atau biasa dikenal dengan nama Ummu Syuraik al -Quraysyiyah. Dia adalah
wanita dari kaum Quraisy, tepatnya dari bani Amir bin Lu'ai, dan berasal
dari Kabilah Ghathafan, yang saat itu menjadi salah satu kabilah paling
salah satu daiyah pada masa awal perkembangan Islam. Begitu mendengar
soal kenabian Rasulullah SAW, Ummu Syuraik tidak ragu dan menyakini
Ummu Syuraik pun memeluk Islam di Makkah pada masa awal penyebaran
dakwah Rasulullah SAW. Kendati pada saat itu kaum kafir Quraisy
Dia berdakwah di antara kaum wanita Quraisy. Dakwah ini pun berbuah maksimal.
Namun, dakwah Ummu Syuraik ini ternyata diketahui oleh para petinggi kaum
keimanannya.
Mereka pun membawa Ummu Syuraik pergi dari tempat tinggalnya. Waktu itu
mereka berada di Dzil Khalashah -suatu tempat di Shan’a (ibukota Yaman). Meraka
membawa Ummu Syuraik menuju suatu tempat. dan ketika berhenti mereka
pikiran, pendengaran dan pandangannya telah kabur seakan hampir pingsan, mereka
berkata kepada Ummu Syuraik, ‘Tinggalkan agamamu yang baru ini!’ Ummu
Syuraik tidak mampu menangkap seluruh perkataan mereka, kecuali beberapa kata
saja, dan Ummu Syuraik hanya memberi isyarat dengan jarinya ke langit sebagai
ungkapan tauhid. Dan Demi Allah dalam keadaan yang demikian itu, Salah satu
siksaan yang diterima Ummu Syuraik adalah tidak diberi minum selama tiga hari tiga
malam. Akhirnya, pertolongan Allah SWT pun datang kepada Ummu Syuraik. ''Tiba-
tiba dia merasakan sesuatu yang dingin di atas dadanya. Ketika buka mata, ternyata
itu adalah sebuah ember yang berisi air. Ummu Syuraik pun meminumnya seteguk.
Kemudian, ember tersebut terangkat dan Ummu Syuraik melihat ember trsbt
menggantung antara langit dan bumi. Setelah itu, ember tersebut menjulur kepada
Ummu Syuraik untuk kedua kalinya. Ummu Syuraik pun minumnya kemudian
terangkat lagi. Lalu, ember itu menjulur untuk ketiga kalinya. Ummu Syuraik pun
Mendapati baju Ummu Syuraik telah basah, keluarga dari Abu al-Akr Ad-Dausi pun
menanyakan hal ini dan memeriksa bekal cadangan air. Ternyata, bekal air yang
mereka bawa tidak berkurang sedikit pun. Ummu Syuraik menjawab, air ini
memberimu rezeki itu juga adalah Rabb kami dan Dia pula yang telah
mensyariatkan Islam.' Setelah itu, mereka semua masuk Islam dan hijrah
ke Madinah."
Tidak hanya sekali itu Allah memberi keutamaan terhadap Ummu Syuraik. Kejadian
yang hampir sama pernah dialami Ummu Syuraik ketika ia hendak hijrah ke Madinah.
Saat itu, ia hendak mencari seseorang yang mau menemaninya dalam perjalanan.
Maka, seorang Yahudi menawarkan diri untuk menemaninya. Ummu Syuraik pun
setuju. Ia terpaksa melakukannya karena saat itu tidak mudah mendapatkan teman
atau orang yang dapat menjadi teman dalam perjalanan ke Madinah. Kemudian ia
memintanya menunggu sebentar untuk mengisi air, akan tetapi lelaki itu melarangnya
dengan alasan dia telah membawa bekal air. Berangkatlah mereka menuju Madinah.
Setelah sore, mereka beristirahat. Yahudi itu turun dan membentang sufrah (alas
makan) dan ia makan, kemudian ia berkata kepada Ummu Syuraik, “Wahai Ummu
Syuraik, mari makan..!” Ummu Syuraik menjawab, “Beri aku minum, karena aku
sangat haus dan aku tidak bisa makan sebelum minum.” Yahudi itu berkata, “Aku
tidak akan memberimu minum sampai engkau menjadi seorang Yahudi.” Ummu
Syuraik menjawab, “(Kalau begitu) tidak. Terima kasih, engkau telah mengasingkanku
dan melarangku membawa air.” Ia berkata, “Aku tidak akan memberimu setetes air
pun sampai menjadi Yahudi.” Ummu Syuraik dengan keras menjawab, “Tidak! demi
Allah, aku tidak akan menjadi Yahudi selamanya setelah Allah menunjukiku kepada
memeluknya dan merebahkan kepalanya di leher keledai itu hingga tertidur. Ummu
Syuraik terbangun ketika merasakan dinginnya ember yang ada di keningnya. Ummu
Syuraik mengangkat kepala, dan dilihat air yang sangat putih melebihi susu dan
lebih manis dari madu. Ummu Syuraik meminumnya sampai hilang dahaganya,
kemudian Ummu Syuraik memasukkan kedlm tempat minum lalu mengisinya sampai
penuh. Ember itu pun terangkat darinya sampai hilang di langit." Keesokan harinya,
orang Yahudi itu heran melihat Ummu Syuraik dan tempat air minumnya yang basah.
Ia bertanya, ''Dari mana air ini?" "Dari langit?'' Ummu Syuraik menjawab, ''Ya
Tak lama setelah hijrah ke Madinah, suaminya pun meninggal. Setelah beberapa lama
menjadi janda, Ummu Syuraik menawarkan dirinya kepada Rasulullah untuk dinikahi.
Aisyah yang merasa cemburu berkata kepada Ummu Syuraik, “Tidakkah seorang
ayat 50.
“ wahai nabi! Sesungguhnya kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah
engkau engkau berikan maskawinnya dan hamba sahaya yang engkau miliki, termasuk
apa yang engkau peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan
perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara
perempuan ibumu yang turut hijrah bersamamu, dan perempuan mukmin yang
menyerahkan dirinya kepada nabi kalau nabi ingin menikahinya, sebagai kekhususan
bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Kami telah mengetahui apa yang kami
wajibkan kepada mereka tentang istri-istri mereka daan hamba sahaya yang mereka
miliki agar tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.
Ketika ayat ini turun, Aisyah berkata kepada Rasulullah, “Sesungguhnya Allah telah
permintaannya, maka Ummu Syuraik tidak pernah menikah lagi sampai akhir
hayatnya.
Semoga Allah merahmati Ummu Syuraik, yang telah mengukir sebaik-baik contoh
dalam berdakwah ke jalan Allah, dalam hal keteguhan dalam memperjuangkan iman
dan akidahnya dan dalam bersabar di saat menghadapi cobaan serta berpegang
kepala tali Allah. Marabahaya tidak menjadikan beliau kendor ataupun lemah yang
kematian dan kebinasaan. Akan tetapi, hasil dari ketegaran beliau, Allah memuliakan
beliau dan menjadikan indah pandangan matanya dengan masuknya kaumnya ke dalam
agama Islam. Inilah target dari apa yang dicita-citakan oleh seorang muslim dalam
berjihad.
Atas dakwah yang dilakukan oleh para sahabat dan umat Islam, Rasulullah SAW pun
pernah bersabda, ''Demi Allah, jika Allah memberi petunjuk atau hidayah kepada
seseorang karena dakwahmu, maka itu lebih baik dari unta yang merah (harta
mendapatkan tekanan dan cobaan yang begitu berat. Keteguhan hati Ummu Syuraik
pun perlu dapat menjadi keteladanan dan pelajaran bagi para Muslimah. Belum lagi
dengan aktivitas dakwah yang dilakukan Ummu Syuraik, mengajak para kaum wanita