Anda di halaman 1dari 15

Page 1 of 3

Apa itu Risk Based Inspection (RBI)

Risk Based Inspection (RBI) adalah metode untuk menentukan rencana inspeksi (equipment mana saja
yang perlu diinspeksi, kapan diinspeksi, dan metode inspeksi apa yang sesuai) berdasarkan resiko
kegagalan suatu peralatan.
Resiko (Risk) menurut konsep RBI adalah probability of failure (PoF) dikalikan consequence of failure
(CoF). PoF adalah kemungkinan terjadinya kegagalan pada suatu periode tertentu. CoF adalah
konsekuensi apabila suatu equipment gagal. CoF ada 4 macam yaitu:
Konsekuensi safety (jumlah personel yang cedera/meninggal)
Ekonomi (jumlah uang yang hilang akibat berhentinya produski)
Lingkungan (polutan yang mencemari lingkungan)
Hukum/politik.
Tahap I dari RBI disebut screening atau qualitative RBI.
Tujuan tahap I ini adalah memilah-milah equipment mana saja yang diprioritaskan untuk diinspeksi.
Dalam tahap ini, PoF dan CoF dinyatakan secara kualitatif yaitu rendah dan tinggi.
PoF rendah x CoF rendah = Risk rendah, maka pada equipment dengan risk ini cocok diterapkan
corrective maintenance.
PoF tinggi x CoF rendah = Risk menengah, maka cocok diterapkan corrective maintenance.
PoF rendah x CoF tinggi = Risk menengah, maka cocok diterapkan preventive maintenance.
PoF tinggi x CoF tinggi = Risk tinggi, maka harus dilakukan detailed analysis untuk menentukan rencana
inspeksi atau mitigation action. 
Equipment dengan Risk tinggi ini dibawa ke tahap II untuk detailed analysis.
Dalam tahap II ini dilakukan evaluasi PoF dan CoF secara detil, kemudian dapat ditentukan kapan waktu
tercapainya Limit Risk sebagai dasar penentuan waktu inspeksi.
Selain itu, juga ditentukan metode inspeksi yang sesuai.
Dengan merefer pada API Recommended Practice 580, Risk-Based Inspection adalah Risk assessment
dan managemen proses yang terfokus pada kegagalan peralatan karena kerusakan material. Jadi dengan
RBI kita bisa membuat inspection program  berdasarkan risk yang terjadi.

Apa aplikasi di lapangan untuk Risk Based Inspection

Umumnya, dalam praktek RBI dipakai untuk static equipment seperti pipa, vessel, dsb yang berfungsi
menampung (membawa) fluida bertekanan.
Modus kerusakan yang umum dianalisis adalah korosi, crack, dan fatigue.
Untuk rotating equipment, sensor, alarm, dsb dengan modus kegagalan yang bermacam-macam umumnya
dianalisis dengan RCM (CMIIW).
Adapun  aplikasi untuk oil and gas production, refinery, petrochemical dan power plant dan  peralatan
yang dicover adalah pressure vessel, process piping, storage tanks, rotating equipment, boiler, heater,
heat exchanger dan pressure relief devices.

Prinsip 2 metode inspeksi tersebut adalah sama.Prinsip yang dimaksudkan disini adalah prinsip dalam
memperhitungkan remaining life suatu peralatan. Di dalam perhitungan remaining life SKPP Migas, code
yang dipakai adalah ASME Sec VIII Div I..... Code ini pun dipakai pula dalam perhitungan remaining life
RBI.

6/24/2005
Page 2 of 3

Juga data2 dari form U-1A dipakai pula oleh RBI untuk menginput data thickness Nominal awal, CA,
Diameter dll.
Inspection history dari peralatan pun dipertimbangkan dalam perhitungan RBI. Semakin banyak
inspection record dimasukan, maka confidence level kita terhadap corrosion rate peralatan dimaksud
akan lebih tinggi.
Output dari RBI, selain remaining life adalah target reach date,jadi kita tau kapan inspeksi berikutnya
harus dilakukan sekaligus dgn metodenya. Ada juga modul yang bisa ngasih gambaran resiko peralatan
pada waktu next Turn Around harus dilakukan. Jadi pada saat TA, kita tau mana saja peralatan yang
resikonya tinggi sehingga nantinya kita bisa fokus pada peralatan tersebut.
Jadi, sebenarnya hasil analisis RBI itu (dengan catatan, yang menginput data memang expert di RBI dan
tau requirement Migas) bisa kok dipakai untuk dasar perhitungan perpanjangan sertifikat kelayakan.

Biasanya analisa RBI itu dijalankan dalam tiga model perhitungan


1. Perhitungan resiko "current" / pada saat ini / dianalisa
2. Model perhitungan resiko pada saat mendatang tanpa inspeksi..dan
3. Model perhitungan resiko pada saat mendatang setelah recommended inspeksi dilaksanakan.

Sebagai contoh, Kita menganalisa 210 Equipment.


Kondisi resiko pada saat ini setelah dianalisa adalah : 26 alat medium high risk, 170 alat medium risk, 14
alat low risk.
Pada saat 6 tahun mendatang, kemungkinan resiko yang terjadi adalah : 55 medium high risk, 143 alat
medium risk dan 12 low risk.
Tetapi apabila dilakukan inspeksi sesuai dengan rekomendasi RBI , maka kemungkinan resiko yang terjadi
adalah : 27 alat medium high risk, 160 medium risk dan 23 low risk.
Jadi memang ada kemungkinan alat yang memiliki resiko rendah pada saat mendatang  resikonya akan
naik karena PoFnya naek akibat penipisan material sesuai dgn asumsi laju korosi. Tapi kalau kita
melakukan inspeksi dan ternyata hasil inspeksi tersebut menunjukkan laju korosi aktual sesuai dengan
prediksi kita dalam analisa RBI,maka PoF nya akan turun (teori Bayes) sehingga resiko masih dapat kita
manage rendah.

Selain RBI, apa metode-metode untuk menentukan rencana-rencana inspeksi yang lain

Pertanyaan yang lebih dekat ke praktek :


Kalau kita ambil contoh misalnya inspeksi-inspeksi yang umum (non RBI) di otoritas pemerintah Indonesia
yang melibatkan Auhorities Party spt. Dirjen MIGAS dalam SKPP, SKPI dan SKPP, nah itu disebut
inspeksi metode yang mana ?
Apakah peraturan & perundang-undangan di Indonesia dalam hal metode inspeksi ala  RBI ini bisa
digunakan untuk memenuhi persyaratan perundang-undangan, contoh SK Dirjen MIGAS No.
84/K/38/DJM/1998 tentang "Inspection Guidelines and Procedures  for Occupational Safety of the
Plant, Equipment  and Engineering Employed in The Mining Operations of Oil and Gas as Well as
Exploitation of Geothermal Resources".

Metode inspeksi selain RBI adalah metode konvensional seperti diatur dalam code, misalnya inspeksi
yang tercantum dalam API Code untuk pressure vessel, piping, dsb.
Salah satu kelebihan RBI adalah adanya Tahap I Screening (memilah-milah equipment berdasarkan risk),
sehingga sumber daya (resources) untuk inspeksi dapat di-manage dengan optimal karena tepat sasaran
(difokuskan pada alat dengan risk tinggi saja).
Soal aturan BP MIGAS atau DITJEN MIGAS tentang penerapan RBI, bahwa BP MIGAS akan
menerapkan suatu peraturan untuk penerapan RBI bagi oil & gas company.
2 metode inspeksi di dunia yaitu :
- Metode konvensional -> sebagai yang biasa-biasa saja.
- RBI -> sebagai non konvensional alias "tampil beda".
Dalam metode inspeksi yang konvensional, kita juga pasti memilah-milah equipment dan merencanakan

6/24/2005
Page 3 of 3

inspeksi berdasarkan risk, walapun kita tidak mendokumentasikan hasil Risk


Rank dalam sebuah catatan/record layaknya hasil formal Risk Assessment. Misalnya, kita akan
merencanakan inspeksi equipment bearing pada pompa, pasti lah kita tahu dulu berapa umur bearing dari
informasi manufacture dan menetapkan kapan akan diinspeksi ulang, dll.

Metode spt. RBI yg mungkin lebih "mantap" tetapi tidak diakui sebagai metode untuk memenuhi
persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan konsekuensinya jika kita
menerapkan , maka kita juga harus menerapkan inspeksi konvensional sesuai peraturan, sehingga biaya
jadi double alias mahal.  Maka akhirnya RBI
tidaklah menjadi hal yang ekonomis, toh ? Ilmu tinggal ilmu, teori tinggal teori, metode hanyalah untuk
metode.
Terlepas dari masalah sudah diakui atau metode RBI oleh BP Migas or Ditjen Migas dalam bentuk
peraturan, setau saya sudah ada pengguna metode RBI ini sebagai justification tool untuk menurunkan
nilai premi yang harus mereka bayar pada pihak asuransi.

Standard yang sudah di bakukan/yang harus dilakukan untuk memaintain pipa (maintenance yang
harus dilakukan)
Untuk yang mempunyai risk rendah dan menengah?

Equipment dengan risk rendah dan menengah tetap diperhatikan (tidak boleh dilupakan).
Pada equipment tsb, monitoring perlu dilakukan untuk meyakinkan bahwa risk-nya tidak menjadi tinggi.
Misalkan pipa yang memiliki coating baru. Pada kondisi sekarang, pipa ini memiliki PoF rendah karena
coating-nya baru.
Katakanlah pipa ini memiliki konsekuensi ekonomi yang besar, jadi CoF-nya tinggi. PoF rendah x CoF tinggi
= Risk menengah.
Umumnya, area yang dapat di-cover oleh coating akan turun seiring umur coating (biasanya lebih dari 5
tahun).
Jika area yang di-cover coating ini turun maka PoF-nya menjadi naik sehingga Risk menjadi tinggi.
Risk-nya tinggi maka perlu dilakukan RBI Tahap II Detailed Analysis.

6/24/2005
Page 1 of 1

Jika reliability dihitung menggunakan distribusi Weibull, maka rumus umum reliability adalah R(t)=exp{(-
(t-t0)/t1)^b}.
Bila kita mempunyai cukup banyak data historis tentang umur mesin, maka dapat dibuat distribusi
Weibull.
Dari distribusi Weibull ini selanjutnya dapat diturunkan failure rate (laju kegagalan) dan Weibull
probability distribution (fungsi peluang kegagalan Weibull).

Dari distribusi Weibull tadi, dapat diketahui failure pattern (pola kegagalan). Konstanta b dalam rumus
reliability di atas dapat digunakan sebagai pedoman. Jika b<1 maka pola kegagalannya adalah wear-in
(kerusakan dini, umumnya karena kesalahan instalasi, cacat manufaktur, dsb). Untuk kasus salah instalasi,
tindakan yang cocok adalah training cara instalasi yang benar. Jika b=1 maka pola kegagalannya adalah
random, tindakan yang cocok adalah predictive maintenance. Jika b>1 maka pola kegagalannya adalah
wear-out (kerusakan karena umur peralatan sudah tua). Jika b>3,5 maka tindakan yang cocok adalah
preventive maintenance.

Jadi, dari reliability yang dihitung dengan menggunakan distribusi Weibull dapat ditentukan strategi
maintenance yang sesuai (predictive atau preventive). Saya belum pernah mengetahui kebalikannya, jika
predictive maintenance maka rumus reliabilty-nya seperti apa atau jika preventive maintenance maka
rumus reliabilty-nya seperti apa

8/25/2005
Introduction to
Risk Based Inspection
Definitions

„ Risk allows people to view potential hazards that


simultaneously accounts for both the likelihood and
consequences of an event.
„ Risk Based Inspection (RBI) is a systematic tool that helps
users make informed business decisions regarding
inspection and maintenance spending.
RBI Capabilities

„ RBI has the capability to do the following:


„ Evaluate current inspection plans to determine priorities for
inspections
„ Evaluate future plans for decision making
„ Evaluate changes to basic operations as they affect equipment
integrity
„ Identify critical contributors to risk that may otherwise be
overlooked
„ Establish economic optimum levels of inspection as weighed
against risk reduction
„ Incorporate “Acceptable Risk” levels
Measuring Risk

„ Risk is a combination of likelihood and consequence.


„ One way to illustrate risk is to display the likelihood and
consequence factors on an X-Y plot.
Likelihood and Consequence X-Y Plot
Iso Risk Lines

10-1
Likelihood

10-3
Risk = 10
10-5
Risk = 1
10-7

10 102 103 104 105


Consequence
Semi-Quantitative Risk Matrix

5 Medium-High Risk High


High Risk
Risk

4 Med. High Risk


LIKELIHOOD
CATEGORY

2 Medium Risk
Medium Risk
1 Low Risk

A B C D E
CONSEQUENCE CATEGORY
RBI Analysis Comparison

I II III
Level
Qualitative Quantitative Quantitative
Definition
Process Inputs Ranges Actual Number Actual Number
Damage High, Medium, Damage Factor Damage Factor
Mechanisms Low Susceptibility 1 – 5,000 Range 1 – 5,000 Range
Consequence Consequence
5 x 5 Matrix Area, Damage Area, Failure
Safety Risk
Location Factor, 5 x 5 Frequency,
Matrix Quantified Risk
Safety,
Business
Financial Risk N/A Production,
Interruption Only
Environmental
API 581 RBI Levels of Analysis

„ The API RBI procedure has three levels of analysis:


„ Level I - screening tool that quickly highlights the high-risk
equipment that users may wish to assess in greater detail.
„ Level II - a step closer to being a quantitative analysis than Level I,
and it is a scaled down approach of Level III. Provides most of the
benefit of Level III analysis, but it requires less input than Level
III.
„ Level III - quantitative approach to RBI providing the most
detailed analysis of the three levels.
Why do we Need RBI?

„ Most inspection codes/standards based on LOF, not


COF
„ Reduce risk of high consequence failures
„ Improve the cost effectiveness of inspection and
maintenance resources
„ Provide a basis for shifting resources from lower to
higher risk equipment
„ Measure and understand the risks associated with current
inspection programs
„ Measure risk reduction as a result of inspection practices
Benefits of an RBI Program

„ The basic benefits of an RBI program are as follows:


„ It provides the capability to define and measure risk, creating a
powerful tool for managing many of the important elements of a
process plant.
„ It allows management to review safety in an integrated, cost-
effective manner.
„ It systematically reduces the likelihood of failures by making better
use of the inspection resources.
AND
„ It improves the reliability of plant equipment.

Anda mungkin juga menyukai