Laporan Praktikum Fisika
Laporan Praktikum Fisika
Laporan Praktikum Fisika
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Praktikum Fisika Dasar ini diadakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat:
1. Memiliki dasar-dasar cara kerja penelitian atau eksperimen ilmiah.
2. Mengamati secara langsung mengenai gejala-gejala fisis dari suatu alat.
3. Memiliki ketrampilan dalam menggunakan alat-alat di laboratorium.
4. Membiasakan selalu bekerja dengan teliti dan tanggung jawab.
5. Melatih untuk selalu membuat catatan baru suatu pengamatan
percobaan baik itu meringkas, menafsirkan dan menganalisa.
Jadi hasil perobaan tidak selalu tepat namun terdapat suatu jangkauan
harga:
x x x x x
No Xi 2
Xi - Xi -
2
X1 - X1 -
1. X1
2. X2
X2 - X2 -
2
. . .
. . . .
. . . .
.
.
.
n Xn .
Xn -
Contoh:
Penulisan yang Salah Penulisan yang Benar
k (200 ,1 0,215 ) K / dt k (200 ,1 0,2) K / dt
22 / 7 3,1415
F (2700000 30000)N F (270 3) x10 N
4
BAB II
PERCOBAAN YANG DILAKUKAN
P Q
dalam percobaan diketahui besarnya E = 9,28 V dan tegangan pada masing masing titik
adalah
VR1 = 5,49 V
VR5 = 0,61 V
VR pararel = 1,37 V
Arah loop :
3. Perbandingan besar arus dan tegangan antara perhitungan fisika dan pengukuran
langsung.
Berikut tabel hasil dari pengukuran tegangan dan arus .
R (Ω) I (A) V (Volt)
R1 = 197,48 27,80 x 10-3 5,49
R2 = 270,58 5,10 x 10-3 1,38
R3 = 147,52 9,20 x 10-3 1,36
R4 = 101,48 13,50 x 10-3 1,37
R5 = 21,94 27,8 x 10-3 0,61
Rtot = R1 + Rpararel + R5
= 197,48 + + 21,94
Itotal =
= A
= .
VRpararel = Itotal.Rpararel
VR5 = Itotal.R5
1. I1 = I5 = 27,8
2. I2 = Vpararel/R2
=
3. I3 = Vpararel/R3
=
4. I4 = Vpararel/R4
Tabel perbandingan kuat arus dan tegangan dari hasil pengukuran langsung
dengan perhitungan matematis.
NO Perhitungan pengukuran langsung Perhitungan matematis
Tegangan (V) Arus (A) Tegangan Arus (A)
(V)
1 5,49
27,80 x 10-3
4. Kesimpulan
1. Untuk pembuktian hukum kirchoff tegangan didapat hasil 0,32 V dan hukum
Kirchoff arus didapat hasil 27,80 x 10-3 A. Setelah dilakukan perhitungan didapat
hasil yang hampir mendekati kedua hukum kirchoff tersebut. Untuk hukum
Kirchoff tegangan didapat hasil nol kemungkinan kesalahan ini adalah pada
waktu pelaksanaan praktikum multimeter tidak dapat membaca dengan bagus
karena pada saat percobaan pengukuran harus dilakukan berulang kali karena
multimeter mengalami beberapa kali error, selain itu dapat juga disebabkan oleh
adanya hambatan dalam pada power supply dan hambatan pada kabel yang dapat
mengurangi besarnya tegangan pada rangkaian. Hal yang sama juga terjadi pada
kuat arus dimana terdapat selisih yang berbeda-beda antara tiap arus yang dibaca
alat ukur dengan yang dihitung secara matematis.
2. Untuk perbandingan antara kuat arus dan tegangan yang dihitung secara matematis
dan yang diukur langsung menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal ini dapat
disebabkan karena pada pengukuran langsung, akan terbaca tegangan dan kuat harus
yang telah dipengaruhi oleh hambatan baik hambatan pada kabel atau hambatan dalam
pada power supply. Sedangkan pada perhitungan secara matematis hambatan hambatan
ini diabaikan sehingga akan mempengaruhi hasil antara tegangan dan kuat arus yang
diukur dengan alat ukur dengan yang dihitung secara manual.
I. Tujuan percobaan
1. Menentukan besar hambatan listrik suatu resistor dengan bantuan Hukum
Ohm.
2. Menentukan hubungan antara arus yang lewat pada resistor dengan beda
potensial antara ujung-ujung resistor tersebut.
V .Analisis percobaan
1. Grafik hubungan V-I
Grafik hubungan tegangan (V) terhadap kuat arus (A) berdasarkan hasil percobaan
Dari grafik terlihat bahwa terjadi peningkatan kuat arus seiring dengan
pertambahan tegangan. Ini terlihat dari grafik dimana semakin tinggi tegangan
meningkat maka semakin tinggi pula jumlah arus yang terjadi. Hal ini sesuai
dengan persamaan V = I.R dimana tegangan (V) berbanding lurus dengan kuat
arus (I) yang artinya kuat arus akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
tegangan.
R= = = 309,09 Ω
4. Kesimpulan
1. Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tegangan dan kuat
arus adalah berbanding lurus yaitu jika tegangan semakin tinggi maka kuat arus
juga akan semakin tinggi, sesuai dengan persamaan V = I.R.
2. Besarnya resistor berdasarkan grafik adalah 309,09 Ω
I. Tujuan Percobaan
1. Memahami rangkaian jembatan wheatstone.
2. Mempelajari rangkaian jembatan wheatstone sebagai pengukur hambatan.
3. Mengukur besar hambatan dan membuktikan hukum hubungan seri dan
paralel.
4. Menentukan hambatan jenis suatu kawat penghantar.
Rx =R3
Rx =Rs
V. Prosedur Percobaan
1. Meyususun rangkaian seperti pada gambar 2.
2. Menentukan nilai Rs, kemudian atur kontak geser K sehingga
galvanometer menunjukkan angka nol.
3. Mencatat panjang l1 dan l2.
4. Mengulangi langkah 2 dan 3 dengan mengubah nilai Rs sebanyak 10 kali.
5. Menuliskan data diatas pada lembar data.
Rx =Rs
maka:
= 1,34+2,068+2,57+2,94+3,10+3,47+3,50+3,59+3,76+3.86
10
= 3,019 Ω
= 5,56+31,5+14,8+2,61+2,68+14,9+15,9+18,9+24,5+27,8
10
= 15,9 1%
dimana :
L = 74.10 -2
d = 0,365. 10-3 dan
1. ρ1 = 1,34 . = 2,29.10-7 Ωm
2. ρ2 = 2,068 . = 3,51.10-7 Ωm
3. ρ3 = 2,57 . = 4,37.10-7Ωm
4. ρ4 = 2,94 . = 5,01.10-7Ωm
5. ρ5 = 3,10 . = 5,28.10-7 Ωm
6. ρ6 = 3,47 . = 5,91.10-7 Ωm
7. ρ7 = 3,50 . = 5,96.10-7 Ωm
8. ρ8 = 3,59 . = 6,11.10-7 Ωm
9. ρ9 = 3,76 . = 6,40.10-7 Ωm
= 5,14.10-7
3. Standar devisiasi kawat
No. ρi 2
ρ= ± SD
ρ = 5,14.10-7 ± 1,38.10-7
ρ1 = 5,14.10-7 – 1,38.10-7= 3,76.10-7
ρ2 = 5,14.10-7 +1,38.10-7= 6,52.10-7
Jadi besar hambatan jenis kawat penghantar 3,76.10-7≤ ρ ≤ 6,52.10-7Ωm
4. Hambatan jenis kawat penghantar
Literatur hambatan jenis bahan pengantar pada suhu 20oC
Dari literatur didapat hambatan jenis kawat pengantar yang digunakan adalah
dari bahan manganin dengan besar hambatan jenis manganin 44.10-8 Ωm.
Hambatan jenis manganin mendekati nilai dari rata-rata hambatan jenis kawat
penghantar yang digunakan yaitu 5,14.10-7 Ωm.
5. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan didapat kesimpulan rata-rata hambatan jenis kawat
penghantar adalah 5,14.10-7 Ωm dengan besar standar devisiasi 1,38.10-7 maka
akan didapat besar hambatan jenis kawat dalam rentan 3,76.10-7≤ ρ ≤ 6,52.10-7
Ωm dan rata - rata nilai Rx adalah 3,019Ω. Sesuai dengan besarnya rata-rata
hambatan jenis kawat penghantar didapat kawat tersebut berbahan manganin.
2. Jembatan Wheatstone adalah suatu rangkaian yang digunakan untuk mengukur
hambatan pada sebuah resistor dengan menggunakan alat alat diantarany
galvanometer, hambatan geser, hambatan standart dan mistar yang dapat
menghasilkan pengukuran hambatan secara lebih presisi.
I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan harga modulus puntir logam.
2. Memahami sifat elastis bahan di bawah pengaruh puntiran.
3. Membandingkan nilai modulus puntir berbagai logam.
maka :
= 1740,4.104 Dyne/cm2rad
2. Batang kuningan
Untuk menghitung modulus puntir batang kuningan digunakan
rumus
maka :
= = 1497,43.104 Dyne/cm2rad
3. Batang tembaga
untuk menghitung modulus puntir batang kuningan digunakan
rumus
maka :
b. G2= = = 1299,15.104Dyne/cm2rad
= 1574,15.104 Dyne/cm2rad
3. Batang tembaga
Grafik hubungan modulus puntir terhadap
gaya beban pada batang tembaga.
Kr1 = = 17,42%
Kr2 = = 12,04%
Kr3 = = 12,78%
Kr4 = = 17,34%
2. Batang kuningan
No Gi
1 1274,39.104 1497,43.104 223,43. 104
2 1240,67.104 1497,43.104 256,76. 104
3 1380,47.104 1497,43.104 116,96. 104
4 1656,98.104 1497,43.104 159.55. 104
5 1934,64.104 1497,43.104 437.21. 104
Jumlah 7487,15.104
Kr1 = = 14,92%
Kr2 = = 17,14%
Kr3 = = 7,88%
Kr4 = = 7,81%
Kr5 = = 29,19%
Kr1 = = 19.39%
Kr2 = = 17.46%
Kr3 = = 1,60%
Kr4 = = 11,17%
Kr5 = = 27,30%
D. Standar devisiasi
1. Standar devisiasi aluminium
G= ± SD
G = 1849,06.104 ± 279,62.104
G1 = 1849,06.104 - 279,62.104 = 1569,43.104
G2 = 1849,06.104 + 279,62.104 = 2128,68.104
Jadi modulus puntir aluminium 1569,43.104≤ G ≤ 2128,68.104 Dyne/cm2rad
G= ± SD
G= ± SD
G = 1574,15.104 ± 307,04.104
G1 = 1574,15.104 - 307,04.104= 1267,10.104
G2 = 1574,15.104 + 307,04.104= 1881,19.104
Jadi modulus puntir tembaga 1267,10.104≤ G ≤ 1881,19.104 Dyne/cm2rad
E. Kesimpulan
1. Modulus puntir dari masing masing logam yang dihitung berdasarkan percobaan
diperoleh
A. Modulus puntir aluminium = 1849,06Dyne/cm2rad
B modulus puntir kuningan = 1497,43Dyne/cm2rad
C. Modulus puntir tembaga = 1574,15Dyne/cm2rad
I. Tujuan Percobaan
1. Memahami hukum Stokes tentang zat
cair.
2. Memahami bahwa gaya gesekan yang dialami benda yang bergerak
dalam fluida (gas & zat cair) berkaitan dengan kekentalan fluida
W = FA + FS …………………..(1)
V. Data percobaan
1. Olie 1(SAE 10)
massa jenis bola besi = 7,31 gr/cc massa bola = 1,69 gr
masa jenis fluida (olie) = 0,865 gr/cc jari - jari bola (r)= 0,45 cm
jari-jari tabung gelas (R) = 1,77 cm volume bola = 0,22 cm3
No S (cm) T (detik) v = S(1+0,24r/R)/t (cm/detik)
1 10 0,30 35,33
2 20 0,60 35,33
3 30 0,81 39,20
4 40 0,86 49,30
5 50 1,00 53
No S T v = S(1+0,24r/R)/t (cm/detik)
(cm) (detik)
1 10 0,35 30,28
2 20 0,82 25,85
3 30 0,93 34,19
4 40 1,04 40,71
5 50 1,64 32,31
1= = 2,55.10-2 poise
3= = 6,19.10-2 poise
4= = 5,24.10-2 poise
5= = 5,67.10-2 poise
= = 4,95.10-2 poise
1= = 2,95.10-2poise
2= = 6,90.10-2 poise
3= = 7,03.10-2 poise
4 = 6,27.10-2 poise
= = 6,47.10-2 poise
5. Kesalahan relatif
a. Kesalahan relatif oli SAE 10
No ηi
Kr2 = = 3,03%
Kr3 = = 25,05%
Kr4 = = 4,85%
Kr5 = = 14,54%
Kr1 = = 54,40%
Kr3 = = 8,65%
Kr4 = = 3,09%
Kr5 = = 42,19%
6. Standart devisiasi
a. Standar devisiasi oli SAE 10
No ηi
= ± SD
= ± SD
= 6,47.10-2 ± 2,26.10-2
7. Kesimpulan
1. Dari data hasil perhitungan percobaan didapat viskositas oli SAE 10 sebesar
4,95.10-2 poise poise dan viskositas oli SAE 20 sebesar 6,47.10-2 poise.
2.. Pada oli SAE 10 terjadi penurunan viskositas cukup tajam terjadi pada bagian
tengah grafik namun kemudian viskositas kembali meningkat walaupun cenderung
datar. Sedangkan dari grafik oli SAE 20 terlihat mengalami viskositas naik turun
seiring dengan bertambahnya waktu dengan pertambahan viskositas yang relatif
stabil.
I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan harga kosntanta pegas dengan metode pembebanan.
2. Menentukan harga konstanta pegas dengan metode getaran selaras.
3. Menentukan hubungan kosntanta pegas dengan periode getar.
Sebuah pegas ketika diberi gaya tarik F akan bertambah panjang sejauh x,
dan dalam kasus ini berlaku hukum Hooke:
............................................(1)
Jika gaya F ditimbulkan oleh massa benda maka F = gaya berat = m.g
Maka konstanta pegas :
……………..(2)
.........................(3)
Dengan f = frekuensi
(Hz)
n = jumlah getaran
t = waktu (s)
maka
............................................................(5)
Energi Potensial Pegas (Ep) dan Usaha (W) untuk Meregangkan Pegas
Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena kedudukannya
terhadap suatu acuan. Energi potensial pegasdihitung berdasarkan acuan titik
setimbangnya, sehingga saat pegas menyimpang sejauh x akan memiliki
energi potensial yang besarnya:
B. Sistem Getaran
1. Mengambil massa beban (m) gantungkan pada pegas, tarik beban
sedikit ke bawah kemudian lepaskan, maka akan terjadi getaran selaras.
2. Mencatat waktu yang diperlukan untuk 40 getaran.
3. Mencatat data pada lembar data.
V. Data percobaan
a. Sistem pembebanan
No m (gr) l0 (cm) l(cm) x (cm) k (Dyne/cm f (Dyne)
1 10 20 21 1 1 1
2 20 20 22 2 1 2
3 30 20 23 3 1 3
4 40 20 24 4 1 4
5 50 20 25 5 1 5
b. Sistem getaran
No m (gr) n (kali) t (detik) Periade Frekuensi
(detik) (Hz)
1 10 40 10,59 0,26 3,85
2 20 40 12,15 0,30 3,33
3 30 40 14,61 0,36 2,77
4 40 40 16,62 0,42 2,38
5 50 40 18,22 0,46 2,17
k1 = = 1 Dyne/cm
k2 = = 1 Dyne/cm
k3 = = 1 Dyne/cm
k4 = = 1 Dyne/cm
k5 = = 1 Dyne/cm
= = 1 Dyne/cm
Sistem getaran
k1 = = 5834,08 Dyne/cm
k3 = = 9129,26 Dyne/cm
k4 = = 8942,95 Dyne/cm
k5 = = 9319,10 Dyne/cm
== = =8397,89 Dyne/cm
kbeban = = = = 1 Dyne/cm
W=
= = 4π2mf 2
maka
m= gram
Jadi hubungan antara massa terhadap freakuensi adalah berbanding terbalik dimana
jika massa semakin besar maka frekuensi akan semakin kecil namun jika massa kecil
maka frekuensi akan semakin besar. Jika melihat pada tabel dibawah maka hasil yang
didapat juga sama.
4. Kesalahan relatif
a. Kesalahan relatif sistem pembebanan
No Ki
1 1 1 0
2 1 1 0
3 1 1 0
4 1 1 0
5 1 1 0
jumlah 5
Kr1 = = 0%
Kr2 = = 0%
Kr3 = = 0%
Kr5 = = 0%
Kri =
Kr1 = = 30,53 %
Kr2 = = 4,36 %
Kr3 = = 8,71 %
Kr4 = = 6,49 %
5. Standar devisiasi
a. Sistem pembebanan
No Ki
1 1 1 0 0
2 1 1 0 0
3 1 1 0 0
4 1 1 0 0
5 1 1 0 0
Jumlah 5 0
= 0 = 0 = 0
5-1
K= ± SD
K =1 ± 0
K1 = 1 - 0= 1
K2 = 1 + 0= 1
Jadi konstantanya 1≤ a ≤ 1 Dyne/cm
b. Sistem getaran
No Ki
1 5834,08 8397,89 2563,81 6573121,72
2 8764,08 8397,89 366,19 134095,12
3 9129,26 8397,89 731,37 534902,08
4 8942,95 8397,89 545,06 297090,40
5 9319,10 8397,89 921,21 848627,86
jumlah 41989,47 8387837,18
K= ± SD
K = 8397,89± 1448,09
K1 = 8397,89 - 1448,09= 6949,8 Dyne/cm
K2 = 8397,89 + 1448,09= 9845,98 Dyne/cm
Jadi konstantannya 6949,8 ≤ a ≤ 9845,98 Dyne/cm
6. Kesimpulan
1. Dari hasil perhitungan percobaan didapat konstanta pegas untuk sistem getaran sebesar
8397,89 Dyne/cm dan sistem pembebanan sebesar 1 Dyne/cm
2. Hubungan massa dan frekuensi dalam konstanta pegas pada sistem getaran berbanding
terbalik artinya semakin kecil massa semakin besar frekuensi namun jika massa semakin
besar maka frekuensi semakin kecil
3. Terdapat perbedaan hasil antara konstanta pegas yang didapat dari sistem pembebanan
dan sistem getaran. Waupun sama-sama dipengaruhi oleh massa tapi perbedaan ini
didapat karena pada sistem getaran, konstanta dipengaruhi oleh periode atau frekuensi
sedangkan pada sistem pembebanan dipengaruhi oleh gravitasi bumi dan pertambahan
panjang. Walaupun hasilnya berbeda tapi masih satu pengertian yaitu kosntanta pegas.
Tapi jika disimpulkan antara konstanta dengan sistem getaran dianggap lebih akurat
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan percobaan dapat disimpulkan
1. Hukum Kirchoff tegangan dan hukum Kirchoff arus telah dapat dibuktikan yaitu dari
hasil perhitungan data percobaan didapat hasil yang mendekati pengukuran yang
dilakukan oleh alat ukur untuk arus 27,80 x 10-3A : A dan unutk tegangan
5,49V : V
2. Perbandingan antara tegangan terhadap kuat arus adalah berbanding lurus dimana
dari hasil percobaan didapat grafik yang memiliki garis menanjak, yang artinya sesuai
dengan rumus awal V=I/R.
3. Jembatan wheat stone adalah sebuah alat yang dapat mengukur besarnya tahanan
pada suatu resisitor lebih akurat karena alat ini terdiri dari galvanometer, hambatan
standart, kawat geser dan hambatan geser. Dari hasil pengamatan didapat hambatan
kawat sebesar 3,02 ohm.
4. Hambatan jenis dari sebuah kawat penghantar dapat ditentukan dengan
menggunakan jembatan wheatstone berdasarkan rumus :
Besar hambatan jenis dari hasil pengamatan didapat sebesar 5,14.10-7 yang
merupakan kawat dari bahan constantan.
5. Pengukuran konstanta pegas dapat lebih akurat jika menggunakan konstanta
berdasarkan sistem getaran karena pada sistem ini konstanta pegas dihitung
berdasarkan periode atau frekuensi yang dialami oleh pegas. Seperti yang diketahui
pegas adalah suatu bentuk gerak harmonis sederhana yang begetar bolak balik pada
suatu titik keseimbangan
6. Modulus puntir logam adalah suatu ukuran kekuatan bahan untuk menahan beban
puntir. Dari hasil pengamatan didapat modulus puntir aluminium sebesar 1740,4.104
7. Viskositas oli SAE 10 lebih rendah dari pada viskositas oli SAE 20. Dapat dilihat
pada hasil perhitungan data didapat SAE 10 = 4,95.10-2 poise dan SAE 20 =
6,47.10-2 poise
8. Dari hasil perhitungan percobaan didapat konstanta pegas untuk sistem getaran
sebesar 8397,89 Dyne/cm dan sistem pembebanan sebesar 1 Dyne/cm
3.2 Saran
1. Sebaiknya waktu kedatangan asistan laboratorium dan jadwal praktikum lebih tepat
waktu agar mahasiswa praktikan tidak menunggu lama.
2. Sebaiknya pada saat praktikum asisten laboratorium yang membantu jalannya
praktikum lebih dari satu orang , agar praktikum bisa berjalan lebih maksimal.
3. Ketersedian alat - alat praktikum fisika sebaiknya lebih ditingkatkan agar hasil
percobaan praktikum lebih pasti.
1. Halliday, D., Resnick, Fundamental of Physics, Jhon Wiley & Son, 1997