, mitigasi dan
kesiapsiagaan menghadapi bencana. Berdasarkan DIBI yang
merekam kejadian bencana tahun 1815-2014, berbagai
kejadian bencana di Kepulauan Nusa Tenggara telah
mengakibatkan 16.589 orang meninggal dunia, 15.035 orang
luka-luka, 3.365 orang hilang, 189.619 orang mengungsi dan
72.250 rumah hancur/rusak.
Strategi untuk melaksanakan arah kebijakan tersebut
adalah:
1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam
kerangka pembangunan berkelanjutan, melalui:
a. Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana,
melalui penyusunan kajian dan peta risiko skala 1:50.000
pada Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok
Tengah, Lombok Utara, Bima, Ngada, Dompu dan Ende,
dan skala 1:25.000 pada Kota Mataram dan Kupang.
TABEL 4.8
PROFIL KERAWANAN RISIKO BENCANA PADA PUSAT PERTUMBUHAN
DI WILAYAH NUSA TENGGARA
Kelas Multi
Index Kerawanan
Lokasi Risiko
(IRBI 2011)
(IRBI 2013)
KAPET Bima di Kota Tinggi untuk gempa Kota Bima:
Bima dengan wilayah- bumi, gelombang tinggi
wilayah sentra dan abrasi Kab. Bima:
produksi bahan baku tinggi
di Kabupaten Bima, Kab. Dompu:
dan Kabupaten
tinggi
Dompu.
TABEL 4.9
PRIORITAS LOKASI PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN KEPULAUAN
NUSA TENGGARA PERIODE 2015-2019
Provinsi Pusat Kegiatan dalam RTRWN
PKN PKW PKSN
NTB Mataram Praya (I/B)
(I/C/1)
Raba (II/B)
Sumbawa Besar
(II/C/1)
NTT Kupang Soe (II/B) Atambua
(I/C/1) (I/A/1)
Kefamenanu Kalabahi
(II/B) (II/A/2)
Ende (I/C/1) Kefamenanu
(I/A/2)
Maumere
(I/C/1)
Waingapu
(II/C/1)
Ruteng (II/C/1)
Labuan Bajo
(I/C/1)
Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014.
TABEL 4.10
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL DI
KEPULAUAN NUSA TENGGARA
No KSN Tipe Strategi K/L
1 Kawasan Sudut Pengembangan - Kementerian
Perbatasa Kepenting prasarana dan Agraria dan
n Nusa an sarana Tata Ruang
Tenggara Pertahana pertahanan dan
- BNPP
Timur n dan keamanan yang
TABEL 4.11
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
TABEL 4.12
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
TABEL 5.7
SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH SULAWESI
PER PROVINSI TAHUN 2015-2019
Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Wilayah
2015 2016 2017 2018 2019
Sulawesi Utara 7,0 - 7,2 7,1 - 7,4 7,5 - 8,0 7,5 - 8,2 7,9 - 8,7
Gorontalo 6,6 - 6,7 7,1 - 7,4 8,1 - 8,6 8,3 - 9,0 8,5 - 9,4
Sulawesi Tengah 7,5 - 7,6 7,6 - 7,9 7,8 - 8,3 8,0 - 8,6 8,4 - 9,3
Sulawesi Selatan 7,3 - 7,5 7,4 - 7,6 8,0 - 8,5 8,7 - 9,4 8,7 - 9,6
Sulawesi Barat 8,0 - 8,1 9,6 - 10,0 9,8 - 10,4 9,8 - 10,6 9,9 - 10,9
Sulawesi Tenggara 7,8 - 7,9 7,9 - 8,2 8,0 - 8,5 9,7 - 10,5 9,8 - 10,8
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 5.9
SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH SULAWESI
PER PROVINSI TAHUN 2015-2019
Tingkat Pengangguran (Persen)
Wilayah
2015 2016 2017 2018 2019
Sulawesi Utara 8,4 - 8,3 8,3 - 8,0 8,1 - 7,6 7,8 - 7,2 7,7 - 6,9
Gorontalo 4,0 - 3,9 3,9 - 3,8 3,8 - 3,6 3,7 - 3,4 3,6 - 3,2
Sulawesi Tengah 4,0 – 3,9 3,9 - 3,8 3,8 - 3,6 3,7 - 3,4 3,5 - 3,2
Sulawesi Selatan 4,6 - 4,5 4,4 - 4,3 4,3 - 4,2 4,2 - 3,9 3,7 - 3,4
Sulawesi Barat 4,0 – 3,9 3,9 - 3,8 3,8 - 3,6 3,6 - 3,3 3,5 - 3,2
Sulawesi Tenggara 3,9 - 3,8 3,7 - 3,6 3,6 - 3,4 3,5 - 3,2 3,3 - 3,0
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 5.5
LOKASI PRIORITAS KOTA SEDANG YANG BERFOKUS PADA UPAYA
PEMERATAAN WILAYAH DI SULAWESI
Kode Lokasi Fokus Pengembangan
Prioritas
P1 Kotamobagu Diarahkan sebagaj kota agropolitan yang
berfungsi sebagai pusat pertumbuhan
wilayah Provinsi yang mendukung
pertumbuhan produksi pertanian wilayah
di Provinsi Sulawesi Utara
P2 Gorontalo Diarahkan sebagai kota agropolitan yang
berfungsi sebagai pusat kegiatan
nasional (PKN) yang berorientasi pada
upaya mendorong pertumbuhan produksi
pertanian, pusat pengolahan ikan tangkap,
270
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
8) Pemerataan alat kesehatan dan obat-obatan di bagian
tengah dan utara wilayah Sulawesi;
9) Pengembangan telemedis di daearh tertinggal.
c. Bidang Energi
1) Pengembangan PLTMH, PLTS, dan PLTU;
2) Pemberian bantuan subsidi listrik pada pemakaian
30-60 kWh;
3) Penyediaan energi biogas yang ramah lingkungan
khususnya di kawasan terisolir dan kepulauan;
4) Penyediaan bahan bakar minyak ke wilayah terpencil
khususnya di kawasan terisolir dan kepulauan.
d. Bidang Informasi dan Telekomunikasi
1) Pengembangan radio komunitas dan radio
komunikasi khususnya di desa-desa terisolir dan
kepulauan di wilayah Sulawesi;
2) Pembangunan menara penguat sinyal;
3) Pengembangan radio penguat siaran RRI dan TVRI,
khususnya di kawasan kepulauan, dan desa-desa
perhutanan Sulawesi;
4) Pengembangan jaringan internet;
5) Pengembangan pusat informasi desa/balai rakyat di
wilayah Sulawesi Selatan.
e. Bidang Permukiman dan Perumahan
1) Pembangunan perumahan layak huni di wilayah
terisolir;
2) Pembangunan sarana air bersih sehat di seluruh
kampung terutama di wilayah terisolir;
3) Perbaikan lingkungan permukiman tidak layak huni
khususnya di kawasan perhutanan, perairan, dan
pesisir.
278
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
TABEL 5.8
PROFIL DAERAH TERTINGGAL WILAYAH SULAWESI
TABEL 5.7
DAFTAR LOKASI PRIORITAS PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
WILAYAH SULAWESI
TABEL 5.9
PRIORITAS LOKASI PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN PULAU
SULAWESI PERIODE 2015-2019
Provinsi Pusat Kegiatan dalam RTRWN
PKN PKW PKSN
Gorontalo Gorontalo Isimu (II/C/2)
(I/C/1) Kuandang
(II/C/2)
Tilamuta (II/C/2)
Sulawesi Kawasan Tomohon (I/C/1) Melonguane
Utara Perkotaan (I/A/2)
Manado-Bitung Tondano (II/C/1) Tahuna
(I/C/1) Kotamobagu (I/A/2)
(II/C/1)
Sulawesi Palu (I/C/1) Poso (II/C/3)
Tengah Luwuk (II/C/1)
Buol (II/C/1)
Kolonedale
TABEL 5.10
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
DI PULAU SULAWESI
No KSN Tipe Strategi K/L
1 Kawasan Pendayaguna Pengembangan - Kementeria
Sorowako an dan peningkatan n Agraria
Sumberdaya kegiatan dan Tata
alam budidaya Ruang
pertanian dan - Kementeria
perikanan yang n Pertanian
berkelanjutan - Kementeria
sebagai n Kelautan
alternatif dan
kegiatan Perikanan
perekonomian
masyarakat yang
mampu bersaing
dalam
perekonomian
nasional
Kawasan
Sorowako
2 Perbatasa Pertahanan Pengembangan - Kementeria
n dan prasarana dan n Agraria
Sulawesi Keamanan sarana Kawasan dan Tata
Utara- Perbatasan Ruang
Gorontalo Negara secara - BNPP
-Sulawesi sinergis di - Kementeria
Tengah Provinsi n
Sulawesi Utara – Perhubunga
Gorontalo – n
TABEL 5.12
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI GORONTALO
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional
PERHUBUNGAN DARAT
1. Pengembangan Sistem Transit Kota Gorontalo
PERHUBUNGAN UDARA
1. Pengembangan Bandara Jalaludin
2. Pembangunan Bandara Pohuwato
PERHUBUNGAN LAUT
1. Pengembangan Fasilitas pelabuhan laut Anggrek, Gorontalo
2. Pengembangan Fasilitas pelabuhan Gorontalo
JALAN
1. Pembangunan Jalan Gorontalo - Batas Sulut
2. Pembangunan Jalan Gorontalo Outter Ring Road (GORR) Provinsi Gorontalo
3. Pembangunan Jalan Tolinggula - Marisa
KETENAGALISTRIKAN
1. PLTU Gorontalo (FTP1) 2x25 MW
2. PLTG/MG Gorontalo Peaker 25 MW
3. PLTU Gorontalo 2 2x50 MW
4. PLTM Taludaa II 1x2 MW
5. PLTU Molotabu 2x10 MW
6. PLTM Taludaa I 1x3 MW
7. PLTU Gorontalo Energi *) 2x6 MW
SUMBER DAYA AIR
1. Pembangunan Bendung Randangan (Multi Year) Pohuwato
2. Pembangunan Jaringan Irigasi DI. Randangan Kiri (Lanjutan) Pohuwato
3. Pembangunan Jaringan Irigasi DI. Randangan Kanan Pohuwato
4. Pembangunan / Peningkatan Bendung Pilohayanga (Multi Year) Gorontalo
5. Pembangunan Jaringan Reklamasi Rawa Imbodu Pohuwato
6. Pengendalian Banjir Sungai Tilamuta Boalemo
7. Pengendalian Banjir Sungai Molosipat Pohuwato
8. Pengendalian Banjir Sungai Lemito Pohuwato
314
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
5.6.1.3 Provinsi Sulawesi Barat
TABEL 5.13
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI SULAWESI BARAT
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional
PERHUBUNGAN LAUT
1. Pengembangan Fasilitas pelabuhan laut Belang-belang, Sulawesi Barat
JALAN
1. Pembangunan Jalan Akses Bandara Tampa Padang
2. Pembangunan Jalan Malabo - Polewali
3. Pembangunan Jalan Polewali - Batas Sulsel
4. Pembangunan Jalan Salubatu - Mambi - Malabo - Mamasa - Tandung
5. Pembangunan Jalan Salubatu - Tibo - Kalumpang - Bts Sulsel (Tanah Toraja)
KETENAGALISTRIKAN
1. PLTA Poko 2x117 MW
2. PLTU Mamuju (FTP2) 2x25 MW
3. PLTA Karama Peaking (Unsolicited) 150 MW
4. PLTA Karama Baseload (Unsolicited) 300 MW
SUMBER DAYA AIR
1. Lanjutan Pembuatan Tanggul Pengendalian Banjir, Sungai Pasang Kayu Kab.
Mamuju Utara Mamuju Utara
2. Pembangunan Pengendalian Banjir, Sungai Lariang, Kab. Mamuju Utara Mamuju
Utara
3. Lanjutan Pembangunan Pengendalian Banjir, Sungai Benggaulu, Kab. Mamuju
Utara Mamuju Utara
4. Pembuatan Pengendalian Banjir, Sungai Kuma, Kab. Mamuju Utara Mamuju
Utara
5. Pembuatan Pengendalian Banjir S.Rondo Mayang, Kab. Mamuju Utara Mamuju
Utara
6. Pembuatan Pengendalian Banjir S.Pedongga, Kab. Mamuju Utara Mamuju Utara
7. Pembuatan Pengendalian Banjir S. Lumu Lanjutan, Kab. Mamuju Mamuju
8. Pembuatan Pengendalian Banjir S. KaroSul-Sela, Mamuju Tengah Mamuju
Tengah
9. Pembangunan Pengendalian Banjir S. Tobadak Mamuju Tengah
10. Pembangunan Pengendalian Banjir S. Salubiro Mamuju Tengah
11. Pemabangunan Pengendalian Banjir S. Salulebbo Mamuju Tengah
12. Pembuatan Pengendalian Banjir S. Kalukku, Kab. Mamuju Mamuju
TABEL 5.14
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional
PERHUBUNGAN UDARA
1. Pengembangan Bandara Ampana di Kabupaten Tojo Una-una
2. Pengembangan Bandar Udara Syukuran Aminudin Amir-Luwuk
3. Pengembangan Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu
4. Pengembangan Bandara Tampa Padang
5. Perhubungan Laut
6. Pengembangan Pelabuhan Pantoloan
7. Pengembangan Pelabuhan Poso
8. Pengembangan Pelabuhan Toli - toli
9. Pegembangan Fasilitas pelabuhan laut Pantoloan, Sulawesi Tengah
JALAN
1. Pembangunan Jalan Basi - Pasiputi - Mepanga
2. Pembangunan Jalan Luwuk - Batul - Moilong-Rata-Baturube
3. Pembangunan Jalan Pepe - Tomata
4. Pembangunan Jalan Pintas Palu-Parigi (36,45 km)
5. Pembangunan Jalan Poros Soroako – Bahodopi, Kab. Morowali, Sulawesi
Tengah
6. Pembangunan Jalan Salakan-Sambut
7. Pembangunan Kolondale - Tondoyondo - Sp.Batutube
8. Pembangunan Jalan Palu - bangga - Simora - Gimpu - Puna - Tonusa Tentena
KETENAGALISTRIKAN
1. PLTD Ampana (Relokasi PLTD) 2 MW
2. PLTU Ampana 2x3 MW
3. PLTMG Luwuk Peaker (CNG) 10 MW
4. PLTMG Morowali 10 MW
5. PLTM Halulai/Wuasa 2x0,7 MW
6. PLTM Buleleng 2x0,6 MW
7. PLTU Tolitoli 3x15 MW
8. PLTMG Luwuk Peaker (CNG) 5 MW
320
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
5.6.1.5 Provinsi Sulawesi Selatan
TABEL 5.15
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional
KERETA API
1. Pembangunan jalur KA antara Makassar - Pare-Pare (track, jembatan, stasiun,
persinyalan, telekomunikasi, depo)
2. Pembangunan KA Perkotaan Mamminasata (tahap 1)
PERHUBUNGAN DARAT
1. Pengembangan Sistem Transit Kota Makassar
PERHUBUNGAN UDARA
1. Pengembangan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin -Pembangunan Terminal
II di Kawasan Bandara Lama Sultan Hasanuddin Makassar
PERHUBUNGAN LAUT
1. Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Garongkong Barru
2. Pembangunan Pelabuhan Pare-pare
3. Perluasan Pelabuhan Makassar (Makassar New Port)
4. Pengembangan Pembangunan Faspel Laut Garongkong
JALAN
1. Pembangunan Fly Over - Akses Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
2. Pembangunan Jalan baypass Maminasata
3. Pembangunan Jalan Seseng - Bts.Sulbar
4. Pembangunan Jalan Trans Sulawesi Mamminasata (Middle Ring Road)
5. Pembangunan Jaringan Transportasi Danau Tempe
6. Pembangunan Under Pass A.P. Pettarani
7. Pembangunan Jalan Kaluku - Sae - Talang - Sabang
KETENAGALISTRIKAN
1. PLTU Sulsel Barru (FTP 1) 2x50 MW
2. PLTG/MG Makassar Peaker 200 MW
3. PLTU Punagaya/Takalar (FTP2) 2x100 MW
4. PLTD Selayar (Relokasi PLTD) 2x1 MW
5. PLTU Sulsel 2 2x100 MW
6. PLTU Sulsel Barru 2 100 MW
324
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
5.6.1.6 Provinsi Sulawesi Tenggara
TABEL 5.16
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional
PERHUBUNGAN UDARA
1. Pengembangan Bandara Haluoleo
2. Perhubungan Laut
3. Pengembangan Pelabuhan Lawele
4. Pengembangan Fasilitas pelabuhan laut Bungkutoko
5. Pengembangan Pelabuhan Bau - Bau
6. Pengembangan Pelabuhan Raha
7. Pengembangan Pelabuhan Kendari
JALAN
1. Pembangunan Jalan Lingkar Kota Kendari
2. Pembangunan Jalan Parigi - Poso - Tentena - Tidantana (Batas Sulsel) - (Sultra)
298 KM
3. Pembangunan Jalan Tampo-Raha
4. Pembangunan Jalan Tinanggea-Alangga-Punggaluku-Ambesia
5. Pembangunan Jembatan Teluk Kendari
6. Pembangunan Jalan Raha - Wakuru - Wara
KETENAGALISTRIKAN
1. PLTU Kendari - Nii Tanasa (FTP1) 2x10 MW
2. PLTU Kendari - Nii Tanasa (Ekspansi) 10 MW
3. PLTD Wangi-Wangi (Relokasi PLTD) 2x2 MW
4. PLTM Rongi 2x0,4 MW
5. PLTM Lapai 1 2x2 MW
6. PLTM Lapai 2 2x2 MW
7. PLTM Riorita 2x0,5 MW
8. PLTM Toaha 2x0,5 MW
9. PLTU Raha 2x3 MW
10. PLTD Raha (Relokasi PLTD) 2 MW
11. PLTU Wangi-Wangi (FTP 2) 2x3 MW
12. PLTU Bau-Bau (FTP2) 2x10 MW
TABEL 6.7
SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PULAU KALIMANTAN
PER PROVINSI TAHUN 2015-2019
TABEL 6.9
SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH PULAU KALIMANTAN
PER PROVINSI TAHUN 2015-2019
Provinsi Tingkat Pengangguran (persen)
2015 2016 2017 2018 2019
Kalimantan Barat 4,1 - 4,0 4,0 - 3,9 3,9 - 3,7 3,8 - 3,5 3,7 - 3,3
Kalimantan Tengah 3,4 - 3,3 3,3 - 3,2 3,2 - 3,0 3,0 - 2,8 2,9 - 2,6
Kalimantan Selatan 4,5 - 4,4 4,4 - 4,2 4,3 - 4,0 4,1 - 3,8 4,0 - 3,6
Kalimantan Timur 6,8 - 6,7 6,6 - 6,3 6,3 - 6,0 6,0 - 5,6 5,8 - 5,2
Kalimantan Utara 6,3 - 6,2 6,2 - 6,0 5,8 - 5,5 5,4 - 5,0 5,2 - 4,7
Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014
340
PETA LOKASI PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PULAU KALIMANTAN RPJMN 2015-2019
13R: pengurangan (Reduce), pemanfaatan kembali (Re-use), dan Daur Ulang (re-cycle)
TABEL 6.8
LOKASI PRIORITAS KOTA SEDANG YANG BERFOKUS PADA UPAYA
PEMERATAAN WILAYAH DI KALIMANTAN
Kode Lokasi Fokus Pengembangan
Prioritas
P1 Singkawang Diarahkan sebagai kota agropolitan yang
berfungsi sebagai pusat kegiatan Nasional
(PKN) yang mendorong pertumbuhan
produksi pertanian dan perkebunan (kelapa
sawit) di Wilayah Prov. Kalimantan Barat.
TABEL 6.9
LOKASI PRIORITAS PUSAT PERTUMBUHAN BARU YANG BERFOKUS
PADA UPAYA PEMERATAAN WILAYAH DI KALIMANTAN
Kode Lokasi Kelompok Kawasan Komoditas
Kawasan Unggulan
D1 Sambas dan • PKW Sambas • Udang
sekitarnya • Kawasan Minapolitan • Karet
(Kab. Sambas, Perikanan Budidaya: • Wisata Budaya
dan Kab. Jawai Selatan • Wisata Agro
Bengkayang, • Kawasan Minapolitan
Prov. Kalbar) Perikanan Tangkap:
Jawai Selatan, Jawai,
Pemangkat
• KPB Subah
• Kawasan
Transmigrasi: Sambas,
Jawai, Ledo,
356
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Sumber : Bappenas, 2014
6.5.3 Pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan
6.5.3.1 Pengembangan Daerah Tertinggal
Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di
Wilayah Pulau Kalimantan difokuskan pada upaya pemenuhan
kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian
masyarakat yang berbasis energi dan pertambangan yang didukung
oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur
penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan pusat
pertumbuhan.
1. Pemenuhan Pelayanan Dasar Publik
Mendukung pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk
pelayanan dasar publik di daerah tertinggal dengan prioritas
kegiatan sebagai berikut:
a. Bidang Pendidikan
1) Pemerataan distribusi tenaga pendidik di Bengkayang,
Sangau, dan Kayong Utara;
2) Peningkatan kapasitas tenaga pendidik di Bengkayang,
Sangau, dan Kayong Utara;
3) Pemberian insentif tenaga pendidik di wilayah-wilayah
terisolir dan perbatasan;
4) Penyelenggaraan guru kunjung di wilayah-wilayah terisolir
dan perbatasan;
5) Penyediaan rumah dinas tenaga pendidik di wilayah-
wilayah terisolir dan perbatasan;
6) Pengembangan sekolah kecil di perbatasan;
7) Penyelenggaraan sekolah satu atap di daerah tertinggal dan
perbatasan (SD, SMP, SMA/SMK);
8) Pembangunan sekolah berasrama di daerah tertinggal dan
perbatasan;
9) Pengembangan asrama sekolah;
10) Penyediaan bus sekolah di daerah yang memiliki
karakteristik khusus;
11) Penyediaan rumah dinas tenaga pendidik di Bengkayang,
Sangau, dan Kayong Utara;
366
PROFIL DAERAH TERTINGGAL WILAYAH PULAU KALIMANTAN
374
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
c. Meningkatkan kerjasama dengan mitra pembangunan, OMS dan
dunia usaha untuk mengurangi kerentanan sosial dan ekonomi
masyarakat di kawasan rawan bencana dan pasca bencana;
d. Peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah pasca
bencana, melalui percepatan penyelesaian rehabilitasi dan
rekonstruksi wilayah pasca bencana alam di wilayah Pulau
Kalimantan;
e. Pemeliharaan dan penataan lingkungan di sekitar daerah aliran
sungai (DAS) Kapuas, Mahakam dan Barito maupun daerah
rawan bencana alam lainnya;
f. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam
membangun dan mitigasi bencana.
3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat
a. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur
penanggulangan bencana di pusat dan daerah, diantaranya
penyediaan sarana dan prasarana penanggulangan bencana di
14 kabupaten/kota;
b. Penyediaan sistem peringatan dini bencana kawasan risiko
tinggi serta memastikan berfungsinya sistem peringatan dini
dengan baik;
c. Meningkatkan monitoring hot spot di Provinsi Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Utara;
d. Monitoring dan pemantauan ancaman bencana banjir,
kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan serta meningkatkan
penyebaran informasi kebencanaan kepada masyarakat;
e. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat
secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan
kesiapsiagaan;
f. Membangun dan memberikan perlindungan bagi prasarana vital
yang diperlukan untuk memastikan keberlangsungan pelayanan
publik, kegiatan ekonomi masyarakat, keamanan dan ketertiban
pada situasi darurat dan pasca bencana;
g. Pengembangan Desa Tangguh Bencana di 14 Kabupaten/Kota
untuk mendukung Gerakan Desa Hebat;
Indeks Risiko
Index Kerawanan tingkat
Wilayah
(IRBI 2011) Kabupaten/Kota
(IRBI 2013)
KEK Maloy Kabupaten Kutai Timur: Kabupaten Kutai
Timur: tinggi
tinggi untuk bencana
banjir, sedang untuk
gempa bumi, tinggi untuk
gelombang ekstrim dan
abrasi, tinggi unutuk
kebakaran hutan dan
lahan, sedang untuk cuaca
ekstrim,
KAPET Kota Singkawang: tinggi Kota Singkawang:
Khatulistiwa untuk bencana banjir tinggi
Kabupaten Bengkayang: Kabupaten
sedang untuk bencana Bengkayang: tinggi
banjir Kabupaten Sambas:
Kabupaten Sambas: tinggi tinggi
untuk banjir dan Kabupaten Sanggau:
kebakaran hutan dan lahan sedang
Kabupaten Sanggau: tinggi Kabupaten Sintang:
untuk bencana dan tinggi
kebakaran hutan dan lahan Kabupaten Landak:
Kabupaten Sintang: sedang sedang
untuk bencana Kabupaten Kapuas
Kabupaten Landak: tinggi Hulu: tinggi
untuk bencana banjir dan
kebakaran hutan
Kabupaten Kapuas Hulu:
sedang tinggi untuk
bencana banjir dan
kebakaran hutan
KAPET Kota Palangkaraya: tinggi Kota Palangkaraya:
Daskakab
untuk bencana kebakaran tinggi
Mengembangkan
komoditas utama
sebagai
komoditas
unggulan yaitu
padi, karet, sawit,
sapi, dan rotan
serta
mengembangkan
produk-produk
turunannya di
Kapet DAS
KAKAB;
3 Kapet DAS Mengembangkan
KAKAB komoditas utama
sebagai
komoditas
unggulan yaitu
kelapa sawit dan
perkayuan serta
mengembangkan
produk-produk
turunannya di
Kapet Sasamba
dan Kapet
Batulicin;
4 Kapet Menguatkan
TABEL 6.13
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL
DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
TABEL 6.14
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL DI
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
398
KALIMANTAN SELATAN 2015-2019
TABEL 6.15
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL
DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional
PERHUBUNGAN DARAT
1. Pengembangan Sistem Transit Kota Samarinda
2. Pengembangan Sistem Transit Kota Balikpapan
PERHUBUNGAN UDARA
1. Pembangunan Bandara Tana Paser
2. Pengembangan Bandara Bontang
3. Pengembangan Bandara Samarinda Baru
PERHUBUNGAN LAUT
1. Pengembangan Terminal Peti Kemas Palaran
2. Pembangunan Pelabuhan Internasional Maloy
3. Pelabuhan Kuala Samboja
4. Pengembangan Pelabuhan Internasional Balikpapan (Terminal Peti Kemas
Kariangau)
5. Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Penajam Pasir Kuala Semboja (Kariangau)
6. Pengembangan Pelabuhan Tanah Grogot
7. Pengembangan Pelabuhan Samarinda
8. Pembangunan infrastruktur pelabuhan sebagai pendukung Integrated Mining
Development MEC Coal Project
JALAN
1. Pembangunan Jalan Akses Jembatan Pulau Balang
2. Pembangunan Jalan dalam Kawasan Industri Maloy
3. Pembangunan Jalan Petung-Kenangan-Semoisepaku-Sp.Semboja
4. Pembangunan Jalan samarinda menuju tenggarong (Pengembangan Destinasi Pulau
Parai Kumala - Tenggarong)
5. Pembangunan Jalan Sangkulirang-Taliyasan-Guntur-Tanjung Redep
6. Pembangunan Jalan Tol Samarinda - Balikpapan
7. Pembangunan Jembatan Kembar Mahakam
8. Pembangunan Jembatan Loa Kulu
9. Pembangunan Jembatan Pulau Balang
10. Pembangunan Jembatan Tullur Aji Jejangkat
KETENAGALISTRIKAN
402
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
6.6.1.3 Provinsi Kalimantan Utara
TABEL 6.16
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL DI
PROVINSI KALIMANTAN UTARA
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional
PERHUBUNGAN UDARA
1. Pengembangan Bandara Tanjung Harapan, Bulungan
2. Pengembangan Bandara Juwata-Tarakan
3. Pembangunan Bandara Maratua
PERHUBUNGAN LAUT
TABEL 7.1
SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH JAWA-BALI PER
PROVINSI TAHUN 2015-2019
Provinsi Pertumbuhan Ekonomi (persen)
2015 2016 2017 2018 2019
DKI Jakarta 5,4 – 5,5 6,5 – 6,8 7,1 – 7,5 7,1 – 7,7 7,4 – 8,2
Jawa Barat 5,4 – 5,5 6,5 – 6,8 7,0 – 7,4 7,2 – 7,8 7,4 – 8,2
Banten 5,4 – 5,5 6,0 – 6,2 6,2 – 6,6 6,5 – 7,0 7,0 – 7,8
Jawa Tengah 5,4 – 5,5 6,5 – 6,8 6,9 – 7,3 7,0 – 7,6 7,6 – 8,4
DI 5,3 – 5,4 5,8 – 6,0 5,9 – 6,3 6,1 – 6,7 6,2 – 6,9
Yogyakarta
Jawa Timur 6,1 – 6,2 6,5 – 6,7 6,8 – 7,2 7,0 – 7,6 7,5 - 8,2
Bali 5,3 – 5,4 6,3 – 6,6 6,3 – 6,7 6,6 – 7,2 6,8 – 7,5
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 7.3
SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH JAWA-BALI PER
PROVINSI TAHUN 2015-2019
TABEL 7.4
LOKASI PRIORITAS KAWASAN STRATEGIS NASIONAL PERKOTAAN
SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH DI JAWA-BALI
Kode Lokasi Prioritas Fokus Pengembangan
K1 Kawasan Perkotaan Diarahkan sebagai pusat
Metropolitan kegiatan skala global yang
Jabodetabek: mendukung pertumbuhan
Kota Jakarta, Kab. wilayah nasional dan
Bogor, Kota Bekasi, memantapkan fungsi-fungsi
Kab. Tangerang, Kota keterkaitan dengan pusat-
Tangerang, Kota pusat pertumbuhan atau kota-
Depok, Kab. Bekasi, kota ditingkat internasional.
Kota Tangerang
Selatan, Kota Bogor
K2 Kawasan Perkotaan Diarahkan sebagai pusat
Metropolitan Cekungan kegiatan skala global yang
Bandung: berorientasi pada
Kota Bandung, Kab. meningkatkan spesialisasi
Bandung, Kab. fungsi jasa pendidikan,
Bandung Barat, Kota teknologi sistem informasi,
Cimahi, Kab. industri, dan dan pariwisata
Majalengka, Kab. perkotaan (urban tourism)
Sumedang
K3 Kawasan Perkotaan Diarahkan sebagai pusat
442
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
TABEL 7.2
PROFIL DAERAH TERTINGGAL WILAYAH JAWA-BALI
DIY Yogyakarta
(I/C/3)
Bantul (I/D/1),
(II/C/1)
Sleman (II/C/1)
Jawa Kawasan Probolinggo
Timur Perkotaan (II/C/1)
(Gerbangkertosusil
a)
(I/C/3)
Malang (I/C/1) Tuban (I/C/1)
Kediri (I/C/1)
Madiun (II/C/1)
Banyuwangi
(I /C/1)
TABEL 7.9
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
DI PULAU JAWA-BALI
No KSN Tipe Strategi K/L
1 Kawasan Kepentinga Pengembangan - Kementeri
Perkotaan n Ekonomi keterpaduan an Agraria
Sarbagita sistem pusat- dan Tata
pusat kegiatan Ruang
yang mendukung - Bappenas
fungsi kawasan - Kementeri
berbagai pusat an LH dan
kegiatan ekonomi Kehutanan
nasional berbasis
kegiatan
pariwisata yang
bertaraf
internasional di
Kawasan
2 Kawasan Pemantapan
Perkotaan sistem kota-kota
Kedungse secara hierarki
pur dan terintegrasi
dalam bentuk
perkotaan inti dan
perkotaan
disekitarnya
sesuai dengan
fungsinya dan
perannya di
Kawasan
Perkotaan
Kedungsepur
3 Kawasan Kepentinga Peningkatan daya
Perkotaan n Ekonomi dukung
Cekungan dan lingkungan yang
Bandung Lingkunga berkelanjutan
n Hidup dalam
4 Kawasan
pengelolaan
Perkotaan
kawasan, untuk
Jabodetab
menjamin tetap
ek punjur
berlangsungnya
konservasi air dan
tanah dengan
mempertahankan
kualitas dan
kuantitas air
tanah dan air
permukaan, serta
penanggulangan
banjir di Kawasan
Perkotaan
TABEL 7.10
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI DKI JAKARTA
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional
KERETA API
1. Pembangunan jalur lingkar KA layang (elevated loopline) Jabodetabek termasuk
shortcut antara Manggarai - Pondok Jati & Rajawali – Kampung Bandan
2. Pembangunan shortcut antara Palmerah dan Karet Lintas Serpong
3. Pembangunan MRT North-South antara Kampung Bandan – Lebak Bulus (Porsi
Pemerintah)
4. Koridor Green Line (Circular Line)
5. Koridor Green Line (Extention)
6. Pembangunan KA Bandara Soekarno-Hatta express line (Porsi Pemerintah
dalam skema KPS)
7. Pengembangan fasilitas baru KA Jabodetabek (ATP, Workshop)
8. Peningkatan prasarana KA eksisting Jabodetabek
9. Pembangunan jalur KA baru lingkar luar Jabodetabek antara Parungpanjang -
Citayam (jalur ganda dan elektrifikasi) termasuk pengadaan lahan
10. Pembangunan jalur KA baru lingkar luar Jabodetabek antara Nambo - Cikarang
- Tj. Priok/Kalibaru
11. Lanjutan pembangunan double-double track (DDT) dan elektrifikasi antara
Manggarai - Cikarang termasuk pengadaan lahan
PERHUBUNGAN DARAT
1. Pengembangan BRT Transjakarta
PERHUBUNGAN LAUT
1. Pembangunan dermaga Kali Baru Utara (Tahap 1) - New Priok
2. Pengembangan Terminal Multipurpose di area Reklamasi Ancol Timur
JALAN
1. Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Akses Tanjung Priok (E2, E2 A, dan NS)
dan Akses Dry Port Cikarang
2. Pembangunan Jalan Bekasi - Cikunir – Cawang
3. Pembangunan Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kp. Melayu
4. Pembangunan Jalan Tol Depok-Antasari
466
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
7.6.1.1. Provinsi Jawa Barat
TABEL 7.11
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI JAWA BARAT
TABEL 7.12
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI JAWA TENGAH
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional
KERETA API
1. Pembangunan Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa Purwokerto - Kroya
2. Pembangunan Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa Lanjutan Kroya - Kutoarjo
3. Lanjutan elektrifikasi jalur KA antara Yogyakarta - Solo
4. Elektrifikasi jalur KA antara Kutoarjo - Yogyakarta
5. Pembangunan shortcut Solokota - Solo jebres
6. Lanjutan reaktivasi jalur KA antara Kedungjati - Tuntang dan peningkatan jalur
KA antara Tuntang - Ambarawa
7. Reaktivasi jalur KA antara Yogyakarta - Magelang dan Magelang - Ambarawa
8. Pembangunan jalur KA layang antara Jerakah - Semarang Poncol - Semarang
Tawang - Alastua (perkotaan Semarang) termasuk flyover Kaligawe
9. Peningkatan jalur KA menuju Pelabuhan Cilacap
10. Reaktivasi jalur KA antara Semarang Gudang - Pelabuhan Tanjung Mas
PERHUBUNGAN DARAT
1. Pengembangan Sistem Transit Kota Semarang
2. Pengembangan Semi BRT Kota Surakarta
PERHUBUNGAN UDARA
1. Pengembangan Bandara Ahmad Yani Semarang
PERHUBUNGAN LAUT
1. Pembangunan Pelabuhan Wonogiri di Kecamatan Paranggupito
2. Pengembangan Pelabuhan Kendal
3. Pengembangan Pelabuhan Tanjung Emas
4. Pembangunan Pelabuhan Cilacap
JALAN
1. Pembangunan Fly Over Kali Banteng (Menuju Pelabuhan Tanjung Emas)
2. Pembangunan Jalan akses Pelabuhan Penyeberangan Kendal
3. Pembangunan Jalan Baru dari Desa Baseh menuju PLTG WKP Baturaden
4. Pembangunan Jalan Bypass Brebes-Tegal
5. Pembangunan Jalan Carikan - Deyangan - Bumihargo - Borobudur
TABEL 7.13
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI DI YOGYAKARTA
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional
PERHUBUNGAN DARAT
1. Pengembangan Sistem Transit Kota Yogyakarta
PERHUBUNGAN UDARA
1. Pembangunan bandara internasional di Propinsi DI Yogyakarta
2. Pembangunan Jalan Lintas Pantasi Selatan Jawa (Temon-Bugel-Girijati-Baron-
Jepitu-Jerukwudel)
3. Pembangunan Jalan Lingkar Kota Yogyakarta
4. Pembangunan Jalan Tol Solo - Yogyakarta
SUMBER DAYA AIR
1. Peningkatan kapasitas, perkuatan tebing dan pintu klep Sungai Opak dan anak
sungainya Gunung Kidul, Bantul
2. Rehabilitasi, peningkatan dan perkuatan tebing Sungai Serang dan anak
sungainya Kulon Progo
3. Rehabilitasi, peningkatan dan perkuatan tebing Sungai Opak dan anak sungainya
Gunung Kidul, Bantul
4. Pembangunan Sabo/DAM Pengendali Sedimen Sleman
5. Pembangunan Kantong Lahar Kali Gendol Sleman
6. Consulting Service Urgent Disaster Merapi
7. RehabilitasiSabo/DAM Pengendali Sedimen di DIY Sleman
8. Pembangunan Jetty Glagah Kulon Progo
9. Rehabilitasi Muara sungai dan Jetty di WS POS Kulon Progo, Bantul
10. Pembangunan Waduk Karang Talun Sleman
11. Pembangunan Long Storage Karang Talun dan Kali Bawang Sleman, Kulon Progo
12. Pembangunan Waduk Gari Gunung Kidul
13. Pembangunan embung kecil / telaga Gunungkidul, Sleman, Kulon Progo,
Temanggung, Magelang
TABEL 7.14
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI JAWA TIMUR
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional
KERETA API
1. Pembangunan Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa Solo - Paron
2. Pembangunan Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa Paron - Madiun
3. Pembangunan Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa Madiun - Surabaya
4. Pembangunan jalur KA antara Tulangan - Gununggangsir
5. Pengembangan KA perkotaan Surabaya (jalur ganda, elektrifikasi) termasuk
akses jalur KA menuju Bandara Juanda
6. Pembangunan jalur ganda antara Bangil - Banyuwangi
7. Reaktivasi jalur KA antara Jombang - Babat - Tuban
8. Reaktivasi jalur KA antara Kalisat - Situbondo - Panarukan
9. Pembangunan jalur KA antara Kandangan - Pelabuhan Teluk Lamong
10. Pembangunan MRT Surabaya (Boyo Rail)
11. Pembangunan LRT Surabaya (Suro Tram)
PERHUBUNGAN DARAT
1. Pengembangan Sistem Transit Kota Surabaya
2. Pengembangan Sistem Transit Kota Malang
PERHUBUNGAN UDARA
1. Pengembangan terminal penumpang Bandara Djuanda
PERHUBUNGAN LAUT
1. Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak
2. Pengembangan Pelabuhan Probolinggo
3. Pembangunan Pelabuhan Petikemas Bojonegara
4. Pengembangan Pelabuhan Branta
5. Pengembangan Pelabuhan Lamongan
6. Pembangunan Terminal Multi Purpose Teluk Lamong Tahap I
JALAN
1. Pembangunan Jalan Bangkalan - Tj Bumi-Ketapang-Sotobar-Sumenep
2. Pembangunan Jalan Bonojegoro-Cepu
3. Pembangunan Jalan Lingkar Sidoarjo
TABEL 7.15
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI BANTEN
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional
KERETA API
1. Pembangunan shortcut Lintas Tangerang
2. Pembangunan jalur ganda KA dan elektrifikasi antara Maja - Rangkasbitung –
Merak
3. Pembangunan jalur KA antara Tonjong - Pelabuhan Bojonegara
4. Reaktivasi jalur KA antara Rangkasbitung - Labuan
PERHUBUNGAN DARAT
1. Pengembangan Sistem Transit Kota Tanggerang
2. Pengembangan Sistem Transit Kota Tanggerang Selatan
3. Pengembangan Sistem Transit Kota Serang
PERHUBUNGAN UDARA
1. Pembangunan Terminal 3 dan pengembangan Bandara Soekarno-Hatta
2. Pembangunan Bandara Banten Selatan
JALAN
1. Pembangunan Jalan Cikande - Rangkasbitung
2. Pembangunan Jalan Cikande – Serang – Cilegon
3. Pembangunan Jalan Cilegon - Bojonegara - Merak
4. Pembangunan Jalan Cilegon- Pasauran
5. Pembangunan Jalan Cipanas-Warung banten - Bayah
6. Pembangunan Jalan Tanjung Lesung - Sumur (24 Km)
7. Pembangunan Jalan Lingkar Selatan Cilegon
8. Pembangunan Jalan penghubung Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung (Jalur
Karet - Panjang 6,5 Km, Jalur Cipanon - Panjang 0,42 Km, Jalur Panjang - Cipenyu
5,3 Km)
9. Pembangunan Jalan Serang - Bojonegara - Merak
10. Pembangunan Jalan Tol Cengkareng - Kunciran (JORR 2)
11. Pembangunan Jalan Tol Cilegon – Bojonegara
12. Pembangunan Jalan Tol Kunciran Serpong
13. Pembangunan Jalan Tol Panimbang - Serang
14. Pembangunan Jalan Tol Serpong-Cinere 10,1 km (JORR 2)
TABEL 7.16
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONAL DI PROVINSI BALI
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional
KERETA API
1. Pembangunan KA Bandara Ngurah Rai
PERHUBUNGAN DARAT
1. Pengembangan Sistem Transit Kota Denpasar
PERHUBUNGAN UDARA
1. Pembangunan Bandara Bali Utara
PERHUBUNGAN LAUT
1. Pengerukan alur di Pelabuhan Benoa
2. Pengembangan Pelabuhan Celukan Bawang di Kab Buleleng
3. Pengembangan Pelabuhan pariwisata/cruise Tanah ampo
JALAN
1. Pembangunan Jalan Antasari - Seririt
2. Pembangunan Jalan Buahan - Trunyan
3. Pembangunan Jalan Canggu-Beringkit-Batuan-Pantai Pumana
4. Pembangunan Jalan Canggu-Denpasar
5. Pembangunan Jalan Culali - Toya Mul
6. Pembangunan Jalan Denpasar-Gilimanuk
7. Pembangunan Jalan Kayuselem - Pradi A
8. Pembangunan Jalan Kubu Tambahan - Singaraja - Seririt - Celukan Bawang
9. Pembangunan Jalan Malet - Malet Kuta Mesir
10. Pembangunan Jalan Mengwitani-Singaraja
11. Pembangunan Jalan P . Nusa Penida
12. Pembangunan Jalan Penelokan - Yeh Mampeh
13. Pembangunan Jalan Penulisan - Blandingan (4 Km)
14. Pembangunan Jalan Saketi - Simpang
TABEL 8.2
SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH SUMATERA
PER PROVINSI TAHUN 2015-2019
13R: pengurangan (Reduce), pemanfaatan kembali (Re-use), dan Daur Ulang (re-cycle)
TABEL 8.6
LOKASI PRIORITAS PUSAT PERTUMBUHAN BARU YANG BERFOKUS PADA
UPAYA PEMERATAAN WILAYAH DI WILAYAH SUMATERA
Kode Lokasi Kawasan Kelompok Kawasan Komoditas
Unggulan
D1 Peureulak dan • Kawasan Agropolitan (Padi): • Padi
sekitarnya Peureulak, Peureulak Timur, • Udang
(Kab. Aceh Timur, Peureulak Barat, Ranto • Bandeng
Prov. Aceh) Peureulak, Peunaron
• Kawasan Minapolitan Perikanan
Budidaya: Peureulak
519
c. Bidang Informasi
1) Pengembangan PLTMH, PLTS, PLTU;
2) Pemberian bantuan subsidi listrik pada pemakaian 30-60
kWh;
3) Pengembangan energi biogas ramah lingkungan;
4) Penyediaan bahan bakar minyak di wilayah terpencil.
d. Bidang Telekomunikasi
1) Pengembangan radio komunitas dan radio komunikasi
khususnya di bagian terpencil dan terisolir Wilayah
Sumatera;
2) Pembangunan menara penguat sinyal
3) Pengembangan radio penguat siaran RRI dan TVRI,
khususnya di bagian utara Wilayah Sumatera.
4) Pengembangan jaringan internet.
5) Pengembangan pusat informasi desa/balai rakyat di
Provinsi Lampung,
e. Bidang Permukiman dan Perumahan
1) Pembangunan perumahan layak huni;
2) Pembangunan sarana air bersih sehat di seluruh kampung
terutama di wilayah terisolir;
3) Perbaikan lingkungan permukiman tidak layak huni
khususnya di kawasan perhutanan, perairan, dan
pesisir.Bidang Informasi dan Telekomunikasi.
2. Pengembangan Ekonomi Lokal
Pengembangan kinerja perekonomian masyarakat di daerah
tertinggal secara terpadu dalam rangka meningkatkan nilai tambah
sesuai dengan karakteristik, posisi strategis, dan keterkaitan antar
kawasan. Strategi ini meliputi aspek infrastruktur, manajemen
usaha, akses permodalan, inovasi, dan pemasaran dengan prioritas
kegiatan sebagai berikut:
a. Peningkatan kapasitas sarana pelabuhan khususnya untuk
industri perkebunan penunjang pengembangan energi dan hasil
bumi;
b. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di Wilayah Sumatera
seperti penyediaan tenaga pendamping bidang pengelolaan dan
hasil bumi;
TABEL 8.8
DAFTAR LOKASI PRIORITAS PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
No. Kota/Kabupaten Kecamatan Lokasi Prioritas
1 Sabang Sukakarya
2 Serdang Berdagai Tanjung Beringin
3 Rokan Hilir Pasirlimau Kapuas; Sinaboi
4 Bengkalis Bukit Batu, Bantan, Rupat Utara, Rupat, Bengkalis
5 Indragiri Hilir Pulau Burung; Tanah Merang; Gaung Anak Serka;
Kateman;
6 Kepulauan Meranti Merbau, Rangsang, Pulau Merbau, Tasik Putri Uyu,
Rangsang Barat, Rangsang Pesisir
7 Dumai Dumai, Dumai Timur, Dumai Barat, Sungai Sembilan,
Medang Kampa
8 Pelalawan Kuala Kampar
TABEL 8.9
PROFIL KERAWANAN DAN RISIKO PKN, PKW DAN PKSN
DI WILAYAH SUMATERA
Index Kerawanan
Indeks Risiko tingkat
Lokasi
Kabupaten/Kota (IRBI 2013)
(IRBI 2011)
KAPET BAD Kota Banda Aceh: tinggi untuk Kota Banda Aceh: Tinggi
(Bandar Aceh gempa bumi, tsunami, abrasi,
Darussalam) cuaca ekstrim
KPBPB Tanjung Kota Tanjung Pinang: tingkat Kota Tanjung Pinang: sedang
Pinang kerawanan sedang
Padang Sidempuan Tinggi untuk ancaman: banjir Kota Padang Sidempuan: Sedang
gempabumi
Gempa bumi
TABEL 8.10
PRIORITAS LOKASI PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN
PERIODE 2015-2019
Meulaboh (I/D/1),
(II/C/3)
Sabang (I/A/ 2)
Bukittinggi (I/C/1)
Solok (II/C/2)
TABEL 8.11
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS NASONAL
DI PULAU SUMATERA
TABEL 8.12
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL
DI PROVINSI ACEH
554
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL PROVINSI ACEH 2015-2019
TABEL 8.13
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TABEL 8.14
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL
DI PROVINSI SUMATERA BARAT
TABEL 8.15
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
NASIONALDI PROVINSI KEPULAUAN RIAU
564
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2015-2019
TABEL 8.16
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL
DI PROVINSI RIAU
TABEL 8.17
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL
DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
TABEL 8.18
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL
DI PROVINSI JAMBI
576
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
8.6.1.8. Provinsi Bengkulu
TABEL 8.19
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL
DI PROVINSI BENGKULU
TABEL 8.20
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL
DI PROVINSI LAMPUNG
Kereta Api
TABEL 8.21
KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL
DI PROVINSI BANGKA BELITUMG
Perhubungan Udara
1. Pembangunan Bendung Pice Besar D.I. Selingsing di Kab. Belitung Timur Belitung
Timur
2. Rehab Jaringan D.I Selingsing PKT I Belitung Timur
SALINAN
PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH
DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
Mengingat : ...
-2-
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
telah ...
-3-
9. Badan ...
-4-
kualitas ...
-5-
Pasal 2
Panduan Umum bertujuan untuk:
a. memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah dan pemangku kepentingan mengenai tata cara
pelaksanaan KPBU dalam rangka mendorong partisipasi
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur; dan
BAB II
JENIS INFRASTRUKTUR
Pasal 3
3. sarana ...
-7-
h. infrastruktur ...
-8-
2. efisiensi energi.
n. infrastruktur ...
-9-
1. sarana pembelajaran;
2. laboratorium;
3. pusat pelatihan;
4. pusat penelitian/pusat kajian;
5. sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan;
6. inkubator bisnis;
7. galeri pembelajaran;
8. ruang praktik siswa;
9. perpustakaan; dan/atau
10. fasilitas pendukung pembelajaran dan pelatihan.
1. lembaga pemasyarakatan;
2. balai pemasyarakatan;
5. lembaga ...
-10-
Pasal 4
BAB III
PENANGGUNG JAWAB PROYEK KPBU
Bagian Pertama
PJPK
Pasal 5
(1) PJPK merupakan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
dalam rangka pelaksanaan KPBU.
(2) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah sebagai PJPK dapat
mendelegasikan kewenangannya kepada pihak yang dapat
mewakili kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang
ruang lingkup, tugas, dan tanggung jawabnya meliputi sektor
Infrastruktur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 6 ...
-11-
Pasal 6
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah bertindak sebagai PJPK
berdasarkan hasil Studi Pendahuluan pada tahap perencanaan
KPBU.
Pasal 7
Direksi Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah
dapat bertindak sebagai PJPK sepanjang diatur dalam peraturan
perundang-undangan sektor.
Bagian Kedua
PJPK Dalam Gabungan KPBU
Pasal 8
(1) KPBU dapat merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih
jenis Infrastruktur.
(2) Dalam hal gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis
Infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melibatkan lebih dari 1 (satu) PJPK, Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah yang memiliki kewenangan terhadap
masing-masing sektor Infrastruktur yang akan
dikerjasamakan, bertindak bersama-sama sebagai PJPK.
(3) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah yang memiliki
kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
menandatangani nota kesepahaman.
(4) Nota kesepahaman sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
memuat sekurang-kurangnya:
a. kesepakatan pihak yang menjadi koordinator PJPK;
BAB IV
BAB V
TAHAP PELAKSANAAN KPBU
Pasal 10
(1) KPBU dilaksanakan dalam tahap, sebagai berikut:
a. perencanaan KPBU;
c. transaksi KPBU.
BAB VI
TAHAP PERENCANAAN KPBU
Pasal 11
f. pengkategorian KPBU.
Pasal 12 ...
-14-
Pasal 12
b. pinjaman/hibah; dan/atau
Pasal 13
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi Badan Usaha
Milik Negara/direksi Badan Usaha Milik Daerah menganggarkan
dana tahap perencanaan KPBU sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 14
Pasal 15 ...
-15-
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
(1) Menteri Perencanaan menyusun Daftar Rencana KPBU
berdasarkan:
a. usulan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi
Badan Usaha Milik Negara/direksi Badan Usaha Milik
Daerah yang diindikasikan membutuhkan Dukungan
dan/atau Jaminan Pemerintah; dan
b. hasil identifikasi Menteri Perencanaan berdasarkan
prioritas pembangunan nasional.
(2) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi Badan
Usaha Milik Negara dan/atau direksi Badan Usaha Milik
Daerah menyampaikan usulan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a kepada Menteri Perencanaan dengan
dilengkapi dokumen pendukung sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal 18
Pasal 19
BAB VII
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
(1) PJPK dapat dibantu oleh Badan Penyiapan untuk melakukan
penyiapan KPBU.
(2) Tata cara pengadaan Badan Penyiapan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut melalui peraturan
kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah
di bidang kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pasal 23 ...
-18-
Pasal 23
(1) Penyiapan kajian KPBU memuat kegiatan Prastudi Kelayakan,
yang terdiri dari:
2. kajian teknis;
6. kajian risiko;
Pasal 24 ...
-19-
Pasal 24
(1) Dalam tahap penyiapan KPBU, PJPK menyiapkan dokumen
kajian lingkungan hidup.
(2) Penyiapan dan dokumen kajian lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 25
(1) PJPK melakukan identifikasi kebutuhan atas tanah untuk
KPBU berdasarkan hasil kajian akhir Prastudi Kelayakan.
(2) Dalam hal hasil identifikasi menunjukkan kebutuhan akan
pengadaan tanah, PJPK melakukan perencanaan dan
penyusunan dokumen pengadaan tanah untuk memperoleh
penetapan lokasi.
(3) Dalam hal hasil identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berstatus Barang Milik Negara atau Barang Milik Daerah,
PJPK mengajukan usulan pemanfaatan Barang Milik
Negara/Barang Milik Daerah untuk pelaksanaan KPBU sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 26
Pasal 27
(1) PJPK dapat melaksanakan Penjajakan Minat Pasar (Market
Sounding) pada tahap penyiapan.
Pasal 28
(1) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dan/atau Menteri
Keuangan dapat memberikan Dukungan Pemerintah terhadap
KPBU.
(2) Dukungan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diberikan secara bersama-sama antara Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah.
(3) Dukungan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dalam bentuk:
a. dukungan kelayakan KPBU
b. insentif perpajakan; dan/atau
c. bentuk lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.
(4) Menteri Keuangan dapat menyetujui pemberian Dukungan
Pemerintah dalam bentuk dukungan kelayakan dan/atau
insentif perpajakan, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan berdasarkan usulan PJPK.
(5) Dukungan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dicantumkan dalam dokumen pengadaan Badan Usaha.
Pasal 29
(1) KPBU dapat memperoleh Jaminan Pemerintah.
(2) PJPK menyampaikan usulan Jaminan Pemerintah kepada
Menteri Keuangan melalui BUPI sebelum penyelesaian kajian
akhir Prastudi Kelayakan untuk tujuan penjaminan
Penyediaan Infrastuktur.
(3) Jaminan Pemerintah terhadap KPBU sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib dicantumkan dalam dokumen pengadaan
Badan Usaha.
BAB VIII
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
(1) PJPK melaksanakan transaksi KPBU setelah terpenuhinya
syarat dan ketentuan untuk memanfaatkan Barang Milik
Negara dan/atau Barang Milik Daerah untuk pelaksanaan
KPBU sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) PJPK dapat dibantu oleh Badan Penyiapan untuk melakukan
transaksi KPBU.
(3) Tata cara pengadaan Badan Penyiapan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut melalui peraturan
kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah
di bidang kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pasal 33 ...
-22-
Pasal 33
(1) PJPK melaksanakan Penjajakan Minat Pasar (Market
Sounding) dalam tahap transaksi KPBU.
(2) Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memperoleh
masukan, tanggapan, dan mengetahui minat pemangku
kepentingan terhadap KPBU.
(3) Pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berasal dari Badan Usaha/lembaga/institusi/organisasi
nasional atau internasional.
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
Pasal 38
Pemenuhan pembiayaan yang bersumber dari pinjaman
dinyatakan telah terlaksana, apabila:
a. perjanjian pinjaman telah ditandatangani untuk membiayai
seluruh KPBU; dan
b. sebagian pinjaman telah dapat dicairkan untuk memulai
pekerjaan konstruksi.
Pasal 39
Dalam hal KPBU terbagi dalam beberapa tahapan, pemenuhan
pembiayaan dinyatakan terlaksana, apabila:
BAB IX
Pasal 40
BAB X
SIMPUL KPBU
Pasal 41
(5) Peran dan tanggung jawab tim KPBU dan panita pengadaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut
dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 42
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 43
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Pasal 45
Agar ...
-27-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Mei 2015
ttd
ANDRINOF A. CHANIAGO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Juni 2015
ttd
YASONNA H. LAOLY
Emmy Suparmiatun
-44-
SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
NOMOR 4 TAHUN 2015
TANGGAL 29 MEI 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi koordinasi, sinkronisasi,
penyiapan perumusan kebijakan, pemantauan dan evaluasi, serta
pelaksanaan hubungan kerja dalam perencanaan pembangunan
nasional, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional perlu mengambil langkah-langkah
percepatan penyediaan infrastruktur melalui kerjasama pemerintah dan
badan usaha.
Berdasarkan amanat Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur, Pemerintah mendorong partisipasi Badan Usaha swasta,
masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam pelayanan dan
penyelenggaraan Infrastruktur.
Lampiran Peraturan Menteri tentang Tata Cara Pelaksanaan KPBU yang
selanjutnya disebut Panduan Umum, dimaksudkan untuk memperjelas
mekanisme KPBU dengan perluasan ruang lingkup jenis-jenis
infrastruktur yang dapat dikerjasamakan berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 38 Tahun 2015.
B. Tujuan
Tujuan ditetapkannya Panduan Umum ini adalah untuk:
1. memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
dalam penyusunan panduan pelaksanaan KPBU sesuai dengan
kewenangan masing-masing;
2. memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
untuk melaksanakan KPBU dalam rangka mendorong partisipasi
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur;
3. memberikan pedoman bagi Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, badan usaha swasta yang berbentuk badan hukum
Perseroan Terbatas, badan hukum asing dan Koperasi dalam rangka
pelaksanaan KPBU; dan
4. memberikan informasi bagi pemangku kepentingan lainnya, termasuk
otoritas pemberi izin yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
KPBU.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Panduan Umum terdiri dari:
1. Tahap perencanaan KPBU;
2. Tahap penyiapan KPBU;
3. Tahap transaksi KPBU; dan
4. KPBU atas Prakarsa Badan Usaha.
D. Pengertian ...
-2-
D. Pengertian Umum
Dalam lampiran Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Simpul Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang selanjutnya
disebut Simpul KPBU adalah unit kerja di kementerian/lembaga pada
tingkat nasional atau unit kerja pada tingkat daerah, yang dibentuk
baru atau melekat pada unit kerja atau bagian yang sudah ada,
dengan tugas dan fungsi perumusan kebijakan dan/atau sinkronisasi
dan/atau koordinasi tahap perencanaan dan tahap penyiapan
dan/atau pengawasan dan evaluasi tahap penyiapan dan tahap
transaksi, termasuk manajemen pelaksanaan KPBU.
2. Tim KPBU adalah tim yang dibentuk oleh PJPK untuk membantu
pengelolaan KPBU pada tahap penyiapan dan tahap transaksi KPBU
khususnya setelah penetapan Badan Usaha Pelaksana hingga
diperolehnya pemenuhan pembiayaan (financial close), serta
berkoordinasi dengan Simpul KPBU dalam pelaksanaanya.
3. Panitia Pengadaan adalah tim yang dibentuk PJPK, yang memiliki
peran dan tanggung jawab untuk mempersiapkan dan melaksanakan
proses Pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada tahap transaksi.
4. Analisis Multi Kriteria yang selanjutnya disebut AMK adalah prosedur
seleksi dan pemeringkatan proyek dengan menggunakan metodologi
gabungan penilaian subyektif dan obyektif dari beberapa kriteria.
5. Analisis Biaya Manfaat Sosial yang selanjutnya disebut ABMS adalah
metode untuk mengukur nilai kontribusi sosial dan ekonomi dari
proyek terhadap masyarakat dan negara secara keseluruhan.
6. Economic Internal Rate of Return yang selanjutnya disebut EIRR adalah
tingkat imbal hasil ekonomi proyek yang dilakukan dengan
membandingkan manfaat ekonomi-sosial dan biaya ekonomi proyek.
7. Economic Net Present Value yang selanjutnya disebut ENPV adalah
adalah tingkat imbal hasil ekonomi yang dihitung dengan
membandingkan besaran hasil kuantifikasi manfaat ekonomi-sosial
yang diterima oleh masyarakat dan pemerintah dari proyek terhadap
biaya ekonomi proyek.
8. Financial Internal Rate of Return yang selanjutnya disebut FIRR adalah
tingkat imbal hasil keuangan proyek yang dilakukan dengan
membandingkan pendapatan dan biaya proyek dengan
mempertimbangkan besarnya faktor nilai uang di masa depan.
9. Financial Net Present Value yang selanjutnya disebut FNPV adalah
nilai saat ini dari selisih antara pendapatan dan biaya selama jangka
waktu proyek pada tingkat diskonto keuangan tertentu.
10. Weighted Average Cost of Capital yang selanjutnya disebut WACC
adalah penentuan tingkat biaya modal optimal dengan menghitung
rata-rata modal tertimbang dengan memperhatikan faktor nilai uang
masa kini dan masa depan.
11. Return On Equity yang selanjutnya disebut ROE adalah tingkat besaran
imbal hasil yang diperoleh atas ekuitas yang diinvestasikan pada
KPBU.
12. Debt Service Coverage Ratio yang selanjutnya disebut DSCR adalah
tingkat kemampuan pemilik modal dalam membayar seluruh
kewajiban pinjaman yang akan jatuh tempo pada tahun berjalan.
13. Afiliasi adalah hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan
sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal,
hubungan antara 2 (dua) perusahaan di mana terdapat 1 (satu) atau
lebih anggota direksi atau dewan komisaris yang sama, hubungan
antara perusahaan dan pihak lainnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan
tersebut, hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan,
baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh pihak yang sama
atau hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.
14. Dokumen Prastudi Kelayakan adalah dokumen yang disiapkan oleh
PJPK yang penyusunannya dilaksanakan pada tahap penyiapan KPBU
atau oleh Calon Pemrakarsa pada tahap persetujuan usulan KPBU
atas Prakarsa Badan Usaha dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan untuk memperoleh surat persetujuan untuk melakukan
Studi Kelayakan dari PJPK.
15. Dokumen Studi Kelayakan adalah dokumen yang disiapkan oleh Calon
Pemrakarsa yang penyusunannya dilaksanakan pada tahap
persetujuan usulan KPBU atas prakarsa Badan Usaha untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh surat penetapan
sebagai pemrakarsa dari PJPK.
16. Badan Hukum Asing adalah suatu badan usaha yang didirikan
berdasarkan hukum suatu negara di luar yurisdiksi Indonesia.
17. Calon Pemrakarsa adalah suatu badan usaha berbentuk Perseroan
Terbatas, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), Badan Hukum Asing, dan koperasi yang mengajukan
suatu prakarsa KPBU kepada Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah.
18. Badan Usaha Pemrakarsa adalah Calon Pemrakarsa yang telah
memperoleh penetapan sebagai pemrakarsa KPBU dari PJPK.
19. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang selanjutnya disebut
AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
20. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut UKL-UPL adalah
pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan
bagi ...
-4-
E. Peraturan Terkait
Peraturan terkait merupakan peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan pelaksanaan KPBU dan dasar kewenangan Kementerian
PPN/Bappenas menetapkan Panduan Umum ini yang diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi.
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi.
8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
9. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
12. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
13. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
14. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
15. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
16. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata.
17. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.
BAB II ...
-8-
BAB II
TAHAP PERENCANAAN KPBU
A. Ketentuan Umum
1. Tahap perencanaan KPBU dimaksudkan untuk:
a. memperoleh informasi mengenai kebutuhan Penyediaan
Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan dengan Badan Usaha
berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional,
Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Strategis dan Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga, dan/atau Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; dan
b. mendukung koordinasi perencanaan dan pengembangan rencana
KPBU serta melakukan keterbukaan informasi kepada masyarakat
mengenai rencana KPBU.
3. penyusunan ...
-9-
5. Kriteria ...
-10-
9. Dalam ...
-11-
9. Dalam hal KPBU merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis
infrastruktur, maka koordinator PJPK yang disepakati dalam nota
kesepemahaman akan melakukan pembagian kewenangan tugas dalam
KPBU gabungan tersebut.
10. Penetapan KPBU yang memiliki potensi untuk dikerjasamakan dengan
Badan Usaha:
a. dilakukan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Direksi BUMN untuk
penetapan KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah dalam hal
terdapat kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan;
dan
b. dilakukan oleh Kepala Daerah atau Direksi BUMD untuk penetapan
KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah Daerah.
E. Konsultasi Publik
Konsultasi Publik pada tahap perencanaan dilakukan oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN/Direksi BUMD untuk
mendiskusikan penjelasan dan penjabaran terkait dengan rencana KPBU
sehingga diperoleh hasil sekurang-kurangnya sebagai berikut:
1. penerimaan tanggapan dan/atau masukan dari pemangku kepentingan
yang menghadiri Konsultasi Publik; dan
2. evaluasi terhadap hasil yang didapat dari Konsultasi Publik dan
implementasinya dalam KPBU.
H. Pengkategorian KPBU
1. KPBU dikategorikan berdasarkan tingkat kesiapan, yaitu:
a. KPBU siap ditawarkan; dan
b. KPBU dalam proses penyiapan.
2. Rencana ...
-13-
identifikasi ...
-14-
BAB III
TAHAP PENYIAPAN KPBU
A. Ketentuan Umum
1. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan Usaha Milik
Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah bertindak sebagai PJPK
dalam tahap penyiapan KPBU.
2. PJPK memastikan ketersediaan anggaran pada tahap penyiapan KPBU
antara lain:
a. penyusunan kajian awal Prastudi Kelayakan;
b. penyusunan kajian akhir Prastudi Kelayakan;
c. penyusunan kajian lingkungan, bila diperlukan; dan
d. pengadaan Badan Penyiapan, bila diperlukan.
3. Penyiapan KPBU bertujuan untuk mengkaji kelayakan KPBU untuk
dikerjasamakan dengan Badan Usaha.
4. PJPK membentuk Tim KPBU dalam tahap penyiapan KPBU dan dapat
dibantu oleh Badan Penyiapan.
5. Tim KPBU sebagaimana dimaksud pada angka 4 memiliki peran dan
tanggung jawab untuk:
a. melakukan kegiatan tahap penyiapan KPBU meliputi, kajian awal
Prastudi Kelayakan dan kajian akhir Prastudi Kelayakan;
b. melakukan kegiatan tahap transaksi KPBU hingga tercapainya
pemenuhan pembiayaan (financial close), kecuali kegiatan
pengadaan Badan Usaha Pelaksana;
c. menyampaikan pelaporan kepada PJPK secara berkala melalui
Simpul KPBU; dan
d. melakukan koordinasi dengan Simpul KPBU dalam pelaksanaan
tugasnya.
6. Ruang lingkup tugas Badan Penyiapan meliputi:
a. melakukan pendampingan dalam penyiapan dan transaksi KPBU;
atau
b. membantu PJPK dalam melakukan transaksi KPBU.
7. Dalam hal PJPK dibantu oleh Badan Penyiapan, biaya Badan
Penyiapan dibayarkan dengan tata cara pembayaran secara berkala
(retainer fee), pembayaran secara penuh (lump sum), gabungan
pembayaran secara berkala dan penuh, dan/atau tata cara lain yang
disepakati antara Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi
Badan Usaha Milik Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah
dengan Badan Penyiapan.
8. Tahap ...
-16-
awal ...
-17-
c. kajian ...
-18-
3) menentukan ...
-19-
5) konfirmasi ...
-20-
4) pemilihan ...
-21-
b) penghematan ...
-22-
c) menentukan ...
-23-
4) PJPK ...
-24-
4) memperkirakan ...
-25-
6) bentuk ...
-26-
C. Konsultasi ...
-27-
C. Konsultasi Publik
PJPK menetapkan Konsultasi Publik yang dapat dilakukan pada setiap
tahap penyiapan KPBU untuk melakukan penjelasan dan penjabaran
terkait dengan KPBU dan sekurang-kurangnya menghasilkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Penerimaan tanggapan dan/atau masukan dari pemangku kepentingan
yang menghadiri Konsultasi Publik; dan
2. Evaluasi terhadap hasil yang didapat dari Konsultasi Publik dan
implementasinya dalam KPBU.
b. konsultasi ...
-28-
BAB IV ...
-29-
BAB IV
A. Ketentuan Umum
c. Pengadaan ...
-30-
b. Badan ...
-31-
e. Masa ...
-32-
e. Masa Prakonstruksi
1) Manajemen pelaksanaan pada saat prakonstruksi terhitung sejak
penandatanganan perjanjian KPBU sampai dengan pemenuhan
pembiayaan (financial close).
2) Simpul KPBU bertugas melaksanakan pengawasan pelaksanaan
perjanjian KPBU dan pemenuhan pembiayaan (financial close).
3) Dalam melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud
pada angka 2), Simpul KPBU dapat dibantu oleh tim.
f. Masa Konstruksi
1) Manajemen pelaksanaan pada saat konstruksi terhitung sejak
dimulainya konstruksi sampai dengan proyek KPBU beroperasi
secara komersial.
2) Simpul KPBU melaksanakan manajemen pelaksanaan atas:
a) rancangan fasilitas baru atau penjelasan atas pelayanan yang
akan disediakan;
b) penggabungan fasilitas baru dengan fasilitas yang telah ada;
c) hak untuk menyampaikan permasalahan terkait dengan
kegagalan dan ketidakmampuan Badan Usaha Pelaksana
untuk memenuhi perjanjian KPBU;
d) penundaan atau perubahan jadwal konstruksi;
e) variasi disain konstruksi, apabila diminta oleh PJPK;
f) kesiapan pekerjaan/operasi;
g) pemantauan atas kesesuaian perencanaan teknik dengan
pelaksanaan konstruksi;
h) permasalahan mengenai tenaga kerja; dan
i) risiko yang ditanggung oleh PJPK.
3) Apabila terjadi pengalihan saham Badan Usaha Pelaksana
sebelum proyek KPBU beroperasi secara komersial, Simpul KPBU
melakukan kegiatan yang meliputi:
a) penetapan kriteria pengalihan saham oleh PJPK yang
meliputi:
i. pengalihan saham tidak boleh menunda jadwal mulai
beroperasinya KPBU; dan
ii. pemegang saham pengendali yang merupakan pemimpin
konsorsium dilarang untuk mengalihkan sahamnya
sampai dengan dimulainya operasi komersial dari KPBU.
b) melakukan kualifikasi terhadap calon pemegang saham baru
Badan Usaha Pelaksana yang sekurang-kurangnya memenuhi
persyaratan yang ditetapkan pada saat dilaksanakan
prakualifikasi pelelangan umum Badan Usaha Pelaksana;
c) mengajukan persetujuan kepada PJPK, apabila calon
pemegang saham baru telah memenuhi seluruh kriteria
pengalihan saham yang ditetapkan dan memenuhi
persyaratan kualifikasi; dan
d) menyiapkan ...
-33-
c) melakukan ...
-34-
F. Pemenuhan ...
-35-
Kepala ...
-36-
lanjut ...
-37-
BAB V ...
-38-
BAB V
A. Ketentuan Umum
1. Badan Usaha dapat mengajukan prakarsa KPBU dengan
mengusulkan kepada PJPK berdasarkan tata cara pelaksanaan KPBU
atas prakarsa Badan Usaha.
2. Usulan Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada angka 1,
dievaluasi oleh PJPK sebelum ditetapkan sebagai KPBU atas prakarsa
Badan Usaha.
3. Tata Cara Pelaksanaan KPBU atas prakarsa Badan Usaha bertujuan
untuk:
a. memastikan transparansi dan persaingan dalam pelaksanaan
pengadaan Badan Usaha Pelaksana berdasarkan perjanjian
KPBU;
b. meningkatkan akuntabilitas dan tata kelola yang baik dari PJPK
dalam melaksanakan KPBU atas prakarsa Badan Usaha; dan
c. memastikan kesiapan Badan Usaha dalam menyiapkan usulan
KPBU atas prakarsa Badan Usaha dengan memberikan
pedoman mengenai:
1) tujuan usulan KPBU diajukan;
2) informasi dan dokumen yang dipersyaratkan dalam KPBU
usulan Calon Pemrakarsa; dan
3) tahapan dan langkah-langkah serta kerangka waktu dalam
proses pengambilan keputusan untuk memberikan
persetujuan atas usulan KPBU yang diprakarsai oleh
Badan Usaha.
c. PJPK ...
-39-
b. Rencana ...
-40-
b. Seluruh ...
-41-
E. Dokumen ...
-42-
E. Dokumen
1. Dokumen penting yang dihasilkan pada pelaksanaan Proyek KPBU
atas Prakarsa Badan Usaha adalah:
a. dokumen Prastudi Kelayakan.
b. dokumen AMDAL (KA ANDAL, Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup-Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup) atau formulir
UKL-UPL yang telah diisi.
c. dokumen rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali.
d. dokumen Studi Kelayakan.
e. dokumen permintaan penawaran.
f. dokumen perjanjian KPBU.
g. dokumen perjanjian penjaminan.
h. dokumen perjanjian regres.
2. Dokumen Studi Kelayakan sebagaimana dimaksud pada angka 1
huruf d, antara lain:
a. rencana rancang bangun KPBU;
b. rencana bentuk KPBU;
c. rencana pembiayaan KPBU dan sumber dana; dan
d. rencana penawaran KPBU (mencakup jadwal, proses dan cara
penilaian).
3. Kerangka struktur dan isi dokumen sebagaimana pada angka 1
huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, huruf g, huruf h dan huruf 1
mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Bab IV.
BAB VI ...
-43-
BAB VI
PENUTUP
ttd
ANDRINOF A. CHANIAGO
Emmy Suparmiatun
SALINAN
ANAK LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
NOMOR 4 TAHUN 2015
TANGGAL29 MEI 2015
TAHAPAN PELAKSANAAN KPBU
1. Penyusunan rencana dan anggaran dana KPBU; 1. Penyiapan Kajian KPBU; 1. Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding);
2. Identifikasi dan Penyusunan Usulan Rencana KPBU;
2. Pengajuan Dukungan Pemerintah; 2. Penetapan lokasi KPBU;
3. Penganggaran dana tahap perencanaan;
3. Pengajuan Jaminan Pemerintah; dan 3. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU;
4. Pengambilan keputusan lanjut/tidak lanjut rencana KPBU;
4. Pengajuan Penetapan Lokasi. 4. Penandatanganan perjanjian KPBU; dan
5. Penyusunan Daftar Rencana KPBU; dan
6. Pengkategorian KPBU. 5. pemenuhan pembiayaan (Financial Close).
Output:
Dokumen Perjanjian KPBU
Output: Dokumen Pelelangan Umum
Output:
Studi Pendahuluan Dokumen Persetujuan Prinsip
Prastudi Kelayakan Dokumen Persetujuan Prinsip Dukungan Kelayakan
Daftar Prioritas Proyek Dokumen Perjanjian Penjaminan
Dokumen Perjanjian Regres
ANDRINOF A. CHANIAGO
Emmy Suparmiatun
SALINAN
ANAK LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
NOMOR 4 TAHUN 2015
TANGGAL 29 MEI 2015
Tahap Perencanaan
Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Bappenas Mitra Lain Output
Daerah
Identifikasi proyek
KBPU
Laporan Studi
Penyusunan Studi Pendahuluan dan
Pendahuluan dan Berita Acara
Konsultasi Publik Konsultasi Publik
Lap Studi
Pendahuluan
Melakukan
Penyampaian penyeleksian dan
usulan KPBU penilaian terhadap
usulan KPBU
Lanjut
ttd
ANDRINOF A. CHANIAGO
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum,
Emmy Suparmiatun
SALINAN
ANAK LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
NOMOR 4 TAHUN 2015
TANGGAL 29 MEI 2015
Tahap Penyiapan
Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah/Direksi
BUMN/Direksi BUMD selaku Bappenas Mitra Lain Output
PJPK
Dokumen
Perencanaan
Pemerintah/
BUMN/BUMD
Kajian Awal
Menyiapkan Kajian Prastudi
Awal Prastudi Pemantauan Kelayakan
Kelayakan
Penyusunan
Dokumen
Pengadaan Tanah Dokumen Perencanaan
Kementerian Pengadaan Tanah dan
termasuk Agraria dan Tata Pemukiman Kembali
Pengajuan Ruang/BPN
Penetapan Lokasi
(bila diperlukan)
Kemenkeu untuk
Dukungan
Pemerintah dalam
bentuk Dukungan
Kelayakan Permohonan Dukungan
Pengajuan dan/atau Jaminan
Pemerintah
Rencana
Dukungan dan/
BUPI untuk
atau Jaminan
Jaminan
Pemerintah
Pemerintah
(bila diperlukan)
Dokumen Prastudi
Penyiapan Kajian Kelayakan
Pemantauan
Akhir KPBU
ttd
ANDRINOF A. CHANIAGO
Emmy Suparmiatun
SALINAN.
ANAK LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
NOMOR 4 TAHUN 2015
TANGGAL 29 MEI 2015
Tahap Transaksi
Menteri/Kepala Lembaga/
Direksi BUMN/Direksi BUMD Bappenas Mitra Lain Output
Selaku PJPK
Dokumen
Perencanaan
Pemantauan
Pemerintah/
BUMN/BUMD
Penetapan Lokasi
Dokumen Penetapan
sesuai dengan Kementerian Lokasi
Peraturan Perundang- Lingkungan Hidup
undangan
Prakualifikasi
Badan Usaha
Pelaksana
Dokumen Pengadaan
Pengadaan Badan
Usaha Pelaksana
- Surat Dukungan
Kelayakan (bila diperlukan)
Pemenuhan - Dokumen Perjanjian
Lembaga Pinjaman
Pembiayaan
Pembiayaan - Izin Lingkungan (sebelum
(Financial Close) Prakonstruksi)
Konstruksi Dan
Operasi
ttd
ANDRINOF A. CHANIAGO
Emmy Suparmiatun
SALINAN
ANAK LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
NOMOR 4 TAHUN 2015
TANGGAL 29 MEI 2015
A
R
S
A
ANDRINOF A. CHANIAGO
Emmy Suparmiatun
SALINAN
ANAK LAMPIRAN VI
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
NOMOR 4 TAHUN 2015
ORGANISASI DALAM PELAKSANAAN TAHAPAN KPBU TANGGAL 29 MEI 2015
Keterangan :
koordinasi
Menteri/Kepala Lembaga /Kepala
pembentukan Daerah
PJPK
PANITIA PENGADAAN
TIM KPBU
Emmy Suparmiatun