Rahmat Akbar
Fakultas Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma
184114053
II. Cerita Ratu Aji Bidara Putih: Analisis Fungsi (Lingkaran Satuan Naratif)
Dalam Bagian Analisis fungsi ini, Cerita Ratu Aji Bidara Putih ini akan dibagi kedalam
tiga lingkaran satuan naratif
Dahulu kala, daerah ini merupakan kerajaan besar yang dipimpin oleh seorang
putri cantik jelita yang adil bijaksana bernama Putri Aji Bedarah Putih. Ia diberi nama Aji
Bedarah Putih, karena kulitnya yang sangat putih. Ia punya kebiasaan mengunyah sirih dan
menelan air sepahan sirihnya. Sebagai pemimpin, ia berhasil membangun kerajaan itu menjadi
kerajaan yang sangat makmur dan tenteram. Kemakmuran negeri itu terlihat dengan adanya
sebuah sumur yang dinamakan Sumur Air Berani. Air sumur itu sangat deras, tidak pernah
kering, dan menjadi sumber air bagi para penduduk.
Berita tentang Putri Aji Bedarah Putih sampai telinga Raja Cina. Ia merasa penasaran,
mengapa tidak satu pun lamaran dari para raja dan pangeran yang diterima oleh putri itu. Ia
ingin tahu sehebat apakah Putri Aji Bedarah Putih. Lalu, ia berniat mendatangi kerajaan sang
putri dan meminangnya. Raja Cina mempersiapkan segala sesuatunya dengan saksama. Ia
menyiapkan aneka hadiah yang bernilai tinggi untuk dipersembahkan kepada Putri Aji Bedarah
Putih.
Raja Cina makan dengan lahap. Ternyata, cara makan Raja Cina sangat menggelikan.
Ia makan tidak menggunakan tangan, tetapi langsung menyesapnya dengan menggunakan
mulut. Putri Aji Bedarah Putih sangat jijik melihatnya. Setelah makan, Raja Cina mengutarakan
maksudnya untuk meminang Putri.
"Mohon maaf, Raja Cina. Menurutku kau bukanlah jodoh yang baik untukku. Cara makanmu
tidaklah seperti manusia pada umumnya, tetapi seperti hewan yang memakan makanannya
langsung dengan mulut, tidak dengan tangan."
Raja Cina sangat murka. Ketika kembali ke kapal, ia memerintahkan pasukannya untuk
menyerang Kerajaan Putri Aji Bedarah Putih. Tentara Raja Cina sangat kuat, ini membuat
pasukan Kerajaan Putri Aji kewalahan dan banyak yang gugur.
"Ya Tuhan, jika memang benar Kau berikan aku kesaktian, jadikanlah sepah-sepah dari sirih
yang aku kunyah ini menjadi lipan-lipan raksasa yang dapat menyerang habis Raja Cina dan
pasukannya."
Lalu, ia mengunyah sirihnya dan menyemburkan sepah-sepahnya ke wilayah pertempuran.
Dalam sekejap, saja ampas sirih putri berubah menjadi ribuan lipan raksasa. Lipan-lipan itu
menyerang pasukan Raja Cina sampai ke kapalnya. Bahkan, beberapa ekor lipan membalikkan
kapal tersebut hingga tenggelam. Raja Cina pun mati bersama seluruh pasukannya.
Seiring dengan tewasnya Raja Cina dan seluruh tentaranya, Putri Aji Bedarah Putih pun
menghilang secara gaib. Herannya, Sumur Air Berani pun secara gaib ikut menghilang. Laut
tempat tewasnya Raja Cina dan pasukannya kemudian menjadi dangkal dan berubah menjadi
sebuah padang yang luas dan ditumbuhi tumbuhan perdu. Oleh masyarakat setempat padang
luas itu dinamakan Danau Lipan.
Dia adalah Raja Cina yang datang kepada Ratu Aji untuk melamarnya,
tetapi lamaran tersebut ditolak sehingga menyebabkan kemarahan
dalam diri Raja Cina.
Ratu Aji Bidara Putih dapat mengalahkan Raja Cina pada akhirnya
setelah invasi yang dilakukan oleh Raja Cina
3. Donor: Tuhan
Tuhan dalam cerita rakyat ini digambarkan sebagai sosok yang memberi
bantuan terhadap Ratu Aji, berkat doa dari Ratu Aji tersebut maka ia
mampu mengalahkan Raja Cina
Berdasarkan alurnya (sjuzhet), berikut ini adalah tema-tema yang muncul dalam
cerita ini:
3. Ketuhanan: “Putri Aji Bedarah Putih sangat khawatir dengan kondisi ini.
Kemudian, ia berdoa kepada Tuhan:
Ya Tuhan, jika memang benar Kau berikan aku kesaktian, jadikanlah sepah-
sepah dari sirih yang aku kunyah ini menjadi lipan-lipan raksasa yang dapat
menyerang habis Raja Cina dan pasukannya”
6. Mistis: “Putri Aji Bedarah Putih pun menghilang secara gaib. Herannya,
Sumur Air Berani pun secara gaib ikut menghilang”
V. Kesimpulan