TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengenal alat-alat yang digunakan di
laboratorium kimia, mengetahui fungsi dan cara penggunaan alat dengan
benar,mengetahui perbedaan ketelitian alat-alat ukur,mengetahui cara pembuatan
larutan NaCl, mengamati tingkat ketelitian titrasi buret pada metode lambat maupun
metode cepat, mengetahui cara mengencerkan suatu larutan, mengetahui cara
melakukan titrasi,serta mengetahui cara mengenal gas dengan menggunakan kertas
lakmus.
2. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kaki tiga
Digunakan sebagai tungku, dimana atasnya terletak pada bahan-bahan yang
dipanaskan dan diantara ketiga kakinya terdapat tempat api untuk
pemanasan.(Day & Underwood , 1992).
2. Segitiga
Digunakan sebagai alat penopang pada bahan-bahan yang akan dipanaskan
diatas kaki tiga.(Day & Underwood , 1992).
3. Kasa
Digunakan sebagai alat perata panas, sehingga pemanasan zat-zat dalam wadah
akan menyeluruh. (Day & Underwood , 1992).
4. Gagap atau penjepit
Digunakan sebagai pembantu mengambil alat-alat yang sukar atau tidak boleh
diambil dengan tangan.(Day & Underwood , 1992).
5. Pemanas air
Digunakan unutk pemanas suatu zat dengan menggunakan uap air. (Day &
Underwood , 1992).
1
2
Pada alat-alat pengukur volume cairan, terdapat garis melingkar yang merupakan skala
ukur untuk mengukur volume zat cair. Meniskus adalahlengkungan permukaan zat
cairsebagai batas pembacaan. Pembacaan angka harus sejajar dengan meniskus
cekungnya, sehingga pembacaan yang dilakukan di atas ataupun di bawah meniskus
tidak benar. Kesalahan pembacaan alat ukur disebut dengan kesalahan paralaks
(Sudarmadji et al,1984). Yang termasuk alat pengukur adalah:
Gelas ukur : adalah alat untuk mengukur cairan secara tidak teliti dan dipakai dengan
dipegang menggunakan tangan, sementara ibu jari menunjuk batas volume yang
dikehendaki. Pembacaan batas cairan dengan mengangkat gelas setinggi pandangan
mata, sehingga cairan yang dituangkan meniskusnya mencapai tanda tera(Oxtoby et al,
2001).
Pipet
i. Pipet gondok
Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu dan dengan tepat.(Ebbing,
1987).
Labu takar, digunakan misalnya kalau kita telah menimbang sejumlah zat padat lalu
mau melarutkannya menjadi larutan dengan volume tertentu (jadi konsentrasi tertentu)
atau mau mengencerkan suatu larutan sehingga konsentrasi yang baru juga diketahui
dengan seteliti-telitinya (Day & Underwood, 1992).
Pengaduk : alat untuk mengaduk suatu larutan, memindahkan larutan dari bejana satu ke
bajana lain, serta membersihkan endapan pada dinding bejana.
Gelas arloji : alat ini digunakan untuk menutup bejana lain pada waktu pemanasan dan
sebagainya, untuk menguapkan suatu cairan (Day & Underwood, 1992).
Corong : alat untuk membantu memasukkan cairan ke botol yang bermulut kecil atau ke
dalam buret dan untuk menyaring endapan dengan kertas saring (Buchner
Funnel).(Sudarmadji et al,1984).
Alat-alat lain yang juga dibutuhkan dalam laboratorium antara lain botol semprot, gelas
arloji, penjepit, dan sentrifusa. Botol semprot merupakan alat untuk membersihkan
dinding bejana dari sisa endapan. Gelas arloji adalah untuk menutup benda lain pada
waktu pemanasan serta untuk menguapkan cairan. Penjepit adalah alat untuk
mengambil bahan atau zat yang tidak boleh diambil atau sukar diambil dengan tangan.
Sentrifusa adalah alat untuk mempercepat pemisahan endapan dari cairan induk (Day &
Underwood,1992).
4
Pengenceran adalah proses penambahan pelarut ke dalam suatu larutan atau zat yang
bertujuan untuk mengurangi konsentrasi suatu larutan. Semakin banyak terjadi
pengenceran, maka semakin kecil normalitas larutan tersebut. Pengenceran harus
dilakukan dengan hati-hati sedikit demi sedikit, sehingga dekat dengan tanda tera dalam
labu ukur. Jika penambahan air terlalu banyak akan menimbulkan kesalahan cukup
besar(Petrucci & Suminar, 1992).
Pembuatan larutan stadar dapat dilakukan dengan mengencerkan larutan yang sudah ada
sesuai dengan perhitungan berikut :
V1 . N1 = V2 . N2
Keterangan:
N1 = Normalitas asli
Karena tak terjadi reaksi kimia, mol atau milimol, zat terlarut dalam larutan asli
haruslah sama dengan mol atau milimol, dalam larutan akhir (Day & Underwood,
1992).
Proses penambahan titran dilakukan sampai mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen
yaitu titik dimana asam telah bereaksi sempurna.Titik ini biasanya ditandai dengan
perubahan warna indikator yang tajam, yang telah ditambahkan sebelumnya kedalam
larutan asam.Dalam titrasi asam-basa, indikator adalah zat yang memiliki perbedaan
warna yang mencolok dalam medium asam dan basa.Salah satu indikator yang umum
digunakan adalah fenolftalein, yang tidak berwarna dalam larutan asam dan netral, tapi
berwarna merah muda dalam larutan basa.Kesalahan pada titrasi yang menyebabkan
hasilnya tidak mutlak antara lain seperti; keterlambatan dalam penghentian titrasi,
kesalahan dalam membaca skala, pembakuan titran, dan lain-lain (Chang, 1991).
5
Kertas lakmus ada 2 macam, yaitu lakmus merah dan biru, kertas ini digunakan sebagai
indikator asam basa, dengan melihat perubahan warna yang terjadi. Kertas lakmus
merah akan menjadi biru jika larutan bersifat basa, sedangkan jika larutan bersifat asam,
maka lakmus merah tetap merah. Sedangkan lakmus biru akan menjadi merah jika
larutan bersifat asam, dan jika larutan bersifat basa maka warna akan tetap biru. Selain
sebagai indikator, kertas lakmus juga dapat digunakan untuk mengenali gas.Teknik
pengenalan gas dengan kertas lakmus terdapat pada pengenceran atau pencampuran 2
larutan atau lebih.Biasanya untuk mengetahui atau mengenali bahwa larutan yang telah
diencerkan tersebut bersifat basa atau asam dapat dilihat dengan indikator kertas
lakmus.Kertas lakmus merupakan suatu zat warna yang larut dalam air.Perubahan
warnanya berlangsung pada kisaran pH tertentu.Pada kondisi asam warnanya berubah
jadi merah dan pada kondisi basa berubah menjadi biru. Kertas lakmus ini tidak cocok
digunakan dalam proses titrasi karena lebarnya kisaran perubahan pH, tetapi digunakan
sebagai indikator kasar untuk menunjukkan keadaan asam atau basa baik yang
berbentuk larutan atau kertas lakmus (Daintith, 1999).
3. MATERI METODE
3.1.Materi
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi,Erlenmeyer, gelas ukur,
labutakar, pompapilleus, pipet gondok ,pipet volume, pipet tetes, buret, pengaduk, gelas
arlogi, penjepit, timbangan analitik, statif, klem, termometer, hot plate, stopwatch,
kertas lakmus, dan rak tabung reaksi.
3.1.2. Bahan
6
7
Pengenceran yang dilakukan harus sekali jadi sehingga harus dilakukan dengan hati-
hati dan sedikit demi sedikit.
V1 . N1 = V2 . N2
Keterangan:
N1 = Normalitas asli
3.2.5. Titrasi
Buret dicuci dengan cairan pencuci dan dibilas dengan larutan NaOH. Lalu diisi dengan
NaOH sebagai larutan standar dan dicatat skalanya. 10 ml H2SO4 hasil pengenceran
sebelumnyadiambil dengan pipet gondok dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu
ditambahkan 3 tetes indikator PP. Keran buret dibuka hingga menetes perlahan ke
dalam erlenmeyer yang digoyang-goyangkan. Keran dihentikan saat larutan berubah
warnanya menjadi merah sangat muda secara keseluruhan dan dicatat volume larutan
standar yang digunakan dengan melihat ketinggian cairan pada buret.
4. HASIL PENGAMATAN
4.1.Ketelitian Alat-Alat Ukur
Hasil pengamatan kloter Gdalam 6 kelompok terhadap ketelitian alat-alat ukur pada
gelas ukur, labu takar, dan erlenmeyer ditunjukkan pada tabel 1.
Padatabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa hasil pengamatan pada kelompok 1 tidak sama,
yaituvolume padaErlenmeyer tetap 100,sedangkan pada kelompok 2, 3, 4,5, dan 6
volume pada Erlenmeyer kurang dari 100.
9
Pada tabel 3, dapat dilihat bahwa titrasi buret dilakukan dengan dua metode, yaitu
lambat dan cepat. Pada semua kelompok hasilnyamenunjukkan perbedaan berupa
meniskus turun saat titrasi lambat dan meniskus tetap saat titrasi cepat.
4.4.Pengenceran
Hasil pengamatan kloter G dalam 6 kelompok terhadap pengenceran dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4. Pengenceran
Kelompok VolumeH2SO4 Konsentrasi Volume H2SO4 Konsentrasi akhir
awal (ml) awal akhir (ml) (N)
(N)
G.1 10 0,3 100 0,03
G.2 10 0,3 100 0,03
G.3 10 0,3 100 0,03
G.4 10 0,3 100 0,03
G.5 10 0,3 100 0,03
G.6 10 0,3 100 0,03
Pada tabel 4, dapat dilihat bahwa hasil pengenceran hingga 100ml dari suatu larutan
H2SO4dengan konsentrasi awal 0,3N dan volume awal 10 ml dapat menghasilkan
larutan H2SO4 dengan konsentrasi akhir 0,03N.
11
Pada setiap percobaan, volume NaOH masing-masing adalah 3,5ml, 3 ml, 3 ml, 2,8 ml,3
ml,dan 2,9ml.Dan normalitas pada masing-masing peran adalah 0,09 N, 0,1 N, 0,1N,
0,11N,0,1 N dan 0,1N.
Rata-rata normalitas pada percobaan ini adalah 0,1 N.
Pada tabel 6 tersebut hasil pengamatan pada sifat dan warna sama yaitu bersifat basa
dan berwarna biru,sedankang baunya berbeda-beda,pada kelompok 1,3 dan 5 baunya
menyengat,dan di kelompok 2,4 dan 6 baunya tanah basa.
13
5. PEMBAHASAN
5.1.Ketelitian Alat Ukur
Pada hasil percobaan, aquadestilata yang dimasukkan pada gelas ukur bervolume 100
ml berbeda hasilnya dengan dimasukkan pada labu takar dan erlenmenyer. Ketika
pemindahan aquadestilata dari gelas ukur ke labu takar terjadi pengurangan volume
sedangkan dari labu takar ke erlenmenyer terjadi penambahan volume. Perbedaan
volume ini terjadi karena adanya pemindahan aquadestilata pada tiga wadah yang
memiliki ketelitian yang berbeda. Labu takar memiliki ketelitian yang lebih besar dari
pada gelas ukur dan erlenmenyer karena labu takar mempunyai fungsi sebagai tempat
untuk pengenceran yang membutuhkan ketelitian yang tinggi. Pada gelas ukur
mempunyai skala yang lebih kecil dan mempunyai ketelitian yang rendah karena
merupakan alat ukur yang tidak mengukur dengan tepat. Sedangkan erlenmeyer
mempunyai skala besar karena erlenmeyer tidak digunakan untuk mengukur cairan
tetapi untuk mereaksikan cairan seperti titrasi, maka untuk mengukur cairan tidak dapat
secara tepat (Day & Underwood, 1992).
G1 dibutuhkan waktu 167 detik dan terbentuk meniskus tetap pendek, sedangkan pada
metode penurunan secara cepat selama 42 detik hasil meniskusnya panjang (naik). Saat
aquades dikeluarkan dengan perlahan, letak meniskusnya pendek (tetap), sebab
pengeluaran cairan secara lambat tidak akan meninggalkan adanya sisa cairan yang
menempel pada dinding buret. Sedangkan, pengeluaran secara cepat, meniskusnya
menjadipanjang karenacairan yang menempel pada dinding buret masih mengalir turun.
Sehingga titrasi secara metode lambat lebih efektif daripada metode cepat. Hal ini
sesuai dengan pernyataa Day & Underwood (1992).
5.4.Pengenceran
Percobaan ini bertujuan untuk membuat larutan standar dengan mengencerkan 10 ml
H2SO4 0,3 N, yangdiambil dengan menggunakan pipet volume, kemudian dimasukkan
ke dalam labu takar dan diencerkan dengan aquadeshingga 100 ml sampai tanda tera
dan menghasilkan konsentrasi H2SO4 akhir 0,03 N. Karena volume berubah, maka
konsentrasi juga berubah. Dengan demikian konsentrasi sesudah pengenceran lebih
kecil daripada konsentrasi sebelum pengenceran. Hal ini sesuai dengan penambahan zat
pelarut atau pengenceran akan memperkecil konsentrasi suatu larutan (Petrucci &
Suminar 1992).
5.5.Titrasi dengan Buret
Fumgsi indikator PP adalah indikator yang diteteskan pada larutan untuk dicari
konsentrasinya. Dari perubahan warnanya PP akan berubah menjadi warna merah saat
dicampur basa dan tetap bening saat dicampur dengan asam. PP berwarna merah muda
saat titrasi mencapai titik ekuivalen (Ebbing, 1987) dan bersifat netral (pH ±7).
Konsentrasi pada larutan standar NaOH dari kelompok 1 sampai 6 adalah 0,09 N, 0,1 N,
0,1N, 0,11N, 0,1 N dan 0,1N .
Hambatan sewaktu titrasi yaitu buretnya bocor, maka volume yang ada diburet menjadi
berkurang sehingga volume awal yang sebelumnya sudah diukur menjadi tidak
tepat.Dan ketika buret tidak berdiri tegak, sehingga ada kemungkinan dalam mengukur
meniskusnya menjadi salah karena permukaan meniskus cekung tidak pas dengan tanda
tera,sepert hasil pengamatan di kelompok 2 sampai 6.
15
6. KESIMPULAN
Alat-alat ukur pada laboratorium memiliki tingkat ketelitian yang berbeda sesuai
dengan fungsinya masing-masing.
Ketelitian dengan menggunakan labu takar lebih besar daripada menggunakan
erlenmeyer dan gelas ukur.
Semakin banyak massa NaCl yang dilarutkan maka warna larutan akan semakin
keruh.
Jika suatu larutan mengalami pengenceran, maka konsentrasi larutan itu
akanmenjadi lebih rendah dari semula.
Titrasi secara metode lambat lebih efektif daripada metode cepat karena tidak ada
sisa cairan yang menempel pada dinding buret.
Indikator PP adalah indikator yang digunakan dalam titrasi untuk mengetahui titik
ekuivalen dengan berubah warna menjadi merah muda
Gas amoniak (NH3) bersifat basa karena merubah kertas lakmus merah menjadi
biru.
Praktikan, Kelompok G6
14.I1.0176
17
7. DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. & A.L. Underwood. (1992). Analisa Kimia Kuantitatif edisi kelima.
Erlangga. Jakarta.
.
8. LAMPIRAN
8.1. Perhitungan
8.1.1. Perhitungan Pengenceran
Keterangan: V1 = Volume H2SO4 awal
V2 = Volume H2SO4 setelah diencerkan
N1 = Normalitas H2SO4 awal
N2 = Normalitas H2SO4 setelah pengenceran
Kelompok G.1 V1 . N1 = V2 . N2
10 . 0,3 = 100 . N2
N2 = 0,03 N
Kelompok G.2 V1 . N1 = V2 . N2
10 . 0,3 =0,03 . N2
N2 = 0,1 N
Kelompok G.3 V1 . N1 = V2 . N2
10 . 0,3 = 100 . N2
N2 = 0,03 N
Kelompok G.4 V1 . N1 = V2 . N2
10 . 0,3 = 100 . N2
N2 = 0,03 N
Kelompok G.5 V1 .N1 = V2 . N2
10 . 0,3 = 100 . N2
N2 = 0,03 N
Kelompok G.6 V1 . N1 =V2 . N2
10 . 0,3 = 100 . N2
N2 = 0,03 N
18
19