AKUNTANSI PERPAJAKAN
ttd ttd
i
Kata Pengantar
ii
DAFTAR ISI
PERTEMUAN 11: Investasi Jangka Panjang (Saham dan Obligasi) serta….. 106-120
Aspek Fiskal
A. Tujuan Pembelajaran ................................................................... ……………… 106
B. Uraian Materi .............................................................................. …………….. 106-118
C. Latihan Soal/Tugas ...................................................................... ……………. 118-119
D. Daftar Pustaka ………………………………………………………………… 119-120
E. Glosarium …………………………………………………………………….. 120
iv
PERTEMUAN 13: Pendapatan menurut Perpajakan…………………………. 143-150
A. Tujuan Pembelajaran ................................................................... ……………… 143
B. Uraian Materi .............................................................................. ……………… 143-149
C. Latihan Soal/Tugas ...................................................................... ……………… 149-150
D. Daftar Pustaka………………………………………………………………….. 150
E. Glosarium ……………………………………………………………………… 150
v
I. BAGAN
1. Bagan 1 Siklus Akuntansi
II. GAMBAR
1. Gambar 1. Rekonsiliasi Fiskal
2. Gambar 2 Penilaian Persediaan Barang
3. Gambar 3 Akuntansi PPh (Pajak Penghasilan)
III. TABEL
1. Tabel 1. Kertas Kerja Rekonsiliasi Fiskal
2. Tabel 2. Jurnal Kas Kecil
3. Tabel 3. Jurnal Kas Kecil
4. Tabel 4. Jurnal Kas Kecil
5. Tabel 5. Jurnal Kas Kecil
6. Tabel 6. Jurnal Kas Kecil
7. Tabel 7. Jurnal Rekonsiliasi Fiskal
8. Tabel 8. Jurnal Rekonsiliasi Fiskal
9. Tabel 9. Jurnal Metode Neto
10. Tabel 10. Jurnal Metode Bruto
11. Tabel 11. Jurnal Piutang Usaha
12. Tabel 12. Jurnal Piutang Usaha Metode Penghapusan Langsung
13. Tabel 13. Jurnal Piutang Usaha Metode Penyisihan
14. Tabel 14. Jurnal Persediaan Barang Awal
15. Tabel 15. Jurnal Persediaan Barang Akhir
16. Tabel 16. Jurnal Persediaan Metode LCM
17. Tabel 17. Jurnal Persediaan Metode Eceran
18. Tabel 18. Jurnal Pembelian Peralatan Secara Tunai
19. Tabel 19. Penyusutan Metode Garis Lurus
vi
PERTEMUAN 1:
PENCATATAN DAN PEMBUKUAN MENURUT KETENTUAN UMUM
PERPAJAKAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu dan memahami dasar pencatatan dan
pembukuan sesuai dengan Ketentuan Umum Perpajakan (KUP), seperti: pencatatan,
pembukuan dan perbedaan pencatatan dan pembukuan.
B. URAIAN MATERI
1. Pencatatan
Pencatatan diatur dalam Pasal 28 UU nomor 28 tahun 2007 Terdiri atas data yang
dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau ph bruto sbg
dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk ph yang bukan objek pajak
dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final (Bentuk dan tatacara Pencatatan diatur dgn
PMK) Peraturan Menteri Keuangan nomor 197/ PMK 03/2007 tentang bentuk dan tata cara
Pencatatan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi , pasal 1 menyatakan :
1). Wajib Pajak orang pribadi yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan
pembukuan tetapi wajib menyelenggarakan pencatatan adalah :
a). Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto; dan
b). Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan keadaan yang sebenarnya
dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam
bahasa Indonesia. Pencatatan dalam satu tahun diselenggarakan secara kronologis. Catatan
dan dokumen satu tahun yang menjadi dasar pencatatan harus disimpan di tempat tinggal
wajib pajak atau tempat kegiatan usaha pekerjaan bebas dilakukan selama 10 (sepuluh) tahun.
Pasal 14 UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang – Undang
Nomor 7 tahun 1993 tentang Pajak Penghasilan diperbolehkan menghitung penghasilan neto
dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, yaitu Wajib Pajak Orang
Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran bruto-nya
1
dalam 1 tahun kurang dari 4,8 miliar rupiah, maka Anda tidak wajib menyelenggarakan
pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan.
Wajib Pajak dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetap ditentukan
suatu kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan yang tujuannya secara gari besar sama
dengan penyelenggaraan pembukuan. Syarat – syarat Pencatatan :
a). Pencatatan harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
b). Pencatatan harus diselenggarakan dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan
mata uang rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia
c). Pencatatan dalam satu tahun harus diselenggarakan secara kronologis.
d). Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/ atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak
terhutang, termasuk penghasilan bukan objek pajak dan/ atau yang dikenai pajak bersifat
final.
e). Bagi Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/ atau tempat usaha,
pencatatan harus dapat menggambarkan secara jelas untuk masing – masing jenis
usahadan/atau tempat usaha yang bersangkutan.
f). Selain kewajiban menyelenggarakan pencatatan sebagaimana di maksud pada angka (4),
wajib pajak Orang Pribadi yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas juga harus
menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban.
g). Bbuku, catatan,dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan serta dokumen lain wajib
disimpan selama 10 tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib
Pajak Orang Pribadi.
2. Pembukuan
Perpajakan di Indonesia juga mengenal adanya Laporan Keuangan pembukuan. Sesuai
dengan Pasal 4 (4) UU KUP nomor 28 tahun 2007 bahwa SPT Tahunan PPh Wajib Pajak
yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan laporan keuangan berupa
neraca dan laporan rugi laba serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung
besarnya Penghasiian Kena Pajak.
Pasal 1 angka 29 UU KUP (UU nomor 28 tahum 2007) Pembukuan adalah suatu proses
pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan
yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa
neraca dan laba rugi laba untuk periode Tahun Pajak tersebut.
2
Ini berarti bahwa setiap WP yang menyelenggarakan Pembukuan wajib menyelenggarakan
Neraca, Laporan Laba Rugi. Dalam Perpajakan dikenal dengan Pencatatan dan Pembukuan
dimana masing – masing mempunyai dasar hukum. Kewajiban menyelenggarakan
Pembukuan :
a). Yang wajib menyelenggarakan pembukuan :
1). Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
2). Wajib Pajak Badan di Indonesia
b). Dikecualikan dari Kewajiban Menyelenggarakan Pembukuan :
1). Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan diperbolehkan
menghitung penghasilan netto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Netto. Sesuai dengan UU Nomor 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Undang –
Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Wajib Pajak yang boleh
menghitung Penghasilan Netto aadalah yang mempunyai Peredaran Bruto usahadalam
satutahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00. Wajib Pajak tersebut diwajibkan untuk
memberitahukan kepada Direktur Jendral Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari
tahun pajak yang bersangkutan.
2). Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
3. Syarat Menyelenggakan Pembukuan:
a). Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan
iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya (full
disclosure).
b). Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
c). Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas (consistency) dan dengan stelsel
akrual stesel kas. Sedangkan yang dimaksud dengan stelsel adalah metode pengakuan
Penghasilan dan / atau biaya yang terjadi dalam satu periode Pembukuan yang terdiri dari :
1). Stelsel akrual, adalah suatu metode pengakuan penghasilan dan biaya yang didasarkan
pada waktu dan diperolehnya atau diterimanya penghasilan serta waktu terutangnya suatu
biaya tanpa memperhatikan arus kas masuk dan arus kas keluar. Jadi tidak tergantung kapan
penghasilan itu diperoleh dan kapan biaya itu dibayar secara tunai.
2). Stelsel Kas adalah suatu metode pengakuan penghasilan dan biaya yang didasarkan pada
waktu dan diperolehnya atau diterimanya penghasilan serta waktu terutangnya suatu biaya
3
dengan memperhatikan arus kas masuk dan arus kas keluar. Jadi tergantung kapan
penghasilan itu diperoleh dan kapan biaya itu dibayar secara tunai
Penghasilan dalam Pemakaian stelsel kas harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
a). Perhitungan jumlah penjualan dalam satu periode harus meliputi seluruh penjualan,baik
yangtunai maupun yang bukan. Dalam menghitung pokok penjualan harus diperhitungkan
seluruh pembelian dan persediaan.
b). Dalam memperoleh harta yang disusutkan dan hak – hak yang dapat diamortisasi, biaya –
biaya yangdikurangkan dari penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan
amortisasi.
c). Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas (konsisten)
d). Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan
dari Direktur Jenderal Pajak. Pada dasarnya Wajib Pajak tidak diperbolehkan mengubah
tahun buku/ tahun pajak sesuka hati melanggar konsistensi dan dikahawatirkan terjadi
penggeseran Laba/ Rugi Perusahaan. Wajib Pajak yang akan mengubah metode pembukuan
dan/ atau tahun buku harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam
hal ini Kepala Kantor Pelayanan Pajak karena wewenang persetujuan atau penolakantelah
dilimpahkan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
e). Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak
yang terutang.
f). Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
g). Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak
yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenakan pajak
yang bersifat final.
h). Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengelolaan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di
Indonesia, yaitu ditempatkan kegiatan atau tempat tinggal wajib pajak orang pribadi, atau di
tempat kedudukan wajib pajak badan.
4. Perbedaan antara Pencatatan dan Pembukuan
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan adanya perbedaan Pembukuan dan Pencatatan :
a). Pencatatan
4
1). Perhitungan mengenai jumlah peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan
bruto.
2). Tidak perlu menyusunLaporanKeuangan.
3). Penghasilan kena pajak (PhKP) berdasarkan pencatatan adalah menggunakan total
peredaran usaha.
4). Pencatatan tidak mengenal istilah Laba/ Rugi.
b). Pembukuan
1). Perhitungan mengenai harta, kewajiban, modal, pendapatan dan biaya.
2). Perlu menyusun laporan keuangan (neraca dan laba rugi)
3). Penghasilan kena pajak (PhKP) berdasarkan laba yang dihasilkan dari Laporan Keuangan
4). Pembukuan mengenal istilah rugi/laba.
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan pencatatan sesuai dengan pasal 28 Undan-undang Nomor 28
tahun 2007?
2. Sebutkab syarat-syarat pencatatan sesuai dengan pasal 28 Undang-undang nomor 28
tahun 2007?
3. Jelaskan pembukuan sesuai dengan Pasal 28 Undang-undang nomor 28 tahun 2007?
4. Jelaskan perbedaan antara pencatatan dan pembukuan?
D.DAFTAR PUSTAKA
1. UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang – Undang Nomor 7
tahun 1993 tentang Pajak Penghasilan
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan ketiga
atas undang- undang nomor 6 tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan tata cara
Perpajakan
3. Peraturan Menteri Keuangan nomor 197/ PMK 03/2007 tentang bentuk dan tata cara
Pencatatan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
4. Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta: Penerbit
Erlangga
5
E.GLOSARIUM
1. Transaksi : Sebuah Peristiwa dimana dapat diukur dengan satuan moneter dimana dapat
mempengaruhi posisi keuangan. Peristiwa ini dapat terjadi akibat dengan ekstern dan
intern.
2. Bukti : Dokumentasi tertulis yang telah disahkan untuk menjadi kelengkapansebuah
transaksi baik transaksi intern atau ekstern.
3. Jurnal : Input data dari sebuah dokumen yang berisikan kaidah akuntansi (debet,
kredit dan nominal).
4. Posting : Suatu Proses Pemindahan dari Jurnal ke Buku Besar.
5. Buku Besar : Pencatatan masing – masing akun dalam Keuangan berdasarkan urutan
tanggal (contoh akun : Kas, Bank, Piutang, dll)
6. Neraca Saldo : Kumpulan dari saldo – saldo yang ada dari setiap akun di buku besar.
7. Adjustment : Jurnal yang dilakukan akhir periode dilakukan untuk mencatat kondisi
yang sebenarnya sehingga pendapatan dan biaya dapat dikethui sebelum Laporan
Keuangan di buat.
8. Laporan Keuangan : Ikhtisar atau informasi keuangan yang menggambarkan posisi
keuangan, hasil usaha, arus kas, serta perubahan eku itas suatu organisasi dalam suatu
posisi waktu tertentu.
9. Neraca : Laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan dimana
didalamnya terdapat asset, kewajiban dan modal yang dimiliki oleh Perusahaan.
10. Laporan Laba Rugi : Laporan hasil Usaha yang menggambarkan Pendapatan
dikurangkan dengan biaya, dimana menunjukan hasil usaha Perusahaan dalam periode
waktu tertentu.
11. Laporan Arus Kas : Laporan yang menunjukan saldo kas akhir Perusahaan yang dirinci
dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan akitivitas pendanaan.
12. Laporan Perubahan Modal : Laporanyang menunjukan posisi terakhir dari suatu
permodalan dalam Perusahaan.
13. Stake Holder : Pemegang kepentingan..
6
PERTEMUAN 2:
KONSEP DASAR AKUNTANSI PAJAK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu dan memahami akuntansi komersial dan
perpajakan, seperti: laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal.
B. URAIAN MATERI
1. Laporan Keuangan Komersial
Laporan Keuangan sebuah lembaga/ institusi/ Perusahaan/ Pemerintah dan lain- lain berawal
dari sebuah siklus akuntansi. Siklus Akuntansi berawal dari sebuah proses data yang
dibutuhkan oleh seorang akuntan yang bernama data mentah. Apakah data mentah itu ? Data
mentah itu adalah sebuah data yang diperoleh dari sebuah peristiwa atau transaksi yang
dilakukan oleh Perusahaan .
Berawal dari sebuah data mentah yang disebabkan adanya suatu transaksi oleh Perusahaan.
Transaksi yang biasa dilakukan oleh Perusahaan adalah bersumber dari transaksi Kas,
Penjualan,/ Penghasilan, Hutang, Bank dan Transasksi memorial (diluar transaksi diatas).
Transaksi tersebut haruuslah didukung oleh .Bukti Pendukung yang kuat untuk dapat
dimasukan/ diinput dalam penjurnalan. Sebelum membuat jurnal, data pendukung tersebut
haruslah dilakukan sebuah verifikasi dokumen mengenai apakah kelengkapan dari sebuah
dokumen sudah terpenuhi untuk dibuat jurnal. Apabila kelengkapan sebuah dokumen
terpenuhi maka kita lakukan penjurnalan atas transaksi tersebut. Posting jurnal tersebut ke
dalam sebuah buku besar. Setelah melakukan Posting ke Buku Besar (ledger) maka akan
terlihat posisi saldo normal dari setiap akun tersebut di dalam neraca saldo sebelum
penyesuaian (trial balance). Dilakukan Penyesuaian akhir periode sebelum menyusun neraca
saldo setelah Penyesuaian. Akhir dari siklus akuntansi tersebut adalah Laporan Keuangan.
Laporan Keuangan yang diperoleh dari siklus akuntansi tersebut adalah : Neraca, Laba Rugi,
Arus Kas dan Perubahan Modal
Masing – masing dari siklus akuntansi mempunyai manfaat, diantaranya manfaat dari Neraca
Saldo adalah :
a). Mengetahui jumlah saldo dari ringkasan akun – akun dalam Buku Besar
b). Mengetahui perhitungan kesalahan saldo normal dari setiap akun dari Neraca dan Laba
c). Dapat digunakan untuk mendeteksi setiap kesalahan matematis dan penjurnalan.
7
Jurnal Penyesuaian (Adjustment entries) berfungsi sebagai Menetapkan saldo catatan akun
buku besar pada akhir periode sehingga sesuai dengan saldo riil (yang sesungguhnya). Jurnal
Penyesuaian dilakukan pada akhir periode, terhadap :
a). Biaya dibayar di muka, dilakukan perhitungan terhadap yang menjadi beban/ biaya dalam
satu periode.
b). Pendapatan yang diterima di muka, perhitungan terhadap pendapatan yang harus diakui
pada periode bersangkutan.
c). Biaya yang habis terpakai, biaya dalam suatu perlengkapan yang dipakai dalam satu
periode.
d). Biaya akibat pembelian Asset Tetap, Biaya penyusutan dari pembelian suatu Asset Tetap
sebagai akibat dari berkurangnya umur ekonomis Asset Tetap.
e). Biaya yang masih harus dibayar, Biaya terhadap suatu transaksi yang terhutang contoh :
biaya gaji..
f). Pendapatan yang masih harus diterima, timbulnya suatu piutang seebagai akibat
pendapatan yang belum di terima.
g). Persediaan barang dagangan, Persediaan akhir dikurangi dengan persediaan awal untuk
mengetahui biaya pemakaian persediaan.
h). Taksiran terhadap Piutang tak tetagih, Dilakukan untuk mencadangkanpiutang tak tertagih
dalam satu periode akuntansi disesuaikan dengan umur piutang.
Hasil akhir dari siklus akuntansi adalah Laporan Keuangan yang terdiri dari laba – Rugi,
Neraca dan Arus kas, Perubahan Modal. Laporan Laba Rugi. Pembuatan sebuah Laporan
Keuangan harus ditunjang dengan skill atau kompetensi dimana didapat dari Perguruan
Tinggi dan Pengetahuan lainnya (seperti seminar, buku, diskusi, dll), selain itu terdapat suatu
Standar Akuntansi dalam Penyusunan yang dikenal dengan Standar Akuntansi Keuangan.
Sebuah Laporan Keuangan yang bagus adalah sebuah Laporan Keuangan sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan dapat dipakai oleh stake holder dari suatu
Perusahaan.
Laporan Keuangan menurut SAK memiliki dimensi bertujuan umum karenaditujukan untuk
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna Laporan Keuangan, termasuk
Direktorat Jendral Pajak sebagai pengguna. Laporan Keuangan yang lengkap terdiri dari :
a). Laporan Posisi Keuangan (balance sheet) pada atau per akhir periode laporan.
b). Laporan Laba Rugi Komprehensif (income Statement ) sealama periode pelaporan.
c). Laporan Perubahan ekuitas selama periode pelaporan.
d). Laporan Arusa Kas selama periode pelaporan.
8
e). Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan Keuangan komersial yang dibuat oleh seorang akuntan dengan mengacu pada PSAK
disebut dengan Laporan Keuangan Komersial dimana seperti kita ketahui pemakai Laporan
Kueangan Komersial tersebut adalah :
Intern , Pemakai Laporan Keuangan dari sisi Perusahaan
a). Pegawai, Berkaitan dengan kelangsungan hidup perusahaan dan biasanya berkaitan
dengan kesejahteraan karyawan, contoh : gaji, bonus , dll
b). Manajemen Perusahaan, Pihsk ysng bertanggung jawab terhadap aktivitas
Perusahaan,bertujuan untuk mengetahui kinerja perusahaan dan untuk mengetahui kebiajakan
keuangan yang akan mendukung keputusan strategis yang dibuat oleh Perusahaan.
Ekstern, Pihak yang berkepentingan di luar Perusahaan.
c). Pemegang saham atau Pemilik, Pemilik adalah bukan pengelola Perusahaan dalam
Perseroaan terbuka, fungsi Laporan Keuangan digunakan untuk mengetahui share profit yang
didapat oleh Pemilik.
d). Pemerintah, Pemerintah berkepentingan untuk mendata jumlah Perusahaan dan
keterkaitan dengan penerimaan pajak bagi perusahaan.
e). Investor. Penempattan dana dalam Perusahaan apakah akan ditambah atau dikurangi
dengan menganalisa keuangan.
f). Kreditur, Berkaitan dengan dana yang akan dikucurkan oleh Pihak Kreditur terhadap
Perusahaan.
g). Masyarakat Luas, Berkaitan dengan social responsibility yang dimiliki oleh Perusahaan
dimana Perusahaan tersebut berada.
SAK atau PSAK wajib diterapkan untuk mendapatkan keseragaman dalam penyusunan
laporan keuangan karena ada pedoman baku sehingga meminimalkan bias yang banyak
mengganggu para penyusunLaporan Keuangan, memudahkan auditor menilai kewajaran
laporan keuangan yang di auditnya, memudahkan pembaca Laporan Keuangan
menginterprestasikan dan membandingkan Laporan Keuangan entitas yang berbeda,
memberikan informasi yang relevan bagi pengguna Laporan Keuangan. Fenomena saat ini
adalah standar akuntansi keuangan di Indonesia telah bergerak dinamis dengan mengadopsi
International Financial Reporting Standard (IFRS) dan International Accounting Standard
(IAS). Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada SAK/ PSAK per 1 Januari 2012. SAK
diperkirakan akan terus dinamis seiring dengan IFRS yang dinamis mengikuti perubahan atau
perkembangan lingkungan usaha. Dinamika SAK ini tentu saja berpengaruh pada semakin
banyaknya perbedaan perlakuan perpajakan.
9
Siklus akuntansi dapat digambarkan sebagai berikut :
Transaksi
Menyusun neraca
saldo yang
disesuaikan
10
perolehandan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca dan Laporan Laba Rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan
dan digunakan untuk kepentingan penghitungan pajak. UU pajak tidak mengatur secara
khusus bentuk dari laporan keuangan, hanya memberikan pembatasan untuk hal - hal
tertentu, baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya. Akibat dari perbedaan pengakuan
ini menyebabkan laba akuntansi dan laba fiskal dapat berbeda. Perusahaan dapat menyusun
laporan keuangan akuntansi (komersial) dan laporan keuangan fiskal secara terpisah atau
melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan komersial. Lap keuangan komersial
yang direkonsiliasi dengan koreksi fiskal akan menghasilkan laporan keuangan fiskal.
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Jelaskan konsep Akuntansi Pajak ?
2. Jelaskan Perbedaan Akuntansi Pajak dan Akuntansi Keuangan.?
D. DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana
Media
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit STIE
YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit PT.Raja
Grafindo Perkasa
5. Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana Indonesia
6. Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
7. Bina Fiscal Indonesia.2016. Brevet A dan B. Jakarta: Penerbit Tax Center Unpam
8. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan ketiga
atas undang- undang nomor 6 tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan tata cara
Perpajakan
11
E.GLOSARIUM
1. Transaksi : Sebuah Peristiwa dimana dapat diukur dengan satuan moneter dimana dapat
mempengaruhi posisi keuangan. Peristiwa ini dapat terjadi akibat dengan ekstern dan
intern.
2. Bukti : Dokumentasi tertulis yang telah disahkan untuk menjadi kelengkapansebuah
transaksi baik transaksi intern atau ekstern.
3. Jurnal : Input data dari sebuah dokumen yang berisikan kaidah akuntansi (debet,
kredit dan nominal).
4. Posting : Suatu Proses Pemindahan dari Jurnal ke Buku Besar.
5. Buku Besar : Pencatatan masing – masing akun dalam Keuangan berdasarkan urutan
tanggal (contoh akun : Kas, Bank, Piutang, dll)
6. Neraca Saldo : Kumpulan dari saldo – saldo yang ada dari setiap akun di buku besar.
7. Adjustment : Jurnal yang dilakukan akhir periode dilakukan untuk mencatat kondisi
yang sebenarnya sehingga pendapatan dan biaya dapat dikethui sebelum Laporan
Keuangan di buat.
8. Laporan Keuangan : Ikhtisar atau informasi keuangan yang menggambarkan posisi
keuangan, hasil usaha, arus kas, serta perubahan eku itas suatu organisasi dalam suatu
posisi waktu tertentu.
9. Neraca : Laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan dimana
didalamnya terdapat asset, kewajiban dan modal yang dimiliki oleh Perusahaan.
10. Laporan Laba Rugi : Laporan hasil Usaha yang menggambarkan Pendapatan
dikurangkan dengan biaya, dimana menunjukan hasil usaha Perusahaan dalam periode
waktu tertentu.
11. Laporan Arus Kas : Laporan yang menunjukan saldo kas akhir Perusahaan yang dirinci
dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan akitivitas pendanaan.
12. Laporan Perubahan Modal : Laporanyang menunjukan posisi terakhir dari suatu
permodalan dalam Perusahaan.
13. Stake Holder : Pemegang kepentingan..
12
PERTEMUAN 3:
LAPORAN KEUANGAN FISKAL (PRINSIP AKUNTANSI SEBAGAI SUBJEK
PERBEDAAN DAN PROSES PENYUSUNAN LAPORAN FISKAL)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuaan ini diharapkan mahasiswa mampu dan memahami mengenai akuntansi
komersial dan perpajakan, seperti: laporan keuangan fiskal (prinsip akuntansi sebagai subjek
perbedaan) dan proses penyusunan laporan fiskal.
B. URAIAN MATERI
1. Prinsip Akuntansi Yang Diakui oleh Akuntansi Pajak
a). Cost Principle
Laporan Komersial, Prinsip akuntansi mengharuskan sebagian besar asset diperlakukan dan
dilaporkan berdasarkan harga perolehan (biaya historis). Biaya Historis ini merupakan dasar
penilaian yang tepat untuk mencatat harga perolehan barang dan jasa. Baiya historis
dibedakan menjadi dua expired cost (biaya yang sudah kadaluarsa) adalah pengeluaran –
pengeluaran yang telah menjadi bebanmelalui penerimaan manfaat dalam periode berjalan
dan bebanini akan dikurangkan atau ditandingkan langsung dengan pendapatan periode
berjalan, unexpired cost (biaya yang belum kadaluarsa) adalah pengeluaran – pengeluaran
yang belum menjadi beban pada periode berjalan.
Laporan Fiskal, Sesuai Pasal 10ayat (6) Undang – Undang PPh Nomor 36 tahun 2008,
persediaan dan pemakaian persediaan untuk perhitungan harga pokok dinilai berdasarkan
harga perolehan, baik yang dilakukan secara rata – rataatau dengan cara mendahulukan
persediaan yang diperoleh.
Revenue Principle
Laporan Komersial, Pengakuan Pendapatan seharusnya diakui pada saat :
1). Telah direalisasi/ dapat direalisasi pendapatan dapat terealisasi ketika dapat di konversi
menjadi kas, telah terjadai pembayaran (telah direalisasi) atau setidaknya janji pembayaran
yang sah kepada perusahaan (dapat direlaisasi).
2). Telah dihasilkan/ telah terjadi pendapatan dianggap telah dihasilkan/ telah terjadi (earned)
apabila perusahaan telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapatkan hak
atas pendapatan tersebut. Pendapatan diakui ketika jasa/ barang telah dikirim atau jasa telah
diberikan kepada pelanggan.Pendapatan diakui ketika sebagian besar barang atau jasa yang
dijanjikannya kepada pelanggan.
13
Laporan Fiskal, Sesuai Pasal 4 ayat (1) Undang – Undang PPh Nomor 36 tahun 2008, yang
menjadi objek pajak adalah Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa
pun.
Matching Principle
Laporan Komersial, Untuk mencatat besarnya jumlah pendapatan dan beban secara tepat
dalam periode yang tepat, ada dua pilihan yang tersedia yang dapat dijadikan sebagai dasar
pencatatan oleh akuntan yaitu cash basis dan accrual basis. Apabila dasar pencatatan
akuntansi yang digunakan adalah cash basis, maka pendapatan dan beban dilaporkan dalam
laporan laba rugi pada periode dimana uang kas diterima (untuk pendapatan) atau uang kas
yang dibayarkan (untuk beban). Besarnya laba bersih yang dihasilkan dari selisih antara
pendapatan dengan beban, akan mencerminkan jumlah bersih uang kas yang dihasilkan untuk
net income (laba) atau jumlah bersih uang kas yang dikeluarkan untuk net loss (rugi). Apabila
dasar pencatatan akuntansi yang digunakan adalah accrual basis, maka pendapatan dan
beban dilaporkan dalam laporan laba rugi dalam periode dimana pendapatan dan beban
tersebut terjadi, tanpa memperhatikan arus kas uang masuk dan arus kas uang keluar.
Laporan Fiskal, menurut pasal 6 ayat (1) Undang – Undang PPh Nomor 36 tahun 2008,
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan.
Objectivity Principle
Laporan Komersial, Manfaat laporan keuangan akan tergantung pada tingkat kepercayaan
pemakai akan prosedur pengukuran yang digunakan. Untuk memberikan keyakinan ini,
Objectivity Principle sebagai dsar pembenaran untuk memperoleh suatu ukuran atau
prosedur. Objectivity sesungguhnya merupakan realitas yang dikemukakan oleh pihak luar
yang independen dari orang yang merasakannya. Objectivity dianggap sebagai suatu ukuran
yang dapat diverifikasi kebenarannya (keabsahannya), berdasarkan pada bukti yang ada,
Ukuran Objectivity juga dianggap sebagai hasil konsensus diantara kelompok – kelompok
tertentu yang mengamatinya atau mengukurnya. Nilai perolehan suatu asset yang bersifat
objectivity mencakup seluruh pengeluaran yang terkait dengan perolehannya dan
persiapannya sampai asset dapat digunakan.Jadi disamping harga beli, pengeluaran –
14
pengeluaran lain yang diperlukan untuk mendapatkan dan mempersiapkan asset harus
disertakan sebagai perolehan.
Laporan Fiskal, menurut penjelasan pasal 11A ayat (1) Undang – Undang PPh Nomor 36
tahun 2008, Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan
pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, hak
pakai, dan muhibah (goodwill) yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dilakukan dalam
bagian-bagian yang sama besar atau dalam bagian-bagian yang menurun selama masa
manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas pengeluaran tersebut
atau atas nilai sisa buku dan pada akhir masa manfaat diamortisasi sekaligus dengan syarat
dilakukan secara taat asas.
Constency Principle
Laporan Komersial, Transaksi danperistiwa ekonomi yang sejenis harus dicatat dan
dilaporkan dengan cara yang sama dari satu periode ke periode berikutnya agar Laporan
Keuangan dapat dibandingkan (memiliki daya banding). Apabila sebuah Perusahaan
menerapkan perlakuan akuntansi yang sama untuk kejadian – kejadian yang serupa dari
periode ke periode, maka perusahaan tersebut dianggap telah konsisten dalam
menerapkanstandar akuntansinya.
Laporan Fiskal, menurut pasal 28 ayat (5)Undang – Undang KUP Nomor28 tahun 2007,
pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel
kas. Contoh lain dalam pasal 11 ayat (2) Undang – Undang PPh Nomor 36 tahun 2008,
Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain
bangunan, dapat juga dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat,
yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir
masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat asas.
Disclosure Principle
Laporan Komersial, Seluruh informasi dalam Laporan Keuangan seharusnya disajikan
dengan cara yang tidak memihak, dapat dipahami dan tepat waktu.Dalam memtutuskan
informasi yang dilaporkan , pembuat Laporan Keuangan harus memperhatikan
kecukupaninformasi yang dapat mempengaruhi penilaianpemakai Laporan Keuangan.
Laporan Fiskal, menurut penjelasan pasal 14 Undang – Undang PPh Nomor 36 tahun 2008,
Informasi yang benar dan lengkap tentang penghasilan Wajib Pajak sangat penting untuk
dapat mengenakan pajak yang adil dan wajar sesuai dengan kemampuan ekonomis Wajib
15
Pajak. Untuk dapat menyajikan informasi dimaksud, Wajib Pajak harus menyelenggarakan
pembukuan.
Conservatism Principle
Laporan Komersial, Apabila akuntan dihadapkan untuk memilih salah satu diantara dua
atau lebih metode akuntansi yang sama – sama diterima atau berlaku umum, maka akuntan
harus mengutamakan pilihan yang akan memberikan pengaruh keuntungan yang paling kecil
pada ekuitas. Contoh metode penyisihan yang digunakan untuk mencatat piutang tak tertagih,
dimanaa piutang usaha dilaporkan dalam neraca sebesar jumlah yang lebih realistis (dan lebih
rendah) sehingga mencerminkan dengan baik jumlah piutang sesungguhnya yang dapat
ditagih.
Laporan Fiskal, menurut pasal 9 ayat (1) huruf c Undang – Undang PPh Nomor 36 tahun
2008,untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajakbangi WP dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap tidak boleh dikurangkan dengan pembentukan atau penumpukan dana
cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen,
dan perusahaan anjak piutang;
Materiality Principle
Laporan Komersial, Dampak dari suatu item terhadap hasil operasi dan posisi keuangan
Perusahaan secara keseluruhan.
Laporan Fiskal, menurut pasal 9 ayat (2) Undang – Undang PPh Nomor 36 tahun 2008,
Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus,
melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 atau Pasal 11A.
Uniformitydan Comparability Principle
Laporan Komersial, Sesungguhnya hakekat dari Comparability adalah bahwa informasi
akan menjadi lebih berguna ketika informasi tersebut dapat dikaitkan dengan standar.
Perbandingan dapat dilakukan dengan informasi serupa dengan perusahaan lain yang berada
dalam satu industri yang sama atau dikaitkan dengan data industri (sebagai patokan) pada
periode waktu yang sama (memerluakan keseragaman metode) dengan informasi serupa dari
perusahaan yang sama tetapi untuk periode waktu yang berbeda. Comparability data
akuntansi untuk perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda memerlukan konsistensi.
16
Laporan Fiskal, menurut penjelasan pasal 13 Undang – Undang PPh, Kewajiban
pembukuanmenggunakan cara atausistemyang dipakai di Indonesia, yaitu SAK, kecuali
Perundang- undangan perpajakan menghendaki lain. Jika ada perbedaan antara akuntansi
komersial dengan perpajakan maka undang – undang perpajakan memiliki prioritas untuk
dipenuhi agar tidak menimbulkan kerugian yang material bagi WP.
2. Proses Penyusunan Laporan Fiskal
Laporan keuangan Fiskal dibuat dengan caramelakukan rekonsiliasi Fiskal dengan cara
melakukan rekonsiliasi Fiskal terhadap Laporan Keuangan Komersial.
Rekonsiliasi Fiskal
Penghasilan
Bruto Bersih
Beban Usaha
Laba Bersih
Tabel 1. Kertas Kerja Rekonsiliasi Fiskal
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Jelaskan Perbedaan Prinsip dalam Akuntnasi Komersial dan Akuntansi Fiskal ?
2. Jelaskan Penyusunan Laporan Fiskal?
D.DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana
Media
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit STIE
YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit PT.Raja
Grafindo Perkasa
5. Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana Indonesia
6. Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta: Penerbit
Erlangga
19
7. BinaFiscal Indonesia.2016. Brevet A dan B. Jakarta: Penerbit Tax Center Unpam
8. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan ketiga
atas undang- undang nomor 6 tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan tata cara
Perpajakan
9. Gunadarma. 2015. “Akuntansi Pajak”. http://elearning.gunadarma.ac.id diakses 5 Sept
2016.
GLOSARIUM
1. Koreksi Fiskal Positif : koreksi yang mengakibatkan laba kena pajak bertambah atau
rugi fiskal berkurang.
2. Koreksi Fiskal Negatif : koreksi yang mengakibatkan laba kena pajak berkurang atau
rugi fiskal bertambah.
3. Rekonsiliasi fiskal (Koreksi Fiskal) : sebuah lampiran SPT Tahunan PPh berupa kertas
kerja yang berisi penyesuaian antara laba/rugi sebelum pajak menurut komersial/
pembukuan dengan laba/rugi menurut SPT Tahunan
20
PERTEMUAN 4: LAPORAN KEUANGAN FISKAL (PENDEKATAN UMUM DAN
PERBEDAAN ORIENTASI PELAPORAN)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu dan memahami laporan keuangan fiskal
dengan pedekatan umum dan laporan keuangan fiskal dan komersial dengan perbedaan
orientasi pelaporan.
1. Relevan
a). Laporan Keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus relevan antara data yang
dimiliki WP dengan adanya kewajiban ataupun yang timbul dalam kaitannya dengan
perpajakan
b). Berdasarkan pasal 28 ayat 9, catatan termasuk laporan keuangan yang dihasilkan dapat
dipergunakan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dan besarnya pajak yang
terhutang.
2. Dapat Dimengerti
a). Laporan Keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus dapat dimengerti, baik
oleh wajib pajak maupun pihak lain termasuk oleh fiskus.
b). Berdasarkan pasal 28 ayat 4, pembukuan diselenggarakan dengan menggunakan huruf
latin dan angka arab, satuan mata uang rupiah, dengan menggunakan bahasa Indonesia atau
bahasa asing yang diizinkan, mengandung arti agar laporan keuangan yang dihasilkan dapat
dimengerti
3. Daya uji
a). Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus mempunyai daya uji,
perhitungan yang dilakukan oleh WP akan menghasilkan angka yang sama apabila dilakukan
oleh pihak lain termasuk oleh fiskus.
b). Pasal 28 ayat 9 Undang-Undang KUP bahwa catatan yang dipergunakan untuk
menghitung penghasilan kena pajak, yang dilakukan oleh WP akan menghasilkan angka yang
sama Apabila dihitung oleh pihak lain, termasuk fiskus.
4. Netral
a). Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus netral, tidak memihak
kepada WP dan juga tidak memihak kepada pihak lain termasuk pihak Negara (pihak yang
sangat berkaitan dengan penerimaan pajak).
b). Pasal 28 ayat 3 UU KUP, pembukuan yang dilakukan oleh WP harus berdasarkan itikad
baik dan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
5. Tepat Waktu
22
a). Laporan keuangan yang disajikan dalam akuntansi harus tepat waktu, sesuai dengan tahun
takwin atau tahun buku yang dipergunakan oleh WP.
b). Pasal 1 ayat 7 UU PPh, laporan keuangan WP dibuat berdasarkan tahun takwin atau tahun
buku.
6. Daya Banding
a). Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus memiliki daya banding,
terutama dengan peraturan perpajakan.
b). Penjelasan pasal 28 ayat 7 UU KUP, pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau
system yang lazim dipakai di Indonesia, seperti Standar Akuntansi Keuangan (SAK), atau
berdasarkan ketentuan peraturan perundangan.
7. Lengkap
a). Laporan keuangan yang disajikan dalam akuntansi pajak harus lengkap, tidak terdapat
data yang tidak terakumulasi dalam laporan keuangan.
b). Pasal 28 ayat 7 UU KUP, pembukuan sekurang-kurangnya memuat catatan harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta pembelian dan Penjualan. Dalam sistem
perpajakan, negara mempunyai instrumen untuk mencapai dua tujuan utama yaitu menutup
kebutuhan finansial sesuai dengan fungsi budgetair pajak yaitu pajak merupakan alat untuk
mentransfer sumber daya dari sektor privat (masyarakat) kepada sektor publik dan
mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi nasional. Apabila kita lihat dari pemakai laporan
keuangan fiskal, yaitu negara (administrasi pajak) lebih berkepentingan terhadap beberapa
unsure yang terdapat laporan keuangan fiskal antara lain laba tahun berjalan untuk
menghitung pajak penghasilan. Distribusi laba untuk menghitung pajak atas pembayaran
deviden, peredaran usaha untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), pengeluaran untuk karyawan dan pembelian jasa
lain untuk menghitung pemotongan pajak penghasilan. Berbeda dengan laporan keuangan
fiskal, pemakaian laporan keuangan komersial adalah berbeda dengan laporan keuangan
fiskal, pemakai laporan keuangan komersial adalah berbagai pihak yang mempeunyai
kepentingan yang berbeda-beda sehingga informasi yang diperlukan adalah berkaitan dengan
kinerja ekonomi dan keadaan financia perusahaan. Pelaporan akuntansi komersial dan
akuntansi pajak memerlukan penilaian atas setiap fakta untuk menentukan posisi financial
(harta,utang, dan modal) dan hasil operasi perusahaan (pendapatan dan biaya). Walaupun
berbeda antara kedua laporan keuangan tersebut tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain.
Dalam penyusunan laporan keuangan komersial dan pajak terdapat perbedaan orientasi dan
sifat pelaporan terutama menyangkut tingkat toleransi fleksibilitas pemilihan standar.
23
Pelaporan keuangan komersial disusun berdasarkan konsep “konsep kewajaran” dengan
implikasi manajemen dapat mengambil suatu pertimbangan sepanjang batasan toleransi
prinsip/standar akuntansi. Apabila terdapat keraguan pengukuran atas suatu transaksi (yang
belum merupakan fakta), prinsip konservatisme dalam akuntansi komersial untuk mengambil
solusi yang akan menghasilkan under stated agar laporan tampak low profile. Laporan
keuangan fiskal umumnya kurang memberikan toleransi atau fleksibilitas pemilihan standar.
Ekualisasi (persamaan) perlakuan kepada semua Wajib Pajak menghendaki adanya
keseragaman penyelenggaraan dan pengaturan untuk keperluan penentuan laba yang
digunakan sebagai dasar penentuan besarnya pajak. Walaupun mengikuti prinsip akuntansi,
assesment pajak bergantung pada kebijakan dan putusan otoritas pajak yang dapat
mengesampingkan praktek dan pemikiran profesi dan ketentuan pajak yang terutama didesain
untuk kebijakan ekonomi dapat mengakibatkan pelaporan yang dihasilkan menyimpang dari
konsep “Kewajaran penyajian”yang digunakan dalam akuntansi komersial.
3.HUBUNGAN AKUNTANSI PAJAK DENGAN AKUNTANSI KOMERSIAL
Dari akuntansi komersial, seseorang dapat memperoleh suatu konsepsi bahwa tiap organisasi
(satuan usaha atau aktivitas) memerlukan informasi tentang keadaan yang sudah terjadi
selama suatu periode tertentu. Informasi itu disajikan oleh akuntansi kepada manajemen atau
pihak lain sehingga dapat diambil suatu penilaian dan kesimpulan yang terjadi serta
keputusan yang dilakukan selanjutnya. Bagaimana informasi itu diramu, dikemas dan
disajikan sangat ditentukan oleh praktek dan kelaziman yang berlaku dalam profesi akuntansi
serta diselaraskan dengan pembaca dan tujuan pembuatan laporan.
Tujuan akuntansi komersial antara lain untuk menyediakan laporan dan informasi keuangan
serta informasi yang lain kepada, misalnya pimpinan perusahaan. Akuntansi perpajakan dapat
dirumuskan sebagai bagian dari akuntansi yang menekankan kepada penyusunan surat
pemberitahuan pajak (tax return) dan pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap
transaksi atau kegiatan perusahaan. Akuntansi perpajakan secara khusus menyajikan laporan
keuangan dan informasi lain kepada administrasi pajak. Penyajian itu sebagai pemenuhan
kewajiban perpajakan (tax compliance). Walaupun secara teknis proses penyajian laporan
tidak diatur secara rinci dalam ketentuan perpajakan, pengukuran dan penilaian atas suatu
fakta sangat dipengaruhi oleh ketentuan perpajakan. Ketentuan perpajakan merupakan
produk lembaga legislatif yang mengikat semua anggota masyarakat (termasuk profesi
akuntan). Dengan demikian, apabila terjadi kekurangsesuaian antara ketentuan perpajakan
dan praktek atau standar akuntasi yang berlaku umum, Undang-undang Perpajakan
mempunyai prioritas untuk dipatuhi di atas praktek dan kelaziman akuntansi. Keengganan
24
mematuhi ketentuan itu dapat membawa kerugian material bagi perusahaan. Akuntansi
mengasumsikan bahwa praktek-praktek akuntasi dilakukan dengan sehat (sound-accounting
practice) yaitu sesuai dengan SAK. Jika terjadi praktek-praktek akuntansi yang tidak sehat
atau menyimpang dari SAK, dibedakan antara :
a). penyimpangan akan dilakukan koreksi fiskal walaupun tidak material.
b).material dan akan mempengaruhi opini akuntan.
c).Undang-undang perpajakan menghendaki praktek-praktek akuntansi yang sehat, jika
terjadi.
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Jelaskan fungsi akuntansi pajak?
2. Sebutkan tujuan kualitatif akuntansi pajak?
3. Jelaskan hubungan akuntansi komersial dengan akuntansi pajak?
D.DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana
Media.
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit STIE
YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit PT.Raja
Grafindo Perkasa.
5.Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana Indonesia
1. Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta: Penerbit
Erlangga
2. Bina Fiscal Indonesia.2016. Brevet A dan B. Jakarta: Penerbit Tax Center Unpam
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan ketiga
atas undang- undang nomor 6 tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan tata cara
Perpajakan.
E.GLOSARIUM
1. Beban pajak (Penghasilan pajak) : jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan yang
diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode dipadankan dengan
dengan laba akuntansi
25
2. Biaya perolehan aset : adalah jumlah biaya yang dikeluarkan oleh entitas dan diperlukan
untuk menyiapkan aset tetap tersebut agar dapat digunakan sebagaimana mestinya sebagai
aset tetap.
3. Koreksi Fiskal Positif : koreksi yang mengakibatkan laba kena pajak bertambah atau rugi
fiskal berkurang.
4. Koreksi Fiskal Negatif : koreksi yang mengakibatkan laba kena pajak berkurang atau
rugi fiskal bertambah.
5. Liabilitas pajak tangguhan : jumlah pajak penghasilan terutang pada periode masa depan
sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
6. Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak.
7. Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) : laba (rugi) selama satu
periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak atas
pajak penghasilan yang terutang (dilunasi).
8. Liabilitas pajak tangguhan : jumlah pajak penghasilan terutang pada periode masa depan
sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
26
27
PERTEMUAN 5: KAS DAN SETARA KAS SERTA ASPEK FISKAL
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti
tentang Kas setara kas. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan mengenai
pos-pos aktiva lancar seperti kas dan setara kas.
B. URAIAN MATERI
1. Kas setara kas
Pengendalian internal (internal control) meliputi semua perencanaan dari suatu
organisasi dan semua metode serta prosedur yang diterapkan oleh manajemen
dalam rangka untuk :
a. Menjaga harta perusahaan dari pencurian oleh karyawan, perampokan, serta
penggunaan yang tidak diotorisasi;
b. Meningkatkan akurasi dan kepercayaan dari catatan akuntansi dengan cara
mengurangi resiko kesalahan (error) dan iregularitas (irregularities) dalam
proses akuntansi yang dilakukan.
2. Prinsip-prinsip dari Pengendalian Internal
a. Dibentuk pertanggungjawaban (establishment Of responsibility)
Pengendalian akan efektif jika hanya satu orang yang bertanggungjawab atas
tugas yang diberikan. Pembentukan pertanggungjawaban meliputi otorisasi dan
persetujuan atas suatu transaksi.
b. Pembagian tugas harus jelas (segretion of duties)
Ada dua prinsip umum yang perlu diperhatikan, yaitu :
1). Tanggungjawab atas pekerjaan-pekerjaan harus diberikan kepada individu
yang berbeda, dan
2). Tanggungjawab untuk memelihara pencatatan harus terpisah dengan
tanggungjawab untuk menjaga fisik aktiva.
c. Prosedur dokumentasi harus ada (documentation procedure)
Dokumen sebagai bukti transaksi harus memenuhi syarat dalam prosedur
dokumentasi. Ada beberapa prinsip dalam prosedur dokumentasi, yaitu :
Perusahaan “ABC”
Rekonsiliasi Bank
Untuk 30 September 2010
xxxxx
Dikurangi :
Beban Jasa bank (xxxx)
Cek Kosong (xxxx)
Kesalahan oleh Perusahaan (xxxx )
(xxxx)
Saldo menurut perusahaan yang telah disesuaikan
xxxxx
Saldo Bank
Ditambah :
Setoran dalam perjalanan xxxx
Kesalahan oleh Bank xxxx +
xxxxx
Dikurangi :
Cek yang masih beredar (xxxx)
Kesalahan oleh bank (xxxx)
(xxxx)
Saldo menurut bank yang telah disesuaikan
xxxx
Diminta :
a). Buatlah rekonsiliasi saldo bank dan saldo buku untuk mencari saldo cash in
bank yang benar per tanggal 31 Desember 2012 !
b). Membuat ayat jurnal koreksi yang diperlukan !
Solution :
PT. Sachers Ugys
Bank Reconcillition
December, 31,2012
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. PT. Dinamika telah membuka pada Bank Lipo sejak awal tahun 2008. Untuk
yang kesekian kalinya, per 30 Juni 2012 perusahaan menerima rekening Koran
bank yang menunjukkan saldo kredit sebesar Rp. 100.210.000,- sedangkan
menurut catatan (pembukuan) perusahaan pada tanggal yang sama
menunjukkan saldo debet sebesar Rp. 108.020.000,- . setelah diteliti oleh
bagian akuntansi, ternyata selisih saldo tersebut disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
2. pembayaran utang usaha kepada PT. Bhineka Cakra sebesar Rp. 48.000.000,-
telah didebet oleh bank sesuai perintah direktur utama perusahaan, namun
bagian akuntansi perusahaan belum membukukannya hingga per 30 Juni 2012.
3. penarikan cek sebesar Rp. 16.000.000,- oleh CV.Multi Bara Dinamika telah
keliru didebet oleh bank ke rekening perusahaan.
4. setoran cek ke bank senilai Rp. 20.000.000,- sebagai hasil penagihan piutang
pada bulan Juni 2012 dari PT. Mahyus Ekananda dikembalikan (ditolak) oleh
bank karena tidak ada dananya.
D.DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit STIE YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit
PT.Raja Grafindo Perkasa.
5.Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana
Indonesia.
E.GLOSARIUM
1. Kas : aktiva lancar yang meliputi uang kertas/logam dan benda-benda lain yang
dapat digunakan sebagai media tukar/alat pembayaran yang sah dan dapat
diambil setiap saat. Yang termasuk dalam kas (cash): uang tunai dalam bentuk
kertas/logam.
2. Kas Kecil (Petty Cash): uang tunai yang disediakan untuk membayar
pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relative kecil dan tidak ekonomis
bila dibayar dengan cek.
3. Pengendalian Internal : rencana, metode, prosedur, dan kebijakan yang
didesain oleh manajemen untuk member jaminan yang memadai atas
tercapainya efisiensi dan efektivitas operasional, kehandalan pelaporan
keuangan, pengamanan terhadap aset, ketaatan/kepatuhan terhadap undang-
undang, kebijakan dan pearaturan lain.
4. Rekonsiliasi Bank : suatu prosedur pengendalian terhadap kas di Bank dengan
membandingkan catatan kas perusahaan secara periodic Bank mengirimkan
laporan berupa kas statement yang berisi semua transaksi penyetoran selama
periode tertentu.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti
tentang piutang usaha dan aspek fiskal. Mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan mengenai pengertian piutang usaha, pengakuan piutang usaha,
penilaian pelaporan piutang usaha, metode penghapusan piutang usaha, akuntansi
wesel tagih, dan piutang usaha dari aspek fiskal. .
B. URAIAN MATERI
1. Piutang usaha
Piutang (receivable) mengandung pengertian klaim terhadap sejumlah uang yang
diharapkan akan diperoleh pada masa yang akan datang. Jenis piutang, antara lain,
ialah : piutang dagang (account receivable), wesel tagih/bayar (notes receivable),
dan piutang lain (other receivable). Akuntansi atas piutang secara umum dibagi
menjadi: akuntansi untuk pengakuan (recognition), akuntansi untuk penilaian dan
pelaporan (valuation and reporting), dan akuntansi untuk pelepasan (disposal).
Akuntansi untuk Piutang Dagang (Account Receivable)
1. Pengakuan Piutang Dagang
Akuntansi untuk pengakuan piutang dagang sangat terkait dengan penjualan kredit
barang dagangan. Jurnal-jurnal yang terkait dengan pengakuan account receivable
adalah sebagai berikut :
Tanggal Keterangan P/R Debet Kredit
1. Saat terjadi penjualan secara
kredit : xxxx -
Piutang usaha (account receivable) - Xxxx
Penjualan (sales)
2. Saat barang dagangan
dikembalikan xxxx -
Retur dan potongan penjualan - Xxxx
(return & discount sales)
Piutang usaha
3. Saat penagihan kas dalam periode
diskon : xxxx -
Kas xxxx -
D. LATIHAN SOAL/TUGAS
Perusahaan menggunakan metode pencadangan/penyisihan dalam mencatat
besarnya piutang usaha yang tidak dapat ditagih. Pada tanggal 31 Maret 2008,
neraca PT. Chatar Gichaki menunjukkan saldo bersih piutang usaha sebesar Rp.
88.000.000,- dimana di dalamnya sudah memperhitungkan cadangan piutang tak
tertagih sebesar Rp. 27.000.000,- . Transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan
April 2008, terkait dengan saldo piutang usaha, adalah sebagai berikut :
a). Telah terjadi penjualan sebesar Rp. 646.200.000,- di mana 30% nya
merupakan penjualan tunai, sedangkan sisanya dilakukan secara kredit.
b). Terdapat penagihan piutang usaha sebesar Rp. 291.000.000,-
c). Piutang usaha sebesar Rp. 30.340.000,- tidak dapat ditagih dan disetujui oleh
pejabat perusahaan yang berwenang untuk dihapuskan.
Diminta :
a). Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi yang telah terjadi
selama bulan April 2008 di atas!
D.DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit STIE YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit
PT.Raja Grafindo Perkasa.
5.Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana
Indonesia
6.Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta:
Penerbit Erlangga
7.Bina Fiscal Indonesia.2016. Brevet A dan B. Jakarta: Penerbit Tax Center
Unpam
8.Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan
ketiga atas undang- undang nomor 6 tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan
tata cara Perpajakan
E.GLOSARIUM
1. Piutang : salah satu jenis transaksi akuntansi yang mengurusi penagihan
konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti
tentang persediaan barang. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
mengenai pos-pos aktiva lancar seperti persediaan barang tentang sistem
pencatatan persediaan, sistem persediaan periodik, dan penilaian persediaan.
B. URAIAN MATERI
Persediaan pada perusahaan dagang adalah barang-barang yang dimiliki untuk
dijual dalam kegiatan normal perusahaan. Persediaan pada perusahaan manufaktur
adalah barang-barang yang sedang diproduksi pada perusahaan manufaktur dan
terbagi atas barang jadi (finished goods). Barang dalam proses (goods in process),
dan bahan baku (raw material).
a. Sistem Pencatatan Persediaan (Inventory System)
b. Sistem Persediaan Periodik (periodic inventory system)
Pada akhir periode akuntansi dengan menggunakan sistem pencatatan periodik
harus melakukan pengecekan fisik terhadap persediaan (stock opname of
inventories) dengan cara mengukur dan menghitung berapa jumlah barang yang
ada di gudang. Sistem pencatatan ini pada akhir periode dibutuhkan ayat jurnal
penyesuaian, yaitu sebagai berikut :
Untuk persediaan awal :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
Ikhtisar laba rugi (income summary) xxx -
Persediaan (inventories) - Xxx
Tabel 14. Jurnal Persediaan Barang Awal
Untulk persediaan akhir :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
Persediaan (inventories) xxx -
Ikhtisar laba rugi (income - Xxx
summary)
Tabel 15. Jurnal Persediaan Barang Akhir
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
Dibawah ini terdapat catatan mengenai persediaan PT. Marko selama bulan
Nopember 2011 sebagai berikut :
01/11/2011 Persediaan awal 100 unit@ Rp. 10,00
05/11/2011 Pembelian 500 unit@ Rp. 12,00
12/11/2011 Pembelian 100 unit@ Rp. 15,00
22/11/2011 Penjualan 300 unit@ Rp. 25,00
27/11/2011 Pembelian 100 unit@ Rp. 20,00
30/11/2011 Penjualan 50 unit@ Rp. 30,00
Diminta :
Tentukan nilai persediaan akhir, HPP, dan Laba kotor jika diasumsikan
perusahaan menerapkan sistem periodik FIFO,LIFO, Average dan sistem
perfectual (FIFO, LIFO, AVERAGE).
E.GLOSARIUM
1. Persediaan barang : sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan
atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.
2. Persediaan bahan baku : bahan mentah yang dibeli oleh perusahaan untuk
diproses menjadi barang setengah jadi dan akhirnya barang jadi atau produk
akhir dari perusahaan.
3. Persediaan bahan setengah jadi : persediaan barang dalam proses terdiri dari
keseluruhan barang-barang yang digunakan dalam proses produksi tetapi masih
membutuhkan proses lebih lanjut untuk menjadi barang yang siap untuk dijual
(barang jadi).
4. Persediaan barang jadi : Persediaan barang jadi adalah merupakan persediaan
barang-barang yang telah selesai diproses oleh perusahaan tetapi masih belum
terjual.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
memberikan informasi tentang penerimaan kas dan pembayaran kas entitas selama
suatu periode. Tujuan keduanya adalah untuk melaporkan kegiatan operasi,
investasi, dan pembiayaan suatu entitas selama periode berjalan.
B. URAIAN MATERI
1. Keunggulan Laporan Arus Kas
Fokus utama dari pelaporan keuangan adalah laba, dan informasi mengenai laba
merupakan indikator yang baik untuk menentukan atau menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas di masa yang akan datang. Laporan arus kas
dibutuhkan karena :
a. Kadangkala ukuran laba tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya;
b. Seluruh informasi mengenai kinerja perusahaan selama periode tertentu dapat
diperoleh lewat laporan ini;
c. Dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi arus kas perusahaan di masa
mendatang.
Dalam beberapa kasus, ukuran laba (net income) tidak memberikan gambaran
yang akurat mengenai hasil kinerja perusahaan yang sesungguhnya selama
periode tertentu. Ketika perusahaan melaporkan beban non kas (non cash outlay
expenses) yang besar, seperti beban penyisihan piutang ragu-ragu dan penyusutan
aktiva tetap, ukuran laba mungkin akan memberikan gambaran yang suram
mengenai hasil kondisi operasional perusahaan. Beban non kas yang besar ini
akan membuat laba bersih seolah-olah menjadi tampak kecil, padahal beban-
beban tersebut diakui tanpa adanya pengeluaran uang kas. Sebaliknya, perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan laba yang tinggi, laba bersih yang dihasilkan tidak
menjamin bahwa perusahaan tersebut memiliki uang kas yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan kas jangka pendeknya. Hal ini dikarenakan bahwa laporan
laba rugi disusun atas dasar akrual (bukan dasar kas), yaitu melalui sebuah proses
Penjelasan :
1) Penerimaan kas dari penjualan
Saldo awal piutang usaha
xxx
Penjualan kredit
xxx
Saldo akhir piutang usaha
(xxx)
xxx
Xxxx xxxx
Xxxx xxxx
Piutang Bunga
Saldo awal Penerimaan kas
xxxx xxxx
Pendapatanbunga(akrual) Saldo akhir
xxxx xxxx
Xxxx Xxxx
xxxx
Persediaan Barang
Saldo awal HPP
xxxx xxxx
Harga pokok pembelian Saldo akhir
xxxx xxxx
Xxxx Xxxx
Utang Usaha
Pembayarankas Saldo awal
xxxx xxxx
Saldo Akhir Harga Pokok Pembelian
xxxx xxxx
Xxxx Xxxx
xxx
Xxx Xxxx
Xxx Xxxx
Xxx xxxx
Berikut adalah laporan laba ditahan untuk tahun yg berakhir 31 Desember 2010
(asumsi sepanjang tahun 2010 tidak ada deviden saham biasa yang
diumumkan).
PT. Kupu Indah
Laporan Laba Ditahan
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2010
Saldo 1/1/2010 Rp. 20.000 juta
Laba bersih Rp. 8.168 juta
Deviden tunai yg diumumkan (Rp. 168 juta)
Berdasarkan data-data di atas, berikut adalah pelaporan arus kas dari aktivitas
pembiayaan pada PT.Kupu Indah untuk tahun yg berakhir 31 Desember 2010 :
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
Berikut ini adalah informasi yang diperoleh dari beberapa perkiraaan PT. Yan’s
Jaya untuk tahun pembukuan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 :
Penerimaan kas dari penerbitan obligasi Rp. 1.140.000,-
Beban penyusutan dan amortisasi Rp. 4.000.000,-
Keuntungan dari penjualan peralatan Rp. 120.000,-
Penerimaan kas dari penerbitan sham biasa Rp. 3.680.000,-
Pengeluaran kas untuk pembelian perabot kantor Rp. 8.680.000,-
Penerimaan kas dari penjualan peralatan Rp. 740.000,-
Pembayaran deviden tunai Rp. 2.020.000,-
Pembagian deviden saham Rp. 9.350.000,-
Laba bersih Rp. 8.200.000,-
Kenaikan(penurunan) dalam aktiva lancar dan kewajiban lancar adalah sbb :
Kas Rp. 2.000.000,-
Piutang usaha Rp. 10.080.000,-
Utang usaha Rp. 2.480.000,-
Wesel bayar Rp. 3.340.000,-
Utang pajak penghasilan Rp. (680.000,-)
Diminta :
D.DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit STIE YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit
PT.Raja Grafindo Perkasa.
5. Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana
Indonesia
6. Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak.
Jakarta: Penerbit Erlangga
7. Bina Fiscal Indonesia.2016. Brevet A dan B. Jakarta: Penerbit Tax Center
Unpam
8. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang
Perubahan ketiga atas undang- undang nomor 6 tahun 1983 tentangKetentuan
Umum dan tata cara Perpajakan
E.GLOSARIUM
1. Laporan arus kas : bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan
keluar uang (kas) perusahaan.
2. Pembiayaan : pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
3. Investasi : atau disebut juga dengan penanaman modal.
4. Aktivitas operasi : aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan
laba/rugi pada periode akuntansi.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari pertemuan ini diharapkan mahasisw dapat menjelaskan aset
berwujud dan aset tak berwujud, menjelaskan konsep dan cara pencatatan aset
berwujud dan aset tak berwujud, menjelaskan cara perolehan aset berwujud dan
aset tak berwujud, dan membandingkan cara perhitung penyusutan menurut
akuntansi komersial dengan akuntansi pajak.
B. URAIAN MATERI
Aset tetap (Fixed Assets) merupakan sumber daya berwujud dan tak berwujud
yang dimiliki oleh perusahaan, digunakan dalam kegiatan (operasi) perusahaan
dan tidak dimaksudkan untuk dijualbelikan. Secara umum, ciri aset tetap adalah
sebagai berikut:
1. Usia manfaatnya lebih dari satu tahun,
2. Diperoleh dan digunakan untuk operasi perusahaan,
3. Bersifat permanen, dan
4. Tidak dimaksudkan untuk dijualbelikan.
Secara umum aset tetap dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Aset tetap berwujud (tangible fixed assets) misalnya : tanah (land), bangunan
(building), peralatan (equipment),
2. Aset tetap tidak berwujud (intangible fixed asset) misalnya : goodwill,
franchise, trade mark, dan copy right.
Akuntansi atas aset tetap secara umum dibagi atas tiga, yaitu :
1. Akuntansi saat perolehan (accounting for acquisition of plant assets),
2. Akuntansi saat penggunaan (accounting for usage of plant assets), dan
3. Akuntansi saat pelepasan (accounting for disposal of plant assets).
Ad.1. Akuntansi untuk Perolehan Aset Tetap
Aset tetap (plant assets) dicatat sebesar harga perolehan (cost of plant assets).
Harga perolehan (cost) adalah semua pengeluaran yang terjadi dalam rangka
memperoleh aset tetap sampai dengan aktiva tersebut siap digunakan.
Berdasarkan pengertian ini, maka cost of plant assets terdiri atas harga beli, biaya
Misalnya :
Pada awal tahun 2001 diperoleh peralatan (equipment) dengan harga perolehan
(cost) sebesar Rp. 10.100.000,- dan diperkirakan dapat digunakan selama lima
tahun dengan nilai sisa Rp. 100.000,-. Beban penyusutan secara lengkap dihitung
:
Rp. 10.100.000,- - Rp. 100.000,-
Beban penyusutan per tahun = ----------------------------------------------
5
= Rp. 10.000.000,-
2002 Rp. 13.000.000,- 40% Rp. 3.120.000,- Rp. 8.320.000,- Rp. 4.680.000,-
2003 Rp. 13.000.000,- 40% Rp. 1.872.000,- Rp. 10.192.000,- Rp. 2.808.000,-
Jika aset tetap dihentikan sebelum habis usia ekonomisnya, maka akan timbul
adanya laba atau rugi akibat penghentian aset tetap tersebut. Penghentian aset
tetap sebelum habis usia ekonomisnya dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain, dengan :
1) Dijual atau,
2) Ditukar dengan aset tetap lain.
1. Penjualan Aset Tetap
Aset tetap yang dijual sebelum habis usia ekonomisnya akan diperoleh laba atau
rugi dari penjualan aset tersebut. Laba atau rugi dari penjualan aset tetap dihitung
dengan cara membandingkan antara harga jual aset dan nilai buku pada saat
dijual. Jika harga jual (selling price) lebih tinggi dari nilai buku (book value),
maka akan diperoleh Laba (gain), sedangkan jika harga jual (selling price) sama
dengan nilai buku, maka tidak terdapat laba atau rugi dari penjualan aset tetap
tersebut. Misal pada tanggal 12 Oktober 2010 peralatan dengan harga perolehan
Rp.20.000.000,- telah disusut sebesar Rp. 12.000.000,- Hitung laba atau rugi dari
penjualan aset tetap tersebut jika dijual seharga (a) Rp. 9.000.000,-, (b) Rp.
8.000.000,- dan (c) Rp. 7.000.000,- Transaksi di atas akan dihitung dan dijurnal
sebagai berikut :
a. Jika harga jual Rp. 9.000.000,-
Harga perolehan peralatan Rp. 20.000.000,-
Akumulasi penyusutan peralatan Rp. 12.000.000,-
Nilai buku Rp. 8.000.000,-
Harga jual Rp. 9.000.000,-
Laba penjualan peralatan Rp. 1.000.000,-
Jika harga pertukaran peralatan tersebut di atas senilai Rp. 6.200.000,- ,maka
perusahaan mengalami kerugian senilai Rp. 800.000,- yaitu merupakan selisih
antara nilai buku Rp. 7.000.000,- dengan harga pertukaran senilai Rp. 6.200.000,-.
Kas yang diberikan dalam pertukaran sebesar Rp. 2.300.000,-. Transaksi
pertukaran tersebut akan dijurnal sebagai berikut :
Tanggal Keterangan P/R Debet Kredit
10 Okt. Peralatan (baru) Rp. 8.500.000,- -
Akumulasi penyusutan peralatan Rp. 6.000.000,- -
Rugi pertukaran aktiva tetap Rp. 800.000,-
Peralatan (Lama) - Rp. 13.000.000,-
Kas Rp. 2.300.000,-
Jika peralatan tersebut ditukar dengan mesin (machinery) yang mempunyai nilai
pasar Rp. 8.000.000,- dan nilai tukar peralatan dihargai sebesar Rp. 5.800.000,-,
maka perusahaan akan mengalami kerugian sebesar selisih nilai buku peralatan
dengan nilai pertukaran, dihitung sebagai berikut :
Harga perolehan peralatan = Rp. 13.000.000,-
Akumulasi penyusutan peralatan = Rp. 6.000.000,-
Nilai buku saat pertukaran = Rp. 7.000.000,-
Harga pertukaran = Rp. 5.800.000,-
Rugi pertukaran peralatan = Rp. 1.200.000,-
Harga perolehan mesin dicatat sebesar nilai pasar mesin yang diperoleh yaitu
sebesar Rp. 8.000.000,-. Kas yang diberikan dalam pertukaran sebesar Rp.
2.200.000,-. Jurnal yang harus dibuat atas transaksi pertukaran tersebut adalah
sebagai berikut :
Tanggal Keterangan P/R Debet Kredit
10 Okt. Mesin Rp. 8.000.000,- -
Akumulasi penyusutan peralatan Rp. 6.000.000,- -
Rugi pertukaran aktiva tetap Rp. 1.200.000,- -
Peralatan - Rp. 13.000.000,-
Kas - Rp. 2.200.000,-
Bangunan :
Permanen 20 Tahun 5% -
Non Permanen 10 Tahun 10% -
Contoh:
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
Caty Cooperation mempunyai sebuah mesin dengan harga perolehan sebesar $
52.000 nilai buku $ 35.000, dan nilai pasar $ 40.000. Mesin ini digunakan dalam
proses produksi Caty Corperation untuk setiap situasi berikut di bawah ini,
tunjukkanlah melalui jurnal, berapa nilai yang harus dicatat Caty atas setiap
perolehan aktiva yang baru diterimanya melalui pertukaran.
a). Caty menukarkan mesin dengan truk yang memiliki harga pasar sebesar
$.40.000
b). Caty menukarkan mesin itu dengan mesin model baru yang sejenis dari dealer.
Harga pasar mesin baru tersebut adalah $.55.000 dan Caty membayar tunai
$.15.000.
D.DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit STIE YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit
PT.Raja Grafindo Perkasa.
9. Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana
Indonesia
10. Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak.
Jakarta: Penerbit Erlangga
E.GLOSARIUM
1. Aset : sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan
akan diperoleh perusahaan.
2. Aset tetap : aset berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. Aset
semacam ini biasanya memiliki masa pemakaian yang lama dan diharapkan
dapat member manfaat pada perusahaan selama bertahun-tahun.
3. Aset tetap berwujud : aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relative
permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal.
4. Aset tak berwujud : intangible assets, adalah jenis aset yang tidak berwujud,
yang nilainya sangat tergantung pada hak-hak yang dapat dinikmati
pemiliknya.
5. Penyusutan : alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset
selama umur manfaatnya.
6. Metode garis lurus : metode penyusutan dimana besarnya penyusutan selalu
sama dari tiap periode akuntansi selama umur ekonomis dari aset tetap yang
bersangkutan.
7. Metode saldo menurun : metode penyusutan saldo menurun ganda (double
declining balance method) menghasilkan perhitungan beban penyusutan
periodik yang semakin menurun selama estimasi masa manfaat aset tetap.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menghitung dan menjelaskan kewajiban lancar dan kewajiban
kontinjen, mengidentifikasi jenis-jenis utama kewajiban lancar, mendeskripsikan
jenis-jenis utama kewajiban lancar, mendeskripsikan akuntansi untuk wesel bayar,
menjelaskan akuntansi untuk kewajiban lancar lainnya, dan kaitannya dengan
aspek perpajakannya.
B. URAIAN MATERI
Kewajiban lancar adalah kewajiban yang akan dibayar dengan menggunakan
aktiva lancar dan harus segera dilunasi dalam jangka waktu satu tahun. Yang
termasuk dalam kategori kewajiban lancar adalah :
1. utang usaha (accounts payable),
timbul pada saat barang atau jasa diterimasebelum melakukan pembayaran.
Dalam transaksi perusahaan dagang, seringkali perusahaan membeli barang
dagangan secara kredit dari pemasok untuk dijual kembali kepada para
pelanggannya. Dalam hal ini, perusahaan akan mencatat pembelian barang
dagangan tersebut dalam pembukuan dengan cara mendebet akun pembelian (jika
sistem persediaan periodik) atau akun persediaan barang dagangan (jika sistem
persediaan perpectual) dan mengkredit akun utang usaha. Utang usaha ini
biasanya akan segera dilunasi oleh perusahaan dalam jangka waktu yang sangat
singkat sesuai dengan (invoice). Pada waktu utang usaha jatuh tempo dan dilunasi,
akun utang usaha akan didebet dan akun kas dikredit. Untuk pembayaran yang
dilakukan dalam periode diskon, akun potongan pembelian (jika sistem persediaan
periodik) atau akun persediaan barang dagangan (jika sistem perpectual) juga
akan dikredit dalam jurnal sebesar potongan yang diterima.
2. Pendapatan diterima dimuka (unearned revenue)
timbul pada saat pembayaran diterima sebelum barang atau jasa diberikan.
Contohnya : Sewa diterima di muka (unearned rent), di mana pihak yang
menyewakan biasanya akan menerima terlebih dahulu uang muka dari pihak
penyewa untuk pemakaian sewa beberapa bulan ke depan. Uang yang diterima di
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
Berikut ini adalah transaksi penerbitan wesel bayar yang terjadi pada PT.Indah
Pratama dalam tahun 2015 :
9 Februari Membeli peralatan kantor secara kredit dengan nilai Rp.
40.000.000,-. Dalam hal ini, PT.Indah Pratama menerbitkan sebuah
wesel bayar yang berjangka waktu 60 hari dengan bunga 6% p.a.
10 April PT. Indah Pratama melunasi wesel bayar yang telah jatuh tempo
sehubungan dengan pembelian peralatan kantor yang telah
dilakukan pada tanggal 9 Februari yang lalu. (Rp. 40.000.000,- x
6%x 60/360= Rp. 400.000,-).
5 Mei PT. Indah Pratama meminjam uang dari Bank Panin dengan cara
mendiskontokan sebuah wesel yang bernilai nominal Rp.
48.000.000,- berjangka waktu 90 hari. Besarnya tingkat diskonto
adalah 6,75% p.a. (Rp. 48.000.000,- x 6,75%x 90/360= Rp.
810.000,-).
3 Agustus membayar wesel yang telah jatuh tempo kepada Bank Panin.
1 Nov PT. Indah Pratama menerbitkan sebuah wesel bayar,
berjangka waktu 90 hari, bunga 7% p.a untuk meminjam uang dari
Bank Lippo senilai Rp. 300.000.000,- . (Rp.300.000.000 x
7%x60/360 = Rp. 3.500.000,-).
31 Des Mencatat bunga berjalan atas wesel yang diterbitkan untuk Bank
Lippo.
31 Des Sepanjang tahun 2015 perusahaan telah berhasil menjual produk
elektronik dengan total nilai penjualan sebesar Rp. 320.000.000,-.
Produk ini bergaransi 12 bulan. Diestimasi bahwa rata-rata biaya
garansi sebesar 2% dari harga jual. (2% x Rp. 320.000.000,- = Rp.
6.400.000,-).
D.DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit STIE YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit
PT.Raja Grafindo Perkasa.
5.Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana
Indonesia
6.Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta:
Penerbit Erlangga
7.Bina Fiscal Indonesia.2016. Brevet A dan B. Jakarta: Penerbit Tax Center
Unpam
8.Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan
ketiga atas undang- undang nomor 6 tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan
tata cara Perpajakan
E.GLOSARIUM
1. Utang usaha : suatu badan usaha/ perusahaan kepada pihak ketiga yang
dibayar dengan cara menyerahkan aktiva atau jasa dalam jangka waktu tertentu
sebagai akibat dari transaksi di masa lalu.
2. Pendapatan diterima dimuka : transaksi yang sejak awalnya dicatat sebagai
utang (kewajiban), tetapi akan menjadi pendapatan di kemudian hari.
3. Utang pajak penghasilan karyawan : pajak yang dikenakan atas penghasilan
beruapa gaji, honor/honorarium, upah, tunjangan dan pembayaran lain yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa, jabatan dan kegiatan.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menghitung investasi jangka panjang untuk
saham dan obligasi, mengidentifikasi jenis-jenis utama saham dan obligasi,
mendeskripsikan jenis-jenis utama saham dan obligasi, mendeskripsikan saham
dan obligasi, menjelaskan akuntansi untuk saham dan obligasi, dan kaitannya
dengan aspek perpajakannya.
B. URAIAN MATERI
1. TUJUAN INVESTASI
Pada dasarnya, ada lima alasan yang membuat perusahaan tertarik untuk membeli
obligasi atau saham perusahaan lain. Kelima alasan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Sebagai antisipasi atau untuk mejamin bahwa perusahaan tetap dapat
melanjutkan kegiatan operasionalnya meskipun dalam kondisi yang sulit (resesi
ekonomi); nanti, pada saat keadaan perekonomian kurang menguntungkan,
investasi ini akan segera dicairkan. Jadi, investasi dilakukan untuk memberikan
perusahaan ketersediaan sumber dana yang dapat ditarik kembali ketika
dibutuhkan.
b. Memanfaatkan kelebihan kas yang tidak terpakai dalam kegiatan operasional
perusahaan sebagai hasil dari puncak penjualan; kelebihan kas yang terjadi
selama penjualan akan lebih menguntungkan bagi perusahaan apabila
diinvestasikan dalam bentuk sekuritas (obligasi dan saham) dibanding
disimpan di bank. Nanti, begitu saat penjualan tiba kembali maka investasi
akan dicairkan dan dananya akan dipakai untuk membeli persediaan barang
dagangan, dan seterusnya.
c. Untuk memperoleh pendapatan bunga dari investasi obligasi atau dividen dari
investasi saham (termasuk keuntungan dari selisih harga saham jangka
pendek); banyak perusahaan yang tidak puas dengan tingkat suku bunga yang
rendah yang ditawarkan oleh deposito bank sehingga perusahaan lebih memilih
atau beralih ke alternatif investasi lain (investasi dalam obligasi dan saham)
8. Metode Ekuitas
Asumsi sama seperti dengan ilustrasi di atas, hanya saja bahwa besarnya total
lembar saham biasa PT. Santika yg beredar adalah 25.000 lembar. Dalam hal
ini, 5.000 lembar mewakili 20% bagian kepemilikan. Berikut adalah seluruh
ayat jurnal yang diperlukan dalam pembukuan PT.Pratama Kencana untuk
mencatat transaksi-transaksi tersebut :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
2 Jan Investasi Saham PT.Santika 10.000.000
Kas 10.000.000
31 Okt Kas 400.000
Investasi Saham PT. 400.000
31 Des Santika 12.000.000
Investasi Saham PT. Santika 12.000.000
Pendapatan Investasi
Saham
(20% x Rp. 60.000.000,-)
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
Berikut adalah transaksi PT. Asuransi Bahana Tita (PT. Asbati) selama tahun
2010 sehubungan dengan investasi jangka panjang dalam saham milik perusahaan
lain.
D.DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit STIE YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit
PT.Raja Grafindo Perkasa.
5.Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana
Indonesia.
6.Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
E.GLOSARIUM
1. Saham : surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas suatu
perusahaan.
2. Saham yang dibeli kembali : saham sendiri yang dibeli kembali dan disimpan
atas nama perseroaan dan tidak dihentikan peredarannya secara formal.
3. Obligasi : suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang
obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon
bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran.
4. Premiun : bunga obligasi diatas bunga pada harga pasar.
5. Diskonto : bunga obligasi dibawah bunga pada harga pasar.
6. Deviden : pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya
saham yang dimiliki.
7. Deviden Tunai : pembagian uang tunai secara pro rata kepada pemegang
saham
8. Deviden Saham : deviden yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para
pemegang saham dalam bentuk, tujuanya untuk mempertahankan tingkat
modal perusahaan, deviden ini memberikan keuntungan kepada penerimanya
karena mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik hutang obligasi, harga pasar
obligasi, nilai sekarang dari nominal obligasi, nilai sekarang dari bunga obligasi,
akuntansi untuk penjualan obligasi dan amortisasi, obligasi dijual sebesar nilai
nominal obligasi dijual pada tingkat diskoto, obligasi dijual sebesar nilai nominal
obligasi dijual pada tingkat premiun, penebusan kembali obligasi, dan hutang
obligasi dari aspek fiskal.
B. URAIAN MATERI
1. KARAKTERISTIK HUTANG OBLIGASI
Untuk memperoleh sejumlah besar dana jangka panjang, perusahaan (perseroan)
pada umumnya memiliki 2(dua) sumber alternatif pembiayaan, yaitu dengan cara
menerbitkan saham (equity financing) atau menerbitkan obligasi (debt financing).
Dari sisi debitur, pendanaan atau pembiayaan dengan cara menerbitkan obligasi
memiliki beberapa keuntungan dibanding dengan menerbitkan saham.
Beberapa keuntungan tersebut, di antaranya adalah : (1) kreditor(bondholders)
tidaklah memiliki hak suara seperti halnya pemegang saham biasa, sehingga
pemilik perusahaan tetap memiliki kendali penuh atas perusahaan; (2) beban
bunga yang dibayarkan atas utang obligasi dapat dikurangkan untuk tujuan pajak
(dengan kata lain, beban bunga akan mengurangi laba bersih, yang pada akhirnya
memperkecil pajak laba perusahaan), sedangkan deviden yang dibagikan kepada
para pemegang saham tidak dapat dikurangkan untuk tujuan pajak (ingat bhw
deviden bukanlah merupakan komponen penentu besarnya laba rugi); dan (3)
menghasilkan laba per lembar saham biasa yang lebih besar, karena jika
pendanaan dilakukan dengan cara menerbitkan saham biasa maka jumlah lembar
saham biasa yang beredar akan menjadi bertambah dan oleh sebab itu laba per
lembar saham biasa akan mejadi lebih kecil, meskipun beban bunga obligasi
mengurangi laba bersih (laba per lembar saham biasa dihitung dengan cara
membagi laba bersih (laba per lembar saham biasa dihitung dengan cara membagi
laba bersih dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar).
FV = PV x (1+i)n
= 100 juta x (1+10%)1
= 100 juta x 1,1
= 110 juta
Jika obligasi dengan nilai nominal Rp. 10.000.000,- tersebut di atas akan jatuh
tempo dalam jangka waktu 3 tahun, maka besarnya nilai sekarang dari nominal
obligasi akan menjadi :
PV = FV x 1/(1+i)n
= 10 juta x 1/(1+10%)3
= 10 juta x 1/1,1,331
= 10 juta x 0,75131
= 7.513.100
Kita juga dapat langsung menentukan besarnya nilai sekarang anuitas dari bunga
obligasi dengan menggunakan tabel present value annuity factor. Berikut adalah
rincian mengenai besarnya present value annuity factor untuk setiap rupiah bunga
obligasi yang berdasarkan pada banyaknya jumlah interval periode bunga selama
umur obligasi, dan besarnya tingkat suku bunga pasar untuk setiap interval
periode bunga.
5. AKUNTANSI UNTUK PENJUALAN OBLIGASI DAN AMORTISASI
Pada saat penjualan obligasi dilakukan, debitur akan mencatatnya dalam jurnal
dengan cara mendebet akun kas dan mengkredit akun utang obligasi. Akun kas
dicatat dalam jurnal sebesar harga pasar obligasi, yang ditunjukkan lewat kurs jual
atau nilai sekarang dari obligasi bersangkutan. Sedangkan akun utang obligasi
dicatat dalam jurnal sebesar nilai nominal obligasi. Selisih antara harga jual
dengan nilai nominal obligasi akan dicatat dalam jurnal sebagai diskonto
(disebelah debet) atau premiun (disebelah kredit). Diskonto akan timbul apabila
harga jual obligasi lebih kecil dibanding dengan nilai nominalnya, sedangkan
premiun akan timbul jika harga jual obligasi melebihi nilai nominalnya.
Dalam praktik, tanggal penjualan obligasi tidak selalu bertepatan dengan tanggal
penerbitannya. Apabila obligasi terjual diantara tanggal bunga, maka debitur di
dalam pembukuannya (pada saat penjualan obligasi terjadi) akan mencatat
besarnya bunga berjalan dengan cara mendebet akun kas dan mengkredit akun
beban bunga.
Nama Perkiraan Debet Kredit
Kas xxxx -
Beban Bunga - Xxxx
Atau
Nilai nominal x tingkat suku bunga nominal (per tahun) : 12 bulan x periode
Waktu antara tanggal bunga dengan tanggal pembayaran bunga pertama (dalam
bulan)
Dengan kedua ayat jurnal di atas, perhatikanlah bahwa besarnya bunga (kas) yang
dibayarkan sampai dengan 1 Oktober 2010 adalah sebesar Rp. 4.000.000,- (Rp.
6.000.000,- - Rp. 2.000.000,-). Ini adalah logis mengingat bahwa debitur telah
menikmati fasilitas utang obligasi selama 4 bulan, yaitu yang terhitung sejak
obligasi dijual (1 Juni 2010) sampai dengan tanggal pembayaran bunga yang
pertama (1 Oktober 2010). Oleh sebab itu, besarnya bunga (kas) yang dibayarkan
sampai dengan 1 Oktober 2010 adalah sebesar Rp. 4.000.000,- (100 juta x 12% :
12 bulan x 4 bulan).
Pada tanggal 31 Desember 2010, ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan untuk
mencatat atau mengakui besarnya bunga terutang (1 Oktober 2010 hingga 31
Desember 2010) adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
31 Beban Bunga 3.000.000 -
Des’10 Utang Bunga - 3.000.000
(100 juta x 12% : 12 bulan x 3
bulan)
Secara keseluruhan, besarnya akun beban bunga yang akan masuk dalam
perhitungan laba rugi (sebagai beban lain-lain) untuk tahun yang berakhir 31
Desember 2010 adalah Rp. 7.000.000,- (100 juta x 12% : 12 bulan x 7 bulan), di
mana Rp. 4.000.000,- nya telah dibayarkan kepada kreditor dan sisanya Rp.
3.000.000,- masih terutang (belum dibayarkan). Jadi, beban bunga sebesar Rp.
7.000.000,- ini terhitung mulai 1 Juni 2010 hingga 31 Desember 2010.
Sebagai ilustrasi lainnya, asumsi bahwa obligasi dengan nilai nominal Rp.
100.000.000,- terjual pada tanggal 1 November 2010. Besarnya tingkat suku
Pada tanggal 31 Desember 2010, ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan untuk
mencatat atau mengakui besarnya bunga terutang (1 Oktober 2010 hingga 31
Desember 2010) adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
31 Beban Bunga 3.000.000 -
Des’10 Utang Bunga - 3.000.000
(100 juta x 12% : 12 bulan x 3
bulan)
Dengan kedua ayat jurnal di atas, perhatikanlah bahwa besarnya akun beban
bunga yang akan masuk dalam perhitungan laba rugi untuk tahun yang berakhir
31 Desember 2010 adalah Rp. 2.000.000,- (Rp. 3.000.000,- - Rp. 1.000.000,-). Ini
adalah logis mengingat bahwa debitur telah menikmati fasilitas utang obligasi
selama 2 bulan, yaitu yang terhitung sejak obligasi dijual (1 November 2010)
sampai dengan akhir tahun (31 Desember 2010).
Pada tanggal 1 Januari 2011, ayat jurnal balik yang akan dibuat adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
1 Jan’11 Utang Bunga 3.000.000 -
Beban Bunga - 3.000.000
(100 juta x 12% : 12 bulan x 3
bulan)
Nantinya, pada saat bunga obligasi untuk interval periode pertama dibayarkan (1
Oktober 2010 hingga 1 April 2011), maka debitur akan mencatatnya dalam jurnal
sebagai berikut :
Besarnya akun beban bunga yang akan masuk dalam perhitungan laba rugi untuk
periode yang berakhir 1 April 2011 adalah Rp. 3.000.000,- (Rp. 6.000.000,- - Rp.
3.000.000,-).
6. Obligasi Dijual Sebesar Nilai Nominal
Seperti yang telah disebutkan di bagian sebelumnya, jika besarnya tingkat suku
bunga nominal sama dengan tingkat suku bunga pasar, maka berarti obligasi
tersebut dijual dengan kurs 100, yaitu sebesar nilai nominalnya. Dalam hal ini,
tidak akan muncul diskonto maupun premiun karena besarnya PV obligasi (PV
pokok + PVA bunga) akan sama dengan nilai nominal dari obligasi bersangkutan.
Untuk mengilustrasikannya, asumsi bahwa pada tanggal 1 Februari 2010
perusahaan menerbitkan dan menjual obligasi yang bernilai nominal Rp.
5.000.000,-. Obligasi ini akan jatuh tempo dalam waktu 5 tahun, dan besarnya
tingkat suku bunga nominal maupun tingkat suku bunga pasar masing-masing
adalah 12% per tahun. Bunga atas utang obligasi akan dibayarkan sebanyak 2 kali
dalam setiap tahunnya, yaitu setiap tanggal 1 Februari dan 1 Agustus.
Dengan menggunakan rumus present value,besarnya harga jual obligasi dapat
dihitung sebagai berikut :
PV obligasi = PV pokok + PVA bunga
= (Rp. 5.000.000 x PVF 6%;10) + (6%xRp. 5.000.000,-xPVAF
6%;10)
= (Rp. 5.000.000 x 0,55839) + (Rp. 300.000 x 7,36009)
= Rp. 2.791.950 + Rp. 2.208.050,-
= Rp. 5.000.000
Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat penjualan obligasi (sebesar nilai
nominalnya), pembayaran bunga, dan bunga terutang tahun 2010 adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
1 Febr’10 Kas 5.000.000 -
Utang Obligasi - 5.000.000
1 Agst’10 Beban Bunga 300.000 -
Dalam neraca, akun diskonto utang obligasi akan dilaporkan sebagai akun
pengurang (contra account) dari akun utang obligasi. Akun utang obligasi akan
dilaporkan dalam neraca sebesar nilai nominalnya (face amount). Selisih antara
besarnya akun utang obligasi dengan akun diskonto utang obligasi dinamakan
sebagai nilai buku atau nilai tercatat (book value/carrying value) utang obligasi.
Dengan melanjutkan ilustrasi di atas, berikut adalah tampilan dari akun utang
obligasi dan akun diskonto utang obligasi yang tampak dalam neraca perusahaan
per 1 Februari 2010 sesaat setelah obligasi dijual :
Kewajiban Jangka Panjang
Utang obligasi Rp. 5.000.000
Diskonto Utang Obligasi (Rp. 184.025)
Nilai buku utang obligasi Rp. 4.815.975
Pada saat obligasi dijual (1 Februari 2010), nilai buku utang obligasi
mencerminkan harga pasar dari obligasi bersangkutan, yaitu harga yang dimana
kreditur bersedia bayar. Nanti, pada saat utang obligasi jatuh tempo, akun
diskonto utang obligasi harus bersaldo nol, sehingga nilai buku utang obligasi
pada saat jatuh tempo akan sama dengan nilai nominalnya. Nila buku utang
obligasi dapat dihitung dengan cara mengurangkan nilai nominal utang obligasi
dengan besarnya diskonto utang obligasi yang belum diamortisasi.
Besarnya diskonto utang obligasi (Rp. 184.025) akan diamortisasi sebagai beban
bunga sepanjang umur obligasi. Jika obligasi dijual di antara tanggal bunga, maka
pengertian umur obligasi yg dimaksud di sini adalah lamanya periode waktu
antara pada saat obligasi dijual (bukan pada saat diterbitkan) hingga utang obligasi
tersebut jatuh tempo. Ini adalah logis mengingat bahwa tujuan daripada
dilakukannya amortisasi adalah supaya nilai buku utang obligasi pada saat jatuh
tempo akan sama dengan nilai nominalnya.
Dalam neraca, akun premiun utang obligasi akan dilaporkan sebagai akun
penambah (adjunct account) dari akun utang obligasi. Akun utang obligasi akan
dilaporkan dalam neraca sebesar nilao nominalnya. Hasil penjumlahan antara
besarnya akun utang obligasi dengan akun premiun utang obligasi dinamakan
sebagai nilai buku atau nilai tercatat utang obligasi. Dengan melanjutkan ilustrasi
di atas, berikut adalah tampilan dari akun utang obligasi dan akun premiun utang
obligasi yang tampak dalam neraca perusahaan per 1 Februari 2010 :
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Obligasi Rp. 5.000.000,-
Premiun Utang Obligasi Rp. 183.979,-
Nilai buku Utang Obligasi Rp. 5.183.979,-
Pada saat obligasi dijual (1 Februari 2010), nilai buku utang obligasi
mencerminkan harga pasar dari obligasi bersangkutan. Nanti, pada saat utang
obligasi jatuh tempo, akun premiun utang obligasi harus bersaldo nol, sehingga
nilai buku utang obligasi pada saat jatuh tempo akan sama dengan nilai
nominalnya. Nilai buku utang obligasi dapat dihitung dengan cara menjumlahkan
nilai nominal utang obligasi dengan besarnya premiun utang obligasi yang belum
diamortisasi. Besarnya premiun utang obligasi (Rp. 183.979,-) akan diamortisasi
Setelah ayat jurnal di atas diposting, berikut adalah tampilan dari akun utang
obligasi dan akun premiun utang obligasi yang tampak dalam neraca perusahaan
per 31 Desember 2011 :
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Obligasi Rp. 5.000.000,-
Premiun Utang Obligasi Rp. 113.454,-
Nilai buku Utang Obligasi Rp. 5.113.454,-
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
PT. Angin Ribut pada tanggal 1 Juni 2010 menerbitkan 10 lembar obligasi yang
memiliki nilai nominal Rp. 500.000,- per lembar. Besarnya tingkat suku bunga
nominal adalah 18% per tahun dan obligasi akan jatuh tempo dalam waktu 3
tahun. Bunga obligasi dibayarkan setahun dua kali, yaitu setiap tanggal 1 Juni dan
1 Desember. Keseluruhan obligasi tersebut pada tanggal 1 Juni 2010 dijual
dengan kurs 98. Pada tanggal 1 September 2012, sebanyak 4 lembar dari obligasi
tersebut ditebus kembali oleh PT. Angin Ribut dengan kurs 90, sedangkan sisanya
akan dilunasi pada saat jatuh tempo. PT. Angin Ribut melakukan amortisasi
D.DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit STIE YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit
PT.Raja Grafindo Perkasa.
5.Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana
Indonesia.
6.Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta:
Penerbit Erlangga
7.Bina Fiscal Indonesia.2016. Brevet A dan B. Jakarta: Penerbit Tax Center
Unpam
E.GLOSARIUM
1. Hutang : kewajiban suatu badan usaha/perusahaan kepada pihak ketiga yang
dibayar dengan cara menyerahkan aktiva atau jasa dalam jangka waktu tertentu
sebagai akibat dari transaksi di masa lalu.
2. Hutang obligasi : utang jangka panjang yang diperoleh melalui Penjualan
surat-surat obligasi.
3. Kreditur : pihak (perorangan, organisasi, perusahaan atau pemerintah) yang
memiliki tagihan kepada pihak lain (pihak kedua) atas property atau layanan
jasa yang diberikan (biasanya dalam bentuk kontrak atau perjanjian) dimana
diperjanjikan bahwa pihak kedua tersebut akan mengembalikan property yang
nilainya besar.
4. Beban bunga : beban yang dibayarkan kepada nasabah atau pihak lain yang
berkaitan dengan kegiatan penghimpunan dana.
5. Nilai nominal : nilai intrinsik dari uang.
6. Amortisasi : pengurangan nilai aktiva tak berwujud, seperti merk dagang, hak
cipta, dan lain-lain, secara bertahap dalam jangka waktu tertentu pada setiap
periode akuntansi.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini diharpakan mahasiswa mampu dan memahami akuntansi
komersial dan perpajakan seperti: pendapatan menurut akuntansi, menurut
perpajakan rekonsiliasi fiskal tentang pendapatan.
B. URAIAN MATERI
1. Definisi Pendapatan sesuai PSAK 23
Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama periode
akuntansi dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset atau penurunan
liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan ( revenue) maupun
keuntungan (gain). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul selama dalam
aktivitas normal entitas dan dikenal dengan bermacam-macam sebutan yang
berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen dan royalti.
Tujuan Pernyataan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan yang
timbul dari transaksi dan kejadian tertentu.
PSAK 23 mengakui adanya Penghasilan dengan menggunakan dasar waktu (
accrual basic):
a). Penjualan barang
Penjualan barang baik yang diproduksi sendiri untuk dijual atau barang yang
dibeli untuk dijual. Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi
pada penjualan barang memenuhi syarat atau kondisi sebagai berikut :
1). Entitas telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan barang secara
signifikan kepada pembeli.
2). Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan
kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang
yang dijual.
3). Jumlah pendapatan dapat diukur dengan handal.
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Jelaskan pengertian pendapatan sesuai PSAK 23 ?
D.DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit STIE YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit
PT.Raja Grafindo Perkasa.
5.Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana
Indonesia
6.Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta:
Penerbit Erlangga
7.Bina Fiscal Indonesia.2016. Brevet A dan B. Jakarta: Penerbit Tax Center
Unpam
8.Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan
ketiga atas undang- undang nomor 6 tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan
tata cara Perpajakan
E.GLOSARIUM
1. Pendapatan : jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya,
kebanyakan dari Penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan.
2. Pengukuran pendapatan : merupakan hasil imbalan terhadap adanya
penyerahan barang atau jasa yang telah di produksi dalam operasi perusahaan.
3. Rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil : laporan yang menyajikan
rekonsiliasi antara pendapatan bank yang menggunakan dasar akrual dengan
pendapatan dibagi hasilkan kepada pemilik dana yang menggunakan dasar kas.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu dan memahami akuntansi
komersial dan perpajakan seperti: biaya menurut akuntansi, menurut perpajakan,
dan rekonsiliasi fiskal tentang biaya.
B. URAIAN MATERI
Setiap perusahaan baik itu dibidang industri, dagang serta jasa pasti tujuan
utamanya adalah mencari keuntungan yang memadai. Pada setiap periode
akuntansi perusahaan pada umumnya akan membuat laporan keuangan.
Berdasarkan laporan yang dibuat, pihak-pihak yang berkepentingan dalam
perusahaan dapat melihat posisi keuangan perusahaan dan pihak manajemen dapat
mengambil kebijakan - kebijakan guna kelangsungan perusahaan untuk
kedepannya.Dalam akuntansi pendapatan permasalahan utama adalah pada saat
pengakuan itu diakui. Permasalahan ini akan terus muncul bila terjadi transaksi
yang berhubungan dengan pendapatan. Pengakuan perlu dilakukan pada saat yang
tepat atas suatu kejadian ekonomi yang menghasilkan pendapatan. Jumlah
pendapatan yang dihasilkan perusahaan harus diukur dengan pasti. Jika
perusahaan keliru dalam menentukan pendapatan maka akan mengakibatkan salah
dalam pengambilan keputusan.
Seperti diketahui bersama bahwa alat ukur kinerja Perusahaan salah satunya
dengan melihat instrumen- instrumen dalam Laporan Keuangan. Dengan melihat
pos – pos dalam neraca atau Laba Rugi. Dalam Laba Rugi Perlu disusunsecara
benar dan tepat dengan menandingkan antara Pendapatan dan Biaya dalam satu
periode Laporan. Karena sistem yang kita gunakan adalah Accrual Basis. Untuk
itu itu kita harus benar – benar melihat unsur pembentuk dalam Laba – Rugi
dimana, unsur pembentuk terdiri dari Pendapatan dan Biaya.
1. Biaya dan Beban
Terdapat perbedaan antara Biaya dan Beban, berikut pembahasannya:
C. LATIHAN SOAL/TUGAS.
1. Jelaskan pengertian biaya sesuai PSAK 23?
2. Jelaskan pengertian biaya menurut UU Nomor 36 Tahun 2008 :
3. Jelaskan mengenai rekonsiliasi biaya ?
D.DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit STIE YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit
PT.Raja Grafindo Perkasa.
7. Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana
Indonesia
8. Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak.
Jakarta: Penerbit Erlangga
9. Bina Fiscal Indonesia.2016. Brevet A dan B. Jakarta: Penerbit Tax Center
Unpam
10. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang
Perubahan ketiga atas undang- undang nomor 6 tahun 1983 tentangKetentuan
Umum dan tata cara Perpajakan
E.GLOSARIUM
1. Biaya : semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi,
yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku baik
yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu dan memahami akuntansi
komersial dan perpajakan seperti: transaksi dengan mata uang asing menurut
akuntansi dan menurut perpajakan.
B. URAIAN MATERI
1. Transaksi dengan mata uang asing menurut akuntansi
Saat ini banyak perusahaan baik besar maupun kecil bergantung pada pasar
internasional dalam kegiatan jual beli produk dan jasa. Dengan harapan dengan
masuknya sebuah perusahaan tersebut pada pasar internasional, para pengusaha
akan dapat meningkatkan dan mengembangkan usaha dan tentu saja going
concern perusahaan. Hampir setiap hari di media memuat berita tentang mengenai
dampak kegiatan ekspor dan impor pad perekonomian Indonesia serta pengaruh
aliran modal antarnegara di dunia.
Perusahaan yang beroperasi di pasar internasional dipengaruhi oleh bisnis normal
yaitu seperti kurangnya permintaan atas produk mereka di pasar luar negeri, unjuk
rasa buruh, dan transportasi yang tertunda dalam pengiriman produk mereka
kepada pelanggan mereka yang diluar negeri. Disamping itu perusahaan juga
dapat mengalami resiko mata uang asing ketika melakukan transaksi dalam mata
uang lain. Sebagai contoh, jika perusahaan Indonesia memperoleh mesin secara
kredit dari perusahaan Jepang, perusahaan Jepang tersebut mungkin
mengharuskan pembayaran dalam Yen Jepang. Ini berarti perusahaan Indonesia
tersebut terkadang harus menggunakan pedagang mata uang asing atau bank
untuk menukarkan rupiah ke Yen Jepang untuk membeli mesin yang akan dibeli.
Selama proses tersebut perusahaan Indonesia dapat mengalami keuntungan atau
kerugian kurs dari fluktuasi dalam nilai relatif terhadap Yen Jepang. Beberapa
faktor yang mempengaruhi keputusan penggunaan mata uang mencakup tingkat
familier mata uang asing, potensi keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan oleh
kurs, nasionalisme, dan kepraktisan.
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Jelaskan transaksi dengan mata uang asing menurut akuntansi ?
2. Jelaskan PSAK 10 mengenai kurs valuta asing ?
3. Jelaskan transaksi dengan mata uang asing menurut UU Nomor 36 Tahun
2008 ?
D. DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit STIE YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit
PT.Raja Grafindo Perkasa.
5.Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana
Indonesia
E.GLOSARIUM
1. Transaksi : suatu aktivitas perusahaan yang menimbulkan perubahan terhadap
posisi harta keuangan perusahaan, misalnya seperti menjual, membeli,
membayar gaji, serta membayar berbagai macam biaya yang lainnya.
2. Kurs : harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan
dalam mata uang lainnya.
3. Valuta asing : mata uang yang dapat dipakai atau mudah diterima oleh banyak
Negara dalam perdagangan internasional.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu dan memahami akuntansi
komersial dan perpajakan seperti: revaluasi aset tetap menurut akuntansi dan
menurut perpajakan.
B. URAIAN MATERI
1. Revaluasi aset tetap menurut akuntansi
Dalam keadaan inflasi, dimana harga-harga barang secara keseluruhan mengalami
kenaikan, maka nilai buku dari aktiva/aset yang dimiliki perusahaan dipandang
tidak relevan lagi.Bukan hanya dalam keadaan inflasi, dalam keadaan ekonomi
normal pun sebenarnya nilai buku dianggap tidak relevan karena tidak
mencerminkan nilai aktiva/aset yang sebenarnya.
Revaluasi merupakan salah satu cara untuk mewajarkan nilai aktiva/aset yang
dimilki perusahaan dan seringkali digunakan untuk menghemat pajak yang harus
dibayar. Akan tetapi ada banyak hal yang perlu diperhatikan apabila perusahaan
ingin melakukan revaluasi terhadap aktiva/aset yang dimilikinya.
Penilaian asset tetap lebih menekankan pada aspek relevansi laporan keuangan
untuk pengambilan keputusan. Penggunaan nilai historis (harga perolehan)
menjadikan nilai asset tetap kehilangan relevansi karena tidak menggambarkan
kondisi perusahaan yang sesungguhnya,sehingga perlu dilakukan revaluasi agar
nilai asset tetap suatu perusahaan menggambarkan kondisi sesungguhnya.
Dalam pemerintahan Presiden Jokowi,menerbitkan Paket Kebijakan
Perekonomian Jilid V. Salah satu aspek yang ada dalam kebijakan ini adalah
tentang insentif pajak dalam revaluasi asset tetap perusahaan baik BUMN ataupun
Swasta yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
191/PMK.10/2015 tentang penilaian kembali asset tetap untuk tujuan perpajakan
bagi permohonan yang diajukan pada tahun 2015 dan tahun 2016.
Kebijakan tentang revaluasi asset tetap ini dikeluarkan karena masih banyak
perusahaan yang belum melakukan revaluasi aktiva karena terlalu tingginya tarif
pajak untuk revaluasi yang sebesar 10%. Kebijakan ini diharapkan bisa membantu
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Jelaskan revaluasi aset tetap menurut akuntansi ?
2. Jelaskan model revaluasi aset tetap sesuai PSAK Nomor 16 ?
D. DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit STIE YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit
PT.Raja Grafindo Perkasa.
5.Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana
Indonesia
6.Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta:
Penerbit Erlangga
7.Bina Fiscal Indonesia.2016. Brevet A dan B. Jakarta: Penerbit Tax Center
Unpam
8.Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan
ketiga atas undang- undang nomor 6 tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan
tata cara Perpajakan
E.GLOSARIUM
1. Revaluasi : meningkatnya nilai mata uang dalam negeri terhadap uang luar
negeri.
2. Revaluasi aset tetap : penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang
diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau karena
rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan
oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan
keuangan tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar.
3. Penyusutan : alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu dan memahami akuntansi
komersial dan perpajakan seperti: PSAK 46 menurut akuntansi dan menurut
perpajakan.
B. URAIAN MATERI
1. PSAK 46 menurut Akuntansi
Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara sesuai
dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Penghasilan yang diterima atau
diperoleh entitas dikenakan pajak setelah dikurangkan beban yang diperbolehkan.
Penghasilan tersebut kemudian akan dikenakan pajak sesuai dengan tarif yang
berlaku. Penghasilan menurut pajak adalah setiap tambahan kemampuan ekonomi
yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia atau
dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan.
Ketentuan dalam UU PPh dan PSAK terkait pengakuan pendapatan dan beban
tidak sama, karena memiliki tujuan yang berbeda. Pajak menganut konsep
matching principles artinya jika penghasilan tersebut diterima pada suatu periode
maka konsekuensi pajaknya harus diperhitungkan pada periode tersebut.
Perbedaan antara pajak dan akuntansi dapat dibedakan menjadi dua, perbedaan
permanen dan perbedaan temporer. Setiap akhir pelaporan entitas melakukan
rekonsiliasi fiskal atau koreksi fiskal atas laba sebelum pajak untuk menghitung
jumlah penghasilan kena pajak. Oleh karena itu, penerapan PSAK No.46 tentang
Akuntansi Pajak Penghasilan diharapkan dapat menjembatani antara peraturan
perpajakan dengan ketentuan akuntansi. PSAK No. 46 mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan pajak penghasilan entitas.
Beban pajak dalam laporan keuangan merupakan penjumlahan dari beban pajak
kini dan beban (manfaat) pajak tangguhan. Praktik sebelum PSAK No.46 beban
pajak penghasilan dalam laporan laba rugi adalah beban pajak kini saja, tanpa
memperhitungkan pajak tangguhan. Beban (manfaat) pajak tangguhan merupakan
Rekonsiliasi Fiskal didalamnya terdapat beda tetap dan bedawaktu dimana beda
tetapberpengaruh pada tahun berjalan sedangkan beda waktu berpengaruh pada
tahun berjalan dan masa akan datang.
a). Contoh PSAK 46
Pada tanggal 2 Januari 2014, perusahaan membeli sepeda motor dengan harga
perolehan sebesar Rp 12.000.000,00. Perusahaan menggunakan metode garis
lurus untuk menghitung beban penyusutan aset tersebut. Perusahaan mengestimasi
bahwa masa manfaat motor tersebut 3 tahun dengan pertimbangan medan
lapangan tempat perusahaan berada. Secara perpajakan, masa manfaat sepeda
motor yaitu 4 tahun karena masuk dalam kelompok 1 pada aset bukan bangunan.
Maka perbandingan perhitungan penyusutan aset tetap menurut perusahaan dan
peraturan perpajakan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Seandainya pada kasus ini, peredaran usaha perusahaan mencapai lebih dari Rp
50.000.000.000,00. Maka dalam perhitungan pajak, perusahaan menggunakan
tarif 25%. Maka perhitungan manfaat pajak tangguhan adalah sebagai berikut:
Maka jurnal yang dilakukan perusahaan untuk mengakui manfaat dan beban pajak
tangguhan adalah sebagai berikut:
Tahun Keterangan Debet Kredit
2014 Aset pajak tangguhan 250.000
Manfaat pajak tangguhan 250.000
2015 Aset pajak tangguhan 250.000
Manfaat pajak tangguhan 250.000
2016 Aset pajak tangguhan 250.000
Manfaat pajak tangguhan 250.000
2017 Beban pajak tangguhan 750.000
Aset pajak tangguhan 750.000
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
Laba sebelum pajak tahun 2006 = Rp 900.000.000. Koreksi fiscal atas laba
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pendapatan bunga deposito Rp 60.000.000
b. Beban jamuan tanpa daftar nominatif Rp 40.000.00
c. Penyusutan fiskal lebih kecil Rp 15.000.000 daripada penyusutan komersial.
Angsuran PPh 25 Rp 20.000.000 per bulan.
Pertanyaan:
a. Tentukan Penghasilan Kena Pajak.
b. Tentukan PPh Kurang/Lebih Bayar.
c. Tentukan aset atau kewajiban pajak tangguhan.
d. Buatlah jurnal dan penyajiannya.
D.DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
E.GLOSARIUM
1. Rekonsiliasi fiskal : proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda
dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto/laba yang sesuai
dengan ketentuan pajak.
2. Koreksi positif : koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan meningkatnya
laba kena pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh Badan terhutangnya
juga akan meningkat.
3. Koreksi negatif : koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan berkurangnya
laba kena pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh Badan terhutangnya
juga akan menurun.
4. Aset pajak tangguhan : jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada periode
mendatang sebagai akibat adanya: perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan. Sisa kerugian yang belum dikompensasikan.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu dan memahami akuntansi
komersial dan perpajakan seperti: karakteristik perseroan, pembentukan
perseroaan, modal perseroan, modal disetor, penerbitan saham, akuntansi untuk
saham yang diperoleh kembali, pemecahan saham, akuntansi untuk dividen,
laporan laba ditahan, dan pelaporan modal perseroaan.
B. URAIAN MATERI
1. Karakteristik Perseroan
Perseroan adalah sebuah badan hukum, yang dibedakan dan terpisah dari
individu-individu yang mendirikan dan menjalankan organisasi tersebut. Sebagai
badan hukum, perseroan harus tunduk terhadap ketentuan-ketentuan (Undang-
undang) yang berlaku di mana perusahaan tersebut didirikan, termasuk ketentuan
untuk membayar pajak atas laba yang dihasilkan organisasi.
Dilihat dari kepemilikannya, perseroan dapat dibedakan antara perseroan yang
dimiliki oleh publik (masyarakat luas) dan perseroan yang hanya dimiliki oleh
sekelompok orang tertentu saja. Perseroan yang sahamnya diperdagangkan secara
luas kepada publik di bursa efek (pasar modal) dinamakan public corporation,
sedangkan perseroan yang sahamnya tidak diperdagangkan kepada publik
melainkan hanya dimiliki oleh sekelompok keci investor saja dinamakan
nonpublik (private) corporation.
Sebagai badan hukum yang terpisah dan dibedakan dari pemiliknya, perseroan
bertindak atas namanya sendiri, bukan atas nama investornya (pemegang saham).
Perseroan dapat membeli, memiliki, dan menjual properti atas namanya sendiri.
Demikian juga jika perseroan melakukan transaksi peminjaman uang, maka
transaksi pinjaman ini akan dimasukan ke dalam sebuah kontrak (yang mengikat
secara hukum) atas nama perseroan itu sendiri. Berbeda dengan firma, di mana
tindakan pemilik (anggota sekutu) akan mengikat firma secara keseluruhan. Di
perseroan, tindakan pemegang saham tidak akan mengikat perseroan.
Besarnya laba ditahan pada akhir periode sesungguhnya adalah akumulasi laba
bersih dari beberapa periode (termasuk periode berjalan) yang masih tersisa
setelah dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden (baik deviden
tunai maupun deviden saham biasa). Besarnya laba ditahan pada akhir periode ini
Perhatikan bahwa besarnya total modal disetor dari transaksi di atas adalah Rp.
462.000,-. Angka ini diperoleh dari Rp. 1.200.000,- + Rp. 340.000,- - Rp.
1.078.000,-. Dimana, Rp. 1.200.000,- (2.000 lbr x Rp. 600,-) yang ditunjukan
lewat akun pesanan saham biasa merupakan modal saham, dan Rp. 340.000,- (Rp.
770- Rp. 600,-)x 2.000 lbr) merupakan tambahan modal disetor, sedangkan Rp.
1.078.000,- (70% x Rp. 770,- x 2.000 lbr) yg ditunjukkan lewat akun piutang
pesanan saham biasa merupakan pengurangkan dari modal disetor.
Akun pesanan saham biasa merupakan akun sementara dari akun saham biasa.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, akun saham biasa selalu dilaporkan sebesar
nilai pari, oleh sebab itu akun pesanan saham biasa juga akan dilaporkan sebesar
nilai pari. Akun pesanan saham biasa akan direklas menjadi akun saham biasa
pada saat seluruh harga saham yang dipesan dilunasi.
Dengan melanjutkan tampilan dari neraca parsial di atas, maka pengaruh transaksi
pesanan saham biasa terhadap besarnya modal pemegang saham adalah sbb :
Kas 1.640.000
Saham Biasa 1.640.000
Ketika saham biasa tanpa nilai pari memiliki nilai yang ditetapkan, jurnal yang
dibuat untuk mencatat penerbitan atau penjualan tunai atas saham tersebut sama
seperti yang telah dilustrasikan untuk penerbitan atas saham biasa yg memiliki
nilai pari. Nilai yang ditetapkan akan dikreditkan ke akun saham biasa. Juga,
ketika harga jual dari saham tanpa nilai pari melebihi nilai yang ditetapkan
kelebihannya akan dikredit ke akun yang diberi nama “Modal disetor dalam
kelebihan harga jual di atas nilai yang ditetapkan (paid-in capital in excess of
issue price over stated value).
Nama Perkiraan Debet Kredit
Kas Xxx
Saham Biasa xxx
Kelebihan Harga Jual di atas Nilai yang xxx
ditetapkan
Hasil penjualan terasury stock dicatat sebagai akun kas disebelah debet (1.200 lbr
x Rp. 880,-). Akun saham yang diperoleh kembali dikredit (karena dijual) sebesar
Rp. 1.008.000,- (1.200 lbr : 3.000 lbr x Rp. 2.520.000,-). Kelebihan harga jual di
atas harga pokok dari treasury stock yang dijual kembali dicatat dalam jurnal
disebelah kredit sebagai tambahan modal disetor.
Tampilan dari bagian modal pemegang saham PT. Tobatus Aliano setelah
penjualan kembali 1.200 lembar treasury stock adalah sebagai berikut :
Kelebihan harga pokok di atas harga jual, yaitu sebesar Rp. 50.000,- dicatat
(didebet) dengan menggunakan dua akun, yaitu akun “modal disetor dari saham
yang diperoleh kembali” dan akun “Laba ditahan”. Tambahan modal disetor dari
penjualan treasury stock sebelumnya (tanggal 15 Januari 2010) adalah yang
pertama kali akan didebet (Rp. 48.000,-), setelah itu sisanya (Rp. 2.000,-) baru
akan didebet ke akun laba ditahan.
Pada akhir periode akuntansi (31 Desember 2009), ayat jurnal penutup yang
perlu dibuat untuk mentrasnfer saldo akun deviden tunai ke laba ditahan adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
Berikut ini adalah contoh tampilan format dari laporan laba ditahan :
1). Tanpa Pencadangan Laba Ditahan
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
Berikut ini adalah data mengenai besarnya modal dasar, modal disetor, dan laba
ditahan dari PT.Tetra Dalih Satria per 31 Desember 2009.
Modal Dasar :
Saham Biasa, 300.000 lembar, nilai pari @ Rp. 5.000,- Rp. 1.500.000.000,-
9% Saham Preferen, 40.000 lembar, nilai pari @ Rp. 7.500,-
Rp. 300.000.000,-
Rp. 1.800.000.000,-
Modal Disetor :
Saham biasa, 120.000 lembar diterbitkan dan beredar Rp. 600.000.000,-
Kelebihan harga jual di atas nilai pari - saham biasa Rp. 35.300.000,-
Total Modal Disetor Rp. 635.300.000,-
Laba ditahan yang tidak dicadangkan Rp. 430.000.000,-
Transaksi-transaksi yang telah terjadi selama tahun 2010 berkaitan dengan
ekuitas pemegang saham adalah :
15 Januari Dijual secara tunai 30.000 lembar saham preferen dengan
harga Rp. 240.000.000,-
D. DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit STIE YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit
PT.Raja Grafindo Perkasa.
5.Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana
Indonesia
6.Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta:
Penerbit Erlangga
7. Bina Fiscal Indonesia.2016. Brevet A dan B. Jakarta: Penerbit Tax Center
Unpam
8.Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan
ketiga atas undang- undang nomor 6 tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan
tata cara Perpajakan.
E.GLOSARIUM
1. Perseroan : sebuah badan hukum, yang dibedakan dan terpisah dari individu-
individu yang mendirikan dan menjalankan organisasi tersebut.
2. Aktiva : sumber daya dalam bentuk harta benda atau hak yang dikuasai oleh
perusahaan.
3. Kewajiban : sesuatu yang harus dilaksanakan, keharusan, sesuatu yang harus
dilaksanakan, atau juga tugas, dan hak tugas menurut hukum.