Anda di halaman 1dari 6

Logika vs Perasaan

http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/02/04/logika-vs-perasaan-632833.html

Sebenarnya kalau mau jujur-jujuran agak berat kalau harus menuliskan tentang hal
yang berbau-bau perasaan. Karena konon, kata perasaan ini (yang lebih didominasi
oleh kaum hawa) berbanding lurus dengan yang namanya daya kesensitifitas. Dan
kalau sudah bersinggungan dengan area ini bisa panjang kali lebar ceritanya. Dan ini
juga yang mengingatkan saya pada lagunya Ari Laso jaman baheula, ‘….sentuhlah dia
tepat dihatinya…’ adakah korelasinya,hehe (Untuk Ibu Hawa, maksud saya kaum hawa
mohon ijin untuk mengupasnya disini ya :).

Dan melalui tulisan ini pula saya tidak akan membahas masalah gender, feminisme, bla
bla bla, dst. Saya hanya ingin membahas mengenai logika dan perasaan. Dan timbulah
satu pertanyaan ‘Ketika Logika di perasa-perasaankan atau perasaan di logika-logika
kan, bagaimana jadinya ya?’

Dua hal inilah yang sering kita temui, alami dan rasakan dalam keseharian kehidupan
kita. Baik itu dalam hal memecahkan masalah, berkomunikasi atau bersosialisasi dan
sampai hal yang paling urgent sekalipun yaitu dalam hal pengambilan keputusan. Dan
yang terakhir ini yang sering kita dibuat kelabakan. Dan dalam hal ini masing-masing
orang berbeda dalam penerapannya.

Logika diidentikkan dengan pria dan perasaan diidentikkan dengan wanita. Pria lebih
condong pada logika, dan dalam memecahkan masalah ataupun mengambil keputusan
berdasarkan logika. Selain itu logika dipandang lebih simple, praktis dan tentunya
sangat rasional. Hal ini berkebalikan dengan perempuan, yang mengedepankan
perasaan mereka daripada logika. Walaupun tidak semuanya benar. Ini juga tergantung
dimana mereka tinggal.

Bisa jadi orang yang dibesarkan di lingkungan (dalam hal ini dimulai lingkungan
keluarga) yang dominan pria lebih banyak menggunakan logika mereka. Sebaliknya
orang yang dibesarkan di lingkungan yang cenderung didominasi wanita lebih banyak
menggunakan perasaan. Dan lagi-lagi ini juga bisa berubah, seiring perjalanan hidup di
pergaulan luar yang akan selalu bersinggungan dengan makhluk sosial di luar
keluarganya. Mungkin lebih tepatnya dalam perbandingan persennya. Misalnya
prialogika 75% logika dan 25 % perasaan. Kebalikannya wanita 75% perasaan dan 25
% logika. Dan yang pasti pria itu lebih dominan logika dan wanita lebih mengagungkan
perasaan mereka.

Kenapa hal ini bisa terjadi? hal ini bisa diakibatkan oleh budaya, kebiasaan atau pola
asuh yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Selain itu juga kalau secara
ilmiahnya bahwa penggunaan logika dan perasaan ini ditentukan dalam proporsi
penggunaan otak pada manusia. Pada otak manusia ada dua area, yaitu grey
matterdan white matter. Grey matter adalah pusat informasi, sedangkan white
matter adalah pusat pemrosesan informasi. Pria lebih menggunakan grey matter dalam
proses berpikir, sedangkan wanita lebih menggunakan white matter dalam cara
berpikirnya. Dan kalau dianalogikan dengan komputer, grey matter adalah prosessor inti
komputer atau komputer itu sendiri. Sedangkan White matter adalah jaringan kabel
yang menghubungkan setiap perangkat di dalam komputer.

Atau misalnya ketika menghadapi masalah, pria dan wanita begitu mencolok
perbedaanya. Ketika menghadapi masalah wanita biasanya hanya ingin didengarkan
saja, istilahnya curhat-curhatan kalau jaman sekarang. Dan biasanya dalam
menghadapi masalah tidak langsung mencari solusi, tapi dirasa-rasain dulu, mikirnya
belakangan. Apalagi masalahnya seperti benang ruwet, bisa jadi stress ujung-ujungnya.
Padahal kalau kita berusaha tenang, setiap masalah pasti juga ada solusi. Tidak tau
kenapa, mungkin sudah bawaan dari lahir dan seperti faktor yang diatas tadi.

Sedangkan pada pria ketika menghadapi masalah akan menyepi untuk mencari solusi.
Dan biasanya bukan bentuk stress, hanya terprovokasi saja. Dan sekiranya sudah
menemukan apa yang dimaksud akan kembali sedia kala.

Salam semuanya :)

sumber gambar: http://saywhattoday.wordpress.com/tag/heart


http://dhanuakbar.blogspot.com/2013/01/logika-pria-vs-perasaan-wanita-dalam.html

LOGIKA PRIA VS PERASAAN WANITA


Dalam hal apapun yang orang lakukan, misal saat berkomunikasi, saat menghadapi
masalah, saat mengambil keputusan, menjalin hubungan baik relasi kerja, pertemanan atau
hubungan asmara, wanita selalu dikaitkan dengan perasaan dan pria dengan logika. Ada
yang bilang kalau pakai logika, melukai perasaan, kalau pakai perasaan dipermainkan
logika.Ketika mendapat masalah wanita cenderung melampiaskan perasaannya dan
emosinya kepada orang lain dengan cara curhat. Sedangkan pria lebih cenderung
memendamnnya dan mencari cara untuk melupakannya. Hal terebut dikarenakan
pria cenderung berpikir menggunakan otak sebelah kiri (logika) sedangkan perempuan
menggunakan otak sebelah kanan (perasaan).

Penjelasan Psikologis
Para ahli psikologi membedakan pria dan wanita dari otaknya. Otak manusia terdiri dari
dua bagian, yaitu sisi yang kanan dengan sisi yang kiri. Setiap sisi bertanggung jawab untuk
fungsi yang berbeda. Dalam otak wanita, lebih banyak serat penghubung dan serat ini lebih
besar dibanding yang terdapat pada otak pria. Hal ini membuat wanita memiliki
kecenderungan lebih besar untuk menggunakan kedua sisi otak secara bersamaan.
Sehingga wanita lebih pandai berbicara, open minded juga lebih pandai menjalin hubungan
atau berinteraksi dengan individu lain. Tetapi, wanita cenderung menggunakan emosi ketika
memproses informasi dan saat berkomunikasi.Tidak mengherankan bukan, kalau wanita bisa
melakukan dua pekerjaan sekaligus seperti berbelanja di tukang sayur sambil bergosip ria
atau memasak sambil menelepon.Sebaliknya, pria memiliki kecenderungan lebih banyak
menggunakan sisi kiri otaknya. Dengan demikian, mereka lebih banyak menggunakan logika
dan pemikiran rasional. Pria juga cenderung mempunyai koordinasi mata-tangan yang lebih
baik, hal ini sangat membantu di saat berolahraga dan melakukan kegiatan mekanis
ataupun membaca peta. Jika pria sedang melakukan satu aktifitas, maka pria tidak akan bisa
konsentrasi terhadap hal lainnya. Berbeda dengan wanita, mereka bisa mencampur semua
pemikirannya dalam satu waktu, sehingga emosi, logika, percintaan, dan komunikasi
bercampur menjadi satu.”Sejak lahir bayi laki-laki umumnya lebih tertarik pada benda-
benda, sedangkan bayi perempuan cenderung pada wajah manusia.Salah satu tahapan
dalam mengukur sebuah Teori Kepribadian atau yang biasa dikenal sebagai MBTI (Myers-
BriggsType Indicator) yaitu Thinking vs Feeling memiliki pengertian :Orang
berkarakter Thinking biasanya lebih cenderung menggunakan logika dalam menghadapi
suatu masalah. Mereka lebih dipengaruhi oleh kepala ketimbang hati. Mereka juga
cenderung impersonal dan objektif. Orang berkarakter Thinking umumnya lebih suka
memberikan kritik daripada pujian kepada orang lain. Inilah yang membuat mereka
dipandang dingin oleh orang-orang karena analitis.Sedangkan orang
berkarakter Feeling adalah orang yang cenderung menggunakan perasaan dalam
menghadapi suatu masalah. Mereka lebih dipengaruhi oleh hati ketimbang kepala. Biasanya,
dalam menilai orang mereka cenderung subyektif. Daripada memberikan kritik, mereka
lebih suka memberi pujian pada orang. Mereka sering dianggap lembut karena tidak mau
melukai perasaan orang lain.

Logika dan Perasaan Dalam Asmara


Perasaan adalah hal yang paling menjebak dalam sebuah gejolak cinta. mitos tentang cinta itu buta tidak
mesti ada jika kita mampu mengelola perasaan kita untuk tidak terlalu membuncah sebelum saatnya.
Perasaanlah yang melahirkan rindu, resah, gundah, gelisah, egoisme dan sejuta hasrat yang mematikan
nurani. Terlalu banyak mempercayakan keputusan cinta kita pada perasaan hanya akan membuat kita
menjadi orang yang lemah. Berapa banyak kasus patah hati, putus asa, hilang semangat hidup, dendam
hingga bunuh diri disebabkan cinta yang tak kesampaian. Semua itu bisa terjadi karena eksistensi
perasaan terlalu mendominasi di dalam diri kita. Inilah mengapa banyak orang mengatakan cinta itu buta,
Cinta itu buta karena kita telah membutakan hati nurani kita dengan perasaan yang terlanjur kita
penjarakan diatas hawa nafsu kita sendiri.
Logika adalah sisi lain yang menemani langkah fitrah perasaan, ibarat kita sedang naik sebuah
kendaraan. Perasaan adalah gas penambah kecepatan kendaraan kita maka logika akan bekerja
sebagai remnya. Dengan adanya logika kita jadi bisa berpikir panjang tentang semua efek dan
kemungkinan yang baik ataupun yang buruk tentang pilihan hidup kita. Dari logika lahir pertimbangan,
analisa, perencanaan hingga kehati – hatian.Setelah perasaan dan logika maka kita perlu mesin
penggerak jiwa yang lain. Dialah hati kita. Perasaan lahir karena sentuhan hati begitu juga logika yang
berprasangka baik lahir karena hati yang jauh dari penyakit. Pastikanlah sebelum kita membuka
perasaan kita, sebelum kita mengejewantah dalam setiap pertimbangan cinta kita, pastikan bahwa hati
kita dalam posisi yang bersih dan netral. Tidak berpihak pada pengharapan untuk memiliki, tidak juga
skeptis dan merasa tidak layak untuk memiliki. Perasaan dan logika ibarat dua sisi timbangan, maka hati
adalah tiang penyeimbangnya. Jika ia sedikit bergeser ke kanan, maka sisi kiri akan terasa lebih berat
begitu juga sebaliknya.
PERBEDAAN PRIA & WANITA : Pikiran Dan Perasaan
http://inspirasipernikahan.blogspot.com/2010/07/perbedaan-pria-wanita-pikiran-
dan.html

Penelitian menunjukkan mayoritas pria memiliki otak kiri yang lebih berkembang dari otak kanannya dan wanita otak

kanannya lebih berkembang daripada otak kirinya. Saya katakan mayoritas (70-80%), tidak semua tetapi cukup

banyak.

Pria yang banyak menekuni kesenian, musik, tari, drama, melukis cukup banyak yang memiliki perasaan yang kuat,

karena hal-hal itu merupakan terapi yang baik untuk mengembangkan otak kanan. Mayoritas laki-laki hidup dengan

70-80% pikirannya sedangkan wanita dengan 70-80% perasaannya.

Otak kiri berhubungan dengan pikiran, kemampuan analisa, matematika (kemampuan hal-hal numerik/ angka-angka)

dan logika sedangkan otak kanan berhubungan dengan intuisi, empati dan simpati ( perasaan). Otak juga

berhubungan dengan pengaturan organ-organ lainnya, sehingga perbedaan otak ini sebenarnya sangat berpengaruh

pada seluruh kehidupan, dan kita perlu mengetahuinya.

Sering seseorang berkata; pasangan saya tidak memikirkan apa yang saya pikirkan, pasangan saya tidak

merasakan apa yang saya rasakan! Ini terjadi karena pria dan wanita memang berbeda. Satu kuat di pikiran (otak

kiri), satu kuat di perasaan (otak kanan).

Ketika suami berkata: “Saya pikir”, maka istri menjawab: “Tetapi saya rasa….” “Ma... saya pikir... setelah saya pikir...

saya sudah pikirkan .... dst kita pindah rumah ke Jakarta ya ma..” “Tapi saya rasa lho pa... apa nggak enakan disini

aja” “Coba pikirlah baik-baik ma ...” “Tapi saya tidak merasa tidak sreg/tidak enak...”

Atau kebalikkannya, ketika isteri tidak tahan melihat tingkah laku anak buah, tetangga atau anak dan minta suami

bertindak… Suami berkata; “Sebelum berbuat, kita harus pikir baik-baik ma…”. Istrinya berkata; “Papa sih mikir-mikir

terus, berbuat sesuatu dong, saya sudah tidak kuat me-rasa-kannya..., kamu sih tidak me-rasa-kan yang ku-rasa-

kan!” “Papa tidak sayang sama saya!”

Kalau sampai mengatakan ‘tidak sayang’ ini kesimpulan yang terlalu jauh, bahkan kesimpulan yang salah, ini bukan

soal sayang atau tidak sayang, ini karena laki-laki otak kananya kecil! Kita harus mengerti hal ini atau kita akan salah

kesimpulan dan ini keslahan fatal, membawa pada pertajaman pertengkaran.

Saya berikan contoh lain; Seorang wanita datang dan menangis; “Pak.. suami saya menyeleweng...” “Dari mana ibu
tahu? ibu melihat apa tidak?” “Tidak pak” “Apa ibu memergoki?” “Tidak pak” “Kalau tidak dari mana ibu tahu?” “Saya

bisa me-rasa-kannya!”

Ketika anak sakit, ibu menangis, karena dia merasa kasihan. Kasihan itu perasaan, otak kanan. Bapak tidak

menangis, Bapak berpikir, obat apa yang murah (murah itu angka, numerik, otak kiri), dokter siapa dan rumah sakit

mana yang murah. Anak di opname, 3 hari kemudian sembuh, ibu merasa senang, ibu tidak menangis lagi, Ganti

bapak yang pusing... berpikir ... bon rumah sakitnya mahal amat!

Dalam seminar saya bisa sampaikan lebih banyak contoh lagi, saudarapun mulai bisa berbincang bincang hal ini

dengan orang lain dan akan menemukan ‘fenomena’ ini, dan tentunya data ‘empiris’ yang sebanyak ini tidak bisa

diabaikan begitu saja. Memang tidak mutlak bahwa laki laki pemikir, maka saya katakan mayoritas.

Kita perlu mengerti perbedaan ini, cara pendekataan yang berbeda antara pria dan wanita, wanita lebih banyak

pendekatan perasaan, relasi, personal sedangkan pria pendekatan analisa, logika, pikiran.

Akhir-akhir ini para pakar pendidikan telah mulai menyadari pentingnya mengembangkan otak secara seimbang dan

menyusun kurikulum untuk mengembangkan kedua belah otak. Banyak permainan seperti ‘play station’, game di

computer ataupun handphone dimana anak asyik dengan diri sendiri, tidak peduli dengan orang lain, ini bukan yang

membangun otak kanan. Anak lebih baik bermain yang melibatkan pribadi lainya, bermain dengan teman dan bukan

dengan barang atau maianan atau komupter, bermain dengan teman merupakan latihan bersosialisasi. Kedua jenis

permainan baik untuk otak kiri dan kanan diperlukan, dan perlu keseimbangan.

Anda mungkin juga menyukai