Laporan Praktikum Fisika

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 64

Laporan akhir praktikum fisika

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dasar dalam mempelajari suatu ilmu teknik adalah ilmu fisika. Hal ini
terbukti pada Perguruan Tinggi Teknik, mata kuliah Mekanika Teknik,
Mekanika Fisika, Kinematika, Dinamika dan sebagainya merupakan mata
kuliah dasar umum yang harus dipelajari. Semuanya itu diperoleh dari mata
kuliah Fisika yang merupakan bekal dalam menyelesaikan studi.
Ilmu pengetahuan teknik dan fisika khususnya, merupakan ilmu-ilmu
yang berkembang, bukan berdasarkan teori saja tetapi berdasarkan atas
pengamatan dan pengukuran gejala fisis. Berdasarkan analisa data-data
dari suatu percobaan dan menentukan benar tidaknya suatu ilmu
pengetahuan. Bahkan kemungkinan terjadinya penemuan-penemuan baru
dengan diterapkannya teori analisa percobaan.
Memahami petunjuk-petunjuk praktikum merupakan suatu keharusan
sehingga teori dari suatu ilmu pengetahuan dikuasai dengan baik dan dalam
percobaan didapatkan hasil dan data-data yang tepat.

1.2. Tujuan
Praktikum Fisika Dasar ini diadakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat:
1. Memiliki dasar-dasar cara kerja penelitian atau eksperimen ilmiah.
2. Mengamati secara langsung mengenai gejala-gejala fisis dari suatu alat.
3. Memiliki ketrampilan dalam menggunakan alat-alat di laboratorium.
4. Membiasakan selalu bekerja dengan teliti dan tanggung jawab.
5. Melatih untuk selalu membuat catatan baru suatu pengamatan
percobaan baik itu meringkas, menafsirkan dan menganalisa.

1.3. Teori Kesalahan


Dalam melakukan percobaan selalu dimungkinkan terjadi kesalahan.
Oleh sebab itu kita harus menyertakan angka-angka kesalahan agar kita
dapat memberi penilaian yang wajar dari hasil percobaan.

Jadi hasil perobaan tidak selalu tepat namun terdapat suatu jangkauan
harga:
x  x  x  x  x

Laboratorium fisika ITN Malang 1


Laporan akhir praktikum fisika

Dengan x merupakan nilai terbaik sebagai pengganti nilai yang benar,


x merupakan kesalahan pada pengukuran yang disebabkan keterbatasan alat,
ketidakcermatan, perbedaan waktu pengukuran dan lain sebagainya. Dengan
menyertakan kesalahan atau batas toleransi terhadap suatu nilai yang kita
anggap benar, kita dapat mempertanggungjawabkan hasil percobaan yang
dilakukan.
1. Sumber-sumber Kesalahan
Setiap hasil pengukuran tidak terlepas dari suatu kesalahan, hal
ini disebabkan oleh adanya tiga sumber kesalahan yaitu:
1. Kesalahan bersistem, seperti kesalahan kalibrasi, zero error, paralaks,
keadaan fisis yang berbeda.
2. Kesalahan acak, disebabkan misalnya oleh gerak Brown, fluktuasi
tegangan listrik, noise, back ground dan sebagainya
3. Kesalahan karena tingkat ketelitian alat ukur modern, seperti kalau
kita membandingkan beberapa alat sejenis osiloskop, spektrometer,
digital counter dsb.
2. Penulisan Kesalahan Pada Hasil Pengukuran
Penyimpangan yang terjadi karena pengamatan, kondisi alat maupun
kondisi obyek atau situasi tempat (suhu, tekanan dan kelembaban) dapat
diperhitungkan secara analisa data statistik.Misal nilai pengukuran
data
hasil : X1; X2; X3 ....... Xn

Maka dapat dianalisa sebagai berikut :

No Xi 2
Xi -   Xi - 
2
X1 -   X1 - 
1. X1

2. X2
X2 -   X2 -
2

. . .
. . . .
. . . .
.
.
.
n Xn .

Xn - 

Laboratorium fisika ITN Malang 2


Laporan akhir praktikum fisika

Cara memperkirakan dan menyatakan kesalahan ini, bergantung


pada jenis pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran berulang atau
tunggal. Hasil pengukuran tunggal dapat dinyatakan dengan:
x  x  x
Dengan x adalah hasil pengukuran tunggal dan x merupakan ½
kali skala pengukuran terkecil (s.p.t) dari alat ukur. Contoh t = (2,10 
0.05) detik. Penulisan hendaknya menggunakan angka signifikan yang
benar, angka di belakang koma dari kesalahan tidak boleh lebih dari
angka di belakang koma dari hasil rata-rata, apabila dijumpai bilangan
yang sangat besar atau sangat kecil hendaknya digunakan bentuk
eksponen dan satuan harus dituliskan.

Laboratorium fisika ITN Malang 3


Laporan akhir praktikum fisika

Contoh:
Penulisan yang Salah Penulisan yang Benar
 
k  (200 ,1  0,215 ) K / dt k  (200 ,1  0,2) K / dt

d  (0,000002  0,00000035)mm d  (20  4) x10


7
mm

  22 / 7   3,1415
F  (2700000 30000)N F  (270  3) x10 N
4

D. Pembuatan Grafik dan Metode Kuadrat Terkecil


Selain disajikan dalam bentuk angka-angka, hasil percobaan juga dapat
disajikan dalam bentuk grafik atau kurva dari variabel yang dikehendaki.
Pembuatan grafik mempunyai tujuan untuk melihat hubungan antar variabel,
menghitung konstanta dari rumus dan membuktikan rumus.
Untuk keperluan menghitung konstanta maupun membuktikan rumus,
kurva diusahakan berbentuk linear y = a + bx. Misalkan sekumpulan data
x1, x2, x3, …, xn yang berhubungan secara linear dengan y1, y2, y3, …, yn;
maka
konstanta a dan koefisien b dapat ditentukan sebagai berikut:

Laboratorium fisika ITN Malang 4


Laporan akhir praktikum fisika

BAB II
PERCOBAAN YANG DILAKUKAN

2.1 Percobaan Hukum Kirchoff


I. Tujuan Percobaan
Mempelajari hukum Kirchoff arus dan hukum Kirchoff tegangan.

II. Teori Dasar


Arus yang mengalir pada tiap bagian yang rumit dapat diselesaikan
dengan menggunakan hukum Kirchoff yaitu:
1. Jumlah arus yang masuk suatu sambungan akan sama dengan jumlah arus
lewat dari sambungan tersebut.
2. Pada rangkaian tertutup jumlah sumber tegangan akan sama dengan
jumlah penurunan potensial.

Laboratorium fisika ITN Malang 5


Laporan akhir praktikum fisika

III. Alat Percobaan


1. Papan rangkaian
2. Hambatan
3. Catu Daya
4. Alat ukur arus dan tegangan listrik

IV. Prosedur Percobaan


1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 2
2. Menentukan besar tegangan E yang digunakan.
3. Mengukur besar arus yang mengalir pada masing-masing resistor
pada rangkaian .
4. Mengukur tegangan pada masing-masing resistor (V1, V2, V3, V4, V5),
5. Menuliskan data hasil percobaan pada lembar data.

P Q

V. Data Percobaan Hukum Kirchoff


E = 7,79 Volt
R (Ω) I (A) V (Volt)
R1 = 197,48 27,80 x 10-3 5,49
R2 = 270,58 5,10 x 10-3 1,38
R3 = 147,52 9,20 x 10-3 1,36
R4 = 101,48 13,50 x 10-3 1,37
R5 = 21,94 27,8 x 10-3 0,61

Laboratorium fisika ITN Malang 6


Laporan akhir praktikum fisika

VI. Analisis percobaan


1. Pembuktian hukum Kirchoff arus
Hukum Kirchoff arus menyatakan bahwa jumlah arus yang menuju titik cabang
harus sama dengan jumlah arus yang meninggalkan titik cabang tersebut. Persamaan
ini dapat dinyatakan dengan.

dalam percobaan diketahui bahwa


IR1 = IR5 = 27,80 x 10-3A
IR2 = 5,10 x 10-3 A
IR3 = 9,20 x 10-3
IR4 = 13,50 x 10-3
Pada titik cabang P :

∑Imasuk=IR1=IR2+IR2+IR4= 27,80 x 10-3A

maka arus yang keluar pada titik Q adalah

Ikeluar = 5,10 x 10-3 + 9,20 x 10-3+ 13,50 x 10-3 = 27,80 x 10-3A


Terbukti jumlah arus masuk titik pada cabang P sama dengan jumlah arus keluar
pada titik cabang Q .

2. Pembuktian hukum Kirchoff


Dalam hukum Kirchoff menyatakan bahwa jumlah tegangan dalam rangkaian
tertutup sama dengan nol.

∑V= 0 E+ VR1 + VR pararel + VR5= 0

dalam percobaan diketahui besarnya E = 9,28 V dan tegangan pada masing masing titik
adalah

Laboratorium fisika ITN Malang 7


Laporan akhir praktikum fisika

VR1 = 5,49 V
VR5 = 0,61 V
VR pararel = 1,37 V

Arah loop :

Jika memisalkan arah loop searah jarum jam maka


∑V = 0
∑V = E + VR1 + VRparalel + VR5 = 0
∑V = 7,79 +5,49+1,37+0,61 = 0,32

3. Perbandingan besar arus dan tegangan antara perhitungan fisika dan pengukuran
langsung.
Berikut tabel hasil dari pengukuran tegangan dan arus .
R (Ω) I (A) V (Volt)
R1 = 197,48 27,80 x 10-3 5,49
R2 = 270,58 5,10 x 10-3 1,38
R3 = 147,52 9,20 x 10-3 1,36
R4 = 101,48 13,50 x 10-3 1,37
R5 = 21,94 27,8 x 10-3 0,61

 Perhitungan Secara Matematis


Rumus untuk mencari tegangan adalah
V = I. R
maka

Laboratorium fisika ITN Malang 8


Laporan akhir praktikum fisika

Rtot = R1 + Rpararel + R5
= 197,48 + + 21,94

= 196,33 + 49,22 + 21,94


= 268,64Ω

Itotal =

= A

Untuk tegangan pada masing masing rangkaian didapat


VR1 = Itotal.R1

= .

VRpararel = Itotal.Rpararel

VR5 = Itotal.R5

Untuk arus pada masing masing rangkaian didapat

1. I1 = I5 = 27,8

2. I2 = Vpararel/R2
=

Laboratorium fisika ITN Malang 9


Laporan akhir praktikum fisika

3. I3 = Vpararel/R3
=

4. I4 = Vpararel/R4

Tabel perbandingan kuat arus dan tegangan dari hasil pengukuran langsung
dengan perhitungan matematis.
NO Perhitungan pengukuran langsung Perhitungan matematis
Tegangan (V) Arus (A) Tegangan Arus (A)
(V)
1 5,49
27,80 x 10-3

2 1,38 5,10 x 10-3


3 1,36 9,20 x 10-3
4 1,37 13,50 x 10-3
5 0,61
27,80 x 10-3

4. Kesimpulan
1. Untuk pembuktian hukum kirchoff tegangan didapat hasil 0,32 V dan hukum
Kirchoff arus didapat hasil 27,80 x 10-3 A. Setelah dilakukan perhitungan didapat
hasil yang hampir mendekati kedua hukum kirchoff tersebut. Untuk hukum
Kirchoff tegangan didapat hasil nol kemungkinan kesalahan ini adalah pada
waktu pelaksanaan praktikum multimeter tidak dapat membaca dengan bagus
karena pada saat percobaan pengukuran harus dilakukan berulang kali karena
multimeter mengalami beberapa kali error, selain itu dapat juga disebabkan oleh
adanya hambatan dalam pada power supply dan hambatan pada kabel yang dapat
mengurangi besarnya tegangan pada rangkaian. Hal yang sama juga terjadi pada
kuat arus dimana terdapat selisih yang berbeda-beda antara tiap arus yang dibaca
alat ukur dengan yang dihitung secara matematis.

Laboratorium fisika ITN Malang 10


Laporan akhir praktikum fisika

2. Untuk perbandingan antara kuat arus dan tegangan yang dihitung secara matematis
dan yang diukur langsung menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal ini dapat
disebabkan karena pada pengukuran langsung, akan terbaca tegangan dan kuat harus
yang telah dipengaruhi oleh hambatan baik hambatan pada kabel atau hambatan dalam
pada power supply. Sedangkan pada perhitungan secara matematis hambatan hambatan
ini diabaikan sehingga akan mempengaruhi hasil antara tegangan dan kuat arus yang
diukur dengan alat ukur dengan yang dihitung secara manual.

Laboratorium fisika ITN Malang 11


Laporan akhir praktikum fisika

2.2 Percobaan Hukum Ohm

I. Tujuan percobaan
1. Menentukan besar hambatan listrik suatu resistor dengan bantuan Hukum
Ohm.

2. Menentukan hubungan antara arus yang lewat pada resistor dengan beda
potensial antara ujung-ujung resistor tersebut.

II. Teori dasar


Bila suatu kawat penghantar diberi beda tegangan diantara kedua
ujungnya, maka dalam kawat penghantar itu akan timbul arus listrik, yang
dinyatakan sebagai :
V=IR ………………………. (1)

Dengan V merupakan beda tegangan, I adalah arus lewat penghantar dan R


adalah hambatan penghantar .
Persamaan (1) menunjukkan bahwa hukum Ohm berlaku jika hubungan V
dan I adalah linier. Arus listrik dapat diukur dengan menggunakan
amperemeter dan tegangan dengan menggunakan voltmeter.
Dalam rangkaian dasar sederhana amperemeter dirangkai secara seri
dengan hambatan untuk mengukur kuat arus yang mengalir dalam hambatan
(gambar.1). Untuk mengukur beda tegangan kedua ujung hambatan maka
voltmeter dirangkai secara paralel dengan hambatan (gambar. 2).

Laboratorium fisika ITN Malang 12


Laporan akhir praktikum fisika

III. ALAT DAN BAHAN


1. Papan rangkaian
2. Sumber daya DC
3. Sebuah voltmeter
4. Sebuah amperemeter
5. Resistor
6. Kabel 50 cm
7. Hambatan geser

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 3.
2. Mengatur hambatan geser (RH) agar arus yang ditunjukkan pada
ampermeter berubah.
3. Mencatat besar arus pada ampermeter.
4. Mencatat besar tegangan pada Voltmeter.
5. Mengulangi percobaan 2 sampai 10 kali.
6. Menuliskan data diatas pada lembar data.

Laboratorium fisika ITN Malang 13


Laporan akhir praktikum fisika

IV. Data hasil percobaan hukum ohm


No I (A) V (Ω) R (Ω)
1 39,2 x 10-3 4,29 109,43

2 40,3 x 10-3 4,63 114,88


3 41,9 x 10-3 4,75 113,36
4 43,3 x 10-3 5,13 118,47
5 46,3 x 10-3 5,62 121,38

6 48,2 x 10-3 5,64 117,01


7 50,9 x 10-3 5,93 116,5
8 52,7 x 10-3 6,23 118,22
9 55,4 x 10-3 6,79 122,56

10 64,0 x 10-3 8,69 135,78

V .Analisis percobaan
1. Grafik hubungan V-I
Grafik hubungan tegangan (V) terhadap kuat arus (A) berdasarkan hasil percobaan

Laboratorium fisika ITN Malang 14


Laporan akhir praktikum fisika

Dari grafik terlihat bahwa terjadi peningkatan kuat arus seiring dengan
pertambahan tegangan. Ini terlihat dari grafik dimana semakin tinggi tegangan
meningkat maka semakin tinggi pula jumlah arus yang terjadi. Hal ini sesuai
dengan persamaan V = I.R dimana tegangan (V) berbanding lurus dengan kuat
arus (I) yang artinya kuat arus akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
tegangan.

2. Menentukan besarnya resistor.


berdasarkan analisa grafik hubungan V- I didapat besarnya resistor yaitu
ΔV = 4,63 – 4,29 = 0,34 V
ΔI = 0,0403 - 0,0392 = 0,0011 A
maka :

R= = = 309,09 Ω

4. Kesimpulan
1. Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tegangan dan kuat
arus adalah berbanding lurus yaitu jika tegangan semakin tinggi maka kuat arus
juga akan semakin tinggi, sesuai dengan persamaan V = I.R.
2. Besarnya resistor berdasarkan grafik adalah 309,09 Ω

Laboratorium fisika ITN Malang 15


Laporan akhir praktikum fisika

2.3 Percobaan Jembatan Wheatstone

I. Tujuan Percobaan
1. Memahami rangkaian jembatan wheatstone.
2. Mempelajari rangkaian jembatan wheatstone sebagai pengukur hambatan.
3. Mengukur besar hambatan dan membuktikan hukum hubungan seri dan
paralel.
4. Menentukan hambatan jenis suatu kawat penghantar.

II. Teori Dasar


Jembatan Wheatstone adalah rangkaian yang terdiri atas empat buah
hambatan seperti terlihat pada gambar 1.

R1, R2, R3 merupakan hambatan- hambatan yang sudah diketahui, sedangkan


Rx besar hambatan yang akan dicari. Pada keadaan galvanometer (G)
menunjukkan angka nol, berlaku hubungan :

Laboratorium fisika ITN Malang 16


Laporan akhir praktikum fisika

Rx =R3

Dalam percobaan harga R1 dan R2 sebanding dengan ℓ 1 dan ℓ2 (lihat


gambar 2), sedangkan R3 diganti dengan hambatan standar Rs,

sehingga persamaan (1) menjadi:

Rx =Rs

Untuk menentukan hambatan jenis suatu kawat penghantar, dipakai rumus :

IV. Alat -alat


1. Kawat geser (L)
2. Hambatan dan kawat penghantar
3. Galvanometer (G)

Laboratorium fisika ITN Malang 17


Laporan akhir praktikum fisika

4. Catu daya arus searah


5. Hambatan Standar
6. Hambatan geser
7. Mistar

V. Prosedur Percobaan
1. Meyususun rangkaian seperti pada gambar 2.
2. Menentukan nilai Rs, kemudian atur kontak geser K sehingga
galvanometer menunjukkan angka nol.
3. Mencatat panjang l1 dan l2.
4. Mengulangi langkah 2 dan 3 dengan mengubah nilai Rs sebanyak 10 kali.
5. Menuliskan data diatas pada lembar data.

VI. Data hasil percobaan


No Rs (Ω) L1 (m) L2 (m)
1 2,0 1,61 2,39
2 3,8 1,41 2,59
3 5,6 1,26 2,74
4 7,4 1,14 2,86
5 9,2 1,01 2,99
6 11 0,96 3,04
7 12,8 0,86 3,14
8 14,6 0,79 3,21
9 16,4 0,76 3,24
10 18,2 0,70 3,3

VII . Analisis percobaan


1. Menghitung Rx berserta kesalahan relatifnya.
untuk mencari Rx digunakan rumus

Rx =Rs

maka:

Laboratorium fisika ITN Malang 18


Laporan akhir praktikum fisika

1. Rx1 = 2,0. = 1,34 Ω

2. Rx2= 3,8. = 2,068 Ω

3. Rx3 = 5,6. = 2,57 Ω

4. Rx4 = 7,4. = 2,94 Ω

5. Rx5 = 9,2. = 3,10 Ω

6. Rx6 = 11. = 3,47 Ω

7. Rx7 = 12,8. = 3,50 Ω

8. Rx8 = 14,6. = 3,59 Ω

9. Rx9 = 16,4. = 3,76 Ω

Laboratorium fisika ITN Malang 19


Laporan akhir praktikum fisika

10. Rx10 = 18,2. = 3.86 Ω

maka harga Rx rata-rata dari percobaan adalah

= 1,34+2,068+2,57+2,94+3,10+3,47+3,50+3,59+3,76+3.86

10
= 3,019 Ω

Mencari kesalahan relatif tiap percobaan


No
Rxi
|Rxi- |

1 1,34 3,019 1,679


2 2,068 3,019 0,951
3 2,57 3,019 0,449
4 2,94 3,019 0,079
5 3,10 3,019 0,081
6 3,47 3,019 0,451
7 3,50 3,019 0,481
8 3,59 3,019 0,571
9 3,76 3,019 0,741
10 3,86 3,019 0,841
Jumlah 3,019

Laboratorium fisika ITN Malang 20


Laporan akhir praktikum fisika

1. Kr1 = .100% = 5,56 %

2. Kr2 = .100% = 31,5 %

3. Kr3 = .100% = 14,8 %

4. Kr4 = .100% = 2,61 %

5. Kr5 = .100% = 2,68 %

6. Kr6 = .100% = 14.9 %

7. Kr7 = .100% = 15,9 %

8. Kr8 = .100% = 18,9 %

9. Kr9 = .100% = 24,5 %

Laboratorium fisika ITN Malang 21


Laporan akhir praktikum fisika

10. Kr10 = .100% = 27,8 %

maka kesalahan relative rata-ratanya adalah

= 5,56+31,5+14,8+2,61+2,68+14,9+15,9+18,9+24,5+27,8

10
= 15,9 1%

2. Hambatan jenis kawat


Untuk menghitung hambatan jenis kawat digunakan rumus :

dimana :
L = 74.10 -2
d = 0,365. 10-3 dan

A = πd2 = 0,25.3,14.(0,365.10-3)2 = 1,26.10-7 m2

1. ρ1 = 1,34 . = 2,29.10-7 Ωm

2. ρ2 = 2,068 . = 3,51.10-7 Ωm

Laboratorium fisika ITN Malang 22


Laporan akhir praktikum fisika

3. ρ3 = 2,57 . = 4,37.10-7Ωm

4. ρ4 = 2,94 . = 5,01.10-7Ωm

5. ρ5 = 3,10 . = 5,28.10-7 Ωm

6. ρ6 = 3,47 . = 5,91.10-7 Ωm

7. ρ7 = 3,50 . = 5,96.10-7 Ωm

8. ρ8 = 3,59 . = 6,11.10-7 Ωm

9. ρ9 = 3,76 . = 6,40.10-7 Ωm

10. ρ10 = 3,86 . = 6,57.10-7 Ωm

Rata-rata hambatan jenis kawat adalah :

= 5,14.10-7
3. Standar devisiasi kawat
No. ρi 2

1. 2,29.10-7 5,14.10-7 2,85.10-7 8,12.10-14


2. 3,51.10-7 5,14.10-7 1,63.10-7 2,66.10-14

Laboratorium fisika ITN Malang 23


Laporan akhir praktikum fisika

3. 4.37.10-7 5,14.10-7 0,77.10-7 0,59.10-14


4. 5,01.10-7 5,14.10-7 0,13.10-7 0,01.10-14
5. 5.28.10-7 5,14.10-7 0,14.10-7 0,02.10-14
6. 5,91.10-7 5,14.10-7 0,77.10-7 0,59.10-14
7. 5,96.10-7 5,14.10-7 0,82.10-7 0,67.10-14
8. 6,11.10-7 5,14.10-7 0,97.10-7 0.94.10-14
9. 6,40.10-7 5,14.10-7 1,26.10-7 1,59.10-14
10. 6,57.10-7 5,14.10-7 1,43.10-7 2,04.10-14
Jumlah 17,23.10-14

Standar devisiasi hambatan jenis

= 17,23.10-14 = 113,82.10-14 = 1,38.10-7


10-1

ρ= ± SD

ρ = 5,14.10-7 ± 1,38.10-7
ρ1 = 5,14.10-7 – 1,38.10-7= 3,76.10-7
ρ2 = 5,14.10-7 +1,38.10-7= 6,52.10-7
Jadi besar hambatan jenis kawat penghantar 3,76.10-7≤ ρ ≤ 6,52.10-7Ωm
4. Hambatan jenis kawat penghantar
Literatur hambatan jenis bahan pengantar pada suhu 20oC

Laboratorium fisika ITN Malang 24


Laporan akhir praktikum fisika

Dari literatur didapat hambatan jenis kawat pengantar yang digunakan adalah
dari bahan manganin dengan besar hambatan jenis manganin 44.10-8 Ωm.
Hambatan jenis manganin mendekati nilai dari rata-rata hambatan jenis kawat
penghantar yang digunakan yaitu 5,14.10-7 Ωm.

5. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan didapat kesimpulan rata-rata hambatan jenis kawat
penghantar adalah 5,14.10-7 Ωm dengan besar standar devisiasi 1,38.10-7 maka
akan didapat besar hambatan jenis kawat dalam rentan 3,76.10-7≤ ρ ≤ 6,52.10-7
Ωm dan rata - rata nilai Rx adalah 3,019Ω. Sesuai dengan besarnya rata-rata
hambatan jenis kawat penghantar didapat kawat tersebut berbahan manganin.
2. Jembatan Wheatstone adalah suatu rangkaian yang digunakan untuk mengukur
hambatan pada sebuah resistor dengan menggunakan alat alat diantarany
galvanometer, hambatan geser, hambatan standart dan mistar yang dapat
menghasilkan pengukuran hambatan secara lebih presisi.

Laboratorium fisika ITN Malang 25


Laporan akhir praktikum fisika

2.4 Percobaan Modulus Puntir Logam

I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan harga modulus puntir logam.
2. Memahami sifat elastis bahan di bawah pengaruh puntiran.
3. Membandingkan nilai modulus puntir berbagai logam.

II. Teori Dasar


Jika sebatang logam mengalami puntiran, maka sudut puntiran
tergantung dari gaya puntir dan lengan gayanya.

Gambar 1. Tipe-tipe Tegangan : (a) Merenggang (b) Menekan (c) Memuntir

Untuk tegangan memuntir kita dapat tulis persamaan berikut:

Dimana L adalah pertambahan panjang, Lo adalah panjang mula-mula


dan A adalah luas permukaan dimana gaya F itu bekerja. Dalam regangan
geser dan memuntir, gaya F bekerja sejajar dengan permukaan A,
sedangkan L, tegak lurus terhadap Lo. Tetapan G adalah modulus puntir
(share modulus) Modulus puntir logam dalam hal ini adalah merupakan
kekakuan puntiran bahan logam terhadap nilai gaya, bahan, penampang
logam. Jika suatu batang logam mengalami suatu puntiran maka batang
tersebut disamping mengalami
gaya puntir juga mengalami gaya tarik.

Laboratorium fisika ITN Malang 26


Laporan akhir praktikum fisika

Tiap batang mengalami tegangan sebagai gaya persatuan luas terlihat


batang mengalami perpindahan x (cm) sebagai akibat adanya gaya F, yang
besarnya berbanding lurus dengan penampang horizontal. Pada percobaan
modulus puntir terlihat akibat adanya gaya mengalami pergeseran pada
batang, dimana batang dianggap homogen. Akibat geseran puntiran pada
piringan (gambar percobaan yang dipuntir melalui piringan terhadap
sumbunya, akan mengalami pergeseran sudut puntir.
Maka besarnya modulus puntir adalah
:

Laboratorium fisika ITN Malang 27


Laporan akhir praktikum fisika

dimana : G = Modulus Puntir (share modulus)


L = panjang lengan puntir
F = gaya puntir
r = jari-jari batang
= sudut puntir.

Percobaan : Modulus Puntir

Laboratorium fisika ITN Malang 28


III. Alat Percobaan
1. Set percobaan modulus puntir.
2. Batang logam percobaan.
3. Neraca lengan.
4. Beban dan katrol.
5. Jangka sorong dan mikrometer.

IV. Prosedur Percobaan


1. Mengukur jari-jari batang logam (r).
2. Mengukur panjang batang logam (L).
3. Meyususun alat seperti gambar di atas dan timbang massa beban (m).
4. Menarik piringan/lengan dengan gaya beban F = m.g, dengan lengan beban berbeda
(R).
5. Mengulangi untuk bahan logam yang lainnya (besi, kuningan dan tembaga),
selanjutnya data dituliskan pada lembar data.
V. Data hasil percobaan
1. Batang aluminium (r = 0,14cm; L = 47,5cm; g = 0,1cm/det2)
No m (gr) R (cm) F = m.g Sudur puntir (θ)
Derajat (θ) Radian (θ)
1 30 55 3 49 0,85
2 60 43 6 57 0,99
3 90 40 9 78 1.36
4 120 37 12 93 1,62
5 150 30 15 112 1,95

2. Batang kuningan (r = 0,14cm; L = 47,5cm; g = 0,1cm/det2)


No m (gr) R (cm) F = m.g Sudur puntir (θ)
Derajat (θ) Radian (θ)
1 20 44 3 47 0,82
2 40 35 6 77 1,34
3 60 31 9 92 1,60
4 80 30 12 99 1,72
5 100 29 15 102 1,78

Laboratorium fisika ITN Malang 29


3. Batang tembaga (r = 0,14cm; L = 47,5cm; g = 0,1cm/det2)
No m (gr) R (cm) F = m.g Sudur puntir (θ)
Derajat (θ) Radian (θ)
1 20 39 3 42 0,73
2 40 32 6 67 1,17
3 60 30 9 79 1,38
4 80 28 12 87 1,52
5 100 27 15 92 1,60

VI. Analisa percoban


A. Menentukan modulus puntir logam
1. Batang aluminium
Untuk menghitung modulus puntir batang aluminium digunakan
rumus :

maka :

a. G1= = = 1536,8.104 Dyne/cm2rad

b. G2= = = 1626,4.104 Dyne/cm2rad

c. G3= = = 2085,4.104 Dyne/cm2rad

d. G4= = = 2169,8.104 Dyne/cm2rad

e. G5= = = 1826,9.104 Dyne/cm2rad

Rata-rata modulus puntir untuk logam aluminium adalah

Laboratorium fisika ITN Malang 30


=

= 1740,4.104 Dyne/cm2rad

2. Batang kuningan
Untuk menghitung modulus puntir batang kuningan digunakan
rumus

maka :

a. G1= = = 1274,39.104 Dyne/cm2rad

b. G2= = = 1240,67.104 Dyne/cm2rad

c. G3= = = 1380,47.104 Dyne/cm2rad

d. G4= = = 1656,98.104 Dyne/cm2rad

e. G5= = = 1934,64.104 Dyne/cm2rad

Laboratorium fisika ITN Malang 31


Rata-rata modulus puntir untuk logam kuningan adalah

= = 1497,43.104 Dyne/cm2rad

3. Batang tembaga
untuk menghitung modulus puntir batang kuningan digunakan
rumus

maka :

a. G1= = = 1268,80.104 Dyne/cm2rad

b. G2= = = 1299,15.104Dyne/cm2rad

c. G3= = = 1548,91.104 Dyne/cm2rad

Laboratorium fisika ITN Malang 32


d. G4= = = 1750,00.104Dyne/cm2rad

e. G5= = = 2003,90.104 Dyne/cm2rad

Rata-rata modulus puntir untuk logam tembaga adalah

= 1574,15.104 Dyne/cm2rad

B. Grafik hubungan modulus puntir dengan gaya beban


1. Batang aluminium
Grafik hubungan modulus puntir terhadap
gaya beban pada batang aluminium.
G

Laboratorium fisika ITN Malang 33


F
2. Batang kuningan
Grafik hubungan modulus puntir terhadap
gaya beban pada batang kuningan.
G

3. Batang tembaga
Grafik hubungan modulus puntir terhadap
gaya beban pada batang tembaga.

Laboratorium fisika ITN Malang 34


F

C. Kesalahan relatif tiap percobaan


1. Batang aluminium
No Gi
1 1536,8.104 1849,06. 104 322,26. 104
2 1626,4.104 1849,06. 104 222,66. 104
3 2085,4.104 1849,06. 104 236,34. 104
4 2169,8.104 1849,06. 104 320,74. 104
5 1826,9.104 1849,06. 104 22,16.104
Jumlah 9245,3.104

Kr1 = = 17,42%

Kr2 = = 12,04%

Kr3 = = 12,78%

Kr4 = = 17,34%

Laboratorium fisika ITN Malang 35


Kr5 = = 1,19%

2. Batang kuningan
No Gi
1 1274,39.104 1497,43.104 223,43. 104
2 1240,67.104 1497,43.104 256,76. 104
3 1380,47.104 1497,43.104 116,96. 104
4 1656,98.104 1497,43.104 159.55. 104
5 1934,64.104 1497,43.104 437.21. 104
Jumlah 7487,15.104

Kr1 = = 14,92%

Kr2 = = 17,14%

Kr3 = = 7,88%

Kr4 = = 7,81%

Kr5 = = 29,19%

Laboratorium fisika ITN Malang 36


3. Batang tembaga
No Gi
1 1268,80.104 1574,15.104 305,35. 104
2 1299,15.104 1574,15.104 275,00. 104
3 1548,91.104 1574,15.104 25.24. 104
4 1750,00.104 1574,15.104 175.85. 104
5 2003,90.104 1574,15.104 429,75. 104
jumlah 7870,76.104

Kr1 = = 19.39%

Kr2 = = 17.46%

Kr3 = = 1,60%

Kr4 = = 11,17%

Kr5 = = 27,30%

D. Standar devisiasi
1. Standar devisiasi aluminium

Laboratorium fisika ITN Malang 37


No Gi
1 1536,8.104 1849,06. 104 322,26. 104 103851,50. 108
2 1626,4.104 1849,06. 104 222,26. 104 49399,50. 108
3 2085,4.104 1849,06. 104 236,34. 104 55,856,59. 108
4 2169,8.104 1849,06. 104 320,74. 104 102874,14. 108
5 1826,9.104 1849,06. 104 22,16.104 491,06. 108
Jumlah 9245,3.104 312472,79. 108

Standar devisiasi modulus puntir aluminium

= 312472,79. 108 = 78118,19.108 = 279,62.104


5-1

G= ± SD

G = 1849,06.104 ± 279,62.104
G1 = 1849,06.104 - 279,62.104 = 1569,43.104
G2 = 1849,06.104 + 279,62.104 = 2128,68.104
Jadi modulus puntir aluminium 1569,43.104≤ G ≤ 2128,68.104 Dyne/cm2rad

2. Standar devisiasi kuningan


No Gi
1 1274,39.104 1497,43.104 223,43. 104 49920,96.108
2 1240,67.104 1497,43.104 256,76. 104 65925,69.108
3 1380,47.104 1497,43.104 116,96. 104 13679,64.108
4 1656,98.104 1497,43.104 159,55. 104 25456,20.108
5 1934,64.104 1497,43.104 437,21. 104 191152,58.108
jumlah 8753.104 346135,07.108

Standar devisiasi modulus puntir kuningan

= 346135,07.108 = 86533,76.108 = 294,16.104


5-1

G= ± SD

Laboratorium fisika ITN Malang 38


G = 1497,43.104 ± 165,17.104
G1 = 1497,43.104 - 294,16.104= 1203,27.104
G2 = 1497,43.104 + 294,16.104= 1791.59.104
Jadi modulus puntir kuningan 1203,27.104≤ G ≤ 1791.59.104 Dyne/cm2rad

3. Standar devisiasi tembaga


No Gi
1 1268,80.104 1574,15.104 305,35. 104 93238,62.108
2 1299,15.104 1574,15.104 275,00. 104 75625,00. 108
3 1548,91.104 1574,15.104 25.24. 104 627,00. 108
4 1750,00.104 1574,15.104 175.85. 104 30923,22. 108
5 2003,90.104 1574,15.104 429,75. 104 184685,06. 108
jumlah 7870,76.104 385098,90. 108

standar devisiasi modulus puntir tembaga

= 385098,90 .108 = 96274,72.108 = 307,04.104


5-1

G= ± SD

G = 1574,15.104 ± 307,04.104
G1 = 1574,15.104 - 307,04.104= 1267,10.104
G2 = 1574,15.104 + 307,04.104= 1881,19.104
Jadi modulus puntir tembaga 1267,10.104≤ G ≤ 1881,19.104 Dyne/cm2rad

E. Kesimpulan
1. Modulus puntir dari masing masing logam yang dihitung berdasarkan percobaan
diperoleh
A. Modulus puntir aluminium = 1849,06Dyne/cm2rad
B modulus puntir kuningan = 1497,43Dyne/cm2rad
C. Modulus puntir tembaga = 1574,15Dyne/cm2rad

Laboratorium fisika ITN Malang 39


2. Dari grafik modulus puntir terhadap gaya beban didapat hasil untuk masing
masing logam adalah sebagai berikut
a. Aluminium
Pada grafik dapat terlihat alur garis yang semakin menanjak seiring
dengan pertambahan beban, kemudian pada grafik terlihat juga bahwa
modulus puntir mengalami penurunan pada akhir logam menerima
beban. Modulus terendah terjadi pada beban 30gr dan tertinggi pada
beban 120gr.
b. Kuningan
Pada grafik terlihat bahwa modulus puntir mengalami penurunan pada
awal logam menerima beban kemudian ketika semakin ditambah maka
modulus akan semakin bertambah besar. Modulus terendah terjadi pada
beban 60gr dan tertinggi pada beban 150gr
c. Tembaga
Pada grafik dapat terlihat alur garis yang semakin menanjak seiring
dengan pertambahan beban. Dimana artinya untuk tembaga, pertambahan
beban yang dibebankan ke logam berbanding lurus dengan besar modulus
puntirnya. Modulus terendah terhadi pada beban 30 gr dan tertinggi pada
150 gr.

2.5 Percobaan Viscositas Zat Cair

I. Tujuan Percobaan
1. Memahami hukum Stokes tentang zat
cair.
2. Memahami bahwa gaya gesekan yang dialami benda yang bergerak
dalam fluida (gas & zat cair) berkaitan dengan kekentalan fluida

II. Teori Dasar


Jika sebuah bola logam dijatuhkan pada fluida (zat cair) yang diam
maka akan bekerja gaya gesek fluida untuk melawan berat benda yang
besarnya selalu konstan.
Dimana besarnya gaya gesek fluida terhadap bola logam diberikan
oleh Stokes yang besarnya : FS = 6...r.V.

Laboratorium fisika ITN Malang 40


Secara garis besar hubungan bola jatuh dalam fluida dengan nilai
viscositas
kekentalan) zat cair sebagai
berikut :

W = FA + FS …………………..(1)

dimana : W = gaya berat bola (N)


FA = gaya pengapung
fluida (N) FS = gaya gesek
fluida (N)

III. Alat Percobaan


1. Tabung fluida
2. Jangka sorong
3. Neraca lengan
4. Mikrometer
5. Bola besi (pelor)
6. Aerometer dan tabung gelas.
7. Stop wacth.

IV. Prosedur Percobaan


1. Menententukan massa jenis bola dengan menimbang massanya
kemudian mengukur volumenya.
2. Menententukan massa jenis fluida pada aerometer.
3. Menententukan jarak s, kemudian jatuhnya bola besi dan ukur waktu
jatuhnya (t).

Laboratorium fisika ITN Malang 41


4. Mengulangi untuk jarak s yang berbeda 4 kali lagi.
5. Melakukan untuk tabung yang lainnya, lakukan pengukuran lagi seperti
langkah di atas, datakan.

V. Data percobaan
1. Olie 1(SAE 10)
massa jenis bola besi = 7,31 gr/cc massa bola = 1,69 gr
masa jenis fluida (olie) = 0,865 gr/cc jari - jari bola (r)= 0,45 cm
jari-jari tabung gelas (R) = 1,77 cm volume bola = 0,22 cm3
No S (cm) T (detik) v = S(1+0,24r/R)/t (cm/detik)
1 10 0,30 35,33
2 20 0,60 35,33
3 30 0,81 39,20
4 40 0,86 49,30
5 50 1,00 53

2. Olie 2(SAE 20)


massa jenis bola besi = 7,63gr/cc massa bola = 1,69 gr
masa jenis fluida (olie) = 0,89 gr/cc jari - jari bola (r) = 0,45 cm
jari-jari tabung gelas (R) = 1,77 cm volume bola = 0,22 cm3

No S T v = S(1+0,24r/R)/t (cm/detik)
(cm) (detik)
1 10 0,35 30,28
2 20 0,82 25,85
3 30 0,93 34,19
4 40 1,04 40,71
5 50 1,64 32,31

VI. Analisis percobaan


1. Viskositas oli SAE 10

1= = 2,55.10-2 poise

Laboratorium fisika ITN Malang 42


2= = 5,10.10-2 poise

3= = 6,19.10-2 poise

4= = 5,24.10-2 poise

5= = 5,67.10-2 poise

Rata-rata viskositas oli SAE 20 adalah

= = 4,95.10-2 poise

2. Viskositas oli SAE 20

1= = 2,95.10-2poise

2= = 6,90.10-2 poise

3= = 7,03.10-2 poise

4 = 6,27.10-2 poise

Laboratorium fisika ITN Malang 43


5= = 9,20.10-2 poise

Rata-rata viskositas oli SAE 20 adalah

= = 6,47.10-2 poise

3. Jenis fluida berdasarkan literatur


Tabel viskositas cairan pada berbagai suhu dalam berbagai rentang suhu.

Beradasarkan literatur fluida dengan nilai viskositas 4,96.10-2 poise


merupakan viskositas air pada suhu 60oC.
Berdasarkan literatur fluida dengan nilai viskositas 6,47.10-2 poise adalah
mendekati viskositas aseton pada suhu 20oC yaitu sebesar 0,41.10-3 poise.

4. Grafik viskositas terhadap waktu


a. Grafik Oli SAE 20
Grafik hubungan viskositas terhadap waktu pada oli SAE 10

Laboratorium fisika ITN Malang 44


Pada grafik terlihat, kekentalan pada awal bola meluncur 0,30s viskositas
cukup rendah yaitu 2,55.10-2 poise namun mengalami peningkatan viskositas
yang cukup tajam sampai waktu 0,60s yaitu 5,10.10-2 poise kemudian viskositas
mengalami kenaikan sampai 0,81s sebesar 6,19.10-2 poise. Kenaikan viskositas
ini pun tidak terlalu banyak dan cenderung datar. Hal tersebut menunjukkan
pada awal bola meluncur viskositas awal dari oli SAE 10 cukup tinggi namun
kemudian turun tajam tapi semakin lama dan jauh bola meluncur viskositas oli
SAE 100 akan semakin meningkat dan turun secran perlahan namun cenderung
datar.

b. Grafik oli SAE 20


Grafik hubungan viskositas terhadap waktu pada oli SAE 40

Laboratorium fisika ITN Malang 45


Dari grafik terlihat dari waktu 0,35s ke 0,82s viskositas terlihat meningkat
dari2,94.10-2 sampai 6,90.10-2poise, kemudian viskositas mengalami penurunan
pada waktu 0,95s hingga 1,04s (7,93.10-2 poisen hingga 6,27 .10-2 poisen). Hal
tersebut diatas dapat disebabkan kerapatan fluida yang berbeda beda pada setiap
waktu bola meluncur. Dapat disimpulkan oli SAE 20 semkin lama akan
mengalami peningkatan viskositas walaupun pada waktu tertentu akan
mengalami penurunan viskositas.

5. Kesalahan relatif
a. Kesalahan relatif oli SAE 10
No ηi

1 2,55.10-2 4,95.10-2 2,40.10-2


2 5,10.10-2 4,95.10-2 0,15.10-2
3 6,19.10-2 4,95.10-2 1,24.10-2
4 5,24.10-2 4,95.10-2 0,29.10-2
5 5,67.10-2 4,95.10-2 0,72.10-2
jumlah 24,75.10-2

Laboratorium fisika ITN Malang 46


Kr1 = = 48,48%

Kr2 = = 3,03%

Kr3 = = 25,05%

Kr4 = = 4,85%

Kr5 = = 14,54%

b. Kesalahan relatif oli SAE 20


No ηi

1 2,95.10-2 6,47.10-2 3,52.10-2


2 6,90.10-2 6,47.10-2 0,43.10-2
3 7,03.10-2 6,47.10-2 0,56.10-2
4 6,27.10-2 6,47.10-2 0,20.10-2
5 9,20.10-2 6,47.10-2 2,73.10-2
Jumlah 32,35.10-2

Kr1 = = 54,40%

Laboratorium fisika ITN Malang 47


Kr2 = = 6,64%

Kr3 = = 8,65%

Kr4 = = 3,09%

Kr5 = = 42,19%

6. Standart devisiasi
a. Standar devisiasi oli SAE 10
No ηi

1 2,55.10-2 4,95.10-2 2,40.10-2 5,76.10-4


2 5,10.10-2 4,95.10-2 0,15.10-2 0,022.10-4
3 6,19.10-2 4,95.10-2 1,24.10-2 1,54.10-4
4 5,24.10-2 4,95.10-2 0,29.10-2 0,084.10-4
5 5,67.10-2 4,95.10-2 0,72.10-2 0,518.10-4
jumlah 24,75.10-2 7,924.10-4

standar devisiasi oli SAE 20

= 7,924.10-4 = 1,981.10-4 = 1,407.10-2


5-1

= ± SD

Laboratorium fisika ITN Malang 48


= 4,95.10-2 ± 1,407.10-2

1 = 4,71.10-3 - 1,407.10-2= 3,663.10-3

2 = 4,71.10-3 + 1,407.10-2= 6,117.10-3

Jadi viskositas oli SAE 10 adalah 3,663.10-3≤ ≤ 6,117.10-3poise

b. Standar devisiasi oli SAE 20


No ηi

1 2,95.10-2 6,47.10-2 3,52.10-2 12,390.10-4


2 6,90.10-2 6,47.10-2 0,43.10-2 0,184.10-4
3 7,03.10-2 6,47.10-2 0,56.10-2 0,313.10-4
4 6,27.10-2 6,47.10-2 0,20.10-2 0,04.10-4
5 9,20.10-2 6,47.10-2 2,73.10-2 7,452.10-4
Jumlah 32,35.10-2 20,37710-4

Standar devisiasi oli SAE 20 :

= 20,37710-4 = 5,094.10-6 = 2,26.10-2


5-1

= ± SD

= 6,47.10-2 ± 2,26.10-2

Laboratorium fisika ITN Malang 49


1 = 6,47.10-2 - 2,26.10-2= 4,21.10-3

2 = 6,47.10-2 + 2,26.10-2= 8,73.10-3

Jadi viskositas oli SAE 20 adalah 4,21.10-3≤ ≤ 8,73.10-3poise

7. Kesimpulan
1. Dari data hasil perhitungan percobaan didapat viskositas oli SAE 10 sebesar
4,95.10-2 poise poise dan viskositas oli SAE 20 sebesar 6,47.10-2 poise.
2.. Pada oli SAE 10 terjadi penurunan viskositas cukup tajam terjadi pada bagian
tengah grafik namun kemudian viskositas kembali meningkat walaupun cenderung
datar. Sedangkan dari grafik oli SAE 20 terlihat mengalami viskositas naik turun
seiring dengan bertambahnya waktu dengan pertambahan viskositas yang relatif
stabil.

2.6 Percobaan Konstanta Pegas

I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan harga kosntanta pegas dengan metode pembebanan.
2. Menentukan harga konstanta pegas dengan metode getaran selaras.
3. Menentukan hubungan kosntanta pegas dengan periode getar.

II. Teori Dasar


Hukum Hooke

Sebuah pegas ketika diberi gaya tarik F akan bertambah panjang sejauh x,
dan dalam kasus ini berlaku hukum Hooke:

............................................(1)

Laboratorium fisika ITN Malang 50


Dimana : F = gaya tarik (N),
k = konstanta pegas (N/m),
x = pertambahan panjang akibat gaya (m)

Jika gaya F ditimbulkan oleh massa benda maka F = gaya berat = m.g
Maka konstanta pegas :

……………..(2)

Jika pegas digantung vertikal ke bawah kemudian pegas diberi beban


dan digetarkan, maka pegas mengalami getaran selaras (berosilasi), yang
dapat ditentukan periode getarnya (T).
Secara umum, frekuensi dari sebuah getaran harmonis memenuhi
persamaan :

.........................(3)

Dengan f = frekuensi
(Hz)
n = jumlah getaran
t = waktu (s)

Selang waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran adalah


periode. Dengan demikian, secara matematis hubungan antara periode dan
frekuensi adalah sebagai berikut :

maka

Dari persamaan gerak harmonik sederhana dengan menerapkan hukum


II Newton pada benda yang mengalami gerak harmonik sederhana maka
kita peroleh ;
F = m.a ……………………………………..(4)

Maka besarnya konstanta pegas dapat ditentukan dengan persamaan :

............................................................(5)

dimana : k = konstanta pegas


(Dyne/cm) m = massa beban

Laboratorium fisika ITN Malang 51


(gr)
T = periode (s)
2
g = konstanta gravitasi bumi (980 cm/s )

Energi Potensial Pegas (Ep) dan Usaha (W) untuk Meregangkan Pegas
Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena kedudukannya
terhadap suatu acuan. Energi potensial pegasdihitung berdasarkan acuan titik
setimbangnya, sehingga saat pegas menyimpang sejauh x akan memiliki
energi potensial yang besarnya:

Usaha yang diperlukan untuk meregangkan pegas akan setara dengan


perubahan energi potensial pada pegas akibat usikan peregangan tersebut,
sehingga:

III. Alat Percobaan


1. Statip tegak.
2. Pegas/pir.
3. Stopwatch.
4. Rool meter.
5. Neraca lengan.
6. Beban/massa.

Laboratorium fisika ITN Malang 52


IV. Prosedur Percobaan
A. Sistem Pembebanan
1. Menggantungkan pegas dan ukur panjang mula-mula (l0).
2. Menimbang massa beban (m) dan menggantungkan pada pegas.
3. Mengukur panjang pegas setelah diberi beban (l).
4. Mengulangi untuk massa beban yang berbeda 4 kali lagi.
5. Mencatat data pada lembar data

B. Sistem Getaran
1. Mengambil massa beban (m) gantungkan pada pegas, tarik beban
sedikit ke bawah kemudian lepaskan, maka akan terjadi getaran selaras.
2. Mencatat waktu yang diperlukan untuk 40 getaran.
3. Mencatat data pada lembar data.

V. Data percobaan
a. Sistem pembebanan
No m (gr) l0 (cm) l(cm) x (cm) k (Dyne/cm f (Dyne)
1 10 20 21 1 1 1
2 20 20 22 2 1 2
3 30 20 23 3 1 3
4 40 20 24 4 1 4
5 50 20 25 5 1 5

b. Sistem getaran
No m (gr) n (kali) t (detik) Periade Frekuensi
(detik) (Hz)
1 10 40 10,59 0,26 3,85
2 20 40 12,15 0,30 3,33
3 30 40 14,61 0,36 2,77
4 40 40 16,62 0,42 2,38
5 50 40 18,22 0,46 2,17

VI. Analisis percobaan


1. Konstanta pegas

Laboratorium fisika ITN Malang 53


 Sistem pembebanan

k1 = = 1 Dyne/cm

k2 = = 1 Dyne/cm

k3 = = 1 Dyne/cm

k4 = = 1 Dyne/cm

k5 = = 1 Dyne/cm

rata-rata konstanta pegas untuk sistem pembebanan adalah

= = 1 Dyne/cm

 Sistem getaran

k1 = = 5834,08 Dyne/cm

Laboratorium fisika ITN Malang 54


k2 = = 8764,08 Dyne/cm

k3 = = 9129,26 Dyne/cm

k4 = = 8942,95 Dyne/cm

k5 = = 9319,10 Dyne/cm

rata-rata konstata pegas untuk sistem getaran adalah

== = =8397,89 Dyne/cm

2. Grafik F terhadap x sistem pembebanan

Laboratorium fisika ITN Malang 55


a. Besarnya konstanta pegas menurut grafik F terhadap x adalah

kbeban = = = = 1 Dyne/cm

b. Usaha untuk meregangkan pegas 5 cm

W=

maka W pegas = = 12,5 Dyne.cm

=12,5 x 10-2 Dyne.m


=12,5 x 10-7 N.m
=12,5 x 10-7 Joule
3. Pengaruh massa terhadap frekuensi beban jika dilihat dari rumus

= = 4π2mf 2

maka

m= gram

Jadi hubungan antara massa terhadap freakuensi adalah berbanding terbalik dimana
jika massa semakin besar maka frekuensi akan semakin kecil namun jika massa kecil
maka frekuensi akan semakin besar. Jika melihat pada tabel dibawah maka hasil yang
didapat juga sama.

Laboratorium fisika ITN Malang 56


m (gr) n (kali) Frekuensi (f)
10 40 3,85
20 40 3,33
30 40 2,77
40 40 2,38
50 40 2,17

4. Kesalahan relatif
a. Kesalahan relatif sistem pembebanan
No Ki
1 1 1 0
2 1 1 0
3 1 1 0
4 1 1 0
5 1 1 0
jumlah 5

Kr1 = = 0%

Kr2 = = 0%

Kr3 = = 0%

Laboratorium fisika ITN Malang 57


Kr4 = = 0%

Kr5 = = 0%

b. Kesalahan relatif sistem getaran


No Ki
1 5834,08 8397,89 2563,81
2 8764,08 8397,89 366,19
3 9129,26 8397,89 731,37
4 8942,95 8397,89 545,06
5 9319,10 8397,89 921,21
Jumlah 41989,47

Kri =

Kr1 = = 30,53 %

Kr2 = = 4,36 %

Kr3 = = 8,71 %

Kr4 = = 6,49 %

Laboratorium fisika ITN Malang 58


Kr5 = = 7.45 %

5. Standar devisiasi
a. Sistem pembebanan
No Ki
1 1 1 0 0
2 1 1 0 0
3 1 1 0 0
4 1 1 0 0
5 1 1 0 0
Jumlah 5 0

Standar devisiasi sistem pembebanan

= 0 = 0 = 0
5-1

K= ± SD

K =1 ± 0
K1 = 1 - 0= 1
K2 = 1 + 0= 1
Jadi konstantanya 1≤ a ≤ 1 Dyne/cm

b. Sistem getaran
No Ki
1 5834,08 8397,89 2563,81 6573121,72
2 8764,08 8397,89 366,19 134095,12
3 9129,26 8397,89 731,37 534902,08
4 8942,95 8397,89 545,06 297090,40
5 9319,10 8397,89 921,21 848627,86
jumlah 41989,47 8387837,18

Laboratorium fisika ITN Malang 59


Standar devisiasi sistem getaran

= = 8387837,18 = 8387837,18 = 1448,09


5-1 4

K= ± SD

K = 8397,89± 1448,09
K1 = 8397,89 - 1448,09= 6949,8 Dyne/cm
K2 = 8397,89 + 1448,09= 9845,98 Dyne/cm
Jadi konstantannya 6949,8 ≤ a ≤ 9845,98 Dyne/cm

6. Kesimpulan
1. Dari hasil perhitungan percobaan didapat konstanta pegas untuk sistem getaran sebesar
8397,89 Dyne/cm dan sistem pembebanan sebesar 1 Dyne/cm
2. Hubungan massa dan frekuensi dalam konstanta pegas pada sistem getaran berbanding
terbalik artinya semakin kecil massa semakin besar frekuensi namun jika massa semakin
besar maka frekuensi semakin kecil
3. Terdapat perbedaan hasil antara konstanta pegas yang didapat dari sistem pembebanan
dan sistem getaran. Waupun sama-sama dipengaruhi oleh massa tapi perbedaan ini
didapat karena pada sistem getaran, konstanta dipengaruhi oleh periode atau frekuensi
sedangkan pada sistem pembebanan dipengaruhi oleh gravitasi bumi dan pertambahan
panjang. Walaupun hasilnya berbeda tapi masih satu pengertian yaitu kosntanta pegas.
Tapi jika disimpulkan antara konstanta dengan sistem getaran dianggap lebih akurat

Laboratorium fisika ITN Malang 60


karena pada sistem ini didapt nilai periode atau frekuensi pegas karena pegas termasuk
dalam gerakan harmonis sederhana yaitu gerakan bolak balik secara periodik dalam
kesetimbangnnya

Laboratorium fisika ITN Malang 61


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan percobaan dapat disimpulkan
1. Hukum Kirchoff tegangan dan hukum Kirchoff arus telah dapat dibuktikan yaitu dari
hasil perhitungan data percobaan didapat hasil yang mendekati pengukuran yang

dilakukan oleh alat ukur untuk arus 27,80 x 10-3A : A dan unutk tegangan

5,49V : V

2. Perbandingan antara tegangan terhadap kuat arus adalah berbanding lurus dimana
dari hasil percobaan didapat grafik yang memiliki garis menanjak, yang artinya sesuai
dengan rumus awal V=I/R.
3. Jembatan wheat stone adalah sebuah alat yang dapat mengukur besarnya tahanan
pada suatu resisitor lebih akurat karena alat ini terdiri dari galvanometer, hambatan
standart, kawat geser dan hambatan geser. Dari hasil pengamatan didapat hambatan
kawat sebesar 3,02 ohm.
4. Hambatan jenis dari sebuah kawat penghantar dapat ditentukan dengan
menggunakan jembatan wheatstone berdasarkan rumus :

Besar hambatan jenis dari hasil pengamatan didapat sebesar 5,14.10-7 yang
merupakan kawat dari bahan constantan.
5. Pengukuran konstanta pegas dapat lebih akurat jika menggunakan konstanta
berdasarkan sistem getaran karena pada sistem ini konstanta pegas dihitung
berdasarkan periode atau frekuensi yang dialami oleh pegas. Seperti yang diketahui
pegas adalah suatu bentuk gerak harmonis sederhana yang begetar bolak balik pada
suatu titik keseimbangan
6. Modulus puntir logam adalah suatu ukuran kekuatan bahan untuk menahan beban
puntir. Dari hasil pengamatan didapat modulus puntir aluminium sebesar 1740,4.104

Laboratorium fisika ITN Malang 62


Dyne/cm2rad; modulus puntir kuningan sebesar 1497,43.104 Dyne/cm2rad; Modulus
puntir tembaga sebesar 1574,15.104 Dyne/cm2rad. Sehingga kuningan memiliki sifat
mekanik yang lebih liat atau lebih elastis dari pada aluminium dan tembaga.

7. Viskositas oli SAE 10 lebih rendah dari pada viskositas oli SAE 20. Dapat dilihat
pada hasil perhitungan data didapat SAE 10 = 4,95.10-2 poise dan SAE 20 =
6,47.10-2 poise
8. Dari hasil perhitungan percobaan didapat konstanta pegas untuk sistem getaran
sebesar 8397,89 Dyne/cm dan sistem pembebanan sebesar 1 Dyne/cm

3.2 Saran
1. Sebaiknya waktu kedatangan asistan laboratorium dan jadwal praktikum lebih tepat
waktu agar mahasiswa praktikan tidak menunggu lama.
2. Sebaiknya pada saat praktikum asisten laboratorium yang membantu jalannya
praktikum lebih dari satu orang , agar praktikum bisa berjalan lebih maksimal.
3. Ketersedian alat - alat praktikum fisika sebaiknya lebih ditingkatkan agar hasil
percobaan praktikum lebih pasti.

Laboratorium fisika ITN Malang 63


DAFTAR PUSTAKA

1. Halliday, D., Resnick, Fundamental of Physics, Jhon Wiley & Son, 1997

2. Giancoli, C. Douglas, Physics, Prentice Hall

3. Muhammad Hikam dkk. 2000. Buku Pedoman Praktikum Fisika Dasar.


Edisi 2000. Laboratorium Fisika Dasar Unit Pelaksana Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Dasar Universitas Indonesia. Jakarta.

4. Paul A. Tippler. 2001. Fisika Untuk Sain dan Teknik Jilid 2


(Terjemahan). Edisi ketiga. Penerbit: Erlangga. Jakarta.

Laboratorium fisika ITN Malang 64

Anda mungkin juga menyukai