RPP KD 3.3 Dan 4.3 Teks Fantasi
RPP KD 3.3 Dan 4.3 Teks Fantasi
(RPP)
C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 1
1. Peserta didik dapat menjelaskan ciri tokoh, latar, alur, dan tema pada cerita fantasi dan
menunjukkan buktinya pada teks yang dibaca.
2. Peserta didik dapat menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang
dibaca
Pertemuan 2
Peserta didik dapat menceritakan kembali isi teks narasi (cerita fantasi) yang dibaca secara lisan.
Pertemuan 3
1. Peserta didik dapat menentukan unsur-unsur teks fantasi dengan menunjukkan bukti teks
dengan tepat.
2. Peserta didik dapat menceritakan kembali isi cerita fantasi secara tulis
1
Fokus karakter : tanggung jawab, percaya diri, mandiri
D. Materi Pembelajaran
1. Contoh Teks Narasi (Cerita Fantasi) berjudul Kekuatan Ekor Biru Nataga dan Berlian
Tiga Warna
2. Contoh Tayangan Singkat Hary Potter
3. Fungsi Sosial Teks Cerita Fantasi
4. Karakteristik Teks Cerita Fantasi
5. Jenis Teks Cerita Fantasi
6. Penceritaan Kembali Teks Cerita Fantasi
E. Metode/Model Pembelajaran
Pembelajaran dengan Metode Discovery Learning
2
9. Peserta didik menuliskan keajaiban tokoh, latar, dan peristiwa yang dialami tokoh di kertas
plano
10. Peserta didik mempresentasikan hasil Japok (kerja kelompok) secara melingkar 1—2—3
—4—5—6—1
11. Peserta didik menanggapi presentasi teman
12. Peserta didik mendiskusikan ciri umum cerita fantasi secara klasikal
13. Peserta didik mengidentifikasi jenis teks fantasi berdasarkan contoh teks yang telah dibaca
3
kegiatan yang akan ditempuh.
4. Peserta didik bersama guru menyepakati penilaian yang akan digunakan, yaitu kinerja
dengan menyepakati rubrik yang akan digunakan untuk menilai.
I. Penilaian
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian sikap sikap sosial dilakukan dengan teknik observasi/ jurnal.
b. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan teknik tes tulis.
c. Penilaian keterampilan dilakukan dengan teknik PRODUK.
2. Instrumen Penilaian
a. Instrumen jurnal
Contoh:
Jurnal Perkembangan Sikap Sosial
4
Nama
‘No Waktu Catatan Perilaku Butir Sikap
Peserta didik
1.
2 dst.
Contoh:
Jurnal Perkembangan Sikap Sosial
Nama
No Waktu Catatan Perilaku Butir Sikap
Peserta didik
1 22/08/18 dua kali tidak mengerjakan kurang
tugas bahasa indonesia bertanggung jawab
Seluruh pasukan Nataga sudah siap hari itu. Nataga membagi tugas kepada seluruh panglima dan
pasukannya di titik-titik yang sudah ditentukan. Seluruh binatang di Tana Modo tampak gagah dengan
keyakinan di dalam hati, mempertahankan milik mereka. Hari itu, sejarah besar Tana modo akan terukir
di hati seluruh binatang.. Mereka akan berjuang hingga titik darah penghabisan untuk membela tanah air
tercinta ...........................................
5
Teknik
o. Kompetensi Dasar Materi Indikator
Penilaian
1. 3.3 Mengidentifikasi Disajikan teks fantasi, peserta didik
unsur-unsur teks narasi Teks dapat
(cerita fantasi) yang narasi,dan menjelaskan ciri tokoh, Penugasan
dibaca dan didengar. unsure- peserta didik dapat
Unsure teks menentukan latar
narasi cerita. Peserta didik
dapat menentukan
alur.
Peserta didik dapat
menentukan tema pada
cerita fantasi dengan
menunjukkan buktinya
pada teks yang
dibaca/didengar.
1. Tokoh :
a.Menentukan ciri tokoh minimal 2 tiap teks 12—8
dengan memberikan bukti pendukung yang tepat.
b. Menentukan satu ciri tokoh tiap teks disertai 7—4
bukti yang tepat
c. Menentukan satu ciri tokoh tiap teks tetapi bukti 3
kurang mendukung
2. Latar :
a. Menentukan minimal dua latar tiap teks disertai 12—8
bukti pendukung yang tepat.
b. Menentukan satu latar tiap teks disertai bukti 7—4
pendukung yang tepat.
c. Menentukan satu latar tiap teks disertai bukti 3
pendukung yang tepat
3. Alur
a. Menentukan 3 alur disertai alasan atau bukti 6
dengan tepat.
b. Menentukan 2 alur disertai alasan atau bukti 4
yang tepat
c. Menentukan 1 alur disertai alasan 2
a.
6
4. Tema
a. Menentukan 3 tema disertai alasan atau bukti 6
dengan tepat.
b. Menentukan 2 tema disertai alasan atau bukti 4
yang tepat
c. Menentukan 1 tema disertai alasan 2
5. Jenis Teks
a. Menentukan 3 jenis teks disertai alasan dengan 8--6
benar.
b. Menentukan 2 jenis teks dengan alasan yang 4
benar
a. Menentukan 1 jenis teks dengan alasan 2
Jumlah skor 50
Nilai = (Jumlah skor yang didapat / 50 ) X 100
Kisi-kisi Keterampilan
Teknik
No. Kompetensi Dasar Materi Indikator
Penilaian
1. 4.3 Menceritakan Teks narasi 1) Disajikan teks fantasi, peserta
kembali isi teks narasi (fantasi), isi didik menentukan isi teks . Tes uraian
(cerita fantasi) yang teks
dibaca dan didengar. 2) Disajikan teks fantasi , peserta Tes uraian
didik menyajikan dalam
bentuk pemetaan konsep
berdasarkan ide pokok teks
baik lisan maupun tulis
Cerita Fantasi 1
Ruang Dimensi Alpha
Karya: Ratna Juwita
“Kau harus membawanya kembali!” Erza berteriak kalang kabut. Aku gugup. Bingung. Tak tau
apa yang harus kuperbuat, sedangkan manusia dengan wajah setengah kera itu memandang
sekeliling. Manusia purba itu menemukanku ketika aku memasuki dimensi alpha. Tanpa kusadari ia
mengikutiku. Manusia purba itu akan mati jika tidak kembali dalam waktu 12 jam.
7
1 Isi sesuai dengan cerita 50
Disajikan secara lengkap dan runtut
Bahasanya mudah dan enak dipahami
2 Penampilan 50
Suaranya menjangkau seluruh ruangan
Intonasi dan pelafalannya sesuai
Ekpresinya sesuai dengan pemeranan
b. Pembelajaran Pengayaan
Pengayaan dilakukan dengan memberikan teks fantasi dengan kompleksitas lebih untuk
ditelaah peserta didik
LAMPIRAN LK 1
Lembar Kerja Peserta didik 3.3. 1
8
TEKS 1
KEKUATAN EKOR BIRU NATAGA
oleh Ugi Agustono
Seluruh pasukan Nataga sudah siap hari itu. Nataga membagi tugas kepada seluruh panglima dan
pasukannya di titik-titik yang sudah ditentukan. Seluruh binatang di Tana Modo tampak gagah
dengan keyakinan di dalam hati, mempertahankan milik mereka. Hari itu, sejarah besar Tana
Modo akan terukir di hati seluruh binatang.. Mereka akan berjuang hingga titik darah
penghabisan untuk membela tanah air tercinta.
Saat yang ditunggu pun tiba. Mulai terlihat bayangan serigala-serigala yang hendak keluar dari
kabut. Jumlah pasukan cukup banyak. Nataga dan seluruh panglima memberi isyarat untuk tidak
panik. Pasukan siluman serigala mulai menginjak Pulau Tana Modo, susul menyusul bagai air.
Tubuh mereka besar-besar dengan sorot mata tajam. Raut wajah mereka penuh dengan angkara
murka dan kesombongan,disertai lolongan panjang saling bersahutan di bawah air hujan. Mereka
tidak menyadari bahaya yang sudah mengepung. Semua binatang tetap tenang menunggu aba-aba
dari Nataga.
“Hai ....! Tak ada gunanya kalian melempar bola api kepada kami!” Seru serigala dengan sorot
mata merah penuh amarah. Binatang-binatang tidak putus asa. Namun, pasukan serigala
dalamjumlah dua kali lipat bahkan lebih dari pasukan binatang, mulai bergerak maju, seolah
hendak menelan binatang-binatang yang mengepung. Binatang-binatang yang pantang menyerah
juga tidak takut dengan gertakan para serigala.
“Gunakan kekuatan ekormu, Nataga!” bisik Dewi Kabut di telinga Nataga. Nataga sempat
bingung dengan kata-kata Dewi Kabut. Karena banyak bola api yang padam, Nataga segera
memberi aba-aba berhenti melempar dan mundur kepada seluruh pasukan. Tiba-tiba, Nataga,
pemimpin perang seluruh binatang di Tana Modo, segera melesat menyeret ekor birunya.
Mendadak, ekor Nataga mengeluarkan api besar.Nataga mengibaskan api pada ekornya yang
keras, membentuk lingkaran sesuai tanda yang dibuat oleh semut, rayap, dan para tikus. Lalu, ia
melompat bagai kilat dan mengepung serigala dalam api panas.
Kepungan api semakin luas. Serigala-serigala tak berdaya menghadapi kekuatan si ekor biru.
Teriakan panik dan kesakitan terdengar dari serigala-serigala yang terbakar. Nataga tidak
memberi ampun kepada para serigala licik itu. Selesai pertempuran Nataga segera menuju ke atas
bukit, bergabung dengan seluruh panglima. Levo, Goros, Lamia, Sikka, dan Mora memandang.
Nataga dengan haru dan tersenyum mengisyaratkan hormat dan bahagia.
TEKS 2
Misteri Sumur Tua
Oleh :Syaharani (7C)
9
Di sebuah desa terpencil bernama Tasikmadu tinggallah keluarga pak Banu yang terdiri
dari pak Banu, bu Dian, dan Kinar. Mereka dianggap aneh oleh sebagian warga desa. Kehidupan
mereka selalu dihadapkan oleh misteri-misteri desa. Salah satunya adalah misteri sumur tua yang
terletak di belakang rumah mereka.
Sumur tua itu sudah lama tidak berfungsi. Konon sumur itu dihuni oleh sebuah makhluk
berambut putih, bertubuh sangat tinggi, dan bermuka datar. Ia selalu mengeluarkan suara dan
menampakkan bayangan yang menyeramkan pada malam hari. Pak Banu dan keluarganya selalu
dapat memecahkan berbagai misteri yang ada. Akan tetapi, misteri yang satu ini sungguh sulit
untuk dipecahkan. Bahkan mereka merasa sangat risau dan ingin pindah rumah. Tetapi, ketika
mereka bersiap untuk pindah rumah, tiba-tiba terdengar suara misteri.
“HEMMMRR..Janganlah kalian pergi dari rumah ini!” Makhluk itu bersuara aneh tapi
Kinar masih mampu mendengar kata-katanya.
“Siapa kau?” tanya Kinar penasaran.
“Aku adalah makhluk sumur tua itu yang selama ini menjadi misteri. Sebenarnya, aku
telah dikutuk oleh penyihir jahat menjadi penghuni sumur tua itu untuk selamanya. Maafkan aku
yang selama ini selalu menampakkan bayangan dan bersuara menyeramkan. Aku tidak
bermaksud untuk membuat kalian risau. Aku hanya meminta tolong supaya kalian dapat
membebaskanku dari sumur tua itu karena aku ingin hidup bebas, ” jawab si makhluk.
“Kami dapat mengerti hal itu. Tetapi bagaimana cara kami membebaskanmu?” tanya pak
Banu.
“Kalian dapat membebaskanku dengan melakukan tiga perbuatan baik. Akan tetapi, jika
kalian melakukan satu saja perbuatan buruk maka aku akan terus menjadi penghuni sumur tua itu
untuk selamanya. Tolong bantu aku, aku tidak ingin melihat orang-orang risau,” jawab si
makhluk.
“Baik, kami akan membantumu.” jawab bu Dian.
“Terima kasih banyak,” tambah si makhluk.
Setelah mendengar jawaban pak Banu dan keluarganya, makluk itu merasa sangat senang.
Matahari terbit di sebelah timur, suara ayam berkokok, langit cerah pun datang, Keluarga
pak Banu mulai menjalankan misi berbuat baik mereka dengan mencari orang yang menbutuhkan
pertolongan. Perbuatan baik yang pertama dilakukan oleh Kinar. Ia bertemu dengan seorang
nenek tua yang kesulitan untuk menyeberang jalan. Ia pun menolong nenek itu dan
mengantarkannya sampai tiba di rumah. Perbuatan baik yang kedua dilakukan oleh pak Banu. Ia
bertemu dengan seorang pengemis. Ia pun memberi makanan dan sedikit uang kepada pengemis
itu. Perbuatan baik yang ketiga dilakukan oleh bu Dian. Ia menemukan orang asing yang sedang
bingung mencari alamat tempat yang dituju. Bu Dian mencoba untuk berkomunikasi dengan
orang itu, lalu mengantarkannya ke tempat tujuan.
Setelah matahari mulai terbenam dan langit yang cerah pun berubah menjadi gelap, saat
itulah misi telah diselesaikan. Kemudian mereka memutuskan untuk segera pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, mereka sangat terkejut karena tidak ada lagi suara dan bayangan yang
menakutkan dalam sumur tua itu.
“Ternyata benar yang dikatakan makhluk itu,” gumam Kinar dalam hati.
Tiba-tiba terdengar suara makhluk itu lagi.
“Sekali lagi aku sangat berterima kasih kepadamu dan keluargamu,”
“Sama-sama. Tetapi, ke mana kamu akan tinggal setelah ini?” tanya Kinar penasaran.
“Mungkin aku akan kembali ke tempat asalku,” jawab si Makhluk.
“Dimana itu?” tanya Kinar lagi.
“Di sebuah alam yang sangat bebeda dengan alam manusia. Tetapi maaf, aku tidak dapat
menceritakan lebih dalam lagi mengenai hal itu,” jelas si makhluk.
“Tidak apa-apa. Aku mengerti,” tambah Kinar.
10
“Kalau begitu, aku akan pergi sekarang. Selamat tinggal,” ucap si makhluk.
“Selamat tinggal juga, jaga dirimu baik-baik,” tambak Kinar.
Akhirnya, si makhluk misterius dapat terbebas dari sumur tua itu. Keluarga pak Banu dan
tetangga mereka tidak merasa risau lagi dan dapat tinggal dengan nyaman.
TAMATt
TEKS 3
Mukenah Nenek
Azizah Putri ( 7B SMPN 3 Peterongan)
Mukenah itu, mukenah peninggalan nenekku. Sejak kepergian nenek 100 hari yang lalu,
mukenah kesayangan nenek yang telah disimpan selama kurang lebih 25 tahun lamanya kini
diwariskan kepada ibuku. Mukenah itu tetap indah meski warna putihnya sudah mulai kusam.
Motif bunga – bunga mengkilapnya menambahkan kesan anggun. Tidak ada bagian yang robek,
terkena noda, atau kerusakan lain pada mukenah tua itu.
Aku jarang melihat nenek memakai mukenah itu. Mukenah itu selalu disimpan di suatu
kotak tua bersama tasbih dan Al – Qur’an nenek dari Makkah. Aku pernah sekali melihat nenek
sholat tahajjud mengenakan mukenah itu saat nenek dirawat inap di rumah sakit. Saat itu nenek
sholat dalam posisi duduk diatas kasur pasien. Beliau sholat dengan sangat khusyu’. Entah
mengapa nenek terlihat bersinar saat mengenakan mukenah itu. Seketika hatiku merasa tenang,
tentram, dan damai seakan melihat malaikat sedang sholat di depan mataku. Aku terus
memperhatikan nenek sholat hingga salam terakhir. Di akhir sholatnya, nenek bersujud dalam
waktu yang sangat lama. Mungkin jarum jam telah melewati 2 angka menunggu nenek bersujud.
Ketika nenek bangkit dari sujudnya, kudapati mata nenek sembab seperti habis menangis. Aku
penasaran. Sangat penasaran. Apa yang nenek lakukan di dalam sujudnya? Berdo’akah?
Memikirkan sesuatu? Atau hanya tertidur? Ingin sekali aku menanyakannya pada nenek. Tapi,
waktu seakan tidak mengizinkanku untuk menanyakannya. Nenek sudah lebih dulu dipanggil ke
Rahmatullah 2 hari setelah aku melihat nenek sholat tahajjud pada malam itu.
@@@
Malam ini aku sedang ingin tidur bersama ibu. Kebetulan ibu juga sedang mau menemaniku
tidur. Jarang – jarang ibu mau tidur bersamaku tanpa harus aku merengek memohon seperti bayi.
Kugunakan kesempatan kecil ini untuk menanyakan tentang mukenah dan sholat tahajjud nenek
pada malam itu.
“Mengapa nenek hanya menyimpannya di kotak tua itu? Kenapa tidak dipakai saja?”
tanyaku memecah keheningan malam.
“Karena mukenah itu istimewa bagi nenek” jawab ibu singkat.
“Jika istimewa, kenapa tidak nenek pakai saat shalat ied?” aku kembali bertanya layaknya
polisi yang sedang mengintrogasi tersangka. Aku sudah terlalu penasaran. Aku ingin segera
mendapat jawaban dari semua pertanyaanku.
“Mukenah itu lebih dari istimewa” ibu kembali menjawab dengan jawaban yang hampir
sama dan singkat. Cukup sederhana. Intinya adalah ‘istimewa’
Berbagai pertanyaan muncul di benakku. Lebih dari istimewa? Seistimewa apa? Apa yang
membuat mukenah itu sangat istimewa? Otakku seakan dihujani ribuan tanda tanya. Hingga
akhirnya ibu menceritakan sejarah mukenah itu padaku.
“Mukenah itu mukenah buatan tangan dari buNyai nenek sewaktu nenek mengabdi di
pondok selama 15 tahun. Mukenah itu diberikan kepada nenek sebagai tanda terimakasih karena
telah membantu mengajar dan membesarkan pesantrennya. Subhaanallah.. mukenah penuh
barokah”
Puas dengan jawaban ibu, aku terdiam. Semua pertanyaan di benakku gugur seketika.
Suasana kembali hening. Kini aku merenungkan tentang keistimewaan mukenah nenek. Barokah
11
dari mengabdi selama 15 tahun di pesantren. Entah sedahsyat apa barokah itu. Mungkin lebih
dahsyat dari pahala orang yang haji 10 kali.
Angin malam berhembus menerobos ventilasi kamarku. Malam semakin larut. Udara
terasa semakin dingin. Tapi aku masih belum mengantuk. Aku masih enggan menyelimuti
badanku dan membiarkan otakku beristirahat. Masih memikirkan sesuatu. Ya, tentang shalat
malam nenek. Itu yang kini menjadi topik baru di otakku.
“Ibu, apa ibu pernah melihat nenek shalat dengan memekai mukenah itu?”
“...”
Hening.
“Ahh.. Mengapa ibu sudah tidur?” gerutuku melihat ibu telah tertidur pulas disamping
bantalku.
Apa waktu masih belum mengizinkan? Baiklah, aku akan menunggu hingga waktu
memberiku jawaban sambil merangkai mimpi indah.
@@@
“Ibu, apa ada yang bisa aku bantu?” tanyaku saat melihat ibu sedang mengemasi barang –
barang di kamar nenek.
“Alhamdulillah.. akhirnya ada yang menawarkan bantuan” ibu mengembangkan senyum
manisnya.
“Minta tolong barang – barang di sini dikemas di kerdus itu ya..” perintah ibu sambil
menunjuk lemari baju nenek kemudian menunjuk kardus disamping pintu.
“Siap bu!” tegasku. Tanganku mulai bekerja. Belum sampai 10 menit, separuh barang di
lemari telah terkemas di dalam kardus. Kuakui, aku memang pekerja cepat. Tapi tetap saja
Gundala Putra Petirlah yang tercepat.
Di tengah – tengah mengemas, aku teringat akan sesuatu. Mukenah nenek! Pandanganku
berputar ke seluruh penjuru ruangan. Mencari – cari kotak coklat tua yang mengemas mukenah
istimewa itu. Dan.. mataku kini tertuju pada meja murmer di sudut ruangan.kulihat ada kotak
coklat tua diatasnya. Aku segera berlari menuju kotak itu. Rasanya tangan ini sudah tidak sabar
menyentuh benda penuh barokah itu. Ketika tanganku sudah hanya berjarak 1 cm..
“Ehem.. mengemasinya sudah selesai?” suara ibu menghentikan gerakanku.
“He.. he.. tinggal dikit kok bu..” jawabku cengengesan. Aku kembali ke posisi awalku.
Kembali bekerja sesuai perintah ibu. Mengambil.. memasukkan.. mengambil lagi.. memasukkan
lagi. Akhirnya semua barang di lemari baju nenek selesai dikemas 10 menit kemudian.
“Ibu.. aku sudah selesai..” aku terlonjak kegirangan. Sekarang aku tak mau menunda lagi.
Aku cepat – cepat kembali ke tempat kotak tua tadi di sudut ruangan. Tapi.. kotak itu kini sudah
tidak berada di atas meja murmer lagi. Ibu sudah lebih dulu memindahkannya entah kemana.
Wajahku yang tadinya berseri dihiasi pelangi, kini murung tertutup awan gelap.
“Ibu.. apa aku tidak boleh menyentuhnya? Sebentaaar saja..” rengekku.
“Maaf ya sayang, ibu masih repot. Kapan – kapan saja ya..” jawab ibu terlihat buru –
buru. Hmm.. kasihan juga ibu. Mondar – mandir, kesana kemari. Sepertinya sekarang bukan
waktunya untuk merengek seperti bayi yang minta susu. Lebih baik dan seharusnya aku membntu
ibu.
“Baiklah.. apa lagi yang bisa aku bantu?” aku menwarkan jasa. Lagi – lagi ibu mmbalas
dengan senyum keibuannya. Ibu memintaku memindahkan kardus - kardus yang sudah terkemas
rapi ke dalam gudang. Tugasku kini beralih dari ‘mengambil dan memmasukkan’ menjadi
‘mengangkat dan memindahkan’. Yang ini akan memeras lebih banyak tenaga. Jadi sepertinya
porsi makan siangku hari ini akan bertambah.
Siang berganti malam. Sekarang waktunya beristirahat. Aku langsung terjun bebas di atas
kasur empukku. Mataku sudah ingin menutup rasnya. Samar – samar aku mendengar suara halus
ibu di telinga kananku.
12
“Terimakasih ya nak, sudah mau bersabar..” aku tidak terlalu mengerti apa maksudnya.
Tapi tetap saja aku menjawab, “Sama – sama bu..” kemudian tidur.
@@@
“Nduk.. bangun nduk.. yuk sholat tahajjud..” suara yang tak asing membngunkanku. Ini
bukan suara ibu. Tapi.. suara nenek. Mataku terbelalak. Kantukku hilang seketika.
“Nenek?” mulutku menganga. Tak percaya akan apa yang sedang kulihat saat ini. Kini di
depan mataku, nenek memakai mukenah putihnya dan mengajakku sholat tahajjud berjama’ahh.
Aku mencubit pipi kananku. Aww.. sakit! Ini bukan mimpi.
“Ndang wudhu, nenek tunggu di kamar” dawuhnya sambil melangkah keluar menuju
kamar beliau. Aku tak peduli ini mimpi atau nyata. Aku segera mengambil wudhu dan bergegas
menuju kamar nenek. Disana nenek sudah siap berdiri di atas sajadah merah marunnya sambil
membawa mukenah putih yang serupa dengan yang beliau pakai.
“Pakai ini.. ini mukenah nenek saat mondok dulu” beliau memakaikan mukenah itu ke
kapalaku sambil mengembangkan senyum.
“Allaahuakbar” kamipun memulai sholat tahajjud berjama’ah.
“Assalaamu’alaikum warahmatullah..” ucap nenek fasih. Seperti yang pernah kulihat
sebelumnya, nenek kemudian bersujud. Akupun ikut bersujud mengikuti nenek. Tiba – tiba..
“Labbaikallahh humma labbaiik.. Labbaikallah syariikalakalbbaiik..” suara ramai orang
berthawaf memekakkan telingaku. Mataku sulit terbuka karena silaunya cahaya putih yang
menyentrong. Aku merasa sesak. Terdempet orang – orang di sekitar. Dimana ini? Aku mulai
panik. Merasa asing di tengah keramaian.
“Nenek.. nenek.. nenek dimana?” teriakku mencari – cari sosok wanita tua yang tadi
sholat bersamaku. Sreet. Ada yang meraih tanganku. Kemudian menarik dengan sedikit keras.
Alhamdulillah. Ternyata itu nenek. Kepanikanku kini sudah mereda.
“Nenek, kita ada dimana?” tanyaku sambil mengerutkan dahi, tak kuat melawan silaunya
matahari. Nenek hanya tersenyum dan memalingkan wajahnya ke bangunan kubus hitam yang
sangat besar di depannya. Aku memaksakan mata memandang lebih jelas apa kubus hitam kokoh
itu. Samar – samar aku melihat kain hitam mewah dihiasi rangkaian kalimat syahadat berwarna
emas menyelimuti bangunan itu. Di sisi depan, pintu besar dari emas terpampang indah. Salah
satu sudutnya terdapat lubang perak membungkus batu hitam. Bangunan itu dikelilingi oleh
berjuta, bahkan bemilyar – milyar manusia berihram putih. Mereka berebutan mendekati
pintunya, menyentuh temboknya, dan mencium batunya.
“Ka’.. Ka’.. Ka’bah?” mulutku menganga, tak sanggup berkata – kata. “Ini Makkah?”
lanjutku masih belum bisa percaya dengan apa yang ada di depanku ini.
Iiya, sekarang kita berthawaf, jangan lepaskan tanganmu dari genggaman nenek ya..”
nenek menggandeng tanganku erat- erat. Menuntunkun mengelilingi ka’bah sambil
mengumandangkan tarbiah.
Subhaanallah. Sulit dipercaya. Aku mengingat – ingat kembali apa yang terakhir aku
lakukan beberpa menit yang lalu. Terakhir, aku bersujud setelah salam sholat tahajjud. Ya, sujud
terakhir. Jadi ini jawaban dari rasa penasaranku akan sujud diakhir sholat malam nenek. Senyum
lebar terukir di mulutku. Waktu akhirnya mengizinkanku untuk tahu. Setelah selama ini waktu
mengulur – ulur dirinya, memenjara rasa penasaranku. Mungkin nenek yang ingin aku langsung
meraskan sendiri. Merasakan sendiri apa yang nenek rasakan di akhir sujudnya itu.
“Nduk, sampaikan pesan nenek pada ibumu.. setelah 100 hari nenek, tolong sumbangkan
barang – barang ke beberapa panti jompo. Buku – buku nenek yang tidak terpakai kirmkan ke
pondok – pondok” pesan nenek saat kami hendak wukuf di Arofah.
“Lalu bagaimana dengan mukenah nenek?” tanyaku sambil membulatkan mata.
“Itu akan diwariskan ke ibumu, kemudian padamu, kemudian anakmu, hingga anak
cucumu” jawab nenek. Matanya mulai berkaca – kaca. Nenek kemudian menyerahkan tasbih
Makkah yang biasa beliau simpan bersama mukenahnya di kotak tua itu kepadaku.
13
“Nenek harap kamu mau mondok kayak nenek dan ibumu dulu. Tirakat. Nyari
barokahnya para kyai. Kalau bisa mondok itu jadi adat di keluarga kita. Wes, InyaaAllah
berokahe numplek” amanah nenek membuat hatiku terenyuh. Insyaallah aku akan mengemban
amanah ini dengan baik. Aku bertekad akan membuat nenek tersenyum puas di syurga nanti.
“Baik nek.. aku janji aku akan jadi santri yang tawadhu’ seperti nenek” janjiku pada
nenek. Mataku mulai meneteskan air mata. Tetesan air mata ini akan menjadi saksi atas janji yang
kuucap dari hatiku yang paling dalam untuk sosok wanita motivator yang kubanggakan.
Nenek membelai kepalaku dengan lembut. Kemudian merangkulku dengan kehangatan
kasih sayangnya. Aku berbalik merangkulnya dengan lebih erat. Sangat erat. Hingga akhirnya
lenganku tak meraskan apa – apa. Tubuh renta nenek yang kurangkul seketia menghilang bagai
angin malam yang berhembus.
Aku bangkit dari sujudku. Kini aku berada di kamar nenek sendirian. Jarum jam
menunjukkan angka 3. Tepat pada jam saat nenek mengakhiri sholat Tahajjudnya 102 malam
yang lalu.
“Apa aku tadi bermimipi?” gumamku. “Tapi ini sajadah yang tadi nenek pakai!” aku
menarik sajadah merah marun di depanku. Mataku beralih ke mukenah yang kupakai sekarang.
“Ini mukenah nenek yang tadi nenek pakai, lalu ini.. tasbih yang nenek berikan saat di
Arofah tadi!” aku mengingat – ingat kembali apa saja yang kulakukan bersama nenek beberapa
jam yang lalu. Bertemu dgan nenek, kemudian sholat tahajjud berjama’ah. Sujud di akhir sholat
kemudian.. aku ada di Makkah! Thawaf bersama nenek mengelilingi Ka’bah, lalu sholat di
Masjidil Haram. Meminum air zam – zam. Mengelilingi pasar Makkah, dan yang terakhir wukuf
di Arofah. Nenek menitip pesan untuk ibu, memberikan tasbihnya sambil berpesan padaku.
Memelukku kemudian.. aku kembali ke kamar nenek lagi.
“Sayang..” suara lembut ibu mngejutkanku. Ibu memasuki kamarkemudian duduk di
sampingku. “Wah, anak ibu sudah mulai belajar sholat malam” pujinya sambil membelai lembut
kepalaku.
“Ibu tahu, aku tadi sholat tahajjud berjama’ah bersama nenek” ceritaku. Mata ibu
terbelalak. Beliau sangat terkejut akan apa yang barusan aku katakan. “Kemudian kami bersujud
dan tiba–tiba kami berada di Makkah” lanjutku. Aku menceritakan semua yang kualami 2 jam
yang lalu bersama nenek. Dari mimik wajahnya, aku bisa tahu kalau ibu percaya padaku. Dan
memang seharusnya ibu percaya, karena ini memang benar - benar terjadi. Terakhir, aku
menyampaikan pesan nenek yang dititipkan untuk ibu. Mata ibu mulai berkaca – kaca. Teringat
kembali pada sosok ibu yang selama bertahun – tahun merawatnya.
“Ibu, aku telah berjanji pada nenek kalau aku akan mondok, tirakat dengan untuk cari
barokahnya para kyai!” tegasku.
“Ya nak.. nenek pasti sangat bangga padamu”
@@@
14
ditentukan (Kalimat
kedua paragraf 1)
b. Siluman Serigala :
c.
Teks 2
a. Kiran : ……………………………….
……………………………………………
b. Makhluk aneh : ….
………………………………………………
..
Teks 3
Aku : …………………
Nenek : ………………..
Ibu : ………………………..
2.
Latar Teks 1 :
Di Tanah Modo ………………………….
(tempat dan
waktu) ………………………..
………………………. --------------------------------
Teks 2 :
………………………….
……………………………
Teks 3
…………………………………..
……………………………………..
3
Alur Teks 1
15
………………………………
Teks 2
……………………………….
Teks 3
Lintas waktu dan ruang
4 Teks 1 :
Tema …………………………………..
Teks 2
……………………………………
Teks 3
………………………………….
II. Setelah Kalian mengisi secara individu, diskusikanlah dengan kelompok Kalian!
*Hal yang kalian diskusikan adalah keajaiban tokoh, latar, dan peristiwa yang dialami
tokoh
* Tentukan jenis fantasi dalam ketiga teks tersebut!
III. Tuliskan hasil kerja kelompokmu di kertas plano!
IV. Presentasikan hasil kerja kelompok Kalian secara melingkar!
1 2
6 3
5 4
16