Bab Iii
Bab Iii
PENDAHULUAN
PT. Antam Tbk. UPBN Pomalaa adalah salah satu perusahaan tambang yang
jumlah nikel yang berkadar 2,2% sudah menipis, cadangan yang ada hingga saat ini
Ore calsinasing adalah tahap akhir pada ore preparation pengolahan nikel
PT. Antam Tbk. Pomalaa. Tahap ini berfungsi untuk menghilangkan 100%
moinsture content, kadar air Kristal dan juga terjadi proses pre-reduksi karena
adanya campuran batubara. Untuk proses calsinasi digunakan alat rotary kiln (RK)
dimana pada unit Feni II kapasitas RK-nya 60 ton/jam dengan dimensi; panjang
90m dan diameter 4,2m. Namun saat ini PT. Antam Tbk. UPBN Pomalaa berencana
menaikkan kapasitas RK pada Feni II dua menjadi 70ton/jam dengan tujuan untuk
pertambangan.
Adapun tujuan tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk mengetahui metode
dan tahapan-tahapan pengolahan bijih nikel PT. Antam Tbk. UPBN Pomalaa.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Penulis membatasi masalah kerja praktek hanya pada tahapan ore drying
ore drying.
pengolahan bahan galian dalam hal ini tahap ore drying pada pengolahan
ferronikel.
2. Merupakan modal untuk mengenal dunia kerja.
praktek di lapangan.
pendidikan.
Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 1 juni 2010 sampai dengan tanggal 30 juni
2010. Penelitian dilakukan didaerah konsesi pertambangan PT. Antam Tbk, UBP Nikel
Sultra daerah tambang utara yaitu di Bukit L IV S. Yang secara administratif PT. Antam Tbk,
UBP Nikel Sultra terletak di kecamatan Pomalaa, kabupaten Kolaka dan Propinsi Sulawesi
Tenggara. Dan secara geografis terletak pada 4º 10’00’’ – 4º 17’25’’ LS dan 121º 31’30’’ –
121º 39’03’’BT.
Untuk sampai di PT. Antam Tbk, UBP Nikel Sultra dapat ditempuh dengan
menggunakan jalan darat dari ibu kota propinsi Sulawesi Tenggara yaitu Kendari menuju
Pomalaa selama 4 jam dengan jarak sekitar 185 Km,dan dari kabupaten Kolaka selama 45
Dalam melakukan kerja praktek ini penulis melakukan Tahapan penelitian yang
meliputi :
1. Tahapan persiapan,
Pada tahapan ini hal-hal yang dilakukan adalah pengurusan proposal dan
dari Kepala Teknik Tambang untuk dapat masuk kedaerah lokasi tambang
dan pabrik.
2. Studi Kepustakaan,
- Data primer yaitu data yang diperoleh dari satuan kerja lingkungan
- Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil interview dan dari
literatur.
4. Tahapan penyusunan laporan,
Pada tahap ini data-data yang telah dikumpulkan kemudian dibuat dalam
bentuk laporan sebagai hasil akhir dari kerja praktek yang dilakukan.
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini
a. Bab I : Pendahuluan
Membahas tentang latar belakang, maksud dan tujuan kerja praktek, batasan
sistematikan penulisan.
Membahas penjelasan secara umum tentang PT. Antam Tbk, UBP Nikel
e. Bab V : Penutup
Pada Tahun 1909 hidrosilikat di Sulawesi Tenggara ditemukan oleh E.C. Abendanon.
eksplorasi ke daerah Pomalaa dan sekitarnya dan berhasil menemukan endapan bijih nikel
Pada Tahun 1938 sampai Tahun 1942 penambangan dilakukan oleh OOSE BORNEO
Maatschappij (OBM) sebanyak 150.000 ton dan diekspor ke Jepang. Pada Tahun 1942-1945
penambangan bijih nikel dilanjutkan oleh Sumitomo Metal Mining Co (SMM) dan berhasil
membangun sebuah pabrik pengolahan yang menghasilkan nikel matte. Dari jumlah tersebut,
Tahun 1957 usaha pertambangan dimulai lagi oleh NV. PERTO. Mula-mula
dikerjakan hanya dengan mengekspor ke Jepang, yaitu stok bijih nikel yang ditinggalkan dari
zaman Jepang.
bersama BPU Pertambun beserta PT/PN dan proyek di jajarannya disatukan menjadi PN
Aneka Tambang di Pomalaa selaku unit produksi dengan nama Unit Pertambangan Nikel
Pomalaa. Pada Tanggal 30 Desember 1974 status PN berubah menjadi PT Aneka Tambang
(Persero).
2.2 Keadaan Perusahaan
Daerah Kuasa Pertambangan PT. Antam Tbk, UBP Nikel Sultra meliputi area seluas
kurang lebih 7.251,3 Ha. Penambangan bijih nikel dilakukan secara serentak di dalam
wilayah KP Eksploitasi dengan membagi tiga daerah tambang yaitu Tambang Utara untuk
PM015 serta sebagian lagi gugusan pulau-pulau antara lain Pulau Maniang, Pulau Lemo dan
Pulau Padamarang. Secara geografis, Kuasa Pertambangan PT. Antam Tbk, UBP Nikel
Sultra berada pada garis lintang antara 4º 10’00’’ – 4º 17’25’’ LS dan 121º 31’30’’ – 121º
39’03’’BT.
Daerah-daerah Kuasa Pertambangan PT. Antam Tbk, UBP Nikel Sultra meliputi:
1. Daerah utara
Daerah utara dibatasi oleh Sungai Komoro, di mana pada bagian tengah daerah
utara ini terdapat sungai Komoro yang mengalir dari arah tenggara ke arah Teluk
Mekongga. Daerah ini semakin meluas ke arah utara sampai di luar daerah Kuasa
Pertambangan bagian barat dekat pesisir pantai, melingkar bukit-bukit dan daerah ini
2. Daerah tengah
Daerah tengah bagian utara berbatasan dengan daerah utara bagian selatan,
dipisahkan oleh Sungai Komoro, bagian utara terdapat perbukitan dan bagian selatan
adalah pesisir pantai serta bagian barat terdiri dari lembah yang sangat luas dan bagian
3. Daerah selatan
Daerah ini meliputi beberapa daerah antara lain: daerah Sitado, Tanjung Pagar,
Pulau-pulau ini membentuk gugusan yang dipisahkan satu sama lain oleh laut
yang dangkal dengan kedalaman rata-rata 30 m, pulau-pulau ini adalah Pulau Maniang,
Gambar 2.1 Peta Kuasa Pertambangan PT. ANTAM Tbk. UBP Nikel Sultra
2.2.2 Infrastruktur Perusahaan
Bijih nikel laterit yang berkadar tinggi ( >2,30 % Ni) semakin menipis jumlah
cadanganya. Maka dari itu, Untuk memperpanjang jangka waktu penambangan nikel di
Pomalaa mengingat cadangan bijih nikel laterit kadar rendah (< 1,82 % Ni) dapat
dimanfaatkan cukup besar, sehingga bijih nikel kadar rendah tersebut dapat bernilai
ekonomis, maka perlu didirikan pabrik peleburan bijih nikel menjadi produk logam Ferro-
Nikel. Pelaksanaan pembangunan pabrik unit I dimulai pada Tanggal 12 Desember 1973
dengan pemancangan pertama yang selesai dikerjakan selama dua tahun. Pada Tanggal 14
Agustus 1976 dapur listrik unit I dengan daya 20 MVA (18 MW) mulai berproduksi secara
komersial dan selanjutnya pabrik Fe-Ni diresmikan pada Tanggal 23 Oktober 1976 oleh
wakil Presiden RI Sri Sultan Hamengkubuwono IX pabrik unit 1 kapasitas 5000 ton. Sampai
saat ini PT Aneka Tambang Tbk. UBPN Sultra telah berhasil membangun 3 unit pabrik Fe-
Ni. Pabrik unit II dibangun pada Tanggal 2 November 1992 dan sekitar bulan Februari tahun
1955 sudah mulai berproduksi pabrik Fe-Ni II dengan kapasitas 5000 ton diresmikan oleh
Presiden RI Soeharto pada Tanggal 11 Maret 1996. Tahun 2003 pabrik unit 3 mulai
dibangun dengan kapasitas 15000 ton, tahun 2004 pabrik unit 2 remodernisasi dari sistem
Untuk menjalankan proses pabrik, PT Antam, Tbk UBP Nikel Sultra menggunakan
mesin diesel sebagai pembangkit tenaga listrik yang terdiri dari 2 unit, yaitu PLTD I dan
Total mesin diesel yang digunakan pada pembangkit listrik tenaga diesel PT Antam Tbk,
UBP Nikel Sultra sebanyak 10 unit, dimana tiap unitnya memiliki kapasitas daya 5,8 MW.
Sedangkan untuk kebutuhan O2 dan N2 pada peleburan dan pemurnian PT, Antam Tbk,
UBP Nikel Sultra membangun 3 Plant Oksigen dengan kapasitas produksi untuk Plant
Oksigen I sebanyak 400 ton dan Plant Oksigen II sebanyak 200 ton serta Plant Oksigen III
udara, lapangan golf, penyaluran air, dermaga, stockyard, bengkel, generator, oil treatment,
perkantoran, dan kompleks perumahan. Pada saat ini, generator tidak lagi dioperasikan
karena seluruh kebutuhan energi sudah dipenuhi oleh pembangkit listrik. Selain itu, bandar
udara Pomalaa juga sedang tidak beroperasi sehingga tidak ada transportasi udara yang
AMDAL, sehingga dampak negatif kegiatan pertambangan PT. Antam Tbk, UBP Nikel
Sultra dapat dikurangi. Pertambahan penduduk yang pesat di sekitar wilayah KP PT Antam
Tbk.UBP Nikel Sultra terjadi aktifitas ekonomi yang meningkat. Banyak tumbuhnya
perusahaan - perusahaan lokal yang menjadi mitra PT Antam Tbk.UBP Nikel Sultra
meningkatkan peluang kerja bagi masyarakat sekitar. Peluang kerja ini menjadi pendorong
kegiatan pertambangan PT Antam Tbk, UBP Nikel Sultra terutama dalam hal pemenuhan
tenaga kerja dan kebutuhan domestik bagi karyawan. Saat ini kebutuhan domestik dapat
dipenuhi dari pasar lokal tanpa harus mendatangkan dari Makassar. Laju pertumbuhan
penduduk yang pesat di sekitar KP PT. Antam Tbk, UBP Nikel Sultra juga memiliki sisi
Antam Tbk, UBP Nikel Sultra berpotensi terjadinya konflik bila pengelolaan lingkungan
Menurut Rusmana dkk ( 1988), Sulawesi Tenggara adalah daerah lembar Kendari dan
Kolaka, morfologinya dapat dibedakan menjadi empat satuan yaitu, pegunungan, perbukitan,
Satuan pegunungan sebagian besar menempati daerah di Tengah dan Barat lembar,
dengan arah punggungnya memanjang dari Barat Laut – Tenggara. Pegunungan tersebut
Pegunungan Matarombeo. Daerah ini umumnya bertonjolan halus sampai kasar dan berlereng
sedang sampai curam. Ketinggian puncak-puncaknya berkisar antara 750 meter sampai 3000
Satuan perbukitan terdapat dibagian Barat dan Timur lembar sekitar kaki perbukitan.
Satuan ini membentuk perbukitan bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 75 meter
diantara Perbukitan Mekongga dan Perbukitan Tangkelomboke, serta sebagian lagi di bagian
Barat Kendari.
Satuan dataran rendah terdapat didaerah muara-muara sungai besar seperti, Sungai
Konaweha, Sungai Lahumbuti, Sungai Sampera, dan lain-lain. Ketinggian berkisar dari
Endapan bijih nikel yang ditemukan di Daerah Pomalaa adalah termasuk bijih nikel
laterit yang terbentuk oleh hasil pelapukan batuan ultrabasa, batuan tersebut merupakan
Jalur batuan ultrabasa tersebut dijumpai dari Lasusua sampai Pomalaa.Di Pomalaa
jalur ini terbagi dua kelompok yaitu kelompok yang menyebar ke arah Tenggara melalui
Gunung Wotumuhai dan Gunung Torobulu. Kedua kelompok ini bergabung lagi ke ujung
coklat berbintik hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan pada bagian tepi luar atau
pinggirnya.
Pada pengamatan di lapangan terlihat adanya rekahan rekahan yang kecil yang
umumnya terisi oleh mineral-mineral sekunder ( silica dan magnesit ).Hal ini menunjukkan
bahwa pada daerah ini agaknya sangat banyak dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik, sehingga
kelompok yang berarah Timur Laut.Kelompok pertama umumnya diisi oleh mineral-mieral
krisopras, garnierite, dan asbes.Sedang kelompok yang kedua umumnya diisi oleh mineral
kalsedon.
Sebagian besar daerah penambangan nikel Pomalaa terdiri dari tanah laterit dengan
warna merah kekuningan hingga merah bata.Tanah-tanah laterit ini memiliki ketebalan yang
Struktur tanah pada tanah atas ( top soil ) adalah speroidal, oleh karena itu tanah
tersebut memiliki porositas yang tinggi pula. Keadaan demikian juga ditunjang oleh vegetasi
dengan kepadatan tanah yang relatif tinggi. Tekstur tanah pada lapisan atas merupakan
Daerah Pomalaa juga beriklim tropis setiap tahunnya dengan dipengaruhi oleh
musim hujan dan kemarau. Daerah Pomalaa mempunyai temperatur cukup panas sehingga
curah hujan relatif cukup tinggi dan distribusi merata tahunan sebesar 1853 mm/tahun. Dalam
hal ini Pomalaa termasuk iklim A, yaitu iklim hujan tropis lembab yang nyata dengan suhu
udara diatas 180C dibulan terdingin dan suhu rata-rata bukan panas dengan suhu udara 220C.
2.3.4 Keadaan Vegetasi
Vegetasi Daerah Pomalaa terdiri dari hutan, semak-semak, dan tumbuhan rawa di
pesisir. Hutan yang ada tidak lebat namun dijumpai pepohonan yang berdiameter sekitar 25
cm, diantaranya adalah pohon kayu besi, pohon kayu angin, poho melinjo, mangga-mangga,
tirotasi.
Pada daerah pesisir dijumpai tumbuhan seperti pohon bakau dan juga pohon sagu.
Selain itu didapati pula jenis tumbuhan seperti cemara, bambu kecil dan diselingi tumbuhan
Vegetasi daerah sekitar tambang PT. Antam Tbk, UBP Nikel Sultra tidak tinggi namun
cukup rapat, sehingga dalam pembabatannya biasa menggunakan kapak. Sedangkan dalam
2.3.5 Topografi
sampai Barat Daya dengan beberapa punggung utama yang berpusat pada Pegunungan
Pada umumnya bentuk topografi Daerah Pomalaa dapat dibagi menjadi dua bagian
yakni daerah rendah yang relatif rendah dan daerah perbukitan yang relatif terjal. Daratan
rendah yang terletak pada daerah pantai, sebagian besar menjadi tempat permukiman
penduduk. Pemukiman penduduk umumnya berada pada ketinggian 2-100 meter dari
Cara penambangan nikel yang diterapkan adalah tambang terbuka dengan sistem
berjenjang ( bench ). Jenjang yang dibuat pada setiap lokasi penambangan memiliki teras
untuk ruang gerak alat berat dan transportasi bijih nikel. Dimensi jenjang untuk operasional
a. Pembersihan
yang berada di atasnya kemudian mengupas lapisan tanah penutup yang berupa top soil atau
lapisan tanah humus sampai diperoleh lapisan yang berisi kandungan bijih nikel.
Adapun alat yang digunakan yaitu bulldozer, agar kerja bulldozer lebih efektif maka
diusahakan memperpendek jarak dorong, untuk areal datar dan cukup luas, pembersihan di
yang dapat bekerja pada kondisi endapan bijih yang relatif lepas seperti shovel loader dan
whell loader. Penggalian bijih dimulai dari bench yang paling atas, hal ini diterapkan agar
c. Pemuatan
Pemuatan (loading) bijih hasil penggalian dilakukan oleh alat gali yaitu whell loader
dan shovel dozer. Bijih yang dimuat adalah bijih yang telah ditumpuk oleh alat gali dekat
front penambangan. Tetapi bila terpaksa whell loader menggali bijih dan langsung dimuatkan
ke alat angkut. Pola gerak pemuatan adalah V shape yaitu gerakan alat muat maju untuk
mengambil bijih dan kemudian melakukan ancang-ancang pemuatan dengan gerak mundur
d. Pengangkutan Bijih
Pengangkutan bijih nikel dari front penambangan ke stock yard Pomalaa melalui
Diwilayah tambang selatan pengangkutan bijih oleh dump truck digunakan sampai
pada stationary grizzly yang terdapat pada stockyard Tanjung Leppe. Setelah diuji
kadarnya, untuk umpan pabrik selanjutnya diangkut lewat laut dengan menggunakan
tongkang yang ditarik oleh kapal di dermaga yang berlokasi di Pomalaa yang
kemudian selanjutnya diangkut dengan dump truk ke pabrik. Sedang untuk
kebutuhan ekspor ditampung pada tempat tertentu sambil menunggu kapal eksport
siap dimuat.
truck, dengan kapasitas rata-rata 13 ton. Bijih yang akan diekspor diangkut ke
e. Penimbunan Bijih
Bijih nikel hasil penambangan tidak langsung diangkut ke pabrik atau dimuat ke
kapal ekspor, tetapi ditimbun terlebih dahulu. Tujuan penimbunan antara lain :
2. Sebagai saran pencampuran bijih kadar tinggi dan kadar rendah (blending)
f. Pengawasan Kualitas
bijih dengan hasil yang benar, sampel yang dianalisa terdiri dari sampel hasil
eksploitasi dan timbunan bijih. Adapun perlengkapan yang diperlukan untuk
Hal ini dimaksudkan untuk membedakan nomor blending sampel yang telah diambil
agar tidak tercampur antara blending yang satu dengan yang lainnya.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel adalah suatu proses pengambilan kecil endapan, yang mana
Pada PT. Antam Tbk, UBP Nikel Sultra , pengambilan sampel dilakukan dengan
produksi bijih nikel perhari yang dinyatakan ton dianggap sebagai “lot”. Besarnya
produksi perhari ini bervariasi sehingga dengan demikian ukuran dari lotnya
diklasifikasikan sebagai “under 300 ton”, sedangkan “sub lot” atau disebut juga
kantong yang besarnya 20 kg serta diberi kode sampel dan kode pengikat dengan
warna tertentu. Hal ini memudahkan dalam memisahkan sampel dari tiap-tiap
Eksplorasi merupakan suatu usaha dalam mencari cadangan bijih nikel yang
cadangan dengan maksud untuk mengetahui seberapa jauh kandungan bijih tersebut.
Sasaran yang hendak dicapai dengan kegiatan ekplorasi ada hubungannnya dengan
menetukan jenis peralatan mekanis yang sesuai, dan menentukan kode penambangan
yang tepat serta jenis kegiatan yang lain dari penambangan endapan bijh tersebut.
Preparasi Sampel
menganalisa kadar nikel. Adapun alat-alat yang digunakan untuk melakukan preparasi
sampel adalah :
Crusher
Crusher berfungsi untuk menggiling sampel yang masih dalam bentuk butiran dan
Jaw Crusher
tambang. Ukuran yang diloloskan oleh jaw crusher yaitu ukuran 20 mm.
Roll Crusher
yang berguna memperkecil ukuran batuan yang sudah lolos dari primary
Ayakan
Ayakan berfungsi memisahkan butiran yang halus dan kasar. Ayakan yang
(jalinan) kawat-kawat halus yang diatur dengan tepat membentuk lubang bujur
sangkar atau persegi, kawatnya dari jenis tembaga, bronze, atau alloy. Proses
Oven
Grider
Grinder berfungsi untuk menggiling sampel yang berupa butiran-butiran halus.
Ukuran yang diloloskan yaitu ukuran 100 mesh partikel sehingga didapat kadar yang
dianggap mewakili seluruh partikel tersebut. Hasil akhir dari preparasi sampel ada
tiga kantong sampel dengan berat masing-masing 160 gram, yang didistribusikan
kepada :
1. Pengayakan (screening)
2. Drying (Pengeringan)
biasanya sering terjadi oleh kontak padatan lembap dengan pembakaran gas yang panas oleh
pembakaran bahan bakar fosil. Pada beberapa kasus, panas pada pengeringan bisa disediakan
oleh udara panas gas yang secara tidak langsung memanaskan. Biasanya suhu pengeringan
diatur pada nilai diatas titik didih air sekitar 120oC.pada kasus tertentu, seperti pengeringan
air garam yang dapat larut, sushu pengeringan yang lebih tinggi diperlukan.
3. Calcining (Kalsinasi)
ferric Hidroksida menjadi ferric oksida dan uap air atau dekomposisi kalsium karbonat
menjadi kalsium oksida dan karbon diosida dan atau besi karbonat menjadi besi oksida.
Proses kalsinasi membawa dalam variasi tungku/furnace termasuk shaft furnace, rotary kilns
4. Peleburan
Proses peleburan logam pada temperatur tinggi sehingga logam meleleh dan mecair
a. Schacht Oven
5. pemurnian
Adalah proses untuk merubah crude matte menjadi logam murni, menaikkan kadar
Ni di dalam matte
6. percetakan
Percetakan dilakukan untuk merubah crude matte dari logam cair menjadi produk
setengah jadi yang berbentuk butiran-butiran (shot) dan batangan (ingot) yang siap diekspor
LANDASAN TEORI
Salah satu penggunaan nikel dalam betuk logam murni adalah pelapis utuk
menambah kekerasan, daya tahan terhadap korosi permukaan, ketahanan kepudaran, serta
Pemakaian besi digunakan dalam industry alat angkut, permesinan baja, konstruksi
baja, alat pembangkit tenaga listrik, alat pertanian, alat pertambangan, bagian dari mesin
tujuan untuk memisahkan mineral berharga dari gangue-nya (tidak berharga) yang dilakukan
secara mekanis, menghasilkan produk yang kaya mineral berharga (konsentrat) dan yang
kadarnya rendah (tailing). Proses pemisahan ini didasarkan pada sifat fisik mineral maupun
Dengan mealkukan pengolahan bahan galian ini didapat beberapa keuntungan, antara lain :
a. Mengurangi jumlah bobot karena sebagian gangue mineral telah dibuang sebelum
proses peleburan.
b. Mengurangi kehilangan metal dalam smelter, yang disebabkan apabila tanpa
pengolahan, maka dalam smelter terdapat banyak penggunaan flux dan akhirnya
kecil untuk mendapatkan jumlah metal yang sama bila dibandingkan dengan tanpa
pengolahan.
d. Mengurangi luas lahan yang dugunakan untuk menampung tailing ataupun slag
akibat pengurangan bahan baku bijih untuk diumpankan pada peleburan sehingga
Tahap praolahan merupakan tahap persiapan bahan baku (raw material) dimana bijih
basah dari wilayah-wilayah penambangan yang berbeda yaitu dari wilayah penambangan
utara, selatan, tengah maupun dari Pulau Gebe dan pula Buli Maluku yang mempunyai kadar
2,2 – 2,3 % Ni yang dikonsumsi pertahun sekitar 320.000 ton dilakukan pencampuran untuk
mendapatkan kadar Ni, Basicity, dan ratio Fe/Ni yang sesuai dan dikeringkan dalam rotary
dryer. Pencampuran dilakukan oleh alat Wheel Loader dibeberapa tumpukan yang tersedia di
stock yard pabrik pengolahan. Bijih nikel yang ditimbun di stock yard pabrik butiran-
butirannya belum seragam, sehingga dilakukan pengerjaan pendahuluan yang disebut ore
handling, meliputi :
Bijih nikel basah diumpan oleh wheel loader dipermukaan Shale Out Machine
(SOM), yang merupakan ayakan getar yang berfungsi untuk menyaring ukuran bijih nikel
tersebut. Ukuran saringan SOM 20 cm yang di atas base ditahan dengan 8 – 12 spring, pada
Motor listrik yang dihubungkan dengan spring tadi menimbulkan getaran sehingga
bijih yang berada di atas permukaan SOM akan mengalami pemisahan secara manual antara
bijih yang over zise. Bijih yang lolos pada saringan akan jatuh dan tertampung di hopper dan
Proses Drying
Wet ore masuk SOM dan tertampung di hopper selanjutnya diangkut oleh belt
Sumber panas yang berasal dari pembakaran minyak baker (IDO MFO) dan
pulvirezed cool dan uap panasnya saja yang dihembuskan masuk dalam rotary dryer. Suhu
pada inlet rotary dryer sekitar 600o C dan setelah mengalami pengurangan kelembaban pada
bijh basa maka temperature outlet sekitar 180oC. Bijih yang telah mengalami pemanasan di
rotary dryer mengalami pengurangan moisture content (MC) sekitar 21 -23% dan disebut
condition ore. Rotary dryer terbuat dari plat baja yang berbentuk silinder yang panjangnya 30
m kecepatan 1,5 rpm dengan kemiringan 6o. Cara pengeringan dengan menggunakan rotary
lebih ekonomis dengan mengatur temperature udara yang keluar diperoleh bijih dengan
tersebut dibagian dalam drum rotary dryer dipasang filter, dengan demikian penyebaran
Dengan adanya filter, kemungkinan menempelnya ore pada dinding dapat dihindari.
Akibat pegaruh putaran drum bijih naik sampai ketinggian tertentu kemudian jatuh kembali
sehingga kontak dengan udara semakin baik dengan perlahan-lahan bergerak ke outlet karena
Proses Sizing
Dry ore yang keluar dari proses drying di rotary dryer selanjutnya diangkut oleh belt
Saringan di RFS berukuran 5 cm sehingga disini terjadi pemisahan bijih nikel yang
lolos saringan akan langsung jatuh ke belt conveyor untuk diangkut masuk ke dalam bin
penampungan ore sedangkan bijih yang over size terpisah dan masuk dalam impeller breaker
Impeller Breaker adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan yang sangat baik
untuk memecahakan bahan atau material yang keras kalau ditinjau dari hasil pemecahan
bahan galiannya (gradasinya). Prinsip kerja motor ini dilengkapi 3 buah blade atau kurang
lebih terbuat dari baja yang berputar dengan kecepatan tinggi. Material yang masuk di feed
opening terpukul oleh blade yang berputar dalam ruang pemecah dan terbentur pada dinding
Proses ini berlangsung dengan cepat dan hasil pemecahannya keluar melalui
discharge opening ke belt conveyor bersatu dengan material yang lolos saringan untuk
Dry ore diangkut oleh belt conveyor masuk ke bin penampungan ore atau ore bin
melalui tripper. Tripper merupakan suatu unit peralatan belt conveyor yang digerakkan oleh
motor listrik yang dapat digeser atau dipindahkan secara horizontal. Tujuannya adalah untuk
mensuplay bin ore yang perlu dilakukan pengisisan. Di unit tripper terdapat 5 buah bin yang
terdiri dari :
Bijih nikel (dry ore) yang sudah terkondisi dan tertampung di bin ore disebut
Proses Mixing
Mixing merupakan suatu tempat proses pencampuran material ore dengan bahan
produksi lainnya seperti Limestone, Anthrasite, slag dan Coal. Proses pencampuran material
ini mempunyai komposisi tertentu sesuai hasil laporan bagian produksi dan biasanya sangat
Di dalam proses pencampuran ini melibatkan weighting feeder sebagai alat untuk
menentukan komposisi material yang telah ditentukan. Weighting feeder merupakan suatu
alat yang dapat mendeteksi berat suatu material dan dapat mengatur banyaknya material yang
Proses Kalsinasi
Condition ore yang telah dimixing diangkut oleh belt conveyor untuk dimasukkan
dalam rotary klin sebagai umpan melalui charging chute, selanjutnya condition ore tersebut
Rotary Kiln
Alat yang membuat calcined ore terbuat dari plat baja berbentuk selinder
mempunyai panjang 90 meter, diameter luar 4,2 meter, diameter dalam 4 meter, kemiringan
3o dan putaran 0,3 – 1,2 rpm. Pada bagian depannya dilengkapi dengan hood untuk
Silinder ini berputar di atas 4 buah support roller, rotary kiln diputar oleh
motor listrik melalui VS Compling dapat diatur kecepatan yang diinginkan sesuai
prosedur operasi dan kondisi operasi melalui ruang control operasi secara automatic
dust chamber, pada charge end dipasang palt end. Bijih selama berada dalam rotary
kiln akan mengalami pembakaran dengan heavy oil burner dan keluar pada discharge
Alat yang dipakai merupakan internal mixing pneumatic jet atomization tipe
heavy oil burner. Biasanya sistem ini banyak digunakan pada rotary kiln, pen heart,
heat treatment furnice dan steam boiler ukuran besar. Udara dan heavy oil yang
mixing chamber, yaitu suatu kamar berukuran kecil dimana proses tahap pertama
melalui jet nozzle dan ada pula melalui pipa pencampuran gas yang panjangnya 1 – 5
Pembakaran bijih nikel didalam rotary kiln, kadar air (MC) dan kandungan
air kristal (LOI) yang terdapat pada bijih dilenyapkan semuanya. Proses ini
proses pembakaran ini dilakukan pengambilan sampel dalam interval yang masih
Calcined ore yang keluar dari rotary kiln ditampung dalam surge hopper
kemudian dituang ke dalam kontainer lalu diangkut oleh screen ke atas dan
dimasukkan ke dalam 9 buah top bin yang berada dibagian atas dapur listrik. Reduksi
pendahuluan terhadap bijih nikel di dalam rotary kiln tidak terjadi, atmosfir di dalam
kiln adalah oxidizing athmospher, suhu atmosphir tertinggi adalah 1300o C. Bijih
nikel atau condition ore yang dimasukkan dalam rotary kiln untuk sampai pada
a. Drying Zone
Pada zona ini terjadi proses pengeringan yaitu penghilangan sebagian kadar air
(MC) dengan temperatur sekitar 200 – 350o C, pada zona ini dilapisi dengan batu
b. Prehating zone
Pada zona ini terjadi pemanasan yaitu penguraian dan penghilangan semua air
bebas serta sebagian air Kristal (LOI) dengan temperatur sekitar 350 – 500o C
c. Calcine Zoneengan
Pada zona ini terjadi proses kalsinasi yaitu pemanasan material tanpa melewati
titik leburnya dengan kandungan air kristalnya (LOI) 0,5 – 1%. Proses ini dikenal
juga sebagai proses pemanggangan dan terjadi penghilangan semua air kristal
dan penguraian batu kapur. Pada zona ini temperatur sekitar 500 – 1000o C dan
dilapisi batu tahan api jenis alumina brick. Proses kimia yang terjadi dalam
rotary kiln yaitu perubahan Batu Kapur (CaCO3) menjadi kapur tohor (CaO)
a. Tahap peleburan
Tujuan dari proses peleburan adalah mengambil logam nikel semaksimal mungkin
dari kalsin terdapat pada electrik furnace yang dilebur menjadi ferronikel dengan bantuan
energi listrik. Pada tahap ini kalsine ore dilebur di dalam dapur listrik dengan menggunakan
tenaga listrik berkapasitas 20 MVA untuk satu unit dapur sebagai bahan preduksi digunakan
Anthracite.
Proses reduksi ini menghasilkan crude metal yang dimurnikan pada tahap pemurnian,
sedangkan bahan yang tidak reduksi berupa slag yang dikeluarkan dari dapur listrik pada
waktu-waktu tertentu untuk dibuang. Untuk mengatur kebasahan slag tadi ditambahkan batu
kapur. Pada proses peleburan input dapur yang berupa kalsine ore, kalsin batu kapur dan
kalsin batubara/anthrasit akan menghasilkan output yang berupa crude metal, slag dan gas-
gas CO2.
a. Operasi Peleburan
Kalsine ore yang dihasilkan oleh rotary kiln ditampung secara kontinyu dalam surge
hopper yang berkapasitas 25 ton yang bagian dalamnya dilapisi castable setebal 100 mm
sebelum diumpankan ke dalam dapur listrik, diangkat menggunakan system Container Over
Head Crane.
Kalsine yang diangkut dengan container car dimasukkan dalam sepuluh buah top bin
yang berkapasitas 50 ton, dan satu cadangan top bin berkapasitas 70 ton yang dipasang
pada lantai lima bangunan electric furnace. Pengisian kalsinasi pada masing-masing bin
cukup 40 % dari volume bin untuk mencegah kehilangan panas yang berlebihan akibat
lamanya kalsin tersimpan. Pada top bin dilengkapi dengan 24 buah chute yang kakinya
terpasang mengelilingi atap dari dapur listrik, dan top bin cadangan mempunyai chute
b. Prose Peleburan
Dalam dapur listrik akan terjadi proses peleburan kalsin dan reduksi semua oksidasi
yang terkandung dalam bijih oleh fixed karbon dari Antrasit dan batubara. Reaksi-reaksi
1. NiO + C → Ni + CO
2. CoO + C → Co + CO
3. Fe2O3 + C → 2Fe + CO
4. FeO + C → Fe + CO
6. P2O5 + C → 2P + 5CO
7. MnO + C → Mn + CO
8. SiO2 + C → Si + 2CO
oleh karbon, kemudian terjadi reduksi tidak langsung yang dilakukan oleh gas-gas
karbon monoksida :
1. NiO + CO → Ni + CO2
3. FeO + CO → Fe + CO2
Oksida-oksida di dalam bijih yang tidak direduksi akan membentuk slag dan
reaksinya , adalah :
Sedangkan unsur-unsur logam yang terbentuk dari hasil reduksi oksidasi logam
dalam bijih, membentuk logam ferronikel dan slag di electrik furnace berlangsung
karena adanya perbedaan berat jenis. Slag dengan berat 2,6 akan membentuk lapisan
sebelah atas dari logam ferronikel yang mempunyai berat jenis 6,9. Tebal lapisan slag
dalam electric furnace mencapai 1 – 1,5 meter, sedangkan lapisan ferronikel mencapai 40
– 80 cm.
Pengeluaran slag dari dapur listrik setiap 90.000 – 110.000 KwH sebanyak ± 35 cm
per tapping pada suhu 1550o C, kemudian dialirkan ke dalam kolam air dan diberi
Basacity slag 0,6 – 0,7 pada peleburan (smelting) ferronikel dengan dapur listrik
dianggap ideal. Jika jumlah SiO2 dalam slag jauh menyimpang dari perbandingan di atas
maka akan terjadi reaksi dengan brick yang akan memperpendek umur lining dapur. Dan
apabila terlalu sedikit akan terbentuk 2MgO.SiO2 sehingga titik lebur menjadi tinggi dan
slag akan susah mencair, fluidity semakin jelek dengan sendirinya akan mempersulit
smelting. Untuk mengimbangi SiO2 yang bersifat asam, maka mutlak diperlukan
penambahan batu kapur (CaO) yang bersifat basa, sehingga tidak terjadi kerusakan brick.
a. Tahap pemurnian
1. Proses De-sulfurisasi
Proses De-siliconisasi
Proses De-carbonisasi
Proses De-posforisasi
b. Bagian Casting
Dalam tahap pemurnian terdapat satuan kerja yang berutgas mencetak metal
ferronikel menjadi batangan (ingot) dan butiran (shot) ferronikel tergantung dari
permintaan konsumen.
a. Ingot Ferronikel
Ingot ferronikel adalah metal ferronikel yang dicetak dalam bentuk batangan
b. Shot Ferronikel
tilting ladle yang mempunyai mulut penuangan yang berbentuk corong pada
bagian atasnya.
Proses metal murni dari LD converter dituang ke dalam ladle dan dibawa ke
tempat pembuatan shot, dengan sistem hidrolis metal dituangkan melalui tundish
masuk ke dalam tangki yang langsung disemprot dengan air sehingga bentuknya
menjadi butiran yang jatuh dan ditampung pada net 1 conveyor kemudian dilanjutkan
ke hopper dan ditransfer ke net 2 sekaligus dilakukan pengeringan dengan oven yang
temperaturnya sekitar 400o C. Shot yang telah dikeringkan masuk ke dalam tromol