BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia dapat merupakan penyakit yang ditentukan secara genetik, tetapi juga
terdapat bukti yang menunjukkan kejadian intra uteri dan komplikasi obstetrik.
Obat neuroleptik banyak mengedalikan banyak gejala skizofrenia. Obat tersebut
mempunyai sebagian besar efek pada gejala positif seperti halusinasi dan waham.
Gejala negatif seperti menarik diri dari lingkungan sosial dan apatis emosional
kurang dipengaruhi oleh obat neuroleptik. (Profitasari, 2010)
Obat neuroleptik membtuhkan waktu beberapa minggu untuk mengendalikan
gejala skizofren dan sebagian pasien akan membutuhkan pengobatan rumatan
selama bertahuntahun. Relaps sering terjadi bahkan pada pasien yang
dipertahankan dengan obat dan lebih dari dua pertiganya mengalami relaps dalam
satu tahun bila menghentikan terapi. Sayangnya, neuroleptik juga memblok
reseptor dopamin pada gnaglia basalis dan sering juga menyebabkan gangguan
pergerakan (efek ekstra piramidal) yang menyebabkan stress dan kecacatan.
(Mansjoer, 2000)
Berbagai agen farmakologis yang digunakan untuk menerapi berbagai gangguan
psikiatrik disebut dengan tiga istilah umumyang dapat saling menggantikan: obat
psikotropik, obat psikoaktif, dan obat psikoterapuetik. Dahulu agen tersebut dibagi
dalam empat kategori :
1. Obat antipsikotik atau neuroleptik, digunakan untuk menerapi psikosis.
2. Obat anti depresan, digunakan untuk menerapi depresi.
3. Obat anti manik dan penstabil mood, digunakan untuk menerapi gangguan
bipolar.
4. Obat anti ansietas dan anti ansiolitik, digunakan untuk menerapi keadaan
ansietas.
Meskipun demikian, sekarang ini pembagian tersebut kurang sah disebabkan
berbagai alasan yang mendasari. Sedangkan pendapat lain mengemukakan
klasifikasi obat psikotropika yang baru. Berikut tabel yang menunjukkan
klasifikasi obat psikofarmaka dengan istilah dan obat acuan yang dipakai :
Golongan Sinonin Obat Acuan
Antipsikosis Neuroleptika, Major Chlorpromazine
Tranquillizer, Ataractics
Antidepresan Thymoleptics, Psychic Amitriptyline
energizers
Anti manik Mood modulator, mood Lithium
stabilizer, Antimanics Caebonate
Anti ansietas Psycholeptics, Minor Diazepam/
Tranquillizer, Anxyolitic Chlordiazepoxide
Anti insomnia Hypnotics, Somnifacient, Phenobarbital
Hipnotika
Anti obsesif konvulsif Drugs used in Chlomipramin
Obsesivecompulsive Disorder
Anti panic Drugs used in Panic disorder Imipramine
(Andri, 2009)
BAB II
PSIKOFARMAKA
1. Definisi
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada
Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan
perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap
taraf kualitas hidup pasien. Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan,
diantaranya: antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas. Pembagian
lainnya dari obat psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants
dan psikomimetika
2. Obat-0bat Psikotropika
1) Obat Anti-Psikosis
Obat-obat neuroleptika juga disebut tranquilizer mayor, obat anti psikotik atau
obat anti skizofren, karena terutama digunakan dalam pengobatan skizofrenia
tetapi juga efektif untuk psikotik lain, seperti keadaan manik atau delirium.
Obat-obat anti psikotik ini terbagi atas dua golongan besar, yaitu :
1. Obat anti psikotik tipikal
1. Phenothiazine
Rantai alipathic : CHLORPROMAZINE
LOVEMEPROMAZINE
Rantai piperazine : PERPHENAZINE
TRIFLUOPERAZINE
FLUPHENAZINE
Rantai piperidine : THIORIDAZINE
2. Butyrophenone : HALOPERIDOL
3. diphenyl-butyl-piperidine : PIMOZIDE
2. Obat anti psikotik atipikal
1. Benzamide : SULPIRIDE
2. Dibenzodiazepine : CLOZAPINE
OLANZAPINE
QUETIAPINE
3. Benzisoxazole : RISPERIDON
Mekanisme Kerja
Cara Penggunaan
Mulailah dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari
hingga
dosis efektif (sindroma psikosis reda) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu
dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)
diturunkan setiap 2 minggu dosis maintenance dipertahankan selama 6 bulan –
2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu tapering off (dosis diturunkan tiap
2-4 minggu) stop.
Obat anti-psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun
diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan sangat kecil. Jika
dihentikan mendadak timbul gejala cholinergic rebound, yaitu: gangguan lambung,
mual, muntah, diare, pusisng, gemetar dan lain-lain dan akan mereda jika diberikan
anticholinergic agents (injeksi sulfas atropine 0,25 mg IM dan tablet trihexylfenidil
3x2 mg/hari). Obat anti-psikosis parenteral berguna untuk pasien yang tidak mau atau
sulit teratur makan obat atau tidak efektif dengan medikasi oral. Dosis dimulai dengan
0,5 cc setiap bulan. Pemberiannya hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan
terhadap skizofrenia.
Indikasi
Efek Samping
Kontraindikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris yang tinggi,
ketergantungan alkohol, penyakit SSP dan gangguan kesadaran.
SEDIAAN ANTIPSIKOSIS DAN DOSIS ANJURAN
2. Anti Depresan
Antidepresan terutama digunakan untuk mengobati depresi, gangguan
obsesifkompulsif, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan panik, gangguan fobik
dan pada kasus tertentu, enuresis nokturnal (antidepresn trisiklik) dan bulimia
nervosa (fluoxetine).
Pengaruh antidepressan pada neurotransmitter biogenik amin memiliki
mekanisme yang berbeda pada setiap golongan antidepressan. Terapi jangka
panjang dengan obat-obat tersebut telah membuktikan pengurangan reuptake
norepinephrine atau serotonin atau keduanya, penurunan jumlah reseptor beta pasca
sinaptik, dan berkurangnya pembentukan cAMP.
Cara Penggunaan
Umumnya bersifat oral, sebagian besar bisa diberikan sekali sehari dan
mengalami proses first-pass metabolism di hepar. Respon anti-depresan jarang
timbul dalam waktu kurang dari 2-6 minggu. Untuk sindroma depresi ringan dan
sedang, pemilihan obat sebaiknya mengikuti urutan:
Langkah 1 : golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
Langkah 2 : golongan tetrasiklik (TCA)
Langkah 3 :golongan tetrasiklik, atypical, MAOI (Mono Amin Oxydase Inhibitor)
reversibel.
Pemberian Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
Efek sekunder (efek samping) : sekitar 12-24 jam
Waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
a) Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu
I. Misalnya amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III
dan IV, 100 mg/hari pada hari V dan VI.
b) Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis
efektif kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari
selama 7 sampai 15 hari (miggu II), kemudian minggu III 200 mg/hari dan
minggu IV 300 mg/hari.
c) Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan.
Misalnya amytriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan sampai
dosis pemeliharaan.
d) Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan. Biasanya dosis
pemeliharaan ½ dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari.
e) Tappering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating
dosage. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari à 100 mg/hari selama 1 minggu, 100
mg/hari à 75 mg/hari selama 1 minggu, 75 mg/hari à 50 mg/hari selama 1 minggu,
50 mg/hari à 25 mg/hari selama 1 minggu.
Dengan demikian obat anti depresan dapat diberhentikan total. Kalau kemudian
sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya. Pada
dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one hour
before sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI
diberikan dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan. Pemberian obat anti depresi
dapat dilakukan dalam jangka panjang oleh karena “addiction potential”-nya sangat
minimal.
Indikasi
Obat antidepresan ditujukan kepada penderita depresi dan kadang berguna juga pada
penderita ansietas fobia, obsesif-kompulsif, dan mencegah kekambuhan depresi.
Efek Samping
Trisklik dan MAOI : antikolinergik(mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,
konstipasi, sinus takikardi) dan antiadrenergik (perubahan EKG, hipotensi.
SSRI : nausea, sakit kepala
MAOI : interaksi tiramin
Jika pemberian telah mencapai dosis toksik timbul atropine toxic syndrome dengan
gejala eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi, konvulsi, delirium, confusion dan
disorientasi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya:
Gastric lavage
Diazepam 10 mg IM untuk mengatasi konvulsi
Kegagalan Terapi
Kepatuhan pasien menggunakan obat (compliance), yang dapat hilang oleh
karena adanya efek samping, perlu diberikan edukasi dan informasi
Pengaturan dosis obat belum adekuat
Tidak cukup lama mempertahankan pada dosis minimal
Dalam menilai efek obat terpengaruh oleh presepsi pasien yang tendensi
negative, sehingga penilaian menjadi “bias”.
3. Anti-Mania
Mania merupakan gangguan mood atau perasaan ditandai dengan aktivitas fisik
yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan
tidak sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi. Hal ini terjadi dalam jangka
waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat keadaan afek (mood,
suasana perasaan) yang meningkat ekspresif atau iritabel.1,2 Sindroma mania
disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron, khususnya
pada sistem limbik, yang berdampak terhadap “dopamine receptor
supersensitivity”. Lithium karbonat merupakan obat pilihan utama untuk
meredakan sindroma mania akut dan profilaksis terhadap serangan sindroma mania
yang kambuh pada gangguan afektif bipolar.2 Bentuk mania yang lebih ringan
adalah hipomania. Mania seringkali merupakan bagian dari kelainan bipolar
(penyakit manik-depresif). Beberapa orang yang tampaknya hanya menderita
mania, mungkin sesungguhnya mengalami episode depresi yang ringan atau
singkat. Baik mania maupun hipomania lebih jarang terjadi dibandingkan dengan
depresi. Mania dan hipomania agak sulit dikenali, kesedihan yang berat dan
berkelanjutan akan mendorong seseorang untuk berobat ke dokter, sedangkan
kegembiraan jarang mendorong seseorang untuk berobat ke dokter karena
penderita mania tidak menyadari adanya sesuatu yang salah dalam keadaan
maupun perilaku mentalnya.
Indikasi
Gejala sasaran: Sindrom mania. Butir-butir diagnostik terdiri dari:
Dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat
keadaan afek (mood, suasana perasaan) yang meningkat, ekspresif dan iritabel.
Keadaan tersebut paling sedikit 4 gejala berikut:
1. Peningkatan aktivitas (ditempat kerja, dalam hubungan sosial atau seksual),
atau ketidak-tenangan fisik
2. Lebih banyak bicara dari lazimnya ataun adanya dorongan untuk bicara
terus menerus
3. Lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayatan subjektif bahwa
pikirannya sedang berlomba
4. Rasa harga diri yang melambung (grandiositas, yang dapat bertaraf sampai
waham/delusi)
5. Berkurangnya kebutuhan tidur
6. Mudah teralih perhatian, yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik kepada
stimulus luar yang tidak penting
7. Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas-aktivitas yang mengandung
kemungkina resiko tinggi dengan akibat yang merugikan apabila tidak
diperhitungkan secara bijaksana.
Kontra Indikasi
Wanita hamil karena bersifat teratogenik. Lithium dapat melalui plasenta dan
masuk peredaran darah janin, khususnya mempengaruhi kelenjar tiroid.
Efek samping
1. Efek samping Lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik pasien.
2. Gejala efek samping pada pengobatan jangka lama: mulut kering, haus,
gastrointestinal distress (mual, muntah, diare, feses lunak), kelemahan otot,
poliuria, tremor halus (fine tremor, lebih nyata pada pasien usia lanjut dan
penggunaan bersamaan dengan neuroleptika dan antidepresan) Tidak ada efek
sedasi dan gangguan akstrapiramidal.
3. Efek samping lain : hipotiroidisme, peningkatan berat badan, perubahan fungsi
tiroid, edema pada tungkai metalic taste, leukositosis, gangguan daya ingat dan
kosentrasi pikiran
4. Gejala intoksikasi
Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, kosentrasi pikiran
menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, berjalan tidak stabil.
Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala: kesadaran menurun,
oliguria, kejang-kejang.
Penting sekali pengawasan kadar lithium dalam darah.
5. Faktor predisposisi terjadinya intoksikasi lithium :
Demam (berkeringat berlebihan)
Diet rendah garam
Diare dan muntah-muntah
Diet untuk menurunkan berat badan
Pemakaian bersama diuretik, antireumatik, obat anti inflamasi nonsteroid
6. Tindakan mengatasi intoksikasi lithium :
Mengurangi faktor predisposisi
Diuresis paksa dengan garam fisiologis NaCl diberikan secara IV 10 ml
7. Tindakan pencegahan intoksikasi lithium dengan edukasi tentang faktor
predisposisi, minum secukupnya, bila berkeringat dan diuresis banyak harus
diimbangi dengan minum lebih banyak, mengenali gejala dan intoksikasi dan
kontrol rutin.
4. Anti-Ansietas
Antiansietas adalah obat – obat yang digunakan untuk mengatasi kecemasan
dan juga mempunyai efek sedative, relaksasi otot, amnestic, dan antiepileptic.
Antiansietas yang terutama adalah benzodiazepine. Banyak golongan obat yang
mendepresi system saraf pusat (SSP) lain telah digunakan untuk sedasi siang hari
pada pengobatan ansietas, namun penggunaannya saat ini telah ditinggalkan.
Alasannya ialah antara lain golongan barbiturate dan meprobamat, lebih toksik
pada takar lajak (overdoses).
Dari golongan benzodiazepine, yang dianjurkan untuk antiansietas adalah
klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam,
alprazolam, dan halozepam. Sedangkan klorazepam lebih dianjurkan untuk
pengobatan panic disorder.
Cara Penggunaan
1. Benzodiazepine memiliki rasio terapetik yang tinggi sebagai anti ansietas dan
kurang menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang rendah dibandingkan
dengan meprobamate atau fenobarbital.
2. Benzodiazepine sebagai “drug of choice” karena memiliki spesifisitas, potensi
dan kemanannya.
3. Spectrum klinis benzodiazepine memliputi efek anti ansietas (lorazepam,
clobazam, bromazepam), antikonvulsan, anti insomnia
(nitrazepam/flurazepam), dan premedikasi tingkat operatif (midazolam).
4. Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai “steady state”
dimana dapat dicapai 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali sehari. Onset of action cepat
dan langsung memberikan efek.
5. Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis setiap 3-5
hari sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini dipertahankan 2-3 minggu.
Kemudian diturunkan 1/8 x dosis awal setiap 2-4 minggu sehingga tercapai
dosis pemeliharan. Bila kambuh dinaikkan lagi dan tetap efektif pertahankan 4-
8 minggu.
6. Pemberian obat tidak boleh lebih dari 1-3 bulan dan penghentian selalu secara
bertahap.
Efek Samping dan Kontra Indikasi
Pada penggunaan dosis terapi jarang timbul efek samping seperti rasa
mengantuk, tetapi pada kadar takar lajak (overdoses) benzodiazepine menimbulkan
efek depresi SSP. Efek samping akibat depresi susunan saraf pusat berupa kantuk
dan ataksia yang merupakan kelanjutan dari efek farmakodinamik obat – obat
tersebut. Efek antiansietas diazepam dapat diharapkan terjadi bila kadar dalam
darah mencapai 300-400 ng/mL dan pada kadar ini sudah terjadi efek sedasi dan
gangguan psikomotor. Intoksikasi SSP yang menyeluruh terjadi pada kadar di atas
900-1000 ng/mL.
Hal yang ganjil adalah sesekali terjadi peningkatan ansietas. Respon semacam
ini terjadi khusus pada pasien yang merasa ketakutan dan terjadi penumpulan daya
pikir sebagai akibat efek samping sedasi antiansietas.Efek yang unik juga adalah
dimana terjadi peningkatan nafsu makan yang mungkin ditimbulkan oleh derivate
benzodiazepine secara mental.
Umumnya, toksisitas klinik benzodiazepine rendah. Bertambahnya berat
badan, yang mungkin disebabkan karena perbaikan nafsu makan, terjadi pada
beberapa pasien. Banyak efek samping yang dilaporkan pasien tumpang tindih
dengan dengan gejala ansietas, oleh sebab itu anamnesis yang cermat sangat
penting sehingga dapat dibedakan apakah benar merupakan efek samping atau
merupakan gejala ansietas.
Pemberian dalam jumlah besar dan jangka waktu lama menyebabkan toleransi
dan dependensi, serta gejala putus zat apabila obat dihentikan secara tiba–tiba.
Derivate benzodiazepine sebaiknya jangan diberikan bersama dengan alcohol,
barbiturate dan atau fenotiazin. Kombinasi ini mungkin menimbulkan efek depresi
yang berlebihan. Pada pasien dengan gangguan pernapasan, benzodiazepine dapat
memperberat gejala sesak napas.
Indikasi dan Sediaan
Derivate benzodiazepine digunakan untuk menimbulkan sedasi,
menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada hubungan dengan
rasa cemas. Selainsebagai antiansietas, derivate benzodiazepine juga digunakan
sebagai hipnotik, antikonvulsan, pelemas otot, dan induksi anestesi umum yang
tentunya dosis untuk masing – masing tujuan penggunaan berbeda.
Sebagai antiansietas, klordiazepoksid dapat diberikan secara oral atau bila
sangat diperlukan, suntikan dapat diulang 2-4 jam dengan dosis 25 – 100 mg sehari
dalam 2 atau 4 pemberian. Dosis diazepam adalah 2-20 mg sehari, dan pemberian
suntik dapat diulang tiap 3-4 jam. Klorazepat diberikan secara oral 30 mg sehari
dalam dosis terbagi.
Klodiazepoksid tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan 10 mg. diazepam
tersedia dalam bentuk tablet 2 mg dan 5 mg. diazepam tersedia sebagai larutan
untuk pemberian rektal pada anak dengan kejang demam. Alprazolam tersedia
dalam bentuk tablet 0,5 mg, 1 mg, dan 2 mg.
I. PENGANTAR
Pemeriksaan psikiatri (gangguan jiwa) berbeda dengan pemeriksaan medis umum
karena pasien tidak sepenuhnya memiliki kemampuan untuk menyadari adanya gangguan
psikiatri dan bahkan pasien dapat datang dengan beberapa keluhan somatik/fisik.
Dokterpun kadang meremehkan keberadaan gangguan mental, bahkan beberapa tidak
yakin bahwa gangguan psikiatri sebagai gangguan medis yang “nyata” dan hanya
menfokuskan pada keluhan fisik. Wawancara psikiatrik yang baik merupakan salah satu
modal dasar yang harus dimiliki oleh psikiater karena wawancara selain merupakan alat
untuk mendapatkan data juga harus bersifat terapetik Selama melakukan wawancara, kita
harus mengidentifikasi psikopatologi yang terdapat pada pasien, menginterpretasikan
psikopatologi itu ke dalam suatu gejala atau sindroma klinik yang esensial untuk dapat
menegakkan diagnosis (dalam hal ini diagnosis multiaksial dengan menggunakan kriteria
PPDGJIII) melalui suatu proses yang efisien
Klarifikasi Riwayat
Tiap pasien mempunyai cara menjawab yang berbedabeda. Beberapa pasien
menjawab pertanyaan dengan jelas, yang lainnya menjawab secara sempit, tidak sesuai
dengan pertanyaan, tidak jelas, atau sirkumstansial. Dalam beberapa situasi, pewawancara
perlu membantu pasien untuk dapat memberi jawaban yang lebih jelas. Teknik yang dapat
membantu pasien memperjelas jawabannya adalah specification, generalization, checking
symptom, leading question, probing, interrelation, dan summarizing. Spesifikasi dilakukan
bila pasien yang memberikan jawaban tidak jelas maka pertanyaan bias ubah menjadi lebih
tertutup, generalisasi dilakukan bila pasien hanya memberikan informasi yang spesifik saat
pewawancara memerlukan penjelasan mengenai pola perilaku secara keseluruhan.
Pewawancara dapat mengajukan beberapa daftar gejala (checking symptom) kepada pasien
untuk membentu menilai adanya psikopatologi, hal tersebut dilakukan jika cerita yang
disampaikan pasien tidak jelas. Leading question mengarahkan pasien pada jawaban yang
spesifik. Pasien kadang menyampaikan makna dan pentingnya suatu situasi yang ia alami
tanpa menjelaskan alasannya. Pewawancara harus mencoba untuk menemukan alasan
tersebut dengan teknik yang disebut probing. Pewawancara harus melakukan eksplorasi
mengenai hubungan (interrelation) yang tidak logis yang disampaikan oleh pasien dalam
wawancara. Teknik summaries berguna pada pasien yang memberikan jawaban yang tidak
jelas atau sirkumstansial, asosiasi longgar, flight of ideas, seperti pada pasien bipolar atau
siklotimia. Teknik ini membantu memfokuskan perhatian pasien. Dengan teknik ini
pewawancara juga dapat merefleksikan kembali pada pasien apa yang dipikirkan oleh
pewawancara mengenai katakata pasien. Pewawancara perlu berhati-hati dalam
menggunakan teknik ini karena dapat mengarahkan pasien dan pewawancara meletakkan
kata-katanya pada pasien.
2.1.1. Identifikasi
Meliputi pertanyaan tentang identitas dan orientasi. Bermanfaat untuk administrasi dan
agar tidak salah mengenali pasien. Selain itu, komponen-komponen ini ada kaitannya
dengan penyakit tertentu. Misalnya schizophrenia serangan pertamanya biasanya pada usia
kurang dari 45 tahun, depresi lebih banyak terjadi pada wanita. Daerah Blitar secara
epidemiologis banyak penduduknya yang terkena schizophrenia. Identifikasi pasien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku bangsa/latar belakang, kebudayaan, status
sipil, pendidikan, dan pekerjaannya. Orientasi dinilai dengan menanyakan posisi pasien
sekarang dalam ruang dan waktu.
2.2. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan, secara obyektif didapatkan dari penilaian status mentalis, penilaian
kognitif, bila diindikasikan dapat dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,
dan scan otak. Penilaian status psikiatri perlu disesuaikan dengan sosio ekonomi dan latar
belakang pendidikan.
2.2.1 Status Internistik
Pemeriksaan kardiologi sederhana berupa denyut nadi dan tekanan darah.
2.2.2 Status Neurologik
Pemeriksaan neurologis sederhana antara lain tonus otot, refleks, dan nervus
cranialis.
2.2.3 Status Psikiatri (autoanamnesa)
Status Praesens (tanggal, jam)
Kesan Umum, amati wajah, apakah sesuai dengan usia, kontak mata, cara
berpakaian, rambut, hygiene pribadi salah satunya dari bau, cara duduk, bersikap dan
perilaku terhadap pemeriksa, cara berjalan, psikomotor yang melambat atau agitasi.
Kontak
Verbal : lancar, tidak lancar, relevan, irrelevan
Non verbal : tulis, gambar, isyarat (misalnya beri minum lihat responnya)
Kesadaran :
Orientasi, terhadap waktu, ruang, nama, identitas dan orang lain
Atensi, perhatian dan konsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan. Dapat
ditanyakan dengan pertanyaan pasien datang dengan siapa, dimana ia memarkir
kendaraannya, atau kapan ia membuat janji untuk datang pada pemeriksa saat ini. Dari
pertanyaan tersebut, pemeriksa dapat menentukan seberapa besar atensi, konsentrasi,
orientasi dan memori.
Memori, penilaian daya ingat pasien dapat dilakukan secara informal. Saat
pemeriksa memperkenalkan diri dan pasien dapat mengulang menyebut nama pemeriksa
(immediate recall). Untuk menilai memori jangka sedang dan panjang pasien dapat diajak
menceritakan kejadian yang telah lama terjadi.
Afek – Emosi : amati keadaan emosional pasien (misalnya: depresi, gembira,
cemas) yang biasanya dikemukkan sendiri oleh pasien. Afek adalah penilaian terhadap
keadaan emosi pasien yang terdiri dari:
Tingkatan afek, atau spektrum mood yang ditunjukkan pasien. Terdiri dari: (a)
penuh (normal) yaitu emosi yang berubah sesuai dengan keadaan yang dibicarakan, (b)
terbatas, yang sering tampak sedih (pasien depresi) dan dapat juga tiba-tiba meningkat
(pasien manik), dan (c) datar, yaitu pasien yang menunjukkan sedikit sekali emosi, terutama
pada pasien
Kesesuaian, yaitu seberapa sesuai keadaan emosi dengan skizoprenia.
Kelabilan, yaitu kecepatan perubahan mood pasien. subyek pembicaraan. Jika
pasien membicarakan kesedihan malah bergembira berarti termasuk tidak sesuai.
Proses Berfikir : bentuk (adanya ide aneh; normalnya realistis ditanya
menjawab sesuai pertanyaan), arus, isi. Terbagi menjadi :
Linear : menjawab langsung sesuai pertanyaan.
Circumstance : jawaban berputar-putar dari pertanyaan yang
sebenarnya
Tangensial : jawaban tidak berhubungan dengan pertanyaan, terjadi
bila pasien cemas, atau mengalami demensia
Flight of idea : tampak pada mania, pikiran pasien melompat-lompat
dari ide satu ke ide lainnya yang sulit untuk diikuti
Asosiasi longgar : pasien menunjukkan ide-ide yang tidak
berhubungan
Pikiran blocking : pikiran pasien tiba-tiba terhenti tanpa tujuan yang
jelas, kadang muncul pada psikosis.
Berfikir kongkrit : pasien tidak dapat berfikir abstrak, sehingga
responnya sering ekstrim.
Preservasi : perilaku, sikap dan pola bicara yang berulang. Sering
merupakan tanda dari disfungsi sistem saraf.
6. Hollister LE. Obat antidepresan. Dalam: Farmakologi dasar dan klinik. Katzung
BG. Edisi ke-enam.1998. Jakarta: EGC. hal. 467-77.
9. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
2010. hal. 356-60.
10. Support Hope Inc. Antipsychotic : Haloperidol, Haldol. Disitasi tanggal : 05 Mei
2009 dari http://www.supporthope.com/medication/anti_anxiety/index.html. Last
update : Januari 2008.