PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal dasar manusia dan merupakan salah satu factor yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia, disamping juga merupakan karunia Tuhan
Yang Maha Esa yang perlu disyukuri. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya.
Fisiologi adalah mempelajari fungsi atau kerja tubuh manusia dalam keadaan normal.
Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ masing-masing dan fungsinya yang
khusus untuk dilaksanakan. Fisiologi sistem pencernaan manusia terdiri dari beberapa
organ rongga mulut, esopagus, lambung, usus kecil, usus besar, rectum, anus. Semua
sistem pencenaan itu akan bekerja sesuai dengan tugasnya namun tetap saling berkaitan
untuk mencerna semua makanan yang masuk ketubuh.
Oleh karena itu, kami sebagai penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan
penyakit gangguan system pencernaan, yaitu gastritis, enteritis,dan colitis dalam makalah
ini.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan memperoleh gambaran dan pemahaman mengenai penyakit
system pencernaan, terutama penyakit gastritis, enteritis, dan juga colitis.
2. Tujuan khusus
a. Menyelesaikan tugas mata kuliah KMB I,
b. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa mengenai penyakit
gastritis, enteritis, dan juga colitis.
c.
C. Ruang Lingkup
Pada makalah ini, penulis hanya membahas mengenai penyakit system pencernaan,
yaitu gastritis, enteritis, dan colitis. Yang meliputi beberapa bahasan yaitu:
1. Apa pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis dan komplikasi yang
mungkin terjadi dari masing-masing penyakit system pencernaan?
2. Pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan yang digunakan untuk mendeteksi
peradangan dari penyakit-penyakit tersebut?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Penyebab
Penyebab dari terjadinya peradangan mukosa lambung antara lain:
a. Indisekresi diet : makan terlalu banyak, cepat, terlalu berbumbu, atau makanan
yang terinfeksi.
b. Penyebab lain : alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
1. Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang
hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti
bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan,
namun diperkirakan penularan tersebut terjadi
melalui jalur oral atau akibat memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi
pada masa kanak – kanak dan dapat bertahan
seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui
sebagai penyebab utama terjadinya peptic
ulcer dan penyebab tersering terjadinya
gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang
lama akan menyebabkan peradangan
menyebar yang kemudian mengakibatkan
perubahan pada lapisan pelindung dinding
lambung. Salah satu perubahan itu adalah
atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam
lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh
kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari
lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker
lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis
2
tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini
mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian orang
rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
4. Penggunaan kokain.
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada
lambung.
6. Kelainan autoimmune.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu
produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh
mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat
mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak
dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune
atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
3
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah
kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis
besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung.
3. Patofisiologi
Gastritis akut dapat menjadi tanda infeksi sistemik. Bentuk yang lebih berat
disebabkan oleh asam kuat atau alkalis sehingga mukosa menjadi gangrene atau
perporasi. Gastritis kronis dihubungkan dengan ulkus atau oleh bakteri Helicobacter
pylori.
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk
kedalam lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung
kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion
hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam
lambung yang meningkat / banyak. Asam lambung dan enzim-enzim
pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi
peradangan. Inilah yang disebut gastritis. Respon mukosa lambung terhadap
kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu
gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi
yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan.
Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif
mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis korosif).
Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya
perdarahan dan peritonitis.
4
Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan atropi kelenjar-kelenjar lambung
dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu-
abu kehijauan (gastitis atropik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan
mengakibatkan berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa.
Gastritis atropik boleh jadi merupakan pendahuluan untuk karsinoma
lambung. Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan dengan ulkus peptikum atau
mungkin terjadi setelah tindakan gastroyeyunostomi.
4. Manifestasi Klinis
a. Gastritis akut :
Ulserasi superficial yang menimbulkan hemorragie
Ketidaknyamanan abdomen (mual, anoreksia)
Muntah serta cegukan
Dapat terjadi kolik dan diare.
b. Gastritis kronis :
Tipe A :
Asimtomatis
Tipe B :
Mengeluh anoreksia
Sakit ulu hati setelah makan
Bersendawa
Rasa pahit dalam mulut
Mual dan muntah
5. Penatalaksanaan
a. Menghindari alcohol dan makan sampai gejala berkurang
b. Diet tidak mengiritasi
c. Bila diperlukan berikan cairan intravena
d. Bila akibat asam atau alkalin kuat encerkan dengan antacid (Aluminium
hidroksida)
e. Bila akibat alkali kuat gunakan jus lemon encer atau cuka yang diencerkan
f. Bila korosi berat, hindari emetic dan lavase karena adanya bahaya perforasi
g. Modifikasi diet, istirahat, reduksi stress dan farmakologi.
5
penyakit peradangan granulomatosa kronik pada saluran cerna yang sering terjadi
berulang.
Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan dinding usus. Kebanyakan terjadi pada
bagian terendah dari usus halus (ileum) dan usus besar, namun dapat terjadi pada
bagian manapun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan bahkan
kulit sekitar anus.
2. Etiologi
Penyebab Enteritis biasanya
disebabkan oleh makan atau minum
bahan yang terkontaminasi dengan
bakteri atau virus. Kuman menetap di
usus kecil dan menyebabkan
inflamasi dan pembengkakan, yang
dapat mengakibatkan sakit perut,
kram, diare, demam, dan dehidrasi.
Enteritis juga bisa disebabkan oleh:
a. Kondisi autoimun seperti penyakit Crohn
b. Beberapa obat, termasuk ibuprofen, natrium naproxen, dan kokain
c. Kerusakan dari terapi radiasi
d. Peradangan ini juga dapat melibatkan lambung (gastritis) dan usus besar
(kolitis).
Jenis penyebab enteritis meliputi:
a. Bakteri Gastroenteritis f. Salmonella enteritis
b. Campylobacter enteritis g. Shigella enteritis
c. E. coli enteritis h. Staph aureus
d. Keracunan makanan i. Keracunan makanan
e. Radiasi enteritis
6
e. Perdarahan rektum
Perdarahan biasanya setelah ada ulserasi pada dinding usus dan melibatkan
pembuluh darah besar
f. Penurunan berat badan
g. Demam ringan
h. Malaise
Malaise adalah perasaan umum tidak sehat, tidak nyaman, atau lesu (“tidak
enak badan”). Hal ini terkait dengan berbagai kondisi medis yang berbeda, dan
sering menjadi tanda pertama penyakit yang berbeda, seperti infeksi virus.
i. Kegagalan perumbuhan dengan keterlambatan pematangan tulang (terutama
pada anak)
Enteritis regional umumnya terjadi pada remaja atau dewasa muda, tetapi dapat
terjadi kapan saja selama hidup. Keadaan ini sering terihat pada populasi 50-80 tahun.
Meskipun ini dapat terjadi dimana saja disepanjang saluran gastrointestinal, area
paling umum yang sering terkena adalah ilium distal dan kolon.
Enteritis regional adalah inflamasi kronis dan subkutan yang meluas keseluruh
lapisan dinding usus dari mukosa usus, ini disebut juga transmural. Pembentukan
fistula, fisura, dan abses terjadi sesuai luasnya inflamasi kedalaman peritonium, lesi
(ulkus) tidak pada kontak terus menerus, granuloma terjadi pada setengah kasus. Pada
kasus lanjut mukosa usus mempunyai penampilan ”Coblestone”. Dengan berlanjutnya
penyakit, dinding usus menebal dan menjadi tibrotit, dan lumen usus menyempit.
4. Pemeriksaan Penunjang
Feses dapat dilakukan untuk menentukan jenis infeksi yang spesifik, bagaimanapun,
tes ini mungkin tidak selalu mengidentifikasi bakteri yang menyebabkan penyakit.
5. Pengobatan
Kasus ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Obat anti diare dapat
menunda organisme meninggalkan saluran pencernaan, dan karena itu mungkin tidak
dianjurkan.
Rehidrasi dengan solusi elektrolit mungkin diperlukan jika dehidrasi terjadi.
Orang dengan diare (terutama anak muda) yang tidak dapat minum cairan karena
mual mungkin memerlukan perawatan medis dan cairan melalui pembuluh darah
(cairan infus).
7
Jika Anda mengambil diuretik dan menderita diare, Anda mungkin perlu
untuk berhenti minum diuretik selama episode akut. Jangan berhenti minum obat
apapun kecuali diberitahu untuk melakukannya oleh penyedia layanan kesehatan
Anda. Gejala biasanya hilang sendiri tanpa pengobatan dalam beberapa hari.
6. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang sering terjadi selama peradangan ini terjadi adalah sebagai
berikut.
a. Dehidrasi
b. Diare berkepanjangan
7. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan
resiko terjangkit penyakit ini adalah dengan:
a. Selalu mencuci tangan setelah menggunakan toilet dan sebelum makan atau
menyiapkan makanan atau minuman. Anda juga dapat membersihkan tangan
Anda dengan produk alkohol 60%.
b. Hindari minum dari sumber yang tidak diketahui, seperti sungai dan sumur di
luar ruangan, tanpa merebus air terlebih dahulu.
c. Gunakan hanya membersihkan peralatan untuk makan atau menangani
makanan, terutama ketika menangani telur dan unggas.
d. Masak makanan lengkap dan benar.
e. Simpan makanan secara tepat dalam pendingin
8
Proktitis ulserativa merupakan peradangan dan perlukaan di rectum.pada 10-
30% penderita penyakit ini akhirnya menyebar ke usus besar, jarang diperlakukan
pembedahan dan harapan hidupnya baik.
2. Etiologi
Penyebab penyakit ini tidak diketahui,
namun factor keturunan dan respon
sistem kekebalan tubuh yang terlalu
aktif di usus,diduga berperan dalam
terjadinya kolitis ulserativa.
3. Patofisiologi
Suatu serangan ini bisa mendadak dan
berat, menyabebkan diare hebat,
demam tinggi, sakit perut dan
peritonitis (radang selaput perut) selama serangan penderita tampak sangat sakit.
Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai secara bertahap, dimana
penderita memiliki keinginan untuk buang air besar, kram ringan pada perut
bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada rectum dan kolon sigmoid tinja mungkin normal,
kering, dan keras. tetapi ketika buang air besar, dari rectum keluar lender yang
banyak mengandung sel darah merah dan sel darah putih. Gejala lain bisa demam.
Jika menyebar ke usus besar, tinja akan lunak dan penderita dapat buang air besar
sebanyak 10-20 kali/hari. Tinja tampak mengandung nanah, darah dan lendir.
4. Manifestasi Klinik
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar
yang lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit
perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat mengalami:
a. Anemia e. Hilangnya cairan tubuh
b. Fatigue/ Kelelahan dan nutrisi
c. Berat badan menurun f. Lesi kulit (eritoma
d. Hilangnya nafsu makan nodosum)
g. Lesi mata (uveitis)
9
h. Nyeri sendi m. Rasa tidak enak di bagian perut.
i. Kegagalan pertumbuhan n. Mendadak perut terasa mulas.
(khususnya pada anak- o. Kram perut.
anak) p. Sakit pada persendian.
j. Buang air besar beberapa q. Rasa sakit yang hilang timbul pada
kali dalam sehari (10-20 rectum
kali sehari) r. Anoreksia
k. Terdapat darah dan nanah s. Dorongan untuk defekasi
dalam kotoran. t. Hipokalsemia
l. Perdarahan rectum (anus).
5. Komplikasi
Dalam perjalanan penyakit ini, dapat terjadi komplikasi : perforasi usus yang
terlibat, terjadinya stenosis usus akibat proses fibrosis, megakolon toksik
(terutama pada colitis ulseratif), perdarahan, dan degenerasi maligna.
Diperkirakan risiko terjadinya kanker pada IBD lebih kurang 13% (Djojoningrat,
2006). Komplikasi lainnya pada Kolitis Ulseratif adalah:
1) Penyempitan lumen usus. 9) Retinitis.
2) Pioderma gangrenosa. 10) Hemoragi.
3) Episkleritis. 11) Perforasi.
4) Uveitis. 12) Neoplasma malignan.
5) Arthritis. 13) Nefrolitiasis.
6) Spondilitis ankilosa. 14) Eritema nodosum.
7) Gangguan fungsi hati. 15) Batu ginjal.
8) Karsinoma kolon. 16) Batu empedu.
6. Pengobatan
Pengobatan ditujukan untuk mengendalikan peradangan mengurangi gejala
dan mengganti cairan dan zat gizi yang hilang. Penderita sebaiknya mengurangi
makan-makan sayur mentah untuk mengurangi cedera fisik pada lapisan usus
besar yang meradang. Diet bebas susu,dan minum obat antikolinergik. Apabila
sudah terjadi colitis toksis maka penderita harus diawasi, semua obat dihentikan
dan pasien dipuasakan. Jika pasien masih lemah dapat dilakukan tindakan
pembedahan.
10
D. Asuhan Keperawatan
1. Asuhan Keperawatan Gastritis
Proses keperawatan adalah pendekatan pemecahan masalah yang logis dan teratur
untuk memberikan asuhan keperawtan sehingga kebutuhan klien terpenuhi secara
komprehensif dan efektif yang meliputi lima tahap yaitu: pengkajian, diagnose
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.( Doenges, M. 1995).
a. Tahap pengkajian merupakan proses dinamis yang terorganisasi yang meliputi
tiga aktivitas dasar yaitu, mengumpulkan data secara sistematis, memilih dan
mengatur data yang dikumpulkan, mendokumentasikan data kedalam format yang
dapat dibuka kembali. ( Doenges, M. 1995).
a) Data dasar pasien: kerangka pengumpulan data, proses wawancara
b) Wawancara keperawatan: bertanya dan mendengar, riwayat klien, pedoman
untuk pengambilan riwayat.
c) Pemeriksaan fisik: fase pemeriksaan dengan tangan.
d) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic: data penunjang.
e) Mengatur unsure-unsur informasi: mengumpulkan data yang telah
dikumpulkan, memeriksa dan memvalidasi temuan.
b. Pengkajian Klien Dengan Gastritis
1) Aktivitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan / kelelahan.
Tanda: Takhikardi, takipnoe, ( hiperventilasi ).
2) Sirkulasi
Gejala: Hipotensi, Takhikardi, Disritmia.
Tanda: Kelemahan nadi / perifer, Pengisian kapiler lambat, Warna kulit
pucat, sianosis, Kelembaban kulit, berkeringat.
3) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola defekasi / karakteristik feces.
Tanda: Nyeri tekan abdomen, Distensi abdomen, peningkatan bunyi
usus,karakteristik feses.
4) Makanan / Cairan.
Gejala: Anorexia,mual, dan muntah, cegukan, tidak toleran terhadap makanan.
Tanda: Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun.
5) Neorosensori.
Gejala: Pusing, sakit kepala, terasa berdengung.
11
Tanda: Status mental, tingkat kesadaran terganggu, cenderung mengantuk,
disorientasi, bingung.
6) Nyeri /Kenyamanan.
Gejala : Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih
Tanda : Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah banyak makan
& hilang setelah minum obat antasida. Nyeri epigastrium kiri
menyebar ketengah dan menjalar tembus kepinggang 1-2 jam
setelah makan ( ulkus peptik ). Nyeri epigastrium kanan ± 4 jam
setelah makan dan hilang setelah diberi antasida ( ulkus
doudenum). Faktor pencetus, makanan, rokok, alkohol penggunaan
obat tertentu. Stress psikologis.
7) Keamanan.
Gejala: Alergi terhadap obat
Tanda: Peningkatan suhu.
8) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA,
alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat
ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak
berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah
berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme,
hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
d. Analisa Data
Hubungkan data-data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan
untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan klien.
12
e. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul
a) Perubahan kenyamanan; Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa
gaster.
Tujuan jangka pendek : Pasien mengatakan rasa nyeri berkurang.
Tujuan jangka panjang: Tidak terjadi iritasi berlanjut.
Intervensi:
1) Puasakan pasien pada 6 jam pertama.
2) Berikan makanan lunak sedikit demi sedikit dan beri minum yang hangat.
3) Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
4) Observasi keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitasnya, ( skala 0-10
), serta perubahan karakteristik nyeri.
Rasionalisasi:
1) Mengurangi inflamasi pada mukosa lambung.
2) Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah
periode puasa.
3) Dapat menyebabkan distres pada bermacam-macam individu / dispepsia.
4) Perubahan karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit /
terjadinya komplikasi.
13
3) Membantu dalam mempertahankan tonus otot dan berat badan juga untuk
mengontrol tingkat pembakaran kalori.
4) Dapat mempengaruhi nafsu makan / pencernaan dan membatasi masukan
nutrisi.
5) Lingkungan yang mennyenangkan dapat menurunkan stress dan lebih
kondusif untuk makan.
14
f. Diagnosa Yang Mungkin Muncul Lainnya
1) Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.
2) Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
3) Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi.
g. Intervensi
a. Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.
Tujuan :
Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal,
pengisian kapiler berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan output
seimbang
Intervensi :
Kaji tanda dan gejala dehidrasi, observasi TTV, ukur intake dan out anjurkan
klien untuk minum ± 1500-2500ml, observasi kulit dan membran mukosa,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus.
15
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa
lambung.
Tujuan :
Nyeri dapat berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala nyeri
menunjukkan angka 0.
Intervensi :
Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri, observasi TTV, berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman, anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam, lakukan
kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi
nyeri.
16
h. Evaluasi
1) Nyeri berkurang atau terkontrol.
2) Menunjukkan adanya masukan nutrisi yang adekuat.
3) Mempertahankan volume cairan adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab,
turgor kulit baik.
4) Ansietas teratasi/berkurang.
Pengkajian subjektif
5) Riwayat kesehatan diambil untuk mengidentifikasi awitan, durasi, dan
karakteristik nyeri abdomen; diare, tenesmus, mual, anoreksia, penurunan BB.
6) Riwayat keluarga tentang penyakit usus inflamasi
7) Pola diet : jumlah Alkohol, kafein, dan nikotin yang dipakai setiap hari atau
setiap minggu.
8) Pola eliminasi : karakter, frekuensi, dan adanya darah, pus, lemak, atau
mukus.
9) Alergi : intoleransi usus atau laktose.
10) Kaji gangguan pola tidur bila diare atau nyeri terjadi pada malam hari.
Pengkajian obektif
1) Auskultasi abdomen terhadap bising usus dan karakteristiknya.
17
2) Palpasi abdomen terhadap distensi, nyeri tekan, atau nyeri.
3) Inspeksi kulit terhadap adanya saluran fistula atau gejala dehidrasi.
4) Feses di inspeksi terhadap adanya darah dan mucus.
b. Analisa Data
Hubungkan data-data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan
untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan klien.
d. Implementasi
1. Tujuan :
a) Eliminasi usus normal g) Mencegah kerusakan
b) Hilangnya nyeri kulit
abdomen dan kram h) Mendapatkan
c) Mencegah kekurangan pengetahuan dan
volume cairan pemhaman tentang
d) Mempertahankan nutrisi proses penyakit dan
dan berat badan optimal program terapiutik
e) Menghindari keletihan i) Tidak adanya
f) Penurunan ansietas dan komplikasi
koping efektif
2. Intervensi Keperawatan
18
a) Mempertahankan pola h) Mencegah kerusakan
eliminasi normal kulit
b) Menghilangkan nyeri i) Pendidikan pasien dan
c) Mempertahankan pertimbangan
pemasukan cairan perawatan dirumah
d) Tindakan nutrisional j) Memantau dan
e) Meningkatkan istirahat mengatasi komplikasi
f) Mengurangi ansietas potensial
g) Tindakan koping
e. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1) Melaporkan penurunan 10) Menghindari episode
dalam frekuensi feses diare keletihan
2) Memenuhi pembatasan 11) Beristirahat secara periodic
diet; mempertahankan tirah selama siang hari
baring 12) Mentaati pembatasan
3) Menggunakan obat sesuai aktivitas
program 13) Sedikit mengalami ansietas
4) Sedikit mengalami nyeri 14) Menghadapi diagnosa
5) Mempertahankan dengan baik
keseimbangan volume 15) Mengungkapkan perasaan
cairan dengan bebas
6) Minum 1 sampai 2 liter 16) Menggunakan perilaku
cairan per oral setiap hari reduksi stress dengan tepat
7) Mengalami suhu tubuh 17) Mempertahankan integritas
normal kulit
8) Menunjukan turgor kulit 18) Membersihkan kulit
adekuat dan membrane perianal setelah defekasi
mukosa lembab. 19) Menggunakan losion atau
9) Mendapatkan nutrisi salep sebagai barier kulit
optimal-mentoleransi 20) Memporoleh pemahaman
pemberian makan sedikit tentang proses penyakit
dan sering tanpa diare
19
21) Mengubah diet dengan 24) Elektrolit dala batas normal
tepat untuk menurunkan 25) Tidak ada distrimia
diare 26) Volume cairan
22) Mentaati program obat- dipertahankan
obatan 27) Tidak ada bukti perforasi
23) Tidak mengalami atau pendarahan rektal.
komplikasi
20
Identitas makanan dan cairan yang mencetuskan diare.
Observasi demam,takikardia,ansietas,dan kelesuan.
Memberikan obat antikolinergik
2. Nutrisi perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubangan dengan
gangguan absorpsi nutrient.
Intervensi:
Timbang beratbadan tiap hari
Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik,lingkungan yang nyaman
Pertahankan puasa sesuai indikasi
Tambahkan diet sesuai indikasi
c. Implementasi
Tujuan utama mencakup mendapatkan eliminasi usus normal, hilangnya nyeri
abdomen, dan keram, mencegah kekurangan volume cairan, mempertahankan
nutrisi dan berat badan optimal, menghindari keletihan, penurunan anxietas,
mencegah kerusakan kulit, mendapatkan pengetahuan dan pembahasan tentang
proses penyakit dan program terapeutik dan tidak adanya komplikasi.
d. Intervensi
Mandiri Rasional
Observasi dan catat frekuensi Agar mengurangi bau tak sedap
defekasi, karakteristik, jumlah untuk menghindari malu pasien
dan factor pencetus Istirahat menurunkan mobilitas
Buang feses dengan tepat, khusus, juga menurunkan laju
berikan pengharum ruangan.
21
Tingkatkan tirah baring, metabolisme
berikan alat alat di samping
tempat tidur.
Ø Membantu membedakan
penyakit individu dan
mengkaji beratnya episode
e. Evaluasi
Pada diagnosis kolitis ulserative kronis, pemeriksaan feses yang cermat
dilakukan untuk membedakannya dengan disentri yang di sebabkan oleh
organisme usus umum, khususnya entamoeba histolityca. Feses positif terhadap
darah. Tes laboratorium akan menunjukkan hematokrik dan hemoglobin yang
rendah, peningkatan hitung darah lengkap, albumin rendah, dan
ketidakseimbangna elektrorit.
Sigmoidoskopi dan enemabarium dapat membedakan kondisi ini dari penyakit
kolon yang lain dengan gejala yang serupa. Enema barium akan menunjukkan
iregularitas mukosal, pemendekkan kolon, dan dilatasi lengkung usus.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung.
Secara histologis dapat dibuktikan dengan inflamasi sel-sel radang pada daerah tersebut
didasarkan pada manifestasi klinis dapat dibagi menjadi akut dan kronik (Hirlan, 2001 :
127).
Gastritis merupakan gangguan yang sering terjadi dengan karakteristik adanya
anorexia, rasa penuh, dan tidak enak pada epigastrium, mual, muntah. Gastritis adalah
peradangan mukosa lambung, eksplorasi, mukosa lambung, atau kadang-kadang
peradangan bakteri. (Brunner & Suddart : 1062)
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan
inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.
Enteritis adalah peradangan pada usus kecil. Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis,
Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah peradangan menahun pada dinding
usus. Enteritis regional, ileokolitis, atau Penyakit Crohn merupakan suatu penyakit
peradangan granulomatosa kronik pada saluran cerna yang sering terjadi berulang.
Colitis ulserativa merupakan suatu penyakit menahun di usus besar mengalani
peradangan dan luka,yang menyebabkan diare berdarah, kram perut dan demam.
B. Saran
Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak bisa menambah pengetahuan pembaca mengenai penyakit saluran pencernaan. Di
samping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami
bisa menjadi lebih baik pada makalah asuhan keperawatan kami dikemudian hari.
23
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqim, Arif & Kumala Sari. (2012). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Sudoyo, Aru W. & Setiyohadi, Bambang. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI
Mansjoer, Arif, ed. All. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius FK UI 2000
Anonim. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC.
http://en.wikipedia.org, Gastritis
24