Anda di halaman 1dari 252

DAFTAR ISI

1. Daftar Isi ii
2. Sambutan Ketua Panitia iii
3. Kepanitiaan v
4. Materi pembicara vii
5. Susunan acara x1vii
6. Daftar artikel x1vii
7. Tim Publikasi Jurnal 205

ii
Sambutan Ketua Panitia

Perkembangan penggunaan terapi komplementer dan alternatif oleh masyarakat di


Indonesia mengalami peningkatan. Terapi komplementer dan alternatif berdasarkan hasil
Riskesdas Tahun 2013 menunjukkan proporsi rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan tradisional adalah 30,4% dengan jenis pelayanan yang paling banyak digunakan
adalah keterampilan tanpa alat sebesar 77,8% dan ramuan sebesar 49%. Kondisi ini
menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional mempunyai potensi yang cukup
besar untuk dikembangkan dan perlu mendapat perhatian yang serius dari sistem pelayanan
kesehatan untuk mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan nasional.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 48 menyatakan
bahwa salah satu dari 17 upaya kesehatan komprehensif adalah Pelayanan Kesehatan
Tradisional. Sementara itu, Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional.
Berdasarkan kedua hal tersebut, maka penggunaan pelayanan kesehatan tradisonal dalam hal
ini terapi komplementer dan alternatif dapat dilakukan di Indonesia sebagai bagian dari upaya
pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan dapat menggunakan terapi
komplementer dan alternatif sebagai salah satu tindakan dalam pemberian asuhan
keperawatan. UU Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan terutama Pasal 30 Ayat 2 sub
ayat menyebutkan “Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di
bidang upaya kesehatan masyarakat, Perawat berwenang melakukan penatalaksanaan
Keperawatan komplementer dan alternatif”. Hal ini perlu direspon oleh perawat komunitas
dalam menjalankan perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) untuk menggunakan terapi
komplementer dan alternatif dalam memberikan pelayanan pada masyarakat, baik pada
kunjungan rumah, asuhan keperawatan pada kelompok khusus, maupun asuhan keperawatan
pada masyarakat.

iii
Berdasarakan ulasan tersebut diatas, maka Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas
Indonesia (IPKKI) Propinsi Jawa Timur sebagai kelengkapan organisasi Persatuan perawat
Nasional Indonesia (PPNI) bermaksud mengadakan Seminar Nasional Keperawatan dengan
judul “Aplikasi Terapi Komplementer dan Alternatif dalam Keperawatan Komunitas”.
Kegiatan ini dilakukan dalam upaya mendukung Pencapaian Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga yang dilakukan oleh perawat komunitas melalui penggunaan
terapi komplementer dan alternatif sebagai salah satu tindakan keperawatan dalam pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.

Ketua Panitia

Ns. Tantut Susanto, S. Kep, M. Kep, Sp. Kom, Ph.D.

iv
SUSUNAN PANITIA
Pelindung : Ns. Awatiful Azza, M.Kep. Sp.Mat
(Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember)
Ns. Lantin Sulistyorini, S. Kep, M. Kes
(Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Jember)
Ns. Asrah Joyo Widono, S. Kep, M.Si.
(Ketua PPNI Kabupaten Jember)
Penanggung Jawab : DR. Ns. Siti Nur Kholifah, S. KM, M. Kep, Sp. Kom.
(Ketua IPKKI Provinsi Jawa Timur)
Ketua Panitia : Ns. Tantut Susanto, M. Kep, Sp. Kep. Kom, Ph. D
(Fakultas Keperawatan Universitas Jember)
Sekretaris I : Ns. Rismawan Adi Yunanto, M. Kep
(Fakultas Keperawatan Universitas Jember)
Sekretaris II : DR. Ns. Yessy Desi Arna, M. Kep, Sp. Kom
(Prodi D3 Keperawatan Poltekes Surabaya Kampus Sidoarjo)
Bendahara I : Ns. Latifa Aini S, M. Kep, Sp. Kom
(Fakultas Keperawatan Universitas Jember)
Bendahara II : Ns. Minarti, M. Kep, Sp. Kom
(Prodi D3 Keperawatan Poltekes Surabaya Kampus Sutopo)
SIE ACARA
Koordinator : Hanny Rasni, S. Kp, M. Kep
(Fakultas Keperawatan Universitas Jember)
Anggota : Ns. Sofia Rhosma Dewi, M. Kep
(FIKES Universitas Muhammadiyah Jember)
Ns. Elida Ulfiana, M. Kep
(Fakultas keperawatan Universitas Airlangga)
Ns. Dian Satya Rahmawati, M. Kep.
(STIKES Hang Tuah Surabaya)
SIE PUBLIKASI, DEKORASI, DAN DOKUMENTASI
Koordinator : Ns. Kholid Rosyidi MN, MNS
(Fakultas Keperawatan Universitas Jember)
Anggota : DR. Makfudli, M. Ked. Trop
(Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga)

SIE KESEKRETARIATAN
Koordinator : Ns. Trisna Vitalianti, M. Kep

v
(STIKES dr. Subandi Jember)
Anggota : Ns. Primasari Mahardika, M. Kep.
(Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang)
Ns. Suhartatik, S.Kep, M. Kes.
(Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur)
DR. Joni Haryanto, S. Kp., M. Si.
(Fakultas keperawatan Universitas Airlangga)
SIE HUMAS
Koordinator : Ns. Kushariyadi, M. Kep.
(Fakultas Keperawatan Universitas Jember)
Anggota : Ns. R. Endro Sulistyono, M. Kep
(Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang)
Ns. Syahroni Bachtiar, S. Kep
(Dinas Kesehatan Kabupaten Jember)
SIE KONSUMSI
Koordinator : Ns. Susi Wahyuning Asih. M. Kep
(FIKES Universitas Muhammadiyah Jember)
Anggota : Ns. Destia Widyarani, M.Kes
(AKPER Universitas Bondowoso)

SIE PERLENGKAPAN
Koordinator : Ns. Feri Eka Prasetya, M. Kep
(STIKES dr. Subandi Jember)
Anggota : Ns. Yoga, M. Kep, Sp. Kep. Kom
(STIKES Hang Tuah Surabaya)
Ns. Turwantoko, S. Kep
(Dinas Kesehatan Kabupaten Jember)

vi
Ns. Riyanto, M.Kep., Sp.Kom.
Ketua Umum IPKKI

Materi : a. Kebijakan Pelayanan Komplementer Dalam Keperawatan

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat
dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemeratan pelayanan kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat,
penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional. Pilar paradigma sehat
dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan
promotif, preventif dan pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan penguatan promotif dan preventif merupakan salah satu area dari
pelayanan kesehatan tradisional. Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 1 butir 16, pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau
perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun
temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat. Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Tradisional membagi pelayanan kesehatan tradisional menjadi
pelayanan kesehatan tradisional empiris dan komplementer berdasarkan tingkat pendidikan
dan cara pembuktiannya. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer ini dapat
diintegrasikan ke dalam pelayanan kesehatan konvensional, dan Integrasi pelayanan
kesehatan tradisional ini dapat dilakukan berdasarkan atas keputusan Menteri Kesehatan.

vii
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat melakukan upaya kesehatan perseorangan
atau upaya kesehatan masyarakat. Kewenangan perawat dalam menjalankan upaya kesehatan
masyarakat antara lain menjalankan pelayanan keperawatan komplementer.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298);
3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor .......);
4. Peraturan Pemerintah No 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 369);
5. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2012 Nomor 193)
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor ....... tahun ..... tentang Izin dan
penyelenggaraan praktik Perawat
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 908 Tahun 2010 tentang Pedoman
penyelenggaraan pelayanan keperawatan keluarga
C. Ruang Lingkup Pelayanan Keperawatan
Perawat profesional mempunyai sejarah panjang dalam memandang dan mengasuh
klien individu secara holistik. Perawat teregestrasi mengenali kebutuhan kultural,
psichososial, dan spiritual yang dapat berdampak pada praktik asuhan keperawatan,
pemilihan intervensi dan penanggulangan masalah pasien. Keterkaitan pelayanan holistik
dengan peran perawat adalah kemampuan mengkaji, mengintervensi dan mengevaluasi fungsi
preventif, supportif, dan restoratif aspek fisik, emosional, mental dan spiritual pasien.

viii
Hal yang esensial di tatanan pelayanan kesehatan adalah pemahaman pasien dan petugas
kesehatan antara pengobatan dan penyembuhan. Pengobatan melibatkan tindakan khusus
untuk mengeliminasi atau memodifikasi kondisi dan dapat menghasilkan penyembuhan.
Penyembuhan melibatkan partisipasi pasien dalam proses transformasi kondisi. Perawat
profesional meningkatkan berbagai pilihan terapi kepada pasien sebagai bagian dari
perencanaan asuhan yang komprehensif. Pasien biasanya mencari praktisi yang mau
mengikuti berbagai rencana penanggulangan masalah dengan mengkombinasikan terapi
konvensional, alternatif dan komplementer.

b. kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan Komplementer Dalam Keperawatan


Berbagai kebijakan pelayanan komplementer dalam keperawatan, perlu dijadikan
sebagai acuan dalam mengintegarasikan intervensi komplementer dalam pelayanan
keperawatan konvensional. Berikut berbagai kebijakan yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam mengembangkan pelayanan keperawatan.

A. UU Nomor : 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


Berbagai ketentuan dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang
dapat dijadikan sebagai acuan aspek legal dalam mengembangkan pelayanan
keperawatan antara lain :
Pasal 23 :
1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan.
2) Kewenangan untuk menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan sebagai mana ayat (1)
dilakukan sesuai bidang keahlian yg dimiliki
3) Dlm menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan, Tenaga Kesehatan wajib memiliki izin
dari pemerintah
4) Selama memberikan Pelayanan Kesehatan sebagaimana ayat (1) dilarang
mengutamakan kepentingan yang bernilai materi
5) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.
Selanjutnya dalam undang-undang kesehatan ini juga menyatakan bahwa pelayanan
kesehatan mencakup upaya kesehatan yang dapat berupa upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

ix
Bagian ke 4 : Peningkatan Kesehatan & Pencegahan Penyakit
1) Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan pemerintah,
Pemda dan atau masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan
penyuluhan, penyebarluasan informasi atau kegiatan lain untuk menunjang
tercapainya hidup sehat
2) Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan Pemerintah,
Pemda dan atau Masyarakat untuk menghindari atau mengurangi risiko, masalah, dan
dampak buruk akibat penyakit
Bagian ke 5 Undang-undang Kesehatan : Penyembuhan penyakit & Pemulihan
Kesehatan :
1) Penyembuhan penyakit dan Pemulihan Kesehatan diselenggarakan untuk
mengembalikan status kesehatan & fungsi tubuh akibat Penyakit &/atau akibat cacat
atau menghilangkan cacat
2) Penyembuhan penyakit dan Pemulihan Kesehatan dilakukan dengan pengendalian,
Pengobatan dan atau perawatan
3) Pengendalian, Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan
kemanfaatan dan keamanannya
4) Pemerintah dan Pemerintah daerah melakukan pembinaan & pengawasan terhadap
pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan atau berdasarkan cara lain yang dapat
dipertanggung jawabkan.
B. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan :
Pasal 1 : PENGERTIAN
1. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok,
atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
2. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di
dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
3. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik
sehat maupun sakit.
4. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam
bentuk Asuhan Keperawatan.

x
5. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan
lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien
dalam merawat dirinya.
6. Klien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang menggunakan
jasa Pelayanan Keperawatan.
Tugas Perawat :
1. pemberi Asuhan Keperawatan;
2. penyuluh dan konselor bagi Klien;
3. pengelola Pelayanan Keperawatan;
4. peneliti Keperawatan;
5. pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
6. pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
Pasal 30
(1) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang
upaya kesehatan perorangan, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
b. menetapkan diagnosis Keperawatan;
c. merencanakan tindakan Keperawatan;
d. melaksanakan tindakan Keperawatan
e. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
f. melakukan rujukan;
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;
h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;
i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep tenaga
medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.
(2) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang
upaya kesehatan masyarakat, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat keluarga dan
kelompok masyarakat;
b. menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat;
c. membantu penemuan kasus penyakit;
d. merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
e. melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
f. melakukan rujukan kasus;
g. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
h. melakukan pemberdayaan masyarakat;

xi
i. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
j. menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat.
k. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling;
l. mengelola kasus; dan
m. melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan alternatif

Berdasarkan ketentuan dalam kebijakan undang-undang kesehatan dan undang-undang


keperawatan tersebut berarti pelayanan keperawatan merupakan bagian integral (bagian yang
tidak dapat dipisahkan) dari pelayanan kesehatan yang mencakup upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan keperawatan dilakukan melalui asuhan keperawatan yang dapat dilakukan dan
dikembangkan berdasarkan ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan
keamanannya. Dalam undang undang tersebut juga memberikan kewenangan bagi perawat
untuk melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan alternative.
Berkaitan dengan kewenangan perawat melakukan intervensi komplementer dan
altrernatif tersebut diperkuat lagi dalam kebijakan Peraturan dan atau keputusan menteri
kesehatan yaitu pada :
C. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes. Ri.) Nomor
1076/Menkes/Sk/Vii/2003 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat dan
pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun temurun, dan/atau
pendidikan/pelatihan, dan diterapkan, sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
D. Permenkes Nomor : 1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pasal 1 ayat 1 :
Pengobatan komplementar-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang di tujukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan, dan efektititas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang
belum diterima dalam kedokteran konvensional

xii
Pasal 1 ayat 7
Sinergi pelayanan adalah penggabungan metode pengobatan non konvensional dengan
pengobatan konvensional yang akan memberikan manfaat/khasiat pengobatan yang lebih
baik dibandingkan dengan manfaat satu jenis pengobatan saja.
E. Permenkes. Nomor : Hk.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat Dan Perubahannya Nomor 17 Tahun 2013
Pasal 8
1) Praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama,
tingkat kedua, dan tingkat ketiga.
2) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
3) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
kegiatan:
a. pelaksanaan asuhan keperawatan;
b. pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, & pemberdayaan masyarakat; &
c. pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer.
4) Asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi pengkajian,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
5) Implementasi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi penerapan
perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan.
6) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi pelaksanaan
prosedur keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.
7) Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dapat memberikan obat bebas dan/atau obat bebas terbatas.
F. Keputusan Menteri Kesehatan Ri. Nomor 908/Menkes/Sk/Vii/2010 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Keluarga
 Pelayanan Keperawatan Keluarga (yanwatga) merupakan pelayanan holistik yang
menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan
anggota keluarga dalam proses keperawatan dengan memobilisasi sumber-sumber
pelayanan kesehatan yang tersedia di keluarga dan sumber-sumber dari profesi lain di
komunitas.
 Pelayanan keperawatan keluarga dapat diberikan di berbagai tatanan pelayanan seperti :
di rumah, rumah sakit, klinik, tempat praktik perawat, & unit pemulihan kesehatan

xiii
TUJUAN PELAYANAN KEPERAWATAN KELUARGA
 Keluarga mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan keluarga dan
menangani masalah kesehatannya
 Keluarga memperoleh pelayanan keperawatan sesuai kebutuhan.
 Keluarga mampu berfungsi optimal dalam memelihara hidup sehat anggota
keluarganya
Ruang Lingkup Pelayanan Keperawatan Keluarga (Kepmenkes.
908/Menkes/SK/VII/2010)
1. Promosi Kesehatan : dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat.
2. Pencegahan Penyakit : melalui kegiatan: imunisasi; pencegahan merokok; program
kebugaran fisik; screening dan follow up berbagai kasus seperti hipertensi; pencegahan
komplikasi DM; dan screening osteoporosis.
3. Intervensi Keperawatan untuk Proses Penyembuhan : melalui terapi modalitas dan
komplementer keperawatan, jenis terapi keperawatan antara lain: coaching, batuk
efektif, inhalasi sederhana, tehnik relaksasi, stimulasi kognitif, latihan rentang gerak
(ROM), perawatan luka, dan lain-lain. Terapi komplementer antara lain: pijat bayi,
herbal terapi, meditasi, dan lain-lain.
4. Pemulihan kesehatan untuk meningkatkan kemampuan klien di keluarga dapat berfungsi
secara optimal melalui berbagai terapi modalitas, dan terapi komplementer keperawatan
Berdasarkan kebijakan permenkes/ Kepmenkes tersebut menguatkan ketentuan bahwa
perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang dapat mengintegrasikan terapi/ intervensi
komplementer dalam pelayanan konventional keperawatan untuk memberikan pelayanan
kesehatan atau keperawatan secara holistik dan komprehensif.
Berikut berbagai pertimbangan yang perlu diwujudkan dalam menggunakan terapi alternatif
dan komplementer dalam praktik Keperawatan
1. Terapi alternatif dan komplementer dapat diintegrasikan dalam penanggulangan berbagai
kondisi
2. Perawat teregestrasi yang menggunakan terapi keperawatan holistik dapat
mendeskripsikan terapi alternatif dan komplementer.
3. Perawat teregestrasi harus memperoleh dan mempertahankan pendidikan dan
pengalaman klinik untuk mempertahankan kompetensi dalam melakukan terapi
komplementer dan alternatif

xiv
4. Perawat teregestrasi harus familier dengan peraturan atau ketentuan legal tentang praktik
perawat dan melakukan terapi alternatif dan komplementer sesuai dengan lingkup
praktiknya.
5. Perawat teregestrasi mempunyai tanggung jawab etik dan profesional untuk mendukung
pilihan individu terkait pelayanan kesehatan dan mendidik klien tentang berbagai pilihan
terapi beserta manfaat maupun resikonya.

Penutup

Pelayanan kesehatan tradisional, komplementer, dan alternatif yang dapat


dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamananannya merupakan pelayanan yang dapat
diintegrasikan pada pelayanan keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam rangka
mendukung berbagai kebijakan pelayanan komplementer dalam keperawatan dengan
mengintegrasikan berbagai metode intervensi/ terapi komplementer dalam pelayanan
keperawatan, maka perlu di kembangkan berbagai pedoman atau petunjuk tehnis yang dapat
dijadikan sebagai acuan dalam mengintegrasikannya dalam memberikan pelayanan
keperawatan yang aman, bermanfaat, dan bermutu serta melindungi baik masyarakat maupun
praktisinya.

xv
Widyatuti, S.Kp., M. Kep., Sp.Kom
Staf Pengajar Departemen Keperawatan Komunitas
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Materi: Akupresur Dalam Keperawatan

Pendahuluan
Tindakan terapi akupresur adalah salah satu bagian dari keperawatan komplementer/alternatif
kategori sistem pelayanan dan terapi energi (National Center for Complementary/Alternative
Medicine atau NCCAM dalam Snyder & Lindquis, 2010). Kategori lain termasuk ke dalam
terapi manipulatif (Smith, Duell, Martin, 2004); terapi sentuhan modalitas (Hitchcock,
Schubert, & Thomas, 1999); sistem pemeliharaan kesehatan: Traditional Chinese Medicine
(Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014). Tindakan akrupresur ini di Indonesia termasuk dalam
praktik pelayanan terapi komplementer dan alternatif (Permenkes RI No. 1109 tahun 2007
pasal 4).
Akupresur di adopsi dari pengobatan tradisional Cina (PTC) atau Traditional Chinese
Medicine dikenal dengan singkatan TCM (Snyder & Lindquis, 2006; Mantle & Tiran, 2009).
Pengobatan tradisonal cina ditemukan sejak sebelum 2696-2598 SM, dianggap sebagai
penemunya adalah Kaisar Kuning (Huang Ti). Yang diyakini banyak kalangan sebagai
penyusun buku pegangan pengobatan Nei ching Suwen atau Pengobatan Internal tubuh
Manusia (Vitahealth, 2006). Dapat dikatakan Akupresur telah ada sejak 5000 tahun yang
lampau (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).
Akupresur pada dasarnya menggunakan prinsip pemijatan pada titik tertentu pada tubuh.
Pemijatan tersebut bertujuan menstimulasi titik energi yang dikenal dengan titik-titik
akupunktur (Vitahealth, 2006). Akupresur menggunakan jari tangan atau alat (kayu, magnet)
berupa tekanan yang diberikan di titik tertentu permukaan kulit, sama dengan titik
akupunktur, bedanya alat yang digunakan yaitu jarum. Titik tersebut dimanipulasi dengan
tangan atau alat sebanyak hitungan tertentu sesuai kondisi klien dan tujuan yang diharapkan.
Titik saraf tubuh merupakan titik berat dari pengobatan akupunktur dan akupresur. Upaya
pemijatan tersebut bertujuan agar organ tubuh memperoleh Chi (energi) sehingga mencapai
keseimbangan tubuh (Vitahealth).

xvi
Keseimbangan tubuh yang dicapai oleh seseorang diharapkan dapat mempertahankan
kesehatan manusia. Tindakan akupresur sebagai salah satu bentuk terapi tradisional yang
murah, mudah, dan dapat dilakukan pengobatan sendiri (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI,
2000). Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang ada di masyarakat perlu mengetahui
dan mempelajari teknik terapi ini untuk membantu peningkatan kesehatan masyarakat untuk
dilaksanakan di pelayanan kesehatan rumah sakit, Puskemas ataupun dalam praktik mandiri.

Tinjauan Pustaka
Pengertian akupresur adalah cara pengobatan dengan memberikan rangsangan penekanan
(pemijatan) pada titik tertentu di tubuh yang disebut dengan titik akupunktur (Depkes dan
Kesejahteraan Sosial RI, 2000; Vitahealth, 2006). Titik tertentu tersebut berada di bagian
tubuh misalnya di kedua telapak tangan merupakan titik bagi jantung, paru, mata, kelenjar
tiroid, hati, pankreas dan sinus (Fengge, 2012). Akupunktur dilakukan dengan menggunakan
jarum di titik meridian sedangkan akupresur menggunakan penekanan dengan jari tangan
atau siku, lutut, atau kaki (Vitahealth, 2006).
Macam-macam akupresur selain yang dikenal telah dikembangkan di Cina adapula Shiatsu,
Jin Shin, Do-in, dan Tui-na (Vitahealth, 2006) Shiatsu merupakan penekanan 3-5 detik pada
titik tertentu dengan menggunakan jari secara berirama di seluruh meridian tubuh, ini adalah
akupresur versi Jepang. Jin Shin adalah suatu pola penekanan yang lembut dan
berkepanjangan pada titik-titik akupunktur yang penting pada meridian dan jalur yang dipilih
setiap titik ditekan 1-5 menit. Terapi ini dilakukan dalam keadaan meditasi untuk
menyeimbanngkan energi vital tubuh.
Do-in adalah bentuk pemijatan terhadap diri sendiri pada otot dan titik meridian, mencakup
gerakan, peregangan dan latihan pernafasan. Tui-na adalah versi Cina untuk pijat yang
merangasang titik akupresur dengan menggunakan ragam gerakan tangan (Vitahealth, 2006).
Sedangkan rangsangan yang menggunakan pemanasan dengan moxa (sejenis tumbuhan)
disebut dengan moksibusi (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).
Tujuan pemijatan akupresur adalah mengembalikan keseimbangan yang ada didalam tubuh,
dengan memberikan rangsangan agar aliran energi kehidupan dapat mengalir dengan lancar
Hasil pemijatan tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat berupa meningkatkan daya
tahan dan kekuatan tubuh, mencegah penyakit tertentu, mengatasi keluhan dan penyakit
ringan, memulihkan kondisi tubuh (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).

xvii
Cara kerja akupresur adalah merangsang kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri
sendiri, adapun terapis membantu memegang dan menekan berbagai titik tubuh untuk
merangsang energi dari tubuh sendiri, hasil rangsangan tersebut menyingkirkan sumbatan
energi dan rasa lelah (Vitahealth, 2006). Bila jalur energi tubuh terbuka dan aliran energi
tidak terhalang oleh ketegangan otot atau hambatan lainnya, maka energi tubuh menjadi
seimbang dan membawa pada kesehatan dan perasaan sejahtera (Vitahealth). Kondisi seperti
sangat sesuai dengan prinsip dalam keperawatan bahwa manusia dinyatakan sehat tidak
sekedar sehat fisik, dengan demikian pendekatan terapi tradisional sesuai dengan prisip
keperawatan yang memandang manusia secara holistik (Stanhope & Lancaster, 2004).
Prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko,
sosial dan spiritual) sejalan dengan berbagai bentuk terapi komplementer karena
menggunakan pendekatan holistik yang mempengaruhi secara menyeluruh; sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan spirit kedalam kesatuan
fungsi (Smith, Duell, Martin, 2004). Terminologi kesehatan holistik mengacu pada integrasi
secara menyeluruh dan mempengaruhi kesehatan, perilaku positif, memiliki tujuan hidup, dan
pengembangan spiritual (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).
Akupresur juga mengacu pada terminologi holistik karena setiap klien yang datang ke
pelayanan tersebut akan dilakukan pengkajian terkait dengan hal-hal yang mempengaruhi
kesehatannya. Intervensi ini dapat diberikan dalam kondisi sehat sehat ataupun sakit karena
tujuan intervensi adalah menyeimbangkan kesehatan tubuh. Umumnya terapi komplementer
dapat diterapkan dalam berbagai level pencegahan penyakit.
Akupresur dapat diberikan di semua tahap level pencegahan penyakit. Umumnya terapi
komplementer mengajarkan individu untuk mengubah perilaku seseorang untuk memperbaiki
respon fisik terhadap stress dan peningkatan tanda masalah fisik seperti kekakuan otot,
ketidaknyamanan pada perut, nyeri atau gangguan tidur (Potter, Perry, Stockert & Hall,
2013). Akupresur dalam pencegahan primer misalnya untuk meningkatkan nafsu makan pada
anak dengan diberikan pijat tuina, yang dapat dilakukan juga pada anak yang kurang berat
badan dan untuk memperbaiki tubuhnya paska sakit. Artinya akupresur dapat digunakan
untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit ataupun rehabilitasi. Akupresur ini karena
dapat diterapkan disemua level pencegahan artinya memenuhi prinsip komprehensif dalam
keperawatan (Potter, Perry, Stockert & Hall, 2013). Perawat yang dapat melakukan intervensi
ini, tentunya harus memiliki kemampuan yang terlatih.

xviii
Perkembangan intervensi keperawatan berdasarkan Nursing Intervention Classification
(NIC), terapi komplementer merupakan tindakan yang membutuhkan keahlian khusus
dikelompokkan dalam level edukasi perawat lanjut (Bulechek, Butcher, Dochterman, &
Cheryl, 2013). Sehingga perawat yang memberikan terapi komplementer membutuhkan
pendidikan khusus atau lanjutan. Intervensi akupresur termasuk dalam daftar intervensi
keperawatan di dalam NIC. Pearawat tentunya dalam intervensi akupresur tidak terlepas dari
proses keperawatan.
Langkah dalam proses terapi dalam akupresur sejalan dengan proses keperawatan yaitu
melalui tahapan pengkajian, diagnosis, menyusun rencana tindakan dilanjutkan dengan
pelaksanaan dan evaluasi. Seorang terapis akupresur akan melakukan pengkajian melalui
beberapa teknik misalnya wawancara terkait masalah (awal datang, penyebab, tindakan yang
telah dilaksanakan, jenis pengobatan yang diterima, pemeriksaan fisik tradisional dan
lainnya.
Perawat yang memberikan tindakan akupresur dapat membantu klien sebagai individu yang
ada di rumah, puskesmas, klinik, rumah sakit, atau mungkin di lapangan terbuka. Misalnya
anak yang pingsan saat upacara dapat diberikan bantuan untuk menyadarkannya. Hal ini
menunjukkan bahwa akupresur dapat dilakukan dimana saja. Namun untuk praktik
profesional perawat, tentunya membutuhkan tempat pelayanan yang memenuhi standar
praktik, di rumah saat melakukan kunjungan rumah ataupun ditempat pelayanan kesehatan
mandiri ataupun lainnya. Beberapa hal perlu dikuasai oleh seorang perawat sebelum
melakukan tindakan akupresur ini.
Akupresur karena dikembangkan dari Cina maka dikenal beberapa istilah berbahasa Cina.
misalnya tentang yin dan yang. Istilah ini perlu lebih dahulu dijelaskan agar lebih mudah
dipahami pembaca. Yin dan yang adalah dua aspek atau bagian yang saling mendasari, saling
mempengaruhi, tidak mutlak dan keduannya bertentangan tetapi membentuk suatu kesatuan
yang utuh dalam keseimbangan yang harmonis dan dinamis (Depkes dan Kesejahteraan
Sosial RI, 2000). Yin yang menyatakan semua hal di alam semesta memiliki sisi terang dan
gelap, mewakili semua unsur berlawanan; dingin dan panas, perlahan dan cepat, feminin dan
maskulin dst. Secara umum yang mewakili semua yang bergerak, menanjak, terang,
progresif, hiperaktif, sedangkan yin sesuatu yang statis, menurun, gelap, degeneratif,
hipoaktif (Vitahealth, 2006).
Istilah lain yang banyak digunakan dalam akupresur adalah meridian. Meridian adalah
jaringan jalan chi (energi) yang tersebar di dalam tubuh, dengan kata lain meridian adalah
jalur lintas energi dalam tubuh (Alamsyah, 2010). Ibarat lalu lintas, meridaian selain ada

xix
jalur, ada pula jalanan yang macet sebagaimana hambatan pada jalur pembuluh darah, ada
persimpangan ada awal perjalanan dana ada titik akhir perjalanan.
Titik meridian tubuh adalah titik-titik yang akan mendapatkan penekanan. Beda meridian
dengan jaringan tubuh lain seperti darah dan syaraf dapat dilihat oleh mata sedangkan
meridian tidak terlihat walaupun nyata. Jumlah titik meridian tubuh ada 12 utama atau umum
dan 2 meridian istimewa. Keduabelas meridian itu adalah meridian paru-paru, usus besar
(UB), lambung, limpa, jantung, usus kecil, kandung kemih, ginjal, selaput jantung, tiga
pemanas, kandung empedu, dan hati (Alamsyah, 2010; Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI,
2000). Sedangkan meridian istimewa adalah meridian konsepsi (ren) dan gubernur (tu).
Empatbelas titik meridian tersebut dapat dipelajari melalui pelatihan khusus melalu gambar
dan teknik menetukan titik meridian.
Meridian merupakan penghubung tersendiri. Menurut Alamsyah (2010) fungsi meridian
diantaranya adalah penghubung tubuh sebelah atas dan bawah, kanan dan kiri, organ dalam
dan permukaan, organ dalam dan alat gerak, organ dalam satu dengan lainnya, organ dalam
dan jaringan penunjang, jaringan penunjang satu dengan lainnya. Hubungan ini membentuk
satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bereaksi terhadap rangsangan dan melakukan
pertahanan tubuh. Penyakit dapat pula masuk melalui meridian sehingga dapat melakukan
rangsangan pada meridian tersebut untuk mengusir penyakit yang masuk. Untuk dapat
mendeteksi masalah yang dirasakan klien dibutuhkan kemampuan terapis dalam menggali
data dengan berbagai teknik mengkaji seperti halnya dalam keperawatan.
Teknik mendapatkan data sebelum melakukan akupresur hampir sama terhadap tindakan
pengkajian terapi tradisonal lainnya seperti: inspeksi melalui pengamatan kondisi terhadap
masalah yang dirasakan klien dan melalui observasi misalnya terhadap warna, bentuk,
gerakan, sesuatu yang didengar, ataupun tercium bau (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI,
2000). Contoh kasus pada klien dengan diabetes pada kaki dapat dilihat dari warna, bentuk
kemampuan berjalan ataupun bau tubunya akan menggambarkan unsur yin atau yang
dominan pada tubuhnya.
Teknik inpeksi ini bisa digunakan juga untuk mengetahui kondisi psikis seseorang. Misalnya
melalui sinar mata. Kondisi layu, pucat, dan lesu menunjukkan unsur yin, sedangkann cerah,
bergairah, tegang, pemarah menunjukkan unsur yang. Untuk warna wajah bila kehijauan
menunjukkan adanya masalah di organ hati, warna merah organ jantung, warna kuning organ
limpa, warna putih organ paru, dan warna hitam organ ginjal (Depkes dan Kesejahteraan
Sosial RI, 2000). Gerakan tubuh yang lambat pada klien umumnya gemuk menunjukkan
unsur yin sedangkan gerakan yang agresif biasanya kurus menunjukkan unsur yang. Warna

xx
lidah merah muda atau pucat, selaput tipis, putih menunjukkan unsur yin sedangkan merah
cerah atau merah tua, selaput kuning menunjukkan unsur yang.
Cara mendeteksi keluhan melalui pendengaran pada kedokteran Barat dikenal dengan sebutan
auskultasi. Pada pemeriksaan tradisional pendengaran mengandalkan telinga dengan cara
mendengar suara yang terdengar dari tubuh klien. Suara yang lemah menunjukkan unsur yin
sedangkan suara batuk, bersin ada suara nafas menunjukkan unsur yang (suara keras). Unsur
penghidu digunakan pula untuk memeriksa klien. Terciumnya bau lemah menunjukkan unsur
yin sedangkan tercium bau yang tajam dari keringat, urin, mulut dan telinga menunjukkan
unsur yang.
Teknik mengkaji secara tradisional lainnya adalah melakukan perabaan atau lebih dikenal
dengan palpasi. Mendeteksi 12 organ melalui perabaan menggunakan 3 jari pada titik nadi
(Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000). Organ-organ tersebut adalah paru-paru, usus
besar (UB), lambung, limpa, jantung, usus kecil, kandung kemih, ginjal, selaput jantung, tiga
pemanas, kandung empedu, dan hati. Keduabelas organ tersebut dapat sama dengan duabelas
titik utama meridian tubuh (Alamsyah, 2010).
Teknik wawancara juga digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mendapatkan data
yang holistik. Diantara wawancara yang dilakukan terhadap keluhan, riwayat, keadaan
lingkungan, kebiasaan makan, obat, BAK dan BAB, kehamilan, haid, imunisasi, riwayat
orangtua (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000). Langkah yang dilakukan ahli
akupresur adalah Teknik wawancara memerlukan ketrampilan komunikasi yang baik, seperti
sikap yang ramah, sopan, memperhatikan kebutuhan klien, privacy dan tidak perlu terlalu
panjang serta hindari pertanyaan berulang-ulang.
Hasil pengkajian selanjutnya dianalisis seperti dalam proses keperawatan untuk menentukan
diagnosis. Dasar dari diagnosis dalam akupresur adalah ketidak seimbangan yin dan yang.
Diagnosis kerja pada akupresur didasarkan dari keluhan utama, keluhan tambahan, letak
kelainan, sifat kelainan atau keluahan dan penyebab penyakit. Keluhan utama adalah alasan
yang mendorong seseorang untuk berobat berdasarkan keluhan yang di alami klien seperti
panas, demam, sakit kepala, nyeri ulu hati, sesak nafas, nafas berbunyi, sakit pinggang, mual,
sakit leher, dan nyeri sendi (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000). Letak kelainan
tubuh bagaian luar adalah meridian, dibagian dalam tubuh adalah organ. Sifat kelainan
apabila enak ditekan bersifat yin dan apabila nyeri bersifat yang. Sedangkan penyebab
penyakit dari luar, dari dalam atau golongan III (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI).
Contoh diagnosis sakit kepala sebelah kiri karena gangguan meridian kandung empedu,
bersifat yang disebabkan penyakit luar (PPL). Diagnosis ini sejalan dengan diagnosis

xxi
keperawatan yang lebih menekankan pada kebutuhan dasar manusia dibandingkan dengan
diagnosis kedokteran Barat. Penjelasan tentang penyebab penyakit terdiri dari tiga macam
yaitu penyebab penyakit luar (PPL), penyebab penyakit dalam (PPD) dan penyebab penyakit
golongan III (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).
Penyebab penyakit luar (PPL) adalah hawa udara seperti angin, dingin, panas, lembab, kering
dan api (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000). PPL ini masuk kedalam tubuh melalui
meridian. Angin (yang) dianggap sebagai pemimpin PPL karena membawa dingin, panas,
lembab, kering dan api. Adapun gejala yang muncul adalah mendadak keluar keringat, takut
dingin, pusing berputar-putar, sakit berpindah-pindah, gemetar dan kejang. Dingin (yin)
meyebabkan mengerutkan pembuluh darah dan meridian sehingga energi kehidupan
terhambat sehingga menimbulkan rasa nyeri dan berdenyut. Gejala yang muncul: demam,
takut dingin, panas tidak berkeringat, nyeri kepala, nyeri seluruh tubuh sedangkan serangan
pada meridian otot menjadi kaku atau kejang, otot dan tulang nyeri adapun serangan pada
organ sperti muntah, diare, usus berbunyi, nyeri daerah perut, banyak buang air kecil.
PPL lainnya adalah panas (yang), sering menyerang tiba-tiba pada waktu sedang bekerja atau
bekerja dibawah sinar matahari. Gejala yang timbul seperti banyak keringat, dapat hilang
kesadaran, susah buang air besar, bangan air kecil sedikit, haus ingin minum, mengigau atau
gelisah. Lembab (yin) biasanya meneyerang pada musim pancaroba. Gejala yang timbul
perasaan badan berat, lesu lelah dan malas, rasa kepala berat, perut kembung, tidak nafsu
makan, mual muntah, banyak reak reak dan udema. Penyebab kering (yang) menimbulkan
gejala kekurangan cairan, mulut dan bibir kering, nyeri tenggorokan, kelainan pada fungsi
hidung, sudah buang aor besar dan nyeri iga. Sedangkan penyebab Api (yang) karena terllau
panas atau kering menimbulkan gejala perdarahan dan kejang (Depkes dan Kesejahteraan
Sosial RI, 2000).
Penyebab penyakit dalam (PPD) adalah keadaan emosi seseorang yang menyebabkan
timbulnya keluhan atau penyakit misalnya emosi gembira, marah, rindu, kuatir, sedih, takut,
terkejut (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000). Penyebab penyakit golongan III adalah
kebiasaan hidup yang salah, adaptasi yang tidak tepat, kondisi lingkungan tidak baik dan
kecelakaan (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI). Kebiasaan hidup misalnya terkait tidur dan
bangun, kerja dan istirahat, makan minum, buang air, berpakaian, olahraga (Depkes dan
Kesejahteraan Sosial RI).
Konsep penyebab penyakit ini sesuai dengan pandangan keperawatan, karena untuk sehat
memandang manusia perlu memperhatikan kebutuhannya holistik (bio, psiko, sosial) dan
komprehensif (berdasarkan level pencegahan primer, sekunder dan tersier). Dengan menggali

xxii
penyebab atau sumber masalah maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan berdasarkan
pengkajian yang tepat akan menentukan pilihan tindakan yang sesuai dengan kebutuhan
klien. Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung oleh berbagai kemampuan
perawat dalam mengusai berbagai bentuk terapi keperawatan (Widyatuti, 2008). Aplikasi
terapi komplementer tersebut yang dapat dilakukan oleh perawat salah satu pilihannya adalah
tindakan akupresur.
Pelaksanaan tindakan akupresur oleh perawat setelah di diagnosis keperawatan maka hal
yang perlu diperhatikan adalah kondisi klien, kondisi ruangan, posisi yang akan dilakukan
pada klien ataupun terapis juga kebutuhan alat. Kondisi klien yang perlu diperhatikan
misalnya keadaan terlalu lapar atau kenyang, emosi, hamil (beberapa yang tidak boleh titik
yin kaki, bawah pusar, usus besar 4), pada kondisi sangat lemah dapat diberikan titik untuk
penguat dan tidak dalam jumlah banyak). Kondisi ruangan yang perlu disiapkan adalah tidak
terlalu panas atau dingin, udara lancar dan segar (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000).
Suasana yang sehat dan nyaman diharapkan dapat mendukung proses terapi.
Posisi klien saat diberikan terapi dapat duduk ataupun berbaring. Upayakan suasana santai
dan nyaman untuk bergerak saat melakukan akupresur (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI,
2000). Posisi terapis perhatikan agar mudah bergerak saat melakukan tindakan, pertahankan
body aligment yang sempurna namun tetap mempertahankan suasana yang santai sehingga
menumbuhkan rasa tenang guna meningkatkan kesembuhan klien. Apabila ragu-ragu
melakukan terapi sebaiknya di rujuk pada ahli yang lebih kompeten.
Alat terapi akupresur seperti jari tangan (jempol, telunjuk, lainnya), siku, telapak tangan,
pangkal telapak tangan, kepalan tangan ataupun menggunakan alat bantu (kayu, atau bahan
tumpul: magnet, plastik, batu dll). Ukuran menentukan titik pijatan adalah cun. Misalnya 1
cun, 2 cun dan seterusnya di setiap titik akupresur (lihat gambar di bawah).

xxiii
Titik Li 4

Contoh pijatan akupresur (sumber: pribadi) gambar titik meridian tubuh

Cara memijat akupresur dengan ditekan, diputar atau di urut sepanjang meridian tubuh (untuk
bayi dibawah 1 tahun sebaiknya dilakukan pengobatan dengan mengelus perjalanan meridian,
tidak dipijat). Pijatan dimulai saat menemukan titik pijatan yang tepat yaitu ada reaksi
berupa rasa nyeri atau pegal (Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000). Dibutuhkan
kecermatan untuk memberikan rekasi penguatan (yang) atau melemahkan (yin). Pijatan yang
menguatkan (yang) lakukan selama 30X tekanan atau putaran sedangkan untuk memberi
reaksi melemahkan (yin) dilakukan lebih dari 40X. Sedangkan arah penekanan yang

xxiv
bertujuan menguatkan dengan mengikuti arah putaran jarum jam bila sebaliknya akan
melemahkan (yin).
Pijatan yang telah dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien tidak semua dapat dirasakan
langsung manfaatnya, dibutuhkan waktu dan tindakan berulang setelah akupresur pertama.
Berdasarkan hasil tindakan selama tiga tahun melakukan terapi akupresur, setelah 30-60
menit lebih dari setengah klien merasakan badan lebih segar, keluhan berkurang. Untuk klien
dengan tekanan darah tinggi rata-rata tekanan darah menurun antara 5-20 mmHg. Didapatkan
hasil yang lebih baik apabila tindakan akupresur di kombinasikan, misalnya dengan relaksasi,
evidence base yang diperoleh dari 2 klien dengan tekanan darah 240/120 dan 220/120 mmHg
keduanya turun menjadi 180/110 setelah mendapatkan terapi relaksasi 15 menit dan
akupresur 15 menit selain itu menurut klien pusing dan berat di daerah kepala langsung
berkurang banyak.
Kasus di atas tidak dapat disamakan untuk setiap masalah. Apabila kondisi cukup berat, maka
tindakan perlu diulang sampai 12 kali dengan jarak tercepat 2X seminggu sampai 1 kali 1
minggu sekali. Akan lebih baik lagi apabila terapi dikombinasi sesuai masalah yang
dirasakan dengan terapi lain. Apabila klien hanya ingin kombinasi dengan terapi tradisional
juga maka yang bersangkutan memilih alternatif sebagai penyelesaian masalahnya. Apabila
klien memilih kombinasi terapi tradisonal akupresur dengan terapi kedokteran Barat disebut
dengan menggunakan terapi komplementer (Andrews dkk, 1999). Hal tersebut sepenuhnya
menjadi hak klien, namun sebagai perawat perlu memberikan pertimbangan sesuai dengan
berat atau ringannya masalah karena hak klien mendapatkan informasi yang sesuai sebelum
mendapatkan pelayanan.

Penutup
Akupresur adalah salah satu dari banyak terapi keperawatan yang telah terbukti khasiatnya
karena telah lama digunakan sebelum munculnya akupunktur atau terapi lainnya di negeri
Cina. Perawat dapat memberikan terapi ini karena manfaat yang dirasakan dan sangat sedikit
efeknya. Perawat perlu mengetahui dan mempelajari beberapa teknik terapi tradisional yang
dapat dipertanggung jawabkan tindakannya, apabila diperlukan dapat memberikan tindakan
tersebut untuk membantu mengurangi masalah klien, minimal memberikan rasa nyaman dan
meningkatkan efektifitas kesembuhan.
Langkah-langkah melakukan tindakan akupresur sejalan dengan keyakinan teori dan konsep
keperawatan. Seperti konsep holistik dan kompreshensif serta melalui teori proses
keperawatan yaitu melalui berbagai teknik megkaji, dianalisis untuk menentukan diagnosis

xxv
dan pelaksanaan serta dilakukan evaluasi untuk tindak lanjut. Sehingga akupresur dapat
diberikan pada klien karena dapat dipertanggung jawabkan tindakannya, namun karena reaksi
setiap orang tidak sama, maka penelitian perlu di lakukan agar terapi ini dapat diberikan
dengan lebih baik lagi sesuai dengan perkembangan ilmu.

Daftar Pustaka
Alamsyah, I. (2010). Cara lebih mudah menemukan titik terapi: acupoint. Depok:
AsmaNadia Publishing House.

Andrews, M, Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. Editor. (1999).
Nurse’s handbook of alternative and complementary therapies.

Bulechek G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.C & Cheryl M.W. Editors. (2013). Nursing
intervention classification (NIC). 6th edition. USA: Elsevier.
Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI. (2000). Pedoman Praktis akupresur. Edisi 1, cetakan 4.

Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan Khusus. Jakarta

Hitchcock, J.E, Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing: caring in
action. USA: Delmar Publisher

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1109/2007 tentang Praktek


Pengobatan Komplementer dan Alternatif di Pelayanan Kesehatan Formal

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010


tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat

Potter, P.A, Perry A.G., Stockert, P. A., & Hall, A.M. (2013) Fundamental of nursing. 8th
edition vol 55. St. Louis: Elsevier-Mosby.

Smith, S.F, Duell, D.J., Martin,B.C. (2004). Clinical nursing skills: basic to advanced skills.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Snyder, M & Lindqiust, R.editors. (2006). Complementary/alternative therapies in nursing.


5th ed. New York: Springer Publishing Company, Inc.

Snyder, M. & Lindquist, R. Editors. Complementary and alternative therapies in nursing.


New York: Springer Publishing Company. 2010.

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2014). Community & public health nursing. Edisi 8. St. Louis:
Mosby Inc.

Vitahealth. 2006. Seluk beluk: pengobatan alternatif dan komplementer. Jakarta: BIP
Kelompok Gramedia.

Widyatuti. (2008). Terapi komplementer dalam keperawatan. Jurnal keperawatan Indonesia


Volume 12 No. 1. 2008.

xxvi
Ns. Tantut Susanto, M.Kep., Sp.Kep.Kom., Ph.D
Departemen Keperawatan Komunitas, Keluarga, dan Gerontik
Fakultas Keperawatan, Universitas Jember
E-mail: tantut_s.psik@uenj.ac.id

Materi: Complementary/Alternative Therapies Nurses Care: A Lesson Study in Japan

Pokok Bahasan Materi

1. Konsep Complementary/Alternative Medicine (CAM)


2. Complementary/Alternative Medicine (CAM) pada praktik keperawatan
3. Perkembangan Complementary/Alternative Medicine (CAM) pada layanan keperawatan di
Jepang
4. Bentuk pelayanan home visit dengan Complementary/Alternative Medicine (CAM) di Jepang
5. Pilihan aplikasi Complementary/Alternative Medicine (CAM) di Indonesia

A. Pendahuluan
Perkembangan penggunaan terapi komplementer dan alternatif olen masyarakat di Indonesia
mengalami peningkatan. Terapi komplementer dan alternatif berdasarkan hasil Riskesdas Tahun
2013 menunjukkan proporsi rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional
adalah 30,4% dengan jenis pelayanan yang paling banyak digunakan adalah keterampilan tanpa
alat sebesar 77,8% dan ramuan sebesar 49% (Ministry of Health Indonesia, 2013). Kondisi ini
menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional mempunyai potensi yang cukup besar
untuk dikembangkan dan perlu mendapat perhatian yang serius dari sistem pelayanan kesehatan
untuk mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan nasional.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 48 menyatakan bahwa
salah satu dari 17 upaya kesehatan komprehensif adalah Pelayanan Kesehatan Tradisional
(Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2009). Sementara itu, Peraturan Pemerintah
Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional mengatur tentang
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
RI, 2014a). Berdasarkan kedua hal tersebut, maka penggunaan pelayanan kesehatan tradisonal
dalam hal ini terapi komplementer dan alternatif dapat dilakukan di Indonesia sebagai bagian dari
upaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan dapat menggunakan terapi
komplementer dan alternatif sebagai salah satu tindakan dalam pemberian asuhan keperawatan.
UU Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan terutama Pasal 30 Ayat 2 sub ayat menyebutkan
―Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan
masyarakat, Perawat berwenang melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan

xxvii
alternatif‖ (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2014b). Hal ini perlu direspon oleh
perawat komunitas dalam menjalankan perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) untuk
menggunakan terapi komplementer dan alternatif dalam memberikan pelayanan pada masyarakat,
baik pada kunjungan rumah, asuhan keperawatan pada kelompok khusus, maupun asuhan
keperawatan pada masyarakat.

B. Konsep Complementary/Alternative Medicine (CAM)


Apa itu Complementary and alternative medicine (CAM). CAM merupakan keberagaman
dari kelompok sistem perawatan medis dan kesehatan, praktik, dan produk yang saat ini tidak
dianggap sebagai bagian dari pengobatan konvensional (NCCAM, 2012, p. 1; (Lindquist, Snyder,
& Tracy, 2014). CAM didefinisikan sebagai pendekatan perawatan kesehatan yang dalam
penggunaannya berdasarkan dari luar obat yang telah ditentukan (mainstream)." Berbagai bentuk
CAM telah banyak dilakukan dan dilaporkan dalam berbagai studi. Walaupun dalam penggunaan
CAM mengalami penurunan, sering dengan munculnya antibiotik pada awal 1900-an dan
kemudian kembali populer pada tahun 1970an. WHO telah mencatat bahwa berbagai bentuk
CAM telah berfungsi sebagai praktik kesehatan utama di negara-negara berkembang selama
bertahun-tahun dan berkembang di seluruh dunia dan di negara-negara yang menggunakan obat-
obatan konvensional lebih dominan (Kramlich, 2014).
Walaupun The National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM)
umumnya menerapkan pendekatan kesehatan pelengkap sebagai sebutan istilah untuk spektrum
praktik yang luas dari CAM, tetapi dalam pelaksanaan terdapat perbedaan dalam berbagai
pendekatan (Kramlich, 2014), sebagai berikut:
 Komplementer: penggunaan pendekatan non mainstream bersama dengan obat-obatan
konvensional
 Alternatif: penggunaan pendekatan non mainstream sebagai ganti obat konvensional
 Tradisional: sistem penyembuhan budaya yang telah berlangsung selama ribuan tahun
 Integratif: integrasi praktik non mainstream ke dalam perawatan medis konvensional dan
promosi kesehatan

xxviii
Tabel 1. NCCAM Classification for Complementary Therapies and Examples of Therapies

Classification Definition Examples

Natural Therapies use substances found Herbal medicine (botanicals), vitamins,


Products in nature minerals, dietary supplements, probiotics

Mind–Body Interventions use a variety of imagery, meditation, yoga, music therapy,


Therapies techniques to enhance the mind’s prayer, journaling, biofeedback, humor,
ability to affect body functions Tai Chi, art therapy, acupuncture
and symptoms
Manipulative Therapies are based on chiropractic medicine, massage, bodywork
and Body- manipulation or movement of such as rolfing
Based one or more parts
Therapies of the body
Energy Therapies focus on the use of healing touch, therapeutic touch, Reiki,
Therapies* energy fields such as magnetic external Qi gong, magnets
and bio-fields that are believed to
surround and permeate the body.
Systems of Whole systems of care are built traditional Chinese medicine,
Care* on theory and practice and often Ayurvedic, naturopathy, and homeopathy.
evolved apart from and earlier
than Western medicine. Each has
its own therapies and practices.
Traditional Healers use methods from Native American healer or shaman
Healers* indigenous theories, beliefs, and
experiences
handed down from one
generation to the next
*Categorized by the NCCAM as Other Practices and not as a distinct category. Source: NCAAM
(2012); (Lindquist et al., 2014).

Kenapa complementary and alternative medicine (CAM) sangat diminati oleh konsumen? Beberapa
faktor yang memungkinkan adalah (Suzuki, 2004):

 CAM sangat mudah untuk dimengerti dan dikenali


 CAM merupakan non-invasive dengan sedikit efek samping
 CAM membantu meningkatkan kualitas hidup (QOL) atau aktivitas sehari-hari (ADL)
 CAM membantu mempertahankan kesehatan sendiri secara pribadi
 Pengobatan modern Barat tidak seluruhnya memberikan respon sesuai kebutuhan pasien
 Tren perkembangan pendekatan pengobatan yang leih holistic
 Biaya pengobatan yang semakin meningkat

xxix
Domain kajian CAM harus dipelajari menggunakan metode penelitian ilmiah berdasarkan
perkembangan riset kedokteran barat modern. Walaupun, prosedur verifikasi untuk CAM agak
berbeda dari pengobatan modern Barat. Gambar 1. menunjukkan diagram alur dari metode ilmiah
dalam studi CAM di Jepang (Suzuki, 2004). Secara umum, CAM sudah banyak digunakan tetapi
tanpa dukungan ilmiah dari hasil pembuktian riset. Oleh karena itu, langkah pertama penelitian CAM
harus difokuskan pada uji klinis untuk memastikan keampuhan dan kegunaan dari terapi CAM
tersebut. Apabila hasil uji klinis yang diinginkan, maka penelitian fundamental untuk
mengidentifikasi dan menjelaskan tindakan substansi akan sangat diperlukan. Penggunaan CAM
biasanya dilakukan atas inisiatif dan biaya sendiri dari pengguna, tetapi sebaiknya mungkin bisa
mendapatkan persetujuan dari pemerintah, sehingga urutan langkah tersebut sedikit berbeda dan
terbalik seperti pada pengobatan barat modern. Di lain sisi, hasil penelitian CAM untuk dunia
kedokteran dan kesehatan menemukan metode medis baru yang memiliki kepraktisan tinggi dengan
kinerja biaya tinggi dan keamanannya. Selanjutnya, dari sudut pandang kedokteran dasar, CAM
menawarkan peluang tak terduga untuk menemukan substansi baru atau mekanisme baru dari suatu
terapi (Suzuki & Kyo, http://www.med.kanazawa-u.ac.jp/EN/lab/dep5-02.html) .

Gambar 1. Diagram alur dari metode ilmiah dalam studi CAM di Jepang (Suzuki, 2004)

C. Complementary/Alternative Medicine (CAM) pada praktik keperawatan


Penggunaan CAM dalam praktik dan produknya yang saat ini tidak dianggap sebagai bagian dari
pengobatan konvensional, telah meningkat penggunaannya di seluruh dunia dalam beberapa tahun
terakhir. CAM telah digunakan diberbagai populasi di Amerika Serikat (53-62%), negara-negara
Eropa (20–50%), dan Australia (52%) (Takata, Kuramoto, Imamura, Kishida, & Yasui, 2013). Di
Amerika Serikat, penggunaan modalitas CAM seperti akupunktur, pijat, meditasi dan yoga meningkat
antara tahun 2002 dan 2007 (Yamashita, Tsukayama, & Sugishita, 2002). Di Jepang, minat dan

xxx
permintaan untuk CAM juga meningkat pesat. Penggunaan CAM dalam populasi umum telah
dilaporkan setinggi 76% (Yamashita et al., 2002). Hasil studi di Jepang melaporkan bahwa 50%
pasien menggunakan atau telah menggunakan setidaknya satu terapi CAM dalam 12 bulan terakhir
(Hori, Mihaylov, Vasconcelos, & Mccoubrie, 2008). Alasan yang mendasari dalam peningkatan
penggunaan CAM berhubungan dengan perubahan dalam proporsi penyakit, seperti peningkatan
penyakit kronis, penyakit psikologis, malignansi, dan penyakit yang tidak dapat dijelaskan (Takata et
al., 2013).
Peningkatan penggunaan CAM di pelayanan kesehatan mendorong dokter dan perawat untuk
memiliki pengetahuan tentang CAM dan memberikan informasi dasar dan akurat pada modalitas
CAM untuk pasien, karena banyak pasien meminta informasi tentang CAM dari dokter dan perawat
(Takata et al., 2013). Selain itu, CAM telah digunakan di kalangan profesional kesehatan. Karena
kebutuhan akan pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan CAM oleh dokter dan perawat
telah meningkat, pendidikan CAM untuk mahasiswa kedokteran dan keperawatan merupakan
kebutuhan penting yang dapat dilakukan dalam kurikulum pendidikan keperawatan dan kedokteran
(Takata et al., 2013).
Hasil penelitian mengenai pengetahuan dan sikap mahasiswa kesehatan dalam penggunaan CAM
di Jepang menunjukkan pengetahuan tentang CAM berbeda tergantung pada terapi CAM yang
dilakukan oleh mahasiswa (Takata et al., 2013). Mahasiswa keperawatan memiliki tingkat minat yang
tinggi dalam pijatan, aroma terapi, yoga, dan chiropractic. Mahasiswa keperawatan cenderung
memiliki sikap positif dan menguntungkan terhadap CAM dibandingkan dengan kelompok lain dari
mahasiswa profesi kesehatan lainnya. Apabila mahasiswa keperawatan menerima informasi tentang
CAM dalam kurikulum, maka akan dapat menggunakan CAM dalam perawatan klinis dan dengan
demikian berkontribusi pada akumulasi bukti tentang manfaat CAM serta peningkatan kualitas
layanan kesehatan.
Sementara itu, studi lainnya mengidentifikasi mengenai pengatahuan, sikap, dan kemampuan
perawat dalam mengkomunikasikan risiko dan manfaat CAM (Chang & Chang, 2015). Hasil studi
menunjukkan bahwa 53,7% perawat melakukan pengobatan komplementer dan alternatif dalam
praktek klinis. Sebesar 66,4% perawat memiliki sikap positif terhadap pengobatan komplementer dan
alternatif, tetapi 77,4% tidak memiliki pemahaman secara komprehensif tentang risiko dan manfaat
terkait penggunaan CAM. Selain itu, 47,3–67,7% perawat merasa tidak nyaman mendiskusikan terapi
pengobatan komplementer dan alternatif dengan pasien. Hal ini diakibatkan karena kurangnya
pengetahuan tentang pengobatan komplementer dan alternatif pada perawat sehingga berakibat pada
aplikasi penggunaan CAM pada parktik keperawatan.
Beberapa tren dan isue penting terkait dengan penggunaan CAM dalam praktik keperawatan
(Chang & Chang, 2015), adalah:
1. Mengapa CAM penting di Keperawatan?

xxxi
• CAM secara luas dipraktekkan; namun, sedikit yang diketahui tentang keahlian perawat
atau sikap perawat terhadap prosedur CAM.
• Interaksi antara obat-obatan konvensional dan obat-obatan alternatif dapat meningkatkan
risiko kesehatan yang dihadapi pasien dan dapat menyebabkan konsekuensi klinis yang
serius.
2. Apa temuan kunci?
• Banyak perawat merekomendasikan CAM dan terapi dan obat-obatan untuk pasien,
meskipun kurangnya pendidikan formal atau pelatihan di bidang CAM.
• Kurangnya pengetahuan terkait dengan CAM mengakibatkan kemampuan perawat untuk
mengomunikasikan risiko dan manfaat terapi CAM pada pasien. Situasi ini menjadi
penghalang untuk integrasi yang aman dari terapi CAMterapi sebagai paradigma
konvensional pengobatan.
3. Apa yang sebaiknya dilakukan?
• Program pendidikan untuk mendidik perawat tentang CAM bisa membantu para
profesional perawatan kesehatan untuk mengomunikasikan risiko dan manfaat terapi
CAM untuk pasien yang lebih efektif.
• Perawat perlu memahami prinsip dasar CAM terkait proses dan pengaruhnya terhadap
prognosis pasien. Perawat kemudian dapat mengakses sumber daya terbaru
untukmemastikan keamanan terapi bagi pasien.

A list of types of complementary and alternative medicine practices under each category (Chang
& Chang, 2015).

Kategori Terapi

Alternative medical Ayurvedic medicine, traditional Chinese, Japanese, and Tibetan medicine,
systems homeopathy and naturopathy

Natural product based Chelation therapy, hydrotherapy, nutrition-based therapy (diet therapy,
therapies dietary supplements), oxygen therapy, ozone therapy, herbal medicines,
other plants or plant extracts, prolotherapy, speleotherapy, topical therapies
and unconventional synthetic drugs (laetrile, procaine)

Energy therapies Acupuncture (acupressure, acupuncture, electroacupuncture, laser


acupuncture, moxibustion),
breathing exercises (qi gong, pranayama), distant healing, electric
stimulation therapy, magnetic therapy, phototherapy, reiki, therapeutic
touch and ultrasonic therapy

xxxii
Manipulative and Alexander technique, chiropractic manipulation/spinal, manipulation
body-based methods (craniosacral massage, Feldenkrais method), massage (osteopathic
manipulation), reflexology

Mind-body Biofeedback, hypnosis, meditation, play therapy, relaxation techniques,


interventions sensory art therapies (aromatherapy, art therapy, colour therapy), dance
therapy, drama therapy, music therapy, other sensory therapies, tai chi,
unconventional psychotherapies (morita therapy) and yoga

Perkembangan penggunaan CAM dalam praktik keperawatan sangat membantu dalam percepatan
penyebuhan, tetapi dalam pelaksanaannya memerlukan peningkatan dalam pelayanannya yang
mampu memnerikan perlindungan pada perawat dan klien. Oleh karena itu, para profesional
kesehatan perlu didorong untuk (Bomar, 2013): (1) menghormati hak pasien untuk meminta CAM;
(2) mengetahui CAM umum yang digunakan untuk konsumen di area praktik mereka; (3) membuat
jaringan dengan para profesional CAM yang berkolaborasi dengan referensi; (4) mengevaluasi
tinjauan sistematis penelitian CAM; dan (5) melakukan penelitian CAM dengan kontrol yang ketat.
Lebih lanjut, setiap profesional kesehatan didorong untuk mengeksplorasi cara-cara untuk
memberikan perawatan pasien secara holistik berdasarkan karakteristik individual dengan
menggabungkan modalitas CAM berbasis bukti dengan perawatan kesehatan konvensional untuk
memberdayakan individu dan keluarga yang berbeda secara budaya untuk mencegah penyakit,
mempromosikan penyembuhan dan kesehatan maksimal (Bomar, 2013).

D. Perkembangan Complementary/Alternative Medicine (CAM) pada layanan keperawatan di


Jepang
Di Jepang, CAM dalam praktik keperawatan umumnya dilakukan pada bidang paliatif care.
Pengetahuan dan keterampilan perawat terkait CAM dalam melakukan kunjungan rumah pada
pasien paliatif care sangat diperlukan, karena terjadi peningkatan penderita kanker dan dampak
dari struktur penyakit degeneratif. Untuk itu kebutuhan penggunaan CAM pada home care sangat
tinggi, tetapi belum banyak upaya pelaksanaan penggunaan CAM tersebut. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa hanya sekitar 30% dari praktik layanan home care di Jepang telah dilatih
tentang CAM (Tokushige & Tanaka, 2018). Meskipun dari hasil penelitian terbaru menunjukkan
banyak pasien yang menerima CAM merasa bahwa efek pengobatan yang diberikan oleh rumah
sakit tidak mencukupi dan memiliki kekhawatiran tentang efek samping dari perawatan tersebut
yang dikarenakan kurangnya informasi dan panduan strandar dalam penanganan rhinitis dengan
CAM (Yonekura et al., 2017).

xxxiii
Perkembangan hasil penelitian dalam penggunaan CAM di unit paliative care di Jepang
menunjukkan 64% institusi menyediakan setidaknya satu terapi modalitas CAM. Hanya 33% dari
unit perawatan paliatif yang disurvei memiliki peraturan tentang penggunaan pasien CAM, dan
42% menolak beberapa jenis CAM karena menyebabkan kesulitan atau komplikasi lain pada
pasien (34%), prosedur medis yang diperlukan (26%), menggunakan api (5%), atau membutuhkan
praktisi luar (4%). Secara total, 92% unit perawatan paliatif yang disurvei tidak memiliki regulasi
dan benar-benar menyediakan CAM. Hambatan penggunaan CAM antara lain ketersediaan
praktisi yang bersertifikat, biaya, tanggung jawab tambahan untuk anggota staf, dan bukti
keberhasilan yang tidak memadai. Walapun unit perawatan paliatif di Jepang umumnya memiliki
sikap positif terhadap CAM dan bersedia memberikan terapi jenis ini kepada pasien (Osaka,
Kurihara, Tanaka, & Ph, 2009).
Hasil penelitian pada 519 responden di Jepang, didapatkan penggunaan CAM dalam 12 bulan
terakhir (80,0%). Apabila kegiatan berdoa dikecualikan, prevalensi penggunaan CAM turun
menjadi 77,3% pada tahun sebelumnya atau 403 responden. Bentuk CAM yang paling umum
digunakan oleh responden adalah pain relief pads (32,8%), obat-obatan herbal/suplemen (32,2%),
dan pijat oleh diri sendiri atau keluarga (32,0%). Pada responden perempuan, responden dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan status kesehatan yang lebih buruk secara keseluruhan
lebih mungkin menggunakan CAM daripada responden tanpa karakteristik tersebut. Hanya 22,8%
terapi CAM yang digunakan oleh dokter (Shumer et al., 2014).
Sementara itu, unit perawatan paliatif di Jepang umumnya memiliki sikap positif terhadap
CAM, dan bersedia memberikan terapi tersebut kepada pasien, meskipun khawatir tentang
ketersediaan praktisi yang bersertifikat dan masalah biaya (Osaka et al., 2009). Intervensi
Complementary therapy untuk menurunkan stress pada perawat (Onishi, 2016).

A
quasi-experimental
• Relaxing music (RM) • Significant differences in pulse
• Electrical heat stimuli (EHS)
design rate and the POMS-SF
• Aroma foot bathing (AFB) • Pulse rate and blood pressure scores.
• Progressive muscle relaxation measurements • All groups were effective for
(PMR) • The short of the profile of reducing the stress level of
mood states (POMS-SF) high-stress nurses
• Practiced the therapy for 20 •
min twice per week for 3 weeks

Complementary
Results
Therapy

Teknik Complementary therapy (Onishi, 2016):


• RM: Participants listen to RM with earphones for 20 min on a bed

xxxiv
• EHS: Special EHS machine stimulates six meridian points (Chinese medicine term) on the
arms and legs with 40–42¡C. Participants apply six electrical stimulating buttons on the six
points of arms and legs for 20 min on a bed
• AFB: Hot water with 40–42°C is prepared with a few drops of participants’ preferred aroma
oil in a special foot bathing bucket. Participants put their feet into the bucket for 20 min on a
bed
• PMR: Participants listen and practice the guided PMR exercise that is played on a compact
disc on a bed for 20 min
• RB: Participants rest on a bed for 20 min.

Hasil penelitian di Tokyo menunjukkan 50% pasien dari 496 partisipan menggunakan atau telah
menggunakan setidaknya 1 terapi CAM dalam 12 bulan terakhir. 5 terapi yang paling sering
digunakan adalah pijat (43%), vitamin (35%), makanan sehat termasuk suplemen makanan (23%),
akupresur (21%), dan kampo (19%). Mayoritas pengguna CAM (75%) mengungkapkan perawatan
CAM sangat efektif efektif (Hori et al., 2008). Beberapa hasil aplikasi CAM pada praktik
keperawatan dan kesehatan di Jepang antara lain: minuman nutrisi dan tonik (43,1%), suplemen diet
(43,1%), peralatan yang berhubungan dengan kesehatan (21,5%), herbal atau Kampo yang dijual
bebas (17,2%), pijat atau akupresur (14,8%), Kampo etis (Kampo diresepkan oleh dokter) (10,0%),
aromaterapi (9,3%), chiropraktik atau osteopati (7,1%), akupunktur dan moksibusi (6,7%), homeopati
(0,3%), dan terapi lainnya (6,5%) (Yamashita et al., 2002).

Kampo sebagai CAM khusus di Jepang

Sejarah adanya Kampo berasal dari China yang pada jaman Edo di Jepang mulai berkembang
menjadi bagian dari pengobatan tradisional. Tetapi meskipun berasal dari China, Kampo sangat
berbeda dengan Traditional Chinese Medicine (TCM) yang dikarena beberapa bahan dasar utama obat
berbeda dari kedua negera. Tetapi ciri khas Kampo merupakan formulasi ramuan herbal (Nishimura,
Plotnikoff, & Wantanabe, 2009). Ada tiga perbedaan utama antara TCM dan Kampo. Pertama, resep
TCM adalah individu di tingkat herbal, sementara obat Kampo bersifat individual pada tingkat
formula; kedua, pola resep disederhanakan dalam obat Kampo; dan ketiga, temuan perut (assessment
abdominal) merupakan hal terpenting untuk membuat diagnosa di obat Kampo. Meskipun diagnosis
perut dijelaskan di Shan Hang Lung, tidak dihargai dalam pengobatan tradisional Cina dan Korea.
Tetapi di Jepang, diagnosis perut secara unik dikembangkan dan digunakan secara luas (Nishimura et
al., 2009).

Versi beta International Classification of Diseases-11 (ICD-11) berisi 2 bagian tentang obat
tradisional: “gangguan tradisional” dan “pola” (Zheng dalam bahasa Cina). Cina dan Korea

xxxv
mengacu pada standar nasional mereka untuk mengembangkan kedua term tersebut. Cina
menggunakan klasifikasi tahun 1995 dan kode-kode gangguan tradisional dan pola pengobatan
tradisional Cina (GB95) sebagai standar nasional. Third Edition of the Korean Classification of
Diseases of Oriental Medicine (KCDOM3) dimasukkan ke dalam modifikasi Korea ICD-10 (KCD-6)
pada tahun 2010. KCD-6 adalah terobosan baru yang merupakan publikasi pertama dimana biomedis
dan obat tradisional Barat dalam berbagi platform umum dalam hal statistik medis (Yakubo et al.,
2014). Di jepang, The Japan Society for Oriental Medicine (JSOM) yang bertanggung jawab untuk
mengatur bagian tentang klasifikasi Kampo. Kampo mencakup berbagai macam obat tradisional
Jepang termasuk akupresur dan moxibustion, yang telah ada sebelum pengobatan Barat diperkenalkan
ke Jepang. Berbeda dengan Cina dan Korea, Jepang tidak memiliki standar nasional untuk referensi.
Tetapi untuk memahami versi Jepang dari gangguan dan pola tradisional, informasi latar belakang
tentang sejarah Kampo dan perannya dalam sistem perawatan kesehatan saat ini di Jepang adalah
penting (Yakubo et al., 2014).

Bagaimana Klasifikasi Medis Kampo Dikembangkan?

JSOM didirikan pada tahun 1950 dan merupakan asosiasi akademik terbesar untuk obat Kampo.
Komite JSOM memutuskan untuk tidak menggunakan nama-nama tradisional untuk gangguan dalam
klasifikasi Kampo karena banyak istilah yang tumpang tindih dengan istilah biomedis Barat. Nama-
nama tradisional untuk gangguan terutama gejala, seperti “sakit kepala” atau “diare berair.
Sebaliknya, dalam pengobatan Barat, nama penyakit didasarkan pada penyebab patologis, seperti
kolera atau malaria. Karena penyakit-penyakit ini sudah ada sejak lama, maka obat tradisional
mengenali penyakit-penyakit ini. Namun, patologi penyakit ini tidak diketahui ketika nama-nama itu
diberikan dan tidak tercermin dalam nama penyakit dalam pengobatan tradisional. Oleh karena itu,
sulit untuk memetakan nama-nama kelainan tradisional dan nama penyakit biomedis. Kadang-kadang,
nama-nama tradisional yang simptomatis untuk kelainan yang sangat luas dan dapat dipetakan ke
beberapa nama penyakit biomedis. Karena pemulihan obat Kampo di Jepang dipimpin oleh dokter,
istilah western biomedical sering digunakan sebagai pengganti istilah Kampo tradisional untuk
menghindari hal membingungkan. Pola sistem organ sangat penting dalam kedokteran di Cina dan
Korea (Yakubo et al., 2014).

Namun, para ahli Kampo pada era Meiji (1868–1912), Taisho (1912–1925), dan Showa (1926–
1989) memilih untuk tidak menggunakan sistem organ untuk menghindari tumpang tindih dengan
istilah biomedis. Akibatnya, obat Kampo kadang-kadang dikritik karena kurangnya penjelasan jangka
panjang untuk menggambarkan kondisi pasien. Patogenesis daripada reaksi inang adalah yang paling
penting dalam biomedis Barat. Sebaliknya, reaksi tuan rumah terhadap patogen adalah faktor yang
paling penting dalam pengobatan tradisional. Dalam hal ini, obat Kampo telah dikembangkan selaras
dengan biomedis Barat (Yakubo et al., 2014).

xxxvi
Pola Kampo ditentukan untuk semua pasien sesuai dengan diagram alur yang ditunjukkan pada
Tabel 1 dan Gambar 1. Kondisi pasien dibagi menjadi 2 kelompok: kondisi demam infeksi akut dan
kronis (Gambar 1). Pola 6-tahap, berdasarkan Shang Han Lun, digunakan untuk menggambarkan
penyakit menular demam akut seperti influenza. Pola Qi-blood-fluid terutama digunakan untuk
menggambarkan penyakit kronis (Yakubo et al., 2014). Pola formula juga sangat unik dalam obat
Kampo. Sementara resep obat tradisional Cina (TCM) bersifat individual pada tingkat herbal, obat
Kampo bersifat individual pada tingkat formula (Yakubo et al., 2014).

Hasil Perkembangan Kampo di Jepang


Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAM, terutama Kampo dan terapi pikiran-
tubuh (mind-body therapies), dapat berfungsi sebagai terapi tambahan yang bermanfaat untuk
pengobatan kanker, sehingga intervensi tersebut dapat digunakan sebagai perawatan
komplementer dengan cara yang terintegrasi yang dapat meringankan beban penyakit kanker
(Amitani, 2015). Kampo telah berkembang dan dipelajari di pendidikan kedokteran di Jepang

xxxvii
dan dilaporkan kurikulum terapi Kampo sudah dikembangkan dan 80% mahasiswa
kedokteran dilaporkan tertarik mempelajari Kampo dan 78% dokter medis dilaporkan untuk
meresepkan obat Kampo secara teratur. Meskipun jumlah pelatihan di kedokteran Kampo
pada tingkat pra dan pasca sarjana masih terbatas, tetapi 80% dokter melaporkan percaya
bahwa obat Kampo akan digunakan pada frekuensi yang sama atau lebih besar lagi di masa
depan (Matsumoto & Inoue, 2000).
Hasil uji efektivitas Kampo (obat herbal tradisional Jepang) dalam pengobatan
gangguan pencernaan fungsional, terutama dispepsia fungsional (FD) dan sindrom iritasi usus
(IBS). Hasil dari empat uji acak, terkontrol (RCT) menyarankan kegunaan rikkunshito dalam
mengurangi gejala subjektif pasien dengan FD. Rikkunshito secara signifikan meningkatkan
kenyamanan tidak hanya gejala lambung, seperti ketidaknyamanan epigastiric, tetapi juga
gejala ekstra-lambung, seperti kelelahan umum, jika dibandingkan dengan obat kontrol. Efek
terapeutik rikkunshito lebih jelas ketika diresepkan untuk pasien dengan “kyosho”, yaitu,
energi rendah. Dua RCT menyarankan kemanjuran keishikashakuyakuto untuk IBS. Studi
penelitian dasar telah menunjukkan bahwa obat Kampo ini memiliki kelebihan dalam
menurunkan gejala subjektif. Misalnya, rikkunshito menurunkan disfungsi motilitas lambung,
termasuk gangguan relaksasi adaptif dan pengosongan lambung tertunda, hipersensitivitas
lambung, dan anorexia melalui fasilitasi sekresi ghrelin. Ini juga menunjukkan efek anti-stres,
yaitu, melemahkan eksaserbasi stres sensasi lambung dan anoreksia, serta aksis hipotalamus-
pituitari-adrenokortikal dan aktivasi simpatik. Keishikashakuyakuto tidak hanya
menunjukkan efek antispasmodic pada otot polos usus, tetapi juga efek antidepresan. Seri
kasus menunjukkan bahwa resep Kampo lainnya juga efektif untuk FD dan IBS (Oka et al.,
2014).
Pola Kampo agak unik dibandingkan dengan pola Cina atau Korea. Ada dua
penjelasan untuk perbedaan ini. Pertama, obat Kampo dipisahkan dari teori dinasti Ming dan
kemudian dibangun kembali berdasarkan teori Shang Han Lun selama periode Edo. Kedua,
obat Kampo digunakan dalam kombinasi dengan biomedis Barat oleh dokter berlisensi di
Jepang. Terminologi Kampo dikembangkan kembali untuk menghindari kebingungan dengan
biomedis Barat (Yakubo et al., 2014). Kampo medicine (obat tradisional Jepang) telah
diintegrasikan ke dalam sistem perawatan kesehatan Jepang — Program Asuransi Kesehatan
Nasional — 46 tahun yang lalu di samping pengobatan modern, dan programnya telah
mencakup semua warga negara sejak tahun 1961 (Katayama et al., 2013).
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 80% dokter di Jepang
menggunakan Kampo dalam praktek sehari-hari. Walaupun, penggunaan Kampo dari

xxxviii
perspektif pasien kurang mendapat perhatian. Dari analisis dalam Program Asuransi
Kesehatan Nasional di Jepang sebanyak 67.113.579 klaim perawatan kesehatan pada tahun
2009, teridentifikasi obat Kampo diresepkan untuk 1,34% dari semua pasien. Di antaranya,
92,2% secara bersamaan menerima obat biomedis. Shakuyakukanzoto adalah obat Kampo
yang paling sering diresepkan. Penggunaan obat Kampo yang diresepkan ditemukan pada
populasi remaja, orang tua, pria dan wanita, dan pasien rawat inap dan rawat jalan. Obat
Kampo telah digunakan dalam berbagai kondisi, tetapi tingkat resep tertinggi untuk gangguan
yang terkait dengan kehamilan, persalinan, dan masa nifas (4,08%). Meskipun adopsi obat
Kampo oleh dokter dalam skala besar pada berbagai penyakit masih sangat terbatas
(Katayama et al., 2013).

E. Bentuk pelayanan home visit dengan Complementary/Alternative Medicine (CAM) di


Jepang
Di Jepang, permintaan untuk perawatan di rumah tumbuh secara eksponensial yang berhubungan
dengan perubahan sosial, seperti penurunan tingkat kelahiran dan meningkatnya populasi lansia,
perubahan dalam nilai budaya, dan kemajuan dalam teknologi medis (Cabinet Office of Japan, 2013).
Kebijakan kesehatan untuk mengekang biaya perawatan kesehatan Jepang yang terus meningkat,
pemerintah menyusun sistem layanan perawatan rumah di tahun 2000 (Ministry of Health, Labour
and Welfare, 2013). Survei pemerintah, banyak individu ingin menerima perawatan dan perawatan
penyakit terminal di rumah, tetapi bentuk layanan perawatan di rumah yang tersedia berbeda menurut
wilayah dan secara keseluruhan, sistem perawatan di rumah tidak berkembang dengan baik. Karena
itu, pemerintah mempromosikan rekonstruksi dari sistem perawatan komunitas terpadu yang
menyediakan dukungan hidup, perawatan medis, perawatan, dan layanan pencegahan di rumah untuk
meningkatkan layanan perawatan di rumah di Jepang.

Bagaimana bentuk layanan Home care di Jepang?


• Layanan perawatan rumah di Jepang bersifat komprehensif
• Cakupan layanan: layanan medis, kesejahteraan, dan kesehatan masyarakat.
• Layanan medis termasuk pemeriksaan medis oleh dokter, perawatan oleh perawat, dan pijat
yang disediakan oleh praktisi pijat.
• Layanan medis tercakup dalam asuransi kesehatan publik yang ditawarkan oleh pemerintah
dan badan-badan lainnya.

xxxix
Bagimana sistem asuransi kesehatan di Jepang? Ada beberapa sistem asuransi kesehatan
umum, dan semuan warga diminta untuk bergabung dengan salah satu dari jenis asuransi. Ada 3
sistem yang utama (Kondo, Ogawa, Nishimura, & Ono, 2018):

• Health insurance, yang disediakan oleh pemerintah federal dan menargetkan individu yang
dipekerjakan di sektor swasta dan keluarganya
• National health insurance, yang dikelola oleh pemerintah lokal dan menargetkan wiraswasta,
pengangguran, siswa, dan orang asing;
• Mutual aid associations, yang menjadi target pegawai negeri sipil dan guru sekolah umum.
Sistem asuransi ini mencakup 70-80% dari tagihan medis, dan dengan demikian warga hanya
membayar antara 20 dan 30% dari tagihan dengan uangnya sendiri. Selanjutnya, warga usia 75 atau
lebih biasanya terdaftar dalam sistem perawatan medis jangka panjang dan hanya membayar sekitar
10% dari tagihan medis (Kondo et al., 2018). Perkembangan penggunaan CAM di Jepang menuntut
pengetahuan dan ketrampilan perawat yang melakukan home care tentang bagaimana pendekatan
CAM dalam asuhan keperawatan. Penggunaan CAM dalam home care meningkat karena
perkembangan perawatan paliatif dan permasalahan kesehatan dan penyakit karena proses penuaan.
Walaupun dalam prakteknya, belum banyak perawat yang melakukan home care mengaplikasikan
CAM di Jepang (Tokushige & Tanaka, 2018).

Hasil penelitian pada 30% center home care dari 1.700 fasilitas home care di Jepang menunjukkan
sekitar 30% perawat home care telah dilatih CAM. Analisis studi lebih lanjut mengenai: (1)
Bagaimana perawat memasukkan CAM dalam asuhan keperawatan? (2) Bagaimana perawat dapat
menyebarkan dan mejalankan CAM? Dan (3) Apakah CAM sesuai kebutuhan pasien dan keluarga?
Teridentifikasi dua permasalahan besar yang dialami oleh perawat, yaitu: tidak mempraktekan CAM
dan masih memikirkan tentang penggunaan CAM (Tokushige & Tanaka, 2018).

xl
Di Jepang, perawat tidak bisa mendapatkan pengetahuan tentang CAM dalam
pendidikan sekolah. Karena pengetahuan dan akuisisi teknis CAM diberikan kebebasan pada
perawat untuk mempelajarinya, sehingga akan mempengaruhi perbedaan yang sangat besar
antara pengatuan dengan ketrampilan teknisnya. Apa yang diadopsi dalam kurikulum
pendidikan sekolah diinginkan untuk memasukkan CAM pada perawat home care, terutama
pada perawat di klinik lanjut usia. Meskipun kendala terbesar adalah siapa yang akan melatih
dalam pembelajaran tersebut. Oleh karena itu perlu kerja sama yang baik antara institusi
pendidikan keperawatan dengan Japan Nurse Association dalam mengembangkan CAM di
pendidikan keperawatan (Tokushige & Tanaka, 2018).

F. Pilihan aplikasi Complementary/Alternative Medicine (CAM) di Indonesia


Pengembanngan dan penggunaan CAM di Indonesia seiring waktu mengalami peningkatan.
Apabila dikaitkan dengan keadaan sosial budaya masyarakat Indonesia, maka CAM telah dikenal
sejak jama dahulu yang dikenal dengan pengobatan tradisional, meskipun dalam beberapa istilah yang
berkembang saat ini agak sedikit berbeda keduanya. Berbagai pengobatan komplementer dan
alternatif telah dikembangkan dengan bersumber daya alam Indonesia, baik pengobatan yang berupa
fisik, psikologis, dan penguatan perilaku yang sesuai dengan karakteristik wilayah di Indonesia
(Rasny, Susanto, & Dewi, 2014).

Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 59 menyebutkan tentang pengobatan
tradisional (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2009). Berdasarkan cara
pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi: (1) pelayanan kesehatan tradisional
yang menggunakan keterampilan; dan (2) pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan
yang dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama.

Sementara itu Peraturan Pemerintah No. 103 tahun 2014 mengatur tentang pelayanan kesehatan
tradisional (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2014a) . Dalam PP ini, jenis pelayanan
kesehatan tradisional meliputi: (1) Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris; (2) Pelayanan
Kesehatan Tradisional Komplementer; dan (3) Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi yang
dilaksanakan dalam satu sistem kesehatan tradisional dan harus dapat dipertanggungjawabkan
keamanan dan manfaatnya serta tidak bertentangan dengan norma agama dan kebudayaan
masyarakat.

Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris merupakan penerapan pelayanan kesehatan


tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. Pelayanan Kesehatan Tradisional
Empiris dapat menggunakan satu cara perawatan atau kombinasi cara perawatan dalam satu sistem

xli
Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris yang dilakukan dengan menggunakan keterampilan;
dan/atau ramuan. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer merupakan pelayanan
kesehatan tradisional dengan menggunakan ilmu biokultural dan ilmu biomedis yang manfaat dan
keamanannya terbukti secara ilmiah, dengan menggunakan satu cara pengobatan/perawatan atau
kombinasi cara pengobatan/perawatan dalam satu kesatuan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Komplementer yang dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tradisional dan dapat
diintegrasikan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan apabila memenuhi beberapa kriteria: (1) mengikuti
kaidah-kaidah ilmiah; (2) tidak membahayakan kesehatan pasien/klien; (3) tetap memperhatikan
kepentingan terbaik pasien/klien; (4)memiliki potensi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan
meningkatkan kualitas hidup pasien/klien secara fisik, mental, dan sosial; dan (5) dilakukan oleh
tenaga kesehatan tradisional (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2014a).

Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer dilakukan dengan cara pengobatan/perawatan


dengan menggunakan: keterampilan; dan/atau ramuan. Pelayanan Kesehatan Tradisional
Komplementer yang menggunakan keterampilan dilakukan dengan menggunakan: teknik manual;
terapi energi; dan/atau terapi olah pikir. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer yang
menggunakan ramuan dilakukan dengan menggunakan ramuan yang berasal dari: tanaman; hewan;
mineral; dan/atau sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan-bahan. Dalam penggunaan
sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan-bahan mengutamakan ramuan Indonesia.

Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi merupakan pelayanan kesehatan yang


mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Komplementer. Pelayanan Kesehatan Tradisional dilakukan secara bersama oleh tenaga kesehatan
dan tenaga kesehatan tradisional untuk pengobatan/perawatan pasien/klien. Pelayanan Kesehatan
Tradisional Integrasi harus diselenggarakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jenis Pelayanan
Kesehatan Tradisional Komplementer ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat rekomendasi dari
tim. Tim terdiri atas unsur Kementerian Kesehatan, organisasi profesi, praktisi, dan pakar kesehatan
tradisional.

Dalam UU No., 38 tahun 2014 tentang Keperawatan, menyebutkan dalam menjalankan tugas
sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan perorangan (Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia RI, 2014b), Perawat berwenang: (1) melakukan pengkajian Keperawatan
secara holistik; (2) menetapkan diagnosis Keperawatan; (3) merencanakan tindakan Keperawatan;
(4)melaksanakan tindakan Keperawatan; (5) mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan; (6)
melakukan rujukan; (7) memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;
(8) memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter; i. melakukan penyuluhan
kesehatan dan konseling; dan (8) melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai
dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.

xlii
Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan
masyarakat (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2014b), Perawat berwenang: (1)
melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat keluarga dan kelompok
masyarakat; (2) menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat; (3) membantu
penemuan kasus penyakit; (4). merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat; (5)
melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat; (6) melakukan rujukan kasus; (7)
mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat; (8). melakukan pemberdayaan
masyarakat; (9) melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat; (10) menjalin
kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat; (11) melakukan penyuluhan kesehatan dan
konseling; (12) mengelola kasus; dan (13) melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer
dan alternatif.

Penggunaan terapi keperawatan komplementer dan alternatif oleh pasien umumnya dipengaruhi
oleh keluarga. Hal ini dikarenakan peran pencarian pelayanan kesehatan selama sakit di Indonesia
digantikan oleh keluarga. Dalam intervensi terapi keperawatan keluarga dapat dikembangkan dan
digunakan terapi komplementer dan alternatif sesuai dengan perawatan yang berlaku dalam
meningkatkan kemandirian pasien (Susanto, 2010). Keluarga dapat mengoptimalkan fungsi perawatan
kesehatannya dalam memberikan dukungan bagi anggota keluarga yang berminat dalam
menggunakan CAM untuk proses penyembuhannya (Susanto, 2012).

Dengan adanya perkembangan kapitasi BPJS dalam sistem pembayaran asuransi di Indoesia,
maka sudah sepantasnya dilakukan upaya penelitian CAM baik secara riset dasar maupun terapan
dalam memasukkan kurikulum CAM di pendidikan keperawatan. Hal ini dikarenakan seperti pada
ulasan tersebut diatas, maka CAM sangat efektif dalam kesembuhan pasien.

Daftar Pustaka

Amitani, H. (2015). The translational aspect of complementary and alternative medicine for cancer
with particular emphasis on Kampo. Frontiers in Pharmacology, 6(August), 1–13.
http://doi.org/10.3389/fphar.2015.00150

Bomar, P. J. (2013). Comments on complementary and alternative healing modalities. International


Journal of Nursing Practice, 19(Suppl. 2), 1–6. http://doi.org/10.1111/ijn.12061

Chang, H., & Chang, H. (2015). A review of nurses ’ knowledge , attitudes , and ability to
communicate the risks and benefits of complementary and alternative medicine. Journal of
Clinical Nursing, 24, 1466–1478. http://doi.org/10.1111/jocn.12790

xliii
Hori, S., Mihaylov, I., Vasconcelos, J. C., & Mccoubrie, M. (2008). Patterns of complementary and
alternative medicine use amongst outpatients in Tokyo, Japan. BMC Complementary and
Alternative Medicine, 8(14), 1–9. http://doi.org/10.1186/1472-6882-8-14

Katayama, K., Yoshino, T., Munakata, K., Yamaguchi, R., Imoto, S., Miyano, S., & Watanabe, K.
(2013). Prescription of Kampo Drugs in the Japanese Health Care Insurance Program. Evidence-
Based Complementary and Altenative Medicine, 2013(ID 576973), 1–8.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun
2009, Pub. L. No. UU No. 36 Tahun 2009 (2009).

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Peraturan Pemerintah Repriblik Indonesia Nomor
103 Tahun 2014, Pub. L. No. PP No, 103 Tahun 2014 (2014). Indonesia.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Undang-Undang Reprublik Indonesia No. 38 Tahun
2014, Pub. L. No. UU No. 38 Tahun 2014 (2014).

Kondo, H., Ogawa, S., Nishimura, H., & Ono, A. (2018). Complementary Therapies in Medicine
Massage therapy for home care patients using the health insurance system in Japan.
Complementary Therapies in Medicine, 36(January), 142–146.
http://doi.org/10.1016/j.ctim.2018.01.003

Kramlich, D. (2014). Complementary, Alternative, and Traditional Therapies. Critical Care Nurse,
34(6), 50–56.

Lindquist, R., Snyder, M., & Tracy, M. F. (2014). Complementary & Alternative Therapies in
Nursing Seventh Edition (7th ed.). New York: Springer Publishing Company.

Matsumoto, M., & Inoue, K. (2000). Kampo Medicine Training in Japanese Medical Schools.
Academic Medicine, 75(1), 1–3.

Ministry of Health Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Riset Kesehatan Dasar 2013 (Basic
Health Research 2013). Jakarta.

Nishimura, K., Plotnikoff, G. A., & Wantanabe, K. (2009). Kampo Medicine as an Integrative
Medicine in. JMAJ, 52(3), 147–149.

Oka, T., Okumi, H., Nishida, S., Ito, T., Morikiyo, S., & Kimura, Y. (2014). Effects of Kampo on
functional gastrointestinal disorders Effects of Kampo on functional gastrointestinal disorders.
BioPsychoSocial Medicine, 8(1), 1–8. http://doi.org/10.1186/1751-0759-8-5

Onishi, K. (2016). Complementary Therapy for Cancer Survivors : Integrative Nursing Care. Asia-

xliv
Pacifi c Journal of Oncology Nursing •, 3(1), 41–44. http://doi.org/10.4103/2347-5625.178170

Osaka, I., Kurihara, Y., Tanaka, K., & Ph, D. (2009). Attitudes Toward and Current Practice of
Complementary and Alternative Medicine in Japanese Palliative Care Units. Journal of
Palliative Medicine, 12(3), 239–244.

Rasny, H., Susanto, T., & Dewi, E. I. (2014). Etnonursing Penggunaan Terapi Komplementer Pada
Suku Using Banyuwangi (Ethnonursing for Utilizing Complementary Therapy at Using Tribes
in Banyuwangi). Jurnal NERS, 9(1), 133–137.

Shumer, G., Warber, S., Motohara, S., Yajima, A., Plegue, M., Bialko, M., … Fetters, M. D. (2014).
Complementary and alternative medicine use by visitors to rural Japanese family medicine
clinics : results from the international complementary and alternative medicine survey. BMC
Complementary and Alternative Medicine, 14(360), 1–10.

Susanto, T. (2010). Pengaruh terapi keperawatan keluarga terhadap tingkat kemadirian keluarga
dengan permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja di kelurahan ratujaya kecamatan
pancoran mas kota depok. Jurnal Keperawatan, 1(2), 190–198. Retrieved from
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/412/3370

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori pada Praktik Asuhan
Keperawatan Keluarga (1st ed.). Jakarta: Trans Info Media.

Suzuki, N. (2004). Complementary and Alternative Medicine : a Japanese Perspective. ECAM, 1(2),
113–118. http://doi.org/10.1093/ecam/neh029

Takata, T., Kuramoto, M., Imamura, M., Kishida, S., & Yasui, T. (2013). Differences in Knowledge
of and Attitudes regarding Complementary and Alternative Medicine among Health Care
Profession Students in Japan. JJCAM, 10(2), 87–97.

Tokushige, A., & Tanaka, S. (2018). Home Visit Nurse’s Thoughts for Compementary and
Alternative Medicine (CAM) in Japan. In The Henderson Repository is a free resource of the
Honor Society of Nursing, Sigma Theta Tau International (pp. 1–2).

Yakubo, S., Ito, M., Ueda, Y., Okamoto, H., Kimura, Y., Amano, Y., … Watanabe, K. (2014). Pattern
Classification in Kampo Medicine. Evidence-Based Complementary and Altenative Medicine,
2014(ID 535146).

Yamashita, H., Tsukayama, H., & Sugishita, C. (2002). Popularity of complementary and alternative
medicine in Japan : a telephone survey. Complementary Therapies in Medicine, 10, 84–93.
http://doi.org/10.1054/ctim.2002.0519

xlv
Yonekura, S., Okamoto, Y., Sakurai, D., Sakurai, T., Horiguchi, S., Kurono, Y., … Okubo, K. (2017).
Allergology International Complementary and alternative medicine for allergic rhinitis in Japan.
Allergology International, 66(3), 425–431. http://doi.org/10.1016/j.alit.2016.10.006

xlvi
SUSUNAN ACARA

Waktu Kegiatan
06.30-07.30 Registrasi peserta
07.00-07.30 Penampilan video sponsorship
MC: Rismawan dan Bu Destia
07.30-07.35 Penanyangan video
08.00-09.10 Pembukaan
08.00-08.10 Prosesi Kebo Giro
08.10-08.20 - Tari selamat datang
08.20-08.35 - Lagu Indonesia Raya
- Mars PPNI
08.35-08.40 - Pelantikan Pengurus Baru IPKKI
08.40-08.45 - Sambutan Ketua IPKKI
- Sambutan Ketua PPNI Kab. Jember
08.45-08.55 - Sambutan Dekan F. Kep / Rektor UNEJ sekaligus membuka acara
08.55-09.05 - Doa
09.10 - 09.55 Acara Inti
09.10 – 09.55 Pemateri I
Ns. Riyanto, M. Kes, Sp. Kom
“Kebijakan Pemerintah terkait terapi komplementer dalam praktik
keperawatan profesional”
10.00 – 10.45 Pemateri II
Ns. Tantut Susanto, M.Kep., Sp.Kep.Kom., Ph.D
“Pekembangan terapi komplementer dan alternatif dalam
keperawatan: Studi Evidance Based Practice di Jepang”
Moderator: Ns. Primasari Mahardika, M. Kep
10.50-11.30 Diskusi
11.30 -11.45 Penyerahan plakat dan sertifikat Pemateri I dan II
11.45 – 12.00 Doorprise
12.00 – 12.30 ISHOMA
12.30 - 13.45 Pemateri III
Ns. Widyatuti, M.Kes., Sp.Kom (Doktor Keperawatan Candidate)
“Konsep dan dasar pemberian terapi komplementer dan alternatif
dalam keperawatan di Indonesia” (Akupuntur dan Akupresur)
Moderator: Hanny Rasni, S. Kp, M. Kep
13.45-14.30 Diskusi
14.30-14.45 Penyerahan plakat dan sertifikat pemateri II
15.00-17.00 Oral Presentation
1. Ns. Kholid Rosyidi MN, MNS.
2. Ns. Susi Wahyuning Asih, M. Kep
3. Ns. R. Endro Sulistyono, M. Kep

x1vii
DAFTAR ARTIKEL

Pengaruh Hidroterapi Kaki Terhadap Penurunan Skor Insomnia Pada Lanjut Usia
Di Panti Werdha Muhammadiyah Kota Probolinggo. 1-6

Identifikasi Masalah Kesehatan Penduduk Rukun Wilayah 01 Kelurahan


Abepantai Abepura Kota Jayapura. 7-27

Studi Komparasi Terapi Komplementer Yoga Dan Terapi Modalitas Aktivitas


Kelompok Terhadap Kemampuan Mengendalikan Halusinasi Pendengaran Di
Rumah Sakit Khusus Provinsi Sulawesi Selatan. 28-34

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Stratagem Dengan Media Audiovisual


Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja. 35-44

Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Sebagai Pewarna Alami Kain Batik Dengan
Fiksasi. 45-54

Profil Kesehatan Spiritual Tenaga Pendidik Akper Pemkab Lumajang. 55-65

Pengaruh Bekam Terhadap Penurunan Nyeri Pada Klien Dengan Trapezius


Myalgia Pada Pekerja Angkut Di Kecamatan Jelbuk Jember. 66-76

Pengaruh Jus Tomat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita


Hipertensi Lansia. 77-83

Pengaruh Sosialisasi Pemilahan Sampah Organik Dan Non Organik Serta


Manajemen Sampah Terhadap Penurunan Volume Sampah Di Dusun Krajan Desa
Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember. 84-87

Kemampuan Perawat Dalam Penatalaksanaan Abc (Airway, Breathing,


Circulation) Terhadap Keberhasilan Penanganan Kegawatdaruratan Maternitas Di
ICU. 88-93

Pengaruh Terapi Bekam Kering Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan
Hipertensi Di Pstw Jember. 94-101

Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dalam Meningkatkan Keterampilan


Keluarga Untuk Menstimulasi Tumbuh Kembang Balita Usia 2-5 Tahun. 102-108

Efek (Fcemnc) Family Center Empowerment Modelion Nutrition Children


Terhadap Peningkatan Status Gizi Balita Di Desa Serut Kecamatan Panti. 109-113

Pengaruh Terapi Keluarga Terhadap Dukungan Keluarga Dalam Merawat Klien


Dengan Masalah Diabetes Millitus. 114-122

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi Dan Program Latihan


Terpadu Terhadap Perilaku Lansia Dalam Pengendalian Hipertensi Di Dusun
Karanganom Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember. 123-130

x1viii
Pengaruh Kasimazi (Kelas Modifikasi Makanan Bergizi) Terhadap Perilaku Ibu
Memberikan Nutrisi Kepada Balita. 131-136

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Tentang


Perilaku Hidup Bersih Sehat (Phbs) Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Serut
Kecamatan Panti Kabupaten Jember. 137-140

Efek Pemberdayaan Keluarga Terhadap Peningkatkan Koping Keluarga Dengan


Diabetes Melitus Tipe 2 Di Dusun Karangasem Dan Dusun Krajan Desa
Glagahwero Kecamatan Panti Kabupaten Jember. 141-144

Pengaruh Kelas Ibu Hamil Terhadap Peningkatan Pengetahuan Tentang Antenatal


Care Pada Ibu Hamil Dengan Menggunakan Pendekatan Model Community As
Partner Di Dusun Karangasem Desa Glagahwero Kecamatan Panti Kabupaten
Jember. 145-149

Pengaruh Senam Prolanis Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di


Desa Glagahwero Kecamatan Panti Kabupaten Jember. 150-154

Latihan Gerak Mata Untuk Kesehatan Mata: Studi Kasus Pada Keluarga Binaan
Di Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember. 155-159

Pengaruh Senam Anti Hipertensi Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah


Lansia Di Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember. 160-164

Pemberian Senam Antihipertensi Sebagai Upaya Menstabilkan Tekanan Darah:


Studi Kasus Pada Keluarga Binaan Di Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti
Kabupaten Jember. 165-168

Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi Di Wisma Seruni Upt Pslu Jember. 169-173

Pengaruh Terapi Reminiscence Terhadap Fungsi Kognitif Lansia Di Upt Pstw


Bondowoso. 174-178

Upaya Penanganan Non Farmakologis Kecemasan Pada Persalinan. 179-182

Pengisian Pembuluh Darah Kapiler Pada Pasien Diabetic Foot Ulcer. 183-187

Efektifitas Progressive Muscle Relaxation (Pmr) Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Pada Penderita Hipertensi 188-193

Gambaran Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Keluarga Yang Memiliki


Lansia Hipertensi Di Desa Glagahwero Kecamatan Panti Kabupaten Jember 194-204

x1viii
PENGARUH HIDROTERAPI KAKI TERHADAP PENURUNAN SKOR INSOMNIA
PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA MUHAMMADIYAH KOTA
PROBOLINGGO

(EFFECT OF FEET’S HYDROTHERAPY TO REDUCTION OF INSOMNIA SCORES


AT ELDERLY IN PANTI WERDHA MUHAMMADIYAH PROBOLINGGO CITY)

Setyoadi1*, Yansa Agustiawan Eka Putra2


1
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
2
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Jl. Veteran No. 1 Malang 65145
*e-mail: setyoadi@ub.ac.id

ABSTRAK

Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan pada lanjut usia. Lanjut
usia mengalami insomnia karena faktor fisiologis yang semakin menua sehingga sekresi
hormon melatonin berkurang. Hidroterapi kaki merupakan salah satu cara non-farmakologi
dengan cara merendam kaki dalam air hangat dengan suhu 30-39 derajat Celsius yang akan
memberikan efek sopartifik atau efek ingin tidur. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengidentifikasi pengaruh hidroterapi kaki terhadap penurunan skor insomnia pada lanjut
usia di Panti Werdha Muhammadiyah Kota Probolinggo. Desain penelitian dalam penelitian
ini adalah Pra-eksperimental dengan pendekatan One Grup Pre Test - Post Test Design.
Pemilihan sampel dilakukan menggunakan teknik simple random sampling. Sampel
penelitian yaitu lanjut usia yang berusia 60-90 tahun dan mengalami insomnia sebanyak 16
responden. Analisa data statistik yang digunakan adalah paired t-test. Pengumpulan data
dengan menggunakan kuesioner Insomnia Rating Scale yang dimodifikasi oleh Kelompok
Studi Psikiatri Biologi Jakarta (KSPBJ) sesuai dengan kondisi Lansia di Indonesia. Hasil
penelitian, didapatkan Mean hasil pengukuran Pre Test skor insomnia sebesar 27,43 dan
Mean hasil pengukuran Post Test skor insomnia sebesar 23,93. Hasil uji statistik
menggunakan paired t-test dengan α=0,05 didapatkan nilai signifikansi 0,000 atau
signifikansi <0,005. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada pengaruh dari hidroterapi kaki
terhadap penurunan skor insomnia pada lanjut usia. Disarankan hidroterapi kaki dapat
digunakan sebagai salah satu cara untuk menurunkan skor insomnia pada lanjut usia yang
mengalami insomnia.
Kata kunci: Hidroterapi Kaki, Lanjut Usia, Insomnia.

ABSTRACT

Insomnia is a sleep disorder that is most commonly found in the elderly. Elderly people
suffered insomnia because the aging physiological factors that reduced secretion of the
hormone melatonin. Feet’s hydrotherapy is one of the non-pharmacological ways by soaking
feet in warm water with a temperature of 30-39 degrees Celsius who will give the sopartifik
effect or want to sleep effects. The purpose of this study are to identify the Effect of Feet’s
Hydrotherapy to Reduction of Insomnia Scores at Elderly in Panti Werdha Muhammadiyah
Probolinggo City. Design of this research is the Pre-Experimental with an approach One
Group Pre Test - Post Test Design. Sample selection was done using simple random
sampling technique. The research sample that is aged 60-90 years old and suffered insomnia
as many as 16 respondents. Analysis of statistical data used is the paired t-test. Collecting
data using questionnaires Insomnia Rating Scale modified by Jakarta Biological Psychiatry

1
Study Group (KSPBJ) according to the Elderly’s conditions in Indonesia. Results of research,
measurement results obtained Mean of pretest score of insomnia are 27,43 and measurement
results Mean of Post Test score of insomnia are 23,93. Statistical test results using a Paired
T-Test with α = 0,05 are obtained significance values 0,000 or significance <0.005. The
conclusion from this research that there is an influence of feet’s hydrotherapy to decrease
insomnia scores in elderly. Suggested feet’s hydrotherapy can be used as one way to
decrease insomnia scores in elderly who experience insomnia.
Keywords: Hydrotherapy, Elderly, Insomnia

PENDAHULUAN yang salah satunya adalah gangguan tidur


Jumlah lansia yang terus atau lebih dikenal dengan Insomnia.
meningkat di Indonesia ini menarik untuk Insomnia merupakan gangguan
di amati perkembangannya. Kantor tidur yang paling sering ditemukan. Setiap
Kementerian Koordinator Kesejahteraan tahun diperkirakan sekitar 20-50% orang
Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun dewasa melaporkan adanya gangguan tidur
1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 dan sekitar 17% mengalami gangguan
tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang tidur yang serius. Prevalensi gangguan
(5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 tidur pada lansia cukup tinggi sekitar 67%.
juta orang (8,90%) dan UHH juga Lansia dengan penyakit degeneratif sering
meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 melaporkan bahwa kualitas tidurnya
perkiraan penduduk lansia di Indonesia kurang baik (Erliana, 2008).
akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan Banyak usaha yang telah dilakukan
UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun untuk mencegah insomnia ini. Beberapa
kemudian atau pada 2020 perkiraan orang memilih pergi berkonsultasi ke
penduduk lansia di Indonesia mencapai dokter untuk menurunkan insomnianya.
28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH Lanjut Usia juga yang langsung meminum
sekitar 71,1 tahun (Amir, 2007). obat tidur tanpa berkonsultasi ke dokter
Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 dan tanpa memikirkan efek sampingnya.
menunjukkan bahwa Indonesia termasuk Hal lain yang sering dilakukan selain hal
lima besar negara dengan jumlah diatas adalah menghindari tidur siang agar
penduduk lanjut usia terbanyak di dunia. pada malam hari lebih mudah tidur, tidak
Jumlah lansia yang ada di Indonesia yakni mengkonsumsi kafein dan nikotin, serta
mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau menghindari alkohol dan mematikan
9,6 persen dari jumlah penduduk. lampu saat tidur. Tindakan tersebut dirasa
Persebaran penduduk lansia menurut masih kurang efektif untuk mencegah
provinsi, persentase penduduk lansia di terjadinya insomnia (Asmadi, 2008).
atas 10% sekaligus paling tinggi ada di Berkenaan dengan hal diatas,
Provinsi DI Yogyakarta (13,04%), Jawa penyembuhan terhadap insomnia sangat
Timur (10,40%) dan Jawa Tengah diperlukan untuk meningkatkan kualitas
(10,34%). Secara global populasi lansia hidup lansia. Terapi yang ditawarkan
diprediksi akan mengalami peningkatan untuk mencegah terjadinya insomnia
pada tahun 2020 (Amirta, 2007). antara lain terapi farmakologi dan
Peningkatan lansia ini juga tidak nonfarmakologi. Teknik terapi yang
lepas dari masalah yang diderita. Lansia mudah dan aman untuk dilakukan pada
memerlukan perhatian khusus karena lansia adalah terapi nonfarmakologi.
adanya siklus kehidupan manusia yang Terapi nonfarmakologi yang dapat
terus menerus mengalami proses penuaan dilakukan salah satunya adalah terapi
secara biologis (Setyoadi & Kushariyadi, rendam air hangat pada kaki atau sering
2011). Kane dan Ouslander (2009), ada disebut hidroterapi kaki (Setyoadi &
beberapa masalah yang terjadi pada lansia Kushariyadi, 2011).

2
Hidroterapi kaki adalah bentuk dari terapi Lansia di Panti Werdha tersebut rata-rata
latihan yang menggunakan modalitas air sering terbangun di tengah malam dan
hangat (Christina, 2012). Hidroterapi susah untuk kembali melanjutkan tidur.
memiliki efek hidrostatik dan Lansia juga banyak yang mengeluh tidak
hidrodinamik. Terapi rendam air hangat nyaman dengan kondisi seperti yang
pada kaki berguna untuk melebarkan dialami sekarang ini.
pembuluh darah dan membuat peredaran Data banyaknya lansia yang
darah menjadi lancer (Erliana, 2008). mengalami insomnia dan masih sedikit
Hidroterapi kaki dapat memperbaiki intervensi yang diberikan kepada lansia
mikrosirkulasi pembuluh darah dan yang mengalami insomnia, penulis tertarik
vasodilatasi sehingga dapat meningkatkan untuk melakukan penelitian tentang
kualitas tidur pada lansia (Setyoadi & “Pengaruh Hidroterapi Kaki Terhadap
Kushariyadi, 2011). Penurunan Skor Insomnia pada Lanjut
Merendam kaki dalam air hangat Usia” karena pada umumnya lansia yang
yang bertemperatur 37-39oC akan mengalami insomnia belum diberikan
menimbulkan efek sopartifik (efek ingin intervensi yang tepat.
tidur) dan dapat mengatasi gangguan tidur
(Guyton and Hall, 2006). Hasil penelitian METODE
yang pernah dilakukan di Panti Wredha di Desain penelitian dalam penelitian
Kediri, kuantitas tidur lansia meningkat ini adalah Pra-Eksperimental dengan
setelah dilakukan terapi rendam air hangat pendekatan One Grup Pre Test - Post Test
pada kaki yaitu yang awalnya kuantitas Design. Sampel dalam penelitian ini
tidur lansia 4,88 jam perhari menjadi 6,20 adalah lansia berusia 60-90 tahun yang
jam perhari setelah dilakukan terapi berada di Panti Werdha Muhammadiyah
rendam air hangat pada kaki (Kristyarini & Kota Probolinggo yang mengalami
Kristanti, 2012). Penelitian di desa insomnia. Sampel diambil dengan cara
Mojojejer, Jombang juga menunjukkan menghitung menggunakan rumus besar
hasil yang signifikan terhadap peningkatan sampel Federer. Besar sampel yang
kuantitas tidur pada lansia setelah didapatkan sebesar 16 responden.
dilakukan terapi rendam air hangat pada Instrument yang digunakan dalam
kaki sebelum tidur (Khotimah, 2012). penelitian ini yaitu kuesioner Insomnia
Hasil studi pendahuluan yang telah Rating Scale dengan nilai uji validitas 0,89
peneliti lakukan di Panti Werdha dan nilai uji reabilitas 0,83. Uji variabel
Muhammadiyah kota Probolinggo, di menggunakan Uji Paired T-Test.
Panti Werdha tersebut lansia hidup
mandiri dan bisa melakukan semua HASIL
aktivitas harian secara normal. Lansia Berdasarkan data hasil penelitian
yang tinggal di Panti Werdha tentang karakteristik responden diketahui
Muhammadiyah ada 20 orang, dan setiap bahwa lanjut usia yang mengalami
lansia menempati sebuah kamar. Semua insomnia 50% berjenis kelamin laki-laki
lansia di panti werdha tersebut diurus oleh yaitu sebanyak 8 orang, dan 50% berjenis
sepasang suami istri. Peneliti melakukan kelamin perempuan yaitu sebanyak 8
screening insomnia terhadap lansia yang orang. Berdasarkan usia didapatkan bahwa
berada disana, dan hasilnya lansia di Panti responden yang berusia 60-70 tahun
Werdha tersebut mengalami masalah tidur sebanyak 4 orang (25%), responden
atau biasa disebut insomnia. Screening berusia 71-80 tahun sebanyak 9 orang
yang dilakukan peneliti mendapatkan hasil (56%), dan responden berusia 81-90 tahun
sebesar 80% Lansia dari 13 orang Lansia sebanyak 3 orang (19%). Rata-rata usia
yang dilakukan screening mengeluh responden yaitu 75 tahun.
mengalami gangguan tidur atau insomnia.

3
Tabel 1. Karakteristik Responden dan skor 28-36 termasuk dalam insomnia
(Kelompok Studi Psikiatri Biologi, 1985).
No Karakte- Jumlah Prosen Hampir semua orang pernah
ristik tase mengalami kesulitan tidur atau yang sering
1 Jenis disebut insomnia, namun lanjut usia lebih
Kelamin sering mengalami kesulitan tidur jika
Laki-Laki 8 orang 50 % dibandingkan dengan usia-usia yang lebih
Perempuan 8 orang 50 % muda. Insomnia lebih banyak terjadi pada
lanjut usia dikarenakan faktor usia yang
Total 16 orang 100 % semakin menua. Lanjut usia menurut
2 Usia WHO diklasifikasikan mulai dari usia 60-
60-70 tahun 4 orang 25 % 74 tahun, dan Lanjut Usia Tua mulai dari
71-80 tahun 9 orang 56 % usia 75-90 tahun. Usia yang semakin
81-90 tahun 3 orang 19 % menua ini menyebabkan kondisi fisiologis
tubuh juga ikut berubah. Insomnia pada
Total 16 orang 100 % lanjut usia ini disebabkan karena
menurunnya produksi hormon melatonin,
Tabel 2 menunjukkan dari hasil uji dimana hormon melatonin ini berfungsi
Paired T-Test didapatkan nilai signifikansi sebagai hormon yang mengontrol
0,000 dan untuk nilai α adalah 0,05, yang sikardian tidur, atau disebut hormon tidur.
berarti terdapat pengaruh dari hidroterapi Sekresi hormon melatonin terutama terjadi
kaki terhadap penurunan skor insomnia pada malam hari. Apabila terpajan dengan
pada lanjut usia. cahaya terang, sekresi melatonin akan
berkurang (Kemenkes RI, 2013).
Tabel 2. Hasil Analisa Pengaruh Hasil dari penelitian yang
Hidroterapi Terhadap Insomnia Lansia dilakukan, responden penelitian rata-rata
berusia 75 tahun. Pada usia 75 tahun ini
Mean Std. t Sig. tubuh sudah mengalami perubahan
Deviasi fisiologis dimana dari segi sekresi hormon,
Pre 27,43 3,50 15,65 0,00 hormon melatonin atau yang mengontrol
siklus sikardian tidur ini mulai berkurang
Post 23,93 3,02
produksinya didalam tubuh. Pengurangan
sekresi hormon melatonin ini pada
PEMBAHASAN responden ditunjukkan dengan adanya
Skor Insomnia Pada Lanjut Usia perubahan pada siklus tidurnya.
Sebelum Pemberian Hidroterapi Kaki Responden lansia ini mengalami gangguan
Hasil skoring insomnia sebelum tidur dibuktikan dengan hasil pengukuran
dilakukan pemberian hidroterapi kaki insomnia dengan menggunakan Insomnia
didapatkan seperti yang ditampilkan pada Rating Scale (Kelompok Studi Psikiatri
tabel 5.1. Distribusi skor insomnia yang Biologi, 1985).
didapat dari hasil kuesioner pengukuran Tinggi rendahnya tingkat insomnia
insomnia yang menggunakan kuesioner pada lanjut usia terjadi karena adanya
Insomnia Rating Scale yang telah perbedaan faktor penyebab insomnia.
dimodifikasi sesuai dengan kondisi lanjut Faktor yang dapat menyebabkan insomnia
usia di Indonesia oleh Kelompok Study pada lanjut usia antara lain rasa nyeri,
Psikiatri Biologi Jakarta (KSPBJ) yaitu kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa atau
skor berkisar mulai yang terendah 22 faktor psikologis, faktor lingkungan yang
hingga skor tertinggi 34. Menurut tidak bisa mendukung untuk tidur, dan
penggolongan Insomnia Rating Scale skor perubahan pola tidur yang tidak teratur
20-27 termasuk dalam insomnia ringan, (Guyton & Hall, 2006).

4
Lanjut usia yang kurang tidur dapat Perbedaan Skor Insomnia Pada Lanjut
menyebabkan penurunan daya tahan Usia Sebelum Dan Sesudah Diberikan
tubuh, tubuh terasa lemah dan cepat lelah, Hidroterapi Kaki
dan tanda-tanda vital tidak stabil. Tubuh Hasil analisa data dengan uji
manusia normal membutuhkan waktu statistik Paired T-Test menggunakan
istirahat minimal 8 jam perhari untuk bantuan aplikasi SPSS didapatkan bahwa
mengembalikan kebugaran tubuh. Tidur ada pengaruh hidroterapi kaki terhadap
sangatlah penting untuk manusia sehingga penurunan insomnia pada lansia. Hasil
keluhan insomnia pada lanjut usia perlu analisa data didapatkan hasil bahwa semua
segera diatasi (Kane & Ouslander, 2009). responden mengalamani penurunan skor
insomnia setelah diberikan hidroterapi
Skor Insomnia Pada Lanjut Usia kaki. Hasil analisa data tersebut juga sudah
Sesudah Pemberian Hidroterapi Kaki dapat dilihat bahwa ada penurunan skor
Pengukuran skor insomnia kembali insomnia antara sebelum dan sesudah
diukur menggunakan kuesioner Insomnia diberikan hidroterapi kaki.
Rating Scale. Cara untuk mengatasi Hasil uji Paired T-Test juga
insomnia terdapat dua cara, antara lain didapatkan bahwa dengan tingkat
dengan cara farmakologis dan cara kemaknaan 0,05 hasil signifikasi yang
nonfarmakologis. Salah satu langkah diperoleh sebesar 0,000. Hasil signifikansi
nonfarmakologis yang dapat menurunkan < 0,05 maka hal ini menandakan bahwa
insomnia adalah dengan hidroterapi kaki. hidroterapi kaki yang diberikan pada lanjut
Hidroterapi kaki adalah bentuk dari terapi usia ini memiliki pengaruh terhadap
latihan yang menggunakan modalitas air penurunan insomnia. Karena signifikasi <
hangat di dalam kolam. Dasar utama 0,05 maka hipotesis diterima. Hasil
menggunakan air hangat untuk pengobatan penelitian ini disimpulkan bahwa ada
dalam hidroterapi kaki ini adalah efek pengaruh hidroterapi kaki terhadap
hidrostatik dan hidrodinamik. Efek penurunan insomnia pada lanjut usia.
hidrostatik adalah efek yang dihasilkan Penurunan insomnia ini disebabkan
oleh daya dorong air ke atas sehingga karena hidroterapi kaki ini merupakan
dapat berguna untuk melatih tulang salah satu cara untuk mengatasi insomnia.
belakang dan sendi-sendi tulang. Efek Selain itu hidroterapi kaki yang dilakukan
hidrodinamik adalah variasi pergerakan selama 10 menit dan dilakukan sebelum
dalam air yang berguna untuk menguatkan tidur ini cukup efektif untuk mengurangi
otot dan ligamen serta melancarkan gangguan tidur terutama gejala insomnia.
peredaran darah dan sistem pernafasan Hidroterapi kaki ini berpengaruh terhadap
(Guyton & Hall, 2006). peningkatan pemenuhan tidur secara
Penelitian hidroterapi kaki ini kualitas maupun kuantitas karena
diberikan selama 10 menit selama 4 hari hidroterapi kaki memberikan rangsangan
dan dilakukan 1 jam sebelum tidur. Sesuai pada kaki yang dapat menstimulasi
dengan sebuah teori yaitu untuk diproduksinya hormon melatonin yang
mendapatkan hasil yang efektif dari terapi dapat memperbaiki kuantitas dan kualitas
rendam air hangat pada kaki sebaiknya tidur pada lanjut usia (Setyoadi &
dilakukan sebelum tidur malam. Lakukan Kushariyadi, 2011). Untuk mendapatkan
secara rutin selama 3 - 6 hari, maka akan hasil yang efektif, rendam air hangat pada
memberikan relaksasi pada tubuh sehingga kaki sebaiknya dilakukan sebelum tidur
dapat mengatasi gangguan tidur (Christina, malam. Lakukan secara rutin selama 3 - 6
2012). hari, maka akan memberikan relaksasi
pada tubuh sehingga dapat mengatasi
gangguan tidur (Khotimah, 2012).

5
Merendam kaki dalam air hangat yang Klien. Jakarta : Salemba Medika.
bertemperatur 30-39 derajat celcius akan Hal. 134.
menimbulkan efek sopartifik atau efek Christina, LP. 2012. Pengaruh Terapi
ingin tidur dan dapat mengatasi gangguan Rendam Kaki Air Hangat Terhadap
tidur. Didaerah kaki secara fisiologis Perubahan Tekanan Darah pada
terdapat banyak saraf terutama di kulit Penderita Hipertensi. (Abstract).
yaitu flexus venosus dari rangkaian saraf Erliana, E, et al. 2008. Perbedaan Tingkat
ini stimulasi diteruskan ke kornu posterior Insomnia Lansia Sebelum dan
kemudian dilanjutkan ke medulla spinalis, Sesudah Latihan Relaksasi Otot
dari sini diteruskan ke lamina I, II, III Progresif (Progresif Muscle
Radiks Dorsalis, selanjutnya ke ventro Relaxation) di BPSTW Ciparay
basal talamus dan masuk ke batang otak Bandung.
tepatnya di daerah rafe bagian bawah pons Guyton and Hall. 2006. Textbook of
dan medulla, dari rangsangan inilah Medical Physiology Eleventh
kelenjar pineal mensekresikan hormon Edition. Philadelphia : Elsevier
melatonin yang dapat memperbaiki tidur Saunders.
(Guyton & Hall, 2006). Kane, R. and Ouslander, J. et al. 2009.
Essentials of Clinical Geriatrics,
KESIMPULAN Sixth Edition. United States : The
Berdasarkan hasil penelitian dan McGraw-Hill Companies, Inc. Hal.
pembahasan dapat disimpulkan bahwa 19.
hidroterapi sangat efektif dalam membantu Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta.
lansia unruk mengatasi insomnia dan 1985. Insomnia Rating Scale.
meningkatkan kualitas tidur pada usia Kemsos RI. 2007. Penduduk Lanjut Usia
lanjut. Di Indonesia Dan Masalah
Kesejahteraannya.
SARAN https://www.kemsos.go.id/modules
Berdasarkan hasil penelitian .php?name=News&file=print&sid=
disarankan pada pansia yang tinggal di 522. Diakses tanggal 5 Juli 2016.
panti werdha perlu dilakukan pemberian Kemenkes RI. 2013. Gambaran Kesehatan
hidroterapi secara rutin dalam rangka Lanjut Usia di Indonesia. Buletin
meningkatkan rasa nyaman dan mambantu Jendela Data dan Informasi
meningkatkan kepulasan tidur. Kesehatan Semester 1. Jakarta.
Khotimah, 2012. Pengaruh Rendam Air
KEPUSTAKAAN Hangat pada Kaki dalam
Amir, N. 2007. Gangguan Tidur pada Meningkatkan Kualitas Tidur
Lanjut Usia Diagnosis dan Lansia.
Penatalaksanaan. Jakarta : Bagian Kristyarini D, Kristanti EE. 2012.
Psikiatri FKUI. Hal. 196. Pengaruh Rendam Air Hangat
Amirta, Y. 2007. Sehat Murah dengan Air. pada Kaki Terhadap Kuantitas
Purwokerto : Keluarga Dokter. Tidur pada Lansia yang
Akmal, I. 2006. Seri Menata Rumah Mengalami Gangguan Tidur di
Kamar Mandi. Jakarta : PT. Panti Wredha Santo Yoseph Kediri.
Gramedia Pustaka Utama. Hal. 31. Setyoadi & Kushariyadi, 2011. Terapi
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Konsep Modalitas Keperawatan pada
dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien Psikogeriatrik. Jakarta :
Medika Salemba. Hal. 143

6
IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN PENDUDUK RUKUN WILAYAH 01
KELURAHAN ABEPANTAI ABEPURA KOTA JAYAPURA

(IDENTIFY HEALTH PROBLEM OF POPULATION RUKUN WILAYAH 01


SUB DISTRIC ABEPANTAI ABEPURA JAYAPURA CITY)

Fransisca B. Batticaca1*, Imma Wardhani2


1,2
Dosen Program Sudi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Uiversitas Cenderawasih
Jl. Raya Sentani Abepura Jayapura Papua (99351)
*e-mail: sis_ppnu@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi masalah kesehatan penduduk di RW 01 Kelurahan Abepatai


Abepura Kota Jayapura. Desain penelitian descriptive cross sectional melalui survey. Sampel sebanyak
54 kepala keluarga diukur menggunakan kuesioner yang diadopsi dari panduan parkatek profesi stase
keperawatan komunitas Ners Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih untuk mengidentifikasi
karakteristik penduduk; data karakteritik rumah, dan kebersihan lingkungan; air bersih dan jamban,
penyakit yang pernah dialami dalam satu tahun terakhir, pelayanan kesehatan balita, dan pelayanan
keluarga berencana. Dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai dengan Agustus 2015. Analisis
statistic menggunakan program SPSS dengan computer. Dari 54 Kepala keluarga teridentifikasi
penduduk sering terinfeksi penyakit Tuberkulosis 35%, Infeksi Saluran Pernafasan Akut 31,5%,
Dermatitis, Malaria, and Rheumatoid 9.3%, DBD and Diarrhea 5.6%; tinggal di rumah semi permanent
20.4%, lantai tanah 27,8%, tidak ada ventilation 75.1%, lingkungan kotor 63 %, membuang sampah ke
suangai 54.5%; sumber air dari mata air 100%; vector berbahaya nyamuk 38 %; toileting di WC
umum 42,6%; buang limbah di sembarang tempat 51,5%, menimbang anak secara teratur 58,1%,
memiliki KMS 51,25%, iminsiasai lengkap 41,9%, mendapatkan MP-ASI 89,4%; tidak ikut KB
72.2%. Sumber imformasi kesehatan dari puskesmas/Posyandu 46,3%; pelayanan kesehatan di RS
74,1%. Kemudian merumuskan masalah keperawatan menggunakan Nanda meliputi risiko tinggi infeksi
saluran pernafasan akut, diare, ketidakefektifan penatalaksanaan kesehatan komunitas, ketidakefektifan
penatalaksanaan kesehatan balita. Kesimpulan penelitian bahwa status kesehatan penduduk RW 01
Abepantai berada pada level rendah. Sarannya yaitu meningkatan status kesehatan penduduk melalui
akses pelayanan, membangun kembali lingkungan perumahan melalui kemitraan antara Dinas
Kesehatan, Departemen Pekerjaan Umum, Pihak Swasta, dan Perguruan Tinggi .
Kata kunci: Abepantai, Masalah Kesehatan, Kelurahan, Penduduk

ABSTRACT

The aim f this study was to identify health problem of people Rukun Wilayah 01 Sub Distrc Abepantai
Abepura Jayapura city. Research design was descriptive cross sectional approach trought out survey.
Pololation consisted of 54 household used questioner which adopted from proffesinal nursing practice
at community level Ners Faculty of Medicine University of Cenderwasih to identify people caractirize,
household characterize, and environment hygiene, clean water and latrine,, the desiases that infected
people in one year, under five years old of childrens’ services, and family pnanninf sevices.. Research
was conducted August 2014 to August 2015. Statistical analyzed found most of people always infected
Tuberculosis 35%, Acute Upper Tract Infection 31.5%, Dermatitis, Malaria, and Rheumatoid 9.3%,

7
DHV and Diarrhea 5.6%; live in semi permanent house 20.4%, land floor 27.8%, no has ventilation
75.1%, dirty environment 63 %, put rubbish on the river 54.5%; sours of water from spring 100%,
danger vector mosquito 38 %; toileting at general water close 42,6%; put waste in any places 51.5%,
weighted child regularly 58.1%, has identity healthy card 51.25%, completely immunization 41.9%,
artificial breast feeding 89.4%, absent of family planning 72.2%. Source of information at public
health center/integrated heath post 46.3%, health care services at the hospital 74.1%. Nursing problem
of community RW 01 consisted of: High risk upper tract infections, diarrhea; Ineffective community
health management; Ineffective health management of children under five years old. Health status of
people at low level. Its needed to improve health status of people by access health services, rebuild
houses environment through partnership between Health Department, General Worker Department,
Private sector, and University institution.
Key word: Abepantai, Health problem, Pupulation, Subdistric

PENDAHULUAN dan evealuasi pelayanan keperawatan (Depkes,


Kelurahan Abepantai merupakan 2006).
wilayah kerja Puskesmas Abepantai, terletak di Masalah kesehatan individu, keluarga,
Kecamatan Abepura Kota Jayapura Povinsi kelompok, dan masyarakat dapat dideteksi
Papua. Kelurahan Abepantai terbentuk melalui asuhan keperawatan. Asuhan
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jayapura keperawatan adalah suatu proses sistemik,
Nomor 9 Tahun 2006, merupakan pemekaran rasional, menggunakan metode perencanaan dan
dari Kelurahan Asano. Pemerintah Kelurahan pemberian asuhan perawatan individu. Tujuan
Abepantai mulai pada tanggal 06 Feruari 2007 asuhan keperawaan adalah untuk
yang dipimpin oleh John, A.Awi, S.Sos. mengidentifikasi masalah atau kebutuhan
Penduduknya merupakan bagian dari pelayanan kesehatan aktual atau potensial untuk
kesehatan Puskesmas Abepantai termasuk Rw mengidentifikasi kebutuhan klien. Klien
01 RW 01 dimana 100% penduduknya mencakup individu, keluarga, kelompok atau
merupakan etnis asli Papua yang berasal dari komunitas. Terdapat enam tahapan proses
wilayah Memberamo Tengah. Selain itu keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosis,
Puskemas Abepantai juga melaksanakan identifikasi tujuan, perencanaan, dan evaluasi.
program perawatan kesehatan masyarakat. Data Identifikasi dilaksanakan pada level pertama
tersebut menujukkan bahwa RW 01 rentan dan melalui pengkajian. Pengkajian adalah
risiko terhadap mengalami masalah kesehatan. pengumpulan, pengorganisasian, validasi, dan
Perawatan kesehatan masyarakat dokumentasi data secara sistematis. Pada
(Perkesmas) adalah pelayanan keperawatan kenyataan pengkajian adalah suatu proses secara
professional yang merupakan perpaduan antara kontinyu dilaksanakan selama seluruh tahap
konsep kesehatan masyarakat dan konsep proses keperawatan (Kozier & Erb’s, 2012).
keperawatan yang ditujukan pada seluruh Kuesioner yang digunakan mengumpulkan data
masyarakat dengan penekanan pada kelompok terdiri dari kuesioner data karakteristik
risiko tinggi. Dalam upaya pencapaian derajad penduduk; data karakteritik rumah, dan
kesehatan yang optimal dilakukan melalui kebersihan lingkungan; air bersih dan jamban,
peningkatan kesehatan (promotif) dan penyakit yang pernah dialami dalam satu tahun
pencegahan penyakit (peventif) disemua tingkat terakhir, pelayanan kesehatan balita, dan
pencegahan (level of prevention) dengan pelayanan keluarga berencana bersumber dari
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan bukua panduan praktek profesi keperawatan
yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai komunitas Program Studi Ilmu keperawatan
mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan,

8
Fakultas Kedokteran Uncen Universitas Hasil studi pendahuluan di Puskesmas
Cenderawasih (2014). Abepanai bulan. Agustus 2014 teridentifikasi
Pada tahun 2013 teridentifkasi 10 besar 10 penyakit utama , yaitu: Infeksi Saluran
penyakit di wilayah Kota Jayapura yaitu ISPA Pernapasan Akut (ISPA) 40% leih tinggi dari
sebagai peringkat pertama 75, 179%, Penyakit angka nasional 25%, papua 31,2%; diikuti oleh
Kulit, 19,61%, Penyakit Rongga Mulut penyakit lain 19,5%; Mialgia 10,%, Diare
15,891%, Malaria, 15,541 Penyakit Sistem Otot 7,4% seikit lebih tinggi dari prevalensi nasional
dan Jaringan Pengikat, 14,375%, Gastritis 3,5% 6.2%, Dermatitis 4,7%, conjunctivitis
7,886%, Diare 7,165%, Hipertensi 4,483%, 4.4%; Malaria tertiana 27%; Farisela 2. %;
Kecelakaan/Ruda Pakasa, 4,436%, Penyakit Caries 2,1% ; Malaria lebih tinggi dari angkdan
lainnya, 37,003%. Disamping 10 penyakit a nasional 1,9%, Papua: Insidensi 9,8% dan
terebar tersebut juga teridentifikasi kasus lain prevalensi 28,6 %(Riskesdas, 2013).Semntara
seperti Kasus Diara pada Balita 23% menurut peugas penduduk di RW 01 memilki
mengalami penurunnan dibandingkan tahun berbaai masalah kesehatan, diantaranya diare,
2012 sebesar 42,3% Dislaporkan juga kasus malaria, dan ISPA, dan TBC, warga juga jarang
lepra di 12 Puskesmas yang berada di Kota berobat ke Puskesmas dan membawa anak ke
Jayapura 415 oran, 12 orang diantaranya di posynadu karena jarang berada di rumh, tetapi
Puskesmas Abepantai; kasus HIV dilaporkan lebih banya waktunya digunakan berkebun.
sebanyak 431 penderita dan AIDS sebanyak Hasil observasi Nampak rumah kumuh, bebeapa
3438 penderita. Sebagian besar kasus terjadi ank Nampak pilek, tidak emngguakan sandal
pada populasi umum. Sementara penderita ketika sedang bermain., infomrasi lain
Infeksi Menular Seksual (IMS) berjumlah 2584 didapatkan penduduk RW 01 cendereung
kasus dan 100 % ditangani; Cakupan penemuan mengkonsumsi minuman berlakohol. Berbagai
penderita TB Paru BTA (+) baru tahun 2013 upaya telah dilakukan pemerintah diantaanya
adalah sebanyak 621 kasus, kasus ini meningkat perebaikan pemukiman penduduk melalui
dibanding tahun 2012 yaitu 437 kasus. program kota tanpa kumuh (Kotaku), perawatan
Sementara BTA (+) yang diobati sebanyak 621 ksehatan masyarakat (Perkesmas), peromosi
kasus. Untuk kasus TB Paru kambuh ditemukan kesehatan olah petugas puskesmas, namun
sebanyak 44 kasus pada tahun 2013, kasus ini masih ditemukan masalah kesehatan masyarakat
tetap dibanding tahun 2012 sebanyak 44 kasus di wihlayah RW 01. Sehingga perlu diterapkan
juga. Adapun CDR TB Paru pada tahun 2013 asuhan keperawatan masyarakat di RW 01
ini adalah 104 % dengan SR 40% (sampai Kelurahan Abepantai Abepura Kota Jayapura.
triwulan I tahun 2013); Penemuan kasus Bedasarkan hal tersebut dapat
Pneumonia pada semua kelompok umur pada dirumuskan hipotesisi penelitaian bahwa ada
tahun 2013 sebanyak 185 pasien, dimana 50% masalah kesehatan penduduk RW 01 Kelurahan
diantaranya adalah balita. Penemuan kasus Abapantai Abepaura Kota Jayapura. Tujuan
Pnemonia Balita di Puskesmas pada tahun 2013 pnelitian mengidentifikasi masalah kesehatan
sebanyak 101 pasien dan 100 % dapat ditangani. penduduk RW 01 Kelurahan Abapantai
Sementara data dari Rumah sakit tidak didapat. Abepaura Kota Jayapura mencakup karakteristik
Jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebanyak rumah dan kebersihan lingkungan, sarana air
39 pasien, terjadi peningkatan kasus; DBD bersih dan jamban; penyakit yang sering dilami
sebanyak 139 penderita tanpa kematian, terjadi penduduk, sumber informasi dan tempat
peningkatan kasus dibanding tahun 2012 kasus pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan
DBD sebanyak 72 kasus dengan kematian 4 balita, dan pelayanan keluarga berencana.
orang (Dinkes Kota Jayapura, 2013).

9
METODE observasi menggunakan kueseier yang telah
Desain penelitian descriptive cross disiapkan. Seluruh data diperoleh berdasarlan
sectional melalui survey. Samplenya sebanyak laporan responden, dan observasi. Pengolahan
54 kepela keluarga menggunakan purposive data dengan cara univariate menggunakan
sampling. Alat ukur yang menggunakan program SPSS dengan computer.
kuesioner yang diadopsi dari panduan parkatek Untuk melindungi hak asasi manusia,
profesi stase keperawatan komunitas Ners penelitian ini mendapatkan ijin dari Dinas
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Kesehatan Kota Jayapura. Kepala Puskesmas,
untuk mengetahua karakteristik penduduk; data Kepala Kelurahan, Ketua RW 01 serta tokoh
karakteritik rumah, dan kebersihan lingkungan; agama bersama diberi informasi penjelasan
air bersih dan jamban, penyakit yang pernah mengenai tujuan serta prosedur, dan manfaat
dialami dalam satu tahun terakhir, pelayanan penelitian. Keluarga yang berpartisipasi pada
kesehatan balita, dan pelayanan keluarga penelitian ini menandatangani surat persetujuan
berencana. Pengumpulan data dilaksanakan (Inform consent). Bila ditemukan ada anggota
setelah peneliti mendapat iin dari Dinas keluarga yang mengalami masalah gangguan
Keshaan Kota. Data yang dikumpulkan terdiri kesehatan dirujuk ke Puskesmas atas
dari data sekunder tentang profil puskesmas dan persetujuan ketua aparat setempat.
data Jumlah kepala keluarga diperoleh dari
ketua RW dan ketua rukun tetanga (RT) HASIL
setempat. Penelitian ini menggunakan Karakteristik Penduduk
mahasiswa praktek Profesi sebagai pengumpul Table 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
data sehingga sebelum dilakukan pengumpulan Penduduk
data dilakukan persamaan persepsi dengan
melatih masahasiswa mengisi kuesioner Karakteristik n %
sebelum melaksanakan penelitian dengan cara Usia dalam tahun
survey untuk mendapatkan data primer dimana 0-5 19 8,2
setiap mahasiswa mendatangi rumah penduduk 6-12 35 15
didampingi aparat setempat untuk mendapatkan 13-18 24 10,3
data primer. Sedangkan data sekunder diperoleh 19-35 44 18,9
dari data Profil Puskesmas Abepantai, 36-54 83 35,6
Kelurahan Abepantai dan Ketua RA 01 > 55 28 12
Abepantai. Populasi seluruh rumah tangga 54 Jenis Kelamin
kepala keluarga (KK) di RW 01. Sampel adalah Laki-laki 117 50,2
seluruh rumah tangga 54 dan anggotanya di Perempuan 116 49,8
RW 01. Etnis
Instrumen penelitian yang digunakan Papua 233 100
terdiri dari demografi keluarga berisi tentang Agama
karakteristik penduduk mencakup usia, jenis Cristian Protestant 233 100
kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, etnis, Pekerjaan
pendapatan; karakteristik rumah dan Tani 92 67,2
kebersihan lingkungan, sarana air bersih dan Tidak bekerja 26 19,0
jamban; penyakit yang sering dilami PNS 18 13,1
penduduk, sumber informasi dan tempat Swasta 1 0,7
pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan TNI/Polri 0 0
balita, dan pelayanan keluarga berencana. Pendidikan
Pengumpulan data dengan cara interview dan Tidak sekolah 63 31,8

10
Taman-kanak-kanak 3 1,5 Karakeristik n %
Sekolah Dasar 59 29,8 Kebersihan
SMP 14 7,1 Lingkungan
SMA 48 24,2 Besih 20 37,0
Ademik/Diploma 11 5,6 Tidak Bersih 34 63,0
Pendapatan (Rp) Tempat Pembuangan
< 500.000 37 68,6 Sampah
500.000 – 1.000.000 13 24,0 Ditimbun dalam 10 20
> 1.000.000 4 7,4 tanah
Dikumpul dan 14 25,5
Tabel 1 menunjukkan mayoritas dibakar
penduduk RW 0I Kelurahan Abepantai berada Disungai 30 54,5
pada rentang usia produktif. Untuk kelompok Vektor Yang
usia 26–50 tahun 35,6%, laki-laki 50,2%, Membahayakan
petani 67,2%, tidak sekolah 31,8%, Etnis Lalat 39 25
Papua: Mambramo Tengah 100%, Kristen Nyamuk 36 38
Protestan 100%, penghasilan perbulan Rp.< Anjing 22 14
500.000 68,6% dari total penduduk 233 jiwa. Kecoa 23 23

Karakteritik Rumah, dan Kebersihan Tabel 3 menunjukkan mayoritas


Lingkungan penduduk lingkungan tidak bersih, 63%,
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteritik membungan sampah 54,5% di sungai Vektor
Rumah yang membahayakan kesehatan terbanyak
nyamuk 38%, lalat 25%, kecoa, 23%, dan
Karakeristik n %
anjing 14% dari total kepala keluarga 54.
Kepemilikan Rumah
Milik Pribadi 54 100
Sarana Air Bersih dan Jamban
Tipe Rumah
Tabel 4. Distribusi Frekuensi ,Keadaan Air
Non Permanen 26 48,1
Bersih
Permanen 11 20,4
Semi Permanen 17 31,4
Karakeristik n %
Jenis Lantai
Papan 33 61,1 Sumber Air Minum
Plester 6 11,1 Mata Air 54 100
Tanah 15 27,8 Pengelolaan Air
Ventilasi Rumah Minum
Ada 13 61,1 Dimasak 54 100
Tidak Ada 41 75,9 Tempat Penyimpanan
Air
Tabel 2,3 menunjukkan 100% penduduk Terbuka 26 48,2
memiliki rumah pribadi, 48,1% memiliki tipe Tertutup 28 51,8
rumah non permanen, jenis lantai papan 61,1%, Keadaan Fisik Air
tanah 27,8%, berventilasi 75,9%. Jernih 54 100

Tabel 3.Distribusu Frekuensi Kebersihan Tabel 4 menunjukkan 100% Air minum


Lingkungan bersumber dari mata air, 100% dimasak

11
tempat penyimpanan air tertutup 100%, 31,5%, Dermatitis seimbang dengan Malaria
keadaan fisik air yang jernih sebanyak 100%. 9,3%, Demam Berdarah Dengue (DBD)
seimbang dengan Diare 5,6%, Reumatik 9,3%
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Sarana Jamban dari total penduduk 233 jiwa.

Karakeristik n % Sumber Informasi danTempat Pelayanan


Tempat Pembuangan Kesehatan
Air Besar Tabel 7. Sumber Informasi , dan Tempat
Di Sungai 7 14,5 Pemerikaan Kesahatan
Diselokan 4 7,3
Di WC 43 78,2 Karakeristik n %
Kepemilikan Jamban Sumber Informasi Kesehatan
WC Umum 23 42,6 Penyuluhan 25 46,3
WC Pribadi 20 37,1 PKM/Posyandu
Tidak punya 11 20,4 Radio 14 25,9
Pembuangan Air T TV 15 27,8
Limbah abel Tempat Pemeriksaan Kesehatan
Selokan 14 25,9 5. RS 40 74,1%
Sembarang tempat 28 51,9 Bun Puskesmas 8 14,8%
Sungai 12 22,2 g air Tidak memeriksakan 6 11,1%
besar
78,2% menggunakan WC, 14,5% di sungai,
Tabel 7 menunjukkan distribusi
dan 7,3% parit., 42,6% jamban umum, 37,1%
frekuensi penduduk memperoleh informasi
tidak memiliki jamban, 20,4% memiliki
kesehatan bersumber dari Puskesmas/Posyandu
jamban, Pembuangan air limbah 51,9% di
46,3%, Rumah Sakit 74,1%. Pemeriksaan
sembarang tempat, 22,2% di sungai, dan
kesehatan menggunakan Rumah Sakit 74,1%
25,9% parit dari total kepala keluarga 54.
lebih tinggi dari Puskesmas 14,8%, Tidak
memeriksakan kesehatan ketika sakit 11,1% dari
Penyakit Yang Sering Dialami Penduduk
total keluarga 54..
Tabel 6. Penyakit Yang Sering Dialami
Pelayanan Kesehatan Balita
Penduduk
Tabel 8. Pelayanan Kesehatan Balita Setiap
Bulan
Kategori n %
DBD 3 5,6
Karakeristik n %
Diare 3 5,6
Penimbangan Bayi/Balita Setiap Bulan
Dermatitis 6 9,3
Ya 25 58,1
ISPA 17 31,5
Tidak 18 41,9
Malaria 5 9,3
Kepemilikan KMS
Rheumatik 2 3,7
Ada 22 51,2
TB Paru 19 35,0
Tidak Ada 21 48,8
Imunisasi Dasar
Tabel 6 menunjukkan penyakit yang
Lengkap 18 41,9
sering dialami penduduk dalam 1 tahun terakhir
Belum Lengkap 8 18,6
(2013-2014) yaitu Tuberkulosis (TB) Paru
Tidak Lengkap 17 39,5
35,0%, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
1. Pemberian Makanan

12
Tambahan suntik 24,1%, implant, pil dan kalender
Ya 38 89,4 seimbang 1,9%. Dari totak kepala keluarga 54.
Tidak 5 11,6
PEMBAHASAN
Tabel 8. menunjukkan balita yang Karaktertik penduduk
ditimbang setiap bulan 58,1%, memiliki kartu Tabel 1 menunjukkan mayoritas
menuju sehat (KMS) hanya 51,2%, masyarakat berada pada rentang dewasa, dan
mendapatkan imunisasi dasar baru 41,9%, perempuan, pekerjaan petani, tidak sekolah,
pemberian makanan tambahan 89,4% balita dan Etnis Papua, agama Kristen Protestan, dan
penghasilan perbulan Rp.< 500.000. Keadaan
Tabel 9. Penyakit Yang Sering dialami Balita ini merupakan faktor yang mempengaruhi
kesehatan penduduk di RW 01 kelurahan
Karakeristik n % Abepantai. Faktor kunci yang mempengaruhi
Demam 10 23,3 kesehatan, yaitu keadaan individu: genetik,
Diare 8 18,6 jenis kelamin, dan umur; status sosial ekonomi,
ISPA 18 41,9 pendidikan; jender (Public Health Agency of
Penyakit kulit 3 7,0 Canada, 2010 dalam Skolnic, 2012).
TB Paru 4 9,3 Genetik menandai suatu penyakit
tertentu, misalnya penyakit Huntington yang
Tabel 9. menunjukkan penyakit yang merupakan gangguan system saraf, cancer
sering dialami balita tertinggi ISPA 41,9%, payudara. Jenis kelamin mempunyai hubungan
demam 23,3%, diare 18,6%, TBC 9,3%, dan dengan penyakit tertentu, misalnya wanita
penyakit kulit 7,0% dari total balita 43 jiwa berisiko terhadap melahirkan, cancer serviks,
dan tyroid. Usia memiliki hubungan dengan
Pelayanan Keluarga Berencana kesehatan, anak-anak di negara berkembang
Tabel 10. Pelayanan Keluarga Berencana sering meninggal akibat diare, sementara lansia
meninggal karena penyakit jantung.
Karakeristik n % Isu sosial dan budaya juga berperan
Pasangan Usia Subur Yang penting dalam menentukan kesehatan. Status
Menggunakan Aseptor KB sosial penting dalam menentukan kesehatan.
Ya 16 29,8 Orang dengan status sosial tinggi lebih sering
Tidak 38 70,2 memeriksakan kesehatan dibandingkan orang
Jenis Penggunaan berstatus sosial ekonomi lemah, orang berstatus
Aseptor KB sosial tinggi juga memiliki pendapatan dan
Implant 1 1,9 pendidikan tinggi, kesemua itu memiliki
Kalender 1 1,9 hubungan yang kuat dengan kesehatan yang
Pil 1 1,9 baik. Budaya juga memiliki hubungan yang kuat
Suntik 13 24,1 dengan kesehatan. Budaya membantu
Tidak menggunakan 38 70,2 menentukan bagaimana seseorang merasakan
sehat dan sakit, bagaimana cara menggunakan
Tabel 10 menunjukkan distribusi pelayanan kesehatan, dan praktek kesehatan
frekuensi pasangan usia subur yang tidak dimana mereka berada.
menggunakan akseptor KB 70,2% jauh lebih Pendidikan merupakan faktor kuat
tingi dari yang menggunakan KB 29,8%. Jenis berhubungan dengan kesehatan karena berbagai
kontrasepsi terbanyak menggunakan kontraspsi alasan. Pertama menjembatani pengetahuan
terhadap praktek kesehatan. Kedua, memberi

13
kesempatan memperoleh keterampilan, dan air, (3) kamar tidur tidak gelap di siang hari, (4)
pekerjaan terbaik, meningkatkan pendapatan dapur bersih dan bebas tikus, (5) berventilasi,
seseorang, dan meningkatkan status sosial. Ada (6) televisi berada di ruangan yang cukup
hubungan yang kuat antara level pendidikan cahaya, (7) memiliki tempat penyimpnan
dengan seluruh indikator kesehatan. Orang yang makanan yang bersih, (8) kamar mandi kedap
berpedidikan baik akan makan baik, sedikit air, (9) langit-langit bersih dana man, (10)
merokok, sedikit gemuk, memiliki sedikit anak, cukup air (Swastantika, 2017). Kondisi rumah
dan melakukan perawatan kesehatan anak penduduk di RW 01 belum sesuai dengan 10
dengan baik dibandingkan orang yang syarat rumah sehat. Ukuran rumah yang kecil
berpendidikan kurang. Oleh sebab itu anak sekitar 2,5 meter x 3 meter, ada rumah
mereka berusia panjang dan hidup dengan sehat beralaskan karpet yang langsung diletakkan
daripada yang dilakukan oleh orang yang diatas tanah tanpa diplester, dan tanpa kayu atau
berpendidikan rendah (Skolnic, 2012). papan, ventilasi dan pencahayaan yang kurang
Program Indonesia Sehat yaitu memadai, didukung dengan rumah tidak
meningkatkannya derajad kesehatan dan status memiliki plapon sangat tidak layak dihuni bagi
gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan keluarga yang memiliki anggota keluarga lebih
pemberdaayaan masyarakat yang didukung dari 3 orang, memasak dalam rumah
dengan perlindungan finasial dan pemerataan menggunakan tungku kayu. Kondisi rumah yang
pelayanan kesehatan. Juga sasaran program tidak layak huni disebabkan oleh masalah
rencana pembangunan jangka menengah kepemilikan tanah (hak ulayat) dimana 100%
(RPJPM) 2015/2019, yaitu: (1) meningkatkan penduduk di RW 01 merupakan pendatang dari
kesehatan dan gizi ibu dan anak; meningkatknya kabupaten Mamberamo. Mereka sulit memiliki
pengendalian penyakit; (2) meningkatnya akses tanah karena tidak mendapatkan ijin dari
dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan pemilik tanah adat setempat untuk mendirikan
rujukan terutama di daerah terpenci, tertinggal rumah yang layak huni. Oleh sebab itu perlu
dan perbatasan; (3) meningkatnya cakupan kebijakan pemerintah agar ada kesepakatan bagi
pelayanan kesehatan universal melalui Kartu pemilih tanah adat (Ondoafi) untuk pembebasan
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan sistem lahan sehingga masyarakat di RW 01 dapat
jaminan kesehatan nasional (SJKN) kesehatan; menempati rumah yang sesuai standar
terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat, kesehatan.
dan vaksin; serta meningkatnya responsibilitas Kebersihan lingkungan masyarakat RW
sistem kesehatan. Khusus untuk etnis papua 01 Kelurahan Abepantai dipengaruhi oleh
pemerintah Provinsi Papua juga telah beberapa faktor, yaitu perilaku masyarakat yang
menetapkan kebijakan tentang jaminan membuang sampah sembarangan, tidak
kesehatan khusus bagi orang asli Papua tersedianya sarana kebersihan dan saluran air
(Jamkespa). limbah yang memadai, serta daya beli
masyarakat rendah akibat penghasilan yang
Karakteritik Rumah, dan Kebersihan rendah, dan waktu untuk menata lingkungan
Lingkungan terbatas, sebab sebagain waktu berada dikebun
Tabel 2,3 menujukkan risiko tinggi dimana warga mulai berangkat ke kebun sekitar
kejadian penyakit ISPA, malaria, Diare, dan jam 5.00 pagi dan kembali ke rumah pada pukul
DBD, dan kulit. Hal ini ditunjukkan dengan 14.00 dan langsung menjual hasil kebunnya ke
kondisi lingkungan dan tempat tinggal pasar. Mereka akan berada dirumah berkumpul
penduduk belum sesuai dengan rumah sehat. dengan anggota keluarga sekitar jam 19.00.
Syarat rumah sehat yaitu (1) tidak terbuat dari Bagi mereka yang belum memetik hasil kebun
bahan yang berbahaya, (2) tidak ada genangan akan berada di kebun sejak jam 5.00 pagi

14
hingga jam 17.00. Untuk mendukung lingkungan social yang mencakup rumah,
kebersihan lingkungan diperlukan kebijakan dan pengemebangan kota, penggunaan lahan,
peraturan pemerintah serta dukungan segenap transportasi, industry, dan pertanian (The U.S
komponen masyarakat untuk menata kebersihan Department oh Human Services, 2000 dalam
lingkungan sebagai salah satu cara menurunkan Nies., & McEwen, 2007).
angka kejadian penyakit seperti diare, malaria, Undang-undang Nomor 36 tahun 2009
dan tuberculosis. tentang Kesehatan Lingkungan menegaskan
Lingkungan fisik: air, sanitasi, polusi bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan
udara; serta kebijakan pemerintah dan intervensi untuk mewujudkan kualitas lingkugan yang
merupakan faktor yang mempengaruhi sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial
kesehatan (Public Health Agency of yang memungkinkan setiap orang mencapai
Canada,2010 dalam Skolnic, 2012). Baik derajad kesehatan yang setinggi-tingginya.
lingkungan dalam gedung maupun luar gedung Lingkungan sehat mencakup lingkungan
kuat mempengararuhi kesehatan. Polusi didalam pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta
dan diluar gedung berpengaruh terhadap tempat dan fasilitas umum, harus bebas dari
kesehatan. Di beberapa Negara berkembang unsur-unsur yang menimbulkan gangguan
wanita memasak dalam rumah yang dipenuhi diantaranya limbah (cair, padat, dan gas),
dengan asap memicu terjadinya penyakit sistem sampah yang tidak diproses sesuai sesuai
pernafasan dan asma. Sanitasi merupakan suatu dengan persyaratan, vektor penyakit, zat kimia
masalah utama yang berkonstribusi terhadap berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang
kesehatan buruk negara. Juga, beberapa orang batas, radiasi, air, yang tercemar, udara yang
bekerja di lingkungan yang sangat tidak sehat. tercemar dan makanan yang terkontaminasi
Karena mereka tidak terampil, status sosial (Kemekes RI, 2009).
rendah, dan kesempatan, mereka bekerja dengan
zat kimia berbahaya, atau pulusi udara, tanpa Sarana Air Bersih dan Jamban
perlindungan yang memadai atau berbagai Tabel 4 dan 5 menunjukkan 100%
peristiwa paparan terhadap kecelakaan kerja penduduk menggunakan air bersih untuk
(Skolnic, 2012). keperluan mamasak, mencuci dan mandi
Rumah yang padat dengan penghuni, bersumber dari mata air. Hasil penelitian ini
konstruktinya kurang baik, kotor, penuh dengan bertentang dengan hasil Riskesdas bahwa jenis
serangga, terpapar asap rokok, kondisinya buruk sumber air untuk seluruh kebutuhan rumah
berisiko terhadap penyakit infeksi, cidera, tangga di Indonesia pada umumnya adalah
penyenyakit system cardiovasculadan gangguan sumur gali terlindung 29,2%, sumur pompa
system pernafasan, kanker, alergi,sakit kepala 24,1%, dan air ledeng/PDAM 19,7%
dan gangguan kesehatan mental, serta risiko (Riskesdas 2013 dalam Angka). Di perkotaan,
kebakaran (The U.S. Departmenet of Human lebih banyak rumah tangga yang menggunakan
Servives, 2000., Environment Protection air dari sumur bor/pompa 32,9% dan air
Agency, dalam Nies., & McEwen, 2007). ledeng/PDAM(28,6%, sedangkan di perdesaan
Kesemuanya ini merupakan masalah kesehatan lebih banyak yang menggunakan sumur gali
lingkungan. Kesehatan lingkungan adalah terlindung 32,7%. (Riskesdas 2013).
semua aspek dari kesehatan manusia, penyakit, Sementara penggunaan jamban masih
dan cidera yang dipengaruhi oleh faktor ada di sungai, dan parit karena tidak memiliki
lingkungan. Semua aspek ini mencakup jamban. Demikian juga pembuangan air limbah
penelitian dari dampak lansung patologi dari belum tertata dengan rapi sesuai satandar,
agen kimia, pisika, dan biologi dan berdampak sebagain besar penduduk membuang di
terhadap kesehatan secara luas dari fisik, sembarang tempat, yang lain di sungai dan parit.

15
Sumber air bersih yang digunakan oleh sebab itu disarankan kepada puskesmas untuk
penduduk RW 01 berasal dari mata air melakukan pemeriksaan air yang bersumber dari
pegunungan, namun belum dikelaloh dengan mata air dan digunakan masyarakat sebagi
baik. Masyarakat di RW 01 semuanya (10%) kebutuhan sehari-hari.
memanfaatkannya sebagai sumber air minum, Masih adanya masyarakat yang tidak
diamsping menggunakan air minum dari air menggunakan jamban kerena faktor kemiskinan,
gallon atau mineral yang dibeli di Toko atau dan penggunaan lahan yang terbatas karena
warung setempat Oleh sebab itu perlu dikelola masalah kepemilikan lahan oleh pemangku adat
oleh perusahaan air mimun daerah (PDAM), dimana tidak semua orang dapat memiliki lahan
koperasi, atau masyarakat agar dapat terjamin baik dengan cara diperjualbelikan sehingga ada
kualitasnya. Sesuai dengan standar. masyarakat yang hanya boleh tinggal diatas
Air dibutuhkan untuk seluruh kehidupan. tanah dengan ukuran 3x 4 meter. Oleh sebab itu
75% tubuh manusia terdiri dari air Air perlu ada kebijakan dan kesepakatan aanatara
digunakan untuk memasak. (Stanhope & pemangku kebijakan, pemangku adat untuk
Lancaster, 2004). Ketersediaan sumber air membelikn tempat tinggal yang layak bagi
bersih memberikan manfaat bagi masyarakat penduduk di Rw 01. Masyarakat juga perlu
dalam menata kebersihan lingkungan dan rumah diberdayakan dalam pengelolaan sumber air
tempat tinggal. Air dan sanitasi merupakan bersih secara maksimal. Perlu kebijakan dan
salah faktor yang berhubungan dengan masalah perturan pemerintah setempat berkerjasama
kesehatan (Public Health Agency of Canada, dengan pimpinan Puskesmas Abepanatai
2010 dalam Skolnic, 2012). Kekurangan air mewajibkan bagi semua penduduk
minum yang aman merupakan suatu masalah menggunakan jamban untuk toileting. Buang air
utama yang berkonstribusi terhadap kesehatan besar disembarang tempat berisiko terhadap
buruk Negara (Skonic, 2010). Peraturan Menteri kajadian diare (Public Health Agency of
Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Canada,2010 dalam Skolnic, 2012).
tentang Persyarakatan Kualitas Air Mimun, Beberapa penelitian menujukkan ada
dijelaskan bahwa air minum adalah air yang hubungan yang signifikan antara kepemilikan
melalui proses pengolahan atau tanpa proses jamban dan ketersediaan sarana air bersih
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dengan kejadian diare. Rachmawati (2012)
dan dapat langsung diminum. Air minum aman melaporkan sekitar 66,7% balita mengalami
bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan diare yang tidak memiliki jamban lebih tinggi
fisika, mikrobiologi, kimiawi dan radioktif yang dari yang memiliki jamban 11,3%; yang
dimuat dalam parameter wajib dan parameter memiliki jamban tidak diare 88,9% lebih tinggi
tambahan. Secara fisik air minum yang sehat daripada yang tidak memiliki jamban 33,4%;
adalah tidak berbau, tidak berasa, tidak Ada hubungan signifikan antara kepemilikan
berwarna, serta memiliki total zat padat terlarut jamban dengan kejadian diare (p=0,000; α <
dan suhu sesuai ambang batas. Secara 0,05). Fajriani (2016) melaporkan 40% balita
mikrobiologis air minum yang sehat harus tidak mengalami diare dengan adanya
terbebas dari E.coli dan total bakteri koliform. ketersediaan air bersih, sedangkan yang tidak
Secara kimiawi zat kimia yang terkandung tersedia sarana air bersih 85,7% balita
dalam air minum besi, almunium, klor, arsen, mengalami diare; Ada hubungan signifikan
dan lain-lain harus dibawah ambang batas yang antara ketersediaan sarana air bersih dengan
ditentukan. Secara radioaktif, kadar gross alpha kejadian diare (p=0,000; α < 0,05). Perlu
activity tidak boleh melebihi 0,1 per liter (Bq/l) dilakukan promosi kesehatan secara terus
dan kadar gross beta activity tidak boleh menerus untuk meningkatkan perubahan
melebihi 1 Bq/l (Setyoningsih, 2010). Oleh perilaku masyarakat, bisa melalui media massa,

16
social marketing, pendidikan kesehatan, dan terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
bantuan biaya Menurut (Skolnik, 2010) media Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun
massa, sering digunakan untuk mempromosikan dan dapat menyerang seluruh kelompok umur.
perubahan perilaku. Pada kebanyakan orang di Penyakit ini berkembang dengan kondisi
Negara dengan ekonomi rendah mengakses lingkungan dan perilakau masyarakat. Kejadian
promosi perubahan kesehatan melalui radio. DBD di RW 01 sebesar 5,6% . Angka ini lebih
Disamping social marketing, pendidik rendah dari angka Papua 20,54% dan Nasional
kesehatan, bantuan biaya. 84,74% tahun 2014 dan 86,77% tahun 2015
(Kemkes, 2016).
Penyakit Yang Sering Dialami Penduduk Penyakit diare menurut (Kemenkes, RI,
Dalam Satu Tahun Terakhir 2016) merupakan penyakit endemis di
Tabel 6 menunjukkan ketidakefektifan Indonesia dan merupakan penyakit potensil
pelayanan kesehatan masyarakat. Hal ini kejadian luar biasa (KLB) yang sering disertai
ditunjukkan dengan adanya penyakit yang dengan kematian. Pada tahun 2015 terjadi 18
sering dialami penduduk dalam 1 tahun terakhir kali KLB Diare yang tersebar di di 11 provins,
(2013-2014) yaitu Tuberkulosis (TB) Paru 18 kabupaten/kota dengan jumlah penderita
35,0% separuh dari perkiraan insidensi 1.213 orang dan kematian 30 orang (CFR
nasional kasus hilang 68% antara tahun 2010 2,47%). Kejadian diare di RW 01 sebesar 5,6%.
dan 2014 (Kemenkes, 2006); Infeksi Saluran Angka ini lebih rendah dari angka Papua
Pernafasan Akut (ISPA), Dermatitis. Malaria, 166,6% dan nasional 74,4%. Kejadian diare
Demam Berdarah Dengue (DBD), Diare; dan akibat perilaku masyarakat jamban di kali,
Reumatik. selokan, karena belum memiliki jamban serta
Malaria adalah penyakit infeksi yang terbatasnya kepemilikan lahan akibat
disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup kepemilikan adat (hak ulayat).
dan berkembang biak dalam sel darah merah Dermatitis adalah peradangan kulit
manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria epdermo-dermitis dengan gejala subyektif
(Anopeles) betina, dapat menyerang semua pruritis. Objektif tampak inflamasi eritema,
orang baik laki-laki ataupun perempuan pada vesikulasi, eksudasi, dan pembentukan sisik.
semua golongan umur dari bayi, anak-anak, dan Tanda-tanda tersebut tidak selalu timbul pada
orang dewasa. Kasus malaria yang temukan saat yang sama. Penyakit bertendensi residif dan
pada penduduk RW 01 Kelurahan Abepantai menjadi kronik (Djunda, 1993). Adanya
9,3% lebih rendah dari angka Papua tahun 2015 kejadian dermatitis pada penduduk RW
sebesar 31,93% (Kemenkes, 2016). Namun 01diduga karena kurang kebersihan, namun
kejadian malaria perlu mendapat perhatian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
serius sebab masih merupakan salah satu penyeb penyebabnya. Berdasarkan pengamatan
kematian di Papua. Malaria disebabkan karena dilapangan beberapa keluarga yang ditemukan
kondisi lingkungan perumahan dimana rumah ketika survey pakaian nampak kotor, sementara
tidak tertutup rapat, seperti tidak ada penutup anak-anak mandi di saluran air saat hujan.
jendela, ada celah antara dinding dan lantai Reumatik atau Artritis merupakan
rumah, tidak menggunakan plafon, kurang penyakit yang menyerang persendian dan
cahaya, lembab, dan pakaian bergelantungan. struktur disekitarnya . Jika tidak segera ditangai
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah dapat menyebabkan anggota tubuh berfungsi
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tidak normal, mulai dari benjol-benjol, sendi
yang tergolong Artroda-Borne Virus, genus kaku, sulit berjalan, bahkan kecacatan seumur
Flavirus, dan family Plaviridea. DBD ditularkan hidup (Olwin, 2009). Jumlah kasus Reumatik di
melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, RW 01 sebanyak 3,7% . Angka ini lebih rendah

17
dibandingkan angka Papua 28,8% dan nasional Belum tercapainya indikator sehat bagi
32,7% tahun 2007 (Olwin, 2009). Kejadian penduduk di RW 01 Abepantai karena berbagai
reumatik diduga ada hubungnya dengan faktor faktor risiko. Faktor risiko adalah suatu keadaan
usia dan pekerjaan, dimana semua pasien atau perilaku yang dihubungkan dengan
reumatik telah berusia diatas 50 tahun dan peningkatan frekuensi penyakit tetapi bukan
bekerja sebagai nelayan. Bagi penduduk RW 01 sebagai penyebab (Whitney & Rolfes, 2011),
Kelurahan Abepantai. Namun untuk mengetahui mencakup faktor paparan spesifik seperti:
penyebb pasti keadian reumatik pada penduduk merokok, stress berat, suara yang terlalu keras,
RW 01 perlu dilakukan penelitian tentang faktor atau lingkungan kimia (Nies & McEwen, 2007).
risiko kejadian reumatik Walaupun angka Menurut (Edeleman & Mandle, 2011;
reumatik di RW 01 rendah namun perlu Stanhope dan Lancaster, 2004), faktor risiko
dilakukan penangnanan sedini mungkin untuk kesehatan keluarga yaitu: gaya hidup, biologi,
mencegah kecacatan dikemudian hari. lingkungan, sosial psikologi, budaya, dan
Tingginya masalah kesehatan spriritual; dan 5) sistem pelayanan kesehatan.
menunjukkan status kesehatan masyarakat di Nies dan McEwen (2007) menjelaskan bahwa
RW 01 Kelurahan Abepantai masih rendah. faktor risiko meliputi karakteristik individu
Status kesehatan merupakan istilah umum yang seperti: umur, jenis kelamin, atau genetik, dan
merujuk pada kesehatan (baik atau buruk) dari gaya hidup.
seseorang, kelompok atau populasi dalam suatu Faktor risiko yang berhubungan dengan
area khusus, khususnya bila dibandingkan kesehatan masyarakat (penyakit, angka
dengan data nasional (Segen’s Medical kesakitan dan kematian) yaitu: demografi,
Dictionary, 2012). psikologi, psikososial, dan lingkungan, misalnya
Pencapaian indikator sehat bagi umur, gender, ras, letak geografis, pola
penduduk di RW 01 Kelurahan Abepantai konsumsi, kurangnya pelayanan kesehatan
belum sesuai harapan. Sehat bagi penduduk (Edelman., & Mandle, 2010). Faktor risiko
2010 menetapkan 10 indikator sehat dan kejadian TBC dan ISPA , malaria, diare, DBD,
penyakit, yaitu perilaku individu (misalnya dan penyakit kulit pada penduduk RW 01 yaitu
aktivitas fisik, kelebihan berat badan dan perilaku penduduk merokok dalam rumah,
kegemukan, pemakaian tembakau, penggunaan konsumsi minuman beralkohol, konstruksi
alcohol, perilaku seksual); faktor lingkungan rumah dimana pencahayaan kurang, ventilasi,
sosial dan fisik (misalnya kualitas lingkungan, tidak menggunakan plafond, memasak
cidera, dan kekerasan); dan sistem kesehatan menggunakan tungku kayu dalam rumah, tidak
(misalnya akses terhadap pelayanan kesehatan); tersedia saluran air limbah rumah tangga yang
kesehatan mental, imunisasi. Setiap indikator ini memadai, perilaku pencarian kesehatan dimana
berhubungan dengan penyebab kesakitan dan apabila ada anggota keluarga yang TBC dan
kematian. Misalnya pemakaian tembakau ISPA enggan berobat ke Puskesmas, dan bila
berhubungan dengan penyakit jantung, strok, ada yang berobat tidak tuntas (putus minum
dan kanker; penyalahgunaan obat berhubungan obat TBC). perilaki masyarakat buang besar di
dengan kecelakaan, cidera, dan kekerasan; sungai dan parit, membuang sampah ke sungai
perilaku seksual bebas berhubungan dengan dan disembenrang tempat, keterbatasan
penyakit menular seksual mencakup HIV/AIDS; kepemilikian jamban, serta vector yang
dan kurang jangkauan pelayanan kesehatan membahayakan kesehatan seperti nyamuk dan
berkonstribusi terhadap hasil kehamilan yang hewan peliharaan lainnya, akses terhadap
buruk, penyakit tidak diobati, dan kecacatan informasi kesehatan.
(Nies; & Mc.Ewen, 2007). Untuk mencegah faktor rsiko diperlukan
dukungan dan peran serta masyarakat. Peran

18
tokoh masyarakat dan tokoh agama sangat dilakukan melalui system informasi dan melalui
penting dalam upaya meningkatkan status lintas sektor. Pemerintah memberikan
kesehatan masyarakat. Sehingga dapat dijadikan kemudahan kepada masyarakat untuk
mitra dalam pengambilan kebijakan memperoleh akses terhadap informasi kesehatan
pembangunan kesehatan. Adanya kerjasama dalam upaya meningkatkan derajad kesehatan
dari segenap komponen yang ada di masyarakat masyarakat (Kemenkes RI, 2009).
RW 01 berpeluang dilakukan pemberdayaan Pelayanan kesehatan merupakan upaya
masyarakat melalui kerjasama berbagai lintas kesehatan yaitu setiap kegiatan dan atau
program dan sektor. Namun, pelayanan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
kunjungan ke rumah perlu lebih ditingkatkan terpardu, terintegrasi, dan berkesinambungan
dalam rangka pelaksanaan perkesmas sesuai untuk memeliharu dan meningkatkan derjat
Keputusan Menkes RI No: kesehatan masyarakat dalam bentuk
27/Menkes/SK/IV/2006 Tgl 21 April 2006 pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
tentang perkesmas. Disamping, perlu proaktif pengobatan penyakit. Dan pemulihan kesehatan
dari petugas Puskesmas untuk melakukan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
kunjungan rumah kunjungan rumah. Pelayanan kesehatan terdiri dari pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
Sumber Informasi dan Tempat Pelayanan masyarakat. Pelayanan kesehatan meliputi
Kesehatan kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif,
Tabel 7 menunjukkan mayoritas kuratif, dan rehabilitatif. Pelayanan kesehatan
penduduk memperoleh informasi kesehatan perorangan ditujukan untuk penyembuhan
bersumber dari Rumah Sakit lebih tinggi dari penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan
Puskesmas/Posyandu. Pelayanan kesehatan dan keluarga. Pelayanan kesehatan masyarakat
menggunakan Rumah Sakit, lebih tinggi dari ditujukan memelihara dan meningkatkan
Puskesmas. Masih ada yang tidak melakukan kesehatan kesehatan serta serta mencegah
pelayanan kesehatan ketika sakit. Tingginya penyekait suatu kelompok masyarakat
informasi masyarakat memperolah informasi (Kemenkes, 2009).
dan mendapatlakan pelayanan kesehatan di Perawat dapat memberikan infomasi
rumah sakit disebabkan waktu pelayanan kesehatan bagi klien ketika melakukan
Pukesmas terbatas dari jam 7.30 hingga jam kunjungan rumah. Misalnya ketika melakukan
15.00, sebagaian besar warga bertani dan berada kunjungan rumah bagi klien dengan malaria,
sehingga tidak memiliki waktu untuk berobat ke maka perawat memberikan informasi tentang
Puskesmas, tetapi langsung ke rumah sakit. malaria mencakup pengertian, penyebab, tanda,
Sementara penduduk yang tidak berobat karena gejala dan pencegahan. Perawat juga dapat
ada persepsi yang salah akan masalah kesehatan melakukan pemeriksaan sederhana ketika
seperti ketika sakit dianggap sebagai buatan melakukan kunjungan rumah pada klien dengan
orang yang iri, benci, dan tidak senang, atau malaria dan melakukan rujukan ke fasilitas
takut dengan keputusan dokter tentang diagnosis kesehatan yang memadai. Kementerian
penyakit yang dialami. Oleh sebab itu perawat Kesehatan (Kemekes,2016) telah menetapkan
puskesmas perlu menigkatkan jangkauan kebijakan pendekatan keluarga dalam
pelayanan kesehatan kepada masyarakat RW 01 pencapaian prioritas pembangunan kesehatan.
melalui kunjungan rumah dan penyuluhan Pendekataan keluarga adalah salah satu cara
kesehatan di gereja. puskesmas untuk meningkatkan akses pelayanan
Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan di wilayah kerjanya dengan
kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya
informasi keehatan. Informasi kesehatan menyelenggarakan pelayanan kesehatan di

19
dalam gedung melainkan juga di luar gedung Provinsi 47,27% dan nasional pada tahun 2015
dengan mengunjungi keluarga di wilayah sebesar 86,5% serta target Rentra 2015 91%.
kerjanya. Semnetara menurut indicator keberhasilan
pelaksanaan imunisasi Universal Child
Pelayanan Kesehatan Balita Immunisation (UCI) desa/kelurahan ≥ 80% dari
Tabel 8 menunjukkan ketidakefektifan jumlah bayi 0-11 bulan yang ada di desa atau
pelayanan kesehatan Balita, dan Risiko tinggi kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi
infeksi saluran pernafasan akut, dan diare. Hal dasar lengkap (Kemenkes, 2016).
ini ditunjukkan dengan pelayanan kesehatan Belum maksimalnya pelayanan
balita mencakup penimbangan setiap bulan, kesehatan balita disebabkan berbagai faktor
pemberian kartu menuju sehat (KMS), diantaranya pendidikan ibu yang rendah, serta
pemberian imunisasi dasar masih rendah, kurangnya kesadaran akan pentingnya
kecuali pemberian makanan tambahan sudah membawa balita ke posyandu dan imunisasi
baik Pelayanan kesehatan balita setiap bulan dasar. Hal ini didukung dengan peran ganda ibu
dilaksanakan di Posyandu. Penyakit yang sebagai pengasuh balita adan pencari nafkah
dialami baliata ISPA, demam, diare, TB Paru, bagi keluarga sebagai petani yang selanjutnya
dan kulit. menjajakan hasil kebun ke pasar untuk
Cakupan penimbangan balita di memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk
posyandu (D/S) adalah jumlah balita yang mengatasi hal tersebut Puskesmas harus bisa
ditimbang di seluruh posyandu yang melapor di mengatur waktu kegiatan Posyandu sesuai
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. dengan kegiatan masyarakat RW 01.
Peran serta masyarakat dalam penimbangan Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
balita sangat penting dalam deteksi dini kasus menurut World Health Organisastin (WHO)
gizi kurang dan gizi buruk. Dengan rajin umumnya ditularkan melalui droplet. Namun
menimbang balita, maka pertumbuhan balita pada sebagian pathogen ada juga kemungkinan
dapat dipantau secara intensif. Sehingga bila penularannya melalui cara lain seperti kontak
berat badan anak tidak naik ataupun jika dengan tangan atau permukaan yang
ditemukan penyakit akan segera dilakukan terkontaminasi (WHO, 2008). Kasus ISPA pada
upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak balita sebesar 41,9% sedikit lebih tinggi dari
menjadi gizi kurang atau gizi buruk akan seluruh kasus ISPA di RW 01 sebesar 35,1%,
semakin baik. Penanganan yang cepat dan tepat dan Puskesmas Abepantai sebesar 40%.
sesuai tatalaksana kasus gizi buruk akan Sehingga, pencegahn akan kejadian ISPA sangat
mengurangi risiko kematian sehingga angka penting dilakukan promosi kesehatan oleh
kematian akibat gizi buruk dapat ditekan. petugas Puskesmas seperti perilaku Hidup
Cakupan balita yang ditimbang setiap bulan di Bersih dan Sehat: mencuci tangan,
Rw 01 Kelurahan Abepantai baru mencapai menggunakan masker ketika batuk), disamping
58,1% lebih rendah dari cakupan nasional tahun panataan lingkungan rumah. WHO (2008 telah
2015 73,0%, namun lebih tinggi dari Papua mengeluarkan Pedoman Ringkas tentang
25,0% (Kemkes, 2016). Pencegahan dan pengedalian ISPA di fasilitas
Program imunisasi pada balita bertujuan pelayanan kesehatan yang berisi tentang
agar setiap bayi mendapatkan imunisasi dasar rekomendasi penting yaitu: laporkan segera
secara lengkap. Keberhasilan seorang bayi setiap kasus suspek ISPA yang dapat
dalam mendapatkan imunisasi tersebut diukur menimbulkan kekuatiran termasuak severe
melalui indikator imunisasi dasar lengkap. acute respiratory syndrome (SARS), dan infeksi
Capaian imunisasi lengkap di RW 01 Kelurahan flu burung pada manusia kepada dinas
Abepantai 41,9% sedikit rendah dari angka kesehatan yang berwenang; segera isolasi pasien

20
suspek ISPA dari pasien dan pastikan mereka yang belum memilik jamban malalui kerjasama
mendapat perawatan dan terapi yang tepat; lintas sector dan lintas program.
lakukan kewaspadaan standar saat memberikan Tuberkulosis merupkan penyakit
pelayanan kepada pasien baik diagnosis confirm merupakan penyakit menular yang disebabkan
ataupun suspek. Tindakan kewaspadaan Standar oleh infeksi bakteri Mycobacterium
adalah langkah dasar pencegahan dan Tuberculosis.Sumber penularan yaitu pasien TB
pengendalian infeksi dalam pelayanan kesehatan BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik
dan harus selalu dilakukan saat memberikan renik dahak yang dikeluarkannya. TB dengan
pelayanan pada pasien; lakukan kewaspadaan BTA negative juga masih memiliki
transmisi droplet; lakukan kewaspadaan kemungkinan menularkan penyakit TB
transmisi kontak lakukan kewaspadaan meskipun dengan tingkat penularan yang kecil.
transmisi airborne; Upayakan ventilasi pada Kasus TB paru berdasarkan riwayat penyakit
lingkungan pasien untuk mengurangi risiko dan telah mendapatkan pengobatan pada balita
penularan penyakit melalui aerosol pernafasan. di RW 01 Kelurahan Abepantai sebesar 9,3%
Demam adalah keadaan suhu tubuh di lebih rendah dari total kasus TB d RW 01
atas 300 Celsius. Suhu tubuh adalah suhu visera, sebesar 35,0% dan mendekati angka Papua
hati, otak, yang dapat diukur lewat rektal, dan tahun 2013 sebesar 45,4% (Abubar,2015),
aksila. Cara pengukuran suhu menentukan Papua tahun 2015 sebesar 37,0% dan target
tinggi rendahnya suhu tubuh. Suhu tuubuh minimal Nasional 70% (Kemenkes, 2016).
adalah hasil produksi metabolism tubuh yang Untuk mencegah penularan TB paru perlu
diperlukan untuk aliran darah dan menjaga agar penataan kembali pemukiman penduduk agar
reaksi kimia tubuh dapat berjalan baik (enzim sesuai dengan standar kesehatan.
hanya bekerja pada suhu tertentu). Penyeb
demam merupakan akibat dari kenaikan set Pelayanan Keluarga Berencana
point (oleh sebab infeksi) atau oleh adanya Tabel 9 menunjukkan pelayanan
ketidakseimbangan antara produksi panas dan kesehatan keluarga berencana masih rendah
pengeluarannya (Lubis., & Lubis, 2011). dimana peserta baru mencapai 29, 8% lebih
Diare merupakan kondisi yang ditandai rendah dari angka Papua 52,99% dan angka
dengan encernya tinja yang dikeluarkan dengan nasional 75,10%. Rendahnya pelayanan KB
frekuensi buang air besar yang lebih sering karena kesadaran masyarakat masih kurang
dibandingkan dengan biasanya. Pada umunya akibat kurang terpapar informasi serta persepsi
diare terjadi akibat konsumsi makanan atau masyarakat bahwa bila mengikuti BK penduduk
minuman yang terkontaminasi bakteri, virus, asli Papu akan berkurang bahkan punah, waktu
atau parasite. Biasanya diare hanya berlangsung terbatas karena separuh waktu habis digunakan
beberap hari, namun pada sebagain kasus di Kebun dan berjualan ke pasar. Selain, peserta
memanjang hingga berminggu-minggu harus membeli sendiri obat suntik atau pil jika
(Alodokter.com, 2016). Kejadin diare pada tidak tersedia di Puskesmas. Untuk
balita sebesar 18,6% lebih tinggi dari angka meningkatkan motivasi masyarakat pentingnya
RW 01 sebesar 5,6%, dan Puskesmas 7,4%. mengikuti KB perlu ada kebijakan dan peraturan
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perundang-undangan tentang pelaksanaan KB.
faktor risiko kejadian diare bagi penduduk di Disamping, petugas puskesmas bersama kader
Kelurahan Abepantai dan kebijakan tentang memberikan informasi kesehatan secara terus-
pencegahan diare melaui penataan kebersihan menerus baik di Puskesms maupun di Posynadu
lingkungan sarana air minum, pembunagn atau melalui kunjungan rumah.
limbah, dan penagadaan jamban bagi penduduk Metode kontrasepsi terbanyak adalah
suntik 24,1%, mendekati angka papua 36,82%

21
dan namun masih rendah angka nasional Djuanda, S. 1993. Editor Djuanda., A,
49,93%. implant, pil dan kalender seimbang Djunada,S.,Hamzah, M., & Aisah, S.
1,9% jauh dibawah angka Papua 6, 16% dan Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 2.
nasional 9,63% (Kemenkes RI, 2016). Jakarta. Fakultas kedokteran Universitas
Pelayanan kesehatan dalam KB dimaksudkan Indonesia.
untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia Edelman; & Mandle. 2010. Health Promotion
suburuntuk mebentuk generasi penerus yang Throughout The Life Span. (7nt ed).
sehat dan cerdas (Kemenkes RI, 2009). Canada. Mosby Elsevier. Evolve
learning system. ISBN:-978-0-323-
KESIMPULAN 05662-5
Status kesehatan penduduk di RW 01 01 Fajriani. 2016. Hubungan kepersediaan dan
Kelurahan Abepatai Abepura Kota Jayapura pemanfaatan sarana air bersih dan
masih rendah. jamban dengan kejadian diare pada
balita di wilayah kerja puskesmas
SARAN Tunong kabupaten Aceh Timur.
Disarankan untuk meningkatkan status [Online]. Suwa.stikesbinusa.ac.id.
kesehatan penduduk dalam mengakses Diunduh 18 Juni 2018
kesehatan, memperbaiki lingkungan pemukiman IPKKI. 2017. Panduan Asuhan Keperawatan
penduduk melalui kerjasama Departemen Individu, Keluaarga, Kelopok, dan
Pekerjaan Umum Kota Jayapura, Pemangku Komunitas dengan Modifikasi NANDA,
Adat (Ondoafi), Pihak Swasta, dan Akademik ICNP,NOC, da NIC di Puskesmas dan
atau institusi pendidikan. Masayrakat.
Kelurahan Abepantai. 2015. Kelurahan
KEPUSTAKAAN Abepantai. [Online]. https://abepura.id >
Abubar, M. 2015. Kasus TBC di papua tercatat abepantai.Diunduh 24 Juni 2018.
sebanyak 5550 kasus. Antara Kemenkes RI 2016. Pedoman umum program
papua.[online]. Indonsia sehat dengan pendekatan
https://papua.antarnew.com.Diakses 19 keluarga. [Online].
Juni 2018. www.pipk.kemekes.go.id. Diakses 11
Allodokter.com. 2016. Diare, gejala, dan Februari 2018.
penyebab. [Online]. Kemenkes RI.2016. Profil kesehatan tahun
https://www.alodokter.com. Diakses 19 2015. Pusat data dan informasi
Juni 2018. Kementerian kesehatan RI 2016.
Anderson, E.T., & McFarlane, J. 2011. (Online). http://www.kemenkes.go.id.
Community As Partner. Theory and Diakses 11 Februari 2018.
Nursing Practice. (6th ed). USA. Kemenkes, RI..2013. Riset kesehatan Dasar.
Lippincott Williams & Williamas. Balai penelitian dan pengemangan
Depkes. 2006. Keputusan menteri kesehatan RI. kesehatan.
No.279 Tahun 2016 Tentang Pedoman Kemenkes RI. 2009. Undang-undang no.26
Penyelenggaraan Upaya Keperawatan tahun 2009 tentang kesehatan. [Online].
Kesehatan Masyarakat di Puskesmas. sireka.pom.go.id. diakses 19 Juni 2018.
[Online]. http://www.scrib.com Kesehatan RI ( 2014). Riset kesehatan dasar
Dinas Kesehatan Kota Jayapura. (2013). Profil nasional (Riskesda, 2013).Online].
dinkes kota Jayapura, 2013). [Online]. www.kemenkes.go.id. Diunduh 10 April
www.depkes.go.id. Diunduh 23 Juni 2015.
2018.

22
Kemenkunham RI. 2005. Peraturan pemerintah Segen’s Medical Dictionary. 2010. Health status
Republik Indonesia. Nomor 73 tahun definition. [Online].
2005. Tentang Kelurahan. [Onlien} http://medicaldictionary.Diakses 22
www.jdih.kemekeu.go.id. Diakses 24 Agustus 2016.
Juni 2018. Setyoningsih, ER. 2010. Peraturan Menteri
Kozier, AB., Erb’s, SJN. 2012. Fundaental of Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Nursing. Concepts, Process and Praktice. 492//Menkes/Per/IB/2010. Menkes.
Vol 1. 9th.ed. Berman E., & Syder, [Online]. www.mapurna.id. Diakses 18
S.USA. Pearson. Juni 2018
Kozier.G., & Erb,G. `1979. Fundamental of Stanhope., M and Lancaster, J. 2004.
Nursing. Cocept and Procedure. 2nd.ed. Community and Publick Health Nursing.
California. Addison Wesly Publissing Sixth Ed. USA. Mosby.
Company. Swastantika, D. 2017. 10 Ciri-ciri rumah sehat.
Lubis, IND.,& Lubis , CP. 2011. Penagangan [Online]. https://www.homify.co.id.
demam pada anak. Departemen ilmu Diakses 2 Juni 2018.
kesehatan anak, RS.H.Adam Malik. Skolnic, R. 2012. Global health. (Second
Medan Fakultas Kedokteran Universitas Edition). Series editor: Riegelman, R.
Sumataera Uatara. [Online]. USA. Jones & Bartlett Learning.
https://saripediatri.org. Diakses 19 Juni UHHS. 2011. Leading Health indicators
2018. healthly people 2020. [Online].
Lundy, K.S.,and Janes, S. 2009. Community http://www.iom.edu/. Diakses 1 April
Health Nursing. Caring for The Public’s 2013 Institute of medicine of the
Health. 2nd ed. Vo. 2. USA. Jones and national academic.
Bartlett Publisher. Vovabulary. Com.?. Health problem
Maurer,FA., & Smith, CM. 2005. Community definition.[Onlin].
Public Health Nursing. Helath for https://www.vocabulary.com >
families & Populatons. 3rd.Ed. Evolve. dictionary. Diakses 18 Juni 2018.
USA. Elsevier Saunders. Witney.E., & Rolfes, SD.2011. Understanding
Nainggolan, O. 2009. Prevalendi dan faktor Nutrition.USA. Wardsworth Cengage
diterminan reumatik di Indonesia. Maj Learning.www.cengage.com/wardwotrh.
Kedokteran Indonesia. Vol 59. Nomor World Health Organization (WHO). 2008.
12. Desember 2009. [Online]. Infeksi Saluran pernafasan akut ISPA)
https://kucrietzlophbatman.files.wordpre yang cenderung menjadi epidemic dan
s.Diakses 19 Juni 2018. pandemic. Pedoman ringkas. [Online ]
Nies, M.A., & McEwan, M. 2007. Community www.who.int. Diakses 19 Juni 2018.
Health Nursing: Promoting The Health
of Population. 3nd ed., Philadelphia:
Davis Company.
Rachmawati, FA. 2012. Hubungan kepemilikan
jamban dengan kejadian diare pada
balita di Desa Jatisobo Kecamatan
Polokarto Kabupaten Sukoharjao.
Surakarta. Prodi Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadirah Surakarta.
[Online].eprints.ums.ac.id. Diakses 18
Juni 2018.

23
STUDI KOMPARASI TERAPI KOMPLEMENTER YOGA DAN TERAPI
MODALITAS AKTIVITAS KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN
MENGENDALIKAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT KHUSUS
PROVINSI SULAWESI SELATAN

Indirawaty1*, Rahman2, Sumirah BP3, Khaerunnisa4


1,2
Dosen Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Makassar
3
Dosen Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang
4
Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Makassar
*e-mail: indirawaty13@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi komplementer dari meditasi yoga
pada pasien stres di jiwa psikis Rumah Sakit Daerah Khusus Provinsi Sulawesi Selatan.
Rancangan penelitian True Experimen Design True Experimental Design. Populasi dalam
penelitian ini semua pasien stres yang datang untuk mengunjungi di rumah sakit khusus
poliklinik Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 60 responden yang terdiri dari 30 responden pada
kelompok tanpa intervensi 30 orang untuk kelompok intervensi. Tes statistik meliputi: Tes
Mann Whiteney dan uji Wilcoxon. Hasil uji analisis ini diperoleh data bahwa nilai hasil
menunjukkan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima yang artinya tidak ada perbedaan tingkat
stres rata-rata pada kelompok tanpa intervensi dan intervensi kelompok selama pretest.
Hasilnya menunjukkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada perbedaan rata-
rata tingkat stres dalam kelompok tanpa intervensi dan kelompok intervensi pada posttest.
Hasil uji statistik di atas memberikan kita gambaran bahwa ada dua kelompok dalam
penelitian ini, kelompok responden diobati hanya dengan terapi farmakologi, dan satu
kelompok responden yang diobati dengan terapi farmakologis dan terapi komplementer
meditasi yoga. Yoga meditasi adalah latihan mental yang dapat menyeimbangkan fisik,
emosional, mental, dan spiritual seseorang. Orang bermeditasi untuk mengurangi kecemasan,
stres, dan depresi. Kedamaian jiwa yang diperoleh melalui meditasi yang baik akan
meringankan stres dan memungkinkan seseorang untuk berpikir lebih jernih. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelompok yang diberikan terapi farmakologis dan terapi komplementer
memiliki tingkat kesembuhan yang jauh lebih tinggi daripada kelompok responden yang
hanya menerima terapi farmakologis.
Kata Kunci: Terapi Komplementer, Meditasi Yoga, Stress

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of complementary therapies of yoga meditation on
stress patients in the psychic soul of the Regional Special Hospital of South Sulawesi
Province. True Experiment Design Design True Experimental Design design. The population
in this study all the stress patients who came to visit in polyclinic special hospital of South
Sulawesi province amounted to 60 respondents consisting of 30 respondents in the group
without intervention 30 people for the Sugiono intervention group. The statistical tests
include: Mann Whiteney test and Wilcoxon test. Result of analysis test using Mann Whiteney
got data that result value indicated that Ha rejected and Ho accepted which mean there is no
difference of average of stress level in group without intervention and intervention group
during pretest. Result of analysis test The result shows that Ha accepted and Ho is rejected
which means there is difference of average of stress level in group without intervention and
intervention group at posttest. The above statistic test result give us picture that there are two

28
groups in this research, that is group of respondents treated only with pharmacological
therapy, and one group of respondents treated with pharmacological therapy and
complementary therapies of yoga meditation. The results showed that the group given
pharmacological therapy and complementary therapies had a much higher cure rate than the
group of respondents who received only pharmacological therapy.
Keywords: Complementary therapies, Yoga meditation, Stress

PENDAHULUAN oleh Isnaeni (2008) tentang "Efektifitas


Menurut data WHO (2011), orang Kegiatan Kelompok Terapi Stimulasi
dengan gangguan mental menempati Persepsi Hallucinations Terhadap
tingkat yang luar biasa. Lebih dari 24 juta Penurunan Kecemasan Mendengar Pasien
orang mengalami gangguan mental yang Pasien", didapatkan perbedaan tingkat
parah. Indonesia menjadi peringkat kecemasan pasien sebelum dilakukan
pertama dengan gangguan mental terapi aktivitas Kelompok dan setelah
terbanyak. Berdasarkan data penelitian dilakukan Terapi Kegiatan Kelompok.
kesehatan dasar (Riskesdas, 2013), Terapi yoga dalam dunia
prevalensi gangguan jiwa berat pada keperawatan dikenal sebagai terapi
populasi Indonesia 1,7 permil. Gangguan komplementer. Terapi komplementer
mental berat utama di Yogyakarta (2,7%), adalah cara mengobati penyakit sebagai
Aceh (2,7%), Sulawesi Selata (2,6%), Bali dukungan untuk Pengobatan Medis
(2,3%) dan Jawa Tengah (2,3%). Konvensional atau sebagai Pengobatan
Gangguan jiwa di Sulawesi Utara saja Pilihan Lain di luar Pengobatan Medis
0,8%. Konvensional. Berdasarkan data yang
Salah satu gangguan mental yang bersumber dari Organisasi Kesehatan
dimaksud adalah skizofrenia. Gangguan Dunia pada 2005, 75-80% populasi dunia
perseptual utama pada pasien skizofrenia pernah mengalami perawatan non-
adalah halusinasi, jadi halusinasi adalah konvensional. Menurut Majalah Kompas,
bagian dari kehidupan pasien. Pasien yang Maret (2013). Data di Amerika Serikat
mengalami halusinasi biasanya mengalami menunjukkan bahwa 3% pasien di sana
gangguan dalam menilai dan memilih melakukan terapi keseimbangan jiwa dan
sehingga perilaku pasien sulit dipahami. raga karena rekomendasi dokter mereka.
Pasien dengan gangguan psikotik psikotik Pada 2007, 38% orang Amerika
mengalami gangguan dalam menggunakan pengobatan alternatif dan
mengidentifikasi rangsangan internal dan komplementer. Terapi keseimbangan tubuh
eksternal, tidak dapat membedakan delusi dan jiwa, seperti yoga atau tai-chi yang
dan fakta dan percakapan pasien tidak mulai dikenal sejak tahun 2002. Saat ini,
sesuai dengan kenyataan. Ini menyebabkan popularitas telah meningkat menjadi 75%.
pasien merasa asing dan memicu Setelah disurvei, ternyata lebih dari 3%
terjadinya kecemasan pada pasien (Keliat, orang melakukan terapi atas saran dokter
2004). mereka. Penelitian ini dilakukan
Terapi aktivitas kelompok adalah berdasarkan Survei Wawancara Kesehatan
salah satu modalitas terapi yang dilakukan Nasional 2007 dari 23.000 rumah tangga.
oleh perawat untuk sekelompok pasien Hasil survei menunjukkan bahwa 6,3 juta
yang memiliki masalah keperawatan orang menggunakan terapi keseimbangan
serupa. Terapi aktivitas kelompok sering jiwa dan raga berdasarkan rekomendasi
digunakan dalam praktek kesehatan dokter dan 34,8% melakukannya atas
mental, bahkan terapi kelompok saat ini inisiatif mereka sendiri. Kelompok yang
adalah kegiatan penting dari keterampilan mengikuti saran dokter umumnya memiliki
terapeutik dalam keperawatan (Keliat, kesehatan yang lebih buruk. "Para dokter
2004). Hasil penelitian yang dilakukan menyarankan pasien untuk melakukan

29
terapi komplementer sebagai upaya pikiran, jiwa, dan emosi seseorang, tingkat
terakhir ketika terapi konvensional gagal, stres juga akan berkurang. Meditasi adalah
jadi kami menduga jika terapi teknik untuk menormalkan fungsi otak
komplementer dilakukan sejak awal yang memengaruhi suasana hati dan
mereka mungkin lebih baik," kata Dr Aditi perasaan atau perasaan kita. Dengan
Nerurkar dari Harvard Medical School meditasi penyakit yang paling tepat yang
yang melakukan penelitian. berasal dari pikiran manusia dapat
Sekarang semakin banyak dokter dikendalikan dengan baik.
yang tidak hanya mengandalkan obat- Menurut catatan medis Rumah
obatan farmasi untuk menyembuhkan Sakit Khusus Provinsi Sulawesi Selatan
pasien mereka, tetapi juga terapi jumlah pasien gangguan jiwa telah
komplementer seperti yoga atau meditasi. meningkat dari tahun ke tahun ini
Kecenderungan yang sama juga bisa dibuktikan pada tahun 2005 ada sekitar
dilihat di daerah perkotaan di Indonesia. 400 orang dengan gangguan mental, pada
Meski tidak dianjurkan dokter, tahun 2006 naik menjadi 563 pasien dan
terapi komplementer seperti yoga atau pada tahun 2007 meningkat menjadi 592
meditasi kini makin mudah ditemukan, orang. Dan yang paling pengecut adalah
bahkan termasuk dalam program di pusat data tahun 2011 dimana peningkatan
kebugaran. Menurut dr. Surjo Dharmono, presentasi gangguan mental sebanyak
Sp.KJ (K) dari Departemen Psikiatri 11.353 orang.
Fakultas Kedokteran Universitas Rumah Sakit Daerah Khusus
Indonesia, terapi meditasi seperti itu Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari
dianjurkan kepada pasien untuk tidak rumah sakit pusat stroke dan rumah sakit
mengobati penyakit, tetapi tujuannya jiwa dengan tipe A, dan merupakan rumah
adalah untuk mengurangi stres karena sakit rujukan Indonesia Timur. Rumah
penyakit yang diderita. Ketika stres Sakit Jiwa Makassar terletak di tengah kota
berkurang, sistem kekebalan tubuh akan dan merupakan rumah sakit tertua di
meningkat sehingga penyakit ini Indonesia.
diharapkan dapat sembuh lebih cepat. Berdasarkan data yang
Meditasi yoga adalah latihan digambarkan di atas gangguan mental telah
mental yang dapat menyeimbangkan fisik, meningkat dari tahun ke tahun yang
emosional, mental, dan spiritual seseorang. membutuhkan penanganan serius, untuk
Orang bermeditasi untuk mengurangi mencari solusi kemudian, peneliti ingin
kecemasan, stres, dan depresi. Kedamaian membuktikan bahwa terapi komplementer
jiwa yang diperoleh melalui meditasi yang yoga meditasi dapat membantu pasien
baik akan meringankan stres dan psikiatri, terutama mereka yang mengalami
memungkinkan seseorang untuk berpikir gangguan kognitif: halusinasi
lebih jernih. Jadi ketika seseorang pendengaran.
menghadapi masalah di mana diperlukan
untuk dapat menemukan solusi. Banyak METODE
penelitian telah menunjukkan bahwa orang Metodologi penelitian ini ialah
secara rutin melakukan meditasi Yoga peneliti menguraikan tentang jenis
dalam kehidupan sehari-hari terlihat penelitian, subjek atau objek, variable, cara
percaya diri dan berwibawa. Para ahli di pengumpulan data dan teknik analisis data,
bidang medis percaya bahwa jika meditasi serta waktu dan lokasi penelitian secara
secara klinis terbukti menormalkan jelas. Metode penelitian harus menjelaskan
tekanan darah, detak jantung dengan secara utuh tahap penelitian yang jelas,
menurunkan frekuensi pernapasan luaran indicator, capaian yang terukur
sehingga kebutuhan oksigen dapat disetiap tahap. Terdapat penjelasan yang
dikurangi. Seiring dengan relaksasi lebih rinci pada bagian instrument

30
pengumpulan data, bahan dan prosedur dan posttest pada kelompok Yoga. Dimana
kerja dan teknik analisisnya. variabel pretest memiliki nilai minimum 7,
Desain penelitian yang digunakan maksimum 14 dan median 9. Sedangkan
adalah Quasi experimental dengan variabel posttest memiliki nilai minimum
rancangan perbandingan kelompok statis 16, maksimum 26 dan median 30. Hasil
(statis group comparism) yaitu kelompok penelitian ini mengambarkan bahwa
intervensi pertama menerima perlakukan kemampuan mengendalikan hallusinasi
(X1), kemudian dilakukan pengukuran, setelah diberikan intervensi Yoga terjadi
hasilnya dibandingkan dengan kelompok kenaikan minimum dari 7 menjadi 16,
intervensi kedua yang menerima perlakuan maksimum dari 14 menjadi 26, dan
(X2). Pada penelitian ini, membandingkan mediannya dari 9 menjadi 30, yang berarti
dua kelompok intervensi, satu kelompok ada kemajuan klien dalam mengendalikan
intervensi penerima perlakuan pemberian hallusinasi setelah pelaksanaan terapi
Yoga, dan satu lagi menerima perlakuan komplemneter Yoga. Hal ini sejalan
pemberian terapi aktivitas kelompok. dengan hasil review yang dilakukan
Desain Penelitian Quasi Experiment terhadap 16 responden yang dilakukan
dengan kelompok statis. menunjukkan bahwa jika melakukan yoga
Populasi adalah seluruh subjek atau secara efektif memiliki efek positif bagi
objek dengan karakteristik tertentu yang orang-orang dengan keluhan depresi dan
akan diteliti. Subjek penelitian ini adalah susah tidur. Begitu juga dengan orang-
seluruh pasien halusinasi pendengaran orang yang menderita skizofrenia dan
yang dirawat di bangsal. Subjek dalam ADHD. Dari kajian studi tersebut, praktek
penelitian ini sebanyak 60 orang. yoga mempengaruhi proses membawa
Sampel penelitian adalah sebagian pesan kimia dalam otak, peradangan tubuh
objek yang diteliti dan dianggap mewakili dan faktor biologis lainnya. "Manfaat ini
seluruh populasi, Notoatmodjo (2008). ternyata sama dengan obat antidepresan
Objek dalam penelitian ini berjumlah 60 dan psikoterapi," kata peneliti Dr. P.
responden, teknik pengambilan sampel Murali Doraiswamy, seorang profesor
dalam penelitian ini menggunakan teknik psikiatri dan kedokteran di Medical Centre
non probability sampling dengan Universitas Duke.
pendekatan consecutive dengan cara semua Gambaran terapi modalitas Terapi
subjek yang ada dan memenuhi kriteria AKtivitas Kelompok terhadap kemampuan
sampel akan dipilih dalam penelitian ini mengendalikan hallusinasi sebelum dan
sampai semua jumlah subjek yang sesudah diberikan intervensi Terapi
diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & aktivitas kelompok modifikasi kuis siapa
Ismael, 2009) sampel penelitian ini berani.
mempunyai kriteria insklusi dan ekslusi. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 30 pasien yang menderita
HASIL hallusinasi pendengaran hal ini dapat
Gambaran terapi komplementer tergambar pada Tabel 5.3. Hasil uji
yoga terhadap kemampuan mengendalikan Wilxoson memberikan gambaran bahwa
hallusinasi sebelum dan sesudah diberikan kemampuan mengendalikan halusinasi
intervensi Yoga. sebelum dan sesudah diberi intervensi pada
Sampel dalam penelitian ini kelompok Terapi Aktivitas Kelompok
sebanyak 30 responden yang diberikan menunjukkan nilai P sebesar 0,000 (<
intervensi Yoga yang hasilnya dapat 0,05), yang berarti bahwa ada perbedaan
tergambar pada Tabel 5.4. menunjukkan kemampuan mengendalikan halusinasi
nilai P sebesar 0,000 (< 0,05), yang berarti pada saat pretest dan posttest pada
bahwa ada perbedaan kemampuan kelompok Terapi Aktivitas Kelompok,
mengendalikan halusinasi pada saat pretest dimana variabel pretest memiliki nilai

31
minimum 7, maksimum 14 dan median 8. meditasi adalah kegiatan mental terstruktur
Sedangkan variabel posttest memiliki nilai dan dilakukan selama jangka waktu
minimum 12, maksimum 23 dan median tertentu untuk menganalisis, menarik
19. kesimpualan, dan mengambil langkah-
Dari hasil penelitian ini langkah lebih lanjut untuk menyikapi,
mengambarkan bahwa sebelum menentukan tindakan atau menyelesaikan
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok ke masalah pribadi hidup dan perilaku, Dalam
30 pasien dilaksanakan pretest, dimana Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
hasil pretes menunjukkan nilai minumun meditasi diartikan sebagai pemusatan
sebanyak 7, sedangkan setelah diadakan pikiran dan perasaan untuk mencapai
intervensi terapi aktivitas kelompok terjadi sesuatu. Dari segi etimologi meditasi
kenaikan nilai minimum sebanyak 23, nilai berasal dari bahasa Latin yaitu meditatio
minimum ini diperoleh dari jawaban hasil artinya hal bertafakur, hal merenungkan,
pengisian kuesioner yang menunjukkan memikirkan, mempertimbangkan; atau
kemampuan menjawab pertayaan yang latihan, pelajaran persiapan. Budi Prayitno
paling rendah 7 yang memberi gambaran (2014) mengemukakan bahwa dari segi
bahwa ada kemajuan mengendalikan terminology meditasi adalah penggunaan
hallusinasi setelah pasien mengikuti pikiran terus menerus untuk merenungkan
kegiatan terapi aktivitas kelompok beberapa kebenaran, misteri atau objek
modifikasi metode kuis siapa berani. penghormatan yang bersifat keagamaan
sebagai latihan ibadah. Kata yoga
PEMBAHASAN merupakan bahasa sanskerta. Berasal dari
Terapi Komplementer merupakan kata “Yuj”, konon perkataan “Yoke”
cara penanggulangan penyakit yang dalam bahasa Inggris atau “Juk”, juga
dilakukan sebagai pendukung pengobatan berasal dari kata kerja “Yuk”. Jadi dapat
medis konvensional atau sebagai dimaksudkan “Yuj” ini berarti sesuatu
pengobatan pilihan lain diluar pengobatan yang “menyatukan”. Dengan demikian
medis yang konvensional. Terapi orang memerlukan “penyatuan” atau
Komplementer adalah semua terapi yang pemusatan tenaga dan pikiran untuk
digunakan sebagai tambahan untuk terapi mencapai tujuan yang didambakan. Atau
konvesional yang direkomendasikan oleh dengan kata lain berarti mengendalikan,
penyelenggara pelayanan kesehatan mengatur, berkonsentrasi dan berfungsi
induvidu. WHO mendefinisikan menyelaraskan tubuh, jiwa dan pikiran
Pengobatan Komplementer adalah kita. Yoga yang berarti penggabungan atau
pengobatan non konvensional yang bukan penyatuan (Kresna GL,2014). Menurut
berasal dari Negara yang bersangkutan. Widagdo (2013) bahwa Yoga merupakan
Meditasi adalah latihan olah jiwa yang latihan memperbaiki postur tubuh,
dapat menyeimbangkan fisik, emosi, memperkuat otot, melindungi tulang-
mental dan spiritual seseorang. Dewasa ini, tulang punggung, mencegah osteoporosis,
orang melakukan meditasi untuk memperlancar aliran darah, melindungi
mengurangi kecemasan, stress, dan jantung, membersihkan limfa, menurunkan
depresi. Budi Payitno (2014) tekanan darah, dan menurunkan gula
mengemukakan bahwa ketenagaan jiwa darah.
yang diperoleh melalui meditasi yang baik Gangguan jiwa atau penyakit jiwa
oleh sebagian orang diyakini akan merupakan penyakit dengan multi kausal,
meredakan stress dan memungkinkan suatu penyakit dengan berbagai penyebab
seseorang menghadapi suatu masalah, yang sangat bervariasi. Kausa gangguan
dimana ia dituntut untuk bisa menemukan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa
sebuah solusi, ia akan memberikan solusi pada area organobiologis, area
terbaik. Ananda Krisna mengemukakan psikoedukatif, dan area sosiokultural.

32
Dalam konsep stress-adaptasi penyebab tertentu seperti bicara sendiri, marah, atau
perilaku maladaptive dikostrukkan sebagai berespon lain yang membahayakan diri
tahapan mulai adanya factor predisposisi, sendiri, orang lain, dan lingkungan. Hal
factor presipitasi dalam bentuk stressor serupa dapat bersikap mengamati orang
pencetus, kemampuan penilaian terhadap lain yang tidak bicara atau benda mati
stressor, sumber koping yang dimiliki, dan yang seakan-akan berbicara padanya.
bagaimana mekanisme koping yang dipilih (Nasution, 2003) Halusinasi merupakan
oleh seorang individu. Dari sini kemudian tanda khas dari gangguan skhizofrenia dan
baru menentukan apakah perilaku individu merupakan manifestasi dari metankolia
tersebut adaptif atau maladaptive. involusi, psikosa, depresi, dan sindrom
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa otak organik.
memiliki persepsi yang berbeda-beda
terhadap apa yang dimaksud gangguan KESIMPULAN
jiwa dan bagaimana gangguan perilaku Terapi komplementer adalah terapi
terjadi. Perbedaan pandangan tersebut yang digunakan secara bersama-sama
tertuang dalam bentuk model konseptual dengan terapi lain dan bukan untuk
kesehatan jiwa. Pandangan model menggantikan terapi medis. Meningkatkan
psikoanalisa berbeda dengan pandangan kesehatan dan kesejahteraan. Terapi
model social, model perilaku, model komplementer bertujuan untuk
eksistensial, model medical, berbeda pula mengendalikan hallusinasi pada pasien,
dengan model stress-adaptasi. Masing- sehingga meningkatkan kesehatan,
masing model memiliki pendekatan unik mencegah penyakit, menghindari atau
dalam terapi gangguan jiwa. Berbagai meminimalkan efek samping, gejala-
pendekatan penanganan klien gangguan gejala, dan atau mengontrol serta
jiwa inilah yang dimaksud dengan terapi menyembuhkan penyakit.
modalitas. Suatu pendekatan penanganan
klien gangguan yang bervariasi yang SARAN
bertujuan mengubah perilaku klien Diharapkan Peran Perawat dalam
gangguan jiwa dengan perilaku Terapi Komplementer ialah sebagai pelaku
maladaptifnya menjadi perilaku yang dari terapi komplementer selain dokter dan
adaptif. (Stuart & Sundenn, 1998) praktisi terapi, sehingga diharapkan terapi
Halusinasi adalah gangguan penyerapan komplenter meditasi yoga dan Task
(persepsi) panca indera tanpa adanya diprogram (dimasukkan sebagai intervensi
rangsangan dari luar yang dapat meliputi keperawatan jiwa yang ada di setiap
semua sistem penginderaan dimana terjadi tatanan pelayanan kesehatan jiwa sebagai
pada saat individu sadar dengan baik. terapi nonfarmakologi), yang meliputi
(Townsend, 2002) Halusinasi atau salah pendekatan perilaku, pendekatan kognitif,
persepsi indrawi yang tidak berhubungan serta relaksasi. salah satu jenis terapi yang
dengan stimulus eksternal yang nyata, dapat menimbulkan relaksasi sehingga
mungkin melibatkan salah satu dari lima dapat mengontrol hallusinasi pendengaran
indra. Halusinasi yaitu gangguan persepsi Dengan penelitian ini diharapkan
(proses penyerapan) pada panca indera menghasilkan pedoman (modul untuk
tanpa adanya rangsangan dari luar, pada perawat) sebagai pedoman dalam
pasien dalam keadaan sadar. pelaksanaan terapi komplementer meditasi
Pada gangguan jiwa skizofrenia, yoga dan modul terapi komplementer
halusinasi pendengaran merupakan hal aktivitas kelompok dengan modifikasi
yang paling sering terjadi, dapat berupa metode kuis siapa berani.
suara-suara bising atau kata-kata yang
dapat mempengaruhi tingkah laku,
sehingga dapat menimbulkan respon

33
KEPUSTAKAAN Rokhmah, R, N. 2010. Hubungan Meditasi
Daley, Debra. 2011. 30 Menit Untuk Bugar dalam Yoga dengan Daya Tahan
dan Sehat. Penerbit: Bhuana Ilmu Terhadap Stress Pada Paguyuban
Gramedia Yogiswaran Surakarta. http://etd.
Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Riset eprints. ums.ac.id/858/. Diakses
Keperawatan dan Teknik jumat 7 Februari 2015.
PenulisanIlmiah. Penerbit: Salemba Saryono. 2011. Metodologi Penelitian
Medika. Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi
Lebang, Erikar. 2014. Yoga Sehari-hari. Pemula. Bandung: PT Refika
Penerbit: Pustaka Bunda. Aditama
Notoatmodjo, Soekijo. 2010. Kesehatan. Setiadi. 2007. Riset Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Surabaya: Penerbit Graha Ilmu.
Utama Sindhu, P. 2009. Yoga Untuk Kehamilan
Notoatmodjo, Soekijo. 2010. Metodologi Sehat, Bahagia dan Penuh Makna.
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Bandung: Penerbit Mizan Pustaka.
Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Siska, Connie. 2010. Statistik Kesehatan.
Prayitno, Budi. 2014. Meditasi Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
Penyembuhan dari Dalam. Penerbit: Sugiyono,2011, Metode Penelitian
Flashbooks. Kombinasi (Mixed Methods.
Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Bandung: PT Refika Aditama
Variabel-variabel Penelitian. Yosep I. 2009. Keperawatan Jiwa.
Penerbit: Alfbeta Bandung. Bandung: PT Refika Aditama

34
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE STRATAGEM DENGAN MEDIA
AUDIOVISUAL TERHADAP PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

(THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION THROUGH AUDIOVISUAL MEDIA


STRATAGEM METHOD TOWARD THE KNOWLEDGE OF TEENAGE
REPRODUCTIVE HEALTH)

Reza Riyady Pragita1*, Retno Purwandari2, Lantin Sulistyorini3


1,2,3
Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp/Fax. (0331) 323450
*e-mail: rezariyadypragita1142@gmail.com

ABSTRAK

Pendidikan kesehatan reproduksi melalui cooperative learning tipe group cooperative game
stratagem media audiovisual merupakan inovasi dalam pemberian pesan-pesan kesehatan
dalam upaya peningkatan derajat kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh pemberian pendidikan kesehatan melalui metode stratagem media
audiovisual terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja dan enganalisis
perbedaan pengaruh dari peberian pendidikan kesehatan etode stratage . Variabel penelitian
disini adalah pendidikan kesehatan dengan metode stratagem media audiovisual dan
pendidikan kesehatan metode ceramah sebagai variabel independent. Variabel dependent
dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Penelitian ini
melibatkan 15 orang sebagai kelompok eksperiment, dan 15 orang sebagai kelompok kontrol
dengan menggunakan proporsional stratified random sampling. Uji statistik yang digunakan
adalah Wilcoxon dan Mann Whitney. Hasil data yang p nilai 0,014 dan 0,016 (α <0,05). Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan
melalui metode stratagem media audiovisual pada pengetahuan remaja mengenai kesehatan
reproduksi dan terdapat perbedaan pengaruh dalam pendidikan kesehatan melalui metode
stratagem media audiovisual dan metode konvensional ceramah. Kesimpulan dari penelitian
ini bahwa metode straragem mampu meingkatka pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi. Rekomendasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam memberikan
pendidikan kesehatan terutama kesehatan reprodksi pada remaja diperlukannya inovasi yang
mampu mengajak remaja berperan aktif dalam pendidikan kesehatan salah satunya dengan
menggunakan metode kooperatif seperti stratagem dan media audiovisual.
Kata kunci : Remaja, Pendidikan Kesehatan, Kesehatan Reproduksi.

ABSTRACT

Teenagers have experienced changes in biological, psychological and social aspects.


Teenagers are lacking of the knowledge regarding reproductive health. The purpose of this
research was to analyze the effect of health education through audiovisual media stratagem
method toward the knowledge of teenage reproductive health at SMPN 14 Jember. This
research involved 15 individuals who served as the experiment group, and 15 individuals
who served as the controlgroup by using proportional stratified random sampling. The
statistical test used was Wilcoxon and Mann Whitney. Results of the data is p value of 0.014
and 0.016 (α <0.05). The conclusion of this research stated that there is a significant effect
between health education through audiovisual media stratagem method on the knowledge of
teenagers in SMPN 14 Jember regarding reproductive health and the variance in the effect of
35
health education through audiovisual media stratagem method and conventional methods.
Recommendations of this research suggest that teenagers create reproductive health groups
that play an active role in the prevention of teenagers’ reproductive health issues by using
cooperative methods.
Keywords: Teenagers, Health Education, Reproductive Health

PENDAHULUAN kesehatan reproduksi pada remaja adalah


Remaja dalam masa melalui pendidikan kesehatan. Perawat
perkembangannya terjadi banyak sebagai pemberi layanan asuhan
perubahan, baik secara biologis, psikologis keperawatan memiliki peran sebagai
maupun kognitif, yang pada umumnya pendidik (educator). Perawat memiliki
menjadi lebih cepat pematangan fisik dari fungsi memberikan pelayanan serta
pada proses pematangan kejiwaan atau meningkatkan kesehatan individu dan
psikososial dari remaja. Remaja seringkali memberikan pendidikan kesehatan kepada
kekurangan informasi dasar mengenai populasi remaja sekolah, termasuk tentang
kesehatan reproduksi, dan keterbatasan kesehatan reproduksi remaja (Nursalam,
dalam mengakses pelayanan kesehatan 2008). Pendidikan kesehatan tidak lepas
reproduksi serta terjamin kerahasiaannya halnya dari proses belajar mengajar.
(Depkes, 2008; BKKBN, 2011). Banyak Strategi yang berkembang dan mampu
remaja terlibat dalam perilaku seksual meningkatkan motivasi, pengetahuan, dan
berisiko pada kesehatan yang tidak perubahan sikap pada peserta didik
diinginkan. Hasil penelitian, diperkirakan terhadap sebuah pembelajaran.
8.300 remaja di 40 negara melaporkan ke Stratagem merupakan teknik
CDC memiliki infeksi HIV pada tahun permainan belajar akademik yang
2009, hampir setengah dari 19 juta PMS dikembangkan oleh Bell Gredler pada
baru setiap tahun diantaranya remaja. tahun 1994 (Susilana dan Riyana, 2009).
Lebih dari 400.000 gadis remaja berusia Metode stratagem sesuai dengan tahap
15-19 tahun melahirkan pada tahun 2009 perkembangan kognitif remaja, dimana
(CDC, 2013). Hasil Studi Pendahuluan di remaja telah mencapai puncak berpikir
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember kognitif, yakni remaja telah mencapai
(2014), Puskesmas Sumbersari merupakan periode operasional formal.Metode mampu
puskesmas yang melaporkan kasus meningkatkan pengetahuan, namun
kesehatan remaja secara rutin ke kabupaten diperlukannya media sebagai penunjang
Jember dengan sasaran kesehatan dalam performa dalam proses belajar
reproduksi remaja dalam sekolah adalah mengajar. Salah satu media yang dapat
13.041 remaja dengan 4932 diantaranya dipergunakan saat ini adalah media
adalah remaja usia 10-14 tahun yakni audiovisual. Penggunaan media yang
remaja awal. Hasil studi pendahuluan di menyingkronkan dua media yakni media
Puskesmas Sumbersari (2014), jumlah total audio dan media visual yang dapat
peserta didik di SMP Negeri 14 Jember menimbulkan komunikasi dua arah antara
tahun 2015 adalah 437 peserta didik pendidik dan peserta didik dalam proses
dengan 3 siswi mengundurkan diri karena belajar mengajar. Kelebihan media video
menikah di usia dini dan 1 orang adalah memberikan pesan yang dapat
meninggal dunia. Hasil data-data yang diterima lebih merata, lebih baik untuk
didapatkan, ternyata masih kurangnya menerangkan sebuah proses, mengatasi
informasi mengenai kesehatan reproduksi keterbatasan ruang dan waktu, lebih
remaja pada peserta didik di SMP Negeri realistis, dapat diulang-ulang dan
14 Jember. Upaya yang mampu memberikan kesan yang mendalam
menerangkan pengetahuan mengenai (Arikunto, 2006).
36
Pendidikan kesehatan reproduksi Peneitian ini mengunakan alat ukur
melalui cooperative learning tipe group kuesioner yang dkutip dari BKKBN (2011)
cooperative game: stratagem media dan dimodifikasi menjadi Hasil penilaian
audiovisual merupakan inovasi dalam ini diklasifikasikan menjadi tiga kategori
pemberian pesan-pesan kesehatan dalam yaitu baik (>76%), cukup (56-76%), dan
upaya peningkatan derajat kesehatan. Maka kurang (<56%) (Arikunto, 2006).
peneliti memiliki hipotesis bahwa ada Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 14
pengaruh pemberian Pendidikan Kesehatan Jember yang terletak di Jalan Koptu
mengguanakan Metode Stratagem dengan Berlian No. 14 Jember, Kecamatan
media audiovisual terhadap tingkat Sumbersari Kabupaten Jember Provinsi
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja Jawa Timur. Pengambilan data pretest
dan terdapat perbedaan pengaruh antara dilakukan serentak bersama dengan inform
pemberian Pendidikan Kesehatan consent yang dilakukan pada tanggal 7 Mei
mengguanakan Metode Stratagem dengan 2015, dilanjutkan dengan penjelasan
media audiovisual dan pemberian mengenai penelitian selaa 50 menit. Pada
Pendidikan Kesehatan mengguanakan hari ke dua dilanjukan dengan pendidikan
Metode Konvensional terhadap tingkat kesehatan dengan materi Kesehatan
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Reproduksi Remaja selama 200 menit pada
masing-masing kelompok. Pada kelompok
METODE perlakuan dilakukan pendidikan kesehatan
Jenis penelitian yang dilakukan metode Stratagem dan media audiovisual.
adalah penelitian quasi eksperiment design Pada control dilakukan metode
pendekatan non-equivalent control group. konvensional ceramah. Pengambilan data
Populasi dalam penelitian ini adalah semua post test pada tanggal 15 Mei 2015.
remaja di SMP Negeri 14 Jember yang Berikut skema pendidikan kesehatan
berjumlah 437 remaja. Tekhnik metode stratagem media audiovisual.
pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Proportional Persiapan:
Remaja dibagi ke dalam kelompok kecil
stratified random sampling dengan jumlah berjumlah 4-5 orang;
sampel sebanyak 30 sampel dengan 15 Pemateri berperan sebagai Banker;
remaja kelompok kontrol dan 15 remaja Setiap kelompok diberikan modal yang sama;
kelompok eksperiment dengan kriteria
inklusi siswa berstatus aktif di SMP N 14 Peramainan Stratagem:
Jember, brusia remaja awal mengikuti Peneliti menampilkan video tentang kesehatan
reproduksi remaja;
proses pendidikan kesehatan dari awal
Setelah melihat video, setiap klompok mendapat
sapai akhir, sudah mengalami pubertas dan 1 pertanyaan ingatan, 1 pertanyaan aplikasi, dan
kriteria eksklusi yaitu mengundurkan diri 2 pertanyaan analisis;
dan tidak mengikut proses pendidikan Setiap kelompok diberikan kesempatan
kesehatan sesuai prosedur. melakukan taruhan dari modal yang diberikan;
Setiap kelompok diberikan kesempatan
Uji statistik yang digunakan adalah
berdiskusi maksimal 2 menit sebelum menjawab
wilcoxon rank test untuk menguji pertanyaan;
perbedaan tingkat pengetahuan remaja Apabila jawaban benar, maka kelompok berhak
sebelu dan sesudah diberikan perlakuan mendapat kelipatan dari taruhannya;
pendidikan kesehatan dan mann withney Apabila kelompok salah atau tidak mampu
menjawab, maka dipersilahkan kelompok lain
untuk menguji perbedaan hasil antara
untuk menjawab dan mendapatkan taruhan yang
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol telah ditaruhkan oleh kelompok sebelumnya.
dengan tingkat kepercayaan 95% (α< Terakhir, pemateri bertanggung jawab
0,05). menjelaskan dan memberikan tambahan-
tambahan terhadap jawaban yang kurang tepat.

37
Gambar 1. Skema Pendidikan Kesehatan terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi
Metode Stratagem Media Audiovisual remaja di SMP Negeri 14 Jember.
Pengaruh stratagem dan media
HASIL audiovisualterhadap pengetahuan
Pengetahuan remaja tentang kesehatan kesehatan reproduksi remaja di SMPN 14
reproduksi remaja sebelum dan sesudah Jember dapat diketahui dengan
diberikan di SMP Negeri 14 Jember menggunakan uji Wilcoxon.

Tabel 1. Pengetahuan Remaja Tentang Tabel 2. Pengetahuan Remaja Berdasarkan


Kesehatan Reproduksi Remaja Sebelum Indikator Pengetahuan Kesehatan
Dan Sesudah Reproduksi Remaja Sebelum

Sebelum Sesudah p value Sebelum


Pengetahuan
n % n % Kelompok
Kelo Kurang 4 26.7 0 0 Indikator Stratagem Kelompok
mpok Cukup 10 66.7 12 80 audiovisu ceramah
Strata
Pengetahuan
Baik 1 6.7 3 20 0,014 al
gem
audio Total 15 100 15 100 n % n %
visual Pengetahuan 2 13,33 7 46,67
Kelo Kurang 5 33.3 3 20 tentang organ-
mpok Cukup 10 66.7 12 80 organ reproduksi (2
0,083
ceram Baik 0 0 0 0 pertanyaan).
ah Total 15 100 15 100 Pengetahuan 9 57,78 7 46,67
tentang
Tabel 2 menjelaskan bahwa hasil pemeliharaan
penelitian sebelum perlakuan didapatkan organ-organ
lebih dari setengah remaja pada kedua reproduksi (3
kelompok berpengetahuan cukup. Setelah pertanyaan).
diberikan masing-masing perlakuan, Pengetahuan 9 60 8 53,33
sebagian besar remaja pada kedua tentang kematangan
kelompok pendidikan kesehatan berada seksual (9
pertanyaan).
pada kategori berpengetahuan cukup.
Pengetahuan 12 79,17 12 76,67
Hasil penelitian didapatkan nilai uji
tentang akibat
beda Wilcoxon match pairs test didapatkan hubungan seksual
p value pada kelompok metode stratagem pada masa remaja
dengan media audiovisual adalah sebesar (8 pertanyaan).
0,014. Pengambilan keputusan dilakukan Pengetahuan 8 55,56 8 51,11
dengan melihat derajat kesalahan (α=0,05) tentang kekerasan
dan karena p value <0,05 maka dapat seksual (3
disimpulkan Ha diterima yang berarti pertanyaan).
terdapat pengaruh yang sangat bermakna Pengetahuan 11 73,33 11 73,33
antara stratagem dan media tentang
audiovisualterhadap pengetahuan keterampilan hidup
kesehatan reproduksi remaja di SMP (1 pertanyaan).
Negeri 14 Jember. Pada kelompok
pendidikan kesehatan metode konvensional Tabel 3. Pengetahuan Remaja Berdasarkan
ceramah p value sebesar 0,083, karena p Indikator Pengetahuan Kesehatan
value >0,05 maka dapat disimpulkan Ha Reproduksi Remaja Sesudah
ditolak yang berarti tidak ada pengaruh
antara metode konvensional ceramah
38
Sesudah besar remaja mengetahui tentang akibat
Kelompok hubungan seksual masa remaja. Hasil
Indikator Stratagem Kelompok pengetahuan remaja setelah diberikan
Pengetahuan audiovisu ceramah pendidikan kesehatan metode konvensional
al ceramah adalah remaja sebagian besar
n % n % mengetahui tentang akibat hubungan
Pengetahuan 4 26,67 8 53,33 seksual masa remaja dan keterampilan
tentang organ- hidup.
organ reproduksi (2
pertanyaan). Tabel 4. Perbedaan Pengetahuanremaja
Pengetahuan 9 62,22 7 48,89 Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
tentang
Sesudah Diberikan Intervensi Pada
pemeliharaan
organ-organ Kelompok Metode Ceramah Dan
reproduksi (3 Kelompok Metode Stratagem Dengan
pertanyaan). Media Audiovisual
Pengetahuan 9 61,48 8 56,30
tentang kematangan Pengetahuan
p
seksual (9 Kuran
Kelompok Cukup Baik value
pertanyaan). g
Pengetahuan 13 84,17 12 80 n % n % n %
tentang akibat Metode
hubungan seksual stratagem
pada masa remaja dengan 0 0 12 80 3 20
(8 pertanyaan). media 0,016
Pengetahuan 9 60 8 55,56 audiovisual
tentang kekerasan Metode
3 20 12 80 0 0
seksual (3 Ceramah
pertanyaan).
Pengetahuan 15 100 11 73,33 Tabel 4 menjelaskan bahwa hasil
tentang penelitian dengan uji statistik Mann
keterampilan hidup Whitney didapatkan p value sebesar 0,016.
(1 pertanyaan). Pengambilan keputusan dilakukan dengan
melihat derajat kemaknaan (α = 0,05).
Tabel 2 dan 3 menjelaskan bahwa Nilai p value yang didapat dari hasil uji
remaja sebelum diberikan pendidikan statistik adalah ≤ 0,05 maka Ha diterima,
kesehatan metode stratagem dengan media artinya terdapat perbedaan pengaruh
audiovisual sebagian besar remaja metode pendidikan kesehatan dengan
mengetahui tentang pokok bahasan akibat stratagem media auidiovisual dan metode
hubungan seksual masa remaja. Hasil nilai ceramah terhadap pengetahuan antara
posttest didapatkan bahwa remaja sesudah kelompok metode stratagem dengan media
diberikan pendidikan kesehatan metode audiovisualdan kelompok metode ceramah
stratagem dengan media audiovisual terjadi di SMP Negeri 14 Jember.
peningkatan pengetahuan dalam indikator
materi pendidikan kesehatan reproduksi PEMBAHASAN
remaja yakni, seluruh remaja mengetahui Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan
tentang keterampilan hidup. Reproduksi Remaja Sebelum dan
Hasil penelitian pada kelompok Sesudah Pendidikan Kesehatan dengan
remaja sebelum mendapatkan pendidikan Cooperative Learning Tipe Group
kesehatan menggunakan metode Cooperative Game: Stratagem Media
konvensional ceramah diketahui sebagian Audiovisual
39
Pendidikan kesehatan berpengaruh Media yang digunakan adalah audio visual
terhadap pengetahuan remaja terhadap yang menggabungkan media yang dapat
kesehatan reproduksi remaja yang didengar sekaligus dapat dilihat, sehingga
diasumsikan karena penggunaan metode komunikasi dapat ditangkap dalam dua
cooperative berkelompok yakni stratagem indera, yakni pendengaran dan penglihatan.
dengan media audiovisual mengenai Hal ini meningkatkan motivasi dan
kesehatan reproduksi remaja. Pengajaran komunikasi dalam pembelajaran menjadi
yang baik bertujuan untuk menciptakan menarik dan dapat dimengerti karena
komunikasi yang efektif dan hasil remaja tidak hanya mengerti, namun juga
pembelajaran yang tepat. Penggunaan memiliki gambaran mengenai
media yang menyingkronkan dua media permasalahan kesehatan reproduksi remaja.
yakni media audio dan media visual yang Penerapan metode berkelompok
dapat menimbulkan komunikasi dua arah sangat cocok digunakan pada remaja.
antara pendidik dan peserta didik dalam Metode berkelompok dapat menjelaskan
proses belajar mengajar (Soetjiningsih, materi untuk menambah informasi atau
2007). materi baru kepada para remaja serta
Metode stratagem siswa dapat kegiatan berdiskusi dengan kelompok
melakukan diskusi dan saling menanyakan memiliki tujuan yaitu untuk melatih
sesuatu yang belum dimengerti sambil kerjasama dari para remaja danmembentuk
bermain dengan kelompok sebayanya nilai-nilai sosial dan kesetiakawanan sosial
tanpa tertekan dalam belajar karena dalam kerjasama dengan kelompok
permainan merupakan kegiatan yang (Universitas Kristen Satya Wacana, 2012).
ringan, menyenangkan dan kompetitif Remaja perkembangan psikososial
(Mubarak, Chayanti, Rozikin, dan Supradi, menganggap bahwa memiliki kelompok
2007). Pembelajaran dengan metode atau dapat bekerjasama dengan orang lain
stratagem terjadi komunikasi dua arah. adalah hal yang penting karena mereka
Mereka dapat menyelesaikan soal-soal akan menganggap bahwa dirinya
dengan bekerja sama, berdiskusi dalam merupakan bagian dari kelompok tersebut
kelompok yang heterogen. Remaja yang dan termotivasi dalam dirinya melalui
pandai dan telah menyimpulkan hasil kelompok (Yunita, 2009).
diskusi tersebut menjelaskan pada teman Gambaran hasil penelitian dapat
kelompoknya yang belum paham dan diketahui bahwa remaja memiliki
remaja mulai terbiasa mengkomunikasikan pengetahuan yang belum baik dalam
ide dan gagasannya dalam sebuah diskusi kesehatan reproduksi remaja terutama
serta menyimpulkan ide dan gagasan orang mengenai organ-organ reproduksi sehingga
lain. remaja masih belum mengenali alat dan
Metode permainan ini mempunyai fungsi organ-organ reproduksinya, dan
batas waktu dan aturan-aturan tertentu, hasil penelitian dikaitkan dengan kasus
dimana siswa dibagi menjadi beberapa drop out siswa akibat terjadinya
kelompok yang saling berkompetisi untuk pernikahan dini di sekolah tersebut, dapat
mencapai tujuan tertentu. Metode ini juga diketahui bahwa masih belum siapnya
dapat membentuk keterampilan sosial dari remaja dalam melakukan pernikahan di
peserta didik, sehingga dapat usia dini. Kesehatan reproduksi adalah
meningkatkan nilai-nilai sosial. Peneliti keadaan yang bukan hanya berorientasi
berpendapat bahwa teknik stratagem dan terhadap terbebasnya dari penyakit atau
media audiovisual ini dapat meningkatkan kecacatan dalam semua hal yang
motivasi remaja untuk belajar dan aktif berhubungan dengan sistem reproduksi
mengemukakan pendapat sehingga dapat namun keadaan sejahtera fisik, mental dan
meningkatkan pengetahuan dari remaja. sosial secara menyeluruh yang
40
berhubungan dengan sistem reproduksi, hal ini remaja masih belum siap dalam
fungsi dan prosesnya. Seorang yang menentukan aktivitas seksualnya.
dikatakan kesehatan reproduksinya baik
adalah ketika seseorang mampu memiliki Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan
kehidupan seks yang memuaskan, aman, Reproduksi Remaja Sebelum dan
dan memiliki kemampuan untuk Sesudah diberikan Pendidikan
bereproduksi serta bebas untuk Kesehatan dengan Metode Ceramah
memutuskan, kapan dan seberapa sering Tidak adanya pengaruh metode
melakukannya (Inter-agency Working konvensial ceramah terhadap pengetahuan
Group (IAWG) on Reproductive Health in kesehatan reproduksi remaja di SMP
Crises, 2010). Pengetahuan yang perlu Negeri 14 Jember. Metode ceramah
diketahui remaja mengenai kesehatan merupakan sebuah bentuk interaksi
reproduksi remaja adalah reproduksi yang komunikasi penyampaian materi
bertanggungjawab, informasi persiapan pembelajaran secara verbal oleh pengajar
pranikah yakni informasi yang diperlukan kepada remaja yang dalam prosesnya
guna persiapan mental, dan emosional sering terjadinya informasi yang kurang
dalam kehidupan berkeluarga setelah jelas karena biasanya hanya terjadi proses
menikah, serta kesiapan kehamilan, karena komunikasi satu arah yakni pengajar ke
remaja akan menghadapi permasalahan penerima dan pemberian gambaran
kehamilan dalam masa berkeluarga mengenai materi yang diterangkan.
(Depkes, 2008). Terjadinya banyak hambatan dalam
Remaja dalam hal ini harus komunikasi proses pembelajaran, salah
memiliki pengetahuan dan sikap yang baik satunya verbalisme, salah tafsir, gangguan
mengenai kesehatan reproduksinya karena pemahaman dan perhatian yang tidak
kesehatan reproduksi mencakup berpusat. Verbalisme atau yang dapat
keseluruhan reproduksi remaja dan diartikan bahwa remaja hanya mampu
sebelum mendapatkan kesehatan mengerti menyebutkan tanpa tahu arti dan
reproduksi remaja yang baik dan maknanya (Palupi, 2014).
kehidupan seks yang memuaskan, serta Kelas dengan metode ceramah yang
aman, remaja seharusnya memiliki merupakan metode konvensional, sering
kemampuan dan pengetahuan mengenai terjadinya komunikasi satu arah yang
organ, fungsi, proses, sehingga nanti mengakibatkan kebiasaan remaja hanya
mampu dalam memutuskan perihal terbiasa menunggu penjelasan dari pemberi
aktivitas seksualnya. materi (Santrock, 2007). Remaja dalam
Remaja belum siap dalam pembelajaran tidak punya inisiatif untuk
melakukan pernikahan pada usia dini. melakukan komunikasi yang berhubungan
Remaja dalam usia dini masih dalam status dengan materi pembelajaran yang sedang
emosi yang masih kurang stabil dan sering berlangsung. Remaja mengalami kesulitan
berubah-ubah, misalnya dalam waktu dalam mengkomunikasikan ide karena
tertentu mereka mampu bahagia dan waktu mereka khawatir jawabannya salah.
lainnya mereka bisa marah ataupun
menangis hingga menarik diri. Remaja Perbedaan Tingkat Pengetahuan
dalam kejiwaannya lebih sensitif (mudah Remaja tentang Kesehatan Reproduksi
menangis, cemas, frustasi dan tertawa), Remaja
agresif dan mudah bereaksi terhadap Terdapat perbedaan pengaruh
rangsangan luar yang berpengaruh (Wong, metode pendidikan kesehatan dengan
2009). Secara keseluruhan, remaja pada stratagem media auidiovisual dan metode
usia pertengehan seharusnya tidak ceramah terhadap pengetahuan kesehatan
melakukan pernikahan dini karena dalam reproduksi remaja di SMP Negeri 14
41
Jember. Peneliti berasumsi bahwa terdapat pembahasan. Salah satu hal yang terjadi
pengalaman yang berbeda antara kedua pada penelitian adalah gangguan
kelompok tersebut. Faktor yang pemahaman, perhatian yang tidak berpusat
mempengaruhi dalam peningkatan atau teralihkan, munculnya verbalisme,
pengetahuan adalah pengalaman (Mubarak, salah tafsir dan tidak terjadinya proses
Chayanti, Rozikin, dan Supradi, 2007). berpikir logis. Sedikit terjadinya proses
Peneliti berasumsi bahwa perbedaan yang berpikir, tidak munculnya jiwa kompetitif,
terjadi karena pengalaman yang berbeda dan komunikasi pada remaja karena dalam
yang dialami oleh kedua kelompok dalam proses belajar mengajar remaja tidak
penelitian ini. Pengalaman yang kurang mendapatkan peran banyak dalam metode
baik cenderung akan membuat seseorang ini.
untuk melupakan, akan tetapi pengalaman Remaja dengan pendidikan
yang menyenangkan akan suatu objek kesehatan metode stratagem dengan media
cenderung akan menimbulkankesan audiovisual memiliki pengetahuan yang
mendalam dan membekas dan akhirnya lebih baik dan siap untuk mencegah diri
dapat membentuk sikap positif dalam dari masalah kesehatan reproduksi remaja
kehidupannya. Pengalaman yang berbeda dan memungkinkan untuk terhindar dari
antara metode ceramah yang menggunakan masalah kesehatan reproduksi remaja
metode satu arah, dan metode metode seperti pernikahan dini, kehamilan di luar
stratagem dengan media audiovisual nikah dan seks bebas. Terjadinya perilaku
stratagem media audiovisual yang seksual pada remaja tergantung dari
mengedepankan komunikasi dua arah. pengetahuan yang dimiliki remaja,
Pendidikan kesehatan melalui sehingga semakin baik pengetahuan remaja
metode stratagem memberikan pengalaman mengenai hubungan seksual maka
menyenangkan bagi remaja karena kecenderungan remaja untuk menghidari
pembelajaran permainan kelompok perilaku-perilaku masalah kesehatan
kooperatif stratagem ini didesain untuk reproduksi di kalangan remaja, dan
mengubah gambaran bahwa belajar itu sebaliknya pada remaja yang kurang
harus individual dan tidak dapat dilakukan mengetahui maka kecenderungannya akan
sambil bermain. Permainan ini dilakukan mendekati kea rah perilaku-perilaku
secara berkelompok dengan membentuk beresiko tersebut (Santayasa, 2007;
kelompok-kelompok yang akan bersama- Santrock, 2013).
sama berkompetisi melalui permainan Remaja terjadi perbedaan
kooperatif yang akan menimbulkan proses peningkatan pengetahuan pada indikator
berpikir remaja, jiwa kompetitif remaja, pengetahuan organ-organ reproduksi,
dan komunikasi bagi remaja. Media dimana remaja pada kelompok stratagem
audiovisual dalam pendidikan kesehatan audiovisual mengalami peningkatan
memberikan pengalaman berkesan bagi 13,34% dan 6,66% pada remaja kelompok
remaja. Media audiovisual dapat ceramah. Perbedaan terjadi karena remaja
memberikan kesan yang mendalam dan pada kelompok stratagem audiovisual
efisien dalam penggunaan waktu serta mendapatkan gambaran baik secara visual
dapat menjadi fokus remaja saat maupun audio, sehingga terjadi
pendidikan kesehatan, yang mampu peningkatan lebih tinggi dari metode
mempengaruhi pengetahuan dan sikap ceramah yang sulit mengilustrasikan
remaja. mengenai organ-organ reproduksi. Salah
Metode konvensional memberikan tafsir dapat terjadi pada ceramah karena
pengalaman memberikan kesan kurang metode konvensional ceramah hanya
menyenangkan sehingga muncul mampu menjelaskan tanpa mampu
kecenderungan tidak mengingat pokok mengilustrasikan dan memberikan remaja
42
untuk menjelaskan dan mempraktekkan 20-%2024%20tahun).pdf (diambil
langsung mengenai pembelajaran yang tanggal 19 Januari 2015).
diterangkan (Mertia, Hidayat, dan Yuliadi, Centers for Disease Control (CDC), 2013.
2011). (Online)
http://www.cdc.gov/HealthyYouth/se
KESIMPULAN xualbehaviors/. (Diambil tanggal 20
Kesimpulan dari hasil penelitian Februari 2015).
adalah adanya pengaruh yang bermakna Depkes, 2008. Pedoman operasional
antara pendidikan kesehatan metode pelayanan terpadu kesehatan
stratagem dan media audiovisual terhadap reproduksi di Puskesmas. Jakarta:
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja Depkes.
dan adanya perbedaan pengaruh metode Inter-agency Working Group (IAWG) on
pendidikan kesehatan dengan stratagem Reproductive Health in Crises, 2010.
media auidiovisual dan metode ceramah Buku pedoman lapangan antar
terhadap pengetahuan antara kelompok lembaga kesehatan reproduksi dalam
eksperiment dan kelompok kontrol. situasi darurat bencana. Australia:
Inter-agency Working Group on
SARAN Reproductive Health in Crises.
Hasil ini menunjukkan bahwa Laksmiwati IAA. 2013. Transformasi
pendidikan kesehatan dengan metode sosial dan perilaku reproduksi
stratagem media audiovisual dapat di remaja. [internet]. 2008. [Diambil
diberikan kepada remaja untuk tanggal 23 Mei 2015] dari:
meningkatkan pengetahuan remaja http://ejournal.unud.ac.id/
mengenai kesehatan reproduksi remaja. Mertia I, Hidayat T, Yuliadi EN, 2011.
Rekomendasi penelitian ini adalah Hubungan antara pengetahuan
membentuk kelompok peduli kesehatan seksualitas dan kualitas komunikasi
reproduksi remaja yang berperan aktif orang tua dan anak dengan perilaku
dalam pencegahan masalah kesehatan seks bebas pada remaja siswa-siswi
reproduksi remaja dengan metode MAN Gondangrejo Karanganyar.
cooperative. Mubarak WI, Chayanti N, Rozikin K,
Supradi, 2007. Promosi kesehatan,
UCAPAN TERIMA KASIH sebuah pengantar proses belajar
Peneliti menyampaikan terima mengajar dalam pendidikan.
kasih kepada remaja, dan masyarakat di Yogyakarta: Graha Ilmu.
SMP Negeri 14 Jember yang membantu Nursalam, Effendi F, 2008. Pendidikan
peneliti dalam melaksanakan penelitian. dalam keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
KEPUSTAKAAN Palupi D. C. A, 2014. Pengaruh teknik
Arikunto S, 2006. Prosedur penelitian: talking stick terhadap pengetahuan
suatu pendekatan praktik. Jakarta: dan sikap dalam pencegahan hiv/aids
Rineka Cipta. pada remaja di SMP Negeri 1 Puger
BKKBN, 2011. Policy brief pusat Kabupaten Jember.
penelitian dan pengembangan Rianto et al, 2006. Pendekatan, strategi,
kependudukan. 2011. (Online) dan metode pembelajaran. Malang:
http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusd Depdiknas.
u/Hasil%20Penelitian/Karakteristik% Santayasa, IW, 2007. Landasan Konseptual
20Demografis/2011/Kajian%20Profil Media Pembelajaran. Singaraja:
%20Penduduk%20Remaja%20(10% Universitas Pendidikan Ganesha.

43
Santrock JW, 2007. Remaja Jilid 1 Edisi
11. Jakarta : Erlangga.
Soetjiningsih, 2007. Tumbuh kembang
remaja dan permasalahannya.
Jakarta: CV. Sagung Seto.
Susilana R, Riyana C, 2009. Media
pembelajaran hakikat
pengembangan, pemanfaatan, dan
penilaian. Bandung: Wacana Prima.
Universitas Kristen Satya Wacana, 2012.
Efektifitas penggunaan media audio
visual (VCD pembelajaran)
berdasarkan teori Bruner dalam
pembelajaran matematika siswa kelas
IV SD Negeri 1 Mojowetan
Kecamatan Banjarejo Kabupaten
Blora Semester II tahun Pelajaran
2011/2012.
Wong et al, 2009. Buku ajar keperawatan
pediatrik. Volume 1. Jakarta: EGC.
Yunita A., 2009. Pengaruh penerapan
metode stratagem melalui
pembelajaran kooperatif terhadap
kemampuan komunikasi matematika
siswa kelas VIII SMP Negeri 20
Padang. Padang: STKIP PGRI.

44
PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI PEWARNA ALAMI KAIN
BATIK DENGAN FIKSASI

(UTILIZATION OF PALM OIL WASTE AS NATURAL DYES BATIK CLOTH WITH


FIXATION)

Nurul Nofiyanti1*, Ismi Eka Roviani2, Rina Dias Agustin3,


1,2,3
JurusanTeknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
Jl. Kalimantan 37, Kampus Tegal Boto Jember 68121
*e-mail: nofiantinurul@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia adalah salah satu penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Cangkang sebagai salah
satu limbah dari pengolahan kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai pewarna cokelat alami.
Dalam proses pewarnaan kain batik, perlu dilakukan fiksasi untuk mempertahankan warna.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik fisik dan organoleptik kain batik
setelah dilakukan pewarnaan menggunakan pewarna alami cangkang kelapa sawit. Penelitian
ini menggunakan dua faktor (2 kali ulangan). Faktor-faktor yang digunakan yaitu metode
mordanting (pemanasan 1 jam dan pendiaman 24 jam) dan jenis fiksator (jeruk, kapur, dan
tawas). Pembuatan pewarna alami dilakukan secara ekstraksi dengan pelarut air (100 oC, 1
jam). Selanjutnya dilakukan proses fiksasi. Data dianalisa dengan menghitung rata-rata dan
standar deviasi. Nilai lightness kain batik berkisar antara 71 sampai 88. Nilai hue angle
berkisar antara 120 sampai 153. Sampel M1F2 (mordanting pendiaman 24 jam, fiksator
kapur) adalah sampel yang paling disukai, sedangkan sampel M2F2 (mordanting 1 jam,
fiksator kapur) adalah sampel yang tidak disukai. Sampel M2F2 memiliki lightness 88,3, hue
angle 120,14 (yellow), dan tahan dari uji ketahanan gosok. Penggunaan metode mordanting
dan jenis fiksator berpengaruh terhadap pewarnaan kain batik. Metode mordanting 24 jam
dan fiksator kapur direkomendasikan dalam pewarnaan kain batik menggunakan pewana
alami cangkang kelapa sawit berdasarkan uji kesukaan dan sifat fisik kain batik yang
dihasilkan.
Kata kunci: Batik, Cangkang Kelapa Sawit, Pewarna Alami

ABSTRACT

Indonesia is one of the largest palm oil producers in the world. The shell as one of the waste
of palm oil processing could be used as a natural brown dye. On the process of dyeing batik
cloth, need to be done fixation to maintain the color. The aim of this study was to know the
physical and organoleptic characteristic of batik cloth after dyeing process using natural dye
of palm shell. The study design used two factors (2 repetitions). The factors used were
mordanting method (1 hour heating and 24 hour shelter) and type of fixator (orange, lime,
and alum). Natural dye processing was done by extraction using water as solvent (100 oC, 1
hour). Furthermore, the process of fixation. Data were analyzed by calculating the average
and standard deviation. The lightness value of batik cloth was about 71 to 88. The hue angle
value was about 120 to 153. The M1F2 sample (mordanting 24 hour shelter, lime as fixator)
was the most preferred sample, while the M2F2 sample (mordan 1 hour, lime fixator) was the
disliked sample. The M2F2 sample had lightness of 88.3, hue angle of 120.14 (yellow), and
had resistant to abrasion test. Method mordanting and type of fixator against batik dyeing
cloth. Mordanting 24 hour and lime fixation fixtures in batik cloth dye using natural palm
45
shell was recommended based on hedonic test and physical properties of batik cloth
produced.
Keywords: Batik, Oil Palm Shell; Natural Dye

PENDAHULUAN diproses secara tepat akan memberikan


Batik merupakan kerajinan tangan manfaat yang cukup besar bagi industri dan
hasil pewarnaan secara perintangan dapat memberikan nilai tambah. Menurut
menggunakan malam (lilin batik) panas Badan Pusat Statistik (2017), produksi
sebagai perintang warna dengan alat utama cangkang kelapa sawit pada tahun 2015
pelekat lilin batik berupa canting tulis atau adalah 2.033.479 ton dihitung dari 6,5%
canting cap untuk membentuk motif produksi kelapa sawit sebanyak
tertentu yang memiliki makna (Badan 31.284.300 ton. Limbah cangkang kelapa
Standardisasi Nasional, 2014). Pembuatan sawit jumlahnya cukup besar dan
batik dapat dilakukan melalui beberapa mempunyai potensi untuk dimanfaatkan
tahapan, diantaranya pembentukan motif, sebagai boiler, makanan ternak,
pewarnaan/pencelupan, fiksasi, dan pengganti aspal dan pewarna alami pada
pelorodan. Proses pewarnaan merupakan kain batik karena adanya kandungan
salah satu faktor yang dapat menentukan pigmen.
kualitas, daya tarik, dan arah warna batik. Pewarna merupakan salah satu
Dalam proses ini, dapat dilakukan bahan yang cukup luas penggunaannya
menggunakan bahan pewarna alam karena dalam kehidupan sehari-hari, mislanya
pewarna sintetis memiliki kandungan pada makanan, cat, tekstil, lukisan, kain
kimia yang membahayakan kesehatan dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
manusia dan secara tidak langsung kebutuhan bahan pewarna diduga akan
mencemari lingkungan (Tocharman, terus berkembang dan berkelanjutan.
2009). Penggunaan warna alam pada batik Penggunaan pewarna alami dapat
menggunakan beberapa jenis tanaman menjadi alternatif untuk menggantikan
pembawa warna, salah satunya adalah pewarna sintetis dan juga untuk
tanaman kelapa sawit. menggali sumber daya alam limbah
Industri kelapa sawit merupakan perkebunan kelapa sawit yang belum
salah satu industri strategis yang bergerak dimanfaatkan serta mencoba bahan
pada sektor pertanian yang banyak baku baru untuk pewarna batik. Hal ini
berkembang di negara-negara tropis mengingat penggunaan zat warna
seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand. sintetis yang memiliki efek samping yang
Perkembangan industri kelapa sawit saat dapat merugikan kesehatan manusia
ini sangat pesat, dimana terjadi seperti merangsang pertumbuhan kanker.
peningkatan jumlah produksi kelapa Pewarna alami dapat diperoleh dari
sawit seiring meningkatnya kebutuhan berbagai tumbuhan.Salah satunya
masyarakat. Limbah yang dihasilkan tumbuhan yang dapat dijadikan pewarna
dari proses pengolahan minyak kelapa alami kain batik adalah kelapa
sawit adalah limbah padat, cair dan gas sawit.Bagian yang dapat digunakan
(Agustina, 2006). Limbah padat yang sebagai pewarna alami yaitu
dihasilkan yaitu tandan kosong, cangkang, cangkangnya. Cangkang kelapa sawit
dan serat. Sedangkan limbah cair yang akan menghasilkan warna coklat yang
dihasilkan dari kegiatan industri alami. Hal ini dikarenakan cangkang
pengolahan minyak kelapa sawit kelapa sawit mengandung pigmen yang
merupakan sisa dari proses pembuatan merupakan senyawa flavanoid sehingga
minyak kelapa sawit yang berbentuk cair memberikan warna coklat (Mussak dan
(Pardamean, 2014). Apabila limbah ini Bechtold, 2009).
46
Menurut Paryanto dkk (2012), kamera, neraca analitik, colour reader,
pigmen tanaman tidak permanen scanner dan pisau.
sehingga warna cepat memudar apabila Penelitian ini merupakan penelitian
terkena deterjen atau cahaya matahari. eksperimental (experimental research)
Agar zat warna alam mempunyai menggunakan Rancangan Acak Lengkap
ketahanan luntur yang baik maka (RAL) dengan dua faktor yaitu beda
diperlukan proses fiksasi. Proses fiksasi perlakuan pada proses mordanting (M) dan
adalah mengkondisikan zat pewarna perbedaan bahan fiksator (F). Macam dan
yang telah terserap dalam bahan pada kombinasi perlakuannya sebagai berikut :
waktu tertentu agar terjadi reaksi yang Faktor M : Mordanting
kompleks antara bahan dengan zat M1 : Perendaman 24 jam
pewarna dan bahan fiksator (Shofwan, M2 : Pemanasan 1 jam
2015). Bahan fiksator berguna untuk Faktor F : Bahan fiksator
meningkatkan daya serap kain terhadap F1 : Kapur tohor
zat warna alam, pada penelitian ini F2 : Jeruk
digunakan tawas, kapur tohor, dan F3 : Tawas
ekstrak jeruk nipis. Rancangan diatas menggunakan model
Penggunaan pewarna alami kini persamaan model sebagai berikut:
mulai banyak diminati untuk berbagai
industri pembatikan. Hal ini mengingat Tabel 1. Kombinasi Rancangan Percobaan
penggunaan zat warna alami dipandang
lebih murah karena bahan baku banyak Mordanting (M)
diperoleh di indonesia dan tidak memiliki M1 M2
Fiksator (F)
efek samping yang membahayakan F1 F1M1 F1M2
kesehatan manusia. Penelitian ini F2 F2M1 F2M2
bertujuan untuk memanfaatkan limbah
F3 F3M1 F3M2
kelapa sawit sebagai sumber bahan
baku baru zat warna alam dan sebagai
alternatif pengganti pewarna sintetis. Masing-masing kombinasi
Zat warna alam yang diperoleh rancangan percobaan dilakukan sebanyak
diharapkan dapat diaplikasikan dalam dua kali ulangan. Menurut Sugiyono
proses pewarnaan kain batik sutera. (2012), Populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik
METODE
Penelitian ini dilakukan di tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
Laboratorium Rekayasa Teknologi Pangan untuk dipelajari dan kemudian ditarik
dan Hasil Pertanian, Laboratorium kesimpulannya. Populasi dalam penelitian
Biokimia dan Laboratorium Enginering ini adalah Mahasiswa- Mahasiswi
Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Universitas Jember yang aktif.
Pertanian Universitas Jember. Waktu Penelitian dilakukan dengan 7
Penelitian dimulai pada April 2018 -Juni tahap yaitu pengambilan zat warna pada
2018. cangkang kelapa sawit dengan proses
Bahan yang digunakan yaitu 1 kg ekstraksi menggunakan 3 L air. Tahap
bubuk cangkang kelapa sawit, 90 cm kain kedua proses mordanting dengan dua
katun, 5 L air, 74 g/L tawas (Al2SO4)3.H2O, perlakuan yaitu kain katun perendaman
50g/L kapur tohor (CaOH), ekstrak jeruk menggunakan larutan tawas yang sudah
nipis, deterjen dan soda api. Alat yang dipanaskan selama 24 jam (M1) dan
digunakan yaitu kompor, panci, spatula, pemanasan larutan tawas bersama kain
kain saring, gelas ukur, baskom, ember, selama 1 jam dengan suhu ±80 oC (M2).

47
Tahap ketiga pewarnaan kain katun hasil selama 1 jam dengan kain katun 30
proses mordanting dengan zat warna yang cm yang dimasukkan pada proses
didapat dengan cara pencelupan selama 5 pemanasan. Setelah dilakukan
menit sebanyak 10 kali. Tahap keempat pemanasan selama 1 jam, dilakukan
pembuatan bahan fiksator dengan pendinginan (M2).
menggunakan 3 bahan fiksator yaitu c. Proses Pewarnaan
Al2(SO4)3.H2O (tawas), CaOH (kapur Proses pewarnaan kain dilakukan
tohor) dan ekstrak jeruk nipis. Tahap dengan sistem pencelupan, yaitu kain
kelima fiksasi dengan mencelupkan katun hasil dari proses mordanting
sebanyak 10 kali kain berwarna pada dilakukan pencelupan pada zat
larutan fiksator. Tahap keenam pelorodan pewarna dari cangkang kelapa sawit
lilin batik dengan air panas yang tercampur selama 5 menit sebanyak 10 kali
soda api. Tahap terakhir yaitu pengujan pengulangan dan pada setiap
meliputi uji warna menggunakan colour pencelupan dilakukan pengeringan
reader, uji organoleptik dan uji ketahanan menggunakan angin. Hal ini dilakukan
luntur terhadap gosokan dan pencucian. untuk menghasilkan warna yang lebih
a. Ekstraksi tajam dan rata pada kain. Pada proses
Ekstraksi merupakan proses untuk pewarnaan ini menghasilkan kain
mengambil zat warna dari cangkang katun yang telah terwarnai dengan zat
kelapa sawit. Proses ekstraksi diawali pewarna dari ekstrak cangkang kelapa
dengan menimbang 1 kg bubuk sawit.
cangkang kelapa sawit menggunakan d. Pembuatan Bahan Fiksator
neraca analitik, kemudian dilakukan Bahan fiksator yang digunakan pada
ekstraksi selama 1 jam dengan penelitian ini ada 3 jenis yaitu 50
menambahkan 3 L air hingga gram tawas, 70 gram kapur tohor dan
mendidih. Setelah proses ekstraksi, 30 gram jeruk nipis. Fungsi dari bahan
didapatkan ekstrak warna dari fiksator untuk mengunci zat warna
cangkang kelapa sawit. Ekstrak alam pada kain agar tidak mudah
tersebut kemudian dilakukan luntur. Proses pembuatan bahan
penyaringan menggunakan kain saring fiksator yaitu dengan mencampurkan
untuk didapatkan zat pewarna halus masing-masing bahan fiksator dengan
yang terpisah dari ampas dan kotoran 1 L air. Setelah dicampur, dilakukan
b. Proses Mordanting pendiaman selama 24 jam untuk
Proses mordanting berguna untuk mengendapkan cairan dan padatannya.
menghasilkan kerataan dan ketajaman Padatan tersebut yang dimaksud bahan
zat pewarna saat diaplikasikan pada fiksator dan digunakan pada proses
kain serta menghasilkan warna yang selanjutnya.
permanen. Bahan yang digunakan e. Proses Fiksasi
yaitu 18 gram tawas yang dilarutkan Proses fiksasi bertujuan untuk
pada masing-masing 1 L air sehingga mengkondisikan zat pewarna yang
tawas yang digunakan pada setiap telah terserap pada kain pada waktu
perlakuan sebanyak 9 gram. Pada tertentu. Proses pertama yaitu 3
perlakuan pertama, larutan tawas lembar kain katun yang telah
dilakukan pemanasan selama 1 jam terwarnai dilakukan pencelupan pada
kemudian didinginkan dan dilakukan masing-masing bahan fiksator selama
perendaman kain katun selama 24 jam 15 menit. Setelah dicelupkan, kain
(M1) untuk selanjutnya dikering diangkat dan dikeringkan
anginkan. Pada perlakuan kedua, menggunakan angin. Pengeringan
larutan tawas dilakukan pemanasan menggunakan angin bertujuan untuk
48
menjaga warna pada kain tidak mudah dilakukan gosokan sebanyak tiga kali
mudar dibandingkan dengan gosokan serta penjumuran tersebut
pengeringan menggunakan sinar dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
matahari.
f. Proses Pelorodan
Proses pelorodan merupakan proses
untuk melepaskan lilin batik pada kain Analisis Data
katun yang terwarnai dengan cara Data hasil pengamatan dianalisis
memanaskan kain katun yang telah secara deskriptif dan disajikan dalam
terwarnai dengan 1L air dan 5 gram bentuk tabel atau grafik.
soda api selama 5-10 menit hingga
lilin yang menempel pada kain kaun HASIL
terlepas. Hasil dari proses pelorodan Industri batik belum ada yang
yaitu kain katun batik terwarna tanpa membuat dan memanfaatkan pewarna
lilin. alam dari limbah perkebunan yang berupa
Proses Pengujian cangkang kelapa sawit sebagai bahan
a. Uji Organoleptik pewarna batik. Penelitian ini merupakan
Uji organoleptik yang dilakukan pemanfaatan sumber daya alam limbah
meliputi warna, kenampakan dan perkebunan yang berupa cangkang kelapa
keseluruhan. Cara pengujian dilakukan sawit untuk pewarnaan pada batik dari
uji hedonik atau kesukaan. Pada bahan katun. Hasil uji kualitas pewarnaan
penilaian uji kesukaan, panelis tidak yaitu meliputi uji organoleptik, uji
terlatih berjumlah 26 orang diminta ketahanan luntur terhadap gosokan dan
untuk memberikan kesan terhadap pencucian serta pengujian kecerahan
warna, kenampakan dan keseluruhan warna menggunkan color reader.
dari sampel pewarnaan kain batik Hasil Uji Organoleptik
dengan 6 kode sampel acak (457; 281; Hasil analisis organoleptik
973; 618; 594; 705) dan menggunakan pewarnaaan kain batik dapat dilihat pada
skala sebagai berikut : Grafik 1
1 = sangat tidak suka; 2 = tidak suka
3 = agak suka; 4 = suka; 5 = sangat
suka
b. Uji warna dengan color reader
Uji warna menggunakan alat color
reader dengan cara menempelkan
bagian pembaca warna pada kain yang
akan diuji. Pengukuran warna dibaca
pada parameter dL,da dan db pada 3
titik yang berbeda. Sebelum dilakukan
pengukuran, color reader dikalibrasi
terlebih dahulu menggunakan kain
hitam untuk mengetahui nilai standar. Gambar 1. Hasil Uji Organoleptik
c. Uji ketahanan luntur terhdap gosokan Keterangan : 457
dan pencucian 457 = mordanting pemanasan 1 jam,
Uji ketahanan luntur terhadap gosokan fiksator kapur
dan pencucian menggunakan deterjen. 281 = mordanting pemanasan 1 jam,
Cara pengujian dilakukan dengan fiksator tawas
mencuci kain katun batik yang telah 973 = mordanting pemanasan 1 jam,
terwarna menggunakan detergen dan fiksator jeruk
49
618 = mordanting 24 jam perendaman, pada sampel dengan kode 618 sebesar
fiksator kapur 3,9 sedangkan nilai kenampakan
594 = mordanting 24 jam perendaman, terendah pada sampel dengan kode
fiksator tawas 457 sebesar 1,96. Menurut Handayani
705 = mordanting 24 jam perendaman, dan Maulana (2013), kenampakan
fiksator jeruk warna yang dihasilkan terjadi karena
a. Warna adanya reaksi dari senyawa flavanoid
Hasil penelitian menunjukkan dengan logam Al3+ pada tawas dan
bahwa perlakuan berbeda berpengaruh Ca2+ pada kapur tohor sebagai bahan
nyata terhadap tingkat kesukaan fiksator, sehingga memberikan arah
panelis. Rerata skor penilaian panelis warna yang berbeda pada proses
terhadap warna kain batik hasil mordan yang diaplikasikan pada kain
pewarna alami cangkang kelapa sawit katun. Artinya, setiap perbedaan
dengan perlakuan mordanting perlakuan akan memberikan tingkat
pemansan 1 jam dan mordanting 24 kecerahan warna yang berbeda pada
jam perendaman dengan perbedaan kain hasil pewarna alami kelapa sawit.
bahan fiksator tawas, kapur dan jeruk Maka dari itu dapat disimpulkan
dapat dilihat bahwa rerata warna bahwa kenampakan suatu kain batik
panelis lebih suka dengan kode sampel dapat dipengaruhi oleh proses
618 dengan nilai skor tertinggi (3,81) mordanting dan bahan fiksator yang
hasil warna yang dihasilkan cenderung digunakan.
lebih gelap karena perlakuan c. Keseluruhan
mordanting perendaman 24 jam Hasil penelitian menunjukkan
difiksasi kapur memiliki warna paling bahwa perlakuan pada setiap sampel
gelap yang diasumsikan warna yang dengan kode yang berbeda
paling baik. Hal ini sesuai dengan berpengaruh nyata terhadap tingkat
pernyataan Sulaeman (2000) bahwa kesukaan panelis. Rerata skor
adanya Ca2+ dari larutan kapur penilaian panelis terhadap tingkat
menyebabkan ikatan antara ion-ion keseluruhan kain hasil pewarna alami
dan tanin yang di dalam serat cangkang kelapa sawit dengan
berikatan dengan serat lain, sehingga perbedaan proses mordanting dan
molekul zat warna tetap di dalam serat fiksator yang berbeda dapat dilihat
menjadi lebih kuat dan tidak mudah bahwa sampel dengan kode 618 lebih
keluar. Berbeda dengan kode sampel disukai panelis karena lebih halus
281 memiliki nilai terendah dengan dengan rerata nilai skor tertinggi 3,77
skor (1,96) karena warna yang (menyukai) sedangkan pada sampel
dihasilkan terang mendekati warna dengan kode 281 tingkat keseluruhan
putih sehingga rerata panelis tidak kain dengan rerata nilai skor terendah
menyukainya. Hal ini menunjukkan sebesar 2 dengan deskripsi kain yang
bahwa perlakuan kode sampel 618 tidak terlalu kasar, tidak kaku,
yaitu mordanting perendaman 24 jam cenderung lebih terang dan warna
difiksasi kapur merupakan perlakuan tidak merata. Hal ini didukung dengan
terbaik untuk menghasilkan warna pernyataan Suheryanto (2010), bahwa
kain batik yang disukai panelis. kapur memiliki warna putih atau putih
b. Kenampakan keabu-abuan, dan kadang-kadang
Hasil penelitian menunjukkan bernoda kekuningan atau kecokelatan
pada setiap kode sampel memiliki yang disebabkan oleh adanya unsur
tingkat kesukaan panelis yang berbeda. besi. Sifat-sifat fisik kapur adalah
Rerata nilai kenampakan tertinggi berbentuk gumpalan yang tidak teratur,
50
memiliki warna putih. Penggunaan
larutan kapur sebagai fiksator F1 F1 F2 F2 F3 F3
merupakan penambahan garam-garam m1 M2 M1 M2 M1 M2
klorida atau oksalat dari basa-basa Gambar 2. Uji Kualitas Warna
organik yang dapat meningkatkan Menggunakan Color Reader
afinitas zat warna terhadap
selulosa/serat/kain katun. Artinya, Keterangan :
penggunaan kapur sebagai fiksator F1M1 = mordanting perendaman 24 jam,
dapat meningkatkan tingkat afinitas fiksator kapur
selulosa/serat/kain menjadi semakin F1M2 = mordantig pemanasan 1 jam,
baik. fiksator kapur
F2M1 = mordanting perendaman 24 jam,
Hasil Uji Kualitas Warna fiksator jeruk
Menggunakan Color Reader F2M2 = mordanting pemanasan 1 jam,
Pengukuran warna dilakukan fiksator jeruk
dengan alat color reader. Prinsip dari color F3M1 = mordanting perendaman 24 jam,
reader adalah pengukuran perbedaan fiksator tawas
warna melalui pantulan cahaya oleh F3M2 = mordanting pemanasan 1 jam,
permukaan sampel. Alat ini dapat fiksator tawas
membedakan warna kain batik berdasarkan
Lightness (L) dan Hue (H). Nilai Nilai lightness merupakan
kecerahan dan Hue kain batik dari tingkatan warna berdasarkan pencampuran
penelitian disajikan pada Tabel 1. dengan unsur warna putih sebagai unsur
warna yang memunculkan kesan terang
Tabel 1. Hasil uji kualitas warna atau gelap. Nilai korelasi warna lightness
menggunakan color reader berkisar antara 0 untuk warna paling gelap
(hitam) dan 100 untuk warna paling terang
Sampel L* Hue˚ (putih). Dari grafik tersebut tampak bahwa
F1M1 80,54±6,03 137,84±17,98 sampel kain batik F2M1 memiliki nilai L
F1M2 74,11±3,25 150,12±2,17 lebih tinggi (paling cerah) dari perlakuan
F2M1 85,31±4,24 132,08±16,88 mordanting dengan perendaman 24 jam,
F2M2 83,21±1,41 138,50±4,90 fiksator jeruk yaitu sebesar 85,31±4,24
F3M1 81,26±3,01 146,56±1,24 dibandingkan dengan sebesar F1M2 dari
F3M2 78,14±3,35 147,15±1,80 perlakuan mordanting dengan pemanasan
1 jam, fiksator kapur yaitu sebesar
Hasil uji kualitas warna bila disajikan 74,11±3,25 (paling gelap). Hal ini
menggunakan grafik dapat dilihat pada disebabkan oleh adanya perbedaan lama
Gambar 2. perlakuan mordanting dan perbedaan
bahan fiksator. Perbedaan pada saat proses
mordanting mempengaruhi kecerahan
warna yang dihasilkan, begitu juga dengan
perbedaan bahan fiksator yang digunakan.
Proses mordantig yang baik akan
menghasilkan warna yang permanen dan
menghasilkan kerataan serta ketajaman
warna yang baik (Roetjito, 1979).
Perlakuan dengan mordanting pemanasan
1 jam (F1M2) lebih menghasilkan warna
lebih gelap dibandingkan perlakuan
51
mordanting perendaman 24 jam (F2M1). fiksasi dengan kapur, tawas dan jeruk nipis
Hal ini dikarenakan pada saat proses akan memberikan warna kuning kehijauan
mordanting pemanasan 1 jam pori-pori karena pengaruh kandungan kimia yang
kain katun terbuka sehingga meningkatkan terdapat dalam bahan fiksasi, yakni Ca2+
daya tarik zat warna alam dan dan Al3+ pada kapur dan tawas yang
menghasilkan kerataan dan ketajaman memberikan warna kearah lebih gelap
warna yang baik pada kain batik. Bahan sedangkan difiksasi dengan ekstrak jeruk
fiksator menggunakan tawas cenderug nipis akan memberikan warna kearah lebih
menghasilkn warna kearah gelap cerah
sedangkan bahan fiksator cenderung
menghasilkan warna kearah terang. Hasil uji ketahanan luntur terhadap
Nilai hue adalah karakteristik gosokan dan pencucian
warna berdasarkan cahaya yang Berdaskan hasil pengamatan
dipantulkan oleh objek yang merupakan perubahan warna dari hasil ekstraksi
nilai keseluruhan yang didominasi pada cangkang kelapa sawit dengan pengujian
suatu produk atau warna utama produk. tahan luntur terhadap gosokan dan
Hasil pengukuran nilai hue kain batik pencucian dapat dilihat pada tabel berikut:
menunjukkan bahwa nilai hue tertinggi
terdapat pada sampel F1M2 sebesar Tabel 3. Hasil uji ketahanan luntur
150,12±2,17, sedangkan nilai hue terendah terhadap gosokan da pencucian
terdapat pada sampel F2M1 sebesar
132,08±16,88. Nilai hue yang didapatkan SAMPE SEBELUM SESUDAH
kemudian dimasukkan pada rumus L
konversi sehingga dapat dideskripsikan
F1M1
warnanya berdasarkan Tabel 2.

Tabel 2. Deskripsi warna berdasarkan hue


angle
F1M2
˚Hue [arc Deskripsi warna
tan (b/a)]
18-54 Red (R)
54-90 Yellow Red (YR) F2M1
90-126 Yellow (Y)
126-162 Yellow Green (YG)
162-198 Green (G)
198-234 Blue Green (BG) F2M2
234-270 Blue (B)
270-306 Blue Purple (BP)
306-342 Purple (P)
342-18 Red Purple (RP) F3M1

Berdasarkan hasil analisis dari


semua sampel menunjukkan bahwa nilai
hue yang diperoleh dideskripsikan yellow F3M2
green (YG). Salah satu faktor yang
mempengaruhi oleh kandungan flavanoid
dan karbon pada cangkang kelapa sawit
yang memberikan warna cokelat. Proses
52
Berdasarkan hasil pewarnaan yang tidak terlalu terlihat perubahannya
secara visual diperoleh warna kecoklatan, sampel F1M2
seperti pada Tabel 3. Arah warna yang
didapatkan disebabkan oleh kandungan zat SARAN
cangang kelapa sawit sehingga Perlu adanya penelitian lebih lanjut
memberikan warna coklat kekuningan. mengenai metode pembuatan pewarna
Sampel F1M2 hasil hasil mordanting alami kain batik menggunakan cangkang
pemanasan 1 jam yang difiksasi dengan kelapa sawit yang menghasilkan warna
kapur memiliki perbedaan yang tidak tajam dan rata pada pewarnaan kain batik,
terlalu terlihat pada saat sebelum dan mengingat banyaknya limbah kelapa sawit
sesudah dilakukan penggosokan dan yang melimpah dan tidak banyak
pencucian dibandingkan dengan sampel dimanfaatkan.
F3M2 dari hasil mordanting perendaman
24 jam difiksasi tawas. Hal ini diduga KEPUSTAKAAN
adanya interaksi dari hasil ekstraksi Akhmad Sofwan. (2015). ”Belajar PHP
cangkang kelapa sawit dapat meresap baik dengan Framework CodeIgniter”,
ke dalam serat kain dan diikat baik dengan [online] Available :
bahan fiksasi sehingga pada saat http://mcd.bis.telkomuniversity.ac.i
melakukan pengujian terhadap gosokan d/file/CodeIgniter/belajar-php-
dan pencucian deterjen, zat warna yang dengan-framework-code-igniter.pdf
terdapat pada kain tidak mudah lepas. Agustina, H. 2006. Land Apllication
Sebagai Alternatif 3R Pada
KESIMPULAN Industri Kelapa Sawit.
Hasil uji organoleptik yang paling Kementrian Negara Lingkungan
banyak disukai panelis yaitu sampel Hidup. Pengelolaan Bahan dan
dengan kode 618 dengan perlakuan Limbah Berbahaya dan Beracun.
mordanting perendaman 24 jam (M1) http://menlh.go.id. [diakses pada 06
menggunakan bahan fiksator kapur tohor Juni 2018].
(F1). Bechtold T, Rita Mussak. 2009.
Hasil uji warna menggunakan "Handbook of Natural Coloranst".
color reader menunjukkan hasil L Leopold-Franzens University :
(lightness) tertinggi diperoleh pada F2M1 Austria
yaitu dengan perlakuan mordanting BPS, Biro Pusat Statistik. (2015). Nilai
perendaman 24 jam dan bahan fiksator Produksi dan Biaya Produksi per
jeruk nipis, namun dari semua sampel Hektar Usaha Perkebunan Kelapa
menunjukkan hasil yang tidak jauh yaitu Sawit dan Tebu.
berkisar 74-85 yang menunjukkan hasil http://www.bps.go.id/linkTabelStat
yang mendekati warna terang (putih). Nilai is/view/id/1853. Jakarta: BPS
Hue dari semua sampel menunjukkan nilai [BSN] Badan Standarisasi Nasional., 2014.
berkisar 132-150 yang menandakan warna SNI 7182:2015, “Kelapa sawit”,
Yellow Green (YG). Badan Standar Nasional.
Hasil uji ketahanan luntur terhadap Handayani, P.A., dan Maulana, I. (2013).
gosokan dan pencucian menggunakan Pewarna alami batik dari kulit soga
deterjen menunjukkan hasil dari semua tingi (Ceriops tagal) dengan
sampel memiliki hasil yang tidak jauh metode ekstraksi. Jurnal Bahan
berbeda perubahan warnanya namun ada Alam Terbarukan. 2(2): 1-6.
satu sampel yang sangat terlihat Hutching, J.B. 1999. Food Color and
perubahannya yaitu sampel F3M2 dan Apearance.Aspen publisher Inc.,
Maryland.
53
Roetjito, dkk. Teori Pengujian Tekstil 1,
DMPK Jakarta, Depdikbud, 1979.
Pardamean, Maruli., (2014), Mengelola
Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit
Secara Profesional, Jakarta:
Penebar Swadaya
Paryanto, Purwanto, A., Kwartiningsih,
E., dan Mastuti, E.
2012.Pembuatan Zat warna Alami
dalam Bentuk Serbuk untuk
Mendukung Industri Batik di
Indonesia. Jurnal Rekayasa Proses,
6(1): 26-29
Suheryanto, D dan Haryanto, G. (2008).
Pengaruh konsentrasi tawas
terhadap ketuaan dan ketahanan
luntur warna pada pencelupan kain
sutera dengan zat warna gambir.
Dinamika Kerajian dan Batik. (25):
9-16.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sulaeman. (2000). Peningkatan
Ketahanan Luntur Warna Alam
Dengan Cara Pengerjaan Iring.
Yogyakarta: Balai Besar
Kerajianan Dan Batik.
Tocharman, M. 2009. Seri Pembelajaran.
Diklat/BIMTEK KTSP DIT.
Pembinaan SMA : DEP-DIKNAS

54
PROFIL KESEHATAN SPIRITUAL TENAGA PENDIDIK AKPER PEMKAB
LUMAJANG

(PROFILE OF SPIRITUAL HEALTH OF EDUCATORS LUMAJANG NURSING


ACADEMY)

Laili Nur Azizah


Prodi D3 Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang
Jl Brigjen Katamso Lumajang Kode Post 67311
e-mail: lailinurazizah3@gmail.com

ABSTRAK

Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan sebagaimana halnya


pendidikan kedokteran, kesehatan masyarakat, farmasi, kedokteran gigi dan lain-lain.
Sebagaimana halnya bahwa pendidik adalah juga sebagai pemimpin, maka terdapat beberapa
cara agar seseorang bisa memiliki karakter Powerful Leader. Diantaranya adalah membangun
seorang powerful leader berbasis spiritualitas, atau dengan kata lain, seorang pemimpin yang
tangguh dan berhati nurani. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan profil kesehatan
spiritual tenaga pendidik Akper Pemkab Lumajang. Jenis penelitian yang dipilih adalah
deskriptif. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga pendidik Akper pemkab Lumajang, dengan
tekhnik samping menggunakan total sampling. Sampel yang digunakan adalah 21 orang
Tempat penelitian di Akper Pemkab Lumajang dengan waktu yang dibutuhkan untuk
pengambilan data adalah selama 2 minggu. Instrument yang digunakan adalah menggunakan
kuesioner Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA) dari C-Net (centre for neuroscience
health and Spirituality) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada responden, 11 orang mempunyai pengalaman spiritual excellent, 10 orang
mempunyai pengalaman spiritual optimal, 14 orang mempunyai emosi positif excellent, 7
orang mempunyai emosi positif optimal, 17 orang mempunyai makna hidup excellent, 4
orang mempunyai makna hidup optimal, 13 orang mempunyai ritual excellent, 8 orang
mempunyai ritual optimal. Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
responden menunjukkan mempunyai pengalaman spiritual, emosi positif, makna hidup dan
ritual berada pada kategori excellent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesehatan
spiritual tenaga pendidik pada Akper Pemkab Lumajang sebagian besar excellent.
Kata kunci: Kesehatan Spiritual, tenaga pendidik

ABSTRACT

Nursing education is part of health education as well as medical education, public health,
pharmacy, dentistry and others. Just as the educator is also a leader, there are several ways
that a person can have a Powerful Leader character. Among them is building a powerful
leader based on spirituality, or in other words, a leader who is tough and conscientious. The
purpose of this study is to explain the profile of spiritual health of educators Lumajang
Nursing Academy. The research type chosen is descriptive. While the research design used is
cross sectional. Population in this research is all educator Lumajang Nursing Academy,
using total sampling. The sample used is 21 people The research site in Lumajang Nursing
Academy with the time required for data collection is for 2 weeks. The instrument used is the
Indonesian Spiritual Health Assessment (ISHA) questionnaire from C-NET (center for
neuroscience health and Spirituality) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. The result is 11

55
people have experience of spiritual excellent, 10 people have optimal spiritual experience, 14
people have excellent positive emotion, 7 people have optimal positive emotion, 17 people
have the meaning of life is excellent, 4 people have optimal life meaning, 13 people have
excellent ritual, 8 people have optimal ritual. The conclusion of the research shows that most
of the respondents show that they have spiritual experience, positive emotion, life meaning
and ritual are in the excellent category. The results showed that the spiritual health of
educators at Lumajang Nursing Academy mostly excellent.
Keywords: Spiritual Health, Educators

PENDAHULUAN membina pendidikan tinggi keperawatan


Pendidikan keperawatan (Nursalam dan Ferry E, 2012).
merupakan bagian dari pendidikan Dalam pengembangan standar
kesehatan sebagaimana halnya pendidikan kompetensi perawat, dibutuhkan 25
kedokteran, kesehatan masyarakat, karakter diantaranya adalah berperilaku
farmasi, kedokteran gigi dan lain-lain. etis. Dalam penguasaan soft skill
Perkembangan pendidikan keperawatan berprilaku etis, pendidik diharapkan dapat
sudah dimulai sejak lokakarya tahun 1983 memotivasi (berbagi pengalaman, studi
dengan dibenahi sistem pendidikan melalui kasus, kisah sukses), memberi tugas yang
peningkatan sistem pendidikan ke jenjang bersifat tantangan, memberi teladan, serta
pendidikan tinggi sebagai syarat memberi penghargaan atas prestasi
pendidikan professional. Pada proses mahasiswa (Nursalam dan Ferry E, 2012).
transformasi perilaku pendidikan Pendidik ialah orang yang memikul
keperawatan mampu merubah peserta pertanggungjawaban untuk mendidik.
didik untuk mencapai professional perawat Pengertian pendidik ini meliputi: orang
dengan melaksanakan asuhan keperawatan dewasa, orang tua, guru, pemimpin
dengan benar dan baik. Sebagai institusi masyarakat, dan pemimpin agama. Secara
pendidikan tinggi keperawatan harus umum dikatakan bahwa setiap orang
mampu membina dan menumbuhkan sikap dewasa dalam masyarakat dapat menjadi
dan tingkah laku professional sesuai pendidik, sebab pendidikan merupakan
dengan kemampuan profesi, memberi suatu perbuatan sosial, perbuatan
landasan ilmu pengetahuan yang kokoh fundamental yang menyangkut keutuhan
baik kelompok ilmu keperawatan atau perkembangan pribadi anak didik menuju
kelompok ilmu dasar atau penunjang pribadi dewasa susila (Hasbullah, 2009).
asuhan keperawatan, membina ketrampilan Sebagaimana halnya bahwa pendidik
professional yang mencakup ketrampilan adalah juga sebagai pemimpin, maka
intelektual, tekhnikal dan interpersonal terdapat beberapa cara agar seseorang bisa
serta membina landasan etik keperawatan memiliki karakter Powerful Leader.
sebagai dasar dalam kehidupan Diantaranya adalah membangun seorang
keprofesian (Aziz Alimul H, 2002). powerful leader berbasis spiritualitas, atau
Disamping itu, pihak-pihak yang dengan kata lain, seorang pemimpin yang
mengelola pendidikan tinggi keperawatan tangguh dan berhati nurani. Cirinya adalah
dan pihak-pihak yang berkepentingan atau mereka sangat sadar untuk mempelajari
berhubungan dengan pendidikan tinggi diri mereka sendiri. Seorang powerful
keperawatan agar benar-benar memahami leader senantiasa menyadari bahwa fisik,
arti dan makna pendidikan keperawatan emosi dan spiritual adalah modal dasar
sebagai pendidikan profesi dan yang sangat penting untuk menjalankan
melaksanakan pendidikan keperawatan kegiatan. Intelektual Quotient (IQ) penting
secara keseluruhan. Perkembangan dalam kehidupan agar bisa memanfaatkan
keperawatan Indonesia di masa depan tekhnologi demi efisiensi dan efektifitas.
sangat tergantung pada keberhasilan dalam Peran Emotional Quotient (EQ) adalah

56
untuk membangun hubungan antar tawuran dan perkelahian, narkoba, alkohol,
manusia yang baik dan efektif. Sedangkan seks bebas, demo anarkis sampai dengan
Spiritual Quotient (SQ) mengajarkan tindak kriminalitas. Menurut laporan yang
nilai-nilai kebenaran. Spiritualisme mampu dicetak oleh Kompas Cyber Media pada
menghasilkan lima hal, yaitu: integritas tanggal 5 Februari 2001, dari 2 juta
atau kejujuran, energy atau semangat, pecandu narkoba dan obat-obat berbahaya,
inspirasi atau ide dan inisiatif, wisdom 90% diantaranya adalah generasi muda,
atau kebijaksanaan, serta keberanian dalam termasuk diantaranya 25.000 adalah
mengambil keputusan dalam kehidupan mahasiswa (Sinulingga, R, 2008).
sebagai manusia (Agustian, Ary Ginanjar, Sehingga belum tampak adanya
2003). suatu kesehatan spiritual komunitas
Kesehatan spiritual merupakan (spiritual community health) yang menjadi
keharmonisan antara individu dengan kekuatan pendorong bagi perubahan
orang lain, alam dan kehidupan yang bangsa yang mestinya dimiliki oleh
tertinggi. Keharmonisan ini dicapai ketika masyarakat Indonesia, melalui titik
seseorang menemukan keseimbangan tumpunya pada kesehatan spiritual
antara nilai, tujuan dan sistem mereka individual. Ini artinya, masalah potensi
dengan hubungan mereka di dalam diri dan spiritual manusia belum menjadi perhatian
dengan orang lain. Setiap individu penting dibandingkan dengan
mempunyai tiga kebutuhan yang harus pengembangan potensi fisik dan mental
dipenuhi untuk mencapai sehat spiritual, (UIN Sunan Kalijaga, 2012).
yaitu kebutuhan akan arti dan tujuan Sebagai satu-satunya perguruan
hidup, kebutuhan untuk mencintai dan tinggi kesehatan milik Pemerintah
berhubungan, dan kebutuhan untuk Kabupaten Lumajang, Akademi
mendapatkan pengampunan (Hungelmann Keperawatan Pemkab Lumajang
et al, 1985, dalam Potter dan Perry, 2005). mengembangkan ilmu pengetahuan tidak
Pembangunan karakter dijadikan saja bersumber dari metode-metode ilmiah
sebagai motto utama kementerian kesehatan, tetapi juga menekankan
Pendidikan Nasional sejak setahun lalu, spiritualitas dalam kehidupan kampus
begitu juga dengan pembinaan mental sehari-hari. Akper Pemkab Lumajang
pada pelbagai institusi, tetapi fakta menyelenggarakan kajian Islam di sela-
menunjukkan bahwa sebagian besar anak sela kegiatan pembelajaran dalam setiap
bangsa belum betul-betul mengembangkan minggunya. Tetapi hal tersebut tidaklah
dengan baik seluruh potensi yang cukup untuk mencetak perawat yang
dimilikinya, terutama potensi spiritual tangguh secara mental dan spiritual. Untuk
(UIN Sunan Kalijaga, 2012). Realita yang mewujudkan harapan ini, maka dibutuhkan
terjadi adalah proses pendidikan banyak tenaga pendidik yang mempunyai
menekankan pada segi kognitif saja, semangat dan tingkat spiritual yang tinggi
apalagi hanya nilai-nilai ujian yang pula. Dari fenomena tersebut, maka
menjadi standart kelulusan, sehingga penulis tertarik untuk melakukan
peserta didik tidak berkembang menjadi penelitian tentang Profil Kesehatan
manusia yang utuh. Akibat selanjutnya, Spiritual Tenaga pendidik Pada Akper
akan terjadi beragam tindakan yang tidak Pemkab Lumajang Tahun 2016.
baik seperti yang akhir-akhir ini terjadi : Tujuan penelitian ini adalah
perkelahian, penghilangan etnis, menjelaskan profil kesehatan spiritual
ketidakadilan, kesenjangan ekonomi, tenaga pendidik Akper Pemkab Lumajang
korupsi, ketidakjujuran dan sebagainya meliputi pengalaman spiritual, emosi
(Salamah, 2011). Dari pemberitaan media positif, makna hidup, dan ritual.
elektronik banyak menampilkan berita-
berita tentang VCD porno mahasiswa, aksi

57
METODE HASIL
Jenis penelitian yang dipilih adalah Karakteristik sampel yang meliputi
deskriptif. Sedangkan rancangan penelitian umur, jenis kelamin, dan riwayat
yang digunakan adalah cross sectional. pendidikan.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh tenaga pendidik Akper pemkab Tabel 1. Distribusi umur responden
Lumajang, dengan tekhnik samping
menggunakan total sampling. Sampel yang Umur (tahun) n %
digunakan adalah 21 orang dengan 18-40 15 71.4
karakteristik responden tercatat aktif 40-60 6 28.6
sebagai tenaga pendidik Akper Pemkab >60 0 0
Lumajang, memiliki NIDN, serta bersedia Total 21 100
menjadi responden penelitian.
Tempat penelitian di Akper Tabel di atas menunjukkan bahwa
Pemkab Lumajang dengan waktu yang sebagian besar responden berada pada usia
dibutuhkan untuk pengambilan data adalah dewasa menengah/madya (40-60 tahun ).
selama 2 minggu.
Instrument yang digunakan untuk Tabel 2. Distribusi jenis kelamin
mengukur kesehatan spiritual adalah responden
menggunakan kuesioner Indonesia
Spiritual Health Assessment (ISHA) dari Jenis Kelamin n %
C-Net (centre for neuroscience health and Laki-laki 8 39.1
Spirituality) UIN Sunan Kalijaga Perempuan 13 61.9
Yogyakarta. ISHA terdiri dari total 117 Total 21 100
item terdiri dari 90item spiritualitas dan 27
item dominansi otak. Hasil tes berupa Tabel di atas menunjukkan bahwa
profil kesehatan excellent, optimal dan
sebagian besar responden berjenis kelamin
improvement. perempuan.
Prosedur pengambilan data dengan
cara peneliti mendatangi responsen
Kesehatan Spiritual
berdasarkan keriteria inklusi. Setelah Dari hasil skoring kuesioner,
mendapatkan persetujuan responden, maka didapatkan peta kesehatan spiritual sebagai
dilakukan pengisian kuesioner ISHA pada. berikut:
Kuesioner bisa dibawa pulang dan
responden diminta untuk mengisi Tabel 3. Peta Kesehatan Spiritual
kuesioner. Lembar jawab kuesioner yang berdasarkan Pengalaman Spiritual, Emosi
telah terisi diserahkan kepada tim C-NET Positif, Makna Hidup, dan Ritual pada
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk responden
dilakukan proses skoring, dan hasil
skoring ISHA dikirimkan kembali oleh C- Pengala Emosi Makna Ritual
NET UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Keseha man Positif Hidup
kepada peneliti untuk dilakukan analisis. tan Spiritual
Analisa data dilakukan dengan cara Spiritu f % f % f % f %
pengkodean data, pemindahan data ke al
Excelle 11 52.4 14 66.7 17 80.9 13 61.9
computer dan kemudian hasil pengolahan nt
data ditampilkan dalam bentuk numeric Optima 10 47.6 7 33.3 4 19.1 8 39.1
dalam table distribusi frekuensi. l
Improv 0 0 0 0 0 0 0 0
ement
Jumlah 21 100 21 100 21 100 21 100

58
Tabel di atas menunjukkan bahwa hubungan mereka di dalam diri mereka
pada responden, 11 orang mempunyai sendiri dan dengan orang lain.
pengalaman spiritual excellent, 10 orang Ketidakseimbangan spiritual (Spirituality
mempunyai pengalaman spiritual optimal, Disequilibrium) adalah sebuah kekacauan
14 orang mempunyai emosi positif jiwa yang terjadi ketika kepercayaan yang
excellent, 7 orang mempunyai emosi dipegang teguh tergoncang hebat.
positif optimal, 17 orang mempunyai Kekacauan ini seringkali muncul ketika
makna hidup excellent, 4 orang penyakit yang mengancam hidup berhasil
mempunyai makna hidup optimal, 13 didiagnosis (Taylor, 2002, dalam Young,
orang mempunyai ritual excellent, 8 orang 2007). Indikator terpenuhinya kebutuhan
mempunyai ritual optimal. spiritual adalah adanya rasa keharmonisan,
saling kedekatan antara diri sendiri, orang
PEMBAHASAN lain, alam dan hubungan dengan yang
Kesehatan Spiritual Maha Kuasa (Yusuf, 2017).
Hasil penelitian menunjukkan Kesehatan spiritual adalah kondisi
bahwa kesehatan spiritual tenaga pendidik yang dalam pandangan sufistik disebut
pada Akper Pemkab Lumajang sebagian sebagai terbebasnya jiwa dari berbagai
besar excellent. Artinya kelompok subyek penyakit ruhaniah, seperti syirk
yang diperiksa, secara umum, memiliki (polytheist), kufr (atheist), nifaq atau
ciri-ciri spiritualitas yang diinginkan munafik (hypocrite), dan fusuq (melanggar
kebanyakan orang yang ingin menjadi hukum). Kondisi spiritual yang sehat
orang baik. Dalam kaitannya dengan terlihat dari hadirnya ikhlas (ridha dan
fungsi otak, kelompok subyek senang menerima pengaturan Illahi),
menunjukkan fungsi dari 5 sistem otak tauhid (meng-Esa-kan Allah), tawakal
yang berada pada rata-rata (Average) (berserah diri sepenuhnya kepada Allah)
hingga di atas rata-rata (Optimal). Hal ini (Hendrawan, S., 2010).
berarti kelompok subyek memiliki otak Kegiatan spiritual dalam otak
yang berfungsi dengan baik. Kelompok manusia menurut Newberg dan D’Aquili
subyek menunjukkan keseimbangan antara dikutip oleh Pasiak 2012 melibatkan
kegiatan ritual dan spiritualitas. sejumlah komponen otak yang disebut
Spiritualitas adalah pandangan operator kognitif yang menghasilkan
pribadi dan perilaku yang pengalaman spiritual yang dapat diamati,
mengekspresikan rasa keterkaitan ke yang terdiri dari: 1) pre frontal cortex, 2)
dimensi transcendental atau untuk sesuatu area asosiasi, 3) system limbic, dan 4)
yang lebih besar dari diri (Rees, 1987, system syaraf otonom (Yusuf, 2017).
dalam Asy’arie et al, 2012). Spiritualitas Kesehatan spiritual tenaga pendidik
merupakan suatu kecenderungan untuk pada Akper Pemkab Lumajang berada
membuat makna hidup melalui hubungan dalam kategori excellent, hal ini dapat
intrapersonal, interpersonal dan dipengaruhi oleh kesibukan kegiatan
transpersonal dalam mengatasi berbagai spiritualitas tiap personal dalam
masalah kehidupan (Yusuf, 2017). kesehariannya. Usia responden yang
Kesehatan Spiritual atau berada dalam rentang 18-40 tahun dimana
kesejahteraan adalah “rasa keharmonisan pada masa usia ini, seseorang sudah
saling kedekatan antara diri dengan orang mengalami masa-masa pertentangan batin,
lain, alam dan dengan kehidupan yang ajakan/seruan dan sugesti, faktor emosi
tertinggi” (Hungelmann et al, 1985, dalam dan kemauan. Masa ini ditandai dengan
Potter & Perry, 2005). Rasa keharmonisan adanya perubahan mental (Daradjat, Z,
ini dicapai ketika seseorang menemukan 1996).
keseimbangan antara nilai, tujuan, dan Otak dalam melaksanakan
sistem keyakinan mereka dengan tugasnya sebagai kesatuan fungsional

59
sangat berperan dalam hal ini. Terutama perkembangannya dengan melanjutkan
adalah nukleus kaudatus, bersama dengan pencarian identitas spiritual, memikirkan
hipokampus dalam lobus temporalis untuk memilih nilai dan kepercayaan
ternyata berfungsi dalam perilaku yang mereka yang dipelajari saat kanak-kanak
disebut refleks orientasi. Yakni suatu dan berusaha melaksanakan sistem
perilaku yang semula tidak terbiasa, tetapi kepercayaan mereka sendiri.
berangsur-angsur menjadi terbiasa
(Markam, 2010). Perilaku manusia sehari- Pengalaman Spiritual
hari sebagian juga berdasarkan pada Hasil penelitian menunjukkan
pembentukan refleks terkondisi. Kegiatan bahwa pengalaman sebagian besar dari
sehari-hari kelompok responden bisa responden mempunyai pengalaman
dikaitkan dengan refleks terkondisi ini, spiritual excellent.
dimana responden harus bangun pagi, Pengalaman spiritual adalah
shalat subuh, mengikuti kajian agama (di manifestasi spiritual dalam hubungan
TV atau radio atau membaca buku agama), intrapersonal, dimana seseorang
berangkat bekerja, serta mengikuti kajian mengalami suatu pengalaman spesifik dan
Islam di kampus (sekali dalam seminggu). unik berupa penyatuan dengan Zat Kudus
Rutinitas dan ritual juga penting bagi dalam pelbagai tingkatannya, bermula dari
pembelajaran yang optimal, karena suatu pengalaman estetik-inderawi ke
rutinitas dan ritual dapat menyeimbangkan pengalaman penyatuan yang lebih hakiki.
kekacauan dan ketidakpastian (Jensen, Pengalaman ini dapat membuat seseorang
2008). lebur dan hilang dari dirinya sendiri,
Hal ini menguatkan teori bahwa menyatu dengan alam sekitarnya, dan
adanya kegiatan keagamaan dapat selalu merasakan adanya kehadiran Tuhan dalam
mengingatkan keberadaan dirinya dengan setiap peristiwa dan entitas. Dimensi
Tuhan, dan selalu mendekatkan diri pengalaman spiritual ditunjukkan dengan
kepada Penciptanya (Hidayat, 2006). merasakan dekat dan bersahabat dengan
Agama juga berkontribusi pada rasa alam semesta, menemukan Tuhan dibalik
perpaduan dan pengalaman hidup seperti semua peristiwa, merasakan kehadiran
yang diharapkan, dan semuanya Tuhan dalam keseharian, merasakan
dihubungan dengan kesehatan fisik dan teguran Tuhan ketika melakukan
mental yang lebih baik (Antonovsky, kesalahan, merasakan kesan istimewa pada
1987, dalam Hussain D, 2010). semua peristiwa dekat dan bersahabat
Faktor lain yang mungkin bisa dengan alam semesta, serta mengalami
mempengaruhi adalah pengalaman hidup perasaan menyatu dengan Tuhan (Pasiak,
sebelumnya. Seperti yang diungkapkan 2012).
oleh Taylor, et al (1997) dan Craven & Kata kunci dalam pencapaian
Hirnle (1996) dalam Hamid (2000) bahwa pengalaman spiritual adalah estetika
pengalaman hidup baik yang positif (pengalaman indrawi biasa yang bersifat
maupun yang negatif dapat mempengaruhi estetis), takjub (pengalaman indrawi yang
spiritual seseorang dan sebaliknya juga sensasional atau di luar kelaziman), dan
dipengaruhi oleh bagaimana seseorang penyatuan (pengalaman non indrawi)
mengartikan secara spiritual pengalaman (Yusuf, 2017).
tersebut. Peristiwa dalam kehidupan Cortex Pre Frontalis sangat
seseorang dianggap suatu cobaan yang berperan dalam memperoleh pengalaman
diberikan Tuhan kepada manusia menguji spiritual dan pencapaian makna hidup.
imannya. Hal ini ditunjang pula dengan Cortex Pre Frontal yang sehat umumnya
kondisi rentang usia responden yang dikaitkan dengan keadaan sadar dimana
homogen yaitu dalam tahap dewasa muda. kemampuan berpikir mendominasi setiap
Pada tahap ini individu menjalani proses tindakan (Pasiak, 2012). Hal ini dibuktikan

60
dari hasil skoring kuesioner bahwa separuh Disinilah sistim limbik terlibat dalam
dari dua kelompok responden pengaturan kondisi emosional. Ketika
menunjukkan dominansi otak cortex pre sistim limbik kurang aktif, kondisi pikiran
frontalis yang optimal (fungsi diatas rata- umumnya positif dan lebih berharap.
rata), serta sisa responden menunjukkan Ketika bagian ini terlalu aktif, pikiran
dominansi otak cortex pre frontalis yang negatiflah yang mengambil alih. Emosi di
average (fungsi rata-rata). sistim limbik merupakan penyaring yang
menentukan bagaimana emosi/perasaan
Emosi Positif kita dalam menterjemahkan semua
Hasil penelitian menunjukkan peristiwa yang terjadi dalam sehari
bahwa sebagian besar responden (Asy’arie, 2012). Hal ini dibuktikan
mempunyai emosi positif excellent. dengan hasil skoring kuesioner
Emosi positif merupakan menunjukkan bahwa separuh responden
manifestasi spiritualitas dalam hubungan menunjukkan dominansi otak sistim
intrapersonal, dimana seseorang limbik yang optimal (fungsi diatas rata-
memahami dinamika kehidupan dan rata), serta sisa responden menunjukkan
persoalan dalam konteks syukur, sabar dan dominansi otak sistim limbik yang average
ikhlas. Dalam manifestasi ini pikiran sadar (fungsi rata-rata). Sedangkan pada fungsi
menjadi pengendali setiap ekspresi. gyrus cingulatus, sebagian besar dua
Dengan ini, seseorang memiliki nilai-nilai kelompok responden menunjukkan fungsi
kehidupan yang didasari oleh kemampuan average (fungsi rata-rata), dan hanya
berpikir yang tepat (Pasiak, 2012). Kata sebagian kecil saja yang mempunyai
kunci pencapaian emosi positif adalah fungsi optimal (fungsi diatas rata-rata).
dengan syukur, atas segala sesuatu yang Lamsudin dalam Asy’arie (2012)
sudah diberikan oleh Tuhan tanpa melalui mengungkapkan bahwa dari hasil
usaha sendiri. Syukur jika diberi penelitian membuktikan bahwa ukuran
keberhasilan setelah melakukan usaha sistim limbik pada wanita rata-rata lebih
adalah syukur yang lebih rendah bnilainya besar dibandingkan lelaki. Karena itu,
dibandingkan dengan bersyukur atas maka perempuan mudah tersentuh dan
sesuatu yang diberikan tanpa adanya usaha secara umum lebih mampu
sama sekali). Sabar, menbuat segala mengungkapkan perasaannya daripada
sesuatu yang pahit dan tidak nyaman lelaki. Mereka lebih mampu membentuk
berada dibawah control diri dan tidak ikatan dan terhubung dengan orang lain.
sekedar menahan diri. Dan ikhlas, Sistem limbik yang lebih besar membuat
melepaskan sesuatu secara sadar tanpa ada perempuan lebih rentan terhadap depresi,
penyesalan (Yusuf, 2017). terutama saat terjadi perubahan hormon
Sistim Limbik berperan dalam yang signifikan, seperti awal pubertas,
ekspresi emosi positif. Sistim Limbik yang sebelum masa haid, setelah melahirkan dan
sehat umumnya dikaitkan dengan emosi saat menopause. Teori ini menguatkan
yang sehat. Sistim Limbik yang sehat hasil penelitian bahwa sebagian besar
terjadi jika sistim limbik bekerja sama responden adalah mempunyai jenis
secara dinamis dengan cortex pre frontalis. kelamin perempuan.
Sedangkan gyrus cingulatus berperan Emosi adalah aspek integral dari
penting sebagai fasilitator hubungan sistim sistem pengoperasian neural. Emosi
limbik dan cortex pre frontalis. Gyrus mempercepat kemampuan berfikir dengan
cingulatus yang sehat dikaitkan dengan memberikan respon fisik langsung kepada
emosi yang terkelola dengan baik. Emosi keadaan di sekeliling kita. Emosi
menggerakkan atensi, menciptakan makna, dibangkitkan dari jalur yang
dan memiliki jalur memorinya sendiri diotomatisasikan secara biologis. Keenam
(Joseph LeDoux dalam Jensen, 2008). emosi ini adalah senang, takut,

61
terkejut/heran, jijik, marah dan sedih. teladan bagi orang lain, serta engutamakan
Emosi adalah katalis yang mempengaruhi keselarasan dan kebersamaan (Yusuf,
konversi pikiran ke dalam hal-hal fisik 2017).
dalam tubuh. Ia mendistribusikan molekul- Cortex pre frontalis berperan utama
molekul peptida ke seluruh tubuh seperti dalam pencapaian makna hidup. Hal ini
sel-sel darah putih. Emosi memicu suasana dibuktikan dari hasil skoring kuesioner
hati, perilaku dan pada akhirnya kehidupan bahwa separuh dari dua kelompok
kita (Jensen, 2008). responden menunjukkan dominansi otak
Pengaruh emosi terhadap perilaku cortex pre frontalis yang optimal (fungsi
kita sangatlah besar. Oleh karena itu ia diatas rata-rata), serta sisa responden
memberikan kepada kita laporan menunjukkan dominansi otak cortex pre
“langsung” setiap saat pada respons tubuh, frontalis yang average (fungsi rata-rata).
mereka menerima status prioritas. Cortex pre frontal adalah semacam central
Jaringan-jaringan penting yang memproses executive organizer, yang memegang
emosi menghubungkan sistem limbik, kendali dalam eksekusi, pengambilan
korteks pre frontal, dan barangkali yang keputusan dan menempatkan nilai-nilai
terpenting adalah menghubungkan dalam setiap tindakan. Salah satu hasil dari
wilayah-wilayah otak yang memetakan kemampuan cortex pre frontal ini adalah
dan mengintegrasikan sinyal-sinyal dari makna hidup manusia. Keunikan manusia,
tubuh (Jensen, 2008). keunikan cortex pre frontal dan
Indikator emosi positif ditunjukkan spiritualitas, membuat makna hidup itu
dengan senang terhadap kebahagiaan menjadi sangat penting. Ini menjadi tiang
orang lain, menikmati dengan kesadaran penyanggah utama dalam spiritualitas
bahwa segala sesuatu diciptakan atas manusia. Seseorang yang mengalami
tujuan tertentu/mengambil hikmah, kerusakan pada cortex pre frontal akan
bersikap optimis akan pertolongan Tuhan, mengalami gangguan dalam makna hidup
bisa berdamai dengan keadaan sesulit (Pasiak, 2012).
separah apapun, mampu mengendalikan
diri, serta bahagia bila melakukan Ritual
kebaikan (Yusuf, 2017). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar dari responden
Makna Hidup mempunyai ritual excellent.
Hasil penelitian menunjukkan Ritual adalah manifestasi
bahwa sebagian besar dari responden spiritualitas berupa tindakan terstruktur,
mempunyai makna hidup excellent. sistematis, berulang, melibatkan aspek
Makna hidup adalah manifestasi motorik-kognisi dan afeksi, yang
spiritualits berupa penghayatan dilakukan menurut suatu tatacara tertentu
intrapersonal yang bersifat unik, baik secara individual maupun komunal.
ditunjukkan dalam hubungan social Kata kunci dalam pencapaian ritual adalah
(interpersonal) yang bermanfaat, kebutuhan (ritual yang didorong oleh
menginspirasi dan mewariskan sesuatu kebutuhan, bukan oleh sebab-sebab lain),
yang bernilai bagi kehidupan manusia. dan rasa kehilangan sesuatu (jika tidak
Kata kunci dalam pencapaian makna hidup melaksanakannya). Bentuk ritual antara
adalah inspiring (menumbuhkan keinginan lain melakukan sembahayang,
meneladani dari orang lain) dan legacy memanjatkan doa, mengunjungi tempat
(mewariskan sesuatu yang bernilai tinggi ibadah, sedekah, dan terlibat aktif dalam
bagi kehidupan). Indikator makna hidup komunitas keagamaan. Indikator ritual
adalah menolong dengan spontan, ditunjukkan dengan merasakan
memegang teguh janji, memaafkan diri ketergantungan/ membutuhkan Tuhan,
dan orang lain, berperilaku jujur, menjadi (Pasiak, 2012).

62
Ritual mengaktifkan banyak ritual berada pada kategori excellent. Hasil
komponen syaraf yang berujung pada penelitian menunjukkan bahwa kesehatan
hadirnya suasana psikologis yang spiritual tenaga pendidik pada Akper
memungkinkan terjadinya hubungan Pemkab Lumajang sebagian besar
penyatuan dengan Tuhan. Penyatuan itu excellent.
tidak berhenti sebagai akhir dari peristiwa Artinya kelompok subyek yang
spiritual, tetapi mengejawantah dalam diperiksa, secara umum, memiliki ciri-ciri
kehidupan social. Dengan cara ini, spiritualitas yang diinginkan kebanyakan
spiritualitas memiliki makna social dan orang yang ingin menjadi orang baik.
tidak semata-mata bernilai subyektif bagi Dalam kaitannya dengan fungsi otak,
individu (Pasiak, 2012). kelompok subyek menunjukkan fungsi
Ganglia basalis mempunyai peran dari 5 sistem otak yang berada pada rata-
utama dalam kegiatan ritual. Ritual selalu rata (Average) hingga di atas rata-rata
melibatkan emosi, gerakan motorik dan (Optimal).
pikiran sadar. Ganglia basalis yang sehat Hal ini berarti kelompok subyek
dikaitkan dengan pelaksanaan ritual yang memiliki otak yang berfungsi dengan baik.
sadar. Bukan sebagai kegiatan rutin Kelompok subyek menunjukkan
belaka. Terdapat hubungan antara ganglia keseimbangan antara kegiatan ritual dan
basalis, sistim limbik dan otak kecil. spiritualitas.
Sedangkan lobus temporalis berperan
penting dalam penggunaan bahasa spesifik SARAN
dalam kegiatan ritual. Doa yang diucapkan Saran Bagi ilmu kesehatan dan
dengan bahasa-bahasa tertentu, atau ritual- keperawatan adalah kesehatan spiritual
ritual spesifik dengan ucapan-ucapan yang optimal, dapat memperbaiki
tertentu dikaitkan dengan fungsi lobus hubungan intrapersonal, interpersonal,
temporalis ini. lingkungan dan alam serta terhadap sang
Hal ini dibuktikan dari hasil Pencipta Alam. Sehingga menjadi profesi
skoring kuesioner bahwa sebagian kecil yang handal tidak hanya dalam kognitif
responden menunjukkan dominansi otak maupun skill, tetapi juga afeksi yang
ganglia basalis yang optimal (fungsi diatas optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut,
rata-rata), serta sebagian besar dibutuhkan komunikasi yang baik.
menunjukkan dominansi otak sistim Perawat khususnya, perlu
limbik yang average (fungsi rata-rata). meningkatkan ketrampilan komunikasi
Pada sisa responden, sebagian kecil terapeutik baik di klinik maupun di
responden menunjukkan dominansi otak komunitas, terutama dalam hubungan
ganglia basalis yang optimal (fungsi diatas intrapersonal maupun hubungan terhadap
rata-rata) dan sebagian besar menunjukkan Tuhan Sang Pencipta Alam, sehingga
dominansi otak ganglia basalis yang tercipta hubungan interpersonal yang baik
average (fungsi rata-rata). Sedangkan pada khususnya kepada pasien.
fungsi lobus temporalis, separuh dari Sedangkan saran bagi ilmu
responden menunjukkan fungsi average pendidikan adalah profesi guru dan dosen
(fungsi rata-rata), dan separuh sisanya adalah profesi yang dituntut untuk bisa
mempunyai fungsi optimal (fungsi diatas menjadi role model sehingga dapat
rata-rata). dijadikan tauladan bagi peserta didik/
mahasiswa. Guru/ dosen yang memiliki
KESIMPULAN kesehatan spiritual yang excellent dapat
Kesimpulan hasil penelitian menjadikan dirinya sebagai “pencetak”
menunjukkan sebagian besar responden kader bangsa dan generasi muda yang
menunjukkan mempunyai pengalaman handal, tangguh secara moral dan spiritual.
spiritual, emosi positif, makna hidup dan

63
KEPUSTAKAAN Hasbullah, 2009, Dasar-Dasar Ilmu
Agustian, Ary Ginanjar, 2009, Rahasia Pendidikan, Edisi Revisi 8, Jakarta;
Sukses Membangkitkan ESQ Rajawali Pers
Power, Jakarta; Arga Publishing Hawari, D, 2008, Integrasi Agama Dalam
Asy’arie et al, 2012, Tuhan Empirik dan Pelayanan Medik, Jakarta: Balai
Kesehatan Spiritual, Editor Taufiq Penerbit FKUI
Pasiak, Centre for Neuroscience, Hendrawan, S., 2010, Spiritual
Health and Spirituality (C-NET), Management, Jakarta: Mizan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Publika.
Atkinson, R.L, tt, Pengantar Psikologi, Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Kebutuhan
Edisi Kesebelas, Jilid 2, Batam: Dasar Manusia: Aplikasi Konsep
Interaksara dan Proses Keperawatan, Buku 1,
Aziz Alimul Hidayat, 2002, Pengantar Jakarta: Salemba Medika.
Pendidikan Keperawatan, Jakarta; Hussain, D., 2010, How
CV Agung Seto Religion/Spirituality Effect
Blais et al, 2006, Praktik Keperawatan Health?- Reflectius on Some
Profesional, Konsep & Perspektif, Possible Mechanisms, International
Edisi 4, Jakarta: EGC Journal of Exixtensial Psychology
Brignall, M., 2001, The Perception & Psychotherapy, vol 3 number 1
Process. Wisc-Online. Diakses Ibrahim, S. 2010, Kondisi Pendidikan
tanggal 22 Februari 2016. Tinggi Islam, bersumber dari
Cahyadi, H, et al, 2004, Peranan Heat http://edukasi.kompasiana.com/201
Shock Protein Pada Patogenesis 0/02/06/kondisi_pendidikan_tinggi
Penyakit Infeksi dan Penyakit _islam/ diakses tanggal 16 Februari
Autoimmun, JKM, Volume 3, 2016
Nomor 2. King and Koenig, 2009, Conseptualising
Efendi, A, 2008, Peran Strategis Lembaga Spirituality for Medical Research
Pendidikan Berbasis Islam di and Health Service Provision,
Indonesia, el Tarbawi, Jurnal BMC Health Services Research,
Pendidikan Islam, no 1, vol 1, Volume: 9, Publiser: BioMed
2008, diambil dari Central, pages 116, bersumber dari
www.journal.uii.ac.id, diakses www.discovery.ucl.ac.uk, diakses
tanggal 22 Februari 2016 tanggal 12 Februari 2016
Haber, J,. 1987, Comprehensive Kozier, Erb., 2004, Fundamental of
Psychiatric Nursing, 3 rd, New Nursing: Concepts, Process and
York: Mc Graw-Hill Book Practice, Seventh Edition, New
Company. Jersey: Pearson Education Inc.
Haningsih, S. 2008, Peran Strategis Nursalam Dan Ferry E, 2012, Pendidikan
Pesantren, Madrasah dan Sekolah Dalam Keperawatan, Jakarta;
Islam di Indonesia, el-Tabrawi, Salemba Medika.
Jurnal Pendidikan Islam, no 1 vol I, O’Brien, M.E, 2010, Spirituality in
2008, diambil dari Nursing, Jones and Barlett
http://journal.uii.ac.id/index.php/JP Learning, bersumber dari
I/article/viewfile/186/175, diakses http://books.google.co.id, diakses
tanggal 16 Februari 2016 tanggal 12 Februari 2016
Hamid, A, 2000, Buku Ajar Aspek Pasiak, T, 2012, Tuhan dalam Otak
Spiritual dalam Keperawatan, Manusia, Bandung: PT Mizan
Jakarta: Widya Medika. Pustaka
Hasanah, A, 2010, Pendidikan Modern, Potter & Perry, 2005, Buku Ajar
Yogyakarta: Diva Press. Fundamental Keperawatan;

64
Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4
Volume 1, Jakarta: Penerbit EGC
Putra, ST, 2011, Psikoneuroimunologi
Kedokteran, Edisi 2, Surabaya:
Airlangga University Press.
Salamah, H, 2011, Pendidikan Multi
Kultural: Upaya Keberagaman
Inklusif di Sekolah, Thesis S2,
IAIN Sunan Ampel, Surabaya
Sinulingga, R, 2008. Pendidikan Agama
pada Perguruan Tinggi dalam
Menghadapi Masalah Etis dan
Moral di Era Global dan Tekhnik
Informasi, Pidato Pengukuhan
Guru Besar Universitas Sumatera
Utara, 15 November 2008, diambil
dari
http://www.usu.ac.id/id/files/pidato
/ppgb/2008/ppgb_2008_risnawati.p
df diakses tanggal 16 Februari 2016
Suprayogo, I., 2010, Minat Masyarakat
atas Pendidikan Islam Meningkat,
Republika.co.id, 29 April 2010,
diakses tanggal 6 Maret 2016,
http://www.republika.co.id/berita/b
reakingnews/nasional/10/04/29/113
354-minat-masyarakat-atas-
pendidikan-islam-meningkat.
UIN Sunan Kalijaga, 2012. UIN Sunan
Kalijaga Luncurkan Pusat
Kesehatan Spiritual, diambil dari
http://www.uin-
suka.ac.id/berita/dberita/525,
diakses 16 Februari 2016
UU Sisdiknas Tahun 2003. Diambil dari
http://www.dikti.net/file/sisdiknas.
pdf. diakses tanggal 22 Februari
2016.
Wikipedia,2012,Universitas_Universitas_I
slam_Negeri_Maulana_Malik_Ibra
him_Malang.webarchivexml,
www.Wikipedia.com, diakses 23
Januari 2016
Yusuf, Ah, dkk, 2017, Kebutuhan
Spiritual: Konsep dan Aplikasi
dalam Asuhan Keperawatan,
Jakarta: Mitra Wacana Media

65
PENGARUH BEKAM TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA KLIEN DENGAN
TRAPEZIUS MYALGIA PADA PEKERJA ANGKUT DI KECAMATAN JELBUK
JEMBER

(THE EFFECT OF CUPPING THERAPY ON DECREASE PAIN IN CLIENTS WITH


TRAPEZIUS MYALGIA ON TRANSPORT WORKERS AT JELBUK SUB DISTRICT
JEMBER)

Yugi Hari Chandra Purnama


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dr. Soebandi Jember
Jl. Dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536
e-mail: yuggie90@gmail.com

ABSTRAK

Keluhan pada muskuloskeletal merupakan keluhan pada otot skeletal yang dirasakan dengan
intensitas nyeri yang berbeda-beda, dari nyeri yang ringan sampai nyeri yang sangat berat.
Myalgia atau nyeri otot, merupakan gejala dari beberapa penyakit maupun kelainan. Bekam
merupakan suatu metode pengobatan klasik yang telah digunakan dalam perawatan dan
pengobatan berbagai masalah kesehatan salah satunya adalah nyeri. Penelitian ini bertujuan
untuk Mengetahui pengaruh terhadap penurunan nyeri pada klien dengan Trapezius Myalgia
pada pekerja angkut di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan
penelitian pre eksperimen dengan rancangan pretest-postest design yang bertujuan
mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap penurunan nyeri pada klien dengan trapezius
myalgia pada pekerja angkut. Populasinya adalah keseluruhan klien trapezius myalgia yang
melakukan terapi bekam di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember, dengan jumlah sampel 15
responden. Tehnik pengambilan sampelnya menggunakan consecutive sampling yang
memenuhi kriteria inklusi yang dilakukan pada bulan November 2017 dengan pemberian
terapi bekam di 5 titik dengan satu kali perlakuan selama penelitian, dan mengisi lembar
observasi nyeri. Pengaruh terapi bekam terhadap nyeri pada klien dengan trapezius myalgia
pada pekerja angkut di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember didapatkan rerata skala nyeri
klien sebelum dibekam 5,20 dan turun menjadi 1,93 setelah dibekam dan di uji menggunakan
paired t-test didapatkan ρ-value sebesar 0,00. Dari hasil penelitian ini, terapi bekam terbukti
berpengaruh terhadap penurunan nyeri pada klien dengan trapezius myalgia pada pekerja
angkut di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
Kata kunci: Bekam, Nyeri, Trapezius Myalgia, Pekerja Angkut

ABSTRACT

The musculoskeletal complaint is a complaint of the skeletal muscle that is felt by the
intensity of different pain, from mild pain to severe pain. Myalgia or muscle pain, is a
symptom of several diseases and disorders. Cupping is a classical treatment method that has
been used in the treatment and treatment of various health problems one of which is pain. To
determine the effect on the decrease of pain in clients with Trapezius Myalgia on transport
workers at Jelbuk Subdistrict Jember. This research was a pre experimental study with
pretest-posttest design esigned to determine the effect of cupping therapy on decrease pain in
clients with trapezius myalgia in transport workers. The population is the whole trapezius
myalgia client who performs cupping therapy at Jelbuk Subdistrict, Jember, with 15
respondents. The sampling technique used consecutive sampling that met the inclusion
66
criteria conducted in November 2017 with the provision of cupping therapy on five points
with one treatment during this research and fill pain observation sheet. Effect of cupping
therapy on pain in client with trapezius myalgia on transport workers at Jelbuk Subdistrict
Jember obtained the average scale of client pain before cupping 5.20 and decrease to 1.93
after used cupping therapy and tested using Paired T-test obtained ρ value of 0.00. From the
results of this study, cupping therapy proved to have an effect on the decrease pain in client
with trapezius myalgia on transport workers at Jelbuk Subdistrict Jember.
Keywords: Cupping therapy, Pain, Trapezius Myalgia, Transport Workers

PENDAHULUAN muskuloskeletal umum dengan 30%-50%


Setiap pekerjaan selalu berpotensi setiap orang per tahun pernah
resiko bahaya dalam bentuk kecelakaan mengalaminya. Ansar (2011) juga
kerja. Keluhan pada muskuloskeletal menyatakan, pada pekerja pengangkut
merupakan keluhan pada otot skeletal yang barang di pertokoan daerah Polowali
dirasakan dengan intensitas nyeri yang Sulawesi Selatan terdapat pekerja yang
berbeda-beda, dari nyeri yang ringan menderita nyeri punggung sebesar 25
sampai nyeri yang sangat berat. Otot yang pekerja (96,4%) sedangkan yang tidak
menerima beban secara berulang-ulang terdapat 4 pekerja (28,6%). Penelitian
dan dalam waktu yang lama dapat yang dilakukan Hastuti (2013) menyatakan
menyebabkan keluhan berupa kerusakan dari 239 pekerja di salah satu perusahaan
pada sendi, ligamen dan tendon (Tarwaka, di Jogjakarta, 49 pekerja mengalami nyeri
2004). Trapezius myalgia atau nyeri otot otot (19,7%), 27 pekerja mengeluh nyeri
trapezius, merupakan gejala dari beberapa dan kaku sendi (11,3%) dan 10 pekerja
penyakit maupun kelainan yang terletak mengeluh lelah/lesu (4,2%). Frasetio
pada leher, kedua bahu, dan lainnya (2014) menyatakan bahwa buruh kerja di
melekat di tulang punggung. Penyebab salah satu pabrik tembakau di Jember
pada kejadian trapezius myalgia adalah memiliki aktivitas kerja adalah membawa
penggunaan berlebih atau over stretching atau memindahkan beberapa tumpuk
pada otot trapezius. Nyeri tersebut tembakau dari satu tempat ke tempat lain
berhubungan dengan stress atau strain otot secara berulang. Dampaknya adalah 6 dari
trapezius, tendon dan ligamen yang 10 orang buruh kerja di tempat tersebut
biasanya terjadi bila melakukan aktivitas mengalami nyeri punggung hingga bahu.
sehari-hari secara berlebihan, seperti Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2013,
mengangkat benda berat dengan cara yang proporsi rumah tangga yang
salah. Nyeri otot trapezius menjalar di memanfaatkan pelayanan kesehatan
sepanjang punggung atas dan leher, tradisional sebesar 30,4% dengan jenis
dibelakang telinga serta di pelipis pelayanan yang paling banyak digunakan
(Sugijanto & Bimantoro, 2008). Banyak adalah keterampilan tanpa alat sebesar
penderita yang memilih untuk 77,8% dan ramuan sebesar 49%,
mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit keterampilan dengan alat 7,1%, dan
dalam jangka panjang. Padahal terbukti keterampilan dengan pikiran 2,6%
bahwa semua obat pereda nyeri memiliki (Yankestrad, 2017). Situasi tersebut
efek samping yang merugikan jika mendeskripsikan bahwa pelayanan
dikonsumsi berlebihan atau tanpa kontrol kesehatan tradisional mempunyai potensi
dokter. yang cukup tinggi dan perlu mendapat
Penelitian yang dilakukan oleh perhatian yang serius sebagai bagian dari
Khan (2015), menjelaskan bahwa spasme pembangunan kesehatan nasional.
cervical dan nyeri upper trapezius Pembebanan otot statis dan
merupakan salah satu penyakit berulang mengakibatkan aliran darah yang
67
mengangkut oksigen jadi terganggu, manfaat, dan dapat
sehingga terjadi akumulasi kekurangan dipertanggungjawabkan. Terapi
oksigen. Hal ini akan mengakibatkan komplementer dan alternatif untuk
terjadinya metabolisme anaerobik yang mengatasi nyeri adalah terapi bekam.
akan terus menghasilkan asam laktat dan Bekam merupakan cara pengobatan
panas tubuh yang mana akan menimbulkan tradisional yang memiliki prinsip kerja
kelelahan otot skeletal yang dirasakan mengeluarkan darah di area tertentu di
sebagai bentuk nyeri pada otot (Tarwaka, punggung sehingga dapat menyembuhkan
2004). Penanganan dalam manajemen penyakit (Widada, 2011). Bekam
nyeri sudah seharusnya menggunakan merupakan suatu metoda pengobatan
pendekatan secara menyeluruh, hal ini klasik yang telah digunakan dalam
disebabkan nyeri mempengaruhi perawatan dan pengobatan berbagai
keseluruhan aspek kehidupan manusia, masalah kesehatan seperti hipertensi,
oleh karena itu kita tidak boleh hanya penyakit reumatik, sakit punggung,
terpaku hanya pada satu pendekatan saja migrain, gelisah atau anxietas dan masalah
tetapi juga menggunakan pendekatan lain fisik umum maupun mental (Umar, 2008).
yang mengacu kepada aspek Penelitian yang dilakukan oleh Fatahillah
biopsikososialkultural dan spiritual, (2006) menyimpulkan bahwa terapi bekam
pendekatan non farmakologis dan bermanfaat membersihkan darah dari
pendekatan farmakologis tidak akan racun-racun sisa makanan, melancarkan
berjalan efektif bila digunakan sendiri, peredaran darah, mengatasi gangguan
keduanya harus dipadukan dan saling tekanan darah yang tidak normal,
mengisi dalam rangka mengatasi atau mengatasi arteriosklerosis, memperbaiki
penanganan nyeri klien. Saat ini permeabilitas pembuluh darah,
penggunaan dan popularitas terapi menghilangkan kram otot, menghilangkan
komplementer dan alternatif sedang sakit bahu, dada, punggung dan
meningkat di seluruh dunia. Penggunaan sebagainya.
terapi tersebut sangat tinggi pada pasien
dengan penyakit kronis, dan gangguan METODE
muskuloskeletal (Michalsen, 2013) Desain penelitian ini adalah pre
Pengkajian yang tepat akurat experiment dengan rancangan pretest-
tentang nyeri sangat diperlukan sebagai postest design. Pelaksanaan penelitian
upaya untuk mencari solusi yang tepat bertempat di Kecamatan Jelbuk Kabupaten
untuk menanganinya, untuk itu pengkajian Jember pada bulan November 2017.
harus selalu dilakukan secara Pengambilan sampel pada penelitian ini
berkesinambungan, sebagai upaya mencari menggunakan teknik consecutive
gambaran yang terbaru dari nyeri pada sampling, dengan kriteria inklusi: semua
area trapezius yang dirasakan oleh klien. responden dengan keluhan trapezius
Praktik keperawatan dilaksanakan melalui myalgia; dapat mengikuti prosedur
kegiatan pelaksanaan asuhan keperawatan penelitian sampai selesai; dapat
berupa upaya promotif, preventif, berkomunikasi dengan baik; jenis kelamin
pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat laki-laki; bersedia menjadi responden.
serta pelaksanaan tindakan keperawatan Instrumen standar prosedur bekam
komplementer. penggunaan terapi merupakan standar minimal untuk
komplementer sudah menjadi bagian dari melakukan pembekaman pada klien
pelayanan kesehatan dan perawat sebagai dengan trapezius myalgia di lima titik
salah satu tenaga kesehatan diperbolehkan yaitu dua titik di al-Akhdain, satu titik di
untuk melakukan terapi komplementer al-Kaahil dan dua titik di al-Katifain.
dengan memperhatikan keamanan, Lembar rekapitulasi nyeri. Lembar
68
rekapitulasi nyeri ini digunakan untuk HASIL
mengukur intensitas nyeri sebelum Tingkat Usia
perlakuan dan sesudah perlakuan. Lembar Tabel 1. Distribusi usia responden dengan
observasi merupakan instrumen trapezius myalgia
pengumpulan data demografi berupa
lembar observasi yang meliputi biodata Usia n %
umum responden dan tingkat nyeri yang < 30 tahun 2 13.3
dirasakan responden diukur dengan 30-39 tahun 1 6.7
menggunakan instrumen Numeric Rating 40-49 tahun 5 33.3
Scale (NRS). Skala nyeri yang terdapat 50-59 tahun 1 6.7
pada pada NRS terbagi menjadi 5 skala, > 60 tahun 6 40
yaitu tidak ada nyeri (0) nyeri ringan (1-3),
nyeri sedang (4-6), nyeri berat (7-9) dan Dari Tabel 1 dapat diketahui usia
nyeri sangat berat (10). Skala responden dengan trapezius myalgia
pengukurannya menggunakan skala persentase paling banyak 6 orang usia > 60
interval. Nyeri diukur sebelum dibekam tahun (40%) dan paling sedikit masing
dan sesudah dibekam. Pendokumentasian masing 1 orang usia 50-59 tahun (6.7%)
hasil dari terapi bekam sebelum dan dan 30-39 tahun (6.7%)
sesudah dibekam.
Langkah-langkah pengambilan Riwayat Pendidikan
data: setelah diukur dengan skala nyeri Tabel 2. Distribusi berdasarkan riwayat
sebelum perlakuan, maka peneliti dan pendidikan responden trapezius myalgia
enumerator akan membekam klien di lima
titik (2 titik al-akhdain, 1 titik al-kaahil Riwayat n %
dan 2 titik al-katifain) untuk mengetahui Pendidikan
adanya pengaruh. Waktu berbekam Tidak Sekolah 6 40
dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit SD 4 26.7
setiap responden; setelah selesai diberi SMP 2 13.3
perlakuan, responden akan diperiksa 15 SMU 3 20
menit kemudian. Selanjutnya melakukan
pengumpulan data dengan memeriksa Berdasarkan tabel di atas
kembali responden menggunakan skala menunjukkan bahwa pendidikan
nyeri; kemudian dilakukan analisa data responden yang paling rendah adalah SMP
dengan uji t-dependen (paired t-test). yaitu 13.3 % dengan jumlah responden 2
orang dan paling tinggi sebanyak 6 orang
Gambar 1. Titik bekam pada klien dengan 40% tidak sekolah.
trapezius myalgia
Jenis Nyeri
Tabel 3. Distribusi berdasarkan Jenis Nyeri
Trapezius Myalgia responden

Jenis Nyeri n %
Nyeri Pundak 8 53.3
Nyeri Bahu 2 13.3
Nyeri Leher-Pundak 4 26.7
Nyeri Punggung-Bahu 1 6.7

Tabel 3 mendeskripsikan jenis


nyeri punggung paling sering di jumpai
69
dari 15 responden yang ada yaitu sebanyak Hasil yang diperoleh menunjukkan
8 orang (53.3%). Sedangkan jenis Nyeri bahwa rata-rata skala nyeri di awal dan
Punggung-Bahu paling jarang ditemukan akhir perlakuan bekam adalah 3.267 ±
dengan persentase sebesar 6.7%. 0.704. Hasil uji statistik didapatkan ρ
value 0,00 < 0,05 (α), artinya rerata skala
Skala Nyeri Sebelum Bekam nyeri sebelum bekam berbeda dengan
Tabel 4. Hasil pengukuran skala nyeri setelah bekam. Nilai paired correlation
responden sebelum perlakuan adalah senilai 84.7%, yang artinya
pengaruh bekam pada penurunan nyeri
Rerata sd Nilai Nilai klien trapezius myalgia adalah 84.7%
Variabel Min Mak sedangkan 15.3% sisanya dipengaruh oleh
faktor yang lain.
Skala Nyeri
sebelum 5.20 1.320 3.00 7.00
PEMBAHASAN
perlakuan
Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia
Dari tabel di atas menunjukkan Berdasarkan penelitian yang
bahwa dari 15 responden, didapatkan nilai dilakukan, diketahui bahwa karakteristik
rata-rata 5.20 dengan nilai minimal 3.00 usia responden paling banyak berusia >60
dan maksimal 7.00 tahun yang berjumlah 6 orang (40%) dan
paling sedikit masing masing 1 orang usia
Skala Nyeri Sesudah Bekam 50-59 tahun (6.7%) dan 30-39 tahun
Tabel 5. Hasil pengukuran skala nyeri (6.7%). Hasibuan (2003), berpendapat
responden sesudah perlakuan bahwa umur individu mempengaruhi
kondisi fisik, mental, kemampuan kerja,
Rerata sd Nilai Nilai dan tanggung jawab. Sebaliknya, pekerja
Variabel Min Mak yang umurnya lebih tua kondisi fisiknya
Skala Nyeri kurang, tetapi bekerja ulet, dan
sesudah 1.93 1.163 0.00 3.00 mempunyai tanggung jawab yang lebih
perlakuan besar. Menurut Sari (2017), setiap tahun
sekitar 16,6% populasi dewasa
Dari tabel di atas menunjukkan mengeluhkan rasa tidak enak di leher
bahwa dari 15 responden, didapatkan nilai hingga ke bahu, bahkan 0,6% bermula dari
rata-rata 1.93 dengan nilai minimal 0 dan rasa tidak enak menjadi nyeri yang berat.
maksimal 3.00 Sedangkan secara teori menyatakan lanjut
usia (lansia) berespon terhadap nyeri dapat
Pengaruh Bekam Terhadap Penurunan berbeda dengan cara berespon orang yang
Nyeri Pada klien Trapezius Myalgia berusia lebih muda (Smeltzer & Bare,
Tabel 6. Hasil pengukuran skala nyeri 2012).
responden sebelum dan sesudah Dari data yang diperoleh pada saat
penelitian kondisi umur rentan mengalami
Correl trapezius myalgia karena adanya
Variabel Rerata sd ρ pertambahan umur dari tahun ke tahun
ation
sehingga kemampuan fungsi organ akan
Skala
berkurang. Adanya proses angkut
Nyeri
mengangkut yang dilakukan pekerja
sebelum-
3.267 0.704 0.000 0.847 sehingga semakin sering timbul gangguan
sesudah
kesehatan yang dialami dengan tingkatan
perlakua
umur yang semakin tua. Pada umur yang
n
70
lebih muda tak menutup kemungkinan melekat di tulang punggung (Wikipedia,
terjadi trapezius myalgia yang diakibat 2013). Nyeri punggung merupakan gejala
proses pekerjaan yang dilakukan secara yang sangat umum yang menimbulkan
berkelanjutan oleh pekerja. morbiditas yang cukup berat. Nyeri
punggung mungkin disebabkan oleh
Karakteristik Responden Berdasarkan regangan otot, sebagai keluhan atas
Tingkat Pendidikan beberapa penyakit. Insiden nyeri punggung
Tingkat pendidikan responden yang paling banyak dijumpai pada pekerja
didapatkan paling rendah adalah SMP atau karyawan sebagai akibat dari kelainan
berjumlah 2 orang (13.3 %) dan paling mekanika gerak atau postural yang
tinggi sebanyak 6 orang tidak sekolah berlangsung dalam jangka waktu lama
(40%). Sedangkan didalam teori (Hartiyah, 2009).
menyatakan bahwa tingkat pendidikan
merupakan salah satu faktor yang Pengaruh Bekam Terhadap Penurunan
menentukan terhadap terjadinya perubahan Nyeri pada Klien dengan Trapezius
perilaku, dimana semakin tinggi tingkat Myalgia
pendidikan seseorang, maka seseorang Pada penelitian ini sebelum
telah mengalami proses belajar yang lebih dilaksanakan terapi bekam, responden
sering, dengan kata lain tingkat pendidikan terlebih dahulu di observasi terkait dengan
mencerminkan intensitas terjadinya proses nyeri yang dialami selanjutnya diberikan
belajar (Notoatmodjo, 2012). terapi bekam sebanyak 1 kali dalam waktu
Peneliti berpendapat bahwa riwayat 30 menit. Setelah dilakukan bekam 15
pendidikan dapat mempengaruhi kejadian menit maka nyeri responden diukur
trapezius myalgia. Hal ini dikarenakan menggunakan lembar observasi nyeri
tingkat pendidikan pekerja akan mampu kembali. Skala nyeri yang digunakan
memberikan pengetahuan kepada pekerja adalah skala numerik (Numerical rating
sehingga pekerja mampu bekerja dengan scale). Responden menilai nyeri dengan
sehat dan aman. semakin tinggi riwayat rentang skala 0-10. Dimana 0 yang berarti
pendidikan semakin kecil resiko seseorang tidak nyeri dan 10 yang berarti nyeri
mengalami kejadian nyeri dan akan paling hebat. Hasil penelitian pada tabel
semakin memiliki pengetahuan serta 3.6 menunjukkan bahwa rerata skala nyeri
pengalaman dalam menjaga kesehatannya setelah diberikan perlakuan bekam
sehingga resiko mengalami trapezius mengalami penurunan yang signifikan
myalgia juga akan semakin minimal. yaitu dari rerata sebelum dilakukan bekam
sebesar 5,20 menjadi 1,93 setelah
Karakteristik Responden Berdasarkan dilakukan perlakuan bekam. Hasil uji t
Jenis Nyeri dependen diperoleh hasil uji statistik
Jenis nyeri dari Trapezius myalgia dengan nilai probabilitas (nilai ρ) hitung
yang paling sering di jumpai dari 15 adalah 0,00. Hal ini menunjukkan nilai
responden yaitu sebanyak 8 orang (53.3%) probabilitas kurang dari 0,05 (ρ < 0,05).
mengalami nyeri punggung. Sedangkan Dari hasil tersebut dapat di ambil
jenis Nyeri Punggung-Bahu paling jarang kesimpulan bahwa bekam dapat
ditemukan dengan persentase sebesar menurunkan nyeri pada klien dengan
6.7%. Otot trapezius adalah otot yang trapezius myalgia secara signifikan. Hal
menyusun struktur punggung manusia. ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
Dinamakan trapezius, sebab bentuknya yang dilakukan oleh Frasetio (2014) yang
mirip dengan bangun trapezium; sudut- menyatakan buruh wanita di salah satu
sudutnya berada di leher, dua berada di perusahaan di Jember yang mengalami
kedua bahu, dan satu sudut lainnya nyeri bahu mengalami penurunan angka
71
nyeri dari rerata 4,06 menjadi skala nyeri dan terus-menerus atau mikrosirkulasi,
dengan rerata 1,35 setelah dilakukan terapi sehingga jaringan ini akan mengalami
bekam. Lauche, et al (2012) melakukan kekurangan nutrisi dan oksigen serta
penelitian terhadap nyeri leher nonspesifik menumpuknya zat-zat sisa metabolisme
dan memberikan perlakuan terapi bekam (Giamberardino et al, 2011). Suatu
10 hingga 15 menit pada otot trapezius peradangan kronis merangsang substansi P
bawah. Hasilnya menunjukkan bahwa, menghasilkan zat algogen berupa
tingkat nyeri yang diukur menggunakan prostaglandin, bradikinin dan serotonin
VAS (Visual analog scale) menurun yang dapat menimbulkan sensori nyeri.
setelah di bekam. Tipe serabut saraf yang
Otot trapezius merupakan jenis tipe menghantarkan stimulasi nyeri ada dua
otot tonik yang bekerja secara konstan yaitu serabut saraf tipe delta A dan serabut
bersama-sama otot-otot aksioskapular lain saraf tipe C. Perbedeaan dari kedua saraf
yang memfiksasi dan menstabilisasi leher- tersebut adalah daya hantar sinyal dimana
punggung. Kerja otot ini akan meningkat daya hantar tipe delta A relatif cepat dari
pada kondisi tertentu seperti adanya postur pada serabut saraf tipe C. Serabut saraf
yang jelek, mekanika tubuh yang buruk, tipe A bermielin halus dengan diameter 2-
ergonomi kerja yang buruk, trauma atau 5 mm sedangkan pada serabut saraf tipe C
strain kronis. Pekerja angkut pada tidak bermielin dengan diameter 0,4-1,5
umumnya melakukan aktivitas yang mm. Rangsangan yang di bawa oleh
kerjanya menuntut pengerahan tenaga serabut saraf tipe A merupakan rangsangan
yang besar seperti aktivitas mengangkat, nyeri yang menusuk sedangkan pada
mendorong, menarik dan menahan beban serabut saraf tipe C membawa rangsangan
yang berat. Akibatnya yang terjadi adalah nyeri terbakar dan tumpul. Selain itu,
fase kompresi dan ketegangan lebih lama serabut tipe A berakhir di kornu dorsalis
dari pada rileksasi, dan terjadinya suatu dan lamina I sedangkan serabut saraf tipe
keadaan melebihi batas (critical load) C berakhir di lamina II,III dan IV.
(Makmuriyah, 2013). Stimulasi nyeri yang menyebabkan
Nyeri pada otot trapezius atau pada kerusakan pada jaringan akan ditangkap
daerah leher sampai pundak ini timbul sebagai suatu impuls oleh nociceptor.
karena kerja otot yang berlebihan, aktifitas Kemudian impuls tersebut akan
sehari-hari yang terus-menerus dan sering dihantarkan oleh saraf eferen (serabut saraf
menggunakan kerja otot trapezius, delta A dan serabut C) kemudian impuls
sehingga otot menjadi tegang, spasme, ini akan menyebabkan keluarnya substansi
tightness dan stiffness. Otot yang tegang P dari ujung saraf eferen di kornu
terus-menerus akan membuat posterior. Lalu impuls akan diteruskan
mikrosirkulasi menurun, terjadi iskemik melalui ascending pain pathways hingga
dalam jaringan. Keadaan iskemik ini mencapai talamus dan korteks serebri
menyebabkan terjadinya sirkulasi untuk kemudian diubah sebagai persepsi
menurun, sehingga kekurangan nutrisi dan nyeri dan lokalisasi nyeri (Sherwood,
oksigen serta penumpukan sisa 2011).
metabolisme menghasilkan proses radang. Substansi P dilepaskan secara
Proses radang dapat juga menimbulkan lambat dan menyebar luas di kornu
respon neuromuskular berupa ketegangan dorsalis serta dapat mempengaruhi banyak
otot di sekitar area yang mengalami neuron. Peptida-peptida opioid di semua
kerusakan otot tersebut, sehingga timbul bagian yang terlibat dalam modulasi nyeri,
viscous cycle (Makmuriyah, 2013). yaitu endorfin, enkefalin, dan dinorfin,
Viscous cycle akan mengakibatkan iskemik diketahui terlibat dalam inhibisi impuls
lokal akibat dari kontraksi otot yang kuat nyeri yang datang. Opiat-opiat endogen ini
72
berfungsi sebagai neurotransmiter sistem stress fisik. Stress fisik tersebut akan
analgesik ini. Opiat-opiat endogen ini memicu pengeluaran CRF (Corticotropin
dibebaskan dari jalur analgesik desendens releasing factor) dari hipothalamus dan
dan berikatan dengan reseptor opiat di akan menstimulus pengeluaran ACTH
ujung serat nyeri aferen. Pengikatan ini (Adrenocorticotropic hormone) dari
menekan pelepasan substansi P melalui hipofisis anterior. Selanjutnya ACTH
inhibisi prasinaps sehingga transmisi lebih disintesis untuk pengeluaran zat lain yaitu
lanjut impuls nyeri dihambat (Michaelsen, POMC (proopiomelanocortin) yang mana
2009). produk dari zat tersebut adalah β-endorfin
Bekam diketahui sangat yang merupakan salah satu opioid
berpengaruh dalam menurunkan nyeri endogen. Hingga akhirnya terjadi
pada klien yang mengalami nyeri trapezius pelepasan β- endorphin dan hormon
myalgia. Hasil tersebut sangat signifikan adrenocortical ke dalam sirkulasi. Selain
dalam menurunkan nyeri. Mekanisme itu, Endotelin-1 juga merupakan mediator
yang mendasari pengaruh terapi bekam nyeri yang disintesis oleh keratinosit kulit
terhadap penurunan nyeri menurut Yanti normal setelah cedera kulit dan bekerja
(2012), pengeluaran opiat endogen yang pada reseptor endotelin-A. Endotelin-1
dipicu oleh terapi bekam. Sejalan dengan dapat juga menghasilkan analgesia setelah
penelitian Ramadhian (2017) efek terapi berikatan pada reseptor endotelin-B yang
bekam akan mengeluarkan substansi mengarah pengeluaran β-endorphin dari
penyebab nyeri seperti substansi P dan keratinosit dan aktivasi saluran kalium G-
mediator inflamasi yang akan menghambat protein yang terkait dengan reseptor opioid
penghantaran sinyal nyeri. Rangsangan pada reseptor nyeri (Khodorova, 2003).
taktil yang ditimbulkan akan menyebabkan Tarique (2016) melaporkan, bahwa
terinduksinya pelepasan hormon β- terapi bekam dapat menurunkan
endorfin. Pelepasan hormon ini akan konsentrasi serum substansi P (pain-
menginaktivasi jaras nyeri. related pathway)¸ yang dikonfirmasi
Menurut penelitian yang dilakukan sebagai efek anti-nociceptif. Efek taktil
Sayed, et al (2013), menyatakan bahwa pada bekam dapat merangsang serat-serat
terapi bekam memungkinkan terjadinya besar tipe Aβ yang berasal dari reseptor di
perlukaan kecil dan tipis pada permukaan perifer. Perangsangan reseptor ini akan
kulit dan diikuti tindakan penyedotan menekan pengiriman sinyal nyeri dari
dengan vakum sehingga memungkinkan daerah tubuh yang sama. Hal ini terjadi
terjadinya ekskresi melalui kulit secara akibat inhibisi lateral setempat di medula
artifisial yakni suatu proses ekskresi atau spinalis. Selain itu, bekam meningkatkan
pengeluaran substansi melalui kulit yang oksigenasi pada mikrovaskuler sehingga
dibuat dengan cara melakukan penyayatan aliran darah pada area yang sakit menjadi
atau penusukan pada permukaan kulit yang membaik (Widada, 2011).
dikombinasi dengan adanya penyedotan. Oleh karena itu, peneliti
Proses tersebut mirip dengan proses berpendapat efek bekam yang dapat
ekskresi yang dilakukan oleh organ ginjal. meningkatkan pelepasan zat opiat
Hanya saja produk-produk ekskresi yang endogen, mengeluarkan zat-zat stimulus
dihasilkan berupa sisa metabolisme tubuh, nyeri melalui darah yang dikeluarkan, dan
radikal bebas, substansi kimiawi dan mekanisme tersebut diyakini menyebabkan
biologi yang dilepaskan ke dalam cairan rasa nyeri pada klien yang dibekam
interstisial serta substansi hidrofilik dan mengalami penurunan. Trapezius myalgia
hidrofobik. yang dirasakan oleh klien dapat ditekan
Selama bekam, kulit yang ditusuk dengan diproduksinya β-endorfin yang
mengalami cedera dapat menimbulkan termasuk salah satu bagian dari opiat
73
endogen. Maka dari itu bekam pengangkut barang di Toko Asia
berpengaruh terhadap penurunan nyeri Timur Kec. Tinambung Kab.
pada klien dengan trapezius myalgia pada Polowali Mandar Prov. Sulawesi
pekerja angkut di Kecamatan Jelbuk Barat.
abupaten Jember. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar
keperawatan Medikal Bedah,
KESIMPULAN Jakarta: EGC.
Nyeri pada klien trapezius myalgia Corwin, E. J. 2009. Buku saku
sebelum diberikan terapi bekam di patofisiologi edisi 3. Jakarta: EGC.
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember Direktorat Pelayanan Kesehatan
didapatkan nilai rerata 5,20 dengan nilai Tradisional (Yankestrad). 2017.
minimal 3, dan nilai maksimal 7. Laporan Akuntabilitas Kinerja
Nyeri pada klien trapezius myalgia Instansi Pemerintah (LAKIP)
sesudah diberikan terapi bekam di Pelayanan Kesehatan Tradisional.
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember Jakarta: LAKIP.
didapatkan nilai rerata 1,93 dengan nilai El Sayed SM, Mahmoud HS, Nabo MMH.
minimal 0, dan nilai maksimal 3. 2013. Medical and Scientific Bases
Terapi bekam berpengaruh of Wet Cupping Therapy (Al-
terhadap penurunan nyeri pada klien hijamah): in Light of Modern
dengan trapezius myalgia pada pekerja Medicine and Prophetic Medicine.
angkut di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Alternative and Integrative Medicine
Jember. Fatahillah A. 2006. Keampuhan Bekam.
Tangerang Qultum: Media.
SARAN Frasetio, J.A. 2014. Pengaruh Terapi
Diharapkan penggunaan terapi Bekam Terhadap Nyeri Pada Buruh
bekam dapat dijadikan bahan Wanita Yang Mengalami Nyeri
pertimbangan sebagai salah satu terapi Bahu di PT Mayang Sari. Jember:
alternatif dan komplementer untuk Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
mengurangi keluhan nyeri yang dialami Muhammadiyah Jember.
pada klien dengan trapezius myalgia, Gerwin et al.2004. An Expansion of
khususnya pekerja angkut dan keluarganya Simons’ Integreted Hypothesis of
yang mana bekam terbukti dapat Trigger Point Formation.Current
berpengaruh pada penurunan skala nyeri Pain and Headache Reports. USA.
pada penderita nyeri dan tidak ISSN 1531-3433.
menimbulkan efek samping jika Giamberardino Adele, Affaitati Giannapia,
dilaksanakan sesuai standar prosedur. Fabrizio Alessandra, Costantini
Selain itu, agar tambahan Raffaele. 2011. Myofascial pain
pengetahuan yang baru dalam terapi syndromes and their evaluation.
bekam dapat di terima pada Institusi Italy : Department of Medicine and
kesehatan sebagai upaya dalam Science of Aging, Chieti University
meningkatkan pelayanan kesehatan Guyton, A.C. Hall, J.E. 2008.Buku Ajar
tradisional yang memiliki potensi cukup Fisiologi Kedokteran.Edisi 9.
tinggi dan perlu mendapat perhatian Jakarta: EGC.
khusus sebagai bagian dari pembangunan Hasibuan, M.S.P. 2003. Manajemen
kesehatan nasional. Sumber Daya Manusia. Ed Revisi,
Cet. 13. Jakarta: Bumi Aksara.
KEPUSTAKAAN Hartiyah. 2009. Hubungan Berdiri Lama
Ansar. Muhammad, 2011. Studi kejadian dengan Keluhan Nyeri Punggung
nyeri punggung pada pekerja Bawah Miogenik Pada Pekerja
74
Kasir. Skripsi. Fakultas Kesehatan Myofascial Syndrome Musculus
Masyarakat. Universitas Indonesia. Upper Trapezius. Jurnal Fisioterapi
Hastuti, l.S. 2013. Pengaruh Workplace Volume 13 Nomor 1 , April 2013.
Stretching Exercise terhadap Available from
Keluhan Muskuloskeletal dan http://ejurnal.asaunggul.ac.id
Kelelahan Kerja pada Pekerja diakses tanggal 20 Desember 2017
Bagian Sewing CV. Cahyo Nugroho Michaelsen A, Bock S, Lu R, Rampp T, et
Jati. Jogjakarta. Universitas Gadjah al. 2009. Effects of Traditional
Mada. Cupping Therapy In Patients With
Hermawan. 2014. Penambahan Carpal Tunnel Syndrome: A
Iontophoresis Dengan Xylocaine 2% Randomized Control Trial. The
pada myofascial release Sama Journal of Pain 10.
Baiknya Dalam Menurunkan Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan
Disabilitas fungsi Leher Pada Kasus metodologi penelitian ilmu
Sindroma Miofasial otot Upper keperawatan. Jakarta: Salemba
Trapezius. Jakarta. Universitas Esa medika.
Unggul. Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan
Isniza, 2011. The Effect Of Cupping dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Toward Pain. Bandung. Universitas Rineka Cipta.
Padjajaran, Tidak dipublikasikan. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi
Khan, A.A. Farooqui,S.I. Sumble, S. penelitian kesehatan. Jakarta: PT
Khan, M.U. 2015. Efficacy Of Deep Rineka Cipta.
Friction Massage And Ultrasound Ramadhian, Ricky, A., & Izzudin, M.
InThe Treatment Of Upper Trapezius 2017. Efek Analgesik Terapi Bekam
Spasm- ARandomized Control Trail. terhadap Kondisi Low Back Pain.
Journal of Medical and Dental Majority FK Universitas
Science Research Volume 2. LampungVolume 6 Nomor 2 , 34.
Khodorova A, Navarro A, Jouaville LS, Sari, DP. 2017. Perbedaan pengaruh
Murphy JE, et al. 2003. Endotelin B cervical spine mobilization Dan
receptor activation triggers an cervical traction terhadap
endogenous cascade at sites of peningkatan Aktifitas fungsional
pheripheral injury. Nat Med 9: 1055- leher pada pasien Cervical root
1061. syndrome. Yogyakarta. Universitas
Komarudin, et al. 2010. Pengaruh bekam ‘Aisyiyah.
terhadap peningkatan imunitas Sharaf, Ahmad Razak. 2012. Penyakit dan
seluler; makrofag dan limfosit T. terapi bekamnya: dasar-dasar ilmiah
Jember: Dosen Muda. terapi bekam. Surakarta: Thibbia.
Lauche R, Cramer H, Hohmann C, Choi Sherwood, Laura Iee. 2011. Fisiologi
KE, Rampp T, Saha FJ, et al. 2012. Manusia. Jakarta : EGC.
The effect of traditional cupping on Smeltzer, S.C., & Bare, B. 2012. Buku
pain and mechanical thresholds in Ajar Keperawatan Medikal Bedah
patients with chronic nonspecific Brunner & Suddarth, Volume 1 Edisi
neck pain: A randomised controlled 12. Jakarta: EGC.
pilot study. Evidence-based Sugijanto, Bimantoro Ardhi. (2008).
Complement Altern Med. Perbedaan Pengaruh Pemberian
Makmuriyah, Sugijanto.2013. Ultrasound dan Manual Longitudinal
Iontophoresis Diclofenac Lebih Muscle Stretching dengan
Efektif Dibandingkan Ultrasound Ultrasound dan Auto Stretching
Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Terhadap Pengurangan Nyeri Pada
75
Kondisi Sindroma Miofasial Otot
Upper Trapezius. Jakarta :
Universitas Indonusa Esa Unggul.
Potter & Perry, 2005. Fundamentals Of
Nursing : Concepts, Process, And
Practice. (Fourth Edition), Alih
bahasa : Yasmin Asih, dkk., Buku
Ajar Fundamental Keperawatan,
Konsep, Proses, Dan Praktik. Edisi
4, Jakarta : EGC.
Tarique M, Ansar AH, Zulkifle. 2016.
Effects of hijamat bish shart in
wajauz zahr (low back pain) and
associated disability. Indian J Tradit
Knowl.
Tarwaka. 2014. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja : Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja.
Surakarta : Harapan Press.
Umar, Wada’. A, dr. 2008. Sembuh
dengan satu titik. Solo: Al-Qowam.
Widada, Wahyudi. 2011. Terapi Bekam
sebagai solusi cerdas mengatasi
radikal bebas akibat rokok.
Bandung: Lubuk Agung.
Yanti, R.F. 2012. Pengaruh terapi bekam
terhadap perubahan skala nyeri pada
pasien dengan nyeri kepala di klinik
Afiat Tahun 2011. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

76
PENGARUH JUS TOMAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI LANSIA

(THE EFFECT OF TOMATO JUICE TO DECREASE OF BLOOD PRESSURE ON


HYPERTENSION PATIENTS)

Nurul Hidayah1*, Agus Setyo Utomo2, Denys3


1,2,3
Poltekkes Kemenkes Malang, Prodi Keperawatan Lawang
*e-mail: nh_150673@yahoo.com

ABSTRAK

Mengatasi masalah hipertensi ada dua alternative yang bisa diberikan bagi penderita
hipertensi yaitu dengan metode farmakologi maupun non farmakologis (secara tradisional).
Penanganan farmakologi terdiri atas pemberian obat yang bersifat diuretik, penghambat
saluran kalsium (ccb), betabloker, dan Penghambat ACE. Pengobatan non farmakologi salah
satunya yaitu menggunakan Tomat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi yang mengonsumsi jus tomat di
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang pada 8-15 Juli 2016. Dengan metode penelitian Quasi
eksperiment yang menggunakan pre test dan post test design. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh penderita hipertensi lansia yang belum pernah mengonsumsi jus tomat dan
periksa rutin tekanan darah di Lawang yaitu sebanyak 30 orang. Dari hasil penelitian
menunjukan bahwa nilai rata-rata tekanan darah awal 156/92 mmH dan rata-rata tekanan
darah sesudah 142.33/88.52 mmHg. Ada perubahan pemberian jus tomat terhadap penurunan
tekanan darah sistolik dan diastolik. Sistolik sejumlah 5.33 - 1.00 mmHg dan Diastolik
sejumlah 1.64 - 0.33 mmHg. Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah mengkonsumsi
jus tomat pada responden yang diuji dengan Paired T Test . Hasil menunjukkan terjadi
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan nilai Pvalue=0,000<a=0,05. Hal
ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan jus tomat terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi dengan nilai p = 0,000. Hasil penelitian ini di dapat p value 0,00 <
0,05 yang berarti h0 ditolak dikarenakan sig. (2-tailed) lebih kecil dari ɑ, artinya ada pengaruh
setelah diberikan jus tomat terhadap tekanan darah penderita hipertensi.
Kata kunci: Hipertensi lansia, Jus Tomat, Tekanan Darah

ABSTRACT

Overcoming the problem of hypertension there are two alternatives that can be given for
people with hypertension is by pharmacological and non-pharmacological methods
(traditionally). Pharmacological treatments consist of diuretic medications, calcium channel
inhibitors (ccb), betablenzers, and ACE inhibitors. Non pharmacology treatment one of them
is using Tomato. The purpose of this study was to determine the presence of changes in blood
pressure in hypertensive patients who consumed tomato juice in Lawang District Malang
Regency on 8-15 July 2016. With quasi experimental research method using pre test and post
test design. The population in this study is all elderly hypertensive patients who have never
consumed tomato juice and check the blood pressure routine at Lawang that is as many as 30
people. From the results of the study showed that the average value of baseline blood
pressure 156/92 mmH and average blood pressure after 142.33 / 88.52 mmHg. There is a
change in the administration of tomato juice to decrease systolic and diastolic blood pressure.
Systolic amount of 5.33 - 1.00 mmHg and diastolic amount of 1.64 - 0.33 mmHg. Differences
in blood pressure before and after consuming tomato juice on respondents tested with paired

77
T test. The results showed a decrease in blood pressure in patients with hypertension p-value
value = 0,000 <a = 0.05. This suggests that there is a significant effect of tomato juice on the
decrease in blood pressure in hypertensive patients with a value of p = 0.000. The results of
this study can be p-value 0.00 <0.05 which means H0 rejected due sig. (2-tailed) is smaller
than ɑ, meaning there is influence after being given tomato juice to blood pressure of
hypertension patient.
Keywords: Elderly Hypertension, Tomato Juice, Blood Pressure

PENDAHULUAN 155, resiko anda kembali bertambah dua


Kematian akibat penyakit kali lipat lagi (Kowaiski, 2010).
hipertensi memang sering datang tiba-tiba. Berdasarkan data survey kesehatan
Sebagian kalangan pun menyebutkan rumah tangga (SKRT) pada 2000
sebagai The Silent Killer, “Pembunuh menunjukkan bahwa kematian akibat
diam-diam”. Gejala hipertensi sering tidak penyakit jantung dan pembuluh darah di
tampak dan penderitanya sering pula tidak Indonesia sebesar 26,3%. Sedangkan,
merasa kesakitan sebelumnya. Oleh karena berdasarkan data Rumah Sakit pada 2005
itu, banyak penderita hipertensi yang sebesar 16,7% kematian disebabkan
menyepelekannya (Meita, 2011). hipertensi. Faktor resiko utama penyakit
Hipertensi atau tekanan darah jantung dan pembuluh darah adalah
tinggi adalah penyakit yang umum terjadi hipertensi (Meita, 2011).
dalam masyarakat kita. Keadaan itu terjadi Besarnya angka kejadian hipertensi
jika tekanan darah pada arteri utama di di dunia menurut Sutomo (2009) yang
dalam tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini dilaporkan dari data Join National
semakin sering dijumpai pada orang lanjut Commite On Pevention Detection
usia. Hipertensi merupakan kelainan yang Evaluation, And Treatment On High Blood
sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Preassure 7, penderita hipertensi diseluruh
Satu-satunya cara untuk mengetahui dunia mendekati angka 1 miliar, hal ini
hipertensi adalah dengan mengukur bisa dikatakan 1 dari 4 orang dewasa
tekanan darah kita secara teratur. Tekanan menderita tekanan darah tinggi. Sekitar
darah tubuh yang normal adalah 120/80 600 juta penderita tersebar di beberapa
(tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan negara berkembang. Hasil penelitian dari
diastolik 80 mmHg). Namun, nilai tekanan MONIKA (Multinatioal Monitoring Of
darah tersebut tidak memiliki nilai yang Trends Determinants In Cardiovascular
baku. Hal itu berbeda-beda tergantung Diseases) angka kejadian di Indonesia
pada aktivitas fisik dan emosi seseorang berkisar 2-18% diberbagai daerah. Jadi d
(Meita, 2011). Indonesia saat ini kira-kira terdapat 20 juta
Berikut ini adalah data statistika (Maya Apriyanti,2012).
menggembirakan lainnya yang dikutip dari Dan diketahui pada saat ini untuk
laporan JNC7. Bagi individu berusia 40-70 mengatasi masalah hipertensi ada dua
tahun. Peningkatan 20 mmHg tekanan alternative yang bisa di berikan bagi
darah sistolik atau 10 mmHg tekanan darah penderita hipertensi yaitu dengan metode
diastolik akan melipatgandakan resiko farmakologi maupun non farmakologis
penyakit kardiovaskuler. Mari kita tinjau (secara tradisional). Penanganan
masalah ini secara lebih spesifik. farmakologi terdiri atas pemberian obat
Katakanlah, tekanan darah sistolik anda yang bersifat diuretik, penghambat saluran
meningkat dari 115 menjadi 135 dalam kalsium (ccb), betabloker, dan
periode waktu tertentu. Risiko anda telah Penghambat ACE dengan memperhatikan
meningkat sebanyak dua kali lipat. Dalam tempat, mekanisme kerja dan tingkat
beberapa tahun, jika tekanan sistolik terus kepatuhan. Dari pengobatan farmakologis
meningkat 20 mmHg lagi hingga mencapai terdapat beberapa efek samping. Efek

78
samping tersebut bermacam-macam Responden yang digunakan sebanyak 96
tergantung dari obat yang digunakan. orang berumur 30-65 tahun di Wonorejo
Sebagai contoh, sakit kepala, kulit wajah Lawang Kabupaten Malang. Responden
memerah, dan pergelangan kaki diberikan jus tomat selama 7 hari sebanyak
membengkak ini merupakan efek samping 250 ml terbuat dari 150 gr tomat dan 100
dari penggunaan obat jenis CCB. Namun ml air. Tujuan untuk mengetahui pengaruh
ternyata sejumlah orang berusaha jus tomat terhadap tekanan darah.
menghindari penggunaannya mengingat Lestari dan Rahayuningsih dalam
adanya efek samping yang di timbulkan. Journal of Nutrition College (2012:414-
Karena banyaknya efek yang di timbulkan 420) menjelaskan penelitian yang
oleh pengobatan secara farmakologi, maka dilakukan di kota Semarang. Sebanyak 34
masyarakat pada saat ini umumnya lebih subyek penelitian wanita postmenopause
memilih pengobatan secara non diberikan jus tomat sebanyak 200 ml
farmakologi, dikarenakan sedikitnya efek terbuat dari 150 tomat, 5 g gula pasir dan
yang ditimbulkan dari pengobatan non 50 ml air. Jus tomat diberikan satu kali
farmakologis (Dr.Widharto, 2007). selama 7 har berturut-turut. Hasilnya
Para Herbalis (Ahli herba) sangat terdapat penurunan tekanan darah sistolik
yakin terhadap kemampuan herbal dalam dan tekanan darah diastolik.
mengobati berbagai penyakit, tanpa Jumlah penduduk Lawang
menimbulkan efek samping. Bahkan keseluruhan berjumlah 8585 orang yang
kemampuannya dapat disamakan dengan terdiri dari 4345 laki-laki dan 4240
obat kimiawi. Jenis herba yang dapat perempuan. Penderita Hipertensi di
dimanfaatkan untuk pengobatan hipertensi Lawang dari semuanya berjumlah 30 orang
sebagai berikut, bawang putih (Allium yang rutin memeriksakan tekanan
Sativum), Bawang Merah (Alium Cepa). darahnya di Puskesmas.
tomat (Lyocopercison lycopersicum), Dari uraian di atas, maka peneliti
Seledri (Apium graveolens), Kumis kucing tertarik untuk melakukan penelitian
(Orthosiphon Stamineus) (Dr.Widharto, tentang pengaruh konsumsi jus tomat
2007). terhadap penurunan tekanan darah pada
Tomat (Lyocopercison penderita hipertensi yang terjadi di
lycopersicum). Merupakan salah satu dari Lawang Malang.
jenis terapi herbal untuk menangani
penyakit hipertensi. Tomat kaya akan METODE
kalium. Kerja kalium adalah Dalam penelitian ini menggunakan
mempengaruhi sistem renin angiotensin metode Quasi eksperiment dengan pre test
dengan menghambat pengeluaran. Renin dan post test design. Populasi dalam
yang bertugas mengubah angiotensinogen penelitian ini adalah seluruh penderita
menjadi angiotensin I tetapi karena adanya hipertensi yang belum pernah
blok pada sistem tersebut maka pembuluh mengonsumsi jus tomat dan periksa rutin
darah mengalami vasodilatasi sehingga tekanan darah sebanyak 30 orang.
tekanan darah akan turun. Kalium juga Teknik sampling yang digunakan
menurunkan potensial membran pada ialah sampling jenuh dengan kriteria
dinding pembuluh darah sehingga terjadi inklusi:
relaksasi pada dinding pembuluh darah dan 1. Penderita Hipertensi sesuai kriteria
akhirnya menurunkan tekanan darah WHO/ISH. yang belum pernah
(Monika, 2013). mengonsumsi jus tomat dan periksa
Raharjo (2012) melakukan rutin,
peneltian tentang pengaruh pemberian jus 2. Penderita Hipertensi yang dapat menulis
tomat terhadap tekanan darah sistolik dan dan membaca.
diastolik pada penderita hipertensi.

78
3. Bersedia menjadi responden penelitian Karekteristik Responden Berdasarkan
dengan mengisi dan menandatangani Jenis Kelamin
informed consent.
Kriteria eksklusi meliputi:
penderita hipertensi yang mengkonsumsi
30
obat penurun tekanan darah.

Jumlah Responden
25 53,3 %
Variabel dalam penelitian ini 46,7 %
adalah perubahan tekanan darah pada 20
penderita hipertensi yang mengonsumsi jus 15
tomat dengan parameter: tekanan darah 10
penderita hipertensi sebelum dan sesudah 5
mengonsumsi jus tomat. Skala ordinal, 0
dengan klasifikasi menurut WHO/ISH: Laki-Laki Perempuan
1. Normotensi (<140mmHg/<90mmHg) Jenis Kelamin
2. HT Ringan (140-180mmHg/90-
105mmHg) Gambar 1. Diagram Responden
3. HT Perbatasan (140-160mmHg/90- Berdasarkan Jenis kelamin.
95mm Hg)
4. HT Sedang & Berat Berdasarkan gambar diatas dari
(>180mmHg/>105mm Hg) penelitian terhadap 30 responden diperoleh
5. HT Sistolik terisolasi data tentang jenis kelamin dengan jumlah
(>140mmHg/<90mm Hg) terbanyak adalah laki-laki sejumlah 16
6. HT Sistolik Perbatasan (140- responden dengan prosentase 53.3%.
160mmHg/ <90mm Hg)
Instrumen dalam penelitian ini Karakteristik Responden Berdasarkan
menggunakan tensimeter untuk mengukur Tekanan Sistolik
tekanan darah dan angket untuk mengisi Tabel 2. rata-rata responden berdasarkan
biodata dan lembar observasi yang tekanan darah sistolik.
dibutuhkan. Penelitian dilaksanakan
selama 7 hari. Variabel Mean SD 95% CI
Sistolik 153.67 14.259 158.99 -
HASIL H+1 148.34
Karakeristik Responden Berdasarkan Sistolik 147.33 11.592 154.66 -
Kelompok Usia H+2 146.00
Tabel 1. rata-rata responden berdasarkan Sistolik 146.67 11.121 153.49 -
kelompok usia H+3 145.18
Sistolik 141.00 11.919 148.45 -
Variabel Mean SD 95 % CI H+4 139.55
Usia 57.50 6.786 54.97 - 60.03 Sistolik 137.33 12.959 145.84 -
H+5 136.16
Dari tabel tersebut dapat diketahui Sistolik 136.00 11.017 140.11 -
bahwa rata-rata usia responden adalah H+6 131.89
57.50 Tahun (95% CI : 54.97 - 60.03), Sistolik 134.33 11.351 138.57-
dengan standart devisiasi 6.786 tahun. Usia H+7 130.09
termuda 46 tahun dan usia tertua 75 tahun.
Dari hasil estimasi interval dapat Dari tabel 2 di atas dapat diketahui
disimpulkan bahwa diyakini rata-rata usia bahwa terdapat penurunan tekanan darah
responden adalah diantara 54.97 sampai siastolik rata-rata responden 3.22 mmHg.
60.03 tahun.

79
Karakteristik Responden Berdasarkan Sistolik
Tekanan Diastolik Perbatasan
Tabel 3. rata-rata responden berdasarkan
tekanan darah diastolik Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa
dari 30 responden yang belum
Variabel Mea SD 95% CI mengonsumsi jus tomat diperoleh data
n tentang tekanan darah dengan jumlah
Diastolik 90.33 3.198 91.53 - 89.14 terbanyak adalah Hipertensi Perbatasan
H+1 (140-160/90-95mmHg) yaitu 24 responden
Diastolik 89.67 3.198 90.86 - 88.47 dengan prosentase 80%. Dan sesudah
H+2 mengonsumsi jus tomat dapat diketahui
Diastolik 89.33 2.537 90.28 - 88.39 bahwa dari 30 responden diperoleh data
H+3 tentang tekanan darah dengan jumlah
Diastolik 144.00 3.051 90.14 - 87.86 terbanyak adalah Hipertensi Ringan (140-
H+4 180/95-105mmHg) yaitu 18 responden
Diastolik 141.00 3.790 89.75 - 86.92 dengan prosentase 60%.
H+5
Diastolik 136.00 4.661 88.74 - 85.26 Tabel 5. Hasil uji paired T-test pengaruh
H+6 jus tomat terhadap hipertensi
Diastolik 134.33 4.893 87.86 - 84.14
H+7 Kelompok Mean Asymp.Sig.
(2-tailed)
Dari table di atas dapat diketahui Pretest Jus Tomat 295.00 ,000
bahwa terdapat penurunan tekanan darah Postest Jus Tomat 283.53 ,000
diastolik rata-rata responden 0.88 mmHg.
Dari table 5 didapatkan bahwa hasil
Karakteristik Tekanan Darah penelitian terdapat pengaruh yang
Responden Sebelum Mengonsumsi Jus signifikan antara pre intervensi dan post
Tomat Berdasarkan Klasifikasi intervensi karena nila p-value < 0,05.
Tekanan Darah Sesuai WHO/ISH
PEMBAHASAN
Tabel 4 Tekanan darah sebelum diberi Usia
perlakuan Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa rata-rata usia responden adalah
Klasifikasi n % 57.50 Tahun (95% CI : 54.97 - 60.03),
Tekanan Seb Sesu Se Sesud dengan standar devisiasi 6.786 tahun. Usia
Darah elu dah bel ah termuda 46 tahun dan usia tertua 75 tahun.
m um Dari hasil estimasi interval dapat
Normotensi - 11 36.67 disimpulkan bahwa diyakini rata-rata usia
Hipertensi 6 18 20 60 responden adalah diantara 54.97 sampai
Ringan 60.03 tahun.
Hipertensi 24 - 80 Bagi kebanyakan orang, tekanan
Perbatasan darah meningkat seiring dengan
Hipertensi - - bertambahnya usia. Bagi kaum pria, resiko
Sedang / ini lebih cepat terjadi, yaitu saat usia 45-50
Ringan tahun. Karena adanya hormone penyebab
Hipertensi - - menstruasi, risiko hipertensi pada wanita
Sistolik dapat ditekan dan baru muncul 7-10 tahun
Terisolasi setelah menopause. (Bebas hipertensi
Hipertensi - 1 3.33 dengan terapi jus, 2005).

80
Jenis Kelamin menurunkan tekanan darah karena
Berdasarkan gambar diatas dari kandungan kalium (potasium), lycopen,
penelitian terhadap 30 responden diperole dalam buah tomat efektif dan mampu
data tentang jenis kelamin denan jumlah mengobati hipertensi. Selain itu, tomat
terbanyak adalah laki-laki sejumlah 16 juga bersifat diuretik karena kandungan
responden dengan prosentase 53.3%. asam yang tinggi sehingga membantu
Menurut Dr. Suparyanto, M.Kes menurunkan tekanan darah. (Aphrodita,M.
(2011) Hasil survey kesehatan rumah 2010) Sehingga kalium (potasium)
tangga tahun 1995 menunujukkan membantu mengatur saraf perifer dan
prevelensi penyakit hipetensi atau tekanan sentral yang mempengaruhi tekanan darah.
darah tinggi di Indonesia cukup tingg,yaitu Mengkonsumsi kalium yang banyak akan
83 per 1000 anggota rumah tangga. Pada meningkatkan konsentrasinya di dalam
umumnya lebih banyak pria menderita cairan intraseluler sehingga cenderung
Hipertensi dibandingkan dengan menarik cairan dari bagian ekstraseluler
perempuan. Wanita > pria pada usia > 50 dan menurunkan tekanan darah (Almatsier,
tahun, pria > wanita pada usia < 50 tahun. 2001).
Berdasarkan tabel 2 dan 3 dari Tomat kaya akan kalium (235
penelitian terhadap 30 responden diperoleh mg/100 gr tomat), Kerja kalium dalam
data tentang tekanan darah sisitolik dan menurunkan tekanan darah adalah dapat
diastolik perhari selama 7 hari. Dari rata- menyebabkan vasodilatasi, sehingga
rata perhari ini kemudian dijadikan satu terjadi penurunan retensi perifer dan
dan didapatkan hasil 142.33/88.52 mmHg meningkatkan curah jantung; kalium
terdapat perubahan tekanan darahsistolik berfungsi sebagai diuretika, sehingga
maupun sistolik. Penurunan sistolik 6.34 - pengeluaran, natrium dan cairan akan
1.00 mmHg dan penurunan diastolik 1.64 - meningkat, kalium menghambat pelepasan
0.33 mmHg. renin, sehingga mengubah aktifitas system
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat renin angiotensin, kalium dapat mengatur
diketahui bahwa dari penelitian terhadap saraf perifer dan sentral yang
30 responden diperoleh data tekanan darah mempengaruhi tekanan darah. Tomat juga
sebelum mengonsumsi jus tomat dengan mengandung antioksidan yang kuat untuk
jumlah terbanyak adalah hipertesi menghambat penyerapan oksigen reaktif
perbatasan yaitu 24 responden dengan terhadap endotel yang mengganggu dilatasi
prosentase 80%. Jumlah hipertensi ringan pembulu darah, sehingga menyebabkan
6 responden 20%. hipertensi. Tomat juga memiliki
Berdasarkan tabel 5 diatas dapat kandungan zat yang berkhasiat yaitu
diketahui bahwa dari penelitian terhadap pigmen lycopene (berfungsi sebagai
30 orang responden diperoleh data tekanan antioksidan yang melumpuhkan radikal
darah sesudah mengonsumsi jus tomat bebas). Menyeimbangkan kadar kolesterol
dengan jumlah terbanyak adalah hipertensi darah dan tekanan darah, serta melenturkan
ringan 18 orang denga prosentase 60%. sel-sel saraf jantung yang kaku akibat
Jumlah normotensi 11 responden dengan endapan kolesterol dan gula darah), juga
prosentase 36.67%. jumlah hipertensi berguna untuk menurunkan tekanan darah.
sistolik perbatasan 1 responde dengan Lestari dan Rahayuningsih dalam
prosentase 3.33%. Journal of Nutrition College (2012:414-
Penurunan tekanan darah sistolik 420) menjelaskan penelitian yang
dan diastolik pada penderita hipertensi dilakukan di kota Semarang. Sebanyak 34
karena kandungan kalium (potassium) subyek penelitian wanita postmenopause
yang terdapat pada tomat yang 147 diberikan jus tomat sebanyak 200 ml
mg/100gram atau 260 mol. Tomat terbuat dari 150 tomat, 5 g gula pasir dan
mempunyai kemampuan membantu 50 ml air. Jus tomat diberikan satu kali

81
selama 7 har berturut-turut. Hasilnya Mengkonsumsi kalium yang banyak akan
terdapat penurunan tekanan darah sistolik meningkatkan konsentrasinya di dalam
sebesar 7.276 - 11.76 mmHg dan tekanan cairan intraseluler sehingga cenderung
darah diastolik3.321 - 8.82 mmHg. menarik cairan dari bagian ekstraseluler
Penurunan tekanan darah dapat dan menurunkan tekanan darah. Inilah
dipengaruhi juga oleh usia. Sesuai dengan yang menyebabkan tekanan darah
teori Elisa Diana Julianti,S.P. yang responden dengan perubahan tekanan
menyatakan bahwa Bagi kebanyakan darah pada penderita hipertensi yang
orang, tekanan darah meningkat seiring mengkonsumsi jus tomat menurun.
dengan bertambahnya usia. Bagi kaum
pria, resiko ini lebih cepat terjadi, yaitu KESIMPULAN
saat usia 45-50 tahun. Hal ini didukung Ada pengaruh pemberian jus tomat
oleh hasil penelitian diatas tentang usia dengan perubahan tekanan darah baik
yang didapatkan sebanyak 100% berusia sistolik maupun diastolik.
diatas 45 tahun. Hal ini berarti Hipertensi 1. Tekanan darah sistolik dan diastolik
dapat dipengaruhi oleh pertambahan usia. yang didapat sebagian besar responden
Penurunan tekanan darah dapat sebelum mengonsumsi jus tomat
dipengaruhi juga oleh jenis kelamin. adalah hipertensi perbatasan.
Sesuai dengan teori Dr. Suparyanto, M.Kes 2. Tekanan darah yang didapat setelah
yang menyatakan bahwa Hasil survey mengonsumsi jus tomat mengalami
kesehatan rumah tangga tahun 1995 perubahan yaitu tekanan darah
menunujukkan prevelensi penyakit sebagian besar responden menjadi
hipetensi atau tekanan darah tinggi di hipertensi ringan dan normotensi.
Indonesia cukup tingg,yaitu 83 per 1000 3. Adanya pengaruh yang signifikan
anggota rumah tangga. Pada umumnya antara jus tomat terhadap tekanan
lebih banyak pria menderita Hipertensi darah hipertensi lansia di daerah
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini Lawang
didukung oleh hasil penelitian diatas
tentang jenis kelamin yang didapatkan SARAN
sebanyak 53.3% berjenis kelamin laki-laki. Penelitian ini diharapkan akan
Hal ini berarti Hipertensi dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
dipengaruhi oleh jenis kelamin. memberikan intervensi pengobatan
Menurut peneliti, hasil penelitian hipertensi yang menggunkan bahan kimia
tentang perubahan tekanan darah pada dan dialihkan dengan menggunakan terapi
penderita hipertensi yang mengkonsumsi jus tomat.
jus tomat sesuai dengan teori diatas, yaitu Dengan adanya penelitian bisa
penatalaksanaan untuk menurunkan digunakan sebagai rujukan tentang teori
tekanan darah pada penderita hipertensi pengobatan alternatif yang bersifat murah
dapat dilakukan salah satunya dengan dan efisien dalam pelayanan kesehatan.
mengkonsumsi jus tomat. Jus tomat dapat
menurunka tekanan darah karena KEPUSTAKAAN
kandungan kalium (potasium), lycopen, Lusia, K. 2011. “ Kolesterol Tinggi Picu
dalam buah tomat efektif dan mampu Kematian Mendadak”.
mengobati hipertensi. Selain itu, tomat Kompas.Com. Sabtu, 2 Juli 2011.
juga bersifat diuretik karena kandungan Hlm.1
asam yang tinggi sehingga membantu Smeltzer, S. 2002. Buku Ajar Keperawatan
menurunkan tekanan darah. Sehingga Medikal Bedah Brunner Suddarth.
kalium (potasium) membantu mengatur Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC
saraf perifer dan sentral yang Soeharto, I. 2004. Serangan Jantung dan
mempengaruhi tekanan darah. Stoke Hubungannya Dengan

82
Lemak dan Kolesterol. Jakarta: Price, S & Wilson. 2005. Patofisiologi
Gramedia Pustaka Utama Konsep Klinis Proses-proses
Wijayanti, D. Cara Mudah Mengatasi Penyakit Edisi 6. Jakarta : Buku
Problem Kolesterol. Yogyakarta: Kedokteran EGC
Bangkit Sembiring, ME. 2013. Pemanfaatan Tomat
Anjarpratiwi, L. 2009. 100% Hidup Sehat terhadap wanita dewasa penderita
dan Panjang Umur dengan Terapi Hipertensi tadium satu di RW 13
Jus. Jogjakarta : Araska Kampung Mokla Bandung Barat.
Apriyanti, M. 2013. Meracik Sendiri Obat Univrsitas Advent Indonesia.
& Menu Sehat Bagi Penderita Darah Shanty, M. 2011. Silent Killer Diseases
Tinggi. Jogjakarta : Pustaka Baru Penyakit yang Diam-diam
Press Mematikan. Jogjakarta : Javalitera
Arikunto, S. 2006. Prosedur Peneltian Soeria, A. 2014. 101 Resep Ampuh
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Sembuhkan Asam Urat, Hipertensi dan
Rineka Cipta Obesitas. Jogjakarta : Araska
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Patofisiologi. Jakarta : Buku Kuantitati Kualitatif dan R&D.
Kedokteran EGC Bandung : Alfabeta
Kartikawati, E. 2012. Aneka Minuman Sugiyono. 2010. Statistika Untuk
Populer bagi Kesehatan. Ungaran : Penelitian. Bandung : Alfabeta
V-media Suparyanto. 2011. http://dr-
Kowaiski, R. 2010. Terapi Hipertensi. suparyanto.blogspot.com diakses
Bandung : Qonita pada tanggal 20 Desember 2014
Kowal, J. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. pukul 10.00 WIB.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC Widharto. 2007. Bahaya Hipertensi.
Maharani, S. 2014. Herbal Sebagai Obat Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.
Bagi Penderita Penyakit Mematikan. www.cangcut.net/2013/02/khasiat-tomat-
Jogjakarta : A*Plus Books untuk-darah-tinggi. Diakses pada
Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta tanggal 03 Maret 2016 pada pukul
Kedokteran edisi 1. Jakarta : Media 06.15 WIB.
Aesculapius www.wikipeda.org diakses pada tanggal 3
januari 2016 pada pukul 10.00 WIB

83
PENGARUH SOSIALISASI PEMILAHAN SAMPAH ORGANIK DAN NON
ORGANIK SERTA MANAJEMEN SAMPAH TERHADAP PENURUNAN VOLUME
SAMPAH DI DUSUN KRAJAN DESA KEMUNINGSARI LOR KECAMATAN PANTI
KABUPATEN JEMBER

(EFFECT OF SOCIALIZATION OF ORGANIC AND NON-ORGANIC WASTE


SEPARATION AND WASTE MANAGEMENT ON WASTE VOLUME REDUCTION IN
KRAJAN AREA KEMUNINGSARI LOR VILLAGE PANTI SUBDISTRICT JEMBER
REGENCY)

Fikri Nur Latifatul1, Afriezal2, Auliya3, Kholid Rosyidi Muhammad Nur4


1,2,3
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Jember
4
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450

ABSTRAK

Pertanian merupakan mayoritas mata pencaharian penduduk di Dusun Krajan, Desa


Kemuningsari Lor, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember. Kesadaran dan kepedulian untuk
menangani sampah oleh masyarakat dusun terlihat masih sangat kurang. Hal tersebut ditandai
dengan kebiasaan membakar sampah yang masih melekat di masyarakat dalam mengelola
sampah. Disamping itu dengan membakar sampah dirasa masyarakat adalah cara yang paling
cepat dalam pengolahan sampah. Padahal sudah sangat jelas dampak polusi yang ditinggalkan
apabila tetap melakukan pembakaran terhadap sampah. Terlebih dengan angka kejadian ISPA
yang tinggi menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Kekhawatiran tersebut dapat
dikurangi dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membuang sampah
pada tempatnya dan pemilahan sampah. Hasil yang dicapai dari kegiatan ini adalah
masyarakat mulai memahami pentingnya mengelola sampah dan volume pengeluaran sampah
berhasil ditekan yang berasal dari sampah rumah tangga.
Kata kunci: Lingkungan, Sampah Organik dan Non Organik

PENDAHULUAN memiliki manfaat untuk kita, namun juga


Sampah merupakan salah satu ada dampaknya terhadap lingkungan.
permasalahan lingkungan yang sangat Sampah organik merupakan limbah yang
serius yang sedang dihadapi masyarakat di berasal dari sisa makhluk hidup (alam)
Indonesia. Sampah yang dihasilkan setiap seperti hewan, manusia, dan tumbuhan
hari sebagaian besar berasal dari rumah yang mengalami pembusukan atau
tangga, baik sampah organic maupun non pelapukan. Sampah ini tergolong sampah
organik. Namun yang menjadi masalah, yang ramah lingkungan karena dapat diurai
sampah-sampah yang dihasilkan tersebut oleh bakteri secara alami dan berlangsung
malah dibuang sembarangan ke berbagai cepat. Sampah anorganik adalah sampah
tempat atau dibakar disekitar tempat yang berasal dari sisa manusia untuk diurai
tinggal warga yang efeknya akan merusak oleh bakteri, sehingga membutuhkan
lingkungan yang ada disekitarnya. waktu yang cukup lama (hingga ratusan
Sampah merupakan sisa atau tahun) untuk dapat diuraikan.
keperluan rumah tangga yang sudah tidak Dusun Krajan merupakan dusun
digunakan dan lagi oleh pemiliknya. yang terletak di Desa Kemuningsari Lor,
Sampah secara umum terbagi menjadi dua Kecamatan Panti, Kabupaten Jember,
diantaranya adalah sampah organik dan Provinsi Jawa Timur. Dusun Krajan
sampah anorganik. Kedua sampah ini merupakan desa dengan mayoritas mata

1
pencaharian penduduknya adalah pertanian pemberian sosialisasi, dilakukan
Kesadaran dan kepedulian untuk pengukuran volume sampah pre tindakan
menangani sampah oleh masyarakat dusun dan juga sebelum tindakan untuk
terlihat masih kurang. Kebiasaan dievaluasi perbedaanya..
membakar sampah masih mejadi pilihan
masyarakat dusun untuk menangani HASIL
permasalah sampah. Masyarakat masih Tabel 1. Distribusi frekuensi pretest-
mengganggap membakar sampah posttest responden pemilahan
merupakan cara yang paling cepat dalam
menangani permasalah tersebut. Pretest Post test
Disamping itu dengan membakar sampah n % n %
dirasa masyarakat adalah cara yang paling Pemilahan 24 80,0 4 13,3
cepat dalam pengolahan sampah. Padahal kurang
sudah sangat jelas dampak polusi yang Pemilahan 6 20,0 9 30,0
ditinggalkan apabila tetap melakukan cukup
pembakaran terhadap sampah. Terlebih Pemilahan 0 0,0 17 56,7
dengan angka kejadian ISPA yang tinggi baik
menimbulkan kekhawatiran di kalangan Total 30 100 30 100
masyarakat.
Kekhawatiran tersebut dapat Tabel 1 dapat dilihat jika sebagian
dikurangi dengan menumbuhkan besar responden pada pretestnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya menggambarkan pemilahan yang kurang
membuang sampah pada tempatnya dan (80%), dan tidak ada dari seluruh
pemilahan sampah. Pemilahan sampah responden dengan pemilahan yang baik
tentunya berfungsi sebagai penerapan 4 R, (0%). Setelah dilakukan tindakan dan
yaitu reuse, reduce, recycle dan replace. pengukuran akhir, di dapatkan lebih dari
Jadi masyarakat diajarkan untuk mengolah separuh responden memiliki pemilahan
sampah yang masih bisa dimanaatkan yang baik pada akhirnya (56,7%).
seperti botol plastik bekas yang nantinya
dapat digunakan sebagai media tanam serta Tabel 2. Distribusi frekuensi pretest-
untuk memanajemen pengeluaran sampah posttest responden pewadahan
yang berasal dari rumah tangga.
Pretest Post test
METODE n % n %
Penelitian ini menggunakan Pewadahan 25 83,3 6 20,0
penelitian kuantitatif dengan berdesain one kurang
group pretest-postest design , yang mana Pewadahan 5 16,7 8 26,7
diberikan pretest sebelum diberikan cukup
perlakuan selanjutnya diobservasi hasilnya. Pewadahan 0 0,0 16 53,3
Populasi dalam penelitian ini adalah
baik
masyarakat yang tinggal dan menetap di
Total 30 100 30 100
RT 002 RW 005 Dusun Krajan yang
berjumlah 45 KK. Dengan jumlah 30
Tabel 2 dapat dilihat jika sebagian
sampel KK menggunakan teknik purposive
besar responden pada pretestnya
sampling. Pengukuran data dalam
menggambarkan pemilahan yang kurang
penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei
(83,3%), dan tidak ada dari seluruh
hingga Juni tahun 2018. Lembar observasi
responden dengan pemilahan yang baik
digunakan untuk melihat tingkatan
(0%). Setelah dilakukan tindakan dan
pengelolaan sampah masyarakat pemilahan
pengukuran akhir, di dapatkan lebih dari
dan pewadahan sampah. Sebelum

85
separuh responden memiliki pemilahan dua jenis, yaitu sampah organik dan
yang baik pada akhirnya (53,3%). sampah anorganik yang dapat di daur
ulang. Sedangkan, pewadahan sampah 2
PEMBAHASAN jenis merupakan pewadahan sampah yang
Wilayah penelitian dikhususkan dilakukan oleh responden dengan cara
pada RT 002 RW 005 Dusun Krajan Desa mewadahi sampah rumah tangga menjadi
Kemuningsari Lor Kecamatan Panti dua jenis, yaitu wadah untuk sampah
Kabupaten Jember. Berdasarkan Undang- organik dan wadah untuk sampah
Undang Republik Indonesia Nomor 18 anorganik.
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Hasil peneltian ini sesuai dengan
terdapat lima tahap pengelolaan sampah hasil penelitian oleh Aryenti tahun 2011
yaitu pemilahan, pewadahan, yaitu tentang peningkatan peran serta
pengangkutan, pengolahan, dan masyarakat melalui gerakan menabung
pemrosesan akhir. Pada penelitian ini, pada Bank Sampah di Kelurahan Babakan
peneliti hanya melakukan pelatihan Surabaya, Kiacondong Bandung. Hasil
pengelolaan sampah pada tahap pemilahan penelitian Aryenti menunjukkan bahwa
dan pewadahan sampah. Hal ini secara umum tindakan masyarakat
disebabkan karena pada saat penelitian, mengenai pengelolaan sampah termasuk
jumlah sampah anorganik responden dalam kategori baik. Kepedulian warga
masing-masing rumah tangga yang siap meningkat untuk selalu membuang sampah
didaur ulang masih sedikit, sehingga pada tempatnya dan sebagian besar warga
peneliti tidak melakukan pelatihan telah melakukan pemilahan sampah.
pengolahan sampah. Pelatihan pengelolaan sampah sebagai
Alur penelitian yang dilakukan salah satu sumber informasi yang dapat
selama bulan Mei hingga Juni 2018 membuat masyarakat tertarik untuk
dimulai dengan pencarian responden melakukan pemilahan dan pewadahan
secara door to door dengan jumlah sampel sampah agar nantinya sampah yang
yang didapatkan yaitu 30 responden yang dikumpulkan dapat didaur ulang.
setuju dan bersedia untuk dijadikan sampel
penelitian serta mau mengikuti setiap Pengaruh Pelatihan terhadap
tahapan pelatihan pengelolaan sampah Penurunan Volume Sampah
yang telah dijelaskan oleh peneliti kepada Pemberian pelatihan pengelolaan
responden pada saat pertemuan pertama. sampah menyebabkan terjadinya
penurunan volume sampah. Hal tersebut
Tingkat Pemilahan dan Pewadahan dikarenakan responden mampu
Sampah mengaplikasikan materi yang telah
Berdasarkan hasil penelitian, diberikan ketika pelatihan pemilahan dan
didapatkan terjadinya penurunan volume pewadahan sampah. Sampah anorganik
sampah anorganik yang dibuang ke yang dapat didaur ulang dipisahkan dari
lingkungan dan perubahan-perubahan sampah organik maupun sampah anorganik
responden dalam mengelola sampah rumah yang tidak dapat di daur ulang, kemudian
tangga. Perubahan tersebut telah diamati disimpan dan dikumpulkan hingga jangka
oleh peneliti dan dimasukkan ke dalam waktu tertentu sampai jumlah sampah
lembar observasi. Adapun tahapan tersebut cukup untuk di daur ulang.
pengelolaan sampah yang dilakukan yaitu Sedangkan, sampah yang akan di buang ke
pemilahan sampah 2 jenis dan pewadahan lingkungan yaitu sampah anorganik yang
sampah 2 jenis. Pemilahan sampah 2 jenis menurut responden tidak dapat di daur
merupakan pemilahan sampah yang ulang.
dilakukan oleh responden dengan cara Hal ini sejalan dengan penelitian
memilah sampah rumah tangga menjadi yang telah dilakukan oleh Yuliani,

86
Rohidin, dan Brata tahun 2012 tentang sebelum pelatihan dalam kategori kurang
pengelolaan sampah di Kecamatan Kota dan setelah pelatihan dalam kategori baik.
Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Rata-rata volume sampah rumah tangga di
melalui pendekatan sosial kemasyarakatan. Dusun Krajan RT 002 RW 005 Desa
Hasil penelitian tersebut menunjukkan Kemuningsari Lor Kecamatan Panti
bahwa faktor yang paling berpengaruh Kabupaten Jember setelah pelatihan lebih
terhadap perilaku masyarakat Kota Manna kecil dari rata-rata volume sampah
Kabupaten Bengkulu Selatan terhadap sebelum pelatihan.
pengelolaan sampah yaitu faktor
pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan SARAN
yang rendah akan mengakibatkan Masyarakat lebih meningkatkan
kurangnya pengetahuan tentang pengetahuan mengenai pentingnya
pengelolaan sampah, sehingga seseorang pemilahan sampah dan tingkat pewadahan
yang memiliki pendidikan yang rendah sampah.
tidak akan menyadari pentingnya
pengelolaan sampah. Keberhasilan UCAPAN TERIMA KASIH
pengelolaan sampah, bukan hanya Peneliti menyampaikan terima
tergantung aspek teknis saja, namun kasih kepada Kepala Desa
mencakup aspek non teknis juga, seperti Kemuningsari Lor beserta warga rt 005/
pengaturan sistem agar dapat berfungsi, rw 002 yang telah bersedia menjadi
lembaga atau organisasi yang mengelola, responden dalam pelaksaan penelitian
pembiayaan sistem tersebut, dan pelibatan ini.
masyarakat penghasil sampah dalam
aktivitas penanganan sampah. (Damanhuri KEPUSTAKAAN
dan Padmi, 2010). Artiningsih, NKA. 2008. Peran Serta
Pelestarian lingkungan merupakan Masyarakat Dalam Pengelolaan
keniscayaan ekologis yang tidak dapat Sampah Rumah Tangga (Studi
ditawar oleh siapapun dan kapanpun. Oleh Kasus di Sampangan dan Jombang,
karena itu, pelestarian lingkungan tidak Kota Semarang). Tesis. Semarang
boleh tidak harus dilakukan oleh manusia, : Universitas Diponegoro.
termasuk dalam hal pengelolaan sampah. Emi, S. 2013. Perilaku Ibu Ru mah Tangga
dalam Pengelolaan Sampah. .
SIMPULAN Unnes Journal of Public Health Vol
Tingkat pemilahan sampah 3, No 2 (2013). Internet.Diunduh
responden di Dusun Krajan RT 002 RW 23 Juni 2018
005 Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Oktyan, P. 2012. Studi kualitatif
Panti Kabupaten Jember sebelum pelatihan manajemen pengelolaan sampah di
dalam kategori kurang dan setelah kelurahan Sekaran Kota Semarang.
pelatihan dalam kategori baik. Tingkat Unnes Journal of Public Health Vol
pewadahan sampah responden di Dusun 2, No 1 (2012). Internet.Diunduh
krajan RT 002 RW 005 Desa Kemunigsari 23 Juni 2018.
Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember

87
KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PENATALAKSANAAN ABC (AIRWAY,
BREATHING, CIRCULATION) TERHADAP KEBERHASILAN PENANGANAN
KEGAWATDARURATAN MATERNITAS DI ICU

(NURSING ABILITY ABC (AIRWAY, BREATHING, CIRCULATION) ON SUCCESS


HANDLING OF MATERNITY EMERGENCY CARE IN ICU)

Zainul Arifin1*, Sri Wahyuningsih2


Perawat ICU RSUD dr Haryoto Lumajang
D3 Keperawatan Universitas Jember
Jl. Basuki Rahmad No.5 Lumajang (67316)
*e-mail: zainularifinicu@gmail.com

ABSTRAK

Penatalaksanaan ABC (Airway, Breathing, Circulation) yang lebih kompleks dibanding


dengan ruangan lain harus bisa dilakukan perawat ICU pada pasien dalam keadan darurat
klinis atau kritis maternitas yang masuk di ruang ini, sehingga kejadian kesakitan dan
kematian ibu dapat dikurangi atau dicegah. Mengetahui korelasi kemampuan perawat dalam
penatalaksanaan ABC (Airway, Breathing, Circulation) terhadap keberhasilan penanganan
kegawatdaruratan maternitas di Ruang ICU. Desain penelitian kuantitatif observasional,
dengan total sampling perawat di ruang ICU RSUD dr. Haryoto Lumajang (n=18) dan
melakukan penatalaksanaan ABC pada kegawatdaruratan maternitas di bulan Januari-April
2018. Data dianalisis menggunakan uji Rank Spearman. Dari 18 responden penelitian
menunjukkan semua pernah melakukan penatalaksaan ABC pada kasus kegawadaruratan
maternitas, tetapi hanya 22,2% saja, perawat yang sudah pelatihan ICU, padahal
penatalaksaan ABC yang lebih kompleks didapatkan pada pelatihan ICU. Sehingga meskipun
kemampuan perawat dalam penatalaksaan ABC berhubungan dengan keberhasilan
penanganan kegawatdaruratan maternitas di ruang ICU (p< 0,05), jumlah perawat yang
mengikuti pelatihan ICU harus ditingkatkan supaya perawatan yang lebih komprehensif dapat
tercapai. Kemampuan perawat dalam penatalaksanaan ABC terhadap keberhasilan
penanganan kegawatdaruratan maternitas berkorelasi posistif kuat dengan koefisien korelasi
sebesar 0,520.
Kata kunci: Penatalaksaan ABC, kegawatdaruratan maternitas, ICU

ABSTRACT

More complex management of ABC (Airway, Breathing, Circulation) compared to other


rooms should be possible for ICU nurses in patients in the clinical or critical emergency of
maternity entering this space, so that the incidence of maternal illness and death can be
reduced or prevented. To determine the correlation of nurse's abilities in the management of
ABC (Airway, Breathing, Circulation) on the successful handling of maternity emergency in
ICU RSUD dr Haryoto Lumajang The design of quantitative observational research, with
total sampling of nurses in the ICU hospital room dr Haryoto Lumajang (n = 18) and
performed ABC management on maternity emergency in January-April 2018. Data were
analyzed using Rank Spearman test. Of the 18 respondents the study showed all had ABC
management in maternity emergency cases, but only 22.2%, nurses who had ICU training,
whereas more complex ABC management was obtained in ICU training. Thus, although the
nursing abilities in ABC management are associated with successful maternity emergency
handling in ICU chambers (p <0.05), the number of nurses attending ICU training should be

88
improved so that more comprehensive care can be achieved. The ability of nurses in the
management of ABC on the successful handling of emergency maternity emergency
correlated strongly positive with correlation coefficient of 0,520.
Keywords: ABC management, maternal emergeny, ICU

PENDAHULUAN Penatalaksaan kegawadaruratan


Perawat yang bertugas di ICU pasien yang masuk ICU memerlukan
harus bisa melalukan penatalaksanaan penatalaksaan ABC yang berbeda dengan
Airway, Breathing, Circulation (ABC) ruangan lain, karena penatalaksaan ABC
yang lebih kompleks dengan kemampuan (Airway, Breathing, Circulation) di
lebih dibandingkan dengan perawat di ruangan ini harus lebih kompleks dengan
ruang lainnya yang melayani pasien dalam kemampuan perawat yang khusus pula.
keadan darurat klinis atau kritis, Penatalaksanaan keperawatan yang
kemampuan perawat mencakup aspek komprehensif yang harus dilakukan oleh
pendidikan, pengetahuan, dan sikap kerja. tim ICU (Intensive Care Unit) dalam ABC
Keterampilan ABC berkualitas (Airway, Breathing, Circulation) untuk
tinggi pada semua anggota tim yang mengatasi masalah jalan nafas, pernapasan
merawat dapat menghemat waktu berharga serta sirkulasi yang dapat menentukan
dan meningkatkan kinerja tim. Diseminasi tindakan selanjutnya untuk mencegah
pengetahuan dan keterampilan yang terkait kesakitan dan kematian ibu. Hal ini
dengan pendekatan ABC sangat diperlukan merupakan alasan peneliti untuk
terutama melalui pelatihan ICU pada mengetahui kemampuan perawat dalam
perawat. Penatalaksaan Airway, Breathing, penatalaksanaan ABC (Airway, Breathing,
Circulation (ABC) diterapkan dalam Circulation) pada keberhasilan penanganan
semua keadaan darurat klinis untuk kegawatdaruratan maternitas di Ruang ICU
penilaian dan perawatan segera. yang dianalisis dengan jumah ibu
Pendekatan ini diterima secara luas oleh (kehamilan, persalinan, nifas) yang
para ahli dalam pengobatan darurat dan berhasil tertolong ketika mengalami
kemungkinan meningkatkan hasil kondisi kritis.
perawatan kesehatan profesional berfokus Tujuan yang diharapkan adalah
pada masalah klinis yang paling untuk mengetahui adanya korelasi
mengancam jiwa. Salah satu kasus yang kemampuan perawat dalam
membutuhkan penatalaksanaan yang ABC penatalaksanaan ABC (Airway, Breathing,
yang lebih kompleks adalah kasus Circulation) terhadap keberhasilan
maternitas. penanganan kegawatdaruratan maternitas
Kasus maternitas di negara di Ruang ICU
berkembang 99% dari 830 wanita di
seluruh dunia meninggal setiap hari dengan METODE
penyebab dapat dicegah yang berhubungan Desain penelitian kuantitatif
dengan kehamilan dan persalinan. observasional, dengan total sampling
Gangguan hipertensi pada kehamilan (pre perawat di ruang ICU RSUD dr. Haryoto
eklamsi, eklamsi), perdarahan, infeksi dan Lumajang (n=18) dan melakukan
penyebab yang lain di Kabupaten penatalaksanaan ABC pada
Lumajang merupakan penyebab kesakitan kegawatdaruratan maternitas di bulan
dan kematian ibu. Kematian ibu pada tahun Januari-April 2018. Data dianalisis
2016 sebanyak 18 kasus, tahun 2017 menggunakan uji korelasi Rank Spearman.
sebanyak 10 kasus. Sebagian dari kasus
maternitas ini dalam keadaan kritis yang
memerlukan perawatan di ICU.

89
HASIL Keberhasilan n %
Karakteristik Perawat ICU Penanganan (Kali)
Table 1. Karakteristik perawat ICU 2 (3 tim) 9 50
3 (2 tim) 6 33
Karakteristik n % 4 (1tim) 3 16,7
1. Umur/31-35 Thn. 10 55,5
2. Pelatihan BCLS 14 77,8 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
3. Pelatihan ICU 4 22,2 hanya sebagian kecil (3 perawat) pernah
4. Belum Pelatihan 4 22,2 sebanyak 4 kali melaksanakan
penatalaksanaan ABC dan berhasil dengan
Berdasarkan tabel 1 dari 18 memberikan harapan hidup pada kasus
responden penelitian menunjukkan maternitas. Tetapi sebagian besar pernah
sebagian besar usia perawat >30 tahun sebanyak 2 kali melaksanakan
(55,5%) dan sebagian besar hanya penatalaksanaan ABC dan berhasil dengan
pelatihan BCLS (77,8%). Hanya 22,2% memberikan harapan hidup pada kasus
saja, perawat yang sudah pelatihan ICU maternitas yang dilaksanakan secara tim.
dan masih ada yang belum pelatihan baik
ICU maupun yang lainnya (22,2%). Tabel 4. Korelasi Kemampuan Perawat
dalam Penatalaksaan ABC (Airway,
Kemampuan Perawat dalam Breathing, Circulation) terhadap
Penatalaksaan ABC (Airway, Breathing, Keberhasilan Penanganan
Circulation) terhadap Keberhasilan Kegawatdaruratan Maternitas di Ruang
Penanganan Kegawatdaruratan ICU.
Maternitas di ICU
Tabel 2. Kemampuan Perawat dalam Variabel Keberhasilan
Penatalaksaan ABC (Airway, Breathing, Penanganan
Circulation) Kegawatdaruratan
Kemampuan Ibu yang tertolong hidup
Kemampuan n % Perawat
Penatalaksanaan Nilai r *0,520
Airway 12 66,7 Nilai p 0,027
Breathing 2 11,1
Airway, Breathing, Berdasarkan tabel 4 tidak adanya
4 22,2
Circulation korelasi yang bermakna antara variabel
kemampuan perawat dengan kesakitan dan
kematian ibu di RSUD (p>0,05), tetapi
Tabel 2 menunjukkan kemampuan menunjukkan korelasi positif dengan
perawat dalam penatalaksaan ABC kekuatan kuat antara variabel ketrampilan
(Airway, Breathing, Circulation) lengkap perawat dengan ibu yang tertolong/hidup
hanya sebagian kecil saja. Tetapi di RSUD.
penatalaksanaan untuk jalan nafas
(Airway) lebih dari 50% perawat ICU PEMBAHASAN
sudah melaksanakannya berdasarkan Karakteristik Responden
standar yang ada. Berdasarkan hasil analisis
karakteristik bahwa usia perawat di ruang
Tabel 3. Keberhasilan Penanganan ICU RSUD dr. Haryoto Lumajang paling
Kegawatdaruratan Maternitas di Ruang banyak usia 31-35 tahun (10 dari 18
ICU orang), pelatihan BCLS (Basic Life
Support) hampir semua sudah mengikuti
(14 dari 18 orang), tetapi pelatihan ICU

90
hanya minimal (4 dari 18 orang), sehingga Kemampuan Perawat dalam
masih ada yang belum pelatihan sama Penatalaksaan ABC (Airway, Breathing,
sekali baik BCLS maupun ICU. Circulation) terhadap Keberhasilan
Perawat yang bertugas di ICU Penanganan Kegawatdaruratan
dituntut untuk memiliki kemampuan lebih Maternitas di ICU
dibandingkan dengan perawat yang Penatalaksaan ABC (Airway,
melayani pasien di unit lain, dengan usia Breathing, Circulation) pada bulan
produktif dapat memaksimalkan Januari sampai dengan April 2018 semua
kemampuan yang dimiliki. padahal perawat ICU telah melaksanakan ABC
keterampilan merupakan persyarat minimal tetapi yang lengkap sesuai standart
yang harus dimiliki oleh seorang perawat. sebanyak 22,4%. Keberhasilan menangani
Keterampilan mencakup aspek pendidikan, kegawatdaruratan maternitas menunjukkan
pengetahuan, dan sikap kerja, termasuk tim perawat 16,7% pernah sebanyak 4 kali
dapat melalui pelatihan. Penatalaksanaan melaksanakan penatalaksanaan ABC dan
Airway, Breathing, Circulation (ABC) berhasil dengan memberikan harapan
diterapkan dalam semua keadaan darurat hidup pada kasus maternitas.
klinis untuk penilaian dan perawatan Adanya korelasi positif dengan
segera. kekuatan kuat pada keberhasilan
Pendekatan ini diterima secara luas penanganan yang dilakukan perawat
oleh para ahli dalam pengobatan darurat (ditandai dengan ibu yang tertolong/hidup)
dan kemungkinan meningkatkan hasil pada kasus maternitas di ruang ICU RSUD
perawatan kesehatan profesional berfokus dr. Haryoto Lumajang (r=0,520) Hal ini
pada masalah klinis yang paling ditunjang dengan penelitian kasus
mengancam jiwa. Keterampilan ABC retrospektif observasional yang dilakukan
berkualitas tinggi pada semua anggota tim di Shaheed Mohtarma Benazir Bhutto
yang merawat dapat menghemat waktu Universitas Kedokteran, Larkana, Pakistan
berharga dan meningkatkan kinerja tim. rata-rata tinggal di intensif perawatan
Mengingat manifestasi klinik kasus dengan 25,3% pasien membutuhkan
kegawatdaruratan maternitas yang dukungan ventilator, sementar 74,7%
berbeda-beda dalam rentang yang cukup dikelola dengan oksigen dan dukungan
luas, mengenal kasus tersebut tidak selalu inotropik. Tindakan yang dilakukan ini
mudah dilakukan, bergantung pada didasarkan dari pemeriksaan awal melalui
pengetahuan, kemampuan daya pikir dan evaluasi karakteristik klinis dengan
analisis, serta pengalaman penolong. tindakan ABC (Airway, Breathing,
Diseminasi pengetahuan dan Circulation).
keterampilan yang terkait dengan Penatalaksanaan ABC yang sesuai
penatalaksanaan ABC yang lebih standart menentukan dengan cepat kasus
kompleks di Ruang ICU dibandingkan maternitas yang dicurigai dalam keadaan
dengan ruangan lain yang menangani kasus kegawatdarurat dan membutuhkan
kegawatdaruratan sangat diperlukan dan pertolongan segera dengan
hal ini terdapat dalam pelatihan ICU, mengidentifikasi penyulit yang dihadapi.
BCLS maupun pelatihan terkait yang harus Penanganan kegawatdaruratan
diikuti oleh setiap perawat yang bertugas maternitas yang dirawat di Ruang ICU
di Ruang ICU. RSUD dr. Haryoto Lumajang dilakukan
dengan penatalaksanaan ABC (Airway,
Breathing, Circulation) berbeda dengan
ruangan lain karena adanya tindakan-
tindakan khusus yang dilakukan oleh
perawat termasuk kolaborasi dengan tim
medis, sehingga meminimalkan terjadinya

91
kesakitan sampai kematian pada ibu. Hal articles/PMC5452328. Diakses 1
ini menunjukkan bahwa tindakan yang Juni 2018.
dilakukan di ruang ICU RSUD dr. Haryoto Maya, L, Rooije, R.H.R, Joice, L. 2017.
Lumajang telah maksimal, sehingga Hubungan Keterampilan Perawat
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan (Airway, Breathing Dan
kesehatan yang lebih prima. Circulation) dengan Kemampuan
Banyaknya kasus hipertensi pada Penanganan Pasien Cedera Kepala
kehamilan (pre eklamsi, eklamsi), di Ruang UGD RSUD Kabupaten
perdarahan, infeksi dan penyebab lain di Kepulauan Talaud. E-Jurnal
Kabupaten Lumajang merupakan alasan Sariputra, Oktober 2017 Vol. 4 (3).
utama untuk mentransfer/merujuk pasien jurnal.unsrittomohon.ac.id. Diakses
kebidanan/maternitas ke unit perawatan 2 Juni 2018.
intensif (ICU) supaya mendapatkan Peiniger, S., Paffrath, T., Mutschler, M.,
perawatan yang komprehensif. Brockamp, T., Borgmann, M.,
Spinella, P.C., Bouillon, B. and
KESIMPULAN Maegele, M., 2012. The Trauma
Hasil penelitian menunjukkan Patient in Hemorrhagic Shock:
bahwa terdapat korelasi kemampuan How is The C-Priority Addressed
perawat dalam penatalaksanaan ABC Between Emergency and ICU
(Airway, Breathing, Circulation) terhadap Admission. Scandinavian Journal
keberhasilan penanganan kegawat of Trauma, Resuscitation and
daruratan maternitas di ruang ICU RSUD Emergency Medicine, 20(1), p.78.
dr. Haryoto Lumajang. http://www.sjtrem.com/content/20/
1/78. Diakses 2 Juni 2018.
KEPUSTAKAAN Priso, E.B., Njamen, T.N., Tchente, C.N.,
Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian Kana, A.J., Landry, T., Tchawa,
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: U.F.N., Hentchoya, R., Beyiha, G.,
Rineka Cipta. Halle, M.P., Aminde, L. and
Jensen, S.M., Do, H.Q., Rasmussen, S.W., Dzudie, A., 2015. Trend in
Rasmussen, L.S. and Schmidt, Admissions, Clinical Features and
T.A., 2015. Emergency Team Calls Outcome of Preeclampsia and
For Critically Ill Non-Trauma Eclampsia as Seen From The
Patients in The Emergency Intensive Care Unit of The Douala
Department: An Observational General Hospital, Cameroon. Pan
Study. Scandinavian Journal of African Medical Journal, 21(1).
Trauma, Resuscitation and http://www.panafrican-med-
Emergency Medicine, 23(1), p.76. journal.com/content/article/21/103/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ full. Diakses 1 Juni 2018
articles/PMC4594893. Diakses 2 Thim, T., Krarup, N.H.V., Grove,
Juni 2018. E.L., Rohde, C.V. and Løfgren, B.,
Lankoande, M., Bonkoungou, P., 2012. Initial Assessment and
Ouandaogo, S., Dayamba, M., Treatment With The Airway,
Ouedraogo, A., Veyckmans, F. and Breathing, Circulation, Disability,
Ouédraogo, N., 2016. Incidence Exposure (ABCDE) Approach.
and Outcome of Severe Ante- International Journal of General
Partum Hemorrhage at The Medicine, 5, p.117.
Teaching Hospital Yalgado https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
Ouédraogo in Burkina Faso. BMC articles/PMC3273374. Diakses 2
Emergency Medicine, 17(1), p.17. Juni 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/

92
Tim Bantuan Medis UGM. 2016.
Basic Live Support. Jakarta. EGC.
Walyani, SE. 2015. Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal. Yogyakarta:
Pustakabarupres.
Yousuf, N., Shaikh, S.N., Soomro, A. and
Baloch, R., 2015. Analysis of
Clinical Characteristics, Rationale,
and Management of Critically Ill
Obstetric Patients Transferred to
ICU. JPMA. The Journal of the
Pakistan Medical Association,
65(9), pp.959-962.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
med/26338741. Diakses 1 Juni
2018.

93
PENGARUH TERAPI BEKAM KERING TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PSTW JEMBER

(THE EFFECT OF DRY CUPPING THERAPY ON BLOOD PRESSURE IN THE


ELDERLY WITH HYPERTENSION AT PSTW JEMBER)

Yogie Bagus Pratama1*, Hanny Rasni2, Wantiyah3


1,2,3
Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember. Telp./Fax. (0331) 323450
*e-mail: yogiebaguspratama1995@gmail.com

ABSTRAK

Lansia ditandai dengan penurunan fungsi tubuh, sehingga menjadikan lansia beresiko tinggi
terjadi hipertensi. Hipertensi adalah kondisi peningkatan tekanan darah secara konsisten pada
≥140 / 90 mmHg. Pengobatan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologi &
nonfarmakologi. Salah satu terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk penanganan
hipertensi adalah dengan menggunakan terapi bekam kering. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis pengaruh bekam kering terhadarp tekanan darah lansia dengan hipertensi.
Tekanan darah lansia sebagai variabel dependen dan bekam kering sebagai variabel
independen. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan two group pre-posttest
design. Sampel berjumlah 22 orang yang didapatkan secara simple random sampling. Sampel
dibagi dalam dua grup. Analisis data menggunakan Wilcoxon test dan Mann-Whitney test
dengan 95% CI (α:0,05). Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
antara pretest dan posttest pada kelompok intervensi (p 0,004 sistolik, 0,046 diastolik) dan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol (p 0,705 sistolik, 0,317
diastolik). Analisis data menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara kelompok
intervensi dan kontrol pada sistolik (p 0,007), tetapi tidak terdapat perbedaan signifikan pada
diastolik (p,0,4). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terapi bekam kering berpengaruh
dalam menurunkan tekanan darah sistol pada lansia dengan hipertensi.
Kata kunci: terapi bekam kering, lansia, hipertensi.

ABSTRACT

Elderly characterized by decreased of body function are in high risk of hypertension.


Hypertension is a consistent increase in blood pressure at ≥140 / 90 mmHg. Treatment of
hypertension can be done for both, pharmacologically and nonpharmacologically. One of
nonpharmacology therapies to treat hypertension is by using dry cupping therapy. The
purpose of this study was to analyze the effect of dry cupping to elderly blood pressure with
hypertension. Elderly blood pressure with hypertension as dependent variabel and dry
cupping therapy as independent variabel. This research used quasi experimental with two
group pre-post test design. The sample was 22 people obtained with simple random sampling.
The samples divided into two groups. Data analysis using Wilcoxon test and Mann-Whitney
test with 95% CI (α:0.05). Analysis result showed significant differences between pretest and
posttest in intervention group (p 0.004 systole, 0.046 diastole) and no significant difference in
control group (p 0.705 systole, 0.317 diastole). Data analysis results showed significant
differences between intervention and control groups in systole (p 0.007), but no significant
difference in diastole (p 0.4). Therefore, the conclusion is dry cupping have an effect in
decreasing sistol blood pressure in elderly with hypertension.
Keywords: Dry Cupping Therapy, elderly, hypertension

94
PENDAHULUAN Intervensi bekam kering dilakukan
Usia harapan hidup beberapa sekali waktu dengan rentang waktu 15-30
dekade terakhir mengalami peningkatan, menit untuk semua responden pada
sehingga menyebabkan jumlah lansia kelompok intervensi. Pengukuran pretest
semakin meningkat. Usia lanjut ditandai dan posttest pada kelompok intervensi
dengan penurunan fungsi tubuh dalam dilakukan 5 menit sebelum dan 5 menit
beradaptasi. Penurunan tersebut setelah dilakukan terapi bekam kering.
menyebabkan lansia rawan terserang Pada kelompok kontrol dilakukan
penyakit kronis seperti hipertensi, asam pengukuran pretest dan posttest dengan
urat, stroke, gagal ginjal dan jantung. jarak waktu 30 menit. Penelitian ini
Tekanan darah 160/90 mmHg dapat dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha
diklasifikasikan sebagai hipertensi untuk (PSTW) Jember.
semua batasan usia. Analisis data menggunakan analisis
Hasil studi pendahuluan diperoleh univariat dan bivariat. Analisis univariat
data lansia di PSTW Jember berjumlah digunakan untuk menggambarkan
140 orang. Lansia yang tercatat mengalami karakteristik responden. Analisis bivariat
hipertensi pada oktober 2017 sebanyak 50 menggunakan uji Wilcoxon dan Mann-
orang dengan 7 diantaranya mengalami whitney dengan α= 0,05. Peneliti
stroke. Penatalaksanaan hipertensi di menggunakan program komputer untuk
PSTW Jember berupa pemeriksaan proses pengolahan data dan analisis
tekanan darah, pemberian obat statistik.
antihipertensi serta senam lansia secara
rutin dua minggu sekali. HASIL
Penatalaksanaan hipertensi dapat Karakteristik Responden
dilakukan dengan cara farmakologi dan Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan
nonfarmakologi. Bekam merupakan jenis Usia Lansia
pengobatan nonfarmakologi yang cukup
dikenal dimasyarakat. Bekam adalah Kelompok Mean SD 95% CI
terjemahan dari bahasa arab hijamah yang (tahun)
berarti penyedotan, sehingga dapat Intervensi 73, 18 7,01 68,47-
didefinisikan sebagai teknik penyedotan Kontrol 69,09 3,01 77,89
dengan alat bekam, baik disertai 67,06-
pengeluaran darah maupun tidak. Bekam 71,11
tanpa mengeluarkan darah disebut bekam
kering. Tujuan penelitian ini adalah untuk Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-
menganalisis pengaruh terapi bekam rata usia responden pada kelompok
kering terhadap tekanan darah pada lansia intervensi adalah 73,18, dan hasil interval
dengan hipertensi di PSTW Jember. kepercayaan 95% diyakini usia berada
pada rentang 68,47-77,89 tahun.
METODE Kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata
Penelitian ini menggunakan usia 69,09 dan hasil interval kepercayaan
metode quasy experiment dengan 95% diyakini usia berada pada rentang
rancangan two group pre-post test design. 67,06-71,11 tahun.
Teknik pengambilan sampel adalah
probability sampling dengan pendekatan Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan
simple random sampling dengan total Jenis Kelamin dan Riwayat Merokok
responden berjumlah 22 orang yang Lansia
terbagi dalam kelompok kontrol dan
intervensi.

95
Karakteristik Intervensi Kontrol Kelompok Tekanan Z p
n % n % Darah
a. Jenis Kelamin Sistol pretest
- Laki-laki 8 72,7 7 63,6 Sistol -
- Perempuan 3 23,3 4 36,4 posttest 2887 0,004
Total 11 100,0 11 100,0 Intervensi Diastol
b. Riwayat pretest - 0,046
Merokok 6 54,5 6 54,5 Diastol 2000
- Iya 5 45,5 5 45,5 posttest
- Tidak
Tabel 4 menunjukkan hasil uji
Tabel 2 jenis kelamin lebih banyak Wilcoxon pada tekanan darah sistol dan
pada laki-laki dengan jumlah total diastol kelompok intervensi memiliki nilai
sebanyak 15 orang atau sebesar 68,2%. p<0,05, yaitu 0,004 pada sistolik dan 0,046
Sebagian besar responden memiliki pada diastolik.
riwayat merokok yang berjumlah 12 orang Hal tersebut menunjukkan bahwa
atau sebesar 54,5%.. terdapat perbedaan signifikan rata-rata
tekanan darah pretest dan posttest pada
Tekanan Darah Kelompok Intervensi kelompok intervensi.
Tabel 3. Gambaran Hasil Pretest dan
Posttest Tekanan Darah Lansia Tekanan Darah Kelompok Kontrol
Tabel 5. Gambaran Hasil Pretest dan
Kelomp Media Min- Posttest Tekanan Darah Lansia
ok n Max
TD Media Min-
Interve (mmH (mmH Kelomp
nsi g) g) n Max
ok TD
140- (mmH (mmH
Sistolik 140 Kontrol
Pretest 150 g) g)
Diastolik 80 140-
70-90 Sistolik 140
120- Pretest 155
Sistolik 140 Diastolik 80
Posttest 150 70-90
Diastolik 80 140-
70-90 Sistolik 145
Posttest 150
Diastolik 80
Tabel 3 menunjukkan gambaran 70-90
hasil tekkanan darah pada kelompok
intervensi dan didapatkan nilai median Tabel 5 menunjukkan gambaran
140/80mmHg pada pretest dan posttest. hasil tekkanan darah pada kelompok
Pada pretest memiliki nilai min-max 140- kontrol dan didapatkan nilai median
150mmHg pada sistolik dan 70-90mmHg 140/80mmHg pada pretest dan
pada diastolik, sedangkan pada posttest 145/80mmHg pada posttest. Pada pretest
memiliki nilai min-max 120-150mmHg memiliki nilai min-max 140-155mmHg
pada sistolik dan 70-90mmHg pada pada sistolik dan 70-90mmHg pada
diastolik. diastolik, sedangkan pada posttest
memiliki nilai min-max 140-150mmHg
Tabel 4. Hasil Uji Wilcoxon Tekanan pada sistolik dan 70-90mmHg pada
Darah Lansia Berdasarkan Pretest dan diastolik.
Posttest
Tabel 6. Hasil Uji Wilcoxon Tekanan
Darah Lansia Berdasarkan Pretest dan
Posttest

96
PEMBAHASAN
Kelompok Tekanan Z p Karakteristik Responden
Darah Rata-rata usia yang menjadi
Sistol responden dalam penelitian adalah 73,18
pretest tahun pada kelompok intervensi dan 69,09
Sistol tahun pada kelompok kontrol. Prevalensi
-378 0,705 hipertensi berbanding lurus dengan
posttest
Kontrol peningkatan usia, semakin tua usia maka
Diastol
-1000 0,317 semakin banyak juga kejadian hipertensi.
pretest
Diastol Kejadian hipertensi semakin meningkat
posttest dengan bertambahnya usia. Hal ini
didukung dari hasil penelitian yang
Tabel 6 menunjukkan hasil uji menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi
Wilcoxon pada tekanan darah sistol dan lebih tinggi pada usia 75-90 tahun yaitu
diastol kelompok kontrol memiliki nilai sebanyak 64% dibandingkan pada usia 60-
p>0,05, yaitu 0,705 pada sistolik dan 0,317 74 tahun yaitu sebanyak 36%. Peningkatan
pada diastolik. usia menyebabkan terjadinya penebalan
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada ventrikel kiri dan katub jantung,
tidak terdapat perbedaan signifikan rata- menurunnya pacemaker jantung, terjadi
rata tekanan darah pretest dan posttest kekakuan pembuluh darah arteri dan katub
pada kelompok kontrol. vena menjadi tidak kompeten yang
semuanya itu secara progresif
Tekanan Darah Kelompok Intervensi meningkatkan tekanan darah dan beresiko
dan Kelompok Kontrol terjadinya hipertensi.
Tabel 7. Hasil Uji Mann Whitney Tekanan Mayoritas responden penelitian
Darah Sistolik Lansia pada Kelompok berjenis kelamin laki-laki 15 (68,2%).
Intervensi dan Kelompok Kontrol Laki-laki diduga memiliki gaya hidup
lebih cenderung untuk meningkatkan
Kelompok Tekanan Z p tekanan darah seperti merokok, stres
Darah akibat beban hidup dsb. Hasil penelitian
Intervensi - sebelumnya menyebutkan bahwa
Sistol 0,007 hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-
Kontrol 2716
Intervensi laki.
Diastol -841 0,400 Sebagian besar responden
Kontrol
penelitian memiliki riwayat merokok 12
Tabel 7 menunjukkan hasil uji (54,4%). Penelitian sebelumnya
Mann-Whitney perbedaan rata-rata tekanan menyebutkan bahwa terdapat hubungan
darah lansia antara kelompok intervensi signifikan antara perilaku merokok dengan
dan kelompok kontrol di UPT PSTW kejadian hipertensi dengan nilai p 0,001.
Jember setelah diberikan terapi bekam Nikotin yang terkandung dalam
kering mendapatkan p value = 0,007 pada rokok dapat mempengaruhi tekanan darah
sistolik dan 0,4 pada diastolik. melalui pembentukan plak atersklerosis.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Nikotin juga memiliki efek langsung pada
terdapat perbedaan signifikan rata-rata pelepasan hormon epinefrin dan
tekanan darah sistol antara kelompok nonepinefrin. Karbonmonoksida yang
intervensi dan kelompok kontrol, serta meningkat dalam darah akibat merokok
tidak terdapat perbedaan signifikan rata- juga dapat mempengaruhi tekanan darah.
rata tekanan darah diastol antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol

97
Perbedaan Tekanan Darah Kelompok dan 1,82 pada diastolik dengan nilai p
Intervensi 0,705 pada sistolik dan 0,317 pada
Hasil analisa data dengan diastolik (p<α). Berdasarkan hasil analisa
menggunakan uji Wilcoxon pada kelompok tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak
intervensi, terdapat penurunan rata-rata terdapat perbedaan signifikan rata-rata
tekanan darah sebesar 9,09 pada sistolik tekanan darah sebelum dan setelah
dan 3,63 pada diastolik dengan nilai p diberikan terapi bekam kering pada
0,004 pada sistolik dan 0,046 pada kelompok intervensi. Meskipun terdapat
diastolik (p<α). Berdasarkan hasil analisa penurunan rata-rata tekanan darah pada
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat kelompok kontrol, akan tetapi secara
perbedaan signifikan rata-rata tekanan statistik penurunan yangterjadi tidak
darah sebelum dan setelah diberikan terapi signifikan, hal ini dikarenakan tidak
bekam kering pada kelompok intervensi. diberikannya terapi bekam kering pada
Hasil penelitian ini sejalan dengan kelompok kontrol selama penelitian..
hasil penelitian Irawan dan Ari tentang Terdapat beberapa faktor yang
pengaruh terapi bekam terhadap dapat mempengaruhi tekanan darah yang
penurunan tekanan darah pada klien meliputi riwayat keluarga, aktifitas fisik,
hipertensi yang menyatakan bahwa merokok, konsumsi alkohol, stres, obesitas,
tekanan darah sistol dan diastol mengalami diet natrium dan diabetes. Penurunan
penurunan rata-rata sebesar 22,87mmHg tekanan darah yang terjadi pada kelompok
pada sistol dan 21,42mmHg pada diastol. kontrol dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
Secara teori tekanan darah dipengaruhi yang mempengaruhi tekanan darah, karena
oleh tiga hal, yaitu kecepatan denyut pada kelompok kontrol tidak diberikan
jantung, cardiac output, dan Total terapi bekam. Faktor-faktor lain yang
Resistance Peripheral (TPR). mempengaruhi tekanan darah lansia di
Pembekaman pada kulit dapat PSTW meliputi diet natrium, aktifitas fisik
menyebabkan terjadinya kerusakan pada rutin berupa senam lansia, serta kajian
Mast Cell. Akibat kerusakan ini akan rohani rutin setiap minggu. Selain itu,
dilepaskannya beberapa zat seperti pengobatan rutin yang diberikan tenaga
serotonin, histamin, bradikinin, slow kesehatan untuk mengatasi hipertensi pada
reacting substance (SRS), serta zat lain lansia juga memliki peranan dalam
yang belum diketahui. Zat-zat ini menurunkan tekanan darah pada kelompok
menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler kontrol.
dan arteriol, tidak hanya disekitar tempat
bekam melainkan juga ditempat yang jauh Pengaruh Relaksasi Aromaterapi
dari titik bekam, sehingga terjadi Jasmine terhadap Kualitas Tidur pada
perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. Lansia di Karang Werdha Kecamatan
Menurut Widada, bekam memiliki efek Jenggawah Kabupaten Jember
rileksasi otot. Rileksasi tersebut Hasil analisa data menggunakan uji
diakibatkan oleh produksi hormon Mann-Whitney terhadap perbedaan
endorfin pada saat dilakukan bekam. Pada tekanan darah antara kelompok kontrol
saat tubuh merasa nyaman, frekuensi dan intervensi didapatkan nilai p 0,007
jantung akan mengalami penurunan. pada tekanan darah sistolik dan p 0,4 pada
tekanan darah diastolik. Berdasarkan hasil
Perbedaan Tekanan Darah Kelompok analisis tersebut menunjukkan bahwa
Kontrol terdapat perbedaan signifikan rata-rata
Hasil analisa data dengan tekanan darah sistolik antara kelompok
menggunakan uji Wilcoxon pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, akan
kontrol, terdapat penurunan rata-rata tetapi pada tekanan darah diastol tidak
tekanan darah sebesar 0,46 pada sistolik terdapat perbedaan yang signifikan rata-

98
rata tekanan darah antara kelompok menyebabkan dilatasi pembuluh darah,
kontrol dan perlakuan. Oleh karena itu penurunan denyut jantung serta perbaikan
dapat disimpulkan bahwa, bekam kering elastisitas pembuluh darah yang
berpengaruh terhadap penurunan tekanan kesemuanya secara teori memiliki
darah sistol pada lansia dengan hipertensi pengaruh dalam menurunkan tekanan
di PSTW Jember. darah. Penelitian ini diperkuat oleh teori-
Menurut Umar, bekam teori yang sudah dikemukakan serta fakta-
menyebabkan reaksi peradangan yang fakta terkait hasil analisa data pada uji
dapat mengakibatkan terlepasnya zat Mann-Whitney yang mendapatkan nilai p
serotonin, histamin, bradikinin, slow 0,004 pada teanan darah sistol (p<0,05).
reacting substance (SRS), serta zat lain Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan
yang belum diketahui. Zat-zat tersebut bahwa terapi bekam kering memiliki
menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler pengaruh dalam menurunkan tekanan
dan arteriol. Bekam menstimulasi untuk darah sistol pada lansia dengan hipertensi
diproduksinya zat nitric oxide (NO) yang di PSTW Jember.
berdampak pada relaksasi otot polos
pembuluh darah. Pengeluaran zat-zat KESIMPULAN
tersebut menyebabkan vasodilatasi dan Terjadi penurunan rata-rata tekanan
relaksasi pembuluh darah, yang mana hal darah pada lansia dengan hipertensi setelah
ini akan berdampak pada penurunan diberikan terapi bekam kering, hal ini
tekanan darah. Tekanan negatif efek dari menunjukkan bahwa bekam kering
bekam menyebabkan terjadinya dilatasi memiliki efek yang baik terhadap tekanan
kapiler. Pembekaman juga menghasilkan darah lansia dengan hipertensi. Terdapat
heme oxygenase-1 (HO-1) yang berfungsi perbedaan yang signifikan rata-rata
untuk memetabolisme heme. Katalisis tekanan darah sistol antara kelompok
heme menghasilkan karbon monoksida intervensi dan kelompok kontrol, akan
(CO). Produksi CO dari aktivasi heme tetapi pada tekanan darah diastol tidak
oxygenase-1 (HO-1) menstimulasi terdapat perbedaan yang signifikan rata-
diproduksinya cyclic guanosine rata tekanan darah antara kelompok
monophosphate (cGMP) yang berfungsi intervensi dan kelompok kontrol. Dengan
untuk vasodilatasi pembuluh darah, demikian dapat disimpulkan bahwa bekam
meskipun efeknya sedikit lemah jika kering memiliki pengaruh dalam
dibandingkan dengan nitric oxide (NO). menurunkan tekanan darah sistol pada
Menurut hasil penelitian yang lansia dengan hipertensi.
dilakukan oleh Rusdiatin, respon dari
seseorang setelah dilakukan bekam SARAN
menyatakan merasa nyaman dan timbul Penelitian ini diharapkan dapat
rasa kantuk. Pada saat seseorang merasa menjadi tambahan informasi mengenai
nyaman dan relaks, maka sistem saraf terapi komplementer, khususnya pada
simpatik akan tenang dan yang lebih terapi bekam kering, sehingga diharapkan
banyak berperan adalah sistem saraf dapat diaplikasikan dalam pemberian
parasimpatik. Kondisi relaks menyebabkan asuhan keperawatan baik ditatanan klinik
frekuensi jantung menurun, dengan maupun komunitas.
menurunnya frekuensi jantung, maka Penelitian ini dapat menjadi acuan
tekanan darah juga akan menurun. untuk penelitian selanjutnya, diharapkan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat mengontrol faktor-faktor yang dapat
peneliti menunjukkan bahwa bekam kering menyebabkan bias. Selain itu, penelitian
telah memberikan manfaat yang nyata selanjutnya juga dapat melakukan bekam
dalam menurunkan tekanan darah pada kering pada variabel yang lain seperti
lansia dengan hipertensi. Bekam nyeri, stress, gangguan tidur dsb yang

99
secara teori memiliki keterkaitan satu sama Ageing Research Reviews
lain [internet]. [cited 29 Januari 2018]:
96-111. Available from:
UCAPAN TERIMA KASIH http://dx.doi.org/10.1016/j.arr.2016
Peneliti menyampaikan terima kasih .01.007
kepada responden penelitian dan PSTW Badan Litbangkes. 2013. Riset kesehatan
Jember yang telah memberikan ijin dan dasar 2013. Jakarta: Badan
bersedia menjadi responden penelitian. Litbangkes Kemenkes RI;
Seke PA, Bidjuni HJ, Lolong J. 2016.
KEPUSTAKAAN Hubungan kejadian stres dengan
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik penyakit hipertensi pada lansia di
penduduk lansia. Jakarta: BPS balai penyantunan lanjut usia
Jakarta-Indonesia; 2015 senjah cerah kecamatan mapanget
Efendi, F. & Mahfudli. 2009. Keperawatan kota manado. E-Journal
kesehatan komunitas: teori dan Keperawatan.; 4(2): 1-5
praktik dalam keperawatan. Stanley M, Beare PG. 2006.
Jakarta:Salemba Medika; Gerontological nursing: a health
Sunaryo, Wijayanti, M., Kuhu, M., Sumedi, promotion/protection approach 2nd
T., Widayanti, ED., Sukrillah, UA., edition. Philadelphia: The F.A.
Riyadi, S., & Kuswanti, A. 2015. Davis Company;
Asuhan keperawatan gerontik. Purnama DS, Prihartono NA. 2013.
Yogyakarta: CV ANDI OFFSET; Prevalensi hipertensi dan faktor-
Baradero, M., Wilfrid, D., & Yakobus. S. faktor yang berhubungandengan
2008. Klien gangguan kejadian hipertensi pada lansia di
kardiovaskuler. Jakarta: Penerbit posyandu lansia wilayah
Buku Kedokteran EGC; kecamatan johar baru. Jakarta
Tao L, Kendall. 2014. Sinopsis organ Pusat: FKM UI;
kardiovaskuler: pendekatan dengan Mohan V, Deepa M, Farooq S, Datta M,
sistem terpadu dan disertai Deepa R. 2007 . Prevalence,
kumpulan kasus klinik. Tanggerang awareness and control of
Selatan: KARISMA Publishing hypertension in Chennai—The
Group; Chennai Urban Rural
Sugung I. 2017. Hidup sehat dengan Epidemiology Study (CURES-52).
detoks. Yogyakarta: Khitah J Assoc Physicans India [internet].
Publishing; [cited 03 Desember 2017]
Aldjoefrie MR. 2015 . Bekam hijamah Available from:
menurut sains dan kedokteran https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
modern [internet]. [cited 2 Juni med/17844691
2018]. Availeble from: Retnaningsih D, Kustriyani M, Sanjaya BT.
https://books.google.co.id/books?id 2017. Perilaku merokok dengan
=jKozBgAAQBAJ&printsec=front kejadian hipertensi pada lansia.
cover&dq=bekam+hijamah+menur Semarang: Stikes Widya Husada
ut+sains+dan+kedokteran+modern Semarang;
&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjqy Setyanda YOG, Sulastri D, Lestari Y. 2015.
Yaxr4DcAhVUfH0KHf_- Hubungan merokok dengan
BHoQ6wEIKjAA#v=onepage&q= kejadian hipertensi pada laki-laki
bekam%20hijamah%20menurut%2 usia 35-65 tahun di kota padang.
0sains%20dan%20kedokteran%20 Jurnal Kesehatan Andalas.; 4(2):
modern&f=false 434-440
Buford TW. 2016 Hypertension and aging. Irawan H, Ari S. 2012. Pengaruh terapi

100
bekam terhadap penurunan tekanan
darah pada klien hipertensi. Jurnal
Ilmu Kesehatan.; 1(1):31-37
Corwin E. 2009. Buku saku patofisiologi
edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;
Widada W. 2011. Terapi bekam sebagai
solusi cerdas mengatasi radikal
bebas akibat rokok: berdasarkan
penelitian terbaru terhadap
komponen Darah. Bandung: Lubuk
Agung;
Rusdiatin IE. 2015. Terapi bekam kering
terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia dengan hipertensi.
Jurnal Kesehatan Madani.; 6(2):
92-98
Potter PA, Perry AG. 2005. Fundamental
of nursing: concepts, process, and
practice volume 1 4th edition. Saint
Louis: Mosby – Year Book Inc;
Bell K, Twiggs J, Olin BR. 2015 .
Hypertension:the silent killer:
update JNC-8 guideline
recommendations. Contuining
Education [internet]. [cited 24
Februari 2018] Available
from:https://c.ymcdn.com/sites/ww
w.aparx.org/resource/resmgr/CEs/C
E_Hypertension_The_Silent_K.pdf
Umar WA. 2008. Sembuh dengan satu titik.
Solo: A-Qowam Publishing;
Lowe DT. 2017 . Cupping therapy: an
analysis of the effects of suction on
skin and the possible influence on
human health, complementary
therapies in clinical practice
[internet]. [cited 25 Februari 2018].
Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ctcp.201
7.09.008
Ramdhani N, Putra AA. 2008.
Pengembangan multimedia
relaksasi.Yogyakarta: Bagian
Psikologis Klinis Fakultas
Psikologi UGM [internet]. [cited
18 Desember 2017]. Available from:
http://Neila.staff.ugm.ac.id/wordpr
ess/wp-content/upload.

101
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN KELUARGA UNTUK MENSTIMULASI TUMBUH KEMBANG
BALITA USIA 2-5 TAHUN

Yudha Jatmika1, Puspa Fitriyana2, Jamilatul Komari3, Chairun Nisak4*, Novaria


Puspitasari5, Novita Nurkamilah6, Siti Aisyah Asri7, Mayangga Sukmawati8, Hanny
Rasni9
1,2,3,4,5,6,7,8,9
Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450
*e-mail: chairunnisak.78@gmail.com

ABSTRAK

Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan
dimulai sejak konsepsi hingga dewasa. Dasar kepribadian anak terbentuk dari keluarga dan
lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang
tumbuh kembang balita usia 2-5 tahun. Tujuan khusus untuk mengetahui tingkat pengetahuan
keluarga balita tentang tumbuh kembang balita umur 2-5 tahun di Desa Serut pada tingkat baik,
cukup, kurang dan mengetahui faktor yang mempengaruhi pengetahuan keluarga tentang
tumbuh kembang balita umur 2-5 tahun. Penelitian observasional dengan pendekatan cross
sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat diambil dalam
waktu yang bersamaan, dengan tujuan untuk mencari hubungan antara dua variable. Berdasarkan
analisa bivariat diperoleh p-value = 0,002 (α ≤ 0,05) yang artinya ada hubungan antara hubungan
tingkat pengetahuan keluarga dalam meningkatkan keterampilan keluarga untuk menstimulasi
tumbuh kembang balita. Nilai koefisien korelasi yang didapatkan pada analisis bivariat yaitu
0,373 yang menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi antara kedua
variabel dalam kategori sedang.
Kata kunci: tingkat pengetahuan, keterampilan, tumbuh kembang balita

ABSTRACT

Child growth takes place regularly, interconnected and sustainable starting from conception to
adulthood. The basic personality of the child is made up of family and environment. The purpose
of this study is to determine the level of knowledge of the mother about the growth of toddlers
aged 2-5 years. Specific Objective to know the level of knowledge of toddlers about toddler
growth of 2-5 years old in Serut Village at good level, enough, less and know the factors that in-
fluence the family knowledge about the growth of toddlers aged 2-5 years. Observational re-
search with cross sectional approach, where data concerning independent variables and de-
pendent variables are taken at the same time, with the aim to find the relationship between two
variables. Based on bivariate analysis obtained p-value = 0,002 (α ≤ 0,05) which means there is
relationship between relation of family knowledge level in improving family skill to stimulate
growth of toddler. The correlation coefficient value obtained in bivariate analysis is 0.373 which
shows that the direction of positive correlation with the correlation strength between the two
variables in the medium category.
Keywords: level of knowledge, skills, growth and development of children under five

102
PENDAHULUAN sebanyak 23 orang. Hasil wawancara dari
Anak merupakan dambaan keluarga. tujuh ibu yang memiliki balita mengatakan
Setiap keluarga mengharapkan anak yang belum pernah diajarkan tentang bagaimana
mampu tumbuh dan berkembang secara op- cara menstimulasi dan keterampilan apa
timal, baik secara fisik, mental, kognitif yang mereka berikan pada anaknya. Para ibu
maupun sosial, serta berguna bagi nusa dan yang memiliki balita belum pernah diberi-
bangsa. Sebagai aset bangsa, anak harus kan penyuluhan tentang tumbuh kembang
mendapat perhatian sejak mereka masih anak. Berdasarkan latar belakang diatas
didalam kandungan sampai mereka menjadi maka rumusan masalah dalam penelitian ini
manusia dewasa. Periode penting dalam adalah “Apakah ada hubungan tingkat
tumbuh kembang anak adalah pada usia di pengetahuan keluarga dalam meningkatkan
bawah lima tahun. Balita yang berusia 3-5 keterampilan keluarga untuk menstimulasi
tahun dikategorikan ke dalam masa kanak- tumbuh kembang balita usia 2-5 tahun?”.
kanak awal. Pada tahap ini keterampilan dan Pengetahuan adalah merupakan hasil
kemandirian anak perlu diperhatikan, khu- mengingat suatu hal, termasuk mengingat
susnya oleh orang tua terutama ibu. Ibu per- kembali kejadian yang pernah dialami baik
lu memiliki dan mengetahui keterampilan secara sengaja maupun tidak disengaja dan
sesuai dengan tahap perkembangan anaknya. ini terjadi setelah orang melakukan kontak
Pada tahun 2007 sekitar 35,4% anak balita atau pengamatan terhadap suatu objek
di Indonesia menderita penyimpangan tertentu.
perkembangan seperti penyimpangan dalam Pengetahuan yang dicakup dalam
motorik kasar, motorik halus, serta penyim- domain kognitif mempunyai enam tingkatan
pangan mental emosional. yaitu Tahu (Know), Memahami
Kemampuan, keterampilan, serta (Comprehention), Aplikasi (Application),
peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses Analisis (Analysis), Sintesis (Synthesis),
perkembangan dan pertumbuhan anak secara Evaluasi (Evaluation). Sedangkan menurut
keseluruhan karena orang tua dapat segera Mubarak (2007), faktor-faktor yang
mengenali kelebihan proses perkembangan mempengaruhi pengetahuan seseorang
anaknya dan sedini mungkin dapat mem- adalah pendidikan, Pekerjaan, Umur, Minat,
berikan stimulasi pada tumbuh kembang Pengalaman, Kebudayaan lingkungan
anak yang menyeluruh dalam aspek fisik, sekitar, dan informasi.
mental, dan sosial. Rangsangan atau stimu- Pertumbuhan (growth) berkaitan
lasi dalam keluarga dapat berupa penyediaan dengan masalah perubahan dalam besar
alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel,
ibu dan anggota keluarga lain terhadap organ maupun individu, yang bisa diukur
kegiatan anak. Peranan stimulasi akan dengan ukuran berat (gram, pound,
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu kilogram), ukuran panjang (cm, meter),
faktor yang terpenting adalah faktor ibu atau umur tulang dan keseimbangan metabolik
pengasuh tetap, karena ibu atau pengasuh (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
tetap yang menentukan berhasil atau hanya Sedangkan perkembangan adalah
lewat saja perkembangan anak. bertambahnya sempurnanya fungsi alat
Berdasarkan hasil penjajakan di Desa tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh
Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember kematangan dan belajar.
didapatkan jumlah ibu-ibu yang mempunyai Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
balita yang berumur 2-5 tahun di Desa Serut kembang, secara umum di golongkan

103
menjadi tiga kebutuhan dasar, yaitu pertama meloncat, memanjat melompat dengan satu
Kebutuhan fisik biomedis (Asuh) yang kaki, Bermain bersama dengan anak lain dan
terdiri dari Pangan/gizi, Perawatan menyadari adanya lingkungan lain diluar
kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI, keluarganya serta Bahasa: Mampu
penimbangan yang teratur dan pengobatan., menyusun kalimat, Mempergunakan kata-
Pemukiman yang layak, Kebersihan kata saya, bertanya, mengerti kata- kata
perorangan dan sanitasi lingkungan, Pakaian, yang ditujukan kepadanya). Usia 3-4 tahun
dan Rekreasi dan kebugaran jasmani. Kedua, (Motorik halus: Menggambar garis silang,
Kebutuhan emosi dan kasih sayang (Asih) Mengenal 2 atau 3 warna. Motorik kasar:
dan yang ketiga Kebutuhan akan stimulasi Belajar berpakaian dan membuka pakaian
mental (Asah) yaitu kecerdasan, ketrampilan, sendiri, bermain dengan anak lain, dapat
kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, melaksanakan tugas-tugas sederhana.
produktivitas dan sebagainya. Anak yang Bahasa: Banyak bertanya, Bicara dengan
mendapat asuh, asih, dan asah yang baik, Menyebut namanya, jenis kelamin dan
memadai akan mengalami tumbuh kembang umurnya). Usia 4-5 tahun (Motorik halus:
yang optimal sesuai dengan potensi genetik Menggambar segi empat dan segitiga,
yang dimilikinya. Menggambar orang terdiri dari kepala,
Aspek-aspek perkembangan yang lengan, badan. Motorik kasar: Melompat
dipantau adalah perkembangan kemampuan dan menari, Menaruh minat kepada aktivitas
gerak kasar, Perkembangan kemampuan orang dewasa. Bahasa: Minat kepada kata
gerak halus, Perkembangan kemampuan baru dan artinya, Pandai bicara, Mendengar
bicara, bahasa, dan kecerdasan, serta dan mengulang hal-hal penting dan cerita).
Perkembangan kemampuan bergaul dan
mandiri. METODE
Perkembangan anak terdapat 4 Penelitian ini adalah penelitian
parameter perkembangan melalui melalui observasional dengan pendekatan cross
DDST (Denver Developmental Screening sectional, dimana data yang menyangkut
Test) yang dipakai dalam menilai variabel bebas dan variabel terikat diambil
perkembangan balita yaitu Personal social dalam waktu yang bersamaan, dengan tujuan
development (kepribadian/tingkah laku untuk mencari hubungan antara dua variabel.
sosial, Gross motor development (gerakan Adapun variabel bebas dari penelitian ini
motorik kasar), Fine motot development adalah pengetahuan orang tua tentang
(gerakan motorik halus), Language stimulasi, sementara variabel terikat dari
development (perkembangan bahasa). penelitian ini adalah perkembangan anak
Pertumbuhan fisik adalah hasil dari usia 2-5 tahun.
perubahan bentuk dan fungsi dari organisme.
Pertumbuhan Fisik Balita Usia 2-5 tahun HASIL
dibagi menjadi 2 bagian yaitu Pertumbuhan Karakteristik Demografi
janin intrauterin, Pertumbuhan setelah lahir Penyajian hasil penelitian meliputi
(berat badan, tinggi badan, kepala, gigi, analisis univariat dan bivariat. Analisis
jaringan lemak, organ-organ tubuh). univariat dalam bentuk distribusi frekuensi
Tahapan perkembangan mental, meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan,
gerakan-gerakan kasar & halus, emosi, pekerjaan, sedangkan analisis bivariat untuk
sosial perilaku, bicarayang meliputi Usia 2-3 melihat hubungan tingkat pengetahuan
tahun (Motorik Halus: Menggambar keluarga dalam meningkatkan keterampilan
lingkaran dan Motorik kasar: Belajar

104
keluarga untuk menstimulasi tumbuh Berdasarkan tabel distribusi di atas dapat
kembang balita usia 2-5 tahun. dijelaskan bahwa sebagian besar pekerjaan
Karakteristik Responden Ibu adalah IRT didapatkan sebanyak 5
Tabel 1. Rerata Karakteristik Usia Ibu di (100%) ibu.
Desa Serut Kecamatan Panti
Tabel 4. Distribusi Umur Anak di Desa Serut
Karakteristik Frekuensi Presentase Kecamatan Panti
(Orang) (%)
28 tahun 2 40 Umur Anak Frekuensi Presentase
29 tahun 1 20 (Orang) (%)
30 tahun 1 20 2 tahun 2 40
32 tahun 1 20 3 tahun 3 60
Total 5 100 4 tahun 0 0
5 tahun 0 0
Berdasarkan tabel di atas dapat Total 5 100
dijelaskan bahwa hampir setengah umur ibu
berusia 28 tahun dan didapatkan sebanyak Berdasarkan tabel distribusi di atas dapat di
jelaskan bahwa sebagian besar anak
Tabel 2. Distribusi Pendidikan Ibu di Desa berumur 3 tahun sebanyak 3 (60%) dan
Serut Kecamatan Panti Tahun 2018 sebagian kecil berumur 2 tahun.

Pendidikan Frekuensi Presentase Tabel 5. Ditribusi Hubungan Tingkat


(Orang) (%) Pengetahuan Keluarga dalam Meningkatkan
SD 3 60 Keterampilan Keluarga untuk Menstimulasi
SMP 2 40 Tumbuh Kembang Balita Usia 2-5 tahun
SMA 0 0
PT 0 0 Variabel n r P
Total 5 100 hubungan 5 0,373 0,002
tingkat
Berdasarkan tabel distribusi di atas pengetahuan
dapat dijelaskan bahwa sebagian besar keluarga dalam
pendidikan ibu SD didapatkan sebanyak meningkatkan
3(60%)ibu, dan sebagian kecil adalah SMP keterampilan
sebanyak 2 (40%) ibu. keluarga untuk
menstimulasi
Tabel 3. Distribusi Pekerjaan Orangtua di tumbuh
Desa Serut Kecamatan Panti kembang balita
usia 2-5 tahun
Pekerjaan Frekuensi Presentase
(Orang) (%)
Buruh 0 0 Berdasarkan analisa bivariat tabel
IRT 5 100 diatas diperoleh p-value = 0,002 (α ≤ 0,05)
Swasta 0 0 yang artinya ada hubungan antara hubungan
Wiraswasta 0 0 tingkat pengetahuan keluarga dalam
Total 5 100 meningkatkan keterampilan keluarga untuk
menstimulasi tumbuh kembang balita. Nilai

105
koefisien korelasi yang didapatkan pada pendidikan seseorang maka dapat
analisis bivariat yaitu 0,373 yang memberikan pengetahuan lebih baik
menunjukkan bahwa arah korelasi positif dibandingkan mereka yang berpendidikan
dengan kekuatan korelasi antara kedua rendah, sehingga yang berpengetahuan lebih
variabel dalam kategori sedang. Hal ini baik akan semakin paham dengan materi,
dikatakan arah korelasi negatif dimana strategi serta mampu dalam menerapkan apa
apabila salah satu variabel naik maka yang diketahui, dalam hal ini paham dengan
variabel kedua turun. Penelitian ini materi stimulasi perkembangan motorik
didapatkan bahwa apabila tingkat kasar sehingga para keleuarga mampu
pengetahuan keluarga baik maka stimulasi menerapkan langsung untuk memberi
perkembangan anak baik dan sebaliknya. rangsangan perkembangan kepada anaknya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
PEMBAHASAN oleh Ariyana (2009) di mana terdapat
Berdasarkan tabel di atas, dapat hubungan yang signifikan antara
diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan perkembangan
pengetahuan tentang stimulasi dengan motorik kasar dan halus pada anak usia 4-5
perkembangan anak pra sekolah di Desa tahun.
Serut Kecamatan Panti. Hasil penelitian ini Menurut asumsi peneliti,
selaras dengan penelitian yang dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang telah
oleh Sari (2011), yang menunjukkan ada dilakukan, mayoritas responden yang
hubungan antara pengetahuan ibu dan berpengetahuan kurang baik
perkembangan motorik kasar anak usia 3 – 5 dilatarbelakangi dengan pendidikan terakhir
tahun di PAUD Ngudi Rahayu Desa Lerep SD. Selain dari tingkat pendidikan,
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten pengetahuan orangtua juga dapat
Semarang. Hubungan ini mempunyai arah dipengaruhi oleh media masa, hubungan
yang positif artinya semakin baik sosial dan pengalaman. Dari segi pekerjaan
pengetahuan ibu maka semakin baik mayoritas berprofesi sebagai Ibu Rumah
perkembangan motorik kasar anak usia 3 – 5 Tangga, di mana untuk memenuhi
tahun. kebutuhan setiap hari, kebanyakan dari
Pengetahuan ibu yang baik akan mereka melakukan aktivitas jauh dari
memberikan hasil yang baik, artinya dengan paparan media masa, kurangnya pengalaman
adanya pengetahuan ibu yang baik tentang dan interaksi sosial dengan orang-orang
pemberian stimulasi motorik kasar maka berpengetahuan tentang pentingnya
perkembangan anak terhadap motorik stimulasi dini terhadap perkembangan anak.
kasarnya akan baik pula. Begitu pula Berdasarkan analisa di atas diperoleh
sebaliknya, pengetahuan ibu yang kurang kesimpulan bahwa pengetahuan ibu tentang
akan memberikan efek yang kurang baik pemberian stimulasi sangat berpengaruh
terhadap anak. Anak yang diasuh oleh terhadap perkembangan.
orangtua yang berpendidikan rendah Berdasarkan tabel di atas, dapat
memiliki risiko tiga kali mengalami diketahui ada hubungan antara pengetahuan
keterlambatan perkembangan dibandingkan ibu tentang pemberian stimulasi dengan
orang tua yang berpendidikan tinggi (Ariani perkembangan anak pra sekolah di Desa
& Yosoprawoto, 2012). Serut. Stimulasi atau rangsangan sangat
Menurut Baker dan Lopez (2010) dibutuhkan guna memaksimalkan seluruh
pengetahuan yang diperoleh dari potensi yang dimiliki oleh anak sejak masih
pendidikan,di mana semakin tinggi dalam kandungan. Ketika anak lahir

106
rangsangan harus dilakukan terus-menerus, perkembangan anak pra sekolah di Desa
bervariasi, serta dengan suasana bermain Serut Kecamatan Panti.
dan kasih sayang sebab, rangsangan yang
diberikan oleh orangtua dengan banyak cara SARAN
dapat menstimulasi seluruh potensi yang Diharapkan bagi masyarakat
dimiliki oleh anak (Fida & Maya, 2012). khususnya ibu, agar melakukan pemberian
Hasil penelitian Reni (2011) di TK stimulasi, deteksi dan intervensi sedini
Dharma Wanita Lor Kecamatan Bandung mungkin terhadap perkembangan anak pra
tentang hubungan pola asuh orang tua sekolah sesuai dengan usianya.
dengan perkembangan motorik halus anak Bagi peneliti selanjutnya, agar
menunjukkan dukungan dari orang-orang di membuat penelitian lebih lanjut dalam
sekitar, terlebih orang tua sebagai pengasuh bentuk metode penelitian atau desain
memiliki peran yang sangat besar terhadap penelitian bersifat eksperimental dengan
perkembangan anak usia pra sekolah jumlah sampel yang lebih banyak sehingga
Menurut asumsi peneliti, anak usia hasilnya lebih akurat dan dapat dijadikan
pra sekolah perlu mendapatkan stimulasi bahan referensi untuk penelitian lanjutan
perkembangan motorik halus yang baik. Hal dalam bentuk yang lebih kompleks yang
ini juga dapat dilihat berdasarkan hasil berhubungan dengan pengetahuan ibu
wawancara peneliti bahwa sebagian ibu tentang pemberian stimulasi dengan
kurang memahami tentang cara menstimulus perkembangan anak pra sekolah.
perkembangan anaknya. Sebagian ibu Penelitian ini memberikan
menganggap anak tidak perlu diberikan pemahaman baru Bagi keluarga dan
stimulasi perkembangan seperti masyarakat sehingga diharapkan dapat
perkembangan motorik halus karena tanpa digunakan sebagai sarana informasi, dan
diberikan stimulasi anak juga akan bisa menambah keterampilan dalam
berkembang dengan baik. Orang tua sebagai menstimulasi tumbuh kembang anak dan
pengasuh memiliki peranan penting dalam dapat disebarluaskan.
mengontrol, membimbing dan mendampingi Bagi profesi perawat diharapkan
anak- anaknya menuju kedewasaan. Dalam sebagai salah satu masukan bagi perawat
menuju kedewasaan, orang tua memiliki dalam upaya meningkatkan kualitas
kewajiban untuk memenuhi apa yang pelayanan kesehatan yang optimal berupa
menjadi hak-hak anak. Untuk itu, pemantauan, memberikan informasi
pengetauan yang baik merupakan hal yang stimulasi tumbuh kembang pada anak.
perlu dicapai karena dapat menjadi salah Bagi peneliti lain diharapkan dengan
satu faktor pendukung stimulasi terhadap penelitian ini dapat melanjutkan penelitian
perkembangan motorik anak. Berdasarkan berupa pembuatan modul stimulasi bagi ibu
tabel di atas, dapat diketahui bahwa ada untuk meningkatkan ketrampilan dan
hubungan antara pengetahuan ibu tentang pengetahuan tentang tumbuh kembang dan
pemberian stimulasi dengan perkembangan menambah sampel penelitian agar hasil
anak pra sekolah di Desa Serut Kecamatan penelitian digeneralisasikan tidak sebatas
Panti. pada satu desa yang diteliti.

KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH


Terdapat hubungan antara Penulis menyampaikan terima kasih
pengetahuan ibu tentang stimulasi dengan kepada seluruh responden, dosen

107
pembimbing, dan pihak Desa Serut Hariweni, T. 2006. Hubungan Pengetahuan,
Kecamatan Panti, Kabupaten Jember. Sikap dan Keterampilan Ibu Bekerja
dan Tidak Bekerja Tentang Stimulasi
Pada Pengasuhan Anak Balita. Jurnal
KEPUSTAKAAN Universitas Sumatra Utara Volume
Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan 5. No, 1 : 82-97
Terapi Bermain Pada Anak .Salemba Kania, N. (2007). Stimulasi tumbuh kem-
Medika : Jakarta bang anak untuk mencapai tumbuh
Anwar, H. 2013. Analisa Dampak kembang yang optimal.Diperoleh
Penggunaan Modul Terhadap pada tanggal 8 Juni 2018 dari-
Peningkatan Pengetahuan Dan www.pustaka.unpad.ac.id.
Keterampilan Keluarga Dalam Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi
Menstimulasi Tumbuh Kembang Penelitian Kesehatan. PT Rineka
Bayi. Jurnal Stikes Harapan Bangsa Cipta: Jakarta
Volume 2. No,1 : 12-24 Putra, Setiawan,D. 2014. Keperawatan Anak
Ariyana, R. 2009. Hubungan Pengetahuan dan TUmbuh Kembang. Melia
lbu Tentang perkembangan Anak Medika :Yogyakarta
Dengan Perkembangan Motorik Reni. (2011). Hubungan pola asuh dengan
Kasar Dan Motorik Halus Anak Usia perkembangan anak. Diperoleh pada
4-E Tahun Di Tl Aisyiyah Bustanul tanggal 30 Mei 2018 dari
Athfal 7 Semarang. Jurnal Stikes www.pustaka.unpad.ac.id
Widya Husada Semarang Volume 2. Soedjatmiko. 2008. Stimulasi Dini pada
No, 2 : 11-20 Bayi dan Balita. Available from
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman http://l4str1.multiply.com/reviews/ite
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, Dan m/5. [diakses 28 Mei 2018]
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Sulistyawati. 2014. Deteksi Tumbuh
Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Kembang Anak. Salemba Medika:
Dasar. Bakti Husada: Jakarta. Jakarta
Fida & Maya. (2012). Pengantar Ilmu
Kesehatan Anak. Jogjakarta:
DMedika

108
EFEK (FCEMNC) FAMILY CENTER EMPOWERMENT MODELION NUTRITION
CHILDREN TERHADAP PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA DI DESA SERUT
KECAMATAN PANTI

(EFFECT (FCEMNC) FAMILY CENTER EMPOWOREMENT MODELION


NUTRITION CHILDREN AGAINST INCREASED NUTRITION STATUS CHILDREN
IN SERUT VILLAGE PANTI DISTRICT)

Larasmiati Rasman1*, Tria Permata Sari2, Latifa Aini3


1,2,3
Fakultas Keperawatan, Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Tegal Boto Jember Telp. /Fax. (0331) 323450
*e-mail: Larasmiati29Rasman@gmail.com

ABSTRAK

Keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami suatu masalah kesehatan pasti dapat
mempengaruhi sistem dalam keluarga tersebut. Family Center Empoworement Modelion
Nutrition Children adalah salah satu intervensi berupa komunikasi terapeutik keluarga yang
dibangun oleh anggota keluarga yang lain dengan anggota keluarga yang memiliki masalah
kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengaruh Family Health
Conversation terhadap peningkatan status gizi pada balita di Desa Panti, Jember. Desain
penelitian ini adalah preeksperimental one grup, pre-post test dengan jumlah 9 keluarga
sesuai dengan kriteria sampel sebagai keluarga mandiri tingkat 1. Hasil penelitian terdapat
peningkatan tingkat kemandirian klien yaitu dari tingkat 1 ke tingkat 4. Perlakuan selama 2
minggu secara intensif melakukan kunjungan 2 kali dalam seminggu, diketahui adanya
pengaruh intervensi terhadap status gizi anak, yang dapat dilihat dari peningkatan berat
badan. Komunikasi keterlibatan keluarga merupakan tehnik yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kemauan keluarga dalam mengupayakan adanya perubahan perilaku yang
dapat menyelesaikan masalah kesehatan. Perlu dilaksbalita an sosialisasi pada perawat
perkesmas dalam melakukan salah satu alternatif intervensi keperawatan keluarga dengan
bentuk pengaruh Family Health Conversation
Kata kunci : Family Health Conversation, keperawatan keluarga

ABSTRACT

Families with family members who experience a health problem can definitely affect the
system within the family. Family Center Empoworement Modelion Nutrition Children is one
of the interventions of family therapeutic communication built by other family members with
family members who have health problems. This study was conducted to determine the effect
of Family Health Conversation on the improvement of nutritional status in toddlers in Panti
Village, Jember. The design of this study is pre-experimental one group, pre-post test with 9
families in accordance with sample criteria as self-reliant level 1 families. Result of research
there is increasing level of client independence that is from level 1 to level 4. Treatment
during 2 weeks intensive visit 2 times in a week, the influence of intervention on the
nutritional status of children, which can be seen from the increase in body weight. Family
involvement communication is a necessary technique to increase the willingness of families in
seeking behavioral change that can solve health problems. Need dilaksbalita an socialization
on the nurse perkesmas in doing one alternative family nursing interventions with the form of
influence Family Health Conversation
Keywords : Family Health Conversation, family nursing

109
PENDAHULUAN pengasuhan orang tua yang terkait satu
Keluarga merupakan unit sama lain [2]. Pola asuh anak merupakan
pemeliharaan yang dapat menimbulkan, praktek pengasuhan yang diterapkan
mencegah, mengabaikan atau memperbaiki kepada anak balita dan pemeliharaan
masalah-masalah dalam kelompoknya. kesehatan. Pada masa balita anak belum
Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga dapat dilepas sendiri maka segala
saling berkaitan dan apabila salah satu kebutuhan anak tergantung kepada orang
angota keluarganya mempunyai masalah tuanya.Tahun pertama kehidupan anak
kesehatan akan berpengaruh terhadap meru pakan dasar untuk menentukan
anggota keluarga yang lain [1]. kebiasaan di tahun berikutnya termasuk
Dalam keluarga, ibu memiliki peran kebiasaan makan.
penting dalam kesehatan balitanya. Masa Menurut Soekirman (2000), pola
balita merupakan fase terpenting dalam asuhgizi merupakan perubahan sikap dan
membangun fondasi pertumbuhan dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal
perkembangan manusia. Pada masa balita, memberi makan, kebersihan, memberi
status gizi secara langsung berpengaruh kasih sayang dan sebagainya dan semuanya
pada imunitas, perkembangan kognitif, berhubungandengan keadaan ibu dalam hal
pertumbuhan, dan stamina tubuh. Status kesehatan fisikdan mental. Pola asuh yang
gizi balita balita erat kaitannya dengan baik dari ibu akan memberikan kontribusi
sistem imunitas tubuh dan status kesehatan. yang besar pada pertumbunhan dan
Status kesehatan balita ditentukan oleh perkembangan balita sehingga akan
perilaku sehat keluarga dan keadaan menurunkan angka kejadian gangguan gizi.
sanitasi rumah serta lingkungan sekitar. Ibu harus memahami cara memberikan
Makin rendah status gizi seseorang perawatan dan perlindungan terhadap
semakin rentan terhadap penyakit dan anaknya agar anak menjadi nyaman,
semakin tinggi tingkat morbiditas meningkat nafsu makannya, terhindar dari
(Hardinsyah 2007). cedera dan penyakit yang akan
Hasil Riset Kesehatan Dasar menghambat pertumbuhan. Apabila
(Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2010, pengasuhan anak baik makan status gizi
35,7 persen anak Indonesia pertumbuhan anak juga akan baik. Peran ibu dalam
tingginya tidak sesuai dengan umur atau merawat sehari-hari mempunyai kontribusi
dalam kategori pendek. Riskesdas 2010 yang besar dalam pertumbuhan anak karena
juga menemukan tingkat prevalensi gizi dengan pola asuh yang baik anak
kurang pa da balita sebesar 17, 9 persen akan terawat dengan baik dan gizi
atau diperkirakan sekitar 3,7 juta balita terpenuhi.
mengalami
kekurangan gizi kurang dan gizi buruk METODE
(Yoedi, 2011). Dari hasil wawancara Penelitian ini menggunakan desain
dengan Bidan Wilayah didapatkan data pre eksperimental dengan pre-post test.
bahwa dari ketiga dusun yaitu dusun Subyek penelitian ini adalah keluarga klien
Mencek, Badean Kulon, dan Badean Wetan kelolaan di Desa Serut Kecamatan Panti,
terdapat 5 balita di bawah garis merah Jember. Teknik sampel yang digunakan
(BGM). Selain itu juga terdapat balita adalah keluarga kelolaan dari pengumpul
dengan stunting dengan jumlah 60 balita. data yang dilakukan oleh 2 mahasiswa
Hal ini membuktikan bahwa masih program profesi ners Program Studi Ilmu
rendahnya pengetahuan ibu mengenai Keperawatan Universitas Jember yang
pentingnya pemenuhan gizi pada balita. terdiri dari 3 Keluarga yang diasuh oleh
Faktor utama keberhasilan tumbuh setiap mahasiswa keperawatan, sehingga
kembang pada masa balita dipengaruhi terdapat 7 keluarga yang menjadi informan.
oleh faktor gizi, kesehatan dan gaya Pengambilan data dalam penelitian ini

110
dilaksbalita an di Desa Serut Kecamatan Hasil analisis pada tabel 1 menunjukan
Panti pada bulan Mei – awal Juni tahun bahwa sebagian besar responden berjenis
2018 dengan cara perawat mendatangi kelamin perempuan dengan jumlah
rumah informan sebagai perawat keluarga responden sebanyak 7 orang balita dimana
dan menggunakan wawancara semi- orangtua memiliki pekerjaaan petani atau
terstruktur dilakukan secara individu buruh.
dengan masing-masing dari 7 anggota
keluarga, kemudian dilakukan pengukuran Tabel 2. Distribusi tingkat Kemandirian
terkait tentang pengalaman positif maupun Keluarga
pengalaman negatif merawat anggota Tingkat Pretest Postest
keluarga yang sakit. Seluruh informan Kemandirian
mendapatkan intervensi yang sama yaitu Pra mandiri 0 0
berupa Family Center Empoworement Mandiri 1 7 0
Modelion Nutrition Children yang Mandiri 2 0 0
dilakukan oleh anggota keluarga yang sehat Mandiri 3 0 7
selama satu jam setiap kegiatan dan Mandiri 4 0 0
dilakukan sebanyak 4 sesi selama 2 minggu Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2018)
yang dipimpin oleh 2 perawat keluarga
yang datang ke masing-masing rumah Tabel 3. Distrubusi berat badan
keluarga, selanjutnya dilakukan evaluasi di Sebelum dan Sesudah
akhir minggu setelah dilakukan intervensi Nama Pre Post
Family Center Empoworement Modelion (Kg) (Kg)
Nutrition Children. Etika penelitian pada A 18 20
penelitian ini meliputi informed consent, B 15 15
keadilan, kemanfaatan, keanoniman, dan C 7 9
kerahasiaan. D 10,3 10
E 11 11
HASIL
F 12 12
Tabel 1. Distribusi Responden, Berat
G 8 15
Badan, Tinggi Badan, dan Lila
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2018)
Usia
Family (bln) BB TB Lila
Berdasarkan tabel diatas, terdapat
Jenis (Kg) (cm) (cm)
perbedaan yang signifikan berat badan
Kelamin
seluruh partisipan setelah pemberian
48 (P)
intervensi.
A 18 92 14
PEMBAHASAN
B 36 (L) 15 85 13
Penelitian ini menggunakan 7
12 (L) keluarga informan dan terbagi menjadi
C 7 84 14 kelompok intervensi. Wawancara evaluatif
semi terstruktur dilakukan secara individu
D 29 (P) 10,3 86 14 dengan masing-masing dari 7 anggota
keluarga dua minggu setelah mendapat
E 29 (P) 11 90 15 pelatihan selama empat minggu dari
perawat keluarga (pengumpul data). Dalam
F 31 (L) 12 88 13 penelitian ini dimana seorang anggota
keluarga dewasa yang mengalami masalah
G 10 (P) 8 83 14 kesehatan ikut berpartisipasi dalam proses
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2018) komunikasi terapeutik keluarga yang di
pimpin oleh perawat keluarga (pengumpul
111
data). Proses komunikasi terapeutik perawatan pada anggota keluarga yang
dilakukan selama 4 minggu di setiap mengalami masalah kesehatan, adanya
keluarga. Terdapat 2 mahasiswa keperatan keterampilan untuk melakukan pencegahan
universitas Jember yang memimpin proses masalah kesehatan atau menghindari
komunikasi terapeutik keluarga. adanya penularan penyakit dan adanya
Pertemuan dilakukan 3 sesi dalam 6 upaya keluarga untuk meningkatkan status
minggu yang terdiri dari 2 perawat yaitu kesehatan pada anggota keluarga. Bukti
sebagai observer dan co participan dalam lain keberhasilan intervensi yaitu adanya
keluarga. Kegiatan ini fokus pada sebuah peningkatan berat badan atau
proses dari ketidaknyamanan peranan mempertahankan berat badan pada ke tujuh
keluarga. Fungsi kegaiatan ini memberikan responden.
ruang untuk kepercayaan atau saling
memberikan sebuah kepercayaan pada SIMPULAN
anggkota keluarga masing-masing, Berdasarkan hasil penelitian terdapat
memberikan ruang untuk narasi yaitu kesimpulan bahwa ada peningkatan
memberikan kesempatan anggota keluarga kemandiran keluarga dari pemberian terapi
untuk menyampaikan suatu pernyataan Family Center Empoworement Modelion
kepada anggota keluarga, memberikan Nutrition Children dengan peningkatan
kesempatan untuk mengutarakan kendala status gizi pada balita di Desa Serut
dalam perannya atau sesuatu yang lebih Kecamatan Panti, Jember.
mendalam, memberikan kesempatan untuk
keluarga mengkonfirmasi antar keluarga SARAN
atas apa yang sudah diungkapkan Saran yang direkomendasikan
sebelumnya. Kategori selanjutnya yaitu adalah diharapkan bahwa ada perawat
kesempatan untuk perubahan dalam khusus keluarga yang dapat mengelola
keluarga dengan sub kategori memberikan keluarga terutama pada keluarga dengan
waktu untuk refleksi yaitu mempersamakan masalah kesehatan dengan tujuan untuk
persepsi nyata dari pernyataan yang sudah meningkatkan status kesehatan dan
disampaikan oleh masing-masing keluarga. kesejahteraan keluarga,
Sub kategori yang terakhir yaitu
memberikan kesempatan untuk keluarga UCAPAN TERIMA KASIH
dalam menceritakan kendala atau masalah Peneliti mengucapkan terimakasih
dalam perannya dan keluarga bersedia kepada pihak Puskesmas Panti Kecamatan
menerima keluhan tersebut. Panti Kabupaten Jember, khususnya pada
Tingkat kemandirian pada awal bidan tiap-tiap wilayah yang telah
sebelum adanya intervensi adalah tingkat membantu dalam pelaksanaan penelitian
kemandirian I, yaitu keluarga sudah ini.
mengakses pelayanan kesehatan tetapi
keluarga belum terlibat dalam perawatan KEPUSTAKA AN
pada anggota keluarga yang mengalami [1] Notoatmodjo S. Promosi kesehatan
masalah kesehatan. Selama 6 minggu teori dan aplikasinya. Jakarta: Rineka
dilakukan kunjungan dengan melakukan Cipta; 2010.
diskusi dan simulasi atau contoh perilaku [2] Briawan D, Herawati T. Peran anggota
yang dapat dilaksanakan keluarga dalam rumahtangga di dalam pengasuhan
memberikan bantuan perawatan pada pertumbuhan dan perkembangan balita
anggota keluarga yang mengalami masalah balita. Laporan Akhir Penelitian Studi
kesehatan keluarga didapatkan hasil bahwa Kajian Wanita. Bogor: Fakultas
100% terdapat peningkatan kemandirian , Pertanian, Institut Pertanian
menjadi keluarga mandiri III yaitu keluarga Bogor.2005.
yang dapat terlibat aktif dalam melakukan

112
[3] Diasmarani. Karakteristik dan
Perkembangan Bahasa Balita Balita
Stunted di Desa Sukawening
Kabupaten Bogor.2010; [diunduh 2015
Feb 15]. Tersedia pada
http://repository.ipb.ac.id
[4] [Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar.
2013. Laporan hasil Riset Kesehatan
Dasar Nasional 2013. [Internet].
[diunduh 2014 Okt 20]. Tersedia pada
http//www.riskesdas.litbang.depkes.go.
id.

113
PENGARUH TERAPI KELUARGA TERHADAP DUKUNGAN KELUARGA DALAM
MERAWAT KLIEN DENGAN MASALAH DIABETES MILLITUS

(EFFECT OF FAMILY THERAPY ON FAMILY SUPPORT IN CARING FOR CLIENTS


WITH DIABETES MILLITUS)

Yudha Jatmika1*, Puspa Fitriyana2, Jamilatul Komari3, Chairun Nisak4, Novaria


Puspitasari5, Novita Nurkamilah6, Siti Aisyah Asri7, Mayangga Sukma8, Hanny
Rasni9
1,2,3,4,5,6,7,8,9
Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450
*e-mail: jamilatul.komari@gmail.com

ABSTRAK

Dukungan keluarga adalah bentuk bantuan yang diberikan salah satu anggota keluarga untuk
memberi kenyamanan fisik dan psikologis pada saat seseorang mengalami sakit. Penelitian ini
bertujuan menganalisa pengaruh Pengaruh Terapi Keluarga terhadap Dukungan Keluarga dalam
Merawat Klien dengan Masalah Diabetes Millitus. Penelitian ini menggunakan metode
intervensi semu (quasi experiment) dengan rancangan pre-post test with control group design
untuk mengetahui pengaruh terapi keluarga terhadap dukungan keluarga dalam merawat klien
dengan masalah perilaku kekerasan. Responden penelitian dibagi dalam dua kelompok yaitu
kelompok intervensi (perlakuan) dan kelompok kontrol (tanpa perlakukan) kemudian intervensi
terapi keluarga diberikan pada kelompok intervensi, sedangkan kelompok kontrol tidak
mendapatkan intervensi terapi keluarga. Subyek penelitian ini adalah 2 keluarga yang memenuhi
kriteria inklusi. . Teknik sampel yang digunakan adalah consecutive sampling yang terdiri dari 2
keluarga. Data dianalisis dengan menggunakan uji t dependen dengan taraf signifikansi 0,05.
Hasil uji t dependen menunjukkan perbedaan signifikan. Terapi edukasi keluarga dapat
meningkatkan dukungan keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang menderita DM tipe
2 di desa Serut (p = 0,001).
Kata kunci: Terapi keluarga, Dukungan Keluarga, Diabetes Mellitus

ABSTRACT

Family support is a form of help given by one family member to provide physical and
psychological comfort when someone is sick. This study aims to analyze the influence of Family
Therapy Effects on Family Support in Caring for Clients with Diabetes Millitus Problems. This
research uses quasi experiment method with pre-post test design with control group design to
know the influence of family therapy on family support in caring for client with violent behavior
problem. The study respondents were divided into two groups: the intervention group (treatment)
and the control group (without treatment), then the family therapy intervention was given to the
intervention group, while the control group did not get family therapy intervention. The subjects
of this study were 2 families who met the inclusion criteria. The sample technique used is
consecutive sampling consisting of 2 families. Data were analyzed by using t test dependent with
level of significance 0,05. The result of t test dependent showed significant difference. Family
education therapy can increase family support in caring for family members who have type 2

114
diabetes in Serut village (p = 0.001).

Keywords: Family Therapy, Family support, Diabetes Millitus

PENDAHULUAN dalam dukungan keluarga meliputi


Diabetes mellitus (DM) merupakan dukungan emosional, dukungan
sekumpulan gangguan metabolik yang penghargaan, dukungan instrumental dan
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dukungan informatif. Penderita DM
dalam darah (hiperglikemia) akibat mempunyai dukungan keluarga yang baik
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, maka penderita akan melakukan sikap
atau keduanya. Hiperglikemia jangka positif yaitu dengan melakukan aktivitas-
panjang dapat berperan menyebabkan aktivitas yang bermanfaat dan akan
komplikasi mikrovaskular dan meningkatkan kualitas hidupnya, sebaliknya
makrovaskular (Smeltzer, 2013, p.211). penderita DM yang minim atau tidak
Berdasarkan hasil riset data International mempunyai dukungan keluarga maka
Diabetes Federation (IDF), sepuluh negara cenderung melakukan sikap negatif yaitu
diperkirakan memiliki angka tertinggi melakukan kegiatan yang merugikan diri
penderita DM pada tahun 2013 salah sendiri dan akan menurunkan kualitas
satunya Indonesia muncul dalam daftar hidupnya (Soegondo, 2006).
ketujuh dengan prevalensi 8,5% (IDF, 2013, Semua anggota keluarga saling
p.13). Sementara itu, di Aceh memiliki mempengaruhi satu dan lainnya melalui in-
peringkat tertinggi kesembilan dengan teraksi dan saling memberikan support da-
prevalensi berdasarkan diagnosis atau gejala lam memperlihatkan fungsi dasar yang perlu
sebesar 2,6%, sedangkan prevalensi DM untuk kesejahteraan keluarga. Jika keluarga
yang pernah didiagnosis sebesar 1,8% memiliki pengaruh yang positif pada ang-
(Depkes, 2013, p.89). gotanya, mereka akan mempunyai rasa dan
Dukungan keluarga adalah bentuk pengakuan diri serta harga diri yang positif,
bantuan yang diberikan salah satu anggota dan akan menjadi produktif sebagai anggota
keluarga untuk memberi kenyamanan fisik masyarakat.
dan psikologis pada saat seseorang Berdasarkan hasil penjajakan di tiga
mengalami sakit (Friedman, 2014). Keluarga Dusun Desa Serut Kecamatan Panti Kabu-
mempunyai peran yang sangat penting bagi paten Jember didapatkan 4 keluarga yang
kelangsungan hidup penderita diabetes memiliki anggota keluarga yang mengalami
melitus. Menurut penelitian yang dilakukan DM. Berdasarkan wawancara dengan ang-
Skarbec (2006), ditemukan bahwa peran gota keluarga yang mengalami DM menya-
keluarga mempunyai hubungan yang kuat takan bahwa dukungan keluarga sangat
terhadap status kesehatan penderita DM, mereka butuhkan selama mendapatkan
dimana kurangnya dukungan keluarga akan perawatan DM.
mempengaruhi kontrol gula darah dan Klien dan keluarga merupakan kom-
menajemen DM sehingga kualitas hidup ponen yang bekerja sama dalam suatu
akan menurun. Dapat disimpulkan bahwa treatment. Oleh karena itu bertambahnya
dukungan keluarga sangat penting dan pengetahuan informal caregiver dan klien,
berpengaruh terhadap kualitas hidup maka semakin besar peluang tercapainya
penderita DM. kesehatan dan hal-hal yang mendukung ter-
Menurut Hensarling dalam Yusra wujudnya kesehatan. Berdasarkan uraian di
(2011 ), ada 4 dimensi yang terkandung di atas, penulis bermaksud melakukan

115
penelitian tentang pengaruh terapi keluarga seperti gangguan perasaan, gangguan makan,
terhadap Dukungan Keluarga dalam Me- dan kenakalan remaja, masalah pada orang
rawat Klien dengan Masalah Diabetes Milli- dewasa dan masalah psikiatri, seperti
tus di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan schizophrenia. (Stratton, 2005).
Panti Kabupaten Jember. Fokus dari terapi ini, bukan
Diabetes melitus (DM) merupakan individual, namun pada keluarga secara
suatu keadaan dimana tubuh tidak mampu keseluruhan. Konsep dasar dari bentuk
menggunakan insulin yang dihasilkan oleh penatalaksanaannya adalah lebih cepat, lebih
pankreas (Word Health Organization 3 logis, lebih menguntungkan, dan lebih
[WHO], 2011). DM termasuk dalam ekonomis untuk memperlakukan semua
golongan penyakit kronik yang terjadi pada anggota keluarga dalam suatu sistem
jutaan orang di dunia (American Diabetes hubungan dibanding konsentrasi hanya
Asosiation [ADA], 2015). Di dunia secara individual yang diduga dibutuhkan
penderita DM pada tahun 2002 mencapai dalam penatalaksanaan (Goldenberg &
171 juta orang dan akan terus meningkat Goldenberg, 1995: Townsend, 2005). Ada
hingga 366 juta orang di tahun 2030 (WHO, beberapa tahap yang dilakukan dalam terapi
2006). Di Indonesia penderita DM sangat keluarga yaitu tahap pengkajian awal, tahap
banyak. Pada tahun 2013, Indonesia intervensi dan tahap terminasi (Shives,
menduduki peringkat ke tujuh di tingkat 1998), dan tahap pengikatan dan motivasi,
dunia dengan jumlah penderita DM tahap perubahan perilaku dan tahap
sebanyak 7,6 juta jiwa dan jumlah itu generalisasi (Sexton dan Alexander, dalam
diperkirakan akan terus meningkat di setiap Wilson, 2000) yang pelaksanaannya
tahunnya sebanyak 6 persen dilakukan secara berurutan, terorganisir dan
(Rachmaningtyas, 2013). mempertahankan fokus pada inti
Terapi keluarga (family therapy) permasalahan keluarga dan individu.
adalah suatu teknik yang digunakan untuk Dukungan keluarga adalah bentuk
sebuah pendekatan psikoterapi yang bantuan yang diberikan salah satu anggota
membantu anggota keluarga mencapai keluarga untuk memberi kenyamanan fisik
pengertian yang mendalam dalam mengatasi dan psikologis pada saat seseorang
permasalahan mereka dan merubah perilaku mengalami sakit (Friedman, 2014).Keluarga
serta emosi dari yang disfungsi ke arah yang mempunyai peran yang sangat penting bagi
lebih sehat. Dengan menggunakan metode kelangsungan hidup penderita diabetes
ini, keluarga dapat memperlihatkan perlunya melitus. 3 Menurut penelitian yang
dasar dari fungsi untuk menyehatkan seluruh dilakukan Skarbec (2006),ditemukan bahwa
anggota keluarga. Sehingga terapi ini peran keluarga mempunyai hubungan yang
diperuntukkan bagi keluarga yang tidak kuat terhadap status kesehatan penderita DM,
mampu memperlihatkan fungsi dasar ini dimana kurangnya dukungan keluarga akan
secara adekuat (Shives, 1998). Didalam mempengaruhi kontrol gula darah dan
laporan kejadian pelaksanaan terapi keluarga menajemen DM sehingga kualitas hidup
yang dilaporkan oleh Straton dari Leed akan menurun. Dapat disimpulkan bahwa
Family Therapy dan Research Centre dukungan keluarga sangat penting dan
dikatakan bahwa pelaksanaan terapi berpengaruh terhadap kualitas hidup
keluarga sangat efektif untuk menolong penderita DM. Menurut Hensarling dalam
seseorang dengan masalah yang sangat Yusra (2011 ), ada 4 dimensi yang
kompleks dengan rentang yang sangat terkandung di dalam dukungan keluarga
bervariasi, mulai dari masalah kondisi anak meliputi dukungan emosional, dukungan

116
penghargaan, dukungan instrumental dan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Keluaga Inter-
dukungan informatif. Penderita DM vensi Berdasarkan usia
mempunyai dukungan keluarga yang baik Variabel Mean Median SD Min-
maka penderita akan melakukan sikap Maks
positif yaitu dengan melakukan aktivitas- Usia 28,44 32,0 14,14 12-48
aktivitas yang bermanfaat dan akan (Th)
meningkatkan kualitas hidupnya, sebaliknya
penderita DM yang minim atau tidak Berdasarkan tabel 1, diketahui rata-
mempunyai dukungan keluarga maka rata usia responden adalah 28,44 tahun
cenderung melakukan sikap negatif yaitu dengan standar deviasi 14,14. Gambaran
melakukan kegiatan yang merugikan diri distribusi karakteristik kelompok intervensi
sendiri dan akan menurunkan kualitas berdasarkan jenis kelamin, pendidikan,
hidupnya (Soegondo, 2006). pekerjaan, dan hubungan dalam anggota
keluarga dapat dilihat pada tabel 2.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden
intervensi semu (quasi experiment) dengan Kelompok Intervensi Berdasarkan Jenis
rancangan pre-post test with control group Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Hubungan
design untuk mengetahui pengaruh terapi dalam Keluarga
keluarga terhadap dukungan keluarga dalam
merawat klien dengan masalah perilaku No Karakteristi Frekuens Presentas
kekerasan. . k i (F) i (%)
Responden penelitian dibagi dalam 1. Jenis Kelamin
dua kelompok yaitu kelompok intervensi a. Laki-laki 5 55,6
(perlakuan) dan kelompok kontrol (tanpa b. Perempu- 4 44,4
perlakukan) kemudian intervensi terapi an 9 100
keluarga diberikan pada kelompok Jumlah
intervensi, sedangkan kelompok kontrol 2. Pendidikan
tidak mendapatkan intervensi terapi keluarga. a. SD 2 22,2
Subyek penelitian ini adalah 2 keluarga yang b. SMP 4 44,4
memenuhi kriteria inklusi. c. SMA 3 33,3
Teknik sampel yang digunakan d. Perguruan - -
adalah consecutive sampling yang terdiri Tinggi - -
dari 2 keluarga. Variabel terikat yang diukur e. Tidak 9 100
adalah perbedaan dukungan keluarga dalam sekolah
merawat klien dengan masalah DM. Jumlah
Pengambilan data dalam penelitian ini 3. Pekerjaan
dilaksanakan di Dusun Krajan Desa Serut a. Tidak 7 77,8
Kecamatan Panti Kabupaten Jember bulan Bekerja - -
Mei tahun 2018. b. Pegawai 1 11,1
negeri 1 11,1
HASIL PEMBAHASAN c. Pegawai 9 100
Gambaran karakteristik responden Swasta
keluarga yang memiliki anggota keluarga d. Wiraswast
dengan diabetes mellitus tpe 2 pada ke- a
lompok intervensi dan kelompok kontrol. Jumlah

117
4. Hubungan c. Laki-laki 5 71,4
dalam 2 22,2 d. Perempu- 2 28,6
keluarga 2 22,2 an 7 100
a. Suami 5 55,6 Jumlah
b. Istri 9 100 2. Pendidikan
c. Anak f. SD 3 42,9
Jumlah g. SMP 2 28,6
h. SMA 2 28,6
Tabel 2 didapatkan hasil bahwa dari i. Perguruan - -
9 anggota keluarga diketahui jenis kelamin Tinggi - -
responden sebagian besar jumlah laki-laki j. Tidak 7 100
sebanyak 5 orang (55,6%) dan perempuan sekolah
sebanyak 4 orang (44,4%). Tingkat Jumlah
pendidikan responden yang banyak dari 9 3. Pekerjaan
responden 4 orang (44,4%) pendidikan e. Tidak 5 71,4
terakhirnya adalah SMP. Pekerjaan Bekerja - -
responden terbanyak yaitu 7 orang (77,8%) f. Pegawai 1 14,3
tidak bekerja dari total 9 responden. negeri 1 14,3
Hubungan dalam angota keluarga sebagian g. Pegawai 7 100
besar adalah sebagai anak yakni 5 orang Swasta
(55,6%). h. Wiraswast
a
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Keluaga Jumlah
kontrol Berdasarkan usia 4. Hubungan
dalam 2 28,6
Variabel Mean Median SD Min- keluarga 2 28,6
Maks d. Suami 3 42,9
Usia 32,86 40,0 18,14 12-58 e. Istri 7 100
(Th) f. Anak
Jumlah
Berdasarkan tabel 3, diketahui rata-
rata usia responden kelompok kontrol adalah Tabel 4 didapatkan hasil bahwa dari
32,86 tahun dengan standar deviasi 18,14. 7 anggota keluarga diketahui jenis kelamin
Gambaran distribusi karakteristik kelompok responden sebagian besar jumlah laki-laki
kontrol berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 5 orang (71,4%) dan perempuan
pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dalam sebanyak 2 orang (28,6%). Tingkat
anggota keluarga dapat dilihat pada tabel 4. pendidikan responden yang banyak dari 9
responden 3 orang (42,9%) pendidikan
Tabel 4. Distribusi Karakteristik Responden terakhirnya adalah SD. Pekerjaan responden
Kelompok Intervensi Berdasarkan Jenis terbanyak yaitu 5 orang (71,4%) tidak
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Hubungan bekerja dari total 7 responden. Hubungan
dalam Keluarga dalam angota keluarga sebagian besar
adalah sebagai anak yakni 3 orang (42,9%).
No Karakteristi Frekuens Presentas
. k i (F) i (%) Dukungan Keluarga dalam Merawat
1. Jenis Kelamin Anggota Keluarga yang memiliki DM

118
Tipe 2 Kelompok Perlakuan 42,2 5,76
Pretest 45,00 36-48
Tabel 5. Perbedaan Nilai Dukungan 0 2
0,698
Keluarga Sebelum dan Setelah Pemberian 35,8 1,30
Terapi Edukasi Posttest 36,00 34-37
0 4

Min- p Tabel 6 menunjukkan bahwa terjadi


Variabel Mean Median SD
Maks value penurunan rata-rata nilai dukungan keluarga
Dukungan sebesar 6,4 yaitu dari 42,20 saat pretest
43,16 40,00 7,493 38-55
Pretest menjadi 35,80 pada saat posttest kelompok
0,001
Dukungan kontrol dengan standar deviasi 5,762 pada
56,29 56,00 2,059 54-60
Posttest pretest dan 1,304 pada posttest.

Tabel 4 menunjukkan terjadi Tabel 7. Perbedaan Kategori Dukungan


peningkatan rata-rata nilai dukungan Keluarga pretest dan posttest pada kelompok
keluarga sebesar 13,13 yaitu dari 43,16 control
sebelum diberikan terapi edukasi menjadi
56,29 setelah diberikan terapi edukasi. Kategori Pretest (%) Posttest (%)
p=0,001<α (α = 0,05) maka dapat Baik - 0% - 0%
disimpulkan bahwa ada perbedaan Kurang 5 100% 5 100%
signifikan antara nilai rata-rata dukungan
keluarga sebelum dan setelah diberikan Total 5 100% 5 100%
terapi edukasi pada responden kelompok
perlakuan. Tabel 7 menunjukkan jumlah responden
dengan dukungan keluarga kurang pada
Tabel 6. Perbedaan Kategori Dukungan kedua pretest dan posttest pada kelompok
Keluarga Sebelum dan Setelah penkes dan kontrol yaitu sebanyak 5 orang (100%).
latihan
Dukungan Keluarga Setelah terapi
edukasi pada Kelompok Perlakuan dan
Kategori Pretest (%) Posttest (%)
Kelompok Kontrol
Baik 2 28,6% 7 100% Tabel 8. Perbedaan Perilaku Lansia
Kurang 5 71,4% - 0% Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Total 7 100% 7 100% Setelah terapi edukasi

Tabel 6 menunjukkan jumlah Mean p


Variabel t
responden dengan dukungan keluarga Difference value
kategori baik bertambah dari 2 responden Difference
(28,6%) menjadi 7 responden (100%) pada Posttest-Pretest
kelompok perlakuan. antara ke-
20,456 19,488 0,001
lompok perla-
Dukungan Keluarga Kelompok Kontrol kuan dan
Tabel 7. Perbedaan Nilai Dukungan kontrol
Keluarga pretest dan posttest
Tabel 8 menunjukkan hasil uji t
Min- p independent terhadap variabel beda nilai
Variabe Media
Mean SD Mak valu dukungan keluarga pada kelompok
l n
s e perlakuan dan kelompok kontrol yaitu
119
p=0,001 (p < 0,05) bahwa terdapat diantaranya memberikan support,
perbedaan signifikan nilai dukungan penghargaan, perhatian. 3) Dukungan
keluarga antara kelompok perlakuan dan instrumental yaitu keluarga merupakan
kelompok kontrol. Nilai positif pada t sebuah sumber pertolongan praktis dan
menunjukkan bahwa nilai dukungan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita
keluarga lebih tinggi pada kelompok dalam hal kebutuhan makan dan minum,
perlakuan dibandingkan pada kelompok istirahat, terhindarnya penderita dari
kontol. Kesimpulan dari pernyataan tersebut kelelahan, serta 4) Dukungan emosional
adalah Ha diterima dan membuktikan yaitu keluarga sebagai tempat yang aman
terdapat pengaruh yang signifikan antara dan damai untuk istirahat dan pemulihan
terapi edukasi terhadap dukungan keluarga serta membantu penguasaan terhadap emosi.
dalam merawat anggota keluarga dengan Aspek-aspek dari dukungan emosional
diabetes melllitus tipe 2 di Desa Serut meliputi dukungan yang diwujudkan dalam
Kecamatan Panti Kabupaten Jember. bentuk afeksi, adanya kepercayaan,
perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
PEMBAHASAN Efektivitas dukungan keluarga
Karakteristik Responden dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya
Setelah dilakukan uji statistik T adalah Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
dependen dan independen yang didasarkan Faktor internal meliputi : 1) Tahap
pada taraf signifikan atau taraf kemaknaan perkembangan yang artinya dukungan dapat
adalah  < 0,05 dan didapatkan p = 0,001 ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini
maka Ha diterima dan Ho ditolak berarti adalah pertumbuhan dan perkembangan,
terbukti bahwa terapi edukasi keluarga dapat dengan demikian setiap rentang usia (bayi-
meningkatkan dukungan keluarga dalam lansia) memiliki pemahaman dan respon
merawat anggota keluarganya yang terhadap perubahan kesehatan yang berbeda
menderita DM tipe 2 di desa Serut, – beda. 2) Pendidikan atau Tingkat
Kecamatan Panti, Jember. Bentuk dukungan Pengetahuan dikarenakan keyakinan
keluarga yang diberikan kepada pasien seseorang terhadap adanya bentuk dukungan
adalah berupa 1) Dukungan informasional terbentuk oleh variabel intelektual yang
yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah terdiri dari pengetahuan, dan pengalaman
kolektor dan diseminator (penyebar) masa lalu. Kemampuan kognitif akan
informasi tentang dunia. Menjelaskan membentuk cara berfikir seseorang termasuk
tentang pemberian saran, sugesti, informasi kemampuan memahami faktor-faktor yang
yang dapat digunakan mengungkapkan suatu berhubungan dengan penyakit dan
masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah menggunakan pengetahuan tentang
dapat menekan munculnya suatu stressor kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.
karena informasi yang diberikan dapat 3) Faktor Emosi. Faktor emosional juga
menyumbangkan aksi sugesti yang khusus mempengaruhi keyakinan terhadap adanya
pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan dukungan dan cara melaksanakannya.
ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk Seseorang yang mengalami respon stress
dan pemberian informasi. 2) Dukungan dalam setiap perubahan hidupnya cenderung
penilaian atau penghargaan yaitu keluarga berespon terhadap berbagai tanda sakit,
bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan mungkin dilakukan dengan cara
balik, membimbing dan menengahi mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut
pemecahan masalah, sebagai sumber dan dapat mengancam kehidupannya. Seseorang
validator indentitas anggota keluarga yang secara umum terlihat sangat tenang

120
mungkin mempunyai respon emosional yang peningkatan pemeliharaan kesehatan secara
kecil selama ia sakit. Seorang individu yang kontinyu dapat merubah pandangan keluarga
tidak mampu melakukan koping secara dalam merawat anggota keluarganya yang
emosional terhadap ancaman penyakit menderita diabetes mellitus. Dukungan
mungkin akan menyangkal adanya gejala keluarga yang baik pada klien DM dalam
penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani terapi diet dan pengobatan
menjalani pengobatan. 4) Faktor Spiritual. membuat pasien Diabetes Mellitus menjadi
Aspek spiritual dapat terlihat bagaimana termotivasi untuk menjalani pola makan
seseorang menjalani kehidupannya, seimbang. Dalam penelitian ini, pasien
mencakup nilai dan keyakinan yang Diabetes Melitus merasakan bahwa
dilaksanakan, hubungan dengan keluarga keluarganya telah mampu mewujudkan
atau teman, dan kemampuan mencari dukungan keluarga baik secara dukungan
harapan dan arti dalam hidup. informasional, dukungan emosional,
Sedangkan Faktor eksternal meliputi : dukungan instrumental, dan dukungan
1) Praktik di Keluarga berupa cara penilaian. Penatalaksanaan Diabetes
bagaimana keluarga memberikan dukungan Mellitus adalah perencanaan makan (diet),
biasanya mempengaruhi penderita dalam latihan fisik, dan pengobatan. Dalam
melaksanakan kesehatannya. 2) Faktor menjalani terapi diet, dukungan dalam
sosial dan psikososial, yaitu faktor sosial keluarga sangatlah diperlukan agar pasien
dan psikososial dapat meningkatkan resiko Diabetes Mellitus merasa nyaman dan
terjadinya penyakit dan dapat tentraman untuk menjalani diet Diabetes
mempengaruhi cara seseorang Mellitus. Selain itu pasien Diabetes Mellitus
mendefinisikan dan bereaksi terhadap patuh dalam melaksanakan perintah,
penyakitnya. Variabel psikososial mentaati aturan dan disiplin dalam
mencakup : stabilitas perkawinan, gaya menjalankan program pengobatan yang
hidup, dan lingkungan kerja. Seseorang sudah ditentukan, sehingga komplikasi dapat
biasanya akan mencari dukungan dan dikendalikan.
persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini
akan mempengaruhi keyakinan kesehatan SIMPULAN
dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi Simpulan dari penelitian yaitu: 1)
tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan karakteristik responden pada kelompok
cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang kontrol dan intervensi menunjukkan rerata
dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari usia adalah 28 tahun dan 32 tahun; 2) Terapi
pertolongan ketika merasa ada gangguan edukasi berupa Pendkes tentang DM dapat
pada kesehatannya. 3) Latar belakang meningkatkan dukungan keluarga dalam
budaya. Latar belakang budaya mengendalikan hipertensi. Hal ini
mempengaruhi keyakinan, nilai, dan dikarenakan pemberian edukasi dan program
kebiasaan individu, dalam memberikan latihan rutin mampu memotivasi lansia
dukungan termasuk cara pelaksanaan untuk lebih memperhatikan perawatan
kesehatan pribadi. kesehatan serta dan memiliki kesadaran
Hasil penelitian menunjukkan ada untuk berperilaku sesuai dengan pola hidup
bukti bahwa terapi edukasi keluarga dapat sehat.
meningkatkan dukungan keluarga dalam
merawat klien dengan Diabetes Mellitus. SARAN
Hal ini disebabkan karena adanya pemberian Berdasarkan hasil penelitian ini
terapi edukasi baik itu berupa diit dan diharapkan keluarga lebih termotivasi untuk

121
memberikan dukungan yang diberikan Dashtbozorgi B, Chadirian F, Khajeddin N,
kepada pasien Diabetes Mellitus dalam Karami K. 2009. Effect of family
meningkatkan kepatuhan diet pada pasien psychoeducation on the level of
Diabetes Mellitus. adaptation and improvement of
Perawat diharapkan lebih termotivasi patients with mood disorders. Iran J
untuk meningkatkan pengetahuan keluarga Psychiat Clinical Psychol.
yang memiliki anggota keluarga yang Paddison C. 2010. Familly support and
menderita penyakit Diabetes Mellitus conflict among aduls with type 2
dengan cara memberikan terapi edukasi diabetes. Europ Diabet Nurs.
berupa pendidikan kesehatan maupun demo Sugiono 2014, Statistika Untuk Penelitian,
atau praktek perawatan klien diabetes Alfabeta, Bandung.
mellitus. Terapi edukasi yang telah diberikan Tanriverdi D, Ekinci M. 2012. The Effect
diharapkan dapat meningkatkan dukungan psychoeducation intervention has on
keluarga sehingga klien dengan DM dapat the caregiving burden of caregivers
menjalankan kepatuhan terapi for schizophrenic patients in Turkey.
pengobatannya. Int J Nurs Pract.
Williamson JD, Suplano MA, Aplegate WB,
UCAPAN TERIMA KASIH et al. 2016. Intensive vs standard
Penulis menyampaikan terima kasih blood pressure control and
kepada seluruh responden, dosen cardiovascular disease outcomes in
pembimbing, dan pihak Desa Serut adults aged ≥ 75 years: a randomized
Kecamatan Panti, Kabupaten Jember. clinical trial. JAMA.
Weiss J, Freeman M, Low A, et al. 2017.
Benefits and harms of intensive
KEPUSTAKAAN blood pressure treatment in adults
Bryant, L.L; Altpeter, M; Whitelaw, N.A. aged 60 years or older; a systematic
2006. Evaluation of Health review and meta-analysis. Ann Intern
Promotion Programs for older adults: Med.
an introduction.

122
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIPERTENSI DAN
PROGRAM LATIHAN TERPADU TERHADAP PERILAKU LANSIA DALAM
PENGENDALIAN HIPERTENSI DI DUSUN KARANGANOM DESA SERUT
KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER

(THE EFFECT OF AN INTEGRATED HELATH EDUCATION AND EXERCISE


PROGRAM ON ELDERLY BEHAVIOR IN HYPERTENSION CONTROL)

Yudha Jatmika1, Puspa Fitriyana2, Jamilatul Komari3, Chairun Nisak4, Novaria


Puspitasari5, Novita Nurkamilah6*, Siti Aisyah Asri7, Mayangga Sukmawati8,
Hanny Rasni9
Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450
*e-mail: novita.nurkamilah.28@gmail.com

ABSTRAK

Lanjut usia sangat erat hubungannya dengan terjadinya hipertensi. Penatalaksanaan hipertensi
dapat dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi. Salah satu penatalaksanaan non
farmakologi yaitu dengan pemberian edukasi dan olahraga/latihan secara rutin. Penelitian ini
bertujuan menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan tentang hipertensi dan program latihan
terpadu terhadap perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi. Penelitian ini menggunakan
metode quasi experimental dengan desain penelitian pre-test and post-test with control group
design. Dua puluh responden dalam penelitian ini dibagi menjadi 10 responden sebagai
kelompok intervensi dan 10 responden sebagai kelompok kontroll dengan teknik consequtive
sampling. Pendidikan kesehatan diberikan selama 4 sesi, kemudian diberikan program latihan
senam antihipertensi setiap minggu selama 4 kali. Data dianalisis menggunakan uji t
dependen dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil uji t dependen menunjukkan perbedaan
signifikan perilaku lansia antara pretest dan posttest pada kelompok intervensi (p=0,001),
sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan p=0,560. Selanjutnya, uji t independen
menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
(p=0,001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan pendidikan
kesehatan tentang hipertensi dan program latihan terpadu terhadap perilaku lansia dalam
pengendalian hipertensi. Perawat khususnnya perawat komunitas diharapkan menerapkan
program tersebut sebagai acuan untuk meningkatkan perilaku lansia dalam pengendalian
hipertensi.
Kata kunci: pendidikan kesehatan, latihan, perilaku lansia, hipertensi

ABSTRACT

Elderly is very related to the occurrence of hypertension. Management of hypertension can be


done pharmacologically and nonpharmacologically. One of non pharmacology management
is by giving education and exercise regularly. This research aimed to analyze the effect of an
integrated helath education and exercise program on elderly behavior in hypertension
control. This research was quasi experimental with non randomized control group pretest
posttest design. Twenty respondents in this study were divided into 10 respondents as the
intervention group and 10 respondents as the control group by consequtive sampling
technique. Health education was conducted in 4 sessions, then give antihypertention
gymnastic training program every week for 4 times. The data were analyzed by using
dependent t test and independent t test with significance level of 0.05. The result of t

123
dependent test showed significant difference of elderly behavior between pretest and posttest
in intervention group (p = 0,001), while in control group obtained p = 0,560. Furthermore,
independent t test showed a significant difference between intervention group and control
group (p=0.001). The results of this study indicates that there is a significant effect of health
education on hypertension and integrated exercise program on elderly behavior in
hypertension control. Special community nurses are expected to implement this program as a
reference to improve elderly behavior in the control of hypertension.
Keywords: health education, exercise, elderly behavior, hypertension

PENDAHULUAN makanan yang berisiko terjadi hipertensi


Lanjut usia akan mengalami seperti menyiapkan makanan rendah le-
penurunan fungsi tubuh akibat perubahan mak dan mengurangi garam pada
fisik, psikososial, kultural, spiritual. Peru- makanannya, serta membedakan makanan
bahan fisik akan mempengaruhi berbagai istrinya dengan makanannya terkait
system tubuh salah satunya adalah system banyaknya pemberian garam. Namun
kardiovaskuler. Masalah kesehatan akibat lansia masih belum tahu cara pengolahan
dari proses penuaan dan sering terjadi pada makanan yang benar. Selain itu, lansia ter-
sistem kardiovaskuler yang merupakan sebut masih kurang memahami perawatan
proses degeneratif, diantaranya yaitu pen- hipertensi dan apa saja yang harus
yakit hipertensi (Herlinah, dkk., 2013). dilakukan untuk mengendalikan hipertensi.
Menurut Kellicker (2010) menyatakan Tingkat pendidikan, komunikasi
bahwa hipertensi pada lansia merupakan dan informasi kebudayaan, dan pengala-
suatu keadaan yang ditandai dengan man pribadi seseorang akan
hipertensi sistolik diatas 140 mmHg dan mempengaruhi pengetahuan dan sikap dan
diastoliknya menetap atau kurang dari 90 perilaku tentang kesehatan. Dengan
mmHg yang memberi gejala yang ber- mendapatkan infomasi yang benar, di-
lanjut, seperti stroke, penyakit jantung harapkan lansia mendapat bekal penge-
coroner. tahuan yang cukup untuk dapat
Data kejadian hipertensi tahun melaksanakan pola hidup sehat dan dapat
2013 dengan menggunakan unit analisis menurunkan risiko penyakit degeneratif
individu menunjukkan bahwa secara na- terutama hipertensi dan penyakit kardio-
sional 25,8% penduduk Indonesia men- vaskular (Notoatmodjo, 2003).
derita penyakit hipertensi. Jumlah Posyandu lansia adalah pos pela-
penduduk yang menderita hipertensi terus yanan terpadu untuk masyarakat usia
berkembang dari 600 juta pada tahun 1980 lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah
menjadi 1 milyar jiwa pada tahun 2008 disepakati, yang digerakkan oleh masyara-
(WHO,2013). Prevalensi hipertensi di In- kat dimana mereka bisa mendapatkan pe-
donesia sebesar 26,5%. Prevalensi layanan kesehatan. Penelitian tentang
hipertensi di Jawa Timur didapatkan sebe- hipertensi pada lansia dilaksanakan di Po-
sar 26,2% (Riskesdas, 2013) syandu Lansia di Dusun Karanganom Desa
Berdasarkan hasil penjajakan di Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember
Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten yang, mengacu pada teori bahwa tekanan
Jember didapatkan 133 lansia. Rata-rata darah akan meningkat pada orang tua oleh
lansia mengeluhkan hipertensi. Berdasar- karena penyakit degeneratif. Berdasarkan
kan wawancara dengan lansia yang men- hal tersebut peneliti tertarik dan terdorong
galami hipertensi pada tanggal 6 Mei 2018 untuk mengadakan penelitian Pengaruh
di Dusun Krajan Desa Serut Kecamatan Pendidikan Kesehatan tentang Hipertens
Panti Kabupaten Jember menyatakan bah- dan Program Latihan terhadap Perilaku
wa mereka sudah berusaha memperhatikan Lansia dalam Pengendalian Hipertensi di
lansia dengan cara mengingatkan aturan

124
Dusun Karanganom Desa Serut Kecama- hidup seperti teknik-teknik mengurangi
tan Panti Kabupaten Jember. stress, penurunan berat badan, pembatasan
Menurut WHO (1999) dalam As- alkohol, olahraga/latihan, relaksasi
piani (2014) mengelompokkan usia lanjut merupakan intervensi wajib yang harus
berdasarkan usia biologis dibagi menjadi dilakukan pda setiap terapi antihipertensi.
empat kelompok yaitu usia pertengahan Modifikasi gaya hidup merupakan hal
(middle age) antara usia 45-59 tahun, yang sulit bagi individu karena harus
lanjut usia (elderly) berusia antara 60-74 mengubah kebiasaan yang menyenangkan
tahun, lanjut usia tua (old) berusia 75-90 (Potter & Perry, 2009).
tahun, dan usia sangat tua (very old) beru-
sia > 90 tahun. METODE
Tujuh kategori utama tugas Penelitian ini menggunakan desain
perkembangan lansia meliputi (Potter & quasi experimental dengan desain
Perry, 2005): menyesuaikan terhadap penelitian pre-test and post-test with
penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, control group design. Sampel penelitian
menyesuaikan terhadap masa pensiun dan yaitu 20 lansia yang terbagi menjadi 10
penurunan pendapatan, menyesuaikan lansia dalam kelompok kontrol dan 10
terhadap kematian pasangan, menerima lansia kelompok intervensi. Sampel
diri sendiri sebagai individu lansia, penelitian diambill sesuai dengan yang
mempertahankan kepuasan pengaturan memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi
hidup, mendefinisikan ulang hubungan yaitu lansia yang terdiagnosis hipertensi,
dengan anak yang dewasa, dan berusia 50-75 tahun, lansia bugar, anggota
menentukan cara untuk mempertahankan lansia yang teratur posyandu lansia, dan
kualitas hidup. bersedia menjadi responden. Kriteria
Semakin bertambahnya umur eksklusi dalam penelitian ini yaitu lansia
manusia, terjadi proses penuaan secara yang mengalami komplikasi penyakit dari
degeneratif yang akan berdampak pada hipertensi, lansia yang tidak
perubahan-perubahan berupa fisik, tetapi memungkinkan untuk melakukan senam,
juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual mengundurkan diri pada saat penelitian,
(Azizah, 2011). dan yang tidak mengikuti program sampai
Aspiani (2014), menyatakan selesai.
mengenai kondisi kesehatan lansia Teknik sampel yang digunakan
mengenai penyakit yang sering dialami adalah consecutive sampling. Pengambilan
salah satunya adalah hipertensi. Menurut data dalam penelitian ini dilaksanakan di
Joint National Committee 8 (2013), Dusun Karanganom Desa Serut
hipertensi terjadi apabila tekanan darah Kecamatan Panti Kabupaten Jember bulan
lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi Mei tahun 2018 dengan membagikan
adalah suatu keadaan dimana terjadi kuesioner pretest sebelum dilakukan
peningkatan tekanan darah secara perlakuan kemudian setelah diberikan
abnormal dan terus menerus pada beberapa perlakuan dilakukan pengukuran posttest
kali pemeriksaan tekanan darah yang untuk mengetahui akibat dari perlakuan
disebabkan satu atau beberapa faktor risiko tersebut. Kuesioner penelitian ini telah di
yang tidak berjalan sebagaimana mestinya Uji validitas dan Uji reliabilitas dengan
mempertahankan tekanan darah secara hasil yang didapatkan yaitu nilai r tabel >
normal (Wijaya, 2013). 0,800 sehingga dinyatakan valid.
Penatalaksanaan hipertensi dapat Intervensi yang diberikan berupa
dilakukan secara farmakologi dan non pendidikan kesehatan tentang hipertensi
farmakologi. Beberapa penelitian selama 4 sesi, setelah itu diberikan
menunjukkan bahwa pendekatan program latihan rutin yaitu senam
nonfarmakologis, dengan modifikasi gaya antihipertensi yang dilakukan selama 4

125
kali dalam sebulan. Kelompok Kelompok
Variabel perlakuan Kontrol
HASIL Jumlah % Jumlah %
Usia Responden Pendidikan
Tabel 1. Distribusi Usia Resonden Tidak sekolah 4 40 6 60
SD Sederajat 4 40 3 30
Variabel Mean SD Min- SMP Sederajat 2 20 1 10
Maks Total 10 100 10 100
Usia (tahun)
Kelompok 63,20 5,865 55-72 Tabel 3 menunjukkan pendidikan
perlakuan responden kelompok perlakuan sama besar
(n=15) antara tidak sekolah dan SD sederajat yaitu
Kelompok 64,10 8,346 52-75 sebanyak 4 responden (40%), sedangkan
kontrol (n=15) pendidikan responden kelompok kontrol
sebagian besar adalah tidak sekolah yaitu
Tabel 1 menunjukkan Rata-rata usia sebanyak 6 responden (60%).
responden kelompok perlakuan yaitu 63,20
tahun, sedangkan rata-rata usia responden Perilaku lansia dalam pengendalian
kelompok kontrol yaitu 64,10 tahun. Usia hipertensi Kelompok Perlakuan
responden paling muda yaitu 52 tahun dan Tabel 4. Perbedaan Nilai Peilaku lansia
paling tua 75 tahun. Sebelum dan Setelah Penkes dan Latihan

Jenis kelamin Responden Min- p


Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Variabe
Mean Median SD Mak value
Responden l
s
Perilaku 18,9 3,31 13-
Kelompok Kelompok 19,00
Pretest 0 5 24
perlakuan Kontrol 0,001
Variabel Perilaku 25,7 1,33 24-
Jumla 25,50
Jumlah % % Posttest 0 7 28
h
Jenis Tabel 4 menunjukkan terjadi
Kelamin peningkatan rata-rata nilai perilaku lansia
Laki-laki 1 10 3 30 sebesar 6,80 yaitu dari 18,90 sebelum
Perempua 9 90 7 70 diberikan Penkes dan Latihan menjadi
n 25,70 setelah diberikan Penkes dan
Total 10 100 10 100 Latihan. p=0,001<α (α = 0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan
Tabel 2 menunjukkan responden signifikan antara nilai rata-rata perilaku
kelompok perlakuan memiliki jumlah lansia sebelum dan setelah diberikan
perempuan lebih banyak dibandingkan Penkes dan Latihan pada responden
laki-laki, yaitu laki-laki 1 orang (10%) dan kelompok perlakuan.
perempuan 9 orang (90%). Kelompok
kontrol memilki jumlah peremuan lebih Tabel 5. Perbedaan Kategori Perilaku
banyak dibandingkan dengan laki-laki, Lansia Sebelum dan Setelah penkes dan
yaitu perempuan sebanyak 3 orang (30%) latihan
dan laki-laki sebanyak 7 orang (70%).
Kategori Pretest (%) Posttest (%)
Pendidikan Responden Baik 5 50% 10 100%
Tabel 3. Distribusi Pendidikan Responden
Sedang 5 50% 0 0%

126
Total 10 100% 10 100% Kontrol Setelah penkes dan latihan
Mean p
Variabel t
Tabel 5 menunjukkan jumlah Difference value
responden dengan tingkat Perilaku Lansia Difference
kategori baik bertambah dari 5 responden Posttest-
(50%) menjadi 10 responden (100%) pada Pretest antara
6,300 7,118 0,001
kelompok perlakuan. kelompok per-
lakuan dan
Perilaku Lansia Kelompok Kontrol kontrol
Tabel 6. Perbedaan Nilai Perilaku Lansia
pretest dan posttest Tabel 8 menunjukkan hasil uji t
independent terhadap variabel beda nilai
Min- p Perilaku Lansia pada kelompok perlakuan
Variabe dan kelompok kontrol yaitu p=0,001 (p <
Mean Median SD Mak value
l 0,05) bahwa terdapat perbedaan signifikan
s
Perilaku nilai Perilaku Lansia antara kelompok
19, 1,8 18- perlakuan dan kelompok kontrol. Nilai
Lansia 19,00
30 89 24 positif pada t menunjukkan bahwa nilai
Pretest
0,560 Perilaku Lansia lebih tinggi pada
Perilaku
19, 2,4 16- kelompok perlakuan dibandingkan pada
Lansia 20,00
40 59 23 kelompok kontol. Kesimpulan dari
Posttest
pernyataan tersebut adalah Ha diterima
Tabel 6 menunjukkan bahwa terjadi dan membuktikan terdapat pengaruh yang
peningkatan rata-rata nilai Perilaku Lansia signifikan antara penkes dan latihan
sebesar 0,10 yaitu dari 19,30 saat pretest terpadu terhadap Perilaku Lansia dalam
menjadi 19,40 pada saat posttest kelompok pengendalian hipertensi pada lansia di
kontrol dengan standar deviasi 1,889 pada Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten
pretest dan 2,459 pada posttest. Jember.

Tabel 7. Perbedaan Kategori Perilaku PEMBAHASAN


Lansia pretest dan posttest Karakteristik Responden
Rata-rata umur responden pada
Kategori Pretest (%) Posttest (%) kelompok kontrol dan intervensi adalah 64
tahun dan 63 tahun yang termasuk dalam
Baik 3 30% 6 60%
kategori usia lansia. Usia tersebut
Distress merupakan usia yang harus menyesuaikan
7 70% 4 40%
Sedang dengan perubahan fisik sering terjadinya
Total 10 100% 10 100% penuaan sistem tubuh, perubahan
penampilan dan fungsi. Perubahan yang
Tabel 7 menunjukkan jumlah terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,
responden dengan tingkat Perilaku Lansia sosial, dan psikologis. Masalah perubahan
kategori baik bertambah dari 3 responden sosial serta reaksi individu terhadap
(30%) menjadi 6 responden (50%) pada perubahan sangat beragam, bergantung
kelompok kontrol. pada kepribadian individu yang
bersangkutan. Usia merupakan salah satu
Perilaku Lansia Setelah penkes dan faktor yang dapat menyebabkan
latihan pada Kelompok Perlakuan dan munculnya penyakit tekanan darah [1].
Kelompok Kontrol Lansia harus belajar menerima aktivitas
Tabel 8. Perbedaan Perilaku Lansia dan minat baru untuk mempertahankan
Kelompok Perlakuan dan Kelompok kualitas hidupnya akibat perubahan

127
fisiologi pada lanjut usia adalah usia [2]. pendidikan akan menghasilkan perubahan
Menurut penelitian yang telah dilakukan atau peningkatan pengetahuan individu.
oleh Manimuda,et al. (2011), bahwa
semakin bertambahnya usia seseorang Perilaku lansia dalam pengendalian
semakin berisiko terkena hipertensi . hipertensi Kelompok Perlakuan
Berdasarkan penelitian yang Berdasarkan hasil penelitian ini
didapatkan, jenis kelamin responden terdapat perbedaan perilaku lansia sebelum
penelitian pada kelompok control dan dan setelah diberikan pendkes tentang
intervensi yaitu perempuan. Sesuai dengan hipertensi dan program latihan terpadu.
penelitian Irza, bahwa prevalensi Sebelum diberikan intervensi didapatkan
hipertensi lebih banyak pada wanita perilaku lansia dalam mengendalikan
(66,67%) dari pada laki-laki (33,33%). hipertensi yaitu 50% dalam kategori baik
Selaras dengan teori kerja hormon bahwa dan 50% dalam kategori sedang.
semakin bertambahnya usia, hormon Sedangkan setelah diberikan intervensi
esterogen tidak mampu menghasilkan didapatkan 100% perilaku lansia dalam
High-Density Lipoprotein (HDL) dalam kategori baik.
jumlah banyak, sehingga besar untuk Intervensi yang diberikan pada
terjadi kemungkinan aterosklerosis akibat kelompok intervensi yaitu sebuah
meningkatnya Low-Density Lipoprotein pendidikan kesehatan tentang hipertensi
(LDL). Lesi aterosklerotik ini dapat yang diberikan selama 4 sesi seminggu 2
mengurangi aliran darah ke ginjal. Ginjal kali pertemuan dan dilanjutkan seminggu
mengaktifkan Angiotensin II (merupakan satu kali program latihan yaitu senam
vasokonstriktor yang kuat) dan mendorong antihipertensi. Pemberian interevensi
retensi garam dan air sewaktu tersebut pada kelompok perlakuan dapat
pembentukan urin. Sehingga volume darah menjadikan klien belajar bagaimana
bertambah untuk mengompensasi memecahkan masalahnya terkait hipertensi
berkurangnya aliran darah ginjal. dan berperilaku sehat, sehingga
Peningkatan volume darah dan pengetahuan klien terkait pengendalian
vasokonstriksi aliran darah ini sebagai hipertensi dapat meningkat. Semakin
penyebab meningkatnya tekanan darah meningkat pengetahuan klien mengenai
arteri secara keseluruhan. pengendalian hipertensi, maka semakin
Pendidikan responden penelitian meningkat pula keberhasilannya dalam
ini paling banyak yaitu SD sederajat. berperilaku mengendalikan hipertensi.
Pendidikan seseorang merupakan salah
satu proses perubahan tingkah laku, Perilaku lansia dalam pengendalian
semakin tinggi pendidikan seorang hipertensi Kelompok Kontrol
semakin banyak pula pengetahuan yang Berdasarkan hasil penelitian ini
dimiliki nya, sebaliknya semakin rendah didapatkan bahwa ada perbedaan
pendidikan seseorang akan menghambat signifikan antara perilaku lansia dalam
perkembangan sikap seseorang terhadap mengendalikan hipertensi saat pretest dan
nilai-nilai yang baru diperkenalkan postest pada responden kelompok kontrol.
Tingkat pendidikan lansia termasuk dalam Penelitian ini didapatkan peningkatan
kategori rendah, yaitu terdiri dari tidak perilaku lansia dalam mengendalikan
sekolah dan tingkat sekolah dasar hal ini hipertensi pada kelompok kontrol.
akan berpengaruh terhadap tingkat Kelompok kontrol tidak diberikan
pengetahuan lansia terhadap penyakit yang penkes dan program latihan senam
diderita. Pendidikan dapat menjadi tolak hipertensi. Klien melakukan aktivitas
ukur kemampuan lansia dalam berinteraksi seperti biasa sehari-hari selama di rumah.
secara efektif dan dalam jangka pendek Adanya peningkatan ini dimungkinkan
oleh salah satu factor yang didapatkan dari

128
hasil wawancara. Beberapa responden lalu dilanjutkan dengan sesi program
mengatakan bahwa sebelumnya mereka latihan terpadu yang dilakukan rutin
mendapatkan pendidikan kesehatan selama 4 kali (seminggu satu kali). Hal ini
mengenai diet hipertensi dan senam dilakukan dengan harapan setelah
antihipertensi dari tenaga kesehatan responden mendapatkan pengetahuan
maupun mahasiswa yang pernah praktek di dapat membentuk sikap yang nantinya
desanya. dapat diaplikasikan dengan sebuah
perilaku sehat dalam mengendalikan
Pengaruh penkes dan latihan terhadap hipertensi.
perilaku lansia dalam mengendalikan
hipertensi SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data pada Simpulan dari penelitian yaitu: 1)
Tabel 8, menunjukkan bahwa perilaku diet karakteristik responden pada kelompok
hipertensi mengalami peningkatan setelah control dan intervensi menunjukkan rerata
diberikan penkes tentang hipertensi dan adalah 64 tahun dan 63 tahun; 2) Pendkes
program latihan terpadu berupa senam tentang hipertensi dan program latihan
antihipertensi dengan nilai p=0,001 (p < terpadu dapat meningkatkan perilaku
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa penkes lansia dalam mengendalikan hipertensi.
tentang hipertensi dan program latihan Hal ini dikarenakan pemberian edukasi
terpadu berpengaruh terhadap peningkatan dan program latihan rutin mampu
perilaku lansia dalam mengendalikan memotivasi lansia untuk lebih
hipertensi. Pendidikan kesehatan dengan memperhatikan perawatan kesehatan serta
materi yang menggunakan bahasa dan memiliki kesadaran untuk berperilaku
sederhana dan mudah dipahami oleh sesuai dengan pola hidup sehat. 3) terdapat
responden dapat meningkatkan perilaku pengaruh yang bermakna pemberian
lansia dalam mengendalikan hipertensi. pendkes tentang hipertensi dan program
Selaras dengan penelitian oleh latihan terpadu terhadap perilaku lansia
Thiboutot, et al., bahwa pendidikan dalam mengendalikan hipertensi dari
kesehatan dengan menggunakan dapat tingkat perilaku sedang menjadi tingkat
menurunkan tekanan darah serta dapat perilaku baik. p-value = 0,001 (α ≤ 0,05).
mengontrol diet pasien. Selain itu,
Kelders, Pijnen, Werkman, Nijland dan SARAN
Seydel menjelaskan bahwa pendidikan Penelitian ini memberikan
kesehatan menggunakan web dapat pemahaman baru terhadap pengaruh
meningkatkan perilaku diet dan pendkes tentang hipertensi dan program
pengetahuan tentang perilaku yang sehat. latihan terpadu terhadap perilaku lansia
Penkes berisi tentang pengertian, dalam mengendalikan hipertensi. Sehingga
klasifikasi, faktor penyebab, perjalanan diperlukan adanya pemberian informasi
penyakit, tanda dan gejala, faktor risiko, kepada masyarakat, tenaga kesehatan, dan
komplikasi, dan penatalaksanaan kader terkait hasil tersebut.
hipertensi, dan prosedur senam Penelitian ini juga dapat dijadikan
antihipertensi yang ditampilkan dengan pedoman bagi keperawatan untuk lebih
bahasa yang mudah dipahami dan disertai giat dan aktif dalam perannya sebagai
gambar-gambar untuk menunjang konten perawat komunitas untuk meningkatkan
informasi yang disampaikan, selain itu upaya promotif dan preventif bagi
sumber informasi diambil dari jurnal dan peningkatan derajat kesehatan keluarga
text book yang telah dipadukan, sehingga melalui edukasi, dan pemeliharaan
mudah dipahami dan berakurasi tinggi. perawatan lansia yang dapat menjadi
Setelah diberikan edukasi selama 4 sesi, kegiatan dalam posyandu lansia.
diharapkan pengetahuan pasien bertambah,

129
tervention aimed at healthy dietary
and physical activity behavior: a
UCAPAN TERIMA KASIH randomized controlled trial about
Penulis menyampaikan terima users and usage. Journal of Medical
kasih kepada seluruh responden, dosen Internet Research..
pembimbing, dan pihak Desa Serut Paddison C. 2010. Familly support and
Kecamatan Panti, Kabupaten Jember. conflict among aduls with type 2
diabetes. Europ Diabet Nurs.
KEPUSTAKAAN Park, Y. H., et al. 2011.The effects of an
Bryant, L.L; Altpeter, M; Whitelaw, N.A. integrated health education and ex-
2006. Evaluation of Health Promo- ercise program in community-
tion Programs for older adults: an dwelling older adults with hyper-
introduction. tension: A randomized controlled
Cortas, K. 2008. Hypertension. Last up- trial.
date May 11 2008. Diakses 12 Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari
Mei 2018, dari htt Sel ke Sistem (6th.ed.). Jakarta:
p//:www.emedicine.com EGC
Dashtbozorgi B, Chadirian F, Khajeddin N, Sugiono 2014, Statistika Untuk Penelitian,
Karami K. 2009. Effect of family Alfabeta, Bandung.
psychoeducation on the level of Tanriverdi D, Ekinci M. 2012. The Effect
adaptation and improvement of pa- psychoeducation intervention has
tients with mood disorders. Iran J on the caregiving burden of care-
Psychiat Clinical Psychol. givers for schizophrenic patients in
Firmawati, E; Rasyid, Z. M; Santosa, T. Turkey. Int J Nurs Pract.
2014. Pengaruh Blog Edukatif Ten- Weiss J, Freeman M, Low A, et al. 2017.
tang Hipertensi Terhadap Penge- Benefits and harms of intensive
tahuan Tentang Hipertensi dan blood pressure treatment in adults
Perilaku Diet Hipertensi pada aged 60 years or older; a systematic
Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja review and meta-analysis. Ann In-
Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta tern Med.
Irza, S. 2009. Analisis Faktor Risiko Williamson JD, Suplano MA, Aplegate
Hipertensi Pada Masyarakat Nagari WB, et al. 2016. Intensive vs
Bungo Tanjung, Sumatera Barat. standard blood pressure control and
Tesis strata satu, Universitas Su- cardiovascular disease outcomes in
matera Utara. adults aged ≥ 75 years: a random-
Kelders, S.M., Pijnen, J.E., Werkman, A., ized clinical trial. JAMA.
Nijland, N., & Seydel, E.R. 2011.
Eff ectiveness of a web-based in-

130
PENGARUH KASIMAZI (KELAS MODIFIKASI MAKANAN BERGIZI) TERHADAP
PERILAKU IBU MEMBERIKAN NUTRISI KEPADA BALITA

(THE EFFECT KASIMAZI (CLASSIFICATION OF NUTRITIOUS FOODS) AGAINST


MOTHER BEHAVIOR NUTRITION TO TODDLERS)

Yudha wahyu Jatmika1*, Puspa Fitriyana2, Jamilatul Komari3, Chairun Nisak4,


Novaria Puspitasari5, Novita Nurkamilah6, Siti Aisyah Asri7, Mayangga Sukmawati8,
Hanny Rasni9
1,2,3,4,5,6,7,8,9
Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450
e-mail: yudhawahyujatmika@yahoo.com

ABSTRAK

Anak Usia 3-5 tahun merupakan tahapan dimana anak mengalami tumbuh kembang dan aktivitas
yang pesat sehingga asupan nutrisi akan meningkat. Anak di usia ini masih bergantung pada
orang tua dalam hal pemberian makan, anak sudah bisa memilih makanan yang disukainya.
Peran orang tua sangat menentukan asupan nutrisi pada anak, Penelitian ini menggunakan
metode quasi experimental dengan desain penelitian one group Pretest Posttest. Teknik sampel
yang digunakan adalah .pos gizi dilakukan setiap hari minggu selama 1 bulan (4 kali pertemuan) .
Data dianalisis dengan menggunakan uji t dependen dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil uji t
dependen menunjukkan perbedaan signifikan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi
antara pretest dan posttest (p=0,000). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan setelah dilakukan kasimazi (kelas modifikasi makanan bergizi) terhadap perilaku ibu
memberikan nutrisi kepada balita. pos gizi dapat meningkatkan pemahaman dan merubah
perilaku dari orang tua dalam memberikan gizi bagi anaknya. Sehingga diharapakan adanya pos
gizi disetiap posyandu dan rutin diadakan untuk meningkatkan status gizi bagi masyarakat.
Kata kunci: pos gizi, nutrisi, perilaku ibu, pemberian nutrisi

ABSTRACT

Children aged between three and five years is the phase where the experienced are sprouting and
activities are rapidly so that nutritional intake will increase .Children in this age still relied on
older people in thing furnishing the eat , the child has been to be able to choose food in spite
of .The role of parents are very determine nutritional intake in children , a method of
experimental quasi was used in the study with a design research one group pretest
posttest .Sample technique that is used is .pos nutrition done every day week for one month ( 4
times a meeting ) .The data were analyzed using dependent t test and reason 0.05 significance .T
testing shows dependent elderly behavior show significant differences in controlling
hypertension between pretest and posttest ( p = 0,000 ) .This research result indicates that there
are significant impact following the completion of kasimazi ( class modification of nutritious
food behavior mother to provide nutrients to the toddlers . Nutrition posts can improve
understanding and change the behavior of parents in providing nutrition to their children .So
that is expected the post nutrition luminance posyandu and always held to improved the
nutritional status for the community

131
Keywords: Nutrition post, nutrition, mother behavior , providing nutrition
PENDAHULUAN sesuai akan menyebabkan anak kekurangan
Asupan nutrisi pada anak memegang gizi (Sulistyoningsih dalam Purwani, 2013).
peranan penting dalam optimalisasi Salah satu peran orang tua
tumbuh kembang pada anak bertanggung jawab atas pemenuhan nutrisi
(Sulistyoningsih, 2011). Keadekuatan pada anaknya, keinginan orang tua untuk
asupan nutrisi pada anak dapat dinilai memenuhi kebutuhan nutrisi anaknya
dengan keadaan status gizi yang ditandai sering kali melatarbelakangi praktik
dengan anak kurus, normal, dan gemuk pemberian makan yang kurang tepat. Hal ini
(Sulistyoningsih, 2011; Supriasa, 2012). menimbulkan praktik yang berbeda-beda
Asupan nutrisi yang kurang akan dalam melakukan pemberian makan pada
menyebabkan kondisi kesehatan anak anak. Praktik pemberian makan yang kurang
menjadi kurang baik, gangguan tepat antara lain selalu memenuhi
pertumbuhan dan perkembangan, serta dapat kemauan anak untuk mengkonsumsi
menyebabkan kematian (Barasi, E.M, makanan yang ia inginkan, bahkan
2009). Balita yang kekurangan nutrisi melakukan pemaksaan pada anak untuk mau
mudah terkena infeksi dan berpengaruh pada mengkonsumsi makanan tertentu (Musher-
nafsu makan, jika pola makan tidak Eizman & Holub, 2007).
terpenuhi maka tumbuh kembang anak Berdasarkan hasil observasi tanggal
akan terganggu (Sulistyoningsih dalam 28 Juni 2016 pada 10 ibu di Pos Gizi Desa
Purwani, 2013). Tegal Kunir Lor daerah Mauk didapatkan
Data yang didapat dari Badan jumlah prevalensi anak usia 3-5 tahun
Penelitian dan Pengembangan Kementerian sebanyak 555 anak atau sebanyak 12 anak
Kesehatan Republik Indonesia (2013), yang memiliki status gizi kurang. Hal ini
jumlah prevalensi balita kurus sebesar karena orang tuabanyak yang membiarkan
12,1%. Hal ini dibuktikan dengan jumlah apapun makanan yang dikonsumsi
kasus gizi kurang di Daerah Mauk pada anaknya, banyak orangtua yang
tahun 2015 berada di peringkat ke-4 di menyajikan makanan siap saji. Tiga ibu
Kabupaten Tangerang sebesar16,21% atau mengatakan tidak pernah melibatkan anak
sebanyak 6.784 balita (Badan Penelitian dalam menyiapkan makanan sehari-hari
Statistik Kab. Tangerang Tahun 2015). Data dengan alasan takut anaknya terkena api
ini masih cukup tinggi dan hampir semua atau menghambat ibu memasak, namun
kelompok umur mengalami masalah jika ibu berbelanja untuk kebutuhan
kebutuhan pemenuhan nutrisi, terutama pada pangan anak selalu diajak. Lima orang ibu
anak usia 3-5 tahun rentan mengalami gizi mengatakan sering memberikan pelukan,
kurang (Marimbi, 2010). hadiah, dan ciuman jika anaknya
Anak Usia 3-5 tahun merupakan menghabiskan makanan yang dimakan, ibu
tahapan dimana anak mengalami tumbuh juga selalu memberikan contoh makanan
kembang dan aktivitas yang pesat sehingga sehat seperti lauk-pauk, buah-buahan serta
asupan nutrisi akan meningkat. Anak di sayur-sayuran maka anak akan mengikuti
usia ini masih bergantung pada orang tua apa yang dimakan ibunya.
dalam hal pemberian makan, anak sudah Puskesmas Mauk menerapkan
bisa memilih makanan yang disukainya. program Pos Gizi di beberapa desa untuk
Peran orang tua sangat menentukan asupan menanggulangi rawan gizi. Dengan
nutrisi pada anak, asupan nutrisi yang tidak pendekatan Pos Gizi dapat mendorong
terjadinya perubahan perilaku, selain itu di

132
harapkan melalui program ini anak anak 2004). Prinsip dari Pos Gizi adalah bahwa
yang kurang gizi dapat berubah ke status kemiskinan bukanlah penyebab utama
gizi baik. Salah satu desa yang memiliki kekurangan gizi, karena ditemukan beberapa
angka malnutrisi di kabupaten mauk yang keluarga miskin yang anaknya sehat (gizi
menerapkan Pos Gizi yaitu Desa Tegal baik) karena menerapkan pola asuh yang
Kunir Lor. baik. Kekurangan gizi pada umumnya
Status gizi adalah suatu ukuran disebabkan oleh praktek pemberian makan
mengenai kondisi tubuh seseorang yang atau pola asuh yang tidak benar, dengan
dapat dilihat dari makanan yang adanya program Pos Gizi maka diharapkan
dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di kurang gizi bisa teratasi dengan perubahan
dalam tubuh. Untuk menentukan perilaku. Pada saat kegiatan Pos Gizi orang
klasifikasi status gizi harus memiliki tua belajar perilaku positif bersama-sama
ukuran baku yang sering disebut reference. dan mempraktekannya dirumah (Core,
Baku antropometri yang sering digunakan di 2003).
Indonesia yaitu World Health Organization-
National Centre for Health Statistik (WHO- METODE
NCHS). Berdasarkan baku WHO-NCHS Desain penelitian adalah suatu
status gizi dibagi menjadi empat yaitu, gizi strategi untuk mencapai tujuan penelitian
lebih (over weight), gizi baik (well yang telah ditetapkan dan berperan sebagai
nourished), gizi kurang (under weight), dan pedoman atau penuntun peneliti pada
gizi buruk (severe PCM) (Supariasa et al, seluruh proses penelitian. Desain dalam
2013). penelitian ini adalah deskriptif korelasi
Menurut UNICEF (1998) dalam dengan menggunakan pendekatan cross
Supariasa (2012), menggambarkan faktor sectional. Hal ini dilakukan untuk
yang berhubungan dengan status mengetahui hubungan antar variabel dimana
gizi,pertama penyebab langsung adalah variabel independen dan variabel dependen
konsumsi makanan diidentifikasi pada satu satuan waktu
dan penyakit infeksi. Kedua penyebab tidak (Dharma. 2011).
langsung yaitu ketahanan keluarga yang Penyebaran kuesioner pebelitian ini
memadai, pola pengasuhan anak kurang dilakukan pada 3 Juni 2018 terhadap 15
memadai, tingkat pendapatan, pengetahuan responden di Posyandu di dusun karang
gizi, sanitasi lingkungan, umur, jenis anom. Pada penelitian ini dilakukan uji
kelamin dan aktivitas. instrument penelitian yaitu menggunakan
Pos Gizi adalah alat menggerakan kuesioner pemberian nitrisi pada balitanya
masyarakat untuk bekerja dengan Kuesioner ini merupakan kuesioner dari
melibatkan berbagai lapisan sosial di penelitian sebelumnya, yaitu oleh ermawati
masyarakat tersebut, agar bekerjasama L, 2008 dengan judul faktor-faktor yang
mengatasi masalah dan menemukan solusi mempengaruhi pola pemberian makanan
sari dalam masyarakat mereka sendiri. balita pada keluarga petani di dusun
Pendekatan ini menitikberatkan pada mandungan srimartani piyungan bantul
upaya memaksimalkan sumber 25 daya,
keterampilan dan startegi yang ada untuk HASIL
mengatasi suatu permasalahan dan Karakteristik Demografi
memanfaatkan metodologi partisipasi Hasil analisis karakteristik responden
secara luas dan proses atau partisipatory menggambarkan distribusi responden
learning and action (PD dan Heart USAID, berdasarkan usia dan pendidikan.

133
Karakteristik umum responden dapat Mean N Std. Std. Error
digambarkan sebagai berikut: Devia Mean
Tabel 5.1 Karakteristik responden Dusun tion
Krajan, Desa Serut, Kecamatan Panti, Pre test 53.06 15 2.40 0.62
Kabupaten Jember Tahun 2018. Post test 69.143 15 2.35 0.60

Frequency Percent Cumulativ Berdasarkan tabel 5.3 diketahui


e Percent bahwa terjadi peningkatan rata-rata nilai
SD 5 33.3 33.3 sebesar 16.083 dari nilai 53.06 menjadi
SMP 10 66.6 100.0 69.143 setelah dilakukan intervensi
Total 15 100.0
Tabel 5.4 Pengaruh kasimazi (kelas
Tabel 5.2 Karakteristik responden modifikasi makanan bergizi) terhadap
berdasarkan usia di desa Serut, Kecamatan perilaku ibu memberikan nutrisi kepada
Panti, Kabupaten Jember Tahun 2018 balita

Frequency Percent Cumulativ Paired


e Percent Differences Sig. (2-
t
21 4 26.7 26.7 tailed)
Mean SD
22 2 13.3 40.0
23 2 13.3 53.3 pretest -
-16.06 2.153 -28.89 0.000
25 1 6.7 60.0 posttest
27 1 6.7 66.7
28 1 6.7 73.3 Tabel 5.3 menjelaskan bahwa hasil
32 1 6.7 80.0 uji t-test yaitu p=0,000 < 0.050 hal ini
33 1 6.7 86.7 berarti bahwa ada pengaruh yang bermakna
34 1 6.7 93.3 setelah dilakukan kasimazi (kelas modifikasi
36 1 6.7 100.0 makanan bergizi) terhadap perilaku ibu
memberikan nutrisi kepada balita
Total 15 100.0
PEMBAHASAN
Pengaruh Kasimazi (Kelas Karakteristik Responden
Modifikasi Makanan Bergizi) Terhadap Rata-rata umur responden adalah 21
Perilaku Ibu Memberikan Nutrisi Kepada tahun sebanyak 4 orang dan termasuk pada
Balita usia dewasa awal. Selanjutnya usia rata –
Penelitian ini bertujuan untuk rata 22 dan 23 sebanyak masing-masing 2
menganalisis pengaruh Kasimazi (Kelas orang. Dan sisanya tersebar diantara usia 25-
Modifikasi Makanan Bergizi) Terhadap 36 tahun yaitu sebanyak 7 orang. Dari data
Perilaku Ibu Memberikan Nutrisi Kepada diatas didapatkan bahwa sia responden
Balita sebagian besar berada di usia dewasa muda.
Pada tahun perkembangan, tugas-tugas
tabel 5.3 hasil pretest dan pretest kasimazi perkembangan dewasa awal yaitu menjadi
(kelas modifikasi makanan bergizi) terhadap warga negara yang baik, mencari pekerjaan,
perilaku ibu memberikan nutrisi kepada mencari pasangan hidup, menikah dan
balita mengasuh anak (Sari, 2012). Sehingga pada
tahap ini seseorang akan mulai untuk

134
mempunyai peran pengasuhan anak. tepat pada anak, tentukan jumlah kebutuhan
Individu dewasa awal yang menjadi nutrisi dan tentukan pula jenis bahan
orangtua memiliki tugas perkembangan, makanan yang dapat dipilih untuk diolah
salah satunya adalah sesuai dengan menu yang diinginkan
membesarkan atau mengasuh anak-anak (Supartini, 2004). Karena agar tercapai
Sebagian besar responden yaitu 10 orang tingkat kesehatan yang optimal diperlukan
atau 66.6% memiliki pendidikan sampai asupan energi yang seimbang dengan
SMP dan sebesar 33.3% atau 5 orang pengeluaran energi. (Francin Paat, 2005)
mempunyai pendidikan sampai SD. Hal ini Pada masa ini orangtua khususnya
berarti tingkat pemahaman dan pengetahuan seorang ibu harus selalu memperhatikan
responden sudah dapat dikatakan cukup. kualitas dan kuantitas makanan yang
Karena sebagaian besar responden telah dikonsumsi oleh anak dengan membiasakan
menempuh wajib belajar 9 tahun. pola makan yang seimbang dan teratur
Berdasarkan hasil penelitian setiap hari sesuai dengan tingkat
didapatakan peningkatan nilai dari hasil pre kecukupannya. Balita masih belum bisa
test dan post test dari ibu. Dapat dikatakan mengurus dirinya sendirinya dengan baik
ada peningkatan atau peruubahan prilaku dan belum bisa berusaha mendapatkan
dari ibu dalam memberikan makanan bagi sendiri apa yang diperlukannya untuk makan
balitanya. Dan didapatkan nilai p sebesar (naya,2006). Sehingga diperlukan peran
0.000 dimana p<0.05 yang berarti ada besar dari orag tua terutama ibu dalam
pengaruh sebelum diberikan pengaruh pemenuhan nutrisi bagi balitanya.
kasimazi (kelas modifikasi makanan bergizi)
terhadap perilaku ibu memberikan nutrisi SIMPULAN
kepada balita. Hasil penelitian ini sejalan Simpulan dari penelitian yaitu: 1)
dengan hasil penelitian karakteristik responden menunjukkan rerata
yang dilakukan oleh Dasuki 2012 yang berada pada masa dewasa awal; 2) pos gizi
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan dapat meningkatkan pengetahuan dan
yang signifikan antara pengetahuan ibu perilaku ibu dalan memenuhi nutrisi bagi
tentang gizi dengan perkembangan kognitif balitanya; 3) ini berarti bahwa ada pengaruh
balita. yang bermakna setelah dilakukan kasimazi
Hal ini juga sejalan dengan hasil (kelas modifikasi makanan bergizi) terhadap
penelitian dari ririn (2016) bahwa ada perilaku ibu memberikan nutrisi kepada
pengaruh Pos Gizi terhadap pola Asuh Ibu balita yaitu p=0.000. penelitian ini
Terhadap Balita. Baik menganai pola makan, membuktikan bahwa pos gizi dapat
cara menyiapkan dan cara mengolah meningkatkan pemahaman dan merubah
makanan balita, waktu pemberian makanan perilaku dari orang tua dalam memberikan
yang tepat sehingga meminimalkan balita gizi bagi anaknya.
untuk jajan, dan ibu juga mengetahui
makanan jajan yang baik ang dibuat sendiri SARAN
dirumah. Diharapakan adanya pos gizi disetiap
Kebutuhan nutrisi pada anak posyandu dana rutin diadakan untuk
dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang meningkatkan status gizi bagi masyarakat.
setiap anak mempunyai kebutuhan nutrisi
yang berbeda dengan karakteristik yang UCAPAN TERIMA KASIH
khas dalam mengkonsumsi makanan. Oleh Penulis menyampaikan terima kasih
karena itu untuk menentukan makanan yang kepada seluruh responden, dosen

135
pembimbing, dan pihak Desa Serut Damianus Journal of Medicine; Vol.10
Kecamatan Panti, Kabupaten Jember. No.1 Februari 2011: hlm. 36–41.
Diakses tanngal 7 mei 2018
KEPUSTAKAAN Dharma, K.K. 2011. Metodologi
Arisman, M.B. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi Penelitian Keperawatan. Jakarta: CV.
Dalam Daur Kehidupan. Edisi-2. Trans Info Media
Jakarta: EGC Sugiono 2014, Statistika Untuk Penelitian,
Barasi, E.,M. 2009. At a Glace Ilmu Gizi. Alfabeta, Bandung
Erlangga : PT. Glora Aksara Yudhawati, Ririn. 2016. Pengaruh Pos Gizi
Pratama. Terhadap Pengetahuan Dan Pola
Budiman, A.R. 2013. Pengetahuan dan Asuh IbuBalita Di Wilayah Pusk-
Sikap dalam Penelitian Kesehatan. esmas Kwadungan Kecamatan
Jakarta: Salemba Medika Kwadungan Kabupaten Ngawi. Uni-
versitas Muhammadyah Surakarta

136
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) PADA
SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SERUT KECAMATAN PANTI KABUPATEN
JEMBER

(THE EFFECT OF HEALTHY EDUCATION ON THE IMPROVEMENT OF


KNOWLEDGE ABOUT BEHAVIOR CLEAN HEALTHY LIVING IN ELEMENTARY
SCHOOL 1 SERUT PANTI JEMBER)

Rofidatul Inayah1*, Arfajah2, Latifa Aini3


1,2,3
Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450
*e-mail: rofidatul@yahoo.co.id

ABSTRAK

Anak usia sekolah merupakan masa usia anak yang sangat berbeda dengan usia dewasa. Survei
terhadap 5 anak sekolah dasar di desa Serut diketahui bahwa sebanyak 50% anak memiliki
pengetahuan kurang dan belum mengerti tentang pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), salah satu masalah kondisi kesehatan pribadi seperti makan tidak cuci tangan terlebih
dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan tentang PHBS pada anak Sekolah Dasar Negeri 1 Serut Panti Kabupaten Jember.
Metode penelitian yang digunakan adalah Pre Experimental dengan rancangan one-group pre-
test post-test design. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Penelitian ini menggunakan
kuesioner sebagai instrumen penelitian. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri
1 Serut Panti Kabupaten Jember sebanyak 41 anak. Pembagian sampel menggunakan teknik total
sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisa bivariat Uji Paired Sample T test. Hasil
penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan (p= 0,001) tentang
PHBS pada siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Serut Panti Kabupaten Jember.
Kata kunci : PHBS, Pengetahuan, Pendidikan Kesehatan

PENDAHULUAN mencapai usia sekolah baik tingkat pra


Sehat adalah hak setiap orang agar sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah
dapat melakukan segala aktifitas hidup pertama dan sekolah menengah atas. Pada
sehari-hari. Untuk dapat hidup sehat, setiap usia sekolah dasar (SD), seorang anak perlu
orang harus menerapkan Perilaku Hidup mendapat pengawasan terkait kesehatan, hal
Bersih dan Sehat. PHBS merupakan ini dikarenakan pada tahap tersebut
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas merupakan proses tumbuh kembang yang
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran teratur (Zaviera, 2008).
yang menjadikan individu atau keluarga Berdasarkan data World Health
dapat membantu diri sendiri di bidang Organization (WHO) setiap tahun 100.000
kesehatan masyarakat (Depkes, 2005). anak Indonesia meninggal karena diare,
Kualitas sumber daya manusia yang sementara berdasarkan data Departemen
mampu bersaing dapat tercipta apabila Kesehatan menunjukkan diantara 1000
pengawasan kesehatan dimulai sejak anak penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit

137
penyakit diare sepanjang tahun (Profil Negeri 1 Serut Kecamatan Panti Kabupaten
Kesehatan Indonesia Tahun 2011). Jember.
Pelaksanaan program PHBS dikelompokkan
menjadi 5 tatanan yaitu PHBS di Sekolah, METODE
PHBS di Rumah Tangga, PHBS di Institusi Penelitian ini merupakan penelitian
Kesehatan, PHBS di Tempat Kerja dan kuantitatif dengan desain penelitian Pre
PHBS di Tempat-tempat umum Experimental dengan rancangan one-group
(Notoatmodjo, 2007). pre-test post-test design dimana tingkat
Promosi kesehatan di lingkungan pengetahuan anak sekolah mengenai PHBS
sekolah sangat efektif karena anak sekolah diukur sebelum dan setelah diberikan
adalah sasaran yang sangat mudah untuk perlakuan berupa pendidikan kesehatan.
dijangkau karena telah terorganisasi dengan Dalam penelitian ini yang menjadi
baik. Selain itu, usia sekolah merupakan populasi adalah seluruh siswa kelas IV SDN
kelompok umur yang mudah menerima Serut 1 Panti Kabupaten Jember pada bulan
perubahan. Anak sekolah juga berada dalam Mei tahun 2018. Teknik pengambilan
tahap tumbuh kembang dimana dalam usia sampel dalam penelitian ini adalah total
tersebut anak mudah untuk diarahkan, sampling yaitu pengambilan sampel dimana
dibimbing, dan ditanamkan kebiasaan- jumlah sampel sama dengan populasi
kebiasaan baik (Lucie, 2005). (Sugiyono, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2010), Analisis data terdiri dari univariat dan
pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal bivariat menggunakan uji-t berpasangan atau
ini terjadi setelah orang melakukan paired t-test. Teknik pengumpulan data
penginderaan terhadap obyek tertentu. menggunakan kuesioner tentang perilaku
Pengetahuan juga termasuk domain yang hidup bersih dan sehat (PHBS). Kuesioner
penting untuk mempengaruhi perilaku dibuat dalam bentuk multiple choice
seseorang, semakin tinggi pengetahuan yang mengenai PHBS.
didapat seseorang maka akan semakin baik
pula perilaku yang ditunjukkan, selain itu HASIL
sikap yang ditunjukkan pun adalah sikap Karakteristik Responden
yang positif. Hal ini sejalan dengan Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Usia
pengetahuan seorang anak, semakin baik
pengetahuan seorang anak maka semakin Mea Medi Min-
Variabel SD
baik pula perilaku yang dimilikinya n an Maks
khususnya terkait dengan PHBS Usia 10,1 0,43
(Notoatmodjo, 2010). 10,00 9-11
(tahun) 0 6
Survei terhadap 5 anak sekolah dasar
di desa Serut diketahui bahwa sebanyak Tabel 1 menunjukkan rerata usia
50% anak memiliki pengetahuan kurang dan responden adalah 10,10 tahun (SD = 0,436).
belum mengerti tentang pentingnya PHBS,
salah satu masalah kondisi kesehatan pribadi Tabel 2. Distribusi Responden Menurut
seperti makan tidak cuci tangan terlebih Jenis Kelamin
dahulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis Pengaruh Pendidikan Variabel Juml Persentase
Kesehatan terhadap Peningkatan ah (%)
Pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih Jenis Kelamin
Sehat (PHBS) pada Siswa Sekolah Dasar Laki-laki 25 61

138
Perempuan 16 39 PEMBAHASAN
Total 41 100 Hasil analisis univariat terhadap
variabel umur dan jenis kelamin
Tabel 2 menunjukkan lebih banyak menggambarkan usia responden berkisar
responden laki-laki daripada perempuan, diantara usia 9-11 tahun, sebagian besar
yaitu 25 orang (61%). responden berusia 10 tahun yaitu 80,5% dan
mempunyai presentase untuk jenis kelamin
Hasil Analisa Bivariat laki-laki sebesar 61%.
Pengetahuan PHBS siswa kelas IV Sebelum dilakukan pendidikan
SD sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang PHBS didapatkan nilai
kesehatan mean sebesar 66,49. Setelah dilakukan
intervensi didapatkan nilai mean sebesar
Tabel 3. Distribusi pengaruh pendidikan 77,56. Hal ini menunjukkan adanya suatu
kesehatan terhadap pengetahuan tentang peningkatan mean sebesar 11,07 poin. Hal
PHBS ini menunjukkan bahwa peningkatan
pengetahuan tentang PHBS sekecil apapun
Variabel Mean Median SD Min- yang diterima menunjukkan bahwa pada diri
Maks individu ada suatu proses berupa
Pre test 66,49 67,00 11,56 46-93 penginderaan terhadap suatu objek.
Post test 77,56 80,00 10,81 60- Penginderaan ini dapat terjadi karena adanya
100 kontak, baik kontak secara langsung maupun
tidak langsung melalui penggunaan panca
Tabel 3 menunjukkan nilai rerata indera manusia seperti indera penglihatan,
pengetahuan sebelum diberikan pendidikan pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
kesehatan PHBS adalah 66,49 (SD = 11,56). Pengetahuan adalah dasar bagi
Skor minimal adalah 46 dan skor maksimal individu untuk melakukan suatu tindakan.
adalah 93. Sedangkan nilai rerata Hal ini disebabkan karena adanya suatu
pengetahuan setelah diberikan pendidikan kegiatan dari yang sebelumnya tidak tahu
kesehatan PHBS adalah 77,56 (SD = 10,81). menjadi tahu. Menurut penelitian yang
Skor minimal adalah 60 dan skor maksimal dilakukan oleh Roger (1974) pengetahuan
adalah 100. akan mendasari individu dalam berperilaku.
Dan sifat tersebut akan langgeng apabila
Perbedaan tingkat pengetahuan tentang penerimaan perilaku didasari oleh
PHBS sebelum dan setelah dilakukan pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
pendidikan kesehatan positif.

Tabel. 4 Perbedaan tingkat pengetahuan Perbedaan tingkat pengetahuan tentang


tentang PHBS sebelum dan setelah PHBS sebelum dan setelah dilakukan
dilakukan pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan
Hasil uji Dependent T-Test
Variabel Mean p- didapatkan nilai t hitung sebesar -10,693 dan
Pre Post t valu p value = 0,001 < α (α = 0,05) maka dapat
test test e disimpulkan terdapat perbedaan yang
Pengetahua 66,4 77,5 - 0,00 signifikan pada tingkat pengetahuan
n 9 6 10,69 1 sebelum dan setelah diberikan pendidikan
3 kesehatan tentang PHBS. Peningkatan

139
pengetahuan dipengaruhi oleh pemberian dan diharapkan PHBS dapat diterapka
edukasi yang terstruktur pada responden. dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

SIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH


Berdasarkan hasil penelitian dan Penulis mengucapkan terima kasih
pembahasan mengenai pengaruh pendidikan kepada seluruh pihak akademik Fakultas
kesehatan PHBS dapat disimpulkan bahwa Keperawatan Universitas Jember dan
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap seluruh pihak di SDN 1 Serut Panti
tingkat pengetahuan siswa SDN 1 Serut Kabupaten Jember.
Panti Kabupaten Jember.
KEPUSTAKAAN
SARAN Depkes RI. 2005. Promosi Kesehatan dalam
Hasil penelitian diharapkan dapat Pencapaian Perilaku Hidup Bersih
diterapkan dalam praktik keperawatan dan Sehat. From
dengan memberikan perhatian khusus http://www.promosikesehatan.com
terhadap pengetahuan anak sekolah dasar diakses tanggal 4 Juni 2018.
mengenai PHBS. Perawat diharapkan dapat Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan
menerapkan pemberian pendidikan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta :
kesehatan pada setiap anak, khususnya anak PT. Rineka Cipta.
sekolah dasar mengenai PHBS. Sehingga Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian.
pengetahuan anak sekolah dapat meningkat Bandung : CV. Alfab.

140
EFEK PEMBERDAYAAN KELUARGA TERHADAP PENINGKATKAN KOPING
KELUARGA DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUSUN KARANGASEM
DAN DUSUN KRAJAN DESA GLAGAHWERO KECAMATAN PANTI KABUPATEN
JEMBER

(EFFECT FAMILY EMPOWERMENT IN INCREASING FAMILY KOPING WITH


DIABETES MELLITUS TYPE 2 IN THE KRAJAN AND KRAJAN HAMLET,
GLAGAHWEROVILLAGE, PANTI DISTRICTS, JEMBER REGENCY)

Tri Buana Ratnasari1*, Ananti Destiari Prasinta2


1,2
Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450
*email: tribuana@gmail.com, destiariananti@gmail.com

ABSTRAK

Diabetes Militus merupakan penyakit kronis yang diderita oleh pasien seumur hidup. Kondisi
ini menjadikan keluarga tertekan dan stress serta banyak keluarga tidak memiliki
kemampuan dalam menggunakan strategi koping dalam menghadapi masalah dengan anggota
keluarga mengalami diabetes militus tipe 2. Intervensi keperawatan diperlukan untuk
meningkatkan kompetensi keluarga dalam menghadapi masalah. Intervensi yang dapat
dilakukan adalah pemberdayaan keluarga (family empowerment). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pemberdayaan keluarga dalam meningkatkan koping keluarga terkait
mengidentifikasi tugas keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, memutuskan tindakan
kesehatan, dan merawat kesehatan. Desain dari penelitian ini adalah deskriptif. Populasi
dalam penelitian ini adalah 6 keluarga dengan seluruh anggota keluarga dan anggota keluarga
yang menderita DM tipe 2 dan subyek penelitian ini adalah 6 responden sakit yang dipilih
menggunakan teknik Purposive Sampling. Variabel yang digunakan adalah independen
(tunggal) yaitu pemberdayaan keluarga. Instrumen penelitian ini menggunakan teknik
wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan terkait pemberdayaan
keluarga dengan koping keluarga dalam mengidentifikasi tugas keluarga yaitu mengenal
masalah kesehatan dengan baik, mampu memutuskan tindakan kesehatan, dan mampu
merawat kesehatan keluarga. Dapat disimpulkan koping keluarga pada anggota keluarga yang
menderita DM tipe 2 di Dusun Karangasem dan Dusun Krajan belum dilaksanakan dengan
baik.
Kata kunci: Pemberdayaan Keluarga, Koping Keluarga, Diabetes Melitus tipe 2

ABSTRACT

Diabetes Militus is a chronic illness suffered by the patient for life. This condition makes the
family depressed and stress and many families do not have the ability to use coping strategies
in dealing with family members with type 2 diabetes mellitus. Nursing orders are needed to
improve the competence of families in the face of problems. Intervention that can be done is
family empowerment (family empowerment). The purpose of this research is to know the
empowerment of family in improving family coping related to identify family duty that is know
health problem, decide health action, and take care of health. The design of this research is
descriptive. The population in this study were 6 families with all family members and family
members who suffered from DM type 2 and the subjects of this study were 6 respondents sick
selected using Purposive Sampling technique. Variable used is independent (single) that is
family empowerment. The instrument of this research use interview technique. The results

141
showed that there is a relationship related to family empowerment with family coping in
identifying family duty that is knowing health problem well, able to decide health action, and
able to take care of family health. It can be concluded that family coping of family members
suffering from type 2 diabetes in karangasem Hamlet and Krajan Halmet can be done well
Keywords : Family Empowerment, Family Koping, Diabetes Mellitus type 2

PENDAHULUAN koping yang kompeten


Menurut American Diabetes Diabetes Militus adalah penyakit
Association (ADA) tahun 2010, diabetes menahun yang akan diderita seumur hidup
militus merupakan suatu kelompok oleh penderita dan keluarga. Tidak jarang
penyakit metabolik dengan karakteristik kondisi ini menjadikan penderita dan
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan keluarga jatuh pada kondisi stress.
sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua- Keluarga berusaha mengatasi dan
duanya (Perkeni, 2011). WHO pada tahun beradaptasi terhadap situasi tersebut, sakit
1985 telah membagi penyakit diabetes pada anggota keluarga merupakan stress
militus ke dalam lima golongan klinis, situasional yang tidak diharapkan oleh
yaitu DM tergantung Insulin (DMTI), DM keluarga yang dapat menyebabkan
tidak tergantung insulin (DMTTI), DM masalah kesehatan pada keluarga sering
berkaitan dengan malnutrisi (MRDM), disebut sebagai “ penyakit keluarga” (
DM karena toleransi Glukosa Terganggu Foreman 2001, dalam Freidman,
(TGT), dan DM karena kehamilan (GDM) 2010).Tidak semua keluarga memiliki
(Dinkes Propinsi Jateng, 2011). Tingginya koping yang efektif atau kompeten dalam
angka kejadian diabetes millitus di Dusun menghadapi masalah anggota keluarga
Krajan dan Dusun Krajan Desa dengan penyakit kronis. Nanda (2012),
GlagahweroKecamatan Panti Kabupaten menjelaskan masalah penurunan koping
Jember dan didukung dengan hasil keluarga sebagai ketidakadekuatan dan
pengkajian terhadap 6 keluarga yang ketidakefektifan keluarga membantu klien
menderita diabetes militus tipe-2 untuk mengelola dan menguasai tugas
menunjukan 70% keluarga hanya adaptif terkait masalah kesehatan. Hal ini
memenuhi sebagian kebutuhan penderita disebabkan karena beberapa faktor yang
diabetes militus, 80% keluarga tidak berhubungan antara lain; sakit yang
mampu melaksanakan tindakan terapi berlangsung lama dan menghabiskan
yang tepat bagi penderita diabetes militus, kemampuan suportif dari keluarga,
60% keluarga tidak mengetahui prinsip kurangnya informasi pada keluarga,
penyebab atau mendapat informasi yang tidakadekuatnya pemahaman keluarga dan
salah tentang diabetes militus, 60% informasi yang tidak benar kepada
keluarga mengetahui sumber dikomunitas keluarga tentang masalah kesehatan yang
namun tidak menggunakan semuanya dihadapi keluarga ( NANDA, 2012).
untuk menolong penderita diabetes Penerapan intervensi keperawatan
militus. Data lain yang ditemukan adalah pemberdayaan keluarga (family
umur penderita paling banyak pada usia empowerment) untuk meningkatkan
50-59 tahun sebanyak 40%, jenis kelamin koping keluarga dengan diabetes militus
sama banyak antara laki-laki dan wanita, tipe-2 masih sangat jarang dilakukan oleh
lama menderita penyakit paling banyak perawat dan masih sedikit penelitian yang
antara 1-5 tahun sebanyak 60%, frekuensi dilakukan, hal ini terjadi karena banyak
periksa paling banyak adalah tidak periksa peneliti lebih melihat aspek pemberdayaan
secara teratur sebesar 50%. Dari data di keluarga pada sisi peningkatan
atas dapat disimpulkan bahwa sebagain pengetahuan dan sikap saja, tidak sampai
besar keluarga dengan anggota keluarga pada kemampuan koping keluarga.
menderita diabetes millitus tidak memiliki Keluarga dengan diabetes militus tidak

142
hanya sisi pengetahuan dan sikap saja penuh stress yang berlangsung cukup
yang menjadi tujuan intervensi namun, lama, koping keluarga menjadi semakin
sampai pada tingkat kemampuan untuk komplek karena bergeser dari individu
hidup secara sehat dan produktif dengan menjadi keluarga. Caudle (1993)
anggota keluarga mengalami diabetes menyebutkan bahwa beberapa studi dan
militus tipe-2. penelitian menyimpulkan bahwa koping
METODE keluarga merupakan kombinasi respon
Jenis penelitian deskripsi analitik. individu dan keluarga dan menggunakn
Tujuan penelitian untuk mengetahui pendekatan kognisi khusus sehingga untuk
hubungan pemberdayaan keluarga (family merubahnya membutuhkan intervensi
empowerment) terhadap peningkatan keperawatan. Peningkatan koping
koping keluarga keluarga dapat dijelaskan dengan
menggunakan indikator indek koping
HASIL keluarga yang merupakan rangkuman dari
Karakteristik Responden strategi koping yang dimiliki oleh
Karakteristik umur penderita keluarga (Caudle, 1993).
paling banyak pada usia 50-59 tahun Hasil penelitian yang dilakukan
sebanyak 40%, jenis kelamin sama banyak oleh Burr dan Bahr (1993) menyebutkan
antara laki-laki dan wanita, lama bahwa dengan menggunakan berbagai
menderita penyakit paling banyak antara koping strategi untuk mengatasi masalah
1-5 tahun sebanyak 60%, frekuensi dalam keluarga adalah lebih penting
periksa paling banyak adalah tidak periksa dibanding menggunakan satu atau dua
secara teratur sebesar 50%. Keenam strategi tertentu sepanjang waktu (Burr &
keluarga di Dusun Krajan dan Dusun Bahr, 1993). Keluarga memiliki strategi
Krajan Desa GlagahweroKecamatan Panti koping baik internal maupun eksternal.
Kabupaten Jember berada pada keluarga Strategi koping internal keluarga berusaha
tahap 5 dan rata-rata penderita DM tipe 2 menjalin hubungan dengan lingkungan
ada pada usia dewasa tengah. dalam keluarga maupun lingkungan luar
keluarga antara lain: mengandalkan
PEMBAHASAN kelompok keluarga, membentuk
Hasil penelitian menunjukan efek kebersamaan yang lebih besar dan adanya
pemberdayaan keluarga dapat fleksibilitas peran. Strategi Koping
meningkatkan koping keluarga yang internal lain adalah strategi kognitif
merawat anggota yang menderita DM tipe dimana keluarga berusaha melakukan
2. Dari 6 keluarga di Dusun Krajan dan normalisasi keluarga, pengendalian
Dusun Krajan Desa Glagahwero terhadap makna masalah dengan
Kecamatan Panti dapat disimpulkan masih pembingkaian ulang dan penilaian pasif,
kurangnya pemberdayaan keluarga pemecahan masalah bersama, serta
sehingga menyebabkan koping yang tidak berusaha mendapatkan informasi dan
efektif pada keuarga. Anggota yang sakit pengetahuan. Strategi internal yang lain
juga merasa kurang diperhatikan oleh adalah Komunikasi,dimana keluarga
keluarga. Hasil penelitian tersebut dapat berusaha mengedepankan keterbukaan
dijelaskan sesuai dengan konsep Mc dalam komunikasi keluarga,
Cubbin dalam Friedmen (2010) bahwa menggunakan strategi humor dan tawa.
koping keluarga adalah merupakan sebuah Pemberian implementasi
proses aktif saat keluarga memanfaatkan keperawatan keluarga berupa
sumber keluarga yang ada dan pemberdayaan keluarga (family
mengembangkan perilaku serta sumber empowerment) berpengaruh terhadap
baru yang akan memperkuat unit keluarga peningkatan koping keluarga. Andren dan
dan mengurangi dampak peristiwa hidup Elmstahl (2007) menjelaskan bahwa

143
meskipun keluarga mengalami masalah peningkatan koping keluarga (family
psikologis dalam merawat anggota coping) pada keluarga dengan diabetes
keluarga yang sakit namun pemberian millitus tipe-2. Keluarga yang kurang
intervensi pemberdayaan dengan melakukan pemberdayaan keluarga akan
menggunakan caregiver empowerment menyebabkan koping yang kurang efektif
model dapat memberikan manfaat dalam merawat naggota keluarga yang
terhadap kemampuan keluarga untuk sakit.
dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Penelitian yang dilakukan SARAN
oleh Folkman (1996) menjelaskan bahwa Saran yang dapat peneliti berikan
terdapat pengaruh yang sangat positif adalah perawat dapat menjadikan
pemberdayaan pada keluarga dengan pendidikan kesehatan sebagai alternatif
masalah penyakit kronis terhadap dalam melakukan asuhan keperawatan
kemampuan pemusatan makna koping keluarga pada klien khususnya dengan
keluarga. Penelitan serupa juga pernah keluarga yang memiliki koping yang
dilakukan oleh Jones (2003) yang kurang efektif. Maka dari itu intervensi
melaporkan bahwa pemberian intervensi pemberdayaan keluarga perlu dilakukan
pemberdayaan keluarga menggunakan oleh perawat.
cergiver empowerment model telah dapat
mengubah keluarga dalam resiko
kerentanan terhadap masalah-masalah UCAPAN TERIMA KASIH
yang dapat mengakibatkan keluarga tidak Peneliti mengucapkan terimakasih
sejahtera. Patricia (2011), kepada pihak Puskesmas Panti Kabupaten
merekomendasikan bahwa intervensi Jember, Kader Dusun Karangasem dan
keperawatan pemberdayaan keluarga Dusun Krajan ,dan juga kepada responden
dengan memperhatikan cergiver serta keluarga yang telah membantu
empowerment model dapat digunakan oleh dalam terlaksananya penelitian ini.
perawat dalam meningkatkan kemampuan
individu dan keluarga untuk mengatasi KEPUSTAKAAN
masalah-masalah yang dihadapi dengan Burr, W., & Bahr, K. 1993. Family science.
memperhatikan sumberdaya keluarga Grove, CA: Brooks/Cole.
yang tersedia. Caudle, P. (1993). Providing culturally
Johnson juga menjelaskan sensitive health care to hispanic.
bagaimana memberdayakan Nurse Practitioner , 40-51.
(empowerment) keluarga dengan Depkes. 2008. Pedoman Teknis Penemuan
mengatakan bahwa intervensi yang dan Penatalaksanaan Penyakit
bertujuan membantu keluarga yang Diabetes Melitus. Jakarta: DPPTM.
beresiko mengalami masalah dapat NANDA. 2012. Nursing Diagnoses :
dilakukan dengan memberikan dorongan Definitions and Classification
atau mobilisasi keluarga dengan 2012-2014. Jakarta: EGC Medical
membantu keluarga mengenali, Publisher.
mengidentifikasi, dan memanfaatkan Perkeni. 2011. Panduan Penatalaksanaan
kekuatan dan sumber keluarga guna secara Penyakit Diabetes Militus. Jakarta:
positif mempengaruhi kesehatan anggota Perkeni.RI,
keluarga yang sakit (Johnson, 2001).

SIMPULAN
Pemberian intervensi keperawatan
keluarga pemberdayaan keluarga (family
empowerment) berpengaruh terhadap

144
PENGARUH KELAS IBU HAMIL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN
TENTANG ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL DENGAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN MODEL COMMUNITY AS PARTNER DI DUSUN KARANGASEM
DESA GLAGAHWERO KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER

(THE EFFECT OF PREGNANCY CLASS ON PREGNANT WOMANS KNOWLEDGE


ABOUT ANTENATAL CARE USING COMMUNITY AS PARTNER APPROACH IN
THE KARANGASEM HAMLET GLAGAHWERO VILLAGE DISTRICTS PANTI OF
JEMBER REGENCY)

Bella Alvionitta Gunawan Putri1*, Tri Astutik2


Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450
*email: bellaalvionittagunawanputri@gmail.com

ABSTRAK

Kehamilan merupakan masa dimana terjadinya konsepsi hingga terjadi kelahiran bayi antara
38-40 minggu. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis efektifitas kelas ibu hamil
terhadap peninkatan pengetahuan tentang antenatal care pada ibu hamil di Dusun adean Desa
Glagahwero Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
analitik dengan menggunakan quasy experiment. Sampel penelitian sebanyak 15 ibu hamil
diambil menggunakan teknik random sampling. Pengumpulan data mengenai kelas ibu hamil
dan pengetahuan tentang antenatal care di dapatkan dengan melakukan wawancara serta
melakukan pre test dan post test menggunakan soal yang dibuat oleh mahasiswa sesuai
dengan indikator dari program kegiatan yang akan dilakukan. Hasil penelitian terdapat
kesimpulan bahwa adanya efektifitas dari kelas ibu hamil tentang peningkatan pengetahuan
mengenai antenatal care pada ibu hamil yang dibuktikan dengan adanya 10 (66,7%) ibu hamil
memiliki perubahan perilaku dalam melakukan ku jungan ANC dan kelas ibu hamil, dimana
sebelumnya sebanyak 4 (26,6%) ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik.Penelitian ini
merekomendasikan pentingnya memberikan kelas ibu hamil secara berkelanjutan guna
meningkatkan status kesehatan dari ibu hamil serta mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
Kata kunci: Kelas Ibu Hamil, Pengetahuan tentang Antenatal Care

ABSTRACT

Pregnancy is a period where conception occurs until the birth of infants between 38-40
weeks. The purpose of this study is to analyze the effectiveness of the class of pregnant wom-
en to penenkatan knowledge about antenatal care in pregnant women in Dusun Karangasem
Glagahwero Village Panti District Jember District. The type of this research is descriptive
analytic by using quasy experiment. The sample of 15 pregnant women was taken using ran-
dom sampling technique. Data collection on pregnant mothers class and knowledge about
antenatal care are obtained by conducting interviews and performing pre test and post test
using questions made by students in accordance with indicators of the program activities to
be performed. The result of the research concludes that the effectiveness of maternity class
about the increase of knowledge about antenatal care in pregnant women as proved by the
existence of 10 (66,7%) pregnant women have behavior change in doing ANC and maternal
class, where previously 4 (26.6%) of pregnant women have good knowledge. This study rec-

145
ommends the importance of continuously providing pregnant women classes to improve the
health status of pregnant women and reduce maternal and infant mortality.
Keywords : Pregnacy Class, Knowledge about Antenatal Care

PENDAHULUAN Rendahnya cakupan kunjungan


Masa kehamilan merupakan masa Atenatal Care dapat menimbulkan beberapa
yang ditunggu oleh pasangan yang telah masalah kesehatan ibuhamil ataupun janin.
menikah. Adapun beberapa perubahan yang Masalah kesehatan iu hamil misalnya risiko
terjadi pada pasangan yang telah menikah kematian ibu hami, terjadinya perdarahan
salah satunya yaitu adaptasi fisiologis dan antepartum, preeklamsia dan infeksi
perubahan psikologis. Akibat adanya kehamilan. Masalah kesehatan pada janin
perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu seperti lahirnya dengan berat badan lahir
hamil dapat menyebabkan terjadinya risiko rendah, bayi prematur dan bayi dengan
komplikasi yang dapat mengancam jiwa asfiksia. Dari data yang di dapatkan dari
ibu. Hal tersebut yang akan menyebabkan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember angka
terjadinya kasus kematian ibu. kematian ibu di Kabupaten Jember
Angka kematian ibu di Indonesia sebanyak 24 untuk tahun 2016, angka
masih tergolong tinggi yaitu 228 per kelahiran prematur sebanyak 270 orang dan
100.000 kelahiran. Sedangkan di Jember kejadian asfiksia sebanyak 306 pada tahun
sebanyak 28 kasus. Penyebab dari kematian 2016 di Kabupaten Jember. Dari data
ibu adalah perdarahan, eklamsia dan infeksi Puskesmas Panti tahun 2017 mulai bulan
selama kehamilan. Adanya penyebab Januari hingga November 2017 angka
tersebut jika dapat diketahui dan ditangani kematian ibu sebanyak 0 kejadian, angka
sejak dini tidak akan berakibat hingga kejadian perdarahan post partum sebanyak
kematian ibu. Oleh karena itu untuk 5 orang, kasus preeklamsia sebanyak 12
menghindari terjadinya penyebab yang orang, kelahiran prematur sebanyak 15
tidak diinginkan dapat dilakukan orang serta kasus kelahiran yang ditolong
pemeriksaan secara rutin untuk menjaga oleh dukun sebanyak 20 kelahiran di
kondisi kesehatan ibu dan janin agar tetap wilayah kerja Puskesmas Panti.
optimal. Program pemeriksaan rutin yang Melihat banyaknya fenomena yang
dapat dilakukan adalah antenatal care. terjadi pada ibu hamil dipicu karena
Menurut WHO antenatal care rendahnya tingkat pengetahuan ibu tentang
adalah salah satu program terencana yang petingnya kunjungan Antenatal Care dan
berupa observasi, edukasi dan penanganan rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil.
medis untuk ibu hamil agar dapat Solusi yang telah diupayakan oleh tenaga
memperoleh kehamilan dan persalinan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Panti
yang memuaskan. Antenatal care bertujuan yaitu dengan mengunjungi setiap rumah
untuk mendeteksi dan mengantisipasi sejak yang ada ibu hamil dengan didampingi
dini adanya gangguan kehamilan dan kader setempat. Selain upaya tersebut
masalah kehamilan. petugas kesehatan juga sudah memberikan
Salah satu pilar PHBS di rumah pendidikan kesehatan pada ibu hamil
tangga yaitupemeriksaan ibu hamil ke disetiap pertemuan Posyandu.
pelayanan kesehatan. Adanya program dari Melihat banyaknya masalah
Puskesmas mengenai kelas ibu hamil dapat kesehatan yang terjadi maka dari itu
digunakan sebagai langkah awal pemberian mahasiswa Profesi Ners PSIK Universitas
edukasi mengenai masalah kehamilan dan Jember tertarik untuk melakukan mini riset
tanda bahaya kehamilan hingga ersalinan terkait pemberian kelas ibu hamil terkait
serta pentingnya melakukan pemeriksaan dengan peningkatan kunjungan
kehamilan secara rutin. pemeriksaan ibu hamil di wilayah Dusun
146
Karangasem Desa Glagahwero Kecamatan b. SD 8 53,3
Panti Kabupaten Jember. c. SMP 3 20,0
d. SMA 2 13,4
METODE Total 15 100
Penelitian ini menggunakan desain
deskriptif analitik dengan pendekatan quasy Tabel 2 menunjukkan bahwa
experiment. Subyek penelitian ini adalah frekuensi ibu hamil terbanyak adalah
ibu hamil di Dusun Karangasem. Teknik lulusan SD sebanyak 8 orang (53,3%)
sampel yang digunakan adalah random
sampling yang terdiri dari 15 ibu hamil. Tabel 3. Frekuensi Ibu Hamil berdasarkan
Pengambilan data dalam penelitian ini Tingkat Pengetahuan tentang Antenatal
dilaksanakan di Dusun Karangasem Desa care dan Kelas Ibu Hamil di Dusun
Glagahwero Kecamatan Panti Kabupaten Karangasem Desa Glagahwero Kabupaten
Jember pada bulan November 2017 dengan Jember.
melakukan wawancara tidak terstruktur
pada ibu hamil. Tingkat f Presentase
Kuesioner penelitian yang Pengetahuan (%)
digunakan adalah soal pre test dan post test a. Rendah 8 53,3
yang sudah dibuat oleh mahasiswa. Etika b. Cukup 5 33,3
penelitian pada penelitian ini meliputi c. Tingi 2 13,4
informed consent, keadilan, kemanfaatan, Total 15 100
keanoniman, dan kerahasiaan.
Tabel 3 menunjukkan bahwa
HASIL frekuensi ibu hamil yang memiliki
Karakteristik Responden pengetahuan tentang Antenatal Care dan
Tabel 1. Rerata Karakteristik Responden Kelas Ibu Hamil terbanyak adalah memiliki
Berdasarkan Umur di Dusun Karangasem pengetahuan rendah sebanyak 8 orang
Desa Glagahwero Kecamatan Panti (53,3%).
Kabupaten Jember
Tabel 4. Frekuensi Ibu Hamil berdasarkan
Karakteristik Ibu Rutinitas melakukan Kunjungan Antenatal
f Persentase (%)
Hamil Care di Pelayanan Kesehatan di Dusun
a. < 20 tahun 5 33,3 Karangasem Desa Glagahwero Kabupaten
b. 20 – 30 tahun 7 46,7 Jember
c. > 30 tahun 3 20,0
Total 1 Rutinitas f Presentase
100
5 (%)
a. Rutin 5 33,3
Tabel 1 menunjukkan bahwa b. Tidak Rutin 10 66,7
frekuensi ibu hamil terbanyak adalah usia Total 15 100
20 - 30 tahun (46,7%).
Tabel 4 menunjukkan bahwa
Tabel 2. Frekuensi Ibu Hamil berdasarkan frekuensi ibu hamil yang memiliki rutinitas
Tingkat Pendidikan di Dusun Karangasem melakukan kunjungan Antenatal Care
Desa Glagahwero Kabupaten Jember terbanyak adalah tidak rutin melakukan
kunjungan sebanyak 10 orang (66,7%).
Tingkat f Presentase Tabel 5. Frekuensi Ibu Hamil berdasarkan
Pendidikan (%) nilai Pre Test tentang Kelas Ibu Hamil dan
a. Tidak Sekolah 2 13,3 Antenatal Care di Pelayanan Kesehatan di
147
Dusun Karangasem Desa Glagahwero yang dialami. Semakin tinggi pendidikan
Kabupaten Jember seseorang dapat secara mudah melakukan
adaptasi terhadap perubahan dan semakin
Nilai f Presentase rendah pendidikan akan sulit untuk
(%) melakukan perubahan.
a. Baik 4 26,6 Pada tabel 3 menunjukan mayoritas
b. Cukup 4 26,6 ibu hamil memiliki pengetauan yang
c. Kurang 7 46,8 kurang. Pengetahuan yang kurang
Total 15 100 mengenai Antenatal Care dan Kelas ibu
hamil dapat berpengaruh terhadap status
Tabel 5 menunjukkan bahwa kesehatan dari ibu hamil. Dimana
frekuensi ibu hamil berdasarkan nilai pre pengetahuan yang baik akan melakukan
test tentang kelas ibu hamil Antenatal Care segala seuatu untuk menjaga kehamilan
terbanyak adalah memiliki nilai yang tetap terjaga dan sehat. Pengetahuan yang
kurang sebanyak 7 orang (46,8%). kurang didasari karena pendidikan yang
kurang dan mitos yang ada di masyarakat
Tabel 6. Frekuensi Ibu Hamil berdasarkan serta rendahnya keinginan ibu hamil untuk
nilai Post Test tentang Kelas Ibu Hamil dan melakukan kunjungan antenatal care.
Antenatal Care di Pelayanan Kesehatan di Pada tabel 4 menunjukan bahwa
Dusun Karangasem Desa Glagahwero frekuensi ibu hamil yang memiliki
Kabupaten Jember kebiasaan tidak rutin untuk melakukan
kunjungan antenatal care. Kebiasaan
Nilai f Presentase melakukan kunjungan antenatal care dapat
(%) menekan terjadinya gangguan kesehatan
d. Baik 10 66,7 pada ibu hamil sejak dini dan menekan
e. Cukup 4 26,7 terjadinya kasus-kasus yang tidak di
f. Kurang 1 6,6 inginkan. Kebiasan melakukan kunjungan
Total 15 100 ini didasari oleh mitos yang ada
dilingkunga tempat tinggal ibu hamil dan
Tabel 6 menunjukkan bahwa perilaku dari orang tua atau mertua yang
frekuensi ibu hamil berdasarkan nilai post ikut andil dalam mengambil keputusan
test tentang kelas ibu hamil Antenatal Care seorang ibu hamil untuk melakukan
terbanyak adalah memiliki nilai baik pemeriksaan kesehatan di pelayanan
sebanyak 10 orang (66,7%). kesehatan.
Pada tabel 5 menunjuktan tentang
PEMBAHASAN nilai pre test ibu hamil tentang pengetahuan
Karakteristik Responden pentingnya melakukan kunjungan antenatal
Pada tabel 1 diketahui bahwa care dan kelas ibu hamil dimana mayoritas
responden pada penelitian ini adalah ibu ibu hamil memiliki nilai yang kurang. Nilai
hamil yang mayoritas berusia 20 – 30 yang kurang tersebut disebabkan karena
tahun. Pada usia tersebut ibu hamil faktor kurangnya paparan informasi
cenderung memiliki perubahan psikologis kesehatan yang di dapatkan oleh ibu hamil.
yang berubah dan memiliki pengetahuan Paparan informasi kesehatan hanya di
yang rendah untuk ibu hamil primigravida. dapatkan oleh ibu hamil yang memiliki
Pada tabel 2 diketahui bahwa ibu pengetahuan uas dan rutin dalam
hamil yang mayoritas memiliki pendidikan melakukan kunjungan antenata care ke
SD. Pendidikan menentukan dapat atau pelayanan kesehatan guna menjaga
tidaknya seseorang melakukan adaptasi kehamilan agar tetap sehat dan terjaga dari
yang baik terhadap perubahan perilaku baru kasus yang banyak terjadi pada ibu hamil.
148
Pada tabel 6 menunjukan nilai post hamil, dimana sebelumnya sebanyak 4
test yang baik. Karena paparan informasi (26,6%) ibu hamil memiliki pengetahuan
kesehatan sudah diberikan oleh petugas yang baik dan kini meningkat berkat
kesehatan secara rutin. Kelas ibu hamil adanya informasi kesehatan yang
yang dilakukan setiap minggu dengan disampaikan serta adanya perubahan
perbedaan materi membuat ibu hamil perilaku dalam melakukan kunjungan ke
tertarik untuk melakukan kunjungan Posyandu atau pelayanan kesehatan.
antenatal care dan mengikuti kelas ibu
hamil guna menjaga kesehatan atas SARAN
kehamilan yang sedang berlangsung. Saran yang direkomendasikan yaitu
Berdasarkan model Community as melakukan kelas ibu hamil dengan waktu
Partner ada beberapa faktor yang dapat yang banyak yaitu 1 bulan 4 kali atau
melatarbelakangi kurangnya pengetahuan dalam 1 minggu 1 kali dilakukan kelas ibu
ibu hamil terkait dengan pentingnya hamil dengan berbagai materi yang
kunjungan antenatal care dan kelas ibu disampaikan.
hamil. Lingkungan fisik yang kurang
mendukung dapat menyebabkan kerentanan UCAPAN TERIMA KASIH
terhadap status kesehatan ibu hamil. Sistem Peneliti menyampaikan terima kasih
kesehatan yang dominan di lingkungan ibu Dinas Kesehatan Kabupaten Jember,
hamil berpengaruh terhadap perubahan Kepala Puskesmas Panti, Kepala Desa
perilaku untuk mengakses pelayanan Glagahwero beserta Perangkat Desa
kesehatan. Status ekonomi berpengaruh Glagahwero, dan Ibu Hamil di Dusun
besar terhadap perubahan perilaku yang Karangasem Desa Glagahwero yang telah
dimiliki ibu hamil dalam mengambil bersedia menjadi responden dalam
keputusan dalam memanfaatkan pelayanan pelaksaan penelitian ini.
kesehatan atau mengakses dan merubah
perilaku kesehatan. KEPUSTAKAAN
Seain beberapa faktor yang sesuai Bari, A. 2002. Buku panduan praktis
CAP ada satu faktor yang sangat pelayanan kesehatan maternal dan
mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
tindakakan untuk mencari informasi Pustaka;
kesehatan yaitu pendidikan. Pendidikan Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2015. Profil
sebagai sub sistem terhadap tingkat kesehatan Jawa Timur tahun 2015.
pengetahuan seseorang. Bahwa semakin Surabaya : Dinas Kesehatan Jawa
tinggi tingkat pengetahuan seorang ibu Timur;
hamil tentang informasi kesehatan dapat Stanhope & Lancaster. 2004. Foundations
merubah status kesehatan seorang ibu Of nursing in community heatth:
hamil dalam bertindak dan memanfaatkan community oriented practiced.
pelayanan kesehatan. Philadelpia: Mosby Elsievier;.
Lestari, S. 2012. Psikologi keluarga :
SIMPULAN penanaman nilai dan penanganan
Berdasarkan hasil penelitian konflik dalam keluarga, ed. 1.
terdapat kesimpulan bahwa adanya Jakarta : Kencana Prenadamedia
efektifitas dari kelas ibu hamil tentang Group;.
peningkatan pengetahuan mengenai Sukarni, W. 2013. Buku ajar keperawatan
antenatal care pada ibu hamil yang maternitas. Yogyakarta: Nuha
dibuktikan dengan adanya 10 (66,7%) ibu Medika;.
hamil memiliki perubahan perilaku dalam
melakukan ku jungan ANC dan kelas ibu
149
PENGARUH SENAM PROLANIS TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA LANSIA DI DESA GLAGAHWERO KECAMATAN PANTI KABUPATEN
JEMBER

Lutfiasih Rahmawati1*, Nailul Aizza2


Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450
*e-mail: lutfiasih.psik2013@gmail.com

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degenerative yang banyak ditemukan di Indonesia,
ditandai oleh kenaikan tekanan darah diatas nilai normal yang dapat diakibatkan oleh berbagai
macam faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam Prolanis terhadap
penderita hipertensi. Jenis penelitian ini ialah ekperimental lapangan dengan pre-post test one
group design. Sampel penelitian berjumlah 22 orang lansia yang diperoleh melalui purposive
sampling. Senam Prolanis dilakukan selama 4 minggu. Analisis data menggunakan uji t
berpasangan. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat perbedaan bermakna antara tekanan
darah sistolik awal dan akhir pada latihan 2 kali/minggu (p = 0,003 <α =0,001); antara
tekanan darah diastolik awal dan akhir pada latihan 2 kali/minggu (p = 0,002 <α =0,001).
Terdapat perubahan rerata tekanan darah sebelum dan sesudah latihan senam baik pada
latihan 2 kali/minggu. Simpulan pada kedua kelompok latihan terdapat penurunan bermakna
tekanan darah sistolik dan diastolik setelah senam Prolanis selama 4 minggu berturut-turut.
Kata kunci: senam prolanis, hipertensi

ABSTRACT

Hypertension is one of the degenerative diseases commonly found in Indoensia. It is


characterized by an increase of blood pressure above its normal level and is caused by
various factors. This study aimed to obtain the influence of Prolanis exercise on hypertensive
patients. This was an experimental field study with a pre-post test one group design
conducted for 4 weeks. There were 25 respondents in this study obtained by using purposive
sampling. Data were analyzed with the paired t-test.The results showed that there were
significant differences between before and after two-times-per-week Prolanis exercise in
systolic blood pressure ( p = 0,003 < α =0,001) and in diastolic blood pressure ( p = 0,002 <
α =0,001). There were changes in mean blood pressure before and after Prolanis exercise
two times per week. Conclusion: In the two groups, there were significant decreases of
systolic and diastolic blood pressures after Prolanis exercise for 4 weeks consecutively.
Keywords: senam Prolanis, hypertension

PENDAHULUAN penyakit ginjal kronis, jantung, otak,


Hipertensi merupakan gangguan penyakit arteri perifer, dan retinopati.
sistem peredaran darah yang Menurut American Heart
menyebabkan kenaikan tekanan darah Association (AHA), hipertensi adalah
diatas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 penyakit dimana terjadi peningkatan
mmHg. Hipertensi dapat menimbulkan tekanan darah sistolik >140 mmHg atau
kerusakan organ tubuh, baik secara tekanan darah diastolik >90 mmHg.
langsung maupun tidak langsung. Secara umum penyebab hipertensi ialah
Kerusakan organ target yang umum umur, jenis kelamin, perilaku, aktivitas
ditemui pada pasien hipertensi adalah fisik, tingginya kadar kolesterol darah

150
serta diabetes melitus. Di Amerika Hipertensi pada dasarnya memiliki
menurut National Health and Nutrition sifat yang cenderung tidak stabil dan sulit
Examination Survey (NHNES III) paling dikontrol. Hipertensi adalah suatu keadaan
sedikit 30% pasien hipertensi tidak dimana seseorang mengalami peningkatan
menyadari kondisi mereka, dan hanya tekanan darah diatas normal yang
31% pasien yang diobati mencapai target mengakibatkan peningkatan angka
tekanan darah yang diinginkan di bawah kesakitan (morbiditas) dan angka
140/90 mmHg. Pada penelitian di kematian (mortalitas).
Amerika oleh American Hypertension Olahraga menyebabkan perubahan
Association (2006) ditemukan hanya 68% besar pada sistem sirkulasi dan
penderita hipertensi yang mengetahui pernapasan dimana keduanya berlangsung
penyakit tersebut, sisanya sama sekali bersamaan sebagai respon homeostatik.
tidak mengetahui penyakit tersebut, dan Latihan olahraga yang sering digunakan
diperkirakan 30% penduduknya (kurang pada penderita hipertensi adalah olahrga
lebih 50 juta jiwa), menderita tekanan aerobik. Banyak bentuk olahraga aerobik
darah tinggi dengan persentase biaya yang dapat ditempuh oleh pasien
kesehatan cukup besar setiap tahunnya. hipertensi antara lain jogging dan senam
Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi aerobic. Olahraga teratur dapat
terjadi terutama di negara-negara menurunkan tekanan sistolik maupun
berkembang. diastolik pada orang dengan hipertensi
Prevalensi hipertensi di Indonesia tingkat ringan.
mencapai 31,7% dari populasi usia 18 Latihan fisik sangat berpengaruh
tahun ke atas, dimana jumlah itu 60% bagi penurunan tekanan darah dalam
penderita mengalami penyakit jantung, meningkat-kan imunitas tubuh setelah
gagal ginjal, pada semua umur di latihan teratur, mengatur kadar glukosa
Indonesia (Riskesdas, 2010) sampai darah, mencegah kegemukan,
dengan umur 55 tahun laki-laki lebih meningkatkan sensitivitas reseptor insulin,
banyak menderita hipertensi dibandingkan menormalkan tekanan darah serta
dengan perem-puan, dari umur 55 tahun meningkatkan kemampuan kerja. Senam
sampai dengan 74 tahun, sedikit lebih aerobik dapat membantu memperbaiki
banyak perempuan dibanding laki-laki profil lemak darah, menurunkan kolesterol
yang menderita hipertensi. Pada populasi total, Low Density Lipoprotein (LDL),
lansia (umur ≥ 60 tahun), prevalensi untuk trigliserida dan menaikkan High Density
hipertensi sebesar 65,4%. Lipoprotein (HDL) serta memperbaiki
Hasil Riset Kesehatan Dasar sistem hemostatis dan tekanan darah.
(Riskesdas) Nasional tahun 2007 Salah satu program pemerintah
menunjukkan prevalensi hipertensi yaitu senam Prolanis (Program
berdasarkan pengukuran termasuk kasus Pengelolahan Penyakit Kronis)
yang sedang minum obat, secara nasional merupakan bentuk latihan jasmani
sebesar 28,3 %. Menurut WHO, batas aerobik. Senam ini juga termasuk program
tekanan darah masih dianggap normal pemerintah yang dijalankan oleh Badan
ialah <130/85 mmHg, sedangkan bila Penyelengaraan Jaminan Sosial (BPJS).
>140/90 mmHg dinyatakan sebagai Prolanis adalah suatu sistem pelayanan
hipertensi. Tekanan darah tinggi adalah kesehatan dan pendekatan proaktif yang
suatu peningkatan tekanan darah didalam dilaksanakan secara terintegrasi yang
arteri. Hipertensi ini sering ditemukan melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan
pada usia lanjut. Tekanan sistolik terus BPJS (Badan Penyeleng-garaan Jaminan
meningkat sampai usia 55-60 tahun, Sosial) Kesehatan dalam rangka
kemudian berkurang secara perlahan dan pemeliharan kesehatan bagi peserta yang
menurun drastis. menyandang penyakit kronis untuk

151
mencapai kualitas hidup yang optimal Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan
dengan biaya pelayanan kesehatan yang Jenis kelamin
efektif dan efisien.
Penelitian ini bertujuan untuk Jenis Kelamin Jumlah (%)
mengetahui pengaruh program Prolanis Perempuan 17 77,3
yang dijalankan oleh BPJS khususnya Laki-laki 5 22,7
Senam Prolanis terhadap penurunan Total 22 100,0
tekanan darah.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa
METODE jumlah responden yang terbanyak ialah
Jenis penelitian ini ialah berumur 45-55 tahun (54,5%) dan yang
eksperimental lapangan dengan pre-post paling sedikit ialah berumur 61-70 tahun
group design. Penelitian dilaksanakan (18,2%).
pada bulan November 2015 - Desember
2015 di Klinik Husada Sario Manado. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pengambilan sampel dilakukan dengan Umur
purposive sampling pada lansia yang
didiagnosis hipertensi di Klinik Husada. Umur (tahun) Jumlah (%)
Kriteria inkulsi penelitian ini ialah pasien 45-50 12 54,5
berumur 40 tahun ke atas penurunan 51-60 6 27,3
tekanan darah yang bersedia ikut dalam 61-70 4 18,2
penelitian serta Total 22 100,0
menandatangani informed conset.
Responden yang memenuhi kriteria Tabel 3 memperlihatkan pada
inklusi, dikumpulkan untuk diberikan kelompok latihan 2 kali/minggu dengan
penjelasan tentang Senam Prolanis. tekanan darah sistolik sebelum latihan 140
Sebelum latihan senam dilakukan mmHg terjadi penurunan sesudah latihan
pemeriksaan tekanan darah. Responden menjadi 130 mmHg; dan tekanan darah
dibagi dua kelompok yaitu 2 diastolik sebelum latihan yaitu 84 mmHg
kali/seminggu dan 3 kali/seminggu selama mengalami juga penurunan sesudah
4 minggu melakukan latihan senam dalam latihan menjadi 77 mmHg.
waktu 30 menit. Setelah diberikan latihan
selama 4 minggu, tekanan darah Tabel 3. Kelompok Latihan 2 kali/minggu
responden diperiksa lagi. (Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Data dianalisis dengan uji t Sebelum dan Sesudah Latihan )
berpasangan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan pengamatan. Uji Tekanan darah Tekanan darah
statistik dijalankan dengan menggunakan Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
perangkat lunak SPSS (Statistical Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Program For Social Science) versi 22,0 140 130 84 77
HASIL Hasil uji statistik pada kedua
Pada penelitian ini diperoleh kelompok latihan yaitu kelompok latihan
respon-den 25 orang penurunan tekanan 2 kali/minggu rerata tekanan darah sistolik
darah yang telah memenuhi kriteria awal dan akhir serta tekanan darah
inklusi (Tabel 1). Jumlah responden diastolik awal dan akhir maka perlu
perempuan (77,3%) lebih bantak dari laki- dilakukan pengujian kenormalan data
laki (22,7%). dengan hasil uji tidak menyebar normal
(Sig <0,05); oleh sebab itu dilakukan uji
perbedaan yaitu uji Wilcoxon signed

152
ranks pada masing-masing kelompok demikian dapat dikatakan, bahwa terjadi
latihan (Tabel 4). penurunan bermakna dari tekanan darah
sesudah perlakuan senam aerobic low
Tabel 4. Hasil uji kelompok latihan 2 impact pada penderita hipertensi stadium
kali/minggu sedang.
Berdasarkan Tabel 4 terdapat
T Asymp Sig. perbedaan bermakna antara tekanan darah
(1-tailed) sistolik awal dan akhir latihan (p = 0,003
Tekanan Darah 6,243 0,001 < α = 0,001) dan terdapat perbedaan
Sistolik Akhir - bermakna antara tekanan darah diastolik
Tekanan Darah awal dan akhir latihan (p = 0,002 <α =
Sistolik Awal 0,001). Hal ini menunjukkan bahwa
Tekanan Darah 6,197 0,001 terdapat perbedaan bermakna tekanan
Diastolik Akhir - darah sistolik dan diastolik antara sebelum
Tekanan Darah dan sesudah latihan.
Diastolik Awal Latihan olahraga yang dilakukan
agar dapat berpengaruh terhadap efisiensi
Tabel 4 memperlihatkan terdapat kerja jantung. Sebaiknya latihan berada
perbedaan bermakna antara tekanan darah pada intensitas sedang yaitu denyut
sistolik awal dan akhir pada latihan 2 jantung 150-170/menit. Intesitas sedang
kali/minggu (p = 0,003 < α = 0,001); ≤70-80% dari kapasitas aerobik maksimal.
terdapat perbedaan bermakna antara Intesitas latihan adalah lamanya yang
tekanan darah diastolik awal dan akhir dilakukan, khususnya latihan yang bersifat
pada latihan 2 kali/minggu (p = 0,002 <α aerobik dan intesitas latihan yang paling
= 0,001); penting harus dipenuhi. Frekuensi
latihannya 3- 5 kali seminggu dengan
PEMBAHASAN lama latihan 20-60 menit sekali latihan.
Penelitian dilakukan terhadap 22 Latihan olahraga dapat menyebabkan
orang pasien hipertensi di Desa dilatasi pembuluh-pembuluh darah
Glagahwero yang mengikuti senam sehingga tekanan darah menurun. Orang
Prolanis yang dialkukan latihan 2 yang melakukan latihan 3 kali seminggu
kali/minggu. Perlakuan berupa senam akan mengalami peningkatan daya tahan
Prolanis selama 60 menit. Responden kardiorespirasi dan latihan olahraga secara
didominasi oleh jenis kelamin perempuan teratur bisa menurunkan resiko penyakit
(77,3%) (Tabel 1). Umur respon-den jantung.
berkisar 45-80 tahun terbanyak pada Rismayanthi mendapatkan bahwa
kisaran 45 – 50 tahun (54,5%) (Tabel 2). olahraga aerobik terutama bermanfaat
Tabel 3 memperlihatkan bahwa untuk meningkatkan dan mempertahankan
didapatkan penurunan baik tekanan darah kesehatan dan daya tahan jantung, paru,
sistolik maupun tekanan darah diastolik peredaran darah, otot- otot, dan sendi-
setelah latihan. Hasil penelitian ini serupa sendi. Senam aerobic low impact
dengan penelitian oleh Rismayanthi13 mempunyai pengaruh besar terhadap
yang mendapatkan perbedaan bermakna tubuh, khususnya terhadap daya tahan
tekanan darah diastolik pada penderita paru dan jantung.
hipertensi stadium sedang sebelum dan Latihan fisik sangat berpengaruh
sesudah melakukan senam aerobic. Rerata bagi penderita hipertensi untuk
yang diperoleh tekanan darah diastolik meningkatkan imunitas dalam tubuh
sebelum perlakuan sebesar 103,733 dan setelah latihan teratur, meregulasi kadar
rerata tekanan darah diastolik sesudah glukosa darah, mencegah kegemukan,
perlakuan sebesar 99,300. Dengan meningkatkan sensitivitas reseptor insulin,

153
menormalkan tekanan darah serta ---------. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2
meningkatkan kemampuan kerja. Senam dan Hipertensi (diakses 5 Oktober
aerobik dapat membantu memperbaiki 2015).
profil lemak darah, menurunkan kolesterol Kusmana, D. 2006. Olahraga Untuk
total, Low Density Lipoprotein (LDL), Orang Sehat dan Penderita
trigliserida dan menaikan High Density Penyakit Jantung. Jakarta: Balai
Lipoprotein (HDL) serta memperbaiki Penerbit Fakultas Kedokteran
sistem hemostatis dan tekanan darah. Universitas Indonesia,.
Kusmana, D. 2002. Olahraga Bagi
KESIMPULAN Kesehatan Jantung. Jakarta:
Berdasarkan hasil penelitian pada Fakultas Kedokteraan Universitas
22 responden yang diberi perlakuan Indonesia,.
senam Prolanis dapat disimpulkan bahwa Riskesdas. 2010. Laporan Riset Kesehatan
pada kedua kelompok latihan terdapat Dasar. Jakarta: Badan Penelitian
penurunan bermakna tekanan darah dan Pengembangan Kesehatan
sistolik dan diastolik setelah senam Kementerian Kesehatan RI.
Prolanis selama 4 minggu berturut-turut. Riskesdas. 2007. Laporan Riset Kesehatan
Dasar Tahun. Jakarta: Badan
SARAN Penelitian dan Pengembangan
Lansia hendaknya secara teratur Kesehatan Kementerian Kesehatan
melakukan senam prolanis sebagai salah RI.
satu perawatan terhadap tekanan darah. Ridjab, DA. 2005. Pengaruh Aktifitas
fisik terhadap Tekanan Darah.
KEPUSTAKAAN Jurnal Kedokteran
American Hypertension Association. Atmajaya.;4(2):73.
2006. Alternative Treatments Rismayanthi, C. 2009. Pengaruh Latihan
Hypertension. Available form: Senam Jantung Indonesia
http:// healthlibrary. epnet. Terhadap Penurunan Tekanan
com/print. Darah pada Penderita Hipertensi
Armilawaty, Amalia, H., Amirudin, R. [Tesis]. Yogyakarta: Pps IK UNY.
2007. Hipertensi dan Faktor World Health Organization. 2010. Global
Resikonya dalam kajian Recommendations on Physical
Epidemiologi. Makassar: Bagian Activity for Health. Switzerland,.
Epidemiologi FKM UNHAS,.
Barnason, S., Zimmerman, Nieveen, J.
2007. Effectiveness of Community
Health Workers in the Care of
People with Hypertension. Am J
Prev Med.
Caspersen, C., Powell, K., Christenson, G.
1985. Physical activity, exercise,
and physical fitness: Definitions
and distinctions for health-related
research. Public Health Rep.;
100:126-31.
Kamus Kedokteran Dorland. 2010. (31st
ed). Jakarta: EGC.
Puji, I., Heru, S., Agus, S. 2007. Pengaruh
Senam aerobik. Media
Ners.;1(2):49-99.

154
LATIHAN GERAK MATA UNTUK KESEHATAN MATA: STUDI KASUS PADA
KELUARGA BINAAN DI DESA KEMUNINGSARI LOR KECAMATAN PANTI
KABUPATEN JEMBER

(EYE GESTURE TRAINING FOR EYE HEALTH: CASE STUDY ON FAMILY HOME
CARE IN KEMUNINGSARI LOR VILLAGE, PANTI, JEMBER)

Misbakhul Anwari1, Rita Vidyawati2, Ropickhotus Salamah3, Mashila Refani4, Nur


Winingsih5, Dwi Yoga6, Rizka Inna7, Tantut Susanto8*
1,2,3,4,5,6,7,8
Fakultas Keperawatan, Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450
*e-mail: tantut_s.psik@unej.ac.id

ABSTRAK

Kebiasaan buruk ini dapat berpengaruh pada sistem-sistem tubuh pada anak sekolah usia 6-12
tahun. Kebiasaan buruk yang dapat mengakibatkan kerusakan pada mata yaitu seperti
aktivitas melihat dekat meliputi waktu dan jarak yang dihabiskan untuk membaca,
penggunaan komputer, menonton televisi dan bermain TV game atau handphone, serta
lamanya pajanan terhadap cahaya. Hal ini paling banyak disebabkan oleh semakin bertambah
usia pada saat perkembangan bola mata maka panjang aksial bola mata juga akan bertambah
sehingga cahaya akan jatuh di depan retina. Sarana media visual antara lain televisi, komputer
dan video game, dan aktivitas melihat dekat yang terlalu banyak seperti melihat layar
komputer, bermain video game, dan menonton televisi yang dapat melemahkan otot siliaris
mata dan mengurangi ketajaman mata/visus. Pemeriksaan secara dini perlu dilakukan untuk
mencegah terjadinya masalah pada mata, tetapi dengan menggunakan teknik non farmakologi
berupa latihan gerak mata dapat dilakukan. Peelitian ini adalah penelitian kualitatif pada
keluarga Ny. I dengan responden An. A dengan dilakukan pretest dan postest pengukuran
visus/ketajaman mata. Hasil akhir penelitian didapatkan bahwa perubahan visus pada An. A
terjadi secara bertahap yaitu pada pertemuan pertama sebesar 20/60 dan pada pertemuan ke-
12 didapatkan hasil 39.4/60. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara latihan gerak mata terhadap kesehatan mata pada An. A di Desa
Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember. (p-value = 0,001)
Kata Kunci :Anak sekolah, Visus/ketajaman mata, latihan gerak mata.

PENDAHULUAN digunakan untuk melihat benda dan


Anak sekolah usia 6-12 tahun lingkungan sekitar (Ilyas, 2002).
merupakan masa dimana anak aktif dalam Mata pada anak yang sedang dalam
melakukan segala kegiatannya. Dalam masa tumbuh kembang dapat mengalami
kehidupan sehari-hari, anak sekolah tentu kerusakan yang akan berakibat buruk bagi
memperoleh hal-hal baru yang dapat kehidupan akibat kebiasaan buruk yang
mengakibatkan kebiasaan buruk yang pasti banyak dilakukan oleh anak. Pada saat usia
akan berpengaruh pada tumbuh kembang sekolah, mata akan mengalami
anak. Kebiasaan buruk ini dapat pertumbuhan refraksi lambat yang
berpengaruh pada sistem-sistem tubuh berpuncak pada perkembangan miopia atau
pada anak sekolah usia 6-12 tahun. Salah rabun jauh. Hal ini paling banyak
satunya akan berpengaruh pada sistem disebabkan oleh semakin bertambah usia
indra yang ada pada anak, utamanya pada saat perkembangan bola mata maka
adalah mata. Mata merupakan salah satu panjang aksial bola mata juga akan
indra yang terpenting untuk manusia yang bertambah sehingga cahaya akan jatuh di

155
depan retina (Wojciechowski, 2011 dalam 2015 dalam Tamboto, dkk, 2015). Lebih
Puspa, dkk, 2018). dari 90% pengguna komputer mengalami
Kebiasaan buruk yang dapat gejala penglihatan seperti mata lelah,
mengakibatkan kerusakan pada mata yaitu penglihatan buram, penglihatan ganda,
seperti aktivitas melihat dekat meliputi pusing, mata kering, serta
waktu dan jarak yang dihabiskan untuk ketidaknyamanan pada okuler saat melihat
membaca, penggunaan komputer, dari dekat ataupun dari jauh setelah
menonton televisi dan bermain TV game penggunaan komputer jangka lama (Puspa
atau handphone, serta lamanya pajanan dkk, 2018). Masalah kebutaan pada anak-
terhadap cahaya. Kebiasaan yang salah anak merupakan salah satu masalah
tersebut dapat mengakibatkan kerusakan kesehatan yang dihadapi oleh dunia
mata yang disebut dengan miopi (mata terutama negara-negara berkembang
minus) (Barliana, 2005). Kelainan tajam seperti Indonesia, dan menuirut WHO
peglihatan (visus) pada anak usia sekolah 3,9% kebutaan disebabkan oleh kebutaan
merupakan masalah kesehatan yang di masa anak-anak. Namun saat ini masih
penting (Fachrian dkk, 2009 dalam tampak kurangnya perhatian dibeberapa
Porotu’o dkk 2014). daerah Indonesia mengenai masalah
Menurut penelitian Fachrian dkk, gangguan penglihatan khususnya pada
2015 dalam Puspa, dkk, 2018 menyatakan anak.
bahwa sarana media visual antara lain Tajam penglihatan/visus
televisi, komputer dan video game, dan merupakan masalah kesehatan yang
aktivitas melihat dekat yang terlalu banyak penting. Deteksi dini dan publikasi
seperti melihat layar komputer, bermain mengenai prevalensi dan faktor yang
video game, dan menonton televisi yang berhubungan dengan kelainan tajam
dapat melemahkan otot siliaris mata dan penglihatan di Indonesia masih jarang
mengurangi ketajaman mata/visus dilakukan. sedangkan tajam penglihatan
sehingga mengganggu otot untuk melihat yang baik sangat diperlukan dalam proses
jauh sehingga menyebabkan kelainan belajar mengajar (Tamboto, dkk, 2015).
tajam penglihatan. Pada penelitian tahun Pemeriksaan rutin pada mata sebaiknya
2010, anak dan remaja menggunakan dimulai pada usia dini. Pada anak 2-2,5
gadget rata-rata lebih dari 7 jam. tahun, skrining mata perlu dilakukan untuk
Pemakaian gadget berlebihan didefinisikan mendeteksi apakah menderita gangguan
pada anak berusia di atas 2 tahun yang tajam penglihatan yang nantinya akan
menggunakan gadget itu lebih dari 2 jam mengganggu aktivitas di sekolahnya
per hari (Puspa, dkk, 2018). Penelitian pertahun (Menkes RI , 2006 dalam
yang dilakukan oleh Anggityas Tamboto dkk, 2015).
menyatakan bahwa rata-rata durasi Banyak upaya mampu dilakukan
bermain game online pada anak usia untuk meningkatkan kesehatan pada anak
sekolah sebesar 20,80 jam perminggu dan sekolah maupun remaja salah satunya
rata-rata nilai visus mata anak menurun dengan latihan. Latihan yang mata
dengan nilai 0,8 sebanyak 35%. direlaksasikan dengan cara digerakkan
Faktor lain yang menyebabkan dengan seksama dan sejajar. Latihan gerak
visus mata kurang baik adalah faktor mata baik dilakukan pada anak sekolah
genetik dan faktor perilaku atau aktivitas yang sedang dalam masa tumbuh kembang
melihat dekat dalam jangka waktu yang untuk merilekskan otot-otot mata,
panjang, intensitas menonton tv secara mengurangi atau menghilangkan penyakit
terus menerus, intensitas membaca buku mata, dan membuat otot mata dan
secara terus menerus, dan intensitas sekitarnya menjadi elastis dan kuat, serta
menggunakan komputer secara terus mempertajam penglihatan.
menerus (National Geographic Indonesia,

156
Pengkajian terkait kesehatan mata tertarik untuk melakukan penelitian yang
pada anak usia sekolah dilakukan oleh berjudul “Pengaruh Latihan Gerak Mata
mahasiswa program studi pendidikan Terhadap Kesehatan Mata Pada An. A Di
profesi ners pada tanggal 5 Mei 2018 di Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti
RT 1 RW 7 Dusun Sumbersari Desa Kabupaten Jember”.
Kemuningsari Lor Kecamatan Panti
Kabupaten Jember. Pengkajian dilakukan METODE
pada An. A dan didapatkan hasil, yaitu An. Penelitian ini adalah penelitian studi
A mengatakan bahwa ia beberapa saat kasus pada keluarga binaan melalui
pernah tidak mampu melihat dengan jelas evaluasi kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi
tulisan yang ada dijalan-jalan. Intensitas kuantitatif dilakukan dengan sebelum
An. A dalam sehari mampu menonton tv dilakukan intervensi peneliti melakukan
±8-10 jam/hari dan didapatkan bahwa An. penilaian pretest dan diakhir akan
A juga sering kali main game pada diberikan postest. Intervensi dan
handphonenya ±3-5x/hari dengan pendidikan kesehatan terkait kesehatan
intensitas 10-20 menit setiap permainan, mata akan diberikan kepada keluarga Ny. I
An. A juga didapati sering bermain gadget dengan 12 (1 minggu terdapat 2 kali
dengan jarak dan posisi yang salah. An. A kunjungan) kali tatap muka. Evaluasi
mengatakan bahwa ia sering bermain game kualitatif dilakukan melalui evaluasi
dengan gadgetnya sambil tiduran karena perkembangan keluarga binaan selama
dirasa nyaman. Pengkajian juga dilakukan dilakukan kunjungan rumah. Studi kasus
dengan mengukur ketajaman mata/visus dalam penelitian adalah An. A. Latihan
dengan uji hitung jari, hasil pengkajian gerak mata merupakan latihan yang
didapatkan hasil visus An. A dengan uji diberikan untuk kesehatan mata yang
hitung jari yaitu 20/60 sedangkan menurut dilakukan selama ±5 menit. Latihan gerak
teori uji hitung jari dapat diliat terpisah mata terdiri dari 9 gerakan terhadap bola
oleh orang normal pada jarak 60 meter. mata sebagai upaya untuk merilekskan dan
Upaya yang dilakukan mahasiswa menjaga kesehatan mata.
program studi pendidikan profesi ners
dalam menangani masalah ini adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan latihan gerak mata. Latihan gerak KarakteristikResponden
mata merupakan upaya dalam Usia
merelaksasikan mata akibat kebiasaan Pada penelitian ini, responden
buruk seperti bermain game, menonton tv berusia 12 tahun. Menurut Ilyas (2002),
terlalu sering dan membaca buku terlalu anak sekolah usia 6-12 tahun merupakan
dekat utamanya pada anak usia sekolah. masa dimana anak aktif dalam melakukan
Pencegahan penurunan kesehatan kegiatan dan hal-hal baru yang dapat
mata pada anak usia sekolah dapat mengakibatkan kebiasaan buruk pada
dilakukan dengan melakukan latihan gerak sistem-sistem tubuh anak salah satunya
mata. Latihan gerak mata merupakan salah adalah mata. Kebiasaan buruk yang dapat
satu upaya untuk mempertahankan mengakibatkan kerusakan pada mata yaitu
kesehatan pada mata dengan cara yang seperti aktivitas melihat dekat meliputi
optimal dan mudah untuk dilakukan waktu dan jarak yang dihabiskan untuk
utamanya pada anak usia sekolah. Oleh membaca, penggunaan komputer,
karena itu dengan menggunaan latihan menonton televisi dan bermain TV game
gerak mata sebagai intervensi untuk atau handphone, serta lamanya pajanan
merelaksasikan mata pada An. A yang terhadap cahaya. Kebiasaan yang salah
tinggal di RT 1 RW 7 Dusun Sumbersari tersebut dapat mengakibatkan kerusakan
Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti mata yang disebut dengan miopi (mata
Kabupaten Jember, sehingga peneliti minus) (Barliana, 2005).

157
kesehatan dan kesehatan mata saya tetap
Lama penggunaan gadget/smartphone terjaga”. Posisi membaca atau bermain
Tabel 1. Distribusi Lama Penggunaan gadget dengan tiduran cukup berisiko dan
Gadget/Smartphone posisi menyebabkan mata mudah lelah.
Hal ini membuat jarak buku dengan mata
Intensitas semakin dekat. Saat berbaring, tubuh tidak
Intensitas
Pertemuan Menonton bisa relaks karena otot mata akan menarik
Main Game
TV bola mata ke arah bawah, mengikuti letak
1 8-10 jam/hr 120 menit/hr buku yang sedang dibaca. Mata yang
sering beraomodasi dalam waktu yang
Tabel diatas menunjukkan bahwa lama akan cepat menurunkan kemampuan
pada awal pertemuan An. A memiliki melihat jauh.
kebiasaan menonton tv ±8-10 jam/hari dan
bermain game ±3-5x/hari dengan intensitas Pengaruh Latihan Gerak Mata
10-20 menit setiap permainan. Setelah Mata merupakan salah satu
dilakukan intervensi pada setiap pertemuan indera yang sangat sensitif dan mudah
didapatkan bahwa hasil dari intervensi terpengaruh oleh paparan lingkungan.
meningkatkan visus/ketajaman mata pada Masalah kesehatan sering terjadi
anak dengan hasil akhir visus pada anak dikarenakan kurang peduli akan kesehatan
yaitu 39.4/60 sedangkan untuk intensitas mata. Gaya hidup yang salah mampu
menonton TV dan main game didapatkan menimbulkan terjadinya kerusakan pada
hasil bahwa terjadi penurunan yang mata seperti miopi, iritasi mata, bahkan
bertahap setelah diberikan pendidikan kebutaan. Deteksi dini untuk kesehatan
kesehatan terkait kesehatan mata yaitu mata sangat penting dilakukan pada usia
untuk menonton TV menjadi 5 jam/hari dini, akan tetapi pencegahan akan lebih
dan untuk main game menjadi 55 berpengaruh bagi kesehatan mata. Salah
menit/hari. Menatap layar ganged dalam satu cara untuk mengatasi masalah
waktu yang lama memberikan tekanan kesehatan mata yaitu dengan melakukan
tambahan pada mata dan susunan latihan gerak mata. Latihan gerak mata
syarafnya. Menggunakan gadget melebihi dapat membuat otot mata dan sekitarnya
batas waktu berkaitan pula dengan durasi menjadi elastis dan kuat, mengurangi
paparan radiasi yang diterima oleh tubuh. ketegangan pada mata serta dapat
Lamanya radiasi yang menyinari tubuh mempertajam penglihatan apabila
khususnya mata walaupun dengan dilakukan setiap hari. Menurut Doug
intensitas yang rendah akan tetapi dalam Dollemore, Mark Gucci dalam Age Erasers
jangka waktu lama dapat menyebabkan for Men, berpendapat bahwa latihan gerak
gangguan fisiologis. mata dapat membantu mempertahankan
penglihatan dengan melakukan latihan
Posisi saat membaca/menggunakan gerak mata setiap hari (Mangoenprasodjo,
gadget 2005).
Pengkajian pada An. A didapatkan
bahwasaat pertemuan pertama An. A Tabel 2. Distribusi Pretest dan Postest
sering bermain game dengan gadgetnya Visus Mata Pada An. A
sambil tiduran karena terasa nyaman.
Setelah diberikan pendidikan kesehatan Pretest Post Test
Pertemuan
tentang kesehatan mata didapatkan hasil Visus Visus
dengan An. A mengatakan bahwa “selama 1 20/60 24/60
6 minggu saya mencoba untuk main hp 2 23.8/60 24.6/60
dan membaca buku dengan cara yang 3 24.3/60 26.1/60
benar agar saya terhindar dari masalah 4 26.7/60 27.5/60

158
5 27.5/60 28/60 KESIMPULAN
6 28/60 28.8/60 Hasil penelitian didapatkan hasil
7 28.7/60 30/60 bahwa latihan gerak mata mampu
8 29.8/60 30.2/60 meningkatkan visus/ketajaman mata pada
9 30.1/60 30.9/60 An. A. Latihan gerak mata merupakan
10 31/60 35/60 upaya yang optimal dilakukan pada anak
11 34.7/60 37.5/60 usia sekolah karena mudah dan dapat
12 37.8/60 39.4/60 dilakukan secara berulang-ulang untuk
hasil yang optimal.
Tabel diatas didapatkan hasil
bahwa pada setiap pertemuan terdapat KEPUSTAKAAN
perubahan yang signifikan untuk visus Barliana, JD, Mangunkusumo, VW. 2005.
pada An. A. Perubahan visus terbesar Prevalensi dan faktor resiko miopia
terjadi pada pertemuan pertama dengan pada pelajar kelas tiga dan enam
perubahan visus pretest sebesar 20/60 dan sekolah dasar. Oftalmologica
postest sebesar 24/60, sedangkan untuk Indonesiana;32:74-83.
pertemuan ke-10 didapatkan hasil pretest Ilyas, S. 2002. Ilmu penyakit mata. Ed 2.
sebesar 31/60 dan postest 35/60. Hasil Jakarta: Balai penerbit FKUI..
akhir penelitian didapatkan bahwa Mangoenprasodjo, S. 2005. Mata Indah
perubahan visus pada An. A terjadi secara Sehat. Yogyakarta:THINKFRESH.
bertahap yaitu pada pertemuan pertama Vaughan, DG, Asbury, T, Eva, PR. 2000.
sebesar 20/60 dan pada pertemuan ke-12 Oftalmologi umum. Ed 14. Jakarta:
didapatkan hasil 39.4/60. Widya Medika..
Puspa, dkk. 2018. Pengaruh Penggunaan
Pengaruh Latihan Gerak Mata Gadget Terhadap Penurunan
Terhadap Ksehatan Mata An. A Kualitas Penglihatan Siswa Sekolah
Dari hasil penelitian yang telah Dasar. Global Medical and Health
dilakukan didapatkan perbesaan yang Communication. Vol 6 (1).
signifikan terhadap perubahan visus pada Porotu’o dkk, 2014. Faktor-faktor yang
An. A sebelum dan sesudah dilakukan Berhubungan dengan Ketajaman
intervensi latihan gerak mata. Menurut Penglihatan pada Pelajar Sekolah
Mangoenprasodjo (2005), latihan gerak Dasar Katolik Santa Theresia 02
mata signifikan terhadap perubahan Kotan Manado. Manado:
kelelahan pada mata, ketajaman pada mata Universitas Sam Ratulangi.
serta merileksasikan ketegangan otot mata. Tamboto, dkk. 2015. Gambaran Visus
Peneliti Mangoenprasodjo mengungkapkan Mata pada Senat Mahasiswa
bahwa latihan gerak mata salah satu upaya Fakultas Kedokteran Universitas
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik.
kesehatan mata pada segala usia karena Vol 3 (3).
tindakan ini tidak memiliki pengaruh yang
buruk bagi mata. Hasil penelitian ini
didapatkan perubahan yang cukup besar
pada prestest hingga postest di akhir
pertemuan ke-12, dengan visus pertemuan
pertama sebesar 20/60 dan visus di akhir
pertemuan ke-12 sebesar 39.4/60.
Dimungkinkan latihan gerak mata mampu
meningkatkan visus/ketajaman mata.

159
PENGARUH SENAM ANTI HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH LANSIA DI DESA KEMUNINGSARI LOR KECAMATAN
PANTI KABUPATEN JEMBER

Misbakhul Anwari1, Rita Vidyawati2, Ropickhotus Salamah3, Mashila Refani4, Nur


Winingsih5, Dwi Yoga6, Rizka Inna7, Tantut Susanto8*
1,2,3,4,5,6,7,8
Fakultas Keperawatan, Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450
*e-mail: tantut_s.psik@unej.ac.id

ABSTRAK

Masalah kesehatan yang terjadi pada lansia umumnya adalah penurunan fungsi organ yang
memicu terjadinya berbagai penyakit degeneratif termasuk hipertensi. Penyakit degeneratif
pada lansia jika tidak ditangani dengan baik maka menurunkan kualitas hidup lansia.
Hipertensi merupakan suatu gejala penyakit degeneratif kardiovaskuler yang paling banyak di
alami oleh lansia dan belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya. Penatalaksanaan
hipertensi pada lansia selain dengan farmakologi dapat pula dilakukan dengan non
farmakologi seperti senam anti hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
senam anti hipertensi lansia terhadap penurunan tekanan darah lansia dengan hipertensi di
Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan rancangan preexperiment design One Group Pre test-post test.
Pengumpulan data menggunakan Sphygmomanometer air raksa, sedangkan analisis data
menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil dari penelitian ini adalah tekanan darah
sebelum pemberian intervensi sebagian besar adalah prehypertension (87,5%), tekanan darah
setelah pemberian intervensi senam hipertensi sebagian besar adalah normal (87,5%), dan
terdapat pengaruh senam anti hipertensi terhadap tekanan darah lansia di Desa Kemuningsari
Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember (p-value = 0,001).
Kata Kunci : Lansia, senam hipertensi, tekanan darah

PENDAHULUAN meningkatkan angka morbiditas bahkan


Meningkatnya penduduk lanjut usia dapat menyebabkan kematian (Depkes,
dibutuhkan perhatian dari semua pihak 2013). Beberapa penyakit degeneratif yang
dalam mengantisipasi berbagai paling banyak diderita oleh lansia antara
permasalahan yang ada. Penuaan lain, gangguan sendi, hipertensi, katarak,
penduduk membawa berbagai implikasi stroke, gangguan mental emosional,
baik dari aspek social, ekonomi, hukum, penyakit jantung dan diabetes melitus
politik dan terutama kesehatan (Komnas (Riskesdas, 2013).
Lansia 2010). Prevalensi hipertensi di dunia
Meningkatnya populasi lansia ini diperkirakan sebesar 1 milyar jiwa dan
tidak dapat dipisahkan dari masalah hampir 7,1 juta kematian setiap tahunnya
kesehatan yang terjadi pada lansia, akibat hipertensi, atau sekitar 13% dari
menurunnya fungsi organ memicu total kematian (Gusmira, 2012). Prevalensi
terjadinya berbagai penyakit degeneratif hipertensi di Indonesia untuk penduduk
(Azizah, 2011). Penyakit degeneratif pada berumur diatas 25 tahun adalah 8,3%,
lansia ini jika tidak ditangani dengan baik dengan prevalensi laki-laki sebesar 12,2%
maka akan menambah beban finansial dan perempuan 15,5%. Berdasarkan hasil
negara yang tidak sedikit dan akan Riset Kesehatan Dasar Depkes (Riskesdas)
menurunkan kualitas hidup lansia karena 2013, sekitar 76% kasus hipertensi di

160
masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini aktivitas fisik, genetik serta farmakologi
terlihat dari hasil pengukuran tekanan dalam penelitian yang tidak dapat
darah pada usia 18 tahun ke atas dikendalikan.
ditemukan prevalensi hipertensi di Senam anti hipertensi merupakan
Indonesia sebesar 31,7% (Depkes RI, olah raga yang salah satunya bertujuan
2013). Hipertensi seringkali ditemukan untuk meningkatkan aliran darah dan
pada lansia. Dari hasil studi tentang pasokan oksigen kedalam otot-otot dan
kondisi sosial ekonomi dan kesehatan rangka yang aktif khususnya terhadap otot
lanjut usia yang dilaksanakan Komnas jantung. Mahardani (2010) mengatakan
Lansia di 10 Provinsi tahun 2012, dengan senam atau berolah raga kebutuhan
diketahui bahwa penyakit terbanyak yang oksigen dalam sel akan meningkat untuk
diderita lansia adalah penyakit sendi proses pembentukan energi, sehingga
(52,3%) dan Hipertensi (38,8%), penyakit terjadi peningkatan denyut jantung,
tersebut merupakan penyebab utama sehingga curah jantung dan isi sekuncup
disabilitas pada lansia (Kemenkes RI, bertambah. Dengan demikian tekanan
2013). darah akan meningkat. Setelah berisitirahat
Olahraga seperti senam anti pembuluh darah akan berdilatasi atau
hipertensi mampu mendorong jantung meregang, dan aliran darah akan turun
bekerja secara optimal, dimana olahraga sementara waktu, sekitar 30-120 menit
mampu meningkatkan kebutuhan energi kemudian akan kembali pada tekanan
oleh sel, jaringan dan organ tubuh, dimana darah sebelum senam. Jika melakukan
akibatnya dapat meningkatkan aliran balik olahraga secara rutin dan terus menerus,
vena sehingga menyebabkan volume maka penurunan tekanan darah akan
sekuncup yang akan langsung berlangsung lebih lama dan pembuluh
meningkatkan curah jantung sehingga darah akan lebih elastis. Mekanisnme
menyebabkan tekanan darah arteri penurunan tekanan darah setelah berolah
meningkat, setelah tekanan darah arteri raga adalah karena olahraga dapat
meningkat akan terlebih dahulu, dampak merilekskan pembuluh-pembuluh darah.
dari fase ini mampu menurunkan aktivitas Sehingga dengan melebarnya pembuluh
pernafasan dan otot rangka yang darah tekanan darah akan turun.
menyebabkan aktivitas saraf simpatis Skrining tekanan darah telah
menurun, setelah itu akan menyebabkan dilakukan oleh mahasiswa program studi
kecepatan denyut jantung menurun, pendidikan profesi ners pada tanggal 26
volume sekuncup menurun, vasodilatasi Mei 2018 di RT 2 RW 6 Dusun
arteriol vena, karena menurunan ini Sumbersari Desa Kemuningsari Lor
mengakibatkan penurunan curah jantung Kecamatan Panti Kabupaten Jember.
dan penurunan resistensi perifer total, Skrining dilakukan pada 17 lansia
sehingga terjadinya penurunan tekanan didapatkan hasil, yaitu 3 lansia dengan
darah (Sherwood, 2005). tekanan darah normal, 4 lansia
Hubungan senam hipertensi prehipertensi, 6 lansia termasuak hipertesi
terhadap pengendalian tekanan darah ringan, dan 4 lansia termasuk hipertensi
lansia sebagaimana disimpulkan dalam berat.
penelitian Wahyuni (2015). Penelitian Upaya yang dilakukan mahasiswa
menunjukkan terjadinya perbaikan tekanan program studi pendidikan profesi ners
darah pada lansia namun tidak mencapai dalam menangani masalah ini adalah
taraf signifikansi yang diinginkan. Tidak dengan senam anti hipertensi. Gerakan
tercapinya perbaikan tekanan darah yang senam yang dilakukan adalah senam anti
diinginkan disebabkan adanya faktor hipertensi secara umum perlu gerakan
perancu yang berhubungan dengan tekanan gerakan senam yang disesuaikan dengan
darah lansia antara lain pola makan, stress,

161
kemampuan gerak lansia yaitu pada senam Tekanan Darah Lansia
anti hipertensi. Tabel 2. Hasil pengumpulan data tekanan
Pencegahan penurunan fungsional darah sistol dan diastol responden
tubuh pada lansia terutama tekanan darah diperoleh tendensi statistik
tinggi dapat dilakukan dengan melakukan
latihan fisik. Akan tetapi tidak semua Pre tes Post tes
Nilai
latihan fisik sesuai dengan lansia Diasto Sistol Diast
Statistik Sistole
mengingat kemampuan mobilisasi lansia le e ole
terbatas. Oleh karena itu menggunakan terendah 130 60 110 60
senam anti hipertensi sebagai intervensi tertinggi 190 100 200 90
untuk menurunkan tekanan darah lansia rata-rata 151,43 85,36 140 82,10
hipertensi yang tinggal di RT 2 RW 6 median 150 90 130 80,00
Dusun Sumbersari Desa Kemuningsari Lor Standar 11,46 8,81 14,53 8,33
Kecamatan Panti Kabupaten Jember, Deviasi
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul, “Pengaruh Senam Nilai tendensi statistik tekanan
Anti Hipertensi Lansia Terhadap darah responden pada pre test diperoleh
Penurunan Tekanan Darah Lansia Di Desa rata – rata sistole 151,43 mmHg dan rata –
Kemuningsari Lor Kecamatan Panti rata pre tes diastole 85,36 mmHg. Nilai
Kabupaten Jember”. rata – rata post test sistole 140 mmHg dan
rata – rata diastole 82,10 mmHg.
METODE
Penelitian ini adalah penelitian Tabel 3. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank
kuantitatif dengan rancangan pre Test
experiment design One Group Pre test-
post test dimana pada desain ini peneliti Tekana X ± SD p-
membandingkan nilai pre test yaitu Darah Pre Post value
sebelum dilakukan intevensi dan nilai sistole 151,43 ± 140 ± 0,001
post test yaitu setelah dilakukan 11,46 14,53
intervensi. Populasi penelitian adalah diastole 85,36 ± 82,10 ± 0,001
seluruh lansia yang hadir di kegiatan 8,81 8,33
tersebut. Senam anti hipertensi
merupakan aktifitas fisik yang
Pengaruh Senam Hipertensi terhadap
dilakukan berupa gerakan senam khusus
Penurunan Tekanan Darah Lansia
penderita hipertensi yang dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian
selama 4 menit.
diketahui terdapat 8 responden yang
mengalami penurunan tekanan darah
HASIL DAN PEMBAHASAN
setelah mengikuti senam antihipertensi.
Karakteristik Responden
Dengan hasil uji statistik diperoleh nilai
Tabel 1. Karakteristik responden
probabilitas 0,001 maka dapat disimpulkan
bahwa senam lansia terbukti membantu
Karakteristik n % menurunkan tekanan darah lebih cepat
Jenis Kelamin pada penderita hipertensi yang menjalani
a. Laki – laki 0 0% pengobatan farmakologis, dibandingkan
b. Perempuan 8 100% penurunan tekanan darah pada penderita
Umur hipertensi yang hanya mendapatkan
a. 50 – 75 pengobatan secara farmakologis saja.
7 87,5%
tahun Penelitian ini dilakukan dengan intensitas
1 12,5%
b. >75 tahun ringan, frekuensi latihan 1 kali seminggu
dengan lama latihan 4-12 menit. Hasil

162
penelitian ini sesuai dengan pendapat kekuatan mesin pompa jantung berkurang
Rigaud yang menyatakan bahwa jenis serta arteri besar kehilangan kelenturannya
olahraga yang efektif menurunkan tekanan dan menjadi kaku dan, tidak dapat
darah adalah senam lansia dengan mengembang pada saat jantung memompa
intensitas sedang. Frekuensi latihannya 3-5 darah melalui arteri tesebut yang
kali seminggu dengan lama latihan 20-60 mengakibatkan naiknya tekanan darah.
menit sekali latihan. Adanya pengaruh senam lansia terhadap
Nilai rata-rata tekanan darah sistol penurunan tekanan darah lansia penderita
pre test (151,463) lebih tinggi hipertensi disebabkan oleh gerakan berupa
dibandingkan rata-rata tekanan darah sistol senam lansia yang dilakukan oleh lansia
post test (130,36) sehingga disimpulkan merangsang peningkatan kekuatan pompa
pemberian intervensi senam hipertensi jantung serta merangsang vasodilatasi
berpengaruh terhadap penurunan tekanan pembuluh darah sehingga aliran darah
darah sistol responden. Nilai rata-rata lancar dan terjadi penurunan tekanan
tekanan darah diastol pre test (95,36) lebih darah. Hal tersebut sesuai dengan teori
tinggi dibandingkan rata-rata tekanan yang kemukakan oleh Maryam (2008)
darah diastole post test (82,14) sehingga Pada usia lanjut kekuatan mesin pompa
disimpulkan pemberian intervensi senam jantung berkurang. Berbagai pembuluh
hipertensi berpengaruh terhadap penurunan darah penting khusus di jantung dan di
tekanan darah diastol responden. otak mengalami kekakuan. dengan latihan
Henuhilli menjelaskan bahwa fisik atau senam dapat membantu
senam lansia yang terdiri dari latihan kekuatan.
pemanasan, latihan inti, dan latihan
pendinginan yang mana gerakan-gerakan KESIMPULAN
didalamnya bertujuan untuk menurunkan Tekanan darah responden pada pre
kecemasan, stres, dan menurunkan tingkat test diperoleh rata – rata sistole 151,43
depresi. Penurunan tersebut akan mmHg dan rata – rata pre tes diastole
menstimulasi kerja sistem syaraf perifer 85,36 mmHg. Nilai rata – rata post test
(autonom nervous system) terutama sistole 140 mmHg dan rata – rata diastole
parasimpatis yang menyebabkan 82,10 mmHg. Terdapat pengaruh senam
vasodilatasi penampang pembuluh darah hipertensi terhadap tekanan darah lansia di
akan mengakibatkan terjadinya penurunan dusun Sumbersari Kemuningsari Lor
tekanan darah baik sistolik maupun Kecamatan Panti Jember.
diastolik.
Penelitian yang dilakukan Titin
tentang manfaat senam tera terhadap KEPUSTAKAAN
kebugaran lansia didapatkan hasil mampu Azizah. 2011. Keperawatan lanjut usia.
menunjukkan bahwa senam dapat Yogyakarta : Graha Ilmu.
mempengaruhi tidak hanya stabilitas nadi, Departemen Kesehatan Republik
namun juga stabilitas tekanan darah, Indonesia. 2013. Profil Kesehatan
pernafasan dan kadar immunoglobulin, Indonesia 2013. Departemen
dengan hasil uji analisis statistik untuk Kesehatan Republik Indonesia.
kategori tekanan darah sistolik p-value Jakarta.
0.02 berarti a < p = 0,05) artinya terdapat Gusmira, S. 2012. Evaluasi Penggunaan
perbedaan tekanan darah antara lansia pada Antihipertensi Konvensional dan
kelompok perlakuan dan kontrol. Kombinasi Konvensional Bahan Alam
Menurut Tulak dan Umar (2017), pada Pasien Hipertensi di Puskesmas
hipertensi pada lansia terjadi akibat proses Wilayah Depok. Makara. Kesehatan.
penuaan pada lansia yaitu terjadi Vol. 16: NO. 2. 77-83.
kemunduran fisiologis yang menyebabkan Kemenkes RI. 2013. Buletin Jendela Data

163
dan Informasi Kesehatan. Kemenkes
RI. Jakarta.
Komnas Lansia. 2010. Profil Penduduk
Lanjut Usia 2009. Jakarta.
Mahardani, N.M.A.F. 2010. Pengaruh
Senam Jantung Sehat terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi di klub Jantung
Sehat Klinik Kardiovaskuler Rumah
Sakit Hospital Cinere tahun 2010.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013.
Kementrian Kesehatan RI, Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta.
Sherwood, L. 2005. Fisiologi
kedokteran:dari Sel ke Sistem. Jakarta
: EGC.
Tulak dan Umar. 2017. Pengaruh Senam
Lansia Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Lansia Penderita Hipertensi di
Puskesmas Wara Palopo.
Wahyuni, S. 2015. Pengaruh Senam
Hipertensi Terhadap Tekanan Darah
ansia di Posyandu Lansia Desa
Krandegan Kabupaten Wonogiri.
Skripsi: Program Studi S-1
Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta. Surakarta

164
PEMBERIAN SENAM ANTIHIPERTENSI SEBAGAI UPAYA MENSTABILKAN
TEKANAN DARAH: STUDI KASUS PADA KELUARGA BINAAN DI DESA
KEMUNINGSARI LOR KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER

Misbakhul Anwari1, Rita Vidyawati2, Ropickhotus Salamah3, Mashila Refani4,


Nur Winingsih5, Dwi Yoga6, Rizka Inna7, Tantut Susanto8*
1,2,3,4,5,6,7,8
Fakultas Keperawatan, Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450
*e-mail: tantut_s.psik@unej.ac.id

ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang terjadi pada sistem kardiovaskuler dan
memiliki angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. menurut WHO pada tahun 2020
Penyakit Tidak Menular (PTM) akan menyebabkan kematian sebesar 73% dan seluruh
kesakitan di dunia sebesar 60% (WHO, 2013). Hipertensi dapat diatasi dengan terapi
farmakologis dan non farmakologis. Pola perilaku perlu untuk diperhatikan bagi seseorang
yang mengalami hipertensi. Pola perilaku seperti pengaturan pola makan, kebiasaan tidur,
dan teratur untuk berolahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola
perilaku terhadap kestabilan tekanan darah pasien hipertensi. Sampel dalam penelitian ini
adalah pasien kelolaan keperawatan keluarga yaitu Ny. Y yang mengalami hipertensi yang
berada di Desa Kemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Teknik pengambilan
sampel dari penelitian ini berdasarkan pasien kelolaan dalam mata kuliah keperawatan
keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perilaku mempengaruhi kestabilan
tekanan darah pada pasien hipertensi.
Kata kunci: Senam antihipertensi, Tekanan Darah

PENDAHULUAN terdiagnosis. Hal ini didapat dari


Hipertensi merupakan salah satu pengukuran tekanan darah pada usia 18
penyakit tidak menular yang menjadi tahun ke aas ditemukan prevalensi
masalah kesehatan yang serius baik di hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%
Indonesia maupun di Dunia. Hipertensi (Depkes RI, 2013). Dilihat dari sudut
disebut sebagai silent killer atau pembunuh pandang epidemiologi, seseorang yang
diam-diam, karena penderita hipertensi menderita hipertensi diperkirakan karena
sering tidak menampakkan gejala. Salah beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin,
satu tanda penyakit hipertensi adalah genetik, obesitas, merokok, kurang
terjadinya peningkatan tekanan darah. aktivitas fisik, stress, dan asupan natrium
Prevalensi hipertensi di dunia berlebih (Babatsikou, 2010).
diperkirakan sebesar 1 milyar jiwa dan Fenomena hipertensi di Indonesia
hampir 7,1 juta kematian setiap tahunnya sebesar 9,3% yang terdiagnosa tenaga
akibat hipertensi, atau sekitar 13% dari kesehatan atau sedang minum obat 9,4%
total kematian (Gusmira, 2012). Prevalensi (Trihono, 2013) menunjukkan bahwa
di Indonesia dengan umur diatas 25 tahun pasien hiertensi masih banyak
adalah sebesar 8,3% menggunakan pengobatan dengan
dengan jumlah prevalensi laki-laki sebesar menggunakan pengobatan dengan cara
12,2% dan perempuan 15,5%. terapi farmakologi. Selain terapi
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar farmakologi, terapi nonfarmakologi yang
Depkes (Riskesdes) 2013, sekitar 76% dapat menurunkan tekanan darah adalah
kejadian hipertensi di masyarakat belum senam antihipertensi.

165
Olahraga seperti senam Berdasarkan hasil pengkajian
antihipertensi mampu mendorong jantung mahasiswa Program Studi Pendidikan
bekerja secara optimal, dimana olahraga Profesi Ners Universitas Jember pada
mampu meningkatkan kebutuhan energi tanggal 11 Mei di RW 5 – 8 Desa
oleh sel, jaringan dan organ tubuh, dimana kemuningsari Lor berdasarkan sampel 101
akibatnya dapat meningkatkan aliran balik KK didapatkan hasil distribusi penyakit
vena sehingga menyebabkan volume sebanyak 14 (13,9%) KK dengan
sekuncup yang akan lengsung hipertensi. Pengkajian 28 Mei 2018
meningkatkan curah jantung sehingga terhadap Ny. Y diketahui bahwa saat ini
menyebabkan tekanan darah arteri klien mengatakan darahnya sering naik
meningkat, setelah tekanan darah arteri turun tidak stabil. Ketika darahnya naik
meningkat maka dapat memberikan pasien akan mengalami sakit kepala bagian
dampak pada penurunan aktivitas belakang dan mengatakan sulit tidur. Klien
pernafasan dan otot rangka yang mengatakan ketika darah tinggi akan tidur
menyebabkan saraf simpatis menurun, dan jika sudah tidak tahan dengan sakitnya
setelah itu akan memnyebabkan kecepatan baru memeriksakan kondisinya ke
denyut jantung menurun, volume sekuncup pelayanan kesehatan. Sehari-hari klien
menurun, vasodilatasi arteriol vena, karena adalah seorang ibu rumah tangga yang
penurunan ini mengakibatkan penurunan sebagian besar waktunya dihabiskan untuk
curah jantung dan penurunan resistensi berada di rumah. Banyak waktu yang
perifer total, sehingga terjadinya dihabiskan untuk bersantai selama
penurunan tekanan darah (Sherwood, dirumah. Keluarga Ny. Y merupakan
2005). keluarga yang saling peduli dengan
Senam antihipertensi merupakan anggota keluarganya. Keluarga selalu
olahraga yang salah satu bertujuan untuk berada di sisi Ny. Y dalam keadaan
meningkatkan aliran darah dan pasokan apapun. Ketika Ny. Y sakit, maka akan
oksigen kedalam otot-otot jantung dan dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
rangka yang aktif khususnya terhadap otot Berdasarkan analisa situasi dan kondisi
jantung. Menurut Mahardani (2010) maka Mahasiswa Program Profesi Ners
mengatakan bahwa dengan senam atau Universitas Jember telah melatih keluarga
berolah raga kebutuhan oksigen dalam sel dan Ny. Y untuk melakukan senam
akan meningkat untuk proses pembentukan antihipertensi.
energi, sehingga terjadi peningkatan
denyut jantung, menyebabkan terjadinya METODE
curah jantung dan isi sekuncup bertambah. Penelitian ini adalah penelitian
Hal ini menyebabkan tekanan darah studi kasus dengan pendekatan kuantitatif
menngkat. Setelah beristirahat pembuluh dan kualitatif pada keluarga kelolaan yaitu
darah akan berdilatasi atau meregang, dan Ny. Y yang mengalami hipertensi,
aliran darah akan turun sementara waktu, sebelum dilakukan intervensi peneliti
sekitar 30-120 menit kemudian akan melakukan penilaian pretest dan akan
kembali pada tekanan darah sebelum melakukan posttest setelah akhir intervensi
senam. Jika melakukan olahraga rutin dan pada keluarga kelolaan selama 14
terus menerus, maka penurunan tekanan pertemuan. Senam hipertensi merupakan
darah akan berlangsung lebih lama dan aktifitas fisik yang dilakukan berupa
pembuluh darah akan lebih elastis. gerakan senam khusus penderita hipertensi
Mekanisme penurunan tekanan darah yang dilakukan selama 30 menit dengan
setelah berolahraga adalah karena olahraga tahapan 5 menit latihan pemanasan, 20
dapat merilekskan pembuluh darah menit gerakan peralihan dan 5 menit
sehingga tekanan darah akan menurun. gerakan pendinginan dengan frekuensi 2
kali dalam satu minggu. senam ini

166
bertujuan untuk melancarkan peredaran Penurunan rata-rata tekanan darah sistol
darah dan meregangkan otot kaku pada dan diastole pretest ke post test klien
klien yang mengalami hipertensi. ditampilkan pada Grafik 1.
Pengumpulan data menggunakan
Sphygmomanometer terkalibrasi. 300
200
HASIL DAN PEMBAHASAN diastole
Karakteristik Responden 100
sistole
Tabel 1. Karakteristik Responden 0
pre test post test
Karakteristik n %
Jenis Kelamin
Gambar 1. Grafik Penurunan Rata-rata
Perempuan 1 100 Tekanan Darah
Umur
43 tahun 1 100 Nilai rata-rata tekanan darah sistol
pre test (140) lebih tinggi dibandingkan
Tekanan Darah Klien raa-rata tekanan darah sistol post test
Table 2. Tekanan Darah Klien (135,8) sehingga disimpulkan pemberian
intervensi senam hipertensi berpengaruh
Nilai Statistik Pre test Post test terhadap penurunan tekanan darah sistole
Sisto Dias Sisto Dias klien. Nilai rata-rata tekanan darah diatole
l tole l tole pre test (75,7) lebih tinggi dibandingkan
Pertemuan 1 150 70 150 60 rata-rata tekanan darah diastole post test
Pertemuan 2 140 80 130 80 (74,3) sehingga disimpulkan pemberian
Pertemuan 3 150 80 140 70 intervensi senam hipertensi berpengaruh
Pertemuan 4 140 70 130 70 terhadap penurunan tekanan darah diastole
Pertemuan 5 140 90 140 90 klien.
Pertemuan 6 130 70 130 80
Pertemuan 7 140 70 130 70 KESIMPULAN
Pertemuan 8 140 80 140 70 Berdasarkan dari hasil
Pertemuan 9 150 70 140 70 pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
Pertemuan 10 140 80 140 70 klien tekanan darah klien sebelum
Pertemuan 11 140 80 140 80 pemberian intervensi dengan rata-rata nilai
Pertemuan 12 130 70 130 80 pre test sistole 140 mmHg termasuk
Pertemuan 13 140 70 130 80 dalamklasifikasi stadium 1 dan diastole
Pertemuan 14 130 80 130 70 rata-rata 75,5 termasuk dalam klasifikasi
Rata-rata 140 75,7 135, 74,3 normal. Tekanan darah klien setelah
8 pemberian intervensi senam antihipertensi
memiliki nilai rata-rata sistol sebesar 135,8
Nilai tendensi satistik tekanan termasuk dalam klasifikasi prehipertensi
darah klien pada awal (pre test) diperoleh dan nilai rata-rata diastole sebesar 74,3
rata-rata tekanan darah sistol sebesar 140 termasuk dalam klasifikasi normal.
mmHg, dan tekanan darah diastol 75,5 Terdapat pengaruh senam antihipertensi
mmHg. Selanjutnya nilai tendensi statistik terhadap tekanan darah klien di Desa
tekanan darah klien setelah intervensi (post Kemuningsari Lor Kecamatan Panti
test) diperoleh rata-rata tekanan darah Kabupaten Jember.
sistol sebesar 135,8 mmHg dan tekanan
darah diastole sebesar 74,3 mmHg. KEPUSTAKAAN
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia., 2013, Profil Kesehatan
167
Indonesia 2013, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Gusmira, S., 2012, Evaluasi Penggunaan
Antihipertensi Konvensional dan
Kombinasi Konvensional Bahan
Alam pada Pasien Hipertensi di
Puskesmas Wilayah Depok,
Makara, Kesehatan, Vol. 16, NO.
2. 77-83.
Kemenkes RI, 2013, Buletin Jendela Data
dan Informasi Kesehatan,
Kemenkes RI, Jakarta.
Komnas Lansia., 2010, Profil Penduduk
Lanjut Usia 2009, Jakarta.
Mahardani, N.M.A.F., 2010, Pengaruh
Senam Jantung Sehat terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi di klub
Jantung Sehat Klinik
Kardiovaskuler Rumah Sakit
Hospital Cinere tahun 2010.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)., 2013,
Kementrian Kesehatan RI, Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI, Jakarta.
Sherwood, L., 2005, Fisiologi
kedokteran:dari Sel ke Sistem,
EGC, Jakarta.

168
PENGARUH REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI WISMA SERUNI UPT PSLU
JEMBER

Susi Wahyuning Asih


Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Jember
*e-mail: susiwahyuningasih@ymail.com

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu bentuk penyakit kronis pada lansia. Perubahan fisiologis
pada lansia mengindikasikan perlunya pendekatan lain untuk menangani hipertensi, seperti
dengan menggunakan terapi herbal. Salah satu bentuk terapi herbal yang dapat digunakan
untuk mengatasi hipertensi adalah daun salam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh daun salam terhadap penuruan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di UPT
PSTW Jember. Penelitian ini adalah penelitian pre eksperimental dengan pendekatan one
group pre post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia dengan
hipertensi yang tinggal di UPT PSTW Jember sejumlah 45 orang. Responden diambil dengan
teknik total sampling. Responden diberi air rebusan daun salam sebanyak 1 gelas, dua kali
sehari selama 2 minggu. Tekanan darah responden diukur dengan menggunakan
sphygmomanometer. Analisis statistik menunjukkan uji t test untuk tekanan darah sistolik
adalah 0,000 dan 0,087 untuk tekanan darah diastolik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa air
rebusan daun salam berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan tidak
berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah diastolik lansia dengan hipertensi. Oleh
karenanya, daun salam dapat digunakan sebagai salah satu terapi herbal untuk menurunkan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
Kata kunci : lansia, hipertensi, daun salam

ABSTRACT

Hypertension is one of chronic disease of elderly. Physiological changes in elderly indicated


the need of other approach to cure hypertension, such as the use of herbal theraphy. One of
herbal theraphy that can be use to cure hypertension is Syzygiantum Polyanthum. This study
is conduct to find out the effectiveness of Syzygiantum Polyanthum to decrease blood
pressure in elderly with hypertension. It’s a pre experimental study with one group pre post
test design. The population are elderly with hypertension who lived in PSTW Jember counted
45 elderly. The respondents are taken by total sampling. The respondents was given a glass
of boiled water of Syzygiantum Polyanthum, twice a day for two weeks. The blood pressure
was measured by using sphygmomanometer. Statistical analysis using paired t test show p
value 0,000 for sistolic blood pressure and 0,087 for diastolic blood pressure. It can be
conclude that the boiled water of Syzygiantum Polyanthum are efferctive to decrease the
sistolic blood pressure but not effective to decrease the diastolic blood pressure in elderly
with hypertension.
Key words : elderly, hypertension, Syzygiantum Polyanthum

PENDAHULUAN kemampuan jaringan untuk memperbaiki


Penuaan merupakan hal normal diri dan mempertahankan struktur dan
yang terjadi pada setiap orang (Stanley, fungsi normalnya sehingga tidak dapat
2007). Menua adalah suatu proses bertahan tehadap infeksi dan memperbaiki
menghilangnya secara perlahan - lahan kerusakan fungsi yang diderita

169
(Constantindes, 1994 dalam dazpecta, dikenal sejak dulu, namun sayangnya
2012). Hipertensi seringkali disebut belum terkenal seperti obat herbal lainnya
sebagai pembunuh gelap (silent killer), Berdasarkan studi pendahuluan
karena termasuk penyakit yang yang dilakukan di UPT PSTW Jember
mematikan, tanpa disertai dengan gejala- pada tanggal 28 Maret 2018, didapatkan
gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan data jumlah lansia yang tinggal diwisma
bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala seruni berjumlah 15 orang, 4 diantaranya
tersebut seringkali dianggap gangguan lansia perempuan dan 11 orang laki - laki.
biasa, sehingga korbannya terlambat Diketahui dari hasil pemeriksaan
menyadari akan datangnya penyakit kesehatan, bahwa terdapat 9 lansia yang
(Sustrani, 2006). tinggal di wisma seruni memiliki tekanan
Hipertensi pada lanjut usia darah cukup tinggi. Hasil wawancara
sebagian besar merupakan hipertensi dengan 9 orang lansia yang mengalami
sistolik terisolasi (HST), meningkatnya hipertensi diketahui 2 (20%) diantaranya
tekanan sistolik menyebabkan besarnya rutin memmeriksakan diri dan peduli
kemungkinan timbulnya kejadian stroke terhadap kesehatan, sedangkan 6 lansia
dan infark myocard bahkan walaupun lainnya peduli terhadap kesehatan akan
tekanan diastoliknya dalam batas normal dirinya masih kurang.Tujuan penelitian ini
(isolated systolic hypertension). Isolated adalah untuk mengidentifikasi efektifitas
systolic hypertension adalah bentuk rebusan daun salam terhadap hipertensi
hipertensi yang paling sering terjadi pada pada lansia di UPT PSTW Jember.
lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi
menempati 87% kasus pada orang yang METODE
berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya Desain penelitian yang digunakan
hipertensi, baik HST maupun kombinasi adalah pre experimental dengan
sistolik dan diastolik merupakan faktor pendekatan one group pre-post test design,
risiko morbiditas dan mortalitas untuk yaitu mengungkapkan hubungan sebab
orang lanjut usia. Hipertensi masih akibat dengan cara melibatkan satu
merupakan faktor risiko utama untuk kelompok subjek. Populasi dalam
stroke, gagal jantung penyakit koroner, penelitian ini adalah 45 lansia penderita
dimana peranannya diperkirakan lebih hipertensi di UPT PSLU Jember dengan
besar dibandingkan pada orang yang lebih teknik total sampling seluruh populasi
muda (Kuswardhani, 2007). dijadikan sampel penelitian.
Berbagai cara dapat dilakukan Responden diberikan minuman air
untuk mengurangi nyeri dari gejala yang rebusan daun salam sebanyak 1 gelas dua
ditimbulkan, salah satunya adalah dengan kali sehari selama 2 minggu. Tekanan
menggunakan terapi herbal seperti daun darah diukur sebelum dan setelah tindakan.
salam. Daun salam merupakan salah satu Data selanjutnya diolah dengan uji t
daun yang biasa digunakan oleh para Ibu berpasangan untuk mengetahui pengaruh
rumah tangga untuk penyedap dan air rebusan daun salam dalam menurunkan
pengharum masakan. Manfaat daun salam tekanan darah lansia dengan hipertensi.
tidak hanya digunakan untuk menambah
cita rasa pada masakan saja, namun juga HASIL
dapat dijadikan obat tradisional mencegah Tabel 1. Karakteristik Umum Responden
sekaligus menyembuhkan beberapa
penyakit yang ada di tubuh. Kandungan Karakteristik n %
vitamin dan mineral yang ada pada daun Usia
salam sangat baik untuk kesehatan tubuh. 60 - 69 5 11,2
Daun salam untuk obat herbal ini sudah 70 - 79 20 44,4
80 - 89 20 44,4

170
Tingkat Pendidikan berpengaruh terhadap penurunan tekanan
SD 10 22,2 darah diastolik lansia dengan hipertensi.
SMP 15 33,3
SMA 20 44,4 PEMBAHASAN
Jenis Kelamin Secara fisiologis pada lansia terjadi
Laki - laki 40 88,9 peningkatan kekakuan areteri besar yang
Perempuan 5 11,2 berkontribusi terhadap terjadinya
Jumlah 45 100 peningkatan tekanan darah sistolik (Pinto,
2007). Kekakuan arteri, disregulasi
Berdasarkan data pada tabel 1 otonom dan proses menua pada ginjal
dapat dilihat bahwa mayoritas responden berperan dalam patofisiologi terjadinya
berusia 70 – 79 tahun dan 80 -89 tahun, hipertensi pada lansia. Pada golongan usia
dengan tingkat pendidikan SMA dan yang lebih muda, laki – laki cenderung
berjenis kelamin laki – laki. mengidap hipertensi dibandingkan
perempuan karena perempuan memiliki
Tabel 2. Tekanan Darah Responden estrogen sebagai pelindung dari resiko
Sebelum dan Setelah Tindakan penyakit kardiovaskuler. Namun sejalan
dengan peningkatan usia dan memasuki
Variabel Mean Std. P usia menopouse maka kemungkinan
deviasi value perempuan dan laki-laki untuk mengidap
Sistolik pre 154,444 ± hipertensi adalah sama.
18,104 Daun salam dapat menurunkan
63 kadar trigliserida serum karena daun salam
0,000 mengandung beberapa senyawa seperti
Sistolik post 140,00 ±
15,811 saponin, flavonoid, tanin dan niasin.
39 Flavonoid dalam daun salam berfungsi
Distolik pre 90,00 ± sebagai antioksidan yang mampu
7,0710 mencegah terjadinya oksidasi sel tubuh.
7 Semakin tinggi oksidasi semakin tinggi
0,087 prevalensi terjadinya penyakit degeneratif,
Siastolik post 75,555 ±
8,8191 jadi kandungan flavonoid daun salam
7 dapat mencegah terjadinya hipertensi dan
menurunkan kolesterol darah. Tanin
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui berfungsi sebagai antioksidan dan
bahwa terdapat perubahan rerata tekanan hipokolesterolemia. Tanin bekerja dengan
darah sistolik responden dari 154,444 cara bereaksi dengan protein mukosa dan
mmHg sebelum diberi minum air rebusan sel epitel usus sehingga menghambat
daun salam menjadi 140 mmHg setelah penyerapan lemak. Saponin yang berfungsi
dilakukann. Uji t berpasangan mengikat kolesterol dengan asam empedu
menunjukkan p value 0,000 yang artinya sehingga dapat menurunkan kadar
H0 ditolak dengan kata lain air rebusan kolesterol.
daun salam berpengaruh dalam Kandungan dalam daun salam
menurunkan tekanan darah sistolik lansia menstimulasi penurunan kolesterol dalam
dengan hipertensi. Sedangkan rerata darah, sehingga membantu
tekanan darah diastolik sebelum dilakukan mempertahankan elastisitas pembuluh
tindakan adalah 90 mmHg menjadi 75,55 darah. Terbukti dengan adanya penurunan
mmHg setelah dilakukan tindakan. Uji t rerata tekanan darah sistolik responden
berpasangan menunjukkan p value 0,087 dari 154,44 mmHg menjadi 140 mmHg .
lebih besar dari α 0,05 yang berarti H0 Park et al (2015) menyebutkan
diterima, atau air rebusan daun salam tidak bahwa tekanan diastolik menggambarkan

171
penutupan katup aorta, besaran energi pada Revisi). Jakarta: Rineka Cipta
serat elastik arteri besar selama sistolik dan Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit
tahanan aliran darah dalam arteriol hingga Tidak Menular. Jakarta: Rineka
kapiler. Penutupan katup aorta saat diastol Cipta
dan daya recoil serat elastis aorta dan arteri Cahyono, S. 2008. Gaya Hidup dan
besar mengatur aliran darah, meski saat Penyakit Modern. Yogyakarta:
jantung dalam kondisi relaksasi. Pinto Kanisius
(2007) berpendapat bahwa tahanan
vaskuler perifer bertanggung jawab pada Departemen Kesehatan RI. 2012.
peningkatan tekanan diastolik, terutama Pharmaceutical Care untuk
pada lansia. Peningkatan tahanan vaskuler Penyakit Hipertensi. Jakarta:
perifer dapat dipengaruhi oleh penurunan Departemen Kesehatan RI.
elastisitas arteri. Hasil penelitian Evelyn, C.P. 1999, Anatomi dan Fisiologi
menunjukkan adanya perubahan rerata Untuk Paramedis, Penerbit PT
tekanan darah diastolik responden dari 90 Gramedia, Jakarta.
mmHg menjadi 75 mmHg namun hasil uji Fauzi. I. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini
t berpasangan menujukkan p value 0,087 Gejala dan Pengobatan Asam Urat,
yang berarti tidak ada pengaruh air rebusan Diabetes dan Hipertensi.
daun salam terhadap perubahan tekanan Yogyakarta: Araska.
darah diastolik responden. Hal ini sesuai Junaedi, E. 2013. Hipertensi Kandas
dengan pendapat Pestana (2015) yang Berkat Herbal. Jakarta Selatan
menyebutkan bahwa secara fisiologis Kristanti, H. 2013. Mencegah dan
akibat proses menua pada sistem Mengobati 11 Penyakit Kronis.
kardiovaskuler disebutkan bahwa pada Citra Pustaka: Yogyakarta.
lansia yang berusia di atas 60 tahun Ni Kadek, et al. 2014. Pengaruh
tekanan diastolik akan mengalami sedikit Kombinasi Jus Seledri, Wortel dan
perubahan atau bahkan menetap. Madu Terhadap Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas II
KESIMPULAN Denpasar Barat. Artikel Penelitian,
Hasil penelitian ini menyimpulkan Stikes Bina Husada
bahwa lain air rebusan daun salam Nugroho, W. 2010. Keperawatan Gerontik
berpengaruh dalam menurunkan tekanan dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
darah sistolik lansia dengan hipertensi Nursalam.2009. Konsep dan Penerapan
namun tidak berpengaruh terhadap Metodologi Penelitian Ilmu
penurunan tekanan darah diastolik lansia Keperawatan. Pedoman Skripsi,
dengan hipertensi. Tesis dan Instrumen Penelitian
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian
SARAN Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.
Peneliti menyarankan agar lansia Patricia, GM., et.al. 2011. Keperawatan
dengan hipertensi dapat mengaplikasikan Kritis: pendekatan asuhan holistic
penggunaan daun salam sebagai salah satu ed.8; alih bahasa, Nike Esty
bentuk terapi herbal untuk menangani wahyuningsih. Jakarta: EGC
hipertensi, khususnya pada lansia Parker, M. & Smith, M., 2010. Nursing
Theories and Nursing Practice.
KEPUSTAKAAN Philadelphia: F A Davis Company.
Agus, P. 2000, Kedaruratan Medik: Park, J. B., Kario, K. & Wang, J. G., 2015.
Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Systolic Hypertension: An
Binarupa Aksara, Jakarta. Increasing in Clinical Challenge in
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian: Asia. Hypertension Research,
Suatu Pendekatan Praktik.(Edisi 5(38), pp. 227 - 236.

172
Pestana, M., 2002. Hypertension in
Elderly. International Urology and
Nephrology, Volume 3, pp. 563 -
569.

173
PENGARUH TERAPI REMINISCENCE TERHADAP FUNGSI KOGNITIF LANSIA
DI UPT PSTW BONDOWOSO

Sofia Rhosma Dewi


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember
8e-mail: sofiarhosma84@gmail.com

ABSTRAK

Pada masa tua banyak sekali masalah yang terjadi, salah satunya adalah fungsi kognitif.
Penurunan fungsi kognitif pada lansia belum mendapatkan penanganan yang maksimal. Salah
satu bentuk terapi untuk fungsi kognitif lansia adalah terapi Reminiscience. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh terapi Reminiscience terhadap peningkatan fungsi
kognitif lansia di UPT PSTW Bondowoso Penelitian ini adalah penelitian pra eksperimental
dengan pendekatan pre – post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah 81 lansia yang
tinggal di UPT PSTW Bondowoso. Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 20
lansia yang diambil dengan purposive sampling dengan kriteria inklusi lansia yang
kooperatif, mudah diajak berkomunikasi dan bersedia menjadi responden.. Penelitian
dilakukan selama bulan Maret 2018. Responden terbagi dalam 4 kelompok. Setiap kelompok
melakukan terapi Reminiscience selama 90 menit setiap sesi dan dalam dua minggu
dilakukan tiga sesi untuk masing- masing kelompok. Fungsi kognitif lansia diukur dengan
menggunakan MMSE sebelum dan sesudah tindakan. Analisa data dilakukan dengan
menggunakan uji wilcoxon. Hasil uji wilcoxon menunjukkan p value 0.09 lebih kecil dari α
0.05 sehingga H0 ditolak artinya ada pengaruh terapi Reminiscience terhadap peningkatan
fungsi kognitif lansia. Terapi ini direkomendasikan sebagai salah satu terapi yang dapat
dilakukan dalam upaya mempertahankan fungsi kognitif lansia
Kata kunci : lansia, fungsi kognitif, terapi reminiscience

ABSTRACT

There are so many problem that happen in older age, one of them is decreasing of cognitive
function. This problem hasn’t get maximum intervention. One of therapy that can be done to
maintain elderly’s cognitive function are reminiscience theraphy. This study is conduct to
find out the effectiveness of reminiscience therapy to maintain elderlys cognitive function in
Bondowoso state nursing home. It’s a pre experimental study with pre and post test
approach. The population are 81 elderly living in Bondowoso state nursing home. The
respondents who taking a part in this study are 20 elderly taken by purposive sampling
including elderly who are cooperative, easy to communicate with and agree to taking a part
as respondent. This study is conduct in March 2018. The respondents are divided into 4
groups. Each group is doing reminiscience therapy for 90 minutes at each session and three
sessions were done within two weeks. Elderlys cognitive function was measured by using
MMSE before and after the therapy. Data analysis using wilcoxon signed test show p value
0.09 mean reminiscience therapy is effective in maintainig elderly’s cognitive function. Since
it effectiveness, this therapy is recommended to be done in order to maintain elderly’s
cognitive function.
Keywords : elderly, cognitive function, therapy reminiscience

PENDAHULUAN Usia permulaan tua menurut UU nomor 13


Proses menua merupakan proses tahun 1998 tentang lanjut usia
fisiologis yang dihadapi oleh setiap orang. menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah

174
usia (Nugroho, 2008). Pada masa tua proses menua adalah timbulnya gangguan
banyak sekali masalah yang terjadi, salah kognitif.
satunya adalah fungsi kognitif. Penurunan Gangguan kognitif dapat dicegah
fungsi kognitif ini biasanya ditandai dengan memperbanyak aktifitas gerak dan
dengan adanya gangguan mengingat dan pemikiran yang melibatkan otak bagian
mempelajari suatu hal yang baru, kanan dan kiri (Khuluq, 2009). Fenomena
gangguan kelancaran bicara, keliru yang terjadi di lapangan menunjukkan
mengenali tempat dan waktu, orang atau bahwa penurunan fungsi kognitif pada
benda, sulit menghitung, tidak mampu lagi lansia belum mendapatkan penanganan
membuat rencana, tidak dapat mengatur yang maksimal. Teknik yang selama ini
kegiatan, tidak dapat mengambil digunakan memiliki kelemahan tersendiri
keputusan, penurunan kosentrasi dan sehingga tujuan peningkatan fungsi
tingkat kewaspadaan. Penurunan fungsi kognitif belum maksimal untuk dicapai.
kognitif pada lansia dapat menyebabkan Teknik peningkatan fungsi kognitif lanisa
beberapa penyakit berbahaya yang dapat harus dibuat lebih mudah dan efektif.
membahayakan lansia, misalnya demensia. Salah satunya adalah terapi Reminiscience.
Lansia yang mengalami demensia sangat Reminiscience merupakan salah satu
beresiko mengalami jatuh, bahkan terjadi metode pengekspresian perasaan yang
kecelakaan apabila kurang pengawasan akan memicu munculnya rasa percaya diri
dari keluarga (Sumijatun, 2005). dan perasaan dihargai pada lansia yang
Meningkatnya populasi lansia akan berdampak pada munculnya koping positif
dapat menimbulkan masalah – masalah yang mempengaruhi persepsi dan emosi
penyakit usia lanjut pada lansia. Jumlah lansia dalam memandang suatu masalah.
penduduk lansia di Indonesia pada tahun Terapi ini bertujuan untuk membantu
2006 sebesar ± 19 juta (8,9%), pada tahun meningkatkan fungsi kognitif pada lansia
2010 sebesar 23,9 juta (9,77%), (Jahanbin, 2013).
sedaangkan pada tahun 2020 diperkirakan Terapi Reminiscience masih jarang
sebesar 28,8 juta (11,34%) (Badan Pusat diminati di Indonesia akibat kurang
Statistik, 2010). Menurut data Departemen maksimalnya sosialisasi kepada
Kesehatan tahun 1998, di Jawa Timur masyarakat sehingga penurunan fungsi
terdapat 7,2% populasi lansia untuk kasus kognitif pada lansia masih menjadi
demensia. Sebanyak 5%lansia usia 60 – 74 masalah utama. Penelitian ini bertujuan
tahun mengalami penurunan fungsi untuk mengidentifikasi pengaruh terapi
kognitif dan menderita penyakit demensia Reminiscience terhadap peningkatan
dan diperkirakan akan meningkat dua kali fungsi kognitif lansia di UPT PSTW
lipat setiap 5 tahunnya mencapai lebih dari Bondowoso.
45% pada usia di atas 85 tahun (Nugroho,
2008). METODE
Fenomena peningkatan proporsi Penelitian ini adalah penelitian pra
populasi lansia juga terjadi di kota eksperimental dengan pendekatan pre –
Bondowoso. Setiap tahun terjadi post test design. Populasi dalam penelitian
peningkatan jumlah lansia di UPT PSTW ini adalah 81 lansia yang tinggal di UPT
Bondowoso sebesar 4 – 7 %. Hal ini PSTW Bondowoso. Responden yang
sedikit banyak juga berkontribusi terhadao terlibat dalam penelitian ini adalah 20
terjadinya berbagai macam masalah lansia lansia yang diambil dengan purposive
seperti kemunduran fisik, mental, sosial, sampling dengan kriteria inklusi lansia
produktifitas kerja, komunikasi dan yang kooperatif, mudah diajak
terbatasnya aksesibilitas di Indonesia. berkomunikasi dan bersedia menjadi
Salah satu masalah yang timbul akibat responden.. Penelitian dilakukan selama
bulan Maret 2018. Responden terbagi

175
dalam 4 kelompok. Setiap kelompok Reminisciece rerata status kognitif lansia
dilakukan terapi Reminiscience selama 90 adalah 14.10 dengan nilai minimum 10
menit setiap sesi dan dalam dua minggu dan nilai maksimum 17. Hasil uji wilcoxon
dilakukan tiga sesi untuk masing- masing menunjukkan p value 0.09 lebih kecil dari
kelompok. Fungsi kognitif lansia diukur α 0.05 sehingga H0 ditolak artinya ada
dengan menggunakan MMSE sebelum dan pengaruh terapi Reminiscience terhadap
sesudah tindakan. Analisa data dilakukan peningkatan fungsi kognitif lansia.
dengan menggunakan uji wilcoxon.
PEMBAHASAN
HASIL Hasil analisis sebelum dilakukan
Tabel 1. Karakteristik Responden terapi Reminiscience menunjukkan status
Penelitian kognitif lansia berada pada rerata 12.80
dengan nilai minimum 10 dan nilai
Karakteristik n % maksimum adalah 15. Berdasarkan
Usia karakteristik responden terlihat bahwa
60 - 69 4 20 responden pada penelitian ini mayoritas
70 - 79 10 50 berusia lebih dari 70 tahun. Usia
80 - 89 6 30 merupakan faktor yang mempengaruhi
Tingkat Pendidikan perubahan fungsi kognitif lansia. Hal ini
Tidak sekolah 2 10 sesuai dengan pendapat Shciae (2003)
SD 6 30 yang menyebutkan ada perubahan yang
SMP 8 40 terjadi di otak akibat pertambahan usia,
SMA 4 20 diantaranya adalah perubahan pada fungsi
Jenis Kelamin penyimpanan informasi (storage). Jenis
Laki - laki 12 60 kelamin juga berpenagruh terhadap fungsi
Perempuan 8 40 kognitif. Responden pada penelitian ini
Jumlah 20 100 mayoritas laki – laki. Schiae (2003)
menyebutkan laki – laki diduga lebih
Berdasarkan data pada tabel 1 banyak dan cenderung untuk menjadi
dapat dilihat bahwa mayoritas responden pelupa. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
dalam penelitian ini berusia 70 – 79 tahun, stres yang mengakibatkan penurunan
mengenyam pendidikan SMP, dan berjenis memori. Reseptor estrogen pada laki – laki
kelamin laki – laki. ditemukan dalam area otak yang berperan
Tabel 2. Fungsi Kognitif Lansia Sebelum dalam fungsi belajar dan memori seperti
dan Sesudah Terapi Reminiscience pada hipokampus. Rendahnya level
estradiol dalam tubuh dikaitkan dengan
Pre Post penurunan fungsi kognitif umum dan
test test memori verbal.
Jumlah 20 20 P Proses menua dapat menurunkan
Mean 12.80 14.10 value kemampuan kognitif dan menyebabkan
St. deviasi 1.751 2.234 0,009 kepikunan. Masalah kesehatan kronis dan
Minimum 10 10 penurunan fungsi kognitif serta memori.
Maximum 15 17 Gejala penurunan kognitif ringan berupa
melambatnya proses pikir, kurang
Hasil analisis sebelum dan sesudah menggunakan strategi memori yang tepat,
dilakukan terapi Reminiscience kesulitan memusatkan perhatian, mudah
menunjukkan bahwa status kognitif lansia terdistraksi pada hal yang kurang perlu dan
berada pada rerata 12.80 dengan nilai memerlukan waktu yang lebih lama untuk
minimum 10 dan nilai maksimum adalah berlajar.
15. Sedangkan setelah dilakukan terapi

176
Terapi reminiscience akan memicu KESIMPULAN
impuls pada memori. Memori adalah Terapi Reminiscience terbukti
proses penyimpanan impuls sensorik berpengaruh terhadap peningkatan fungsi
penting untuk dipakai pada masa yang kognitif lansia.
akan datang sebagai pengatur aktifitas
motorik dan pengolahan berpikir. Sebagian SARAN
besar penyimpanan ini terjadi dalam Sehingga diharapkan terapi ini
korteks serebri. Korteks yang mempunyai dapat dijadikan sebagai salah satu terapi
sel otak lebih dari 10 milyar sel terhubung yang dapat dilakukan dalam kegiatan
dengan sel - sel lain di daerah otak. Tiap pembinaan lansia di UPT PSTW
sel otak mempunyai hubungan dengan 4 Bondowoso.
ribu hingga 10 ribu sel otak lainnya dan
berhubungan melalui impuls listrik dan zat KEPUSTAKAAN
kimia yang disebut neurotransmitter. Boekhorst, S., M, D., A, F. & Twisk, S.,
Proses penyimpanan informasi juga 2013. Quality of LIfe of Nursing
merupakan fungsi dari sinaps. Setiap Home Residents with Dementia
sinyal sensorik tertentu yang melewati Subject to Surveillance
serentetan sinaps di masa datang akan Technology Versus Physical
mampu ,emjalarkan sinyal yang sama. Bila Restraints : An Explorative Study.
sinaps tersebut sudah seringkali dilewati International Journal of Geriatric
oleh sinyal sensorik maka sinyal itu akan Psychiatry, 28(4), pp. 356 - 363.
akan begitu terfasilitasi sehingga sinyal Kesehatan, P. D. d. I. K., 2013. Buletin
yang timbul dari otak sendiri saja sudah dan Jendela Informasi Kesehatan.
dapat menjalankan impuls melalui Gambaran Kesehatan Lanjut Usia
serentetan sinaps yang sama walaupun di Indonesia, 12 Juli, pp. 1-17
belum timbul masukan sensoris. Lachman, V. D., 2012. Applying the
Proses pemikiran bawah sadar Ethics of Care to Your Nursing
bermula dari kegiatan fasilitas sinaps ini. Practice. Medical Surgical
Hal ini akan menimbulkan suatu persepsi Nursing, 21(2), pp. 112 - 116.
dari pengalaman sensasi yang sebenarnya Malone, L. K., Fletcher, R. K. & Plank, L.
dan mendapat respon tubuh walaupun M., 2004. Management Guideline
pengaruh ataupun akibat yang timbul for Nurse Practicioners Working
hanyalah suatu memori dari suatu sensasi. With Older Adult. 2nd Edition
Sekali memori tersimpan dalam sistem penyunt. Philadelphia: F A Davis
saraf maka memori tersebut akan menjadi Company.
bagian mekanisme pengolahannya. Mauk, K. L., 2012. Gerontolical Nursing
Terapi Reminiscience memberikan Competencies for Care. 4th
kesempatan kepada anggota kelompok Edition penyunt. Boston: Jones
untuk membangun hubungan baru dalam and Bartlett Publisher.
kelompok yang berdampak positif dan Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian
berlangsung dalam suasana santai. Melalui Ilmu Keperawatan. Jakarta:
terapi Reminiscience setiap anggota akan Salemba Medika.
melibatkan diri dalam diskusi Park, D. C., Gutchess, A. H., Meade, M. &
menyenangkan tentang masa lalu sehingga Stine-Morrow, E. L., 2007.
memberikan efek relaksasi dan Improving Cognitive Function in
menimbulkan hubungan yang harmonis. Older Adults : Nontraditional
Approaches. Journal of
Gerontology, 62B(I), pp. 45 - 52.
Perry & Potter, 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan :

177
Konsep, Proses dan Praktik. 3
penyunt. Jakarta: EGC
Schiae, W. K., 2003. Cognitive Aging,
Washington DC: National
Research Council.

178
UPAYA PENANGANAN NON FARMAKOLOGIS KECEMASAN PADA
PERSALINAN

(EFFORTS HANDLING NON PHARMACOLOGICAL OF ANXIETY LABOR)

Sri Wahyuningsih
Dosen D3 Keperawatan UNEJ Jl. Brigjend Katamso Lumajang (67311)
*e-mail: wahyu_ni.1978@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kehamilan dan persalinan merupakan suatu periode yang special bagi wanita dan
keluarganya. Periode ini dapat menghadirkan berbagai macam emosi pada wanita. Salah
satunya adalah kecemasan. Kecemasan dan rasa takut yang dialami oleh ibu bersalin
sangat bervariasi, sehingga perlu mengatasinya dengan hal-hal yang non farmakologis.
Tujuan yaitu mencoba menggali lebih banyak informasi mengenai hal-hal dalam
penanganan non farmakologis kecemasan pada persalinan. Metode yang digunakan
dalam hal ini tinjauan literatur dari 6 jurnal. Hasilnya peningkatan prevalensi kecemasan
dalam persalinan dikaitkan oleh berbagai macam faktor dapat dikurangi yang
diungkapkan melalui banyak penelitian yaitu bidan perawat dapat menerapkan non-
farmakologis dengan langkah-langkah efektif, sederhana, murah, nyeri persalinan dapat
dikurangi, meningkatkan kepuasan wanita, dan menghindari efek samping dari obat-
obatan. Simpulannya Tenaga kesehatan diharapkan dapat menerapkan upaya non
farmakologis sebelum upaya farmakologis untuk mengurangi kecemasan ibu bersalin.
Kata kunci: Kecemasan Persalinan, Terapi Non Farmakologis

ABSTRAK

Pregnancy and childbirth are a special period for women and their families. This
period can present a variety of emotions in women. One of them is anxiety. The anxiety
and fear experienced by the maternal vary greatly, so need to overcome it with non
pharmacological things. Aims to dig up more information about things in non-
pharmacological treatment of anxiety in labor. Methods used in this case reviews the
literature of 6 journals. Results of an increase in the prevalence of anxiety in labor is
attributed to a variety of factors that can be reduced expressed through many studies
nurse, midwives can apply non-pharmacologically effective, simple, inexpensive, labor
pain can be reduced, increase women satisfaction, and avoid adverse effects from
drugs. ealth workers are expected to implement non-pharmacological efforts prior to
pharmacological efforts to reduce maternal anxiety.
Keywords: Anxiety Labor, Non Pharmacological Therapy

PENDAHULUAN dan rasa takut yang dialami oleh ibu


Kehamilan dan persalinan bersalin sangat bervariasi. Kondisi ini
merupakan suatu periode yang special dapat terjadi sebagai akibat dari
bagi wanita dan keluarganya. Periode perubahan-perubahan yang terjadi pada
ini dapat menghadirkan berbagai proses persalinan, sekitar 5-20% wanita
macam emosi pada wanita. Salah hamil merasa takut saat proses
satunya adalah kecemasan. Kecemasan persalinan. Untuk kehamilan yang

179
berisiko tinggi berdasarkan studi kohort Penelitian Effect of Warm
di Brazil dengan 865 wanita hamil Showering on Labor Pain during the
dilaporkan terhadap stress dan First Stage of Labor oleh Fatma Ahmed
kecemasan bervariasi 22,1%-52,9%. Abo-Romia & Azza Fouad Mohammed
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif di El-Adham, menjelaskan bahwa nyeri
Australia, sebagian besar ibu dan kontrol kecemasan adalah penting
mengatakan bahwa persalinan identik selama tahap pertama persalinan. Mandi
dengan pengalaman yang menakutkan air hangat disarankan untuk mengurangi
dann sakit. Penelitian serupa yang rasa sakit dan kecemasan selama
dilakukan di Yordania, juga persalinan. Penelitian ini mengevaluasi
menunjukkan bahwa sebanyak 92% pengaruh mandi air hangat pada nyeri
mempunyai pengalaman yang negative persalinan dan kecemasan selama tahap
tentang persalinan, yang menakutkan satu persalinan. Penelitian ini
66%, durasi waktu yang lama 66%, dan merupakan studi acak intervensi
nyeri 78%. Terjadinya peningkatan terkontrol usia kehamilan 37 sampai
prevalensi kecemasan dikaitkan oleh dengan 42 minggu di Almatrentaih
berbagai macam faktor, diantaranya Rumah Sakit Swasta di Alexandria,
adalah usia ibu yang terlalu muda, Mesir. Seratus perempuan dalam tahap
nulipara, telah memiliki masalah pertama persalinan yang memenuhi
psikologi sebelumnya, kurangnya kriteria inklusi dilibatkan dalam
dukungan social, serta adanya riwayat penelitian tersebut. Mereka sama-sama
persalinan dengan tindakan obstetrik dibagi menjadi dua kelompok.
yang merugikan. Kecemasan dan Perangkat lunak komputer alokasi acak
meningkatkan kosentrasi plasma ditugaskan peserta untuk baik
ketolamin. kosentrasi kaketolamin yang eksperimental atau kelompok kontrol.
tinggi dapat melemahkan kontraksi Sebuah pra kuesioner yang dirancang
uterus. terdiri dari dua bagian dikembangkan,
divalidasi dan digunakan untuk
METODE pengukuran yang diperlukan data.
Studi ini merupakan suatu Derajat nyeri persalinan, kecemasan,
tinjauan literatur (Literature Review) dan kelelahan dengan menggunakan
yang mencoba menggali lebih banyak Skala Analog Visual (VAS). Perempuan
informasi mengenai hal-hal yang dalam hidroterapi memiliki perubahan
penanganan non farmakologis yang signifikan terhadap kecemasan dan
kecemasan pada persalinan. Sumber nyeri setelah 15 menit. Namun, tidak
untuk melakukan tinjauan literatur dari ada yang signifikan secara statistik
6 jurnal studi pencarian sistematis perbedaan yang ditemukan antara kedua
database terkomputerisasi ((Biol Res kelompok tentang kelelahan.
Nurs , Thai J Nurs Res, International Mandi terapeutik adalah
Journal of Advanced Research, , BMC kegiatan dan dianggap bermanfaat
Pregnancy and Childbirth, J Obstet untuk kenyamanan selama persalinan
Gynecol Neonatal Nurs, MKB) sering dan akrab, kemanjurannya jarang
dievaluasi dalam studi klinis. Penelitian
HASIL ini menemukan efek positif dari terapi
Penanganan non farmakologis mandi pada rasa sakit perempuan dan
kecemasan pada persalinan kecemasan tingkat dipelajari. Efeknya
Berendam dengan air hangat secara signifikan ditandai, bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol.

180
Data dari penelitian ini jelas hadir pada saat lahir, dia merasa lebih
menunjukkan efektivitas mandi hangat memegang kendali selama persalinan
dalam mengurangi nyeri dan kecemasan dan ini membantu untuk mengurangi
dalam persalinan. Hasil penelitian kecemasan ibu saat melahirkan. Pijat
menunjukkan bahwa mandi air hangat aroma terapi lavender (lavandula
adalah efektif biaya, nyaman, mudah augustifolium) biasanya dibuat dari akar
menyebarkan, pendekatan non- dan batang tanaman. Lavender esensi
farmakologis untuk mengurangi rasa digunakan dalam aromaterapi dan berisi
sakit. linalyl asetat, yang merupakan
analgesik, sehingga dapat mengurangi
Pendamping persalinan rasa nyeri pada saat persalinan dan yang
Ketika suami wanita hadir pada berdampak pada penurunan tingkat
saat lahir, dia merasa lebih memegang kecemasan ibu bersalin. Akar
kendali selama persalinan dan ini Lavandula memiliki Efek antikonvulsan
membantu untuk mengurangi kuat dan daun dan bunga memiliki efek
kecemasan ibu saat melahirkan. menghilangkan rasa sakit.

Pijat Aroma terapi Lavender SIMPULAN


Inti dari lavender (Lavandula Tenaga kesehatan terutama
augustifolium) biasanya dibuat dari akar bidan, diharapkan dapat menerapkan
dan batang tanaman. Lavender esensi upaya non farmakologis sebelum upaya
digunakan dalam aromaterapi dan berisi farmakologis untuk mengurangi
linalyl asetat, yang merupakan kecemasan ibu bersalin.
analgesik sehingga dapat mengurangi Penyiraman dengan air hangat,
rasa nyeri pada saat persalinan dan yang menghadirkan pendamping persalinan,
berdampak pada penurunan tingkat dan menggunakan aroma terapi
kecemasan ibu bersalin. Akar lavender merupakan salah satu upaya
Lavandula memiliki efek antikonvulsan untuk mengurangi kecemasan secara
kuat dan daun dan bunga memiliki efek non farmakologis pada persalinan.
menghilangkan rasa sakit (Zargary,
1997). KEPUSTAKAAN
Benfield RD, Hortobágyi T, Tanner CJ,
PEMBAHASAN Swanson M, Heitkemper MM,
Banyak penelitian Newton ER. 2010. The Effects
mengungkapkan bahwa bidan perawat of Hydrotherapy on Anxiety,
dapat menerapkan non-farmakologis Pain, Neuroendocrine
langkah-langkah efektif sederhana Responses, and Contraction
murah nyeri persalinan bantuan yang Dynamics During Labor. Biol
mempromosikan kemajuan persalinan, Res Nurs. Jul;12(1):28-36.
meningkatkan kepuasan wanita, dan Diakses 20 Oktober 2014.
menghindari efek samping dari obat- Borders N, Wendland C, Haozous E,
obatan. Mandi air hangat adalah salah Leeman L, Rogers R. 2013.
satu langkah-langkah seperti yang Midwives’ Verbal Support of
mengurangi stimulus nyeri pada Nulliparous Women in Second
sumbernya, menghambat kesadaran rasa Stage Labor. Obstet Gynecol
sakit, dan mengurangi reaksi negatif Neonatal Nurs. May ; 42(3):
perempuan terhadap nyeri persalinan. 311–320. Diakses 27 Oktober
Pendamping persalinan, ketika suami 2014.

181
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloome
SL, Hauth JC, Gilstrap LC,
Wenstrom KD. 2005.
Williams’s Obstetrics, 22nd
ed. McGraw-Hill, New York.
pp. 865-866.
Fatma Ahmed Abo-Romia & Azza
Fouad Mohammed El-
Adham.2014. Effect of Warm
Showering on Labor Pain during
the First Stage of Labor.
International Journal of
Advanced Research. Volume 2,
Issue 5, 438-442. Diakses 12
Agustus 2014
Gallo, Rubneide Barreto Silva et al.
2018. Sequential Application of
Non-Pharmacological
Interventions Reduces The
Severity of Labour Pain, Delays
Use of Pharmacological
Analgesia, and Improves Some
Obstetric Outcomes: A
Randomised Trial. Journal Of
Physiotherapy , Volume 64 ,
Issue 1 , 33 – 40. Diakses 1 Juni
2018.
Sapkota, S., Kobayashi, T., Kakehashi,
M., Baral, G., & Yoshida, I.
2012. In the Nepalese Context,
Can A Husband’s Attendance
During Childbirth Help His Wife
Feel More In Control Of Labour.
BMC Pregnancy and Childbirth,
12, 49.
http://dx.doi.org/10.1186/1471-
2393-12-49. Diakses 12 Agustus
2014.
Tarsikah, Herman Susanto, Herri S.
Sastramihardja. 2012. Penurunan
Nyeri Persalinan Primigravida
Kala I Fase Aktif Pasca
Penghirupan Aromaterapi
Lavender. MKB, Volume 44
(1):19–25. Diakses 12 Agustus
2014.

182
PENGISIAN PEMBULUH DARAH KAPILER PADA PASIEN DIABETIC FOOT
ULCER

(FILLING THE CAPILER BLOOD VESSEL IN PATIENT DIABETIC FOOT ULCER)

Mashuri
Akademi Keperawatan Pemkab Lumajang
e-mail: mashuri0702@yahoo.com

ABSTRAK

Diabetes Mellitus ( DM ) yang dikenal juga dengan kencing manis atau kencing gula menjadi
penyakit yang divonis ‘tidak bisa sembuh’. Dalam daftar rengking pembunuh manusia, DM
menduduki peringkat keempat. Pada Kongres Federasi Diabetes Internasional di Paris tahun
2003 terungkap bahwa sekitar 194 juta orang di dunia mengidap penyakit ini. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2025 jumlah penderitannya akan
melonjak sampai 333 juta orang. Di Indonesia predikat diabetes mengenai lebih dari 2,5 juta
orang dan diperkirakan terus bertambah, sehingga insiden DFU (luka kaki diabetikpun)
bertambah seiring dengan bertambanya jumlah penderita diabet. Desain penelitian ini
menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk menguraikan tentang pengisian
pembuluh darah kapiler pada pasien diabetic foot ulcer berdasarkan nilai ankle brachial
index. Hampir keseluruhan pasien diabetic foor ulcer di ruang interna RSUD Dr. Haryoto
Lumajang mengalami gangguan pengisian pembuluh darah kapiler, dari mulai yang ringan
hingga yang berat. Dan hanya ada sebagian kecil responden saja yang tidak mengalami
gangguan. Pengaturan pola makan dan latihan jasmani untuk mengendalikan kadar gula darah
pasien DM sangat penting, mengingat gangguan pengisian pembuluh darah kapiler sering
terjadi pada pasien DM
Kata kunci: pengisian pembuluh darah kapiler, diabetic foot ulcer

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is also known as diabetes or sugar urine into a disease that was
convicted 'can not recover'. In the list of human killer racking, DM ranked fourth. At the
International Diabetes Federation Congress in Paris in 2003 it was revealed that about 194
million people worldwide suffer from the disease. The World Health Organization (WHO)
estimates that by 2025 the number of diabet sufferers will jump to 333 million people. In
Indonesia, diabetes predicates more than 2.5 million people and is expected to increase, so
the incidence of DFU (diabetic foot wounds) increases with the increase in the number of
diabet sufferers. The design of this study used a descriptive design that aims to describe the
filling of capillary blood vessels in patients with diabetic foot ulcer based on the ankle
brachial index value. Almost all diabetic foor ulcer patients in the internal room of RSUD
Dr. Haryoto Lumajang has trouble filling capillary blood vessels, ranging from mild to
severe. And there is only a small percentage of respondents who are not disturbed Setting diet
and physical exercise to control blood sugar levels DM patients is very important,
considering the impairment of capillary blood vessels often occur in patients with DM
Keywords: filling the capiler blood vessel, diabetic foot ulcer

PENDAHULUAN adanya kadar glukosa darah yang tinggi (


Diabetes melittus ( DM ) adalah hiperglikemia ) yang disebabkan oleh
suatu kumpulan gejala yang ditandai oleh kekurangan hormon pengatur kadar

183
glukosa darah ( insulin ), baik secara METODE
mutlak yaitu memangkadarnya berkurang Desain penelitian menggunakan
atau dapat juga jumlah insulinnya sendiri desain deskriptif yaitu suatu metode
mencukupi, tetapi kerja insulin yang penelitian yang dilakukan dengan tujuan
kurang baik dalam mengatur kadar glukosa utama membuat gambaran atau deskripsi
darah agar menjadi selalu normal seperti tentang suatu keadaan secara objektif
pada orang normal yang tidak menyandang (Soekidjo Notoatmodjo, 2002). Desain
diabetes melitus. deskriptif dalam penelitian ini bertujuan
Diabetes Mellitus ( DM ) yang untuk menguraikan tentang pengisian
dikenal juga dengan kencing manis atau pembuluh darah kapiler pada pasien
kencing gula menjadi penyakit yang diabetic foot ulcer berdasarkan nilai ankle
divonis ‘tidak bisa sembuh’. Dalam daftar brachial index di RSD Dr. Haryoto
rengking pembunuh manusia, DM Lumajang tahun 2014.
menduduki peringkat keempat. Pada
Kongres Federasi Diabetes Internasional HASIL
di Paris tahun 2003 terungkap bahwa Tabel 1 klasifikasi usia pasien diabetic foor
sekitar 194 juta orang di dunia mengidap ulcer di ruang interna RSUD Dr. Haryoto
penyakit ini. Badan Kesehatan Dunia Lumajang
(WHO) memperkirakan pada tahun 2025
jumlah penderitannya akan melonjak No Usia  %
sampai 333 juta orang. Di Indonesia 1 41-50 7 23.3
predikat diabetes mengenai lebih dari 2,5 2 51-60 21 70
juta orang dan diperkirakan terus 3 61-70 1 3.3
bertambah. 4 71-80 1 3.3
Terjadinya DM karena kelenjar Jumlah 30 100
pancreas tidak lagi memproduksi insulin
atau produksinya sangat sedikit sehingga Dari tabel 1 sebagian besar usia
tidak mampu mencukupi kebutuhan tubuh pasien diabetic foor ulcer di ruang interna
akan hormon insulin. Inilah babak awal RSUD Dr. Haryoto Lumajang adalah 51 –
kerusakan seluruh organ tubuh. 60 tahun , yaitu: 21 orang (70%)
Secara umum, asupan gula dalam
darah disimpan dalam hati. Di sini diolah Table 2 Distribusi frekuensi pasien diabetic
menjadi glikogen. Jika tubuh memerlukan, foor ulcer di ruang interna RSUD Dr.
hati akan mengeluarkan dan mengolah Haryoto Lumajang berdasarkan jenis
kembali menjadi glukosa. Bagi orang kelamin
normal, sebanyak apa pun konsumsi gula
tidak mengganggu organ tubuh. Namun, No J/K  Prosentase
tidak demikian bagi diabetes. (%)
Menurut The National Institute of 1 Laki 13 43.3
Diabetes and Digestive and Kidney 2 Perempuan 17 56.6
Disease, diperkirakan 16 juta orang Jumlah 30 100
Amerika Serikat diketahui menderita
diabetes, dan jutaan diantaranya beresiko Dari table 2 sebagian besar jenis
untuk menderita diabetes. Dari keseluruhan kelamin pasien diabetic foor ulcer di ruang
penderita diabetes, 15% menderita ulkus di interna RSUD Dr. Haryoto Lumajang
kaki, dan 12-14% dari yang menderita adalah perempuan, yaitu: 17 orang (56.6
ulkus di kaki memerlukan amputasi. %).

Table 3 Distribusi frekuensi pasien diabetic


foor ulcer di ruang interna RSUD Dr.

184
Haryoto Lumajang berdasarkan tingkat Dari table 5 hampir sebagian
pendidikan responden lama menderita DM-nya 5 - ≤
10 Tahun di ruang interna RSUD Dr.
No Tingkat  Prosentase Haryoto Lumajang , yaitu: 16 orang (53,3
Pendidikan (%) %). Table 6 Distribusi frekuensi pasien
1 SD 4 13.3 diabetic foor ulcer di ruang interna RSUD
2 SMP 5 16.6 Dr. Haryoto Lumajang berdasarkan
3 SMA 12 40 klasifikasi pengisian pembuluh darah
4 PT 9 30 kapiler.
Jumlah 30 100
No Usia  Prosentase
Dari table 3 hampir sebagian (%)
tingkat pendidikan pasien diabetic foor 1 Normal 3 10
ulcer di ruang interna RSUD Dr. Haryoto 2 Iskemik 10 33.3
Lumajang adalah SMA, yaitu: 12 orang Ringan
(40 %) 3 Obstruksi 9 30
Vaskuler
Table 4 Distribusi frekuensi pasien diabetic Sedang
foor ulcer di ruang interna RSUD Dr. 4 Obstruksi 8 26.6
Haryoto Lumajang berdasarkan jenis Vaskuler
pekerjaan Berat
Jumlah 30 10.0
No Jenis  Prosentase
Pekerjaan (%) Dari table 6 hampir sebagian
1 Buruh 14 46.6 klasifikasi pengisian pembuluh darah
2 Pedagang 2 6.6 kapiler pasien diabetic foor ulcer di ruang
3 PNS 8 26.6 interna RSUD Dr. Haryoto Lumajang
4 Wiraswasta 2 6.6 termasuk dalam kategori inskemik ringan,
5 Petani 4 13.3 yaitu: 10 orang (33,3 %).
Jumlah 30 100
PEMBAHASAN
Dari table 4 hampir sebagian jenis Berdasarkan tabel 6 hanya ada
pekerjaan pasien diabetic foor ulcer di sebagian kecil pasien diabetic foot ulcer
ruang interna RSUD Dr. Haryoto yang pengisian pembuluh darah kapilernya
Lumajang adalah buruh, yaitu: 14 orang normal.
(46,6 %) Salah satu kerusakan jangka
panjang pada system saraf dan pembuluh
Table 5 Distribusi frekuensi pasien diabetic darah akibat penyakit diabetes mellitus
foor ulcer di ruang interna RSUD Dr. adalah : saraf tepi dengan rasa kesemutan
Haryoto Lumajang berdasarkan lamanya dan rasa baal sedang pada pembuluh darah
menderita DM akan terjadi sklerosis yakni, bila terjadi
pada otak dapat menimbulkan stroke, dan
No Lama  Prosentase pada jantung bisa terjadi penyakit jantung
Menderita (%) koroner : serangan jantung, pada kaki bisa
DM terjadi luka, gangren/jaringan mati/busuk
1 < 5 Tahun 12 40.0 (Mary Baradero, 2009)
2 5 - ≤10 16 53.3 Hal ini sangat sesuai dengan hasil
Tahun temuan pada penelitian ini dimana hanya
3 > 10 Tahun 2 6.6 ada tiga responden saja yang nilai ankle
Jumlah 30 100 brachial indexnya normal yaitu 1.0 – 1.2;

185
dari ketiga responden tersebut apabila harus dilakukan. Hilangnya sensori pada
ditinjau dari aspek usianya memang masih kaki bisa mengakibatkan trauma dan
usia dewasa dan lamanya menderita potensial untuk ulkus. Perubahan
diabetes mellitus masih baru saja yaitu ≤ 2 mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat
tahun, sehingga kemungkinan terjadi mengakibatkan iskemik jaringan dan
kerusakan pembuluh darah kapiler belum sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa
ditemukan. menyebabkan gangren dan amputasi.
Berdasarkan tabel 6 terdapat (Mary Baradero, 2009).
sepertiga pasien diabetic foot ulcer yang Hal ini menunjukkan bahwa
pengisian pembuluh darah kapilernya masalah gangguan vaskuler pada
mengalami iskemik ringan. pembuluh darah kapiler pasien diabetic
Pengisian pembuluh darah kapiler foor ulcer hampir dipastikan akan terjadi
pada pasien diabetic foot ulcer rata-rata seiring dengan lamanya menderita diabet,
akan mengalami kendala seiring dengan dan kemampuan mengendalikan kadar gula
berbagai factor resiko baik yang dapat darah, selian dari factor usia, sebab 3 tiga
dirubah atau tidak dapat dirubah yang responden tersebut tidak ada yang berusia
dimiliki oleh masing-masing pasien lanjut, walaupun usia sangat berkontribusi
tersebut seperti berat badan lebih, terhadap kompatibilitas pembuluh darah
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, seseorang, namun pengaturan pola makan
dislipidemia, diet tak sehat, ras, riwayat untuk mengendalikan kadar gula darah
keluarga dengan diabetes, umur, riwayat seseorang jauh lebih penting
melahirkan bayi dengan Berat Badan (BB)
lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah KESIMPULAN
menderita DM gestasional (DMG) dan Hampir keseluruhan pasien diabetic
riwayat lahir dengan berat badan rendah foor ulcer di ruang interna RSUD Dr.
(Ahmad Rudianto, 2009). Haryoto Lumajang mengalami gangguan
Pada sepertiga pasien yang pengisian pembuluh darah kapiler, dari
pengisian pembuluh darah kapilernya mulai yang ringan hingga yang berat. Dan
mengalami iskemik ringan bila ditinjau hanya ada sebagian kecil responden saja
dari usianya rata-rata tergolong usia yang tidak mengalami gangguan.
dewasa, dan hanya ada satu saja responden
yang berusia lanjut, selain dari factor usia SARAN
ternyata factor riwayat lamanya menderita Pengaturan pola makan dan latihan
diabetes mellitus juga memberikan jasmani untuk mengendalikan kadar gula
kontribusi yang signifikan terhadap darah pasien DM sangat penting,
pengisian pembuluh darah kapiler pada mengingat gangguan pengisian pembuluh
pasien diabetic foot ulcer, dimana rata-rata darah kapiler sering terjadi pada pasien
responden yang mengalami iskemik ringan DM.
riwayat lamanya menderita DM kurang
dari 5 tahun. KEPUSTAKAAN
Berdasarkan table 6 hampir semua Baradero, Marry. 2009. Klien gangguan
pasien diabetic foor ulcer di ruang interna Endokrin : Seri Asuhan
RSUD Dr. Haryoto Lumajang mengalami Keperawatan. Jakarta: EGC
gangguan pengisian pembuluh darah Hidayat, A. Aziz Akimul. 2007. Metode
kapiler, dari mulai yang ringan hingga Penelitian Keperawatan dan Teknik
yang berat. Dan hanya ada 3 responden Analisa. Jakarta : Data Selemba
saja yang tidak mengalami gangguan. Medika
Ada tiga faktor yang berperan Hidayat, A. Aziz Akimul. 2003. Riset
dalam kaki diabetik, yaitu neuropati, Keperawatan dan Teknik Penulisan
iskemia, dan sepsis. Biasanya, amputasi Ilmiah. Jakarta: Selemba Medika

186
Kozier B, et al. 1995. Fundamental Of Waspadji, Sarwono.2005. Ilmu Penyakit
Nursing Conceps. Process and Dalam. Jakarta : FKUI
Practice 4 the Edition. Addison
Wesley : Publishing Company Inc.
Misnadiarly, A, S. 2006. Permasalahan
Kaki Diabetes dan upaya Senang.
www.tempo.co.id/medika/arsip/200
3/har-htm-19 k (diakses tanggal 10
Desember 2013).
Morison, Moya. 2003. Manajemen Luka.
Jatakarta : EGC
Notoatmojo, Soekidjo.2003. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineke Cipta.
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Selemba
Medika.
PERKENI.2011. Konsesus Diabetes
Mellitus tipe 2 di Indonesia.
www.perkeni.org
PERKENI.2009. Konsesus Diabetes
Mellitus tipe 2 di Indonesia.
www.perkeni.org
Riyadi, Sujono; Sukarmin. 2008. Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan
gangguan Eksokrin dan Endokrin
pada Pankreas. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Smeltzer, S, C dan B, G. Bare.2003. Buku
Ajar Kperawatan. Burner &
Suddarth. Jakarta : EGC.
Tandra H, 2008. Segala Sesuatu yang
harus anda ketahui Tentang
Diabetes Meliyus : Tanggung
jawab lengkap dengan ahlinya.
Jakarta. Gramedia Pustaka
UtamaTaylor C, et al. 1997.
Fundamental Of Nursing. The Art
and Science Nursing. Addison
Wesley : Publishing Company Inc.
Tjokoprawiro, Askandar dkk.2007. Ilmu
Penyakit Dalam. Surabaya :
Airlangga University Press.
Tjokonegoro, Arjatmo.2003. Pedoman
Diet Diabetes Mellitus. Jakarta :
FKUI
Yunir, Em. 2007. Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : FKUI.

187
EFEKTIFITAS PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR) TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

(EFFECTIVENESS OF PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR) ON


BLOOD PRESSURE REDUCTION IN HYPERTENSION PATIENTS)

Primasari Mahardhika Rahmawati1, Musviro2, Fitrio Deviantony3


1,2
Staf Pengajar Program Studi D3 Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang,
3
Staf Pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Jember

ABSTRAK

Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular dan membawa
beban kesehatan yang tinggi dalam hal morbiditas dan mortalitas. Hipertensi merupakan
faktor yang berkonstribusi terhadap kematian akibat stroke dan faktor yang memperberat
infark miokard. Salah satu upaya untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
diantaranya adalah dengan terapi relaksasi otot progresif (Progressive Muscle Relaxation/
PMR). Mengetahui efektifitas terapi PMR terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi kelompok “Prolanis” di wilayah kerja Puskesmas Jatiroto Kabupaten Lumajang.
Desain Penelitian menggunakan desain pre eksperiment dengan rancangan one group pre test
post test. Teknik sampling menggunakan teknik consecutive sampling dengan jumlah sampel
sebanyak 24 responden. Pelaksanaan terapi PMR menggunakan tool atau standard operating
procedures (SOP) terapi PMR. Instrument untuk mengukur tekanan darah dengan
menggunakan Sphygmomanometer digital merk Omron. Terdapat perbedaan yang signifikan
pada tekanan darah baik systole dan diastole responden sebelum dan sesudah diberikan terapi
PMR. Hal ini dibuktikan dengan nilai p melalui uji T didapatkan nilai p 0,000 dimana nilai
p<0,05 dan nilai 95% Confidence Interval tidak melewati angka nol. Terapi relaksasi otot
progresif signifikan menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi sehingga terapi ini
dapat dijadikan salah satu alternatif terapi sebagai terapi non farmakologis dalam
menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi.
Kata Kunci: relaksasi otot progresif, tekanan darah, hipertensi.

ABSTRACT

Hypertension is a major risk factor for cardiovascular disease and carries a high burden of
health in terms of morbidity and mortality. Hypertension is a contributing factor to death
from stroke and factors that exacerbate myocardial infarction. One effort to descrease blood
pressure such as progressive muscle relaxation therapy (Progressive Muscle
Relaxation/PMR). To know the effectiveness of PMR therapy on the decrease of blood
pressure in hypertension group of "Prolanis" in Jatiroto Health Center Lumajang. The
research design used pre experiment design with one group pre test post test. Sampling
technique using consecutive sampling technique with the number of samples of 26
respondents. Implementation of PMR therapy using PMR therapy tool or standard operating
procedures (SOP). Instrument for measuring blood pressure using Omron brand digital
sphygmomanometer. There were significant differences in blood pressure in both systole and
diastolic respondents before and after PMR therapy. This is evidenced by the value of p =
0,000 where the p value <0.05 and the value of 95% Confidence Interval does not pass zero.
Progressive muscle relaxation therapy significantly descreased blood pressure so this
therapy can be used as an alternative therapy as non-pharmacological therapy in lowering
blood pressure for hypertensive patients.
Keywords: Progressive Muscle Relaxation (PMR), blood pressure, hypertension.

PENDAHULUAN hipertensi. Negara berkembang memiliki


Hipertensi adalah salah satu faktor prosentase lebih banyak menderita
pemicu penyakit jantung dan stroke yang hipertensi. Di Asia Tenggara 36% orang
menjadi penyebab kematian teratas didunia. dewasa menderita hipertensi dan telah
Hipertensi disebut silent killer, setiap tahun membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya.
9,4 juta warga dunia meninggal karena Di Indonesia, hipertensi sampai saat ini
hipertensi (Kemenkes RI, 2014). Data menjadi tantangan masalah kesehatan
Global Status Report on Noncommunicable dengan prevalensi tinggi. Pada tahun 2013,
Disesases (2010) dari WHO menyebutkan secara nasional 25,8% penduduk Indonesia
bahwa 40% negara berkembang menderita mengalami hipertensi (Kemenkes RI, 2014).

188
Hipertensi merupakan peningkatan Progressive Muscle Relaxation (PMR)
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg merupakan salah satu bentuk terapi relaksasi
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 dengan gerakan mengencangkan dan
mmHg pada dua kali pengukuran dengan merelaksasikan otot–otot satu bagian tubuh
selang waktu lima menit dalam keadaan pada satu waktu untuk mendapatkan kontrol
cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan atas kecemasan yang merangsang pikiran
darah dalam jangka waktu lama (persisten) dan ketegangan otot (Keliat & Pasaribu,
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal 2016).
(gagal ginjal), jantung (penyakit jantung Hasil riset terdahulu tentang
koroner) dan otak (menyebabkan stroke), Progressive Muscle Relaxation (PMR)
sehingga tatalaksana hipertensi diperlukan antara lain Fraser, Matsuzakawal, Lee1, dan
dengan baik. The Sevent Report Of The Joint Minen (2017) yang menyatakan bahwa PMR
National Committee on Prevention, adalah salah satu nonpharmacologic
Detection, Evaluation, and Treatment of treatment bagi penderita PTH (Post-
High Blood Pressure (JNC 7) Traumatic Headache) dan penelitian Meyer,
merekomendasikan modifikasi gaya hidup et al. (2016), menyatakan bahwa setelah
tunggal saat tekanan darah >120/80 mmHg terapi PMR, pasien migrain menunjukkan
dan <140/90 mmHg (pre hipertensi), pada pengurangan frekuensi migrain. Riset yang
tekanan darah ≥140/90 mmHg yaitu tahap 1 dilakukan Kasron (2017) juga menunjukkan
dengan modifikasi gaya hidup antara lain bahwa terdapat pengaruh pemberian PMR
berat badan, aktivitas fisik, asupan natrium, dengan kualitas tidur penderita hipertensi di
buah-buahan, sayuran, lemak jenuh dan total Cilacap Selatan. Menurut Rainfort, et all
serta alkohol. Modifikasi gaya hidup dengan (2007), substansial evidence menunjukkan
pengurangan stress untuk pasien normotensif bahwa stress psikososial berkontribusi pada
dan hipertensi direkomendasi Canadian hipertensi dan penyakit kardiovaskuler
Hypertension Education Program dalam (CVD). Dari hasil sistematic review dari
tatalaksana hipertensi. Stress psikososial literatur dan identifikasi 107 penelitian
terbukti berkontribusi terhadap tekanan dalam mengurangi stress dan tekanan darah,
darah tinggi. Komplikasi tekanan darah PMR dapat mengurangi stress dan tekanan
tinggi dapat menyebabkan pasien mengalami darah yaitu -1,9/-1,4 mmHg. Dari latar
kecemasan dan stress (Smeltzer, et al., belakang tersebut, peneliti ingin
2008). menganalisis lebih lanjut pengaruh terapi
Stress merupakan faktor resiko Progressive Muscle Relaxation (PMR)
independen utama pada hipertensi. Stress terhadap penurunan tekanan darah. Tujuan
mengendalikan sistem saraf simpatis dan penelitian ini yaitu mengetahui efektifitas
korteks adrenal melalui aktivasi hipotalamus. terapi PMR terhadap penurunan tekanan
Sistem saraf simpatis juga memberikan darah pada penderita hipertensi kelompok
sinyal ke medulla adrenal untuk melepaskan “Prolanis” di wilayah kerja Puskesmas
epineprin dan norepineprin ke aliran darah Jatiroto Kabupaten Lumajang.
(Sherwood, 2010). Stimulasi aktivitas saraf
simpatis akan meningkatkan resistensi METODE
pembuluh darah perifer dan curah jantung Desain Penelitian menggunakan
sehingga mempengaruhi peningkatan desain pre eksperiment dengan rancangan
tekanan darah. Pada stress akut, dipicu oleh one group pre test post test. Teknik sampling
sistem saraf simpatik dan hipotalamus- menggunakan teknik consecutive sampling
pituitari-axis adenocortical sehingga terjadi dengan jumlah sampel sebanyak 24
peningkatan curah jantung, heart rate dan responden. Pelaksanaan terapi PMR
resistensi perifer dan pada stress kronik menggunakan tool atau standard operating
terjadi hiperaktivasi persisten sistem saraf procedures (SOP) terapi PMR. Instrument
simpatis dan hipotalamus-pituitari-axis untuk mengukur tekanan darah dengan
adrenocortical. menggunakan Sphygmomanometer digital
Teknik relaksasi dapat menghambat merk Omron. Uji analisis statistik yang
respon stress saraf simpatis, otot-otot digunakan adalah uji parametric paired t-test
pembuluh darah arteri dan vena bersamaan untuk menganalisis perbedaan tekanan darah
dengan otot-otot lain dalam tubuh menjadi responden sebelum (pre) dan sesudah (post)
rileks. Relaksasi otot-otot dalam tubuh diberikan terapi PMR.
berpengaruh terhadap penurunan kadar
norepineprin dalam tubuh (Shinde, et all, Hasil
2013). Salah satu teknik relaksasi sebagai Tabel 1. Karakteristik Responden
upaya menurunkan tekanan darah adalah Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin,
dengan terapi relaksasi otot progresif atau Pendidikan dan Pekerjaan
Progressive Muscle Relaxation (PMR).

189
Varia Kategori n % dan selisih nilai 9,23 pada tekanan darah
bel diastole.
Usia 41-50 5 20,83%
tahun 19 79,17% PEMBAHASAN
> 51 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tahun 87,5% responden berjenis kelamin wanita.
Jenis Pria 3 Hal ini sesuai dengan pernyataan Triyanto
Kelamin Wanita 21 12,50% (2014) dalam Rusnoto dan Alviana (2017)
yang mencatat sedikitnya sejumlah 839 juta
87,50% kasus hipertensi pada Tahun 2012 dan
Pendidik Dasar 15 62,50% diperkirakan mengalami peningkatan kasus
an (SD, menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 atau
SMP) 6 25,00% sekitar 29% dari total penduduk dunia,
Menenga dimana penderitanya lebih banyak dialami
h (SMA) 3 12,50% wanita dibandingkan pria. 79,17% responden
Tinggi dalam penelitian ini berusia diatas 51 tahun
(PT) dan sesuai dengan teori yang dikemukakan
Pekerjaa Tidak 12 50,00% Cohen (2009) bahwa penyakit hipertensi
n bekerja cenderung dialami pada usia kelompok 45-
Swasta 3 12,50% 54 tahun dimana usia ini merupakan usia
Wiraswa 4 16,67% yang produktif. Hasil penelitian juga
sta 5 20,83% menunjukkan adanya perbedaan yang
PNS/ signifikan pada tekanan darah baik systole
TNI maupun diastole sebelum dan sesudah
diberikan terapi PMR dengan adanya selisih
Berdasarkan tabel 3.1 menunjukkan nilai pada tekanan darah systole maupun
bahwa sebagian besar responden yang diastolenya. Hal ini sesuai dengan teori
menderita hipertensi berusia diatas 51 tahun Setyoadi dan Kushariyadi (2011) yang
dengan persentase 79,17%, 87,5% responden menyatakan bahwa salah satu tujuan
berjenis kelamin wanita, 62,5% diberikannya terapi PMR ini adalah untuk
berpendidikan dasar dan 50% responden menurunkan ketegangan otot, kecemasan,
tidak bekerja. nyeri leher dan punggung, tekanan darah
tinggi, frekuensi jantung, dan laju metabolik.
Tabel 2. Perbedaan Tekanan Darah Klien Terapi PMR akan menghasilkan
Hipertensi Sebelum dan Sesudah Diberikan adanya relaksasi pada tubuh sehingga dapat
Terapi PMR menghambat peningkatan saraf simpatetik
yang diharapkan agar hormon penyebab
Mean Selisih 95% T p disregulasi tubuh dapat dikurangi jumlahnya.
CI value Sistem saraf parasimpatetik adalah sistem
TDS pre 10,00 7,53 8,83 0.000 yang mendominasi pada keadaan tenang dan
(n= 24) 133,85 – santai memiliki fungsi kerja berlawanan
TDS 12,47 dengan saraf simpatetik akan memperlambat
post atau memperlemah kerja alat-alat internal
(n= 24) 123,85 tubuh sehingga akan terjadi penurunan detak
jantung, irama nafas, tekanan darah,
TDD pre 93.08 9,23 6,25 6,74 0,000 ketegangan otot, dan tingkat metabolisme
(n=24) – (Praptini, 2014). Hal ini didukung dengan
TDD 83.85 12,21 hasil penelitian yang menunjukkan adanya
post perbedaan tekanan darah dan nadi setelah
(n=24) diberikan intervensi terapi PMR dimana
terjadi penurunan tekanan darah baik sistolik
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa maupun diastolik serta penurunan nadi
terdapat perbedaan yang signifikan pada seiring dengan turunnya skor kecemasan
tekanan darah (systole dan diastole) sebelum responden. Penelitian yang dilakukan
dan sesudah diberikan terapi relaksasi otot Santidar (2016) juga membuktikan bahwa
progresif dibuktikan dengan nilai p 0,000 terapi PMR lebih efektif menurunkan
dimana nilai p<0,05 dan nilai 95% tekanan darah daripada terapi tertawa.
Confidence Interval tidak melewati angka Penelitian terbaru yang dilakukan oleh
nol. Secara klinis pun juga dapat dikatakan Setyaningrum dan Badi’ah (2018)
terdapat perbedaan tekanan darah sebelum membuktikan bahwa terapi progressive
dan sesudah diberikan terapi PMR dengan muscle relaxation yang dikombinasikan
selisih nilai 10 pada tekanan darah systole dengan zikir secara bersamaan efektif

190
menurunkan tekanan darah dan stress pada mengendorkan setiap kelompok otot yang
penderita hipertensi. ditegangkan tadi diiringi dengan penjelasan
Synder dan Lindquist (2002) terapis terkait perbandingan perasaan ketika
menyatakan bahwa selama maupun setelah otot tersebut tegang dan ketika otot
melakukan terapi PMR akan terjadi dilemaskan sehingga perasaan pada otot saat
perubahan dalam tubuh seperti merasa dilemaskan menjadi relaks (Rahmawati,
tenang, ringan dan klien akan merasakan Widjajanto, & Astari, 2017).
sensasi kehangatan yang menyebar ke Sesi terakhir dalam pelaksanaan
seluruh tubuh. Respon emosi dan efek terapi PMR ini adalah mengevaluasi
sensasi menenangkan yang ditimbulkan oleh kemampuan responden dalam melakukan
terapi relaksasi ini akan mengubah fisiologi terapi PMR yang telah diajarkan oleh
dominan sistem saraf simpatis menjadi peneliti (Keliat & Pasaribu, 2016). Evaluasi
dominan sistem saraf parasimpatis sehingga dalam sesi ketiga dilakukan untuk menilai
akan menurunkan regulasi sumbu HPA yang sejauh mana responden mampu melakukan
overaktif (McCloughan, Hanrahan, semua gerakan terapi mulai awal hingga
Anderson, & Halson, 2016). Diperkuat akhir terapi. Bila responden belum mampu
dengan pernyataan bahwa PMR dapat melakukan semua gerakan dalam terapi yang
meningkatkan hormon parasimpatis dan telah diajarkan maka peneliti mengulangi
neurotransmiter seperti DHEA kembali pelaksanaan terapi PMR mulai sesi
(Dehidroepinandrosteron), dopamine atau pertama.
endorfin dan enkefalin serta merangsang Synder dan Lynquist (2002)
signal otak sehingga otot rileks. yang disertai menegaskan bahwa dengan melakukan terapi
dengan penurunan tekanan darah (Conrad & PMR maka akan dapat memberikan dampak
Roth, 2007; Lestari & Yuswiyanti, 2015). langsung pada respon fisik sehingga
Saat otot rileks, maka tubuh akan kemampuan relaksasi pasien dapat
membentuk hormone beta-endorfin yang meningkat. Prosedur terapi PMR bertujuan
akan membantu mengembalikan kondisi untuk mendapatkan kondisi relaks pada otot
pembuluh darah menjadi normal seperti melalui dua langkah, yakni dengan
semula dan menjaga agar darah dapat memberikan tegangan pada suatu kelompok
mengalir dengan mudah dan bebas hambatan otot, dan dengan menghentikan tegangan
sehingga terjadi penurunan tekanan darah tersebut kemudian memusatkan perhatian
(Haruyama, 2011). terhadap bagaimana otot tersebut menjadi
Implementasi terapi PMR dalam relaks, merasakan sensasi relaks secara fisik
penelitian ini dibagi menjadi tiga sesi yang sehingga ketegangan yang dirasakan
dilaksanakan secara langsung dengan alokasi menghilang (Richmond, 2007). Keadaan otot
waktu sekitar 30-45 menit. Sesi pertama yang rileks akan menyebarkan stimulus ke
terapi PMR ini adalah mengidentifikasi hipotalamus sehingga akan menekan sistem
ketegangan otot tubuh tertentu yang saraf simpatis sehingga terjadi penurunan
dirasakan disertai dengan penjelasan singkat produksi hormon epinefrin dan norepinefrin.
tentang prosedur, tujuan serta manfaat dari Penurunan hormone tersebut akan
dilakukannya teknik terapi PMR. Responden menyebabkan penurunan kecepatan denyut
diharapkan dapat memahami prosedur, jantung, volume sekuncup juga akan
tujuan dan manfaat dari terapi yang akan menurun, serta terjadi vasodilatasi arteriol
dilakukan sehingga responden dapat dan venula. Selain itu curah jantung,
menerapkan terapi yang telah diajarkan resistensi perifer total juga menurun
sebagai salah satu tindakan untuk sehingga tekanan darah juga akan turun.
menurunkan tekanan darah. Sesi kedua Modifikasi gaya hidup dan teknik relaksasi
adalah aplikasi terapi PMR, peneliti dapat menormalkan tekanan darah pada klien
memutarkan musik klasik untuk mengiringi dengan hipertensi (Black & Hawk, 2005)
pelaksanaan terapi dan responden diminta
untuk menarik nafas dalam dan KESIMPULAN
menghembuskan secara perlahan sebanyak Kesimpulan dalam penelitian ini
tiga kali. Responden kemudian adalah terdapat perbedaan yang signifikan
diinstruksikan untuk menegangkan setiap tekanan darah responden post diberikan
kelompok otot selama kurang lebih 10 detik terapi Progressive Muscle Relaxation
dimulai dari otot dahi dan mata, otot mulut, (PMR) baik tekanan darah systole maupun
otot rahang, otot leher, otot punggung, otot diastole. Terapi PMR signifikan
dada, otot tangan, otot bisep dan otot paha menurunkan tekanan darah pada penderita
diiringi oleh penjelasan terapis terkait hipertensi khususnya pada kelompok
dengan ketidaknyamanan yang dirasakan Prolanis di wilayah kerja Puskesmas
klien saat kondisi otot tegang. Setelah itu Jatiroto. Terapi Progressive Muscle
terapis menginstruksikan responden untuk Relaxation (PMR) dapat dijadikan sebagai

191
salah satu kompetensi untuk menurunkan Kesehatan RI. HIPERTENSI.
tekanan darah pada penderita hipertensi Jakarta.
yang harus dilakukan perawat baik yang Lestari & Yuswiyanti. (2014). Pengaruh
berada di tatanan pelayanan kesehatan Relaksasi Otot Progresif Terhadap
rumah sakit maupun di tatanan Penurunan Tingkat Kecemasan
masyarakat. pada Pasien Pre Operasi di Ruang
Wijaya Kusuma RSUD Dr R
SARAN Soeprapto Cepu, J. Keperawatan
Berdasarkan kajian dalam Matern. vol 2, no 1, pp. 7–11.
penelitian ini maka disarankan kepada McCloughan, L. J., Hanrahan, S., J.,
penderita hipertensi untuk melakukan Anderson, R., & Halson, S. R.
terapi PMR secara kontinyu sebagai salah 2016. Psychological recovery:
satu bentuk aktivitas fisik disamping Progressive muscle relaxation
modifikasi gaya hidup ke arah pola hidup (PMR), anxiety, and sleep in
sehat serta secara berkala melakukan dancers. Performance
pemeriksaan tekanan darahnya. Enhancement & Health, 4: 12–
17.
KEPUSTAKAAN Meyer, B., Keller A., Wöhlbier H-G.,
Antari, N. K. A. J., Artini, I., & Andayani, Claudia H.O., Muller B., and
N. 2016. Aplikasi Progressive Kropp P. 2016. Progressive
Muscle Relaxation Terhadap Muscle Relaxation Reduces
Penurunan Tekanan Darah Pada Migraine Frequency And
Hipertensi Derajat I Di Kota Normalizes Amplitudes Of
Denpasar. Program Studi Contingent Negative Variation
Fisioterapi Fakultas Kedokteran (Cnv). The Journal Of Headache
Universitas Udayana, Denpasar And Pain. 2016. 17:37 Doi
Bali. 10.1186/S10194-016-0630-0.
Black, J., & Hawk, J. 2005. Medical Praptini, D. 2014. Pengaruh Relaksasi
Surgical Nursing Clinical Otot Progresif Terhadap Tingkat
Mnagement for Positive Outcome Kecemasan Pasien Kemoterapi di
(7th Ed ed.). Philadelphia: Mosbi. Rumah Singgah Kanker
Cohen, J. D. 2009. Hypertension Denpasar. COPING NERS
Epidemiology and Economic (Community of Publishing in
Burden : Refining Risk Nursing), 2(3).
Assessment To Lower Costs. Rahmawati, P. M., Widjajanto, E., &
Managed Care, (October), 51–58. Astari, A. M. 2017. The Influence
Conrad, A. & Roth, W. T. 2007. Muscle of Progressive Muscle Relaxation
relaxation therapy for anxiety on Anxiety Level of Pre-caesarean
disorders: it work but how? Section Mothers in Delivery
Journal of Anxiety Disorders, 21 Room. NurseLine Journal, 2(2),
(3), 243-264 117-125.
Fraser F, Matsuzakawal, Lee1, Y.S.C, & Rainforth M. V., Schneider R. H., Nidich
Minen M. 2017. Behavioral S. I., Gaylord-King C., Salerno J.
Treatments For Post-Traumatic W. and Anderson J. W. 2007.
Headache. Curr Pain Headache Stress Reduction Programs In
Rep. (2017) 21: 22 Doi Patients With Elevated Blood
10.1007/S11916-017-0624-X. Pressure: A Systematic Review
Haruyama, S. 2011. The Miracle of And Meta-Analysis. Current
Endorphin. Bandung: Mizan Hypertension Reports 2007,
Media Utama. 9:520–528.
Kasron, Susilawati. 2017. Pengaruh Richmond, R.L. 2007. A Guide to
Progressive Muscle Relaxation Psychology and its Practice.
Terhadap Kualitas Tidur Penderita Diunduh dari
Hipertensi Di Cilacap Selatan. http://www.guidetopsychology.co
Jurnal Keperawatan dan Pemikiran m/pmr.html
Ilmiah. 3 (3). 20-28. Rusnoto & Alviana, I. 2017. Pengaruh
Keliat, B. A. & Pasaribu, J. 2016. Prinsip terapi progressive muscle
dan Praktik Keperawatan relaxation terhadap penurunan
Kesehatan Jiwa Stuart. Singapore: tekanan darah pada peserta
Elsevier prolanis. THE 5TH URECOL
Kemenkes, RI. 2014. INFODATIN. Pusat PROCEEDING UAD Yogyakarta.
Data dan Informasi Kementerian

192
Santidar, D.V.P. 2016. Relaksasi otot
progresif dan terapi tertawa untuk
menurunkan tekanan darah
hipertensi di Dusun Mejing Lor
Ambarketawang Gamping Sleman
Yogyakarta. Naskah publikasi.
PSIK FIK Universitas “Aisyiyah
Yogyakarta.
Setyaningrum, N. dan Badi’ah, A. 2018.
Efektivitas Progressive Muscle
Relaxation Dengan Zikir Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Dan
Penurunan Tingkat Stres Pada
Penderita Hipertensi. Medisains:
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Kesehatan, Vol 16 No 1, April
2018.
Setyoadi & Kushariyadi. 2011. Terapi
Modalitas Keperawatan Jiwa pada
Klien Psikogeriatrik. Salemba
Medika: Jakarta.
Sherwood, L. 2010. Human Physiology :
From Cells To Systems. Usa:
Yolanda Cossio.
Shinde, et al., 2013; Immediate effect of
Jacobson’s progressive muscle
relaxation in hypertension; Indian
Journal of Physiotherapy and
Occupational Therapy, Vol.7,
no.3.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., &
Cheever, K, H. 2008. Textbook Of
Medical-Surgical Nursing.
Eleventh Edition. Brunner, &
Suddarth’s. Philadhelpia
Lippincott Williams & Wilkins, A
Wolter Kluwer Bussiness.
Synder, M. &Lyndquist, R. 2002.
Complementary/ alternative
th
therapies in nursing (4 ed). New
York: Springer Publishing
ompany.

193
GAMBARAN PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA PADA KELUARGA
YANG MEMILIKI LANSIA HIPERTENSI DI DESA GLAGAHWERO KECAMATAN
PANTI KABUPATEN JEMBER

Indra Kurniawan1*, Tri Buana Ratnasari2


Fakultas Keperawatan, Universitas Jember
Jl. Kalimantan No.37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331)323450
*e-mail: indrak19.ik@gmail.com@yahoo.com

ABSTRACT
The purpose of this study is to describe the implementation of family health
functions that are old with hypertension. The design of this study is descriptive. The
study was conducted on elderly families with hypertension in Glagahwero Village,
Panti Sub-district, Jember District. The total sample was 8 people taken using the
accidental sampling technique data collected by quetionnaire. The analysis used
univariate analysis. The results show description Family Ability to perform high
health tasks, 5 respondents (62.5%). This means the description from
Implementation of an elderly family health function with hypertension is high. The
results of this study recommend forpublic health center services to improve
information to the community, especially families with parents with hypertension.
Keywords: Elderly, family health task, elderly hypertension

PENDAHULUAN tahun 1998 tentang kesejahteraan


Keberhasilan pemerintah dalam lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2
pembangunan nasional telah terwujud menyebutkan bahwa umur 60 tahun
berbagai hasil yang positif di berbagai adalah usia permulaan tua (Nugroho,
bidang terutama di bidang kesehatan 2008). Penduduk berusia 60 tahun di
yang dapat meningkatkan kualitas dunia diprediksikan dapat mencapai
kesehatan penduduk, dan usia harapan angka lebih dari 1 milyar pada tahun
hidup, sehingga jumlah penduduk yang 2020. Jumlah lansia di Amerika juga
berusia lanjut meningkat dan akan meningkat hingga 24% pada
cenderung bertambah lebih cepat tahun 2050 (Friedman, Bowden, &
(Mubarak, Chayatin, & Santoso, 2010). Jones, 2003). Menurut proyeksi WHO
Usia lanjut adalah tahap akhir siklus pada tahun 1995 bahwa tahun 2020
kehidupan yang merupakan tahap diperkirakan jumlah lansia di Indonesia
perkembangan normal dan akan pun sekitar 28 juta jiwa dan tahun
dialami oleh setiap individu dan 2050 dibandingkan dengan tahun 1990
merupakan kenyataan yang tidak pertumbuhan lansia Indonesia
dapat dihindari (Notoatmodjo, 2007). mengalami pertumbuhan terbesar di
Menjadi tua melewati tiga tahap Asia yaitu sebesar 411%, Thailand
kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. 337%, India 242%, dan China 220%
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 (Martono, 2011). Jumlah lansia di

194
Indonesia tahun 2011 menurut penyakitlanjut usia sering berbeda
Kementerian Kesehatan Republik dengan dewasa muda, karena penyakit
Indonesia adalah lansia yang berusia pada lansia merupakan gabungan dari
60-64 tahun sebanyak 5.901.728 jiwa,
kelainan-kelainan yang timbul akibat
usia 65-69 tahun sebanyak 4.485.989
jiwa, usia 70-74 tahun sebanyak penyakit dan proses menua, yaitu
3.087.132 jiwa dan usia 75 tahun proses menghilangnya secara
keatas sebanyak 3.239.077 jiwa, perlahan kemampuan jaringan untuk
sedangkan di Propinsi Jawa Timur memperbaiki diri atau mengganti diri
pada tahun 2008 merupakan propinsi serta mempertahankan struktur dan
dengan peringkat kedua di Indonesia fungsi normalnya, sehingga tidak
dengan jumlah lanjut usia terbanyak
dapat bertahan terhadap penyakit
yaitu 3,2 juta jiwa setelah Propinsi
Yogyakarta. Jumlah usia lanjut umur (infeksi) dan memperbaiki kerusakan
60 tahun ke atas berdasarkan proyeksi yang diderita. Keluhan kesehatan yang
penduduk sasaran program tahun dialami oleh lansia merupakan efek
2013 sebanyak 277.398 orang, yang dari penyakit kronis seperti asam urat,
dilayani kesehatannya sebanyak hipertensi, diabetes mellitus, rematik
265.567 orang atau 95,73%. Hal ini dan penyakit lainnya, dan yang
menunjukkan bahwa pelayanan lansia
merupakan penyakit penyebab rawat
di Kabupaten Jember mengalami
peningkatan drastis dibandingkan jalan tertinggi pada tahun 2010 yang
tahun 2012. dialami lansia adalah hipertensi.
Gambaran 10 jenis penyakit Hipertensi merupakan penyakit
utama tahun 2013 yang ada di seluruh degeneratif, dengan bertambahnya
puskesmas di kabupaten Jember pada usia seseorang kemungkinan untuk
tahun 2013 hipertensi menduduki
menderita hipertensi juga semakin
peringkat kedua yaitu sebanyak 5,11%
dari total 1.368.475 kunjungan. Data besar, hipertensi banyak ditemukan
dari puskesmas Panti dari 10 data pada lanjut usia (Anggraeni, 2012).
kunjungan penyakit pada tahun 2017 Menurut WHO, tekanan darah
hipertensi menduduki peringkat ke 5 dianggap normal bila kurang dari
dengan 810 kasus. 135/85 mmHg, sedangkan bila lebih
Hasil survei yang dilakukan dari 140/90 mmHg dikatakan
peneliti pada masyarakat desa
hipertensi. Batasan ini berlaku bagi
Glagahwero Kecamatan Panti
didapatkan jumlah lansia sebanyak 679 orang dewasa di atas 18 tahun (Adib,
orang, dari jumlah tersebut sebanyak 2009). Batasan tekanan darah untuk
543 orang (80,9%) mengalami masalah lansia adalah 160/90 mmHg, jika
kesehatan hipertensi. Lansia tekanan darah lansia melebihi dari
mengalami berbagai gejala akibat batas tersebut maka lansia menderita
penurunan kondisi fisik, psikologis, hipertensi (Fatimah, 2010).
sosial dan ekonomi, hal ini akan
berpengaruh terhadap seluruh aspek Menurut Anggraeni (2012)
kehidupan lansia termasuk penyebab hipertensi pada lansia salah
kesehatannya. Seiring dengan satu faktor resikonya antara lain stress,
bertambahnya usia seseorang, faktor keturunan, usia, asupan garam
berbagai permasalahan kesehatan dan gaya hidup yang kurang sehat.
mulai bermunculan. Organisasi kesehatan dunia (WHO)
Menurut Kementrian Kesehatan
menetapkan hipertensi sebagai faktor
Republik Indonesia (2013)
195
resiko nomor tiga penyebab kematian fungsi perawatan keluarga. Fungsi
di dunia (Ridwan, 2011). Insiden utama keluarga salah satu diantaranya
hipertensi pada lanjut usia cukup tinggi adalah fungsi perawatan keluarga,
yaitu 40% dengan kematian 50% diatas dimana keluarga memberikan
umur 60 tahun (Suhadi, 2011) Lansia perawatan kesehatan yang bersifat
yang mengalami penyakit kronis preventif dan secara bersama-sama
seperti hipertensi pada umumnya lebih merawat anggota keluarga yang sakit.
memilih tinggal dilingkungan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan
Menurut Tamher & Noorkasiani perawatan atau pemeliharaan
(2011) keluarga merupakan tempat kesehatan dapat dilihat dari tugas
berlindung yang paling disukai para kesehatan keluarga yang dilaksanakan
lansia. Lansia lebih memilih tinggal (Mubarak, Chayatin, & Santoso, 2010).
bersama keluarganya dari pada tinggal Lansia dengan penyakit
di institusi seperti panti jompo, hipertensi memerlukan keluarga dalam
terdapat sekitar 65% lansia yang melaksanakan tugas kesehatan
mengidap gangguan kesehatan seperti keluarga. Menurut Setiadi (2008)
penyakit kronik atau kecacatan, hidup adapun beberapa hal yang berkaitan
bersama orang yang merawatnya, dengan tugas kesehatan keluarga
yang mengingat masalah meliputi kemampuan untuk mengenal
kesehatannya, sementara sisanya 35% masalah, kemampuan keluarga untuk
hidup sendiri. mengambil keputusan, kemampuan
Menurut Mubarak, Santoso, keluarga untuk merawat anggota
Rozikin& Patonah (2006) alasan keluarga yang sakit, kemampuan
lansia perlu dirawat dilingkungan keluarga dalam memodifikasi
keluarga dikarenakan tempat tinggal lingkungan dan kemampuan keluarga
keluarga merupakan lingkungan atau dalam memanfaatkan fasilitas
tempat alamiah dan damai bagi lansia, pelayanan kesehatan yang ada (Setiadi,
selain itu keluarga merupakan 2008).
pengambil keputusan yang terkait Berdasarkan penelitian yang
dengan kesehatan anggota dilakukan oleh Imanah (2012) tentang
keluarganya termasuk lansia, dan hubungan lima tugas kesehatan
masih banyak alasan lainnya keluarga dengan pencegahan
mengapa lansia perlu dirawat kekambuhan pada klien skizofrenia
dilingkungan keluarga. yang berkunjung di poli jiwa rumah
Keluarga merupakan kunci sakit jiwa Menur Surabaya, didapatkan
utama bagi kesehatan serta perilaku hasil hubungan yang signifikan antara
sehat sakit, oleh karena itu keluarga pelaksanaan lima tugas kesehatan
terlibat langsung dalam mengambil keluarga terhadap upaya pencegahan
keputusan dan terapeutik pada setiap kekambuhan. Hasil ini menunjukkan
tahap sehat- sakit anggota keluarga bahwa keluarga merupakan support
(Setiadi, 2008). Menurut Friedman utama dalam memenuhi kesehatan
(2003) dalam Mubarak, Chayatin, & anggota keluarganya. Semakin
Santoso, (2010) fungsi utama keluarga keluarga memahami mengenai
diantaranya adalah fungsi afektif, pelaksanaan tugas kesehatan keluarga
fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi dan
196
maka penyakit yang dialami anggota Penarikan sampel dilakukan
keluarga dapat diatasi. pada keluarga yang memiliki lansia
Berdasarkan wawancara dengan kriteria inklusi keluarga yang
lansung yang dilakukan terhadap 8 memiliki lansia yang menjadi klien
orang keluarga yang memiliki lansia, kelolaan mahasiswa program studi
didapatkan 6 orang keluarga yang profesi ners angkatan XX di desa
memiliki lansia dengan hipertensi Glagahwero, bersedia menjadi
diantaranya belum mampu mengenal responden.
masalah kesehatan yang terjadi pada
lansia, keluarga belum mampu Penelitian dilakukan di Desa
mengambil keputusan apabila lansia Glagahwero Kecamatan Panti
mengalami hipertensi, keluarga belum Kabupaten Jember, dilaksanakan pada
mampu merawat lansia pada saat bulan Mei 2018 sampai Juni 2018. Alat
sakit dengan baik, keluarga belum pengumpul data yang digunakan
mampu memodifikasi dan perbaikan berupa angket.
lingkungan, dan didapatkan 2 keluarga HASIL
yang memiliki lansia dengan penyakit Tabel 1. Distribusi frekuensi
hipertensi mengatakan jarang pergi ke karakteristik responden
pelayanan kesehatan dan belum Karakteristik Frekuensi %
memahami tugas kesehatan keluarga
Jumlah anggota keluarga
dengan benar.
 < 2 orang
Berdasarkan fenomena tersebut,
peneliti tertarik untuk melakukan  2-5 orang 8 100
penelitian tentang tugas kesehatan
 > 5 orang
keluarga secara umum dengan judul
gambaran pelaksanaan tugas Agama
kesehatan keluarga yang memiliki
 islam 8 100
lansia dengan penyakit hipertensi di
desa Glagahwero Kecamatan Panti Status pendidikan
Jember.
 SD 6 75
METODE  SMP 2 25
Penelitian ini menggunakan
desain pre eksperimen dengan  SMA - -
menggunakan pendekatan One Group  PT - -
Pre-Test Design. Populasi dalam
penelitian ini adalah keluarga yang Pekerjaan
memiliki lansia di Desa Glagahwero  Tidak bekerja 3 37,5
yang berusia 60-80 tahun yang
berjumlah 8 orang yang menjadi klien  Swasta 2 25
kelolaan mahasiswa program studi  PNS - -
profesi ners angkatan XX fakultas
keperawatan universitas Jember.
197
 Pedagang 1 12,5 Rendah 2 25

 Dll 2 25 Total 8 100

Total 8 100 Berdasarkan tabel 3 diketehui


bahwa dari 8 responden yang diteliti,
Berdasarkan tabel 1 diketahui mayoritas kemampuan keluarga
data bahwa dari 8 responden yang mengambil keputusan dalam
diteliti, karakteristik berdasarkan melakukan tindakan perawatan pada
jumlah anggota keluarga seluruh lansia adalah tinggi sebanyak 6
responden dengan jumlah anggota responden (75%).
keluarga 2-5 orang (100%).
Tabel 4. Distribusi frekuensi kemampuan
Berdasarkan agama seluruh keluarga merawat lansia hipertensi
responden beragama islam (100%). Merawat frekuensi %
Karakteristik responden berdasarkan
status pendidikan terbanyak adalah Tinggi 5 62,5
tingkat pendidikan SD sebanyak 6
Rendah 3 37,5
responden (75%), dan karakteristik
berdasarkan pekerjaan mayoritas Total 8 100
responden tidak bekerja sebanyak 3
responden (37,5%). Berdasarkan tabel 4 diketahui
bawha data dari 8 responden yang
Tabel 2. Distribusi frekuensi kemampuan diteliti, mayoritas kemampuan
keluarga mengenal masalah hipertensi
keluarga merawat lansia yang
pada lansia
mengenal frekuensi % mengalami hipertensi adalah tinggi
sebanyak 5 responden (62,5%).
Tinggi 7 87,5
Tabel 5. Distribusi frekuensi kemampuan
Rendah 1 12,5 keluarga memodifikasi lingkungan
kesehata sekitar keluarga
Total 8 100
Memodifikasi frekuensi %
Berdasarkan tabel 2 diketahui
Tinggi 2 25
bahwa dari 8 responden yang diteliti,
mayoritas kemampuan responden Rendah 6 75
dalam mengenal masalah hipertensi
pada lansia adalah tinggi sebanyak 7 Total 8 100
responden (87,5%).
Berdasarkan tabel 5 diketahui
Tabel 3. Distribusi frekuensi kemampuan bahwa data dari 8 responden yang
keluarga mengambil keputusn dalam diteliti, mayoritas kemampuan
melakukan tindakan perawatan pada keluarga memodifikasi lingkungan
lansia kesehatan sekitar keluarga rendah
Memutuskan frekuensi %
sebanyak 6 orang (75%).
Tinggi 6 75

198
Tabel 6. Distribusi frekuensi kemampuan responden beragama islam (100%),
keluarga memanfaatkan fasilitas karateristik responden berdasarkan
pelayanan kesehatan yang ada
Memanfaatkan frekuensi % status pendidikan yang terbanyak
adalah tingkat pendidikan SD yang
Tinggi 5 62,5 berjumlah 6 responden (75%) dan
Rendah 3 37,5
karateristik responden berdasarkan
pekerjaan yang terbanyak adalah tidak
Total 8 100 bekerja yang berjumlah 3 responden
(37,5%). Menurut Friedman (2005)
Berdasarkan tabel 6 diketahui
mendefinisikan bahwa keluarga adalah
bahwa data dari 8 responden yang
kumpulan dua orang atau lebih yang
diteiliti, mayoritas kemampuan
hidup bersama dengan keterikatan
keluarga memanfaatan fasilitas
aturan dan emosional dan individu
pelayanan kesehatan yang ada adalah
mempunyai peran masing-masing
tinggi sebanyak 5 responden (62,5%).
yang merupakan bagian dari keluarga.
Tabel 7. Distribusi frekuensi kemampuan Keluarga merupakan salah satu unsur
keluarga tentang pelaksanaan tugas yang berperan penting dalam proses
kesehatan keluarga yang memiliki pelayanan kesehatan pada anggota
lansia dengan penyakit hipertensi keluarga. Jumlah anggota keluarga
Pelaksanaan frekuensi %
akan sangat mempengaruhi terhadap
Tinggi 5 62,5 perhatian dan fokus pelayanan pada
anggota keluarga. Keluarga yang
Rendah 3 37,5 memiliki jumlah anggota keluarga
yang lebih banyak akan menyebabkan
Total 8 100
menurunnya perhatian kepada
Berdasarkan tabel 7 diketahui anggota keluarga yang mengalami
bahwa dari 8 responden yang diteliti, masalah-masalah didalam keluarga.
mayoritas kemampuan keluarga Selain itu juga besar kecilnya keluarga
tentang pelaksanaan tugas kesehatan akan sangat mempengaruhi
keluarga yang memiliki lansia dengan pendapatan rumah tangga karena
masalah hipertensi adalah tinggi besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
sebanyak 5 responden (62,5%). memenuhi konsumsi rumah tangga
lebih banyak sehingga dituntut
PEMBAHASAN pemasukan yang lebih tinggi.
Karakteristik responden Pengeluaran yang dikeluarkan
Dari hasil penelitian tentang
biasanya hanya sebatas memenuhi
karakteristik responden ditemukan
kebutuhan pokok saja. Belum lagi
bahwa karateristik berdasarkan jumlah
memperhitungkan kebutuhan lain yang
anggota keluarga mayoritas dengan
jarang diperhitungkan dengan biaya
jumlah anggota keluarga 2-5 orang
seperti konsumsi air sehari-hari.
sebanyak 8 responden (100%).
Berdasarkan hasil dari peneliti
Berdasarkan agama seluruh
menunjukkan jumlah anggota keluarga
2- 5 orang mempengaruhi perhatian
dan fokus pelayanan terhadap lansia
199
yang menderita hipertensi, perhatian keluarga tentang pelaksanaan tugas
dan fokus pelayanan dapat diberikan kesehatan keluarga yang memiliki
keluarga dengan baik terhadap lansia. lansia dengan penyakit hipertensi
Unsur karakteristik yang adalah tinggi sebanyak 5 responden
berperan penting dalam pelaksanaan (62,5%). Bila dilihat dari tugas
tugas kesehatan keluarga salah kesehatan keluarga berdasarkan
satunya adalah pendidikan, merupakan mengenal masalah kesehatan
faktor yang mempengaruhi pola pikir mayoritas adalah kategori tinggi yaitu
seseorang. Menurut Perry & Potter sebesar 7 responden (87,5%).
(2005) latar belakang pendidikan akan Kemampuan seseorang dipengaruhi
membentuk cara berpikir seseorang oleh beberapa faktor antara lain
termasuk membentuk kemampuan pendidikan yang diterima, semakin
untuk memahami faktor-faktor yang tinggi tingkat pendidikan seseorang
berkaitan dengan penyakit dan maka semakin baik pula tingkat
menggunakan pengetahuan tersebut pengetahuannya. Hal ini juga didukung
untuk menjaga kesehatan. oleh Notoatmodjo (2005) yang
mengemukakan bahwa pendidikan
Hal ini sejalan dengan penelitian merupakan perubahan pada diri
yang telah dilakukan oleh Sugiharto, manusia sehingga pendidikan
Suharyo, Sukandarno, dan Shofa merupakan salah satu faktor yang
(2003), dimana pada penelitian yang dapat mempengaruhi persepsi
dilakukan terhadap 310 pasien seseorang lebih mudah dalam
hipertensi didapatkan tingkat mengambil keputusan dan bertindak.
pendidikan responden paling banyak
yaitu tidak pernah sekolah sebanyak Menurut Setiadi (2008)
48 orang (31%), pendidikan responden mengenal masalah kesehatan
paling sedikit adalah tamat akademi keluarga yaitu sejauh mana keluarga,
sebanyak 1 orang (0,6%) dan tamat mengenal fakta-fakta dari masalah
pasca sarjana sebanyak 1 orang (0,6%). kesehatan keluarga yang meliputi
Penelitian tersebut menyimpulkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab
bahwa tingkat pendidikan dapat dan yang mempengaruhi serta
mempengaruhi kemampuan dan persepsi keluarga terhadap masalah.
pengetahuan seseorang dalam Pelaksanaan tugas kesehatan
menerapkan perilaku hidup sehat. keluarga terhadap lansia dengan
Semakin tinggi tingkat pendidikan hipertensi, menunjukkan kemampuan
maka semakin tinggi kemampuan keluarga dalam mengenal gejala
seseorang dalam menjaga kesehatan. hipertensi yang sering dialami lansia
seperti sakit kepala, gelisah, nyeri
Kemampuan Keluarga Dalam tengkuk, mual, dan muntah, sesak
Pelaksanaan Tugas Kesehatan nafas, dan pandangan menjadi kabur.
Keluarga Yang Memiliki Lansia Keluarga mengetahui faktor-faktor
Dengan Penyakit Hipertensi penyebab hipertensi seperti merokok
Hasil penelitian menunjukkan dan mengkonsumsi garam yang
bahwa mayoritas kemampuan berlebihan. Kemampuan keluarga

200
dalam mengenal masalah hipertensi Fungsi utama keluarga salah satu
pada lansia sangat berperan penting diantaranya adalah fungsi perawatan
dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga, dimana keluarga
lansia, sehingga beban keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan
mengurus lansia dapat berkurang. yang bersifat preventif dan secara
bersama-sama merawat anggota
Berdasarkan tugas kesehatan keluarga yang sakit. Kesanggupan
keluarga yang kedua yaitu mengambil keluarga melaksanakan perawatan
keputusan didapatkan hasil bahwa atau pemeliharaan kesehatan dapat
mayoritas kemampuan keluarga dalam dilihat dari tugas kesehatan keluarga
mengambil keputusan adalah tinggi yang dilaksanakan (Mubarak, Chayatin,
sebanyak 6 responden (75%). Keluarga & Santoso, 2010).
merupakan kunci utama bagi
kesehatan serta perilaku sehat sakit, Menurut Setiadi, (2008) anggota
oleh karena itu keluarga terlibat keluarga dalam menjalankan fungsinya
lansung dalam mengambil keputusan perlu mengetahui keadaan penyakitnya,
dan terapeutik pada setiap tahap sehat mengetahui sifat dan perkembangan
-sakit anggota keluarga (Setiadi, 2008). perawatan yang dibutuhkan,
Mengambil sebuah keputusan mengetahui sumber-sumber yang ada
kesehatan keluarga merupakan dalam keluarga (anggota keluarga
langkah sejauh mana keluarga yang bertanggung jawab, keuangan,
mengerti mengenai sifat dan luasnya fasilitas fisik, psikososial), mengetahui
masalah, apakah masalah dirasakan, keberadaan fasilitas yang diperlukan
menyerah terhadap masalah yang untuk perawatan dan sikap keluarga
dihadapi, takut akan akibat tindakan terhadap yang sakit. Perawatan
penyakit, mempunyai sikap negatif keluarga dengan melakukan
terhadap masalah kesehatan. perawatan sederhana sesuai dengan
Kemampuan keluarga dalam kemampuan, dimana perawatan
mengambil keputusan terhadap lansia keluarga yang biasa dilakukan dan
dengan hipertensi mengerti akan cara pencegahannya seminimial
dampak dari hipertensi seperti stroke, mungkin. Keluarga memberikan
kerusakan ginjal, penyakit jantung, dan perawatan kesehatan yang bersifat
gangguan penglihatan. Keluarga preventif dan secara bersama-sama
memberi saran kepada lansia untuk merawat anggota keluarga yang sakit.
segara memberi tahu keluarga jika (Setiadi, 2008). Keluarga dalam
gejala hipertensi muncul/ dialami oleh merawat lansia dengan hipertensi
lansia. menujukkan memenuhi kebutuhan
saat lansia sakit, membatasi aktivitas
Berdasarkan tugas kesehatan yang melelahkan dan membatasi pola
keluarga dalam merawat lansia makan lansia seperti mengurangi
didapatkan hasil bahwa mayoritas penggunaan garam dalam masakan.
kemampuan keluarga merawat lansia Pemahaman dalam proses
yang mengalami hipertensi adalah pelaksanaan perawatan keluarga
tinggi sebanyak 5 responden (62,5%). sangat diperlukan, sehingga keluarga

201
mampu melaksanakan kegiatan- dari pada tinggal di institusi seperti
kegiatan selama proses perawatan panti jompo, terdapat sekitar 65%
lansia baik sebelum ataupun sesudah lansia yang mengidap gangguan
mengalami hipertensi. kesehatan seperti penyakit kronik atau
kecacatan, hidup bersama orang yang
Berdasarkan tugas kesehatan merawatnya, yang mengingat masalah
keluarga dalam memodifikasi kesehatannya, sementara sisanya 35%
lingkungan didapatkan hasil hidup sendiri.
kemampuan keluarga memodifikasi
lingkungan kesehatan sekitar keluarga Hasil penelitian menunjukkan
adalah rendah sebanyak 6 responden modifikasi lingkungan keluarga
(75%). Menurut Setiadi (2008), dengan lansia hipertensi mampu
modifikasi lingkungan sejauh mana berperilaku menyenangkan dirumah
keluarga mengetahui sumber-sumber agar tidak terjadi stress, dimana stress
keluarga yang dimiliki, yang dialami lansia bila berkelanjutan
keuntungan/manfaat pemeliharaan memicu terjadinya hipertensi,
lingkungan, mengetahui pentingnya Modifikasi dilakukan agar lingkungan
hygiene sanitasi dan kekompakan keluarga menjadi lingkungan yang
antar anggota keluarga. nyaman dan damai bagi lansia.
Berdasarkan tugas kesehatan keluarga
Memodifikasi lingkungan dapat dalam memanfaatkan fasilitas
membantu dalam melakukan kesehatan adalah mayoritas tinggi
perawatan pada anggota keluarga sebanyak sebanyak 5 responden
yang mengalami masalah kesehatan, (62,5%). Menurut Setiadi (2008)
dalam bentuk kebersihan rumah dan kemampuan keluarga memanfaatkan
menciptakan kenyamanan agar dapat fasilitas pelayanan kesehatan dimana
beristirahat dengan tenang tanpa keluarga mengetahui apakah
adanya gangguan dari luar. Selain itu keberadaan fasilitas kesehatan,
perbaikan dan pemeliharaan memahami keuntungan yang diperoleh
kesehatan sangat perlu terutama dari fisilitas kesehatan, tingkat
melalui komitmen dan modifikasi kepercayaan keluarga terhadap
lingkungan serta gaya hidup pribadi, petugas kesehatan dan fasilitas
hal ini semakin memperkuat peran kesehatan tersebut terjangkau oleh
pokok keluarga dalam melaksanakan keluarga.
tanggung jawab terhadap kesehatan
para anggotanya. Keluarga dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan, dimana biasa
Lansia yang mengalami mengunjungi pelayanan kesehatan
penyakit kronis seperti hipertensi pada yang biasa dikunjungi dan cenderung
umumnya lebih memilih tinggal yang paling dekat misalnya posyandu,
dilingkungan keluarga. Menurut Puskesmas maupun rumah sakit, hal
Tamher & Noorkasiani (2011) keluarga ini dilakukan dengan alasan lebih
merupakan tempat berlindung yang efisien waktu dan merasa cocok.
paling disukai para lansia. Lansia lebih
memilih tinggal bersama keluarganya Menurut penelitian yang

202
dilakukan oleh Amelia (2012) tentang memanfaatkan fasilitas kesehatan
hubungan antara tugas kesehatan yang terjangkau berada di perkotaan
keluarga dengan kejadian stroke mempermudah keluarga mengambil
berulang pada lansia di Wilayah Kerja keputusan yang tepat dan semaksimal
Puskesmas Lubuk Buaya Padang. mungkin memanfaatkan fasilitas-
Didapatkan hasil tidak ada hubungan fasilitas kesehatan seperti penyuluhan
bermakna antara tugas kesehatan khususnya tentang penyakit hipertensi
keluarga dengan kejadian stroke yang dialami lansia.
berulang. Sebanyak 27 keluarga dari
31 Keluarga mampu mengenal KESIMPULAN
masalah, dari 19 keluarga mampu
mengambil keputusan, 25 keluarga Dari hasil penelitian yang dilakukan
mampu memberikan perawatan, 20 tentang gambaran pelaksanaan tugas
keluarga mampu memodifikasi kesehatan keluarga yang memiliki
lingkungan dan sebanyak 30 dari 31 lansia dengan penyakit hipertensi di
keluarga mampu memanfaatkan desa Glagahwero Kecamatan Panti
fasilitas kesehatan dengan baik. Kabupaten Jember, dapat disimpulkan
sebagai berikut: mayoritas
Keluarga dalam memanfaatkan kemampuan keluarga tentang
fasilitas kesehatan harus mampu pelaksanaan tugas kesehatan keluarga
memanfaatkan fasilitasfasilitas yang memiliki lansia dengan hipertensi
kesehatan yang ada di masyarakat adalah tinggi (62,5%), mayoritas
seperti Puskesmas dan posyandu kemampuan keluarga dalam mengenal
untuk lansia agar kesehatan pada masalah hipertensi pada lansia adalah
lansia dengan hipertensi dapat tinggi (87,5%), mayoritas kemampuan
terkontrol. Sering kali kemampuan keluarga mengambil keputusan dalam
keluarga untuk menjangkau fasilitas melakukan tindakan perawatan pada
kesehatan menjadi kendala bagi lansia adalah tinggi (75%), mayoritas
keluarga untuk membawa lansia ke kemampuan keluarga merawat lansia
fasilitas kesehatan. Keluarga yang yang mengalami hipertensi adalah
memeliki lansia dengan hipertensi tinggi (62,5%),Mayoritas kemampuan
mendapatkan informasi tentang keluarga memodifikasi lingkungan
penanganan penyakit dan rajin kesehatan sekitar keluarga adalah
mengontrol tekanan darah ke rendah (75%), mayoritas kemampuan
pelayanan tedekat seperti Puskesmas. keluarga memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada adalah
Kemampuan keluarga dalam
tinggi (62,5 %).
pelaksanaan tugas kesehatan keluarga
tinggi dikarenakan faktor pendidikan
responden, sehingga mudah menyerap
informasi-informasi terbaru khususnya
mengenai penyakit hipertensi ,
pengetahuan responden yang sudah
banyak tentang hipertensi,

203
SARAN 3. Bagi Peneliti selanjutnya
Berdasarkan hasil kesimpulan Diharapkan hasil penelitian ini
diatas maka dapat diberikan beberapa dapat digunakan sebagai dasar untuk
saran yang ditujukan pada keluarga penelitian lebih lanjut terkait
dan Tenaga Kesehatan Di Puskesmas pelaksanaan tugas kesehatan
dan Instansi Kesehatan Lainnya keluarga yang memiliki lansia dengan
sebagai berikut: variabel- variabel yang lain.
1. Kepada keluarga Mempunyai Lansia
Diharapakan kepada keluarga KEPUSTAKAAN
untuk dapat membawa lansia ke Adib, M. 2009. Cara mudah memahami
Puskesmas atau posyandu tiap dan menghindari hipertensi,
bulannya agar kesehatan lansia dapat jantung, dan stroke.
terkontrol dan diharapkan keluarga Yogyakarta: Dianloka.
selalu mencari informasi yang Anggaraeni, Y. 2012. Super komplet
berhubungan dengan tugas- tugas pengobatan darah tinggi.
keluarga dalam merawat Yogyakarta: Araska.
lansia dengan hipertensi. Fatimah, 2010. Merawat manusia lanjut
usia. Jakarta: Trans info media.
2. Kepada Pendidikan Keperawatan Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones,
Diharapkan hasil penelitian ini dapat E.G. 2003. Family nursing,
manjadi referensi bagi mahasiswa research, theory and practice.
keperawatan sehingga menambah New Jersey: Prentice Hall.
Friedman. 2005. Keperawatan keluarga.
wawasan tentang pelaksanaan tugas
Edisi 3. Jakarta: EGC.
kesehatan keluarga yang memiliki
Kemenkes RI, 2013. Gambaran
lansia dengan penyakit hipertensi. kesehatan lansia di
Indonesia.
3. Kepada Pihak Puskesmas
Martono, 2011. Lanjut usia dan dampak
Diharapkan kepada puskesmas sistemik dalam siklus
untuk dapat melakukan Peningkatan kehidupan.
upaya penyuluhan kepada masyarakat Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati.,
Jubaedi, A., & Batubara, I. 2008.
terutama keluarga yang memiliki
Mengenal usia lanjut
lansia tentang pentingnya upaya
danperawatannya. Jakarta:
peningkatan derajat kesehatan lansia Salemba Medika.
dan perawatan pada lansia dengan Mubarak, W.I., Chayatin, N., & Santoso,
hipertensi, dan cara memodifikasi B.A. 2010. Ilmu keperawatan
lingkungan karena berdasarkan hasil komunitas konsep dan
penelitian dalam distribusi frekuensi aplikasi. Jakarta: Selemba
keluarga memodifikasi lingkungan Medika.
mayoritas rendah. Selain itu perlu
dilakukanya upaya kerjasama dengan
lintas sektor maupun lintas program
dalam peningkatan komunikasi,
informasi dan motivasi dalam
pemberian edukasi pada masyarakat
/keluarga lansia. 204
Tim Publikasi Jurnal

Desain Cover : Ns. Kholid Rosyidi MN, MNS

Layout : Ns. Kholid Rosyidi MN, MNS

Ns. Kushariyadi, M.Kep

Editor : Ns. Kushariyadi, M.Kep

Ns. Kholid Rosyidi MN, MNS

Reviwer : DR. Siti Nur Kholifah, S. KM, M. Kep, Sp. Kom.

Ns. Tantut Susanto, M.Kep., Sp.Kep.Kom., Ph.D

Hanny Rasni, S. Kp, M. Kep

Ns. Latifa Aini S, M. Kep, Sp. Kom

Ns. Susi Wahyuning Asih. M. Kep

Seluruh artikel sudah di publikasikan di jurnal unmuh jember, Akses jurnal:


http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/TIJHS/issue/view/143

205

Anda mungkin juga menyukai