Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Asma adalah gangguan inflamasi pada jalan nafas . pasien – pasien
mengalami keluhan batuk,mengi,dada terasa seperti diikat dana tau dispnea
(sesak nafas), yang sering memburuk saat malam atau pagi hari . terdapat variasi
keparahan dan frekuensi serangan.
Pada penderita asma , saluran napas menjadi sempit dan hal ini membuat
sulit bernapas.
Terjadi beberapa perubahan pada saluran napas penyandang asma , yaitu
dinding saluran napas membengkak; adanya sekumpulan lender dan sel-sel
yang rusak menutupi sebagian saluran napas, hidung mengalami iritasi dan
mungkin terjadi tersumbat, dan otot-otot saluran napas mengencang tetapi
semuanya dapat dipulihkan ke kondisi semula dengan terapi yang tepat. selama
terjadi serangan asma, perubahan dalam paru- paru secara tiba – tiba menjadi
jauh lebih baik, ujung saluran napas mengecil, dan aliran udara yang melaluinya
sangat jauh berkurang sehingga bernapas menjadi sangat sulit.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1.Pengertian
Istilah asma berasal dari Bahasa yunani yang artinya terengah-engah
dan berarti serangan napas pendek. Sekarang istilah ini hanya ditunjukkan
untuk keadaan – keadaan yang menunjukkan respon abnormal saluran napas
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan napas
yang meluas. Penyempitan jalan napas disebabkan oleh bronkuspasme
(ketegangan bronkus), edema mukosa dan hipersekresi mukus yang kental.
Asma dapat dibagi menjadi tiga kategori. Asma ekstrinsik atau
alergik, ditemukan pada sejumlah kecil pasien dewasa, dan disebabkan oleh
alergan yang diketahui. Bentuk ini biasanya dimulai pada masa kanak-
kanak dengan keluarga yang mempunyai riwayat penyakit atopic termasuk
hay fever, eczema dermatitis, dan asma. Asma alergik disebabkan oleh
kepekaan individu terhadap alergen (biasanya protein)dalam bentuk sari
yang dihirup, bulu binatang, spora jamur, debu, serta kain, atau yang lebih
jarang , terhadap makanan seperti susu atau cokelat. Sebaliknya, pada asma
inteinsik, atau ideopatik, ditandai dengan sering tidak ditemukannya faktor-
faktor pencetus yang jelas. Faktor nonspesifik (seperti flu biasa, latihan
fisik, atau emosi)dapat memicu serangan Asma.
2.2. Anatomi dan Fisiologi Asma
a. Hidung
Ketika udara masuk ke rongga hidung udara tersebut disaring,
dihangatkan dilembabkan. Partikel-partikel yang kasar disaring oleh
rambut-rambut yang terdapat oleh hidung, sedangkan partikel halus
akan dijerat dalam lapisan mukosa, gerakan silia mendorong lapisan
mucus ke posterior di dalam rongga hidung dan ke superior didalam
saluran pernapasan bagian bawah.
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung
dan mulut setelah depan ruas tulang leher.
c. Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang
terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda ( huruf C). sel-sel bersilia gunannya untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan
udara pernapasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan
kanan disebut karina.
d. Bronkus
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi 2 bagian, yaitu bronkus
kanan dan bronkus kiri struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan
trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada
bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari
lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang menjadi bronkiolus.
2.3.Etiologi
Asma adalah suatu obstruksi jalan nafas yang reversible yang
disebabkan oleh:
1. Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan
nafas.
2. Pembengkakakn membrane bronkus
3. Terisinya bronkus oleh mucus yang kental.
4. Temperature
5. Ansietas
6. Dehidrasi
2.4.Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan
psikologis keduaa factor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi oto-otot
polos, meningkatnya secret abnormal mucus pada bronkiolus dan adanya kontraksi
pada trakea serta meningkatnya produksi mucus jalan nafas, sehingga terjadi
penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara pada jalan nafas maka akan
menimbulkan gangguan seperti ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang
tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma (asma akstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yang
disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopic
seperti exim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat yang sama.
Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsic (idiopatik) sering ditemukan adanya
factor-faktor pencetus yang tidak jelas, factor yang spesifik seperti flu, latihan fisik,
dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.
2.5 Manifestasi klinis
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dipsnea, dan wheezing. Pada
sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang
bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernapas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke
depan serta tampak otot-otot bantu pernapasan bekerja dengan keras.
Ada beberapa tingkatan penderita Asma yaitu :
1. Tingkat I
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b. Timbul bila ada factor pencetus baik dapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial dilaboratorium.
2. Tingkat II
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan napas.
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III
a. Tanpa keluhan
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan
napas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
4. Tingkat IV
a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi
jalan nafas.
5. Tingkat V
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan
asma akut yang berat bersifat refirator sementara terhadap
pengobatan yang lazim dipakai.
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversible.
c. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : kontraksi otot-
otot pernapasan, simbiosis, gnagguan kesadaran, penderita tampak
letih, trakikardi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian
a. Anamnesis
Klien dengan seragan status asmatikus datang dengan keluhan sesak nafas
hebat dan mendadak diikuti dengan gejala-gejala lain, yaitu wheezing,
penggunaan otot bantu nafas, kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan
perubahan tekanan.

b. Pemeriksaan Fisik Fokus pernapasan


1. Inspeksi
Pada klien dengan status asmatikus terlihat adanya peningkatan
usaha dan frekuensi pernapasan penggunaan otot bantu nafas,
terlihat kelelahan sampai gelisah, dan kadang didapatkan kondisi
sianosis.
2. Palpasi
Pada palpasi kesimetrisan, ekspansi, dan traktil fremitus biasanya
normal.
3. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara anormal sampai hiperonor,
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
4. Auskultasi
Ekspirasi memanjang disertai wheezing (diapeks dan hilus)

3.2. Diagnosa keperawatan


1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi
mucus yang kental
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan distensi dinding dada
3.3. Rencana keperawatan
NO Dx NIC NOC
1 Kerusakan Setelah dilakukan  Pantau status
pertukaran gas asuhan keperawatan pernapasan tiap 4
berhubungan selama 1x24 jam jam, hasil GDA,
dengan retensi diharapkan pasien intake, dan output
CO2 dapat:  Tempatkan klien
mendemonstrasikan pada posisi
batuk efektif, tidak semifowler.
ada dipsnea dan gas  Berikan terapi
darah arteri (GDA) intravena sesuai
dalam batas normal anjuran
 Penghisapan
sesuai indikasi
 Berikan
pengobatan yang
telah ditentukan
serta amati bila
ada tanda-tanda
toksisitas.
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan  Kaji warna,
bersihan jalan asuhan keperawatan kekentalan, dan
napas selama 1x24 jam jumlah sputum.
berhubungan diharapkan pasien  Atur posisi semi
dengan sekresi dapat: fowler
mucus yang Mendemonstrasikan  Ajarkan cara
kental batuk efektif,tidak batuk efektif
ada suara nafas  Bantu klien
tambahan dan latihan nafas
wheezing. dalam
 Pertahankan
intake cairan
sedikitnya
2500ml/ hari
kecuali tidak
diindikasikan

3.4 evaluasi
5. jalan nafas kembali efekif
6. pola nafas kembali efektif
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penulisan makalah diatas, maka kami selaku penulis menarik
kesimpulan asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruksi
intermitenyang bersifat reversible, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

4.2 Saran
Harapan kami semoga dengan selesainya makalah ini dapat memenuhi
kebutuhan materi bagi para pembaca terutama bagi para mahasiswa khususnya
bagi kami. Namun tidak menutup kemungkinan makalah ini bisa sesempurna
mungkin. Maka dari itu kritik dan saran dari para pembaca kami harapkan,
terutama dari dosen pembimbing.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai