Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

PT. Antam Tbk. UPBN Pomalaa adalah salah satu perusahaan tambang yang

melakukan pengolahan ferronikel dengan cara pyrometalurgi. Usaha pengolahan

tersebut dilakukan untuk memperpanjang jangka waktu penambangan akibat

jumlah nikel yang berkadar 2,2% sudah menipis, cadangan yang ada hingga saat ini

memiliki kadar < 1,82.

Ore calsinasing adalah tahap akhir pada ore preparation pengolahan nikel

PT. Antam Tbk. Pomalaa. Tahap ini berfungsi untuk menghilangkan 100%

moinsture content, kadar air Kristal dan juga terjadi proses pre-reduksi karena

adanya campuran batubara. Untuk proses calsinasi digunakan alat rotary kiln (RK)

dimana pada unit Feni II kapasitas RK-nya 60 ton/jam dengan dimensi; panjang

90m dan diameter 4,2m. Namun saat ini PT. Antam Tbk. UPBN Pomalaa berencana

menaikkan kapasitas RK pada Feni II dua menjadi 70ton/jam dengan tujuan untuk

meningkatkan produksi bijih nikel.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari kerja praktek adalah untuk memberikan pemahaman kepada

peserta mengenai kondisi nyata di dunia kerja terutama mengenai bidang

pertambangan.

Adapun tujuan tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk mengetahui metode

dan tahapan-tahapan pengolahan bijih nikel PT. Antam Tbk. UPBN Pomalaa.
1.3 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dalam

studi ini rumusan masalahnya adalh sebagai berikut:

 Proses ore drying pada pabrik Feni I

 Komponen-komponen yang terkait dengan rotary dryer I

 Hambatan-hambatan yang terjadi selama proses ore drying

1.4 BATASAN MASALAH

Penulis membatasi masalah kerja praktek hanya pada tahapan ore drying

pada pabrik Feni I.

1.5 TUJUAN KERJA PRAKTEK

Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tahapan proses ore drying.

2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari rotary dryer dan komponen-komponen

lain yang mendukung dalam proses ore drying.

3. Untuk mengetahui campuran material dan kebutuhan material untuk proses

ore drying.

4. Untuk mengetahui hambatan-hambatan operasional yang terjadi pada saat

proses ore drying

1.6 MANFAAT KERJA PRAKTEK

Manfaat yang dari kerja praktek adalah:

1. Menjadi wadah untuk memahami kondisi nyata di lapangan tentang

pengolahan bahan galian dalam hal ini tahap ore drying pada pengolahan

ferronikel.
2. Merupakan modal untuk mengenal dunia kerja.

3. Sebagai bahan perbandingan terhadap teori di bangku perkuliahan dengan

praktek di lapangan.

4. Sebagai eksistensi perusahaan dalam mendukung professional di bidang

pendidikan.

I.7 WAKTU, LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH

Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 1 juni 2010 sampai dengan tanggal 30 juni

2010. Penelitian dilakukan didaerah konsesi pertambangan PT. Antam Tbk, UBP Nikel

Sultra daerah tambang utara yaitu di Bukit L IV S. Yang secara administratif PT. Antam Tbk,

UBP Nikel Sultra terletak di kecamatan Pomalaa, kabupaten Kolaka dan Propinsi Sulawesi

Tenggara. Dan secara geografis terletak pada 4º 10’00’’ – 4º 17’25’’ LS dan 121º 31’30’’ –

121º 39’03’’BT.

Untuk sampai di PT. Antam Tbk, UBP Nikel Sultra dapat ditempuh dengan

menggunakan jalan darat dari ibu kota propinsi Sulawesi Tenggara yaitu Kendari menuju

Pomalaa selama 4 jam dengan jarak sekitar 185 Km,dan dari kabupaten Kolaka selama 45

menit dengan jarak sekitar 29 Km.


I.8 TAHAPAN PENELITIAN

Dalam melakukan kerja praktek ini penulis melakukan Tahapan penelitian yang

meliputi :

1. Tahapan persiapan,

Pada tahapan ini hal-hal yang dilakukan adalah pengurusan proposal dan

surat izin pelaksanaan kerja praktek dari Universitas ke pihak perusahaan.

Dan didalam perusahaan dilakukan persiapan berupa pengurusan surat Izin

dari Kepala Teknik Tambang untuk dapat masuk kedaerah lokasi tambang

dan pabrik.

2. Studi Kepustakaan,

Yaitu dengan menggunakan berbagai literatur yang berkaitan dengan proses

reklamasi yang kemudian membantu dalam penyusunan laporan ini.

3. Pengamatan Lapangan, meliputi :

a. Observasi dan pengenalan lapangan lokasi pertambangan,

b. Melakukan interview atau wawancara kepada setiap pengawas dilapangan

yang mengawasi proses-proses tahapan reklamasi.

c. Pengumpulan data, berupa :

- Data primer yaitu data yang diperoleh dari satuan kerja lingkungan

tambang PT. Antam Tbk, UBP Nikel Sultra.

- Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil interview dan dari

literatur.
4. Tahapan penyusunan laporan,

Pada tahap ini data-data yang telah dikumpulkan kemudian dibuat dalam

bentuk laporan sebagai hasil akhir dari kerja praktek yang dilakukan.

I.9 Sistemitika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini

adalah sebagai berikut :

a. Bab I : Pendahuluan

Membahas tentang latar belakang, maksud dan tujuan kerja praktek, batasan

masalah, waktu,lokasi dan kesampaian daerah, tahapan penelitian dan

sistematikan penulisan.

b. Bab II : Tinjaun Umum

Membahas penjelasan secara umum tentang PT. Antam Tbk, UBP Nikel

Sultra yang meliputi : sejarah perusahaan, keadaan perusahaan, keadaan

geologi, dan kegiatan penambangan.

c. Bab III : Landasan Teori

Membahas teori-teori yang berkaitan dengan reklamasi lahan pasca tambang.

d. Bab IV : Hasil dan Pembahasan


Menguraikan tentang pengamatan yang dilakukan pada perusahaan tempat

kerja praktek dilakukan, meliputi tahapan reklamasi yang dilakukan oleh

perusahaan mulai dari awal reklamasi sampai tahap pemeliharaanya.

e. Bab V : Penutup

Berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh selama penelitian.


BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra

Pada Tahun 1909 hidrosilikat di Sulawesi Tenggara ditemukan oleh E.C. Abendanon.

Penelitian pertama kali dilakukan OOSE BORNEO Maatschappij yang mengadakan

eksplorasi ke daerah Pomalaa dan sekitarnya dan berhasil menemukan endapan bijih nikel

yang cukup kaya disekitar Tanjung Pakar pada Tahun 1934.

Pada Tahun 1938 sampai Tahun 1942 penambangan dilakukan oleh OOSE BORNEO

Maatschappij (OBM) sebanyak 150.000 ton dan diekspor ke Jepang. Pada Tahun 1942-1945

penambangan bijih nikel dilanjutkan oleh Sumitomo Metal Mining Co (SMM) dan berhasil

membangun sebuah pabrik pengolahan yang menghasilkan nikel matte. Dari jumlah tersebut,

30 ton berhasil dikapalkan dan sisanya ditinggalkan di Pomalaa.

Tahun 1957 usaha pertambangan dimulai lagi oleh NV. PERTO. Mula-mula

dikerjakan hanya dengan mengekspor ke Jepang, yaitu stok bijih nikel yang ditinggalkan dari

zaman Jepang.

Kemudian berdasarkan PP No. 22 Tahun 1968, PT Pertambangan Nikel Indonesia

bersama BPU Pertambun beserta PT/PN dan proyek di jajarannya disatukan menjadi PN

Aneka Tambang di Pomalaa selaku unit produksi dengan nama Unit Pertambangan Nikel

Pomalaa. Pada Tanggal 30 Desember 1974 status PN berubah menjadi PT Aneka Tambang

(Persero).
2.2 Keadaan Perusahaan

2.2.1 Wilayah Perusahaan

Daerah Kuasa Pertambangan PT. Antam Tbk, UBP Nikel Sultra meliputi area seluas

kurang lebih 7.251,3 Ha. Penambangan bijih nikel dilakukan secara serentak di dalam

wilayah KP Eksploitasi dengan membagi tiga daerah tambang yaitu Tambang Utara untuk

wilayah KP Eksploitasi KW 98PP0214, Tambang Tengah Untuk wilayah KP Ekploitasi

KW WSPM014 dan Tambang Selatan untuk wilayah KP Ekploitasi KW 98PP0213 dan KW

PM015 serta sebagian lagi gugusan pulau-pulau antara lain Pulau Maniang, Pulau Lemo dan

Pulau Padamarang. Secara geografis, Kuasa Pertambangan PT. Antam Tbk, UBP Nikel

Sultra berada pada garis lintang antara 4º 10’00’’ – 4º 17’25’’ LS dan 121º 31’30’’ – 121º

39’03’’BT.

Daerah-daerah Kuasa Pertambangan PT. Antam Tbk, UBP Nikel Sultra meliputi:

1. Daerah utara

Daerah utara dibatasi oleh Sungai Komoro, di mana pada bagian tengah daerah

utara ini terdapat sungai Komoro yang mengalir dari arah tenggara ke arah Teluk

Mekongga. Daerah ini semakin meluas ke arah utara sampai di luar daerah Kuasa

Pertambangan bagian barat dekat pesisir pantai, melingkar bukit-bukit dan daerah ini

mengapit ke arah Sungai Komoro.

2. Daerah tengah

Daerah tengah bagian utara berbatasan dengan daerah utara bagian selatan,

dipisahkan oleh Sungai Komoro, bagian utara terdapat perbukitan dan bagian selatan
adalah pesisir pantai serta bagian barat terdiri dari lembah yang sangat luas dan bagian

timur adalah batas daerah Kuasa Pertambangan.

3. Daerah selatan

Daerah ini meliputi beberapa daerah antara lain: daerah Sitado, Tanjung Pagar,

Tanjung Leppe dan Batu Kilat.

4. Gugusan pulau-pulau di Teluk Mekongga

Pulau-pulau ini membentuk gugusan yang dipisahkan satu sama lain oleh laut

yang dangkal dengan kedalaman rata-rata 30 m, pulau-pulau ini adalah Pulau Maniang,

Pulau Lemo, Pulau Padamarang, Pulau Lambasani dan Pulau Buaya.

Sumber PT. Antam Tbk, UBP Nikel Sultra

Gambar 2.1 Peta Kuasa Pertambangan PT. ANTAM Tbk. UBP Nikel Sultra
2.2.2 Infrastruktur Perusahaan

Bijih nikel laterit yang berkadar tinggi ( >2,30 % Ni) semakin menipis jumlah

cadanganya. Maka dari itu, Untuk memperpanjang jangka waktu penambangan nikel di

Pomalaa mengingat cadangan bijih nikel laterit kadar rendah (< 1,82 % Ni) dapat

dimanfaatkan cukup besar, sehingga bijih nikel kadar rendah tersebut dapat bernilai

ekonomis, maka perlu didirikan pabrik peleburan bijih nikel menjadi produk logam Ferro-

Nikel. Pelaksanaan pembangunan pabrik unit I dimulai pada Tanggal 12 Desember 1973

dengan pemancangan pertama yang selesai dikerjakan selama dua tahun. Pada Tanggal 14

Agustus 1976 dapur listrik unit I dengan daya 20 MVA (18 MW) mulai berproduksi secara

komersial dan selanjutnya pabrik Fe-Ni diresmikan pada Tanggal 23 Oktober 1976 oleh

wakil Presiden RI Sri Sultan Hamengkubuwono IX pabrik unit 1 kapasitas 5000 ton. Sampai

saat ini PT Aneka Tambang Tbk. UBPN Sultra telah berhasil membangun 3 unit pabrik Fe-

Ni. Pabrik unit II dibangun pada Tanggal 2 November 1992 dan sekitar bulan Februari tahun

1955 sudah mulai berproduksi pabrik Fe-Ni II dengan kapasitas 5000 ton diresmikan oleh

Presiden RI Soeharto pada Tanggal 11 Maret 1996. Tahun 2003 pabrik unit 3 mulai

dibangun dengan kapasitas 15000 ton, tahun 2004 pabrik unit 2 remodernisasi dari sistem

Elkem ke sistem Copper cooler dengan kapasitas 6000 ton.

Untuk menjalankan proses pabrik, PT Antam, Tbk UBP Nikel Sultra menggunakan

mesin diesel sebagai pembangkit tenaga listrik yang terdiri dari 2 unit, yaitu PLTD I dan

PLTD II yang terinterkoneksi paralel sebelum didistribusikan ke masing – masing peralatan.

Total mesin diesel yang digunakan pada pembangkit listrik tenaga diesel PT Antam Tbk,

UBP Nikel Sultra sebanyak 10 unit, dimana tiap unitnya memiliki kapasitas daya 5,8 MW.
Sedangkan untuk kebutuhan O2 dan N2 pada peleburan dan pemurnian PT, Antam Tbk,

UBP Nikel Sultra membangun 3 Plant Oksigen dengan kapasitas produksi untuk Plant

Oksigen I sebanyak 400 ton dan Plant Oksigen II sebanyak 200 ton serta Plant Oksigen III

sebanyak 300 ton.

Untuk menunjang aktifitas sehari-hari, terdapat fasilitas penunjang seperti bandar

udara, lapangan golf, penyaluran air, dermaga, stockyard, bengkel, generator, oil treatment,

perkantoran, dan kompleks perumahan. Pada saat ini, generator tidak lagi dioperasikan

karena seluruh kebutuhan energi sudah dipenuhi oleh pembangkit listrik. Selain itu, bandar

udara Pomalaa juga sedang tidak beroperasi sehingga tidak ada transportasi udara yang

memasuki wilayah kegiatan di Pomalaa.

2.2.3 Perkembangan Lingkungan Sekitar

Perubahan kondisi lingkungan sudah diantisipasi melalui penerapan dokumen

AMDAL, sehingga dampak negatif kegiatan pertambangan PT. Antam Tbk, UBP Nikel

Sultra dapat dikurangi. Pertambahan penduduk yang pesat di sekitar wilayah KP PT Antam

Tbk.UBP Nikel Sultra terjadi aktifitas ekonomi yang meningkat. Banyak tumbuhnya

perusahaan - perusahaan lokal yang menjadi mitra PT Antam Tbk.UBP Nikel Sultra

meningkatkan peluang kerja bagi masyarakat sekitar. Peluang kerja ini menjadi pendorong

terjadinya migrasi penduduk dan meningkatkan perekonomian Kecamatan Pomalaa.

Berkembang pesatnya perekonomian Kecamatan Pomalaa sangat menunjang

kegiatan pertambangan PT Antam Tbk, UBP Nikel Sultra terutama dalam hal pemenuhan

tenaga kerja dan kebutuhan domestik bagi karyawan. Saat ini kebutuhan domestik dapat
dipenuhi dari pasar lokal tanpa harus mendatangkan dari Makassar. Laju pertumbuhan

penduduk yang pesat di sekitar KP PT. Antam Tbk, UBP Nikel Sultra juga memiliki sisi

tidak menguntungkan. Dekatnya jarak pemukiman penduduk dengan lokasi kegiatan PT

Antam Tbk, UBP Nikel Sultra berpotensi terjadinya konflik bila pengelolaan lingkungan

tidak berfungsi normal akibat kondisi alam yang ekstrim.

2.3 Keadaan Geologi

2.3.1 Geologi Daerah Penelitian

Menurut Rusmana dkk ( 1988), Sulawesi Tenggara adalah daerah lembar Kendari dan

Kolaka, morfologinya dapat dibedakan menjadi empat satuan yaitu, pegunungan, perbukitan,

karst, dan dataran rendah.

Satuan pegunungan sebagian besar menempati daerah di Tengah dan Barat lembar,

dengan arah punggungnya memanjang dari Barat Laut – Tenggara. Pegunungan tersebut

antara lain, Pegunungan Mekongga, Pegunungan Abuki, Pegunungan Tangkelomboke, dan

Pegunungan Matarombeo. Daerah ini umumnya bertonjolan halus sampai kasar dan berlereng

sedang sampai curam. Ketinggian puncak-puncaknya berkisar antara 750 meter sampai 3000

meter diatas permukaan air laut.

Satuan perbukitan terdapat dibagian Barat dan Timur lembar sekitar kaki perbukitan.

Satuan ini membentuk perbukitan bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 75 meter

samapai 750 meter diatas permukaan air laut.


Satuan Karst, sebagian terdapat dibagian Utara Perbukitan Matarombeo, sebagian

diantara Perbukitan Mekongga dan Perbukitan Tangkelomboke, serta sebagian lagi di bagian

Barat Kendari.

Satuan dataran rendah terdapat didaerah muara-muara sungai besar seperti, Sungai

Konaweha, Sungai Lahumbuti, Sungai Sampera, dan lain-lain. Ketinggian berkisar dari

beberapa meter sampai 75 meter diatas permukaan air laut.

Endapan bijih nikel yang ditemukan di Daerah Pomalaa adalah termasuk bijih nikel

laterit yang terbentuk oleh hasil pelapukan batuan ultrabasa, batuan tersebut merupakan

bagian-bagian dari batuan yang terdapat di Sulawesi Tenggara.

Jalur batuan ultrabasa tersebut dijumpai dari Lasusua sampai Pomalaa.Di Pomalaa

jalur ini terbagi dua kelompok yaitu kelompok yang menyebar ke arah Tenggara melalui

Gunung Wotumuhai dan Gunung Torobulu. Kedua kelompok ini bergabung lagi ke ujung

Tenggara sekitar Teluk Wowoni.

Singkapan batuan ultrabasa umumnya telah mengalami pelapukan berwarna kuning

coklat berbintik hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan pada bagian tepi luar atau

pinggirnya.

Pada pengamatan di lapangan terlihat adanya rekahan rekahan yang kecil yang

umumnya terisi oleh mineral-mineral sekunder ( silica dan magnesit ).Hal ini menunjukkan

bahwa pada daerah ini agaknya sangat banyak dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik, sehingga

proses pelapukan batuan terjadi dengan mudah.


Terdapat dua kelompok rekahan yang berarah Timur Laut sampai Barat Daya dan

kelompok yang berarah Timur Laut.Kelompok pertama umumnya diisi oleh mineral-mieral

krisopras, garnierite, dan asbes.Sedang kelompok yang kedua umumnya diisi oleh mineral

kalsedon.

Sebagian besar daerah penambangan nikel Pomalaa terdiri dari tanah laterit dengan

warna merah kekuningan hingga merah bata.Tanah-tanah laterit ini memiliki ketebalan yang

bervariasi antara 0,5 – 10 meter.

Struktur tanah pada tanah atas ( top soil ) adalah speroidal, oleh karena itu tanah

tersebut memiliki porositas yang tinggi pula. Keadaan demikian juga ditunjang oleh vegetasi

dengan kepadatan tanah yang relatif tinggi. Tekstur tanah pada lapisan atas merupakan

lempung dan lapisan sub soil umumnya lempug berliat.

2.3.3 Iklim dan Curah Hujan

Daerah Pomalaa juga beriklim tropis setiap tahunnya dengan dipengaruhi oleh

musim hujan dan kemarau. Daerah Pomalaa mempunyai temperatur cukup panas sehingga

curah hujan relatif cukup tinggi dan distribusi merata tahunan sebesar 1853 mm/tahun. Dalam

hal ini Pomalaa termasuk iklim A, yaitu iklim hujan tropis lembab yang nyata dengan suhu

udara diatas 180C dibulan terdingin dan suhu rata-rata bukan panas dengan suhu udara 220C.
2.3.4 Keadaan Vegetasi

Vegetasi Daerah Pomalaa terdiri dari hutan, semak-semak, dan tumbuhan rawa di

pesisir. Hutan yang ada tidak lebat namun dijumpai pepohonan yang berdiameter sekitar 25

cm, diantaranya adalah pohon kayu besi, pohon kayu angin, poho melinjo, mangga-mangga,

tirotasi.

Pada daerah pesisir dijumpai tumbuhan seperti pohon bakau dan juga pohon sagu.

Selain itu didapati pula jenis tumbuhan seperti cemara, bambu kecil dan diselingi tumbuhan

rambat seperti rotan dan lain-lain.

Vegetasi daerah sekitar tambang PT. Antam Tbk, UBP Nikel Sultra tidak tinggi namun

cukup rapat, sehingga dalam pembabatannya biasa menggunakan kapak. Sedangkan dalam

penggunaan stripping biasanya dilakukan dengan alat buldozer.

2.3.5 Topografi

Geomorfologi Daerah Pomalaa merupakan perbukitan yang memanjang dari Utara

sampai Barat Daya dengan beberapa punggung utama yang berpusat pada Pegunungan

Mekongga. Diantara perbukitan tersebut terdapat lembah-lembah yang merupakan tempat

atau jalur aliran air pada waktu musim hujan.

Pada umumnya bentuk topografi Daerah Pomalaa dapat dibagi menjadi dua bagian

yakni daerah rendah yang relatif rendah dan daerah perbukitan yang relatif terjal. Daratan

rendah yang terletak pada daerah pantai, sebagian besar menjadi tempat permukiman
penduduk. Pemukiman penduduk umumnya berada pada ketinggian 2-100 meter dari

permukaan laut. Sedangkan daerah perbukitan merupakan daerah penambangan.

2.4 Kegiatan Penambangan

2.4.1 Proses Penambangan Bijih Nikel

Cara penambangan nikel yang diterapkan adalah tambang terbuka dengan sistem

berjenjang ( bench ). Jenjang yang dibuat pada setiap lokasi penambangan memiliki teras

untuk ruang gerak alat berat dan transportasi bijih nikel. Dimensi jenjang untuk operasional

yaitu lebar 20 m, tinggi jenjang maksimum 5 m dan kemiringan 45o – 60o

Adapun tahap kegiatan penambangan meliputi :

a. Pembersihan

Pembersihan (clearing) adalah kegiatan pembersihan lahan dari tumbuh-tumbuhan

yang berada di atasnya kemudian mengupas lapisan tanah penutup yang berupa top soil atau

lapisan tanah humus sampai diperoleh lapisan yang berisi kandungan bijih nikel.

Adapun alat yang digunakan yaitu bulldozer, agar kerja bulldozer lebih efektif maka

diusahakan memperpendek jarak dorong, untuk areal datar dan cukup luas, pembersihan di

mulai dari tengah-tengah.


b. Penggalian / Pembongkaran

Pembongkaran bijih nikel Pomalaa dilakukan dengan menggunakan alat-alat mekanis

yang dapat bekerja pada kondisi endapan bijih yang relatif lepas seperti shovel loader dan

whell loader. Penggalian bijih dimulai dari bench yang paling atas, hal ini diterapkan agar

bahaya longsor dapat dihindarkan sehingga penggalian berjalan dengan lancar.

c. Pemuatan

Pemuatan (loading) bijih hasil penggalian dilakukan oleh alat gali yaitu whell loader

dan shovel dozer. Bijih yang dimuat adalah bijih yang telah ditumpuk oleh alat gali dekat

front penambangan. Tetapi bila terpaksa whell loader menggali bijih dan langsung dimuatkan

ke alat angkut. Pola gerak pemuatan adalah V shape yaitu gerakan alat muat maju untuk

mengambil bijih dan kemudian melakukan ancang-ancang pemuatan dengan gerak mundur

dan maju kembali untuk memuatkan bijih ke alat angkut.

d. Pengangkutan Bijih

Pengangkutan bijih nikel dari front penambangan ke stock yard Pomalaa melalui

beberapa tahap yaitu:

 Di wilayah Tambang Selatan

Diwilayah tambang selatan pengangkutan bijih oleh dump truck digunakan sampai

pada stationary grizzly yang terdapat pada stockyard Tanjung Leppe. Setelah diuji

kadarnya, untuk umpan pabrik selanjutnya diangkut lewat laut dengan menggunakan

tongkang yang ditarik oleh kapal di dermaga yang berlokasi di Pomalaa yang
kemudian selanjutnya diangkut dengan dump truk ke pabrik. Sedang untuk

kebutuhan ekspor ditampung pada tempat tertentu sambil menunggu kapal eksport

siap dimuat.

 Di wilayah Tambang Utara dan tengah

Pengangkutan bijih nikel di wilayah tambang utara juga mempergunakan dump

truck, dengan kapasitas rata-rata 13 ton. Bijih yang akan diekspor diangkut ke

pelabuhan Pomalaa, sedangkan untuk keperluan pabrik ferronikel langsung diangkut

ke tempat penimbunan yang terdapat di pabrik.

e. Penimbunan Bijih

Bijih nikel hasil penambangan tidak langsung diangkut ke pabrik atau dimuat ke

kapal ekspor, tetapi ditimbun terlebih dahulu. Tujuan penimbunan antara lain :

1. Sebagai cadangan untuk penjualan

2. Sebagai saran pencampuran bijih kadar tinggi dan kadar rendah (blending)

Adapun beberapa tempat penimbunan yaitu :

1. Tempat penimbunan Tanjung Leppe, wilayah tambang selatan.

2. Tempat penimbunan sementara di front penambangan.

3. Tempat penimbunan di front Pomalaa.

4. Tempat penimbunan di unit pemecah batu (crushing plant)

f. Pengawasan Kualitas

Kualitas bijih nikel secepatnya diketahui sehingga dilakukan analisa sampel

bijih dengan hasil yang benar, sampel yang dianalisa terdiri dari sampel hasil
eksploitasi dan timbunan bijih. Adapun perlengkapan yang diperlukan untuk

pengambilan sampel produksi adalah sebagai berikut :

1. Pacul pengeruk dan sekop masing-masing satu buah

2. Kantong sampel terbuat dari kantong nilon secukupnya.

3. Tali pengikat kantong sampel terdiri dari 4 warna secukupnya.

Hal ini dimaksudkan untuk membedakan nomor blending sampel yang telah diambil

agar tidak tercampur antara blending yang satu dengan yang lainnya.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel adalah suatu proses pengambilan kecil endapan, yang mana

bagian tersebut dapat mewakili keseluruhan endapan. Metode pengambilan sampel

didasarkan pada JIS (Javanese Industrial Standart).

Pada PT. Antam Tbk, UBP Nikel Sultra , pengambilan sampel dilakukan dengan

beberapa cara antara lain :

a. Pengambilan Sampel Produksi Bijih Nikel Untuk Pabrik

Pengambilan sampel dilakukan di tempat penimbunan bijih (stock yard), jumlah

produksi bijih nikel perhari yang dinyatakan ton dianggap sebagai “lot”. Besarnya

produksi perhari ini bervariasi sehingga dengan demikian ukuran dari lotnya

diklasifikasikan sebagai “under 300 ton”, sedangkan “sub lot” atau disebut juga

“gross sample” adalah produksi /hari/shift/bukit yang besarnya bervariasi.


Sampel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kantong nilon menjadi satu

kantong yang besarnya 20 kg serta diberi kode sampel dan kode pengikat dengan

warna tertentu. Hal ini memudahkan dalam memisahkan sampel dari tiap-tiap

kelompok (gross sample) dari tiap bukit.

b. Pengambilan Sampel Eksplorasi

Eksplorasi merupakan suatu usaha dalam mencari cadangan bijih nikel yang

dilakukan dengan penyelidikan baik secara umum (geologi permukaan), ekplorasi

pendahuluan, eksplorasi detail, pengukuran, analisa sampel, sampai pada perhitungan

cadangan dengan maksud untuk mengetahui seberapa jauh kandungan bijih tersebut.

Penyebaran, letak dan posisi termasuk keadaan overburden batuan disekitarnya.

Sasaran yang hendak dicapai dengan kegiatan ekplorasi ada hubungannnya dengan

kejadian penambangan adalah untuk mengetahui nilai ekonomis endapan bijih,

menetukan jenis peralatan mekanis yang sesuai, dan menentukan kode penambangan

yang tepat serta jenis kegiatan yang lain dari penambangan endapan bijh tersebut.

Preparasi Sampel

Setelah sampel didapatkan, dilakukan preaparasi sampel yang digunakan untuk

menganalisa kadar nikel. Adapun alat-alat yang digunakan untuk melakukan preparasi

sampel adalah :

 Crusher
Crusher berfungsi untuk menggiling sampel yang masih dalam bentuk butiran dan

kasar, crusher yang digunakan pada preparasi sampel produksi, yaitu :

 Jaw Crusher

Jaw Crusher merupakan alat penghancur tingkat pertama, jadi

menghancurkan batuan dalam bongkah-bongkah besar yang diterima dari

tambang. Ukuran yang diloloskan oleh jaw crusher yaitu ukuran 20 mm.

 Roll Crusher

Roll crusher merupakan alat penghancur tingkat kedua (secondary crushing)

yang berguna memperkecil ukuran batuan yang sudah lolos dari primary

crushing. Ukuran yang diloloskan oleh roll crusher yaitu ukuran 3 mm

 Ayakan

Ayakan berfungsi memisahkan butiran yang halus dan kasar. Ayakan yang

digunakan yaitu ayakan berukuran 20 mm dan 3 mm yang terbuat dari anyaman

(jalinan) kawat-kawat halus yang diatur dengan tepat membentuk lubang bujur

sangkar atau persegi, kawatnya dari jenis tembaga, bronze, atau alloy. Proses

pengayakan dilakukan secara manual oleh dua orang.

 Oven

Oven berfungsi untuk mengeringkan sampel agar tidak lengket.

 Grider
Grinder berfungsi untuk menggiling sampel yang berupa butiran-butiran halus.

Ukuran yang diloloskan yaitu ukuran 100 mesh partikel sehingga didapat kadar yang

dianggap mewakili seluruh partikel tersebut. Hasil akhir dari preparasi sampel ada

tiga kantong sampel dengan berat masing-masing 160 gram, yang didistribusikan

kepada :

 Satu kantong pemeriksaan X-Ray

 Satu kantong untuk pemeriksaan laboratorium kimia.

 Satu kantong arsip

2.4.2 Pengolahan bijih nikel

1. Pengayakan (screening)

2. Drying (Pengeringan)

Adalah proses pemindahan panas kelembapan cairan dari material. Pengeringan

biasanya sering terjadi oleh kontak padatan lembap dengan pembakaran gas yang panas oleh

pembakaran bahan bakar fosil. Pada beberapa kasus, panas pada pengeringan bisa disediakan

oleh udara panas gas yang secara tidak langsung memanaskan. Biasanya suhu pengeringan

diatur pada nilai diatas titik didih air sekitar 120oC.pada kasus tertentu, seperti pengeringan

air garam yang dapat larut, sushu pengeringan yang lebih tinggi diperlukan.

3. Calcining (Kalsinasi)

Kalsinasi adalah dekomposisi panas material. Contohnya dekomposisi hydrate seperti

ferric Hidroksida menjadi ferric oksida dan uap air atau dekomposisi kalsium karbonat

menjadi kalsium oksida dan karbon diosida dan atau besi karbonat menjadi besi oksida.
Proses kalsinasi membawa dalam variasi tungku/furnace termasuk shaft furnace, rotary kilns

dan fluidized bed reactor.

4. Peleburan
Proses peleburan logam pada temperatur tinggi sehingga logam meleleh dan mecair

setelah mencapai titik didihnya.

Oven yang digunakan, yaitu :

a. Schacht Oven

b. Scraal Oven (revergeratory Furnace

c. Electric Oven (Electric Furnace)

5. pemurnian

Adalah proses untuk merubah crude matte menjadi logam murni, menaikkan kadar

Ni di dalam matte

6. percetakan

Percetakan dilakukan untuk merubah crude matte dari logam cair menjadi produk

setengah jadi yang berbentuk butiran-butiran (shot) dan batangan (ingot) yang siap diekspor

setelah dikeringkan dan dikemas.


BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Kegunaan Logam Nikel

Salah satu penggunaan nikel dalam betuk logam murni adalah pelapis utuk

menambah kekerasan, daya tahan terhadap korosi permukaan, ketahanan kepudaran, serta

digunakan sebagai pelapis mata uang logam dalam industry kimia.

Pemakaian besi digunakan dalam industry alat angkut, permesinan baja, konstruksi

baja, alat pembangkit tenaga listrik, alat pertanian, alat pertambangan, bagian dari mesin

berkecepatan tinggi, dan bagian yang bersuhu tinggi.

3.2 Pengolahan Bahan Galian

Peggolahan bahan galian (mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan

tujuan untuk memisahkan mineral berharga dari gangue-nya (tidak berharga) yang dilakukan

secara mekanis, menghasilkan produk yang kaya mineral berharga (konsentrat) dan yang

kadarnya rendah (tailing). Proses pemisahan ini didasarkan pada sifat fisik mineral maupun

sifat kimia fisika mineral dan diupayakan menguntungkan.

Dengan mealkukan pengolahan bahan galian ini didapat beberapa keuntungan, antara lain :

a. Mengurangi jumlah bobot karena sebagian gangue mineral telah dibuang sebelum

proses peleburan.
b. Mengurangi kehilangan metal dalam smelter, yang disebabkan apabila tanpa

pengolahan, maka dalam smelter terdapat banyak penggunaan flux dan akhirnya

banyak menghasilkan slag.

c. Mengurangi ongkos peleburan karena diperlukan kapasitas smelter yang relative

kecil untuk mendapatkan jumlah metal yang sama bila dibandingkan dengan tanpa

pengolahan.

d. Mengurangi luas lahan yang dugunakan untuk menampung tailing ataupun slag

akibat pengurangan bahan baku bijih untuk diumpankan pada peleburan sehingga

mengurangi jumlah penggunaan flux.

3.2 Pengolahan Bijih Nikel

Tahap praolahan merupakan tahap persiapan bahan baku (raw material) dimana bijih

basah dari wilayah-wilayah penambangan yang berbeda yaitu dari wilayah penambangan

utara, selatan, tengah maupun dari Pulau Gebe dan pula Buli Maluku yang mempunyai kadar

2,2 – 2,3 % Ni yang dikonsumsi pertahun sekitar 320.000 ton dilakukan pencampuran untuk

mendapatkan kadar Ni, Basicity, dan ratio Fe/Ni yang sesuai dan dikeringkan dalam rotary

dryer. Pencampuran dilakukan oleh alat Wheel Loader dibeberapa tumpukan yang tersedia di

stock yard pabrik pengolahan. Bijih nikel yang ditimbun di stock yard pabrik butiran-

butirannya belum seragam, sehingga dilakukan pengerjaan pendahuluan yang disebut ore

handling, meliputi :

 Persiapan Bijih (Ore Preparation )

Bijih nikel basah diumpan oleh wheel loader dipermukaan Shale Out Machine

(SOM), yang merupakan ayakan getar yang berfungsi untuk menyaring ukuran bijih nikel
tersebut. Ukuran saringan SOM 20 cm yang di atas base ditahan dengan 8 – 12 spring, pada

pertengahan shaft dipasang unbalance weight.

Motor listrik yang dihubungkan dengan spring tadi menimbulkan getaran sehingga

bijih yang berada di atas permukaan SOM akan mengalami pemisahan secara manual antara

bijih yang over zise. Bijih yang lolos pada saringan akan jatuh dan tertampung di hopper dan

bijih over zise akan keluar ke tempat pembuangan.

 Proses Drying

Wet ore masuk SOM dan tertampung di hopper selanjutnya diangkut oleh belt

conveyor masuk ke dalam rotary dryer untuk dipanaskan.

Sumber panas yang berasal dari pembakaran minyak baker (IDO MFO) dan

pulvirezed cool dan uap panasnya saja yang dihembuskan masuk dalam rotary dryer. Suhu

pada inlet rotary dryer sekitar 600o C dan setelah mengalami pengurangan kelembaban pada

bijh basa maka temperature outlet sekitar 180oC. Bijih yang telah mengalami pemanasan di

rotary dryer mengalami pengurangan moisture content (MC) sekitar 21 -23% dan disebut

condition ore. Rotary dryer terbuat dari plat baja yang berbentuk silinder yang panjangnya 30

m kecepatan 1,5 rpm dengan kemiringan 6o. Cara pengeringan dengan menggunakan rotary

dryer terdiri dari 2 cara, yaitu :

1. Bijih dan udara panas bergerak ke arah yang sama.

2. Bijih dan udara panas bergerak ke arah yang berlawanan.


Bagian nikel yang tidak memerlukan penguapan yang besar, sehingga cara pertama

lebih ekonomis dengan mengatur temperature udara yang keluar diperoleh bijih dengan

moisture yang merata. Biasanya untuk mempertinggi kemampuan proses pengeringan

tersebut dibagian dalam drum rotary dryer dipasang filter, dengan demikian penyebaran

panas merata, kecepatan pengeringan dan heat efficiency akan bertambah.

Dengan adanya filter, kemungkinan menempelnya ore pada dinding dapat dihindari.

Akibat pegaruh putaran drum bijih naik sampai ketinggian tertentu kemudian jatuh kembali

sehingga kontak dengan udara semakin baik dengan perlahan-lahan bergerak ke outlet karena

kemiringan rotary dryer.

 Proses Sizing

Dry ore yang keluar dari proses drying di rotary dryer selanjutnya diangkut oleh belt

conveyor masuk ke ripple flow screen (RFS) untuk dilakukan sizing .

Saringan di RFS berukuran 5 cm sehingga disini terjadi pemisahan bijih nikel yang

lolos saringan akan langsung jatuh ke belt conveyor untuk diangkut masuk ke dalam bin

penampungan ore sedangkan bijih yang over size terpisah dan masuk dalam impeller breaker

untuk dipecahkan atau dihancurkan.

Impeller Breaker adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan yang sangat baik

untuk memecahakan bahan atau material yang keras kalau ditinjau dari hasil pemecahan

bahan galiannya (gradasinya). Prinsip kerja motor ini dilengkapi 3 buah blade atau kurang

lebih terbuat dari baja yang berputar dengan kecepatan tinggi. Material yang masuk di feed
opening terpukul oleh blade yang berputar dalam ruang pemecah dan terbentur pada dinding

crusher yang terbuat dari plat baja.

Proses ini berlangsung dengan cepat dan hasil pemecahannya keluar melalui

discharge opening ke belt conveyor bersatu dengan material yang lolos saringan untuk

diangkut masuk dalam bin penampungan.

Dry ore diangkut oleh belt conveyor masuk ke bin penampungan ore atau ore bin

melalui tripper. Tripper merupakan suatu unit peralatan belt conveyor yang digerakkan oleh

motor listrik yang dapat digeser atau dipindahkan secara horizontal. Tujuannya adalah untuk

mensuplay bin ore yang perlu dilakukan pengisisan. Di unit tripper terdapat 5 buah bin yang

terdiri dari :

1. Tiga buah unit untuk dry ore

2. Satu buah unit untuk batubara

3. Satu buah unit untuk slag De-s

Bijih nikel (dry ore) yang sudah terkondisi dan tertampung di bin ore disebut

condition ore dan siap untuk dilakukan proses selanjutnya.

Proses Mixing

Mixing merupakan suatu tempat proses pencampuran material ore dengan bahan

produksi lainnya seperti Limestone, Anthrasite, slag dan Coal. Proses pencampuran material
ini mempunyai komposisi tertentu sesuai hasil laporan bagian produksi dan biasanya sangat

bergantung pada permintaan pasar.

Di dalam proses pencampuran ini melibatkan weighting feeder sebagai alat untuk

menentukan komposisi material yang telah ditentukan. Weighting feeder merupakan suatu

alat yang dapat mendeteksi berat suatu material dan dapat mengatur banyaknya material yang

diinginkan setiap jam.

 Proses Kalsinasi

Condition ore yang telah dimixing diangkut oleh belt conveyor untuk dimasukkan

dalam rotary klin sebagai umpan melalui charging chute, selanjutnya condition ore tersebut

mengalami proses kalsinasi untuk menghilangkan kandungan loss on ignation (LOI)

 Rotary Kiln

Alat yang membuat calcined ore terbuat dari plat baja berbentuk selinder

mempunyai panjang 90 meter, diameter luar 4,2 meter, diameter dalam 4 meter, kemiringan

3o dan putaran 0,3 – 1,2 rpm. Pada bagian depannya dilengkapi dengan hood untuk

pembakaran sedangkan bagian belakangnya dilengkapi dengan dust chumber.

Silinder ini berputar di atas 4 buah support roller, rotary kiln diputar oleh

motor listrik melalui VS Compling dapat diatur kecepatan yang diinginkan sesuai

prosedur operasi dan kondisi operasi melalui ruang control operasi secara automatic

oleh operator Distribut Control System (DCS).


Bijih yang diumpan masuk dalam rotary kiln dilakukan dari chute bagian atas dari

dust chamber, pada charge end dipasang palt end. Bijih selama berada dalam rotary

kiln akan mengalami pembakaran dengan heavy oil burner dan keluar pada discharge

end menjadi calcine ore.

 Heavy Oil Burner

Alat yang dipakai merupakan internal mixing pneumatic jet atomization tipe

heavy oil burner. Biasanya sistem ini banyak digunakan pada rotary kiln, pen heart,

heat treatment furnice dan steam boiler ukuran besar. Udara dan heavy oil yang

dimasukkan mempunyai tekanan yang hampir sama. Keduanya ditiupkan masuk ke

mixing chamber, yaitu suatu kamar berukuran kecil dimana proses tahap pertama

berlangsung. Sebagian gas yang segera dihembuskan ke dalam combustion chamber

melalui jet nozzle dan ada pula melalui pipa pencampuran gas yang panjangnya 1 – 5

meter menuju jet nozzle.

 Proses peburan bijih nikel

Pembakaran bijih nikel didalam rotary kiln, kadar air (MC) dan kandungan

air kristal (LOI) yang terdapat pada bijih dilenyapkan semuanya. Proses ini

berlangsung pada temperature 1000o C. Untuk mengetahui Degree of Calsining dari

proses pembakaran ini dilakukan pengambilan sampel dalam interval yang masih

tertinggal, derajat kalsinasi dapat ditetapkan.

Calcined ore yang keluar dari rotary kiln ditampung dalam surge hopper

kemudian dituang ke dalam kontainer lalu diangkut oleh screen ke atas dan
dimasukkan ke dalam 9 buah top bin yang berada dibagian atas dapur listrik. Reduksi

pendahuluan terhadap bijih nikel di dalam rotary kiln tidak terjadi, atmosfir di dalam

kiln adalah oxidizing athmospher, suhu atmosphir tertinggi adalah 1300o C. Bijih

nikel atau condition ore yang dimasukkan dalam rotary kiln untuk sampai pada

proses kalsinasi untuk menjadi kalsin akan melalu 3 zona, yaitu :

a. Drying Zone

Pada zona ini terjadi proses pengeringan yaitu penghilangan sebagian kadar air

(MC) dengan temperatur sekitar 200 – 350o C, pada zona ini dilapisi dengan batu

tahan api jenis alumina brick.

b. Prehating zone

Pada zona ini terjadi pemanasan yaitu penguraian dan penghilangan semua air

bebas serta sebagian air Kristal (LOI) dengan temperatur sekitar 350 – 500o C

dan dilapisi dengan batu tahan api jenis aluminium brick.

c. Calcine Zoneengan

Pada zona ini terjadi proses kalsinasi yaitu pemanasan material tanpa melewati

titik leburnya dengan kandungan air kristalnya (LOI) 0,5 – 1%. Proses ini dikenal

juga sebagai proses pemanggangan dan terjadi penghilangan semua air kristal

dan penguraian batu kapur. Pada zona ini temperatur sekitar 500 – 1000o C dan

dilapisi batu tahan api jenis alumina brick. Proses kimia yang terjadi dalam

rotary kiln yaitu perubahan Batu Kapur (CaCO3) menjadi kapur tohor (CaO)

dengan pemanasan akan melepaskan gas CO2 seperti berikut :


CaCO3 → CaO + CO2

Dengan penguraian tersebut maka kadar CaO akan bertambah.

a. Tahap peleburan

Tujuan dari proses peleburan adalah mengambil logam nikel semaksimal mungkin

dari kalsin terdapat pada electrik furnace yang dilebur menjadi ferronikel dengan bantuan

energi listrik. Pada tahap ini kalsine ore dilebur di dalam dapur listrik dengan menggunakan

tenaga listrik berkapasitas 20 MVA untuk satu unit dapur sebagai bahan preduksi digunakan

Anthracite.

Proses reduksi ini menghasilkan crude metal yang dimurnikan pada tahap pemurnian,

sedangkan bahan yang tidak reduksi berupa slag yang dikeluarkan dari dapur listrik pada

waktu-waktu tertentu untuk dibuang. Untuk mengatur kebasahan slag tadi ditambahkan batu

kapur. Pada proses peleburan input dapur yang berupa kalsine ore, kalsin batu kapur dan

kalsin batubara/anthrasit akan menghasilkan output yang berupa crude metal, slag dan gas-

gas CO2.

a. Operasi Peleburan

Kalsine ore yang dihasilkan oleh rotary kiln ditampung secara kontinyu dalam surge

hopper yang berkapasitas 25 ton yang bagian dalamnya dilapisi castable setebal 100 mm

sebelum diumpankan ke dalam dapur listrik, diangkat menggunakan system Container Over

Head Crane.
Kalsine yang diangkut dengan container car dimasukkan dalam sepuluh buah top bin

yang berkapasitas 50 ton, dan satu cadangan top bin berkapasitas 70 ton yang dipasang

pada lantai lima bangunan electric furnace. Pengisian kalsinasi pada masing-masing bin

cukup 40 % dari volume bin untuk mencegah kehilangan panas yang berlebihan akibat

lamanya kalsin tersimpan. Pada top bin dilengkapi dengan 24 buah chute yang kakinya

terpasang mengelilingi atap dari dapur listrik, dan top bin cadangan mempunyai chute

yang akan bergerak turun secara gravitasi.

b. Prose Peleburan

Dalam dapur listrik akan terjadi proses peleburan kalsin dan reduksi semua oksidasi

yang terkandung dalam bijih oleh fixed karbon dari Antrasit dan batubara. Reaksi-reaksi

yang akan terjadi, yaitu :

1. NiO + C → Ni + CO

2. CoO + C → Co + CO

3. Fe2O3 + C → 2Fe + CO

4. FeO + C → Fe + CO

5. Cr2O3 + C → 2Cr + 3CO

6. P2O5 + C → 2P + 5CO

7. MnO + C → Mn + CO

8. SiO2 + C → Si + 2CO

Reaksi-reaksi di atas sesuai dengan kecenderungan terjadinya reduksi langsung

oleh karbon, kemudian terjadi reduksi tidak langsung yang dilakukan oleh gas-gas

karbon monoksida :
1. NiO + CO → Ni + CO2

2. Fe2O3 + CO → 2FeO + CO2

3. FeO + CO → Fe + CO2

Oksida-oksida di dalam bijih yang tidak direduksi akan membentuk slag dan

reaksinya , adalah :

1. MgO + SiO2 → MgO.SiO2

2. CaO + SiO2 → CaO.SiO2

Sedangkan unsur-unsur logam yang terbentuk dari hasil reduksi oksidasi logam

dalam bijih, membentuk logam ferronikel dan slag di electrik furnace berlangsung

karena adanya perbedaan berat jenis. Slag dengan berat 2,6 akan membentuk lapisan

sebelah atas dari logam ferronikel yang mempunyai berat jenis 6,9. Tebal lapisan slag

dalam electric furnace mencapai 1 – 1,5 meter, sedangkan lapisan ferronikel mencapai 40

– 80 cm.

Pengeluaran slag dari dapur listrik setiap 90.000 – 110.000 KwH sebanyak ± 35 cm

per tapping pada suhu 1550o C, kemudian dialirkan ke dalam kolam air dan diberi

semprotan air sehingga menjadi butiran-butiran yang mempunyai ukuran 6 – 10 cm yang

dapat digunakan untuk penimbunan jalan.Untuk logam ferronikel dihasilkan pada

temperature 1450o C dikeluarkan (tapping) dan ditampung ke dalam ladle dengan

kapasitas 16 – 18 ton gross FeNi yang sebelumya telah dipanaskan.

Basacity slag 0,6 – 0,7 pada peleburan (smelting) ferronikel dengan dapur listrik

dianggap ideal. Jika jumlah SiO2 dalam slag jauh menyimpang dari perbandingan di atas

maka akan terjadi reaksi dengan brick yang akan memperpendek umur lining dapur. Dan
apabila terlalu sedikit akan terbentuk 2MgO.SiO2 sehingga titik lebur menjadi tinggi dan

slag akan susah mencair, fluidity semakin jelek dengan sendirinya akan mempersulit

smelting. Untuk mengimbangi SiO2 yang bersifat asam, maka mutlak diperlukan

penambahan batu kapur (CaO) yang bersifat basa, sehingga tidak terjadi kerusakan brick.

a. Tahap pemurnian

Tujuan dari pemurnian adalah untuk menghilangkan unsur-unsur pengotor

seperti sulfur, carbon, silicon, fosfor dan crom.

Penghilangan unsur-unsur tersebut dilakukan dengan beberapa proses :

1. Proses De-sulfurisasi

2. Proses Oksidasi yang terbagi menjadi :

 Proses De-siliconisasi

 Proses De-carbonisasi

 Proses De-posforisasi

b. Bagian Casting

Dalam tahap pemurnian terdapat satuan kerja yang berutgas mencetak metal

ferronikel menjadi batangan (ingot) dan butiran (shot) ferronikel tergantung dari

permintaan konsumen.

a. Ingot Ferronikel

Ingot ferronikel adalah metal ferronikel yang dicetak dalam bentuk batangan

yang mempunyai berat 80 -100 Kg perbatang, jenisnya ada dua yaitu :

 Ingot High Carbon


 Ingot Low Carbon

b. Shot Ferronikel

Shot ferronikel merupakan ferronikel butiran yang ukurannya 0,5 - 5,0 cm

yang diproduksi dalam jenis low karbon. Proses pencetakannya menggunakan

tilting ladle yang mempunyai mulut penuangan yang berbentuk corong pada

bagian atasnya.

Proses metal murni dari LD converter dituang ke dalam ladle dan dibawa ke

tempat pembuatan shot, dengan sistem hidrolis metal dituangkan melalui tundish

masuk ke dalam tangki yang langsung disemprot dengan air sehingga bentuknya

menjadi butiran yang jatuh dan ditampung pada net 1 conveyor kemudian dilanjutkan

ke hopper dan ditransfer ke net 2 sekaligus dilakukan pengeringan dengan oven yang

temperaturnya sekitar 400o C. Shot yang telah dikeringkan masuk ke dalam tromol

screen sehingga bentuk ukurannya bervariasi.

Anda mungkin juga menyukai