Anda di halaman 1dari 11

ranslasi

Dalam translasi murni, semua titik dalam tubuh batuan yang terdeformasi akan
bergerak dengan arah yang sama dan sejajar. Translasi terjadi pada tubuh batuan yang
rigid contohnya bidang perlapisan saling bergeser pada saat terlipat (Flexural Slip) dan
gerakan lempeng-lempeng bumi.

Translasi untuk benda yang rigid lebih mudah jika diekspresikan dengan vektor
pergerakan (displacement vector). Dalam hal ini translasi dikelompokan menjadi tiga
parameter (Ramsay, 1969) yaitu: jarak pergerakan (distance of transport) dengan skala
millimeter sampai ratusan kilometer, arah (direction of transport) yang diekspresikan
dengan plunge dan trend, dan polarisasi transport (sense of transport). Konsep ini
digunakan dengan baik dalam menganalisa gerakan sesar, contohnya pemakaian slip
vektor untuk gores-garis (slickenside). Dengan mengetahui dua titik referensi kita bisa
menentukan jenis relatif pergerakan sebenarnya (slip) suatu sesar dan juga total
pergerakannya (net-slip).

Rotasi
Rotasi adalah konsep yang sangat penting dan umum terjadi dalam deformasi batuan,
misalnya dalam perlipatan atau sesar. Rotasi dikelompokan dalam deformasi rigid yang
merubah susunan titik dalam suatu benda dimana paling mudah digambarkan dengan
mengunakan suatu acuan sumbu yang sama. Perubahan lokasi titik-2 digambarkan
dengan mengunakan orientasi dari sumbu rotasi yaitu trend and plunge, polarisasi dari
rotasi (sense of rotation) yaitu searah atau berlawanan arah jarum jam, dan besarnya rotasi
yang diukur dengan besaran sudut (derajat).
STRAIN>>>Konsep Umum

Strain menghasilkan dilation yaitu perubahan ukuran dan distortion yaitu perubahan
bentuk atau kombinasi dari kedua proses tersebut. Perubahan bentuk dari suatu benda
seringkali lebih mudah dideskripsikan dalam dengan non-rotasi atau coaxial ditambah
dengan komponen rotasinya.
Strain dapat dibagi menjadi homogeneous dan inhomogeneous. Apabila besarnya strain
diseluruh benda sama maka didefinisikan sebagai homogenous deformasi. Kriteria untuk
homogenous strain adalah apabila garis lurus tetap lurus dan garis sejajar tetap sejajar
setelah deformasi. Sedangkan dalam kasus inhomogenous (heterogenenous) strain, nilai
strain diberbagai tempat dalam bentuk tidak sama. Dengan demikian kriteria
untuk inhomogenous (heterogenenous) strain adalah apabila garis lurus menjadi
melengkung dan garis sejajar menjadi tidak sejajar (Gambar 2.2.a). Perbedaan
antara homogeneous dan inhomogenous (heterogenenous) strain yang paling jelas dan
dapat dengan mudah diamati adalah pada struktur perlipatan
Untuk mempermudah gambaran geometri dan perhitungan daalam deformasi batuan
seringkali digambarkan sebagai perubahan lingkaran ke ellipse yang dikenal
sebagai strain ellipse. Keuntung mengunakan geometri ellipse adalah melakukan aspek
ratio dari sumbu panjang dan pendeknya untuk deformasi dengan areal yang konstan.
Perubahan total dari bentuk lingkaran ke ellipse dikenal sebagai finite strain ellipse.

Mengukur Besaran Strain

Strain dapat diukur dalam dua cara:


1. Perubahan panjang suatu garis (linear strain)
2. Perubahan sudut antara dua garis (shear strain)
Setiap geometri strain dapat diukur dari kombinasi kedua perubahan diatas, sehingga
dapat didefinisikan sebagai (Gambar 2.3):

1. Extension (e) e = (lf – l0)/l0


Extension sering kali juga didefinisikan sebagai stretch (S) adalah ratio dari panjang
yang baru terhadap panjang awal:

S = lf/l0
e = (lf – l0)/l0 = e = lf/l0 – 1
lf/l0 = e+1, maka
S = e+1

2. Shear Strain (g) g = tan y (psi)

dimana y (angular shear strain) adalah perubahan sudut dari posisi awal yang tegak
lurus (Gambar 2.4). Harga shear strain sepanjang garis bisa negatif maupun positif
tergantung pada polarisasi dari rotasi (sense of rotation) dari garis semula tegak lurus
padanya. Perlu diingat bahwa pergeseran searah jarum jam akan positif (+) dan
berlawanan arah dengan jarum jam akan negatif (-). Sebaran nilai shear strain adalah
nol sampai tak terhingga.

Finite Strain Ellipse

Dalam suatu strain ellipse dapat disimpulkan bahwa sumbu yang sejajar dengan
maksimum extension (e) yaitu sumbu panjangnya akan mempunyai nilai maksimum
stretch atau S1. Sebaliknya sumbu yang mempunyai nilai minimum extension (e) yaitu
sumbu pendeknya akan mempunyai minimum stretch atau S 3. Hubungan ini juga
memberikan kesimpulan bahwa pada arah garis paralel sumbu panjang atau pendek
dari strain ellipse merupakan satu-satunya garis dimana harga shear strain (g)
atau angular shear strain (y) akan nol.

Hubungan garis sejajar maupun tegak lurus terhadap sumbu pendek maupun panjang
dalam strain ellipse yang unik ini dikenal sebagai sumbu utama dari finite strain ellipse
(the principal axes of strain ellipse). Dimana sumbu S1 dari finite strain ellipse mewakili
arah dan besaran dari maksimum stretch. Sumbu pendek S 3 dari finite strain
ellipse mewakili arah dan besaran minimum stretch atau maksimum perpendekan
(shortening) dalam plane strain (Gambar 2.5).

Persamaan Strain
Ada dua persamaan stain yang utama yang memungkinkan untuk menentukan stretch
dan shear strain untuk setiap arah garis dalam batuan kondisi strain dengan nilai S 1, S3,
qd (sudut yang dibentuk antara garis L dengan maximum stretch (S1)) diketahui
(Gambar). Cara lain mengekspresikan perubahan panjang suatu garis adalah
mengunakan quadratic elongation (l) yang didefinisikan sebagai:

l = (lf/l0)2 = (1+ e)2 = S2

Persamaan yang mewakili quadratic elongation (l) adalah reciprocal quadratic


elongation (l’), dimana:

l’ = 1/l = 1/S2

Perbandingan antara shear strain dan quadratic elongation atau g/l juga merupakan
persamaan yang sangat penting untuk menggambarkan kombinasi perubahan garis
dan sudut dalam suatu deformasi (Davis dan Reynolds, 1996).

l’ = (l’3+l’1)/2 – (l’3-l’1)/2 Cos2qd (6)


l’ = ½ (1/l3 +1/l1) – ½ (1/l3 -1/l1) Cosqd
dan g/l = ½ (1/l’3 -1/l’1)Sin2qd
g/l = ½ (1/l3 -1/l1)Sinqd
dimana l’ = 1/l, l’1= 1/l1 , l’3=1/l3
l = S2, sepanjang garis L dan membuat sudut qd dengan S1
l1 = quadratic elongation terbesar S21
Persamaan strain dapat diselesaikan bila l1, l3, dan qd diketahui.

Diagram Mohr Strain

Otto Mohr (1882) menemukan bahwa kedua persamaan strain diatas dapat diwakili
secara graphis dengan mengunakan lingkaran yang dinamakan sebagai lingkaran Mohr
diagram strain. Pengambaran secara graphis untuk persamaan strain sebenarnya
memperlihatkan hubungan sistematik dari variasi dalam quadratic elongation dan shear
strain, sehingga metoda graphis ini sangat praktis digunakan (Gambar 2.6).
Pada Gambar 2.6, memperlihatkan hubungan antara geometri dan persamaan strain
utama:
l’ = (l’3+l’1)/2 – (l’3-l’1)/2 Cos2qd (7)

Komponen pertama dari persamaan diatas (l’3+l’1)/2


adalah nilai x yang merupakan pusat (C) dari lingkaran Mohr dan nilai ini sama dengan
panjang OC, dimana O adalah titik awal (lihat gambar).

Komponen kedua dari persamaan diatas (l’3-l’1)/2


Komponen ketiga dari persamaan diatas Cos2qd
Adalah sama dengan CA’/CA. Subtitusi kedalam persamaan 1

l’ = (l’3+l’1)/2 – (l’3-l’1)/2 Cos2qd


l’ = OC – CA CA’/CA
l’ = OC – CA’ (lihat Gambar 2.6)
Hal yang sama dapat dilakukan untuk :

Sin2qd = AA’/CA
(l3-l1)/2 Sin2qd = CA AA’/CA = AA’

Dengan cara grafis menggunakan lingkaran Mohr kita bisa menentukan secara pasti l’
dan g/l untuk setiap garis dengan mudah dan praktis.

Strain Ellipsoid

Dalam setiap strain yang homogen, setiap bentuk bola akan terdeformasi menjadi
bentuk ellipse yang dinamakan strain ellepsoid atau dalam kondisi plane
strain membentuk strain ellipse (Gambar 2.7). Stretch, extension dan shear strain pada
dasarnya semuanya mempunyai hubungan geometri yang simple baik dalam dua
dimensi maupun tiga dimensi.
Strain ellipsoid adalah gambaran yang lengkap dari kondisi strain disuatu titik. Kita dapat
mendiskripsi kondisi strain disatu titik apabila kita mengetahui extension dan dua shear
strain dari tiga bagian garis yang saling tegak-lurus pada kondisi sebelum deformasi.
Strain ellipsoid terdiri dari 9 strain komponen. Setiap strain komponen untuk setiap garis
ditulis pada kolom-kolom yang terpisah membentuk matrix yang teratur yang
dinamakan strain tensor (Twiss and Moore, 1992):
Komponen utama dari diagonal matrix yaitu yang urutan yang mempunyai subscript
yang sama adalah extension. Yang diluar komponen diagonal yaitu yang mempunyai
dua subscript adalah shear strain. Matrix dari strain tensor ini mempunyai informasi
yang cukup untuk menghitung extension dan shear strain untuk setiap segment garis
yang mempunyai orientasi tertentu. Dalam strain tiga dimensi hanya ada 6 komponen
strain yang independen. Sehingga strain seperti halnya stress adalah second-rank
tensor.

Sejajar dengan sumbu-2 utama strain dari strain ellipsoid, extension dan stretch adalah
maximum, minimax dan minimum yang mempunyai hubungan:

e1 > e2 > e 3 dan S1 > S2 > S 3

e2 dan S2 dikatakan minimax karena nilainya akan minimum untuk bidang e1 – e2 atau
S1- S2 dan akan maximum pada bidang e2 – e3 atau S2- S3 yang tegak lurus terhadap
bidang yang minimum.

Pada kondisi tertentu, harga shear strain akan 0 karena garis singgung terhadap strain
ellipsoid pada awal dan akhir deformasi tetap saling tegak lurus (Gambar 2.7). Pada
kondisi ini dapat didefinisikan suatu koordinat utama dimana strain tensor menjadi
sangat simple yang hanya diwakili oleh extension sebagai nilai utama. Strain tensor
untuk kondisi ini dapat digambarkan dalam tiga maupun dua dimensi sebagai berikut :
Hal yang sangat penting diingat bahwa secara umum sumbu strain utama tidak sejajar
dengan sumbu utama stress.

Perubahan Volume Dalam Deformasi

Perubahan volume biasanya terjadi bersamaan dengan perubahan bentuk dalam


deformasi dan apabila hal ini tidak dikenali akan memberikan hasil yang kurang tepat
dalam mengestimasi perbandingan sumbu-2 strain utama. Perubahan volume (dilation)
atau volumetrik strain Sv didefinisikan sebagai:

Sv = (V –
V0)/V0 (10)
diimana V dan V0 adalah volume sebelum dan sesudah deformasi. Karena volume dari
strain
Sv = (S1 x S2 x S3) – 1
atau 1+ Sv = (1+ e1 ) (1+ e2 ) (1+ e3 )
Untuk plane strain S2 = 0 dan e2 = 0, maka Sv = S1 S3 = (1+ e1 ) (1+ e3 )
Untuk konstan volume: Sv = S1S2S3 = 1 dan
Sv = S1S3 = 1, untuk S1 =1/S3

dimana e adalah extension dan S1, S2 dan S3 adalah sumbu strain utama. Bentuk-bentuk
struktur yang terjadi dibatuan akibat deformasi akan tergantung pada orientasi bedding relatif
terhadap sumbu stretch utama dan pada besarnya S2 (Gambar 2.8).

Pendekatan dengan menggunakan bentuk lingkaran dan ellipse dalam menggambarkan


kondisi strain dalam batuan adalah didasarkan pada kenyataan bahwa batuan yang
mengandung fossil akan mencatat data distribusi strain yang baik jika terdeformasi.
Contohnya fossil Ooid yang berbentuk lingkaran yang hampir sempurna dan sangat
umum dijumpai pada batu gamping, dimana apabila terdeformasi dapat digunakan untuk
menentuan arah dan bentuk dari strain ellipsoid (Ramsay, 1967; Twiss and Moore, 1992
dan Davis dan Reynolds, 1996).

Dalam proses deformasi perubahan volume (dilation) dapat disertai dengan perubahan
bentuk (distortion) batuan yang dapat diamati dengan mengunakan diagram perbandingan
sumbu stretch dari sumbu utama strain (strain field diagram) yang dikembangkan oleh
Ramsay, 1967). Diagram ini mengambarkan tentang klasifikasi struktur yang didasarkan
kepada karakteristik strainnya (Gambar 2.9).

Deformasi Simple Shear dan Pure Shear

Berdasarkan pemodelan analog maupun numerik disimpulkan bahwa selama proses


perubahan bentuk (distortion) sumbu strain ellipse yang memperlihatkan tahapan dari
suatu deformasi umumnya tidak mempunyai orientasi yang tetap. Jika orientasi sumbu
finite strain berubah selama proses deformasi berubah dinamakan sebagai non-coaxial
strain. Proses ini sering didefiniskan sebagai pure shear deformation. Tetapi jika
orientasi sumbu finite strain tidak berubah selama proses deformasi dinamakan
sebagai coaxial strain. Proses ini sering didefinisikan sebagai simple shear
deformation. Sehingga pure shear dan simple shear adalah jenis strain dan mereka
mengambarkan kondisi istimewa dari plane strain. Prosesnya lebih mudah digambarkan
dalam dua dimensi seperti pada Gambar 2.10.

Homogenous Strain

Ada tiga kasus istimewa dalam strain yang homogen (homogeneous strain) yang dapat
dikenali dari perbandingan sumbu strainnya (S1, S2, S3). Secara umum ketiga sumbu
tersebut tidak sama besar, dimana S1>S2>S3. Bentuk ketiga homogenous strain
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.11.

1. Extension pada sumbu simetri (S1>S2=S3), dimana strain jenis ini melibatkan
extension yang sama pada sumbu s1 dan perpendekan (shortening) yang sama pada
semua arah yang tegak lurus padanya. Bentuk strain jenis ini
dinamakan prolate atau constrictional (Gambar 2.11.a).
2. Shortening pada sumbu simetri (S1=S2>S3), dimana pada strain jenis ini melibatkan
shortening yang sama pada arah s3 dan extension yang sama semua arah yang tegak
lurus padanya. Bentuk strain jenis ini dinamakan oblate atau flattening (Gambar 2.11.b).

3. Plane strain (S1>S2=1>S3), dimana sumbu strain S2 tidak berubah, extension pada
arah S1, dan shortening pada arah S3 (Gambar 2.11.c). Sehingga plane strain ini
dikelompokan sebagai jenis istimewa dari triaxial ellipsoid.

Penggambaran Kondisi dan Evolusi Strain

Cara yang paling umum untuk menggambarkan variasi kondisi strain adalah
menggunakan diagram Flinn (Gambar 2.12), dimana ordinate and absis adalah
perbandingan a dan b dari stretch utama yang didefinisikan sebagai:

a = S1/S2 dan b = S2/ S3

Perbedaan bentuk dari ellipsoid dapat digambarkan dengan mengunakan harga k yang
didefinisikan sebagai :
k= (a-1)/(b-
1) (11)

Harga k berguna untuk membagi jenis strain yang berbeda dalam kondisi volume tetap
(lihat Gambar 2.12), dimana:
Simple extension: k = ¥
Constrictional strain (prolate ellipsoid): 1<k<< i="">¥</k<<>
Plane strain (volume tetap): k = 1

Flattening strain (oblate ellipsoid): 0<k<1< font=""></k<1<>

Simple flattening : k = 0

Deformasi Homogeneous dan Inhomogeneous

Pada dasarnya mendiskripsi apakah deformasi


yang homogenous dan inhomogenous sangat tergantung pada skala pengamatan.
Sebagai contoh sepanjang struktur perlipatan distribusi strainnya inhomogenous.
Sehingga pendeskripsian deformasi yang homogenous dialam adalah sebenarnya
berdasarkan harga rata-rata deformasi dalam suatu volume yang besar, dimana akan
kecil bila dibandingkan dengan distribusi strain yang tidak homogen (inhomogenous).
Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 2.13 yang memperlihatkan distribusi strain
dalam struktur perlipatan dengan skala yang berbeda-beda. Sehingga untuk
perhitungan maupun pengamatan strain yang sifatnya regional pendekatan
homogenous strain bisa digunakan.

Menentukan Strain Dari Batuan

Salah satu tujuan terpenting dari geologi struktur adalah mengevaluasi secara kuantitatif
total strain (finite strain) suatu area sebagai hasil dari sesuatu deformasi. Pada dasarnya
analisa struktur geologi menginginkan untuk dapat mengevaluasi suatu daerah sehingga
dapat menentukan besar dan arah dari sumbu-sumbu utama strain disemua titik. Jika
distribusi strain baik itu berupa proyeksi maupun total finite strain telah didapatkan maka
kita dapat mencoba menerangkannya dengan menggunakan stress pembentukannya
atau model kinematika.
Ada tiga cara pendekatan untuk memecahkan permasalahan dalam mengkuantifikasi
strain. Metoda yang pertama untuk menentukan masing-2 strain ellipsoid dengan
menggunakan variasi bentuk-bentuk khusus strain yang dapat dikenali atau strain
markers yang kemudian hasilnya dijumlahkan untuk seluruh area yang dicari. Yang
kedua mengestimasi total shortening dan elongation dengan mengevaluasi geometri
dari perlipatan dan sesar, akan tetapi metoda ini sukar diterapkan dalam tiga dimensi.
Yang ketiga mengasumsikan bahwa strain untuk area yang besar secara statistik
adalah homogenous, sehingga semua elemen struktur planar dan linear dari seluruh
daerah teratur secara statistik dan merefleksikan orientasi dan besaran total finite
strain. Cara ini dianggapkan paling effektif terutama untuk menentukan strain dari
daerah yang terdeformasi kuat (Twiss and Moore, 1992; Park, 1989).

Translasi, rotasi, distorsi dan dilation adalah reaksi batuan terhadap deformasi dalam
kondisi optimum yang dapat dideskripsi dan diinterpretasi secara kinematika secara
detail. Tetapi apa yang menyebakan pergerakan dan bagaimana mengetahui titik awal
pergerakan tersebut terutama untuk struktur geologi yang terbentuk masa lalu. Untuk
memecahkan permasalahan ini diperlukan suatu pendekatan yang dinamakan analisa
dinamika yang juga dapat mengambarkan hubungan antara stress dan strain.
Contoh soal-soal:
1. Misalkan dalam suatu deformasi diameter suatu fosil berubah panjangnya, dimana
diketahui panjang awalnya (l0) 8 cm dan setelah deformasi panjangnya (lf) menjadi 5
cm. Maka perubahan panjang (D) adalah sebesar 3 cm. Besarnya extension pada arah
perpanjangan (lengthening): e = (lf – l0)/l0 = 3 cm/8 cm = 0.6 atau 0.6x 100% = 60%
perpanjangan. Apabila kita ekspresikan dalam stretch (s) = lf / l0 = 8 cm/5 cm = 1.6.
Harga e = 0.6 dan s = 1.6 harus berlaku untuk setiap garis dalam tubuh batuan.

2. Misalnya suatu deformasi yang terjadi pada fossil yang mempunyai bentuk geometri
bulat dalam penampang dan menjadi ellipse setelah deformasi. Total deformasi yang
terjadi akan menghasilkan perpanjangan maksimum sejajar arah sumbu panjang (S a)
dari finite strain ellipse dan kontraksi/perpendekan sejajar arah dari sumbu pendeknya
(Sb). Ditanyakan berapa harga s dan e pada deformasi tersebut. Diketahui dari hasil
deformasi bahwa Sa = 2.6 cm dan Sa = 2.2 cm. Untuk mengetahui s dan e, perlu
diketahui panjang sebelum (l0) dan sesudah deformasi (lf). Dengan mengasumsikan
bahwa tidak terjadi perubahan luas sebelum (lingkaran) dan sesudah deformasi
(ellipse), maka:
Luas ellpise = luas lingkaran
Pab = Pr2 ® r2 = ab ® r = Öab = 1.3 x 1.1 = Ö1.4 cm2 = 1.2 cm

dimana: a = setengah sumbu panjang ellipse = 1.3


b = setengah sumbu pendek ellipse = 1.1
r = jari-jari lingkaran

Sebelum deformasi pajang garis a = b yaitu dua kali r = 2.4, maka kita dapat
menghitung s dan e:

Sa = lf/l0 = 2a/2r = 1.1


Sb = lf/l0 = 2b/2r = 0.92
ea = lf-l0/l0 = 2a - 2r/2r = 0.83 = 83 % perpanjangan
eb = lf-l0/l0 = 2b - 2r/2r = - 0.83 = 83% perpendekan
Download format word lengkap mengenai materi ini dan materi yang berhubungan
dengan materi ini di sini

Anda mungkin juga menyukai