Anda di halaman 1dari 113

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI DIARE

DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


DI RSUD Dr. SOEDIRMAN
KEBUMEN

Karya Tulis Ilmiah


Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

NAMA
SIKHATUN KHASANAH
A01401965

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2016/2017

i
ii
iii
iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................... i
HALAMAN ORISINALITAS........................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................. iv
DAFTAR ISI.................................................................................... v
KATA PENGANTAR...................................................................... vii
ABSTRAK........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................... 3
1.3. Tujuan Studi Kasus.................................................. 3
1.4. Manfaat Studi Kasus................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Puastaka.................................................. 5
2.1.1. Asuhan keperawatan dalam gangguan cairan dan
Elektrolit.............................................................. 5
2.1.1.1. Pengkajian .......................................... 5
2.1.1.2. Diagnosa keperawatan ........................... 8
2.1.1.3. Perencanaan keperawatan ....................... 8
2.1.1.4. Pelaksanaan keperawatan ....................... 13
2.1.1.5. Evaluasi keperawatan .......................... 20
2.1.2.Penyakit Diare dengan gangguan Cairan dan
elektrolit......................................................... 21
2.1.2.1. Pengertian diare....................................... 21
2.1.2.2. Penyebab diare........................................ 21
2.1.2.3. Tanda dan gejala diare........................... 22
2.1.2.4. Akibat penyakit diare............................. 23
2.1.2.5. Patofisiologis diare.................................. 23
2.1.2.6. Pengertian Cairan dan Elektrolit.............. 23

v
2.1.2.7. Fungsi cairan........................................... 24
2.1.2.8. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan
Cairan dan elektrolit............................................. 24
2.1.2.9. Proporsi cairan tubuh............................... 25
2.1.2.10.Masalah kebutuhan elektrolit.................. 25
2.1.2.11.Kebutuhan cairan dan elektrolit.............. 27
2.1.3. Tumbuh kembang Balita.............................................. 27
2.1.3.1. Pengertian balita....................................... 27
2.1.3.2. Tumbuh kembang balita ......................... 27
2.1.4. Kerangka Teori............................................................ 28
BAB III METODE STUDI KASUS
3.1. Jenis/Desain/Rancangan ................................................ 29
3.2. Subjek studi kasus.......................................................... 29
3.3. Fokus studi kasus........................................................... 29
3.4. Definisi operasional........................................................ 30
3.5. Instrumen studi kasus..................................................... 30
3.6. Metode pengumpulan data............................................. 30
3.7. Lokasi dan waktu stdui kasus........................................ 31
3.8. Etika studi kasus ............................................................ 31
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Studi Kasus............................................................ 32
4.1.1 Fokus Asuhan Keperawatan klien 1...................... 32
4.1.2 Fokus Asuhan Keperawatan klien 2...................... 39
4.2 Pembahasan Studi Kasus................................................. 44
4.3 Keterbatan Studi Kasus................................................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..................................................................... 49
5.2 Saran............................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

vi
KATA PENGANTAR

Assalamungalaikum wr.wb
Dengan mengucapkan sukur alhamdulillah kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI DIARE DENGAN
GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DIRUMAH SAKIT RSUD Dr.
SOEDIRMAN KEBUMEN” laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
Selesainya laporan ini tidak lain berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Alloh SWT yang telah memberikan hidayahnya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar.
2. Kepada kedua orang tua ( Bpk Khabib Soleh dan Ibu Ma’fiyah ) yang
telah memberikan kasih sayang, semangat serta do’a dan materi.
3. Ibu Herniyatun, M.Kep.Sp.Mat Selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
4. Ibu Nurlaila, M.Kep selaku Ketua Prodi Diploma III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
5. Ibu Ning Iswati, M.Kep Pembimbing Akademik Karya Tulis Ilmiah yang
telah banyak memberikan support dan bimbingan kepada penulis.
6. Segenap Staf, Dosen dan Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Gombong yang telah berkenaan memberikan bimbingan
dan arahan materi selama penulis menempuh pendidikan.
7. Teman-teman kelas C seperjuangan yang telah memberikan semangat dan
do’a.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu menyelesaikan laporan ini.

vii
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ujian akhir program ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan dan penyempurnaan kedepannya.

Gombong, Agustus 2017

Sikhatun Khasanah
(A01401965)

viii
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Juli 2017

Sikhatun Khasanah1. Ning Iswati2.

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI DIARE


DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DI RUANG MELATI RSUD Dr. SOEDIRMAN
KEBUMEN

Latar belakang : Dehidrasi pada diare dapat menyebabkan kekurangan volume cairan
dan elektrolit pada tubuh. Jika tidak cepat di tangani, ini dapat menyebabkan kematian.
Tujuan penulis : Menggambarkan asuhan keperawatan pasien diare dengan gangguan
cairan dan elektrolit.
Metode Penulisan : Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan
studi kasus (case study approach), data diperoleh dari wawancara, pemeriksaan fisik,
observasi, rekamedik dan studi dokumen. Subjeknya dua orang pasien, yaitu anak 8 bulan
dan 3 tahun.
Hasil : Dalam asuhan keperawatan kedua pasien dengan diare, mengalami kekurangan
volume cairan dan lektrolit. Pengkajian didapatkan kedua pasien mengalami peningkatan
rasa haus, terlihat lemas, rewel, tidak nafsu makan, BAB cair, berlendir serta bercampur
darah dan peningkatan leukosit. Masalah keperawatan yang muncul adalah kekurangan
volume cairan dan elektrolit dan defisit pengetahuan. Rencana keperawatan untuk
mengatasi kekurangan volume cairan dan elektrolit, antara lain: monitoring TTV, intake
dan output cairan, menganjurkan pasien untuk minum banyak, memberikan cairan, obat
sesuai intrusksi dari dokter dan melakukan pankes tentang diare. Implementasi dilakukan
selama pengelolaan 3x7 jam. Evaluasi pada kedua pasien dengan masalah kekurangan
volume cairan dan elektrolit serta defisit pengetahuan teratasi.
Kesimpulan : Memeberikan cairan pada pasien dan pankes kepada kelurganya dapat
mengatasi kekurangan cairan dan elektrolit pada diare.

Kata kunci : Diare, cairan elektrolit, pendidikan kesehatan

1. Mahasiswa
2. Pembimbing

ix
DIII Program of Nursing Department
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Scientific Paper, July 2017

Sikhatun khasanahˡ. Ning Iswati2.

ABSTRACT

THE NURSING CARE FOR DIARRHEA PATIENTS WITH FLUID AND


ELECTROLYTE DISORDERS IN MELATI WARD OF
Dr. SOEDIRMAN HOSPITAL
KEBUMEN

Background: Diarrheal dehydration can cause fluid volume and electrolyte deficiency in
the body. It may lead to death unless it is handled.
Objective: Describing nursing care for diarrhea patients having fluid and electrolyte
disturbances.
Method: This study is an analytical desccriptive with case study approach. Data were
obtained from interview, physical examination, observation, and documentation. The
subjects were 2 children – 8 months old and 3 years old.
Result: The nursing care showed that both patients with diarrhea had fluid volume and
electrolyte deficiency. The assessment showed that both patients got increasing thirst,
weak-look, fussiness, no appetite, liquid, mucus and blood mixed defecation and
increasing leukosit. The emerging nursing problems were fluid and electrolyte shortage
and knowledge deficit. Nursing plans to address this deficiency include monitoring the
vital signs, fluid intake and output, encouraging to drink more, giving fluid and
medecines in accordance with doctor’s instruction, and conducting health education about
diarrhea. Implementation was conducted in 3x7 hours of the management. The evalution
was that fluid volume and electrolyte shortage and knowledge deficit were resolvable.
Coclusion: Giving patients fluid and conducting health education for their family can
overcome the lack of fluid and electrolyte in diarrheal disease.

Keywords: Diarrhea, fluid, electrolyte, health education

1. Student
2. Lecturer

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Diare dapat menyebabkan kematian nomer dua di dunia (WHO, 2013).
Salah satu target MDGs adalah menurunkan angka kematian pada anak, termasuk
menurunkan angka kematian yang diakibatkan oleh diare. Jika pencegahan diare
tidak dilakukan dengan cepat dan berkelanjutan, maka kemungkinan sebanyak
760.000 anak akan meninggal setiap tahunnya. Tetapi jika penanganan diare
dilakukan dengan cepat dan tepat, maka jumlah kematian akan menurun setiap
tahunnya (WHO, UNICEF, 2013).
Penyakit diare merupakan angka kematian yang tinggi di negara
berkembang. Kurang lebih 10 juta anak usia kurang dari 5 tahun meninggal setiap
tahunnya di dunia dan sekitar 20% meninggal karena infeksi diare (Hardi, 2012).
Diare akut merupakan penyakit di indonesia yang masih sangat tinggi.
Dengan penderita terbanyak adalah bayi dan balita. Dari hasil riset kesehatan
dasar yang dilakukan oleh kementrian kesehatan pada tahun 2007, diare akut
merupakan penyebab kematian bayi (31,4%) balita (25,2%). (Tjitrosantoso,
2013).
Di kabupaten Kebumen sendiri pada tahun 2015 penderita diare telah
mencapai targetSPM Kabupaten Kebumen (100 %) yaitu 102,4 %. Namun untuk
pencapaian penemuan penderita diare per wilayah, beberapa Puskesmas belum
mencapai target.(Sitohang ,Vensya 2011).
Diare sering menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang masih
lemah, sehingga mudah terkena bakteri penyebab diare. Jika diare disertai muntah
berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan). Inilah yang harus
selalu diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan
mengakibatkan kematian. Dehidrasi yang terjadi pada bayi ataupun anak akan
cepat menjadi parah. Hal ini disebabkan karena seorang anak berat badannya lebih
ringan daripada orang dewasa. Maka cairan tubuhnya pun relatif sedikit, sehingga
jika kehilangan sedikit saja cairan dapat mengganggu organ-organ vitalnya.

1
2

Dehidrasi akan semakin parah jika ditambah dengan keluhan lain seperti mencret
dan panas karena hilangnya cairan tubuh lewat penguapan. Kasus kematian balita
karena dehidrasi masih banyak ditemukan dan biasanya terjadi karena
ketidakmampuan orang tua mendeteksi tanda-tanda bahaya ini (Cahyono, 2010).
Diare yaitu kekurangan cairan pada tubuh dengan jumlah banyak ditandai
dengan BAB lebih dari 3x dalam bentuk cair, berlendir dan terkadang di sertai
darah. (Suriadi, 2010). Penanganan pertama diare akut yaitu menentukan tingakat
derajat dehidrasi. Tujuan utama terapi untuk mencegah dehidrasi, mengoreksi
kekurangan cairan dan elektrolit secara tepat (terapi rehidrasi) dan mencegah
gangguan nutrisi (Gunardi 2008).
Sebagian besar tubuh manusia terdiri atas cairan. Cairan merupakan
komposisi terbesar dalam tubuh manusia. Cairan berperan dalam menjaga proses
metabolisme dalam tubuh. Untuk menjaga kelangsungan proses tersebut adalah
keseimbangan cairan. Cairan dalam tubuh manusia normalnya adalah seimbang
antara asupan (input) dan haluaran (output). Jumlah asupan cairan harus sama
dengan jumlah cairan yang dikeluarkan dari tubuh. Perubahan sedikit pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tidak akan memberikan dampak bagi tubuh.
Akan tetapi, jika terjadi ketidak seimbangan antara asupan dan haluaran, tentunya
akan menimbulkan dampak bagi tubuh manusia. Pengaturan keseimbangan cairan
tubuh, proses difusi melalui membran sel, dan tekanan osmotik yang dihasilkan
oleh elektrolit pada kedua kompartemen (Mubarak, 2007) .
Cairan dan elektrolit sangat penting mempertahankan keseimbangan atau
homeostosis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air
yang mengandung partikel - partikel bahan organik dan anorganik yang vital
untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen - komponen kimiawi
(FKUI, 2008).
Dalam tubuh, fungsi sel bergantung pada keseimbangan cairan dan
elektrolit. Keseimbangan ini diurus oleh banyak mekanisme fisiologik yang
terdapat dalam tubuh sendiri. Pada bayi dan anak sering terjadi gangguan
keseimbangan tersebut yang biasanya disertai perubahan Ph cairan tubuh (Irwan,
3

2013). Gangguan volume cairan dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia fisiologis yang harus dipenuhi, apabila penderita telah banyak
mengalami kehilangan air dan elktrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Terutama
diare pada anak perlu mendapatkankan penanganan yang cepat dan tepat sehingga
tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak (Sodikin, 2011).
Angka kematian yang tinggi akibat diare akan berdampak negatif pada
kualitas pelayanan kesehatan karena angka kematian anak (AKA) merupakan
salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan yang optimal, kurang
berhasilnya usaha dalam proses pencegahan diare merupakan salah satu faktor
yang harus diperhatikan karena jika upaya pencegahan tidak ditangggulangi
dengan baik, maka peningkatan penyakit diare pada balita akan semakin
meningkat (Depkes, 2010).
Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dalam
bentuk karya ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami
diare dengan gangguan cairan dan elektrolit di RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
Penulis berharap dengan studi kasus ini dapat memberikan asuhan keperawatan,
mengimplementasikan sesuai dengan intervensi yang sudah direncakan dan dapat
memberikan manfaat bagi penyakit diare dan tidak menyebabkan komplikasi yang
serius.
1.2 Rumusan masalah
Bagiaman gambaran asuhan keperawatan pasien diare dengan gangguan cairan
dan elektrolit pada balita di RSUD Dr. Soedirman Kebumen ?
1.3 Tujuan studi kasus
Tujuan umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pasien diare dengan gangguan cairan dan
eletrolit.
Tujuan khusus
1.3.1 Mendiskripsikan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien diare
dengan gangguan cairan dan elektrolit
1.3.2 Mendiskripsikan diagnosa keperawatan dengan gangguan cairan dan
elektrolit
4

1.3.3 Mendiskripsikan rencana asuhan keperawatan diare dengan gangguan


cairan dan elektrolit
1.3.4 Mendiskripsikan implementasi asuhan keperawatan diare dengan
gangguan cairan dan elektrolit
1.3.5 Mendiskripsikan dalam mengevaluasi asuhan keperawatan diare dengan
cairan dan elektrolit
1.4 Manfaat studi kasus
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit diare serta
cara penanganan pada pasien diare.
2. Bagi Pengembangan ilmu dan Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam
pemenuhan gangguan cairan dan elektrolit pada pasien diare.
3. Bagi penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,
studi kasus dengan ganggauan cairan dan eletrolit pada pasien diare.
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Husein dan Hasan, Rusepno. Editor. 2010. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1985. hal. 283: 312.
Alireza, dkk. 2017. Evaluation of water and electrolytes disorders in severe acute
diarrhea patients treated by WHO protocol in eight large hospitals in
Tehran; a nephrology viewpoint. J Renal Inj Prev. 2017; 6 (2): 109-112.

Anggraini, Dwi Yanti dan Budi Sutomo. Menu Sehat Untuk Batita dan Balita.
2010. Demedia: Jakarta.

Anonim. Tata Laksana Penderita Diare. Retrieved 25 Februari, 2013


Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
NANDA NIC-NOC jilid 1 tahun 2013.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC


Cahyono, Dwi Anton Budi dan Dyah Andari. 2010. Mudah dan Hemat Hidup
Sehat.Solo : Pustaka Arafah.
Departemen Kesehatan Rebuplik Indonesia. 2008. Manajemen Terpadu Balita
Sakit. Jakarta.
Depkes RI, 2010, Hasil evaluasi program pemberantasan penyakit diare,
Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan, Jakarta.

Depkes. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan. edisi 2011. Depkes RI.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta:
Salemba Medika.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Buku Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2012. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah.

FKUI (2008). Gangguan Keseimbangan Air – Elektrolit Dan Asam – Basa.


Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Gunardi, H. 2011. Kumpulan Tips Pediatri.Edisi 2 cetakan pertama. Badan


Penerbir IDAI

Hardi, A. R., Masni, Rahma. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian


Diare Pada Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas Baranglompo
Kecamatan Ujung Tanah Tahun 201. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanudin, Makassar.
Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
http://nursingbegin.com/askep-diare-anak/ di akses pada 11 Juni 2017
jam 21.00 wib.
IDAI. 2008. Diare pada anak. Retrieved July 27, 2017, from http://idai.go.id.

Juffrie. 2010. Gastroenterologi-hepatologi, jilid 1. Jakarta: Badan penerbit IDAI.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Situasidiare di Indonesia. Retrieved


Desember17, 2013, fromwww. depkes. go.
id/downloads/Buletin%20Diare_Final. Di unduh pada tanggal 02 mei
2017 jam 20.30 wib.
Mazdumer et al. 2010. Effectiveness of zinc supplementation plus oral rehydration
salts for diarrhoea in infants aged less than 6 months in Haryana state,
India. Bull World Health Organ. 88 (10.2471): 754–760.

Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori &
Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta, EGC.

Mubarak. Irwan, dkk (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Cetakan
pertama. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.

Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan Gastrointestina: Aplikasi asuhan keperawatan


Medikal Bedah. Jakata: Salemba Medika.

Nanda Internasional. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-


2011. Jakarta: EGC. Salemba Medika.

Nanny, Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
Rocha, Carminate, Tibirica, Carvalho, Silva, Chebli . 2012. Acute Diarrhea in
Hospitalized Children of the Municipality of Juiz de fora, mg, Brazil:
Prevalence and Risk factors associated with disease severity. Arq.
Gastroenterol. 49 (4): 259-265.

Saputra, Lyndo. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang:


Binarupa Aksara.

Sitohang, vensya. 2011. Situasi diare di Indonesai: sekertaris jenderal kemkes RI.

Sitorus, 2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak, Jakarta, Yrama Widya.


Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal
dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
Soetjiningsih. 2014. Tumbuh kembang anak jilid II. Jakarta: EGC.

Suraatmaja. (2010). Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.

Suratmaja, Sudaryat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Denpasar: CV.


Sagung Seto.

Suriadi, Rita Yuliana. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto.

Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawata Klien Gangguan Keseimbangan


Cairan & Elektrolit. Jakarta: ECG.

Tjitrosantoso Heedy, Korompis Fras, dkk. (2013). Studi penggunaan obat pada
penderita diare di instasi rawat inap BLU RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou
manado priode januari-juni 2012. http://ejurnal . uniset. ac. id diakses
pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 20.30 WIB.
Utami, Rahayu Sari. 2015. Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan
Gangguan Gastroenteritis Dehidrasi Sedang.Volume 2 No 1- Januari
2015.

Walgito, Bimo. (2010). Bimbingan dan Konseling Studi & Karir. Yogjakarta:
Andi.

Wardani, S. 2016. Asuhan Keperawatan Manajemen Diare Pada Anak Yang Oleh
Perawat Di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1 (1):
24-31.
Wardani, Septi. 2016. Manajemen Diare Pada Anak Oleh Perawat Di Rumah
Sakit. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1 (1) 2016.

WHO, UNICEF. (2013). Ending Preventable Child Deaths from Pneumonia and
Diarrhoea by 2025 The integrated Global Action Plan for Pneumonia
and Diarrhoea (GAPPD). WHO. France.

WHO. 2010. World Health Statistics 2010: Causes of death.

Widoyono. (2012). Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &


Pemberantasan. Erlangga Medical Series: Jakarta.
Wilkinson, Judith. M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Ed. 9. Jakarta: EGC.
Wong L. D. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Wong, EDG. 6.Vol 2.
Jakarta: EDG.

Wong, Donna L.2009. Buku Ajar Keperawatan pediatrik, alih bahasa Andry
Hartono, Sari Kurnianingsih, Setiawan editor edisi bahasa Indonesia.
Edisi 6. Jakarta: EGC.
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penjelasan untuk mengikuti penelitian (PSP)


Lampiran 2 : Informasi dan pernyataan persetujuan (Informed consent)
Lampiran 3 : Bukti proses bimbingan
Lampiran 4 : Kuisoner penyakit diare
Lampiran 5 : Satuan acara penyuluhan (SAP) penyakit diare
Lampiran 6 : Lembar balik penyakit diare
Lampiran 7 : Liflet penyakit diare
Lampiran 8 : Intruksi kerja penilaian balance cairan
Lampiran 9 : Asuhan keperawatan penyakit diare
Lampiran 10 : Pengkajian tumbuh kembang menurut KPSP
Lampiran 11 : Jurnal
Lampiran 1 : Penjelasan untuk mengikuti penelitian (PSP)

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN


(PSP)
1. Kami adalah peneliti berasal dari institusi/jurusan program studi DIII
Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong. Dengan ini
meminta anda untuk berpartisipasi dengan suka rela dalam penelitian
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami
Gangguan Diare Dengan Masalah Cairan Dan Elektrolit Di RSUD
Dr. Soedirman”.
2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah menggambarkan asuhan
keperawatan klien yang mengalami gangguan Diare mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan yang dapat
memberikan manfaat berupa diantaranya dapat meningkatkan
pengetahuan tentang penyaki diare serta cara penanganan diare.
Penelitian ini akan berlangsung selam 3 hari.
3. Prosedur pengambilan bahan dan cara wawancara terpimpin dengan
menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung kurang
lebih 15-20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan
tetapi anda tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk
kepentingan pengambilan asuhan atau pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada
penelitian ini adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan
asuhan atau tindakan yang diberikan
5. Nama dan jati diri anda bersama seluruh informasi yang saudara
sampaikan akan tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian
ini, silahkan menghubungi peneliti pada no Hp 083863637448.
Peneliti

Sikhatun Khasanah
Lampiran 2 : Informasi dan pernyataan persetujuan (Informed consent)

INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya


telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai
penelitian yang akan dilakukan oleh Sikhatun Khasanah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Klien yang Mengalami Diare dengan
Gangguan Cairan dan Elekktrolit di Rumah Sakit RSUD Dr.
Soedirman Kebumen”.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian
ini secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya
menginginkan mundur diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-
waktu tanpa sanksi apapun.

Kebumen, Juli 2017


Saksi Yang memberikan persetujuan

................................ ........................................

Kebumen, Juli 2017


Peneliti

Sikhatun Khasanah
Lampiran 3 : Bukti proses bimbingan
Lampiran 4 : Kuisoner penyakit diare
KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP PENYAKIT
DIARE DI RUMAH SAKIT

A. Identitas responden (diisi oleh peneliti)


Nama responden :

1. Suatu kondisi dimana seseorang buang air besar sebanyak 3x atau


lebih dalam satu hari dan tinja yang keluar berupa cairan encer berupa
lendir atau bercampur darah disebut ?
a. Muntah
b. Mencret ( diare )
c. Sakit perut
2. Berapa kali buang air besar dalam sehari ? jika disebut sebagai
penderita diare.
a. 1-3x sehari
b. Lebih dari 3x sehari dan tinjanya encer
c. Tidak tahu
3. Apa yang anda tahu tentang penyebab diare ?
a. Bakteri dan makanan yang kotor
b. Kuman penyakit
c. Tidak tahu
4. Darimana sajakah penularan penyakit diare pada anak-anak ?
a. Makanan, kurang menjaga kebersihan
b. Lalat
c. Semuanya benar
5. Bagimanakah penyakit diare ditularkan
a. Air dan udara
b. Makan dan minuman
c. Tidak tahu
6. Bagimana cara pencegahan diare
a. Tidak mencuci tangan setelah buar air besar maupun kecil
b. Selalu mejaga kebersihan makan dan minuman
c. Tidak mengonsumsi makanan pedas-pedas
7. Apa yang anda lakukan pertama kali jika anak anda terkena diare ?
a. Langsung dibawa kerumah sakit
b. Dibiarkan
c. Memberikan oralit dengan cara melarutkan garan dan gula
8. Makanan apa saja yang harus di konsumsi saat anak terkena penyakit
diare?
a. Makanan yang merngandung serat-seratan seperti apel, sayur-
sayuran dll
b. Makanan mie instan, gorengan dan lain-lain
c. Tidak tahu
9. Apa ciri-ciri anak yang terkena diare dengan dehidrasi sedang ?
a. Rewel dan mata cekung
b. Merasa haus terus-menerus
c. Semua benar
10. Kapan anak dengan penyakit diare dibawa kedokter atau rumah sakit
a. Muntah-muntah dan BAB lebih dari 3x serta tinja dalam bentuk
encer
b. Muntah dan panas
c. Rewel dan BAB 2x dalam sehari
11. Bagaimana cara anda dalam membersihkan kotoran anak anda setelah
buang air besar ?
a. Dibersihkan dari depan kebelakang
b. Dibersihkan dari belakang kedepan
c. Tidak tahu

Keterangan
1. benar 1- 4 : pengetahuan orang tua terhadap penyakit diare
sangat kurang
2. benar 4 - 7 : pengetahuan orang tua terhadap penyakit diare
kurang
3. benar 7 – 11 : tidak ada masalah dalam pengetahuan orang tua
terhadap penyakit diare
Lampiran 5 : Satuan acara penyuluhan (SAP) penyakit diare

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN


(SAP)
PENYAKIT DIARE BALITA

1. Topik : Gangguan Sistem Gastrointestinal (Pencernaan)


2. Sub topik : Diare
3. Tujuan
3.1.Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 1x30 menit
pasien atau keluarga pasien diharapkan dapat mengetahui penyakit Diare
dan hal-hal apa saja yang dapat mengakibatkan timbulnya penyakit dan
tindakan apa saja yang harus dilakukan saat sakit dan pencegahanya.
3.2.Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Diare selama 1x30 menit
peserta mampu
a. Menyebutkan kembali penyebab dari penyakit Diare
b. Menyebutkan kembali tanda dan gejala dari penyakit Diare
c. Menyebutkan kembali hal-hal yang harus dilakukan dalam menangani
penyakit Diare.
4. Sasaran : Keluarga balita yang sedang mengalami Diare
5. Metode : Ceramah, diskusi dan tanya jawab
6. Media : Liflet dan lembar balik
7. Waktu
Hari/tanggal : Kamis, 13 Juli 2017
Jam : 14.30 WIB
Lama waktu : 1x30 menit
8. Tempat : RSUD Dr. Soedirman Kebumen ruang Melati
9. Strategi Pelaksanaan
Tahapan Kegiatan
No Waktu
Kegiatan Penyuluh Keluarga
1 5 menit Pembukaan - Mengucapkan salam - Menjawab salam
o Perkenalan - Memperkenalkan diri - Peserta ingat
- Mengingatkan kontrak dengan kontrak
- Menjelaskan tujuan - Memperhatikan
pembelajaran - Kooperatif
- Menyebutkan peserta mengerti
materi/pokok bahasan tujuan
yang akan disampaikan

2 15 menit Pelaksanaan - Menjelaskan materi - Peserta


o Penyampaian penyuluhan secara mendengarkan
materi berurutan dan teratur : penjelasan dari
o 1. Menjelaskan perawat
pengertian penyakit - Peserta
Diare memperhatikan
2. Menjelaskan Tanda
dan Gejala penyakit
Diare
3. Menjelaskan
Penyebab penyakit
Diare
4. Menjelaskan
Akibat dari
penyakit Diare
5. Menjelaskan Proses
penyakit Diare
6. Menjelaskan Cara
penanganan pada
penyakit Diare
7. Menjelaskan
makanan yang baik
dikonsumsi pada
penyakit diare
3 8 menit Evaluasi - Meminta klien untuk - Persta mampu
mejelaskan atau menjawab
menyebutkan kembali :
1. Penyabab dari
penyakit diare
2. Tanda dan gejala
dari penyakit diare
3. Penanganan dari
penyakit diare
- Memberikan pujian - Peserta terlihat
atas keberhasilan klien senang dan
dalam menjawab. tersenyum
4 2 menit Penutup - Mengucapkan - Peserta
trimakasih, kontrak menjawab salam
waktu kembali di lain
hari jika materi belum
selesai dan
mengucapkan salam

10. Penyuluh : Sikhatun Khasanah


11. Isi materi : Terlampir
12. Evaluasi
1. Evaluasi persiapan
a. Materi sudah siap dan dipelajari sebelum ke RS
b. Media sudah siap sebelum ke RS
c. SAP sudah siap sebelum ke RS
d. Tempat sudah siap 2 jam sebelum pankes
2. Evaluasi proses
a. 75 % datang tepat waktu
b. Peserta memperhatikan penjelasan perawat
c. Peserta aktif bertanya dan memberikan pendapat
d. Media dapat digunakan secara efektif
3. Evaluasi hasil
a. Dapat menyebutkan kembali tentang penyebab penyakit diare
b. Dapat menyebutkan tanda dan gejala pada penyakit diare
c. Dapat menyebutkan hal-hal yang harus dilakukan dalam mencegah
timbulnya penyakit diare.

MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian penyakit Diare


Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran,
serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lender darah. Salah satu faktor yang mempengaruhi
kejadian diare yaitu susu formula (Hidayat, 2012)
2. Klasifikasi diare
Diare terbagi 2 , yaitu ;
1. Diare Akut
Diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 3 -7 hari
pada bayi dan anak.
2. Diare kronik
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
3. Penyebab penyakit Diare
Menurut Hasan dan Alatas (2010), diare disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu :
A. Faktor Infeksi
1. Bakteri :Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas.
2. Virus : Enteroovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.
3. Parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomona s
hominis), jamur (Candida albicans).
B. Faktor Malabsopsi
1. Malabsorpsi karbohidrat, yaitu pada bayi kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya
berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut.
Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
2. Malabsorpsi lemak, yaitu terdapat lemak dalam makanan yang
disebut triglyserida.Triglyseridadengan bantuan kelenjar lipase,
mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika
tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat
terjadi karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah
tinja mengandung lemak.
3. Malabsorpsi protein, yaitu kesulitan penyerapan nutrisi dari makanan
yang mengandung protein.
C. Faktor makanan seperti makanan yang sudah basi, makanan yang
tercemar, terlalu banyak lemak, beracun, kurang matang, dan alergi
terhadap makanan.
4. Gejala dan Tanda penyakit Diare
Menurut Suraatmaja (2010), tanda dan gejala diare yaitu bab lebih
dari 3 kali, dengan konsistensi lembek, ada/tanpa darah. Gejala awal diare
adalah anak gelisah, menjadi cengeng, suhu tubuh meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah
diare. Hal tersebut dapat menyebabkan dehidrasi, karena banyak kehilangan
air dan elektrolit. Gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare
dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan
cairan dan elektrolit akhirnya tampak dehidrasi yaitu berat badan turun,
turgor kulit menurun, mata dan ubun–ubun cekung, selaput lendir dan mulut
ikut kering. Bila dehirasi berat maka volume darah akan berkurang dengan
demikian nadi akan cepat dan kecil, denyur jantung cepat, tekanan darah
menurun, kasadaran menurun yang akhirnya terjadi syok .
5. Akibat Penyakit penyakit Diare
Menurut Vivian (2010), diare dapat menyebabkan beberapa komplikasi
berikut:
1. Dehidrasi : ringan, sedang, dan berat.
2. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang.
3. Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala
meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara
berlebihan dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram.
4. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik.
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan (masukan makanan berkurang,
pengeluaran bertambah).
6. Proses penyakit Diare
Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan
oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi
enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan
peningkatan sekresi cairan dan menurunkan absorbsi cairan sehingga akan
terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun mekanisme dasar
yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
A. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap
oleh mukosa intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
B. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat
produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan
aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga
usus, selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
C. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik,
hipokalemia)
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah)
3. Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah.
7. Penanganan pada penyakit diare
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penanggulangan diare
adalah masalah kehilangan cairan yang berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini
bila tidak segera diatasi dapat membawa bahaya terutama bagi balita dan
anak-anak. Bagi penderita diare ringan diberikan oralit, tetapi bila dehidrasi
berat maka perlu dibantu dengan cairan intravena atau infus. Hal yang tidak
kalah penting dalam menanggulangi kehilangan cairan tubuh adalah
pemberian makanan kembali (refeeding) sebab selama diare pemasukan
makanan akan sangat kurang karena akan kehilangan nafsu makan dan
kehilangan makanan secara langsung melalui tinja atau muntah dan
peningkatan metabolisme selama sakit. (sitorus, 2008).
Apabila seseorang sudah mengalami diare, maka perlu dilakukan
treatment agar diare dapat segera berhenti. Berikut ini adalah beberapa
treatment untuk menanggulangi penyakit diare:
1. Rehidrasi yaitu dengan cara mengkonsumsi oralit. Minum cairan oralit
sebanyak mungkin penderita bisa meminumnya. Minum oralit tidak
perlu dalam jumlah banyak sekaligus, tetapi oralit diminum dalam
jumlah yang sedikit dan dengan frekuensi yang sering akan lebih baik
dilakukan. Satu bungkus oralit dilarutkan dalam 200 ml air matang.
Apabila oralit tidak tersedia, maka oralit bisa dibuat dengan cara
membuat larutan gula garam. Caranya yaitu dengan melarutkan dua
sendok teh gula pasir dan seujung sendok garam dapur ke dalam satu
gelas air matang. Rehidrasi juga dapat dilakukan dengan cairan
intravena terutama pada kasus dehidrasi yang berat atau shock.
2. Suplementasi zinc, yang berfungsi untuk mengurangi durasi diare
sampai 25% dan dapat mengurangi volume feses hingga 30%.
3. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat gizi, diutamakan bagi
pasien diare yang disebabkan karena malnutrisi.
4. Pemberian terapi farmakologik
1. Antibiotik
Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat terhadap
penyebab diare diberikan setelah diketahui penyebab diare
dengan memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat
tinja. Pada penderita diare, antibiotik boleh diberikan bila:
a. Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik
dan atau biakan.
b. Pada pemeriksaan mikroskopik dan atau mikroskopik
ditemukan darah pada tinja.
c. Secara klinis terdapat tanda- tanda yang menyokong adanya
infeksi anteral.
d. Di daerah endemik kolera.
e. Neonatus yang diduga infeksi nosokomial. Antibiotik oral
yang dapat diberikan untuk disentri yaitu yang dianjurkan
untuk shigella:
2. Obat antipiretik
Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat
salisilat (asetosal, aspirin) dalam dosis rendah (25mg/tahun/kali)
selain berguna untuk menurunkan panas sebagai akibat dehidrasi
atau panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang
keluar bersama tinja.
5. Pemberian zinc
Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi Buang Air Besar
(BAB), mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan
diare pada tiga bulan berikutnya (lintas diare, 2011).
6. Pemenuhan nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai
umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan
sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan
diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah
serat, buah-buahan diberikan terutama pisang (Hegar B. Dan
Handryastuti S., 2009).
8. Sebaiknya berikan makanan lunak ke anak agar sistem pencernaan anak
tidak terlalu bekerja keras untuk dapat mencerna makanan. Berikan anak
makanan seperti:
1. Pisang, dan buah-buahan lain
2. Nasi tim atau bubur nasi
3. Roti
4. Daging, ayam, ikan yang direbus atau dipanggang
5. Telur matang
6. Sayuran matang yang tidak mengandung banyak serat, seperti wortel
7. Kentang rebus atau panggang
8. Yogurt.

DAFTAR PUSTAKA
.
Alatas, Husein dan Hasan, Rusepno.Editor.2010. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1985.hal.283: 312.

Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.


Jakarta:http://nursingbegin.com/askep-diare-anak/ di akses pada 11 Juni
2017 jam 21.00 wib.

Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi asuhan keperawatan


Medikal Bedah. Jakata: Salemba Medika.

Nanny, Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.

Suraatmaja. (2010). Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.

Suratmaja, Sudaryat. 2007.Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.Denpasar: CV.


Sagung Seto.
Lampiran 8 : Intruksi kerja penilaian balance cairan

INTRUKSI KERJA Nomor 21


PENILAIAN BALANCE Revisi ke 02
CAIRAN Tanggal berlaku 09092009

PENGERTIAN Penghitungan keseimbangan cairan masuk dan keluar tubuh


TUJUAN Mengetahui status cairan tubuh :
1. Mengetahui jumlah masukan cairan
2. Mengetahui keluaran cairan
3. Mengetahui balence cairan
4. Menentukan kebutuhan cairan
KEBIJAKAN Pasien dengan kecenderungan gangguan regulasi cairan
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. Alat tulis
2. Gelas ukur urin
PROSEDUR A Tahap Pra Interaksi
PELAKSANA
1 Melakukan pengecekan program terapi
2 Mencuci tangan
B Tahap Orientasi
1 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/klien
C Tahap Kerja
1 Membaca tasmiyah dan menghitung intake oral (minum)
2 Menghitung intake oral (makan)
3 Menghitung intake parenteral
4 Menghitung cairan metabolisme
5 Menghitung output urin
6 Menghitung output feses
7 Menghitung output abnormal (muntah, drain, perdarahan
dll)
8 Menghitung output IWL
9 Menghitung balence cairan
D Tahap Terminasi
1 Membaca tahmid dan berpamitan dengan klien dan keluarga
klien
2 Mengbereskan alat-alat
3 Mencuci tangan
4 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Daftar Pustaka Departemen Kesehatan RI, Dirjenyanmed, 1991. Prosedur
Perawatan Dasar, Direktorat Rumah Sakit Dan Pendidikan.
Potter, P.A., Perry, A.G., 1996, Fundamentals of Nursing,
St.Louis, Mosby Company.
Rider, j., et.al, 1995, Modules for Basic Nursing Skills,
Philadelphia, Lippincott.
Smeltzer, S.C., Bare,B.G.,2002, Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth, Alih Bahasa: Monica Ester, EGC;
Jakarta
Sumber Team departemen basic skill of nursing/kebutuhan dasar
manusia.2009/2010.KETRAMPILAN DASAR KEPERAWATAN/
BASIC SKILL OF NURSING (KDM/BSN). Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Lampiran 9 : Asuhan keperawatan penyakit diare
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
GASTROINTESTINAL DI RUANGAN MELATI RUMAH SAKIT Dr.
SOEDIRMAN KEBUMEN

Tanggal masuk : 11-07-2017 jam 20.00 wib


Tanggal pengkajian : 11-07-2017 jam 20.30 wib
Nama pengkajian : Sikhatun khasanah
Ruangan : Melati
A. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas klien
Nama : An.Aliya
Tanggal lahir : 06 november 2016
Umur : 8 bulan 4 hari
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 7,2 kg
PB/TB : 60 cm
Alamat : Alian
Agama : Islam
Pendidikan :
Suku bangsa : Jawa
No RM : 351041
Diagnosa : GEA dehidrasi sedang
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.H
Umur : 24 th
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan : Ibu kandung
c. Keluhan utama : BAB cair dan berlendir.
d. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan sebelum dibawa kerumah sakit kurang lebih 2
hari mengalami mencret, dalam satu hari lebih dari 6x cair dan
berlendir dan muntah selama dua hari kurang lebih 5x. Pasien datang
kerumah sakit dengan rujukan dari rumah sakit wijaya kusuma dengan
gangguan GEA dehidrasi dan vomitus dan disarankan untuk di
lakukan pemberian cairan serta dilakukan rawat inap. Saat di IGD
pasien di berikan cairan infus KAEN 32tpm, pasien muntah 1x saat
setelah diberikan ASI. BAB pasien saat di IGD sampai di bawa ke
ruangan pasien baru di ganti diapers sebanyak 4x dengan konsistensi
cair dan berlendir, BAB dan BAK di dalam diapers.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu klien mengatakan An. AL sebelumnya belum pernah mengalami
atau menderita diare dan baru kali ini dirawat dirumah sakit karena
penyakit diare.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Saat pengkajian diperoleh data bahwa anggota keluarga klien yaitu
dari ibu pernah mengalami penyakit diare kurang lebih 1 minggu yang
lalu tetapi tidak sampai dirawat dirumah sakit.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Pre natal : saat hamil ibu sering memeriksakan kehamilannya pada
bidan mendapat imunisasi TT 1x, vitamin dan penambahan darah
serta ibu klien mengatakan merupakan anak pertama dan belum
pernah mengalami keguguran sebelumnya.
b. Riwayat persalinan : An. AL lahir dengan BB 2500 gram, panjang
badan 46 cm lahir dengan normal dirumah bersalin di bantu oleh
bidan desa dengan umur kehamilan 9 bulan.
c. Post natal : tidak ada kelainan pada An. AL setelah kelahiran,
anggota tubuh lengkap, anus ada, genitalia ada.
5. Riwayat imunisasi
Keluarga mengatakan anak sudah mendapat imunisasi HB 0,BCG,
DPT I,II,III, polio I,II,III,IV, MMR.
6. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan : Berat badan saat ini 7,2 kg, gigi klien sudah
tumbuh depan dan bawah 4 di tambah samping atas 1 buah.
Perkembangan : Anak sudah bisa belajar tengkurap sendiri, dapat
menggeleng-gelengkan kepala, bisa memegang roti serta
memasukanya sendiri, bisa mengungkapkan rasa gembira atau
sedihnya dengan berteriak dan lain-lain sesuai pengkajian KPSP umur
6 bulan.

7. Genogram

8. Kebutuhan cairan
Hasil Penghitungan Balance Cairan An. AL mulai dari tanggal 12-14
Juli 2017
Tanggal Input Output Balance Cairan
12-07-2017 Minum+ ASI Diapers 420cc BC=Input-
330cc IWL 63cc Output
Infus 224cc Total 483cc BC=555.8-483
Antibiotik 1.8cc BC=72.8cc/7
Total 555.8cc jam
13-07-2017 Minum+ASI Diapers 320cc BC=Input-
153.7cc IWL 63cc Output
Infus 224cc Total 383cc BC=379.5-383
Antibiotik 1.8cc BC=-3.5cc/7
Total 379.5cc jam
14-07-2017 Minum+ASI Diapers 240cc BC=Input-
135cc IWL 63cc Output
Infus 224cc Total 303cc BC=360-303
Antibiotik 1cc BC=57cc/7 jam
Total 360cc

9. Kebutuhan kalori
Rumus : BB x 100
: 7,2 x 100
: 720 kkal
10. Pola pengkajian gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Keluarga klien mengatakan bahwa kesehatan sangatlah penting
khususnya An. AL karena masih balita. Saat mengetahui anaknya
mengalami mencret, muntah serta demam klien langsung dibawa
ke dokter terdekat, kelurga juga mengatakan saat membersihkan
BAB pada klien yaitu dengan air hangat atau tissu basah serta
gerakan dimulai dari belakang kedepan.
b. Pola Nutrisi dan Metebolik
Sebelum sakit An. AL makan sesuai porsi yang diberikan oleh
ibunya 3x/hari selalu habis dan terkadang lebih, jenisnya nasi yang
dihaluskan, kuah sayuran,lauk dan ASI. Selama sakit An. AL rasa
haus meningkat, An. AL hanya mau minum ASI sehari kurang
lebih 5x, serta air putih 3 botol dot ukuran 60 ml dan tidak nafsu
makan.
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit ibu pasien mengatakan pasien BAB sehari kurang
lebih 3x dengan konsistensi lembek warna kuning bau khas, BAK
sehari kurang lebih 5x dengan warna kuning bau khas. Saat sakit
Ibu klien mengatakan An. AL 2 hari SMRS mengalami diare
kurang lebih 5x BAB cair tidak bercampur darah, muntah pada
hari 2 SMRS kurang lebih 3x. Saat diruangan An. A BAB lebih
dari 5x dengan konsistensi cair dan terdapat lendir dan sudah ganti
diapers selama 4x, dengan berat 500 c. Untuk BAK An. AL tidak
terkaji karena di pasang diapers.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit klien sangat aktif jarang terlihat rewel, pasien juga
sering bermain di lantai dan selama sakit klien banyak tidur di
dampingi oleh ibunya, klien terlihat lemas, sering rewel klien
jarang keluar dari ruangan, ketika jenuh An. AL minta untuk
digendong oleh ibu atau neneknya di dalam ruangan.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit An. AL tidur sehari kurang lebih 8-9 jam selalu
nyenyak tidak ada gangguan, bangun hanya ketika haus dan lapar,
selama sakit klien mengalami gangguan dalam tidurnya karena
terpasang selang infus dan sakit pada perutnya.
f. Pola Persepsi dan Kognitif
Klien tidak ada keluhan yang berkenaan dengan kemampuan
sensasi yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan
maupun sensasi perubahan. Klien juga tidak menggunakan alat
bantu pendengaran maupun alat bantu penglihatan. Ibu klien
mengatakan tinggal di daerah pegunungan jarak antara rumah
dengan tetangga sangat dekat, air yang digunakan untuk sehari-
hari yaitu dengan air sumur.
g. Pola Hubungan / Peran
Keluarga mengatakan An.AL hanya bisa menangis dan sering
rewel ketika merasa lapar dan sakit. pada saat pengkajian An.AL
terlihat tenang saat di pengang pipinya, dan selalu menangis ketika
di berikan obat lewat selang infus
h. Pola Reproduksi dan Seksual
An. AL berjenis kelamin perempuan dengan umur 8 bulan 4 hari,
tidak ada gangguan diorgan reproduksinya. Keluarga klien juga
mengatakan bahwa anakanya adalah anak pertama keluarga sangat
mencemasakan kondisi An. AL terutama neneknya karena
mencret terut-menerus.
i. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Ibu An. AL mengatakan bahwa anaknya mengalami ketakutan saat
melihat orang yang baru dikenal, Setiap dilakukan tindakan
keperawatan pada An. AL selalu menangis terutama ketika
melihat orang yang memakai baju putih-putih.
j. Pola Mekanisme Koping
An. AL ketika merasa takut hanya melihat petugas perawat yang
merawatnya sambil menangis dan minta di gendong oleh ibu atau
neneknya.
k. Pola Nilai Kepercayaan / keyakinannya
Keluarga An.AL beragama islam dan Alhamdullilah dalam
keluarga klien tidak ada keyakinan / kebudayaan yang
bertentangan dengan kesehatan maupun dalam pengobatan yang
dijalani.
B. DATA OBJEKTIF
Pengkajian Fisik
1. Penampilan / keadaan umum : Klien terlihat lemas
2. Tingkat kesadaran : Composmetis
3. Tanda – tanda vital
Suhu : 37 0C
Respirasi rate: 18 x /menit
Nadi : 99 x/menit
4. Pengukuran Autopometri
Berat Badan : 7,2 kg
Tinggi Badan : 60 cm
1. Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan, ubun-ubun
normal.
Rambut : Hitam, bersih, bau wangi
Mata : Tidak Cekung, konjungtiva anemis, tidak ada
sedikit secret dan air mata tidak kering.
Hidung : Tidak ada sekret, tidak memakai selang oksigen
dan NGT.
Telinga : Kemampuan mendengar normal, simetris tubuh,
tidak ada nyeri, tidak ada sekret / pembengkakan
Mulut : Selaput mukosa lembab, gigi baru keluar 5, 4 di
depan atas bawah dan satu di samping kanan atas.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
peningkatan JVP
2. Dada dan Thoraks : pergerakan dada dan thorak seimbang, tidak
nampak penggunaan otot bantu pernafasan
5. Abdomen
Inspeksi : Kembung, tidak ada luka, bentuk simetris
Auskultasi : Bising usus > 30 x /menit
Palpasi : Terdapat nyeri tekan
Perkusi : Hipertimpani
6. Genital : Tidak menggunakan kateter serta tidak mengalami
iritasi pada daerah pantat
7. Anal : Ada kemerahan.
8. Ekstremitas : Kuku bersih, turgor kulit normal, akral hangat,
capilary refill time < 2 detik, untuk mobilitas dan
keamanan (koordinasi otot,pergerakan tubuh) di
semua ekstremitas baik, terpasang infus KAEN di
lengan kanan dengan 32 tpm
9. Data penunjang
1. Laboratorium 11-07-2017 jam 18:54
Pemeriksaan Hasil satuan Normal
Hemoglobin 9,2 gr/dl 10.5 -12.5
Hematokrit 30 % 35.0-43.0
Leukosit 13.3 10^3/ul 6.00-17.50
Trombosit 457 10^3/ul 229-553
Erytrosit 4.9 10^6/ul 3.60-5.20
MCV 62 fL 74.00-106.000
MCH 19 pg 21.00-33.00
MCHC 31 g/dl 28.00-32.00
SERO IMUNOLOGI
Widal
S.TYPHI O Negatif Negatif
S.TYPHI H Negatif Negatif
S. PARATYPHI O – A Negatif Negatif
S. PARATYPHY O - B Negatif Negatif

2. Pemeriksaan fese 12-07-2017 jam 10.37


Pemeriksaan Hasil satuan Nilai rujukan
Makroskopis
Warna hijau
Konsistensi lembek lunak
Eritrosit 0-1 negatif
Leokosit 0-1/1pb negatif
Mikroskopis
Bakteri negatif negatif
Telur cacing negatif negatif
Epitel feses negatif negatif
Amuba negatif negatif
Pencernaan
Serat otot negatif negatif negatif
Lemak negatif negatif
Amilun negatif negatif
3. Diet : rendah serat, nasi lunak
4. Therapy
Infus KAEN 3B 32 tpm
Ceftriaxson 2x180 mg
Antasid 2x1/3 cth
Sanmol 3x1/3 cth
Puyer zink

ANALISA DATA
NO TANGGAL DATA PROBLEM ETIOLOGI
/ JAM
1 11-07-17 DO : Defisit volume Kehilngan
jam 20.30 - Ibu klien mengatakan An. cairan cairan
wib AL mencret ± 2 hari dan sekunder
dalam satu hari mencret terhadap
lebih dari 5 kali cair. diare.
- Saat di kaji pasien BAB
sebanyak kurang lebih 5x
dengan konsistensi cair dan
berlendir.
- Ibu klien mengatakan
anaknya sering meminta
minum ASI maupun air
putih
DO :
- Akral hangat
- Pasien sering rewel
- Pasien terlihat lemas
- TTV: Suhu : 37 0C, RR: 18
x /menit, Nadi :99 x/menit
2 11-07-17 DS : Defisit Kurangnya
jam 20.30 - Keluarga mengatakan pengetahuan informasi
wib pengetahuan tentang
penyakit diare masih
kurang terutama pada
penanganan saat
dirumah, tanda dan gejala
serta penyebab dari
penyakit diare
DO :
- Jawaban dari kuisoner
yang diberikan pada
peneliti keluarga hanya
mendapat scor 5 dari 14
pertanyaan.
- Kriteria kuisoner
keluarga An.AL
pengetahuan tentang
penyakit diare masih
sanagat rendah.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Defisit volume cairan b.d Kehilngan cairan sekunder terhadap diare.
2. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi

INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal / Dx
Kriteria Hasil Intervensi TTD
Jam
11-07-2017 1 Setelah dilakukan tindakan Fluid managemen :
jam 21.00 keperawatan selama 3x7 jam 1. monitor TTV
wib diharapkan masalah 2. Kaji tanda – tanda
keperawatan defisit volume Dehidrasi ( seperti
cairan dapat diatasi dengan mukosa bibir kering,
kriteria hasil sebagai berikut : penurunan turgor
Elektrolit and acid base kulit, bola mata
balance cekung)
Indikator IR ER 3. monitor intake dan
1. keadaan 2 4 output cairan untuk
umum baik menghitung balance
2. klien tidak 2 4 cairan
merasa 4. Anjurkan klien
haus untuk minum setelah
berlebihan 2 4 BAB, minum yang
3. rewel banyak
berkurang 5. Kolaborasi dengan
4. BAB 2 4 dokter dalam
dalam pemberian atau
keadaan pemantauan cairan
normal infus dan pemberian
obat.

11-07-2017 2 Setelah dilakukan tindakan Teaching proses


jam 21.00 keperawatan selama 2x7 jam 1. Memberikan
wib diharapkan masalah penilaian berupa
keperawatan defisit kuisoner tentang
pengetahuan dapat diatasi pengetahuan orang
dengan kriteria hasil sebagai tua terhadap
berikut : penyakit diare
Disease proses 2. Memberikan
Indikator IR ER penyuluhan berupa
pankes tentang
1. Keluarga 2 5 penyakit diare
klien dapat
memahami
tentang
penyakit
diare
terutama
penanganan,
tanda gejala
terta
penyebab
dari diare

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tgl/jam Dx Implementasi Respon Ttd

12-07-2017 1 Melakukan pemeriksan S : ibu pasien mengatakan


jam 09.30 tanda-tanda dehidrasi anaknya sering rewel dan
wib terlihat lemas serta sering
meninta ASI terkadang air
putih minum meningkat
O : adanya peningkatan
rasa haus dan pasien
terlihat lemas dan rewel
Jam 10.00 1 Memberikan obat S :-
wib ceftriaxson O : di berikan obat
ceftriaxson 2x180 mg
melalui injeksi selang
infus, pasien menangis
saat diberikan obat.
Jam 10.30 2 Memberikan lembaran S : keluarga pasien
wib kuisoner kepada keluarga mengatakan sangat senang
pasien jika diadakan penyuluhan
tentang penyakit diare.
O : keluarga pasien sangat
antusias menunggu untuk
diadakan penyuluhan dan
terlihat senang.
Jam 11.00 1 Melakukan pengukuran S :-
wib tanda-tanda vital pasien O : nadi 99x/menit, suhu
0
37 C, respirasi rate
23x/menit
Jam 12.30 1 Mencatat intake dan aoutput S : keluarga mengatakan
wib cairan pada pasien hari ini BAB dan BAK di
dalam diapers dan baru di
ganti sebanyk 4x, minum
air putih sebanyak 3x
dengan botol ukuran 60ml
dan ASI sebanyak 5x.
O : cairan infus 224cc,
antibiotik 1.8cc,
minum+ASI 330cc,
diapers 420cc, IWL 63cc,
BC 72.8cc/7 jam,
kebutuhan cairan 210cc/7
jam.
13-07-2017 1 Memberikan obat S :-
jam 10.00 ceftriaxson O : obat ceftriaxson 2x180
wib mg di berikan lewat selang
infus.
Jam 11.30 1 Mengukur tanda-tanda vital S :-
wib O : nadi 132x/menit, suhu
0
36,8 C, respitaroti rate
38x/menit.
Jam 13.00 1 Mengukur intek dan output S : keluarga pasien
wib cairan pasien mengatakan, pasien BAB
maupun BAK di dalam
diapers dan baru di ganti
sebanyak 3x, minum air
putih sebanyak 60ml, ASI
sebanyak 8x.
O : ASI+minum 153.7cc,
diapers 320cc, IWL 63cc,
infus 224cc, antibiotik
1.8cc. hasil balance cairan
-3.5cc/7 jam, kebutuhan
cairan 210cc/7 jam.
Jam 14.30 2 Melakukan penyuluhan S : keluarga pasien
wib tentang penyakit diare mengatakan sangat senang
dengan adanya penyuluhan
tentang penyakit diare
seperti ini.
O : keluarga pasien terlihat
senang, sangat kooperatif
dan terlihat antusias dalam
mengikuti jalannya
kegiatan
14-07-2017 1 Memberikan obat S :-
jam 10.00 ceftriaxson O : obat ceftriaxson 2x180
wib mg di berikan lewat selang
infus.
Jam 11.30 1 Mengukur tanda-tanda vital S :-
wib O : nadi 120x/menit, suhu
0
36,4 C, respitaroti rate
39x/menit.
Jam 13.00 1 Mengukur intek dan output S : keluarga pasien
wib cairan pasien mengatakan, pasien BAB
maupun BAK di dalam
diapers dan baru diganti
sebanyak 3x, minum air
putih 60ml, ASI sebanyak
kurang lebih 10x.
O : cairan infus 224cc,
diapers 240cc, antibiotik
1cc, IWL 63cc,
minum+ASI 135cc,
balance cairan 57cc/7 jam,
kebutuhan cairan 210cc/7
jam

EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal / TTD
Dx SOAP
Jam
12-07-2017 S:
jam 14.00 - ibu klien mengatakan anaknya masih mengalami
wib diare, diare hari ini kurang lebih dari 5x encer dan
berlendir, tidak mengalami muntah
- Ibu klien mengatakan anaknya sangat lahap untuk
1
minum terutama minum ASI dan air putih
O:
- Sering rewel, sering minum dan terlihat lemas
- Suhu : 37 0C, RR: 18 x /menit, Nadi :99 x/menit
- BC 72.8cc/7 jam
A : masalah defisit volume cairan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. monitor TTV
2. Kaji tanda – tanda Dehidrasi ( seperti mukosa bibir
kering, penurunan turgor kulit, bola mata cekung)
3. monitor intake dan output cairan untuk menghitung
balance cairan
4. Anjurkan klien untuk minum setelah BAB, minum
yang banyak
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian atau
pemantauan cairan infus dan pemberian obat.
12-07-2017 S : Keluarga mengatakan pengetahuan tentang penyakit
jam 14.00 diare masih kurang terutama pada penanganan saat
wib dirumah, tanda dan gejala serta penyebab dari penyakit
diare
O:
- Keluarga pasien sudah di berikan lembaran kuisoner
tentang penyakit diare
2
- Jawaban dari kuisoner yang diberikan pada peneliti
keluarga hanya mendapat scor 5 dari 14 pertanyaan.
- Kriteria kuisoner keluarga An.A pengetahuan tentang
penyakit diare masih sanagat rendah.
A : masalah defisit keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Memberikan penyuluhan tentang penyakit diare
13-07-2017 S:
jam 14.00 - ibu klien mengatakan anaknya masih mengalami
wib 1 diare, diare hari ini 4x encer dan sedikit berampas,
tidak mengalami muntah
- Ibu klien mengatakan anaknya sangat lahap untuk
minum terutama minum ASI dan air putih
O:
- Keadaan sudah tidak lemas
- Sering rewel, sering minum
- BC -3.5cc/7 jam
- Suhu : 36,8 0C, RR: 38 x /menit, Nadi : 132
x/menit
A : masalah defisit volume cairan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. monitor TTV
2. Kaji tanda – tanda Dehidrasi ( seperti mukosa bibir
kering, penurunan turgor kulit, bola mata cekung)
3. monitor intake dan output cairan untuk menghitung
balance cairan
4. Anjurkan klien untuk minum setelah BAB, minum
yang banyak
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian atau
pemantauan cairan infus dan pemberian obat.
13-07-2017 S : Keluarga mengatakan pengetahuan tentang penyakit
jam 14.00 diare bertambah seletalh dilakukan penyuluhan tentang
wib penyakit diare terutama tentang penangan, tanda dan
gejala serta penyebab dari penyakit diare.
2
O : keluarga klien sudah di berikan penyuluhan tentang
penyakit diare
A : masalah defisit keperawatan teratasi
P : hentikan intervensi
14-07-2017 1 S:
jam 14.00 - ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
wib mengalami diare, BAB berbentuk ampas dan
lembek
- Ibu klien mengatakan sampai saat ini anaknya
masih sangat lahap untuk minum ASI dan air
putih
O:
- BAB pasien lembek dan berampas
- Keadaan umum baik, dan tidak rewel
- Sering minum
- Suhu : 36,4 0C, RR: 39 x /menit, Nadi : 120
x/menit
- BC 57cc/7 jam
A : masalah defisit volume cairan teratasi
P : hentikan intervensi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN


GASTROINTESTINAL DI RUANGAN MELATI RUMAH SAKIT Dr.
SOEDIRMAN KEBUMEN

Tanggal masuk : 12-07-2017 jam 17.32 wib


Tanggal pengkajian : 13-07-2017 jam 08.00 wib
Nama pengkajian : Sikhatun khasanah
Ruangan : Melati

A. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas klien
Nama : An.Aninda
Tanggal lahir : 05 oktober 2014
Umur : 3 thn 2 bulan 6 hari
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 15 kg
PB/TB : 60 cm
Alamat : Kebumen
Agama : Islam
Pendidikan : Paud
Suku bangsa : Jawa
No RM : 351180
Diagnosa : GEA
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.M
Umur : 30 th
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan : Ibu kandung
c. Keluhan utama : BAB cair,berlendir dan bercampur darah lebih dari
4x.
d. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu pasien mengatakan sejak 12 jam SMRS pasien mengalami
mencret bercampur darah kurang lebih 5x, disertai demam dan
kejang-kejang kurang lebih 1 jam. Saat dikaji klien mengalami
menceret lebih dari 4x cair,berlendir serta bercampur darah sedikit,
tidak mengalami muntah.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu pasien mengatakan An. AN sebelumnya pernah mengalami diare
pada umur 2 tahun tetapi tidak sampai parah seperti saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Saat pengkajian diperoleh data bahwa anggota keluarga pasien yaitu
dari ibu kandungnya pernah mengalami penyakit diare tetapi tidak
bercampur darah, sembuh ketika minum obat dari puskesmas terdekat.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Pre natal : Saat hamil ibu sering memeriksakan kehamilannya pada
bidan mendapat imunisasi TT 1x, vitamin dan penambahan darah
serta ibu pasien mengatakan merupakan anak kedua dan belum
pernah mengalami keguguran sebelumnya.
b. Riwayat persalinan : An. AN lahir dengan BB 3300 gram, panjang
badan saat lahir lupa, persalinan normal dirumah bersalin di bantu
oleh bidan desa dengan umur kehamilan 9 bulan.
c. Post natal : Tidak ada kelainan pada An. AN setelah kelahiran,
anggota tubuh lengkap, anus ada, genitalia ada.
5. Riwayat imunisasi
Keluarga mengatakan anak sudah mendapat imunisasi HB 0,BCG,
DPT I,II,III, polio I,II,III,IV, MMR, campak
6. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan : Berat badan saat ini 15 kg, klien tumbuh dengan
normal sesuai usia 3 tahun
Perkembangan : Anak sangat aktif bertanya, rasa ingin tahu sangat
besar, sudah bisa di ajak bicara dengan satu arah, sudah bisa
menggambar, bisa menyebutkan nama-nama buah dan dapat naik
sepeda dengan roda tiga.
7. Genogram

8. Kebutuhan cairan
Hasil Penghitungan Balance Cairan An. AN mulai dari tanggal 13-15
Juli 2017
Tanggal Input Output Balance Cairan
13-07-2017 Minum 300cc Diapers 470cc BC=Input-
Infus 105cc IWL 117,2cc Output
Antibiotik 4.4cc Total 587.2cc BC=409.4-587.2
Total 409.4cc BC=-177.8cc/7
jam
14-07-2017 Minum 200cc Diapers 240cc BC=Input-
Infus 105cc IWL 117,2cc Output
Antibiotik 7.2cc Total 357.2cc BC=312.5-357.2
Total 312.5cc BC=-44.7cc/7
jam
15-07-2017 Minum 500cc Diapers 335cc BC=Input-
Makan 50cc IWL 117,2cc Output
Total 550cc Total 452,2cc BC=550-452.2
BC=97.8cc/7
jam

9. Kebutuhan kalori
Rumus : 1000 + 50 (BB-10)
: 1000 + 50 (15-10)
: 1000 + 50.5
: 1250 kkal
10. Pola pengkajian gordon
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Keluarga pasien mengatakan selama diare dirumah keluarga tidak
memberikan penanganan untuk mencegah diare, keluarga
beranggapan bahwa diare bisa sembuh sendiri dengan obat dari
bidan.
2. Pola Nutrisi dan Metebolik
Sebelum sakit An. AN makan sesuai porsi yang diberikan oleh
ibunya 3x/hari selalu habis dan terkadang lebih, jenisnya nasi yang
dihaluskan, kuah sayuran,lauk dan klien sering minum susu
formula sehari bisa habis 5 botol sedang. Selama sakit An. AN
rasa haus meningkat An. AN hanya mau minum air putih
terkadang teh sehari kurang lebih 3 gelas, pasien tidak suka susu
yang diberikan oleh rumah sakit dan tidak nafsu makan
3. Pola Eliminasi
Ibu pasien mengatakan sebelum di bawa kerumah sakit An. A N
mengalami diare bercampur darah kurang lebih 5x. selama sakit
An. A BAK dan BAB lebih dari 5x dengan konsistensi cair,
terdapat lendir dan bercampur darah sudah di ganti diapers
sebanyak 4x.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit pasien sangat aktif jarang terlihat rewel dan selama
sakit pasien banyak tiduran di tempat tidur dan selalu minta
didampingi oleh ibunya, pasien terlihat lemas, sering rewel pasien
jarang keluar kamar, ketika jenuh An. AN hanya bemain gime dari
HP ibunya.
5. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit An. AN tidur selalu nyenyak tidak ada gangguan,
hari tidur kurang lebih 8-9 jam. Selama sakit pasien mengalami
gangguan dalam tidurnya rewel merasa perut terasa sakit selalu
menangis, tidur siang kurang lebih 2-3 jam dan tidur malam
kurang lebih 7-9 jam.
6. Pola Persepsi dan Kognitif
Pasien tidak ada keluhan yang berkenaan dengan kemampuan
sensasi yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan
maupun sensasi perubahan. Pasien juga tidak menggunakan alat
bantu pendengaran maupun alat bantu penglihatan. Ibu pasien
mengatakan jika hendak mencuci botol susu anaknya hanya di
cuci dengan air kran mengalir dan dianggapnya sudah bersih.
7. Pola Hubungan / Peran
Keluarga mengatakan An.AN sangat dekat dengan kakaknya pada
saat pengkajian An.AN terlihat lemas pasien hanya ingin selalu
dekat dengan ibunya.
8. Pola Reproduksi dan Seksual
An. AN berjenis kelamin perempuan dengan umur 3 th 2 bulan 4
hari, tidak ada gangguan diorgan reproduksinya. Keluarga pasien
juga mengatakan bahwa anakanya adalah anak kedua keluarga
sangat mencemasakan kondisi An. AN saat ini karena baru kali ini
anak mengalami diare bercampur darah sertai demam dan kejang.
9. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Ibu An. AN mengatakan bahwa anaknya mengalami ketakutan
saat melihat orang, karena trauma di pasang infus dan di berikan
obat setiap dilakukan tindakan keperawatan pada An. AN selalu
menangis merasa takut ketika melihat orang yang memakai baju
putih-putih.
10. Pola Mekanisme Koping
An. AN ketika merasa takut klien langsung memeluk ibunya
sambil menangis.
11. Pola Nilai Kepercayaan / keyakinannya
Keluarga An.AN beragama islam dan Alhamdullilah dalam
keluarga klien tidak ada keyakinan / kebudayaan yang
bertentangan dengan kesehatan maupun dalam pengobatan yang
dijalani.
B. DATA OBJEKTIF
Pengkajian Fisik
1. Penampilan / keadaan umum : Klien terlihat lemas
2. Tingkat kesadaran : Composmetis
3. Tanda – tanda vital
Suhu : 37 0C
Respirasi rate: 23 x /menit
Nadi : 100 x/menit
4. Pengukuran Autopometri
Berat Badan : 15 kg
Tinggi Badan : 85 cm
5. Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan, ubun-ubun
normal
Rambut : Hitam, bersih
Mata : Tidak cekung, konjungtiva anemis, tidak ada
sedikit secret dan air mata tidak kering.
Hidung : Tidak ada sekret, tidak memakai selang oksigen
dan NGT
Telinga : Kemampuan mendengar normal, simetris tubuh,
tidak ada nyeri, tidak ada sekret / pembengkakan
Mulut : Selaput mukosa lembab
Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
peningkatan JVP
6. Dada dan Thoraks : Pergerakan dada dan thorak simetris, tidak
nampak penggunaan otot bantu pernafasan
7. Abdomen
Inspeksi : Kembung, tidak ada luka, bentuk simetris
Auskultasi : Bising usus > 20 x /menit
Palpasi : Terdapat nyeri tekan
Perkusi : Hipertimpani
8. Genital : Tidak menggunakan kateter serta tidak mengalami
iritasi pada daerah pantat
9. Anal : Tidak mengalami kemerahan.
10. Ekstremitas : Kuku bersih, turgor kulit normal, akral hangat,
capilary refill time < 2 detik, untuk mobilitas dan keamanan (koordinasi
otot,pergerakan tubuh) di semua ekstremitas baik, terpasang infus asering
di lengan kanan 15tpm.
11. Data penunjang
a. Laboratorium 12-07-2017 jam 14:54 wib
Pemeriksaan Hasil satuan Normal
Hemoglobin 13.0 gr/dl 10.5 -12.5
Hematokrit 39 % 35.0-43.0
Leukosit 21.4 10^3/ul 6.00-17.50
Trombosit 365 10^3/ul 229-553
Erytrosit 5.1 10^6/ul 3.60-5.20
MCV 76 fL 74.00-106.000
MCH 26 pg 21.00-33.00
MCHC 33 g/dl 28.00-32.00
SERO IMUNOLOGI
Gula Darah Sewaktu 146 mg/dl 80-110
Widal
S.TYPHI O Negatif Negatif
S.TYPHI H Negatif Negatif
S. PARATYPHI O – A Negatif Negatif
S. PARATYPHY O - B Negatif Negatif

12. Diet : Rendah serat, nasi lunak


13. Therapy
Infus asering 15 tpm
Paracetamol 4x170 mg
Phenitoin 3x30 mg
Ampicilin 4x375 mg
Diazepam 4 mg
L-Bio 2x1/2 snc
Zink 1x20
Oralit 100cc/BB

ANALISA DATA
NO TANGGAL DATA PROBLEM ETIOLOGI
/ JAM
1 11-07-17 DO : Defisit volume Kehilngan
jam 20.30 - Ibu pasien mengatakan An. cairan cairan
wib AN mencret lebih dari 5 kali sekunder
cair. terhadap
- Ibu pasien mengatakan diare.
anaknya sering meminta
minum
DO :
- Akral hangat
- Pasien sering rewel
- Pasien terlihat lemas
- Leukosit 21.4 10^3/ul
- TTV
Suhu : 370C, RR: 23x
/menit, Nadi :100 x/menit

2 11-07-17 DS : Defisit Kurangnya


jam 20.30 - Keluarga mengatakan pengetahuan informasi
wib pengetahuan tentang
penyakit diare masih
kurang terutama pada
penanganan saat
dirumah, tanda dan gejala
serta penyebab dari
penyakit diare
DO :
- Jawaban dari kuisoner
yang diberikan pada
peneliti keluarga hanya
mendapat scor 7 dari 14
pertanyaan.
- Kriteria kuisoner
keluarga An.AN
pengetahuan tentang
penyakit diare masih
sanagat rendah.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


3. Defisit volume cairan b.d Kehilngan cairan sekunder terhadap diare.
4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi

INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal / Dx
Kriteria Hasil Intervensi
Jam
12-07-2017 1 Setelah dilakukan tindakan Fluid managemen :
jam 08.30 keperawatan selama 3x7 jam 6. monitor TTV
wib diharapkan masalah keperawatan 7. Kaji tanda – tanda
defisit volume cairan dapat diatasi Dehidrasi ( seperti
dengan kriteria hasil sebagai mukosa bibir kering,
berikut : penurunan turgor kulit,
Elektrolit and acid base balance bola mata cekung)
8. monitor intake dan
output cairan untuk
menghitung balance
cairan
Indikator IR ER 9. Anjurkan klien untuk
minum setelah BAB,
minum yang banyak
14. keadaan 2 4 10. Kolaborasi dengan
umum dokter dalam
baik 2 4 pemberian atau
15. klien pemantauan cairan
tidak infus dan pemberian
merasa 2 4 obat.
haus
berlebiha
n 2 4
16. rewel
berkuran
g
17. BAB
dalam
keadaan
normal

12-07-2017 2 Setelah dilakukan tindakan Teaching proses


jam 08.30 keperawatan selama 2x7 jam 18. Memberikan penilaian
wib diharapkan masalah keperawatan berupa kuisoner
defisit pengetahuan dapat diatasi tentang pengetahuan
dengan kriteria hasil sebagai orang tua terhadap
berikut : penyakit diare
Disease proses 19. Memberikan
Indikator IR ER penyuluhan berupa
pankes tentang
penyakit diare
2. Keluarga 2 5
klien dapat
memahami
tentang
penyakit
diare
terutama
penanganan,
tanda gejala
terta
penyebab
dari diare

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tgl/jam Dx Implementasi Respon

13-07-2017 1 Melakukan pemeriksaan tanda- S : ibu pasien mengatakan


jam 08.30 tanda dehidrasi anaknya sering rewel dan
wib terlihat lemas serta sering
meninta air putih minum dan
terkadang teh hangat
O : adanya peningkatan rasa
haus dan pasien terlihat lemas
dan rewel, mata tidak cekung,
turgor kulit baik.
Jam 10.00 1 Memberikan obat parasetamol, S :-
wib ampicilin, O : di berikan obat
parasetamol 4x170 mg,
ampicilin 4x375 mg, melalui
injeksi selang infus, pasien
menangis saat diberikan obat.
Jam 11.00 1 Melakukan pengukuran tanda- S: -
wib tanda vital pasien O : nadi 97x/menit, suhu 36,9
0
C, respirasi rate 26x/menit
Jam 12.30 1 Mencatat intake dan aoutput S : pasien dalam setengah hari
wib cairan pada pasien ini baru di ganti diapers
sebanyak 4x, BAB dengan
konsistensi cair, berlendir
disertai darah sedikit, minum
air putih sebanyak 3 gelas.
O : minum 300cc, diapers
470cc, infus 105cc, IWL
117.2cc, antibiotik 4.4cc,
balance cairan -177,8cc/7
jam, kebutuhan cairan
364.5cc/7 jam
Jam 14.30 2 Melakukan penyuluhan tentang S : keluarga pasien sangat
wib penyakit diare senang dengan diakannya
penyuluhan tentang penyakit
diare karena dapat menambah
pengetahuan tentang penyakit
diare.
O : keluarga terlihat senang,
antusias, kooperatif

14-07-2017 1 Memeriksa tanda-tanda S : -


jam 09.00 dehidrasi O : pasien terlihat masih
wib rewel, rasa haus masih
meningkat.
Jam 10.00 1 Memberikan obat parasetamol, S : pasien mengatakan tidak
wib ampicilin, phenitoin mau disuntik
O : di berikan obat
parasetamol 4x170 mg,
ampicilin 4x375 mg, obat
phenitoin 3x30 mg, melalui
injeksi selang infus, pasien
menangis saat diberikan obat
Jam 11.30 1 Mengukur tanda-tanda vital S :-
wib O : nadi 99x/menit, suhu 36,4
0
C, respitaroti rate 24x/menit.
Jam 13.00 1 Mengukur intek dan output S : keluarga pasien
wib cairan pasien mengatakan, pasien BAB
maupun BAK di dalam
diapers dan baru di ganti
sebanyak 3x, minum air putih
sebanyak 2 gelas dan
terkadang BAK di dalam WC.
O : minum 200cc, diapers
420cc, IWL 117.2cc, infus
105cc, antibiotik 7.5cc. hasil
balance cairan -44.7cc/7 jam,
kebutuhan cairan 364.5cc/7
jam.
15-07-2017 1 STOP memberikan obat S :-
jam 10.00 O :-
wib
Jam 11.30 1 Mengukur tanda-tanda vital S :-
wib O : nadi 100x/menit, suhu
360C, respirasi rate 23x/menit
Jam 13.00 1 Mengukur intek dan output S : keluarga pasien
wib cairan pasien mengatakan, pasien hari ini
pasien belum BAB, BAK
pasien di dalam diapers
sebanyak 5x, dan baru di
ganti diapers sebanyak 2x,
pasien minum air putih dan
teh hangat sebanyak 5 gelas
serta makan habis seperempat
porsi.
O : diapers 335cc, IWL
117.2cc, minum 500cc,
makan 50cc balance cairan
97cc/7 jam, kebutuhan cairan
364.5cc/7 jam

EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal / TTD
Dx SOAP
Jam
13-07-2017 S:
jam 13.30 - ibu pasien mengatakan anaknya masih
wib mengalami diare, diare hari ini lebih dari 4x
berlendir serta bercampur darah, tidak mengalami
muntah
1
- Ibu pasien mengatakan anaknya sangat lahap
untuk minum air putih ataupun teh hangat.
O:
- Sering rewel, sering minum
- BAB pasien dengan konsistensi cair, berlendir di
sertai darah sedikit.
- Leukosit 21.4 10^3/ul
- Suhu : 370C, RR: 23 x /menit, Nadi : 100 x/menit
- BC -177,8 cc/jam
A : masalah defisit volume cairan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. monitor TTV
2. Kaji tanda – tanda Dehidrasi ( seperti mukosa bibir
kering, penurunan turgor kulit, bola mata cekung)
3. monitor intake dan output cairan untuk
menghitung balance cairan
4. Anjurkan klien untuk minum setelah BAB,
minum yang banyak
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian atau
pemantauan cairan infus dan pemberian obat.
13-07-2017 S : Keluarga mengatakan pengetahuan tentang penyakit
jam 13.30 diare masih kurang terutama pada penanganan saat
wib dirumah, tanda dan gejala serta penyebab dari penyakit
diare
O:
- Jawaban dari kuisoner yang diberikan pada peneliti
2
keluarga hanya mendapat scor 7 dari 14 pertanyaan.
- Kriteria kuisoner keluarga An.A pengetahuan tentang
penyakit diare masih sanagat rendah.
A : masalah defisit keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Memberikan penyuluhan tentang penyakit diare
14-07-2017 1 S:
jam 13.30 - ibu pasien mengatakan anaknya masih
wib mengalami diare, diare hari ini 4x sedikit
berampas dan masih bercampur darah tidak
mengalami muntah
- Ibu pasien mengatakan anaknya masih sangat
lahap untuk minum air putih dan terkadang teh
hangat.
O:
- Sering rewel, sering minum
- BAB pasien dengan konsistensi berlendir dan
bercampur darah sedikit dan sedikit berampas.
- BC -44.7 cc/jam
- Suhu : 36,4 0C, RR: 24 x /menit, Nadi : 99x/menit
A : masalah defisit volume cairan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. monitor TTV
2. Kaji tanda – tanda Dehidrasi ( seperti mukosa bibir
kering, penurunan turgor kulit, bola mata cekung)
3. monitor intake dan output cairan untuk
menghitung balance cairan
4. Anjurkan klien untuk minum setelah BAB,
minum yang banyak
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian atau
pemantauan cairan infus dan pemberian obat.
14-07-2017 2 S : Keluarga mengatakan pengetahuan tentang penyakit
jam 13.30 diare bertambah terutama tentang penangan, tanda dan
wib gejala serta penyebab dari penyakit diare.
O:
- keluarga pasien sudah di berikan penyuluhan
tentang penyakit diare
- keluarga pasien melakuan pengisian kuisoner
tentang penyakit diare
A : masalah defisit keperawatan teratasi
P : hentikan intervensi

15-07-2017 1 S:
jam 13.30 - ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
wib mengalami diare, BAB berbentuk lembek
- Ibu pasien mengatakan sampai saat ini anaknya
sangat lahap untuk air putih dan nafsu makan
meningkat
O:
- Sering minum
- Keadaan pasien baik, tidak terlihat lemas
- BAB pasien dengan konsistensi lembek dan
berbentuk ampas
- Suhu : 360C, RR: 23x /menit, Nadi : 99 x/menit
- BC 97,8 cc/jam
A : masalah defisit volume cairan teratasi
P : hentikan intervensi
Lampiran 10 : Pengkajian tumbuh kembang menurut KPSP
FORAT PENGKAJIAN PERKEMBANGAN DENGAN KPSP UNTUK ANAK USIA 6
BULAN

Nama anak :
Tgl lahir (umur) :
Nama Ayah/Ibu :
Pendidikan Ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah/Ibu :
Alamat :

No Aspek Yang Dinilai Y Tida


a k
1 Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan anda
dengan menggerakkan kepala sepenuhnya dari satu sisi ke sisi yang
lain?
2 Dapatkah bayi mempertahankan posisi kepala dalam keadaan tegak dan
stabil? Jawab TIDAK bila kepala bayi cenderung jatuh ke kanan/kiri
atau ke dadanya
3 Sentuhkan pensil di punggung tangan atau ujung jari bayi. (jangan
meletakkan di atas telapak tangan bayi). Apakah bayi dapat
menggenggam pensil itu selama beberapa detik?
Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia dapat mengangkat dada
4 dengan kedua lengannya sebagai penyangga?
5 Pernahkah bayi mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau
memekik tetapi bukan menangis?
6 Pernahkah bayi berbalik paling sedikit dua kali, dari telentang ke
telungkup atau sebaliknya?
7 Pernahkah anda melihat bayi tersenyum ketika melihat mainan yang
lucu, gambar atau binatang peliharaan pada saat ia bermain sendiri?
8 Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada benda kecil sebesar kacang,
kismis atau uang logam? Jawab TIDAK jika ia tidak dapat mengarahkan
matanya.
9 Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan agak jauh namun masih
berada dalam jangkauan tangannya?
10 Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik perlahan-
lahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi mempertahankan lehernya secara
kaku seperti gambar di sebelah kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi
jatuh.
Jumlah
Interpretasi dan saran :
FORMAT PENGKAJIAN PERKEMBANGAN DENGAN KPSP UNTUK
ANAK 36 BULAN

Tgl lahir (umur) :


Nama Ayah/Ibu :
Pendidikan Ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah/Ibu :
Alamat :

No Aspek Yang Dinilai Y Tida


. a k
1. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas tanpa
bantuan/petunjuk?
2 Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus
yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran
2.5 – 5 cm.
3 Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti “minta
minum”; “mau tidur”? “Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut dinilai.
4 Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini tanpa
bantuan?

Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah perut atau dada anda dari
5 jarak 1,5 meter?
Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan
6 telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di lantai”.
“Letakkan kertas ini di kursi”.
“Berikan kertas ini kepada ibu”.
Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah tadi?
Buat garis lurus ke bawah sepanjang sekurang-kurangnya 2.5 cm. Suruh
7 anak menggambar garis lain disamping garis tsb.

Letakkan selembar kertas seukuran buku di lantai. Apakah anak dapat


8 melompati bagian lebar kertas dengan mengangkat kedua kakinya
secara bersamaan tanpa didahului lari?
9 Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri?
10 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3 meter?
Jumlah

Interpretasi dan saran :


PENYAKIT DIARE PADA BALITA
APA ITU DIARE?
PENGERTIAN PENYAKIT DIARE
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lender darah. Salah satu faktor yang mempengaruhi
kejadian diare yaitu susu formula (Hidayat, 2012)
Klasifikasi diare
Diare terbagi 2 , yaitu ;
1. Diare Akut : Diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang
dari 3 -7 hari pada bayi dan anak.
2. Diare kronik : Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
PENEYAB DARI DIARE

Penyebab dari infeksi kebersihan makan kurang terjaga

Kebersihan dari botol susu


PENYEBAB PENYAKIT DIARE
A. Faktor Infeksi (Hasan dan Alatas (2010))
1. Bakteri :Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
2. Virus : Enteroovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.
3. Parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba
B. Faktor Malabsopsi
1. Malabsorpsi karbohidrat, yaitu pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula
menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut.
Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
2. Malabsorpsi lemak, yaitu terdapat lemak dalam makanan yang disebut triglyserida.Gejalanya
adalah tinja mengandung lemak.
3. Malabsorpsi protein, yaitu kesulitan penyerapan nutrisi dari makanan yang mengandung protein.
C. Faktor makanan seperti makanan yang sudah basi, makanan yang tercemar, terlalu banyak lemak,
beracun, kurang matang, dan alergi terhadap makanan.
TANDA DAN GEJALA DIARE

Mual, muntah, BAB lebih dari 5x cengeng

Demam > 360C Perut terlihat kembung


TANDA GEJALA DIARE
Menurut Suraatmaja (2010), tanda dan gejala diare yaitu
1. BAB lebih dari 3 kali, dengan konsistensi lembek, ada/tanpa darah.
2. anak gelisah, cengeng,
3. suhu tubuh meningkat,
4. nafsu makan berkurang atau tidak ada, muntah maupun muntah.
5. dehidrasi di tandai dengan berat badan turun, turgor kulit menurun, mata
dan ubun–ubun cekung, selaput lendir dan mulut ikut kering. Dehidarsi
berat ditandai dengan, denyur jantung cepat, tekanan darah menurun,
kasadaran menurun yang akhirnya terjadi syok (Sugeng, 2010)
AKIBAT DARI DIARE

Kekuarangan cairan dalam tubuh Malnutrisi


KOMPLIKASI PADA PENYAKIT DIARE
1. Dehidrasi : ringan, sedang, dan berat.
2. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang.
3. Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala
meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara berlebihan
dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektrokardiogram.
4. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik.
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan (masukan makanan berkurang, pengeluaran
bertambah).
PROSES PENYAKIT DIARE

Alur terjadinya penyakit Diare


PROSES PENYAKIT DIARE

Bakteri, makanan yang tidak hygenis masuk kedalam usus


berkembang dalam usus hipersekresi air dan elektrolit
mengalami isi usus diare mual,muntah serta pengeluaran
feses berlebihan lebih dari 5x perhari mengalami kekurangan
cairan
PENANGANAN PADA DIARE

Memberikan tablet zinc Memberikan obat antibiotik dari dokter

Mencuci tangan Memberikan ASI/ minum pada anak


PENANGANAN PADA DIARE
1. Rehidrasi yaitu dengan cara mengkonsumsi oralit. Apabila oralit tidak tersedia, maka oralit
bisa dibuat dengan cara membuat larutan gula garam. Caranya yaitu dengan melarutkan dua
sendok teh gula pasir dan seujung sendok garam dapur ke dalam satu gelas air matang.
2. Suplementasi zinc, yang berfungsi untuk mengurangi durasi diare sampai 25% dan dapat
mengurangi volume feses hingga 30%.
3. Pemberian terapi farmakologik memberikan antibiotik
4. Pemenuhan nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan
untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang diberikan
sedikit-sedikit tetapi sering, serta makan rendah serat, buah-buahan diberikan terutama
pisang (Hegar B. Dan Handryastuti S., 2009).
MAKANAYANG BOLEH DI BERIKAN

Makanan yang dianjurkan bagi penderita diare


MAKANAYANG BOLEH DI BERIKAN

Sebaiknya berikan makanan lunak ke anak agar sistem pencernaan anak tidak
terlalu bekerja keras untuk dapat mencerna makanan. Berikan anak makanan
seperti:
1. Pisang, dan buah-buahan lain
2. Nasi tim atau bubur nasi
3. Roti
4. Daging, ayam, ikan yang direbus atau dipanggang
5. Telur matang
6. Sayuran matang yang tidak mengandung banyak serat, seperti wortel
7. Kentang rebus atau panggang
8. Yogurt
PENGERTIAN TANDA DAN GEJALA
DIARE adalah keadaan dimana
1. BAB lebih dari 5x perhari
PENYAKIT DIARE pengeluaran tinja tidak normal dengan
2. M u a l ,
frekuensi lebih dari 5x perhari dengan

PADA BALITA atau tanpa lender darah. muntah


Diare terbagi 2 , yaitu ; 3. P e r u t
1. Diare Akut : Diare yang kembung
terjadi secara mendadak
4. Gelisah dan lemas
dan berlangsung kurang dari 3 -7 hari
pada bayi dan anak. 5. nafsu makan menurun/berkurang
2. Diare kronik : Diare yang berlangsung 6. Suhu badan meningkat
lebih dari 14 hari.
7. Turgor kulit dan mukosa bibir
kering

PENYEBAB P RO SE S T E R JA D INYA
1. kurang kebersihan dalam botol
susu atau makan Bakteri, makanan yang tidak hygenis
masuk kedalam usus
2. Ada bakteri di
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWA- berkembang dalam usus hipersekresi
usus e.coli
TAN air dan elektrolit si usus
salmonella,sighela
diare mual,muntah serta
SETIKES MUHAMMADIYAH 3. BAB sembarang
pengeluaran feses berlebihan lebih
GOMBONG tempat
dari 5x perhari m e nga l a m i
2017 4. Minum air ya ng belum kekurangan cairan
matang/masak
AKIBAT/KOMPLIKASI 2. Memberikan MAKANAN YANG BISA DI KOMSUMSI

1.dehidrasi : rin- obat antibiotic makan yang bias di komsumsi pada

gan, sedang dan yang sudah di re- penderita diare di antaranya:

berat sepkan oleh dokter 1. Pisang, dan buah-buahan lain


2.Kejang-kejang 3. memberikan 2. Nasi tim atau bubur nasi
amakan/ ASI
3.K u r a n g gizi 3. Roti
sedikit-sedikit tetapi sering
karena selain 4. Daging, ayam, ikan yang direbus
mengalami diare dan muntah , juga 4. Rehidrasi yaitu dengan cara
atau dipanggang
mengalami kelaparan mengkonsumsi oralit. Apabila oralit
tidak tersedia, maka oralit bisa dibuat 5. Telur matang
4.Kadar gula darah rendah
dengan cara membuat larutan gula 6. Sayuran matang yang tidak
5. Perut terlihat kembung karena ke- garam. Caranya yaitu dengan mengandung banyak serat, seperti
kurangan kadar kalium dalam da- melarutkan dua sendok teh gula pasir wortel
rah dan seujung sendok garam dapur ke
7. Kentang rebus atau panggang
PENANGANAN /PENCEGAHAN dalam satu gelas air matang.
Yogurt
5. memberikan
1. Mencuci tangan ssebelum dan
tablet zinc selama
sesudah
10 hari berturut-
memberikan
turut
makanan
pada anak
J Renal Inj Prev. 2017; 6(2): 109-112.

http://journalrip.com DOI: 10.15171/jrip.2017.21

Journal of Renal Injury Prevention

Evaluation of water and electrolytes disorders in severe


acute diarrhea patients treated by WHO protocol in
eight large hospitals in Tehran; a nephrology viewpoint
Alireza Soleimani1, Fatemeh Foroozanfard2, Mohammad Reza Tamadon3*
1
Department of Internal Medicine, Kashan University of Medical Sciences, Kashan, Iran
2
Department of Gynecology and Obstetrics, Kashan University of Medical Sciences, Kashan, Iran
3
Department of Internal Medicine, Semnan University of Medical Sciences, Semnan, Iran

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article Type: Introduction: The most common cause of death from diarrhea is the shock caused by
Original dehydration, electrolytes and acid-base disorders.
Objectives: The aim of this study was to evaluate water and electrolytes disorders in diarrhea
Article History: patients after treating severe acute diarrhea.
Received: 30 July 2016 Patients and Methods: In this study we used a historical cohort and studied patients who
Accepted: 2 November 2016 were hospitalized due to acute diarrhea and were similarly treated for dehydration and
Published online: 24 November 2016 water and electrolyte disorders as recommended by the World Health Organization (WHO)
guideline. Electrolytes, pH, serum creatinine (Cr) level on admission and during treatment
Keywords: were recorded. Patients with underlying diseases were excluded from the study.

Original
Acute diarrhea Results: Of 121 patients who were enrolled in the study, 67.8% had hyponatremia on
Water and electrolyte disorders admission (plasma Na <137 mEq/L) and 5.8% had hypernatremia. Around, 33.88% of patients
Acute renal failure had hypokalemia and 2.4% had hyperkalemia. All hyperkalemia disorders were treated,
Acute kidney injury but 87.1% of patients had hypokalemia or low potassium levels, or they were affected by
uncorrected hypokalemia and were in need of further measures. Of all, 56.75% had acidosis
and 21% of patients with acidosis were not treated or the severity of their acidosis increased
during treatment. There was a significant relationship between acute renal failure (ARF) and
hypokalemia at the time of admission (P < 0.001), potassium loss during treatment (P < 0.001),
acidosis (0.005), and cholera-related diarrhea (0.05).
Conclusion: The high prevalence of hypokalemia in these patients as well as potassium loss
during treatment indicates insufficient level of potassium in the therapeutic solutions. Mild
hyponatremia in most patients highlights the need for isotonic solutions to treat dehydration.

Implication for health policy/practice/research/medical education:


In a historical cohort study on 121 patients who were hospitalized due to acute diarrhea, we found the high prevalence of
hypokalemia in these patients as well as potassium loss during treatment which indicates insufficient level of potassium in
the therapeutic solutions. Mild hyponatremia in most patients highlights the need for isotonic solutions to treat dehydration.
Please cite this paper as: Soleimani A, Foroozanfard F Tamadon MR. Evaluation of water and electrolytes disorders in severe
acute diarrhea patients treated by WHO protocol in eight large hospitals in Tehran; a nephrology viewpoint. J Renal Inj Prev.
2017;6(2):109-112. DOI: 10.15171/jrip.2017.21.

Introduction developing countries (3). In developed countries, like


Acute diarrhea has a high prevalence rate all across the the United States, acute diarrhea leads to very significant
world and about 5%-20% of the world population are economic losses, including 250 000 hospitalizations and
affected by diarrhea each year (1). Acute diarrhea causes almost 8 million visits to physicians each year (4-6).
more than 5-8 million deaths per year (2). Acute diarrhea Acute diarrheal diseases are a leading cause of morbidity
is the main cause of protein–calorie malnutrition in and mortality in Asia, Africa, and Latin America and

*Corresponding author: Mohammad Reza Tamadon, Email: mrt_tamadon@yahoo.com


Soleimani A et al

are responsible for 4-6 million deaths annually (7,8). of hypokalemia, hyponatremia, and hypocalcemia
The leading causes of mortality from acute diarrhea are acidosis were analyzed through chi-square, Wilcoxon
dehydration, electrolyte disorders, and their associated signed ranks, and fisher’s exact tests. Electrolyte disorders
complications (9,10). Cholera is an important cause and pH were assessed on admission and after treatment.
of severe acute diarrhea (11). Untreated severe acute
cholera-related diarrhea can lead to up to 50% mortality Results
(12). Approximately 5.5 million cholera-related diarrheas Of 121 patients, 47.1% were female. Of all, 98 persons
occur annually worldwide and about 100 000 of patients (81%) were living in Tehran and the rest of patients (19%)
die (12,13). A new subgroup of cholera-related diarrhea were residents of other cities of the country. A total of 28
epidemic has spread from India to other parts of the patients (23.3%) were hospitalized for less than three days,
Middle East and Asia that can be considered as the main 51 patients (42.5%) were hospitalized for three to seven
cause of cholera-related diarrhea epidemics in these areas days, and 41 patients (34.2%) were hospitalized for longer
in recent years (14). The leading cause of death in severe than seven days. Concerning the etiology of the disease,
acute cholera-related diarrhea, like other types of severe 59 cases (48.8%) were due to cholera, 32 cases (26.4%) due
acute diarrhea, is dehydration and water and electrolytes to amebiasis, five cases (4.1%) due to shigellosis; the main
disorders (15). cause of diarrhea was not found in and the rest of the 25
patients (20.7%).
Patients and Methods At the time of admission, 82 patients (67.8%) had
In this study, 121 patients with severe acute diarrhea who hyponatremia (plasma Na  < 137 mEq/L) and only 7
had been hospitalized in eight large hospitals in Tehran patients (5.7%) developed hypernatremia (plasma Na >143
including Shahid Labbafinejad, Ayatollah-Taleghani, mEq/L). Moreover, 63 patients had mild hyponatremia
Hafte-Tir, Firoozgar, Loghman-Hakim, Bu Ali, Imam- (120 <plasma Na <137 mEq/L), and there was only one
Khomeini and Amir-Alam were enrolled in the study. case of severe hyponatremia (plasma Na <120 mEq/L). Of
These hospitals are located in different parts of Tehran, all, 41 patients (33.88%) had hypokalemia on admission.
including north, east, west, and south of Tehran. The They had plasma potassium less than 3.5 mEq/L, and only
records of these patients were studied via a historical three persons (2.4%) were diagnosed with hyperkalemia.
cohort approach. Initially, all patients who were admitted Furthermore, 23 (56.1%) of patients with mild hypokalemia
to hospitals with severe acute diarrhea (loss of >10% of were affected by severe form (3 < plasma K <3.5 mEq/L)
body weight due to dehydration or those who were not and 18 persons (43.9%) suffered from its severe form
able to drink water or were affected by vomiting and (plasma K <3 mEq/L).The low potassium level was more
impaired consciousness) and received a single protocol prevalent than the severe hyponatremia (43.9% vs. 1.4%).
for the treatment, i.e. the WHO guideline, were enrolled Of all, 23 patients had hypocalcemia (plasma Ca <8.5
into this study. We recorded all patients’ data including mg/dL) and only one person had hypercalcemia (plasma
age, sex, cause of diarrhea, residential location, duration Ca> 10.5 mg/dL). Moreover, in 28 patients (23.9%) serum
of hospitalization, date of hospitalization, and changes in Cr level was higher than 1.5 mg/dL on admission that
potassium, sodium, calcium, creatinine (Cr), and pH on indicates that they were affected by ARF. Of these patients,
admission and during treatment. To avoid the effects of 13 persons (46.4%) were affected by the mild form of the
confounding factors in the study, patients with underlying increase in the serum Cr (1.5 <plasma Cr <3 mg/dL) and
diseases such as diabetes, immune suppressive therapy – 15 patients (53.6%) had a plasma Cr level above 3 mg/dL.
malignant cancer –, chronic renal failure, and those with In addition, 63 patients (56.75%) had acidosis (pH <7.34)
heart and brain and liver diseases were excluded from the and 16 patients (14.41%) had alkalosis (pH > 7.43). Of all
study. In addition, patients who had been admitted with patients with acidosis, 23 patients had mild acidosis (7.2
severe acute diarrhea and received a treatment protocol <plasma pH <7.34) and 15 patients (31.24%) had severe
dissimilar to other patients were excluded from the study acidosis (pH <7.2). Of the 28 patients with ARF 23.8%
at the early stages. In addition, cholera was confirmed by required dialysis during hospitalization.
TCBS transport carrier. Of patients with hypokalemia who were treated according
to the WHO’s protocol, the plasma potassium of 32
Ethical issues patients (78%) was not corrected during hospitalization
The research was conducted as retrospective study and and they even suffered from increased loss of potassium;
followed the tenets of the Declaration of Hel­sinki. All as a result, they needed additional measures. Of patients
information remains confidential. with hyponatremia who were treated according to the
WHO’s protocol, all cases of disorders were corrected.
Statistical analysis In 21% of patients with acidosis, the problem was not
After entering data into master sheet, they were entered corrected, worsened, and further measures were needed
into an Excel database and were analyzed using SAS 2000 during the treatment. Of patients with hypocalcemia who
software and P value less than 0.05 was considered as were treated according to the WHO’s protocol, all cases
statistically significant. The relationships between acute of disorders were corrected. Cholera-related diarrhea
renal failure (ARF) and need for dialysis and the frequency had a significant relationship with decreased plasma

110  Journal of Renal Injury Prevention, Volume 6, Issue 2, June 2017 http://journalrip.com
Electrolytes disorders in acute diarrhea

potassium on admission (P < 0.001), hyponatremia on Authors’ contribution


admission (P < 0.001), no response to hydration according All authors participated equally in all stages of the study.
to WHO’s protocol (P < 0.001) and the need of patients for
hemodialysis. Plasma potassium loss during treatment was Conflicts of interest
significantly associated with Acute kidney injury (AKI) The authors declare no conflict of interest.
(P < 
0.001). Cholera-related diarrhea was significantly
associated with AKI (P < 0.05). However, there was no Ethical considerations
significant relationship between AKI and duration of Ethical issues (including plagiarism, data fabrication,
hospitalization, acid-base disorders, and hypocalcemia. double publication) have been completely observed by the
authors.
Discussion
The high prevalence of cholera-related diarrhea, which
Funding/Support
was observed in 121 of the studied patients who suffered
None.
from acute diarrhea, indicated the severity of dehydration
in this group of patients (16). The high prevalence of
References
hypokalemia was in line with the results of previous 1. Camilleri M, Murray JA. Diarrhea and constipation. In:
studies (17). Half of the patients had severe hypokalemia Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL,
and as it was associated with the high prevalence of Loscalzo J. Harrison’s Principles of Internal Medicine. New
acidosis, which highlights the severity of hypokalemia in York: The McGraw-Hill; 2012.
these patients (18,19). 2. Cholera: global surveillance summary, 2008. Wkly
Despite treating all patients according to a single WHO’s Epidemiol Rec. 2009;84:309-24.
protocol which includes potassium, 78% of patients were 3. John E. Morley, MB, BCh. Protein-Energy Undernutrition.
affected by loss of potassium or uncorrected plasma In: Mark H, Beers MD, Rober T, Berkow MD, eds. The
potassium levels and required additional measures. Merck Manual of Diagnosis and Therapy. Kenilworth, NJ:
Although the correction of acidosis can cause loss of plasma Merck & Co; 2000:246.
4. Imhoff B, Morse D, Shiferaw B, Hawkins M, Vugia D,
potassium levels during treatment, the observations
Lance-Parker S, et al. Burden of self-reported acute
were indicative of the inability of these protocols for the diarrheal illness in FoodNet surveillance areas, 1998-1999.
correction of plasma potassium levels (20,21). Clin Infect Dis. 2004;38:S219-26. doi: 10.1086/381590.
High prevalence of hyponatremia in these patients and 5. Majowicz SE, Doré K, Flint JA, Edge VL, Read S, Buffett MC,
low prevalence of hypernatremia indicates the prevalence et al. Magnitude and distribution of acute, self-reported
of watery diarrhea in most patients and indicates the gastrointestinal illness in a Canadian community.Epidemiol
low alertness of patients to drink water (22,23). Most Infect. 2004;132:607-17. doi: 10.1017/S095026880400235.
of the patients had mild hyponatremia, which implies 6. Mead PS, Slutsker L, Dietz V, McCaig LF, Bresee JS, Shapiro
the need for the isotonic oral and injectable fluids (24). C, et al. Food-related illness and death in the United
The high prevalence of hypocalcemia shows the need States. Emerg Infect Dis. 1999;5:607-25. doi: 10.3201/
for precise measurement of symptoms of hypocalcemia eid0505.990502.
7. Yoder JS, Blackburn BG, Craun GF, Hill V, Levy DA, Chen
in these patients (15). About one-fourth of patients
N, et al. Surveillance for waterborne-disease outbreaks
were affected with AKI which indicated the severity associated with recreational water--United States, 2001-
of dehydration (18,24). On the other hand, due to the 2002. MMWR Surveill Summ. 2004;53:1-22.
significance of hypokalemia on admission, potassium 8. Barbut F, Leluan P, Antoniotti G, Collignon A, Sédallian
loss during treatment, and the association between A, Petit JC. Value of routine stool cultures in hospitalized
acidosis and cholera-related diarrhea and AKI and the patients with diarrhea. Eur J Clin Microbiol Infect Dis.
need for hemodialysis, it is necessary to provide early and 1995;14:346-9.
appropriate treatment for these patients (25). 9. Mann MD, Bowie MD, Hansen JD. Total body potassium,
acid-base status and serum electrolytes in acute
Conclusion diarrhoealdisease. Afr Med J. 1975;49:709-11.
In conclusion, the results of this study shows the need 10. Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Preliminary FoodNet data on the incidence of foodborne
for further and more precise researches on the type and
illnesses--selected sites, United States, 2002. MMWR Morb
composition of the liquids administered for the treatment Mortal Wkly Rep. 2003;52:340-3.
of acute diarrhea and it recommends researches on 11. Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
potassium and alkali levels in these solutions. Outbreak of Vibrio parahaemolyticus infection associated
with eating raw oysters and clams harvested from Long
Limitations of the study Island Sound--Connecticut, New Jersey, and New York,
Low proportion of patients was a limitation of our study. 1998. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 1999;48:48-51.
12. Morris JG. Non-O group 1 Vibrio cholera: a look at the
epidemiology of an occasional pathogen. Epidemiol Rev.
Acknowledgments
1990;12:179-91.
This study was extracted from thesis of Alireza Soleimani
13. Finkelstein RA. Cholera, vibrio cholerae O1 and O139,
in Shahid-Baheshti University of Medical Sciences.

http://journalrip.com Journal of Renal Injury Prevention, Volume 6, Issue 2, June 2017 111
Soleimani A et al

and other pathogenic vibrios. In: Baron S, editor. Medical oral rehydration solution decreases the stool volume in
Microbiology. 4th ed. Galveston (TX): University of Texas acute diarrhoea. Bull World Health Organ. 1985;63(4):751-
Medical Branch at Galveston; 1996. 6.
14. Sack DA, Sack RB, Nair GB, Siddique AK. Cholera.Lancet. 21. Centers for Disease Control (CDC). Update: cholera--
2004;363:223-33. doi: 10.1016/S0140-6736(03)15328-7. Western Hemisphere, 1991. MMWR Morb Mortal Wkly
15. Seas C, Gotenzzo E. Vibrio cholerae. In: Mandell GL, Rep. 1991;40:860.
Bennett JE, Dolin R, Eds. Principles and Practice of 22. Rabbani GH, Greenough WB 3rd. Pathophisiology
Infectious Disease. 6th ed. Philadelphia, PA: Churchill and clinical aspects of cholerae. In: Cholerae. Barua D,
Livingstone; 2005:2536. Greenough WBI, eds. New York: Plenum Press; 1992:209.
16. Lucas ME, Deen JL, von Seidlein L, Wang XY, Ampuero J, 23. Alam NH, Majumder RN, Fuchs GJ. Efficacy and safety
Puri M, et al. Effectiveness of mass oral cholerae vaccination of oral rehydration solution with reduced osmolarity in
in Beira, Mozambique. N Engl J Med. 2005;352:757.doi: adults with cholera: a randomised double-blind clinical
10.1056/NEJMoa043323. trial. CHOICE study group. Lancet. 1999;354:296-9. doi:
17. Butterton JR, Calderwood SB. Vibrio cholera O-1 and 10.1016/S0140-6736(98)09332-5.
O-139, In: Blaser MJ, Smith PD, Ravidin JT, eds. Infection 24. Hahn S, Kim Y, Garner P. Reduced osmolarity oral
of Gastrointestinal Tract. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott rehydration solution for treating dehydration due to
Williams Wilkins; 2002:535. diarrhoea in children: systematic review. BMJ. 2001;323:81-
18. Holmgren J. Action of cholera toxin and prevention and 5. doi: 10.1136/bmj.323.7304.81.
treatment of cholerae. Nature. 1981;292:413-17. 25. Centers for Disease Control and Prevention. Health
19. Gilman AG. G proteins and dual control of adenylate cyclase. Information for International Travel 1999–2000, DHHS,
Cell. 1999;36:777. doi: 10.1016/0092-8674(84)90336-2. Atlanta, GA.
20. Molla AM, Ahmed SM, Greenough WB 3rd. Rice-based

Copyright © 2017 The Author(s); Published by Nickan Research Institute. This is an open-access article distributed under the
terms of the Creative Commons Attribution License (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0), which permits unrestricted use,
distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.

112  Journal of Renal Injury Prevention, Volume 6, Issue 2, June 2017 http://journalrip.com
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

MANAJEMEN DIARE PADA ANAK OLEH PERAWAT DI


RUMAH SAKIT

Septi Wardani1

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang 2


Kutipan: Wardani, S. (2016). Asuhan Keperawatan Manajemen Diare Pada Anak Oleh
Perawat Di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1 (1): 24-31.

INFORMASI ABSTRACT

Korespodensi: Objective: the aim of this study is to explore how the nurse’s role in
septi.jazila@gmail.com management of acute diarrhea for children.

Methods: this study used qualitative method with case study


approach. Subject of this study is the nurse whose match with several
inclusion criterias, i.e nurse whose exposed in nursing care
implementation on children with acute diarrhea, had minimum of
diploma degree and minimum one year working time. The data was
collected by interview, documentation, and participatiory
observation, and analyzed using Miles and Huberman model, and
further triangulation is done in the validity.

Results: there are strength and weakness for management of diare


Keywords: from the nurses. The strength i.e Nurse’s are doing a general
Strengthener and weakness ,
assessment of diarrhea and dehydration, Nurse’s perform
management of diarrhea, nurses
formulation nursing diagnosis, intervention, implementation and
evaluation, Nurse’s colaboration with other health team, such as
doctor, laboratory worker, Nurse’s provide education in the
provision of oral rehydration, zinc, eating and education and Nurses
perform the role as protector: informed concent. The weakness i.e
Nurse documentation contained in separate nursing assessment form,
There was incorrect of examination for severe dehydration, Child
always gets additional parenteral fluid, Nuse still gave antibiotics for
children with acute diarrhea, Child was given a prebiotic, Nurses did
not give an explanation to the parents about the duration of zinc and
Nurses doing informed concent but not yet documented.

Conclusion: The nurses have been working on roles in acute


diarrhea management for children, in which these roles there are
strength and weakness of the implementation of those roles.

PENDAHULUAN________________ sebanyak 760.000 anak akan meninggal


Diare merupakan penyebab kematian oleh karena diare setiap tahunnya.
nomer dua di dunia (WHO, 2013). Tetapi jika penanganan diare dilakukan
Salah satu target MDGs adalah dengan cepat dan tepat, maka jumlah
menurunkan angka kematian pada anak, kematian anak karena diare akan
termasuk menurunkan angka kematian menurun setiap tahunnya (WHO,
yang diakibatkan diare. Jika upaya UNICEF, 2013).
dalam menangani masalah diare tidak Upaya untuk menurunkan angka
dilakukan dengan cepat dan kematian anak karena diare dengan
berkelanjutan, maka dimungkinkan melakukan tatalaksana secara tepat dan

24
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

akurat. WHO mengembangkan belum melaksanakan peran pendidik.


kerangka kerja pelayanan kesehatan Dari hal tersebut dirumuskan masalah
yang salah satunya dalam buku apa peran perawat dalam tatalaksana
pelayanan kesehatan anak di rumah diare akut dan bagaimana perawat
sakit, di dalamnya berisi panduan melakukan tatalaksana diare akut.
tatalaksana anak sakit di rumah sakit
oleh tenaga kesehatan termasuk
perawat, dengan lima langkah tuntaskan METODE_______________________
diare (lintas) diare (WHO, 2008). Metode yang digunakan adalah
Dalam tatalaksana diare, perawat dapat studi kualitatif dengan pendekatan studi
melaksanakan perannya dalam beberapa kasus. Subjek penelitian yaitu perawat
hal, salah satunya adalah memberikan yang bekerja di bangsal anak dengan
pendidikan kepada orang tua mengenai kriteria responden lama bekerja
rehidrasi oral untuk mengatasi diare. minimal satu tahun, berpendidikan
Seperti penelitian di India yang minimal D3 keperawatan dan terpapar
dilakukan oleh Mazumder et al (2010), dalam pemberian asuhan keperawatan
dikemukakan bahwa pendidikan yang pada anak dengan diare akut. Sampel
diberikan kepada orang tua atau dipilih dengan menggunakan metode
pengasuh mengenai pemberian zink dan purposive sampling dengan strategi
oralit untuk anak diare, efektif dapat homogeneous sampling. Penelitian
mengurangi diare pada anak. Penelitian dilakukan untuk menggali peran
di Indonesia tentang tatalaksana diare perawat dalam tatalaksana diare akut
yang sudah dilakukan di 18 rumah pada anak dengan teknik pengumpulan
sakit, untuk mengetahui gambaran data dengan wawancara terhadap lima
perawatan pada anak di rumah sakit, respoden, dokumen, dan observasi
diperoleh hasil bahwa kelemahan yang partisipatif. Analisa data dilakukan
didapatkan dari skor diare adalah melalui 3 tahap, yaitu reduksi data,
adanya rencana rehidrasi yang tidak model data dan verifikasi data. Uji
jelas, diberikannya cairan intravena validitas dilakukan dengan triangulasi
pada semua kasus diare sedangkan sumber dengan melakukan wawancara
oralit tidak diberikan, dan masih terhadap empat pengasuh atau orang tua
diberikannya antibiotik dan antidiare anak, satu kepala ruang dan satu dokter
untuk diare cair (Sidik et al, 2013). spesialis anak.
Dari survei pendahuluan terdapat
beberapa permasalahan terkait
HASIL__________________________
tatalaksana diare, diantaranya adalah
belum ada bukti Standar Pelayanan Hasil dari penelian didapatkan kekuatan
Medis (SPM) untuk diare, antibiotik dan kelemahan dalam tatalaksana diare
masih diberikan pada anak diare akut akut pada anak oleh perawat. Kekuatan
dan perawat belum menjalankan peran dan kelemahan tersebut disajikan dalam
sebagai pelindung, untuk melindungi table berikut ini
pasien dari pemberian terapi. Kemudian Tabel 1. Kekuatan dan kelemahan
pemberian tablet zink belum sesuai Kekuatan Kelemahan
dengan dosis sesuai umur, perawat perawat sudah Perawat belum
belum memberikan nasehat untuk orang melakukan melakukan pengkajian
pengkajian umum riwayat penyakit
tua mengenai kapan harus membawa
diare dan penilaian
anak kembali ke petugas, dan orang tua dehidrasi,
belum mengetahui dosis pemberian zink Perawat melakukan pendokumentasian
serta cara pemberian jika anak muntah, asuhan perawat belum
hal itu menunjukan bahwa perawat keperawatan dilakukan secara

25
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

(perumusan terintegrasi, Joint Commission International (JCI,


diagnose 2013), pada standar Care of Patient
keperawatan,
intervensi,
(COP), yang menjelaskan bahwa dalam
implementasi dan pendokumentasian atau pencatatan,
evaluasi) seharusnya terintegrasi atau seragam,
perawat melakukan Masih diberikan cairan untuk semua profesi, baik perawat
kolaborasi dengan intravena pada semua ataupun dokter, mulai data subjektif dan
tim kesehatan lain, anak dengan diare akut
objektif dari pengkajian, diagnosis,
atas instruksi dokter,
antibiotik dan perecanaan, implementasi dan evaluasi.
prebiotik masih Apabila dokumentasi sudah seragam
diberikan atau terintegrasi, maka dokumentasi
perawat belum melakukan yang tertulis bisa dibaca dan diketahui
memberikan dokumentasi dalam oleh profesi lain.
edukasi mengenai pemberian informed
pemberian rehidrasi consent Hasil penelitian menunjukan
oral, zink, makan bahwa dari hasil kolaborasi dengan
dan nasehat
dokter, anak selalu mendapatkan
perawat sudah Perawat belum
melakukan inform memberikan edukasi tambahan cairan parenteral pada semua
concent mengenai lama derajad dehidrasi. Hal itu tidak sesuai
pemberian dan dengan diare Depkes (2011), yang
manfaat zink dan. memberikan panduan bahwa dalam
memberikan cairan tambahan
PEMBAHASAN__________________ disesuaikan dengan derajad dehidrasi.
Dengan tidak diberikannya cairan
Dari hasil penelitian dokter tidak
intravena, maka akan mengurangi
mengetahui secara pasti apakah perawat
resiko infeksi sekunder pada anak dan
melakukan pengkajian atau tidak. Hal
memungkinkan biaya perawatan anak
tersebut terjadi karena dokter
yang lebih rendah (Depkes, 2011).
berkunjung ke ruang anak hanya pada
Perawat dalam memberikan cairan
waktu pagi hari dan tidak melihat secara
intravena atas instruksi dokter. Sebagai
langsung pengkajian yang sudah
perawat yang mempunyai fungsi
dilakukan perawat. Selain itu,
dependent, semua tindakan yang
dokumentasi yang dilakukan perawat
dilakukan perawat berdasarkan instruksi
terdapat dalam form pengkajian
dokter atau di bawah pengawasan
keperawatan tersendiri, yang tidak
dokter (Kozier, 2008). Menurut
menjadi satu dengan dokumentasi
Pabundu (2008), salah satu faktor
dokter, sehingga dokter tidak melihat
eksternal yang mempengaruhi kinerja
dan mengetahui apa saja yang sudah
adalah kebijakan. Perawat memberikan
dilakukan oleh perawat. Hal tersebut
cairan intravena pada semua derajad
tidak sejalan dengan Komisi Akreditasi
dehidrasi karena adanya kebijakan dan
Rumah Sakit (KARS) pada standar
instruksi dari dokter untuk memberikan
pelayanan pasien (PP), yaitu pada
cairan intravena.
standar PP 2.1 “Asuhan kepada pasien
direncanakan dan tertulis di rekam Pemberian cairan intravena pada
medis pasien”. Pada PP 2.1 semua pasien diare di atas, tidak sesuai
menyebutkan bahwa dalam dengan KARS pada standar Pencegahan
memberikan asuhan kepada pasien, dan Pengendalian Infeksi (PPI 6) dan
sebaiknya dituangkan dalam satu JCI (2013), pada standar Prevention and
rencana tunggal dan terintegrasi oleh Control of Infections (PCI 6), tentang
masing-masing praktisi kesehatan. Hal “mengurangi resiko infeksi terkait
yang serupa juga disampaikan oleh dengan pelayanan kesehatan”.

26
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

Dari hasil penelitian, pada anak dalam pengobatan tambahan pada diare.
yang disertai panas diberikan antibiotik Perawat masih memberikan prebiotik
injeksi dan oral pada diare tanpa panas. dalam penanganan diare karena perawat
Hal tersebut tidak sesuai dengan lintas menjalankan fungsinya sebagai perawat
diare depkes (2011), yang seharusnya dependen yang mana melaksanakan
antibiotik diberikan secara selektif. atau melakukan tindakan dan pemberian
Antibiotik bisa diberikan pada anak terapi atas instruksi dari dokter (Kozier,
dengan diare dengan indikasi, seperti 2008).
diare ada darah, kolera atau diare Pada peran perawat sebagai
dengan disertai penyakit lain. pendidik, perawat memberikan edukasi
Penggunaan antibiotik yang tidak mengenai lama pemberian zink, yaitu
rasional juga akan memberikan efek 10 hari, tetapi pernyataan tersebut tidak
samping gangguan fungsi hati dan didukung oleh data dari observasi,
ginjal (Depkes, 2011). Rocha et al dokumentasi dan triangulasi dengan
(2012), menyampaikan bahwa orang tua. Dari hal tersebut dapat
penggunaan antibiotik yang tidak diketahui, bahwa pengetahuan perawat
rasional selama pengobatan dapat mengenai lama pemberian zink sudah
meningkatkan resiko keparahan diare benar, tetapi belum diikuti dengan
akut pada anak. Diberikannya antibiotik pemberian edukasi kepada orang tua
pada anak diare dikarenakan fasilitas mengani lama pemberian zink kepada
laboratorium tidak mendukung untuk anak dan belum dilakukan dokumentasi
pemeriksaan, sehingga pada anak diare mengenai edukasi tersebut. Kenyataan
baik yang disertai panas atau tanpa yang terjadi belum sejalan dengan
panas diberikan antibiotik. Menurut Depkes (2011), yang menyebutkan
Mangkunegara (2008), faktor yang bahwa sebagai tenaga kesehatan,
mempengaruhi kinerja adalah faktor perawat hendaknya memberikan
kemampuan dan motivasi. Salah satu edukasi dan penekanan kepada orang
faktor motivasi yang mempengaruhi tua mengenai dosis penuh zink yang
kinerja adalah fasilitas kerja. Dengan harus diberikan kepada anak, yaitu
adanya fasilitas kerja yang memadai, selama 10 hari. Hal tersebut
memungkinkan seseorang atau tenaga menunjukan bahwa perawat sudah
kesehatan dapat berperilaku atau menerapkan perawatan berpusat pada
memberikan penampilan kerja secara keluarga dan berprinsip pada atraumatic
maksimal. care dengan memberikan edukasi atau
Pada pemberian prebiotik tidak pemberian
sejalan dengan depkes (2011), yang Perawat sudah melakukan
menyebutkan bahwa berdasarkan informed consent, tetapi belum diikuti
WHO, prebiotik mungkin bermanfaat dengan pendokumentasian mengenai
untuk AAD (Antibiotik Associaed tindakan yang sudah dilakukan. Dari hal
Diare), tetapi tidak memberikan efek tersebut, perawat belum melaksanakan
signifikan pada travellers diare, dan tanggung jawab dan tanggung gugat
tidak memberikan signifikan pada dalam upaya melindungi klien terhadap
community-based diarrhea. Karena pelayanan atau tindakan yang
masih kurangnya bukti ilmiah dari didapatkan, karena dokumentasi
penelitian yang dilakukan, maka WHO merupakan bentuk pertanggungjawaban
belum merekomendasikan penggunaan perawat terhadap tindakan yang sudah
prebiotik sebagai bagian dari dilakukan (Handayaningsih, 2009).
tatalaksana diare. Selain hal itu, biaya Tidak adanya dokumentasi membuat
yang harus dikeluarkan menjadi bahan lemah suatu informed concent, karena
pertimbangan jika prebiotik dimasukan

27
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

dokumentasi diperlukan sebagai bukti Bungin, B. 2012. Analisis Data


jika terjadi suatu masalah yang Penelitian Kualitatif. Edisi
berhubungan dengan profesi pertama. Cetakan ke-delapan.
keperawatan. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Delaune dan Ladner. 2011.
KESIMPULAN__________________ Fundamental of Nursing
Perawat sudah melakukan manajemen Standard and Practice. fourth
diare akut pada anak, yang di dalamnya Edition. Cengage Learning.
mengandung kekuatan dan kelemahan Delmar.
dari manajemen diare yang sudah Depkes. 2011. Buku Saku petugas
dilakukan perawat tersebut. Kesehatan. edisi 2011. Depkes
RI.
Gormley, S. E., Martin, R., Misener,
Downe, B., Wamboldt,
SARAN_________________________ DiCenso, A. 2011. Factors
Perawat perlu menambahkan affecting nurse practitioner role
pengkajian mengenai pengetahuan dan implementation in Canadian
keyakinan serta efikasi diri sebagai practice settings: an integrative
pengkajian faktor psikososial pada review. Journal of Advanced
pasien DFU. Penelitian ini dapat Nursing 67 (6): 1178–1190.
digunakan sebagai dasar untuk Hafizurrachman, Trisnantoro, T,.
mengembangkan penelitian selanjutnya Bachtiar A. 2011. Beberapa
mengenai efikasi diri. Beberapa Faktor yang Memengaruhi
masalah yang dapat diteliti antara lain Kinerja Perawat dalam
intervensi keperawatan yang dapat Menjalankan Kebijakan
meningkatkan efikasi diri pasien, Keperawatan di Rumah Sakit
pengaruh pendidikan kesehatan dengan Umum Daerah. J Indon Med
suatu modul tertentu terhadap efikasi Assoc 61 (10): 387-393.
diri pasien DFU, faktor yang
mempengaruhi efikasi diri pasien. Handayaningsih. 2009. Dokumentasi
Keperawatan “DAR” Panduan,
Konsep dan Aplikasi. Mitra
DAFTAR PUSTAKA_____________ Cendekia. Jogjakarta
Aldeyab, M. A., KearneY. M. P., Scott. Hockenberry, M.J., Wilson, D. 2011.
M. G., Aldiab. M. A., Alahmadi, Wong’s Book 2 Nursing Care of
Y. M., W. Feras., Elhajji, D., Infants and Children. Edition 9.
A. Fidelma., Magee., McElnay, Mosby Elseiver. USA.
J. C. 2012. An evaluation of the Hockenberry, M. J., Wilson, D., Wong,
impact of antibiotic stewardship D.L. 2009. Wong’s Essentials of
on reducing the use of high-risk Pediatric Nursing. Mosby
antibiotics and its effect on the Elseiver, Inc. St Louis.
incidence of Clostridium
difficile infection in hospital Hoque et al. 2012. An assessment of the
settings. J Antimicrob quality of care for children in
Chemother 67: 2988–2996. eighteen randoml selected
district and subdistrict hospitals
Asmadi. 2008. Konsep Dasar in Bangladesh. BMC Pediatrics
Keperawatan. EGC. Jakarta 12 (197): 1-10.

28
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

Jansen dan Stauffacher. 2010. With Soap on Child Diarrhea in


Advanced Practice Nursing Rural Bangladesh: An
Core Concepts for Proffessional Observational Study. PLOS
Role Development. Fourth Medicine 8 (6): 1-12.
edition. Springer Publishing Mangkunegara. 2008. Perencanaan dan
Company. New York. Pengembangan Sumber Daya
Joint Commission International (2013). Manusia. Refika Aditama.
Joint Commission International Bandung.
Acredditation Standards for Mansyur, F. 2013. Faktor Risiko
Hospitals. 5th edition. JCI. USA Kejadian Diare Akut pada Balita
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Situasi di Kabupaten Magelang. Tesis.
Diare di Indonesia. Triwulan II. Universitas Gadjah Mada.
Kemenkes RI. Jakarta. Yogyakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Mazdumer et al. 2010. Effectiveness of
Indonesia Nomor 1239 Tahun zinc supplementation plus oral
2001 Registrasi dan Praktik rehydration salts for diarrhoea in
Perawat. 22 November 2001. infants aged less than 6 months
Menteri Kesehatan Republik in Haryana state, India. Bull
Indonesia. Jakarta. World Health Organ. 88
Kozier, B. (2008). Fundamental Of (10.2471): 754–760.
Nursing ; Concept, Process and Mubarak, W. I., dan Chayatin, N. 2009.
Practice. Addison Wesley Ilmu Keperawatan Komunitas
Nursing Cuming Publishing. Pengantar dan Teori (Vol. 1).
New York. Jakarta: Salemba Medika.
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan NANDA International. 2011. Nursing
Praktik Keperawatan Diagnoses: Definitions &
Profesional. EGC. Jakarta. Classification 2012-2014. Alih
Kyle, T. (2008). Essentials of Pediatric bahasa Sumarwati, Subekti.
Nursing. Lippincott Williams & Diagnosis Keperawatan Definisi
Wilkins dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta. EGC.
L. Duijts, V. W. V. Jaddoe, A. Hofman.
2010. Breastfeeding Duration Nursalam. 2011. Manajemen
and Exclusivity Decrease Infant Keperawatan Aplikasi Dalam
Infections. Pediatrics. 126(1): Praktik Keperawatan
e18-e25. Profesional edisi 3. Jakarta.
Salemba Medika.
L. Duijts, L., V. W. Vincent., Jaddoe,
Hofman A., dan Moll, H. A. Pabundu. 2008. Budaya Organisasi dan
2010. Prolonged and Exclusive Peningkatan Kinerja
Breastfeeding Reduces the Risk Perusahaan. Bumi Aksara.
of Infectious Diseases in Jakarta.
Infancy. Pediatrics. 126 (1): Potter dan Perry. 2005. Fundamental
e18-e25 Keperawatan Konsep Proses dan
Luby, S. P., Halder, A. K., Huda, T., Praktik. Edisi 4. EGC. Jakarta.
Unicomb, L., Johnston, R. B. PPNI. 2005. Standar Praktik
2011. The Effect of Keperawatan Indonesia.
Handwashing at Recommended http://www.inna-
Times with Water Alone and ppni.or.id/index.php/standar-

29
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

praktek. diunduh 03 September Care. Seventh Edition.


2014. Lippincott Williams & Wilkins.
Priharjo, R. (2008). Konsep dan Tomey, Alligood. (2010). Nursing
Prespektif Praktik Keperawatan Theorists and Their Work.
Profesional. Edisi 2. Cetakan Seventh Edition. Mosby
pertama. EGC. Jakarta. elseiver. USA
Profil Kesehatan Indonesia 2012. 2013. Walker, C. L. F., Fontaine, O., Young,
Kementrian Kesehatan RI. W., dan Robert E Black, R. E.
Jakarta. (2009). Zinc and low osmolarity
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. oral rehydration salts for
2012. diarrhoea: a renewed call to
http://www.dinkesjatengprov.go action. Bull World Health
.id. Diunduh 22 Desember 2013 Organ. 87
(10.2471/BLT.08.058990): 780–
RISKESDAS. 2007. 786.
http://labdata.litbang.depkes.go.i
d. Diunduh 01 Januari 2014. Wake, M. M., Tolessa, C. 2011.
Reducing diarrhoeal diseases:
RISKESDAS Provinsi Jawa Tengah. lessons on sanitation from
(2007). Ethiopia and Haiti. International
http://grey.litbang.depkes.go.id. Council of Nurses. 59: 34-39.
Diunduh 22 Desember 2013.
WHO (2014). Intregated Management
Rocha, Carminate, Tibirica, Carvalho, of Childhood Illness (IMCI).
Silva, Chebli . 2012. Acute Distance Learning Course,
Diarrhea in Hospitalized Modul 4 Diarrhoea. WHO.
Children of the Municipality of Switzerland
Juiz de fora, mg, Brazil:
Prevalence and Risk factors WGO. 2008. World Gastroenterology
associated with disease severity. Organisation practice guideline:
Arq. Gastroenterol. 49 (4): 259- Acute diarrhea. WGO.
265. WHO. 2005. The Treatment of
Sidik et al. (2013). Assessment of the Diarrhoea, A manual for
quality of Hospital care for physicians and other senior
children in Indonesia. Tropical health workers. 4th rev. WHO.
Medicine and International Geneva.
Health. 18 (4): 407–415. WHO, UNICEF. (2013). Ending
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Preventable Child Deaths from
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Pneumonia and Diarrhoea by
Cetakan ke-19. Alfabeta. 2025 The integrated Global
Bandung. Action Plan for Pneumonia and
Diarrhoea (GAPPD). WHO.
Suhaemi. (2005). Etika Keperawatan. France.
EGC. Jakarta.
Widayanti, E. (2013). Evaluasi
Suraatmaja. (2010). Kapita Selekta Kerasionalan Pengobatan Diare
Gastroenterologi Anak. cetakan (non Spesifik) Di Puskesmas
ketiga. Sagung Seto. Jakarta. Kabupaten Sleman Tahun 2011.
Taylor. (2011). Fundamental of Nursing Tesis. Fakultas Kedokteran
The Art and Science of Nursing Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

30
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

WHO. 2012. Health topics: Diarrhoea. Muhammadiyah Magelang (UMMgl),


http://www.who.int/topics/diarrh Kaprodi S1 Keperawatan dan Ners
oea/en/. Diakses 12 Desember FIKES UMMgl, RS dr. Soedjono
2013. Magelang, Dosen dan Staf FIKES
Yin, R. K. 1996. Case Study Research: UMMgl.
Design and Methods. Studi
Kasus Desain dan Metode.
Terjemahan Mudzakir. 2013.
Studi Kasus Desain dan Metode.
Cetakan ke-12. RajaGrafindo
Persada. Jakarta.
Zhang, et al. 2013. Care-seeking and
quality of care for outpatient
sick children in rural Hebei,
China: a cross-sectional study.
Croat Med J. 54

ACKNOWLEDGEMENT_________
mengucapkan terimaksih kepada
semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam proses penelitian ini:
Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan (FIKES) Universitas

31
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015

Studi Kasus: Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gastroenteritis Dehidrasi Sedang
(Case Study: Nursing Care In Children With Gastroenteritis Moderate Dehydration)
Rahayu Sari Utami 1), Dewi Wulandari 2)
Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo
hani_wulan84@yahoo.co.id

Abstract: Gastroenteritis or diarrhea is the second leading caused of child deaths in the world
with 15 million children died every year. SKRT showed that diarrhea is a major caused of infant
mortality in Indonesia. Data Sukoharjo District Health Office showed the number of patients with
gastroenteritis in 2012 as many as 31 716 inhabitants (3.7%), whereas in 2013 increased to 35
498 inhabitants (4.11%). The purpose of this study to determine the nursing care in children with
gastroenteritis moderate dehydration. This study was a qualitative case study design using the
nursing process approach. The population in this study were children who had diarrhea with
moderate dehydration. The sample was An. A. The sampling technique used purposive
sampling. The study was done at the regional public hospital of Sukoharjo on February 2014.
Data was collected through interviews, observation, and documentation. The research
instrument was a researcher herself with tools sphygmomanometer, stethoscope, thermometer,
penlight, and assessment guidelines. The assesment showed An.A vomited one time,
temperature 38,20C, 1.2 kg weight loss, poor skin turgor, leukocytes 17,200 uL, fluid balance -
111.7 cc. There are 3 nursing problems, they were fluid volume deficit, hyperthermia, and
infection. After two-days nursing care obtained improved development issues.
Conclusion, the main nursing problem of An. A with gastroenteritis moderate dehydration was
fluid volume deficit.
Keywords: nursing care, children, gastroenteritis, moderate dehydration

Abstrak: Gastroenteritis atau diare merupakan penyebab kedua kematian anak di dunia
dengan 15 juta anak meninggal setiap tahunnya.. Survei Kesehatan Ruma h Tangga
menunjukkan bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Data
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo menunjukkan jumlah penderita gastroenteritis pada
tahun 2012 sebanyak 31.716 penduduk (3,7%), sedangkan tahun 2013 mengalami kenaikan
menjadi 35.498 penduduk (4,11%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui asuhan
keperawatan pada anak dengan gastroenteritis dehidrasi sedang. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus menggunakan pendekatan proses
keperawatan. Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami diare dengan
dehidrasi sedang. Sampelnya adalah An. A. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling. Penelitian dilakukan di RSUD Sukoharjo pada bulan Februari 2014. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Instrumen penelitian
adalah peneliti sendiri dengan alat bantu sphygmomanometer, stetoskop, termometer, penlight,
serta pedoman pengkajian. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan didapatkan data adanya
muntah 1 kali, suhu 38,20C, berat badan turun 1,2 kg, turgor kulit jelek, leukosit 17.200 uL,
balance cairan -111,7 cc. Terdapat 3 masalah keperawatan, yaitu defisit volume cairan,
hipertermi, dan infeksi. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama dua hari didapatkan
perkembangan masalah membaik.Kesimpulannya, masalah keperawatan utama pada An. A
dengan gastroenteritis dehidrasi sedang adalah defisit volume cairan.
Kata Kunci: asuhan keperawatan, anak, gastroenteritis, dehidrasi sedang

I. PENDAHULUAN diturunkan dengan pencegahan, namun


Istilah gastroenteritis digunakan secara penyakit ini tetap menyerang anak terutama
luas untuk menguraikan pasien yang yang berumur kurang dari dua tahun.
mengalami perkembangan diare dan atau Penyakit ini terutama disebabkan oleh
muntah akut. Istilah ini mengacu pada makanan dan minuman yang terkontaminasi
terdapat proses inflamasi dalam lambung dan akibat akses kebersihan yang buruk (Howidi,
usus, walaupun pada beberapa kasus tidak 2012).
selalu demikian (Sodikin, 2011). Secara Gastroenteritis atau diare merupakan
global setiap tahun diperkirakan dua juta penyebab kedua kematian anak di dunia
kasus gastroenteritis yang terjadi di kalangan dengan 15 juta anak meninggal setiap
anak berumur kurang dari lima tahun. tahunnya. Survei Kesehatan Rumah Tangga
Walaupun penyakit ini seharusnya dapat (SKRT), menunjukkan bahwa diare masih

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org


60
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015

menjadi penyebab utama kematian balita di serentak dalam anggota keluarga dan kontak
Indonesia. Penyebab utama kematian karena dekat).
diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat Diare akut lebih sering terjadi pada bayi
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, daripada anak yang lebih besar. Penyebab
2011). Berdasarkan data dari Dinas terpenting diare cair akut pada anak-anak di
Kesehatan Kabupaten Sukoharjo (2012), negara berkembang adalah rotavirus,
jumlah penderita gastroenteritis pada tahun Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella,
2012 adalah 31.716 penduduk atau 3,7%, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium
sedangkan pada tahun 2013 mengalami (Kemenkes RI , 2011). Penyakit diare akut
kenaikan 1,4% menjadi 4,11% dengan jumlah dapat ditularkan dengan cara fekal-oral
penderita 35.498 penduduk. Data hasil studi melalui makanan dan minuman yang
pendahuluan di Rumah Sakit Daerah tercemar. Peluang untuk mengalami diare
Sukoharjo pada tahun 2013 menunjukkan akut antara anak laki-laki dan perempuan
penderita gastroenteritis mencapai 845 orang. hampir sama. Diare cair akut menyebabkan
Berdasarkan latar belakang di atas, dehidrasi dan bila masukan makanan
masalah ini dianggap menarik, perlu dan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi,
penting untuk diteliti. Adapun tujuan dari bahkan kematian yang disebabkan oleh
penelitian ini adalah untuk mengetahui dehidrasi.
asuhan keperawatan pada An. A dengan Penyebab gastroenteritis antara lain
gangguan sistem pencernaan: gastroenteritis infeksi, malabsorbsi, makanan dan psikologis
dehidrasi sedang, meliputi tahap pengkajian (Dewi, 2010). Penelitian yang dilakukan
hingga evaluasi keperawatan. Oktania Kusumawati, Heryanto Adi Nugroho,
Diare menurut Wijayaningsih (2013) Rodhi Hartono (2010) menunjukkan terdapat
dapat diartikan sebagai suatu kondisi buang hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan
air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 Sehat (PHBS) dengan kejadian diare dengan
kali sehari dengan konsistensi tinja yang p value 0,025
encer dapat disertai atau tanpa disertai darah Penanganan pada penderita diare
atau lendir sebagai akibat dari terjadinya adalah:
proses inflamasi pada lambung dan usus. 1. Penanganan fokus pada penyebab
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran 2. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan
tinja yang tidak normal atau tidak seperti rumatan)
biasanya, ditandai dengan peningkatan 3. Dietetik (pemberian makanan)
volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 4. Pada bayi, pemberian ASI diteruskan
3 kali sehari dan pada neonatus 4 kali sehari jika penyebab bukan dari ASI.
dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat, (Suriadi dan Yuliani, 2010)
2006).
Menurut Sodikin (2011), secara klinik II. METODE PENELITIAN
diare dibedakan menjadi tiga macam Penelitian ini merupakan penelitian
sindrom, yaitu diare akut (gastroenteritis), kualitatif dengan rancangan studi kasus
disentri, dan disentri persisten. Masing- menggunakan pendekatan proses
masing mencerminkan patogenesis berbeda keperawatan. Populasi dalam penelitian ini
dan memerlukan pendekatan yang berlainan adalah anak yang mengalami diare dengan
dalam pengobatannya. dehidrasi sedang. Sampelnya adalah An. A.
Diare akut ialah diare yang terjadi Teknik sampling yang digunakan adalah
secara mendadak pada bayi dan anak yang purposive sampling. Penelitian dilakukan di
sebelumnya sehat (Noerasid, Suraatmadja & RSUD Sukoharjo (bangsal Anggrek) pada
Asnil, dikutip Suharyono, Boediarso & bulan Februari 2014. Pengumpulan data
Halimun, 1998). Menurut Watson, dikutip dilakukan dengan wawancara, observasi, dan
Jones & Irving (1996); Behrman, Kliegman, & studi dokumentasi. Instrumen penelitian
Arvin (1996) diare berlangsung kurang dari 14 adalah peneliti sendiri dengan alat bantu
hari (bahkan kebanyakan kurang dari tujuh sphygmomanometer, stetoskop, termometer,
hari) dengan disertai pengeluaran feses lunak penlight, serta pedoman pengkajian.
atau cair, sering tanpa darah, mungkin Pendekatan proses keperawatan yang
disertai muntah dan panas (kemenkes RI, dilakukan peneliti meliputi tahapan sebagai
2011). Diare akut (berlangsung kurang dari berikut:
tiga minggu), penyebabnya infeksi dan bukti 1. Pengkajian
penyebabnya harus dicari (perjalanan ke luar Peneliti melakukan pengumpulan data,
negeri, memakan makanan mentah, diare baik bersumber dari responden/pasien,

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org


61
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015

keluarga pasien, maupun lembar status Balance cairan= INTAKE – OUTPUT


pasien. = 2350 – 2461,7 = -191,7 cc
2. Diagnosis keperawatan Sumber: Data primer diolah, 2014
Peneliti melakukan analisis terhadap 2. Diagnosa Keperawatan
semua data yang diperoleh sehingga Berdasarkan analisis data
didapatkan diagnosa keperawatan. pengkajian dapat ditegakkan Diagnosa
3. Intervensi keperawatan keperawatan:
Peneliti menyusun rencana tindakan Diagnosa keperawatan pertama
keperawatan untuk mengatasi masalah adalah kekurangan volume cairan
keperawatan yang terjadi. berhubungan dengan output yang
4. Implementasi keperawatan berlebih ditandai dengan: data subjektif
Peneliti melaksanakan rencana tindakan keluarga mengatakan An. A muntah 1
yang telah disusun. kali lebih kurang 300cc; keluarga
5. Evaluasi keperawatan mengatakan intake cairan An. A kurang,
Peneliti melakukan penilaian tindakan lebih kurang 800cc. Data objektif: turgor
keperawatan yang telah dilakukan dalam kulit jelek; muntah berwarna putih susu,
mengatasi masalah yang terjadi. cair; kulit berkeringat; balance cairan -
111,7cc; MCHC 34%, Berat badan turun
III. HASIL PENELITIAN 1,2 kg.
Peneliti akan menjabarkan hasil Diagnosa keperawatan kedua
penelitian berdasarkan tahapan-tahapan adalah hipertermi berhubungan dengan
pada proses keperawatan. peningkatan laju metabolisme ditandai
1. Pengkajian dengan: data subjektif keluarga
Data hasil pengkajian menunjukkan mengatakan An. A panas satu hari yang
Data subjektif: keluarga mengatakan lalu. Data objektif dari pemeriksaan TTV:
An. A panas 1 hari yang lalu; keluarga S= 38,2°C, N= 136 x/menit, R= 28
mengatakan An. A muntah 1 kali lebih x/menit; kulit teraba hangat; kulit terlihat
kurang 300cc; keluarga mengatakan merah; kulit berkeringat.
intake cairan An. A kurang, lebih kurang Diagnosa keperawatan ketiga
800cc; keluarga mengatakan nafsu adalah infeksi berhubungan dengan
makan An. A menurun; keluarga peradangan pada lambung dan usus
mengatakan An. A makan kurang dari 4 yang ditandai dengan: data subjektif:
sendok; keluarga mengatakan BB keluarga mengatakan An. A panas 1 hari
sebelum sakit 8,5 kg; keluarga yang lalu. Data objektif: leukosit 17.200
mengatakan BB sakit 7,3 kg. uL; S= 38,2oC; kulit teraba hangat.
Data objektif: TTV: S= 38,2oC, N= 3. Intervensi Keperawatan
136 x/menit, R= 28 x/menit; kulit teraba Tujuan keperawatan untuk masalah
hangat; terlihat merah dan berkeringat; defisit volume cairan adalah setelah
pemeriksaan nutrisi: A: BB turun 1,2 kg, dilakukan tindakan keperawatan selama
BB ideal 10 kg, B: Hb= 12,7 gr/dl, C: 3x24 jam, masalah teratasi dengan
mukosa bibir kering, D: bubur lunak; kriteria hasil keluarga mengatakan An. A
turgor kulit jelek; muntah berwarna putih minum cukup, keluarga mengatakan
susu, cair; leukosit 17.200 uL; MCHC 34 muntah hilang, turgor kulit baik, kulit
%; balance cairan -111,7 cc. lembab, balance cairan seimbang (+) 0-
Tabel 1. Perhitungan balance cairan 500cc. Intervensi keperawatannya:
No Jenis Jumlah (cc) pantau intake dan output pasien, beri
INTAKE minum 1000-2000cc, timbang berat
1 Makan 50 badan, dorong masukan oral
2 Minum 800 (makan/minum), kolaborasi pemberian
3 Infus 1500 cairan intravena 24 tpm mikro.
TOTAL 2350 Tujuan keperawatan untuk masalah
OUTPUT hipertermi adalah setelah dilakukan
1 BAB 150 tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
2 BAK 1500
masalah teratasi dengan kriteria hasil:
3 Muntah 300
keluarga mengatakan panas An. A turun;
4 Keringat 100 o
S= 36-37,5 C; kulit teraba hangat; kulit
5 IWL: 211,7+280 491,7
TOTAL 2541,7 teraba lembab. Rencana tindakan
keperawatannya adalah kaji peningkatan

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org


62
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015

suhu, beri kompres hangat, lakukan anak memakan makanan atau air
water tepid sponge, berikan pakaian kontaminasi, atau mengalami infeksi di
tipis, berikan minum 1000-2000cc/hari, tempat lain (misalnya pernafasan, infeksi
beri penjelasan keluarga tentang fungsi saluran kemih) dapat mengakibatkan
banyak minum, kolaborasi pemberian diare (Sodikin, 2011).
paracetamol. Dari data pengkajian pola eliminasi
Tujuan keperawatan untuk masalah BAB, keluarga mengatakan sebelum dan
infeksi adalah setelah dilakukan tindakan selama sakit BAB An. A tidak ada
keperawatan selama 3x24 jam, masalah perubahan terkadang 1 kali atau 2 kali
teratasi dengan kriteria hasil: keluarga sehari, dengan karakteristik lembek,
mengatakan panas An. A menurun; S= warna kuning kecoklatan,tidak diare dan
36-37,5oC; kulit teraba hangat; leukosit tidak konstipasi, bau khas feses.
5000-10000 uL. Intervensi keperawatan Sedangkan pada pemeriksaan abdomen
masalah infeksi adalah kaji peningkatan bising usus 8 x/menit, tidak ada nyeri
suhu, beri kompres hangat, lakukan tekan, perkusi tympani. Hal ini tidak
water tepid sponge, beri pakaian tipis, sesuai dengan teori menurut
beri minum 1000-2000cc, kolaborasi Wijayaningsih (2013), bahwa tanda
pemberian bubur lunak. gejala diare adalah sering buang air
4. Implementasi keperawatan besar dengan konsistensi tinja cair atau
Tindakan yang dilakukan pada encer, kadang disertai darah dan lender.
tanggal 25-26 Februari 2014 sesuai Data pemeriksaan fisik
dengan rencana tindakan yang telah menunjukkan data keadaan umum
disusun untuk masing-masing masalah pasien sedang, An. A rewel, turgor kulit
keperawatan. jelek, dengan mulut/ mukosa bibir kering,
5. Evaluasi nadi 136 x/menit. Menurut Wijayaningsih
Setelah dilakukan asuhan (2013), berdasarkan Skor Mavrice King:
keperawatan selama dua hari didapatkan penilaian derajat dehidrasi An. A rewel
tiga masalah keperawatan yang muncul bernilai 1, turgor kulit jelek/ kekenyalan
teratasi karena telah tercapai kriteria kulit sedikit kurang bernilai 1, mulut/
hasilnya. mukosa bibir kering bernilai 1, nadi 136
x/menit bernilai 1, nilai derajat dehidrasi
IV. PEMBAHASAN pada An. A adalah 4 menunjukkan
Peneliti akan melakukan pembahasan untuk derajat sedang (3-6). Sehingga antara
masing-masing tahapan yang telah dilalui. teori dan kenyataan tidak ada
1. Pengkajian kesenjangan dalam memberikan
Tahap pengumpulan data dasar penilaian derajat dehidrasi.
meliputi pengumpulan data subjektif dan Berikut tabel penilaian derajat
objektif. Pengumpulan data subjektif dehidrasi menurut Mavrice King:
meliputi identitas pasien dan Tabel 1. Penilaian derajat dehidrasi
penanggungjawab; riwayat kesehatan Bagian Nilai untuk gejala yang
sekarang, dahulu, keluarga dan sosial; tubuh yang ditemukan
sebelas pola fungsional menurut Gordon; diperiksa 0 1 2
serta pemeriksaan fisik head to toe. Keadaan Seh Gelisah, Mengiga
Dari status pasien didapatkan umur umum at cengeng, u, koma,
anak 1 tahun. Hal ini sesuai dengan teori apatis, atau syok
menurut Howidi (2012) bahwa secara ngantuk
global setiap tahun diperkirakan dua juta Kekenyala Nor Sedikit Sangat
kasus gastroenteritis yang terjadi di n kulit mal kurang kurang
kalangan anak berumur kurang dari lima Mata Nor Sedikit Sangat
tahun. Walaupun penyakit ini seharusnya mal cekung cekung
dapat diturunkan dengan pencegahan, Ubun-ubun Nor Sedikit Sangat
namun penyakit ini tetap menyerang besar mal cekung cekung
anak terutama yang berumur kurang dari Mulut Nor Kering Kering &
dua tahun. mal sianosis
Penulis tidak melakukan pengkajian Denyut Kuat Sedang Lemas
data riwayat penyakit yang pernah nadi/ mata <120 (120- >40
dialami An. A. Hal ini penting dilakukan 140)
karena sesuai dengan teori bahwa jika Sumber: Wijayaningsih, 2013

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org


63
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015

Keterangan: intake cairan An. A kurang, lebih kurang


(1) Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi 800cc. Pada data objektif pemeriksaan
ringan fisik turgor kulit jelek; muntah berwarna
(2) Jika mendapat nilai 3-6 derajat putih susu cair, kulit berkeringat;
sedang perhitungan balance cairan -111,7cc;
(3) Jika mendapat nilai 7-12 derajat data penunjang MCHC 34%. Maka
berat penulis menetapkan masalah
keperawatan kekurangan volume cairan,
Pemeriksaan penunjang yang hal ini sesuai dengan teori menurut
dilakukan pada An. A untuk menegakkan NANDA (2012) bahwa batasan
diagnosa adalah pemeriksaan leukosit karakteristik diagnosa kekurangan
17.200 uL yang menunjukkan volume cairan meliputi penurunan turgor
peningkatan leukosit, adanya infeksi kulit, kulit kering.
pada tubuh An. A. Hal ini sesuai dengan Adapun batasan karakteristik yang
teori menurut Dewi (2010), penyebab ditemukan penulis namun tidak
diare salah satunya adalah infeksi dimasukkan pada masalah keperawatan
enteral yaitu infeksi yang terjadi dalam kedua ini dikarenakan penulis berfokus
saluran pencernaan dan merupakan pada keluaran cairan dan perhitungan
penyebab utama terjadinya diare. balance cairan, meliputi peningkatan
Terapi yang diberikan pada An. A suhu tubuh, peningkatan frekuensi nadi,
adalah infus RL 24 tpm mikro dengan membran mukosa kering, penurunan
cara pemberian melalui IV, hal ini sesuai berat badan tiba-tiba. Sedangkan
teori menurut Doenges (2000) bahwa batasan karakteristik yang tidak dijumpai
cairan parenteral berfungsi pada An. A adalah perubahan status
mempertahankan istirahat usus, akan mental, penurunan tekanan darah,
memerlukan penggantian cairan untuk penurunan tekanan nadi, penurunan
memperbaiki kehilangan. Pemberian volume nadi, penurunan turgor lidah,
terapi ondancentron 1 mg melalui IV, hal penurunan haluaran urine, penurunan
ini sesuai teori menurut Tjay (2007) pengisian vena, peningkatan hematokrit,
ondancentron merupakan obat peningkatan konsentrasi urine, haus,
antiemetik yang bertujuan untuk kelemahan.
menghilangkan mual dan muntah yang Penulis menetapkan diagnosa
dialami oleh pasien. Terapi paracetamol kekurangan volume cairan berhubungan
¾ sdt/5 jam cara pemberian per oral, hal dengan output yang berlebih. Etiologi ini
ini sesuai teori Carpenito (2009) tidak sesuai dengan teori NANDA
pemberian antipiretik berfungsi untuk (2012), pembenaran masalah ini adalah
mengembalikan suhu menjadi stabil. kekurangan volume cairan berhubungan
Data pemeriksaan fisik menunjukkan dengan kehilangan volume cairan aktif.
data keadaan umum pasien sedang, An. Data Diagnosa kedua adalah data
A rewel, turgor kulit jelek, dengan mulut/ subjektif: keluarga mengatakan An. A
mukosa bibir kering, nadi 136 x/menit. panas 1 hari yang lalu. Pada data
Menurut Wijayaningsih (2013), objektif: pemeriksaan tanda vital S=
berdasarkan Skor Mavrice King: 38,2oC, N= 136 x/menit, R= 28 x/menit;
penilaian derajat dehidrasi An. A rewel sedangkan pemeriksaan fisik ditemukan
bernilai 1, turgor kulit jelek/ kekenyalan data kulit teraba hangat, kulit terlihat
kulit sedikit kurang bernilai 1, mulut/ merah, kulit berkeringat. Penulis
mukosa bibir kering bernilai 1, nadi 136 menetapkan masalah hipertermi hal ini
x/menit bernilai 1, nilai derajat dehidrasi sesuai dengan teori menurut NANDA
pada An. A adalah 4 menunjukkan (2012), bahwa batasan karakteristik
derajat sedang (3-6). Sehingga antara diagnosa hipertermi meliputi kulit
teori dan kenyataan tidak ada kemerahan, peningkatan suhu tubuh di
kesenjangan dalam memberikan atas kisaran normal, takikardi, kulit
penilaian derajat dehidrasi. terasa hangat. Adapun batasan
2. Diagnosa Keperawatan karakteristik yang tidak dijumpai pada
Data untuk diagnosa defisit volume An. A adalah konvulsi, kejang, takipnea.
cairan adalah data subjektif: keluarga Penulis menetapkan diagnosa
mengatakan An. A muntah 1 kali lebih hipertermi berhubungan dengan
kurang 300cc; keluarga mengatakan peningkatan laju metabolisme. Etiologi

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org


64
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015

ini tidak sesuai dengan teori NANDA lokal yaitu rubor atau kemerahan, kalor
(2012), karena pada anak dengan atau panas, dolor atau nyeri, tumor atau
gastroenteritis tidak mengalami bengkak, fungsio laesa atau perubahan
peningkatan laju metabolisme yang fungsi. Bila inflamasi menjadi sistemik
signifikan. Hal ini sesuai dengan teori timbul tanda lain selain demam,
menurut Syaifuddin (2006), bahwa leukositas, malaise, anoreksia, mual,
kecepatan metabolisme bergantung muntah, pembesaran kelenjar limfe
pada kegiatan seseorang, ketegangan (Perry dan Potter, 2005). Sehingga
saraf juga merupakan faktor penting penulis tetap menegakkan diagnosa
yang mempengaruhi pernafasan dan infeksi berhubungan dengan
kerja jantung. Adapun beberapa penyakit mikroorganisme yang menembus
kelainan kelenjar tiroid, kelenjar tiroid gastrointestinal.
yang berlebihan menaikkan kecepatan Dalam penetapan diagnosa
metabolisme, misalnya penyakit keperawatan menurut NANDA (2012)
hipertiroidisme. Pembenaran di masalah etiologi yang digunakan penulis tidak
ini seharusnya etiologi masalah tetap, namun untuk batasan karakteristik
hipertermi pada An. A adalah penyakit sudah sesuai.
dan dehidrasi. Hal ini sesuai dengan 3. Intervensi Keperawatan
pemeriksaan pada An. A dengan hasil Pada tahap intervensi keperawatan,
laboratorium menunjukkan leukosit dilakukan penyusunan prioritas masalah
meningkat dan hasil penilaian dehidrasi keperawatan. Dengan menentukan
menunjukkan dehidrasi sedang. diagnosis keperawatan, maka dapat
Data yang digunakan untuk diketahui diagnosis mana yang akan
menegakkan diagnosa infeksi adalah dilakukan atau diatasi pertama kali atau
data subjektif keluarga mengatakan An. yang segera dilakukan (Hidayat, 2008).
A panas 1 hari yang lalu. Data objektif Penulis menetapkan diagnosa
o
pemeriksaan tanda vital S= 38,2 C; utama adalah defisit volume cairan. Hal
pemeriksaan fisik kulit teraba hangat; ini sesuai dengan teori menurut Asmadi
dan data penunjang leukosit 17.200 uL. (2008), bahwa penentuan prioritas
Penulis menetapkan masalah infeksi hal berdasarkan kebutuhan dasar menurut
ini tidak sesuai dengan teori menurut Maslow yaitu pertama kebutuhan
NANDA (2012), bahwa faktor risiko fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi,
infeksi terdiri dari penyakit kronis, eliminasi, istirahat, tidur, terbebas dari
penekanan sistem imun, nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual,
ketidakadekuatan imunitas dapatan, dan lain sebagainya. Apabila kebutuhan
pertahanan primer tidak adekuat, fisiologis ini sudah terpenuhi, maka
pertahanan lapis kedua yang tidak seseorang akan berusaha untuk
memadai, peningkatan pemajanan memenuhi kebutuhan lain yang lebih
lingkungan terhadap patogen, tinggi dan begitu seterusnya.
pengetahuan yang kurang untuk Intervensi yang penulis susun harus
menghindari pajanan patogen, prosedur sesuai dengan 4 tipe instruksi perawatan
invasif, malnutrisi, agens farmasi, pecah atau bisa disebut dengan ONEC:
ketuban, kerusakan jaringan, trauma. observation/ tipe diagnostik; tipe ini
Penulis menetapkan diagnosa menilai kemungkinan pasien ke arah
infeksi berhubungan dengan peradangan pencapaian kriteria hasil dengan
pada lambung dan usus. Diagnosa dan observasi secara langsung. Nursing
etiologi ini tidak sesuai dengan NANDA Treathment/ tipe terapeutik;
(2012) dan Sodikin (2011). Diagnosa menggambarkan tindakan yang
yang tepat menurut Sodikin (2011) dilakukan oleh perawat secara langsung
adalah risiko tinggi infeksi berhubungan untuk mengurangi, memperbaiki dan
dengan mikroorganisme yang mencegah kemungkinan masalah.
menembus gastrointestinal. Namun data Education/ tipe penyuluhan; digunakan
yang dijumpai pada An. A sudah untuk meningkatkan perawatan diri
menunjukkan tanda dan gejala infeksi pasien dengan membantu pasien untuk
yaitu kalor yang ditunjukkan dengan memperoleh tingkah laku individu yang
peningkatan suhu dan kulit teraba mempermudah pemecahan masalah.
hangat, hal ini sesuai dengan teori Colaboration/ tipe rujukan;
Mubarak (2007) bahwa tanda infeksi menggambarkan peran perawat sebagai

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org


65
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015

koordinator dan manager dalam mengakibatkan adanya dan/ atau gejala


perawatan pasien dengan anggota tim ancaman hidup, g) berikan cairan
kesehatan (Hidayat, 2008). parenteral sesuai indikasi karena
Tujuan keperawatan untuk diagnosa mempertahankan istrirahat usus akan
pertama diharapkan: setelah dilakukan memerlukan penggantian cairan untuk
tindakan keperawatan selama 3x24 jam, memperbaiki kehilangan. Cairan
masalah teratasi. Hal ini tidak sesuai mengandung natrium dapat dibatasi
dengan teori menurut Wilkinson (2012), pada adanya enteritis regional.
seharusnya tujuannya adalah setelah Namun dalam pemberian rencana
dilakukan tindakan keperawatan selama tindakan memberi minum untuk anak
3x24 jam tercapai keseimbangan cairan. dengan BB 7,3 kg adalah 1000-2000cc,
Kriteria hasil keluarga mengatakan tidak sesuai menurut teori Wong (2009),
An. A minum cukup, keluarga bahwa perhitungan kebutuhan cairan
mengatakan muntah hilang, turgor kulit sesuai dengan BB anak yaitu BB kurang
baik, kulit lembab, balance cairan dari 10 kg maka kebutuhan cairan yaitu
seimbang (+) 0-500cc. Hal ini sesuai BB dikalikan 100 cc. Sehingga cairan
dengan teori menurut Wilkinson (2012) yang dibutuhkan An. A adalah 730 cc.
akan menunjukkan keseimbangan Tujuan yang diharapkan untuk
cairan, hidrasi yang adekuat, cairan yang diagnosa kedua yaitu setelah dilakukan
adekuat. tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
Intervensi yang akan dilakukan masalah teratasi. Hal ini tidak sesuai
adalah pantau intake dan output pasien, dengan teori menurut Wilkinson (2012),
beri minum 1000-2000cc, timbang berat yaitu akan menunjukkan termoregulasi.
badan, dorong masukan oral Kriteria hasil yang diharapkan
(makan/minum), kolaborasi pemberian keluarga mengatakan panas An. A turun,
cairan intravena 24 tpm mikro. Hal ini S= 36-37,5oC, kulit teraba hangat, kulit
sesuai dengan teori menurut Doenges teraba lembab. Hal ini sesuai dengan
(2000) dan Sodikin (2011), intervensi teori menurut Wilkinson (2012) yang
yang akan dilakukan adalah a) awasi menunjukkan kriteria hasil dalam nilai
masukan dan haluaran, karakter, dan normal dalam rentang normal.
jumlah feses; perkiraan kehilangan yang Intervensi yang akan dilakukan
tak terlihat seperti berkeringat. Ukur adalah: a) kaji suhu/ peningkatan suhu,
berat jenis urine; observasi oliguria b) beri kompres hangat, c) lakukan water
karena memberikan informasi tentang tepid sponge, d) berikan pakaian tipis, e)
keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan berikan minum 1000-2000cc/ hari, f) beri
kontrol penyakit usus juga merupakan penjelasan keluarga tentang fungsi
pedoman untuk pengganti cairan, b) kaji banyak minum, g) kolaborasi dengan
tanda vital (TD, nadi, suhu) karena dokter dalam pemberian paracetamol.
hipotensi (termasuk postural), takikardi, Hal ini sesuai dengan teori menurut
demam dapat menunjukkan respon Carpenito (2009), rencana tindakan
terhadap dan/ atau efek kehilangan keperawatan yang dilakukan antara lain:
cairan, c) observasi kulit kering a) kaji suhu tubuh dan lingkungan karena
berlebihan dan membran mukosa, suhu tubuh sangat dipengaruhi oleh
penurunan turgor kulit, pengisian kapiler tingkat aktivitas dan suhu lingkungan;
lambat karena menunjukkan kehilangan kelembaban yang tinggi akan
cairan berlebih, d) ukur berat badan tiap meningkatkan efek panas atau dingin
hari karena indikator cairan dan status terhadap tubuh; b) lepaskan pakaian
nutrisi, e) pertahankan pembatasan per atau selimut yang berlebihan (lepaskan
oral, tirah baring; hindari kerja karena topi, sarung tangan, atau kaos kaki,
kolon diistirahatkan untuk penyembuhan sesuai kebutuhan) untuk meningkatkan
dan untuk menurunkan kehilangan pengeluaran panas. Dorong untuk
cairan usus, f) catat kelemahan otot memakai pakaian longgar yang terbuat
umum atau disritmia jantung karena dari bahan katun karena penambahan
kehilangan usus berlebihan dapat pakaian atau selimut pada seseorang
menimbulkan ketidakseimbangan akan menghambat kemampuan alami
elektrolit, misal kalium, yang perlu untuk tubuh untuk menurunkan suhu tubuh;
fungsi tulang dan jantung. Gangguan pelepasan pakaian atau selimut akan
minor pada kadar serum dapat meningkatkan kemampuan alami tubuh

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org


66
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015

untuk menurunkan suhu tubuh; c) Doenges (2000), Carpenito (2009), dan


ajarkan pasien pentingnya meningkatkan Sodikin (2011).
asupan cairan selama cuaca panas dan 4. Implementasi
latihan fisik. Hindari melakukan aktivitas Tindakan yang dilakukan sesuai
dalam cuaca panas karena peningkatan rencana asuhan keperawatan. Adapun
kalori dan cairan diperlukan untuk beberapa tindakan diluar rencana
mempertahankan fungsi membran ketika keperawatan yaitu mengukur DDST
terjadi demam; d) kolaborasi pemberian dengan hasil interprestasi yang diperoleh
antipiretik sesuai indikasi karena dari pemeriksaan perkembangan An. A
antipiretik berfungsi untuk adalah normal. Selanjutnya juga
mengembalikan suhu menjadi stabil. melakukan terapi bermain pada An. A
Tujuan yang diharapkan untuk karena rewel. Hal ini sesuai dengan teori
diagnosa ketiga adalah setelah dilakukan Nursalam (2005), bahwa perilaku protes
tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pada konsep hospitalisasi anak adalah
masalah teratasi. Hal ini tidak sesuai menangis.
dengan teori menurut Wilkinson (2012), 5. Evaluasi
yaitu faktor risiko akan hilang. Perkembangan pasien pada hari
Kriteria hasil keluarga mengatakan pertama belum sesuai dengan kriteria
panas An. A menurun, S: 36-37,5oC, kulit hasil yang diharapkan sehingga
teraba hangat, leukosit 5000-10000 uL. intervensi tetap dilanjutkan. Sedangkan
Hal ini sesuai dengan teori menurut perkembangan pada hari kedua sudah
Wilkinson (2012) pasien dan keluarga sesuai dengan kriteria hasil yang
akan terbebas dari tanda dan gejala diharapkan sehingga intervensi
infeksi, memperlihatkan higiene personal dipertahankan dan pada hari kedua
yang adekuat, mengindikasikan status pasien diperbolehkan pulang sehingga
gastrointestinal, menggambarkan faktor diberikan discharge planning.
yang menunjang penularan infeksi,
melaporkan tanda dan gejala infeksi V. SIMPULAN
serta mengikuti prosedur skrining dan Masalah utama pada An. A dengan
pemantauan. gastroenteritis dehidrasi sedang adalah defisit
Intervensi yang dilakukan a) kaji volume cairan.
peningkatan suhu, b) beri kompres
hangat, c) lakukan water tepid sponge, REFERENSI
d) beri pakaian tipis, e) beri minum 1000-
2000cc, f) kolaborasi ahli gizi pemberian Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi
bubur lunak. Hal ini sesuai dengan teori Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
menurut Wilkinson (2012) dan Sodikin Salemba Medika.
(2011) intervensi yang dilakukan adalah Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa
a) pantau tanda dan gejala infeksi Keperawatan: Aplikasi pada Praktik
(misalnya, suhu tubuh, denyut jantung, Klinis. Ed. 9. Jakarta: EGC.
drainase, penampilan luka, sekresi, Dewi, V. Nanny Lia. 2010. Asuhan
penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, Neonatus Bayi dan Anak Balita.
keletihan, dan malaise); b) kaji faktor Jakarta: Salemba Medika.
yang dapat meningkatkan kerentanan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.
terhadap infeksi (misalnya, usia lanjut, 2012. Profil Kesehatan Kabupaten
usia kurang dari 1 tahun, luluh imun, dan Sukoharjo Tahun 2012. Dinas
malnutrisi); c) pantau hasil laboratorium; Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.
d) amati penampilan praktik higiene Tidak dipublikasikan.
personal untuk perlindungan terhadap Doenges, M.E, Moorhouse, M.S, Geissler,
infeksi; e) instruksikan untuk menjaga A.C. 2000. Rencana Asuhan
higiene personal untuk melindungi tubuh Keperawatan Pedoman untuk
terhadap infeksi (misalnya, cuci tangan) Perencanaan dan Pendokumentasian.
f) berikan terapi antibiotik, bila Ed. 3. Jakarta: EGC.
diperlukan. Hidayat, A Aziz Alimul. 2006. Pengantar
Rencana asuhan keperawatan yang Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
disusun oleh penulis berdasarkan Salemba Medika.
masalah keperawatan yang muncul
sudah sesuai dengan teori menurut

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org


67
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2 No 1 - Januari 2015

Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar


Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Howidi et al. 2012. Burden of acute
gastroenteritis among children younger
than 5 years of age – a survey among
parents in the United Arab Emirates.
BMC Pediatrics. Issue 12 : 74. Diakses
pada tanggal 17 Juni 2014 pukul 09.10
WIB.
Kementrian Kesehatan. 2014. Perilaku
Mencuci Tangan Pakai Sabun di
Indonesai. www.depkes.go.id. Diakses
pada tanggal 17 Juni 2014 pukul 09.50
WIB.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar
Kebutuhan Dasar Manusia: Teori &
Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta, EGC.
NANDA. 2012. Diagnosa Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan
Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba
Medika
Perry, Ane Griffin & Patricia Ann Potter.
2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed. 4. Jakarta: EGC.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak:
Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
Suriadi & Rita Yuliani. 2010. Asuhan
Keperawatan pada Anak. Jakarta:
Sagung Seto.
Susilaningrum, Rekawati, dkk. 2013.
Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.
Ed. 2. Jakarta: Salemba Medika.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi. Ed. 3.
Jakarta: EGC.
Tjay, T. H. & Kirana Rahardja. 2007. Obat-
obat Penting. Ed. 6. Jakarta: Gramedia.
Wijayaningsih, Kartika sari. 2013. Asuhan
Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Wilkinson, Judith. M. 2012. Buku Saku
Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.
Ed. 9. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L., et al. 2009. Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Ed. 6. Vol. 1.
Jakarta: EGC.

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org


68

Anda mungkin juga menyukai